timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam seksi ini dibagi menjadi tiga jenis
DESCRIPTION
xfdTRANSCRIPT
http://civil-network.blogspot.com/2013/08/cara-cara-pemadatan-tanah-untuk-timbunan.html
Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam seksi ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
timbunan biasa, timbunan pilihan, timbunan pilihan di atas tanah rawa biasa dan gambut.
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis perbaikan tanah dasar (improve subgrade)
untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan
lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan
dapat juga digunakan untuk meningkatkan kestabilan lereng atau pekerjaan pelebaran
timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk
pekerjaan timbunan lainnya dimana kestabilan timbunan adalah faktor yang kritis.
Timbunan pilihan digunakan di atas tanah rawa atau dataran yang selalu tergenang oleh air,
yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan
cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.
Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah :
1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 20 cm di bawah elevasi dasar perkerasan dan tanah
dasar timbunan harus dipadatkan dalam lapisan-lapisan timbunan dengan ketebalan
maksimum 20 cm dan tidak boleh kurang dari 10 cm, sampai 95% dari kepadatan kering
maksimum sebagai ditentukan dalam SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung
lebih dari 5% bahan yang tertahan pada ayakan ¾ inci , kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) sesuai
SNI 03-1976-1990. Untuk ganular material harus dipadatkan sampai 93% dari kepadatan
kering maksimum sebagai ditentukan dalam SNI 03-1743-1989.
2. Lapisan tanah pada kedalaman 20 cm dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai
dengan 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-
1742-1989. Untuk granular material kepadatan lapisan harus minimum mencapai 95%
kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989
3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan
kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa harus memperbaiki pekerjaan sesuai
dengan Butir 3.2.2.5) dari Seksi ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh
pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Teknis, tetapi tidak boleh berselang lebih dari
50 m untuk setiap lebar hamparan. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau
pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian
untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.
4. Untuk setiap sumber bahan timbunan, satu rangkaian pengujian yang lengkap harus
dilakukan.
Persyaratan untuk Tolerasi Dimensi
1. Setelah pemadatan lapis dasar perkerasan (subgrade), toleransi elevasi permukaan tidak
boleh lebih dari 20 mm dan toleransi kerataan maksimum 10 mm yang diukur dengan
mistar panjang 3 m secara memanjang dan melintang.
2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
3. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil
yang ditentukan.
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1
Persyaratan Khusus
1.1.Standar-standar yang Berlaku
Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan - persyaratan teknis yang tertera dalam Persyaratan Normalisasi Indonesia (NI)
dan peraturan-peraturan Nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku
atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan, yaitu :
1.1.1.SK.SNI.
1.1.2.ASTM
1.1.3.SII
1.1.4.AISC
1.1.5.AWS
1.1.6.Petunjuk-Petunjuk dari pihak Direksi
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas
maupun standar-standar nasional lainnya maka diberlakukan standar-standar internasional
yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlakustandar-
standar persyaratan teknis dari negara-negara asal bahan pekerjaan yang bersangkutan.
Persyaratan lain yang mengikat adalah :
1.1.7.Dokumen Tender berupa gambar-gambar Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
1.1.8.Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (aanwijzing)
1.1.9.Berita Acara Rapat Lapangan
1.1.10.Perintah tertulis Pihak Pertama/Direksi yang disampaikan pada Buku Harian Lapangan
atau Surat Resmi.
1.1.11.Pada prinsipnya semua material yang akan digunakan harus mendapatkan
izin/persetujuan tertulis dari Pihak Pertama/Direksi yang diaplikasikan dalam bentuk “Surat
Persetujuan Bahan”. Material yang masuk tanpa persetujuan Pihak Pertama/Direksi adalah
tanggung jawab kontraktor dan Pihak Pertama/Direksi berhak memerintahkan pembongkaran
dan tidak dapat diajukan sebagai kemajuan pekerjaan.
1.1.12.Semua material yang masuk kedalam areal proyek (digudang atau dilapangan terbuka)
tidak bisa dikeluarkan dari areal proyek tanpa ijin dari Pihak Pertama/Direksi.
1.1.13.Semua pekerjaan hanya bisa dilaksanakan atas ijin dari Pihak Pertama/Direksi yang
diaplikasikan dalam bentuk “Surat ijin Kerja” Pekerjaan yang dilaksanakan tanpa ijin Pihak
Pertama/Direksi adalah tanggung jawab kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai progres.
1.1.14.Peraturan-Peraturan Pihak Pertama/Direksi.
1.1.15.Peraturan Keselamatan Kerja Pihak Pertama/Direksi.
Pasal 2
Pekerjaan Urugan Tanah & Pemadatan
2.1.Umum
2.1.1.Uraian
a.Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah
atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi timbunan atau untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membuat bentuk dimensi timbunan, antara lain ketinggian yang sesuai
dengan persyaratan atau penampang melintangnya.
b.Segala perubahan dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis kepada Konsultan
dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan untuk memulai pekerjaan.
Spesifikasi Teknis Drainase 1
c.Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam pasal ini harus dibagi menjadi dua jenis, yaitu
timbunan biasa dan timbunan pilihan. Timbunan pilihan akan digunakan di daerah berair dan
lokasi serupa dimana material yang plastis sulit untuk dipadatkan dengan baik. Timbunan
pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran jika diperlukan,
lereng yang curam karena keterbatasan ruang, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana
kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
d.Pekerjaan timbunan dengan material yang dipasang sebagai landasan pada saluran beton,
juga tidak termasuk material drainase berpori yang dipakai untuk maksud drainase bawah
permukaan atau untuk mencegah hanyutnya butir halus akibat filtrasi.
2.1.2.S u r v e i
a.Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, harus dilakukan survei topografi. Level yang disepakati
harus dicatat dan ditandatangani oleh Konsultan dan Kontraktor.
b.Kontraktor harus membuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan penampang
dengan skala yang disetujui oleh konsultan. Gambar penampang harus pada interval 10 m.
Konsultan harus memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan penampang.
2.1.3.Peralatan
a.Kontraktor harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja harian, jumlah, tipe dan
kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada Konsultan.
b.Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.
2.2.Pekerjaan Timbunan
2.2.1.Lingkup Pekerjaan
a.Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah
atau bahan-bahan butiran yang disetujui untuk timbunan atau pengurugan kembali pada lokasi
yang akan ditimbun. Galian dan urugan atau timbunan, pada umumnya diperlukan sesuai garis
kelandaian dan ketinggian dari penampang melintang yang telah disetujui.
b.Timbunan/urugan kering memakai material seperti yang disyaratkan dan memenuhi
kepadatan yang disyaratkan pada spesifikasi ini.
2.2.2.Toleransi Dimensi
a.Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi tinggi
10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
b.Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus dan rata serta
mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari air permukaan.
c.Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil yang ditentukan
dengan melebihi 100 mm dari ketebalan yang dipadatkan.
d.Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang dipadatkan melebihi 300
mm.
2.2.3.Standar Rujukan
a.Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian di bawah pengawasan Konsultan dan
harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu setelah masing-masing pengujian
dilaksanakan.
b.Pengujian mencakup:
Analisis Saringan : AASHTO T 88 - 78, ASTM D422
Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 - 74, ASTM D698, D1557
Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 - 68, ASTM D423
Penetapan Batas Plastis dan Index Plastisitas Tanah : AASHTO T 90 - 70, ASTM D424
CBR.: AASHTO T 193-72, ASTM D1883-73
Sand cone.: ASTM D-1556
Test Mineralogi
Spesifikasi Teknis Drainase 2
2.2.4.Pengajuan Persetujuan Pekerjaan
a.Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan sebelum suatu persetujuan
untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh Konsultan, yakni :
Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang dipersiapkan bagi
timbunan yang akan ditempatkan.
Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik dari permukaan
yang dipersiapkan dimana timbunan itu akan ditempatkan.
b.Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut pada konsultan sekurang-kurangnya 14 (empat
belas) hari sebelum tanggal yang diusulkan dari penggunaan bahan-bahan yang diajukan
untuk digunakan sebagai timbunan, yang meliputi :
Dua contoh masing-masing seberat 50 kg dari bahan-bahan, salah satu akan ditahan oleh
konsultan untuk rujukan selama periode kontrak.
Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang diusulkan untuk
digunakan sebagai timbunan bersama dengan data pengujian laboratorium yang membuktikan
bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi sifat yang ditentukan.
c.Kontraktor harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada Konsultan segera setelah
penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan sebelum setiap persetujuan diberikan untuk
penempatan bahan-bahan lain di atas timbunan, yakni :
Hasil pengujian kepadatan.
Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran membuktikan bahwa
permukaan berada dalam toleransi yang ditentukan.
