sanksi bagi penyalahgunaan narkotika menurut …

42
SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Oleh: Rahmani. N NIM: 214610175 KONSENTRASI ILMU SYARIAH STUDI ILMU AGAMA ISLAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2017 M/ 1439 H

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG NARKOTIKA

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

Rahmani. N

NIM: 214610175

KONSENTRASI ILMU SYARIAH

STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2017 M/ 1439 H

Page 2: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG NARKOTIKA

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

Rahmani. N

NIM: 214610175

Pembimbing:

Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al-Munawar, MA

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

KONSENTRASI ILMU SYARIAH

STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2017 M/ 1439 H

Page 3: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Menurut

Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika” yang ditulis oleh Rahmani. N dengan Nomor Induk

Mahasiswa 214610175 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan

dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di

sidang munaqasyah.

Pembimbing I,

Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al Munawar, MA

Tanggal: 13 Mei 2017

Pembimbing II,

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Tanggal: 06 Mei 2017

Page 4: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul “Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Menurut Perspektif

Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika”

yang ditulis oleh Rahmani. N dengan Nomor Induk Mahasiswa 214610175 telah

diujikan di sidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ) Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2017. Tesis tersebut telah disahkan

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam

bidang Ilmu Agama Islam.

Direktur Pascasarjana

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Panitia Sidang Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA Ketua Sidang

Dr. KH. Muhammad Yusup, MA

Sekretaris Sidang

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA

Penguji I

Dr. Hj. Nadjmatul Faizah, SH., M.Hum

Penguji II

Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al Munawar, MA Pembimbing I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Pembimbing II

Page 5: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahmani. N

NIM : 214610175

Tempat, Tanggal Lahir : Binjai, 08 Oktober 1989

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Sanksi Bagi Penyalahgunaan

Narkotika Menurut Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika” adalah benar-benar karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam

karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 25 Oktober 2017 M

05 Shafar 1439 H

Rahmani. N

Page 6: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

iv

بسم الله الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Sanksi bagi Penyalahgunaan Narkotika

Menurut Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika”.

Shalawat dan salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga

hari kiamat.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini bukanlah hasil

jerih payah penulis secara pribadi, tetapi karena rahmat dan karunia Allah

SWT dan juga karena bantuan, dorongan, dukungan serta doa dari berbagai

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh

karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA., selaku Rektor Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta.

2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA., selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

3. Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al-Munawar, MA., dan Dr. KH. Ahmad

Munif Suratmaputra, MA., selaku pembimbing I dan pembimbing II yang

telah memberikan arahan, masukan dan bimbingannya dengan tulus dan

bijaksana pada penulisan tesis ini.

4. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta, yang selama masa kuliah telah mengajarkan ilmunya kepada

penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Seluruh staf karyawan Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta yang telah memberikan arahan dan bantuan kepada penulis selama

kuliah.

6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Pascasarjana Institut Ilmu

Al-Qur’an (IIQ) Jakarta angkatan tahun 2014, yang selalu saling

mendukung dan menasehati dalam kebaikan, terima kasih atas

kebersamaannya.

Page 7: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

v

7. Seluruh staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, staf

perpustakaan Islam Iman Jama’ dan staf perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas pinjaman buku-bukunya.

8. Kedua orang tua, mertua dan seluruh keluarga atas segala bantuan,

dukungan dan doanya. Semoga selalu dalam limpahan kasih sayang Allah

SWT.

9. Kepada istri dan anak tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan

motivasi serta memberikan semangat kepada penulis agar segera

menyelesaikan tesis ini. Semoga Allah selalu memberkahi dan menaungi

rumah tangga kita dalam bingkai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan

satu per satu, penulis ucapkan terima kasih banyak.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis

harapkan. Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

bagi para pembaca pada umumnya, serta semoga dapat menjadi sumbangan

bagi khazanah ilmu pengetahuan.

Jakarta, 25 Oktober 2017 M

05 Shafar 1439 H

Penulis

Page 8: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang

satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan karya ilmiah di Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsunan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

‘ : ع t : ث

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : ه s : س

‘ : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a أ : â ْي ... : ai

Kasrah : i ي : î ْو ... : au

Dhammah : u و : û

Page 9: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

vii

3. Kata Sandang

a Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

al-Madînah : المدينت al-Baqarah : البقرة

b Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan

sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-rajul : الرجل

ad-Dârimî : الدارمي asy-syams : الشمس

Page 10: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. ii

PERNYATAAN PENULIS ............................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................ xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1

B. Permasalahan ............................................................. 10

1. Identifikasi Masalah .............................................. 10

2. Pembatasan Masalah ............................................. 10

3. Perumusan Masalah .............................................. 11

C. Tujuan Penelitian ....................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ..................................................... 11

E. Tinjauan Pustaka ....................................................... 11

F. Metode Penelitian ...................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ................................................ 17

BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A. Pengertian Narkotika ................................................. 19

1. Menurut Hukum Islam .......................................... 19

2. Menurut Hukum Nasional...................................... 22

B. Jenis-Jenis Narkotika ................................................. 24

1. Opium ................................................................... 25

2. Morfin ................................................................... 27

3. Kokain ................................................................... 28

4. Heroin ................................................................... 29

5. Ganja ..................................................................... 30

6. Sabu-Sabu ............................................................. 30

7. Ekstasi ................................................................... 31

8. Putaw ..................................................................... 31

9. Alkohol ................................................................. 32

Page 11: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

ix

C. Bahaya dan Dampak Penyalahgunaan Narkotika ...... 32

D. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika .. 37

BAB III : HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

A. Hukum Islam ............................................................. 45

1. Hukum Taklîfî ....................................................... 50

2. Hukum Wadh’î ...................................................... 57

B. Macam-Macam Sanksi dalam Islam ......................... 63

C. Macam-Macam Tindak Pidana dan Sanksinya ......... 66

1. Jarimah Hudûd ...................................................... 68

a. Jarimah Zina dan Sanksinya ............................. 70

b. Jarimah Qadzf dan Sanksinya .......................... 78

c. Jarimah Syurb al-Khamr dan Sanksinya .......... 81

d. Jarimah Baghyu dan Sanksinya ........................ 86

e. Jarimah Riddah dan Sanksinya ........................ 90

f. Jarimah Sariqah dan Sanksinya ....................... 95

g. Jarimah Hirâbah dan Sanksinya ....................... 101

2. Jarimah Qishâsh .................................................... 106

a. Pengertian Qishâsh ........................................... 106

b. Macam-Macam Qishâsh .................................. 106

3. Jarimah Takzir ...................................................... 110

a. Pengertian Takzir ............................................. 110

b. Dasar Pensyariatan Takzir ................................ 111

c. Tujuan Sanksi Takzir ....................................... 113

d. Ruang Lingkup dan Pembagian Jarimah Takzir 114

e. Macam-Macam Sanksi Takzir ......................... 115

D. Tujuan Hukum Islam ................................................. 117

E. Deskripsi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika ....................................... .............. 121

1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika ............................................................... 121

2. Badan Narkotika Nasional RI ............................... 124

a. Sejarah Badan Narkotika Nasional .................. 125

b. Tugas Badan Narkotika Nasional ..................... 128

c. Fungsi Badan Narkotika Nasional ................... 128

Page 12: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

x

BAB IV : PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Penyalahgunaan

Narkotika ...………………………………………… 131

B. Pandangan Hukum Pidana Nasional Terhadap

Penyalahgunaan Narkotika ...………………………… 152

C. Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Perspektif

Hukum Islam ............................................................. 154

D. Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Menurut

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 .................. 163

E. Analisis Perbandingan ............................................... 170

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................ 173

B. Saran-Saran ................................................................ 173

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 175

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................ 181

Page 13: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

xi

ABSTRAK

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sudah berada pada

tingkat yang sangat mengkhawatirkan dan membahayakan, karena di

samping merusak fisik dan mental, juga mempengaruhi kehidupan sosial

masyarakat dan berpotensi menghambat pembangunan nasional, serta dapat

mengganggu keamanan, ketertiban dan stabilitas nasional. Oleh karena itu,

masalah ini harus segera diberantas dan ditangani secara serius.

