tidak ada bab 5 -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I .1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bergereja, pastilah warga jemaat berasal dari berbagai latar belakang
dan usia, mulai dari anak, remaja, pemuda, warga dewasa hingga lanjut usia. Mereka itu
semua adalah gereja. Gereja bukanlah gedung atau bangunannya. Gereja adalah orang-
orang yang mengisi kehidupan dalam gereja itu untuk berbagai kegiatan peribadahan atau
acara-acara kerohanian gereja dan pelayanan sosial gereja. Dalam berbagai aspek
kehidupan, tak hanya kehidupan bergereja, ada keprihatinan terhadap perkembangan
anak-anak saat ini. Dalam skripsi ini, penyusun berfokus pada pembinaan iman bagi
anak-anak. Kehidupan sekarang yang serba digital memudahkan setiap orang dan juga
setiap anak bisa menyerap berbagai informasi, entah itu baik ataupun buruk. Dalam
kenyataan, begitu banyak masalah yang terjadi pada anak-anak. Misalnya,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, depresi, penghinaan, traumatis persoalan
keluarga, kemiskinan, kejahatan anak terhadap teman sebayanya sendiri, penelantaran
dan kekerasan terhadap anak, dan masih banyak lagi.1 Muncul kemudian berbagai
pertanyaan: Apakah anak-anak ini dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang? Apakah
mereka menerima pendidikan yang baik? Apakah mereka sedang mencontoh teladan
yang baik? Dan berbagai pertanyaan yang muncul lainnya.2 Begitulah bentuk-bentuk
pertanyaan keprihatinan bagi anak-anak.
Dari berbagai keprihatinan tersebut, penyusun melihat hal-hal demikian yang begitu
riskan bagi anak-anak terjadi juga di salah satu gereja arus utama di Semarang, yaitu
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Beringin Semarang. Kehidupan yang penuh dengan hal-
hal yang digital atau instant, membuat anak-anak juga semakin rajin untuk up to date
dengan berbagai media elektronik, media digital, dan media sosial, sehingga waktu
mereka untuk pembelajaran yang berkaitan dengan teknologi atau akademik.
1 Marcia J. Bunge, The Child in Christian Thought, (Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing. 2001), h. 2
2Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut berdasarkan pengamatan penulis dan ungkapan atau pengalaman-
pengalaman dari para orang tua atau sanak saudara yang sedang bercerita mengenai kehidupan anak-anak.
TIDAK ADA BAB 5
2
Bakat atau talenta masing-masing anak juga butuh diasah, dengan berbagai kecerdasan-
kecerdasan yang ada yang biasa disebut dengan kecerdasan majemuk. Seorang ahli
psikologi bernama Dr. Howard Gardner mengembangkan konsep kecerdasan majemuk
ini sejak tahun 1983.3 Setiap orang, pasti memiliki kecerdasan yang menjadi unggulan
dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan
juga memiliki kecerdasan yang lainnya. Kecerdasan majemuk yang dimaksud adalah
kecerdasan linguistik atau bahasa, kecerdasan visual-spasial atau gambar, kecerdasan
logika-matematika, kecerdasan musikal, kecerdasan gerak tubuh kinestetik, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan natural, kecerdasan spiritual, dan
kecerdasan eksistensial.4
Secara akademik, mereka memang mendapatkan pendidikan dan pembelajaran berikut
dengan pengalaman dan tambahan wawasan anak masing-masing. Akan tetapi,
pendidikan non akademik mereka seringkali terabaikan, terlebih mengenai hal
kerohanian mereka atau pembelajaran untuk pertumbuhan iman anak-anak. Tak banyak
gereja memperhatikan kebutuhan iman anak, agar banyak belajar secara mendalam
mengenai isi Alkitab dan cerita-cerita Alkitab sejak usia dini dimana anak-anak dapat
mengerti bahwa pembelajaran Alkitab tersebut juga berkaitan dengan kehidupan mereka
sehari-hari secara menyeluruh, dimana memang ada korelasi.
