tesis - uin matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/hijrah 154142014.pdf · tanggal ujian tesis pada...

183
i TESIS Pemikiran Quraish Shihab Tentang Poligami, dan Relevansinya Terhadap Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di Indonesia ( Study Atas Karya-Karya Quraish Shihab ) Oleh HIJRAH NIM: 15.4.14.2.014 Pembimbing DR. Miftahul Huda, MA DR. Zaidi Abdad, M.Ag Tesis Diajukan Kepada Pascasarjana IAIN Mataram Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Hukum Islam PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) MATARAM 2017

Upload: others

Post on 12-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

i

TESIS

Pemikiran Quraish Shihab Tentang Poligami, dan Relevansinya Terhadap Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan di Indonesia ( Study Atas Karya-Karya Quraish Shihab )

Oleh

HIJRAH NIM: 15.4.14.2.014

Pembimbing

DR. Miftahul Huda, MA DR. Zaidi Abdad, M.Ag

Tesis Diajukan Kepada Pascasarjana IAIN Mataram Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Hukum Islam

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) MATARAM

2017

Page 2: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an
Page 3: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

iii

PENGESAHAN

Tesis berjudul: “Pemikiran Quraish Shihab Tentang Poligami, dan

Relevansinya Terhadap Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan di Indonesia ( Study Atas Karya-Karya Quraish Shihab )” yang ditulis

oleh saudara: Hijrah, N I M : 15.4.14.2.014, Program Studi: Ahwal Al-Syakhsiyyah

(Hukum Keluarga). Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, tanggal 19 Januari 2017

telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Hukum

Islam.

Page 4: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an
Page 5: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

v

MOTTO :

Muslim yang hebat adalah muslim yang mampu dengan ikhlas menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an dan semampu mungkin menjalani sunnah Nabi Muhammad SAW sampai akhir hayatnya.

Page 6: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku, ayahanda ( Alm. M. Saleh H. Nurdin ) dan ibunda ( Hafsah

A. Bakar ) yang selalu memberikan motivasi, do‟a, keikhlasan, dan kasih sayang

yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Dengan bangga ananda persembahkan tesis ini kepada engkau ayahanda yang

ada di kubur sana dan ibunda tercinta.

2. Istriku tercinta dan tersayang ( Mietha Firdha ) yang selalu memberikan cinta dan

yang selalu memberikan dorongan, motivasi, dan bantuannya baik berupa moril

maupun materil. Apalagi anakku ( Maryam Hanum al-Hijrah ), kau hadir di

tengah-tengah kesibukanku dan memberikan kebahagiaan yang tak terhingga dan

selalu menyemangatiku setiap melihat senyummu.

3. Keluarga besarku yang di Dompu ( Kak Sula, Kak Wahyu, Kak Azrun, Kak

Alam, Kak Adi, dan Raden beserta pasangan dan anak-anak masing-masing )

dan di Bima ( Mertua saya Pak Ahyar dan Bu Yuharti Sutji, Adik Ipar saya Bima

Setyawan dan Mentari Fikria beserta Suami Bahtiar dan anaknya yang lucu Muh.

Said Nursy ). Terima kasih atas bantuan semangat dan motivasi sehingga saya

mampu menyelesaikan S2 ini dengan baik. Dan spesial untuk Om Dian yang ada

di Pati Jawa Tengah yang telah tanpa sengaja memberikan saya buku yang

berjudul Kartini yang menjadi salah satu buku referensi Tesis ini.

4. Dosen-dosen Pascasarjana IAIN Mataram, khususnya dosen Pembimbing

Akademik ( Dr. Abdun Nasir, MA ) dan dosen pembimbing tesis ( Dr. Miftahul

Huda, MA dan Dr. Zaidi Abdad, M.Ag ) yang penuh kebijaksanaan dan

kesabaran memberikan bimbingannya sehingga saya menjadi orang yang berilmu

dan terbimbing dalam mengerjakan tesis ini dengan sangat baik. Serta seluruh

civitas akademika Pascasarjana IAIN Mataram ( Rektor IAIN Mataram, Direktur

Page 7: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

vii

Pascasarjana, dosen-dosen pengajar dan staf akademik dan perpustakaan, dan

lain sebagainya yang tidak bisa saya sebut satu persatu ).

5. Teman-teman seperjuangan di jurusan Ahwal Syakhsiyah Pascasarjana IAIN

Mataram angkatan 2014 ( Jasri Hasan, Imam Sofwan, Paizah, Syarif

Hidayatullah, Suryadin, Saparudin, Lalu Wirabuana, M. Firmansyah, Umi

Kulsum, Muhammad Bages, Rahman, dan Lalu Rusdi Khalik ), Moga tetap

semangat dan terima kasih serta maaf sebesar-besarnya jika selama kuliah ada

salah dan khilaf. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

6. Almamaterku dan kampus tercinta IAIN Mataram.

Page 8: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an
Page 9: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an
Page 10: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

x

ABSTRAK

Hijrah, “Pemikiran Quraish Shihab Tentang Poligami, dan Relevansinya Terhadap Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di Indonesia ( Study Atas Karya-Karya Quraish Shihab )” yang ditulis oleh Saudara Hijrah, N I M. 15.4.14.2.014. Tesis Pascasarjana, Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah Institut Agama Islam Negeri Mataram, 2017. Pembimbing: (1) Dr. Miftahul Huda, MA., dan (2) Dr. Zaidi Abdad, M.Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pemikiran Quraish Shihab Tentang Poligami, dan Relevansinya Terhadap Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research), yang meneliti pemikiran tokoh, dalam hal ini Quraish Shihab. Penulis telah melakukan study literatur dari karya-karya Beliau tentang tema yang dibicarakan yaitu poligami. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teologis-normatif dan pendekatan filosofis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Hukum asal poligami menurut Quraish Shihab hukumnya boleh dengan syarat, artinya hukum poligami akan menjadi haram jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi. Hal tersebut bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa hukum poligami adalah sunnah asal adil, artinya hanya itu syaratnya. Tetapi adil saja tidak cukup menurut Quraish Shihab karena masih ada syarat lain yang harus dipenuhi dan itupun dalam keadaan benar-benar darurat seperti pintu darurat pesawat terbang, yaitu hanya boleh dibuka pada saat darurat dan oleh orang-orang tertentu saja. Pemikiran Quraish Shihab tentang poligami memiliki relevansi yang saling menguatkan dengan KHI dan UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Pertama, sama-sama berasaskan monogami. Kedua, sama-sama mengajukan syarat bagi suami yang ingin berpoligami walau Quraish Shihab mengajukan syarat yang lebih banyak. Sedangkan perbedaannya hanya pada beberapa syarat poligami, misalnya Quraish Shihab menyatakan syarat lain poligami adalah harus menikahi janda yang memiliki anak yatim, sedangkan KHI maupun UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak mensyaratkan hal tersebut. Posisi pemikiran Quraish Shihab tentang poligami dalam wacana kaum Feminisme berada di tengah-tengah. Artinya ada yang sama atau saling mendukung dan ada beda atau saling bertentangan. Quraish Shihab membolehkan poligami dengan syarat yang sangat berat, artinya Beliau melarang keras poligami kecuali benar-benar terpaksa. Arti lainnya adalah sebenarnya Quraish Shihab mengharamkan poligami, tetapi karena kondisi darurat/terpaksa maka poligami jadi halal atau boleh. Kaum Feminisme tetap menyatakan bahwa poligami itu haram karena sebab yang ditimbulkan. Karena pernikahan menurut mereka adalah ikatan komitmen yang kuat, sehingga tidak boleh ada salah satu pihak yang terdzolimi karena poligami adalah perselingkuhan yang dilegalkan dan menyebabkan kedzoliman bagi istri dan anak. Kata Kunci: Poligami, Quraish Shihab, KHI, UU No. 1 Tahun 1974, Kaum Feminisme

Page 11: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xi

الملخص

يسي ح اس ا س , ي ي ق ج فى ع ا ق في ج : ا

ق ق 1974 س 1ا ج , : ) ا ي ق حث ا ي ( في

سجي : ا ي 15.4.14.2.014ط ح ع ا صي , ج ش ا ا قس اح

ي , : , 2017اس ا ي ا , ك جس , ا ف ا , ك

. جس ا

ف ع حث يسي ا ا ح اس ا س , ج ا ع ي فى ي ق "

ق ق في ا ي في 1974س 1ا حث, ا ا ,( ي ق حث ا ي ( في ا

حث . ا ج ع ا ف فى ي ص حث ا ا ا , ج ع ا ي في ي ق

ي ى ع ي عي, ا ى ي سفي ح ف ا عي ش ج اح ا . ي ع

ش ع ا ي ي ق في ج ع ا ص ا ح ا . ج ع ا ي فى ق

ع فق ع ح ا ف ا ي ي . ا ش في ا ا ع ح ى ا ا ع

ح في ا ك ا , ص اخ ص ف ئ يف في ط ا

ق ق في ا ا يسي ح اس ا ي يق ي ق ع فى . ا ص

ا 1974س 1 . ع ج افق ا ى ش ع س ا ي ا . اح ا في ا

ق في ا يسي ح اس ا ف ق ا ع 1974س 1ا في ا ا ا

ش عسي ك سطى, ي ق ا ئيي في س ي ع ا ي ق . ي ا

ئيي ( س ا . ا ف ح ح ح ا feminismeا ع ح ي ا ا ) ف

, ق ثي ا في ا فس ج ا ي يص ا ي ي غ ا

. ا ج ى ي ا ي ا ح ع , ا ع س ا

, ا ي , ق ع ي : ا ف ا يسي ا ق ,ح اس ا ق في ا 1974س 1ا

Page 12: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xii

ABSTRACT

Hijrah : The Thought of Quraish Shihab about Polygamy, and It‟s Relevance to the Compilation of Islamic Law ( KHI ) and the Law Number 1 Year 1974 About Marriage ( Study of Quraish Shihab Works ). Written by Hijrah, N I M. 15.4.14.2.014. Graduate Thesis, Study Programme Ahwal Al-Syakhshiyah State Islamic Institute Mataram, 2017. Supervisors : (1) Dr. Miftahul Huda, MA., and (2) Dr. Zaidi Abdad, M.Ag.

This study aims to determine " The Thought of Quraish Shihab about Polygamy, and Relevance to the Compilation of Islamic Law and the Law Number 1 Year 1974 it‟s about Marriage. This study is a library research, which will examine the thought of leaders, in this case Quraish Shihab, The author had done a literature study of the Quraish‟s works that talked about polygamy. This research is qualitative research. The approach used is normative approach to theological and philosophical approach, so i found the thought of Quraish Shihab about polygamy. The results of this research show that the law of polygamy according Quraish Shihab is permissible (allowed) by requirement, that‟s mean that polygamy will be forbidden if requirements don‟t meet. This is contrary to the theory that the origin of the legal polygamy is sunnah fair, it means only that condition. But fair is not enough according to Quraish Shihab because there are other requirements that must be met and that too in a state of true emergencies such as aircraft emergency exit, it‟s mean that only can be opened when emergancy and by certain people. The Thought of Quraish Shihab about polygamy has mutual relevances to Compilation of Islamic Law ( KHI ) and the Law No. 1 of 1974 about Marriage. First, equally based on monogamous principle. Second, equally submit the requirments to who want to practice polygamy eventhough Quraish Shihab submit more requirments. While difference between Quraish Shihab and KHI/UU Number 1 is only in a few terms of polygamy, for example Quraish Shihab said that another requirement of polygamy is must marry the widow who has orphans, while KHI and Law No. 1 of 1974 does not require it. Position of thought of Quraish Shihab about polygamy in the discourse of feminism is in the middle. It means that there are equal things or mutual supportive and there are differences or conflicting. Quraish Shihab allow polygamy on condition very heavy, it‟s meaning that he strictly prohibits polygamy unless absolutely necessary. Another meaning is actually Quraish Shihab forbids polygamy, but for emergency / forced then polygamy become lawful or allowed. The Feminism remains that polygamy is forbidden for reasons caused. Because marriage is a bond according to their strong commitment, so there should not be one people hurt because polygamy is legalized affair and led to tyranny for his wife and children. Key words : Polygamy, Quraish Shihab, KHI dan UU No. 1 Tahun 1974, Feminisme

Page 13: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xiii

PEDOMAN TRANSLITRASI Pedoman Translitrasi : Arabic Romanization Table dengan Font Time New Arabic

b = z = F = ف

t = s = Q =

th = sh = K =

j = s} = L =

h} = d} = M =

kh = t} = N =

d = z} = H =

dh = „ = W =

r = gh = Y =

Short : A = i = U =

Long : a> = ا i> = u> =

Diphthong : Ay = ا aw = ا

Page 14: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xiv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. karena

atas hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik dan tepat waktu. Segala nikmat yang Allah berikan telah menguatkan hati

Penulis untuk selalu menuntut ilmu. Selanjutnya salawat beserta salam kepada sang

revolusioner Nabi Muhammad Saw. yang telah memberikan andil besar terhadap

perubahan peradaban manusia.

Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Mataram. Tesis ini

membahas tentang “Pemikiran Quraish Shihab Tentang Poligami, dan Relevansinya

Terhadap Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di

Indonesia ( Study Atas Karya-Karya Quraish Shihab )”. Tesis ini ditulis untuk

pengembangan keilmuan dalam hukum Islam, khususnya hukum keluarga di

Indonesia.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan dan akan selalu penulis kenang,

tesis yang berjudul “Poligami Menurut Quraish Shihab dan Relevansinya Terhadap

Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ( Study

Literatur Buku-buku Karya Quraish Shihab Tentang Poligami )” ini dapat penulis

selesaikan dengan baik, walaupun dalam proses penulisannya banyak kendala yang

menuntut kesabaran dan ketegaran penulis.

Selesainya penulisan tesis ini sesuai dengan target waktu yang telah penulis

tentukan. Dalam hal ini, terlalu banyak pihak-pihak yang ikut andil membantu

penulis menyelesaikannya. Oleh karena itu, kepada semua pihak yang turut

membantu dalam penyelesaian tesis ini, penulis hanya mampu mengucapkan terima

Page 15: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xv

kasih yang sebesar-besarnya dan mudah-mudahan Allah Swt. memberikan balasan

yang setimpal. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Dr. H. Miftahul Huda, M.A, selaku pembimbing I dan Dr. Zaidi Abdad, M.Ag

selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan

mengarahkan serta memberikan saran dalam penulisan tesis ini. Masukan, saran,

dan kritikan yang telah diberikan sangat berguna bagi Penulis untuk

mengembangkan pengetahuan akademis Penulis. Juga kepada seluruh dosen yang

telah memberikan gagasan-gagasan pemikiran demi berkualitasnya penulisan

tesis ini.

2. Dr. Abdun Nasir, MA sebagai dosen pembimbing Akademik yang senantiasa

meluangkan waktu memberikan bimbingan terhadap saya selama saya menjalani

perkuliahan di IAIN MAtaram sampai mampu menyelesaikan tesis ini

3. Dr. H. Nazar Na‟amy, M.Si, Selaku Direktur Pascasarjana IAIN Mataram yang

selalu semangat memberi motivasi pada kami semua agar dalam penulisan Tesis

benar-benar berkualitas sesuai prosedur dan pedoman penulisan

4. Dr. H. Mutawali, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Mataram

5. Ibunda serta almarhum ayahanda dan keluarga tercinta yang telah memberikan

bantuan moril maupun materil serta memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis

ini.

6. Istri Tersayang Mietha Firdha dan si kecil cantik Maryam Hanum al Hijrah yang

selalu memberi ruh semangat yang luar biasa dan selalu menemani suka dan duka

dalam kehidupan saya. Saya mencintai kalian berdua karena Allah

7. Mertua saya yang tercinta di Bima yang senantiasa mendoakan saya dalam

menjalankan aktifitas kuliah dan penyelesaian tesis ini

8. Kakak adikku sekeluarga di Dompu yang telah memberikan dorongan dan

motivasi dan semangat belajar pada saya sehingga saya mampu menyelesaikan

kuliah dengan baik

9. Buat sahabat karib angkatan 2014 Program Pascasarjana Institut Agama Islam

Negeri Mataram yang telah meninggalkan kesan persahabatan yang begitu

Page 16: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xvi

mendalam untuk kenangan di masa yang akan datang. Khususnya teman kelas

pada Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah. Penulis mengucapkan terimakasih

yang setulusnya kepada seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-

persatu.

Akhirnya, semoga tesis ini dapat memberikan sumbangsih kepada semua pihak.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu penulis mengharapkan adanya kritikan yang konstruktif demi perbaikan ke

depannya. Semoga penulis tetap berkarya dan dapat memberikan manfaat untuk

agama, bangsa dan negara. Amin ya Rabbal „alamin.

Mataram, 5 Januari 2016

Hijrah

Page 17: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xvii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1 B. Identifikasi dan Batasan Masalah …………………………………… …….. 5 C. Perumusan Masalah ………………………………………………………… 6 D. Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 6 E. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 7 F. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………… 7

BAB II KAJIAN TEORITIK …………………………………………………. 11

A. Pengertian Poligami ………………………………………………………… 11 B. Sejarah Poligami …………………………………………………………… 12 C. Hukum Poligami Menurut Al-Qur‟an dan Al-Hadits ……………………… 15 D. Nikah Siri dalam Islam …………………………………………………….. 18

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………... 20

A. Jenis Penelitian ……………………………………………………………… 20 B. Sifat Penelitian ……………………………………………………………… 20 C. Pendekatan Penelitian ………………………………………………………. 21 D. Sumber Data ………………………………………………………………… 22 E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data …………………………………… 23 F. Sistematika Pembahasan ……………………………………………………. 24

BAB IV PAPARAN DATA …………………………………………………… 26

A. Biografi dan Metode Tafsir Quraish Shihab………………………………… 26

1. Latar Belakang Sosial ……………………………………………………. 26 2. Latar Belakang Intelektual …………………………………………… 28 3. Latar Belakang Pemikiran Keagamaan ………………………… …… 30 4. Karya Intelektual …………………………………………………… 31 5. Metode Penafsiran …………………………………………………… 33 6. Gaya Bahasa ………………………………………………………….. 35 7. Sumber Penafsiran …………………………………………………… 36

B. Konsep Poligami Menurut Quraish Shihab ……………………………….. 37

1. Pengertian Perkawinan ……………………………………………….. 37 2. Tujuan Perkawinan ……………………………………………… …… 38

Page 18: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xviii

3. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah wa rahmah ..…………………… 45 4. Kedudukan Suami Istri …………………………………………… 54 5. Hak dan Kewajiban Suami Istri ……………………………………… 56 6. Hukum Poligami ……………………………………………………… 60 7. Syarat-Syarat Poligami ……………………………………………….. 61 8. Alasan Rasulullah Berpoligami ……………………………………… 64 9. Alasan Wanita Dilarang Poliandri …………………………………… 66 10. Tafsir Surat An-Nisaa‟ Ayat 3 ……………………………………….. 67 11. Pengertian Keadilan dalam Poligami ………………………………… 70 12. Konsep Keadilan dalam Poligami ……………………………………… 73 13. Poligami dan Kawin Sirri ……………………………………………… 74

C. Relevansi Pemikiran Quraish Shihab dengan KHI dan UU No. 1 .………. 78

1. Keluarga Sakinah mawaddah wa rahmah ……………………………… 78 2. Kedudukan, Hak dan Kewajiban Suami Istri …………………………… 79 3. Hukum Poligami ………………………………………………………... 81 4. Syarat Utama Poligami ………………………………………………… 82 5. Syarat-Syarat lain Poligami …………………………………………….. 83 6. Keadilan Dalam Poligami ………………………………………………. 83 7. Batas Maksimal Poligami ……………………………………………… 85 8. Syarat Untuk Mendapatkan izin Poligami dari Pengadilan ……………. 85 9. Asas Perkawinan ……………………………………………………….. 86 10. Poligami dan Kawin Sirri …….…………………………………….. …. 87

D. Posisi Pemikiran Quraish Shihab Dalam Wacana Kaum Feminisme .……. 88

1. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah …………………….. 89 2. Kedudukan Perempuan ………………………………………………….. 90 3. Hukum Poligami …………………………………………………………. 92 4. Berbagai alasan Melakukan Poligami ……………………………………. 94 5. Poligami dan Kawin Sirri ………………………………………………… 98

BAB V PEMBAHASAN

A. Konsep Poligami Menurut Quraish Shihab ………………………………… 99

B. Relevansi pemikiran Quraish Shihab terhadap KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 ………………………………………………………………… 105

1. Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah …………………………….. 105 2. Kedudukan, Hak dan Kewajiban Suami Istri ……………………… …… 107

Page 19: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xix

3. Hukum Poligami …...…………………………………………………… 112 4. Syarat Utama Poligami ………………………………………………… 114 5. Syarat-Syarat lain Poligami …………………………………………….. 115 6. Keadilan dalam Poligami……….……………………………………….. 116 7. Batas Maksimal Poligami ………………………………………………. 122 8. Syarat Untuk Mendapatkan izin Poligami dari Pengadilan …………….. 122 9. Asas Perkawinan ………………………………………………………… 123 10. Poligami dan Kawin Sirri …….…………………………………….. ….. 124

C. Posisi Pemikiran Quraish Shihab Dalam Wacana Kaum Feminisme

Indonesia…………………………………………………………………… 125 1. Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah ………….…………… …… 125 2. Kedudukan Perempuan ………..………………………………………… 129 3. Hukum Poligami …... …………………………………………................ 134 4. Berbagai Alasan Melakukan Poligami ………………………………….. 138 5. Poligami Dan Kawin Sirri …. …………………………………………… 148

Bab VI PENUTUP ……………………………………………………………. 153

A. Kesimpulan …………………………………………………………… 153 B. Implikasi Teoritis …………………………………………………………… 154 B. Saran ……………………………………………… …………………... 154

Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) Surat Ijin Penelitian

Page 20: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xx

DAFTAR TABEL

1. Diagram peta pemikiran tentang poligami …………………………..……… 148

Page 21: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Curiculum Vitae Penulis

2. Surat Ijin Penelitian

Page 22: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

xxii

DAFTAR SINGKATAN

SWT : Subhanahu wata‟ala

SAW : Sallallahu alaihi wa sallam

UU : Undang-Undang

KHI : Kompilasi Hukum Islam

KUA : Kantor Urusan Agama

No : Nomor

IAIN : Institut Agama Islam Negeri

UIN Unversitas Islam Negeri

QS Al -Qur‟an Surat

HR Hadits Riwayat

MUI Majelis Ulama Indonesia

ICMI Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

ra Radiallahu anhu/anha

Page 23: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum keluarga Islam adalah hukum yang sangat banyak dibicarakan

dan dikaji oleh manusia, salah satunya di Indonesia. Hukum keluarga Islam

selalu menjadi sorotan publik dan sering terjadi pro-kontra antar masyarakat

dan golongan-golongan tertentu. Salah satu contoh hal yang kontroversial

yang selalu hangat untuk dibicarakan dalam hukum keluarga Islam adalah

masalah perkawinan dan poligami. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan, peraturan mengenai poligami telah jelas diatur

dalam pasal 3 ayat 2, yang menyatakan bahwa Pengadilan dapat memberi izin

kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang, dengan tiga syarat

seperti yang disebutkan dalam pasal 4 ayat 2 poin a, b dan c. Pada pasal

tersebut dikatakan bahwa Pengadilan hanya memberi izin untuk berpoligami

dengan syarat karena istri tidak dapat menjalani kewajiban sebagai istri, istri

cacat atau memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan, kemudian karena

istri tidak dapat memberikan keturunan atau mandul.1

Begitu juga dalam Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) pasal 55 sampai

dengan pasal 59, yang intinya adalah seorang suami dibolehkan beristri lebih

dari seorang dengan tiga syarat seperti dalam UU Nomor 1 tahun 1974

tersebut di atas.2 Penafsiran ayat-ayat dari Al-Qur‟an mengenai poligami

melahirkan tafsir yang berbeda-beda antara ulama yang satu dengan ulama

yang lainnya. Pendapat-pendapat tersebut dapat diasumsikan ke dalam tiga

kelompok utama. Kelompok pertama, berpendapat bahwa orang yang

berpoligami mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, secara otomatis orang

yang berpoligami akan mendapatkan pahala karena menegakkan sunnah Nabi.

Menurut kelompok ini, poligami dianjurkan bagi laki-laki yang mampu

1 Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam Dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 78. 2 Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam Dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press,t.t ), 17-18.

Page 24: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

2

melaksanakannya. Poligami dijadikan sebagai alat ukur keimanan seorang

laki-laki”.3 Kelompok kedua, berpendapat bahwa poligami tidak dianjurkan

atau tidak disunnahkan dalam agama, melainkan hanya bersifat mubah (boleh)

atau diperbolehkan dalam keadaan tertentu. Sehingga orang yang ingin

berpoligami harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu untuk

melaksanakannya. Sedangkan Kelompok ketiga, berpendapat bahwa poligami

itu seharusnya tidak dijalankan pada masa kini. Menurut kelompok ini,

poligami dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW karena kondisi tertentu yang

ada pada zaman itu, yaitu masa perang yang menimbulkan banyak janda dan

anak yatim yang perlu dilindungi. Karena maksud al-Qur‟an surah al-Nisa‟ (4)

ayat 3 adalah untuk membatasi jumlah istri yang boleh dinikahi dan

“menghapuskan poligami secara perlahan.”4

Dalam pandangan fikih klasik, seperti pendapat imam Syafi‟i, yang

menyatakan bahwa firman Allah SWT dalam surah al-Nisa‟ ayat 3 sebagai

berikut ;

ا ف ا ا خ ط ي اقس ء اى ف ح ف ي ا س ث ا ف ث ى ع ف خ

ا ع ا ا ا ا ع ا ك ا ئ ا ا ا ي اح ف

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap ( hak-hak anak yatim ), Maka nikahilah dua, tiga atau empat wanita yang kamu inginkan. Jika kamu tidak mampu adil maka menikahlah dengan satu saja atau dengan budak-budak yang kalian miliki. Hal tersebut lebih mendekati tidak berbuat aniaya“.

cenderung menekankan bolehnya seorang laki-laki poligami sampai empat

orang istri. Sedangkan persyaratan adil dalam ayat tersebut diartikan dengan

adil kuantitatif, yaitu adil dalam hal-hal yang bersifat lahiriyah, seperti

pakaian, tempat tinggal dan giliran antara istri yang satu dengan yang lain.

Keadilan kuantitatif tersebut tampak dalam aturan-aturan fikih mengenai

poligami, misalnya tentang pembagian rezeki secara merata di antara istri-istri

3 Setiati, Hitam Putih Poligami: Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena, (Jakarta : Cisera Publishing, 2007), 23. 4 Eri Prima, Kritik Feminisme Terhadap Aturan Poligami di Indonesia, Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Prodi Ahwal Asyakhsiyyah, ( Jakarta : UIN Jakarta, 2010 ), 42.

Page 25: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

3

yang dikawini, pembagian jatah giliran, dan sebagainya. Adapun keadilan

kualitatif seperti cinta dan kasih sayang itu tidak wajib. Mempersamakan hak

atas kebutuhan seksual dan kasih sayang di antara istri-istri yang dikawini

bukanlah kewajiban bagi orang yang berpoligami, karena sebagai manusia,

orang tidak akan mampu berbuat adil dalam membagi kasih sayang. Kasih

sayang sangat bersifat naluriyah ( instingtif ). Bisa saja hati seseorang hanya

terpaut dengan istri yang A atau nafsu seksualnya bisa bangkit kalau bergaul

dengan istri yang B, dan ini semua lepas dari kontrol akal keadilan manusia.

Hal ini menurut ahli fikih merupakan kebenaran dari firman Allah SWT dalam

Surah al-Nisa‟ ayat 129 yang artinya “ Dan kamu tidak akan mampu berlaku

adil di antara wanita-wanita kamu “. Oleh Imam Syafi‟i, ayat ini ditafsirkan

sebagai ketidakmampuan manusia berbuat adil dalam hal kasih sayang dan

cinta. Dalam pengertian lain, tidak mungkin mencapai keadilan dalam kasih

sayang dan cinta. Untuk itu, Imam Syafi‟i dan lainnya tidak memasukkan

perasaan kasih sayang dan cinta sebagai kategori keadilan yang harus dipenuhi

oleh seorang suami yang berpoligami.5

Pada azasnya, perkawinan seperti ini dibolehkan bagi seorang muslim

dalam arti yang sebenarnya dan sanggup berlaku adil terhadap istri-istrinya.6

Mayoritas ulama klasik dan pertengahan berpendapat, bahwa poligami adalah

boleh secara mutlak, maksimal empat orang istri. Sementara mayoritas ulama

kontemporer membolehkan poligami dengan syarat-syarat, serta melihat

situasi dan kondisi tertentu yang sangat terbatas, bahkan ada yang

mengharamkannya.7

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran manusia,

peraturan mengenai poligami tersebut masih dirasa tidak adil, mendzolimi

wanita dan melanggar nilai-nilai hak asasi manusia. Bahkan, kalangan Islam

Liberal, termasuk kaum feminis, memandang poligami sebagai salah satu

5 Dr. Tutik hamidah, Fiqh Perempuan “ Berwawasan Keadilan Gender, ( Malang : UIN MALIKI PRESS, 2011), 122-123. 6 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1974 ), 27. 7 Khoirudin Nasution, Perdebatan Sekitar Status Poligami, ( Yogyakarta : PSW IAIN Sunan Kalijaga, 2002), 58.

Page 26: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

4

bentuk penindasan atau tindakan diskriminatif atas perempuan. Bagi Abdullah

Ahmed Na„im, poligami adalah diskriminasi hukum keluarga dan perdata,

dengan asumsi yang dia bangun bahwa “laki-laki muslim dapat mengawini

hingga empat perempuan dalam waktu bersamaan, tetapi perempuan hanya

dapat kawin dengan seorang laki-laki.8 Jika An-Naim menganggap poligami,

sebagai penindas perempuan, Amina Wadud Muhsin menganggap bahwa

poligami sebagai tindakan nonqur‟ani dan dianggap upaya mendukung nafsu

tak terkendali kaum pria”.9 Lain pula dengan Mahmud Muhammad Thaha

mengatakan :”Bahwa poligami bukan ajaran dasar Islam.10 Dan tidak

ketinggalan tokoh Feminis Liberal Indonesia, Siti Musdah Mulia ikut andil

melontarkan penolakan terhadap praktek pernikahan poligami, dengan alasan

Nabi melarang keinginan Ali bin Abi Thalib berpoligami.11

Begitu pula Fazlur Rahman mengatakan, bahwa poligami disamping

hanya merupakan pembenaran yang sifatnya kontekstual secara penerapan,

manusia tidak akan mungkin bisa berlaku adil terhadap para istri,12 yang pada

hakikatnya manusia tidak pernah merasa puas, dan kalau dituruti secara terus-

menerus manusia tidak ada bedanya dengan binatang.13 Karena idealnya

perkawinan adalah monogami14, maka sekiranya poligami bukanlah solusi

yang tepat dipraktekkan dewasa ini, bahkan lebih jauh lagi adalah poligami

seharusnya dihapuskan, sebab sama sekali bertentangan dengan persamaan

hak antara laki-laki dan perempuan.15

Ulama kontemporer seperti Quraish Shihab, memiliki pemahaman yang

beda dalam menafsir surat an-Nissa ayat 3 tersebut. Dia menyatakan bahwa

ayat tersebut tidak mengandung perintah untuk berpoligami, tetapi perintah

untuk tidak berbuat dzolim pada anak yatim. Sedangkan perintah untuk

8 Abdullah Ahmed An-Naim, Dekonstruksi Syare’ah, ( Yogyakarta : LKIS, 1997 ), 338. 9 Amina Wadud Muhsin, Wanita di dalam Al-Qur’an, ( Bandung : Penerbit Pustaka, 1994 ), 114. 10 Mahmud Muhammad Thaha, Arus Balik Syari’ah, ( Yogyakarta : LkiS, 2003), 167. 11 Musdah Mulia, Poligami Siapa Takut, ( Perdebatan seputar Poligami ), ( Jakarta : PT.Surya Citra Televisi ), 25. 12 Taufik Adnan Amal, Islam & Tantangan Modernitas, ( Bandung : Mizan, 1994 ), 89 13 Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 ), 104. 14 John L. Esposito, Women in Muslim Family Law, ( New York : Syracuse University, 1982), 92. 15 Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, ( Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan Jender, Solidaritas Perempuan, The Asia Foundaion, 1999 ), 33.

Page 27: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

5

menikahi dua, tiga atau empat itu semacam kalimat sindiran agar tidak berbuat

dzolim pada anak yatim yang dalam perwaliannya dengan menikahinya

dengan cara yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.16 Bukan perintah poligami

yang sebenarnya dalam makna tekstual, karena asas pernikahan dalam Islam

adalah monogami ( pernikahan dengan satu istri ).

Begitu juga kaitannya dengan masalah konsep adil, syarat poligami dan

hukum poligami serta konsep darurat dalam poligami menurut Quraish

Shihab. Dia memiliki pemikiran yang sedikit berbeda dengan pemahaman

masyarakat pada umumnya serta pendapat atau pemikiran Kaum Feminisme

Islam Indonesia.

Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang

pemikiran Quraish Shihab tersebut. Kemudian melihat posisi keberpihakan

Quraish Shihab dengan banyaknya pro-kontra masalah poligami tersebut

sehingga akan menemukan juga kaitan antara pemikiran Quraish dengan

Kompilasi hukum Islam dan UU no 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Dan

akan menemukan posisi Quraish Shihab dalam wacana pemikiran Kaum

Feminisme Indonesia. Sehingga ke depannya, kita mampu memilah mana

yang kuat dan mana yang lemah pendapatnya dan kajian ini dapat dijadikan

peninjauan kembali hukum keluarga Islam dalam kaitannya dengan poligami

perkawinan dan poligami.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat

beberapa masalah yang muncul, di antaranya:

a. Apa latar sosial dan akademik serta faktor yang membentuk pemikiran

hukum Islam Quraish tentang poligami?

b. Bagaimana konsep poligami menurut Quraish Shihab?

c. Bagaimana kaitan atau relevansi pemikiran Quraish terhadap hukum

keluarga Islam yang berlaku di Indonesia?

16 Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbâh, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, ( Ciputat : Lentera Hati, 2000 ), 321-322.

Page 28: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

6

2. Batasan Masalah

Terminologi hukum keluarga mempunyai cakupan yang luas.

Menurut Mustafa al-Zarqa, ruang lingkup hukum keluarga pada dasarnya

meliputi tiga macam subsistem hukum, yaitu: Perkawinan dan hal-hal

yang berkaitan dengannya, perwalian dan wasiat, serta kewarisan.17

Sedangkan menurut Muhammad Amin Suma, pada dasarnya hukum

keluarga Islam meliputi empat rumpun sub-sistem hukum, yaitu:

perkawinan, pengasuhan dan pemeliharaan anak, kewarisan dan wasiat,

serta perwalian dan pengampuan.18

Pada penelitian ini penulis akan membatasi kajian pada satu buah

isu hukum keluarga Islam dalam bidang perkawinan yaitu: Poligami,

dalam hal ini penulis akan meneliti tentang poligami menurut M. Quraish

Shihab dan relevansinya terhadap hukum keluarga Islam di Negara

Indonesia ( Pasal-pasal tentang poligami dalam KHI dan UU No. 1 Tahun

1974 ) serta bagaimana posisi pemikiran Quraish Shihab dalam wacana

Kaum Feminisme Indonesia tentang poligami.

C. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut ;

1. Bagaimana konsep pemikiran Quraish Shihab tentang poligami?

2. Bagaimana relevansi pemikiran Quraish Shihab terhadap Kompilasi

Hukum Islam ( KHI ) dan UU No. 1 Tahun 1974?

3. Bagaimana posisi pemikiran Quraish Shihab dalam wacana Kaum

Feminisme Indonesia tentang poligami?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Untuk menjelaskan konsep pemikiran Quraish Shihab tentang poligami

2. Untuk menjelaskan relevansi atau kaitan antara pemikiran Quraish Shihab

dengan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) dan UU No. 1 Tahun 1974

3. Untuk mengetahui bagaimana posisi pemikiran Quraish Shihab terhadap 17 Mustafa Ahmad al-Zarqa, al-Fiqh Islam fi Taubih al-Jadidi, jilid 1, ( Damaskus : al-Adib, t.t), 34. 18Muhammad Amin Suma, Hukum Islam di Dunia Islam, ( Jakarta : Grafindo Persada, 2005), 23.

Page 29: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

7

wacana pemikiran Kaum Feminisme Indonesia

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Manfaat akademis dan teoritis dalam penelitian ini adalah dengan

penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya

dalam masalah poligami dalam perkawinan. Penelitian ini juga diharapkan

semoga dapat menjadi literatur dan dorongan untuk mengkaji lebih dalam

lagi tentang poligami.

2. Manfaat praktis penelitian ini adalah Pemerintah dapat menggunakan hasil

penelitian ini untuk meninjau kembali/yudusial review pasal-pasal tentang

poligami dalam KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Implementasi penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi yang

memberi solusi terhadap problematika yang terkait dengan masalah

poligami.

3. Manfaat sosial dari penelitian adalah diharapkan agar masyarakat yang

membaca hasil penelitian ini menjadikan kajain dalam tesis ini jadi

rujukan ketika ingin mempraktekan poligami.

F. Tinjauan Pustaka

Sebagai upaya penulis untuk menjaga kredibilitas dan validitas

penelitian ini, perlu rasanya membawakan literatur-literatur atau hasil

penelitian yang bertalian dengan kajian penulis. Adapun literatur atau hasil

penelitian yang dimaksud adalah:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Attan Navaron19. Judul

penelitiannya adalah “ Konsep Adil dalam Poligami ( Studi Analisis

Pemikiran M. Quraish Shihab)”20. Metode penelitiannya adalah jenis

penelitian Library Research dengan pendekatan Teologi-Normatif dan

Filosofis. Adapun metode analisa data yang dilakukan oleh Attan adalah

metode deskriptif-analitik yaitu menganalisa data yang diteliti dengan

19

Attan Navaron adalah mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Hukum Keluarga Kampus IAIN Walisongo Semarang. 20

Attan Navaron, Konsep Adil dalam Poligami, Skripsi, ( Semarang : Fakultas Syari‟ah, IAIN Walisongo, 2010 ), 60-62.

Page 30: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

8

memaparkan data tersebut untuk memperoleh kesimpulan tentang konsep adil

dalam poligami. Selain itu, untuk mempertajam analisis, Attan juga

menggunakan metode content analisys yaitu untuk mengkaji data yang diteliti.

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana konsep

adil dalam poligami menurut Quraish Shihab, dan bagaimana metode

pemikiran Quraish Shihab dalam konsep adil dalam poligami. Dalam

penelitian Attan ini, dia berkesimpulan bahwa Quraish ”setengah-setengah”

dalam mendefinisikan adil, karena perintah penegakan keadilan yang

termaktub di dalam al-Qur‟an adalah keadilan yang hakiki. Islam

memerintahkan berbuat adil dan ihsan, yaitu adil yang berkemanusiaan, adil

yang berkualitas paling baik. Adil disejajarkan dengan ihsan yang merupakan

kualitas kebaikan paling sempurna. Penegakan keadilan ini tidak terkecuali

pada poligami.

Penelitian Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahmat

Hidayat21. Judul Penelitiannya adalah tentang Pemikiran Muhammad Quraish

Shihab Tentang Poligami22. Pendekatan yang digunakan oleh Rahmat Hidayat

adalah pendekatan Teologi-Normatif dan Filosofis dengan jenis penelitian

Library Reasearch. Dalam penelitiannya, Rahmat Hidayat menggunakan

kajian literatur terhadap karya-karya Quraish Shihab yang membahas tentang

poligami dan memberikan kesimpulan bahwa poligami adalah salah satu

alternatif dalam kondisi darurat dan bagi yang hendak berpoligami haruslah

memiliki pengetahuan serta memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam

poligami. Dalam penelitian ini juga dibahas tentang konsep darurat dalam

poligami menurut Quraish Shihab, dia menyimpulkan bahwa dibolehkannya

poligami jika itu darurat. Pembahasan Rahmat Hidayat sama seperti

pembahasan Attan Navaron yaitu masalah hukum poligami dan konsep adil

dalam berpoligami menurut Quraish Shihab. Dimana menurut Quraish Shihab,

hukum poligami itu mubah (boleh) karena darurat.

21 Rahmat Hidayat adalah mahasiswa Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2008 22

Rahmat Hidayat, Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Poligami, ( Malang : Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim, 2008), Skripsi tidak diterbitkan.

Page 31: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

9

Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Syamsul

Bahri23. Judul Penelitiannya adalah tentang Konsep Keluarga Sakinah

Menurut Quraish Shihab24. Pendekatan yang digunakan oleh Syamsul Bahri

adalah pendekatan Normatif dengan jenis penelitian Library Reasearch. Hasil

penelitiannnya menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang

tenang, keluarga yang penuh kasih sayang yang disertai kelapangan dada, budi

bahasa yang halus.

Penelitian keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Mizanul

Hasan25 dengan judul penelitian skripsi yaitu Perempuan Sebagai Istri ( Telaah

Pemikiran Quraish Shihab ). Jenis penelitian adalah Library Research dengan

mencari karya-karya Quraish Shihab tentang perempuan dengan pendekatan

penelitian adalah Historis-Normatif dengan metode analisis adalah analisis

content. Sehingga dihasilkan kesimpulan bahwa Quraish Shihab melihat

perempuan memiliki hak yang sama dalam keluarga dan masyarakat.

Mencegahnya bekerja dan beraktifitas di luar rumah dan tidak melibatkan

perempuan dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat berarti menyia-

nyiakan paling tidak setengah dari potensi masyarakat.

Penelitian yang kelima adalah penelitian yang berjudul Perspektif M.

Quraish Shihab terhadap Wanita Pekerja oleh Nurul Irfan yang diajukan

sebagai tugas akhir pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.26 Dalam skripsi tersebut diperoleh kesimpulan. para

wanita dalam pandangan M. Quraish Shihab boleh bekerja dalam berbagai

bidang, di dalam atau di luar rumah, baik secara mandiri atau bersama orang

lain dengan lembaga pemerintah atau swasta, selama pekerjaan tersebut

dilakukan dalam suasana terhormat, sopan, dapat memelihara agamanya serta

dapat pula menghindari dampak-dampak negative dari pekerjaan tersebut baik

23 Syamsul Bahri adalah mahasiswa Fakultas Syariah Unversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Ahwal Syakhsiyah tahun 2009. 24

Syamsul Bahri, Konsep Keluarga Sakinah Menurut Quraish Shiihab, ( Yogyakarta : Fakultas Syariah Unversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009) 25

Mizanul Hasan adalah mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Negeri Sunan Kajijaga Yogyakarta Jurusan Ahwal Syakhsiyah tahun 2009. 26

Nurul Irfan, Perspektif M. Quraish Shihab terhadap Wanita Pekerja (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2010)

Page 32: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

10

terhadap diri maupun lingkungannya. Pandangannya itu didasarkan pada surah

An-Nisa Ayat 32 dan surat At-taubah ayat 71 yang mengandung prinsip-

prinsip kerja yang menghargai perempuan sepenuhnya untuk memilih

pekerjaan dalam rangka menafkahi kelurganya.

