tesis model dukungan sosial untuk menurunkan …repository.unair.ac.id/78287/2/tkp 81_18 kot...
TRANSCRIPT
i
TESIS
MODEL DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN
PEREMPUAN MENOPAUSE DI KECAMATAN DIWEK
KABUPATEN JOMBANG
SITI KOTIJAH
131614153019
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
ii
MODEL DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN
PEREMPUAN MENOPAUSE DI KECAMATAN DIWEK
KABUPATEN JOMBANG
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)
dalam Program Studi Magister Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
SITI KOTIJAH
131614153019
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
iii
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
iv
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
v
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan tesis dengan judul ”Model Dukungan
Sosial untuk Menurunkan Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan
Diwek Jombang” dapat terselesaikan dengan baik. Bersama ini perkenankanlah
saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus
kepada:
1. Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan memberi pengarahan dalam penyusunan Tesis.
2. Dr. Sestu Retno DA, S.Kp., M.Kes, selaku Pembimbing kedua yang telah
membimbing dan memberi pengarahan dalam penyusunan Tesis.
3. Dr. Esty Yunitasari, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Penguji Tesis.
4. Dr. Dwi Ananto Wibarta, SST.,M.Kes selaku Penguji Tesis.
5. Dr. Makhfudli, S.Kep.Ns., M.Ked. Trop selaku Penguji Tesis.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Program Studi Magister Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
8. Kedua orang tua, Bapak Suhadi (Alm.) dan Ibu Siti Umi Hazaroh yang telah
memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti
dapat menyelesaikan Program Studi Magister Keperawatan.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
vii
9. Teman-teman Magister Keperawatan angkatan IX yang telah saling memberi
semangat untuk menyelesaikan pendidikan magister.
10. Responden penelitian di Kecamatan Diwek Jombang yang telah bersedia
membantu peneliti dari awal sampai akhir penelitian
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini. Kami sadar
bahwa tesis ini jauh dari kata sempurna, tetapi kami berharap tesis ini bermanfaat
bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Surabaya, April 2018
Penulis
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
viii
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
ix
EXECUTIVE SUMMARY
SOCIAL SUPPORT MODEL TO DECREASE ANXIETY AMONG
FEMALE MENOPAUSE IN DIWEK – JOMBANG REGENCY
By: Siti Kotijah
Menopause is a developmental phase or natural change of women‟s lives
when menstrual periods stop permanently due to the depletion of ovarian follicles.
Most people perceive menopause as a terrifying phase of the woman that causes
the psychological symptom. This condition is influenced by the change of
hormone growth and needs to adapt to new things. It makes menopause more
difficult and effects to psychological symptoms, such as anxiety. The female
menopause with anxiety has high motivation to solve the problem and seek social
support from family and friends. Social support is mental assistance in the form of
emotional support, appreciation, instrument, and information that allow female
menopause to feel safe and comfortable instead of anxiety. This study aimed at
reducing the anxiety among female menopause using social support developed by
Sheldon Cohen and adaptation theory developed by Lazarus and Folkman in
Diwek – Jombang Regency.
This study applied explanatory research design with Cross-sectional
approach. This study involved 197 female menopause in 11 villages in Diwek –
Jombang Regency. The villages in Jombang Regency were Kayangan, Puton,
Bendet, Bulurejo, Grogol, Jatirejo, Cukir, Ceweng, Bandung, Kedawong, and
Ngudirejo. The data were collected using structured questionnaire and then
analyzed by using Partial Least Square test. The independent variables were an
individual factor, social network, stress, social support, and stress evaluation
while dependent variable was anxiety. The researcher tried to identify and
examine the strategic issue to each aspect in those variables. Afterward, the
researcher pursued with model test and recommendation.
The results of the study showed that (1) individual factor did not
significantly influence social network. The result of path coefficient using Partial
Least Square Analysis was 0.054 and t=0.75 (t<1.96); (2) Social network did not
significantly influence stress. The result of path coefficient using Partial Least
Square Analysis was -0.161 and t=2.28 (t>1.96); (3) Stress did not significantly
influence social support. The result of path coefficient using Partial Least Square
Analysis was -0.026 and t=0.37 (t>1.96); (4) Individual factor significantly
influenced stress evaluation. The result of path coefficient using Partial Least
Square Analysis was -0.056 and t=3.74 (t>1.96); (5) Social network significantly
influenced stress evaluation. The result of path coefficient using Partial Least
Square Analysis was -0.147 and t=2.13 (t>1.96); (6) Stress did not significantly
influence stress evaluation. The result of path coefficient using Partial Least
Square Analysis was 0.022 and t=0.32 (<1.96); (7) Social support significantly
influenced stress evaluation. The result of path coefficient using Partial Least
Square Analysis was -0.117 and t=2.02 (t>1.96); (8) Social support significantly
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
x
influenced anxiety (path coefficient of -0.326 and t=5.25(t>1.96); and (9) stress
evaluation significantly influenced anxiety The result of path coefficient using
Partial Least Square Analysis was 0.196 and t=9.07 (t>1.96).
Finally, social support aimed at reducing anxiety among female
menopause in Diwek – Jombang Regency. The strategic issue based on the result
of Partial Least Square Analysis. This model showed that individual factor
strongly influences stress evaluation; social network strongly influences stress and
its evaluation; social support strongly influences stress evaluation and anxiety;
and stress evaluation strongly influences anxiety. Hence, social support is highly
recommended to reduce anxiety among female menopause by increasing stress
evaluation from close relations.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
xi
ABSTRAK
MODEL DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN
PEREMPUAN MENOPAUSE DI KECAMATAN DIWEK
KABUPATEN JOMBANG
Oleh: Siti Kotijah
Pendahuluan: Menopause merupakan proses perkembangan normal dalam
kehidupan perempuan ditandai dengan penghentian menstruasi secara permanen
yang berdampak pada gangguan psikologis berupa kecemasan. Metode: Desain
penelitian menggunakan rancangan penelitian eksplanatif survey dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini meliputi 11 Desa di Kecamatan Diwek
Jombang. Besar sampel penelitian 197 perempuan menopause. Teknik sampling
penelitian menggunakan Cluster Random Sampling. Variabel Independen
penelitian yaitu faktor individu, jaringan sosial, kejadian stress, dukungan sosial,
penilaian stress dan variabel dependen penelitian yaitu kecemasan. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner yang terstruktur. Analisa data menggunakan uji
Partial Least Square (PLS). Hasil dan analisis: 1) Faktor individu tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap jaringan social (koefisien jalur 0,054, t =0,75). 2)
Jaringan sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap kejadian stress (koefisien
jalur -0,161, t=2,28). 3) Kejadian stres tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap dukungan social ( koefisien jalur -0,026, t =0,37). 4) Faktor individu
memiliki pengaruh signifikan terhadap penilaian stress (koefisien jalur -0,256,
t=3,74). 5) Jaringan sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap penilaian stress
(koefisien jalur -0,147, t =2,13). 6) Kejadian stres tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap penilaian stress (koefisien jalur 0,022, t=0,32). 7) Dukungan
sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap penilaian stress (koefisien jalur -
0,117, t=2,02). 8) Dukungan sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap
kecemasan (koefisien jalur -0,326, t=5,25). 9) Penilaian stres memiliki pengaruh
signifikan terdapat kecemasan (koefisien jalur 0,196, t=9,07). Kesimpulan:
Model dukungan sosial yang ditemukan sangat baik menurunkan kecemasan
perempuan menopause dengan cara meningkatkan penilaian stres yang baik dan
dukungan sosial dari orang-orang terdekat.
Keywords: Penilaian Stres, menopause, kecemasan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
xii
ABSTRACT
SOCIAL SUPPORT MODEL TO DECREASE ANXIETY AMONG
FEMALE MENOPAUSE IN DIWEK – JOMBANG REGENCY
By: Siti Kotijah
Introduction: Menopause is a developmental phase or natural change of
women‟s lives when menstrual periods stop permanently and cause the
psychological symptom, anxiety. Method: This study applied explanatory
research design with Cross-sectional approach. This study also involved 197
female menopause in 11 villages in Diwek – Jombang Regency. The participants
were selected using Cluster Random Sampling. The independent variables were
individual factor, social network, stress, social support, and stress evaluation
while dependent variable was anxiety. The data were collected by using structured
questionnaire and then analyzed by using Partial Least Square test. Results and
Analysis: The results of the study showed that (1) individual factor did not
significantly influence social network (path coefficient of 0.054, t=0.75); (2)
social network did not significantly influence stress (path coefficient of -0.161,
t=2.28); (3) stress did not significantly influence social support (path coefficient
of -0.026, t=0.37); (4) individual factor significantly influenced stress evaluation
(path coefficient of -0.056, t=3.74); (5) social network significantly influenced
stress evaluation (path coefficient of -0.147, t=2.13); (6) stress did not
significantly influence stress evaluation (path coefficient of 0.022, t=0.32); (7)
social support significantly influenced stress evaluation (path coefficient of -
0.117, t=2.02); (8) social support significantly influenced anxiety (path coefficient
of -0.326, t=5.25); and (9) stress evaluation significantly influenced anxiety (path
coefficient of 0.196, t=9.07). Conclusion: Social support is highly recommended
to decrease anxiety among female menopauses by promoting stress evaluation and
social support from close relations.
Keywords: stress evaluation, menopause, anxiety
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................. i
Halaman Prasyarat Gelar .............................................................................................. ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................................ iii
Halaman Pengesahan Pembimbing Tesis .................................................................... iv
Halaman Penetapan Panitia Penguji ............................................................................. v
Halaman Kata Pengantar .............................................................................................. vi
Halaman Pernyataan Publikasi .................................................................................. viii
Halaman Ringkasan ....................................................................................................... ix
Halaman Abstrak ......................................................................................................... xiii
Halaman Daftar Isi ....................................................................................................... xv
Halaman Daftar Tabel ............................................................................................... xviii
Halaman Daftar Gambar ............................................................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
1.4 Tujuan .................................................................................................................. 6
1.4.1 Tujuan umum ............................................................................................. 6
1.4.2 Tujuan khusus ............................................................................................ 6
1.5 Manfaat ................................................................................................................ 7
1.5.1 Manfaat teoritis .......................................................................................... 7
1.5.2 Manfaat praktis .......................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Menopause .................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian menopause ............................................................................... 8
2.1.2 Macam-macam menopause ...................................................................... 10
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause ....................................... 14
2.1.4 Adaptasi psikologis masa menopause ...................................................... 15
2.1.5 Perubahan emosional dan kognitif wanita menopause ............................ 20
2.2 Konsep Dasar Kecemasan .................................................................................. 22
2.2.1 Definisi kecemasan .................................................................................. 22
2.2.2 Faktor-faktor penyebab kecemasan ......................................................... 23
2.2.3 Tanda dan gejala kecemasan .................................................................... 25
2.2.4 Tingkat kesemasan ................................................................................... 26
2.3 Konsep Dasar Dukungan Sosial ......................................................................... 32
2.3.1 Dukungan sosial masa menopause........................................................... 32
2.3.2 Bentuk-bentuk dukungan sosial ............................................................... 32
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial .......................................... 34
2.3.4 Pentingnya dukungan sosial masa menopause ........................................ 35
2.4 Teori Dukungan Sosial Sheldon Cohen ............................................................. 37
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
xiv
2.4.1 Konsep dukungan..................................................................................... 37
2.4.2 Model transaksional stress ....................................................................... 38
2.4.3 Dukungan sosial dan gangguan stress...................................................... 40
2.4.4 Jaringan sosial, stres dan gangguan ......................................................... 40
2.4.5 Persepsi dukungan sosial dan model stres-buffering ............................... 42
2.5 Teori Adaptasi Stress Lazarus & Folkman ........................................................ 43
2.5.1 Sumber stres ............................................................................................. 44
2.5.2 Reaksi terhadap stres ................................................................................ 46
2.5.3 Penilaian kognitif ..................................................................................... 48
2.5.4 Penilaian primer (Primary Appraisal) ..................................................... 49
2.5.5 Penilaian sekunder (Secondary Appraisal) .............................................. 49
2.5.6 Penilaian kembali (Reappraisal).............................................................. 50
2.6 Keaslian Penelitian ............................................................................................. 51
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 64
3.2 Hipotesis ............................................................................................................ 66
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 67
4.2 Populasi, Sampel, Teknik Sampling .................................................................. 67
4.2.1 Populasi .................................................................................................... 67
4.2.2 Sampel...................................................................................................... 68
4.2.3 Teknik sampling....................................................................................... 70
4.3 Variabel Penelitian ............................................................................................. 70
4.3.1 Variabel independen ................................................................................ 70
4.3.2 Variabel dependen ................................................................................... 70
4.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 71
4.5 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 79
4.5.1 Variabel independen ................................................................................ 80
4.5.2 Variabel dependen ................................................................................... 81
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 81
4.6.1 Validitas Kuesioner Social Network ....................................................... 84
4.6.2 Validitas Kuesioner Stressful Event ........................................................ 85
4.6.3 Validitas Kuesioner Social Support ........................................................ 86
4.6.4 Validitas Kuesioner Stress Appraisal ..................................................... 87
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 88
4.7.1 Lokasi penelitian ..................................................................................... 88