Karena berbagai hal yang memprihatinkan untuk anak atau tindakan-tindakan negatif
anak karena tidak ada atau belum ada sarana untuk memfasilitasi bakat atau talenta yang
mereka minati dan miliki, GKI Beringin mempunyai seorang pendeta yang fokus
pelayanannya pada anak. Pendeta tersebut bernama Pdt. Mira Novita Thios.5 Beliau
merasa perlu untuk memperhatikan anak lebih optimal, selain memperhatikan warga
dewasa dan usia lanjut. Selain melihat dan mengetahui berbagai hal negatif yang
dilakukan oleh anak-anak, Pdt. Thios juga pernah mengalami suatu mimpi dimana anak-
anak memang membutuhkan pertolongan.6 Oleh karena itu, Pdt. Thios mendirikan
Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang sejak tahun 1998, dengan kelas pertama
hanya diperuntukkan bagi anak-anak kelas enam SD. Dari tahun ke tahun, Sekolah
Alkitab Anak mengalami perkembangan dan dukungan dari warga jemaat, khususnya
3 Andin Sefrina, “Deteksi Minat Bakat Anak”, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), h. 33
4 Andin Sefrina, “Deteksi Minat Bakat Anak”, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), h. 34-35
5 Dimana dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya akan disebut nama beliau dengan Pdt. Thios.
6 Cerita secara lebih detail, bisa dilihat dalam Bab II pembahasan skripsi ini.
TIDAK ADA BAB 5
3
para orang tua yang memiliki anak yang duduk di bangku SD. Sehingga pada akhirnya
sampai sekarang, Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang ditujukan untuk anak-
anak kelas tiga sampai enam SD. Sekolah Alkitab Anak ini tidak menggantikan sekolah
minggu atau kebaktian anak.
Bagi Pdt. Thios, sekolah minggu terasa kurang dalam melakukan pendekatan terhadap
perkembangan diri anak itu sendiri secara spiritual pada khususnya, dan juga relasi sosial
atau talenta kemampuan masing-masing anak dengan karakteristik yang anak-anak miliki
masing-masing. Penyusun pun mengamati secara lebih mendalam dan turut berefleksi
untuk kemajuan perkembangan dan pertumbuhan anak. Sekolah minggu atau kebaktian
anak, seringkali hanya sebagai pencerita formalitas pada hari Minggu. Bisa jadi pengaruh
dari guru sekolah minggu dimana mendapati dirinya kehilangan visinya sebagai guru.
Guru tidak efektif melayani karena asal megikuti kebiasaan yang sudah ada, tidak ada sasaran
yang jelas. Program kerjanya hanya mengikuti kebiasaan yang sudah ada, tidak kreatif, dan
membosankan. Ia berpikir, yang sudah biasanya dilakukan sudah berjalan dengan baik, jadi mau
apa lagi?7
Dengan salah satu alasan tersebut, menjadikan anak kurang maksimal untuk belajar cerita
Alkitab lebih mendalam dan anak juga merasakan adanya sekolah minggu hanya untuk
kegiatan hari Minggu sembari menunggu kebaktian umum.8 Bisa juga disebutkan bahwa
Sekolah Minggu hanya formalitas belaka dengan rutinitas memberikan materi sesuai
bahan ajar untuk Sekolah Minggu. Sehingga kurangnya kepekaan untuk bisa membuat
anak tertarik belajar Firman Tuhan lebih mendalam yang dikemas dengan disesuaikan
pada dunia anak.
Anak-anak perlu belajar lebih mendalam mengenai isi-isi dari Alkitab dengan
penyampaian materi yang ada dalam Sekolah Alkitab Anak untuk kelas 3-6 SD agar
sesuai dengan porsi untuk anak-anak yang bisa diajak untuk belajar dengan pemikiran,
daya inovasi dalam berekspresi, berkreasi, dan berprestasi. Sasaran Sekolah Alkitab Anak
GKI Beringin Semarang memang tepat untuk anak usia 8-11 tahun tersebut. Karena itu
semua usia untuk persiapan masuk ke jenjang tahapan berikutnya, kategori remaja. Anak-
7 Paulus Lie, Mereformasi Sekolah Minggu: 8 Kiat Praktis Menjadikan Sekolah Minggu Berpusat pada Anak,
(Yogyakarta: Andi, 2003), h. 89 8 Ini merupakan sharing beberapa anak Sekolah Minggu kepada penyusun yang merasakan hal demikian.
