penyiapan dokumen transaksi proyek kerjasama pemerintah ... kajian awal... · dalam kerangka acuan...

99
Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara TAHUN ANGGARAN 2015 Laporan Review Kajian Prastudi Kelayakan (Outline Business Case)

Upload: others

Post on 17-Sep-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Penyiapan Dokumen Transaksi ProyekKerjasama Pemerintah Swasta PelabuhanBaubau, Sulawesi Tenggara

TAHUN ANGGARAN 2015

Laporan Review Kajian Prastudi Kelayakan(Outline Business Case)

Page 2: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup
Page 3: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

| i

Kata PengantarPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Dalam rangka memulai langkah implementasi pengembangan pelabuhan Baubau di Pulau

Buton, Sulawesi Tenggara yang akan dibangun dengan skema Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha (KPBU), Pemerintah telah melaksanakan Kajian Awal Prastudi

Kelayakan (Outline Business Case) pada Tahun 2013 dengan nama Studi Kerjasama

Pemerintah dan Swasta untuk Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara. Agar dapat segera

dilaksanakan tender investasi secara KPBU, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

No. 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, maka tahapan selanjutnya adalah perlu adanya

Dokumen Tahap Transaksi, berupa Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final Business

Case), Dokumen Lelang Investasi (Dokumen Prakualifikasi, Dokumen Pelelangan Umum,

dan Rancangan Perjanjian Kerjasama).

Laporan Review Outline Business Case (OBC) ini merupakan laporan awal dari kegiatan

Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan

Baubau, Sulawesi Tenggara. Laporan ini berisikan mengenai:

Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan

tujuan, keluaran dan ruang lingkup kegiatan.

Bab 2 Deskripsi Lokasi Studi yaitu Pelabuhan Baubau yang terletak di Kota Baubau.

Bab 3 Review Kajian Pra Studi Kelayakan (Outline Business Case), pada bab ini

disampaikan hasil review dan analisis mengenai hasil studi kelayakan.

Bab 4 Rencana Kerja, pada bab ini disampaikan mengenai rencana tahapan

pelaksanaan pekerjaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan rencana kerja

selanjutnya setelah Laporan OBC ini diselesaikan.

Secara garis besar, Laporan OBC ini telah memuat semua materi yang diisyaratkan

dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat

kekurangan dan kesalahan, untuk itu saran dalam penyempurnaan sangat kami harapkan

sebagai masukan bagi pelaporan selanjutnya.

Jakarta, Juli 2015

Ketua Tim

Page 4: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

| ii

Daftar IsiPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ________________________________________________________ 1-11.2 Maksud & Tujuan ______________________________________________________ 1-21.3 Keluaran _____________________________________________________________ 1-21.4 Ruang Lingkup_________________________________________________________ 1-3

Bab 2 Deskripsi Lokasi Studi

2.1 Kota Baubau __________________________________________________________ 2-12.1.1 Kondisi Fisik Wilayah _____________________________________________ 2-12.1.2 Kependudukan __________________________________________________ 2-32.1.3 Potensi Wilayah _________________________________________________ 2-4

2.1.3.1 Pertanian _______________________________________________ 2-42.1.3.2 Perkebunan _____________________________________________ 2-92.1.3.3 Peternakan ______________________________________________ 2-92.1.3.4 Perikanan ______________________________________________ 2-10

2.1.4 Perdagangan ___________________________________________________ 2-112.1.5 Transportasi ___________________________________________________ 2-15

2.1.5.1 Transportasi Darat_______________________________________ 2-152.1.5.2 Transportasi Laut________________________________________ 2-172.1.5.3 Transportasi Udara ______________________________________ 2-17

2.1.6 Pariwisata _____________________________________________________ 2-182.1.7 Perekonomian__________________________________________________ 2-19

2.2 Pelabuhan Baubau ____________________________________________________ 2-212.2.1 Fasilitas Pokok Pelabuhan ________________________________________ 2-212.2.2 Armada Angkutan Laut___________________________________________ 2-222.2.3 Angkutan Penumpang Pelni Pelabuhan Murhum ______________________ 2-232.2.4 Angkutan Laut Pelabuhan Murhum Baubau __________________________ 2-242.2.5 Angkutan Peti Kemas Pelabuhan Murhum ___________________________ 2-25

2.3 Kebutuhan Proyek KPBU Di Pelabuhan Baubau _____________________________ 2-262.4 Potensi KPBU di Pelabuhan Baubau ______________________________________ 2-272.5 Infrastruktur yang Akan dibangun dengan Skema KPBU______________________ 2-282.6 Pelabuhan Baubau dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Baubau __________ 2-302.7 Resume Rencana Induk pelabuhan Baubau ________________________________ 2-30

Bab 3 Review Kajian Pra Studi Kelayakan (Outline Business Case)

3.1 Resume Review Kajian__________________________________________________ 3-13.2 Kajian Aspek Hukum dan Kelembagaan ____________________________________ 3-1

3.2.1 Analisis Peraturan Perundang-undangan _____________________________ 3-13.2.1.1 Kesesuaian Pelaksanaan KPBU dengan peraturan perundangan___ 3-13.2.1.2 Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi __________________________ 3-2

Page 5: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

| iii

3.2.1.3 Kemungkinan Penyempurnaan Peraturan Perundangan _________ 3-23.2.1.4 Jenis Perijinan/Persetujuan yang Diperlukan _________________ 3-33.2.1.5 Jadwal Pemenuhan Perijinan_______________________________ 3-3

3.2.2 Analisis Kelembagaan_____________________________________________ 3-33.2.2.1 Kewenangan Menteri Perhubungan sebagai PJPK Proyek

KPBU Pelabuhan Bau Bau __________________________________ 3-33.2.2.2 Stakeholder Mapping______________________________________ 3-43.2.2.3 Peran dan tanggung jawab tim KPBU ________________________ 3-43.2.2.4 Penyiapan perangkat regulasi dan kelembagaan _______________ 3-53.2.2.5 Kerangka Pengambilan Keputusan___________________________ 3-5

3.3 Kajian Teknis__________________________________________________________ 3-53.3.1 Analisis Teknis __________________________________________________ 3-5

3.3.1.1 Standar Kinerja Teknis Operasi _____________________________ 3-53.3.1.2 Alternatif Tapak, Besaran Proyek, Kualitas, Teknologi dan

Waktu Pelaksanaan _______________________________________ 3-63.3.2 Penyiapan Tapak ________________________________________________ 3-73.3.3 Rancang Bangun Awal ____________________________________________ 3-73.3.4 Spesifikasi Keluaran ______________________________________________ 3-7

3.4 Kajian Ekonomi dan Komersial ___________________________________________ 3-83.4.1 Analisa Permintaan ______________________________________________ 3-83.4.2 Analisa Pasar (tingkat ketertarikan industri dan kompetisi) _____________ 3-83.4.3 Analisa Struktur Pendapatan KPBU__________________________________ 3-93.4.4 Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS) ________________________________ 3-93.4.5 Analisa Keuangaan ______________________________________________ 3-11

3.5 Kajian Lingkungan dan Sosial ___________________________________________ 3-123.5.1 Kajian Lingkungan Hidup yang wajib AMDAL_________________________ 3-123.5.2 Analisa Sosial __________________________________________________ 3-143.5.3 Rencana Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali _________________ 3-14

3.6 Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur ___________________ 3-143.6.1 Kajian Bentuk Kerjasama ________________________________________ 3-143.6.2 Penentuan Bentuk Kerjasama_____________________________________ 3-15

3.7 Kajian Resiko_________________________________________________________ 3-163.8 Kajian Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah _________________ 3-18

3.8.1 Dukungan Pemerintah ___________________________________________ 3-183.8.2 Jaminan Pemerintah ____________________________________________ 3-19

3.9 Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindak-lanjuti (outstanding issue) _______ 3-19

Bab 4 Rencana Kerja

4.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan _________________________________________ 4-14.1.1 Tahap Pendahuluan (Kesiapan Proyek) ______________________________ 4-44.1.2 Tahap Pengumpulan Data dan Analisis ______________________________ 4-5

4.1.2.1 Pengumpulan Data________________________________________ 4-54.1.2.2 Analisis _________________________________________________ 4-9

4.1.3 Tahap Finalisasi Studi ___________________________________________ 4-154.2 Jadwal Rencana Kerja _________________________________________________ 4-154.3 Rencana Kerja Selanjutnya _____________________________________________ 4-17

Page 6: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

| iv

Daftar TabelPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Baubau_________________________________________ 2-1Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk dan KK Per Kecamatan Kota Baubau tahun

2013 ___________________________________________________________ 2-3Tabel 2.3 Data Jumlah Kepadatan Penduduk Perkapita Dalam Wilayah Kota

Baubau Tahun 2013 ______________________________________________ 2-4Tabel 2.4 Luas Penggunaan Tanah menurut Kecamatan (ha) Tahun 2013 __________ 2-5Tabel 2.5 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (kg/ha) 8

Komoditas Utama Pertanian _______________________________________ 2-6Tabel 2.6 Produksi Tanaman Hortikultura (kuintal) ____________________________ 2-8Tabel 2.7 Luas Areal Tanaman Perkebunan menurut Jenis Tanaman dan

Tingkat Produktivitas Lahan (ha) ___________________________________ 2-9Tabel 2.8 Populasi Ternak Besar dan Kecil menurut Kecamatan (Ekor) ____________ 2-9Tabel 2.9 Populasi Ternak Unggas menurut Kecamatan (Ekor) __________________ 2-10Tabel 2.10 Produksi Perikanan menurut Kecamatan (ton) _______________________ 2-11Tabel 2.11 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Bumi dan Laut

menurut Jenis Komoditas ________________________________________ 2-12Tabel 2.12 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Perkebunan

menurut Jenis Komoditas ________________________________________ 2-12Tabel 2.13 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Perikanan menurut

Jenis Komoditas ________________________________________________ 2-13Tabel 2.14 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Kehutanan menurut

Jenis Komoditas ________________________________________________ 2-14Tabel 2.15 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Industri menurut

Jenis Komoditas ________________________________________________ 2-14Tabel 2.16 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau menurut Pelabuhan

Tujuan ________________________________________________________ 2-15Tabel 2.17 Volume Beras, Gula Pasir, Tepung Terigu dan Jagung yang

Disalurkan oleh Perum Bulog Sub Divre Wil I di Kota Baubau (ton) ______ 2-15Tabel 2.18 Panjang Jalan menurut Pemerintah yang Berwenang dan Jenis

Permukaan Jalan (Km)___________________________________________ 2-16Tabel 2.19 Banyaknya Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan Terdaftar

Pada Samsat di Kota Baubau (unit) ________________________________ 2-16Tabel 2.20 Jumlah Kunjungan Kapal dan Penumpang menurut Jenis Pelayaran di

Kota Baubau ___________________________________________________ 2-17Tabel 2.21 Lalu Lintas Pesawat Terbang dan Penumpang melalui Pelabuhan

Udara Betoambari Tahun 2006 - 2013 ______________________________ 2-18Tabel 2.22 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan

Kota Baubau (Juta Rupiah) _______________________________________ 2-20Tabel 2.23 Fasilitas Pelabuhan di Pelabuhan Murhum Baubau____________________ 2-21Tabel 2.24 Jumlah Naik-Turun Penumpang di Pelabuhan Murhum Baubau__________ 2-23Tabel 2.25 Aktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Murhum Baubau ________________ 2-24

Page 7: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

| v

Tabel 2.26 Produktifitas Angkutan Peti Kemas di Pelabuhan Murhum _____________ 2-25Tabel 2.27 Potensi (Awal) Proyek KPBU di Pelabuhan Baubau____________________ 2-27Tabel 2.28 Rekapitulasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pelabuhan Baubau ___ 2-31

Tabel 3.1 Kegiatan Pembangunan pelabuhan yang Wajib AMDAL ________________ 3-13Tabel 3.2 Jenis Risiko dan Kompensasi (Berdasarkan Kepmen Keuangan No.

38/PMK.01/2005) _______________________________________________ 3-17

Tabel 4.1 Jenis Data yang Dibutuhkan dan Potensi Sumbernya ___________________ 4-7Tabel 4.2 Jadwal Rencana Kerja ___________________________________________ 4-16

Page 8: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

| vi

Daftar GambarPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Gambar 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kota Baubau ____________________________ 2-2Gambar 2.2 Produktifitas Angkutan Laut Pelabuhan Murhum ____________________ 2-24Gambar 2.3 Produktifitas Angkutan Barang Pelabuhan Murhum Baubau ___________ 2-25Gambar 2.4 Produktifitas Angkutan Penumpang Pelabuhan Murhum ______________ 2-25Gambar 2.5 Operasional Peti Kemas Pelabuhan Murhum Baubau _________________ 2-26

Gambar 3.1 Kerangka Kelembagaan Proyek Pelabuhan Bau Bau___________________ 3-4Gambar 3.2 Kerangka Pengambilan Keputusan _________________________________ 3-5Gambar 3.3 Analisa 5 Forces Porter __________________________________________ 3-9Gambar 3.4 Konsep Analisa Keuangan _______________________________________ 3-12Gambar 3.5 Alternatif Proyek KPBU _________________________________________ 3-15Gambar 3.6 Proses Analisa Risiko ___________________________________________ 3-18

Gambar 4.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan_________________________________ 4-3

Page 9: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 1

Bab 1 PendahuluanPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam rangka memulai langkah implementasi pengembangan pelabuhan Baubau di Pulau

Buton, Sulawesi Tenggara yang akan dibangun dengan skema Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha (KPBU), Pemerintah telah melaksanakan Kajian Awal Prastudi

Kelayakan (Outline Business Case) pada Tahun 2013 dengan nama Studi Kerjasama

Pemerintah dan Swasta untuk Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara. Agar dapat segera

dilaksanakan tender investasi secara KPBU, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

No. 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, maka tahapan selanjutnya adalah perlu adanya

Dokumen Tahap Transaksi, berupa Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final Business

Case), Dokumen Lelang Investasi (Dokumen Prakualifikasi, Dokumen Pelelangan Umum,

dan Rancangan Perjanjian Kerjasama).

Dikarenakan terdapat perubahan peraturan perundangan mengenai pelaksanaan

kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur dimana

Permen PPN No. 3 Tahun 2012 dinyatakan tidak berlaku dan digantikan dengan Permen

PPN No. 4 Tahun 2015, maka hasil Studi Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk

Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan Review

untuk memeriksa kelengkapan persyaratan analisis sesuai dengan peraturan yang baru.

Untuk selanjutnya, dalam pemenuhan lingkup kegiatan maupun keluaran, selain

mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja, juga mengacu pada pada Permen PPN No. 4

Tahun 2015 Pasal 42 mengenai Ketentuan Peralihan yang menyatakan bahwa untuk

proyek yang telah melaksanakan Kajian Awal Prastudi Kelayakan, maka Kajian Akhir

Prastudi Kelayakan harus merujuk kepada peraturan ini.

Dalam konsep pembangunan Pemerintah Kota Baubau, pelabuhan ini dibangun untuk

memenuhi tuntutan kebutuhan pelayanan demi mendukung program jangka panjang

menjadikan Kota Baubau Pintu Gerbang Ekonomi dan Pariwisata di Sulawesi Tenggara.

Karena itu kebutuhan dan fasilitas yang terkait dengan pembangunan pelabuhan akan

dilakukan secara bertahap berdasarkan kebutuhan. Rencana pengembangan Pelabuhan

Page 10: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 2

Baubau meliputi reklamasi, pembangunan penahan dan pengikat talud, penambahan

trestel dermaga, pengembangan ruang kawasan, dan pembangunan terminal

penumpang.

Selain itu, pembangunan gudang transit, penambahan lapangan penumpukan peti

kemas, perluasan areal parkir dan pos jaga, penambahan pagar pengaman, penambahan

jalan akses dan pengaman, serta pembangunan jembatan penghubung. Pelabuhan

Baubau berada di bawah Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut Kemenhub

dengan status Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Sesuai dengan hasil screening pada Studi Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk

Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara, ditetapkan dua proyek pembangunan dari

sembilan proyek yang diidentifikasi dapat dilaksanakan di Pelabuhan Baubau, yaitu

Pembangunan Terminal Penumpang dan Terminal Petikemas. Selanjutnya dalam kajian

Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan Baubau,

Sulawesi Tenggara ini hanya akan dibahas mengenai dua jenis proyek di atas.

1.2 MAKSUD & TUJUAN

Maksud dari pekerjaan ini adalah melanjutkan penyusunan dokumen Kajian Awal

Prastudi Kelayakan (Outline Business Case) Pengembangan Pelabuhan Baubau yang telah

dilakukan sebelumnya, agar Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) siap untuk

masuk dalam tahap Transaksi untuk melaksanakan pelelangan Proyek ini.

Tujuan dari kegiatan ini adalah mereview dokumen kajian awal prastudi kelayakan

(OBC) dan menyusun dokumen Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final Business Case),

Dokumen Lelang Investasi (Dokumen Prakualifikasi, Dokumen Pelelangan Umum, dan

Rancangan Perjanjian Kerjsama) Pelabuhan Baubau sehingga memenuhi ketentuan

proyek KPS.

1.3 KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya 2 Jenis Dokumen Transaksi untuk

mendukung Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan Baubau, Sulawesi

Tenggara yang terdiri dari:

1. Dokumen Kajian Akhir Prastudi Kelayakan atau Final Business Case Rencana

Pengembangan Pelabuhan Baubau.

Page 11: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 3

2. Dokumen Lelang Investasi meliputi:

a. Dokumen Prakualifikasi;

b. Dokumen Draft Pelelangan Umum

c. Dokumen Rancangan Perjanjian Kerjasama.

1.4 RUANG LINGKUP

Berdasarkan KAK dan juga hasil rapat kick-off meeting, ruang lingkup kegiatan ini terdiri

dari beberapa hal sebagai berikut:

A. Review Kajian Prastudi Kelayakan (Outline Business Case), sekurang-kurangnya

terdiri dari:

1. Kajian hukum dan kelembagaan

Kajian hukum dan kelembagaan terdiri atas:

a. Analisis peraturan perundang-undangan, yang dilakukan dengan tujuan

untuk:

1) memastikan bahwa KPBU dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan aspek-aspek:

a) pendirian Badan Usaha;

b) penanaman modal;

c) persaingan usaha;

d) lingkungan;

e) keselamatan kerja;

f) pengadaan tanah;

g) pembiayaan KPBU, termasuk mekanisme pembiayaan dan pendapatan;

h) perizinan KPBU;

i) perpajakan; dan

j) peraturan-peraturan terkait lainnya.

2) menentukan risiko hukum dan strategi mitigasinya;

3) mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundang-undangan,

atau penerbitan peraturan perundang-undangan yang baru;

4) menentukan jenis-jenis perizinan/persetujuan yang diperlukan; dan

5) menyiapkan rencana dan jadwal untuk memenuhi persyaratan peraturan

dan hukum berdasarkan kajian pada angka 4.

b. Analisis kelembagaan, yang dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1) memastikan kewenangan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi

Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah sebagai PJPK

Page 12: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 4

dalam melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi

infrastuktur;

2) melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping)

dengan menentukan peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang

berkaitan dalam pelaksanaan KPBU;

3) menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan

kegiatan penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan, dan penyelesaian

kajian akhir Prastudi Kelayakan, serta menentukan sistem pelaporan Tim

KPBU kepada PJPK;

4) menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan

5) menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan.

2. Kajian teknis, terdiri atas:

a. Analisis teknis, yang bertujuan untuk:

1) menetapkan standar kinerja teknis operasional yang diperlukan;

2) mempertimbangkan berbagai alternatif tapak, besaran proyek, kualitas,

teknologi dan waktu pelaksanaan;

3) menetapkan kapasitas keluaran dan standar operasional yang

dibutuhkan, serta menyiapkan rancangan awal yang layak secara teknis;

4) mengidentifikasi dan menilai Barang Milik Negara dan/atau Daerah yang

dibutuhkan dan menyiapkan daftar Barang Milik Negara dan/atau Daerah

yang akan digunakan untuk pelaksanaan KPBU;

5) mengidentifikasi ketersediaan pasokan sumber daya untuk

keberlangsungan KPBU, apabila diperlukan;

6) mengidentifikasi persyaratan dan ketersediaan input sekurang-kurangnya

meliputi sumber daya manusia, bahan baku, pelayanan jasa, akses

menuju tapak;

7) menentukan perkiraan biaya KPBU dan asumsi perhitungan biaya KPBU;

8) memperkirakan dan menentukan pendapatan (revenue), biaya modal,

biaya operasional dan biaya pemeliharaan dengan berbagai pilihan;

9) menyiapkan rencana pembiayaan yang sesuai denga jadwal konstruksi,

perkiraan biaya operasional, perkiraan biaya pemeliharaan, dan estimasi

biaya siklus kesinambungan KPBU; dan

10) mengidentifikasi standar pelayanan minimum.

b. Penyiapan tapak termasuk jalur, apabila diperlukan, yang dilakukan dengan

mempertimbangkan:

1) kesesuaian tapak dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

Page 13: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 5

2) kesesuaian tapak dengan kebutuhan operasional dan bahan baku;

3) ketersediaan pelayanan jasa dan bahan baku;

4) kondisi tapak yang diusulkan dan kesesuaian dengan kebutuhan KPBU;

5) konfirmasi kepemilikan tanah dan hambatan-hambatan yang timbul;

6) perkiraan biaya pengadaan tanah dengan berbagai pilihan; dan

7) rencana dan jadwal pelaksanaan program pengadaan tanah dan

pemukiman kembali.

c. Rancang bangun awal, yang memuat rancangan teknis dasar KPBU termasuk

lingkup KPBU yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari

masing-masing sektor;

d. Spesifikasi keluaran, yang meliputi:

1) Standar pelayanan minimum yang meliputi kuantitas, kualitas dan

ketersediaan (availibility);

2) Jadwal indikatif untuk pekerjaan konstruksi dan penyediaan peralatan;

3) Kepatuhan atas masalah lingkungan, sosial dan keselamatan;

4) Persyaratan pengalihan aset sesuai perjanjian KPBU; dan

5) Pengaturan pemantauan pada setiap tahapan:

a) konstruksi;

b) operasi komersial; dan

c) berakhirnya perjanjian KPBU.

