tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya …

96
TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA SEBAGAI PENGAWET MAKANAN PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM (Analisis Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Lubna Zahraty NIM : 1113045000040 PRORGAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439 H / 2017 M

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

45 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA SEBAGAI

PENGAWET MAKANAN

PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

(Analisis Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Lubna Zahraty

NIM : 1113045000040

PRORGAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439 H / 2017 M

Page 2: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …
Page 3: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …
Page 4: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 28 November 2017

Penulis

Page 5: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

iv

ABSTRAK

Lubna Zahraty. 1113045000040. Tindak Pidana Penyalahgunaan

Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Pengawet Makanan Prespektif Hukum

Positif Dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan No.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg). Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 2017 M/ 1439H.

Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan studi

kasus dalam putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg serta bagaimana hukum

Islam memandang terhadap Putusan tersebut.

Penelitian ini berjenis penelitian normatif pengumpulan data

dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder. Pada jenis penelitian hukum normatif, penelitian ini berjenis

penelitian perbandingan hukum. Sedangkan metode penelitian yang

digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif yang berasal dari bahan-

bahan hukum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari aspek keadilan

hukum, terutama rasa keadilan terhadap terdakwa dalam Putusan Pengadilan

Negeri Badung No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg kurang tepat. Karena

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya dapat menimbulkan kerugian atau

membahayakan konsumen. Jika melihat dari segi hukum pidana Islam, dalam

menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa yang memproduksi makanan

menggunakan bahan tambahan yang dilarang termasuk ke dalam jarimah

ta’zir. Walaupun bentuk dan hukuman jarimah ta’zir ditentukan syara’.

penerapan sanksinya diserahkan kepada kebijaksanaan hakim.

Kata kunci : Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya, Putusan

Pengadilan Negeri No 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

Pembimbing I : Dr. HJ. Isnawati Rais, M.A.

Pembimbing II : Fitriyani Zein, S.Ag, M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1975-2017

Page 6: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

v

حيم الر حمن الر الله بشم

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, terucap dengan tulisan ikhlas Alhamdulillahi rabbil ‘alamin tiada henti

karena dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

selalu tercurah limpahkan atas insan pilihan tuhan khatamul anbiya’i walmursalin

sayyidina Muhammad SAW.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan. Namun demikian skripsi ini hasil usaha dan upaya yang

maksimal dari penulis. Tidak sedikit hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui.

Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis di dalamnya karena

keterbatasan pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri karena banyak

pengalaman yang didapat dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada

semua pihak :

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari’ah

dan hukum serta pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan. Selaku Ketua Program Studi hukum Pidana

Islam.

3. Bapak Nur Rohim Yunus, LLM. Selaku Sekretaris Program Studi Hukum

Pidana Islam.

4. Ibu Dr. HJ. Isnawati Rais, MA dan Fitriani Zein, S.Ag, M.H. Selaku Dosen

Pembimbing, yang telah memberikan arahan dan meluangkan waktu

dengan penuh keikhlasan serta kesabaran.

5. Seluruh dosen civitas akademik Fakultas Syariah dan hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

vi

7. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayahku Alm. H.Nur Ilham Lc. Dan Ibuku

Dra. Hj.Tuti Nur Ainiah yang senantiasa mendidik, membantu dukungan

dan melimpahkan kasih sayang serta do’a yang tiada henti.

8. Sahabat seperjuangan, yaitu Keken Rizka Fitri, Arya Chairunnisa,

Syamazka Zakirni, Kurnia hayati Lubis, Dara Wahuyuni, Rian maulana,

Derifka Dwi Septa, Muhammad Arsy Nuril, Muhammad Amil Haq, Reza

Fajri Hidayat, Anwar Ibrahim, Anharfi, Amrullah, Alpen, Afrikal, Aldy,

Fahmi, yang telah memberikan perhatian dan dukungan sangat luar biasa,

serta seluruh teman-teman Prodi hukum Pidana Islam angkatan 2013.

Keluarga Besar Bani AL-BARKAH, Keluarga Besar PMII Komfaksyahum

(Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum) Keluarga Besar IMAJINASI

(Ikatan Mahasiswa Jinayah Siyasah), KKN Dreams 114, terima kasih atas

segala motivasi dan semangatnya sehingga saya skripsi ini selesai.

9. Sahabat terbaik, Fuzi Fauziah, Haninah Halwa, Hilwa Mellaty, Intan Nurul

Maulida, Jovina Maulida, Adytama Widya, Fajar Ramadhan, Fauzi

Ardiansyah, Andy Riswanto, yang juga telah memberikan perhatian dan

dukungan sangat luar biasa selama ini.

10. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan hingga tahap

penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya, atas jasa dan bantuan semua pihak baik berupa moral maupun

materil, sampai detik ini penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT memberikan

balasan yang berlipat dan menjadikan amal jariyah yang tidak pernah berhenti

mengalir hingga hari akhir. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan kemudahan bagi kita semua dalam menjalani hari esok,

amin.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

Page 8: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN PEMBIMBING ………………….………………………... i

PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ............……………………………… ii

LEMBAR PERNYATAAN ……………..…………………………………… iii

ABSTRAK ……………...………………………………………….................. iv

KATA PENGANTAR……......……………………………...........………….. v

DAFTAR ISI ……………………….......…………………………………….. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………….. 6

C. Batasan dan Rumusan Masalah ……………………………. 6

D. Tujuan dan Manfaat Masalah ……………………………… 7

E. Tinjauan Review Kajian Terdahulu ……………………...… 8

F. Metode Penelitian ……………………………………...…... 9

H. Sistematika Penulisan ……………………………………… 11

BAB II TINJAUAN HUKUM PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA

BERBAHAYA SEBAGAI PENGAWET MAKANAN MENURUT

HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Bahan Tambahan Pangan …………………………………… 13

B. Bahan Kimia Berbahaya Menurut Hukum Positif ………….. 16

C. Bahan Kimia Berbahaya Menurut Hukum Islam …………… 23

Page 9: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

viii

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG NOMOR

262/Pid.B/2015/PN.Bdg

A. Beberapa Contoh Kasus di Indonesia ………………………. 37

B. Dasar Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri

Bandung No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg ……………………...

39

C. Putusan Pengadilan Negeri Bandung No.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg …………………………………….

45

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

BANDUNG NO.262/Pid.B/2015/PN.Bdg

A. Analisis Putusan Dalam Tinjauan Hukum Positif .................. 47

B. Analisis Putusan Dalam Tinjauan Hukum Islam..................... 54

C. Perbandingan Hukum Positif Dan Hukum Islam Terhadap

Putusan No.262/Pid.B/2015/PN.Bdg ………………………..

57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………. 59

B. Saran-saran ………………………………………………….. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makanan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia.

Karena, dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan

oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal. Makanan yang dimakan tidak

harus mempunyai bentuk yang menarik, namun memenuhi nilai gizi dan

aman dalam arti tidak mengandung bahan-bahan kimia yang membahayakan

kesehatan tubuh. Untuk itu diperlukan adanya pengamanan di bidang pangan

agar masyarakat terhindar dari mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi

kesehatan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan,

dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai

makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.1

Perkembangan teknologi pangan pada saat ini telah sampai pada

kondisi di mana begitu banyak bahan baku dan bahan tambahan yang

digunakan untuk memproduksi suatu produk olahan. Apalagi di masa

sekarang ini banyak sekali beredar makanan dan minuman berbahaya yang

diperjual-belikan, karena sering ditemukan produk makanan yang telah

tercampur dengan bahan yang membahayakan kesehatan seperti terdapat

dalam tahu, mie basah, dan lain-lainnya.2

Hal tersebut juga di perparah dengan berbagai jenis bahan tambahan

makanan yang bersumber dari produk-produk senyawa kimia dan turunannya

seperti formalin, boraks, pewarna tekstil dan lain-lain tanpa memperhatikan

1Pasal 1 butir (1) Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan 2Afrianti Leni, Pengawet Makanan Alami dan sintesis,(Bandung: Alfabeta, 2010),h.74

Page 11: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

2

takaran atau ambang batas serta bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia

tersebut kepada konsumen.3 Padahal penggunaan bahan kimia dalam

makanan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/

Menkes/Per/IX/1988 dan SNI 01-354-1994 tentang bahan tambahan

makanan. Penggunaan dalam aneka produk makanan sudah ditentukan

batasannya oleh pemerintah, yaitu maksimal 1.000 mg/kg.4

Dalam proses produksinya, para pelaku usaha ataupun produsen

sering kali tidak jujur dan melakukan kecurangan-kecurangan atau penipuan

kepada konsumen. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai produk

makanan yang membahayakan kesehatan merupakan faktor utama penyebab

produsen menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya sebagai campuran

makanan.5 Penyebab produsen makanan semakin mengabaikan keselamatan,

yaitu :

1. Konsumen pada umumnya belum mempunyai kesadaran tentang

keamanan yang dikonsumsinya, sehingga belum banyak menuntut

produsen untuk menghasilkan produk makanan yang aman.

2. Konsumen juga memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengumpulkan

dan mengolah informasi tentang makanan yang dikonsumsinya, sehingga

konsumen mempunyai keterbatasan dalam menilai makanan dan sulit

untuk menghindari resiko dan produk-produk makanan yang bermutu dan

tidak aman kesehatan.6

Dari permasalahan tersebut telah terjadi sebuah kasus di mana sebuah

pabrik mie basah di Sumedang memproduksi pangan untuk diedarkan

menggunakan bahan tambahan yang dilarang sebagai bahan tambahan

pangan. Terdakwa telah memproduksi makanan jenis mie basah sejak tahun

2010 sampai saat petugas dari Badan POM RI datang memeriksa dan

melakukan penyitaan di pabrik tersebut pada hari Senin tanggal 16 Juni 2014,

3Sudaryatmo, Masalah Perlindungan di Indonesia, (Bandung, Citra Aditya Bhakti, 1995),h.3. 4Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/Per/IX/1988 dan SNI 01-354-1994 5Sidabalok dan Janus, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Bandung, PT Aditya

Bhakti, 2006), h.56. 6Sofie dan Yusuf, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya,

(Bandung:Citra Aditya Bhakti,2006), h. 43.

Page 12: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

3

dan dalam memproduksi mie basah tersebut terdakwa mempekerjakan

sebanyak 8 (delapan) orang karyawan. Terdakwa dalam membuat makanan

jenis mie basah tersebut menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari tepung

terigu, tepung tapioka, soda kostik, garam, air, pewarna kuning, borak, dan

formalin. Di mana fungsi dari masing-masing bahan tersebut yaitu tepung

terigu dan tepung tapioka sebagai bahan utama, soda kostik untuk

memberikan tekstur, pewarna fungsinya agar kelihatan lebih menarik, garam

untuk mempertajam rasa, borak sebagai pengenyal dan formalin sebagai

pengawet.

Selain itu bahan yang digunakan dalam pembuatan mie basah tersebut

menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan apabila di

konsumsi dalam jangka waktu yang panjang penggunaan bahan kimia telah

dilarang oleh pemerintah dalam campuran bahan pangan. Dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2012 Pasal 75 ayat (1) menyatakan bahwa, Setiap

orang yang melakukan produksi pangan untuk diedarkan dilarang

menggunakan bahan tambahan pangan yang melampaui ambang batas

maksimal yang ditetapkan dan/atau bahan yang dilarang digunakan sebagai

bahan tambahan Pangan. Bila melanggar ketentuan tersebut diancam pidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), yang diatur dalam Pasal 136

Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang pangan.

Beberapa survei menunjukkan, alasan produsen menggunakan

formalin dan boraks sebagai bahan pengawet karena daya awet dan mutu

pada makanan menjadi lebih bagus serta murah harganya, tanpa peduli

bahaya yang dapat ditimbulkan. Hal tersebut di tunjang oleh pelaku

konsumen yang cenderung membeli makanan yang harganya murah, tanpa

mengindahkan kualitas. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan

kesadaran dan pengetahuan bagi produsen dan konsumen tentang bahaya

pemakaian bahan kimia yang bukan termasuk kategori bahan tambahan

pangan. Selain itu, diperlukan sikap pemerintah yang lebih tegas dalam

melarang penggunaan kedua jenis pengawet tersebut pada produk pangan

Page 13: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

4

karena dapat menimbulkan keracunan dan kematian.7 Dalam Putusan Nomor

262/Pid.B/2015/PN.Bdg terdakwa juga pernah dihukum karena melakukan

tindak pidana yang sama dan perkaranya diputus pada tanggal 22 Januari

2013 dan dihukum dengan masa percobaan, sehingga terdakwa juga

dikenakan pasal berlanjut yaitu pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana yang menyatakan bahwa, jika antara beberapa perbuatan,

meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada

hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai suatu

perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana, jika berbeda-

beda, yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling

berat.

Dalam tindak pidana tersebut diperlukan tindakan yang tegas dalam

menanggulangi kejahatan yang sama sehingga adanya efek jera bagi pelaku

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya agar Indonesia aman dari makanan

yang halal dan bergizi. namun hakim dalam memutuskan perkara menurut

penulis masih belum tepat sehingga timbullah permasalahan dalam kasus

tersebut.

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya adalah

beragama muslim sehingga tingkat kehalalan makanan sangat diperhatikan.

Pemberian label halal suatu makanan di Indonesia dikeluarkan secara resmi

oleh instansi resmi pemerintah yaitu Majelis Ulama Indonesia. Menanggapi

maraknya peredaran makanan dengan zat berbahaya itu, bahwa makanan

yang mengandung zat berbahaya dan akan menimbulkan penyakit sehingga

haram untuk dikonsumsi, lebih lanjut Ma’ruf Amin menyatakan, meskipun

suatu makanan diketahui berasal dari bahan-bahan yang halal, namun

campuran dari makanan tidak diketahui secara pasti, dan menyarankan agar

masyarakat terutama umat Islam tidak mengonsumsinya.8

7 Wisnu Cahyadi, Bahan Tambahan Pangan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.279 8Ma’ruf Amin, Makanan Berformalin Haram Dikonsumsi,

http://www.eramuslim.com/berita/nasional/komisi-fatwa-mui-makanan-berformalin-haram-

dikonsumsi. 20 Maret 2017, pukul 02:00

Page 14: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

5

Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna juga mengatur

berbagai makanan yang layak dikonsumsi. oleh karena itu, dalam

mengonsumsi makanan tidak semata ditinjau dari kehalalan tetapi juga

kualitas makanan tersebut. Banyak makanan halal tetapi tidak berkualitas atau

tidak bergizi. Halal dan bergizi menjadi sarat kelayakan suatu makanan untuk

dikonsumsi sebagaimana firman Allah Swt:

ا رزقكم الله حللا طي باا واتقوا الله الذي أنتم به مؤمنون وكلوا مم

Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang

telah Allah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah

yang kamu beriman kepada-Nya”. (QS. Al-Maidah:88).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada

kita sebagai manusia agar memakan makanan yang halal dan baik (bergizi).

tentunya hal ini tidak lepas dari kebutuhan pokok kesehatan. Di mana

makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh haruslah mengcover dari

empat sehat lima sempurna, esensi dari jaminan kesehatan yang harus

didapatkan oleh konsumen haruslah terjamin tanpa adanya zat-zat yang

ditambahkan dalam makanan, yang bersifat kimiawi yang bisa merusak organ

tubuh manusia itu sendiri.

Maka kedudukan makanan dalam Islam sangat diperhatikan

kemurnian dan kehalalannya untuk dikonsumsi. Dengan demikian apabila

tidak ada jaminan kehalalan suatu bahan atau produk pangan, maka akan sulit

bagi masyarakat awam untuk memilih mana produk yang halal dan mana

yang haram. Karena penggunaan bahan kimia seperti formalin dan boraks

merupakan perilaku kriminal yang sangat merugikan kesehatan konsumen,

sehingga bagi siapa saja pelaku usaha yang bertindak merugikan diberi sanksi

yang tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Untuk itulah diperlukan adanya peraturan-peraturan yang jelas yang

menjamin kehalalan suatu bahan produk olahan, di samping itu umat Islam

Page 15: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

6

perlu dibekali pengetahuan yang cukup tentang masalah ini, sehingga

memerlukan tinjauan mendalam tentang Hukum positif dan Hukum Pidana

Islam dalam kasus tersebut, untuk itu penulis tertarik membahas dalam

bentuk skripsi dengan judul : “Tindak Pidana Penyalahgunaan Bahan

Kimia Berbahaya Sebagai Pengawet Makanan Perspektif Hukum Positif

dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan Nomor

262/Pid.B/2015/PN.Bdg)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka

identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor penyebab produsen menggunakan bahan-bahan kimia

berbahaya.

2. Perspektif hukum Positif dalam penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

sebagai pengawet makanan.

3. Perspektif hukum Islam dalam penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

sebagai pengawet makanan.

C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

Dari sebagian yang penulis paparkan pada landasan pemikiran agar

tidak terlalu meluas dari pokok permasalahan, dan keterbatasan ilmu yang

dimiliki oleh penulis maka dalam penyusunan skripsi ini membatasi ruang

lingkup persoalan yang ada sebagai berikut :

1. Skripsi ini hanya membahas tentang tindak pidana penyalahgunaan bahan

kimia berbahaya sebagai pengawet makanan pada putusan Nomor

262/Pid.B/2015/PN.Bdg.

2. Dalam skripsi ini penulis menerangkan tentang Hukum Pidana

Islam(Jarimah Ta’zir).

Page 16: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

7

Masalah yang kita bahas adalah bahan-bahan kimia berbahaya sebagai

pengawet makanan. Adapun beberapa persoalan yang menjadi permasalahan

dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tinjauan hukum positif dan hukum Islam mengenai tindak

pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet

makanan?

2. Bagaimana putusan Pengadilan Negeri Bandung No.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg terhadap pelaku Penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya sebagai pengawet makanan Menurut Hukum Positif dan Hukum

Pidana Islam?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini merujuk dari rumusan

masalah yang telah di uraikan di atas adalah:

1. Untuk mengetahui tinjauan hukum positif dan hukum Islam mengenai

tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet

makanan

2. Untuk mengetahui pandangan hukum positif dan hukum Pidana Islam

mengenai pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg Pengadilan Negeri Bandung terhadap pelaku

Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan

Dalam setiap penelitian, di samping memiliki tujuan tentunya penulis

juga mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para

pembaca penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan dan dihasilkan

dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan khususnya di bidang

hukum dan diharapkan menjadi pertimbangan dalam menetapkan

kebijakan terutama dalam hal sanksi yang dapat diberikan kepada pelaku

Tindak Pidana Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya Sebagai

Pengawet Makanan.

Page 17: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

8

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan baik bagi

pihak yang terkait di dalamnya maupun masyarakat umum agar lebih

memperhatikan penggunaan bahan-bahan kimia pada makanan.

E. Tinjauan Review Terdahulu

Sejumlah penelitian tentang skripsi ini telah dilakukan, baik yang

mengkaji secara spesifik isu tersebut maupun yang menyinggung secara

umum. Berikut paparan tinjauan umum atas sebagai karya penelitian tersebut.

Skripsi karya Qumilaila, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga di Jogjakarta pada tahun 2008, dengan judul “Perlindungan

Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Kimia Berbahaya Pada Makanan”

Skirpsi ini menyimpulkan bahwa, perlindungan konsumen terhadap

penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan, konsumen berhak

mendapatkan barang dan jasa yang halal dan bebas juga bahaya. berbeda dari

pembahasan skripsi di atas, yaitu skirpsi karya Daulat Sianturi, mahasiswa

Universitas Sumatera Utara Medan, dengan judul “Fungsi dan peranan

Lembaga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dalam

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan yang Mengandung Zat

Berbahaya”, yang menyimpulkan bahwa Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) adalah lembaga pemerintah yang bertugas melakukan

regulasi, standardisasi, dan sertifikasi produk makanan dan obat yang

mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, pengunaan, dan

keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. selanjutnya

di dalam skripsi karya Kholid Hidayatullah, mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan perbandingan

Mazhab Dan Hukum Tahun 2006. Dengan judul “Tinjauan Hukum Islam

Tentang Penggunaan Formalin Sebagai Pengawet Makanan”, Dalam

skripsi ini penulis lebih membahas kepada hukum Islam secara keseluruhan

tentang penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan.

