skripsi tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh ... · dari buku, artikel, yang berkaitan...

75
SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 69 K/MIL/2016) Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : MUHAMMAD CAESAR 11140450000095 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018/1439 H

Upload: others

Post on 29-Feb-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

SKRIPSI

TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANGGOTA TENTARA

NASIONAL INDONESIA

(Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 69 K/MIL/2016)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

MUHAMMAD CAESAR

11140450000095

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018/1439 H

Page 2: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 3: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 4: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim...

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas

akhir dalam menempuh studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan selalu kepada Baginda Nabi

Agung, Muhammad S.A.W yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah

ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan kasih sayang.

Selanjutnya dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa, yang

terhormat:

1. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. M. Nurul Irfan, M. Ag. selaku Kepala Program Studi Hukum

Pidana Islam (Jinayah).

3. Mujibur Rohman selaku Sekretaris Program Studi Hukum Pidana

Islam (Jinayah).

4. Prof. Dr. Yunasril Ali, M.A. selaku Dosen Pembimbing I dalam

penulisan skripsi dan telah memberikan masukan, arahan serta

meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

5. Mara Sutan Rambe, S.H.I, M.H. selaku Dosen Pembimbing II dalam

penulisan skripsi dan telah memberikan masukan, arahan, serta

meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

6. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

iv

7. Kepada Mamah/Ibunda tercinta Sandra Amelia Gunena, S.E. terima

kasih telah mengantarkan penulis hingga menyelesaikan tugas akhir

ini. Terimakasih atas kasih sayang, bimbingan, dan pengorbanan yang

tiada henti untuk penulis. Semoga Allah selalu berkahi langkah

Mamah kapan dan dimana pun berada.

8. Teman-teman kelas Hukum Pidana Islam Angkatan 2014, terimakasih

telah menjadi teman dalam berproses selama 4 (empat) tahun ini.

9. Teman setia seperti keluarga, KKN SEJUTA syukran katsir telah

memberi warna dalam kehidupan penulis. Anggun, Mufid, Anis, Lia,

Nabila, Nazif, Aini, Nurul, Sulis, Sybil, Tata, Burhan, Abdurrahman,

Rizki, serta Pak Haji Daday dan anaknya Grema yang selalu andil

dalam keseruan SEJUTA.

10. Terkhusus juga untuk teman yang selalu memotivasi yaitu, Lalu Rizal,

Ridho Illahi, Grup Whatsapp Alumni 7 SMP AL-WAFA Bekasi dan

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, hanya kata syukur Alhamdulillah dan terimakasih. Besar

harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis

dan pembaca pada umumnya. Aaamin ya Rabbal’alamin...

Jakarta, 17 Desember 2018

Muhammad Caesar

Page 6: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

v

ABSTRAK

Muhammad Caesar. NIM 11140450000095. TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANGGOTA TENTARA

NASIONAL INDONESIA (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor

69K/MIL/2016). Strata 1 (S1), Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah)

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1439 H/2018 M, 54 halaman. Studi ini menjelaskan bagaimana

pencegahan penyalahgunaan narkotika di lingkungan Militer. Dalam penelitian ini

masalah yang akan dibahas bagaimana penerapan pemidanaan serta pertimbangan

hakim dalam memutus kasus putusan Nomor 69 K/MIL/2016. Penelitian ini

bersifat deskriptif analisis yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan teori-teori yang menjadi objek penelitian. Pendekatan yang

penulis gunakan adalah pendekatan Analisis Kualitatif dengan mencari data baik

dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian penulis. Penelitian ini

menggunakan metode yuridis normatif. Hasil penelitian yang penulis lakukan,

bagi penyalahgunaan narkotika di lingkungan militer seharusnya tidak hanya

mendapatkan pidana pokok penjara 1 tahun saja, akan tetapi mendapatkan

rehabilitas baik medis maupun sosial sebagaimana Pasal 127 Ayat 3 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Pelaku tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dalam Hukum Pidana Islam termasuk dalam golongan

Jarimah Ta’zir, sehingga hukumannya diserahkan kepada penguasa atau ulil amri

yang diwakilkan oleh hakim.

Kata Kunci : Penyalahgunaan Narkotika Tindak Pidana, Hukum Positif, Islam

Pembimbing : Prof. Dr. Yunasril Ali, M.A

Mara Sutan Rambe, S.H.I, M.H

Page 7: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………...…………………………………… 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah………..........................5

C. Tujuan Penelitian…………………………………….………6

D. Manfaat Penelitian………………………….……………..... 6

E. Tinjauan Pustaka………………………………….……..….. 6

F. Metode Penelitian………………………………….…..…… 7

G. Sistematika Penulisan …………………………….…….…...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pidana dan Pemidanaan

1. Pengertian Pidana…………………………………...…..11

2. Pengertian Pemidanaan………………………….……... 12

3. Jenis-Jenis Teori Pemidanaan…………………….….….13

4. Unsur-Unsur Tindak Pidana……………………….…....15

B. Narkotika

1. Pengertian Narkotika ………………………………….. 18

2. Jenis-Jenis Narkotika…………………………… …….. 19

3. Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika…………….. 19

4. Fakta Yang Menyebabkan Anggota Militer Menggunakan

Narkotika…………………………………………….….20

C. Militer

1. Pengertian Militer…………………………………… 21

2. Hukum Disiplin Militer………………………………… 21

3. Tindak Pidana Militer…………………………………...23

4. Fungsi dan Tugas TNI………………………………… 24

Page 8: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

BAB III KEWENANGAN PERADILAN MILITER DALAM MELAYANI

PERKARA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

A. Yurisdiksi Pengadilan Militer dalam Kekuasaan Kehakiman di

Indonesia…………………………………………………… 26

B. Kewenangan Peradilan Militer dalam Menangani

Penyalahgunaan Narkotika menurut KUHPM……………....31

C. Perbedaan Sanksi Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Militer (KUHPM)……………………………… …………. 35

D. Prosedur Pemeriksaan Perkara Tindak Pidana Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anggota Militer…………………………….37

BAB IV TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH

ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA (ANALISIS

PUTUSAN NOMOR 69K/MIL/2016)

A. Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Dalam Lingkungan

Militer……………………………………………………... 39

B. Pertimbangan Hakim dan Sanksi Pidana Penyalahguna

Narkotika Dalam Putusan 69 K/MIL/2016………………….41

1. Kronologis………………………… …………………...41

2. Pertimbangan Hakim........................................................42

3. Amar Putusan Nomor 69 K/MIL/2016………. . . ………44

4. Analisis Putusan............................................................... 45

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................49

B. Saran.......................................................................................49

Page 9: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….50

Page 10: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat sebagai suatu sistem sosial terdiri dari berbagai sub sistem, baik

sub sistem politik, ekonomi, hukum, pendidikan, budaya dan etika, yang satu sama

lain saling mempengaruhi dan saling melengkapi (interaksi) dalam dinamisasi

sosial, dan ada kecenderungan terjadi benturan antar kepentingan dan tujuan, yang

dapat menimbulkan konflik sosial. Kesepakatan-kesepakatan sosial dalam

masyarakat dan dilakukan dalam rangka menghapuskan atau meminimalkan

konflik sosial tersebut, sehingga akan terwujud tatanan sosial atau pranata-pranata

sosial yang terlegitimasi, tertib dan berkeadilan. Salah satu tatanan atau pranata

sosial yang dijadikan landasan menghapus atau meminimalkan konflik sosial

adalah tatanan negara, yang sejalan dengan prinsip negara hukum di Indonesia, di

mana interaksi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mendasarkan

pada hukum yang telah disepakati sebagai sistem yang yuridis formal (legality),

sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945

“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

Hans Kelsen mengatakan bahwa Hukum adalah suatu tatanan perbuatan

manusia, “tatanan” adalah suatu sistem aturan. Hukum adalah seperangkat

peraturan yang mengandung semacam kesatuan yang kita pahami melalui sebuah

sistem. Tatanan sosial tertentu yang memiliki karakter hukum merupakan suatu

tatanan hukum.1

Karakter hukum Indonesia masih berpedoman pada karakter hukum kolonial,

sehingga filosofis hukum kolonial senantiasa mengiringi penegakan hukum

Indonesia, seperti hukum pidana Indonesia masih berpedoman pada filosofis

Wetboek van Strafrechtvoor Nederlandsch-Indie (S.1915 No.732) dengan teori

pembalasan (retributive theory), meskipun dalam berbagai pembentukan dan

1 Hans Kelsen, General Theory of Law and State (New York: Russel and Russel, 1971),

diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (Bandung: Nusa

Media, 2011), h 3-6.

Page 11: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

2

pembaharuan hukum pidana Indonesia telah menyatakan berpedoman pada

filosofis Pancasila, namun kenyataannya tidak bisa diingkari pembentuk undang-

undang di Indonesia menggunakan falsafah, asas-asas atau prinsip-prinsip dasar

hukum kolonial.

Pada zaman era globalisasi dan teknologi berpengaruh pula terhadap

perkembangan jaringan peredaran tindak pidana transnasional, salah satunya tindak

pidana narkotika. Tindak pidana penyalahgunaan Narkotika merupakan masalah

besar yang sedang menjadi topik populer sekaligus menjadi suatu keperihatinan

bangsa Indonesia saat ini. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika tersebut

semakin marak dan bahkan para pelaku penyalahgunaan narkotika seolah-olah

tidak tahu tentang adanya sanksi pidana yang akan menyertainya.

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang perkembangannya sangat

mengkhawatirkan dan berdampak terhadap keluarga dan lingkungan sosial.

Kerugian sosial – ekonomi akibat penyalahgunaan narkotika cenderung meningkat

dari tahun ke tahun, dari Rp. 23,6 trilyun di 2004 menjadi Rp. 48 trilyun (2008).

Walaupun jumlah penyalahguna cenderung stabil, namun jumlah kasus narkotika

yang diungkap meningkat di tahun 2012 ke 2013. Angka-angka yang dilaporkan ini

hanya puncak dari masalah narkotika yang jauh lebih besar.2

Indonesia diperkirakan jumlah penyalahguna narkotika setahun terakhir

sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari populasi

penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka prevalensi

penyalahguna narkotika akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013.

Peningkatan jumlah pengguna narkotika di Indonesia yang diperkirakan

mencapai 5,8 juta jiwa ditahun 2015 merupakan jumlah yang tidak diklasifikasi

berdasarkan persentase umur, jenis kelamin, maupun profesi. Namun, setiap

individu dapat melakukan penyalahgunaan narkotika tanpa mengenal usia, maupun

profesi seluruh lapisan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, kalangan

profesional, selebritis, birokrat bahkan penegak hukum, maupun oknum TNI yang

merupakan komponen utama dalam sistem pertahanan negara, dan merupakan alat

2https://www.unodc.org/documents/wdr2014/World_Drug_Report_2014_web.pdf.diakses

pada tgl 10 Oktober 2015.

Page 12: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

3

negara yang bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan

kedaulatan negara,serta diharapkan mampu memberikan contoh kepada masyarakat

untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan serta tidak melakukan tindak

pidana penyalahgunaan Narkotika, mengingat bahwa Militer di Indonesia identik

dengan suatu institusi yang anggotanya sangat taat dan disiplin terhadap hukum

yang berlaku.

Hukum Militer merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dari sistem

Hukum Nasional yang sekaligus juga merupakan subsistem dari ketentuan yang

mengatur tentang Pertahanan Keamanan Negara. Dengan demikian sistem asas-

asas pokok hukum militer harus berpangkal tolak dari tugas militer dan dari sistem

serta asas-asas pokok Hukum Nasional, disisi lain hukum militer berkewajiban

menjamin terselenggaranya tugas-tugas militer tersebut dengan baik dan benar.

Hukum Militer sebagai subsistem dari sistem Pertahanan Keamanan Negara

perlu mengatur secara tegas mengenai operasionalisasi dari tatanan kehidupan Bela

Negara yang melahirkan Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta. Tahanan

kehidupan bela negara mencakup penyelanggaraan seluruh daya kemampuan

bangsa dan harus disusun, diarahkan serta dikerahkan secara terpadu dan terkendali

baik mengenai tenaga manusia, fasilitas, peralatan maupun jasa dan ruang wilayah.

