tidak ada bab 5 -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN I .1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bergereja, pastilah warga jemaat berasal dari berbagai latar belakang dan usia, mulai dari anak, remaja, pemuda, warga dewasa hingga lanjut usia. Mereka itu semua adalah gereja. Gereja bukanlah gedung atau bangunannya. Gereja adalah orang- orang yang mengisi kehidupan dalam gereja itu untuk berbagai kegiatan peribadahan atau acara-acara kerohanian gereja dan pelayanan sosial gereja. Dalam berbagai aspek kehidupan, tak hanya kehidupan bergereja, ada keprihatinan terhadap perkembangan anak-anak saat ini. Dalam skripsi ini, penyusun berfokus pada pembinaan iman bagi anak-anak. Kehidupan sekarang yang serba digital memudahkan setiap orang dan juga setiap anak bisa menyerap berbagai informasi, entah itu baik ataupun buruk. Dalam kenyataan, begitu banyak masalah yang terjadi pada anak-anak. Misalnya, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, depresi, penghinaan, traumatis persoalan keluarga, kemiskinan, kejahatan anak terhadap teman sebayanya sendiri, penelantaran dan kekerasan terhadap anak, dan masih banyak lagi. 1 Muncul kemudian berbagai pertanyaan: Apakah anak-anak ini dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang? Apakah mereka menerima pendidikan yang baik? Apakah mereka sedang mencontoh teladan yang baik? Dan berbagai pertanyaan yang muncul lainnya. 2 Begitulah bentuk-bentuk pertanyaan keprihatinan bagi anak-anak. Dari berbagai keprihatinan tersebut, penyusun melihat hal-hal demikian yang begitu riskan bagi anak-anak terjadi juga di salah satu gereja arus utama di Semarang, yaitu Gereja Kristen Indonesia (GKI) Beringin Semarang. Kehidupan yang penuh dengan hal- hal yang digital atau instant, membuat anak-anak juga semakin rajin untuk up to date dengan berbagai media elektronik, media digital, dan media sosial, sehingga waktu mereka untuk pembelajaran yang berkaitan dengan teknologi atau akademik. 1 Marcia J. Bunge, The Child in Christian Thought, (Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing. 2001), h. 2 2 Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut berdasarkan pengamatan penulis dan ungkapan atau pengalaman- pengalaman dari para orang tua atau sanak saudara yang sedang bercerita mengenai kehidupan anak-anak. TIDAK ADA BAB 5

Upload: buidat

Post on 06-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

1

BAB I

PENDAHULUAN

I .1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bergereja, pastilah warga jemaat berasal dari berbagai latar belakang

dan usia, mulai dari anak, remaja, pemuda, warga dewasa hingga lanjut usia. Mereka itu

semua adalah gereja. Gereja bukanlah gedung atau bangunannya. Gereja adalah orang-

orang yang mengisi kehidupan dalam gereja itu untuk berbagai kegiatan peribadahan atau

acara-acara kerohanian gereja dan pelayanan sosial gereja. Dalam berbagai aspek

kehidupan, tak hanya kehidupan bergereja, ada keprihatinan terhadap perkembangan

anak-anak saat ini. Dalam skripsi ini, penyusun berfokus pada pembinaan iman bagi

anak-anak. Kehidupan sekarang yang serba digital memudahkan setiap orang dan juga

setiap anak bisa menyerap berbagai informasi, entah itu baik ataupun buruk. Dalam

kenyataan, begitu banyak masalah yang terjadi pada anak-anak. Misalnya,

penyalahgunaan obat-obatan terlarang, depresi, penghinaan, traumatis persoalan

keluarga, kemiskinan, kejahatan anak terhadap teman sebayanya sendiri, penelantaran

dan kekerasan terhadap anak, dan masih banyak lagi.1 Muncul kemudian berbagai

pertanyaan: Apakah anak-anak ini dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang? Apakah

mereka menerima pendidikan yang baik? Apakah mereka sedang mencontoh teladan

yang baik? Dan berbagai pertanyaan yang muncul lainnya.2 Begitulah bentuk-bentuk

pertanyaan keprihatinan bagi anak-anak.

Dari berbagai keprihatinan tersebut, penyusun melihat hal-hal demikian yang begitu

riskan bagi anak-anak terjadi juga di salah satu gereja arus utama di Semarang, yaitu

Gereja Kristen Indonesia (GKI) Beringin Semarang. Kehidupan yang penuh dengan hal-

hal yang digital atau instant, membuat anak-anak juga semakin rajin untuk up to date

dengan berbagai media elektronik, media digital, dan media sosial, sehingga waktu

mereka untuk pembelajaran yang berkaitan dengan teknologi atau akademik.