3. Kajian ekonomi dan komersial, mencakup substansi sebagai berikut:

a. analisis permintaan (demand), yang bertujuan untuk memahami kondisi

pengguna layanan. Analisis permintaan ini dilakukan dengan paling kurang

memuat:

1) Survei kebutuhan nyata (real demand survey) untuk mendapatkan

gambaran yang akurat seperti mengenai perkiraan kebutuhan,

ketertarikan, kemauan dan kemampuan pengguna untuk membayar,

kinerja pembayaran, serta tingkat pelayanan yang diharapkan; dan

2) Penentuan sumber dan tingkat pertumbuhan permintaan dengan berbagai

skenario (uji elastisitas permintaan).

b. Analisis pasar (market), yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

ketertarikan industri dan kompetisi. Analisis pasar ini dilakukan dengan

paling kurang memuat:

1) Penyampaian rencana KPBU kepada publik dalam rangka penjajakan

minat calon investor terhadap KPBU;

Page 14: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 6

2) Pengumpulan tanggapan dan penilaian calon investor terhadap kelayakan,

risiko serta kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan

Pemerintah untuk KPBU;

3) Pengumpulan tanggapan dan penilaian lembaga keuangan nasional dan

internasional dan/atau institusi lainnya mengenai potensi pemberian dan

indikasi besaran pinjaman yang bisa dialokasikan dalam KPBU;

4) Pemilihan strategi untuk mengurangi risiko pasar dan meningkatkan

persaingan yang sehat dalam proses pengadaan KPBU; dan

5) Penilaian mengenai struktur pasar untuk menentukan tingkat kompetisi

pada sektor yang bersangkutan.

c. Analisis struktur pendapatan KPBU, yang bertujuan untuk mengidentifikasi

sumber-sumber pendapatan yang optimal bagi KPBU dengan

mempertimbangkan hasil analisis permintaan, kemampuan pembiayaan

Kementerian/Lembaga/Daerah yang bersangkutan, serta tingkat kelayakan

KPBU selama masa KPBU. Analisis struktur pendapatan KPBU ini paling kurang

memuat:

1) Perhitungan keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU selama

masa kerjasama;

2) Identifikasi pembayaran/tarif awal, mekanisme penyesuaian, indeks

acuan untuk membuat penyesuaian atas parameter yang digunakan

selama jangka waktu perjanjian KPBU;

3) Identifikasi dampak terhadap pendapatan dalam hal:

a) Terjadi kenaikan biaya KPBU (cost over run);

b) Pembangunan KPBU selesai lebih awal; dan

c) Pengembalian KPBU melebihi tingkat maksimum yang ditentukan,

sehingga dimungkinkan pemberlakuan mekanisme penambahan

pembagian keuntungan (clawback mechanism);

d) Terjadinya pemberian insentif atau pemotongan pembayaran dalam

hal pemenuhan kewajiban.

d. Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS), yang bertujuan untuk memastikan

manfaat sosial dan ekonomi serta keberlanjutan KPBU yang berkaitan dengan

efektivitas, ketepatan waktu, penggunaan dana, dan sumber daya publik

selama masa KPBU, selain itu ABMS juga dimaksudkan untuk memberikan

batasan maksimal besarnya Dukungan Pemerintah, sehingga manfaat bersih

KPBU lebih besar dari Dukungan Pemerintah yang diberikan. ABMS ini

dilakukan dengan memuat paling kurang:

Page 15: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 7

1) Perbandingan biaya dan manfaat dengan ada atau tanpa adanya KPBU;

2) Biaya yang dimaksud dalam angka 1 didasarkan pada harga konstan, yang

meliputi:

a) biaya penyiapan KPBU;

b) biaya modal;

c) biaya operasional;

d) biaya pemeliharaan; dan

e) biaya-biaya lain akibat dari adanya proyek.

3) Penilaian/pengukuran manfaat proyek bagi masyarakat dan negara

dengan mempertimbangkan paling kurang:

a) Penghematan oleh masyarakat; dan

b) penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah yang diperoleh.

4) Penentuan biaya ekonomi yang dilakukan dengan mengubah harga

finansial menjadi harga ekonomi (shadow price) untuk setiap masukan

dan keluaran berdasarkan faktor konversi ekonomi yang sesuai;

5) Penentuan manfaat ekonomi dilakukan dengan mengkonversikan manfaat

tersebut menjadi kuantitatif;

6) Parameter penilaian kelayakan ekonomi dilakukan melalui pendekatan

EIRR dan ENPV dengan menggunakan tingkat diskonto ekonomi atau sosial

(economic atau social discount rate); dan

7) Analisis sensitivitas untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan

KPBU terhadap tingkat kelayakan ekonomi proyek.

e. Analisis keuangan, dilakukan dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Analisis keuangan bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial KPBU

dengan menggunakan asumsi yang didasarkan pada:

a) Informasi ekonomi makro (nilai tukar, inflasi, dan suku bunga) yang

dikeluarkan oleh otoritas lembaga resmi seperti Bank Indonesia dan

BPS;

b) Analisis biaya modal yang terdiri dari biaya proyek, asumsi bunga dan

eskalasi biaya dari KPBU;

c) Biaya operasional dan pemeliharaan;

d) Biaya penyusutan dan nilai buku pada akhir masa konsesi;

e) Perhitungan biaya-biaya lain terkait KPBU termasuk biaya pemukiman

kembali, pemeliharaan lingkungan, perijinan, dan biaya tidak

langsung (management overhead cost);

Page 16: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 8

f) Biaya mitigasi risiko; dan

g) Perhitungan pendapatan yang didasarkan pada hasil analisis

kebutuhan dan analisis struktur pendapatan.

2) Analisis keuangan dilakukan dengan cara:

a) Menetapkan rasio ekuitas dan pinjaman yang akan digunakan dalam

KPBU, sesuai dengan rasio yang umum digunakan di Indonesia;

b) Menentukan tingkat biaya modal rata-rata tertimbang/WACC sesuai

dengan rasio ekuitas dan pinjaman yang akan digunakan, tingkat suku

bunga pinjaman, serta biaya ekuitas;

c) Menentukan tingkat imbal hasil keuangan/FIRR pada KPBU;

d) Menentukan rasio cakupan pembayaran hutang (Debt Service Coverage

Ratio - DSCR) dengan menghitung besarnya kas yang tersedia untuk

membayar kewajiban (pokok pinjaman dan bunga) yang akan jatuh

tempo pada tahun berjalan;

e) Menentukan besaran imbal hasil ekuitas (Return On Equity - ROE);

f) Menentukan besaran FNPV dan metode pengembalian investasi

(payback period);

g) Menyajikan proyeksi arus kas KPBU;

h) Menyajikan proyeksi arus kas dan laporan laba rugi Badan Usaha

Pelaksana;

i) Menyajikan sensitivitas KPBU dalam berbagai pilihan analisis keuangan

dalam nilai rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya

disetarakan dengan rupiah;

j) Menentukan bentuk dan nilai Dukungan Pemerintah; dan

k) Menentukan besaran premi Jaminan Pemerintah.

4. Kajian lingkungan dan sosial, meliputi:

a. kajian lingkungan hidup bagi KPBU yang wajib AMDAL, yang dilakukan

mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1) Melakukan penapisan yang bertujuan untuk:

a) menetapkan potensi dampak penting yang akan timbul dari KPBU;

b) menetapkan klasifikasi KPBU dalam memperkirakan dampak yang akan

ditimbulkan terhadap lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan;

c) menentukan peningkatan kapasitas dan program pelatihan untuk

melaksanakan program perlindungan lingkungan, jika diperlukan;

Page 17: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 9

d) memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk perizinan yang berkaitan

dengan kepentingan lingkungan hidup; dan

e) menyiapkan rencana dan jadwal untuk melaksanakan program

kepatuhan lingkungan dan melakukan pencatatan untuk persetujuan

lingkungan.

2) Penyeleksian digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun

kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KAANDAL).

3) Prosedur dalam melakukan kajian dampak lingkungan dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan

hidup.

4) PJPK bertanggung jawab untuk menyusun dokumen AMDAL bagi KPBU

yang terdiri dari dokumen KA-ANDAL, ANDAL, Rencana Pengelolaan

Lingkungan Hidup-Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup sebagai dasar

penilaian dan izin lingkungan dari Menteri/Kepala Daerah sesuai dengan

kewenangannya.

b. Kajian lingkungan hidup bagi KPBU yang wajib memiliki UKL-UPL, dilakukan

mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1) mengisi ringkasan informasi awal yang meliputi:

a) identitas pemrakarsa, yaitu PJPK atau Badan Usaha Calon Pemrakarsa;

b) rencana usaha dan/atau kegiatan;

c) dampak lingkungan yang akan terjadi; dan

d) program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

2) ringkasan informasi awal sebagaimana dimaksud pada angka 1), diajukan

kepada:

a) Bupati/Walikota, untuk KPBU yang berlokasi pada 1 (satu) wilayah

kabupaten/kota dan di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga)

dari wilayah laut kewenangan provinsi;

b) Gubernur, untuk KPBU yang berlokasi di lebih dari 1 (satu) wilayah

kabupaten/kota dalam 1 (satu) propinsi; di lintas kabupaten/kota;

dan/atau di wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil dari garis

pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan;

c) Menteri, untuk KPBU yang berlokasi di lebih dari 1 (satu) wilayah

propinsi; di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang

dalam sengketa dengan negara lain; di wilayah laut lebih dari 12 (dua

belas) mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas; dan/atau di

lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain.

Page 18: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 10

3) Setelah memeriksa dan menyatakan tidak ada kekurangan dari data yang

diisikan, Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota mengeluarkan rekomendasi

yang selanjutnya diajukan kepada pejabat yang berwenang sebagai dasar

penerbitan izin untuk melakukan usaha atau kegiatan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

c. analisis sosial, diperlukan untuk:

1) menentukan dampak sosial KPBU terhadap masyarakat dan menyusun

rencana mitigasinya;

2) menentukan lembaga yang bertanggung jawab untuk pembebasan tanah

dan pemukiman kembali;

3) menentukan pihak-pihak yang akan terkena dampak oleh proyek dan

kompensasi yang akan diberikan, bila diperlukan;

4) memperkirakan kapasitas lembaga untuk membayar kompensasi dan

melaksanakan rencana pemukiman kembali, bila diperlukan; dan

5) menentukan rencana pelatihan dalam rangka melaksanakan program

perlindungan sosial untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang

terkena dampak.

d. rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali, mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

1) menyiapkan dokumen perencanaan pengadaan tanah terlebih dahulu;

2) PJPK bertanggung jawab untuk menyiapkan dokumen perencanaan

pengadaan tanah yang merupakan persyaratan untuk memperoleh

penetapan lokasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

3) Izin Lingkungan diperlukan untuk memperoleh surat penetapan lokasi,

selain dokumen rencana pengadaan tanah; dan

4) rencana pemukiman kembali, yang merupakan bagian dari rencana

pengadaan tanah, disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan.

5. Kajian bentuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Kajian bentuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur mengikuti ketentuan sebagai

berikut:

a. pemilihan bentuk KPBU dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor

sebagai berikut:

1) kepastian ketersediaan Infrastruktur tepat pada waktunya;

2) optimalisasi investasi oleh Badan Usaha;

3) maksimalisasi efisiensi yang diharapkan dari pengusahaan Infrastruktur

oleh Badan Usaha;

Page 19: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 11

4) kemampuan Badan Usaha untuk melakukan transaksi;

5) alokasi resiko; dan

6) kepastian adanya pengalihan keterampilan manajemen dan teknis dari

sektor swasta kepada sektor publik.

b. bentuk KPBU harus mencakup sekurang-kurangnya:

1) lingkup KPBU, mencakup sebagian atau seluruh proses kegiatan KPBU,

seperti membiayai, merancang, membangun, merehabilitasi,

mengoperasikan, memelihara, dan lainnya;

2) jangka waktu dan penahapan KPBU;

3) identifikasi keterlibatan pihak ketiga, seperti off-taker, penyedia bahan

baku, dan lainnya;

4) skema pemanfaatan Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik Daerah

selama perjanjian KPBU;

5) status kepemilikan aset KPBU selama jangka waktu perjanjian KPBU dan

pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian KPBU; dan

6) bentuk partisipasi pemerintah dalam Badan Usaha Pelaksana KPBU,

seperti penyertaan modal atau bentuk lainnya.

6. Kajian risiko

Kajian risiko dilakukan dengan memenuhi ketentuan, sebagai berikut:

a. analisis risiko bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para

pemangku kepentingan.

b. analisis risiko dilakukan dengan cara:

1) melakukan identifikasi risiko;

2) mengukur besaran risiko;

3) menentukan alokasi risiko; dan

4) menyusun mitigasi risiko.

7. Kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah,

meliputi:

a. Analisis Dukungan Pemerintah, yang bertujuan untuk mengidentifikasi perlu

atau tidaknya Dukungan Pemerintah guna meningkatkan kelayakan keuangan

KPBU.

b. Dukungan Pemerintah dapat diberikan dalam bentuk:

1) dukungan kelayakan KPBU (Viability Gap Fund) yang diatur lebih lanjut

oleh Peraturan Menteri Keuangan;

2) insentif perpajakan; dan/atau

Page 20: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 1 | 12

3) dukungan Pemerintah dalam bentuk lainnya sesuai dengan peraturan

perundang undangan.

c. analisis Jaminan Pemerintah yang bertujuan untuk mengidentifikasi perlu

atau tidaknya Jaminan Pemerintah untuk mengurangi risiko Badan Usaha yang

dapat diberikan oleh Menteri Keuangan melalui BUPI sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

8. Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti, antara lain:

a. Identifikasi isu-isu kritis yang harus ditindaklanjuti;

b. Menyusun rencana penyelesaian isu-isu kritis pada huruf a, termasuk strategi

penyelesaian dan penanggung jawab; dan

c. jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan persiapan KPBU.

B. Kajian akhir Prastudi Kelayakan, terdiri dari penyempurnaan data dengan kondisi

terkini dan pemutakhiran atas kelayakan dan kesiapan KPBU yang sebelumnya telah

tercakup dalam kajian awal Prastudi Kelayakan, termasuk penyelesaian hal-hal yang

perlu ditindaklanjuti.

C. Pembuatan Rancangan Dokumen Lelang Investasi yang terdiri atas:

a. Dokumen Prakualifikasi

b. Dokumen Draft Pelelangan Umum

c. Dokumen Rancangan Perjanjian Kerjasama

Page 21: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 1

Bab 2 Deskripsi Lokasi Studi Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

2.1 KOTA BAUBAU

2.1.1 Kondisi Fisik Wilayah

Secara geografis Kota Bau-Bau terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara bagian Selatan

Pulau Buton dengan posisi koordinat sekitar 05°21’ hingga 05°30’ Lintang Selatan dan

122°30’ sampai 122°45’ Bujur Timur. Kota Baubau berada di Pulau Buton, dan tepat

terletak di Selat Buton dengan Pelabuhan Utama menghadap Utara. Di kawasan selat

inilah aktivitas lalu lintas perairan baik nasional, regional maupun lokal sangat intensif.

Batas-batas administrasi wilayah Kota Baubau adalah sebagai berikut:

ra berbatasan dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton,

Secara administrasi, sejak tahun 2013 Kota Baubau terbagi menjadi 8 kecamatan yakni

Betoambari, Bungi, Kokalukuna, Lea-lea, Murhum, Sorawolio, Wolio, dan Batupoaro

dengan luas wilayah 251 km² dengan luas daratan 221 km² dan luas laut sekitar 30 km².

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Baubau

No Kecamatan Luas wilayah

(km²) Persentase

(%)

1 Wolio 17,33 7,84

2 Betoambari 27,89 12,62

3 Sorawolio 83,25 37,67

4 Bungi 47,71 21,59

5 Murhum 4,90 2,22

6 Kokalukuna 9,44 4,27

7 Lea-lea 28,93 13,09

8 Batupoaro 1,55 0,70

Jumlah 221 100 Sumber: Baubau dalam Angka, 2014

Page 22: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 2

Gambar 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kota Baubau

Page 23: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 3

Karakteristik Wilayah Kota Baubau untuk wilayah utara cenderung subur dan bisa

dimanfaatkan sebagai wilayah pengembangan pertanian dalam arti luas, yaitu meliputi

wilayah Kecamatan Bungi, Sorawolio, sebagian Kecamatan Wolio dan Betoambari.

Wilayah selatan cenderung kurang subur diperuntukan bagi pengembangan perumahan

dan fasilitas pemerintahan. Sementara wilayah pesisir untuk pengembangan sosial

ekonomi masyarakat.

Kondisi topografi daerah Kota Baubau pada umumnya memiliki permukaan yang

bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Di antara gunung dan bukit–bukit

terbentang dataran yang merupakan daerah potensial untuk mengembangkan sektor

pertanian.

Kota Baubau memiliki sebuah sungai yang besar yaitu sungai Baubau. Sungai tersebut

melewati Kecamatan Wolio, Kecamatan Murhum dan Kecamatan Batupoaro. Sungai

tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga

listrik, pertanian, perikanan, kebutuhan industri, kebutuhan rumahtangga dan

pariwisata.

2.1.2 Kependudukan

Berdasarkan data Baubau dalam Angka Tahun 2014, penduduk Kota Baubau tahun 2013

berjumlah sebanyak 145.427 orang. Dengan luas 221 km2, maka diperoleh kepadatan

penduduk Kota Baubau tahun 2013 sebesar 658 orang/km². Penduduk Kota Baubau

terdiri dari penduduk laki-laki sejumlah 71.817 jiwa dan penduduk perempuan

berjumlah 73.610 jiwa.

Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk dan KK Per Kecamatan Kota Baubau tahun 2013

No Kecamatan KK Jumlah Penduduk

Jumlah Rasio Jenis Kelamin

(%) L P

1 Wolio 8.859 20.247 20.065 40.312 100,91

2 Betoambari 3.799 8.533 8.753 17.286 97,49

3 Sorawolio 1.662 3.776 3.785 7.561 99,76

4 Bungi 1.665 3.726 3.807 7.533 97,87

5 Murhum 4.493 9.961 10.486 20.447 94,99

6 Kokalukuna 3.906 8.808 8.959 17.767 98,31

7 Lea-lea 1.548 3.421 3.617 7.038 94,58

8 Batupoaro 6.041 13.345 14.138 27.483 94,39

Jumlah 31.973 71.817 73.610 145.427 97,56 Sumber: BPS Kota Baubau, 2014

Page 24: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 4

Pada Tabel 2.3 di bawah ini dapat diketahui bahwa Kecamatan Batupoaro memiliki

kepadatan paling tinggi yaitu 17.731 orang/km², sedangkan Kecamatan Sorawolio

memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu 91 orang/km².

Tabel 2.3 Data Jumlah Kepadatan Penduduk Perkapita Dalam Wilayah Kota Baubau Tahun 2013

No Kecamatan Jumlah Penduduk Luas wilayah (km²) Kepadatan / km²

1 Wolio 40.312 17,33 2.326

2 Betoambari 17.286 27,89 620

3 Sorawolio 7.561 83,25 91

4 Bungi 7.533 47,71 158

5 Murhum 20.447 4,90 4.172

6 Kokalukuna 17.767 9,44 1.882

7 Lea-lea 7.038 28,93 243

8 Batupoaro 27.483 1,55 17.731

Jumlah 145.427 221,00 658 Sumber: BPS Kota Baubau, 2014

2.1.3 Potensi Wilayah

2.1.3.1 Pertanian

Sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan

perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari

keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa

pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi

Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang

cukup besar, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor

ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di

pedesaan. Pada bab ini disajikan data hasil pembangunan khususnya sektor pertanian

meliputi penggunaan tanah, tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan.

Penggunaan tanah tahun 2013 yang disajikan pada Tabel 2.4 meliputi jenis penggunaan

tanah sawah, bangunan dan pekarangan, tanah tegalan/kebun, tanah ladang/huma,

tanah padang rumput, tanah rawa yang tidak ditanami, tambak/empang, lahan yang

sementara tidak diusahakan, tanaman kayu-kayuan, hutan negara, perkebunan, dan

lainnya. Dari rincian jumlah tersebut pada tahun 2013 penggunaan yang terluas adalah

hutan negara seluas 8.012 ha dari 22.100 ha seluruh luas penggunaan tanah di Kota

Baubau. Kemudian terluas kedua adalah tegal/ tanah perkebunan seluas 3.289 ha.

Ketiga adalah lainnnya seluas 2.938 ha.

Page 25: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 5

Tabel 2.4 Luas Penggunaan Tanah menurut Kecamatan (ha) Tahun 2013

Penggunaan Tanah

Kecamatan

Jumlah

Beto

am

bari

Murh

um

Batu

poaro

Wolio

Kokalu

kuna

Sora

wolio

Bungi

Lea-L

ea

Tanah Sawah - - - - - 150 1.200 90 1.440

Pekarangan 132 428 110 110 137 250 156 386 1.709

Tegal/Kebun 65 19 - 1.301 454 1.025 169 256 3.289

Ladang/Huma 172 7 - - 220 344 225 116 1.084

Padang rumput 368 3 - - - - 10 28 409

Rawa yang ditanami - - - - 11 41 15 - 67

Kolam/tambak - - - - - 1 34 - 35

Sementara tidak diusahakan

273 15 - - - 150 71 119 628

Lahan tanaman kayu-kayuan

32 3 - - - 300 212 171 718

Hutan negara - - - - - 5.860 1.742 410 8.012

Perkebunan rakyat 172 3 - 300 105 150 463 578 1.771

Lainnya 1.575 12 45 22 17 54 474 739 2.938

Jumlah 2.789 490 155 1.733 944 8.325 4.771 2.893 22.100 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Terdapat 8 komoditas utama pertanian yang meliputi padi sawah, padi ladang, jagung,

ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Tanaman padi

sawah pada tahun 2013 memiliki luas panen 2.519 ha dengan hasil produksi sebesar

13.657,20 ton. Lokasi penanaman padi terkonsentrasi pada 3 kecamatan yakni

Kecamatan Sorawolio dengan luas panen sebesar 19 ha serta hasil produksi sebesar

72,20 ton, Kecamatan Bungi dengan luas panen 2.335 ha serta hasil produksi sebesar

12.842,5 ton, dan Kecamatan Lea-lea dengan luas panen 165 ha serta hasil produksi

sebesar 742,50 ton. Pada tahun 2013, luas panen tanaman jagung mencapai 215 ha

dengan hasil produksi sebesar 528,70 ton, dengan demikian terjadi penurunan hasil

produksi sebesar 26,30 persen bila dibandingkan dengan hasil produksi pada tahun 2012

yang menghasilkan produksi sebesar 717,40 ton. Untuk tanaman kedelai mengalami

penurunan 100 persen baik luas panen maupun hasil produksinya dimana pada tahun

2013 tidak ada hasil produksi. Sementara untuk tanaman kacang tanah mengalami

peningkatan luas panen dan hasil produksi dibanding tahun 2012. Untuk tanaman ubi

kayu dengan luas panen 120 ha mencapai hasil produksi sebesar 1.112 ton dimana

terjadi penurunan hasil produksi tanaman ubi kayu sebesar 31,79 persen bila

dibandingkan dengan hasil produksi tahun 2012 yang mencapai 1.630,25 ton. Sementara

itu, tanaman ubi jalar mengalami peningkatan hasil produksi sebesar den 44,17 persen

bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Page 26: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 6

Tabel 2.5 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (kg/ha) 8 Komoditas Utama Pertanian

Kecamatan

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Betoambari - - - - - - 34 78,20 23,00 - - -

Murhum - - - - - - 5 10,00 20,00 - - -

Batupoaro - - - - - - - - - - - -

Wolio - - - - - - 49 122,50 25,00 - - -

Kokalukuna - - - - - - 10 21,00 21,00 - - -

Sorawolio 19 72,20 38 202 727.20 36,00 39 101,40 26,00 - - -

Bungi 2334 12.842,50 55 - - - 12 24,00 20,00 - - -

Lea-Lea 165 742,50 45 - - - 66 171,60 26,00 - - -

Kota Batubau 2013 2.519 13.657,20 54,22 202 727,20 36,00 215 528,70 24,59 - - -

2012 2.344 10.652,40 45,45 342 1.162,80 34,00 312 717,40 22,99 4 4 10

2011 2.460 12.214,68 49,65 371 1.187,20 32,00 303 763,90 25,21 1 1 10

2010 2.516 12.364,70 39,00 346 891,85 28,10 198 446,42 23,10 4 4 10

2009 2.040 10.274,56 49,30 562 2.050,59 36,40 277 363,00 22,10 9 9 10

Tabel 2.5 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (kg/ha) 8 Komoditas Utama Pertanian (Lanjutan)

Kecamatan

Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Betoambari - - - - - - 20 184,00 92,00 8 48,00 60,00

Murhum - - - - - - 2 17,50 87,50 2 10,00 50,00

Batupoaro - - - - - - - - - - - -

Wolio 1 1,00 10,00 - - - 26 239,20 92,00 30 186,00 62,00

Kokalukuna 2 2,00 10,00 - - - 6 54,00 90,00 6 34,20 57,00

Sorawolio 7 7,00 10,00 1 0,95 9,50 9 81,90 91,00 7 42,00 60,00

Bungi 3 3,00 10,00 - - - 1 9,00 90,00 - - -

Lea-Lea - - - - - - 56 526,40 94,00 19 117,80 62,00

Page 27: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 7

Kecamatan

Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Luas Panen

Produksi Produk-tivitas

Kota Batubau

2013 13 13,00 10,00 1 0,95 9,50 120 1.112,00 92,67 72 554,75 77,05

2012 5 5,00 10,00 3 2,85 9,50 178 1.630,25 91,59 64 384,80 60,12

2011 9 10,50 11,67 3 2,85 9,50 154 1.411,50 91,66 55 330,00 60,00

2010 10 4,50 9,00 1 0,95 9,50 132 1.265,04 94,90 31 186,50 59,00

2009 14 16,20 10,50 4 3,80 9,50 203 1.957,28 96,20 43 265,93 61,80

Page 28: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 8

Data tanaman hortikultura yang disajikan pada Tabel 2.6 adalah tanaman sayur-sayuran

serta tanaman buah-buahan.