2.2.5.Kondisi Tempat Kerja
a.Kontraktor harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering sebelum dan selama pekerjaan
pemadatan.
b.Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup untuk menunjang sistem drainase dari
aliran air hujan dan pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang baik. Air dari
tempat kerja harus dikeluarkan ke dalam sistem drainase permanen. Penjebak lumpur harus
disediakan pada sistem drainase sementara yang mengalirkan ke dalam sistem drainase
permanen.
c.Kontraktor harus menjamin pada tempat kerja suatu persediaan air yang cukup untuk
pengendalian kelembaban timbunan selama operasi pemadatan.
2.2.6.Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat
a.Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan atau
disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan, harus diperbaiki dengan
menggaruk permukaan tersebut dan membuang atau menambahbahan-bahan sebagaimana
diperlukan, disusul dengan pembentukan pemadatan kembali.
b.Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan dalam batas kadar air yang ditentukan atau
sebagaimana diarahkan oleh konsultan, harus dikoreksi dengan menggaruk bahan-
bahan disusul dengan penyiraman dengan jumlah air secukupnya dan mencampur secara
keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau peralatan lain yang disetujui.
c.Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam batas kadar air yang ditetapkan atau
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, harus dikoreksi dengan menggaruk bahan-
bahan disusul dengan pengerjaan dengan mesin perataberulang-ulang atau peralatan lainnya
yang disetujui, dengan selang istirahat antara pekerjaan, di bawah kondisi cuaca kering. Kalau
tidak atau bila pengeringan yang cukup tak dapat dicapai dengan pengerjaan dan membiarkan
bahan terlepas, maka Konsultan dapat memerintahkan agar bahan-bahan tersebut dikeluarkan
dari pekerjaan dan diganti dengan bahan-bahan kering yang memadai.
d.Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah dipadatkan
secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak akan memerlukan
pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
persyaratan dari spesifikasi ini.
e.Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat atau kepadatan bahan-
bahan dari spesifikasi ini sebagaimana yang diarahkan oleh Konsultan, harus dilakukan
pemadatan tambahan, penggarukan kemudian disusul dengan pengaturan kadar air dan
pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian bahan-bahan.
2.2.7.Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya harus
ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan sampai persyaratan
toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.
Spesifikasi Teknis Drainase 3
2.2.8.Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan tak
ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air bahan-
bahan material berada di luar batas yang ditentukan.
2.2.9.Royalti Bahan-Bahan
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus membuat semua
pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan royalti kepada pemilik tanah dan
pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.
2.2.10.Bahan-Bahan
1.Sumber Bahan-Bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
2.Bahan Timbunan
a.Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui oleh Konsultan
sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen.
Material yang digunakan adalah material silty clayyang memenuhi klasifikasi USCS sebagai
material CL, ML, atau SM (khusus untuk timbunan di bawah muka air tanah). Clay fraction (<
0.002 mm) bahan-bahan timbunan harus memenuhi minimal 25% yang ditunjukkan dari hasil
analisis saringan.
b.Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi yang mempunyai suatu
nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau suatu derajat pengembangan yang digolongkan
oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan
Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO T88).
c.Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus lebih kecil dari 15 % dan
batas cair, LL harus lebih kecil dari 45% (AASHTO T90).
d.Bahan-bahan timbunan tidak mengandung mineral Montmorillonite yang ditunjukkan dari
hasil test mineralogi.
e.Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus memiliki:
Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang dijenuhkan lebih besar dari 60 kPa
atau sample tanah kering setelah dipadatkan > 120 kPa.
Specific Grafity (Gs) lebih besar dari 2,6
Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan minimal 95 % Modified
Proctor maximum density untuk bahan timbunan umum, dan 98 % Modified Proctor maximum
density untuk bahan timbunan subgrade jalan.
2.2.11.Penempatan dan Pemadatan Timbunan
1.Persiapan Tempat Kerja
A) Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi pembersihan
dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu pembongkaran
akar pohon harus telah diselesaikan danbahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus telah
dikeluarkan sebagaimana telah diperintahkan oleh Konsultan. Seluruh areal harus diratakan
secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
B) Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah pondasi
timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggarukan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan atas 150 mm dari tanah memenuhi
persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang akan ditempatkan di atasnya.
C) Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada timbunan
yang ada, maka lereng- lereng yang ada harus dipotong untuk membentuk terasering dengan
ukuran lebar yang cukup untuk menampung peralatan pemadatan sewaktu timbunan
ditempatkan dalam lapisan horisontal.
2.Penempatan Timbunan
A) Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan merata
serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana lebih
dari satu lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan tersebut harus sedapat mungkin sama
tebalnya.
Spesifikasi Teknis Drainase 4
B) Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke permukaan
yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan
diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin tertulis dari
Konsultan.
C) Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan drainase
porous lainnya, maka harus diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari
kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal, maka suatu pemisah
yang luas antara kedua bahan-bahan tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan
sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan ditarik sewaktu penempatan
timbunan dan bahan drainase porous dilaksanakan.
D) Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus dipersiapkan
dengan mengeluarkan semua tumbuhan permukaan dan harus dibuat terasering sebagaimana
diperlukan sehingga timbunan yang baru terikat pada timbunan yang ada hingga disetujui oleh
Konsultan. Timbunan yang diperlebar kemudian harus dibangun dalam lapisan horisontal
sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan sepraktis dan secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang ada untuk
mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.
E) Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuhan harus dibuang dari
permukaan atas di mana timbunan tersebut ditempatkan dan permukaan yang sudah
dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan atau pengupasan sampai kedalaman minimum
20 cm.
3.Pemadatan
a.Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan harus
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak serta disetujui oleh
Konsultan sampai suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b.Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan berada dalam
batas antara 2 % lebih daripada kadar air optimum (wet of optimum). Kadar air optimum
tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di mana kepadatan kering maksimum diperoleh
bila tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.
c.Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 200 mm dari bahan-
bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak lebih besar dari 50 mm dan mampu
mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun
sesuai dengan persyaratan untuk timbunan tanah.
d.Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana ditentukan, diuji
untuk kepadatan dan diterima oleh Konsultan sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
e.Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah sumbu areal
reklamasi dengan suatu cara yang sedemikian rupa sehingga setiap bagian menerima jumlah
pemadatan yang sama.
f.Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat biasa, harus
ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari 150 mm tebal
dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat tangan mekanis (mechanical
tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin pemadatan yang
memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk menghindari rongga- rongga dan guna menjamin
bahwa pipa ditunjang sepenuhnya.
4.Perlindungan Timbunan Yang Sudah Dipadatkan
a.Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan yang sudah dipadatkan dari segala
pengaruh yang merusak mutu timbunan.
b.Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan terhadap terjadinya longsoran lokal pada
talud. Apabila terjadi kelongsoran lokal pada talud, maka Kontraktor harus memperbaikinya
dalam waktu 24 jam setelah ada instruksi dari Direksi Teknik/Konsultan. Semua biaya
perbaikan talud yang diperlukan menjadi tanggungan Kontraktor.
c.Apabila Direksi Teknik memandang perlu, maka Direksi Teknik berhak memerintahkan
pengujian tambahan pada sebagian atau keseluruhan timbunan yang sudah diuji dan diterima.
Apabila terbukti bahwa timbunan tersebut mengalami penurunan mutu sehingga tidak
memenuhi Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki
timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas
biayanya sendiri memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini dan
menanggung biaya pengujian yang diperintahkan Direksi Teknik.
Spesifikasi Teknis Drainase 5
2.2.12.Jaminan Kualitas
1.Pengawasan Kualitas Bahan
a.Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, tetapi harus termasuk
semua pengujian yang relevan yang telah ditentukan,sekurang-kurangnya tiga contoh yang
mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
b.Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan, maka
pengujian kualitas bahan- bahan tersebut harus diulangi lagi atas kebijaksanaan tenaga
Konsultan, dalam hal mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan tersebut atau
pada sumbernya.
c.Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian
tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
timbunan yang diperoleh dari setiap sumber.
2.Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah
Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan adalah 300 mm.
Pemadatan setiap lapis (lift) yang telah ditentukan harus mencapai kepadatan minimal 95 %
Modified Proctor maximum density pada kadar air optimum + 2%.
Lapisan yang lebih dari 300 mm di atas ketinggian elevasi muka air rata-rata harus dipadatkan
sampai 95 % dari standar maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai dengan
AASHTO T-180. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan-bahan yang tertahan
pada ayakan 3/4 inch, kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan
untuk bahan-bahan yang berukuran lebih besar sebagaimana diarahkan oleh Tenaga
Ahli/Insinyur.
Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan untuk setiap 500 m2 pada
setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai dengan ASTM D-1556 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan bahwa kepadatan kurang dari kepadatan yang disyaratkan maka
Kontraktor harus membetulkan pekerjaan tersebut.