Dalam pembahasan tiga kajian skripsi tersebut, para penulis belum

menjelaskan secara khusus mengenai bagaimana pendangan tindak pidana

Page 18: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

9

Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya pada makanan secara hukum positif

dan hukum pidana Islam. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini

membahas tentang permasalahan tersebut.

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah metode

kualitatif di mana penelitian ini bersifat deskriptif dan eksploratif. Penelitian

yang dilakukan terdiri atas :

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, artinya penulis tidak

membutuhkan populasi dan sampel. Objek pembahasan ini tertuju pada

penelitian suatu putusan pengadilan, maka kajian ini termasuk pada

penelitian hukum normatif. Penelitian yuridis normatif yang bersifat

kualitatif, adalah penelitian yang mengacu pada pada norma hukum yang

terhadap dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan

serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.9

Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum

terdapat sejumlah pendekatan, yaitu : pendekatan undang-undang (statue

approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komparatif (komparative approach),

pendekatan konseptual (conceptual approach).10 Oleh karena itu,

penelitian ini menerapkan penelitian kasus (case approach).

2. Sumber Data

Data-data yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini adalah

data kualitatif bukan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu penelitian yang

data umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar. Sedangkan data

9 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), h. 105 10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Group,2008),h. 93.

Page 19: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

10

kuantitatif adalah data yang dapat diukur sehingga data dapat

menggunakan statistik dalam pengujiannya.11

Dalam pengumpulan data kualitatif, ada data yang berupa bahan

hukum yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang

mengikat.12 Adapun bahan hukum primer yang penulis gunakan

yaitu Al- Quran, Hadits, KUHP, KUHAP dan Peraturan

Perundang-Undangan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan

tentang bahan hukum primer, seperti misalnya Rancangan Undang-

Undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum

dan buku-buku. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer yaitu berupa literatur-

literatur.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Bahan hukum yang digunakan adalah Kamus

bahasa Indonesia, kamus hukum, kamus ilmiah populer.

3. Teknik pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan dalam pengumpulan data. Kajian kepustakaan adalah upaya

pengidentifikasian secara sistemis dan melakukan analisis terhadap

dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema,

objek, dan masalah penelitian.13

11 Ronny Kountur, Metode Penelitian, (Untuk penulisan Skripsi dan Tesis), cet.II, (Jakarta:

PPM, 2004), h. 16. 12 Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. V, (Jakarta: IND-

HILL-CO, 2001), h. 13. 13 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, cet. 1, (Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.13-14

Page 20: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

11

Bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum primer, yaitu

bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan objek penelitian. Pada penelitian ini bahan

primer yang digunakan berupa Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg.

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang

merupakan dokumen tidak resmi. Terdiri atas buku-buku, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan

hakim.14

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis-normatif yang

berarti membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.

Penelitian yang menggunakan teknik analisis yuridis-normatif merupakan

penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam

peraturan perundang-undang dan putusan pengadilan serta norma-norma

yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.15

5. Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode penulisan skripsi yang mengacu pada

“Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017 Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

6. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub

bahasan, ini dimaksudkan untuk memudahkan jalannya penulisan dan

pengambilan putusan pengadilan penulisan penelitian ini, dan untuk

mendapatkan gambaran yang jelas mengenai materi pokok penulisan dan

memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan penulisan skripsi

ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini secara sistematis

sebagai berikut:

14 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), h. 54 15 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 54

Page 21: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

12

Bab I, Merupakan bab yang berisi pendahuluan skripsi secara

keseluruhan dan mewakili pokok kasus yang akan di bahas yang terdiri dari

latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai Tinjauan

Umum Mengenai Tindak Pidana Penyalahgunaan Bahan kimia Berbahaya

Sebagai Pengawet Makanan. Yang di dalamnya mencakup pengertian Bahan

Tambahan Pangan, Bahan Kimia Berbahaya Menurut hukum positif, Bahan

Kimia Berbahaya Menurut Hukum Islam.

Bab III, yang bertajuk Beberapa contoh kasus di Indonesia, Dasar

pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Bandung NO.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg tentang Tindak Pidana Penyalahgunaan Bahan

Kimia Berbahaya Sebagai Pengawet makanan. Putusan Pengadilan Negeri

Bandung NO. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg tentang Tindak Pidana

Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Pengawet makanan.

Bab IV, bertajuk Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri

Bandung Nomor 262/Pid.B/2015/PN.Bdg menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam serta Perbandingan hukum Positif dan Hukum Islam Terhadap

Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg. tentang tindak pidana penyalahgunaan

bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan di Indonesia yang

diproses hukum.

Bab V, yang memuat kesimpulan yang diperoleh dari teori yang

menggambarkan secara umum tentang permasalahan yang dibahas untuk

ditarik kesimpulannya, dalam bab ini juga mencakup saran-saran dari penulis

atas permasalahan yang diteliti sehingga tercapai upaya untuk mencapai

tujuan dari yang dilakukan.

Page 22: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

13

BAB II

TINJAUAN UMUM BAHAN KIMIA BERBAHAYA SEBAGAI

PENGAWET MAKANAN

A. Bahan Tambahan Pangan

Menurut Wisnu Cahyadi Bahan Tambahan Pangan adalah bahan atau

campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku

pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau

bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti

gumpal, pemucat dan pengental.1

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

33 Tahun 2012, bahan tambahan pangan merupakan bahan yang ditambahkan

ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Dalam

proses produksi pangan, sering kali pengusaha menggunakan bahan tambahan

pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk makanan. Penggunaan bahan

tambahan pangan juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

2004 Pasal 9 yaitu setiap orang yang memproduksi makanan untuk diedarkan

dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang

diizinkan.2

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat

meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,

membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah

preparasi bahan pangan. Bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan

pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib

diperiksa keamanannya terlebih dahulu, dan dapat digunakan dalam kegiatan

atau proses produksi makanan untuk diedarkan, setelah memperoleh

persetujuan dari BPOM. Bahan tambahan pangan yang digunakan dalam

pangan hendaknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1Wisnu Cahyadi, Bahan Tambahan Pangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 1 2Cahyo Suparinto dan Diana Hidayati, Bahan Tambahan Pangan, (Yogyakarta: Kanisius,

2006), h. 57-58.

Page 23: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

14

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam

pengolahan;

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah

atau yang tidak memenuhi persyaratan;

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan;

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.3

Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis di

bawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis Bahan tambahan pangan

dilihat dari sumbernya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu bahan tambahan

pangan alami yang umumnya diperoleh dari sumber-sumber dari bahan alami

dan bahan tambahan pangan sintesis yang umumnya diproduksi secara

sintesis kimia. Bahan tambahan pangan yang dibolehkan untuk digunakan di

Indonesia berdasarkan regulasi yang berlaku atau telah disetujui

penggunaannya oleh kepala BPOM antara lain:4

1. Pewarna, yaitu bahan tambahan pangan dapat memperbaiki atau memberi

warna pada makanan.

2. Pemanis buatan, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan

rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai

gizi.

3. Pengawet, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau

menghambat fermentasi, pengemasan, atau penguraian lain pada makanan

yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.

4. Antioksidan, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau

menghambat proses oksida lemak, sehingga mencegah terjadinya

ketengikan.

5. Antikempal, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mencegah

mengempalnya (menggumpalnya) makanan yang berupa serbuk seperti

tepung atau bubuk.

3Wisnu Cahyadi, Bahan Tambahan Pangan, h.3 4Hanny Wijaya, Noryawati Mulyono, Bahan Tambahan Pangan Pewarna, (Bogor: IPB Press

Kampus IPB Taman Kencana, cet 1, 2009) h. 6-7

Page 24: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

15

6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu bahan tambahan pangan

yang dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa dan juga

aroma.

7. Pengatur keasaman (pengasam, penetral, pendapat), yaitu bahan tambahan

pangan yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan

derajat keasaman makanan.

8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat

mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung, sehingga dapat

memperbaiki mutu pemanggangan.

9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental, yaitu bahan tambahan pangan yang

dapat membantu terbentuknya dan memantapkannya sistem dispersi yang

homogen pada makanan.

10. Pengeras, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat memperkeras atau

mencegah melunaknya makanan.

11. Sekuestran, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion

logam yang ada dalam makanan, sehingga memantapkan warna, aroma,

tekstur.

Adapun bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam

makanan, menurut Permenkes RI Nomor 33/MENKES/PER/VI/2012, sebagai

berikut :5

1) Asam borat dan senyawanya (Boric acid)

2) Formalin (Formaldehyde)

3) Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)

4) Kloramfenikol (Chloramphenicol)

5) Kalium klorat (Potassium chlorate)

6) Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)

7) Nitrofurazon (Nitrofurazone)

8) Dulkamara (Dulcamara)

9) Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)

5Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 33/MENKES/PER/VI/2012

Page 25: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

16

10) Dulsin (Dulcin)

11) Kalium bromat (Potassium bromate)

12) Kokain (Cocaine)

13) Nitrobenzen (Nitrobenzene)

14) Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)

15) Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)

16) Biji tonka (Tonka bean)

17) Minyak kalamus (Calamus oil)

18) Minyak tansi (Tansy oil)

19) Minyak sasafras (Sasafras oil).

B. Bahan Kimia Berbahaya Menurut Hukum positif

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472/

Menkes/Per/V/1996 Bahan berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk

tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan

lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat

racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.6

Dalam kaitannya dengan bahan tambahan pangan, perlu dibedakan

antara toksitas (toxicity) dan bahaya (hazard). Toksisitas merupakan kapasitas

suatu bahan untuk menghasilkan cacat atau luka (injury). Sedangkan bahaya

merupakan kemungkinan timbulnya cacat atau luka akibat penggunaan bahan

secara sengaja. Telah diketahui bahwa banyak komponen pangan, baik alami

maupun yang ditambahkan bersifat toksis pada kadar tertentu, namun tidak

merugikan atau bahkan dari sudut gizi bersifat esensial pada kadar yang

rendah. Rasio antara dosis efektif dan dosis toksin banyak senyawa termasuk

di dalamnya zat gizi umum seperti asam amino dan garam-garamnya berkisar

1-100. Bahan tambahan pangan yang diketahui menyebabkan kanker pada

manusia atau hewan tidak boleh dianggap aman. Meskipun bahan tambahan

kimia dilarang untuk digunakan, tapi kenyataannya sampai saat ini masih

beredar dan dijual bebas seperti boraks dan formalin.7

6www.pom.go.id diakases pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 15:09 7Wisnu Cahyadi, Bahan Tambahan Pangan, h. 251-252

Page 26: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

17

a. Boraks

Boraks adalah bahan pengawet kayu atau antiseptik pengontrol

kecoa. Boraks berbentuk serbuk kristal putih tanpa bau dan mudah larut

dalam air. di pasaran boraks dikenal dengan nama pijer dan dijual dalam

kemasan 100-200g dengan harga Rp10,00-Rp.200,00. Tujuan penambahan

boraks pada proses pengolahan makanan adalah untuk meningkatkan

kekenyalan, kerenyahan, serta memberikan rasa gurih dan kepadatan

terutama pada jenis makanan yang mengandung pati.8 Efek toksiknya akan

terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya

berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan yaitu tanda dan gejala akut

seperti muntah, Diare, merah di lendir, konvulsi, dan depresi susunan

syarat pusat. Tanda dan gejala kronis seperti nafsu makan menurun,

gangguan pencernaan, bingung dan bodoh, anemia, rambut rontok dan

kanker.

b. Formalin

Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk

larutan 40%. Bahan ini bisa diperoleh dengan mudah di toko-toko kimia.

Formalin bisa berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, dan berbau

menusuk, atau berbentuk tablet dengan berat masing-masing 5g. Formalin

sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia

kedokteran, misalnya sebagai bahan pengawet mayat. Bahan ini juga biasa

digunakan untuk mengawetkan hewan-hewan untuk keperluan penelitian.9

Pengaruh formalin terhadap kesehatan yaitu jika terhirup akan rasa

terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit

kepala, kanker paru-paru. Dan apabila terkena kulit akan terasa gatal,

kemerahan, terbakar. Jika terkena mata akan mengalami kebutaan,

kerusakan mata, dan pandangan kabur.

8Cahyo Suparinto dan Diana Hidayati, Bahan Tambahan Pangan, h. 59 9Cahyo Suparinto dan Diana Hidayati, Bahan Tambahan Pangan, h. 62

Page 27: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

18

Adapun makanan yang biasanya mengandung formalin dan boraks

yaitu :

1. Mie basah

Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mie tidak

rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan

lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celsius) baunya agak

menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap

dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan

menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.

2. Tahu

Merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa

dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu

waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya.

Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah

hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar

tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin ataupun

boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga

hari pada suhu kamar lemari es (20 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari

15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau

keras, namun tidak padat, bau agak menyengat, dan bau formalin.

3. Bakso

Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar (25 derajat

Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal.

4. Ikan segar

Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku

dan sulit dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25

derajat Celsius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang. Bukan

merah segar dan warna daging ikan putih bersih.

5. Ikan asin

Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras,

bagian luar kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian

Page 28: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

19

dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan

menjadi lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin.

Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 derajat

Celsius). Tubuh ikan bersih dan cerah.10

1. Tindak Pidana Bahan Kimia Berbahaya Dan Sanksinya Menurut Hukum

Positif Indonesia

Ada berbagai istilah untuk tindak pidana (mencakup kejahatan dan

pelanggaran), antara lain delict (delik), perbuatan pidana, peristiwa pidana,

perbuatan yang boleh dihukum, pelanggaran pidana, dan sebagainya. Tindak

pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman

pidana. Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur

oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana.11

Tindak pidana adalah istilah yang dikenal dari hukum pidana belanda,

yaitu “stafbaar feit”, Simons menerangkan bahwa staafbaar feit adalah suatu

perbuatan manusia dengan sengaja atau lalai, di mana perbuatan tersebut

diancam dengan Undang-Undang, dan dilakukan oleh manusia yang dapat

dipertanggungjawabkan. Sedangkan Van Hamel merumuskan stafbaar feit

adalah kelakukan orang (menselijke gedraging), yang dirumuskan dalam

waktu yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan

dengan kesalahan.12

Ada dua istilah tentang tindak pidana yang dipakai dalam bahasa

Belanda, yaitu staafbaar feit dan delict yang mempunyai makna sama. Delict

diterjemahkan dengan delik saja, sedangkan straafbaar feit dalam Bahasa

Indonesia mempunyai beberapa arti dan belum diperoleh kata sepakat di

antara para sarjana Indonesia mengenai alih bahasa. Ada yang menggunakan

terjemahan (Moeljatno, dan Roeslian Saleh), peristiwa pidana (Konstitusi

RIS, UUDS 1950 Tresna serta Utrecht), tindak pidana (Wiryono

10Winarno, Kimia Pangan dan Gizi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2002) h. 36 11Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai

Pustaka, 1989), h. 89 12Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rinekan Cipta, 2002), h. 56

Page 29: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

20

prodjodikoro), delik (Satochid Kartanegara, A.Z. Abidin dan Anistilah di

Hamzah), perbuatan yang boleh dihukum (Karni dan Van Scgravendijk),

pelanggaran pidana (Tirtaamidjaja). Namun dari berbagai salinan ke bahasa

Indonesia yang dimaksud dengan berbagai istilah tersebut ialah

Straafbaarfeit.13

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memberikan

penjelasan secara rinci mengenai perkataan straafbaarfeit tersebut. Istilah

straafbaarfeit terdapat dua unsur kedua pembentuk kata yaitu straafbaar dan

feit. Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan sebagai kenyataan

sedangkan straafbaarfeit berarti dapat dihukum, sehingga secara harfiah

perkataan straafbaarfeit berarti sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum,

di mana pengertian tersebut sudah barang tentu tidak tepat, oleh karena kelak

akan kita ketahui bahwa yang dapat dihukum adalah manusia sebagai pribadi

dan bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan.14

Meskipun dalam KUHP tidak memberikan pengertian tentang tindak

pidana tetapi kita dapat melihat dari berbagai pakar hukum pidana yang

memberikan pengertian tentang straafbaarfeit. Menurut Simon, straafbaarfeit

adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja

ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung

jawabkan atas tindakannya dan oleh Undang-Undang telah dinyatakan

sebagai tindakan yang dapat dihukum. Alasan dari Simon merumuskan

straafbaarfeit seperti tersebut di atas, karena :

1) Untuk adanya straafbaarfeit diisyaratkan bahwa di situ terdapat suatu

tindakan yang dilarang ataupun diwajibkan dengan Undang-Undang

dimana pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban seperti itu telah

dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.

2) Agar suatu tindakan itu dapat dihukum maka tindakan itu harus memenuhi

semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan dengan Undang-Undang.

13Martiman Projdohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Jakarta:

Pradya Paramita 1997), h. 15 14P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 1984), h.181

Page 30: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

21

3) Setiap straafbaarfeit sebagai pelanggaran terhadap suatu larangan atau

kewajiban, menurut Undang-Undang itu sendiri, pada hakikatnya

merupakan tindakan melawan hukum.15

Sedangkan Moeljatno memberikan pengertian tindak pidana adalah

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang mana

disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar

aturan tersebut.16 Dari beberapa pengertian tentang tindak pidana yang telah

diberikan oleh beberapa pakar hukum maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang hukum dan pelaku dapat

dikenakan pidana karena perbuatan tersebut. Dalam hal ini larangan ditujukan

kepada perbuatan, sedangkan ancaman pidana ditujukan pada orang yang

melakukan perbuatan yang dilarang.

Terkait dengan perlindungan hukum dan penegakan hukum bagi

konsumen dari bahan kimia berbahaya pada makanan di mana pemerintah

telah mengeluarkan peraturan Perundang-undangan maupun peraturan yang

berkaitan dengan keamanan baik ditingkat produksi maupun distribusi. Ada

beberapa peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar bagi

pengambilan tindakan atau penghukuman atas perbuatan-perbuatan yang

menimbulkan kerugian atau bahaya kepada konsumen dalam hal

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan. Berikut

adalah peraturan Perundang-undangan tentang bahan kimia berbahaya yang

telah ada seperti :

Pertama, dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan pasal 136 yang berbunyi :

“Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan yang

dengan sengaja menggunakan:

a. bahan tambahan Pangan melampaui ambang batas maksimal yang

ditetapkan; atau

b. bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan Pangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) dipidana dengan

15Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, h.185 16Martiman Projdohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana, h. 16

Page 31: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

22

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.

Kedua, Menurut Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang kesehatan:

“Kesehatan, makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat

harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan”.

Ketiga, dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen telah diatur mengenai apa yang tidak boleh

dilakukan oleh pelaku usaha dalam Pasal 8 ayat (1):

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang

dan/atau jasa yang:

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan

dan ketentuan peraturan Perundang-Undangan;

b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket

barang tersebut;

c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang

dan/atau jasa tersebut;

e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,

gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam

label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa

tersebut;

g. tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu

penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label;

i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat

nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan

pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku

usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan

harus dipasang/dibuat;

Page 32: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

23

j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang

dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

Dalam penerapan sanksi pidana terhadap pelaku usaha yang telah

memproduksi atau mengedarkan makanan yang mengandung bahan

kimia berbahaya menurut ketentuan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dapat juga dijatuhkan

hukuman tambahan berupa :

a. Perampasan barang tertentu

b. Pengumuman keputusan Hakim

c. Pembayaran ganti rugi

d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya

kerugian konsumen Kewajiban penarikan barang dari peredaran, atau

Pencabutan izin usaha

e. Perlindungan Hukum Dari Aspek Hukum Perdata

Keempat, Dalam Pasal 501 ayat 1 KUHP (Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana) Diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh

puluh lima rupiah :

1. Barangsiapa menjual, menawarkan menyerahkan, membagikan atau

mempunyai persediaan untuk dijual atau membagikan, barang

makanan atau minuman yang dipalsukan atau busuk, ataupun air susu

ternak yang sakit atau yang dapat mengganggu kesehatan;

2. Barangsiapa tanpa izin kepala polisi atau pegawai negeri yang

ditunjuk untuk itu, menjual, menawarkan, menyerahkan, membagikan

daging ternak yang dipotong karena sakit atau mati dengan sendirinya.

