tiltrasi asam basa

17
Laporan Praktikum Kimia “TILTRASI ASAM-BASA” Disusun oleh : Marcella Kelas : 11-A1 SMA Harapan Bangsa

Upload: marcella-ismanto

Post on 29-Dec-2014

59 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan kimia mengenai tiltrasi asam basa

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Kimia

“TILTRASI ASAM-BASA”

Disusun oleh :

Marcella

Kelas :

11-A1

SMA Harapan Bangsa

Jalan Hartono Raya

Kota Modern – Tangerang 15117

Tahun Pelajaran 2012/2013

I. BAB I

A. Tujuan

Mengetahui perubahan pH penetralan asam-basa dengan metode tiltrasi

B. Dasar teori :

Titrasi adalah pencampuran antara suatu larutan yang telah diketahui volume

dan konsentrasinya dengan larutan lain yang diketahui volumenya tetapi belum

diketahui konsentrasinya. Reaksi penetralan asam-basa berlangsung sebagai berikut :

Asam + Basa → Garam + air

Reaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi.

Pada percobaan ini, akan diamati perubahan pH terhadap penambahan volume titran

(larutan yang ditambahkan).

Percobaan A : titasi asam kuat oleh basa kuat

1. Titrasi 25 mL HCL (asam kuat) oleh NaOH 1 M (basa kuat)

2. Titrasi 25 mL H2SO4 (asam kuat) oleh KOH 1 M (basa kuat)

Dalam titrasi ini dipilih indikator pp (fenolftalein). Pemilihan indikator tergantung

pada titik setara (ekialen) dan titik akhir titrasi. Indikator pp mempunyai selang pH =

8-10. Pada kondisi asam (pH < 7), indikator pp tidak memberi perubahan warna,

sedangkan pada kondisi basa (pH > 7), indikator pp memberi warna merah muda.

Selain itu, cara penentuan pH larutan adalah sebagai berikut :

Asam :

pH = – log [H+]

Basa :

pOH = – log [OH-]

pH = 14 - pOH

II. BAB II

Alat dan Bahan

A. Alat :

Labu Erlenmeyer 250 mL

Pipet volumetric 25 mL

Buret

Statif dan klem

Corong kecil

Botol semprot berisi air suling

Pipet tetes

Kertas indikator universal

B. Bahan :

Larutan HCl

Larutan NaOH 1 M

Larutan H2SO4 1 M

Indikator fenolftalein (pp)

III. BAB III

CARA KERJA

a. Percobaan I : Tiltrasi HCl oleh NaOH

1. Ambillah sebanyak 25 mL HCl dengan pipet pipet volumetric, lalu pindahkan ke

dalam labu erlenmeyer 250 mL.

2. Tambahkan sebanyak 5 tetes indikator pp ke dalam labu erlenmeyer tersebut.

3. Siapkan buret, statif dan klem.

4. Isi buret dengan larutan NaOH 1 M tepat sampai garis nol dengan bantuan corong.

5. Buka kran buret secara perlahan sehingga NaOH mengalir tepat ke dalam labu

erlenmeyer. Lakukan pengukuran pH kertas indikator universal pada saat

penambahan NaOH mencapai masing-masing volume seperti yang tercantum pada

tabel hasil pengamatan. Selama penambahan NaOH, goyangkan labu erlenmeyer

agar NaOH merata pada seluruth larutan. Amati perubahan warna larutan yang

terjadi.

b. Percobaan II : Tiltrasi H2SO4 oleh KOH

1. Ulangi percobaan 1 dengan mengganti larutan HCl dengan 25 mL larutan H2SO4

danlarutan NaOH dengan KOH 1 M.

IV.BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Percobaan 1 Percobaan 2

Volume NaOH

(mL)

pH Pengamatan

warna larutan

Volume KOH

(mL)

pH Pengamatan

warna larutan

0 1 Bening 0 1 Bening

5 1 bening 5 1 Bening

10 1 Bening 10 1 Bening

15 2 Bening 15 1 Bening

23 7 Pink 20 1 Bening

25 1 Bening

30 2 Bening

35 2 Bening

40 2 Bening

45 2 Bening

50 2 Bening

55 3 Bening

58 6 Pink

PEMBAHASAN

Dalam percobaan kali ini, kami melakukan titrasi asam basa. Titrasi ini sendiri

merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain

yang sudah diketahui konsentrasinya.

