woven (l g/b) terhadap kuat dukung timbunan …
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN LEMBARAN GEOTEKSTIL NONWOVEN (LG/B) TERHADAP KUAT DUKUNG TIMBUNAN TANAH PASIR
PADA PONDASI MENERUS
Ulfa Jusi
Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi PekanbaruJalan Dirgantara No. 4 Arengka Raya Pekanbaru
E-mail : [email protected]
Abstrak
Memperbaiki kondisi tanah adalah merupakan salah satu penyelesaian masalah dansudah banyak dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, perbaikan tanah dapatdilakukan dengan memasang bahan sintetis seperti geotekstil.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pondasi menerus yangdiletakkan diatas kotak transparan yang diisi pasir dengan kondisi kepadatan relatif (Dr)20% - 40% yang diberi perkuatan geotekstil jenis non woven dan diberi beban tegak lurusmenggunakan dongkrak hidrolik.
Penelitian dilakukan dengan pemasangan lembaran geotektil (LG/B) terhadap dasarpondasi menunjukkan bahwa kontribusi penambahan kuat dukung terbesar diperoleh padapenempatan LG/B = 3 (B = lebar pondasi).
Kata kunci : geotekstil, kuat dukung tanah pasir, perkuatan geotektil.
1. Latar Belakang
Suatu tanah yang mengalami
pembebanan seperti beban pondasi,
maka tanah akan mengalami distorsi
atau penurunan. Jika beban ini
berangsur-angsur bertambah,
penurunan pun juga bertambah. Pada
saat tertentu, terjadi kondisi dimana
pada beban tetap, pondasi mengalami
penurunan yang relatf besar. Kondisi
ini menunjukkan bahwa keruntuhan
kapasitas dukung yang terjadi.
Sementara itu, tanah pasir lepas
adalah suatu lapisan tanah yang
memiliki kuat dukung yang kecil. Bila
pembebanan dilakukan pada
konstruksi melampaui kuat dukung
tanah, maka akan terjadi kerusakan
tanah pondasi, demikian pula
meskipun intensitas beban yang
terjadi kurang dari kuat dukung
ultimit namun dalam jangka waktu
yang lama akan mengakibatkan
penurunan
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan pengaruh model
geometrik pemasangan geotekstil
yang paling efisien terhadap
penambahan kuat dukung tanah pasir.
2
3. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu tentang
penempatan lembaran geotektil
sebagai perkuatan pada pondasi
dangkal dilakukan oleh Yetimoglu
(1998) yang menyatakan bahwa
diperoleh kuat dukung maksimal
dengan pemasangan lembaran
geotekstil pada jarak s = 0,25B (untuk
jumlah perkuatan N=4). Sementara
pada penelitian yang dilakukan
Atkinmusuru dan Akinbolade (1981)
diperoleh jarak antara s = 0,5B.
Sementara itu Fragaszy and Lawton
(1984), melakukan penelitian dengan
pemasangan perkuatan dari jenis strip
aluminium, mendapatkan hasil kuat
dukung yang besar dengan LG = 2B-
3B dan penambahan ukuran
selanjutnya memberikan penambahan
kuat dukung yang relatif kecil.
Penelitian ini menggunakan beban uji
menerus dan beban statik dengan
bidang kontak beban secara vertikal
dengan menggunakan alat Hydraulic
Pump yang dimodifikasi, dilengkapi
dengan dial pengukur. Tanah pasir
yang digunakan adalah homogen
dengan nilai kerapatan relatif (Dr)
yang digunakan sebesar 20-40 %
dalam kondisi loose (lepas).dan
geotekstil yang dipakai sebagai
perkuatan dari tipe non woven jenis
Polyfelt TS Non woven Geotekstiles
dengan spesifikasi berat 105 gr/m2,
dengan Tensile Strenght 7,5 kN/m
yang diproduksi oleh Tencate,.
