tindak pidana pembunuhan yang dilakukan orang tua (studi komparasi antara hukum islam dan hukum...

127
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Syari‟ah Oleh ZAHRUL MAULIDI NIM :2103194 JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: ngotruc

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA

TERHADAP ANAKNYA

(Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Syari‟ah

Oleh

ZAHRUL MAULIDI

NIM :2103194

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Drs. Musahadi, M.Ag

Jl. Permata Ngaliyan II/62

Ngaliyan Semarang

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdr. Zahrul Maulidi

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirim naskah skripsi Saudara:

Nama : Zahrul Maulidi

NIM : 2103194

Judul : TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG

DILAKUKAN OLEH ORANG TUA TERHADAP

ANAKNYA (Studi Komparasi antara Hukum Islam dan

Hukum Positif di Indonesia)

Dengan ini saya mohon kiranya naskah skripsi tersebut dapat segera

diujikan.

Demikian harap menjadikan maklum.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Semarang, 09 Juni 2010.

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYARIÁH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telp/Fax. (024) 7601291. 7624691 Semarang 50185

Page 3: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

PENGESAHAN

Skripsi Saudara :

Nama : Zahrul Maulidi

NIM : 2103194

Jurusan : Jinayah Siayasah

Judul Skripsi : TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN

ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA (Studi Komparasi

antara Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia)

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syariáh IAIN Walisongo

Semarang, dan dinyatakan lulus pada tanggal:

29 Juni 2010

Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir program sarjana (S.I) tahun

akademik 2009/2010 memperoleh Sarjana Strata I dalam ilmu syariáh.

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYARIÁH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telp/Fax. (024) 7601291. 7624691 Semarang 50185

Page 4: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

MOTTO

Artinya: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu

(membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan

dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya.

dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka

seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan

Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan

(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara

mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat

kerusakan dimuka bumi”. (qs. Al Maidah: 32)

Page 5: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat dan air

mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang selalu hadir

dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan kepada mereka yang tetap setia

berada di ruang dan waktu kehidupanku khsusnya buat:

Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan segalanya bagi

pengembangan kepribadianku.

Saudara-saudaraku serta seluruh keluarga tercinta.

Teman-teman angkatan 2003 Fakultas Syariáh Jurusan Jinayah Siyasah

Rekan-rekanku seperjuangan di Pondok Pesantren Al Mubarok Mranggen

Demak, semoga kemurnian hati selalu menyertai, setapak demi setapak

menjelajahi samudra pengabdian tanpa henti

Teman-teman PENA BANGSA

Penulis.

Page 6: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini

tidak berisi materi yang telah atau pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 11 Juni 2010

Deklarator

Zahrul Maulidi

NIM. 2103194

Page 7: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

ABSTRAK

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang nomor 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak telah menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua,

keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak. yang menjadi

rumusan masalah adalah bagaimana ketentuan pidana terhadap tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya menurut hukum

positif? bagaimana pandangan hukum Islam tentang ketentuan pidana terhadap tindak

pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya menurut hukum

positif? apa perbedaan dan persamaan antara hukum positif dengan hukum Islam

tentang ketentuan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh

orang tua terhadap anaknya?

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian pustaka (library

research). Sebagai sumber data primer dari segi hukum Islam yaitu Haliman, Hukum

Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus Sunnah, , Asas-Asas Hukum Pidana Islam,

Abdurrrahmân Jazirî, Kitab al-Fiqh „alâ al-Mazâhib al-Arba‟ah, Juz V,. Sedangkan

sumber data primer dari segi hukum positif yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak. Adapun metode analisa data yang penyusun

gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, dimaksudkan untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan atau gejala-gejala lainnya.

Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu teori-

teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru, Kemudian

menggunakan analisa komparatif dengan cara membandingkan ketentuan yang ada

dalam dua sistem hukum yang berbeda mengenai permasalahan yang sama, dengan

tujuan menemukan dan mencermati perbedaan dan persamaan antar elemen dalam

kedua sistem hukum tersebut, sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai

penyelesaian dari sebagian persoalan yang terdapat dalam pokok permasalahan.

Hasil dari pembahasan menunujukkan bahwa Dalam aturan hukum positif

tindak pidana pembunuhan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya, maka orang

tua dapat dipidana atau dikenai sanksi hukum. Hukum positif sama sekali tidak

membuka peluang dibebaskannya orang tua membunuh anaknya sepanjang unsur-

unsur delik yang termuat dalam Pasal-Pasal yang bersangkutan terpenuhi. Adanya

sanksi hukum terhadap orang tua yang membunuh anaknya menunjukkan bahwa

hukum positif tidak mempertimbangkan unsur hubungan darah. Dalam hukum pidana

Islam, dalam hal orang tua yang membunuh anaknya, maka orang tua tidak bisa

dikenai hukum qisâs. Hukuman qisâs dapat gugur apabila wali korban menjadi

pewaris hak qisâs.

Page 8: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang yang

senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

meyelesaikan karya skripsi degan judul “TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

YANG DILAKUKAN ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA: Studi

Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia".

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai gelar

Sarjana Hukum Islam (S.H.I) bidang jurusan Siyasah Jinayah di Fakultas Syari‟ah

Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jejak

perjuanganya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan segala daya dan

upaya guna menyelesaikannya, namun tanpa bantuan dari berbagai pihak penyusunan

ini tidak mungkin dapat terwujud. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. DR. Abdul Jamil, MA, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang, yang

telah memimpin lembaga tersebut dengan baik.

2. Drs. H. Muhyiddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Drs. Arif Junaedi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Siyasah Jinayah dan Rupi‟i,

M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Siyasah Jinayah Fakultas Syari‟ah

4. Drs. H. Musahadi, M.Ag. selaku pembimbing skripsi.

Page 9: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

5. Ibu Soimah, S.Ag selaku Kasubag Akademik dan segenap para pegawai dan para

dosen IAIN Walisongo Semarang.

6. Pimipinan Perpustakaan fakultas Syari‟ah dan Institut IAIN Walisongo

Semarang.

7. Bapak, Ibu, Adik, dan segenap keluarga terkasih.

8. Segenap Keluarga Besar Pondok Pesantren Al MubarokMranggen Demak.

Semoga amal kebaikan dan budi baik yang diberikan mendapatkan balasan

yang sepadan dari Allah swt. Pada akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan

konstribusi yang bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh

karena itu koreksi serta kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini selanjutnya.

Wassalamu‟alaikum Wr Wb.

Semarang, 11 Juni 2010

Penulis,

Zahrul Maulidi

Page 10: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. vi

HALAMAN ABSTRAKSI ............................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii

HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 8

C. Tujuan Penulisan Skripsi ............................................................ 9

D. Telaah Pustaka ........................................................................... 9

E. Metode Penelitian Skripsi ........................................................... 13

F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 17

BAB II : KONSEP TINDAK PIDANA DALAM HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF

A. Jinayah dan Jarimah dalam Hukum Islam ................................. 18

1. Pengertian Jinayah dan Jarimah dalam Hukum Islam ....... 18

2. Macam-macam Jarimah dari segi berat ringannya

hukuman .............................................................................. 21

3. Hukuman dalam Hukum Islam ........................................... 28

B. Tindak Pidana dalam Hukum Positif ......................................... 37

1. Pengertian Tindak Pidana dalam Hukum Positif ................ 37

2. Jenis-jenis Tindak Pidana dalam Hukum Positif ................. 38

Page 11: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

3. Hukuman dalam Hukum Positif ........................................... 44

BAB III : TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM HUKUM ISLAM

DAN HUKUM POSITIF

A. Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Islam ..................... 49

1. Pengertian Tindak Pidana dalam Hukum Islam ................... 49

2. Klasifikasi Tindak Pidana Pembunuhan

dalam Hukum Islam ............................................................. 50

3. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan

dalam Hukum Islam ............................................................. 55

B. Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Positif .................. 64

1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan

dalam Hukum Positif ............................................................ 64

2. Klasifikasi Tindak Pidana Pembunuhan

dalam Hukum Positif ............................................................ 66

3. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan

dalam Hukum Positif ............................................................ 77

BAB IV : PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG

DILAKUKAN ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA

ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

A. Analisis Ketentuan Pidana terhadap Tindak Pidana

Pembunuhan yang dilakukan Orang Tua terhadap Anaknya

Menurut Hukum Positif .............................................................. 81

B. Analisis Hukum Islam tentang Ketentuan Pidana terhadap

Tindak Pidana Pembunuhan yang dilakukan Orang Tua terhadap

Anaknya ..................................................................................... 91

Page 12: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

C. Perbedaan dan Persamaan antara Hukum Positif dengan Hukum

Islam tentang Ketentuan Pidana terhadap Tindak Pidana

Pembunuhan yang dilakukan Orang Tua terhadap Anaknya ..... 98

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 100

B. Saran-saran ................................................................................ 101

C. Penutup ...................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perspektif Islam, manusia merupakan makhluk Allah yang paling

sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya. Kesempurnaan itu dapat

dilihat dari bentuk, potensi yang dimiliki, akal dan hawa nafsu. Dengan

kesempurnaan itulah manusia oleh Allah kemudian dijadikan sebagai khlaifat fi al

ardli.1

Kedua potensi inilah yang kemudian menjadikan manusia mempunyai

beragam kepribadian dan karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Nampaknya fitrah telah menentukan bahwa individu tidak akan mampu

berkembang dengan sendirinya. Ia adalah makhluk sosial yang membutuhkan

pertolongan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, dalam menyempurnakan

sebab-sebab hidupnya yang tidak dapat dilakukan oleh tangan dan

pengetahuannya, serta bahan yang tidak dapat dibawa oleh kekuatannya. Dengan

ini, kehidupan manusia adalah kehidupan kelompok, dalam setiap individu dari

kelompok itu saling membutuhkan dalam membangun masyarakat, dan saling

mengatur semua kesulitan agar menjadi kehidupan yang damai.2 Manusia adalah

1A. Djazuli., Fiqih Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu

Syari‟ah., cet. Ke-3, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. hlm. 59. 2Muhammad Ali as-Sayis, Sejarah Fikih Islam, alih bahasa Nurhadi AGA, cet. ke-1 Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2003, hlm. 8.

Page 14: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

makhluk bermasyarakat, yang oleh Aristoteles disebut dengan zoon politicon. Hal

inilah yang membedakan antara manusia dengan mahluk Tuhan lainnya.

Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan, kebutuhan, alam pikiran

serta usaha-usaha. Manusia mempunyai seuntai rangkaian kepentingan kebutuhan

hidup. Kepentingan-kepentingan seseorang dapat berkaitan sangat erat dengan

kepentingan orang lainnya. Adakalanya kepentingan itu bersifat saling

menjatuhkan, tetapi dapat pula sama antara manusia pemikul berbagai

kepentingan itu. Setiap anggota masyarakat mempertahankan kepentingan-

kepentingan sendiri, sehingga dapatlah timbul pertentangan sesama mereka. Hal

yang demikian sangat membahayakan ketertiban, keamanan dan keselamatan

masyarakat itu sendiri. Jika tidak diatur, niscaya akan terjadi “homo homini

lupus”.3

Dalam kehidupannya manusia tidak bisa hidup semaunya sendiri layaknya

binatang, kehidupan ini disertai dengan berbagai aturan yang mengikat, terutama

yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya, baik terhadap dirinya sendiri,

dengan Tuhannya maupun dengan orang lain. Bahkan dengan mahluk Tuhan yang

lainnya, termasuk alam semesta.

Di antara keistimewaan agama Islam adalah bahwa agama ini selalu

selaras dengan semua dimensi kehidupan manusia, di segala zaman dan segala

tempat. Salah satu dimensi sosial yang tak luput dari pandangan Islam adalah

3Nico Ngani dan A. Qiram syamsuddin Meliala, Psikologi Kriminal dalam Teori dan Praktek

Hukum Pidana, cet. ke-1. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, 1985, hlm. 25.

Page 15: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

masalah Hak Asasi Manusia (HAM). Meskipun isu tentang HAM baru

dimunculkan dunia Barat sekitar 60 (enam puluh) tahun yang lalu dan Deklarasi

HAM baru ditandatangani tahun 1948, namun sesungguhnya Islam sejak ribuan

tahun lalu telah mengajarkan prinsip-prinsip HAM kepada umat manusia.4

Keberadaan peraturan ini dimaksudkan agar terjadi stabilitas dalam

kehidupan manusia. Terwujudnya stabilitas dalam setiap hubungan dalam

masyarakat dapat dicapai dengan adanya sebuah peraturan hukum yang bersifat

mengatur (relegen/anvullen recht) dan peraturan hukum yang bersifat memaksa

(dwingen recht) setiap anggota masyarakat agar taat dan mematuhi hukum. Setiap

hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan

dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Sanksi yang

berupa hukuman (pidana) akan dikenakan kepada setiap pelanggar peraturan

hukum yang ada sebagai reaksi terhadap perbuatan melanggar hukum yang

dilakukannya. Akibatnya ialah peraturan-peraturan hukum yang ada haruslah

sesuai dengan asas-asas keadilan dalam masyarakat, untuk menjaga agar

peraturan-peraturan hukum dapat berlangsung terus dan diterima oleh seluruh

anggota masyarakat.5

Sebuah peraturan hukum ada karena adanya sebuah masyarakat (ubi-ius

ubi-societas). Hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan

4http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail =20090312204051./

27/04/2010. 5Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, cet. ke-2. Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hlm. 48.

Page 16: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

hidup bersama. Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur dan damai dalam

seluruh lapisan masyarakat.6

Di negara Indonesia, hukum terbagi atas beberapa bagian. Menurut isinya,

hukum terdiri atas hukum privat dan hukum publik. Inisiatif pelaksanaan hukum

privat diserahkan kepada masing-masing pihak yang berkepentingan. Kedudukan

antara individu adalah horizontal. Sedangkan inisiatif pelaksanaan hukum publik

diserahkan kepada negara atau pemerintah yang diwakilkan kepada jaksa beserta

perangkatnya.7

Sementara itu, dalam hukum Islam juga terdapat bermacam-macam

hukum yang mengatur kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi ini. Aturan

hukum dalam Islam antara lain dibedakan sebagai al-Ahwal asy-Syakhsiyyah atau

hukum keluarga, al-Ahwal al-Madaniyyah atau hukum privat, al-Ahwal al-

Jinayah atau hukum pidana dan sebagainya.

Hukum Pidana Islam (jinayah) didasarkan pada perlindungan HAM

(human right) yang bersifat primer (daruriyyah) yang meliputi perlindungan

terhadap hidup (hifdz an-nafsi), perlindungan hak untuk beragama (hifdz ad-din),

perlindungan terhadap harta benda (hifdz al-mal), perlindungan terhadap

keturunannya (hifdz an-nasli) dan perlindungan memperoleh kehormatan yang

sama (hifz al-aql). Perlindungan terhadap lima hak tersebut oleh asy-Syatibi

6Ibid., hlm. 49.

7Nico Ngani dan A. Qiram syamsuddin Meliala, op.cit., hlm. 26.

Page 17: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

dinamakan maqasid asy-syari‟ah.8 Hakikat dari pemberlakuan syari‟at (hukum)

oleh Tuhan adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia. Kemaslahatan itu

dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok tersebut dapat diwujudkan dan

dipelihara.9 Tidak terkecuali perlindungan hukum terhadap anak-anak.

Anak sebagai generasi muda merupakan potensi dan penerus cita-cita

perjuangan bangsa. Anak merupakan modal pembangunan yang akan

memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang

ada. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, dan

seimbang.10

Dalam perspektif Islam, anak merupakan amanah sekaligus karunia,

bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan

dengan kekayaan harta benda lainnya. Karenanya, anak sebagai amanah Tuhan

harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat,

martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat

dalam undang-undang dasar 1945 dan konferensi perserikatan bangsa-bangsa

tentang hak-hak anak. Dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak

adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa, generasi penerus cita-cita

8A. Djazuli., op.cit., hlm. 257. lihat juga Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-

Syari‟ah., Maktabah Tijariyah, tt., hlm. 71-77. 9Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari‟ah Menurut Asy-Syatibi, cet. ke-1. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1996, hlm. 71-72. 10

Darwan Prinst, Hukum Anak di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 2.

Page 18: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan

dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga

dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh

hukum. Demikian juga dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara

dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi

anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara

optimal dan terarah.11

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.12

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak telah

menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara

terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut

harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan

anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk

mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus

11

Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan Dan Pengangkatan Anak Di Indonesia, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 383. 12

Pasal 15 UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak.

Page 19: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

bangsa yang potensial, tangguh, memiliki jiwa nasionalisme yang dijiwai oleh

akhlak mulia dan nilai pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan

persatuan bangsa.

Islam, seperti halnya sistem lain melindungi hak-hak untuk hidup,

merdeka, dan merasakan keamanan. Ia melarang bunuh diri dan pembunuhan

serta penganiayaan. Dalam Islam pembunuhan terhadap seorang manusia tanpa

alasan yang benar diibaratkan seperti membunuh seluruh manusia. Sebaliknya,

barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka ia diibaratkan

memelihara manusia seluruhnya.13

Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya : “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang

itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan

dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia

seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang

manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia

semuanya”. (QS. Al-Maidah : 32)

Ketentuan-ketentuan hukum yang ada, baik hukum pidana Islam maupun

pidana positif yang telah disebutkan di atas menjadi menarik untuk dibahas ketika

keduanya dihadapkan pada suatu kasus yang menuntut adanya penyelesaian,

dalam hal ini adalah kasus pidana pembunuhan yang dilakukan orang tua terhadap

anaknya.

13

Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari‟at dalam Wacana dan

Agenda, cet. ke-1. Jakarta: Gema Insani Press, 2003, hlm. 71-72.

Page 20: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dalam kaitannya dengan kasus tersebut hukum Islam memberikan

ketentuan hukum bahwa orang tua yang membunuh anaknya tidak dijatuhi

hukuman qisas karena hukuman tersebut menjadi gugur apabila yang dibunuh

adalah bagian (juz) dari orang yang membunuh.14

Sedangkan hukum positif di

Indonesia dalam menangani kasus tersebut memberikan ketentuan yang berbeda

bahkan berseberangan yaitu memberikan hukuman 1/3 (sepertiga) lebih berat

dibandingkan dengan yang membunuh adalah bukan orang tuanya.15

Berpijak dari persoalan di atas, peneliti tertarik untuk mendialogkan

kembali diskursus hukum pembunuhan orang tua terhadap anak dalam perspektif

hukum pidana Islam dan hukum pidana positif. Penelitian ini dikemas dalam

judul “TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG

TUA TERHADAP ANAKNYA: Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan

Hukum Positif di Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah penyusun uraikan di atas, setidaknya ada

tiga rumusan masalah yang menjadi kajian dalam penyusunan skripsi ini, antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ketentuan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan yang

dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya menurut hukum positif?

14

Abdul Qadir al-Audah., At-Tasyri‟ al-Jina‟i al-Islami., Beirut., Muasasah al-Risalah., tt.,

hlm. 213. 15

Lihat pasal 80 UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak.

Page 21: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

2. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang ketentuan pidana terhadap tindak

pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya menurut

hukum positif?

3. Apa perbedaan dan persamaan antara hukum positif dengan hukum Islam

tentang ketentuan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan

oleh orang tua terhadap anaknya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui ketentuan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan

yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya menurut hukum positif.

b. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang ketentuan pidana

terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua

terhadap anaknya menurut hukum positif

c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara hukum positif dengan

hukum Islam tentang ketentuan pidana terhadap tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya

2. Manfaat

Manfaat dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memberikan

kontribusi pemikiran terhadap khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam

bidang hukum dengan mencoba membandingkan antara hukum pidana Islam

Page 22: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

dengan hukum pidana positif mengenai tindak pidana pembunuhan yang

dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya.