Sebagai negara yang menjadi salah satu sasaran terbesar dalam

peredaran narkotika yang dikendalikan oleh jaringan nasional dan

internasional, Indonesia telah mengambil langkah tegas dalam menghadapi

bentuk perang modern ini. Di antaranya ialah menerapkan sanksi terhadap

pelaku penyalahgunaan narkotika sebagaimana yang telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam hukum

Islam, hukuman yang diberikan atas pelanggaran atau kemaksiatan yang

dilakukan oleh seseorang ialah berupa hukuman hudud atau takzir. Melalui

penelitian ini penulis ingin mengetahui sanksi apa aja yang diberikan kepada

pelaku penyalahgunaan narkotika menurut pandangan hukum Islam dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library

research) dengan pendekatan kualitatif. Sumber primer dalam tesis ini

diperoleh dari buku-buku dan perundang-undangan yang berkaitan dengan

pembahasan mengenai hukum Islam dan narkotika. Dalam penelitian ini,

teknik pengumpulan informasi dan data dilakukan dengan menelaah bahan-

bahan pustaka yang relevan dengan topik yang dibahas, setelah data

terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif analisis.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Ulama telah sepakat bahwa

setiap perbuatan yang termasuk ke dalam kategori penyalahgunaan narkotika

hukumnya adalah haram. Sanksi bagi penyalahgunaan narkotika dapat dibagi

menjadi dua, yaitu sanksi bagi pengguna dan sanksi bagi produsen, bandar

dan pengedar narkotika. Sanksi bagi pengguna narkotika perspektif hukum

Islam ada dua pendapat, ada yang mengatakan sanksi hukumannya adalah

had dan ada juga yang mengatakan sanksi hukumannya adalah takzir.

Sedangkan sanksi hukuman bagi produsen, bandar dan pengedar narkotika

adalah dibunuh atau hukuman mati. Sedangkan menurut hukum pidana

Indonesia, sanksi hukumannya adalah berupa pidana mati, pidana penjara dan

denda. Penjatuhan sanksi hukuman ini tergantung berat dan jenis narkotika

yang disalahgunakan dan juga tergantung proses peradilan dan keputusan

hakim.

Kata kunci: Sanksi, Hukum Islam, Undang-Undang, Narkotika.

Page 14: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

xii

ABSTRACT

The abuse and narcotics smuggling endorsement has been on the

worse level of dangerousness recently. It does not only have some damages

in physically and mentally, it also influences the society lives dan potentially

distract the national development. Moreover, it also disturb the security,

order and national stability. Thus, this problem should be eradicated and

handed out seriously.

As a country which targeted in a big drug trafficking that controlled

by national and international network, Indonesia has taken a firm leap in

facing this modern era of war. One of the force is to implement the sanction

towards the drug abuse as regulated in regulations No. 35 in 2009 about

Narcotics. In Islamic law, the sanction that given to abuse or immorality by

individual is ‘hudud’ or ‘takzir’ punishment. Through this research, the writer

aim to know the sanctions that landed to the drug abuser according to the

Islamic law perspective and No. 35 in 2009 about Narcotics.

This research is applying the library research with qualitative

approach. Primary source of this thesis is taken from books and regulations

that related with the discussion about Islamic law and Narcotics. In this

research, the technique of information collected by studying library materials

that relevant with the topic. After that, the data is treated by using descriptive

analysis method.

Based on the research, the conclusion is: Islamic leader of Indonesia

has agreed to the ‘haram’ decision towards narcotics abuse. The other islamic

leader who opposed the idea is arguing to the decision that in assessing the

saction to the drug abuse, they reckoned that the punishment is ‘had’.

Therefore, others opinion are into ‘takzir’ punishment. Meanwhile, according

to regulation, the sanctions are death sentence, jail and pay for fines. The

sanction is depend on how heavy and what type of drug that is abused. It is

also depend on the judicial process and verdict.

Key words: Sanctions, Islamic law, Regulations, Narcotic.

Page 15: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

xiii

539002

53

9002

Page 16: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

xiv

.

.

Page 17: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akal atas sebagian

makhluk-Nya yang lain, sehingga manusia dapat memahami syariat-syariat-

Nya dengan diutusnya para rasul untuk mengeluarkan manusia dari

kegelapan kepada cahaya yang terang benderang, dari kesesatan kepada

petunjuk, dari kebingungan kepada jalan yang lurus. Oleh karena itu, akal

merupakan anugerah yang paling utama yang diberikan kepada seseorang di

dalam hidupnya, tanpa menggunakan akal manusia sama dengan makhluk

yang lain bahkan lebih sesat lagi.1 Sebagaimana firman Allah SWT:

...

“...Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.

Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A‟râf [7]: 179)

Dalam Islam, akal merupakan salah satu adh-dharuriyyat al-khams

(lima pilar pokok yang menjadi sendi tegaknya kehidupan) yang wajib

dipelihara agar tetap berfungsi dengan baik. Dengan akal yang sehat manusia

bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi kesulitan hidupnya

serta dibedakan dari jenis mahkluk yang lain, akan tetapi berdasarkan akal itu

pula manusia menerima pen-taklif-an (pembebanan hukum) atau dipandang

mukallaf (layak menerima pembebanan hukum). Akal inilah yang

meletakkan manusia pada posisi yang paling terhormat di tengah-tengah

sekian makhluk Allah SWT yang lain.2

Dalam upaya memelihara akal, Islam antara lain mempersilahkan

manusia mempergunakan dan mengkonsumsi hal-hal yang halal dan baik

(halâlan thayyiba), tidak boleh berlebih-lebihan, dan secara bersamaan

melarang hal-hal yang membahayakan dan merusak akal. Inilah antara lain

filosofisnya kenapa Islam melarang manusia mengkonsumsi minuman keras

dan semua hal yang dapat merusak sel jaringan dan saraf otak. Sebab, bila

akal manusia telah rusak maka dampak negatifnya (malapetakanya) bukan

1Muhammad bin Yahya an-Nujaimi, Al-Mukhaddirât wa Ahkâmuhâ fi asy-Syarî‟ah

al-Islâmîyyah, (Riyadh: Markaz ad-Dirâsât wa al-Buhûts Jâmi‟ah Nâyef al-Arabiyyah, 1425

H), h. 3.

2Ahmad Munif Suratmaputra, Hukum Islam: Problematika dan Solusinya, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2008), Cet. I, h. 270.

Page 18: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

2

saja bersifat individual atau lokal, tetapi akan menembus sendi-sendi

kehidupan umat manusia secara total dan mengglobal.3

Di antara jenis obat-obatan yang dapat merusak sel jaringan dan saraf

otak adalah narkotika4 atau yang biasa kita dengar dengan sebutan narkoba.

Dan ia juga termasuk ke dalam jenis NAPZA (narkotika, alkohol,

psikotropika5, dan zat adiktif lainnya

6). Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.7

Penggolongan narkotika dan zat-zat lainnya juga telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Dengan adanya peningkatan

penyalahgunaan beberapa zat baru yang memiliki potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan yang belum termasuk dalam golongan

narkotika (UU tentang Narkotika), maka diterbitkan Permenkes Nomor 2

Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.

a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

3Ahmad Munif Suratmaputra, Hukum Islam: Problematika dan Solusinya, h. 270.

4Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk

pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi

perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika

disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat mengakibatkan

bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya

akan dapat melemahkan ketahanan nasional. Lihat Penjelasan atas Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

5Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Lihat Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

6Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang

membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena

fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam

mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan tersebut daripada

kegiatan lain, meningkatkan toleransi dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang

Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Lihat Infodatin, Pusat

Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014.

7Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

Pasal 1 ayat (1).

Page 19: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

3

ketergantungan. Contoh: Opium, tanaman ganja, Heroina, Amfetamina,

Metamfetamina, Etkatinona, tanaman Khat (catha edulis) dan lain-lain.

b. Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:

Dektromoramida, Metadona, Morfina, Petidina, Dihidroetorfin, Oripavin

dan lain-lain.

c. Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contoh: Kodeina, Narkodeina, Buprenorfina dan lain-

lain.8

Narkotika yang dikenal sekarang ini, sesungguhnya tidak pernah ada

pada masa permulaan Islam. Bahkan tidak satu ayat pun dari ayat-ayat Al-

Qur‟an maupun hadits Nabi SAW yang membahas masalah tersebut.

Pembahasan pada waktu itu hanya berkisar pada permasalahan khamr saja.

