tesis - polban
TRANSCRIPT
PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN EKSTERNAL, DESENTRALISASI TERHADAP KARAKTERISTIK INFORMASI AKUNTANSI
MANAJEMEN YANG BERMANFAAT BAGI MANAJER PEMASARAN ( Penelitian pada Industri Tekstil di Kota Bandung)
Influence Of External Environmental Uncertainty, Decentralization Of Management Accounting
Information Characteristics That Are Useful For Marketing Managers
Oleh :
ARRY IRAWAN
120120080006
TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Magister
Program Studi Magister (S2) Ilmu Ekonomi
Bidang Kajian Utama Akuntansi
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
ABSTRACT
This research is to identify and analyze the influence of external environmental uncertainty and decentralization on the characteristics of management accounting information useful for marketing managers. The research is descriptive research which is a survey of 34 textile companies are active and located in Bandung city. The data was collected directly by visiting the respondents, namely staff and marketing manager to fill in a questionnaire study. The analysis tool used is multiple regression analysis using SPSS 17.0 for Windows.
From the analysis, the result of this study indicate that external environmental uncertainty and decentralization has positive and significant effect on the characteristics of management accounting information useful for marketing managers. Partially external environmental uncertainty significant and positive influence on the characteristics of management accounting information useful for marketing managers, as well as decentralization defined in the delegation of decision making has positive and significant effect on the characteristics of management accounting information useful for marketing managers. Keywords: external environmental uncertainty, decentralization, characteristics of management accounting information useful for marketing managers.
ABSTRAK
Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Eksternal, Desentralisasi terhadap Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen
yang Bermanfaat bagi Manajer Pemasaran (Penelitian pada Industri Tekstil di Kota Bandung)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ketidakpastian
lingkungan eksternal dan desentralisasi terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan survei terhadap 34 perusahaan tekstil yang aktif dan berdomisili di Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi langsung para responden, yaitu staf dan manajer pemasaran untuk mengisi kuesioner penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows.
Dari hasil analisis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran. Secara parsial ketidakpastian lingkungan eksternal berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran, demikian pula dengan desentralisasi yang diwujudkan dalam bentuk pendelegasian pengambilan keputusan berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
Kata kunci: Ketidakpastian lingkungan eksternal, desentralisasi, karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu industri penghasil devisa yang
cukup besar di luar minyak dan gas bumi yang mengalami penurunan kontribusi. Kontribusi TPT
terhadap ekspor non migas dan gas bumi pada tahun 2007 sebesar 10,74 %, tahun 2008 turun
menjadi 9,67%. Pangsa pasar sektor TPT dalam negeri mencapai Rp.70 triliun.
Saat ini ekspor TPT kita terus mengalami penurunan setiap tahunnya akibat maraknya
produk China yang diduga 80 persennya masuk secara illegal. Bila dibiarkan, produk China akan
menjamur dan mengganggu industri TPT dalam negeri.
Tabel 1.1
Kontribusi Nilai Ekspor TPT
(dlm juta $) Keterangan 2007 2008 Jan-Ags
2008 Jan-Ags
2009 Selisih
Jan-Ags 08-09
Total Ekspor Nasional
118,01 139,25 96,9 72,8 -24,1
Ekspor Non migas
93,14 107,57 72,9 60,9 -12
Ekspor TPT
10,00 10,40 7,2 6,3 -0,9
Kontribusi TPT terhadap Ekspor nasional
8,48% 7,47% 7,40% 8,69% 1,29
Kontribusi TPT terhadap Ekspor non migas
10,74% 9,67% 9,84% 10,38% - 0,54
Sumber : data BI diolah
Industri Tekstil dan produk tekstil (TPT) terancam gulung tikar bila pemerintah tidak
menegosiasi ulang dan memundurkan pemberlakuan bea masuk 0 % pada perdagangan bebas
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) yang mulai berlaku tahun 2010 ini. Saat ini Industri
Tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tertekan akibat krisis global yang memicu
peningkatan biaya produksi dan melemahnya daya beli masyarakat. Padahal dengan jumlah
penduduk Indonesia yang mencapai 235 juta orang, Indonesia menjadi pasar yang sangat luas
sebagai konsumen bagi produk tekstil.
Bila ingin mempertahankan Industri TPT dalam negeri, pemerintah harus bisa
memberikan proteksi seperti yang dilakukan oleh negara lain, termasuk negara pemrakarsa
perdagangan bebas yaitu AS. Selain itu juga harus diciptakan perbaikan rantai nilai di sektor
industri TPT ini guna menambah daya saing produk dengan produk negara lain. Kalau memang
belum sanggup bersaing, pemerintah tidak perlu memaksakan diri ikut ambil bagian dalam
perdagangan bebas sebelum membenahi industri dalam negeri terlebih dahulu dan menerapkan
bea masuk 0% dalam kerangka ACFTA tersebut. (Republika, 4 Februari 2010)
Dalam industri Tekstil terdapat tekstil desainer, tekstil permesinan, tekstil kimia, tekstil
agen dan tekstil manufaktur / industri. Sedangkan Produk Tekstil adalah serat, benang, tekstil
lembaran, pakaian jadi dan barang jadi lainnya yang terbuat dari tekstil. Sentra produksi Tekstil
dan Produk Tekstil sebagai penyumbang devisa tersebar di beberapa daerah, diantaranya adalah
Jawa Barat, khususnya Kota Bandung. (Katalog API Kota Bandung).
Industri tekstil diharapkan mampu bertahan untuk terus dapat menambah devisa negara
dan mendukung laju perekonomian. Agar mampu bertahan, suatu perusahaan harus sanggup
mengatasi setiap masalah yang dihadapi dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Perubahan
lingkungan bisnis, kondisi ekonomi secara global, keadaan politik, pengaruh sosial budaya,
ancaman pesaing perusahaan sejenis, kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah tenaga kerja,
berubahnya selera atau preferensi konsumen, berkembangnya teknologi merupakan beberapa
masalah yang harus dihadapi perusahaan. Dengan kata lain perusahaan dipengaruhi oleh
lingkungan yang mengelilinginya dan secara potensial akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
(Mursyidi,2004).
Pada era perdagangan bebas dunia saat ini yang diwarnai dengan persaingan yang
semakin ketat, menuntut perusahaan untuk menetapkan strategi dalam berbagai lini agar visi dan
misi yang telah ditetapkan dapat tercapai. Lingkungan perusahaan / bisnis telah berubah total
dengan ketidakpastian (uncertainty) yang semakin tinggi. Revolusi di bidang teknologi
informasi, transportasi, komunikasi dan teknologi produksi (mekanisasi) menyebabkan
perubahan yang luar biasa dalam dunia bisnis. Lingkungan bisnis berubah demikian cepatnya,
membuat segala sesuatu menjadi relatif sulit diprediksi, seperti terjadinya krisis global saat ini.
Perencanaan yang dilakukan oleh manajer pemasaran akan menjadi suatu langkah awal
dalam implemetasi rencana strategis perusahaan secara keseluruhan. Rencana strategik yang
mencakup seluruh perusahaan ini kemudian diterjemahkan tidak hanya untuk bagian pemasaran,
tapi juga bagian lain untuk divisi, produk dan merek yang ada di perusahaan. (Kotler, 2005).
Bagi perusahaan, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan eksternal, yang
meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi yang dibutuhkan. Dalam kondisi
ketidakpastian lingkungan eksternal yang tinggi, informasi merupakan komoditi yang sangat
bermanfaat sekali dalam proses kegiatan perencanaan dan pengawasan dalam suatu organisasi
dimana semua ini merupakan tugas dari manajer yang terkait dengan decision making (
pembuatan keputusan).(Wheelen dan Hunger,2000)
Ketidakpastian lingkungan yang dihadapi perusahaan mengharuskan perusahaan
bertindak efektif dan efisien agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Potensi yang dimiliki harus
dioptimalkan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan eksternal yang dihadapi. Struktur
organisasi pun harus didesain sedemikian rupa agar menunjang pencapaian tujuan perusahaan.
(Hastuti,2005).
Pada kondisi tersebut informasi akan menjadi komoditi yang sangat bermanfaat bagi
perusahaan dalam kegiatan perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan. Informasi
memiliki nilai yang potensial, karena dapat memberikan kontribusi langsung dalam menentukan
pilihan, dapat meningkatkan pemahaman manajer terhadap dunia nyata serta dapat
mengidentifikasi aktivitas yang relevan (Mock dalam Ietje Nazaruddin 1998). Dikatakan pula
bahwa informasi akan mengurangi ketidakpastian yang dihadapi.
Perubahan-perubahan dalam kehidupan bermasyarakat terutama di bidang ekonomi juga
terjadi sangat cepat, bahkan relatif sulit diprediksi. Hal ini berpengaruh pada struktur organisasi
perusahaan-perusahaan yang go public akan lebih mengarah pada struktur desentralisasi daripada
sentralisasi, karena mereka berkeyakinan bahwa desentralisasi akan dapat meningkatkan kinerja
manajer di tingkat bawah. (Mursyidi,2004).
Chenhall dan Morris (1986) menyatakan bahwa dalam situasi tidak menentu proses
perencanaan menjadi problema, sebab kejadian di masa yang akan datang menjadi lebih sulit
diprediksi. Aktivitas pengendalian juga ditegaskan memungkinkan untuk dipengaruhi
ketidakpastian. Untuk tetap bertahan dalam lingkungan persaingan sekarang ini, pelaku bisnis
harus mampu menciptakan kondisi bisnis yang fleksibel dan inovatif.
Hal ini, setidaknya disebabkan oleh pentingnya untuk mempertimbangkan faktor
eksternal organisasi yang semakin sulit untuk diprediksi. Ini terlihat bukan hanya adanya
perubahan istilah untuk bagian yang ada di perusahaan dari departemen ke divisi, juga adanya
sistem penganggaran atau perencanaan arus bawah (bottom up system), bahkan pendelegasian
kewenangan pengambilan keputusan operasional pemasaran, produksi, pengembangan, bahkan
sebagian kebijakan keuangan.
Hal ini menuntut manajemen untuk selalu belajar sehingga memiliki kemampuan untuk
melihat dan memanfaatkan peluang, mengidentifikasi masalah dan menyeleksi serta
mengimplementasikan proses adaptasi dengan cepat. Juga dapat mempertahankan kelangsungan
hidup dan mengendalikan organisasi sehingga visi perusahaan tercapai.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat dewasa ini menyebabkan
lingkungan bisnis semakin kompleks dan penuh ketidakpastian. Arus informasi yang semakin
cepat dan kompleks, tidak mungkin ditangani seluruhnya oleh manajemen puncak. Kondisi ini
mendorong para eksekutif perusahaan untuk menaruh perhatian pada bidang-bidang pekerjaan
fungsional dan melaksanakan pendelegasian wewenang secara meluas kepada para manajer
departemen atau bagian. Hal tersebut akan membantu eksekutif perusahaan agar lebih fokus
pada hal yang strategik yang menentukan keunggulan kompetitif perusahaan. (Kaplan dan
Atkinson,1989).
Manajemen sekarang ini memerlukan informasi yang cepat dan akurat, cakupan yang
lebih luas namun tetap teragregasi, baik yang berasal dari eksternal maupun internal perusahaan,
sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan harapan dan dapat membuahkan hasil yang
optimal, yang salah satu informasi tersebut berasal sistem informasi akuntansi manajemen.
Untuk menyusun sistem informasi akuntansi manajemen perlu memperhatikan variabel
ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi sehingga kinerja organisasi tercapai sesuai
harapan.(Hastuti,2005).
Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan sub sistem dari sistem informasi
akuntansi. Outputnya berupa informasi-informasi untuk tujuan internal perusahaan yang dapat
dijadikan alat pengendalian praktek-praktek manajerial, sedangkan desentralisasi merupakan
pelimpahan wewenang pengambilan keputusan dari manajer puncak ke manajer yang lebih
rendah.
Pendelegasian wewenang dari manajer puncak ke manajer departemen / bagian pada
perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia masih terbatas. Penelitian Itje Nazarudin (1998)
dan Mardiyah(2000) menunjukkan bukti empiris bahwa derajat desentralisasi pada perusahaan-
perusahaan manufaktur di Indonesia berada di tengah rentang sentralisasi dan desentralisasi. Hal
ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dilakukan bersama antara manajer puncak dan
manajer bagian.
Kondisi derajat pendelegasian wewenang dalam suatu organisasi memberikan pengaruh
pada para manajer dalam hal keperluan akan informasi-informasi akuntansi manajemen.
Seberapa banyak informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh para manajer dipengaruhi oleh
tingkat desentralisasi yang diterapkan oleh suatu perusahaan. Hasil penelitian Itje Nazarudin
(1998) , Mardiyah (2000) dan Hastuti (2005) menunjukkan bukti empirik, bahwa semakin tinggi
derajat desentralisasi, maka para manajer semakin memerlukan informasi akuntansi manjemen.
Otley (1980) menyatakan bahwa masing-masing karakteristik informasi akuntansi
manajemen tidak selalu sama untuk segala situasi, karena banyak faktor yang mempengaruhi
kebutuhan akan informasi akuntansi manajemen. Karakteristik informasi akuntansi manajemen
di perusahaan berkaitan dengan ketersediaan informasi akuntansi manajemen sebagai dasar
pengambilan keputusan. Sebagai sebuah produk sistem informasi, informasi akuntansi
manajemen mempunyai beberapa karakteristik diantaranya akurat, sumber informasi terfokus,
dapat dikuantifikasi, frekuensi penggunaan tinggi, berorientasi kepada masa yang akan datang
dan yang telah lalu, relevan, lengkap, tingkat agregasi dan ketepatan waktu yang tinggi.
Atkinson (1995) menyatakan bahwa salah satu fungsi dari sistem informasi akuntansi
manajemen adalah menyediakan informasi penting untuk membantu manajer mengendalikan
aktivitasnya, serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam usaha mencapai tujuan
organisasi dengan sukses.
Penelitian Chenhall dan Morris (1986) dengan responden penelitian sebanyak 68
manajer tingkat menengah dan atas, pada 36 perusahaan manufaktur di Sidney, Australia,
menyimpulkan bahwa menurut manajer, karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
paling bermanfaat adalah informasi akuntansi manajemen dengan karakteristik broad scope,
timeliness, aggregation dan informasi yang memiliki sifat integration.
Hasil penelitian yang dikutip oleh Gordon dan Narayan (1984) menemukan bahwa
informasi dan struktur organisasi (desentralisasi) dapat mempengaruhi lingkungan. Struktur
organisasi (desentralisasi) akan mempengaruhi kemampuan organisasi dalam mengolah dan
mengumpulkan informasi serta aliran informasi. Pada organisasi yang bersifat sentralisasi aliran
informasi akan terpusat pada manajemen tingkat atas, sedangkan pada organisasi yang bersifat
desentralisasi informasi tersebut akan mengalir ke manajemen yang lebih rendah. Dalam
lingkungan organisasi yang bersifat desentralisasi, para manajer membutuhkan informasi yang
cukup.
Peneliti di Indonesia, Ietje Nazaruddin (1998), membuktikan secara empiris adanya
pengaruh desentralisasi terhadap masing-masing karakteristik informasi akuntansi manajemen
yang terdiri dari broad scope, timeliness, aggregation dan integration secara signifikan.
Kemudian disimpulkan juga, masing-masing karakteristik informasi tersebut mempengaruhi
terjadinya peningkatan kinerja manajerial yang positif. Sementara hasil penelitian Aida Ainul
Mardiyah dan Gudono (2001) menyimpulkan bahwa pada tingkat ketidakpastian lingkungan
eksternal yang tinggi dibutuhkan tingkat desentralisasi yang semakin handal agar dapat
meningkatkan manfaat informasi akuntansi manajemen.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa menghadapi ketidakpastian
lingkungan diperlukan tingkat desentralisasi yang tinggi yang akan menghasilkan informasi yang
lebih tepat waktu, informasi yang lingkupnya luas (seperti informasi non finansial,informasi
berorientasi masa depan) untuk memenuhi kebutuhan berbeda-beda dari para manajer, sehingga
mereka dapat menunjukkan kompetensinya. Informasi agregat juga dibutuhkan agar para
manajer dapat menghemat waktu dalam menganalisis informasi yang tersedia untuk menentukan
kebijakan dan menjadikan mereka lebih bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kembali pengaruh
ketidakpastian lingkungan eksternal, desentralisasi terhadap karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran, dengan mengambil target
populasi industri tekstil di Kota Bandung.
Alasan mengapa staf dan manajer pemasaran tersebut dijadikan responden adalah karena
manajer pemasaran dan stafnya berhadapan dengan kondisi ketidakpastian lingkungan eksternal
yang tinggi. Pada saat kondisi lingkungan bisnis telah berubah menjadi lebih kompleks / rumit
(Mc Leod, 1999) manajer pemasaran pun harus mampu untuk melihat celah pasar, preferensi
konsumen, perkembangan teknologi, regulasi pemerintah, teknik dan strategi pemasaran serta
aktivitas para pesaing dalam skala lokal maupun global.