D. Telaah Pustaka

Karya-karya pemikiran yang membahas masalah hukum, baik hukum

Islam maupun hukum positif sangat banyak macam dan coraknya. Disamping itu

banyak pula sudut pandang serta metode yang digunakan masing-masing penulis,

tetapi karya pemikiran yang menggunakan teknik perbandingan antara kedua

sistem hukum tersebut masih belum begitu banyak.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai “Tindak Pidana Pembunuhan

yang Dilakukan oleh Orang Tua terhadap Anaknya (Studi Komparasi Antara

Hukum Islam dan Hukum Positif) “, penulis akan menelaah beberapa buku, kitab

dan literatur lain yang berkaitan untuk dijadikan sebagai referensi, sumber, acuan,

dan perbandingan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga akan terlihat letak

perbedaan antara skripsi ini dengan penelitian atau karya ilmiah yang ada. Buku

yang ditulis oleh Topo Santoso, dengan judul Membumikan Hukum Pidana Islam,

secara khusus membahas berbagai permasalahan dalam hukum pidana Islam,

mulai dari paradigma negatif terhadap hukum Islam dengan menggambarkan

hukum pidana Islam secara utuh. Juga dibahas masalah jarimah pembunuhan.16

Selain buku-buku tersebut di atas, beberapa hasil penelitian maupun

karya ilmiah yang berkaitan juga menjadi bagian penting dalam penelitian ini.

Diantaranya adalah skripsi karya Lukman Hakim (2198078) yang berjudul Studi

16

Topo Santoso, op. cit., hlm. 37-38.

Page 23: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Komparatif Had Penghapusan Hukum Tindak Pidana dalam Hukum Islam dan

Hukum Positif, Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang 2003. Skripsi ini

banyak mengurai tentang penghapusan hukuman tindak pidana dalam hukum

pidana Islam dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Dalam skripsi ini

penulis juga menjabarkan mengenai macam-macam tindak pidana hudud, qisos-

diyat, dan ta‟zir. Selain itu juga menjelaskan beberapa pasal dalam KUHP yang

terkait dengan materi tindak pidana seperti pembunuhan, penganiayaan,

pemerkosaan, pencurian, dan sebagainya. Dalam analisisnya, penulis menjelaskan

perbedaan dan persamaan antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif.

Karya ilmiah yang lain adalah skripsi karya Muhammad Ihram (2101065)

yang berjudul Perbandingan Hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap Delik

Pembunuhan, Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang 2005. Skripsi

tersebut membahas masalah ruang lingkup pembunuhan dilihat dari pengertian

dasar, klasifikasi dan sanksinya menurut ketentuan hukum pidana Islam dan

hukum pidana positif.

Skripsi Agus Manaf (2100102): Studi Analisis Pendapat Imam Syafi‟i

Tentang Penerapan Hukuman Jarimah Gabungan Dalam Konteks Indonesia,

Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang 2004. Dalam skripsi ini

menjelaskan mengenai penerapan hukuman jarimah gabungan menurut Imam

Syafi‟i dikaitkan dengan konteks Negara Indonesia. Dalam skripsi ini juga

menjelaskan macam-macam jarimah secara umum, dan menyinggung tentang

perbandingan antara pendapat imam Syafi‟i dan hukum positif di Indonesia.

Page 24: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Skripsi ini berkonsentrasi pada pembahasan jarimah gabungan secara umum,

kemudian diaktualisasikan di Indonesia yang dikenal dengan pasal berlapis.

Pada intinya dinyatakan bahwa dalam hukum pidana Islam, teori tentang

bergandanya hukuman sudah dikenal oleh para fuqaha, tetapi teori tersebut

dibatasi dengan dua teori yang lain, yaitu teori saling memasuki (Tadakhul) dan

penyerapan Al-Jabb). Menurut teori tadakhul, ketika terjadi gabungan perbuatan

maka hukuman-hukumannya saling melengkapi (memasuki), sehingga oleh

karenanya semua perbuatan tersebut hanya dijatuhi satu hukuman, seperti kalau

seseorang melakukan satu jarimah. Pengertian penyerapan menurut syariat Islam

adalah cukup untuk menjatuhkan satu hukuman saja, sehingga hukuman-

hukuman yang lain tidak perlu dijatuhkan. Hukuman dalam konteks ini tidak lain

adalah hukuman mati, di mana pelaksanaannya dengan sendirinya menyerap

hukuman-hukuman yang lain.

Imam Syafi'i tidak menggunakan teori penyerapan Al-Jabb). Imam Syafi'i

yang tidak menggunakan teori penyerapan, berpendapat bahwa semua hukuman

harus dilaksanakan selama hukuman tersebut tidak saling memasuki

(melengkapi). Caranya adalah dengan mendahulukan hukuman-hukuman yang

merupakan hak manusia yang bukan hukuman mati, kemudian hukuman yang

merupakan hak Allah yang bukan hukuman mati, dan terakhir barulah hukuman

mati. Apabila orang yang terhukum mati dalam menjalani hukuman-hukuman

tersebut sebelum dilaksanakannya hukuman mati maka hapuslah hukuman-

hukuman yang lain yang belum dilaksanakan.

Page 25: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa penelitian terdahulu

berbeda dengan saat ini karena penelitian terdahulu belum mengungkapkan

ketentuan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang

tua terhadap anaknya menurut hukum Islam dan hukum positif. Penelitian

terdahulu baru menyentuh persoalan had penghapusan hukum tindak pidana,

pendapat Imam Syafi‟i tentang penerapan hukuman jarimah gabungan dalam

konteks Indonesia, perbandingan hukum pidana Islam dan KUHP terhadap delik

pembunuhan. Pembunuhan dimaksud dalam konteks yang masih umum dan

belum mengungkapkan pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap

anaknya.

E. Metode Penelitian

Setiap penelitian selalu dihadapkan pada suatu penyelesaian yang paling

akurat, yang menjadi tujuan dari penelitian itu. Untuk mencapai tujuan penelitian

tersebut diperlukan suatu metode. Metode dalam sebuah penelitian adalah cara

atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang

diperlukan.17

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research),

yaitu penelitian yang menggunakan fasilitas pustaka seperti buku, kitab atau

17

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Tehnik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu sosial Lainnya, cet. ke-4, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hlm. 9

Page 26: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

majalah.18

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji berbagai sumber

pustaka yang berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, yang lebih

jelasnya adalah membandingkan dan memahami ketetapan dari dua sistem

hukum yang berbeda mengenai tindak pidana pembunuhan yang dilakukan

oleh orang tua terhadap anaknya melalui kajian pustaka.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, analitik serta

komparatif. Teknik analisis deskriptif adalah menjelaskan suatu gejala atau

fakta untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang gejala atau fakta

tersebut,19

sedang analitik adalah sebuah usaha untuk mencari dan menata

secara sistematis data penelitian untuk kemudian dilakukan penelaahan guna

mencari makna,20

kemudian komparatif dengan membandingkan hasil yang

didapat, dalam hal ini perbandingan antara sistem hukum pidana Islam dan

hukum pidana positif, sehingga dapat diperoleh suatu gambaran masalah dan

landasan penyelesaian.

3. Sumber Data

Adapun buku-buku ataupun kitab-kitab yang dijadikan sumber data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

18

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Tehnik, cet. ke-7

Bandung: Transito,1994, hlm. 25. 19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. ke-3 Jakarta: UI-Press, 1986, hlm.

10. 20

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. ke-4., Yogyakarta: Rake Sarasin,

1998, hlm. 43.

Page 27: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Sebagai sumber data primer dari segi hukum Islam yaitu Haliman,

Hukum Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus Sunnah, cet.1 (Jakarta:

Bulan Bintang, 1972; Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam,

Jakarta: Bulan Bintang, 1990; Jazirî, Abdurrrahmân, Kitab al-Fiqh „alâ al-

Mazâhib al-Arba‟ah, Juz V, Beirut: Dâr al-Fikr, 1972. Sedangkan sumber

data primer dari segi hukum positif yaitu Undang-undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

b. Data Sekunder

Al-Fiqh wa Adillatuh karya Wahbah az-Zuhaili, Fiqh as-Sunnah

karya as-Sayyid Sabiq, Minhaj al-Muslim karya Abu Bakar Jabir al-

Jazairi, At-Tazhib fi Adillati Matn al-Gayah wa al-Taqrib karya Mustafa

Raib al-Bagha, dan lainnya. Sedangkan dari segi hukum pidana positif,

KUHP: Kitab Undang-undang Hukum Pidana oleh Moeljatno, Tindak

Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh karya Leden Marpaung, Responsi

Hukum Pidana: Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana oleh Chidir

Ali, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP oleh M. Sudradjat

Bassar dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian merupakan penelitian kepustakaan (library research),

maka teknik pengumpulan data yang ditempuh adalah dengan meneliti dan

mengumpulkan pendapat dari para pakar dan ulama melalui buku-buku, kitab-

kitab serta karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan.

Page 28: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Selanjutnya dari sumber-sumber yang ada, baik primer maupun sekunder akan

diuji kredibilitasnya untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat.

5. Teknik Analisis Data

Adapun metode analisa data yang penyusun gunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif analitis, dimaksudkan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya

adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu teori-teori

lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru.21

Dengan metode ini

penyusun mencoba menganalisa data untuk mengungkapkan ketentuan-

ketentuan hukum tentang pembunuhan yang dilakukan orang tua terhadap

anaknya dalam hukum pidana Islam dan hukum pidana positif. Kemudian

menggunakan analisa komparatif dengan cara membandingkan ketentuan

yang ada dalam dua sistem hukum yang berbeda mengenai permasalahan

yang sama, dengan tujuan menemukan dan mencermati perbedaan dan

persamaan antar elemen dalam kedua sistem hukum tersebut, sehingga

diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai penyelesaian dari sebagian

persoalan yang terdapat dalam pokok permasalahan.

Penelitian ini juga menggunakan metode historis yaitu sebuah proses

yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun gagasan

yang timbul di masa lampau, untuk menemukan generalisai yang berguna

21

Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 10.

Page 29: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah.22

Penelitian

historis, bertujuan untuk mendiskipsikan apa-apa yang telah terjadi pada masa

lampau. Proses-prosesnya terdiri dari penyelidikan, pencatatan, analisis dan

menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu guna menemukan

generalisasi-generalisasi. Generalisasi tersebut dapat berguna untuk

memahami masa lampau, juga keadaan masa kini bahkan secara terbatas bisa

digunakan untuk mengantisipasi hal-hal mendatang.23

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan skripsi ini, dan dapat memberikan gambaran yang

jelas mengenai apa yang hendak penulis sampaikan, maka perlu kiranya penulis

memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka dan sistematika

penulisan.

Bab kedua berisi konsep tindak pidana dalam hukum Islam dan hukum

positif yang meliputi jinayah dan jarimah dalam hukum Islam dan tindak pidana

dalam hukum positif.

22

Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah, Terj. Muin Umar, et. al, Departemen Agama,

1986, hlm. 16. 23

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1990, hlm.

25.

Page 30: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Bab ketiga berisi tindak pidana pembunuhan dalam hukum Islam dan

hukum positif yang meliputi tindak pidana pembunuhan dalam hukum Islam

tindak pidana pembunuhan dalam hukum positif.

Bab keempat berisi analisis, yang meliputi analisis ketentuan pidana

terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap

anaknya menurut hukum positif, analisis hukum Islam tentang ketentuan pidana

terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap

anaknya, perbedaan dan persamaan antara hukum positif dengan hukum islam

tentang ketentuan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan

oleh orang tua terhadap anaknya

Bab kelima berisi penutup, yang meliputi kesimpulan, saran dna penutup

Page 31: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

BAB II

KONSEP TINDAK PIDANA DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Jinayah dan Jarimah dalam Hukum Islam

1. Pengertian Jinayah dan Jarimah dalam Hukum Islam

Hukum pidana Islam sering disebut dalam fiqh dengan istilah jinayah atau

jarimah. Jinayah merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana.

Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah

diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah.24

Seperti dalam kalimat

jana'ala qaumihi jinayatan artinya ia telah melakukan kesalahan terhadap

kaumnya. Kata Jana juga berarti "memetik", seperti dalam kalimat jana as-

samarat, artinya "memetik buah dari pohonnya". Orang yang berbuat jahat

disebut jani dan orang yang dikenai perbuatan disebut mujna alaih.25

Demikian pula menurut Imam al-San'any bahwa al-jinayah itu jamak dari

kata "jinayah" masdar dari "jana" (dia mengerjakan kejahatan/kriminal).26

Kata jinayah dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak

pidana. Secara terminologi kata jinayah mempunyai beberapa pengertian,

seperti yang diungkapkan oleh oleh Abd al-Qadir Awdah, jinayah adalah

perbuatan yang dilarang oleh syara' baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta

24

Luwis Ma'luf, al-Munjid, Beirut: Dar al-Fikr, 1954, hlm. 88 25

Ibid., hlm. 67. 26

Al-San'âny, Subul al-Salâm, Juz 3, Kairo: Syirkah Maktabah Mustafa al-

Babi al-Halabi, 1950, hlm. 231.

Page 32: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

benda, atau lainnya.27

Pengertian yang sama dikemukakan Sayyid Sabiq

bahwa kata jinayah menurut tradisi syariat Islam ialah segala tindakan yang

dilarang oleh hukum syariat melakukannya. Perbuatan yang dilarang ialah

setiap perbuatan yang dilarang oleh syariat dan harus dihindari, karena

perbuatan ini menimbulkan bahaya yang nyata terhadap agama, jiwa, akal

(intelegensi), harga diri, dan harta benda.28

Sebagian fuqaha menggunakan kata jinayah untuk perbuatan yang berkaitan

dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai, menggugurkan

kandungan dan lain sebagainya. Dengan demikian istilah fiqh jinayah sama

dengan hukum pidana.29

Haliman dalam desertasinya menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan hukum pidana dalam syari'at Islam adalah ketentuan-

ketentuan hukum syara' yang melarang untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu, dan pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut dikenakan

hukuman berupa penderitaan badan atau harta.30

27

Abd al-Qadir Awdah, at-Tasyri' al-Jinai al-lslami, Juz I, Beirut: Dar al-Kutub, 1963, hlm. 67.

28Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz. III, Kairo: Maktabah Dâr al-Turast,

1970, hlm. 5. 29

Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Teras,

2009, hlm. 2. 30

Penderitaan badan dan benda di sini mengecualikan jarimah diyat (denda),

karena pada suatu saat denda karena diyat tidaklah dibebankan kepada pelanggarnya,

tetapi bisa kepada kaum kerabatnya yang bertanggungjawab kepadanya yang

dinamakan aqilah atau bisa juga denda itu dibebankan kepada perbendaharaan negara

(bait al-mal) pada kondisi pelaku jarimah tidak mampu. Sebagai contoh pembunuhan

yang dilakukan karena kesalahan (khata'). Haliman, Hukum Pidana Syiari'at Islam

Menurut Ajaran Ahli Sunah, Jakarta: Bulan Bintang, 1971, hlm. 64. Bandingkan

Page 33: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dalam Undang-undang Hukum Pidana Republik Persatuan Arab (KUHP

RPA) terdapat tiga macam penggolongan tindak pidana yang didasarkan pada

berat-ringannya hukuman, yaitu jinayah, janhah dan mukhalafah. Jinayah di

sini adalah jinayah yang disebutkan dalam konstitusi dan merupakan tindakan

yang paling berbahaya. Konsekuensinya, pelaku tindak pidana diancam

dengan hukuman berat, seperti hukuman mati, kerja keras, atau penjara

seumur hidup (Pasal 10 KUHP RPA). Sedangkan janhah adalah perbuatan

yang diancam dengan hukuman lebih dari satu minggu tetapi tidak sampai

kepada penjatuhan hukuman mati atau hukuman seumur hidup (Pasal 11

KUHP RPA). Adapun mukhalafah adalah jenis pelanggaran ringan yang

ancaman hukumannya tidak lebih dari satu minggu (Pasal 12 KUHP RPA).31

Pengertian jinayah dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan istilah

peristiwa pidana, delik atau tindak pidana. Para fuqaha sering pula

menggunakan istilah jinayah dan jarimah. Istilah jarimah mempunyai

kandungan arti yang sama dengan istilah jinayah, baik dari segi bahasa

maupun dari segi istilah. Dari segi bahasa jarimah merupakan kata jadian

(masdar) dengan asal kata jarama yang artinya berbuat salah, sehingga

dengan Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtasid, Juz II, Beirut:

Dar al-Fikr, t.th, hlm. 405. Para ulama sepakat terhadap persoalan ganti rugi bagi

pembunuhan (tindak pidana) karena kesalahan bisa dibebankan kepada orang lain

karena ketidakmampuan pelaku tindak pidana (jarimah). 31

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, hlm. 2.

Page 34: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

jarimah mempunyai arti perbuatan salah.32

Dari segi istilah, al-Mawardi

mendefinisikan jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara,

yang diancam oleh Allah SWT dengan hukuman had atau ta'zir.33

Sejalan

dengan menurut TM Hasbi ash Shiddieqy, jarimah adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang syara diancam allah dengan hukuman had atau

hukuman ta'zir.34

Dengan demikian kesimpulan yang dapat diambil dari kedua istilah tersebut

adalah bahwa kedua istilah tersebut memiliki kesamaan dan perbedaannya.

Secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna tunggal, mempunyai arti

yang sama serta ditujukan bagi perbuatan yang berkonotasi negatif, salah atau

dosa. Adapun perbedaannya terletak pada pemakaian, arah pembicaraan, serta

dalam rangka apa kedua kata itu digunakan.

2. Macam-Macam Jarimah dari Segi Berat Ringannya Hukuman

Jarimah itu sebenarnya sangat banyak macam dan ragamnya, akan tetapi,

secara garis besar dapat dibagi dengan meninjaunya dari beberapa segi.

Ditinjau dari segi berat ringannya hukuman, jarimah dapat dibagi kepada tiga

bagian antara lain: jarimah qisâs/diyat, jarimah hudud, dan jarimah ta'zir.

a. Jarimah qisâs dan diyat

32

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004, hlm. 3.

33Imam Al-Mawardiy, al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah,

Beirut al-Maktab al-Islami, 1996, hlm. 219. 34

TM Hasbi ash Shiddieqy, Pidana Mati dalam Syari'at Islam, Semarang: PT

Pustaka Rizki Putra, 1998, hlm. 6.

Page 35: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Jarimah qisâs dan diyat adalah jarimah yang diancam dengan

hukuman qisâs atau diyat. Baik qisâs maupun diyat keduanya adalah

hukuman yang sudah ditentukan oleh syara'. Perbedaannya dengan hukuman

had adalah bahwa had merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan

qisâs dan diyat adalah hak manusia (individu).35

Adapun yang dimaksud dengan hak manusia sebagaimana

dikemukakan oleh Mahmud Syaltut adalah yang ada hubungannya dengan

kepentingan pribadi seseorang dan dinamakan begitu karena kepentingannya

khusus untuk mereka.36

Dalam hubungannya dengan hukuman qisâs dan diyat maka

pengertian hak manusia di sini adalah bahwa hukuman tersebut bisa

dihapuskan atau dimaafkan oleh korban atau keluarganya. Dengan demikian

maka ciri khas dari jarimah qisâs dan diyat itu adalah

1) Hukumannya sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah ditentukan

oleh syara' dan tidak ada batas minimal atau maksimal;

2) hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam arti

bahwa korban atau keluarganya berhak memberikan pengampunan

terhadap pelaku. Jarimah qisâs dan diyat ini hanya ada dua macam,

yaitu pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas maka

ada lima macam, yaitu

35

Ibid., hlm. 7 36

Syeikh Mahmud Syaltut, Akidah dan Syari'ah Islam, jilid 2, Alihbahasa,

Fachruddin HS, Jakarta: Bina Aksara, 1985, hlm. 34.

Page 36: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

1) pembunuhan sengaja ( ),

2) pembunuhan menyerupai sengaja ( ),

3) pembunuhan karena kesalahan ( ),

4) penganiayaan sengaja ( ), dan

5) penganiayaan tidak sengaja ( ).37

Pada dasarnya, jarimah qisâs termasuk jarimah hudud, sebab baik

bentuk maupun hukumannya telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Akan tetapi ada pula perbedaannya, yaitu:

1) Pada jarimah qisâs, hakim boleh memutuskan hukuman berdasarkan

pengetahuannya, sedangkan pada jarimah hudud tidak boleh.

2) Pada jarimah qisâs, hak menuntut qishash bisa diwariskan, sedangkan

pada jarimah hudud tidak.

3) Pada jarimah qisâs, korban atau wali korban dapat memaafkan sehingga

hukuman dapat gugur secara mutlak atau berpindah kepada hukum

penggantinya, sedangkan pada jarimah hudud tidak ada pemaafan.

