tindak pidana korupsi terhadap penyelenggara...

139
TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA PEMILU PROVINSI BANGKA BELITUNG PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.727 K/Pid.Sus/2010) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Sofia Azmi 11150450000028 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

Upload: others

Post on 31-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA PEMILU

PROVINSI BANGKA BELITUNG PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

(Analisis Putusan Mahkamah Agung No.727 K/Pid.Sus/2010)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Sofia Azmi

11150450000028

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 2: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi
Page 3: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi
Page 4: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi
Page 5: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

iv

ABSTRAK

Sofia Azmi (11150450000028) Tindak Pidana Korupsi Terhadap

Penyelenggara Pemilu Provinsi Bangka Belitung Perspektif Hukum Pidana

Positif dan Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan No.727 K/Pid.Sus/2010).

Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1441H/2019M.

Masalah utama dalam skripsi ini adalah mengenai penyalahgunaan

wewenang dalam tindak pidana korupsi terhadap penyelenggara pemilihan umum

yang terdapat dalam putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 727

K/Pid.Sus/2010 yang menolak permohonan kasasi dari penuntut umum terhadap

putusan nomor 45/PID/2009/PT BABEL yang memvonis terdakwa dengan pidana

1 tahun penjara dan denda Rp 50.000.000,-. Skripsi ini bertujuan untuk

mengetahui apa saja bentuk-bentuk tindak pidana korupsi baik dalam hukum

positif maupun hukum Islam dan sanksi apa yang tepat bagi penyalahgunaan

wewenang dalam tindak pidana korupsi terhadap penyelenggara pemilu ditinjau

dari hukum positif maupun hukum Islam.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode pendekatan

penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif yaitu meletakkan hukum

sebagai sebuah bangunan sistem norma mengenai asas-asas, norma, kaidah dari

peraturan perundang-perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin

(ajaran). Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan

teknik studi pustaka (Library Research) berupa jurnal, buku, peraturan

perundang-undangan, internet dan sumber lainnya yang berhubungan dengan

skripsi ini. Sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif untuk

menemukan jawaban secara ilmiah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan tindak pidana korupsi

yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu termasuk penyalahgunaan wewenang

dalam tindak pidana korupsi. Untuk pelaku penyalahgunaan wewenang dalam

tindak pidana korupsi dalam hukum pidana Islam termasuk dalam kategori ghulul

yang sanksinya membakar harta ghululnya dan juga dapat berikan vonis mati

meskipun bagian dari ta’zir. Dalam hukum positif, mengenai kasus ini

diberlakukan asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis sehingga hukuman yang

tercantum dalam Pasal 388 KUHP tidak berlaku. Hukuman yang berlaku adalah

penjara minimal 1 tahun dan denda Rp 50.000.000,- yang terdapat dalam Pasal

Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.

Kata Kunci: penyalahgunaan wewenang, korupsi, ghulul.

Pembimbing : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag

Daftar Pustaka : 1972 s.d 2017

Page 6: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيمAlhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji dan syukur kehadirat Allah

Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “Tindak

Pidana Korupsi Terhadap Penyelenggara Pemilu Provinsi Bangka Belitung

Perspektif Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam (Analisis

Putusan No.727 K/Pid.Sus/2010)” dalam menempuh studi pada program studi

Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam yang telah membawa

risalah kebenaran untuk semua umat khususnya kepada umat Islam.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya atas bimbingan, masukan, saran serta dukungannya baik moril

maupun materiil kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H. selaku Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Qosim Arsadani, M.A. Selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam

(Jinayah).

3. Mohamad Mujibur Rohman, M.A. selaku Sekretaris Program Studi

Hukum Pidana Islam (Jinayah)

4. Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan

skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan arahan serta

meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada kedua orangtua penulis Papah H. Karjan, SH dan Mamah

Zubaedah. Tak lupa juga kakak tercinta mba Inna dan mba Inun serta para

krucil Jihan dan Hamidah yang terkadang mengganggu mengerjakan

skripsi juga yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi serta

doa yang tiada hentinya selama penulis menempuh perkuliahan di

Page 7: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

vi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah

Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan umur yang panjang, selalu

diberikan kesehatan dan dilampangkan rizkinya, Aamiin.

7. Kepada sahabat Jaguar, Halimah Nurmayanti, Syifa Ulkhair, Mardani dan

Khairan Abdul Mahmud untuk dedikasinya baik dalam bidang akademik

maupun dalam berorganisasi. Semoga kita semua menjadi Insan yang

sukses di darat maupun di udara.

8. Kepada sahabat tercinta Ega Yuni, S.H., Rasifah, S.H., Salwa Nailastafad,

S.H., Siti Salamah, S.H untuk segala kebaikan serta support. Semoga kita

semua sukses dan bahagia.

9. Kepada teman-teman Himpunan Mahasiswa Program Studi Hukum Pidana

Islam periode 2018 dan Keluarga Besar Hukum Pidana Islam, terimakasih

atas bantuan, doa serta dukungan untuk penulis, terimakasih atas

kebersamaan dan waktu yang telah kita alami bersama selama di bangku

perkuliahan, semoga di masa yang akan datang kita dapat meraih apa yang

kita harapkan.

10. Kepada kanda dan yunda seluruh anggota organisasi penulis yaitu

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Fakultas Syari’ah dan

Hukum yang telah mengenalkan arti dari pentingnya berproses di sebuah

organsisasi serta mengajarkan penulis untuk selalu menjadi Insan yang

Akademis.

11. Kepada abang Asmui, abang Fawwaz, abang Risyad, abang Andhika,

abang Ambon, abang Azmi, abang Bens Barianto, abang Togar. Tak luput

pula teman seperjuangan Fiqhil Waton, Fahmi Azis, Aly Fikri, Sari

Ramadanti yang senangtiasa selalu memberikan do’a dan semangat kepada

penulis.

12. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 8: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

vii

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga selain ucapan

Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin. Besar harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, Aamiin.

Sekian dan terimakasih.

Jakarta, 1 Oktober 2019 M

2 Safar 1440 H

Sofia Azmi

Page 9: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10

D. Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu .................................... 11

E. Metodelogi Penelitian ............................................................... 12

F. Sistematika Pembahasan ........................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA

KORUPSI DALAM HUKUM PIDANA POSITIF DAN

HUKUM PIDANA ISLAM ............................................................. 15

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Dalam Hukum

Pidana Positif ............................................................................ 15

1. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana ................................ 15

2. Rumusan Tindak Pidana .................................................... 18

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana .............................................. 20

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana .................................................. 25

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi .................... 28

1. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana Korupsi ................... 28

2. Faktor Penyebab Tindak Pidana Korupsi........................... 30

3. Jenis Jenis Tindak Pidana Korupsi .................................... 33

4. Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi ...... 39

C. Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam ............................. 43

1. Istilah dan Pengertian Jarimah ........................................... 43

2. Unsur-Unsur Jarimah atau Tindak Pidana ......................... 45

3. Ruang Lingkup dan Macam-Macam Jarimah .................... 47

D. Tinjauan Umum Tentang Korupsi Dalam Hukum Pidana

Islam .......................................................................................... 52

BAB III PENYALAHGUNAAN WEWENANG DAN URGENSI

MENJAGA AMANAT DAN LARANGAN ................................... 60

Page 10: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

ix

A. Duduk Perkara Nomor 727 K/Pid.Sus/2010 ............................. 60

B. Penyalahgunaan Wewenang Dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi .......................................................................... 66

1. Tinjauan Umum Penyalahgunaan Wewenang ................... 66

C. Penyalahgunaan Wewenang Dalam Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi

Pemerintahan ............................................................................. 72

1. Konsep Wewenang Menurut Hukum Administrasi ........... 72

2. Sumber Lahirnya Wewenang ............................................. 76

3. Pertanggungjawaban Wewenang ....................................... 77

D. Penyalahgunaan Wewenang Dalam Fiqh Jinayah .................... 78

1. Istilah dan Pengertian Amanat ........................................... 78

2. Urgensi Amanat dan Menjaga Larangan ........................... 79

BAB IV TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP

PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM 2004

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM

PIDANA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.727

K/Pid.Sus/2010) ............................................................................... 82

A. Analisis Dakwaan Penuntut Umum .......................................... 82

B. Pertimbangan Majelis Hakim .................................................... 88

C. Analisis Putusan Pengadilan Nomor Putusan No: 727

K/Pid.Sus/2010 Tentang Tindak Pidana Korupsi Yang

Dilakukan Oleh Penyelenggara Pemilu .................................... 92

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 103

A. Kesimpulan ............................................................................... 103

B. Saran .......................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105

LAMPIRAN

Page 11: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Indonesia

adalah negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dalam

pasal 1 ayat (3).1 Negara hukum dalam kepustakaan Indonesia merupakan

terjemahan langsung dari rechsstaat. Undang-Undang tersebut merupakan

landasan konstitusional. Bahwa hukum menjadi acuan bagi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Konsep negara hukum di Indonesia menganut Pancasila yang

bersumber dari nilai-nilai sosial budaya Indonesia yang kristalisasinya

adalah Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana tertuang dalam

pembukaan UUD 1945 yang merupakan “Staatsfundamentalnorm” Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Menurut pendapat Hans Naviasky yang

dikutip Dardji Darmodihardjo (2009, h. 38-39) mengatakan bahwa

“Staatsfundamentalnorm” mempunyai dua fungsi yaitu fungsi konstitutip

dan fungsi regulatip (untuk dasar menyusun konstitusi dan untuk mengatur

(tolak ukur) peraturan perundang-undangan dibawah konstitusi atau UUD).2

Dengan muatan dalam norma UUD 1945 maka konsep Negara Hukum

dalam penjelasan UUD 1945 memiliki kekuatan hukum yang mengikat

sebagai norma tertinggi dalam tata hukum nasional negara Indonesia. Sebab

negara hukum bukan semata-mata bertujuan untuk mencapai kepastian

hukum, melainkan juga untuk memperoleh keadilan dan kemashlahatan.

Berangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

merupakan sebuah sistem pemerintahan dimana kedaulatan ada di tangan

rakyat. Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (2) yang

berbunyi; „Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

Undang-Undang Dasar‟. Yang artinya dalam suatu negara demokrasi,

1 Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (3)

2 Aloysius R. Entah, Indonesia: Negara Hukum Yang Berdasarkan Pancasila, Jurnal Seminar

Nasional Hukum UNNES, Vol. 2 No. 1, Tahun 2016, h. 536-537

Page 12: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

2

rakyatlah pemegang kekuasaan tertinggi. Rakyat diberikan kesempatan

untuk ikut serta menentukan jalannya pemerintahan. Kekuasaan ini terwujud

dalam suatu sistem pemilihan wakil rakyat.

Pemerintah adalah orang-orang yang dipilih oleh rakyat. Oleh karena

itu, pemerintah bertugas menjalankan roda pemerintahan untuk kepentingan

rakyat. Dalam suatu negara demokrasi, pemerintah diselenggarakan dari,

oleh, dan untuk rakyat. Segala kekuasaan dan kewenangan pemerintah

sesungguhnya berasal dari rakyat. 3

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme

kekuasan dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Kedua konsepsi

tersebut saling berkaitan yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan,

karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan dan mekanisme

kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia, pada

sisi yang lain negara hukum memberikan patokan bahwa yang memerintah

dalam suatu negara bukanlah manusia, tetapi hukum.

Demokrasi memberi kesempatan kepada rakyat untuk memilih

wakilnya melalui pemilu. Selain itu, rakyat juga memilih presiden dan wakil

presiden secara langsung. Rakyat melalui DPR, akan mengawasi jalannya

pemerintahan yang dilakukan oleh presiden. Maka dengan itu negara

demokrasi merupakan kedaulatan rakyat yang dimana pemerintahlah diberi

kepercayaan oleh rakyat untuk mewujudkan cita-cita negara. Guna

menghasilkan pemimpin yang dipilih secara langsung melalui pemilihan

umum maka target tersebut akan tercapai.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) bentukan lembaga negara yang

independent dan non-partisipan. Lembaga ini bersifat nasional, tetap, dan

mandiri. Terdiri dari beberapa anggota komisioner KPU dan ketua KPU.

Tugas pokok Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk merencanakan sampai

menyelenggarakan pemilihan umum sesuai dengan Undang-Undang.4

3 Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (2)

4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003

Page 13: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

3

Sejarah singkat pemilu pertama di Indonesia pada tahun 1955

kemudian Indonesia baru melakukan lagi pada tahum 1971 kemudian 1977-

1997. Setelah itu tahun 1999 merupakan pemilu pertama sejak zaman orde

baru runtuh dan dimulailah era reformasi di Indonesia. Melakukan pemilihan

langsung presiden, wakil presiden, dan wakil rakyat dipilih oleh warga

negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dimulai pada tahun 2004.

Sebelum itu presiden, wakil presiden, beserta wakil rakyat masih dipilih oleh

MPR.5

Dalam melaksanakan tahapan Pemilihan Umum yang dilaksanakan

oleh penyelenggara Pemilu yang disebut Penyelenggaraan Pemilu. Dengan

demikian Penyelenggara Pemilu merupakan Lembaga yang

menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum,

Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu

sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggaraan Pemilu untuk memilih

anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,

Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.6

Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil setiap 5 tahun sekali sesuai dengan Pasal 22E ayat (1)

UUD 1945. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan proses pemilihan orang-

orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Mereka menduduki

jabatan publik dengan kesedian untuk membayar mahal dengan harapan

politik yang telah di investasikan dapat diraih kembali. Keadaan pemilu

inilah dengan “sengaja” melupakan prinsip kompetensi. Sehingga tidak

heran kalau kualitas dari mereka yang menjadi pemenang pemilu tidak

sesuai dengan harapan rakyat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemilu yang kita jalani saat ini

merupakan suatu pemilu yang berbiaya tinggi. Fenomena tingginya biaya

politik pemilu memperlihatkan demokrasi di Indonesia masih terkesan

5 Lihat https://kpud-banyuwangikab.go.id/sejarah-kpu.html

6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003

Page 14: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

4

sangat elitis dan mahal. Tingginya biaya tidak hanya membebani APBN atau

APBD tetapi juga membebani peserta pemilu itu sendiri. Tingginya biaya

yang membebani APBN atau APBD ini diakibatkan oleh penyelenggaraan

pemilu itu sendiri yang tidak efektif dan efisien. Selain itu, biaya yang

membebani para peserta pemilu diakibatkan oleh sistem pemilu yang

memaksa para peserta pemilu untuk merogoh kocek besar untuk

melaksanakan kampanye.

Walaupun Indonesia sudah menerapkan negara demokrasi yang mana

pemimpin serta wakil rakyat dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu.

Ada saja segelintir orang yang mengambil keuntungan untuk individu atau

kelompoknya dengan cara yang tidak benar yaitu melalui korupsi. Korupsi

mengandung makna kejahatan, kebusukan, tidak bermoral, dan kebejatan.7

Faktor ekonomi dan politik serta penempatan keluarga atau golongan ke

dalam kedinasan di bawah kekuasaannya.

Sempitnya lapangan kerja serta perekonomian nasional menurun.

Mendorong masyarakat Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Lembaga

Pemerintahan untuk menghalalkan segala cara demi kesejahteraan hidup.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan Lembaga yang dimiliki oleh

negara. Sehingga kebutuhan untuk memenuhi biaya anggaran Lembaga

maupun staff KPU sudah ditentukan oleh negara. Namun demikian, gaji

yang tak seberapa itu membuat penyelenggara pemilihan umum merasa

kurang yang bahkan bisa mengakibatkan kerugian negara akibat korupsi.

Permasalahan yang sangat rentan terjadi yaitu mengenai tindakan korupsi

oleh penyelenggara pemilihan umum. Terlebih lagi para penyelenggara

Pemilu yang haus akan suatu harta maupun janji politik. Sehingga peserta

pemilu dengan mudahnya dapat memenangkan dan mengisi jabatan-jabatan

politik dengan jalur kecurangan yang dilakukan.

Penyalahgunaan wewenang terjadi karena adanya wewenang dan atau

adanya kekuasaan (power). Penyalahgunaan wewenang berarti terdapat

7 Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus di Luar KUHP, (Jakarta: Penebar Swadaya Grup,

2014), h. 4

Page 15: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

5

tindakan yang dilakukan oleh si pemegang wewenang diluar koridor

kewenangannya dan hal tersebut mengakibatkan kerugian negara. Unsur

terpenting dalam penyalahgunaan wewenang, yaitu terletak pada akibat dari

penyalahgunaannya adanya kerugian negara yang melahirkan tindakan

melawan hukum (wederrechtelijkheid). Penyalahgunaan wewenang dalam

tindak pidana korupsi diatur dalam pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana

Korupsi terdapat unsur merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara.8

Transparency International merilis indeks persepsi korupsi negara-

negara di dunia untuk tahun 2017. Indonesia ada di peringkat ke-96 dari 180

negara. Indeks persepsi korupsi dari Transparency International

menggunakan skala 0-100. Nilai 0 artinya paling korup, sedangkan nilai 100

berarti paling bersih. Posisi Indonesia ada diperingkat ke-96 dengan nilai

37.9

Sungguh sangat miris negara dengan Sumber Daya Alam dan Sumber

Daya Manusia yang sangat banyak dan melimpah. Tetapi harus dinodai

dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Yang sangat mengecewakan ialah

mayoritas penduduk Indonesia menjadi bagian intrinsik atau sudah

mandarah daging di pemerintahan Indonesia. Sekalipun di Indonesia

mayoritas penduduknya beragama Islam.

Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia sangat mengecam

perbuatan korupsi, sebagaimana pendapat para ulama Indonesia bahwa

perbuatan ini telah melanggar nilai-nilai agama dan haram hukumnya.

Mungkin mereka melihat dari sudut pandang karakteristik dari korupsi

tersebut, baik secara pengertian, sifat dan lainnya. Dan meminjam istilah

Zuhaili, bahwa yang haram itu berlaku umum, karena mengingat tujuan dari

8 Nicken Sarwo Rini, “Penyalahgunaan Kewenangan Administrasi Dalam Undang Undang

Tindak Pidana Korupsi”, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 18 No. 2, Juni 2018, h. 264-265 9 Lihat http://www.transparency.org/news/feature/corruption_perceptions_index_2017

Page 16: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

6

penetapan sesuatu yang haram itu untuk menghindari kemudharatan atau

menjauhi mafsadat yang terdapat di dalamnya.10

Walaupun bukan khusus berbicara tentang korupsi, namun sejumlah

praktek atau bentuk korupsi yang terjadi menyerupai, misalnya

penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, dan juga penipuan. Dari makna

zahir nash-nash tersebut bisa dipahami bahwa segala bentuk korupsi itu

hukumnya haram.

Korupsi di Indonesia ini hampir bisa dikategorikan ke dalam kritis dan

genting. Sebab, permasalahan korupsi dan selalu dikaitkan dengan politik di

Indonesia terus menjadi berita utama (headline) hampir setiap hari di media

Indonesia dan. berefek pada banyaknya perdebatan panas serta diskusi

sengit. Pergesekkan yang memanas membuat perpecahan dan

ketidakstabilan nasional. Terlebih lagi, maraknya korupsi di Indonesia

seakan sulit untuk diberantas dan telah menjadi seperti budaya.

Namun bukannya budaya positif untuk kesatuan dan kedamaian

bangsa Indonesia tetapi justru yang muncul ialah budaya negatif. Budaya

negatif timbul sebenarnya hanya karena terbiasa yang akhirnya menjamur di

masyarakat Indonesia. Jamur ini bukannya dibasmi agar tidak muncul lagi.

Tetapi malah berkembang biak sangat cepat.

Munculnya perbuatan korupsi didorong oleh dua motivasi. Pertama,

motivasi intrinsik yaitu adanya dorongan memperoleh kepuasan yang

ditimbulkan oleh tindakan korupsi. Dalam hal ini pelaku merasa

mendapatkan kepuasan dan kenyamanan tersendiri ketika berhasil

melakukannya. Pada tahap selanjunya korupsi menjadi gaya hidup,

kebiasaan, dan tradisi/budaya yang lumrah. Kedua, motivasi ekstrinsik yaitu

dorongan korupsi dari luar diri pelaku yang tidak menjadi bagian melekat

dari pelaku itu sendiri. Motivasi kedua ini misalnya melakukan korupsi

10

Syamsul Bahri, “Korupsi Dalam Kajian Hukum Islam”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, No.

67 Th. XVII, Desember, 2015, h. 608

Page 17: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

7

karena ekonomi, ambisi untuk mencapai suatu jabatan tertentu, atau obsesi

meningkatkan taraf hidup atau karier jabatan melalui jalan pintas.11

Menurut Moeljatno, merupakan ahli hukum pidana menggunakan

istilah perbuatan pidana hanya menunjuk sifat perbuatannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman pidana kalau dilanggar.12

Terkait adanya asas

legalitas yang dicantumkan dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana berbunyi “Tiada satu perbuatan dapat dipidana, melainkan

atas kekuatan hukum pidana dalam peraturan perundang-undangan yang

telah ada sebelum perbuatan terjadi”.

Sehingga dengan demikian, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) sudah mengatur dalam Pasal 55 ayat (1) angka 1 dan 2, yang

berbunyi:

“(1) Dipidana sebagai pembuat delik : 1. Mereka yang melakukan,

yang menyuruh melakukan, dan yang turut sertakan perbuatan; 2.

Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan

menyalahgunakan kekuasaan atau martabat dengan kekerasan,

ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana

atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya

melakukan perbuatan”.

Semua orang tanpa terkecuali sama di hadapan hukum. Tetapi

mengapa prilaku tindak korupsi di Indonesia ini terus mengakar dan akan

mengahasilkan budaya negatif di tengah masyarakat. Inilah yang melatar

belakangi apakah aturan hukum di Indonesia yang merupakan pasal karet

atau penegak hukum serta aparatnya yang belum tegas karena tergiur

kenikmatan dunia.

Seperti kasus yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ahmad Syah Mirzan ketua komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Bahwa mulanya ketua bersama sekretaris KPU yang juga sebagai pengelola

keuangan, mengajukan permohonan dana bantuan kepada Gubernur provinsi

Bangka Belitung dengan jumlah pengajuan secara global.

11

Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus di Luar KUHP, …, h. 4-5 12

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2013), Cet. ke-2, h. 58

Page 18: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

8

Padahal Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung telah menerima dana operasional penyelenggaraan Pemilu tahun

2004 yang berasal dari kebijakan pusat (APBN), yang didalamnya termasuk

pembayaran uang kesejahteraan anggota KPU Provinsi Bangka Belitung dan

uang lembur pegawai staff KPU, dan atas pengajuan dana bantuan tersebut,

tidak lama kemudian dana bantuan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung cair sebesar Rp 500.000.000,-. Posisi uang tersebut ada pada Ketua

dan Sekretaris KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk

menggunakan uang bantuan tersebut guna membayar tambahan uang lembur

bagi seluruh pegawai KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dalam kasus Ahmad Syah Mirzan mengakibatkan perbuatan yang

dilakukan Bersama sekretaris KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

maka Negara / Pemerintah mengalami kerugian sebesar Rp 120.691.125,-.

Dan diatur serta diancam pidana pada Pasal 8 jo Pasal 18 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atas

perubahan Undang-Undang Nomor 20 Than 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1

jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Tetapi Jaksa Penuntut Umum menuntut menyatakan Ahmad Syah

Mirzan melakukan tindak pidana korupsi melanggar pasal 3 jo pasal 18

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat(1) ke-1 KUHP jo pasal 64

ayat (1) KUHP.

Putusan Pengadilan Negeri Pangkalpinang tanggal 15 Juni 2009

menjatuhkan pidana kepada Ahmad Syah Mirza pidana penjara selama 1

(satu) tahun dan denda sebesar Rp 50.000.000,- dengan ketentuan apabila

denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga)

bulan.

Menurut penganilisis disini berdasarkan kasus di atas penganilisis

merasa hakim kurang mencermati penerapan sanksi pidana tersebut,

seharusnya hakim lebih cermat dalam penerapan sanksi pidana agar

terciptanya keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Page 19: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

9

Apalagi dengan terbuktinya fakta hukum Korupsi sesuai putusan

Kasasi Mahkamah Agung berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Bangka

Belitung dan Pengadilan Negeri Pangkalpinang terbukti secara sah

melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama-sama dan

berlanjut, adapun surat Nomor : 252/D/KPU-BB/2004 perihal usulan biaya

bantuan pelaksanaan Pemilu tahun 2004. Dokumen pembayaran uang

tambahan kesejahteraan Ketua dan anggota KPU Provinsi, pembayaran uang

lembur mulai Januari sampai dengan Desember 2004.

Dengan demikian penganalisis tertarik untuk mengkaji putusan

tersebut secara lebih mendalam dengan diangkat menjadi sebuah karya

ilmiah yang berjudul “Tindak Pidana Korupsi Terhadap Penyelenggara

Pemilu Provinsi Bangka Belitung Perspektif Hukum Pidana Positif dan

Hukum Pidana Islam (Analisis Putusan 727 K/Pid.Sus/2010)”

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berangkat dari luasnya permasalahan yang ada tentang

penyalahgunaan wewenang dalam tindak pidana korupsi terhadap

penyelenggara pemilu, agar tidak melebar dan keluar dari pokok

pembahasan, maka penulis membatasi ruang lingkup skripsi ini, penulis

merasa perlu membuat pembatasan masalah sebagai berikut:

a. Penerapan dan pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor 727

K/Pid.sus/2010 tentang Penyalahgunaan Wewenang Dalam Tindak

Pidana Korupsi.

b. Tinjauan hukum positif dan hukum pidana Islam dalam Putusan Nomor

727 K/Pid.sus/2010 tentang Penyalahgunaan Wewenang Dalam Tindak

Pidana Korupsi

2. Rumusan Masalah

Dari masalah pokok di atas dapat diuraikan menjadi 2 (dua) sub

masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research

question), yaitu:

Page 20: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

10

a. Bagaimana penerapan dan pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor

727 K/Pid.sus/2010 tentang Penyalahgunaan Wewenang Dalam

Tindak Pidana Korupsi ?

b. Bagaimana analisis hukum positif dan hukum pidana Islam dalam

Putusan Nomor 727 K/Pid.sus/2010 tentang Penyalahgunaan

Wewenang Dalam Tindak Pidana Korupsi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, sehingga

penulisan ini mempunyai tujuan yaitu :

a. Untuk mengetahui pertimbangan hakim terhadap penerapan pasal 3

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaiaman telah diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi dalam putusan 727 K/Pid.Sus/2010 Penyalahgunaan

Wewenang Dalam Tindak Pidana Korupsi.

b. Untuk mengetahui tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana

Islam terhadap putusan No. 727 K/Pid.Sus/2010 Penyalahgunaan

Wewenang Dalam Tindak Pidana Korupsi.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis adalah dapat menambah khazanah keilmuan dalam

mengetahui pandangan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

mengenai penyalahgunaan wewenang dalam tindak pidana korupsi,

hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar,

mahasiswa dan akademisi lainnya.

b. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

kalangan pelajar, mahasiswa, dan akademisi lainnya. Manfaat

kebijakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

kepada penegak hukum dalam penerapan hukum tentang

penyalahgunaan wewenang dalam tindak pidana korupsi.

Page 21: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

11

D. Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian tentang topik masalah telah dilakukan baik yang

mengkaji secara spesifik atas tindak pidana korupsi dalam menyelenggarakan

Pemiliham Umum maupun menyinggung secara umum dalam tema Pemilihan

Umum. Berikut paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian

tersebut.

NO IDENTITAS / JUDUL SUBTANSI PEMBEDA PERSAMAAN

1. Skripsi Izmi Tri

Handayani “Tinjauan

Yuridis Terhadap

Kampanye Pemilihan

Umum Kepala Daerah

Dalam Penggunaan

Media Televisi Sebagai

Media Kampanye”

Penggunaan Media

Kampanye

Pemberian

Penggunaan Dana

Dari Gubernur

Untuk Staff KPU

Bangka Belitung

Membahas

Pemberian

Penggunaan

Dana Dari

Kepala Daerah

2. Skripsi Herdiana Maria

“Tindak Pidana

Pemilihan Umum Kepala

Daerah Secara Bersama-

Sama”

Pelanggaran Yang

Dilakukan Oleh Peserta

Pemilu Kepala Daerah

Pelanggaran Yang

Dilakukan Oleh

Penyelenggara

KPU Terhadap

Kepala Daerah

Membahas

Tindak Pidana

Korupsi Dalam

Pemilihan Umum

3. Skripsi Wahyu Agam

“Diskursus

Penyalahgunaan

Wewenang Sebagai

Bagian Dari Tindak

Pidana Korupsi ”

Analisis Perbandingan

Antara UU No. 30 Th.

2014 Tentang

Administrasi

Pemerintahan dengan UU

No. 20 Th. 2001 Tentang

Perubahan Atas UU No.

31 Th. 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

Membahas

Penerapan

Undang-Undang

Penyalahgunaan

Wewenang

Terhadap

Penyelenggara

Pemilu

Membahas

Konsepsi

Wewenang

Pejabat Publik

berdasarkan

analisis Undang-

Undang

Page 22: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

12

E. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah

yuridis-normatif. Penelitian hukum yuridis-normatif adalah penelitian

yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem

norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari

peraturan perundang-perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta

doktrin (ajaran).13

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang menekankan pada aspek suatu

pemahaman secara mendalam terhadap masalah yang diteliti.14

Dalam

penelitian ini peneliti membahas masalah ini melalui Undang-undang.

Pembahasan masalah penyalahgunaan wewenang dalam tindak pidana

korupsi terhadap penyelenggara pemilihan umum terdapat pada pasal 55

ayat 1 jo pasal 64 ayat 1 KUHP dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

3. Data Penelitian

a. Sumber Data

Adapun dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,

antara lain:

1) Sumber primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.15

Yakni

dari penelitian ini adalah Al-Qur‟an, Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.

20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan

putusan hakim nomor 727 K/Pid.Sus/2010.

13

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2010), h.31. 14

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008), h.,

23.

15

Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan

singkat), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h.13.

Page 23: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

13

2) Sumber sekunder yang pengumpulan data diperoleh dari dokumen-

dokumen yang berupa catatan formal dan dengan mengumpulkan

serta menelaah beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan,

dan dokumen-dokumen atau diktat yang ada pada redaksi.16

Dari

penelitian ini adalah hasil-hasil penelitian, majalah, surat kabar,

jurnal ilmiah, artikel, internet dan seterusnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini,

yaitu kepustakaan (Library Research). Data kepustakaan dipeoleh melalui

penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundangan-

undangan, buku-buku serta dokumen-dokumen yang memuat informasi

yang berkaitan dengan tema, objek, dan masalah dalam penelitian.17

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif.

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data yang diperoleh berupa

kumpulan kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun

dalam-dalam kategori atau struktur kualifikasi.

Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif terdiri dari

tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Terjadi secara bersamaan

berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai

sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi

pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data.18

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah memahami isi skripsi dan mencapai sasaran

seperti yang diharapkan, maka penulis membagi isi skripsi ini ke dalam lima

bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab.

16

Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1998), h.32.

17

Jaenal Aripin, dkk, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 17. 18

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Roda Karya, 2004), h., 6.