Dari beberapa penelitian atau tinjauan pustaka tersebut, penulis tidak

menemukan adanya pembahasan relevansi pemikiran Quraish tentang

poligami terhadap hukum keluarga Islam di Indonesia, khususnya relevansi

dengan Kopilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan. Di samping itu juga, penulis tidak menemukan pembahasan

bagaimana posisi pemikiran Quraish Shihab jika melihat begitu banyaknya

pro kontra tentang poligami, terutama yang datang dari kaum feminsime

Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa kajian penulis dengan judul Poligami

Menurut Quraish Shihab dan Relevansinya terhadap Hukum Keluarga Islam

di Indonesia ( KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 ) layak untuk diteliti karena

memang belum ditemukan tema kajian yang serupa yang telah dikaji oleh para

peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian di atas hanya menjelaskan apa

adanya tentang konsep poligami menurut Quraish Shihab, sedangkan mereka

tidak mengaitkan konsep tersebut dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan

UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Page 33: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

11

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Poligami

Istilah poligami berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan penggalan

kata poly atau polus yang artinya banyak, dan kata gamien yang artinya kawin

atau perkawinan. Ketika kedua kata ini digabungkan berarti suatu perkawinan

yang banyak.27 Pengertian poligami menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah system perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini

beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.28 Para ahli

membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang mempunyai lebih dari

seorang istri dengan istilah poligini yang berasal dari kata polus berarti

banyak dan gune yang berarti perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang

mempunyai lebih dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata

polus yang berarti banyak dan Andros yang berarti laki-laki.29

Dalam kamus Ilmiah Populer,30 Poligami diartikan sebagai perkawinan

antara seorang dengan dua orang atau lebih. (namun cenderung diartikan :

perkawinan seorang suami dengan dua istri atau lebih). Itu artinya bahwa

seorang laki-laki yang memiliki lebih dari satu orang istri maka hal itu

disebut bahwa laki-laki tersebut sedang melakukan poligami. Tidak dikatakan

poligami jika istri pertama meninggal dunia kemudian menikah lagi, karena

jumlah istrinya hanya satu orang karena istri pertama tidak dihitung lagi

sebagai istri.

Dalam Islam, pengertian poligami disebut Ta’adduz Zaujah. Dari

beberapa definisi diatas, pada intinya poligami adalah sistem perkawinan

seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu dalam waktu yang

bersamaan, atau seorang perempuan mempunyai suami lebih dari seorang

27 Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, ( Yogyakarta : Academia, 1996 ), 84. 28 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Depdiknas, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2006 ), 904. 29 H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2010 ), 352. 30 Hendro Darmawan, dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan Istilah Serta Akronim Bahasa Indonesia, ( Yogyakarta : Bintang Cemerlang, 2010 ), 576.

Page 34: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

12

dalam waktu yang bersamaan pula yang sering disebut dengan istilah

poliandri. Dalam bahasa Arab poligami disebut ta’addud az-zaujat yang

berarti perbuatan seorang laki-laki mengumpulkan dalam tanggungannya dua

sampai empat orang isteri, tidak boleh lebih darinya.31

B. Sejarah Poligami

a. Poligami Pra Islam

Poligami sudah berlaku sejak jauh sebelum datangnya Islam.

Orang-orang Eropa (Rusia, Yugoslavia, Cekoslovakia, Jerman, Belgia,

Belanda, Denmark, Swedia dan Inggris) semuanya adalah bangsa-bangsa

yang berpoligami. Demikian juga bangsa-bangsa Timur seperti Ibrani dan

Arab, mereka juga berpoligami. Karena itu tidak benar apabila ada

tuduhan bahwa Islamlah yang melahirkan aturan tentang poligami, sebab

nyatanya yang berlaku sekarang ini juga hidup dan berkembang di negeri-

negeri yang tidak menganut Islam, seperti Afrika, India, Cina dan

Jepang.32

Dalam masyarakat Arab juga sebelum datangnya Islam, praktik

poligami menjadi budaya yang sudah kental dalam keseharian. Ada

beberapa jenis perkawinan yang dipraktekan di kalangan masyarakat Arab,

sebagian diakui keabsahannya oleh hukum Islam dan sebagian lain

dihapuskan karena tidak bersesuaian dengan jiwa hukum. Salah satu jenis

perkawinan yang diakui keabsahannya dalam Islam adalah poligami.

Poligami sudah melembaga di masyarakat Arab pra Islam, namun

poligami yang dipraktekkan oleh masyarakat Arab waktu itu tidak ada

aturan dan batas-batasnya. Seorang laki-laki boleh menikahi perempuan

sebanyak-banyaknya tanpa batas maksimal.33

Jauh sebelum Islam, poligami telah dipraktikkan bangsa-bangsa di

seluruh belahan bumi. Poligami dipraktikkan bangsa Yunani, Cina, India,

31 Arij Abdurrahman As-Sanan, Memahami Keadilan Dalam Poligami, ( Jakarta : Global Media Cipta, 2003), 25. 32 H.S.A. Alhamdani, Risalah Nikah : Hukum Perkawinan Islam, ( Jakarta : Pustaka Amani, 1980 ), 80 33 Saiful Anam, Hukum Pra-Islam di Arab, diakses dari situs ( http://saeful-anam.blogspot.co.id/2011/03/ hukum-pra-islam-di-arab.html ), tanggal 20 Juni 2016.

Page 35: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

13

Babilonia, Assyiria, Mesir, dan tempat lain. Bahkan umat Yahudi dan

Kristen pada sejarah awal memperkenankan dan mempraktikkan poligami.

Nabi-nabi yang disebutkan dalam kitab Taurat semuanya berpoligami.

Nabi Sulaiman as. sendiri diriwayatkan dalam kitab mereka beristeri 700

orang dari perempuan merdeka dan 300 orang perempuan budak.34

Dari beberapa kisah poligami para sahabat sebelum al-Qur‟an

diturunkan dapat dibuktikan bahwa poligami datang dan berkembang jauh

sebelum kedatangan Islam. Seperti dikisahkan tentang Ghilan bin Salamah

ats-Tsaqafi ra.:

"Dari Ibn Umar r.a. berkata: Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi masuk Islam dan memiliki sepuluh orang isteri pada masa Jahiliyah (sebelum masuk Islam), bersamanya mereka juga masuk Islam, lalu Nabi menyuruhnya untuk memilih empat orang saja dari mereka".35 Praktik mengawini banyak perempuan sudah biasa dilakukan

masyarakat Arab sebelum Islam. Setelah Islam datang praktik ini juga

masih merupakan suatu kebanggaan yang biasa dilakukan termasuk oleh

para sahabat dan tabi‟in. Al-Qur`an hanya memberikan batasan-batasan

tertentu sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. al-Nisa‟ ayat 3

disebutkan :

ا ف ا ا خ ا ط ي قس اف ي ا ء ى ف ح س ث ا ع ف ث ى

ف ا خ ا ع ا ك ا ئ ا ا ا ي اح ا ف ا ع ا

Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atauempat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,maka (kawinlah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”36

34 Faqihuddin Abdul Kodir, Memilih Monogami, ( Yogyakarta : LKiS Pustaka Pesantren, 2005 ), 64. 35 Muhammad Nashirudin al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi Jilid II, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2010 ), .. 36 Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, ( Jakarta : Depag ( al Waah ), 1987 ), 115.

Page 36: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

14

b. Poligami pada Masa Rasulullah SAW

Berbicara masalah poligami, kita tidak bisa lepas dari apa yang

dilakukan oleh Rasulullah SAW. Beliau berpoligami untuk memberikan

contoh aplikasi ayat-ayat yang bercerita tentang beristri lebih dari satu.

Untuk bisa memahami makna yang terkandung dibalik praktek poligami

Rasulullah ini, kita harus melihat persoalannya secara utuh dan holistik.

Yang pertama, kita harus paham bahwa Rasulullah diutus oleh Allah untuk

menebarkan kasih sayang kepada seluruh alam ( QS. Al -Anbiya (21):107).

Kedua, Rasulullah diutus untuk memberi contoh akhlak yang mulia ( QS.

Al -Ahzab (33):21). Ketiga, Rasulullah diutus untuk melindungi dan

mengangkat martabat kaum wanita, anak-anak yatim, para budak, dan

kaum tertindas lainnya ( QS. Al-Nisa‟ (4): 127). Ke empat, Rasulullah

menyuruh ummatnya untuk berumah tangga. Ke lima, berbagai ayat dalam

al-Qur‟an yang diwahyukan kepada Rasulullah perlu dicontohkan secara

nyata, agar jelas maknanya. Kita melihat alasan – alasan dibalik praktek

poligami itu sebenarnya adalah manifestasi aturan Allah di dalam al-

Qur‟an.37

Poligami pada masa Rasulullah SAW dijadikan sebagai cerminan

poligami dalam Islam. Pada dasarnya alasan Nabi Muhammad berpoligami

bersifat mulia, yakni untuk menolong janda-janda dan anak yatim untuk

“berjuang di jalan Allah” dan beliau mengamalkan monogami lebih lama

daripada poligami. Rasulullah, para sahabat, para khalifah, dan para ulama

di setiap masanya selalu berusaha berlaku adil pada setiap istri mereka.

Rasulullah dan para ulama salaf tidak akan pernah mendatangi seorang

istri pada hari yang tidak ditentukannya kecuali bila telah mendapatkan

izin dari istri yang memilki hari tersebut. Bahkan Rasulullah pun tetap

berkeliling ke rumah istri-istrinya walau ia dalam keadaan sakit agar dapat

37 Agus Mustofa, Poligami yukk !?, ( Surabaya : Padma Press, 2007 ), 225.

Page 37: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

15

berlaku adil pada semua istrinya. Beliau tidak rela untuk berdiam dan

beristirahat pada salah satu rumah istrinya saja.38

Dari catatan sejarah, setelah Siti Khadijah Wafat, Nabi Muhammad

SAW menikahi 11 wanita, tiga diantaranya adalah wanita budak atau

tawanan perang (Siti Juwariyah, Siti Shafiyah, dan Maria Al-Qibtiyah),

delapan lainnya adalah wanita merdeka yaitu (Siti Saudah, Siti Aisyah, Siti

Hafsah, Siti Zainab Ummul Masakin, Ummi Salamah, Siti Zainab Putri

Umaimah, Ummi Habibah dan Siti Maimunah). Dari delapan wanita

merdeka itu, hanya seorang wanita yang berstatus gadis. Itulah Siti

Aisyah, sedangkan yang lainnya berstatus janda. Sebenarnya, Nabi

Muhammad SAW itu “penganut monogami”. Buktinya, ketika poligami

(beristri lebih dari satu) begitu mentradisi dan menjadi kebanggaan di

kalangan masyarakat arab pada waktu itu, Nabi Muhammad SAW hanya

punya istri satu saja. Dialah “Siti Khadijah”, wanita yang telah

memberikan enam anak (dua laki dan empat wanita) selama 25 tahun

membina rumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW.39

C. Hukum Poligami Menurut al-Qur‟an dan al-Hadits

Menilik al-Qur`an dan as-Sunnah dalam menyebutkan tentang

hukum poligami, maka didapatkan bahwa berpoligami itu hukumnya

sunnah bagi yang mampu. Dalam firman-Nya, Allah telah menyatakan:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (Al-Nisa`(4):3).

Dalam ayat ini Allah berbicara kepada para wali (pengasuh) anak-

anak yatim, bila anak yatim berada dalam pengasuhan dan tanggung

38 Ali Ahmad Al-Jarjawi, Hikmah dan Falsafah Syari’at Islam, ( Jakarta : Gema Insani, 2006), 322-323. 39 Firmansyah, Rahasia Agung di balik Poligami Nabi Muhammad, diakses dari situs ( https://firmansyahbetawi.wordpress.com/2013/01/31/rahasia-agung-di-balik-poligami-nabi-muhammad-saw/ ), tanggal 20 Juni 2016.

Page 38: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

16

jawab salah seorang kalian, dan ia khawatir tidak dapat memberinya

mahar yang cukup, maka hendaknya beralih kepada wanita yang lainnya,

karena wanita itu banyak. Allah tidak membuatnya sempit, karena

menghalalkan untuknya sampai empat wanita. Apabila khawatir berbuat

zhalim bila menikahi lebih dari satu wanita, maka wajib baginya untuk

mencukupkan satu saja, atau mengambil budak-budak wanitanya.40

Dalam hadits Shahih Bukhari disebutkan bahwa Nabi memiliki 9 (

Sembilan ) istri, bunyi haditsnya sebagai berikut ;

اح ي اي ا ئ ف ي ا ف ع ى س ا ا ك ي ط س ى ه ع ي ا ي ص ا ا سع ا س

Artinya : “Sungguh Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam pernah mengelilingi (menggilir) isteri-isterinya dalam satu malam, dan ketika itu beliau memiliki sembilan isteri”41

Dalam hadits selanjutnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam

kitab Shahihnya dikatakan bahwa Ibnu „Abbas berkata kepada Sa‟id bin

Jubair ;

ا ! ف ا :ف ,ق , ؟ ق ج ا ء ا ا ك س ي ا خ

Artinya : “Apakah kamu telah menikah?” Sa‟id menjawab,”Belum,” lalu beliau berkata,”Menikahlah! Karena orang terbaik ummat ini paling banyak isterinya.”42

Dalam kalimat “orang terbaik ummat”, terdapat dua pengertian. :

Pertama : Yang dimaksudkan ialah Rasulullah Shallallahu „alaihi

wa sallam. Sehingga memiliki pengertian, bahwa Rasulullah SAW orang

terbaik dari ummat ini adalah orang yang paling banyak isterinya. Kedua :

Yang dimaksud dengan “yang terbaik dari ummat ini” dalam pernikahan,

yaitu yang paling banyak isterinya. Syaikh Mushthafa al „Adawi

berkata,”Semuanya mempunyai dasar dan menunjukkan pengertian yang

40 Kholid Syamsudi, Keindahan Poligami dalam Islam, diakses dari situs ( https://almanhaj.or.id/2551-keindahan-poligami-dalam-islam.html ), tanggal 20 Juni 2016. 41 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, ( Jakarta : Pustaka Sunnah, 2010 ), 4078. 42 Ibid., 5069.

Page 39: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

17

sama, yang menjadi dasar pendapat ulama yang menyatakan sunnahnya

berpoligami”.43

Landasan lain yang menunjukkan poligami merupakan sunnah,

juga didapatkan dengan merujuk kepada hadits-hadits yang menganjurkan

agar kaum Muslimin memiliki banyak anak. Di antara hadits-hadits

tersebut ialah:

“Dari Ma‟qil bin Yasar, beliau berkata: Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam dan berkata: “Aku mendapatkan seorang wanita yang memiliki martabat dan cantik, namun ia mandul. Apakah aku boleh menikahinya?” Beliau Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab: “Jangan!” Lalu ia mendatangi beliau kedua kalinya, dan beliau melarangnya. Kemudian datang ketiga kalinya, dan beliau berkata: “Nikahilah wanita yang baik dan subur, karena aku berbangga-bangga dengan banyaknya kalian terhadap ummat-ummat lainnya”.44

Syaikh bin Baz juga menyatakan, hukum asal perkawinan itu

adalah poligami (menikah lebih dari satu isteri) bagi laki-laki yang mampu

dan tidak ada rasa kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zhalim,

karena (dengan poligami) mengandung banyak maslahat dalam

memelihara kesucian kehormatan, kesucian kehormatan wanita-wanita

yang dinikahi itu sendiri, berbuat ihsan kepada mereka dan memperbanyak

keturunan, yang dengannya ummat Islam akan menjadi banyak, dan makin

banyak pula orang yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta‟ala semata.

Begitu juga Syaikh Muhammad al Amin asy-Syinqithi berkata: “al-Qur`an

menghalalkan poligami untuk kemaslahatan wanita agar mendapatkan

suami, dan kemaslahatan lelaki agar tidak terbuang kemanfaatannya,

ketika seorang wanita dalam keadaan udzur, serta (untuk) kemaslahatan

ummat agar menjadi banyak jumlahnya, lalu dapat menghadapi musuh-

musuhnya demi menegakkan kalimatullah agar tetap tinggi.45

43 Kholid Syamsudi, Keindahan Poligami dalam Islam, diakses dari situs ( https://almanhaj.or.id/2551-keindahan-poligami-dalam-islam.html ), tanggal 20 Juni 2016. 44 Nashirudin al-Albani. Shahih Sunan Abu Daud, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 1995 ), 2050. 45 Kholid Syamsudi, Keindahan Poligami dalam Islam, diakses dari situs ( https://almanhaj.or.id/2551-keindahan-poligami-dalam-islam.html ), tanggal 20 Juni 2016.

Page 40: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

18

D. Nikah Siri Dalam Islam

Banyak masyarakat yang mempraktekan kawin siri atau nikah

bawah tangan. Baik menikah pertama kali maupun yang melakukan

praktek poligami dengan cara kawin siri pada perkawinan kedua, ketiga

atau keempatnya. Hal umum yang biasa terjadi di Indonesia adalah praktek

kawin sirri pada perkawinan kedua, ketiga dan keempat. Oleh karena itu

penulis perlu menjelaskan teori dasar kawin sirri sebagai berikut.

Nikah siri dalam mempunyai tiga pengertian : Pengertian pertama

: Nikah siri adalah pernikahan yang dilakukan secara sembunyi–sembunyi

tanpa wali dan saksi. Inilah pengertian yang pernah diungkap oleh Imam

Syafi‟i di dalam kitab Al Umm.

“Dari Malik dari Abi Zubair berkata bahwa suatu hari Umar dilapori tentang pernikahan yang tidak disaksikan kecuali seorang laki-laki dan seorang perempuan, maka beliau berkata:“Ini adalah nikah sirri, dan saya tidak membolehkannya, kalau saya mengetahuinya, niscaya akan saya rajam (pelakunya)“.46

Sehingga pernikahan siri dalam bentuk yang pertama ini hukumnya tidak

sah.

Pengertian kedua : Nikah siri adalah pernikahan yang dihadiri oleh

wali dan dua orang saksi, tetapi saksi-saksi tersebut tidak boleh

mengumumkannya kepada khayalak ramai. Ada dua pendapat tentang

hukum nikah siri seperti ini. Pendapat pertama : menyatakan bahwa nikah

seperti ini hukumnya sah tapi makruh. Ini pendapat mayoritas ulama,

diantaranya adalah Umar bin Khattab, Urwah, Sya‟bi, Nafi‟, Imam Abu

Hanifah, Imam Syafi‟I, Imam Ahmad ( Ibnu Qudamah, al Mughni, Beirut,

Daar al Kitab al Arabi, : 7/ 434-435 ) . Dalilnya adalah hadist Aisyah ra ;

“Tidak sah suatu pernikahan kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil “47

46 Muhammad Bin Idris As-Syafi‟I, al-umm jilid II, terj. Dr. Rif’at Fauzi, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2011 ), .. 47 Al-Baihaqi, al-Jami’ Asy-Syu’ab, Terj. Abdul Qodir Arnauth, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2010 ), ..

Page 41: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

19

Pendapat Kedua: Nikah seperti ini hukumnya tidak sah. Pendapat

ini dipegang oleh Malikiyah dan sebagian dari ulama madzhab Hanabilah (

Ibnu Qudamah, al Mughni : 7/ 435, Syekh al Utsaimin, asy-Syarh al-

Mumti‟ ‟ala Zaad al Mustamti‟, Dar Ibnu al Jauzi , 1428, cet. Pertama : 12/

95 ). Mereka berdalil dengan apa yang diriwayatkan oleh Muhammad bin

Hatib al Jumahi, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

“Pembeda antara yang halal ( pernikahan ) dan yang haram ( perzinaan ) adalah gendang rebana dan suara “48.

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

“Umumkanlah nikah, adakanlah di masjid, dan pukullah rebana untuk mengumumkannya."49 Pengertian ketiga : Nikah Siri adalah pernikahan yang dilakukan

dengan adanya wali dan dua orang saksi yang adil serta adanya ijab qabul,

hanya saja pernikahan ini tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan

Negara, dalam hal ini adalah KUA . Menurut kaca mata Syariat, Nikah siri

dalam katagori ini, hukumnya sah dan tidak bertentangan dengan ajaran

Islam, karena syarat-syarat dan rukun pernikahan sudah terpenuhi.50

48 Al-Hakim, al- Mustadrak, terj. Ali Murtado, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2010 ) 49 Muhammad Nashirudin al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi Jilid II, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2010 ), .. 50 Ahmada Zain, Hukum Nikah Siri Dalam Islam, Diakses dari situs ( http://www.ahmadzain.com/read/karya -tulis/227/hukum-nikah-siri-dalam-islam/ ), tanggal 25 Juni 2016.

Page 42: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research),

yang akan meneliti pemikiran tokoh, dalam hal ini Quraish Shihab. Penulis

telah melakukan study literature dari karya-karya Beliau tentang tema yang

dibicarakan yaitu poligami. Salah satu jenis penelitian bila dilihat dari tempat

pengambilan data adalah penelitian kepustakaan (library research). Disebut

penelitian kepustakaan karena data-data atau bahan-bahan yang diperlukan

dalam menyelesaikan penelitian tersebut berasal dari perpustakaan baik

berupa buku, ensklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain

sebagainya.51 Sehingga dalam penelitian ini, penulis telah mengumpulkan

dokumen kepustakaan yang berkaitan dengan topik permasalahan yang

diangkat untuk dikaji dan diteliti, seperti kitab tafsir al-Misbah, UU No.1

Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, dan buku-buku Wacana Kaum

Feminisme Indonesia tentang poligami. Kemudian ditambah lagi dengan

karya-karya Quraish Shihab yang lain yang berkaitan seperti Buku yang

berjudul Wawasan al-Qur‟an, Perempuan, Membumikan al-Qur‟an, dan lain

sebagainya.

B. Sifat Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

memiliki karakter data yang dinyatakan dalam keadaan apa sewajarnya

(natural setting). Dalam penelitian ini akan dikumpulkan data berdasarkan

hasil dokumentasi yang telah dilakukan dan dinyatakan atau dipaparkan

sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau dimanipulasi.52

Berdasarkan orientasi kajian di atas maka penelitian ini bersifat

deskriptif-analitik. Metode deskriptif digunakan untuk membuat deskripsi,

51 Nursapia Harahap, Penelitian Kepustakaan, Diakses dari situs ( http://oaji.net/articles/2015/1937-1430102006.pdf ), tanggal 30 Juni 2016. 52 Kaelan M. S, Metode Penelitian Tentang Filsafat, ( Yogyakarta : Paradigma, 2005 ), 18.

Page 43: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

21

gambaran secara sistematis dan objektif mengenai pendapat atau

pemikiran seseorang dalam hal poligami. Penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi, hanya

menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau

keadaan.53

Maka pada penilitian ini penulis telah berupaya mendeskripsikan,

menjelaskan atau memaparkan konsep poligami yang dianut oleh Quraish

Shihab, dibahas apa adanya dan kemudian akan dianalisis posisi dan

keterkaitan pemikiran Quraish Shihab dengan UU Perkawinan dan KHI

serta Kaum Feminisme Indonesia berdasarkan teori-teori yang disebutkan

dalam landasan teori, sehingga ditemukan pemecahan masalah dalam

rumusan masalah yang dicari.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat

dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami

agama. Sedangkan metode dipahami lebih sempit dari pendekatan. Metode

memiliki arti cara atau jalan yang dipilih dalam upaya memahami sesuatu.

Dalam hal ini, memahami ajaran agama yang bersumber dari al-Quran dan

Hadits.54 Berbagai pendekatan dalam penelitian Hukum Islam terdiri dari

pendekatan teologis normatif, antropologis, sosiologis, psikologis,

kebudayaan, dan pendekatan filosofis. Adapun maksud pendekatan disini

adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam memahami

agama.55 Karena penulis akan meneliti tentang pemikiran tokoh terkait

dengan hukum agama yaitu poligami, maka penulis menggunakan

pendekatan teologis-normatif dan pendekatan filosofis.

Pendekatan teologis-normatif adalah upaya memahami agama

dengan menggunakan kerangka ilmu Ketuhanan yang menganggap bahwa

53Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), 310. 54 Prof. Supiana, Metodologi Studi Islam, cet. II, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, 2012 ), 77. 55 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2012), 27-28.

Page 44: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

22

agama merupakan yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.56

Asumsi dasar dari pendekatan normatif yang digunakan adalah, bahwa

penelitian ini mengkaji dan menelaah pokok kajian yang ada dari sisi-sisi

legal formal atau normatifitasnya. Maksud legal formal adalah

hubungannya dengan halal-haram, boleh atau tidak, dan sejenisnya.

Sedangkan normatif-nya adalah seluruh ajaran yang terkandung dalam

nash. Sedangkan pendekatan filosofis ( filsafat ) yaitu berpikir secara

mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari

kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.57

Sehingga akan ditemukan bagaimana pemikiran Quraish Shihab tentang

poligami jika menggunakan pendekatan teologis-normatif dan filosofis.

Dengan pendekatan teologis-normatif, maka penulis bisa menilai

pemikiran Quraish Shihab tentang poligami tersebut dengan melihat lebih

dalam untuk menemukan point-point penting dari pemikiran tersebut.

Dengan pendekatan tersebut diharapkan mampu menemukan secara

objektif kesimpulan dari pemikiran Quraish Shihab, relevansinya terhadap

KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 serta posisi pemikiran Quraish Shihab

dalam wacana kaum feminisme Indonesia.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat

diperoleh.58 Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data

primer dan data sekunder. Pengertian data primer atau definisi data primer

adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer ini disebut juga

dengan data tangan pertama. Pengertian data sekunder atau definisi data

sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

56 Ibid., 28. 57 Ibid., 42. 58 Achmad Suhaidi, Penertian Sumber Data, Jenis-Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data, diakses dari situs ( https://achmadsuhaidi.wordpress.com/2014/02/26/pengertian-sumber-data-jenis-jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/), tanggal 10 Juli 2016.

Page 45: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

23

diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder ini disebut

juga dengan data tangan kedua. Data Sekunder biasanya berwujud data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.59

Dalam membahas pemikiran Quraish Shihab tentang poligami,

sumber data primernya adalah Kitab “ Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan,

dan Keserasian al-Qur‟an” karya Quraish Shihab, juga buku yang berjudul

“ Membumikan al-Qur‟an : fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat “karya Quraish Shihab, kemudian buku lain yang membahas

poligami juga yaitu yang berjudul “ Perempuan : Dari Cinta sampai Seks,

dari Nikah Mut‟ah sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lama sampai Bias

Baru “ karya Quraish Shihab, dan buku lainnya yang membahas tentang

poligami karya Quraish Shihab. Penulis juga akan mencari tulisan-tulisan

lain membahas pemikiran Quraish Shihab tentang poligami. Adapun

sumber untuk membahas aturan poligami di Negara Indonesia adalah

Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) dan UU No. 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan pada pasal-pasal tentang poligami. Sedangkan sumber data

yang membahas wacana Kaum Feminisme tentang poligami adalah buku

karya Musdah Mulia yang berjudul, 1. Muslimah Sejati, 2. Islam

Menggugat Poligami. Kemudian buku yang berjudul Kartini karya Hadi

Prayitno. Kemudian Buku yang berjudul Feminisme dan Pemberdayaan

Perempuan dalam Timbangan Islam karya Siti Muslihat. Sedangkan

sumber data sekunder adalah buku-buku atau karya ilmiah karya orang lain

yang membahas pemikiran Quraish Shihab.

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Secara garis besar, teknik yang dapat digunakan untuk

pengumpulan data dalam studi kasus adalah wawancara, observasi, dan

studi dokumentasi.60 Pengumpulan data untuk penelitan yang penulis

59 Prakoso, Data Primer dan Data Sekunder, diakses dari situs ( http://prasko17. blogspot.co.id/2012/07/data-primer-dan-data-sekunder.html ), tanggal 10 Juli 2016. 60 Nurhibatullah, Pengumpulan Data dan Analisis Data, diakses dari situs ( http://nurhibatullah.blogspot. co.id/2015/12/pengumpulan-data-dan-analisis-data.html ), tanggal 10 Juli 2016.

Page 46: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

24

lakukan adalah dengan cara dokumentasi. Mengingat jenis penelitian ini

adalah library research, maka teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengumpulan data literer yaitu dengan

mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang berkesinambungan ( koheren )

dengan objek pembahasan yang diteliti.61 Dokumentasi adalah salah satu

metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis

dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain

tentang subjek.62 Dalam hal ini, dokumen yang dikumpulkan oleh penulis

adalah karya-karya Quraish Shihab, Kaum Feminisme dan UU Perkawinan

dan KHI tentang poligami dan karya-karya orang lain yang membahas

tentang pokok bahasan penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi ( content analysis ).

Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat kesimpulan-

kesimpulan ( inferensi ) yang dapat ditiru ( replicable ) dan dengan data

yang valid, dengan memperhatikan konteksnya.63 Metode ini dimaksudkan

untuk menganalisis seluruh pembahasan mengenai pemikiran Quraish

Shihab, Quraish Shihab dengan wacana Kaum Feminisme, Quraish Shihab

dengan KHI dan UU Perkawinan tentang poligami.

G. Sistematika Pembahasan

Agar dapat memperoleh gambaran yang utuh dan jelas mengenai

isi karya tulis ini, dan untuk menghasilkan penelitian yang komprehensif,

maka dalam penyusunan tesis ini, penulis menyusunnya dengan

sistematika pembahasan sebagai berikut ;

Bagian Awal yang terdiri dari cover tesis, Surat pernyataan

keaslian tesis dari penulis, halaman pengesahan oleh Direktur Pascasarjana

61 Fitri Zakiah Hafizah, Contoh Proposal Library Research, diakses dari situs ( https://hidrosita.wordpress. com/2013/02/17/contoh-proposal-library-research/ ), tanggal 11 Juli 2016. 62 Nurhibatullah, Pengumpulan Data dan Analisis Data, diakses dari situs ( http://nurhibatullah.blogspot. co.id/2015/12/pengumpulan-data-dan-analisis-data.html ), tanggal 10 Juli 2016. 63 Ibid.,

Page 47: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

25

IAIN Mataram, Halaman persetujuan tim/pembimbing tesis, halaman

motto, halaman persembahan, halaman nota dinas pembimbing I dan II

tesis, halaman abstrak yang terdiri dari abkstrak bahasa Indonesia, bahasa

Arab dan bahasa Inggris, halaman pedoman transliterasi, halaman kata

pengantar, halaman daftar isi, dan halaman daftar singkatan.

Kemudian bagian isi yang terdiri dari Bab I sampai dengan Bab VI

yang isinya sebagai berikut : Bab Pertama merupakan pendahuluan yang

terdiri dari latar belakang diangkatnya masalah dalam penelitian ini,

perumusan masalah, pokok masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua

adalah kajian teoritik yaitu pembahasan landasan teori yang akan menjadi

teori dasar dalam membandingkan dengan pemikiran Quraish Shihab.

Kemudian bab ketiga adalah Metode Penelitian, yang terdiri dari jenis

penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, tekhnik

Pengumpulan dan analisis data, dan sistematika pembahasan. Bab keempat

adalah tentang paparan data penelitian yang diperoleh. Mulai dari Biografi

dan karya-karya Quraish Shihab, Pemikiran Quraish Shihab tentang

poligami, poligami dalam KHI dan UU No 1 Tahun 1974 serta wacana

kaum Feminisme Indonesia. Bab kelima adalah bab pembahasan yang

terdiri dari pembahasan konsep poligami menurut Quraish Shihab,

relevansi pemikiran Quraish Shihab terhadap KHI dan UU No. 1 Tahun

1974, dan wacana kaum Feminisme Indonesia tentang poligami. Dan bab

keenam merupakan bab terakhir yang merupakan penutup dari

pembahasan penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.

Kemudian Bagian akhir tesis yang terdiri dari lampiran curriculum

Vitae penulis, surat permohonan bimbingan tesis dan daftar pustaka

Page 48: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

26

BAB IV PAPARAN DATA

A. Biografi dan Metode Tafsir Quraish Shihab

1. Latar Belakang Sosial

M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16

Februari 1944. Ia berasal dari keturunan Arab terpelajar. Ayahnya,

Abdurrahman Shihab ( 1905-1986 ), adalah seorang ulama tafsir dan guru

besar dalam bidang tafsir di IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Di samping

sebagai wiraswastawan, Abdurrahman Shihab sudah aktif mengajar dan

berdakwah sejak masih muda. Namun, di tengah kesibukannya itu, ia masih

selalu menyempatkan diri dan meluangkan waktu pagi dan petang untuk

membaca al-Qur‟an dan kitab tafsir.64 Quraish Shihab adalah sosok teduh

berperawakan tegap dan kharismatik, memiliki tinggi badan 172 cm, berat

badan seimbang, bicaranya khas, warna rambut hitam tersisir rapi, muka

lonjong, berkacamata, dan berkulit putih.65

Sebagai seseorang yang berpikiran maju, Abdurrahman Shihab

percaya bahwa pendidikan merupakan agen perubahan. Sikap dan

pandangannya itu dapat dilihat dari latarbelakang pendidikannya, yaitu

Jamiat Kheir, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-

murid yang belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan

pembaruan gerakan dan pemikiran Islam. Lembaga ini memiliki hubungan

erat dengan sumber-sumber pambaharuan di Timur Tengah, seperti

Hadramaut, Haramain, dan Mesir. Banyak guru yang berasal dari Sudan,

Afrika.66

Sejak masa kanak-kanak, Quraish Shihab kecil dan saudara-

saudaranya biasa dikumpulkan oleh sang ayah untuk diberi nasehat dan

petuah-petuah keagamaan. Belakangan Quraish Shihab mengetahui bahwa

petuah-petuah keagamaan dari orang tuanya itu ternyata merupakan

64 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an ( Jakarta : Mizan, 1994 ), 14. 65 Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-Misbah, ( Jakarta : Amzah, 2015), 83. 66

Ibid, 84.

Page 49: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

27

kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad saw.

Sedemikian berkesannya nasihat dan petuah orang tuanya itu di hati Quraish

Shihab sampai ia dewasa. Ia mengaku bahwa “ hingga detik ini petuah-

petuah itu masih terngiang-ngiang di telinganya “.67

Di antara nasihat-nasihat itu, seperti ia tulis dalam kata pengantar

bukunya Membumikan al-Qur’an, sebagai berikut ;

“Aku akan palingkan ( tidak memberi ayat-ayat-Ku kepada mereka yang bersikap angkuh di permukaan bumi … “ ( QS. Al-A‟raf [7]: 146).

“Al-Qur‟an adalah jamuan Tuhan, “ bunyi sebuah hadits. “ Rugilah yang

tidak menghadiri jamuan-Nya, dan lebih rugi lagi yang hadir tetapi tidak

menyantapnya. “

“Biarkanlah al-Qur‟an berbicara” kata Ali bin Abi Thalib.

“Bacalah al-Qur‟an seakan-akan ia diturunkan kepadamu,” kata Muhammad

Iqbal.

“Rasakanlah keagungan al-Qur‟an, sebelum kau menyentuhnya dengan

nalarmu,”kata Syeikh Muhammad Abduh.

“Untuk mengantarmu mengetahui rahasia-rahasia al-Qur‟an, tidaklah cukup

kau membacanya sempat kali sehari,” seru al-Mawardi.68

Pada saat-saat berkumpul dengan keluarga semacam itu, sang ayah

juga menjelaskan tentang kisah-kisah dalam al-Qur‟an. Tampaknya suasana

keluarga yang serba bernuansa qur‟ani itulah yang memotivasi dan

menumbuhkan minat Quraish Shihab untuk mendalami al-Qur‟an . Sampai-

sampai ketika masuk belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir, ia rela

mengulang setahun agar dapat melanjutkan studinya di jurusan tafsir,

padahal jurusan-jurusan yang lain telah membuka pintu lebar-lebar untuk

dirinya.69

67 Ibid., 68 Ibid., 69 Ibid.,

Page 50: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

28

2. Latar Belakang Intelektual

Pendidikan Quraish Shihab dimulai dari kampung halamannya sendiri.

Ia menempuh pendidikan dasar di kota kelahirannya sendiri, Ujung

Pandang. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan menengahnya di kota

Malang, sambil mengaji di pondok pesantren Darul Hadist al-Faqihiyah.

Setamat dari pendidikan menengah di Malang, ia berangkat ke Kairo,

Mesir, untuk melanjutkan studi dan diterima di kelas II Madrasah

Tsanawiyah Al-Azhar. Pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc pada Fakultas

Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadist Universitas Al-Azhar. Selanjutnya ia

melanjutkan studinya di Fakultas yang sama, memperoleh gelar MA pada

tahun 1969 dengan spesialisasi bidang tafsir al-Qur‟an dengan tesis

berjudul al-I’jaz al-Tasyri”iy li al-Qur’an al-Karim.70

Sekembalinya ke Ujung Pandang, ia dipercaya menjabat Wakil Rektor

Bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung

Pandang. Di samping itu, ia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di

dalam kampus maupun di luar kampus. Di dalam kampus, ia diserahi

jabatan sebagai coordinator Perguruan Tinggi Swasta ( Wilayah VII

Indonesia bagian Timur). Di luar kampus, ia diberi tugas sebagai Pembantu

Pimpinan kepolisian Indonesia Timur Bidang Pembinaan Mental. Selama

di Ujung Pandang ini, ia juga melakukan berbagai penelitian, antara lain

penelitian tentang “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia

Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf di Sulawesi Selatan”(1978).71

Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan

pendidikan di almamaternya yang lama, yakni Universitas Al-Azhar, Kairo.

Hanya dalam jangka waktu dua tahun, ia menyelesaikan program doktoral

dan memperoleh gelar doctor pada tahun 1982. Disertasinya berjudul Nazm

al-Durar li al-Biqa’iy, Tahqiq wa Dirasah. Disertasi ini telah

mengantarkannya meraih gelar doctor dengan yudisium Summa Cum

70 Ibid., 71 Ibid.,

Page 51: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

29

Laude dengan penghargaan tingkat I ( Mumtaz ma’a martabat as-syaraf al-

ula). Spesialisasi keilmuannya adalah dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur‟an.

Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, Quraish Shihab ditugaskan di

Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta. Selain itu, di luar kampus, ia juga dipercaya menduduki berbagai

jabatan, antara lain ketua Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Pusat ( sejak

1984), anggota Lajnah Pentashih al-Qur‟an Departemen Agama ( sejak

1989 ), anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional ( sejaka 1989).72

Quraish Shihab juga pernah menjadi Rektor IAIN Jakarta selama dua

periode ( 1992-1996 dan 1997-1998 ). Setelah itu ia dipercaya menduduki

jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal

tahun 1998, sehingga kemudian ia diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa

dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Negara Repblik Arab

Mesir.73

Kecuali itu, ia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi

professional, antara lain pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari‟ah,

pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikkan dan

Kebudayaan, serta Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia ( ICMI ). Di sela-sela berbagai kesibukannya itu, ia juga aktif

terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun di luar negeri.

Berbagai pertemuan ilmiah dan seminar di dalam dan di luar negeri ia ikuti.

Hal yang penting juga perlu dicatat adalah bahwa Quraish Shihab juga

sangat aktif dalam kegiatan tulis menulis. Ia menulis di harian Pelita,

dalam rubrik “ Pelita Hati “, penulis tetap rubric “ Tafsir al-amanah” dalam

majalah Amanah, sebagai dewan redaksi dan penulis dalam majalah

Ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama. Dan lain-lain. Selain menulis di

media, ia juga aktif menulis buku. Tidak kurang 28 judul buku telah ia tulis

dan terbitkan yang sekarang beredar di tengah-tengah masyarakat

Indonesia.

72 Ibid. 73 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran ( Bandung : Mizan, 1996 ), 6.

Page 52: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

30

M. Quraish Shihab adalah ulama dan intelektual yang fasih dalam

berbicara dan lancar dalam menulis. Ia sangat produktif menghasilkan

karya-karya tulis ilmiah, disamping memberikan ceramah dan presentasi

dalam berbagai forum ilmiah. Kemampuan demikian, fasih berbicara dan

lancer menulis, tidak banyak ilmuwan yang memilikinya.

3. Latar Belakang Pemikiran Keagamaan

Sebagai putra dari seorang guru besar, M. Quraish Shihab

mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi

tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama.

Pada saat seperti itulah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang

kebanyakan berupa ayat-ayat al-Qur‟an. Quraish Shihab menjalani

pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur‟an sejak umur 6-7 tahun. Ia

harus mengikuti pengajian al-Qur‟an yang diadakan oleh ayahnya sendiri.

Selain menyuruh membaca al-Qur‟an, ayahnya juga menguraikan secara

sepintas kisah-kisah dalam al-Qur‟an. Disinilah benih-benih kecintaannya

kepada al-Qur‟an mulai tumbuh.74

Quraish Shihab banyak memperoleh basis intelektualnya dari

lingkungan keluarganya, dalam hal ini pengaruh kuat ayahnya.

Sebagaimana penuturannya, “ Ayah,kami, Almarhum Abdurrahman Shihab

( 1905-1986 ) adalah guru besar dalam bidang tafsir. Pengaruh akan

pentingnya ilmu dan pendidikan ternyata tidak hanya diperoleh dari

ayahnya, tetapi juga dating dari ibunya. Dalam penuturan Quraish Shihab

sendiri, ibunya, Asma Aburisah ( 1912-1984 ), senantiasa mendorong diri

dan saudara-saudaranya belajar dengan rajin dan tidak segan dan bosan-

bosannya mengingatkan mereka untuk mengamalkan ajaran agama; baik

ketika mereka masih kecil maupun sudah besar, atau sudah menjadi doctor

sekalipun. Selai n itu juga, kesuksesan dan semangatnya juga tidak terlepas

dari dukungan saudara kandungnya.75

74 Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-Misbah, ( Jakarta : Amzah, 2015), 85. 75 Ibid.,

Page 53: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

31

Melihat latar belakang pendidikan atau intelektualitasnya di atas,

secara keseluruhan Quraish Shihah telah melewati pengembangan

intelektualnya di bawah asuhan dan bimbingan Universitas al-Azhar, Kairo

Mesir. Dengan demikian hamper bisa dipastikan bahwa iklim dan tradisi

keilmuan dalam studi Islam di lingkungan Universitas tersebut, mempunyai

pengaruh besar terhadap kecendrungan intelektual dan corak pemikiran

keagamaannya. Menurut G.H. Jansen, al-Azhar merupakan lembaga Islam

yang paling ortodoks. Selain merupakan pusat gerakan pembaharuan Islam,

al-Azhar juga merupakan tempat yang tepat untuk studi al-Qur‟an. Sederet

tokoh popular yang berasal dari sana, antara lain dua mufassir kenamaan

yaitu Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.76

Pendidikan tinggi Quraish Shihab yang kebanyakan ditempuhnya di

al-Azhar ini, dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia; pada saat

dimana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat.