TIDAK ADA BAB 5
4
anak memang diajak untuk bisa dibina sejak dini, sejak anak-anak. Jangan sampai anak
tidak tahu apa-apa atau tak punya isi yang pasti mengenai iman atau spiritual mereka.
Adanya Sekolah Alkitab ini tentu saja untuk melengkapi Sekolah Minggu dimana bisa
dibentuk dengan daya kreasi dan materi yang bisa memudahkan anak untuk belajar yang
dilengkapi metode yang menarik. Walaupun materi-materi yang disajikan bagi anak-anak
Sekolah Alkitab Anak disusun secara mendadak yang tadinya hanya tertuang dalam ide
pikiran Pendeta Thios saja. Sehingga, ketika penyusun juga turut serta membantu
mengajar Sekolah Alkitab anak, harus ekstra belajar memahami terlebih dahulu dan
nantinya ketika mengajar dalam kelas, bisa mengajar secara kreatif dengan adanya
komunikasi dua arah yang membuat anak juga tertarik belajar, karena cerita Alkitab bisa
dihubungkan dengan dunia mereka sendiri. Diharapkan adanya ikatan untuk saling
melengkapi antara Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin
Semarang.
I.2. Pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI
Beringin Semarang
Persoalan lain yang dihadapi anak-anak Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang,
dimana penyusun juga pernah menjadi tempat berbagi anak-anak tersebut adalah
tuntutan dari orang tua untuk membuat anak serba berprestasi ini dan itu. Kalau dilihat,
mereka itu masih duduk di bangku SD kelas tiga sampai enam, namun sudah diminta
oleh orang tua untuk bisa mereka raih dengan cepat segala prestasi secara akademik dan
non akademik. Padahal, anak juga memiliki kapasitas kemampuan untuk
mewujudnyatakan harapan, impian, dan talenta yang mereka miliki masing-masing.
Maka anak-anak merasa tidak nyaman dengan kehidupannya, sehingga mengakibatkan
stres dan mendapat beban hidup yang berat yang bisa saja ditutupi oleh anak-anak dengan
melakukan aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang lain. Diharapkan, kegiatan-kegiatan lain
itu adalah kegiatan yang masuk dalam hal yang positif, seperti mengembangkan bakat
atau kemampuan atau talenta. Yang tidak diinginkan oleh penyusun adalah hal-hal yang
negatif atau buruk yang menjerumuskan anak-anak, seperti suka menghina orang lain,
bertindak kasar pada sesama, melakukan ancaman, berani merokok atau sejenisnya.
TIDAK ADA BAB 5
5
Ketika anak-anak kelas tiga sampai enam SD mengikuti Sekolah Minggu dan anak-anak
yang juga mengikuti Sekolah Alkitab Anak dengan materi-materi pelajaran yang dikemas
secara menarik mengenai cerita-cerita dalam Alkitab, baik dari Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru, diharapkan bisa mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih
mendalam mengenai jati diri mereka dalam iman Kristiani. Dimana anak-anak pun
merasa tertarik untuk belajar dengan sungguh mengenai kehidupan iman, kehidupan
rohani atau kehidupan spiritual anak-anak itu sendiri.
Penyusun melihat, materi-materi yang diajarkan berperan penting untuk anak-anak dapat
mengerti dengan baik bagaimana pembelajaran dengan Alkitab itu bisa membuat anak-
anak senang dan sukacita. Materi-materi yang diberikan dalam Sekolah Minggu belum
bisa dipelajari dengan detail dan masih berupa hafalan belum pendalaman yang matang
yang masih berupa instruksional. Sedangkan materi-materi pelajaran yang diberikan bagi
anak-anak di Sekolah Alkitab Anak ini tak lepas juga dari peran anak itu sendiri,
bagaimana anak mau dan mampu untuk belajar lebih sungguh untuk mendalaminya
dengan metode-metode yang dilakukan dalam kelas untuk menunjang anak bisa
memahami dan membantu dalam pertumbuhan spiritual mereka. Selain itu, peran relasi
sosial mempengaruhi kehidupan anak-anak tersebut. Relasi yang paling dekat adalah
keluarga, khususnya orang tua, teman-teman, dan saudara-saudara mereka.