Arah pengembangan Hukum Militer menuju pada terciptanya keserasian

antara penyelenggaraan kesejahteraan dan penyelenggaraan keamanan dalam

rangka mewujudkan wawasan tanah air serta ketahanan nasional, sangat berguna

menjamin esksistensi kehidupan berbangsa dan bernegara yang bertujuan

membangun peradaban manusia seutuhnya3. Dengan demikian penegakan hukum

di bidang hukum militer harus semakin dimaksimalkan. Sebagaimana diketahui

bersama bahwa hukum militer sebagai subsistem dari sistem pertahanan keamanan

negara perlu mengatur secara tegas mengenai operasionalisasi dari tatanan

kehidupan bela negara yang melahirkan pertahanan keamanan rakyat semesta.

3 Suhadi, PembahasanPerkembangan Pembangunan Hukum Nasional Tentang Militer

danBela Negara, Badan Pembinaan Hukum Nasional Tentang Hukum Militer dan Bela Negara

(Jakarta :1996), h.2.

Page 13: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

4

Beberapa kasus yang terjadi pada anggota militer salah satunya adalah

penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI-AD Ismael yang

berpangkat Sertu pada Kesatuan Kodim 0304/Agam, di bulan Januari 2013

Terdakwa bersama Anto 3 (tiga) kali mengkonsumsi rokok Dji Sam Soe yang

tembakaunya sudah dicampur dengan daun ganja oleh Anto diantaranya tempat

mengkonsumsi/menghisapnya di pesta pernikahan di Kampung Terdakwa di

Palembayan, Kabupaten Agam4.

Cara Terdakwa mengkonsumsi/menghisap rokok Dji Sam Soe yang

tembakaunya sudah dicampur dengan ganja adalah mencampurkan daun ganja yang

sudah dihaluskan dengan tembakau rokok kemudian dibungkus/dilinting dengan

kertas bekas rokok Dji Sam Soe, setelah terbungkus/terlinting rapi kemudian

ujungnya dibakar dengan menggunakan korek api dan dihisap secara bergantian

Terdakwa dengan Anto. Kemudian pada tanggal 25 Januari 2013 terhadap beberapa

personil Kodim 0304/Agam diantaranya Terdakwa dilakukan pemeriksaan urine

guna untuk mengetahui apakah ada yang menggunakan Narkoba terhadap personil

Kodim 0304/Agam. Dari hasil tes urine tersebut diketahui ada beberapa Anggota

Kodim 0304/Agam yang terindikasi pengguna Narkoba diantaranya :Serka Visty D

Demix pengguna Sabu, terdakwa Ismael pengguna/penghisap ganja, Kopda Edison

pengguna Sabu, Praka Suhardi pengguna Sabu, Praka Febriyanto pengguna Sabu

(Mutasi Kodim 0308/Pariaman).

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Petugas BNN kota Payakumbuh

terhadap urine Terdakwa dinyatakan Positif mengandung Tetrahydrocannabinol

(THC) Positif (+). Sehingga Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana

sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana yang tercantum dalam : Pasal 127

Ayat (1) huruf A Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Sehingga Terdakwa dijatuhkan hukuman terhadap dirinya tersebut karena salahnya,

dengan di Pidana Penjara selama 18 (delapan belas) bulan. Dikurangkan seluruhnya

selama Terdakwa beradadalam tahanan sementara. Dan Pidana Tambahan Dipecat

dari Dinas TNI AD.

4//news.analisadaily.com/read/nama-47-prajurit-kodam-ibbyangdipecat/266616/2016/11/07

Diakses pada tgl 7 November 2016.

Page 14: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

5

Seperti kasus tersebut bahwa masalah peredaran dan penyalahgunaan

narkotika di lingkungan militer harus mendapat penangan yang serius, karena hal

ini bisa menyebabkan rusaknya moral prajurit militer dan merusak citra kesatuan.

Oleh karena itu, kewaspadaan akan peredaran narkotika harus lebih ditingkatkan,

sehingga penanggulangan terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika dapat

dilakukan secara efektif dan efesien.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis berkeinginan untuk melakukan

penelitian yang mendalam tentang ’’TINDAK PIDANA PENYALAHGUAAN

NARKOTIKA OLEH ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA

(Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 69 K/MIL/2016)’’

B. Identifikasi, Perumusan, dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah dalam penelitian ini, yaitu :

a. Sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika oleh anggota militer

b. Analisis putusan Mahkamah Agung kasus penyalahgunan narkotika

golongan I bagi diri sendiri.

c. Cara mencegah penyalahgunaan narkotika di lingkungan militer

2. Pembatasan Masalah

Dalam tulisan skripsi ini penulis akan membatasi permasalahan yang akan

dibahas adalah terutama menyangkut akibat hukum dari tindak pidana

penyalahgunaan narkotika sebagaimana dalam Pasal 127 Ayat (1) huruf a Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan tinjauan hukum pidana islam.

3. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pencegahan penyalahgunaan narkotika di lingkungan

Militer?

b. Bagaimana hakim memutuskan dalam sanksi pidana penyalahgunaan

narkotika dalam putusan 69 K/MIL/2016 ?

Page 15: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pertanggung jawaban tindak pidana bagi

penyalahgunaan narkotika.

2. Untuk mengetahui dampak tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

3. Untuk mengetahui sanksi tindak pidana penyalahgunaan narkotika menurut

perspektif hukum pidana islam dan hukum positif di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Mengembangkan wawasan dalam penerapan ilmu hukum serta meningkatan

pengetahuan dibidang hukum pidana khususnya hukum pidana islam

2. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbang bagi pengembangan

hukum khususnya yang berhubungan dengan tindak pidanapenyalahgunaan

narkotika di Indonesia

Manfaat Praktis

1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penegak hukum

dalam menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika.

2. Diharapkan dapan menjadi sumber bacaan bagi siapa saja yang ingin

mengetahui mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

E. Tinjauan Pustaka

1. Berisi Tinjauan Pustaka dari konsep atau kajian yang berhubungan dengan

penyusunan skripsi. Yaitu Rizka Masfufa mahasiswi Universitas Lampung

dalam skripsinya yang berjudul UPAYA KEPOLISIAN DALAM

MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Di

Wilayah Hukum Polsek Tegineneng). Pokok pembahasan ini mengenai

Faktor penghambat penyalahgunaan narkotika, dapat disimpulkan kelima

faktor penghambat penyalahgunaan narkotika dari segi Undang-Undang

Page 16: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

7

Narkotika tidak dapat menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku jenis 75

narkotika yang baru, kurangnya personil kepolisian yang berjumlah hanya

20 orang, sarana dan fasilitas yang kurang memadai, faktor masyarakat

yang kurang berperan aktif dalam mengungkap terjadinya penyalahgunaan

narkotika, dan Kekurangpaduan antara apa yang diminta oleh budaya (yang

mendorong kesuksesan) dengan apa yang diperbolehkan oleh struktur

(yang mencegahnya memperoleh kesuksesan) dapat menyebabkan norma-

norma runtuh karena tidak lagi efektif untuk membimbing tingkah laku.

2. Karya ilmiah dari skripsi Zelni Putra mahasiswa Universitas Andalas yang

berjudul UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA

NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL

(BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang).

Pokok pembahasan karya ilmiah ini adalah Mengenai kebijakan

BNNK/Kota Padang dalam upaya rehabilitasi tidak terdapat ketentuan

tertulis khusus yang dibuat oleh BNNK/Kota Padang. Kebijakan

BNNK/Kota padang hanya berupa melakukan himbauan atau ajakan dalam

program-program penyuluhannya kepada masyarakat terutama kepada

keluarga pecandu agar para pecandu bersedia untuk direhabilitasi di panti-

panti rehabilitasi yang telah diselenggarakan oleh pemerintah, swasta

maupun LSM tertentu. Pecandu juga dihimbau agar mau melaporkan diri

kepada lembaga rehabilitasi, atau dapat juga dilaporkan oleh orang tua atau

wali bagi pecandu yang belum cukup umur.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki terkait penelitian normatif terdapat beberapa

pendekatan, diantaranya pendekatan kasus, pendekatan perundang-undangan,

pendekatan historis, pendekatan konseptual dan pendekatan perbandingan.5

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group), h.47.

Page 17: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

8

Adapun pendekatan penulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus. Pendekatan Undang-

Undang adalah pendekatan menggunakan Undang-Undang dalam menelaah

kasus hukum yang sedang ditangani. Sedangkan pendekatan kasus adalah

menelaah kasus yang sedang ditangani dengan merujuk pada putusan dari

pengadilan.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari segi jenis penelitian hukum, penelitian ini termasuk dalam

kategori jenis penelitian hukum normatif. Soerjono Soekanto, telah menjelaskan

bahwa penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

kepustakaan atau data sekunder dinamakan penelitian hukum normatif atau

penelitan hukum pustaka6. Maka dalam penelitian ini penulis mencoba

menjelaskan tentang sanksi pidana penyalahguaan narkotika.

3. Sumber Data

Penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan atau library research,

yaitu penelitian yang mengacu pada sumber-sumber tertulis atau mengacu pada

literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Maka untuk meneliti, penulis

menggunakan studi pustaka sebagai upaya untuk menemukan korelasi atau

relevansi teori hukum dalam mengkaji isu hukum terkait penelitian ini.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer dalam penelitian ini adalah Putusan Nomor 69 K/MIL/2016.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder penelitian ini menggunakan beberapa buku, kitab, artikel

yang berkaitan dengan judul penelitian ini serta literatur lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

Berkaitan dengan hal teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik studi dokumenter yaitu dengan mendokumentasikan sumber-

6 Lihat Soerjono Soekanto, Penelitian hukum ( Raja Grafindo Persada,2011), cet.23

Page 18: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

9

sumber data, baik primer atau sekunder yang terkait objek penelitian7. Bahan

hukum sekunder yangdigunakan dalam penelitian ini berupa kajian, buku-buku,

serta karya ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Adapun teknik dokumenter dalam penelitian ini berupa mengkaji bahan-

bahan pustaka baik bahan pustaka primer maupun sekunder yang terkait dengan

penerapan hukum pidana di Indonesia. Setelah itu penulis mencari gagasan-gagasan

dari berbagai sumber tersebut terkait objek penelitian dan kemudian akan

dituangkan dan disusun kedalam bentuk tulisan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Setelah teknik pengumpulan data selesai kemudian penulis akan

menganalisisnya dengan metode deskriptif analisis kualitatif, yaitu dengan

menggambarkan, menganalisa, serta memberikan interpretasi terhadap data

objek kajian penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metode

content analisis, yakni, digunakan untuk menganalisa secara ilmiah terkait inti

pesan kedalam sebuah ide atau gagasan tertentu. Dalam proses menganalisis

sumber data dan bahan hukum, penulis menggunakan pendekatan teoritis, yakni

pendekatan hukum islam dan positif.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai pertimbangan dalam mempermudah penulisan skripsi saya ini,

penulis menyusun melalui sitematika penulisan yang terdiri dari lima bab, dimana

pada setiap bab nya dibagi atas sub-sub bab, dengan penjelasan yang terperinci,

agar memudahkan pembaca. Berdasarkan pada materi skripsi penulis bahas

sistematika penyusunan skripsi ini terbagi sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang

penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, Tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian serta diakhiri

7 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta:Rake Sarasin, 2000), ed.

IV,h.68-69.

Page 19: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

10

dengan penjelasan mengenai sistematika penelitian ini yang menjadi pedoman

dalam bab-bab selanjutnya.

BAB II : Gambaran umum tentang Konsep Pemidanaan Pelaku Kejahatan

Penyalahgunaan Narkotika. Disini Penulis menggambarkan mengenai Teori

Pemidanaan Hukum Pidana Indonesia, Teori Tindak Pidana Penyalahgunaan

Narkotika serta bagaimana pertimbangan seorang hakim dalam mengambil putusan

dalam suatu tindak pidana.