4) Pada jarimah qisâs, tidak ada kadaluarsa dalam kesaksian, sedangkan

pada jarimah hudud ada kadaluarsa dalam kesaksian kecuali pada

jarimah qadzaf.

5) Pada jarimah qisâs, pembuktian dengan isyarat dan tulisan dapat

diterima, sedangkan pada jarimah hudud tidak.

37

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung: Pustaka

Setia, 2000, hlm. 29

Page 37: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

6) Pada jarimah qisâs dibolehkan ada pembelaan (al-syafa'at), sedangkan

pada jarimah hudud tidak ada.

7) Pada jarimah qishash, harus ada tuntutan, sedangkan pada jarimah

hudud tidak perlu kecuali pada jarimah qadzaf.38

b. Jarimah Hudud

Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had,

Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara'

dan menjadi hak Allah (hak masyarakat).39

Dengan demikian ciri khas

jarimah hudud itu sebagai berikut.

1) Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukumannya telah

ditentukan oleh syara' dan tidak ada batas minimal dan maksimal.

2) Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada

hak manusia di samping hak Allah maka hak Allah yang lebih

menonjol. Pengertian hak Allah sebagaimana dikemukakan oleh

Mahmud Syaltut sebagai berikut: hak Allah adalah sekitar yang

bersangkut dengan kepentingan umum dan kemaslahatan bersama, tidak

tertentu mengenai orang seorang. Demikian hak Allah, sedangkan Allah

tidak mengharapkan apa-apa melainkan semata-mata untuk membesar

38

Jaih Mubarok dan Enceng Arif Faizal, Kaidah Fiqh Jinayah (Asas-asas

Hukum Pidana Islam), Jakarta: Anggota IKAPI, 2004, hlm. 164. 39

Ibid

Page 38: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

hak itu di mata manusia dan menyatakan kepentingannya terhadap

masyarakat. 40

Dengan kata lain, hak Allah adalah suatu hak yang

manfaatnya kembali kepada masyarakat dan tidak tertentu bagi

seseorang.

Dalam hubungannya dengan hukuman had maka pengertian hak

Allah di sini adalah bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh

perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh

masyarakat yang diwakili oleh negara. Jarimah hudud ini ada tujuh macam

antara lain sebagai berikut.

1) Jarimah zina

2) Jarimah qazaf (menuduh zina)

3) Jarimah syurbul khamr (minum-minuman keras)

4) Jarimah pencurian (sariqah)

5) Jarimah hirabah (perampokan)

6) Jarimah riddah (keluar dari Islam)

7) Jarimah Al Bagyu (pemberontakan).41

Dalam jarimah zina, syurbul khamar, hirabah, riddah, dan

pemberontakan yang dilanggar adalah hak Allah semata-mata. Sedangkan

dalam jarimah pencurian dan qazaf (penuduhan zina) yang disinggung di

40

Syeikh Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa Syariah, Alihbahasa,

Fachruddin HS, Akidah dan Syariah Islam, 2, Jakarta: Bina Aksara, 1985, hlm. 14. 41

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung,

2004, hlm. 12

Page 39: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

samping hak Allah juga terdapat hak manusia (individu), akan tetapi hak

Allah lebih menonjol.

c. Jarimah Ta'zir

Jarimah ta'zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta'zir.

Pengertian ta'zir menurut bahasa ialah ta'dib atau memberi pelajaran. Ta'zir

juga diartikan ar rad wa al man'u, artinya menolak dan mencegah. Akan

tetapi menurut istilah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al

Mawardi

42

Artinya: "Ta'zir itu adalah hukuman atas tindakan pelanggaran dan

kriminalitas yang tidak diatur secara pasti dalam hukum had.

Hukuman ini berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan kasus dan

pelakunya. Dari satu segi, ta'zir ini sejalan dengan hukum had;

yakni ia adalah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki

perilaku manusia, dan untuk mencegah orang lain agar tidak

melakukan tindakan yang sama seperti itu".

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hukuman ta'zir itu adalah

hukuman yang belum ditetapkan oleh syara', melainkan diserahkan kepada

ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Dalam menentukan

hukuman tersebut, penguasa hanya menetapkan hukuman secara global saja.

Artinya pembuat undang-undang tidak menetapkan hukuman untuk masing-

42

Imam Al-Mawardiy, al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah,

Beirut al-Maktab al-Islami, 1996, hlm. 236

Page 40: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

masing jarimah ta'zir, melainkan hanya menetapkan sekumpulan hukuman,

dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya.

Dengan demikian ciri khas dari jarimah ta'zir itu adalah sebagai

berikut.

1) Hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman

tersebut belum ditentukan oleh syara' dan ada batas minimal dan ada

batas maksimal.

2) Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa.

Berbeda dengan jarimah hudud dan qisâs maka jarimah ta'zir tidak

ditentukan banyaknya. Hal ini oleh karena yang termasuk jarimah ta'zir ini

adalah setiap perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan

qisâs, yang jumlahnya sangat banyak. Tentang jenis-jenis jarimah ta'zir ini

Ibn Taimiyah mengemukakan bahwa perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak

dikenakan hukuman had dan tidak pula kifarat, seperti mencium anak-anak

(dengan syahwat), mencium wanita lain yang bukan istri, tidur satu ranjang

tanpa persetubuhan, atau memakan barang yang tidak halal seperti darah dan

bangkai... maka semuanya itu dikenakan hukuman ta'zir sebagai pembalasan

dan pengajaran, dengan kadar hukuman yang ditetapkan oleh penguasa.43

Tujuan diberikannya hak penentuan jarimah-jarimah ta'zir dan

hukumannya kepada penguasa adalah agar mereka dapat mengatur

43

Ibnu Taimiyah, Siyasah Syar'iyah, Etika Politik Islam, Terj. Rofi

Munawwar, Surabaya: Risalah Gusti, 2005, hlm. 157.

Page 41: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

masyarakat dan memelihara kepentingan-kepentingannya, serta bisa

menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan yang bersifat mendadak.

Jarimah ta'zir di samping ada yang diserahkan penentuannya

sepenuhnya kepada ulil amri, juga ada yang memang sudah ditetapkan oleh

syara', seperti riba dan suap. Di samping itu juga termasuk ke dalam

kelompok ini jarimah-jarimah yang sebenarnya sudah ditetapkan

hukumannya oleh syara' (hudud) akan tetapi syarat-syarat untuk

dilaksanakannya hukuman tersebut belum terpenuhi. Misalnya, pencurian

yang tidak sampai selesai atau barang yang dicuri kurang dari nishab

pencurian, yaitu seperempat dinar.

3. Hukuman dalam Hukum Islam

Hukuman dalam bahasa Arab disebut 'uqubah. Lafaz 'uqubah menurut

bahasa berasal dari kata: ( ) yang sinonimnya: ( ), artinya:

mengiringnya dan datang di belakangnya.44

Dalam pengertian yang agak

mirip dan mendekati pengertian istilah, barangkali lafaz tersebut bisa diambil

dari lafaz: ( ) yang sinonimnya: ( ), artinya:

membalasnya sesuai dengan apa yang dilakukannya.45

Dari pengertian yang pertama dapat dipahami bahwa sesuatu disebut

hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah perbuatan

44

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih

Jinayat, Jakarta: sinar Grafika, 2004, hlm. 136. 45

Ibid.,

Page 42: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

itu dilakukan. Sedangkan dari pengertian yang kedua dapat dipahami bahwa

sesuatu disebut hukuman karena ia merupakan balasan terhadap perbuatan

menyimpang yang telah dilakukannya.

Menurut hukum pidana Islam, hukuman adalah seperti didefinisikan

oleh Abdul Qadir Audah sebagaimana disitir Ahmad Wardi Muslich:

"Hukuman adalah pembalasan atas pelanggaran perintah syara' yang

ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat, karena adanya pelanggaran

atas ketentuan-ketentuan syara'."46

Dari definisi tersebut dapatlah dipahami bahwa hukuman adalah salah

satu tindakan yang diberikan oleh syara' sebagai pembalasan atas perbuatan

yang melanggar ketentuan syara', dengan tujuan untuk memelihara ketertiban

dan kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi kepentingan

individu.

Tujuan pemberi hukuman dalam Islam sesuai dengan konsep tujuan

umum disyariatkannya hukum, yaitu untuk merealisasi kemaslahatan umat

dan sekaligus menegakkan keadilan.47

Atas dasar itu, tujuan utama dari

46

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam,

op.cit, hlm. 137. 47

Abd al-Wahhâb Khalâf, „Ilm usûl al-Fiqh, Kuwait: Dâr al-Qalam, 1978,

hlm. 198. Muhammad Abu Zahrah, Usûl al-Fiqh, Cairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, 1958,

hlm. 351.

Page 43: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

penetapan dan penerapan hukuman dalam syariat Islam adalah sebagai

berikut.

a. Pencegahan ( )

Pengertian pencegahan adalah menahan orang yang berbuat jarimah agar ia

tidak mengulangi perbuatan jarimahnya, atau agar ia tidak terus-menerus

melakukan jarimah tersebut. Di samping mencegah pelaku, pencegahan juga

mengandung arti mencegah orang lain selain pelaku agar ia tidak ikut-ikutan

melakukan jarimah, sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang

dikenakan kepada pelaku juga akan dikenakan terhadap orang lain yang juga

melakukan perbuatan yang sama. Dengan demikian, kegunaan pencegahan

adalah rangkap, yaitu menahan orang yang berbuat itu sendiri untuk tidak

mengulangi perbuatannya, dan menahan orang lain untuk tidak berbuat

seperti itu serta menjauhkan diri dari lingkungan jarimah.48

Oleh karena perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman adakalanya

pelanggaran terhadap larangan (Jarimah positif) atau meninggalkan

kewajiban maka arti pencegahan pada keduanya tentu berbeda. Pada keadaan

yang pertama (jarimah positif) pencegahan berarti upaya untuk menghentikan

perbuatan yang dilarang, sedang pada keadaan yang kedua (jarimah negatif)

pencegahan berarti menghentikan sikap tidak melaksanakan kewajiban

tersebut sehingga dengan dijatuhkannya hukuman diharapkan ia mau

48

Ahmad Wardi Muslich, op.cit., hlm. 137.

Page 44: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

menjalankan kewajibannya. Contohnya seperti penerapan hukuman terhadap

orang yang meninggalkan salat atau tidak mau mengeluarkan zakat.49

Oleh karena tujuan hukuman adalah pencegahan maka besarnya hukuman

harus sesuai dan cukup mampu mewujudkan tujuan tersebut, tidak boleh

kurang atau lebih dari batas yang diperlukan, Dengan demikian terdapat

prinsip keadilan dalam menjatuhkan hukuman. Apabila kondisinya demikian

maka hukuman terutama hukuman ta'zir, dapat berbeda-beda sesuai dengan

perbedaan pelakunya, sebab di antara pelaku ada yang cukup hanya diberi

peringatan, ada pula yang cukup dengan beberapa cambukan saja, dan ada

pula yang perlu dijilid dengan beberapa cambukan yang banyak. Bahkan ada

di antaranya yang perlu dimasukkan ke dalam penjara dengan masa yang

tidak terbatas jumlahnya atau bahkan lebih berat dari itu seperti hukuman

mati.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa tujuan yang pertama itu, efeknya

adalah untuk kepentingan masyarakat, sebab dengan tercegahnya pelaku dari

perbuatan jarimah maka masyarakat akan tenang, aman, tenteram, dan damai.

Meskipun demikian, tujuan yang pertama ini ada juga efeknya terhadap

pelaku, sebab dengan tidak dilakukannya jarimah maka pelaku akan selamat

dan ia terhindar dari penderitaan akibat dan hukuman itu.

b. Perbaikan dan Pendidikan

49

A.Hanafi, op.cit, Jakarta: Bulan Bintang, 1990, hlm. 255-256.

Page 45: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Tujuan yang kedua dari penjatuhan hukuman adalah mendidik pelaku jarimah

agar ia menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya. Di sini terlihat,

bagaimana perhatian syariat Islam terhadap diri pelaku. Dengan adanya

hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam diri pelaku suatu kesadaran

bahwa ia menjauhi jarimah bukan karena takut akan hukuman, melainkan

karena kesadaran diri dan kebenciannya terhadap jarimah serta dengan

harapan mendapat rida dari Allah SWT. Kesadaran yang demikian tentu saja

merupakan alat yang sangat ampuh untuk memberantas jarimah, karena

seseorang sebelum melakukan suatu jarimah, ia akan berpikir bahwa Tuhan

pasti mengetahui perbuatannya dan hukuman akan menimpa dirinya, baik

perbuatannya itu diketahui oleh orang lain atau tidak. Demikian juga jika ia

dapat ditangkap oleh penguasa negara kemudian dijatuhi hukuman di dunia,

atau ia dapat meloloskan diri dari kekuasaan dunia, namun pada akhirnya ia

tidak akan dapat menghindarkan diri dari hukuman akhirat.50

Di samping kebaikan pribadi pelaku, syariat Islam dalam menjatuhkan

hukuman juga bertujuan membentuk masyarakat yang baik yang diliputi oleh

rasa saling menghormati dan mencintai antara sesama anggotanya dengan

mengetahui batas-batas hak dan kewajibannya. Pada hakikatnya, suatu

jarimah adalah perbuatan yang tidak disenangi dan menginjak-injak keadilan

50

Wardi Muslich, op.cit, hlm. 138.

Page 46: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

serta membangkitkan kemarahan masyarakat terhadap pembuatnya, di

samping menimbulkan rasa iba dan kasih sayang terhadap korbannya.

Hukuman atas diri pelaku merupakan salah satu cara menyatakan reaksi dan

balasan dari masyarakat terhadap perbuatan pelaku yang telah melanggar

kehormatannya sekaligus juga merupakan upaya menenangkan hati korban.

Dengan demikian, hukuman itu dimaksudkan untuk memberikan rasa derita

yang harus dialami oleh pelaku sebagai imbangan atas perbuatannya dan

sebagai sarana untuk menyucikan dirinya. Dengan demikian akan terwujudlah

rasa keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.51

Hukuman dalam hukum pidana Islam dapat dibagi kepada beberapa bagian,

dengan meninjaunya dari beberapa segi. Dalam hal ini ada lima

penggolongan.

(1) Ditinjau dari segi pertalian antara satu hukuman dengan hukuman yang

lainnya, hukuman dapat dibagi kepada empat bagian, yaitu sebagai

berikut.

a. Hukuman pokok ('uqubah asliyah), yaitu hukuman yang ditetapkan

untuk jarimah yang bersangkutan sebagai hukuman yang asli, seperti

hukuman qishash untuk jarimah pembunuhan, hukuman dera seratus

kali untuk jarimah zina, atau hukuman potong tangan untuk jarimah

pencurian.

51

Ibid., hlm. 257.

Page 47: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

b. Hukuman pengganti ('uqubah badaliyah), yaitu hukuman yang

menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena alasan yang sah, seperti hukuman diat (denda)

sebagai pengganti hukuman qisas, atau hukuman ta'zir sebagai

pengganti hukuman had atau hukuman qisas yang tidak bisa

dilaksanakan. Sebenarnya hukuman diyat itu sendiri adalah hukuman

pokok, yaitu untuk pembunuhan menyerupai sengaja atau kekeliruan,

akan tetapi juga menjadi hukuman pengganti untuk hukuman qisas

dalam pembunuhan sengaja. Demikian pula hukuman ta'zir juga

merupakan hukuman pokok untuk jarimah-jarimah ta'zir, tetapi

sekaligus juga menjadi hukuman pengganti untuk jarimah hudud atau

qisas dan diat yang tidak bisa dilaksanakan karena ada alasan-alasan

tertentu.52

c. Hukuman tambahan ('uqubah taba'iyah), yaitu hukuman yang

mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan secara

tersendiri, seperti larangan menerima warisan bagi orang yang

membunuh orang yang akan diwarisnya, sebagai tambahan untuk

hukuman qisas atau diyat, atau hukuman pencabutan hak untuk

menjadi saksi bagi orang yang melakukan jarimah qadzaf (menuduh

orang lain berbuat zina), di samping hukuman pokoknya yaitu jilid

(dera) delapan puluh kali.

52

Ahmad Wardi Muslich, op.cit, hlm. 142 – 143.

Page 48: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

d. Hukuman pelengkap ('uqubah takmiliyah), yaitu hukuman yang

mengikuti hukuman pokok dengan syarat harus ada keputusan

tersendiri dari hakim dan syarat inilah yang membedakannya dengan

hukuman tambahan. Contohnya seperti mengalungkan tangan pencuri

yang telah dipotong dilehernya.

(2) Ditinjau dari segi kekuasaan hakim dalam menentukan berat ringannya

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi dua bagian.

a. Hukuman yang mempunyai satu batas, artinya tidak ada batas tertinggi

atau batas terendah, seperti hukuman jilid (dera) sebagai hukuman

had (delapan puluh kali atau seratus kali). Dalam hukuman jenis ini,

hakim tidak berwenang untuk menambah atau mengurangi hukuman

tersebut, karena hukuman itu hanya satu macam saja.

b. Hukuman yang mempunyai dua batas, yaitu batas tertinggi dan batas

terendah. Dalam hal ini hakim diberi kewenangan dan kebebasan

untuk memilih hukuman yang sesuai antara kedua batas tersebut,

seperti hukuman penjara atau jilid pada jarimah-jarimah ta'zir.53

(3) Ditinjau dari segi keharusan untuk memutuskan dengan hukuman

tersebut, hukuman dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Hukuman yang sudah ditentukan ('uqubah muqaddarah), yaitu

hukuman-hukuman yang jenis dan kadarnya telah ditentukan oleh

syara' dan hakim berkewajiban untuk memutuskannya tanpa

53

Ibid, hlm. 67 – 68.

Page 49: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

mengurangi, menambah, atau menggantinya dengan hukuman yang

lain. Hukuman ini disebut hukuman keharusan ('uqubah lazimah).

Dinamakan demikian, karena ulil amri tidak berhak untuk

menggugurkannya atau memaafkannya.

b. Hukuman yang belum ditentukan ('uqubah ghair muqaddarah), yaitu

hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih jenisnya dari

sekumpulan hukuman-hukuman yang ditetapkan oleh syara' dan

menentukan jumlahnya untuk kemudian disesuaikan dengan pelaku

dan perbuatannya. Hukuman ini disebut juga Hukuman Pilihan

('uqubah mukhayyarah), karena hakim dibolehkan untuk memilih di

antara hukuman-hukuman tersebut.54

(4) Ditinjau dari segi tempat dilakukannya hukuman maka hukuman dapat

dibagi kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Hukuman badan ('uqubah badaniyah), yaitu hukuman yang dikenakan

atas badan manusia, seperti hukuman mati, jilid (dera), dan penjara.

b. Hukuman jiwa ('uqubah nafsiyah), yaitu hukuman yang dikenakan

atas jiwa manusia, bukan badannya, seperti ancaman, peringatan, atau

teguran.

c. Hukuman harta ('uqubah maliyah), yaitu hukuman yang dikenakan

terhadap harta seseorang, seperti diyat, denda, dan perampasan harta.

54

Ibid, hlm. 68.

Page 50: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

(5) Ditinjau dari segi macamnya jarimah yang diancamkan hukuman,

hukuman dapat dibagi kepada empat bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Hukuman hudud, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah-

jarimah hudud.

b. Hukuman qisas dan diyat, yaitu hukuman yang ditetapkan atas

jarimah-jarimah qishash dan diyat.

c. Hukuman kifarat, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagian

jarimah qisas dan diat dan beberapa jarimah ta'zir.

d. Hukuman ta'zir, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah-

jarimah ta'zir.55

B. Tindak Pidana dalam Hukum Positif

1. Pengertian Tindak Pidana dalam Hukum Positif

Dalam hukum positif, kata "tindak pidana" merupakan terjemahan dari istilah

bahasa Belanda "straafbaarfeit", namun pembentuk undang-undang di

Indonesia tidak menjelaskan secara rinci mengenai "straafbaarfeit".56

Perkataan “feit” itu sendiri di dalam bahasa Belanda berarti “sebagian dari

55

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung

Pustaka, 2004, hlm. 44 - 45. 56

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm. 5.