1 Marcia J. Bunge, The Child in Christian Thought, (Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing. 2001), h. 2

2Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut berdasarkan pengamatan penulis dan ungkapan atau pengalaman-

pengalaman dari para orang tua atau sanak saudara yang sedang bercerita mengenai kehidupan anak-anak.

TIDAK ADA BAB 5

Page 2: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

2

Bakat atau talenta masing-masing anak juga butuh diasah, dengan berbagai kecerdasan-

kecerdasan yang ada yang biasa disebut dengan kecerdasan majemuk. Seorang ahli

psikologi bernama Dr. Howard Gardner mengembangkan konsep kecerdasan majemuk

ini sejak tahun 1983.3 Setiap orang, pasti memiliki kecerdasan yang menjadi unggulan

dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

juga memiliki kecerdasan yang lainnya. Kecerdasan majemuk yang dimaksud adalah

kecerdasan linguistik atau bahasa, kecerdasan visual-spasial atau gambar, kecerdasan

logika-matematika, kecerdasan musikal, kecerdasan gerak tubuh kinestetik, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan natural, kecerdasan spiritual, dan

kecerdasan eksistensial.4

Secara akademik, mereka memang mendapatkan pendidikan dan pembelajaran berikut

dengan pengalaman dan tambahan wawasan anak masing-masing. Akan tetapi,

pendidikan non akademik mereka seringkali terabaikan, terlebih mengenai hal

kerohanian mereka atau pembelajaran untuk pertumbuhan iman anak-anak. Tak banyak

gereja memperhatikan kebutuhan iman anak, agar banyak belajar secara mendalam

mengenai isi Alkitab dan cerita-cerita Alkitab sejak usia dini dimana anak-anak dapat

mengerti bahwa pembelajaran Alkitab tersebut juga berkaitan dengan kehidupan mereka

sehari-hari secara menyeluruh, dimana memang ada korelasi.

Karena berbagai hal yang memprihatinkan untuk anak atau tindakan-tindakan negatif

anak karena tidak ada atau belum ada sarana untuk memfasilitasi bakat atau talenta yang

mereka minati dan miliki, GKI Beringin mempunyai seorang pendeta yang fokus

pelayanannya pada anak. Pendeta tersebut bernama Pdt. Mira Novita Thios.5 Beliau

merasa perlu untuk memperhatikan anak lebih optimal, selain memperhatikan warga

dewasa dan usia lanjut. Selain melihat dan mengetahui berbagai hal negatif yang

dilakukan oleh anak-anak, Pdt. Thios juga pernah mengalami suatu mimpi dimana anak-

anak memang membutuhkan pertolongan.6 Oleh karena itu, Pdt. Thios mendirikan

Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang sejak tahun 1998, dengan kelas pertama

hanya diperuntukkan bagi anak-anak kelas enam SD. Dari tahun ke tahun, Sekolah

Alkitab Anak mengalami perkembangan dan dukungan dari warga jemaat, khususnya

3 Andin Sefrina, “Deteksi Minat Bakat Anak”, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), h. 33

4 Andin Sefrina, “Deteksi Minat Bakat Anak”, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), h. 34-35

5 Dimana dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya akan disebut nama beliau dengan Pdt. Thios.

6 Cerita secara lebih detail, bisa dilihat dalam Bab II pembahasan skripsi ini.

TIDAK ADA BAB 5

Page 3: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

3

para orang tua yang memiliki anak yang duduk di bangku SD. Sehingga pada akhirnya

sampai sekarang, Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang ditujukan untuk anak-

anak kelas tiga sampai enam SD. Sekolah Alkitab Anak ini tidak menggantikan sekolah

minggu atau kebaktian anak.

Bagi Pdt. Thios, sekolah minggu terasa kurang dalam melakukan pendekatan terhadap

perkembangan diri anak itu sendiri secara spiritual pada khususnya, dan juga relasi sosial

atau talenta kemampuan masing-masing anak dengan karakteristik yang anak-anak miliki

masing-masing. Penyusun pun mengamati secara lebih mendalam dan turut berefleksi

untuk kemajuan perkembangan dan pertumbuhan anak. Sekolah minggu atau kebaktian

anak, seringkali hanya sebagai pencerita formalitas pada hari Minggu. Bisa jadi pengaruh

dari guru sekolah minggu dimana mendapati dirinya kehilangan visinya sebagai guru.