Manajer pemasaran juga memberikan sumbangan paling besar pada perencanaan strategis,
dengan peranan kepemimpinan untuk mendefinisikan misi bisnis, analisis situasi lingkungan,
persaingan dan bisnis, menentukan sasaran, tujuan dan strategi, dan menentukan rencana produk,
pasar, penyaluran dan mutu guna melaksanakan strategi bisnisnya (Kotler, 2005).
Dengan fenomena meningkatnya kondisi ketidakpastian lingkungan eksternal yang dihadapi
perusahaan tekstil, serta kenyataan bahwa organisasi memerlukan informasi akuntansi
manajemen yang berasal dari organisasi yang bersifat desentralisasi, dapat memberikan
kesimpulan yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Seberapa besar pengaruh ketidakpastian lingkungan eksternal, desentralisasi secara
simultan terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi
manajer pemasaran pada industri tekstil di Kota Bandung.
2) Seberapa besar pengaruh ketidakpastian lingkungan eksternal terhadap karakteristik
informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran pada industri
tekstil di Kota Bandung.
3) Seberapa besar pengaruh desentralisasi terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran pada industri tekstil di Kota
Bandung.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi terhadap karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer industri tekstil di Kota Bandung.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1) Untuk mengukur dan menganalisis besarnya pengaruh ketidakpastian lingkungan eksternal,
desentralisasi secara simultan terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pada industri tekstil di Kota Bandung.
2) Untuk mengukur dan menganalisis besarnya pengaruh ketidakpastian lingkungan eksternal
terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer
pemasaran pada industri tekstil di Kota Bandung.
3) Untuk mengukur dan menganalisis besarnya pengaruh desentalisasi terhadap karakteristik
informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran pada industri
tekstil di Kota Bandung.
1. 4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1) Ilmu Pengetahuan, khususnya bagi pengembangan ilmu akuntansi manajemen dan
manajemen strategik. Penelitian ini dapat memperkaya bukti empiris sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian di atas dan untuk memperkuat penelitian sebelumnya
berkenaan dengan adanya hubungan antara ketidakpastian lingkungan eksternal dan
desentralisasi terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran.
2) Operasional, untuk membantu manajemen dalam memperoleh masukan mengenai
perlunya melakukan pendekatan yang terintegrasi dalam perencanaan sistem pengawasan
organisasi. Dalam penyusunan sistem, akuntansi manajemen sebagai sub pengawasan
organisasi harus memperhatikan faktor desentralisasi sehingga informasinya dapat
dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat dan akurat, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat
bagi manajer pemasaran.
3) Bagi para peneliti lanjutan, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya
terutama untuk penelitian yang mengambil populasi perusahaan TPT.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Dalam bab ini akan disajikan uraian konsep-konsep yang berhubungan dengan
ketidakpastian lingkungan eksternal, desentralisasi dan karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer. Juga akan dipaparkan kerangka pemikiran, yaitu
kajian teori yang berkaitan dengan hubungan dan pengaruh ketidakpastian lingkungan eksternal,
desentralisasi terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi
manajer pemasaran.
2.1 Ketidakpastian Lingkungan Eksternal
Ketidakpastian lingkungan Eksternal (Perceived Environmental Uncertainty) merupakan
keterbatasan individu dalam menilai probabilitas gagal atau berhasil dari sebuah keputusan yang
telah dibuat yang berasal dari luar organisasi. Ketidakpastian lingkungan adalah situasi seseorang
yang terkendala untuk memprediksi situasi di sekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan
sesuatu dalam rangka menghadapi ketidakpastian tersebut (Luthan, 1998, dalam Edfan 2002).
Pada kondisi ketidakpastian tinggi, individu sulit memprediksi kegagalan dan keberhasilan dari
keputusan yang dibuatnya (Fisher, 1996).
Lingkungan bisinis eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar organisasi,
namun dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis. Lingkungan bisnis dapat
dibedakan atas lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal terdiri atas lingkungan
makro dan lingkungan industri, sedangkan lingkungan internal terdiri atas struktur (structure),
budaya (culture) dan sumber daya (resources). (Wheelen dan Hunger:2000).
Pengamatan Lingkungan
Analisis Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang
berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari
manajemen puncak.Lingkungan eksternal mempunyai dua bagian : lingkungan kerja dan
lingkungan sosial.
Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung
berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama perusahaan.Elemen tersebut adalah :
pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal,pesaing,pelanggan, kreditur, serikat
pekerja, kelompok kepentingan khusus dan asosiasi perdagangan.
Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum yang tidak berhubungan langsung dengan
aktivitas-aktivitas jangka pendek perusahaan, tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-
keputusan jangka panjang seperti kekutan ekonomi, sosiokultural, teknologi, politik dan hukum
dalam hubungannya dengan lingkungan perusahaan secara keseluruhan.
Analisis Internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada
dalam perusahaan tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen
puncak. Variabel-variabel itu meliputi struktur,budaya dan sumber daya perusahaan. Struktur
adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan
komunikasi,wewenang dan arus kerja. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan dan nilai-
nilai yang dibagikan oleh anggota perusahaan. Sumber daya adalah asset yang merupakan bahan
baku bagi produksi barang dan jasa organisasi yang meliputi keahlian orang, kemampuan, bakat
manajerial. (Wheelen dan Hunger:2000).
Menilai ketidakpastian lingkungan merupakan sebuah langkah penting yang harus dilakukan oleh para manajer. Lingkungan yang dihadapi oleh para manajer tidak akan sama dalam berbagai kondisi, hal itulah yang menyebabkan terjadinya ketidakpastian lingkungan (Robbins dan Coulter, 1999). Pada gilirannya ketidakpastian lingkungan terdiri dari dua dimensi yaitu derajat perubahan dan derajat kompleksitas.
Apabila komponen-komponen dalam lingkungan sebuah organisasi seringkali berubah
dikatakan lingkungan tersebut dinamis. Jika perubahannya amat sedikit maka lingkungan
dikatakan stabil.
Pada lingkungan stabil mungkin terjadi kondisi tidak adanya pesaing baru, tidak ada
terobosan teknologi baru oleh pesaing-pesaing yang ada, serta sedikitnya kegiatan atau aktivitas
oleh kelompok masyarakat tertentu yang mempengaruhi organisasi tersebut.
Robbins dan Coulter menyusun matriks ketidakpastian lingkungan yang mengambarkan
derajat perubahan dan derajat kompleksitas sebuah lingkungan pada kondisi ketidakpastian
lingkungan rendah sampai dengan tinggi.
Tabel 2.1 Matriks Ketidakpastian Lingkungan
Derajat Perubahan
Stabil Dinamis
Der
ajat
Kom
plek
sita
s
Sede
rhan
a
Sel 1
Yang mantap dan dapat diramalkan Sedikit komponen di dalam
lingkungan itu Komponen-komponennya agak
serupa dan pada dasarnya tetap sama
Sedikit sekali kebutuhan akan pengetahuan yang canggih tentang komponen itu
Sel 3
Lingkungan yang dinamis dan tidak dapat diramalkan
Sedikit komponen dalam lingkungan itu Komponennya agak serupa tetapi terus
menerus dalam proses berubah Amat sedikit kebutuhan akan
pengetahuan canggih tentang komponen-komponen itu
Kom
plek
s
Sel 2
Yang mantap dan dapat diramalkan Banyak komponen dalam
lingkungan itu Komponennya tidak sama satu
dengan yang lain dan pada dasarnya tetap
Kebutuhan yang tinggi akan pengetahuan canggih tentang komponen-komponen itu
Sel 4
Lingkungan yang dinamis dan tidak dapat diramalkan
Banyak komponen dalam lingkungan itu Komponennya tidak serupa satu sama
lain dan terus menerus berada dalam proses perubahan
Kebutuhan yang tinggi akan pengetahuan canggih tentang komponen-komponen itu
Sumber: Robbins dan Coulter (1999:170)
Ketidakpastian lingkungan telah diidentifikasikan sebagai variabel konstektual yang
penting dalam sistem informasi akuntansi dan desain sistem informasi manajemen. Duncan
(1972) mendefinisikan lingkungan sebagai “the totally of physical and social factors that are
taken directly into consideration in the decision- making behaviour of individuals in the
organization.” Duncan mengidentifikasikan lingkungan sebagai totalitas faktor sosial dan fisik
yang diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam sikap untuk mengambil keputusan dari setiap
individu-individu dalam organisasi.
Kemudian Duncan (1972) melanjutkan bahwa ketidakpastian lingkungan dapat didefinisikan sebagai :
Kurangnya informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan dalam
pengambilan keputusan
Ketidakmampuan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari keputusan-keputusan yang
diambil sehingga besarnya kerugian yang diderita akibat kesalahan dalam pengambilan
keputusan tidak dapat diidentifikasikan secara jelas
Ketidakmampuan menentukan kemungkinan-kemungkinan akan berlakunya
ketidakpastian lingkungan itu dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan terhadap
keputusan-keputusan yang diambil dalam menjalankan fungsi masing-masing unit
Variabel ketidakpastian lingkungan merupakan variabel kontekstual yang penting karena kondisi tersebut akan membuat kegiatan perencanaan dan pengendalian menjadi lebih sulit (Chenhall dan Morris, 1986). Perencanaan akan menjadi problematik dalam situasi operasi yang tidak pasti yang disebabkan oleh kejadian-kejadian di masa yang akan datang yang tidak dapat diprediksikan. Demikian juga kegiatan pengendalian akan terpengaruh oleh kondisi ketidakpastian tersebut.
Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, informasi merupakan komoditi yang
sangat berguna dalam proses kegiatan perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi.
Sistem akuntansi manajemen yang andal (ditunjukkan dengan tingkat ketersediaan informasi
sistem akuntansi manajemen) akan memudahkan penyediaan informasi yang tepat waktu dan
relevan, dimana para manajer memiliki kebutuhan informasi yang berbeda (YP Supardiyono,
1999).
Pada penelitian-penelitian terdahulu dalam Kirmizi Ritonga dan Yuserrie Zainuddin (2002)
telah ditemukan bukti empiris untuk memperkuat teori tentang hubungan antara ketidakpastian
lingkungan dengan rekayasa sistem akuntansi manajemen (Gordon & Narayanan, 1984;
Chenhall dan Morris, 1986; Gul, 1991; Mia, 1993; Gul & Chia, 1995; Fisher, 1996). Dalam
temuan-temuan tersebut ternyata ketidakpastian lingkungan mempunyai pengaruh terhadap
sistem informasi akuntansi manajemen. Dalam keadaan tingkat ketidakpastian lingkungan tinggi
diperlukan informasi dengan cakupan luas (broad scope) dan penyampaian informasi yang tepat
waktu (timeliness). Namun demikian jika keadaan sebaliknya terjadi dengan tingkat
ketidakpastian lingkungan rendah, penyediaan informasi dengan cakupan luas akan
memungkinkan terjadinya kelebihan informasi (overload) dan cenderung tidak digunakan.
2.2 Desentralisasi
2.2.1 Pengertian Desentralisasi
Kondisi suatu organisasi yang semakin luas dan kompleks serta perubahan lingkungan
yang semakin tidak mudah diprediksi membuat ketidakmungkinan para manajer puncak untuk
mengambil keputusan sendiri secara terpusat. Pada kondisi ini diperlukan pelimpahan
kewenangan ang lebih luas kepada bagian yang lebih rendah baik secara struktur maupun secara
geografis / wilayah sesuai dengan cakupannya. Pelimpahan kewenangan ini selanjutnya disebut
dengan istilah desentralisasi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1999) desentralisasi merupakan penyerahan
sebagian kewenangan pimpinan kepada bawahan (pusat kepada cabang). Sedangkan dalam
Kohler’s Dictionary for Accountants (1983) menyatakan bahwa desentralisasi adalah : ”to
delegate authority to subordinate levels within an administrative hirechy or over different
geographical region and to fix areas of responsibility for the propriety of actions taken there
under”
Jones (1995) menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan pendelegasian kewenangan
untuk pengambilan keputusan penting tentang sumber daya organisasional dan inisiatif mencari
dan menemukan proyek-proyek baru kepada manajer-manajer pada semua jenjang hirarkhi.
Robbins (1998) mempertegas bahwa desentralisasi mengacu pada perluasan
pertanggungjawaban dalam pembuatan keputusan kepada orang pada seluruh tingkatan
organisasi, dan Gordon (1999) menyatakan bahwa desentralisasi merupakan kebijakan dalam hal
pengambilan keputusan yang ditekankan kepada karyawan pada tingkat yang lebih rendah.
Dalam organisasi yang terdesentralisasi kebijakan dan aksi untuk menyelesaikan permasalahan
dapat segera diputuskan dan dilaksanakan tanpa harus menunggu keputusan manajer yang lebih
tinggi.
2.2.2 Keuntungan dan Kelemahan Desentralisasi
Rayburn (1995) menjelaskan tujuh keuntungan dari desentralisasi yaitu :
1. Membebaskan manajemen puncak dari permasalahan-permasalahan operasional harian,
sehingga dapat memfokuskan diri dalam perencanaan stratejik.
2. Menciptakan pengambilan keputusan sesuai dengan kemampuan untuk menjalankan
keputusan tersebut dalam lingkup wilayahnya.
3. Menbuahkan hasil yang lebih akurat dan lebih cepat, karena manajer segmen lebih
familiar dengan kondisi lokal daripada manajer puncak.
4. Melatih manajer segmen dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat diperoleh
manajer-manajer yang terampil untuk dapat dipromosikan ke tingkat yang lebih tinggi
dalam organisasi tersebut.
5. Menghantarkan pencapaian kinerja yang efisien, karena desentralisasi memberikan
kewenangan kepada manajer-manajer untuk menyelaraskan pertanggung-jawabannya
dengan apa yang diputuskannya.
6. Mengeliminasi kegiatan-kegiatan yang tidak menguntungkan. Misalnya mencari bahan
baku / perlengkapan yang lebih berkualitas dengan harga yang relatif murah daripada
diperoleh dari segmen perusahaan yang bersangkutan.
7. Memberikan keleluasaan setiap manajer segmen untuk melihat pangsa pasar dalam
melakukan inovasi produknya.
Sedangkan Hansen & Mowen (2006) menjelaskan bahwa setidaknya ada empat
alasan suatu perusahaan melakukan desentralisasi :
1. Kemudahan terhadap pengumpulan dan pemanfaatan informasi lokal, karena pada
perusahaan yang mempunya wilayah dan pasar yang berbeda membuat manajer puncak
(pusat) tidak memahami kondisi lokal. Manajemen yang lebih rendah berhubungan dekat
dengan kondisi pengoperasian dan lebih mempunyai akses untuk memperoleh informasi
lokal, dan pada umumnya manajer segmen sering lebih unggul dalam membuat
keputusan yang lebih baik.
2. Fokus Manajer Pusat, dengan desentralisasi manajemen pusat bisa lebih fokus pada
perencanaan dan pengambilan keputusan strartegis. Kelangsungan operasi jangka
panjang perusahaan harus lebih penting bagi manjer pusat dari pada operasi keseharian.
3. Melatih dan memotivasi para manajer segmen. Promosi yang sering diupayakan oleh
perusahaan bagi manajer-manjer segmen ke tingkat yang lebih tinggi membutuhkan suatu
kondisi yang kondusif bagi mereka dalam mempersiapkan diri dengan keterampilan
manajerialnya. Pelimpahan kewenangan dalam pengambilan keputusan merupakan upaya
yang strategis untuk melatih keterampilan manajerial bagi para manjer segmen.
4. Meningkatkan daya saing. Desentralisasi memberikan keleluasaan majer segmen untuk
bersaing secara internal maupun dengan kompetitor eksternal. Persaingan tersebut tentu
saja persaingan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan daya saing organisasi secara
keseluruhan.
Di samping keuntungan-keuntungan di atas, desentralisasi juga mempunyai kelemahan-
kelemahan, antara lain Rayburn (1995) menjelaskannya sebagai berikut :
1. Terkadang terjadi keharmonisan di antara tingkatan manajemen suatu organisasi, bahkan
dapat menimbulkan ketidaksesuaian tujuan segmen dengan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
2. Manajer segmen biasanya akan lebih fokus pada kondisi operasi lokal daripada kondisi
keseluruhan organisasi.
3. Desentralisasi membutuhkan elaborasi dan efektifitas sistem informasi, dan hal ini
membutuhkan biaya yang mahal.
2.2.3 Unit-unit Desentralisasi
Istilah unit-unit desentralisasi diambil dari Hansen & Mowen (2006). Perwujudan
desentralisasi biasanya melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Ada beberapa cara
untuk menamakan suatu divisi yang dapat membedakan satu divisi dengan divisi lainnya, antara
lain :
1) Divisi dibedakan berdasarkan jenis barang atau jasa yang dihasilkan.
2) Divisi dibedakan berdasarkan garis geografis.
3) Divisi dibedakan berdasarkan jenis pertanggungjawaban : pusat biaya, pusat pendapatan,
pusat laba dan pusat investasi.
Hirch (1994) menyatakan bahwa divisi dapat dibedakan berdasarkan :
1) Tipe pelanggan, seperti pemerintah, swasta, industri rumah tangga, pedagang besar dan
kecil.
2) Teknologi
Hill dan Jones (1992) juga menyatakan bahwa divisi dapat pula dibedakan berdasarkan
departemen-departemen fungsional, misalnya : pemasaran, produksi, riset dan pengembangan,
akuntansi dan keuangan.