4. Landasan Teori
A. Pondasi Dangkal
Pondasi adalah bagian terendah dari
bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang
ada dibawahnya, sementara pondasi
dangkal didefenisikan sebagai pondasi
yang mendukung bebannya secara
langsung. (Hardiyatmo, 2002)
Type pondasi ini sering dikenal
dengan pondasi langsung atau pondasi
telapak, dikatakan dangkal karena
letak dasar pondasi cukup dangkal
terhadap permukaan tanah, jenis ini
digunakan apabila letak tanah dasar
pondasi dengan kuat dukung yang
3
Failurefooting
Settlement
Load/unit area-q
Load/unit area-q
Settlement
Settlement
Load/unit area-q
FailureSurface
(c)
B
B
B
(b)
(a)
FailureSurface insoil
FailureSurface insoil
q u
q ult
q u
q ult
q u q u
tinggi terletak cukup dangkal (< 2.00
meter) terhadap muka tanah setempat,
dan tanah mampu menerima beban
yang bekerja diatasnya (Suryolelono,
2004).
B. Kapasitas Kuat dukung Tanah
Hubungan beban persatuan luas
pondasi (q) terhadap penurunan
pondasi juga terlihat pada Gambar 1
maka pada titik tertentu saat beban
persatuan luas sebesar qu terjadi
keruntuhan pada tanah yang
menopang pondasi dan keruntuhan
akan meluas sampai ke permukaan
tanah. Beban persatuan luas qu
disebut sebagai kapasitas kuat dukung
ultimit dari pondasi.
Sebaliknya, jika pondasi terletak di
atas permukaan pasir atau tanah
lempung dengan kerapatan relatif
medium, maka garis runtuh dari dasar
pondasi hanya meluas pada suatu titik
didalam tanah tidak
sampai
kepermukaan dan sedikit
penggelembungan pada permukaan
tanah (Gambar 1). Ketika beban
persatuan luas pada pondasi sebesar
qu(1) maka terjadi penurunan pondasi
yang disertai sentakan. Kemudian
diperlukan penurunan yang lebih
besar supaya garis runtuh sampai pada
permukaan tanah saat beban mencapai
besar qu. Beban persatuan luas
dimana hal ini terjadi adalah kapasitas
kuat dukung ultimit dari pondasi.
Model keruntuhan ini disebut
keruntuhan geser lokal
Jika pondasi ini didukung oleh tanah
yang lepas, maka hubungan beban
dengan penurunan seperti
digambarkan pada Gambar 1c. Pola
garis runtuh sulit diketahui dan
dengan penambahan beban
mengakibatkan pemampatan tanah
pada bagian bawah dasar pondasi.
Pada permukaan tanah bagian luar
yang dibebani relatif tidak mengalami
pergerakan. Model keruntuhan ini
disebut
keruntuhan
geser pons
4
Gambar 1 Ragam Model Keruntuhan Geser Pondasi (a) Keruntuhan GeserUmum (b) Geser Lokal (c) Geser Pons
Sumber : Das, B.M (1990)
Didasarkan atas hasil percobaan Vesic(1973) telah diperoleh hubunganmodel keruntuhan geser pondasidiatas tanah pasir. Untuk pondasi yangberada pada kedalaman yang dangkaldan keruntuhan geser umum, makabeban ultimit terjadi saat penurunanpondasi 4-10% dari lebar pondasi (B).Dalam kasus keruntuhan geser lokalatau pons, maka beban ultimit terjadipada penurunan pondasi 15-25% darilebar pondasi.
C. Teori Kuat dukung Terzaghi
Terzaghi (1943) merupakan pertamakali yang memperkenalkan teori untukmengevaluasi kapasitas kuat dukungultimait pondasi dangkal. Menurutteorinya, pondasi dangkal adalah jikakedalaman, Df dari pondasi lebih kecilatau sama dengan lebar dari pondasi.Penelitian sebelumnya,mengemukakan bahwa pondasidengan Df sama dengan 3-4 kali darilebar pondasi didefinisikan sebagaipondasi dangkal.