Adapun narkotika yang dalam istilah agama Islam disebut al-mukhaddirât,

baru dikenal oleh umat Islam pada akhir abad ke 6 H. Itupun masih terbatas

pada tumbuhan ganja saja. Yaitu ketika bangsa Tartar memerangi dan

menjajah negara Islam. Pada waktu itulah orang-orang Islam yang masih

lemah imannya, dan orang-orang fasiq dari kalangan umat Islam terpengaruh

dan kemudian mengkonsumsi barang haram tersebut. Baru setelah itu

persoalan ganja dikenal dan tersebar di kalangan umat Islam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah9 (728 H) telah membahas secara

panjang lebar mengenai tumbuhan ganja ini yang dalam bahasa Arab disebut

dengan hasyîsyah, yang ternyata belakangan ini tergolong ke dalam

narkotika. Hasil kajiannya dapat ditemukan dalam kitabnya yang berjudul

Majmû‟ al-Fatâwâ. Di antaranya ia menyatakan sebagai berikut:

8Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang

Perubahan Penggolongan Narkotika dan Penjelasan atas Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 6 ayat (1).

9Nama lengkapnya: Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salâm bin Taimiyah.

Kunyahnya Abu al-Abbâs, gelarnya Syaikh al-Islâm dan al-Imâm. Lahir di Harran tahun 661

H kemudian pindah ke Damaskus bersama ayahnya. Di antara karangan beliau adalah As-

Siyâsah asy-Syar‟iyyah, al-Fatâwâ, Raf‟u al-Malâm „an al-Aimmah al-A‟lâm, Minhâj as-

Sunnah dan al-Qawâid an-Nûrâniyah. Wafat di Damaskus pada tahun 728 H. Lihat

Khairuddîn bin Mahmûd bin Muhammad az-Zirikli, Al-A‟lâm, (Beirut: Dâr al-„Ilm li al-

Malâyîn, 2002), h. 94.

Page 20: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

4

10

“Sesungguhnya awal dikenalnya ganja oleh umat Islam adalah pada akhir

abad ke 6 H atau pada permulaan abad ke 7 H, yaitu ketika munculnya

bangsa Tartar dengan pimpinannya yang terkenal yang bernama Jenghis

Khan.”

Imam Al-Qarâfi11

(684 H) dalam kitab al-Furûq juga pernah

membahas mengenai tumbuhan ganja atau hasyîsyah ini. Di antara

pernyataan beliau adalah sebagai berikut:

12

“Ketahuilah, sesungguhnya tumbuhan yang dikenal dengan nama ganja

belum pernah dibahas oleh para imam mujtahid, dan belum pernah juga

dibicarakan oleh ulama-ulama salaf. Karena ganja tersebut tidak ada pada

zaman mereka. Tumbuhan ini baru dikenal dan tersebar pada akhir abad ke

6 H, yaitu pada masa pendudukan bangsa Tartar.”

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwasanya Allah SWT

memerintahkan kita untuk menjaga dan memelihara lima kebutuhan penting

(adh-dharûrîyyat al-khams), yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

10

Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah, Majmû‟ al-Fatâwâ, juz 34, (Madinah al-

Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd li ath-Thibâ‟ah, 1416 H/1995 M), h. 205.

11

Nama lengkapnya: Ahmad bin Idrîs bin Abdurrahman ash-Shanhâjî al-Qarâfi.

Salah seorang ulama Malikiyah, beliau mempunyai banyak karangan dalam bidang fiqh dan

ushul fiqh, di antaranya adalah Anwâr al-Burûq fi Anwâ-i al-Furûq, Adz-Dzakhîrah, Al-

Yawâqît fi Ahkâm al-Mawâqît, dan Syarh Tanqîh al-Fushûl. Wafat di Mesir pada tahun 684

H. Lihat Khairuddîn bin Mahmûd bin Muhammad az-Zirikli, Al-A‟lâm, (Beirut: Dâr al-„Ilm

li al-Malâyîn, 2002), h. 94.

12

Ahmad bin Idrîs bin Abdurrahman al-Qarâfi, Anwâr al-Burûq fi Anwâ-i al-Furûq,

juz 1, (Beirut: „Âlam al-Kutub, t.t), h. 216.

Page 21: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

5

Dan narkotika beserta macam-macamnya telah merusak lima pilar ini, karena

efek dari mengkonsumsi obat haram ini adalah pelakunya dapat menyia-

nyiakan shalat, puasa dan melakukan segala macam kejahatan dan

kemungkaran tanpa rasa malu. Ia juga bisa menghilangkan nyawa seseorang,

sering kali orang yang mengkonsumsinya saling membunuh satu sama lain.

Mengkonsumsi narkotika juga bisa menghilangkan akal sehat dan hilangnya

akal sehat bisa menyebabkan kehormatannya menjadi hina, orang yang

mengkonsumsi narkotika dipandang rendah harga dirinya di hadapan

manusia. Mengkonsumsi narkotika juga termasuk membuang-buang harta,

berapa banyak orang kaya menjadi miskin dan berapa banyak orang yang

mempunyai rumah menjadi gelandangan hanya karena disebabkan oleh

narkotika.13

Sekarang ini, persoalan mengenai narkotika telah menjadi persoalan

nasional bahkan internasional, karena dampak dan akibat yang ditimbulkan

telah meluas ke seluruh negara. Secara nasional perdagangan narkotika telah

meluas ke dalam setiap lapisan masyarakat, mulai dari lapisan masyarakat

mampu sampai lapisan masyarakat menengah ke bawah. Dari segi usia,

narkotika tidak hanya dinikmati golongan remaja saja, tetapi juga golongan

setengah baya dan golongan usia tua. Penyebaran narkotika sudah tidak lagi

hanya di kota-kota besar, tetapi sudah masuk ke kota-kota kecil dan

merambah di kecamatan bahkan desa-desa.14

Berdasarkan data yang ada di

Badan Narkotika Nasional (BNN), tidak ada satu kabupaten/kota di Indonesia

yang menyatakan bebas dari masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika.15

Meluasnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang dapat

merusak dan mengancam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Penyalahguna narkotika ini pun beragam, mulai dari pekerja, pengusaha,

pejabat, anggota dewan, polisi, TNI, artis, sampai pelajar. Sebagaimana kita

ketahui bahwa tindak pidana narkotika bersifat transnasional yang dilakukan

dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih,

didukung oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak

menimbulkan korban terutama di kalangan generasi muda penerus bangsa,

yang jika dibiarkan akan sangat membahayakan kehidupan bangsa dan

negara.16

13

Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thayyâr, Al-

Mukhaddirât fi al-Fiqh al-Islâmi, (Kairo: Dâr Ibn Jauzi, 1418 H), h. 3.

14

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Bandung:

Mandar Maju, 2003), h. 2.

15

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2014, h. 1.

16

Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.

Page 22: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

6

Masalah narkotika di Indonesia merupakan masalah yang kompleks,

karena melibatkan banyak pihak dan dilatarbelakangi oleh berbagai sebab.

Masalah narkotika yang semakin mengkhawatirkan ini menuntut adanya

upaya penanggulangan yang serius dan berkelanjutan guna memperbaiki

generasi bangsa. Data dan informasi mengenai narkotika di banyak negara

masih sangat sulit diperoleh, sehingga jumlah penyalahgunanya adalah

berupa perkiraan atau angka estimasi saja. Sama halnya dengan Indonesia,

jumlah penyalahguna sangat sulit diketahui antara lain karena: (1) sebagian

besar penyalahguna tidak muncul ke permukaan, karena stigma yang ada di

masyarakat, takut dilaporkan, dan berbagai sebab lainnya, (2) belum ada

sistem pelaporan yang baku (pelaporan yang sifatnya baku hanya ada di

rumah sakit) dan (3) penyalahguna yang datang ke pusat-pusat pengobatan

dan rehabilitasi hanya sebagian kecil, (4) penyebaran penyalahguna tidak

merata, diduga urban - biased, sehingga sulit untuk membuat sampling, (5)

Community - based survey sangat sulit dilakukan, tetapi beberapa LSM sudah

melakukan survey sejenis.17

Data yang akurat mengenai besaran penyalahguna narkotika secara

umum memang belum ada. Namun diperkirakan jumlah penyalahguna

narkotika dan zat berbahaya lainnya semakin banyak dan berkembang.