Mengenai hal itu, Howard M. Federspiel mengatakan, “ Ketika meneliti

biografinya, saya menemukan bahwa ia berasal dari Sulawesi Selatan,

terdidik di Pesantren dan menerima pendidikan tingginya di Mesir, di

Universitas al-Azhar, tempat ia menerima gelar M.A, dan Ph.D-nya. Ini

menjadikannya terdidik lebih baik dibandingkan dengan hamper semua

pengarang lainnya yang terdapat dalam popular Indonesian Literature of

The Qur‟an.77

4. Karya Intelektual

Karya-karya Quraish Shihab yang telah dipublikasikan adalah;

1. Tafsir al-Manar: Keistimewaan dan Kelemahannya ( Ujung Pandang:

IAIN Alauiddin, 1984).

2. Filsafat Hukum Islam ( Jakarta:Depag, 1987).

3. Mahkota Tuntunan Ilahi: Tafsir Surah al-Fatihah ( Jakarta:Untagma,

1988 ).

76 Ibid., 89. 77 Ibid.,

Page 54: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

32

4. Membumikan al-Qur‟an: fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat ( Bandung:Mizan, 1992).

5. Studi Kritik Tafsir al-Manar ( Bandung:Pustaka hidayah, 1994).78

6. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah kehidupan ( bandung: Mizan, 1984).

7. Untaian Permata Buat Anakku; Pesan al_Qur‟an Untuk Mempelai (

Jakarta: al-Bayan, 1995).

8. Wawasan al-Qur‟an : tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat (

Bandung: Mizan, 1996 ).

9. Hidangan Illahi Ayat-ayat Tahlil ( Jakarta : Lentera Hati, 1997).

10. Tafsir al-Qur‟an al-Karim: Tafsir Surah-surah Pendek Berdasar urutan

Turunnya Wahyu ( Bandung: Pustaka Hidayah,1997).

11. Mukjizat al-Qur‟an Ditinjau dari aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan

Pemberitaan Gaib ( Bandung:Mizan, 1997).

12. Sahur Bersama Quraish Shihab di RCTI ( Bandung: Mizan, 1997).

13. Menyingkap Tabir Illahi: Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur‟an (

Jakarta: Lentera, 1998).

14. Haji Bersama Quraish Shihab: Panduan Praktis Untuk Menuju Haji

Mabrur ( Bandung: Mizan, 1999).

15. Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdhah ( Bandung: Mizan, 1999).

16. Yang Tersembunyi: Jin, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur‟an dan as-

Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini (

Jakarta: Lentera Hati, 1999).

17. Fatwa-fatwa: Seputar al-Qur‟an dan Ahdits ( Bandung: Mizan, 2000).

18. Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab ( Jakarta: Republika, 2000).

19. Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an (

Jakarta: Lentera Hati, 2000).79

20. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an ( Jakarta:

lentera Hati, 2000).

78

Dr. H. Mahfudz Masduki, MA, Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), 13. 79

Ibid., 14.

Page 55: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

33

21. Perjalanan menuju Keabadian, Kematian, Surga, dan Ayat-ayat tahlil (

Jakarta: Lentera hati, 2001)

22. Panduan Sholat Bersama Quraish Shihab ( Jakarta: Republika, 2003).

23. Kumpulan Tanya Jawab Bersama Quraish Shihab: Mistik, Seks, dan

Ibadah ( Jakarta: Republika, 2004).

24. Logika Agama: kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal dalam Islam (

Jakarta: Lentera Hati, 2004).

25. Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Konemporer, Jilbab

pakaian Wanita Muslimah ( Jakarta: Lentera Hati, 2006).

26. Dia di mana-mana: “ Tangan” Tuhan di Balik Setiap fenomena ( Jakarta:

Lentera Hati, 2006).

27. Perempuan: dari Cinta sampai Seks, dari Nikah Mut‟ah sampai Nikah

Sunnah, dari Bias Lama sampai Bias Baru ( Jakarta: lentera Hati, 2006 ).

28. Menjemput Maut: Bekal Perjalanan menuju Allah SWT. ( Jakarta:

Lentera Hati, 2006).80

29. Kaidah Tafsir. ( Jakarta : Lentera Hati, 2003 )

30. Al -Qur‟an dan Maknanya., ( Jakarta : Lentera Hati, 2010 )

31. Berbisnis dengan Tuhan, ( Jakarta : Republika, 2000 )

32. Pengantin al-Qur‟an, ( Jakarta : Lentera Hati, 2010 )

33. Membumikan al-Qur‟an Jilid 2 ( Jakarta : Lentera Hati, 2011 )

34. Kematian adalah Nikmat, ( Jakarta : Lentera Hati, 2013 )

5. Metode Penafsiran

Dalam menulis tafsir, metode tulisan Quraish Shihab lebih bernuansa

kepada tafsir tahlili81 dan maudhu’i82. Dengan tafsir tahlili , Beliau

80 Ibid., 15. 81 Tafsir Tahlili merupakan metode tafsir al-Qur'an yang memaparkan segala aspek yang terkandung didalam yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya, sesui dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Selain itu, ada juga Ulama yang menyebutkan yang dimaksud dengan tafsir tahlili adalah tafsir yang mengkaji ayat-ayat al-Qur'an dari segala segi dan maknanya. Seorang yang mengkaji dengan metode ini harus menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, ayat demi ayat, dan surat demi surat dari awal hingga akhir, sesuai dengan urutan Mushaf utsmani. 82 Tafsir maudhu’i (tematik) ialah mengumpulkan ayat-ayat al-qur‟an yang mempunyai tujuan yang satu yang bersama-sama membahas judul/topik/sektor tertentu dan menertibkannya sedapat mungkin sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian

Page 56: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

34

menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dari segi ketelitian redaksi kemudian

menyusun kandungannya dengan redaksi indah yang lebih menonjolkan

petunjuk al-Qur‟an bagi kehidupan manusia serta menghubungkan

pengertian ayat-ayat al-Qur‟an dengan hukum-hukum alam yang terjadi

dalam masyarakat. Uraian yang ia paparkan sangat memperhatikan kosa

kata atau ungkapan al-Qur‟an dengan menyajikan pandangan-pandangan

para pakar bahasa, kemudian memperhatikan bagaimana ungkapan tersebut

digunakan al- Qur‟an, lalu memahami ayat dan dasar penggunaan kata

tersebut oleh al-Qur‟an.83

Penulisan kitab Tafsir al-Misbah adalah sebagai berikut:

Menjelaskan Nama Surat. Sebelum memulai pembahasan yang lebih

mendalam, Quraish mengawali penulisannya dengan menjelaskan nama

surat dan menggolongkan ayat-ayat pada Makkiyah dan Madaniyah.

a. Menjelaskan Isi Kandungan Ayat. Setelah menjelaskan nama surat,

kemudian ia mengulas secara global isi kandungan surat diiringi dengan

riwayat-riwayat dan pendapat-pendapat para mufassir terkait ayat

tersebut.

b. Mengemukakan Ayat-Ayat di Awal Pembahasan. Setiap memulai

pembahasan, Quraish Shihab mengemukakan satu, dua atau lebih ayat-

ayat al-Quran yang mengacu pada satu tujuan yang menyatu.

c. Menjelaskan Pengertian Ayat secara Global. Kemudian ia menyebutkan

ayat-ayat secara global, sehingga sebelum memasuki penafsiran yang

menjadi topik utama, pembaca terlebih dahulu mengetahui makna ayat-

ayat secara umum.

d. Menjelaskan Kosa Kata. Selanjutnya, Quraish Shihab menjelaskan

pengertian kata-kata secara bahasa pada kata-kata yang sulit dipahami

oeh pembaca.

memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum. 83 Quraish Shihab, Tafsir al-Quran al-Karim, ( Bandung : Pustaka Hidayah, 1999), VI.

Page 57: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

35

e. Menjelaskan Sebab-sebab Turunnya Ayat. Terhadap ayat yang

mempunyai asbab al-nuzul dari riwayat sahih yang menjadi pegangan

para ahli tafsir, maka Quraish Shihab Menjelaskan lebih dahulu.

f. Memandang Satu Surat Sebagai Satu Kesatuan Ayat-ayat yang Serasi.

Al -Qur‟an merupakan kumpulan ayat-ayat yang pada hakikatnya

adalah simbol atau tanda yang tampak. Tapi simbol tersebut tidak dapat

dipisahkan dari sesuatu yang lain yang tidak tersurat, tapi tersirat.

Hubungan keduanya terjalin begitu rupa, sehingga bila tanda dan simbol

itu dipahami oleh pikiran maka makna tersirat akan dapat dipahami pula

oleh seseorang.84 Dalam penanfsirannya, ia sedikit banyak terpengaruh

terhadap pola penafsiran Ibrahim al Biqa‟i, yaitu seorang ahli tafsir,

pengarang buku Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-suwar yang

berisi tentang keserasian susunan ayat-ayat al-Quran.

6. Gaya Bahasa.

Quraish Shihab menyadari bahwa penulisan tafsir al-Quran selalu

dipengaruhi oleh tempat dan waktu dimana para mufassir berada.

Perkembangan masa penafsiran selalu diwarnai dengan ciri khusus, baik

sikap maupun kerangka berfikir. Oleh karena itu, ia merasa berkewajiban

untuk memikirkan muncul sebuah karya tafsir yang sesuai dengan alam

pikiran saat ini. Keahlian dalam bidang bahasa dapat dilihat melalui

penafsiran seseorang. Seperti penafsiran yang dilakukan oleh Tim

Departeman Agama dalam QS. al-Hijr ayat 22.

”Dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit”. Menurutnya, terjemahan ini disamping mengabaikan arti huruf fa, juga menambahkan kata ”tumbuh-tumbuhan”

sebagai penjelasan sehingga terjemahan tersebut menginformasikan bahwa

angin berfungsi mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Quraish Shihab

berpendapat, bahwa terjemahan dan pandangan tersebut tidak didukung

oleh faanzalna min al-sama ma’an yang seharusnya diterjemahkan dengan

84

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2001), Vol V..., 3.

Page 58: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

36

”maka” menunjukkkan adanya kaitan sebab dan akibat antara fungsi angin

dan turunnya hujan atau urutan logis antara keduanya. Sehingga tidak tepat

huruf tersebut diterjemahkan dengan ”dan” sebagaimana tidak tepat

penyisipan kata tumbuh-tumbuhan dalam terjemahan tersebut.85

7. Sumber Penafsiran

Untuk menyusun kitab Tafsir al-Misbah, Quraish Shihab

mengemukakan sejumlah kitab tafsir yang ia jadikan sebagai rujukan atau

sumber pengambilan. Kitab-kitab rujukan itu secara umum telah ia sebutkan

dalam “Sekapur Sirih” dan “Pengantar” kitab tafsirnya yang terdapat pada

volume I, kitab Tafsir al-Misbah. Selanjutnya kitab-kitab rujukan itu dapat

dijumpai bertebaran di berbagai tempat ketika ia menafsirkan ayat-ayat al-

Qur‟an.

Sumber-sumber pengambilan dimaksud di antaranya;

a. Shahih al-Bukhari karya Muhammad bin Ismail al-Bukhari

b. Shahih Muslim karya Muslim bin Hajjaj

c. Nazm al-Durar karya Sayyid Qutb

d. Tafsir al-Mizan karya Muhammad Husain al-Thabathaba‟i

e. Tafsir Asma’ al-Husna karya al-Zallaj

f. Tafsir al-Qur’an al-Azhim karya Ibnu Katsir

g. Tafsir Jalalain karya jalaluddin al-Mahalli dan Jalaludin al-Suyuthi

h. Tafsir al-Kabir karya Fakhruddin ar-Razi

i. al-Kasyaf karya az-Zamakhsyari

j. Nahwa Tafsir al-Maudhu’i karya Muhammad al-Ghazali

k. al-Dur al-Manshur karya al-Suyuti

l. at-Tabrir wa at-Tanwir karya Muhammad Thahir ibnu Asyur

m. Ihya’ Ulumuddin, Jawahir al-Qur’an karya Abu Hamid al-Ghazali

n. Bayan I’jaz al-Qur’an karya al-khaththabi

o. Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razi

p. al-Burhan karya al-Zarkasyi

q. Asrar Tartib al-Qur’an dan Al-Itqan karya as-Suyuti

85

Depag, al-Quran dan Terjemahnya..., 392.

Page 59: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

37

r. al-Naba’ al-Azhim dan Madkhal ila al-Qur’an al Karim karya

Abdullah Darraz

s. al-Manar karya Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Rida dan

lain-lain.86

B. KONSEP POLIGAMI MENURUT QURAISH SHIHAB

Pembicaraan tentang poligami tidak akan lepas dari pembahasan

tentang perkawinan. Oleh karena itu penulis akan memulai pemaparan data

pemikiran Quraish Shihab dari penegrtian perkawinan, tujuan perkawinan,

konsep keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, dan sebagainya. Karena hal-

hal tersebut sangat berkaitan dengan pembahasan selanjutnya sesuai tujuan

tesis ini.

1. Pengertian Perkawinan

Setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan. Manusia diciptakan

laki-laki dan perempuan untuk saling membutuhkan. Laki-laki

membutuhkan perempuan, perempuan membutuhkan laki-laki. Quraish

Shihab menyatakan bahwa Allah menciptakan dua jenis manusia yang

berbeda dengan alat kelamin yang tidak dapat berfungsi secara sempurna

apabila ia berdiri sendiri dan naluri seksual yang oleh tiap jenis tersebut

perlu menemukan lawan jenisnya atau membutuhkan pasangan yang

berbeda jenis untuk menyempurnakannya.87 Adapun jalan yang diatur oleh

Allah untuk menyatukan dua jenis tersebut adalah melalui proses

perkawinan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata "nikah" sebagai (1)

perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan

resmi); (2) perkawinan. Al-Quran menggunakan kata ini untuk makna

tersebut, di samping secara majazi diartikannya dengan "hubungan seks".

86 DR.H. Mahfudz Masduki, MA, Tafsir al-Misbah M. Quraish Shihab: Kajian atas Amtsal al-Qur’an, ( Yogyakarta : Pustaka belajar, Cet. I, 2012 ), 37-38. 87

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah ( Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Quran ), ( Jakarta : Lentera Hati, 2002 ), Vol 11, 35.

Page 60: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

38

Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 23 kali. Secara

bahasa pada mulanya kata nikah digunakan dalam arti "berhimpun".88

Quraish Shihab juga mengatakan bahwa pernikahan atau perkawinan

berasal dari kata zawwaja atau zauwj yang berarti “pasangan “. Ini karena

pernikahan akan menghasilkan pasangan.89 Maka menurut kesimpulan

penulis, Quraish Shihab mengartikan kata pernikahan itu dengan pasangan.

Pernikahan itu dalam rangka penyatuan dua insan yang berbeda jenis

kelamin sehingga membentuk pasangan yang disebut pasangan suami istri.

Pernikahan, atau tepatnya "keberpasangan", lanjut Beliau,

merupakan ketetapan Ilahi atas segala makhluk. Berulang-ulang hakikat

ini ditegaskan oleh al-Quran antara lain dengan firman-Nya:90

“ Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran Allah)”. (QS Al-Dzariyat [51]: 49).

2. Tujuan Perkawinan

Dalam sebuah ikatan perkawinan, semua pasangan pasti

menginginkan terciptanya keluarga yang penuh dengan kebahagiaan dan

memiliki tujuan dan target bersama untuk menciptakan kehidupan

keluarga yang harmonis, hubungan suami istri yang romantik, saling

membutuhkan dan saling bekerjasama. Perkawinan memiliki tujuan yang

sangat mulia, yaitu menciptakan keluarga yang penuh dengan

keharmonisan, kesejahateraan dan kebahagiaan yang selama ini kita kenal

dengan sebutan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Tujuan

perkawinan ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka

mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis

dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera

artinya terciptanya ketenangan lahir batin disebabkan terpenuhinya

keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbul kebahagian, yakni

kasih sayang antar anggota keluarga.

88 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 189. 89 Ibid., 90 Ibid., 190.

Page 61: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

39

Berbicara tentang tujuan perkawinan, Quraish Shihab menyatakan bahwa

perkawinan memiliki tujuan sebagai berikut ;

a) Membentuk Keluarga yang Sakinah, mawaddah wa rahmah

Beliau mengatakan dalam bukunya bahwa tujuan sebuah

perkawinan dalam pandangan al-Qur‟an adalah menciptakan sakinah,

mawaddah dan rahmah antara suami, istri, dan anak-anaknya.91 Beliau

menafsirkan dalil dalam al-Qur‟an, Surah ar-Rum ( 30 ) ayat 21 sebagai

berikut :

ح ا ع ي ج اا ي اج س ف س ا ا ي ع خ ق ا

ا ي ق ي ف ا ك ا ف ي ا

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir“. ( Q.S. ar-Rum (30): 21).

Kata Beliau, kalimat litaskunuu „alaiha memiliki makna “ agar

kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya”. Kata ilaiha, lanjut

dia, merangkai redaksi litaskunuu yang mengandung makna cenderung

atau menuju kepadanya, Sehingga penggalan ayat di atas bermakna

Allah menjadikan pasangan suami-istri masing-masing merasakan

ketenangan di samping pasangannya serta cenderung kepadanya.92

Dalam kesempatan lain juga, Beliau menjelaskan bahwa kata

sakinah diambil dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf-huruf sin, kaf,

dan nun yang mengandung makna ketenangan atau antonim dari

kegoncangan dan perserakan. Berbagai bentuk kata yang terdiri dari

ketiga huruf tersebut, kesemuanya bermuara kepada makna tersebut.

Misalnya, rumah dinamai maskan karena ia adalah tempat untuk meraih

ketenangan setelah penghuninya bergerak, bahkan boleh jadi

91

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002 ), 185. 92Ibid., 185.

Page 62: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

40

mengalami kegoncangan di luar rumah. Memang, pakar-pakar bahasa

menegaskan bahwa kata itu tidak digunakan kecuali untuk

menggambarkan ketenangan dan ketenteraman setelah sebelumnya ada

gejolak. Setiap jenis kelamin lelaki atau perempuan, jantan atau betina

dilengkapi Allah dengan alat serta aneka sifat dan kecenderungan yang

tidak dapat berfungsi secara sempurna jika ia berdiri sendiri.93

a. Menyatukan dua insan yang saling membutuhkan

Manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan dan saling

melengkapi, terutama antara laki-laki dan perempuan. Quraish Shihab

mengatakan bahwa tidak mungkin manusia bisa hidup sendiri dan tidak

mungkin laki-laki tidak membutuhkan teman hidup yang berlawanan

jenis dengannya yaitu perempuan.

Hal tersebut penulis kutip dari pernyataan Beliau dalam bukunya :

“Kesempurnaan eksistensi makhluk, hanya akan tercapai dengan

bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangannya. Untuk

maksud itu pula Allah menciptakan dalam diri setiap makhluk dorongan

untuk menyatu dengan pasangannya, tidak mungkin bisa hidup sendiri

tanpa ada pasangan hidup yang akan menemaninya setiap hari “.94 Ini

bukan hanya pada manusia atau makhluk hidup, tetapi pada semua

makhluk walau tak bernyawa. Atom pun demikian. Bagi manusia, ia

merupakan naluri di kala kanak-kanak, lalu menjadi salah satu

dorongan kuat kalau enggan berkata yang terkuat setelah dewasa, yang

bila tidak terpenuhi akan melahirkan gejolak dan kegelisahan. Cinta

yang bergejolak di dalam hati dan yang diliputi oleh ketidakpastian,

akan membuahkan sakinah atau ketenangan dan ketenteraman hati bila

dilanjutkan dengan pernikahan.

b. Menyatukan Kekuatan Untuk Menghadapi Tantangan

Dengan bersatunya antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah

ikatan perkawinan, maka Quraish Shihab mengatakan bahwa pasangan

93 Quraish Shihab, Perempuan, ( Jakarta : Lentera Hati, 2006 ), 136. 94

Ibid., 137.

Page 63: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

41

perkawinan tersebut akan mendapatkan kekuatan danenergi baru dalam

menghadapi tantangan hidup. Hal ini penulis kutip dari buku Beliau, “

Manusia telah menyadari bahwa hubungan yang dalam dan dekat

dengan pihak lain akan membantunya mendapatkan kekuatan dan

membuatnya lebih mampu menghadapi tantangan”.95

Maka dengan alasan inilah maka manusia diperintahkan untuk

menikah, berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa. “ Akan

tetapi, lanjut beliau, harus diingat bahwa keberpasangan manusia bukan

hanya didorong oleh desakan naluri seksual, tetapi lebih dari pada itu. la

adalah dorongan kebutuhan jiwanya untuk meraih ketenangan.

Ketenangan itu didambakan oleh suami setiap saat, termasuk saat dia

meninggalkan rumah dan anak istrinya, dan dibutuhkan pula oleh istri,

lebih-lebih saat suami meninggalkannya ke luar rumah. Ketenangan

serupa dibutuhkan juga oleh anak-anak, bukan saja saat mereka berada

di tengah keluarga, melainkan juga sepanjang masa.” 96

Maka dari pernyataan tersebut, kita bisa mengatakan bahwa

hubungan suami istri itu harusnya bisa bertahan sampai ajal menjemput.

Masalah atau gejolak rumah tangga hanya bumbu kehidupan untuk

menguji ketenangan dalam rumah tangga tersebut.

Sakinah bukan berarti keluarga tersebut lepas dari masalah-

masalah atau gejolak antara suami dengan istri, lingkungan, anak-anak

dan lain-lain. Sehingga keluarga sakinah adalah keluarga yang saat

kapanpun tetap merasa tenang karena mereka hadapi dengan penuh

kebersamaan. Dalam hal ini Quraish Shihab menjelaskan bahwa “

Sakinah harus didahului oleh gejolak menunjukkan bahwa ketenangan

yang dimaksud adalah ketenangan dinamis”.97 Oleh karena itu, pasti

dalam setiap rumah tangga ada saat ketika gejolak, bahkan

kesalahpahaman dapat terjadi. Namun, ia dapat segera tertanggulangi

bersama dan menyatukan kekuatan untuk menyelesaikan masalah yang 95 Ibid., 137. 96 Ibid., 97

Ibid., 138.

Page 64: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

42

terjadi, lalu melahirkan sakinah. la tertanggulangi bila agama yakni

tuntunan-tuntunannya dipahami dan dihayati oleh anggota keluarga.

Atau, dengan kata lain, bila agama berperan dengan baik dalam

kehidupan keluarga.

Perlu dicatat bahwa sakinah menurut Beliau, bukan sekadar apa

yang terlihat pada ketenangan lahir yang tercermin pada kecerahan raut

muka karena yang ini bisa muncul akibat keluguan, ketidaktahuan, atau

kebodohan. Akan tetapi, sakinah terlihat pada kecerahan raut muka

yang disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang

dilahirkan oleh ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan

kesucian hati serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad

yang bulat.98 Itulah makna sakinah kata Beliau, sehingga dalam

pandangan penulis, Quraish Shihab menjelaskan bahwa sakinah itu hal

wajib yang harus ada dalam rumah tangga karena tanpa sakinah maka

itu bukan rumah tangga tetapi rumah masalah. Perlu juga kita catat

bahwa pendapat Quraish Shihab tersebut mengandung makna bahwa

sakinah adalah kata kunci dalam membangun dan menjalankan roda

kehidupan berkeluarga. Tidak aka nada sakinah tanpa menyatukan

kekuatan cinta dan kasih sayang antara keluarga.

c. Membentuk Keluarga yang mawaddah dan rahmah

Di samping sakinah, al-Qur'an menyebut dua kata lain dalam

konteks kehidupan rumah tangga, yaitu mawaddah dan rahmat yang

biasa disebut dalam acara pernikahan dalam bentuk doa semoga

menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Dalam hal ini,

Quraish Shihab menyadari bahwa Beliau mengalami kesulitan yang

sangat besar untuk menemukan padanan kata mawadah dalam bahasa

Indonesia karena kata cinta belum menggambarkan secara utuh makna

kata tersebut. Kesulitan itu, di sini Quraish Shihab hanya akan

melukiskan dampak mawaddah bila telah bersemai dalam jiwa

seseorang. Ketika itu, yang bersangkutan tidak rela pasangan atau mitra

98

Ibid., 138.

Page 65: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

43

yang tertuang kepadanya mawaddah disentuh oleh sesuatu yang

mengeruhkan pasangannya, kendati boleh jadi si penyandang

mawaddah memiliki sifat dan kecenderungan kejam.

Seorang penjahat yang bengis sekalipun, yang dipenuhi hatinya

oleh mawaddah, tidak akan rela pasangan hidupnya disentuh sesuatu

yang buruk. Dia bahkan bersedia menampung keburukan itu atau

mengorbankan diri demi kekasihnya. Ini karena makna asal kata

mawaddah, mengandung arti kelapangan dan kekosongan. Ia adalah

kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Kalau

menginginkan kebaikan dan mengutamakannya untuk orang lain berarti

orang itu telah mencintainya. Tetapi, jika seseorang menghendaki

untuknya kebaikan serta tidak menghendaki untuknya selain itu apa pun

yang terjadi mawaddah telah menghiasi hati seseorang.

Kata Quraish Shihab, “ Mawaddah adalah jalan menuju

terabaikannya pengutamaan kepentingan dan kenikmatan pribadi untuk

siapa yang tertuju kepadanya mawaddah itu. Karena itu, siapa yang

memilikinya, dia tidak pernah akan memutuskan hubungan, apa pun

yang terjadi. Jika demikian, kata ini mengandung makna cinta, tetapi ia

adalah cinta plus. Makna kata ini mirip dengan makna kata rahmat.

Hanya saja, rahmat tertuju kepada yang dirahmati, sedangkan yang

dirahmati itu dalam keadaan butuh. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa rahmat tertuju kepada yang lemah, sedangkan mawaddah tidak

demikian. Mawaddah dapat tertuju juga kepada yang kuat “.99

Ada sekian banyak hal yang perlu digarisbawahi menyangkut

unsur-unsur cinta agar ia dapat meningkat menjadi mawaddah. Siapa

yang tidak mengindahkannya, dia tidak pernah dapat bercinta apalagi

meraih mawaddah. Kita mengenal ungkapan, "Tak kenal maka tak

cinta". Dengan demikian, semakin banyak pengenalan, semakin dalam

pula cinta. Dalam hal ini, Beliau mengatakan bahwa cinta harus

99 Ibid., 139.

Page 66: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

44

bermula dari adanya perhatian. Unsur – Unsur cinta yang dapat

melahirkan mawaddah adalah :

1) Perhatian

Menurut Beliau, Seseorang harus memberi perhatian kepada

sesuatu jika memang orang mengaku mencintainya. Tanpa perhatian

maka tiada cinta. Dengan memperhatikan, seseorang dapat

mengenalnya lebih banyak, dan ini menimbulkan cinta yang lebih

dalam.

2) Tanggungjawab

Unsur kedua dari cinta yang mampu melahirkan mawaddah

menurut Beliau lagi adalah tanggung jawab. Seseorang dituntut

bukan sekadar memperhatikan tetapi ikut bertanggung jawab. Pada

saat seseorang memerhatikan sebuah bunga yang akan mekar

kembangnya, dia akan menyadari bahwa ada hal-hal yang

dibutuhkan bunga itu guna tumbuh dan mekar. Ketika itu, tanggung

jawab menuntutnya untuk melakukan sesuatu, boleh jadi menyirami

dengan kadar tertentu, memindahkannya agar mendapat cahaya

matahari yang cukup, dan sebagainya. Dengan demikian,

tanggungjawab berarti mengetahui kebutuhan dan memberinya

walau tanpa diminta.

3) Penghormatan

Tanggung jawab pun, lanjut Beliau, tidak jarang disalahpahami

sehingga menimbulkan kesewenang-wenangan. Karena itu, unsur ini

harus didampingi oleh unsur ketiga, yaitu penghormatan.100 Seorang

pencinta harus menghormati yang dicintainya. Dalam konteks

hubungan cinta antara suami-istri, si pencinta harus sadar bahwa

yang dicintainya sejajar dan setara dengannya. Sebagaimana ia

membutuhkan penghormatan, yang dicintainya pun demikian. Jika

unsur ini telah bergabung dalam diri seseorang terhadap pasangan

cintanya, cinta akan tumbuh menjadi mawaddah dan ketika itu yang

100

Ibid., 140-141.

Page 67: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

45

bercinta dan dicintai menyatu sehingga masing-masing tidak pernah

akan menampung di dalam hatinya sesuatu yang dianggap buruk

pada diri kekasihnya.

Hal ini karena mawadah seperti telah dikemukakan makna

kebahasaannya adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari

kehendak buruk. Di sisi lain, karena yang mencintai dan yang

dicintai telah menyatu, sering kali tidak lagi diperlukan untuk

menanyai pasangan apa yang dia sukai dan tidak dia sukai karena

masing-masing telah menyelam ke dalam lubuk hati pasangannya.

Masing-masing telah menggunakan mata kekasihnya untuk

memandang, lidahnya untuk berbicara, telinganya untuk mendengar,

dan seterusnya. Demikian mawaddah yang kemudian membuahkan

sakinah.

3. Cara Membentuk Sakinah dalam keluarga

Keluarga Sakinah adalah keluarga impian bagi setiap pasangan

manusia yang melakukan perkawinan. Namun perlu digarisbawahi bahwa

sakinah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Ia

harus diperjuangkan dan diusahakan agar ia hadir di tengah-tengah

keluarga sehingga melahirkan sakinah tersebut itu sendiri. Hal yang paling

utama untuk meraih sakinah dalam keluarga menurut Quraish Shihab

adalah menyiapkan kalbu.

Kata Beliau, “ sakinah/ketenangan demikian juga mawadddah dan

rahmat bersumber dari dalam kalbu, lalu terpancar ke luar dalam bentuk

aktivitas”.101 Al -Qur'an menegaskan bahwa tujuan disyariatkannya

pernikahan adalah untuk menggapai sakinah. Namun, itu bukan berarti

bahwa setiap pernikahan otomatis melahirkan sakinah, mawaddah, dan

rahmat. Hampir pada setiap acara pernikahan keluarga muslim

diperdengarkan firman Allah yang tercantum dalam QS. ar-Rum (30): 21,

yang menyatakan:

101 Ibid., 142.

Page 68: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

46

ح ا ع ي ج اا ي اج س ف س ا ا ا ي ع خ ق ا ا

ا ي ق ي ف ا ك ف ي

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri supaya kamu tenang kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.102

Ayat dalam Surah ar-Rum itu, kata Quraish Shihab, bermakna : “

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk

kamu secara khusus pasangan-pasangan hidup berupa lelaki yang

berfungsi sebagai suami dan perempuan yang berfungsi sebagai istri dari

anfusikum, yakni diri kamu sendiri, supaya kamu tenang dan tenteram

serta cenderung kepadanya”.103 Sehingga Allah menciptakan lelaki dan

perempuan dengan sifat dan kecenderungan-kecenderungan tertentu yang

tidak dapat menghasilkan ketenangan dan kesempurnaan kecuali dengan

memadukan kecenderungan-kecenderungan itu, lalu menjadikan antara

mereka mawaddah dan rahmat, yakni menganugerahi mereka potensi yang

harus mereka asah dan kembangkan sehingga dapat lahir dari pernikahan

mereka mawaddah dan rahmat.

Quraish Shihab menganggap bahwa kelirulah yang beranggapan

bahwa, dengan pernikahan, otomatis Allah menganugerahi pasangan itu

mawaddah dan rahmat karena, jika demikian, pastilah kita tidak akan

menemukan pernikahan yang gagal. Sekian banyak tuntunan agama yang

tersurat dan tersirat yang harus diindahkan oleh pasangan suami istri

sehingga sakinah, mawaddah, dan rahmat itu dapat menghiasi rumah

tangga mereka. Mawaddah harus diusahakan karena hati berada di

"tangan" Tuhan, yang kuasa membolak-balikkannya, antara cinta dan

benci, suka dan tidak suka.104

Dalam QS. al-Anfal (8): 24 Allah berfirman:

102 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, 645. 103 Ibid., 142. 104 Ibid., 143.

Page 69: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

47

ا ه ا ا اع ك ي حي ي ا ع س ا ا ا ل ي ي ا اس ج ا ا ي ح ي ي ي

ا ا ي حش ا ق ء ا

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, perkenankanlah Allah dan Rasul apabila dia menyeru kamu kepada apa yang menghidupkan kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara seseorang dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan".

Beliau menyatakan bahwa peranan Allah menyangkut hati manusia

sangat besar. Hati manusia berada di antara "jari-jari Tuhan". Dia yang

membolakbalikkannya ke kiri dan ke kanan. Karena itu, salah satu doa

yang sering dipanjatkan Nabi SAW. adalah: Artinya: Wahai Tuhan yang

membolakbalikkan hati, mantapkan hatiku dalam memeluk melaksanakan

agama-Mu".105

Hati adalah wadah perasaan, lanjut Beliau, adalah seperti amarah,

senang, benci, iman, ragu, tenang, gelisah, dan sebagainya. Kesemuanya

tertampung di dalam hati.106 Setiap orang tentu pernah mengalami

perbedaan gejolak hati dan perpindahan yang begitu cepat antara senang

dan susah, kegelisahan dan ketenteraman, bahkan cinta dan benci. Oleh

karena itu Beliau menegaskan bahwa pentingnya kondisi hati dan agar kita

senantiasa berdoa untuk kekuatan hati agar ketika perasaan apapun yang

muncul dapat ditanggulangi sehingga sakinah tetap hidup dan terjaga

dalam kehidupan berkeluarga.

Akan tetapi, jangan menduga bahwa semua yang tertampung di

dalam hati atau perubahan dan terbolak-baliknya perasaan adalah hasil

perbuatan Tuhan yang berlaku sewenang-wenang. Jangan menduga

demikian karena nafsu dan setan pun ikut berperan dalam gejolak hati. Ada

was-was dan rayuan yang dilakukan setan. Ada juga dorongan nafsu

manusia. Jika bisikan berkaitan dengan tuntunan tauhid atau ajakan Nabi

105 Ibid., 144. 106

Ibid., 145.

Page 70: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

48

Muhammad SAW, ketika itu pilihlah ajakan tersebut karena yang

menyerunya ketika itu adalah hati yang digerakkan oleh Allah.107

Dalam QS. al-Anfal (8): 63, yang berbicara dalam konteks

penyatuan hati dan jalinan hubungan harmonis antara dua kelompok

masyarakat Madinah Aus dan Khazraj yang tadinya selama bertahun-tahun

berperang, menegaskan bahwa:

Artinya: Dia (Allah Yang Maha kuasa Yang mempersatukan hati

mereka. Seandainya engkau membelanjakan semua apa yang berada di

bumi, niscaya engkau tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah

telah mempersatukan mereka". (QS. al-Anfal (8): 278).

Ayat ini, kata Quraish Shihab, mengingatkan kita semua bahwa

cinta tidak dapat dibeli dengan harta. la hanya dapat diraih dengan bantuan

Allah melalui budi pekerti yang luhur. Setiap orang memiliki naluri cinta

dan benci. Cinta dan benci adalah dua hal yang tidak dapat lepas dari

kehidupan. Seandainya semua orang hanya membenci, niscaya hidup tidak

akan berhasil. Demikian juga sebaliknya, jika segala sesuatu disenangi

atau dicintai termasuk yang bertolak belakang maka hidup pun tidak akan

tegak.108 Hal ini mengandung makna bahwa perasaan hati tidak mungkin

bisa dibeli. Perasaan hati hanya bisa diperjuangkan melalui rasa saling

menghargai dan menghormati serta memahami bahwa Allah lah yang

membolak-balikan hati kita maka kita diharuskan berdoa agar hati tetap

stabil dalam mengahadapi apapun.

Kini, banyak sekali orang yang dinilai telah menjalin cinta antar

mereka sebelum pernikahan, tetapi ternyata, setelah pernikahan, cinta itu

layu, bahkan terjadi perceraian dan permusuhan. Sebaliknya, dulu banyak

pernikahan yang tidak didahului oleh cinta bahkan oleh perkenalan pun

tetapi kehidupan rumah tangga mereka sedemikian kokoh dan ternyata

antara mereka terjalin hubungan cinta yang demikian mesra melebihi

kemesraan para muda-mudi dewasa ini yang "bercinta" sebelum

107 Ibid., 146. 108

Ibid., 147.

Page 71: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

49

pernikahan. Kenyataan tersebut, kata Quraish Shihab, membuktikan bahwa

ada keterlibatan Allah dalam langgengnya cinta yang dianugerahkanNya

kepada mereka yang beriman dan beramal saleh atau, dengan kata lain,

kepada mereka yang mengikuti tuntunan-tuntunan-Nya.109

Agar nikah (penyatuan) dan zawaj (keberpasangan) itu langgeng

lagi diwarnai oleh sakinah, agama menekankan sekian banyak hal, antara

lain kata Quraish Shihab adalah :

a) Kesetaraan

Quraish Shihab menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara

laki-laki dengan perempuan. Mereka hanya bermitra satu sama lain. Hal

ini ditegaskan oleh Beliau dengan mengambil dalil dalam surah al-

„Imran (3) ayat 195 yang potongan ayatnya berbunyi عض ك من ب ض ع ب

(sebagian kamu dari sebagian yang lain). Ini adalah satu istilah yang

digunakan untuk menunjukkan kesetaraan/kebersamaan dan kemitraan

sekaligus menunjukkan bahwa lelaki sendiri atau suami sendiri,

belumlah sempurna ia baru sebagian demikian juga perempuan,

sebelum menyatu dengan pasangannya baru juga sebagian.110 Mereka

baru sempurna, lanjut Beliau, bila menyatu dan bekerja sama. QS. al-

Imran (3): 195 yang menggunakan istilah tersebut berpesan bahwa, baik

lelaki maupun perempuan lahir dari sebagian lelaki dan sebagian

perempuan, yakni perpaduan antara sperma lelaki dan indung telur

perempuan. Karena itu, tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan dan

derajat antar-mereka. Kalimat serupa dikemukakan dalam hubungan

suami istri, "Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali (mas

kawin), padahal sebagian kamu telah (bercampur) dengan sebagian

yang lain (sebagai suami istri)" (QS. an-Nisa' (4): 21). "Percampuran"

yang direstui Allah terjadi berkat kerja sama dan kerelaan masing-

109 Ibid., 148. 110

Ibid., 149.

Page 72: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

50

masing untuk membuka rahasia yang terdalam, dan ini tidak mungkin

terjadi tanpa adanya kemitraan antara keduanya.111

b) Musyawarah

Pernikahan yang sukses bukan saja ditandai oleh tidak adanya

cekcok antara suami. istri karena bisa saja cekcok tidak terjadi bila

salah satu pasangan menerima semua yang dikehendaki oleh

pasangannya menerimanya tanpa diskusi atau tanpa satu kata yang

menampakkan keberatannya. Pernikahan semacam ini memang dapat

memenuhi kebutuhan jasmani termasuk biologis kedua pasangan tetapi,

pada hakikatnya, bukan pernikahan semacam ini yang dapat dinamai

sukses dan mengantar kepada kebahagiaan lahir dan batin.

Kata Quraish Shihab dalam bukunya bahwa pernikahan yang

melahirkan mawaddah dan rahmat adalah pernikahan yang di dalamnya

kedua pasangan mampu berdiskusi menyangkut segala persoalan yang

mereka hadapi, sekaligus keluwesan untuk menerima pendapat

mitranya. Penerimaan yang tulus dan tidak menilainya sebagai

mengurangi kehormatan siapa yang menerima itu. Pernikahan meraih

sukses bila kedua pasangan memiliki kesadaran bahwa hidup bersama

adalah take and give, kaki harus silih berganti ke depan, dan bahwa

hidup berumahtangga walaupun disertai dengan aneka masalah dan

kesulitan jauh lebih baik daripada hidup sendiri-sendiri. Aneka

keinginan atau problema yang dihadapi, harus diselesaikan dengan

musyawarah atas dasar kesetaraan kedua belah pihak. Musyawarah

tidak dapat dilaksanakan dalam situasi ketika seseorang merasa lebih

unggul daripada yang lain. Musyawarah tidak diperlukan oleh mereka

yang telah sepakat karena apalagi yang perlu dimusyawarahkan bila

semua telah disepakati. Kalau demikian, perintah agama agar dalam

kehidupan rumah tangga suami istri bermusyawarah, menunjukkan

bahwa agama mengakui adanya perbedaan tetapi dalam kesetaraan.

Memang, kesetaraan tidak berarti persamaan dalam segala segi. Ada

111 Ibid., 149.

Page 73: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

51

perbedaan antara lelaki dan perempuan. Perbedaan itu, bukan saja pada

alat reproduksinya, tetapi juga struktur fisik dan cara berpikirnya.112

Perbedaan-perbedaan ini, lanjut Beliau, tidak menjadikan salah

satu jenis kelamin lebih unggul atau istimewa daripada yang lain, tetapi

justru dengan menggabungkan keduanya terjadi kesempurnaan kedua

pihak. Dengan pernikahan/keberpasangan itu lahir kerja sama, dan

dengan kerja sama hidup dapat berkesinambungan lagi harmonis.

Seandainya jarum tidak lebih keras daripada kain, atau cangkul tidak

lebih kuat daripada tanah, tidak akan ada jahit-menjahit, tidak juga

berhasil pertanian. Dan, harus disadari bahwa kekuatan atau

kelemahlembutan di sini sama sekali tidak menunjukkan superioritas

satu pihak atas pihak lain, tetapi masing-masing memiliki keistimewaan

dan masing-masing membutuhkan yang lain guna tercapainya tujuan

bersama. Saat bermusyawarah atau melakukan komunikasi timbal balik

ini, diperlukan kearifan memilih waktu-waktu yang sesuai, demikian

juga kalimat-kalimat yang tepat.113

Pada saat bermusyawarah atau berkomunikasi, Beliau

melanjutkan pendapatnya, banyak sekali tuntunan dan tata cara yang

diajarkan agama, mulai dari sikap batin dan kesediaan memberi maaf,

kelemahlembutan dan kehalusan kata-kata, sampai kepada ketekunan

mendengar mitra musyawarah/diskusi (QS. All 'Imran (3): 159).

Masing-masing juga harus mampu mengetahui kebutuhan dan

pandangannya serta memiliki keterampilan mengungkapkannya, di

samping mampu pula mendengar secara aktif pandangan mitranya,

sehingga tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Dalam hal

musyawarah tidak mempertemukan pandangan, salah seorang harus

mampu menyatakan bahwa, "Boleh jadi engkau yang benar". Kalimat

ini tidak kurang mesranya dari kalimat, "Aku cinta atau aku bangga

112

Ibid., 150-151. 113

Ibid., 151.

Page 74: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

52

padamu". Kalimat itulah yang otomatis lagi penuh kesadaran akan

tercetus selama mawaddah dan rahmat menghiasi jiwa mereka.114

c) Kesadaran akan Kebutuhan Pasangan

Kitab suci al-Qur'an dalam surah al-Baqarah ayat 187

menggarisbawahi bahwa suami maupun istri adalah pakaian untuk

pasangannya. Suami adalah pakaian bagi istrinya, begitu juga istri

adalah pakaian bagi suaminya.