Guru tidak efektif melayani karena asal megikuti kebiasaan yang sudah ada, tidak ada sasaran

yang jelas. Program kerjanya hanya mengikuti kebiasaan yang sudah ada, tidak kreatif, dan

membosankan. Ia berpikir, yang sudah biasanya dilakukan sudah berjalan dengan baik, jadi mau

apa lagi?7

Dengan salah satu alasan tersebut, menjadikan anak kurang maksimal untuk belajar cerita

Alkitab lebih mendalam dan anak juga merasakan adanya sekolah minggu hanya untuk

kegiatan hari Minggu sembari menunggu kebaktian umum.8 Bisa juga disebutkan bahwa

Sekolah Minggu hanya formalitas belaka dengan rutinitas memberikan materi sesuai

bahan ajar untuk Sekolah Minggu. Sehingga kurangnya kepekaan untuk bisa membuat

anak tertarik belajar Firman Tuhan lebih mendalam yang dikemas dengan disesuaikan

pada dunia anak.

Anak-anak perlu belajar lebih mendalam mengenai isi-isi dari Alkitab dengan

penyampaian materi yang ada dalam Sekolah Alkitab Anak untuk kelas 3-6 SD agar

sesuai dengan porsi untuk anak-anak yang bisa diajak untuk belajar dengan pemikiran,

daya inovasi dalam berekspresi, berkreasi, dan berprestasi. Sasaran Sekolah Alkitab Anak

GKI Beringin Semarang memang tepat untuk anak usia 8-11 tahun tersebut. Karena itu

semua usia untuk persiapan masuk ke jenjang tahapan berikutnya, kategori remaja. Anak-

7 Paulus Lie, Mereformasi Sekolah Minggu: 8 Kiat Praktis Menjadikan Sekolah Minggu Berpusat pada Anak,

(Yogyakarta: Andi, 2003), h. 89 8 Ini merupakan sharing beberapa anak Sekolah Minggu kepada penyusun yang merasakan hal demikian.

TIDAK ADA BAB 5

Page 4: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

4

anak memang diajak untuk bisa dibina sejak dini, sejak anak-anak. Jangan sampai anak

tidak tahu apa-apa atau tak punya isi yang pasti mengenai iman atau spiritual mereka.

Adanya Sekolah Alkitab ini tentu saja untuk melengkapi Sekolah Minggu dimana bisa

dibentuk dengan daya kreasi dan materi yang bisa memudahkan anak untuk belajar yang

dilengkapi metode yang menarik. Walaupun materi-materi yang disajikan bagi anak-anak

Sekolah Alkitab Anak disusun secara mendadak yang tadinya hanya tertuang dalam ide

pikiran Pendeta Thios saja. Sehingga, ketika penyusun juga turut serta membantu

mengajar Sekolah Alkitab anak, harus ekstra belajar memahami terlebih dahulu dan

nantinya ketika mengajar dalam kelas, bisa mengajar secara kreatif dengan adanya

komunikasi dua arah yang membuat anak juga tertarik belajar, karena cerita Alkitab bisa

dihubungkan dengan dunia mereka sendiri. Diharapkan adanya ikatan untuk saling

melengkapi antara Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin

Semarang.

I.2. Pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI

Beringin Semarang

Persoalan lain yang dihadapi anak-anak Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang,

dimana penyusun juga pernah menjadi tempat berbagi anak-anak tersebut adalah

tuntutan dari orang tua untuk membuat anak serba berprestasi ini dan itu. Kalau dilihat,

mereka itu masih duduk di bangku SD kelas tiga sampai enam, namun sudah diminta

oleh orang tua untuk bisa mereka raih dengan cepat segala prestasi secara akademik dan

non akademik. Padahal, anak juga memiliki kapasitas kemampuan untuk

mewujudnyatakan harapan, impian, dan talenta yang mereka miliki masing-masing.

Maka anak-anak merasa tidak nyaman dengan kehidupannya, sehingga mengakibatkan

stres dan mendapat beban hidup yang berat yang bisa saja ditutupi oleh anak-anak dengan

melakukan aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang lain. Diharapkan, kegiatan-kegiatan lain

itu adalah kegiatan yang masuk dalam hal yang positif, seperti mengembangkan bakat

atau kemampuan atau talenta. Yang tidak diinginkan oleh penyusun adalah hal-hal yang

negatif atau buruk yang menjerumuskan anak-anak, seperti suka menghina orang lain,

bertindak kasar pada sesama, melakukan ancaman, berani merokok atau sejenisnya.

