therapi antikonfulsif fenitoin
DESCRIPTION
ANTIKONFULSIF FENITOINTRANSCRIPT
THERAPI ANTIKONFULSIF FENITOIN
DICKY BUDIMAN 220110140187
Pengertian Antikonvulsi
Antokonvulsi adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsy (epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi.
Obat antikonvulsi bersifat sedative (meredakan) Memiliki waktu paruh panjang, dieliminasi dengan
lambat, dan berakumulasi dalam tubuh pada penggunaan kronis.
Pengertian Epilepsi
Epilepsi adalah Gangguan SSP yang ditandai dengan terjadinya bangkitan (seizure, fit attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan terjadi berulang (kambuhan).
Suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.
Sedangkan bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.
Faktor Pencetus Kejang
Penyakit serebrovaskuler (stroke iskemik atau stroke hemoragi).
Gangguan neurodegeneratif.Tumor.Trauma kepala.Gangguan metabolik.Infeksi SSP (sistem saraf pusat)
Faktor lainnya Gangguan tidur, stimulasi sensori atau emosi (stres)
akan memicu terjadinya kejang. Perubahan hormon, sepeti menstruasi, puberitas, atau
kehamilan dapat meningkatkan frekuensi terjadinya kejang.
Penggunaan obat-obat yang menginduksi terjadinya kejang seperti teofilin, fenotiazin dosis tinggi, antidepresan (terutama maprotilin atau bupropion), dan kebiasaan minum alkohol dapat meningkatkan resiko kejang
Mekanisme Kejang Epilepsi
Terjadinya epilepsi ditandai dengan gangguan paroksimal akibat penghambatan neuron yang tidak normal atau ketidakseimbangan antara
neurotransmiter eksitatori dan inhibitor. Defisiensi neurotransmiter inhibitori seperti Gamma
Amino Butyric Acid (GABA) atau peningkatan neurotransmiter eksitatori seperti glutamat menyebabkan aktivitas neuron tidak normal.
Mekanisme…
Serangan kejang juga diakibatkan oleh abnormalitas konduksi kalium, kerusakan kanal ion, dan defisiensi ATPase yang berkaitan dengan transport ion, dapat menyebabkan ketidak stabilan membran neuron.
Neurotransmiter eksitatori (aktivitas pemicu kejang) yaitu, glutamat, aspartat, asetil kolin, norepinefrin, histamin, faktor pelepas kortikotripin, purin, peptida, sitokin dan hormon steroid.
Neurotransmiter inhibitori (aktivitas menghambat neuron) yaitu, dopamin dan GammaAmino Butyric Acid (GABA).
Mekanisme…
Aktivitas glutamat pada reseptornya (AMPA) dan (NMDA) memicu pembukaan kanal Na+.
Pembukaan kanal Na diikuti oleh pembukaan kanal Ca2+, sehingga ion-ion Na+ dan Ca2+banyak masuk ke intrasel.
Terjadi pengurangan perbedaan polaritas pada membran sel atau yang disebut juga dengan depolarisasi.
Depolarisasi ini penting dalam penerusan potensial aksi sepanjang sel syaraf.
Depolarisasi berkepanjangan akibat peningkatan glutamat pada pasien epilepsi menyebabkan terjadinya potensial aksi yang terus menerus dan memicu aktivitas sel-sel syaraf.
Adanya muatan yang bersama-sama memasuki neuron-neuron tersebut menyebabkan terjadinya sinkronisasi (hipersinkronisasi)
Kejang Epilepsi
Penggolongan obat Antiepilepsi
Golongan HidantoinGolongan BarbituratGolongan OksazolidindionGolongan SuksinimidaKarbamazepinGolongan BenzodiazepinAsam ValproatAntiepilepsi lain
Golongan Hidantoin (Fenitoin)
Nama Kimia: Difenilhidantoin Indikasi: Semua jenis epilepsi, kecuali petit mal; status
epileptikus; trigeminal neuralgia jika karbamazepin tidak tepat digunakan.
Kontra-indikasi: Gangguan hati, hamil, menyusui, penghentian obat mendadak.
