} daai - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/9378/2/fulltext.pdf · pemantauan kadar...
TRANSCRIPT
KiM'A Kt IX)KTPf^r\} DAai
PEMANTAUAN KADAR FENITOIN DALAM SERUM BEBERAPA PENDERITA
EPILEPSI TIPE GRAND MAL DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
SKRIPSI
DIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT MENCAPAI
GELAR SARJANA FARMASI PADA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
----------t n t I K.
p e r p u s t a k a a n
'U N IV E R S IT A S A IR L A N G G A
s U R A B A Y A _
oleh
FARIDA SUHUD
058110366
t-'i.xivjui oleh pembimbing
SJAMSIAH H Dr .MARGO NO I. S.
Dr.R.IMAM SANTOSO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
KiM'A Kt IX)KTPf^r\} DAai
PEMANTAUAN KADAR FENITOIN DALAM SERUM BEBERAPA PENDERITA
EPILEPSI TIPE GRAND MAL DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
SKRIPSI
DIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT MENCAPAI
GELAR SARJANA FARMASI PADA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
----------t n t I K.
p e r p u s t a k a a n
'U N IV E R S IT A S A IR L A N G G A
s U R A B A Y A _
oleh
FARIDA SUHUD
058110366
t-'i.xivjui oleh pembimbing
SJAMSIAH H Dr .MARGO NO I. S.
Dr.R.IMAM SANTOSO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
KflTfl P^NGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadapan Allah Yang Ma-
ha kuasa, berkat rahmatlfya kami berhasil menyusun dan me-
nyelesaikan skripsi ini guna raelengkapi persyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Uni-
versitas Airlangga. Bagi kami skripsi ini merupakan penga-
laman belajar yang pertama dalam merencanakan, mengerjakan
dan menyusun karya ilmiah, sehingga masih sangat memerlu-
kan bantuan dari pihak-pihak lain yang lebih berpengalaman.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan
terima-kasih dan rasa penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Ibu Dra.Ny.Siti Sjamsiah H,pembimbing dan pendidik
kami yang telah memberikan dorongan dan bimbingan mulai da
ri pembuatan rancangan sampai dengan selesainya tugas ak-
hir ini.
kepada Bapak DR. Fasich, pembimbing dan pendidik ka
mi, yang telah memberikan dorongan dan bimbingan serta sa-
ran-saran selama penyelesaian skripsi ini, kami mengucap-
kan terima-kasih dan penghargaan setinggi-tingginya.
Kepada Bapak Dr. Margono I.S. , pembimbing kami yang
telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran-sa^an.sela
ma pelaksanaan skripsi ini serta menyediakan fasilitas kli-
niknya untuk digunakan dalam penelitian ini, kami mengucap
kan terima-kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kepada Papak Dr. R. Imam Santoso, pembimbing kami
yang telah memberikan dorongan, bimbingan selama pelaksana-
ii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
an skripsi ini serta menyediaan fasilitas alat untuk digu-
nakan selama penelitian , kami mengucapkan terima-kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kepada Pimpinan Fakultas Farmasi Universitas Airlang-
ga, para Bapak dan Ibu dosen, yang membantu karai baik sela-
ma pelaksanaan skripsi ini maupun selama kami menuntut il-
mu di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga , kami mengu
capkan terima-kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kepada Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dekan Fakultas Ke-
dokteran Universitas Airlangga, kepala Bagian Neurology
RSUD Dr. Soetomo, Kepala Poliklinik Bagian Syaraf RSUD Dr.
Soetomo, Kepala Bagian PatolQgi Klinik RSUD Dr. Soetomo,
yang telah memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam mela-
kukan penelitian ini, karai mengucapkan terima-kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kepada Bapak Prof.Dr. Hupudiono Suwondo, MPH, atas
nasehat dan saran-saran yang diberikan pada penyelesaian
penelitian ini , kami mengucapkan terima-kasih dan penghar
gaan yang setinggi-tingginya.
Kepada Bapak Dr. Gunawan B. , atas saran-saran yang
diberikan pada penyelesaian penelitian ini, kami mengucap
kan terima-kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kepada Sdri. Rahayu Anggraini, yang telah banyak mem
bantu dan mendampingi kami selama penelitian ini, kami me
ngucapkan terima-kasih dan penghargaan setinggi-tingginya.
Kepada para sukarelawan yang telah ikut berpartisipa-
si dalam penelitian ini , kami mengucapkan terima-kasih
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kepada para karyawan di Bagian Neurology, Poliklinik
Pagian Syaraf PSUD Dr. Soetomo, Laboratorium Biofarmaseti-
ka-Farmakokinetika Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,
yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan skripsi ini ,
kami mengucapkan terima-kasih dan penghargaan yang seting-
gi-tlngginya.
Kepada Ayah, Ibu, saudara-saudara, rekan-rekan yang
tercinta, yang selalu memberikan dorongan semangat agar
penelitian ini dapat selesai dengan baik dan cepat, kami
mengucapkan terima-kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya.
Juga kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebut
satu persatu , kami mengucapkan terima-kasih dan penghar
gaan yang setinggi-tingginya.
Semoga semua bantuan yang diberikan , mendapat balas
an dari Allah Yang Maha Kuasa.
Walaupun kami telah berusaha untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun kami menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan kami berha-
rap semoga penelitian ini bermanfaat untuk Almamater ter
cinta Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
ir
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................... ii
DAFTAR ISI............................ .................. T
DAFTAR TABEL....... .................................... vii
DAFTAR GAMBAR........................................... . Tiii
RINGKASAH............................................... ix
BAB
I . PElfDAHULUAN......... ................................ 1
1. Latar belakang masalah.......................... 1
2. Tujuan penelitian................................ 3
II.TINJAUAH PUSTAKA....... ............................. 4
1. Epilepsi........................................... k
2. Antikonvulsan.................... „ .............. 5
3. Fenitoin (5,5 difenil hidantoin).............. .10
b. Sifat fisika dan kimia Natrium Fenitoin.......11
5. Analisis kadar Fenitoin dalam cairan biologis 11
6. Metoda Radioimmunoassay......................... .12
7. Hubungan struktur dan aktifitas Fenitoin......15
8. Farmakokinetik klinik Fenitoin..................17
8.a. Absorpsi......... .............................. .17
8.b. Distribusi dan ikatan protein plasma....... .18
8.c. Metabo.lisme dan eksresi...... .................19
8.d. Waktu paruh dan "clearance"........ •....... ..21
8.e. Pemantauan kadar Fenitoin dalam serum.......21
9..Farmakologi Fenitoin..............................25
Halaman
v
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
DAFTAR ISI
(lanjutan)
9.a. Mekanisme antikonvulsan dari Fenitoin....... ..25
9*b. Dosis........ .......................................26
9.c. Indikasi.......................................... 26
9.d. Efek samping dan toksisitas................... ..27
III.ALAT, BAHAN DAK METODA PENELITIAN.................. ..28 •
1. Alat ....................... ........................*. 28
2. Bahan................................................ ..28
3. Metoda penelitian.................................. ..29
3.A. Analisis kualitatif............................. ..29
3.1. Kriteria subyek.................................. ..30
3»C. Protokol............................................ 3i
3. d . Tahapan kerja.................................... ..32
3» d »1» Persiapan bahan................. '................32
3.D.2. Pembuatan kurva kalibrasi................... ..3-3
3 . d.3. Penentuan kadar Fenitoin dalam sampel se
ru m ........................................ ........35
3.E. Pengolahan data....................................35
IV.HASIL PENELITIAN.........................................3 6
1. Kurva kalibrasi.................................... ..3 6
2. Penetapan kadar Fenitoin dalam Sampel serum.....3.6
V.PEMBAHASAN.............................................. ..h-2
VI .KESIMPULAN.............................................. ..4 8
VII.SARAN-SARAN...............................................^9
VIII.DAFTAR PUSTAKA......................................... ..50
Halaman
vi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
DAFTAR TABEL
I. Konsentrasi larutan baku untuk penentuan kur-
va kalibrasi...................................... 37
II. Harga Count Per Minute (CPM) dari enam larut
an baku Fenitoin dalara serum untuk pembuatan
kurva kalibrasi............................ ..... 38
III. Hubungan dosis, kadar Fenitoin dalam serum
dan keadaan klinis penderita......... .........
TABF.L Hal am an
vii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
DAFTAR GAMBAR
I. Kurva kalibrasi (CPM terhadap konsentrasi)
GAMBAR
viii
39
Halaman
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
RINGKASAN
Fenitoin merupakan antikonvulsan pertama yang dian-
jurkan untuk penderita epilepsi tipe grand mal dan tipe
lainnya kecuali petit mal karena di samping efek antikon-
vulsannya poten, obat ini tidak mempunyai efek sedasi.
Untuk mencapai efek terapi yang optimal, kadar Fenitoin
dalam serum pada orang Barat berkisar 10 - 20 Ug/ml. Kare
na rentang terapetik yang sempit, sulit untuk menentukan
dosis yang tepat untuk masing-masing individu sehingga di-
dapat efek terapi yang optimal. Kesulitan lain untuk menca
pai efek terapi yang optimal ini juga disebabkan adanya hu-
bungan non linier antara kadar tunak obat dalam serum ter-
hadap dosis. Fenitoin yang diberikan dengan dosis lazim da-
pat menimbulkan keadaan sub-terapetik, terapetik dan tok— •
sik.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menda-
patkan data kadar Fenitoin dalam serum sejumlah penderita
epilepsi yang secara klinis menunjukkan gejala sub-terape-
tik, terapetik dan toksik.
Dalam penelitian ini dipilih 13 penderita epilepsi
tipe grand mal yang diobati dengan obat tunggal Fenitoin.
^enderita-penderita tersebut adalah penderita epilepsi yang
sedang dirawat jalan pada poliklinik bagian Syaraf RSUD Dr.
Soetomo dan baru pertama kali diobati dengan Fenitoin.
Umur penderita antara 14 - 50 tahun dan berat badan antara
kO - 70 kg dengan pemeriksaan faal hati dan faal ginjal me-
ix
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
nunjukkan batas normal. Dosis Fenitoin diberikan berdasar-
kan pengalaman klinis sesuai dengan berat bada'n dan
keadaan penderita itu sendiri. Bila masih tirabul kejang ma-
ka penderita dimasukkan dalam kelompok sub-terapetik dan pe-
ngobatan dilanjutkan dengan menaikkan dosis.sampai 50 mg
atau 100 mg.Sekurang-kurangnya dua minggu setelah pening-
katan dosis, perkembangan klinis penderita diamati, bila
kejang sudah dapat teratasi maka penderita tersebut dime-
sukkan dalam kelompok terapetik. D engobatan dilanjutkan de
ngan dosis tetap. Bila timbul gejala intoksikasi maka pen
derita tersebut dimasukkan kelompok toksik, selanjutnya do
sis diturunkan perlahan-lahan sampai oicapai keadaan tera
petik kembali. Pengambilan sampel darah dilakukan pada ke
adaan tunak ( 7 - 1 0 hari setelah pemakaian dosis) untuk ke
lompok sub-terapetik dan terapetik sedang kelompok toksi^.. .
sampel diambil pada saat penderita menunjukkan gejala in
toksikasi.
^enetapan kadar dilakukan dengan metoda Radioimmuno
assay, karena di samping cepat, sederhana, spesifisitas
dan kepekaannya tinggi, sarsna laboratorium dan pereaksi
juga tersedia untuk metoda ini.