TIDAK ADA BAB 5

Page 5: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

5

Ketika anak-anak kelas tiga sampai enam SD mengikuti Sekolah Minggu dan anak-anak

yang juga mengikuti Sekolah Alkitab Anak dengan materi-materi pelajaran yang dikemas

secara menarik mengenai cerita-cerita dalam Alkitab, baik dari Perjanjian Lama maupun

Perjanjian Baru, diharapkan bisa mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih

mendalam mengenai jati diri mereka dalam iman Kristiani. Dimana anak-anak pun

merasa tertarik untuk belajar dengan sungguh mengenai kehidupan iman, kehidupan

rohani atau kehidupan spiritual anak-anak itu sendiri.

Penyusun melihat, materi-materi yang diajarkan berperan penting untuk anak-anak dapat

mengerti dengan baik bagaimana pembelajaran dengan Alkitab itu bisa membuat anak-

anak senang dan sukacita. Materi-materi yang diberikan dalam Sekolah Minggu belum

bisa dipelajari dengan detail dan masih berupa hafalan belum pendalaman yang matang

yang masih berupa instruksional. Sedangkan materi-materi pelajaran yang diberikan bagi

anak-anak di Sekolah Alkitab Anak ini tak lepas juga dari peran anak itu sendiri,

bagaimana anak mau dan mampu untuk belajar lebih sungguh untuk mendalaminya

dengan metode-metode yang dilakukan dalam kelas untuk menunjang anak bisa

memahami dan membantu dalam pertumbuhan spiritual mereka. Selain itu, peran relasi

sosial mempengaruhi kehidupan anak-anak tersebut. Relasi yang paling dekat adalah

keluarga, khususnya orang tua, teman-teman, dan saudara-saudara mereka.

Kegiatan proses belajar-mengajar dalam Sekolah Alkitab Anak memang bisa mengajak

anak untuk mendalami cerita-cerita Alkitab dan menjadikan anak bisa belajar untuk

menghubungkan cerita-cerita Alkitab dengan setiap aspek kehidupan mereka yang

mereka jalani sehari-hari. Namun, tak menutup kemungkinan, materi yang disajikan dan

diajarkan pada anak kurang tepat bagi usia atau perkembangan spiritual-mental mereka.

Perkembangan mental tidak dapat dipisahkan dari perkembangan fisik: kematangan

sistem saraf dan endoktrin, pada khususnya, berlanjut hingga usia 16 tahun.9 Bisa jadi

yang didapatkan anak-anak kelas empat sampai enam SD tersebut seperti halnya yang

didapat anak-anak remaja. Sehingga memang anak-anak tersebut belajar lebih dini, tetapi

juga mengajak anak untuk mengasah kemampuan mereka untuk ekstra belajar yang

belum tentu gampang dan sepele.

9 Jean Piaget, Psikologi Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 1

TIDAK ADA BAB 5

Page 6: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

6

Dengan melihat adanya pembinaan anak yang rutin diadakan yaitu Sekolah Minggu dan

tambahan pembinaan anak untuk menjadi suplemen atau pelengkap Sekolah Minggu,

yaitu adanya Sekolah Alkitab Anak, yang dikemas dengan metodenya masing-masing

mengajak penyusun untuk mengorek dan memperhatikan pembinaan anak tersebut sesuai

dengan Pendidikan Kristiani dalam pendekatan instruksional untuk Sekolah Minggu dan

pendekatan pertumbuhan spiritual untuk Sekolah Alkitab Anak.

Untuk meninjau pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab

Anak di GKI Beringin Semarang dan lebih meningkatkan wadah pembelajaran Sekolah

Alkitab Anak, penyusun menggunakan teori Pendidikan Kristiani dengan pendekatan

instruksional dan pertumbuhan spiritual dari Jack L. Seymour untuk menganalisis

Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak. Pendidikan dan pembelajaran mengenai

iman yang diwujudkan pada setiap orang dari berbagai usia, begitu pula bagi anak itu

sendiri dengan cara mereka masing-masing dalam kehidupan mereka. Terutama, anak

diajak untuk mendalami perjalanan kehidupannya dimana juga mengembangkan talenta

dan kemampuan yang anak miliki masing-masing. Tujuan dari pendekatan instruksional

ini adalah memampukan nara didik untuk mendasarkan diri pada iman yang Alkitabiah

dan membuat koneksi atau menghubungkan antara isi iman dan kehidupan.10

Sedangkan

tujuan dari pendekatan pertumbuhan spiritual adalah mengajak anak ke dalam hubungan,