2.2.4 Keputusan yang Wewenangannya Didesentralisasikan
Desentralisasi memberikan motivasi kepada para manajer untuk meningkatkan
kemampuannya dalam memecahkan berbagai persoalan bisnis yang seringkali dihadapi oleh
pihak manajemen puncak (Kaplan and Atkinson,1989).
Chia (1995), Itje Nazaruddin (1998), Mardiyah dan Gudono (2001) melakukan
pengukuran derajat desentralisasi perusahaan meliputi keputusan-keputusan :
1. Pengembangan produk baru
2. Pengangkatan dan pemutusan hubungan kerja pegawai
3. Pemilihan investasi baru
4. Pengalokasian Anggaran
5. Penentuan harga pokok dan harga jual produk.
1. Pengembangan produk baru
Product life cycle yang semakin singkat sebagai akibat dari persaingan bisinis yang
semakin ketat berakibat pada pengambilan keputusan tentang pengembangan produk baru.
Perusahaan harus segera mengambil keputusan. Jika keputusan terpusat, ada kecenderungan
pengembilan keputusan menjadi lamban. Hal ini disebabkan banyak waktu diperlukan untuk
mendapatkan dan menganalisis informasi-informasi dan koordinasi dengan bagian-bagian yang
terkait. Oleh karena itu akan lebih baik pengambilan keputusan didelegasikan kepada para
manajer secara luas, sehingga pengembangan produk baru akan lebih cepat untuk ditangani.
Pengambilan keputusan pengembangan produk baru membutuhkan informasi dari sistem
akuntansi manajemen, misalnya informasi tentang biaya diferensiasi,pesaing keadaan pasar,
kapasitas produksi. Informasi-informasi ini memiliki sifat cakupan luas, tepat waktu, agregasi
dan integrasi dengan bagian lain, sehingga meminimalisasi kerugian yang terjadi akibat dari
informasi tersebut.
2. Pengangkatan / Pemutusan Hubungan Kerja
Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk masing-masing departemen akan berbeda
dengan departemen lainnya. Para manajer akan lebih mengenal dan lebih memahami kualifikasi
yang dibutuhkan untuk operasional departemen atau bagiannya dibandingkan pihak atasannya.
Untuk ini akan lebih baik apabila pengambilan keputusan pengangkatan dan pemutusan
hubungan kerja didelegasikan kepada masing-masing departemen. Jika para manajer diberi
kewenangan untuk melakukan hal di atas, mereka akan memerlukan informasi baik yang
berhubungan dengan informasi non keuangan (formasi dan kepegawaian) maupun informasi
keuangan, misalnya pengajian. Informasi yang dibutuhkan tersebut akan berkaitan dengan
cakupannya, ketepatan waktunya, agregasi dan kaitannya dengan bagian lain (integrasi).
3. Pemilihan Investasi Baru
Para manajer akan lebih mengetahui kebutuhan akan berbagai macam investasi
operasional masing-masing departemen atau bagiannya dibandingkan dengan manajemen
puncak. Untuk ini perlu pendelegasian kewenangan kepada manajer departemen/bagian agar
dapat diperoleh investasi yang paling tepat dan menguntungkan. Jika para manajer menerima
pendelegasian kewenangan ini, maka mereka akan memerlukan informasi sesuai dengan
cakupannya, ketepatan waktunya, kelengkapan dan kaitannya dengan bagian lain, baik yang
berhubungan dengan non-keuangan, maupun informasi yang berhubungan dengan keuangan.
Misalnya informasi tentang lokasi, kualitas mesin/peralatan,pemasok, kapasitas dan analisis nilai
sekarang. Informasi tersebut dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen.
4. Pengalokasian Anggaran
Penyusunan anggaran akan lebih realistis apabila dilakukan berdasarkan arus bawah
dibandingkan dengan pengalokasian anggaran terpusat. Hal ini disebabkan para manajer akan
lebih memahami kebutuhan keuangan untuk operasional mereka. Untuk itu akan lebih baik jika
kewenangan pengalokasian anggaran didelegasikan kepada departemen atau bagian, sehingga
para manajer akan mempunyai tanggung jawab penuh atas capaian tujuan penganggaran tersebut.
Jika pendelegasian ini terwujud, maka para manajer sangat memerlukan informasi akuntansi
manajemen yang memiliki karakteristik cakupan luas, tepat waktu, agregasi dan integrasi. Salah
satu contoh informasi yang dibutuhkan dengan tujuan pengangaran adalah informasi analisis
varian anggaran.
5. Penentuan harga pokok dan harga jual
Penentuan harga pokok dan harga jual dilakukan atas informasi dari para manajer baik
keuangan, produksi, pemasaran maupun manajer riset dan pengembangan agar harga pokok dan
harga jual dapat memenangkan persaiangan dan menguntungkan perusahaan. Pengetahuan para
manajer akan lebih baik dari pada atasannya. Jika kewenangan penentuan harga pokok dan harga
jual didelegasikan kepada para manajer, maka mereka akan memerlukan informasi akuntansi
manajemen yang memiliki cakupan luas, tepat waktu, agregasi dan integrasi, misalnya tentang
pemisahan biaya variabel dan biaya tetap.
Tabel 2.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Jumlah Sentralisasi dan Desentralisasi
Lebih banyak Sentralisasi Lebih banyak Desentralisasi
Lingkungannya stabil Para manajer tingkat rendah tidak
semahir atau berpengalaman dalam mengambil keputusan-keputusan seperti halnya para manajer tingkat atas
Para manajer tingkat rendah tidak ingin ikut serta dalam keputusan-keputusan
Keputusan-keputusan yang penting Organisasi itu menghadapi suatu krisis
atau risiko gagalnya perusahaan Perusahahaannya terlampau besar Pelaksanaan strategi-strategi
perusahaan yang efektif tergantung pada para manajer yang mempunyai hak menentukan apa yang terjadi
Lingkungannya kompleks, tidak stabil Para manajer tingkat bawahnya mampu dan
berpengalaman dalam mengambil keputusan
Para manajer tingkat rendah menghendaki suara dalam keputusan-keputusan
Keputusan-keputusannya relatif kurang penting
Budaya perusahaannya terbuka memungkinkan para manajer mempunyai pengaruh atas apa yang terjadi
Perusahaannya secara geografis terpencar Pelaksanaan strategi-strategi perusahaan
yang efektif tergantung kepada keterlibatan para manajer dan fleksibilitasnya untuk mengambil keputusan-keputusan
Sumber: Robins and Coulter (1999:290)
2.3 Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan sistem informasi bagi organisasi secara
keseluruhan. Sistem informasi ini secara keorganisasian atau fungsi organisasi dapat dipecah
menjadi bebrapa sub sistem informasi ditambah dengan sistem informasi eksekutif yang khusus
dirancang untuk para eksekutif. (Azhar Susanto,2007).
Sistem Informasi Eksekutif (SIE)
Sistem informasi ini dibangun karena aktivitas para eksekutif tidak terstruktur dengan baik. Para
eksekutif tidak banyak berurusan dengan intern perusahaan, tetapi lebih banyak keluar, sehingga
perlu ada sistem informasi yang bisa menampung data-data tidak terstruktur yang diterimanya
dan mengolahnya menjadi informasi yang harus selalu siap setiap saat bila diperlukan.
Sistem Pendukung Eksekutif (SPE)
Istilah ini digunakan oleh para ilmuwan yang mengalami kesulitan dalam membedakan
sistem informasi manajemen dan sistem pendukung keputusan, sehingga perbedaan antara SIE
dan SPE juga kurang jelas. Bebrapa penulis mengatakan bahwa SIE hanya memenuhi kebituhan
informasi bagi eksekutif, sedangkan SPE memberikan kebutuhan informasi, komunikasi dan
analisis dengan dukungan artificial intelijen.
Sistem Informasi Pemasaran
Sistem informasi pemasaran merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang
memberikan informasi yang diperlukan dalam memecahkan masalah pemasaran perusahaan.
Sub sistem Input Pemasaran
Subsistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi memberikan banyak sekali data yang diperlukan oleh sistem
informasi pasar. Data yang berasal dari sistem informasi akuntansi memberikan data rinci
mengenai aktivitas penjulan yang menjadi dasar dalam membuat laporan periodik, khusus
dan model matematik.
Subsistem Penelitian Pasar
Subsistem ini mengumpulkan data yang berhubungan dengan aktivitas pemasaran yang
dilakuakn oleh perusahaan, terutama yang berkaitan dengan pelanggan dan calon pelanggan.
Data-data tersebut biasanya diperoleh melalui survey.
Subsistem Intelegensia Pemasaran
Sub sistem ini mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan pesaing
perusahaan. Biasanya sistem ini beroperasi secara informal.
Sub sistem Output Pemasaran
Produk dan jasa yang ditawarkan oleh bagian pemasaran mengacu pada konsep bauran
pemasaran dari Kotler yang meliputi : Product, Price, Promotion. Model sistem informasi
pemasaran diatas digunakan sebagai cara mengelompokkan sub sistem output.
INFORMASI BAGI MANAJER PEMASARAN
I. Informasi Lingkungan Eksternal :
1. Demografi :
Berisi kecenderungan utama yang menimbulkan ancaman dan
peluang untuk perusahaan.
2. Ekonomi :
Berisi perkembangan dalam pendapatan,harga tabungan dan tingkat suku
tabungan yang akan berdampak pada perusahaan.
3. Alam :
Berisi ketersediaan sumber daya alam dan energi.
4. Teknologi :
Berisi perkembangan teknologi yang sedang berlangsung dan posisi
perusahaan.
5. Politik :
Berisi peraturan yang sedang berlaku dan sedang dibahas yang akan mempengaruhi
strategi perusahaan.
6. Budaya :
Berisi data perubahan budaya yang mempengaruhi gaya hidup
konsumen yang berdampak pada perusahaan.
7. Pasar :
Berisi keadaan yang sedang terjadi pada pasar, segmen pasar
utama,pertumbuhan pasar.
8. Pelanggan :
Berisi Persepsi pelanggan atas mutu, produk atau layanan Perusahaan.
9. Pesaing :
Berisi data pesaing, kelemahan dan kekuatannya dan besarnya pangsa pasarnya.
10. Saluran Distribusi :
Berisi data saluran distribusi yang digunakan untuk menyampaikan produk ke konsumen
dan efektifitasnya.
11. Pemasok :
Berisi data ketersediaan sumber daya kunci untuk produksi.
12. Masyarakat : Berisi data tipe masyarakat yang membawa masalah atau
Peluang.
II. Informasi Straregi Pemasaran :
1. Misi Bisnis :
Berisi uraian misi dengan jelas dan berorientasi pasar.
2. Obyektif Pemasaran :
Berisi uraian obyektif perusahaan yang jelas sebagai pedoman perencanaan pemasaran dan
mengukur prestasi serta kecocokan antara peluang dan sumber dayanya.
3. Strategi Pemasaran :
Berisi strategi pemasaran perusahaan yang mantap mencapai obyektifnya.
4. Anggaran :
Berisi anggaran sumber daya yang cukup untuk segmen, produk,wilayah dan unsur bauran
pemasaran.
III. Informasi Organisasi Pemasaran :
1. Struktur Formal :
Berisi kewenangan manajer pemasaran untuk aktivitas yang memuaskan pelanggan dan
optimalisasi organisasi pemasaran yang disusun sesuai lini, produk, pasar dan teritori.
2. Efisiensi Fungsi :
Berisi analisa kemampuan aktivitas staf pemasaran dalam berkomunikasi termasuk
pelatihan,, supervisi, motivasi juga evaluasinya.
3. Efisiensi antar bagian :
Berisi aktivitas staf pemasaran saat bekerja sama dengan bagian produksi, litbang,
pembelian, SDM dan bidang non pemasaran lainnya.
IV. Informasi Sistem Pemasaran
1. Sistem Informasi Pemasaran :
Berisi sistem intelijen pemasaran yang menyediakan informasi akurat dan tepat waktu
mengenai perkembangan pasar dan efektifitas riset pasar.
2. Sistem Perencanaan Pemasaran :
Berisi rencana tahunan, jangka panjang dan strategik serta penggunaannya.
3. Sistem Pengendalian Pemasaran :
Berisi data capaian obyektif tahunan pemasaran analisa periodik penjualan dan laba yang
dihasilkan oleh produk, pasar, teritori dan saluran distribusi.
4. Pengembangan Produk Baru :
Berisi uraian organisasi untuk menghasilkan produk baru pengujian pasarnya serta
tingkat keberhasilannya
V. Informasi Biaya dan Produktivitas Pemasaran :
1. Analisa Kemampuan menghasilkan Laba :
Berisi besarnya laba yang dihasilkan dari produk, pasar, teritori dan saluran distribusi yang
berbeda.
2. Analisis Efektivitas Biaya :
Berisi aktivitas pemasaran yang menyerap biaya berlebih dan cara menguranginya.
3. Anggaran Promosi dan Iklan :
Berisi penetapan anggaran secara efektif.
VI. Informasi Fungsi Pemasaran
1. Produk :
Berisi data produk mantap perusahaan dan pembaharuan manfaat dan jenis
produk.
2. Harga :
Berisi prosedur dan strategi penetapan harga oleh perusahaan dan penggunaanya sebagai
media promosi.
3. Distribusi :
Berisi efektivitas saluran distribusi dan evaluasinya.
4. Iklan, Promosi, Publikasi :
Berisi program promosi pemasaran perusahaan yang diterima dan direspon dengan baik
oleh masyarakat.
5. Staf Pemasaran :
Berisi data jumlah staf pemasaran, pengorganisasiannya, kompetensinya dibanding staf
pemasaran pesaing.
(Kotler :2005)
2.3.1 Pengertian Informasi
Informasi merupakan keluaran dari suatu sistem yang memproses data baik bersifat
keuangan maupun non keuangan. Data dapat terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif
tidak berarti bagi pemakai, sedangkan informasi adalah data yang telah diproses dan
mengandung arti (Mc.Leod 1993). Cushing and Rommey (1997) menyatakan bahwa data dapat
terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan
disimpan serta diolah. Juga Informasi dapat diartikan sebagai keluaran dari pengolahan data yang
diorganisir dan berguna bagi pihak yang menerimanya.
Anthony, Dearden dan Bedford (1991) menyatakan bahwa fakta, data, persepsi atau
sesuatu dapat dikatakan suatu informasi apabila menambah pengetahuan bagi pemakainya dalam
upaya mengurangi ketidakpastian. Sedangkan menurut Wilkinson (1996) informasi merupakan
data yang sudah disaring, dianalisis, ditata, disampaikan dalam bentuk yang dapat dipergunakan
untuk dasar pengambilan keputusan.
2.3.2 Sumber Informasi
Supriyono (1993) mengklasifikasikan informasi atas dasar sifat dan sistematikanya dalam
bentuk informasi sistemik, yang diperoleh melalui saluran informasi formal (termasuk di
dalamnya sistem informasi manajemen) dan informasi tidak sistemik, yang dipeoleh dari luar
sistem inforrmasi formal (misalnya dari media). Berdasarkan sumbernya, informasi digolongkan
dalam informasi eksternal, yang diperoleh dari lingkungan luar perusahaan / organisasi dan
informasi internal. Informasi juga digolongkan atas dasar sifat kuantitatifnya, yaitu informasi
kuantitatif yang berbentuk angka-angka, sedangkan informasi kualitatif adalah informasi yang
tidak berbentuk angka-angka.
2.3.3 Kualitas Informasi
Sudirman dan Widjajani (1996) menjelaskan bahwa informasi yang berkualitas adalah
informasi yang memenuhi kriteria akurasi, yaitu memiliki derajat bebas yang tinggi dari
kesalahan (mendekati 100%), dapat dibuktikan, memenuhi standar kelengkapan, relevan dengan
kondisi nyata dan tepat waktu.
2.4. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan suatu sistem informasi yang menghasilkan keluaran dengan menggunakan masukan untuk mencapai tujuan khusus manajemen, terutama menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan biaya jasa atau produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen; menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan pengevaluasian; dan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 1999:2).
Sistem informasi akuntansi manajemen adalah suatu mekanisme pengendalian organisasi, serta merupakan alat yang efektif dalam menyediakan informasi yang berguna untuk memprediki konsekuensi yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif aktivitas yang dapat dilakukan (Ietje Nazaruddin, 1998). Menurut Atkinson, sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkan kepada pengguna yaitu para pekerja, manajer dan eksekutif (Atkinson et al, 2001:4).
Sementara Chia (1995) menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen adalah suatu mekanisme pengendalian organisasi yang memberikan fasilitas melalui pelaporan dan penciptaan yang tampak dalam tindakan dan kinerja, serta merupakan alat yang efektif dalam penyediaan informasi yang berguna dalam memprediksi akibat yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif yang dapat dilakukan.
Waterhouse dan Tiessen (1978) dalam YP Supardiyono (1999) mengemukakan bahwa sistem akuntansi manajemen merupakan bagian integral dari struktur pengendalian organisasi secara formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi manajemen adalah sistem penghasil informasi yang digunakan dalam mekanisme pengendalian suatu organisasi.