Kegiatan proses belajar-mengajar dalam Sekolah Alkitab Anak memang bisa mengajak
anak untuk mendalami cerita-cerita Alkitab dan menjadikan anak bisa belajar untuk
menghubungkan cerita-cerita Alkitab dengan setiap aspek kehidupan mereka yang
mereka jalani sehari-hari. Namun, tak menutup kemungkinan, materi yang disajikan dan
diajarkan pada anak kurang tepat bagi usia atau perkembangan spiritual-mental mereka.
Perkembangan mental tidak dapat dipisahkan dari perkembangan fisik: kematangan
sistem saraf dan endoktrin, pada khususnya, berlanjut hingga usia 16 tahun.9 Bisa jadi
yang didapatkan anak-anak kelas empat sampai enam SD tersebut seperti halnya yang
didapat anak-anak remaja. Sehingga memang anak-anak tersebut belajar lebih dini, tetapi
juga mengajak anak untuk mengasah kemampuan mereka untuk ekstra belajar yang
belum tentu gampang dan sepele.
9 Jean Piaget, Psikologi Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 1
TIDAK ADA BAB 5
6
Dengan melihat adanya pembinaan anak yang rutin diadakan yaitu Sekolah Minggu dan
tambahan pembinaan anak untuk menjadi suplemen atau pelengkap Sekolah Minggu,
yaitu adanya Sekolah Alkitab Anak, yang dikemas dengan metodenya masing-masing
mengajak penyusun untuk mengorek dan memperhatikan pembinaan anak tersebut sesuai
dengan Pendidikan Kristiani dalam pendekatan instruksional untuk Sekolah Minggu dan
pendekatan pertumbuhan spiritual untuk Sekolah Alkitab Anak.
Untuk meninjau pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab
Anak di GKI Beringin Semarang dan lebih meningkatkan wadah pembelajaran Sekolah
Alkitab Anak, penyusun menggunakan teori Pendidikan Kristiani dengan pendekatan
instruksional dan pertumbuhan spiritual dari Jack L. Seymour untuk menganalisis
Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak. Pendidikan dan pembelajaran mengenai
iman yang diwujudkan pada setiap orang dari berbagai usia, begitu pula bagi anak itu
sendiri dengan cara mereka masing-masing dalam kehidupan mereka. Terutama, anak
diajak untuk mendalami perjalanan kehidupannya dimana juga mengembangkan talenta
dan kemampuan yang anak miliki masing-masing. Tujuan dari pendekatan instruksional
ini adalah memampukan nara didik untuk mendasarkan diri pada iman yang Alkitabiah
dan membuat koneksi atau menghubungkan antara isi iman dan kehidupan.10
Sedangkan
tujuan dari pendekatan pertumbuhan spiritual adalah mengajak anak ke dalam hubungan,
persahabatan, kepedulian, dan keadilan satu sama lain, itu merupakan titik awal untuk
pendidikan anak tersebut.11
Pembelajaran dalam Sekolah Alkitab Anak mengajak anak-anak menumbuhkan rasa
keintiman dalam menjalin relasi antara anak dengan Tuhan, anak dengan sesama, dan
anak dengan alam. Sehingga diharapkan, pembelajaran itu tak hanya bermanfaat bagi
setiap anak saja yang mengikuti Sekolah Alkitab Anak, tetapi juga bagi orang-orang
dewasa yang membantu proses belajar mengajar, keluarga, dan masyarakat umum yang
sesuai dengan pendidikan Kristiani pendekatan pertumbuhan spiritual.