Dari 13 penderita yang diamati, sesuai dengan krite-
ria klinis yang telah ditentukan, 10 kasus menunjukkan
respon sub-terapetik, 9 kasus menunjukkan respon tera
petik dan 5 kasus menunjukkan respon toksik. Pada pe-
netapan kadar, ternyata penderita-penderita dengan respon
sub-terapetik menunjukkan kadar Fenitoin dalam serum berki-
x
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
sar 0,63 - 8,75 Ug/ml, respon terapetik 6,0 - 20,75 Ug/ml
dan respon toksik 2/+,13 - 50,25 Ug/ml. Disamping itu ter-
lihat adanya respon individual yang sangat bervariasi ter-
hadap dosis yang diberikan dan hal ini lebih jelas lagi
seperti ditunjukkan 2 penderita dari kelompok terapetik
dan toksik.
xi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAB I
PENDAHULUAN
1 . L a t a r b e l a k a n g m a s a l a h
Epilepsi merupakan penyakit saraf yang sudah lama
dikenal, mungkin sama lamanya dengan peradapan manusia,
tetapi hingga saat ini masih terdapat banyak anggapan
yang salah mengenai penyakit ini.1 Sebagian besar ma-
syarakat masih menganggap epilepsi sebagai penyakit me-
nular, akibat kerasukan setan dan sakit jiwa sehingga
penderita dikucilkan bahkan oleh keluarganya sendiri.2
Penderita epilepsi memang dapat disamakan dengan pende
rita cacat pada saat serangan kejang terjadi, tetapi
di luar serangan kejang penderita merupakan individu
normal.
Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari sa-
tu juta penderita epilepsi.1
Pada waktu lampau, pengobatan umumnya dilakukan
dengan terapi kombinasi, tetapi dengan semakin berkem-
bangnya ilmu kedokteran, terbukti bahwa terapi dengan
obat tunggal jauh lebih baik dari-pada terapi kombina
si. disebabkan , terapi kombinasi banyak
menimbulkan kerugian antara lain gejala intoksikasi da
ri kedua- jenis obat sulit diatasi, interaksi dan kemung-
kinan alergi lebih besar serta biaya yang dikeluarkan
juga lebih besar.
M 1 LI K.p e r p u s t a k a a n
UNIVERSITAS AIRLANGGA
S U R A B A V A
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
2
Untuk penderita epilepsi tipe grand mal, antikon -
vulsan pertama yang dianjurkan adalah Fenitoin (5,5-di-
fenil hidantoin). Di samping itu diperoleh data bahwa
Fenitoin juga merupakan obat utama terhadap semua bentuk
5 6 7epilepsi kecuali petit mal. * *
Untuk mencapai efek terapi yang optimal, kadar Fe
nitoin dalam serum pada orang Barat berkisar 10 - 20 Ug/
ml, 6,7, 8,9 » 10 ^ a n pa(ja anak-anak 5 - 2 0 Ug/ml.^
Karena rentang terapetik yang sempit, sulit untuk menen-
tukan dosis yang tepat untuk masing-maeing indiridu
agar didapat efek terapi yang optimal.6,11,13 Disam-
ping rentang terapetik yang sempit tersebut, kesulitan
mencapai kadar terapetik yang optimal ini juga disebab-
kan adanya hubungan non linier antara kadar tunak obat
dalam serum terhadap dosis.11,12,13,14,15,16 sebab ada
nya non linier ini diduga karena kejenuhan sistem enzim
metabolisme dari Fenitoin dalam rentang dosis yang digu-
n a k a n . 14,18 Fenitoin yang diberikan dengan dosis lazim
dapat menimbulkan keadaan sub-terapetik, terapetik atau-
pun toksik.-^»-^»-^,l6
Di Indonesia sampai saat ini masih kekurangan in-
formasi mengenai hubungan antara kadar serum Fenitoin
terhadap dosis Fenitoin yang diberikan kepada penderita
epilepsi. Padahal menurut peneliti-peneliti terdahulu,
keberhasilan terapi dengan obat ini memerlukan pemantau-
an terhadap kadar obat dalam serum penderita agar sela-
lu berada dalam rentang t e r a p e t i k . Q l e h kare-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
3
na penggunaan Fenitoin untuk pengobatan epilepsi umum-
nya raemakan waktu lama, dimana dalam batas waktu terse-
but, kadar terapetik yang optimal dalam serum perlu di-
pertahankan, maka peneliti bermaksud melakukan pengamat-
an pada sejumlah penderita epilepsi tipe grand raal di-
RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang mendapat pengobatan tung-
gal Fenitoin dengan dosis sesuai pengalaman klinis.
Diharapkan dari penelitian pendahuluan ini dapat
memberikan data berapa kadar sub-terapetik , terapetik,
dan toksik sehingga dapat membantu para klinisi dalam
penanggulangan penyakit epilepsi khususnya tipe grand -
m a l .
2. Tu.juan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data
kadar Fenitoin dalam serum sejumlah penderita epilepsi
tipe grand mal di RSUD Dr. Soetomo yang secara klinis
menunjukkan gejala sub-terapetik, terapetik dan toksik.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Epilepsi
Epilepsi adalah suatu kata yang berasal dari baha-
Yunani yang berarti "keadaan dikalahkan11 atau "diserang".
Dalam bidang kedokteran epilepsi belum dapat didefinisi-
kan dengan jelas. Tetapi pada umumnya epilepsi dianggap
sebagai suatu gejala dari tidak berfungsinya otak yang
meliputi gangguan depolarisasi paroksismal dari neuron
dan penyebaran muatan listrik neuronal ke seluruh jaring-
an otak.^
kejang epilepsi secara umum dapat dikelorapokkan
menjadi tiga, yaitu
a. Kejang sebagian ("partial seizures") yang terdiri da
ri bentuk sederhana, kompleks dan kejang sebagian
yang' kemudian berkerabang menjadi kejang umum.
b. Kejang umum ("generalized seizures"), terdiri dari
kejang "absence" (petit mal), kejang mioklonik, ke
jang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik (grand-
mal) dan kejang atonik.
c. Kejang yang tidak dapat diklasifikasikan.
Sedangkan pembagian epilepsi dan sindroma-sindro-
ma epilepsi adalah sebagai berikut
a. Epilepsi dengan sindroma-sindroma yang bersifat lo~
kal baik idiopatik maupun simtomatik.
b. Epilepsi dengan sindroma-sindroma yang bersifat umum,
4
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
5
idiopatik, simtomatik atau kedua-duanya.
c. Sindroma yang bersifat khusus misalnya kejang yang di
sebabkan demam, "stress", dan lain-lain.
d. Epilepsi dengan sindroma yang tidak dapat ditentukan.
2. Antikonvulsan
Obat antikonvulsan digunakan terutama untuk pence-
gahan dan pengobatan serangan epilepsi ("epileptic sei
zures" atau "seizures"). Serangan epilepsi merupakan ge-
jala yang dapat disebabkan oleh macara-raacam penyebab.
Timbulnya serangan epilepsi disebabkan oleh adanya rang-
sangan yang cukup kuat pada susUnan saraf. Secara seder-
hana dapat dikatakan bahwa bila rangsangan melampaui am-2"i
bang kejang maka terjadiiah serangan epilepsi. x Adapun
antikonvulsan berfungsi untuk meningkatkan mekanisme
inhibisi dan menurunkan mekanisme eksitasi.1^ Pada kela-
inan susunan saraf bukan epilepsi misalnya radang, tu:-
mor, trauma, serangan kejang terjadi dengan ambang ke
jang normal, namun karena gangguan yang cukup kuat maka
terjadiiah serangan kejang. Pada keadaan ini dapat pula
digunakan antikonvulsan untuk pengobatannya. Karena an
tikonvulsan lebih sering digunakan untuk mengatasi se
rangan epilepsi maka golongan obat ini lebih umum dike
's 21nal sebagai antiepilepsi.-'*
Untuk mencapai hasil pengobatan yang maksimal di-
perlukan obat dengan syarat ideal.^
Syarat obat antiepilepsi yang ideal adalah: ^
a. Dapat menekan serangan epilepsi secara sempurna ,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
6
dengan dosis yang tidak menimbulkan efek saraping
yang mengganggu, terraasuk sedasi.
b. Memiliki batas keamanan yang lebar.
c. Satu jenis obat dapat menguasai seraua tipe epilepsi
dan bekerja langsung pada fokus serangan, Je-tapi je-
-nis ini toelum ada.
d. Dapat diberikan per oral, lama kerja panjang dan
araan untuk pengobatan jangka panjang, tidak menira-
bulkan gejala putus obat ataupun toleransi.
e. Harganya murah.
Di samping persyaratan obat yang ideal tersebut,
untuk berhasilnya pengobatan epilepsi masih diperlukan
beberapa patokan sebagai berikut ;?>2l
a. Ditentukan lebih dahulu jenis epilepsinya, baru ke-
mudian dipilih satu macam obat yang sesuai.
b. Dosis antikonvulsan disesuaikan sampai didapat ba
sil pengobatan yang optimal.
c. Dilakukan pemeriksaan kad?.r obat dalam darah
d. Bila antikonvulsan yang dipilih tidak memberikan
hasil yang optimal,sedangkan gejala intoksikasi sudah
ada, maka dosis obat dikurangi dan ditambah anti _
konvulsan kedua. ■
e. Bila gabungan kedua obat ini memberi . hasil baik
dapat dicoba pengurangan obat yang pertama secara
bertahap kemudian dihentikan.
Terapi kombinasi obat a n t i epilepsi mungkin diper
lukan tetapi terapi selalu dimulai dengan obat tung-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
7
gal.^’ '?,̂ 1Bila dengan dosis maksimal yang diberikan
belum didapatkan efek optimal , barulah ditambahkan
antiepilepsi lain atau dapat juga . diganti dengan
5 21antiepilepsi yang lain. *
Berikut ini ada beberapa macam antiepilepsi yang
2 5 7sering digunakan :
a. Fenitoin ( S.S-Di'fenll Hidantoin )
Berkhasiat pada epilepei tipe grand mal, fokal dan
psikoraotor namun tidak berkhasiat pada petit mal dan
2 5 7kejang demam . Obat ini dapat diberikan per
oral atau secara intra vena. Efek samping-ringan
dari Fenitoin adalah: anemia megaloblastik, leko-
penia, dermatitis eksfoliatif, hirsutisme,limfadeno-
pati , osteomalas-.ia, reaksi alergi, hiperplasia ging-
giva t Akhir-akhir ini juga dicurigai Fenitoin
5mungkin Juga dapat merusak janin. Efek toksik
Fenitoin yang sering dijumpai-pada dosis tinggi
adalah nistagmus, tremor, ataksia dan penglihatan
1(~>ganda. Hal ini akan hilang dengan sendirinya bila
dosis dikurangi.
b. Fenobarbital
Digunakan pada epilepsi tipe grand mal dan fokal.
Kurang berkhasiat pada psikomotor. Pemakaian obat
ini harus berhati-hati oleh karena ada kemungkinan
terjadinya kekambuhari petit mal dan kemungkinan se-
21rangan grandraal bila obat lupa diminum. Obat ini
dapat diberikan per oral atau parenteral.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
8
Efek sampingnya ialah sedasi, pada anak-anak sering
dijumpai hiperaktivitas. Efek samping-ringan ialah
reaksi alergi, rash pada kulit, dermatitis eksf.oli-
atif, anemia megaloblastik, osteomalasia, kemungkin-
an juga mempunyai efek teratogenik. Pada dosis yang
lebih tinggi dapat pula dijumpai ataksia dan nistag-
mus.
c . Karbamazepin
Dapat digunakan pada epilepsi tipe psikomotor, fokal
dan grand mal. Banyak penyelidik yang beranggapan
bahwa Karbamazepin merupakan obat pilihan bagi epi-
21lepsi tipe psikomotor. Ffek samping Karbamazepin
cukup sering terjadi yaitu mual, muntah, kepala ri-
ngan, sakit kepala, bingung, penglihatan kabur, dis-
fasia, gerakan spontan abnormal, neuritis perifer,
parestesi ringan dan agitasi, tinitus. Toksisitas
yang berhubungan dengan dosis adalah rasa capai,nis-
tagmus, vertigo, pusing, diartria, ataksia dan di
plopia. Obat ini lebih toksis daripada.. Fenitoin
karena dapat menimbulkan gangguan kardiovaskular,
gangguan fungsi hati dan ginjal. Pada binatang per-
cobaan obat ini dilaporkan bersifat teratogenik.
d. Diazepam
Terutama digunakan terhadap status epilepsi dan di
berikan secara intravena. Efek samping-berat dan
berbahaya yang menyertai penggunaan Diazepam adalah
obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksa-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
9
sasi otot. Di samping itu dapat juga terjadi penekan-
an sarapai terhentinya pernafasan, hipotensi, jantung
berhenti berdenyut dan juga bersifat sedasi kuat.
e . K l o n a z e p a m
Merupakan obat dengan masa kerja panjang. Berkhasiat
baik pada status epilepsi. Juga pada epilepsi tipe
petit mal dan minor motor ( epilepsi akinetik , spas-
me infantil dan mioklonik) . Efek samping yang Be
ring dijumpai adalah sedasi, lemas, ataksia dan peru-
bahan tingkah laku.
f. Asetazolamida
Kadang-kadang digunakan sebagai obat tambahan atau
obat pembantu dalam menanggulangi epilepsi misalnya
petit mal, grand mal, psikomotor dan minor motor.