Tabel 2.6 Produksi Tanaman Hortikultura (kuintal)

Penggunaan Tanah

Kecamatan

Jumlah

Beto

am

bari

Murh

um

Batu

poaro

Wolio

Kokalu

kuna

Sora

wolio

Bungi

Lea-L

ea

Sayuran dipanen Berkali-kali

Kacang Panjang 14 - - 82 53 75 384 238 846

Cabe - - - 57 38 120 120 - 335

Tomat 14 - - 32 - 90 159 95 390

Terung - - - 49 19 - 439 241 748

Buncis - - - - 20 26 - 22 68

Ketimun - - - - - 34 140 137 311

Labu - - - - - - - - -

Kangkung - - - 15 42 91 555 244 947

Bayam - - - 23 47 93 110 42 315

Jumlah 28 - - 258 219 529 1.907 1.019 3.960

Sayuran dipanen Sekali

Bawang Daun - - - - - 88 - - 88

Kubis - - - - - 94 130 90 314

Petai/Sawi 59 - - 16 - 151 137 154 517

Jumlah 59 - - 16 - 333 267 244 919

Buah-Buahan

Alpokat 47 - - 13 29 19 61 - 169

Mangga 139 393 8 45 64 232 519 651 2.051

Rambutan - - - - 24 17 1.935 - 1.976

Jeruk 1 - 1 36 12 - 631 134 815

Jambu Biji 11 - 4 69 14 18 5 41 162

Jambu Air 1 - 5 28 14 33 - 77 158

Pepaya 116 25 11 235 45 477 217 360 1.486

Pisang 189 38 111 152 60 2.842 1.417 818 5.627

Nanas 2 3 - 5 4 31 9 9 63

Salak - - - 1 1 - - - 2

Sawo - 2 - - 3 - - - 5

Nangka 12 980 5 190 170 681 909 321 3.268

Sukun 7 - - 16 61 27 - 54 165

Belimbing 3 2 6 28 39 25 19 2 124

Sirsak 3 - 6 19 23 113 166 180 510

Jumlah 531 1.443 157 837 563 4.515 5.888 2.647 16.581 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Data jenis tanaman sayur-sayuran yang disajikan pada Tabel 2.6 terdiri dari dua

kelompok, yaitu: kelompok tanaman sayur-sayuran yang dipanen berkali-kali dan sayur-

sayuran yang dipanen sekaligus. Kelompok pertama terdiri dari sembilan jenis, yaitu:

Kacang Panjang, Cabe, Tomat, Terung, Buncis, Ketimun, Labu, Kangkung dan Bayam.

Page 29: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 9

Sedangkan kelompok kedua terdiri dari 6 jenis tanaman, yaitu: Bawang Merah, Bawang

Putih, Bawang Daun, Kubis, Petsai/Sawi dan Kacang Merah. Pada tahun 2013 produksi

tanaman sayur-sayuran yang dipanen berkali-kali paling banyak adalah jenis kangkung,

kacang panjang dan terung, masing-masing sebanyak 947 kuintal, 846 kuintal dan 748

kuintal.

2.1.3.2 Perkebunan

Tanaman perkebunan rakyat yang diusahakan terdiri dari 13 komoditi. Produktifitas

rata-rata tanaman perkebunan pada tahun 2013 mengalami penurunan. Hasil

perkebunan yang paling menonjol pada tahun 2013 adalah tanaman jambu mete dengan

produksi sebesar 75,94 ton, kelapa dalam 20,77 ton. Untuk tanaman perkebunan lainnya

hanya mampu berproduksi dibawah 10 ton.

Tabel 2.7 Luas Areal Tanaman Perkebunan menurut Jenis Tanaman dan Tingkat Produktivitas Lahan (ha)

Jenis Tanaman Produktif Belum Produktif Tidak Produktif Jumlah

Kelapa Dalam 106,00 20,50 7,00 133,50

Kopi 37,25 18,25 4,00 59,50

Kapuk 22,65 2,85 1,00 26,50

Lada 0,80 2,40 - 3,20

Cengkeh 1,00 - - 1,00

Jambu Mete 372,70 93,00 354,00 819,70

Kemiri 57,45 12,75 3,00 73,20

Coklat 102,00 23,75 43,25 169,00

Enau 9,50 3,00 1,25 13,75

Kelapa Hybrida 17,00 4,00 0,50 21,50

Asam Jawa 8,75 0,75 1,00 10,50

Pinang 1,30 0,10 - 1,40

Panili 1,00 2,00 1,00 4,00 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

2.1.3.3 Peternakan

Rata-rata jumlah populasi ternak besar dan kecil di Kota Baubau tahun 2013 mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2012. Populasi ternak di tahun 2013 seperti sapi dan

babi mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yakni masing-masing sebesar 0,06

persen dan 0,77 persen. Untuk ternak unggas yang mengalami peningkatan hanya ayam

kampung dari 138.626 ekor menjadi 139.594 ekor serta ayam ras dari 36.000 ekor.

menjadi 41.050 eko tahun 2013, sedangkan itik/itik manila mengalami penurunan

populasi dari 5.828 ekor menjadi 5.590 ekor.

Tabel 2.8 Populasi Ternak Besar dan Kecil menurut Kecamatan (Ekor)

Kecamatan Sapi Kambing Babi Jumlah

Betoambari 67 197 - 264

Murhum 90 257 - 347

Page 30: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 10

Kecamatan Sapi Kambing Babi Jumlah

Batupoaro - - - -

Wolio 157 296 - 453

Kokalukuna 22 295 - 317

Sorawolio 325 338 - 663

Bungi 939 165 1.963 3.067

Lea-Lea 192 133 - 325

Kota Batubau 2013 1.792 1.681 1.963 5.436

2012 1.791 1.983 1.948 5.722

2011 1.657 1.801 1.883 5.341

2010 2.255 1.767 1.818 5.840

2009 2.168 1.694 1.699 5.561 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Tabel 2.9 Populasi Ternak Unggas menurut Kecamatan (Ekor)

Kecamatan Ayam Kampung Ayam Ras Itik Jumlah

Betoambari 23.295 6.000 452 29.747

Murhum 12.333 11.600 811 24.744

Batupoaro - - - -

Wolio 18.633 5.800 378 24.811

Kokalukuna 21.667 3.800 788 26.255

Sorawolio 27.229 1.950 304 29.483

Bungi 19.383 9.000 2.233 30.616

Lea-Lea 17.054 2.900 624 20.578

Kota Batubau 2013 139.594 41.050 5.590 186.234

2012 138.626 36.000 5.828 180.454

2011 134.590 33.500 5.825 173.915

2010 132.120 373.200 5.604 510.924

2009 146.455 354.000 6.428 506.883 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

2.1.3.4 Perikanan

Kegiatan penangkapan ikan dilaksanakan melalui berbagai usaha meliputi perikanan laut

dan usaha perikanan darat (perairan umum, tambak dan kolam). Produksi hasil

perikanan laut dan perikanan darat disajikan pada Tabel 2.10 dan Tabel 2.11. Produksi

perikanan laut dikelompokkan menjadi 3, antara lain: penagkapan Ikan, budidaya

rumput laut dan budidaya mabe. Di tahun 2013 usaha penangkapan ikan di laut

mencapai 7.885,79 ton, budidaya rumput laut 2.668,66 ton dan budidaya mabe sebesar

12,78 ton, sedangkan produksi perikanan darat mencapai 7,30 ton. Usaha perikanan

darat terletak di 3 kecamatan. Produksi ikan darat terbanyak terdapat di Kecamatan

Bungi dengan hasil 6,09 ton. Di Kecamatan Sorawolio sebesar 1,21 ton, sedangkan untuk

tahun 2013 di Kecamatan Lea-lea tidak ada produksi perikanan darat.

Page 31: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 11

Tabel 2.10 Produksi Perikanan menurut Kecamatan (ton)

Kecamatan

Perikanan Laut

Perikanan Darat

Jumlah Penangkapan Ikan

Budidaya Rumput

Laut

Budidaya Mabe

Betoambari 726,84 448,08 - - 1.174,94

Murhum 45,74 - - - 45,74

Batupoaro 3.116,94 235,04 - - 3.351,98

Wolio 165,90 - - - 165,90

Kokalukuna 1.434,17 - - - 1.434,17

Sorawolio - - - 1,21 1,21

Bungi - - - 6,09 6,09

Lea-Lea 2.396,20 1.985,54 12,78 - 4.394,52

Kota Batubau 7.885,79 2.668,66 12,78 7,30 10.574,53 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

2.1.4 Perdagangan

Sektor perdagangan merupakan salah satu sendi perekonomian yang dapat

menyumbangkan pemasukan yang berpengaruh bagi suatu daerah apabila daerah

tersebut memiliki potensi yang cukup besar. Kegiatan perdagangan terdiri dari

perdagangan ekspor dan impor serta perdagangan antar pulau, jenis komoditi yang

diperdagangkan meliputi hasil pertanian, pertambangan, industri, perkebunan,

perikanan, perternakan dan kehutanan, sedangkan untuk impor adalah barang modal

dan bahan baku industry.

Meskipun peranannya masih belum begitu dominan dalam perekonomian daerah, namun

melihat potensi posisi Kota Baubau yang strategis, kegiatan industri memiliki peluang

yang cukup besar untuk dikembangkan. Jenis industri yang dominan yaitu industri

pengolahan makanan dan minuman, pengolahan hasil perikanan (pembekuan ikan dan

pengalengan), industri pengolahan hasil perkebunan dan kehutanan (penggergajian,

meubel, dan gembol).

Jumlah total volume perdagangan sebesar 6.211,68 ton, 10 ekor, 7.277 m3 dan 238.966

buah. Jumlah tersebut terdiri dari 0,16 ton hasil tanaman pangan, 2.819,51 ton hasil

perkebunan, 10 ekor peternakan, 2.613,88 ton hasil perikanan, 567,13 dan 7.202 m3

hasil kehutanan, serta 193 ton, 238.966 buah dan 75 m3 dari industri. Komoditas

tanaman pangan yang diperdagangkan antar pulau adalah bawang merah dengan volume

0,16 ton dan nilainya Rp. 6.400.000 atau menurun sebesar 97,44 persen sebagaimana

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 32: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 12

Tabel 2.11 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Bumi dan Laut menurut Jenis Komoditas

Jenis Komoditas Satuan Volume Nilai (Rp. 000,-)

Tanaman Pangan Ton 0,16 6.400

Perkebunan Ton 2.819,51 23.431.410

Peternakan Ekor 10 120.000

Perikanan Ton 2.631,88 33.139.992

Hasil Kehutanan Ton 567,13 1.809.307

m3 7.202 26.583.444

Industri

Ton 193 386.000

Buah 238.966 1.462.594

m3 75 675.000

Jumlah

Ton 6.211,68 58.773.109

Buah 10 120.000

m3 7.277 27.258.444 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Volume dan nilai perdagangan hasil komoditi perkebunan yang di perdagangkan tahun

2013 mencapai 2.819,51 ton dengan nilai Rp. 23.431.410.000, dimana komoditas kopra

penyumbang volume terbesar yaitu 1.847,93 ton dengan nilai Rp. 12.935.510.000.

Sedangkan nilai perdagangan terkecil dari komoditas buah pala dengan volumen 0,72

ton senilai Rp. 14.400.000.

Tabel 2.12 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Perkebunan menurut Jenis Komoditas

Jenis Komoditas Volume

(ton) Nilai

(Rp. 000,-)

Buah Pala 0,72 14.400

Jahe 2 4.000

Kopi 1,10 16.500

Kopra 1.847,93 12.935.510

Kacang Mete 26,06 1.823.850

Kelapa Biji 6 2.000

Mete Gelondongan 743,15 7.431.500

Biji Kemiri 81,45 366.525

Gula Merah 0,80 5.600

Biji Coklat 71,27 819.525

Asam 39,03 12.000

Jumlah 2013 2.819,51 23.431.410

2012 6.414,95 41.164.800

2011 3.419,62 27.467.479

2010 3.844,86 30.302.150

2009 7.474,88 46.309.664 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Pada sektor peternakan terdapat komoditas sapi/kerbau yang diperdagangan dengan

jumlah 10 ekor dan senilai Rp. 120.000.000. Tabel 2.13 memperlihatkan volume dan

nilai perdagangan antar pulau dari sektor perikanan. Jenis ikan bete-bete dan agar-agar

Page 33: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 13

memiliki volume perdagangan yang sangat tinggi yaitu 1.144,04 ton dan 964,35 ton.

Meskipun volume aga-agar tidak banyak dibandingkan ikan bete-bete tapi nilai

penjualanya lebih tinggi yaitu 11.572.200 ribu rupiah, sedangkan ikan bete-bete hanya

576.152 ribu rupiah.

Tabel 2.13 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Perikanan menurut Jenis Komoditas

Jenis Komoditas Satuan Volume Nilai

(Rp. 000,-)

Agar-agar ton 964,35 11.572.200

Biji Mutiara biji 19,45 583.500

Cumi-cumi Kering ton 140 5.600

Ikan Baronang ton 0,35 9.450

Ikan Beku ton 50 1.750

Ikan Bete-bete ton 1.144.04 576.152

Ikan Cakalang ton 206,80 2.068.000

Ikan Deho ton 595 2.380.000

Ikan Ekor Kuning ton 5,20 15.600

Ikan Kaha-kaha ton 8,25 20.625

Ikan Kakap Merah ton 1,00 3.000

Ikan Lansu ton 37,00 148.000

Ikan Layang ton 46,50 186.000

Ikan Segar Campuran ton 0,60 15.000

Ikan Tembang ton 58,05 290.225

Ikan Belah ton 4 100.000

Ikan Tongkol ton 48,25 193.000

Kulit Lokan ton 104,32 365.120

Kulit Mabe ton 2,15 7.525

Kulit Mutiara ton 3,49 20.940

Roci ton 23,84 476.700

Teri Biasa ton 105,39 2.107.800

Teri Masdak ton 230,30 10.361.205

Teripang Campuran ton 15,30 1.300.500

Tongkat Ikan Hiu ton 0,60 27.000

Udang ton 3,40 153.000

Udang Cuci/Pin ton 3,38 152.100

Jumlah 2013 ton 3.821,11 33.139.992

2012 ton 3.704,73 40.886.590

biji 15.800 316.000

2011 ton 3.504,97 36.767.048

biji 31.150 623.000

2010 ton 4.088,34 35.595.384

biji 35.590 711.800

2009 ton 4.664,14 37.383.969

biji 10.300 206.000 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Nilai hasil kehutanan yang diperdagangkan mencapai 1.809.207 ribu rupiah dengan

volume 567,13 ton dan 7.202 m3, dimana nilai terbesar berasal dari kayu jati olahan

Page 34: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 14

yaitu dengan nilai 14.634.000 ribu rupiah sedangkan volume terkecil dari rotan polish

20,6 ton dengan nilai 195.700 ribu rupiah (Tabel 2.14).

Tabel 2.14 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Kehutanan menurut Jenis Komoditas

Jenis Komoditas Satuan Volume Nilai

(Rp. 000,-)

Kayu Jati Logs m3 1.139,00 3.075.300

Kayu Jati Olahan m3 1.626,00 14.634.000

Kayu Rimba Olahan m3 4.437,00 8.874.144

Rotan Asalan ton 51,97 129.915

Rotan Batang ton 379,76 1.139.292

Rotan Polish ton 20,60 195.700

Kayu Cendana ton 114,80 344.400

Jumlah 2013

ton 567,13 1.809.307

m3 7.202,00 26.583.444

2012 ton 532,03 1.992.365

m3 2.779,00 14.130.150

2011 ton 704,07 2.455.126

m3 3.145,00 20.589.607

2010 ton 647,08 6.549.118

m3 2.963,00 25.921.800 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Volume perdagangan terbesar di sektor industri adalah dari jenis botol kosong sebesar

196.150 buah dengan nilai 196.150 ribu rupiah. Namun jika dilihat dari nilainya maka

jenis bantal memiliki nilai perdagangan yang tinggi yaitu 771.750.000 rupiah dengan

volume 30.870 ton.

Tabel 2.15 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Hasil Industri menurut Jenis Komoditas

Jenis Komoditas Satuan Volume Nilai

(Rp. 000,-)

Baja/Besi Beton ton 193 386.000

Bantal buah 30.870 771.750

Jati Olahan m3 75 675.000

Kasur B1 buah 5.310 69.030

Kasur B2 buah 5.226 73.164

Kasur B3 buah 1.410 352.500

Botol Kosong buah 196.150 196.150

Jumlah 2013

ton 193 386.000

buah 238.966 1.462.594

m3 75 675.000

2012 ton 0,12 1.044.000

buah 13.290 1.663.475

2011 ton 1,83 10.457.100

buah 9.537,00 1.179.238

2010 ton - -

buah 16.085 1.937.250 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Page 35: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 15

Tabel 2.16 menyajikan volume perdagangan antar pulau menurut pelabuhan tujuan

tahun 2013, dimana pelabuhan Surabaya merupakan tujuan terbanyak.

Tabel 2.16 Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau menurut Pelabuhan Tujuan

Pelabuhan Tujuan Satuan Volume

(ton) Nilai

(Rp. 000,-)

Jakarta ton 202,14 12.661.775

Surabaya ton 4.882,04 39.858.697

m3 7.202 26.583.444

Makassar ton 202,82 3.241.360

ekor 10 120.000

Lainnya ton 48,41 199.400

Jumlah 2013

ton 5.287 55.761.832

m3 7.202 26.583.444

ekor 10 120.000 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Tabel 2.17 menyajikan volume beras, gula pasir, tepung terigu dan jagung yang

disalurkan oleh Perum Bulog. Tahun 2013 hanya beras lokal yang disalurkan yaitu

sebanyak 7.260 ton. Kebijakan pemerintah dalam pembinaan koperasi ditujukan agar

koperasi menjadi lembaga yang kuat dan wadah utama untuk membina kemampuan

usaha golongan ekonomi lemah.

Tabel 2.17 Volume Beras, Gula Pasir, Tepung Terigu dan Jagung yang Disalurkan oleh Perum Bulog Sub Divre Wil I di Kota Baubau (ton)

Tahun Beras Lokal Gula Pasir Jagung

2006 5.780,60 10,00 -

2007 5.850,60 - 14,39

2008 10.697,00 - -

2009 9.853,30 - -

2010 9.738,08 - -

2011 10.365,25 - -

2012 8.107.984,00 - -

2013 7.260,00 - - Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

2.1.5 Transportasi

2.1.5.1 Transportasi Darat

Panjang jalan tahun 2013 di Kota Baubau secara keseluruhan adalah 257,44 km, yang

terdiri dari jalan beraspal sepanjang 218,55 km atau 84,89 persen), dan Kerikil 38,89 km

atau 15,11 persen. Bila dilihat dari kondisinya, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang

228,80 km, 22,49 km dalam kondisi sedang dan 6,15 km dalam kondisi rusak,

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.18.

Page 36: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 16

Tabel 2.18 Panjang Jalan menurut Pemerintah yang Berwenang dan Jenis Permukaan Jalan (Km)

Status Jalan Jenis

Permukaan Tahun Tinjauan

Kondisi Tahun Tinjauan

2012 2013 2012 2013

Jalan Negara

Diaspal 62,08 62,08 Baik 56,50 50,48

Kerikil - - Sedang 3,83 11,30

Tanah - - Rusak 1,75 0,30

Lainnya - - Rusak Berat - -

Jumlah 62,08 62,08 Jumlah 62,08 62,08

Jalan Provinsi Jumlah - - Jumlah - -

Jalan Kota

Diaspal 137,76 156,47 Baik 170,72 178,32

Kerikil 49,99 38,89 Sedang 10,50 11,19

Tanah - - Rusak 6,53 5,85

Lainnya - - Rusak Berat - -

Jumlah 187,75 195,36 Jumlah 187,75 195,36 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Sarana angkutan darat seperti kendaraan bermotor disamping dapat digunakan oleh

masyarakat sebagai angkutan penumpang, juga dapat digunakan sebagai angkutan

barang, baik barang produksi pabrik maupun barang hasil produksi pertanian dan hasil-

hasil lainnya. Pada Tabel 2.19 disajikan banyaknya kendaraan yang tercatat dan

terproses pada Samsat Kota Baubau. Jenis sarana angkutan tersebut meliputi mobil

penumpang sebanyak 202 buah, mobil barang sebanyak 947 buah, mobil bus sebanyak

1.584 buah dan sepeda motor sebanyak 21.347 buah.

