teteh
TRANSCRIPT
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Jumlah pasien yang datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang dalam kurun waktu Januari 2008 – Desember 2012
berjumlah 49.762 orang. Berikut adalah tabel jumlah pasien Poli Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode tahun Januari 2008 - Desember
2012.
Tabel 1. Jumlah Pasien Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode Januari 2008 – Desember 2012
Tahun Jumlah Pasien
2008 6.390
2009 7.064
2010 10.968
2011 12.076
2012 13.264
Jumlah 49.762
Tabel di atas memperlihatkan jumlah pasien yang datang ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin dari tahun ke tahun selalu mengalami
45
peningkatan yaitu pada tahun 2008 sebanyak 6.390 orang, tahun 2009 sebanyak 7.064
orang, tahun 2010 sebanyak 10.968 orang, tahun 2011 sebanyak 12.076 orang, dan
pada tahun 2012 sebanyak 13.264 orang.
Data pasien dengan kasus alveolektomi didapatkan dari catatan rekam medik
di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang kemudian
dikalkulasikan menurut variabelnya. Adapun variabel yang terkait adalah jenis
kelamin dan umur.
Tabel 2. Jumlah Pasien dengan Kasus Alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2008 –
Desember 2012
Tahun Jumlah Pasien Persentase (%)
2008 7 0,11
2009 9 0,12
2010 14 0,12
2011 16 0,13
2012 22 0,16
Jumlah 68 0,14
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 49.762 pasien yang datang ke Poli Gigi
dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam periode Januari 2008 –
Desember 2012, terdapat 68 pasien alveolektomi dengan jumlah pasien terbesar pada
46
tahun 2012 yaitu 22 pasien (0,16% dari jumlah seluruh pasien pada tahun 2012), dan
terkecil pada tahun 2008 yaitu 7 pasien (0,11% dari jumlah seluruh pasien tahun
2008)
Jumlah pasien alveolektomi yang datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember 2012
berjumlah 68 orang. Pasien yang berjenis kelamin perempuan terdiri dari 47 orang
dan laki-laki 21 orang. Jumlah pasien alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember 2012 ditunjukkan
dalam tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Pasien Alveolektomi Berdasarkan Jenis Kelamin Periode
Januari 2008 – Desember 2012.
Tahun Jenis Kelamin
Perempuan Laki - Laki
Jumlah % Jumlah %
2008 4 57,14 3 42,85
2009 5 55,55 4 44,44
2010 12 85,71 2 14,28
2011 12 75 4 25
2012 14 63,63 8 36,36
Jumlah 47 69,11 21 30,88
47
Pada tabel 3 menunjukkan prevalensi alveolektomi yang datang berobat ke
Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 -
Desember 2012 berdasarkan jenis kelamin, data yang diperoleh menunjukan dari 68
pasien alveolektomi terdapat 47 pasien berjenis kelamin perempuan (69,11%) dan 21
pasien berjenis kelamin laki - laki (30,88%). Kasus alveolektomi ini paling banyak
terjadi pada perempuan di tahun 2012 dengan jumlah 14 orang (63,63%) dan paling
sedikit pada tahun 2008 sebanyak 4 orang (57,14%). Pada laki-laki kasus
alveolektomi ini paling banyak terjadi di tahun 2012 berjumlah 8 orang (36,36%) dan
paling sedikit pada tahun 2010 hanya 2 orang (14,28%).
Tabel 4. Jumlah Pasien Alveolektomi Berdasarkan Umur Periode Januari 2008
– Desember 2012.
No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)
1 25 - 35 7 10,29
2 36 - 45 9 13,23
3 46 - 55 25 36,76
4 56 - 65 14 20,58
5 66 - 75 13 19,11
Jumlah 68 100
Data pada tabel 4 menunjukkan prevalensi alveolektomi yang datang berobat
ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari
2008 - Desember 2012 berdasarkan tingkat usia, data yang diperoleh menunjukkan
48
dari 68 kasus alveolektomi prevalensi terbanyak, yaitu pada umur 46-55 tahun
sebanyak 25 pasien (36,76%), kemudian pada umur 56-65 tahun sebanyak 14 pasien
(20,58%), dan pada umur 66-75 tahun sebanyak 13 pasien (19,11%). Prevalensi yang
paling sedikit, yaitu pada umur 25-35 tahun sebanyak 7 pasien (10,29 %) serta diikuti
umur 36-45 tahun sebanyak 9 pasien (13,23%).