Page 51: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

suatu kenyataan” atau “een gedeelte van de werkelijkheid”, sedang

“strafbaar” berarti “dapat dihukum”, hingga secara harafiah perkataan

“strafbaar feit” itu dapat diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu

kenyataan yang dapat dihukum”, yang sudah barang tentu tidak tepat, oleh

karena kelak akan diketahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya

adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan ataupun

tindakan.57

Seperti yang telah dikatakan di atas, bahwa pembentuk undang-undang tidak

memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa sebenarnya yang ia maksud

dengan perkataan “strafbaar feit”, maka timbullah di dalam doktrin berbagai

pendapat tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan “strafbaar feit”

tersebut., misalnya perbuatan pidana, peristiwa pidana, perbuatan-perbuatan

yang dapat dihukum, hal-hal yang diancam dengan hukum dan perbuatan-

perbuatan yang dapat dikenakan hukuman serta tindak pidana.58

Dalam hubungan ini, Satochid Kartanegara lebih condong menggunakan

istilah “delict” yang telah lazim dipakai.59

Sudarto menggunakan istilah

57

P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar

Baru, 1984, hlm. 172. 58

K. Wancik Saleh, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2007, hlm. 15. 59

Satochid Kartanegara, tth, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian I, tk,

Balai Lektur Mahasiswa, hlm. 74.

Page 52: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

"tindak pidana",60

demikian pula Wirjono Projodikoro menggunakan istilah

"tindak pidana" yaitu suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan

hukuman pidana.61

Akan tetapi Moeljatno menggunakan istilah “perbuatan

pidana” yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan

mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang

siapa melanggar larangan tersebut.62

Sedangkan R. Tresna yang

menggunakan kata "peristiwa pidana" untuk istilah "tindak pidana"

mengartikannya sebagai sesuatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia

yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundangan

lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman.63

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana dalam Hukum Positif

Tindak pidana dapat dibeda-bedakan dengan pembagian sebagai berikut:

1. Delik atau tindak pidana kejahatan dan pelanggaran (misdrijven en

overtredingen).64

Penggolongan jenis-jenis delik di dalam KUHP, terdiri atas kejahatan

(misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen). Penggolongan untuk kejahatan

60

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 1990, hlm.

38. 61

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung PT

Eresco, 1986, hlm. 55. 62

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 54. 63

R. Tresna, Azas-Azas Hukum Pidana Disertai Pembahasan Beberapa

Perbuatan Pidana Yang Penting, Jakarta: PT Tiara, tth, hlm. 27 64

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994,

hlm. 96.

Page 53: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

disusun di dalam Buku II KUHP dan pelanggaran disusun di dalam Buku III

KUHP. Undang-undang hanya memberikan penggolongan kejahatan dan

pelanggaran, akan tetapi tidak memberikan arti yang jelas. Risalah penjelasan

undang-undang (Mvt) yang terdapat di negeri Belanda membuat ukuran

kejahatan dan pelanggaran itu atas dasar teoritis bahwa kejahatan adalah

"rechtdelicten", sedangkan pelanggaran adalah "wetsdelicten." Ilmu

pengetahuan kemudian menjelaskan bahwa rechtsdelicten merupakan

perbuatan dalam keinsyafan batin manusia yang dirasakan sebagai perbuatan

tidak adil dan di samping itu juga sebagai perbuatan tidak adil menurut

undang-undang, sedangkan wetsdelicten merupakan perbuatan yang menurut

keinsyafan batin manusia tidak dirasakan sebagai perbuatan tidak adil, tetapi

baru dirasakan sebagai perbuatan terlarang karena undang-undang

mengancam dengan pidana.65

Andaikata belum dilarang oleh Undang-undang, akan tetapi oleh masyarakat

telah dirasakan sebagai suatu perbuatan yang "onrecht" maka di situ terdapat

rechtdelicten sebagai kejahatan, misalnya pembunuhan, pencurian, dan lain

sebagainya. Sebaliknya bagi perbuatan yang oleh karena dilarang dan

diancam dengan pidana menurut ketentuan undang-undang itu, barulah

perbuatan itu bertentangan dengan "wet", karena masyarakat sebelumnya

tidak menganggap demikian, misalnya larangan dengan rambu-rambu lalu

65

Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia

Indonesia, 1983, hlm. 95

Page 54: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

lintas, peraturan lalu lintas untuk memakai jalan di jalur sebelah kiri bagi

pengendara dan lain sebagainya.66

2. Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formil

(formeel delicten) dan tindak pidana materiil (materieel delicten);

3. Berdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak pidana sengaja

(doleus delicten) dan tindak pidana tidak dengan sengaja (culpose

delicten);

4. Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak pidana

aktif/positif dapat juga disebut tindak pidana komisi (delicta

commissionis) dan tindak pidana pasif/negatif, disebut juga tindak pidana

omisi (delicta omissionis);

5. Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, maka dapat dibedakan

antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam

waktu lama atau berlangsung lama/berlangsung terus;

6. Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan

tindak pidana khusus;

7. Dilihat dari sudut subjek hukumnya, dapat dibedakan antara tindak pidana

communia (delicta communia, yang dapat dilakukan oleh siapa saja), dan

66

Ibid., hlm. 96.

Page 55: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

tindak pidana propria (dapat dilakukan hanya oleh orang memiliki

kualitas pribadi tertentu);

8. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan, maka

dibedakan antara tindak pidana biasa (gewone delicten) dan tindak pidana

aduan (klacht delicten);

9. Berdasarkan berat-ringannya pidana yang diancamkan, maka dapat

dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok (eenvoudige delicten),

tindak pidana yang diperberat (gequalificeerde delicten) dan tindak

pidana yang diperingan (gepriviligieerde delicten);

10. Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka tindak pidana

tidak terbatas macamnya bergantung dari kepentingan hukum yang

dilindungi, seperti tindak pidana terhadap nyawa dan tubuh, terhadap

harta benda, tindak pidana pemalsuan, tindak pidana terhadap nama baik,

terhadap kesusilaan dan lain sebagainya;

11. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan, dibedakan

antara tindak pidana tunggal (enkelvoudige delicten) dan tindak pidana

berangkai (samengestelde delicten);67

Delik formil itu adalah delik yang perumusannya dititik beratkan kepada

perbuatan yang dilarang. Delik tersebut telah selesai dengan dilakukannya

67

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, op.cit., hlm. 121

Page 56: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

perbuatan seperti tercantum dalam rumusan delik. Misal : penghasutan (Pasal

160 KUHP), dimuka umum menyatakan perasaan kebencian, permusuhan

atau penghinaan terhadap kepada satu atau lebih golongan rakyat di Indonesia

(Pasal 156 KUHP); penyuapan (Pasal 209, 210 KUHP); sumpah palsu (Pasal

242 KUHP); pemalsuan surat (Pasal 263 KUHP); pencurian (Pasal 362

KUHP). Delik materiil itu adalah delik yang perumusannya dititik beratkan

kepada akibat yang tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini baru selesai

apabila akibat yang tidak dikehendaki itu telah terjadi. Kalau belum, maka

paling banyak hanya ada percobaan. Misal : pembakaran (Pasal 187 KUHP),

penipuan (Pasal 378 KUHP), pembunuhan (Pasal 338 KUHP). Batas antara

delik formil dan delik materiil tidak tajam misalnya Pasal 362.

Delik omissionis dan delik comnussionis peromissionem commissa. Delik

commissionis: delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan, ialah berbuat

sesuatu yang dilarang, pencurian, penggelapan. penipuan. Delik omissionis:

delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah, ialah tidak melakukan

sesuatu yang diperintahkan yang diharuskan, misal: tidak menghadap sebagai

saksi di muka pengadilan (Pasal 22 KUHP), tidak menolong orang yang

memerlukan pertolongan (Pasal 531).

Delik commissionis per omissionen commissa: delik yang berupa pelanggaran

larangan (dus delik commissionis, akan tetapi dapat dilakukan dengan cara

tidak berbuat. Misal : seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak

Page 57: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

memberi air susu (Pasal 338, 340 KUHP), seorang penjaga wissel yang

menyebabkan kecelakaan kereta api dengan sengaja tidak memindahkan

wissel (Pasal 194 KUHP).

Delik dolus dan delik culpa (doleuse en culpose delicten). Delik dolus; delik

yang memuat unsur kesengajaan. misal: Pasal-Pasal 187, 197, 245,

263,310,338 KUHP. Delik culpa : delik yang memuat kealpaan sebagai salah

satu unsur misal : Pasal-Pasal 195, 197, 201, 203, 231 ayat 4 dan Pasal 359,

360 KUHP. Delik tunggal dan delik berganda (enkelvoudige en

samengestelde delicten). Delik tunggal : delik yang cukup dilakukan dengan

perbuatan satu kali. Delik berganda : delik yang bani merupakan delik,

apabila dilakukan beberapa kali perbuatan, misal : Pasal 481 (penadahan

sebagai kebiasaan).68

Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung terus

(voordurende en niet voortdurende/aflopende delicten). Delik yang

berlangsung terus : delik yang mempunyai ciri, bahwa keadaan terlarang itu

berlangsung terus, misal; merampas kemerdekaan seseorang (Pasal 333

KUHP). Delik aduan dan, bukan delik aduan : (klachtdelicten en niet klacht

delicten). Delik aduan : delik yang penuntutannya hanya dilakukan apabila

ada pengaduan dari pihak yang terkena (gelaedeerde partij). Misal

penghinaan (Pasal 310 dst. yo. 319 KUHP), perzinahan (Pasal 284 KUHP),

68

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990, hlm. 57

Page 58: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

chantage (pemerasan dengan ancaman pencemaran, Pasal 335 ayat 1 sub 2

KUHP yo. ayat 2). Delik aduan dibedakan menurut sifatnya sebagai: delik

aduan yang absolut, ialah mis: Pasal 284, 310, 332. Delik.-delik ini menurut

sifatnya hanya dapat dituntut berdasar kan pengaduan. Delik aduan yang

relatif ialah mis. : Pasal 367. Disebut relatif, karena dalam delik-delik ini ada

hubungan istimewa antara si pembuat dan orang yang terkena.

Perlu dibedakan antara aduan dan gugatan dan laporan. Gugatan dipakai

dalam acara perdata, misal. : A menggugat B di muka Pengadilan, karena B

tidak membayar hutangnya kepada A Laporan hanya pemberitahuan belaka

tentang adanya sesuatu tindak pidana kepada polisi atau Jaksa.

Delik sederhana dan delik yang ada pemberatannya (eenvoudige dan

gequalificeerde delicten). Delik yang ada pemberatannya, misal. :

penganiayaan yang menyebabkan luka berat atau matinya orang (Pasal 351

ayat 2, 3 KUHP), pencurian pada waktu malam hari dsb. (Pasal 363). Ada

delik yang ancaman pidananya diperingan karena dilakukan dalam keadaan

tertentu, misal. : pembunuhan kanak-kanak (Pasal 341 KUHP) Delik ini

disebut "geprivilegeerd delict". Delik sederhana; misal. : penganiayaan (Pasal

351 KUHP), pencurian (Pasal 362 KUHP).69

3. Hukuman dalam Hukum Positif

69

Ibid., hlm. 58.

Page 59: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Terdapat berbagai teori yang membahas alasan-alasan yang membenarkan

(justification) penjatuhan hukuman (sanksi). Di antaranya adalah teori absolut

dan teori relatif.

1. Teori Absolut (Vergeldingstheorie)

Menurut teori ini, hukuman itu dijatuhkan sebagai pembalasan

terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang

mengakibatkan kesengsaraan terhadap orang lain atau anggota masyarakat.

2. Teori Relatif (Doeltheorie)

Teori ini dilandasi oleh tujuan (doel) sebagai berikut.

a. Menjerakan

Dengan penjatuhan hukuman, diharapkan si pelaku atau terpidana

menjadi jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya {speciale

preventie) serta masyarakat umum mengetahui bahwa jika melakukan

perbuatan sebagaimana dilakukan terpidana, mereka akan mengalami

hukuman yang serupa (generale preventie).70

b. Memperbaiki pribadi terpidana

Berdasarkan perlakuan dan pendidikan yang diberikan selama

menjalani hukuman, terpidana merasa menyesal sehingga ia tidak akan

70

Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar

Grafika, 2008, hlm. 4

Page 60: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

mengulangi perbuatannya dan kembali kepada masyarakat sebagai

orang yang baik dan berguna,

c. Membinasakan atau membuat terpidana tidak berdaya.

Membinasakan berarti menjatuhkan hukuman mati, sedangkan

membuat terpidana tidak berdaya dilakukan dengan menjatuhkan

hukuman seumur hidup.

Akhir-akhir ini, banyak yang tidak setuju dengan adanya hukuman mati.

Mereka mengajukan pendapat bahwa hanya Allah yang berhak mencabut

nyawa orang dan agar hukuman mati dihapuskan. Pendapat tersebut bukan

tanpa resiko. Misalnya di Sulawesi Selatan (Bugis); jika seseorang

keluarganya dibunuh, semua keluarga besar berkewajiban untuk

membalaskannya. Pembalasan yang dimaksud adalah dengan membunuh si

pembunuh. Demikianlah, tindak pidana pembunuhan akan sangat sulit

dihindarkan jika orang yang mau melakukan pembunuhan mengetahui bahwa

ia tidak akan dihukum mati. Kecermatan dengan akal jernih diperlukan untuk

mempertimbangkan penghapusan hukuman mati.

Tujuan penjatuhan hukuman dalam hukum pidana adalah untuk melindungi

dan memelihara ketertiban hukum guna mempertahankan keamanan dan

ketertiban masyarakat sebagai satu kesatuan (for the public as a whole).

Hukum pidana tidak hanya melihat penderitaan korban atau penderitaan

Page 61: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

terpidana (not only for the person injured), tetapi melihat ketenteraman

masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh.71

Sistem hukuman yang tercantum dalam Pasal 10 KUHP menyatakan bahwa

hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana terdiri

dari :

a. Hukuman Pokok (hoofdstraffen).

1). Hukuman mati.

2). Hukuman penjara.

3). Hukuman kurungan.

4). Hukuman denda.

5). Pidana tutupan (berdasarkan Undang-undang RI No. 20 Tahun 1946

Berita Negara RI tahun kedua No. 24 tanggal 1 dan 15 November

1946)

b. Hukuman Tambahan (bijkomende straffen)

1). Pencabutan beberapa hak tertentu.

2). Perampasan barang-barang tertentu.

3). Pengumuman putusan Hakim.72

71

Ibid., hlm. 4.

Page 62: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dalam bahasa Indonesia, hukuman diartikan sebagai "siksa dan sebagainya",

atau "keputusan yang dijatuhkan oleh hakim".73

Pengertian yang

dikemukakan oleh Anton M. Moeliono dan kawan-kawan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut sudah mendekati pengertian

menurut istilah, bahkan mungkin itu sudah merupakan pengertian menurut

istilah yang nanti akan dijelaskan selanjutnya dalam skripsi ini.

Dalam hukum positif di Indonesia, istilah hukuman hampir sama dengan

pidana. Walaupun sebenarnya seperti apa yang dikatakan oleh Wirjono

Projodikoro, kata hukuman sebagai istilah tidak dapat menggantikan kata

pidana, oleh karena ada istilah hukuman pidana dan hukuman perdata seperti

misalnya ganti kerugian ...,74

Sedangkan menurut Mulyatno, sebagaimana

dikutip oleh Mustafa Abdullah, istilah pidana lebih tepat daripada hukuman

sebagai terjemahan kata straf. Karena, kalau straf diterjemahkan dengan

hukuman maka straf recht harus diterjemahkan hukum hukuman.75

Menurut Sudarto seperti yang dikutip oleh Mustafa Abdullah dan Ruben

Ahmad, pengertian pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan

kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

72

Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Jakarta: Pradnya

Paramita, 1993, hlm. 34.

73 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN

Balai Pustaka, 1976, hlm. 364. 74

Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: PT.

Eresco, 1981, hlm. 1. 75

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, hlm.

1 – 12.

Page 63: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

tertentu. Sedangkan menurut Roeslan Saleh yang juga dikutip oleh Mustafa

Abdullah, pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang

dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik itu.76

Wirjono

Prodjodikoro mengemukakan bahwa pidana berarti hal yang dipidanakan,

yaitu yang oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum

sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari

dilimpahkan.77

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat diambil intisari

bahwa hukuman atau pidana adalah suatu penderitaan atau nestapa, atau

akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.

76

Ibid., hlm. 48. 77

Wirjono Projodikoro, loc.,cit.

Page 64: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

BAB III

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF

A. Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Islam

1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Islam

Pembunuhan secara etimologi, merupakan bentuk masdar , dari

fi‟il madhi yang artinya membunuh.78

Adapun secara terminologi,

sebagaimana dikemukakan oleh Wahbah az-Zuhaili, pembunuhan

didefinisikan sebagai suatu perbuatan mematikan; atau perbuatan seseorang

yang dapat menghancurkan bangunan kemanusiaan.79

Sedangkan menurut

Abdul Qadir „Audah, pembunuhan didefinisikan sebagai suatu tindakan

seseorang untuk menghilangkan nyawa; menghilangkan ruh atau jiwa orang

lain.80

Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan termasuk ke dalam jarimah

qisas (tindakan pidana yang bersanksikan hukum qisas), yaitu tindakan

78

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, cet. ke-1, (Yogyakarta: Pustaka

Progresif, 1992), hlm. 172. 79

Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, cet. ke-3 ( Damaskus:

Dar al-Fikr, 1989 ), VI: 217. 80

Abdul Qadir „Audah, at-Tasyri‟i al-Jina‟i al-Islami ( Beirut: Dar al-Kitab

al-„Arabi, t.t.), II : 6.

Page 65: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

kejahatan yang membuat jiwa atau bukan jiwa menderita musibah dalam

bentuk hilangnya nyawa, atau terpotong organ tubuhnya.81

2. Klasifikasi Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Islam

Pada dasarnya delik pembunuhan terklasifikasi menjadi dua golongan,

yaitu:

a. Pembunuhan yang diharamkan; setiap pembunuhan karena ada unsur

permusuhan dan penganiayaan

b. Pembunuhan yang dibenarkan; setiap pembunuhan yang tidak

dilatarbelakangi oleh permusuhan, misalnya pembunuhan yang dilakukan

oleh algojo dalam melaksanakan hukuman qisas.82

Adapun secara spesifik mayoritas ulama berpendapat bahwa tindak

pidana pembunuhan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Pembunuhan sengaja (qatl al-„amd)

Yaitu menyengaja suatu pembunuhan karena adanya permusuhan

terhadap orang lain dengan menggunakan alat yang pada umumnya

mematikan, melukai, atau benda-benda yang berat, secara langsung atau

tidak langsung (sebagai akibat dari suatu perbuatan), seperti menggunakan

besi, pedang, kayu besar, suntikan pada organ tubuh yang vital maupun

tidak vital (paha dan pantat) yang jika terkena jarum menjadi bengkak dan

81

Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, cet. ke-2 ( Kairo: Dar ad-Diyan li at-Turas,

1990 ), II : 263. 82

Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh,VI : 220.

Page 66: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

sakit terus menerus sampai mati, atau dengan memotong jari-jari

seseorang sehingga menjadi luka dan membawa pada kematian

2. Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-„amd)

Yaitu menyengaja suatu perbuatan aniaya terhadap orang lain,

dengan alat yang pada umumnya tidak mematikan, seperti memukul

dengan batu kecil, tangan, cemeti, atau tongkat yang ringan, dan antara

pukulan yang satu dengan yang lainnya tidak saling membantu,

pukulannya bukan pada tempat yang vital (mematikan), yang dipukul

bukan anak kecil atau orang yang lemah, cuacanya tidak terlalu

panas/dingin yang dapat mempercepat kematian, sakitnya tidak berat dan

menahun sehingga membawa pada kematian, jika tidak terjadi kematian,

maka tidak dinamakan qatl al-„amd, karena umumnya keadaan seperti itu

dapat mematikan

3. Pembunuhan Karena Kesalahan (qatl al-khata‟)

Yaitu pembunuhan yang terjadi dengan tanpa adanya maksud

penganiayaan, baik dilihat dari perbuatan maupun orangnya. Misalnya

Page 67: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

seseorang melempari pohon atau binatang tetapi mengenai manusia (orang

lain), kemudian mati.83

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud pembunuhan

sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang mukallaf

kepada orang lain yang darahnya terlindungi, dengan memakai alat yang

pada umumnya dapat menyebabkan mati.84

Menurut Abdul Qadir „Audah,

pembunuhan sengaja adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain

yang disertai dengan niat membunuh, artinya bahwa seseorang dapat

dikatakan sebagai pembunuh jika orang itu mempunyai kesempurnaan

untuk melakukan pembunuhan. Jika seseorang tidak bermaksud

membunuh, semata-mata hanya menyengaja menyiksa, maka tidak

dinamakan dengan pembunuhan sengaja, walaupun pada akhirnya orang

itu mati. Hal ini sama dengan pukulan yang menyebabkan mati (masuk

dalam katagori syibh „amd).85

Mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dikatagorikan sebagai

tindak pidana pembunuhan yaitu86

:

a. Pembunuhan dengan muhaddad, yaitu seperti alat yang tajam, melukai,

dan menusuk badan yang dapat mencabik-cabik anggota badan.