4.7.2 Waktu penelitian ..................................................................................... 88
4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ................................................ 88
4.9 Analisa Data ...................................................................................................... 89
4.10 Kerangka Operasional ..................................................................................... 93
4.11 Etika Penelitian ............................................................................................... 94
BAB 5 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 98
5.2 Hasil Penelitian Deskriptif ................................................................................ 99
5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian ....................................................... 99
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
xv
5.2.2 Tingkat Kecemasan Perempuan Menopause .......................................... 99
5.2.3 Jaringan Sosial Perempuan Menopause ............................................... 100
5.2.4 Kejadian Stress Perempuan Menopause ............................................... 100
5.2.5 Dukungan Sosial Perempuan Menopause ............................................ 101
5.2.6 Penilaian Stress Perempuan Menopause .............................................. 102
5.2.7 Kecemasan Perempuan Menopause ..................................................... 103
5.3 Hasil Penelitian Analisis Inferensial ............................................................... 104
5.3.1 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 104
5.3.1.1 Pengujian measurement (outer) model .............................................. 104
5.3.1.2 Pengujian model struktural (inner) model ......................................... 108
5.4 Interpretasi Model ........................................................................................... 110
5.5 Model akhir Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan .................... 112
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Faktor Individu ................................................................................................ 113
6.2 Jaringan Sosial ................................................................................................ 114
6.3 Kejadian Stress ................................................................................................ 115
6.4 Dukungan Sosial ............................................................................................. 116
6.5 Penilaian Stres ................................................................................................. 117
6.6 Kecemasan ...................................................................................................... 119
6.7 Faktor Individu terhadap jaringan sosial ........................................................ 121
6.8 Faktor Individu terhadap penilaian stres ........................................................ 123
6.9 Jaringan sosial terhadap kejadian stress ......................................................... 124
6.10 Jaringan Sosial terhadap penilaian stres ........................................................ 125
6.11 Kejadian stress terhadap penilaian stress ....................................................... 125
6.12Dukungan sosial terhadap penilaian stress .................................................... 126
6.13 Dukungan sosial dalam menurunkan kecemasan perempuan menopause . 127
6.14 Penilaian stress terhadap kecemasan perempuan menopause ....................... 129
6.15 Model dukungan sosial memiliki predictive relevance ................................ 129
6.16 Temuan Hasil Penelitian ............................................................................... 130
6.17 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 130
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 132
7.2 Saran................................................................................................................ 133
7.2.1 Saran bagi kebijakan kesehatan ............................................................ 133
7.2.2 Saran bagi pelayanan keperawatan ....................................................... 133
7.2.3 Saran untuk penelitian selanjutnya ....................................................... 133
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian .......................................................................................... 51
Tabel 4.1 Jumlah sampel masing-masing cluster ............................................................ 69
Tabel 4.2 Variabel penelitian model dukungan sosial menurunkan kecemasan ............. 70
Tabel 4.3 Definisi Operasional ....................................................................................... 71
Tabel 4.4 Blueprint Jaringan Sosial ................................................................................ 80
Tabel 4.5 Blueprint Kejadian Stress................................................................................ 80
Tabel 4.6 Blueprint Dukungan Sosial ............................................................................. 80
Tabel 4.7 Blueprint Penilaian Stress ............................................................................... 80
Tabel 4.8 Uji Validitas kuesioner dukungan sosial ......................................................... 86
Tabel 4.9 Uji Validitas kuesioner penilaian stress .......................................................... 87
Tabel 5.1 Karakteristik Responden ................................................................................. 99
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat kecemasan ....................................................................... 100
Tabel 5.3 Distribusi Jaringan sosial .............................................................................. 100
Tabel 5.4 Distribusi Kejadian stress.............................................................................. 100
Tabel 5.5 Distribusi Dukungan Sosial .......................................................................... 101
Tabel 5.6 Distribusi Penilaian Stress ............................................................................ 102
Tabel 5.7 Distribusi Kecemasan ................................................................................... 103
Tabel 5.8 Hasil Convergent Validity ............................................................................. 105
Tabel 5.9 Hasil Average Variance Extracted (AVE) .................................................... 106
Tabel 5.10 Hasil Cross Loading ................................................................................... 107
Tabel 5.11 Koefisien Jalur dan t-statistics .................................................................... 108
Tabel 5.12 Goodness of Fit ........................................................................................... 109
Tabel 5.13 Direct Effect, Indirect Effect dan Total Effect ............................................. 110
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Dukungan Sosial Perempuan Menopause ................ 5
Gambar 2.1 Konsep dan Mekanisme Stres dan Dukungan Sosial ............................... 38
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Model Dukungan Sosial ....................................... 64
Gambar 4.1 Kerangka Analisis Dukungan Sosial perempuan Menopause.................. 92
Gambar 4.2 Kerangka Operasional Model Dukungan Sosial ...................................... 93
Gambar 5.1 Path model dan nilai outer loading ........................................................ 104
Gambar 5.2 Model Akhir dan nilai outer loading ..................................................... 105
Gambar 5.3 Model Keperawatan ............................................................................... 11
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menopause merupakan proses perkembangan yang penting dan normal
dalam kehidupan seorang perempuan yang ditandai dengan penghentian
menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikel ovarium (Kim
MJ, 2014). Sebagian besar orang beranggapan menopause adalah sesuatu
yang menakutkan sehingga berdampak pada gangguan psikologis. Kondisi
tersebut dipengaruhi oleh perubahan gelombang hormon dan kebutuhan untuk
beradaptasi dengan cara-cara baru yang membuat masa menopause menjadi
sangat sulit (Jorge et al. 2016). Perubahan tingkat hormon terjadi saat
estrogen menurun, kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormon (LH) meningkat, dan juga penurunan kadar hormon prolaktin, tiroid
dan paratiroid. Perubahan ini dapat menyebabkan gejala vasomotor,
berkeringat di malam hari, hot flushes, masalah otot dan tulang, penyakit
sistem kardiovaskular, atrofi payudara juga kulit, dan senile vaginitis
(Gumusay, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Jorge et al. (2016) dari 11 Negara di
Amerika Latin menyatakan perempuan menopause mengalami gangguan
kecemasan (61,9%), gangguan berat yang mempengaruhi kualitas hidup
(13,7%), urogenital (25,5%), psikologis (18,5%), dan somatik (4,5%).
Kecemasan yang terjadi pada perempuan menopause di Amerika Latin
berkaitan dengan gangguan Quality of Life (QoL). Penelitian lain yang
1
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
2
dilakukan oleh Li-Yu Hu et al. (2016) dari Taiwan National Health Insurance
Research menyatakan bahwa terjadinya gangguan psikologis pada perempuan
yang mengalami transisi menopause dengan gangguan psikologis terbanyak
adalah gangguan depresi (4,6%), gangguan kecemasan (3,6%) dan gangguan
tidur (2,8%). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa masa peralihan
menopause dapat meningkatkan resiko gangguan psikologis terutama
gangguan depresi, kecemasan dan gangguan tidur.
Jumlah perempuan di seluruh dunia yang memasuki masa menopause
diperkirakan mencapai 1,2 miliar orang pada tahun 2030 (WHO : 2014). Di
Indonesia, pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta perempuan
menopause. Jumlah penduduk perempuan usia produktif (15-64 tahun)
sebesar 66,27 %. Pada usia tersebut terdapat perempuan usia subur (15-49
tahun) sebanyak 68,63 juta jiwa dan kelompok umur paling tua atau akhir
masa reproduksi, yaitu umur 45-49 tahun (8,23 juta jiwa). Artinya, di
Indonesia terdapat 28 juta perempuan menopause atau 10,7 % dari total
populasi yang ada. Hasil Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2015 menyatakan prevalensi penduduk dengan jenis
kelamin perempuan di Jawa Timur pada kelompok usia 45-54 tahun yang
diperkirakan sudah mengalami menopause sebesar 14,39% (BPS, 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) di kota Jombang pada tahun 2016 sebesar
212.042 pasangan. Perempuan yang telah memasuki usia menopause
sebanyak 3,406 jiwa dengan kelompok tertinggi terdapat di Kecamatan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
3
Diwek sebesar 402 jiwa pada tahun 2017. Kecamatan Diwek terdiri dari 11
desa yang merupakan cakupan wilayah kerja Puskesmas Cukir. Peneliti
mengambil sampel pada perempuan menopause di Puskesmas Cukir
sebanyak 10 orang dan melakukan wawancara di dapatkan 6 dari 10
perempuan tersebut mengalami gangguan psikologis yang berupa kecemasan,
gangguan tidur, mudah emosi dan harga diri rendah.
Perempuan menopause mengalami perubahan fisik, psikologis dan
sosial. Transisi menopause yang terjadi pada perempuan dipandang sebagai
konstruksi bio-psiko-sosial yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhi pengalaman perempuan pada fase kehidupannya. Faktor
tersebut adalah demografi sosial, sikap, kepercayaan, pengetahuan,
komorbiditas dan masalah kesehatan mental. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi vasomotor, mood dan stres selama transisi menopause yang
berdampak pada kesehatan fisik dan emosional perempuan. Emosi negatif
yang terjadi secara terus-menerus dapat memberikan pengaruh terhadap
kesehatan psikologi yang berdampak pada gangguan kecemasan (R. Sood et
al. 2016).
Kecemasan yang dialami perempuan menopause, mendorong
perempuan untuk memecahkan masalah melalui cara mencari bantuan dan
dukungan dari keluarga dan teman-temannya. Adanya bantuan tersebut akan
membuat perempuan merasa lebih tentram dan lega sehingga akan
menurunkan kecemasannya. Rook dalam Sarafino mendefinisikan Dukungan
Sosial sebagai salah satu fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
4
dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang akan melindungi
individu dari konsekuensi cemas bahkan stres (Uly Artha, 2016).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan kecemasan
pada perempuan saat menopause berupa dukungan sosial. Dukungan sosial
yang dimaksud dalam hal ini adalah bantuan atau tindakan nyata berupa
dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informatif yang akan
memberikan manfaat emosional atau efek perilaku bagi perempuan dalam
masa menopause sehingga kecemasan yang sebenarnya bisa dihindari
menjadi tidak terasa sama sekali (Ita & Reni, 2016).
Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang,
diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan
sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian
dari kelompok. Hasil penelitian oleh Uly Artha (2016), menyatakan bahwa
dukungan sosial dapat menurunkan tingkat kecemasan perempuan menopause
di Kelurahan Cikalang Kecamatan Tawang. Sehingga perlunya pengetahuan
menopause bukan hanya pada perempuan, tetapi melibatkan peran serta
suami dalam menghadapi masa menopause.
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu sehat, resiko
maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal (Alligood & Tomey, 2006). Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar berupa peningkatan kemampuan yang ada pada
individu untuk mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
5
suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu. Perawat memberikan
asuhan keperawatan pada perempuan menopause melalui proses interaksi
yang mengatur respon terhadap stresor membutuhkan suatu model perawatan
yang tepat dalam memberikan dukungan sosial untuk mengurangi kecemasan.
Salah satu model yang akan dikembangkan oleh peneliti adalah Model
Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan Perempuan Menopause di
Kecamatan Diwek Jombang berbasis teori Dukungan Sosial Sheldon Cohen
dengan integrasi teori Adaptasi Lazarus & Folkman.
Konsep teori Adaptasi Lazarus & Folkman bertujuan untuk
mengembangkan adaptasi dan mampu memberikan makna dari suatu
peristiwa yang dialami terhadap perubahan fisik dan psikologis akibat
menopause serta mampu mempersepsikan secara positif melalui penggunaan
mekanisme koping yang tepat yang di integrasikan dengan konsep teori
Dukungan Sosial Sheldon Cohen.
1.2 Identifikasi Masalah
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan
Kecemasan Perempuan Menopause
Perkiraan tahun 2025, di
Indonesia terdapat 28 juta
perempuan menopause
a. Perubahan pada status
reproduksi, sekresi hormon,
fungsi tubuh, penampilan,
harapan, hubungan, dan
keadaan sosial gangguan
psikologis
b. Perempuan menopause
mengalami gangguan
kecemasan
Prevalensi gangguan
psikologis perempuan
menopause :
1. Kecemasan (61,9%)
2. Gangguan yang
mempengaruhi
kualitas hidup
(13,7%)
3. Urogenital (25,5%)
4. Psikologis (18,5%)
5. Somatik (4,5%)
a. Perempuan menopause
di Kabupaten Jombang
sebanyak 3,406 jiwa
b. 6 dari 10 perempuan
menopause di
Puskesmas Cukir
mengalami gangguan
psikologis yang berupa
1. Kecemasan
2. Mudah emosi
3. Gangguan tidur
4. Harga diri rendah
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
6
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan
Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengembangkan Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan
Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis Pengaruh Faktor Individu terhadap Jaringan Sosial pada
Perempuan Menopause
2. Menganalisis Pengaruh Jaringan Sosial terhadap Kejadian Stres pada
Perempuan Menopause
3. Menganalisis Pengaruh Kejadian Stres terhadap Dukungan Sosial pada
Perempuan Menopause
4. Menganalisis Pengaruh Faktor Individu terhadap Penilaian Stres pada
Perempuan Menopause
5. Menganalisis Pengaruh Jaringan Sosial terhadap Penilaian Stres pada
Perempuan Menopause
6. Menganalisis Pengaruh Kejadian Stres terhadap Penilaian Stres pada
Perempuan Menopause
7. Menganalisis Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Penilaian Stres pada
Perempuan Menopause
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
7
8. Menganalisis Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kecemasan pada
Perempuan Menopause
9. Menganalisis Pengaruh Penilaian Stres terhadap Kecemasan pada
Perempuan Menopause
1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis
1. Mengembangkan Ilmu Keperawatan untuk meningkatkan kualitas
Asuhan Keperawatan dalam menurunkan kecemasan berbasis teori
Dukungan Sosial Sheldon Cohen dengan integrasi teori Adaptasi Lazarus
& Folkman pada perempuan menopause
2. Mengembangkan Ilmu Keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan menopause dalam mencegah kecemasan berbasis teori
Dukungan Sosial Sheldon Cohen dengan integrasi teori Adaptasi Lazarus
& Folkman pada perempuan menopause
1.5.2 Praktis
1. Bagi Komunitas
Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan Perempuan
Menopause di Kecamatan Diwek Jombang dapat digunakan sebagai
acuan dalam memperbaiki pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
di komunitas pada perempuan menopause dalam identifikasi kelompok
resiko tinggi, situasi stres, kejadian stres dalam kehidupan yang
berpotensi bisa menimbulkan gangguan jiwa
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Menopause
2.1.1 Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata „men‟ yang berarti
bulan dan kata „peuseis‟ yang berarti penghentian sementara. Secara linguistik kata
yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya menstruasi.