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di

dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai

“titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya

berupa larutan.

Titrant dalam percobaan ini, titrantnya adalah HCl dan H2SO4 sedangkan titernya adalah

NaOH dan KOH. Titer ini ditambahkan sedikit demi sedikit sampai mencapai titik

ekuivalen.

a. Titik ekuivalen

Titik ekivalen adalah titik dimana asam dan basa berada bersama-sama dalam

proporsi stoikiometri, tanpa sisa. Karena itu indikator digunakan, karena jika terjadi

perubahan warna maka titik ekivalen dapat ditetapkan. Sedangkan, titik akhir titrasi

adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna

indikator.

Jadi, titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.

Titrant akan ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadalan

ekuivalen (artinya titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai :

titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini, maka proses titrasi dihentikan.

Titrasi asam basa dapat terbagi menjadi 5 jenis, yaitu :

1. Asam kuat – basa kuat

2. Asam kuat – basa lemah

3. Asam lemah – basa kuat

4. Asam kuat – garam dari asam lemah

5. Basa kuat – garam dari basa lemah

Dalam percobaan kali ini, kami melakukan titrasi asam kuat – basa kuat, yaitu HCl

dengan NaOH, dan H2SO4 dengan KOH.

Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan

hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah

muda karena adanya indikator pH fenolftalein. 

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, yaitu :

1. Menggunakan pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,

kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh

kurva titrasi. Titik dengah dari kurva titrasi itulah yang dinamakan titik ekuivalen.

2. Menggunakan indikator asam basa. Indikator ini ditambahkan pada titrant

sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik

ekuivalen terjadi yang pada saat itu penetesan dihentikan.

Pada kedua percobaan kami, kami sama-sama menggunakan asam dan basa kuat,

sehingga memiliki titik ekivalen yang sama, yang pH nya jatuh di angka 7.

b. Hasil perhitungan

HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

- 25 mL HCL 1 M dengan 5 mL NaOH 1 M

nHCL = 1 M x 25 mL = 25 mmol

nNaOH =1 M x 5 mL = 5 mmol

HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

M 25 5 -

R 5 5 5 5

S 20 - 5 5

Ma = nsisa/vtotal

2030

= 0.67 M

[H+] = x . Ma = 1 . 0.67 = 0.67

pH = 2 – log 67

= 0.17

- 25 mL HCl 1 M dengan 20 mL NaOH 1 M

nHCL = 1 M x 25 mL = 25 mmol

nNaOH =1 M x 20 mL = 20 mmol

HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

M 25 20 -

R 20 20 20 20

S 5 - 20 20

Ma = nsisa/vtotal

545

= 0.1 M

[H+] = x . Ma = 1 . 0.1 = 0.1

pH = 1 – log 1

= 1

H2SO4 (aq) + 2KOH (aq) → K2SO4 (aq) + 2H2O(l)- 25 mL 1 M H2SO4 dengan 20 mL KOH 1 M

nH2SO4 = 1 M x 25 mL = 25 mmol

nKOH =1 M x 20 mL = 20 mmol

H2SO4 (aq) + 2KOH (aq) → K2SO4 (aq) + 2H2O(l)M 25 20 -

R 10 20 10 20

S 15 - 10 20

Ma = nsisa/vtotal

1545

= 0.3 M

[H+] = x . Ma = 2 . 0.3 = 0.6

pH = 1 – log 6

= 0.22

- 25 mL 1 M H2SO4 dengan 25 mL KOH 1 M

nH2SO4 = 1 M x 25 mL = 25 mmol

nKOH =1 M x 25 mL = 25 mmol

H2SO4 (aq) + 2KOH (aq) → K2SO4 (aq) + 2H2O(l)M 25 25 -

R 12.5 25 12.5 20

S 12.5 - 12.5 20

Ma = nsisa/vtotal

12.550

= 0.25

[H+] = x . Ma = 2 . 0.25 = 0.5

pH = 1 – log 5

= 0.3

c. Perhitungan konsentrasi HCl dan H2SO4

1. HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

Diketahui :