83

Ibn Qudamah, al-Mugni, cet. ke-1 (Riyad: Maktabah ar-Riyad al-Hadisah,

t.t.) VIII : 636-640, lihat juga Haliman, Hukum Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus

Sunnah, cet.1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1972 ), hlm. 152-153. 84

Sayyid Sabiq, Fiqh., II : 435. 85

Abdul Qadir „Audah, at-Tasyri‟i., II : 10. 86

Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, cet. ke-2 ( Beirut:

Dar al-Fikr, 1981 ) II : 232.

Page 68: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

b. Pembunuhan dengan musaqqal, yaitu alat yang tidak tajam, seperti

tongkat dan batu. Mengenai alat ini fuqaha berbeda pendapat apakah

termasuk pembunuhan sengaja yang mewajibkan qisas atau syibh „amd

yang sengaja mewajibkan diyat.

c. Pembunuhan secara langsung, yaitu pelaku melakukan suatu perbuatan

yang menyebabkan matinya orang lain secara langsung (tanpa

perantaraan), seperti menyembelih dengan pisau, menembak dengan

pistol, dan lain-lain.

d. Pembunuhan secara tidak langsung (dengan melakukan sebab-sebab yang

dapat mematikan). Artinya dengan melakukan suatu perbuatan yang pada

hakikatnya (zatnya) tidak mematikan tetapi dapat menjadikan perantara

atau sebab kematian.

Adapun sebab-sebab yang mematikan itu ada tiga macam,87

yaitu :

1) Sebab Hissiy (perasaan/psikis) seperti paksaan untuk membunuh.

2) Sebab Syar‟iy, seperti persaksian palsu yang membuat terdakwa

terbunuh, keputusan hakim untuk membuat seseorang yang diadilinya

dengan kebohongan atau kelicikan (bukan karena keadilan) untuk

menganiaya secara sengaja.

87

Muhammad Ibnu Ahmad al-Khatib asy-Syarbaini, Mugni al-Muhtaj ( Mesir:

Mustafa al-Bab al-Halabi wa Aulad, 1958), IV : 6.

Page 69: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

3) Sebab „Urfiy, seperti menyuguhkan makanan beracun terhadap orang

lain yang sedang makan atau menggali sumur dan menutupinya

sehingga ada orang terperosok dan mati.

e. Pembunuhan dengan cara menjatuhkan ke tempat yang membinasakan,

seperti dengan melemparkan atau memasukkan ke kandang srigala,

harimau, ular dan lain sebagainya.

f. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan dan membakar.

g. Pembunuhan dengan cara mencekik.

h. Pembunuhan dengan cara meninggalkan atau menahannya tanpa

memberinya makanan dan minuman.

i. Pembunuhan dengan cara menakut-nakuti atau mengintimidasi.

Pembunuhan tidak hanya terjadi dengan suatu perbuatan fisik, karena

terjadi juga melalui perbuatan ma‟nawi yang berpengaruh pada psikis

seseorang, seperti menakut-nakti, mengintimidasi dan lain sebagainya.

Dalam syari‟at Islam, pembunuhan diatur di dalam al-Qur‟an maupun

dalam al-Hadis. Firman Allah Swt. dalam al-Qur‟an:

Page 70: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Artinya: "Dan tidak layak bagi seorang mu'min membunuh seorang mu'min,

kecuali karena tersalah, dan barangsiapa membunuh seorang mu'min

karena tersalah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman

serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya, kecuali jika

mereka bersedekah. Jika ia dari kaum yang ada perjanjian antara

mereka dengan kamu, maka membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia berpuasa

dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan

adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. an-Nisa

ayat 92).

Juga firman Allah SWT;

Artinya: "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja

maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah

murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang

besar baginya" (QS. an-Nisa ayat 93)

Kemudian pada hadis Rasul yang berbunyi,

Page 71: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

88

Artinya; "Telah mengabarkan kepada kami dari Abu Bakr bin Abu Ayaibah

dari Hafs bin Giyas dan Abu Muawiyah dan Waki' dari al-A'masy

dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah berkata: telah

bersabda Rasulullah saw.: Tidak halal darah seorang muslim yang

bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya

saya Rasulullah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara: (1)

duda yang berzina (zina muhshan), (2) membunuh jiwa, dan (3)

orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari

jama'ah". (HR. Muslim).

3. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Islam

Sebagaimana telah diutarakan bahwa pembunuhan dibagi kepada tiga

bagian, yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, dan

pembunuhan karena kesalahan :

a. Hukuman Untuk Pembunuhan Sengaja

Pembunuhan sengaja dalam syariat Islam diancam dengan beberapa

macam hukuman, sebagian merupakan hukuman pokok dan pengganti, dan

sebagian lagi merupakan hukuman tambahan. Hukuman pokok untuk

pembunuhan sengaja adalah qisâs dan kifarat, sedangkan penggantinya adalah

diat dan ta'zir. Adapun hukuman tambahannya adalah penghapusan hak waris

dan hak wasiat.

88

Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahîh

Muslim, Juz. III, Mesir: Tijariah Kubra, tth. hlm. 106.

Page 72: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisâs

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka

dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan

wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari

saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara

yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat)

kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang

demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu

rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, baginya

siksa yang sangat pedih". (QS. Al-Baqarah: 178).89

(1) Hukuman Qisâs

Dalam al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâz Al-Qur'ân al-Karîm, kata qisâs

disebutkan dalam dua surat sebanyak empat ayat yaitu al-Baqarah ayat 178,

179, 194; dan dalam surat al-Ma'idah ayat 45.90

Secara harfiah, kata qisâs

dalam Kamus Al-Munawwir diartikan pidana qisâs.91

Pengertian tersebut

digunakan untuk arti hukuman, karena orang yang berhak atas qisâs

mengikuti dan menelusuri jejak tindak pidana dari pelaku. Qisâs juga

89

Ibid., hlm. 70. 90

Muhammad Fuâd Abdul Bâqy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâz Al-Qur'ân

al-Karîm, Beirut: Dâr al-Fikr, 1981, hlm. 546. 91

Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia

Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, hlm. 1126.

Page 73: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

diartikan: , yaitu keseimbangan dan kesepadanan.92

Dari pengertian

inilah kemudian diambil pengertian menurut istilah.

Secara terminologis sangat banyak pengertian kata qisâs di antaranya

sebagai berikut:

1. Menurut Abdur Rahman I.Doi,

"Qisâs merupakan hukum balas dengan hukuman yang setimpal bagi

pembunuhan yang dilakukan. Hukuman pada si pembunuh sama dengan

tindakan yang dilakukan itu, yaitu nyawanya sendiri harus direnggut

persis seperti dia mencabut nyawa korbannya. Kendatipun demikian,

tidak harus berarti bahwa dia juga harus dibunuh dengan senjata yang

sama".93

2. Menurut Abdul Malik, qisâs berarti memberlakukan seseorang

sebagaimana orang itu memperlakukan orang lain.94

3. Menurut HMK. Bakri, qisâs adalah hukum bunuh terhadap barang siapa

yang membunuh dengan sengaja yang mempunyai rencana lebih dahulu.

Dengan perkataan yang lebih umum, dinyatakan pembalasan yang serupa

dengan pelanggaran.95

92

Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz VI, Damaskus: Dar al-

Fikr, 1989, hlm. 261. 93

A.Rahman I Doi, Hudud dan Kewarisan, Terj. Zaimuddin dan Rusydi

Sulaiman, Jakarta: Srigunting, 1996, hlm. 27. 94

Abdul Malik dalam Muhammad Amin Suma, et. al, Pidana Islam di

Indonesia Peluang, Prospek dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, hlm. 90 95

HMK. Bakri, Hukum Pidana dalam Islam, Solo: Romadhani, t.th, hlm. 12

Page 74: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

4. Menurut Haliman, hukum qisâs ialah akibat yang sama yang dikenakan

kepada orang yang menghilangkan jiwa atau melukai atau menghilangkan

anggota badan orang lain seperti apa yang telah diperbuatnya.96

5. Menurut Ahmad Hanafi, pengertian qisâs ialah agar pembuat jarimah

dijatuhi hukuman (dibalas) setimpal dengan perbuatannya, jadi dibunuh

kalau ia membunuh, atau dianiaya kalau ia menganiaya.97

Berdasarkan beberapa rumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

qisâs adalah memberikan perlakuan yang sama kepada terpidana sesuai

dengan tindak pidana yang dilakukannya.

Al-Qur'an telah banyak menjelaskan tentang hukum-hukum pidana

berkenaan dengan masalah-masalah kejahatan. Secara umum hukum pidana

atas kejahatan yang menimpa seseorang adalah dalam bentuk qisâs yang

didasarkan atas persamaan antara kejahatan dan hukuman. Di antara jenis-

jenis hukum qisâs yang disebutkan dalam al-Qur'an ialah; qisâs pembunuh,

qisâs anggota badan dan qisâs dari luka. Semua kejahatan yang menimpa

seseorang, hukumannya dianalogikan dengan qisâs yakni didasarkan atas

persamaan antara hukuman dengan kejahatan, karena hal itu adalah tujuan

pokok dari pelaksanaan hukum qisâs.

Qisâs terbagi menjadi 2 macam yaitu;

96

Haliman, Hukum Pidana Syari'at Islam Menurut Ajaran Ahlus Sunnah,

Jakarta: Bulan Bintang, 1971, hlm. 275. 97

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1990, hlm. 279.

Page 75: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

1. Qisâs shurah, di mana hukuman yang dijatuhkan kepada seseorang itu sejenis

dengan kejahatan yang dilakukan.

2. Qisâs ma'na, di mana hukuman yang dijatuhkan kepada seseorang itu cukup

dengan membayar diyat.98

Apa yang telah dijelaskan di atas, adalah hukuman kejahatan yang

menimpa seseorang. Adapun kejahatan yang menimpa sekelompok manusia, atau

kesalahan yang menyangkut hak Allah, maka al-Qur'an telah menetapkan

hukuman yang paling berat, sehingga para hakim tidak diperbolehkan

menganalogikan kejahatan ini dengan hukuman yang lebih ringan. Inilah

pemikiran perundang-undangan yang paling tinggi, di mana Allah menetapkan

hukuman yang berat dan melarang untuk dipraktekkan dengan lebih ringan.

Hukuman yang telah ditetapkan al-Qur'an tersebut disebut dengan al-hudûd

(jamak dari hadd) yang jenisnya banyak sekali, di antaranya ialah; had zina, had

pencurian, had penyamun, had menuduh seseorang berbuat zina dan sebagainya.99

Dalam menetapkan hukum-hukum pidana, al-Qur'an senantiasa

memperhatikan empat hal di bawah ini;

1. Melindungi jiwa, akal, agama, harta benda dan keturunan.

Oleh karena itu, Allah menjelaskan bahwa qisâs itu dapat menjamin

kehidupan yang sempurna, yang tidak dapat direalisasikan kecuali dengan

98

Muhammad Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, Terj. Saefullah Ma'shum, et al,

Ushul Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003, hlm. 135. 99

Ibid.

Page 76: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

melindungi jiwa, akal, agama, harta benda dan keturunan. Meskipun demikian,

dalam menjatuhkan hukuman perlu mentataati kaidah:

Artinya: "Hindarkanlah hukuman-hukuman karena adanya syubhat".100

Pada dasarnya setiap manusia terbebas dari tanggungan yang berupa

kewajiban melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sebaliknya bila seseorang

memiliki tanggungan, maka ia telah berada dalam posisi yang tidak sesuai

kondisi asal.101

Kaidah hukum menegaskan:

Artinya: "Bukti wajib diberikan oleh orang yang menuduh/menggugat dan

sumpah wajib diberikan oleh orang yang mengingkari".102

Konstruksi kaidah ini berasal dari hadis Nabi Saw., yang berbunyi:

100

Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqh ( al-Qowaidul Fiqhiyyah), cet 4, Jakarta:

Kalam Mulia, 2001, hlm. 63. 101

Abdul Haq, et al, Formulasi Nalar Fiqh, Buku Satu, Surabaya: Khalista, 2006,

hlm. 161. 102

Asjmuni A. Rahman, Kaidah-Kaidah Fiqih, Jakarta: Bulan Bintang, 2002, hlm. 57.

Page 77: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

103

Artinya: "Telah mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Sahl bin

'Askar al-'Abdadi dari Muhammad bin Yusuf dari Nafi' bin

Umar al-Jumahi dari Abdillah Ibnu Abi mulaikah dari Ibnu

Abbas: Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: mendatangkan

bukti wajib atas orang yang mendakwa, sedangkan sumpah

wajib atas orang yang didakwa". (HR. Tirmidzi).

2. Meredam kemarahan orang yang terluka, lantaran ia dilukai. Oleh karena itu,

ia harus disembuhkan dari lukanya, sehingga ahli waris orang yang dibunuh

mempunyai hak untuk mengqisâs orang yang membunuh. Sebagaimana

firman Allah SWT.:

Artinya: "Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami

telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah

ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya

adalah orang yang mendapat pertolongan". (QS. al-lsra : 33).104

Hal tersebut merupakan obat bagi masyarakat yang menjadi perhatian

hukum pidana modern, setelah beberapa lama tidak diperhatikan. Jika

kemarahan orang yang terluka tidak diperhatikan, maka kejahatan akan

menjadi berantai. Karena orang yang terluka atau ahli waris orang yang

103

Abu Isa Muhammad ibn Isa bin Surah at-Tirmizi, hadis No. 1263 dalam CD

program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software

Company) 104

Ibid., hlm. 228.

Page 78: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

terbunuh akan melampiaskan kemarahannya pada kejahatan yang lain,

lantaran kurangnya hukuman balas bagi orang yang melakukan kejahatan.105

3. Memberikan ganti rugi kepada orang yang terluka atau keluarganya, bila tidak

dilakukan qisâs dengan sempurna, lantaran ada suatu sebab.

4. Menyesuaikan hukuman dengan pelaku kejahatan. Yakni jika pelaku

kejahatan tersebut orang yang terhormat, maka hukumannya menjadi berat,

dan jika pelaku kejahatan tersebut orang rendahan, maka hukumannya

menjadi ringan. Karena nilai kejahatan akan menjadi besar bila dilakukan

oleh orang yang status sosialnya rendah. Oleh karena itu, al-Qur'an

menjatuhkan hukuman kepada budak separo dari hukuman orang yang

merdeka.106

Sebagaimana firman Allah SWT. :

Artinya: "Dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian

mereka mengerjakan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka

separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang

bersuami". (QS. an-Nisa" : 25).107

(2) Hukuman Kifarat

Di atas telah dikemukakan bahwa hukuman kifarat, sebagai hukuman

pokok untuk tindak pidana pembunuhan sengaja, merupakan hukuman yang

105

Muhammad Abu Zahrah, op.cit., hlm. 135 106

Ibid., hlm. 136. 107

Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, op.cit., hlm. 118.

Page 79: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut jumhur fuqaha yang terdiri dari

Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah dalam salah satu riwayatnya, hukuman

kifarat tidak wajib dilaksanakan dalam pembunuhan sengaja. Hal ini karena

kifarat merupakan hukuman yang telah ditetapkan oleh syara' untuk

pembunuhan karena kesalahan sehingga tidak dapat disamakan dengan

pembunuhan sengaja. Di samping itu, pembunuhan sengaja balasannya nanti

di akhirat adalah neraka Jahanam, karena ia merupakan dosa besar. Namun

demikian, di dalam Al-Qur'an tidak disebut-sebut adanya hukuman kifarat

untuk pembunuhan sengaja. Hal ini menunjukkan bahwa memang tidak ada

hukuman kifarat untuk pembunuhan sengaja. Andaikata kifarat itu wajib

dilaksanakan untuk pembunuhan sengaja maka Al-Qur'an pasti akan

menyebutkannya.108

(3) Hukuman Diat

Hukuman qisâs dan kifarat untuk pembunuhan sengaja merupakan

hukuman pokok. Apabila kedua hukuman tersebut tidak bisa dilaksanakan,

karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh syara' maka hukuman penggantinya

adalah hukuman diat untuk qisâs dan puasa untuk kifarat.

(4) Hukuman Ta'zir

Hukuman pengganti yang kedua untuk pembunuhan sengaja adalah

ta'zir, Hanya saja apakah hukuman ta'zir ini wajib dilaksanakan atau tidak,

108

Abdurrrahmân al-Jazirî, Kitab al-Fiqh „alâ al-Mazâhib al-Arba‟ah, Juz V, Beirut: Dâr al-

Fikr, 1972, hlm. 254-255.

Page 80: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

masih diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut Malikiyah, apabila pelaku

tidak diqishash, ia wajib dikenakan hukum ta'zir, yaitu didera seratus kali dan

diasingkan selama satu tahun. Alasannya adalah atsar yang dhaif dari Umar.

Sedangkan menurut jumhur ulama, hukuman ta'zir tidak wajib dilaksanakan,

melainkan diserahkan kepada hakim untuk memutuskannya. Dalam hal ini

hakim diberi kebebasan untuk memilih mana yang lebih maslahat, setelah

mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan tindak pidana

yang dilakukan oleh pelaku.

(5) Hukuman Tambahan

Di samping hukuman pokok atau pengganti, terdapat pula hukuman

tambahan untuk pembunuhan sengaja, yaitu penghapusan hak waris dan

wasiat.

b. Hukuman Untuk Pembunuhan Menyerupai Sengaja

Pembunuhan menyerupai sengaja dalam hukum Islam diancam dengan

beberapa hukuman, sebagian hukuman pokok dan pengganti, dan sebagian

lagi hukuman tambahan. Hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan

menyerupai sengaja ada dua macam, yaitu diat dan kifarat. Sedangkan

hukuman pengganti yaitu ta'zir. Hukuman tambahan yaitu-pencabutan hak

waris dan wasiat.

c. Hukuman Untuk Pembunuhan karena Kesalahan

Pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana telah dijelaskan adalah

suatu pembunuhan di mana pelaku sama sekali tidak berniat melakukan

Page 81: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

pemukulan apalagi pembunuhan, tetapi pembunuhan tersebut terjadi karena

kelalaian atau kurang hati-hatinya pelaku. Hukuman untuk pembunuhan

karena kesalahan ini sama dengan hukuman untuk pembunuhan menyerupai

sengaja, yaitu

1. Hukuman pokok: diat dan kifarat;

2. Hukuman tambahan: penghapusan hak waris dan wasiat.

B. Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Positif

1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Positif

Pembunuhan dalam bahasa Belanda disebut doodslag, Inggris,

menslaughter, Jerman, totcshlag.109

Kamus Besar Bahasa Indonesia

mengartikan pembunuhan yaitu adalah proses, cara, perbuatan membunuh.110

Sedangkan dalam istilah KUHP, pembunuhan adalah kesengajaan

menghilangkan nyawa orang lain. Untuk menghilangkan nyawa orang lain itu

seorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang

berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa opzet (unsur

kesengajaan) dari pelakunya itu harus ditujukan pada "akibat" berupa

meninggalnya orang lain tersebut.111

109

Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di Dalam KUHP,

Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. Xii. 110

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002,

hlm.179. 111

P.A.F. Lamintang, Delik-delik Khusus: Kejahatan terhadap Nyawa, Tubuh

dan Kesehatan Serta Kejahatan yang Membahayakan Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan,

Bandung: Bina Cipta, 1986, hlm. 1.