ا ا ا

Artinya : "Mereka (istri-istri kamu) adalah pakaian bagi kamu (wahai para suami) dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka".115

Quraish Shihab menyatakan bahwa ayat ini menggaris bawahi

sekian banyak hal yang harus disadari oleh suami dan istri guna

terciptanya keluarga sakinah. Kalau dalam kehidupan normal sehari-

hari seseorang tidak dapat hidup tanpa pakaian, demikian juga

keberpasangan tidak dapat dihindari dalam kehidupan normal manusia

dewasa. Kalau pakaian berfungsi menutup aurat dan kekurangan

jasmani manusia, Demikian pula pasangan suami istri harus saling

melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing. Kalau pakaian

merupakan hiasan bagi pemakainya, suami: adalah hiasan bagi istrinya,

demikian pula sebaliknya (baca QS. al-A'raf (7): 26). Kalau pakaian

mampu melindungi manusia dari sengatan panas dan dingin (QS. an-

Nahl (16): 81), suami terhadap istrinya dan istri terhadap suaminya

harus pula mampu melindungi pasangan-pasangannya dari krisis dan

kesulitan yang mereka hadapi. Walhasil, suami dan istri saling

membutuhkan. Kebutuhan tersebut banyak dan beraneka ragam tidak

hanya dalam bidang jasmani atau seks, tetapi juga ruhani sedemikian

banyak hingga dia tidak putus-putusnya. Begitu kebutuhan tersebut

114

Ibid., 153. 115 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, 79.

Page 75: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

53

tidak dirasakan lagi, ketika itu pula cinta memudar dan pernikahan

goyah.116

Sementara pakar menyatakan bahwa seorang suami sangat butuh

untuk merasa bahwa ia dinilai penting oleh istrinya, menghargai

pekerjaannya, serta bangga dengannya. la juga memerlukan dorongan-

dorongannya. Sedangkan, istri butuh untuk merasakan bahwa suaminya

selalu berada di sampingnya dengan segala potensi dan kemampuannya

lagi mampu membelanya serta menyiapkan baginya kehidupan yang

tenang dan damai. Istri juga ingin merasakan bahwa suaminya cemburu

terhadapnya, dan merasakan bahwa ia disunting bukan karena suaminya

butuh kepadanya, tetapi karena ia dicintainya. Pernikahan adalah

gabungan antara kekuatan dan kelemahan. Pada saat seseorang

memberi, orang itu kuat, dan pada saat orang itu menerima, maka orang

itu lemah.117

Ada juga pakar yang menggarisbawahi, lanjut Beliau lagi, bahwa

istri mendambakan perhatian sedangkan suami mengharapkan

kepercayaan, istri menuntut pengertian, sedangkan suami menuntut

penerimaan; istri merindukan penghormatan, sedangkan suami

mengharapkan penghargaan; istri meminta penegasan, sedangkan suami

persetujuan, istri membutuhkan cinta dan jaminan, sedangkan suami

membutuhkan kekaguman dan dorongan. Akhirnya, keduanya, baik

suami maupun istri tidak dapat hidup bersama tanpa kesetiaan.

Tanpa kesadaran akan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan tanpa

memfungsikan pernikahan seperti makna-makna tersebut, kehidupan

rumah tangga tidak akan menggapai sakinah, dan ini juga berarti bahwa

agama belum berfungsi dengan baik dalam kehidupan rumah tangga.

Akhirnya, dapat dikatakan bahwa ada indikatorindikator untuk

mengukur kebahagiaan, pernikahan, antara lain adalah:118

116

Ibid., 154. 117

Ibid., 155. 118 Ibid., 156.

Page 76: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

54

1). Bila keikhlasan dan kesetiaan merupakan inti yang merekat

hubungan suami istri. 2). Bila satu-satunya tujuan yang tertinggi adalah

hidup langgeng bersamanya di bawah naungan ridha Ilahi. 3). Bila

seseorang ingin keikutsertaannya bersamanya dalam segala kesenangan

dan ingin pula memikul segala kepedihan yang dideritanya.

Bila seseorang ingin memberinya serta menerima darinya segala

perhatian dan pemeliharaan. 5). Bila dari hari ke hari kenangan-

kenangan indah dalam hidup orang itu, jauh lebih banyak dan besar

daripada kenangan buruk. 6). Bila pada saat seseorang tidur

sepembaringan dengannya, orang merasakan ketenangan sebelum

kegembiraan, damai sebelum kesenangan, dan kebahagiaan sebelum

kelezatan. 7). Bila isi hati seseorang yang terdalam berucap: "Aku ingin

hidup dengan manusia ini sampai akhir hidupku, bahkan setelah

kematianku". Ini karena orang itu merasa bahwa dirinya tidak mampu,

bahkan tidak ingin mengenal manusia lain sebagai teman hidup kecuali

dia semata, tanpa diganti dengan apa dan siapa pun.

4. Kedudukan Suami Istri

Suami adalah pemimpin terhadap perempuan. Seorang suami

memiliki kedudukan satu derajat lebih tinggi dari istrinya. Artinya bahwa

kepemimpinan dalam sebuah keluarga dipegang oleh seorang suami.

Dalam hal ini Quraish Shihab menyatakan bahwa kedudukan perempuan

terhadap laki-laki atau suami didasarkan pada Surah al-Baqarah ayat 228

yang berbunyi :

ج ا ج ع ي

Artinya : “Bagi lelaki (suami) terhadap mereka (wanita/istri) satu derajat (lebih tinggi).”

Derajat lebih tinggi yang dimaksud dalam ayat di atas menurut

Quraish Shihab dijelaskan oleh surat An-Nisa‟ ayat 34, yang

menyatakan bahwa ;

Page 77: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

55

“Lelaki (suami) adalah pemimpin terhadap perempuan (istri)”.119

Hak kepemimpinan menurut al-Qur‟an seperti yang dikutip dari ayat

di atas, dibebankan kepada suami. Menurut Quraish Shihab,

Pembebanan itu disebabkan oleh dua hal, yaitu:120

a. Adanya sifat-sifat fisik dan psikis pada suami yang lebih dapat

menunjang suksesnya kepemimpinan rumah tangga jika dibandingkan

dengan istri.

b. Adanya kewajiban memberi nafkah kepada istri dan anggota

keluarganya.

Tetapi, kepemimpinan yang dimaksud oleh Quraish Shihab tersebut

hanya berlaku dalam keluarga atau rumah tangga. Sehingga di luar rumah

tangga, seperti dalam jabatan public, maka Quraish Shihab tidak menolak

kepemimpinan seorang perempuan. Seperti menjadi seorang Pemimpin

Negara, propinsi, Kota maupun Kabupaten dan lain sebagainya.

Quraish Shihab menafsirkan ayat ini bahwa ia tidak menolak

kepemimpinan perempuan selain di rumah tangga. Meski ia menerima

pendapat Ibn „Âsyûr tentang cakupan umum kata “al-rijâl ” untuk semua

laki-laki, tidak terbatas pada para suami, tetapi uraiannya tentang ayat ini

ternyata hanya terfokus pada kepemimpinan rumah tangga sebagai hak

suami. Dengan begitu, istri tidak memiliki hak kepemimpinan atas dasar

sesuatu yang kodrati (given) dan yang diupayakan (nafkah).121 Sekarang,

persoalannya mungkinkah perempuan mengisi kepemimpinan di ruang

publik?

Ayat 34 surah al-Nisa‟ tersebut di atas tidak melarang kepemimpinan

perempuan di ruang publik, karena konteksnya dalam kepemimpinan

rumah tangga. Quraish Shihab mengungkapkan tidak ditemukan dasar

yang kuat bagi larangan tersebut. Justru sebaliknya ditemukan sekian

banyak dalil keagamaan yang dapat dijadikan dasar untuk mendukung

119 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung ; Mizan, 1996 ), 309. 120 Ibid., 310. 121 Quraish Shihab, Perempuan, ( Jakarta : Lentera Hati, 2001 ), 345.

Page 78: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

56

hak-hak perempuan dalam bidang politik. Salah satu yang dapat

dikemukakan dalam kaitan ini adalah QS.at-Taubah [9]: 71:

ي ع ا ف ع ء عض ي ؤ ع ا ي ا ؤ ا ا ه ح ه ا ي س ا ك س يع ه ي ط ك ا ي ؤ ا صا ي ق ي ا

ي ح ع ي

Artinya : “Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah auliyâ` bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang makruf, mencegah yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.Mereka itu akan dirahmati Allah; sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Mahabijaksana”.122

5. Hak dan Kewajiban Suami Istri

Dalam sebuah rumah tangga, suami istri memiliki hak dan kewajiban

dalam rumah tangga yang mereka bina. Pembagian hak dan kewajiban

tersebut adalah mutlak harus dilakukan agar keluarga bisa berjalan sesuai

dengan ketentuan agama. Al-Qur‟an telah banyak menjelaskan hak dan

kewajiban suami istri setiap hari dalam rumah tangganya.

Hak suami adalah kewajiban bagi istri untuk memenuhinya, begitu

juga hak istri adalah kewajiban suami untuk dapat mewujudkannya.

Adapun hak dan kewajiban tersebut Quraish Shihab membagi hak

dan kewajiban suami istri sebagai berikut :

a. Suami berhak untuk dilayani oleh istri dan istri wajib melayaninya

Dalam hal ini suami berhak menyalurkan hasrat biologisnya pada

istrinya dan istrinya wajib melayaninya kecuali ada ujur syar‟i misalnya

sedang haid, sakit atau kelelahan karena mengurus anak dan

sebagainya. Quraish Shihab menyatakan dalam bukunya, “ Suami

wajib ditaati selama tidak bertentangan dengan ajaran agama dan hak

pribadi sang istri. Sedemikian penting kewajiban ini, sampai-sampai

Rasulullah SAW. bersabda, “Seandainya aku memerintahkan

seseorang untuk sujud kepada seseorang, niscaya akan

kuperintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya.” Bahkan Islam

122Ibid., 346.

Page 79: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

57

juga melarang seorang istri berpuasa sunnah tanpa seizin suaminya.

Hal ini disebabkan karena seorang suami mempunyai hak untuk

memenuhi naluri seksualnya “.123

Namun dalam hal di luar urusan biologis, seorang istri tidak

berkewajiban untuk melayani suami, justru suamilah yang berkewajiban

melayani istri. Dalam hal ini Quraish Shihab mengambil pendapat Ibnu

Hazm, yang menyatakan bahwa “ Wanita pada dasarnya tidak

berkewajiban melayani suami dalam hal menyediakan makanan,

menjahit, dan sebagainya. Justru sang suamilah yang berkewajiban

menyiapkan pakaian jadi, dan makanan yang siap dimakan untuk istri

dan anak-anaknya “.124

Namun jika dilihat dari segi moral, Quraish Shihab setuju dengan

pendapat Abu Tsaur, seorang pakar hukum Islam, yang menyatakan

bahwa walau tugas-tugas memasak, menjahit, mencuci baju adalah

kewajiban suami, seorang istri secara moral harus membantu suaminya

untuk melakukan hal tersebut.

Dalam hal ini Abu Tsaur, berpendapat bahwa seorang istri

hendaknya membantu suaminya dalam segala hal. Salah satu alasan

yang dikemukakannya adalah bahwa Asma, putri Khalifah Abu

Bakar, menjelaskan bahwasanya ia dibantu oleh suaminya dalam

mengurus rumah tangga, tetapi Asma, juga membantu suaminya

antara lain dalam memelihara kuda suaminya, menyabit rumput,

menanam benih di kebun, dan sebagainya.125

b. Seorang Istri berhak dinafkahi oleh suami dan suami wajib

menafkahinya

Kewajiban mencari nafkah adalah kewajiban suami, walau istri

juga dibolehkan bahkan berhak bekerja asal tidak melalaikan

kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Suamilah yang memiliki

123

Ibid., 346. 124 Quraish Shihab, Perempuan, ( Jakarta : Lentera Hati, 2001 ), 311. 125 Ibid., 311.

Page 80: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

58

kewajiban menghidupi keluarga sedangkan istri tinggal tunggu di

rumah dan menikmati hasil kerja dan jerih payah suami.

Quraish Shihab mengambil dalil dalam surah Thaha ayat 117 sebagai

dalil bahwa kewajiban mencari nafkah adalah kewajiban suami. Beliau

menyatakan, “ Surat Thaha ayat 117 memberikan isyarat bahwa al-

Qur‟an meletakkan kewajiban mencari nafkah di atas pundak lelaki dan

bukan perempuan. Ayat yang dimaksud adalah:

ا ف شق ى ج ا ا ي ج ك ف ج ا ع ك ا ف ق ي ا ا

Artinya : "Maka Kami berfirman, "Wahai Adam, sesunggahnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang akan menyebabkan engkau bersusah payah."

yakni bersusah payah dalam memenuhi kebutuhan sandang, papan dan

pangan, sebagaimana disebutkan dalam lanjutan ayat tersebut.126

c. Kewajiban suami istri menjaga rumah tangga

Rasulullah SAW. menegaskan bahwa seorang istri memimpin

rumah tangga dan bertanggung jawab atas keuangan suaminya.

Pertanggungjawaban tersebut terlihat dalam tugas-tugas yang harus

dipenuhi, serta peran yang diembannya saat memelihara rumah

tangga, baik dari segi kebersihan, keserasian tata ruang, pengaturan

menu makanan, maupun pada keseimbangan anggaran. Bahkan pun

istri ikut bertanggung jawab bersama suami untuk menciptakan

ketenangan bagi seluruh anggota keluarga, misalnya, untuk tidak

menerima tamu pria atau wanita yang tidak disenangi oleh sang

suami. Pada tugas-tugas rumah tangga inilah Rasulullah SAW.

membenarkan seorang istri melayani bersama suaminya tamu pria

yang mengunjungi rumahnya.

Pada konteks inilah, kata Quraish Shihab, perintah al-Quran

harus dipahami agar para istri berada di rumah. Firman Allah waqarna

fi buyutikunna ( Dan tetaplah tinggal berdiam di rumah kalian)

126 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 303-304.

Page 81: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

59

dalam surat Al -Ahzab ayat 33, menurut kalimatnya ditujukan untuk

istri-istri Nabi kendati dapat dipahami sebagai acuan kepada semua

wanita. Namun tidak berarti bahwa wanita harus terus-menerus

berada di rumah dan tidak diperkenalkan keluar, melainkan

mengisyaratkan bahwa tugas pokok yang harus diemban oleh seorang

istri adalah memelihara rumah tangganya.127

Kesimpulannya, peranan seorang istri sebagai ibu rumah

tangga adalah untuk menjadikan rumah itu sebagai sakan, yakni

“tempat yang menenangkan dan menenteramkan seluruh

anggotanya.” Dan dalam konteks inilah Rasulullah SAW.

menggarisbawahi sifat-sifat seorang istri yang baik yakni yang

menyenangkan suami bila ia dipandang, menaati suami bila ia

diperintah, dan ia memelihara diri, harta, dan anak-anaknya, bila

suami jauh darinya.

d. Kewajiban suami istri merawat anak

Sebagai ibu, seorang istri adalah pendidik pertama dan utama

bagi anak-anaknya, khususnya pada masa-masa balita. Memang,

keibuan adalah rasa yang dimiliki oleh setiap wanita, karenanya

wanita selalu mendambakan seorang anak untuk menyalurkan rasa

keibuan tersebut. Mengabaikan potensi ini, berarti mengabaikan jati

diri wanita. Pakar-pakar ilmu jiwa menekankan bahwa anak pada

periode pertama kelahirannya sangat membutuhkan kehadiran ibu-

bapaknya. Anak yang merasa kehilangan perhatian (misalnya dengan

kelahiran adiknya) atau rnerasa diperlakukan tidak wajar, dengan dalih

apa pun, dapat mengalami ketimpangan kepribadian. Rasulullah SAW.

pernah menegur seorang ibu yang merenggut anaknya secara kasar

dari pangkuan Rasulullah, karena sang anak pipis, sehingga

membasahi pakaian Rasul. Rasulullah bersabda,

“Jangan engkau menghentikan pipisnya. (Pakaian) ini dapat dibersihkan dengan air tetapi apakah yang dapat

127 Ibid., 311.

Page 82: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

60

menghilangkan kekeruhan dalam jiwa anak ini (akibat perlakuan kasar itu)?”

Para ilmuwan juga berpendapat bahwa, sebagian besar

kompleks kejiwaan yang dialami oleh orang dewasa adalah akibat

dampak negatif dari perlakuan yang dialaminya waktu kecil. Oleh

karena itu, dalam rumah tangga dibutuhkan seorang penanggung

jawab utama terhadap perkembangan jiwa dan mental anak, khususnya

saat usia dini (balita). Disini pula agama menoleh kepada ibu, yang

memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki sang ayah, bahkan tidak

dimiliki oleh wanita-wanita selain ibu kandung seorang anak.128

6. Hukum Poligami

Terdapat perbedaan para ulama dalam menentukan hukum poligami

dalam Islam. Quraish Shihab menganggap bahwa poligami itu tidak

bersifat wajib, bukan bersifat sunnah dan tidak bersifat anjuran. Beliau

menyatakan bahwa hukum poligami hanya bersifat boleh ( jaiz ) dan

itupun dalam kondisi darurat.

Dalam bukunya yang berjudul Wawasan al-Qur‟an, Beliau

menyatakan tafsirnya tentang surah al-Nisa‟ ayat 3 sebagai berikut ; “

Perlu juga digarisbawahi bahwa ayat ini, tidak membuat satu peraturan

tentang poligami, karena poligami telah dikenal dan dilaksanakan oleh

syariat agama dan adat istiadat sebelum ini. Ayat ini juga tidak

mewajibkan poligami atau menganjurkannya, dia hanya berbicara tentang

bolehnya poligami, dan itu pun merupakan pintu darurat kecil, yang hanya

dilalui saat amat diperlukan dan dengan syarat yang tidak ringan “.129

Begitu juga dalam kitab tafsir al-Misbahnya, beliau juga

menyatakan hal yang sama yaitu “ Perlu digaris bawahi bahwa ayat ini

tidak membuat peraturan tentang poligami, karena poligami telah dikenal

dan dilaksanakan oleh penganut berbagai syariat agama serta adat istiadat

masyarakat sebelum turunya ayat ini. Sebagaimana ayat ini tidak 128

Ibid., 312. 129 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 189.

Page 83: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

61

mewajibkan poligami atau menganjurkannya, ia hanya berbicara bolehnya

poligami itupun merupakan pintu kecil yang hanya dapat dilalui oleh yang

amat membutuhkan dan dengan syarat yang tidak ringan “.130

7. Syarat-Syarat Poligami

Jika seseorang ingin melakukan poligami, maka syarat-syaratnya

sangatlah tidak ringan kata Quraish Shihab. Dan itu hanya boleh dilakukan

karena kondisi darurat. Layaknya pintu darurat dalam pesawat terbang

yang hanya bisa dibuka jika dalam kondisi darurat atas perintah kapten

penerbangan saat itu. Jadi, jika tidak dalam keadaan darurat maka pintu

darurat tersebut tidak boleh dibuka atau lebih tegasnya “haram” untuk

dibuka. Karena jika para penumpang pesawat membuka pintu darurat

tersebut tanpa ada kondisi darurat maka akan bisa menyebabkan

kecelakaan pesawat tersebut.

Begitu juga dalam pernikahan, poligami diibaratkan sebagai pintu

darurat pesawat terbang tersebut di atas, hanya boleh dilakukan jika

kondisi darurat. seperti yang dikatakan oleh Quraish Shihab sebagai

berikut ; “ Poligami mirip dengan pintu darurat dalam pesawat terbang

yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency tertentu, poligami

merupakan pintu kecil yang hanya dapat dilalui oleh siapa yang sangat

membutuhkan dan dengan syarat yang tidak ringan. Keberadaan „pintu

darurat‟ di pesawat, tentu tidak dimaksudkan bahwa ia bisa dibuka oleh

siapa saja dan kapan saja “.131

Dalam bukunya yang lain, Quraish Shihab menyatakan bahwa

“Redaksi ayat ini mirip dengan ucapan seseorang yang melarang orang

1ain memakan makanan tertentu, dan untuk menguatkan larangan itu

dikatakannya, " Jika Anda khawatir akan sakit bila makan makanan ini,

maka habiskan saja makanan selainnya yang ada di hadapan anda selama

anda tidak khawatir sakit". Tentu saja perintah menghabiskan makanan

130 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002 ), 325. 131 Reprositi.com, Quraish Shihab tentang poligami bagai membuka pintu darurat pesawat, diakses dari situs ( http://resiprositi.com/2016/08/quraish-shihab-tentang-poligami-bagai-membuka-pintu-darurat-pesawat/ ), tanggal 24 Desember 2016.

Page 84: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

62

yang lain hanya sekadar untuk menekankan larangan memakan makanan

tertentu itu “.132 Hal ini semakn memperjelas bahwa Quraish Shihab

menegaskan begitu hati-hatinya dalam hal poligami, karena memiliki

syarat-syarat yang berat.

Apa saja syarat bolehnya seseorang berpoligami?. Menurut

Quraish Shihab, ada tiga syarat yang harus dipenuhi jika seseorang ingin

melakukan poligami yaitu sebagai berikut ;

a. Karena Istri pertama yang mandul dan memiliki penyakit parah

Hal ini ditegaskan oleh Beliau dalam kitabnya, yaitu beliau

menyatakan “ bukankah kemandulan dan penyakit parah merupakan

satu kemungkinan yang tidak aneh dapat terjadi dimana-mana?

Apakah jalan keluar yang diusulkan kepada suami yang menghadapi

kasus demikian? Bagaimanakah seharusnya ia menyalurkan kebutuhan

biologisnya atau memperoleh dambaannya pada keturunan? Poligami

ketika itu adalah jalan yang paling ideal “.133

b. Karena Istri Pertama mengalami menopause

Menopause merupakan suatu hal yang pasti dialami perempuan.

Menopause adalah waktu dalam kehidupan seorang wanita ketika

fungsi ovarium berhenti. Ovarium (gonad atau indung telur), adalah

salah satu dari sepasang kelenjar reproduksi pada wanita. Ovarium

terletak di panggul, di setiap sisi rahim. Ovarium menghasilkan telur

(ovum) dan hormon kewanitaan seperti estrogen dan progesterone.

Setiap siklus menstruasi bulanan, telur dilepaskan dari salah satu

ovarium. Sel telur kemudian bertransportasi dari ovarium ke uterus

melalui tuba fallopi.134 Sehingga pada saat tersebut laki-laki

membutuhkan wanita non menopause untuk melakukan hubungan sex

sehingga menyebabkan kehamilan.

132 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 198. 133 Ibid., 199. 134 Kesehatan.com, Apa itu Menopause dan apa penyebab dan gejalanya, diakses dari situs ( http://www.webkesehatan.com/menopause-wanita-penyebab-gejala/ ), tanggal 24 Desember 2016.

Page 85: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

63

Sedangkan laki-laki tidak mengenal menopause. Bahkan

mungkin umur sudah kakek-kakek sekalipun, laki-laki selalu tetap

memiliki hasrat untuk melakukan hubungan sex. Sehingga poligami

saat itu dibolehkan dan bahkan menjadi jalan terbaik daripada harus

menceraikan istri pertama karena menopause. Hal ini ditegaskan

Quraish Shihab dalam kitabnya, Beliau menyatakan bahwa “ bukankah

rata-rata usia wanita lebih panjang dari usia laki-laki, sedangkan

potensi membuahi lelaki lebih lama dari potensi wanita, bukan saja

wanita mengalami masa haid, tetapi juga karena wanita mengalami

menopause sedangkan lelaki tidak mengalami keduanya ”.135

c. Karena Kondisi banyaknya janda akibat peperangan

Kemudian Quraish Shihab menyatakan dalam kitabnya yang

berbunyi “ Bukankah peperangan hingga saat ini tidak dapat dicegah,

lebih banyak merenggut nyawa lelaki daripada perempuan? Bukankah

kenyataan ini yang mengundang beberapa tahun lalu, sekian banyak

wanita di Jerman Barat menghimbau agar poligami dapat dibenarkan

walau untuk beberapa tahun. Sayang pemerintah dan Gereja tidak

merestuinya, sehingga prostitusi dalam berbagai bentuk merajalela

“.136 Hal ini bukan berarti Jerman sebagai patokan hukumnya tetapi

inilah kenyataan bahwa jumlah perempuan pada saat Perang selalu

lebih banyak dari laki-laki, sehingga poligami saat kondisi seperti itu

adalah jalan terbaik.

d. Karena atas dasar tujuan untuk mensukseskan dakwah dan harus

dengan janda

Jika ingin melakukan poligami, menurut Quraish Shihab, adalah

dengan meneladani Rasulullah yaitu menikah dengan wanita yang

berstatus janda. Semua istri Rasulullah adalah janda kecuali Aisyah ra.

Dan kesemuanya untuk tujuan mensukseskan dakwah, atau membantu

dan menyelamatkan para wanita yang kehilangan suami itu, yang pada

135

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002 ), 325. 136 Ibid., 326.

Page 86: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

64

umurnya bukan wanita-wanita yang dikenal memiliki daya tarik yang

mengikat.137

Hal ini menunjukan bahwa Quraish Shihab menyinggung

siapapun yang ingin melakukan poligami, harus menikahi para janda

jika alasan mereka berpoligami karena sunnah Nabi Muhammad SAW.

Jadi jika benar ingin meneladani RAsulullah maka ikuti juga kenapa

dan tujuan apa Rasulullah berpoligami. Bahkan Rasulullah tidak

pernah menduakan istri pertamanya yaitu Siti Hadijah ra.

Siti Hadijah adalah istri pertama Nabi dan selama Hadijah ra

masih hidup, Rasulullah tidak pernah berpoligami. Poligami

Rasulullah terjadi karena keadaan tertentu saja.

8. Alasan Rasulullah Melakukan poligami

Ada berbagai alasan Rasulullah ketika akan melakukan poligami.

Ada alasan karena perintah Allah, ada alasan karena untuk membantu para

janda, dan ada juga karena alasan untuk mensukseskan dakwah di suatu

daerah tertentu dan lain sebagainya.

Quraish Shihab dalam menjelaskan alasan-alasan poligami

Rasulullah, Beliau menceritakan kisah-kisah pernikahan Rasulullah

dengan semua istri-istrinya. Seperti Pernikahannya dengan Saudah binti

Zim‟ah, Hindun Binti Abi Umayah, Romlah binti Abu Sofyan, Huriyah

binti Haris, Hafsah Binti Umar bin Khattab, Shafiyah seorang putri

Yahudi, Zainab binti Jahsyi, Zainab binti Khuzaimah, dan yang terakhir

adalah Aisyah ra.

Adapun alasan pernikahan Rasulullah adalah sebagai berikut :138

a. Saudah binti Zim‟ah seorang wanita tua. Suaminya meninggal di

perantauan, sehingga ia terpaksa kembali ke Mekah menanggung

beban kehidupan bersama anak-anaknya dengan resiko dipaksa

murtad, atau kawin dengan siapa yang tidak disenanginya.

137 Ibid., 327. 138 Ibid., 327-328.

Page 87: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

65

b. Hindun binti Abi Umayah yang dikenal dengan Ummu Salamah,

suaminya Abdullah al-Makhzumi, yang juga anak pamannya, luka

dalam perang uhud kemudian gugur, ia juga seorang tua, sampai-

sampai pada mulanya beliau menolak lamaran Rasul, sebagaimana

beliau telah menolak lamaran Abu Bakar dan Umar ra tetapi pada

akhirnya bersedia demi kehormatan dan anak-anaknya.

c. Romlah putri Abu Sufyan meningalkan orang tuanya dan hijrah ke

Habasyah bersama suaminya, tetapi sang suami memilih agama

Nasrani disana dan menceraikannya, sehingga ia hidup sendirian di

perantauan. Maka melalui Negus, penguasa Habasyah (Ethopia). Nabi

melamarnya, dengan harapan mengangkatnya dari penderitaan

sekaligus menjalin hubungan dengan ayahnya yang ketika itu

merupakan salah satu tokoh utama kaum musyrikin di Mekah.

d. Huriyah binti Haris adalah putri kepala suku dan termasuk salah

seorang yang ditawan. Nabi saw mengawininya sambil

memerdekakannya dengan harapan kaum muslim dapat membebaskan

para tawanan yang mereka tawan, dan hasilnya seperti yang

diharapkan, dan semua pada akhirnya memeluk islam, Huriah sendiri

memilih menetap bersama Nabi Muhammad SAW dan enggan kembali

bersama ayahnya.

e. Hafsah Putri Umar Ibnu Khattab ra suaminya wafat dan ayahnya

merasa sedih melihat anaknya hidup sendiri, maka ia “menawarkan”

putrinya kepada Abu Bakar untuk dipersuntingnya, namun yang tidak

mau menyambut, maka tawaaran diajukan kepada Usman ra tetapi

beliau pun diam. Nah ketika itu Umar ra mengadukan kesedihannya

kepada Nabi SAW, yang kemudian bersedia mengawini Hafsah ra

demi persahabatan, dan demi tidak membedakan Umar ra dangan

sahabatnya Abu Bakar ra yang sebelum ini telah dikawini putrinya,

yakni Aisyah ra.

f. Shafiyah, putri pemimpin yahudi dari bani Quraizhah yang ditawan

setelah kekalahan mereka dalam pengepungan yang dilakukan oleh

Page 88: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

66

nabi, diberi pilihan kembali ke keluarga atau tinggal bersama nabi

dalam keadaan bebas merdeka. Dia memilih untuk tinggal di rumah

itu. Nabi mendengar seseorang memaki pendek maka nabi menghibur

shafiyah sambil mengecam dengan keras pemakinya. Itulah kisah dan

latar belakang perkawinan Nabi dengan wanita ini.

g. Zainab binti Jahsyi sepupu nabi SAW dikawinkan langsung oleh nabi

dengan bekas anak angkat dan budak beliau, Zaid ibn Haritsah. Rumah

tangga dia tidak bahagia sehingga mereka bercerai, dan sebagai

penangung jawab perkawinan itu, nabi mengawininya atas perintah

Tuhan, sekaligus untuk membatalkan adat jahiliah yang menganggap

anak angkat menjadi anak kandung sehinga tidak boleh mengawini

bekas istrinya.(baca Q.S al-ahzab: 36-37).

h. Zainab binti Khuzaimah , suaminya gugur dalam perang uhud dan

tidak seorang pun kaum dari kaum muslim ketika itu yang berminat

maka nabi pun mengawininya.

i. Aisyah, dinikahi oleh Rasulullah atas dasar perintah Allah SWT. Dan

salah satu hikmahnya adalah bahwa Aisyah paling banyak

meriwayatkan hadits dari Nabi SAW. Dan juga Nabi Muhammad

SAW, berhak melakukan hal tersebut karena dia memiliki

keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki manusia lainnya.

"(Nabi) mempunyai keistimewaan khusus yang tidak bisa

dibandingkan dengan manusia lainnya.

9. Alasan Wanita dilarang poliandri

Ada yang bertanya, kata Quraish Shihab dalam kitabnya, mengapa

Islam membenarkan pria menghimpun dalam saat yang sama, empat orang

wanita sednagkan wanita tidak diperbolehkan kecuali dengan satu pria?

Boleh jadi ada yang menerima pendapat ilmuan yang menyatakan bahwa

fitrah manusia cenderung berpoligami dan fitrah wanita bermonogami.

Karena itu menjawab pertanyaan Negara yang membolehkan prostitusi

melakukan pemeriksaan kesehatan rutin bagi wanita-wanita berlaku seks

bebas, tidak melakukanya bagi pasangan sah? Ini karena kenyataan

Page 89: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

67

menunjukkan bahwa wanita diciptakan untuk disentuh oleh cairan yang

bersih, yaitu sperma seorang pria. Begitu terlibat dua pria dalam

hubungan seksual dengan seorang wanita maka ketika itu pula cairan itu

yang merupakan benih anak tidak bersih lagi dan sangat dikhawatirkan

menjangkitkan penyakit. Kenyataan menjadi bukti yang sangat jelas yang

menyangkut hal ini.139

10. Tafsir Surah al-Nisa‟ ayat 3 adalah tentang anak yatim, bukan perintah

poligami.

Dalam tafsir al-Misbah surah al-Nisa‟ ayat 3 yang menjadi

landasan bagi orang-orang melakukan poligami adalah sebagai berikut :

“dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (Q.S Al-Nisa‟ : 3)

Quraish Shihab menafsir ayat tersebut bahwa Setelah melarang

mengambil dan memanfaatkan harta anak yatim secara aniaya, kini yang

dilarang-Nya adalah berlaku aniaya terhadap pribadi anak-anak yatim itu,

karena itu ditegaskan bahwa : dan jika kamu takut tidak akan dapat

berbuat adil terhadap perempuan yatim, dan kamu percaya diri akan

berbuat adil terhadap wanita-wanita selain yang yatim itu, maka

kawinilah apa yang kamu senangi sesuai dengan selera kamu, dan halal

dari wanita wanita yang lain itu. kalau perlu, kamu dapat

menggabungkan saat yang sama dua, tiga, atau empat, tapi jangan lebih,

lalu jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil dalam hal harta dan

perlakuan lahiriah, bukan hal cinta bila menghimpun lebih dari seorang

istri, maka kawinilah seorang saja, atau kawinilah budak-budak yang

kamu miliki. Yang demikian itu, yakni menikahi selain anak yatim yang

mengakibatkan ketidakadilan, dan mencukupkan satu orang istri adalah

139 Ibid., 329.

Page 90: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

68

lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya, yakni lebih mengantarkan kamu

kepada keadilan atau tidak memiliki banyak anak yang kamu tanggung

biaya hidup mereka.140

Ayat di atas, lanjut Beliau, menggunakan kata tuqsithu dan ta’dilu

yang keduanya diterjemahkan “adil”. Ada ulama yang mempersamakan,

ada juga yang membedakannya dengan berkata bahwa tuqsithu adalah

berlaku adil antara dua orang atau lebih, keadilan yang membuat

keduanya senang, sedangkan ta’dilu adalah berbuat adil, baik terhadap

orang lain maupun diri sendiri, tapi keadilan itu bisa saja tidak

menyenangkan salah satu pihak.141

Firman-Nya : maka kawinilah apa yang kamu senangi, bukan

siapa yang kamu senangi, bukan dimaksudkan seperti tulisan al-Biqa‟i

untuk mengisyaratkan bahwa wanita kurang berakal dengan alasan

pertanyaan yang dimulai dengan apa adalah bagi sesuatu yang tidak

berakal dan siapa untuk yang berakal. Sekali lagi bukan itu tujuannya,

tapi agaknya ia disebabkan karena kata itu bermaksud menekankan

tentang sifat wanita itu, bukan orang tertentu, nama, atau keturunanya.

Bukankah jika anda berkata : “siapa yang dia kawini?” maka anda

menanti jawaban tentang wanita tertentu, namanya dan anak siapa dia.

Sedangkan bila anda bertanya dengan mengunakan kata apa, maka

jawaban yang anda nanti adalah sifat dari yang ditanyakan itu, misalnya

janda atau gadis, cantik atau tidak dan sebagainya.142

Penafsiran yang terbaik menyangkut ayat di atas, Lanjut Quraish

Shihab, adalah penafsiran yang berdasarkan keterangan istri nabi, Aisyah

ra, Iman Bukhari, Muslim, Abu Dawud serta at-Turmuzy dan lain – lain

meriwayatkan bahwa Urwah ibnu Zubair bertanya pada istri nabi, Aisyah

ra, tentang ayat ini, beliau menjawab bahwa ini berkaitan dengan anak

yatim yang berada dalam pemeliharaan seorang wali, dimana hartanya

bergabung dengan harta wali dan sang wali senang dengan kecantikan dan 140 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, ( Ciputat : Lentera Hati, 2000 ), 321. 141 Ibid., 322. 142 Ibid., 323.

Page 91: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

69

dan harta sang yatim, maka ia hendak mengawininya tanpa memberikan

mahar yang sesuai. As-Sayyidah Aisyah ra. lebih lanjut menjelaskan

bahwa setelah turunya ayat ini, para sahabat bertanya lagi pada nabi

SAW. tentang perempuan, maka turunlah firman-Nya dalam surah al-

Nisa‟ (4) : 127, sebagai berikut :

ا ا ي ى ع ي ف ي ا ف ي ي ى ا ء ق ه ي ف ي ف ي س ي س ف ك ف ي ا ء س

ف ي ا ع س ا ا غ ا ح ا ا ك ؤ ا ي ا ا ا

ا ه ك ع ي ي ف ا خ ق س فع ي ى ق

Artinya:“Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang Para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya”.

Aisyah ra. Kemudian melajutkan keterangannya bahwa firman-

Nya : sedang kamu enggan mengawini mereka, itu adalah keengganan

para wali untuk mengawini anak yatim yang sedikit hartanya dan

kecantikannya. Maka sebaiknya dalam ayat 3 surat Al -Nisa‟ ini mereka

dilarang mengawini anak-anak yatim yang mereka inginkan karena harta

dan kecantikannya, tetapi enggan berlaku adil terhadap mereka.143

Penyebutan dua, tiga, atau empat, pada hakikatnya adalah dalam

rangka tuntutan berlaku adil kepada anak yatim. Redaksi ayat ini mirip

dengan ucapan seseorang yang melarang makan makanan tertentu, dan

untuk menguatkan larangan itu dikatakanya :” jika ada khawatir akan

sakit bila makan makanan ini, maka habiskan saja makanan selainya

yang ada dihadapan anda”. Tentu saja peritah menhabiskan makanan lain

143 Ibid., 324-325.

Page 92: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

70

itu hanya sekedar menekankan perlunya mengindahkan larangan untuk

tidak makan makanan tertentu itu.144

11. Pengertian Keadilan Dalam Poligami

a. Pentingnya Keadilan

Keadilan adalah hal yang wajib ditegakkan dalam segala

keadaan. Adil dalam memimpin, adil dalam membagi harta, adil

dalam kekuasaan, dan adil dalam poligami. Pentingnya keadilan

tersebut Allah tegaskan dalam al-Qur‟an dalam surah al-Nisa‟ ayat

135,

ا ن اآم ن ك ن ي ام ق سط ق ال داءب ش ال ل ى ع كم س ف ذيأن االArtinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak

al-qisth (keadilan),menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri...”.

Dalam ayat lain juga Q.S. al-An‟am (6) : 152 disebutkan,

اق ى ع ك ا ق ف ا

Artinya : “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil walaupun terhadap kerabat...

Dalam ayat lain QS Al-Hadid (57): 25 juga disebutkan bahwa,

ا ق ي ا ي ا ا ع ا ي س س ا ق ا س ق

Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan…”.

Keadilan adalah melakukan atau memutuskan sesuatu

berdasarkan proporsinya atau kesesuaiannya. Keadilan itu tidak harus

sama besar tetapi sesuai porsi masing-masing. Seperti yang

diungkapkan oleh Quraish Shihab bahwa “ keadilan identik dengan

kesesuaian ( keproporsionalan ), bukan lawan kata "kezaliman". Perlu

dicatat bahwa keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar 144 Ibid., 325.

Page 93: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

71

dan syarat bagi semua bagian unit agar seimbang. Bisa saja satu

bagian berukuran kecil atau besar,sedangkan kecil dan besarnya

ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya.145

b. Macam-macam makna keadilan

1. Adil dalam makna “ sama “

Adil yang bermakna sama maksudnya adalah

memperlakukan sama antara orang yang satu dengan yang lain.

Bisa saja dalam hal ini memperlakukan sama antara istri yang satu

dengan istri yang lain.

Hal ini ditegaskan oleh Quraish Shihab dalam bukunya,

Anda dapat berkata bahwa si A adil, karena yang Anda maksud

adalah bahwa dia memperlakukan sama atau tidak membedakan

seseorang dengan yang lain. Tetapi harus digarisbawahi bahwa

persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam

surat Al-Nisa' (4): 58 dinyatakan bahwa, Apabila kamu

memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau

memutuskannya dengan adil... Kata "adil" dalam ayat ini -bila

diartikan "sama"- hanya mencakup sikap dan perlakuan hakim pada

saat proses pengambilan keputusan.146

Penulis menyimpulkan bahwa jika adil disini dikaitkan

dengan poligami maka seorang suami sebagai pelaku poligami jika

memutuskan suatu perkara dalam rumah tangga poligaminya

hendaklah sang suami memutuskan dengan adil dan menganggap

bahwa semua istrinya sama di mata dia.

2. Adil dalam makna “ Seimbang “

Adil yang bermakna seimbang adalah keadilan yang

menuntut kesimbangan antara yang satu dengan yang lain.

Quraish Shihab menyatakan bahwa “ keadilan identik dengan

kesesuaian ( keproporsionalan ), bukan lawan kata "kezaliman".

145 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 115. 146 Ibid., 114.

Page 94: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

72

Perlu dicatat bahwa keseimbangan tidak mengharuskan

persamaan kadar dan syarat bagi semua bagian unit agar

seimbang. Bisa saja satu bagian berukuran kecil atau besar,

sedangkan kecil dan besarnya ditentukan oleh fungsi yang

diharapkan darinya.147

Dalam kaitannya dengan poligami, keseimbangan antara

istri yang satu dengan yang lain harus menjadi landasan bagi para

pelaku poligami. Dalam keadilan makna seimbang ini, seorang

suami pelaku poligami harus memberikan porsi masing-masing

istri sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini, materi yang

diberikan tidak harus sama besar, tetapi sesuai porsi dan

kebutuhan masing-masing. Jelas akan terjadi perbedaan jumlah

antara istri yang memiliki dua anak dengan istri lain yang hanya

memiliki satu anak.

3. Adil adalah "perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan

hak-hak itu kepada setiap pemiliknya"

Adil adalah memberikan hak-hak seseorang sesuai dengan

kemampuan dan keahlian pekerjaannya. Raja harus ditempatkan

sebagai raja, prajurit harus ditempatkan sebagai prajurit. Bukan

sebaliknya. Adil dalam makna ini adalah adil yang menempatkan

seseorang sesuai posisinya.

Quraish Shihab menyatakan bahwa “Pengertian inilah yang

didefinisikan dengan "menempatkan sesuatu pada tempatnya" atau

"memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat".

Lawannya adalah "kezaliman", dalam arti pelanggaran terhadap

hak-hak pihak lain. Dengan demikian menyirami tumbuhan adalah

keadilan dan menyirami duri adalah lawannya. Sungguh merusak

permainan(catur), jika menempatkan gajah di tempat raja”.

Jika dikaitkan keadilan dalam poligami, maka seorang suami

dalam memperlakukan istri-istrinya sesuai posisi masing-masing

147

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 115.

Page 95: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

73

dan kemampuan masing-masing. Istri tua harus bisa dihormati oleh

istri yang lebih muda. Yang muda harus dihargai oleh yang tua.

Keadilan seperti inilah yang akan mampu melahirkan kesejahteraan

dan kerukunan dalam rumah tangga.

12. Konsep Keadilan dalam poligami

Keadilan dalam poligami adalah menjadi syarat utama bagi yang

ingin mempraktekkan poligami dalam keluarganya. Jika tidak yakin akan

mampu berlaku adil maka dilarang untuk melakukan poligami karena

akan menyebabkan pelaku poligami berdosa dan berlaku aniaya terhadap

istri-istrinya.