Tabel 2.19 Banyaknya Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan Terdaftar Pada Samsat di Kota Baubau (unit)

Jenis Kendaraan 2009 2010 2011 2012 2013

Mobil Penumpang 187 285 335 314 202

- Sedan Non Taksi 28 46 45 48 45

- Jeep 59 102 90 100 111

- St. Wagon 100 137 200 166 46

Mobil Barang 597 605 480 613 947

- Truck barang 203 288 246 295 380

- Truck Trail - 15 - - -

- Truck Tangki 14 18 19 17 30

- Pemadam Api 3 - 4 2 5

- Pick Up 377 284 211 299 532

Mobil Bus 783 1.013 1.016 1.111 1.584

- Mikro Bus (12 Seats) 349 489 709 766 1.571

- Mini Bus (12-32 Seats) 407 501 301 343 9

- Bus (32 Seats) 27 23 6 2 4

Sepeda Motor 13.235 18.954 19.538 17.537 21.347

- Scooter 91 28 7.768 262 521

- Motor 13.144 18.926 11.770 17.275 10.826 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Page 37: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 17

2.1.5.2 Transportasi Laut

Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat penting dan strategis di Kota

Baubau yang merupakan pintu gerbang pelayaran antar pulau di wilayah Indonesia

bagian timur. Hal ini terlihat dari banyaknya kunjungan kapal pada pelabuhan di Kota

Baubau sebagaiman disajikan pada tabel 2.20 yang menggambarkan lalulintas kapal laut

dan Fery selama tahun 2013.

Tabel 2.20 Jumlah Kunjungan Kapal dan Penumpang menurut Jenis Pelayaran di Kota Baubau

Jenis Pelayaran Call Kapal GRT Penumpang

Turun Naik

Dalam Negeri 7.568 11.038.283 437.192 453.938

- Umum 2.691 6.631.813 285.031 297.521

- Rakyat 1.672 833.113 10.249 12.796

- Perintis 69 540.992 944 423

- Khusus Pertamina 255 1.299.699 - -

- Lainnya 2.881 1.732.736 140.968 143.198

Luar Negeri 84 2.261.325 - -

Jumlah 2013 7.652 13.299.608 437.192 453.938

2012 8.243 10.577.612 448.585 493.621

2011 8.067 8.426.850 445.723 500.100

2010 8.010 6.046.573 429.655 473.934

2009 7.928 6.151.180 414.833 510.414 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

Jumlah kunjungan kapal laut tahun 2013 tercatat sebanyak 7.652 kunjungan menurun

dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 8.243 kunjungan atau turun 7,17 persen.

Jumlah penumpang naik mencapai 453.938 orang, dan jumlah penumpang turun

sebanyak 437.192 orang. Jumlah penumpang naik mengalami penurunan sebanyak 8,04

persen, sedangkan jumlah penumpang turun juga mengalami penurunan sebesar 2,54

persen.

2.1.5.3 Transportasi Udara

Keberadaan bandar udara sebagai prasarana transportasi udara memberikan andil yang

cukup besar bagi perekonomian Kota Baubau. Dari Tabel 8.1.8 dapat diketahui bahwa

pada tahun 2013 kunjungan pesawat udara yang datang melalui Bandara Betoambari

mengalami penurunan menjadi 730 kali dengan jumlah penumpang datang sebanyak

41.529, sedangkan jumlah penumpang yang berangkat sebanyak 40.186 orang, dan

untuk bagasi melalui bandara Betoambari tahun 2013 mencapai 357.090 kg barang yang

dibongkar serta 259.286 kg untuk barang yang dimuat.

Page 38: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 18

Tabel 2.21 Lalu Lintas Pesawat Terbang dan Penumpang melalui Pelabuhan Udara Betoambari Tahun 2006 - 2013

Tahun Lalu Lintas Pesawat Penumpang (orang)

Datang Berangkat Transit Datang Berangkat Transit

2006 6 6 - 50 53 -

2007 47 47 - 1.322 1.095 -

2008 243 243 - 6.805 4.710 -

2009 282 282 - 5.778 5.250 7

2010 1.224 1.224 2 37.058 34.872 2.810

2011 1.431 1.431 - 48.750 43.658 -

2012 1.471 1.471 - 57.988 56.773 -

2013 730 730 - 41.529 40.186 - Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

2.1.6 Pariwisata

Kota Baubau memiliki potensi wisata dan daya tarik wisata budaya dan wisata alam yang

cukup representatif untuk dikembangkan. Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota

Baubau juga sekaligus sebagai pusat Budaya Kesultanan Buton sehingga menjadikan Kota

Baubau memiliki obyek wisata dari peninggalan sejarah dan kebudayaan yang sangat

menarik bagi wisatawan lokal maupun macananegara.

Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Baubau, kawasan

pariwisata dikelompokan menjadi 6 bagian yaitu:

1. Kota Lama, sebagai pusat pelayanan wisata untuk Kota Bau – Bau dan sekitarnya

serta wisata budaya berbasis pada bangunan tradisional dan pantai sebagai

penunjang, dengan obyek wisata meliputi Pantai Kamali, Malige, Batu Puaro, dan

Kota Lama.

2. Benteng, sebagai kawasan wisata budaya, dengan obyek wisata meliputi Benteng

Wolio dan Benteng Sorawolio.

3. Pantai sebagai kawasan wisata budaya alam berbasis pantai, dengan obyek wisata

meliputi Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Gua Lakasa, dan Gua Moko.

4. Bungi sebagai kawasan wisata alam berbasis air terjun dan ekologi hutan dan pantai

dengan obyek wisata meliputi Air Terjun Bungi, Pantai Kokalukuna, Air Terjun Tirta

Rimba, dan Hutan Wakonti.

5. Samparona sebagai kawasan wisata alam berbasis air terjun dan ekologi hutan

dengan obyek wisata meliputi Air Terjun Samparona dan Air Terjun Kantongara.

6. Pulau Makassar sebagai kawasan wisata budaya berbasis pemukiman dan tata cara

hidup nelayan serta pantai sebagai penunjang, dengan obyek wisata meliputi pulau

makassar.

Page 39: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 19

Selain enam bagian potensi wisata di Kota Baubau yang telah ada saat ini, Kota Baubau

merupakan salah satu pintu gerbang utama menuju kawasan wisata Kepulauan Wakatobi

melalui lintas angkutan penyeberangan antar pulau yang menghubungkan Kota Baubau

dengan Pulau Kadatua Kabupaten Buton, Pulau Muna Kabupaten Muna dan Pulau

Wakatobi Kabupaten Wakatobi.

Pembangunan pariwisataan diarahkan pada peningkatan peran pariwisata dalam

kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha

dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa. Upaya

yang dilakukan pemerintah adalah melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai

potensi kepariwisataan daerah, dan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan

pariwisata di bidang ekonomi adalah meningkatnya pendapatan karena tercipta peluang

usaha. Jumlah hotel dan penginapan di Kota Baubau sebanyak 56 dengan jumlah kamar

sebanyak 757 dan jumlah tempat tidur sebanyak 1.032. Banyaknya tamu hotel bintang

dan non bintang tahun 2013 sebanyak 81.601 orang, yang terdiri dari 511 tamu asing dan

81.090 orang tamu dalam negeri. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi

peningkatan jumlah tamu dalam negeri sebesar 15,59 persen.

2.1.7 Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

keadaan ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. PDRB dihitung

berdasarkan harga berlaku dan harga konstan, dimana PDRB atas dasar harga konstan

digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Nilai PDRB Daerah Kota Baubau berdasarkan harga berlaku pada tahun 2012 sebesar

2.634.647,13 juta rupiah, sedangkan berdasarkan harga konstan sebesar 912.758,25 juta

rupiah dengan tahun dasar 2000. Penyajian PDRB menurut lapangan usaha dibagi

menjadi sembilan sektor, dan dirinci masing – masing menjadi sub sektor dengan

perkembangan setiap sektor sebagai berikut:

1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Sektor pertanian

mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan,

kehutanan dan perikanan. Sektor pertanian pada tahun 2012 memberikan kontribusi

sebesar 12,75 persen terhadap total PDRB Kota Baubau.

2. Pertambangan dan Penggalian Sektor ini terdiri dari 2 sub sektor yakni

pertambangan dan penggalian, dimana sub sektor pertambangan di Kota Baubau

memberikan kontribusi 0,68 persen terhadap total PDRB Daerah Kota Baubau.

Page 40: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 20

3. Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan yang meliputi industri migas dan non

migas dalam hal ini industri makanan, tekstil, barang dari kayu, semen dan barang

galian bukan logam dan lain-lain pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar

2,43 persen terhadap total Produk Domestik Regional Bruto Daerah Kota Baubau.

4. Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor ini merupakan sektor penunjang seluruh kegiatan

perekonomian di Daerah Kota Baubau. Produksi listrik sebagian besar dihasilkan oleh

Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian oleh listrik non PLN. Sedangkan air

bersih dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sektor ini pada tahun

2012 memberikan kontribusi sektoral sebesar 1,17 persen.

5. Konstruksi / Bangunan Sektor konstruksi/bangunan pada tahun 2012 memberikan

kontribusi sebesar 21,52 persen terhadap total PDRB Kota Baubau.

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor ini berperan sebagai penunjang kegiatan

ekonomi yang menghasilkan produk barang dan jasa. Secara keseluruhan pada tahun

2012 sektor ini memberikan kontribusi sektoral sebesar 26,73 persen.

7. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki

peranan sebagai pendorong aktivitas disetiap sektor ekonomi. Sektor ini pada tahun

2012 memberikan kontribusi sebesar 10,00 persen.

8. Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor ini mencakup bank, lembaga

keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan disebut sektor finansial

karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan

keuangan yang bersumber dari penarikan dana masyarakat maupun penyaluran

kembali. Sektor ini pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 6,39 persen.

9. Jasa - jasa Sektor jasa-jasa meliputi pemerintahan umum dalam hal ini administrasi

pemerintahan dan jasa pemerintahan serta swasta yang mencakup sosial

kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi juga perorangan dan rumah tangga. Sektor

jasa–jasa memberikan kontribusi sebesar 18,32 persen terhadap total PDRB Daerah

Kota Baubau.

Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Kota Baubau pada tahun 2007 sebesar

586.325 juta Rupiah. Sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan tertinggi

yaitu sebesar 44 persen, diikuti oleh sektor bangunan sebesar 12 persen dan industri

pengolahan sebesar 11 persen. Secara keseluruhan pendapatan regional dikota Baubau

pada tahun 2007 naik sebesar 7,81 persen bila dibandingkan pada tahun 2006. Nilai

PDRB atas dasar harga konstan tersebut tersajikan pada Tabel 2.22 dan Gambar 3.4.

Tabel 2.22 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Kota Baubau (Juta Rupiah)

No Sektor 2010 2011 2012 Proporsi 2012 (%)

Page 41: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 21

No Sektor 2010 2011 2012 Proporsi 2012 (%)

1 Pertanian 64.202,98 65.486,03 66.596,84 7,30

2 Pertambangan dan Penggalian 5.145,29 6.027,71 7.055,97 0,77

3 Industri 32.096,18 34.192,70 36.463,40 3,99

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 7.702,06 8.310,74 9.834,74 1,08

5 Konstruksi 169.353,90 190.202,01 226.916,27 24,86

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

169.891,09 188.502,34 207.084,37 22,69

7 Pengangkutan dan Komunikasi 85.570,42 92.506,52 97.517,77 10,68

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

54.482,16 67.493,06 72.646,19 7,96

9 Jasa-jasa 175.541,71 182.726,76 188.642,70 20,67

Total 763.985,79 835.447,87 912.758,25 100,00 Sumber: Kota Baubau dalam Angka, 2014

2.2 PELABUHAN BAUBAU

Secara Geografis Pelabuhan Baubau terletak diantara 5027’16,5” Lintang Selatan sampai

122036’31,4” Bujur Timur, tepatnya Pelabuhan Baubau terletak di Kota Baubau bagian

selatan Sulawesi Tenggara, untuk lebih tepatnya Pelabuhan Baubau ini berada di Pulau

Buton yang terletak di Selat Buton dengan Pelabuhan Utama menghadap ke utara.

2.2.1 Fasilitas Pokok Pelabuhan

Status Pelabuhan Baubau adalah Pelabuhan yang tidak diusahakan yang diselenggarakan

oleh pengelolaan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Baubau sebagai UPT Pusat.

Kondisi fasilitas pelabuhan yang ada saat ini pada dasarnya sangat memadai dengan

adanya penambahan dermaga tahun anggaran 2009-2012 dengan panjang total 120

meter. Fasilitas Pelabuhan Baubau secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.23 Fasilitas Pelabuhan di Pelabuhan Murhum Baubau

No Fasilitas Dimensi Keterangan

1 Daerah Kerja Daratan 8 Ha Tanah urugan

2 Dermaga I 180 x 12 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton

3 Dermaga II (Baru) 120 x 15 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton

4

Dermaga Finger I 50 x 10 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton D=400mm, dibangun tahun 2002

Dermaga Finger II 50 x 10 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton D=400mm, dibangun tahun 2012 (sedang berjalan)

5 Trantel I 97 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm

6 Transtel II 123 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm

7 Causeway I 55 x 8 m Tipe Gravity Wall

8 Causeway II 30 x 8 m Tipe Gravity Wall

9 Causeway III 60 x 10 m Tipe Gravity Wall

10 Talud I P. 64 m Dinding Penahan Tanah

Page 42: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 22

No Fasilitas Dimensi Keterangan

Talud II P. 130 m Dinding Penahan Tanah

11 Mooring Dolphin 2 unit Tipe beton dengan tiang Pancang Beton D=450mm

12 Kantor Pelabuhan 250 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik

13 Terminal Penumpang 780 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik

14 Gudang Nihil Tidak ada

15 Rumah Jaga (jalan masuk) 6 x 4 m Tipe struktur beton, kondisi cukup baik

16 Rumah Jaga (jalan keluar) - -

17 Lapangan Penumpukan 1.800 m2 Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik

18 Jalan – Utama I 94 x 11,5 m

Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik Jalan – Utama II 32 x 6 m

Jalan – Extra 53 x 6,75 m

19 Areal Parkir 42 x 68 m Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik

20 Klinik Kesehatan Pelabuhan

12 m2 Menumpang di terminal

21 Karantina Tumbuhan 1 unit

22 Karantina Hewan -

23 Kantor Perusahaan Pelayaran

3 unit Menumpang pada terminal penumpang

24 Kantor Buruh / TKBM 24 m3 Menumpang pada terminal penumpang

25 Bak air 300 m3 Kapasitas 90 ton/jam

26 Tangki BBM Tidak ada Memakai mobil tangki

27 Pagar 335 m3 Pagar BRC, kondisi cukup baik

28 Alat Bantu Navigasi 1 unit 1 lampu suar

29 Suplay Listrik 1.500 KVA PLN

30 Suplay Air 100 m3 PDAM

31 Telephone 2 line PT Telkom

32 SRP / Stasiun Radio SSB

33 Taman I 53 x 6,30 m

Taman II 33 x 6 m

34 Lapangan Penumpukan 68 x 64 m Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2013

Pintu utama pelabuhan bagi orang dan kendaraan yang keluar masuk di pelabuhan

mengalami hambatan karena belum terpisahnya pintu pejalan kaki dan kendaraan yang

menyebabkan sering terjadi kemacetan pada pintu utama disaat kegiatan puncak yaitu

embarkasi dan debarkasi penumpang Kapal Pelni.

2.2.2 Armada Angkutan Laut

Berdasarkan data yang didapat dari KUPP Pelabuhan Baubau, potensi armada angkutan

laut yang dioperasikan di Pelabuhan Baubau memiliki jumlah yang sangat besar.

Terdapat 52 kapal yang beroperasi dengan trayek asal Baubau yang dikelola oleh

sebanyak sebelas perusahaan termasuk PT Pelni. Perusahaan-perusahaan tersebut

adalah:

1. PT Pelni

Page 43: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 23

2. PT Dharma Lautan Utama

3. PT Dharma Indah

4. PT ASDP

5. PT Mira Cipta Sombu

6. PT Global Expres Lines

7. PT Aksar Saputra Lines

8. PT Boy Bahtera Mandiri

9. PT Fungka Permata Group

10. PT Uki Raya Lines

11. PT Wahyu Samudera Timur

Data lengkap mengenai nama kapal, lintasan trayek, serta kapasitas kapal disampaikan

pada Lampiran 1.

2.2.3 Angkutan Penumpang Pelni Pelabuhan Murhum

Dengan jumlah kapal dan trayek kapal penumpang yang naik turun di Pelabuhan Murhum

Baubau sebagaimana disampaikan di atas, dapat diprediksi jumlah naik turun angkutan

penumpang Kapal Pelni merupakan salah satu aktifitas utama Pelabuhan Murhum

Baubau. Jumlah rata-rata kunjungan kapal Pelni antara 24 – 26 call per bulan. Bahkan

pada bulan-bulan tertentu, jumlah kunjungan kapal Pelni mencapai 29 call. Dengan

jumlah call yang ada tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir setiap hari ada Kapal

Pelni yang merapat di Pelabuhan Murhum ini. Dengan durasi embarkasi dan debarkasi

antara 3 – 4 jam, aktifitas naik turun naik penumpang serta bongkar muat barang pada

jam-jam tersebut merupakan jam sibuk (peak hour) di Pelabuhan Murhum.

Dengan terbatasnya fasilitas pelabuhan seperti terminal penumpang, lapangan parkir

serta jalan masuk ke dermaga, menjadikan aktifitas turun naik penumpang kapal Pelni

ini perlu penanganan yang komprehensif. Data dari KUPP Pelabuhan Baubau, jumlah

kapal Pelni yang berkunjung ke Pelabuhan Murhum Baubau termasuk jumlah penumpang

turun naik dijabarkan pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.24 Jumlah Naik-Turun Penumpang di Pelabuhan Murhum Baubau

Tahun Jumlah Penumpang Naik Jumlah Penumpang Turun

2010 473.353 428.784

2011 501.100 445.723

2012 532.080 491.149

2013 519.139 491.071

2014 458.652 389.609 Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2015

Page 44: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 24

2.2.4 Angkutan Laut Pelabuhan Murhum Baubau

Di Pelabuhan Murhum, aktifitas angkutan yang terselenggara meliputi 3 akfititas

pelabuhan yang dicatat sebagai bagian dari aktifitas angkutan laut di Pelabuhan Murhum

Baubau yaitu Pelabuhan Umum Dalam Negeri, Pelabuhan Rakyat dan Pelabuhan Perintis.

Rekapitulasi aktifitas angkutan laut untuk kurun waktu 2010-2013 di Pelabuhan Murhum

ini dijabarkan pada Tabel 2.24 dan digambarkan pada Gambar 2.2-2.4.

Tabel 2.25 Aktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Murhum Baubau

*Periode Januari sampai dengan Juli 2013 Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2013

Gambar 2.2 Produktifitas Angkutan Laut Pelabuhan Murhum

Page 45: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 25

Gambar 2.3 Produktifitas Angkutan Barang Pelabuhan Murhum Baubau

Gambar 2.4 Produktifitas Angkutan Penumpang Pelabuhan Murhum

2.2.5 Angkutan Peti Kemas Pelabuhan Murhum

Angkutan peti kemas di Pelabuhan Baubau menunjukkan pertumbuhan yang cukup

besar, ditunjukan dengan data dalam kurun waktu 2010-2013, bongkar peti kemas

menunjukkan pertumbuhan rata-rata sebesar 37,73% (TEUS) / 42,14% (Ton) dan untuk

muat peti kemas, pertumbuhan dalam periode tersebut rata-rata sebesar 41,12% (TEUS)

/ 33,10% (Ton). Penjabaran mengenai data angkutan peti kemas di Pelabuhan Murhum

ini dijabarkan pada Tabel 2.25.

Tabel 2.26 Produktifitas Angkutan Peti Kemas di Pelabuhan Murhum

Page 46: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 26

Tahun Bongkar Muat

Teus Ton Kosong Teus Ton Kosong

2010 4.049 64.059 36 2.093 41.977 2.079

2011 5.634 90.867 21 2.958 59.115 2.383

2012 7.680 129.430 36 4.168 74.111 3.348

2013 8.580 137.199 0 5.252 86.568 3.401

2014 10.149 182.903 7 6.668 115.068 3.302 Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2015

Gambar 2.5 Operasional Peti Kemas Pelabuhan Murhum Baubau

2.3 KEBUTUHAN PROYEK KPBU DI PELABUHAN BAUBAU

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengindikasikan bahwa

perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra dan

antar moda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut harus direncanakan secara

tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan dan

memperhatikan keterpaduan intra dan antar moda transportasi.

Pendekatan multi-dimensi yang diamanatkan oleh Undang-Undang diharapkan dapat

mendukung dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan

mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya konektivitas dan pola

distribusi nasional yang mantap dan dinamis serta meningkatkan kesejahteraan rakyat

Indonesia. Visi pembangunan dibidang kepelabuhanan ditetapkan sebagai berikut:

“Sistem kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan responsif yang mendukung

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

2010 2011 2012 2013 2014

Operasional Peti Kemas Pelabuhan Murhum Baubau

Bongkar (Teus)

Bongkar (Ton)

Bongkar (Kosong)

Muat (Teus)

Muat (Ton)

Muat (Kosong)

Page 47: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 27

perdagangan internasional dan domestic serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan wilayah”.

Untuk memenuhi kebutuhan demand di Pelabuhan Murhum Baubau yang semakin

meningkat setiap tahunnya, serta untuk mendukung program jangka panjang dalam

konsep pembangunan pemerintah Kota Baubau yang bertujuan menjadikan Kota Baubau

Pintu Gerbang Ekonomi dan Pariwisata di Sulawesi Tenggara. Pelabuhan Baubau yang

merupakan salah satu pelabuhan dengan perkembangan kegiatan ekonomi yang lebih

pesat dibandingkan dua pelabuhan lainnya di Kota Baubau, selain itu Pelabuhan Murhum

Baubau memiliki status sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah

Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Melihat

status serta keberadaannya yang cukup vital bagi transportasi dan perekonomian maka

pemenuhan kebutuhan pergerakan di Pelabuhan Baubau perlu menjadi prioritas

pengembangan. Karena anggaran Pemerintah terbatas, maka perlu dibantu dari

anggaran/investasi swasta untuk mencukupi kebutuhan pendanaan penyediaan

infrastruktur secara berkelanjutan.

2.4 POTENSI KPBU DI PELABUHAN BAUBAU

Berdasarkan dokumen hasil Studi Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk Pelabuhan

BaubauSulawesi Tenggara, disampaikan mengenai potensi awal proyek KPBU di

Pelabuhan Murhum Baubau seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.27 Potensi (Awal) Proyek KPBU di Pelabuhan Baubau

No Tipe Proyek Karakteristik Opsi Skema KPBU Prioritas

1 Terminal Penumpang

- Permintaan mapan dan terus meningkat

- Pengembangan usaha dagang - Kebutuhan lahan

reklamasi/flatform antara 2 causeway

- Kebutuhan pembangunan gedung baru

- Telah banyak diterapkan di beberapa negara

- BOT - Konsesi - Manajemen

kontrak privatisasi

Tinggi

2 Teminal Peti Kemas

- Permintaan terus meningkat - Pasar yang mapan - Dapat terisolasi dari kegiatan

pelabuhan umum - Membutuhkan teknologi modern

untuk mencapai efisiensi - Terbatasnya jumlah klien - Dapat dikembangkan dari operator

eksisting - Telah banyak diterapkan di

- BOT - Konsesi - Manajemen

kontrak privatisasi

Tinggi

Page 48: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 28

No Tipe Proyek Karakteristik Opsi Skema KPBU Prioritas

beberapa negara

3 Kargo Umum

- Aset jangka panjang yang tidak menghasilkan tingkat pengembalian menarik bagi sektor swasta karena permintaan terbatas dan tarif rendah

- Pendapatan biasanya menyebar dan sulit untuk dikumpulkan.