BAB III : Gambaran umum perbedaan sanksi pidana dalam kitab-kitab

hukum pidana dan kitab undang-undang hukum pidana militer.Disini penulis

menggambarkan tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam putusan

Mahkamah Agung nomor: 69 K/MIL/2016), keputusan hakim dalam memutuskan

perkara nomor: 69 K/MIL/2016), dan sanksi yang ditetapkan oleh majelis hakim

pada putusan tersebut.

BAB IV : Tindak Pidana penadahan atas putusan nomor: 69

K/MIL/2016)ditinjau dari Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam, Dalam

bab ini, penulis memuat uraian teoritis dan analisis hukum sebagai lanjutan dari bab

sebelumnya, yaitu Analisis Hukum Positif terhadap Penyalahgunaan Narkotika,

Analisis Hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika, serta hukum komparasi

antara hukum positif dan hukum islam.

BAB V : Penutup, Penulis menyimpulkan tahap akhir dari penulisan ini yang

berisi kesimpulan-kesimpulan penelitian dari awal sampai akhir, juga terdiri dari

saran-saran penulis tentang persoalan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.

Page 20: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pidana dan Pemidanaan

1. Pengertian Pidana

Pergaulan kehidupan dalam bermasyarakat tidak selamanya berjalan

dengan apa yang diharapkan. Manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-

masalah atau pertentangan dan konflik kepentingan antar sesamanya. Hal tersebut

memerlukan hukum untuk memulihkan keseimbangan serta ketertiban dalam

masyarakat. Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang adakalanya disebut

dengan istilah hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman, karena

sudah lazim merupakan terjemahan dari recht.

Notohamidjojo mendefinisikan hukum adalah sebagai keseluruhan

peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat memaksa untuk

kelakuan manusia dalam masyarakat negara (serta antar negara) yang mengarah

kepada keadilan, demi terwujudnya tata damai, dengan tujuan memanusiakan

manusia dalam masyarakat.8 Sedangkan menurut Soedarto pidana adalah

penderitaan yang sengaja di bebankan kepada orang yang melakukan perbuatan

yang memenuhi syarat-syarat tertentu.9

W.L.G Lemaire memberikan pengertian mengenai hukum pidana itu terdiri

dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang

(oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa

hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus. Dengan demikian dapat

juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma

yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu

atau tidak melakukan sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan

8 O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, (Salatiga: Griya Media, 2011),

h.121. 9 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: Alumni,

2005), h.2.

Page 21: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

12

sesuatu) dan dalam keadaaan-keadaan bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi

tindakan-tindakan tersebut.10

Dengan demikian Hukum Pidana diartikan sebagai suatu ketentuan hukum

atau undang-undang menentukan perbuatan yang dilarang atau pantang untuk

dilakukan dan ancaman sanksi terhadap pelanggaran tersebut. Banyak ahli

berpendapat bahwa Hukum Pidana menempati tempat tersendiri dalam sistem

hukum, hal ini disebabkan karena hukum pidana tidak menempatkan norma

tersendiri, akan tetapi memperkuat norma-norma di bidang hukum lain tersebut.

2. Pengertian Pemidanaan

Pemidanaan biasa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap

pemberian sanksi dalam hukum pidana. Kata “pidana” pada umumnya diartikan

sebagai hukum, sedangkan “pemidanaan” diartikan sebagai penghukuman.

Doktrin membedakan hukum pidana materil dan hukum pidana formil. J.M. Van

Bemmelen menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut :11 Hukum pidana

materil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut, peraturan umum

yang dapat diterapkan terhadap perbuatan itu, dan pidana yang diancam terhadap

perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana acara pidana

seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang harus diperhatikan pada

kesempatan itu.

Dapat disimpulkan bahwa pidana materil berisi larangan atau perintah jika

tidak terpenuhi diancam sanksi, sedangkan hukum pidana formil adalah aturan

hukum yang mengatur cara menjalankan dan melaksanakan hukum pidana

materil. Pemidanaan sebagai suatu tindakan terhadap seorang penjahat, dapat

dibenarkan secara normal bukan terutama karena pemidanaan itu mengandung

konsekuensi-konsekuensi positif bagi si terpidana, korban juga orang lain dalam

masyarakat. Karena itu teori ini disebut juga teori konsekuensialisme.

10P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru, 1984),

h.1-2. 11 Leden Merpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, (Jakarta :Sinar Grafik, 2005), h.2.

Page 22: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

13

Pidana dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat, tetapi agar pelaku

kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain takut melakukan kejahatan

serupa. Terlihat bahwa pemidanaan itu sama sekali bukan dimaksud sebagai

upaya balas dendam melainkan sebagai upaya pembinaan bagi seorang pelaku

kejahatan sekaligus sebagai upaya preventif terhadap terjadinya kejahatan serupa.

Pemberian pidana atau pemidanaan dapat benar-benar terwujud apabila melihat

beberapa tahap perencanaan sebagai berikut :

a. Pemberian pidana oleh pembuat undang-undang.

b. Pemberian pidana oleh badan yang berwenang.

c. Pemberian pidana oleh instansi pelaksana yang berwenang.

3. Jenis-jenis Teori Pemidanaan

Teori-teori pemidanaan berkembang mengikuti dinamika kehidupan

masyarakat sebagai reaksi dari timbul dan berkembangnya kejahatan itu sendiri

yang senantiasa mewarnai kehidupan sosial masyarakat dari masa ke masa. Dalam

dunia ilmu hukum pidana itu sendiri berkembang beberapa teori tentang tujuan

pemidanaan, yaitu teori absolut (retributive), teori relatif (deterrence/utilitarian),

teoripenggabungan (integrative), teori treatment dan teori perlindungan sosial

(social defence). Teori-teori pemidanaan mempertimbangkan berbagai aspek

sasaran yang hendak dicapai di dalam penjatuhan pidana.

a. Teori Absolut

Teori ini juga dikenal dengan teori mutlak ataupun teori imbalan dan teori

ini lahir pada akhir abad ke-18. Menurut teori-teori absolut ini, setiap kejahatan

harus diikuti dengan pidana tidak boleh tidak tanpa tawar-menawar. Seseorang

mendapat pidana karena telah melakukan kejahatan. Maka pemberian pidana

disini ditujukan sebagai bentuk pembalasan terhadap orang yang telah melakukan

kejahatan. Ada banyak filosof dan dan ahli hukum pidana yang menganut teori

ini, diantaranya ialah Immanuel Kant, Hegel, Herbart, Stahl, JJ Rousseau.

Dari banyak pendapat ahli tersebut penulis tertarik dengan pendapat yang

disampaikan Hegel mengenai argumennya terhadap hukuman bila dikolerasikan

dengan teori absolut. Dimana hukuman dipandang dari sisi imbalan sehingga

Page 23: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

14

hukuman merupakan dialectische vergelding. Jadi, dalam teori ini pidana dapat

disimpulkan sebagai bentuk pembalasan diberikan oleh negara yang bertujuan

menderitakan penjahat akibat perbuatannya.12 Tujuan pemidanaan sebagai

pembalasan pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang, yang

dengan jalan menjatuhkan pidana yang setimpal dengan perbuatan yang telah

dilakukan.

b. Teori Relatif

Pada penganut teori ini memandang sebagaimana sesuatu yang dapat

digunakan untuk mencapai pemanfaatan, baik yang berkaitan dengan orang yang

bersalah maupun yang berkaitan dengan dunia luar, misalnya dengan mengisolasi

dan memperbaiki penjahat atau mencegah penjahat potensial, akan menjadikan

dunia tempat yang lebih baik.13Teori berprinsip penjatuhan pidana guna

menyelenggarakan tertib masyarakat yang bertujuan membentuk suatu prevensi

kejahatan.

Wujud pidana ini terlalu berbeda-beda menakutkan, memperbaiki, atau

membinasakan. Lalu dibedakan prevensi umum dan khusus. Prevensi umum

menghendaki agar oang-orang pada umumnya tidak melakukan delik. Andi

Hamzah menegaskan bahwa :14 “Teori ini dibedakan menjadi prevensi khusus.

Prevensi umum, menghendaki agar orang-orang pada umumnya tidak melakukan

tindak pidana. Sedangkan prevensi khusus, tujuan pemidanaan ditunjukan kepada

pribadi pelaku tindak pidana agar tidak lagi mengulangi perbuatan yang

dilakukannya.”

Van Hamel dalam hal ini juga berpendapat bahwa :15 “Prevensi khusus dari

suatu pidana ialah harus memuat suatu unsur menakutkannya supaya mencegah

pelaku tindak pidana yang mempunyai kesempatan untuk tidak melakukan niat

buruknya, dan pidana harus mempunyai unsur memperbaiki terpidana.” Teori

relatif ini bertujuan mencegah dan mengurangi kejahatan. Pidana harus

12 Djoko Prakoso, Hukum Penitensier di Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1988), h. 47. 13 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, (Bandung: Alumni, 2002),

14 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi,

Pradnya Paramita, 1986, h. 34. 15 Djoko Prakoso, Hukum Penintesier di Indonesia, (Yogyakarta : liberty, 2010), h. 47.

Page 24: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

15

dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku penjahat dan orang lain yang

berpotensi atau cenderung melakukan kejahatan. Tujuan pidana adalah tertib

masyarakat dan untuk menegakkan tata tertib masyarakat itu diperlukan pidana.

c. Teori Gabungan

Teori gabungan merupakan suatu bentuk kombinasi dari teori absolut dan

teori relatif yang menggabungkan sudut pembalasan dan pertahanan tertib hukum

masyarakat. Dalam teori ini, unsur pembalasan maupun pertahanan tertib hukum

masyarakat tidaklah dapat diabaikan antara satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan penekanan atau sudut dominan dalam peleburan kedua teori tersebut

ke dalam bentuk teori gabungan, teori ini dibedakan menjadikan 3 bentuk yaitu,

teori gabungan yang menitik beratkan unsur pembalasan, teori gabungan teori

gabungan yang menitik beratkan pertahanan tertib masyarakat, dan teori

gabungan yang memposisikan seimbang antara pembalasan dan pertahanan tertib

masyarakat.

Satochid Kartanegara menyatakan :16 “Teori ini sebagai reaksi dari teori

sebelumnya yang kurang dapat memuaskan menjawab mengenai hakikat dari

tujuan pemidanaan. Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan , akan tetapi

disamping itu diakuinya pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan dari

pada hukum.”

4. Unsur-unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari dua

sudut pandang, yakni : dari sudut teoritis berdasarkan pendapat para ahli hukum

yang tercemin pada bunyi rumusannya dan sudut undang-undang kenyataan

tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal

peraturan perundang-undangan yang ada. Adanya perbuatan pidana menurut

Moeljatno harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

16 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai (Jakarta : Balai Lektur

Mahasiswa), 1998, h. 56.

Page 25: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

16

a. Perbuatan

b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)

c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).

Menurut R. Tresna, merumuskan bahwa unsur-unsur perbuatan pidana harus

memuat hal-hal seperti :

a. Perbuatan/rangkaian perbuatan manusia.

b. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

c. Diadakan tindakan hukuman.17

Dari unsur ketiga, kalimat diadakan tindakan penghukuman, terdapat

pengertian bahwa seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti

dengan penghukuman (pemidanaan), hal ini berbeda dengan apa yang

disampaikan oleh Moeljatno yang menyebutkan bahwa setiap perbuatan pidana

itu tidak selalu harus dijatuhi pidana. Sedangkan dalam buku II KUHP memuat

rumusan-rumusan tentang tindak pidana yang termasuk kategori kelompok

kejahatan, dan buku III memuat pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu

disebutkan dalam setiap rumusan, yaitu mengenai tingkah laku atau perbuatan

walaupun ada pengecualian seperti pasal (penganiyaan).

Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu dapat

diketahui adanya 11 (sebelas) unsur tindak pidana, yaitu : adanya unsur tingkah

laku, melawan hukum, kesalahan, akibat konstitutif, keadaan yang menyertai,

dapatnya dituntut pidana, memperberat pidana, dapat dipidananya seseorang

karena tindakannya, objek hukum tindak pidana, kausalitas subjek hukum tindak

pidana dan unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.