Dapat pula digunakan sebagai obat pembantu pada pen
derita yang serangan epilepsinya bertambah hebat sebe-
lum atau selama haid ( menstruasi ). Asetazolamida da
pat diberikan per oral. Dengan dosis tinggi dapat di
jumpai toksisitas berupa parestesia dan sedasi. Sese-
kali dijumpai rash pada kulit, distensi abdominal dan
pembentukan batu ginjal.
g. Nitraae-pam
Terutama digunakan pada spasme infantil dan epilepsi
tipe mioklonik. Efek samping yang sering dijumpai pa
da bayi dan anak adalah hipersalivasi dan bertambah-
nya sekresi dari bronkhus, di samping itu anak menja-
di lemah.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
10
3* Fenitoin ( 5.5 difenll hidantoin )
Fenitoin pertama kali disintesa pada tahun 1908,
tetapi aktifitas sebagai antikonvulsan baru ditemukan
19oleh Merritt dan Putnam pada tahun 1938. 7
Penemuan ini dianggap sebagai tonggak sejarah dalam per-
kembangan terapi dengan anti epilepsi. Fenitoin merupa
kan antikonvulsan pilihan untuk penyakit epilepsi tipe
grand mal, terutama untuk orang dewasa dan anak berseko-
5 6 7lah . ’ * f Adanya gugus fenil atau aromatik lainnya
pada atom C nomor lima penting untuk khasiat anti kon-
vulsannya ( pengendalian serangan tonik-klonik umum ),
sedangkan gugus alkil bertalian dengan efek sedasi, c'ima-
5na pada Fenitoin sifat ini tidak terdapat.
Fenitoin juga berkhasiat terhadap epilepsi fokal, .
psikomotor namun tidak berkhasiat pada petitmal dan ke
jang demam. Dosis terapi umumnya k - 8 mg/kg berat ba-
dan per hari.^’̂ ^ ^ V a d a r terapetik dalam darah 10 - 20
Ug/ml.^,^*^,^ ,® ,(̂ ,■''® Untuk mencapai kadar tunak pa
da dosis tertentu dibutuhkan waktu 7 - 1 0 hari bagi pe-
makaian per oral. Namun kadar tunak ini dapat dicapai
dalam satu hari jika pada hari pertama diberikan dosis
yang tiga kali lebih besar. 2 *9,10,21,22
Dibandingkan obat antikonvulsan lain, Fsnitoin
2 5 IQ 21mempunyai beberapa kelebihan antara lain ; ?»
- dapat digunakan untuk berbagai tipe epilepsi kecuali
petit m a l .
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
11
- tidak mempunyai efek sedasi
- kadar tunak dlcapai dalam waktu yang relatif singkat
- tidak akan membangkitkan serangan grand mal kalau se-
kali-sekali obat tidak diminum.
Karena alasan-alasan tersebut dalam penulisan resep
sering diberikan Fenitoin sebagai obat untuk epilepsi
tipe grand mal.
i+. Sifat fisika dan kimia Natrium Fenitoin 25*26,2?
- Naina kimia, struktur kimia dan rumus molekul:
Natrium 5,5-difenilimidazoli-
dina-2,if-dion.
C 15H n N2Na02 *
- Pemerian : serbuk putih, tidak berwarna, tidak ber-
bau, agak higroskopik, dapat menyerap C02
dari udara secara perlahan-lahan disertai
pembebasan Fenitoin.
- Berat molekul : 274,3
- Kelarutan: mudah larut dalam air dan etanol 95 #,
praktis tidak larut dalam kloroform dan
eter.
- Titik lebur : 295 - 298 0
5. Analisis kadar Fenitoin dalam cairan biclo^is
PPia. Kolorimetri untuk plasma, serum atau urin.
b. Spektrofotometri ultraviolet untuk plasma, serum,
iJwhole blood".po
c. Spektrofluorometri untuk plasma.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
12
19 22 29d. Kromatografi gas untuk serum atau plasma. *
e. High Pressure Liquid Chromatography untuk plasma
19f. Thin Layer Chromatography untuk plasma.
g. Radioimmunoassay / RIA untuk plasma atau serum
dan saliva.19»29,3°,32
h. Homogenous enzyme immunoassay / EMIT untuk plasma
atau serum.-*-9»29,31
i. Nephelometric inhibition immunoassay / NIIA untuk
plasma atau serum.^9»31
Fluorescence polarization immunoassay / FPIA un
tuk plasma atau serum 31
k. Substrate labeled fluorencent immunoassay / SLFIA
untuk plasma atau serum.19*33
1. Apoenzyme reactivation immunoassay / ARIS untuk
plasma atau serum.3^*35
6. Metoda Radioimmunoassay
Dari sekian banyak metoda analisis Fenitoin dalam
serum, dipilih metoda Radioimmunoassay karena disamping
cepat, sederhana , spesifisitas dan kepekaannya tinggi,-3
s^rana laboratorium dan pereaksi juga tersedia untuk me
toda ini. Radioimmunoassay merupakan metoda yang dianggap
paling peka dan spesifik serta banyak digunakan sampai
saat ini untuk menentukan kadar yang sangat kecil (ng/ml)
dari hormon atau substansi lain dalam cairan biologis^
termasuk antikonvulsan seperti Fenitoin dan Fenobarbital
Penerapan Radioimmunoassay untuk menghitung kadar obat
dalam serum semakin berkembang paaa dasa warsa terakhir
36,37in i .• ' -
\ " I V f in iS r i 'A s A , 11L A N o C A
? & U i* -'*• B h ̂ A __ *
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
13
Pada dasarnya kepekaan dan sensitifitas metoda ini memu-
dahkan pemantauan obat untuk tujuan terapi klinis sehingga
farmakodinamik obat dapat dievaluasi.3^
Prinsip metoda ini adalah kompetisi antara Fenitoin
dalam serum ("ligand" atau "analyte") yang berperan seba
gai antigen dan Fenitoin ("tracer" atau "radioligand")
yang berperan sebagai antigen yang dilabel dengan radio-
aktif, terhadap sejumlah "binding sites" (reseptor) seba
gai antibodi yang akan mengikat kedua antigen tersebut.
Jumlah antibodi yang digunakan mempunyai kapasitas ikatan
yang mendekati juralah "tracer" yang ada, dan antibodi ini
sifatnya spesifik.36*37,38
Adapun tahap-tahap penentuan ("assay") dengan meto
da ini dapat dilihat dan dijelaskan pada gambar dan kete-
rangan sebagai berikut;36
Penambahan "radioligand" dan reseptor
Konsentrasi relatif dari ligand yang
ditentukan
Inkubasi
Penambahan "receptor precipitating rea
gent"
Radioaktifitas relatif yang terikat pa
da reseptor
Inkubasi
\dm 3 -am 5) - c m 3}■<W:9
di s c** iso>3) c*« -a* 2)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
Ik
Pemisahan fraksi terikat dan bebas dari 125
Fenitoin ■'I dengan pemusingan
Pencacahan Fenitoin yang terikat
Harga cacahan yang terekam
Untuk tercapainya reaksi yang sempurna, diperlukan inku
basi dimana selama waktu inkubasi ini akan terjadi kese-
imbangan reaksi antara antigen dan antibodi.36,38
Setelah keseimbangan tercapai, fraksi Fenitoin yang
terikat pada reseptor dipisahkan dari yang bebas dengan
pemusingan . Fenitoin yang terikat pada reseptor
akan melekat pada dasar tabung sedang yang bebas pada su-
"57pernatan. 1 Pada akhir inkubasi dan pemisahan, Fenitoin
125I yang terikat pada reseptor berbanding terbalik de -
ngan konsentrasi Fenitoin dalam sampel, dengan kata lain
bila kadar bahan yang diukur tinggi maka kadar "tracer"
yang terikat akan r e n d a h . ^ Oleh karena yang dicacah
125pada pencacah Gamma adalah radioaktifitas Fenitoin
yang terikat pada reseptor, maka bila radioaktifitas yang
terukur rendah berarti kadar Fenitoin dalam sampel tinggi.38
Adapun prinsip kerja pencacah Gamma, sebagai beri-
kut, •*'̂ 1̂ memancarkan gelombang pendek dari sinar Gamma
dengan energi tinggi , sinar Gamma ini dideteksi oleh
"scintillation counter" yang berisi kristal Nal dengan
thallium sebagai aktifator. Kristal ini berhubungan lang-
sung dengan "photomultiflier" dan bila rad^asi Gamma yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
15
dipancarkan membentur kisi-kisi kristal Nal, maka akan di-
hasilkan energi cahaya foton. Energi cahaya ini ditangkap
dan diperbesar oleh tabung "photomultiflier" dan diubah
menjadi gelombang energi listrik . Jumlah energi listrik
yang terjadi sebanding dengan radioaktifitas bahan dalam
^7sampel
Pada perhitungan Radioimmunoassay dengan menggunakai'
pencacah Gamma dan pereaksi spesifik, diperlukan pembuatan
kurva kalibrasi. K urva ini menunjukkan hubungan antara jum-
lah cacahan terhadap kadar larutan baku yang tersedia.
Selanjutnya kurva kalibrasi ini dipakai untuk membaca ca-
cahan dari sampel serura sehingga kadar Fenitoin dapat di-
ketahui dengan cara intrapolasi.
7. Hubungan struktur dan aktifitas Fenitoin ^
Guna tr.enggambarkan hubungan struktur dan aktifitas
antikonvulsan dipergunakan model "Maximal Electro Shock"
(MES) untuk serangan tonik-klonik umum dan model "Subcu -
tanneous Metrazol" (scM et / Met / pentylen metrazol ) un
tuk serangan petit mal ("absence seizures"). Obat-cbat
yang efektif pada ^ES menunjukkan efektifitas obat terha
dap serangan tonik-klonik umum (grand mal) sedangkan obat
yang efektif pada Met menunjukkan efektifitas obat terha
dap serangan petit mal.
Untuk Fenitoin , hubungan struktur dan aktifitas
adalah sebagai berikut:
a. Cincin hidantoin harus mempunyai paling sedikit satu
gugus fenil pada atom karbon nomor lima untuk menun
jukkan aktifitas ^ES yang berarti.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
16
Pada Fenitoin ada dua gugus fenil yang terikat pada
atom karbon nomor lima sehingga mempunyai aktifitas
MES yang maksimal.
b. Penggantian satu gugus fenil dari Fenitoin dengan gu-
gus alkil rantai pendek memberikan aktifitas yang se-
dang untuk Met dengan sedikit penurunan pada aktifitas
MES.
c. Penggantian kedua gugus fenil pada Fenitoin,
c^. dengan gugus isobutil menyebabkan penurunan akti
fitas MES.
c2 . dengan gugus alkil lainnya menyebabkan hilangnya
aktifitas MES tetapi meningkatkan aktifitas Met.
c-j. dengan gugus benzil menyebabkan hilangnya akti
fitas MES.
d. Aktifitas Met ditingkatkan dengan substitusi gugus
alkil rantai pendek , terutama gugus metil pada atom
nitrogen nomor satu dan tiga dari cincin hidantoin.
e. Semua substitusi pada gugus fenil dari Fenitoin raene-
kan aktifitas MES.
f. Aktifitas MES dari Fenitoin menurun dengan substitusi
pada 0 menjadi 5,5-difenilimidazolidina-^-cn (dok-
senitoin), dengan substitusi S pada 0 atom C2 menjadi
5,5-difenil-2tiohidantoin atau dengan pemecahan hidro-
litik aari cincin hidantoin menjadi 2-amino-2,2-dife-
nilasetamida.
g. Aktifitas MES hilang sempurna pada hasil hidrolisa
Fenitoin , yaitu asam 2,2-difenil-2-ureidoasetat dan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
17
asam 2-amino-2,2-difenilasetat, dan pada metabolit
utama 5-p-hidroksifenil-5-fenilhidantoin.
h. Hidroksi pada atom N nomor .3, tidak menunjukkan akti-
fitas antikonvulsan pada binatang percobaan.