Adil dalam poligami menurut Quraish Shihab adalah adil dalam

bidang material. Ia mendasarkan pendapatnya pada surat An-Nisa‟ ayat

129:

يع ا ي ا س ط ا كس ا ا ع ي ص ف ي ف ء ح ا ا

ا اق ع اص ح ك ي ح ا ف ا ه ك غ ا ف اق

Artinya : “Kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu senderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung”.148

Keadilan yang dimaksudkan dalam ayat diatas, lanjut Beliau,

adalah “ adil dalam bidang immaterial (cinta). Keadilan ini yang tidak

mungkin dicapai oleh kemampuan manusia. Oleh sebab itu suami yang

berpoligami dituntut tidak memperturutkan hawa nafsu dan berkelebihan

cenderung kepada yang dicintai. Dengan demikian, tidaklah tepat

menjadikan ayat ini sebagai dalih untuk menutup rapat pintu poligami

“.149

148 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 78. 149 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1994 ), 201.

Page 96: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

74

Dengan pengertian ini, Quraish Shihab tidak hendak

menyampaikan bahwa jika seseorang sudah yakin dan percaya mampu

berbuat adil dalam hal materi maka dianjurkan poligami, karena masih

banyak syarat yang harus dipenuhi dalam poligami. Selain itu, dengan

melihat sejarah poligami pada masa Nabi SAW, Quraish Sihab

menyatakan bahwa poligami bukanlah sesuatu yang mudah untuk

dilakukan karena menyangkut berbagai aspek.150

Walau begitu, Quraish Shihab menambahkan bahwa dampak

buruk yang dilukiskan di atas adalah apabila mereka tidak mengikuti

tuntunan hukum dan agama. Terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan

hukum bukanlah alasan yang tepat untuk membatalkan ketentuan hukum

itu, apalagi bila pembatalan tersebut mengakibatkan dampak buruk bagi

masyarakat. Di sini perlu disadari bahwa dalam masyarakat yang

melarang poligami atau menilainya buruk, baik di Timur lebih-lebih di

Barat, telah mewabah hubungan seks tanpa nikah, muncul wanita-wanita

simpanan, dan pernikahanpernikahan di bawah tangan. Ini berdampak

sangat buruk, lebih-lebih terhadap perempuan-perempuan.

Dalam hal ini, Quraish Shihab membandingkan hal tersebut

dengan poligami bersyarat, maka ia melihat betapa hal itu jauh lebih

manusiawi dan bermoral dibanding dengan apa yang terjadi di tengah

masyarakat yang melarang poligami. Masyarakat yang melarang poligami

tetapi membiarkan perzinahan, pelacuran dan sebagainya merupakan hal

jauh lebih buruk daripada yang berpoligami walau kurang adil.

13. Poligami dan Kawin Sirri

Sebelum masuk pembahasan tentang kawin sirri, penulis akan

memulai tema poligami dan kawin sirri dengan syarat sahnya suatu

perkawinan. Untuk sahnya sebuah pernikahan atau perkawinan, para

ulama telah banyak mengkaji tentang syarat-syarat suatu perkawinan

dikatakan sah menurut agama. 150 Quraish Shihab, Poligami dan Kawin Sirri Dalam Islam, diakes dari http://nambas.wordpress.com/2016/03/03/quraish-shihab-poligami-dan-kawin-sirri-menurut-islam/. Diakses tanggal 22/11/2016

Page 97: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

75

Menurut Quraish Shihab, Syarat sahnya perkawinan adalah “ adanya

calon suami dan istri, wali, dua orang saksi, mahar serta terlaksananya ijab

dan Kabul.151 Tetapi rincian syarat-syaratnya berbeda antara ulama yang

satu dengan yang lain.

Nikah siri memiliki tiga pengertian, yaitu sebagai berikut :152

a. Pengertian pertama : Nikah siri adalah pernikahan yang dilakukan

secara sembunyi–sembunyi tanpa wali dan saksi. Sehingga pernikahan

siri dalam bentuk yang pertama ini hukumnya tidak sah.

b. Pengertian kedua : Nikah siri adalah pernikahan yang dihadiri oleh

wali dan dua orang saksi, tetapi saksi-saksi tersebut tidak boleh

mengumumkannya kepada khayalak ramai. Ada dua pendapat tentang

hukum nikah siri seperti ini. Pendapat pertama : menyatakan bahwa

nikah seperti ini hukumnya sah tapi makruh. Dalilnya adalah hadist

Aisyah ra ;

“Tidak sah suatu pernikahan kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil”153. Pendapat Kedua: Nikah seperti ini hukumnya tidak sah. Pendapat ini

dipegang oleh Malikiyah. Mereka berdalil dengan apa yang

diriwayatkan oleh Muhammad bin Hatib al Jumahi, bahwasanya

Rasulullah saw bersabda :

“Pembeda antara yang halal ( pernikahan ) dan yang haram ( perzinaan ) adalah gendang rebana dan suara“.154 Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Umumkanlah nikah, adakanlah di masjid, dan pukullah rebana untuk mengumumkannya".155

151 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 200. 152 Ahmad Zain, Hukum Nikah Siri Dalam Islam, diakses dari situs ( http://www.ahmadzain.com/read/karya -tulis/227/hukum-nikah-siri-dalam-islam/ ), tanggal 25 Juni 2016. 153

Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi, Sunan al-Kubra al-Baihaqi, ( Bombai : ad-Dar as- Salafiyah, 1986 ), .. 154 Al-Hakim, al- Mustadrak, terj. Ali Murtado, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2010 ) 155

Muhammad Nashirudin al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi Jilid II, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2010 ), ..

Page 98: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

76

c. Pengertian ketiga : Nikah Siri adalah pernikahan yang dilakukan

dengan adanya wali dan dua orang saksi yang adil serta adanya ijab

qabul, hanya saja pernikahan ini tidak dicatatkan dalam lembaga

pencatatan Negara, dalam hal ini adalah KUA . Menurut kaca mata

Syariat, nikah sirri dalam katagori ini, hukumnya sah dan tidak

bertentangan dengan ajaran Islam, karena syarat-syarat dan rukun

pernikahan sudah terpenuhi.

Dalam hal ini, Quraish Shihab cenderung pada pendapat kedua

dan ketiga yang mensyaratkan wajibnya ada wali nikah. Ada beberapa

syarat menurut Quraish Shihab dikatakan suatu pernikahan itu sah yaitu

apabila :

1. Adanya wali nikah

Seperti kata Beliau dalam bukunya, “ amat bijaksana untuk

tetap menghadirkan wali, baik bagi gadis maupun janda. Hal

tersebut merupakan sesuatu yang amat penting karena "seandainya

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan", maka ada sandaran yang

dapat dijadikan rujukan. Ini sejalan dengan jiwa perintah Al-Quran

yang menyatakan,

"Nikahilah mereka atas izin keluarga (tuan) mereka." (QS Al -Nisa' [4]: 25). Walaupun ayat ini turun berkaitan dengan budak-budak

wanita yang boleh dikawini “.156

2. Adanya saksi-saksi pernikahan

Syarat kedua yang harus dipenuhi agar sahnya suatu

pernikahan adalah adanya saksi-saksi. Seperti yang tertulis dalam

lanjutan bukunya bahwa “ Hal kedua yang dituntut bagi

terselenggaranya pernikahan yang sah adalah saksi-saksi “.157

3. Adanya pencatatan nikah

156 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1996 ), 202. 157 Ibid.,

Page 99: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

77

Quraish Shihab menegaskan bahwa pernikahan yang tidak

dicatatkan dalam buku catatan nikah Negara, maka pernikahan

tersebut tidak sah. Karena pasangan suami istri tidak menunjukan

ketaatan pada ulil amri ( pemerintah ), sedangkan ketaatan pada ulil

amri hukumnya wajib.

Hal tersebut dikatakan oleh Beliau dalam bukunya yang

penulis kutib sebagai berikut : “dalam konteks keindonesiaan,

walaupun pernikahan demikian dinilai sah menurut hukum agama,

namun perkawinan di bawah tangan dapat mengakibatkan dosa

bagi pelaku-pelakunya, karena melanggar ketentuan yang

ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR (Ulil Amri). Al-Quran

memerintahkan setiap Muslim untuk menaati Ulil Amri selama

tidak bertentangan dengan hukum hukum Allah. Dalam hal

pencatatan tersebut, ia bukan saja tidak bertentangan, tetapi justru

sangat sejalan dengan semangat Al-Quran “.158 Walau menurut

mazhab Syafi‟i dan Hanafi menyatakan boleh boleh saja

pernikahan tanpa perlu dicatatkan dalam buku Negara.

Dalam kaitannya dengan nikah sirri, Quraish Shihab dengan

sangat jelas menyatakan bahwa nikah sirri sah secara agama namun

menyebabkan pelakunya mendapat dosa karena tidak taat pada ulil

amri. Sehingga untuk konteks keindonesiaan, Quraish Shihab

menganggap bahwa pencatatan pernikahan adalah wajib

hukumnya. Jadi secara tidak langsung, Penulis menganggap bahwa

Quraish Shihab melarang atau mengharamkan pernikahan

sembunyi-sembunyi atau pernikahan sirri tersebut.

4. Adanya pengumuman pernikahan

Islam menganjurkan agar dilakukan pesta untuk

mengumumkan pernikahan, walau sederhana, dan dirayakan

dengan bunyi-bunyian (musik). Karena itu pula, siapa yang

diundang ke walimah (pesta pernikahan), maka dia sangat

158 Ibid., 203.

Page 100: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

78

dianjurkan untuk menghadirinya. Jika dia tidak berpuasa, maka

hendaklah dia makan, tapi bila berpuasa cukup menghadirinya saja.

Ini bukan saja untuk menampakkan kegembiraan dengan

terjalinnya pernikahan itu, tetapi juga sebagai kesaksian, sehingga

dapat menampik sekian banyak isu negatif yang boleh jadi muncul

atau penganiayaan yang dapat terjadi atas salah satu pasangan.

Dalam hal ini Quraish Shihab mensyaratkan sebuah

pernikahan harus diumumkan dan tidak boleh sembunyi-sembunyi.

Beliau mengatakan, “ Dengan diumumkannya perkawinan, maka

tidak juga akan hilang hak-hak masing-masing jika seandainya

terjadi perceraian, baik perceraian mati maupun perceraian hidup.

Hak anak yang dilahirkan pun akan menjadi jelas siapa orang

tuanya. Dalam kompilasi Hukum Islam yang berlaku di Indonesia,

diharuskan adanya pencatatan pernikahan demi terjaminnya

ketertiban dan menghalangi terjadinya persengketaan tanpa

penyelesaian. Hal ini berlaku hampir di seluruh negeri

bermasyarakat Islam “.159

Oleh karena itu penulis berkesimpulan bahwa Quraish

Shihab melarang pernikahan sirri, karena akan berdampak negative

bahkan berdosa bagi pelakunya, baik suami istri, wali nikah, saksi

dan sebagainya. Pengumuman pernikahan adalah sunnah yang

harus ditegakkan saat ini untuk melindungi istri dan anak yang

akan dilahirkan.

C. Konsep Poligami dalam KHI dan UU No. 1 Tahun 1974

1. Keluarga Sakinah mawaddah wa rahmah Perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mitssqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

adalah ibadah. Perkawinan adalah proses suci dalam sebuah hubungan

159 Imam Puji Hartono, Poligami dan Nikah Sirri Menurut Quraish Shihab, diakses di situs ( https://nambas.wordpress.com/2010/03/03/quraish-shihab-poligami-dan-kawin-sirri-menurut-islam/), tanggal 6 Desember 2016.

Page 101: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

79

antara dua insan yang saling mencintai satu sama lain sehingga melahirkan

keluarga yang bahagia dan penuh keharmonisan.

Kompilasi Hukum Islam memberikan gambaran bahwa tujuan

sebuah perkawinan adalah dalam rangka membentuk keluarga yang

sakinah, mawaddah wa rahmah. Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 3

Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) sebagai berikut :

“ Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah”.160 Begitu juga dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

menjelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang

pria dan wanita dengan tujuan agar menjadi keluarga yang bahagia. Berikut

kutipannya dalam pasal 1 :

“Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seoran wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa‟.161 Sehingga secara hukum, perkawinan itu memiliki tujuan yang mulia

yaitu membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah yaitu keluarga

yang dipenuhi dengan cinta, kasih dan sayang antara dua manusia yang

berlainan jenis sebagai suami istri yang bahagia.

2. Kedudukan, Hak dan Kewajiban Suami Istri

Dalam sebuah rumah tangga, suami istri merupakan dua insan yang

saling membutuhkan satu sama lain, saling membantu sesuai dengan hak

dan kewajiban masing-masing. Suami adalah kepala keluarga dan istri

adalah ibu rumah tangga yang membantu suami melakukan pekerjaan

rumah. Hal tersebut dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam ( KHI )

pasal 79 ayat 1 sebagai berikut :

“Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga”.162

160 Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 2. 161

Ibid., 78. 162

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 25.

Page 102: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

80

Kemudian dalam ayat 2 nya dijelaskan bahwa : “ Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat”.163 Hal senada juga dijelaskan dalam UU No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa “ “Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat”.164 Suami istri memiliki hak dan kewajiabn yang harus ditegakkan

bersama dalam menjalani rumah tangga. Suami istri harus sama-sama

berjuang menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah,

saling mencintai satu sama lain, mendidik anak, menjaga kehormatan.

Bahkan pengadilan memberikan ijin agar mengajukan gugatan jika salah

satu pihak melalaikan kewajibannya. Hal tersebut diterangkan dalam pasal

77 Kompilasi Hukum Islam sebagai berikut:165

“a. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah yang menjadi sendi dasar dan susunan masyarakat, b. Suami Istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain, c. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya, d. Suami istri wajib memelihara kehormatannya, e. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama”.

Sedangkan dalam UU No. 1 tahun 1974 menjelaskan bahwa :

“Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”.166 Dalam pasal 33 dan 34 juga dijelaskan bahwa suami sebagai

pelindung dan istri mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Suami

163

Ibid., 25. 164

Ibid., 87. 165

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 24. 166

Ibid., 87.

Page 103: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

81

istri harus saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi

bantuan lahir bathin yang satu dengan yang lain. Berikut kutipan pasal 34 :

“Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain”.167 Dan pasal 34 yang berbunyi : “1.Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya, 2.Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya”.168

3. Hukum Poligami

Hukum poligami menurut peraturan yang berlaku di Indonesia, baik

Kompilasi Hukum Islam maupun UU No. 1 tahun 1974, adalah boleh

dengan syarat. Syarat-syarat tersebut menjadi hal yang wajib dipenuhi oleh

siapapun yang ingin mempraktekkan poligami. Adapun syarat-syarat

tersebut adalah : 1. Karena istri mandul, 2. Karena istri tidak mampu

melaksanakan kewajiban sebagai istri, 3. Karena istri menderita cacat atau

penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Hal tersebut dijelaskan dalam

Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) pasal 55 sampai dengan pasal 59 yang

berbicara khusus bolehnya poligami berserta syarat-syaratnya. Sedangkan

dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga menyatakan bahwa

poligami itu boleh tetapi harus memenuhi syarat seperti tersebut di atas.

Berikut penulis kutip dari buku Kompilasi Hukum Islam yang

dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan sebagai

berikut :

Kompilasi Hukum Islam pasal 55 ayat 1 menyatakan bahwa istri itu

boleh lebih dari satu orang dengan batas maksimal empat orang :

“ Beristri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya sampai empat istri”.169

167

Ibid., 88. 168

Ibid., 169

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 17.

Page 104: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

82

Begitu juga dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 3 ayat 2 yang

menyatakan bahwa pengadilan memberikan ijin menikah lagi bagi suami

asal dikehendaki oleh pihak-pihak bersangkutan, berikut kutipannya ;

“Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan“.170 Adapun syarat yang disebutkan dalam KHI pasal 57 dan UU No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan pasal 4 ayat 2 sebagai berikut :

“1. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, 2. Istri mendapat cacat atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan, 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan”.171

4. Syarat Utama Poligami

Jika seorang suami ingin berpoligami, maka syarat utama yang wajib

dipenuhi adalah mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya serta anak-anak-

anaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada pasal 55 KHI ayat kedua sebagai

berikut :

“Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya”.

Jika syarat utama tersebut tidak mampu dipenuhi oleh seorang suami, maka

suami dilarang beristri lebih dari seorang. Hal tersebut dapat kita lihat pada

lanjutan pasal 55 ayat 3 Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) tentang adil

sebagai berikut :

“Apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari seorang”.172

5. Syarat-Syarat lain Poligami

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa syarat-syarat tersebut

adalah : 1. Karena istri mandul, 2. Karena istri tidak mampu melaksanakan

kewajiban sebagai istri, 3. Karena istri menderita cacat atau penyakit yang

170

Ibid., 78. 171

Ibid., 78-79. 172

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 17.

Page 105: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

83

tidak bisa disembuhkan. Hal tersebut dijelaskan dalam KHI pasal 57 dan

UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 4 ayat 2 sebagai berikut :

“1. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, 2. Istri mendapat cacat atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan, 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan”.173

6. Keadilan Dalam Poligami

Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan menjadikan keadilan sebagai syarat utama dalam poligami.

Keadilan menjadi sesuatu yang wajib dan menentukan boleh tidaknya

seseorang melakukan poligami. Pada dasarnya pernikawan atau perkawinan

menganut prinsip monogamy, tetapi jika seseorang mampu adil dan

memenuhi persyaratan maka monogamy bisa berubah menjadi monogami.

Hal tersebut diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 55 ayat 2 sebagai

berikut :

“Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya”.174 Apabila syarat tersebut tidak bisa dipenuhi maka pengadilan tidak

akan pernah memberikan izin untuk berpoligami atau beristri lebih dari

seorang. Hal tersebut ditegaskan lagi dalam ayat 3 pasal 55 tersebut sebagai

berikut :

“Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari seorang”.175 Begitu juga dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

menjelaskan bahwa seorang suami yang hendak mengajukan permohonan

poligami pada Pengadilan, maka diharuskan adanya jaminan bahwa suami

tersebutakan berlaku adil pada istri-istri dan anak-anaknya. Hal tersebut

dapat kita lihat dalam pasal 5 UU No. 1 Tahun 1974 ayat 1 point c yaitu :

“Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya”.176

173

Ibid., 78-79. 174

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 17. 175

Ibid.,

Page 106: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

84

Maksud dari keadilan dalam KHI maupun UU No. 1 tahun 1974

adalah keadilan materi, yaitu seorang suami menjamin kebutuhan materi

atau kebutuhan hidup istri-istri dan anak-anaknya. Hal tersebut dapat kita

lihat dalam pasal 5 juga ayat 1 point b, yaitu :

“Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anaknya mereka”.177 Hal tersebut juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dalam pasal

82 tentang kewajiban suami yang beristri lebih dari seorang ayat 1 yang

mengatakan bahwa suami wajib memberikan tempat tinggal dan biaya hidup

kepada istri-istri secara adil atau berimbang. Berikut kutipan pasalnya :

“Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberikan tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya (adil) jumlah keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan”.178 Selain keadilan materi, Kompilasi Hukum Islam juga mensyaratkan

agar adil dalam hal cinta. Suami harus mencintai istrinya, dan istri juga

harus mencintai suaminya. Begitu juga kalau seorang berpoligami, dia harus

adil dalam cinta juga agar tidak terjadi kecemburuan sosial antar istri. Hal

tersebut secara umum dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 77

ayat 2 sebagai berikut :

“Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain”.179

7. Batas Maksimal Poligami

Konsep poligami atau beristri lebih dari satu dalam Kompilasi

Hukum Islam dibahas dalam Bab IX pasal 55 sampai dengan pasal 59.

Pasal 55 terdiri dari 3 ayat. Ayat pertama menyatakan bahwa batas

176

Ibid.,79. 177

Ibid., 178

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 27. 179

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 24.

Page 107: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

85

maksimal orang yang ingin berpoligami adalah empat orang istri. Hal

tersebut tercantum dalam pasal 55 ayat satu sebagai berikut :

“Beristri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya sampai empat istri”.180

Sedangkan dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak

disebutkan batasan maksimal orang boleh berpoligami, tetapi hanya

menjelaskan bolehnya beristri lebih dari seorang. Hal tersebut dijelaskan

dalam pasal 3 ayat 2 sebagai berikut :

“ Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”.181

8. Syarat Untuk Mendapatkan izin Poligami dari Pengadilan

Dalam hal mengatur dan mengurangi praktek poligami sembarangan,

pemerintah melalui KHI memberi syarat yang cukup berat bagi seorang

yang hendak berpoligami. Ada tiga syarat yang ditawarkan oleh pemerintah,

yaitu 1. Istri tidak mampu lagi menjalani kewajiban sebagai seorang istri, 2.

Istri memiliki cacat badan atau fisik yang tidak bisa disembuhkan, 3. Istri

tidak mampu melahirkan keturunan. Hal tersebut tercantum dalam KHI

pasal 57 sebagai berikut :

“Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila : a. istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, c. istri tidak dapat melahirkan keturunan”.182 Begitu juga dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

memberi tiga syarat agar mendapat izin berpoligami dari Pengadilan, yaitu

1. Istri tidak mampu lagi menjalani kewajiban sebagai seorang istri, 2. Istri

memiliki cacat badan atau fisik yang tidak bisa disembuhkan, 3. Istri tidak

180 Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 17. 181 Ibid., 79. 182 Ibid.,

Page 108: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

86

mampu melahirkan keturunan. Hal tersebut dapat dilihat dalam pasal 4 ayat

2 UU No. 1 tahun 1974 sebagai berikut :

“Pengadilan hanya memberi izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila : a. istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, c. istri tidak dapat melahirkan keturunan”.183 Selain syarat-syarat tersebut di atas untuk mendapatkan izin

Pengadilan Agama untuk berpoligami, seorang yang ingin berpoligami

harus memenuhi syarat lain jika benar-benar ingin mendapat izin dari

Pengadilan Agama. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut : 1.

Adanya persetujuan istri, 2. Adanya kepastian bahwa suami mampu

menjamin keperluan istri-istri dan anak-anak mereka. Hal tersebut

tercantum dalam pasal 58 KHI dan pasal 5 UU No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, bahkan dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 5 ditegaskan

kembali pada ayat 3 tentang kepastian bahwa seorang suami mampu berlaku

adil. Bunyi pasal 5 ayat 3 UU No. 1 tahun 1974 adalah sebagai berikut :

“Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka”.184

9. Asas Perkawinan

Pada dasarnya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan menganut asas monogami di dalam perkawinan. Hal ini tegas

disebut dalam pasal 3 ayat 1 sebagai berikut :

“Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami”.185 Asas monogami dalam Undang-undang perkawinan ini tidak bersifat

mutlak, tetapi hanya bersifat pengarahan kepada pembentukan perkawinan

183 Ibid., 78-79. 184 Ibid., 79. 185 Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 78.

Page 109: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

87

monogami dengan jalan mempersempit penggunaan lembaga poligami dan

bukan menghapuskan sama sekali sistem poligami.

10. Poligami dan Kawin Sirri

Banyak masyarakat Indonesia melakukan praktek poligami dengan

cara kawin sirri. Bahkan menikah pertamapun tanpa dicatatkan di Kantor

Urusan Agama ( KUA ). Padahal perkawinan di Indonesia harus dicatatkan

dalam catatan KUA. Hal tersebut dapat kita lihat pada pasal 4, 5, 6 dan 7

Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) yang menyatakan bahwa perkawinan itu

sah dan sebagainya jika dilakukan oleh KUA.

Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam sebagai berikut :

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan”.186 Sedangkan pasal 2 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 berbunyi :

“Perkawinan sah apabila dilakukan sesuai dengan hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu”. Kompilasi Hukum Islam juga menyatakan bahwa pencatatan

perkawinan itu dalam rangka menertibkan perkawinan yang terjadi di

masyarakat yang dilakukan oleh pegawai pencatat nikah. Hal tersebut

dijelaskan dalam pasal 5 KHI sebagai ayat 1 sebagai berikut :

“ Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat”.187 Dan perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan pegawai

pencatat nikah atau yang kita kenal dengan kawin sirri atau nikah bawah

tangan tidak memiliki kekuatan hukum. Artinya nikah/kawin sirri tidak sah

sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal tersebut disebutkan dalam KHI

pasal 6 ayat 2 sebagai berikut :

“ Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak memiliki kekuatan Hukum “.188

186 Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Permata Press, t.t ), 2. 187 Ibid., 188 Ibid., 3.

Page 110: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

88

Kemudian dipertegas lagi dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan sebagai berikut :

“Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.189 Jadi kawin sirri dalam hal ini dilarang oleh hukum karena mencatat

nikah adalah wajib bagi seluruh masyarakat yang akan melangsungkan

pernikahan.

D. Wacana Kaum Feminisme Indonesia Tentang Poligami

1. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah

Perkawinan adalah peristiwa besar yang sangat sakral dalam

pandangan Islam. Perkawinan adalah penyatuan komitmen besar antara

dua insan yang saling mencintai satu sama lain. Ikatan perkawinan adalah

ikatan yang sangat suci yang harus dijaga oleh suami istri untuk

menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Musdah Mulia, sebagai tokoh feminsme Indonesia, menjelaskan

secara rinci dan mendalam bagaimana konsep sebuah keluarga sakinah,

mawaddah wa rahmah tersebut. Beliau menjelaskan bahwa al-Quran

menggambarkan ikatan perkawinan dengan istilah mitsaqan ghalizha (

komitmen besar ). Perkawinan sejatinya merupakan perjanjian serius di

antara dua pihak yang memiliki posisi setara menuju kehidupan keluarga

yang sakinah dan bahagia, meliputi mawaddah wa rahmah.

Sebuah keluarga dikatakan sakinah mawaddah wa rahmah jika

memenuhi prinsip dasar perkawinan. Menurut Musdah Mulia, ada lima

prinsip dasar perkawinan sebagai berikut :

a. Prinsip Mitsaqan ghalizha ( Komitmen besar )

b. Prinsip mawaddah wa rahmah (cinta dan kasih sayang yang amat tulus).

c. Prinsip equality ( persamaan )

d. Prinsip mu’asyarah bi al-ma’ruf ( pergaulan yang sopan dan santun )

e. Prinsip monogami

189 Ibid., 79.

Page 111: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

89

Kelima prinsip tersebut menjadi pegangan utama dalam sebuah

perkawinan menurut Beliau. Tanpa lima dasar tersebut maka perkawinan

tidak akan melahirkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Dimulai dari prinsip Mitsaqan ghalizha sampai prinsip monogami adalah

rentetan syarat jika sebuah ikatan perkawinan menginginkan kesakinahan

dalam keluarganya. Seperti kata Musdah Mulia dalam bukunya,

“Pesan moral islam dalam perkawinan adalah membangun keluarga yang sakinah yang sepi dari semua bentik diskriminasi , dominsi, eksploitasi dan kekerasan apapun alasannya. Beranjak dari prinsip prinsip perkawinan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Islam lebih menekankan pemeluknya pada perkawinan monogami bukan poligami“.190 Bahkan Musdah Mulia menyatakan bahwa dengan prinsip

mawaddah wa rahmah, pasangan suami istri harus saling cinta,

memberikan kasih sayang, saling setia terhadap pasangan tanpa batas.

Walaupun seorang istri mengalami kondisi yang menjadi syarat bolehnya

poligami bagi suaminya seperti yang dirumuskan oleh KHI dan UU No 1

tahun 1974, yaitu istri mandul, cacat atau memiliki penyakit yang tidak

dapat disembuhkan.

Musdah mulia tetap bersikeras menyatakan bahwa jangan jadikan

keadaan tersebut sebagai alasan bagi para suami untuk menikah lagi.

Berikut kutipan pernyataan Musdah Mulia dalam bukunya :

“Perkawinan dibangun di atas landasan cinta , kesetiaan, dan kasih sayang yang tak bertepi. Cinta, kasih sayang, dan kesetiaan itu tidak boleh pudar apapun yang terjadi. Semua itu harus terpelihara meski salah satu pasangan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti kecelakaan yang menyebabkan lumpuh , cacat fisik dan mental, sakit berkepanjanngan, atau salah satunya divonis mandul atau dipenjara untuk waktu yang lama “.191

2. Kedudukan Perempuan

Kedudukan laki-laki dan perempuan sama di mata kaum

Feminisme. Tidak ada pembatasan hak. Musdah Mulia melihat bahwa ada 190 Musdah Mulia, Muslimah Sejati ; Menempuh jalan Islami Meraih Ridho Illahi, ( Bandung : MARJA, 2011 ), 187. 191

Ibid.,188.

Page 112: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

90

tiga pemikiran masyarakat atau ulama pada umumnya yang Beliau kritisi,

yaitu pertama, pemahaman tentang asal usul penciptaan manusia. kedua,

pemahaman tentang kejatuhan Adam dan Hawa dari Syurga. Ketiga,

pemahaman tentang kepemimpinan perempuan.

a. Pemahaman tentang asal usul penciptaan manusia

Menurut pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa Adam as

diciptakan dari tanah, sedangkan Hawa as diciptakan dari tulang rusuk

Adam as. Sehingga melahirkan anggapan bahwa perempuan itu hanya

sebagai pelengkap laki-laki, orang nomor dua, diciptakan dari dan

untuk lelaki dan sebagainya.

Hal tersebut menjadi kritikan dari kaum Feminis, yang

menyatakan bahwa pemahaman tersebut hanya akan menyebabkan

pembagian kelas dalam manusia, yaitu manusia kelas satu ( laki-laki ),

dan perempuan sebagai manusia kelas dua, sehingga terjadi

diskriminasi status dalam masyarakat. Hal ini dikritik dan disalahkan

oleh kaum Feminisme, karena bagi mereka, laki-laki dan perempuan itu

sama saja. Yang membedakan hanya tingkat ketaqwaannya saja.

Musdah Mulia, dalam bukunya yang berjudul Muslimah Sejati,

menyatakan bahwa :

“Umat Islam meyakini agamanya sebagai rahmatan lil alamin, artinya agama yang menebarkan rahmat bagi alam semesta. Salah satu bentuk dari rahmat itu adalah pengakuan Islam terhadap keutuhan kemanusiaan perempuan dan laki-laki adalah sama, tidak perbedaan sedikitpun. Ukuran kemulian seorang di hadapan Allah SWT adalah prestasi dan kualitas taqwanya, tanpa membedakan jenis kelaminnya alki-laki atau perempuan ( Q.S. al-Hujurat ( 49 ) : 13 )”.192

b. Pemahaman tentang kejatuhan Adam dan Hawa dari Syurga

Tokoh Feminisme Indonesia seperti Musdah Mulia sangat tidak

setuju jika penyebab kejatuhan Adam dan Hawa as dari Syurga karena

kesalahan Hawa as. Kata Musdah Mulia dalam bukunya yang

192

Musdah Mulia, Muslimah Sejati, ( Bandung : Marja, 2011 ), 131.

Page 113: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

91

menyinggung pemahaman masyarakat yang diajarkan oleh oknum-

oknum tertentu sebagai berikut :

“Kita memahami bahwa penyebab keluarnya mereka dari syurga adalah karena kesalahan Hawa as. Hawa lah yang menjadi biang kerok cikal bakal dikeluarkannya Adam dan dirinya sendiri dari syurga. Kesalahan bersumber dari Hawa yang menghasut Adam as untuk memakan buah larangan Tuhan. Akhirnya para ulama menyimpulkan bahwa penyebab Adam dan Hawa as dikeluarkan dari Syurga karena kesalahan Hawa as”.193 Hal tersebut adalah singgungan Beliau terhadap doktrin yang

menyebar di masyarakat sehingga mereka menyatakan bahwa apapun

kesalahan laki-laki selalu yang disalahkan adalah perempuan. Kita

memahami bahwa gara-gara Hawa lah yang menyebabkan kita diusir

dari syurga, Hawa lah penyebab keluarnya manusia dari Syurga.

c. Pemahaman tentang kepemimpinan perempuan.

Pemahaman selanjutnya yang dikritisi oleh kaum Feminisme

adalah tentang kepemimpinan perempuan. Selama ini kita memahami

bahwa perempuan tidak layak menjadi pemimpin. Pemimpin itu hanya

laki-laki, sedangkan perempuan, kata Musdah Mulia,

“Gambaran tipe ideal perempuan dalam masyarakat Islam adalah feminism, lemah lembut, tubuh yang tidak berotot, suara kecil berbisik, tidak menuntut, tidak mengeluh, tidak kritis dan tidak protes. Kalau berjalan pandangannya ke bawah dan wajahnya selalu tersenyum menyenangkan, subur dan banyak anak, pandai merawat dan mengasuh anak, pandai memuaskan nafsu seksual suami, pandai memasak dan menghidangkan makanan lezat dan murah, pandai menjaga rahasia keluarga, pandai mengelola keuangan suami, hemat dan tidak boros, banyak minum jamu untuk mengecilkan perut, merampingkan badan, dan mengharumkan tubuh, terutama bagian organ-organ reproduksi, tidak banyak bergaul walau dengan sesama perempuan “.194 Hal tersebut di atas merupakan singgungan ketidaksetujuan

Musdah Mulia terhadap pemahaman masyarakat pada umumnya.

Sehingga dalam masyarakat diajarkan bahwa perempuan tidak layak

193

Ibid., 132. 194

Ibid., 133.

Page 114: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

92

menjadi pemimpin karena tubuhnya sangat lembut dan lemah, serta

akalnya pendek.

3. Hukum Poligami

a. Islam Datang Untuk Menghapus Tradisi Poligami

Kaum Feminisme juga menyatakan hal yang sama bahwa Islam

datang untuk menghapus praktek poligami sembarangan tanpa aturan

orang-orang jahiliyah jaman dulu. Penghapusan Poligami mirip dengan

penghapusan perbudakan.

Cara Islam menghapus perbudakan adalah dengan mengeluarkan

fatwa tentang keutamaan membebaskan budak. Jika dipahami lebih

mendalam maksud dari perintah itu adalah hal tersebut dalam rangka

penghapusan perbudakan secara halus dan bijaksana sehingga akhir dari

perintah tersebut adalah terhapusnya perbudakan. Jika semua budak

dibebaskan maka itulah keberhasilan perintah tersebut walau dalil

bolehnya perbudakan tidak dihapus.

Begitu juga poligami menurut pemahaman kaum Feminisme

seperti Musdah Mulia. Awalnya poligami tanpa batas dan tidak ada

aturan. Siapapun boleh poligami dengan berapapun jumlahnya. Islam

datang untuk mengatur hal tersebut dengan awal perintahnya adalah

boleh poligami tetapi maksimal empat orang istri. Tetapi akhir perintah

dalam ayat ke tiga surat al-Nisa‟ tersebut adalah disarankan satu saja

karena lebih mendekati tidak berbuat aniaya. Musdah Mulia memahami

ayat ini mirip dengan perintah keutamaan membebaskan budak.

Perbudakan boleh tetapi lebih baik tidak. Begitu juga poligami, boleh

tetapi lebih baik tidak, yaitu cukup satu istri saja.

Kata Musdah Mulia dalam bukunya,

“Islam datang untuk menghapus poligami sebagaimana menghapuskan berbagai tradisi keji lainnya seperti minum khamr, perselingkuhan, prostitusi, perzinahan dan perbudakan. Walaupun ayat poligami masih ada, tetapi tugas kita pasca Nabi lah yang terus berjuang agar poligami dihapuskan”.195

195

Ibid., 190.

Page 115: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

93

b. Asas Perkawinan adalah monogami

Ada lima prinsip dasar perkawinan menurut kaum Feminisme

yaitu prinsip mitsaqan ghaliza, prinsip mawaddah wa rahmah, prinsip

persamaan, prinsip mu’asyarah bil ma’ruf dan terakhir adalah prinsip

monogami. Musdah Mulia mensyaratkan dasar perkawinan dengan lima

hal tersebut. Jika tidak, maka itu bukan sebuah perkawinan yang sesuai

ajaran Islam. Beliau mengatakan bahwa :

“Prinsip atau asas perkawinan Islam yang disebutkan terdahulu hanya dapat terealisasi melalui perkawinan monogami, bukan poligami “.196 Hal ini berarti bahwa poligami telah ada sebelum Islam datang

dan Islam datang untuk menghapus hal tersebut yang dianggap akan

berbuat aniaya terhadap istri-istri.

c. Hukum poligami

Poligami menurut Kaum Feminisme hanya akan menimbulkan

kesengsaraan bagi kaum perempuan dan terbengkalainya anak-anak

akibat ayahnya menikah lagi. Poligami adalah musibah yang dapat

menyebabkan hancurnya sebuah hubungan suci yaitu perkawinan.

Banyak sekali kasus perceraian yang terjadi bukan hanya karena

perselingkuhan tetapi karena poligami. Sehingga poligami dilarang

keras oleh kaum Feminis atau menyatakan bahwa poligami hukumnya

haram lighoirihi yaitu haram karena sebab yang akan ditimbulkan.

Poligami adalah perselingkuhan yang dilegalkan, begitu kata

Musdah Mulia. Berikut kutipannya,

“Poligami pada hakekatnya adalah selingkuh yang dilegalkan, dan karenanya jauh lebih menyakitkan perasaan istri. Islam menuntun manusia agar menjauhi selingkuh, dan sekaligus menghindari poligami. Islam menuntun pengikutnya: laki-laki dan perempuan agar mampu menjaga organ-organ reproduksinya dengan benar sehingga tidak terjerumus pada segala bentuk pemuasan syahwat

196 Ibid., 188.

Page 116: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

94

yang dapat mengantarkan pada kejahatan terhadap kemanusiaan “.197 Oleh karena itu lah Musdah Mulia menganggap bahwa poligami

sebenarnya haram untuk dipraktekan karena akan menyebabkan

kejahatan terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

4. Berbagai alasan Melakukan Poligami

a. Poligami karena sunnah nabi?

Sunnah Nabi memang menjadi alasan bagi para pelaku poligami

dalam mempraktekan poligaminya. Seharusnya jika benar-benar

mengikuti sunnah Nabi, maka harusnya tunggu istri pertama meninggal

dulu baru nikah lagi dan poligami. Karena Hadijah istri pertama Nabi

tidak pernah dipoligami semasa hidupnya.

Hal tersebut dapat kita lihat dalam buku karya Musdah Mulia,

yang menyatakan bahwa :

“Pernyataan para pendukung poligami dengan dalil bahwa itu

sunnah merupakan kedangkalan dalam pemikiran “.198

Bagi Beliau, kenapa sunnah Nabi selalu dikaitkan dengan

poligami? Padahal begitu banyaknya sunnah Nabi yang lain yang

menjadi prioritas seperti Sunnah Nabi dalam menciptakan keadilan dan

perdamaian. Dan jika benar poligami karena sunnah Nabi, maka

harusnya mereka poligami dengan para janda tua untuk menolong

mereka. Bahkan Nabi sendiri selama Hadijah hidup, Nabi SAW tidak

menduakannya atau berpoligami.

b. Poligami Karena ada ayatnya?

Dalam pandangan kaum Feminisme, alasan poligami karena ada

ayat yang membolehkannya adalah sangatlah keliru. Begitu banyaknya

ayat-ayat perintah yang lain diabaikan, justru yang satu ayat bahkan

sepotong ayat dalam surah al-Nisa‟ ayat 3 tersebut diutamakan. Begitu 197 Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004 ), 61. 198

Ibid., 191.

Page 117: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

95

banyak juga dalil-dalil tentang pernikahan yang lain yang tidak

diperhatikan. Jadi, alasan poligami karena ayatnya adalah kena‟ifan

yang luar biasa.

Musdah Mulia menyatakan,

“Sangat tidak logis memahami poligami hanya dengan bersandar pada satu ayat atau bahkan setengah ayat dan mengabaikan ayat-ayat lainnya yang sangat relevan dijadikan dasar hukum “.199 Jadi hal tersebut hanya alasan saja untuk memenuhi nafsu laki-laki

yang tidak bisa mencukupi diri dengan satu istri.

Pembatasan poligami yang sangat ketat dalam ajaran Islam

harusnya menjadi landasan moral bagi kita semua bahwa poligami itu

berbahaya. Pembatasan poligami tersebut sebenarnya dalam rangka

menghapus poligami pelan-pelan, sehingga ujungnya adalah tak ada lagi

poligami layaknya perbudakan yang sekarang sudah dihapus walau dalil

yang membolehkannya masih tetap berlaku. Penulis kutib dari

pernyataan Beliau sebagai berikut ;

“Tradisi poligami dan perbudakan sudah demikian berakar dalam kehidupan masyarakat, sehingga mustahil rasanya menghapus tradisi tersebut secara total sekaligus “.200 Penghapusan perbudakan dilakukan dengan cara halus karena

sudah membudayanya sistem perbudakan, begitu juga poligami.

c. Poligami karena jumlah perempuan lebih banyak?

Alasan lain yang sering diangkat di masyarakat dalam

perbincangan mengenai poligami adalah karena kelebihan jumlah

perempuan atas laki-laki. kata Musdah Mulia,

“Pandangan ini jelas tidak benar. Sebab, jika mengacu kepada data Badan Pusat Statistik Nasional, terlihat bahwa yang dimaksudkan dengan kelebihan jumlah perempuan adalah perempuan yang berusia di bawah 12 tahun dan di atas 60 tahun karena usia harapan hidup perempuan rata-rata lebih panjang daripada usia laki-laki “.201

199 Ibid., 199. 200

Ibid., 200. 201 Ibid., 201.

Page 118: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

96

Bahkan menurut Musdah Mulia, Menikah itu tidak wajib, jadi tidak

menikahpun tidak masalah. Kalaupun jumlah perempuan lebih banyak

dari laki-laki maka Beliau menyarankan tidak harus menikah apalagi

dengan suami orang. Karena banyak perempuan lebih memilih tidak

menikah daripada menikah menyebabkan sakit hati karena dipoligami.

d. Poligami karena istri mengalami kekurangan?

Alasan lain yang sering dimunculkan oleh para pelaku poligami

adalah karena istri tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagai istri, catat,

mandul, atau berpenyakit kronis yang sulit disembuhkan. Semua alasan

kekurangan tersebut menjadi landasan hukum bagi laki-laki yang ingin

melakukan poligami. alasan ini juga yang membolehkan seorang suami

untuk berpoligami dalam undang-undang perkawinan dan KHI (

Kompilasi Hukum Islam ).

Musdah Mulia menganggap bahwa kekurangan tersebut bukanlah

alasan yang tepat untuk melakukan poligami. Karena dasar sebuah

perkawinan adalah komitmen yang kuat dan monogami. Perkawinan itu

wajib dipertahankan karena niat awal nikah karena saling suka sama suka,

cinta mencintai dan saling membutuhkan. Jadi sebuah hubungan suci

pernikahan tidak boleh runtuh hanya karena istri mandul, cacat atau

mengalami penyakit. Solusi mandul adalah mengadopsi anak. Solusi cacat

adalah diobati. Dan penyakit bisa disembuhkan. Kalaupun tidak bisa

disembuhkan, harusnya laki-laki menunjukan cintanya bahwa dalam

kondisi sakit seperti itu pun dia tetap setia bersama istrinya, bukan

selingkuh atau pun minta nikah lagi.