Walaupun tidak ada data yang pasti mengenai jumlah kasus penyalahguna

narkotika, namun diperkirakan beberapa tahun terakhir jumlah kasus

penyalahguna narkotika cenderung semakin meningkat, bahkan jumlah yang

sebenarnya diperkirakan sesuai dengan fenomena gunung es (iceberg

phenomena), di mana jumlah kasus yang ada jauh lebih besar daripada kasus

yang dilaporkan atau dikumpulkan.18

Pada tahun 2008-2012 jumlah kasus narkotika berdasarkan

penggolongannya yang masuk dalam kategori narkotika terus mengalami

peningkatan dalam 5 tahun terakhir, sedangkan yang masuk dalam kategori

psikotropika jumlah kasusnya kian menurun.19

Menurut hasil penelitian pada

tahun 2008 oleh Badan Narkotika Nasional bersama Pusat Penelitian dan

Kesehatan (Puslitkes) Universitas Indonesia, prevalensi pecandu dan

penyalahguna narkotika diproyeksikan pada tahun 2015 mencapai angka

2,8%, namun pada penelitian terbaru pada tahun 2015 tercatat angka

17

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, (Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI, Semester I, 2014), h. 1.

18

Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI , 2014.

19

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,

Semester I, 2014, h. 2.

Page 23: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

7

prevalensi hanya sekitar 2,2% yang berarti terdapat adanya penurunan

sebanyak 0,6%.20

Pada tahun 2014, estimasi kerugian ekonomi dan sosial akibat

narkotika mencapai angka yang fantastis, yakni Rp 63,1 trilyun. Jumlah

tersebut naik sekitar dua kali lipat dibandingkan tahun 2008, atau naik 31

persen dari tahun 2011. Biaya yang terjadi pada kelompok laki-laki jauh lebih

tinggi dibandingkan kelompok perempuan. Jika dipilah, diperkirakan sebesar

Rp 56,1 trilyun untuk kerugian biaya pribadi (private) dan Rp 6,9 trilyun

untuk kerugian biaya sosial. Pada biaya private sebagian besar digunakan

untuk biaya konsumsi narkotika (76%).

Jumlah uang yang beredar pada konsumsi narkotika amat

menggiurkan sebagai sebuah peluang bisnis. Sedangkan pada biaya sosial

sebagian besar diperuntukan untuk kerugian biaya akibat kematian karena

narkotika (premature death) (78%). Diproyeksikan akan terjadi peningkatan

kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat penyalahgunaan narkotika sekitar

2,3 kali lipatnya atau meningkat dari Rp 63,1 trilyun menjadi Rp 143,8

trilyun di tahun 2020. Bila pemerintah tidak segera bertindak secara serius,

maka dampak dan kerugian biaya yang ditimbulkan akan jauh lebih besar

lagi.21

Sedangkan pada tahun 2016 Badan Narkotika Nasional telah

mengungkap sebanyak 807 kasus narkotika dan mengamankan 1.238 orang

tersangka, dengan barang bukti sebanyak 2,6 ton ganja kering, 20.000 batang

pohon ganja, 16 hektar ladang ganja; 1,016 ton sabu; 754.094 butir ekstasi

dan 568,15 gram ekstasi; 581,5 gram heroin; 108,12 gram morfin; 4,94 gram

kokain; 0,32 liter hashish; 5.012 butir obat daftar G; dan 2 butir

benzodiazepine. Sedangkan untuk kasus Tindak Pidana Pencucian Uang

(TPPU) hasil kejahatan narkotika, Badan Narkotika Nasional mengungkap 21

kasus dan mengamankan 30 orang tersangka dan melakukan penyitaan aset

yang nilainya mencapai Rp 261.863.413.345.22

Dari jumlah pengungkapan kasus yang dilakukan Badan Narkotika

Nasional pada tahun 2016, jika dibandingkan dengan tahun 2015, terjadi

peningkatan sebanyak 56% dalam pengungkapan kasus narkotika dan 58%

pada kasus TPPU. Sampai dengan tahun 2016 ini, Badan Narkotika Nasional

telah menemukan 46 narkotika jenis baru New Psychoactive Substances

(NPS), dan 18 di antaranya sudah masuk dalam lampiran Permenkes Nomor

13 Tahun 2014, sedangkan 28 lainnya masih dalam tahap pembahasan dan

20

Press Release Akhir Tahun 2015 Badan Narkotika Nasional RI.

21

Badan Narkotika Nasional, Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan

Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014, (Jakarta: BNN, 2015).

22

Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.

Page 24: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

8

akan segera masuk dalam lampiran Permenkes sehingga memiliki ketegasan

hukum.23

Pemerintah Indonesia melalui Badan Narkotika Nasional terus

berupaya serius menangani masalah penyalahgunaan narkotika dengan

melakukan berbagai upaya pencegahan, berupa advokasi, sosialisasi, dan

kampanye STOP Narkoba sebanyak 12.566 kegiatan yang melibatkan 9.

177.785 orang dari berbagai kalangan, baik kelompok masyarakat, pekerja,

maupun pelajar. Tercatat sebanyak 894 instansi pemerintah dan swasta, serta

834 kelompok masyarakat dan lingkungan pendidikan, yang didorong BNN

untuk peduli terhadap permasalahan narkotika, hingga akhirnya memiliki

kebijakan pembangunan berwawasan Anti Narkoba di lingkungannya

masing-masing.24

Bentuk lain adalah penetapan hukuman bagi penyalahguna narkotika

yang disusun berdasarkan undang-undang. Indonesia memiliki undang-

undang yang mengatur tentang narkotika yaitu Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-undang ini adalah pengganti dari

undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997

dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976.

Berdasarkan Undang-Undang Narkotika, hukuman dan denda bagi

pelaku penyalahgunaan narkotika bermacam-macam, tergantung pasal yang

dilanggar dan jenis narkotika yang disalahgunakan. Dari 1 tahun penjara

sampai 20 tahun, sampai seumur hidup, bahkan sampai dihukum mati.

Dendanya pun bervariasi mulai dari jutaan sampai miliaran rupiah.

Dari data Direktorat Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung RI,

sampai dengan pertengahan Desember 2015, terdapat 55 orang terpidana

kasus narkotika yang mendapatkan vonis hukuman mati, di mana 14 orang

terpidana mati kasus narkotika di antaranya sedang menunggu eksekusi

hukuman mati.25

Sebagai bukti nyata kehadiran negara dalam melindungi

generasi bangsa dari ancaman narkotika, Pemerintah Indonesia telah

mengeksekusi para terpidana mati kasus narkotika beberapa waktu lalu.

Meski menuai kontroversi dari pihak asing, sebanyak 15 terpidana mati baik

WNA maupun WNI kasus narkotika telah dieksekusi, salah satunya adalah

Freddy Budiman, gembong narkotika kelas „kakap‟ di Indonesia, yang kerap

terlibat kasus-kasus penyelundupan narkotika dari mancanegara meskipun

tengah mendekam di jeruji besi.26

23

Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.

24

Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.

25

Press Release Akhir Tahun 2015 Badan Narkotika Nasional RI.

26

Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.

Page 25: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

9

Hukuman secara umum dalam Islam ada 2: (a) Hudud, yaitu bentuk

hukuman yang telah ditentukan ukuran dan jenisnya oleh syariat.27

Seperti

hukuman cambuk sebanyak 100 kali bagi pelaku zina yang belum menikah

dan hukuman cambuk sebanyak 40 atau 80 kali bagi peminum khamr.28

(b)

Takzir, yaitu bentuk hukuman yang tidak ditentukan oleh syariat. Ukuran dan

jenis hukumannya diserahkan kepada keputusan pemerintah atau hakim

untuk menentukannya. Semua tindakan kriminal yang tidak ada ketentuan

hukum khusus dalam syariat dikembalikan kepada pemerintah.29

Dari gambaran di atas dapat diketahui bahwa peredaran gelap dan

penyalahgunaan narkotika telah berada pada tingkat yang membahayakan,

karena di samping merusak fisik dan mental juga mempengaruhi kehidupan

sosial masyarakat yang pada gilirannya dapat mengganggu sendi-sendi

keamanan nasional dalam rangka pembangunan nasional menuju masyarakat

yang adil dan makmur seperti yang dicita-citakan dalam tujuan negara yang

tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.

Dengan demikian narkotika dapat menjadi penghambat pembangunan

nasional yang beraspek material-spiritual. Bahaya penyalahgunaan narkotika

sangat besar pengaruhnya terhadap negara, jika sampai terjadi

penyalahgunaan narkotika secara besar-besaran di masyarakat, maka bangsa

Indonesia akan menjadi bangsa yang sakit, apabila terjadi demikian negara

akan rapuh dari dalam karena ketahanan nasional merosot.30

Sangat beralasan

jika kemudian penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika harus segera

diberantas secara tegas dan dicarikan solusi yang tepat dan rasional untuk

suatu pemecahannya, karena sudah jelas penyalahgunaan narkotika

merupakan problema sosial yang dapat mengganggu fungsi sosial dari

masyarakat. Selain itu penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika pada

umumnya tidak lagi dilakukan oleh perorangan, melainkan dilakukan secara

bersama-sama, bahkan dilakukan oleh sindikat yang terorganisasi secara rapi,

terstruktur dan masif, yang bersifat transnasional dan dilakukan dengan

menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih serta didukung

oleh jaringan organisasi yang luas.