3.Percobaan Pemadatan
a.Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda untuk mencapai
tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak mampu untuk mencapai
kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali
dengan seizin Konsultan Pengawas.
b.Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat pemadat dan
kadar air harus diubah- ubah sampai kepadatan yang ditentukan tercapai dan disetujui
Konsultan. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk menentukan jumlah
lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang
selanjutnya.
2.2.13.Pengukuran
1.Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang dipadatkan yang
diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus didasarkan pada gambar penampang
melintang yang disetujui dari profil tanah atau profil galian sebelum suatu timbunan
ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang
ditentukan dan disetujui. Metoda perhitungan volume bahan-bahan harus merupakan metoda
luas bidang ujung rata-rata, dengan menggunakan penampang melintang dari pekerjaan yang
berjarak tidak lebih dari 25 meter.
2.Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui, termasuk
setiap tambahan timbunan yang diperlukan sebagai akibat pekerjaan terasiring atau
pengikatan timbunan pada lereng yang ada atau sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan
diukur untuk pembayaran, kecuali:
Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang sesuai atau lunak atau
untuk menggantibahan-bahan batuan atau keras lainnya.
Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan pekerjaan yang kurang memuaskan atau
kurang stabil atau gagal dalam hal bahwa Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.
3.Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa dinyatakan sebagai bagian
dari pos pekerjaan tanah tidak akan diukur untuk pembayaran sebagai timbunan di bawah bab
ini.
4.Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari konstruksi timbunan atau untuk
mengubur bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
Spesifikasi Teknis Drainase 6
5.Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka bahan-bahan ini akan
dibayar sebagai timbunan di bawah bab ini.
6.Jumlah hasil kerja yang diukur dengan cara di atas akan dibayarkan berdasarkan mata
pembiayaan di bawah ini. Biaya tersebut sudah termasuk pekerjaan persiapan, penyelesaian
dan penempatan material, keuntungan jasa kontraktor serta semua kegiatan untuk mencapai
hasil kerja yang sebaik-baiknya.
7.Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter kubik timbunan.
8.Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan sebagi drainase porous akan
diukur dan tidak akan dimasukkan ke dalam pengukuran timbunan di dalam bab ini.
Pasal 3
Pekerjaan Beton Bertulang
3.1.Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan untuk pekerjaan atau pemasangan box culvert, bak
kontrol dan bangunan lain yang ditunjukkan dsalam gambar.
3.2.Persyaratan Material
3.2.1.Referensi
SKBI-2.3.53.1987SNI 03-1727-1989SNI 03-1728-1989SNI 03-1736-1989SNI 03-1750-
1990SNI 03-1756-1990SNI 03-2461-1991SNI 03-2495-1991SNI 03-2834-1992SNI 03-2847-
1992SNI 03-2854-1992SNI 03-2914-1992SNI 03-3976-1995
SK SNI S-36–1990–03SK SNI T-28-1991-03SK SNI T-15-1992-03
3.2.2.Persyaratan Material
Portland Cement (PC)
Semua PC yang digunakan harus PC dengan merk standar yang disetujui oleh badan yang
berwenang dan memenuhi persyaratan PC tipe I sesuai spesifikasi yang termuat dalam SNI
dan harus sesuai dengan kondisi di lapangan. Semua pekerjaan harus menggunakan satu
macam merk PC, PC harus disimpan dengan baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba
saatnya untuk dipakai. PC yang telah mengeras atau membatu tidak boleh digunakan, PC
harus disimpan sedemikan rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.
Batu split/krikil dan Pasir
Batu split/krikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung bahan
yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang cukup banyak, yang dapat memperlemah
kekuatan beton.
Split/krikil harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734-1989, atau daftar
berikut ini:
Split/Krikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan Ayakan % Lewat Ayakan
(Berat Kering) (Berat Kering)
30 mm 100 10 mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
2.5 mm 0 – 5 0.6 mm 25 – 60
Spesifikasi Teknis Drainase 7
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10
Air.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam, asam dan sebaiknya air tersebut
dapat diminum.
Bahan Pembantu (Admixture).
Atas pilihan Kontraktor atau permintaan Direksi/Konsultan Pengawas, bahan pembantu boleh
ditambahkan pada campuran beton untuk mengatur pengerasan beton, efek penggunaan air
atau penambahan mutu beton, biaya penambahan bahan pembantu ditanggung oleh
Kontraktor.
Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan dapat diterima dan disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas, dan penggunaannya sesuai dengan petunjuk penggunaan dari
produk tersebut dan yang disyaratkan dalam “BAHAN PEMBANTU” sesuai dengan SNI 03-
2495-1991.
Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada atau tidak
adanya penggunaan bahan pembantu dan pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk
dari pabrik.
Tulangan Baja
Tulangan baja harus mempunyai diameter yang sesuai dengan gambar rencana dan bebas
dari karat. Untuk tulangan baja dengan diamater 13 mm menggunakan Baja Tulangan
Deform/ulir (BjTD 39), dan untuk tulangan baja dengan diamater < 13 mm menggunakan Baja
Tulangan Polos (BjTP 24), atau sesuai persyaratan yang di tunjukkan pada gambar dan
dokumen lainnya dan dapat ditunjukkan dengan sertifikasi dari pabrik.
Harus dilakukan pengujian minimum 2 sampel untuk tiap macam diameter dari setiap 20 ton
besi. Pengujian ini dilakukan pada laboratorium yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
atas biaya Kontraktor.
Semua pembengkokan, penyambungan dan panjang penyaluran harus sesuai dengan SK
SNI T-15-1992-03.
3.2.3.Kualitas beton yang diinginkan.
Mutu beton/kuat tekan beton yang diinginkan adalah K-225 dan K-300. Dengan persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan cor beton
dengan menggunakan sistem beton siap pakai (ready mix concrete) yang terlebih dahulu
memberikan data spesifikasi mutu beton yang dikehendaki kepada Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan.
3.3.Syarat Pelaksanaan dan Pengecoran.
Semua persyaratan bahan dan pelaksanaan harus memenuhi standar yang berlaku di
Indonesia dan merupakan pemilihan bahan yang terbaik dengan pengawasan yang ketat dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Pemilihan bahan dan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai
dengan standar pelaksanaan akan mendapatkan hasil yang sempurna.
3.3.1.Rencana Kerja, Metode Pelaksanaan dan Ijin Pengecoran.
Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis rencana kerja dan metode pelaksanaan
pengecoran caping beam kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis,
sebelum pekerjaan pengecoran dimulai. Sebelum dilaksanakan pengecoran, dilaksanakan
pemeriksaan bersama Kontraktor dan Konsultan Pengawas dan apabila telah memenuhi
syarat ijin pengecoran dapat dikeluarkan.
3.3.2.Trial Mix Design dan Perbandingan Adukan
Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus melaksanakan rencana
pengadukan beton/trial mix designuntuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki. Untuk itu
Kontraktor perlu melakukan pengujian material di laboratorium yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas untuk semua material beton. Berdasarkan analisa dan hasil tes sampel
tersebut, laboratorium akan merencanakan suatu campuran beton (mix design)
dengan slump yang telah disyaratkan.
Sebagai kontrol suatu campuran beton, data-data yang harus tertulis dalam laporan mix
design mencakup:
-Tipe dan gradasi material agregat
-Asal agregat
-Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat isi agregat, modulus halus butir
pasir, kadar lumpur, dll.
-Tipe dan merk PC
-Tipe, merk dan komposisi bahan additives (apabila digunakan)
-Komposisi takaran beton dan takaran dalam 1 m3
-Keterangan tentang beton(kemudahan pekerjaan, segregasi kohesi dan lain-lain
-Hasil tes silinder beton
Spesifikasi Teknis Drainase 8
Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh agregat) tidak boleh
melampaui 0.50 (perbandingan berat). Perbandingan campuran tersebut dapat diubah jika
diperlukan untuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan,
keawetan dan kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang disebabkan oleh perubahan
tersebut di atas.
Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm2 (MPa) dibuat dengan percobaan beton
silinder (15 cm tinggi 30 cm). Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan
SNI 03-2834-1992. Copy hasil tes harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
Percobaan yang dilakukan di lapangan, pengambilan contoh campuran dan pengujian harus
mengundang dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
Suatu kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang dari 70% dari beton umur 28
hari, maka Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC
ke dalam campuran beton. Dan apabila terdapat beton dengan umur 28 hari yang tidak
mencapai mutu beton yang dikehendaki, maka pengecoran selanjutnya harus dihentikan
sampai persoalan tersebut dapat diselesaikan oleh Kontraktor dan Konsultan Pengawas.
Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu pengadukan beton
harus tetap dan normal sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan-
bahan yang terpisah satu dengan yang lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan
keperluannya dengan melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan
(agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan kekuatan beton yang
dikehendaki.
Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai dengan SNI-3976-
1995. Slump yang digunakan dalam proyek ini adalah 8 – 12 cm sesuai yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas. Untuk maksud dan alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan
Pengawas dapat dipakai nilai slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal
dipenuhi hal-halsebagai berikut:
-Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi
-Tidak terjadi pemisahan dari adukan
-Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability)
3.3.3Persyaratan Bekisting
Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi adukan beton dan
membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan yang diinginkan. Kontraktor harus
bertanggungjawab atas perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.
Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan Kontraktor untuk
membuat shop drawing dari bekisting. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Papan bekisting harus terbuat dari plywood, papan yang diserut/diketam rata dan halus, dalam
keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna
seperti terperinci dalam spesifikasi ini.
Toleransi yang diijinkan adalah 3 mm untuk garis dan permukaan. Bekisting harus demikian
kuat dan kaku terhadap beban dan lendutan adukan beton yang masih basah dan getaran
terhadap beban konstruksi. Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.
Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau adukan kelur dari
sambungan.
Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan setara dengan umur beton
28 hari dan harus dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Pembongkaran
dilaksanakan dengan statis, tanpa goncangan atau kerusakan pada beton.
3.3.4.Pengecoran Beton
Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan dilaksanakan pada waktu
Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas Kontraktor yang setaraf ada
di tempat kerja.
Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk, panas yang dapat menggagalkan
pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam papan bekisting yang
tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya split/krikil dari adukan beton. Beton juga
tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada
permukaan bekisting di atas beton yang sudah dicor.
Spesifikasi Teknis Drainase 9
3.3.5.Peralatan Ready Mix.
Kontraktor dapat menggunakan beton ready mix setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Semua data spesifikasi dan peralatan yang akan digunakan harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
Peralatan yang digunakan seperti truk molen, concrete pump dan lain lain harus dalam
keadaan baik, terawat dan berfungsi dengan baik apabila digunakan.
3.3.6.Pemadatan dan Penggetaran
Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan maksimum sehingga
bebas dari kantong/sarang krikil dan menutup rapat pada semua permukaan dari cetakan dan
material yang melekat.
Semua beton harus dipadatkan dengan vibrator dengan kekecepatan minimum 7000 rpm yang
bergetar pada bagian dalam (dari jenis alat “tenggelam”) dalam waktu maksimal 10 detik setiap
kali dibenamkan. Pada waktu yang sama dilakukan pengetukan pada dinding bekisting
sampai betul-betul mengisi pada bekisting atau lubang galian dan menutupi seluruh
permukaan bekisting.
Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau dengan petunjuk dari Konsultan
Pengawas dan tidak boleh mengenai bekisting maupun penulangan.
3.3.7.Perawatan Beton
Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama sekurang-kurangnya 14
hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman air, karung goni basah, atau cara-cara lain
yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Air yang yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi spesifikasi air untuk campuran
beton.
Pasal 4
Pekerjaan Batu Bata , Batu Gunung dan Plesteran
4.1.Umum.
Sebelum mengadakan pembelian / pengiriman / pemasangan, Kontraktor harus menyerahkan
contoh bahan kepada Direksi lapangan untuk memperoleh persetujuan. contoh harus
mencerminkan mutu, texture, warna dan kekuatan yang akan digunakan dalam pekerjaan.
4.2.Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi namun tidak terbatas :
-Pekerjaan pasangan batu kali
-Pekerjaan plesteran
-Pekerjaan pasangan cansteen
-Pekerjaan lain seperti yang tercantum pada gambar
4.3Persyaratan Bahan.
Semua bahan harus dari texture dan ukuran seperti contoh yang diajukan, serta memenuhi
syarat :
4.2.1.Batu Gunung/Kali.
Batu yang dipakai adalah batu gunung atau batu kali yang dibelah, keras, tidak porous, bersih
dan besarnya tidak lebih dari 30 cm. Sama sekali tidak diperkenankan memakai batu dalam
bentuk bulat atau batu endapan. Pembelahan batu harus dilakukan diluar daerah pekerjaan
(diluar bouwplank).
4.2.2.Bahan Perekat.
Semen, pasir (agregat halus) dan air harus memenuhi ketentuan dalam pekerjaan beton
menurut SNI.T-12-1991-03.
4.4.Pasangan Batu Gunung/Kali.
4.4.1.Galian tanah harus dilakukan menurut ukuran-ukuran dalam, lebar dan sesuai
dengan peil-peil yang tercantum dalam gambar.
Spesifikasi Teknis Drainase 10
4.4.2.Apabila ternyata terdapat pipa-pipa air, gas, pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon
dan lain-lain yang masih digunakan, maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal
ini kepada Direksi Lapangan untuk mendapatkan petunjuk-petunjukseperlunya.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari
pekerjaan galian tersebut.
4.4.3.Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut bebas
dari longsoran-longsoran tanah dari kiri kanannya (bila perlu dilindungi oleh alat penahan tanah
dan bebas dari genangan air, bila perlu dipompa), sehingga pekerjaan pasangan batu gunung
dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
4.4.4.Sebelum pasangan dilaksanakan, tanah dasar galian harus diberi lapisan pasir urug
dengan tebal sesuai gambar, dibuat secara rata (tidak turun naik) dan selebar pasangan batu
gunung yang akan dipasang.
4.4.5.Batu gunung/kali harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.Batu yang sudah dibelah adalah sejenis batu yang kasar, berat dan berwarna kehitam-
hitaman.
b.Tidak ringan dan porous.
c.Bahan asal adalah batu gunung/kali yang besar kemudian dibelah atau dipecah-
pecah menjadi ukuran normal menurut tata cara pekerjaan yang bersangkutan.
d.Memenuhi Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982).
e.Adukan Pondasi batu kali 1pc : 4 ps, lapisan paling bawah digelar diatas pasir urug.
f.Pemasangan sesuai dengan ukuran-ukuran didalam gambar atau atas petunjuk-petunjuk dari
Direksi Lapangan.
g.Batu harus dipasang saling mengisi masing-masing dengan adukan lapis demi lapis,
sehingga tidak ada rongga diantarabatu-batu tersebut dan mencapai masa yang kuat dan
integral.
4.5.Plesteran.
4.5.1.Bahan.
Semen.
Semen harus Portland Cement (PC) dengan merk standar yang telah disetujui oleh badan
yang berwenang dan memenuhi persyaratan Portland Cement klas I.
Pasir.
Agregat halus (pasir) harus bersih, keras dan awet, bebas dari minyak, bahan organis dan
unsur lain yang merusak dan harus sesuai dengan ketentuan pasal pekerjaan beton.
Air.
Air untuk mencampur harus bersih, segar dan bebas dari bahan yang merusak, seperti minyak,
alkali, asam atau bahan nabati.
4.5.2.Campuran dan Tebal.
Campuran.
Adukan plesteran harus dicampur dengan perbandingan sesuai ketentuan yang telah
ditentukan dalam tebal tersebut dibawah ini.
Tebal.
Semua plesteran harus dipasang menurut tebal seperti tabel dibawah ini. Tebal tambahan
diperlukan menutup bagian yang tidak rata pada beton atau permukaan pekerjaan pasangan.
Tebal standar dari ukuran yang dipasang pada dinding luar adalah 20 mm.
T E B A L
(MM)
LPS LPS LPS TEBAL
KASAR SEDANG HALUS SELURUHNYA
Dinding
Dalam 10 7 3 20
Dinding Luar 10 7 3 20
Bagian Lain 10 7 3 20
4.5.3. Penggunaan.
Spesifikasi Teknis Drainase 11
Lapisan Kasar.
Lapisan kasar harus menutupi seluruh bidang dinding. Sebelum lapisan kasar mengeras, harus
dibuat goresan melintang untuk memperoleh ikatan mekanis bagian lapisan sedang. Lapisan
ini harus dibasahi selama tidak kurang dari 24 jam dan dibiarkan jenuh sebelum lapisan
sedang dipasang. Lapisan kasar harus dipasang merata dan dengan cukup tekanan untuk
menghasilkan ikatan yang baik.
Lapisan Sedang.
Sebelum mulai memasang lapisan sedang, permukaan dari lapisan kasar harus dibasahi.
Lapisan sedang harus dibentuk menjadi suatu permukaan yang betul-betul rata, kemudian
dibuat kasar dengan mistar kayu atau dibuat goresan melintang untuk meperoleh letakan
lapisan halus. Lapisan ini harus tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan agar mengering.
Lapisan halus.
Lapisan halus tidak boleh dipasang sebelum lapisan sedang menyesuaikan diri selama 7
(tujuh) hari. Sesaat sebelum lapisan halus dipasang, lapisan sedang harus dibasahi lagi secara
merata.