- Dapat dikembangkan sebagai pola awal pengenalan KPBU

hybrid Rendah

4

Penyediaan dan pelayanan peralatan pelabuhan (cranes dan gantry)

- Terlalu kecil untuk dipertimbangkan sebagai JV / BOT.

- Secara kolektif, masih kurang besar nilainya sebagai BOT.

- Sulit untuk diisolasi dari kegiatan pelabuhan lainnya.

hybrid Sedang

5 Pergudangan

- Keterbatasan lahan di kawasan pelabuhan

- Sering dilakukan oleh perusahaan swasta yang memberikan layanan kepada perusahaan pengguna jasa pengiriman.

- Nilai terlalu kecil untuk BOT.

BOT Sedang

-

6 Pelayanan tunda dan pandu

- Frekuensi kapal yang masih rendah - Pada umumnya, nilai terlalu kecil

sebagai BOT/JV. - Investasi kapal yang cukup tinggi - Kebutuhan tenaga spesialis

menetap.

Manajemen kontrak

Sedang

7 Supply air bersih dan air minum kapal

- Frekuensi kapal yang masih rendah - Pada umumnya, nilai terlalu kecil

sebagai BOT/JV. - Pemanfaatan fasilitas yang telah

ada - Kebutuhan supply air yang

menerus

- Perusda (PDAM) - Kontrak

pelayanan Sedang

8 Pengelolaan SBNP

- Fokus pada keselamatan pelayaran - Investasi awal cukup tinggi - Tidak ada pendapatan secara

langsung

Kontrak pelayanan Rendah

9 Reklamasi lahan

Aset yang sangat jangka panjang atau pengembangan yang belum dapat menghasilkan keuntungan yang memadai bagi investor sektor swasta

Pemerintah Rendah

Page 49: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 29

2.5 INFRASTRUKTUR YANG AKAN DIBANGUN DENGAN SKEMA KPBU

Dari Tabel 2.27 di atas, teridentifikasi 2 jenis proyek yang memiliki prioritas tinggi

untuk dilaksanakan proyek KPBU, yaitu:

1. Pembangunan Terminal Peti Kemas

a. Proyek Kerjasama Permerintah Swasta untuk Penyelenggaraan Terminal Peti

Kemas Pelabuhan Baubau meliputi perencanaan, pengelolaan, pembangunan dan

operasional terminal peti kemas termasuk prasarana dan sarana yang ada

didalamnya.

b. Pelayanan jasa peti kemas di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau termasuk

hak untuk menetapkan tarif pelayanan dermaga Peti Kemas yang meliputi:

1) Kegiatan operasi kapal, terdiri atas:

a) Kegiatan dermaga

b) Stevedoring

c) Haulage/trucking

d) shifting

e) buka tutup palka

f) lift on/lift off

2) Kegiatan operasi lapangan, terdiri atas:

a) penumpukan

b) lift on/lift off

c) gerakan ekstra

d) relokasi

e) angsur

3) Kegiatan operasi container freight station, terdiri atas:

a) stripping/ stuffing

b) penumpukan

c) penerimaan penyerahan

4) kegiatan pelayanan tambahan, terdiri atas:

a) biaya administrasi nota

b) biaya inter terminal transfer

c) biaya SPP (Surat Penyerahan Petikemas)

d) biaya kartu ekspor

e) biaya hi-co scan

f) biaya hi-co scan with behandle

g) biaya stack awal (biaya penumpukan plus gerakan ekstra)

h) biaya batal transaksi

Page 50: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 30

i) biaya after closing time

j) biaya administrasi IT System

k) biaya PLP (Pindah Lokasi Penumpukan)

l) biaya site office

m) biaya monitoring/supervisi

2. Pembangunan Terminal Penumpang

a. Proyek Kerjasama Permerintah Swasta untuk Penyelenggaraan Terminal

Penumpang Pelabuhan Baubau meliputi perencanaan, pengelolaan,

pembangunan dan operasional terminal penumpang termasuk prasarana dan

sarana yang ada didalamnya.

b. Pelayanan jasa terminal penumpang yang meliputi pelayanan jasa penumpang

secara luas;

c. Pengembangan usaha terkait pelayanan penumpang seperti restoran, tempat

istirahat temporer, dan sebagainya.

2.6 PELABUHAN BAUBAU DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BAUBAU

Pelabuhan Baubau dalam Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Baubau Tahun 2011-2030 adalah Pelabuhan

Pengumpan skala regional dengan alur pelayaran regional yang menghubungkan

Pelabuhan Baubau dengan pelabuhan regional dan pelabuhan nasional lainnya.

Berdasarkan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut untuk tatanan

kepelabuhanan, mengikuti ketentuan:

1. Kegiatan yang diperbolehkan untuk pelabuhan umum meliputi kegiatan: operasional

pelabuhan, pembangunan prasarana dan sarana penunjang pelabuhan, dan

pengembangan kawasan pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain yang disebutkan

pada nomor 1 yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah

Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dengan syarat harus mendapat izin sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Raperda RTRW Kota Baubau

3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan yang dapat mengganggu kegiatan

di Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan

Pelabuhan, dan jalur transportasi laut.

Page 51: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 2 | 31

2.7 RESUME RENCANA INDUK PELABUHAN BAUBAU

Rencana pengembangan fasilitas Pelabuhan Baubau didasarkan pada dokumen Rencana

Induk Pelabuhan yang memuat rencana pengembangan jangka pendek, menengah dan

panjang. Tahapan pengembangan dalam Dokumen Rencana Induk tersebut merupakan

pegangan dalam pengembangan prasarana, sarana maupun fasilitas pendukung pada

pelabuhan.

Tabel 2.28 Rekapitulasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pelabuhan Baubau

Sumber: Dokumen Draft Rencana Induk Pelabuhan Baubau

Page 52: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 1

Bab 3 Review Kajian

Pra Studi Kelayakan (Outline Business Case) Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

3.1 RESUME REVIEW KAJIAN

Review dilakukan terhadap Laporan Akhir Studi Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk

Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan

pada Tahun Anggaran 2013. Matriks resume hasil review disampaikan pada Lampiran II.

3.2 KAJIAN ASPEK HUKUM DAN KELEMBAGAAN

3.2.1 Analisis Peraturan Perundang-undangan

3.2.1.1 Kesesuaian Pelaksanaan KPBU dengan peraturan perundangan

Bab 2 Kajian Hukum dan Regulasi OBC telah menyajikan analisa atas peraturan-

peraturan berikut:

1. Pendirian Badan Usaha

2. Penanaman modal

3. Persaingan usaha

4. Lingkungan

5. Keselamatan kerja

6. Pengadaan tanah

7. Pembiayaan KPBU termasuk mekanisme pembiayaan KPBU

8. Perizinan KPBU

9. Perpajakan

10. Peraturan sektor perhubungan laut

Walaupun begitu, terdapat beberapa peraturan yang perlu dijadikan rujukan

menggantikan peraturan perundangundangan sebelumnya, diantaranya:

1. Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

2. Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. 4 tahun 2015 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur.

Page 53: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 2

3. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara /

Daerah.

4. Peraturan Menteri Keuangan No. 164/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemanfaatan Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur.

5. Peraturan Presiden No. 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup

dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Kelima peraturan di atas merupakan peraturan yang diterbitkan setelah studi dilakukan

sehingga akan dianalisa lebih dalam di laporan FBC.

3.2.1.2 Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi

Studi OBC tidak memaparkan jenis risiko hukum yang mungkin timbul di dalma studi ini.

Berdasarkan beberapa sumber, risiko hukum yang mungkin terjadi di KPBU sektor

pelabuhan adalah sebagai berikut:

Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi,

larangan bekerja, pemblokiran, tindakan perlambatan dan pemogokan - yang terjadi

dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif terhadap

uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek;

Risiko pengambilalihan: risiko tindakan pengambilalihan aset proyek (termasuk

nasionalisasi) oleh pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang

dapat memicu pengakhiran kontrak proyek;

Risiko perubahan regulasi dan perundangan: risiko perubahan undang-undang,

peraturan atau kebijakan yang merugikan proyek;

Risiko perijinan: risiko dimana perijinan yang diperlukan dari suatu otoritas

pemerintah lainnya tidak dapat diperoleh atau, jika diperoleh, diperlukan biaya

yang lebih besar dari proyeksi;

Risiko pembebasan lahan: risiko ini terhitung sebagai risiko hukum karena memiliki

potensi terjadinya sengketa atas status lahan antara pemilik lahan dengan

pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang dapat menimbulkan keterlambatan

pelaksanaan pembangunan dan/atau pengoperasian.

3.2.1.3 Kemungkinan Penyempurnaan Peraturan Perundangan

Studi tidak menyatakan kemungkinan diperlukannya penyempurnaan atau penerbitan

baru peraturan perundangan-undangan.

Page 54: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 3

3.2.1.4 Jenis Perijinan/Persetujuan yang Diperlukan

Studi belum menentukan jenis-jenis perijinan/persetujuan yang diperlukan. Beberapa

perizinan yang terkait dengan studi ini nantinya dapat dikelompokkan ke dalam

tahapan:

Pra Penandatanganan Kontrak, seperti izin lingkungan

Pra-konstruksi, seperti izin IMB, izin usaha

Konstruksi, seperti izin impor

Operasional, seperti izin kelaikan operasional

Studi FBC akan menjabarkan jenis-jenis perizinan yang dibutuhkan pada setiap tahapan.

3.2.1.5 Jadwal Pemenuhan Perijinan

Studi belum menyiapkan rencana dan jadwal pelaksanaan untuk kebutuhan

mendapatkan izin dan persetujuan. Studi FBC akan menyajikan rencana & jadwal

pelaksanaan untuk mendapatkan izin dan persetujua yang dibutuhkan pada setiap

tahapan.

3.2.2 Analisis Kelembagaan

3.2.2.1 Kewenangan Menteri Perhubungan sebagai PJPK Proyek KPBU Pelabuhan Bau

Bau

Proyek KPBU Pelabuhan Bau Bau merupakan proyek atas prakarsa pemerintah atau

solicited. Bab 2 Kajian Hukum dan Regulasi OBC (hal. 40) dinyatakan bahwa PJPK adalah

Menteri Perhubungan merujuk kepada Perpres 67 tahun 2005. Walaupun Perpres

67/2005 telah diganti, Perpres 38/2015 (sebagai pengganti Perpres 67/2005) Pasal 6

ayat 1 menyatakan “Dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah

bertindak selaku PJPK.”, sehingga PJPK tetap Menteri Perhubungan. Hal ini juga

mengingat bahwa aset tersebut dimiliki oleh Pemerintah Pusat.

Wewenang sebagai PJPK belum dipaparkan. Lingkup tugas dan wewenang PJPK tidak

diuraikan di dalam studi dengan jelas. Adapun tugas dan wewenang PJPK diantaranya:

Memastikan ketersediaan anggaran utnuk pelaksanaan KPBU (perencanaan,

penyiapan, transaksi, masa kerjasama)

Membentuk tim KPBU dan panitia lelang KPBU

Memberikan keputusan strategis atas proses pelaksanaan KPBU.

Page 55: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 4

Studi FBC akan menganalisa regulasi KPBU dan sektor Pelabuhan terkait kewenangan

PJPK dan aspek lainnya.

3.2.2.2 Stakeholder Mapping

Studi OBC sudah memaparkan stakeholder mapping seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Kerangka Kelembagaan Proyek Pelabuhan Bau Bau

Kerangka yang digambarkan masih kurang jelas terutama perihal keterlibatan Bappenas

dan Kemenkeu dengan Pemerintah Daerah. Hal ini mengingat PJPK Proyek KPBU ini

adalah Menteri Perhubungan. Studi FBC akan menganalisa lebih dalam peran dan

tanggung jawab semua pihak yang terlibat.

3.2.2.3 Peran dan tanggung jawab tim KPBU

Pada Bab 8 Kesimpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut dinyatakan bahwa Tim KPBU

belum terbentuk dan direkomendasikan untuk dibentuk jika akan dilaksanakan secara

KPBU. Tim KPBU yang dibentuk Kementerian Perhubungan harus mempertimbangkan

peran dan tanggung jawab di dalam proyek. Peraturan Menteri Perhubungan No. 90

tahun 2010 tentang pembentukan simpul Kerjasama Pemerintah dan Swasta tetap dapat

ditinjau sebagai referensi.

Page 56: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 5

3.2.2.4 Penyiapan perangkat regulasi dan kelembagaan

Mempertimbangkan telah adanya Peraturan Menteri Perhubungan No. 90 tahun 2010

tentang pembentukan simpul Kerjasama Pemerintah dan Swasta, pembentukan tim

KPBU tidak memerlukan perangkat regulasi dan kelembagaan yang baru. Akan tetapi

untuk tim lelang KPBU perlu ditinjau apakah memakai tim yang telah tersedia atau

perlu tim baru. Hal ini tentunya berdasarkan masukan dari para pemangku kepentingan

di Kementeria Perhubungan.

3.2.2.5 Kerangka Pengambilan Keputusan

Laporan OBC belum memaparkan kerangka pengambilan keputusan. Secara umum,

kerangka pengambilan keputusan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Kerangka Pengambilan Keputusan

Saat ini posisi proyek berada pada Tahap Penyiapan Proyek dalam proses finalisasi FBC.

Beberapa keputusan strategis harus diambil terutama terkait dengan stuktur proyek dan

rencana implementasi ke depan.

3.3 KAJIAN TEKNIS

3.3.1 Analisis Teknis

3.3.1.1 Standar Kinerja Teknis Operasi

Standar pelayanan setiap pelabuhan telah diatur oleh pemerintah yang dalam hal

ini bertindak selaku regulator dan dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur

Dokumen

Penyiapan OBC Finalisasi FBC Tahap Pengadaan

• SK Tim KPS

•Dokumen OBC

• FBC

• LARAP• KA-ANDAL•Dok lelang

• Term-sheet contract

Evaluasi &

Keputusan

• Penentuan alternatif skema

• Keputusan melanjutkan KPBU

• Finalisasi bentuk KPBU

• Keputusan jenis dukungan pemerintah

• Keputusan kebutuhan penjaminan

• Keputusan untuk melanjutkan ke tahap pelelangan KPBU atau

lainnya.

TAHAP PENYIAPAN PROYEK TAHAP TRANSAKSI

Page 57: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 6

Jenderal Perhubungan Laut nomor: UM.002/38/18/DJPL-11 tentang Standar

Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan. Pengaturan ini terdiri atas 2 macam

standar yang berlaku dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pencapaian kinerja operasional dari masing-masing indikator ET, BT, kinerja

bongkar muat dan kesiapan operasi peralatan ditentukan sebagai berikut:

a. Apabila nilai pencapaian di atas nilai standar kinerja pelayanan operasional yang

ditetapkan, pelayanan dinyatakan baik;

b. Apabila nilai pencapaian 90% sampai dengan 100% dari nilai standar kinerja

pelayanan operasional yang ditetapkan, pelayanan dinyatakan cukup baik;

c. Apabila nilai pencapaian kurang dari 90% dari nilai standar kinerja

pelayanan operasional yang ditetapkan, dinilai kurang baik.

2. Untuk pencapaian kinerja operasional dari masing-masing indikator WT, AT,

BOR, YOR, SOR dan Receiving/Delivery Petikemas berbanding terbalik, yaitu:

a. Apabila nilai pencapaian di bawah nilai standar kinerja pelayanan

operasional yang ditetapkan, dinyatakan baik;

b. Apabila nilai pencapaian 0% sampai dengan 10% di atas nilai standar

kinerja pelayanan operasional yang ditetapkan, dinilai cukup baik;

c. Apabila nilai pencapaian di atas 10% dari nilai standar kinerja pelayanan

operasional yang ditetapkan, dinilai kurang baik.

3.3.1.2 Alternatif Tapak, Besaran Proyek, Kualitas, Teknologi dan Waktu Pelaksanaan

Studi OBC tidak menyajikan alternatif tapak, hanya disampaikan informasi singkat

mengenai Identifikasi Perkiraan Lokasi dan Kebutuhan Luas Tanah untuk setiap rencana

proyek KPBU dan prediksi waktu pelaksanaan, sebagai berikut:

1. Pengembangan dalam penyelenggaraan Terminal Penumpang Pelabuhan Baubau

meliputi:

a. Pembangunan flatform sebagai lahan pembangunan terminal penumpang di

lokasi Trestle I dan Trestle II seluas 20 m x 54 m dengan ketinggian sesuai dengan

kebutuhan bangunan;

b. Pembangunan Terminal Penumpang seluas 20 m x 54m diatas lahan reklamasi

antara Trestle I dan Trestle II dalam periode pengembangan jangka pendek

(2013-2018);

c. Pembangunan fasilitas terminal penumpang sesuai dengan ketentuan terminal

penumpang;

d. Pembangunan sistem manajemen informasi.

Page 58: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 7

2. Pengembangan dalam penyelenggaraan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau

meliputi :

a. Pengelolaan Terrminal Peti Kemas eksisting seluas 4.600 m2;

b. Pembangunan Dermaga Peti Kemas sepanjang ukuran 80 m x 15 sebagai

pengembangan dermaga peti kemas eksisting dalam periode pengembangan

jangka panjang (2014-2033);

c. Pembangunan causeway sepanjang 12 meter dengan lebar 8 meter;

d. Pembangunan trestle sepanjang 170 meter dengan lebar 8 meter;

e. Pekerjaan Reklamasi seluas 1.525 m2 dalam periode pengembangan jangka

menengah (2014-2023) dan seluas 13.645 m2 dalam periode pengembangan

jangka panjang (2014-2033);

f. Pengadaan peralatan bongkar muat peti kemas yang meliputi forklift, crane

reach stacker, head truck, dan peralatan lainnya yang diperlukan untuk

operasional;

g. Pembangunan pintu khusus angkutan peti kemas di sisi barat Pelabuhan

Penyeberangan;

h. Pembangunan sistem manajemen informasi peti kemas untuk pengelolaan

terminal peti kemas.

3.3.2 Penyiapan Tapak

Lokasi dan peruntukan lahan serta status Pelabuhan Murhum Baubau berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Baubau Tahun 2011-2030 adalah Pelabuhan Pengumpan skala regional,

sehingga rencana pengembangan pelabuhan ini telah sesuai dengan perencaaan zonasi

dan prioritas pembangunan pelabuhan di Kota Baubau.

3.3.3 Rancang Bangun Awal

Dalam laporan OBC yang dilaksanakan tahun 2013 Rancangan Teknis Dasar KPBU serta

lingkup proyek tidak disampaikan secara mendetail, hanya memaparkan mengenai

skema KBPU dan besaran rencana pembangunan yang akan dilaksanakan. Idealnya,

rancangan awal terutama mengenai spesifikasi teknis yang menjadi standar minimal

desain konstruksi yang diharapkan telah tergambar dengan baik.

3.3.4 Spesifikasi Keluaran

Dalam laporan OBC belum diulas mengenai spesifikasi keluaran yang mencakup:

1. SPM (kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan ketersediaan (avaibility))

Page 59: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 8

2. Jadwal konstruksi dan pengadaan peralatan

3. Kepatuhan atas lingkungan, sosial dan keselamatan

4. Persyaratan pengalihan aset sesuai perjanjian KPBU

5. Pemantauan dan pengawasan

Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan dilakukan pada setiap tahapan, baik itu

pada tahap konstruksi, operasi komersial, hingga berakhirnya perjanjian KPBU.

3.4 KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL

3.4.1 Analisa Permintaan

Studi OBC tidak melakukan Real Demand Survey (RDS). Survey RDS harus dilakukan

kepada pengguna terminal penumpang dan juga terminal peti kemas. Survey ini

bertujuan untuk mengetahui:

Kondisi pelayanan saat ini dari persepsi pengguna (penumpang dan perusahaan

pelayaran dan peti kemas)

Prioritas jenis pelayanan yang diharapkan pengguna

Persepsi atas pengelolaan pelabuhan oleh swasta dengan jenis pelayanan yang

memiliki standar pelayanan minimum yang terukur

Minat menggunakan jasa pelabuhan setelah dikelola swasta

Keinginan membayar atas jasa pelabuhan yang diberikan

Hasil analisa survey RDS akan menjadi masukan ke dalam analisa pasar dan keuangan.

3.4.2 Analisa Pasar (tingkat ketertarikan industri dan kompetisi)

Studi OBC belum melakukan analisa pasar. Kajian ini dilakukan berdasarkan penjaringan

aspirasi ataupun informasi dari masyarakat pengguna (konsultasi publik), calon investor

(one on one meeting), dan lembaga keuangan.

Informasi dari warga diharapkan dapat mengetahui tingkat dukungan dan harapan

masyarakat atas proyek ini. Pelaksanaan one-on-one meeting dengan investor

diharapakan dapat memperoleh informasi mengenai tingkat ketertarikan investor, risiko

dan dukungan dan atau jaminan pemerintah untuk KPBU jika diperlukan. Diskusi atau

wawancara mendalam dengan pihak perbankan bertujuan untuk mengetahui informasi

pinjaman perbankan dan pendapat perbankan terkait struktur proyek, sehingga kita

dapat menyajikan sebuah proyek yang bankable.

Page 60: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 9

Kemudian dilakukan analisa pasar untuk mengetahui tingkat attraktivitas industri

pelabuhan di daerah kajian. Analsia ini mempertimbangkan kompetisi antar pelabuhan

sekitar, pengguna, jasa pengganti, kemudahan pemain baru memasuki pasar, dan

kondisi supplier. Analisa ini merujuk kepada analisa 5 Forces Porter, seperti gambar di

bawah ini.

Gambar 3.3 Analisa 5 Forces Porter

3.4.3 Analisa Struktur Pendapatan KPBU

Mengingat studi OBC dilakukan pada tahun 2013, analisa struktur pendapatan tidak

tersedia. Analisa ini baru dimintakan pada Permen PPN/Bappenas No 4/2015. Walaupun

begitu, seharusnya analisa ini memaparkan jenis pendapatan dan biaya dari setiap

bentuk kerjasama yang diusulkan. Oleh karena itu, tidak dapat diketahui apakah tarif

yang diusulkan akan Full Cost Recovery (FCR) atau tidak.

FBC akan melakukan analisa pendapatan, termasuk di dalamnya besaran tarif dan

mekanisme penyesuaiannya.