27

Wahbah bin Mushthafa az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh, juz 7,

(Damaskus: Dâr al-Fikr, tt), h. 5298.

28

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqh tentang ukuran hukuman

cambuk bagi peminum khamar. Menurut jumhur ulama (Imam Abu Hanifah, Malik dan

Ahmad) hukumannya adalah 80 kali cambukan, dan menurut Imam Syafi‟i hukumannya 40

kali cambukan. Lihat Sayyid Sâbiq, Fiqh as-Sunnah, juz 2, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Araby,

1397 H/1996 M), Cet. III, h. 395.

29

Wahbah bin Mushthafa az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh, juz 7, h. 5300.

30

Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2004), h. 5.

Page 26: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

10

Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini akan membahas

mengenai pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika serta

sanksi yang diberikan menurut perspektif hukum Islam dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:

a. Banyaknya kasus penyalahgunaan narkotika di Indonesia.

b. Dampak negatif yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika.

c. Banyaknya faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkotika.

d. Pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika.

e. Ketentuan sanksi yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan

narkotika perspektif hukum Islam.

f. Ketentuan sanksi yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan

narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika Pasal 112, 114 dan 127.

g. Adanya persamaan dan perbedaan dari sanksi yang diberikan oleh

hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

h. Belum maksimalnya penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika di Indonesia.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di

atas, untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas dan melebar, maka

dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan pada pembahasan poin

(d), (e), dan (f). Mengapa penulis membatasi pada poin-poin tersebut, karena

pada poin (d), yaitu mengenai pandangan hukum Islam terhadap

penyalahgunaan narkotika. Narkotika dalam konteks hukum Islam adalah

termasuk masalah ijtihâdî, karena narkotika tidak disebutkan secara langsung

dalam Al-Qur‟an dan hadis, serta tidak dikenal pada masa Rasulullah SAW.

Selain itu, penulis membatasi pada poin (e), yaitu ketentuan sanksi

yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan narkotika perspektif hukum

Islam, karena narkotika termasuk masalah ijtihâdî, maka bagaimana

sanksinya menurut perspektif hukum Islam.

Kemudian penulis membatasi pada poin (f), yaitu ketentuan sanksi

yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan narkotika menurut Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 112, 114 dan 127,

karena ketentuan pidana bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dalam

Page 27: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

11

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 mempunyai banyak pasal, yaitu dari

pasal 111 sampai dengan pasal 148. Jika dibahas semua pasal tersebut akan

memakan banyak waktu dan pembahasannya terlalu luas dan melebar, maka

penulis membatasi pada 3 (tiga) pasal saja, yaitu pasal 112, 114 dan 127.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang dikaji

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan

narkotika?

b. Bagaimana sanksi bagi penyalahgunaan narkotika perspektif hukum

Islam?

c. Bagaimana sanksi bagi penyalahgunaan narkotika menurut Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 112, 114 dan

127?

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan

narkotika.

b. Untuk mengetahui sanksi bagi penyalahgunaan narkotika perspektif

hukum Islam.

c. Untuk mengetahui sanksi bagi penyalahgunaan narkotika menurut

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 112,

114 dan 127.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penulis mengharapkan

hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Aspek teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

kontribusi bagi perkembangan pengetahuan mengenai sanksi terhadap

penyalahgunaan narkotika di Indonesia.

b. Aspek praktis, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan

pertimbangan solusi bagi penentu kebijakan dalam menerapkan

sanksi terhadap penyalahgunaan narkotika di Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan kepustakaan yang

penulis lakukan, maka dapat dikemukakan bahwa telah ada beberapa

Page 28: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

12

penelitian dan kajian yang bersinggungan dengan yang penulis teliti yang

berbentuk tesis, skripsi, buku dan jurnal. Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tesis yang ditulis oleh Bambang Hariyono dengan judul Kebijakan

Formulasi Sanksi terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkoba di Indonesia,

dari Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro, (Semarang, 2009). Tesis ini menggunakan metode yuridis

normatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengaturan

tentang kejahatan narkoba telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 tentang Narkotika. Namun kebijakan formulasi peraturan

perundang-undangan mempunyai beberapa kelemahan. Kebijakan

formulasi pidana mati dalam undang-undang narkoba di Indonesia yang

ada selama ini belum mengimplementasikan gagasan/ide keseimbangan

monodualistik sebagai nilai-nilai dasar dalam masyarakat Indonesia.

Kebijakan formulasi pidana mati dalam undang-undang narkoba yang

berlaku sampai saat ini masih tersirat adanya suatu pandangan bahwa

pidana mati hanya mengedepankan perlindungan kepentingan

masyarakat yang merupakan refleksi bahwa pidana sebagai sarana untuk

mencegah kejahatan. Sementara perlindungan terhadap individu (pelaku

tindak pidana) kurang mendapat perhatian. Kebijakan formulasi pidana

mati dalam Undang-Undang Narkoba yang akan datang diharapkan

selaras dengan ketentuan umum yang terdapat dalam konsep Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Nasional dan sesuai dengan

putusan Mahkamah Konstitusi atas penentuan pidana mati narkoba.31

Dari tesis di atas memiliki persamaan dengan pembahasan yang akan

penulis kaji, yaitu membahas masalah sanksi terhadap tindak pidana

penyalahgunaan narkotika di Indonesia, namun memiliki perbedaan yang

mendasar, karena pada tesis ini penulis tidak menemukan pembahasan

mengenai pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika

dan sanksi yang diberikan kepada pelakunya sebagaimana yang akan

penulis kaji.

2. Skripsi yang ditulis oleh Qurnain dengan judul Implementasi Teori

Pemidanaan Penyalahgunaan Psikotropika: Perspektif Hukum Islam, dari

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

(Yogyakarta, 2010). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa

implementasi pemidanaan bagi penyalahgunaan psikotropika tidak

seluruhnya efektif dan beberapa di antara teori pemidanaan yang

cenderung berhaluan dengan tujuan pemidanaan dalam hukum Islam

31

Bambang Hariyono, “Kebijakan Formulasi Sanksi Pidana terhadap Pelaku Tindak

Pidana Narkoba di Indonesia,” Tesis, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), Tidak

diterbitkan.

Page 29: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

13

yang bertujuan pencegahan (ar-radd wa al-jazr), perbaikan (al-islâh),

pendidikan (at-ta‟dîb). Karena pada prinsipnya tujuan pemidanaan bukan

hanya pembalasan kepada pelaku di mana sanksi ditekankan pada

tujuannya, yakni mencegah agar orang tidak melakukan kejahatan dan

berkesadaran tinggi bahwa ia menjauhi tindak pidana bukan karena takut

akan hukuman, melainkan kesadaran diri akan tindakannya, di sinilah

eksistensi teori pemidanaan diakumulasikan menjadi satu bagi

penyalahgunaan psikotropika sehingga sesuai dengan tujuan pemidanaan

yang tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan

hukum pidana Islam.32

Dari penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang

akan penulis kaji, yaitu membahas masalah penyalahgunaan narkotika,

tetapi di sini memiliki perbedaan yang mendasar, karena pada skripsi di

atas hanya membahas teori pemidanaan penyalahgunaan psikotropika,

sedangkan penelitian yang akan penulis kaji adalah membahas

pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika dan sanksi

yang diberikan berdasarkan hukum positif dan hukum Islam.

3. Skripsi yang ditulis oleh Choirul Salim dengan judul Hukuman Mati bagi

Bandar Narkotika (Perspektif Hukum Positif dan Fatwa Yusuf Al-

Qaradhawi, dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga, (Yogyakarta, 2013). Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif-komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

antara hukum positif dan fatwa Yusuf Al-Qaradhawi, keduanya

membolehkan hukuman mati bagi bandar narkotika, meskipun

pengambilan hukum yang digunakan keduanya berbeda. Hukum positif

menggunakan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, sedangkan Yusuf Al-Qaradhawi menggunakan dalil-dalil dari

Al-Qur‟an dan hadis serta ijtihad para sahabat. Persamaan kriteria yang

mendasari hukum positif dan Yusuf Al-Qaradhawi membolehkan

hukuman mati bagi bandar narkotika adalah apabila pelaku mengulangi

perbuatannya berkali-kali. Adapun perbedaan keduanya adalah dalam

menetapkan hukuman mati hukum positif dipengaruhi oleh seberapa

berat narkotika yang diedarkan serta jenisnya. Sedangkan kriteria Yusuf

32

Qurnain, “Implementasi Teori Pemidanaan Penyalahgunaan Psikotropika:

Perspektif Hukum Islam,” Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010), Tidak

diterbitkan.