Page 24: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

14

Secara teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2017”. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB I penulis menguraikan latar belakang masalah,

identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PIDANA KORUPSI DALAM

HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Pada BAB II penulis menguraikan tentang teori pemidanaan, delik,

landasan hukum serta sanksi tindak pidana korupsi, tindak pidana

korupsi terhadap penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) dalam

penerapan hukum pidana positif maupun hukum pidana islam.

BAB III PENYALAHGUNAAN WEWENANG DAN URGENSI

MENJAGA AMANAT DAN LARANGAN

Pada BAB III penulis mengkaji tentang penyalahgunaan wewenang

terhadap pejabat baik mengkaji berdasarkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Publik

maupun dari sudut pandang Hukum Pidana Islam dalam urgensi

menjaga amanat dan larangan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN NOMOR 727 K/Pid.Sus/2010

Pada BAB IV penulis melakukan analisis tindak pidana korupsi

terhadap Penyelenggara Pemilihan Umum terhadap putusan Nomor

727 K/Pid.Sus/2010

BAB V PENUTUP

Pada BAB V penulis menguraikan tentang penutup yang

merupakan hasil akhir meliputikesimpulan berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan. Kemudian pada penutup ini penulis juga

memberikan saran-saran sesuai dengan pokok permasalahan yang

diteliti sehingga tercapai upaya untuk mencapai tujuan dari yang

dilakukan.

Page 25: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM

HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Positif

1. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana

Hukum pidana mulai dipergunakan pada zaman pendudukan Jepang

dikenal dengan istilah strafbaarefeit dari bahasa Belanda, yang terdapat

dari tiga kata, yaitu kata straf yang artinya pidana, baar artinya dapat atau

boleh, dan feit artinya perbuatan. Kata strafbaarefeit diartikan berbeda-

beda oleh para pakar hukum pidana, sehingga belum ada univikasi yang

pasti mengenai definisi dari kata tersebut.19

Moeljatno merupakan ahli hukum pidana yang memiliki pandangan

yang berbeda dengan penulis-penulis lain tentang definisi tindak pidana.

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana. Menurut Moeljatno,

perbuatan pidana hanya mencakup perbuatan saja, sebagaimana

dikatakannya bahwa, perbuatan pidana hanya menunjuk kepada sifatnya

perbuatan saja, yaitu sifat dilarang dengan ancaman dengan pidana kalau

dilanggar.20

Dari beberapa para pakar hukum pidana, mereka telah memberikan

pendapat atau alasan menggunakan istilah yang dipilihnya sebagai

terjemahan dari Strafbaarfeit. Seperti pendapat Moljatno dan Ruslan Saleh

menggunakan istilah perbuatan pidana dengan pertimbangan

menggunakan istilah perbuatan berarti dibuat oleh seseorang dan

menunjuk baik pada yang melakukan maupun pada akibatnya. Sedangkan

perkataan peristiwa tidak menunjukkan, bahwa yang menimbulkannya

adalah handeling atau gedraging seseorang, mungkin juga hewan atau

alam. Dan perkataan tindak berarti langkah dan baru dalam bentuk tindak

tanduk atau tingkah laku. Pendapat Utrecht, menganjurkan pemakaian

19

Adami Chawazi, Pelajaran Pengantar Hukum Pidana 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2002), Cet. ke-1, h. 70 20

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, …, h. 58-59

Page 26: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

16

istilah pertistiwa pidana karena peristiwa itu meliputi perbuatan (handelen

atau doen, positif) atau melalaikan (zerzuim atau nalaten atau niet-doen,

negatif) maupun akibatnya.

Dalam hal ini Satochid Kartanegara, menganjurkan pemakaian

istilah tindak pidana. Karena tindak (tindakan) mencakup pengertian

melakukan atau berbuat dana tau pengertian tidak melakukan. Sedangkan

pidana untuk strafbaar adalah sudah tepat. Bahwa istilah tindak pidana

sebagai kependekan dari Tindak – (an – yang dilakukan oleh manusia,

untuk mana ia dapat di-) Pidana atau (pe-) Tindak (yang dapay di-)

Pidana.21

Pembentuk undang-undang tidak memberikan secara rinci yang

dimaksud dengan istilah Strafbaarfeit, maka timbul dalam doktrin

berbagai pendapat tentang apa yang dimaksud dengan istilah tersebut.

Seperti halnya untuk memberikan perumusan atau definisi terhadap istilah

hukum, maka tidaklah mudah untuk memberikan perumusan atau definisi

terhadap istilah Strafbaarfeit.22

Sehingga permasalahan tindak pidana dalam ilmu hukum pidana

merupakan tolak ukur serta sangat penting dalam mencari sebuah

kebenaran. Para pakar hukum pidana telah banyak merumuskan atau

mendefinisikan tentang istilah strafbaarfeit, namun tidak ada satupun

diantara para pakar yang sama diantara mereka.

Definisi terhadap istilah Tindak Pidana para ahli hukum pidana

berbeda-beda dalam mengartikan dari kata tersebut. Tindak pidana sering

diartikan sebagai berikut: Menurut D. Simons, tindak pidana

(strafbaarfeit) adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana

yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan

yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab (eene

21

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1996), Cet. ke-4 h.203-204 22

Adami Chawazi, Pelajaran Pengantar Hukum Pidana 1, …, h. 73

Page 27: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

17

strafbaar gestelde “onrechtmatige, met schuld in verband staaande

handeling van een toerekeningsvatbaar person”).23

Alasan dari perumusan Simons karena untuk adanya suatu

strafbaarfeit disyaratkan bahwa terdapat suatu tindakan yang dilarang

ataupun yang diwajibkan dengan undang-undang dimana pelanggaran

terhadap larangan atau kewajiban seperti itu telah dinyatakan sebagai

tindakan yang dapat dihukum. Selain itu, agar suatu tindakan seperti itu

dapat dihukum maka tindakan itu harus memenuhi semua unsur dari delik

seperti dirumuskan dengan undang-undang. Alasan terakhir, setiap

strafbaarfeit sebagai pelanggaran terhadap suatu larangan atau kewajiban

menurut undang-undang itu, pada hakikatnya merupakan tindakan

melawan hukum atau suatu onrechtmatige handeling.24

Menurut G.A. van Hamel, sebagaimana yang diterjemahkan oleh

Moljatno, strafbaar feit adalah kelakuan orang (menselijke gedraging)

yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut

dipidana (strafwaarding) dan dilakukan dengan kesalahan.25

Sedangkan

menurut Mr. R. Tresna, Peristiwa Pidana ialah sesuatu perbuatan atau

rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang

atau peraturan-peraturan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan

tindakan penghukuman. Sesuatu perbuatan itu baru dapat dipandang

sebagi peristiwa pidana, apabila telah memenuhi segala syarat yang

diperlukan. Demikian juga menurut Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana

berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.

Dan pelaku itu dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana.26

Menurut J. Baumman, berpendapat bahwa Tindak Pidana ialah perbuatan

yang memenuhi rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dilakukan

dengan kesalahan; sedangkan menurut Mr. Karni, tindak pidana adalah

perbuatan yang mengandung perlawanan hak, yang dilakkan dengan salah

23

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, …, h. 58 24

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 5 25

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, …, h. 58 26

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, …, h. 204-205

Page 28: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

18

dosa, oleh orang yang sempurna akal budinya dan kepada siapa perbuatan

patut dipertanggung jawabkan.27

Dan terakhir menurut W.P.J Pompe,

tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib

hukum) yang dengan sengaja telah telah dilakukan oleh seorang pelaku, di

mana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi

terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.28

Dengan demikian istilah dan definisi dari Strafbaarfeit secara garis

besar dapat diterjemahkan sebagai Tindak Pidana dengan

mengesampingkan pendapat para ahli hukum pidana serta dengan

peraturan perundang-undangan Indonesia juga menggunakan istilah

tersebut.

2. Rumusan Tindak Pidana

Berdasarkan sumber hukum pidana ada yang tertulis dan adapula

yang tidak tertulis (hukum pidana adat). Agar orang dapat mengetahui

bagaimana hukumnya tentang suatu persoalan, maka aturan hukum itu

harus dirumuskan. Demikian pula keadaannya dalam hukum pidana.

Perumusan hukum pidana yang tertulis dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) dan dalam peraturan perundang-undangan

lainnya.29

Persyaratan utama untuk memungkinkan adanya penjatuhan pidana

adalah pada saat perbuatan (manusia) yang memenuhi rumusan tindak

pidana terdapat dalam undang-undang. Ini merupakan bagian dari asas

legalitas. Rumusan tindak pidana ini menjadi penting yang artinya sebagai

prinsip kepastian hukum. Undang-undang pidana sifatnya harus pasti. Dan

di dalamnya harus dapat diketahui dengan pasti apa yang dilarang dan atau

apa yang diperintahkan.

Perumusan di dalam undang-undang dapat menggambarkan

perbuatan yang dimaksud baik secara abstrak maupun skematis. Dalam

27

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Eresco, 1986), h.1. 28

PAF Lamintang, Delik-delik Khusus, (Bandung: Sinar Baru, 1984), h. 182 29

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 2007), h.51

Page 29: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

19

undang-undang juga menyebutkan syarat-syarat atau unsur-unsur apa saja

yang harus ada pada perbuatan agar dapat dipidana serta rumusan ini tidak

terikat oleh tempat dan waktu, sedangkan perbuatan yang pasti ialah

berlangsung di suatu tempat dan waktu serta dapat dilihat dan rasakan oleh

panca indera.

Perumusan norma dalam peraturan pidana terdapat tiga macam, yaitu :30

a. Menguraikan atau menyebutkan satu persatu unsur-unsur perbuatan,

seperti misalnya:

1) Pasal 154-157 KUHP tentang haatzai delicten (menabur

kebencian)

2) Pasal 281 KUHP tentang pelanggaran kesusilaan;

3) Pasal 305 KUHP tentang meninggalkan anak dibawah umur.

b. Hanya disebutkan kualifikasi dari tindak pidana tanpa menguraikan

unsur-unsur, misalnya:31

1) Pasal 184 KUHP tentang duel (perkelahian tanding)

2) Pasal 297 KUHP tentang perdagangan wanita

3) Pasal 351 KUHP tentang penganiaayaan

c. Penggabungan cara ke- 1 dan ke- 2, yaitu disamping menyebutkan

unsur-unsurnya (perbuatan, akibat dan keadaan yang bersangkutan)

juga menyebutkan kualifikasi dari tindak pidana tersebut, misalnya:32

1) Pasal 124 KUHP tentang membantu musuh

2) Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan

3) Pasal 362 KUHP tentang pencurian

4) Pasal 378 KUHP tentang penipuan

Jika semua unsur dalam rumusan itu ada di dalam perbuatan

tersebut, artinya perbuatan tersebut sudah dapat memenuhi rumusan tindak

pidana yang ada di dalam undang-undang yang berkaitan. Oleh karena itu,

peraturan perundang-undangan itu dapat diterapkan kepada perbuatan

tersebut.

30

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, …, h. 52 31

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, …, h. 53 32

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, …, h. 54

Page 30: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

20

Rumusan tindak pidana juga terdiri atas beberapa komponen, sebagai

berikut:33

1) Subjek (normadressaat) atau pelaku delik. Pada umumnya subjek delik

“barang siapa” atau setiap orang. Terkadang subjek suatu delik terbatas

pada kualitas seseorang.

2) Rumusan delik atau definisi delik (delictsomschrijving) yang terdiri

atas bagian inti delik (delictsbestanddelen) artinya harus sesuai dengan

perbuatan yang dilakukan, barulah seseorang diancam dengan pidana.

Dengan demikian, tindak pidana itu tidak ada penyebutan secara

tegas, untuk mengetahui definisi perlu adanya penafsiran berdasarkan dari

sejarah terbentuknya pasal tersebut. Dalam cara penyebutan seperti ini

dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda sehingga dapat menikbulkan

ketidakpastian hukum. Dalam hal ini terdapat hubungan bahwa para hakim

dalam dictum putusannya kebanyakan menyebutkan hanya unsur-unsur

dari tindak pidana yang telah terbukti dilakukan oleh terdakwa.

3 Unsur-Unsur Tindak Pidana

Telah banyak para pakar hukum pidana merumuskan atau

mendefinisikan dari tindak pidana. Istilah tindak dari tindak pidana adalah

merupakan singkatan dari tindakan atau tindak. Artinya ialah orang yang

melakuka suatu tindakan, sedangkan orang yang melakukan itu dinamakan

petindak. Suatu tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi dalam

banyak hal suatu tindakan tertentu hanya mungkin dilakukan oleh

seseorang dari suatu gologan jenis kelamin, atau seseorang dari suatu

golongan yang bekerja pada negara atau pemerintah (pegawai negeri,

militer, nahkoda dan sebagainya) atau seseorang dari golongan lainnya.

Jadi status atau kualifikasi seseorang petindak harus ditentukan

apakah ia salah seorang dari “barang siapa”, atau seseorang dari suatu

golongan tertentu. Bahwa jika ternyata petindak hanya orang saja

(natuurlijk-persoon) melainkan juga sesuatu badan hukum akan

33

Andi Hamzah, Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), Cet ke-1, h. 92

Page 31: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

21

dibicarakan kemudian. Antara petindak dengan suatu tindakan yang terjadi

harus ada hubungan kejiwaan (psychologisch) selain daripada penggunaan

salah satu bagian tubuh, panca indera atau alat lainnya sehingga

terwujudnya suatu tindakan. Hubungan kejiwaan artinya dimana petindak

dapat menilai tindakannya, dapat menentukan yang akan dilakukan atau

dihindarinya. Bentuk hubungan kejiwaan dalam istilah hukum pidana

disebut kesengajaan atau kealpaan.34

Tindakan yang dilakukannya itu harus bersifat melawan hukum.

Dan tidak ada terdapat dasar-dasar atau alasan-alasan yang meniadakan

sifat melawan hukum dari tindakan tersebut. Ditinjau dari sudut kehendak

(yang bebas) dari petindak, maka kesalahan itu adalah merupakan “kata

hati” (bagian dalam) dari kehendak itu, sedangkan sifat melawan hukum

dari tindakan itu merupakan “pertanyaan” (bagian luar) dari kehendak itu.

Bersifat melawan hukum pada garis besarnya berarti tercela.35

Dalam unsur-unsur tindak pidana dilakukan dengan dasar pikiran

bahwa antara perbuatan dan pertanggungjawaban pidana (kesalahan)

merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahka. Menurut D.Simons,

definisi perbuatan (handeling) sebagai setiap gerakan otot yang

dikehendaki yang diadakan untuk menimbulkan suatu akibat. Ada atau

tidaknya perbuatan dalam arti hukum pidana, tergantung pada ada atau

tidaknya syarat dikehendaki yang merupakan unsur kesalahan. Perbedaan

mendasar dalam unsur-unsur tindak pidana antara unsur (bagian)

perbuatan dan unsur (bagian) kesalahan (pertanggungjawaban pidana).

Unsur perbuatan ini sering juga disebut unsur objektif sedangkan unsur

kesalahan sering juga disebut unsur subjektif.36

Apabila seseorang melakukan suatu tindakan sesuai dengan

kehendak dan karenanya merugikan kepentingan umum atau masyarakat

termasuk kepentingan perseorangan. Tindakan tersebut harus terjadi pada

suatu tempat, waktu dan keadaan yang ditentukan. Dipandang dari sudut

34

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, …, h.205 35

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, …, h.206 36

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, …, h.65

Page 32: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

22

tempat artinya tindakan itu harus terjadi pada suatu tempat dimana

ketentuan pidana Indonesia berlaku. Ditinjau dari sudut waktu, tindakan

itu dirasakan sebagai suatu tindakan yang perlu diancam dengan pidana

(belum daluwarsa) dan dari sudut keadaan, tindakan itu harus terjadi pada

suatu keadaan ditinjau sebagai perbuatan tercela. Dengan perkara lain

suatu tindakan yang dilakukan diluar jangkauan berlakunya ketentuan

pidana Indonesia, bukanlah merupakan suatu tindak pidana dalam arti

penerapan ketentuan pidana Indonesia.

Dilihat dari sudut hukum pidana formal perlu sangat diperhatikan

pada masalah waktu, tempat dan keadaan. Karena tanpa kehadirannya

dalam surat dakwaan, maka surat dakwaan itu adalah batal demi hukum.

Jadi sama dengan unsur-unsur lainnya yang harus hadir atau terbukti seuai

dalam pasal 143 KUHAP. Dari uraian tersebut terdapat unsur-unsur dari

tindak pidana, yaitu:37

a. Subjek

b. Kesalahan

c. Bersifat melawan hukum (dari tindakan)

d. Suatu tindakan aktif atau pasif yang dilarang atau diharuskan oleh

undang-undang atau perundangan dan terhadap pelanggarnya diancam

dengan pidana

e. Waktu, tempat dan keadaan

Dengan demikian dapat didefinisikan pengertian dari tindak pidana

sebagai suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu yang

dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

bersifat melawan hukum, serta dengan kesalahan yang dilakukan oleh

seseorang (yang mampu bertanggung jawab).

Menurut J. M. van Bemmelen, berpendapat bahwa pembuat undang-

undang, misalnya membuat perbedaan antara kejahatan yang dilakukan

dengan sengaja dan karena kealpaan. Bagian yang berkaitan dengan si

pelaku itu dinamakan “bagian subjektif”. Bagian yang bersangkutan

37

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, …, h.206-207

Page 33: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

23

dengan tingkah laku itu sendiri dan dengan keadaan di dunia luas pada

waktu perbuatan itu dilakukan, dinamakan “bagian objektif”.38

Terdapat beberapa klasifikasi dalam unsur-unsur tindak pidana,

sebagai berikut:39

a. Perbuatan

Unsur pertama dari tindak pidana ialah perbuatan atau tindakan

seseorang. Perbuatan orang ini merupakan titik penghubung dan dasar

untuk pemberian pidana.

b. Hubungan Sebab Akibat

Hubungan sebab akibat atau kausalitas merupakan unsur yang ada

dalam perbuatan atau dapat diklasifikasikan suatu tindak pidana.

Karena untuk menentukan akibat yang diatur dalam hukum pidana

merupakan akibat yang dilakukan seseorang

c. Sifat Melawan Hukum

Sifat melawan hukum dalam unsur tindak pidana ialah penilaian

objektif terhadap perbuatan dan bukan terhadap si pembuat. Perbuatan

melakukan melawan hukum apabila kita berbuat itu masuk rumusan

tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang.

Mengenai sifat melawan hukum ini, menurut Sudarto dibedakan

menjadi dua, yaitu:40

1) Sifat melawan hukum yang formil, yaitu perbuatan diancam pidana

dan dirumuskan sebagai suatu tindak pidana dalam undang-undang,

sedangkan sifat melawan hukumnya dapat dihapus berdasarkan

ketentuan undang-undang. Sehingga sifat melawan hukum sama

dengan melawan atau bertentangan dengan undang-undang (hukum

tertulis).

2) Sifat melawan hukum materiil, yaitu perbuatan disebut melawan

hukum tidak hanya terdapat dalam undang-undang (hukum tertulis)

saja, tetapi harus dilihat berlakunya asas-asas hukum yang tidak

38

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, …, h.66 39

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, …, h. 64-66 40

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, …, h. 78

Page 34: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

24

tertulis. Sifat melawan hukumnya perbuatan dapat dihapus

berdasarkan ketentuan tidak tertulis.

d. Kesalahan

Untuk dipidananya seseorang tidak cukup hanya dipenuhinya

syarat bahwa telah adanya perbuatan yang melawan hukum, tetapi juga

harus ada unsur kesalahan. Dalam hal ini berkaitan dengan asas Geen

Straf Zonder Schuld yang berarti tindak pidana jika tidak ada

kesalahan atau istilah lainnya Keine Straf Ohne Schuld. Roeslah Saleh

berpendapat bahwa asas tindak pidana jika tidak ada kesalahan

merupakan dasar dari dipidananya si pembuat. Dapat diartikan bahwa

orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan dan dijatuhi pidana kalau

tidak melakukan perbuatan pidana, tetapi meskipun ia melakukan

perbuatan pidana tidak selalu ia dipidana apabila ia melakukan

kesalahan.41

Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana apabila

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:42

a. Unsur Subyektif

Unsur subyektif adalah semua unsur yang mengenai batin atau melekat

pada keadaan batin orangnya. Unsur subyektif dari tindak pidana

terdiri dari:

1) Kesengajaan atau kelalaian dalam (dolus atau culpa)

2) Maksud dari suatu percobaan atau poging

3) Macam-macam maksud atau oogmerk

4) Perencanaan terlebih dahulu

5) Perasaan takut

b. Unsur objektif

Unsur objektif adalah semua unsur yang berada diluar keadaan batin

manusia atau si pembuat, yaitu semua unsur-unsur mengenai

41

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana, (Bandung: PT

Aksara Baru, 1987), Cet. ke-2, h. 76 42

P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, (Bandung: CV. Armico, 1984), Cet. ke-

1, h. 184

Page 35: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

25

pembuatannya dan keadaan-keadaan tertentu yang melekat pada

perbuatan objek pidana. Dalam unsur objektif terdapat dari:

1) Sifat melawan hukum

2) Kualitas dari pelaku

3) Kualitas, yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab

dengan suatu kenyataan sebagai akibat

4 Jenis-Jenis Tindak Pidana

Dalam perumusan tindak pidana dapat dijabarkan ke dalam beberapa

unsur. Pertama kali dapat dikenali ialah disebutkan suatu tindak pidana

manusia dan dengan tindakan itu seseorang telah melakukan suatu

tindakan yang dilarang oleh undang-undang. Menurut keilmuan hukum

pidana, sesuatu tindakan itu merupakan hal melakukan sesuatu (een doen)

atau dapat merupakan hal tidak melakukan sesuatu (een nalaten) yang juga

berarti mengalpakan sesuatu yang diwajibkan oleh undang-undang.

Tindak pidana terdapat beberapa jenis dan dapat dibedakan secara

kualitatif atas kejahatan dan pelanggaran, seperti:

a. Kejahatan jenis tindak pidana ini disebut rechtdelicht, yaitu perbuatan-

perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah

perbuatan itu diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak.

Sekalipun tidak dirumuskan sebagai delik dalam undang-undang,

perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan

yang bertentangan dengan keadilan. Jenis tindak pidana ini juga sering

disebut mala per se. Perbuatan-perbuatan yang dapat dikualifikasikan

sebagai rechtdelicht dapat disebut antara lain pembunuhan, pencurian,

dan sebagainya.

b. Pelanggaran jenis tindak pidana ini disebut wetsdelicht, yaitu

perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat baru disadari sebagai suatu

tindak pidana, karena undang-undang merumuskannya sebagai delik.

Perbuatan-perbuatan ini baru disadari sebagai tindak pidana oleh

Page 36: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

26

masyarakat karena undang-undang mengancamnya dengan sanski

pidana. Tindak pidana ini juga disebut mala quia prohibita.

Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana formil dan tindak

pidana materiil, yaitu:43

a. Tindak pidana formil merupakan tindak pidana yang menitik beratkan

pada perbuatan yang dilarang. Sehingga dapat dikatakan tindak pidana

yang telah dianggap terjadi atau selesai dengan telah dilakukannya

perbuatan yang dilarang dalam undang-undang, tanpa mempersoalkan

akibat.

b. Tindak pidana materiil merupakan tindak pidana yang menitik

beratkan pada akibat yang dilarang. Dengan kata lain, tindak pidana

yang baru dianggap telah terjadi, atau dianggap telah selesai apabila

akibat yang dilarang itu telah terjadi. Apabila belum terjadi akibat yang

dilarang, maka belum bisa dikatakan selesai tindak pidana ini, yang

terjadi baru percobaannya.

Tindak pidana juga dapat dibedakan atas delik comissionis, delik

omisionis dan delik comisionis peromissionis comissa, diantaranya yaitu:

a. Delik Comissionis merupakan delik yang berupa pelanggaran terhadap

larangan, yaitu berbuat sesuatu yang dilarang.

b. Delik Omissionis merupakan delik yan berupa pelanggaran terhadap

perintah, yaitu tidak berbuat sesuatu yang diperintah.

c. Delik Comissionis Per Omissionis Comissa merupakan delik yang

berupa pelanggaran terhadap larangan, akan tetapi dilakukan dengan

cara tidak berbuat.

Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana kesengajaan dan

tindak pidana kealpaan (delik dolus dan delik culpa), yaitu:44

a. Tindak pidana kesengajaan atau disebut juga delik dolus merupakan

tindak pidana yang memuat unsur kesengajaan.

43

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, (Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang, 2012), Cet. ke-3, h. 107-108 44

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, …, h.

109

Page 37: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

27

Tindakan tercela yang dilakukan dengan sengaja dipandang perlu

diangkat jadi tindak pidana, karena kesengajaan itu yang mendorong

penilaian untuk menyatakan keberbahayaan petindak di satu pihak dan

tindakannya dilain pihak.45

Menurut sifatnya ada dua jenis kesengajaan. Pertama, dolus malus

yaitu seseorang melakukan tindak pidana tidak saja hanya

menghendaki tindakannya itu, tetapi juga tindakan tersebut dilarang

oleh undang-undang dan diancam dengan pidana. Kedua, kesengajaan

yang tidak mempunyai sifat tertentu (kleurloos begrip). Dalam hal ini

seseorang melakukan suatu tindak pidana tertentu, cukup jika (hanya)

menghendaki tindakannya itu.46

b. Tindak pidana kealpaan atau disebut juga delik culpa merupakan delik-

delik yang memuat unsur kealpaan. Dalam suatu tindakan yang dapat

dipidana akibat pada kealpaan yaitu tidak dikehendaki pelaku

walaupun dapat diperkirakan.47

Tindak pidana dapat dibedakan atas delik tunggal dan delik

berganda. Pertama pada delik tunggal ialah delik yang cukup dilakukan

dengan satu kali perbuatan. Yang artinya delik ini dianggap telah terjadi

dengan hanya dilakukan sekali perbuatan. Kedua, delik berganda ialah

delik yang untuk kualifikasinya baru terjadi apabila dilakukan beberapa

kali perbuatan.

Tindak pidana dapat pula dibedakan atas tindak pidana yang

berlangsung merupakan tindak pidana yang mempunyai ciri, bahwa

keadaan atau perbuatan yang terlarang itu berlangsung terus. Dengan

demikian tindak pidana tersebut berlangsung terus menerus. Selain itu,

tindak pidana yang tidak berlangsung terus merupakan tindak pidana yang

mempunya ciri bahwa keadaan yang terlarang itu tidak berlangsung terus.

Jenis tindak pidana ini akan selesai dengan telah dilakukannya perbuatan

yang dilarang atau telah timbulnya akibat.48

45

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, …, h.164 46

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, …, h.169 47

S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, …, h.189 48

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, h. 109

Page 38: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

28

Selain itu, tindak pidana juga dapat dibedakan atas tindak pidana

aduan dan tindak pidana bukan aduan, yaitu:49

a. Tindak pidana aduan merupakan tindak pidana yang penuntutannya

hanya dilakukan apabila ada pengaduan dan pihak yang terkait atau

yang dirugikan. Dengan demikian, apabila tidak ada pengaduan

terhadap tindak pdana itu tidak boleh dilakukan penuntutan. Tindak

pidana adua dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Tindak pidana aduan absolut merupakan tindak pidana yang

mempersyaratkan secara absolut adanya pengaduan untuk

penuntutannya. Jenis tindak pidana aduan ini menjadi aduan,

karena sifat dari tindak pidananya sendiri.

2) Tindak pidana aduan relatif merupakan tindak pidana laporan

(tindak pidana biasa) yang karena dilakukan dalam lingungan

keluarga yang kemudian menjadi tindak pidana aduan.

b. Tindak pidana bukan aduan, ayitu tindak pidana yang tidak

mempersyaratkan adanya pengaduan untuk penuntutan.

Jenis tindak pidana yang terakhir dapat dibedakan atas tindak

pidana biasa (dalam bentuk pokok) merupakan bentuk tindak pidana

yang paling sederhana, tanpa adanya unsur yang bersifat memberatkan

dan tindak pidana yang dikualifikasi merupakan tindak pidana dalam

bentuk pokok yang ditambah dengan adanya unsur pemberat sehingga

ancaman pidananya menjadi lebih berat.50

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi

1. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Istilah korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa Latin yakni

corruptio atau corruptus. Yang kemudian dalam Bahasa Inggris menjadi

corruption atau corrupt dalam Bahasa Belanda menjadi istilah coruptie.

Dan dalam bahasa Indonesia lahir kata korupsi. Secara istilah tersebut

berarti segala macam perbuatan yang tidak baik, keburukan, kebejatan,

49

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, h. 110 50

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, h. 111

Page 39: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

29

ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari

kesucian.51

Istilah korupsi telah mewarnai perbendaharaan kata dalam berbagai

bahasa. Korupsi pun sering dikaitkan dengan ketidakjujuran atau

kecurangan seseorang dalam bidang keuangan. Dengan demikian,

melakukan kecurangan atau penyimpangan menyangkut keuangan.52

Adapun arti harfiah dari korupsi merupakan sesuatu yang busuk,

jahat dan merusak karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan

keadaan yang busuk. Menurut W.J.S. Poereadarminta, istilah korupsi

merupakan perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang serta

penerimaan uang sogok. Sehingga jabatan dalam instansi atau aparatur

pemerintah terdapat penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena

pemberian, faktor ekonomi dan politik. Serta penempatan keluarga atau

golongan ke dalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya. Adapun

menurut Subekti dan Tjitrosiedibio dalam Kamus Hukum, yang dimaksud

curruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan

keuangan negara.53

Dalam arti sosial tampaknya masyarakat memang mengasosiasikan

korupsi sebagai penggelapan uang (milik negara atau kantor) dan

menerima suap dalam hubungannya dengan jabatan atau pekerjaan,

walaupun dari sudut hukum tidak persis sama. Sedangkan dari sudut

hukum banyak syarat atau unsur yang harus dipenuhi bagi suatu tingkah

laku agar dapat dikualifikasikan sebagai salah satu dari tindak pidana

korupsi sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang.54

Munculnya perbuatan korupsi didorong oleh dua motivasi. Pertama,

motivasi intrinsic ialah adanya dorongan memperoleh kepuasan yang

ditimbulkan oleh tindakan korupsi. Sehingga, pelaku merasa mendapatkan

51

Adami Chawazi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, (Malang:

Bayumedia, 2005), Cet. ke-2, h. 1 52

Elwi Danil, KORUPSI: Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, (Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2011), h.3 53

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, …, h.9 54

Adami Chawazi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, …, h. 2

Page 40: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

30

kepuasan dan kenyamanan tersendiri ketika berhasil melakukannya.

Kedua, motivasi ekstrinsik merupakan dorongan korupsi dari luar diri

pelaku yang tidak menjadi bagian melekat dari pelaku itu sendiri.