8. Farmakokinetik klinik Fenitoin
8.a. Absorpsi
Fenitoin merupakan asam lemah dengan pKa kira-
kira 9, sukar larut dalam media air. Kelarutan yang
rendah ini membatasi kecepatan absorpsi dalam saluran
pencernaan makanan. Preparat mikrokristal, di: mana
ukuran partikel telah direduksi, menunjukkan dissolusi
yang jauh lebih baik sehingga absorpsi juga lebih baik
dari-pada bentuk amorf dari asam Fenitoin. Kecepatan
absorpsi dapat pula ditingkatkan dengan pemberian ben
tuk garam Natrium yang lebih larut dalam a i r 19
Dalam media asam lambung, Natrium Fenitoin mengendap
secara cepat sebagai asam , tetapi endapan terbagi ha-
lus dan diabsorpsi sebaik preparat mikrokristalA 9
Yang lebih menentukan pada absorpsi Fenitoin adrlah
ukuran partikel dibandingkan dengan bentuk asam atau
garam Fenitoin. Disamping itu perbedaan formulasi juga
dapat menyababkan perbedaan absorpsi yang bervariasi 20-
90%.^ ’ ^^Kadar maksimum obat dalam serum dicapai 2-
12 jam setelah pemberian obat per oral dan tingkat ab-
iqsorpsinya sekitar 80% - 90% dari dosis yang diberikan.
^enaikan kadar Fenitoin dalam serum, seringkali dihu-
bungkan dengan perkembangan gejala klinis dari intok -
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
18
sikasi. Beberapa peneliti mengatakan bahwa Fenitoin
mengalami kejenuhan kinetik sehingga perbedaan yang
kecil dari dosis sudah cukup untuk menimbulkan perubah-
an yang cukup besar dan tidak proporsional dalam kon-
sentrasi serum.^’̂ ’̂Bioavailabilitas Fenitoin diting-
katkan dengan adanya makanan dan turun dengan adanya
absorpsi yang tidak merata atau pemberian bersama-sama
antasida. Bila Fenitoin diberikan intrarauskular, obat
akan diendapkan dalam jaringan dan absorpsi berlangsung
lama serta tidak menentu.1^
6.b. Distribusi dan ikatan protein -plasma ^
Dengan pemberian intravena , Fenitoin menembus
barrier darah otak ("blood brain barrier") dan masuk
ke dalam otak secara cepat. Dada pasien yang mendapat-
kan pengobatan jangka panjang , konsentrasi total pada
otak kira-kira 0,6 - 1 , 5 kali dari konsentrasi total
dalam serum. Adanyp korelasi positif antara konsentra
si dalam otak dan dalam serum merupakan dasar yang ber-
guna dalam memantau kadar Fenitoin dalam serum.
Dalam serum , Fenitoin terikat pada protein secara re-
versibel (rata-rata 90$), terutama pada albumin. Fraksi
yang tidak terikat dalam serum sebenarnya konstan pada
konsentrasi terapi. Dada pasien dengan kegagalan fungsi
ginjal dan hati menunjukkan kadar Fenitoin terikat da
lam serum jauh lebih kecil dari-pada pasien dengan gin
jal dan hati berfungsi baik. Akibatnya jumlah obat da
lam bentuk bebas lebih besar sehingga diperlukan kadar
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
19
total Fenitoin dalam serum lebih rendah untuk mengatasi
serangan dibanding pasien normal.
8.c. Metabolisme dan eksresi
Jalur utama metabolisme Fenitoin meliputi pemben-
tukan para hidroksilasi dari atom karbon cincin fenil,
sehingga terbentuk 5-p-hidroksifenil,5-fenilhidantoin
(p-HPPH) . H ,19»39^etabolit lain dalam jumlah kecil di-
identifikasikan sebagai 5,5-his-(4-hidroksifenil)-hi-
dantoin, 3»4-dihidrodiol yang kemungkinan terbentuk
dari intermediet epoksida, derivat katekol termetilasi,
dan N-glukoronida dari Fenitoin. Derivat meta hidroksi
lasi ditemukan juga pada urin manusia , tetapi senyawa
ini munfkin terbentuk selama proses analisis dan oleh
karena itu tidak dimasukkan sebagai metabolit yang se-
19benarnya. Sebagian besar metabolit yang terhidroksi-
lasi berikatan dengan asam glukoronat, sebagian dieks-
resi melalui empedu dan mengalami sirkulasi enterohe-
patik. Metabolit-metabolit ini hanya mempunyai sedikit
atau tidak sama sekali aktifitas sebagai anti epilepsi ^
nada pasien epilepsi, konsuntrasi serum dari p-BPPH yg
tidak terkonyugasi hanya 2% - 6% dari konsentrasi serum
Fenitoin dan hanya dapat meningkat dua kalinya pada ke-
adaan uremia. Sebaliknya konsentrasi serum p-HPPH yang
terkonyugasi mendekati 1/20 - 1/2 dari dosis , tetapi
ini dapat meningkat sampai sepuluh kali dengan adanya
kerusakan ginjal. Sejumlah kecil dari Fenitoin dan
p-HPPH dieksresi dalam feses. Sebagian besar dari dosis
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
20
yang diberikan dapat ditemukan kembali dalam urin seba
gai bentuk hasil biotransformasi dan sebagian kecil (le
bih kecil dari 5%) dalam bentuk tidak berubah. Jumlah
dosis yang dieksresi sebagai metabolit p-hidroksilasi
menurun dengan meningkatnya dosis oleh karena adanya
kejenuhan metabolisme Fenitoin, sedang jumlah obat ti
dak berubah yang dieksresi meningkat sesuai dengan me
ningkatnya konsentrasi dalam serum. Dengan demikian
metabolisme Fenitoin ini adalah "dose dependent" atau
mengikuti farmakokinetik non linier dan akan diperoleh .
gambaran yang lebih baik dalam analisisnya bila diguna
kan kinetik Michaelis Menten dari pada kinetik order
satu. Berdasarkan atas persamaan Michaelis Menten ter-
sebut, perkiraan harga Km (konsentrasi serum dimana
terjadi kejenuhan 50%) dan DmciV (dosis maksimum yangmax
dapat dimetabolisme) secara individual pada kondisi in-
vivo dapat diperoleh. Pada percobaan dengan binatang
metabolit p-KPPH dan katekol menghambat metabolisme
Fenitoin lebih lanjut dengan mekanisme umpan balik.
Meskipun demjkian , tidak ada perubahan yang tetap da
lam "clearance" atau waktu paruh dari Fenitoin yang di-
dapat pada voluntir yang mendapat infusi p-HPPH yang
diperpanjang. Berdasarkan penelitian tersebut: dikatakan
bahwa ketergantungan dosis dalam metabolisme lebih ba
nyak disebabkan kejenuhan sistem enzim dari-pada
"feedback inhibition" oleh bentuk metabolitnya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
21
8.d. Waktu paruh dan "clearance"
Disebabkan oleh kejenuhan kinetik, penurunan
konsentrasi Fenitoin dalam serum tidak linier dan hal
ini menyebabkan harga waktu paruh yang sebenarnya ti
dak dapat dihitung Waktu paruh pada dosis di -
PAatas 100 mg per hari berkisar 7 - 4 0 jam, dan
"clearance" 15 - 60 ml/jam per kilogram. ^
Hal lain yang mempengaruhi waktu paruh dan "clearance"
adalah perbedaan ras, umur, sebagai contoh pada orang
Eskimo waktu paruh lebih pendek sedangkan "clearance"
lebih tinggi dari-pada orang Dane. Pada pasien dewasa
"clearance" akan menurun dengan meningkatnya dosis,
tetapi pada pasien tua harga "clearance" justru me -
ningkat.
8.e. Pemantauan kadar Fenitoin dalam serum
Fenitoin merupakan obat yang pada pemakaian kli-
nis perlu pemantauan oleh karena alasan, indikasi dan
kegunaan sebagai berikut.
Alasan dilakukannya pemantauan kadar Fenitoin
dalam serum adalah : 13*18,19,39»40
- Variasi yang lebar dari kadar Fenitoin dalam serum
pada penderita yang diberi dosis lazim.
- Rentang terapetik yang sempit dari Fenitoin.
- Hubungan antara dosis dan kadar Fenitoin dalam se
rum yang non linier oleh karena kejenuhan metabo
lisme.
- Adanya kecenderungan auto induksi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
22
Semuanya itu merupakan masalah dalam pengaturan dosis
yang sesuai untuk tercapainya efek terapi optimal.
Pemantauan kadar Fenitoin dalam serum tersebut
perlu dilakukan pada indikasi sebagai berikut:1® ,1^ ,20,2Z+
- Bila terjadi kegagalan terapi oleh karena dosis ku-
rang sehingga menimbulkan keadaan sub-terapetik
atau terjadi intoksikasi karena dosis berlebih.
- Menlngkatnya frekuensi serangan pada penderita yang
beberapa waktu sebelumnya sudah bebas serangan ,
hal ini dicurigai kemungkinan adanya "non compli-
ence" dari penderita atau interaksi dengan obat
lain yang diminum bersama-sama dengan Fenitoin.
- Terjadi status epilepsi pada penderita yang diobati
dengan Fenitoin.
- Bila timbul gejala-gejala "neur^psychiatric".
- Sebelum mertambah atau mengganti dengan obat anti -
konvulsan yang lain.
- Dada anak-anak dimana variasi farmakokinetik Feni
toin sangat besar.
- Pada kehamilan.
Pemantauan kadar Fenitoin dalam serum ini ber-
guna untuk mengontrol serangan pada penderita epilep
si. Dengan mengetahui kadnr Fenitoin dalam serum ,
keberhasilan terapi dapat tercapai 80 % dari seluruh
penderita oleh karena bila dosis yang diberikan tidak
sesuai dengan kadar optimal serum dalam rentang tera
petik maka dapat dilakukan pengaturan dosis sedemiki-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
23
an rupa sehingga kadar'serum optimal dapat tercapai.3
Cara lazim yang selama ini diterapkan yaitu dengan
menaikkan dosis secara bertahap sampai serangan dapat
teratasi dan bila timbul gejala efek samping obat,
dosis harus diturunkan dengan perkiraan pengalaman
klinis. Dengan demikian perubahan dosis hanya berda
sarkan atas respon klinis yang teramati dan secara te
rapi rasional keadaan demikian kurang dapat diterima.-
Dengan adanya pemantauan kadar Fenitoin dalam serum
maka pengaturan dosis menjadi lebih tepat seperti di-
kemukakan oleh J.C. Mucklow (198*0 bila kadar Fenito
in dalam serum 7 Ug/ml maka peningkatan dosis adalah
100 mg/hari, untuk kadar 7 - 1 0 Ug/ml peningkatan do
sis 50 mg/hari sedang kadar lebih besar dari 10 Ug/ml
peningkatan dosis 25 mg/hari sudah„_c.ukup untuk menca-
pai efek terapi yang optimal.
Kegunaan lebih lanjut dari pemantauan kadar Fe
nitoin dalam serum adalah :18,20
- Meningkatkan "complience" dari penderita yang ter-
dorong oleh rasa ingin tahu dan ingin sembuh.
- Dokter dapat mendiskusikan hasil pemantauan yang su
dah diperoleh sehingga menunjang keberhasilan tera
pi yang diharapkan.
