the art of building small_fmod
DESCRIPTION
7_FMOD_TK1_The Art of Building SmallTRANSCRIPT
The Art of Building Small
Perkembangan microelektronik – pertama transistor dan kemudian kumpulan dari
transistor ke dalam prosesor mikroelektronik, chip memori dan controller. Mikroelektronik
rest pada teknik yang secara rutin memproduksi struktur yang sekecil 100 nanometer (100
juta dari 1 meter). Ukuran ini kecil oleh standar dari pengalaman sehari-hari – kira-kira
seribu lebar rambut manusia – tetapi itu besar dalam skala atom dan molekul. Diameter
dari 100 nanometer-wide wire merentang kira-kira 500 atom silicon.
Ide dari membuat “struktur nano” yang membandingkan 1 dari beberapa atom
memiliki pertimbangan yang baik, keduanya sebagai sebuah tantangan ilmiah dan untuk
alas an praktik. Struktur dari ukuran atom merepresentasikan batasan fundamental : untuk
membuat segalanya lebih kecil akan memerlukan manipulasi dari inti atom – dengan
mentransmisikan satu elemen kimia kedalam yang satunya. Dalam beberapa tahun
terakhir, scientist telah mempeelajari berbagai macam teknik untuk membangu
nanostructure, tetapi mereka hanya baru saja memulai menginvestigasi property mereka
dan aplikasi yang potensial. Era nanofabrication mulai disini, dan era nanoscience telah
baru dimulai, tetapi era nanotechnology ( menemukan kegunaan praktik struktur nano )
belum dimulai.
Pendekatan konvensional
Karena scientist tidak mengetahui macam nanostructure yang mereka akan bangun,
mereka belum menentukan cara terbaik untuk mengkonstruksikan mereka.
Photolithography, teknologi yang digunakan untuk manufaktur computer chip dan secara
virtual semua microelektronik system lainnya, dapat untuk membuat struktur yang lebih
kecil dari 100 nanometer, tetapi untuk melakukan hal tersebut sangat sulit, mahal, dan
tidak mudah. Dalam pencarian untuk menemukan alternative, riset nanofabrication telah
mengadopsi filosofi “ biarkan ribuan bunga berkembang .”
Pertama-tama, dalam mengetahui manfaat dan kerugian Photolithography.
Manufaktur menggunakan fenomena teknologi untuk menghasilkan 3 jutaan transistor per
detik di U.S. sendiri. Photolithography secara dasar sebuah perluasan dari fotografi.
Pertama membuat persamaan dari fotografi negative yang berisi pola dibutuhkan untuk
beberapa part dari sirkuit microchip. Ini kemudian disebut mask atau master, yang
kemudian digunakan untuk mengcopi pola kedalam metal dan semikonduktor dari
microchip. Dalam kasus ini, fotografi, negative nya itu sulit dibuat, tetepi inutuk membuat
copyan nya mudah, karena mask ini bisa digunakan berkali-kali.proses tersebut dibagi
menjadi 2 tahap : persiapan dari mask ( satu kali, yang bisa lambat dan mahal ) dan
menggunakan mask untuk replica manufaktur ( yang pasti cepat dan tidak mahal ).
Untuk membuat mask sebagai bagian dari computer chip, manufaktur mendesign
pola sirkuit pada skala besar dan mengkonversikannya ke dalam pola dari opaque metallic
film ( biasanya chromium) pada piringan transparan ( biasanya glass atau silica ).
Photolithography kemudian mengurangi ukuran pola dalam proses analog di dalam
photographic darkroom. Pancaran cahaya ( sinar UV dari lampu mercury arc ) melewati
mask chromium, kemudian melewati lensa yang memfocuskan gambar ke sebuah
photosensitive yang menyelubungi organic polymer ( disebut photoresist ) pada
permukaan silicon wafer. Part photoresist ditabrakan oleh sinar yang bisa menghapus
secara selektif. Dalam mereplikasi pola asli.
Teknologi Photolithography mempunyai dua batasan. Pertama, panjang gelombang
terpendek sinar UV yang digunakan untuk proses produksi sekitar 250 nanometer.
Membuat struktur yang lebih kecil dari setengah jaraknya seperti mencoba membaca
cetakan yang terlalu kecil: difarksi menyebabkan fitur menjadi blur dan melebur bersama.
Batasan kedua mengikuti batasan pertama karena secara teknis sulit untuk
membuat struktur kecil menggunakan cahaya, juga sangat mahal untuk dilakukan.
Photolithographic akan digunakanuntuk membuat chip dengan fitur dg baik dibawah 100
nanometer yang biayanya 10 hingga ratusan juta dollar. Hal ini mungkin tidak bisa
diterima manufaktur, tetapi itu manghalangi biologist, material scientist , chemist, dan
physicist yang ingin mengeksplorasi nanoscience mengunakan struktur yang mereka
design sendiri.