C. Bahan Kimia Berbahaya Menurut Hukum Islam

Hukum merupakan aturan dan norma yang mengatur perilaku manusia

biasa. Secara terminologi umum, hukum adalah himpunan peraturan yang

berisi perintah dan larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan

karena itu harus ditaati oleh masyarakat. Sedangkan dalam istilah Islam,

hukum merupakan titah Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan

manusia yang sudah mukallaf dalam hal ini tuntutan melakukan sesuatu atau

meninggalkannya (seperti wajib, sunnah, haram dan makruh) atau kebebasan

perbuatan (mubah) atau dalam bentuk pernyataan sah dan tidaknya suatu

Page 33: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

24

perbuatan, sehingga tercapai keadilan. Di samping itu hukum juga bertujuan

melindungi pihak yang lemah dari yang kuat.

Islam adalah agama yang senantiasa memegang teguh ajaran dan

aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.

Seperangkat norma atau kaidah yang mengatur perihal pedoman sikap dan

tindakan yang didasarkan pada ajaran Islam tersebut sering dikenal dengan

syari’ah Islam atau Hukum Islam. Adapun yang menjadi sumber hukum

Islam, dalam ketentuan Al-Qur’an disebutkan :17

ر منأكمأ مأ سول وأولي الأ يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الر

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul

(Nya) dan Ulil Amri di antara kamu” (QS. An-Nisa : 59)

Ayat ini menyatakan bahwa sumber hukum Islam yang pertama

adalah Al-Qur’an atau Sunnah maka barulah dipergunakan ijtihad ulil amri

(pendapat ulama). Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa

Hukum Islam tersebut berlaku bagi seluruh aspek kehidupan, termasuk di

dalamnya perihal ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh

kaum muslim karena dalam Islam makanan merupakan tolak ukur dari segala

cerminan penilaian awal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Makanan bagi umat Islam tidak semata-mata dipandang sebagai sarana

pemenuhan kebutuhan lahiriah semata, namun juga merupakan bagian dari

kebutuhan spiritual yang mutlak dilindungi. Sebagaimana dikutip oleh Thoeib

Al-Asyhar mengenai pendapat Ibrahim Husein yang menyatakan bahwa

“halal haram bukanlah persoalan sederhana yang dapat diabaikan

melainkan masalah yang amat penting dan mendapatkan perhatian dari

ajaran agama Islam secara umum.’’18 Oleh karena itu, aspek kehalalan suatu

makanan yang dikonsumsi oleh seorang muslim dalam hal ini mutlak harus

memperoleh perlindungan.

17Departemen Agama, Al-Qur’an dan dan Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama,

1991), h.59. 18Thoeib Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan kesucian Rohani

(Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003), h.73.

Page 34: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

25

Adapun yang dimaksud dengan halal ditinjau dari segi bahasa adalah

“perkara atau perbuatan yang diperbolehkan, diharuskan, diizinkan, atau

dibenarkan menurut syariat Islam.”19 Sedangkan haram adalah perkara atau

perbuatan yang dilarang atau tidak diperbolehkan menurut syariat Islam.

Yusuf Qaradawi, seorang ahli pemikir Islam menyatakan bahwa halal

adalah sesuatu yang dengannya terurailah buhul yang membahayakan dan

Allah SWT memperbolehkan untuk dikerjakan, sedangkan haram ialah

sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan dengan larangan tegas,

setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan akhirat,

bahkan terkadang ia juga terancam sanksi syariah di dunia ini.20

Pernyataan dari Yusuf Qaradawi tersebut mengisyaratkan bahwa

pengaturan perihal adanya makanan yang diharamkan dalam agama Islam

pada dasarnya merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap jasmani

seorang muslim, di mana dalam hal beliau menyebutkan pula bahwa

pengharaman terhadap suatu hal terjadi karena adanya suatu keburukan dan

kemudaratan, karena itu sesuatu yang mudharatnya mutlak adalah haram dan

yang manfaatnya mutlak adalah halal. Sedangkan yang mudharatnya lebih

besar dibanding manfaatnya adalah haram, yang manfaatnya lebih besar

adalah halal.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan yang

halal pada dasarnya adalah makanan sehat dan yang membawa kebaikan pada

diri seseorang muslim. Pengaturan perihal perintah untuk hanya memakan

makanan halal dalam ketentuan Hukum Islam dapat ditemukan dalam

beberapa sumber hukum Islam yang ada.

Dalam ketentuan Al-Qur’an surah Al-Mukminun ayat 51 disebutkan :

ملوا صالحا إ ي بات واعأ سل كلوا من الط ن ي بما تعأملون عليم يا أيها الر

19Imam Masykoer Ali, Bunga Rampai Jaminana Produk Halal di Negara Anggota Mabims

(Jakarta: T.P, 2004), h.22 20Yusuf Qaradawi, Di Terjemahkan oleh H. Mu’ammal Hamidy, Halal Haram dalam Islam.

(Jakarta: Intermedia, 2003), h.31.

Page 35: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

26

Artinya:“Hai para Rasul makanlah dari makanan yang baik, dan kerjakanlah

amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”

Ketentuan ayat tersebut menggariskan bahwa, Allah SWT

mengisyaratkan betapa pentingnya mengonsumsi makanan yang halal dan

baik. Hal tersebut tidak saja ditunjuk bagi kaum muslim pada saat ini, namun

jauh sebelum itu yakni pada masa Rasul, Allah SWT telah memerintahkan

kepada mereka untuk hanya memakan makanan yang baik dan halal saja.

Pada surat dan ayat yang lain, penekanan untuk memakan makanan yang

halal kembali disebutkan secara jelas, sebagaimana yang terkandung dalam

bunyi ketentuan Al-Qur’an berikut ini :

كروا نعأم ا رزقكم الله حلل طي با واشأ ت الله إنأ كنأتمأ إياه تعأبدون فكلوا مم

Artinya : “Maka makanlah yang halal dan baik dari apa yang telah diberikan

Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah SWT, jika kamu

hanya kepada-Nya menyembah.”(QS An-Nahl : 114)

Berdasarkan beberapa bunyi ayat di atas dapat dilihat betapa aspek

makanan dapat menjadi suatu hal yang sangat penting dan turut pula

mempengaruhi tingkat keimanan seorang muslim dalam menjalankan syariat

Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya dalam sumber hukum Islam yang kedua, amanat untuk

senantiasa mengonsumsi makanan halal juga dapat ditemukan dalam

beberapa hadits yang diriwayatkan oleh para perawi hadits. Dalam salah satu

hadits, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

ه وسلم أيها الناس إن عنأ أبي هريأرة رضي الله الله عنأه قال قال رسول الله صلى الله عليأ

طي ب ل يقأبل إل طي با

Artinya:“Dari Abu Hurairah, Semoga Allah SWT meridhainya, beliau

berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Wahai

sekalian manusia, sesungguhnya Allah SWT adalah baik dan tidaklah

menerima kecuali yang baik.’’21

21Syarh al-Arbain An-Nawawiyyah karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al’Utsaimin Hadits

Ke-10, (Pustaka Dar Ats-Tsuraya) h.32

Page 36: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

27

Dari hadits tersebut dapat dilihat bahwa Rasul mengamanatkan

kepada manusia untuk beribadah dan menjalani hidup dengan suatu hal yang

baik, karena sebagaimana dalam pandangan Islam bahwa setiap manusia pada

akhirnya akan kembali menghadap Allah SWT Sang Pencipta. Mengingat

Allah dengan sifatnya yang Maha Baik, maka Rasulullah SAW menghendaki

dari setiap kaum muslim untuk kembali ke hadapan Allah SWT dalam

keadaan baik pula, untuk itu maka setiap muslim dituntut untuk senantiasa

menjalani kehidupannya dengan kebaikan tanpa kecuali, perbuatan yang

dilakukan maupun makanan yang ia makan hendaklah berasal dari suatu hal

yang baik, niat yang baik dan merupakan jenis serta bagian dari suatu hal

yang baik pula. Dalam hadits lain Imam Muslim juga meriwayatkan:

عمه ومطأ يا رب ماء يا رب بر يمد يديأه إلى الس عث أغأ جل يطيل السفر أشأ ربه حر حرام ثم ذكر الر ام ومشأ

تجاب لذلك وملأبسه حرام وغذى بالأحرام فأنى يسأ

Artinya : “Kemudian Nabi SAW menceritakan tentang seorang laki-laki yang

telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai

dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya

berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya

dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya

dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka

bagaimanakah Allah SWT akan memperkenankan do’anya?” (HR.

Muslim No. 1015).22

Berdasarkan ketentuan hadits tersebut dapat dilihat bahwasanya halal

dan haramnya suatu makanan minuman yang dimakan atau pun pakaian yang

dipakai oleh seorang muslim akan sangat mempengaruhi dikabulkan atau

tidaknya do’a seorang muslim oleh Allah AWT. Oleh karena itu, dalam

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan aplikasi pola kehidupan seorang

muslim akan senantiasa berdampak pada aspek ukhrawi, maka setiap

22Syarh al-Arbain An-Nawawiyyah karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al’Utsaimin hadits

Ke-6, h.

Page 37: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

28

perbuatan, dan asupan makanan seorang muslim harus senantiasa terjaga dari

hal-hal yang bersifat haram atau diragukan kehalalannya.

Seorang muslim tidak dibenarkan untuk mengonsumsi makanan

sebelum ia tahu benar akan kehalalannya. Mengonsumsi makanan yang

haram atau yang belum diketahui kehalalannya akan membawa akibat buruk

baik di dunia maupun akhirat, pada aspek duniawi, bahaya makanan yang

diharamkan dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari makanan

tersebut. Sebagai contoh, dalam Islam daging babi merupakan suatu hal yang

haram. Dalam aspek medis, dalam daging babi ditemukan mengandung

cacing pita yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia, daging babi juga

mengandung kalori berlemak tinggi yang dapat menimbulkan kolesterol pada

darah manusia yang pada akhirnya menyebabkan penyakit jantung dan stres,

selain itu lemak babi juga dapat menyebabkan penyakit kanker payudara dan

prostat. Sementara pada aspek akhirat, memakan atau meminum minuman

yang haram bagi seorang akan mengakibatkan amal ibadahnya tidak akan

diterima selama 40 hari dan merupakan suatu tindakan yang mengakibatkan

dosa. Seperti dalam hadits :

يا سعد أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة ، والذي نفس محمد بيده ، إن العبد ليقذف

اللقمة الحرام في جوفه ما يتقبل منه عمل أربعين يوما ، وأيما عبد نبت

لحمه من السحت والربا فالنار أولى به

Artinya :“Wahai Sa'ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang

halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan

doanya. Dan demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika

ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam

perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan

seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan

riba, maka neraka lebih layak baginya." (HR At-Thabrani) 23

Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada

dasarnya banyak doktrin Islam yang menekankan keharusan bagi umat Islam

untuk menjaga makanannya dari berbagai pengaruh haram, baik secara

23Lihat Ad-durar Al-Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur Juz : II h.403.

Page 38: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

29

langsung maupun tidak langsung. Untuk itu umat Islam harus senantiasa

waspada terhadap perkembangan teknologi pangan yang dapat menghasilkan

berbagai produk makanan melalui proses tertentu, agar terhindar dari produk

makanan haram dan dapat membahayakan kesehatan manusia bahkan dapat

menimbulkan kematian. Sebagaimana yang terkandung dalam bunyi

ketentuan Al-Qur’an berikut ini :

يا الناس ياها فكأنما أحأ جميعا ومنأ أحأ ....

Artinya :“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,

maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia

semuanya.’’ (QS. Al-Maidah : 32)

Berdasarkan dalil di atas menunjukkan bahwa Allah SWT

memerintahkan kepada manusia untuk selalu memelihara dan menjaga

kebaikan, baik secara jasmani maupun rohani terhadap kehidupan manusia,

maka Islam memberikan perhatian dan peringatan keras terhadap kaum

muslim agar tidak mengonsumsi makanan atau minuman haram.

Secara umum, dalam Agama Islam pada dasarnya semua makanan dan

minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan

dan hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan kesehatan

manusia. Adapun yang termasuk makanan dan minuman yang dihalalkan

antara lain sebagai berikut :24

1. Tidak mengandung dari bagian binatang atau sesuatu yang dilarang oleh

ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih menurut

ajaran Islam.

2. Tidak mengandung sesuatu yang digolongkan sebagai najis menurut ajaran

Islam. Adapun yang termasuk najis adalah:

a. Bangkai hewan darat yang berdarah, bagian dari tubuh hewan yang

dipotong saat hewan hidup;

b. Darah;

c. Babi, anjing dan keturunannya;

24Departemen Agama RI, Pedoman Pangan halal bagi Konsumen, Importir dan Konsumen di

Indonesia, (Jakarta: Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal, 2001), h.4.

Page 39: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

30

d. Arak dan sejenisnya yang memabukkan, sedikit atau banyak;

e. Nanah;

f. Semua yang keluar dari dubur dan qubul kecuali mani.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dilihat bahwasanya umat Islam

dalam hal ini diperintahkan untuk memakan makanan dan menggunakan

bahan-bahan yang baik, suci dan bersih. Kebersihan, kesucian, serta kebaikan

dan keburukan suatu makanan dan barang yang dipergunakan oleh seorang

muslim senantiasa berkaitan dengan hukum halal dan haram menurut syariat

Islam. Oleh karena itu umat Islam perlu mengetahui informasi yang jelas

tentang aspek, baik makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika serta barang

gunaan lainnya yang dipakai oleh umat Islam.

1. Tindak Pidana Bahan Kimia Berbahaya Dan Hukumannya menurut Hukum

Islam

Dalam hukum pidana Islam disebut dengan Jinayah. Jinayah

merupakan tindakan yang dilarang oleh syara’ karena dapat menimbulkan

bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal. Sebagian fuqaha menggunakan

kata Jinayah untuk perbuatan yang berkaitan dengan jiwa atau anggota badan,

seperti membunuh, melukai, mengugurkan kandungan, dan lain sebagainya.25

Pemidanaan dalam istilah Pidana Islam disebut dengan jarimah.

Dalam hukum Islam suatu perbuatan baru dianggap sebagai tindak pidana

apabila terpenuhi unsur jarimah. Unsur-unsur untuk jarimah tersebut ada tiga

macam, yaitu :

1. Unsur formil yaitu adanya nash yaitu ketentuan yang melarang perbuatan

dan mengancamnya dengan hukuman

2. Unsur materil yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik

berupa nyata(positif) maupun sikap tidak berbuat (negatif)

25Makrus Munajat, Hukum pidana Islam di Indonesia,(Yogyakarta:Teras, 2009), h.13.

Page 40: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

31

3. Unsur moril yaitu bahwa pelaku adalah orang mukalaf, yaitu orang yang

dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang

dilakukannya.26

Dilihat dari berat ringannya hukuman pidana dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Jarimah hudud yaitu perbuatan yang melanggar hukum yang jenis dan

ancaman hukumannya ditentukan oleh Nash, yaitu hukuman had(hak

Allah SWT), yang tidak bisa ditawar dengan apapun. Meliputi zina, qazf

(menuduh zina), pencurian, perampokan, pemberontak, minum-minuman

keras, riddah (murtad).

2. Jarimah ta’zir yaitu pemberian pelajaran. Hukuman ta’zir merupakan

pelanggaran selain had, qishash dan diyat, karena tidak diatur dalam Nash.

Untuk menentukan hukumannya maka diserahkan sepenuhnya kepada

penguasa.27

Pengertian ta’zir menurut bahasa adalah menolak dan mencegah,

sedangkan menurut istilah adalah hukuman-hukuman yang ketentuan

hukumnya tidak terdapat dalam nash syariat secara jelas dan diserahkan

kepada ulil amri atau ijtihad hakim.28 Adapun mengenai jarimah ta’zir,

dilihat dari segi sifatnya terbagi kepada tiga bagian, yakni ta’zir karena telah

melakukan perbuatan maksiat, takzir karena telah melakukan perbuatan

merugikan atau membahayakan kepentingan umum, dan tak’zir karena

melakukan suatu pelanggaran.

Menurut Abdul Aziz Amir, seperti yang dikutip dari buku Wardi

Muslich yang berjudul Hukum Pidana Islam, membagi jarimah ta’zir secara

rinci kepada beberapa bagian, yaitu :29

1) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan pembunuhan.

2) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kelukaan.

26Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafik, 2005), h.27-28 27Makrus Munajat, Hukum pidana Islam di Indonesia, h.14 28Muhammad Abu Zahrah, Al-Jarimah Wal “Uqubah Fi Al-Fiqh Al-Islami, (Kairo: Dar Al-

Fikr Al-Arabi, 1998), h.57 29Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h.29

Page 41: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

32

3) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kehormatan dan

kerusakan akhlak.

4) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan harta.

5) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemaslahatan individu.

6) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan keamanan umum.

Di samping itu, apabila dilihat dari segi hukum (penetapannya), maka

takzir dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu:

1. Golongan jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan

qisas, akan tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi atau terdapat syubhat,

seperti pencurian yang tidak mencapai nasab, atau pencurian yang

dilakukan oleh keluarga sendiri.

2. Golongan jarimah ta’zir yang sejenisnya terdapat di dalam nash syara,

akan tetapi hukumannya belum ditetapkan, seperti riba, suap (risywah) dan

mengurangi takaran atau timbangan.

3. Golongan jarimah ta’zir yang jenis dan hukumannya belum ditentukan

oleh syara. Dalam hal ini diserahkan sepenuhnya kepada ulil amri untuk

menentukannya, seperti pelanggaran disiplin pegawai pemerintah.

Lebih lanjut lagi, pada jarimah ta’zir yang berkaitan dengan

kemaslahatan umum, dalam buku Wardi Muslich membaginya kepada

beberapa kelompok yaitu:30

1. Jarimah yang mengganggu keamanan Negara / pemerintah, seperti

sepionase san percobaan kudeta.

2. Jarimah risywah / suap.

3. Tindakan melampaui batas dari pegawai / pejabat menjalankan kewajiban.

Misalnya penolakan hakim untuk mengadili suatu perkara, atau

kesewenang-wenangan hakim dalam suatu perkara.

4. Pelayanan yang buruk dari aparatur pemerintah terhadap masyarakat.

30Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h.30-31

Page 42: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

33

5. Melawan petugas pemerintah dan membangkang terhadap peraturan,

seperti melawan petugas pajak, penghinaan terhadap pengadilan, dan

menganiaya polisi.

6. Pemalsuan tanda tangan dan stempel.

7. Kejahatan yang berkaitan dengan ekonomi seperti, penimbunan bahan-

bahan pokok, mengurangi timbangan dan takaran, dan menaikkan harga

dengan semena-mena.

Apabila melihat pada macam-macam jarimah, yakni jarimah hudud,

jarimah qisas dan diyat, maka terlihat bahwa tindakan penyalahgunaan bahan

kimia berbahaya sebagai pengawet makanan tidak termasuk ke dalam ketiga

macam jarimah tersebut, karena tindak penyalahgunaan tersebut baik jenisnya

maupun sanksinya tidak disebutkan di dalam nash.

Berdasarkan jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemaslahatan

umum yakni kejahatan yang berkaitan dengan ekonomi seperti penimbunan

bahan-bahan pokok, mengurangi timbangan dan takaran, dan menaikkan

harga dengan semena-mena, maka terlihat adanya kesesuaian antara jarimah

tersebut dengan tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

sebagai pengawet makanan. Mengingat ketiga jarimah tersebut terdapat

persamaan dalam pembuatannya yakni adanya perbuatan, proses atau cara

memalsukan objek, di mana objek tersebut berupa makanan atau obat-obatan.