Pemantauan kadar Fenitoin dalam serum dilakukan
bila kadar tunak obat dalam darah telah tercapai yai
tu 7 - 10 hari seteiah pemakaian obat dengan dosis
tertentu.^»9»J-^’̂l-’̂ O l e h karena waktu paruh Fenitoin
12,20
,29
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
2k
yang cukup panjang (- 22 jam) sehingga pemberian do-
sisi tunggal maupun terbagi , tidak berpengaruh pa
da waktu pengambilan sampel dan fluktuasi kadar dalam
serum masing-masing penderita.1^ ,‘̂* ^ 1 * ^
- Suatu hal yang sering mengganggu dalam peman
tauan kadar Fenitoin adalah adanya interaksi dengan
obat antikonvulsan lain bila diberikan bersama-sama
yaitu Fenobarbital, Asam Valproat, Penzodiazepin,
Suksinimida, Karbamazepin.
19^ekanisme interaksi tersebut diduga sebagai berikut: 7
- Asam Valproat, menggeser Fenitoin dari tempat ikat-
an protein plasma baik in vitro maupun in vivo se
hingga berakibat menurunkan kadar total Fenitoin
dalam serum dan menghambat metabolisme Fenitoin se
hingga kadar Fenitoin bebas meningkat, timbul in-
toksikasi.
- Fenobarbital , menstimulasi metabolisme Fenitoin,
di samping juga menghambat wal^upun tidak dapat
diduga.
- Benzodiazepin ( Diazepam, Klonazepam ), dapat me -
ningkatkan atau menurunkan kadar serum Fenitoin
dengan cara menghambat atau menstimulasi metabo-
lisme Fenitoin.
- Suksinimida ( Etoksuksinimida, Methsuksinimida ),
meningkatkan kadar serum Fenitoin dengan cara meng
hambat metabolisme Fenitoin.
- Karbamazepin, menurunkan kadar serum Fenitoin de-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
25
ngan menstimulasi metabolisme Fenitoin.
Obat-obat lain yang sering digunakan bersama-
sama Fenitoin dalam terapi seperti antasida ,Pyridok-
2 ftsin juga menyebabkan turunnya kadar serum Fenitoin.
Antasida menurunkan absorpsi Fenitoin sedangkan Py-
ridoksin belura diketahui mekanisme interaksinya.
9. Farmakologi Fenitoin
9.a. Mekanisme antikonvulsan dari Fenitoin
Mekanisme dasar dari aktifitas Fenitoin sebagai
anti epilepsi masih belum diketahui dengan pasti.
Pada tingkat biokimia studi tentang Fenitoin pada
+ + 27Na _K+-ATP-ase masih menjadi pertentangan pendapat.
Ada dugaan yang mengatakan bahwa Fenitoin meningkat-
kan aktifitas Na+-K+-ATP-ase dalam otak baik in vitro
maupun in vivo, pada otot ske-Jretal dan otot jantung.
Sebaliknya ada yang mengatakan bahwa Fenitoin menurun
kan aktifitas t e r s e b u t B e b e r a p a bagian dari akti
fitas anti konvulsan mungkin meningkatkan influks K-
aktif dan pengeluaran Na dari sel normal. Tetapi ak
tifitas ini mungkin juga menurunkan influks Ka-pasif.
Kemungkinan lain Fenitoin menghambat "up-take" Ca dan
influks ra ke dalam sinaptosoma-sinaptosoma otak, be
berapa peneliti menyimpulkan bahwa aktifitas ini se
bagai akibat dari hambatan pada "central synaptic
transmission" sehingga tidak terjadi kejang. Di sam
ping itu pengaruh Fenitoin pada GABA (Gamma Amino
Butiric Acid'' yan,<r berfungsi menghambat jalannya ke-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
26
jang , cimana Fenitoin meningkatkan konsentrasi GABA
pada otak sehingga efek hambatan kejang juga mening-
kat. 19.2?
Dari gambaran di atas dapat dijelaskan kemampu-
an obat ini untuk menstabilkan otak yang hipereksita-
si, walaupun mekanisme yang sesungguhnya dari anti
konvulsan terhadap kejang masih belum diketahui de -
ngan jelas karena penyebab dari kejang itu sendiri
masih belum jelas,
9.b. Dosis 28
Dosis pada orang dewasa dapat diberikan Natrium
Fenitoin 50 - 100 mg per oral tiga kali sehari , jika
perlu dapat ditingkatkan sp.mpai maksimum 200 mg tiga
kali sehari. Anak-anak ^2 6 tahun dapat diberikan do
sis 100 mg, tiga kali sjoha-ri, dan anak-anak <C6 tahun
diberi 30 - 60 mg tiga kali sehari.
9.c. Indikasi 5»19>43
Fenitoin umumnya digunakan untuk tipe epilepsi
yang frekuensi serangannya relatif jarang terjadi ya-
itu epilepsi tipe grand mal, psikomotor dan parsial
(fokal). T'isamping itu Fenitoin juga dapat untuk arit-
mia jantung, myotonia, hiperinsulinisme, migrain dan
neuralgia trigeminal. Juga digunakan pada terapi ren-
jatan listrik ( Electro Convulsion Theraphy ), untuk
meriingankan konvulsinya dan bermanfaat pula pada ke-
lainan ekstrapiramidaliatragenik.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
27
9.d. Efek samping dan toksisitas 5,19»27,28,43>44
. Efek samping pada saluran cerna dan gusi adalah
nyeri uluhati, mual, muntah,anoreksia dan hiperplasia
gingiva. Pada kulit menyebabkan dermatitis eksfolia-
tif, ruam eksantema, rash pada kulit, limfadenopati
dan hirsutisrae. Juga dapat menyebabkan kelainan darah
yaitu megaloblastik anemia dan lekopenia. Kelainan
pada hati berupa ikterus maupun hepatitis. Pada tulang
menyebabkan osteomalasia.
Adapun toksisitas yang terjadi agaknya ada kait-
an dengan kadar obat dalam darah, sebagai berikut
- Kadar 20 Ug/ml menunjukkan tanda-tanda tremor,
penglihatan ganda (diplopia), anxiety dan fatigue.
- Kadar ^ 30 Ug/ml menunjukkan t.onda-tanda ataksia,
nistagmus dan berbj.cara berlebihan.
- ^adar ^ 40 Ug/ml terjadi kerusakan daya ingat dan
penurunan intelektual, sedang p^d- kadar lebih dari
60 Ug/ml terjadi somnolence dan koma.
Efek samping dan toksisitas ini tergantung pada
masing-masing individu dan dapat dihilangkan dengan
penurunan dosis selama beberapa hari, setelah itu ao-
sis tidak perlu dikembalikan ke dosis mula-mula.2 ^
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAB III
ALAT, BAHAN DAN METODA PENELITIAN
1« AjL^t
- Gamma counter scintillation, Aloka, Thyronet
- Vortex mixer, Sybrone Thermolyne
- Refrigerated centrifuge, Damon/IEC Division,
Needham Heights Massachusetts, USA
- Tabung polistiren 75 mm X 12 mm
- Clinipette ( Eppendorf repeater )
- Yellow tips dan blue tips
2. Bahan
- Kapsul Natrium Fenitoin ( Dilantin, produk
Warner Lambert Parke Davis ) dengan nomor
batch 416036 yang tercantum pada "Analytical-
report" No. CT 86052.Exp.date : Maret 1991.
- Serbuk murni Natrium Fenitoin baku USP dari
pabrik Warner Lambert ^arke Davis dengan no
mor Sertifikat Analisis A 11A095.
- Phenytoin RIA kit ex Amersham yang berisi :
a. Baku Fenitoin dalam serum manusia ( free
ze dried ), yang terdiri dari eham konsen
trasi sebagai berikut : 0 ; 3,0 ; 9»0 ;
19,0 ; ^ , 0 5 73,5 Ug/ml.
28 1 M I L I KI PERPUSTAKAANj * u n i v e r s i t a s a i r l a n g g a *
S U R A B A Y A _
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
29
b. Fenitoin yang dilabel dengan yI, ter
diri dari dua vial masing-masing mengan-
dung tidak lebih dari 3 UCi ( 111 K Bq )
dalam 30 ml larutan yang distabil-
kan dengan dapar fosfat.
Larutan ini digunakan sebagai "tracer".
c. Re'agen pengikat Fenitoin ( "freeze dried")
sebanyak dua vial.
3. Metoda Penelitian
3. A.Analisis kualitatif
Analisis kualitatif di]akukan terhadap kapsul Na-
Fenitoin dan serbuk murni. sesuai dengan ketentuan dalam
Farmakope Indonesia Fdisi III, didapat hasil positif,sbb:
- Dilarutkan 250 mg dalam 5 ml air, larutan bereaksi al
kalis terhadap lakmus P; pada pengasaman' dengan asam
klorida encer P, terbentuk endapan putih.
- Dilarutkan 100 mg dalam 10 ml larutan piridin P 10 %
b/v, ditambahkan 1 ml larutan tembaga (II) sulfat piri
din P, dibiarkan 10 menit; terbentuk endapan biru.
- Suhu lebur sisa yar.g diperoleh p a d a penetapan kadar,
lebih kurang 295 °.
- Spektrum serapan Lnframerah sisa dari penetapan kadar,
yang didispersikan dalam KBr P ,menunjuk’.'..an maksimum
hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Fenitoin PK.
125
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
30
Kriteria subyek
Subyek adalah penderita epilepsi tipe grand mal yarig
sedang dirawat jalan pada poliklinik bagian ileuro -
logi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. ( tipe grand mal
ditandai dengan kejang tonik-klonik umum disertai
hilangnya kesadaran pada penderita dan rekaman EEG
menunjukkan epilepsi tipe grand: mal ) .
Penderita baru pertama kali diobati dengan Fenitoin
dan tidak menggunakan obat lain yang dapat menggang-
gu metabolisme Fenitoin.
°enderita dalam keadaan sub terapetik, terapetik
dan toksik dengan dasar sebagai berikut:
untuk sub terapetik : secara klinis masih menunjuk
kan kejang tonik-klonik umum
dan hilangnya kesadaran.
untuk terapetik : gejala sub-terapetik di atas
sudah teratasi.
untuk toksik : ataksia, nistagmus, penglihat-
an ganda dan tremor.
Jenis kelamin : pria dan wanita.
Umur : 14 -*.50 tahun.
Berat badan : 40 - 70 kg.
Pemeriksaan klinis faal hati yaitu SGOT ( Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase ) dan SGPT ( Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase ) serta faal ginjal
yaitu BUN ( Blood Ureum Nitrogen ) dan creatinine
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
31
serum di laboratorium ^atologi Klinik RSUD Dr. Soe
tomo Surabaya, menunjukkan hasil dalam batas normal.
3.C, Protokol
Berdasarkan kriteria subyek di atas, dipilih
13 orang penderita.Penderita-penderita tersebut dio-
bati Fenitoin dengan dosis berdasarkan pengalaman
klinis sesuai dengan berat badan dan keadaan
penderita itu sendiri. Bila masih timbul kejang ma
ka penderita dimasukkan dalam kelompok sub-terapetik
dan pengobatan dilanjutkan dengan menaikkan dosis
sampai 50-100 mg, Sekurang-kurangnya dua minggu se-
telah peningkatan dosis, perkembangan klinis pende--
rita diamati , bila kejang sudah dapat teratasi ma
ka penderita tersebut dimasukkan dalam kelompok te
rapetik, Pengobatan dilanjutkan dengan dosis tetap.
Bila timbul gejala intoksikasi maka penderita ter
sebut dimasukkan dalam kelompok toksik, selanjutnya
dosis diturunkan perlahan-lahan sampai dicapai kea
daan terapetik kembali.