3.4.4 Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS)

Berdasarkan Peraturan Menteri BAPPENAS No. 4 Tahun 2015, Analisis Biaya Manfaat

Sosial (ABMS) adalah metode untuk mengukur nilai kontribusi sosial dan ekonomi dari

proyek terhadap masyarakat dan negara secara keseluruhan. ABMS dilakukan

membandingkan biaya dan manfaat dengan ada atau tanpa adanya KPBU.

Komponen biaya didasarkan pada harga konstan yang meliputi biaya penyiapan KPBU,

biaya modal, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lain yang timbul

akibat pelaksanaan proyek. Sedangkan, komponen manfaat proyek bagi masyarakat dan

Suppliers

Subtitutes

New Entrants

CustomersRival Firm

Page 61: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 10

negara diperoleh dengan setidaknya mempertimbangkan penghematan oleh masyarakat

dan penghematan APBN/APBD yang ditimbulkan oleh adanya proyek dibandingkan tidak

adanya proyek. Komponen manfaat yang diperhitungkan dalam ABMS adalah manfaat-

manfaat yang dapat dikuantifikasikan. Komponen biaya dan manfaat yang telah

dikuantifikasi selanjutnya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi dengan

menggunakan faktor konversi untuk masing-masing komponen penyusunnya. Komponen

penyusun yang dimaksud adalah sebagai berikut:

- Tradable, persentase item-item yang diperdagangkan secara internasional;

- Non-tradable, persentase item-item yang tidak diperdagangkan secara internasional;

- Skilled labor, persentase tenaga kerja terlatih yang terlibat;

- Unskilled labor, persentase tenaga kerja tidak terlatih yang terlibat.

Untuk mengukur tingkat kelayakan ekonomi dari proyek maka parameter yang

dipergunakan diantaranya:

- EIRR (Economic Internal Rate of Return)

EIRR dapat didefinisikan sebagai tingkat imbal hasil ekonomi proyek yang dilakukan

dengan membandingkan manfaat ekonomi-sosial dan biaya ekonomi proyek. Suatu

proyek dianggap layak secara ekonomi jika nilai EIRR lebih besar dari EOCC

(Economic Opportunity Cost of Capital).

- ENPV (Economic Net Present Value)

ENPV dapat didefinisikan sebagai tingkat imbal hasil ekonomi yang dihitung dengan

membandingkan besaran hasil kuantifikasi manfaat ekonomi sosial yang diterima

oleh masyarakat dan pemerintah dari proyek terhadap biaya ekonomi proyek. Suatu

proyek dianggap layak secara ekonomi jika nilai ENPV lebih besar atau sama dengan

0 (nol).

Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan

ekonomi terhadap kelayakan ekonomi proyek.

Pada Laporan Kajian Prastudi Kelayakan Awal (Outline Business Case – OBC) telah sedikit

disinggung mengenai manfaat dari adanya proyek ini. Namun, bahasan yang terdapat

pada dokumen OBC tersebut hanya merupakan identifikasi awal dan masih belum

memenuhi prasyarat yang ditetapkan pada Permen BAPPENAS 4/2015 seperti yang

diuraikan di atas.

Page 62: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 11

Pada OBC hanya disinggung bahwa manfaat proyek bagi Pemerintah dan masyarakat

adalah sebagai berikut:

- Optimalisasi prasarana transportasi;

- Pembagian resiko;

- Efesiensi biaya transportasi;

- Pelayanan peti kemas terstandarisasi.

Sedangkan, manfaat proyek bagi Badan Usaha:

- Hak penuh untuk penyelenggaraan terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau;

- Pelayanan jasa kapal peti kemas termasuk hak untuk menetapkan tarif pelayanan

dermaga Peti Kemas yang meliputi jasa labuh, jasa pemanduan, jasa penundaan,

jasa tambat, dan jasa pelayanan tambahan, seperti biaya administrasi nota dan

biaya administrasi IT System.

Dapat dilihat bahwa manfaat yang diidentifikasi belum dipisahkan antara manfaat yang

dapat dikuantifikasi dan yang tidak. Proses kuantifikasi dan pengkonversian dari nilai

finansial ke nilai ekonomi juga belum dilakukan. Proses perhitungan ABMS, yaitu

perbandingan biaya dan manfaat dengan ada atau tanpa adanya KPBU, belum sama

sekali disinggung pada OBC. Berdasarkan hal tersebut, maka pada pekerjaan ini perlu

dilakukan kajian ulang secara menyeluruh mengenai ABMS.

3.4.5 Analisa Keuangaan

Pada bab 5 Kelayakan dijabarkan hasil analisa keuangan. Akan tetapi hasil analisa ini

tidak didukung dengan penjelasan atas asumsi yang digunakan dan juga arus kas proyek,

arus kas, laporan laba rugi, dan neraca SPC. Secara umum, konsep analisa keuangan

dapat dijabarkan seperti pada gambar di bawah ini.

Page 63: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 12

Gambar 3.4 Konsep Analisa Keuangan

Model finansial proyek dibangun berdasarkan data-data asumsi ekonomi makro, bentuk

kerja sama, proyeksi demand (penumpang/peti kemas), struktur pendapatan dan

struktur biaya. Hasil analisa keuangan dengan mempertimbangkan Weighted Average

Cost of Capital (WACC) berupa indikator seperti Internal Rate of Return (IRR), Net

Present Value (NPV), dan Debt Service Coverage Ratio (DSCR). Selanjutnya juga

dilakukan analisa sensitivitas dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang mungkin

terjadi. Detil akan dijabarkan di Laporan FBC.

3.5 KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

3.5.1 Kajian Lingkungan Hidup yang wajib AMDAL

Beberapa Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau

Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup disampaikan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Kegiatan Pembangunan pelabuhan yang Wajib AMDAL

Jenis Kegiatan Skala Besaran

52

Analisa

Sensitivitas &

Rekomendasi

Page 64: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 13

Pembangunan pelabuhan dengan salah satu fasilitas berikut:

Dermaga dengan bentuk konstruksi sheet pile atau open pile - Panjang, atau - Luas

≥ 200 m ≥ 6.000 m2

Dermaga dengan konstruksi masif Semua besaran

Penahan gelombang (talud) dan/ atau pemecah gelombang (break water): panjang

≥ 200 m

Rencana Proyek KPBU di Pelabuhan Baubau yang akan dilaksanakan tidak termasuk ke

dalam salah satu jenis kegiatan yang Wajib memiliki analisis mengenai dampak

lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup

berdasarkan Peraturan di atas, sehingga untuk kajian ini, analisis lingkungan tidak

dilaksanakan.

Pada Bab 3.5 Kajian Awal Lingkungan disampaikan mengenai kegiatan-kegiatan dalam

pelaksanaan proyek, baik selama tahap pra-konstruksi, konstruksi maupun operasi dapat

menimbulkan dampak pada lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan reklamasi dan pengerukan

Dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola abrasi dan sedimentasi di lingkungan

pantai sekitarnya yang selanjutnya menimbulkan berbagai dampak, baik bologis,

fisik lingkungan maupun sosekbud;

2. Kegiatan-kegiatan pendirian dermaga serta instalasi lainnya

Berpotensi meningkatkan kekeruhan di lingkungan tempat kegiatan tersebut

dilaksanakan;

3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lingkungan perairan

Kegiatan di lingkungan perairan baik dalam rangka pelaksanaan proyek maupun pada

saat proyek dioperasikan, terhadap kegiatan yang telah ada sebelumnya di lokasi

tersebut, misalnya lalu lintas perairan serta kegiatan penangkapan ikan;

4. Tenaga kerja

Prekrutan tenaga kerja selama pelaksanaan kegiatan berpotensi menimbulkan

dampak-dampak sosial; dan

5. Air Limbah

Pembuangan air limbah pendingin dari water discharge atau kegiatan di darat, akan

mempengaruhi suhu dan kualitas air laut.

Page 65: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 14

3.5.2 Analisa Sosial

Dalam laporan Studi tidak terdapat analisis sosial, dimana pelaksanaan proyek KPBU ini

tidak akan menimbulkan dampak sosial secara langsung terhadap masyarakat yang dapat

menimbulkan dampak negatif besar dan penting.

3.5.3 Rencana Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

Dalam studi ini, KPBU yang akan dilelangkan terdiri dari dua lingkup kegiatan, yaitu:

Kegiatan pembangunan terminal peti kemas, dan Kegiatan pembangunan terminal

penumpang dimana untuk dua lokasi ini, tanah untuk rencana lokasi tapak sudah

merupakan milik pemerintah yang saat ini tidak digunakan oleh pihak lain, sehingga

dapat segera digunakan.

3.6 KAJIAN BENTUK KERJASAMA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

3.6.1 Kajian Bentuk Kerjasama

Pada Bab 7 Kajian Bentuk Kerjasama Laporan OBC dipaparkan jenis-jenis bentuk KPBU

yang umum terjadi, tetapi tidak dijelaskan skema dan proyek KPBU yang diusulkan.

Usulan skema dan proyek KPBU baru ditemui pada Bab 5 kajian Kelayakan. Proyek KPBU

yang diusulkan ada 2 opsi yaitu KPBU Terminal Peti Kemas dan KPBU Terminal

Penumpang. Keduanya diusulkan dengan skema Build Operate Transfer (BOT) dengan

masa konsesi 30 tahun.

Berdasarkan kondisi tersebut, usulan bentuk kerjasama baru mempertimbangkan waktu

ketersediaan infrastruktur, optimalisasi investasi, dan kemampuan badan usaha.

Penentuan bentuk kerjasama seharusnya mempertimbangkan waktu ketersedian

infrastruktur, optimalisasi investasi, maksimalisasi efisiensi, kemampuan badan usaha,

alokasi resiko, dan transfer knowledge.

Studi FBC akan mencoba mengkaji bentuk kerjasama dengan mempertimbangkan semua

aspek tersebut. Analisa awal menyatakan bahwa terdapat 3 opsi yang dapat dipilih oleh

Pemerintah, yaitu terminal penumang, terminal peti kemas, atau keduanya, seperti

pada gambar di bawah ini.

Page 66: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 15

Gambar 3.5 Alternatif Proyek KPBU

3.6.2 Penentuan Bentuk Kerjasama

Bab 5 Kajian Kelayakan menjabarkan lingkup kerja sama, skema pemanfaatan

BMN/BMD, dan jangka waktu perjanjian. Uraiannya sebagai berikut:

1. KPBU Terminal Peti Kemas

a. Lingkup kerjasama KPBU Terminal Peti Kemas meliputi perencanaan,

pengelolaan, pembangunan dan operasional terminal peti kemas termasuk

prasarana dan sarana yang ada didalamnya.

b. Lingkup pembangunan meliputi:

1) Pembangunan Dermaga Peti Kemas sepanjang ukuran 80 m x 15 sebagai

pengembangan dermaga

2) Peti kemas eksisting dalam periode pengembangan jangka panjang (2014-

2033)

3) Pembangunan causeway sepanjang 12 meter dengan lebar 8 meter;

4) Pembangunan trestle sepanjang 170 meter dengan lebar 8 meter;

5) Pekerjaan Reklamasi seluas 1.525 m2 dalam periode pengembangan jangka

menengah (2014-2023) dan seluas 13.645 m2 dalam periode pengembangan

jangka panjang (2014-2033);

6) Pengadaan peralatan bongkar muat peti kemas yang meliputi forklift, crane

reach stacker, head truck, dan peralatan lainnya yang diperlukan untuk

operasional;

7) Pembangunan pintu khusus angkutan peti kemas di sisi barat Pelabuhan

Penyeberangan;

ALTERNATIF BENTUK KPBU

Terminal Penumpang

Terminal Peti Kemas

Terminal Penumpang

Terminal Peti Kemas

Terminal Penumpang

Terminal Peti Kemas

Eksisiting

1 2 3

Alternatif KPBU

•Pengelolaan terminal penumpang kurang diminati oleh swasta.

•Bentuk ini mungkin akan menarik dengan pembayaran secara AP dan tanpa concession fee.

•Pengelolaan terminal barang sangat diminati oleh swasta.

•Pelindo II dan IV dikabarkan berminat mengoperasikannya.

•Pengelolaan terminal penumpang dan barang perlu dijajaki tingkat minat oleh swasta.

•Peran UPT menjadi pengawas.

Ketiga alternatif ini akan dikaji dengan mempertimbangkan manfaat yang terbaik bagi publik.

Page 67: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 16

8) Pembangunan sistem manajemen informasi peti kemas untuk pengelolaan

terminal peti kemas.

c. Skema KPBU Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau adalah Bangun Guna Serah

(Build Operate Transfer) dalam kurun waktu konsesi 30 tahun.

2. KPBU Terminal Penumpang

a. Lingkup KPBU Terminal Penumpang meliputi perencanaan, pengelolaan,

pembangunan dan operasional terminal penumpang termasuk prasarana dan

sarana yang ada didalamnya.

b. Lingkup pembangunan meliputi:

1) Pembangunan flatform sebagai lahan pembangunan terminal penumpang di

lokasi Trestle I dan Trestle II seluas 20 m x 54 m dengan ketinggian sesuai

dengan kebutuhan bangunan;

2) Pembangunan Terminal Penumpang seluas 20 m x 54m diatas lahan reklamasi

antara Trestle I dan Trestle II dalam periode pengembangan jangka pendek

(2013-2018);

3) Pembangunan fasilitas terminal penumpang sesuai dengan ketentuan

terminal penumpang;

4) Pembangunan sistem manajemen informasi.

c. Skema Kerjasama Permerintah Swasta Terminal Penumpang Pelabuhan Baubau

adalah Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer) dalam kurun waktu konsesi

30 tahun.

Kemudian pada Bab 8 Kesimpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut diinformasikan bahwa

aset pelabuhan merupakan Barang Milik Negara yang tercatat di Kementerian

Perhubungan.

Berdasarkan informasi yang disajikan, lingkup kerjasama sudah dijabarkan dengan cukup

baik. Nantinya studi FBC akan menyempurnakan lingkup kerja sama dengan

bertambahnya opsi bagian yang di-KPBU-kan.

3.7 KAJIAN RESIKO

Studi OBC tidak membahas mengenai kajian risiko. OBC memaparkan jenis risiko seperti

tercantum pada Tabel 2.3 Bab 2 Kajian Hukum dan Regulasi dengan merujuk kepada

Kepmen Keuangan No. 38/PMK.01/2005, seperti di tabel di bawah ini.

Page 68: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 17

Tabel 3.2 Jenis Risiko dan Kompensasi (Berdasarkan Kepmen Keuangan No. 38/PMK.01/2005)

No Jenis Resiko Kompensasi

1 Resiko Politik Pengambilalihan kepemilikan aset Perubahan peraturan perundang-undangan Pembatasan konversi mata uang dan Larangan repatriasi dana

- Diatur lebih lanjut dalam perjanjian

2 Resiko Kinerja Proyek Resiko lokasi - Keterlambatan pengadaan tanah

- Kenaikan harga tanah

Resiko operasional - Keterlambatan penetapan pengoperasian,

keterlambatan penyesuaian tarif, pembatalan penyesuaian tarif atau penetapan tarif awal yang lebih rendah dari yang diperjanjikan

- Perubahan spesifikasi output di luar yang disepakai yang dilakukan Pemerintah dan menyebabkan kerugian financial bagi badan usaha.

- Perpanjangan masa konsesi dan/atau

pemberian kompensasi dalam bentuk lain yang disetujui oleh Men.Keuangan, sepanjang keterlambatan tersebut disebabkan oleh Pemerintah

- Perpanjangan masa konsesi, menanggung kelebihan harga tanah dengan presentase yang disepakati dengan Badan Usaha dan/atau kompensasi dalam bentuk lain yang disetujui oleh Menteri Keuangan

- Perpanjangan masa konsesi dan/atau

kopmensasi bentuk lain yang disetujui oelh Menteri Keuangan

- Kompensasi dengan memperhitung- kan ulang biaya produksi

3 Resiko Permintaan Realisasi penerimaan lebih rendah daripada jumlah penerimaan minimum yang dijamin oleh Pemerintah yang disebabakan jumlah permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan oleh proyek lebih rendah dari jumlah permintaan yang diperjanjikan

Realisasi penerimaan lebih tinggi daripada jumlah penerimaan minimum yang dijamin oleh Pemerintah yang disebabkan jumlah permintaan atas barang/jas yang dihasilkan lebih tinggi dari jumlah permintaan yang diperjanjikan

- Kompensasi finansial dan/atau kompensasi

bentuk lain yang disetujui Menteri Keuangan

- Pemerintah mendapatkan manfaat finansial atas kelebihan penerimaan tersebut

Dalam rangka memenuhi tata cara penyusunan Kajian Awal Pra-Studi Kelayakan seperti

dalam Permen PPN/Bappenas No. 4 tahun 2015, maka kajian risiko harus dilakukan.

Kajian risiko harus meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, alokasi risiko, dan

mitigasi risiko. Output kajian risiko berupa matriks risiko. Proses kajian risiko dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 69: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 18

Gambar 3.6 Proses Analisa Risiko

Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menganalisa proses dalam setiap tahapan

implementasi proyek, mulai dari setelah Contract Agreement hingga akhir masa konsesi.

Kajian risiko akan dilengkapi di studi Kajian Akhir Pra-Studi Kelayakan.

3.8 KAJIAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN ATAU JAMINAN PEMERINTAH

3.8.1 Dukungan Pemerintah

Merujuk kepada dokumen OBC Bab 6 Kajian Dukungan dan Jaminan Pemerintah, jenis

dukungan pemerintah yang dibutuhkan tidak dijelaskan. Bab tersebut hanya

menginformasikan jenis-jenis dukungan pemerintah baik maupun non fiskal. Akan tetapi

informasi yang disampaikan masih bercampur dengan kewajiban pemerintah, seperti

penyediaan lahan dan perizinan.

Perpres 38/2015 Pasal 16 ayat 1 dan ayat 3 menyatakan bahwa:

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan

kekayaan negara dapat menyetujui pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk

Dukungan Kelayakan dan/atau insentif perpajakan,sesuai dengan peraturan

perundang-undangan berdasarkan usulan PJPK.

(3) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat memberikan Dukungan Pemerintah

dalam bentuk lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hal ini berarti terdapat dukungan pemerintah dapat berupa Dukungan Kelayakan /

Viability Gap Funding, insentif perpajakan, dan/atau bentuk lainnya. Bentuk lainnya

bisa berupa pengembangan Transit Oriented Development (TOD), lahan pengembangan

properti, atau mekanisme lainnya yang mungkin. Adapun pengadaan tanah merupakan

Identifikasi Risiko Penilaian Risiko Alokasi Risiko Mitigasi Risiko

Matriks Risiko

Page 70: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 19

tanggung jawab pemerintah agar proyek KPBU dapat direalisasikan sesuai Perpres

38/2015 Pasal 10 ayat 1, sedangkan perizinan merupakan tugas pemerintah.

Dalam penyusunan FBC, jenis dukungan pemerintah harus dianalisa dan diperjelas

bentuknya, fiskal atau non fiskal. Penentuan jenis dukungan pemerintah ini akan

merujuk kepada hasil market sounding dan analisa finansial.

3.8.2 Jaminan Pemerintah

Subbab 6.2.2 Jaminan Pemerintah tidak menyatakan kebutuhan jaminan pemerintah

di dalam proyek ini. Subbab tersebut lebih menginformasikan proses dalam

memperoleh penjaminan pemerintah dan hal-hal yang perlu diperhatikan. Proses

penjaminan terdiri atas tahap screening, Guarantee Application Package (GAP), izin

prinsip, dan perjanjian penjaminan.

Penentuan butuh atau tidaknya penjaminan merujuk kepada hasil market sounding dan

juga diskusi dengan PT PII sebagai satu-satunya Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

(BUPI). Jika proyek ini membutuhkan penjaminan, maka dokumen FBC akan dilengkapi

dengan screening form.

3.9 KAJIAN MENGENAI HAL-HAL YANG PERLU DITINDAK-LANJUTI (OUTSTANDING

ISSUE)

Laporan Akhir Studi Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk Pelabuhan Baubau

Sulawesi Tenggara memuat mengenai beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti untuk

mendukung kelancaran realisasi proyek KPBU di Pelabuhan Baubau diantaranya adalah:

1. Status lahan pelabuhan

Penetapan kawasan pelabuhan sebagai aset negara yang dimiliki oleh Kementerian

Perhubungan saat ini belum didukung oleh dokumen resmi kepemilikan lahan berupa

sertifikat. Sampai dengan akhir studi ini, proses sertifikasi lahan kawasan pelabuhan

masih sedang berjalan dengan telah dilakukannya pengukuran pada seluruh kawasan

pelabuhan oleh BPN Kota Baubau. Kejelasan mengenai kepemilikan lahan ini menjadi

salah satu prasyarat dalam dokumen KPS sehingga perlu diupayakan agar proses

sertifikasi tersebut segera diselesaikan. Untuk mendukung rencana pembagian ruang

dalam kawasan pelabuhan, disarankan untuk melakukan pembagian/splitzing

sertifikat khususnya untuk kawasan terminal peti kemas;

2. Pencatatan aset negara

Page 71: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 20

Pembangunan dan pengembangan prasarana di Pelabuhan Baubau merupakan

pembiayaan dengan anggaran negara (APBN), dengan demikian, diperlukan adanya

pencatatan aset negara pada lahan dan bangunan yang ada dalam kawasan

pelabuhan;

3. Penyelesaian perbaikan kerusakan dermaga

Kerusakan yang terjadi pada sisi timur dermaga sepanjang kurang lebih 30 meter

akibat tabrakan oleh Kapal Dillah Samudra pada tahun 2006 sampai saat ini belum

tertangani dengan baik. Proses BAPP terhadap nakhoda kapal Dillah Samudra telah

diproses dan telah ada surat pengantar mengenai kesanggupan PT. Dillah Samudra

untuk memperbaiki, namun sampai saat ini (2013) belum terlaksana. Diharapkan

adanya itikad baik dari pihak PT Dillah Samudra untuk melaksanakan perbaikan serta

adanya penetapan sanksi pencabutan izin usaha di Lalu Lintas Angkutan Laut oleh

Kementerian Perhubungan apabila tidak melaksanakan perbaikan sesuai dengan

aturan dan surat pernyataan yang disepakati;

Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak KUPP didapatkan informasi bahwa proses

perbaikan kerusakan dermaga sedang dilaksanakan.

4. Studi analisa dampak lingkungan

Salah satu kelengkapan untuk pelaksanaan proyek KPS adalah adanya dokumen

analisa dampak lingkungan (dokumen Amdal). Disarankan kepada KUPP untuk

melaksanaan kajian Amdal tersebut untuk menghasilkan dokumen Amdal yang

disetujui oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Baubau;

Studi AMDAL saat ini sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Baubau.