Bahkan apabila melihat dari kasus-kasus pemalsuan atau penyalahgunaan

bahan makanan dan obat-obatan yang terjadi biasanya penyalahgunaan atau

pemalsuan itu dilakukan terhadap pencampuran atau penambahan bahan

bahan makanan yang tidak seharusnya ada pada makanan tersebut.

Dalam fiqh klasik memang tidak ada literatur yang berbicara tentang

sanksi bagi penjual makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya,

karena bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya merupakan

persoalan yang muncul di era masyarakat modern saat ini, karena itulah fiqh

harus mampu mencermati perkembangan zaman. Tindakan penjualan

makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya dalam aturan Islam dapat

Page 43: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

34

dikategorikan sebagai bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manusia dalam

hubungan dengan manusia yang lainnya. Perbuatan ini merupakan tindakan

yang dapat mencelakakan dan merugikan bagi orang yang mengonsumsi

barang tersebut dan dapat membuat kerusakan. Sebagaimana firman Allah

SWT yang melarang untuk merugikan orang lain dan membuat kerusakan

dalam QS. Ash-Shu’aro ayat 183 yang berbunyi :

ول تبخسوا الناس أشياءهم ول تعثوا في الرض مفسدين

Artinya :“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya

danjanganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan.”

Larangan ini juga disebutkan dalam Al-Qur'an :

فون )١ويأل للأمطف فين ) توأ تالوا على الناس يسأ ( وإذا كالوهمأ أوأ ٢( الذين إذا اكأ

سرون ) (٣وزنوهمأ يخأ

Artinya : "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-

orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta

dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk

orang lain, mereka mengurangi."(QS. Al-Muthaffifin:1-3).

Selain dalam al-Qur'an, larangan atas tindakan curang atau penipuan

oleh pelaku usaha sebagai penjual atau dari pihak yang berlaku curang

terhadap konsumen, misalnya penjual menyembunyikan cacat, hadis Nabi

SAW menyebutkan :

ر والأخداع في النار منأ غشنا فليأس منا، والأمكأ

Artinya : “Barang siapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami.

Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka”.

(HR. Ibnu Hibban 2:326).31

31 Syaikh Al Albani, Ash Shahihah, no. 1058

Page 44: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

35

Sedangkan jelas diatur dalam Al-Qur’an bahwa segala sesuatu

haruslah sesuai dengan semestinya tanpa adanya pengurangan atau

penambahan sesuatu yang akan membahayakan. Apabila dilakukan dengan

semestinya maka akan muncul keridhoan bagi konsumen terhadap apa yang

dapat dibeli. Allah menjelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 29:

والكمأ بيأنكمأ بالأباطل إل أنأ تكون تجارة عنأ تراض م أكلوا أمأ مأ ول نأك يا أيها الذين آمنوا ل تأ

اتقأتلوا أنأفسكمأ إن الله كان بكمأ رحيم

Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),

kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka

sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu."

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan siksaan bagi orang yang

merugikan orang lain. Bahwa orang tersebut akan dimusnahkan ke dalam

neraka, sebagai balasan bagi orang tersebut yang telah melakukan perbuatan

yang merugikan dan mendzolimi orang yang memakai atau mengonsumsi

barang tersebut. Adapun firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ghofir ayat 52 :

ار المين معأذرتهمأ ولهم اللعأنة ولهمأ سوء الد م ل ينفع الظ يوأ

Artinya : “(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan

maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat

tinggal yang buruk."

Adapun sanksi yang dihadapi secara langsung di dunia lebih rinci

diatur dalam Undang-Undang pemerintah. Tetapi secara tidak langsung juga

mendapatkan akibat dari kecurangan yang dilakukan tersebut berupa dibenci,

pengucilan dalam masyarakat, pengusiran, penuntutan, dan lain sebagainnya.

Oleh sebab itu hukum Islam menetapkan hukuman terhadap pelaku

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur tersebut berupa hukuman ta’zir. Hukuman

ta’zir ini dapat dilakukan menurut keputusan hakim.

Page 45: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

36

Jadi sanksi bagi pelaku penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

sebagai pengawet makanan dalam hukum Islam dapat dikenakan hukuman

ta’zir, karena hukuman tersebut untuk menghalangi si pelaku agar tidak

kembali kepada jarimah atau dengan kata lain membuatnya jera. Para fuqaha

mengartikan ta’zir dengan hukuman yang tidak ditentukan oleh Al-Qur’an

dan Hadits yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah SWT

dan hak Manusia yang berfungsi untuk memberi pelajaran kepada si pelaku

dan mencegahnya untuk tidak mengulangi kejahatan serupa.32

32Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta : Rajawali Hutan, 2002), h.165

Page 46: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

37

BAB III

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG NO.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg

A. Beberapa Contoh Kasus di Indonesia

Kasus bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan kian marak

dan meresahkan. Zat pengawet berbahaya seperti seperti boraks, formalin dan

zat kimia berbahaya lainnya semakin mudah ditemukan dalam makanan yang

dijual di pasar. Padahal zat-zat tersebut sangat beracun dan dapat

menimbulkan banyak penyakit dan kematian. Terlebih beberapa pedagang

nakal yang memanipulasi dagangannya agar terlihat segar, fresh, menarik,

tidak cepat busuk dan tahan lama dengan menambah zat-zat tersebut di

dalamnya.

Sebelum penulis membahas kasus penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya yang dilakukan oleh terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI

SUTARDI, penulis akan memaparkan beberapa kasus penyalahgunaan bahan

kimia berbahaya yang pernah terjadi bahkan sudah diproses hukum dan

pelakunya harus menjalani masa hukumannya. Berikut beberapa kasus

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan yang

pernah terjadi di Indonesia antara lain :

1. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili

terdakwa yang bernama Ferry sebagai pemilik pabrik tahu yang

mengandung formalin. menurut Majelis Hakim, Ferry terbukti melanggar

pasal 55 huruf b Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang pangan.

Hakim menilai Ferry terbukti secara sah dan meyakinkan menggunakan

formalin saat proses pembuatan tahu di pabrik miliknya. Selain hukuman

penjara, terdakwa diganjar sanksi denda sebesar lima puluh juta rupiah

subsider satu bulan kurungan. Hukuman yang diberikan majelis hakim

satu bulan lebih ringan dibanding tuntutan penuntut umum, Ferry dituntut

hukuman lima bulan. Sedangkan besaran denda, majelis hakim sependapat

Page 47: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

38

dengan penuntut umum. Ferry dijerat dakwaan tunggal, yakni pasal 55

huruf b Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang pangan. Majelis

berkesimpulan seluruh unsur tindak pidana dalam pasal itu terbukti. Di

persidangan, Ferry mengakui sebagai pemilik plus penanggung jawab

pabrik tahu usaha dagang.1

2. Badan Reserse dan Kriminal Polri menggerebek sebuah pabrik pembuatan

bakso yang diduga menggunakan zat kimia berbahaya di Kampung

Parakan Salak, desa Kemang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat. Selain pengamanan yang berinisial HSN umur 35 Tahun

pemilik pabrik bakso, polisi juga menyita barang bukti berupa 60 karung

berisi tawas, ribuan bungkus bakso berbagai merek, 4 jerigen berisi cairan

karamel, dan alat pencetak bakso serta daging sapi impor tidak layak

dikonsumsi. Bakso tersebut menggunakan tawas dan rodhim B atau zat

pewarna. Atas perbuatannya, pelaku dijerat pasal 71 ayat 2 Undang-

Undang Perlindungan Konsumen dengan ancaman hukuman 2 tahun

penjara.2

3. Pengadilan Negeri Magelang yang mengadili perkara pidana terhadap

terdakwa yang bernama Budiyono bin Sumardi bahwa pada hari rabu

tanggal 10 Februari 2016 pukul 16.00 bertempat di Kp. Rejosari Rt. 001

Rw. 006 Kel. Magesari Kec. Magelang Selatan Kota Magelang, terdakwa

telah melakukan produksi pangan untuk diedarkan yang dengan sengaja

menggunakan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012. Perbuatan terdakwa membuat mi basah diamankan petugas,

kemudian terdakwa diadili dan diperiksa sehingga terbukti secara sah

melakukan tindak pidana tersebut. Atas perbuatannya, pelaku dijerat pasal

1http://m.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/09/24/nce7rh-pemilik-pabrik-mi-

formalin-dijerat-pasal-berlapis, diakses pada tanggal 26 November 2017 Pukul 23:22

2http://news.liputan6.com/read/2533935/pabrik-bakso-berbahan-kimia-digerebek-

polisi-di-bogor, diakses pada tanggal 26 November 2017 Pukul 23:30

Page 48: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

39

197 ayat 1 KUHAP serta ketentuan Pasal 236 huruf b Jo. Pasal 75 ayat 1

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan penjara selama 4 empat

bulan.3

B. Dasar Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Bandung No.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg

1. Kronologi kasus

Sebelum menganalisa kasus dari tindak pidana ini, perlu dijabarkan

secara kronologis tentang tindak pidana memproduksi bahan pangan terlarang

sebagai bahan tambahan pangan yang dilakukan oleh Terdakwa ARIS

RISNADI BIN DADI SUTARDI. Bahwa ARIS RISNADI BIN DADI

SUTARDI sebagai pemilik pabrik mi basah yang beralamat di lingkungan

Barat RT. 001 RW. 007 Desa / Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara

Kabupaten Sumedang telah memproduksi makanan jenis mi basah sejak

tahun 2010 sampai saat petugas Badan POM RI datang memeriksa dan

melakukan penyitaan di pabrik tersebut pada hari Senin tanggal 16 Juni 2014,

dan dalam produksi mi basah tersebut terdakwa mempekerjakan sebanyak

8(delapan) orang karyawan.

Terdakwa dalam membuat makanan jenis mi basah tersebut

menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari tepung terigu, tepung tapioka,

soda kostik, garam, air, pewarna kuning, boraks dan formalin. Di mana fungsi

dari masing-masing bahan tersebut yaitu tepung terigu dan tepung tapioka

sebagai bahan utama, soda kostik untuk memberikan tekstur, pewarna

fungsinya agar kelihatan lebih menarik, garam untuk mempertajam rasa,

boraks sebagai pengenyal dan formalin sebagai pengawet.

3Putusan Pengadilan Negeri Magelang Nomor 27/Pid.Sus/2016/PN.Mgg tentang Tindak

Pidana Melakukan Produksi Pangan Untuk Diedarkan Yang Dengan Sengaja Menggunakan Bahan

Yang Dilarang Digunakan Sebagai Bahan Tambahan Pangan, Tanggal 3 Mei 2016

Page 49: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

40

Cara terdakwa membuat mi basah yang mengandung bahan kimia

yang tidak diperbolehkan tersebut yaitu dengan cara : bahan-bahan yang

terdiri dari tepung terigu 25 Kg, tepung tapioka 10 Kg, soda kostik, 10 gram,

garam 50 gram dilarutkan dalam 12 liter air lalu dimasukkan ke dalam mixer

selama 10 menit, selanjutnya pewarna kuning 5 gram, boraks 5 gram,

formalin 5 gram garam di masukan ke dalam air rebusan, setelah itu bahan-

bahan yang telah di mixer dipres kemudian baru dicetak dengan

menggunakan mesin pencetak lalu direbus ke dalam air mendidih sebanyak

100 liter yang telah mengandung formalin, boraks dan pewarna, kemudian

hasil rebusan tersebut ditiriskan sambil diberikan minyak kacang lalu

ditimbang kemudian dikemas ke dalam plastik 5 Kg selanjutnya siap

dipasarkan.

Setiap hari terdakwa memproduksi makanan mi basah rata-rata

sebanyak 1-2 ton, yang oleh terdakwa dijual ke pasar-pasar Sumedang antara

lain Pasar Cimalaka, Pasar Tanjung Sari, Pasar Parakan Muncang, di

Kabupaten Bandung di antaranya Pasar Cicalengka, lalu di pasar daerah

Subang yaitu Pasar Tanjung Siang dan Pasar Kasomalang, sedangkan harga

jual per kilogramnya yaitu Rp. 4400,- (empat ribu empat ratus rupiah) sampai

4500,- (empat ribu lima ratus rupiah).

Kemudian pada hari Senin tanggal 16 Juni 2014 sekitar pukul 17.30

WIB, saat petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung

berdasarkan Surat Perintah Tugas dan Surat Perintah penyelidikan melakukan

penyelidikan di tempat terdakwa melakukan produksi mi basah mengandung

bahan kimia menemukan barang bukti berupa :

1. 62 (enam puluh dua) karung mi basah;

2. 10 (sepuluh) karung tepung terigu naga hijau;

3. 10 (sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung;

4. 1 (satu) unit mesin cetak;

5. 1(satu) buah timbangan;

6. 1 (satu) buah anak timbangan;

Page 50: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

41

7. 1 (satu) lembar nota;

Bahwa terdakwa memproduksi dan mengedarkan makanan mi basah

mengandung bahan kimia tersebut sejak tahun 2010 sampai dengan April

2014 tersebut di atas tanpa izin dan Instansi Pemerintah Republik Indonesia

yang berwenang. Kemudian terhadap mi basah tersebut dilakukan pengujian

balai Besar POM, dan berdasarkan hasil pengujian Nomor Contoh :

14.094.04.13.4.0001. K tanggal 15 September 2014 yang ditandatangani oleh

Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mi basah yang diproduksi oleh terdakwa

tersebut tidak memenuhi syarat (positif mengandung Formalin dan Boraks),

selanjutnya guna proses penyidikan barang bukti tersebut disita oleh Balai

Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung serta terdakwa dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Dalam kasus tindak pidana memproduksi pangan untuk diedarkan

menggunakan bahan tambahan pangan yang dilarang yang terjadi di wilayah

hukum Pengadilan Negeri Bandung, surat dakwaan yang dibuat jaksa

penuntut umum adalah sebagai berikut:

Bahwa Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI SUTARDI secara

berturut-turut dan dianggap sebagai perbuatan berlanjut pada hari dan tanggal

yang tidak dapat ditentukan lagi antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2014

atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 sampai tahun 2014, bertempat di

Lingkungan Barak Rt.001 Rw.007 Ds/kel. Situ Kec. Sumedang Utara Kab.

Sumedang atau setidak-tidaknya pada satu tempat yang ada dalam daerah

hukum Pengadilan Negeri Sumedang, namun berdasarkan ketentuan pasal 84

ayat 2 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana ‘’Apabila tempat kediaman sebagian besar

yang dipanggil lebih dekat pada tempat Pengadilan Negeri di dalam

daerahnya tindak pidana dilakukan’’, maka karena sebagian besar saksi-saksi

bertempat tinggal lebih dekat pada Pengadilan Negeri Bandung maka

Page 51: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

42

Pengadilan Negeri Bandung berwenang memeriksa dan mengadili perkara

terdakwa tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa Terdakwa ARIS RISNADI BIN

DADI SUTARDI terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana dengan sengaja melakukan tindak pidana : produksi pangan

untuk diedarkan, menggunakan bahan tambahan pangan yaitu formalin dan

boraks yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan.

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 136 huruf b Jo Pasal 75

ayat 1 Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Jo Pasal 64

ayat 1 KUHP.

Selain keterangan tersebut di atas, telah didengar pula bahwa terhadap

dakwaan Penuntut Umum, terdakwa tidak mengajukan keberatan. Dan

keterangan yang menjadi bukti dari saksi-saksi yang telah disumpah menurut

agamanya. Adapun salah satu saksinya yaitu:

1. WULAN WIDJANINGRUM Binti SABRI, di bawah sumpah pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:

- Bahwa benar suami saksi Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI

SUTARDI sebagai pemilik pabrik mi yang beralamat di lingkungan

Barak RT. 001 RW. 007, Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara

Kabupaten Sumedang;

- Bahwa lokasi pabrik mi basah berada di dalam garasi mobil dan usaha

tersebut dijalankan oleh terdakwa sejak tahun 2010 ;

- Bahwa terdakwa dalam mengelola atau menjalankan usaha pabrik mi

basah tersebut mempekerjakan sebanyak 8 (delapan) orang karyawan ;

- Bahwa saksi tidak tahu terdakwa dalam membuat makanan jenis mi

basah menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari tepung terigu,

tepung tapioka, soda kostik, garam, air, pewarna kuning, boraks, dan

formalin ;

Page 52: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

43

- bahwa saksi tidak pernah ikut campur terdakwa dalam menjalankan

usaha membuat atau memproduksi mi basah karena saksi punya

pekerjaan lain sebagai Wedding Organisasion ;

- Bahwa yang saksi tahu mi basah yang diproduksi tersebut dijual ke

Lembang Bandung, Sumedang, dan Karawang ;

- Bahwa saksi tidak tahu pada saat petugas Balai Besar Pengawasan

Obat dan Makanan Bandung datang ke pabrik mi basah milik

terdakwa yang melakukan penyelidikan yaitu pada hari Senin tanggal

16 Juni 2014 sekitar pukul 17.30 WIB sebab saksi sedang melakukan

pekerjaan di daerah Ganeas Kabupaten Sumedang;

- Bahwa saksi baru tahu ada petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung datang ke pabrik mi basah milik terdakwa setelah

saksi diberi informasi oleh petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung yang dahulu pernah memeriksa pabrik mi basah

milik terdakwa;

- Bahwa saksi tahu dari petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung pada saat pemeriksaan terhadap pabrik mi basah

milik terdakwa yang ternyata mi basah mengandung bahan kimia

formalin dan dan boraks, dan di lokasi pabrik ditemukan berupa 62

(enam puluh dua) karung mi basah, 10 (sepuluh) karung tepung terigu

naga hijau, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung, 1

(satu) unit mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk Formalin, 1 (satu)

karung pijer (boraks), 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak

timbangan dan 1 (satu) lembar nota;

- Bahwa terdakwa memproduksi dan mengedarkan makanan mie basah

sejak tahun 2010 ;

- Bahwa saksi tahu hasil pengujian terhadap mie basah yang diproduksi

oleh pabrik terdakwa yang dilakukan di Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan Bandung, dan berdasarkan hasil pengujian No. Contoh

:14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang

ditandatangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mi basah yang

Page 53: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

44

diproduksi oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif

mengandung Formalin dan Boraks);.

- Bahwa dalam memproduksi mi basah yang mengandung bahan kimia

formalis dan boraks tanpa izin dari Instansi Pemerintah atau pihak

yang berwenang.

- Bahwa saksi tahu bahan kimia formalin digunakan sebagai bahan

pengawet supaya mi basah tidak cepat basi sedangkan boraks sebagai

pengenyal. Bahwa saksi tahu terdakwa pernah dihukum dalam perkara

yang sama yaitu memproduksi mi basah dengan menggunakan bahan

tambahan yaitu bahan kimia jenis formalin dan boraks, dan

perkaranya diputus pada tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan

masa percobaan.

- akan tetapi saksi tidak menjadi saksi dalam perkara tersebut ;

Adapun dakwaan Penuntut Umum disusun dengan secara tunggal,

yaitu Pasal 136 huruf b Jo Pasal 75 ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun

2012 tentang Pangan Jo Pasal 64 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, mengandung Unsur-Unsur Sebagai berikut:

1. Barang siapa

2. Dengan sengaja melakukan produksi pangan untuk diedarkan,

menggunakan bahan tambahan yaitu formalin dan boraks yang dilarang

digunakan sebagai bahan tambahan pangan

3. Yang dilakukan secara berlanjut

Sebelum pengadilan menjatuhkan putusan yang setimpal dengan

perbuatan terdakwa, maka perlu pula terlebih dahulu dipertimbangkan hal-hal

yang meringankan maupun yang memberatkan terdakwa. Hal-hal yang

meringankan terdakwa di antaranya, terdakwa menyesali perbuatannya,

terdakwa bersikap sopan dalam persidangan. Sedangkan hal-hal yang

memberatkan adalah perbuatan terdakwa telah membahayakan kesehatan bagi

orang-orang, terdakwa pernah dihukum.