Keberadaan sistem informasi akuntansi manajemen ditujukan untuk mentranformasi input ke dalam ouput agar mampu mencapai tujuan manajemen. Proses menjelaskan berbagai aktivitas manajemen seperti pengumpulan (collecting), pengukuran (measuring), penyimpanan (storing), analisis (analysis), pelaporan (reporting) dan pengelolaan (managing) informasi. Sedangkan output sistem informasi akuntansi manajemen dapat berbentuk laporan khusus, biaya produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja dan komunikasi antar personal.
Sedangkan Horngren (2000:5) menyatakan bahwa “management accounting measures and reports financial and non financial information that help managers make decisions to fulfil the goals of an organization”. Informasi akuntansi manajemen bagi para manajer digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Informasi akuntansi manajemen merupakan proses yang meliputi identifikasi, pengumpulan, analisis, penyediaan, interpretasi dan komunikasi informasi bagi para manajer dalam mencapai tujuan.
Menurut Atkinson (2001:11) bentuk informasi akuntansi manajemen adalah informasi keuangan dan operasional dari berbagai aktivitas organisasi, proses, unit-unit operasi, produk-produk, jasa-jasa dan pelanggan. Dalam perkembangannya kategori informasi akuntansi manajemen menjadi lebih luas. Bukan saja tentang operasi yang dikuantifikasi dalam terminologi keuangan saja akan tetapi juga berupa informasi non keuangan, seperti kualitas
waktu proses, pengukuran yang bersifat lebih subjektif, kepuasan para pelanggan, kapabilitas karyawan dan kinerja atas produk baru.
Atkinson lebih lanjut menambahkan bahwa akuntansi manajemen menghasilkan ukuran-ukuran kinerja ekonomis dari unit-unit operasi yang terdesentralisasi, seperti unit-unit bisnis, divisi-divisi dan departemen-departemen. Ukuran-ukuran itu selanjutnya akan membantu senior manajemen dalam menilai kinerja unit-unit dalam organisasi. Informasi akuntansi manajemen merupakan sumber informasi pokok pengambilan keputusan, perbaikan dan pengendalian manajemen. Dikatakan juga, informasi akuntansi manajemen adalah sumber daya utama informasi bagi perusahaan. Oleh karena itu, ketersediaan informasi akuntansi manajemen yang tepat waktu dan akurat sangat dibutuhkan oleh para manajer.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi akuntansi manajemen adalah data yang telah diolah menjadi informasi yang mempunyai nilai – nilai, baik finansial maupun non finansial. yang dapat digunakan oleh manajemen dalam membuat suatu keputusan.
2.4.1 Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen sebagai produk dari sistem akuntansi manajemen
mempunyai manfaat bagi manajer dan organisasi. Salah satu peran utama sistem informasi akuntansi manajemen adalah memasok informasi yang memfasilitasi pengambilan keputusan bagi para manajer (Henry Simamora, 1999:7). Sementara Anthony et al (1999:477) berpendapat tujuan dan kegunaan informasi akuntansi manajemen yaitu pengukuran, pengendalian, dan alternatif-alternatif pilihan sebagai bahan pengambilan keputusan. Berikut disajikan dalam tabel:
Tabel 2.3 Tujuan dan Kegunaan Informasi Akuntansi Manajemen
Purposes Historical Data Future Estimates
Measurement Basis for external reporting
Analyzing economic performance
Cost type contract payments
Normal pricing decision
Control Analyzing managerial performance
Motivating and rewarding managers
Strategic planning
Budgeting
Alternatives Choices
None Short run decisions
Capital budgeting
Sumber: Anthony et al, (1999:477)
Terdapat empat fungsi informasi akuntansi manajemen dalam membantu para manajer menjalankan fungsi-fungsi operasionalnya, yaitu:
Tabel 2.4 Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen
No Fungsi Uraian
1 Operational Control Memberikan umpan balik mengenai efisiensi dan kualitas tugas-tugas
2 Product and Costumer Costing
Mengukur biaya sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa dan harga pasar serta biaya penyerahan barang atau jasa kepada konsumen
3 Management Control Memberikan informasi tentang kinerja para manajer dan unit-unit perusahaan
4 Strategic Unit Menyediakan informasi tentang keungan perusahaan dan kinerja kompetitif jangka panjang, kondisi pasar, preferensi konsumen, dan perkembangan teknologi
Sumber: Atkinson et al (2001:11)
Keberadaan informasi akuntansi manajemen di perusahaan memiliki tiga tujuan (Hansen dan Mowen, 2006:2) yang meliputi:
1) To provide information for costing out services, products and other objects of interest to management;
2) To provide information for planning, control and evaluation; 3) To provide information for decision making.
Tingkatan manajemen dalam setiap organisasi memiliki karakteristik tugas yang berbeda yang menyebabkan kebutuhan para manajer tersebut akan berbeda pula terhadap informasi akuntansi manajemen. Menurut Bodnar dan Hopwood (1995:2-3) manajer tingkat atas umumnya berkepentingan terhadap perencanaan dan pengendalian strategis jangka panjang. Laporan-laporan akuntansi kepada manajemen tingkat atas berisi ikhtisar dan garis besar masalah, seperti total penjualan kuartalan berdasarkan lini produk atau divisi. Manajer tingkat menengah membutuhkan yang lebih rinci, seperti penjualan harian atau mingguan berdasarkan lini produk karena lingkup pengendalian mereka lebih sempit. Manajer tingkat bawah umumnya menerima informasi yang relevan pada sub unit tertentu seperti total penjualan suatu departemen.
Sedangkan informasi akuntansi manajemen bagi para manajer disediakan untuk (Horngren, 2006:2):
1) Routine internal reporting for decision of managers. Such information provided for decision that occur with some regularity;
2) Non routine internal reporting for the decisions of managers. This information affects decission that occur irregularly or without precedent.
Para manajer menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian operasi yang rutin dijalankan, misalnya untuk kalkulasi biaya yang bermanfaat untuk pengendalian biaya dan para manajer juga menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk membuat keputusan yang tidak rutin, misalnya dalam pengambilan keputusan tentang investasi peralatan, memformulasikan kebijakan dan perencanaan.
2.4.2 Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi merupakan keluaran dari suatu sistem yang memproses data baik bersifat keuangan maupun non keuangan. Data dapat terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai, sedangkan informasi adalah data yang telah diproses dan mengandung arti (Mc Leod, 1994:20).
Anthony et al (1999:150) menyatakan bahwa fakta, data, persepsi atau sesuatu dapat dikatakan suatu informasi apabila menambah pengetahuan bagi pemakainya dalam upaya mengurangi ketidakpastian. Sementara informasi merupakan data yang sudah disaring, dianalisis, ditata, disampaikan dalam bentuk yang dapat dipergunakan untuk dasar pengambilan keputusan (Wilkinson, 1999:67).
Informasi dikatakan berkualitas (Bodnar dan Hopwood, 1995:409) jika memenuhi kriteria akurasi, yaitu memiliki derajat bebas kesalahan yang tinggi (mendekati 100%), dapat dibuktikan, memenuhi standar kelengkapan, relevan dengan kondisi nyata, tepat waktu (mutakhir), cepat (tersedia dengan cepat), lengkap (berisikan segala sesuatu yang dibutuhkan).
Informasi akuntansi manajemen mempunyai ciri-ciri informasi haruslah akurat, ada sumber dan terfokus, dapat dikuantifikasi, frekuensi penggunaan tinggi, berorientasi kepada masa yang akan datang dan yang telah lalu, relevan, lengkap, tingkat agregasi dan ketepatan waktu yang tinggi (Anthony; 1985, Dermer; 1973, Senn;1982 dalam Kirmizi Ritonga dan Yuserrie Zainuddin, 2002).
Dari karakteristik informasi akuntansi manajemen tersebut, informasi yang paling bermanfaat menurut manajer adalah informasi yang memiliki karakteristik berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris (1986) yaitu broad scope, timeliness, agregation, dan integration.
Pada penelitian ini karakteristik informasi akuntansi manajemen yang digunakan adalah karakteristik informasi berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris. Digunakannya karakteristik tersebut karena keempat karakteristik tersebut diperoleh dari pembuktian empiris. Selain itu telah teruji pula dalam penelitian- penelitian lanjutan oleh Gul 1991, Gul dan Chia 1994, Mia dan Chenhall 1994, Chia 1995, Ietje Nazaruddin 1998, YP Supardiyono 1999, Aida Ainul Mardiyah dan Gudono 2001, Rustiana 2002, Priyono Puji Prasetyo 2002.
Berikut uraian masing-masing karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer:
1) Informasi Broad scope / Cakupan luas
Karakteristik informasi broad scope adalah informasi dari sistem akuntansi manajemen yang mewakili dimensi fokus, kuantifikasi dan time horizon (Gordon dan Narayanan, 1984). Broad scope mencakup informasi mengenai permasalahan baik non ekonomi maupun ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, dan aspek-aspek lingkungan. Atau dengan kata lain, informasi yang bersifat broad scope memberikan informasi tentang faktor-faktor internal maupun eksternal perusahaan.
Para manajer membutuhkan informasi broad scope sebagai salah satu implikasi dari meningkatnya otoritas, tanggung jawab manajer serta fungsi mereka sebagai pengendali dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Informasi broad scope berguna dalam mendukung kemampuan daya saing para manajer tersebut.
Informasi broad scope juga dapat memenuhi kebutuhan manajer terhadap informasi tertentu, karena para manajer membutuhkan informasi yang memiliki spesifikasi berbeda
antar satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi masing-masing dan para manajer juga memiliki self-interest yang berbeda pula. Dengan terpenuhinya kebutuhan para manajer akan informasi yang sifatnya broad scope tersebut, maka para manajer akan mampu membantu menghasilkan kebijakan yang lebih efektif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajerial menjadi lebih baik (Davis, 1985). Contoh dari informasi dengan karaktersitik broad scope, informasi eksternal misal kondisi ekonomi, informasi non keuangan misal selera atau preferensi konsumen, orientasi masa depan misal probabilitas.
Perbedaan aktivitas manajer akan mengakibatkan pula terjadinya perbedaan kebutuhan informasi yang broad scope agar dapat membuat keputusan yang lebih efektif. Kesesuaian antara karakteristik informasi yang broad scope dan aktivitas para manajer akan mempertinggi kinerja manajerial (Mia dan Chenhall, 1994).
2) Informasi Timeliness
Ketepatan waktu (timeliness) menunjukkan kecepatan atau rentang waktu antara permintaan dan frekuensi pelaporan informasi yang diinginkan. Ketepatan waktu penyampaian informasi akan mempengaruhi kemampuan manajer untuk membuat keputusan yang tepat. Informasi yang tepat waktu akan lebih bernilai jika disampaikan sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan yang akan dibuat oleh manajer.
Informasi yang tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai dan akan mempengaruhi kualitas keputusan seorang manajer. Informasi tepat waktu akan menjadikan manajer mampu menghadapi ketidakpastian lingkungan yang dihadapinya secara efektif (Gordon dan Narayanan, 1984). Dengan kata lain, ketepatan waktu penyampaian informasi oleh sistem akuntansi manajemen akan berhubungan positif dengan kinerja manajerial karena mampu merespon lebih cepat terhadap suatu kejadian yang dihadapinya.
3) Informasi Aggregation
Informasi aggregation merupakan informasi yang memperhatikan penerapan bentuk kebijakan formal (seperti discounted cash flow) atau model analitis informasi hasil akhir yang didasarkan pada area fungsional (seperti pemasaran, produksi) atau didasarkan pada satu waktu (seperti bulanan, kuartalan). Informasi agregasi diperlukan dalam organisasi karena dapat mencegah kemungkinan terjadinya overload informasi(Chia, 1995; Iselin 1988 dalam Y.P Supardiyono, 1999).
Informasi yang teragregasi, jika disajikan dengan tepat akan memberikan masukan penting dalam proses pengambilan keputusan, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi informasi lebih sedikit dibandingkan dengan informasi yang tak terorganisir atau informasi dalam bentuk mentah (belum tersusun).
Kebutuhan informasi yang dapat mencerminkan area pertanggungjawaban dapat diperoleh dari informasi teragregasi. Dengan adanya informasi yang jelas mengenai area tanggung jawab fungsional para manajer tersebut, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik (Chenhall dan Morris, 1986). Adanya informasi teragregasi akan menyebabkan para manajer akan lebih cepat merespon permasalahan yang ada dalam daerah
pertanggungjawabannya, serta mendukung para manajer dalam mengatasi adanya informasi yang overload.
4) Informasi Integration
Informasi integration mencakup aspek tentang ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub unit dalam organisasi. Informasi terintegrasi dari sistem akuntansi manajemen mencerminkan bahwa terdapat adanya koordinasi antar segmen sub unit yang satu dengan sub unit yang lainnya. Kompleksitas dan saling keterkaitan ataupun ketergantungan antar sub unit satu dengan sub unit lainnya akan tercerminkan dalam informasi integrasi (Chenhall dan Morris, 1986).
Semakin banyaknya segmen dalam sub unit atau jumlah sub unit dalam organisasi, maka informasi yang bersifat terintegrasi akan semakin dibutuhkan. Begitu pula pendelegasian kebijakan serta permasalahan pengendalian yang akan muncul pada organisasi desentralisasi, mungkin akan berkurang dengan adanya informasi terintegrasi. Informasi terintegrasi akan berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan dalam organisasi agar terjadinya keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.
Informasi yang terintegrasi akan bermanfaat bagi manajer ketika mereka dihadapkan pada
kegiatan pembuatan keputusan yang berdampak pada sub-unit lainnya. Dengan demikian
informasi yang terintegrasi akan memberikan kontribusi pada kinerja manajerial (Chenhall dan
Morris, 1986; Chia, 1995)
Masih menurut Chenhall dan Morris informasi terintegrasi juga menunjukkan adanya keterbukaan informasi, karena dampak kebijakan satu unit dapat diketahui oleh unit lainnya dalam organisasi. Adanya informasi terintegrasi juga akan mengakibatkan para manajer mempertimbangkan unsur integritas di dalam melakukan evaluasi kinerja manajerial.
2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengandung dua variabel independen, yaitu :
1) ketidakpastian lingkungan eksternal, 2) desentralisasi dan satu variabel dependen yaitu
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran yang
terdiri atas broad scope, timeliness, aggregation dan integration.
Berdasarkan uraian terdahulu memperlihatkan desentralisasi dibutuhkan sebagai respons
terhadap lingkungan yang tidak dapat diramalkan dan merupakan bentuk yang tepat untuk
menghadapi peningkatan ketidakpastian sehingga menunjang pencapaian kinerja manajerial yang
lebih baik. Struktur organisasi dengan desentralisasi akan membutuhkan informasi akuntansi
manajemen yang mempunyai karakteristik broad scope, timeliness, aggregation dan integration.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini mengacu pada kebutuhan akan informasi
akuntansi manajemen untuk setiap fungsi dalam organisasi, termasuk fungsi keuangan dan
akuntansi itu sendiri. Azhar Susanto (2006) menggambarkan hal tersebut sebagaimana tampak
pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Sistem Informasi secara organisasi
Sistem Informasi Pemasaran akan menyediakan informasi dalam rangka riset dan
pengembangan produk atau proses baru, perencanaan, perekayasaan produk, jasa atau proses;
pengkoordinasian sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa; pemasaran atau promosi
produk atau jasa; pendistribusian produk atau jasa ke konsumen; dan pelayanan purna jual
kepada konsumen.
Sistem Informasi
S.I Pemasaran
SI Manufaktur
SI Keuangan
SI SDM
2.5.1 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Eksternal terhadap
Desentralisasi
Pemasaran saat ini berada dalam lingkungan global yang penuh ketidakpastian.
Lingkungan global yang dinamik mempengaruhi hampir semua perusahaan. Manajer pemasaran
dan manajer lainnya yang ada di perusahan harus mengantisipasi keadaan ini.
Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi, informasi merupakan komoditi yang
sangat berguna dalam proses kegiatan perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi.
Pemasaran memainkan suatu peran kunci dalam perencanaan strategik perusahaan yaitu dalam
hal falsafah pemasaran (konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep
pemasaran berwawasan sosial) dan menyediakan input bagi pembuat rencana strategik dengan
membantu mengenali peluang pasar dan menilai potensi perusahaan dalam mengambil peluang.
Sistem akuntansi manajemen yang andal (ditunjukkan dengan tingkat ketersediaan
informasi sistem akuntansi manajemen) akan memudahkan penyediaan informasi yang tepat
waktu dan relevan, di mana para manajer memiliki kebutuhan informasi yang berbeda.
Demikian pula halnya dengan manajer pemasaran, informasi yang diterimanya akan digunakan
untuk melaksanakan fungsi pemasaran secara lebih optimal. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tingkat ketidakpastian lingkungan akan mempengaruhi tingkat ketersediaan informasi
sistem akuntansi manajemen.
Menurut Duncan (1972) terdapat beberapa kondisi yang perlu diidentifikasi oleh
manajemen untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Kondisi tersebut adalah
perkembangan teknologi, aktivitas dan strategi para pesaing, permintaan pasar, kemudahan
memperoleh bahan baku, harga bahan.