Pandangan medis, menopause diartikan sebagai masa penghentian menstruasi
untuk selamanya. Masa menopause ini tidak bisa serta-merta diketahui, tetapi
biasanya akan diketahui setelah setahun berlalu. Menopause merupakan suatu
proses peralihan dari masa produktif menuju perlahan-lahan ke masa non produktif
yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron.
Pengertian menopause adalah kejadian biasa yang dihadapi perempuan
ketika tahun-tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian perempuan
menimbulkan rasa cemas atau risau, sementara bagi yang lain mendatangkan rasa
percaya diri (Nirmala, 2003). Menurut Prawiroharjo (2006) menopause adalah
berhentinya haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir setelah terdapat
sekurang-kurangnya 1 tahun. Pengertian menopause yang lain menurut Kuntjoro
(2006) menopause merupakan suatu tahap di mana perempuan tidak lagi
mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan
8
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
9
perempuan untuk bereproduksi antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Sedangkan
Andrews (2003) mendefinisikan menopause merupakan satu istilah yang
digunakan untuk menggambarkan perdarahan menstruasi terakhir dalam kehidupan
seorang perempuan. Pengertian ini hampir serupa dengan yang dikemukakan
Varney (2007) bahwa menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen.
Dengan demikin dapat disimpulkan bahwa menopause adalah terhentinya
menstruasi pada seorang perempuan yang sekaligus merupakan tanda berakhirnya
kemampuan perempuan untuk bereproduksi.
International Menopause Society (IMS) pada tahun 1999, menyampaikan
rekomendasi berdasarkan definisi World Health Organization (WHO) tahun 1996,
sebagai berikut :
1. Menopause alamiah adalah berhentinya menstruasi secara permanen, sebagai
akibat dari hilangnya aktifitas ovarium. Menopause alami ini dikenal, bila
tejadi amenore selama 12 bulan berturut-turut, tanpa ditemukan penyebab
patologi atau fisiologi yang jelas.
2. Perimenopause adalah waktu antara segera sebelum menopause (terjadi
perubahan gambaran endoktrinologik, biologik, dan klinik) dan satu tahun
sesudah menopause.
3. Transisi menopause adalah waktu sebelum masa menstruasi terakhir, pada
umumnya terjadi kenaikan variabilitas siklus menstruasi. Meskipun istilah ini
sinonim dengan perimenopause, namun cukup membingungkan sehingga
dianjurkan untuk tidak digunakan lagi.
4. Premenopause adalah satu atau dua tahun sebelum menopause (seluruh masa
reproduksi sebelum menopause).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
10
5. Pascamenopause, dimulai dari menstruasi berakhir tanpa memandang apakah
itu menopause spontan atau buatan.
6. Induced menopause adalah berhentinya menstruasi sebagai akibat dari operasi
pengangkatan kedua ovarium, tanpa atau dengan histerektomi atau ablasi
iatrogenik fungsi ovarium karena kemoterapi atau radiasi.
7. Menopause premature adalah menopause yang terjadi pada usia dibawah 40
tahun.
8. Klimakterium adalah masa penuaan, merupakan peralihan dari masa
reproduksi ke non reproduksi. Fase ini mencakup perimenopause dan
memperpanjang periode sebelum dan sesudah perimenopause.
9. Sindroma klimakterik adalah simptomatologi yang berhubungan dengan
klimakterium.
10. Usia lanjut adalah usia 65 tahun atau lebih. Menopause tidak identik dengan
lanjut usia (lansia), tetapi pascamenopause termasuk lansia.
2.1.2 Macam-Macam Menopause
1. Macam-macam menopause.
Menopause dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
1) Menopause Prematur (dini)
Usia rata-rata perempuan untuk mencapai menopause alami atau
berhentinya haid adalah 50 tahun. Meskipun demikian, sebagian
perempuan telah mengalaminya dalam usia 40 tahun, sebagian lagi
bahkan dalam usia masih sangat mudah, yaitu 20 hingga 30 tahun. Bagi
sebagian besar perempuan diagnosa menopause dini yang juga dikenal
dengan istilah Premature Ovarian Failure (POF), adalah pengalaman
yang sangat tidak menyenangkan. Sebagian besar perempuan muda yang
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
11
didiagnosa dengan POF, bahkan belum berkesempatan untuk melahirkan
anak, menyadari bahwa kesempatan untuk memiliki anak dari uterus
sendiri akan hilang (Nirmala, 2003).
Pada menopause dini 75 % perempuan telah mengalami keluhan
vasomotorik dan pada hampir 50 % perempuan telah terjadi osteoporosis.
Banyak sekali penyebab yang memungkinkan terjadinya menopause dini
yaitu penggunaan obat-obat diet yang bekerja sentral dapat meningkatkan
kadar hormon prolactin. Kadar prolactin tinggi dapat menekan sekresi
FSH dan LH, sehingga folikel tidak dapat tumbuh dan dengan sendirinya
akan terjadi menopause. Penyinaran terhadap ovarium atau pengaruh
pemberian kemoterapi dapat juga menyebabkan menopause dini.
Penyakit autoimun seperti miastenia, lupus eritematosus, trombositopenia
idiopatik, glomerulonefritis, arthritis rheumatoid dan penyakit crohn
dapat menyebabkan terjadinya menopause dini.
2) Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia di akhir 40 tahun
atau di awal 50 tahun (Adrews, 2010). Menopause ini yang paling
banyak terjadi pada perempuan. Hal ini disebabkan jumlah folikel yang
mengalami artesia terus meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia
lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang dan tidak terjadi
haid lagi, yang berakhir dengan terjadinya menopause.
3) Menopause terlambat
Menopause yang terjadi apabila seorang perempuan masih mendapat
haid di atas 52 tahun (Prawirohardjo, 2006). Ada beberapa faktor yang
menyebabkan menopause terlambat. Faktor tersebut adalah
konstitusional, fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
12
estrogen. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang perempuan akan
mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan
berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat di dalam endometrium, akan
tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang lain,
termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang perempuan mengalami
obesitas maka perempuan tersebut akan memiliki kadar estrogen yang
lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya.
4) Menopause karena operasi
Menopause ini terjadi akibat dilakukannya operasi atau pembedahan,
misalnya operasi rahim (histeroktomi) atau yang sering kali disebut
dengan istilah Total Abdominal Hysterectomy (TAHA) maupun karena
kedua indung leher diangkat (oophorectomy bilateral yang sering kali
disebut dengan Bilateral Salpingo Oophorectomy (BSO). Bila uterus
diangkat karena operasi tetapi indung telur dipertahankan, maka masa
haid berhenti namun gejala menopause lainnya biasanya tetap
berlangsung ketika perempuan tersebut mencapai usia menopause alami.
Meski demikian, ada sejumlah perempuan yang menjalani operasi uterus
dan mengalami gejala-gejala menopause dalam usia yang lebih muda.
5) Menopause Medis
Menopause ini terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan
berkurangnya atau berhentinya pelepasan hormon oleh ovarium. Campur
tangan ini bisa berupa pembedahan untuk mengangkat ovarium atau
untuk mengurangi aliran darah ke ovarium serta kemoterapi atau terapi
penyinaran pada panggul untuk mengobati kanker. Histeroktomi
menyebabkan berakhirnya siklus menstruasi, tetapi selama ovarium tetap
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
13
ada hal tersebut tidak akan mempengaruhi kadar hormon dan tidak
menyebabkan menopause. Perempuan yang harus menjalani kemoterapi
karena menderita kanker, seringkali mengalami menopause sementara
atau permanen. Obat-obatan anti kanker dapat merusak indung telur dan
mengurangi jumlah hormon yang diproduksi. Akibatnya, selama
menjalani kemoterapi, masa haid menjadi tidak teratur, bahkan berhenti
sepenuhnya.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause
1. Usia saat haid pertama kali (Menarche).
Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan antara
usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang perempuan memasuki
menopause. Kesimpulan dari penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda
seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki
masa menopause.
2. Jumlah anak.
Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause, Tetapi
beberapa peneliti menemukan bahwa semakin sering seorang perempuan
melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause.
3. Usia melahirkan.
Masih berhubungan dengan melahirkan anak, bahwa semakin tua seorang
melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki usia menopause. Penelitian yang
dilakukan Beth Israel deaconess Medical Center in Boston mengungkapkan bahwa
perempuan yang masih melahirkan di atas usia 40 tahun akan mengalami usia
menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
14
memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan memperlambat proses
penuaan tubuh.
4. Faktor psikis.
Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan kadar
estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah,
berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perubahan emosi
seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan
keganasan, tidak sabar lagi dan lain-lain. Perubahan psikis ini berbeda-beda
tergantung dari kemampuan perempuan yang menyesuaikan diri.
5. Sosial ekonomi.
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik kesehatan dan pendidikan.
Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis,
psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.
6. Budaya dan lingkungan.
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi
perempuan untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase
klimakterium dini.
2.1.4 Adaptasi Psikologis Masa Menopause
Pada perempuan yang menghadapi periode menopause, munculnya simtom-
simtom psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis
sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Menopause
seperti halnya menarche pada gadis remaja (awal dari masuknya hormon estrogen),
remaja ada yang cemas gelisah tetapi ada juga yang biasa. Pada perempuan yang
mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan, antara lain merasa cemas, lekas
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
15
marah, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, tidak
berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi.
Tetapi apakah semua perempuan akan mengalami gangguan psikologis dalam
menghadapi menopause. Kenyataannya tidak semua perempuan setengah baya
mengalami kecemasan, ketakutan bahkan depresi saat menghadapi menopause. Jadi ada
juga perempuan yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Berat
ringannya stres yang dialami perempuan dalam menghadapi dan mengatasi menopause
sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap menopause. Penilaian individu
terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif dan ada yang positif.
Bagi perempuan yang mencintai atau menganggap menopause itu sebagai
peristiwa yang menakutkan (stresor) dan berusaha untuk menghindarinya, maka stres pun
sulit dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda
keperempuanan yang selama ini dibanggakannya. Sebaliknya bagi perempuan yang
mengangkat menopouse sebagai suatu ketentuan Tuhan yang akan dihadapi semua
perempuan, maka ia tidak akan mengalami stres.
Menurut pendekatan kognitif, dalam ilmu psikologis pada dasarnya gangguan
emosi (takut, cemas, stres) yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana
individu menilai, menginterprestasi atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya.
Jadi, Bagaimana individu mempersiapkan atau menilai menopause akan berpengaruh
pada kondisi emosi psikologisnya. Bila perempuan memandang menopouse sebagai hal
yang mengerikan maka ia pun akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan
ketakutan stres dan depresi.
Kartono (1992) dalam Kurniati (2009), mengemukakan perubahan-perubahan
psikis yang terjadi pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda
antara lain yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simptom-simptom
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
16
psikologis seperti depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi
banyak kecemasan. Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau perempuan menopause
amat penting peranan dalam kehidupan sosial manusia terutama dalam menghadapi
masalah-masalah yang berkaitan dengan pension, hilangnya jabatan atau pekerjaan yang
sebelumnya sangat menjadi kebanggaan lansia tersebut. Berbicara tentang aspek
psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan
antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan
lansia.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas
dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik
fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka,
serta merasa kehilangan feminitas karena fungsi reproduksi yang hilang.
Gejala psikologis merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek
psikologis maupun kognitif perempuan. Berat ringannya gangguan ini sangat tergantung
pada penurunan aktivitas indung telur, sosial budaya, lingkungan, serta penerimaan
psikologis seorang perempuan tentang keadaannya. Biasanya perempuan yang
mengalami penurunan aktivitas indung telur yang sangat drastis mengalami gangguan
psikologis yang lebih parah. Gangguan psikologis yang lebih parah juga akan terjadi jika
lingkungan perempuan menopause belum menerima keadaannya dengan sepenuh hati.
Pengaruh yang paling besar datang dari pasangan. Jika pasangan tidak memberikan
dukungan yang memadai, percaya diri perempuan menopause bisa hilang, takut, dan
merasa selalu khawatir.
Faktor internal yang turut memperparah dan jujur lebih sering terjadi, yaitu
dikarenakan oleh perempuan itu sendiri. Banyak perempuan menopause yang belum
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
17
dapat menerima kenyataan ini. Ada berbagai keluhan psikologis yang sering muncul pada
perempuan menopause, diantaranya yaitu merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan
karena takut menjadi dua, mudah kaget, merasa sudah tidak berguna lagi dan tidak
menghasilkan sesuatu, merasa memberikan keluarga dan orang lain, rasa lelah dan
semangat yang menurun, putus asa, penurunan keinginan seksual, dan sesak nafas.