10
Jack L. Seymour, Mapping Christian Education, (Nashville: Abingdon Press, 1997), h. 21 11
Jack L. Seymour, Mapping Christian Education, (Nashville: Abingdon Press, 1997), h. 20
TIDAK ADA BAB 5
7
I.3. Pertumbuhan Spiritual dalam Efesus 4:13-16
Anak-anak adalah usia yang paling mudah untuk bisa diselami dan diberikan berbagai
informasi yang ada. Namun, tentu ada batasan-batasan untuk memberikan informasi
kepada anak agar tidak menjadikan bumerang bagi yang memberikan informasi dan bagi
anak itu sendiri, karena merugikan. Tindakan-tindakan negatif membuat anak-anak
semakin terpuruk dengan berbagai aspek kehidupan yang mereka hadapi dan alami secara
langsung. Terlebih, bila anak-anak selalu saja dianggap sebelah mata atau dianggap kaum
termarginalkan bagi semua aspek kehidupan.12
Baik itu bagaimana mereka mengeluarkan
pendapat, berkreasi, dan melakukan berbagai macam aktivitas. Penyusun sendiri juga
melihat ketika mendampingi dalam sekolah minggu di GKI Beringin, anak-anak
canggung dan merasa malu untuk mengeluarkan pendapat mereka atau punya inisiatif
untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi teman mereka, kecuali itu memang perintah
atau petunjuk dari pelayan anak atau guru sekolah minggu tersebut. Sehingga terkesan
anak-anak Sekolah Minggu cenderung pasif.
Sehingga, dari proses ke proses, suplemen atau kelengkapan dari Sekolah Minggu yaitu
adanya Sekolah Alkitab Anak yang didirikan oleh Pdt. Thios dapat berjalan sampai
sekarang, selain berkat tuntunan Tuhan yang menyempurnakan, juga dukungan yang
sangat luar biasa dari para orang tua pada khususnya juga dukungan para warga jemaat
atau juga warga masyarakat sekitar pada umumnya.
Kita juga bisa melihat sendiri korelasi anak dan adanya pembinaan anak Sekolah Alkitab
Anak dengan cerita di dalam Alkitab, dalam hal pertumbuhan iman secara umum yang
juga bisa berkaitan dengan pertumbuhan spiritual anak dalam Efesus 4:13-16, mengenai
kesatuan iman yang bertumbuh dalam Kristus yang sesuai dengan karakter dan harapan
Kristus. Dalam hal bertumbuh, diharapkan tak hanya fokus untuk pertumbuhan orang
dewasa dan orang lanjut usia, tetapi juga berkaitan untuk anak yang perlu dibina dan
perlu pendekatan yang hangat. Ini merupakan wejangan Tuhan Yesus yang ditujukan
kepada orang dewasa. Dimana mengajak mereka untuk tidak mencibirkan dan membuat
anak menjadi termarginalkan. Tuhan Yesus sendiri saja sangat bangga, menghargai, dan
memperlakukan anak-anak secara istimewa.
12
Marcia J. Bunge, The Child in Christian Thought, (Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing, 2001), h. 16
TIDAK ADA BAB 5
8
Dengan melihat dari cerita Alkitab saja bahwa anak dijadikan model kepercayaan, perlu
juga bimbingan dan peran dari keluarga, khususnya orang tua, untuk membentuk dan
menumbuhkan iman dan moral anak. Disini peran mereka membantu untuk bisa juga
menjalin relasi dengan Allah dengan lebih intim selain relasi dengan sesama manusia dan
alam. Karena orang tua sudah diberikan kepercayaan dan mandat dari Allah sendiri
sebagai wakil Allah untuk menjaga, melindungi, mendidik, dan membantu anak untuk
tumbuh dan kembang secara optimal dalam aspek kehidupan mereka.
Sehingga perlu juga kita melihat secara mendalam perikop mengenai “Kesatuan Jemaat
dan Karunia yang Berbeda-beda”. Surat Efesus ini mengemukakan dalam ayat-ayat ini
bahwa hanya kepercayaan seperti anak ini akan memungkinkan orang Kristen
menghayati tuntutan Yesus dalam hidup sehari-hari yang konkret, dalam keluarga dan di
tempat lain.13
Harapan penyusun kurang lebih seperti halnya perikop tersebut yang
berfokus pada pertumbuhan iman yang fokus pada anak, dimana dalam Alkitab juga ada
pembelajaran khusus mengenai anak untuk siapapun orang supaya bisa juga belajar
menghargai anak.