Page 30: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

14

Al-Qaradhawi membolehkan hukuman mati apabila orang tersebut

menghalalkan narkotika dan tidak bertaubat atas perbuatannya.33

Dari skripsi di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan

penulis kaji, yaitu membahas salah satu hukuman atau sanksi bagi

penyalahgunaan narkotika (hukuman mati bagi bandar narkotika), tetapi

memiliki perbedaan, karena pada skripsi ini pembahasannya lebih sempit

dan khusus, yaitu terfokus pada hukuman mati bagi bandar narkotika

menurut hukum positif dan fatwa Yusuf Al-Qaradhawi. Adapun yang

akan penulis kaji pembahasannya lebih luas, yaitu membahas pandangan

hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika dan sanksinya menurut

perspektif hukum pidana Indonesia dan hukum Islam.

4. Buku dengan judul Tindak Pidana Narkotika, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2003), yang ditulis oleh Moh. Taufik Makarao, Suhasril dan Moh. Zakky

A.S. Buku ini mengupas tentang sejarah dibentuknya undang-undang

narkotika, kejahatan atau tindak pidana narkotika serta akibat

penyalahgunaan dan faktor penyebabnya, jenis dan golongan narkotika,

serta peraturan perundang-undangan tentang narkotika, yang dilengkapi

dengan contoh kasus.34

Dari buku di atas memiliki persamaan dengan pembahasan yang akan

penulis kaji, yaitu membahas tindak pidana atau penyalahgunaan

narkotika, tetapi memiliki perbedaan yang mendasar, karena pada buku

ini hanya membahas tindak pidana narkotika menurut perspektif hukum

positif saja, sedangkan penelitian yang akan penulis kaji adalah

membahas pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika

dan sanksi yang diberikan berdasarkan hukum positif dan hukum Islam.

5. Buku dengan judul Jalan Lurus Penanganan Penyalahguna Narkotika

dalam Kontruksi Hukum Positif, (Karawang: CV. Viva Tanpas, 2015), yang

ditulis oleh Anang Iskandar. Buku ini menguraikan seputar

permasalahan narkotika yang terpetakan dalam dua pokok permasalahan,

yakni permasalahan penyalahgunaan dan permasalahan peredaran gelap

narkotika. Dalam buku ini juga disajikan seputar perkembangan

33

Choirul Salim, “Hukuman Mati bagi Bandar Narkotika (Perspektif Hukum Positif

dan Fatwa Yusuf Al-Qaradhawi,” Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013), Tidak

diterbitkan.

34

Taufik Makarao dkk, Tindak Pidana Narkotika, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),

Cet. I.

Page 31: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

15

kontruksi yuridis dari masa ke masa terkait upaya penanganan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.35

Dari pembahasan buku di atas memiliki persamaan dengan penelitian

yang akan penulis kaji, yaitu membahas masalah penyalahgunaan

narkotika, tetapi memiliki perbedaan yang mendasar, karena pada buku

ini hanya membahas permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika saja, tidak membahas pandangan hukum Islam terhadap

penyalahgunaan narkotika dan sanksi yang diberikan sebagaimana yang

akan penulis kaji.

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di atas, penulis melihat ada

beberapa hal yang belum disentuh oleh penelitian-penelitian sebelumnya, di

antaranya adalah pembahasannya masih bersifat pengantar dan kurang dalam,

seperti ketika menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan

narkotika, perbedaan pendapat di antara ulama tentang status narkotika juga

kurang dibahas, apakah bisa diqiyaskan dengan khamr atau tidak, serta

pendapat ulama mengenai hukuman bagi pelaku penyalahgunaan narkotika

dalam Islam beserta dalil-dalil yang digunakan. Oleh karena itulah, penelitian

yang akan penulis lakukan adalah mencoba mengisi ruang kosong yang

belum ditempati oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini

penulis akan membahas mengenai pandangan hukum Islam terhadap

penyalahgunaan narkotika serta sanksi yang diberikan menurut perspektif

hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka yang

dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber kepustakaan terkait masalah

yang dikemukakan, seperti buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, majalah,

makalah, dan yang lainnya.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.36

Dengan cara menuliskan, mengedit, mengklarifikasikan,

35

Anang Iskandar, Jalan Lurus Penanganan Penyalahguna Narkotika dalam

Kontruksi Hukum Positif, (Karawang: CV. Viva Tanpas, 2015), Cet. I.

36

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

Page 32: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

16

mereduksi, dan menyajikan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang

tertulis.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua)

macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data

primer diperoleh dari kitab Al-Mukhaddirât wa Ahkâmuhâ fi asy-Syari‟ah al-

Islâmiyyah karya Muhammad bin Yahya an-Nujaimi dan kitab At-Tasyri‟ al-

Jinâ-i al-Islâmi Muqâranan bi al-Qânûn al-Wadh‟i karya Abdul Qadir

Audah, dan juga dari perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika; Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika; dan lain sebagainya, hasil-hasil penelitian baik dari skripsi, tesis,

disertasi, maupun dari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan

mengenai penyalahgunaan narkotika.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber data lain baik

yang langsung terkait dengan pembahasan utama dalam penelitian ini

maupun tidak langsung. Seperti dari jurnal, makalah, majalah, internet dan

lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan informasi dan data dalam

penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan (library research) yaitu

penelitian yang dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka, baik

berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan sumber lainnya yang relevan

dengan topik yang dikaji.37

5. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan diklasifikasikan menurut

proporsinya, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analisis38

dan

komparatif. Data yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti

akan dianalisis dengan teknis analisis isi (content analysis), yaitu

alamiah. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 2011),

h. 6.

37

Soerjono Soekanto dan Sri Mahmuji, Penelitian Hukum Normative Suatu

Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), h. 15.

38

Analisis deskriptif merupakan prosedur statistic untuk menguji generalisasi hasil

penelitian yang didasarkan atas satu variable. Lihat Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi

Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h. 136.

Page 33: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

17

menganalisis data menurut isinya; suatu upaya untuk menelaah maksud dari

isi sesuatu bentuk informasi yang termuat dalam dokumen.

Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan metode induktif

(usaha penemuan jawaban dengan menganalisa berbagai data untuk diambil

sebuah kesimpulan). Data-data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik

primer maupun sekunder akan dijadikan determinasi analisis terhadap

masalah ini. Hal ini berarti setelah mengumpulkan data-data yang bersifat

umum, dilakukan analisis dengan berbagai pendekatan kepada hal-hal yang

khusus.39

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

yang diterbitkan oleh IIQ Press Jakarta, cetakan II, Mei 2011, ISBN 978-602-

95825, dan juga buku Pedoman Akademik Program Pascasarjana Institut

Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta Tahun 2011-2015 serta Surat Keputusan

Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta Nomor

K.0058.XVII/PPS/VI/2015 tentang Panduan Penulisan Proposal Tesis dan

Tesis Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Hasil dari penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk laporan

tertulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan; memuat latar belakang, identifikasi masalah,

pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II. Gambaran Umum tentang Narkotika. Bab ini akan menguraikan

mengenai pengertian narkotika, jenis-jenis narkotika, bahaya dan dampak

penyalahgunaan narkotika dan faktor-faktor penyebab penyalahgunaan

narkotika.

Bab III. Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika. Bab ini memuat pembahasan mengenai hukum Islam,

macam-macam sanksi/hukuman dalam Islam, macam-macam tindak pidana

dan sanksinya, tujuan hukum Islam, dan deskripsi Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

39

Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik,

(Bandung: Tarsito, 1985), h. 42.

Page 34: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

18

Bab IV. Penyalahgunaan Narkotika Perspektif Hukum Islam dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Bab ini akan

memuat pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika,

pandangan hukum pidana nasional terhadap penyalahgunaan narkotika,

sanksi bagi penyalahgunaan narkotika perspektif hukum Islam dan menurut

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disertai dengan

analisis perbandingan kedua sanksi tersebut.