Seharusnya kondisi tersebut membuat pembuktian cinta bagi sang

suami untuk selalu setia pada istrinya. Seperti kata Musdah Mulia,

“Hidup ini penuh misteri ilahi. Manusia umumnya tidak tahu seperti apa jalan takdirnya. Siapa pernah menduga tiba-tiba suatu hari pasangan kita (suami istri) mengalami kecelakaan sakit atau apa saja yang mengakibatkan cacat, mandul, lumpuh, masuk penjara dan seterusnya. Kondisi kekurangan dalam diri pasangan harusnya kian mengekalkan cinta dan kasih sayang diantara

Page 119: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

97

mereka, kian memperkuat tali perkawinan yang sudah diikrarkan bukan sebaliknya “.202 Perkawinan dalam Islam itu bukan sekedar kebutuhan biologis,

tetapi memiliki makna yang jauh dari sekedar memuaskan nafsu biologis

manusia. Allah telah mengajarkan pada kita semua bahwa jika ada sesuatu

yang bikin kita tidak suka pada pasangan maka bersabarlah. Jangan

menyakitinya dan jangan mengkhianatinya. Dalam surah al-Nisa‟ ayat 19

menurut Musdah Mulia,

“Ayat tersebut menjelaskan solusi bagi suami yang mengalami kekurangan kehidupan perkawinannya, seperti istri mengalami kekurangan. Ayat ini justru memerintahkan agar suami berlaku santun, arif dan bijaksana terhadap istri. Jika suami mendapatkan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam diri istri maka hendaklah bersabar, bukan dengan kawin lagi “.203

e. Poligami karena takut perselingkuhan atau takut zina?

Alasan lain para lelaki berpoligami adalah karena takut

terjerumus dalam zina dan pergaulan bebas. Takut terjerumus dalam

perselingkuhan dengan perempuan lain karena tidak puas dengan satu

istri. Alasan ini menjadi sangat popular di masyarakat, termasuk

Indonesia. Akhirnya banyak yang melakukan poligami secara sembunyi-

sembunyi. Alasan tersebut tidak tepat menurut Musdah Mulia karena

perzinahan dan perselingkuhan sebenarnya masalah moral, karena tidak

ada jaminan laki-laki yang memiliki istri empatpun sudah bisa puas.

Musdah Mulia menyatakan bahwa :

“Perselingkuhan dan perzinahan menyangkut soal moral dan ketersediaan sarana untuk itu. Laki-laki yang poligamipun tidak dijamin sepi dari perselingkuhan dan perzinaan. Lihat saja kebanyakan laki-laki di Arab yang datang ke Indonesia. Rata-rata mereka beristri banyak tetapi di Indonesia tetap saja cenderung mengunjungi tempat-tempat mesum dan mereka menyebutnya sebagai ziarah”.204

202 Ibid., 204. 203

Ibid., 205. 204

Ibid., 206.

Page 120: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

98

5. Poligami dan Kawin Sirri

Musdah Mulia menilai pernikahan seperti ini biasanya karena ada

masalah. Misalnya laki-laki sudah menikah dan dia ingin menikah lagi.

Maka nikah sirri agar tidak diketahui keluarga, atau identitas salah satunya

dipalsukan.

Semua nikah sirri tidak dicatatkan secara resmi, hanya memenuhi

unsur agama. Menurut Musdah Mulia, kaidah tersebut dipakai dalam

definisi Imam Syafii saja. Sebab, dalam definisi Hanafi, pencatatan

pernikahan itu wajib, tidak sah tanpa pencatatan. Lanjut Musdah, saat ini

nikah sirri di masyarakat telah menjadi salah satu modus operandi kegiatan

trafficking terhadap anak perempuan. Oleh sebab itu, pemerintah harus

menindak tegas persoalan ini.

Menurut Musdah Mulia, nikah sirri harus dihapuskan dan

pelakunya dikenakan sanksi karena melanggar ketentuan UU Perkawinan

yang menyebutkan kewajiban pencatatan.

“Nikah sirri (apa pun bentuknya) selalu membawa kesengsaraan bagi istri dan anak. Sebab, tanpa pencatatan keduanya tidak memiliki akte legal ( kekuatan hukum ) untuk mendapatkan hak-haknya sebagai isteri dan anak”.205

205 Indonesian Conference of Religion and Peace ( ICRP ), Selalu Menyengsarakan, Musdah Mulia Minta Pelaku Nikah Sirri Diberi Sanksi, diakses pada situs ( http://icrp-online.org/2015/03/23/selalu-menyengsarakan-musdah-mulia-minta-pelaku-nikah-sirri-diberi-sanksi/ ), Tanggal 23 Desember 2016

Page 121: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

99

BAB V

PEMBAHASAN

A. Konsep Poligami Menurut Quraish Shihab

Seperti yang telah diuraikan dalam Bab sebelumnya bahwa Quraish

Shihab menyatakan bahwa hukum poligami adalah mubah atau boleh. Tetapi

Beliau memberi syarat-syarat yang sangat berat bagi siapapun yang ingin

mempraktekkan poligami. Syarat-syarat tersebut yaitu : 1. Karena istri

pertama mandul atau tidak mampu melahirkan keturunan, 2. Karena istri

pertama mengalami cacat tetap yang tidak bisa disembuhkan atau penyakit

keras yang tidak bisa disembuhkan lagi, 3. Istri pertama mengalami masa

menopause yaitu masa umumnya perempuan sudah tidak bergairah lagi

melakukan hubungan biologis dan tidak bisa lagi melahirkan anak, 3. Jika

ingin berpoligami, seorang suami harus menikahi atau berpoligami dengan

janda-janda yang memiliki anak yatim seperti yang dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW yang menikahi para janda yang rata-rata memiliki anak

yatim, 4. Berpoligami harus karena tujuan dakwah, bukan karena nafsu

semata. Karena Nabi Muhammad SAW berpoligami karena ada tujuan

dakwah tertentu, 5. Karena sedang dalam kondisi peperangan sehingga banyak

para suami yang mati karena peperangan sehingga meninggalkan banyak

janda. Dalam hal ini Quraish Shihab membolehkan poligami dengan janda-

janda tersebut untuk mencegah fitnah dan memperbanyak generasi baru

karena generasi lama banyak yang gugur dalam peperangan.

Syarat-syarat yang ditawarkan oleh Quraish Shihab tersebut menurut

penulis terlalu berlebihan karena menurut teori pada Bab II menyatakan

bahwa satu-satunya syarat dalam melakukan poligami adalah mampu bersikap

adil. Tidak ada syarat-syarat seperti yang tercantum tersebut di atas. Selama

seorang suami mampu berlaku adil, selama itu juga dia berhak atau boleh

bahkan sunnah melakukan poligami. Penulis merasa Quraish Shihab terlalu

bermain logika dalam menentukan sebuah hukum, sehingga memberatkan

bagi seseorang yang ingin berpoligami. Syarat-syarat tersebut hanya akan

Page 122: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

100

semakin membuat maraknya perselingkuhan atau kawin sirri. Sehingga akan

menciptakan dampak buruk yang akan terjadi.

Penulis akan membahas satu persatu tentang syarat-syarat bolehnya

poligami tersebut menurut Quraish Shihab, yaitu sebagai berikut :

1. Bolehnya poligami karena istri pertama mandul

Syarat bolehnya poligami karena istri pertama mandul atau tidak

mampu melahirkan keturunan menurut penulis, hal ini bertentangan

dengan landasan teori yang menyatakan bahwa tidak ada satu dalilpun

yang menyatakan bahwa bolehnya poligami jika istri pertama mandul.

Rasulullah dan para sahabat yang melakukan poligami pun tidak ada yang

berpoligami karena syarat istri pertama mandul dulu. Itu hanya logika

berpikir Quraish Shihab untuk membatasi praktek poligami dan untuk

menengahi banyaknya pro kontra tentang masalah boleh tidaknya

poligami. Jadi Quraish Shihab menawarkan syarat tersebut sebenarnya

untuk memasuki akal logika perempuan yang anti poligami. Jadi menurut

penulis, Quraish Shihab mencoba menengahi pro kontra yang ada

khususnya di Indonesia.

2. Bolehnya poligami karena istri pertama menderita penyakit atau cacat yang

tidak mungkin bisa disembuhkan

Penulis melihat syarat kedua yang ditawarkan oleh Quraish Shihab

yaitu karena istri pertama mengalami penyakit atau cacat yang tidak

mungkin bisa disembuhkan adalah syarat yang semakin kelihatan dibuat-

buat tanpa dasar hukum yang jelas. Alasan Quraish Shihab hanya logika

akal agar para wanita ikhlas menerima suami menikah lagi. Sungguh

sangat lucu jika seorang suami baru boleh mempraktekkan keadilannya

dalam poligami harus menunggu istri pertamanya mengalami penyakit

dulu. Bukankah hal itu sama saja secara tidak langsung mendoakan istri

pertama agar menderita sakit? Atau bukankah hal tersebut malah

merupakan penghinaan terhadap istri pertama?

Misalkan suatu saat sang suami tanpa sengaja berkata pada istrinya,

“ hai istriku sayang, kalau besok – besok kamu mengalami cacat atau

Page 123: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

101

penyakit yang tidak bisa disembuhkan, izinkan saya menikah lagi ya”.

Atau suami berkata “ wahai istriku, kamu harus ikhlas jika suatu saat kamu

cacat, terus saya menikah lagi “. Menurut penulis hal tersebut akan

semakin mendzolimi sang istri karena seakan-akan suami mendoakan

istrinya menjadi cacat seumur hidup demi melakukan poligami.

Pertanyaannya, kenapa harus tunggu istri pertama cacat dulu baru

boleh berpoligami?. Bukankah syariat hanya mensyaratkan keadilan saja?.

Syarat tersebut sangat tidak sesuai dengan tujuan poligami dan hikmah

dari poligamiitu sendiri. Poligami yang memiliki tujuan mulia, harus

dinodai oleh syarat yang mengharuskan istri pertama cacat dulu. Hal itu

berarti jika istri tidak cacat, maka tiada pintu bagi laki-laki yang adil untuk

menikah lagi. Justru hal tersebut adalah kedzoliman terhadap para lelaki

adil. Keadilan mereka tertahan demi egoism perempuan yang tidak mau

dimadu karena alasan nafsu ingin menguasai sendiri suaminya sehingga

tanpa sadar perempuan tersebut sedang memberi hukuman berat bagi

suaminya.

3. Bolehnya poligami karena istri mengalami masa menopause.

Menurut penulis, perempuan akan rentan mengalami menopause

pada umur 40 tahun atau di atas 40 tahun. Hal tersebutpun dapat dicegah

jika perempuan rajin olahraga dan menjaga kesehatannya. Seperti penulis

kutip dari sebuah artikel sebagai berikut :

“Usia menopause pada tiap wanita berbeda-beda, tapi menopause umumnya terjadi usia 50 tahun. Meski demikian, ada juga sebagian wanita yang mengalaminya sebelum berusia 40 tahun. Inilah yang disebut menopause dini atau prematur.”.206 Misalkan kiat mengambil saja umur menopause adalah 45 tahun.

Berarti seorang suami baru dibolehkan berpoligami jika umur istrinya

adalah 45 tahun. Apalagi rata-rata umur suami selalu lebih tua dari istri.

Misalkan kita ambil umur suami 47 tahun. Berarti sang suami baru

diizinkan berpoligami pada umur 47 tahun setelah resmi dokter memvonis

206 Alodokter, Menopause, Diakses dari situs (http://www.alodokter.com/menopause), tanggal 15 Januari 2016.

Page 124: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

102

bahwa istrinya telah mengalami menopause. Hal yang harus diperhatikan

adalah bahwa umur segitu adalah umur sudah mulai rentan penyakit juga

bagi laki-laki. Dan menurut penulis, usia 40 tahun ke atas sudah bukan

usia produktif lagi dan terlalu tua untuk menikah lagi walau Nabi SAW

menikah lagi umur 50 tahun ke atas. Sungguh begitu lama harus

menunggu untuk berpoligami karena syarat ini yang harus diikuti.

Sehingga penulis menyatakan bahwa Quraish Shihab terlalu

mengada-ada syarat yang begitu memberatkan kaum laki-laki adil yang

telah siap berpoligami dan memperbanyak keturunan Umat Islam pada

usia muda, bukan pada usia 50 tahun.

Hal yang harus diperhatikan juga adalah, jika suami menikah umur

sudah tua seperti itu, maka dia akan kewalahan mengurus anak. Akhirnya

anak dititip di pembantu atau penitipan anak. Karena pada usia tersebut

manusia sudah mulai mudah lelah dan makin banyak kesibukan, termasuk

kesibukan mencari nafkah. Sungguh hal tersebut penghinaan bagi laki-laki

adil yang ditunggu tua dulu baru boleh berpoligami. Sehingga masa

mudanya dijadikan ajang puas-puas diri dengan zina dan perselingkuhan.

Akan lebih aman dari itu jika dari muda pun seorang suami berpoligami.

4. Bolehnya poligami hanya dengan janda tua yang memiliki anak yatim

Syarat bolehnya poligami hanya dengan janda tua yang memiliki

anak yatim adalah hal yang lebih memberatkan lagi abgi laki-laki yang

ingin berpoligami. Syarat tersebut disyaratkan untuk menyinggung para

lelaki/suami yang berpoligami dengan para gadis cantik rupawan. Menurut

penulis, orang menikah atau berpoligami itu karena nafsu. Sehingga

menikah atau berpoligami menyalurkan nafsu di tempat yang dihalalkan.

Sungguh munafik orang yang mengatakan bahwa mereka menikah bukan

karena nafsu, tetapi karena cinta. Nafsu dan cinta itu sulit dibedakan.

Karena menurut penulis, cinta adalah nafsu, jika tidak ada nafsu maka tidak

mungkin ada cinta. Nafsu terhadap lawan jenis itulah namanya cinta.

Terlepas dari Nabi SAW yang menikahi janda umur 65 tahun karena tujuan

dakwah.

Page 125: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

103

Menurut teori, laki-laki dibolehkan menikahi maksimal empat orang

perempuan secara bersamaan. Hal ini menunjukan bahwa nafsu laki-laki itu

hanya mampu dilayani oleh empat orang wanita. Walau jika hanya cukup

dengan satu istri itu lebih baik. Tetapi akan menjadi tidak baik bagi laki-

laki yang seharusnya dilayani oleh dua, tiga atau empat istri jika dipaksa

hanya beristri satu orang saja. Sehingga nafsu untuk tiga kekuatannya tidak

terpakai atau terpakai di tempat yang diharamkan seperti perzinahan dan

perselingkuhan.

Jadi, syarat harus menikahi janda untuk menunjukan bahwa laki-laki

menikah bukan karena nafsu adalah kemunafikan, karena tidak mungkin

orang menikah itu karena tanpa nafsu. Walau janda juga masih menarik

bagi laki-laki. Tetapi bukan berarti suami tidak boleh menikahi gadis,

karena Nabi Muhammad SAW pernah menikahi gadis cantik kecil berumur

di bawah 10 tahun yang bernama Aisyah ra. Dan menikahi janda-janda

muda juga seperti Hafsah binti Umar bin Khattab. Jadi, alasan harus

menikahi janda adalah tanpa keterangan yang kuat.

5. Bolehnya poligami karena banyaknya janda dan anak yatim yang ditinggal

mati suami/ayahnya karena gugur dalam peperangan.

Syarat bolehnya poligami karena kondisi banyaknya janda akibat

peperangan adalah suatu hal cukup aneh menurut penulis. Walau memang

dulu waktu jaman Nabi, peperangan yang terjadi menyebabkan banyak

janda di Makkah dan Madinah. Tetapi hal tersebut tidak menjadi syarat

bolehnya poligami. Bahkan menurut penulis, dalam keadaan tersebut,

poligami menjadi hal yang wajib dilakukan oleh para suami yang masih

hidup. Quraish Shihab mengambil contoh Negara Jerman yang menyerukan

agar laki-laki berpoligami karena banyak prajurit jerman yang gugur dalam

peperangan.

Kondisi peperangan memang selalu ada setiap jaman. Saat ini juga

peperangan dan penjajahan masih tetap terjadi. Bahkan akan terus terjadi

sampai kiamat. Hal ini bukan berarti itu syarat bagi bolehnya poligami.

Bisa jadi nanti orang yang berpoligami tidak mau ikut perang untuk

Page 126: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

104

membela Negaranya karena takut mati dan ingin menikahi janda-janda

peninggalan para prajurit. Jadi lebih baik hal tersebut tidak dijadikan syarat

untuk menikah lagi.

Terakhir yang ingin penulis bahas adalah pernyataan Quraish Shihab

yang menyatakan bahwa poligami ibaratnya pintu darurat pesawat terbang.

Hanya boleh dibuka dalam keadaan darurat dan oleh orang-orang tertentu saja.

Secara sepintas, hal tersebut sangat masuk dalam akal penulis. Tetapi penulis

menganggap bahwa logika tersebut tidak bis disamakan dengan boleh atau

tidak bolehnya berpoligami. Karena menurut teori yang ada, poligami itu

bukan darurat seperti darurat menurut Quraish Shihab. Daruratnya karena itu

sunnah Nabi dan para sahabat. Jadi sungguh terlalu berat jika poligami

dianggap sebagai pintu darurat pesawat terbang yang hanya terpaksa dibuka

pada saat pesawat mau jatuh. Hal tersebut penulis anggap bahwa Quraish

Shihab terlalu takut sampai mengatakan bahwa poligami itu hanya dalam

keadaan darurat karena kalau tidak darurat tetapi pintu tetap dibuka maka akan

berakibat fatal bagi kehidupan banyak orang.

Ibaratnya jika poligami dilakukan tanpa memenuhi syarat yang diajukan

oleh Quraish Shhab akan menyebabkan dosa dan bencana bagi pembuka pintu

poligami tersebut. Begitu banyak contoh poligami sukses yang dilakukan oleh

Nabi, para sahabat dan orang-orang sholeh lainnya yang tidak menyebabkan

kemudharatan, justru menciptakan suasana kebahagiaan yang luar biasa. Maka

logika pengibaratan poligami sebagai pintu darurat pesawat terbang adalah hal

yang berlebihan.

Sebuah hukum tidak boleh dibuat-buat tanpa dasar yang kuat hanya

demi menengahi pro kontra yang ada. Karena takutnya syarat-syarat tersebut

seakan-akan syarat menurut syariat atau syarat menurut sunnah Nabi

Muhammad SAW padahal tidak ada satupun dalil yang secara tegas

menyatakan syarat-syarat tersebutlah yang membolehkan poligami. Dan

penulis menilai Quraish Shihab hanya berbicara keindonesiaan untuk

menengahi pro kontra yang terjadi.

Page 127: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

105

B. Relevansi Pemikiran Quraish Shihab tentang Poligami Terhadap KHI

dan UU No. 1 Tahun 1974

1. Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah

Keluarga Sakinah merupakan keluarga yang penuh dengan

ketenangan di dalamnya, penuh dengan cinta dalam kehidupannya dan

penuh dengan kasih sayang dalam setiap aktifitasnya. Keluarga sakinah

adalah keluarga yang penuh dengan keharmonisan dan kebahagiaan bathin

walau ditimpa oleh masalah apapun. Keluarga sakinah itu bukan berarti

tanpa masalah, justru masalah tersebut yang menjadi ujian benar tidaknya

keluarga tersebut sakinah. Jika sakinah, maka pasti ujung dari masalah

tersebut adalah melahirkan sakinah. Quraish Shihab menitikberatkan

bahwa sebuah keluarga itu harus sekuat tenaga menciptakan keadaan yang

sakinah, mawaddah wa rahmah dalam rumah tangga.

Seperti dalam bab sebelumnya, Quraish Shihab menjelaskan tujuan

pernikahan/perkawinan dalam pandangan al-Qur'an, salah satu tujuan

utama pernikahan adalah untuk menciptakan sakinah, mawaddah, dan

rahmat antara suami, istri, dan anak-anaknya. Kemudian Quraish Shihab

mengambil dalil dari ayat dalam al-Qur‟an dalam surah ar-Rum surah ke

30 ayat 21 sebagai berikut ;

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. Hal tersebut sejalan dengan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) dalam

bab II pasal 3 yang berbunyi : “Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah”. Begitu

juga dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan bab I pasal 1, yang

menjelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah dalam rangka membentuk

keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa. Begitu juga dalam pasal 33 yang berbunyi : “ Suami-istri

Page 128: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

106

wajib saling cinta-mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi

bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain ”.

Semua pasangan suami istri pasti ingin keluarga yang mereka bina

menjadi keluarga ideal seperti tujuan perkawinan tersebut di atas. Tidak

mungkin dalam sebuah pernikahan memiliki tujuan hanya sekedar basa-

basi, main-main dan sekedar formalitas sebuah hubungan. Quraish Shihab

menekankan bahwa hubungan pernikahan tersebut wajib diusahakan agar

menjadi sakinah, mawaddah dan rahmah. Karena hubungan suami istri

yang sejati adalah hubungan harmonis dan selalu bersama dalam suka

maupun duka selamanya.

Dalam hal ini, penulis menilai bahwa tidak ada pertentangan antara

Quraish Shihab dengan KHI maupun UU No. 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan. Karena sama-sama merumuskan tujuan sebuah pernikahan

atau perkawinan adalah semata-sama membentuk keluarga sakinah,

mawaddah dan rahmah selama-lamanya.

Walau dalam keluarga yang berpoligami pun Quraish Shihab tetap

menekankan keadilan dari para suami agar keharmonisan keluarga tetap

terjaga. Sehingga akan membentuk masyarakat yang harmonis juga yang

akan berakibat baik bagi sebuah Negara. Seperti yang digambarkan oleh

UU No 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa keluarga itu harus bahagia dan kekal

selama-lamanya. Suami istri saling mencintai satu sama lain agar tercipta

keharmonisan walau akan ada masalah yang datang dari luar silih berganti

menerpa keluarga tersebut.

Terdapat sedikit perbedaan tetapi tidak mengurangi makna antara

Quraish Shihab dengan UU No. 1 tahun 1974 pasal 1. Tujuan perkawinan

menurut Quraish Shihab adalah terbentuknya keluarga sakinah, mawaddah

dan rahmah, sedangkan UU No 1 pasal 1 menjelaskan bahwa tujuan

perkawinan adalah terbentuknya keluarga yang bahagia dan kekal.

Menurut pendapat penulis, kata bahagia bisa mewakili kata sakinah,

mawaddah dan rahmah, karena keluarga yang sakinah, mawaddah dan

rahmah jelas akan melahirkan kebahagiaan yang kekal dalam sebuah

Page 129: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

107

hubungan perkawinan. Hal tersebut juga sangat sesuai dengan dalil-dalil

tentang tujuan perkawinan menurut Islam pada umumnya. Sehingga antara

Quraish Shihab, KHI, UU no 1 tahun 1974 dan menurut Islam umumnya

tidak saling bertentangan dalam hal merumuskan tujuan perkawinan dan

makna dari kata sakinah, mawaddah dan rahmah.

Quraish juga menyatakan bahwa keluarga sakinah itu tidak lahir

dengan sendirinya, melainkan diusahakan bersama antara suami istri.

Dalam artian bahwa bukan hanya suami yang bisa menciptakan sakinah,

tetapi seluruh anggota keluarga juga bisa mengusahakan kehidupan

keluarga yang sakinah. Segala macam bala bencana, musibah dan ujian

yang menimpa keluarga harus diakhiri dengan kesakinahan, bukan

permusuhan, bukan kebencian dan tidak saling menyalahkan.

2. Kedudukan, Hak dan Kewajiban Suami Istri

a. Kedudukan Suami Istri

Kedudukan suami menurut Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) dan

UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan adalah sebagai kepala

keluarga artinya pemimpin keluarga, sedangkan istri adalah ibu rumah

tangga. Seperti yang dijelaskan dalam KHI pasal 79 ayat 1 dan UU No.

1 tahun 1974 pasal 31 ayat 3 yang menyatakan bahwa Suami adalah

kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.

Point pasal ini sesuai dengan pemahaman Quraish Shihab bahwa

Suami merupakan pemimpin bagi istrinya dalam rumah tangga seperti

yang tercantum dalam bab III tesis ini. Oleh karena itu penulis

berpendapat bahwa Quraish Shihab dengan point ini tidak saling

bertentangan dan hal ini juga sejalan dengan hukum Islam pada

umumnya dengan mengambil dalil bahwa kaum laki-laki adalah

pemimpin bagi kaum perempuan.

Dalam ruang publik, Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) pasal 79

ayat 2 dan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 31 ayat 1

menyatakan bahwa hak dan kedudukan istri itu seimbang dengan hak

dan kedudukan suami dalam keluarga maupun dalam pergaulan sosial.

Page 130: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

108

Jika melihat pendapat Quraish Shihab dalam bab III tesis ini, hal

ini juga tidak bertentangan. Tidak ada perbedaan antara suami dan istri

dalam hal hak dan kedudukan dalam rumah tangga maupun dalam

pergaulan sosial. Hanya saja Quraish Shihab menyatakan bahwa

kedudukan suami lebih tinggi setingkat dari istri. Namun hal ini,

penulis menilai bahwa kedudukan suami harusnya lebih tinggi dari istri

dalam rumah tangga maupun dalam ruang publik. Islam mengatur

menempatkan laki-lakilah pemimpin dalam keluarga maupun

masyarakat atau ruang publik.

Penulis tidak setuju pendapat Quraish Shihab yang menyatakan

bahwa maksud dari “ lelaki adalah pemimpin bagi perempuan “ Quraish

Shihab menganggap itu hanya konteks keluarga saja. Sedangkan di luar

keluarga, perempuan boleh menjadi pemimpin publik seperti Presiden,

Gubernur atau lainnya.

Penulis menilai bahwa kedudukan suami terhadap istri tetap

suami berada di atas, baik dalam keluarga maupun di ruang publik. Hal

ini dapat kita lihat sejarah-sejarah Pemimpin Islam dari sejak jaman

Nabi SAW sampai masa khilafah Ustmaniyah, semua pemimpinnya

adalah laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa pemimpin tetap harus laki-

laki, dimanapun kepemimpinan tersebut ada.

b. Hak dan Kewajiban Suami Istri

Berbicara tentang hak dan kewajiban suami istri menurut KHI dan

UU No. 1 Tahun 1974 dapat dilihat dalam pasal 77 ayat 1 sampai 5

Kompilasi Hukum Islam dan pasal 30 sampai 34 dalam UU no 1 tahun

1974 yang menjelaskan secara umum hak dan kewajiban suami istri

dalam menjalani kehidupan berkeluarga.

Pasal 77 ayat 1-5 KHI dan pasal 30-34 UU No. 1 tahun 1974

tersebut diuraikan dengan jelas oleh Quraish Shihab dalam buku-

bukunya. Beliau menjelaskan agar suami istri saling bahu membahu

untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Dan suami istri harus saling cinta mencintai, saling menghormati dan

Page 131: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

109

menghargai satu sama lain, sehingga anak juga tidak terbengkalai dalam

kehidupan rumah tangga maupun lingkungan belajar dan masyarakat.

Rusaknya sebuah Negara tidak lepas dari rusaknya keluarga yang

tidak mentaati hak dan kewajibannya masing-masing. Sehingga dalam

menjaga keutuhan keluarga, UU Hukum Keluarga di Indonesia

membolehkan saling menggugat antara suami istri jika salah satu pihak

tidak melaksanakan kewajibannya. Dulu hanya suami yang boleh

menceraikan istri, tetapi di Indonesia dengan adanya UU tersebut istri

juga boleh menggugat cerai suaminya jika suaminya tidak

memnjalankan kewajibannya sebagai suami.

Menurut hemat penulis, adanya ketentuan pasal 77 point (e)

dalam KHI tersebut sedikit menutup pintu kedzoliman suami dan agar

para suami hati-hati dalam memperlakukan pasangannya. Jangan karena

mentang-mentang sebagai pemimpin keluarga terus dia berbuat

semaunya. Dalam hal ini penulis sangat setuju karena Nabi juga pernah

memisahkan pasangan suami istri yang dikawin paksa oleh orang

tuanya. Ibaratnya Nabi adalah pengadilannya. Sehingga saat sekarang,

pengadilan agama boleh memisahkan pasangan yang sudah tidak bisa

lagi dipertahankan karena sudah tidak saling cinta dan saling

melalaikan kewajiban.

Suami adalah penanggungjawab dari apapun yang terjadi dalam

rumah tangga. Suami bertanggungjawab atas segala kebutuhan

keluarga, termasuk kebutuhan pendidikan istri dan anak-anaknya.

Seperti yang tercantum dalam pasal 80 KHI juga, dijelaskan juga

tentang kewajiban suami, yaitu ;

a. Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya,

akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-

penting diputuskan oleh suami isteri bersama

b. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya

Page 132: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

110

c. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan

memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan

bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa

d. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung :

1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri

2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi

isteri dan anak

3. Biaya pendidikan bagi anak

e. Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut dalam ayat ( d

) huruf 1 dan 2 di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna

dari isterinya

f. Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap

dirinya sebagaimana tersebut pada ayat ( d ) huruf 1 dan 2

g. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat ( e ) gugur apabila

isteri nusyuz

Bahkan suami yang berpoligami pun diatur sedemikian rupa agar

tidak terjadi ketidakadilan dalam keluarga. Hal ini diatur dalam pasal 82

dijelaskan juga tentang kewajiban suami, yaitu ;

1. Suami yang memiliki isteri lebih dari seorang berkewajiban

memberikan tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing

isterinya secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga

yang ditanggung masing-masing isteri, kecuali ada perjanjian

perkawinan

2. Dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan

isterinya dalam satu tempat kediaman

Dalam pasal 82 tersebut, sejalan dengan pemahaman Quraish

Shihab yang mewajibkan suami pelaku poligami berlaku adil dalam hal

materi walau tidak wajib adil dalam hal perasaan cinta. Dan mengenai

point ke duanya dalam pasal 82 tersebut, penulis tidak menemukan

pembahasan khusus mengenai itu oleh Quraish Shihab, namun secara

umum, beliau tidak akan setuju dengan hal tersebut.

Page 133: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

111

Dalam hal ini penulis menilai bahwa KHI lebih rinci lagi

membahas tempat tinggal seperti point 2 dalam pasal 82 tersebut. Karena

menurut pemahaman penulis selama ini, keadilan materi adalah wajib,

sehingga jika istri pertama diberikan tempat tinggal yang bagus, maka istri

kedua dan seterusnya pun begitu. Karena Nabi pun tidak menempatkan

semua istrinya dalam satu rumah. Setiap istri Beliau ditempatkan di bilik

masing-masing. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa dari pandangan

Quraish Shihab tentang keadilan, maka menempatkan istri-istri dalam satu

rumah tidak dibolehkan. Itulah konsep keadilan dalam Islam, walaupun

keadilan perasaan susah diwujudkan tetapi keadilan materi bersifat wajib

bagi para suami yang memiliki istri lebih dari satu.

Istri memiliki kewajiban hanya semata-mata untuk berbakti kepada

suami dalam hal yang dibenarkan oleh agama dan tidak bertentangan

dengan agama. Tugas utama istri adalah mengatur segala macam

kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini dapat kita lihat dalam pasal 83

sebagai berikut ;

1. Kewajiban utama bagi seorang isteri adalah berbakti lahir dan bathin

kepada suami di dalam yang dibenarkan oleh hukum Islam

2. Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-

hari dengan sebaik-baiknya

Dalam pasal tersebut juga Quraish Shihab jelas sangat mendukung

bahwa istri wajib hukumnya melayani dan berbakti untuk suaminya

selama tidak dalam bermaksiat pada Allah. Istri menjaga rumah, menjaga

harta suami dan lain sebagainya merupakan tugas yang harus dijalani

seorang istri sebagai bentuk pengabdian.

Secara umum, mengenai kedudukan, hak dan kewajiban suami

istri, penulis menilai bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

Quraish Shihab dan peraturan yang ada. Kedua-duanya sama-sama

memahami bahwa sebuah keluarga itu harus sama-sama bahu membahu

dan bekerjasama dalam membangun keluarga sakinah, mawaddah wa

rahmah dengan menjalani tugas dan kewajiban masing-masing. Kewajiban

Page 134: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

112

suami terhadap istrinya adalah hak istri. Sedangkan kewajiban istri

terhadap suaminya adalah hak suaminya.

Tidak ada perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan.

Semua sama-sama memiliki hak hidup, hak diperlakukan dengan baik, hak

untuk dicintai, hak untuk belajar dan beraktifitas di ruang publik bahkan

perempuan berhak dipilih untuk menjadi pemimpin di ruang publik. Dan

hal ini lah yang bertentangan dengan masyarakat Islam pada umumnya

yang menyatakan bahwa pemimpin dimanapun harus laki-laki.

Dalam hal ini penulis tidak sepakat dengan Quraish Shihab, karena

bagi penulis, dalam lingkungan rumah tangga yang kecil saja laki-laki

yang harus memimpin apalagi di ruang publik yang jumlah orangnya dan

permasalahan yang ada semakin kompleks dan banyak. Istri dalam Islam

hanya memiliki kewajiban yang ada di rumah saja seperti mengurus dan

mendidik anak, menjaga harta suami, menjaga rumah dan sejenisnya,

walau Quraish Shihab dan beberaparapa ulama lain membolehkan seorang

perempuan bekerja di luar rumah untuk membantu suami bahkan boleh

menjadi pemimpin publik. Sejarah juga telah mencatat bahwa pemimpin-

pemimpin Islam selalu laki-laki, mulai dari Jaman Nabi SAW sampai

runtuhnya khilafah Turkey Utsmani selalu yang memegang kendali

kepemimpinan adalah laki-laki.

3. Hukum Poligami

Hukum poligami menurut Quraish Shihab hanya bersifat mubah,

itupun karena terpaksa atau karena darurat. Seperti yang dijelaskan dalam

bab sebelumnya bahwa keadaan darurat dibolehkannya poligami menurut

Beliau adalah ibarat seperti pintu darurat pesawat terbang yang hanya

boleh dibuka pada keadaan darurat. penumpang pesawat dilarang keras

bahkan bisa diharamkan membuka pintu darurat tersebut karena bisa

berbahaya. Begitu juga poligami ini, pintu darurat poligami hanya boleh

dibuka pada saat darurat dan oleh orang-orang tertentu. Lebih tegas lagi

KHI dan UU perkawinan di Indonesia menyatakan bahwa poligami

dibolehkan dengan syarat yang sangat berat.

Page 135: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

113

Pada dasarnya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan menganut asas monogami di dalam perkawinan. Hal ini tegas

disebut dalam pasal 3 :

a. Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai

seorang suami.

b. Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri

lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan.207

Asas monogami dalam Undang-undang perkawinan ini tidak

bersifat mutlak, tetapi hanya bersifat pengarahan kepada pembentukan

perkawinan monogami dengan jalan mempersempit penggunaan jalan

poligami dan bukan menghapuskan sama sekali sistem poligami. Dapat

tidaknya seorang suami beristeri dari seorang ditentukan Pengadilan

Agama berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan. Pembolehan adanya

poligami adalah merupakan suatu pengecualian. Dan pembolehan ini

diberikan dengan pembatasan-pembatasan yang berat berupa syarat-syarat

dan tujuan yang mendesak.

Begitu juga dalam Kompilasi Hukum Islam membolehkan

poligami dengan syarat seperti yang dijelaskan dalam pasal 55 sampai 59

tentang beristri lebih dari seorang. Dalam pasal-pasal tersebut dijelaskan

bahwa poligami dibolehkan dengan syarat-syarat. Sehingga penulis

menyimpulkan bahwa hukum poligami menurut KHI dan UU No. 1 tahun

1974 adalah boleh dengan syarat. Hal tersebut sejalan dengan Quraish

Shihab, bahkan Quraish Shihab memberikan syarat-syarat lebih banyak

daripada KHI dan UU No. 1 Tahun 1974.

Dalam hal ini penulis tidak setuju dengan Quraish Shihab maupun

KHI/UU No. 1 tahun 1974 tersebut. Penulis lebihi cenderung mengikuti

pendapat dalam kajian teoritik yang menyatakan bahwa hukum poligami

itu sunnah. Bahkan penulis menyatakan bahwa poligami bisa bersifat 207

Departemen Agana RI,Undang-undang No.1 Tahun 1974, 117.

Page 136: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

114

wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram. Poligami menjadi wajib jika

seorang suami ditakutkan terjerumus dalam zina. Poligami menjadi sunnah

jika ada kemaslahatan yang akan ditimbulkan jika berpoligami. Poligami

menjadi makruh jika dikhawatirkan dalam poligami tersebut akan terjadi

hal yang membahayakan. Poligami akan menjadi mubah jika berpoligami

atau tidak sama saja keadaannya. Poligami menjadi haram jika dalam

poligami tidak ada keadilan sehingga terjadi kedzoliman terhadap anak

dan istri.

Di satu sisi juga penulis menilai bahwa Quraish Shihab, KHI dan

UU No. 1 membolehkan poligami dengan syarat itu tidak bisa menampung

orang lain yang bisa saja tidak memenuhi syarat-syarat sebagai kewajiban

untuk berpoligami, tetapi mereka direlakan oleh istrinya berpoligami

walau istrinya tersebut dalam keadaan subur, tidak cacat atau tidak

menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan bahkan memiliki anak

yang banyak.

Penulis mengambil contoh misalnya Ustadz Arifin Ilham. Beliau

bersama istri pertamanya memiliki keturunan. Itu tandanya bahwa istrinya

subur, bahkan tidak menderita cacat/penyakit. Tetapi Ustadz Arifin Ilham

tetap berpoligami dan melahirkan keturunan juga dengan istri keduanya.

Bahkan mantan Presiden RI pertama Bapak Soekarno tercatat memiliki

banyak istri. Tetapi hal tersebut tidak tertampung oleh KHI, Uu No. 1

tahun 1974, dan Quraish Shihab.

4. Syarat Utama Poligami

Seperti yang dijelaskan dalam Bab IV tentang paparan data,

dijelaskan bahwa syarat utama dalam poligami adalah mampu adil. Adil

adalah syarat utama yang wajib dipenuhi oleh seorang yang ingin

berpoligami. Quraish Shihab dan Kompilasi Hukum Islam serta UU No. 1

tahun 1974 memiliki pemahaman yang sejalan. Begitu juga dengan

landasan teori dalam Bab II yang menyatakan bahwa syarat utama bagi

pelaku poligamia adalah mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya dan

anak-anaknya.

Page 137: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

115

Penulis juga sangat setuju bahwa syarat utama bagi orang akan

melakukan poligami adalah mampu berlaku adil. Baik adil secara material

maupun adil secara perasaan cinta pada istri-istri serta anak-anaknya. Jika

tidak mampu adil maka menurut penulis, poligami tersebut menjadi haram

karena akan menyebabkan dosa bagi suami.

5. Syarat-Syarat lain Poligami

Undang-undang mengenai syarat-syarat poligami adalah

sebagaimana tata cara yang telah diatur dalam pasal 4(2) Undang-undang

No.1 tahun 1974 dan pasal 57 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi:

“Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada seorang suami

yang akan beristeri lebih dari seorang apabila208 :

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan

Dalam hal ini penulis menilai bahwa Quraish Shihab setuju dengan

tiga syarat tersebut di atas. Point a, istri tidak mampu lagi menjalani

kewajiban sebagai istri. Dalam hal ini misalnya istri dalam masa

menopause, sehingga tidak bisa melayani suami. Begitu juga point b dan c,

mau tidak mau menurut Quraish Shihab, seorang istri yang mengalami hal

tersebut harus ikhlas suaminya berpoligami.

Namun penulis lebih cenderung pada pendapat ulama lain seperti

dalam landasan teori tesis ini yang menyatakan bahwa syarat poligami

hanya cukup dengan adil saja. Selama seorang suami dapat berlaku adil

maka disunnahkan untuk berpoligami. Hal ini sangat masuk akal karena

jika harus menunggu istri pertama mandul dan berpenyakit/cacat dulu,

maka hal ini penulis katakana bahwa poligami hanya bagi suami yang

memiliki istri mandul dan cacat. Sungguh beruntung suami yang memiliki

istri mandul dan cacat karena mereka saja yang berhak berpoligami.

208

Departemen Agana RI,Undang-undang No.1 Tahun 1974, 118.

Page 138: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

116

Banyak alasan kenapa penulis lebih cenderung pada sunnahnya

poligami. Salah satunya adalah menghidupkan sunnah Nabi dan

memperbanyak keturunan karena menurut dalil, Nabi SAW berbangga-

bangga pada ummatnya yang banyak di hari kiamat nanti.

Dalam pasal 5 (1) Undang-undang Perkawinan no 1 tahun 1974

maupun pasal 58 Kompilasi Hukum Islam diatur secara jelas tentang tata

cara untuk dapat mengajukan permohonan poligami kepada pengadilan.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :209

a. Adanya persetujuan dari isteri-isteri

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-

keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri

dan anak-anak mereka

Quraish Shihab memandang bahwa point a dalam pasal 5 UU No 1

tersebut berlebihan. Karena bukan syarat dalam berpoligami. Quraish

Shihab menyatakan bahwa tidak perlu ijin istri pertama untuk berpoligami

jika istri pertama tersebut sudah termasuk kriteria harus dipoligami

misalnya karena cacat, mandul dan sebagainya. Karena menurut Beliau,

jika suami yang ingin berpoligami dan telah memenuhi syarat poligami

harus meminta ijin lagi pada istri, itu tidak akan mungkin dikasih oleh

istrinya.210

6. Keadilan dalam Poligami

Adil menjadi syarat utama bagi pelaku poligami. Adil cinta

maupun adil harta. Walau adil cinta bukan kewajiban menurut Quraish

Shihab tetapi hal itu tetap harus diusahakan agar tidak ada yang merasa

tidak diperhatikan perasaannya. Perempuan mana yang tidak mau dicintai

dan disayang oleh suaminya. Mereka mau dipoligami pun tetap berharap

agar suaminya tetap cinta dan sayang padanya. Seperti kata pepatah,

209 Ibid., 119 210

Muhammad Abid, Poligami Menurut Quraish Shihab, diakses dari situs (http://tempatbagibagi.blogspot.com/2011/01/poligami-menurut-quraish-shihab.html), tanggal 5 JAnuari 2017.

Page 139: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

117

materi gampang dicari, cinta harus menjadi landasan utama dalam sebuah

hubungan.

Menurut penulis, seorang lelaki menikahi perempuan itu harus atas

dasar cinta dan dakwah. Jika tidak mengandung keduanya, maka itu cinta

terlarang. Nabi SAW menikahi semua istrinya atas dasar cinta dan

dakwah. Jika beliau tidak cinta maka tidak mungkin menikahinya. Nabi

menikahi janda untuk melindungi janda tersebut itu juga namanya cinta.

Nabi juga menikahi Aisyah juga karena cinta. Jadi knsekwensinya menurut

penulis, menikah pertama atau selanjutnya harus berdasarkan cinta karena

tanpa cinta maka akan sulit mewujudkan keadilan. Baik keadilan perasaan

dan giliran maupun keadilan materi yang menjadi titik tekan Quraish

Shihab.