5. Pengembangan jaringan jalan sekitar pelabuhan

Untuk mendukung operasional Pelabuhan Baubau, diperlukan pengembangan

jaringan jalan sebagai akses pelabuhan. Letak pelabuhan yang berada pada wilayah

pusat Kota Baubau, menjadikan jaringan jalan di sekitar pelabuhan seringkali

mengalami kemacetan khususnya pada saat Kapal Penumpang Pelni melakukan

embarkasi dan debarkasi. Disarankan untuk melakukan manajemen lalu lintas di

jaringan jalan sekitar pelabuhan serta upaya untuk melakukan peningkatan kapasitas

jalan berupa pelebaran jalan dan peningkatan kualitas perkerasan jalan. Selain itu,

perlu diupayakan penataan utilitas di jaringan jalan akses pelabuhan seperti

Page 72: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 3 | 21

peninggian jaringan kabel listrik atas agar tidak terganggu oleh lalu lintas angkutan

berat.

Page 73: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

1

Bab 4 Rencana KerjaPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

4.1 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan Pekerjaan, maka dalam

menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan metodologi

pelaksanaan yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh

karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, konsultan menyajikan pendekatan teknis

dan metodologi pelaksanaan yang komprehensif dan tepat sasaran. Di dalam bab ini,

disajikan rencana pelaksanaan kegiatan dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian

akhir pekerjaan.

Penyusunan tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan dalam studi

ini, di mana tujuan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pendahuluan (Kesiapan Proyek): meliputi kegiatan penyelesaian

administrasi, baik menyangkut administrasi proyek maupun administrasi personil,

termasuk di dalamnya persiapan administrasi untuk pelaksanaan survei. Tahapan ini

merupakan tahapan awal dari seluruh proses pekerjaan. Setelah penyelesaian

administrasi, tahap berikutnya adalah Kegiatan persiapan teknis, mencakup

persiapan survei (mempersiapkan daftar kebutuhan data dan rencana survei) yang

harus disesuaikan dengan KAK terutama ruang lingkupnya, termasuk adanya

koordinasi dengan tim teknis mengenai KAK dan desain survei serta Kegiatan

pengumpulan data awal, ditujukan untuk memperoleh data sekunder dan dokumen

studi terdahulu untuk dapat dilakukan Kegiatan Review Kajian Prastudi Kelayakan

(Outline Business Case) dan Kajian Kesiapan Proyek. Hasil dari tahapan ini akan

disampaikan pada Dokumen Kajian Kesiapan (Project Readiness).

2. Tahap Analisis (Final Business Case): terdiri dari kegiatan identifikasi, dan kajian

terhadap seluruh lingkup kegiatan yang tercantum dalam kerangka acuan kerja.

Hasil tahap analisis ini akan disampaikan pada Draft Dokumen Final Business Case.

3. Tahap Finalisasi (Lelang Investasi): ditujukan untuk menyempurnakan laporan

pekerjaan sesuai dengan hasil diskusi dengan pihak pemberi kerja dan masukan dari

berbagai instansi untuk dijadikan hasil akhir dari pekerjaan ini serta pembuatan

Page 74: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

2

resume hasil pekerjaan. Hasil tahap finalisasi ini akan disampaikan pada Laporan

Akhir.

Lingkup dan proses pelaksanaan yang digunakan di setiap tahapan digambarkan dalam

Gambar E.8.

Page 75: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 3

Gambar 4.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

Page 76: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 4

4.1.1 Tahap Pendahuluan (Kesiapan Proyek)

Tahap pendahuluan ini dilakukan dalam rangka untuk menyelesaikan masalah

administrasi dan mobilisasi personil, pemantapan metodologi, penyusunan rencana kerja

dan rencana survei, studi literatur dan studi terdahulu serta peraturan-peraturan

terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini diantaranya:

a. Administrasi dan mobilisasi personil

Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam kegiatan persiapan berupa kegiatan

internal yang meliputi:

Pengurusan administrasi konsultan terkait dengan mobilisasi personil,

Mobilisasi personil yang terdiri atas tenaga ahli, tenaga asisten, dan tenaga

penunjang yang nantinya disesuaikan dengan jadwal penugasan,

Pembagian pekerjaan/job description.

b. Persiapan pelaksanaan pekerjaan berupa penentuan mekanisme serta jadwal

pelaksanaan pekerjaan.

c. Pengumpulan literatur dan studi terdahulu serta peraturan-peraturan terkait.

d. Review Literatur dan Studi Terdahulu

Kegiatan ini meliputi:

1) Telaah sejumlah teori yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

2) Telaah peraturan terkait dengan pelaksanaan KPS dalam pembangunan

Pelabuhan,

3) Review Kajian Prastudi Kelayakan (Outline Business Case) yang terdiri dari

beberapa kajian, diantaranya:

a) Kajian hukum dan kelembagaan

b) Kajian Teknis

c) Kajian Kelayakan proyek

d) Kajian lingkungan dan sosial

e) Kajian bentuk kerjasama pengembngan pelabuhan Baubau

f) Kajian kebutuhan dukungan dan jaminan pemerintah

Hasil tahap pendahuluan ini akan dimuat dalam Dokumen Review Outline Business Case

(OBC) Pengembangan Pelabuhan Baubau yang sumbernya merupakan Dokumen Hasil

Studi Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara.

Page 77: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 5

4.1.2 Tahap Pengumpulan Data dan Analisis

4.1.2.1 Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan data yang

diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Pada tahap ini diperlukan daftar

kebutuhan data serta instansi/sumber data yang dapat dikunjungi untuk pemenuhan

klasifikasi data yang akan dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan agar pengumpulan data

yang akan dilakukan menjadi efektif dan efisien.

A. Persiapan Survei

Persiapan survei dilakukan untuk merencanakan secara detail pelaksanaan survei yang

berkaitan dengan:

Estimasi personil,

Pemilihan metoda survei,

Penyiapan sumber daya survei (surveior dan peralatan),

Konfirmasi terhadap pihak-pihak terkait sehubungan dengan rencana survei yang

akan dilaksanakan.

B. Kebutuhan Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk dianalisis terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang

menggunakan kuisioner dan melakukan observasi lapangan. Sumber data sekunder

diperoleh dari hasil studi pustaka, Review dokumen, dinas, lembaga, badan, dan

dinas/instansi yang terkait dengan pekerjaan ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara bebas terstruktur,

yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan, tanpa terikat suatu

susunan pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya, namun tetap

memiliki pedoman yang mengacu serta relevan dengan kerangka dan tujuan

penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan-tujuan untuk memperoleh informasi

sebanyak-banyaknya tanpa harus melenceng dari tujuan dilakukannya penelitian.

Data primer dikumpulkan dengan survei yaitu melalui wawancara (In Depth

Interview) dengan menggunakan kuisioner, dan pengamatan langsung (observasi).

a. Metode Metode In-depth Interview (Wawancara)

In-depth interview merupakan metode wawancara yang dilakukan dengan

bertatap langsung dengan responden secara intensif guna mendapatkan temuan

Page 78: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 6

yang lebih mendetail mengenai suatu obyek kajian, dilakukan terhadap dua

sasaran yang berbeda, yaitu:

1) Penumpang kapal

2) Perusahaan forwarding, shipping line, dan industri pengguna jasa pelabuhan

lainnya

In-depth interview dilakukan dengan tujuan mendapatkan aspirasi dari pengguna

jasa dan pelaku bisnis di pelabuhan mengenai:

1) Kemauan dan kemampuan membayar pengguna,

2) Standar pelayanan, dan

3) Kinerja pembayaran.

Wawancara (in Depth Interview) dilaksanakan dengan berpedoman pada

kuisioner atau daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.

b. Metode Observasi (Pengamatan dan Pengukuran)

Pengamatan langsung dilakukan di Lokasi Rencana Tapak Pembangunan

Pelabuhan Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung. Data sekunder

dalam penelitian ini diperoleh dengan melalui studi kepustakaan mengenai

peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur-literatur, dokumen-dokumen

serta arsip-arsip yang berkaitan dan relevan dengan Kajian Prastudi Kelayakan

Pelabuhan Baubau.

Untuk menyelesaikan seluruh ruang lingkup kegiatan pada studi ini sesuai dengan

framework of analysis yang telah disusun pada Gambar 4.1 dibutuhkan data penunjang.

Data ini dikumpulkan dengan berbagai metoda pegumpulan data. Namun untuk lebih

mengefektifkan waktu dan biaya perlu diidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan data dan

disesuaikan dengan analisis yang akan dilakukan. Dari listing kebutuhan data dapat

diidentifikasi metoda pengumpulan data yang dapat dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan data tersebut.

Jenis data dan sumber potensial untuk setiap data yang dibutuhkan untuk kegiatan ini

disampaikan pada Tabel 4.1. Data yang dibutuhkan dikelompokkan sesuai dengan

Page 79: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 7

karakteristiknya seperti data peraturan terkait, dokumen perencanaan, data dan

informasi lapangan, literatur/studi terdahulu.

Tabel 4.1 Jenis Data yang Dibutuhkan dan Potensi Sumbernya

No KelompokData Jenis Data Sumber Potensial

1. Dataperaturanperundangantransportasi

1.a UU 17/2008 tentangPelayaran

1.b PP 32/2011 tentangManajemen dan RekayasaAnalisis Dampak, SertaManajemen KebutuhanLalu Lintas;

- Ditjen Perhubungan Darat

2. Dataperaturanperundanganterkaitdengan KPS

2.a PP 1/2008 tentangInvestasi Pemerintah

2.b Perpres 13/2010 tentangKerjasama Pemerintahdengan Badan UsahaDalam PenyediaanInfrastruktur

2.c Perpres 78/2010 tentangProyek KerjasamaPemerintah dengan BadanUsaha Yang DilakukanMelalui Badan UsahaPenjaminan Infrastruktur

2.d Permen PPN/ Bappenas3/2012 tentang PanduanUmum PelaksanaanKerjasama PemerintahDengan badan UsahaDalam PenyediaanInfrastruktur

2.e Permenhub PM 83/2010tentang PanduanPelaksanaan KerjasamaPemerintah Dengan BadanUsaha dalam PenyediaanInfrastruktur Transportasi

2.f Permenhub PM 90 tahun2010 tentangPembentukan Simpul KPSKementerian Perhubungan

- Kementerian Perhubungan- Bappenas

3. Data literaturdan studiterdahulu

3.a Text-book terkait KPS3.b Publikasi lembaga

internasional (World Bank,ADB, OECD, dlsb)

3.c Studi terkait KPS diKemenhub

3.d Dokumen pra/studikelayakan pembangunanPelabuhan Baubau,Sulawesi tenggara

- Kementerian Perhubungan- Lembaga Donor dan

Lembaga Penelitian- Kementerian terkait

Page 80: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 8

No KelompokData Jenis Data Sumber Potensial

4. Data aplikasiPelelanganKPS institusilain (teknis,finansial,kelembagaan,dan datapendukung)

5.a Data Pola KPS negara lain5.b Data Pola KPS sektor lain5.c Data Pola KPS

kementerian lain5.d Data Pola KPS Daerah lain

- Kementerian PekerjaanUmum, ESDM, Kesehatan,dll

- Dinas Perhubungan/Bappedawilayah lain

- Website dan korenspondensidengan institusi lain

5. Data sarandan masukandaristakeholders

5.aPermasalahan KPS saat ini5.bSaran/masukan

stakeholders terhadap polaKPS saat ini dan harapanyang akan datang

- Survei wawancara kuisioner- Survei wawancara

mendalamDengan stakeholders (pusat,daerah, investor, masyarakat)

6. DokumenPerencanaan

6.1 RTRW Provinsi, Kab/Kota(Wilayah Studi)

6.2 Sistranas, Tatrawil, danTatralok di Wilayah Studi

- Dirjen Perhubungan Darat- Dinas Perhubungan Provinsi,

Kab/Kota

7. DataLingkungandan SosialWilayah

7.1 BPS (data dalam angka)7.2 Data Tata Guna Lahan7.3 Kondisi sosial ekonomi

maysarakat

- BPS- Kunjungan Lapangan- Pemerintah

Kecamatan/Kelurahan/RT/RW

C. Metoda survey yang digunakan

Untuk mempermudah proses mendapatkan data yang dibutuhkan di atas, maka perlu

disusun suatu metoda pengumpulan data yang komprehensif dan terstruktur sehingga

dapat memanfaatkan waktu yang disediakan sesuai arahan dalam KAK. Untuk itu dalam

kegiatan ini digunakan sejumlah metoda survey sebagai berikut:

a. Survey instansional dilakukan untuk mengumpulkan literatur serta data sekunder di instansi

terkait baik di pusat maupun di daerah. Data sekunder ini meliputi:

Instansi Kementerian Perhubungan untuk memperoleh data mengenai UU, PP, KM/PM dan

SK Dirjen terkait, Renstra Kemenhub 2015-2019, dokumen P3Book, data hasil studi

terdahulu, data statistik perhubungan, serta data terkait lainnya;

Instansi Bappenas, Kementerian PU-ESDM-dan kementerian lainnya untuk memperoleh

data mengenai peraturan terkait dengan KPS serta aplikasi KPS serta pola KPS di instansi

masing-masing;

Instansi Bappeda/Dinas Perhubungan Provinsi/Kab-Kota (wilayah studi) untuk

memperoleh data mengenai pola KPS di wilayah bersangkutan terkait dengan data teknis,

finansil, kelembagaan, dan juga progress KPS transportasi yang dilakukan;

Instansi BPS dan instansi terkait lainnya untuk mengumpulkan data statistik serta data

terkait yang diperlukan.

b. Survey literatur untuk mendapatkan data dan infromasi terkait dengan rencana proyek KPS

Pelabuhan Baubau dan dokumen perencanaannya dari berbagai institusi, yang meliputi:

Page 81: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 9

Survei text-book dan teori mengenai KPS dan Pola KPS dari berbagai sumber khususnya

website instansi yang bersangkutan;

Survei aplikasi KPS dan dokumentasinya (teknis, finansial, dan kelembagaan) serta data

best-practice di negara lain, sektor lain, kementerian lain, dan daerah lainnya sebagai

pembanding;

c. Survey wawancara/kuisioner stakeholders (Penumpang, Pengguna jasa pelabuhan, Instansi

Pusat, Daerah, investor/swasta, akademisi) yang meliputi:

Survei wawancara kuisioner terkait dengan kemauan dan kemampuan membayar

pengguna, standar pelayanan yang dibutuhkan, dan kinerja pembayaran saat ini,

khususnya di Pelabuhan Baubau;

Survei wawancara terkait dengan masukan dan saran bagi pedoman pola KPS dalam

pembangunan dan pengelolaan terminal (prosedur/proses, lingkup muatan,

kelembagaan, ketentuan hukum, kondisi khusus, dlsb).

D. Kompilasi Data

Kompilasi data merupakan kegiatan untuk menginterpretasi sejumlah data yang

diperoleh dari hasil survei. Kegiatan ini dilakukan untuk:

1. Interpretasi data yang diperoleh dari hasil survei,

2. Memverifikasi kualitas dan jenis data yang diperoleh sebagai awal untuk analisis

selanjutnya.

4.1.2.2 Analisis

Analisis yang dilakukan terdiri dari enam kelompok analisis, yaitu:

1. Kajian Aspek Hukum dan Kelembagaan

a. Analisis Peraturan Perundang-undangan

1) Kesesuaian Pelaksanaan KPBU dengan peraturan perundangan

Memastikan bahwa KPBU dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan

antara lain:

a) Pendirian Badan Usaha

b) Penanaman modal

c) Persaingan usaha

d) Lingkungan

e) Keselamatan kerja

f) Pengadaan tanah

g) Pembiayaan KPBU termasuk mekanisme pembiayaan KPBU

h) Perizinan KPBU

i) Perpajakan

Page 82: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 10

j) Peraturan terkait lainya

2) Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi

Menentukan risiko hukum dan mitigasinya.

3) Kemungkinan Penyempurnaan Peraturan Perundangan

Mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundangan atau

menerbitkan peraturan perundangan yang baru.

4) Jenis Perijinan/Persetujuan yang Diperlukan

Menentukan jenis jenis perijinan/persetujuan yang diperlukan.

5) Jadwal Pemenuhan Perijinan

Menyiapkan rencana & jadwal pelaksanaan untuk kebutuhan mendapatkan

izin dan persetujuan (poin 4).

b. Analisis Kelembagaan, yang dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Memastikan kewenangan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi

Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah sebagai PJPK

dalam melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi

infrastuktur;

2) Melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping) dengan

menentukan peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan

dalam pelaksanaan KPBU;

3) Menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan

penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan, dan penyelesaian kajian akhir

Prastudi Kelayakan, serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada

PJPK;

4) Menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan

5) Menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan.

2. Kajian Teknis

a. Analisis Teknis

1) Standar kinerja teknis operasi

2) Alternatif tapak, besaran proyek, kualitas, teknologi dan waktu pelaksanaan:

a) Alternatif tapak

b) Besaran proyek

c) Kualitas & teknologi: ada/tidak trestle; Automated / Non Auto CT

d) Waktu pelaksanaan

3) Kapasitas keluaran dan standart teknis yang diperlukan, serta menyiapkan

rangcangan awal yang layak secara teknis

Page 83: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 11

4) Identifikasi aset BUMN/BUMD yang digunakan untuk KPBU

5) Identifikasi ketersediaan pasokan sumber daya untuk keberlangsungan KPBU,

(listrik, air)

6) Identifikasi dan persyaratan SDM, bahan baku, pelayanan jasa, akses ke tapak

7) CAPEX dan asumsi yang digunakan

8) Jenis Revenue & OPEX

9) Mengidentifikasi Standar Pelayanan Minimal (SPM)

b. Penyiapan Tapak

1) Kesesuian tapak dengan RTRW

2) Kesesuaian tapak dengan kebutuhan operasional dan bahan baku

3) Kesesuaian dengan penyediaan pelayanan jasa dan bahan baku

4) Kesesuaian tapak dengan kebutuhan KPBU (item publik tambahan)

5) Konfirmasi kepemilikan tanah dan hambatan2nya

6) Biaya perkiraan biaya pengadaan tanah dengan berbagai skenario

7) Rencana jadwal pengadaan tanah dan permukiman kembali

c. Rancang Bangun Awal

1) Berisi rancangan teknis dasar KPBU

2) Lingkup proyek yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sektor

pelabuhan

d. Spesifikasi Keluaran

1) SPM (kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan ketersediaan (avaibility))

2) Jadwal konstruksi dan pengadaan peralatan

3) Kepatuhan atas lingkungan, sosial dan keselamatan

4) Persyaratan pengalihan aset sesuai perjanjian KPBU

5) Pemantauan dan pengawasan pada tahap:

a) Konstruksi

b) Operasi komersial

c) Berakhirnya perjanjian KPBU

3. Kajian Ekonomi dan Komersial

a. Analisa Permintaan

1) Survey kebutuhan nyata (real demand survey).

2) Penentuan sumber dan tingkat pertumbuhan permintaan dengan berbagai

skenario.

Page 84: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 12

b. Analisa Pasar (tingkat ketertarikan industri dan kompetisi)

1) Konsultasi publik

2) Tanggapan dan penilaian calon investor terhadap kelayakan, resiko dan

dukungan dan atau jaminan pemerintah untuk KPBU

3) Pengumpulan tanggapan dan penilaian lembaga keuangaan

nasional/internasional mengenai potensi pemberian pinjaman

4) Strategi mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan dalam KPBU

5) Penilaian struktur pasar untuk meningkatkan tingkat kompetisi

c. Analisa Struktur Pendapatan KPBU

Bertujuan untuk mengidentifikasi sumber sumber pendapatan KPBU. Terdiri dari

analisis:

1) Perhitungan keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU (FCR)

2) Identifikasi pembayaran tarif awal, mekanisme penyesuaian tarif, dan

indeksasinya

3) Identifikasi dampak terhadap pendapatan dalam hal:

a) Kenaikan biaya KPBU

b) Pembangunan KPBU selesai lebih awal

c) Pengembalian KPBU melebihi tingkat maksimum yang ditentukan

d. Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS)

Bertujuan untuk memastikan manfaat sosial dan ekonomi serta keberlanjutan

proyek. Terdiri dari analisis:

1) Perbandingan biaya manfaat dengan atau tanpa KPBU

Perbandingan biaya manfaat dengan atau tanpa KPBU, biaya yang dimaksud

didasarkan pada harga konstan meliputi:

a) Biaya penyiapan

b) Biaya modal

c) Biaya operasional

d) Biaya pemeliharaan

e) Biaya biaya lain akibat adanya proyek

2) Penilaian Manfaat Proyek

Penilaian manfaat proyek dengan mempertimbangkan:

a) penghematan oleh masyarakat

b) penghemataan APBN/APBD

3) Penentuan Biaya Ekonomi

Analisis ini dilakukan dengan mengubah biaya financial menjadi biaya

ekonomi (Shadow Price).

Page 85: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 13

4) Penentuan Biaya Ekonomi

Dilakukan dengan mengkonversi manfaat menjadi kuantitatif.

5) Penilaian Kelayakan Ekonomi (EIRR, ENPV)

6) Analisis Sensitivitas

Menilai ketidak pastian KPBU vs tingkat kelayakan ekonomi.

e. Analisa Keuangaan

1) Asumsi asumsi

a) Informasi ekonomi makro

b) analisa biaya modal

c) biaya OM

d) biaya penyusutan

e) biaya lain (resettlement, pemeliharaan lingkungan, perijinan dan biaya

tidak langsung)

f) biaya mitigasi dan resiko

g) perhitungan pendapatan

2) Analisa Keuangaan

a) Menetapkan rasio ekuitas dan pinjaman

b) Menentukan tingkat biaya modal rata2 tertimbang (WACC)

c) Menentukan FIRR

d) Menentukan rasio cakupan pembayaran hutang (DSCR)

e) Menentukan besaran imbal hasil ekuitas (ROE)

f) Menentukan NPV

g) Menyajikan proyeksi arus kas KPBU

h) Menyanjikan proyeksi arus kas dan laporan laba rugi Badan Usaha

Pelaksana

i) Menyajikan sensitifitas KPBU

j) Menentukan bentuk dan nilai dukungan pemerintah

k) Menentukan premi jaminan pemerintah

4. Kajian Lingkungan Dan Sosial

a. Kajian Lingkungan Hidup yang wajib AMDAL

Melakukan penapisan dengan:

1) menentukan dampak penting yang akan timbul

2) menetapkan klasifikasi KPBU dalam memperkirakan dampak yang akan

ditimbulkan terhadap lingkungan hidup sesuai peraturan perundangan yang

berlaku

Page 86: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 14

3) peningkatan kapasitas dan program pelatihan, jika diperlukan

4) perkiraan biaya untuk proses perizinan lingkungan

5) rencana dan jadwal kepatuhan lingkungan

b. Analisa Sosial

1) dampak sosial KPBU dan rencana mitigasinya

2) lembaga yang bertanggung jawab pada pembebasan tanah dan permukiman

kembali

3) pihak yang terkena dampak dan kompensasinya

4) kapasitas lembaga yang membayar kompensasi

5) jadwal rencana permukiman kembali

6) rencana pelatihan perlindungan sosial bagi masyarakat terkena dampak (jika

diperlukan)

c. Rencana Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

1) dokumen rencana pengadaan tanah

2) Rencana Permukiman Kembali

5. Kajian Bentuk Kerjasama Dalam Penyediaan Infrastruktur

a. Kajian Bentuk Kerjasama

Bentuk Kerjasama dengan mmempertimbangkan:

1) waktu ketersedian infrastruktur

2) optimalisasi investasi

3) maksimalisasi efisiensi

4) kemampuan badan usaha

5) alokasi resiko

6) transfer knowledge

b. Penentuan Bentuk Kerjasama

1) lingkup kerjasama

2) jangka waktu dan pentahapan

3) keterlibatan pihak ketiga

4) skema pemanfaatan barang milik negara/daerah

5) status aset KPBU, jangka waktu perjanjian dan pengalihan aset

6. Kajian Resiko

a. Identifikasi Resiko

b. Besaran Resiko

c. Alokasi Resiko

d. Mitigasi Resiko

Page 87: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 15

7. Kajian Dukungan Pemerintah Dan Atau Jaminan Pemerintah

a. Dukungan Pemerintah

1) Insentif Pajak

2) Dukungan Kelayakan Proyek

3) Kontribusi fiskal dalam bentuk finansial

4) Dukungan lainya

b. Jaminan Pemerintah

8. Kajian Mengenai Hal-Hal Yang Perlu Ditindak-Lanjuti (Outstanding Issue)

a. Identifikasi Isu Kritis

b. Rencana Penyelesaian Isu Kritis

c. Jadwal Penyelesaian Isu Kritis

Hasil dari pengumpulan data dan analisis yang terbagi dalam tujuh kelompok analisis

dan data akan dituangkan dalam Dokumen Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final

Business Case).

