tgas ep

3
Johana Indra Tri H VIII A /24 Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks seiring terjadinya transisi epidemiologis. Masalah gizi kurang belum tuntas sepenuhnya dan di lain pihak masalah gizi lebih dan penyakit degeneratif menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan dan ahli gizi yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik profesional sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan pelayanan dibidang gizi (KepMenkes, 2007). Ahli gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit. Sedangkan Registered Dietitian (RD) adalah sarjana gizi (ahli gizi) yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan ujian profesi serta dinyatakan lulus kemudian diberi hak untuk mengurus ijin, memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (KepMenkes, 2007). Dalam menjalankan perannya sebagai ahli gizi yang profesional harus mematuhi kode etik yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) PERSAGI

Upload: yohana-titoet

Post on 23-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ghdffuy

TRANSCRIPT

Page 1: tgas EP

Johana Indra Tri H

VIII A /24

Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks seiring terjadinya transisi

epidemiologis. Masalah gizi kurang belum tuntas sepenuhnya dan di lain pihak masalah gizi

lebih dan penyakit degeneratif menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk

menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan dan ahli

gizi yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik profesional sehingga dapat memberikan

kontribusi dalam pengembangan ilmu dan pelayanan dibidang gizi (KepMenkes, 2007).  

Ahli gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab

dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan

gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit.

Sedangkan Registered Dietitian (RD) adalah sarjana gizi (ahli gizi) yang telah mengikuti

pendidikan profesi (internship) dan ujian profesi serta dinyatakan lulus kemudian diberi hak

untuk mengurus ijin, memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi

(KepMenkes, 2007).

Dalam menjalankan perannya sebagai ahli gizi yang profesional harus mematuhi kode

etik yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART)

PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) dan KepMenkes 374/2007. Dalam kode etik

tersebut, ahli gizi memiliki kewajiban :

1.       Terhadap Klien :

a.       Berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup

institusi pelayanan gizi atau masyarakt umum

b.      Menjaga rahasia klien atau masyarakat yang dilayani baik pada saat klien masih

atau sudah tidak dalam pelayanan, bahkan juga setelah klien meninggal dunia

kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum

c.       Tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis

kelamin, dan usia.

d.      Memberikan pelayanan gizi prima, cepat dan akurat.

Page 2: tgas EP

e.      Memberikan informasi dengan tepat dan jelas

f.        Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan wajib berkonsultasi

dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

2.       Terhadap masyarakat :

a.       Melindungi masyarakat umum tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang

salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan

dan terapi gizi/diet.

b.      Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah

masalah gizi di masyarakat

c.       Mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat

d.      Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang

sesuai dengan nilai praktek gizi individu

e.      Memberikan dorongan, dukungan, inisiatif dan bantuan lain demi tercapainya status

gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.

f.        Dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban

senantiasa tidak dengan cara yang salah atau menyebabkan salah interpretasi atau

menyesatkan masyarakat.