Maka menurut hemat penulis, keadilan menurut KHI dan UU No. 1

tahun 1974 tidak sejalan dengan Quraish Shihab. Karena KHI dan UU No.

1 tahun 1974 menjelaskan bahwa suami harus adil secara umum, baik adil

harta maupun adil perasaan. Hal tersebut dapat kita lihat dalam pasal 77

ayat 2 KHI dan pasal 33 UU No. 1 tahun 1974 yang menyatakan bahwa

suami istri wajib saling cinta mencintai. Artinya jika seoarng

berpoligamipun, dia wajib mencintai semua istrinya dengan seadil-adilnya,

termasuk adil dalam giliran. Kecuali memang seperti yang Nabi lakukan

yaitu menikahi janda-janda tua untuk menolong mereka dan atas tujuan

dakwah. Tetapi di satu sisi, kita jangan lupakan bahwa Nabi juga menikahi

gadis dan janda-janda muda sebagai tanda bahwa Beliau menikah atas

dasar cinta seperti ketika Beliau menikahi Hafsah binti Umar.

Adil adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya dan

memposisikan sesuatu berdasarkan keahliannya serta memberi atau

membagi sesuatu sesuai porsi dan kebutuhan. Adil adalah sikap wajib

yang harus dimiliki oleh semua pemimpin, termasuk pemimpin rumah

tangga yaitu seorang suami. Adil juga menjadi syarat mutlak yang harus

dipenuhi oleh seorang yang ingin melakukan poligami. Karena poligami

membutuhkan seorang pemimpin atau suami yang memiliki sifat adil

Page 140: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

118

dalam kehidupannya. Quraish Shihab juga berpendapat seperti itu, bahwa

syarat utama berpoligami adalah keadilan, baru yang lain – lainnya lagi.

Dalam poligami, Quraish Shihab dengan tegas menyatakan bahwa

maksud adil adalah keadilan material. Keadilan material tersebut menurut

Beliau hukumnya wajib. Sedangkan keadilan lain seperti perasaan cinta

atau kecendrungan pada salah seorang istri itu tidak wajib, karena menurut

Beliau Nabi saja tidak bisa berlaku adil dalam hal perasaan cinta.

Penulis membagi keadilan dalam poligami menjadi dua bagian

yaitu :

a. Adil material

Adil material dalam poligami adalah keadilan dalam harta atau

materi lainnya untuk istri maupun anak-anak. Misalnya pembagian

harta, rumah tempat tinggal, pendidikan, makanan dan minuman,

pakaian, isi rumah, kursi, meja, sepatu, sandal, pangan dan papan dan

sejenisnya. Dalam hal ini Quraish Shihab meganggap hukumnya wajib

bagi suami atau seorang ayah yang poligami berlaku adil. Tidak boleh

seorang suami pilih kasih dalam hal ini menurut Beliau. Semua harus

dibagi rata dan sama-sama dapat sesuai dengan kebutuhan masing-

masing,

Misalkan istri pertama dibelikan sepeda motor baru atau bekas,

maka istri kedua juga harus dibelikan sepeda motor yang sama juga.

Begitu juga anak-anak. Jika istri pertama memiliki dua orang anak dan

suami membelikan anak-anaknya tersebut sepatu baru, maka istri

kedua yang memiliki satu anak misalnya harus dapat juga sepatu yang

sama. Dua sepatu pada anak dari istri pertama dan satu sepatu untuk

anak istri kedua bukan berarti tidak adil, tetapi itulah makna adil yang

sebenarnya. Dua sepatu dikasih ke istri pertama karena anaknya ada

dua, sedangkan satu sepatu pada istri kedua karena jumlah anaknya

hanya satu. Begitu juga kalau sebaliknya.

Menurut kesimpulan penulis, hal ini memang sifatnya wajib

karena jika tidak maka akan menimbulkan kecemburuan sosial antar

Page 141: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

119

istri dan anak-anaknya. Jadi setiap pembagian apapun, harus sama-

sama dapat. Jika tidak mampu, maka lebih baik tidak dibelikan dulu

kecuali menggunakan konsep prioritas. Misalkan antara anak yang

masih SD dengan anak yang sudah SMA pasti beda kebutuhannya.

Jadi skala prioritas menurut penulis harus diperhatikan juga oleh suami

atau ayah.

Hal tersebut sejalan dengan pasal 5 (1) Undang-undang

Perkawinan No. 1 tahun 1974 dan pasal 58 Kompilasi Hukum Islam

diatur secara jelas tentang tata cara untuk dapat mengajukan

permohonan poligami kepada pengadilan. Adapun syarat-syarat yang

harus dipenuhi adalah sebagai berikut :211

a. Adanya persetujuan dari isteri-isteri

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-

keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-

isteri dan anak-anak mereka.

Point (b) dan (c) tersebut di atas bermakna bahwa seorang

suami pelaku poligami wajib memastikan dirinya mampu berlaku adil

secara material terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya, baik dari anak

dari istri pertama maupun dari istri kedua, ketiga dan keempat. Jika

terjadi kelalaian suami maka sang suami melanggar aturan agama dan

aturan hukum yang berlaku.

Namun dalam point (a) tersebut di atas tidak disetujui oleh

Quraish Shihab, karena tidak ada dalam al-Qur‟an maupun hadits yang

mensyaratkan persetujuan istri dulu baru boleh berpoligami. Namun

menurut penulis, persetujuan istri dalam pasal tersebut bermanfaat

untuk ke depannya. Sehingga poligami kuat secara hukum. Penulis

menganggap bahwa persetujuan istri adalah hal positif yang sangat

bagus dilakukan. Sehingga poligami berjalan atas persetujuan istri

pertama juga. Jika istri pertama tidak bisa memberi persetujuan, maka

211

Ibid, 119.

Page 142: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

120

pengadilan berhak mengijinkan poligami asal persyaratan poligami

terpenuhi. Hal ini penulis setuju karena jika perempuan minta dimadu

maka sulit memberikan persetujuan walau mereka tahu bahwa mereka

mandul misalnya.

b. Adil Waktu/giliran

Adil dalam hal waktu atau giliran di masing-masing istri bagi

pelaku poligami adalah hal wajib juga. Semua istri harus mendapat

jadwal waktu dan giliran masing-masing. Karena Rasulullah juga

melakukannya. Menurut Quraish Shihab, hal tersebut merupakan

konsep keadilan non material atau perasaan. Hal tersebut tidak wajib

bagi seorang suami karena dalam hal ini suami berhak menentukan

giliran istri yang mana yang diutamakan asal terpenuhinya kebutuhan

sehari-hari.

Penulis kurang sependapat dengan Quraish Shihab karena

giliran terhadap istri-istri itu sangat penting agar tidak terjadi

kecemburuan sosial antar istri-istri. Jadi, kalau dijadwal masing-

masing hari terhadap istri-istrinya maka itu akan menjadi keadilan

yang luar biasa tanpa memandang tua muda, gadis atau janda. Selama

berstatus istri dalam poligami maka dia berhak mendapatkan waktu

atau giliran yang adil suaminya.

Walau KHI dan UU No. 1 tahun 1974 tidak menyebutkan

secara rinci tentang waktu dan giliran, tetapi KHI dan UU No. 1 telah

menetapkan secara umum bahwa dalam poligami harus ada pembagian

waktu yang adil terhadap istri-istrinya tanpa memandang istri pertama,

kedua, ketiga atau keempat. Yang penting selama mereka berstatus

sebagai istri pertama, dua, tiga atau empat maka wajib hukumnya

mendapat giliran yang adil.

c. Adil Perasaan

Dalam hal perasaan, Quraish Shihab lebih cenderung memiliki

pemahaman bahwa boleh suami lebih mencintai istri yang A daripada

Page 143: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

121

yang B, C dan D. karena keadilan cinta tersebut tidak mungkin dapat

dilakukan oleh seorang suami yang poligami.

Quraish Shihab berpegang pada surah al-Nisa‟ ayat 129 yang

menyatakan bahwa kalian tidak akan mampu berlaku adil. Dalam hal

ini Quraish Shihab menafsirkan ketidakmampuan dalam berbuat adil

tersebut dalam hal materi saja, bukan cinta. Karena Nabi pun berdoa

agar dimaafkan karena sulitnya adil dalam perasaan. Pasti lebih

condong pada yang satu. Sedangkan yang lain tetap diberikan haknya

secara biologis walau porsinya berbeda-beda.

Penulis menganggap bahwa pendapat ini cukup keliru karena

yang namanya pernikahan harus atas dasar suka sama suka, cinta sama

cinta walau pernikahan tersebut pernikahan kedua, ketiga atau keempat.

Tidak mungkin seorang manusia yang bernama laki-laki menikahi

perempuan tanpa ada perasaan cinta dan saling suka satu sama lain,

kecuali Nabi. Karena Nabi selain menikah karena kebutuhan sex, juga

karena kebutuhan dakwah. Tetapi Nabi tetap mencintai seluruh istrinya

walau janda umur 65 tahun.

Keadilan perasaan menurut penulis adalah keadilan suami dalam

hal mencintai istrinya yang telah dia nikahi. Landasan Quraish Shihab

adalah tentang Nabi yang berdoa agar Allah memaafkan Beliau jika

tidak mampu adil dalam perasaan. Hal ini menurut penulis, Nabi tetap

berusaha keras untuk mencintai semua istrinya tanpa cenderung pada

salah satu istri. Asalkan jika sudah berikhtiar maksimal untuk adil

dalam perasaan, maka suatu saat pelaku poligami tidak mampu adil

secara perasaan maka insya Allah gugur dosanya. Makanya Rasulullah

berdoa seperti di atas tadi.

Menurut penulis, antara Quraish Shihab dengan UU hukum

keluarga di Indonesia ( KHI dan UU No. 1tahun 1974 ) hanya 50 %

sejalan. Yang sejalan hanya keadilan material, sedangkan keadilan

perasaan, Quraish Shihab tidak sejalan dengan KHI dan UU No. 1

tahun 1974. Menurut KHI dan UU No. 1 tahun 1974 keadilan itu

Page 144: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

122

mencakup segala hal, baik material maupun cinta. Karena jelas UU

mengatur bahwa suami istri harus saling cinta mencintai.

Apa guna pernikahan jika diperlakukan tidak adil. Fungsi

pernikahan adalah kebahagiaan. Tidak mungkin sebuah pernikahan

akan langgeng jika antara suami istri tidak memiliki perasaan. Jadi,

syarat utama sebuah pernikahan, termasuk poligami, adalah adanya

perasaan cinta dan kasih sayang. Kecuali mungkin pada kondisi

peperangan, yang mana begitu banyaknya janda akibat banyaknya laki-

laki yang meninggal dunia karena perang. Poligami dengan menikahi

janda pada saat ini murni hanya untuk menolong janda tersebut agar ada

yang bertangungjawab mengurusnya.

7. Batas Maksimal Poligami

Dalam hal ini, penulis, Quraish Shihab, KHI dan UU No. 1 tahun

1974 setuju bahwa batas maksimal poligami itu adalah empat orang istri.

Hal tersebut tidak bisa dibantah karena telah disebutkan dengan jelas

dalam al-Qur‟an surah al-nisa‟ ayat 3. Begitu juga dalam KHI dan UU no.

1 tahun 1974.

Dalam hal ini juga, kita tidak bisa menyamakan diri kita sama

seperti Nabi yang memiliki 9 istri secara bersamaan sebelum Beliau

meninggal dunia. Kita sebagai pengikutnya, hanya dibatasi maksimal

empat.

8. Syarat Untuk Mendapatkan izin Poligami dari Pengadilan

Syarat untuk mendapatkan ijin pengadilan menurut KHI dan UU

No. 1 tahun 1974 adalah adanya persetujuan istri/istri-istri dan adanya

jaminan seorang suami mampu adil dan mampu secara ekonomi

memenuhi kebutuhan istri-istri dan anak-anaknya.

Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Quraish Shihab yang

menyatakan bahwa syarat adil materi adalah kewajiban bagi suami

terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Sehingga antara Quraish Shihab

dengan KHI serta UU No. 1 tahun 1974 memiliki relevansi saling

Page 145: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

123

menguatkan sehingga masyarakat tidak sembarangan dalam melakukan

poligami.

Penulis menilai bahwa hal tersebut juga wajib jika seorang ingin

berpoligami. Keadilan dan jaminan materi bagi istri-istri dan anak-anak

adalah landasan wajib dalam sebuah hubungan poligami. Walau rejeki

telah diataur oleh Allah tetapi secara psikologi, kepastian atau jaminan

seorang suami mampu secara ekonomi adalah hal yang harus dipenuhi.

Bahkan menurut penulis, tidak akan ada perempuan mau dipoligami jika

calon suaminya tersebut miskin, tidak memiliki harta dan tidak memiliki

jaminan kehidupan yang bagus. Sehingga sangat setuju dan masuk akal

sekali jika syarat tersebut diatur dan diwajibkan bagi siapa saja pelaku

poligami.

9. Asas Perkawinan

Quraish Shihab, KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 sama-sama

menganut asas monogami dalam perkawinan. Tetapi pada saat tertentu,

asas monogamy tersebut akan berubah menjadi poligami jika istri pertama

mandul atau menderita cacat atau penyakit, atau istri tidak mampu lagi

melaksanakan kewajiban sebagai istri seperti yang dijelaskan oleh KHI

dan UU No. 1 tahun 1974. Hanya saja Quraish Shihab lebih banyak

mengajukan syarat bolehnya poligami selain tiga hal tersebut di atas.

Dalam landasan teori, Syeikh bin Baz menyatakan bahwa asas

pernikahan adalah poligami bagi yang mampu, monogami bagi yang tidak

mampu adil. Hal ini berarti bahwa ada pertentangan antara landasan teori

dengan Quraish Shihab, KHi maupun UU No. 1 tahun 1974. Tetapi

penulis lebih memilih asas perkawinan adalah monogami, karena lebih

menjauhkan diri dari berbuat aniaya seperti yang disarankan al-Qur‟an

surah al-nisa‟. Tetapi monogami bukan berarti tidak boleh poligami.

Perbedaan penulis dengan Quraish Shihab, KHI dan UU no. 1

tahun 1974 adalah masalah syarat poligami. Penulis lebih cenderung

syaratnya cukup dengan adil saja, tidak perlu tunggu istri mandul dulu,

sakit dulu seperti yang dijelaskan oleh KHI dan UU No. 1 tersebut.

Page 146: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

124

Apalagi Quraish Shihab yang menambah lagi syarat harus nikah dengan

janda atau menunggu istri mengalami masa menopause.

10. Poligami dan Kawin Sirri

Poligami merupakan hal yang tidak habis-habisnya dibahas. Pro-

kontra terus terjadi. Terutama di Negara Indonesia. Apalagi poligami lewat

jalan nikah sirri. Hal ini dengan tegas Quraish Shihab menyatakan bahwa

pernikahan sirri memang sah secara agama tetapi pelakunya dapat berdosa

karena melanggar aturan ulil amri. Ini sebenarnya pengharaman secara

tidak langsung oleh Quraish Shihab karena jika tetap melakukan praktek

nikah sirri maka semua pelaku dan pihak yang terlibat akan mendapat dosa

karena tidak taat pada ulil amri.

Begitu juga dalam KHI maupun UU perkawinan, tidak

dicantumkan sedikitpun tentang nikah sirri. Hanya saja menegaskan bahwa

setiap perkawinan harus dicatatkan di Kantor Urusan Agama. Sehingga

yang tidak mencatat perkawinannya di KAU maka perkawinannya tidak

sah secara hukum Negara dan tidak memiliki kekuatan hukum sama sekali.

Sehingga akan ada pihak yang terdzolimi, terutama anak yang akan

dilahirkan oleh pasangan nikah sirri. Isteri yang dinikah sirri juga tidak

memiliki kekuatan hukum untuk menuntut suaminya atau untuk

mendapatkan hak waris dari suaminya.

Hal itulah yang membuat Quraish Shihab sangat melarang kawin

atau nikah sirri. Selain tidak taat pada ulil amri, pelaku kawin sirri akan

menyebabkan resiko yang besar juga yaitu mendzolimi istri yang disirri

dan mendzolimi anak yang lahir dari pernikahan sirri tersebut.

Secara halus Beliau menyatakan bahwa “ walau sah menurut

agama, tetapi khusus untuk keindonesiaan, nikah sirri dilarang “.

Pelarangan tersebut karena akan ada dosa yang dialami oleh pelaku nikah

sirri. Karena mentaati pemimpin atau ulil amri hukumnya wajib. Sesuatu

yang wajib jika dilanggar maka akan mengakibatkan dosa bagi

pelanggarnya. Apalagi aturan yang dibuat oleh ulil amri demi keamanan

Page 147: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

125

dan menghindari kedzoliman terhadap perempuan dan anak. Dan harusnya

didukung oleh kaum muslimin di Indonesia.

Penulis sangat setuju dengan Quraish Shihab dan UU yang berlaku

di Indonesia. Karena walau tidak ada dalil yang mengharuskan pernikahan

itu dicatat oleh Negara tetapi ketaatan pada Negara ada dalil yang

mewajibkannya. Taatilah Allah, Taati Rasul, dan ulil amri di antara kalian.

Apalagi ketaatan dalam hal ini bukan untuk bermaksiat pada Allah, justru

menurut penulis sangat sesuai dengan ajaran Islam. Buktinya Nabi tidak

pernah melakukan poligami sembunyi-sembunyi. Semua istrinya ditahu

oleh para sahabat dan masyarakat luas sampai saat ini.

Jadi antara Quraish Shihab dan peraturan yang berlaku tidak saling

bertentangan. Walau dalam kenyataannya tidak ada sangsi bagi pelaku

poligami yang nikah sirri. Harusnya jika tidak mematuhi aturan yang

berlaku maka pelaku nikah sirri harus dihukum oleh pemerintah agar

member efek jera bagi pelakunya. Karena akan menimbulkan

ketidakaturan dalam Negara. Dan tugas Negara adalah melindungi

warganya dari segala macam praktek yang melanggar UU, termasuk UU

Perkawinan dan KHI tersebut.

Seharusnya para kiyai, tuan guru, ustadz dan para guru lainnya

mengajarkan masyarakat tidak harus menunggu dalil secara tekstual dalam

memahami hukum. Ijtihad untuk membantu Negara menertibkan

perkawinan liar ( perkawinan sirri ) adalah tugas mereka yang bergelar

ulama. Sehingga fatwa pengharaman kawin sirri perlu diterbitkan.

C. Posisi Pemikiran Quraish Shihab Dalam Wacana Kaum Feminisme

Indonesia Tentang Poligami

1. Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rahmah

Perkawinan adalah peristiwa besar yang sangat sakral dalam

pandangan Islam. Perkawinan adalah penyatuan komitmen besar antara

dua insane yang saling mencintai satu sama lain. Ikatan perkawinan adalah

ikatan yang sangat suci yang harus dijaga oleh suami istri untuk

menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Page 148: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

126

Musdah Mulia, sebagai tokoh feminsme Indonesia, menjelaskan

secara rinci dan mendalam bagaimana konsep sebuah keluarga sakinah,

mawaddah wa rahmah tersebut. Beliau menjelaskan bahwa al-Quran

menggambarkan ikatan perkawinan dengan istilah mitsaqan ghalizha (

komitmen besar ). Perkawinan sejatinya merupakan perjanjian serius di

antara dua pihak yang memiliki posisi setara menuju kehidupan keluarga

yang sakinah dan bahagia, meliputi mawaddah wa rahmah.

Sebuah keluarga dikatakan sakinah mawaddah wa rahmah jika

memenuhi prinsip dasar perkawinan. Menurut Musdah Mulia, ada lima

prinsip dasar perkawinan sebagai berikut :

a. Prinsip Mitsaqan ghalizha ( Komitmen besar )

b. Prinsip mawaddah wa rahmah (cinta dan kasih sayang yang amat

tulus).

c. Prinsip equality ( persamaan )

d. Prinsip mu‟asyarah bi al-ma‟ruf ( pergaulan yang sopan dan santun )

e. Prinsip monogamy

Kelima prinsip tersebut menjadi pegangan utama dalam sebuah

perkawinan menurut Beliau. Tanpa lima dasar tersebut maka perkawinan

tidak akan melahirkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Dimulai dari prinsip Mitsaqan ghalizha sampai prinsip monogami adalah

rentetan syarat jika sebuah ikatan perkawinan menginginkan kesakinahan

dalam keluarganya.

Semua prinsip di atas sejalan dengan pemikiran Quraish Shihab,

kecuali point ke (e) nya yaitu monogami. Quraish Shihab memang

berasaskan monogami juga dalam perkawinan, tetapi tidak menutup mati

pintu poligami. Sedangkan Musdah Mulia, monogami adalah harga mati,

karena poligami hanya akan membuat suasana sakinah hilang dalam

keluarga.

Seperti kata Musdah Mulia dalam bukunya, “ pesan moral islam

dalam perkawinan adalah membangun keluarga yang sakinah yang sepi

dari semua bentik diskriminasi , dominsi, eksploitasi dan kekerasan

Page 149: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

127

apapun alasannya. Beranjak dari prinsip prinsip perkawinan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa islam lebih menekankan pemeluknya pada perkawinan

monogami bukan poligami “.212

Bahkan Musdah Mulia menyatakan bahwa dengan prinsip mawaddah

wa rahmah, pasangan suami istri harus saling cinta, memberikan kasih

sayang, saling setia terhadap pasangan tanpa batas. Walaupun seorang istri

mengalami kondisi yang menjadi syarat bolehnya poligami bagi suaminya

seperti yang dirumuskan oleh Quraish Shihab maupun KHI dan UU No 1

tahun 1974, yaitu istri mandul, menopause, cacat atau memiliki penyakit

yang tidak dapat disembuhkan.

Musdah mulia tetap bersikeras menyatakan bahwa jangan jadikan

keadaan tersebut sebagai alasan bagi para suami untuk menikah lagi.

Sedangkan Quraish Shihab menyatakan, keadaan istri yang mengalami

hal-hal tersebut di atas adalah pintu masuk bolehnya seorang suami

menikah lagi.

Berikut kutipan pernyataan Musdah Mulia dalam bukunya,

“Perkawinan dibangun diatas landasan cinta , kesetiaan, dan kasih sayang

yang tak bertepi. Cinta, kasih sayang, dan kesetiaan itu tidak boleh pudar

apapun yang terjadi. Semua itu harus terpelihara meski salah satu

pasangan mengalami hal hal yang tidak menyenangkan ,seperti kecelakaan

yang menyebabkan lumpuh , cacat fisik dan mental, sakit

berkepanjanngan, atau salah satu nya divonis mandul atau dipenjara untuk

waktu yang lama “.213

Menurut penulis, pendapat Musdah Mulia tersebut terlalu berlebihan.

Karena Islam membolehkan berpoligami seperti perkataan Quraish Shihab.

Selama seorang suami adil, maka poligami dibolehkan, apalagi seorang

istri mengalami kondisi seperti di atas yang menyebabkan dia tidak

mampu lagi melayani suami. Pendapat Musdah Mulia tersebut jelas

bertentangan dengan pendapat Quraish Shihab. Penulis menilai bahwa 212 Musdah Mulia, Muslimah Sejati ; Menempuh jalan Islami Meraih Ridho Illahi, ( Bandung : MARJA, 2011 ), 187. 213

Ibid., hal. 188.

Page 150: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

128

Quraish Shihab cukup mendukung monogami seperti Kaum Feminisme,

tetapi seorang istri harus tau diri bahwa ada saatnya istri-istri

mengikhlaskan suamiinya nikah lagi jika keadaan darurat yang dialami

istri tersebut.

Hal yang menjadi landasan juga bagi para penolak poligami adalah

kisah Kartini. Dalam buku karya Hadi Priyanto, beliau mengutip kata

Kartini dalam suratnya sebagai berikut ; “ Bagaimana saya dapat

menghormati seseorang, yang sudah kawin dan menjadi bapak, yang

apabila sudah bosan kepada ibu anak-anaknya, dapat membawa

perempuan lain ke dalam rumah dan mengawininya secara sah. Semua

perbuatan yang menyebabkan semua manusia menderita, saya anggap

sebagai dosa”.214

Hal ini menandakan bahwa seorang Kartini menganggap bahwa

monogami adalah syarat untuk mewujudkan keluarga yang sakinah. Jika

yang terjadi dalam keluarga adalah poligami maka itu hanya akan

menyebabkan penderitaan di pihak istri, sedangkan tujuan perkawinan

adalah kebahagiaan dan ketenangan bathin. Hal yang menjadi pertanyaan

besar adalah kenapa pemerintah melalui UU membolehkan poligami?

Apakah tidak terbalik dengan pasal tujuan perkawinan walau ada

syaratnya?

Pertanyaan besar tersebut dijawab dengan cerdas oleh Quraish Shihab

bahwa asas pernikahan dalam Islam memang berasaskan monogami.

Sedangkan poligami itu hanya karena darurat. Di satu sisi Quraish Shihab

menyatakan bahwa asas pernikahan adalah monogami, di sisi lain

membolehkan poligami. Kata Quraish Shihab dalam pandangannya

tentang keluarga sakinah pada bab III bahwa ; “ Sakinah harus didahului

oleh gejolak menunjukkan bahwa ketenangan yang dimaksud adalah

ketenangan dinamis. Pasti dalam setiap rumah tangga ada saat ketika

gejolak, bahkan kesalahpahaman dapat terjadi. Namun, ia dapat segera

tertanggulangi lalu melahirkan sakinah. la tertanggulangi bila agama yakni

214 Hadi Priyanto, Kartini ; Pembaharu Peradaban, ( Semarang ; Fortsastran Jepara, 2011 ), 135.

Page 151: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

129

tuntunan-tuntunannya dipahami dan dihayati oleh anggota keluarga. Atau,

dengan kata lain, bila agama berperan dengan baik dalam kehidupan

keluarga”.

Hal ini menurut penulis, gejolak dalam keluarga tersebut bisa saja

salah satunya karena tidak memiliki keturunan, sehingga sang suami

berpoligami. Hal ini merupakan gejolak bagi istri dan tantangan bagi

suami. Namun nanti di akhir cerita, Quraish Shihab berharap walau dalam

kasus ini dibolehkan seorang suami poligami, tetap istri dapat menerima

dengan lapang dada karena istri tersebut tidak dapat memberikan

keturunan atau anak untuk suaminya, sehingga sakinah akan tetap terbina

walau kondisi demikian.

Menurut penulis, Quraish Shihab memberikan solusi atas pertentangan

yang terjadi. Dengan kata lain, keluarga sakinah tetap bisa terbina walau

terjadi poligami. Dalam hal ini penulis menganggap bahwa Quraish Shihab

sangat bijak sehingga mampu meredam kontroversi para kaum feminisme

yang tetap menitikberatkan bahwa keluarga sakinah itu tanpa poligami.

Walau dalam kesempatan lain para kaum Feminisme memberi saran agar

suami tidak berpoligami karena istrinya mandul maka suami istri tersebut

bisa mengadopsi anak. Tetapi menurut penulis, sangat beda antara

megurus anak orang lain dengan anak sendiri. Jangan hanya demi egoisme

perempuan akhirnya mendzolimi suami yang sangat ingin memiliki

keturuanan sendiri.

2. Kedudukan Perempuan

Kedudukan laki-laki dan perempuan sama di mata kaum Feminisme.

Tidak ada pembatasan hak. Musdah Mulia melihat bahwa ada tiga

pemikiran masyarakat atau ulama pada umumnya yang Beliau kritisi, yaitu

pertama, pemahaman tentang asal usul penciptaan manusia. kedua,

pemahaman tentang kejatuhan Adam dan Hawa dari Syurga. Ketiga,

pemahaman tentang kepemimpinan perempuan.

a. Pemahaman tentang asal usul penciptaan manusia

Page 152: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

130

Menurut pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa Adam as

diciptakan dari tanah, sedangkan Hawa as diciptakan dari tulang rusuk

Adam as. Sehingga melahirkan anggapan bahwa perempuan itu hanya

sebagai pelengkap laki-laki, orang nomor dua, diciptakan dari dan

untuk lelaki dan sebagainya.

Hal tersebut menjadi kritikan dari kaum Feminis, yang

menyatakan bahwa pemahaman tersebut hanya akan menyebabkan

pembagian kelas dalam manusia, yaitu manusia kelas satu ( laki-laki ),

dan perempuan sebagai manusia kelas dua, sehingga terjadi

diskriminasi status dalam masyarakat. Hal ini dikritik dan disalahkan

oleh kaum FEminisme, karena bagi mereka, laki-laki dan perempuan

itu sama saja. Yang membedakan hanya tingkat ketaqwaannya saja.

Hal ini serupa dengan pemikiran Quraish Shihab menyatakan

bahwa penciptaan Adam dan Hawa as berasal dari jenis yang sama

yaitu tanah. Dalam tafsirnya BEliau menyatakan bahwa kata nafs

dalam surat al-Nisa‟ ayat 1 memiliki makna jenismu sendiri. Jadi,

proses penciptaan manusia berasal dari sumber yang sama yaitu tanah.

Sehingga tidak ada perbedaan dalam hal penciptaan. Dan perempuan

memiliki kedudukan yang sama dalam hal penciptaan manusia.

Musdah Mulia, dalam bukunya yang berjudul Muslimah Sejati,

Menyatakan bahwa Umat Islam meyakini agamanya sebagai rahmatan

lil alamin, artinya agama yang menebarkan rahmat bagi alam semesta.

Salah satu bentuk dari rahmat itu adalah pengakuan Islam terhadap

keutuhan kemanusiaan perempuan dan laki-laki adalah sama, tidak

perbedaan sedikitpun. Ukuran kemulian seorang di hadapan Allah

SWT adalah prestasi dan kualitas taqwanya, tanpa membedakan jenis

kelaminnya ( Qs. Al_Hujurat ( 49 ) : 13 ).215

Menurut penulis, terlepas dari pro kontra pemahaman tentang asal

usul laki-laki dan perempuan, penulis tetap memahami bahwa laki-

laki tetap berada lebih tinggi kedudukannya dari perempuan. Dengan

215

Musdah Mulia, Muslimah Sejati, ( Bandung : Marja, 2011 ), 131.

Page 153: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

131

asalan bahwa yang pertama kali diciptakan adalah Adam as sebagai

laki-laki dan khalifah ( pemimpin ) di muka bumi. Dan adanya dalil

yang menyatakan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi satu derajat

dari perempuan.

b. Pemahaman tentang kejatuhan Adam dan Hawa dari Syurga

Pemahaman lain yang menyebar di masyarakat adalah penyebab

Adam as dan Hawa as dikeluarkan dari syurga. Kita memahami

bahwa penyebab keluarnya mereka dari syurga adalah karena

kesalahan Hawa as. Hawa lah yang menjadi biang kerok cikal bakal

dikeluarkannya Adam dan dirinya sendiri dari syurga. Kesalahan

bersumber dari Hawa yang menghasut Adam as untuk memakan buah

larangan Tuhan. Akhirnya para ulama menyimpulkan bahwa

penyebab Adam dan Hawa as dikeluarkan dari Syurga karena

kesalahan Hawa as.216

Hal tersebut juga dikritisi oleh Quraish Shihab, yang menyatakan

bahwa kesalahan tersebut bukan hanya dari Hawa as, tetapi dari Adam

as juga. Dalam tafsirnya Beliau menyatakan bahwa Iblis membisikan

ke telinga Adam untuk memakan buah keabadian tersebut. Jadi

kesalahan terjadi dilakukan oleh keduanya.

Menurut penulis, tafsir Quraish Shihab tersebut lebih mendekati

kebenaran karena dalam sebuah keputusan antara dua orang atau lebih

yang hidup bersama, tidak boleh disalahkan satu sama lain jika suatu

saat keputusan tersebut salah. Karena dalam keputusan pasti

melibatkan pasangannya juga. Jadi memang salah jika satu-satunya

penyebab keluarnya Adam dan Hawa as adalah Hawa as saja.

Quraish Shihab dalam hal ini sejalan dengan Kaum Feminisme

atau berada pada posisi mendukung kaum Feminisme dalam rangka

mengkritisi pemahaman yang kurang teapt dari masyarakat pada

umumnya. Sehingga tidak bisa kita menyatakan bahwa ketika suami

216

Ibid., 132.

Page 154: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

132

melakukan kesalahan dalam rumah tangga, tetapi istri yang

disalahkan. Padahal belum tentu istri yang bersalah.

Begitu juga dalam kasus Adam as dan Hawa as, Adam as

memakan buah keabadian tersebut atas hasutan Iblis dengan iming-

iming akan hidup abadi selamanya. Peran istri mempengaruhi suami

untuk mengikuti bisikan Iblis tersebut. Kesalahan Istri ( Hawa as )

adalah mempengaruhi Adam untuk memakan buah tersebut.

Sedangkan kesalahan Adam as adalah mengambil dan memakan buah

tersebut. Artinya kedua-duanya sama-sama salah makanya keduanya

dikeluarkan dari syurga. Tidak mungkin Adam as dikeluarkan dari

syurga oleh Allah jika dia tidak berbuat salah juga, karena Allah maha

adil dan maha tahu.

c. Pemahaman tentang kepemimpinan perempuan.

Pemahaman selanjutnya yang dikritisi oleh kaum Feminisme

adalah tentang kepemimpinan perempuan. Selama ini kita memahami

bahwa perempuan tidak layak menjadi pemimpin. Pemimpin itu hanya

laki-laki, sedangkan perempuan, kata Musdah Mulia, “Gambaran tipe

ideal perempuan dalam masyarakat Islam adalah feminism, lemah

lembut, tubuh yang tidak berotot, suara kecil berbisik, tidak menuntut,

tidak mengeluh, tidak kritis dan tidak protes. Kalau berjalan

pandangannya ke bawah dan wajahnya selalu tersenyum

menyenangkan, subur dan banyak anak, pandai merawat dan

mengasuh anak, pandai memuaskan nafsu seksual suami, pandai

memasak dan menghidangkan makanan lezat dan murah, pandai

menjaga rahasia keluarga, pandai mengelola keuangan suami, hemat

dan tidak boros, banyak minum jamu untuk mengecilkan perut,

merampingkan badan, dan mengharumkan tubuh, terutama bagian

organ-organ reproduksi, tidak banyak bergaul walau dengans sesama

perempuan “.217

217

Ibid., 133.

Page 155: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

133

Dalam masyarakat diajarkan bahwa perempuan tidak layak

menjadi pemimpin karena tubuhnya sangat lembut dan lemah, serta

akalnya pendek. Apalagi ada hadits yang menyatakan bahwa : “

perempuan itu lemah akal dan agamanya ( HR. Bukhari ). Ada juga

hadits yang menyatakan bahwa : „” celakalah suatu bangsa yang

mempercayakan kepemimpinannya kepada perempuan ( HR. Bukhari

). Lalu diperkuat lagi dengan ayat yang menjelaskan bahwa laki-laki

itu pemimpin bagi perempuan ( Qs al-Nisa‟ (4) : 34 ).218

Jadi, kesimpulannya, Musdah Mulia sebagai tokoh feminisme

Indonesia sangat tidak setuju dengan KHI dan UU Perkawinan di

Indonesia karena hanya menyudutkan dan merendahkan kedudukan

perempuan. Dan jika melihat pemikiran Quraish Shihab, ada sedikit

perbedaan dengan pemikiran Musdah Mulia yaitu tentang kedudukan

perempuan dalam keluarga beserta hak dan kewajibannya. Quraish

Shihab setuju bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan,

tetapi ia menafsirkan bahwa hal tersebut hanya dalam lingkungan

keluarga. Sedangkan dalam ruang publik, Quraish Shihab tidak

menolak adanya potensi perempuan untuk menjadi pemimpin.

Sehingga Quraish Shihab dalam hal kepemimpinan publik, sejalan

dengan pemikiran kaum feminisme dimana laki-laki dan perempuan

memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin di ruang

publik seperti menjadi Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota dan

segala bentuk kepemimpinan publik.

Penulis mengkritisi pendapat Quraish Shihab yang menafsirkan

ayat tentang kepemimpinan itu hanya di lingkup keluarga saja,

sedangkan di publik, perempuan boleh menjadi pemimpin. Menurut

Penulis, pendapat tersebut tidak sesuai dengan pemahaman ulama

pada umumnya. Para ulama menyatakan bahwa pemimpin adalah laki-

laki, dimanapun dan kapanpun. Imam al-Qurtubi misalnya dalam

tafsirnya menyatakan bahwa khalifah ( kepala Negara ) haruslah

218

Ibid., 134.

Page 156: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

134

seorang laki-laki dan para fuqaha telah bersepakat bahwa wanita tidak

boleh menjadi pemimpin.219

Tetapi dalam hal ini, Quraish Shihab mencoba menengahi pro

kontra yang terjadi. Quraish Melihat konteks ayat tentang laki-laki

adalah pemimpin kaum perempuan hanya dalam lingkup keluarga

karena ayat tersebut sedang berbicara dalam konteks keluarga, bukan

konteks publik. Quraish Shihab sedikit mendukung Feminisme dan

sedikit mengkritisi.

3. Hukum Poligami

a. Islam Datang Untuk Menghapus Tradisi Poligami

Seperti yang tertulis dalam landasan teori tesis ini, yang

menyatakan bahwa poligami itu telah ada jauh sebelum Islam datang.

Islam datang hanya sekedar mengatur aturan poligami. Kaum

Feminisme juga menyatakan hal yang sama bahwa Islam datang untuk

menghapus praktek poligami sembarangan tanpa aturan orang-orang

jahiliyah jaman dulu. Penghapusan Poligami mirip dengan penghapusan

perbudakan.

Cara Islam menghapus perbudakan adalah dengan mengeluarkan

fatwa tentang keutamaan membebaskan budak. Jika dipahami lebih

mendalam maksud dari perintah itu adalah hal tersebut dalam rangka

penghapusan perbudakan secara halus dan bijaksana sehingga akhir dari

perintah tersebut adalah terhapusnya perbudakan. Jika semua budak

dibebaskan maka itulah keberhasilan perintah tersebut walau dalil

bolehnya perbudakan tidak dihapus.

Begitu juga poligami menurut pemahaman kaum Feminisme

seperti Musdah Mulia. Awalnya poligami tanpa batas dan tidak ada

aturan. Siapapun boleh poligami dengan berapapun jumlahnya. Islam

datang untuk mengatur hal tersebut dengan awal perintahnya adalah

boleh poligami tetapi maksimal empat orang istri. Tetapi akhir perintah

219

Utary maharani Barus, Pemimpin wanita dalam Islam, ( Universitas Sumut : Sumut, 2005 ), hal. 3. Skripsi tidak diterbitkan.

Page 157: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

135

dalam ayat ke tiga surat al-Nisa‟ tersebut adalah disarankan satu saja

karena lebih mendekati tidak berbuat aniaya. Musdah Mulia memahami

ayat ini mirip dengan perintah keutamaan membebaskan budak.

Perbudakan boleh tetapi lebih baik tidak. Begitu juga poligami, boleh

tetapi lebih baik tidak, yaitu cukup satu istri saja.

Kata Musdah Mulia dalam bukunya, “ Islam datang untuk

menghapus poligami sebagaimana menghapuskan berbagai tradisi keji

lainnya seperti minum khamr, perselingkuhan, prostitusi, perzinahan

dan perbudakan “.220 Walaupun ayat poligami masih ada, tetapi tugas

kita pasca Nabi lah yang terus berjuang agar poligami dihapuskan.

Begitulah pemahaman kaum Feminisme selain melihat sisi Hak asasi

manusia dan sebagainya.

Hal tersebut kurang sejalan dengan pemahaman Quraish Shihab,

karena Quraish Shihab tidak pernah mengatakan bahwa poligami itu

haram. Beliau hanya melarang poligami yang tidak memenuhi syarat.

Sedangkan Musdah Mulia karena dasar pemikiran bahwa poligami mau

dihapus seperti perbudakan maka Beliau melarang poligami secara

mutlak agar sukses seperti saat ini sudah tidak ada perbudakan walau

ayat yang membolehkannya masih tetap berlaku.

Namun penulis menilai bahwa kasus penghapusan khamr,

perzinahan, perbudakan dan sebagainya tidak bisa disamakan dengan

kasus poligami. Penulis menganggap bahwa poligami memiliki nilai-

nilai moral yang tinggi disbanding dengan perbudakan. Banyak hal

positif yang menjadi landasan poligami itu dibolehkan. Kita juga harus

memahami bahwa tidak ada sahabat Nabi yang memahami perintah

poligami sama dengan perintah membebaskan budak. Perbudakan itu

jelas bertentangan dengan ayat tentang persamaan kedudukan manusia

di mata Allah sedangkan poligami adalah masalah lain yang Nabi dan

para sahabat juga mempraktekannya.

220

Ibid., 190.

Page 158: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

136

Jika perintah monogami disamakan dengan perintah

membebaskan budak maka para sahabat akan berlomba-lomba

menceraikan istri-istrinya ( cukup sisai satu saja ) seperti mereka

berlomba-lomba membebaskan budak seperti yang Nabi lakukan. Hal

ini lah yang mendasari pemikiran penulis menolak jika perbudakan

disamakan dengan poligami.

b. Asas Perkawinan adalah monogami

Ada lima prinsip dasar perkawinan menurut kaum Feminisme

yaitu prinsip mitsaqan ghaliza, prinsip mawaddah wa rahmah, prinsip

persamaan, prinsip mu‟asyarah bil ma‟ruf dan terakhir adalah prinsip

monogami. Musdah Mulia mensyaratkan dasar perkawinan dengan lima

hal tersebut. Jika tidak, maka itu bukan sebuah perkawinan yang sesuai

ajaran Islam.

Beliau mengatakan bahwa “ prinsip atau asas perkawinan Islam

yang disebutkan terdahulu hanya dapat terealisasi melalui perkawinan

monogami, bukan poligami “.221 Hal ini berarti bahwa poligami telah

ada sebelum Islam datang dan Islam datang untuk menghapus hal

tersebut yang dianggap akan berbuat aniaya terhadap istri-istri.

Hal ini jelas bertentangan dengan pemahaman Quraish Shihab

bahwa hukum poligami itu dibolehkan dengan syarat yang berat walau

Beliau sepakat bahwa asas perkawinan dalam Islam adalah asas

monogami. Artinya Beliau setuju dengan pendapat Musdah Mulia

tentang asas tersebut. Namun Quraish Shihab menganggap bahwa asas

monogami memang asas awalnya tetapi boleh berubah jadi poligami

dalam keadaan darurat. Tetapi Musdah Mulia tetap konsisten melarang

poligami karena sebab yang akan ditimbulkan.

Di satu sisi Quraish Shihab menyatakan bahwa asas perkawinan

adalah monogami, di sisi lain membolehkan poligami dengan syarat

yang sangat berat. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya Quraish

Shihab lebih menyarankan bagi para wanita agar lebih legowo dan tau

221

Ibid., 188.

Page 159: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

137

diri. Jika sudah tidak mampu lagi melayani suami, memiliki penyakit

atau mandul, maka harus bisa mengikhlaskan suami kawin lagi. Karena

kalau tidak maka istri telah mendzolimi suaminya.