Desentralisasi dalam bentuk pendistribusian otoritas pada manajemen yang
lebih rendah diperlukan karena semakin kompleksnya kondisi administratif, tugas, dan tanggung
jawab. Dengan pendelegasian kewenangan maka akan membantu meringankan beban
manajemen yang lebih tinggi. Thompson (1986) menegaskan bahwa desentralisasi dibutuhkan
sebagai respons terhadap lingkungan yang tidak dapat diramalkan. Govindarajan (1986)
menunjukkan bahwa tingkat desentralisasi yang tinggi merupakan bentuk yang tepat untuk
menghadapi peningkatan ketidakpastian sehingga menunjang pencapaian kinerja manajerial yang
lebih baik.
Secara eksterm, pemasaran adalah fungsi utama perusahaan. Desentralisasi yang diterima
oleh manajer pemasaran dari manajer puncak diantaranya adalah dalam hal perluasan pasar,
penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk dan diversifikasi. Sebagai bagian
dari perusahaan, maka wewenang yang diperoleh manajer pemasaran akan dihadapkan pada
kepentingan atau pandangan dari bagian lain di perusahaan. Idealnya semua fungsi yang berbeda
harus bekerja secara harmonis dalam menciptakan nilai bagi pelanggan.
2.5.2 Pengaruh Desentralisasi terhadap Karakteristik Informasi Akuntansi
Manajemen yang bermanfaat bagi Manajer Pemasaran
Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa karakteristik informasi akuntansi manajemen
yang bermanfaat bagi manajer mengacu pada pendapat Chenhall dan Moris (1986) yaitu broad
scope, timeliness, aggregasi dan informasi yang terintegrasi. Organisasi yang memiliki tingkat
desentralisasi yang tinggi perlu didukung oleh informasi broad scope,(Gull dan Chia,1994);
informasi tepat waktu (Chia,1994) informasi yang berkaitan dengan area atau unit yang menjadi
tanggung jawab manajer, dan informasi yang bersifat integrasi (Willianson,1979 dalam Itje
Nazaruddin,1998).
Adanya desentralisasi akan menyebabkan para manajer yang menerima limpahan
wewenang dan tanggung jawab membutuhkan informasi yang berkualitas serta relevan guna
mendukung kualitas keputusannya. Konsekuensinya mereka memerlukan karakteristik informasi
akuntansi yang handal agar dapat meyediakan kebutuhan informasi yang tepat waktu dan
relevan (Kaplan dan Atkinson,1989).
Adanya perbedaan tingkat desentralisasi akan menimbulkan perbedaan kebutuhan akan
informasi (Aida,2000). Informasi merupakan komplemen dari desentralisasi. Desentralisasi juga
akan mempengaruhi proses informasi itu sendiri dikumpulkan, diolah dan dikomunikasikan
dalam organisasi (Gerloff,1985).
Seorang Manajer pemasaran akan menerima input dan informasi yang berkaitan dengan
masalah lingkungan internal dan eksternal perusahaan, strategi pemasaran, organisasi
pemasaran,Sistem Pemasaran, Biaya Pemasaran, Produktivitas dan Fungsi Pemasaran.
Otley (1980) menyatakan bahwa perlu adanya kesesuaian antara ketidakpastian
lingkungan dan desentralisasi agar dapat meningkatkan tingkat kehandalan sistem akuntansi
manajemen. Kesesuaian tersebut adalah apabila tingkat desentralisasi tinggi, maka akan
membutuhkan karakteristik informasi akuntansi manajemen yang semakin handal. Sebagai
contoh, manajer pemasaran yang akan merencanakan penetrasi pasar dengan suatu produk baru
yang akan dapat memenangkan persaingan dengan perusahaan lain, maka dia membutuhkan
informasi dari bagian lain, misalnya departemen riset dan pengembangan dalam model produk
yang sesuai dengan standar atau keinginan konsumen. Juga memerlukan informasi yang tepat
waktu tentang harga pesaing dan hasil analisis efisiensi dan desain produk yang diminati oleh
pelanggan.
2.5.3 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Eksternal, Desentralisasi
terhadap karakteristik informasi Akuntansi yang bermanfaat bagi
Manajer Pemasaran
Perubahan lingkungan yang terjadi perlu diantisipasi oleh semua jenis perusahaan.
Lingkungan perusahaan secara umum terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Kemampuan perusahaan mengatasi masalah lingkungan menyebabkan perusahaan dapat
memprediksi semua peluang dan ancaman yang mengitari perusahaan. Dengan kata lain
perusahaan akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan ketika kekuatan perusahaan
melebihi kelemahan yang dimilikinya (Suwarsono, 2002:4).
Menganalisis lingkungan (environmental scanning) merupakan langkah pertama yang
harus dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam proses manajemen strategis. Selanjutnya
dilakukan tahap strategy formulation, strategy implementation dan evaluation and control
(Wheelen dan Hunger, 2002). Bila perusahaan tidak mampu memprediksi lingkungan yang
dihadapinya dikatakan perusahaan berada dalam kondisi ketidakpastian lingkungan.
Dalam implementasi di bidang pemasaran, mula-mula perusahaan mengembangkan
rencana strategik keseluruhan. Rencana strategik yang mencakup seluruh perusahaan ini
kemudian diterjemahkan menjadi rencana pemasaran dan rencana yang lain untuk setiap
divisi,produk dan merek.
Melalui implementasi, perusahaan mengubah rencana strategik dan pemasaran menjadi
tindakan yang akan mencapai sasaran strategik perusahaan. Rencana pemasaran
diimplementasikan staf yang ada di organisasi pemasaran, yang bekerja dengan orang lain di
dalam maupun di luar perusahaan. Pengendalian terdiri dari mengukur dan mengevaluasi hasil
rencana dan aktivitas pemasaran serta mengambil tindakan perbaikan untuk memastikan bahwa
sasaran akan tercapai. Analisis pemasaran menyediakan informasi dan evaluasi yang diperlukan
untuk kegiatan pemasaran yang lain.
Ketidakpastian lingkungan (Perceived Environmental Uncertainty) merupakan
keterbatasan individu dalam menilai probabilitas gagal atau berhasil dari sebuah keputusan yang
telah dibuat. Ketidakpastian lingkungan adalah situasi seseorang yang terkendala untuk
memprediksi situasi di sekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu dalam rangka
menghadapi ketidakpastian tersebut (Luthan, 1998, dalam Edfan 2002). Pada kondisi
ketidakpastian tinggi, individu sulit memprediksi kegagalan dan keberhasilan dari keputusan
yang dibuatnya (Fisher, 1996).
Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi, informasi merupakan komoditi yang
sangat berguna dalam proses kegiatan perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi.
Sistem akuntansi manajemen yang andal (ditunjukkan dengan tingkat ketersediaan informasi
sistem akuntansi manajemen) akan memudahkan penyediaan informasi yang tepat waktu dan
relevan, di mana para manajer memiliki kebutuhan informasi yang berbeda. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa tingkat ketidakpastian lingkungan akan mempengaruhi tingkat
ketersediaan informasi sistem akuntansi manajemen.
Menurut Duncan (1972) terdapat beberapa kondisi yang perlu diidentifikasi oleh
manajemen untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Kondisi tersebut adalah
perkembangan teknologi, aktivitas dan strategi para pesaing, permintaan pasar, kemudahan
memperoleh bahan baku, harga bahan
Desentralisasi dalam bentuk pendistribusian otoritas pada manajemen yang
lebih rendah diperlukan karena semakin kompleksnya kondisi administratif, tugas, dan tanggung
jawab. Dengan pendelegasian kewenangan maka akan membantu meringankan beban
manajemen yang lebih tinggi. Thompson (1986) menegaskan bahwa desentralisasi dibutuhkan
sebagai respons terhadap lingkungan yang tidak dapat diramalkan. Govindarajan (1986)
menunjukkan bahwa tingkat desentralisasi yang tinggi merupakan bentuk yang tepat untuk
menghadapi peningkatan ketidakpastian sehingga menunjang pencapaian kinerja manajerial yang
lebih baik.
Desentralisasi akan membutuhkan informasi akuntansi yang berkarakteristik broad scope, timeliness, teraggregasi dan bersifat terintegrasi dengan bagian-bagian yang terkait satu sama lain. Sifat-sifat tersebut merupakan karakteristik informasi yang bersifat umum dan di sini dilihat dalam sistem akuntansi manajemen berdasarkan informasi yang diberikan oleh para manajer dalam kuesioner.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Gordon dan Miller (1976), Watehouse dan Tiessen (1978), Gul dan Chia (1994), Chia (1995) bahwa tingkat desentralisasi yang tinggi perlu didukung informasi dari sistem akuntansi manajemen yang handal agar semakin posistif pengaruhnya terhadap kinerja manajer. Aida (2002) juga memperoleh bukti empiris bahwa dalam suatu perusahaan yang terdapat ketidakpastian lingkungan yang tinggi, maka derajat kesesuaian yang tinggi dari desentralisasi akan memiliki efek positif bagi sistem informasi akuntansi manajemen.
Manajer pemasaran yang mendapat wewenang dari manajemen puncak untuk melakukan inovasi pemasaran produk yang dihasilkan memerlukan informasi tentang area pemasaran yang potensial, informasi tentang pesaing, informasi tentang konsumen potensial, informasi tentang biaya-biaya yang terkait dengan distribusi produk dan lain sebagainya. Informasi ini sangat diperlukan pada saat yang tepat (informasi timeliness). Informasi tersebut dapat diperoleh dari sistem akuntansi manajemen. Dari contoh ini menunjukkan bahwa pelimpahan wewenang dalam pengambilan keputusan (desentralisasi) akan memerlukan informasi akuntansi yang memiliki karakteristik broad scope, timeliness, teraggregasi dan terintegrasi, sehingga ekspektasi yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Karakteristik broad scope bagi manajer pemasaran diwakili oleh informasi tentang Lingkungan Eksternal perusahaan, Karakteristik timeliness diwakili oleh informasi tentang Fungsi Pemasaran dan karakteristik aggregasi dan integrasi diwakili oleh informasi tentang produltivitas pemasaran dan biaya pemasaran.
Semakin tinggi tingkat ketidakpastian lingkungan, semakin membutuhkan desentralisasi, semakin tinggi tingkat desentralisasi, semakin tinggi pula kebutuhan informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope, timeliness, teragregasi dan terintegrasi sehingga akan berdampak pada perbaikan kinerja manajerial.
Contoh lain, jika desentralisasi diterapkan sebagai respon atas ketidakpastian lingkungan yang tinggi dalam suatu perusahaan, maka manajer pemasaran, akan memerlukan informasi tentang produksi, informasi hasil riset dan pengembangan, informasi dari bagian keuangan untuk dapat membuat suatu perencanaan dan menganalisis hasil inplementasinya terutama dalam bidang pemasaran, sehingga kinerja untuk menghasilkan informasi berkualitas dapat terpenuhi.
Berdasakan penelitian terdahulu diperoleh bukti empiris bahwa pada kondisi ketidakpastian lingkungan tinggi dibutuhkan informasi yang mempunyai cakupan luas (broad scope) dan tepat waktu (timeliness). Pada perusahaan yang mempunyai struktur organisasi terdesentralisasi, para manajer akan membutuhkan informasi akuntansi manajemen yang teragregasi (agregation) dan terintegrasi (integration). (Chenhall dan Morris 1986,Chia 1995,Ietje Nazaruddin 1998).
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
Ketidakpastian Lingkungan
Eksternal
(X1)
Karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi
manajer pemasaran (Y)
Keterangan:
2.3
Hipotesis
Sejalan dengan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut :
Hipotesis 1 : Ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi berpengaruh tehadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran : broad scope, timeliness, aggregation dan integration.
Hipotesis 2 : Ketidakpastian lingkungan eksternal berpengaruh terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran : broad scope, timeliness, aggregation dan integration.
Hipotesis 3 : Desentralisasi berpengaruh terhadap karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran : broad scope, timeliness, aggregation dan integration.
Desentralisasi
(X2)
Pengaruh secara parsial
Pengaruh secara simultan
Pengaruh variabel lain yang tidak diteliti
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian dan Metode Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah ketidakpastian lingkungan eksternal, desentralisasi dan karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer.
Definisi dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Ketidakpastian lingkungan eksternal adalah ketidakmampuan manajer dalam
memprediksi lingkungan perusahaan yang tidak pasti yang berasal dari luar perusahaan.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada manajemen
yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara independen
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer adalah hal
yang dirasakan oleh responden tentang tersedianya informasi akuntansi manajemen
dengan karakteristik broad scope, timeliness, aggregation dan integration (Chenhall dan
Morris, 1986)
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang akuntansi manajemen, yang
menggunakan meode survei terhadap populasi penelitian. Sifat penelitian ini adalah verifikatif
dengan tujuan untuk menguji hipotesis secara empirik. Responden penelitian ini adalah para staf
dan manajer pemasaran perusahaan tekstil yang terdaftar dan aktif di Kota Bandung.
3.1.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-verifikatif yaitu penelitian untuk menguji
jawaban masalah yang bersifat sementara (hipotesis) berdasarkan teori tertentu. Berdasarkan
kerangka pemikiran dan hipotesis maka penelitian ini menggunakan desain analisis kausalitas
(causal relationship). Mudrajad Kuncoro (2003:10) mengemukakan bahwa penelitian kausalitas
merupakan penelitian yang mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, dan
menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.1.2 Operasionalisasi Variabel
Sekaran (2000:91), menyatakan bahwa; “A variable is anything that can take on
differing or varying values. The values can differ at various times for the same objects or
persons, or the values can differ at the same time for different objects or persons. Senada dengan
Sekaran, Mudrajad Kuncoro (2003:41) menyatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang dapat
membedakan nilai atau mengubah nilai. Nilai dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk
objek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk objek atau
orang yang sama.
Berikut operasionalisasi variabel pada penelitian ini:
a) Variabel Independen: Ketidakpastian Lingkungan Eksternal (X1)
Variabel ketidakpastian lingkungan eksternal (X1) diukur dengan dimensi stabilitas
lingkungan eksternal. Pertanyaan diadopsi dari Duncan (1972) yang mengukur ketidakpastian
lingkungan dengan indikator competitor’s actions, market demands, product attributes design,
raw material available, raw material prices, government regulation.
Instrumen pengukuran untuk variabel ini sebelumnya telah digunakan dalam penelitian
Gordon dan Narayanan (1984) , Y.P. Supardiyono (1999) dan Aida Ainul Mardiyah, Gudono
(2001) dan Hastuti (2005)
b) Variabel Independen: Desentralisasi (X2)
Variabel desentralisasi (X2) ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Gordon dan Narayan (1984). Delapan pertanyaan digunakan untuk
mengukur tingkat desentralisasi. Kedelapan pertanyaan tersebut adalah untuk mengetahui
seberapa jauh pengambilan keputusan didelegasikan kepada manajer menengah, yaitu kebijakan
dalam pengembangan produk atau jasa baru, kebijakan dalam PHK, Penentuan investasi, alokasi
anggaran dan penentuan harga jual. Masing-masing pertanyaan diukur dengan lima skala Likert.
Skala terendah menunjukkan bahwa ressponden menggunakan sentralisasi dan skala tertinggi
menunjukkan desentralisasi.
c) Variabel Dependen: Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen yang bermanfaat
bagi manajer pemasaran (Y)
Variabel karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer
pemasaran(Y) terdiri dari empat dimensi yaitu broad scope, timeliness, agregation dan
integration. Instrumen terdiri dari 5 butir pertanyaan mengenai informasi yang bersifat broad
scope, 4 butir pertanyaan mengenai informasi yang bersifat timeliness, 7 butir pertanyaan
mengenai informasi yang teragregasi dan 3 butir pertanyaan mengenai informasi yang bersifat
terintegrasi. Pada penelitian terdahulu, Chenhall dan Moriss (1986) menggunakan instrumen
tersebut untuk mengukur informasi akuntansi manjemen yang bermanfaat bagi para manajer.
Dengan demikian ukuran yang dipakai adalah hal yang dirasakan responden untuk mengakui
ketersediaan informasi dari sistem informasi akuntansi manajemen.