Dengan memakai analisakesetimbangan, Terzaghi menyatakankapasitas kuat dukung ultimit dalambentuk :
qu=cNc+qNq+ BN (pondasi
menerus)(1)
Untuk memperkirakan kapasitas kuatdukung dari pondasi bujur sangkaratau lingkaran, dapat dihitung denganpersamaan :
qu =1,3cNc+qNq+0.4BNr (pondasi bujur sangkar) (2)qu = 1,3cNc+qNq+0,3BN (pondasi lingkaran) (3)
dimana B pada persamaan 2 adalahsisi dari pondasi dan pada persamaan 3adalah diameter dari pondasi.
Untuk pondasi yang memperlihatkanmodel keruntuhan geser lokal padatanah, Terzaghi menyatakanmodifikasi dari persamaan (1), (2) dan(3) menjadi persamaan :
qu = cN’c+qN’q+ BN’r (pondasi menerus) (4)
qu =o,867cN’c+qN’q+0.4BN’r (pondasi bujursangkar) (5)qu =o,867cN’c+qN’q+0.3BN’r (pondasi lingkaran) (6)
N’c, N'q dan N’ adalah modifikasifaktor kapasitas kuat dukung yangdapat dihitung dari persamaan faktorkapasitas kuat dukung diatas dengan
5
mengganti nilai menjadi ’ = tan-1
(2/3 tan ).
D. Perkuatan Tanah
Pemanfaatan tanah yang sudahdiperkuat adalah metode yang barudikembangkan dalam mendisainpondasi dan struktur penahantanah. Tanah yang sudah diperkuatadalah bahan konstruksi yang terdiridari tanah yang telah diperkuat denganmemasukan bahan tahan tarikanseperti batangan logam atau striplogam, serat yang tidak mudah teruraioleh biologis maupun sejenisnya.Gagasan dasar dari perkuatan tanahbukanlah hal yang baru. Konsep yangmenggambarkan analisa sistematis dandisain diawali oleh insinyur Perancisbernama Vidal (1966) Laboratoriumpenelitian jalan raya Perancis telahmelakukan sejumlah penelitian tentangpemakaian dan manfaat daripenggunaan tanah yang diperkuat inisebagai bahan konstruksi.
Manfaat dari perkuatan tanah inimemberikan (a) peningkatan kekuatantarik dan (b) peningkatan kekuatangeser yang berasal dari gesekan antaratanah dengan bahan perkuatan. Aspekpenting yang menunjang kesuksesandari sistem perkuatan tanah adalahbahwa kedua material tersebut dapatmembentuk suatu geometrik tertentuyang memungkinkan transfer bebandari material yang satu kepada yanglain.
E. Material Tanah Pasir
Tanah berbutir kasar dapatdiidentifikasikan berdasarkan ukuranbutiran. Butiran-butiran yangberdiameter lebih besar dari 2 mm,dikalasifikasikan sebagai kerikil. Jikabutiran dapat dilihat oleh mata, tetapi
ukurannnya kurang dari 2 mm, disebutpasir. Tanah pasir disebut pasir kasarjika diameter butiran berkisar antara 2– 0,6 mm, pasir sedang jikadiameternya antara 0,6 – 0,2 mm, danpasir halus bila diameternya antara 0,2– 0,6 mm.
F. Geotekstil
Geotekstil merupakan material yanglolos air atau material tekstil bikinanpabrik yang dibuat dari bahan-bahansintetis (polyester, polyolefins, nilon,dll). Seluruh material ini adalahthermoplastic.
Menurut American Society of TestingMaterials (ASTM), geotekstildidefenisikan sebagai bahan tekstilyang permeable, yang dipergunakanpada pondasi, tanah, batuan, lerengatau bahan yang berkaitan denganrekayasa geoteknik, sebagai bagianyang terintegrasi pada proyek yangdibangun oleh manusia, struktur atausistem.