persahabatan, kepedulian, dan keadilan satu sama lain, itu merupakan titik awal untuk

pendidikan anak tersebut.11

Pembelajaran dalam Sekolah Alkitab Anak mengajak anak-anak menumbuhkan rasa

keintiman dalam menjalin relasi antara anak dengan Tuhan, anak dengan sesama, dan

anak dengan alam. Sehingga diharapkan, pembelajaran itu tak hanya bermanfaat bagi

setiap anak saja yang mengikuti Sekolah Alkitab Anak, tetapi juga bagi orang-orang

dewasa yang membantu proses belajar mengajar, keluarga, dan masyarakat umum yang

sesuai dengan pendidikan Kristiani pendekatan pertumbuhan spiritual.

10

Jack L. Seymour, Mapping Christian Education, (Nashville: Abingdon Press, 1997), h. 21 11

Jack L. Seymour, Mapping Christian Education, (Nashville: Abingdon Press, 1997), h. 20

TIDAK ADA BAB 5

Page 7: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

7

I.3. Pertumbuhan Spiritual dalam Efesus 4:13-16

Anak-anak adalah usia yang paling mudah untuk bisa diselami dan diberikan berbagai

informasi yang ada. Namun, tentu ada batasan-batasan untuk memberikan informasi

kepada anak agar tidak menjadikan bumerang bagi yang memberikan informasi dan bagi

anak itu sendiri, karena merugikan. Tindakan-tindakan negatif membuat anak-anak

semakin terpuruk dengan berbagai aspek kehidupan yang mereka hadapi dan alami secara

langsung. Terlebih, bila anak-anak selalu saja dianggap sebelah mata atau dianggap kaum

termarginalkan bagi semua aspek kehidupan.12

Baik itu bagaimana mereka mengeluarkan

pendapat, berkreasi, dan melakukan berbagai macam aktivitas. Penyusun sendiri juga

melihat ketika mendampingi dalam sekolah minggu di GKI Beringin, anak-anak

canggung dan merasa malu untuk mengeluarkan pendapat mereka atau punya inisiatif

untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi teman mereka, kecuali itu memang perintah

atau petunjuk dari pelayan anak atau guru sekolah minggu tersebut. Sehingga terkesan

anak-anak Sekolah Minggu cenderung pasif.

Sehingga, dari proses ke proses, suplemen atau kelengkapan dari Sekolah Minggu yaitu

adanya Sekolah Alkitab Anak yang didirikan oleh Pdt. Thios dapat berjalan sampai

sekarang, selain berkat tuntunan Tuhan yang menyempurnakan, juga dukungan yang

sangat luar biasa dari para orang tua pada khususnya juga dukungan para warga jemaat

atau juga warga masyarakat sekitar pada umumnya.

Kita juga bisa melihat sendiri korelasi anak dan adanya pembinaan anak Sekolah Alkitab

Anak dengan cerita di dalam Alkitab, dalam hal pertumbuhan iman secara umum yang

juga bisa berkaitan dengan pertumbuhan spiritual anak dalam Efesus 4:13-16, mengenai

kesatuan iman yang bertumbuh dalam Kristus yang sesuai dengan karakter dan harapan

Kristus. Dalam hal bertumbuh, diharapkan tak hanya fokus untuk pertumbuhan orang

dewasa dan orang lanjut usia, tetapi juga berkaitan untuk anak yang perlu dibina dan

perlu pendekatan yang hangat. Ini merupakan wejangan Tuhan Yesus yang ditujukan

kepada orang dewasa. Dimana mengajak mereka untuk tidak mencibirkan dan membuat

anak menjadi termarginalkan. Tuhan Yesus sendiri saja sangat bangga, menghargai, dan

memperlakukan anak-anak secara istimewa.

12

Marcia J. Bunge, The Child in Christian Thought, (Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing, 2001), h. 16

TIDAK ADA BAB 5

Page 8: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

8

Dengan melihat dari cerita Alkitab saja bahwa anak dijadikan model kepercayaan, perlu

juga bimbingan dan peran dari keluarga, khususnya orang tua, untuk membentuk dan

menumbuhkan iman dan moral anak. Disini peran mereka membantu untuk bisa juga

menjalin relasi dengan Allah dengan lebih intim selain relasi dengan sesama manusia dan

alam. Karena orang tua sudah diberikan kepercayaan dan mandat dari Allah sendiri

sebagai wakil Allah untuk menjaga, melindungi, mendidik, dan membantu anak untuk

tumbuh dan kembang secara optimal dalam aspek kehidupan mereka.