Instrumen ini telah dipergunakan secara luas oleh Chenhall dan Morris (1986), Gul dan
Chia (1994), Ietje Nazaruddin (1998), Y.P. Supardiyono (1999) ,Aida ainul Mardiyah dan
Gudono (2001), Hastuti (2005)Berikut ringkasan operasionalisasi variabel:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA ITEM
(1) (2) (3) (4) (5)
Ketidakpastian Lingkungan
Eksternal (X1)
Duncan, 1972
Tingkat stabilitas lingkungan internal dan eksternal perusahaan
Volume permintaan pasar Desain produk Tindakan Pesaing market demands Ketersediaan bhn.baku Harga bahan baku Aturan Pemerintah Tindakan Serikat pekerja Teknologi Produksi
Ordinal
Kel B-no.1 Kel B-no.2 Kel B-no.3 Kel B-no.4 Kel B-no.5 Kel B-no.6-7 Kel B-no.8 Kel B-no.9
Desentralisasi (X2)
Gordon dan
Narayanan, 1984
Tingkat pendelegasian wewenang
Pengembangan produk
baru Pengangkatan dan
pemutusan hubungan kerja
Penilaian dan pemilihan investasi berskala besar
Ordinal
Kel A-no.1 Kel A-no.2 Kel A-no.3 Kel A-no.4
Pengalokasian anggaran Penentuan harga jual
Kel A-no.5
Karakteristik Informasi Akuntansi
Manajemen Yang
bermanfaat bagi manajer
pemasaran (Y)
Chenhall dan Morris, 1986
Broad scope
Orientasi masa depan Probabilitas Informasi non ekonomi Informasi eksternal Informasi non finansial
Ordinal
Kel C-no.1 Kel C-no.2 Kel C-no-3 Kel C-no-4 Kel C-no-5a Kel C-no-5b
Timeliness
Kecepatan laporan Otomatisasi informasi Frekuensi pelaporan Ketepatan pelaporan
Ordinal
Kel C-no.6 Kel C-no-7 Kel C-no-8 Kel C-no-9
Aggregation
Informasi yang tersedia
dari departemen yang berbeda
Informasi dari dampak suatu kejadian pada suatu periode
Informasi tentang pengaruh kejadian pada fungsi yang berbeda
Informasi tentang dampak kegiatan bagian lain pada bagian sendiri atau keseluruhan perusahaan
Informasi yang digunakan dengan menggunakan model analisis tertentu
Ordinal
Kel C-no-10 Kel C-no-11 Kel C-no-12 Kel C-no-13 Kel C-no-14, 15, 16
Integration
Interaksi antar bagian Pencapaian target Pengaruh keputusan
terhadap kinerja
Ordinal
Kel C-no-17 Kel C-no-18 Kel C-no-19
Pengukuran indikator diatas menggunakan skala ordinal dengan teknik Skala Likert.
Skala Likert (Likert Scale) merupakan metode untuk mengukur sikap responden dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap perilaku, objek, orang atau kejadian tertentu
(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999:104; Mudrajad Kuncoro, 2003:157). Skala ini
pada umumnya menggunakan lima angka penilaian.
Pada variabel ketidakpastian lingkungan eksternal (X1) responden diminta menyatakan
kondisi ketidakpastian lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaannya. Skala 1 (satu)
menunjukkan ketidakpastian lingkungan perusahaan rendah (lingkungan perusahaan stabil)
sedangkan angka empat (5) menunjukkan ketidakpastian lingkungan yang dihadapi tinggi
(lingkungan perusahaan tidak pernah dapat diprediksi). Berikut adalah keterangan skor atau nilai
untuk variabel X1 .
Tabel 3.2 Deskripsi Skor Variabel Ketidakpastian Lingkungan Eksternal (X1)
Angka / Skor Keterangan
1 Selalu dapat diperkirakan (lingkungan stabil) 2 Sering dapat diperkirakan (ketidakpastian lingkungan rendah) 3 terkadang tidak bisa diprediksikan 4 Jarang dapat diperkirakan (lingkungan dinamis) 5 Tidak pernah dapat diperkirakan (ketidakpastian lingkungan tinggi)
Variabel desentralisasi diukur dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan
oleh Gordon dan Narayanan (1984). Pertanyaan diajukan untuk mengetahui seberapa jauh
pengambilan keputusan didelegasikan dari manajer puncak kepada manajer menengah dalam hal
pengembangan produk baru, wewenang dalam hal pengangkatan dan pemutusan hubungan kerja
karyawan, penilaian dan pemilihan investasi dalam skala besar, pengalokasian anggaran dan
penentuan harga jual.
Instrumen untuk variabel ini sebelumnya pernah digunakan dan dikembangkan oleh
Gordon dan Narayanan (1984), Ietje Nazaruddin (1998) dan Y.P. Supardiyono (1999).
Tabel 3.3 Deskripsi Skor Variabel Desentralisasi (X2)
Angka / Skor Keterangan
1 Tidak ada pendelegasian (semua diputuskan oleh manajemen puncak/sentralisasi penuh)
2 Jarang ada pendelegasian (mendekati sentralisasi) 3 Keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi
4 Banyak pendelegasian (mendekati desentralisasi) 5 Didelegasikan sepenuhnya (desentralisasi penuh)
Pada variabel karakteristik informasi akuntansi manajemenyang bermanfaat bagi manajer
(Y) responden diminta menyatakan pendapatnya tentang ketersediaan informasi akuntansi
manajemen. Skala 1 (satu) menyatakan informasi yang ditanyakan tidak tersedia dan skala 5
(lima) menyatakan bahwa informasi selalu tersedia. Berikut deskripsi skor atau nilai untuk
variabel Y.
Tabel 3.4 Deskripsi Skor Variabel
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran (Y)
Angka / Skor Keterangan
1 Informasi tidak tersedia 2 Informasi jarang tesedia 3 Informasi kadang tersedia, kadang tidak 4 Informasi sering tersedia 5 Informasi selalu tersedia
3.1.3 Unit Analisis dan Populasi Penelitian
1. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan pada industri tekstil di Kota
Bandung, yang berjumlah 34 perusahaan. Hal ini sejalan dengan pengertian unit analisis yang
menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek
penelitian(Suharsimi Arikunto 2002).
Responden dalam penelitian ini adalah staf dan manajer pemasaran perusahaan tersebut.
Alasan mengapa staf dan manajer pemasaran tersebut dijadikan responden adalah bahwa manajer
tersebut berhadapan dengan kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Pada saat kondisi
lingkungan bisnis telah berubah menjadi lebih kompleks / rumit (Mc Leod, 1999:4) manajer
pemasaran itu harus mampu untuk melihat celah pasar, preferensi konsumen, perkembangan
teknologi, regulasi pemerintah, teknik dan strategi pemasaran serta aktivitas para pesaing dalam
skala lokal maupun global.
Manajer pemasaran memberikan sumbangan paling besar pada perencanaan strategis,
dengan peranan kepemimpinan untuk mendefinisikan misi bisnis, analisis situasi lingkungan,
persaingan dan bisnis, menentukan sasaran, tujuan dan strategi, dan menentukan rencana produk,
pasar, penyaluran dan mutu guna melaksanakan strategi bisnisnya (Kotler, 1994:72). Pada
struktur organisasional perusahaan, mereka mempunyai atasan (manajemen puncak) dan
mempunyai bawahan (staf). Sehingga cukup mewakili kondisi struktur organisasional
perusahaan apakah tergolong desentralilasasi atau sentralisasi.
2. Populasi Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan pada industri tekstil di
Kota Bandung. Dipilihnya perusahaan tekstil industri dengan alasan bahwa industri tekstil adalah
salah satu industri yang terkena imbas paling besar dengan adanya pemberlakuan AC-FTA,
sehingga menghadapi ketidakpastian yang tinggi.Hal tersebut relevan dengan variabel yang akan
diteliti.
Perusahaan harus menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi yang akan
berhubungan dengan stabilitas lingkungan eksternal, seperti pemetaan wilayah pasar,
menghadapi selera atau preferensi konsumen, menghadapi aktivitas para pesaing, menetapkan
strategi pemasaran. Selain itu juga akan dipengaruhi oleh kondisi politik, hukum dan ekonomi.
3.1.4 Prosedur Pengumpulan Data
Sumber data yang akan digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah jenis data
primer (primary data). Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer dalam penelitian ini berupa
pendapat para manajer pemasaran tentang stabilitas lingkungan eksternal perusahaan tempatnya
bekerja, desentralisasi yang dicerminkan pada tingkat pendelegasian wewenangserta
ketersediaan informasi akuntansi manajemen dengan karakteristik informasi bersifat broad
scope, timeliness, agregation dan integration.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
cara, yaitu :
1) Observasi Langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung ini dilakukan dengan mengadakan
pengamatan langsung di perusahaan – perusahaan tekstil yang berdomisili di Kota
Bandung dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen- dokumen yang berkaitan
dengan penelitian ini.
2) Wawancara
Data dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan pelaku operasional
pemasaran di perusahaan – perusahaan tekstil yang berdomisili di Kota Bandung untuk
melengkapi jawaban-jawaban yang diperoleh melalui pengisian kuesioner.
3) Kuesioner
Peneliti membuat angket sebagai alat utama dalam mengumpulkan data yang berupa
daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden yang berhubungan dengan variabel-variabel
yang diteliti dalam penelitian ini.
Data sekunder diperoleh dari jurnal-jurnal,kepustakaan,artikel-artikel di
koran,majalah,televisi dan internet.
3.2 Rancangan Analisis
Hasil skor jawaban responden dianalisis lebih lanjut dengan cara mengkategorikan
variabel penelitian dalam bentuk kategori kualitas dan optimal secara proporsional. Skor
tanggapan terdiri dari :
1) Skor Ideal
Skor ideal adalah skor kriterium untuk seluruh item pernyataan.
2) Skor Penelitian
Skor penelitian adalah skor yang diperoleh dari penelitian
Kategori kualitas disusun berdasarkan urutan logis dan besarnya karakteristik yang
dimiliki sebagai berikut :
1) Penentuan kategori item pernyataan didasarkan dari masing-masing item kemudian
membandingkan dengan nilai tertinggi yaitu : jumlah skor nilai pertanyaan dibagi item.
Rumus skor item X item 1
1
nX
2) Penentuan skor kategori dimensi dengan menjumlahkan skor seluruh item dan membagi
dengan jumlah item yaitu : jumlah skor item dibagi jumlah item atau niali rata-rat skor
item. Rumus X dimensi = item
item
nX
3) Penentuan skor kategori variabel dengan menjumlahkan seluruh skor dimensi dan
membagi dengan jumlah dimensi yaitu : jumlah skor dimensi dibagi jumlah dimensi atau
nilai rata-rata dimensi.
Rumus X Variabel = ensi
ensi
nX
dim
dim
4) Untuk menginterpretasikan skor nilai variabel digunakan pedoman sebagaimana Tabel
3.5 di bawah ini :
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Persentase Skor
Posisi Interval Skor Nilai Bobot Kategori
≤ 0,250 ≤ 25 Sangat Rendah
0,250 < 𝑡 ≤ 0,500 25 < 𝑡 ≤ 50 Rendah
0,500< 𝑡 ≤ 0,750 50 < 𝑡 ≤ 75 Sedang
0,750 < 𝑡 ≤ 0,900 75 < 𝑡 ≤ 90 Tinggi
0,900 < 𝑡 ≤ 1,000 90 < 𝑡 ≤ 100 Sangat Tinggi
3.3 Metode Analisis
Berikut adalah metode-metode yang digunakan dalam menganalisis data.
3.3.1 Metode Pengujian Data
Dalam suatu penelitian, kesahihan (validity) dan keandalan (reliability) suatu hasil penelitian
tergantung pada alat pengukur (instrumen) yang digunakan dan data yang diperoleh. Jika alat
ukur yang digunakan tersebut tidak shahih dan tidak andal, maka hasilnya tidak menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya. Untuk itudalam penelitian inipun diperlukan dua macam pengujian
yaitu uji kesahihan (test of validity) dan uji keandalan (test of reliability)
1) Uji Kesahihan (Test of Validity)
Uji validitas dilakukan terhadap item-item yang telah disusun berdasarkan konsep
operasionalisasi variabel beserta indikator-indikatornya. Suatu item dianggap sahih jika item
tersebut mampu mengungkapkan apa yang diungkapkan atau apa yang ingin diukur.
Dengan melakukan uji validitas, maka dapat diukur kesesuaian antara skor tes / skor
pengukuran dengan kualitas yang diyakini akan diukur. Tanpa adanya validitas, maka tidak ada
alasan yang pasti untuk mengukur konsep yang telah diset out, bukan mengukur konsep yang
lain (Sekaran,2006)
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor yang ada pada Software
SPSS versi 17.0 for Windows. Dari analisis tersebut akan diperoleh factor loading untuk masing-
masing item pertanyaan. Sebuah item dikatakan valid jika memiliki nilai factor loading lebih
besar dari 0,4 (Bambang Riyanto, 1997 dalam Aida Ainul Mardiyah dan Gudono, 2001).
2) Uji Keandalan (Test of Reliability)
Uji Reabilitas pada penelitian ini akan menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu
memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang sama
(Kerlinger,1986). Apabila suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur fenomena
yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut dapat
dikatakan handal (Sekaran,2006).
Metode yang digunakan adalah metode alpha croanbach yang ada pada Software SPSS
versi 17.0 for Windows. Suatu item dinyatakan reliable jika memiliki nilai alpha lebih besar dari
0,6 (Nunnally 1978 dalam Aida Ainul Mardiyah dan Gudono, 2001).
3.3.2 Metode Transformasi Data
Data pada pemelitian ini diperoleh dari jawaban kuesioner para responden yang
menggunakan skala ordinal. Agar dapat dianalisis secara statistik maka data tersebut harus
dinaikkan menjadi skala interval dengan menggunakan Methods of Successive Interval (MSI)
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan frekuensi (f) responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 untuk setiap item pertanyaan
2) Selanjutnya menentukan proporsi (p) dengan cara setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden
3) Menghitung proporsi kumulatif (PK) 4) Menentukan nilai z untuk setiap PK yang diperoleh dengan menggunakan tabel distribusi
normal
5) Menentukan nilai skala (scale value = SV) untuk setiap skor jawaban dengan formula sebagai berikut:
Keterangan:
Density at lower limit adalah Kepadatan batas bawah Density at upper limit adalah Kepadatan batas atas Area under upper limit adalah Daerah di bawah batas atas Area under lower limit adalah Daerah di bawah batas atas
Nilai Interval (Scale Value) = Density at lower limit – Density at upper limit Area under upper limit – Area under lower limit
Sesuai dengan nilai skala ordinal ke interval, yaitu scale value (SV) yang nilainya
terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi dengan 1 (satu):
Transformed Scale Value = Y = SV + SV min + 1
Setelah ditrasnformasikan dari skala ordinal menjadi skala interval maka dapat dianalisis
lebih lanjut.
3.3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda (multipleregression analysis) karena alat analisis tersebut dapat digunakan sebagai
model prediksi terhadap satu variabel dependen dari beberapa variabel independen (Gul dkk,
1995). Model regresi berganda yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
keterangan Y adalah karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
0 adalah koefisien intercept (konstanta), yaitu nilai Y jika nilai seluruh variabel lain adalah nol
1 adalah koefisien regresi variabel pertama 2 adalah koefisien regresi variabel kedua
X1 adalah ketidakpastian lingkungan X2 adalah desentralisasi
adalah error
Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan model regresi, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik yang mendasari penggunaan analisis regresi. Gujarati (2003: 339)
Y =0 + 1X1 + 2X2 +
menyarankan dilakukan uji asumsi klasik agar hasil analisis tersebut kuat dan tidak bias. Asumsi-
asumsi tersebut adalah:
1) Disturbance error atau variabel gangguan () berdistribusi secara normal dan acak untuk
setiap nilai variabel independen (X) mengikuti distribusi normal sekitar rata-rata.
2) Tidak terdapat multikolinieritas, yaitu hubungan linier yang pasti antar variabel bebas.
3) Varians dari error () adalah sama atau bersifat konstan, atau bersifat homoskedastisitas
(tidak terdapat heterokedastisitas).
1) Asumsi Normalitas
Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov Test dan
untuk menguji kenormalan disturbance error (variabel gangguan) digunakan pendekatan Grafik
Program SPSS, yaitu normal probability plot yang mendeteksi normalitas dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya yaitu
(Singgih Santoso, 2005:214).
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
2) Asumsi Heteroskedastisitas
Metode yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rank-Spearman Test
dengan langkah langkah seperti yang dikemukakan oleh Gujarati (2003) sebagai berikut:
1) Dari hasil regresi dapatkan nilai residu
2) Tanpa melihat tanda dari nilai residu (positif atau negatif) atau dengan mengambil nilai
mutlaknya, susunlah nilai residu ini dengan setiap variabel independen yang ada dari nilai
terbesar ke nilai terkecil atau sebaliknya. Kemudian hitunglah koefisien Rank-Spearman
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :rs adalah korelasi Rank-Spearman di adalah selisih antara rangking residual dengan rangking variabel independen n adalah jumlah observasi 3) Nilai rs yang tinggi menunjukkan adanya situasi heterokedastisitas dalam variance error
term model regresi yang ditaksir.
3) Asumsi Multikoliniearitas
Uji multikolinearitas dalam penelitian ini untuk melihat situasi adanya korelasi variabel-
variabel bebas antara yang satu dengan yang lainnya. Ada tidaknya terjadi multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factors (VIF). Apabila nilai VIF untuk variabel bebas
lebih besar dari 10, maka salah satu diantara variabel yang berkorelasi tinggi tersebut harus
direduksi dari model regresi. Kasus multikolinieritas menyebabkan kejadian sebagai berikut:
1) Kesalahan standar yang diperoleh cenderung semakin besar
2) Selang keyakinan untuk parameter populasi juga cenderung meningkat
3) Probalilitas untuk menerima hipotesa yang salah semakin besar
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan menggunakan formula VIF (Gujarati; 2003:351) :
1 1 – R ij 2
VIF =
rS = 1- 6 di2
n(n2-1)
Dimana R ij2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu
variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang atau sama dengan
10 maka dalam data tidak terdapat multikolineritas.