I. 4. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan tadi, maka penyusun berusaha
melihat permasalahan yang ada tentang anak seperti yang sudah dijelaskan, yaitu
mengenai bagaimana Pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab
Anak di GKI Beringin Semarang dengan melihat bagaimana proses yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran masing-masing ditinjau dari pendekatan instruksional dan
pendekatan pertumbuhan spiritual untuk kemudian fokus pada meningkatkan Sekolah
Alkitab Anak agar sesuai dengan pendidikan Kristiani dengan pendekatan pertumbuhan
spiritual. Dengan demikian, pertanyaan permasalahan yang muncul adalah:
1. Bagaimana proses belajar-mengajar di Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak
dapat disajikan dan diajarkan sesuai dengan pendekatan-pendekatan pendidikan
Kristiani?
2. Bagaimana meningkatkan Sekolah Alkitab Anak sebagai Suplemen Sekolah Minggu
yang tersusun, terarah, dan terencana untuk pertumbuhan spiritual anak?
13
Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 100
TIDAK ADA BAB 5
9
I.5. Batasan Masalah
Penulis menyadari bahwa topik yang diangkat dalam skripsi ini dapat meluas. Oleh
karena itu penyusun membatasi permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
Skripsi ini mengkaji mengenai gambaran umum kegiatan Sekolah Minggu dan adanya
suplemen Sekolah Minggu, yaitu adanya Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin
Semarang. Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak ini bukan dimaksudkan sebagai
saingan atau saling kompetensi untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Melainkan mengajak penyusun untuk dapat melihat secara dekat dengan
Pendidikan Kristiani. Pendidikan yang mengajak anak untuk dapat belajar menyadarkan
diri mereka sebagai orang Kristiani.
Penyusun akan memaparkan empat pendekatan yang dikembangkan dengan teori Jack L.
Seymour. Dengan melihat pendekatan tersebut, bisa dilihat pendekatan Pendidikan
Kristiani yang mana yang sesuai dengan Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak
untuk kemudian dianalisis. Selain itu mengkaji pertumbuhan spiritual dalam Surat Efesus
4:13-16 dan meningkatkan Sekolah Alkitab Anak agar sesuai dengan pendekatan
pertumbuhan spiritual.
I.6. Tujuan dan Alasan Penyusunan
Penyusun merasa bahwa kegiatan Sekolah Minggu dan proses pembelajaran yang terjadi
dalam Sekolah Alkitab Anak pada khususnya, untuk dilihat dan ditinjau melalui
pendekatan instruksional dan pendekatan pertumbuhan spiritual yang merupakan wujud
dari Pendidikan Kristiani. Sehingga keduanya antara Sekolah Minggu dan Sekolah
Alkitab Anak merupakan dua pembinaan anak yang memiliki peran masing-masing
untuk saling melengkapi. Terlebih bila Sekolah Alkitab Anak bukanlah pengulangan dari
Sekolah Minggu yang mengarah pada instruksional, melainkan menjadi peranan untuk
pertumbuhan spiritual anak-anak kelas tiga sampai enam SD. Sehingga Sekolah Alkitab
Anak ini perlu ditingkatkan dalam berbagai proses, metode, materi, dan kegiatan sosial
yang menunjang adanya Sekolah Alkitab Anak untuk bisa bertumbuh dalam spiritual
mereka.
TIDAK ADA BAB 5
10
Dengan begitu, perlu adanya peningkatan pendidikan dan pembelajaran yang terarah,
tersusun, dan terbina dengan baik yang bisa dikorelasikan dengan dunia anak itu sendiri,
pengembangan diri, dan wujud pelayanan anak-anak itu sendiri. Dimana bisa belajar
kegiatan secara instruksional dalam Sekolah Minggu dan bagaimana pertumbuhan
spiritual mereka masing-masing dalam Sekolah Alkitab Anak yang dibina yang juga bisa
kita lihat dengan Pendidikan Kristiani dari Jack L. Seymour dan Teologi Semangat dari
Yesus untuk dekat pada anak-anak serta mengajak untuk terus bertumbuh di dalamNya
yang terdapat di Suraf Efesus 4:13-16 dimana anak-anak perlu pendekatan yang
memberikan dampak yang baik untuk pertumbuhan spiritual mereka masing-masing
dengan tampilan metode-metode pembelajaran di kelas yang menggairahkan anak untuk
semangat mengenal iman Kristiani mereka masing-masing.