Page 54: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

45

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

a. Menyatakan Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI SUTARDI,

bersalah melakukan tindak pidana memproduksi pangan untuk

diedarkan menggunakan bahan tambahan yang dilarang sebagai bahan

tambahan pangan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

136 huruf b Jo Pasal 75 ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2012

Tentang Pangan Jo Pasal 64 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana.

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa ARIS RISNADI dengan

pidana penjara selama 6 (enam) bulan penjara potong tahanan dengan

perintah terdakwa tetap ditahan.

c. Menyatakan barang bukti berupa:

- 62 enam puluh dua karung mi basah, 10 sepuluh karung tepung

terigu naga hijau, 10 sepuluh karung tepung tapioka gunung agung,

1 satu unit mesin cetak, 1 satu buah timbangan, 1 satu buah anak

timbangan.

d. Dirampas untuk dimusnahkan:

- 1 satu lembar nota;

Terlampir dalam berkas perkara;

e. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.5.000,- lima ribu rupiah.

C. Putusan Pengadilan Negeri Bandung No. 262/Pid.B/2015/PN/Bdg

Mengingat segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

berkaitan dalam perkara ini yaitu pasal 136 huruf b Jo Pasal 75 ayat (1)

Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Jo Pasal 64 ayat (1)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981

serta pasal-pasal dan peraturan-peraturan lain yang bersangkutan, telah

mendengar keterangan saksi-saksi dan juga keterangan dari terdakwa, maka

dengan ini Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini

memutuskan :

Page 55: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

46

1. Menyatakan Terdakwa ARIS RISNADI Bin DADI SUATRDI terbukti

secara sah meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan

sengaja memproduksi pangan untuk diedarkan, menggunakan bahan

tambahan pangan yang dilakukan dengan secara berlanjut”

2. Menjatuhkan pidana terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 4 (empat) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa:

- 62 (enam puluh dua) karung mie basah, 10 (sepuluh) karung

tepung terigu naga hijau, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka

gunung agung, 1 (satu) unit mesin cetak, 1 (satu) buah timbangan,

1 (satu) buah anak timbangan.

Dirampas untuk dimusnahkan:

- 1 (satu) lembar nota;

Terlampir dalam berkas perkara;

6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.5000,- (lima ribu rupiah)

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Bandung, pada hari Selasa, tanggal 21 April

2015, oleh SIHOL B. MANALU, S.H., M.H. masing-masing sebagai

Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada

hari itu juga oleh JONO YULIANTO, SH., Panitera Pengganti pada

Pengadilan Negeri Bandung, serta dihadiri oleh AHMAD

NURHIDAYAT, S.H., Penuntut Umum dan Terdakwa.4

4Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor 262/Pid.B/2015/PN/Bdg tentang Tindak Pidana

Melakukan Produksi Pangan Untuk Diedarkan Yang Dengan Sengaja Menggunakan Bahan Yang

Dilarang Digunakan Sebagai Bahan Tambahan Pangan, Tanggal 6 Maret 2015

Page 56: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

47

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG

NO. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

A. Analisis Putusan Dalam Tinjauan Hukum Positif

Setelah melihat Putusan Pengadilan pada bab sebelumnya, Pengadilan

Negeri Bandung telah memilih salah satu dari tiga jenis putusan yang dikenal

dalam hukum acara pidana yakni :1

1. Putusan Pemidanaan

2. Putusan pembebasan dan

3. Putusan pelepasan

Pengadilan Negeri Bandung telah menjatuhkan putusan pemidanaan

kepada terdakwa yang terbukti bersalah atas perbuatan yang didakwakan

kepadanya. Berdasarkan barang bukti serta keterangan dari saksi-saksi,

bahwa Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI SUTARDI telah melakukan

tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet

makanan.

Putusan itu diambil oleh Pengadilan Negeri Bandung berdasarkan alat

bukti yaitu berupa keterangan saksi, keterangan ahli, petunjuk serta beberapa

data atau informasi yang berupa gambar, peta atau sejenisnya. Hal ini sesuai

dengan pasal 183 KUHAP yang menyebutkan keyakinan Hakim tentang

kesalahan terdakwa harus berdasarkan minimal dua alat bukti yang sah.

Pasal 183 KUHAP menyatakan : “Hakim tidak boleh menjatuhkan

pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar

terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

1 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 285

Page 57: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

48

Dalam tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai

pengawet makanan yang dilakukan oleh terdakwa memproduksi mi basah

yang mengandung bahan formalin dan boraks, berdasarkan bukti-bukti serta

keterangan saksi dan terdakwa, tindakan yang dilakukan oleh terdakwa sudah

memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 136 huruf b. Jo. Pasal 75

ayat (1) Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang pangan Jo. Pasal 64 ayat

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Pasal 136 huruf b yang berbunyi :

“Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan yang

dengan sengaja menggunakan: (a) bahan tambahan Pangan melampaui

ambang batas maksimal yang ditetapkan; atau (b) bahan yang dilarang

digunakan sebagai bahan tambahan Pangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 75 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah)”.

Pasal 75 ayat 1

(1) Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan dilarang

menggunakan:

a. bahan tambahan Pangan yang melampaui ambang batas maksimal

yang ditetapkan; dan/atau bahan yang dilarang digunakan sebagai

bahan tambahan Pangan.

Pasal 64 ayat 1 KUHP

(1) Bila antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan

kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga

harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya

diterapkan satu aturan pidana; bila berbeda-beda, maka yang diterapkan

adalah yang memuat ancaman pidana pokok yang berat.

Unsur-unsur yang didakwakan Majelis Hakim adalah sebagai berikut:2

1. Unsur Barang Siapa:

2 Direktorat putusan Pengadilan Negeri Bandung No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg, h.18

Page 58: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

49

Barang Siapa adalah setiap orang selaku subjek hukum, yaitu

pendukung hak dan kewajiban yang mampu bertanggung jawab dalam

segala tindakannya.

Penuntut Umum telah menghadapkan seorang terdakwa ke muka

persidangan, di mana Majelis Hakim telah menanyakan identitas terdakwa

secara lengkap. Identitas terdakwa yang dihadapkan ke persidangan

identik dengan identitas Terdakwa ARIS RISNADI Bin DADI SUTARDI

sebagaimana tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum. Dengan

demikian dapat dipastikan bahwa terdakwa yang dihadapkan ke muka

persidangan adalah benar sebagaimana yang dimaksud dalam Surat

Dakwaan Penuntut Umum sehingga tidak salah subjek (non error in

subjecto).

Dalam pemeriksaan persidangan, terdakwa mampu menjawab

dengan baik semua pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Hakim maupun

Penuntut Umum, yang menunjukkan bahwa terdakwa sehat akal dan

pikirannya. Oleh karena itu, terdakwa adalah orang yang cakap secara

hukum sehingga terdakwa merupakan subjek hukum yang mampu

bertanggung jawab dalam segala tindakannya dan tidak termasuk

sebagaimana mereka yang digolongkan dalam pasal 44 KUHP, maka

dengan demikian maka unsur “Barang Siapa” telah terpenuhi oleh

Terdakwa.

2. Dengan sengaja melakukan produksi pangan untuk diedarkan,

menggunakan bahan tambahan yaitu formalin dan boraks yang

dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan.

Terdakwa mengetahui dengan sadar dan melakukan perbuatan

tersebut dengan sadar pula. Sehingga ia dapat dimintai

pertanggungjawaban atas perbuatannya. Dihubungkan dengan unsur-unsur

lainnya unsur sengaja diletakkan di muka unsur-unsur lainnya. Dengan

demikian unsur sengaja meliputi atau mempengaruhi semua unsur

selanjutnya.

Page 59: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

50

Produksi pangan yang diedarkan menggunakan bahan tambahan

pangan yaitu formalin dan boraks yang dilarang digunakan sebagai bahan

tambahan pangan. Berdasarkan pengertian dan pemahaman sebagaimana

yang telah diuraikan dan apabila dikaitkan dengan fakta yang terungkap di

persidangan maka diperoleh kesimpulan bahwa Terdakwa sebagai pemilik

pabrik mi basah dalam memproduksi mi basah menggunakan bahan-bahan

yang terdiri dari tepung terigu, tepung tapioka, soda kostik, garam, air,

pewarna kuning, boraks, dan formalin. Fungsi dari masing-masing bahan

tersebut yaitu tepung terigu dan tepung tapioka sebagai bahan utama, soda

kostik untuk memberikan tekstur, pewarna fungsinya agar kelihatan lebih

menarik, garam untuk mempertajam rasa dan Terdakwa jual baik secara

langsung dan dikirim untuk dijual ke daerah Bandung, Karawang dan

Sumedang.

Terdakwa dalam pembuatan mi basah menggunakan formalin dan

boraks agar mi menjadi kenyal dan dapat tahan lama atau tidak mudah basi

oleh karenanya maka unsur ini telah terpenuhi.

3. Yang dilakukan secara berlanjut

Di dalam unsur ini pelaku sudah telah berulang kali dan atau secara

terus menerus melakukan tindak pidana yaitu terdakwa dalam

memproduksi mi basah dengan menggunakan bahan tambahan formalin

dan boraks sejak tahun 2010 dan bahkan telah dijatuhi pidana yang diputus

oleh Pengadilan Negeri Bandung dengan perkara Nomor :

1356/Pid.B/2012/PN.Bdg, tanggal 22 Januari 2013, dalam perkara yang

sama, maka unsur-unsur yang dilakukan secara berlanjut telah terpenuhi.

Di dalam pembelaan, terdakwa yang pada pokoknya mohon

keringanan hukuman dengan alasan-alasan terdakwa kooperatif selama

persidangan serta tidak mempersulit. Atas pembelaan dari Terdakwa

tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa terhadap pembelaan,

Para terdakwa tidak menyangkal dakwaan dan mengakui, maka tidak perlu

dipertimbangkan secara khusus dan akan dipertimbangkan bersama-sama

Page 60: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

51

dengan keadaan yang meringankan dan keadaan yang memberatkan

pidana bagi terdakwa.

Kemudian akan dipertimbangkan dapat atau tidak dapatnya

terdakwa mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut. Oleh karena

Majelis Hakim dalam persidangan tidak menemukan sesuatu bukti bahwa

Terdakwa adalah orang yang tidak mampu bertanggung jawab atas

perbuatannya dan juga tidak menemukan alasan, baik alasan pembenar

maupun alasan pemaaf sebagai alasan penghapus pidana bagi terdakwa,

maka sudah selayaknya dan seadilnya apabila terdakwa dinyatakan

bersalah. Oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah, maka harus dijatuhi

pidana sebagaimana dalam amar putusan.

Dalam perkara ini terhadap terdakwa dikenakan penangkapan dan

penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut

harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Oleh karena

terdakwa ditahan dan penahanan terhadap terdakwa tetap berada dalam

tahanan.

Untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, maka perlu

dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang meringankan dan memperberat

Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI SUTARDI. Adapun pertimbangan-

pertimbangan yang digunakan Majelis Hakim dalam memutuskan perkara

pidana No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg terhadap terdakwa ARIS RISNADI BIN

DADI SUTARDI adalah sebagai berikut :

1. Pertimbangan Hakim yang memberatkan terdakwa :

a. Perbuatan terdakwa telah membahayakan kesehatan bagi orang yang

mengonsumsi mi basah tersebut

b. Terdakwa pernah dihukum

2. Pertimbangan hakim yang meringankan terdakwa :

a. Terdakwa menyesali perbuatannya

b. Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan

Page 61: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

52

Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum hidup

di kalangan rakyat. Untuk itu ia harus terjun ke tengah-tengah masyarakat

untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat dan Hakim dapat memberi keputusan

yang sesuai dan rasa keadilan masyarakat.3

Adapun dalam memutuskan perkara pidana, hakim selalu

memperhatikan hal-hal yang memberatkan dan meringankan hukuman

terdakwa. Dalam KUHP, sebagaimana yang terdapat pada pasal 197 ayat (1)

yang menyebutkan putusan pemidanaan memuat hal-hal yang meringankan

dan hal-hal yang memberatkan terdakwa. KUHP hanya mengatur hal-hal

yang dijadikan alasan memberatkan pidana yaitu:4

1) Jabatan

2) Pengulangan (recidive)

3) Pengabungan (concurcus)

Sedangkan hal-hal yang meringankan menurut Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) adalah:

1) Percobaan (Pasal 5 ayat 2 dan 3)

2) Membantu (Pasal 57 ayat 1 dan 2)

3) Belum dewasa (Pasal 47).

Putusan Pengadilan Negeri Bandung menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa dengan pidana penjara 4 (empat) bulan dengan membebankan biaya

perkara terhadap terdakwa sebesar Rp. 5.000 dengan dasar hukum sanksi

pidana yaitu pasal Pasal 136 huruf b. Jo. Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang

No. 18 Tahun 2012 tentang pangan Jo. Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana.

Terhadap penerapan kasus di atas, analisis penulis adalah Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta mengadili terdakwa selama 4(empat) bulan

sehingga dalam memutuskan perkara Majelis Hakim mempertimbangkan

dengan asas kepastian, yakni perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan

3 C.S.T. Kansil, Kitab Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, (Jakarta: Bina Aksara, 1986),

h.18. 4 E. Utrech, Hukum Pidana II, (Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1994), 137.

Page 62: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

53

diancam pidana dalam pasal Pasal 136 huruf b. Jo. Pasal 75 ayat (1) Undang-

Undang No. 18 tahun 2012 tentang pangan Jo. Pasal 64 ayat (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana. Asas keadilan yakni terdakwa kooperatif

selama persidangan serta tidak mempersulit, terdakwa mempunyai tanggung

jawab keluarga, dan terdakwa sangat menyesali perbuatan yang telah

dilakukannya. Asas manfaat yakni fungsi suatu penghukuman semata-mata

bukan sebagai sarana balas dendam, melainkan lebih diutamakan sebagai

sarana introspeksi diri agar kemudian hari terdakwa tidak lagi menjual mi

basah yang mengandung formalin dan boraks, sehingga tidak mengulang

perbuatan atau tindakan yang salah atau dilarang oleh hukum.

Namun dilihat dari dampak negatif dari sisi pengedar dan orang yang

mengonsumsinya yang berakibat merugikan konsumen bahkan

mengakibatkan kematian seharusnya hakim bisa memutuskan secara

maksimal atau mendekati maksimal yaitu 5 (lima) tahun penjara yang termuat

di dalam pasal Pasal 136 huruf b. Jo. Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No.

18 Tahun 2012 tentang pangan. Vonis yang diputuskan Majelis Hakim yaitu

Pidana Penjara 4 (empat) bulan terbilang sangat kurang karena melihat

dampak negatif mi basah yang mengandung formalin dan boraks yang dapat

merusak kesehatan orang yang membelinya jika dikonsumsi secara

berkepanjangan.

Dalam hal ini, penulis beranggapan masyarakat yang mengonsumsi

makanan tersebut merasa takut akan adanya zat kimia yang membahayakan di

dalam mi basah yang mereka konsumsi serta adanya kekhawatiran

masyarakat mengenai efek jangka panjang yang ditimbulkan akibat

mengonsumsi mi basah tersebut. Adapun dampak yang timbul di kalangan

masyarakat adalah hilangnya fisik yang sehat. Apalagi terdakwa pernah

dihukum dalam perkara yang sama yaitu telah berulang kali dan atau secara

terus menerus melakukan tindak pidana memproduksi mi basah dengan

menggunakan bahan tambahan formalin dan boraks pada tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014 dan terdakwa bahkan telah dijatuhi pidana yang diputus

oleh Pengadilan Negeri Bandung dengan perkara No.

Page 63: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

54

1356/Pid.B/2012/PN.Bdg pada tanggal 22 Januari 2013, sehingga dengan

diberikannya hukuman yang sesuai dengan perbuatan terdakwa dapat

menimbulkan efek jera bagi pelaku dan menjadi orang yang lebih baik di

masa mendatang. Selain itu yang lebih utama adalah untuk menakut-nakuti

pada masyarakat yang akan atau mungkin melakukan tindak pidana

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan.

B. Analisis Putusan Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam

Dalam syariat Islam, Hakim atau Majelis hakim yang akan

memutuskan suatu perkara harus mempertimbangkan dengan akal sehat dan

keyakinan serta perlu adanya musyawarah untuk mencapai nilai-nilai

keadilan semaksimal mungkin baik bagi korban maupun terdakwa.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 58:

ل اس أن تحكموا بالعد وإذا حكمتم بين الن ...

Artinya: “.... dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia

hendaknya kamu menetapkannya dengan adil.5

Berdasarkan ayat di atas, bahwa Hakim di dalam memberikan putusan

yang berupa hukuman kepada terdakwa harus memperhatikan pertimbangan-

pertimbangan yang terdapat pada diri terdakwa terlebih dahulu dengan jalan

permusyawarahan, agar penjatuhan pidana yang diberikan hakim mencapai

nilai keadilan.

Tujuan penjatuhan hukuman yaitu pencegahan, pengajaran dan

pendidikan, bahkan pula halnya sama dengan syari’at Islam adalah

pencegahan, pengajaran dan pendidikan. Dengan cara pencegahan seseorang

pembuat untuk tidak melakukan perbuatannya, di samping itu pencegahan ini

adalah untuk mentaubatkan si pembuat dan dasar penjatuhan hukuman pada

masa sekarang ini rasa keadilan dan melindungi masyarakat. Rasa keadilan

menghendaki agar besarnya hukuman menyesuaikan dengan pembuat

jarimah, tanpa besarnya jarimah ini adalah tindakan pemeliharaan dan

5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan Juz 30, (Surabaya:

Mahkota, 1989), h.88.

Page 64: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

55

pengamanan kepada masyarakat yang tertib dalam suasana kehidupan yang

harmonis dan sejahtera. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh M. Hasbi Ash-

Shidieqy dalam bukunya Filsafat Hukum Islam, menyatakan sesungguhnya

syari’at itu fondasi dan asasnya adalah kemaslahatan hamba, baik dalam

kehidupan dunia maupun akhirat.6

Perlu diketahui sebelumnya dalam konsep hukum Islam, seseorang

yang melakukan tindak pidana atau jarimah dianggap tidak bersalah di mata

hukum sebelum adanya bukti-bukti yang kuat dam meyakinkan untuk

perbuatan jahat, kecuali dibuktikan kesalahannya tanpa adanya keraguan,

sebab keraguan bisa menyebabkan tidak sahnya atau membatalkan hukum.

Dalam tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai

pengawet makanan ini, menurut hukum Islam dapat dikenakan jarimah ta’zir,

Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir

pengertian ta’zir menurut bahasa ialah ta’dib atau memberi pelajaran. Ta’zir

juga diartikan Ar-Rad wa Al-Man’u, artinya menolak dan mencegah. Akan

tetapi menurut istilah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al-

Mawardi yang dikutip oleh Ahmad Wardi Muslich , “Ta’zir itu adalah

hukuman pendidikan atau dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan

hukumannya oleh syara”.7 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ta’zir itu

adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’, melainkan diserahkan

kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Dalam

menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya dapat menentukan hukuman

secara global saja. Artinya pembuat undang-undang tindak menetapkan

hukuman untuk masing-masing jarimah ta’zir, melainkan hanya menetapkan

sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-

beratnya.