Future Nanochips
Industri elektronik berupaya dalam mengembangkan metode baru untuk nanofabrication
jadi mereka bisa membangun yang lebih kecil, lebih cepat, dan lebih murah. Tetapi karena
photolithography yang masih konvensional menjadi lebih sulit untuk mewujudkan hal
tersebut. Salah satu metode tersebut yaitu electron beam lithography. Dalam metode ini,
pola sirkuit ditulis dalam polymer tipis dengan pancaran electron. Riset menggunakan
teknik untuk menulis garis dg ketebalan hanya beberapa nanometer di 1 lapis dari
photoresist pada substrat silicon. Electron-beam instruments tersedia,bagaimanpun, sangat
mahal dan tidak bisa dipraktekkan untuk manufaktur skala besar. Karena pancaran electron
dibutuhkan untuk memproduksi copyan dari manuscript oleh tangan, satu garis sekali.
Lalu kalau electron bukan jawaban, apa? Metode yang lainnya adalah lithography yang
menggunakan X-ray dengan panjang gelombang antara 0.1 dan 10 nanometer atau sinar
UV eksstrim dengan panjang gelombang antara 10 dan 70 nanometer. Karean bentuk
radiasi ini lebih pendek panjang gelombangnya daripada sinar UV yang digunakan di
photolithography, mereka meminimalisir blurring yang disebabkan difraksi. Teknologi ini
memiliki problem tersendiri, bagaimanapun : lensa konvensional tidak tarnsparan untuk
UV ekstrim dan tidak focus pada x-ray. Oleh karena itu, radiasi energy secar cepat
merusak banyak material yang digunakan di mask dan lensa, tetapi industry microelektron
akan lebih menyukai membuat advance chip yang menggunakan perluasan dari teknologi
familiar, jadi metode in sedang dikembangkan secara aktif.
Kebutuhan untuk metode yang lebih simple dan murah dari fabricating
nanostructures membuat pencarian untuk pendekatan konvensional yang belum
dieksplorasi oleh industry elektronik. Microfluida chip dapat dibuat dengan cepat dan
murah, dan banyak terdiri dari polimer organic dan gel. Metode yang direpresentasikan,
sebuah langkah mundur dalam teknologi. Meskipunmenggunakan tools fisika – proses
mekanika yang familiar dalam kehidupan sehari-hari:pinting, stamping, mencetak, dan
embossing. Teknik itu disebut soft lithography karena alat yang digunakan adalah
polydimethyl siloxane (PDMS) – karet polimer yang digunakan untuk menutup celah
sekeliling bathub. Untuk membawa reproduksi menggunakan soft lithography, pertama
membuat stamp. Proses menggunakan photolithography untuk memproduksi pola dalam
lapisan photoresist pada permukaan silicon wafer menghasilkan bas-relief master dalam
photoresist dari silicon. Hasil dari PDMS stamp yang sesuai dengan pola asli : stamp
mereproduksi fitur dari master sekecil beberapa nanometer. Meskipun pembuatan dengan
baik mendetail bas-relief master itu mahal karena membutuhkan pancaran electron
lithography atau teknik advance, mengcopy pola pada PDMS stamps murah dan mudah.
Dan sekali stamp sudah di tangan, bisa digunakan berbagai cara murah untuk membuat
nanostructrure.
Metode pertama – secara asli dikembagkan oleh Amit Kumar, seorang postdoctoral
student di grup Universitas Harvard – dipanggil pencetak microcontact. PDMS stamp
dihubungkan dengan sebuah solusi dari molekul organic yang disebut thiols. Stamp ini
keudian dibawa kedalam kontak dengan sebuah sheet dari paper – film emas tipis pada
glass atau silicon atau piringan polymer. Thiol bereaksi dengan permukan emas,
membentuk order film tinggi ( disebut self-assembled monolayer atau SAM ). Yang
merplekasikan pola stamp. Karena tinta thiol sedikit setelah kontak dengan permukaan,
resolusi dari monolayer tidak bisa setinggi PDMS stamp. Tetapi karena digunakan dengan
benar, pencetak micro-contact dapat menghasilkan pola dengan fitur sekecil 50 nanometer.
Metode lain soft lithography, disebut micromolding dalam kapiler, menggunakan PDMS
stamo untuk membentuk pola. Stamp ditempatkan pada permukaan keras, dan sebuah
cairan polymer oleh kapiler kedalam recesses antara permukaan dan stamp. Polymer
tersebut kemudian dipadatkan kedalam pola. Teknik ini dapat mereplikasikan struktur yg
lebih kecil dari 10 nanometer. Hal tersebut baik untuk menghasilkan subwavelength
optical device, wave guides dan optical polarizers, semua yang dapat digunakan di optical
fiber networks dan mungkni dalam optical computer.