Sifat-sifat geotekstil sangatdipengaruhi oleh bahan-bahan yangdigunakan dan dan struktur yangbagaimana tergantung pada prosespembuatannya. Oleh karena itu secaraumum geotekstil dapat dikatakanberkenaan atas 3 (tiga) hal yaitu: tipepolymer. tipe serat dan strukturnya{fabric style).
Berbagai macam bentuk geotekstil :1. Geotekstil anyam (woven), yang
dibuat dari serat-serat (fibers)seperti kawat memanjang tunggal.
2. Geotekstil anyam (woven), yangdibuat dari serat-serat pipih yangtipis memanjang.
3. Geotekstil nir-anyam (non woven)yang dibuat dari serat-serat serabutmekanis disusun seperti benangkusut (seperti bakmi) sehingga
6
terbentuk material berbulu yangrelatif tebal.
4. Geotekstil nir-anyam (non woven),yang terbuat dari serat-serta yangdibuat pola acak dan kemudiandigabung-gabungkan pada titikseberangnya melalui prosespemanasan atau ikatan kimia danditekan dengan penggilas sampaitebalnya relatif tipis.
Beberapa pemakaian geotektil padapondasi adalah :1. Drainase : Serat yang dengan cepat
menyalurkan air dari tanah keluardan dengan demikian dapatmemberikan kekuatan geser tanahdan juga mempertahankanstabilitasnya.
2. Filtrasi : Penempatan diantara dualapisan tanah, dengan salah satubutiran kasar dan yang lain halus,maka serat memungkinkan kondisitidak terjadi kebocoran dari satulapisan ke lapisan yang lain.
3. Pemisah: geotekstil ini berfungsimemisahkan berbagai lapisantanah setelah pelaksanaankonstruksi dan selama masapelayanan konstruksi. Misalnya,didalam konstruksi jalan raya,tanah dasar lempung perludipisahkan dari agregat lapispondasi bawah.
4. Perkuatan: kekuatan tarik darigeotekstil dapat meningkatkanbeban yang bekerja danmeningkatkan kapasitas kuatdukung tanah.
5. Metodelogi Penelitian
Penelitian dilakukan sebagai berikut :
1. Pengujian PendahuluanPengujian pendahuluan adalahpengujian material tanah pasir denganmengambil sampel tanah pasir yang
akan digunakan sesuai keperluanpengujian, yaitu terdiri dari:a. Pengujian sifat-sifat fisik, yaitu
pengujian analisa ukuran butirdengan analisa saringan (sieveanalysis) dan pengujian untukmenentukan specific gravity (Gs)
sesuai standar.b. Pengujian sifat-sifat mekanis,
yaitu pengujian untuk menentukanberat volume kering (d)maksimum dan minimum danpengujian geser langsung (directshear) sesuai standar.
c. Pengujian untuk menentukankerapatan relatif (Dr)
2. Pengujian UtamaPengujian utama dilakukan denganlangkah-langkah :
a. Mempersiapkan kotak uji danalat uji beban dari HydraulicPump yang dimodifikasi
b. Persiapan benda uji berupapasir lepas yang sudahdisiapkan
c. Pasir dimasukkan kedalamkotak uji dengan caraperlahan-lahan sesuai denganpercobaan awal untukmendapatkan density relatifsebesar 20-40 %
d. Geotekstil dimasukkankedalam lapisan pasir sesuaidengan variasi yangdirencanakan.
e. Alat uji beban dari HydraulicPump yang dimodifikasidiletakkan diatas kotak uji dandipersiapkan sehingga kotaktidak bergeser.
f. Alat uji beban diturunkanperlahan-lahan denganmenggunakan dongkrakkearah kotak uji sehinggamenyentuh bidang kontakmodel pembebanan yang telahdisiapkan pada alat, sehingga
7
mencapai penurunan sebesar30 mm pada dial pengukur danpenurunan dicatat permm.
g. Pengujian tersebut diatasdilakukan berulang-ulang
sesuai dengan variasipermodelan yangdirencanakan.