Tujuan dan syarat-syarat sanksi ta’zir sangatlah penting untuk

diberlakukan guna melengkapi hukum Allah yang masih ada yang bersifat

6 M. Hasby Ash-Shidieqy, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h.20. 7 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah (Jakarta:

Sinar Grafika, 2015), h.19

Page 65: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

56

mujmal atau global, berikut tujuan diberlakukannya sanksi ta’zir bagi yang

melakukan jarimah:

a. Pencegah (preventif), ditujukan kepada orang yang belum melakukan

jarimah.

b. Sebagai penjeraan bagi yang melakukan jarimah (represif), bertujuan agar

si pelaku jarimah tindak melakukannya lagi di kemudian hari.

c. Sebagai islah (kuratif), bertujuan untuk memperbaiki perilaku si pelaku

jarimah.

d. Sebagai pendidikan bagi pelaku jarimah (edukatif), sanksi ta’zir membuat

sang pelaku mengubah pola hidupnya menjadi lebih baik di kemudian hari.8

Terdakwa telah terbukti memproduksi bahan kimia berbahaya yaitu

formalin dan boraks sebagai pengawet makanan, di mana perbuatan terdakwa

jika kita melihat dari segi hukum pidana Islam, sanksi pidana dalam putusan

Pengadilan Negeri Bandung No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg adalah dengan

pidana penjara atau dengan kata lain pidana tersebut diberikan oleh Majelis

Hakim, maka dalam hukum Islam hukuman tersebut termasuk ke dalam

jarimah ta’zir. Yang meliputi jarimah taz’ir termasuk di dalamnya adalah

pidana pasungan, pengasingan, pengisoliran, skors, dan pidana

kurungan/penjara.9

Adapun hukuman yang diberikan kepada terdakwa dengan

membebankan biaya perkara terhadap terdakwa sebesar Rp5.000 (lima ribu

rupiah), dalam hukum pidana Islam juga merupakan ta’zir karena ta’zir tidak

ditentukan banyaknya dan tidak mungkin ditentukan jumlahnya dan hukuman

ta’zir tidak mempunyai batasan tertentu, dari hukuman yang seringan-

ringannya sampai yang seberat-beratnya. Sedangkan ancaman pidana yang

terdapat dalam pasal 136 huruf b. Jo. Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No.

18 tahun 2012 tentang pangan Jo. Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang

8 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 142. 9 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 493

Page 66: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

57

Hukum Pidana adalah paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis putusan Pengadilan

Negeri Bandung dalam menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa Aris

Risnadi Bin Dadi Sutardi seharusnya dikenai penjara tidak terbatas

maksudnya penjara yang tidak dibatasi waktunya melainkan berlangsung

terus sampai terhukum mati, atau sampai ia bertaubat. Dalam istilah lain bisa

di sebut dengan hukuman penjara seumur hidup. Hukuman penjara seumur

hidup dikenakan kepada penjahat yang berbahaya. Terdakwa pantas jika

dikenai sanksi penjara tidak terbatas karena ia melakukan tindak pidana

memproduksi pangan untuk diedarkan menggunakan bahan tambahan yaitu

formalin dan boraks yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan

pangan.

Dengan demikian, memproduksi makanan menggunakan bahan

tambahan yang dilarang merupakan suatu pelanggaran atau tindak pidana

sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 136 huruf b, bahwa bahan

yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan sejalan dengan

pasal 75 ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2012. Dalam hukum pidana

Islam, memproduksi makanan menggunakan bahan tambahan yang dilarang

termasuk ke dalam jarimah ta’zir. Sebagaimana telah dijelaskan di awal

bahwa jarimah ta’zir merupakan pengajaran (terhadap pelaku) dosa-dosa

yang tidak diatur oleh hudud. Walaupun bentuk dan hukuman jarimah ta’zir

ditentukan syara’. penerapan sanksinya diserahkan kepada kebijaksanaan

hakim.

B. Perbandingan Hukum Positif dan Hukum Islam Terhadap Tindak

Pidana Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Pengawet

Makanan Putusan Pengadilan Negeri No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

Dari pembahasan tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya tinjauan hukum positif dan hukum Islam setelah dideskripsikan,

dianalisis dapat ditemukan dua konsep yaitu konsep hukuman penjara antara

Page 67: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

58

hukum positif dan hukum Islam yang kemudian di komparasikan, sehingga

terdapat persamaan dan perbedaan dua konsep tersebut sebagai berikut :

1. Persamaan Hukum Positif dan Hukum Islam Terhadap Penerapan

Hukuman Penjara Tindak Pidana Penyalahgunaan Bahan Kimia

Berbahaya :

a. Hukum Positif maupun Hukum Islam memandang bahwa Hukuman

penjara terhadap tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya dapat diterapkan sebagai salah satu produk hukum dalam

sistem hukum bagi pelaku kejahatan penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya sebagai pengawet makanan.

b. Hukum Positif dan Hukum Islam memandang bahwa bahan kimia

berbahaya sebagai pengawet makanan merugikan (mudarat) sehingga

dapat merusak akal dan jiwa manusia, dapat membunuh orang banyak

secara perlahan atau dalam waktu yang singkat. Dalam hal ini

hukuman penjara adalah solusi untuk memusnahkan pelaku kejahatan

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya dan untuk memelihara

kepentingan umum.

2. Perbedaan Hukum Positif Dan Hukum Pidana Islam Terhadap

Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya

a. Hukum positif menggunakan dasar hukum Undang-Undang No. 18

Tahun 2012 tentang pangan, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009

tentang kesehatan, dan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen.

b. Hukum Pidana Islam dalam dalam metode penerapan hukuman pada

tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya menggunakan

jarimah ta’zir. tidak ada nash yang mengatur hukuman bagi pidana

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan

secara terperinci, sehingga penghukumannya diserahkan kepada

pengusaha.

Page 68: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

59

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan demi pembahasan dalam penelitian “Tindak pidana

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet makanan pada

Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg.’’ maka terdapat kesimpulan:

1. Di dalam hukum positif Indonesia, setiap produk pangan khususnya

produk makanan wajib memenuhi standar keamanan dan mutu pangan,

apabila bertentangan dengan perundang-undangan maka termasuk ke

dalam suatu tindak pidana, sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Undang-

Undang tentang Kesehatan bahwa makanan dan minuman yang

dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau

persyaratan kesehatan, dan hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan

izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam

Pasal 136 Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan,

bahwasanya setiap orang yang melakukan produksi pangan untuk

diedarkan yang dengan sengaja menggunakan bahan tambahan pangan

melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan atau bahan yang

dilarang digunakan sebagai bahan tambahan Pangan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 75 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00.

(sepuluh miliar rupiah).

Adapun menurut Hukum Islam, penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

dapat disimpulkan bahwa makanan yang halal adalah makanan yang sehat

dan yang membawa kebaikan kepada setiap orang. Makanan yang

diperbolehkan atau dihalalkan untuk dikonsumsi adalah makanan yang

tidak mengandung dari binatang haram, najis dan mengandung zat-zat

berbahaya yang dilarang oleh ajaran agama Islam. Sehingga konsumen

berhak untuk mendapatkan barang atau jasa yang halal dan juga bebas dari

Page 69: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

60

bahaya. Artinya konsumen berhak atas keselamatan dan keamanan baik

jasmani maupun rohani atas pemakaian barang dan jasa. Dalam hukum

pidana Islam, tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

termasuk ke dalam jarimah ta’zir. Jarimah ta’zir merupakan pengajaran

(terhadap pelaku) dosa-dosa yang tidak diatur oleh hudud maupun qishash.

Walaupun bentuk dan hukuman jarimah ta’zir ditentukan syara’.

penerapan sanksinya diserahkan kepada kebijaksanaan hakim.

2. Putusan hakim Pengadilan Negeri Bandung perkara No.

262/Pid.B/2015/PN.Bdg terhadap pelaku Penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya sebagai pengawet makanan Menurut Hukum Positif yaitu dalam

menjatuhkan hukuman atau vonis terhadap terdakwa, Majelis Hakim

menggunakan Pasal 136 huruf b. Jo. Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No.

18 Tahun 2012 tentang pangan Jo. Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana. Mengingat hakim mempunyai dasar pertimbangan dalam

memutuskan dan menjatuhkan pidana kepada terdakwa, oleh karena itu

terdakwa dihukum dengan hukuman penjara 4 (empat) bulan. namun

dilihat dari aspek keadilan hukum, terutama rasa keadilan terhadap

terdakwa belum terpenuhi. Sebab fakta-fakta yang terungkap di

persidangan, dalam putusannya majelis hakim menyatakan terdakwa telah

terbukti bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia

berbahaya sebagai pengawet makanan dan terdakwa pernah melakukan

tindak pidana yang sama atau mengulang tindak pidana tersebut sehingga

belum adanya efek jera bagi terdakwa dalam memproduksi mi basah.

Sedangkan dalam hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Bandung seharusnya terdakwa dikenai hukuman penjara tidak

terbatas maksudnya penjara yang tidak dibatasi waktunya melainkan

berlangsung terus sampai terhukum mati, atau sampai ia bertaubat. Dalam

istilah lain bisa di sebut dengan hukuman penjara seumur hidup. Hukuman

penjara seumur hidup dikenakan kepada penjahat yang berbahaya.

Terdakwa pantas jika dikenai sanksi penjara tidak terbatas karena ia

Page 70: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

61

melakukan tindak pidana penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai

pengawet makanan.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian dan pengamatan serta kesimpulan di atas,

adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu:

1. Hendaknya pengetahuan konsumen dan produsen perlu ditingkatkan

mengenai bahan-bahan kimia berbahaya pada makanan. dan lebih kritis

dalam hal memilih barang atau komposisi dari barang-barang yang hendak

dikonsumsi.

2. Sebaiknya konsumen lebih teliti dalam memilih makanan khususnya lebih

mengedepankan kualitas daripada kuantitas.

3. Sebaiknya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) lebih gencar

melakukan razia di pabrik-pabrik makanan ataupun pasar-pasar dan

menjalankan tugasnya tidak hanya sebatas formalitas saja.

4. Pemerintah harus lebih konsisten dan tegas dalam penerapan ketentuan

hukum tentang penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengawet

makanan agar penerapan sanksi tidak berbeda-beda dan tidak terlalu

ringan sehingga dapat menimbulkan efek jera kepada pelaku usaha.

Page 71: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad. Al-Jarimah Wal “Uqubah Fi Al-Fiqh Al-Islami. Kairo:

Dar Al-Fikr Al-Arabi, 1998

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I. Jakarta: Raja Grafindo persada.

2002

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. jakarta: Sinar Grafika. 2009

Al-Asyhar, Thoeib. Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan

kesucian Rohani. Jakarta: Al-Mawardi Prima. 2003

An-Nawawiyyah Syarh al-Arbain karya Syaikh Muhammad bin Sholeh

Al’Utsaimin. Pustaka Dar Ats-Tsuraya. 1425 H

Cahyadi,Wisnu. Bahan tambahan pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. 1989

Departemen Agama, Al-Qur’an dan dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen

Agama. 1991

Departemen Agama RI. Pedoman Pangan halal bagi Konsumen, Importir dan

Konsumen di Indonesia. Jakarta, Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan

Halal. 2001

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahan Juz 30.

Surabaya: Mahkota. 1989

Direktorat putusan Pengadilan Negeri Bandung No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

Djazuli, Fiqh Jinayah. Jakarta :Rajawali Hutan. 2002

Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2008

Hasby Ash-Shidieqy, M. filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1975

Hidayati Diana dan Suparinto Cahyo. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:

Kanisius. 2006

Page 72: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Kansil, C.S.T. Kitab Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman. Jakarta: Bina

Aksara. 1986

Kountur, Ronny. Metode Penelitian Untuk penulisan Skripsi dan Tesis). Jakarta:

PPM. 2004

Lamintang P.A.F. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti. 1894

Leni, Afrianti. Pengawet Makanan Alami dan sintesis. Bandung: Alfabeta. 2010

Mahmud, Marzuki, Peter. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Group.

2008

Masykoer Ali, Imam. Bunga Rampai Jaminana Produk Halal di Negara Anggota

Mabims. Jakarta,T.P. 2004

Muhammad Ahmadi Fahmi dan Aripin Jenal. Metode Penelitian Hukum. Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Mulyono Noryawati dan Wijaya Hanny. Bahan Tambahan Pangan Pewarna.

Bogor: IPB Press Kampus IPB Taman Kencana. 2009

Munajat, Makrus. Hukum pidana Islam di Indonesia. Yogyakarta: Teras. 2009

MUI. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III Tahun 2009.

Jakarta: Majelis Ulama Indonesia. 2009

Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT. Rinekan Cipta. 2002

Nurul Irfan, M dan Masyrofah. Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah. 2013

Pasal 1 butir (1) Undang-Uandang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/Per/IX/1988 dan SNI 01-354-

1994

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33/MENKES/PER/VI/2012

Projdohamidjojo, Martiman. Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.

Jakarta: Pradya Paramita.1997

Qhardawi,Yusuf. Di Terjemahkan Oleh H. Mu’ammal Hamidy.Halal Haram dalam

Islam. Jakarta: Intermedia. 2003

Page 73: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Sabiq,Sayyid. Fiqh Sunnah, diterjemahkan oleh Nor Hassanuddin. Jakarta: Pena

Pundi Aksara. 2006

Sidabalok dan Janus. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Bandung, PT

Aditya Bhakti. 2006

Sofie dan Yusuf, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen hukumnya

Bandung:Citra Aditya Bhakti. 2006.

Srimamudji dan Soerjono Soekanto. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: IND-

HILL-CO. 2001

Sudaryatmo. Masalah Perlindungan di Indonesia. Bandung, Citra Aditya Bhakti.

1995

Utrech, E. Hukum Pidana II. Surabaya: Pustaka Tinta Mas. 1994

Waluyo, Bambang. Pidana dan pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika. 2004

Wardi Muslich,Ahmad, Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafik. 2005

Wardi Muslich, Ahmad. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah.

Jakarta: Sinar Grafika. 2015

Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2002

www.pom.go.id diakases pada tanggal 20 agustus 2017 pukul 15:09

http://www.eramuslim.com/berita/nasional/komisi-fatwa-mui-makanan

berformalin-haram-dikonsumsi. Diakses pada tanggal 20 maret 2017, pukul

02:00

http://m.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/09/24/nce7rh-pemilik-pabrik-

mi-formalin-dijerat-pasal-berlapis, diakses pada tanggal 26 november 2017

Pkl 23.22

http://news.liputan6.com/read/2533935/pabrik-bakso-berbahan-kimia-digerebek-

polisi-di-bogor, diakses pada tanggal 26 november 2017 Pkl 23.30

Page 74: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id P U T U S A N

Nomor : 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Bandung yang mengadili perkara pidana dengan

acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, menjatuhkan putusan sebagai

berikut dalam perkara Terdakwa :

1. Nama lengkap : ARIS RISNADI Bin DADI SUTARDI

2. Tempat lahir : Sumedang

3. Umur / tanggal lahir : 53 Tahun / 17 April 1961

4. Jenis kelamin : Laki-laki

5. Kebangsaan : Indonesia

6. Tempat tinggal : Lingkungan Barak, Rt.001, Rw.007, Kel. Situ,

Kec. Sumedang Utara, Kab. Sumedang.

7. A g a m a : Islam

8. Pekerjaan : Wiraswasta

Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Negara oleh:

1. Penyidik, (tidak dilakukan penahanan);

2. Penuntut Umum, sejak tanggal 04 Maret 2015 s.d tanggal 23 Maret

2015;

3. Hakim Pengadilan Negeri Bandung sejak tanggal 05 Maret 2015 s.d

tanggal 03 April 2015 ;

4. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri Bandung, sejak tanggal 04

April 2015 s.d tanggal 02 Juni 2015;

Terdakwa dalam perkara ini tidak didampingi Penasihat Hukum :;

Pengadilan Negeri tersebut;

Setelah membaca:

1. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bandung, Nomor : 262 / Pid.B /

2015 / PN.Bdg. tanggal 05 Maret 2015 tentang penunjukan Majelis

Hakim;

2. Penetapan Hakim Nomor : 262/ Pid.B/2015/PN.Bdg tanggal 06 Maret

2015 tentang penetapan hari sidang;

3. Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;

Halaman 1 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 75: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idSetelah mendengar keterangan Saksi-saksi dan ahli, Terdakwa serta

memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh

Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa ARIS RISNADI Bin DADI SUTARDI, bersalah

melakukan tindak pidana ”Memproduksi pangan untuk diedarkan

menggunakan bahan tambahan yang dilarang sebagai bahan tambahan

pangan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 136 huruf

b. jo. Pasal 75 ayat (1) Undang Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang

Pangan jo Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Pidana ;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa ARIS RISNADI dengan pidana

penjara selama 6 (enam) bulan penjara potong tahanan dengan perintah

Terdakwa tetap ditahan;

3. Menyatakan barang bukti berupa:

• 62 (enam puluh dua) karung mie basah, 10 (sepuluh) karung tepung

terigu naga hijau, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung, 1

(satu) unit mesin cetak, 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak

timbangan

Dirampas untuk dimusnahkan

• 1 (satu) lembar nota;

Terlampir dalam berkas perkara;

4. Menetapkan supaya Terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

Setelah mendengar pembelaan Terdakwa yang pada pokoknya

memohon keringanan hukuman dengan alasan-alasan Terdakwa kooperatif

selama persidangan serta tidak mempersulit, Terdakwa mempunyai

tanggungan keluarga, Terdakwa telah menyesali dengan sangat mendalam

atas perbuatannya yang telah dilakukannya;

Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap pembelaan

Terdakwa yang pada pokoknya tetap pada tuntutannya;

Setelah mendengar tanggapan Terdakwa terhadap tanggapan Penuntut

Umum yang pada pokoknya tetap pada pembelaannya;

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut

Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:

DAKWAAN :

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 76: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idBahwa ia terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI SUTARDI secara berturut-

turut dan dianggap sebagai perbuatan berlanjut pada hari dan tanggal yang

tidak dapat ditentukan lagi antara tahun 2010 sampai dengan fahun 2014 atau

setidak-tidaknya dalam dalam tahun 2010 sampai dengan tahun 2014,

bertempat di Lingkungan Barak Rt.001 Rw. 007 Ds/Kel.Situ Kec. Sumedang

Utara Kab. Sumedang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang ada

dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sumedang, namun berdasarkan

ketentuan Pasal 84 ayat (2) Undang-Undang Rl Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (apabila tempat kediaman

sebagian besar yang dipanggil lebih dekat pada tempat Pengadilan Negeri itu

daripada tempat kedudukan pengadilan negeri di dalam daerahnya tindak

pidana dilakukan), maka karena sebagian besar saksi-saksi bertempat tinggal

lebih dekat pada Pengadilan Negeri Bandung dan terdakwa ditahan pada

Rutan Tahanan Negara di Bandung maka Pengadilan Negeri Bandung

berwenang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa tersebut, Terdakwa

dengan sengaja melakukan produksi pangan untuk diedarkan,menggunakan

bahan tambahan yaitu formalin dan borak yang dilarang digunakan sebagai

bahan tambahan pangan, yang dilakukan terdakwa dengan cara sebagai

berikut:

• Bahwa terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI SUTARDI sebagai pemiik

pabrik mie basah yang beralamat di lingkungan Barak Rt. 001 Rw. 007

Desa / Kelurahan Situ Kecamatan. Sumedang Utara Kabupaten.

Sumedang telah memproduksi makanan jenis mie basah sejak tahun

2010 sampai saat petugas dari Badan POM Rl datang memeriksa dan

melakukan penyitaan di pabrik tersebut pada hari senin tanggal 16 Juni

2014, dan dalam memproduksi mie basah tersebut terdakwa

mempekerjakan sebanyak 8 (delapan) orang karyawan.

• Bahwa terdakwa dalam membuat makanan jenis mie basah tersebut

menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari tepung terigu, tepung

tapioka, soda kostik, garam, air, pewarna kuning, borak, dan formalin.

Dimana fungsi dari masing-masing bahan tersebut yaitu tepung terigu

dan tepung tapioka sebagai bahan utama, soda kostik untuk

memberikan tekstur, pewarna fungsinya agar kelihatan lebih menarik,

garam untuk mempertajam rasa, borak sebagai pengenyal dan formalin

sebagai pengawet.