Posisi Quraish Shihab dalam menengahi kerasnya para kaum

Feminisme menutup mati pintu poligami adalah memberikan logika

yang sangat masuk akal sehingga banyak wanita yang tersadarkan akan

bolehnya poligami pada keadaan darurat tersebut.

c. Hukum poligami

Poligami menurut Kaum Feminisme hanya akan menimbulkan

kesengsaraan bagi kaum perempuan dan terbengkalainya anak-anak

akibat ayahnya menikah lagi. Poligami adalah musibah yang dapat

menyebabkan hancurnya sebuah hubungan suci yaitu perkawinan.

Banyak sekali kasus perceraian yang terjadi bukan hanya karena

perselingkuhan tetapi karena poligami. Sehingga poligami dilarang

keras oleh kaum Feminis atau menyatakan bahwa poligami hukumnya

haram lighoirihi yaitu haram karena sebab yang akan ditimbulkan.

Poligami adalah perselingkuhan yang dilegalkan, begitu kata

Musdah Mulia. Berikut kutipannya, “ poligami pada hakekatnya adalah

selingkuh yang dilegalkan, dan karenanya jauh lebih menyakitkan

perasaan istri. Islam menuntun manusia agar menjauhi selingkuh, dan

sekaligus menghindari poligami. Islam menuntun pengikutnya: laki-laki

dan perempuan agar mampu menjaga organ-organ reproduksinya

dengan benar sehingga tidak terjerumus pada segala bentuk pemuasan

syahwat yang dapat mengantarkan pada kejahatan terhadap

kemanusiaan “.222Oleh karena itu lah Musdah Mulia menganggap

bahwa poligami sebenarnya haram untuk dipraktekan karena akan

menyebabkan kejahatan.

Berbeda dengan Quraish Shihab, Beliau menyatakan bahwa

hukum poligami itu boleh, tetapi dengan syarat. Salah satunya adalah

222 Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004 ), 61.

Page 160: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

138

mampu berbuat adil. Beliau mengkritisi orang yang menutup mati pintu

poligami karena poligami bisa jadi solusi dari berbagai masalah istri

misalnya istri yang kena penyakit sehingga tidak mampu lagi melayani

suami dengan maksimal apalagi tidak mampu lagi sama sekali.

Quraish Shihab mencoba meredam nafsu amarah perempuan yang

anti poligami dengan logika yang masuk akal. Walau penulis tetap tidak

setuju dengan pendapat Quraish Shihab tersebut. Apalagi dengan

pendapat Musdah Mulia sang feminis. Menurut penulis, poligami itu

asal adil maka dibolehkan. Karena jika harus tunggu istri cacat dulu

atau mandul dulu atau menopause dulu maka justru itu yang akan

mendzolimi laki-laki karena tenaganya terbuang sia-sia. Sedangkan

perbuatan sia-sia adalah dilarang dalam Islam. Jadi penulis lebih

cenderung pada pendapat ulama lain yang mensunnahkan poligami bagi

yang adil tanpa ada embel-embel syarat dan sejenisnya.

4. Berbagai alasan Melakukan Poligami

a. Poligami karena sunnah nabi?

Sunnah Nabi memang menjadi alasan bagi para pelaku poligami

dalam mempraktekan poligaminya. Seharusnya jika benar-benar

mengikuti sunnah Nabi, maka harusnya tunggu istri pertama meninggal

dulu baru nikah lagi dan poligami. Karena Hadijah istri pertama Nabi

tidak pernah dipoligami semasa hidupnya.

Hal tersebut dapat kita lihat dalam buku karya Musdah Mulia,

yang menyatakan bahwa “ pernyataan para pendukung poligami dengan

dalil bahwa itu sunnah merupakan kedangkalan dalam pemikiran “.223

Bagi Beliau, kenapa sunnah Nabi selalu dikaitkan dengan poligami?

Padahal begitu banyaknya sunnah Nabi yang lain yang menjadi prioritas

seperti Sunnah Nabi dalam menciptakan keadilan dan perdamaian. Dan

jika benar poligami karena sunnah Nabi, maka harusnya mereka

poligami dengan para janda tua untuk menolong mereka. Bahkan Nabi

223

Ibid., 191.

Page 161: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

139

sendiri selama Hadijah hidup, Nabi SAW tidak menduakannya atau

berpoligami.

Nabi Muhammad SAW hidup dan tumbuh dalam tradisi poligami

tetapi Beliau lebih memilih bermonogami dengan Hadijah ra sampai

Hadijah meninggal dunia dan itu berlangsung selama 28 tahun. Nabi

setelah Hadijah Wafat pun, menikahi janda umur 65 tahun bernama

saudah binti Zam‟ah berumur 65 tahun, sebagian riwayat menyebutkan

berusia 45 tahun. Setelah saudah Rasul menikahi aisyah binti abu bakar,

satu-satunya istri yang perawan dan masih muda. Selanjutnya berturut-

turut mengawini Hafsah binti umar ibn al-khattab, Ummu salamah,

Ummu Habibah, Zainab binti Jahsyi, Zainab binti Khuzaimah,

Juwairiyah binti Haris, Syafiyyah binti huyai, Raihanah binti Zaid dan

yang terakhir Maimunah binti Harist terjadi pada tahun ke-7 hijriah “.224

Hal serupa juga Quraish Jelaskan bahwa jika seseorang ingin

berpoligami karena mengikuti sunnah Nabi, maka harusnya berpoligami

dengan janda-janda dengan tujuan dakwah bukan memperturutkan hawa

nafsu biologis saja. Sehingga dalam hal ini Quraish Shihab sama dengan

Musdah Mulia mengkritisi para ulama lain yang mensunnahkan poligami

karena Nabi berpoligami.

Tetapi menurut penulis, pembantahan yang masuk akal tersebut

tidak ada landasan tertulis sedikitpun semacamam pernyataan NAbi

dalam hadits yang menyatakan bahwa Istri pertama tidak boleh

dipoligami atau tunggu istri pertama meninggal dulu baru boleh menikah

lagi dan berpoligami. Hal ini dibuktikan bahwa para sahabat juga

berpoligami tanpa harus menunggu istri pertama meninggal dunia.

Kecuali Ali bin Abi Thalib yang awalnya ingin mempoligami Siti

Fatimah istri pertamanya namun kandas karena Nabi tidak

mengijinkannya. Tetapi perlu dipahami bahwa Nabi tidak mengijinkan

bukan berarti Nabi melarang poligami.

b. Poligami Karena ada ayatnya?

224 Ibid., 193-194.

Page 162: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

140

Dalam pandangan kaum Feminisme, alasan poligami karena ada

ayat yang membolehkannya adalah sangatlah keliru. Begitu banyaknya

ayat-ayat perintah yang lain diabaikan, justru yang satu ayat bahkan

sepotong ayat dalam surah al-Nisa‟ ayat 3 tersebut diutamakan. Begitu

banyak juga dalil-dalil tentang pernikahan yang lain yang tidak

diperhatikan. Jadi, alasan poligami karena ayatnya adalah kena‟ifan

yang luar biasa.

Musdah Mulia menyatakan, “ sangat tidak logis memahami

poligami hanya dengan bersandar pada satu ayat atau bahkan setengah

ayat dan mengabaikan ayat-ayat lainnya yang sangat relevan dijadikan

dasar hukum “.225 Jadi hal tersebut hanya alasan saja untuk memenuhi

nafsu laki-laki yang tidak bisa mencukupi diri dengan satu istri.

Pembatasan poligami yang sangat ketat dalam ajaran Islam

harusnya menjadi landasan moral bagi kita semua bahwa poligami itu

berbahaya. Pembatasan poligami tersebut sebenarnya dalam rangka

menghapus poligami pelan-pelan, sehingga ujungnya adalah tak ada lagi

poligami layaknya perbudakan yang sekarang sudah dihapus walau dalil

yang membolehkannya masih tetap berlaku. Penulis kutib dari

pernyataan Beliau sebagai berikut ; “ Tradisi poligami dan perbudakan

sudah demikian berakar dalam kehidupan masyarakat, sehingga

mustahil rasanya menghapus tradisi tersebut secara total sekaligus “.226

Penghapusan perbudakan dilakukan dengan cara halus karena sudah

membudayanya system perbudakan, begitu juga poligami.

Menurut Penulis, Musdah Mulia menilai bahwa poligami

seharusnya dipahami seperti perbudakan. Ayat tentang perbudakan

masih ada dan masih dibolehkan tetapi jika dipikir lagi dengan

keutamaan pembebasan budak maka secara tidak langsung Nabi SAW

melarang perbudakan. Begitu juga poligami, dengan pernyataan al-

225 Ibid., 199. 226

Ibid., 200.

Page 163: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

141

Qur‟an bahwa menikah dengan satu istri lebih menjauhi diri dari berbuat

aniaya adalah sebagai tanda bahwa poligami itu dilarang.

Hal tersebutlah yang membuat Musdah Mulia mengharamkan

poligami. Tetapi Quraish Shihab tidak berpendapat demikian. Karena

perbudakan lebih baik dihapuskan tetapi diganti dengan system

pembantu. Begitu juga poligami yang sembarangan diganti dengan

poligami yang diatur dengan syarat. Sehingga pembantu maupun istri

yang dipoligami dilindungi oleh UU. Seperti pembahasan sebelumnya

bahwa penulis menilai bahwa tidak bisa disamakan antara perbudakan

dengan poligami karena jauh antara langit dan bumi perbedaannya.

Perbudakan adalah pelecehan terhadap manusia, sedangkan poligami

adalah memuliakan perempuan.

c. Poligami karena jumlah perempuan lebih banyak?

Alasan lain yang sering diangkat di masyarakat dalam

perbincangan mengenai poligami adalah karena kelebihan jumlah

perempuan atas laki-laki. Pandangan ini kata Musdah Mulia, jelas tidak

benar. Sebab, jika mengacu kepada data Badan Pusat Statistik Nasional,

terlihat bahwa yang dimaksudkan dengan kelebihan jumlah perempuan

adalah perempuan yang berusia di bawah 12 tahun dan di atas 60 tahun

karena usia harapan hidup perempuan rata-rata lebih panjang daripada

usia laki-laki.227

Hukum asal sebuah perkawinan adalah mubah ( boleh ). Jadi

menikah itu tidak wajib. Jika suatu perkawinan hanya akan

menimbulkan dosa dan kesalahan dan kedzoliman bagi salah satu pihak

maka pernikahan tersebut bisa berubah hukum menjadi haram. Ada

saatnya sunnah jika sudah mencapai umur dan tidak tahan lagi hidup

sendiri dan lain sebagainya.

Musdah Mulia mengatakan, “ Pertama-tama perlu ditegaskan

bahwa perkawinan bukan suatu kewajiban atau keharusan dalam Islam.

Hukum dasar perkawinan adalah mubah ( Boleh ). Namun, hukum asal

227 Ibid., 201.

Page 164: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

142

itu dapat berubah dan berkembang menurut kondisi manusia. Bisa jadi

hukumnya makruh, sunnah, wajib, dan bahkan dapat berubah menjadi

haram kalau perkawinan itu dimaksudkan untuk mengeksploitasi

pasangan “.228

Perempuan tidak wajar menikah dengan seorang laki-laki yang

beristri. Hal tersebut dapat menimbulkan kehancuran pernikahan orang

lain atau perempuan lain. Sehingga Musdah Mulia selalu

mengkampanyekan kalimat “say no to marriage men ( katakan tidak

pada laki-laki yang beristri ) “.229 Dengan begitu, sejak dini dalam diri

mereka terbangun rasa empati, rasa kemanusiaan untuk tidak merusak

kebahagiaan perkawinan orang lain, kebahagiaan sesama perempuan “.

Kelompok propoligami selalu memandang perempuan yang tidak

menikah, baik perawan maupun janda, sebagai perempuan bermasalah.

Bahkan mereka diberi stigma berpotensi melakukan kejahatan. Tetapi

menurut Musdah Mulia, “ realitas yang ada malah menujukan

sebaliknya. Dijumpai begitu banyak perempuan baik-baik yang memilih

secara sadar dan penuh tanggungjawab untuk tidak menikah. Baik

mereka yang masih perawan atau sudah janda. Bahkan, ada yang

memilih tidak menikah karena pertimbangan keagamaan, yaitu takut

kekhusukan ibadahnya terganggu setelah menikah”.230

Realitas menunjukan juga bahwa banyak perempuan memilih

hidup sendiri karena mereka merasa sudah bahagia tanpa suami. Hal ini

Musdah Mulia terangkan bahwa “ begitu banyak perempuan yang tidak

bersuami hidup senang dan berkecukupan secara material, tidak terlantar

dan sengsara sebagaimana yang dituduhkan. Bahkan, pada umumnya

perempuan yang tidak bersuami lebih mandiri dan dewasa karena

tuntutan keadaan memaksa mereka untuk tampil demikian “.231

228 Ibid., 202. 229

Ibid., 203. 230 Ibid., 204. 231

Ibid., 205

Page 165: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

143

Quraish juga menyatakan bahwa Jika poligami itu dianjurkan maka

Allah akan menciptakan perempuan empat kali lebih banyak dari laki-

laki. Artinya 4 banding 1. Dalam hal ini Quraish Shihab berada pada

posisi mendukung kaum Feminisme. Walau dalam kesempatan lain

Quraish Shihab menyatakan bahwa tidak mungkin manusia bisa hidup

sendiri karena fitrah manusia itu berpasangan.

Bukan karena lebih banyaknya perempuan yang menjadi landasan

Quraish Shihab membolehkan poligami tetapi karena darurat. Jadi

alasan tersebut yang diuraikan oleh Musdah Mulia sejalan dengan

Quraish Shihab walau Quraish Shihab tetap menolak menutup mati

pintu poligami.

Tetapi menurut penulis, ada saatnya nanti jumlah perempuan jauh

lebih banyak dari jumlah laki-laki. Itu ada dalilnya dari Nabi SAW

bahwa salah satu tanda kiamat adalah jumlah perempuan lebih banyak

dari jumlah laki-laki. Sehingga pada saat itulah poligami semakin

disunnahkan bahkan wajib agar perempuan tidak terjerumus dalam

pelacuran atau merebut suami orang. Sehingga poligami saat itu adalah

solusi terbaik.

d. Poligami karena istri mengalami kekurangan?

Alasan lain yang sering dimunculkan oleh para pelaku poligami

adalah karena istri tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagai istri,

catat, mandul, atau berpenyakit kronis yang sulit disembuhkan. Semua

alasan kekurangan tersebut menjadi landasan hukum bagi laki-laki yang

ingin melakukan poligami. alasan ini juga yang membolehkan seorang

suami untuk berpoligami dalam undang-undang perkawinan dan KHI (

Kompilasi Hukum Islam ).

Musdah Mulia menganggap bahwa kekurangan tersebut bukanlah

alasan yang tepat untuk melakukan poligami. Karena dasar sebuah

perkawinan adalah komitmen yang kuat dan monogami. Perkawinan itu

wajib dipertahankan karena niat awal nikah karena saling suka sama

suka, cinta mencintai dan saling membutuhkan. Jadi sebuah hubungan

Page 166: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

144

suci pernikahan tidak boleh runtuh hanya karena istri mandul, cacat

atau mengalami penyakit. Solusi mandul adalah mengadopsi anak.

Solusi cacat adalah diobati. Dan penyakit bisa disembuhkan. Kalaupun

tidak bisa disembuhkan, harusnya laki-laki menunjukan cintanya bahwa

dalam kondisi sakit seperti itu pun dia tetap setia bersama istrinya,

bukan selingkuh atau pun minta nikah lagi.

Seharusnya kondisi tersebut membuat pembuktian cinta bagi sang

suami untuk selalu setia pada istrinya. Seperti kata Musdah Mulia, “

Hidup ini penuh misteri ilahi. Manusia umumnya tidak tahu seperti apa

jalan takdirnya. Siapa pernah menduga tiba-tiba suatu hari pasangan

kita (suami istri) mengalami kecelakaan sakit atau apa saja yang

mengakibatkan cacat, mandul, lumpuh, masuk penjara dan seterusnya.

Kondisi kekurangan dalam diri pasangan harusnya kian mengekalkan

cinta dan kasih sayang diantara mereka, kian memperkuat tali

perkawinan yang sudah diikrarkan bukan sebaliknya “.232

Perkawinan dalam Islam itu bukan sekedar kebutuhan biologis,

tetapi memiliki makna yang jauh dari sekedar memuaskan nafsu

biologis manusia. Allah telah mengajarkan pada kita semua bahwa jika

ada sesuatu yang bikin kita tidak suka pada pasangan maka bersabarlah.

Jangan menyakitinya dan jangan mengkhianatinya. Dalam surah al-

Nisa‟ ayat 19 menurut Musdah Mulia, “ ayat tersebut menjelaskan

solusi bagi suami yang mengalami kekurangan kehidupan

perkawinannya, seperti istri mengalami kekurangan. Ayat ini justru

memerintahkan agar suami berlaku santun, arif dan bijaksana terhadap

istri. Jika suami mendapatkan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam

diri istri maka hendaklah bersabar, bukan dengan kawin lagi “.233

Akan tetapi dalam kenyataan di masyarakat, lanjut Beliau, “ ajaran

islam tentang indahnya bersabar selalu ditujukan kepada perempuan,

232 Ibid., 206. 233

Ibid., 205.

Page 167: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

145

khususnya para istri. Istri harus bisa menerima segala kekurangan

suami. Bahkan dibanyak majlis taklim para ibu dininabobokkan dengan

ajaran bersabar kalau suami berpoligami. Istri harus sabar dan rela.

Hanya dengan bersabar istri dapat masuk syurga dan seterusnya.

Sementara memngacu pada ayat diatas (an-nisa‟ [4]: 19) justru yang

diminta bersabar adalah para suami,bukan istri artinya telah tejadi

pemutar balikkan ajaran Islam “.234

Dalam hal ini, Quraish Shihab tidak sepakat dengan Musdah

Mulia.. Quraish Shihab bahkan menganjurkan poligami jika istri

pertama mandul, berpenyakit, atau catat. Terserah diakibatkan oleh apa

kondisi-kondisi tersebut. Justru dalam kondisi demikian, Seorang istri

harus legowo mengikhlaskan suami menikah lagi demi kebahagiaan

suami.

Dan menurut penulis, penulis lebih sepakat dengan Quraish Shihab.

Hal seperti ini adalah moment pembuktian seorang istri pada suaminya.

Dengan kondisi dia yang tidak memungkinkan lagi melayani suami

maka demi kebahagiaan suami dia rela dipoligami. Dalam hal ini,

Musdah Mulia terlalu egois melihat ke sisi perempuan saja tanpa

memperhatikan kondisi psikologi dan fitrah laki-laki yang selalu ingin

berhubungan biologis.

e. Poligami karena takut perselingkuhan atau takut zina?

Alasan lain para lelaki berpoligami adalah karena takut terjerumus

dalam zina dan pergaulan bebas. Takut terjerumus dalam

perselingkuhan dengan perempuan lain karena tidak puas dengan satu

istri. Alasan ini mnejadi sangat popular di masyarakat, termasuk

Indonesia. Akhirnya banyak yang melakukan poligami secara

sembunyi-sembunyi. Alasan tersebut tidak tepat menurut Musdah

Mulia karena perzinahan dan perselingkuhan sebenarnya masalah

234 Ibid., 205.

Page 168: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

146

moral, karena tidak ada jaminan laki-laki yang memiliki istri empatpun

sudah bisa puas.

Musdah Mulia menyatakan bahwa “ Perselingkuhan dan

perzinahan menyangkut soal moral dan ketersediaan sarana untuk itu.

Laki-laki yang poligamipun tidak dijamin sepi dari perselingkuhan dan

perzinaan. Lihat saja kebanyakan laki-laki di Arab yang datang ke

Indonesia. Rata-rata mereka beristri banyak tetapi di Indonesia tetap

saja cenderung mengunjungi tempat-tempat mesum dan mereka

menyebutnya sebagai ziarah”.235

Poligami maupun perselingkuhan hanya akan menimbulkan

problem sosial. Karena hal tersebut adalah bentuk penyimpangan sex

sehingga harus dihapuskan. Oleh karena itu, Kata Musdah Mulia, kedua

bentuk penyimpangan tersebut harus dihapuskan dari kehidupan

masyarakat sebab yang terpuji adalah perkawinan monogami “.236

Harusnya laki-laki maupun perempuan tidak mengumbar nafsu.

Harusnya dijaga dan ditahan. Karena kalau tidak ditahan maka tidak

ada bedanya dengan binatang. Menurut Musdah Mulia, “ Itulah akhlak

Islam, akhlak karimah yang telah dicontohkan dengan sempurna oleh

diri nabi. Salah satu cara untuk menjaga kesucian organ-organ

reproduksi itu adalah melalui perkawinan. Karena itu perzinaan,

selingkuh, dan segala bentuk hubungan seksual lainnya yang tidak sah

diharamkan islam “.237

Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami pasti akan menyakiti

istri. Poligami biasanya berawal dari perselingkuhan. Hal itu

bertentangan dengan Islam. Musdah Mulia menyatakan, “ Poligami

pada hakikatnya adalah selingkuh yang dilegalkan karenanya jauh lebih

menyakitkan perasaan istri. Membolehkan poligami berarti membuka

perselingkuhan “.238 Sebab umumya poligami selalu diawali

235

Ibid., 206. 236

Ibid., 207. 237 Ibid., 207. 238

Ibid.,

Page 169: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

147

perselingkuhan yang bentuknya bervariasi, mulai dari yang ringan

dimulai dari mengirim SMS sampai selingkuh berat. Artinya

menyetujui poligami berarti membenarkan perselingkuhan “.

Dalam hal ini Quraish Shihab setuju bahwa takut zina bukan alasan

untuk melakukan poligami bagi suami yang memiliki istri normal.

Dalam artian bahwa selama istri pertama masih bisa melayani suami

dalam hubungan biologis maka zina bukan jadi alasan untuk poligami.

Tetapi jika seorang istri tidak mampu lagi melayani suami, Quraish

Shihab maupun UU membolehkan poligami karena sudah memenuhi

syarat. Sedangkan Musdah Mulia menyarankan agar terapi nafsu

seksual bisa dilakukan. Karena kalau dituruti terus maka tidak ada

bedanya dengan binatang.

Penulis menilai bahwa ada benarnya juga Musdah Mulia

menyatakan bahwa jika nafsu tidak bisa dikendalikan maka tidak aka

nada bedanya antara manusia dengan binatang dalam hal nafsu biologis.

Tetapi sekali lagi hal ini tidak bisa menjadi alasan terlarangnya

poligami. Apalagi kondisi istri yang cacat dan berpenyakit atau mandul.

Tanpa alsan ini pun poligami menurut penulis itu mulia. Cara

memanusiakan perempuan adalah dengan menikahinya walau poligami

bukan perselingkuhan atau pelacuran. Menurut penulis, ada 3 pilihan

bagi perempuan yang tidak memiliki pasangan, yaitu 1. Tetap perawan

atau menyendiri selamanya. 2. Menjadi pelacur. 3. Dipoligami. Dan

penulis menyimpulkan bahwa poligami adalah solusi terbaik dalam

kondisi seperti itu.

Di satu sisi, penulis mengkritisi pernyataan Musdah Mulia yang

menyatakan bahwa perselingkuhan dan poligami adalah perilaku

menyimpang. Jadi harus diterapi biar sembuh. Pendapat tersebut

menurut penulis adalah pendapat yang keliru karena pelaku poligami

yang asli benar-benar karena sunnah Nabi melakukan poligami karena

murni ketaatan pada Nabi untuk memperbanyak anak, menjaga

kesucian diri dan lain sebagainya.

Page 170: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

148

5. Poligami dan Kawin Sirri

Musdah Mulia menilai pernikahan seperti ini biasanya karena ada

masalah. Misalnya laki-laki sudah menikah dan dia ingin menikah lagi.

Maka nikah sirri agar tidak diketahui keluarga, atau identitas salah satunya

dipalsukan.

Semua nikah sirri tidak dicatatkan secara resmi, hanya memenuhi

unsur agama. Menurut Musdah Mulia, kaidah tersebut dipakai dalam

definisi Imam Syafii saja. Sebab, dalam definisi Hanafi, pencatatan

pernikahan itu wajib, tidak sah tanpa pencatatan. Lanjut Musdah, saat ini

nikah sirri di masyarakat telah menjadi salah satu modus operandi kegiatan

trafficking terhadap anak perempuan. Oleh sebab itu, pemerintah harus

menindak tegas persoalan ini.

“Menurut Musdah Mulia, nikah sirri harus dihapuskan dan

pelakunya dikenakan sanksi karena melanggar ketentuan UU Perkawinan

yang menyebutkan kewajiban pencatatan” “Nikah sirri (apa pun

bentuknya) selalu membawa kesengsaraan bagi istri dan anak. Sebab,

tanpa pencatatan keduanya tidak memiliki akte legal ( kekuatan hukum )

untuk mendapatkan hak-haknya sebagai isteri dan anak”.239

Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Quraish Shihab yang

menyatakan bahwa Nikah sirri atau kawin sirri khusus keindonesian itu

dapat menyebabkan dosa bagi pelakunya dan beliau melarang kawin sirri

karena bisa mendzolomi istri dan anak serta dosa karena tidak taat pada

ulil amri.

Ketaatan pada ulil amri sifatnya wajib. Sehingga apapun hukum

positif asal tidak melanggar nilai syariat Islam maka wajib hukumnya

untuk ditaati. Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan adalah contoh yang harus ditaati. Karena UU tersebut sangat

baik bahkan diambil dan dirumuskan oleh para Ulama untuk mengatur

ketertiban perkawinan masyarakat Indonesia. 239 Indonesian Conference of Religion and Peace, diakses pada situs ( http://icrp-online.org/2015/03/23/selalu-menyengsarakan-musdah-mulia-minta-pelaku-nikah-sirri-diberi-sanksi/ ), Tanggal 23 Desember 2016

Page 171: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

149

Penulis pun berpendapat bahwa kawin atau nikah sirri tidak sesuai

dengan hukum Islam di Indonesia. Jadi harus dijauhi dan dihindari. Dan di

satu sisi, penulis juga menyarankan agar pemerintah menambah pasal

tentang poligami bahwa jika ada seorang istri rela dipoligami maka

seorang suami tidak boleh dibatasi dengan syarat-syarat yang berat tadi.

Agar nikah sirri tidak dijadikan jalan pintas untuk pernikahan seperti itu.

Banyak contoh kasus poligami atas persetujuan istri. Bahkan istri

pertamanya yang mencarikan istri kedua, ketiga atau keempat untuk

suaminya. Bahkan dalam berita yang pernah penulis tonton, ada yang

berpoligami sampai 9 istri dan mereka hidup rukun dalam satu rumah.

Saya setuju jika ada pengkhususan bagi suami yang mendapat ijin

istrinya untuk berpoligami walau istrinya tidak mengalami cacat, tidak

memiliki penyakit dan tidak mandul. Hal tersebut dilakukan demi

menampung para suami yang ingin berpoligami dan dikhlaskan oleh

istrinya untuk berpoligami. Agar praktek nikah sirri dihapuskan.

Banyaknya praktek nikah sirri akibat pemerintah memberi syarat yang

berat bagi yang ingin berpoligami.

Berikut adalah diagram peta pemikiran tentang poligami dari

Quraish Shihab, KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

serta Kaum Feminisme Indonesia :

N

o

Tema Quraish

Shihab

KHI/UUP Feminisme Penulis

1 Hukum

Poligami

Boleh dengan

syarat

Boleh dengan

Syarat

Haram Wajib,

Sunnah,

Makruh,

Mubah,

Haram

2 Asas

Poligami

Monogami,

tetapi poligami

saat darurat

Monogami,

tetapi poligami

jika memnuhi

Monogami,

tidak ada

poligami

Monogami

bagi yang

tidak

Page 172: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

150

syarat mampu,

poligami

bagi yang

mampu

3 Syarat Adil wajib harus Tidak ada wajib

4 Syarat lain (

Istri

mandul,

menderita

cacat, tidak

mampu

melakukan

kewajiban

sbg istri )

wajib harus Menentang Tidak

wajib

5 Syarat lain

kedua ( istri

menopause,

banyak

janda

karena

kondisi

perang,

harus

menikahi

janda yang

memiliki

anak yatim )

wajib Tidak ada menentang Hanya

setuju

dengan

banyaknya

janda saat

perang,

bahkan

wajib

berpoliga

mi saat

kondisi

tersebut

5 Nikah sirri Tidak sah,

bahkan

berdosa karena

Tidak

memiliki

kekuatan

Haram, dan

pelakunya

harus diberi

Khusus di

Indonesia,

penulis

Page 173: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

151

tidak taat ulil

amri

hukum sanksi setuju

dengan

Quraish

Shihab

6

.

Kedudukan

Perempuan

Laki-laki

sebagai

pemimpin

dalam

keluarga, tetapi

di ruang publik

perempuan

boleh menjadi

pemimpin

Sama dengan

Quraish

Shihab

Kedudukan

laki-laki

dan

perempuan

sama, baik

dalam

lingkungan

keluarga

maupun

ruang

publik

Laki-laki

tetap jadi

pemimpin

di

keluarga

maupun di

ruang

publik

7 Ijin istri

dalam

poligami

Tidak perlu Harus, tetapi

jika tidak

memungkinka

n, pengadilan

tak perlu

meminta ijin

Tidak

dibahas

Ijin istri

perlu agar

poligami

benar-

benar

baik.

8 Alasan Nabi

berpoligami

Menolong

janda-janda

dan anak yatim

dan

mensukseskan

dakwah

Tidak dibahas Menolong

janda tua

Atas

perintah

wahyu,

menolong

janda dan

anak

yatim, dan

cinta

9 Konsep adil Wajib adil Adil secara Tidak ada Adil

Page 174: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

152

poligami materi, tidak

wajib adil

perasaan

umum, tanpa

penjelasan adil

materi atau

perasaan

keadilan

dalam

poligami

materi dan

perasaan

Page 175: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

153

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut :

1. Hukum asal poligami menurut Quraish Shihab adalah boleh dengan

syarat, artinya hukum poligami akan menjadi haram jika syarat-

syaratnya tidak terpenuhi. Hal tersebut bertentangan dengan teori yang

menyatakan bahwa hukum poligami adalah sunnah asal adil, artinya

hanya itu syaratnya. Tetapi adil saja tidak cukup menurut Quraish

Shihab karena masih ada syarat lain yang harus dipenuhi dan itupun

dalam keadaan benar-benar darurat seperti pintu darurat pesawat

terbang. Ia hanya boleh dibuka pada saat tertentu dan oleh orang-orang

tertentu saja.

2. Pemikiran Quraish Shihab tentang poligami memiliki relevansi yang

yang saling menguatkan dengan KHI dan UU No. 1 tahun 1974

tentang perkawinan. Pertama, sama-sama berasaskan monogami.

Kedua, sama-sama mengajukan syarat bagi yang ingin berpoligami

walau Quraish Shihab mengajukan syarat yang lebih banyak dan sulit.

Sedangkan perbedaannya hanya pada beberapa syarat poligami,

misalnya Quraish Shihab menyatakan syarat lain poligami adalah harus

menikahi janda yang memiliki anak yatim, sedangkan KHI maupun

UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak mensyaratkan hal

tersebut.

3. Posisi pemikiran Quraish Shihab tentang poligami dalam wacana kaum

Feminisme berada di tengah-tengah. Artinya ada yang sama atau saling

mendukung dan ada beda atau saling bertentangan. Quraish Shihab

membolehkan poligami dengan syarat yang sangat berat, artinya

Beliau melarang keras poligami kecuali benar-benar terpaksa. Arti

lainnya adalah sebenarnya Quraish Shihab mengharamkan poligami,

tetapi karena kondisi darurat/terpaksa maka poligami jadi halal atau

Page 176: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

154

boleh. Walau Kaum Feminisme tetap menyatakan bahwa poligami itu

haram karena sebab yang ditimbulkan. Tidak ada istilah darurat dalam

kamus kaum feminisme. Karena pernikahan menurut mereka adalah

ikatan komitmen yang kuat, sehingga tidak boleh ada salah satu pihak

yang terdzolimi karena poligami adalah perselingkuhan yang

dilegalkan dan menyebabkan kedzoliman bagi istri dan anak.

B. Implikasi Teoritis

1. Penulis menyarankan kepada Pemerintah agar menambah pasal dalam

KHI maupun UU No. 1 Tahun 1974 dalam bab poligami, agar

menambah pasal tentang bolehnya poligami walau istri pertama tidak

mandul atau mampu memberikan keturunan dan tidak memiliki

penyakit. Jadi, jika istri pertama setuju, maka pemerintah

membolehkannya agar menghindari praktek poligami dengan cara

kawin sirri.

2. Penulis menyimpulkan bahwa poligami memiliki lima hukum sesuai

dengan sebab musababnya, yaitu 1. Wajib, 2. Sunnah, 3. Mubah, 4.

Makruh, 5. Haram. Hukum poligami menjadi haram jika dalam

poligami tersebut terjadi kedzoliman. Hukum poligami menjadi

makruh jika dalam poligami tersebut dikhawatirkan akan terjadi

kedzoliman. Hukum poligami menjadi mubah jika dalam poligami

tersebut tidak dikhawatirkan terjadi kedzoliman tetapi tidak ada

jaminan ada kebahagiaan. Hukum poligami menjadi sunnah jika

dalam poligami tersebut menyebabkan kemaslahatan bagi suami istri.

Dan hukum poligami menjadi wajib jika tidak berpoligami maka akan

terjadi kedzoliman bagi laki-laki maupun perempuannya.

C. Saran/Rekomendasi

Adapun saran – saran dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut ;

1. Penulis merasa kurang dalam mengkaji pemikiran Quraish Shihab

karena tidak bertemu langsung dengan Quraish Shihab, jadi disarankan

Page 177: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

155

bagi peneliti selanjutnya agar dapat bertemu langsung dengan Quraish

Shihab untuk menjamin keshahihan pendapat Beliau. Begitu juga

dengan Musdah Mulia sebagai tokoh utama Feminisme Indonesia.

2. Masukan, saran dan kritik yang membangun demi perbaikan tesis ini

sangat penulis harapkan guna kesempurnaan tesis ini ke depannya.

Page 178: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

Curiculum Vitae

Nama : Hijrah

Panggilan : Hijrah

Tempat/Tanggal Lahir : Dompu, 14 September 1986

Alamat : Jl. Zamrud III Blok J NO 8 Perumahan BSA Midang Gunungsari Lobar

Hobi : Belajar dan Mengajar

Cita-cita : Ulama Bidang Hukum Islam

Pengalaman Organisasi :

1. Ketua BEM UNRAM : 2008-2009 2. Ketua DPM UNRAM : 2007-2008 3. Ketua NANMAMPU : 2006-2007 4. Anggota KAMMI NTB : 2006 – 2009 5. Anggota LDK UNRAM : 2004-2009 6. Ketua LTII NTB : 2011 – Sekarang 7. TDA Community : 2013 – sekarang 8. Pengurus PKS Kota Mataram : Periode 2015 - 2019

Pengalaman Kerja :

1. IKIP Mataram : Dosen tahun 2010 – 2012 2. LP3I : Dosen Tahun 2014-2015 3. Ponpes ar-Rasyidi NW : 2010 – Sekarang 4. Bank Muamalat Mataram : 2011 – 2016

Riwayat Pendidikan :

1. SD : SD Inpres Kandai 1 Dompu tahun 1998 2. SMP : SLTP N 1 Dompu tahun 2001 3. SMA : SMUN 1 Dompu tahun 2004 4. S1 : Universitas Mataram tahun 2009

Motto Hidup : Menuntut Ilmu adalah Kewajiban yang sangat menyenangkan

Page 179: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

DAFTAR PUSTAKA Al -Albani, Nashirudin. Shahih Sunan Abu Daud, ( Jakarta : Pustaka Azzam,1995 ) Al -Hamdani, H.S.A. Risalah Nikah : Hukum Perkawinan Islam, ( Jakarta : Pustaka

Amani, 1980 ) Al -Jarjawi, Ali Ahmad. Hikmah dan Falsafah Syari’at Islam, ( Jakarta : Gema Insani,

2006) Al -Zarqa, Mustafa Ahmad. al-Fiqh Islam fi Taubih al-Jadidi, jilid 1 ( Damaskus :

al-Adib, t.t ) Amal, Taufik Adnan. Islam & Tantangan Modernitas. ( Bandung: Mizan, 1994 ) An-Naim, Abdullah Ahmed. Dekonstruksi Syare’ah. ( Jogjakarta : LKIS, 1997 ) Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003 ) As-Sanan, Arij Abdurrahman. Memahami Keadilan Dalam Poligami, (

Penerjemah : Ahmad Sahal Hasan ), ( Jakarta : Global Media Cipta, 2003 )

Barus, Utary maharani. Pemimpin wanita dalam Islam, ( Universitas Sumut : Sumut,

2005 ) Bukhari, Imam. Shahih Bukhari, ( Jakarta : Pustaka Sunnah, 2010 ) Chodjim, A. Benarkah poligami dibenarkan dalam Islam, ( Paras : Bacaan Utama

Wanita Islam, No.41, Th. IV, 2007 ) Darmawan, Hendro, dkk. Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan

Istilah Serta Akronim Bahasa Indonesia, ( Yogyakarta : Bintang Cemerlang, 2010 )

Depdiknas, Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai

Pustaka, 2007 ) Esposito, John L. Women in Muslim Family Law, ( New York : Syracuse

University, 1982 ) Hamidah, Tutik. Fiqh Perempuan “ Berwawasan Keadilan Gender. ( Malang :

UIN Maliki Press, 2011 ) Hasanah. Kritik Terhadap Hukum Poligami di Indonesia. ( Riau ; UIN RIAU,

2013 )

Page 180: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

Hidayat, Rahmat. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Poligami. (

Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim, 2008) Harahap, M.Yahya. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama,

Cetakan keempat, ( Yogyakarta : Sinar Grafika, 2007 ) http://www.ahmadzain.com/read/karya -tulis/227/hukum-nikah-siri-dalam-islam/ https://achmadsuhaidi.wordpress.com/2014/02/26/pengertian-sumber-data-jenis-

jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/ http://www.ahmadzain.com/read/karya -tulis/227/hukum-nikah-siri-dalam-islam/ https://almanhaj.or.id/2551-keindahan-poligami-dalam-islam.html https://firmansyahbetawi.wordpress.com/2013/01/31/rahasia-agung-di-balik-

poligami-nabi-muhammad-saw/ https://hidrosita.wordpress. com/2013/02/17/contoh-proposal-library-research/ http://icrp-online.org/2015/03/23/selalu-menyengsarakan-musdah-mulia-minta-

pelaku-nikah-sirri-diberi-sanksi/ http://nambas.wordpress.com/2016/03/03/quraish-shihab-poligami-dan-kawin-

sirri-menurut-islam/ http://nurhibatullah.blogspot. co.id/2015/12/pengumpulan-data-dan-analisis-

data.html http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl-attannavar-4535-1-

skripsi-_.pdf http://oaji.net/articles/2015/1937-1430102006.pdf http://prasko17. blogspot.co.id/2012/07/data-primer-dan-data-sekunder.html http://resiprositi.com/2016/08/quraish-shihab-tentang-poligami-bagai-membuka-

pintu-darurat-pesawat/ http://saeful-anam.blogspot.co.id/2011/03/ hukum-pra-islam-di-arab.html http://www.webkesehatan.com/menopause-wanita-penyebab-gejala Muchtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. ( Jakarta : Bulan

Bintang, 1974)

Page 181: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

Mulia, Musdah. Islam Menggugat Poligami, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,

2004 ) ____________. Muslimah Sejati, ( Bandung : MARJA, 2004 ) ____________. Pandangan Islam Tentang Poligami. ( Jakarta : Lembaga Kajian

Agama dan Jender, Solidaritas Perempuan, The Asia Foundaion, 1999 ) ____________. Poligami? Siapa Takut, ( Perdebatan Seputar Poligami ). (

PT.Surya Citra Televisi, t.t ) Kodir, Faqihuddin Abdul. Memilih Monogami, ( Yogyakarta : Pustaka Pesantren,

2005 ) Masduki, Mahfudz. Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab: kajian Atas Amtsal Al-Qur’an,

( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012) Muchtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Bulan

Bintang, 1974 ) Muhsin, Amina Wadud. Wanita di dalam Al-Qur’an. ( Bandung : Pustaka, 1994) Mustofa, Agus. Poligami yukk !?, ( Surabaya : Padma Press, 2007 ) Nasution, Khoirudin. Perdebatan Sekitar Status Poligami. ( Musawa Jurnal Studi

Gender Dan Islam, vol.1.no.1, 2002 ) ________________. Riba dan Poligami, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 ) Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, ( Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2012

) Navaron, Attan. Konsep Adil dalam Poligami, Skripsi Fakultas Syari’ah, ( Semarang :

IAIN Walisongo Semarang, 2010 ) Press, Tim Permata. Kompilasi Hukum Islam ( Dilengkapi Dengan UU No.1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan ), ( Jakarta : Permata Press, t.t ) Prima, Eri. Kritik Feminisme Terhadap Aturan Poligami di Indonesia, Skripsi

Fakultas Syari’ah dan Hukum, Prodi Ahwal Asyakhsiyyah, ( Jakarta : UIN Jakarta, 2010 )

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa

Depdiknas, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2006 )

Page 182: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006 ) RI, Departemen Agama. Al-Qur`an dan Terjemahnya. ( Jakarta : Departemen

Agama RI, 2010 ) Said , Hasani Ahmad. Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-Misbah, (

Jakarta : Amzah, 2015) Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbâh ( Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an ), (

Ciputat : Lentera Hati, 2000 ) _____________. Tafsir al-Quran al-Karim, ( Bandung : Pustaka Hidayah, 1999) _____________. Perempuan, ( Jakarta : Lentera Hati, 2006 ) _____________. Membumikan al-Qur’an ( Jakarta : Mizan, 1994 ) S, Kaelan M. Metode Penelitian Tentang Filsafat, ( Yogyakarta : Paradigma,

2005) Setiati. Hitam Putih Poligami : Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah

Fenomena, ( Jakarta : Cisera Publishing, 2007 ) Soemiyati. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, (

Yogyakarta : Liberty, 1982 ) Supiana, Prof.. Metodologi Studi Islam, cet. II, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan

Agama Islam, 2012 ) Syahrur, Muhammad. Metodologi Fiqh Islam Kontemporer, terj. Syahiron

Syamsuddin, ( Yogyakarta : Elsaq Press, 2004 ) Suma, Muhammad Amin. Hukum Islam di Dunia Islam. ( Jakarta : Grafindo

Persada, 2005 ) Thaha, Mahmud Muhammad. Arus Balik Syari’ah, ( Jogjakarta : LKiS, 2003) Tihami, H.M.A. dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap, (

Jakarta : Rajawali Pers, 2010 ) Yunus, Hadi . S. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. ( Yogyakarta :

Pustaka Pelajar. 2010 )

Page 183: TESIS - UIN Matarametheses.uinmataram.ac.id/399/1/Hijrah 154142014.pdf · Tanggal ujian tesis pada hari Kamis, ... menerima dan menjalankan apapun keputusan Allah dalam al-Qur‟an