Page 82: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dengan demikian, yang tidak dikehendaki oleh undang-undang itu

sebenarnya ialah kesengajaan menimbulkan akibat meninggaklnya orang lain.

akibat yang dlarang atau yang tidak dikehendaki oleh undang-undang seperti

itu di dalam doktrin juga disebut sebagai constitutief gevold atau sebagai

akibat konstitutif. Oleh sebab itu, tindakan pidana pembunuhan merupakan

suatu "delik material" atau suatu materiel delict atau pun yang oleh van

Hamel disebut sebagai suatu delict met materiele omschrijving, yang artinya

delik yang dirumuskan secara material, yakni delik yang baru dianggap

sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang

dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh undang-undang sebagaimana

dimaksud di atas. Dengan demikian orang belum dapat berbicara tentang

terjadinya suatu tindak pidana pembunuhan, jika akibat berupa meninggalnya

orang lain itu sendiri belum timbul.112

Pembunuhan yang oleh Pasal 338 KUHP dirumuskan sebagai "dengan

sengaja menghilangkan nyawa orang", yang diancam dengan maksimum

hukuman lima belas tahun penjara. Menurut Wirjono Prodjodikoro, hal ini

adalah suatu perumusan secara "materiel" yaitu secara "mengakibatkan

sesuatu tertentu" tanpa menyebutkan wujud perbuatan dari tindak pidana.113

2. Klasifikasi Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Positif

112

Ibid., hlm. 1. 113

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia,

Bandung: PT Refika Aditama, 2002, hlm. 66.

Page 83: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dalam KUHP, ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang

ditujukan terhadap nyawa orang lain diatur dalam buku II bab XIX, yang

terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal 350.114

Kejahatan terhadap

nyawa orang lain terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

a. Pembunuhan Biasa (Pasal 338 KUHP)

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak

pidana dalam bentuk yang pokok, yaitu delik yang telah dirumuskan secara

lengkap dengan semua unsur-unsurnya.115

Adapun rumusan Pasal 338 KUHP adalah :

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena

pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.116

Sedangkan Pasal 340 KUHP menyatakan

Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas

nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana

(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.117

Dari ketentuan dalam Pasal tersebut, maka unsur-unsur dalam

pembunuhan biasa adalah sebagai berikut :

a. Unsur subyektif : perbuatan dengan sengaja

b. Unsur obyektif : perbuatan menghilangkan, nyawa, dan orang lain.

114

Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II) Jilid I,

Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1989, hlm. 88. 115

P.A.F. Lamintang, op.cit., hlm. 24. 116

Moeljatno, KUHP, hlm. 147. 117

Ibid.

Page 84: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

“Dengan sengaja” artinya bahwa perbuatan itu harus disengaja dan

kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja (opzet/dolus)

yang dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan sengaja yang telah

terbentuk tanpa direncanakan terlebih dahulu, sedangkan yang dimaksud

sengaja dalam Pasal 340 adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk

menghilangkan nyawa orang lain yang terbentuk dengan direncanakan

terlebih dahulu.118

Unsur obyektif yang pertama dari tindak pembunuhan, yaitu :

“menghilangkan”, unsur ini juga diliputi oleh kesengajaan; artinya pelaku

harus menghendaki, dengan sengaja, dilakukannya tindakan menghilangkan

tersebut, dan ia pun harus mengetahui, bahwa tindakannya itu bertujuan untuk

menghilangkan nyawa orang lain.119

Berkenaan dengan “nyawa orang lain” maksudnya adalah nyawa

orang lain dari si pembunuhan. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan

tidak menjadi soal, meskipun pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak/ibu

sendiri, termasuk juga pembunuhan yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP.

Dari pernyataan ini, maka undang-undang pidana Indinesia tidak

mengenal ketentuan yang menyatakan bahwa seorang pembunuh akan dikenai

sanksi yang lebih berat karena telah membunuh dengan sengaja orang yang

118

P.A.F. Lamintang, op.cit., hlm. 30-31. 119

Ibid., hlm. 31.

Page 85: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

mempunyai kedudukan tertentu atau mempunyai hubungan khusus dengan

pelaku.120

Berkenaan dengan unsur nyawa orang lain juga, melenyapkan nyawa

sendiri tidak termasuk perbuatan yang dapat dihukum, karena orang yang

bunuh diri dianggap orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat

dipertanggung jawabkan.121

b. Pembunuhan Dengan Pemberatan

Hal ini diatur Pasal 339 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :

Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan

yang dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu, jika

tertangkap tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya

daripada hukuman, atau supaya barang yang didapatkannya dengan

melawan hukum tetap ada dalam tangannya, dihukum dengan

hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-

lamanya dua puluh tahun.122

Perbedaan dengan pembunuhan Pasal 338 KUHP ialah : “diikuti,

disertai, atau didahului oleh kejahatan”. Kata “diikuti” dimaksudkan diikuti

kejahatan lain. Pembunuhan itu dimaksudkan untuk mempersiapkan

dilakukannya kejahatan lain. Misalnya:A hendak membunuh B; tetapi karena

B dikawal oleh P maka A lebih dahulu menembak P, baru kemudian

membunuh B.

120

Ibid., hlm. 35. 121

M. Sudradjat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP, cet.

ke-2, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), hlm. 122. 122

Moeljatno, KUHP., hlm.147.

Page 86: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Kata “disertai” dimaksudkan, disertai kejahatan lain; pembunuhan itu

dimaksudkan untuk mempermudah terlaksananya kejahatan lain itu. Misalnya

: C hendak membongkar sebuah bank. Karena bank tersebut ada penjaganya,

maka C lebih dahulu membunuh penjaganya.

Kata “didahului” dimaksudkan didahului kejahatan lainnya atau

menjamin agar pelaku kejahatan tetap dapat menguasai barang-barang yang

diperoleh dari kejahatan. Misalnya : D melarikan barang yang dirampok.

Untuk menyelamatkan barang yang dirampok tersebut, maka D menembak

polisi yang mengejarnya.123

Unsur-unsur dari tindak pidana dengan keadaan-keadaan yang

memberatkan dalam rumusan Pasal 339 KUHP itu adalah sebagai berikut :

a. Unsur subyektif : 1) dengan sengaja

2) dengan maksud

b. Unsur obyektif : 1) menghilangkan nyawa orang lain

2) diikuti, disertai, dan didahului dengan tindak pidana

lain

3) untuk menyiapkan/memudahkan pelaksanaan dari tindak

pidana yang akan, sedang atau telah dilakukan

4) untuk menjamin tidak dapat dipidananya diri sendiri

atau lainnya (peserta) dalam tindak pidana yang

bersangkutan

5) untuk dapat menjamin tetap dapat dikuasainya benda

yang telah diperoleh secara melawan hukum, dalam

ia/mereka kepergok pada waktu melaksanakan tindak

pidana.124

123

Leden Marpaung, Tindak Pidana., hlm. 30. 124

P.A.F. Lamintang, Delik-delik., hlm. 37.

Page 87: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Unsur subyektif yang kedua “dengan maksud” harus diartikan sebagai

maksud pribadi dari pelaku; yakni maksud untuk mencapai salah satu tujuan

itu (unsur obyektif), dan untuk dapat dipidanakannya pelaku, seperti

dirumuskan dalam Pasal 339 KUHP, maksud pribadi itu tidak perlu telah

terwujud/selesai, tetapi unsur ini harus didakwakan oleh Penuntut Umum dan

harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.

Sedang unsur obyektif yang kedua, “tindak pidana” dalam rumusan

Pasal 339 KUHP, maka termasuk pula dalam pengertiannya yaitu semua jenis

tindak pidana yang (oleh UU) telah ditetapkan sebagai pelanggaran-

pelanggaran dan bukan semata-mata jenis-jenis tindak pidana yang

diklasifikasikan dalam kejahatan-kejahatan. Sedang yang dimaksud dengan

“lain-lain peserta” adalah mereka yang disebutkan dalam Pasal 55 dan 56

KUHP, yakni mereka yang melakukan (pleger), yang menyuruh melakukan

(doenpleger), yang menggerakkan/membujuk mereka untuk melakukan tindak

pidana yang bersangkutan (uitlokker), dan mereka yang membantu/turut serta

melaksanakan tindak pidana tersebut (medepleger).125

Jika unsur-unsur subyektif atau obyektif yang menyebabkan

pembunuhan itu terbukti di Pengadilan, maka hal itu memberatkan tindak

pidana itu, sehingga ancaman hukumannya pun lebih berat dari pembunuhan

biasa, yaitu dengan hukuman seumur hidup atau selama-lamanya dua puluh

125

Ibid., hlm. 36. Lihat juga Chidir Ali, Responsi Hukum Pidana: Penyertaan

dan Gabungan Tindak Pidana, (Bandung: Armico, 1985), hlm.9.

Page 88: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

tahun. Dan jika unsur-unsur tersebut tidak dapat dibuktikan, maka dapat

memperingan atau bahkan menghilangkan hukuman.

c. Pembunuhan Berencana

Hal ini diatur oleh Pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas

nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana

(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.126

Pengertian “dengan rencana lebih dahulu” menurut M.v.T.

pembentukan Pasal 340 diutarakan, antara lain :

“dengan rencana lebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan

tenang dan berfikir dengan tenang. Untuk itu sudah cukup jika si

pelaku berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia akan

melakukan kejahatan sehingga ia menyadari apa yang dilakukannya.127

M.H. Tirtaamidjaja mengutarakan “direncanakan lebih dahulu” antara

lain sebagai : “bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya

untuk mempertimbangkan, untuk berfikir dengan tenang.”128

Sedangkan

Chidir Ali, menyebutkan: Yang dimaksud dengan direncanakan lebih dahulu,

adalah suatu saat untuk menimbang-nimbang dengan tenang, untuk

memikirkan dengan tenang. Selanjutnya juga bersalah melakukan

perbuatannya dengan hati tenang.129

126

Moeljatno, KUHP., hlm. 147. 127

Leden Marpaung, Tindak Pidana., hlm.31. 128

Tirtaamidjaja, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta: Fasco, 1955 129

Chidir Ali, Responsi., hlm. 74.

Page 89: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dari rumusan tersebut, maka unsur-unsur pembunuhan berencana

adalah sebagai berikut :

a. Unsur subyektif, yaitu dilakukan dengan sengaja dan direncanakan

terlebih dahulu

b. Unsur obyektif, yaitu menghilangkan nyawa orang lain.130

Jika unsur-unsur di atas telah terpenuhi, dan seorang pelaku sadar dan

sengaja akan timbulnya suatu akibat tetapi ia tidak membatalkan niatnya,

maka ia dapat dikenai Pasal 340 KUHP.

d. Pembunuhan Bayi oleh Ibunya (kinder-doodslag)

Hal ini diatur oleh Pasal 341 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada

ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan karena

takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak dihukum karena

pembunuhan anak dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh

tahun.131

Unsur pokok dalam Pasal 341 KUHP tersebut adalah bahwa seorang

ibu "dengan sengaja" merampas nyawa anaknya sendiri pada saat ia

melahirkan anaknya atau tidak berapa lama setelah anak dilahirkan.

Sedangkan unsur yang penting dalam rumusan Pasal tersebut adalah bahwa

perbuatannya si ibu harus didasarkan atas suatu alasan (motief), yaitu

didorong oleh perasaan takut akan diketahui atas kelahiran anaknya.132

130

P.A.F. Lamintang, Delik-delik., hlm. 44. 131

Moeljatno, KUHP., hlm.147. 132

Chidir Ali, Respons., hlm. 76.

Page 90: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Jadi Pasal ini hanya berlaku jika anak yang dibunuh oleh si ibu adalah

anak kandungnya sendiri bukan anak orang lain, dan juga pembunuhan

tersebut haruslah pada saat anak itu dilahirkan atau belum lama setelah

dilahirkan. Apabila anak yang dibunuh itu telah lama dilahirkan, maka

pembunuhan tersebut tidak termasuk dalam kinderdoodslag melainkan

pembunuhan biasa menurut Pasal 338 KUHP.

e. Pembunuhan Bayi Oleh Ibunya Secara Berencana (kinder-moord)

Hal ini diatur oleh Pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

Seorang ibu dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang

diambil sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan

melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada saat dilahirkan

atau tidak lama kemudian daripada itu dihukum karena membunuh

bayi secara berencana dengan hukuman penjara selama-lamanya

sembilan tahun.133

Pasal 342 KUHP dengan Pasal 341 KUHP bedanya adalah bahwa

Pasal 342 KUHP, telah direncanakan lebih dahulu, artinya sebelum

melahirkan bayi tersebut, telah dipikirkan dan telah ditentukan cara-cara

melakukan pembunuhan itu dan mempersiapkan alat-alatnya. Tetapi

pembunuhan bayi yang baru dilahirkan, tidak memerlukan peralatan khusus

sehingga sangat rumit untuk membedakannya dengan Pasal 341 KUHP

khususnya dalam pembuktian karena keputusan yang ditentukan hanya si ibu

tersebut yang mengetahuinya dan baru dapat dibuktikan jika si ibu tersebut

telah mempersiapkan alat-alatnya.

133

Moeljatno, KUHP., hlm.147-148.

Page 91: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

f. Pembunuhan Atas Permintaan Sendiri

Hal ini diatur oleh Pasal 344 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang lain

itu sendiri, yang disebutkan dengan nyata dan sungguh-sungguh,

dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.134

Pasal 344 KUHP ini membicarakan mengenai pembunuhan atas

permintaan dari yang bersangkutan. Unsur khususnya, yaitu permintaan yang

tegas dan sungguh/nyata, artinya jika orang yang minta dibunuh itu

permintaanya tidak secara tegas dan nyata, tapi hanya atas persetujuan saja,

maka dalam hal ini tidak ada pelanggaran atas Pasal 344, karena belum

memenuhi perumusan dari Pasal 344, akan tetapi memenuhi perumusan Pasal

338 (pembunuhan biasa).

Contoh dari pelaksanaan Pasal 344 KUHP adalah jika dalam sebuah

pendakian (ekspedisi), dimana kalau salah seorang anggotanya menderita sakit

parah sehingga ia tidak ada harapan untuk meneruskan pendakian mencapai

puncak gunung, sedangkan ia tidak suka membebani kawan-kawannya dalam

mencapai tujuan; di dalam hal ini mungkin ia minta dibunuh saja.

g. Penganjuran Agar Bunuh Diri

Hal ini diatur oleh Pasal 345 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang supaya membunuh diri,

atau menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberi ikhtiar

134

Ibid.

Page 92: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

kepadanya untuk itu, dihukum dengan hukuman penjara selama-

lamanya empat tahun, kalau jadi orangnya bunuh diri.135

Yang dilarang dalam Pasal tersebut, adalah dengan sengaja

menganjurkan atau memberi daya upaya kepada orang lain, untuk bunuh diri

dan kalau bunuh diri itu benar terjadi. Jadi seseorang dapat terlibat dalam

persoalan itu dan kemudian dihukum karena kesalahannya, apabila orang lain

menggerakkan atau membantu atau memberi daya upaya untuk bunuh diri;

dan baru dapat dipidana kalau nyatanya orang yang digerakkan dan lain

sebagainya itu membunuh diri dan mati karenanya.

Unsur “jika pembunuhan diri terjadi” merupakan “bijkomende voor-

waarde van strafbaarheid”, yaitu syarat tambahan yang harus dipenuhi agar

perbuatan yang terlarang/dilarang tadi dapat dipidana.136

h. Pengguguran Kandungan

Kata “pengguguran kandungan” adalah terjemahan dari kata “abortus

provocatus” yang dalam Kamus Kedokteran diterjemahkan dengan :

“membuat keguguran”. Pengguguran kandungan diatur dalam KUHP oleh

Pasal-Pasal 346, 347, 348, dan 349. Jika diamati Pasal-Pasal tersebut maka

akan dapat diketahui bahwa ada tiga unsur atau faktor pada kasus

pengguguran kandungan, yaitu ;

a. janin

135

Ibid. 136

Chidir Ali, Responsi., hlm. 76.

Page 93: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

b. ibu yang mengandung

c. orang ketiga, yaitu yang terlibat pada pengguguran tersebut.137

Tujuan Pasal-Pasal tersebut adalah untuk melindungi janin.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dimuat arti “janin” sebagai (1)

bakal bayi (masih di kandungan (2) embrio setelah melebihi umur dua bulan.

Perkataan “gugur kandungan” tidak sama dengan “matinya janin”.

Kemungkinan, janin dalam kandungan dapat dibunuh, tanpa gugur. Namun

pembuat undang-undang dalam rumusan KUHP, belum membedakan kedua

hal tersebut.138

Pengaturan KUHP mengenai “pengguguran kandungan” adalah

sebagai berikut:

1) Pengguguran Kandungan Oleh si Ibu

Hal ini diatur oleh Pasal 346 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

Perempuan dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati

kandungannya atau menyuruh orang lain menyebabkan itu dihukum

dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.139

2) Pengguguran Kandungan oleh Orang Lain Tanpa Izin Perempuan

yang Mengandung

Hal ini diatur oleh KUHP Pasal 347 yang bunyinya sebagai berikut:

(1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati

kandungan seseorang perempuan tidak dengan izin perempuan itu,

dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun

137

Leden Marpaung, Tindak Pidana., hlm.46. 138

Ibid., hlm.47. 139

Molejatno, KUHP., hlm. 148.

Page 94: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

(2) Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.140

3) Pengguguran Kandungan dengan Izin Perempuan yang

Mengandungnya

Hal ini diatur oleh Pasal 348 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan

seorang perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan

(2) Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun.

3. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Positif

Sanksi tindak pidana pembunuhan sesuai dengan KUHP bab XIX

buku II adalah sebagai berikut :

a. Pembunuhan biasa, diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya

lima belas tahun

b. Pembunuhan dengan pemberatan, diancam dengan hukuman penjara

seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun

c. Pembunuhan berencana, diancam dengan hukuman mati atau penjara

seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun

d. Pembunuhan bayi oleh ibunya, diancam dengan hukuman penjara selama-

lamanya tujuh tahun

e. Pembunuhan bayi oleh ibunya secara berencana, diancam dengan

hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun

140

Ibid.

Page 95: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

f. Pembunuhan atas permintaan sendiri, bagi orang yang membunuh

diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun

g. Penganjuran agar bunuh diri, jika benar-benar orangnya membunuh diri

pelaku penganjuran diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya

empat tahun

h. Pengguguran kandungan

1. Pengguguran kandungan oleh si ibu, diancam dengan hukuman penjara

selama-lamanya empat tahun

2. Pengguguran kandungan oleh orang lain tanpa izin perempuan yang

mengandung, diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya :

- dua belas tahun

- lima belas tahun, jika perempuan itu mati

3. Pengguguran kandungan dengan izin perempuan yang

mengandungnya, diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya :

- lima tahun enam bulan

- tujuh tahun, jika perempuan itu mati

Apabila ketentuan di atas juga dibuat sebuah daftar, maka hasilnya adalah sebagai

berikut :

No Jenis Pembunuhan Pas

al

Akibat Sanksi

1 Pembunuhan biasa 338 kematian - 15 tahun

2 Pembunuhan dengan

pemberatan

339 kematian -seumur hidup

atau 20 tahun

3 Pembunuhan berencana 340 kematian - hukuman mati

Page 96: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

atau seumur

hidup atau 20

tahun

4 Pembunuhan bayi oleh

Ibunya

341 kematian - 7 tahun

5 Pembunuhan bayi oleh

Ibunya secara

berencana

342 kematian - 9 tahun

6 Pembunuhan atas

Permintaan sendiri

344 kematian - 12 tahun

7 Penganjuran agar bunuh

Diri

345 kematian - 4 tahun

8 Pengguguran

kandungan :

- oleh si Ibu

- oleh orang lain tanpa

izin

perempuan yang

mengandung

- oleh orang lain dengan

izin perempuan yang

mengandung

346

347

348

-Kematian bayi

-Kematian bayi

-Kematian ibu

-Kematian bayi

-Kematian ibu

- 4 tahun

- 12 tahun

- 15 tahun

- 5 tahun 6

bulan

- 7 tahun

Adapun alasan-alasan yang menghilangkan sifat tindak pidana dibedakan

dalam dua kategori, yaitu :

a. Alasan yang membenarkan atau menghalalkan perbuatan pidana, adalah :

1) Keperluan membela diri atau noodweer (Pasal 49 ayat 1 KUHP)

2) Melaksanakan ketentuan undang-undang (Pasal 50 KUHP)

3) Melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh seorang penguasa

yang berwenang (Pasal 51 ayat 1 KUHP)

Ketiga alasan ini menghilangkan sifat melawan hukum dari suatu

tindakan sehingga perbuatan si pelaku menjadi diperbolehkan.

b. Alasan yang memaafkan pelaku, hal ini termuat dalam :

Page 97: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

1) Pasal 44 ayat 1 KUHP, yang menyatakan seseorang tidak dapat

dipertanggung jawabkan perbuatannya, disebabkan jiwanya cacat dalam

tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit

(ziekelijke storing)

2) Pasal 48 KUHP, yang menyatakan seseorang yang melakukan perbuatan

karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana

3) Pasal 49 ayat 2 KUHP, menyatakan bahwa pembelaan terpaksa yang

melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh kegoncangan jiwa

yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

4) Pasal 51 ayat 2 KUHP, menyatakan terhapusnya pidana karena perintah

jabatan tanpa wenang, jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira

bahwa perintah diberikan dengan wenang, dan pelaksanaanya termasuk

dalam lingkungan pekerjaanya.