Sifat Fisikokimia : Serbuk, putih, tidak berbau, melebur pada suhu lebih kurang 295°C. Kelarutan tidak larut dalam air, larut dalam etanol panas, sukar larut dalam etanol dingin, dalam kloroform dan dalam eter.
Farmakokinetik
Sebagian obat-obatan dengan aksi pada system saraf pusat diberikan dengan cara ditelan (oral).
Pertimbangkan faktor-faktor yang menentukan absorbsi usus.
Absorbsi, distribusi dan biotransformasi, eksresi.
Pemberian Secara Peroral
Absorbsi fenitoin di dalam lambung sangat sedikit karena fenitoin tidak larut dalam lambung yang bersifat asam.
Absorbs fenitoin yang diberikan peroral berlangsung lambat, dan sesekali tidak lengkap.
Pemberian 10% dosis yang diberikan peroral dieksresi bersama tinja dalam bentuk yang utuh, pada duodenum yang mempunyai PH 7-7,5 fentoin lebih mudah larut.
Absorbsi maksimal terjadi di duodenum sedangkan yeyenum dan ileum lebih lambat, lalu di kolon sangat sedikit, dan direktum tidak terjadi absorbsi.
Kadar puncak pemberian peroral dicapai dalam >8 jam setelah pemberian, ada yang menyebutkan 3-12 jam.
Pemberian secara intramuscular
Menyebabkan fenitoin mengendap ditempat suntikan kira-kira 5 hari, dan absorbsinya berlangsung lebih lambat dari pada pemberian peroral.
Hal tersebut disebabkan kelarutan dalam air sedikit sehingga terbentuk kristal fenitoin didalam otot.
Fenitoin didistribusi ke berbagai jaringan tubuh dalam kadar yang berbeda-beda, setelah suntikan intravena, kadar yang terdapat dalam otak, otot skelet dan jaringan lemak lebih rendah daripada kadar yang berada di dalam hati, ginjal dan kelenjar ludah.
Biotransformasi
Volume distribusi fenitoin lebih kurang 64% dari berat badan.
Waktu paruh pemberian fenitoin peroral 18-24 jam sedangkan untuk mencapai kadar optimal (steady state) adalah 5-10 hari.
Fenitoin terikat kuat pada jaringan saraf sehingga kerjanya dapat bertahan lebih lama.
Biotransformasi berlangsung dengan cara hidroksilasi oleh enzim mikrosom hati.
Eksresi
Di eksresi melalui ginjal. Eksresi di ginjal. Hampir sebagian besar metabolit fenitoin bersama empedu, kemudian
mengalami reabsorbsi dan biotransformasi lanjutan dan, metabolit utamanya mengalami sekresi oleh tubuli, sedangkan bentuk utuhnya mengalami reabsorbsi.
Metabolit akhir sifatnya larut dalam air. Eksresi melalui feces hanya sebagian kecil saja. Eksresi lengkap dari feniton terjadi setelah 72-120 jam.
Farmakodinamik
Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua jenis epilepsy.
Fenitoin dimetabolisir di hati oleh enzim mikrosomal.
Malfungsi hati merupakan predisposisi untuk terjadinya interaksi obat feritoin.
Mekanisme kerja fenitoin
Cara kerja utama adalah memblokade pergerakan ion melalui kanal natrium dengan menurunkan aliran Na yang tersisa maupun aliran ion ⁺Na yang mengalir selama penyebaran potensial aksi.⁺
Memblokade dan mencegah potensiasi pos tetanik, membatasi perkembangan aktivitas serangan yang maksimal dan mengurangi penyebaran serangan.
Fenitoin juga dapat menghambat kanal kalsium (Ca ) dan menunda ⁺aktifasi aliran ion K keluar selama potensial aksi, sehingga menyebabkan kenaikan periode refractory dan menurunnya cetusan ulangan.
Efek samping
Gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer, hipertrofi gingiva, ataksia, bicara tak jelas, nistagmus, penglihatan kabur, ruam, akne, hirsutisme, demam, hepatitis, lupus eritematosus, eritema multiform, ;efek hematologik (leukopenia, trombositopenia, agranulositosis).