Gambar 2 : Skema pengujian yang dilakukan
Gambar 3. Alat Uji Pembebanan
6. Hasil Penelitian
1. Pengujian PendahuluanDalam penelitian ini pasir yangdigunakan adalah pasir yang diambildari danau Bingkuang dengan sifat
fisik berdasarkan hasil ujipendahuluan adalah sebagai berikut :a. jenis pasir yang diuji memiliki Cu
< 6 dan Cc < 1, sesuai klasifikasiASTM, 2000 (Unified soilclasifikation) adalah termasuk
8
dalam klasifikasi SP (poorlygraded sand) atau pasir denganpembagian ukuran butiran yangburuk.
b. nilai d(min) = 1,165 ton/m3 dand(max) = 1,632 ton/m3. Sudut geserdalam () berdasarkan pengujiangeser langsung (direct shear)diperoleh besar sudut geser ()sebesar 43,91o
2. Pengujian Utama
Hasil Pengujian Dengan PerkuatanModel Variasi Penembatan lembarangeotekstil (LG/B)
Secara keseluruhan dari hasilpenelitian untuk variasi bentanganpanjang LG/B dapat dilihat terjadinyaperubahan kuat dukung pada grafikberikut ini.
Gambar 4. Grafik Hasil Penelitian Variasi Nilai LG/B
Dari hasil pengujian pembebanandengan model geometrik pemasanganperkuatan lembaran geotekstildivariasikan untuk ukuran lebarlembaran geotekstil yang dipasang(LG) dengan jarak lapisan teratas,
jarak antara (spasi) (z) = 0,3 danjumlah lapisan (N) = 1, diperoleh hasilbahwa kontribusi geotekstil dalammeningkatkan kuat dukung terbesaradalah pada LG = 3B (B = lebarpondasi). Diperoleh hasil penambahan
0
5
10
15
20
25
30
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
Penu
runa
n (%
)
Daya Dukung (kg/cm2)
0
1B
2B
3B
4B
5B
6B
7B
9
sebesar Pada penempatan LG = 1Bsampai dengan LG = 7B relatifberbeda kecil yaitu berkisar 2-13%.Maka dengan ukuran LG = 3Bkontribusi kuat dukung adalah sudahmencukupi. Setelah dilakukanpenambahan sebesar 4B, 5B, 6B, dan7B terjadi penambahan yang kecil dancenderung tidak menunjukkan
kenaikkan yang signifikan. Danpenelitian ini untuk semua ukuranlebar lembaran geotekstil (1B – 7B),keruntuhan terjadi denganmelemahnya ikatan antara geotekstildengan lapisan tanah pasir.
A. Pengaruh Variasi LG TerhadapKuat dukung (q ult)
Tabel 1. Kuat dukung ultimit secara grafis dengan variasi percobaan nilai LG
No LG/B q Ult.
1 Tanpa Perkuatan 0,2152 1 0,2753 2 0,3154 3 0,3705 4 0,3806 5 0,3857 6 0,4158 7 0,415
Gambar 5. Grafik Perubahan qult Berdasarkan Hasil Pengujian Pembebanan
Dari grafik hasil percobaan denganvariasi LG = 1B sampai dengan LG =7B diperoleh kuat dukung sebesardiatas diperoleh 0,275 kg/cm2 sampaidengan 0,42 kg/cm2. Pemasangan
lembar geotekstil 3B menunjukkanpenambahan kuat dukung terbesar.
Dari grafik tersebut dibuat garispendekatan hubungan antara kuatdukung dengan LG yang
qult= -0,004LG2 + 0,066LG + 0,156
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
Tanpa perkuatan 2 4 6
Panjang Lembaran Geotekstil (LG/B)
qul
t.(K
g/cm
2 )
10
menggunakan regresi polinomialsehingga diperoleh suatu persamaan
hubungan atau korelasi antara panjangbentangan geotekstil (LG) denganpenambahan kuat dukung tanah pasiradalah sebagai berikut:
qult (kg/cm2) = -0,004LG2 + 0,066LG +
0,156
dengan batasan nilai LG = 1B s/d LG =7B.