4.2 Pembahasan
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah yang radikal untuk mereduksi atau
mengambil prosesus alveolaris sehingga terjadi aposisi mukosa, yaitu suatu prosedur
yang dilakukan untuk mempersiapkan linggir setelah ekstraksi multiple atau single
yang mencakup pengambilan tulang dan pemendekan tepi gingival untuk
memperoleh hasil yang baik untuk pembuatan protesa.2,3
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sumber data adalah buku register dan kartu
catatan rekam medik pasien dengan kasus alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember 2012 .
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang, maka dapat diketahui prevalensi alveolektomi
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat usia pada periode 2008 - Desember 2012.
49
Diagram 1 memperlihatkan jumlah pasien yang berobat ke Poli Gigi dan
Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember
2012 .
2008 2009 2010 2011 20120
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
63907064
1096812076
13264
Jumlah pasien yang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang
Diagram 1. Jumlah Pasien di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2008-Desember 2012.
Pada tabel 1 dan diagram 1 menunjukkan jumlah pasien yang datang ke Poli
Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 –
Desember 2012 adalah sebanyak 49.762 pasien. Jumlah pasien yang datang
mengalami peningkatan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2008 sebanyak 6.390 orang,
tahun 2009 sebanyak 7.064 orang, tahun 2010 sebanyak 10.968 orang, tahun 2011
sebanyak 12.076 orang, dan pada tahun 2012 sebanyak 13.264 orang.
50
Peningkatan jumlah pasien ini adalah akibat dari kebijakan strategis yang
telah diambil pada awal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla untuk
membebaskan biaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sehingga tidak ada
lagi masyarakat miskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena
alasan biaya.30,31,32
Sebagai salah satu upaya untuk pengentasan kemiskinan, Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005 membuat Program Jaminan Kesehatan bagi
Masyarakat miskin dan tidak mampu yang disebut dengan program Askeskin.
Pengelolaan Program Askeskin yang dilaksanakan oleh PT Askes (Persero)
merupakan penugasan dari Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menkes nomor
1241/MENKES/SK/XI/2004. Sebagai BUMN, penugasan tersebut dilaksanakan
dengan mengacu pada pasal 66 UU nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN dan telah
mendapatkan persetujuan Menteri Negara BUMN dengan Surat Persetujuan Meneg
BUMN Nomor S-697/HBU/2004 tanggal 31 Desember 2004.33,34,35
Sejak tahun 2008, Kementerian Kesehatan merubah terminologi Askeskin
menjadi Jamkesmas dengan menugaskan PT Askes (Persero) untuk mengelola
manajemen kepesertaannya. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu. Tujuan dari
Jamkesmas adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap
seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan
51
masyarakat yang optimal secara efektif dan efesien. Jamkesmas telah menunjukkan
keberhasilan, tidak hanya penjaminan dan perlindungan pelayanan kesehatan, tapi
melalui Jamkesmas akan mempercepat reformasi bidang kesehatan. Melalui program
ini telah mendorong Rumah Sakit lebih sadar biaya dan sadar mutu pelayanan.32,33
Peningkatan jumlah pasien ini juga disebabkan masuknya mahasiswa
Kepaniteraan Klinik Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universtas
Sriwijaya sejak tahun 2009 yang ikut serta membawa pasien ke RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
Data pasien alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember 2012 diperlihatkan pada
diagram 2.
2008 2009 2010 2011 20120
5
10
15
20
25
7 914 16
22
Jumlah pasien alveolektomi
Jumlah pasien alveolektomi
Diagram 2. Jumlah Pasien Alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2008-Desember 2012.