Baharudin Lopa mengutip pendapat dari David M. Chalmers,

menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang seperti yang

menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di

bidang ekonomi karena manipulasi dan keputusan mengenai keuangan

yang membahayakan perekonomian sering dikategorikan perbuatan

korupsi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum karena

digunakan terhadap kesalahan ketetapan oleh pejabat yang menyangkut

bidang perekonomian umum. Tidak hanya itu, pembayaran terselubung

dalam bentuk pemberian hadiah, ongkos administrasi, pelayanan,

pemberian hadiah kepada sanak keluarga, pengaruh kedudukan sosial, atau

hubungan apa saja yang merugikan kepentingan dan kesejahteraan umum

dengan atau tanpa pembayaran uang. Bentuk korupsi lainnya ialah korupsi

politik seperti pada penelitian umum, termasuk memperoleh suara dengan

uang, janji dengan jabatan atau hadiah khusus, paksaan, intimidasi, dan

campur tangan terhadap kebebasan memilih. Korupsi dalam jabatan

melibatkan penjualan suara dalam legislatif, keputusan administrasi atau

keputusan yang menyangkut pemerintahan.55

2. Faktor Penyebab Tindak Pidana Korupsi

Penyebab terjadinya korupsi secara terperinci terdapat tiga hal, yaitu:56

a. Keserakahan (corruption by greed), korupsi ini terjadi pada orang yang

sebenarnya tidak butuh, tidak mendesak secara ekonomi, jabatan

tinggi, bahkan mungkin sudah kaya tetapi kekuasaan yang tak

terbendung menyebabkan terlibat praktik korupsi.

b. Kebutuhan (corruption by need) merupakan korupsi yang dilakukan

karena keterdesakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar hidup (basic

needs).

55

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, …, h.10 56

Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus Diluar KUHP: Korupsi, Money Laundering &

Trafficking, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), Cet. ke-1, h.7

Page 41: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

31

c. Adanya peluang (corruption by chance) ialah korupsi yang dilakukan

karena adanya peluang yang besar untuk melakukan korupsi, peluang

untuk cepat kaya melalui jalan pintas, peluang cepat naik jabatan

secara instan. Cenderung didukung oleh lemahnya system organisasi,

rendahnya akuntabilitas publik, longgarnya pengawasan masyarakat,

serta keroposnya penegakan hukum yang diperparah dengan sanksi

hukm yang tidak membuat jera. Korupsi justru diberikan kesempatan

dan diberi peluang, bahkan dilindungi sehingga meggoda para pejabat

atau pemegang amanah untuk berbuat korupsi atau menerima suap.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan korupsi, antara lain:57

a. Lemahnya pendidikan agama dan etika.

b. Kolonialisme dari suatu pemerintahan asing tidak menggugah

kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.

c. Kurangnya pendidikan, namun kenyataannya sekarang kasusu korupsi

di Indonesia dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan

intelektual yang tinggi, terpelajar, dan terpandang sehingga alasan ini

dapat dikatakan kurang tepat.

d. Kemiskinan, namun kebanyakan para pelakunya bukanlah dari

kalangan yang tidak mampu melainkan para konglomerat.

e. Tidak adanya sanksi yang keras dan tegas

f. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi.

g. Struktural pemerintahan.

h. Perubahan radikal, pada saat ini system nilai mengalami perubahan

radikal. Korupsi muncul sebagai suatu penyakit transisional.

i. Keadaan masyarakat, sehingga korupsi dalam suatu birokrasi bias

mencerminkan keadaan masyarakat secara keseluruhan.

Faktor yang paling penting dan genting terjadinya tindak pidana

korupsi dalam dinamika korupsi ialah keadaan moral dan intelektual para

pemimpin masyarakat. Ketika moral masyarakat Indonesia dibenturkan

57

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, …, h.11

Page 42: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

32

dengan keadaan ekonomi yang semakin memburuk dengan skala nasional

menimbulkan peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi. Namun,

sangat disesalkan ketika para pemimpin diberi amanah karena memiliki

nilai intelektual dan integritas yang mampu menjadi tombak utama dari

sebuah sistem harus dirusak hanya karena nafsu dan kepuasan sesaat.

Menurut pakar hukum pidana Selo Soemardjan, ada faktor-faktor

sosial yang melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum, antara lain:58

a. Desintegrasi (anomie) sosial karena perubahan sosial terlalu cepat

sejak revolusi nasional dan melemahnya batas milik negara dan milik

pribadi

b. Fokus budaya bergeser yang semula nilai utama orientasi sosial beralih

menjadi orientasi harta. Kaya tanpa harta menjadi kaya dengan harta

c. Pembangunan ekonomi menjadi panglima pembangunan bukan

pembangunan sosial atau budaya

d. Penyalahgunaan kekuasaan negara sebagai short cut mengumpulkan

harta

e. Paternalism merupakan korupsi tingkat tinggi, menurun, menyebar

meresap dalam kehidupan masyarakat

f. Pranata-pranata sosial control tidak efektif lagi

Sedangkan menurut Klitgaar, Hamzah, Lopa, BPKP, dan World

Bank berpendapat bahwa penyebab korupsi karena deskresi pegawai

publik yang terlalu besar, rendahnya akuntabilitas publik, lemahnya

kepemimpinan, gaji pegawai public dibawah kebutuhkan hidup,

kemiskinan, moral rendah atau disiplin endah, konsumtif, pengawasan

dalam organisasi kurang, atasan memberi contoh, konsekuensi (biaya)

akibat ditangkap lebih rendah dari keuntungan yang diperoleh, para

pegawai publik mesti menjadi sumber dana organisasi dan kondisi

58

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, …, h.19

Page 43: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

33

masyarakat yang lemah tidak terorganisasi untuk mampu melawan

korupsi.59

3. Jenis Jenis Tindak Pidana Korupsi

Bentuk-bentuk tindak pidana korupsi mempunyai unsur-unsru

tertentu dan diancam dengan jenis pidana dengan sistem pemidanaan

tertentu pula, yaitu:60

a. Tindak pidana korupsi dengan memperkaya diri sendiri, orang lain

atau suatu korporasi dirumuskan dalam (pasal 2), sebagai berikut:

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

yang dapat merugikan keuangan negara, dipidana dengan pidana

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun

dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat

dijatuhkan.

Tindak pidana korupsi pada ayat (1) terdiri atas unsur-unsur

berdasarkan perbuatannya dapat memperkaya diri sendiri, memperkaya

orang lain dan memperkaya suatu korporasi. Dengan cara melawan

hukum atau istilah lain tidak berhak atau tidak berwenang merupakan

suatu pengertian tentang sifat tercelanya atau sifat terlarangnya suatu

perbuatan. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara yang diakibatkan kerugian negara dapat timbul dari perbuatan

memperkaya diri sendiri dengan melawan hukum. Ukurannya dapat

menimbulkan kerugian yang didasarkan pada pengalaman dan logika atau

akal orang pada umumnya dengan memperhatikan berbagai aspek sekitar

perbuatan yang dikategorikan memperkaya diri tersebut. Keuangan negara

adalah kekayaan negara dalam bentuk apapun, termasuk hak-hak dan

kewajiban. Sedangkan perekonomian negara adalah kehidupan

perekonomian negara yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

59

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, ..., h.21 60

Adami Chawazi, Pelajaran Pengantar Hukum Pidana 1, ..., h. 34

Page 44: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

34

asas kekeluargaan atau masyarakat yang didasarkan pada kebijakan

pemerintah untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Unsur yang

dilakukan dalam keadaan tertentu apabila dilakukan pada waktu negara

dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yangberlaku, pada

waktu terjadinya bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak

pidana korupsi, dan pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi dan

moneter.61

Tindak pidana korupsi dengan menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan, sarana jabatan, atau kedudukan. Tindak pidana tersebut

dimuat dalam pasal 3, sebagai berikut:

“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi,menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara, dipidana penjara paling saingkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda paling sedikit Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Terdapat unsur-unsur objektif berdasarkan perbuatannya

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan dan sarana. Yang ada

padanya karena jabatan dan kedudukan. Yang dapat merugikan keuangan

negara dan perekonomian negara. Sedangkan unsur-unsur subjektif dengan

tujuan menguntungkan diri sendiri, menguntungkan orang lain, dan

menguntungkan suatu korporasi.

Menurut, M. Amin Rais ada empat macam jenis korupsi, sebagai

berikut:62

a. Korupsi ekstortif yaitu sogokan atau suap yang dilakukan oleh

pengusaha kepada penguasa.

b. Korupsi manipulatif seperti seseorang yang memiliki kepentingan

ekonomis meminta kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat

61

Adami Chawazi, Pelajaran Pengantar Hukum Pidana 1, …., h. 35-46 62

Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus Diluar KUHP: Korupsi, Money Laundering & Trafficking, ..., h. 9

Page 45: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

35

peraturan atau undang-undang yang menguntungkan bagi usaha

ekonominya, sekalipun berdampak negatif bagi rakyat banyak.

c. Korupsi nepotisik merupakan korusi yang terjadi karena adanya ikatan

keluarga.

d. Korupsi subversive ialah korupsi dimana mereka merampok kekayaan

negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan kepada pihak asing,

tentu dengan sejumlah keuntungan pribadi.

Tindak pidana korupsi dapat pula dilihat atas dasar substansi

objeknya, sebagai berikut:63

a. Tindak pidana korupsi murni merupakan tindak pidana korupsi yang

substansi objeknya mengenai hal yang berhubungan dengan

perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum yang menyangkut

keuangan negara, perekonomian negara, dan kelancaran pelaksanaan

atau pekerjaan pegawai negeri atau pelaksana pekerjaan yang bersifat

publik. Atas dasar kepentingan hukum dapat dikelompokan menjadi

empat, yaitu:

1) Tindak pidana korupsi yang dibentk dengan substansi untuk

melindungi kepentingan hukum terhadap keuangan negara dan

perekonomian negara.

2) Tindak pidana korupsi yang dibentuk untuk melindungi

kepentingan hukum terhadap kelancaran tugas-tugas dan pekerjaan

pegawai negeri atau orang yang pekerjaannya berhubungan dan

menyangkut kepentingan umum.

3) Tindak pidana korupsi yang dibentuk untuk melindungi

kepentingan hukum terhadap keamanan umum bagi barang atau

orang atau keselamatan negara dalam keadaan perang dari

perbuatan yang bersifat menipu.

4) Tindak pidana korupsi yang dibentuk untuk melindungi

kepentingan hukum mengenai terselengaranya tugas-tugas publik

63

Adami Chawazi, Pelajaran Pengantar Hukum Pidana 1,…, h. 20

Page 46: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

36

atau tugas pekerjaan pegawai negeri. Hal ini menyangkut

kepentingan umum dari penyalahgunaan kewenangan dan sarana

karena pekerjaan atau jabatan yang dimilikinya sebagai pegawai

negeri atau berkedudukan dan tugasnya untuk kepentingan umum.

Tindak pidana korupsi kelompok ini merupakan kejahatan

jabatan, artinya subjek hukumnya pegawai negeri atau orang selain

pegawai negeri (disamakan dengan pegawai negeri) yang

menjalankan tugas-tugas pekerjaan yang menyangkut kepentingan

publik dengan menyalahgunakan kedudukannya.

b. Tindak pidana korupsi tidak murni merupakan tindak pidana yang

substansi objeknya mengenai perlindungan hukum terhadap

kepentingan hukum bagi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas

penegak hukum dalam upaya pemberantasan tindak pidana

korupsi.

Selain itu, tindak pidana korupsi dapat dibedakan atas dasar subjek

hukum atau si pembuatnya menjadi 2 kelompok, yaitu:

1) Tindak pidana umum merupakan bentuk-bentuk tindak pidana

korupsi yang ditujukan tidak terbatas kepada orang-orang yang

berkualitas sebagai pegawai negeri. Akan tetapi ditujukan pada

setiap orang termasuk korporasi dan berlaku untuk semua

orang yang termasuk dalam kelompok tindak pidana umum.

2) Tindak pidana korupsi pegawai negeri dan atau penyelenggara

negara merupakan tindak pidana korupsi yang hanya dapat

dilakukan oleh orang yang berkualitas sebagai pegawai negeri

atau penyelenggara negara. Artinya tindak pidana yang

dirumuskan itu semata-mata dibentuk untuk pegawai negeri

atau penyelenggara negara. Dan kualitas pegawai negeri

merupakan unsur esensalia tindak pidana. Tindak pidana ini

korupsi ini merupakan bagian dari kejahatan atau dapat disebut

kejahatan jabatan khusus.

Page 47: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

37

Dapat pula dibedakan atas dasar sumber tindak pidana korupsi,

sebagai berikut:

a. Tindak pidana korupsi yang bersumber pada KUHP dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Tindak pidana korupsi yang dirumuskan tersendiri dalam

Undang Undang Nomor 31 Tahun 199 jo Undang Undang

Nomor 20 Tahun 2001. Rumusan tersebut berasal atau

bersumber dari rumusan tindak pidana dalam KUHP. Formula

rumusannya agak berbeda dengan rumusan as;inya dalam

pasal KUHP yang bersangkutan, tetapi substansinya sama.

2) Tindak pidana korupsi yang menunjuk pada pasal-pasal

tertentu dalam KUHP dan ditarik menjadi tindak pidana

korupsi dengan mengubah ancaman dan sistem

pemidanaannya.

b. Tindak pidana korupsi yang oleh Undang Undang Nomor 31

Tahun 1999 diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun

2001 dirumuskan sendiri sebagai tindak pidana korupsi.tindak

pidana asli yang dibentuk oleh undang-undang tersebut

sebagaimana dirumuskan dalam pasal 2, 3, 12B, 13, 15, 16, 21, 22,

dan 24.

Selain itu, dapat dibedakan atas dasar tingkah laku atau

perbuatan dalam rumusan tindak pidana, yaitu:

a. Tindak pidana korupsi aktif atau tindak pidana korupsi positif

ialah tindak pidana korupsi yang dalam rumusannya

mencantumkan unsur perbuatan aktif. Perbuatan aktif atau

perbuatan materiil yang bisa disebut juga perbuatan jasmani

adalah perbuatan untuk mewujudkannya diperlukan gerakan tubuh

atau bagian dari tubuh orang.

b. Tindak pidana korupsi pasif atau tindak pidana korupsi negatif

adalah tindak pidana yang unsur tingkah lakunya dirumuskan

secara pasif. Bahwa tindak pidana pasif adalah tindak pidana yang

Page 48: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

38

melarang untuk tidak berbuat aktif. Tindak pidana pasif dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1) Tindak pidana pasif murni ialah tindak pidana pasif yang

dirumuskan secara formil atau yang pada dasarnya semata-mata

unsur perbuatannya adalah berupa perbuatan pasif. Tindak

pidana korupsi pasif menurut Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

semuanya adalah berupa tindak pidana pasif murni.

2) Tindak pidana pasif tidak murni adalah berupa tindak pidana

yang pada dasarnya berupa tindak pidana aktif, tetapi dapat

dilakukan dengan cara tidak berbuat atau tidak melakukan

perbuatan aktif. Tindak pidana yang mengandung akibat

terlarang (tindak pidana materiil) yang dilakukan dengan tidak

berbuat aktif sehingga dengan tidak berbuat (yang melanggar

kewajiban hukumnya untuk berbuat) menimbulkan akibat yang

dilarang menurut undang-undang.

Bagian terakhir, dapat dibedakan atas dasar dapat-tidaknya

merugikan keuangan dan atau perekonomian negara, yaitu ada dua.

Pertama, tindak pidana korupsi yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara bukanlah tindak pidana materiil, melainkan

tindak pidana formil. Terjadinya tindak pidana korupsi secara sempurna

tidak perlu menunggu timbulnya kerugian negara. Kedua, tindak pidana

korupsi yang tidak mensyaratkan dapat menimbulkan kerugian keuangan

negara atau perekonomian negara. Tindak pidana korupsi yang terdapat

unsur atau syarat dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara

seperti dimaksud pada sub pertama, terdapat dalam pasal: 2, 3, 15 jo 2 dan

3 (sepanjang percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat itu

dilakukan dalam rangka melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana

dirumuskan dalam pasal 2 dan 3).

Page 49: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

39

4. Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi

Menurut Muladi dikutip oleh Mustofa Hasan dan Beni Ahmad

Saebani membagi teori tujuan pemidanaan menjadi tiga kelompok, yaitu:64

a. Teori absolut (retributif) bahwa pemidanaan merupakan pembalasan

atas kesalahan yang telah dilakukan sehingga berorientasi pada

perbuatan yang terletak pada terjadinya kejahatan.

b. Teori teleologis (tujuan) bahwa pemidanaan bukan sebagai

pembalasan atas kesalahan pelaku, melainkan sarana mencapai

tujuan yang bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju

kesejahteraan masyarakat.

c. Teori retributive-teleogis bahwa pemidanaan bersifat plural karena

menggabungkan antara prinsip-prinsip teleogis dan retributive

sebagai satu kesatuan.

Dalam rancangan Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)

ada dua jenis pidana, sebagai berikut:65

Pertama, Pidana Pokok:

a. Pidana penjara adalah suatu pidana berupa pembatasan kebebasan

bergerak yang dilakukan dengan menutup di dalam sebuah lembaga

pemasyarakatan.

b. Pidana tutupan adalah pidana yang dimaksudkan untuk mengganti

pidana penjara yang sebenarnya dapat dijatuhkan oleh hakim bagi

pelaku tindak kejahatan yang didorong dan patut dihormati. Sehingga,

pemidanaannya atas keputusan hakim.

c. Pidana pengawasan

d. Pidana denda

e. Pidana kerja sosial

f. Pidana mati bersifat khusus dan selalu diancamkan secara alternative.

Kedua, Pidana Tambahan:

64

Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Bandung:

CV Pustaka Setia, 2013), Cet. ke-1, h.15 65

Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), h.104

Page 50: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

40

a. Pidana denda

b. Pidana kurungan

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999,

jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa

tindak pidana korupsi atau terhadap orang yang melakukan tindak pidana

korupsi, sebagai berikut:66

a. Pidana mati, dapat dipidana mati kepada setiap orang yang secara

melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara sebagaimana ditentukan Pasal 2 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dilakukan dalam

“keadaan tertentu”. Adapun yang dimaksud dengan “keadaan tertentu”

adalah pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak

pidana tersebut yang berlaku, pada waktu terjadi bencana alam

nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi atau pada saat

negara dalam keadaan krisis ekonomi (moneter).

b. Pidana penjara terbagi menjadi empat belas, yaitu:

1) Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat

empat tahun dan paling lama dua puluh tahun dan denda paling

sedikit Rp 200.000.000,- dan paling banyak Rp 1.000.000.000 bagi

setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

(pasal 2 ayat (1))

2) Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat

satu tahun dana tau denda paling sedikit Rp 50.000.000,- dan

paling banyak Rp 1.000.000.000,- bagi seiap orang yang dengan

tjuan menguntungan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana

66

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, ..., h.12

Page 51: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

41

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. (pasal 3)

3) Pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama lima

tahun atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,- dan paling banyak

Rp 250.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209 KUHP. (pasal 5)

4) Pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas

tahun dana atau paling sedikit Rp 150.000.000,- dan paling banyak

Rp 750.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 KUHP. (pasal 6)

5) Pidana penjara paling singkat dua tahun dan paling lama tujuh

tahun dana tau denda paling sedikit Rp 100.000.000,- dan paling

banyak Rp 350.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 387 atau Pasal 388

KUHP. (pasal 7)

6) Pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas

tahun dana tau denda paling sedikit Rp 150.000.000,- dan paling

banyak Rp 750.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415 KUHP. (pasal 8)

7) Pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama lima

tahun dana tau denda paling sedikit Rp 50.000.000,- dan paling

banyak Rp 250.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416 KUHP. (pasal 9)

8) Pidana penjara paling singkat dua tahun dan paling lama tujuh

tahun dana tau denda paling sedikit Rp 100.000.000,- dan paling

banyak Rp 350.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417 KUHP. (pasal 10)

9) Pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama lima

tahun dana tau denda paling sedikit Rp 50.000.000,- dan paling

banyak Rp 250.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418 KUHP. (pasal 11)

Page 52: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

42

10) Pidana penjara seumur hidup dana atau pidana penjara paling

singkat empat tahun dan paling lama dua puluh tahun dana tau

denda paling sedikit Rp 200.000.000,- dan paling banyak Rp

1.000.000.000,- bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, 420, 423, 425, 435

KUHP. (pasal 7)

11) Pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama dua belas

tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,- dan paling

banyak 600.000.000,- bagi setiap orang yang dengan sengaja

mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau

tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang

pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi

dalam perkara korupsi. (pasal 21)

12) Pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama dua belas

tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,- dan paling

banyak Rp 600.000.000,- bagi setiap orang sebagaimana dimaksud

dalam pasal 28, 29, 35, dan 36 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang

tidak benar. (pasal 22)

13) Pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama enam

tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,- dan paling

banyak Rp 300.000.000,- bagi pelanggaran ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 220, 231, 421, 422, 429, 430 KUHP. (pasal

23)

14) Pidana penjara paling lama tiga tahun dan atau denda paling

banyak Rp 150.000.000,- bagi saksi yang tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999. (pasal 24)

c. Pidana tambahan dapat merupakan perampasan barang bergerak yang

berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang

digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,

Page 53: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

43

termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi

dilakukan, begitupula dari barang yang menggantikan barang-barang

tersebut. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak sama

dengan harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. Penutupan

seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau

sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh

pemerintah kepada terpidana. Jika terpidana tidak membayar uang

pengganti paling lama dalam waktu satubulan sesudah putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta

bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang

pengganti tersebut.

d. Gugatan perdata kepada ahli warisnya dalam hal terdakwa meninggal

dunia pada saat dilakukukan pemeriksaan siding pengadilan,

sedangkan secara nyata telah ada kerugian negara, maka penuntut

umum segera menyerahkan salinan berkas berita acara siding tersebut

kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang

dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata kepada ahli warisnya.

Pemidanaan merupakan tahapan penetapan sanksi terhadap pelaku

tindak pidana. Penjatuhan pidana harus harus berdasarkan peraturan

perundang-undangan, badan yang berwenang dan instansi pelaksana yang

berwenang. Pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana korupsi harus

diterapkan sanksi yang tegas. Sehingga tujuan diberikan pemidanaan dapat

terwujud agar pembinaan terhadap para pelaku dan pencegahan orang lain

tidak melakukan tindak pidana yang sama. Oleh karena itu, hakim harus

teliti dan hati hati untuk penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tindak

pidana.

C. Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

1. Istilah dan Pengertian Jarimah

Hukum pidana Islam dalam bahasa Arab disebut dengan jarimah

atau jinayah yang berasal dari kata jarama-yajrimu-jarimatan artinya

Page 54: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

44

“berbuat” dan “memotong”. Secara khusus digunakan terbatas pada

“perbuatan dosa” atau “perbuatan yang dibenci”. Kata jarimah juga berasal

dari kata ajrama-yajrimu artinya “melakukakn sesuatu yang bertentangan

dengan kebenaran, keadilan, dan menyimpang dari jalan yang lurus”.67

Istilah jarimah oleh sebagian ahli fiqh dianggap sama dengan istilah

jinayah. Menurut Wahbah Al-Zulhaili jarimah berarti dosa, kemaksiatan,

atau semua jenis perbuatan manusia berupa kejahatan yang dilakukan..

Kata jarimah dalam bentuk kata kerjanya disebutkan dalam Al-Qur‟an,

dalam QS. Al-Maidah (5):8 :68

Artinya : “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum

mendorong kau untuk berlaku tidak adil”

Secara terminologis, jarimah merupakan larangan-larangan syara‟

yang diancam oleh Allah dengan hukuman hudud dan takzir. Menurut

Qanun no. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat, bahwa jarimah adalah

perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam yang dalam qanun ini diancam

dengan uqubah hudud dan atau tazir.69

Menurut Qanun No. 7 Tahun 2013

tentang Hukum Acara Jinayat, jarimah adalah melakukan perbuatan yang

diperintahkan oleh syariat Islam dalam Qanun Jinayat diancam uqubah

hudud, qisash, diyat, dan atau tazir.70

Definisi jarimah menurut fuqaha

ialah melakukan perbuatan yang diharamkan dan diancam dengan sanksi

hukum atau tindakan melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan yang

diperintahkan dan diancam dengan sanksi hukum atas tindakan tidak

melakukan.71

Menurut pendapat Al-Mawardi, jarimah (tindakan criminal) adalah

semua tindakan yang diharamkan oleh syariat. Allah Ta‟ala mencegah

terjadinya tindak criminal dengan menjatuhkan hudud atau ta‟zir kepada

67

Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2019), Cet. ke-1, h.1 68

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: AMZAH, 2016), Cet. ke-1, h. 7 69

Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat 70

Qanun Aceh No. 7 Tahun 2013 tentang Acara Jinayat 71

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, …, h. 10

Page 55: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

45

pelakunya. Adapun menurut Abdul Qadir „Audah, jarimah ialah

melakukan perbuatan yang diharamkan yang apabila melakukannya

mengakibatkan ancaman sanksi hukum tertentu, atau tidak melakukan

perbuatan yang dilarang, yang diancam sanksi hukum tertentu apabila

tidak melakukannya atau dengan kata lain, melakukan atau meninggalkan

(perbuatan) yang keharamannya telah ditetapkan oleh syariat dan adanya

ancaman hukuman tertentu72

Sedangkan menurut Muhammad Abu Zahrah, jarimah ialah

melakukan perbuatan yang dilarang Allah, membangkang perintah Allah,

atau dengan kata lain membangkang terhadap perintah Allah yang

ditetapkan dalam hukum syara‟ yang mulia. Menurut kamus Al-Arabiyyah

Al-Muyassarah, jarimah dalam arti luas adalah pelanggaran terhadap

prinsip-prinsip kemasyarakatan. Dalam masyarakat modern jarimah

dipahami sebagai pelanggaran terhadap undang-undang. Secara yuridis

suatu tindakan bisa dipandang sebagai pidana, tindakan itu harus

dilakukan oleh orang yang mampu mempertanggung jawabkannya, yaitu

orang yang dewasa dan berakal sehat. Sanksi pidana yang akan dikenakan

kepada pelaku harus diselenggarakan oleh pemerintah atau melalui

undang-undang.73

2. Unsur-Unsur Jarimah atau Tindak Pidana

Menurut pendapat M. Nurul Irfan unsur-unsur jarimah jika ditinjau

berdasarkan objek utama fiqh jinayah dapat dibedakan menjadi tiga

bagian, yaitu:74

a. Al-rukn al-syar‟i atau unsur formil ialah unsur yang menyatakan

bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika ada

undang-undang yang secara tegas melarang dan menjatuhkan sanksi

kepada pelaku tindak pidana.

72

Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), …, h.15 73

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, …, h. 11 74

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2016), Cet. ke-4, h. 2

Page 56: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

46

b. Al-rukn al-madi atau unsur materiil ialah unsur yang menyatakan

bahwa seseorang dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti

melakukan sebuah jarimah, baik yang bersifat positif (aktif dalam

melakukan sesuatu) maupun yang bersifat negatif (pasif dalam

melakukan sesuatu).

c. Al-rukn al-adabi atau unsur moril ialah unsur yang menyatakan bahwa

seseorang dapat dipersalahkan jika ia bukan orang gila, anak dibawah

umur, atau sedang berada dibawah ancaman.

Pelaku jarimah dalam unsur formal megharuskan adanya nash. Allah

SWT mengajarkan bahwa tidak akan menyiksa hamba-Nya sebelum

mengutus utusan-Nya untuk memberikan hukuman yang akan ditimpakan

kepada mereka yang membangkang ajaran Rasul Allah. Khusus jarimah

ta‟zir harus ada peraturan dan undang-undang yang telah dibuat oleh

penguasa. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra 17(15) :75

Artinya :“Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka

sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan

barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi

dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa tidak dapat

memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa

sebelum Kami mengutus rasul.”

Pada unsur materiil perbuatan melawan hukum yang benar-benar

telah dilakukan. Hadis Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu

Hurairah mengajarkan bahwa Allah melewatkan hukuman untuk umat

Nabi Muhammad SAW atas sesuatu yang masih terkandung dalam hati,

selagi ia tidak mengatakan dengan lisan atau mengerjakan dengan nyata.

75

Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), , , h.84

Page 57: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

47

Dalam unsur moral yang terpenting merupakan adanya niat pelaku untuk

berbuat tindak pidana atau jarimah.76

Secara garis besar unsur-unsur tindak pidana harus memenuhi

syarat pada setiap tindak pidana. Antara unsur formal, materiil dan moral

saling berkaitan satu sama lain. Dan ketiga unsur tersebut jika

diklasifikasikan menjadi unsur umum dalam sebuah tindak pidana.

Menurut pendapat Asep Saepudin Jahar sebagaimana dikutip oleh

Mardani dalam unsur-unsur tindak pidana terdapat 3 hal ruang lingkup,

yaitu:77

a. Subjek perbuatan ialah pelaku atau menyangkut pertanggung jawaban

pidana, merupakan keadaan yang membuat seseorang dapat dipidana

serta alasan-alasan dan keadaan apa saja yang membuat seseorang

terbukti melakukn tindak pidana dapat dipidana.

b. Objek perbuatan, ialah perbuatan yang dilarang dan lazim disebut

sebagai tindak pidana, perbuatan pidana atau peristiwa pidana.

c. Saksi hukuman merupakan hukuman atau sanksi yang dapat dijatuhkan

kepada seseorang yang melakukan tindak pidana dan kepadanya

dianggap bertanggungjawab.

3. Ruang Lingkup dan Macam-Macam Jarimah

Ruang lingkup fiqh jinayah merupakan pondasi terpenting dalam

menentukan seseorang melakukan tindak pidana. Kajian-kajian tersebut

memiliki tiga kunci utama, sebagai berikut:

a. Jarimah Qisash, secara bahasa berasal dari kata qashasha-yaqushshu-

qishashan yang artinya mengikuti dan menelusuri jejak kaki. Qisash

berarti menelusuri jejak kaki manusia atau hewan, dimana antara jejak

kaki dan telapak kaki pasti memiliki kesamaan bentuk. Qishash

merupakan suatu ketentuan Allah berkenaan dengan kesamaan antara

perbuatan pidana dan sanksi hukumannya. Menurut pendapat Al-

76

Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), …, h.85 77

Mardani, Hukum Pidana Islam, …, h.8

Page 58: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

48

Jurjani, qisash ialah mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum)

kepada pelaku persis seperti tindaka yang dilakukan oleh pelaku

terhadap korban. Selain itu, Al-Mu‟jam Al-Wasith mengartikan qisash

dengan menjatuhkan sanksi hukum kepada pelaku tindak pidana sama

persis dengan tindak pidana yang dilakukan; nyawa dengan nyawa dan

anggota tubuh dibalas dengan anggota tubuh.78

Pada dasarnya,

seseorang haram menghilangkan nyawa orang lain tanpa alasan syara‟

bahkan Allah mengatakan tidak ada dosa yang lebih besar lagi setelah

kekafiran selain pembunuhan terhadap orang mukmin. Dalam Islam

pemberlakuan hukum mati terhadap pelaku pembunuhan sengaja tidak

bersifat mutlak jika korban atau wali korban memaafkan, sehingga

hukuman dapat gugur atau diganti (diyat). Diyat merupakan hukuman

pengganti (uqubah badaliah) dari hukuman asli (uqubah ashliyah)

dengan syarat adanya pemberian maaf dari korban atau wali korban.