Ketentuan-ketentuan tentang alasan dan hal-hal yang mempengaruhi

pemidanaan ini bersifat umum, sehingga berlaku juga pada kejahatan terhadap

nyawa.

Page 98: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

BAB IV

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN

ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA ANTARA HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSOTIF DI INDONESIA

A. Analisis Ketentuan Pidana terhadap Tindak Pidana Pembunuhan yang

dilakukan oleh Orang Tua terhadap Anaknya Menurut Hukum Positif

Dalam aturan hukum positif tindak pidana pembunuhan yang dilakukan

orang tua terhadap anaknya, maka orang tua dapat dipidana atau dikenai sanksi

hukum. Hukum positif sama sekali tidak membuka peluang dibebaskannya orang

tua membunuh anaknya sepanjang unsur-unsur delik yang termuat dalam Pasal-

Pasal yang bersangkutan terpenuhi.

Adanya sanksi hukum terhadap orang tua yang membunuh anaknya

menunjukkan bahwa hukum positif tidak mempertimbangkan karena orang tua

lalu dibebaskan dari hukuman. Setiap kejahatan dikenai sanksi jika ada aturan

undang-undang mengaturnya.

Sanksi pada umumnya adalah alat pemaksa agar seseorang mentaati

norma-norma yang berlaku.141

Adanya sanksi dimaksudkan untuk mewujudkan

141

Kanter, E.Y. dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1982, hlm. 29.

Page 99: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

keteraturan dan ketertiban hidup manusia sehingga terpelihara dari kerusakan dan

berbuat kerusakan; selamat dari berbuat kebodohan dan kesesatan; tertahan dari

berbuat maksiat dan mengabaikan ketaatan. Oleh karena itu, sanksi hanya

diberikan kepada orang-orang yang melanggar yang disertai maksud jahat, agar

mereka tidak mau mengulanginya kembali. Selain itu sanksi tersebut menjadi

pencegah bagi orang lain agar tidak berbuat hal yang sama.142

Menurut R. Soesilo, tujuan pemberian sanksi itu bermacam-macam

tergantung dari sudut mana soal itu ditinjaunya, misalnya:143

pujangga Anselm

von Feurbach berpendapat, bahwa hukuman harus dapat mempertakutkan orang

supaya jangan berbuat jahat. Teori ini biasa disebut teori mempertakutkan"

(afchriklungstheorie).

Sanksi mengandung inti berupa suatu ancaman pidana (strafbedreiging)

dan mempunyai tugas agar norma yang sudah ditetapkan itu supaya ditaati.144

Dalam Kamus Hukum karya Fockema Andreae, sanksi artinya semacam pidana

atau hukuman.145

142

Jaih Mubarok dan Enceng Arif Faizal, Kaidah Fiqh Jinayah, Jakarta:

Anggota IKAPI, 2004, hlm. 18. 143

Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya

Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, 1996, hlm. 35-36.

144

Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia

Indonesuia, 1983, hlm. 36. 145

Fockema Andreae, Fockema Andrea's Rechtsgeleard Handwoordenboek,

Terj. Saleh Adwinata, et al, "Kamus Istilah Hukum", Bandung: Binacipta, 1983, hlm.

496.

Page 100: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dalam konteksnya dengan sanksi pembunuhan yang diberikan kepada

orang tua yang membunuhnya anaknya, maka membahas tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam perspektif hukum

positif, paling tidak ada tiga bentuk pembunuhan yang patut dicermati:

1. Pembunuhan terhadap Anak yang Baru Lahir (kinderdoodslag)

2. Tindak Pembunuhan Anak dengan Direncanakan Lebih Dahulu (kinder-

moord)

3. Pengguguran Kandungan/Pembunuhan terhadap Anak yang Masih dalam

Kandungan (doodslag op een ongeborn vrucht).

Pertama, Pembunuhan terhadap anak yang baru lahir (kinderdoodslag).

Pasal 341 KUHP {kinderdoodslag). Seorang ibu yang karena tertekan oleh rasa

takut diketahui orang bahwasanya ia telah melahirkan seorang anak, dengan

sengaja merampas jiwa anaknya pada saat ia melahirkannya atau di antara masa

setelah ia melahirkannya. Karena perbuatannya itu salah menurut hukum, ia dapat

dipidana dengan penjara paling tinggi tujuh tahun.

Jenis delik ini ternyata terdiri atas beberapa unsur. Unsur-unsur ini adalah:

1. Unsur yang pokok: "Seorang ibu" (de moeder) dengan sengaja merampas

jiwa anaknya sendiri pada saat ia melahirkan atau antara masa setelah ia

melahirkan anaknya.

Page 101: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

2. Unsur yang penting: Perbuatan merampas jiwa anaknya itu harus

dilakukan berdasarkan suatu alasan (Motiej). Yaitu si ibu didorong oleh

perasaan takut akan diketahui, bahwasanya ia melahirkan seorang anak.

Secara lebih mendalam, kinderdoodslag adalah kejahatan yang tidak dapat

dilakukan oleh setiap orang. Artinya, kejahatan itu harus dilakukan oleh seorang

ibu terhadap anaknya sendiri yang sedang dilahirkannya atau tidak lama setelah

dilahirkan. Apabila kejahatan itu dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya orang

lain, ini bukan kejahatan yang dimaksud Pasal 341 KUHP, tetapi memenuhi

kejahatan yang dirumuskan Pasal 338 atau Pasal. 340 KUHP.

Yang perlu dipahami tentang Pasal 341 KUHP ini adalah: Saatnya, yang

merupakan unsur penting, sebab apabila kejahatan itu dilakukan lama setelah

anak dilahirkan, kejahatan tersebut juga bukan kinderdoodslag.

Unsur yang penting dalam perumusan delik itu adalah: Yang merupakan

"alasan" atau "motief" yang menggerakkan dilakukannya kejahatan tersebut.

Yaitu: si Ibu melakukannya karena terdorong oleh rasa takut akan diketahui

bahwasanya dia melahirkan seorang anak: Faktor inilah yang menyebabkan

ancaman hukuman lebih ringan (yaitu 7 tahun) dibandingkan kejahatan

pembunuhan biasa, yaitu 15 tahun.

Kini sepintas lalu sangat mungkin timbul perasaan bahwa kejahatan yang

dilakukan oleh si Ibu adalah hal yang janggal sekali. Masak seorang ibu,

dikarenakan rasa takut saja, akan membunuh anak yang dilahirkannya sendiri.

Page 102: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Bukankah si Ibu seharusnya bangga atas kelahiran anaknya? Akan tetapi untuk

menjawab persoalan ini, baiklah kita tinjau Pasal 341 dari sudut riwayatnya.

Yang dimaksudkan dengan "seorang ibu" (de moeder) di dalam pasal

tersebut adalah "seorang ibu yang tidak kawin secara sah". Ketika rancangan

Pasal 341 ini diajukan oleh pemerintah (Belanda) kepada Tweede Kamer, salah

seorang anggota Tweede Kamer mengusulkan agar di dalam Pasal 341 itu

dinyatakan secara tegas '"seorang ibu yang tidak secara kawin sah". Akan tetapi

usul ini ditolak oleh Menteri Kehakiman dengan penjelasan bahwa bagi seorang

ibu yang kawin dengan sah tidak ada alasan untuk merasa takut.

Kedua, tindak pembunuhan anak dengan direncanakan lebih dahulu

(kinder-moord Pasal 342 KUHP). Seorang ibu yang merampas jiwa seorang anak

ketika dilahirkan, atau tidak lama setelah anak itu dilahirkan, perbuatan ini

merupakan pelaksanaan kehendak si ibu ketika ia (ibu) masih mengandung.

Kehendak itu timbul terdorong oleh rasa takut melahirkan seorang anak yang

dapat dipidana dengan penjara paling tinggi sembilan tahun. Sebenarnya delik

kindermoord ini memiliki unsur-unsur yang sama dengan delik kinderdoodslag.

Yaitu kejahatan yang dilakukan seorang ibu terhadap anaknya sendiri yang

sedang atau tidak lama setelah melahirkannya. Akan tetapi jika kedua delik itu

dibandingkan, ternyata masih terdapat perbedaannya dan perbedaannya ini

terletak pada unsur "subjektifnya", yaitu:

Page 103: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

1. Kinderdoodslag. "opzet-nya" baru timbul pada si ibu pada waktu ia

sedang atau tidak lama setelah melahirkan anaknya (Bij of kort na de

geboorte),

2. Kindermoord: " opzet-nya" timbul pada si Ibu sebelumnya ia melahirkan

anaknya atau ketika ia mengandung (hareaanstande bevalling genomen

besluit).

Unsur penting dalam kindermoord adalah pembunuhan oleh si ibu harus

berdasarkan suatu motif. Dalam hal ini kehendak yang dimiliki oleh si ibu untuk

melaksanakannya sebelum ia melahirkan anaknya itu (ketika ia mengandung).

Kehendak tersebut diliputi oleh perasaan takut si Ibu itu kalau-kalau peristiwa

melahirkan anaknya diketahui orang.

Dengan unsur-unsur itu, sekarang timbul pertanyaan: Apakah ini berarti

perencanaan untuk membunuh itu dalam keadaan tenang ataukah bukan?

Ternyata perencanaannya dalam keadaan tidak tenang, walaupun kehendak si ibu

direncanakan terlebih dahulu, namun dalam caranya membentuk kehendak ada

perbedaan, artinya met voorbedachte rade (direncanakan lebih dahulu) itu harus

terbentuk dalam keadaan tenang. Sedang dalam delik kindermoord kehendak

membunuh anak yang dilahirkannya itu terjadi dalam keadaan tidak tenang.

Bahkan kehendak tadi terjadi justru terdorong oleh rasa takut akan kelahiran

anaknya.

Page 104: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Tentang kejahatan menurut Pasal 343 KUHP, yang dirumuskan dalam

Pasal 341 dan 342 KUHP apakah dianggap sebagai kejahatan pembunuhan biasa

atau kejahatan pembunuhan yang direncanakan oleh peserta (pembantu)

pelaksanaan pembunuhan. Apakah itu berarti Pasal 343 KUHP dapat dikenakan

terhadap setiap peserta atau pembantu dalam delik kinderdoodslag (Pasal 341)

atau kindermoord (Pasal 342) harus dihukum menurut delik doodslag (Pasal 338)

atau moord (Pasal 340)?

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pembunuhan anak itu dilakukan si

ibu anaknya itu (menurut Pasal 341 KUHP) bersama-sama dengan orang-orang

lain (menurut Pasal 341 KUHP) sehingga si Ibu dapat dijatuhi hukuman tujuh

tahun penjara. Jumlah hukuman ini lebih ringan dari pelaku peserta atau

pembantunya, yang harus dihukum dengan Pasal 338 KUHP yang ancaman

pidananya 15 tahun. Apabila pembunuhan dikenakan Pasal 342 KUHP dilakukan

oleh si ibu bersama-sama orang lain maka bagi si ibu berlaku Pasal 342 KUHP

dengan hukuman sembilan tahun. Sedang pelaku pesertanya mendapat hukuman

berdasarkan Pasal 340 KUHP.

Apakah maksud pasal 343 KUHP dengan menegaskan siapa yang

melakukan delik Pasal 341 atau Pasal 342 KUHP mendapat hukuman yang lebih

ringan daripada hukuman atas pembantu atau pelaku peserta? Maksudnya, justru

orang lain tercegah membantu atau melakukan pembunuhan atas diri si anak

bersama-sama dengan si ibu tidak menikmati keringanan hukuman.

Page 105: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Ketiga, pengguguran kandungan/pembunuhan terhadap anak yang masih

dalam kandungan (doodslag op een ongeborn vrucht). Jenis kejahatan ini terdapat

dalam pasal 346 KUHP: Seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan

anak dalam kandungannya, atau dengan sengaja mengakibatkan matinya si anak

yang masih dalam kandungannya, atau menyuruh orang lain untuk

mengakibatkan gugurnya si anak yang dikandungnya, atau matinya anak yang

dikandung, dipidana dengan penjara paling tinggi empat tahun.

Perbuatan apakah yang dilarang dalam jenis delik ini? Adapun perbuatan

yang dilarang dalam delik ini dirumuskan dalam tiga jenis perbuatan. Yaitu:

1. Menggugurkan dengan sengaja bayi yang masih dalam kandungan si ibu.

2. Mengakibatkan dengan sengaja matinya anak yang masih ada di dalam

kandungan si ibu.

3. Menyuruh orang lain menggugurkan atau mengakibatkan matinya anak

yang ada dalam kandungan si ibu.

Sekarang, apakah yang dimaksud dengan kalimat "menggugurkan anak

yang berada di dalam kandungan", atau yang dalam bahasa Belanda disebut

afdreiving? Akan tetapi yang mengenai persoalan ini dalam ilmu pengetahuan

lazim dipergunakan dengan istilah Romawi: abortus atau lengkapnya abortus

provocatus.

Pengertian dari abortus atau afdriiving adalah perbuatan yang dilakukan

dengan sengaja agar anak yang masih dalam kandungan si ibu dilahirkan sebelum

Page 106: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

tiba waktunya menurut alam. Demikian pula dengan abortus, yaitu

menggugurkan seorang bayi dari kandungan ibunya (dalam ilmu kedokteran,

digunakan istilah orok sebagai terjemahan istilah ongeboren vrucht).

Seperti telah diterangkan berkenaan dengan pasal 346, ada tiga jenis

perbuatan yang dilarang, yang dapat digolongkan ke dalam dua golongan. Yaitu:

1. Perbuatan yang dilakukan oleh ibu bayi sendiri.

2. Perbuatan yang dilakukan orang lain atas anjuran si ibu (lihat ad.3).

Telah dijelaskan oleh penulis dalam bab tiga skripsi ini, abortus atau

afdriiving adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak yang masih

ada dalam kandungan ibunya, terlahir sebelum tiba waktunya menurut alam.

Menurut ilmu kedokteran, kehamilan seorang wanita terjadi karena kekuatan atau

kodrat alam dalam waktu sembilan bulan. Setelah kehamilan berjalan sembilan

bulan, si wanita hamil akan dengan sendirinya melahirkan bayinya. Dengan

abortus, si bayi dilahirkan sebelum masa sembilan bulan, yang berarti sebelum

tiba waktunya menurut alam.

Masih tentang pengertian abortus, timbul pertanyaan bila seorang

perempuan menggugurkan bayi yang masih dalam kandungannya apakah perlu

menjadi pertimbangan bahwa ketika itu si bayi harus masih hidup. Atau,

sebaliknya, syarat yang demikian tidak perlu dipenuhi? Atau apakah juga terkena

delik afdriiving, apabila anak yang masih berada dalam kandungan itu sudah

meninggal, atau anak itu sudah meninggal sewaktu digugurkan?

Page 107: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Tentang persoalan ini, ada beberapa sarjana seperti JM. Van Bemmellen,

Simons dan Hazewinkel Suringa yang berpendapat bahwa dalam Pasal 346 tidak

ditegaskan bahwa bayi yang digugurkan itu harus masih hidup atau sudah

meninggal.

Mereka mengutarakan: Oleh karena UU sendiri tidak merumuskannya

dengan tegas, maka tidak soal apakah anak yang digugurkan itu masih hidup atau

sudah mati, tindakan si ibu termasuk dalam perbuatan abortus.

Akan tetapi, sebagaimana lazimnya, apakah kasus seperti itu terjadi, tentu

ada timbul pertentangan paham di antara para pakar. Selain pendapat beberapa

pakar tersebut di atas, sebagian besar ahli berpendapat begini: Bahwa untuk kasus

abortus harus dibuktikan bahwa si bayi, sebelum digugurkan atau dibunuh, harus

masih hidup. Ini berarti, kalau sudah meninggal, tindakan itu tidak termasuk

dalam pengertian abortus. Mereka memakai alasan: Abortus dikaitkan dengan

perbuatan yang kedua; dengan sengaja mengakibatkan matinya anak yang masih

berada dalam kandungan ibunya. Artinya, si anak harus masih hidup.

Kalau memang pendapat tersebut yang dianut, bahwa untuk kejahatan

abortus harus ada pembuktian bahwa si bayi sebelum digugurkan atau dibunuh

harus masih hidup, akan timbul masalah. Karena dalam prakteknya akan timbul

kesukaran.

Contoh: Di kota-kota besar, yang terdapat banyak dokter, lazim seorang

perempuan hamil diperiksa oleh dokter berikut keadaan bayi dalam

kandungannya. Juga diperiksa apakah si anak masih hidup atau sudah mati, dan

Page 108: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

bagaimana pertumbuhan si anak secara alamiah. Oleh karena itu, andaikata

dilakukan pengguguran, hasil pemeriksaan dokter dengan gampang dapat

membuktikannya.

Namun di pelosok-pelosok desa yang kurang dokter akan berbeda

keadaannya. Di sana masih memakai jasa para dukun untuk memeriksakan

kehamilan. Dan andaikata ada pengguguran kandungan pada seorang perempuan

yang hamil akan sukar untuk dapat dibuktikan.

Justru karena dalam prakteknya sukar dibuktikan adanya perbuatan

abortus terhadap seseorang perempuan hamil, maka diupayakan cara

menghindari kesukaran pembuktian itu. Di samping Pasal 346, dalam KUHP ada

pasal tersendiri yang merumuskan satu jenis kejahatan dan yang diadakan untuk

menghindari kesulitan dalam hal pembuktian, jenis kejahatan itu yaitu Pasal 339

KUHP.

Dengan mencermati uraian di atas, maka dalam perspektif hukum positif

bahwa pembunuhan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dikenai sanksi

hukum yang cukup berat. Terlepas dari pelakunya sebagai orang tua, hukum

positif melihat bahwa pembunuhan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya

merupakan kejahatan yang tidak bisa ditolerir.

B. Analisis Hukum Islam tentang Ketentuan Pidana terhadap Tindak Pidana

Pembunuhan yang Dilakukan oleh Orang Tua terhadap Anaknya

Page 109: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan termasuk ke dalam jarimah

qisâs (tindakan pidana yang bersanksikan hukum qisâs). Hukuman qisâs

disyariatkan berdasarkan Al-Qur'an, sunah, dan ijma'. Dasar hukum dari Al-

Qur'an terdapat dalam beberapa ayat, antara lain sebagai berikut.

1) Surah Al-Baqarah ayat 178

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisâs

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka

dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan

wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari

saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara

yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat)

kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang

demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu

rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, baginya

siksa yang sangat pedih". (QS. Al-Baqarah: 178).146

a. Surah Al-Baqarah ayat 178 ditinjau dari asbab al-nuzul bahwa

diriwayatkan dari Qatadah, orang-orang Jahiliyah biasa melakukan

kezaliman dan memperturutkan kehendak syetan, yaitu apabila suatu

kabilah yang memiliki kekuatan kemudian hamba mereka membunuh

hamba dari kabilah lain, maka mereka berkata: Kami tidak akan

146

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan

Terjemahnya, Departemen Agama 1986, hlm 70.