Sehingga perlu juga kita melihat secara mendalam perikop mengenai “Kesatuan Jemaat

dan Karunia yang Berbeda-beda”. Surat Efesus ini mengemukakan dalam ayat-ayat ini

bahwa hanya kepercayaan seperti anak ini akan memungkinkan orang Kristen

menghayati tuntutan Yesus dalam hidup sehari-hari yang konkret, dalam keluarga dan di

tempat lain.13

Harapan penyusun kurang lebih seperti halnya perikop tersebut yang

berfokus pada pertumbuhan iman yang fokus pada anak, dimana dalam Alkitab juga ada

pembelajaran khusus mengenai anak untuk siapapun orang supaya bisa juga belajar

menghargai anak.

I. 4. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan tadi, maka penyusun berusaha

melihat permasalahan yang ada tentang anak seperti yang sudah dijelaskan, yaitu

mengenai bagaimana Pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab

Anak di GKI Beringin Semarang dengan melihat bagaimana proses yang terjadi dalam

kegiatan pembelajaran masing-masing ditinjau dari pendekatan instruksional dan

pendekatan pertumbuhan spiritual untuk kemudian fokus pada meningkatkan Sekolah

Alkitab Anak agar sesuai dengan pendidikan Kristiani dengan pendekatan pertumbuhan

spiritual. Dengan demikian, pertanyaan permasalahan yang muncul adalah:

1. Bagaimana proses belajar-mengajar di Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak

dapat disajikan dan diajarkan sesuai dengan pendekatan-pendekatan pendidikan

Kristiani?

2. Bagaimana meningkatkan Sekolah Alkitab Anak sebagai Suplemen Sekolah Minggu

yang tersusun, terarah, dan terencana untuk pertumbuhan spiritual anak?

13

Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 100

TIDAK ADA BAB 5

Page 9: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

9

I.5. Batasan Masalah

Penulis menyadari bahwa topik yang diangkat dalam skripsi ini dapat meluas. Oleh

karena itu penyusun membatasi permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

Skripsi ini mengkaji mengenai gambaran umum kegiatan Sekolah Minggu dan adanya

suplemen Sekolah Minggu, yaitu adanya Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin

Semarang. Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak ini bukan dimaksudkan sebagai

saingan atau saling kompetensi untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi atau

lebih rendah. Melainkan mengajak penyusun untuk dapat melihat secara dekat dengan

Pendidikan Kristiani. Pendidikan yang mengajak anak untuk dapat belajar menyadarkan

diri mereka sebagai orang Kristiani.

Penyusun akan memaparkan empat pendekatan yang dikembangkan dengan teori Jack L.

Seymour. Dengan melihat pendekatan tersebut, bisa dilihat pendekatan Pendidikan

Kristiani yang mana yang sesuai dengan Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak

untuk kemudian dianalisis. Selain itu mengkaji pertumbuhan spiritual dalam Surat Efesus

4:13-16 dan meningkatkan Sekolah Alkitab Anak agar sesuai dengan pendekatan

pertumbuhan spiritual.

I.6. Tujuan dan Alasan Penyusunan

Penyusun merasa bahwa kegiatan Sekolah Minggu dan proses pembelajaran yang terjadi

dalam Sekolah Alkitab Anak pada khususnya, untuk dilihat dan ditinjau melalui

pendekatan instruksional dan pendekatan pertumbuhan spiritual yang merupakan wujud

dari Pendidikan Kristiani. Sehingga keduanya antara Sekolah Minggu dan Sekolah

Alkitab Anak merupakan dua pembinaan anak yang memiliki peran masing-masing

untuk saling melengkapi. Terlebih bila Sekolah Alkitab Anak bukanlah pengulangan dari

Sekolah Minggu yang mengarah pada instruksional, melainkan menjadi peranan untuk

pertumbuhan spiritual anak-anak kelas tiga sampai enam SD. Sehingga Sekolah Alkitab

Anak ini perlu ditingkatkan dalam berbagai proses, metode, materi, dan kegiatan sosial

yang menunjang adanya Sekolah Alkitab Anak untuk bisa bertumbuh dalam spiritual

mereka.