3.3.4 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan paparan yang diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis statistiknya
sabagai berikut:
Hipotesis pertama
Ho1: 1,2 = 0
Ha1: 1,2 ‡ 0
Ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran
Ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi
secara bersama-sama berpengaruh terhadap karakteristik
informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi
manajer pemasaran
Hipotesis kedua
Ho2: 1 = 0 Ketidakpastian lingkungan eksternal secara parsial tidak
berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
Ha3: 1 ‡ 0 Ketidakpastian lingkungan eksternalsecara parsial
berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
Hipotesis ketiga
Ho3: 1 = 0 Desentralisasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran
Ha3: 1 ‡ 0
Desentralisasi secara parsial berpengaruh terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran
Pengujian dan perhitungan yang dilakukan terdiri atas:
1. Uji F ( Uji Simultan)
Uji F dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
bersama-sama (simultan) variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk
menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen, maka digunakan uji F yang diperoleh dari rumus dibawah ini : (Gujarati, 2003)
Keterangan: R2adalah koefisien determinan n adalah ukuran sampel k adalah banyaknya variabel independen Hasil perhitungan (F hitung) kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel dengan tingkat keyakinan
95% ( = 0,05) dengan kriteria keputusan sebagai berikut:
Jika F hitung F tabel : Ho1 diterima atau Ha1 ditolak
F = R2 / k-1 (1-R2) / (n-k)
Jika F hitung > F tabel : Ho1 ditolak atau Ha1 diterima
2. Uji T ( Uji Parsial )
Uji T dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing – masing
(secara parsial) variabel independen terhadap variabel dependen. Rumusnya adalah (Gujarati,
2003)
𝑡 =𝛽𝑖
𝑆𝑒(𝛽𝑖)
Hasil perhitungan (T hitung) kemudian dibandingkan dengan nilai T tabel dengan tingkat keyakinan
95% ( = 0,05) dengan kriteria keputusan sebagai berikut:
Jika T hitung T tabel : Ho1 diterima atau Ha1 ditolak
Jika T hitung > T tabel : Ho1 ditolak atau Ha1 diterima
3.Menghitung Koefisien Determinasi Multipel (R2)
Menghitung Koefisien Determinasi Multipel (R2)dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui berapa besar proporsi variasi dari variabel independen secara bersama-sama atau
simultan dalam mempengaruhi variabel dependen.
Keterangan: t adalah = nilai hitung
βi adalah = estimator Se adalah = standar error of estimator
Rumusnya adalah:
Keterangan:
JKR adalah jumlah kuadrat regresi (explained sum of square)
Jky adalah jumlah total kuadrat (total sum of square)
Nilai R2 berada antara 0 dan 1. Semakin mendekati nilai 1 atau 100%, maka semakin
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
R2 = JKR JKy
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh
ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran pada perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Pembahasan akan dimulai dengan mendeskripsikan data hasil penelitian, yaitu berupa tanggapan
responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner yang menggambarkan
indikator variabel penelitian. Pada bagian kedua akan disajikan hasil analisis terhadap data sesuai
dengan tujuan penelitian.
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis deskriptif
Berikut adalah deskripsi statistik jawaban responden berdasarkan variabel.
4.1.1 Variabel Ketidakpastian lingkungan eksternal
Variabel ketidakpastian lingkungan eksternal diukur dengan instrumen yang digunakan
oleh Duncan (1972). Jawaban yang diperoleh dari responden berdasarkan unit analisis cukup
bervariasi, skor jawaban responden adalah 2624 sedangkan skor idealnya adalah 3060.
Persentase skor penelitian sebesar 85,75. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat
ketidakpastian lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan responden tergolong tinggi
mendekati lingkungan yang tidak stabil. Berikut disajikan tabel statistik deskriptif mengenai
variabel ketidakpastian lingkungan.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Tanggapan dan Kategori Kualitas mengenai
Variabel Ketidakpastian Lingkungan Eksternal No Uraian Skor
penelitian
Skor
ideal
% skor
penelitian
Kategori Kualitas
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
1 Ketidakpastian Lingkungan
Eksternal
2624 3060 85,75%
Rincian tanggapan responden berdasarkan variabel diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Tanggapan dan Kategori Kualitas mengenai
Variabel Ketidakpastian Lingkungan Eksternal No Uraian Skor
penelitian
Skor
ideal
% skor
penelitian
Kategori Kualitas
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
Tinggi
1 Volume permintaan atas produk tekstil
310 340 91,17%
2 Perubahan desain produk tekstil
302 340 89,70%
3 Aktivitas dan strategi pesaing
305 340 82,6%
4 Kemudahan diperolehnya bahan baku
302 340 88,82%
5 Harga bahan baku 317 340 93,23%
6 Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan industri tekstil,
273
340
80,29%
7 Kondisi ekonomi dan politik yang akan berdampak pada bidang Bapak/Ibu 265
340
77,94%
8 Aktivitas yang diadakan serikat pekerja
272
340
80%
9 Perkembangan teknologi yang menunjang aktivitas di bidang Bapak/Ibu, seperti teknologi komunikasi, teknologi informasi, produksi dan komputer.
278
340
81,76%
Rincian hasil penelitian dan pembahasan analisis deskriptif variabel ketidakpastian
lingkungan eksternal sebagai berikut :
1. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang volume permintaan atas produk tekstil sebesar
91,17%. Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas sangat tinggi.
2. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Perubahan desain produk tekstil sebesar
89,70%. Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
3. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Aktivitas dan strategi pesaing sebesar 82,60%.
Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
4. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Kemudahan diperolehnya bahan baku sebesar
88,82%. Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
5. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Harga bahan baku sebesar 93,23%. Skor
tersebut menunjukkan kategori kualitas sangat tinggi.
6. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Peraturan pemerintah yang berhubungan
dengan industri tekstil, sebesar 80,29%. Skor tersebut menunjukkan kategori tinggi.
7. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Kondisi ekonomi dan politik yang akan
berdampak pada bidang Bapak/Ibu, sebesar 77,94 %. Skor tersebut menunjukkan
kategori kualitas tinggi.
8. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Aktivitas yang diadakan serikat pekerja,
sebesar 80 %. Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
9. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Perkembangan teknologi yang menunjang
aktivitas di bidang Bapak/Ibu, sebesar 81,76 %. Skor tersebut menunjukkan kategori
kualitas tinggi.
4.1.2 Desentralisasi
Variabel desentralisasi diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Gordon dan
Narayanan (1984). Jawaban yang diperoleh dari responden berdasarkan unit analisis cukup
bervariasi, skor jawaban responden adalah 1454, sedangkan skor idealnya adalah 1700.
Persentase skor penelitian sebesar 85,2% Jawaban responden menunjukkan bahwa struktur
organisasi pada perusahaan tekstil di Kota Bandung cenderung desentralisasinya tinggi. Berikut
disajikan tabel statistik deskriptif mengenai variabel desentralisasi.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Tanggapan dan Kategori Kualitas mengenai
Variabel Desentralisasi
No Uraian Skor
penelitian
Skor
ideal
% skor
penelitian
Kategori Kualitas
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
2 Desentralisasi 1454 1700 85,2%
Rincian tanggapan responden berdasarkan variabel desentralisasi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.4 Rekapitulasi Skor Tanggapan dan Kategori Kualitas mengenai
Variabel Desentralisasi
No Uraian Skor
penelitian
Skor
ideal
% skor
penelitian
Kategori Kualitas
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
1 Pengembangan jenis produk
286 340 84,11%
2 Pengangkatan kerja tingkat manajerial
289 340 85%
3 Pemilihan investasi skala besar
283 340 83,23%
4 Alokasi anggaran penjualan
299 340 87,94%
5 Penentuan harga jual
297 340 87,35%
Rincian hasil penelitian dan pembahasan analisis deskriptif variabel desentralisasi
sebagai berikut :
1. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang volume Pengembangan jenis produk tekstil
sebesar 84,11%. Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
2. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Pengangkatan kerja tingkat manajerial sebesar
85%. Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
3. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Pemilihan investasi skala besar sebesar 83,23%.
Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
4. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Alokasi anggaran penjualan sebesar 87,94%.
Skor tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
5. Skor Penelitian untuk pernyataan tentang Penentuan harga jual sebesar 87,35%. Skor
tersebut menunjukkan kategori kualitas tinggi.
4.1.3 Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen yang bermanfaat bagi
Manajer pemasaran
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dibuat oleh Chenhall dan
Morris (1986). Indikator variabel ini dikembangkan dari empat dimensi karakteristik yaitu
broadscope, timeliness, agregation dan integration.
Jawaban yang diperoleh dari responden berdasarkan unit analisis cukup bervariasi, skor jawaban
responden adalah 5590, sedangkan skor idealnya adalah 6460. Persentase skor penelitian sebesar
86,53% .Dari rata-rata jawaban responden per unit analisis maka karakteristik informasi
akuntansi manajemen pada perusahaan tekstil di Kota Bandung dapat dikategorikan tinggi.
Berikut tabel yang menyajikan statistik deskriptif untuk variabel tersebut.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Skor Tanggapan dan Kategori Kualitas mengenai Variabel Karakteristik informasi akuntansi manajemen
yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
No Uraian Skor Skor % skor Kategori Kualitas
penelitian ideal penelitian Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
3 Karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer
5590
6460
86,53%
Tabel 4.6 Rekapitulasi Skor Tanggapan dan Kategori Kualitas mengenai
Variabel Karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
No Uraian Skor
penelitian
Skor
ideal
% skor
penelitian
Kategori Kualitas
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
1 Informasi di masa yang akan datang
292 340 85,88%
2 Informasi estimasi 273 340 80,29%
3 Informasi non ekonomis
281 340 82,64%
4 Informasi eksternal 303 340 89,11%
5 Informasi non finansial
305 340 89,70%
6 Informasi yg cepat tersedia
319 340 93,82%
7 Informasi otomatis dari sistem
307 340 90,29%
8 Laporan sistematis 319 340 93,82%
9 Penundaan informasi
289 340 85%
10 Informasi bagian lain
294 340 86,47%
11 Informasi dampak kejadian
300 340 88,23%
12 Informasi dampak kejadian pada bagian lain
298 340 85%
13 Informasi dampak kejadian pada bagian lain pada laporan
302
340
86,76%
14 Informasi data sensitifitas
303 340 89,11%
15 Informasi kebutuhan data utk keputusan
326
340
95,88%
16 Pemisahan biaya 318 340 93,52%
17 Informasi dampak keputusan pada semua bagian
275 340 80,88%
18 Informasi tentang target realistis
269 340 79,11%
19 Informasi dampak keputusan pada bagian yg sama
217 340 63,82%
4.2 Hasil Pengujian Data
4.2.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian pendahuluan terhadap kuesioner yang akan
digunakan untuk memperoleh data dari para responden. Meskipun kuesioner yang akan
digunakan telah teruji dalam penelitian-penelitian terdahulu tetapi tetap dilakukan tes
pendahuluan (pilot test). Berikut adalah hasil dari pengujian alat ukur penelitian berdasarkan tes
pendahuluan.
1. Variabel Ketidakpastian Lingkungan Eksternal (X1)
Uji validitas yang telah dilakukan untuk variable ini menunjukkan factor loading antara
0,402 – 0,749. Uji reliabilitas menghasilkan nilai cronbach alpha sebesar 0,669. Dengan
demikian instrument untuk variable ini dapat dinyatakan valid dan reliable.
2. Desentralisasi (X2)
Uji validitas yang telah dilakukan untuk variable ini menunjukkan factor loading antara
0,549 – 0,926. Uji reliabilitas menghasilkan nilai cronbach alpha sebesar 0,884. Dengan
demikian instrument untuk variable ini dapat dinyatakan valid dan reliable.
3. Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen yang bermanfaat bagi
manajer Pemasaran (Y)
Uji validitas yang telah dilakukan untuk variable ini menunjukkan factor loading antara
0,771 – 0,960. Uji reliabilitas menghasilkan nilai cronbach alpha sebesar 0,657. Dengan
demikian instrumen untuk variable ini dapat dinyatakan valid dan reliable.
Hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut menunjukkan semua item dalam masing-
masing variable valid dan reliable. Sehingga semua item kuesioner dapat digunakan dalam
pengumpulan data penelitian.
Tabel 4.7
Hasil Pengukuran Validitas dan Reliabilitas
Variabel Factor Loading Cronbach alpha
Ketidakpastian Lingkungan
Desentralisasi
Karakteristik informasi akuntasi manajemen yg
bermanfaat bagi manajer pemasaran
0,402 – 0,749
0,549 – 0,926
0,771 – 0,960
0,669
0,884
0,657
Sumber: Hasil Penelitian, Juni 2010
4.2.2 Model Persamaan Regresi
Untuk menguji pengaruh ketidakpastian lingkungan eksternal(X1) dan desentralisasi (X2)
terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer
pemasaran (Y) pada perusahaan tekstil di Kota Bandung digunakan analisis regresi linier
berganda (multiple regression analysis) dengan model persamaan sebagai berikut :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + Keterangan: Y adalah karakteristik informasi akuntansi manajemen yg bermanfaat bagi manajer pemasaran 0 adalah konstanta), yaitu nilai Y jika nilai seluruh variabel lain adalah nol 1 adalah koefisien regresi dari X1
2 adalah koefisien regresi dari X2 X1 adalah ketidakpastian lingkungan eksternal X2 adalah desentralisasi adalah error
Analisis regresi berganda pada penelitian ini menggunakan alat bantu Software SPSS
versi 17.0 for Windows. Dari hasil analisis antara variabel independen dan variabel dependen
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Koefisien Regresi
Sumber: Output SPPS 17.0 for Windows berdasarkan data hasil Penelitian
Coefficientsa
8.772 5.535 1.585 .1231.123 .163 .621 6.879 .0001.304 .213 .553 6.133 .000
(Constant)Ktdk_LingkunganDesentralisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoeff icients
Beta
StandardizedCoeff icients
t Sig.
Dependent Variable: Karak_IMa.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel 4.8 di atas, maka dapat
dibentuk satu model persamaan regresi sebagai berikut:
Ŷ = 8,772 + 1,123X1 + 1,304X2 +
Dari persamaan regresi diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta sebesar 8,772 memberi arti jika seluruh varibel bebas bernilai sama dengan
nol, maka variabel terikat sebesar 8,772.
2. Perubahan 𝑋1 sebesar 1 satuan akan menyebabkan perubahan Y sebesar 1,123 satuan.
3. Perubahan 𝑋2 sebesar 1 satuan akan menyebabkan perubahan Y sebesar 1,304 satuan
Model ini menjelaskan bahwa variabel ketidakpastian lingkungan eksternal (X1) dan
variabel desentralisasi (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran. Tingkat signifikansi dilihat
pada kolom sig pada tabel 4.8 di atas. Variabel ketidakpastian lingkungan eksternal (X1) dan
desentralisasi (X2) mempunyai nilai sig 0,000 (sig < 0,05) yang berarti berpengaruh signifikan
terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran.
4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan sebagai syarat dalam menggunakan analisis regresi.
Uji asumsi yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji heterokedastisitas dan uji
multikolinieritas.
1. Uji Normalitas
Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji
normalitas data. Dengan menggunakan Software SPSS versi 17.0 for Windows diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Tests of Normality
Sumber: Output SPPS 17.0 for Windows berdasarkan data hasil penelitian
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai sig sebesar 0,224 yang berarti lebih dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Sehingga uji statistik parametrik
dalam penelitian ini dapat digunakan.
Data yang berdistribusi normal dapat dilihat juga pada grafik normalitas yang
menunjukkan penyebaran data di sekitar garis diagonal. Berikut adalah grafik normalitas:
Gambar 4.1.
Grafik Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
34.0000000
1.95736443.179.179
-.1041.046.224
NMeanStd. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegativ e
Most ExtremeDif f erences
Kolmogorov-Smirnov ZAsy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Sumber: Output SPPS 17.0 for Windows berdasarkan data hasil penelitian
2. Uji Multikolinieritas
Pada penelitian ini digunakan nilai Variance Inflation Factors (VIF) sebagai indikator
ada tidaknya multikolinieritas diantara variabel independen. Tabel 4.10 berikut menyajikan hasil
uji multikolinieritas untuk masing-masing variabel bebas.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Output SPPS 17.0 for Windows berdasarkan data hasil penelitian
.993 1.007
.993 1.007Ktdk_LingkunganDesentralisasi
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Nilai VIF dari tabel di atas adalah sebesar 1,007 berarti kurang dari 10 yang
menunjukkan tidak adanya korelasi yang cukup kuat antara variabel bebas. Selain itu nilai
tolerance mendekati 1 yaitu sebesar 0,993 juga menunjukkan tidak adanya multikolinieritas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas antar variabel bebas.
3. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar residual tidak homogen yang
mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk menguji apakah varian dari
residual homogen, maka digunakan uji korelasi Rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan
masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error). Adanya koefisien
korelasi dari masing-masing variabel independen yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%,
mengindikasikan adanya heterokedastisitas. Sebaliknya, jika tidak ada koefisien korelasi dari
masing-masing variabel indenpenden yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, berarti tidak
ada heterokedastisitas.
Tabel 4.11
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: Output SPPS 17.0 for Windows berdasarkan data hasil penelitian
Correlations
1.000 .063 -.309. .725 .075
34 34 34.063 1.000 -.229.725 . .193
34 34 34-.309 -.229 1.000.075 .193 .