Perubahan emosi tampak pada kelelahan mental, menjadi lekas marah dan
perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya perubahan yang terjadi pada
perempuan menopause biasanya tidak disadari oleh perempuan. Pendekatan khusus
dibutuhkan oleh pihak keluarga agar perempuan tersebut dapat menerima adanya
perubahan emosi yang tidak disadari yang dirasakan oleh orang-orang sekitarnya.
Terkadang, perubahan tersebut membuat orang-orang sekitarnya kebingungan. Gejala
psikis ini tidak selalu terjadi pada setiap orang karena setiap individu memiliki
kepribadian yang unik. Pendekatan tersebut diharapkan perempuan dapat menerima
masukan untuk mengelola emosi yang lebih baik. Gangguan psikologis yang terjadi pada
masa menopause bisa berupa:
1. Depresi menstrual.
Kepedihan hati dan kekecewaan bahwa perempuan menopause kurang lengkap,
dan kurang sempurna. Hal ini disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi.
Depresi menstrual timbul dengan interval waktu yang tepat. Perempuan jadi
sangat sulit, banyak menuntut, rewel, gelisah sekali, cerewet, kepikunan mulai
tampak, dan lain-lain. Semua gejala tersebut umumnya diiringi suasana hati yang
cepat berubah. Selain itu, perempuan tersebut merasa cemas kalau organ
reproduksinya mengalami kemunduran atau proses devaluasi dalam, fungsinya
dan merasakan kekecewaan, kejengkelan dan penghianatan pahit disebabkan
munculnya gejala-gejala kemunduran sehingga dengan segala usaha, perempuan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
18
menopause berusaha mempertahankan dan melakukan berbagai kegiatan untuk
mengawetkan feminitasnya. Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan
pertumbuhan diri untuk mengawetkan feminitasnya, sebab utama perempuan
menopause mengalami suasana hati depresif adalah:
1. Mengingkari dan memprotes proses biologi yang mengarah pada ketuaan.
2. Terlalu melebih-lebihkan keadaan dirinya.
3. Kemunduran jasmaniah dirasakan sebagai kemungkinan kematian dan tidak
ada guns atau terns hidup.
4. Menanggapi hidupnya sudah tidak mengandung harapan, penuh ketelitian
agar pribadinya dilupakan oleh semua orang.
2. Ide-ide Delirius.
Biasanya pada usia menopause, gejala abnormal akan muncul. Gejala tersebut
berisikan ide-ide delirious (ide-ide abnormali kegilaan). Kemudian timbul
semacam kegairahan seksual yang luar biasa. Pada perempuan menopause
tersebut tiba-tiba seksualitasnya menjadi membara, sensitif dan lain-lain sehingga
untuk memenuhi kebutuhannya perempuan tersebut melakukan mastrubasi
klitoris yang berarti memuaskan diri atau pemenuhan diri kebutuhan seksual
dengan merangsang alat kelaminnya sendiri dengan tangan atau alat-alat
mekanik.
2.1.5 Perubahan Emosional dan Kognitif Perempuan Menopause
Perempuan menopause biasanya mengalami perubahan emosional dan kognitif.
Gejala ini bervariasi pada setiap individu diantaranya kelelahan mental, masalah daya
ingat, lekas marah dan perubahan yang berlangsung cepat. Biasanya, perubahan
emosional ini tidak disadari oleh yang bersangkutan. Tidak jarang orang orang
disekitarnya dibuat bingung dengan perubahan ini.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
19
Menurut Kurniati (2009), perubahan yang dialami perempuan menopause bahwa
perempuan akan mengalami gejala kognitif yaitu gangguan tidur, grogi, panik, dan sulit
konsentrasi yang baru perempuan alami enam bulan terakhir ini. Perempuan mengalami
gejala motorik di mana sekarang ini perempuan lebih mudah letih bila terlalu banyak
melakukan aktivitas. Perempuan mengalami gejala somatik di mana sekarang ini keringat
lebih banyak dari biasanya. Perempuan mengalami gejala efektif gelisah karena
membayangkan bagaimana bila sudah tidak menstruasi lagi, juga merasa tidak nyaman,
khawatir dan gemetaran yang berlebihan akan menghadapi menopause. Keadaan emosi
individu juga bisa disebabkan oleh cara individu memandang berbagai hal. Sebelum
individu merasakan suatu peristiwa, individu harus memahami apa yang sedang terjadi
pada dirinya. Jika pemahaman individu mengenai apa yang sedang terjadi itu tepat, maka
emosinya akan stabil. Jika persepsi individu itu kurang tepat serta menyimpang, maka
tanggapan emosional akan menyimpang.
Konflik mengenai perubahan kehidupan itu muncul karena pandangan individu
tentang dirinya sangat tidak lengkap, tidak konsisten atau terlalu sederhana. Konflik dapat
diringankan oleh perkembangan diri individu itu sendiri. Hubungan antara cara berpikir
dan perasaan individu dapat diuraikan sebagai berikut (Burns, 1988):
1. Ada sederetan peristiwa positif, netral atau negatif masuk ke dalam pengamatan
manusia
2. Individu akan menafsirkan peristiwa yang terjadi dengan sederetan pikiran yang
mengalir terus di dalam diri individu. Kejadian ini disebut “dialog internal”.
3. Dari penafsiran-penafsiran tersebut muncul perasaan-perasaan.
Perasaan individu diciptakan oleh pikiran dan bukan peristiwanya. Semua
pengalaman harus diproses melalui otak individu dan diberi makna secara sadar sebelum
individu mulai mengalami respon emosional. Pada masa transisi dari periode produktif ke
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
20
periode non produktif menuntut penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan peranan.
Cara perempuan dalam menghadapi masa transisi tergantung pada kestabilan emosi,
pengalaman masa lalu dalam menghadapi perubahan, serta pengharapan di masa
mendatang (Robertson 1985 dalam Rotchrock, 2008).
Pandangan seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan
psikologis pada masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal
dari dalam diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Pada masyarakat
yang mengagungkan kemudahan dan kecantikan, menopouse bisa dipersepsikan sebagai
ancaman. Selain itu mitos yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang
menopause dapat menimbulkan kecemasan (Bromwich 1991, Rotchrock, 2008).
Parker (dalam Mappiare, 1983 Potter, PA dan Perry, AG, 2006) mengemukakan
bahwa kesalahan persepsi tentang menopause mengakibatkan peristiwa menopause
dirasakan sebagai takdir yang mengancam atau menyedihkan. Perempuan tersebut
menganggap dirinya sebagai barang bekas yang tidak berguna karena tidak subur
(Budiman dalam Latipun 2006).
2.2 Konsep Dasar Kecemasan
2.2.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan
merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman
baru atau yang belum pernah di lakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti
hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang
berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang
dalam kehidupannya (Fauziah et al, 2007).
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental
yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
21
masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010).
Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.
Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku,
baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua-duanya
merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap
kecemasan tersebut (Gunarsa, 2008).
2.2.2 Faktor - faktor Penyebab Kecemasan
Menurut Hartoyo (2004) dalam Ita Eko Suparni et al. (2016), bahwa stresor
pencetus kecemasan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri, dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat mengancam harga diri.
Faktor eksternal ke meliputi kehilangan nilai diri akibat kematian, atau perubahan
jabatan. Faktor internal kemah meliputi : kesulitan interpersonal di rumah atau
tempat kerja.
Menurut Savitri (2003) ada beberapa factor yang menunujukkan reaksi kecemasan,
diantaranya yaitu :
1) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
22
keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa
tidak aman terhadap lingkungannya.
2) Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat
lama.
3) Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa
kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.
2.2.3 Tanda dan Gejala Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering di hubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Berdasarkan pendapat
Blackburn dan Davidson (1990) dalam Ita Eko Suparni et al (2016), tanda dan gejala
psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek adalah sebagai berikut:
1. Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis seperti
mudah marah, perasaan sangat tegang.
2. Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti khawatir, sukar
konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri
sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
3. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti menghindari situasi,
ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
23
4. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti gugup,
kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali , seperti berkeringat, gemetar, pusing,
berdebar-debar, mual, mulut kering.
Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) dalam Ita et al
(2016), yaitu:
1. Gejala fisiologis: gemetar, dan, nyeri otot, letih, tidak dapat sampai, kelopak mata
bergetar kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, mudah kaget, berkeringat,
jantung berdebar cepat, terasa dingin, telapak tangan pelembab, mulut kering,
pusing kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas dingin,
sering kencing di area sate enak di ulu hati, kerongkongan tersumbat, muka
merah dan hujan, titik nadi dan nafas yang tepat waktu istirahat.
2. Gejala psikologis: rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan
datang, seperti cemas, khawatir takut, berpikir berulang-ulang ke membayangkan
akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, pos badan yang
berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga
mengakibatkan perhatian muda terlalu sulit konsentrasi kau merasa nyeri, dan
sukar tidur.
2.2.4 Tingkat Kecemasan
Kecemasan (ansietas) sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan
rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi
cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
24
sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Stuart dan Sundeen
(1998) membagi ansietas ke dalam empat tingkatan sesuai dengan rentang respon ansietas
yaitu :
1. Ansietas ringan
Ansietas ini adalah ansietas yang normal yang memotivasi individu dari hari ke hari
sehingga dapat meningkatkan kesadaran individu serta mempertajam perasaannya.
Ansietas pada tahap ini dipandang penting dan konstruktif.
2. Ansietas Sedang
Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh indera dipusatkan pada
penyebab ansietas sehingga perhatuan terhadap rangsangan dari lingkungannya
berkurang.
3. Ansietas Berat
Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus pada hal – hal yang kecil, sehingga
individu tidak mampu memecahkan masalahnya, dan terjadi gangguan fungsional.
4. Panik
Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi disorganisasi dan dapat
membahayakan dirinya. Individu tidak dapat bertindak, agitasi atau hiperaktif. Ansietas
tidak dapat langsung dilihat, tetapi dikomunikasikan melalui perilaku klien/individu,
seperti tekanan darah yang meningkat, nadi cepat, mulut kering, menggigil, sering
kencing dan pening. Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton
Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat
kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14
syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
25
diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max
Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama
pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan
reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial
clinic yaitu 0,93 dan 0,9. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable. Skala HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam (2003) penilaian kecemasan
terdiri dan 14 item, meliputi:
1. Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
2. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri
dan takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas
dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik: nyeri pada otot - otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
stabil dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk - tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat
serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
jantung hilang sekejap.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
26
10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi
lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri,
pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari - jari gemetar, mengkerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan
hasil:
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.
3. Skor 15 – 27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat
2.2.5 Pencegahan dan Psikoterapi terhadap Menopause.
Masalah masalah psikologis yang terjadi pada perempuan menopause tidak bisa
disepelekan, perlu adanya penanganan yang serius misalnya dengan cara:
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
27
1. Terapi hormon untuk mengendalikan gejala menopause perlu ditambahkan
hormon progesteron dan peningkatan dosis estrogen. Terapi edarnya dimulai di
dalam satu tahun ayat yang terakhir sebelum menopause.
2. Mampu mengendalikan diri dan mampu mengatasi yang berisi, tiga hal ini
muncul dengan jalan menyalurkan keresahan batinnya pada perbuatan yang
intelegensi produktif atau kreatif.
3. Rela melakukan pengorbanan diri secara filantropis (antar sesama manusia),
sholat beribadah, hidup secara religius, dan secara total meninggalkan sejuta
kenangan duniawi.
4. Memanfaatan kehidupan erotisnya
5. Memanfaatkan kehidupan dalam kondisi tenang-tenang saja dan juga tidak
kehilangan satu pun juga.
6. Mempercepat kepercayaan diri dengan jalan:
1) Meninggalkan pergaulan sosial yang mengingatkan kepahitan hidup.
2) Mengisolasi diri dalam dunia khayal yang diciptakan sendiri dalam
fantasinya.
3) Ingin melindungi diri sendiri dan macam-macam frustasi dan merasa dengan
dirinya sendiri.
7. Berusaha resiknasi (sumeleh, sumarah, tawakal) tanpa konvensi adalah cara
menghadapi situasi dan kondisi ketuaan Tanpa Rasa kecemasan.
8. Harus mau dan bisa menerima status quo (keadaan dirinya pada saat itu yang
mulai menjadi tua).
9. Mampu melihat segi-segi positif kehidupannya dan mengekspresikan nilai-nilai.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
28
Dalam konseling kepada perempuan menopause, bahwa (menopause) itu
merupakan gejala fisiologis yang tidak perlu dicemaskan sehingga perempuan nantinya
akan mampu menerima masa menopause dengan selalu melakukan hal yang positif.
2.3 Konsep Dasar Dukungan Sosial
2.3.1 Dukungan Sosial Masa Menopause
Kehidupan dengan pernikahan dan keluarga yang bahagia adalah faktor
pendukung yang penting bagi perempuan dalam menghadapi menopause.
Kepuasan dalam mengalami peran sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya
merupakan kekuatan tersendiri dalam menghadapi menopause dan masalah
masalahnya sehingga perempuan dapat beradaptasi dan menghadapi menopause
dengan kebijaksanaan, seiring bertambahnya usia dan meningkatkan kehidupan
religius.