Leden Marpaung, menyatakan bahwa unsur-unsur tindak pidana terdiri dari

unsur subjektif dan unsur objektif dengan uraian sebagai berikut :

a. Unsur Subjektif

Adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Asas hukum

pidana menyatakan “tidak ada hukuman tanpa kesalahan” (an act does

not make a person guilty unless the mind is guilty or actus non fecit

17 R. Tresna, Azas-azas Hukum Pidana, (Jakarta: PT.Tiara, 1990), h. 20.

Page 26: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

17

reum nisi mens si rea). Kesalahan yang dimaksud disini adalah

kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan (intention/opzet/dolus)

dan unsur kealpaan (schuld).

b. Unsur Objektif

Merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri dari :

1) Perbuatan manusia:

a) Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan posesif

b) Omissions, yakni perbuatan pasif atau perbuatan

negatif, yaitu perbuatan yang mendiamkan atau

membiarkan.

2) Akibat (result) perbuatan manusia

Akibat tersebut membahayakan bahkan menghilangkan

kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh

hukum, misalnya nyawa, badan, kemerdekaan, hak

milik, kehormatan dan sebagainya.

3) Keadaan-keadaan (circumtances)

Pada umumnya keadaan ini dibedakan antara lain:

a) Keadaan pada saat perbuatan dilakukan

b) Keadaan setelah perbuatan dilakukan

c) Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum

Sifat dapat melawan hukum berkenaan dengan alasan-alasan yang

membebaskan si pelaku hukum dari hukuman. Adapaun sifat melawan hukum

adalah apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum yakni berkenaan dengan

larangan atau perintah. Semua unsur delik diatas merupakan satu kesatuan. Salah

satu unsur saja tidak terbukti, maka bisa menyebabkan terdakwa bebas dari

pengadilan.18

18Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 9.

Page 27: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

18

B. Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis

maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan.19

Dari pengertian narkotika tersebut hal yang sama dengan psikotropika

adalah bentuknya sama-sama berupa zat atau obat yang alamiah maupun sintesis.

Perbedaannya pada psikotropika pada narkotika ada yang berasal dari tanaman,

sedangkan dalam pengertian psikotropika tidak disebutkan demikian.

Pada psikotropika pengaruhnya tertuju kepada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental pelaku. Sedangkan pada

narkotika dapat menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri. Baik narkotika maupun psikotropika sama-

sama menimbulkan ketergantungan.20

Berdasarkan UU No. 22 tahun 1997 Narkotika dibedakan kedalam

golongan-golongan narkotika sebagaimana sebagaimana berikut :

a. Narkotika Golongan I, narkotika golongan ini disebut dengan narkotika

alami yang merupakan zat dan obat yang langsung bisa dipakai sebagai

narkotika tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya

terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses

sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk

terapi pengobatan secara langsung karena beresiko yang terdiri dari :

- Tanaman Papaver Somniferum L.kokain/kokaina Heroin.

- Morphine (Putaw)

- Ganja

19 UU RI No. 35 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 1 Tentang Narkotika 20 Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia. (Jakarta : Jambatan, 2007), h.159.

Page 28: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

19

b. Narkotika Golongan II, narkotika golongan ini disebut narkotika seni

sintesisa yaitu zat atau obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstrasi

dan lain sebagainya, seperti: Alfasetilmetadol, Benzeetiidin, Betametadol.

c. Narkotika Golongan III, narkotika sintetik jenis ini memerlukan proses

yang bersifat untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa

sakit, seperti : Metadon, Neltrexon, dan sebagainya.

2. Jenis-jenis narkotika

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi 3

jenis yaitu narkotika alami, narkotika semisintesis, dan narkotika sintesis.

Narkotika alami adalah narkotika yang zata adiktifnya diambil dari tumbuh-

tumbuhan (alam) seperti : ganja, hasis, koka, opium. Narkotika semisintetis

adalah narkotika alami yang diolah dan menjadi zat adiktifnya (intisarinya)

agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan kedokteran, seperti : Morfin, Kodein, Heroin, Kokain,

Adapun narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari

bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi

orang yang menderita ketergantungan narkoba (subtitusi), seperti : Petidin,

Methadon, Naltrexone.

3. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika

Tindak pidana Narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai

Pasal 130 Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang

merupakan ketentuan khusus, walaupun tidak disebutkan dengan tegas dalam

Undang - Undang Narkotika bahwa tindak pidana yang diatur didalamnya

adalah kejahatan, akan tetapi tidak perlu disangsikan lagi bahwa semua

tindak pidana didalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan.

Alasannya, kalau narkotika hanya untuk pengobatan dan kepentingan ilmu

pengetahuan, maka apabila ada perbuatan diluar kepentingan-kepentingan

tersebut sudah merupakan kejahatan mengingat besarnya akibat yang

Page 29: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

20

ditimbulkan dari pemakaian narkotika tidak sah sangat membahayakan bagi

jiwa manusia.21

Sementara itu penyalahgunaan Narkotika merupakan suatu tindak

kejahatan dan pelanggaran yang mengancam keselamatan, baik fisik maupun

jiwa si pemakai dan juga terhadap masyarakat di sekitar secara sosial, maka

dengan pendekatan teoritis, penyebab dari penyalahgunaan narkotika adalah

merupakan delik materil, sedangkan perbuatannya untuk dituntut

pertanggungjawaban pelaku, merupakan delik formil.

4. Fakta Yang Menyebabkan Anggota Militer Menggunakan Narkotika

Fakta memang sudah mengatakan bahwa banyak orang pada zaman

ini sudah terlibat kasus narkotika bahkan bukan masyarakat umum bahkan

anggota militer pernah terlibat kasus tersebut. Inilah ada berapa-berapa faktor

yang menyebabkan terjadi penyalahgunaan narkotika di kalangan militer :

a. Faktor pribadi adalah mental yang lemah yang menyebabkan goyah

dan mudah terpengaruh ajakam keburukan. Mental yang sepertinya

selalu merasa sendiri dan terasingkan, tidak memiliki tanggung jawab

kurang mampu bergaul dengan baik, dan lain.

b. Faktor keluarga adalah kurang perhatian terhadap orang tua pada anak

ini juga salah satu penyebabkan dari faktor keluarga, orang tua terlalu

sibuk bekerja atau bahkan kurang peduli dengan pendidikan dan

moral anak.

c. Faktor sosial adalah salah bergaul jika remaja memiliki teman buruk

maka ia akan terjerat dalam jarring-jaring keburukan mereka bahkan

untuk masalah narkoba.

d. Faktor kelompok adalah sebenarnya masih terkait dengan faktor

penyebab dari segi sosial.

e. Faktor ekonomi adalah kemiskinan atau kesusahan masalah finansial

yang terjadi di keluarga dan di sekitar kita.22

21 Supramono, Hukum Narkotika Indonesia, (Jakarta: Djambatan, Jakarta, 2001), h.5. 22 www.pelangiblog.com. Diakses pada tanggal 24 oktober 2016 pukul 18.25 WITA.

Page 30: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

21

C. Militer

1. Pengertian Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara

Nasional Indonesia tujuan pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)

sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas

melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan

negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan

bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain

perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional

dan internasional.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004, jati diri TNI, yaitu:

a) Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga

Negara Indonesia.

b) Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam

melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

c) Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas

demi kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan

golongan agama.

d) Tentara Profesional, yaitu tentara yang berlatih, terdidik, diperlengkapi

secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin

kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik yang menganut

prinsip demokrasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional,

dan hukum internasional yang telah diratifikasi.

2. Hukum Disiplin Militer

Menurut Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang tentang Hukum Disiplin

Prajurit ABRI menyatakan bahwa “Untuk menegakkan tata kehidupan

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, setiap prajurit dalam menunaikan

tugas dan kewajibannya wajib bersikap dan berlaku disiplin”. Disiplin bagi

seorang anggota militer atau seorang Prajurit TNI merupakan suatu

Page 31: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

22

keharusan dan pola hidup yang harus dijalani. Pembentukan disiplin bagi

Prajurit diawali dari masa pendidikan dasar keprajuritan. Pembinaan dan

pengasuhan merupakan salah satu cara pembentukan disiplin bagi prajurit.

Pola pembinaan diberikan melalui intensitas kegiatan disertai doktrin bagi

anggota TNI. Disiplin pada hakikatnya merupakan :23

a. Suatu ketaatan yang dilandasi oleh kesadaran lahir dan

bathin atas pengabdian pada nusa dan bangsa serta

merupakan perwujudan pengendalian diri untuk tidak

melanggar perintah kedinasan dan tata kehidupan prajurit.

b. Sikap mental setiap prajurit yang bermuara pada

terjaminnya kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak

sebagai perwujudan nilai-nilai Sapta Marga dan Sumpah

Prajurit. Oleh karena itu disiplin prajurit menjadi syarat

mutlak dalam kehidupan prajurit Angkatan Perang

Republik Indonesia dan diwujudkan dalam penyerahan

seluruh jiwa raga dalam menjalankan tugasnya berdasarkan

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta kesadaran pengabdian bagi nusa dan bangsa.

c. Ciri khas prajurit Angkatan Perang Republik Indonesia

dalam melakukan tugasnya, karena itu disiplin prajurit

harus menyatu dalam diri setiap prajurit dan diwujudkan

pada setiap tindakan nyata.

Disiplin bukan merupakan persoalan yang dimonopoli

suatu golongan atau instansi, bukan persoalan khusus Perwira,

Bintara dan Tamtama saja, melainkan merupakan persoalan dari

setiap pribadi . Dalam kehidupan militer, disiplin harus dengan

penuh keyakinan, patuh dan taat, loyal kepada atasan dengan

berpegang teguh kepada sendi-sendi yang sudah dinyatakan dalam

Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

23 Moch. Faisal Salam, Hukum Pidana Militer di Indonesia, (Bandung: CV. Mandar Maju,

2006), h. 22.

Page 32: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

23

Dari pernyataan keluar (outward manifestation) harus

terlihat:

a) Marga dan Sumpah Prajurit. Dari pernyataan keluar (outward

manifestation) harus terlihat.

b) Kebersihan dan kerapihan dalam pakaian serta perlengkapan.

c) Rasa hormat kepada atasan.

d) Kerelaan dan kecermatan di dalam melaksanakan tugas,

seperti pelaksanaan perintah kedinasan.

Karakteristik militer adalah mempunyai organisasi yang

teratur, mengenakan pakaian yang seragam, mempunyai disiplin

serta menaati hukum yang berlaku dalam peperangan. Apabila

karakteristik tersebut tidak dipenuhi, maka kelompok tersebut

tidak dapat disebut sebagai “militer”, melainkan lebih tepat

dengan “gerombolan bersenjata”.24

3. Tindak Pidana Militer

Hukum militer Indonesia merupakan bagian dari hukum

nasional. Norma-norma hukum militer Indonesia pada hakikatnya

merupakan bagian dari hukum perdata, hukum tata negara, hukum

tata usaha negara, hukum pidana dan hukum internasional yang

khusus mengenai kehidupan militer Indonesia dan TNI.25

Pidana militer dalam arti luas mencakup pengertian hukum

pidana militer dalam arti materil dan hukum pidana militer dalam

arti formil.

Hukum Pidana Materil merupakan kumpulan peraturan tindak

pidana yang berisi perintah dan larangan untuk menegakkan

24 Moch. Faisal Salam, Peradilan Militer di Indonesia, cetakan kedua, (Bandung: CV.

Mandar Maju, 2004), h. 14. 25 Tambunan, Hukum Militer Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Militer, 2013), h. 49-

50.

Page 33: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

24

ketertiban hukum dan apabila perintah dan larangan itu tidak

ditaati maka diancam pidana.26

4. Fungsi dan Tugas TNI

TNI adalah alat pertahanan negara yang berfungsi sebagai:

a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan

ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap

kedaulatan keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman.

c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang

terganggu akibat kekacauan keamanan

Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan

gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Tugas pokok TNI sebagaimana dilakukan dengan operasi

militer untuk perang. Mengenai operasi militer selain perang

yaitu untuk :27

a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata

b) Mengatasi pemberontakan bersenjata

c) Mengatasi aksi terorisme

d) Mengamankan wilayah perbatasan

e) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis

f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan

kebijakan politik luar negeri

g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta

keluarganya

26Moch. Faisal Salam, Hukum Pidana Militer di Indonesia, h.26. 27 http://www.tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html / website resmi TNI

Page 34: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

25

h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan

pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan

semesta

i) Membantu tugas pemerintah di daerah

j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam

undang-undang

k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala

negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada

di Indonesia

l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam,

pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan

m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan

(search and rescue)

n) Membantu pemerintahan dan penanganan pelayaran dan

penerbangan terhadap pembajakan, perampokan dan

penyelundupan.