Pengambilan sampel darah dilakukan pada keada-
daan tunak(steady state),dalam tujuh sampai sepuluh
hari setelah pemakaian dosis untuk kelompok sub te
rapetik dan terapetik, sedangkan untuk kelompok
toksik sampel diambil pada saat penderita menunjuk
kan gejala intoksikasi. Waktu pengambilan sampel
tiga sampai empat jam setelah obat diminum ("peak
level time”). Jumlah darah yang diambil lebih ku -
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
32
rang lima ml dari vena cubiti dengan "disposable
syringe". Serum dipisahkan dari sampel darah dengan
Jalan dipusingkan pada kecepatan 2000 putaitan per
menit ( rpm ). Selanjutnya serum disimpan dalam ta-
bung venoject tiga cc pada suhu - 20°C (freezer),
sampai dilakukan penetapan kadar.
3.D. Tahapan ker.la
3 .D.1. Persianan bahan
- Serum penderita :
dicairkan dengan jalan mendiamkan pada suhu kamar
sampai seluruh serum mencair kemudian dihomogenkan
dengan jalan membalik-balik tabung perlahan-lahan.
- Penyiapan larutan baku Fenitoin:
a. Isi masing-masing vial diturunkan dengan cara
•diketuk-ketuk beberapa waktu supaya isi berada
di dasar vial. Tutup kemudian dipindahkan perla
han-lahan untuk m&ncegah hilangnya partikel-par-
tikel kecil yang menempel pada tutup.
b. Ditambahkan 500 U1 aqua bidestilata pada masing-
masing vial dengan menggunakan clinipette 500 U1
dan blue tips.
c. Tutup diletakkan kembali pada tempatnya ( penu-
tup vial ) dan isi dibalik-balik perlahan sampai
terlarut sempurna.
Larutan baku Fenitoin setelah selesai dipakai
harus disimpan pada suhu - 20°C ( stabil dalam -
waktu Satu bulan ).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
33
- Reagen pengikat Fenitoin :
Kedua vial pereaksi masing-masing dilarutkan dengan
2? - 1 ml aqua bidestilata , kemudian dicampur da -
lam gelas beker yang bersih. Pereaksi ini merupakan
partikel-partikel kecil yang harus dijaga supaya
selalu dalam bentuk suspensi ( dengan menggunakan
"magnetic stirrer" ) selama pemakaian.
Setelah pemakaian selesai, pereaksi ini harus disim-
pan pada suhu - 20°C ( stabil dalam waktu satu bu-
lan ) .
125- Fenitoin yang dilabel dengan ;
Bahan ini sudah siap digunakan, kedua isi vial dapat
dicampur dalam satu gelas beker yang bersih.
Setelah pemakaian selesai larutan ini harus disimpan
pada suhu dua sampai empat derajat Celcius ( stabil
dalam waktu satu bulan ),
3 .D.2. Pembuatan kurva kalibrasi
- Disiapkan tabung untuk keenam larutan baku dan dibe-
ri tanda sesuai dengan konsentrasi masing-masing
( 0 ; 3,0 ; 9,0 ; 19,0 ; kk,0 ; 71,5 Ug/ml ).
- Dari masing-masing larutan baku dipipet 20 U1 dengan
menggunakan clinipette 20 U1 dan yellow tips kemu
dian dimasukkan ke dalam tabung-tabung di atas se.-
suai konsentrasi masing-masing.
125- Dari larutan Fenitoin yang dilabel dengan di -
pipet 1000 U1 dan dimasukkan ke dalam tabung-tabung
di atas ( dengan menggunakan clinipette 1000 U1 dan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
blue tips ).
- Dipipet larutan reagen pengikat Fenitoin dengan
mengggunakan multipette dan diraasukkan 1000 U1 ke-
dalam semua tabung tersebut.
- Semua tabung dihomogenkan pada vortex mixer kemu -
dian diinkubasikan selama satu jam pada suhu 15 -
30 °c .
- Tabung diletakkan pada refrigerated centrifuge ke
mudian dipusingkan dengan kekuatan paling sedikit
1500 g dalam waktu sekurang-kurangnya 15 menit.
Pendinginan dan kekuatan yang tinggi akan membantu
pemisahan.
- Pada akhir pemusingan penghentian dilakukan perla-
han-lahan ( bertahap ).
- Tabung dipindahkan hati-hati dengan goncangan se_
minimal mungkin kemudian diletakkan pada rak dekan-
tasi.
- Tabung-tabung yang sudah tersusun rapi dibalikkan
perlahan-lahan dengan gerakan satu arah sehingga
endapan yang tertinggal di dasar tabung tidak ter-
ganggu ( dihindari adanya pengocokan tabung ).
- Tabung dibiarkan dalam keadaan terbalik hingga isi
mengalir pada kertas tissue yang diletakkan pada
tempat yang sesuai selama 10 - 15 menit.
- Setelah pengaliran selesai , cairan yang tertinggal
pada sisi tabung dibersihkan dengan kertas tissue.
- Masing-masing tabung dicacah pada pencacah Gamma
34
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
35
selama satu raenit ( tabung-tabung tersebut hanya
dipakai untuk satu kali pengamatan ).
3.p . 3- Penentuan kadar Fenitoin dalam sampe! serum
- Tabung-tabung ditandai dan disusun sesuai dengan
nomer sampel.
- Dipipet 20 HI dari masing-masing sampel serum dan
dimasukkan ke dalam tabung yang sudah disediakan.
- Selanjutnya pengerjaan sama seperti pada pembuatan
kurva kalibrasi.
3.E. Pengolahan data
Untuk mendapatkah kadar Fenitoin dalam sampel serum
dilakukan tahapan sebagai berikut :
- sebelum pencacahan "tracer" , terlebih dahulu dila
kukan pengukuran "background" dengan menggunakan
tabung polistiren kosong .
- Harga Count Per Minute ( CPM ) dari masing -masing
larutan baku digambarkan dalam kertas grafik terha
dap konsentrasi larutan baku Fenitoin seperti yang
tercantum pada label Phenytoin RIA kit.
- kemudian dibuat kurva dengan jalan menghubungkan
titik-titik pada grafik, menggunakan alat "flexi -
ble curve" sehingga didapatkan grafik parabola.
- Dengan mengintrapolasikan harga CPM dari sampel se
rum pada kurva kalibrasi tersebut akan didapatkan
kadar Fenitoin dalam sampel serum ,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dipero-
leh hasil sebagai berikut :
1. Kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat untuk satu rangkaian ana
lysis yang dikerjakan sekaligus bersamaan dengan pene-
tapan kadar Fenitoin dalam sampel serum. Sesuai dengan
ketentuan dari "Phenytoin RIA kit”, kurva kalibrasi di
buat dari enam macam larutan baku dengan kadar seperti
tercantum pada tabel I.
Hasil pengamatan tercantum pada gambar I dsn tgbel II.
2. Penetapan kadar Fenitoin dalam samt>el serum
Dengan mengintrapolasikan harga "Count Per Minute"
(CPM) dari masing-masing sampel serum pada kurva kali
brasi pada gambar I akan didapatkan kadar Fenitoin da
lam sampel serum.
Hubungan antara dosis, keadaan klinis penderita dan ka
dar Fenitoin dalam sampel serum tertera pada tabel III.
36
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
37
TABEL I
KONSENTRASI LARUTAN BAKU UNTUK PENENTUAH KURVA KALIBRASI
Larutan baku Konsentrasi (Ug/ml)
A 0
B 3,0
C 9,0
D 19,0
E 44,0
F' 71,5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
38
TAREL II
HARGA COUNT PER MINUTE ( CPM ) DARI ENAM LARUTAN BAKU
FENITOIN DALAM SERUM UNTUK PEMBUATAN KURVA KALIBRASI
Konsentrasi larutan baku
( Ug/ml )
Duplikasi CPM Rata-rata CPM
0 6422?
642016^214
3,0 45385
463504586 8
9,0 23115
2262?22871
19,0 -14233
1471214473
44,0 7392
74237408
71,5 3939
39733956
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
------1 Ug Fenitoin/ml
GAMBAR I. KURVA KALIBRASI ( CPM TERHADAP KONSENTRASI )
39
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
cr>un
-p-
OJ
roM
5̂5 o • COCO
wK9
W' 3
1-3CO
M«
Hhd
K t?J w
c+c-i
Hro
OJH
OJro
pi-D
uip*
H-J
OS'
§w
r*J ►-dh;i
St.NJ
s-:hd
•£*-F*
-P>*
•P*4**
Ul
xbJ
H-J
COo
VJl
U1
mj
td
roH
HH
Hv£>
oO
OO
O\J
1o
OO
OO
11
'0
•o
OO
oo
MU
1 11
HH
HH
^0o
OO
OO
VJ1
OO
OO
W oro
Hco
OO
Ho
OCO
Ho
OH
/—V
O!"1
B TOH
oO O
*
v-M o 0 1 1 wM
oM
0 1M
o
(X)o
' VJ1
*<*
**
<««*
-Jf-
1ON
COON
onU
lUJ
V>4
COV_>
JVj
J
ro-J
o*+
«•ON
-JV>
JU
1
ro -rs»
COCO
h3 C
OH
CO
COCO
*--
C •
"*D
CTD
fi
■•“
m ■’p
—-
------
-----p
■•
••
•• p
- —
------
----
o'
?? O
'4
o
'hi
o
'o
'o
'1
1.
■ TO
1p3
1
P
l1
1I
ch• ,
H* c
+c+
»Cj
c+5+
ct*
•1
CD?
r a?
CD
a>(J)
. <D
(])(D
i■
li4
c+ H
Jcf
4H
COp
Pf
piP
: P
p>P
•(D
' 0
CT)<D
ct-
ct-
«+O
'c+
c+P
-H
-•
p.
: P*
P-
P-
xi
Ps*
■ ?v
XX
•»♦ ♦
• ♦
• ♦
••• •
• •
««• •
cH-
p
XJU
X
po m
j. x
P> o
q ^
B
XX
tJP
p
CD
c-t-
a>c
+(0
(D
ch (
0 (T)
P* C
DCD
p’c
_i.
p) C
_J.
po c
_).c
j.P
C_J
. C_J
.p
C_l
.C_
J.U
X
P?
r p>
ro
pj
^CO
pi
;o
OP
pP
>•P
c+
pTO
p
p-
w p
P-
H P
og
PP
!>;-
H Q
nq
P-
HH
-np
mP
TO
P f
mP
Oq
nqS2
j«
* )
c_j.
D-*
»u ^ TO
TO •
1 +CO
M
TOCO
P
PP)
dp
03
P(D
Pft
PP
c+
O'
o'
c4cl
-►
dM
P-
P-
J1
PP
Pta
SX
TO
.H
c_j.
c+H
MCO
fO
«+ra
P
CD
XTO
ciCO
e+ H
-'P>
fo
4
5hi
p
PP
1P>
P*
aq
mp3
••
P
Ha
ct*
B
P-
y
P-
*dX
P *
dd
<T>
COCO
Pp
CO
CDCO
ct-
P>p
-H
0)P
- H
-P*
C.>
P*CD
•iX
PX
4Q*
o'
.c
P* P
tJTO
X
TO
3p
CDH
Hp
-P
p)
P
p.
CD
PP
h-1
a-
p•X
*d
PfW
P)
P-
P c
rqp
U'
ro -
mP
'P
'TO
Hp
p.
P•
PP
-H
c+c+
PCO
(D
(D0)
. •
pP)
4
4n>
i ■1
1.
11
*-i
£ so C3 jq 3 H
§ Q > 55 £ O w tej
M K3
O M u > s CO fcy W cj 3 ss W £ I fej 0 H s CO
fcH M H
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
??(0
H
(R3
H
- B
P
P
CT
*
ct- c
o P
P
- £
<<i
P
P>
P
P
P
P
TO
X
op
,
-I-
TOn
- (d
h
- P
t-
i TO
4
p B
TO
p.
P
CD
P-
c+ ?
7‘ 1—
1 P-
P
P
• 4
?r
p
P
tr
iprV
0)
TO
PI
TO
IP
p P
T *~
i S2
TO p
HJ
<D <
<i P
?r
p)
>j
P
to4
P,P
P P
TO
PTO
p-
I TO
P?r
p
C
P-
cl-
4
p P
p
H-X
1
£
S“
(PJ 'S
o',
<p
p u‘ P P1 P' O TO P-
TO
p,c_
r. P
P
- P)
^
C+
PP
CD
TO
3 X
p
. cf
P
£
P
p)
?t<
h-
Pi C
D 3
p
4
p>
*■
2.