Halaman 3 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 77: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa cara terdakwa membuat mie basah yang mengandung bahan

kimia yang tidak diperbolehkan tersebut yaitu dengan cara : bahan -

bahan yang terdiri dari tepung terigu 25 Kg, tepung tapioka 10 Kg, soda

kostik 10 gram, garam 50 gram dilarutkan dalam 12 liter air lalu

dimasukkan ke dalam mixer selama 10 menit, selanjutnya pewarna

kuning 5 gram, borak 5 gram, formalin 5 gram garam dimasukkan ke

dalam air rebusan, setelah itu bahan-bahan yang telah di mixer dipres

kemudian baru dicetak dengan menggunakan mesin pencetak lalu di

rebus ke dalam air mendidih sebanyak 100 liter yang telah mengandung

formalin, borak dan pewarna, kemudian hasil rebusan tersebut ditiriskan

sambil diberikan minyak kacang lalu ditimbang kemudian dikemas

kedalam plastik 5 Kg selanjutnya siap untuk dipasarkan.

• Bahwa setiap hari terdakwa memproduksi makanan mie basah rata-rata

sebanyak 1-1,2 ton, yang oleh terdakwa dijual ke pasar - pasar

Sumedang antara lain pasar cimalaka, pasar tanjung sari, pasar

parakan muncang, di Kabupaten Bandung diantaranya pasar

cicalengka, lalu di pasar daerah Subang yaitu pasar tanjung siang dan

pasar kasomalang, sedangkan harga jual per kilogramnya yaitu Rp.

4400,-( empat ribu empat ratus rupiah) sampai Rp. 4500,- (empat ribu

lima ratus rupiah).

• Bahwa kemudian pada hari senin tanggal 16 Juni 2014 sekira pukul

17.30 Wib, saat petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

Bandung berdasarkan Surat Perintah Tugas dan Surat Perintah

Penyelidikan melakukan penyelidikan ditempat terdakwa melakukan

produksi mie basah mengandung bahan kimia menemukan barang bukti

berupa:

1. 62 (enam puluh dua) karung mie basah;

2. 10 (sepuluh) karung tepung terigu naga hijau;

3. 10 (sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung;

4. 1 (satu) unit mesin cetak;

5. 1 (satu) buah timbangan;

6. 1 (satu) buah anak timbangan;

7. 1 (satu) lembar nota;

• Bahwa terdakwa memproduksi dan mengedarkan makanan mie

basah mengandung bahan kimia tersebut sejak tahun 2010 sampai

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 78: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.iddengan April 2014 tersebut diatas tanpa ijin dari Instansi Pemerintah

Republik Indonesia yang berwenang.

• Bahwa kemudian terhadap mie basah tersebut dilakukan pengujian

dibalai Besar POM, dan berdasarkan hasil pengujian No Contoh :

14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang ditanda

tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie basah yang

diproduksi oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif

mengandung Formalin dan Boraks), selanjutnya guna proses

penyidikan barang bukti tersebut disita oleh Balai Besar

Pengawasan Obat dan Makanan Bandung serta terdakwa dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut.

Perbuatan Terdakwa ARIS RISNADI BIN DAD) SUTARDI sebagaimana

tersebut di atas, diatur dan diancam dalam Pasal 136 huruf b Jo Pasal 75 ayat

(1) Undang-undang Rl No.18 tahun 2012 Tentang Pangan Jo Pasal 64 ayat (1)

KUHP ;

Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Terdakwa tidak

mengajukan keberatan;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum

telah mengajukan saksi-saksi dan ahli sebagai berikut :

1. WULAN WIDJANINGRUM Binti SABRI, dibawah sumpah pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa benar suami saksi Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI

SUTARDI sebagai pemilik pabrik mie yang beralamat di lingkungan

Barak Rt. 001 Rw. 007, Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara

Kabupaten Sumedang;

• Bahwa lokasi pabrik mie basah berada di dalam garasi mobil dan usaha

tersebut dijalankan oleh Terdakwa sejak tahun 2010 ;

• Bahwa Terdakwa dalam mengelola atau menjalankan usaha pabrik mie

basah tersebut mempekerjakan sebanyak 8 (delapan) orang karyawan ;

• Bahwa saksi tidak tahu Terdakwa dalam membuat makanan jenis mie

basah menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari tepung terigu,

tepung tapioka, soda kostik, garam, air, pewarna kuning, borak, dan

formalin ;

Halaman 5 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 79: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa saksi tidak pernah ikut campur Terdakwa dalam menjalankan

usaha membuat atau memproduksi mie basah karena saksi punya

pekerjaan lain sebagai Weding Organisasion ;

• Bahwa yang saksi tahu mie basah yang diproduksi tersebut dijual ke

Lembang Bandung, Sumedang, dan Karawang ;

• Bahwa saksi tidak tahu pada saat petugas Balai Besar Pengawasan

Obat dan Makanan Bandung datang ke pabrik mie basah milik

Terdakwa yang melakukan penyelidikan yaitu pada hari Senin tanggal

16 Juni 2014 sekira pukul 17.30 Wib sebab saksi sedang melakukan

pekerjaan di daerah Ganeas Kabupaten Sumedang;

• Bahwa saksi baru tahu ada petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung datang ke pabrik mie basah milik Terdakwa setelah

saksi diberi informasi oleh petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung yang dahulu pernah memeriksa pabrik mie basah

milik Terdakwa;

• Bahwa saksi tahu dari petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung pada saat pemeriksaan terhadap pabrik mie basah

milik Terdakwa yang ternyata mie basah mengandung bahan kimia

formalin dan dan boraks, dan dilokasi pabrik ditemukan berupa 62

(enam puluh dua) karung mie basah, 10 (sepuluh) karung tepung terigu

naga hijau, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung, 1 (satu)

unit mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk Formalin, 1 (satu) karung Pijer

(Borak), 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak timbangan dan 1

(satu) lembar nota;

• Bahwa Terdakwa memproduksi dan mengedarkan makanan mie

basah sejak tahun 2010 ;

• Bahwa saksi tahu hasil pengujian terhadap mie basah yang diproduksi

oleh Pabrik Terdakwa yang dilakukan di Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan Bandung, dan berdasarkan hasil pengujian No. Contoh :

14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang ditanda

tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie basah yang diproduksi

oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif mengandung

Formalin dan Boraks);.

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 80: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa Terdakwa dalam memproduksi mie basah yang mengandung

bahan kimia formalis dan borak tanpa ijin dari Instansi Pemerintah atau

pihak yang berwenang.

• Bahwa saksi tahu bahan kimia formalin digunakan sebagai bahan

pengawet supaya mei basah tidak cepat basi sedangkan boraks sebagai

pengenyal ;

• Bahwa saksi tahu Terdakwa pernah dihukum dalam perkara yang sama

yaitu memproduksi mie basah dengan menggunakan bahan tambahan

yaitu bahan kimia jenis formalin dan boraks, dan perkaranya diputus

pada tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan masa percobaan,

akan tetapi saksi tidak menjadi saksi dalam perkara tersebut ;

2. Saksi HASIM Bin OTO, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut:

• Bahwa saksi bekerja di Pabrik mie milik Terdakwa ARIS RISNADI BIN

DADI SUTARDI sejak tahun 2010, dan pabrik tersebut beralamat di

lingkungan Barak Rt. 001 Rw. 007, Kelurahan Situ Kecamatan

Sumedang Utara Kabupaten Sumedang ;

• Bahwa lokasi pabrik mie basah tersebut berada di dalam garasi mobil

dan usaha tersebut dijalankan oleh Terdakwa sejak tahun 2010,

mempekerjakan sebanyak 8 (delapan) orang karyawan ;

• Bahwa saksi bekerja di Pabrik mie milik Terdakwa dengan tugas

menimbang bahan baku, membuat adonan mie, mencetak mie,

mendinginkan dan menimbang produk yang sudah jadi untuk

dimasukan ke dalam kantong plastik selain itu juga melakukan

pengiriman mie basah tersebut ke pasar Inpres Sumedang, pasar

Cicalengka Sumedang, pasar Tanjungsari Sumedang dan juga ada

yang membeli secara langsung ;

• Bahwa pada saat petugas dari Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung dengan didampingi oleh anggota Polda Jabar

datang memeriksa mie basah, mendata dan melakukan penyitaan di

pabrik mie basah milik Terdakwa pada hari senin tanggal 16 Juni 2014,

saksi ada dilokasi pabrik sedang istirahat ;

• Bahwa saksi tahu mie basah yang diperiksa oleh Balai Besar

Pengawasan Obat dan Makanan Bandung mengandung bahan kimia

formalin dan boraks, dan dilokasi pabrik ditemukan dan disita oleh

Halaman 7 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 81: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idpetugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung yaitu

berupa 62 (enam puluh dua) karung mie basah 1 (satu) karungnya

seberat 50 (lima puluh) Kilogram, 10 (sepuluh) karung tepung terigu

naga hijau 1 (satu) karungnya seberat 25 (dua puluh lima) Kilogram, 10

(sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung 1 (satu) karungnya

seberat 25 Kilogram, 1 (satu) unit mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk

Formalin 1 (satu) karungnya seberat 33 Kilogram, 1 (satu) karung Pijer

(Boraks) 1 (satu) karungnya seberat 31 Kilogram, 1 (satu) buah

timbangan, 1 (satu) buah anak timbangan dan 1 (satu) lembar nota;

• Bahwa cara saksi membuat mie basah yaitu terigu seberat 25 (dua

puluh lima) kilogram dicampur dengan aci seberat 10 (sepuluh) kilogram

lalu diaduk menggunakan penggilingan didalam adonan, lalu ditambah

larutan yang terdiri dari air, garam, pewarna dan boraks, kemudian

ditambah caustic soda, setelah itu adonan dicetak dan direbus dengan

air sebanyak 150 (seratus lima puluh) liter kurang lebih selama 2 (dua)

menit, lalu ditambah formalin sebanyak 2 (dua) gram untuk 2 (dua)

adonan mie, mie yang sudah direbus kemudian diangkat dan di

dinginkan memakai kipas, setelah itu ditimbang lalu dimasukan ke

dalam kantong plastic untuk dijual;

• Bahwa memproduksi mie basah di pabrik milik Terdakwa sebanyak 1

(satu) ton per-hari dan dijual 1 (satu) kilogram Rp 4000,- (empat ribu

rupiah) ;

• Bahwa saksi membuat mie basah memakai bahan kimia boraks dan

formalin atas suruhan atau perintah Terdakwa ;

• Bahwa yang saksi tahu mie basah yang diproduksi tersebut dijual ke

Lembang Bandung, Sumedang, dan Karawang ;

• Bahwa saksi tahu hasil pengujian terhadap mie basah yang diproduksi

oleh Pabrik Terdakwa yang dilakukan di Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan Bandung, dan berdasarkan hasil pengujian No. Contoh :

14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang ditanda

tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie basah yang diproduksi

oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif mengandung

Formalin dan Boraks);.

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 82: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa saksi tahu bahan kimia formalin digunakan sebagai bahan

pengawet supaya mei basah tidak cepat basi sedangkan boraks sebagai

pengenyal ;

• Bahwa Terdakwa dalam memproduksi mie basah yang mengandung

bahan kimia formalis dan boraks tanpa ijin dari Instansi Pemerintah atau

pihak yang berwenang;

• Bahwa saksi suka juga memakan mie basah tersebut ;

• Bahwa saksi tahu Terdakwa pernah dihukum dalam perkara yang sama

yaitu memproduksi mie basah dengan menggunakan bahan tambahan

yaitu bahan kimia jenis formalin dan boraks, dan perkaranya diputus

pada tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan masa percobaan,

dan saksi pernah menjadi saksi dalam perkara tersebut ;

3. Saksi YAYAN TARYANA, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut:

• Bahwa saksi bekerja di Pabrik mie milik Terdakwa ARIS RISNADI BIN

DADI SUTARDI sejak tahun 2010, dan pabrik tersebut beralamat di

lingkungan Barak Rt. 001 Rw. 007, Kelurahan Situ Kecamatan

Sumedang Utara Kabupaten Sumedang ;

• Bahwa lokasi pabrik mie basah tersebut berada di dalam garasi mobil

dan usaha tersebut dijalankan oleh Terdakwa sejak bulan Juni tahun

2013, mempekerjakan sebanyak 8 (delapan) orang karyawan ;

• Bahwa saksi bekerja di Pabrik mie milik Terdakwa dengan tugas

menimbang bahan baku dan juga melakukan pengiriman mie basah

tersebut ke pasar Inpres Sumedang, pasar Cicalengka Sumedang,

pasar Tanjungsari Sumedang dan juga ada yang membeli secara

langsung ;

• Bahwa pada saat petugas dari Balai Besar Pengawasan Obat dan

Makanan Bandung dengan didampingi oleh anggota Polda Jabar

datang memeriksa mie basah, mendata dan melakukan penyitaan di

pabrik mie basah milik Terdakwa pada hari senin tanggal 16 Juni 2014,

saksi ada dilokasi pabrik sedang istirahat ;

• Bahwa saksi tahu mie basah yang diperiksa oleh Balai Besar

Pengawasan Obat dan Makanan Bandung mengandung bahan kimia

formalin dan dan boraks, dan dilokasi pabrik ditemukan dan disita oleh

petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung yaitu

Halaman 9 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 83: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idberupa 62 (enam puluh dua) karung mie basah 1 (satu) karungnya

seberat 50 (lima puluh) Kilogram, 10 (sepuluh) karung tepung terigu

naga hijau 1 (satu) karungnya seberat 25 (dua puluh lima) Kilogram, 10

(sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung 1 (satu) karungnya

seberat 25 Kilogram, 1 (satu) unit mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk

Formalin 1 (satu) karungnya seberat 33 Kilogram, 1 (satu) karung Pijer

(Borak) 1 (satu) karungnya seberat 31 Kilogram, 1 (satu) buah

timbangan, 1 (satu) buah anak timbangan dan 1 (satu) lembar nota;

• Bahwa cara saksi membuat mie basah yaitu terigu seberat 25 (dua

puluh lima) kilogram dicampur dengan aci seberat 10 (sepuluh) kilogram

lalu diaduk menggunakan penggilingan didalam adonan, lalu ditambah

larutan yang terdiri dari air, garam, pewarna dan boraks, kemudian

ditambah caustic soda, setelah itu adonan dicetak dan direbus dengan

air sebanyak 150 (seratus lima puluh) liter kurang lebih selama 2 (dua)

menit, lalu ditambah formalin sebanyak 2 (dua) gram untuk 2 (dua)

adonan mie, mie yang sudah direbus kemudian diangkat dan di

dinginkan memakai kipas, setelah itu ditimbang lalu dimasukan ke

dalam kantong plastic untuk dijual;

• Bahwa memproduksi mie basah di pabrik milik Terdakwa sebanyak 1

(satu) ton per-hari dan dijual 1 (satu) kilogram Rp 4000,- (empat ribu

rupiah) ;

• Bahwa saksi membuat mie basah memakai bahan kimia borak dan

formalin atas suruhan atau perintah Terdakwa ;

• Bahwa yang saksi tahu mie basah yang diproduksi tersebut dijual ke

Lembang Bandung, Sumedang, dan Karawang ;

• Bahwa saksi tahu hasil pengujian terhadap mie basah yang diproduksi

oleh Pabrik Terdakwa yang dilakukan di Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan Bandung, dan berdasarkan hasil pengujian No. Contoh :

14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang ditanda

tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie basah yang diproduksi

oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif mengandung

Formalin dan Boraks);.

• Bahwa saksi tahu bahan kimia formalin digunakan sebagai bahan

pengawet supaya mei basah tidak cepat basi sedangkan boraks sebagai

pengenyal ;

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 84: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa Terdakwa dalam memproduksi mie basah yang mengandung

bahan kimia formalis dan borak tanpa ijin dari Instansi Pemerintah atau

pihak yang berwenang;

• Bahwa saksi suka makan mie basah tersebut ;

• Bahwa saksi tahu Terdakwa pernah dihukum dalam perkara yang sama

yaitu memproduksi mie basah dengan menggunakan bahan tambahan

yaitu bahan kimia jenis formalin dan boraks, dan perkaranya diputus

pada tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan masa percobaan,

dan saksi tidak menjadi saksi dalam perkara tersebut ;

4. Saksi WACHID, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

• Bahwa saksi bekerja di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

Bandung sejak tahun 1986 dan pada hari senin tanggal 16 Juni 2014

saksi bersama Penyidik PNS Balai Besar POM Bandung melakukan

pemeriksaan dan penyitaan mie basah karena diduga mie basah yang

diproduksi di Pabrik mie milik Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI

SUTARDI beralamat di lingkungan Barak Rt. 001 Rw. 007, Kelurahan

Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang mengandung

bahan kimia formalin dan boraks ;

• Bahwa lokasi pabrik mie basah tersebut berada di dalam garasi mobil ;

• Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan ke pabrik mie basah

milik Terdakwa, bertugas membantu Penyidik PNS Balai Besar POM

Bandung melakukan pemeriksaan dan menyita produk mei basah

tersebut ;

• Bahwa saksi tahu mie basah yang disita lalu dilakukan pemeriksaan

oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung ternyata

mie basah mengandung bahan kimia formalin dan dan boraks yang

dilarang oleh Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,

dan dilokasi pabrik ditemukan berupa 62 (enam puluh dua) karung mie

basah 1 (satu) karungnya seberat 50 (lima puluh) Kilogram, 10

(sepuluh) karung tepung terigu naga hijau 1 (satu) karungnya seberat

25 (dua puluh lima) Kilogram, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka

gunung agung 1 (satu) karungnya seberat 25 Kilogram, 1 (satu) unit

mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk Formalin 1 (satu) karungnya

seberat 33 Kilogram, 1 (satu) karung Pijer (Boraks) 1 (satu) karungnya

Halaman 11 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 85: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idseberat 31 Kilogram, 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak

timbangan dan 1 (satu) lembar nota;

• Bahwa saksi tahu hasil pengujian terhadap mie basah yang diproduksi

oleh Pabrik Terdakwa yang dilakukan di Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan Bandung, dan berdasarkan hasil pengujian No. Contoh :

14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang ditanda

tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie basah yang diproduksi

oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif mengandung

Formalin dan Boraks);.

• Bahwa saksi tahu bahan kimia formalin digunakan sebagai bahan

pengawet supaya mei basah tidak cepat basi sedangkan boraks sebagai

pengenyal ;

• Bahwa Terdakwa dalam memproduksi mie basah yang mengandung

bahan kimia formalis dan boraks tanpa ijin dari Instansi Pemerintah atau

pihak yang berwenang;

• Bahwa saksi tahu Terdakwa pernah dihukum dalam perkara yang sama

yaitu memproduksi mie basah dengan menggunakan bahan tambahan

yaitu bahan kimia jenis formalin dan boraks, dan perkaranya diputus

pada tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan masa percobaan,

dan saksi pernah menjadi saksi dalam perkara tersebut ;

5. Saksi LINTANG KUSUMAWARDANI, S.H., dibawah sumpah pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa saksi bekerja di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

Bandung sejak tahun 2005 dan pada hari senin tanggal 16 Juni 2014

saksi bersama Penyidik PNS Balai Besar POM Bandung melakukan

pemeriksaan dan penyitaan mie basah karena diduga mie basah yang

diproduksi di Pabrik mie milik Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI

SUTARDI beralamat di lingkungan Barak Rt. 001 Rw. 007, Kelurahan

Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang mengandung

bahan kimia formalin dan boraks ;

• Bahwa lokasi pabrik mie basah tersebut berada di dalam garasi mobil ;

• Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan ke pabrik mie basah

milik Terdakwa, bertugas membantu Penyidik PNS Balai Besar POM

Bandung melakukan pemeriksaan dan menyita produk mei basah

tersebut ;

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 86: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa saksi tahu mie basah yang disita lalu dilakukan pemeriksaan

oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung ternyata

mie basah mengandung bahan kimia formalin dan dan boraks yang

dilarang oleh Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,

dan dilokasi pabrik ditemukan berupa 62 (enam puluh dua) karung mie

basah 1 (satu) karungnya seberat 50 (lima puluh) Kilogram, 10

(sepuluh) karung tepung terigu naga hijau 1 (satu) karungnya seberat

25 (dua puluh lima) Kilogram, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka

gunung agung 1 (satu) karungnya seberat 25 Kilogram, 1 (satu) unit

mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk Formalin 1 (satu) karungnya

seberat 33 Kilogram, 1 (satu) karung Pijer (Boraks) 1 (satu) karungnya

seberat 31 Kilogram, 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak

timbangan dan 1 (satu) lembar nota;

• Bahwa saksi tahu hasil pengujian terhadap mie basah yang diproduksi

oleh Pabrik Terdakwa yang dilakukan di Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan Bandung, dan berdasarkan hasil pengujian No. Contoh :

14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang ditanda

tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie basah yang diproduksi

oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif mengandung

Formalin dan Boraks);.