TIDAK ADA BAB 5

Page 10: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

10

Dengan begitu, perlu adanya peningkatan pendidikan dan pembelajaran yang terarah,

tersusun, dan terbina dengan baik yang bisa dikorelasikan dengan dunia anak itu sendiri,

pengembangan diri, dan wujud pelayanan anak-anak itu sendiri. Dimana bisa belajar

kegiatan secara instruksional dalam Sekolah Minggu dan bagaimana pertumbuhan

spiritual mereka masing-masing dalam Sekolah Alkitab Anak yang dibina yang juga bisa

kita lihat dengan Pendidikan Kristiani dari Jack L. Seymour dan Teologi Semangat dari

Yesus untuk dekat pada anak-anak serta mengajak untuk terus bertumbuh di dalamNya

yang terdapat di Suraf Efesus 4:13-16 dimana anak-anak perlu pendekatan yang

memberikan dampak yang baik untuk pertumbuhan spiritual mereka masing-masing

dengan tampilan metode-metode pembelajaran di kelas yang menggairahkan anak untuk

semangat mengenal iman Kristiani mereka masing-masing.

I.7. Judul Skripsi

Dengan berkaca pada satu topik yang penulis angkat mengenai anak, penyusun

mempunyai pilihan judul skripsi, yaitu

Tinjauan Pendekatan-pendekatan Pendidikan Kristiani dalam Sekolah Minggu dan

Sekolah Alkitab Anak di Gereja Kristen Indonesia Beringin Semarang

Mengapa penyusun ingin mengangkat dan memilih judul tersebut, karena ingin fokus

pada program Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang, terutama ingin fokus

untuk melihat bagaimana Sekolah Minggu dalam Pendidikan Kristiani dengan

pendekatan instruksional dan Sekolah Alkitab Anak dalam Pendidikan Kristiani dengan

pendekatan pertumbuhan spiritual. Penyusun memiliki pemikiran yang matang untuk bisa

meningkatkan Sekolah Alkitab Anak sebagai suplemen atau pelengkap Sekolah Minggu

agar mendapati pembelajaran bagi anak-anak Sekolah Alkitab Anak kelas 3-6 SD yang

sungguh-sungguh terarah dan terkait dengan dunia anak dalam kehidupan anak itu

sendiri.

Pembelajaran anak-anak kelas 3-6 SD tersebut tak terbatas cakupan hal akademik.

Namun, juga belajar mengenai kehidupan sehari-hari mereka dimana disebut dunia anak

dan khususnya dunia anak itu bisa terjadi korelasi dengan belajar Alkitab di Sekolah

Alkitab Anak yang menunjang pertumbuhan spiritual mereka agar anak-anak ke

TIDAK ADA BAB 5

Page 11: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

11

depannya menjadi lebih matang dalam pelayanan dan mengoptimalkan kecerdasan-

kecerdasan dan talenta-talenta yang anak miliki masing-masing.

Penyusun memang memilih Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang karena

ketertarikan penyusun kepada anak-anak dimana anak-anak membutuhkan pembinaan

iman anak yang terarah dan mendapat materi pembelajaran yang ekstra mengenai

kehidupan spiritual anak dengan belajar dunia Alkitab yang juga bisa berkaitan dengan

dunia anak itu sendiri. Karena Sekolah Alkitab Anak merupakan suplemen Sekolah

Minggu dan jarang gereja-gereja memiliki pembinaan untuk pertumbuhan spiritual anak-

anak.

I.8. Metode Penelitian

I. 8. 1. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan proses pencarian data guna memahami masalah

sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh, dibentuk oleh kata-kata,

dan diperoleh dari situasi yang alamiah.14

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk

menggali informasi secara lebih mendalam, menjawab pertanyaan mengapa,

memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat, dan mendapatkan suatu

hipotesa.

Ada tiga cara mengumpulkan data yang dilakukan oleh penyusun. Yang pertama

adalah melakukan observasi, yakni melakukan pengamatan terhadap Sekolah

Minggu dan Sekolah Alkitab Anak serta melihat bagaimana setiap anak dengan

karakteristik masing-masing.

Cara kedua yang penyusun lakukan adalah melakukan wawancara yang

digunakan untuk pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh

sebelumnya. Penyusun melakukan wawancara pendeta, para guru sekolah

minggu, para orang tua yang mempunyai anak kelas 3-6 SD, para karyawan dan

warga lain serta anak-anak yang mengikuti Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin

Semarang. Penelitian Literatur juga akan dilakukan sebagai modal dasar untuk

14

Hulu, Herlina, Mengenal Metode Penelitian Kualitatif sebagai Acuan Penulisan Skripsi Kualitatif, 2010, http://panduanskripsi.com/mengenal-metode-penelitian-kualitatif-sebagai-acuan-penulisan-skripsi-kualitatif/, diunduh pada tanggal 9 Januari 2015, pukul 22.31

TIDAK ADA BAB 5

Page 12: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

12

melakukan penelitian lapangan, sehingga dengan begitu akan memberikan sudut

pandang serta menambah wawasan dan cara berpikir yang lain.