Jarimah qisash terbatas jumlah dan hukumannya tidak mengenal batas

tertinggi atau terendah untuk setiap jarimah. Qisash mengenal hak

perseorangan hanya diberikan kepada korban atau wali korban, bahkan

kepala negara tidak berkuasa memberikan pengampunan kecuali ia

merupakan wali korban. Kekuasaan hakim terbatas pada penjatuhan

hukuman apabila perbuatan yang dituduhkan dapat dibuktikan.

Sebagai pengganti penghapusan semua hukuman, hakim dapat

menjatuhkan ta‟zir yang tujuannya sebagai ta‟dib (memberi

pengajaran). Sehingga qisash merupakan bentuk hukuman bagi pelaku

jarimah terhadap jiwa dan anggota badan yang dilakukan dengan

sengaja. Dalam menerapkan jarimah qisash diyat hakim harus hati-hati

dan yakin akan kesalahan terdakwa karena sifat asas legalitas jarimah

sangat ketat untuk menghindari kesalah putusan.79

Terdapat beberapa

macam jarimah qisash, yaitu:80

78

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, …, h. 30 79

Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), …, h.72 80

Mardani, Hukum Pidana Islam, …, h.12

Page 59: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

49

1) Pembunuhan Sengaja (al-qathlu al-„amdu)

2) Pembunuhan Semi Sengaja (al-qathlu syibhu al-„amdi)

3) Pembunuhan Tidak Sengaja (al-qathu khata)

4) Penganiayaan Sengaja (al-jarhu al-amdu‟)

5) Penganiyaan Tidak Sengaja (al-jarhu khata)

Dasar pelaksanaan qisash dari QS. Al-Baqarah (2) ayat 178:

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

qishash, berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh;

orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan

hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang

mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang

memaafkan) mengikuti, dengan cara yang baik, dan

hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang

memberi maaf, dengan cara yang baik (pula). Yang demikian

itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu, dan suatu

rahmat. Barang siapa yang melampaui batas, sesudah itu,

maka baginya siksa yang sangat pedih.”

b. Jarimah Hudud, kata hudud bentuk jamak dari kata had yang berarti

cegahan. Hudud merupakan hukuman yang telah ditetapkan syariat

untuk mencegah kejahatan. Menurut Imam Taqiyuddin Abi Bakar bin

Muhammad al-Husaini, hudud dapat mencegah seseorang dari

perbuatan keji (dosa), dan juga karena Allah telah menentukan

hukumannya, sehingga tidak bisa ditambah dan dikurang. Dalam

Qanun No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat, hudud adalah jenis

hukuman yang bentuk dan besarnya telah ditentukan dalam qanun

Page 60: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

50

secara jelas.81

Secara mendasar terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah seperti, hudud atas jarimah zina, meminum

minuman keras, pencurian dan pembrontakan.82

Dan yang termasuk

hak manusia seperti had qadzf dan qisash. Jarimah hudud ada tujuh

macam, sebagai berikut:83

1) Jarimah Zina adalah hubungan badan yang diharamkan (diluar

pernikahan) dan disengaja oleh pelakunya. Zina terdapat dua

kategori, yaitu zina muhshan merupakan zina yang dilakukan

seorang suami, istri, duda, atau janda artinya yang masih dalam

status pernikahan atau pernah menikah secara sah. Sanksi (uqubah)

dari zina muhshan adalah hukuman rajam yaitu pelaku dikubur

sebatas bahu lalu dilempari batu hingga meninggal. Yang kedua

zina ghairu muhsan merupakan zina yang pelakunya masih

berstatus perjaka atau gadis. Sanksi (uqubah) dari zina ghairu

muhsan adalah hukuman cambuk sebanyak serratus kali dan

diasingkan selama setahun.

2) Jarimah Qadzf (Penuduhan Zina) ialah menuduh berzina pihak lain

tanpa bukti yang bisa diterima. Syaratnya penuduh harus

mendatangkan empat orang saksi jika tidak bisa maka penuduh

mendapatkan hukuman. Sanksi (uqubah) jarimah qadzf berupa

cambuk sebanyak delapan puluh kali.

3) Jarimah Syurb Al-Khamr (Meminum Minuman Keras) menurut

jumhur ulama meminum khamr dalam jumlah banyak atau sedikit

tetap saja haram, baik mabuk maupun tidak. Sanksi hukuman bagi

pelaku jarimah khamr delapan puluh kali cambuk. Namun

kelompok Syafi‟yah berpendapat bahwa sanksinya empat puluh

kali cambuk.

4) Jarimah Al-Baghyu (Pembrontakan) adalah sikap menolak untuk

tunduk terhadap seorang pemimpin yang sah tidak dengan

81

Mardani, Hukum Pidana Islam, …, h.9 82

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, …, h. 16 83

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, …, h. 48-92

Page 61: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

51

kemaksiatan, tetapi dengan perlawanan, walaupun alasannya kuat.

Unsur terpenting jarimah pemberontakan yaitu pemberontakan

terhadap pemimpin negara yang sah dan berdaulat, sikap

pemberontakan yang demonstratif dan unsur melawan hukum.

5) Jarimah Riddah (Murtad) adalah orang yang kembali dan agama

Islam kepada kekufuran, seperti orang yang mengingkari eksistensi

Allah sebagai pencipta. Tidak mengakui para utusan Allah. Serta

mengharamkan segala sesuatu yang diharamkan. Sanksi (uqubah)

jarimah riddah merupakan hukuman mati namun hukuman pelaku

tidak diterapkan sebelum dianjurkan bertobat dan kembali ke

agama Islam.

6) Jarimah Sariqah (Pencurian) adalah mengambil harta milik

seseorang dengan sembunyi-sembunyi dan tipu daya. Sanksi

(uqubah) jarimah sariqah dihukum potong tangan apabila seorang

pencuri terbukti dan memenuhi batas minimal (nisab).

7) Jarimah Hirabah (Perampokan) adalah tindak kekerasan yang

dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang kepada pihak lain,

baik dilakukan didalam maupun diluar rumah, dengan tujuan

menguasai harta korban, membunuh korban, atau meneror korban.

Sanksi (uqubah) jarimah hirabah terdapat empat macam yaitu

dihukum mati, disalib, dipotong tangan dan kaki secara bersilang,

dan diasingkan tergantung bentuk tindakan yang dilakukan.

c. Jarimah Takzir, secara bahasa berarti menolak dan mencegah. Dalam

kamus Al-Mu‟jam Al-Wasith, mendefinisikan takzir sebagai

pengajaran yang tidak sampai pada ketentuan had syar‟i seperti

pengajaran terhadap seseorang yang mencaci-maki pihak lain tetapi

bukan berupa tuduhan berzina. Takzir berlaku atas semua orang untuk

mencegah orang lain agar tidak melakukan jarimah, membuat pelaku

jera sehingga tidak mengulangi, dan memberikan pendidikan untuk

memperbaiki pola hidup. Ada dua macam jarimah takzir, yaitu jarimah

takzir yang menyinggung hak Allah artinya semua perbuatan yang

Page 62: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

52

berkaitan dengan kepentingan dan kemaslahatan umum. Misalnya

membuat kerusakan di muka bumi, penimbunan bahan-bahan pokok

dan penyelundupan. Kedua, jarimah takzir yang menyinggung hak

individu artinya setiap perbuatan yang mengakibatkan kerugian kepada

orang tertentu, bukan orang banyak. Misalnya pencemaran nama baik,

penghinaan, penipuan, dan pemukulan. Sanksi (uqubah) jarimah takzir

juga terbagi empat macam, sebagai berikut:

1) Sanksi takzir yang berkaitan dengan badan, yaitu hukuman mati

dengan syarat perbuatan itu dilakukan berulang-ulang, dampak

kemaslahatan masyarakat serta pencegahan kerusakan yang

menyebar dimuka bumi. Selain itu, hukuman cambuk memberikan

efek jera, penerapan hukuman cambuk sangat praktis dan tidak

membutuhkan anggaran yang besar serta tidak bersifat kaku karena

penguasa atau hakim diberi kewenangan untuk menentukan jumlah

cambukan sesuai dengan tindak pidananya.

2) Sanksi takzir yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang, yaitu

hukuman penjara bermakna menahan seseorang untuk tidak

melakukan perbuatan hukum. Hukuman penjara dalam syariat

islam terbagi menjadi dua yaitu hukuman penjara terbatas dan

hukuman penjara tidak terbatas. Selain itu, hukuman pengasingan

dijatuhkan kepada pelaku jarimah membawa pengaruh buruk

kepada orang lain sehingga pelakunya harus diasingkan.

3) Sanksi tazir yang berkaitan dengan harta, secara syariat Islam tidak

menetapkan batas terendah atau tertinggi dari hukuman denda.

4) Sanksi tazir dalam bentuk lain, seperti peringatan keras, dihadirkan

dihadapan sidang, nasihat, celaan, pengucilan, pemecatan atau

pengumuman kesalahan secara terbuka seperti diberitakan di media

cetak dan elektronik.

Page 63: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

53

D. Tinjauan Umum Tentang Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam

Dalam bahasa Arab korupsi disebut risywah yang berarti penyuapan.

Atau dapat juga diartikan sebagai uang suap. Korupsi dinilai sebagai sebuah

tindakan merusak dan berkhianat disebut fasad (ifsad) dan ghulul. Korupsi

mengarah kepada keburukan, ketidakbaikan, kecurangan bahkan kezhaliman

yang berdampak pada rusaknya serta dapat menghancurkan tata kehidupan

bermasyarakat dan kerugian negara.84

Secara terminologis, risywah adalah sesuatu yang diberikan dalam

rangka mewujudkan kemashlahatan atau sesuatu yang diberikan dalam rangka

membenarkan yang batil atau salah dan menyalahkan yang benar. Ada tiga

unsur utama jarimah risywah, yaitu : pihak pemberi (al-rasyi), pihak penerima

pemberian tersebut (al-murtasyi), dan barang bentuk dan jenis pemberian yang

di serahterimakan pada jarimah risywah juga ada pihak keempat sebagai

broker atau perantara antara pihak pertama dengan pihak kedua. Bahkan juga

melibatkan pihak kelima, misalnya pihak yang bertugas mencatat peristiwa

atau kesepakatan para pihak dimaksud.85

Hukum perbuatan risywah disepakati oleh para ulama adalah haram

khususnya risywah yang terdapat unsur membenarkan yang salah dan atau

menyalahkan yang semestinya benar. Terdapat klasifikasi dan sanksi hukum

bagi pelaku risywah, yaitu: 86

1. Klasifikasi Risywah

Risywah yang disepakati haram oleh para ulama adalah risywah

yang dilakukan dengan tujuan untuk membenarkan yang salah dan

menyalahkan yang benar. Suap yang haram adalah suap yang akibatnya

mengalahkan pihak yang semestinya kalah. Risywah, suap ataupun sogok

di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

84

M. Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh Jinayah,

(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), Cet. ke-1, h.45 85

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: AMZAH, 2012), Cet. ke-2,

h.89 86

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.100

Page 64: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

54

tentangTindak Pidana Korupsi pasal 12 b disebut dengan gratifikasi, yang

disepakati haram hukumnya oleh para ulama.

Ada dua jenis suap yang dikemukakan oleh para ulama yaitu, yang

haram dan halal ini tidak secara eksplisit bisa ditemukan dalam berbagai

uraian para ulama sebab haram atau halalnya suap sangat tergantung pada

niat dan motivasi penyuap ketika memberikan suapnya sehingga ada yang

dianggap halal bagi penyuap tetapi haram bagi petugas, pegawai atau

hakim sebagai pihak penerima (al-akhidz).

2. Sanksi Hukum bagi Pelaku Risywah

Sanksi hukum bagi pelaku risywah tidak jauh berbeda dengan sanksi

hukum bagi pelaku ghulul, yaitu hukum takzir sebab keduanya tidak

termasuk dalam ranah qisas dan hudud. Menurut pendapat Abdullah

Muhsin al-Thariqi mengemukakan bahwa sanksi hukum pelaku tindak

pidana suap tidak disebutkan secara jelas oleh syariat (Al-Qur‟an dan

Hadis), mengingat sanksi pidana risywah masuk dalam kategori sanksi-

sanksi takzir yang kompetensinya ada ditangan hakim. Untuk menentukan

jenis sanksi yang sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam dan sejalan

dengan prinsip untuk memelihara stabilitas hidup bermasyarakat sehingga

berat dan ringannya sanksi hukum harus disesuaikan dengan jenis tindak

pidana yang dilakukan, disesuaikan dengan lingkungan pelanggaran itu

terjadi, dikaitkan dengan motivasi-motivasi yang mendorong sebuah

tindak pidana dilakukan. Pendapat al-Thariqi menjelaskan lebih lanjut

bahwa sanksi takzir bagi pelaku jarimah/tindak pidana risywah merupakan

konsekuensi dari sikap melawan hukum Islam dan sebagai konsekuensi

dari sikap menentang atau bermaksiat kepada Allah. Sehingga harus

diberikan sanksi tegas yang sesuai dan mengandung (unsur yang

bertujuan) untuk menyelamatkan orang banyak dari kejahatan para pelaku

tindak pidana, membersihkan masyarakat dari para penjahat, budaya suap-

menyuap termasuk salah satu kemungkaran yang harus diberantas dari

sebuah komunitas masyarakat.

Page 65: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

55

Adapun hadis Rasulullah, sebagai berikut:87

والمرتشي ف الكم عليو وسلم الراشي عن أب ىري رة قال لعن رسول اللو صلى اللو

Artinya :“bahwa laknat Allah akan (ditimpakan) kepada orang

yang menyuap dan yang disuap dalam masalah hukum”

لعن اهلل الراشى والمر تسى

Artinya : “Allah mengutuk penyuap dan yang disuap”

الراشى -صلى اهلل عليو وسلم-عن عبد اللو بن عمرو قال لعن رسول اللو والمرتشى

Artinya :“Dan Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap,

orang yang disuap, dan orang yang menghubungkan,

yaitu orang yang berjalan diantara keduanya”

Di samping risywah istilah lain korupsi yaitu, ghulul. Hal mendasar

yang paling merugikan dalam masalah tindak pidana korupsi adalah

merampas hak-hak orang lain dengan maksud dan tujuan tertentu bahkan

seluruh rakyat merasakan dampak buruknya yang dapat merugikan negara.

Dapat di definisikan ghulul merupakan tindakan pengambilan,

penggelapan, atau berlaku curang, serta khianat terhadap barang rampasan

perang. Kemudian berkembang menjadi tindakan curang dan khianat

terhadap harta-harta lain, seperti tindakan penggelapan terhadap harta

baitul mal, harta milik bersama kaum muslim, harta bersama dalam suatu

kerjasama bsinis, harta negara, harta zakat.88

Sanksi hukuman bagi pelaku ghulul (penggelapan) termasuk dalam

kategori jarimah takzir. Sanksi moral pelaku ghulul mirip dengan jarimah

riddah berupa resiko akan dipermalukan dihadapan Allah kelak pada hari

kiamat. Penekanan pembinaan moral masyarakat dapat dilihat dari jumlah

nominal harta yang dikorupsi itu. Jika nominal relatif sangat kecil (kurang

dari tiga dirham) hanya dikenakan sanksi moral berupa tidak dishalati oleh

Rasulullah pada saat pelaku korupsi meninggal. Oleh karena itu, jika

jumlah nominal yang dikorupsi dalam jumlah besar sudah pasti diancam

87

Lihat al-Syaukani, Nail al-Autar, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), jilid 9, h. 172 88

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.81

Page 66: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

56

dengan siksa neraka di akhirat dan juga sanksi di dunia. Walaupun dalam

ayat Al-Qur‟an tidak disebutkan teknis eksekusi dan jumlahnya tetapi

dalam hadis Rasulullah secara tegas disebutkan teknis dan jumlah

sanksinya.89

Bentuk sanksi moral terdapat dalam Al-Qur‟an, yaitu QS. Ali

Imran (3):161:

Artinya : “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta

rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan

rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang

membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap

diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan

dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”

Dalam fiqh jinayah, ghulul merupakan bentuk korupsi yang terjadi

di zaman Rasulullah terbatas pada penggelapan, khianat atau pengambilan

harta rampasan perang sebelum dikumpulkan dengan jumlah harta benda

lain untuk dibagikan sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam

perkembangannya ghulul meliputi bentuk penggelapan atau pengambilan

harta negara dalam bentuk lain, seperti: zakat dan jizyah (hadiah).90

Adapun unsur-unsur jarimah ghulul pada seorang pegawai negeri

atau seseorang bukan pegawai negeri yang melakukan penggelapan

terhadap harta negara yang ada dalam kekuasaannya. Dalam fiqh jinayah

unsur utama ghulul ialah mengambil sesuatu dan menyembunyikan di

dalam hartanya. Pelaku ghulul siapa saja dengan sengaja menggelapkan

atau membantu atau membiarkan orang lain melakukan penggelapan harta

negara.91

Dalam ajaran Islam korupsi merupakan tindakan yang bertentangan

dengan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan tanggung jawab. Jarimah atau

tindak pidana yang sudah termasuk jenis kejahatan korupsi secara global

89 M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.81

90 M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.88

91 M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.167

Page 67: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

57

terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadis Rasulullah. Ada dua macam jarimah

yaitu, seperti berikut:92

Adapun, Jarimah Sariqah (Pencurian) atau disebut dengan pencurian

kecil. Sariqah adalah mengambil barang atau harta orang lain dengan cara

sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanan yang biasa untuk

menyimpan barang atau harta kekayaan tersebut. Unsur-unsur tindak

pidana pencurian ada empat, yaitu: mengambil secara sembunyi-sembunyi,

barang yang diambil berupa harta kekayaan, harta yang diambil

merupakan milik orang lain, dan melawan hukum. Adapun syarat-syarat

jarimah sariqah, sebagai berikut:93

1. Harta curian berupa harta bergerak atau bisa dipindah-pindah

2. Harta berupa benda-benda berharga

3. Harta disimpan pada tempat yang biasadigunakan untuk

menyimpan harta

4. Harta yang dicuri mencapai nisab atau batas minimal (10 dirham)

Sanksi dari tindak pidana pencurian yaitu memberlakukan potong

tangan yang harus dipenuhi syarat dan rukun jarimah sariqah. Apabila

tidak terpenuhi maka hukuman potong tangan dibatalkan dan beralih

kepada hukuman takzir. Secara tegas dipaparkan dalam Q.S Al-Maidah (5)

ayat 38 :

حكيم عزيز واللو والسارق والسارقة فاقطعوا أيدي هما جزاء با كسبا نكال من اللو Artinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa

yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Selain itu, jarimah hirabah (Perampokan) atau disebut dengan

pencurian besar atau perampokan. Hirabah adalah tindakan kekerasan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada pihak lain,

baik dilakukan di dalam rumah maupun di luar rumah, dengan tujuan

untuk menguasai atau merampas harta benda milik orang lain atau dengan

92

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.7 93

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.117

Page 68: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

58

maksud membunuh korban atau sekedar melakukan terror.94

Secara tegas

dipaparkan dalam Q.S Al-Maidah (5) ayat 33 :

Artinya : “Sesungguhnya hukuman bagi orang-orang yang memerangi

Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi,

hanyalah dibunuh atau disalibm atau dipotong tangan dan kaki

mereka secara silang, atau dibuang dari negeri (tempat

kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan

untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan

yang besar.”

Dalam hal ini, Andi Hamzah mengutip pendapat M. Cherif

Bassiouni seorang ahli pidana internasional berkebangsaan Mesir,

berpendapat bahwa tindak pidana korupsi tidak bisa disamakan atau

dianalogikan dengan pencurian atau perampokan. Sebab kedua jenis tindak

pidana tersebut masuk dalam wilayah jarimah hudud yang ketentuannya

sudah diatur dalam Al-Qur‟an. Sehingga sanksi tindak pidana korupsi

tidak sama dengan sanksi tindak pidana pencurian berupa potong tangan

dan berbeda dengan sanksi tindak pidana perampokan berupa hukuman

mati. Sanksi tindak pidana korupsi walau masuk kategori jarimah takzir,

bukan berarti dalam bentuk sanksi yang ringan sebab bentuk dan jenis-

jenis hukuman takzir meliputi berbagai macam, termasuk dalam bentuk

penjara seumur hidup bahkan bisa berupa hukuman mati.95

Hukum pidana Islam secara tegas mengatur sanksi pidana yang

dilakukan oleh pelaku tindak pidana. Uqubah merupakan bentuk balasan

terhadap pelaku tindak pidana karena melanggar ketentuan syara yang

ditentukan Allah SWT dan RasulNya. Sehingga seseorang yang

melakukan maupun orang lain tidak lagi melakukan tindakan yang

94

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.120 95

M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, …, h.127

Page 69: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

59

dilarang oleh Agama serta melindungi hak-hak korban. Pemidaanaan

dalam hukum pidana Islam sangatlah baik sebab hal ini mampu

mengurangi tindak pidana tersebut.

Page 70: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

60

BAB III

PENYALAHGUNAAN WEWENANG DAN URGENSI MENJAGA

AMANAT DAN LARANGAN

A. Duduk Perkara Nomor 727 K/Pid.Sus/2010

Dalam sistem beracara pidana, yang dikedepankan saat ini adalah

adversary system yaitu sistem berhadapan atau biasa juga disebut accusatoir.

Sistem ini sebagai lawan dari inquisitoir yang mana terdakwa menjadi objek

pemeriksaan, sedangkan hakim dan penuntut umum berada di pihak yang

sama. Dengan mengedepankan sistem saling berhadapan, maka diandaikan

ada pihak terdakwa yang di belakangnya terdapat penasihat hukumnya,

sedangkan di pihak lain terdapat penuntut umum yang atas nama negara

menuntut pidana. Hakim berada di tengah pihak-pihak yang berperkara dan

tidak memihak.96

Dalam putusan Nomor 727 K/Pid.Sus/201, menyebutkan terdakwa

bernama Ahmad Syah Mirzan bin Salman Al Farizi tempat tanggal lahir

Pangkalpinang 16 Oktober 1971 berjenis kelamin laki-laki, beragama islam

bertempat tinggal di Jalan Kampung Melayu No.164 Pangkalpinang

Kepulauan Bangka Belitung.

Dalam dakwaan penuntut umum tanggal 27 April 2009 menyebutkan

bahwa terdakwa Ahmad Syah Mirzan Bin Salman Al Farizi selaku ketua

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

periode tahun 2003 sampai dengan 2007, bersama-sama dengan saksi Suhaili

Yusuf Bin Yusuf Raden Mas selaku sekretaris Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode tahun 2003 merangkap

sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (yang diajukan dalam berkas lain), pada

hari dan tanggal dalam bulan Januari sampai dengan Desember 2004 atau

setidak-tidaknya pada waktu-waktu tahun 2004, bertempat kantor Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jalan Mentok

96

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), Cet. ke-2,

h. 64.

Page 71: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

61

Nomor 313 A Pangkalpinang, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang

masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Pangkalpinang, telah

melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan beberapa

perbuatan meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran,

ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu

perbuatan berlanjut, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan Negara atau Perekonomian Negara, yang dilakukan dengan cara-

cara sebagai berikut :

Bahwa pada awalnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2009,

telah dibentuk dengan susunan kepengurusan ketua adalah Ahmad Syah

Mirzan Bin Salman Al Farizi, Sekretaris Suhaili Yusuf Bin Yusuf Raden yang

beranggotakan Arka‟a Ahmad Agin Bin Ahmad, Zul Terry Apsusi, SS., Enny

Roqaini dan Syawaludin.

Biaya penyelenggaraan Pemilu tahun 2004, Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menerima dana operasional

penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 yang berasal dari kebijaksanaan Pusat

(APBN) yang didalamnya termasuk untuk kesejahteraan anggota KPU

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan pegawai staff KPU Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, namun demikian Terdakwa selaku Ketua KPU

Provinsi Kepulaun Bangka Belitung bersama saksi Suhaeli Yusuf bin Yusuf

Raden Mas selaku sekretaris KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih

tetap mengajukan permohonan dana bantuan kepada Gubernur Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dengan surat Nomor: 252/B/KPU-BB/2004

tanggal 15 Maret 2004 untuk tambahan kesejahteraan anggota KPU Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dan dana tambahan uang lembur bagi seluruh

pegawai staff KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan jumlah

pengajuan yang disatukan dengan kebutuhan lain secara global yang disatukan

dengan kebutuhan lain sebesar Rp 3.750.000,- dan atas pengajuan dana

Page 72: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

62

bantuan tersebut, tidak lama kemudian dana bantuan Gubernur Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung cair sebesar Rp 500.000.000,- kemudian secara

bertahap Terdakwa bersama saksi Suhaeli Yusuf Bin Yusuf Raden Mas

menggunakan dana bantuan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

tersebut untuk membayar tambahan uang kesejahteraan anggota KPU Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dan tambahan uang lembur bagi seluruh pegawai

KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tambahan selama satu tahun

bekerja, dengan cara terdakwa mengeluarkan nota dinas yang ditunjukkan

kepada saksi Suhaeli Yusuf Bin Yusuf Raden Mas yang juga sebagai

penguasa Kuasa Pengguna Anggaran dan setelah saksi Suhaelin Yusuf Bin

Yusuf Raden Mas menerima nota dinas dari Terdakwa maka langsung

menyetujui pembayaran tersebut dengan memerintahkan kepada bendahara

untuk membayarkan dengan perincian sebagai berikut :

1. Untuk membayar tambahan insentif kesejahteraan Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Rp 91.375.000,-

2. Untuk membayar uang lembur pegawai Staff Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Rp 29.316.125,-

Akibat perbuatan Terdakwa bersama saksi Suhaeli Yusuf Bin Yusuf

Raden Mas maka Negara telah mengalami kerugian sebesar Rp 120.691.125,-.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 3 Jo Pasal

18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Pasal 64 ayat (1)

KUHP.

Atas perbuatan terdakwa ini, pada pokoknya Kejaksaaan Negeri

Pangkalpinang menyatakan tuntutan tanggal 27 April 2009 sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Ahmad Syah Mirzan Bin Salman Al Farizi

bersalah melakukan tindak pidana korupsi melanggar pasal 3 Jo pasal 18

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

Jo pasal 64 ayat (1) KUHP daam dakwaan Primair.

Page 73: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

63

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Ahmad Syah Mirzan Bin Salman

Al Farizi dengan Pidana Penjara Selama 1 (satu) tahun dan denda sebesar

Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan.

3. Menetapkan barang bukti berupa ;

a. Fotocopy Surat Nomor 252/D/KPU-BB/2004 tanggal 15 Maret 2004,

perihal usulan biaya bantuan pelaksanaan Pemilu 2004

b. Fotocopy surat perintah membayar tertanggal 24 Maret 2004, surat

permintaan pembayaran beban tetap tanggal 24 Maret 2004, kwitansi

tertanggal 24 Maret 2004;

c. 1 (satu) bundle dokumen pembayaran uang tambahan kesejahteraan

Ketua dan Anggota KPU, pembayaran uang lembur mulai bulan

Januari 2004 sampai dengan Desember 2004;

d. Fotocopy Nota Dinas tanggal 02 Juni tanggal 02 Juni 2008 perihal

tindak lanjut hasil RIK BPK-RI Tahun Anggaran 2004 didalam berkas

perkara Suheil Yusuf.

4. Memerintahkan supaya terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp 5.000,- (lima ribu rupiah)

Berdasarkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum di atas, maka Pengadilan

Negeri Pangkal Pinang telah menjatuhkan hukuman yang dibacakan pada

tanggal 15 Juni 2009 dalam putusan nomor 385/Pid.B/2008/PN.PKP yang

amar lengkapnya sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Ahmad Syah Mirzan Bin Salman Al-Farizi telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Korupsi yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut”

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Ahmad Syah Mirzan Bin Salman

Al farizi oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan

denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan

apabila denda tersebut denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana

kurungan selama 3 (tiga) bulan;

Page 74: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

64

3. Menetapkan barang bukti berupa :

a. Fotocopy Surat Nomor : 252/D/KPU-BB/2004 tanggal 15 Maret 2004

perihal putusan usulan biaya bantuan pelaksanaan Pemilu tahun 2004

b. Fotocopy surat perintah membayar tertanggal 24 Maret 2004, surat

perintah membayar pembayaran tetap tanggal 24 Maret 2004, kwitansi

tertanggal 24 Maret 2004

c. 1 (satu) bundle dokumen pembayaran uang tambahan kesejahteraan

ketua dan anggota KPU Provinsi, pembayaran uang lembur mulai

bulan Januari 2004 sampai dengan Desember 2004;

Semua dikembalikan kepada Jaksa / Penuntut Umum untuk dijadikan

barang bukti perkara lain (Suhaeli Yusuf Bin Yusuf Raden Mas)

4. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 5.000,-

(lima ribu rupiah).

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Bangka Belitung di

Pangkalpinang No. 45/PID/2009/PT BABEL tanggal 4 Januari 2010 yang

amar lengkapnya sebagai berikut:

a. Menerima permintaan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut

Umum tersebut;

b. Memperbaiki putusan Pengadilan Nomor 385/PID.B/2008/PN.PKP

sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa, sehingga

amarnya berbunyi sebagai berikut :

1) Menghukum Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 1 tahun

2) Memerintahkan bahwa pidana yang dijatuhkan tidak usah dijalani

kecuali jika kemudian hari ada putusan Hakim yang menentukan

lain disebabkan Terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum

masa percobaan selama 2 (dua) tahun berakhir ;

3) Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Pangkal Pinang tersebut

untuk selebihnya

Page 75: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

65

4) Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam kedua

tingkat peradilan, sedangkan di tingkat banding ditetapkan sebesar

Rp 5000,- (lima ribu rupiah).

Berdasarkan putusan tersebut, Jaksa Penuntut Umum telah

mengajukan permohonan kasasi dihadapan Panitera Pengadilan

Pangkalpinang pada tanggal 12 Februari 2010 dalam akta Kasasi Nomor

02/Akta.Pid/2010/Pn.PKP yang diterima oleh kepaniteraan Pengadilan

Negeri Pangkalpinang pada tanggal 22 Februari 2010 dengan

mengemukakan bahwa Pengadilan Tinggi Kepulauan Bangka Belitung

yang telah menjatuhan putusan dalam memerisa dan mengadili perkara

tersebut telah melakukan kekeliuran. Putusan Kasasi yang amar putusan

lengkapnya sebagai berikut:

M E N G A D I L I

Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : JAKSA

PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI

PANGKALPINANG tersebut ;

Membebabankan Termohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk

membayar perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 2.500,- ( dua ribu

lima ratus rupiah ) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah

Agung pada hari, Kamis, tanggal 28 April 2011 oleh Mansur Kartayasa

sebagai Hakim Agung yang ditetapkan oleh Mansur Kartayasa. Hakim

Agung yang ditetapkan oleh ketua Mahkamah Agung sebagai ketua

Majelis, Timur P. Manurung dan M. Zaharuddin Utama. Hakim-Hakim

Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk

umum pada hari itu juga oleh ketua Majelis beserta Hakim-Hakim

Anggota tersebut, dan dibantu oleh Emilia Djajasubagia sebagai Panitera

Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon Kasasi ; Jaksa Penuntut Umum

dan Terdakwa.