Dukungan adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di kehendakinya
(Fatmawati dalam Liewellyn, 2009). Dukungan sosial adalah dukungan dari orang
lain yang dapat memberikan kenyamanan fisik maupun psikis sehingga secara
tidak langsung dapat mengurangi atau menurunkan kecemasan perempuan pada
saat menopause peran suami sangat diperlukan oleh perempuan menopause di
mana kesabaran, bimbingan dan semangat dari suami akan sangat membantu pada
masa ini. Dengan kata lain dukungan sosial secara langsung menurunkan stres dan
secara tidak langsung meningkatkan serta memperbaiki kesehatan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
29
2.3.2 Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dukungan merupakan sesuatu yang
didukung / disokong / bantuan. Bantuan atau sokongan yang diterima seseorang
dari orang lain. Dukungan ini biasanya di peroleh dari lingkungan sosial, dalam
hal ini adalah orang dekat seperti anggota keluarga, orang tua, teman. Sesuai
pendapat Cohan dan Hoberman, dukungan keluarga yang kuat akan memberikan
dampak positif (Sherwin & Barbara B, 2008).
1. Dukungan sosial
Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi
pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan,
atasan dan konselor. Dukungan sosial terutama dalam kontak hubungan yang
akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga merupakan sumber
dukungan sosial yang paling penting (Stanley dan Patricia G, 2004).
2. Jenis dukungan sosial
Dukungan sosial merujuk kepada tindakan yang dilakukan orang lain
ketika memberikan bantuan. Menurut House dikutip oleh Stanley, M. Dan
Patricia G.B. (2004), membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial
yang lebih kompleks menjadi:
1) Dukungan emosional: ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan.
2) Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan hormat atau
penghargaan positif untuk orang lain itu, suatu dorongan untuk maju
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
30
atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan
perbandingan positif orang itu dengan orang lain.
3) Dukungan instrumental: meliputi bantuan secara langsung sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh seseorang seperti memberi pinjaman
uang atau menolong dengan pekerjaan.
4) Dukungan informatif : pemberian nasehat, saran, pengetahuan, dan
informasi secara petunjuk.
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Menurut Reis (Robert, A.R., Gilbert, 2009) ada tiga faktor yang mempengaruhi
penerimaan dukungan sosial pada individu yaitu:
1. Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada aspek-aspek
lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka dukungan yang
diperoleh akan semakin besar.
2. Harga diri
Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain merupakan
suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan menerima bantuan orang lain
diartikan bahwa individu yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.
3. Keterampilan sosial
Individu dengan pergaulan yang luas memiliki ketrampilan sosial yang tinggi,
sehingga memiliki jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan, individu yang
memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki ketrampilan sosial rendah.
Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan
individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan
psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak,
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
31
kerabat, teman, rekan kerja, staf medis, serta anggota dalam kelompok
kemasyarakatan.
2.3.4 Pentingnya Dukungan Sosial Masa Menopause
Menurut (Cooper & Smith, 1985) dalam Jones (1997) mengemukakan
bahwa jika seorang perempuan mempunyai konflik dalam kehidupannya kebanyakan
akan mencari bantuan dengan orang terdekat dengan sampai berkonsultasi dengan
ahli profesional atau tenaga kesehatan untuk mencari pemecahan masalah yang
dihadapi. Pemecahan masalah ini akan dipermudah dengan adanya dukungan suami
dan keluarga. Bagaimana dukungan dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial
mempengaruhi kejadian dan efek dari stres. Secara teoritis dukungan sosial dapat
menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stres.
Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi
atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan
mengurangi potensi munculnya stres.
Dukungan sosial cepat dapat mengubah hubungan antara respon individu
pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri mempengaruhi
strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara
kejadian dan menimbulkan start mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial
dapat memodifikasi Efek itu.
Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam
mempengaruhi kejadian dan efek stres. Beberapa contoh efek negatif yang timbul
dari hubungan sosial antara lain:
1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini
dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa perlu
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
32
dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan
dukungan yang diberikan.
2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.
Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan
atau menyarankan perilaku tidak sehat. Terlalu menjaga atau tidak mendukung
individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat
mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan
menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.
3. Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi
suami untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk istrinya. Lingkungan
dikatakan mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan
sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam
memotivasi seseorang dalam mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah
lingkungan yang terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi.
Agar timbul keinginan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil dan mencapai tujuan.
2.4 Teori Dukungan Sosial Sheldon Cohen
Konsep dukungan sosial dan stres telah terikat erat dan bekerja empiris tentang
pengaruh dukungan pada kesehatan dan kesejahteraan (Cobb, 1976; Cohen & Syme,
1985). Dukungan sosial memberikan kontribusi pemikiran untuk peristiwa stres,
menghindari peristiwa stres, penilaian dari acara, dan kemampuan untuk mengatasi
kejadian dan konsekuensi mereka. Sebaliknya, peristiwa stres dan tanggapan mengatasi
diperkirakan dapat mempengaruhi stabilitas jaringan sosial serta ketersediaan dan
pemeliharaan dukungan sosial
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
33
2.4.1 Konsep Dukungan
Terdapat kesepakatan sedikit di antara anggota komunitas ilmiah dalam hal definisi
yang tepat dari dukungan sosial (Cohen & Syme, 1985). Selain itu, studi yang ada berlaku
istilah untuk berbagai jaringan sosial dan fungsi yang mereka berikan (Turner, 1983).
Tiga kelas dari konsep dukungan (tindakan) yang diusulkan: jaringan sosial, dirasakan
dukungan sosial, dan perilaku mendukung.
Jaringan sosial mengacu pada struktur hubungan-sosial keberadaan, jumlah, dan
jenis hubungan. Dukungan sosial dirasakan mengacu pada fungsi hubungan-sosial
persepsi bahwa hubungan sosial akan (jika perlu) menyediakan sumber daya seperti
dukungan emosional atau informasi. Akhirnya, perilaku mendukung mengacu pada
mobilisasi dan penerimaan perilaku dimaksudkan untuk membantu orang dalam
menghadapi peristiwa stres.
2.4.2 Model Transaksional Stres dan Dukungan Sosial Cohen
Gambar dibawah ini menggambarkan konsep utama dan mekanisme yang terlibat
dalam hubungan antara gangguan stres dan dukungan. Gangguan secara luas di sini
merujuk pada gejala psikologis dan fisiologis pada penyakit atau kelainan. Bentuk
kesederhanaan dan singkatnya yang mencakup semua hubungan yang mungkin antara
konsep-konsep yang diwakili.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
34
Gambar 2.1 Konsep dan mekanisme yang terlibat antara Stres dan Dukungan
Sosial
Pada gambar (2.1) diatas adalah model transaksional stres dan gangguan
(Lazarus & Folkman, 1984). Kunci "inti" konsep untuk model transaksional
berada di kotak segi delapan. Singkatnya, peristiwa berpotensi stres yang dinilai
sebagai stres baik atau jinak dalam konteks nilai-nilai, keyakinan, pengalaman,
dan sumber daya individu sendiri dalam mengatasinya. Penilaian dari peristiwa
seperti stres dalam berbagai perubahan psikologis dan fisiologis yang
menempatkan seseorang pada risiko untuk gangguan.
Social network disruption
Interpretation of behaviors
Social context
Coping information
Inappropriate support
Past receipt
Personality
PERCEIVED SOCIAL
SUPPORT
STRESS
APRAISAL
Value
Experience
Beliefs
Coping
resources
STRESS
Negative
affect
Lowered
Self-esteem
Lowered
control
SUPPORT
BEHAVIORS
Seeking,
Receiving &
Providing
Who?
When?
What?
How long?
STRESSFUL
EVENTS
Severity
Conten
Duration
Timing
SOCIAL
NETWORK
Social norm
Information
Social
conflicts
Loss
Nooccurrence
Ceremonies
Support norm
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
35
Seperti terlihat dari gambar, ada sejumlah poin karakteristik objektif yang
berkontribusi untuk apakah atau peristiwa stres mengakibatkan stres dan distrier.
Ini termasuk tingkat keparahan, konteks di mana mereka terjadi, durasi, dan
waktu. Peristiwa dalam kaitannya dengan perjalanan hidup. Ada juga bukti bahwa
tipe tertentu. Peristiwa merupakan faktor risiko untuk gangguan tertentu.
Misalnya adalah yang depresi mempengaruhinya. Depresi secara klinis
tampaknya dipicu oleh peristiwa interpersonal (Bogei, De Longis, Kessler, &
Schilling, 1989; Brown & Harris, 1989). Akhirnya, mulation accu dari beberapa
peristiwa dalam kategori tertentu (misalnya, peristiwa interpersonal, peristiwa
ekonomi) atau di seluruh kategori, membuat risiko yang lebih besar.
Seperti disebutkan sebelumnya, penilaian stres terjadi dalam konteks nilai-
nilai, keyakinan, pengalaman, dan mengatasi sumber daya seseorang. Appraisal
mewakili makna peristiwa untuk individu-khusus, sejauh mana tuntutan situasi
lebih besar dari kemampuan untuk mengatasi.
Dalam diskusi ini, menggunakan bentuk stres untuk merujuk kedua efek
psikologis dan fisiologis penilaian stres. Efek psikologis dari penilaian yang
terlibat dalam gangguan meliputi peningkatan negatif yang mempengaruhi
penurunan fungsi diri.
2.4.3 Dukungan sosial dan Gangguan Stres
Penurunan harga diri dan kontrol perasaan. Perubahan fisiologis dalam
menanggapi penilaian stres di duga di mediasi oleh perubahan-perubahan dalam
mempengaruhi harga diri, dan kontrol. Efek stres fisiologis terlibat dalam
gangguan fisik termasuk perubahan respon kardiovaskular, seperti peningkatan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
36
denyut jantung dan tekanan darah, sekresi (ke dalam aliran darah) dari berbagai
hormon, termasuk katekolamin, CRF, ACTH, kortisol, dan hormon pertumbuhan,
dan perubahan fungsi kekebalan tubuh (Rabin, Cohen, Ganguli, Lysie, &
Cunnick, 1989).
Pada gambar (2.1) menunjukkan keterkaitan jaringan sosial, dukungan yang
dirasakan, dan perilaku dukungan dalam model transaksional. Hal ini termasuk
efek mereka pada komponen model inti dan efek mereka pada satu sama lain,
angka ini dimaksudkan sebagai alat organisasi, bukan sebagai representasi dari
model formal.
2.4.4 Jaringan Sosial, Stres, dan Gangguan
Jaringan sosial dapat mempengaruhi baik terjadinya dan penilaian dari
peristiwa kehidupan yang penuh stres. Terjadinya peristiwa dapat dipengaruhi
oleh norma-norma sosial. Misalnya, larangan perceraian, pengendalian kelahiran,
dan aborsi dapat beroperasi untuk membuat dan atau mempertahankan stres akut
dan kronis. Atau, norma mendukung penggunaan kontrol kelahiran dan praktek
seks "aman" yang bisa mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit
menular seksual (Fisher, 1988). Demikian juga, ketersediaan jaringan informasi
yang tepat dapat membantu orang menghindari peristiwa kehidupan yang penuh
stres tertentu (misalnya, kehamilan yang tidak diinginkan).
Jaringan keanggotaan itu sendiri memberikan kemungkinan untuk stres
interpersonal, seperti konflik sosial dan kerugian, yang mungkin untuk orang
kurang lebih terisolasi. Namun, jaringan juga menghasilkan peristiwa, seperti
upacara keagamaan dan etnis, yang menandai kejadian dari berbagai tahap siklus
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
37
hidup. Peristiwa ini berkontribusi pada pengembangan indera diri, prediktabilitas,
dan kontrol yang penting untuk pemeliharaan kesejahteraan psikologis. Tidak
terjadinya peristiwa normatif antara orang yang relatif terisolasi mungkin juga
kejadian stres interpersonal (Schulz & Rau, 1985; Rabkin & Struening, 1976).
Peristiwa interpersonal (terjadinya atau tidak terjadinya) dapat menempatkan
orang pada risiko lebih besar untuk gangguan dari acara non-sosial. Peristiwa
Interpersonal memainkan peran utama sebagai faktor risiko dalam tekanan
psikologis
Jaringan sosial juga dapat mempengaruhi penilaian dari peristiwa stres (lihat
jalur dari jaringan sosial untuk penilaian stres pada Gambar 2.1). Norma-norma
sosial dan jaringan informasi menyediakan konteks sosial di mana peristiwa
tersebut dinilai (Brown & Harris, 1978, 1989; Lazarus & Folkman, 1984; Monroe
& Depue, 1991). Misalnya, kehamilan yang tidak diinginkan, perceraian, dan
aborsi yang jauh lebih stres ketika tanduk jaringan melarang atau menstigmatisasi
mereka daripada ketika norma-norma yang menerima atau bahkan memfasilitasi,
jaringan sosial juga secara langsung mempengaruhi persepsi dukungan (lihat jalur
dari jaringan sosial untuk dukungan sosial yang dirasakan dalam gambar 2.1.
Dukungan norma meresepkan ketika dukungan harus diberikan kepada anggota
jaringan lainnya, Demikian pula, norma-norma timbal balik diharapkan
meresepkan mendukung orang lain yang telah memberikan dukungan di masa
lalu.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
38
2.4.5 Persepsi Dukungan Sosial Dan Model Stres-Buffering
Hipotesis stres-buffering berpendapat bahwa dukungan “buffer” berpotensi
(melindungi) orang dari pengaruh patogen dari peristiwa stres. Mayoritas peneliti
pada tes hipotesis ini Wheaton (1985) menyebutkan sebagai interative model
buffering. Dalam model ini, dukungan beroperasi sebagai variabel moderasi-
kondisi yang ada (misalnya, persepsi dukungan yang tersedia) di mana stres
memiliki dampak kurang substansial (lihat jalur dari dukungan sosial yang
dirasakan untuk penilaian stres pada gambar 2.1). Ini efek secara statistik diwakili
oleh stres dengan interaksi dukungan sosial (Rumah, 1981; Cohen & Wills, 1985;
Veiel, Bab 17; Wheaton, 1985). Pembahasan model ini kemudian kita diskusikan
tentang efektivitas perilaku dukungan dalam mengatasinya. Peristiwa stres
mungkin dalam beberapa kasus mencerminkan model interaktif tetapi dalam
banyak kasus mungkin mencerminkan additive model (Wheaton, 1985). Dalam
model aditif hasil stresor dalam mobilisasi dukungan (perilaku yang mendukung)
yang meredam dampak stresor keseluruhan (melihat jalan dari stres untuk
mendukung perilaku pada Gambar (2.1).