Bab V. Penutup. Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran. Di

akhir halaman akan disertakan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang

diperlukan.

Page 35: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

173

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Narkotika yang dalam istilah hukum Islam dikenal dengan nama al-

mukhaddirât tidak dikenal status hukumnya pada zaman Rasulullah

SAW. Umat Islam baru mengenal narkotika ini pada akhir abad ke 6

H, itupun terbatas pada tumbuhan ganja saja, tetapi meskipun

demikian, ulama telah sepakat bahwa perbuatan penyalahgunaan

narkotika seperti menggunakan, menjual, membeli, memproduksi,

membawa, mengedarkan, menawarkan, menerima narkotika, dan

setiap perbuatan yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika

status hukumnya adalah haram.

2. Sanksi bagi penyalahgunaan narkotika dapat dibagi menjadi dua,

yaitu sanksi bagi pengguna dan sanksi bagi produsen, bandar dan

pengedar narkotika. Sanksi bagi pengguna narkotika perspektif

hukum Islam ada dua pendapat, ada yang mengatakan sanksi

hukumannya adalah had dan ada juga yang mengatakan sanksi

hukumnya adalah takzir. Sedangkan sanksi hukuman bagi produsen,

bandar dan pengedar narkotika adalah hukuman mati.

3. Menurut hukum pidana Indonesia (Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Pasal 112, 114 dan 127) sanksi yang dapat

diberikan kepada pelaku penyalahgunaan narkotika adalah berupa

pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara dan

pidana denda. Pidana penjara terdiri dari pidana penjara minimal dan

pidana penjara maksimal. Sedangkan pidana denda terbagi dua, yaitu

pidana denda minimum dan pidana denda maksimum. Penjatuhan

sanksi hukuman ini tergantung berat dan jenis narkotika yang

disalahgunakan serta tergantung proses peradilan dan penilaian hakim

yang menangani perkaranya.

B. Saran-Saran

Sebagai penutup dari penelitian ini, penulis menyarankan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Kepada pihak yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini agar bisa

mengkaji lebih lanjut guna menyempurnakan isi penelitian ini, karena

penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian

ini.

Page 36: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

174

2. Kepada para orang tua agar lebih fokus lagi merawat, mendidik,

memperhatikan, mengawasi dan berkomunikasi dengan anak-

anaknya. Dengan cara ini hubungan orang tua dan anak akan

senantiasa terjaga dengan baik, sehingga anak-anak terhindar dan

tidak mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkotika.

3. Kepada para generasi muda agar menyibukkan diri dengan hal-hal

yang bermanfaat serta lebih selektif lagi dalam memilih teman dan

tidak mudah terpengaruh ajakan teman untuk menggunakan

narkotika, karena narkotika bukanlah solusi terbaik untuk

menyelesaikan masalah.

4. Kepada para aparat penegak hukum, khususnya para hakim,

diharapkan dapat memutuskan perkara dengan seadil-adilnya, karena

manusia di hadapan hukum sama, sesuai dengan sila kelima keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Kepada para pakar hukum Islam, sarjana hukum Islam dan seluruh

cendekiawan muslim agar senantiasa berupaya untuk

memperjuangkan hukum Islam secara paripurna sebagai produk

legislatif, sehingga diharapkan hukum Islam dapat menjadi bagian

dari hukum nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 37: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

175

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud, Asas-asas Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press,

1991).

, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Ambari, Hasan Muarif, (et, al.), Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru

Van Hoeve, 1996.

Al-Amidi, Saifuddin Ali bin Abu Ali bin Muhammad, Al-Ihkâm fi Ushûl al-

Ahkâm, Beirut: Al-Maktab al-Islâmi, tt.

Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-

Bukhâri, juz 10, Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 1379 H.

Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri’ al-Jinâ-i al-Islâmi Muqâranan bi al-Qânûn

al-Wadh’i, Beirut: Dâr al-Kuttâb al-„Arabi, tt.

Badan Narkotika Nasional, Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan

Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014, Jakarta: BNN, 2015.

Bahnasi, Ahmad Fathi, As-Siyâsah al-Jinâ-iyyah fi asy-Syarî’ah al-

Islâmiyah, Kairo: Dâr asy-Syurûq, 1988.

Al-Bardisi, Muhammad Zakaria, Ushûl al-Fiqh, Kairo: Dâr ats-Tsaqâfah, tt.

Bik, Muhammad Khudhari, Ushûl al-Fiqh, Kairo: Al-Maktabah at-Tijâriyah

al-Kubrâ, Cetakan ke-enam, 1969.

Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahîh al-Bukhâri, Beirut:

Dâr Thûq an-Najâh, 1422 H.

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI, Semester I, 2014.

Ad-Daruquthni, Abul Hasan Ali bin Umar bin Ahmad al-Baghdadi, Sunan

ad-Dâruquthni, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 2004.

Departemen Ilmiah - Madar al-Wathan, Narkoba; Gerbang menuju

Kehancuran Pribadi, Keluarga, Masyarakat dan Bangsa, Jakarta: Darul

Haq, 2016.

Dirjosisworo, Soedjono, Alkoholisme Paparan Hukum dan Kriminologi,

Bandung: Remaja Karya, Cetakan pertama, 1984.

, Patologi Sosial, Bandung: Alumni, Cetakan kedua, 1997.

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

Cetakan kedua, 1999.

Elhols, Jhon M. dan Hasan Sadili, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT

Gramedia, 1996.

Page 38: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

176

Al-Fayyumi, Ahmad bin Muhammad bin Ali, Al-Mishbâh al-Munîr, Beirut:

Al-Maktabah al-„Ilmiyah, tt.

Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Al-Mustashfa, Beirut:

Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. ke-1, 1993.

Hafid, Raden Zaisul, “Kewajiban Melapor Tindak Pidana Narkotika Studi

Pasal 128 dan Pasal 132 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika Perspektif Fikih Jinayah,” Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga, 2014, Tidak diterbitkan.

Al-Hafnawi, Muhammad Ibrahim, Dirâsât Ushûliyah fi Al-Qur’an al-Karîm,

Kairo: Maktabah wa Mathba‟ah al-Isy‟â al-Fanniyah, 2002.

Hamzah, Andi, Delik-Delik Tersebar di Luar KUHP dengan Komentar,

Jakata: PT Pradnya Paramita, t.t.

Hamzah, Andi dan RM. Surahman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,

Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan pertama, 1994.

Hariyono, Bambang, “Kebijakan Formulasi Sanksi Pidana terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkoba di Indonesia,” Tesis, Semarang: Universitas

Diponegoro, 2009, Tidak diterbitkan.

Hasan, Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.

Hawari, Dadang, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,

Yogyakarta: PT Dana Bakti Primayasa, 1997.

, Konsep Islam Memerangi; AIDS dan NAZA, Yogyakarta: Dhana

Bakti Primayasa, 1997.

Al-Hishni, Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad, Kifâyah al-Akhyâr fi

Hall Ghâyah al-Ikhtishâr, Damaskus: Dâr al-Khair, Cetakan pertama,

1994.

Hitam, Nunu Husnul, “Sanksi terhadap Penyalahgunaan Narkoba Studi

Komparasi Hukum Pidana Islam dan UU Nomor 22 Tahun 1997,”

Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2007, Tidak diterbitkan.

Husnain, Azat, Al-Musykirât wa al-Mukhaddirât baina asy-Syarî’ah wa al-

Qânûn, Riyadh: t.p, 1984.

Irfan, M. Nurul dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, Jakarta: Amzah, Cetakan

ketiga, 2015.

Irfan, M. Nurul, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, Cetakan pertama,

2016.

, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, Jakarta: Amzah,

Cetakan pertama, 2012.

Page 39: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

177

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi, Jakarta: IIQ Press, 2011.

Joewana, Satya, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat

Adiktif lainnya, Jakarta: Karisma Indonesia, 1986.

Al-Jurjani, Ali bin Muhammad, Kitâb at-Ta’rîfât, Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyah, Cetakan pertama, 1403 H.

Al-Juzairi, Abdurrahman bin Muhammad, Al-Fiqh ‘ala al-Madzâhib al-

Arba’ah, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmîyah, Cetakan kedua, 2003.

Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Kairo: Maktabah ad-Da‟wah al-

Islamiyyah, t.t.

Ma‟luf, Lowis, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lâm, Beirut: Dâr al-Masyriq,

1975.