Kemudian disendok sedemikian rupa, sehingga butir pasir terpaksa masuk kedalam plesteran
dan dengan penyendokan terakhir diperoleh permukaan yang licin dan bebas dari bidang yang
kasar, tanpa bekas sendok atau noda lainnya.
Lapisan halus dibasahi sekurang-kurangnya 2 (dua) hari dan selanjutnya harus dilindungi
terhadap pengeringan yang cepat sampai mengeras dengan seksama dan sempurna.
Pasal 5
Pekerjaan Kayu
5.1.Lingkup Pekerjaan.
5.1.1.Pekerjaan pancang kayu ulin.
5.1.2.Dan semua pekerjaan kayu yang diperlihatkan pada gambar rencana.
5.2.Persyaratan Bahan.
5.2.1.Kayu cukup kuat dan tua.
5.2.2.Kayu harus mempunyai texture yang sama, serat-serat lurus.
5.2.3.Kayu bersih dari retakan-retakan, serangan jamur,pelapukan dan cacat-cacat lain (mata
bolong, bengkok, melintir dan sebagainya).
5.2.4.Kayu dipotong menurut ukuran ,tegak lurus sesamanya menurut gambar.
5.2.5.Kayu harus sesuai SNI 03 – 3527 – 1994, SNI 03 – 3233 – 1992, SNI 03 – 3528 - 1994
5.3.Syarat Pelaksanaan.
5.3.1.U m u m.
Semua permukaan kayu yang akan terlihat oleh pandangan mata langsung, harus rata sudut-
sudutnya yang tajam dan tidakpecah-pecah dan tidak dibenarkan menambal bagian-
bagian yang pecah.
Sambungan/pertemuan harus rapih dan kokoh, dibuat dengan konstruksi mur baut.
5.3.2.Cerucuk kayu ulin.
-Pekerjaan harus dilaksanakan oleh tenaga yang cukup ahli dan berpengalaman dalam bidang
tersebut.
-Pemancangan harus menggunakan mesin pancang dengan berat hammer minimal 800 kg
dan tinggi jatuh hammerrata-rata 4 meter. Pada akhir pemancangan untuk setiap titik pancang
diharuskan dipancang dengan tinggi jatuh hammer maximal (tinggi layar yang ada).
-Selama pemancangan bagian kayu yang ditumbuk harus dilindungi dengan topi besi.
-Tiap layar untuk mesin pancang harus benar-benar tegak lurus.
Pasal 6
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
6.1.Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan
dan pemadatan agregat (batu pecah) yang telah digradasi diatas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai dengan perincian yang ditunjukkan dalam
Spesifikasi Teknis Drainase 12
gambar atau sesuai dengan perintah Direksi, dan memelihara lapis pondasi yang telah selesai
sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu pemecahan,
pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi lain yang perlu untuk menghasilkan suatu
bahan yang memenuhi persyaratan ini.
6.2.Toleransi Dimensi.
Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan gambar rencana, dengan toleransi dibawah ini :
Material dan Lapisan Pondasi Agregat
Toleransi tinggi
permukaan
Agregat Klas B digunakan sebagai Lapis
Pondasi Bawah + 0 cm
(Permukaan dari Lapis Pondasi Bawah saja) - 2 cm
Permukaan-permukaan agregat Klas A untuk
Lapis Resap Pengikat + 1 cm
atau Pelaburan (Perkerasan atau bahu) - 1 cm
Bahu tanpa penutup dari agregat Klas B (Lapis
atas saja) + 1,5 cm
- 1 cm
Permukaan-permukaan lapis pondasi agregat dari semua konstruksi tidak boleh ada yang tidak
rata yang dapat menampung air dan semua punggung permukaan itu harus sesuai dengan
yang tercantum di Gambar rencana.
Tebal total minimal untuk lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan
kurang satu sentimeter.
Tebal total minimum untuk lapis Pondasi Agregat Klas A tidak boleh kurang dari tebal yang
disyaratkan kurang satu sentimeter.
Untuk permukaan lapis Pondasi Agregat Klas A untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan
permukaan, apabila semua bahan yang terlepas dibuang dengan penyikat keras, deviasi
maksimum yang diijinkan untuk kerataan permukaan harus satu sentimeter dengan mistar
penyipat berukuran 3 meter, diletakkan paralel atau melintang as jalan.
6.3.Pelaporan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi hal-hal sebagai berikut paling sedikit 21 hari
sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan yang pertama kalinya dari material yang
diusulkan untuk digunakan sebagai lapis Pondasi Agregat. Dua contoh masing- masing 50 kg
dari bahan , satu ditahan oleh Direksi sebagai rujukan selama masa kontrak. Pernyataan
perihal asal dan komposisi dari bahan yang diusulkan , bersama dengan hasil pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa sifat bahan yang ditentukan terpenuhi.
Kontraktor harus mengirim hal berikut dalam bentuk tertulis kepada Direksi segera setelah
selesainya bagian dari pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk penempatan bahan
lain diatas lapis Pondasi Agregat.
6.4.Pembatasan oleh cuaca
Lapis pondasi Agregat tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan sewaktu turun hujan
dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air dari bahan tidak berada
dalam rentang yang ditentukan.
6.5.Perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tak memuaskan.
a.Tempat dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memuaskan toleransi yang
disyaratkan atau yang permukaannya berkembang menjadi tidak rata baik selama konstruksi
atau setelah konstruksi, harus diperbaiki dengan menggarpu permukaan dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana diperlukan, yang selanjutnya dibentuk dan dipadatkan
kembali.
b.Lapis pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan dalam hal batas kadar airnya
seperti disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyiraman sejumlah air yang cukup dan
mencampurnya dengan baik.
c.Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan pengerjaan berulang-ulang peralatan yang
disetujui dengan selang waktu istirahat dalam cuaca kering. Cara lain bila pengeringan yang
memaday tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut diatas, Direksi dapat memerintah bahan
tersebut dibuang dan diganti seperti bahan kering yang memenuhi.
d.Perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat bahan yang
dibutuhkan dalam spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi dan dapat
meliputi pemadatan tambahan , penggaruan yang dilanjutkan oleh pengaturan kadar air dan
pemadatan kembali, pemindahan dan penggantian bahan atau menambah tebal bahan itu.
Spesifikasi Teknis Drainase 13
6.6.Pengembalian bentuk menyusul pengujian
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai yang diakibatkan oleh
pengujian kepadatan atau yang lainnya harus segera diurug kembali dengan bahan Lapis
Pondasi Agregat oleh Kontraktor setelah diperiksa Direksi dan dipadatkan sehingga
persyaratan kepadatan dan toleransi permukaan memenuhi spesifikasi ini.
6.7.M a t e r i a l
Gradasi Lapis Pondasi Agregat :
Macam Ayakan
(mm)
Persen
Berat Lolos
Klas A Klas B
63 100 100
37.5 100 67 - 100
19 65 – 81 40 – 100
9.5 42 – 60 25 – 80
4.75 27 – 45 16 – 66
2.36 18 – 33 10 – 55
1.18 11 – 25 6 – 45
0.425 6 – 16 3 – 33
0.075 0 - 8 0 – 20
Sifat Pondasi Agregat
Sifat Klas A Klas B
Abrasi dari Agregat kasar (AASHTO
T 96 – 74) 0 – 40% 0 – 50%
Indek Plastisitas 0 – 6 4 – 10
( AASHTO T 90 – 70)
Hasil kali Indek Plastisitas dengan
persentase 25 mak -
lolos 75 mikron
Batas Cair ( AASHTO T89 – 68) 0 – 35 -
Bagian yang lunak (AASHTO T112 –
78) 0 – 5 % -
CBR (AASHTO T193) 80 min 35 min
Rongga dalam Agregat mineral pada
kepada 14 min 10 min
maksimum
Pencampuran Material Lapis Pondasi
Agregat
Pencampuran material untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan harus dikerjakan di unit
pemecah atau di unit pencampur yang disetujui, menggunakan pengumpan mekanis yang
telah dikalibrasi dengan aliran menerus dari komponen campuran dengan proporsi yang benar.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran dilapangan.
6.8.Pemasangan dan Pemadatan Lapis Pondasi Agregata. Penyiapan Formasi untuk lapis
pondasi :
Apabila lapis Pondasi Agregat akan dipasang pada perkerasan atau bahu yang ada semula
kerusakan pada perkerasan atau bahu harus diperbaiki.
Apabila lapis pondasi agregat akan dipasang pada permukaan tanah dasar atau pondasi
bawah yang ada atau yang baru disiapkan, lapisan harus selesai sepenuhnya.