I.8. 2. Metode Deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas.15

Sehingga ini merupakan model penelitian yang

berusaha mendeskripsikan suatu kondisi yang terjadi mengenai pembelajaran

dalam Sekolah Minggu dan khususnya dalam Sekolah Alkitab Anak.

I.8. 3. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha secara formal

untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan

dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.16

Proses

analisis data dapat menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,

yaitu melalui pengamatan pribadi penyusun, wawancara, hasil catatan lapangan,

dokumen pribadi, dokumen foto, dan sebagainya. Sehingga dalam metode ini

serta merta untuk dapat mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan

wacana, dan memprosesnya untuk dikelola dengan baik.

I.9. Sistematika Penulisan

Berikut ini akan dipaparkan secara singkat mengenai sistematika penulisan yang

mendukung penyusun untuk menyusun skripsi ini yaitu sebagai berikut:

15

Sugiyono, Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif, 2005, dalam http://idtesis.com/metode-deskripstif, diunduh pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 19.30 16

Taylor, Teknik Analisis Data dalam Penelitian, 2008, dalam https://ardhana12.wordpress.com/...k-analisis-data..., diunduh pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 19.45

TIDAK ADA BAB 5

Page 13: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

13

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjadi introduksi yang memaparkan secara umum mengenai latar belakang

permasalahan, perumusan masalah, batasan permasalahan, judul skripsi, metodologi

penyusunan, serta sistematika penyusunan skripsi mengenai Pendidikan Kristiani dalam

Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang.

BAB II SEKOLAH MINGGU DAN SEKOLAH ALKITAB ANAK GKI

BERINGIN SEMARANG

Bab ini akan memaparkan kegiatan Sekolah Minggu dengan proses yang terjadi dalam

setiap kelas sesuai usia dan persiapan guru sekolah minggu dalam memikirkan metode

yang dijalani dalam Sekolah Minggu. Selanjutnya, kepanjangan tangan dari Sekolah

Minggu melihat bagaimana latar belakang dan proses perjalanan adanya Sekolah Alkitab

Anak di GKI Beringin Semarang. Penyusun juga ingin mengetahui pengalaman anak-

anak kelas 3-6 SD selama ikut bergabung dalam Sekolah Alkitab Anak. Selain itu, ada

data anak-anak Sekolah Minggu dan anak-anak Sekolah Minggu yang mengikuti

Sekolah Alkitab Anak dimana keduanya memiliki cara pandang dan kegiatan yang

berbeda untuk bisa ditingkatkan dengan adanya Sekolah Alkitab Anak.

BAB III TINJAUAN PENDIDIKAN KRISTIANI TERHADAP SEKOLAH

MINGGU DAN SEKOLAH ALKITAB ANAK DI GKI BERINGIN SEMARANG

Pada bagian ini, penyusun akan memaparkan empat pendekatan yang diusung oleh Jack

L. Seymour, yaitu pendekatan instruksional, pendekatan pertumbuhan spiritual,

pendekatan komunitas iman, dan pendekatan transformasi sosial. Penyusun juga akan

mencoba menganalisis Sekolah Minggu yang berkaitan dengan pendekatan instruksional

dan menganalisis Sekolah Alkitab Anak berkaitan dengan pendekatan pertumbuhan

spiritual teori dari Jack L. Seymour sehingga bisa didapati anak-anak belajar disiplin

Saat Teduh, mau terjun pelayanan sesuai talentanya, dan menjalin relasi yang baik

dengan sesama. Dengan melihat itu semua, perlu juga adanya pembelajaran teologi

semangat dari Yesus yang fokus dalam pertumbuhan iman dalam perikop Efesus 4:13-

16. Untuk kemudian mengarahkan Sekolah Alkitab Anak untuk meningkatkan

pembelajaran yang sesuai dan tepat pada pendekatan pertumbuhan spiritual anak.

TIDAK ADA BAB 5

Page 14: TIDAK ADA BAB 5 - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01092219/0603e7...dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan

14

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini penyusun akan menyimpulkan mengenai Pertumbuhan Iman Anak dan

Sekolah Alkitab Anak bagi anak-anak kelas 3-6 SD. Selain itu juga pada bab ini berisi

saran pengembangan dan pembelajaran yang terarah wujud pertumbuhan iman anak

dengan adanya Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang.

TIDAK ADA BAB 5