I.7. Judul Skripsi
Dengan berkaca pada satu topik yang penulis angkat mengenai anak, penyusun
mempunyai pilihan judul skripsi, yaitu
Tinjauan Pendekatan-pendekatan Pendidikan Kristiani dalam Sekolah Minggu dan
Sekolah Alkitab Anak di Gereja Kristen Indonesia Beringin Semarang
Mengapa penyusun ingin mengangkat dan memilih judul tersebut, karena ingin fokus
pada program Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang, terutama ingin fokus
untuk melihat bagaimana Sekolah Minggu dalam Pendidikan Kristiani dengan
pendekatan instruksional dan Sekolah Alkitab Anak dalam Pendidikan Kristiani dengan
pendekatan pertumbuhan spiritual. Penyusun memiliki pemikiran yang matang untuk bisa
meningkatkan Sekolah Alkitab Anak sebagai suplemen atau pelengkap Sekolah Minggu
agar mendapati pembelajaran bagi anak-anak Sekolah Alkitab Anak kelas 3-6 SD yang
sungguh-sungguh terarah dan terkait dengan dunia anak dalam kehidupan anak itu
sendiri.
Pembelajaran anak-anak kelas 3-6 SD tersebut tak terbatas cakupan hal akademik.
Namun, juga belajar mengenai kehidupan sehari-hari mereka dimana disebut dunia anak
dan khususnya dunia anak itu bisa terjadi korelasi dengan belajar Alkitab di Sekolah
Alkitab Anak yang menunjang pertumbuhan spiritual mereka agar anak-anak ke
TIDAK ADA BAB 5
11
depannya menjadi lebih matang dalam pelayanan dan mengoptimalkan kecerdasan-
kecerdasan dan talenta-talenta yang anak miliki masing-masing.
Penyusun memang memilih Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang karena
ketertarikan penyusun kepada anak-anak dimana anak-anak membutuhkan pembinaan
iman anak yang terarah dan mendapat materi pembelajaran yang ekstra mengenai
kehidupan spiritual anak dengan belajar dunia Alkitab yang juga bisa berkaitan dengan
dunia anak itu sendiri. Karena Sekolah Alkitab Anak merupakan suplemen Sekolah
Minggu dan jarang gereja-gereja memiliki pembinaan untuk pertumbuhan spiritual anak-
anak.
I.8. Metode Penelitian
I. 8. 1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan proses pencarian data guna memahami masalah
sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh, dibentuk oleh kata-kata,
dan diperoleh dari situasi yang alamiah.14
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk
menggali informasi secara lebih mendalam, menjawab pertanyaan mengapa,
memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat, dan mendapatkan suatu
hipotesa.
Ada tiga cara mengumpulkan data yang dilakukan oleh penyusun. Yang pertama
adalah melakukan observasi, yakni melakukan pengamatan terhadap Sekolah
Minggu dan Sekolah Alkitab Anak serta melihat bagaimana setiap anak dengan
karakteristik masing-masing.
Cara kedua yang penyusun lakukan adalah melakukan wawancara yang
digunakan untuk pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Penyusun melakukan wawancara pendeta, para guru sekolah
minggu, para orang tua yang mempunyai anak kelas 3-6 SD, para karyawan dan
warga lain serta anak-anak yang mengikuti Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin
Semarang. Penelitian Literatur juga akan dilakukan sebagai modal dasar untuk
14
Hulu, Herlina, Mengenal Metode Penelitian Kualitatif sebagai Acuan Penulisan Skripsi Kualitatif, 2010, http://panduanskripsi.com/mengenal-metode-penelitian-kualitatif-sebagai-acuan-penulisan-skripsi-kualitatif/, diunduh pada tanggal 9 Januari 2015, pukul 22.31
TIDAK ADA BAB 5
12
melakukan penelitian lapangan, sehingga dengan begitu akan memberikan sudut
pandang serta menambah wawasan dan cara berpikir yang lain.