B. Pengaruh Variasi LG TerhadapPeningkatan Kuat dukung
Tabel 2. Peningkatan kuat dukung secara grafis dengan variasi percobaan nilai LG
No LG/B Peningkatan Kuatdukung (%)
1 Tanpa Perkuatan 0,0002 1 27,9073 2 46,5124 3 72,0935 4 76,7446 5 79,0707 6 93,0238 7 93,023
Gambar 6. Grafik Peningkatan Kuat dukung Berdasarkan Hasil PengujianPembebanan Variasi Nilai LG
Dari grafik diatas terlihat denganpenambahan LG pada lembaran
geotektil terjadi peningkatan kuatdukung timbunan tanah pasir, dan
q = -2,076LG2 + 31,53LG - 27,90
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tanpa perkuatan 1 2 3 4 5 6 7
Panjang Lembaran Geotekstil (LG/B)
Peni
ngka
tan
Day
aD
ukun
g(%
)
11
mengurangi terjadinya penurunan.Pada LG = 1B sampai dengan LG = 7Bterjadi peningkatan kuat dukungsebesar 2,326%.sampai dengan27,907%.
Dari grafik tersebut dibuat garispendekatan hubungan antarapeningkatan kuat dukung dengan LG
yang menggunakan regresi polinomialsehingga diperoleh suatu persamaanhubungan atau korelasi antara panjang
bentangan geotekstil (LG) denganpersentase peningkatan kuat dukungtanah pasir adalah sebagai berikut:
q (%) = -2,076LG2 + 31,53LG –
27,90
dengan batasan nilai LG = 1B s/d LG =7B.
C. Pengaruh Variasi LG Terhadap Bearing Capacity Ratio (BCR)
Tabel 3. Bearing capacity ratio (BCR) secara grafis dengan variasi percobaan nilaiLG
No LG/B BCR1 Tanpa Perkuatan 1,02 1 1,33 2 1,54 3 1,75 4 1,86 5 1,87 6 1,98 7 1,9
Gambar 7 menerangkan hasilpercobaan penempatan lembarangeotekstil LG = 1B sampai dengam 7Bdiperoleh besar penambahan kuatdukung dibandingkan dengan tanpaperkuatan atau Bearing Capacity Ratio(BCR) sebesar 1,3 sampai dengan 1,9Penempatan geotekstil pada LG = 3Bmemperlihatkan penambahan terhadapkuat dukung dengan persentase yangpaling maksimal.
Dari hasil percobaan dengan variasipanjang bentangan geotekstil, dan darihasil penggambaran dalam bentukgrafik dapat disimpulkan bahwahubungan dari panjang bentangangeotekstil (LG) terhadap penambahan
kuat dukung tanah pasir pada pondasimenerus dapat dilihat pada Gambar 7.Dari grafik tersebut dibuat garispendekatan hubungan antara BCRdengan LG menggunakan regresipolinomial sehingga diperoleh suatupersamaan hubungan atau korelasiantara panjang bentangan geotekstil(LG) dengan persentase penambahankuat dukung tanah pasir (BCR) adalahsebagai berikut:
BCR = -0,020LG2 + 0,315 LG + 0,720
dengan batasan nilai LG = 1B s/d LG =7B.
12
Gambar 7. Grafik Hasil Penelitian Nilai BCR Berrdasarkan Hasil PengujianPembebanan Variasi Nilai LG
D. Analisa Hasil Pengujian denganPerkuatan Variasi Nilai LG/BBerdasarkan PengaruhTerhadap Kuat dukung,Peningkatan Dukung dan BCR.