■»■&
P
P> 3
P*
I-'
jAp
P
£T
Op*
£
to3
P
►d
.TO0)
.CD
p.
P-P>
■H
-p4 H
* f
l»
—
P-
p
O j
jp
M
o'
CD p
fcrp
*
P'TO
o
cn
TO
r
i TO
•
<r*
P
CD p
) >
1
P-
TO C
l. CD
(D
m p
p
nn
P
p>
H-p
P-
4CD
. (D
3
TO
OV
dP
O
P
P
W <D P 0̂ P 82 CJ p p h-> H- l-< P- tt
HP* r
oo
CO
»*>> H
HO
bd coCO o
£
ono
ro oUJ o
IV)
v>J
HJ•r)
hj
VJl ui ui
CT\ V»
V£>o> ■f
s*CTN -0
H
P' O 0 1 o o o
l-J o 0 1 p» o 0 1 p* o o
H O 0 1 0 1 H O O
P* U1 0 1 0 1 H UT o
o 0 1 H O 0 1 H O O
P> o 0 1 p* o 0 1 M O O
\ji o 0 1 H o 0 1 o
o 0 1 P1
o o J H O O
H Ch I o \ p> cn ui
P" o 0 1 p> Ul 0 1 p* ui o
N) o 0 1 pj o 0 1 H O o
pj o 0 1 P" UI 0 1 pj KJ) o
IO o 0 1 pj o 0 1 H O o
1-9 UJ 4̂ hrJ On 00 PJ O 0 1 H O 0 1 M O O PJ o 0 1 H O 0 1 PJ o o
o 02 cj bJ LXJ
c+ P> g1
P TObJ W
Pt p< Pt
Pt
fc) o CO H C/3
4 , 7 5
-p>* ro VJ1
no no ui
6 , 7 5
SUB T 2 R A P 2 2 IK .
F*i
■j-.-
9tJ
•
HH &H
Hrv
)p*
CJCO
•4̂H
CT\
CDu
ih->
t*J
«•>•
<««•
KJ■ --
---J
o-J
P»
U1M
3U
i\J
1VM
N
.H .i. 'C *
roro
HU
Tv.n
VX)
OO
O•#
••«#
K '1
Ma
:\O
Jro
COVj
JCO
COU
lPH r'
i
1-0f*
9 1-3
.- K3
K3
t-3 C
Of-3
»-3
C/D
H9 H
3 w
HD C
OCD
O
CDO
CD
(D
CiO
CD
Cl
O
CD
C2CD
P
4•
?r 4
X 4
^
CTo
'?r
4
o'
i-S
O'
TO
p>TO
P>
P3
1TO
P)
1
TO
P
1P
1
P-^Z
lP
-«►d
h
-p
-^d
ct
p->
d.
cH►
d cf
CT>cd
CDCD
(D
X 0
) CD
X C
D CD
CD
CDH*
<+c+
rf H
ch 4
H-
Hicf
Hi
P-
p-
P-
P-
P)P
- p)
P-
pP
- p
?r^d
p?>d
roCD
CD0)
c+c+
c+cf
H-
P-
p.
P-
?r?r
?r« •
..
..••
••
......
......
.....
......
.....
• •
• •
ct-
prp
k’/
TO
«+ct
-TO
X
ct-T
O
XTO
cf
CPHi
CD
P-
CDCD
P
-Hi
CD
fD
4
CD
CDCD
P
-C_
J.CD
C_i.
TO c
_i.
C_J.
p.
CD c
_p.c
_i.
CD c
_i.c
_j.
C_J.
pj
P33
P>
c+ P
)P
p)
3
P>
P3
P
P
P
PP
o
pP>
P
H X
O
P* p
o
P* p
P> X
TO*-i
TO
TO T
OP
Hi
p (
ItjHi
p
rn>
P3
TOTO
TOTO
e
toTO
P>
TO
p*TO
1 +
TO
pfcy
dP
£
TO
dC
o
.C
P
-P
P
P
P,
3:•O
-P
- P
.p>
o'
p>o
' 3
d-c
/P
oJ
P.
fc*P>
TO
P>pj
,I
fiP
P
1 \
1f1*
CJ*
ct-
S'
p'
cfc+
cf&■
-P3
CDcd
?r
TO
CDCD
cf
act*
TO
cHc+
^
PHi
p
P-
Hi C
_j.Hi
P
-(D
3
CDCD
P3
PiP
P*
P
P)
PP
TO
f5̂4
C
i-i►
d P
--
s^d
p
P3TO
P)
P3CD
X
CDCD
*CD
p<
cf"
c+ct
-c+
p)
cH^d
P
cf«+
X!?J
jP5
OP)
P-
HP
- CD
p.
p.
«-}-
p.
fiJH
TOTO
TOX
P*
?r H
iTO
P<
P-
?T
HCO
P-
P-
P-
cf
TOp
.TO
^TO
O
'P
TO
p
TOP
CD
c
&TO
P
P •
dP
. ^
p.
PJ
3
& P
'P
- CD
(0p
p
P
P
PP
Hi
P'
O'
tf p
Ui
PJ
MP
Jp
.o
'cf
ct*ct
-ct
- p
CD
P1CD
O-
(D
O'
CD
H4
P
HiP
- Hi
CD
Hi
Ppj
pt
p
H
p
pc+
c+p
j ct
' cf
cfP
pO
P
P
;«t/3
TO'd
to
Hi
TOH
-P
-p
- p
- p
P-
p
<H- 1 1 H* p Hi P cf
T A B E L I I I
(lanjutan)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dipilih penderita epilepsi tipe grand-
mal yang baru pertama kali diobati dengan Fenitoin dan tidak
menggunakan obat-obat lain yang dapat mengganggu metabolisme
Fenitoin. Dosis ditentukan dan diberikan sendiri oleh dokter
berdasarkan pengalaman klinis dan keadaan klinis penderita
yang teramati. pengobatan biasanya dimulai dengan dosis 200
atau 300 mg per hari. Apabila setelah pengobatan sekurang-ku-
rangnya dua minggu # serangan kejang masih ada, maka dosis
ditingkatkan sampai 50 atau 100 rag untuk tercapainya efek op
timal obat.^*1^*1® Di samping itu penentuan dosis dapat juga
dengan berdasarkan berat badan, yang bagi orang Barat dosis
diberikan berkisar 4 - 8 m g A g berat b a d a n . 5»23»24 Bagl
orang Indonesia, hal ini masih belum diketahui secara tepat
berapa dosis yamg sesuai pada pengobatan dengan Fenitoin.
Dalam penelitian ini , penderita mula-mula diberi obat
dengan dosis 200 atau 300 mg sesuai dengan keadaan klinis
atau berat badan. .
Dari 13 penderita epilepsi yang diamati ( lihat tabel
III), sesuai dengan kriteria klinis yang telah disebutkan
dalam metoda penelitian, ternyata 10 kasus menunjukkan res-
pon sub- terapatik, 9 kasus dengan respon terapetik dan 5
kasus dengan respon toksik.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
43
Untuk kelompok sub-terapetik, semua penderita menun
jukkan kadar serum Fenitoin kurang dari 10 Ug/ml, yaitu da
lam rentang 0,63 - 8,75 Ug/ml. Untuk kelompok terapetik di
dapat rentang 6,0 - 20,75 Ug/ml, sedangkan menurut peneli-
ti-peneliti terdahulu, rentang terapetik untuk orang Barat
adalah 10 - 20 Ug/ml.^’̂’̂*^’® ^ . Membandingkan hasil pene
litian ini dengan hasil yang sudah ada itu, kemungkinan me-
mang rentang terapetik intuk orang Indonesia dimulai dengan
harga yang rendah seperti ditunjukkan oleh penderita nomor
6,7,11,dan 13 dari kelompok terapetik dengan kadar kurang
dari 10 Ug/ml. Data ini masih sangat terbatas, oleh karena
itu memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh
gambaran yang lebih tepat berapa sebenarnya rentang terape
tik untuk orang Indonesia, karena ada satu penderita dari
kelompok ini (nomor 10) menunjukkan kadar 25,13 Ug/ml.
Ada kemungkinan kadar optimal penderita tersebut memang
berada di luar rentang terapetik, seperti yang pernah dike-
m ikakan oleh Lund (1974), Hvidberg (1976) dan Finn (1985)
bahwa rentang terapetik 10 - 20 Ug/ml hanya digunakan seba
gai petunjuk, yang dinerkirakan dalam batas tersebut kejang
dapat teratasi. Kemungkinan lain penderita tersebut sudah
menunjukkan intoksikasi berupa mikronistagmus yang hanya
dapat dideteksi dengan alat Electro Nystagmo Graphy karena
tiga minggu setelah itu pemantauan dilakukan kembali, ter-
nyata menunjukkan kadar 50,25 Ug/ml dengan gejala intoksi
kasi berupa tremor, ataksi^, nistagmus dan diplopia.
Dari kelompok dengan respon toksik, 80 % menunjukkan kadar
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
lebih dari 2 0 Ug/ml, yaitu dalam rentang 2 4 , 1 3 - 5 0 , 2 5 Ug/
ml kecuali satu renderita (nomor 11) pada kadar rendah
10,38 Ug/ml, telah menunjukkan gejala intoksikasi tremor.l£
Walaupun tremor ini merupakan intoksikasi ringan, sebe-
narnya intoksikasi jarang terjadi pada kadar kurang dari
] 214 Ug/ml. Pada beberapa keadaan kadar serum total bukan
27merupakan petunjuk untuk hubungan dosis dan toksisitas. '
Oleh karena itu , tremor tersebut disebabkan oleh dosis
atau hal lain , belum dapat diketahui dengan pasti,
Dari kelompok sub-terapetik, terapetik dan toksik,
memang ada perbedaan respon individual yang bervariasi bi
la dihubungkan dengan dosis seperti ditunjukkan dalam ta-
bel III. Contoh, penderita nomor 4 dari kelompok sub-tera
petik dengan dosis 2 0 0 mg menunjukkan kadar 0 , 6 3 Ug/ml se-
dangkan penderita nomor l dengan dosis yang sama menunjuk
kan kadar 4,88 Ug/ml. ^ada penderita nomor 4 ini perlu di-
curigai adanya "non complience", mungkin obat tidak diminum
sesuai dengan aturan yang diborikan atau minum obat lain
yang menyebabkan kacar Fenitoin menurun, oleh karena dalam
penelitian ini ’-enderita diperlakukan "ambulatory" (rawat
jalan).
Secara umum kadar yang bervariasi diantara penderita-
penderita tersebut mungkin juga dipengaruhi oleh faktor in
dividual (absorbsi, metabolisme) dan berat-ringannya freku-
ensi kejang itu sendiri,3»4,8,11 nerbedaan absorbsi tergan-
tung pH dari tempat absorpsi, ada atau tidaknya makanan da
lam lambung , keadaan klinis saluran rencernaan dan inter-
.44
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
45
aksi obat dengan komponen-komponen calam saluran pencerna-
an. ' Dada metabolisme faktor genetik merupakan faktor
11 12yang paling besar pengaruhnya. ’ Adanya defisiensi en-
zim untuk para-hidroksilasi karena faktor perbedaan gene-
tik ini dapat menyebabkan terjadinya akumulasi dari Fenito
in yang tidak d i m e t a b o l i s m e D i samping itu ad-jnya auto-
induksi dapat mempengaruhi metabolisme, juga ras, diet le-
mak dan protein. Adanya auto induksi oleh karena Fenitoin
sebagai induser akan menginduksi enzim sehingga memperce-
pat metabolisme Fenitoin itu sendiri, oleh karenanya dapat
terjadi kadar serum yang rendah meskipun dosis yang diberi
kan cukup tinggi.5,22,46 pada bangsa Negro, metabolisme
Fenitoin terjadi lebih lambat dari pada bangsa Kaukasia."^’̂
Diet rendah lemak dan protein dap-t menurunkan jumlah en
zim Cytochrom P ^ q yang berperan pada para-hidroksilasi Fe
nitoin. ^9 oleh karena itu kemampua.n para-hidroksilasi
juga menurun , sehingga keadaan jenuh cepat tercapai dan
kadar obat yang tidak dimetabolisme meningkat.