• Bahwa saksi tahu bahan kimia formalin digunakan sebagai bahan

pengawet supaya mei basah tidak cepat basi sedangkan boraks sebagai

pengenyal ;

• Bahwa Terdakwa dalam memproduksi mie basah yang mengandung

bahan kimia formalis dan boraks tanpa ijin dari Instansi Pemerintah atau

pihak yang berwenang;

• Bahwa saksi tahu Terdakwa pernah dihukum dalam perkara yang sama

yaitu memproduksi mie basah dengan menggunakan bahan tambahan

yaitu bahan kimia jenis formalin dan boraks; dan perkaranya diputus

pada tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan masa percobaan,

dan saksi pernah menjadi saksi dalam perkara tersebut ;

6. Saksi ANDI HAKIM, S.Sos., dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa saksi bekerja di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

Bandung sejak tahun 1996 dan pada hari senin tanggal 16 Juni 2014

Halaman 13 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 87: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idsaksi bersama Penyidik PNS Balai Besar POM Bandung melakukan

pemeriksaan dan penyitaan mie basah karena diduga mie basah yang

diproduksi di Pabrik mie milik Terdakwa ARIS RISNADI BIN DADI

SUTARDI beralamat di lingkungan Barak Rt. 001 Rw. 007, Kelurahan

Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang mengandung

bahan kimia formalin dan boraks ;

• Bahwa lokasi pabrik mie basah tersebut berada di dalam garasi mobil ;

• Bahwa saksi pada saat melakukan pemeriksaan ke pabrik mie basah

milik Terdakwa, bertugas membantu Penyidik PNS Balai Besar POM

Bandung melakukan pemeriksaan dan menyita produk mei basah

tersebut ;

• Bahwa saksi tahu mie basah yang disita lalu dilakukan pemeriksaan

oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung ternyata

mie basah mengandung bahan kimia formalin dan dan boraks yang

dilarang oleh Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,

dan dilokasi pabrik ditemukan berupa 62 (enam puluh dua) karung mie

basah 1 (satu) karungnya seberat 50 (lima puluh) Kilogram, 10

(sepuluh) karung tepung terigu naga hijau 1 (satu) karungnya seberat

25 (dua puluh lima) Kilogram, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka

gunung agung 1 (satu) karungnya seberat 25 Kilogram, 1 (satu) unit

mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk Formalin 1 (satu) karungnya

seberat 33 Kilogram, 1 (satu) karung Pijer (Boraks) 1 (satu) karungnya

seberat 31 Kilogram, 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak

timbangan dan 1 (satu) lembar nota ;

• Bahwa saksi tahu hasil pengujian terhadap mie basah yang diproduksi

oleh Pabrik Terdakwa yang dilakukan di Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan Bandung, dan berdasarkan hasil pengujian No. Contoh :

14.094.04.13.04.0001 K tanggal 15 September 2014 yang ditanda

tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie basah yang diproduksi

oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat (positif mengandung

Formalin dan Boraks);.

• Bahwa saksi tahu bahan kimia formalin digunakan sebagai bahan

pengawet supaya mei basah tidak cepat basi sedangkan boraks sebagai

pengenyal ;

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 88: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id• Bahwa Terdakwa dalam memproduksi mie basah yang mengandung

bahan kimia formalis dan boraks tanpa ijin dari Instansi Pemerintah atau

pihak yang berwenang;

• Bahwa saksi tahu Terdakwa pernah dihukum dalam perkara yang sama

yaitu memproduksi mie basah dengan menggunakan bahan tambahan

yaitu bahan kimia jenis formalin dan boraks; dan perkaranya diputus

pada tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan masa percobaan,

dan saksi pernah menjadi saksi dalam perkara tersebut ;

7. Ahli Dra. SITI RULIA, Apt., dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa saksi lulus Sarjana Apoteker di Universitas Padjadjaran pada

tahun 1987 dan benar saksi Penyidik PNS Balai Besar Pengawasan

Obat dan Makanan Bandung yang ditunjuk sebagai ahli dalam perkara

tindak pidana menggunakan bahan-bahan yang dilarang digunakan

sebagai bahan tambahan pangan ;

• Bahwa makanan yang diproduksi oleh suatu perusahaan dapat

diedarkan atau dijual haruslah memenuhi standar mutu dan keamanan

pangan ;

• Bahwa yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan

adalah bahan-bahan yang kandungannya dilarang untuk digunakan

sebagai bahan tambahan pangan karena membahayakan kesehatan

manusia ;

• Bahwa formalin dan Boraks termasuk bahan yang dilarang digunakan

sebagaimana ketentuan PERMENKES RI No. 33 Tahun 2012 Tentang

Bahan Tambahan Makanan;

• Bahwa penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan tambahan

makanan dapat menyebabkan efek jangka panjang dan jangka pendek

yang efeknya akan dirasakan dapat menimbulkan iritasi pada saluran

pernapasan, muntah, sakit kepala, juga dapat menyebabkan kerusakan

jantung, hati, otak, limpa, pancreas, system saraf dan ginjal ;

• Bahwa mie basah yang diproduksi oleh Terdakwa berdasarkan hasil

pengujian No. Contoh : 14.094.04.13.04.0001.K tanggal 15 September

2014 yang ditanda tangani oleh Ir. Rusiana, MSc berkesimpulan mie

basah yang diproduksi oleh terdakwa tersebut tidak memenuhi syarat

(positif mengandung Formalin dan Boraks) ;

Halaman 15 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 89: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id Terhadap keterangan saksi-saksi dan ahli tersebut di atas, Terdakwa

tidak berkeberatan;

Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan

keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

• Bahwa benar Terdakwa sebagai pemilik pabrik mie basah kedatangan

Penyidik PNS Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bandung,

diantaranya saksi WACHID, LINTANG KUSUMAWARDANI, S.H., dan

ANDI HAKIM, S.Sos. pada hari senin tanggal 16 Juni 2014, dalam

rangka melakukan pemeriksaan terhadap mie basah yang diproduksi

pabrik milik Terdakwa beralamat di lingkungan Barak Rt. 001 Rw. 007,

Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang ;

• Bahwa Terdakwa benar telah menggunakan formalin dan boraks dalam

pembuatan mie basah ;

• Bahwa cara pembuatan mie basah di pabrik milik Terdakwa yaitu terigu

seberat 25 (dua puluh lima) kilogram dicampur dengan aci seberat 10

(sepuluh) kilogram lalu diaduk menggunakan penggilingan didalam

adonan, lalu ditambah larutan yang terdiri dari air, garam, pewarna dan

boraks, kemudian ditambah caustic soda, setelah itu adonan dicetak

dan direbus dengan air sebanyak 150 (seratus lima puluh) liter kurang

lebih selama 2 (dua) menit, lalu ditambah formalin sebanyak 2 (dua)

gram untuk 2 (dua) adonan mie, mie yang sudah direbus kemudian

diangkat dan di dinginkan memakai kipas, setelah itu ditimbang lalu

dimasukan ke dalam kantong plastic untuk dijual ;

• Bahwa Terdakwa dalam pembuatan mie basah menggunakan formalin

dan boraks agar mie menjadi kenyal dan dapat tahan lama atau tidak

mudah basi ;

• Bahwa Terdakwa melakukan pembuatan mie basah menggunakan

formalin dan boraks dengan dibantu oleh para pekerjanya yang

semuanya dilakukan atas perintah Terdakwa

• Bahwa mie basah yang diproduksi Terdakwa dijual ke Lembang

Bandung, Sumedang, dan Karawang ;

• Bahwa Terdakwa membuat mie basah menggunakan formalin dan

boraks sejak tahun 2010 ;

• Bahwa para petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

Bandung yang datang ke lokasi pabrik mie basah milik Terdakwa ketika

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 90: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.iddilakukan penggeledahan ditemukan bahan-bahan pembuat mie basah

yaitu 62 (enam puluh dua) karung mie basah 1 (satu) karungnya

seberat 50 (lima puluh) Kilogram, 10 (sepuluh) karung tepung terigu

naga hijau 1 (satu) karungnya seberat 25 (dua puluh lima) Kilogram, 10

(sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung 1 (satu) karungnya

seberat 25 Kilogram, 1 (satu) unit mesin cetak, 1 (satu) karung serbuk

Formalin 1 (satu) karungnya seberat 33 Kilogram, 1 (satu) karung Pijer

(Boraks) 1 (satu) karungnya seberat 31 Kilogram, 1 (satu) buah

timbangan, 1 (satu) buah anak timbangan dan 1 (satu) lembar nota,

yang selanjutnya dilakukan penyitaan terhadap barang-barang

tersebut ;

• Bahwa Terdakwa pernah dihukum dalam perkara yang sama yaitu

memproduksi mie basah dengan menggunakan bahan tambahan yaitu

bahan kimia jenis formalin dan boraks; dan perkaranya diputus pada

tanggal 22 Januari 2013 dan dihukum dengan masa percobaan ;

Menimbang, bahwa Terdakwa tidak mengajukan saksi yang

meringankan diri Terdakwa (saksi a de charge);

Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai

berikut:

• 62 (enam puluh dua) karung mie basah, 10 (sepuluh) karung tepung

terigu naga hijau, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung, 1

(satu) unit mesin cetak, 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak

timbangan dan 1 (satu) lembar nota;

Bahwa barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum oleh

karenanya dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian ini ;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini Majelis

Hakim menyatakan segala sesuatu yang terjadi selama pemeriksaan perkara

ini berlangsung tercatat lengkap dalam berita acara persidangan dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan Terdakwa

dihubungkan dengan barang bukti yang ada, dimana satu dengan lain saling

bersesuaian, maka dapatlah diperoleh fakta hukum sebagai berikut :

• Bahwa Terdakwa sebagai pemilik pabrik mie basah dalam memproduksi

mie basah menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari tepung terigu,

tepung tapioka, soda kostik, garam, air, pewarna kuning, borak, dan

Halaman 17 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 91: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idformalin. Dimana fungsi dari masing-masing bahan tersebut yaitu

tepung terigu dan tepung tapioka sebagai bahan utama, soda kostik

untuk memberikan tekstur, pewarna fungsinya agar kelihatan lebih

menarik, garam untuk mempertajam rasa ;

• Bahwa Terdakwa dalam pembuatan mie basah menggunakan formalin

dan boraks agar mie menjadi kenyal dan dapat tahan lama atau tidak

mudah basi ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Hakim akan mempertimbangkan apakah

berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan, Terdakwa dapat

dinyatakan telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan

kepadanya;

Menimbang, bahwa untuk menyatakan Terdakwa telah melakukan suatu

tindak pidana, maka perbuatan Terdakwa haruslah memenuhi semua unsur dari

Pasal yang didakwakan kepadanya ;

Menimbang, bahwa dakwaan Penuntut Umum disusun dengan secara

tunggal, yaitu Pasal 136 huruf b Jo Pasal 75 ayat (1) Undang Undang No.18

tahun 2012 Tentang Pangan Jo Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang Undang

Hukum Pidana ;

Menimbang, bahwa Pasal 136 huruf b Jo Pasal 75 ayat (1) Undang-

Undang No.18 tahun 2012 Tentang Pangan Jo Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang

Undang Hukum Pidana, mengandung unsur-unsur sebagai berikut : ;

1. Barang siapa;

2. Dengan sengaja melakukan produksi pangan untuk diedarkan,

menggunakan bahan tambahan yaitu formalin dan borak yang dilarang

digunakan sebagai bahan tambahan pangan ;

3. Yang dilakukan secara berlanjut ;

Menimbang, bahwa terpenuhi atau tidak terpenuhinya unsur-unsur

tersebut dalam perbuatan Terdakwa dapat dipertimbangkan sebagai berikut :

Ad.1. Barang Siapa;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur “Barang siapa” adalah

setiap orang selaku subjek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban yang

mampu bertanggungjawab dalam segala tindakannya ;

Menimbang, bahwa Penuntut Umum telah menghadapkan seorang

Terdakwa ke muka persidangan, dimana Majelis Hakim telah menanyakan

identitas Terdakwa secara lengkap, dan ternyata identitas Terdakwa yang

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 92: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.iddihadapkan ke muka persidangan identik dengan identitas Terdakwa ARIS

RISNADI Bin DADI SUTARDI sebagaimana tercantum dalam Surat Dakwaan

Penuntut Umum, dengan demikian dapat dipastikan bahwa Terdakwa yang

dihadapkan ke muka persidangan adalah benar Terdakwa sebagaimana yang

dimaksud dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum sehingga tidak salah subjek

(non error in subjecto) ;

Menimbang, bahwa dalam pemeriksaan persidangan, Terdakwa mampu

menjawab dengan baik semua pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Hakim

maupun Penuntut Umum, yang menunjukkan bahwa Terdakwa sehat akal dan

fikirannya, oleh karena itu Terdakwa adalah orang yang cakap secara hukum

sehingga terdakwa merupakan subjek hukum yang mampu bertanggungjawab

dalam segala tindakannya dan tidak termasuk sebagaimana mereka yang

digolongkan dalam Pasal 44 KUHPIdana, maka dengan demikian maka unsur

“barangsiapa” telah terpenuhi oleh Terdakwa ;

Ad 2.Dengan sengaja melakukan produksi pangan untuk diedarkan,

menggunakan bahan tambahan yaitu formalin dan borak yang

dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan ;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan sengaja mempunyai arti

bahwa Terdakwa mengetahui dengan sadar, sehingga Ia dapat

dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. Dihubungkan dengan unsur-unsur

lainnya unsur sengaja diletakan dimuka unsur-unsur lainnya. Dengan demikian

unsur sengaja meliputi atau mempengaruhi semua unsur selanjutnya ;

Menimbang, bahwa produksi pangan untuk diedarkan, menggunakan

bahan tambahan yaitu formalin dan borak yang dilarang digunakan sebagai

bahan tambahan pangan, bahwa berdasarkan pengertian dan pemahaman

sebagaimana yang teruraikan tersebut diatas apabila dikaitkan dengan fakta

yang terungkap dipersidangan maka diperoleh kesimpulan bahwa Terdakwa

sebagai pemilik pabrik mie basah dalam memproduksi mie basah

menggunakan bahan-bahan yang terdiri dari tepung terigu, tepung tapioka,

soda kostik, garam, air, pewarna kuning, borak, dan formalin. Dimana fungsi

dari masing-masing bahan tersebut yaitu tepung terigu dan tepung tapioka

sebagai bahan utama, soda kostik untuk memberikan tekstur, pewarna

fungsinya agar kelihatan lebih menarik, garam untuk mempertajam rasa dan

Terdakwa jual baik secara langsung dan dikirim untuk dijual ke daerah

Bandung, Karawang dan Sumedang ;

Halaman 19 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 93: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idBahwa Terdakwa dalam pembuatan mie basah menggunakan formalin

dan boraks agar mie menjadi kenyal dan dapat tahan lama atau tidak mudah

basi oleh karenanya maka unsur ini telah terpenuhi ;

Ad.3. Yang dilakukan secara berlanjut ;

Menimbang, bahwa yang dimaksud didalam unsur ini adalah pelaku

sudah telah berulangkali dan atau secara terus menerus melakukan tindak

pidana yaitu Terdakwa dalam memproduksi mie basah dengan menggunakan

bahan tambahan formalin dan boraks sejak tahun 2010 dan Terdakwa bahkan

Terdakwa telah dijatuhi pidana yang diputus oleh Pengadilan Negeri Bandung

dengan perkara Nomor : 1356/Pid.B/2012/PN.Bdg, tanggal 22 Januari 2013,

dalam perkara yang sama, maka unsur “yang dilakukan secara berlanjut telah

terpenuhi ;

Menimbang, bahwa di dalam pembelaannya Terdakwa yang pada

pokoknya mohon keringanan hukuman dengan alasan-alasan Terdakwa

kooperatif selama persidangan serta tidak mempersulit ;

Menimbang, bahwa atas pembelaan (Pledoi) dari Terdakwa tersebut,

Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut bahwa terhadap pembelaan

Para Terdakwa oleh karena tidak menyangkal dakwaan namun mengakui,

maka tidak perlu dipertimbangkan secara khusus dan akan dipertimbangkan

bersama-sama dengan keadaan yang meringankan dan keadaan yang

memberatkan pidana bagi Terdakwa;

Menimbang, bahwa kemudian akan dipertimbangkan dapat atau tidak

dapatnya Terdakwa mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut;

Menimbang, bahwa oleh karena Majelis Hakim dalam persidangan tidak

menemukan sesuatu bukti bahwa Terdakwa adalah orang yang tidak mampu

bertanggung jawab atas perbuatannya dan juga tidak menemukan alasan, baik

alasan pembenar maupun alasan pemaaf sebagai alasan penghapus pidana

bagi Terdakwa, maka sudah selayaknya dan seadilnya apabila Terdakwa

dinyatakan bersalah;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah, maka

harus dijatuhi pidana sebagaimana dalam amar putusan;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa dikenakan

penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan

penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 94: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idMenimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan

terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar

Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

• Menimbang, bahwa barang bukti berupa : 62 (enam puluh dua)

karung mie basah, 10 (sepuluh) karung tepung terigu naga hijau, 10

(sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung, 1 (satu) unit mesin

cetak, 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah anak timbangan.

dirampas untuk dimusnahkan dan 1 (satu) lembar nota, tetap terlampir

dalam berkas perkara ini;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa;Keadaaan yang memberatkan :

• Perbuatan Terdakwa telah membahayakan kesehatan bagi orang yang;

• Terdakwa pernah dihukum ;

Keadaan yang meringankan :

• Terdakwa menyesali perbuatannya ;

• Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah, maka

Terdakwa harus dibebani untuk membayar biaya perkara;

Mengingat Pasal 136 huruf b Jo Pasal 75 ayat (1) Undang Undang No.18

tahun 2012 Tentang Pangan Jo Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum

Pidana, Undang-undang No. 8 tahun 1981 serta pasal-pasal dan peraturan-

peraturan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa ARIS RISNADI Bin DADI SUTARDI terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ” Dengan sengaja

memproduksi pangan untuk diedarkan, menggunakan bahan tambahan

yaitu formalin dan borak yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan

pangan yang dilakukan dengan secara berlanjut”

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 4 (empat) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

Halaman 21 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 95: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id5. Menetapakan barang bukti berupa :

• 62 (enam puluh dua) karung mie basah, 10 (sepuluh) karung tepung

terigu naga hijau, 10 (sepuluh) karung tepung tapioka gunung agung,

1 (satu) unit mesin cetak, 1 (satu) buah timbangan, 1 (satu) buah

anak timbangan

Dirampas untuk dimusnahkan

• 1 (satu) lembar nota;

Terlampir dalam berkas perkara;

6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Bandung, pada hari Selasa, tanggal 21 April 2015, oleh

SIHOL B. MANALU, S.H.M.H selaku Hakim Ketua, FX. SOEGIARTO,

S.H.,M.Hum, dan BERTON SIHOTANG, SH.,M.H., masing-masing sebagai

Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari

itu juga oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut,

dibantu oleh JONO YULIANTO, SH., Panitera Pengganti pada Pengadilan

Negeri Bandung, serta dihadiri oleh AHMAD NURHIDAYAT, S.H., Penuntut

Umum dan Terdakwa.

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

FX. SOEGIARTO, S.H.,M.Hum SIHOL B. MANALU, S.H.M.H

BERTON SIHOTANG, SH.,M.H.

Panitera Pengganti,

JONO YULIANTO, S.H

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 96: TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 23 dari 23 Putusan No. 262/Pid.B/2015/PN.Bdg

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23