Aplikasi yang mungkin lainnya ada di medan nanofluids, sebuah perluasan dari
microfluids yang akan melibatkan produksi chip untuk riset biokimia dengan channel
hanya beberapa nanometer lebarnya. Di skala tersebut, fluida dinamis membolehkan cara
baru untuk memisahkan material seperti fragmentasi DNA.
Metode ini tidak memerlukan perlatan khusus dan faktanya bisa dibawa dengan
tangan dalam sebuah laboratorium biasa. Photolithography konvensional harusnya
mengambil tempat dalam sebuah ruangan bersih trhindar dari dabu dan kotoran ; jika
kontaran terkena pada mask, akan membuat spot yang tidak diinginkan pada pola.
Hasilnya, peralatan yang diproduksi mungkin gagal. Soft lithography secara umum lebih
diterima karena PSDMS stamp elastis. Jika kotoran terperangkap antara stamp dan
permukaan, stamp akan mengkompres lebih dari bagian atas partikel tetapi
mempertahankan kontak dengan sisa permukaan. Begitulah, pola akan direproduksi
dengan benar kecuali untuk dimana contaminant diperangkap. Selebohnya, soft
lithography dapat memproduksi nanostructure dalam sebuah range material yang lebar,
termasuk molekul komplek organic dibutuhkan untuk studi biologi. Dan teknik dapat
dicetak pola pada kurva sebaik permukaan datar. Tetapi teknologi ini tidak ideal untuk
membuat struktur yang dibutuhkan untuk complex nanoelectronics. Soft lithography tidak
baik untuk struktur pabrik dengan lapisan banyak yang pasti stack di atas dari yang
lainnya.
Riset telah menemukan cara bagaimana, untuk membenarkan terakhir dalam
bagian – dengan menggunakan rigid stamp meskipun elastis. Dalam teknik yang disebut
step-and-flash imprint lithography, dkembangkan oleh C.Grant Willson dari Universitas
Texas, photolithography digunakan untuk mensketsa pola ke dalam sebuah piringan
quartz. Willson mengeliminasi langkah membuat PDMS stamp dari master; meskipun
master menekan melawan film tipis larutan polymer, yang mengisi recesses master.
Kemudian master diekspos ke sinar UV, yang memadatkan polimer untuk membuat
replica. Teknik yang disebut nano imprint lithography, dikembangkan oleh Stephe Y.
Chou dari Universitas Princeton juga membuat rigid master tetapi menggunakan filem
polymer yang dipanaskan pada temperature dekat titik lebur untuk mengemboss proses.
Kedua metode dapat mengahsilkan struktur dua dimensi dengan good-fidelity, tetapi
dilihat teknik yang cocok untuk manufaktur electronic device.
Pushing Atoms Around
Revolusi dalam nanoscience pada 1981 dengan scanning tunneling microscope
(STM), untuk Heinrich Rohrer dan Gerd K. Binning dari IBM Zurich laboratorium riset
menerima nobel fisika pada 1986. Alat ini mendeteksi arus kecil yang melewati natara
microscope tip dan sample, membuat peneliti dapat melihat substansi di scala individual
atom. Kesuksesan STM membawa perkembaangan , termasuk atomic force microscope
(AFM). Prinsip operatir AFM sama dengan phonograph lama. AFM dapat mendeteksi
variasi dalam permukaan topography vertical yang lebih kecil dari dimensi probe.
Tetapi alat scanning probe dapat melakukan lebih dari dengan gampang
membolehkan scientist untuk meneliti dunia atom – bisa juga untuk membuat
nanostructure. Tip pada AFM dapat digunkan untuk pergerakan fisis nanoparticle
mengelilingi permukaan dan dalam pola. Dapat juga utuk membuat goresan di permukaan.
Jika peneliti menambah arus dari tip STM, mikroskop menjadi sangat kecil sumber untuk
pancaran electron, yang dapat digunakan untuk menulis pola nanometer-scale. Tip STM
juga bisa mendorong atom yang mengelilingi permukaanuntuk membnagun ring dan wire
yang hanysatu atom lebarnya.
Sebuah metode pabrik new scanning probe disebut dip-pen lithography.