Page 76: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

66

B. Penyalahgunaan Wewenang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

1. Tinjauan Umum Penyalahgunaan Wewenang

Secara istilah wewenang atau kewenangan dalam bahasa Inggris

disebut “authority” dan dalam bahasa Belanda disebut “bevoegdheid”

yang berarti kekuatan hukum. Penyalahgunaan wewenang diartikan sama

dengan unsur melawan hukum. Subjek delik penyalahgunaan wewenang

ialah pegawai negeri atau pejabat publik. Dalam konsep hukum

administrasi, setiap pemberian wewewang kepada suatu badan atau kepada

pejabat administrasi negara mempunyai maksud dan tujuan. Dalam hal

pemberian wewenang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan maka telah

melakukan penyalahgunaan wewenang.97

Pengertian authority menurut Black‟S Law Dictionary, kewenangan

atau wewenang adalah kekuasaan hukum, hak untuk memerintah atau

bertindak; hak atau kekuasaan pejabat publik untuk mematuhi aturan

hukum dalam lingkup melaksanakan kewajiban publik. Wewenang

sebagai konsep hukum publik sekurang-kurangnya terdiri dari tiga

komponen, yaitu pengaruh, dasar hukum dan konformitas hukum untuk

mengendalikan prilaku subjek hukum. Komponen dasar hukum bertujuan

agar pejabat negara tidak menggunakan wewenangnya di luar tujuan yang

ditentukan oleh perundang-undangan. Selain itu, komponen konformitas

mengandung makna adanya standar wewenang yaitu standar umum dan

standar tertentu. Komponen ini menghendaki setiap tindakan pemerintah

atau pejabat negara mempunyai tolak ukur atau standar yang bersifat

umum untuk semua jenis wewenang pada legalitas tindakan.98

Dalam hukum administrasi terdapat asas legalitas atau keabsahan

(legaliteit beginsel/wetmatigheid van bestuur) mencakup tiga aspek,

97

Satriya Nugraha, “Konsep Penyalahgunaan Wewenang Dalam Undang Undang Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia”, Jurnal Socioscientia (Ilmu-Ilmu Sosial), Vol.8 No.1, Maret 2016, h.

2 98

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta:

Prenada Media Grup, 2014), Cet. ke-1, h. 6-7

Page 77: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

67

yaitu: wewenang, prosedur, dan substansi. Artinya wewenang, prosedur

maupun subtansi harus berdasarkan peraturan perundang-undangan (asas

legalitas), karena hal tersebut sudah ditentukan tujuan diberikannya

wewenang kepada pejabat administrasi, bagaimana prosedur untuk

mencapai suatu tujuan serta menyangkut tentang substansinya. Dampak

dari penyalahgunaan wewanang berimplikasi pada pencabutan ketetapan

(beschikking) mengakibatkan perbuatan tersebut dapat dipidana jika

penyalahgunaan wewenang menimbulkan kerugian besar.

Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Nomor 20 Tahun

2001 mengatur delik penyalahgunaan wewenang dalam pasal 3 yang

dinyatakan sebagai berikut ; „Setiap orang yang dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana seumur hidup

atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)‟.

Ditinjau dalam pasal 3 Undang-Undang Tindak pidana korupsi

berkaitan erat dengan jabatan dan kedudukan tertentu dalam birokrasi

pemerintahan. Sehingga ada korelasi antara jabatan dengan potensi tindak

pidana. Suatu dakwaan tindak pidana yang dikaitkan dengan unsur atau

elemen “kewenangan” maka dalam mempertimbangkannya tidak lepas

dari aspek hukum administrasi negara yang memberlakukan prinsip

pertanggungjawaban jabatan (liability jabatan) yang harus dipisahkan dari

prinsip pertanggungjawaban pribadi (liability jabatan) dalam hukum

pidana. Unsur kewenangan hukum pidana tentang penyalahgunaan

kewenangan terletak pada akibat dari penyalahgunaan tersebut karena

adanya kerugian yang melahirkan tindakan melawan hukum

(wederrechtelijkheid). Dalam menguji kewenangan yang dimiliki oleh

pejabat yang melaksanakan kekuasaan pemerintahan maka tolak ukurnya

Page 78: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

68

adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sumber

kewenangan serta substansi diberikannya kewenangan tersebut kepada

pejabat tertentu.99

Rumusan tindak pidana korupsi diartikan sebagai aparatur negara

atau pejabat publik yang tentunya memenuhi unsur, yaitu:100

a. Diangkat oleh pejabat yang berwenang

b. Memangku suatu jabatan atau kedudukan

c. Melakukan sebagian daripada tugas negara atau alat-alat perlengkapan

pemerintahan negara

Menurut pendapat Indriyanto Seno Adji memberikan perspektif

kewenangan dalam tiga bentuk:101

a. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan

yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk

menguntungkan pribadi, kelompok atau golongan

b. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat

tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi

menyimpang dari tujuan diberikannya kewenangan tersebut oleh

undang-undang atau peraturan-peraturan lain

c. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur

yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi

telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Pada perkembangannya, kehadiran pasal 3 Undang-Undang Tindak

Pidana Korupsi terkandung unsur melawan hukum ketika terjadi

penyalahgunaan kewenangan karena merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara. Menurut Wiryono, yang dimaksud dengan

“merugikan” ialah sama artinya dengan rugi atau menjadi kurang sehingga

unsur merugikan keuangan negara ialah ruginya keuangan negara atau

99

Nicken Sarwo Rini, Penyalahgunaan Kewenangan Administrasi Dalam Undang Undang

Tindak Pidana Korupsi, …, h. 265 100

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 41 101

Nicken Sarwo Rini, Penyalahgunaan Kewenangan Administrasi Dalam Undang Undang

Tindak Pidana Korupsi, …, h. 265

Page 79: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

69

berkurangnya keuangan negara. Seiring dengan lahirnya Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan maka pengaturan

tentang unsur dapat merugikan keuangan negara yang diakibatkan oleh

Penyalahgunaan Kewenangan tidak lagi murni dalam pendekatan hukum

pidana, namun juga melalui pendekatan hukum administrasi.

Penyalahgunaan Kewenangan merupakan suatu kebijakan yang diberikan

suatu pejabat ke pejabat lainnya yang ditujukan untuk menjalankan

pekerjaannya tidak sesuai dengan kewenangan yang dimiliki pejabat

tersebut dengan kata lain pejabat tersebut menyimpang dari

wewenangnya.102

Di dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi sifat melawan

hukum secara materil berkaitan dengan dampak dari korupsi yang dianggap

telah merugikan hak-hak asasi masyarakat banyak, yaitu hak ekonomi dan

hak sosial masyarakat. Jadi tindak pidana korupsi bukan hanya

mengakibatkan kerugian uang negara dan perekonomian negara saja tetapi

juga merupakan pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara

meluas, maka tindak pidana korupsi di dalam Undang Undang Nomor 31

Tahun 1999 jo Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi termasuk digolongkan sebagai

kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).103

Ketentuan yang terdapat dalam pasal 3 Undang Undang Tindak

Pidana Korupsi hanya disebutkan kata “dapat” dalam ketentuan tersebut

diartikan sama dengan penjelasan pasal 2 Undang Undang Tindak Pidana

Korupsi, dinyatakan bahwa “dalam ketentuan ini kata dapat sebelum frasa

“merugikan keungan atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa

tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana

korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang dirumuskan,

bukan timbulnya akibat” dengan demikian pasal 3 hanya menunjukkan

bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil seperti halnya tindak

102

Nicken Sarwo Rini, Penyalahgunaan Kewenangan Administrasi Dalam Undang Undang

Tindak Pidana Korupsi, …, h. 266 103

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 43

Page 80: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

70

pidana korupsi sebagaimana dimaksudnya dalam pasal 2 ayat (1) Undang

Undang Tindak Pidana Korupsi Sebagai pelaku dari tindak pidana korupsi

yang terdapat dalam pasal 3 Undang Undang Tindak Pidana Korupsi

ditentukan “setiap orang” ditentukan bahwa pelaku tindak pidana korupsi

yang dimaksud harus memangku suatu jabatan atau kedudukan.104

Ketentuan tentang tindak pidana korupsi yang terdapat dalam pasal 3

Undang Undang Tindak Pidana Korupsi, ada beberapa unsur, yaitu:105

a. Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.

Dalam pasal 3 Undang Undang Tindak Pidana Korupsi unsur

menguntungkan tersebut adalah tujuan dari pelaku tindak pidana

korupsi. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

(MA-RI) tanggal 29 juni 1989 nomor 813 K/Pid/1987 menyebutkan

bahwa unsur tersebut cukup dinilai dari kenyataan yang terjadi atau

dihubungkan dengan perilaku terdakwa sesuai dengan kewenangan yang

dimilikinya, karena jabatan atau kedudukannya

b. Unsur menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada,

karena jabatan atau kedudukan ialah menggunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang melekat pada jabatan atau kedudukan yang

dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk tujuan

lain dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan, atau sarana

tersebut. Untuk mencapai tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi dalam pasal 3 Undang Undang Tindak Pidana

Korupsi ada beberapa cara yang harus ditempuh oleh pelaku tinak

pidana korupsi, yaitu :

1) Dengan menyalahgunakan kewenangan yang ada pada jabatan atau

kedudukan dari pelaku tindak pidana korupsi ialah serangkaian

kekuasaan atau hak yang melekat pada jabatan atau kedudukan dari

pelaku tindak pidana korupsi untuk mengambil tindakan yang

diperlukan agar tugas atau pekerjaannya dilaksanakan dengan baik.

104

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 43 105

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 44-53

Page 81: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

71

Kewenangan tersebut dimaksud oleh pasal 1 ayat (2) Undang

Undang Tindak Pidana Korupsi sebagai berikut :

a) Pegawai negeri sebagaimana Undang Undang Tentang

Kepegawaian

b) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam kitab Undang

Undang Hukum Pidana

c) Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau

daerah

d) Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang

menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah

e) Orang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang

mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat

2) Dengan menyalahgunakan kesempatan yang ada ada jabatan atau

kedudukan dari pelaku tindak pidana korupsi ialah peluang yang

dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana korupsi dalam ketentuan

tata kerja yang berkaitan dengan kedudukan yang dijabat oleh pelaku

tindak pidana korupsi

3) Dengan menyalahgunakan sarana yang ada pada jabatan atau

kedudukan dari pelaku tindak pidana korupsi. Yang dimaksud

“sarana” ialah cara kerja atau metode yang berkaitan dengan jabatan

atau kedudukan dari pelaku tindak pidana korupsi. Yang dimaksud

dengan jabatan ialah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan

dan dilakukan guna kepentingan negara atau kepentingan umum atau

yang dihuungkan organisasi sosial tertinggi yang diberi nama

negara. Yang dimaksud dengan suatu ligkungan pekerjaan tetap

ialah suatu lingkungan yang sebanyak banyaknya dapat dikatan

dengan tepat teliti (zoveel mogelijk nauwkeurig omschreven) dan

yang bersifat “duurzaam” atau tidak dapat diubah begitu saja

c. Unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Kata “dapat” yang menunjukan sebagai delik formil diperkuat pada

pasal 4 Undang Undang Tindak Pidana Korupsi yang dinyatakan

Page 82: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

72

“pengembalian kerugian negara atau perkonomian negara tidak

mnghapuskan pidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 dan pasal 3”. Untuk menilai ada tidaknya penyalahgunaan

wewenang pada kategori wewenang terikat untuk terus menilai ada

tidaknya penyalahgunaan menggunakan parameter asas legalitas

(wetmatigheid van bestuur) dan pada kategori wewenang bebas

(discretionary power) parameter yang dipakai adalah asas asas

pemerintahan yang baik. Cara yang ditempuh oleh pelaku tindak korupsi

yang terdapat dalam pasal 3 Undang Undang Tindak Pidana Korupsi

yaitu dengan cara menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

sarana yang ada karena jabatan atau kedudukan yang dapat melakukan

ialah pegawai negeri sedangkan pelaku tindak pidana korupsi yang

bukan pegawai negeri atau perseorangan swasta hanya dapat dilakukan

tindak pidana korupsi dengan cara menyalahgunakan kesempatan atau

sarana yang ada karena kedudukan saja

Tindak pidana korupsi yang telah dijelaskan di atas, menyebutkan

bahwa setiap tindakan yang intinya merugikan keuangan negara

digolongkan sebagai tindak pidana korupsi. Unsur yang ada dalam

undang-undang nomor 20 tahun 2001 bahwa kerugian yang dialami negara

harus dilakukan oleh orang yang bekerja sebagai ASN (Aparatur Sipil

Negara), kontruksi hukum yang dibangun dalam undang-undang ini adalah

untuk menangani tindakan korusi yang dilakukan oleh ASN.

C. Penyalahgunaan Wewenang Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2014 Tentang Administrasi Pemerintahan

1. Konsep Wewenang Menurut Hukum Administrasi

Seorang pejabat pemerintahan atau badan tata usaha negara dalam

menjalankan tugasnya menjadi personifikasi negara karena tersemat

“jabatan” sebagai sumber otoritas representasi negara yang abash. Menurut

E. Utrecht yang dikutip Fathudin mengungkapkan bahwa “jabatan”

merupakan pendukung hak dan kewajiban, sebagai subjek hukum (person)

Page 83: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

73

yang berwenang melakukan perbuatan hukum (rechtshandelingen) baik

menurut hukum publik maupun hukum privat. Jabatan sebagai

personifikasi hak dan kewajiban perlu suatu perwakilan yang disebut

“pejabat” yaitu manusia atau badan dikenal dengan istilah “pemangku

jabatan”. Logemann memandang penting pemisahan antara pribadi

pemangku jabatan selaku “pejabat” dan selaku manusia sebagai prive.

Pemisahan ini penting apabila seorang pejabat ditetapkan sebagai

tersangka korupsi, dalam menjaga integritas jabatannya sebagai

personifikasi negara, maka seorang pejabat harus menanggalkan

jabatannya selama menjalani proses hukum.106

Dalam hukum administrasi

pasti bersinggungan dengan wewenang karena objek hukum administrasi

adalah wewenang pemberitahuan dalam konsep hukum publik menurut

Philipus M. Hadjon dalam kepustakaan hukum administrasi Belanda.

Sehingga kewenangan atau wewenang merupakan konsep inti dari hukum

tata negara dan hukum administrasi.107

Terdapat aturan hukum baru di Indonesia yaitu Undang Undang

Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan merupakan

aturan baru di bidang hukum administrasi negara mengenai

penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan meliputi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan dan atau pejabat

pemerintahan yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam ruang

lingkup lembaga eksekutif, lembaga legislatif, lembaga yudikatif serta

yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang diatur dalam Undang

Undang Dasar 1945 dan atau undang-undang. Dalam pasal 4 ayat (1)

Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan mengartikan pemerintahan dalam arti luas adanya badan dan

atau pejabat pemerintahan lainnya yang menyelenggarakan fungsi

pemerintahan. Menurut Irfan Fachruddin ada tiga pengertian pemerintah,

106

Fathudin, Tindak Pidana Korupsi (Dugaan Penyalahgunaan Wewenang) Pejabat Publik

(Perspektif Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan), Jurnal

Cita Hukum Vol. 3 No. 1, Juni 2015, h. 120 107

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 6

Page 84: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

74

yaitu sebagai organ penyelenggara keseluruhan kekuasaan untuk mencapai

tujuan negara, pemerintah sebagai badan penyelenggara seluruh kegiatan

negara kecuali membuat perundang-undangan (regel reven),

penyelenggara peradilan (rechtspraak) dan pemerintahan sebagai organ

dan arti fungsi pemerintahan. Dalam melaksanakan tugasnya Pemerintah

memiliki kewenangan dari asal memperoleh kewenangan serta jenis

tindakan pemerintah yang dapat digugat ke pengadilan tata usaha

negara.108

Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan merupakan hukum materiil dari sistem Peradilan Tata

Usaha Negara dan mengaktualisasikan secara khusus norma konstitusi

hubungan antara Negara dengan warga Negara. Asas legalitas sebagai

dasar dalam memberi kewenangan bertindak bagi pejabat Pemerintah

diatur dalam pasal 11 Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan. Kewenangan diperoleh melalui atribusi,

delegasi dan mandat. Selain itu, mengatur pembatasan wewenang

berdasarkan masa atau tenggang waktu wewenang, wilayah atau daerah

berlakunya wewenang dan cakupan bidang atau materi wewenang dan

badan dan atau pejabat pemerintahan yang telah habis masa atau tenggang

waktu wewenang. Menurut pendapat Bagir Manan, membedakan antara

kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat

sedangkan wewenang menggambarkan hak dan kewajiban.109

Dalam hukum administrasi asas legalitas atau keabsahan (legaliteit

beginsel atau wetmatigheid van bestuur) mencakup tiga aspek, yaitu:

wewenang, prosedur dan substansi harus berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang sudah ditentukan tujuan diberikannya

wewenang kepada pejabat administrasi, bagaimana prosedur untuk

mencapai suatu tujuan serta tentang substansinya. Penyalahgunaan

108

Ayu Putriyanti, “Kajian Undang Undang Administrasi Pemerintahan Dalam Kaitan

Dengan Pengadilan Tata Usaha Negara, Jurnal Pandecta”, Vol. 2 No. 2, Desember 2015, h. 183 109

Ayu Putriyanti, Kajian Undang Undang Administrasi Pemerintahan Dalam Kaitan

Dengan Pengadilan Tata Usaha Negara, …, h. 184

Page 85: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

75

wewenang juga dibedakan atas jenis wewenang, yaitu: wewenang terikat

ialah asas legalitas (tujuan yang telah ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan) dan wewenang bebas (diskresi) menggunakan

parameter asas-asas umum pemerintahan yang baik karena asas

“wetmatigheid” tidaklah memadai.110

Kandungan politik hukum dari Undang Undang Nomor 30 Tahun

2014 tentang Administrasi Pemerintahan berkaitan erat dengan

penggunaan diskresi (keputusan dan atau tindakan) oleh badan atau

pejabat administrasi pemerintahan. Selain itu dapat dipahami sebagai

instrument legal policy atau garis (kebijakan) serta dasar rencana

pemerintah sebagai landasan penyelenggaraan administrasi pemerintahan

untuk mengisi kekosongan hukum yang menjadi dasar perlindungan

terhadap pengambilan keputusan dan atau tindakan dari badan dan atau

pejabat pemerintahan. Sehingga pembuat keputusan tidak mudah

dikriminalisasi dan melemahkan dan atau pejabat pemerintahan dalam

melakukan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Menjaga agar

badan dan atau pejabat pemerintahan tidak mengambil keputusan dan atau

tindakan sewenang-wenang. Selain itu, menjamin kepastian hukum dan

mencegah (preventif) penyalahgunaan wewenang dalam keputusan dan

atau tindakan (diskresi) oleh pejabat pemerintahan.111

Dalam bidang ekonomi ada pihak upper economic class (seperti

konglomerat) maupun upper power class (seperti pejabat tinggi) yang

terlibat dalam penyalahgunaan wewenang yang bertujuan untuk

kepentingan ekonomi tertentu bersifat sistematik dan terstruktur. Bentuk

kejahatan struktural termasuk bagian dari kejahatan yang terorganisir.

Polemik kekuasaan dan korupsi saling terikat dalam birokrasi kekuasaan,

menurut Michael Levi menggunakan istilah crimes by government dalam

arti ekstensif ialah suatu kejahatan yang melibatkan pejabat publik sebagai

110

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 31-32 111

M. Ikbar Andi Endang, “Diskresi dan Tanggung Jawab Pejabat Pemerintah Menurut

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, Jurnal Hukum Peratun”, Vol 1 No. 2, Agustus 2018,

h. 231

Page 86: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

76

karakteristik white collar crime yang sulit tingkat pembuktiannya serta

sulit menentukan status pelaku karena lemahnya norma legislatif bahkan

beyond the law dengan memanfaatkan norma di balik asas legalitas yang

relatif.112

2. Sumber Lahirnya Wewenang

Wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-

undangan yang memiliki asas legalitas (legaliteits beginselen atau

wetmatigheid van bestuur). Terdapat du acara untuk memperoleh

wewenang pemerintahan menurut kepustakaan hukum administrasi,

yaitu:113

a) Atribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan (besluit)

yang bersumber kepada undang undang (materiil). Suatu atribusi

menunjuk kepada kewenangan yang asli atas dasar ketentuan hukum

tata negara. Rumusan atribusi ialah pembentukan wewenang tertentu

dan pemberiannya kepada organ. Yang dapat membentuk wewenang

ialah organ yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

b) Delegasi merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada badan

pemerintahan yang lain. Dalam hukum administrasi belanda dikenal

dengan istilah Algeme Wet Bestuursrecht. Dalam pengertian AWB,

delegasi ialah penyerahan wewenang (untuk membuat) oleh pejabat

pemerintahan (pejabat TUN) kepada pihak lain dan wewenang tersebut

menjadi tanggung jawab pihak lain tersebut. Yang memberi atau

melimpahkan wewenang disebut delegans dan yang menerima disebut

delegataris. Sehingga suatu delegasi selalu didahului oleh adanya

suatu atribusi wewenang. Adapun syarat-syarat pemberian atau

pelimpahan wewenang, yaitu:

112

Ujang Charda S., “Potensi Penyalahgunaan Kewenangan Oleh Pejabat Administrasi

Negara Dalam Pengambilan dan Pelaksanaan Kebijakan Publik, Jurnal Wawasan Hukum”, Vol. 27

No. 2, September 2012, h. 595-596 113

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 13

Page 87: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

77

1) Delegasi harus definitif (delegasi tidak lagi menggunakan sendiri

wewenang yang telah dilimpahkan tersebut

2) Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan

(delegasi hanya dimungkinkan kalua ada ketentuan tersebut dalam

peraturan perundang-undangan)

3) Delegasi tidak kepada bawahan (hubungan hirarki kepegawaian

tidak diperkenankan adanya delegasi)

4) Kewajiban memberikan keterangan atau penjelasan (delegans

berwenang untuk meminta penjelasan tentang wewenang tersebut)

5) Peraturan kebijakan (beleidsregelen) (delegasi memberikan

intruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.

3. Pertanggungjawaban Wewenang

Pertanggungjawaban wewenang secara yuridis bertanggungjawab

terhadap penggunaan wewenang yang melanggar hukum (penyalahgunaan

wewenang) dilihat dari segi sumber atau lahirnya wewenang.

Pertanggungjawaban mandat bersumber dari persoalan wewenang karena

wewenang tetap berada pada mandans (pemberi wewenang) sedangkan

mandataris (penerima wewenang) hanya dilimpahi wewenang bertindak

untuk dan atas nama mandans. Sedangkan atribusi wewenang

pertanggungjawaban secara yuridis oleh si penerima wewenang untuk

melakukan mandat atau delegasi. Jika yang dilakukan ialah pemberian

mandat maka si mandans (pemberi wewenang atau penerima wewenang

dalam atribusi) tetap bertanggungjawab. Berbeda dengan cara delegasi,

maka pemberi wewenang tidak bertanggungjawab dan

pertanggungjawaban sudah beralih pada delegatoris.114

Menurut HR Ridwan yang dikutip oleh M. Ikbar Andi Endang, ada

dua prinsip tanggung jawab dan tanggung gugat pejabat dalam

hubungannya dengan penggunaan diskresi. Pertama, asas negara hukum

artinya setiap tindakan organ pemerintah harus berdasarkan kewenangan.

114

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, …, h. 17

Page 88: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

78

Hal ini berkaitan dengan asas tidak ada kewenangan tanpa

pertanggungjawaban (geen bevoegdheid zonder verantwoordelijkheid)

atau asas tanpa kewenangan tidak ada pertanggungjawaban (zonder

bevogdheid geen verantwoorddelijkheid). Kedua, ada dua entitas jabatan

dan pemangku jabatan atau pejabat berkaitan dengan jenis norma

pemerintahan (bestuurnorm) dan norma perilaku aparat (gedragsnorm). 115

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam UU No. 30 Th. 2014

tersebut mengatur tentang administrasi dalam tata kelola pemerintahan.

Dalam ranah hukum ini menyebutkan bahwa dalam membentuk God

Goverment perlu adanya peraturan yang menjadi landasan dalam

pelaksanaan. Sehingga dalam melakukan kegiatan pemerintahan seseorang

yang mempunyai wewenang tersebut tidak berbuat diluar ketentuan yang

telah diatur dalam undang-undang tersebut.

D. Penyalahgunaan Wewenang Dalam Fiqh Jinayah

1. Istilah dan Pengertian Amanat

Kata amanat adalah bentuk mashdar dari kata kerja amina ya manu-

amnan- wa amanatan yang bermakna pokok aman, tentram, tenang dan

hilangnya rasa takut. Dalam kitab Akhlak Rasul menurut Bukhari dan

Muslim arti amanah terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, arti khusus ialah

sikap bertanggungjawab orang yang dititipkan barang atau harta atau

lainnya dengan mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang

atau harta tersebut. Kedua, arti secara umum ialah sangat luas seperti

menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan kritik terhadap orang lain

dan menyampaikan pesan yang benar. Sifat amanat lahir dari kekuatan

iman artinya dapat dipercaya.116

Amanat dalam arti sempit yaitu sebatas memelihara barang titipan.

Sedangkan amanat dalam arti luas merupakan tanggung jawab manusia,

115

M. Ikbar Andi Endang, “Diskresi dan Tanggung Jawab Pejabat Pemerintah Menurut

Undang-Undang Administrasi Pemerintahan”, …, h. 232 116

Zainal Abidin da Fiddian Khairudin, “Penafsiran Ayat Ayat Amanah Dalam Al-Qur‟an”,

Jurnal Syahadah, Vol. 5 No. 2, Oktober 2017, h. 121

Page 89: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

79

baik kepada Allah SWT yang menciptakan-Nya maupun terhadap sesama

makhluk. Artinya amanat sebuah kewajiban sebagai orang Islam saling

mewasiatinya dan memohon bantuan kepada Allah SWT dalam

menjaganya. Amanat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dipikul

atau ditanggung manusia, baik terkait dengan urusan agama maupun

urusan dunia. Tolak ukur sebuah amanat baik dengan perkataan maupun

perbuatan terdapat dalam penjagaan dan pelaksanaan.117

Amanat memiliki tiga dimensi, yaitu:118

a) Hubungan dengan Allah SWT, amanat sebagai kewajiban hamba

kepada Allah SWT yang harus dilakukan manusia

b) Dimensi antar manusia, amanat sebagai karakter terpuji dan tugas yang

harus dilaksanakan

c) Diri sendiri, amanat sebagai sesuatu yang dikerjakan untuk kebaikan

dirinya

Perintah menjaga amanat terdapat dalam Al-Qur‟an, yaitu QS. Al

Anfal (8):27:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati

Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu

mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,

sedang kamu mengetahui”

Dalam menjaga amanat ini menjadi sisi kegentingan manusia sebab

menjaga tanggung jawab bukan hal yang mudah. Amanat sebuah titipan

yang harus ditaati dan dijaga oleh siapapun baik masyarakat sipil maupun

pejabat pemerintahan. Inilah yang menjadi salah satu faktor dari perbuatan

korupsi.

2. Urgensi Amanat dan Menjaga Larangan

Sifat amanat harus diterapkan dalam hubungan manusia antara

sesama amanah menjadi jainan terpeliharanya keselamatan hubungan.

117

Zainal Abidin da Fiddian Khairudin, “Penafsiran Ayat Ayat Amanah Dalam Al-Qur‟an”,

…, h. 120 118

Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni, “Pengukuran Konsep Amanah Dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif”, Jurnal Psikologi, Vol 43 No. 3, 2016, h. 195

Page 90: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

80

Begitupun dengan keselamatan suatu negara terjamin karena pemerintah

mengemban dengan baik amanah politik pemerintahan. Amanat

merupakan ketundukan manusia terhadap dimensi agama Islam karena

melibatkan aspek vertical (hablumminallah) ialah beban

pertanggungjawaban kepada Allah SWT dan aspek horizontal

(hablumminanas) ialah hubungan manusia dengan manusia dalam

kehidupan bermasyarakat.119

Ada empat elemen dalam menjaga amanat dan larangan, yaitu:120

a) Menjaga hak Allah SWT

b) Menjaga hak sesama manusia

c) Menjauhkan diri dari sikap abai dan berlebihan

d) Mengandung sebuah pertanggungjawaban

Pada praktiknya menjaga amanat serta menjauhi larangan sangat

sulit untuk diterapkan di kehidupan. Sehingga sangat berbahaya apabila

manusia menjadi para pelaku penyalahgunaan wewenang. Hal ini yang

disebabkan para pejabat pemerintahan baik Pegawai Negeri Sipil mapun

bukan Pegawai Negeri Sipil melakukan tindakan diluar wewenangnya.

Dari uraian di atas, menurut analisis penulis simpulkan bahwa

dalam agama Islam sangat menjujung tinggi megenai nilai amanah dalam

menjalani perintah jabatan. Terkait tindak pidana korupsi dalam Islam

adalah tindakan yang melanggar perintah agama. Sehingga Islam sangat

megutuk keras bagi seseorang yang melakukan tindak korupsi. Seperti kita

ketahui dalam agama Islam menghukum seorang pencuri dengan pidana

potong tangan. Jika mengikuti ketentuan tersebut maka pelaku tindak

pidana korupsi dapat dikenakan pidana karena memang memenuhi unsur

merugikan. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat bahwa tindak pidana

korupsi mempunyai nilai sendiri, sehingga tidak bisa disamakan dengan

pencurian dalam Islam. Ulama yang tidak mengkategorikan tindak pidana

119

Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni, “Pengukuran Konsep Amanah Dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif”, …, h. 135 120

Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni, “Pengukuran Konsep Amanah Dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif”, …, h. 134

Page 91: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

81

korupsi sebagai tindak pencurian menentukan hukuman bagi pelakuknya

adalah ta‟zir. Akan tetapi mengenai bentuk hukuman lebih berat dari

hukuman yang diberikan pada jarimah pencurian.

Page 92: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

82

BAB IV

TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA

PEMILIHAN UMUM 2004 PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF

DAN HUKUM PIDANA ISLAM

(Analisis Putusan Mahkamah Agung No.727 K/Pid.Sus/2010)

A. Analisis Dakwaan Penuntut Umum

Penerapan pasal pada tindak pidana, maka hal ini berkaitan erat dengan

tahapan penuntutan. Pasal 143 KUHAP yang menyatakan bahwa untuk

mengadili suatu perkara, Penuntut umum wajib mengajukan permintaan

disertai surat dakwaan. Terdakwa Ahmad Syah Mirzan bin Salman Al Farizi

selaku Ketua KPU Kepulauan Bangka Belitung di dakwa oleh Jaksa Penuntut

Umum dengan menggunakan Ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 sebagaimana yang telah dirubah dan ditambah Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dengan

demikian Penuntut Umum meyakini bahwa perbuatan Terdakwa Ahmad Syah

Mirzan selaku Ketua KPU Bangka Belitung termasuk dalam kategori

perbuatan Tindak Pidana Korupsi. Dalam putusan pengadilan nomor 727

K/Pid.Sus/2010 Tentang Tindak Pidana Korupsi Terdakwa dihadapkan

dengan dakwaan yang disusun secara subsidair. Dakwaan subsidair secara

sederhana dapat diartikan surat dakwaan yang disusun secara berlapis-lapis.

Suatu perbuatan pidana dapat didakwakan dengan beberapa dakwaan dengan

maksud untuk menjaring agar terdakwa tidak dapat lolos dari pemidanaan.