vHCl = 25 mL

vNaOH = 23 mL

MNaOH = 1 M

Cara :

nNaOH = M. v

1 x 23 = 23 mmol

nHCl = 11

x 23 mmol = 23 mmol

MHCl = 2325

= 0.92 M

2. H2SO4 (aq) + 2KOH (aq) → K2SO4 (aq) + 2H2O(l)Diketahui :

vH2SO4 = 25 mL

vKOH = 58 mL

MKOH = 1 M

Cara :

nKOH = M. v

1 x 58 = 58 mL

nH2SO4 = 12

x 58 mL = 29 mmol

MH2SO4 = 2925

= 1,16 M

d. Indikator

Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, misalnya

fenolftalein (pp), di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda

ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau lebih.

Jadi, jika indikator pp digunakan pada titrasi HCl-NaOH maka pada saat titik setara

tercapai (pH = 7), indikator pp belum berubah warna dan akan berubah warna ketika

pH 8 (disebut titik akhir titrasi). Dengan kata lain, titik akhir titrasi tidak sama dengan

titik stoikiometri.

Indikator sangat penting dalam titrasi karena indikator akan berubah warna saat titik

akhir titrasi terjadi. Dan saat terjadi perubahan warna, maka proses titrasi harus

dihentikan karena artinya sudah mencapai titik ekuivalen (yaitu saat titer dan titrant

habis bereaksi). Jadi, dengan menggunakan data volume titrant, volume dan

konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

e. Grafik pH larutan terhadap volume larutan NaOH

Yang seharusnya :

Volume NaOH

Pada percobaan kami :

PERCOBAAN I

pH

volume NaOH

PERCOBAAN II

pH

Volume KOH

Seharusnya, data yang kami dapat pada kedua percobaan, pH saat terjadi perubahan

warna adalah di atas 7, karena fenolftalein hanya akan berubah warna pada pH 8-10.

Dan grafiknya seharusnya menjadi seperti yang ditunjukkan di atas. Namun,

pada percobaan pertama, kami mendapatkan data pH sekitar 7, yang sebenarnya

seharusnya salah karena seharusnya pH lebih dari 8. Tapi karena kami menggunakan

indikator universal yang hanya mampu menunjukkan angka bulat (yaitu dari 0-14),

maka hasilnya belum tentu akurat. Namun, percobaan kedua kami, pH yang didapat

0 5 10 15 20 23012345678

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 580

1

2

3

4

5

6

7

adalah 6, yang tentu saja sangat jauh dari angka 8. Karena itu, kemungkinan terjadi

beberapa kesalahan karena beberapa akibat :

- Kesalahan saat membandingkan warna pada indikator universal.

- Kebocoran pada buret.

- Kesalahan saat mengamati perubahan warna.

V. BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :

- Salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat adalah dengan cara

titrasi, yaitu mereaksikannya dengan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.

- Titik ekivalen asam kuat dengan basa kuat berada di pH 7

- Indikator harus digunakan untuk melakukan titrasi, misalnya fenolftalein atau metil

jingga

SARAN

Saran saya kepada para murid yang juga akan melakukan percobaan titrasi ini

adalah : penambahan indikator usahakanlah sesedikit mungkin (2-3 tetes), untuk

ketepatan hasil maka titik akhir titrasi harus dipilih sedekat mungkin dengan titik

ekuivalen. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai

dengan titrasi yang akan dilakukan.

Selain itu kepada pembaca, harap tiap percobaan berbeda gunakan gelas kimia

yang berbeda atau paling tidak, cuci peralatan hingga bersih. Karena jika tidak dicuci

dengan bersih, zat sebelumnya dapat bereaksi dengan zat yang digunakan pada percobaan

berikutnya yang menyebabkan hasil pengamatan menjadi salah.

VI.BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Johari, J.M.C., Rachmawati, M.( 2009). Chemistry for Senior High School Grade XI.

Jakarta: Esis

http://matulgita.blogspot.com/2012/05/titrasi-asam-basa.html

http://jenggaluchemistry.wordpress.com/titrasi-asam-basa/