Berdasarkan hasil analisa pengujiandengan menggunakan perkuatan
geotekstil, perlu juga ditinjauperbandingan antara nilai BCRdengan kuat dukung (qult), BCRdengan peningkatan kuat dukung(q), serta perbandingan antara kuatdukung (qult) dengan peningkatan kuatdukung (q).
Gambar 8 Grafik Hasil Perbandingan Nilai BCR dengan qult BerdasarkanPengujian Pembebanan Variasi Nilai LG
Dari Gambar 8 diatas dapatdisimpulkan terjadinya kenaikan yangsignifikan pada LG/B = 3, sedangkanpada LG/B = 4 sampai dengan LG/B = 7
kenaikan yang terjadi tidak terlalutajam sehingga diperkirakanpenempatan LG/B = 3 sudahmencukupi, ada kesamaan kenaikan
BCR= -0,020LG2 + 0,315LG + 0,720
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
Tanpa perkuatan 1 2 3 4 5 6 7Panjang Lembaran Geotekstil (LG/B)
BC
R
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8
BCR
q. Ult (Kg/cm²)
Panjang Lembaran Geotekstil (LG/B)
BC
R
q ult.(K
g/cm2)
13
yang signifikan pada grafik BCRdengan nilai 1,7 dan grafik qult = 0,370
kg/cm2.
Gambar 9 Grafik Hasil Perbandingan Nilai BCR dengan q BerdasarkanPengujian Pembebanan Variasi Nilai LG
Gambar 9 diatas menunjukkan bahwapeningkatan kuat dukung sebesar27,907% terjadi pada LG/B = 3. Dan
perbedaan nilai BCR yang terbesarterdapat pada LG/B = 3 sebesar 0,2.
Gambar 10. Grafik Hasil Perbandingan Nilai q dengan qult BerdasarkanPengujian Pembebanan Variasi Nilai LG
Gambar 10 menerangkan hasilpercobaan penempatan geotekstilLG/B = 3 memperlihatkanpenambahan kuat dukung yang palingmaksimal = 27,907% yang
dibandingkan dengan grafik qult =0,370 kg/cm2.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8
BCR
Peningkatan DayaDukung (%)
Panjang Lembaran Geotekstil (LG/B)
BC
R
Peningkatan D
ayaD
ukung(%)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
0 1 2 3 4 5 6 7 8
q. Ult (Kg/cm²)
Peningkatan DayaDukung (%)
Panjang Lembaran Geotekstil (LG/B)
q ul
t.(K
g/cm
2 )
Peningkatan D
ayaD
ukung(%)
14
7. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujianpembebanan terhadap pondasidangkal menerus pada deposit pasiryang diperkuat dengan pemakaiangeotekstil tipe non woven jenisPolyfelt TS Non woven Geotekstilesdengan spesifikasi berat 105 gr/m2,dengan Tensile Strenght 7,5 kN/myang diproduksi oleh Tencate, makadengan pemasangan lembarangeoteksti didapat kesimpulan sebagaiberikut :a. Model keruntuhan adalah
keruntuhan local shear dimanasaat keruntuhan lembarangeotekstil yang dipasangmengalami tarikan sekeliling padalokasi tepat dibawah tapak pondasidan tidak terdapatnyapengelembungan pada permukaantanah pasir disekitar pondasi.
b. Lembaran geotekstil setelahruntuh mengalami tarikansekeliling pada lokasi sekitardibawah tapak pondasi dan tidaksampai terputus. Dari pengamatanbahwa keruntuhan diakibatkanmelemahnya ikatan antara lapisantanah pasir dengan permukaanlembaran geotekstil sebelumgeotekstil terputus yang terlihatdengan adanya garis retak padapermukaan lapis tanah pasir. Halini disebabkan kekuatan tarikgeotekstil lebih besar dari ikatanantara lapisan tanah pasir dengangeotekstil. Model tarikan padalembaran geotekstil terlihat bahwapada lapisan teratas dan lapisankedua mengalami tarikan yanglebih panjang dan mengecil padalapisan berikutnya.