Page 35: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

26

BAB III

KEWENANGAN PERADILAN MILITER DALAM MELAYANI

PERKARA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANGGOTA

MILITER

A. Yurisdiksi Pengadilan Militer dalam Kekuasaan Kehakiman di

Indonesia

Yurisdiksi (Jurisdiksi atau Rechtmacht) merupakan kekuasaan

memeriksa atau mengadili dan Yustiabel (Justisiabel) adalah orang-orang

yang tunduk atau ditundukkan pada kekuasaan suatu badan peradilan

tertentu sebenarnya termasuk bidang hukum acara pidana dalam arti luas.

Mempelajari yurisdiksi suatu badan peradilan juga berarti sekaligus

mempelajari yustisiabel dari badan peradilan tersebut. Pemisahan

penguraian kedua tersebut, karena yang erat hubungannya dengan hukum

pidana material (dalam subjek sebagai unsur dari suatu tindak pidana) adalah

yustiabel.28

Ide dasar yang melatar belakangi adanya perlakuan khusus bagi

anggota militer dilandasi oleh beberapa pokok pemikiran:29

1. Adanya tugas khusus menjadi tanggung jawab anggota militer

dalam suatu negara dan kekhususan-kekhususan yang melekat

dalam kehidupan militer.

2. Kecenderungan dunia internasional uamh memasukkan hukum

pidana militer sebagai bagian dari tata hukum negara yang

bersangkutan

3. Hukum pidana militer merupakan hukum pidana khusus yang telah

dikenal dan diakui dalam lapangan hukum pidana.

Setiap anggota TNI harus tunduk dan taat terhadap ketentuan-

ketentuan hukum yang berlaku bagi militer yaitu Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Militer (KUHPM), Undang-Undang Peradilan Militer

SR Sianturi, Hukum Pidana Militer di Indonesia (Jakarta : Alumni AHM-PTHM, TT), h. 21. 29 SR Sianturi, Hukum Pidana Militer Indonesia, h.127.

Page 36: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

27

(UUPM), Kitab Undang-Undang Disiplin Militer (KUHDPM), Peraturan

Disiplin Militer (PDM) dan peraturan-petaruran lainnya yang berlaku

dengan militer. Meskipun demikian, tunduknya warga militer kepada satu

KUHP tidaklah serta merta dapat dikatakan adanya dualism hukum.30

Peradilan Militer sebagai pelaksana kehakiman dalam menjalankan

tugas dan fungsinya (memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu

perkara) untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan

pertahanan dan keamanan negara (kepentingan militer atau military dan

nesecessity dan national interest atau kepentingan bangsa dan negara).

Yurisdiksi badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Militer

mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh :

1. Militer

2. Yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan militer

3. Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang

dipersamakan atau dianggap sebagai militer berdasarkan undang-

undang

4. Seseorang yang termasuk dalam perkara koneksitas

5. Sengketa Tata Usaha Militer

6. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana

yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan

sebagai akibat yang ditumbulkan oleh tindak pidana yang menjadi

dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut

dalam satu putusan

7. Sengketa kewenangan mengadili di lingkungan Peradilan Militer

8. Memutus pada tingkat pertama dan terakhir perbedaan pendapat

antara Perwira Penyerah Perkara (PAPERA) dan Oditur tentang

diajukan atau tidaknya suatu perkara kepada Pengadilan dalam

lingkungan Peradilan Militer atau pengadilan dalam lingkungan

peradilan umum serta pengadilan militer pertempuran.

30 Erdianto, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2010), h.23.

Page 37: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

28

Pengaturan kekuasaan kehakiman di Indonesia diatur dalam BAB

Pasal 24, Pasal 24C, dan Pasal 25 Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 24

Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 :

“Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”

Pengertian kekuasaan kehakiman tersebut dijelaskan dalam ketentuan

umum Pasal 1 Angka 1 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman yang selengkapnya berbunyi seperti : “Kekuasaan Kehakiman

adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan

guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya

Negara Hukum Republik Indonesia.”

Kemudian kedudukan Peradilan Militer sebagai pelaksana kekuasaan

kehakiman diatur dalam Pasal 24 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 selengkapnya berbunyi : “Kekuasaan kehakiman

dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada

dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan

agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha

negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”

Dalam Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Peradilan Militer, kedudukan

Peradilan Militer merupakan salah satu badan peradilan yang

melaksanakan kekuasaan kehakiman untuk menegakkan hukum dan

keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan

keamanan negara. Susunan dan kekuasaan serta hukum acaranya termasuk

pengkhususannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997

tentang Peradilan Militer (UU Peradilan Militer) dilaksanakan sebagai :

a. Pengadilan di lingkungan Peradilan Militer yang terdiri dari :

Page 38: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

29

1. Pengadilan Militer yang merupakan pengadilan tingkat

pertama untuk perkara pidana yang terdakwanya berpangkat

kapten ke bawah (Pasal 40 Undang-Undang Peradilan Militer).

2. Pengadilan Militer Tinggi yang merupakan :

a) Pengadilan tingkat banding untuk perkara pidana yang

diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer.

b) Pengadilan tingkat pertama untuk perkara pidana yang

terdakwanya atau salah satu terdakwanya berpangkat

mayor ke atas. Dan gugatan sengketa Tata Usaha

Militer.

c) Kewenangan pada tingkat pertama dan terakhir

sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan

Militer dalam daerah hukumnya.

3. Pengadilan Militer Utama merupakan:

a. Pengadilan tingkat banding untuk perkara pidana dan

sengketa Tata Usaha Militer yang diputus pada tingkat

pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi.

b. Memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua

sengketa tentang wewenang mengadili:

1. Antar Pengadilan Militer yang berkedudukan di

daerah hukum Pengadilan Militer Tinggi yang

berlainan.

2. Antar Pengadilan Militer Tinggi dan

3. Antara Pengadilan Militer Tinggi dan Pengadilan

Militer

4. Sengketa sebagaimana dimaksud pada Angka 1, 2 dan

3 terjadi.

a. Apabila 2 (dua) pengadilan atau lebih menyatakan

dirinya berwenang mengadili atas perkara yang

sama.

Page 39: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

30

b. Apabila 2 (dua) pengadilan atau lebih menyatakan

dirinya tidak berwenang mengadili atau lebih

menyatakan dirinya tidak berwenang mengadili

perkara yang sama.

c. Memutus pada tingkat pertama dan terakhir

perbedaan pendapat antara Perwira Penyerah

Perkara (Papera) dan Oditur tentang diajukan atau

tidaknya suatu perkara kepada Pengadilan dalam

lingkungan peradilan militer atau Pengadilan

dalam lingkungan peradilan umum.

b. Pengadilan Militer Pertempuran

Merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam mengadili

perkara pidana yang dilakukan oleh Prajurit atau yang dipersamakan di

daerah pertempuran, bersifat ,obil mengikuti gerakan pasukan dan

berkedudukan serta di daerah pertempuran. Pengadilan ini berfungsi

pada saat seluruh atau sebagian wilayah Negara Republik Indonesia

dalam keadaan begitu gawatnya (bahaya/darurat) sehingga

mengakibatkan badan-badan peradilan militer yang sudah ada termasuk

badan peradilan umum lainnya sudah tidak dapat berfungsi lagi. Dalam

masa keadaan darurat (etat de siege, state of emergency, state of

exception), ada dua kemungkinan yang terkait dengan peranan badan

peradilan. Pertama, badan-badan peradilan sipil yang ada dapat tetap

dan terus menjalankan tugas-tugas konstitusionalnya sebagaimana

biasa. Kedua, badan-badan peradilan sipil tersebut tidak dapat lagi

menjalankan tugas konstitusionalnya. Dalam keadaan darurat militer

atau darurat perang (state of war), pengadilan militer dapat diberi

kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Page 40: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

31

diantaranya yang berhubungan dengan subjek-subjek hukum yang tidak

terbatas kepada anggota militer saja, melainkan juga warga sipil.31

B. Kewenangan Peradilan Militer dalam Menangani Penyalahgunaan

Narkotika menurut KUHPM

Setiap perbuatan atau tindakan TNI yang melanggar hukum, disiplin, tata

tertib yang dapat menurunkan martabat dan kewibawaan serta dapat pula

mneimbulkan keresahan dalam masyarakat perlu dengan cepat diambil

tindakan hukum. Bagi anggota TNI yang melakukan tindak pidana diproses di

peradilan tersendiri di luar peradilan umum yaitu, diproses di Peradilan Militer

yang tercantum dalam Pasal 5 ayat 1 pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1997 tentang Peradilan Militer bahwa selanjutnya disebut Undang-Undang

Peradilan Militer. Peradilan Militer merupakan pelaksanaaan kekuasaan

kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata, untuk menegakkan hukum dan

dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan

negara. Oleh karena itu setiap personil militer harus tunduk dan taat kepada

ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku bagi militer, yaitu Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) dan peraturan lainnya.32

Hukum pidana militer adalah hukum pidana khusus, disebut khusus karena

untuk membedakannya dengan pidana umum yang berlaku disetiap orang. Hal

imi dikenal dengan asas hukum Lex Specialist Derogat Legi Generale yang

mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus mengesampingkan

aturan yang umum. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM)

tidak mengatur secara tegas mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika,

namun menurut hakim Pengadilan Militer penggunaan peraturan perundang-

undangan di luar KUHP untuk memutus perkara Narkotika berdasarkan Pasal

31 Binsar Gultom, Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan Darurat di Indonesia.

Mengapa Pengadilan HAM Ad Hoc Indonesia Kurang Efektif?, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,

2010) Hal.141-142. 32 Salamat Rijal, Penjatuhan Pidana Terhadap Penyalahgunaan Narkotika yang Dilakukan

Oleh Anggota TNI di Pengadilan Militer 1-03 Padang (Analisis Putusan: No. 108 – K/PM 1-03/

AD/ XII/ 2012 Pada Pengadilan Militer 1-03 Padang), Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Bung Hatta, h.3.

Page 41: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

32

2 KUHP yang menyatakan bahwa ketentuan pidana dalam perundang-

undangan Republik Indonesia berlaku bagi setiap orang yang dalam daerah

Republik Indonesia melakukan suatu tindak pidana dengan tidak membedakan

apakah pelakunya warga sipil ataupun seorang militer.33

Dengan demikian baik Anggota militer maupun masyarakat biasa mendapat

perlakuan sama di depan hukum. Yaitu mendapatkan sanksi pidana apabila

melakukan perbuatan pidana. Mayarakat biasa akan dikenai sanksi pidana yang

tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sedangkan

Anggota Militer mendapatkan sanksi pidana yang diatur dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana Militer, baik dalam proses penangkapan, penyidikan,

penyelidikan dan peradilannya telah diatur dalam Undang-Undang tersebut.

Sesuai dengan Pasal 6 KUHPM, terhadap anggota militer yang melakukan

tindak pidana selain dijatuhi pidana pokok juga dapat dijatuhi pidana tambahan.

Jenis pidana tambahan tersebut adalah pemecatan dari dinas militer, penurunan

pangkat dan pencabutan hak-hak tertentu. Untuk pidana tambahan yang berupa

pemecatan dari dinas militer dan penurunan pangkat tentunya tidak diatur

dalam hukum pidana umum. Kedua jenis pidana tambahan ini adalah murni

bersifat kemiliteran dan sekaligus merupakan pemberatan pemidanaan bagi

anggota militer yang melakukan tindak pidana.