Pada tempat yang sudah disediakan untuk pekerjaan bahan lapis pondasi agregat, harus
disiapkan dan mendapatkan persetujuan dari Direksi untuk sekurang-kurangnya 100 meter
kedepan dari pemasangan lapis pondasi. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100
meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum pondasi baru
dipasang
Dimana lapis pondasi agregat dipasang langsung diatas perkerasan jalan aspal yang ada,
maka penggarukan biasanya tak diperlukan atau diperkenankan.
Penghamparan :
Spesifikasi Teknis Drainase 14
Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ketempat pada badan jalan sebagai campuran yang
merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Kelembaban
dalam bahan harus tersebar secara merata.
masing-masing lapisan harus dihampar pada satu operasi pada tingkat yang merata yang akan
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bila lebih dari
satu lapis akan dipasang, lapis-lapis tersebut harus diuasakan sama tebalnya.
Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metoda yang disetujui
yang tidak menyebabkan segregasi dari partikel agregat kasar dan partikel agregat halus.
Material yang disegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang
bergradasi baik.
Tebal minimum lapisan gembur yang untuk setiap lapisan konstruksi harus dua kali lipa ukuran
terbesar agregat lapis pondasi. Tebal maksimum lapisan gembur tidak boleh melebihi 15 cm,
kecuali diperintahkan lain oleh Direksi.
Pemadatan :
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, masing-masing lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan peralatan pemadat yang cocok dan memadai yang disetujui oleh Direksi,
hingga kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum “modified” seperti
yang ditentukan oleh AASHTO T180.
Direksi boleh memerintahkan bahwa mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan
lapisan akhir, bila mesin gilas static beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau
degradasi berlebihan dari pondasi agregat.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3% kurang
dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air optimum, dimana kadar air optimum
adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maximum “modified” yang ditentukan
oleh AASHTO T180 , metoda D.
Operasi penggilasan harus dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit kearah
sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”super elevasi” penggilasan harus
dimulai pada bagian rendah dan bergerak sedikit demi sedikit kearah bagian yang tinggi.
Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas mesin gilas menjadi tak tampak
dan lapis tersebut terpadatkan merata.
material sepanjang kerb, batu tepi, tembok dan pada tempat-tempat yang tak terjangkau mesin
gilas harus dipadatkan dengan timbres mekanis atau pemadat lainnya yang disetujui.
Pasal 7
Lapisan Aspal Beton
7.1.Uraian
Lapisan aspal beton (Laston) merupakan suatu lapis permukaan konstruksi jalan terdiri dari
campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar
dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
Sifat-sifat, sebagai lapis permukaan perkerasan
jalan,LASTON mempunyai
sifat-
sifat
:
-mempunyai nilai structural
-kedap air
-mempunyai stabilitas tinggi
-peka terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan.
7.2.Komposisi Umum Campuran
Campuran LASTON terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal.Agregat yang
terdiri dari beberapa fraksi harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai sehingga
didapatkan gradasi campuran yang dipersyaratkan dalam spesifikasi. Terhadap agregat ini
ditambahkan aspal dalam jumlah tertentu sebagaimana ditentukan dalam spesifikasi ini.
7.3.Penentuan Jumlah Aspal
Jumlah aspal dalam presentase berat, yang harus ditambahkan pada agregat biasanya
berkisar antara 4 sampai 7 persen berat agregat kering. Presentase pasti untuk pelaksanaan
harus ditetapkan oleh Direksi atas dasar percobaan laboratorium dan analisa saringan agregat
yang akan digunakan.
7.4.Penerapan Rumusan Perbandingan Campuran dan Toleransi
Spesifikasi Teknis Drainase 15
Semua campuran yang dihasilkan harus sesuai
dengan rumusan perbandingan
campuran yang telah
ditetapkan oleh Direksi
dengan toleransi sebagai berikut :
Butir yang lolos saringan Toleransi
No. B dan yang lebih besar 5
No. 40 3
No. 200 1
Toleransi jumlah aspal 0,3
Campuran keluar dari alat
pencampur 10 C
Campuran tiba dilapangan 10 C
Setiap hari Direksi dapat mengambil contoh bahan dan campuran sebayak yang
dikehendakinya untuk keperluan pengujian campuran. Apabila ternyata campuran yang
dihasilkan kurang memuaskan atau oleh karena suatu sebab tertentu maka Direksi dapat
menetapkan rumusan perbandingan campuran yang baru.
Apabila terjadi perubahan bahan atau perubahan sumber bahan, sebelum campuran
didatangkan kelapangan. Kontraktor harus
mengajukan Direksi rumusan perbandingan campuran
kepada baru.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata bahan tersebut
membutuhkan
jumlah aspal yang lebih besar
atau lebih
kecil dari batas-
batas yang telah
ditetapkan, maka Direksi dapat menolak penggunaan bahan
tersebut.
7.5.Bahan-Bahan
a. Agregat Kasar
Kehilangan berat akibat abrasi sesudah putaran-
putaran (PB.0206 – 76) Maks. 40 %
Kelekatan terhadap aspal (PB 0205 – 76) Maks. 95 %
Bila digunakan kerikil pecah, berat agregat yang tertahan
saringan no. 4 yang Min. 50 %
mempunyai paling sedikit 1 bidang pecah
Indeks kepipihan (BS) Maks. 25 %
Persesapan terhadap air (PB.0202 – 76) Maks. 3 %
Berat jenis semu/apparent (PB.0202 – 76) Maks. 2,5 %
Gumpalan-gumpalan lempung (AASHTO T 112)
Maks. 0,25
%
b. Agregat Halus
Nilai Sand Eqivalent (AASHTO T 176) Min. 50 %
Berat jenis semu (Apparent PB.0203 – 76) Min. 2,5 %
Batas Atterberg (PB.0109 – 76 dan 0101 – 76)
Non
Plastis
Peresapan agregat terhadap air (PB.0202 – 76) Maks. 3 %
c. Filler
Ukuran saringan
Berat
Lolos
No. 30 ( 0,590 m ) 100
No. 50 ( 0,279 mm ) 95 - 100
No. 100 ( 0,149 mm ) 90 – 100
No. 200 ( 0,074 mm ) 70 - 100
d.Agregat Campuran
Apabila diperiksa sesuai dengan cara PB.0201-76, Agregat campuran harus membpunyai
gradasi sebagai berikut :
No. I II III IV V VI VII VIII IX X XI
Campur
an
Gradasi
Kas
ar
Kas
ar
Rap
at
Rap
at
Rap
at
Rap
at
Rap
at
Rap
at
Rap
at
Rap
at
Rap
at
Tebal
Padat 20 25 20 25 40 50 40 20 40 40 40
(mm) 40 50 40 40 65 75 50 40 65 65 50
Ukuran
Saringa
n
BERAT YANG LEWAT
SARINGAN
(mm)
38,1
mm - - - - - 100 - - - - -
Spesifik
asi
Teknis
Drainas
e 16
25,4
mm - - - -
10
0
90
–
10
0 - -
10
0
10
0 -
19,1
mm -
10
0 -
10
0 80-
82-
10
0
10
0 -
85-
10
0
96-
10
0
10
0
10
0
12,7
mm 100
75-
10
0
10
0 80- -
72-
90 80-
10
0 - - -
10
0
10
0
9,52 7 – 10 60- 80- 70- 60- - - - 65- 56- 74-
mm 5 0 85 90 80 86 78 92
10
0
4,76
mm 35 – 55
55-
75
50-
70
50-
70
40-
65
52-
70
54-
72
62-
80
45-
65
38-
60
48-
70
2,38
mm 30 – 15
20-
35
35-
50
35-
50
35-
50
40-
56
42-
58
44-
60
34-
54
27-
47
33-
53
0,59
mm 10 – 22
10-
22
18-
29
18-
29
19-
30
24-
36
26-
38
28-
40
20-
15
13-
28
15-
10
0,27
9
mm 6 – 16
6-
16
13-
28
13-
23
13-
23
16-
26
18-
28
20-
30
16-
26
9-
20
10-
20
0,14
9
mm 4 – 12
4-
12
8-
16
8-
16
7-
15
10-
18
12-
20
12-
20
10-
18 - -
0,07
4
mm 2 – 8 2-8
4-
10
4-
10
4-
10
6-
12
6-
12
6-
12
5-
10 4-8 4-9
-No. Campuran : I,III,IV,VI,VII,VIII,IX,X dan XI digunakan untuk lapis permukaan
-No. Campuran : II digunakan untuk lapis permukaan,levelling dan lapis antara
-No. Campuran : V, digunakan untuk lapis permukaan dan lapis antara
-Pemilihan nomor campuran harus mendapat persetujuan Direksi.