Selain faktor individual, berat ringannya frekuensi
kej?ng juga berpen(?;nruh terhadap variasi kadar. Pada pende
rita dengan frekuensi kejang rendah, kejang dapat teratasi
meskipun kadar obat dalam serum masih menunjukkan kadar
sub-terapetik, sementara itu nada penderjta epilepsi yang
lebih berat, kontrol terhadap kejang lebih sulit meskipun
kadar dalam serum sudah menunjukkan batas toksik.2»H*15
Fenitoin terikat - 90 % oleh protein plasma, sedang-
kan yang berada dalam bentuk bebas 1 10 %.3,8,19
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
46
Dari beberapa metoda analisis kadar yang telah ads., kadar
yang ditentukan adalah kadar Fenitoin total, oleh karena
untuk menentukan kadar Fenitoin bebas diperlukan metoda
yang lebih kompleks, diantaranya dengan proses dialisa dan
11 12ultrafiltrasi. ■» Walaupun demikian , penetapan kadar
total serum Fenitoin tersebut dianggap cukup dapat mewakil-
i . 3,11,12 Pada tiap penderita jumlah Fenitoin bebas ini
bervariasi. Hal ini ada hubungannya dengan kemampuan ikat
an protein pada masing-masing penderita, tetapi hal ini ma
sih merupakan pertentangan. Booker dan Darcey (1973), Hoop
er <1974) dan Bochner et al (1974), melaporkan bahwa memang
ada perbedaan kemampuan ikatan protein pada masing-masing
penderita, tetapi hal ini dibantah oleh Barth (1976), Yaco-
bi (1977) dan i'lonk (1978) yang mengs.takan bahwa perbedaan
kadar Fenitoin bebas dalam kaitannya dengan ikatan protein
tidak lebih dari "dua kali".11 *12» J o n e s dan Wimbish
(1985) mengatakan bahwa perbedaan "dua kali" ini (100 %)
menjadi sangat berarti terhadap rentang kadar Fenitoin be
bas yang sangat sempit yaitu 1 - 2 Ug/ml (- 10 % dari jum
lah total).1^
Adanya respon yang individual dan sangat bervariasi
ini adalah gaptbaran dari si fat farmakokinetik Fenitoin .yang
non linier, sehingga hubungan antara dosis dan kadar obat
dalam darah tidak dapat o'iduga dan reaksi kejenuhan enzim
yang terjadi sangat individual.11,1®
Dengan demikian pemantauan kadar serum Fenitoin me
mang perlu dilakukan ]ebih-lebih r'ada keadaan dimana kon-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
k7
trol terhadap kejang tidak memadai dan seberapa besar do
sis dapat diprediksi memerlukan perhitungan lebih lanjut
dengan dasar-dasar farmakokinetik.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil pemantauan terhadap beberapa penderita
epilepsi tipe grand mal , terapi dengan obat tunggal Na
trium Fenitoin ( Dilantin, produk Warner Lambert Parke -
Davis dari NO, Batch 416036, dapat disimpulkan sebagai -
berikut ;
1. Respon sub-terapetik terjadi pada kadar kurang dari 10
Ug/ml yaitu dalam rentang 0,63 - 8,75 Ug/ml (10 kasus).
2* Respon terapetik terjadi pada rentang kadar 6,0 - 20,75
Ug/ml (8 kasus),
3. Terjadi tumpang-tindj.h kadar sub-terapetik dan terape-
petik pada rentang kadar 6,0 - 8,75 Ug/ml, yang diduga
disebabkan oleh respon individual terhadap Fenitoin de
ngan dosis yang diberikan,
4 . Respon toksik terjadi pada rentang kadar 2 4 , 1 3 - 5 0 , 2 5
Ug/ml (*i kasus).
48
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAB VII
SARAN-SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
sampel yang lebih banyak sehingga dari populasi yang
lebih besar dapat diketahui berapa rentang kadar sub-
terapetik, terapetik dan toksik yang sesungguhnya ba-
gi orang Indonesia.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dosis indivi-
du untuk memprediksi kadar aman terapi.
49
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
BAR VIII
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra B. Beberapa segi dari Epilepsi. 1986;3-23*
2. Sidharta p . Epilepsi. Edisi pertama. Jakarta: PT. Gaya
Favorit press, 1981;12,19,21-25,80-95.
3. Reynold EH, Shorvon SD, Galbraith AW,Chadwick D, Della-
portas Cl, Vydelingum L. Phenytoin monotheraphy for E-
pilepsi. Epilepsia, 1981;22:475-488.
4. Penry J K . Ed. Epilepsy : Diagnosis management quality
of life. New York: Raven Press, 1986: 1-7,15-17.
5. Gan S. Ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi dua. Jakarta:
PT. Intermasa, 1980: 115-130.
6. Chiba K, Ishizaki T, Miura H, Minagawa K. Michaelis-
'•'enten pharmacokinetics of Diphenylhydantoin and appli
cation in pediatric age patient. The journal of Pedia
trics, 1980; 96/3: 479-484.
7. Weatherall DJ. Oxford Textbook of Medicine. First Edi
tion. England: Oxford University Press, 1985: 21.3-4,
21.68-116, 21.126-141.
8. Lund L. Anticonvulsant effect of Diphenylhydantoin re
lative to plasma levels. Arch Neurol, 1974; 31: 269-
294.
9- ?/ullen pV/. Optimal Phenytoin theraphy. Clinical Pharma
cology and Therapeutics, 1978; 23: 228-232.
10. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. Lange
50
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
Medical Publication. Cnlifornia. 1982: 239-254.
11. Richen A. Clinical pharmacokinetics of Phenytoin .
Clinical Dharmacokinetics, 1979; 4: 153-169.
12. Hvidberg EF, Dam M. Clinical pharmacokinetics of Anti
convulsants. Clinical pharmacokinetics,1976; 1: l6l-
188.
13. Vozeh S, Muir KT, Sheiner LB, Follath F. Predicting
individual Phenytoin dosage. Journal of Pharmacokine
tics and Biopharmaceutics, 1981; 9/2: 131-146.
14. Van Der Velde EA, Driessen 0. Predicting of Phenytoin
dosage in relation to the variability of Phenytoin
plasma concentration. Br.J.Clin. Pharmacology, 1981;
1: 40-52.
15. Richen A, Dunlop A. Serum Phenytoin levels in manage
ment of Epilepsy. The Lancet, 1975; August: 247-248.
16. Tudden TM, Allen J p , Valutsky '.'/A, et al. Individuali
zation of Phenytoin dosage regimens. Clinical Pharma
cology and Therapeutics,1976; 2 1 : 287-293.
17. Atkinson AJ, Shaw JM. Pharmacokinetics study of pati
ent with Diphenylhydantoin toxicity. Clinical Pharma
cology and Therapeutics, 1973; 14: 521-527.
18. De Wolff FA, Breimer DD. Ed. Therapeutic Relevance of
Drug Assayi Leiden: Leiden University Press, 1979:
30-41.
19. Frey HH, Janz D. Ed. Handbook of Experimental Pharma
cology: Antiepileptic Drugs. Berlin-Heidelberg-New -
Vork-Tokyo: Springer Verlag, 1985.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
52
20. Kutt H, Penry JK. Usefulness of blood levels of Anti
epileptic drugs. Arch Neurol, 1974; 31: 283-288.
21. Sastrodiwirjo S, Harahap TP, Kusumoputro S. Neurologi.
Jakarta: Penerbit Universltas Indonesia, 1980: 28-47.
22. Kutt H. Interaction between Anticonvulsant and other
commonly prescribed drugs. Epilepsia, 1980; 25: S;q8-129.
23. Goodman LS, Gilman . The Pharmacological Basic of The-
repeutics. 6 ^ Ed. London: The Macmillan, 1970:448-471.
24. Bruni J. Antiepileptic drugs. Modern Medicine of Asia,
1981; 17/2: 25-33.
25. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Ke- .
sehatan Republik Indonesia, 1979:493*
26. Stecher PG. Ed. The Merck Index. Eight Ed. USA: Merck
and Co Inc, 1966: 388.
27. Finn A l . Therapeutic drug monitoring of Phenytoin.
Applied Therapeutic Drug Monitoring, 1985; 11: 11-16.
28. The Pharmaceutical Codex. Eleventh Ed. London: The Phar
maceutical Dress, 1979: 697-700.
29. Spiehler W, Sun L, Miyada D S , et al. Raaioimmunoassay-
F.nzyme immunoassay- Spectrophotometry and Gas Liquid
Chromatography compared for determination of Phenobar-
bital and Diphenylhydantoin. Clinical Chemistry, 1976;
22/6: 749-753.
30. Orme ML, Borga 0, Cook CE, Sjoqvist F. Measurement of
Diphenylhydantoin in 0,1 ml plasma samples; Gas Chroma-
togrphy and Radioimmunoassay compared. Clinical Chemis
try, 1976; 22/2: 246-248.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
■53
31. Bonati M, Castelli D, Leone N, Perucca E, Tognoni G.
Quality control in Antiepileptic drug monitoring in
Ttaly. Drug Tntellegence and Clinical Pharmacy, 1985;
19: 913-915.
32. Currless RG, Walson PD, Carter DE. Phenytoin kinetics
in children. Neurology, 1976; 26; 715-720.
33. Wong RC, Burd JF, Carrico RJ. Substrate-labelled Fluor
escent Tmmunoassay for Phenytoin in human serum. Clini
cal Chemistry, 1979; 25/5: 686-691.
34. Mace PFK, Hughes J. The Ames Seralyzer Reagent Strip
System evaluated for measuring serum Phenytoin . Clini
cal Chemistry, 1986; 32/2: 391.
35. Sommer RG. Determination of Dhenytoin with a Dry Rea
gent ARTS Immunoassay. Journal of Clinical Tmmunoassay,
1985; 8/1: 47.
36. Thorell JI, Larson SM. Radioimmunoassay and Related
Techniques ‘Tetodolofrry and Clinical Application. Saint-
T.ouis: The CV. Mosby Company, 1978: 3-103, 2^2.
37. Raphael SS. Medical Laboratory Technology. Fourth Ed.
Philadelphia: 7/.B. Saunders Comnnny, 1983: 91-95.
36. Budhianto FX, Nugraha J. Dasar-dasar pemantapan kuali-
tas pad.^ Radioimmunoassay. 198 : 1-12.
39. De Wolff FA, Vermeij p , Ferrari MD, Buruma OJS, Brei-
mer DD. Impairment of Phenytoin para-hjdrokxylation
as a cause of severe intoxication. Therapeutic Drug Mo
nitoring, 1983; 5: 213-215.
40. Beardsley RS, Freeman JM, Appel FA. Anticonvulsant se-
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD
54
rum levels .->re useful only if the physician appropri
ately uses them: An assesment of the impact of provid
ing serum level data to physicians. Epilepsia, 1983;
24: 330-335.
41. Mucklow JC. Drug levels a clinical perspective. Medici
ne International, 1984: 300-304, 309 •
42. Buchanan RA, Kinkel AW, Goulet JRS Smith TC. The meta
bolism of Diphenylhydantoin following once daily admi
nistration. Neurology, 1972; 22: 126-130.
43. Martindale. The Extra Pharmacopoeia. Twnty eighth Ed.
London: The Pharmaceutical Press, 1982: 1235-1245.
44. Dam M. Epilepsi: Diagnosa dan Pengobatan. Terjemahan
oleh Effendi I. Copenhagen, 1980; 9- 92-109.
45. Penry JK, Ne*<mark ME. The use of Antiepilep.tic drugs.
Annals of Internal Medicine, 1979; 90: 207-218.
46. Gill GV. Modern drug therar>hy: Epilepsy. Medicine Di
gest Asia, 1985; 3/5: 23-30.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANTAUAN KADAR FENITOIN ... FARIDA SUHUD