4.1.3 Tahap Finalisasi Studi

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan pekerjaan “Penyiapan Dokumen

Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan Baubau, Sulawesi

Tenggara”, di mana berbagai masukan dari sejumlah pihak dari rangkaian diskusi dan

presentasi yang dilakukan akan menjadi masukan untuk melakukan perbaikan pelaporan

dan menyusun dokumen hasil studi ini. Pada tahap ini dilakukan pembuatan Dokumen

Lelang Investasi yang terdiri dari:

1. Dokumen Prakualifikasi,

2. Dokumen Draft Pelelangan Umum, dan

3. Dokumen Rancangan Perjanjian Kerjasama.

4.2 JADWAL RENCANA KERJA

Untuk mencapai setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan di atas, maka disusun jadwal

pelaksanaan studi sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 88: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 16

Tabel 4.2 Jadwal Rencana Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 241 Tahap Persiapan

1.1 Penyusunan Konsep Metodologi, perencanaan survei, kajian literatur,aspek legalitas dan teknis

1.2 Konsultasi dengan tim teknis (metodologi, data dukung, formulirsurvei, dan rencana kerja)

1.3 Survei Pendahuluan1.4 Kickoff Meeting1.5 Penyiapan Laporan Review OBC1.6 Penyampaian Laporan Review OBC1.7 Pembahasan Laporan Review OBC

1.8 Penyempurnaan Laporan Review OBC & Konsultasi dengan TimTeknis

1.9 Penyiapan administrasi untuk ke lapangan2 Tahap Pengumpulan Data & Analisis

2.1 Persiapan akhir pelaksanaan survei lapangan2.2 Pelaksanaan survei lapangan (Visitasi)

- Pengumpulan Data Sekunder- Survey Lokasi Tapak Rencana Pembangunan- Survey Topografi- Survey Bathimetri- Survei Oceanografi

2.3 Survey Wawancara- Wawancara dengan Penumpang Kapal- Indepth Interview dengan Pelaku Bisnis- Survey OD dan Karakteristik Pengguna

2.4 Kompilasi Data2.5 Konsultasi dengan tim teknis (kajian awal terhadap data)2.6 Kajian Aspek Hukum dan Kelembagaan2.7 Kajian Teknis2.8 Kajian Ekonomi dan Komersial2.9 Kajian Lingkungan dan Sosial2.10 Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur2.11 Penentuan Bentuk Kerjasama2.12 Kajian Resiko2.13 Kajian Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah

2.14 Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindak-lanjuti (outstandingissue)

2.15 Konsultasi dengan Tim Teknis Mengenai Hasil Kajian & PersiapanKonsultansi Publik

2.16 Persiapan Konsultasi Publik2.17 Konsultasi Publik2.18 Penyusunan Konsep Laporan FBC2.19 Konsultasi dengan tim teknis (konsultasi Konsep Laporan FBC)2.20 Finalisasi Laporan FBC2.21 Penyampaian Laporan FBC2.22 Pembahasan Laporan FBC2.23 Penyempurnaan Laporan FBC & Konsultasi dengan Tim Teknis2.24 Persiapan Market Sounding2.25 Market Sounding

2.26 Konsultasi dengan tim teknis (hasil analisa, konsultasi publik, danmarket sounding)

3 Tahap Finalisasi3.1 Finalisasi Laporan FBC3.2 Penyusunan Dokumen Lelang Investasi

4 Resume Jadwal Pelaporan4.1 Laporan Review OBC4.2 Draft Laporan FBC4.3 Laporan FBC4.4 Dokumen Lelang Investasi

Tahun 2015 (Periode Pekerjaan Sesuai SMPK)Bulan Ke-5

Minggu Ke-

Tim teknis memeriksa penyempurnaan laporan,apakah sesuai BA pembahasan laporan

Tim Satker&konsultan menyiapkan BA PembahasanLaporan

No Uraian Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-6Bulan Ke-4

Page 89: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Bab 4 | 17

4.3 RENCANA KERJA SELANJUTNYA

Setelah diselesaikannya Laporan ini dan dilakukan Presentasi, maka akan dilakukan

tahapan pelaksanaan pekerjaan selanjutnya yaitu Tahap Pengumpulan dan Analisis Data

yang terdiri dari kegiatan:

1. Survey Lapangan

a. Kunjungan lokasi tapak rencana lokasi proyek KPBU

b. Survey Wawancara (In-depth Interview)

2. Kompilasi Data

3. Analisis

a. Kajian Aspek Hukum dan Kelembagaan

b. Kajian Teknis

c. Kajian Ekonomi dan Komersial

d. Kajian Lingkungan dan Sosial

e. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur

f. Kajian Resiko

g. Kajian Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah

Page 90: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Lampiran IPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Armada Angkutan Penumpangdi Pelabuhan Baubau

Page 91: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

POTENSI ARMADA YANG DIOPERASIKAN ANGKATAN LAUT

LEBARAN 2015 (1436 H)

NO NAMA KAPAL TRAYEK KAPASITASANGKUT

1 2 3

A PT. PELNI

1 KM. SINABUNG Baubau, Banggai, Bitung, Ternate, Sorong, Manokwari, Biak, Serui,Jayapura, Makassar, Semarang 1906 orang

2 KM. LAMBELU Baubau, Namlea, Ambon, Ternate, Bitung, Makassar, Surabaya, Tg.Priok, Kijang 2003 orang

3 KM. TIDAR Baubau, Tg. Priok, Surabaya, Makassar, Baubau, Ambon, Banda, Tual,Dobo, Kaimana, Fakfak, PP 1904 orang

4 KM. TILONGKABILA Baubau, Makassar, Lbajo, Bima, Lembar, Benoa, Raha, Kendari,Kolonodale, Luwuk, Gorontalo, Bitung 970 orang

5 KM. CEREMAI Baubau, Makassar, Surabaya, Tg. Priok, Ambon, Banda, Tual, Dobo,Kaimana, Faks 829 orang

6 KM. NGGAPULU Baubau, Makassar, Ambon, Faks, Sorong, M. Kwari, Wasior, Nabire,Serui, Biak, Jayapura 2178 orang

7 KM. DOBONSOLO Baubau, Bitung, Sorong, Manokwari, Jayapura, Makassar, Surabaya,Tg. Priok 1076 orang

8 KM. BUKIT SIGUNTANG Baubau, Makassar, Pares, Balikpapan, Tarakan, Nunukan 2003 orang

9 KM. KELIMUTU Baubau, Wanci (Wakatobi), Ambon, Banda, Saumlaki, Tual, Dobo,Timika, Agats, Merauke, Makassar 920 orang

Page 92: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

NO NAMA KAPAL TRAYEK KAPASITASANGKUT

1 2 3

B PT. DHARMA LAUTAN UTAMA

1 KM. SINABUNG Baubau, Makassar, Balikpapan 506 orang2 KM. LAMBELU Baubau, Makassar, Balikpapan 405 orangC PT. DHARMA INDAH1 MV. EXPRESS CANTIKA 168 Baubau, Raha, Kendari 400 orang2 MV. EXPRESS BAHARI 5E Baubau, Raha, Kendari 400 orang3 MV. BAHARI 6E Baubau, Raha, Kendari 543orang4 MV. CANTIKA ANUGERAH Talaga, Kabaena, Kasipute 350orangD PT. ASDP1 KMP. SULTAN MUHRUM Baubau, Waraa 240 orang2 KMP. NUKU Baubau, Waraa 300 orang3 KMP. MADIDIHANG Baubau, Dongkala 120 orang4 KMP. IMERIE Baubau, Siompu 90 orangE PT. MIRA CIPTA SOMBU1 KM. WIRAMA Baubau, Wanci 150 orangF PT. GLOBAL EXPRES LINES1 KM. ARTA PRATAMA Baubau, Keledupa 55 orang

Page 93: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

NO NAMA KAPAL TRAYEK KAPASITASANGKUT

1 2 3

G PT. AKSAR SAPUTRA LINES

1 KM. RAHMAT JAYA Baubau, binongko 50 orang2 KM. MANUSELA PERMAI Baubau, binongko 70 orang3 KM. PERMAI INDAH Baubau, tomia 65 orang4 KM. WISATA INDAH 02 Baubau, tomia 100 orang5 KM. AKSAR SAPUTRA Baubau, Wanci 130 orang6 KM. AKSAR SAPUTRA 02 Baubau, Wanci 150 orang7 KM. AKSAR SAPUTRA 04 Baubau, Wanci 125orang8 KM. AGIL PRATAMA Baubau, Wanci 125 orang9 KM. SETIA KAWAN V Baubau, sikeli 70 orang10 KM. MINASA JUDDA Baubau, sikeli 60 orang11 KM. WAHYU SAMUDRA 02 Baubau, tomia 50 orang12 KM. WAHYU SAMUDRA 03 Baubau, tomia 90 orang13 KM. LUMBA LUMBA SEJATI Baubau, Keledupa 150 orangH PT. BOY BAHTERA MANDIRI1 KM. SETIA KAWAN 04 Baubau, Keledupa 330 orang2 KM. ARTA PRATAMA Baubau, Keledupa 150 orang

Page 94: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

NO NAMA KAPAL TRAYEK KAPASITASANGKUT

1 2 3

I PT. FUNGKA PERMATA GROUP

1 KM. FUNGKA PERMATA II Baubau, banggai 150 orang2 KM. FUNGKA PERMATA III Baubau, banggai 150 orang3 KM. FUNGKA PERMATA IV Baubau, raha 230 orang4 KM. FUNGKA PERMATA V Baubau, raha 235 orang5 KM. FUNGKA PERMATA VII Baubau, banggai 150 orang6 KM. FUNGKA PERMATA VIII Baubau, banggai 230 orangJ PT. UKI RAYA LINES1 KM. UKI RAYA II Baubau, wanci 115 orang2 KM. UKI RAYA III Baubau, wanci 125 orangK PT. WAHYU SAMUDERA TIMUR1 KM. MEGA BUANA Baubau, binongko 50 orang2 KM. ANISCHA Baubau, Kasipute 50 orang3 KM. ARMADA INDAH 3 Baubau, Kasipute 50 orang4 KM. ARMADA INDAH IV Baubau, Kasipute 65 orang5 KM. BUTON LESTARI Baubau, Kasipute 40 orang6 KM. SUMBER USAHA Baubau, Kasipute 50 orang7 KM. HASMAWATI Baubau, Kasipute 37 orang8 KM. KARENA DIA Baubau, binongko 20 orang

Page 95: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Lampiran IIPenyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah SwastaPelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Daftar Checklist Kelengkapan LaporanOBC - Studi Kerjasama Pemerintah dan

Swasta untuk Pelabuhan Baubau SulawesiTenggara, 2013

Page 96: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Kegiatan PIC Agu Sep Okt Nov Des

Kick off Meeting TL 7-Aug

Penyempurnaan OBC TL 7-Sep

Draft FBC TL 2-Nov

FBC TL 1-Dec

Dokumen Lelang

- PQ Procurement 2-Nov 1-Dec

- RFP Procurement 2-Nov 1-Dec

-Term sheet contract Hukum 2-Nov 1-Dec

Konsultasi Publik Komunikasi 12-Oct

Capacity Building Panitia Procurement 11-Nov

Market Sounding Komunikasi 10-Nov

Page 97: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

Lampiran IIDaftar Checklist Kelengkapan Laporan OBC - Studi Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara, 2013

ada tidak

adacukup kurang

1. Hukum & Kelembagaan

1.1 Analisis Peraturan Perundang-undangan

1.1.1

a. pendirian Badan Usaha V

b. penanaman modal V

c. persaingan usaha V

d. lingkungan V

e keselamatan kerja V

f pengadaan tanah V

g pembiayaan KPBU termasuk mekanisme pembiayaan KPBU V

h perizinan KPBU V

i perpajakan V

j peraturan sektoral V

1.1.2 X

1.1.3 X

1.1.4 X

1.1.5 menyiapkan rencana & jadwal pelaksanaan untuk kebutuhan mendapatkan izin dan persetujuan (poin 4) X

1.2 Analisis Kelembagaan

1.2.1 X

1.2.2 V X

1.2.3 X

1.2.4 X

1.2.5

2. Kajian Teknis

2.1 Analisis Teknis

2.1.1 V X

2.1.2 V X

a. Alternatif tapak

b. besaran proyek

c. kualitas & teknologi: ada/tidak trestle; Automated / Non Auto CT

d. waktu pelaksanaan

2.1.3 X

2.1.4 V X

2.1.5 X

2.1.6 X

2.1.7 V X

2.1.8 V X

2.1.9 X

2.2 Penyiapan Tapak

2.2.1 V

2.2.2 X

2.2.3 X

2.2.4 X

2.2.5 X

2.2.6 - tanah sudah bebas

2.2.7 - tanah sudah bebas

2.3 Rancang Bangun Awal

2.3.1 V X

2.3.2 V X

2.4 Spesifikasi Keluaran

2.4.1 X

2.4.2 X

2.4.3 X

2.4.4 X

2.4.5

a konstruksi X

b operasi komersial X

c berakhirnya perjanjian KPBU' X

3. Kajian Ekonomi dan Komersial

3.1 Analisa Permintaan

3.1.1 X

3.1.2 V X

3.2 Analisa Pasar (tingkat ketertarikan industri dan kompetisi)

3.2.1 Xkonsultasi publik

jadwal konstruksi dan pengadaan peralatan

kepatuhan atas lingkungan, sosial dan keselamatan

persyaratan pengalihan aset sesuai perjanjian KPBU

pemantauan dan pengawasan pada tahap

survey kebutuhan nyata (real demand survey)

penentuan sumber dan tingkat pertumbuhan permintaan dengan berbagai skenario

konfirmasi kepemilikan tanah dan hambatan2nya

biaya perkiraan biaya pengadaan tanah dengan berbagai skenario

rencana jadwal pengadaan tanah dan permukiman kembali

berisi rancangan teknis dasar KPBU

lingkup proyek yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sektor PELABUHAN

SPM (kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan ketersediaan (avaibility))

Jenis Revenue & OPEX

mengidentifikasi Standar Pelayanan Minimal (SPM)

kesesuian tapak dengan RTRW

kesesuaian tapak dengan kebutuhan operasional dan bahan baku

kesesuaian dengan penyediaan pelayanan jasa dan bahan baku

kesesuaian tapak dengan kebutuhan KPBU (item publik tambahan)

alternatif tapak , besaran proyek, kualitas, teknologi dan waktu pelaksanaan

kapasitas keluaran dan standart teknis yang diperlukan, serta menyiapkan rangcangan awal yang layak secara

teknis

identifikasi aset BUMN/BUMD yang digunakan untuk KPBU

identifikasi ketersediaan pasokan sumber daya untuk keberlangsungan KPBU, (listrik, air)

identifikasi dan persyaratan SDM, bahan baku, pelayanan jasa, akses ke tapak

CAPEX dan asumsi yang digunakan

memastikan kewenangan Menteri/KL/KD/Direksi BUMN/BUMD sebagai PJPK dalam melaksanakan KPBU termasuk

penentuan PJPK dalam proyek multi infrastruktur

melakukan stakeholder mapping dengan menentukan peran dan tanggung jawab lembaga lembaga terkait dalam

pelaksanaan KPBU

menentukan peran dan tanggung jawab tim KPBU terkait dengan kegiatan penyiapan kajian awal Pra FS dan

penyelesaian akhir Pra FS serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU ke PJPK

menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi dan kelembagaan

menentukan kerangka pengambilan keputusan

standar kinerja teknis operasi

Hasil review

ketersediaan kedalaman

Ket

menentukan risiko hukum dan mitigasinya

mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundangan atau menerbitkan peraturan perundangan yang

baru

menentukan jenis jenis perijinan/persetujuan yang diperlukan

memastikan bahwa KPBU dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan antara lain :

Page 98: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

ada tidak

adacukup kurang

Hasil review

ketersediaan kedalaman

Ket

3.2.2 X

3.2.3 X

3.2.4 X

3.2.5 X

3.3 Analisa Struktur Pendapatan KPBU (untuk mengidentifikasi sumber sumber pendapatan KPBU)

3.3.1 X

3.3.2 X

3.3.3

a kenaikan biaya KPBU X

b pembangunan KPBU selesai lebih awal X

c pengembalian KPBU melebihi tingkat maksimum yang ditentukan X

3.4 ABMS (untuk memastikan manfaat sosial dan ekonomi serta keberlanjutan proyek)

3.4.1 X

a biaya penyiapan

b. biaya modal

c biaya operasional

d biaya pemeliharaan

e biaya biaya lain akibat adanya proyek

3.4.2 X

a. penghematan oleh masyarakat

b. penghemataan APBN/APBD

3.4.3 X

3.3.4 X

3.3.5 X

3.3.6 X

3.5 Analisa Keuangaan

3.5.1 X

a. Informasi ekonomi makro

b. analisa biaya modal

c. biaya OM

d. biaya penyusutan

e. biaya lain (resettlement, pemeliharaan lingkungan, perijinan dan biaya tidak langsung)

f. biaya mitigasi dan resiko

g. perhitungan pendapatan

3.5.2

a. menetapkan rasio ekuitas dan pinjaman X

b. menentukan tingkat biaya modal rata2 tertimbang (WACC) X

c. menentukan FIRR V X

d. menentukan rasio cakupan pembayaran hutang (DSCR) X

e. menentukan besaran imbal hasil ekuitas (ROE) V X

f. Menentukan NPV V X

g. menyajikan proyeksi arus kas KPBU X

h. menyanjikan proyeksi arus kas dan laporan laba rugi Badan Usaha Pelaksana X

i. menyajikan sensitifitas KPBU X

Skenario 1: Base Case

Skenario 2: .....

j. menentukan bentuk dan nilai dukungan pemerintah X

k. menentukan premi jaminan pemerintah X

4. Kajian Lingkungan dan Sosial

4.1 Kajian Lingkungan Hidup yang wajib AMDAL

4.1.1 Penapisan X

a. menentukan dampak penting yang akan timbul

b.

c. peningkatan kapasitas dan program pelatihan, jika diperlukan

d. perkiraan biaya untuk proses perizinan lingkungan

e. rencana dan jadwal kepatuhan lingkungan

4.3 Analisa Sosial X Perlu informasi singkat

4.3.1 dampak sosial KPBU dan rencana mitigasinya

4.3.2 lembaga yang bertanggung jawab pada pembebasan tanah dan permukiman kembali

4.3.3 pihak yang terkena dampak dan kompensasinya

4.3.4 kapasitas lembaga yang membayar kompensasi

4.3.5 jadwal rencana permukiman kembali

4.3.6 rencana pelatihan perlindungan sosial bagi masyarakat terkena dampak (jika diperlukan)

4.4 Rencana Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali - Tidak diperlukan

4.4.1 dokumen rencana pengadaan tanah

4.4.2 Rencana Permukiman Kembali

Analisa Keuangaan

identifikasi pembayaran tarif awal, mekanisme penyesuaian tarif, dan indeksasinya

identifikasi dampak terhadap pendapatan dalam hal :

perbandingan biaya manfaat dengan atau tanpa KPBU, biaya yang dimaksud didasarkan pada harga konstan

meliputi:

penilaian manfaat proyek dengan mempertimbangkan :

menetapkan klasifikasi KPBU dalam memperkirakan dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan

hidup sesuai peraturan perundangan yang berlaku

penentuan biaya ekonomi dengan mengubah biaya financial menjadi biaya ekonomi (shadow price)

penentuan biaya ekonomi dengan mengkonversi manfaat menjadi kuantitatif

penilaian Kelayakan ekonomi (EIRR, ENPV)

Analisis sensitivitas (ketidak pastian KPBU vs tingkat kelayakan ekonomi)

Asumsi asumsi

tanggapan dan penilaian calon investor terhadap kelayakan, resiko dan dukungan dan atau jaminan pemerintah

untuk KPBU

pengumpulan tanggapan dan penilaian lembaga keuangaan nasional/internasional mengenai potensi pemberian

pinjaman

strategi mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan dalam KPBU

penilaian struktur pasar untuk meningkatkan tingkat kompetisi

perhitungan keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU (FCR)

Page 99: Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah ... kajian Awal... · dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat Namun tidak menutup

ada tidak

adacukup kurang

Hasil review

ketersediaan kedalaman

Ket

5. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur

5.1 Bentuk Kerjasama dengan mmempertimbangkan : V X

5.1.1 waktu ketersedian infrastruktur

5.1.2 optimalisasi investasi

5.1.3 maksimalisasi efisiensi

5.1.4 kemampuan badan usaha

5.1.5 alokasi resiko

5.1.6 transfer knowledge

5.2' Bentuk Kerjasama

5.2.1 lingkup kerjasama V

5.2.2' jangka waktu dan pentahapan V

5.2.3 keterlibatan pihak ketiga V

5.2.4 skema pemanfaatan barang milik negara/daerah V

5.2.5 status aset KPBU, jangka waktu perjanjian dan pengalihan aset V

6. Kajian Resiko

6.1 identifikasi resiko X

6.2 besaran resiko X

6.3 alokasi resiko X

6.4 mitigasi resiko X

7. Kajian Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah

7.1 Dukungan Pemerintah

7.1.1 Insentif Pajak V X

7.1.2 Dukungan Kelayakan Proyek V X

7.1.3 Kontribusi fiskal dalam bentuk finansial V X

7.1.4 Dukungan lainya V X

7.2 Jaminan Pemerintah V X

8. Khusus OBC: Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindak-lanjuti (outstanding issue)

8.1 identifikasi isu kritis V

8.2 rencana penyelesaian isu kritis X

8.3 jadwal penyelesaian isu kritis X