Dengan demikian, dakwaan yang dibuat secara berlapis-lapis dan berurutan,

masing-masing dakwaan tersebut tidak dibuat berdiri sendiri melainkan

berhubungan, karena yang dikejar hanyalah satu perbuatan pidana saja. Oleh

karena itu, lapisan-lapisan dakwaan disusun secara primair, subsidair, lebih

subsidair dan seterusnya yaitu penyusunan dakwaan tindak pidana berat, lalu

kemudian tindak pidana yang lebih berat. Dakwaan yang disusun oleh

penuntut umum yakni primair dengan pasal 3 Jo pasal 18 Undang-Undang

Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-

Page 93: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

83

Undang 20 tahun 2001 Jo pasal 55 ayat 1 jo pasal 64 ayat 1 KUHP dan

dakwaan subsidair yaitu pasal 8 Jo pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun

1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang 20 tahun 2001

Jo pasal 55 ayat 1 jo pasal 64 ayat 1 KUHP.

Adapun bunyi rumusan pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999

yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang 20 tahun 2001 yaitu;

„Setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima

puluh juta rupiah) dan paling banyak 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)‟.

Dalam dakwaan subsidair jaksa melayangkan tuntutan dengan pasal 8

Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah

dengan Undang-Undang 20 tahun 2001 yaitu;‟ Dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan

pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan

menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara

waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan

karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil

atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan

tersebut‟.

Dalam kasus tersebut, Jaksa Penuntut Umum menitikberatkan

tuntutannya pada dakwaan Primair yaitu pasal 3 Undang-Undang Nomor 31

tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang 20 tahun

2001. Dengan demikian berkaca dari tolak ukur hukum acara yang berlaku

karena dakwaan disusun secara subsidair maka penulis akan memulai dari

dakwaan primair, setelah itu dilanjutkan pada dakwaan subsidair.

Page 94: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

84

Dakwaan primair, pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 yang

telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang 20 tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi unsur-unsurnya yaitu; Pertama, setiap

orang; Maksud dari setiap orang adalah barang siapa atau siapa saja sebagai

subjek hukum yang dalam KUHP diduga telah melakukan perbuatan pidana

dan diajukan sebagai terdakwa. Dalam perkara ini, yang diajukan penuntut

umum adalah terdakwa bernama Ahmad Syah Mirzan Bin Salman Al Farizi

dimana setelah majelis Hakim menanyakan identitas terdakwa di persidangan

ternyata cocok dengan identitas terdakwa dalam surat dakwaan Penuntut

Umum, karenanya unsur setiap orang telah terpenuhi.

Kedua, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang

ada padanya karena jabatan atau kedudukan atau dapat merugikan keuangan

Negara atau perekonomian Negara yaitu berdasarkan fakta yang terungkap di

persidangan adalah bahwa benar terdakwa Ahmad Syah Mirzan Bin Salman

Al Farizi selaku Ketua KPU Provinsi Bangka Belitung telah menerima dana

operasional penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 yang berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004, akan tetapi KPU

Provinsi Bangka Belitung masih mengajukan permohonan dana bantuan

kepada Pemerintah provinsi Bangka Belitung untuk kesejahteraan dan anggota

dan staff pegawai KPU provinsi Bangka Belitung dengan nomor surat

252/B/KPU-BB/2004 tanggal 15 Maret untuk uang lembur staff pegawai KPU

Provinsi Bangka Belitung serta kebutuhan lain sebesar Rp 3.750.000.000,- dan

atas pengajuan tersebut dana bantuan tersebut, tidak lama kemudian cair dana

bantuan sebesar Rp 500.000.000,- kemudian secara bertahap terdakwa Ahmad

Syah Mirzan menggunakan dana tersebut secara bertahap untuk membayar

uang lembur staff pegawai KPU Provinsi Bangka Belitung serta kebutuhan

lainnya dengan perincian untuk membayar tambahan insentif kesejahteraan

KPU Rp 91.375.000,- dan untuk membayar uang lembur Pegawai Staff KPU

Rp 29.316.125,- dan totalnya kerugian yang diterima Negara sebesar Rp

Page 95: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

85

120.691.125,- , selanjutnya dakwaan subsidair yang dilayangkan penuntut

umum adalah Pasal 8 Jo pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 yang

telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang 20 tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi unsur-unsurnya yaitu; Pertama,

pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan

suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu yaitu

berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan bahwa Ahmad Syah Mirzan

adalah Ketua KPU Kepulauan Bangka Belitung. Hal tersebut mengungkapkan

bahwa terdakwa adalah seorang pegawai negeri atau pejabat yang berwenang

untuk sementara waktu, dengan demikian unsur tersebut telah terpenuhi dan

meyakinkan secara hukum.

Kedua, unsur „menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan

karena jabatannya‟. Penggelapan menurut pasal 372 KUHP adalah dengan

sengaja memiliki hak sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian dari

orang itu termasuk kepunyaan orang lain, namun barang itu berada

ditangannya bukan karena kejahatan. Dengan demikian penggelapan yang

dilakukan pegawai negeri diterapkan pasal 372 KUHP, sedangkan bagi

pegawai negeri yang melakukan penggelapan yang objeknya adalah surat

berharga adalah Undang-undang Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan fakta

yang terungkap persidangan bahwa terdakwa Ahmad Syah Mirzan bersama

saksi bernama Suhaeli mengajukan permohonan bantuan dana kepada

Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang digunakan untuk membayar uang

lembur kepada staff KPU Kepulauan Bangka Belitung. Hal tersebut bukanlah

penggelapan uang ataupun surat berharga melainkan memanfaatkan jabatan

yang ada padanya, dengan demikian unsur tersebut tidak terpenuhi. Ketiga,

membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh

orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut. Unsur dapat

diartikan sebagai bahwa yang melakukan penggelapan adalah orang lain selain

pegawai negeri atau pejabat yang berwenang yang karena jabatannya

menyimpan surat berharga itu, akan tetapi perbuatan penggelapan itu terjadi

Page 96: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

86

karena bantuan atau kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemegang

surat berharga tersebut maka unsur ini dapat terpenuhi. Fakta yang terungkap

di persidangan bahwa Terdakwa Ahmad Syah Mirzan dan saksi yang bernama

Suhaeli sebagai ketua dan sekretaris KPU Kepulauan Bangka Belitung

bersama-sama melakukan pengajuan dana bantuan untuk uang lembur staff

KPU Kepulauan Bangka Belitung, bukanlah membantu melakukan

penggelapan ataupun membantu melakukan surat berharga yang ada padanya

karena jabatannya. Dengan demikian, unsur tersebut tidak terpenuhi secara

hukum.

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa unsur-unsur yang terpenuhi

dalam dakwaan tersebut adalah dakwaan primair yaitu pasal 3 Undang-

Undang Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan

Undang-Undang 20 tahun 2001. Mengenai kasus pada putusan tersebut,

dengan terpenuhi unsur-unsur tindak pidana pada pasal 3 Undang-Undang

Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-

Undang 20 tahun 2001 maka telah terjawab bahwa perbuatan Ahmad Syah

Mirzan sebagai ketua KPU Kepulauan Bangka Belitung adalah perbuatan

tindak pidana korupsi karena telah dibuktikan bahwa perbuatan yang

dilakukan terdakwa adalah memanfaatkan atau penyalahgunaan wewenangnya

agar terwujudnya pencairan dana bantuan yang diajukan kepada Pemerintah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang totalnya Rp 120.691.125,- untuk

menguntungkan sebuah korporasi dan juga membuat Negara mengalami

kerugian. Dengan demikian, bahwa benar perbuatan terdakwa adalah suatu

tindak pidana korupsi karena memenuhi unsur dalam pasal 3 Undang-Undang

Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-

Undang 20 tahun 2001.

Dalam dakwaan tersebut, ada beberapa pasal yang di juncto kan,

selanjutnya penulis akan menguraikan mengenai pasal yang di junctokan yaitu

pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah

diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Page 97: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

87

Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana

Korupsi menyangkut tentang pidana tambahan, walaupun terdakwa

mempunyai peran dalam terjadinya kerugian Negara, namun berdasarkan fakta

yang terungkap dalam persidangan yang diperoleh dari persesuaian keterangan

saksi-saksi dan keterangan terdakwa yang diperoleh dari persesuaian

keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa serta alat bukti petunjuk tidak

ada yang dapat membuktikan bahwa terdakwa telah memperoleh uang atau

harta benda dari kerugian Negara tersebut, dengan demikian terdakwa tidak

dibebani untuk membayar uang pengganti. Mengenai penerapan pasal 55 ayat

(1) ke-1 KUHP berikut, konteks penyertaan atau deelneming dalam perkara

terdakwa hanyalah perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam arti

orang yang turut serta melakukan perbuatan tersebut. Dari rangkaian fakta di

persidangan telah tergambar dengan jelas bahwa terwujudnya delik karena

adanya kerjasama antara Ahmad Syah Mirzan sebagai Ketua KPU Kepulauan

Bangka Belitung dan Suhaeli sebagai Sekretaris KPU Kepulauan Bangka

Belitung merangkap sebagai kuasa anggaran demi terwujudnya pencairan

bantuan dana bantuan walaupun mereka sudah tahu bahwa dana operasional

penyelenggara Pemilu sudah dipenuhi melalui dana APBN 2004.

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa penerapan pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP telah terpenuhi secara hukum.

Dengan demikian, berdasarkan pembahasan penulis di atas maka dapat

dilihat dan disimpulkan bahwa perbuatan terdakwa memang benar bersalah

melakukan tindak pidana korupsi dan terbukti menurut hukum, telah sesuai

dan memenuhi unsur delik. Penulis sependapat dengan tuntutan yang

disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum bahwa terdakwa melakukan tindak

pidana korupsi.

Page 98: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

88

B. Pertimbangan Majelis Hakim

Majelis Hakim sebelum memutuskan suatu perkara memperhatikan

dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan saksi yang hadir dalam

persidangan, keterangan terdakwa, alat bukti, syarat subjektif dan objektif

seseorang dapat dipidana, serta hal-hal yang merigankan dan memberatkan

terdakwa. Pengambilan putusan oleh Majelis Hakim merupakan suatu

keharusan dalam menjatuhkan pidana atau hukuman yang diberikan kepada

terdakwa. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana setelah proses

pemeriksaan dan persidangan selesai, maka Majelis Hakim mengambil

keputusan yang seadil-adilnya.

Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Bangka Belitung tersebut, Jaksa

Penuntut Umum telah mengajukan permohonan kasasi dihadapan Panitera

Pengadilan Pangkalpinang pada tanggal 12 Februari 2010 dalam akta Kasasi

Nomor 02/Akta.Pid/2010/Pn.PKP yang diterima oleh kepaniteraan Pengadilan

Negeri Pangal Pinang pada tanggal 22 Februari 2010 dengan mengemukakan

bahwa Pengadilan Tinggi Kepulauan Bangka Belitung yang telah menjatuhan

putusan dalam memeriksa dan mengadili perkara tersebut telah melakukan

kekeliruan dengan alasan Majelis Hakim tidak menerapkan hukum

pembuktian secara benar sehingga Majelis Hakim tidak mempertimbangkan

fakta-fakta persidangan yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi, pengakuan

Terdakwa sendiri dan adanya barang bukti yang seharusnya dipergunakan

sebagai alat pembuktian, dengan demikian Majelis Hakim Pengadilan Tinggi

Kepulauan Bangka Belitung telah melakukan kesalahan dengan tidak

menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana semestinya dalam hal :

1. Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bangka Belitung tidak menerapkan

hukum pembuktian sebagaimana mestinya dalam pertimbangan

hukumnya, yang menjadi dasar untuk mengajukan putusan, melainkan

hanya mengambil alih secara langsung dari pertimbangan hukum yang

telah diberikan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pangkalpinang. Hal

ini bertolak belakang dengan bunyi dalam pertimbangan putusannya yang

menyatakan telah mengadili dan memeriksa sendiri lebih lanjut dalam

Page 99: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

89

pertimbangan hukum yang menyangkut amar putusan ternyata tidak

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Pangkal Pinang, melainan

mempertibangan sendiri, yang selanjutnya menjatuhkan putusan

sebagaimana tersebut di atas.

2. Bahwa Majelis Hakim tidak memeriksa kembali berkas perkaranya dengan

benar sehingga tidak mempertimbangkan adanya fakta persidangan, kalau

KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menerima dana untuk

penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004 yang berasal dari APBN, yang mana

dana tersebut sudah jelas peruntukkannya untuk biaya operasional

penyelenggaan yang didalamnya sudah termasuk untuk membayar

gaji/uang kehormatan bagi seluruh anggota KPU Provinsi kepulauan

Bangka Belitung, membayar uang lelah/kehormatan, uang lembur dan

tunjangan pokja untuk pegawai staff Sekretariat KPU Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung dan terdakwa adalah sebagai ketua KPU Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung yang mengelola anggaran, yang kemudian

bersama sekretaris KPU Provinsi kepulauan Banga Belitung yang

mengelola anggaran, yang kemudian bersama sekretaris KPU Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung saksi Suhaeli Yusuf Bin Yusuf Raden Mas

mengusulkan untuk diberikan tambahan uang lembur bagi seluruh pegawai

staff KPU Provinsi Bangka Belitung, kepada Gubernur Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

3. Bahwa selanjutnya KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tetap

mengajukan permohonan dana bantuan kepada Gubernur Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dengan surat nomor 252/KPU-BB/2004

tanggal 15 Maret 2004, yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris

KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan jumlah keseluruhannya

sebesar Rp 3.750.000.000,- (tiga miliyar tujuh ratus lima puluh juta

rupiah) untu penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004.

4. Bahwa selanjutnya menurut fakta persidangan, atas pengajuan dana

bantuan tersebut bertahap, yang selanjutnya dana yang berasal dari

bantuan Gubernur Provinsi Kepulauan Banga Belitung oleh Terdakwa

Page 100: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

90

untuk membayar tambahan kesejahteraan kepada seluruh anggota KPU

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan mengeluarkan nota dinas

yang ditujukan kepada saksi Suhaeli Yusuf untuk segera membayarkannya

yang jumlah seluruhnya adalah Rp 120.691.125,-

5. Bahwa putusan Hakim Majelis Pengadilan Tinggi Kepulauan Bangka

Belitung tersebut tidak memperhatikan maksud dan tujuan diadakannya

Undang-undang No.31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No 20 tahun 2001

tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam pertimbangan

Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa tindak pidana korupsi selama

ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan Negara tetapi

juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak social dan ekonomi

secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai

kejahatan yang pemberantasannnya harus dilakukan secara luar biasa.

Dalam pertimbangan tersebut seharusnya Putusan Pengadilan Tinggi

Kepulauan Bangka Belitung memperhatikan maksud dari Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 sehingga dapat menjadikan efek jera bagi

pelakunya dan sebagai pencegahan bagi orang lain.

6. Bahwa Sarochid Kartanegara dalam bukunya yang berjudul Hukum

Pidana, menyatakan bahwa penjatuhan hukuman adalah untuk mencegah

kejahatan (te voorkoming van de misdaad) hingga selanjutnya dapat

menjadi special preventive dimana ancaman hukuman yang ditujukan

kepada si penjahat tidak lagi melakukan perbuatan jahatnya di kenudian

hari.

Berdasarkan alasan-alasan Kasasi yang dikemukakan oleh Jaksa

Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim Agung mempertimbangkan :

1. Bahwa alasan-alasan Kasasi Jaksa/Penuntut Umum tidak dapat dibenarkan

judex factie tidak salah dalam menerapkan hukum, berdasarkan fakta

persidangan tersebut dari bukti dan saksi-saksi termasuk keterangan

Terdakwa bahwa kerugian Negara APBD sejumlah Rp 120.691.125,-

(seratus dua puuh juta enam ratus Sembilan puluh satu ribu seratus dua

puluh lima rupiah) telah dikembalikan oleh ketua anggota KPU dan staff

Page 101: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

91

KPU Bangka Belitung tetapi pengembalian tersebut tidak menghilangkan

sifat melawan hukum dari perbuatan pidana tersebut;

2. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata,

putusan judex factie dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum

dan/atau Undang-Undang maka permohonan Kasasi tersebut harus ditolak;

3. Menimbang, bahwa dalam musyawarah Majelis Hakim Agung pada

tanggal 28 April 2011, terdapat perbedaan pendapat (Disenting Opinion)

dari ketua Majelis yang memeriksa Perkara ini, yaitu: Mansur Kartayasa

berpendapat bahwa keberatan memori kasasi Jaksa/Penuntut Umum dapat

dibenarkan, Judex Factie salah menerapkan hukum karena pertimbangan-

pertimbangannya tidak tepat.

4. Bahwa terdakwa mengajukan anggaran untuk kesejahteraan ketua/anggota

KPU padahal alokasi dana tersebut sudah dianggarkan dalam APBN

Tahun 2004, perbuatan terdakwa merugikan Negara sebesar Rp

120.691.125,- sesuai temuan BPK dan pengambilan kerugian Negara tidak

menghapuskan dapat dipidananya pelaku. Tentang pidana percobaan

hanya diatur dalam KUHP sedang sesuai Pasal 3 Undang-Undang No.31

Tahun 1999 pidana minimal 1 (satu) tahun penjara dan denda pidana

percobaan, sehingga sesuai dengan azas lex specialis derogate lex

generalis ketentuan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsilah yang

berlaku.

5. Menimbang, bahwa oleh karena terjadi perbedaan pendapat (Dissenting

Opinion) diantara para anggota Majelis Hakim dan telah diusahakan

dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak terjadi pemufakatan, maka sesuai

pasal 30 ayat 3 Undang-Undang No.5 Tahun 2004, setelah Majelis Hakim

bermusyawarah dan diambil keputusan dengan suara terbanyak, yaitu

menolak permohonan kasasi yang diajukan oleh pemohon Kasasi/Jaksa

Penuntut umum tersebut ;

6. Memperhatikan Undang-Undang No.48 Tahun 2009, Undang-Undang

No.8 Tahun 1981 dan Undang-Undang No.14 Tahun 1985 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan

Page 102: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

92

kedua dengan Undang-undang No.3 Tahun 2009 serta peraturan

perundang-undangan No.3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-

undangan lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I

Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi : JAKSA

PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI

PANGKALPINANG tersebut ;

Membebabankan Termohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk membayar

perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 2.500,- ( dua ribu lima ratus

rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah

Agung pada hari, Kamis, tanggal 28 April 2011 oleh Mansur Kartayasa

Hakim Agung yang ditetapkan oleh Mansur Kartayasa. Hakim Agung yang

ditetapkan oleh ketua Mahkamah Agung sebagai ketua Majelis, Timur P.

Manurung dan M. Zaharuddin Utama. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota,

dan diucapkan dalam siding terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh

ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh

Emilia Djajasubagia Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon

Kasasi; Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa.

C. Analisis Putusan Pengadilan Nomor Putusan No: 727 K/Pid.Sus/2010

Tentang Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Penyelenggara

Pemilu

Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri ini berpijak pada hukum

formal sekaligus materil. Dalam artian, aturan berupa Undang-Undang

tersebut merupakan produk dari badan legislatif bersama eksekutif, dan isi dari

undang-undang tersebut mengikat bagi pelaku tindak pidana apabila unsur-

unsurnya terpenuhi. Pijakan Mejelis Hakim dalam putusan 727

K/Pid.Sus/2010 adalah Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Bunyi

lengkap pasal tersebut yaitu; “Setiap orang yang tujuan menguntungkan diri

Page 103: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

93

sendiri atau orang lain suatu korporasi, menyalahgunaan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara dipidana

dengan pidana penjara seumur hidup atau denda paling singkat 1 (satu) tahun

dan paling lama 20 (dua puluh) dan atau denda paling sedikit Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp

1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah).

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan

ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada dasarnya sebagai pelengkap dari

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Tindak Pidana Korupsi karena

selama kurang lebih 28 tahun berlakunya Undang-Undang tersebut kurang

memberikan perkembangan yang signifikan. Dengan demikian, Majelis

Hakim memilih Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai dasar hukumnya untuk

menjatuhkan sanksi pidana, sebab pelaku melakukan penyalahgunaan

wewenang sebagai pejabat public yang meyebabkan kerugian dan

perekonomian Negara.

Untuk sampai kepada putusan, Majelis Hakim terlebih dahulu

mempertimbangkan antara fakta hukum dan unsur-unsur yang dilanggar oleh

pelaku. Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini antara lain:

1. Setiap orang

2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang

ada padanya karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan

3. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara

Pertama, „setiap orang‟ disini adalah siapa saja orang atau subjek

hukum yang melakukan perbuatan pidana dan dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Terdakwa Ahmad Syah Mirzan

Bin Salman Al Farizi yang dihadapkan dipersidangan ini dengan

Page 104: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

94

berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan yang diperoleh dari

alat-alat bukti, barang bukti dan keterangan terdakwa sendiri yang

membenarkan identitasnya dalam surat dakwaan penuntut umum, maka

terdakwa yang diajukan dalam perkara ini adalah Ahmad Syah Mirzan Bin

Salman Al Fariz sebagai manusia yang dapat mempertanggungjawabkan

perbuatannya. Dengan demikian, maka unsur „setiap orang‟ telah terbukti

secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Kedua, unsur „Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau

sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang

ada padanya karena jabatan atau kedudukan‟ bahwa dengan adanya kata

atau dalam unsur yang kedua ini menunjukkan apabila salah satu unsur

terpenuhi maka terpenuhilah unsur tersebut. Fakta hukum yang terungkap

dipersidangan bahwa terdakwa Ahmad Syah Mirzan bin Salman Al Farizi

sebagai Ketua KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama saksi

Suhaeli Yusuf Bin Yusuf Raden Mas dalam pembayaran tambahan uang

kesejahteraan anggota KPU serta tambahan uang lembur bagi pegawai

Sekretariat Staff KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan

bukti–bukti yang ada seperti dalam suratnya nomor 252/B/KPU- BB/2004

tanggal 15 Maret 2004 dengan jumlah pengajuan secara global sebesar

Rp.3.750.000.000,-, padahal Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung saat itu telah menerima dana operasional

penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004 yang berasal dari kebijaksanaan

pusat (APBN), yang didalamnya termasuk pembayaran uang kesejahteraan

anggota KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan uang lembur

pegawai Staf KPU Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Yang kemudian

atas pengajuan dana bantuan tersebut, dana bantuan Gubernur Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung cair sebesar Rp.500.000.000,- pula, dan

selanjutnya dana tersebut yang oleh terdakwa, memerintahkan saksi

Suhaeli Yusuf Bin Yusuf Raden Mas untuk menggunakan uang bantuan

tersebut guna membayar tambahan uang kesejahteraan anggota KPU

sebanyak 5 orang dan tambahan uang lembur bagi seluruh pegawai KPU

Page 105: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

95

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan cara Terdakwa

mengeluarkan nota dinas kepada saksi Suhaeli Yusuf Bin Yusuf Raden

Mas yaitu Nota Dinas nomor : 24.A/D/KPU- BB/2004 tertanggal 18 Juni

2004 untuk membayar secara rapel mulai bulan Januari 2004 sampai

dengan Mei 2004 dengan totalnya sebesar Rp. 31.875.000,-, nota dinas

nomor : 71/D/KPU- BB/2004 tertanggal 18 Oktober 2004 untuk

membayar secara rapel mulai bulan Juni sampai dengan Oktober 2004

yang totalnya sebesar Rp.42.500.00,-, nota dinas nomor 757/D/KPU-

BB/2004 tertanggal 13 November untuk membayar bulan November 2004

totalnya sebesar Rp.8.500.000,- serta Nota Dinas Nomor : 06/D/KPU-

BB/2004 tertanggal 22 Desember 2004 untuk membayar bulan Desember

2004 dengan totalnya ialah Rp.8.500.000,-. Sehingga jumlah uang

tambahan kesejahteraan anggota KPU Propinsi Kepulauan Bangka

Belitung yang telah dibayarkan adalah Rp.31.875.000. Dan untuk

pembayaran tambahan uang lembur bagi Pegawai Sekretariat KPU Bangka

Belitung dibayarkan secara bertahap juga yang dibayarkan kepada seluruh

pegawai Staf KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang jumlah

seluruhnya sebesar Rp.29.316.125,-. Jika dijumlahkan dana yang dipakai

terdakwa ialah seluruhnya Rp.120.691.125,-. Dengan demikian, maka

seluruh anggota KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan seluruh

staff sekretariat KPU Propinsi Kepulauan Bangka Belitung mendapatkan

keuntungan atau diuntungkan, yang besarnya masing- masing sesuai

dengan daftar penerimaannya. Dengan demikian unsur “menguntungkan

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” telah terpenuhi dan

meyakinkan menurut hukum.

Ketiga, unsur „yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara‟. Frasa keuangan negara yang dimaksud dalam

Penjelasan Umum Undang – Undang nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu seluruh kekayaan negara

dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk di

dalamnya segala keruian keuangan negara dan segala hak dan kewajiban

yang timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan, dan

Page 106: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

96

pertanggung-jawakan pejabat lembaga negara baik di tingkat pusat mau-

pun di daerah, selanjutnya yang dimaksud dengan Perekonomian Negara

adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri

yang didasarkan pada kebijakan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun

di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan

kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat. Berdasarkan pengertian

tersebut, jika dihubungkan dengan apa yang dilakukan oleh terdakwa yang

bernama Ahmad Syah Mirzan Bin Salman Al Farizi bersama saksi Suhaeli

Yusuf Bin Yusuf Raden Mas, dana dipakai untuk pembayaran tambahan

uang kesejahteraan anggota KPU serta tambahan uang lembur bagi

pegawai Sekretariat Staf KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta

kebutuhan-kebutuhan lainnya yang totalnya berjumlah Rp.120.691.125,-

hal tersebut jelas telah merugikan keuangan serta perekonomian Negara.

Dengan demikian unsur tersebut telah terpenuhi dan meyakinkan secara

hukum.

Berdasarkan analisa di atas, penulis berpendapat bahwa Undang-

Undang Tindak Pidana Korupsi yang diatur dalam Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 sebagaiaman telah diubah dengan Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 sebenarnya mengandung beberapa permasalahan. Dalam

analisis ini penulis ingin menyoroti mengenai permasalahan tumpang

tindih pengaturan delik/tindak pidana yang diatur di dalamnya, sebenarnya

ada cukup banyak ketentuan pidana yang tumpang tindih dalam UU ini,

namun kali ini penulis hanya akan menyoroti tumpang tindihnya

pengaturan dalam Pasal 3 dan Pasal 8, karena putusan yang dianalisis

dalam skripsi ini adalah suatu putusan yang dakwaannya dilakukan secara

berlapis-lapis yaitu dakwaan primair dengan pasal 3 lalu subsidair pasal 8

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaiaman telah diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, yaitu Putusan No. 727

K/Pid.Sus/2010 dengan terdakwa Ahmad Syah Mirzan bin Salman Al

Farizi. Kedua pasal tersebut sebenarnya memiliki irisan, atau dengan kata

Page 107: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

97

lain terdapat kemungkinan suatu perbuatan dapat memenuhi kedua

ketentuan tersebut, yang dalam istilah disebut dengan concursus idealis.

Mengenai concursus idealis ini diatur dalam pasal 63 KUHP, yang

berbunyi; „Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana,

maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan itu; jika

berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang

paling berat‟. Pemaparan penulis di atas bahwa pasal 3 dan pasal 8

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 terdapat sebuah irisan. Dalam pasal 8

UU Tipikor inti dari perbuatan yang dilarang adalah penggelapan uang

atau surat berharga, larangan ini berlaku bagi pegawai negeri atau bukan

pegawai negeri yang menjalankan atau memegang suatu jabatan umum.

Penggelapan dapat diartikan yaitu dengan sengaja dan melawan hukum

memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan

orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan,

pengertian ini terdapat dalam Pasal 372 KUHP. Mengenai irisan dalam

pasal 3 dan pasal 8 UU Tipikor, jika dikaitkan dengan pasal 3,

penggelapan itu sendiri pada dasarnya adalah salah satu bentuk dari

perbuatan menyalahgunakan wewenang. Secara sekilas memang terkesan

bahwa berarti semua perbuatan yang diatur dalam pasal 8 tercakup juga

dalam pasal 3, tetapi jika dilihat secara lebih teliti sebenarnya tidak, ada

dua hal yang membuatnya demikian. Pertama, obyek yang digelapkan

yang diatur dalam pasal 8 spesifik hanya uang dan surat berharga,

sementara barang tidak. Jadi misalnya seorang pegawai negeri menjual

mobil dinas yang digunakannya tidak bisa dikenakan pasal 8. Kedua,

dalam pasal 3 terdapat unsur „yang dapat merugikan keuangan negara‟,

sementara dalam pasal 8 unsur kerugian negara tidak ada. Pasal 8 tersebut

tidak peduli apakah uang atau surat berharga yang digelapkan oleh pelaku

adalah uang atau surat berharga milik negara atau tidak, yang penting uang

atau surat berharga tersebut ada dalam penguasaan si pelaku karena

jabatannya. Dengan demikian, penulis ingin memberikan dua ilustrasi

kasus yang serupa untuk menggambarkan permasalahan antara pasal 3 dan

Page 108: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

98

pasal 8 ini. Pertama, seorang bendahara suatu instansi pemerintah

menggelapkan uang kas instansi tersebut sebanyak Rp 100.000.000,-

(seratus juta rupiah) dan contoh kedua, seorang pegawai negeri yang

mendapatkan mobil dinas senilai Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)

menggelapkan mobil dinas tersebut dengan cara menjual mobil tersebut

seharga Rp 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) kepada pihak

lain. Dari contoh pertama, walaupun perbuatan tersebut bisa juga

dikenakan pasal 3 namun mengingat ketentuan dalam pasal 63 ayat 2

KUHP yaitu asas lex specialis derogat lex generalis maka tentunya

perbuatan si pelaku lebih tepat dipidana dengan pasal 8, sedangkan untuk

contoh kedua, karena obyek yang digelapkan bukanlah uang atau surat

berharga namun barang yaitu sebuah mobil maka si pelaku tidak dapat

dijerat dengan pasal 8 walaupun bentuk perbuatannya sama-sama

penggelapan, melainkan pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

sebagaiaman telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.

Kasus di atas tentunya adalah kasus fiktif, kasus kongkrit terkait masalah

pasal 3 dan pasal 8 ini Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 yaitu kasus yang

dianalisis dalam skripsi yang terdapat dalam putusan nomor 727

K/Pid.Sus/2010. Dalam perkara ini, Penuntut Umum dalam surat

tuntutannya menuntut pengadilan agar menyatakan terdakwa terbukti atas

dakwaan primair, yaitu yang diancam dengan pasal 3 Undang-Undang No.