-Nilai sand eqivalent (AASHTO T176) agregat campuran : min 50.
e. Aspal Keras
Jenis
Pemeriksaa
n Cara
Persyarata
n
Satua
n
Pemeriksaa
n
Pen 60
Pe
n
80
Mi
n Max
Mi
n
Ma
x
Penetrasi
125 C
PA. 0301 –
76 60 79 80 99 0,1 cm
Titik lembek
PA. 0302 –
76 48 58 46 54 0 C
Titik nyala
(calv. Open
up)
PA. 0303 –
76
20
0 -
22
5 - 0 C
Kehilangan
berat
PA. 0304 –
76 - 0,4 - 0,6
%
berat
Kehalusan
CCI 4 atau
CCI 2
PA.
0305
–
76 99 - 99 -
%
berat
Dektilitas
125 C 5
cm/dtk
PA.
0306
–
76
10
0 -
10
0 - cm
Penetrasi
setelah
kehilangan
PA.
0304
–
76 75 - 75 -
semul
a
berat
Berat jenis
25 C
PA.
0307
-
76 1 - 1 - ql/cc
f.Aspal cair
Apabila Direksi tidak menentukan lain untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat) dapat
digunakan aspal cair jenis MC 30, MC 70, MC 250 atau aspal emulsi jenis CMS,MS sedangkan
untuk keperluan lapis pengikat (tack coat) dapat digunakan aspal cair jenisRC-70, RC 250 atau
aspal emulsi jenis : CRS,RS.
g.Karaktiristik Campuran
Perbandingan fraksi-fraksi agregat dalam campuran harus ditetapkan berdasarkan percobaan
dilaboratorium sehingga diperoleh gradasi campuran yang disyaratkan.
Apabila campuran diperiksa dengan cara Marshall (PC 0201 – 76) maka campuran tersebut
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Jumlah Lalu Lintas
Jenis Pemeriksaan
Diatas 3000
30
0
–
300
Dibawah
300
(padat) (sedang) (sedikit)
Stabilitas (Kg) Min 750 Min. 650 Min. 460
Kelelehan (mm) 2 – 4 2 – 4,5 2 – 5
Rongga dalam campuran 3 – 5 3 – 5 3 – 5
(%)
Rongga terisi aspal (%) 75 – 82 75 – 85 75 – 85
Jumlah tumbukan 2 x 75 2 x 50 2 x 35
Spesifikasi Teknis Drainase 17
7.6.Pelaksanaan
a.Cuaca
Campuran boleh dihampar apabila jalan benar-benar kering, cuaca tidak berkabut atau hujan
serta apabila permukaan jalan dalam keadaan memuaskan.
b.Kecepatan Kerja
Pekerjaan tidak boleh diselenggarakan apabila peralatan pengangkutan, mesin penghampar
atau mesin gilas atau buruh tidak memungkinkan untuk menjamin unit pencampur dapat
bekerja dengan kecepatan produksi minimum 60% kapasitasnya.
c.Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Mesin Pencampur
Semua peralatan produksi campuran harus dari jenis yang tepat,dikoordinasikan sebaik-
baiknya dan dijalankan sesuai dengan aturan yang seharusnya agar selalu memberikan hasil
campuran yang mempunyai mutu dalam batas-batas ijin yang telah ditetapkan. Mesin
pencampur, baik tipe batch atau tipe kontinu, harus mempunyai kemampuan produksi yang
cukup untuk melayani mesin penghampar agar pada kecepatan normal dapat secara menerus
menghampar dengan tebal yang dikehendaki.
Feeder
Alat-alat feeder untuk agregat harus memadai dalam mutu dan jumlah agar agregat yang
dimasukkan kedalam pengering mencapai keseragaman dalam jumlah dan suhu yang
disyaratkan.
-Pengering
Suatu pengering yang berputar harus bekerja sempurna dan telah dipelihara dengan baik dan
dapat memberikan suhu yang disyaratkan.
-Saringan
Saringan yang dapat menghasilkan agregat dengan ukuran yang sesuai dengan yang
disyaratkan harus disediakan dan dipelihara dengan baik. Alat ini harus memberikan hasil
saringan dengan variasi ukuran butir tidak lebih dari 10% lebih besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya.
-Bin
Bin harus mempunyai kapasitas yang cukup melayani pengaduk pada saat bekerja maksimum.
Bin paling tidak harus terdiri dari 3 kamar terpisah. Tiap kamar harus dilengkapi dengan alat
pembuang yang bekerja dengan baik bila bin telah penuh tanpa menimbulkan tercampurnya
agregat dari macam-macam ukuran.
-Unit Kontrol Aspal
Alat yang bekerja dengan sistem timbangan atau meteran harus disediakan untuk menakar
jumlah aspal yang perlu untuk campuran. Pada tiap saat alat tersebut harus diperiksa agar
kecepatan pengaliran atau jumlah aspal tetap dalam batas- batas yang diijinkan.
-Termometer
Termometer yang dapat mengukur suhu dari 38C, harus ditempatkan pada pipa penyalur
aspal didekat kran keluar. Termometer lainnya baik dari macam dial, mercury,pyrometer atau
lainnya masing-masing ditempatkan pada pengering, pencampur dan bagian-bagian lain yang
memerlukan kecepatan suhu.
-Penampung Debu
Mesin pencampur aspal harus dilengkapi dengan penampung debu yang dipasang sedemikian
rupa untuk membuang atau mengembalikan bahan-bahan lebih dalam proses pencampuran.
-Alat Kontrol Waktu Pencampuran
Mesin pencampur aspal harus dilengkapi dengan alat untuk mengontrol waktu pencampuran
yang dapat diatur sesuai dengan petunjuk Direksi.
-Laboratorium lapangan
Kontraktor harus menyediakan dan memelihara laboratorium lapangan sesuai dengan
ketentuan. Letak laboratorium tersebut harus sedemikian agar mudah terlihat semua bagian-
bagiannya, mesin-mesin yang bergerak harus terlindung agar tidak membahayakan petugas.
-Perlengkapan Keselamatan
Tangga yang baik kelantai mesin pencampur yang dilengkapi dengan sandaran-sandaran yang
kokoh harus dipasang menghubungkan tempat-tempat yang dperlukan kemudahan operasi
mesin.
Spesifikasi Teknis Drainase 18
Semua bagian-bagian mesin yang bergerak harus terlindung agar tidak membahayakan
petugas.
d.Persiapan Aspal
Aspal harus dipanaskan dalam ketel atau tangki temperatur yang disyaratkan (pen 60 : 130C -
165C, pen 80 : 124C - 162C) dan harus dihindarkan pemanasan terpusat pada tempat-
tempat tertentu.
e.Persiapan Agregat
Sebelum pengadukan, agregat yang akan digunakan dalam campuran harus dikeringkan dan
dipanaskan. Bunga api untuk pengeringan dan
pemanasan hendaknya harus diatur sedemikian rupa agar agregat tidak rusak atau terselimuti
jelaga. Setelah dipanaskan agregat disaring menjadi 3 fraksi atau lebih dan diangkut ke bin-
bin yang terpisah dan siap dicampur dengan aspal.
Pencampuran hendaknya dilakukan pada temperatur yang disyaratkan dan bagaimanapun
temperatur agregat harus lebih tinggi (perbedaan maksimum 15C) temperatur aspal filler , bila
diperlukan dapat ditakar tersendiri atau bersama- sama dengan agregat halus lainnya. Filler
tidak diijinkan untuk disebarkan atau dijatuhkan dari tempat ketinggian.
f.Persiapan Pengadukan
Agregat yang telah disiapkan seperti diatas , ditakar sesuai rumusan pencampuran . Bahan
aspal ditakar dalam jumlah yang tepat yang ditetapkan oleh Direksi dan dimasukkan kedalam
campuran.
g.Pengangkutan Campuran
Campuran harus diangkut dengan kendaran yang beroda karet (pneumatic tired vehieles) dan
mempunyai konstruksi yang kokoh, tidak banyak bergetar dan sebelum digunakan baknya
harus selalu dibersihkan dari kotoran atau bahan- bahan lepas lainnya.
Pada saat campuran tiba ditempat pekerjaan, campuran tersebut harus mempunyai temperatur
dalam batas-batas yang diijinkan untuk tiap macam aspal yang digunakan (untuk aspal keras
pe 60 – pen, min 115C).
h.Penghamparan dan Perataan
-Persiapan Penghamparan.
Menjelang penghamparan, permukaan jalan harus dibersihkan dari bahan-bahan lepas dan
kotoran lainnya. Penghamparan hendaknya dimulai dari posisi yang terjauh dari kedudukan
unit pencampur dan maju kearah unit pencampur tersebut, kecuali ada pengaturan khusus
yang dikehendaki oleh Direksi.