Ketersediaan dukungan sosial dirasakan telah ditemukan untuk bertindak
sebagai penyangga stres (peristiwa stres oleh interaksi dukungan yang dirasakan)
atas berbagai studi; maka saya fokus pada dukungan dianggap sebagai sumber
stres penyangga (Cohen & Wills, 1985). Dua teori yang menonjol dari mengapa
dukungan dirasakan beroperasi sebagai penyangga stres dibahas di sini.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
39
2.5 Teori Adaptasi Stres Lazarus & Folkman
Lazarus (1976) berpendapat stres terjadi jika seseorang mengalami tuntutan yang
melampaui sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini
berarti bahwa kodisi Stres terjadi jika terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan
antara tuntutan dan kemampuan. Tuntutan adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan
menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi individu. Jadi Stres tidak
hanya bergantung pada kondisi eksternal melainkan juga tergantung mekanisme
pengolahan kognitif terhadap kondisi yang dihadapi indiidu bersangkutan. Tuntutan-
tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam 2 bentuk, yakni :
1) Tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan biologis. Berupa kebutuhan-
kebutuhan, nilai-nilai, dan kepuasan yang ada pada diri individu
2) Tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial. Tuntutan eksternal
dapat merefleksikan aspek-aspek yang berbeda dari pekerjaan seseorang, seperti tugas-
tugas yang diberikan dan bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut, lingkungan fisik,
lingkungan psikososial dan kegiatan-kegiatan di luar lingkungan kerja.
2.5.1 Sumber Stres
Untuk lebih memahami Stres, maka perlu dikenali terlebih dahulu penyebab Stres
yang biasa disebut dengan istilah stresor. Lazarus dan Cohen (1979) mengidentifikasikan
kategori dari stresor, yaitu :
1. Cataclysmic Stresor
Istilah ini mengacu pada perubahan besar atau kejadian yang berdampak yang
beberapa orang atau seluruh komunitas dalam waktu yang sama, serta diluar
kendali siapapun. Contohnya bencana alam (gempa bumi, badai), perang,
dipenjara dan sebagainya. Pada Stresor, individu seringkali menemukan banyak
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
40
dukungan dan sumber daya yang dapat digunakan untuk membandingkan
perilaku dari orang lain.
2. Personal Stresor
Yaitu Stresor yang mempengaruhi secara individual. Stresor ini dapat atau tidak
dapat diprediksi, akan tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan membutuhkan
upaya koping yang cukup besar dari seseorang seperti menderita penyakit yang
mematikan, dipecat, bercerai, kematian orang yang dicintai, dan sebagainya.
Stresor ini seringkali lebih sulit ditanggulangi daripada cataclysmic stresor
karena kurangnya dukungan dari individu lain yang memiliki nasib yang sama.
3. Background Stresor
Yaitu Stresor yang merupakan “malah sehari-hari” dalam kehidupan. Stresor ini
berdampak kecil namun berlangsung terus-menerus, sehingga dapat mengganggu
dan menimbulkan stres negatif pada individu (Lazarus & Folkman, 1984) seperti
contohnya mempunyai banyak tanggung jawab, merasa kesepian, beradu
argument dengan pasangan, dan sebagainya.Walaupun masalah sehari-hari tidak
seberat perubahan besar dalam hidup seperti perceraian, kemampuan untuk bisa
beradaptasi dengan masalah sehari-hari tersebut menjadi sangat penting dan hal
ini juga berkaitan dengan masalah kesehatan (Lazarus & Folkman, 1984).
Lazarus (1976) membagi Stres ke dalam beberapa sumber, yaitu :
1) Frustasi, yang akan muncul apabila usaha yang dilakukan individu untuk
mencapai suatu tujuan mendapat hambatan atau kegagalan. Hambatan ini
dapat bersumber dari lingkungan maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
2) Konflik, Stres akan muncul apabila individu dihadapkan pada keharusan
memilih satu di antara dua dorongan atau kebutuhan yang berlawanan atau
yang terdapat pada saat yang bersamaan.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
41
3) Tekanan, Stres juga akan muncul apabila individu mendapat tekanan atau
paksaan untuk mencapai hasil tertentu dengan cara tertentu. Sumber tekanan
dapat berasal dari lingkungan maupun dari dalam diri individu yang
bersangkutan.
4) Ancaman, antisipasi individu terhadap hal-hal atau situasi yang merugikan
atau tidak menyenangkan bagi dirinya juga merupakan suatu yang dapat
memunculkan stres. Faktor-faktor yang menjadi sumber munculnya stres
disebut Stresor. Pada dasarnya keadaan stres yang dihadapi sama namun
penghayatan derajat stres berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya penilaian kognitif dalam diri
individu yang akan memberi bobot pada keadaan atau situasi stres yang
dialami, dimana keadaan tersebut dihayati sebagai suatu keadaan yang
mengancam atau tidak bagi individu yang bersangkutan.
2.5.2 Reaksi terhadap Stres
Ketika menghadapi suatu situasi yang dapat menimbulkan stres, reaksi setiap
individu berbeda-beda. Beberapa respon ini merupakan reaksi yang tidak disadari,
sedangkan sebagian lagi disadari oleh individu untuk segera melakukan koping. Lazarus
(1984) membagi reaksi-reaksi ini kedalam 4 kategori yaitu:
1. Reaksi Kognitif
Reaksi kognitif terhadap stres meliputi hasil proses appraisal seperti adanya
keyakinan mengenai bahaya atau ancaman yang terkandung dalam suatu kejadian
atau keyakinan mengenai penyebabnya. Respon kognitif juga memasukkan respon
stres tidak sadar seperti membuat jarak, ketidakmampuan konsentrasi, gangguan
performance dalam pekerjaan-pekerjaan kognitif, dan pikiran-pikiran yang
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
42
mengganggu, berulang dan abnormal. Simptom stres dalam bentuk kognitif
mencakup pemikiran obsesif dan adanya ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
2. Reaksi fisiologis
Pada saat menghadapi stres, tubuh memobilisasi diri untuk menangani stres
tersebut. Hati mengeluarkan lebih banyak glukosa untuk melumasi otot serta
hormon-hormon dikeluarkan untuk menstimulasi perubahan lemak dan protein
menjadi gula. Metabolisme tubuh meningkat sebagai persiapan tuntutan energi dari
aktifitas fisik. Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan meningkat serta otot
menjadi tegang. Pada saat yang sama, aktifitas yang tidak dibutuhkan seperti
digestif dikurangi, saliva dan lendir akan mengering dan sebagai gantinya
meningkatnya jumlah udara yang dihirup. Respon psikologis tersebut merupakan
hasil dari bekerjanya beberapa sistem tubuh untuk menghadapi stres.
3. Reaksi Emosional
Penilaian atau interpretasi kognitif terhadap lingkungan yang dikaitkan dengan
kebutuhan, tujuan, harapan, atau perhatiannya adalah hal yang menentukan
bagaimana respon emosi seseorang (Lazarus, 1982). Lazarus & Folkman (1984)
mengungkapkan bahwa dominansi emosi negatif seperti cemas, depresi, dan marah
merupakan indikasi bahwa individu yang bersangkutan menilai situasi sebagai
sesuatu yang menimbulkan stres dan dirasakan melukai atau merugikan (harm/loss),
atau memberikan ancaman bahwa akan muncul sesuatu yang dapat melukai atau
merugikan keberadaan individu tersebut.
4. Reaksi tingkah laku
Reaksi tingkah laku berhubungan dengan memunculkannya suatu perilaku baru
sebagai upaya individu untuk mengurangi atau menghilangkan kondisi stres yang
dialaminya. Perilaku-perilaku yang muncul seperti merokok, mengurangi atau
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
43
makan berlebih, berolahraga berlebihan, mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan
terlarang, dan sebagainya. Reaksi tingkah laku ini muncul tergantung pada stresor
yang dihadapi, perilaku melawan stres or secara langsung (fight) dan menjauh atau
menarik diri dari ancaman (flight) merupakan dua reaksi yang paling ekstrim.
2.5.3 Penilaian kognitif
Penilaian kognitif (cognitive appraisal) berlangsung secara terus-menerus di
sepanjang kehidupan. Penilaian kognitif merupakan suatu proses evaluatif yang
menentukan mengapa atau dalam keadaan seperti apa suatu interaksi antara manusia dan
lingkungannya dapat menimbulkan stres (Lazarus & Folkman, 1984). Pada dasarnya
penilaian kognitif merefleksikan kekhasan dan perubahan relasi yang berlangsung antara
individu dengan karakteristik personal tertentu (seperti nilai, motivasi, gaya berpikir, dan
penerimaan) dan juga karakteristik lingkungannya yang harus diprediksi dan dimaknakan.
Konsep ini akan lebih mudah dipahami dengan cara mengamatinya sebagai suatu proses
pemberian kategori terhadap pengalaman serta memperhatikan pula signifikannya
terhadap kesejahteraan individu. Proses ini tidak sekedar proses pengolahan informasi
tetapi lebih bersifat evaluatif yang difokuskan pada makna dan signifikansi, serta terjadi
secara terus-menerus sepanjang kehidupan. Dalam teori appraisal ini telah dibuat
perbedaan antara penilaian primer (primary appraisal) dan penilaian sekunder (secondary
appraisal). Penilaian primer dan penilaian sekunder tidak dapat dipandang sebagai proses
yang terpisah, mereka berinteraksi satu sama lain dan membentuk derajat stres serta
kekuatan dan kualitas reaksi emosional saling mempengaruhi antara kedua proses ini
sehingga saling menjadi sangat kompleks. Penilaian kognitif merupakan proses
berlangsungnya terus-menerus sepanjang hidup, maka turut berperan pada faktor
penilaian kembali (reappraisal).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
44
2.5.4 Penilaian Primer (Primary Appraisal)
Penilaian primer merupakan suatu proses mental yang berhubungan dengan
aktivitas evaluasi terhadap situasi yang dihadapi. Proses ini terjadi untuk menentukan
apakah suatu stimulus atau situasi yang dihadapi individu berada dalam kategori tertentu.
Penilaian primer ini terdiri dari tiga kategori, yaitu :
1. Irrelevant (tidak relevan)
Situasi yang terjadi tidak berpengaruh pada kesejahteraan individu, situasi tersebut
dianggap tidak bermakna sehingga dapat diabaikan.
2. Benign positive reappraisal (penilaian positif)
Situasi yang terjadi dirasakan dan dihayati sebagai hal yang positif dan dianggap
dapat meningkatkan kesejahteraan individu.
3. Stresful appraisal (penilaian yang menimbulkan stres)
Situasi yang terjadi menimbulkan makna gangguan, kehilangan, ancaman, dan
tantangan bagi individu.
2.5.5 Penilaian sekunder (Secondary Appraisal)
Penilaian sekunder (Secondary appraisal) merupakan proses yang digunakan untuk
menentukan apa yang dapat atau harus dilakukan untuk meredakan stres yang sedang
dihadapi. Pada tahap inilah individu akan memilih cara yang menurutnya efektif untuk
meredakan stres. Proses ini mencakup :
1. Evaluasi mengenai koping stres yang digunakan yang dinilai paling efektif dalam
menghadapi situasi tertentu dengan mempertimbangkan konsekuensi yang muncul
sehubungan dengan koping tersebut.
2. Evaluasi terhadap potensi-potensi yang dimiliki individu yang dapat mendukung
upaya koping stres. Proses ini berusaha mempertimbangkan berbagai sumber yang
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
45
dimiliki individu dengan memperhitungkan tuntutan yang ada dalam menentukan
koping stres yang digunakan.
2.5.6 Penilaian kembali (Reappraisal)
Penilaian kembali (reappraisal) merupakan perubahan yang terjadi karena adanya
informasi yang baru, baik yang bersumber dari lingkungan yang dapat menahan atau
memperkuat tekanan bagi individu, maupun informasi dari reaksi individu itu sendiri.
Melalui tahapan penilaian tersebut, seseorang mempertimbangkan makna dan pengaruh
situasi terhadap kesejahteraan dirinya. Dengan demikian, selain karakteristik dari suatu
situasi yang dapat menimbulkan stres, proses penilaian kognitif sangat berpengaruh bagi
seseorang dalam menghayati keadaaan stres. Ada bentuk lain penilaian kembali yang
disebut defensive appraisal. Defensive appraisal termasuk pada beberapa usaha untuk
menginterpretasi hal yang lalu dengan positif, atau menghubungkan dengan kekerasan
atau ancaman dengan memandang mereka di dalam sedikit kerusakan dan atau cara
mengancam
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
46
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
1. Attitudes
towards
menopause and
depression,
body image of
women during
menopause
(Nulufer Erbil,
2017)
Cross
sectional
Sampel:
109 sampel
Wanita yang telah
memasuki masa
menopause secara
alami atau karena
Operasi
Teknik sampling:
Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
1. sikap
Variabel
Dependen:
1. Menopause
2. Body image
3. Depresi
1. Attitude
towards
Menopause
Scale
(ATMS)
2. Body Image
Scale (BIS)
3. Beck
Depression
Inventory
(BDI).