Dalam Pasal 9 Undang-Undang Peradilan militer berwenang mengadili

tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan

tindak pidana adalah:34

a. Prajurit,

b. Yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan prajurit,

c. Anggota atau suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang

dipersamakan atau yang dianggap sebagai prajurit berdasarkan undang-

undang,

33 Ardyanto Imam W dkk,Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan

Narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI, (Jurnal Serambi Hukum Vol. 08 No. 02 Agustus 2014),

h 9.

34https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5b0ec99963f8e/pengadilan-yang berwenang-

mengadili-perkara-tipikor-oleh-anggota-militer, diakses pada tanggal 4 Juli 2018

Page 42: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

33

d. Seseorang yang tidak masuk golongan huruf a, b dan c akan tetapi atas

keputusan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

(Panglima) dengan persetujuan Menteri Kehakiman (sekarang Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia) harus diadili oleh suatu Pengadilan

dalam lingkungan peradilan militer.

Dalam Pasal 1 Angka Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997

Tentang Peradilan Militer mengenai Prajurit Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia adalah warga negara yang memenuhi persyaratan yang ditentukan

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat

yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam usaha pembelaan negara

dengan manyandang senjata, rela berkorban jiwa raga dan berperan serta

dalam pembangunan nasional serta tunduk kepada hukum militer.

Adapun Pasal 1 Angka 16 Undang-Undang Nomor 31 Tentang

Peradilan Militer, dalam menyelesaikan kasus pidana Narkotika yang

dilakukan oleh anggotanya, berwenang untuk melakukan penyidikan, dan

penuntutan, Penyidikan merupakan seangkaian tindakan Penyidik Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia dalam hal menurut cara yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer untuk

mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Penyidik yang berhak menyidik dalam peradilan militer adalah:35

1. Atasan yang berhak menghukum

Adalah atasang langsung yang mempunyai wewenang untuk

menjatuhkan hukuman disiplin menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Polisi Militer

3. Oditur

Adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak

bagai penuntut umum, sebagai pelaksana putusan atau

35 Lihat Pasal 69 Ayat (1) jo. Pasal 1Angka 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997

tentang Peradilan Militer.

Page 43: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

34

penetapan Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau

Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dalam perkara

pidana. Sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan

UndanUndang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan

Militer.

Oditurat ini merupakan badan pelaksana kekuasaan pemerintah

negara di bidang penuntutan dan penyidikan di lingkungan

Angkatan Bersenjata. Sedangkan yang melakukan penyidikan

adalah Atasa yang Berhak Menghukum, Polisi dan Oditur. 36

Adapun kewenangan penyidik adalah:37

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang

terjadinya suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak

pidana

b. Melakukan tindakan pertama pada saat dan di tempat kejadian

c. Mencari keterangan barang bukti

d. Menyuruh berhenti seseorang yang diduga sebagai Tersangka

dan memeriksa tanda pengenalnya.

e. Melakukan penangkapan, penggeledahan, penyitaaan, dan

pemeriksaan surta-surat

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

g. Memanggil seseorang untuk didengar atau duperiksa sebagai

Tersangkaa atau Saksi

h. Meminta bantuan pemeriksaan seorang ahli atau mendatangkan

seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara dan

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.

Pasal 71 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang

Peradilan militer juga menjelaskan terkait kewenangan Penyidik

36 Lihat Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradiln Militer 37 Lihat Pasal 71 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer

Page 44: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

35

Peradilan Militer yaitu, melaksanakan perintah atasan yang berhak

menghukum untuk melakukan penahanan Tersangka dan

melaporkan hasil pelaksanaan penyidik kepada Atasan yang berhak

menghukum.

C. Perbedaan Sanksi Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer

(KUHPM)

Perbandingan KUHP dengan KUHPM dapat dilihat pada segi

penjatuhan pidana pada Pasal 10 KUHP dan Pasal 6 KUHPM yaitu

sebagai berikut :

e) Pada hukuman pokok yang diatur didalam KUHP pada butir

4 terdapat hukuman denda, sedangkan didalam Pasal 6

KUHPM tidak terdapat tentang hukuman denda tersebut,

bukan berarti terhadap militer tidak dapat dijatuhi hukuman

denda, maka bagi militer tersebut diberlakukan ketentuan

KUHP tentang denda. Kecuali dalam pertimbangan hakim si

pelanggar tidak dapat membayar denda yang dijatuhkan, maka

bagi yang bersangkutan dijatuhkan hukuman kurungan

pengganti denda sebagaimana dimaksud dalam KUHP.

f) Pada hukuman tambahan, hukuman tambahan yang

dijatuhkan khusus sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 Nomor

1 dan 2 KUHPM, hal ini merupakan ketentuan yang khas

militer (zijn van zuiver militair).

g) Cara penjatuhan hukuman pokok dengan atau tanpa hukuman

tambahan dan “hukuman tambahan tak mungkin dapat

dijatuhkan tanpa hukuman pokok”, hal ini diterapkan

sepenuhnya oleh KUHPM.

h) Hakim Militer lebih bebas untuk mempertimbangkan dalam

menjatuhkan hukuman, terutama pada butir 1 dan 2 KUHPM,

tergantung kepentingan yang ditinjau dari sudut militer.

Page 45: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

36

Mengenai jenis sanksi pidana pokok dan pidana tambahan berdasarkan

KUHP dan KUHPM memiliki beberapa perbedaan, terhadap perbedaan

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :38

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam sanksi pidana

berdasarkan KUHP dan KUHPM memiliki beberapa perbedaan terutama pidana

tambahan.

38http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12601/BAB%20III.pdf?sequence

=5&isAllowed=y. repository.umy.ac.id. Diakses 12 april 2016

Pasal 10 KUHP :

a. Pidana Pokok :

1. Pidana Mati

2. Pidana Penjara

3. Pidana Kurungan

4. Pidana Denda

5. Pidana Tutupan

Pasal 6 KUHPM

a. Pidana Pokok :

1. Pidana Mati

2. Pidana Penjara

3. Pidana Kurungan

4. Pidana Tambahan ( UU

No.20 Tahun 1946)

Pidana Tambahan :

1. Pencabutan hak-hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu

3. Pengumuman putusan hakim

Pidana Tambahan :

1. Pemecatan dari dinas

militer dengan atau

tanpa pencabutan

haknya untuk memasuki

Angkatan Bersenjata

2. Penurunan pangkat

3. Pencabutan hak-hak yang

disebutkan pada Pasal

35 ayat (1) nomor 1,2,

dan 3 KUHP

Page 46: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

37

D. Prosedur Pemeriksaan Perkara Tindak Pidana Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anggota Militer

Prosedur dalam penyelesaian perkara, militer memiliki tahapan yang

sama dengan umum, yaitu meliputi tahap penyidikan, penuntutan,

pemeriksaan di depan Pengadilan dan yang terakhir adalah tahap eksekusi.39

Proses pemeriksaan perkara tindak pidana penyalahgunaan Narkotika oleh

Anggota Militer adalah:

1. Penyidik mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang

terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana,

wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan.

2. Jika yang menerima laporan atau pengaduan adalah atasan yang berhak

menghukum, ia segera menyerahkan pelaksanaan penyidikan kepada

Polisi Militer dan Oditur untuk melakukan penyidikan, Jika yang

mengetahui, menerima laporan atau pengaduan adalah polisi militer

dan oditur maka mereka wajib melakukan penyidikan dan segera

melaporkannya kepada Atasan yang Berhak Menghukum Tersangka

3. Penyidik sesudah selesai melakukan penyidikan wajib segera

menyerahkan berkas perkara kepada Atasan yang Behak Menghukum,

Perwira Penyerah Perkara dan berkas aslinya kepada Oditur yang

bersangkutan, perwira Penyerah Perkara dapat menghentikan

penyidikan dengan surat keputusan berdasarkan hukum dari oditur.

4. Oditur sesudah menerima hasil penyidikan dari Penyidik segera

mempelajari dan meneliti apakah hasil penyidikan sudah lengkap atau

belum. Jika persyaratan formal kurang lengkap, oditur meminta

Penyidik segera melengkapinya. Apabila hasil penyidikan belum

cukup, Oditur melakukan penyidikan tambahan atau mengembalikan

berkas perkara kepada Penyidik disertai petunjuk tentang hal-hal yang

harus dilengkapi.

5. Penyerahan berkas perkara kepada Perwira Penyerah Perkara.

39 Muh. Isra Bil Ali, Penegakan Hukum Anggota Militer yang Terlibat dalam Tindak

Pidana Narkotika, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017, h.3.

Page 47: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

38

6. Apabila Pengadilan Militer Utama memutuskan perkara tersebut harus

diajukan ke Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau

pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, sedangkan oditur

berpendapat bahwa untuk kepentingan peradilan perkara perlu

diajukan ke pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau

pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan apabila oditur tetap

pada pendiriannya, oditur mengajukan permohonan dengan disertai

alasan-alasannya kepada perwira Penyerah perkara tersebut, supaya

perbedaan pendapat diputuskan oleh Pengadilan Militer Utama dalam

sidang.

7. Apabila pengadilan Militer Utama memutuskan perkara tersebut harus

diajukan ke pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, Perwira

Penyerah Berkas Perkara segera melaksanakan penyerahan perkara

tersebut sesudah menerima berkas perkara dari pengadilan militer

utama.

8. Sesudah pengadilan militer/Pengadilan Militer Tinggi menerima

pelimpahan berkas perkara dari oditur militer/oditur militer tinggi,

Kepala Pengadilan Militer/Kepala Pengadilan Militer Tiggi segera

mempelajarinya, apakah perkara itu termasuk wewenang Pengadilan

yang dipimpinnya.

Page 48: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

39

BAB IV

TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH

ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA

(Analisis Putusan Nomor 69 K/MIL/2016)

A. Pencegahan Penyalahguna Narkotika Dalam Lingkungan Militer

Disetiap satuan TNI Angkatan Darat selalu mengadakan pembinaan

mental berupa kegiatan kerohanian atau keagamaan. Juga mengadakan

latihan-latihan fisik sehingga tidak ada pikiran untuk melakukan tindak

pidana.40 Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan

narkotika di kalangan militer :

1. Faktor pribadi, mental yang lemah sehingga menyebabkan goyah

dan mudah terpengaruh ajakan keburukan. Mental yang sepertinya

selalu merasa sendiri dan terasingkan, tidak memiliki tanggung

jawab dan mampu bergaul dengan baik.

2. Faktor keluarga, kurang perhatian terhadap orang tua pada anak ini

juga salah satu penyebab dari faktor keluarga, orang tua terlalu sibuk

bekerja atau bahkan kurang peduli dengan pendidikan moral anak.

3. Faktor sosial, salah bergaul jika remaja memiliki teman buruk maka

akan terjerat dalam jaring-jaring keburukan mereka bahkan untuk

masalah narkoba.

4. Faktor kelompok, sebenarnya masih terkait dengan faktor penyebab

dari segi sosial.

5. Faktor ekonomi, kemiskinan atau kesusahan finansial yang terjadi

di keluarga dan di sekitar kita.41

Oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi

tindak pidana penyalahgunaan narkotika yaitu melakukan penyuluhan

hukum oleh Kumdam (Hukum Kodam), dan Polisi Militer di setiap satuan

40 Andi Dian Pratiwi, Peranan Polisi Militer Angkatan Darat Dalam Menanggulangi

Tindak Pidana Narkotika di Lingkungan TNI AD, Skripsi, Universitas Hasanudin, 2013, h.58. 41 Aditia Purnama Tarigan, Kajian Hukum Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh

Anggota Militer Menurut Undang-Undang 35 Tahun 2009, h.14.

Page 49: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

40

khususnya Angkatan Darat guna mengetahui apabila menyalahgunakan

narkotika maka hukuman khusus diberikan yaitu pemecatan, sehingga

dengan adanya pemecatan secara tidak hormat menghindari terjadinya

penyalahgunaan narkotika oleh anggota TNI Angkatan Darat.