Page 110: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

membalas melainkan mesti membunuh orang merdeka, karena rasa

keagungan dan keutamaan mereka atas yang lain. Apabila ada seorang

perempuan di antara mereka membunuh seorang perempuan dari kabilah

lain, mereka pun berkata: Kami tidak akan membalas membunuh

melainkan seorang laki-laki, lalu turunlah ayat "orang merdeka dengan

orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.147

b. Diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, bahwa pernah ada dua kabilah Arab, di

masa Jahiliyah yang tidak jauh dari masa datangnya Islam, saling

membunuh, yang kemudian masing-masing dari mereka ada korban yang

meninggal dan yang luka-luka termasuk di antaranya wanita-wanita dan

hamba-hamba, kemudian belum sampai saling membalas kembali di

antara mereka sehingga mereka akhirnya masuk Islam. Kemudian salah

satu Kabilah yang bersengketa itu menyombongkan kekayaan dan

perbekalan mereka lalu bersumpah tidak rela kalau tidak membalas

pembunuhan yang dilakukan oleh Kabilah lawannya, bagi seorang hamba

kami yang terbunuh, maka kami harus dapat membunuh seorang merdeka

dari kalangan mereka, dan bagi seorang wanita, kami harus membunuh

seorang laki-laki sebagai balasannya. Kemudian turunlah ayat "Hai orang-

147

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam, Juz I, Beirut: Dâr al-

Kutub al-Ilmiah, 2004, hlm. 121.

Page 111: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisâs berkenaan dengan

orang-orang yang terbunuh.148

2) Al-Baqarah ayat 179

Artinya: "Dan dalam qisâs itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hari

orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa". (QS. Al-

Baqarah: 179).149

3) Al-Ma'idah ayat 45

Artinya: "Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat)

bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung

dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-

luka pun ada qisâsnya. Barang siapa yang melepaskan (hak

qisâs)nya maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa

baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang

diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang zalim". (QS. Al-

Ma'idah: 45).150

Di samping terdapat dalam Al-Qur'an, hukuman qisâs ini juga dijelaskan

dalam sunah Nabi saw, antara lain sebagai berikut.

1) Hadis Abdullah

148

Ibid., hlm. 121. 149

Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, op.cit., hlm. 71. 150

Ibid., hlm. 165.

Page 112: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

151

Artinya; "Telah mengabarkan kepada kami dari Abu Bakr bin Abu Ayaibah

dari Hafs bin Giyas dan Abu Muawiyah dan Waki' dari al-A'masy

dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah berkata: telah

bersabda Rasulullah saw.: Tidak halal darah seorang muslim yang

bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya

saya Rasulullah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara: (1)

duda yang berzina (zina muhshan), (2) membunuh jiwa, dan (3)

orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari

jama'ah". (HR. Muslim).

Lafaz (jiwa dengan jiwa) yang tercantum dalam hadis di atas

menunjukkan arti qisâs.

2) Hadis Ibn Abbas

152

151

Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi,

Sahîh Muslim, Juz. III, Mesir: Tijariah Kubra, tth. hlm. 106. 152

Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid ibnu Majah al-Qazwini,

hadis No. 2613 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II,

Global Islamic Software Company).

Page 113: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Ma'mar dari

Muhammad bin Kasir dari Sulaiman bin Kasir dari 'Amr bin Dinar

dari Thawus dari Ibnu Abbas ra. la berkata: Telah bersabda

Rasulullah saw.: "dan barang siapa dibunuh dengan sengaja maka ia

berhak untuk menuntut qisâs" (HR. Ibnu Majah).

Di samping Al-Qur'an dan sunah juga para ulama telah sepakat (ijma')

tentang wajibnya qisâs untuk tindak pidana pembunuhan sengaja. Meskipun

demikian, dalam hal orang tua yang membunuh anaknya, maka orang tua tidak

bisa dikenai hukum qisâs. Hal ini seperti terlihat dalam bukunya H.M.K. Bakri

yang menyatakan:

Tidak dilakukan hukum qisâs terhadap bapa yang membunuh anaknya

dan juga ibu yang membunuh anaknya, sesuai dengan hadis Nabi yang

diterangkan oleh Umar bin Khatab, katanya : "Tidak dibunuh bapa sebab

membunuh anaknya." Kalau begitu tidak dibunuh pula ibu sebab

membunuh anaknya dan seterusnya kepada perhubungan ibu bapa. Jika

dua orang laki-laki sama-sama mencampuri seorang perempuan,

kemudian perempuan itu melahirkan anak, dan kemungkinan anak itu dari

salah seorang keduanya. Kemudian keduanya membunuh anak itu

sebelum nyata siapa bapanya, maka dalam perkara semacam ini tiada

berlaku hukum qisâs pada yang membunuh, karena anak itu menaruh

syubbat atau keraguan siapa mestinya yang berhak memilikinya.153

Hukuman qisâs dapat gugur apabila wali korban menjadi pewaris hak

qisâs. Contohnya, seperti seseorang yang divonis qisâs, kemudian pemilik qisâs

meninggal, dan pembunuh mewarisi hak qisâs tersebut, baik seluruhnya maupun

sebagiannya, atau qisâs tersebut diwarisi oleh orang yang tidak mempunyai hak

qisâs dari pembunuh, yaitu anaknya.

153

H.M.K. Bakri, Hukum Pidana Dalam Islam, Semarang: Ramadani, 1987,

hlm. 26

Page 114: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Sebagai penjabaran dari contoh tersebut dapat dikemukakan penjelasan

sebagai berikut.

1) Contoh pembunuh sebagai ahli waris qisâs. Seorang anak membunuh

ayahnya, dan ia (anak) tersebut mempunyai saudara. Kemudian saudara

tersebut yang memiliki hak qisâs - meninggal, dan ia tidak mempunyai ahli

waris selain saudaranya yang membunuh tadi. Dalam kondisi ini, pembunuh

tersebut menjadi ahli waris atas hak qisâs dari saudaranya. Dengan demikian

maka hukuman qisâs menjadi gugur, karena tidak mungkin seseorang

melaksanakan qisâs terhadap dirinya sendiri.

2) Contoh yang mewarisi qisâs orang yang tidak bisa mengqisâs pembunuh:

Salah seorang dari kedua orang tua, misalnya ayah, membunuh orang tua

yang lainnya, misalnya ibu, dan mereka mempunyai anak, baik laki-laki

maupun perempuan. Dalam hal ini, qisâs menjadi gugur karena anak, sebagai

pemilik hak qisâs tidak bisa mengqisâs pembunuh (ayahnya), dengan asumsi,

andaikata orang tua (ayah) membunuh anaknya, ia tidak dapat diqisâs, sesuai

dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Turmudzi, Ibn Majah,

dan Baihaqi dari Umar ibn Khatthab, bahwa ia mendengar Rasulullah saw.

bersabda:

Page 115: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

154

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari hasan dari Ibnu Lahi'ah

dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari Abdillah bin Amr ra.

Berkata: telah berkata Umar Ibn al-Khattab ra. telah mendengar

Rasulullah Saw bersabda: bahwa tidaklah diqisâs orang tua

karena membunuh anaknya (HR. Ahmad).

Jumhur berpendapat: orang tua yang membunuh anaknya tidak

dibunuh karena ada hadis Nabi Saw:

154

Al-Imam Abu Abdillah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal Asy-Syaibani al-Marwazi,

hadis No. 1140 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic

Software Company).

Page 116: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

155

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Abu Al-Mundzir Ismail

bin Umar Urah dari Hajjaj dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya

dari neneknya dari Umar bin al-Khattab ra. telah mendengar

bahwa Rasulullah Saw tidak membunuh orang tua karena

membunuh anaknya (HR. Ahmad).

Menurut Jashash, hadis ini tersebar luas dan masyhur. Bahkan Umar

melaksanakannya di depan para sahabat, tak ada satu orang pun yang

membantahnya. Jadi hadis tersebut setaraf dengan mutawatir.156

155

Al-Imam Abu Abdillah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal Asy-Syaibani al-Marwazi,

hadis No. 1141 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic

Software Company). 156

Muhammad Amin Suma Dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan

Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, hlm. 102, 143-144 dan 102.

Page 117: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Imam Malik berpendapat: Apabila orang tua sengaja membunuh

anaknya, orang tua itu dihukum bunuh. Muhammad Ali Ash-Shabuni

menguatkan pendapat Jumhur, karena tidak masuk akal orang tua akan

sengaja membunuh anaknya. Karena rasa sayangnya kepada anak akan

mencegah dia dengan sengaja membunuh anaknya. Sebaliknya, apabila anak

membunuh orang tua tidak ada yang membantah bahwa anak dibunuh.157

C. Perbedaan dan Persamaan antara Hukum Positif dengan Hukum Islam

tentang Ketentuan Pidana terhadap Tindak Pidana Pembunuhan yang

Dilakukan oleh Orang Tua terhadap Anaknya

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa perbedaan mendasar

antara hukum pidana Islam dengan hukum positif dalam menyikapi pembunuhan

sebagai berikut:

1. Hukum pidana Islam memberi sanksi dua macam: di dunia dan akhirat.

Sedangkan hukum positif mengenal sanksi dunia saja yaitu mati, penjara atau

denda

2. Jenis pembunuhan dengan sengaja dalam hukum pidana Islam diancam

dengan pidana qisâs. Sedangkan dalam hukum positif maksimum penjara 15

Tahun. Diancam pidana mati jika pembunuhan itu dilakukan dengan

dipikirkan lebih dahulu (premeditated murder)

157

Ibid

Page 118: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

3. Dalam hukum pidana Islam, bahwa pembunuhan yang dilakukan orang tua

terhadap anaknya tidak bisa diqisâs. Sedangkan dalam hukum positif di

ancam dengan hukuman yang cukup berat.

Adapun persamaan hukum pidana Islam dengan hukum positif dalam

menyikapi pembunuhan bahwa pada prinsipnya semua jenis pembunuhan sengaja

dan apalagi direncanakan diancam dengan pidana. Hanya saja dalam hukum

pidana Islam ada suatu pengecualian yaitu pembunuhan yang dilakukan orang tua

terhadap anaknya tidak dapat dihukum.

Apabila menyikapi dan mencermati ketentuan al-Qur'an dan hadis bahwa

ada beberapa tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku namun tidak

dikenakan hukum qisas. Hal ini misalnya pertama, disebabkan masalah tersebut

sudah dimaafkan oleh pihak yang berhak meng-qisas; kedua, pihak keluarga

korban hanya menuntut diyat; ketiga apabila pembunuhan dilakukan orang tua

terhadap anaknya.

Page 119: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dalam aturan hukum positif tindak pidana pembunuhan yang dilakukan orang

tua terhadap anaknya, maka orang tua dapat dipidana atau dikenai sanksi

hukum. Hukum positif sama sekali tidak membuka peluang dibebaskannya

orang tua membunuh anaknya sepanjang unsur-unsur delik yang termuat

dalam Pasal-Pasal yang bersangkutan terpenuhi. Adanya sanksi hukum

terhadap orang tua yang membunuh anaknya menunjukkan bahwa hukum

positif tidak mempertimbangkan unsur hubungan darah.

2. Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan termasuk ke dalam jarimah qisâs

(tindakan pidana yang bersanksikan hukum qisâs). Hukuman qisâs

disyariatkan berdasarkan Al-Qur'an, sunah, dan ijma'. Di samping Al-Qur'an

dan sunah juga para ulama telah sepakat (ijma') tentang wajibnya qisâs untuk

tindak pidana pembunuhan sengaja. Meskipun demikian, dalam hal orang tua

yang membunuh anaknya, maka orang tua tidak bisa dikenai hukum qisâs.

Hukuman qisâs dapat gugur apabila wali korban menjadi pewaris hak qisâs.

Contohnya, seperti seseorang yang divonis qisâs, kemudian pemilik qisâs

Page 120: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

meninggal, dan pembunuh mewarisi hak qisâs tersebut, baik seluruhnya

maupun sebagiannya, atau qisâs tersebut diwarisi oleh orang yang tidak

mempunyai hak qisâs dari pembunuh, yaitu anaknya.

3. Persamaan hukum Islam dan hukum positif bahwa kedua sistem hukum itu

menjatuhkan hukuman yang berat terhadap tindak pidana pembunuhan secara

sengaja dan berencana. Perbedaannya, dalam hal orang tua yang membunuh

anaknya, maka orang tua tidak bisa dikenai hukum qisâs. Sedangkan dalam

perspektif hukum positif bahwa pembunuhan yang dilakukan orang tua

terhadap anaknya dikenai sanksi hukum yang cukup berat. Terlepas dari

pelakunya sebagai orang tua, hukum positif melihat bahwa pembunuhan yang

dilakukan orang tua terhadap orang tuanya merupakan kejahatan yang tidak

bisa ditolerir.

B. Saran-Saran

Meskipun dalam tindak pidana pembunuhan yang dilakukan orang tua

terhadap anaknya mengacu pada KUHP yang merupakan warisan kolonial

Belanda. Namun, jika pembentuk undang-undang hendak merevisi KUHP, maka

ketentuan hukum pidana Islam dapat dijadikan studi banding dalam rangka

pembentukan hukum nasional yang sesuai dengan nilai-nilai hukum yang hidup

dan berkembang dalam masyarakat.

C. Penutup

Page 121: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat

dan ridha-Nya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Penulis

menyadari bahwa di sana-sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam

paparan maupun metodologinya. Karenanya dengan sangat menyadari, tiada

gading yang tak retak, maka kritik dan saran membangun dari pembaca menjadi

harapan penulis. Semoga Allah SWT meridhai.

Page 122: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Chidir, Responsi Hukum Pidana: Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana,

(Bandung: Armico, 1985.

Andreae, Fockema, Fockema Andrea's Rechtsgeleard Handwoordenboek, Terj. Saleh

Adwinata, et al, "Kamus Istilah Hukum", Bandung: Binacipta, 1983.

Anwar, Moch, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II) Jilid I, Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 1989.

Ash Shiddieqy, TM Hasbi, Pidana Mati dalam Syari'at Islam, Semarang: PT Pustaka

Rizki Putra, 1998.

Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Tafsir Ayat Ahkam, Juz I, Beirut: Dâr al-Kutub al-

Ilmiah, 2004.

Awdah, Abd al-Qadir, at-Tasyri' al-Jinai al-lslami, Juz I, Beirut: Dar al-Kutub, 1963.

Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqashid Syari‟ah Menurut Asy-Syatibi, cet. ke-1.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Bakri, H.M.K., Hukum Pidana Dalam Islam, Semarang: Ramadani, 1987.

Bâqy, Muhammad Fuâd Abdul, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâz Al-Qur'ân al-Karîm,

Beirut: Dâr al-Fikr, 1981.

Bassar, M. Sudradjat, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP, cet. ke-2,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Djazuli., A., Fiqih Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu

Syari‟ah., cet. Ke-3, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung: Pustaka Setia,

2000.

Haliman, Hukum Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus Sunnah, cet.1 (Jakarta: Bulan

Bintang, 1972 .

Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.

Page 123: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

--------, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di Dalam KUHP, Jakarta: Sinar

Grafika, 2009.

---------, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1993.

Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.

Hartanti, Evi, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail =20090312204051.

I Doi, A.Rahman, Hudud dan Kewarisan, Terj. Zaimuddin dan Rusydi Sulaiman,

Jakarta: Srigunting, 1996.

Jazirî, Abdurrrahmân, Kitab al-Fiqh „alâ al-Mazâhib al-Arba‟ah, Juz V, Beirut: Dâr

al-Fikr, 1972.

Kamil, Ahmad, Hukum Perlindungan Dan Pengangkatan Anak Di Indonesia, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Kanter, E.Y. dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1982.

Kartanegara, Satochid, tth, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian I, tk, Balai

Lektur Mahasiswa.

Khalâf, Abd al-Wahhâb, „Ilm usûl al-Fiqh, Kuwait: Dâr al-Qalam, 1978, hlm. 198.

Muhammad Abu Zahrah, Usûl al-Fiqh, Cairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, 1958.

Lamintang, P. A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru,

1984.

--------., Delik-delik Khusus: Kejahatan terhadap Nyawa, Tubuh dan Kesehatan Serta

Kejahatan yang Membahayakan Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Bandung:

Bina Cipta, 1986.

Ma'luf, Luwis, al-Munjid, Beirut: Dar al-Fikr, 1954.

Marpaung, Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Marwazi, Al-Imam Abu Abdillah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal Asy-Syaibani,

hadis No. 1140 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997,

VCR II, Global Islamic Software Company).

Page 124: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Mawardiy, Imam, al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah, Beirut al-

Maktab al-Islami, 1996.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Mubarok, Jaih dan Enceng Arif Faizal, Kaidah Fiqh Jinayah (Asas-asas Hukum

Pidana Islam), Jakarta: Anggota IKAPI, 2004.

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. ke-4., Yogyakarta: Rake

Sarasin, 1998.

Munajat, Makhrus, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung Pustaka,

2004.

Munajat, Makhrus, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2009.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997.

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayat,

Jakarta: sinar Grafika, 2004.

Naisaburi, Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi, Sahîh Muslim,

Juz. III, Mesir: Tijariah Kubra, tth.

Ngani, Nico dan A. Qiram syamsuddin Meliala, Psikologi Kriminal dalam Teori dan

Praktek Hukum Pidana, cet. ke-1. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, 1985.

Pasal 15 UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak.

Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia Indonesuia,

1983.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,

1976.

Prinst, Darwan, Hukum Anak di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung PT Eresco,

1986.

---------, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama,

2002.

Page 125: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Qazwini, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid ibnu Majah, hadis No. 2613

dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global

Islamic Software Company).

Qudamah, Ibn, al-Mugni, cet. ke-1 (Riyad: Maktabah ar-Riyad al-Hadisah, t.t.) VIII

Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtasid, Juz II, Beirut: Dar al-

Fikr, t.th.

Sabiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Juz. III, Kairo: Maktabah Dâr al-Turast, 1970.

Saleh, K. Wancik, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007.

San'âny, Subul al-Salâm, Juz 3, Kairo: Syirkah Maktabah Mustafa al-Babi al-Halabi,

1950.

Santoso, Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari‟at dalam

Wacana dan Agenda, cet. ke-1. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Sayis, Muhammad Ali, Sejarah Fikih Islam, alih bahasa Nurhadi AGA, cet. ke-1

Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003.

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial: Suatu Tehnik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu sosial Lainnya, cet. ke-4, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet. ke-3 Jakarta: UI-Press, 1986.

Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-

Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, 1996.

Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, cet. ke-2. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 1990.

Suma, Muhammad Amin Dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan

Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Suma, Muhammad Amin, et. al, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan

Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Page 126: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Tehnik, cet. ke-7

Bandung: Transito,1994.

Syaltut, Syeikh Mahmud, Akidah dan Syari'ah Islam, jilid 2, Alihbahasa, Fachruddin

HS, Jakarta: Bina Aksara, 1985.

Syarbaini, Muhammad Ibnu Ahmad al-Khatib, Mugni al-Muhtaj ( Mesir: Mustafa al-

Bab al-Halabi wa Aulad, 1958.

Syatibi, Abu Ishaq, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari‟ah., Maktabah Tijariyah, tt.,

Taimiyah, Ibnu, Siyasah Syar'iyah, Etika Politik Islam, Terj. Rofi Munawwar,

Surabaya: Risalah Gusti, 2005.

Tirtaamidjaja, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta: Fasco, 1955.

Tresna, R., Azas-Azas Hukum Pidana Disertai Pembahasan Beberapa Perbuatan

Pidana Yang Penting, Jakarta: PT Tiara, tth.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan

Terjemahnya, Departemen Agama 1986.

Zahrah, Muhammad Abu, Usul al-Fiqh, Terj. Saefullah Ma'shum, et al, Ushul Fiqih,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.

Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, cet. ke-3 ( Damaskus: Dar al-Fikr,

1989.

Page 127: TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA (Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan Hukum …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · apa perbedaan

BIODATA

Nama : Zahrul Maulidi

Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 19 Desember 1982

Alamat : Desa Pandes RT/RW 008/001

Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal 51352

Nama Orang Tua:

Ayah : Dimyati

Ibu : Musayanah

Alamat Orang Tua : Desa Pandes RT/RW 008/001

Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal 51352

Pendidikan:

1. SD Negeri Pandes II tahun 1989 lulus tahun 1995

2. MTs NU 01 Cepiring tahun 1995 lulus tahun 1998

3. MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak tahun 1999/2000

4. MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak tahun 2000 lulus tahun 2002

5. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2003

6. Pondok Pesantren Al Mubarok Mranggen Demak 1999 s.d 2009