34 34 34
Correlation Coef f icientSig. (2-tailed)NCorrelation Coef f icientSig. (2-tailed)NCorrelation Coef f icientSig. (2-tailed)N
Ktdk_Lingkungan
Desentralisasi
Abseror
Spearman's rho
Ktdk_Lingkungan
Desentralisasi Abseror
Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai signifikansi dari koefisien korelasi kedua
variabel independen terhadap nilai absolut dari residual (abseror) untuk variabel ketidakpastian
lingkungan eksternal (X1) sebesar 0,075 dan variabel desentralisasi (X2) sebesar 0,193. Kedua
variabel tersebut memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
residual (error) yang muncul dalam persamaan regresi mempunyai varians yang sama atau tidak
terjadi heterokedastitsitas.
Dengan demikian semua asumsi regresi klasik telah terpenuhi, maka selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian.
4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti mengajukan tiga hipotesis penelitian. Berikut ini hasil
pengujian hipotesis penelitian beserta analisisnya.
1. Pengaruh Ketidakpastian lingkungan eksternal dan Desentralisasi terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
pada Perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Pengujian hipotesis (1) ini bertujuan untuk melihat pengaruh ketidakpastian lingkungan
eksternal dan desentralisasi secara bersama-sama terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran pada Perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : βi = 0 i = 1,2
Ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran pada Perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Ha : βi ‡ 0 i = 1,2
Ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran pada Perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Hipotesis statistik tersebut selanjutnya diuji dengan menggunakan statistik uji F yang
diperoleh melalui tabel Analysis of Varian (Anova) seperti yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-sama
Sumber: Output SPPS 17.0 for Windows berdasarkan data hasil penelitian
Pada tabel tersebut tersebut terlihat bahwa nilai Fhitung adalah 46,340. Berdasarkan nilai
ini dilakukan uji statistik dengan membandingkan nilai F hitung dan nilai Ftabel pada tingkat
kepercayaan 95%. Dari tabel F untuk α = 0,05 dan derajat bebas (db1=2, db2=31), diperoleh
nilai Ftabel = 3,305. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel (46,340>3,305) maka dengan tingkat
kekeliruan 5% (α = 0,05) H0 ditolak.
Untuk melihat pengaruh kedua variabel independen tersebut signifikan atau tidak, maka
dilihat hasil uji signifikansi pada tabel di atas. Pada kolom sig nampak 0,000 yang berarti
pengaruhnya sangat signifikan karena berada dibawah tingkat kekeliruan 5% (α = 0,05).
ANOVAb
377.992 2 188.996 46.340 .000a
126.432 31 4.078504.424 33
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Desentralisasi, Ktdk_Lingkungana.
Dependent Variable: Karak_IMb.
Ini berarti bahwa dengan tingkat kekeliruan 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan dari ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi
secara bersama-sama terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran pada Perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Secara grafik daerah penerimaan dan penolakan H0 pada Uji F tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.2.
Grafik daerah penerimaan dan penolakan H0 pada Uji
Ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi telah diidentifikasikan sebagai
variabel kontekstual yang penting dalam sistem informasi akuntansi dan desain sistem informasi
manajemen. Pendapat ini pun ternyata terbukti secara empiris dalam penelitian ini, saat populasi
yang diambil adalah perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Desentralisasi yang mencerminkan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
dari manajer tingkat puncak kepada manajer di bawahnya mempengaruhi pula penyediaan
informasi di perusahaan. Sebuah perusahaan yang menerapkan sistem desentralisasi akan
berbeda kebutuhan akan informasinya dibanding dengan perusahaan yang menerapkan sistem
sentralisasi.
Pada perusahaan yang menerapkan struktur sentralisasi maka informasi hanya
dibutuhkan oleh manajer tingkat puncak, sehingga tidak akan ada aliran informasi kepada
manajer di level bawahnya. Sementara pada struktur desentralisasi informasi dibutuhkan oleh
semua level manajer, sehingga aliran informasi pun akan terdapat pada semua level manajer.
Kombinasi antara ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi ternyata perlu
diperhatikan dalam mendisain sistem informasi manajemen pemasaran pada perusahaan tekstil di
Kota Bandung. Besarnya koefisien determinan senilai 73,33% menjadikan kedua variabel
tersebut tidak dapat diabaikan.
Kedua variabel tersebut saling melengkapi dalam desain sistem informasi manajemen
pemasaran, terlihat pula dengan adanya pengaruh positif dan signifikan pada uji parsial variabel
desentralisasi terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi
manajer pemasaran. Demikian juga variabel ketidakpastian lingkungan eksternal memberikan
pengaruh positif dan signifikan.
Besarnya pengaruh variabel lain yang tidak diteliti (sebesar 26,67%) diduga juga akan
mempengaruhi ketersediaan informasi akuntansi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah
budaya organisasi (organization culture). Budaya organisasi suatu perusahaan akan
mempengaruhi pola kerja dan etos kerja anggota organisasi. Perusahaan tekstil dalam penelitian
ini terdapat beberapa perusahaan keluarga yang masih menerapkan budaya kekeluargaan dalam
manajemennya. Hal tersebut tampak dalam penempatan karyawan yang tidak semuanya
berdasarkan profesionalisme, tetapi lebih berdasarkan kekerabatan. Selain itu pada pengambilan
keputusan yang lebih didasarkan pada diskusi-diskusi informal. Sehingga informasi yang
tersedia pun tidak diformalkan dalam bentuk laporan (report) yang baku. Tetapi lebih pada
kebutuhan pengambil keputusan dan tidak terdokumentasikan dengan baik.
Gaya kepemimpinan juga mungkin dapat mempengaruhi ketersediaan informasi. Pada
kepemimpinan yang partisipatif dimana pemimpin mengakomodasi pendapat bawahan, maka
informasi juga relatif dibutuhkan pada manajemen level rendah. Berbeda dengan kepemimpinan
yang otoriter dimana semua keputusan ditetapkan sendiri, maka informasi terpusat hanya pada
pengambil keputusan.
Penggunaan teknologi informasi peneliti duga juga akan mempengaruhi ketersediaan
informasi akuntansi manajemen perusahaan. Dengan didukung oleh fasilitas yang memadai dan
tersedianya informasi on-line yang dapat diakses oleh manajer-manajer perusahaan akan
membantu terciptanya pengambilan keputusan yang berkualitas.
Faktor lain yang juga peneliti duga akan mempengaruhi ketersediaan informasi
akuntansi manajemen perusahaan adalah sumber daya yang meliputi kompetensi sumber daya
manusia, asset perusahaan, kemampuan manajerial dan keuangan. Jika semua faktor di atas dapat
dikelola secara baik, maka akan menjadikan perusahaan mampu mencapai keunggulan
kompetitif secara terus menerus yang akan lebih menjamin eksistensi perusahaan di masa yang
akan datang.
2. Pengaruh Ketidakpastian lingkungan eksternal terhadap Karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
Pengujian hipotesis (2) bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketidakpastian lingkungan
eksternal terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer
pemasaran. Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : βi = 0
Ketidakpastian lingkungan eksternal secara parsial tidak
berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Ha : βi ‡ 0
Ketidakpastian lingkungan eksternal secara parsial
berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
perusahaan tekstil di Kota Bandung..
Pengaruh variabel ketidakpastian lingkungan eksternal terhadap karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran diketahui dari nilai β1 yang
positif sebesar 1,123 dengan tingkat signifikansi 0,000 (tabel 4.8). Hal ini berarti bahwa
ketidakpastian lingkungan eksternal mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak, terlebih dahulu dicari
nilai t-hitung untuk koefisien regresi variabel ketidakpastian lingkungan eksternal yang ada pada
tabel 4.8. Pada tabel tersebut nampak bahwa nilai t-hitung 6,879 sedangkan dari tabel t-student
untuk α = 0,05 derajat bebas 31 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai t = 2,04.
Kriteria pengujian dua sisi adalah ”tolak Ho jika t-hitung > t-tabel atau t-hitung < negatif
t-tabel”. Karena nilai t-hitung untuk koefisien variabel ketidakpastian lingkungan eksternal lebih
besar daripada nilai t-tabel, maka pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan dengan tingkat kekeliruan 5 % maka ketidakpastian lingkungan eksternal secara
parsial berpengaruh terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Gambar 4.3
Diagram Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada Uji Parsial – 1
Manajer pemasaran yang menghadapi ketidakpastian lingkungan eksternal yang tinggi
harus melakukan inovasi pemasaran produk yang dihasilkan. Dengan demikian dia memerlukan
informasi akuntansi tentang area pemasaran yang potensial, informasi tentang pesaing, informasi
tentang konsumen potensial, informasi tentang biaya-biaya yang terkait dengan distribusi produk
dan lain sebagainya. Informasi akuntansi manajemen tersebut harus berkarakteristik broad
scope,timeliness,aggregation dan integration. Informasi tersebut dapat diperoleh dari sistem
akuntansi manajemen.
Gambaran di atas menunjukkan jika seorang manajer pemasaran menghadapi
ketidakpastian lingkungan eksternal, maka dia membutuhkan informasi akuntansi manajemen
yang memiliki karakteristik broad scope,timeliness,aggregation dan integration, sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
3. Pengaruh Desentralisasi terhadap karakteristik informasi akuntansi
manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran perusahaan tekstil
di Kota Bandung.
Pengujian hipotesis (3) bertujuan untuk mengetahui pengaruh desentralisasi terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
perusahaan tekstil di Kota Bandung.. Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : βi = 0
Desentralisasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran perusahaan tekstil di
Kota Bandung.
Ha : βi ‡ 0
Desentralisasi secara parsial berpengaruh terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran perusahaan tekstil di
Kota Bandung.
Pengaruh variabel desentralisasi terhadap karakteristik informasi manajemen pemasaran
diketahui dari nilai β2 yaitu 1,304 dengan tingkat signifikansi 0,000 (tabel 4.8). Hal ini berarti
bahwa desentralisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakteristik informasi
akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran perusahaan tekstil di Kota
Bandung.
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak, terlebih dahulu dicari
nilai t-hitung untuk koefisien regresi variabel ketidakpastian lingkungan eksternal yang ada pada
tabel 4.8. Pada tabel tersebut nampak bahwa nilai t-hitung 6,133 sedangkan dari tabel t-student
untuk α = 0,05 derajat bebas 31 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai t = 2.040.
Kriteria pengujian dua sisi adalah ”tolak Ho jika t-hitung > t-tabel atau t-hitung < negatif
t-tabel”. Karena nilai t-hitung untuk koefisien variabel desentralisasi lebih besar daripada nilai t-
tabel, maka pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan tingkat kekeliruan 5% desentralisasi secara parsial berpengaruh dan signifikan
terhadap karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer
pemasaran perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Gambar 4.4
Diagram Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada Uji Parsial-2
Perusahaan yang menjalankan desentralisasi akan membutuhkan informasi akuntansi
manajemen dalam lingkup yang lebih detail dan lebih luas cakupannya mengenai informasi masa
lalu, masa yang akan datang, masa kini baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, yang
berhubungan dengan ekonomi dan non ekonomi dan yang berhubungan dengan non keuangan
maupun keuangan.
Informasi akuntansi manajemen yang dibutuhkan dalam perusahaan yang
terdesentralisasi selalu memiliki keterkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lain dan
dengan organisasi perusahaan secara keseluruhan sebagai suatu entitas. Kondisi ini akan
mengakibatkan keputusan yang diambil oleh satu bagian akan berdampak pada bagian lainnya
dan perusahaan secara keseluruhan.
Dengan kata lain, informasi akuntansi manajemen yang memiliki karakteristik broad
scope,timeliness,aggregation dan integration sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang
menjalankan desentralisasi dan menghadapi ketidakpastian lingkungan eksternal dalam rangka
pengambilan keputusan mengenai pengembangan produk atau jasa, pengangkatan dan
pemutusan hubungan kerja, pemilihan investasi baru, pengalokasian anggaran, penentuan harga
pokok dan harga jual yang dilakukan oleh para manajer termasuk manajer pemasaran di
dalamnya.
Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Dari hasil pengolahan data dengan Software SPSS versi 17.0 for Windows
diperoleh nilai R2 seperti yang disajikan berikut:
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Variabel X1 dan X2 terhadap Y
Sumber: Output SPPS 13.0 for Windows berdasarkan data hasil penelitian
Model Summaryb
.866a .749 .733 2.01952Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Desentralisasi, Ktdk_Lingkungan
a.
Dependent Variable: Karak_IMb.
Hubungan antara variabel ketidakpastian lingkungan eksternal dan variabel
desentralisasi dengan variabel karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat
bagi manajer pemasaran yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,866. Hal ini
menunjukkan ada hubungan diantara variabel ketidakpastian lingkungan eksternal dan variabel
desentralisasi dengan variabel karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat
bagi manajer pemasaran. Arah pengaruh yang positif menunjukkan semakin tinggi tingkat
ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap
karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran.
Nilai R square atau R2 adjusted pada kolom keempat pada tabel di atas menunjukkan
bahwa besarnya pengaruh variabel independen yaitu ketidakpastian lingkungan eksternal dan
desentralisasi terhadap variabel dependen yaitu karakteristik informasi akuntansi manajemen
yang bermanfaat bagi manajer pemasaran adalah sebesar 0,749 atau 74,90%. Ini berarti bahwa
74,90%. karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat bagi manajer pemasaran
perusahaan tekstil di Kota Bandung ditentukan oleh ketidakpastian lingkungan eksternal yang
dihadapi dan desentralisasi perusahaan. Sedangkan 25,10% sisanya dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain selain kedua variabel tersebut yang tidak diamati oleh peneliti.
Jadi dapat dikatakan bahwa ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi
perusahaan secara bersama-sama turut menentukan karakteristik penyediaan informasi akuntansi
manajemen di bidang pemasaran perusahaan tekstil di Kota Bandung. Artinya, ketersediaan
karakteristik informasi akuntansi manajemen di bidang pemasaran yang diwakili oleh dimensi
broad scope, timeliness, aggregation dan integration (Chenhall dan Morris 1986) harus
memperhatikan faktor ketidakpastian lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan dan
desentralisasi yang diterapkan perusahaan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil simpulan sebagai
berikut:
1) Ketidakpastian lingkungan eksternal dan desentralisasi secara bersama-sama memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap karakteristik informasi manajemen pemasaran
perusahaan tekstil di Kota Bandung. Karakteristik Informasi akuntansi manajemen yang
bermanfaat bagi manajer pemasaran dengan komponen informasi di masa yang akan
datang, informasi estimasi,informasi non ekonomis,informasi eksternal,informasi non
finansial,penundaan informasi, informasi bagian lain,informasi dampak bagian lain,
informasi dampak pada bagian lain, informasi data sensitifitas, informasi dampak
keputusan pada semua bagian, informasi target realistis, informasi dampak keputusan pada
bagian yang sama menunjukkan kontribusi tinggi, sedangkan komponen informasi cepat
tersedia, informasi otomatis dari sistem, laporan sistematis, informasi kebutuhan data untuk
keputusan dan pemisahan biaya menunjukkan kontribusi sangat tinggi.
2) Ketidakpastian lingkungan eksternal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
karakteristik informasi manajemen pemasaran perusahaan tekstil di Kota Bandung.
Ketidakpastian lingkungan eksternal dengan komponen desain produk, tindakan pesaing,
ketersediaan bahan baku, aturan pemerintah, kondisi ekonomi dan politik, aktivitas serikat
buruh, perkembangan teknologi informasi menunjukkan kontribusi yang tinggi, sedangkan
volume permintaan produk tekstil dan harga bahan baku menunjukkan kontribusi yang
sangat tinggi.
3) Desentralisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakteristik informasi
manajemen pemasaran perusahaan tekstil di Kota Bandung. Desentralisasi dengan
komponen pengembangan produk, pengangkatan kerja manajerial, pemilihan investasi
skala besar,alokasi anggaran penjualan dan penentuan harga jual menunjukkan kontribusi
tinggi.
5.2 Saran
Beberapa saran yang diajukan adalah:
1) Pada saat perusahaan berada dalam kondisi ketidakpastian lingkungan eksternal yang
tinggi, maka perusahaan sebaiknya melakukan penyesuaian diri dengan mengelola faktor
yang tidak dapat dikendalikan. Perusahaan hendaknya menganalisa lingkungan
eksternalnya seperti pemasok, pesaing, masyarakat, ekonomi, politik, demografis,
kekuatan teknologi, sosial dan budaya, sehingga dapat menghindari ancaman dan
mengambil manfaat dari peluang yang ada.
2) Kekuatan lingkungan internal seperti budaya organisasi, struktur organisasi dan sumber
daya perusahaan sebaiknya tetap diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan tekstil di Kota
Bandung untuk mengembangkan dan memposisikan produk yang akan ditawarkan ke
pasar.
3) Kepada peneliti selanjutnya peneliti memberikan saran sebagai berikut:
a. Memperluas populasi penelitian, misal perusahaan manufaktur, perusahaan
dagang dan perusahaan jasa di Jawa Barat, agar hasil penelitian dapat lebih
digeneralisasi.
b. Menambahkan variabel kontijensi lain yang diduga mempunyai pengaruh
terhadap karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen, seperti budaya
organisasi, gaya kepemimpinan dan faktor lingkungan internal perusahaan
lainnya.