Secara lebih rinci pencegahan penyalahgunaan narkotika telah diatur

dalam peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 27 pasal 4

Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Nasional di Lingkungan TNI. Kegiatan

dalam Rencana Aksi di Lingkungan TNI merupakan upaya nyata dalam

rangka pencegahan, pemberantasan terhadap penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika di lingkungan TNI. Kegiatan tersebut meliputi :

a. Penyuluhan dan pelatihan tentang penanggulangan, pencegahan, dan

pemberantasan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika, seperti contoh mengadakan seminar dan bagaimana cara

mencegah penyalahgunaan narkotika di lingkungan militer.

b. Pemeriksaan melalui screening test narkotika untuk mencegah

penggunaan narkotika pada personel TNI, seperti pemeriksaan tes

urine/ tes kesehatan secara berkala dan dadakan tanpa harus

pemeriksaan terjadwal yang diselenggarakan oleh pihak Kodim

tersebut.

c. Pelaksaan sweeping secara terus-menurus terhadap personel TNI

maupun tempat-tempat yang diduga rawan terjadi penyalahgunaan

narkotika oleh personel TNI, contoh seperti razia keliling malam ke

tempat clubbing, spa, dan tempat lainnya.

d. Sosialisasi tentang regulasi terkait dengan TNI dalam rangka

penanggulangan, pecegahan, dan pemberantasan terhadap

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

e. Ikut serta dan mendukung aksi Kementrian/lembaga terkait.

Page 50: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

41

B. Pertimbangan Hakim dan Sanksi Pidana Penyalahgunan Narkotika

Dalam Putusan 69 K/MIL/2016

1. Kronologis

a. Terdakwa Ismael menjadi anggota prajurit TNI AD pada tanggal

2005 mengikuti Secaba PK di Kokam V/Brawijaya dan setelah lulus

dilantik dengan pangkat Serda, kemudian di tahun 2006 sampai

tahun 2007 Terdakwa ditugaskan pertama kali di Yonif Linud

733/Masariku Kodam XVI/Pattimura di Ambon, selanjutnya di

tahun 2007 menjadi Staf Personel Kodam XVI/Pattimura lalu tahun

2008 sampai dengan tahun 2011 Terdakwa bertugas di Koramil

12/Palupuh Kodim 0304/Agam dengan jabatan Babinsa Koramil

12/Palupuh hingga sekarang sampai melakukan perbuatan yang

menjadi perkara ini dengan pangkat terakhir Sertu NRP.

21060152700484.

b. Pada tanggal yang Terdakwa tidak diingat lagi di bulan Januari 2013

Terdakwa Bersama Sdr. Anto pekerjaan dagang ikan di Belawan-

Medan telah mengkonsumsi/menghisap rokok Dji Sam Soe yang

tembakaunya sudah dicampur dengan dau ganja kemudian ganja

tersebut Tedakwa peroleh dari Sdr. Anto dan Terdakwa hanya

tinggal menghisap/mengkonsumsi saja Bersama Sdr. Anto.

Terdakwa Ismael menghisap/mengkonsumsi rokok Dji Sam Soe

yang sudah dicampur dengan daun ganja sebanyak tiga kali pada

pesta pernikahan di kampung Terdakwa yaitu Palembayan,

Kabupaten Agam.

c. Pada tanggal 25 Januari 2013 diadakan tes urine terhadap personil

Kodim 0304/Agam dan hasilnya terdakwa positif mengandung

ganja.

d. Pada tanggal 03 Agustus 2013 Terdakwa kembali

mengkonsumsi/menghisap Rokok Dji Sam Soe yang telah dicampur

dengan daun ganja secara bergantian dengan Sdr. Heri.

Page 51: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

42

e. Pada tanggal 5 Agustus 2013 diadakan tes urin oleh BNN Kota

Payakumbuh dan hasilnya Terdakwa positif menggunakan ganja,

karena mengandung Zat Tetrahydrocannibanol (THC).42

2. Pertimbangan Hakim

Dalam kasus ini, perkara pada sampai tingkat kasasi. Adapun

pertimbangan Hakim Mahkamah Agung berpendapat:43

a. Bahwa Judex Facti tidak salah menerapkan hukum

b. Bahwa Judex Facti telah mempertimbangkan seluruh fakta hukum

dalam perkara in casu dan menyatakan bahwa terdakwa telah

terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana

“Penyalahguna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri”

sebagaimana dakwaan Oditur Militer.

c. Bahwa namun khusus mengenai amar putusan dalam perkara in

casu, dalam hal pemidanaan terhadap Terdakwa dan kualifikasi

perbuatan Terdakwa dalam putusan in casu perlu diperbaiki dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1) Bahwa sebagaimana terungkap dalam fakta hukum, dinyatakan

oleh Saksi 2 Lettu Inf. J.H Halolo, dan Unit Intel Kodim

0304/Agam, bahwa secara mendadak telah tiga kali lakukan

pemeriksaan terhadap anggota-anggota Kodim 0304/Agam,

yaitu pda tanggal 25 Januari, tanggal 5 Agustus 2013, tanggal 20

Agustus 2013, dan dari setiap hasil pemeriksaan oleh BNN Kota

Payakumbuh tersebut, Terdakwa senantiasa dinyatakan sebagai

pengguna aktif Tetrahydrocaanobinol (THC), dan dalam setiap

pemeriksaan tersebut pengguna telah diperingatkan secara keras

bahwa pengguna Narkotika beresiko besar kepada mereka

termasuk Terdakwa dan untuk tidak dulangi, akan tetapi ternyata

dalam rentang waktu yang Panjang sebagaimana hasil

42 Putusan Nomor 69 K/MIL/2016, h.2-3. 43 Putusan Nomor 69 K/MIL/2016, h.9.

Page 52: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

43

pemeriksaan a quo, Terdakwa adalah pengguna aktif/rutin,

karena kalua bukan pengguna aktif/rutin, dalam waktu 1 minggu

endapan Narkotika tersebut telah hilang dari urine darah yang

bersangkutan, karenanya harus dinyatakan bahwa terdakwa

telah termasuk orang yang ketergantungan Narkotika ganja, dan

harus menerima resiko dari perbuatannya.

2) Bahwa bagi semua Prajurit TNI pelaku tindak pidana Narkotika,

harus dijatuhkan pidana tambahan pemberhentian dari dinas

prajurit tanpa kecuali, karena seorang mantan Terpidana

Narkotika kembali ke Kesatuan setelah menjalani pidana

penjaranya, dan tidak dipisahkan dari kehidupan mansyarakat

militer, kebedaan Mantan Terpidana Narkotika di kesatuan akan

menggoncangkan sendi-sendi ketertiban masyarakat militer dan

adanya potensi menularkan penyakit Narkotika kepada anggota-

anggota Satuan lainnya. Karenanya terhadapa Terdakwa dalam

perkara in casu, harus dipisahkan dari kehidupan mamsyarakat

militer, untuk mencegah potensi-potensi yang akan

menggoncangkan ketertiban disiplin masyarakat militer di hari

kemudian, dan selanjutnya Mahkamah Agung memperbaiki

pemidanaan terhadap Terdakwa dalam amar putusan dalam

perkara in casu.

3) Bahwa khusus mengenai kualifikasi perbuatan dalam perkara in

casu juga perlu diperbaiki, karena kalimat melakukan tindak

pidana “Penyalahguna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri”

adalah kalimat yang menunjuk pada pelaku tindak

pidana/orangnya dari pengguna Narkotika itu sendiri, padahal

seharusnya isi dari kualifikasi, harus mengarah kepada apa

perbuatan pelakunya, sehingga kualifikasi perbuatan menjadi

jelas maknanya atau arah atau maksudnya, karenanya kualifikasi

dalam perkara in casu harus diperbaiki menjadi melakukan

Page 53: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

44

tindak pidana “Penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi diri

sendiri”.

3. Amar Putusan Nomor 69 K/MIL/2016

1. Menyatakan Terdakwa yaitu : Ismael, Sertu NRP, 21060152700484,

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri”.

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan :

Pidana Pokok : Penjara selama 1 (satu) tahun.

Pidana Tambahan : Dipecat dari Dinas Militer.

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan barang-barang bukti berupa 1 lembar Surat Keterangan

Badan Narkotika Nasional Indonesia Kota Payakumbuh, Jalan

Kampung Baru, Bukik Sikumpa, Kelurahan Padang Karambia,

Kecamatan Payakumbuh Selatan Nomor : B/014/VII/2013/UPT LAB

BNNK-PYK tanggal 05 Agustus 2013 telah melaksanakan Screening

Test Narkoba Badan Narkotika Nasional Kota Payakumbuh atas nama

Terdakwa Sertu Ismael NRP. 21060152700484 Anggota Kodim

0304/Agam dengan hasilnya mengandung Tetrahydrocannabinol

(THC) positif (+), yang ditanda tangani Kepala Badan Narkotika

Nasional Kota Payakumbuh AKBP Riki Yanuarfi, S.H, M.Si. NRP.

72010458.

Tetap dilekatkan dalam berkas perkara.

Membebani Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara

dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus

rupiah).

Page 54: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

45

4. Analisis Putusan

Terdakwa Ismael menjadi anggota prajurit TNI AD pada tanggal 2005

mengikuti Secaba PK di Kokam V/Brawijaya dan setelah lulus dilantik dengan

pangkat Serda, kemudian di tahun 2006 sampai tahun 2007 Terdakwa ditugaskan

pertama kali di Yonif Linud 733/Masariku Kodam XVI/Pattimura di Ambon,

selanjutnya di tahun 2007 menjadi Staf Personel Kodam XVI/Pattimura lalu tahun

2008 sampai dengan tahun 2011 Terdakwa bertugas di Koramil 12/Palupuh Kodim

0304/Agam dengan jabatan Babinsa Koramil 12/Palupuh hingga sekarang sampai

melakukan perbuatan yang menjadi perkara ini dengan pangkat terakhir Sertu NRP.

21060152700484.

Pada tanggal yang Terdakwa tidak diingat lagi di bulan Januari 2013

Terdakwa Bersama Sdr. Anto pekerjaan dagang ikan di Belawan-Medan telah

mengkonsumsi/menghisap rokok Dji Sam Soe yang tembakaunya sudah dicampur

dengan dau ganja kemudian ganja tersebut Tedakwa peroleh dari Sdr. Anto dan

Terdakwa hanya tinggal menghisap/mengkonsumsi saja Bersama Sdr. Anto.

Terdakwa Ismael menghisap/mengkonsumsi rokok Dji Sam Soe yang sudah

dicampur dengan daun ganja sebanyak tiga kali pada pesta pernikahan di kampung

Terdakwa yaitu Palembayan, Kabupaten Agam.

Sehingga pada tanggal 5 Agustus 2013 diadakan tes urine oleh BNN Kota

Payakumbuh dan akhirnya terdakwa positif mengandung Zat

Tetrahydrocannibanol jenis ganja. Hal tersebut menyatakan terdakwa terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Penyalahgunaan

Narkotika Golongan I bagi diri sendiri” sehingga menjatuhkan pidana kepada

terdakwa dengan pidana pokok penjara 1 tahun dan pidana tambahan dipecat dari

dinas militer.

Menurut Penulis, Terpidana Ismael seharusnya tidak hanya mendapatkan

pidana pokok penjara 1 (satu) tahun dan pidana tambahan dipecat dari Dinas

Militer, tetapi mendapatkan rehabilitasi baik medis maupun sosial sebagaimana

Pasal 127 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Karena selama ini aparat hukum memandang Undang-Undang Narkotika

Page 55: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

46

berorientasi pada pemenjaraan bagi pengguna/pecandu narkotika, sehingga sama

sepertinya pengedar.

Pada Pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 11

Tahun 2014 tentang Tata Cara Penanganan Tersangka/Terdakwa Pecandu

Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Dalam Lembaga Rehabilitasi

mengatur bahwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika yang

tanpa hak dan melawan hukum sebagai tersangka atau terdakwa dalam

penyalahgunaan narkotika yang sedang menjalani proses penyidikan, penuntutan,

dan persidangan di pengadilan diberikan pengobatan, perawatan, dan pemulihan

dalam lembaga rehabilitasi.