31 Tahun 1999 sebagaiaman telah diubah dengan Undang-Undang No. 20

Tahun 2001, serta menuntut terdakwa dijatuhi hukuman penjara selama 1

tahun (sesuai ancaman minimum) serta denda sebesar Rp 50.000.000 (lima

puluh juta rupiah). Majelis Hakim sependapat dengan Penuntut Umum,

pengadilan memutus terdakwa terbukti atas dakwaan primair yaitu pasal 3

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaiaman telah diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 dan menghukum terdakwa dengan

hukuman penjara selama satu tahun dan denda sebesar Rp. 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah). Pengadilan bahkan sampai tingkat Mahkamah

Agung akhirnya diputus yang diterapkan adalah dakwaan primair. Penulis

Page 109: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

99

berpendapat hal ini tidak terlepas dari problematika pasal 3 dan pasal 8

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaiaman telah diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tersebut. Jika pengadilan memilih

dakwaan subsidair maka hukuman yang harus dijatuhkan minimal 3 tahun

penjara dan denda minimal Rp 150.000.000,- padahal nilai korupsi yang

terjadi hanyalah sekitar seratus dua puluh juta rupiah dan dilakukan secara

bersama-sama, bukanlah perseorangan. Melihat fenomena yang terjadi di

sisi lain banyak perkara korupsi lainnya yang nilainya jauh lebih besar

yang dilakukan tidak dalam bentuk penggelapan namun masuk dalam

kategori pasal 3 dihukum dengan hukuman dibawah 3 tahun. Jadi dalam

perkara ini sepertinya pengadilan mengahadapi dilema yang disebabkan

oleh problem pasal 3 dan pasal 8 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

sebagaiaman telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001,

karena dilema tersebut akhirnya pengadilan memilih untuk menerapkan

dakwaan subsidair. Dalam penjatuhan pidana tersebut penulis berpendapat

bahwa saksi yang dijatuhkan sangatlah ringan, yaitu hanya 1 tahun penjara

dan denda lima puluh juta rupiah. Majelis Hakim seharusnya

memperhatikan bahwa tindak pidana korupsi selama ini terjadi secara

meluas, tidak hanya merugikan keuangan Negara tetapi juga telah

merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi secara luas,

sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang

pemberantasannnya harus dilakukan secara luar biasa. Dalam

pertimbangan tersebut seharusnya Putusan Pengadilan Tinggi Kepulauan

Bangka Belitung memperhatikan maksud dari Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 sehingga dapat menjadikan efek jera bagi pelakunya dan

sebagai pencegahan bagi orang lain.Demikianlah analisis dari sudut

pandang hukum positif.

Adapun bila ditinjau dari hukum Islam, menurut para fuqaha

tindakan penyalahgunaan wewenang untuk melakukan korupsi termasuk

dalam perbuatan ghulul. Ghulul berasal dari kata Ghala Yaghulu Ghallan

Page 110: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

100

Ghululan yang mempunyai makna Khana (berkhianat)121

, mengambil

sesuatu secara sembunyi-bunyi.122

Ghulul juga dapat diartikan

penyalahgunaan jabatan. Jabatan adalah amanah, oleh sebab itu

penyalahgunaan terhadap wewenang hukumnya haram dan termasuk

perbuatan tercela. Perbuatan ghulul misalnya menerima hadiah, komisi,

atau apapun namanya yang semestinya tidak terima yang didasarkan

kepada hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud sebagai berikut:

عن النب صل اهلل عليو وسلم قا ل من است عملنا ه على عن ب ر يدةعن أبيو ناه رزقا فما أخذ ب عد ذلك ف هو غلول عمل ف رزق

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Buraidah dari ayahnya dari

Nabi SAW, beliau bersabda: “barangsiapa yang telah kami

angkat sebagai pegawai dalam suatu jabatan, kemudian kami

berikan gaji, maka sesuatu yang diterima diluar gaji itu adalah

korupsi” (H.R Abu Daud).123

Dari berbagai bentuk korupsi yang ada di Indonesia kalau kemudian

dikaitkan dengan hadist-hadist dan konsep hukum Islam mengenai ghulul,

maka dapat diklasifisikan menjadi dua macam. Pertama, apabila korupsi

dilakukan oleh pejabat yang diberi amanah mengelola, maka termasuk

pengkhianatan dan glulul. Kedua, apabila korupsi uang Negara dilakukan

oleh orang yang tidak diberi amanah mengelola dengan cara megambil

dari tempat simpanan maka dapat dikategorikan sebagai ghulul.124

Mengenai kasus yang dipaparkan di atas, menurut penulis kasus ini sangat

dekat dengan pengertian ghulul berdasarkan dalil dan teori yang ada

dengan alasan-alasan sebagai berikut; pertama, korupsi adalah

penyalahgunaan harta Negara, perusahaan, atau masyarakat. Ghulul juga

merupakan penyalahgunaan harta Negara karena memang pemasukan

harta Negara pada zaman Rasulullah SAW adalah ghanimah, adapun saat

121 Ma‟luf Louis, Kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-A-lam, (Beirut: Dar al- Mashriq,

1986), h., 556 122

Abu Abdillah Muhammad Fakhr al-Din al-Raziy, Tafsir Fakhr al-Raziy al-Mustahar bi

al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghayb, Vol IX, (Beirut: Dar al-fikr, t.t), h., 71. 123

Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammad Al-Syaukani, Nail al-Author, Juz VIII, (Kairo: Daar

al-Hadist, t.t), h., 278 124

Saifudin, “Hadist-Hadist Tentang Korupsi: Studi Kontekstual Korupsi Di Indonesia”, Az

Zarqa, IX, 2, Desember 2017, h., 267.

Page 111: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

101

ini permasalahan uang Negara berkembang tidak hanya pada ghanimah,

tetapi semua bentuk uang Negara. Dengan demikian segala bentuk yang

merugikan keuangan atau perekonomian Negara termasuk dalam

perbuatan ghulul. Kedua, korupsi yang dilakukan oleh pejabat terkait,

demikian juga ghulul merupakan pengkhianatan terhadap jabatan oleh

pejabat terkait.

Adapun sanksi atau hukuman ghulul, Di dalam hadist-hadist

Rasulullah Saw disebutkan bahwa sanksi terhadap perilaku ghulul adalah

membakar harta yang didapatkan dari ghulul dan memukul pelakunya.

Hadist yang menjelaskan bentuk sanksi bentuk sanksi tersebut adalah

hadist nomor 2598 dalam kitab Sunan Abu Daud yaitu “Dari Shalih bin

Muhammad bin Zubaidah dia berkata; Aku pernah memasuki negeri

Rumawi bersama Maslamah, lalu didatangkan kepadanya seorang laki-

laki yang melakukan ghulul. Muslamah menanyakan hal itu kepada Salim

bin Abdillah bin Umar, lalu dia berkata; Aku mendegarkan ayah

menuturkan hadist dari Umar bin Khattab RA, Nabi berkata: apabila

kamu mendapatkan orang yang melakukan ghulul, maka bakarlah

barangnya, dan pukullah dia “kata Shalih: maka kami mendapatkan

sebuah mushaf di dalam barang itu, lalu Maslamah bertanya tentang itu

kepada Salim, Jawab Salim „jualah barangnya dan sedekahkanlah

harganya. Pada hadist yang lain disebutkan bahwa sanksi ghulul adalah

dengan membakar hartanya, mengarak keliling pelakunya dan tidak

memberikan bagiannya. Diriwayatkan “Dari Shalih bin Muhammad dia

berkata; pernah kami berperang bersama wahid bin hisyam sedang kami

bersama Salim bin Abdillah bin Umar bin Abdil Aziz, kemudian ada

seorang laki-laki melakukan ghulul maka Walid memerintahkan agar

barangnya dibakar, setelah dibakar, orang itu diarak berkeliling, dan

bagiannya tidak diberikan”. Menurut Abu Daud, hadist ini yang paling

shahih diantara hadist yang lainnya.125

125

Hafizh Al Munzdiry, Sunan Abi Daud Jilid IV, (Semarang, Asy Syifa, 1993), h., 245-246

Page 112: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

102

Sanksi atau hukuman bagi peyalahgunaan wewenag atau jabatan

bahkan bisa sampai hukuman mati. Al-Sayyid Abdurrahman bin

Muhammad bin Husain yang mengutip pendapat al-Mahib al-Thobary dari

kitabnya Al-Tafqih menyatakan bahwa vonis mati boleh dijatuhkan pada

seorang pejabat Negara yang menyalahgunakan tugas-tugasnya untuk

menindas rakyat dan hal itu disamakan dengan lima macam kefasikan

yaitu membunuh, zina, mencuri, memutus persaudaraan dan keluar dari

Islam karena kerugian yang diakibatkan dari kejahatan itu jauh lebih

besar.126

Ibnu Tamiyyah menganologikan kejahatan itu hanya bisa

dihentikan dengan vonis mati, maka pelaku harus divonis mati meskipun

itu masih bagian dari ta‟zir.127

Demikianlah analisis dari tinjauan Hukum

Pidana Islam.

Dalam kasus korupsi yang terjadi pada perkara yang ditangani oleh

Mahkamah Agung ini secara hukum Islam sepenuhnya diberikan kepada

kekuasaan hakim yang mengadili serta memutus perkara. Sehingga hakim

harus hati-hati dalam menimbang berdasarkan norma-norma yang

diterapkan di masyarakat dan norma-norma agama. Pemberantasan tindak

pidana korupsi korupsi dilakukan secara sistematis dan terstruktur dengan

cara melakukan perubahan. Dalam upaya menekan tindak pidana ini harus

didukung sepenuhnya oleh Presiden dan pejabat, seperti menteri, kepala

kepolisian, kepala kejaksaan, ketua Mahkamah Konstitusi dan ketua

pengadilan. Terlebih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus

mengedepankan supremasi hukum dan independensi atas kekuasaan dan

kepentingan golongan.

126

Al-Sayyid Abdurahman bin Muhammad bin Husain, Bughyat al- Mustarsyidin, (Surabaya,

Al-Hidayah, t.t), h., 250. 127

Ibnu Tamiyyah, al-Siyasah al-Syar‟iyyah, h., 39.

Page 113: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penerapan hukum pidana oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam

putusan nomor 727 K/Pid.Sus/2010 Tentang tindak pidana korupsi yang

dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) adalah Pasal 3

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaiamana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sudah tepat. Terdakwa Ahmad Syah Mirzan bin Salman

Al-Farizi juga telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana korupsi berdasarkan fakta-fakta yang terungkap

dipersidangan, alat bukti yang diajukan Penuntut Umum adalah fotocopy

surat dinas nomor 252/D/KPU-BB/2004 tanggal 15 Maret 2004 perihal

usulan biaya bantuan pelaksanaan Pemilu Tahun 2004, fotocopy surat

perintah membayar tertanggal 24 Maret dan kwitansi tertanggal 24 Maret,

satu bundel dokumen pembayaran uang tambahan kesejahteraan ketua dan

anggota KPU Provinsi, pembayaran uang lembur mulai bulan Januari

sampai bulan Desember 2004, serta fotocopy nota dinas tertanggal 2 Juni

2008 perihal tindak lanjut hasil RIK BPK-RI tahun anggaran 2004.

Putusan Mahkamah Agung nomor 727 K/Pid.Sus/2010 adalah hasil

permohonan banding atas putusan pengadilan nomor

385/Pid.B/2008/PN.PKP yang menjatuhkan pidana penjara selama 1 (satu)

tahun dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dan

hasil dari permohonan kasasi dari putusan 45/PID/2009/PT BABEL yang

hanya menjatuhkan pidana penjara selama 1 (satu) tahun yang diajukan

oleh Jaksa Penuntut Umum yang dianggap tidak memberikan efek jera dan

tidak memenuhi rasa keadilan serta Majelis Hakim Tinggi Pengadilan

Tinggi Bangka Belitung kurang memperhatikan fakta-fakta yang

terungkap dalam persidangan dan tidak menerapkan hukum pembuktian

sebagaimana mestinya dalam pertimbangan hukumnya, yang menjadi

Page 114: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

104

dasar untuk mengajukan putusan. Hakim agung memberikan pertimbangan

bahwa judex factie dalam perkara ini tidak bertentangan dengan Undang-

Undang, dengan demikian Hakim Agung menolak permohonan kasasi

tersebut.

2. Sanksi yang dijatuhkan kepada terdakwa Ahmad Syah Mirzan M.Si bin

Salman Al Farizi dalam perbuatannya melakukan tindak pidana korupsi

didasarkan pada Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaiaman

telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal tersebut Hakim

Agung menganggap kualifikasinya telah terpenuhi sehingga menjatuhkan

sanksi pidana penjara satu tahun dan denda lima puluh juta rupiah.

Demikian ini menjadi sanksi yang dijatuhkan kepada terdakwa ditinjau

dari hukum positif. Ditinjau dari hukum pidana Islam, terdakwa Ahmad

Syah Mirzan M.Si digolongkan sebagai pelaku ghulul karena

menyalahgunakan jabatannya untuk mengambil keuntungan yang

seharusnya bukan miliknya. Sanki bagui pelaku ghulul adalah dibakar

harta ghululnya serta megarak pelakunya berkeliling serta vonis hukuman

mati dapat dilakukan karena menyalahgunakan jabatan dapat

menyengsarakan orang banyak meskipun vonis mati tersebut bagian dari

ta‟zir.

B. Saran

1. Kepada para penegak hukum dan pemerintah agar bisa memberikan

hukum yang setimpal bagi pelaku tindak pidana korupsi supaya dapat

memberikan efek jera dan memenuhi rasa keadilan serta kemanfaatan

karena korupsi dapat menyengsarakan banyak orang. Pemerintah bersama

aparat penegak hukum juga harus memperhatikan langkah-langkah

preventif untuk kedepannya sehinngga tidak ada lagi pelaku tindak pidana

korupsi dikemudian hari.

2. Kepada masyarakat luas, diperlukan peran serta masyarakat luas untuk

melaporkan setiap aksi tindak pidana tersebut dan serta lembaga-lembaga

Page 115: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

105

pengawas yang konsisten melakukan pengawasan terhadap penguasa serta

orang-orang yang berpotensi besar melakukan tindak pidana korupsi.

Page 116: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

106

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan terjamah.

Abdurahman, Al-Sayyid bin Muhammad bin Husain, Bughyat al- Mustarsyidin,

Surabaya, Al-Hidayah, t.t.

Abidin, Zainal dan Fiddian Khairudin, “Penafsiran Ayat Ayat Amanah Dalam Al-

Qur‟an”, Jurnal Syahadah, Vol. 5, 2, (2017):121

Agung, Ivan Muhammad dan Desma Husni, “Pengukuran Konsep Amanah Dalam

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif”, Jurnal Psikologi, Vol 43, 3,

(2016):195.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2010.

Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus di Luar KUHP, Jakarta: Penebar

Swadaya Grup, 2014.

Alfitra, Modus Operandi Pidana Khusus Diluar KUHP: Korupsi, Money

Laundering & Trafficking, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014, Cet. ke-1.

Aripin, Jaenal dkk, Metode Penelitian Hukum, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Bahri, Syamsul, “Korupsi Dalam Kajian Hukum Islam”, Kanun Jurnal Ilmu

Hukum, Vol. 17, 67, 2015:608.

Chawazi, Adami, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia,

Malang: Bayumedia, 2005, Cet. ke-2.

Chawazi, Adami, Pelajaran Pengantar Hukum Pidana 1, Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2002, cet. Ke-1.

Danil, Elwi, KORUPSI: Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, Jakarta:

PT Raja Grafindo, 2011.

Endang, M. Ikbar Andi, “Diskresi dan Tanggung Jawab Pejabat Pemerintah

Menurut Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, Jurnal Hukum

Peratun”, Vol 1, 2, (2018):231.

Entah, Aloysius R., “Indonesia: Negara Hukum Yang Berdasarkan Pancasila”,

Jurnal Seminar Nasional Hukum UNNES, Vol. 2, 1, (2016):536.

Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2015,

Cet. ke-2.

Page 117: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

107

Hamzah, Andi, Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2017, Cet ke-1.

Hartanti, Evi, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Hasan, Mustofa dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah),

Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, Cet. ke-1.

http://www.transparency.org/news/feature/corruption_perceptions_index_2017.

https://kpud-banyuwangikab.go.id/sejarah-kpu.html.

Irfan, M . Nurul, Hukum Pidana Islam, Jakarta: AMZAH, 2016, Cet. ke-1.

………………, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: AMZAH, 2012,

Cet. ke-2.

………………, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh

Jinayah, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009,

Cet. ke-1.

Irfan, M. Nurul dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: AMZAH, 2016, Cet. ke-4.

Lamintang, P.A.F., Hukum Penitensier Indonesia, Bandung: CV. Armico, 1984,

Cet. ke-1.

Lamintang, PAF, Delik-delik Khusus, Bandung: Sinar Baru, 1984.

Latif, Abdul, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi,

Jakarta: Prenada Media Grup, 2014, Cet. ke-1.

Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: PT.

Raja Grafindo, 2013, cet. Ke-2.

Mardani, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2019, Cet. ke-1.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Group,

2008.

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Roda Karya, 2004.

Munzdiry, Hafizh Al, Sunan Abi Daud Jilid IV, Semarang, Asy Syifa, (1993):245.

Nugraha, Satriya, “Konsep Penyalahgunaan Wewenang Dalam Undang Undang

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia”, Jurnal Socioscientia (Ilmu-Ilmu

Sosial), Vol.8 , 1, (2016):2.

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Eresco,

1986.

Page 118: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

108

Putriyanti, Ayu, “Kajian Undang Undang Administrasi Pemerintahan Dalam

Kaitan Dengan Pengadilan Tata Usaha Negara, Jurnal Pandecta”, Vol. 2,

2, (2015):183.

Putusan Mahkamah Agung Nomor: 727 K/Pid.sus/2010

Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.

Qanun Aceh No. 7 Tahun 2013 tentang Acara Jinayat.

Rini, Nicken Sarwo, “Penyalahgunaan Kewenangan Administrasi Dalam Undang

Undang Tindak Pidana Korupsi”, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol.

18, 2, (2018):264.

S., Ujang Charda, “Potensi Penyalahgunaan Kewenangan Oleh Pejabat

Administrasi Negara Dalam Pengambilan dan Pelaksanaan Kebijakan

Publik, Jurnal Wawasan Hukum”, Vol. 27, 2, (2012):595.

Saifudin, “Hadist-Hadist Tentang Korupsi: Studi Kontekstual Korupsi Di

Indonesia”, Az Zarqa, IX, 2, (2017):267.

Saleh, Roeslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana, Bandung:

PT Aksara Baru, 1987, Cet. ke-2.

Sianturi, S.R, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1996, cet. Ke-4.

Soekamto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu

tinjauan singkat), Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003.

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 2007.

Syaukani, al-, Nail al-Autar, Beirut: Dar al-Fikr, t.th, jilid 9

Tamiyyah, Ibnu, al-Siyasah al-Syar‟iyyah.

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan,

Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2012, Cet. ke-3.

Undang Undang Dasar 1945.

Undang Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,

DPD, dan DPRD.

Usman, Husni dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,

(Jakarta: Bumi Aksara, 1998.

Page 119: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

No. 727 K/Pid .Sus/2010

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memer iksa perkara pidana khusus dalam t i ngka t kasas i te l ah

memutuskan sebaga i ber i ku t da lam perkara Terdakwa :

Nama Lengkap : AHMAD SYAH MIRZAN, M.Si . Bin

SALMAN AL FARIZI ;

t empat Lah i r : Pangka lp inang ;

umur / t angga l lah i r : 37 Tahun / 16 Oktober 1971;

j en is Kelamin : Lak i - lak i ;

kebangsaan : Indones ia ;

t empat t i ngga l : Ja lan Kampung Melayu No. 164

Pangka lp i nang ;

agama : Is l am;

peker j aan : Mantan Ketua KPU Prov ins i

Kepulauan

Bangka Bel i t ung ;

Terdakwa berada di lua r tahanan ;

yang dia jukan di muka pers idangan Pengadi l an Neger i Bangka

Bel i t ung karena d idakwa :

PRIMAIR:

Bahwa ia Terdakwa Ahmad Syah Mirzan , M.Si Bin Salman

Al Far i z i se laku Ketua Komis i Pemi l i han Umum (KPU) Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung per iode tahun 2003 sampai dengan

2007, bersama- sama dengan saks i Drs . Suhai l i Yusuf Bin

Yusuf Raden Mas se laku Sekre ta r i s Komis i Pemi l i han Umum

(KPU) Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung per iode tahun

2003, merangkap sebaga i Kuasa Pengguna Anggaran (yang

dia jukan da lam berkas la i n ) , pada har i dan tangga l da lam

bulan Januar i sampai dengan Desember 2004 atau set i dak -

t i daknya pada waktu - waktu dalam tahun 2004, ber tempat di

Kanto r Komis i Pemi l i han Umum (KPU) Prov ins i Kepulauan

Bangka Bel i t ung Ja lan Mentok Nomor 313 A Pangka lp i nang ,

atau set i dak - t i daknya pada suatu tempat yang masih te rmasuk

Hal . 1 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 120: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dalam daerah hukum Pengad i l an Neger i Pangka lp inang , te l ah

melakukan , menyuruh melakukan atau tu ru t ser ta melakukan

beberapa perbua tan meskipun masing- masing merupakan

ke jaha tan atau pelanggaran , ada hubungannya sedemik ian rupa

seh ingga harus dipandang sebaga i satu perbua tan ber l an j u t ,

dengan tu juan menguntungkan d i r i send i r i atau orang la i n

atau suatu korporas i , menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jaba tan atau

kedudukan yang dapat merug ikan keuangan Negara atau

Perekonomian Negara , yang di l akukan dengan cara - cara

sebaga i ber i ku t :

Bahwa pada awalnya Komis i Pemi l i han Umum (KPU)

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung per i ode tahun 2003

sampai dengan tahun 2008, te lah diben tuk dengan susunan

kepengurusan :

Ketua : Ahmad Syah Mirzan , MSi Bin Salman

Al Far i z i

Sekre ta r i s : Drs . Suhae l i Yusuf Bin Yusuf Raden

Mas

Anggota : - Arka ’a Ahmad Agin , S.Sos Bin Ahmad

- Zul Ter ry Apsup i , SS

- Enny Roqain i R, SmHk. Bin t i Abdur rahman

- Syawalud in , S.Pd Bin Abdul Somad

dan untuk b iaya penye lenggaraan Pemi lu tahun 2004, Komis i

Pemi l i han Umum (KPU) Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung

te l ah mener ima dana operas iona l penye lenggaraan Pemi lu

tahun 2004 yang berasa l dar i keb i j aksanaan Pusat (APBN),

yang di da lamnya te rmasuk untuk kese jah te raan anggota KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung dan pegawai sta f KPU

Prop ins i Kepualauan Bangka Bel i t ung , namun demik ian

Terdakwa se laku Ketua KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung bersama saks i Drs . Suhae l i Yusuf Bin Yusuf Raden

Mas se laku Sekre ta r i s KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung masih te tap mengajukan permohonan dana bantuan

kepada Gubernur Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung dengan

sura tnya Nomor : 252/B /KPU- BB/2004 tangga l 15 Maret 2004

Hal . 2 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 121: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

untuk tambahan kese jah te raan anggota KPU Prop ins i Kepulauan

Bangka Bel i t ung dan dana tambahan uang lembur bagi se lu ruh

pegawai s ta f KPU Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung , dengan

jumlah penga juan yang disa tukan dengan kebutuhan la i n

secara globa l sebesar Rp.3 .750 .000 .000 , - dan atas penga juan

dana bantuan te rsebu t , t i dak lama kemudian dana bantuan

Gubernur Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung ca i r sebesar

Rp.500.000 .000 , - kemudian secara ber tahap Terdakwa bersama

saks i Drs . Suhael i Yusuf Bin Yusuf Raden Mas menggunakan

dana bantuan Gubernur Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung

te rsebu t untuk membayar tambahan uang kese jah te raan anggota

KPU Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung dan tambahan uang

lembur bag i se lu ruh Pegawai KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung untuk tambahan se lama satu tahun beker j a , dengan

cara Terdakwa mengeluarkan nota dinas yang di tu j u kan kepada

saks i Drs . Suhael i Yusuf Bin Yusuf Raden Mas yang juga

sebaga i Kuasa Pengguna Anggaran , dan sete lah saks i Drs .

Suhael i Yusuf Bin Yusuf Raden Mas mener ima nota dinas dar i

Terdakwa maka langsung menyetu ju i pembayaran te rsebu t

dengan memer in tahkan kepada bendahara untuk membayarkan

dengan per inc i an sebaga i ber i ku t :

- Nota Dinas Nomor : 24.A/D /KPU- BB/2004 te r t angga l 18 Jun i

2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan Januar i

2004 sampai dengan Mei 2004 yang besarnya Rp.1 .275 .000 , -

sete lah diku rang i pa jak perbu lan untuk set i ap anggota

KPU, seh ingga masing- masing untuk l ima bulan mener ima

Rp.6 .375 .000 , - maka semua jumlahnya Rp.6 .375 .000 , - x 5

= Rp.31 .875 .000 , - ;

- Nota Dinas Nomor : 71/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 18

Oktober 2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan

Jun i 2004 sampai dengan Oktober 2004 yang besarnya

Rp.1 .700 .000 , - sete lah diku rang i pa jak perbu lan untuk

set i ap anggota KPU, seh ingga masing- masing untuk l ima

bulan mener ima Rp.8 .500 .000 , - maka semua jumlahnya

Rp.8 .500 .000 , - x 5 = Rp.42 .500 .000 , - ;

Hal . 3 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 122: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Nota Dinas Nomor : 757/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 13

Nopember 2004 untuk membayar bu lan Nopember 2004 yang

besarnya Rp.1 .700 .000 , - sete lah diku rang i pa jak untuk

masing- masing anggota KPU, seh ingga jumlah semuanya

Rp.1 .700 .000 , - x 5 = Rp.8 .500 .000 , - ;

- Nota Dinas Nomor : 06/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 22

Desember 2004 untuk membayar bu lan Desember 2004 yang

besarnya Rp.1 .700 .000 , - sete lah diku rang i pa jak untuk

masing- masing anggota KPU, seh ingga jumlah semuanya

Rp.1 .700 .000 , - x 5 = Rp.8 .500 .000 , - ;

- Sehingga jumlah uang tambahan kese jah te raan anggota KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung yang te l ah dibayarkan

ada lah : Rp.31.875 .000 , -

Rp.42 .500 .000 , -

Rp.

8.500 .000 , -

Rp.

8.500 .000 , -

Jumlah se lu ruhnya sebanyak :

Rp.91 .375 .000 , -

Sedang untuk pembayaran tambahan uang lembur bag i Pegawai

Sekre ta r i a t KPU Bangka Bel i t ung Terdakwa mengeluarkan nota

dinas juga yang di tu j u kan kepada saks i Drs . Suhael i Yusuf

Bin Yusuf Raden Mas yang kemudian d i t e ruskan pembayarannya

kepada bendahara dengan per inc i an sebaga i ber i ku t :

a. Nota Dinas Nomor : 433/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 04 Jun i

2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan Februar i

2004 sampai dengan Apr i l 2004 yang besarnya :

- Bulan Februar i 2004 untuk 23 pegawai se jumlah

Rp.4 .179 .000 , -

- Bulan Maret 2004 untuk 24 pegawai se jumlah

Rp.4 .375 .500 , -

- Bulan Apr i l 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.3 .930 .000 , -

Hal . 4 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 123: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Akhi r Apr i l 2004 untuk 23 pegawai se jumlah

Rp.3 .930 .000 , -

b. Nota Dinas Nomor : 724/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 10

Oktober 2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan Mei

2004 sampai dengan Oktober 2004 yang besarnya :

- Bulan Mei 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.2 .358 .000 , -

- Akhi r Mei 2004 untuk 16 pegawai se jumlah

Rp.1 .215 .625 , -

- Bulan Mei 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.2 .358 .000 , -

- Akhi r Mei 2004 untuk 7 pegawai se jumlah Rp.

534.375 , -

- Bulan Mei 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.2 .751 .000 , -

- Akhi r Jun i 2004 untuk 7 pegawai se jumlah Rp.

535.000 , -

- Bulan Ju l i 2004 untuk 6 pegawai se jumlah Rp.

460.000 , -

- Akhi r Ju l i 2004 untuk 6 pegawai se jumlah Rp.

460.000 , -

- Bulan Agustus 2004 untuk 15 pegawai se jumlah

Rp.1 .596 .000 , -

- Bulan Agustus 2004 untuk 5 pegawai se jumlah Rp.

307.500 , -

- Akhi r Agustus 2004 untuk 6 pegawai se jumlah Rp.

460.000 , -

- Bulan September 2004 untuk 8 pegawai se jumlah Rp.

853.125 , -

- Bulan Oktober 2004 untuk 5 pegawai se jumlah Rp.

385.000 , -

c. Nota Dinas Nomor : 766/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 29

Desember 2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan

Nopember 2004 sampai dengan Desember 2004 yang

besarnya :

Hal . 5 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 124: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Bulan Nopember 2004 untuk 8 pegawai se jumlah Rp.

610.000 , -

- Bulan Desember 2004 untuk 8 pegawai se jumlah Rp.

854.000 , -

Sehingga jumlah tambahan uang lembur yang d ibayarkan

kepada se lu ruh pegawai Sta f KPU Prop ins i Kepulauan

Bangka Bel i t ung se lu ruhnya Rp.29 .316 .125 , - (dua puluh

sembi lan ju t a t i ga ra tus enam be las r i bu sera tus dua

puluh l ima rup iah ) .

Jumlah dana tambahan kese jah te raan anggota KPU Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung dan dana tambahan uang lembur

yang te lah dibayarkan kepada pegawai Sta f KPU Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung yang berasa l dar i APBD Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung Tahun 2004 se lu ruhnya adalah :

- Untuk membayar tambahan in tens i f kese jah te raan KPU Rp.

91.375 .000 , -

- Untuk membayar uang lembur pegawai Sta f KPU Rp.