Ma‟ruf, M. Ridha, Narkotika Masalah dan Bahayanya, Jakarta: CV Marga

Jaya, 1976.

Ma‟sum, Sumarno, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan

Obat, Jakarta: CV Mas Agung, 1987.

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa MUI, (Jakarta:

Erlangga, 2015.

Mujamma‟ al-Lughah al-„Arabiyyah, Al-Mu’jam al-Wasîth, Mesir: Maktabah

asy-Syurûq ad-Dauliyah, 2005.

Majmu‟ah min al-Muallifin, Al-Mausû’ah al-Fiqhîyah al-Kuwaitîyah,

Kuwait: Wizârah al-Awqâf wa asy-Syu-ûn al-Islâmîyah, t.t.

Makarao, Moh. Taufik, dkk, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta: Ghalia

Indonesia, Cetakan pertama, 2003.

Malik, Muhammad Abdul, Perilaku Zina, Pandangan Hukum Islam dan

KUHP, Jakarta: Bulan Bintang, Cetakan pertama, 2003.

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan

Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cetakan

pertama, 2008.

Al-Mawardi, Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Habib, Al-Ahkâm as-

Sulthâniyyah, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.t.

Moeliono, Anton Moedardo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, Cetakan kedua, 1988.

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Page 40: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

178

An-Namlah, Abdul Karim bin Ali bin Muhammad, Ithâf Dzawi al-Bashâir bi

syarh Raudhah an-Nâzhir, jilid 1, Riyadh: Dâr al-„Âshimah, Cetakan

pertama, 1996.

, Al-Muhadzdzab fi ‘Ilm Ushûl al-Fiqh al-Muqâran, Riyadh:

Maktabah ar-Rusyd, 1420 H.

An-Nawawi, Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf, Al-Majmû’ Syarh

al-Muhadzdzab, juz 9, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.

, Al-Minhâj Syarh Shahîh Muslim bin al-Hajjâj, Beirut: Dâr

Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabi, 1392 H.

An-Nisaburi, Abul Hasan Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Shahîh Muslim,

Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabi, t.t.

An-Nujaimi, Muhammad bin Yahya, Al-Mukhaddirât wa Ahkâmuhâ fi asy-

Syari’ah al-Islâmiyyah, Riyadh: Markaz ad-Dirâsât wa al-Buhûts

Jâmi‟ah Nâyef al-Arabiyyah, 1425 H.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional.

Poernomo, Bambang, Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di Luar

Kodifikasi Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara, t.t.

Press Release Akhir Tahun 2015 Badan Narkotika Nasional RI.

Al-Qaradhawi, Yusuf, Al-Halâl wa al-Harâm fi al-Islâm, Surabaya: Bina

Ilmu, 1993.

Al-Qarâfi, Ahmad bin Idrîs bin Abdurrahman, Anwâr al-Burûq fi Anwâ-i al-

Furûq, juz 1, Beirut: „Âlam al-Kutub, t.t.

Qurnain, “Implementasi Teori Pemidanaan Penyalahgunaan Psikotropika:

Perspektif Hukum Islam,” Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2010, Tidak diterbitkan.

Al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-

Anshari, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur’ân, Kairo: Dâr al-Kutub al-

Mishrîyah, 1964.

Al-Quzwaini, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah, Sunan Ibnu

Mâjah, Kairo: Dâr ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabîyah, t.t.

Rayyan, Ahmad Ali Thaha, Al-Mukhaddirât baina ath-Thibb wa al-Fiqh,

Mesir: Dâr al-I‟tishâm, t.t.

Redaksi Badan Penerbit Alda, Menanggulangi Bahaya Narkotika, Jakarta:

Penerbit Alda, Cetakan pertama, 1985.

Rikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta, 2002.

Page 41: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

179

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

Cetakan kedua, 1997.

Sâbiq, Sayyid, Fiqh as-Sunnah, juz 2, Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Araby,

Cetakan ketiga, 1397 H/1996 M.

Salim, Choirul, “Hukuman Mati bagi Bandar Narkotika (Perspektif Hukum

Positif dan Fatwa Yusuf Al-Qaradhawi,” Skripsi, Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga, 2013, Tidak diterbitkan.

Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung:

Mandar Maju, 2003.

Ash-Shabuni, Muhamad Ali, Rawâ’i al-Bayân Tafsîr Âyât al-Ahkâm, jilid 2,

Damaskus: Maktabah al-Ghazâli, 1980.

Ash-Shan‟ani, Muhammad bin Ismail bin Shalah, Subul as-Salâm, juz 2,

Kairo: Dâr al-Hadîts, t.t.

As-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats bin Ishaq al-Azdi, Sunan

Abi Dâwûd, Beirut: Al-Maktabah al-„Ashriyyah, t.t.

Sitanggang, BA., Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika,

Jakarta: Karya Utama, Cetakan pertama, 1981.

Soeharno, Perang Total Melawan Narkotika, Surabaya: Yayasan Generasi

Muda, 1985.

Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan kedua, 1992.

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Islam, (Bandung: Alumni, Cetakan kedua,

1986.

Suratmaputra, Ahmad Munif, Hukum Islam: Problematika dan Solusinya,

Jakarta: Pustaka Firdaus, cetakan pertama, 2008.

As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Lubâb an-Nuqûl fi

Asbûb an-Nuzûl, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, t.t.

As-Syaibani, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad al-

Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 2001.

Syaltut, Mahmud, Al-Fatâwa Dirâsah Musykilât al-Muslim al-Mu’âshirah fi

Hayâh al-Yaumiyyah wa al-‘Âmmah, Kairo: Dâr al-Qalam, Cetakan

ketiga, t.t.

Asy-Syaukani, Muhammad bin Ali, Fath al-Qadîr, juz I, Damaskus: Dâr al-

Kalim ath-Thayyib, 1414 H.

, Irsyâd al-Fuhûl ila Tahqîq al-Haq min ‘Ilm al-Ushûl, juz 1,

Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabi, cet. pertama, 1999.

Page 42: SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …

180

Taimiyah, Ahmad bin Abdul Halim bin, As-Siyâsah asy-Syar’îyah fi Ishlâh

ar-Râ’î wa ar-Ra’iyyah, Saudi Arabia: Wizârah asy-Syu-ûn al-Islâmîyah

wa al-Awqâf wa ad-Da‟wah wa al-Irsyâd, Cetakan pertama, 1418 H.

, Majmû’ al-Fatâwâ, juz 34, Madinah al-Munawwarah: Majma‟ al-

Malik Fahd li ath-Thibâ‟ah, 1416 H/1995 M.

Ath-Thabrani, Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub, Al-Mu’jam al-

Ausâth, juz 5, Kairo: Dâr al-Haramain, t.t.

Ath-Thayyâr, Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ahmad, Al-

Mukhaddirât fi al-Fiqh al-Islâmi, Kairo: Dâr Ibn Jauzi, 1418 H.

Tim Penerbit Kompas, Keluarga Anti N, Panduan Menghindari Jerat

Narkoba, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Cetakan pertama, 2006.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, edisi kedua, cetakan ke-

7, 1996.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

Usman, Suparman, Hukum Islam; Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum

Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama,

Cetakan pertama, 2001.

Widjaya, AW, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika,

Bandung: Armico, 1985.

Yatim, Danny Irawan, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan

Sosial-Psikologis, Jakarta: Penerbit Arcan, Cetakan pertama, 1989.

Zahrah, Muhammad Abu, Al-Jarîmah wa al-‘Uqûbah fi al-Fiqh al-Islâmi, al-

Jarîmah, Kairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, 1998.

, Al-Jarîmah wa al-‘Uqûbah fi al-Fiqh al-Islâmi, al-‘Uqûbah,

Kairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, t.t.

, Ushul al-Fiqh, Kairo: Dâr al-Fikr al-„Araby, t.t.

Az-Zirikli, Khairuddîn bin Mahmûd bin Muhammad, Al-A’lâm, Beirut: Dâr

al-„Ilm li al-Malâyîn, 2002.

Az-Zuhaili, Muhammad Mushthafa, Al-Wajîz fi Ushûl al-Fiqh al-Islâmi,

Damaskus: Dâr al-Khair, cet. ke-2, 2006.

Az-Zuhaili, Wahbah bin Mushthafa, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh, juz 7,

Damaskus: Dâr al-Fikr, t.t.

, Ushûl al-Fiqh al-Islâmi, Damaskus: Dâr al-Fikr, Cetakan pertama,

1986.