52
Pada tabel 2 dan diagram 2 menunjukkan bahwa dari 49.762 pasien yang
datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam
kurun waktu 2008-2012, terdapat 68 pasien alveolektomi dengan angka prevalensi
0,14% dari 49762 pasien dengan jumlah pasien terbanyak pada tahun 2012 yaitu 22
pasien (0,16% dari jumlah seluruh pasien pada tahun 2012), dan terkecil pada tahun
2008 yaitu 11 pasien (0,11% dari jumlah seluruh pasien tahun 2008).
Jumlah pasien alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang dalam kurun waktu Januari 2008 – Desember 2012 setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah pasien alveolektomi
disebabkan meningkatnya kasus dari exostosis. Exostosis merupakan suatu nodular
jinak yang tumbuh berlebihan dari tulang kortikal. Keadaan ini ditandai dengan
tertutupnya tonjolan tersebut dengan kartilago. Penyebab pasti dari exostosis belum
jelas. Sebagian besar teori yang dapat diterima saat ini adalah karena genetik, namun
tidak selalu terlihat adanya kelainan autosomal dominan. Pada beberapa studi yang
dilakukan oleh Huber (2009) pada seorang anak perempuan, ibu dan nenek yang
memiliki kelainan autosomal dominan osteosclerosis, torus mandibularis dan torus
palatina ditemukan pada ketiga wanita tersebut. Pada studi yang dilakukan oleh
Ismail (2009), estimasi kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik hanya 29,5%
dari seluruh kasus, sedangkan sekitar 70% sisanya berkaitan dengan klingkungan,
terutama berhubungan dengan stress oklusal. Penyebab lainnya adalah injuri
superfisial atau terjadinya sebagai akibat dari respon fungsional pada individu dengan
perkembangan yang baik dari otot-otot pengunyahan.36,37
53
Pada sebagian besar kasus, exostosis biasanya ditemukan secara tidak sengaja
pada saat pemeriksaan di dental office. Hal ini karena biasanya kejadian exostosis
tidak menimbulkan gejala, sehingga pasien tidak sadar bahwa mereka memiliki
exostosis. Terkadang beberapa pasien mungkin memiliki gangguan fonetik,
keterbatasan mekanisme pengunyahan, ulserasi mukosa, deposit makanan, dan
ketidakstabilan protesa.38
Pembuangan exostosis tidak selalu diperlukan. Alasan pembuangan exostosis
yang paling sering adalah karena demi kepentingan pembuatan protesa. Suatu
tindakan untuk memperoleh hasil yang baik dalam pembuatan suatu protesa dengan
adanya exostosis maka diperlukan tindakan alveolektomi.39
Bertambahnya jumlah mahasiswa Kepaniteraan Klinik Program Studi
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universtas Sriwijaya sejak tahun 2009 dimana
tindakan alveolektomi merupakan salah satu requirement yang wajib dilakukan
otomatis menyebabkan tindakan alveolektomi bertambah.
Data pasien alveolektomi berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember 2012
diperlihatkan pada diagram 3.
54
2008 2009 2010 2011 20120
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
45
12 12
18
34
2
4
8Perempuan Laki-Laki
Diagram 3. Prevalensi Alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Berdasrkan Jenis Kelamin Periode Januari 2008-Desember 2012.
Tabel 3 dan diagram 3 menunjukkan dari 68 pasien alveolektomi di Poli Gigi
dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 2008-2012 terdapat 47
pasien berjenis kelamin perempuan (69,11%) dan 21 pasien berjenis kelamin laki -
laki (30,88%).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alveolektomi lebih besar pada
jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hasil penelitian ini
didukung oleh hasil penelitian Haugen LK (2009) yang menyebutkan bahwa
exostosis lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan
perempuan dengan laki-laki yaitu 3:1. Beberapa peneliti lainnya tidak dapat
menemukan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada studinya,
walaupun pada sebagian besar studi yang dilakukan, exostosis lebih sering ditemukan
55
pada perempuan. Prevalensi exostosis yang tinggi tersebut berbanding lurus dengan
tingginya tindakan alveolektomi, dimana exostosis tersebut dapat mengganggu dalam
pembuatan protesa sehingga harus dihilangkan dengan tindakan alveolektomi.39,40,41
Data pasien alveolektomi berdasarkan usia di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember 2012 diperlihatkan
pada diagram 4.