1. analisis variabel
parametrik dengan dua
kategori menggunakan
2. t-test Kruskal Wallis
ANOVA dan uji Mann-
Whitney U untuk uji
variabel interval
3. Hubungan linieritas antara
ATMS skor, skor BIS dan
skor BDI dievaluasi
dengan linier Pearson
koefisien korelasi
1. Skor sikap wanita
Menopause (41,38 ±
12,23) > tinggi daripada
wanita yang mengalami
transisi menuju
menopause (36,02 ±
11,57)
2. Skor BIS wanita yang
memiliki jaminan sosial
(p = 0,044), tanpa riwayat
gangguan kejiwaan (p
=0,004)
3. Peralihan ke masa
menopause (p = 0,018)
2. Physical,
psychological,
and menopause-
related
symptoms and
minor
psychiatric
disorders in a
community-
based sample of
Brazilian
premenopausal,
perimenopausal,
and post
menopausal
women
(Karen et.al,
2012)
Cross
sectional Sampel:
324 wanita Brazil
berusia 36-62 tahun
(86 wanita
premenopausal, 156
wanita
perimenopausal
, and 82 wanita
postmenopausal)
Teknik sampling:
Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
1. Gejala fisik
2. Psikologis
3. Gejala
menopause dan
gangguan
kejiwaan ringan
Variabel
Dependen:
1. Wanita pra
menopause,
2. Wanita peri
menopause,
3. Wanita pasca
menopause
Kuesioner Self-
Reporting 20 item
untuk gangguan
psikiatri ringan
dengan skor 8
atau lebih tinggi
menunjukkan
skrining positif.
1. Analisis varians dan uji
W2 untuk menganalisis
karakteristik sampel yang
terkait dengan prevalensi
keluhan.
2. Model multivariat
dilakukan menggunakan
regresi Poisson untuk
menguji asosiasi
independen
3. Rasio risiko sebesar 95%,
analisis dilakukan dengan
menggunakan Paket
Statistik untuk
Ilmu Sosial (SPSS 17.0
versi; Chicago, IL).
1. analisis prevalensi gejala
Hot flashes, berkeringat
saat malam hari dan
kekeringan vagina lebih
banyak terjadi pada wanita
perimenopause (P <
0,001)
2. Kelelahan merupakan
keluhan yang sering
terjadi pada semua
kelompok (61%, 81%, dan
88% pada
pramenopause,perimenopa
use, dan pascamenopause
2.6 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian Dukungan Sosial Wanita Menopause yang Mengalami Gangguan Kecemasan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
47
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
3. Association
between anxiety
and severe
quality-of-life
impairment in
postmenopausal
women: analysis
of a multicenter
Latin American
(Jorge L. et al.
2016
Cross
sectional Sampel:
wanita
pascamenopause
yang
berusia 40 sampai
59 dari 11 Negara
di Amerika Latin.
Teknik sampling:
Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
1.kecemasan
2. kualitas hidup
Variabel
Dependen:
Wanita
pascamenopause
1. Evaluasi
kecemasan :
(The
Goldberg
Depresion
dan Anxiety
Scale)
2. QoL (Skala
Rating
Menopause
[MRS]
1. Normalitas distribusi data
numerik dinilai dengan tes
Shapiro-Wilk.
2. hubungan antara
kecemasan dan gangguan
QoL berat dan gejala
parah diukur dengan uji
x2
1. 61.9% mengalami
kecemasan (Goldberg)
2. Gangguan berat QoL
sebesar 13,7%, serta
gejala parah (subskala
MRS): urogenital 25,5%),
psikologis (18,5%), dan
somatik (4,5%)
4. The effect of
menopause on
objective sleep
parameters:
Data from
anepidemio
logic study in
São Paulo,
Brazil
(Helena Hachul,
2015)
Survey Sampel:
Sebanyak 535
wanita rentang
usia (20–80
tahun).
339
pramenopause,
53 wanita
mengalami awal
postmenopause
118 wanita
terlambat
postmenopause
25 wanita
menggunakan
terapi hormon
Teknik sampling:
probabilistik cluster
tiga tahap
Variabel
Independen:
Efek menopause
Variabel
dependen:
parameter tidur
objektif
1. gynecological
questionnaire:
mengukur
menopause
2. sleep
questionnaire:
Mengukur
parameter
tidur objektif
1. perbandingan konsumsi
alkohol, merokok,
pekerjaan dan status
perkawinan, dianalisis
menggunakan uji chi-
square.
2. membandingkan
kelompok yang ditentukan
berdasarkan status
menopause menggunakan
uji t
3. analisis kovariansi
(ANCOVA) melalui
Model Linier Umum
(GLM) diterapkan hanya
pada usia atau usia, indeks
massa tubuh (IMT), TD
sistolik, TD diastolik,
lingkar pinggang dan
pinggul.
1. terdapat efek yang
signifikan antara efek
menopause terhadap pola
tidur.
2. sleep latency (SL) ,(P <
0.05)
3. REM sleep latency
(minutes) (REMSL), (P <
0.01),
4. total sleep time (minutes) ,
(P < 0.001),
5. sleep efficiency (SE), (P <
0.001)
6. mean SaO2(%) , (P <
0.001)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
48
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
5. The association
of depression
status with
menopause
symptoms
among rural
midlife women
in China
(Hongyan Zang
et.al, 2016)
Cross
sectional Sampel:
743 participants
dengan rentang usia
40-60 tahun dari 3
desa (Zhenghong,
Caiqiao and Datao)
Di Provinsi Jiangsu,
China.
Teknik sampling:
Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
status depresi
Variabel
dependen:
gejala menopause
(vasomotor
symptoms and
poor sleep)
1. Depression
status di
evaluasi
menggunakan
the Self-rating
Depression
Scale (SDS)
(Zung
method)
2. Kualitas tidur
dan gejala
Vasomotor
dievaluasi
dengan
specific
symptoms
questionnaire.
1. Prevalensi depression,
poor sleep, VMS, dan
karakteristik demographic
diuji dengan chi square
tests
2. Univariate logistic
regression analysis was
employed to determine
whether VMS, poor sleep,
menopause status and
other characteristics were
associated with the
depression status.
1. Ada Hubungan yang
signifikan antara depresi,
vasomotor symptoms
(VMS) dan gangguan
tidur cenderung berubah
dengan status menopause
2. Prevalensi depresi sebesar
11.4%.
3. Depresi banyak ditemukan
pada partisipan with poor
sleep (95%CI, 3.61,
10.03) or with vasomotor
symptoms (VMS) (OR,
2.03; 95% CI, 1.20, 3.44)
6. Vasomotor and
sexual
symptoms in
older Australian
women: a cross-
sectional study
(Berihun M.
Zeleke et. al,
2015)
Cross
sectional Sampel:
Total partisipan
sebanyak 1,548
wanita dengan
rentang usia 65–79
tahun
Teknik sampling:
Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
Gejala vasomotor
dan seksual
Variabel
dependen:
Menopause
The presence and
self-rated severity
of VMS and
sexual
symptoms were
determined with
the use of the
Menopause
Quality of Life
(MenQOL)
questionnaire.
1. Descriptive statistics were
used to present data by
means of tables and
graphs
2. Associations between the
outcome variable and
other factors were tested
with the use of
multivariable logistic
regression.
1. The highest prevalence of
any VMS, 39.2% was seen
for women aged 65–69
years.
2. VMS was 4.3% for women
aged 65–69 (3.2%) for
those aged 70–74, and (
2.0%) for those aged 75–
79 years
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
49
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
7. The influence of
the serotonergic
system on the
personality and
quality of life of
postmenopausal
women
(Daria
Schneider-
Matyka et. al.,
2017)
Survey Sampel:
The study involved
214
postmenopausal
women from
northwest Poland,
with an average
age of 56.8±4.08
years
Teknik sampling:
Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
sifat kepribadian
Variabel
dependen:
Kualitas hidup
wanita
pascamenopause.
the TCI-R for
analyzing
personality traits
and the SF-36 for
measuring QoL.
Statistical analysis was
performed using Statistica 7.1
PL. The following tests were
employed: one-way analysis of
variance, Kruskal-Wallis test,
multiple comparison test
showing which groups differ
from each other if Kruskal-
Wallis test demonstrated
significant differences between
at least two of them, and
Pearson linear correlation
coefficient.
1. No statistically significant
differences were observed
between the mean scores
for the TCI scales and
subscales depending on
the distribution of
genotypes of the 30-bp
VNTR polymorphism in
the MAO-A promoter
region (P>0.05).
2. QoL domains according to
the SF-36 and personality
traits according to the
TCI-R were subjected to
statistical analysis. The
correlation was regarded
as moderate if the
correlation coefficient
r=0.4–0.6; (P>0.05).
8. The Effect of
Lavender
Aromatherapy
on the
symptoms of
Menopause
(Roya Nikjou
et.al, 2017)
Experi
Mental Sampel:
100
wanita menopause
dengan rentang usia
45 -155 tahun
Teknik sampling: Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
Pengaruh
Aromaterapi
Lavender
Variabel
dependen:
gejala menopause
data dikumpulkan
dengan kuesioner
demografi dan
Uji standar hijau
Analisis data menggunakan uji
paired t-test.
1. Membandingkan tingkat
gejala sebelum dan
sesudah menggunakan
lavender terjadi penurunan
secara signifikan (P =
0,000).
2. Perbandingan mean
gejala menopause setelah
intervensi terjadi
Signifikan penurunan (P =
0,000).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
50
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
9. Perceived
stress, insomnia
and related
factors in
women around
the menopause
(José L.
Cuadros, et al.,
2012)
cross
sectional Sampel:
sampel terdiri dari
815 wanita
pramenopause dan
pascamenopause
dengan rentang usia
40-64 tahun
Teknik sampling: Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
1. depresi
2. stres makan
3. berat badan
Variabel
dependen:
Wanita
Menopause
1. Gejala depresi
diukur dengan
(CIDI-SF)
2. Stress eating
was measured
via a self-
administered
coping
3. Questionnaire
Weight in the
current study
was assessed
using BMI,
which was
measured
during a
physical
examination
using a
standardized
procedure
4. Menopausal
stagewas
calculated
using
participant
responses to a
medical
history
questionnaire
1. Koefisien korelasi
Pearsonmengidentifikasi
hubungan bivariat yang
signifikan antara berat,
stres makan, gejala
depresi
2. Tes sampel independen
untuk mengukur rata-
rata variabel primer
(gejala depresi, stres
makan, BMI) terhadap
status menopause
(premenopause,
postmenopause)
3. Analisis mediasi
moderat dilakukan
dengan analisis jalur
kuadrat biasa dengan
menggunakan Hayes
1. stres makan merupakan
mediator yang signifikan
antara gejala depresi dan
berat badan (b =-0.4 95%)
2. gejala depresi dan stres
makan secara signifikan
terkait pada pasca
menopause, bukan wanita
pramenopause (b=0.3,
95% CI 0.2, 0.5).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
51
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
10.
Depression and
its link to other
symptoms in
menopausal
transition
(R. Muharam,
2017)
Cross-
sectional Sampel:
Jumlah partisipan
sebanyak 133
subjek wanita
berusia antara 45
dan 55 tahun
Teknik sampling:
Proportionate
stratified random
sampling
Variabel
Independen:
Depresi dan
kaitannya dengan
gejala lain
Variabel
dependen:
transisi
menopause
1. Depresi
diukur dengan
Beck
Depression
Inventory-II
(BDI-II)
2. Gejala
menopause
dikumpulkan
menggunakan
Skala Meno
pause Rating
(MRS).
1. Depresi (skor BDI-II) dan
Gejala menopause,
digunakan uji Spearmen
atau korelasi Pearson
2. Uji pada distribusi data
Untuk membandingkan
perbedaannya dari
masing-masing kelompok
(subjek depresi dan
normal), digunakan uji
Chi-kuadrat atau Fisher
exact test
1. Pada penelitian tersebut
ditemukan depresi
(12,8%). Gejala somato-
vegetatif 50,4% dan gejala
urogenital 75,9%
2. Ada korelasi yang
signifikan antara depresi
dan somato-vegetatif (p =
0,008) serta keluhan
urogenital di kalangan
wanita yang menjalani
transisi menopause (p =
0,016).
11. Metabolic and
hormone
influences on
emotion
processing
during
menopause
(Alison Berent-
Spillson, et.al,
2016)
Cross-
sectional Sampel:
Sebanyak 54 wanita
yang berusia 42-61
tahun,
Teknik sampling: Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
Efek metabolik
dan hormon
Variabel
dependen:
pemrosesan emosi
selama masa
menopause
1. Indeks
Depresi Beck
untuk menilai
tingkat
keparahan
gejala depresi
2. Perbedaan
potensi IQ
antara
kelompok
dinilai dengan
menggunakan
ShipleyInsitit
ute of Living
Scale
1. Perbandingan variabel
klinis, demografis, dan
perilaku antara kelompok
menggunakan analisis
ANOVA.