-Mesin Penghampar dan Perata
Penempatan dan perataan campuran harus dikerjakan pada potongan-potongan jalan yang
mempunyai panjang tidak lebih dari 1 Km. Mesin penghampar harus bekerja sebagaimana
yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya dalam kecepatan maupun prosedurnya.
-Perataan secara Manual
Pada tempat-tempat dimana mesin penghampar tidak mungkin secara sempurna atas
persetujuan Direksi,penghamparan dan perataan dapat dikerjakan secara manual. Dalam hal
ini alat-alat pembantu untuk mencapai tebal yang seragam dan kerataan permukaan harus
disediakan dan dipelihara dengan baik.
i.Pemadatan
Setelah campuran dihampar, permukaan harus segera diperiksa untuk mengontrol kerataan,
bentuk dan ketebalannya, dimana bila perlu harus segera diperbaiki. Pemadatan dapat
dilaksanakan apabila hamparan benar-benar dalam kondisi yang dikehendaki serta apabila
Direksi berpendapat bahwa pemadatan tidak akan menyebabkan lendutan, retak-retak atau
bergelombang. Pemadatan awal dikerjakan dengan temperatur 110C ( 10C) dengan mesin
gilas tandem 2 atau 3 as, yang bekerja dibealakang alat penghampar dan yang mempunyai
berat sedemikian agar adukan tidak melendut atau menggelombang. Setelah pemadatan awal
selesai (temperatur kira-kira 70C), lapisan tadi dipadatkan dengan mesin gilas roda karet.
,kPemadatan akhir harus dikerjakan dengan mesin gilas tandem (berat minimum 8 ton) pada
temperatur kira-kira 60C. Pemadatan hendaknya dimulai dari tepi , berangsur bergeser
ketengah (pada tikungan , pemadatan dilakukan mulai dari bagian yang rendah menuju bagian
yang tinggi), dengan arah sejajar as jalan dan jejak roda harus saling menutup pada lebar yang
cukup (overlapping). Perubahan, kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi harus segera
diperbaiki. Untuk mencegahbutir-butir campuran melekat pada roda mesin gilas, roda tersebut
harus selalu dibasahi dengan air. Pada tempat-tempatdimana roller tidak dapat bekerja karena
sempitnya ruangan atau adanya rintangan-rintangan, maka lapisan campuran harus
dipadatkan dengan alat pemadat tangan (manual atau machinal) berat minimum 10 kg dan
luas bidang kota minimal 300 cm2. Pemadatan hendaknya berjalan terus menerus untuk
mencapai kepadatan yang merata selama campuran masih dalambatas-batas temperatur
pelaksanaan dan sedemikian rupa sehingga garis-garis/tanda- tanda akibat pemadatan tidak
terlihat lagi. Permukaan lapisan sesudah penggilasan hendaknya halus dan rata, berbentuk
sesuai dengan kemiringan yang diisyaratkan. Bagian lapisan yang ternyata menjadi lepas-
lepas (tidak nampak gejala pelekatan), tercampur dengan debu atau kotoran atau rusak
oleh sebab-sebab lain, harus segera dibuang dan diganti
Spesifikasi Teknis Drainase 19
dengan campuran yang baru, dan harus segera dipadatkan agar menjadi satu kesatuan
dengan lapisan sekelilingnya. Bagian permukaan dengan luas lebih dari 0,25 m2 yang
menunjukkan kekurangan atau kelebihan aspal harus dibongkar dan diganti. Bagian yang
bergelombang, melendut atau berongga harus segera diperbaiki.
Kepadatan lapisan bila diperiksa dengan cara AASHTO T 66, harus tidak kurang dari 95 %
kepadatan yang dicapai di laboratorium dengan bahan dan perbandingan yang sama (ASTM D
1883).
Pada waktu pemadatan Kontraktor hendaknya membentuk, pinggiran sedemikian rupa
sehingga tampak rapih dan sesuai gambar rencana.
j.Sambungan
Penghamparan dan pemadatan sejauh mungkin diusahakan agar berlangsung kontinyu dan
tidak nampak sambungan- sambungan. Mesin gilas hanya boleh menginjak garis akhir
penghamparan apabila atas persetujuan Direksi Teknik sambungan harus harus diadakan,
hendaknya diperhatikan agar dicapai pelekatan yang sempurna pada seluruh tebal lapisan.
Penempatan campuran yang baru berdampingan dengan lapisan yang telah dipadatkan
hendaknya mempertahankan bidang kotak agar tegak/vertikal (antara lain dengan cara
memotong tegak lapisan terdahulu). Untuk menambah pelekatan pada bidang kotak
sambungan, hendaknya bidang kotak tersebut diberi lapisan pengikat.
k.Tebal Yang Diisyaratkan
Tebal lapisan padat, harus sesuai dengan yang tercantum dalam gambar rencana dengan
toleransi 5 mm atau sebagaimana yang ditetapkan Direksi Teknik. Pengukuran tebal lapisan,
hendaknya dilakukan sebelum dan sesudah lapisan digilas, agar diperoleh gambaran
hubungan antara tebal penghamparan dan tebal akhir lapisan.
Tebal lapisan kemudian dikontrol dengan pengukuran tebal lapisan yang harus dihampar
dibelakang mesin penghampar.
l.Pemeriksaan Permukaan
Setelah pemadatan awal, permukaan harus segera diperiksa dengan mal lengkung (template)
dan mal datar (straigh tedges) – 4 mm yang harus disediakan oleh Kontraktor, masing-
masing untuk memeriksa kerataan permukaan arah melintang dan arah memanjang.
Perbedaan dalam hal harus tidak lebih dari 3 mm atau sesuai dengan perunjuk Direksi Teknik.
Permukaan ini harus segera ditambah atau dipotong sesuai kebutuhannya, kemudian
pemadatan dilanjutkan hingga selesai. Permukaan akhir harus juga diperiksa dengan cara
tersebut. Bila masih terjadi perbaikan-perbaikan, maka cara dan pelaksanaan harus sesuai
dengan petunjuk Direksi
Pasal 8
Pekerjaan Paving
8.1.Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan paving, terdiri dan meliputi :
8.1.1.Pekerjaan pavement yang meliputi :
a.Pekerjaan pemasangan paving block.
b.Pekerjaan pemasangan cansteen
8.2.Pekerjaan Jalan/Parkir Paving Block.
8.2.1.Persyaratan Bahan.
a.Bahan paving block atau Interblok dari produk yang bermutu baik.
b.Pasir harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal 14 ayat 2.
c.Paving block harus memenuhi syarat kekuatan tekan karakteristik 225 kg/cm².
8.2.2.Syarat-syarat Pelaksanaan.
a.Seluruh permukaan tanah dasar (Sub Grade) dan lapisan sub base dari hamparan pasir,
harus dipadatkan hingga tercapai hasil struktur lapisan yang homogen dan kepadatan yang
maksimal.
b.Lapisan paving block dipasang diatas lapisan pasir urug yang telah dipadatkan serta telah
disiram dengan air bersih.
c.Jarak pemasangan block yang satu dengan yang lain dibuat maksimum 8 mm, selanjutnya
nad atau sela-sela tersebut diisi dengan pasir beton yang diayak dengan mata ayakan
maksimum 2 mm.
d.Setelah paving block terpasang dengan teratur, seluruh permukaannya diratakan dengan
menggunakan mesin penggilas kapasitas 1 ton atau sesuai yang disyaratkan dalam pekerjaan
ini.
Spesifikasi Teknis Drainase 20
e.Tidak diperkenankan memasang bahan paving block yang patah, retak atau ada cacat-
cacat lain.
f.Hasil pemasangan harus cermat, tidak bergelombang pada permukaan lapisan paving block
serta tidak terjadi genangaî air.
g.
Bahan dari mutu terbaik
tanpa
cacat/retak/rengat pada
permukaannya.
Hasil pemasangan
harua rata
dengan
kelandaian/kemiringan
sesuai yang disyaratkan/ ditentukan dalam detail gambar.
Pad
a
dasarnya pemasangan paving stone harus disesuaikan
dengan peraturan
pemasangan dari
pabrik yang
bersangkutan.
Pasal 9
P e n u t u p
9.1.Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat-alat bantu harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan segera setelah pekerjaan selesai atas biaya Kontraktor.
Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran khusus mengenai
mobilisasi/demobilisasi peralatan serta pembersihan seluruh lokasi sebelum dan setelah
pekerjaan selesai.
9.2.Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam RKS ini dan memerlukan penyelesaian di
lapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian dalam rapat-rapat koordinasi lapangan oleh
Konsultan Pengawas, Kontraktor, Konsultan Perencana dan atas persetujuan
PemimpinProyek.
Spesifikasi Teknis Drainase 21
Convert PDF to HTML