Dikembangkan oleh Chad A. Mirkin dari Universitas Northwestern, teknik ini bekerja
seperti goose-feather-pen. Tip dari AFM dielubungi dengan film tipis dari molekul thiol
yang tdak dapat dilarutkan dalam air tetapi bereaksi dengan permukaan emas. Ketika alat
ditempatkan di sebuah atmosfer yang berisi konstentrasi uap air tinggi, satu menit jatuhan
air yang terkondensasi antara permukaan emas dan tip mikroskop. Tekanan permukaan
menarik tip ke jarak dari emas, dan jarak ini tidak berubah selagi tip bergerak melewati
permukaan. Peneliti menggunakan procedure ini untuk menulis garis beberapa pergerakan
nanometer. Meskipun dip-pen lithography relative lambat, bisa menggunakan banyak tipe
molekul yang berbeda sebai penghunbung dan begitu membawa flexibility kimia ke
penulisan nanometer-scale. Peneliti belum mendapatkan aplikasi yang terbaik dari teknik
ini, tetapi satu ide untuk mengunakan metode dip-pen untuk modifikasi design sirkuit yang
baik. Mirkin mendemonstrasikan varian dari tinta yang digunakan dalam dip-pen
lithography dapat menulis dengan langsung pada silicon. Teknik ini menghasilkan macam
lain nanostructrure, disebut break junction. Ketika gaya digunakan menghancurkan wire
pertama diapplied, metal mulai yield and flow, dan diameter dari wire berkurang. Selagi
dua bergerak, wire menjadi lebih tipis hingga instant sesaat sebelum hancur, ada atom
single berdiameter di titik terdekatnya. Proses ini menipiskan wire untuk break junction
dapat dideteksi dengan mudah melewati wire. Ketika wire cukup, arus mengalir hanya di
diskrit quantity.
The Top-Down and Bottom-Up
Semua bentuk lithography yang telah dibahas adalah top-down methods, yaitu yang
dimulai dengan sebuah pola yang dihasilkan pada skala besar dan berkurang dimensi
lateralnya sebelum memotong struktur nano. Strategi ini dibutuhkan dalam memfabrikasi
devais electronic sperti microchip. Tetapi tidak ada metode top-down yang ideal; tidak ada
yang bisa dengan mudah, dengan murah dan dengan cepat membuat nanostructure dari
bebrapa material. Jadi peneliti memperlihatkan perkembangn dalam metode bottom-up,
yang memulai dengan atom atau molekul dan membangun hingga nanostructure. Metode
ini dengan mudah membuat nanostructure terkecil – dengan dimensi antara dua dan 10
nanometer – dan sangat murah. Tetapi struktur ini biasanya dihasilkan sesimple partikel
dalam suspense atau permukaan.
Dua dari metode bottom-up yang paling menonjol adalah yang digunakan membuat
nanotubes dan quantum dots. Tabung silindris dari carbon oleh proses perkembagan katalis
yang mengahsilkan nanometer-scale jtuh dari logam yang telah melebur sebagai katalis.
Quantum dots adalah Kristal berisi hanya beberapa ribu atom. Karena electron dalam
quantum dot membatasi untuk terpisah dengan lebar energy levelnya, dot mengemisikan
hanya satu panjang gelombang cahaya ketika dieksitasikan. Hal ini membuat quantum dots
berguna sebagai biological marker. Salah satu prosedur untuk membuat quantum dot
membutuhkan reaksi kimia atara ion logam dan molekul yang bisa mendonasikan ion
selenium. Reaksi ini menghasilkan cristal cadmium selenide. Kemudian molekul organic
sebagai surfaktan, mengikat permukaan cadmium selenide selagi dia berkembang. Ketika
cristal mencapai ukuran optimumnya , molekul organic melapisi permukaannya dalam
packing yang stabil.
Quantum dot memiliki beberapa kelebihan yang membuat nya lebih baik. Pertama,
warna dari fluoresene quantum dot dapat ditailored dengan mengubah ukuran dot: besar
partikel. Kedua, jika semua dot berukuran sama, spektrum fluorescene mereka dekat. Hal
ini penting karenamembolehkan partikel dari ukuran berbeda untuk digunakan sebagai
sebuah distinguishable labels. Ketiga, fluorescene quntum dot tidak memudarkan exposure
dari sinar UV, seperti organic molekul.
The Future Nanofabrication
Perkembangan nanoteknologi akan bergantung pada ketersediaan dari
nanostructure. Invensi STM dan AFM tekah membuktikan alat baru untuk melihat,
mengkarakterisasi, dan memanipulasi struktur ini; isunya sekarang adalah bagaimana
membangun mereka dan bagaimana untuk mendesign mereka untuk memiliki fingsi yang
baru dan berguna.
Hal yang terbaru pada nanofabrication adalah tidak konvesional hanya karena
mereka tidak memperoleh dari microteknologi yang dikembangkan untuk devais
elektronik.
Chemist, physicist, dan biologist dengan cepat menerima teknik ini selagi banyak
cara untuk membangun berbagai macam nanostructure untuk riset. Dan metode mungkin
menjadi suplemen untuk hal yang konvensional – photolithography, electron-beam
lithography, dan teknik lainnya – untuk aplikasi dalam elektronik. Microelectronic
sekarang digantikan denagan ide nanofabrication yang datang dari banyak arah dai sebuah
penemuan ajaib bebas-untuk-semua.