Adapun penentuan direhabilitasi atau tidaknya melalui putusan pengadilan,

hal ini sudah di atur dalam Pasal 127 ayat (3) yang menyatakan bahwa dalam hal

penyalahgunaan dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

narkotika, penyalahgunaan tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial. Mengenai faktor-faktor yang secara signifikan yang dapat

mempengaruhi hakim dalam memberikan putusan rehabilitasi adalah surat

keterangan medis, surat keterangan kejiwaan dari dokter jiwa/psikiater dan

keberadaan ahli.

Namun meski dalam proses peradilan pidana, baik itu penyidikan,

penuntutan, atau pemeriksaan sidang di pengadilan tanpa menunggu putusan hakim

terlebih dahulu, jaksa penuntut umum, atau hakim biasa saja meminta assessment

terhadap terdakwa sebelum ditempatkan di lembaga rehabilitasi. Mengenai syarat

assessment rehabilitasi dengan catatan tersangka/terdakwa memang pengguna,

barang bukti yang didapat memenuhi Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4

Tahun 2010 tentang barang bukti yang memenuhi seperti narkotika jenis ganja

dibawah 5 gram. Maka dari itu seharusnya terpidana juga mendapatkan rehabilitasi

karena sudah memenuhi syarat.

Ditinjau dari segi Hukum Pidana Islam narkotika menurut penulis tidak

dijelaskan langsung di dalam Nash, baik Al-qur’an maupun Hadist. Narkotika

dalam Bahasa Arab yaitu Al-Mukhaddirat (sesuatu yang terselubung, kegelapan,

Page 56: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

47

kelemahan), al-aqaqir , dan hasyisy.44 Narkotika mengacu pada khamr, yaitu

sifatnya yang sama-sama memabukkan. Khamr dan Narkotika ini sama-sama

memabukkan, sehingga merusak otak. Artinya menjadi rusaknya salah satu tujuan

syariat atau maqashid al-syariah yaitu menjaga akal. Sehingga Narkotika

diqiyaskan dengan Khamr karena sifatnya yang sama, memabukkan.

Zat yang memabukkan tidak hanya sebatas pada khamr, benda cair tetapi juga

termasuk benda padat.45 Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa

menyalahgunakan pemakain al-mikhaddirat (macam-macam obat bius) hukumnya

haram, karena membawa madharat yang mengakibatkan rusak mental fisiknya

seseorang.

Allah berfirman:

م عليهم الخبا ئث يبات و يحر و يحل لهم الط

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi

mereka segala yang buruk” (QS. Al A’rof: 157).

كم إلى التهلكة وال تلقوا بأيدي

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al

Baqarah: 195).

نا فع عن الحسن بن عمرو الفقيمي عن الحكم بن به بن عبد ر ب شها ثنا سعيد بن منصورحد ثتا أبو حد

كل مسكرومنفتر عتيبة عن شحربن حوشب عن أم سلمة قا لت نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن

أبو داود( )روه

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Manshur, telah menceritakan kepada

kami Abu Syihab Abdu Rabbih bin Nafi’ dari Hasan bin Amr Al Fuqaymi dari Al-

Hakam bin Utaibah dari Syahr bin Hausyab dari Ummu Salamah dia berkata

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan

dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud dan Ahmad)46. Syaikh Al

44 Almunawwir dalam Acep Saifullah, Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Positif: Sebuah Studi Perbandingan, Al’adalah Vol. XI, No. 1 Januari 2013, h. 48. 45 H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta Sinar Grafika, 2007), h.79. 46 Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq bin Basyir Al Alazdy Assijsatani, Sunan Abu Daud,

(Maktabah Shamila) No.3686 h.309.

Page 57: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

48

Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if). Jika khomr itu haram, maka demikian

pula dengan mufattir atau narkoba.

Dengan sanksi pidana penyalahgunaan narkotika menurut pidana Islam

bertujuan untuk mewujudkan dan memelihara lima sasaran pokok atau yang biasa

disebut sebagai Maqashid Syariah atau tujuan agama, yaitu menjaga agama, dan

akal.47Narkotika merupakan jarimah ta’zir, hukumannya diserahkan kepada

penguasa atau ulil amri yang diwakilkan oleh hakim. Unsur penting dalam hukum

pidana islam adalah perbuatan melawan hukum yang dikenal dengan uqubah.48

Ibnu Taimiyah menjelaskan tentang tentang keburukan benda-benda yang

memabukkan, termasuk dalam hal ini narkotika, orang-orang yang memakainya ,

orang yang dimurkai oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum muslimin. Benda-benda

tersebut mengandung keburukan bagi agama, akal, moral dan watak pelakunya.

Benda memabukkan juga merusak watak, sehingga timbul manusia-manusia

menjadi tidak waras akalnya dan rendah budi serta bermacam-macam penyakit

akhlaknya.49

Ulama fiqih telah sepakat bahwa menghukum pemakai Narkotika adalah wajib,

dan hukumannya berbentuk deraan. Ulama hanya berbeda pendapat tentang jumlah

deraan. Penganut Madzab Hanafi dan Maliki mengatakan 80 kali dera, sedangkan

Imam Syafi’I menyatakan 40 kali dera.50 Dalam konteks Putusan Nomor 69

K/MIL/2016, penulis berpendapat Terdakwa mendapat sanksi dera 80 kali. Karena

Terdakwa tidak hanya menyalahgunakan Narkotika, tetepi pekerjaannya sebagai

anggota militer yang seharusnya memberikan contoh baik kepada masyarakat,

menjadi salah satu alasan memperberat hukumannya.

47 Satria Effendi M. Zaein, Kejahatan Terhadap Harta dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam di Indonesia: Peluang, Prospek dan tantangan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h.107 48 Ibrahim Hosen, Jenis-Jenis Hukum dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Mizan, 1997),

h.91. 49 Ibnu Timiyah dalam Hamzah Hasan, Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan

Narkotika, al-daulah Vol. 1 No. 1, Desember 2012, h.152-153. 50 Hamzah Hasan, Ancaman Pidana Islam, h.153.

Page 58: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan pada materi sebelumnya,maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Adapun pencegahan penyalahgunaan narkotika di lingkungan militer

seperti mengadakan penyuluhan cara-cara mencegahnya, melakukan

Razia dadakan di malam hari, melakukan penyuluhan hukum oleh

Kumdam (Hukum Kodam), dan Polisi Militer di setiap satuan khususnya

Angkatan Darat, serta pemeriksaan melalui screening test narkotika.

2. Dalam putusan nomor 69K/MIL/2016 Ismael telah terbukti secara sah

melakukan tindak pidana “Penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi

diri sendiri” sehingga hakim memutuskan menjatuhkan pidana kepada

terdakwa Ismael dengan pidana pokok penjara 1 tahun dan pidana

tambahan dipecat dari dinas militer. Pertimbangan hakim dalam

memutuskan telah sesuai dengan ketentuan pasal 127 ayat 1 huruf a

Undang-Undang nomor 35 tentang narkotika.

B. Saran

1. Saran penulis agar anggota militer yang terlibat pada kasus narkotika

akan dihukum dengan ketentuan hukum yang berlaku. Karena siapapun

menggunakan narkotika baik pun anggota militer maupun warga sipil

akan tetap dihukum.

2. Untuk Polisi Militer selalu mengadakan operasi aktif atau razia yang

digelar secara mendadak sehingga lebih banyak menemukan orang yang

melakukannya dibanding operasi aktif atau razia yang telah dijadwalkan

sebelumnya.

3. Adapun bahwa agar anggota militer jangan pernah terlibat dengan hal-

hal negatif seperti narkotika, karena mereka adalah aparat hukum.

Apalagi mereka sudah memberikan

Page 59: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

50

DAFTAR PUSTAKA

Almunawwir dalam Saifullah, Acep, Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan

Hukum Positif: Sebuah Studi Perbandingan, Al’adalah Vol. XI, No. 1

Januari 2013.

Ali, H. Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Erdianto, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Pekanbaru: Alaf Riau, 2010.

Faisal Salam, Moch, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Bandung: CV. Mandar

Maju, 2006.

Faisal Salam, Moch, Peradilan Militer di Indonesia, cetakan kedua, Bandung: CV.

Mandar Maju, 2004.

Gultom, Binsar, Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan Darurat di Indonesia.

Mengapa Pengadilan HAM Ad Hoc Indonesia Kurang Efektif, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Hamzah, Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke

Reformasi, Pradnya Paramita, 1986.

Hosen, Ibrahim,Jenis-Jenis Hukum dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: Mizan,

1997.

Ibnu Timiyah dalam Hamzah Hasan, Ancaman Pidana Islam Terhadap

Penyalahgunaan Narkotika, al-daulah Vol. 1 No. 1, Desember 2012.

Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai Lektur Mahasiswa,

Jakarta, 1998.

Page 60: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

51

Kelsen, Hans, General Theory of Law and State (New York: Russel and Russel,

1971), diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, Teori Umum Tentang Hukum

dan Negara, Bandung: Nusa Media, 2011.

Lamintang, P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru,

1984.

Merpaung, Leden, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafik, 2005.

Muhadjir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung:

Alumni, 2005.

Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung: Alumni, 2002.

M. Zaein, Effendi, Satria, Kejahatan Terhadap Harta dalam Perspektif Hukum

Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek dan tantangan, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2001.

Notohamidjojo, O, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Salatiga: Griya Media, 2011.

Prakoso, Djoko, Hukum Penitensier di Indonesia,Yogyakarta: Liberty, 1988.

Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan keunggulan, Jakarta:

Grasindo,2010.

Renggong, Ruslan, Hukum Pidana Khusus Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,

Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2016.

Soekanto, Soerjono, Penelitian hukum, Raja Grafindo Persada, 2011.

Page 61: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

52

Sianturi, SR, Hukum Pidana Militer di Indonesia ,Jakarta : Alumni AHM-PTHM,

TT.

Suhadi, Pembahasan Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional Tentang

Militer dan Bela Negara, Badan Pembinaan Hukum Nasional Tentang

Hukum Militer dan Bela Negara, Jakarta,1996.

Supramono, Gatot, Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta : Jambatan, 2007.

Supramono, Hukum Narkotika Indonesia, Jakarta: Djambatan Jakarta, 2001.

Tambunan, Hukum Militer Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum Militer, 2013.

Tarigan, Purnama, Aditia, Kajian Hukum Terhadap Penyalahgunaan Narkotika

Oleh Anggota Militer Menurut Undang-Undang 35 Tahun 2009.

Tresna, R, Azas-azas Hukum Pidana, Jakarta: PT.Tiara, 1990.

Jurnal

Imam W dkk, Ardyanto, Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana

Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI, Jurnal

Serambi Hukum Vol. 08 No. 02 Agustus 2014.

Hamzah Hasan, Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba,

Jurnal Al Daulah : Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Vol. 1 13 Juni

2012

Page 62: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

53

Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.

Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 27 TAHUN 2013.

Putusan

Putusan Nomor 69 K/MIL/2016.

Skripsi

Andi Dian Pratiwi, Peranan Polisi Militer Angkatan Darat Dalam Menanggulangi

Tindak Pidana Narkotika di Lingkungan TNI AD, Skripsi, Universitas

Hasanudin, 2013.

Muh. Isra Bil Ali, Penegakan Hukum Anggota Militer yang Terlibat dalam Tindak

Pidana Narkotika, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.

Salamat Rijal, Penjatuhan Pidana Terhadap Penyalahgunaan Narkotika yang

Dilakukan Oleh Anggota TNI di Pengadilan Militer 1-03 Padang (Analisis

Putusan: No. 108 – K/PM 1-03/ AD/ XII/ 2012 Pada Pengadilan Militer 1-

03 Padang), Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

Internet

Hukumonline.com, diakses pada tanggal 4 Juli 2018.

http://www.tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html / website resmi TNI.

Page 63: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu

54

https://www.unodc.org/documents/wdr2014/World_Drug_Report_2014_web.pdf.

diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.

http://news.analisadaily.com/read/nama-47-prajurit-kodam-ibb yang di

pecat/266616/2016/11/07 Diakses pada tanggal 7 November 2016.

Page 64: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 65: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 66: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 67: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 68: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 69: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 70: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 71: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 72: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 73: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 74: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu
Page 75: SKRIPSI TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ... · dari buku, artikel, yang berkaitan dengan penelitian. penulis. Penelitian ini ... kedaulatan negara,serta diharapkan mampu