c. Pada pengujian tanpa perkuatandiperoleh beban yang terbaca padaalat Pressure Gauge dibandingkandengan perhitungan secara teoritisdengan menggunakan teori kuat
dukung Terzaghi untuk pondasimenerus, diperoleh hasil antarakeduanya masih dalam range yangmemenuhi persyaratan.
d. Model geometrik variasi lebarlembaran geotekstil (LG), denganjarak antara spasi (z) = 0,3 danjumlah lapisan (N) = 1, denganukuran antara LG = 1B - 7B (B=lebar pondasi), diperoleh hasilbahwa kontribusi geotekstil dalammeningkatkan kuat dukungterbesar adalah pada LG = 3B (B =lebar pondasi). Pada penempatanLG = 1B sampai dengan LG = 7Brelatif berbeda kecil yaitu berkisar5-10%. Maka dengan ukuran LG =3B kontribusi kuat dukung adalahsudah mencukupi.
8. DAFTAR PUSTAKA
Akinmusuru, J.O., and Akinbolade,J.A., (1981). “Stability of loadedfooting on reinforced soil.”Journal ofGeotechnical Engineering, ASCE,Vol. 107, No.6, pp. 819-827.
Das, B.M (1990), " Principles ofFoundation Engineering", FouthEdition, Boston : PWS-KENTPublishing Company.
Das, B.M., and Omar, M.T., (1994)“The effects of foundation width onmodel tests for the bearing capacity ofsand with geogrid reinforcement.”Geotechnical and GeologicalEngineering, Vol. 12, pp. 133-141.
Das, B.M, (1995), "Mekanika TanahI", Edisi Keempat, Jakarta : PenerbitErlangga."Principles of GeotecnicalEnginering", Alih Bahasa : Mochtar,N.E, Mochtar, I.B, Fakultas TeknikSipil ITS
Fragaszy, J.R., and Lawton, E.,(1984). “Bearing capacity of
15
reinforced sand subgrades.” Journalof Geotechnical Engineering, ASCE,Vol. 110, No.10, pp. 1500-1507.
Hardiyatmo, H.C (2006), "MekanikaTanah 1", Yokyakarta : GadjahMadaUniversity Press.Hardiyatmo, H.C (2008),"Geosintetik Untuk Rekayasa JalanRaya, Perancangan dan Aplikasi",Yokyakarta : GadjahMada UniversityPress.
Hardiyatmo, H.C (2002), "TeknikFondasi 1", Edisi Kedua, Yokyakarta: Beta Offset.
Bowles, Joseph E.(1998), “Analisisdan Desain Pondasi” Edisi Keempat,Jakarta; Penerbit Erlangga.
Koerner, R.M, "Designing withGeosynthetics", Second Edition,Drexel University, Philadelpia :PRENTICE HALL, EnglewoodCliffs, N.J. 07632.
Simorangkir, M (2004), " AnalisisKuat dukung Pondasi DangkalBujursangkar Dengan PerkuatanGeotekstil " Thesis, hal 47-49 : USUMedanSuryolelono, K.B (2004),"Perancangan Fondasi", Yokyakarta: Penerbit Nafiri.
Suryolelono, K.B (2000),"Geosintetik Teknik", Yokyakarta :Penerbit Nafiri.
Utomo, Pontjo (2004), “Kuat dukungUltimit Pondasi Dangkal DiatasTanah Pasir Yang DiperkuatGeogrid”, Civil engineeringdimension,Vol 6, No.1, pp 15-20,March 2004
Yetimoglu,T., (1998),“Discussion:large model spread footing load testson geosynthetic reinforced soilfoundations.” Journal of Geotechnicaland Geoenvironmental Engineering,ASCE, Vol. 124, No.11, pp. 1157-1158.
LAMPIRAN
Gambar 1. Kondisi Sebelum Pembebanan
16
Gambar 2. Kondisi Sesudah Pembebanan