29.316 .125 , - +

Jumlahnya

Rp.120.691 .125 , -

Akiba t perbua tan Terdakwa bersama saks i Drs . Suhael i Yusuf

Bin Yusuf Raden Mas maka Negara / Pemer in tah te lah

mengalami kerug ian sebesar Rp.120.691 .125 , - ;

Perbuatan Terdakwa dia tu r dan diancam pidana da lam

Pasal 3 jo Pasal 18 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i sebaga imana

te l ah diubah dan di tambah dengan Undang- Undang Nomor 20

Tahun 2001 jo Pasa l 55 ayat (1 ) ke- 1 jo Pasa l 64 ayat (1 )

KUHP;

SUBSIDAIR :

Bahwa ia Terdakwa Ahmad Syah Mirzan , M.Si Bin Salman

Al Far i z i se laku Ketua Komis i Pemi l i han Umum (KPU) Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung per iode tahun 2003 sampai dengan

tahun 2007, bersama- sama dengan Drs . Suhae l i Yusuf Bin

Yusuf Raden Mas se laku Sekre ta r i s Komis i Pemi l i han Umum

(KPU) Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung per iode tahun

Hal . 6 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 125: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2003, merangkap sebaga i Kuasa Pengguna Anggaran (yang

dia jukan da lam berkas la i n ) , pada har i dan tangga l da lam

bulan Januar i 2004 sampai dengan Desember 2004 atau

set i dak - t i daknya pada waktu - waktu dalam tahun 2004,

ber tempat di Kantor Komis i Pemi l i han Umum (KPU) Pro pins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung Ja lan Mentok Nomor 313 A

Pangka lp i nang , atau set i dak - t i daknya pada suatu tempat yang

masih te rmasuk dalam daerah hukum Pengad i l an Neger i

Pangka lp i nang , te l ah melakukan , menyuruh melakukan atau

tu ru t ser ta melakukan beberapa perbua tan meskipun masing-

masing merupakan ke jaha tan atau pelanggaran , ada

hubungannya sedemik ian rupa seh ingga harus dipandang

sebaga i satu perbua tan ber lan j u t , sebaga i Pegawai Neger i

atau orang se la i n Pegawai Neger i yang di tugaskan

menja lankan suatu jaba tan umum secara te rus - menerus atau

sementara waktu dengan senga ja menggelapkan uang atau sura t

berharga yang dis impan karena jaba tannya , atau membiarkan

uang atau sura t berharga te rsebu t d iambi l atau dige lapkan

oleh orang la i n atau membantu dalam melakukan perbua tan

te rsebu t , yang di l akukan dengan cara - cara sebaga i ber i ku t :

Bahwa mulanya Terdakwa se laku Ketua Komis i Pemi l i han

Umum (KPU) Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung bersama saks i

Drs . Suhael i Yusuf Bin Yusuf Raden Mas se laku Sekre ta r i s

Komis i Pemi l i han Umum (KPU) Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung yang juga sebaga i Pengelo la keuangan, mengajukan

permohonan dana bantuan kepada Gubernur Prop ins i Kepulauan

Bangka Bel i t ung dengan sura tnya Nomor : 252/B /KPU- BB/2004

tangga l 15 Maret 2004 dengan jumlah penga juan secara globa l

sebesar Rp.3 .750 .000 .000 , - padaha l Komis i Pemi l i han Umum

(KPU) Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung te lah mener ima

dana operas iona l penye lenggaraan Pemi lu Tahun 2004 yang

berasa l dar i keb i j a ksanaan pusat (APBN), yang d ida lamnya

te rmasuk pembayaran uang kese jah te raan anggota KPU Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung dan uang lembur pegawai Sta f KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung , dan atas penga juan dana

bantuan te rsebu t , t i dak lama kemudian dana bantuan Gubernur

Hal . 7 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 126: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung ca i r sebesar

Rp.500.000 .000 , - se lan ju t nya pos is i uang te rsebu t berada

pada kekuasaan Terdakwa dan saks i Drs . Suhael i Yusuf Bin

Yusuf Raden Mas sebaga i Penge lo la keuangan, kemudian

Terdakwa memer in tahkan saks i Drs . Suhael i Yusuf Bin Yusuf

Raden Mas untuk menggunakan uang bantuan te rsebu t guna

membayar tambahan uang kese jah te raan anggota KPU sebanyak 5

orang dan tambahan uang lembur bag i se lu ruh pegawai KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung dengan cara Terdakwa

mengeluarkan nota dinas kepada saks i Drs . Suhael i Yusuf Bin

Yusuf Raden Mas, sete lah saks i Drs . Suhae l i Yusuf Bin

Yusuf Raden Mas mener ima nota dinas , maka langsung

memer in tahkan bendahara untuk membayarkan sesua i dengan

nota d inas Terdakwa dengan per inc i an sebaga i ber i ku t :

- Nota Dinas nomor : 24.A /D /KPU- BB/2004 te r t angga l 18 Jun i

2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan Januar i

2004 sampai dengan Mei 2004 yang besarnya Rp.1 .275 .000 , -

sete lah diku rang i pa jak perbu lan untuk set i ap anggota

KPU, seh ingga masing- masing untuk l ima bulan mener ima

Rp.6 .375 .000 , - maka semua jumlahnya Rp.6 .375 .000 , - x 5

= Rp.31 .875 .000 , - ;

- Nota Dinas Nomor : 71/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 18

Oktober 2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan

Jun i 2004 sampai dengan Oktober 2004 yang besarnya

Rp.1 .700 .000 , - sete lah diku rang i pa jak perbu lan untuk

set i ap anggota KPU, seh ingga masing- masing untuk l ima

bulan mener ima Rp.8 .500 .000 , - maka semua jumlahnya

Rp.8 .500 .000 , - x 5 = Rp.42 .500 .000 , - ;

- Nota Dinas Nomor : 757/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 13

Nopember 2004 untuk membayar bu lan Nopember 2004 yang

besarnya Rp.1 .700 .000 , - sete lah diku rang i pa jak untuk

masing- masing anggota KPU, seh ingga jumlah semuanya

Rp.1 .700 .000 , - X 5 = Rp.8 .500 .000 , - ;

- Nota Dinas Nomor : 06/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 22

Desember 2004 untuk membayar bu lan Desember 2004 yang

besarnya Rp.1 .700 .000 , - sete lah diku rang i pa jak untuk

Hal . 8 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 127: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

masing- masing anggota KPU, seh ingga jumlah semuanya

Rp.1 .700 .000 , - x 5 = Rp.8 .500 .000 , - ;

- Sehingga jumlah uang tambahan kese jah te raan anggota KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung yang te l ah dibayarkan

ada lah Rp.31 .875 .000 , -

Rp.42 .500 .000 , -

Rp.

8.500 .000 , -

Rp.

8.500 .000 , -

_____________ +

Jumlah se lu ruhnya sebanyak :

Rp.91 .375 .000 , -

Sedang untuk pembayaran tambahan uang lembur bag i Pegawai

Sekre ta r i a t KPU Bangka Bel i t ung dibayarkan secara ber tahap

juga dengan per inc i an sebaga i ber i ku t :

a. Nota Dinas Nomor : 433/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 04 Jun i

2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan Februar i

2004 sampai dengan Apr i l 2004 yang besarnya :

- Bulan Februar i 2004 untuk 23 pegawai se jumlah

Rp.4 .179 .000 , -

- Bulan Maret 2004 untuk 24 pegawai se jumlah

Rp.4 .375 .500 , -

- Bulan Apr i l 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.3 .930 .000 , -

- Akhi r Apr i l 2004 untuk 23 pegawai se jumlah

Rp.3 .930 .000 , -

b. Nota Dinas Nomor : 724/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 10

Oktober 2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan Mei

2004 sampai dengan Oktober 2004 yang besarnya :

- Bulan Mei 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.2 .358 .000 , -

- Akhi r Mei 2004 untuk 16 pegawai se jumlah

Rp.1 .215 .625 , -

Hal . 9 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 128: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Bulan Mei 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.2 .358 .000 , -

- Akhi r Mei 2004 untuk 7 pegawai se jumlah Rp.

534.375 , -

- Bulan Mei 2004 untuk 26 pegawai se jumlah

Rp.2 .751 .000 , -

- Akhi r Jun i 2004 untuk 7 pegawai se jumlah Rp.

535.000 , -

- Bulan Ju l i 2004 untuk 6 pegawai se jumlah Rp.

460.000 , -

- Akhi r Ju l i 2004 untuk 6 pegawai se jumlah Rp.

460.000 , -

- Bulan Agustus 2004 untuk 15 pegawai se jumlah

Rp.1 .596 .000 , -

- Bulan Agustus 2004 untuk 5 pegawai se jumlah Rp.

307.500 , -

- Akhi r Agustus 2004 untuk 6 pegawai se jumlah Rp.

460.000 , -

- Bulan September 2004 untuk 8 pegawai se jumlah Rp.

853.125 , -

- Bulan Oktober 2004 untuk 5 pegawai se jumlah Rp.

385.000 , -

c. Nota Dinas Nomor : 766/D/KPU- BB/2004 te r t angga l 29

Desember 2004 untuk membayar secara rape l mula i bu lan

Nopember 2004 sampai dengan Desember 2004 yang

besarnya :

- Bulan Nopember 2004 untuk 8 pegawai se jumlah Rp.

610.000 , -

- Bulan Desember 2004 untuk 8 pegawai se jumlah Rp.

854.000 , -

Sehingga jumlah tambahan uang lembur yang d ibayarkan kepada

se lu ruh pegawai Sta f KPU Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung

se lu ruhnya Rp.29 .316 .125 , - (dua puluh sembi l an ju t a t i ga

ra tus enam belas r i bu sera tus dua puluh l ima rup iah ) .

Jad i jumlah dana tambahan kese jah te raan anggota KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung dan dana tambahan uang

Hal . 10 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 129: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

lembur yang te l ah dibayarkan kepada pegawai Sta f KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung yang berasa l dar i APBD

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung Tahun 2004 se lu ruhnya

ada lah :

- Untuk membayar tambahan in tens i f kese jah te raan KPU Rp.

91.375 .000 , -

- Untuk membayar uang lembur pegawai Sta f KPU Rp.

29.316 .125 , -

____________+

Jumlahnya

Rp.120.691 .125 , -

Akiba t perbua tan Terdakwa bersama saks i Drs . Suhael i Yusuf

Bin Yusuf Raden Mas maka Negara / Pemer in tah mengalami

kerug ian sebesar Rp.120.691 .125 , - ;

Perbuatan Terdakwa dia tu r dan diancam pidana da lam

Pasal 8 jo Pasal 18 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Pemberan tasan Tindak Pidana Korups i sebaga imana

te l ah diubah dan di tambah dengan Undang- Undang Nomor 20

Tahun 2001 jo Pasa l 55 ayat (1 ) ke- 1 jo Pasa l 64 ayat (1 )

KUHP;

Mahkamah Agung te rsebu t ;

Membaca tun tu tan pidana Jaksa Penuntu t Umum pada

Kejaksaan Neger i Pangka lp inang tangga l 27 Apr i l 2009

sebaga i ber i ku t :

1. Menyatakan Terdakwa Ahmad Syah Mirzan , M.Si Bin Salman

Al Far i z i bersa lah melakukan t i ndak pidana korups i

melanggar Pasa l 3 jo Pasa l 18 Undang- Undang Nomor 31

Tahun 1999 yang te l ah d iubah dengan Undang- Undang Nomor

20 Tahun 2001 jo Pasa l 55 ayat (1 ) ke- 1 KUHP jo Pasa l 64

ayat (1 ) KUHP dalam Dakwaan Pr ima i r ;

2. Menja tuhkan pidana te rhadap Terdakwa Ahmad Syah Mirzan ,

M.Si Bin Salman Al Far i z i dengan pidana pen ja ra se lama

1 (sa tu ) tahun dan denda sebesar Rp.50 .000 .000 , - ( l ima

puluh ju t a rup iah ) Subs ida i r 1 (sa tu ) bu lan kurungan ;

3. Menetapkan barang bukt i berupa :

Hal . 11 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 130: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a. Foto copy Sura t Nomor : 252/D/KPU- BB/2004 tangga l 15

Maret 2004, per iha l usu lan biaya bantuan pe laksanaan

Pemi lu 2004;

b. Foto copy Sura t Per in t ah Membayar te r t angga l 24 Maret

2004, Sura t permin taan pembayaran beban te tap tangga l

24 Maret 2004, ku i t ans i te r t angga l 24 Maret 2004;

c. 1 (sa tu ) bunde l dokumen pembayaran uang tambahan

kese jah te raan Ketua dan anggota KPU, pembayaran uang

lembur mula i bu lan Januar i 2004 sampai dengan Desember

2004;

d. Foto copy Nota Dinas tangga l 02 Jun i 2008 per iha l

t i ndak lan ju t Hasi l RIK BPK-RI tahun Anggaran 2004.

Dida lam berkas perkara Drs . Suhel i Yusuf ;

4. Memer in tahkan supaya Terdakwa untuk membayar biaya

perkara sebesar Rp.5 .000 , - ( l ima r ibu rup iah ) ;

Membaca putusan Pengad i l an Neger i Pangka lp i nang No.

385/P id .B / 2008/PN.PKP. tangga l 15 Jun i 2009 yang amar

lengkapnya sebaga i ber i ku t :

1. Menyatakan Terdakwa AHMAD SYAH MIRZAN, M.Si Bin SALMAN

AL FARIZI te lah te rbuk t i secara sah dan meyak inkan

bersa lah melakukan t i ndak pidana “Korups i yang di l akukan

secara bersama- sama dan ber l an j u t ” ;

2. Menja tuhkan pidana kepada Terdakwa AHMAD SYAH MIRZAN,

M.Si Bin SALMAN AL FARIZI o leh karena i t u dengan pidana

pen ja ra se lama 1 (sa tu ) tahun dan denda sebesar

Rp.50 .000 .000 , - ( l ima pu luh ju ta rup iah ) dengan

keten tuan apab i l a denda te rsebu t t i dak dibayar digan t i

dengan pidana kurungan se lama 3 ( t i ga ) bu lan ;

3. Menetapkan barang bukt i berupa :

1. Foto copy Sura t Nomor : 252/D/KPU- BB/2004 tangga l 15

Maret 2004, per iha l usu lan biaya bantuan pe laksanaan

Pemi lu tahun 2004;

2. Foto copy Sura t Per in t ah Membayar te r t angga l 24 Maret

2004, Sura t per in t ah pembayaran te tap tangga l 24 Maret

2004, kwi tans i te r t angga l 24 Maret 2004;

Hal . 12 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 131: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. 1 (sa tu ) bunde l dokumen pembayaran uang tambahan

kese jah te raan Ketua dan anggota KPU Prop ins i ,

pembayaran uang lembur mula i bu lan Januar i 2004 sampai

dengan Desember 2004;

4. Foto copy Nota Dinas te r t angga l 02 Jun i 2008 per iha l

t i ndak lan ju t Hasi l RIK BPK-RI tahun Anggaran 2004.

Semua d ikembal i kan kepada Jaksa / Penuntu t Umum untuk

di j ad i kan barang bukt i perkara la i n (Drs . Suhai l i Yusuf

Bin Yusuf Raden Mas) ;

4. Membebani Terdakwa untuk membayar b iaya perkara sebesar

Rp.5 .000 , - ( l ima r i bu rup iah ) ;

Membaca putusan Pengad i l an Tingg i Bangka Bel i t ung di

Pangka lp i nang No. 45/P ID /2009 /PT .BABEL tangga l 04 Januar i

2010 yang amar lengkapnya sebaga i ber i ku t :

- Mener ima permin taan band ing dar i Terdakwa dan Jaksa

Penuntu t Umum te rsebu t ;

- Memperba ik i putusan Pengad i l an Neger i Pangka lp inang

tangga l 15 Jun i 2009 Nomor : 385/P ID .B /2008 /PN.PKP

sekedar mengenai p idana yang di j a t uhkan kepada Terdakwa,

seh ingga amarnya berbuny i sebaga i ber i ku t :

- Menghukum Terdakwa oleh karena i t u dengan p idana

pen ja ra se lama 1 (sa tu ) tahun ;

- Memer in tahkan bahwa pidana yang di j a t uhkan t i dak usah

di j a l an i kecua l i j i ka d ikemudian har i ada putusan

Hakim yang menentukan la i n disebabkan Terp idana

melakukan suatu t i ndak pidana sebe lum masa percobaan

se lama 2 (dua) tahun berakh i r ;

- Menguatkan putusan Pengad i l an Neger i Pangka lp i nang

te rsebu t untuk se leb ihnya ;

- Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam kedua

t i ngka t perad i l an , sedangkan di t i ngka t band ing

di te t apkan sebesar Rp.5 .000 , - ( l ima r i bu rup iah ) .

Menginga t akan akta ten tang permohonan kasas i No.

02/Ak ta .P i d / 2010 / PN.PKP yang dibua t o leh Pani te ra pada

Pengad i l an Neger i Pangka lp inang

yang menerangkan , bahwa pada tangga l 12 Februar i 2010 Jaksa

Hal . 13 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 132: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penuntu t Umum pada Kejaksaan Neger i Pangka lp i nang

mengajukan permohonan kasas i te rhadap putusan Pengadi l an

Tingg i te rsebu t ;

Memperhat i kan memor i kasas i tangga l 14 Februar i 2010

dar i Jaksa Penuntu t Umum sebaga i Pemohon Kasas i yang

di te r ima di Kepani t e raan Pengad i l an Neger i Pangka lp i nang

pada tangga l 22 Februar i 2010 ;

Membaca sura t - sura t yang bersangku tan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadi l an Tingg i te rsebu t

te l ah d ibe r i t a hukan kepada Jaksa /Penuntu t Umum pada

tangga l 04 Februar i 2010 dan Jaksa Penuntu t Umum mengajukan

permohonan kasas i pada tangga l 12 Februar i 2010 ser ta

memor i kasas inya te lah di te r ima di Kepani te r aan Pengadi l an

Neger i Pangka lp i nang pada tangga l 22 Februar i 2010 dengan

demik ian permohonan kasas i beser ta dengan alasan- alasannya

te l ah dia j ukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menuru t

undang- undang, oleh karena i t u permohonan kasas i te r sebu t

fo rma l dapat d i t e r ima ;

Menimbang, bahwa a lasan- alasan yang dia j ukan oleh

Pemohon Kasas i pada pokoknya sebaga i ber i ku t :

Bahwa Pengadi l an Tingg i Kepulauan Bangka Bel i t ung yang

te l ah menja tuhkan putusan da lam memer iksa dan mengadi l i

perka ra te rsebu t , te l ah melakukan keke l i r u an dengan

alasan :

- Maje l i s Hakim t i dak menerapkan hukum pembukt i an secara

benar seh ingga Maje l i s Hakim t i dak mempert imbangkan

fak ta - fak ta pers i dangan yang dipe ro l eh dar i kete rangan

saks i - saks i , pengakuan Terdakwa send i r i dan adanya

barang bukt i yang seharusnya d ipe rgunakan sebaga i a la t

pembukt i an , dengan demik ian Maje l i s Hakim Pengadi l an

Tingg i Kepulauan Bangka Bel i t ung te l ah sa lah

melakukan :

- Tidak menerapkan atau menerapkan pera tu ran hukum t i dak

sebaga imana mest inya da lam hal :

1. Maje l i s Hakim Pengad i l an Tingg i Bangka Bel i t ung t i dak

menerapkan hukum pembukt i an sebaga imana mest inya dalam

Hal . 14 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 133: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

per t imbangan hukumnya, yang menjad i dasar untuk

menja tuhkan putusan , mela inkan hanya mengambi l a l i h

secara langsung dar i per t imbangan hukum yang te lah

dibe r i k an oleh Maje l i s Hakim Pengad i l an Neger i

Pangka lp i nang . Hal in i ber to l ak be lakang dengan buny i

da lam per t imbangan putusannya yang menyatakan te l ah

mengadi l i dan memer iksa send i r i leb ih lan ju t da lam

per t imbangan hukum yang menyangkut amar putusan

te rnya ta t i dak menguatkan putusan Pengadi l an Neger i

Pangka lp i nang , mela inkan memper t imbangkan send i r i ,

yang se lan ju t nya menja tuhkan putusan sebaga imana

te rsebu t d i atas .

2. Bahwa Maje l i s Hakim t i dak memer iksa kembal i berkas

perkaranya dengan benar seh ingga t i dak

memper t imbangkan adanya fak ta pers idangan , ka lau KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung te l ah mener ima dana

untuk penye lenggaraan Pemi lu tahun 2004 yang berasa l

dar i APBN, yang mana dana te rsebu t perun tukannya sudah

je l as ya i t u untuk biaya operas iona l penye lenggaraan ,

yang di da lamnya sudah te rmasuk untuk membayar

ga j i / uang kehormatan bagi se lu ruh anggota KPU Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung , membayar uang

le l ah / keho rmatan , uang lembur dan tun jangan Pok ja

(Ke lompok Ker ja ) untuk pegawai sta f Sekre ta r i a t KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung , dan Terdakwa

ada lah sebaga i Ketua KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung yang mengelo la anggaran , yang kemudian

bersama Sekre ta r i s KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung saks i Drs . Suhael i Yusuf b in Yusuf Raden Mas

mengusu lkan untuk dibe r i k an tambahan uang

kehormatan /ga j i anggota KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung , dan tambahan uang lembur bagi se lu ruh

pegawai Sta f KPU Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung ,

kepada Gubernur Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung .

3. Bahwa se lan ju t nya KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung te tap mengajukan permohonan dana bantuan

Hal . 15 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 134: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kepada Gubernur Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung

dengan sura tnya nomor : 252/B /KPU- BB/2004 tangga l 15

Maret 2004, yang di tanda tangan i o leh Ketua KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung Ahmad Syah Mirzan ,

Msi dan Sekre ta r i s KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung Drs . Suhai l i Yusuf , dengan jumlah

kese lu ruhannya sebesar Rp 3.750 .000 .000 , - ( t i g a mi lya r

tu j uh ra tus l ima puluh ju ta rup iah ) untuk

penye lenggaraan Pemi lu Tahun 2004

4. Bahwa se lan ju t nya menuru t fak ta pers i dangan , atas

penga juan dana bantuan te rsebu t d i atas , te rnya ta ca i r

secara ber tahap , yang se lan ju t nya dana yang berasa l

dar i bantuan Gubernur Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung te rsebu t o leh Terdakwa Ahmad Syah Mirzan , Msi

Bin Salman Al Far i z i bersama saks i Drs . Suhael i Yusuf

b in Yusuf Raden Mas se laku sekre ta r i s KPU Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung , d ipe rgunakan untuk membayar

tambahan kese jah te raan kepada se lu ruh anggota KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung dan juga untuk

membayar tambahan uang lembur kepada se lu ruh pegawai

sta f KPU Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung , dengan

cara Terdakwa Ahmad Syah Mirzan , Msi Bin Salman Al

Far i z i se laku Ketua KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung mengeluarkan nota dinas yang di tu j u kan kepada

saks i Drs . Suhael i Yusuf b in Yusuf Raden Mas se laku

sekre ta r i s KPU Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung ,

untuk segera membayarkannya yang jumlah se lu ruhnya

ada lah :

- uang kese jah te raan anggota KPU Prop ins i Kepulauan

Bangka Bel i t ung Rp 91.375 .000 , -

- uang lembur sta f skre ta r i s KPU Prop ins i Kepulauan

Bangka Bel i t ung Rp 29.316 .125 , -

Jumlah Rp 120.691 .125 , -

- Bahwa dengan d ibayarkannya tambahan uang

Kesejah te raan kepada se lu ruh anggota KPU Prop ins i

Kepulauan Bangka Bel i t ung dan tambahan uang lembur

Hal . 16 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 135: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kepada se lu ruh pegawai sta f KPU Prop ins i Kepulauan

Bangka Bel i t ung , maka je l as se lu ruh anggota KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung dan se lu ruh sta f

sekre ta r i a t KPU Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung

mendapatkan keuntungan atau diun tungkan , yang

besarnya masing- masing sesua i dengan daf ta r

pener imaannya , untuk masing- masing anggota KPU

Prop ins i Kepulauan Bangka Bel i t ung mendapat

keuntungan se lama satu tahun sebesar Rp

18.275 .000 , - sedang untuk masing- masing pegawai

sta f Sekre ta r i a t KPU Prop ins i Kepulauan Bangka

Bel i t ung mendapat keuntungan yang bervar i as i

besarnya sesua i dengan daf ta r pener imaannya.

5. Bahwa putusan Hakim Maje l i s Pengad i l an Tingg i Kepulauan

Bangka Bel i t ung te rsebu t t i dak memperhat i kan maksud dan

tu j uan diadakannya Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 Jo

Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 ten tang Pemberantasan

Tindak Pidana Korups i . Dalam per t imbangan undang- undang

te rsebu t d inya takan bahwa t i ndak pidana korups i yang

se lama in i te r j ad i secara meluas , t i dak hanya merug ikan

keuangan negara te tap i juga te l ah merupakan pelanggaran

te rhadap hak- hak sos ia l dan ekonomi secara luas ,

seh ingga t i ndak pidana korups i per l u digo longkan sebaga i

ke jaha tan yang pemberantasannya harus di l akukan secara

lua r b iasa . Dalam per t imbangan te rsebu t seharusnya

Putusan Pengadi l an Tingg i Kepulauan Bangka Bel i t ung

memperhat i kan maksud dar i Undang- Undang Nomor 31 Tahun

1999 seh ingga dapat menjad ikan efek je ra bagi pe lakunya

dan sebaga i pencegahan bag i orang la i n .

6. Bahwa Pro f . SAROCHID Kar tanegara , SH dalam bukunya yang

ber j udu l Hukum Pidana , menyatakan bahwa penja tuhan

hukuman ada lah untuk mencegah ke jaha tan ( te voorkoming

van de misdaad) h ingga se lan ju t nya dapat menjad i spec ia l

preven t i e d i mana ancaman hukuman yang di tu j ukan kepada

s i Terhukum agar s i Penjaha t t i dak lag i melakukan

perbua tan jaha tnya di kemudian har i .

Hal . 17 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 136: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Selan ju t nya dalam Sura t Edaran M.A No. 5 tahun 1993

meminta kepada para hak im agar menja tuhkan pidana secara

sungguh- sungguh set impa l dengan bera tnya dan s i fa t -

s i f a t t i ndak p idana te rsebu t ( te ru t ama perkara ekonomi ,

korups i , subvers i , narko t i k a dan perkosaan) jangan

sampai da lam menja tuhkan pidana i t u menyinggung perasaan

atau pendapat umum. Hingga dalam Sura t Edaran M.A No.8

tahun 1976 meminta agar para hak im menja tuhkan hukuman

yang set impa l dengan ak iba t yang di t imbu l kan oleh t i ndak

pidana te rsebu t .

Menimbang, bahwa atas alasan- alasan te rsebu t Mahkamah

Agung berpendapat :

Mengenai alasan- alasan memori kasasi :

Bahwa alasan- alasan kasas i Jaksa /Penun tu t Umum t i dak

dapat d ibenarkan judex fac t i t i dak sa lah da lam menerapkan

hukum, berdasarkan fak ta di pers i dangan te rsebu t dar i bukt i

dan saks i - saks i te rmasuk kete rangan Terdakwa bahwa

kerug ian negara /APBD se jumlah Rp.120.691 .125 , - (se ra tus

dua puluh ju t a enam ra tus sembi lan puluh satu r i bu sera tus

dua puluh l ima rup iah ) te l ah dikembal i kan oleh Ketua ,

anggota KPU ser ta Sekre ta r i s KPU dan pegawai KPU.Babe l ,

te tap i pengembal i an te rsebu t t i dak menghi l angkan s i f a t

melawan hukum/weder rech te l i j k ewaarhe id dar i perbua tan

pidana te rsebu t ;

Menimbang, bahwa berdasarkan per t imbangan d i atas ,

lag i pu la te rnya ta , putusan judex fac t i da lam perkara in i

t i dak ber ten tangan dengan hukum dan/a tau undang- undang,

maka permohonan kasas i te rsebu t harus di to l a k ;

Menimbang, bahwa dalam musyawarah Maje l i s Hakim Agung

pada tangga l 28 Apr i l 2011, te rdapa t perbedaan pendapat

(D issen t i ng Opin ion ) dar i Ketua Maje l i s yang memer iksa

perkara in i , ya i t u : H. Mansur Kar tayasa , SH. MH.

berpendapat , bahwa kebera tan memor i kasas i Jaksa /Penun tu t

Umum dapat d ibenarkan , judex fac t i sa lah menerapkan hukum

karena per t imbangan- per t imbangannya t i dak tepa t .

Hal . 18 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 137: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa Terdakwa mengajukan anggaran untuk kese jah te raan

Ketua /Anggota KPU padaha l a lokas i dana te rsebu t sudah

dianggarkan dalam APBN Tahun 2004. Perbuatan Terdakwa

merug ikan Negara sebesar Rp.120.691 .125 , - (se ra tus dua

puluh ju t a enam ra tus sembi lan puluh satu r i bu sera tus dua

puluh l ima rup iah ) sesua i temuan BPK dan pengembal i an

kerug ian Negara t i dak menghapuskan dapat d ip idananya

pelaku . Tentang pidana percobaan hanya dia tu r da lam KUHP

sedang sesua i Pasa l 3 Undang- Undang No.31 Tahun 1999 p idana

min ima l ada lah 1 (sa tu ) tahun pen ja ra dan denda

Rp.50 .000 .000 , - ( l ima pu luh ju ta rup iah ) t i dak dikena l

p idana percobaan , seh ingga sesua i dengan azas “ l ex

spec ia l i s deroga t lex genera le ” keten tuan Undang- Undang

Tindak Pidana Korups i l ah yang ber laku ;

Menimbang bahwa oleh karena te r j ad i perbedaan pendapat

(D issen t i ng Opin ion ) d i anta ra para Anggota Maje l i s dan

te l ah diusahakan dengan sungguh- sungguh, te tap i t i dak

te rcapa i permufaka tan , maka sesua i Pasa l 30 ayat 3 Undang-

Undang No.14 Tahun 1985 sebaga imana te lah diubah dengan

Undang- Undang No.5 Tahun 2004, sete lah Maje l i s

bermusyawarah dan d iambi l keputusan dengan suara te rbanyak ,

ya i t u menolak permohonan kasas i yang dia jukan o leh Pemohon

Kasas i / Jaksa Penuntu t Umum te rsebu t ;

Menimbang, bahwa o leh karena Termohon Kasas i /Te rdakwa

dip idana , maka harus dibeban i untuk membayar biaya perkara

dalam t i ngka t kasas i in i ;

Memperhat i kan Undang- Undang No.4 8 Tahun 2009, Undang-

Undang No.8 Tahun 1981 dan Undang- Undang No.14 Tahun 1985

sebaga imana yang te lah diubah dengan Undang- Undang Nomor 5

Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang- Undang No.3

Tahun 2009 ser ta pera tu ran perundang- undangan la i n yang

bersangku tan ;

M E N G A D I L I

Menolak permohonan kasas i dar i Pemohon Kasas i :

JAKSA PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI PANGKALPINANG

te rsebu t ;

Hal . 19 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 138: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Membebankan Termohon Kasas i /Te rdakwa te rsebu t untuk

membayar biaya perkara dalam t i ngka t kasas i in i sebesar Rp.

2.500 , - ( dua r ibu l ima ra tus rup iah ) ;

Demik ian lah dipu tuskan dalam rapa t permusyawara tan

Mahkamah Agung pada har i , Kamis, tanggal 28 Apri l 2011

oleh H. Mansur Kar tayasa , SH. MH. Hakim Agung yang

di te t apkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebaga i Ketua Maje l i s ,

Timur P. Manurung, SH. MM. dan H. M. Zaharudd in Utama, SH.

MM. Hakim- Hakim Agung sebaga i Anggota , dan diucapkan dalam

s idang te rbuka untuk umum pada har i i tu juga o leh Ketua

Maje l i s beser ta Hakim- Hakim Anggota te rsebu t , dan diban tu

oleh Emi l i a Dja jasubag ia , SH. MH. Pani te ra Penggant i dan

t i dak d ihad i r i o leh Pemohon Kasas i : Jaksa Penuntu t Umum

dan Terdakwa.

Anggota - Anggota ,

K e t u a,

t t d /

t t d /

Timur P. Manurung, SH. , MM. H.

Mansur Kar tayasa , SH. , MH.

t t d /

H. M. Zaharudd in Utama, SH. ,MM.

Pani te ra Penggant i

t t d /

Emi l i a Dja jasubag ia , SH. , MH.

Untuk Sal inan

Hal . 20 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 139: TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP PENYELENGGARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48458/1/SOFIA AZMI-FSH.pdfBerangkat dari Indonesia sebagai negara demokrasi. Demokrasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung RI

Pani te ra Muda Pidana Khusus

SUNARYO, SH.MH.

NIP :040 044 338

Hal . 21 dar i 16 hal . Put . No. 727 K/Pid .Sus /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21