I.8. 2. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas.15
Sehingga ini merupakan model penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu kondisi yang terjadi mengenai pembelajaran
dalam Sekolah Minggu dan khususnya dalam Sekolah Alkitab Anak.
I.8. 3. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha secara formal
untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan
dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.16
Proses
analisis data dapat menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu melalui pengamatan pribadi penyusun, wawancara, hasil catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen foto, dan sebagainya. Sehingga dalam metode ini
serta merta untuk dapat mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
wacana, dan memprosesnya untuk dikelola dengan baik.
I.9. Sistematika Penulisan
Berikut ini akan dipaparkan secara singkat mengenai sistematika penulisan yang
mendukung penyusun untuk menyusun skripsi ini yaitu sebagai berikut:
15
Sugiyono, Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif, 2005, dalam http://idtesis.com/metode-deskripstif, diunduh pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 19.30 16
Taylor, Teknik Analisis Data dalam Penelitian, 2008, dalam https://ardhana12.wordpress.com/...k-analisis-data..., diunduh pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 19.45
TIDAK ADA BAB 5
13
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjadi introduksi yang memaparkan secara umum mengenai latar belakang
permasalahan, perumusan masalah, batasan permasalahan, judul skripsi, metodologi
penyusunan, serta sistematika penyusunan skripsi mengenai Pendidikan Kristiani dalam
Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang.
BAB II SEKOLAH MINGGU DAN SEKOLAH ALKITAB ANAK GKI
BERINGIN SEMARANG
Bab ini akan memaparkan kegiatan Sekolah Minggu dengan proses yang terjadi dalam
setiap kelas sesuai usia dan persiapan guru sekolah minggu dalam memikirkan metode
yang dijalani dalam Sekolah Minggu. Selanjutnya, kepanjangan tangan dari Sekolah
Minggu melihat bagaimana latar belakang dan proses perjalanan adanya Sekolah Alkitab
Anak di GKI Beringin Semarang. Penyusun juga ingin mengetahui pengalaman anak-
anak kelas 3-6 SD selama ikut bergabung dalam Sekolah Alkitab Anak. Selain itu, ada
data anak-anak Sekolah Minggu dan anak-anak Sekolah Minggu yang mengikuti
Sekolah Alkitab Anak dimana keduanya memiliki cara pandang dan kegiatan yang
berbeda untuk bisa ditingkatkan dengan adanya Sekolah Alkitab Anak.
BAB III TINJAUAN PENDIDIKAN KRISTIANI TERHADAP SEKOLAH
MINGGU DAN SEKOLAH ALKITAB ANAK DI GKI BERINGIN SEMARANG
Pada bagian ini, penyusun akan memaparkan empat pendekatan yang diusung oleh Jack
L. Seymour, yaitu pendekatan instruksional, pendekatan pertumbuhan spiritual,
pendekatan komunitas iman, dan pendekatan transformasi sosial. Penyusun juga akan
mencoba menganalisis Sekolah Minggu yang berkaitan dengan pendekatan instruksional
dan menganalisis Sekolah Alkitab Anak berkaitan dengan pendekatan pertumbuhan
spiritual teori dari Jack L. Seymour sehingga bisa didapati anak-anak belajar disiplin
Saat Teduh, mau terjun pelayanan sesuai talentanya, dan menjalin relasi yang baik
dengan sesama. Dengan melihat itu semua, perlu juga adanya pembelajaran teologi
semangat dari Yesus yang fokus dalam pertumbuhan iman dalam perikop Efesus 4:13-
16. Untuk kemudian mengarahkan Sekolah Alkitab Anak untuk meningkatkan
pembelajaran yang sesuai dan tepat pada pendekatan pertumbuhan spiritual anak.
TIDAK ADA BAB 5
14
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini penyusun akan menyimpulkan mengenai Pertumbuhan Iman Anak dan
Sekolah Alkitab Anak bagi anak-anak kelas 3-6 SD. Selain itu juga pada bab ini berisi
saran pengembangan dan pembelajaran yang terarah wujud pertumbuhan iman anak
dengan adanya Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang.
TIDAK ADA BAB 5