7 (10,29 %)9 (13,23%)
25 (36,76
%)
14 (20,58 %)
13 (19,11%)
Jumlah pasien alveolektomi berdasarkan umur periode Januari 2008-Desember 2012
Umur 25-35 tahunUmur 36-45 tahunUmur 46-55 tahunUmur 56-65 tahunUmur 66-75 tahun
Diagram 4. Prevalensi Alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Berdasrkan Umur Periode Januari 2008-Desember 2012.
Data pada tabel 4 dan diagram 4 menunjukkan prevalensi alveolektomi yang
datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
56
periode Januari 2008 - Desember 2012 berdasarkan tingkat usia, data yang diperoleh
menunjukkan dari 68 kasus alveolektomi prevalensi terbanyak, yaitu pada umur 46-
55 tahun sebanyak 25 pasien (36,76%), kemudian pada umur 56-65 tahun sebanyak
14 pasien (20,58%), dan pada umur 66-75 tahun sebanyak 13 pasien (19,11%).
Prevalensi yang paling sedikit, yaitu pada umur 25-35 tahun sebanyak 7 pasien (10,29
%) serta diikuti umur 36-45 tahun sebanyak 9 pasien (13,23%).
Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa prevalensi terbesar terdapat pada
kelompok umur 46 - 55 tahun, dimana tingginya insiden pada kelompok umur
tersebut didukung oleh hasil penelitian MD Agtini (2007) yang menyebutkan bahwa
kerusakan gigi dan gigi yang telah dicabut meningkat pada kelompok umur tersebut,
demikian pula persentase penggunaan pelayanan kesehatan gigi untuk pencabutan
gigi dan pemakaian protesa meningkat pada kelompok umur tersebut. Meningkatnya
penduduk berusia lanjut yang memerlukan protesa sebagai pengganti gigi yang hilang
menjadikan bedah preprostetik seperti alveolektomi menjadi bidang yang semakin
penting dalam praktek kedokteran gigi.42,43
Tidak gampang untuk membandingkan rentang usia yang terdapat pada
penelitian ini, pada banyak kasus dari hasil penelitian sebelumnya, mereka tidak
distandarisasi dan setiap peneliti memberikan sebuah referensi yang berbeda.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wang (2009) , usia rata-rata yang
mengeluhkan exostosis adalah usia 34 tahun. Penelitian Al-Bayaty (2009), usia rata-
rata yang mengeluhkan exostosis adalah 39,2 tahun. 44,45
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari
2008 – Desember 2012 :
1. Pasien yang datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode Januari 2008 – Desember 2012 adalah 49.762
orang dengan kasus alveolektomi berjumlah 68 orang (0,14%).
2. Prevalensi alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang berdasarkan jenis kelamin periode Januari 2008 –
Desember 2012 menunjukkan perempuan sebesar 47 kasus (69,11%) lebih
tinggi dibandingkan perempuan hanya sebesar 21 kasus (30,88 %).
3. Prevalensi alveolektomi di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang berdasarkan umur periode Januari 2008 – Desember
2012 terbanyak adalah pada pasien dengan rentang umur 46-55 tahun
dengan jumlah kasus 25 (36,76%).
5.2 Saran
58
5.2.1 Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
selanjutnya agar dapat dikembangkan.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan penelitian ini banyak memberikan informasi serta
wawasan mengenai alveolektomi, khususnya bagi mahasiswa Program Studi
Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya.
5.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Bagi para staff rumah sakit baik medis maupun non paramedis diharapkan
untuk mengisi kartu rekam medik dan buku register dengan lebih akurat, lengkap, dan
jelas.