2. Hubungan antara aktivasi
klinis, perilaku, dan
regional ditentukan
dengan analisis korela
sional Pearson
3. Konsentrasi Estradiol
diukur dengan ACS yang
dimodifikasi: 180 E2-6
immunoassay
4. Konstrukasi FSH diukur
dengan chemilumino
metricimmunoassay
menggunakan 2 antibodi
monoklonal dengan
1. Demografi dan Karak
teristik klinis secara
signifikan berbeda pada
tiap umur (p <0,000)
2. Estradiol (p <0,000), FSH
(p <0,000), dan HbA1c (p
<0,020), namun memiliki
IQ yang sama (p = 0,519)
dan BMI (p = 0,108)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
52
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
spesifisitas untuk FSH
diukur dengan kolom
pertukaran ion non-porous
dan kromatografi cair
tingkat tinggi (HPLC),
menggunakan Tosoh G7
HPLCAnalyzer
12. The impact of
menopause on
work ability in
women with
severemenopaus
al symptoms
(Marije Geukes
et.al, 2016)
cross-
sectional Sampel:
Jumlah partisipan
dalam penelitian ini
60 peserta dengan
rentang usia 44-60
tahun
Teknik sampling: Simple Random
Sampling
Variabel
Independen:
Dampak
menopause
Variabel
dependen:
kemampuan kerja
pada wanita
dengan gejala
severemenopause
1. Gejala
menopause
diukur dengan
menggunakan
Greene Cli-
macteric
Scale (GCS)
2. Kemampuan
kerja dinilai
menggunakan
Work Ability
Index (WAI)
1. Normalitas data di
tentukan dengan
menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dan
uji Shapiro-Wilk.
2. Dampak keparahan
kemampuan kerja
terhadap gejala
menopause menggunakan
uji regresi logistik
multivariabel.
1. Tidak ada perbedaan yang
signifikan pada usia,
tingkat pendidikan,
kebiasaan merokok,
partisipasi dalam olahraga
saat liburan atau BMI
ditemukan di antara kedua
kelompok ini
2. Wanita simtomatik
memiliki nilai GCS secara
signifikan lebih tinggi (P
<0,001) dan skor WAI
yang jauh lebih rendah (P
<0,001)
13. Benefits of
Walking on
Menopausal
Symptoms and
Mental
Health
Outcomes
among Chinese
Randomized
Controlled
Trial
Sampel:
Sebanyak 80 wanita
postmenopause
yang tinggal di
masyarakat dengan
rentang usia .38-53
tahun
-
Variabel
Independen:
manfaat berjalan
Variabel
dependen:
kesehatan mental
pasca menopause
1. Gejala
menopause
dinilai dengan
Menopause
Rating Skala
(MRS)
memeriksa efek intervensi
pada gejala menopause, BMI,
dan hasil kesehatan mentai:
Uji ANOVA
Berjalan efektif dalam
mengurangi gejala menopause
dan depresi sekaligus
meningkatkan
harga diri dan kepuasan hidup
(SL)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
53
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
Postmenopausal
Women
(Liang Hu et.al,
2017)
2. Aktivitas fisik
dinilai dengan
Godin Leisure
Time Exercise
Questionnaire
(GLTEQ)
3. Depresi
dinilai dengan
21 item Beck
Depression
Inventory
(BDI)
4. penilaian
kepuasan
hidup dengan
Satisfaction
with Life
Scale (SWLS)
14. Risk of
Psychiatric
Disorders
Following
Symptomatic
Menopausal
Transition
( Li-Yu Hu et.al,
2016)
Retrospectiv
e Cohort Sampel:
Sebanyak 19,116
partisipan yang
mengalami gejala
transisi menopause
Teknik sampling: Random sampling
Variabel
Independen:
Risk of
Psychiatric
Disorders
Variabel
dependen:
Symptomatic
Menopausal
Transition
1. Gejala
menopause
dinilai dengan
Menopause
Rating Scale
(MRS)
The incidences of newly
diagnosed schizophrenia,
bipolar disorders, depressive
disorders, anxiety disorders,
and sleep disorders in the
symptomatic menopausal
transition and control
women were calculated, and
independent t-tests and Chi
squared tests were conducted
to examine the differences in
the characteristics between
the 2 cohorts
1. Peralihan menopause
simtomatik dapat mening
katkan risiko gangguan
bipolar, gangguan depresi,
gangguan kecemasan, dan
gangguan tidur.
2. Kejadian gangguan bipo
lar (interval keperca yaan
95%, depresif 95%. Gang
guan kecemasan 95%)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
54
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
15. The Yin and
Yang of support
from signifi
cant others: In
fluence of
general social
support and
partner support
of avoidance in
the context
of treatment for
social anxiety
disorder
(Ronald M.
Rapee et al.
2015)
cross-
sectional Sampel:
Jumlah responden
131 yang berusia
lebih dari 18 tahun
Teknik sampling: Sampling Insidental
Variabel
Independen:
Dukungan sosial
dan dukungan
pasangan umum
Variabel
dependen:
Gangguan
kecemasan sosial
Pengukuran
kecemasan
sosial
menggunakan
Social
Interaction
Anxiety Scale
(SIAS) and
Social Phobia
Scale (SPS)
Mengukur
dampak
ketakutan
kehidupan
sosial
menggunakan
Life
Interference
Scale (LIS)
Hubungan antara avoidance
support (ASM), dukungan
sosial (MSPSS), dan
kecemasan sosial dievaluasi
dengan menghitung bivariat
korelasi.
Korelasi pada awal
menunjukkan hubungan
negatif yang signifikan antara
dukungan sosial yang
dirasakan dan kecemasan
sosial dan signifikan
hubungan positif antara
dukungan penghindaran dan
kecemasan sosial. Analisis
jalur menunjukkan bahwa
Dukungan sosial yang
dirasakan di Times 1 dan 2
secara negatif meramalkan
kecemasan sosial masa depan
di Times 2 dan 3.
16. Age and gender
differences in
the influence of
social support
on mental
health
( A. Milner et
al. 2016)
Prospective
cohort study Sampel:
Jumlah sampel pada
penelitian ini
sebanyak 13.000
orang di atas 7.000
rumah tangga
Teknik sampling:
Quota sampling
Variabel
Independen:
Perbedaan
usia dan jenis
kelamin
Dukungan
sosial
Variabel
dependen:
Kesehatan
mental
Ukuran dukungan
sosial dirancang
untuk menilai
kemampuan
individu
persepsi akan
dukungan sosial
yang mereka
terima
Seluruh sampel, nilai rata-rata
(SD) MHI-5 untuk pria
dan perempuan masing-
masing 75,5 (16,6) dan 73,2
(17,4). Dari segi perbedaan
usia, skor orang-orang MHI-5
lebih dari 61 tahun (rata-rata
76,8, standar deviasi 16,8)
adalah sekitar 4 poin lebih
tinggi dari kelompok usia
termuda (rata-rata 72,9,
standar deviasi 16.9)
Manfaat dukungan sosial bagi
kaum muda dapat
dihubungkan ke dalam
identitas diri dan jaringan
persahabatan sesama. Hasil
untuk wanita mungkin
mencerminkan kecenderungan
mereka untuk menempatkan
penekanan lebih besar pada
jaringan sosial daripada laki-
laki
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
55
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
17. Older
marijuana
users: Life
stressors
and perceived
social
support
(Namkee
G. Choi et al.
2016)
Cross
Sectional Sampel:
Jumlah sampel pada
penelitian ini
sebanyak 36,309
dengan usia diatas
lima puluh tahun
Teknik sampling:
Simpel random
sampling
Variabel
Independen:
Dukungan sosial
Variabel
dependen:
stress
Kehidupan stres
diukur
dengan kuesioner
12 item
terkait
interpersonal,huk
um, dan
keuangan
Perceived
sosial
di ukur dengan 12
item
Inter personal
Empat komponen dari
stres di uji dengan
analisis Linier regresi
Uji asosiasi tahun terakhir
menggunakan ganja dan
kekacauan dengan skor
PCA dari setiap
komponen
3,89% adalah tahun terakhir
pengguna ganja dan 0,68%
mengalami kekacauan.
18.
Impact of falling
on social
participation
and social
support
trajectories in a
middle-aged
and elderly
European
sample
( Stéphanie Pin,
2016)
Survey Sampel:
Jumlah responden
sebanyak 16.583
orang yang berusia
50-95 tahun dari 10
negara di Eropa
Teknik sampling:
Simpel Random
Sampling
Variabel
Independen:
falling on social
participation and
social support
trajectories
Variabel
dependen: middle-aged and
elderly European
Pengukuran
menggunakan
variabel
dikotomi
pertanyaan
“For at least the
past six months,
have you been
bothered by any
of the health
conditions on
this card?”
Pengukuran
sosial support
menggunakan
binary variable
that combined
the positive re
sponses
Untuk membandingkan
karakteristik sosio-demo
grafi, status kesehatan,
gejala depresi dan sosial di
uji dengan Pearson's and
chi-square tests
As goodness of fit indices
,we used the quasi-Akaike
Information Criterion
(QIC)
The effect of the
interactions between
falling and frailty and
between falling and social
support on social
participation was
assessed.
Falls were negatively
associated with social
participation (OR=0.73,
p<0.001) and positively
associated with social
support(OR=2.20,
p<0.001).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
56
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
19. Social support
contributes to
resilience
among
physiotherapy
students: a
cross sectional
survey and
focus group
study
(Éva Bíró et al.
2015)
Cross-
sectional
survey
Sampel:
130 physiotherapy
students at years 1,
2, and 3.
Teknik sampling: Simpel Random
Sampling
Variabel
Independen:
Dukungan sosial
Variabel
dependen: resilience among
physiotherapystud
ents
a measure of
dynamic self-
esteem, as well
as social
support from
family and
peers were used
to assess mental
well-being.
A screening
instrument for
psycho logical
morbidity and
perceived stress
were used as
deficiency-
orientedapproa
ches.
Normality was tested with
the Shapiro–Wilktest and
proved for SoC and PSS.
The two-sample unpaired t
test was used to compare
means for SoC and PSS,
and the two-sample test of
proportion to compare
proportions
regardingsocial support
and psychological distress
for which the levelof
significance was set at
0.05.
Multiple linear regression
was carried out to find the
pre-dictors of resilience
assessed by SoC among
physiotherapystudents
Resilience was lower
[mean difference 4.8 (95%
CI −3.4; 13.1)], and the
occurrence of
psychological morbidity
(32.5% vs. 0%)was higher
among female compared
to male students.
However, the proportion
of students fully supported
by their peers was higher
amongfemales (63% vs.
37.5%).
20. A cross-
sectional study
of associations
between casual
partner, friend
discrimination,
social support
and anxiety
symptoms
among Chinese
transgender
women
cross-
sectional Sampel:
Jumlah responden
dalam penelitian ini
sebayak 209
transgender yang
berusia lebih dari
18 tahun
Teknik sampling: convenience
sampling.
Variabel
Independen:
casual partner,
friend
discrimination,
social support
Variabel
dependen: Kecemasan pada
transgender
Perceived
social support
di ukur dengan
the
Multidimension
al Scale of
Perceived
Social Support
(MSPSS)
Kecemasan
diukur dengan
Self-Rating
Anxiety Scale
T-tests and one-way
analysis of variance
(ANOVA) were used to
depict the distributions of
SAS scores among
different categorical
variables.
Pearson's correlation was
performed to assess the
cor- relations between the
SAS scores and
continuous variables. All
the continuous variables
Chinese transgender
women showed
considerably high level of
anxiety symptoms.
It was also found that they
were exposed to
significant transition
challenges, such as high
risk sexual partnership,
excessive discrimination
and a reduction in social
support
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
57
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
( Xiaoshi Yang
et al. 2016)
(SAS) were standardized in
order to avoid multi-
collinearity
21. The infl uence of
personality
disorder on the
future mental
health and
social adjust
ment of young
adults:
(Paul Moran, et
al. 2016)
Cohort study Sampel:
Jumlah responden
sebanyak 1635
orang dengan
rentang usia 24-35
tahun
Teknik sampling: stratified random
sampling
Variabel
Independen:
personality
disorder on the
future mental
health
Variabel
dependen:
social adjust ment
Personality
disorder was
assessed with
the Standar
dised Assess
ment of
Personality
(SAP)
Symptoms of
depression and
anxiety were
assessed with
the 12 - item
General Health
Questionnaire
(GHQ-12)
Logistic regression models
with robust standard
errors were used to
estimate the association
between severity of
personality disorder
The presence of
personality disorder
predicts the occurrence of
later anxiety and
depression
the absence of long-term
relationships, eff ects that
are not attributable to pre-
existing mental health,
substance use or social
problems.
22. Social support
for people with
epilepsy in
China
(Xin Tong et al.
2016)
Cross-
sectional Sampel:
Jumlah responden
pada penelitian ini
sebanyak 296 orang
Teknik sampling: Simpel Random
Sampling
Variabel
Independen:
Dukungan sosial
Variabel
dependen:
Epilepsi
Dukungan
sosial diukur
dengan Social
Support Rating
Scale (SSRS)
Kecemasan
diukur dengan
Hospital
Anxiety and
Depression
Scale (HADS)
We compared the SSRS
scores between PWE and
healthy controls and
searched for relevant
factors using correlation
and regression analyses.
The results showed that
PWE scored lower on the
SSRS than healthy
controls.
Depression were related
to social support.
Terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan
sosial pada penderita
epilepsi
Dukungan sosial mampu
menurunkan kecemasan
yang terjadi pada penderita
epilepsi
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
58
No Judul Desain
Penelitian
Sampel dan
Teknik sampling Variabel Instrumen Analisis Hasil
23. Hubungan
antara
Dukungan
Sosial suami
dengan tingkat
kecemasan
wanita
menopause kota
Tasikmalaya
(Uly Artha
Silalahi, 2016)
Cross-
sectional Sampel:
Jumlah responden
sebanyak 83 orang
Teknik sampling
Stratified
Proportional
Random Sampling
Variabel
Independen:
Dukungan sosial
Variabel
dependen:
Kecemasan
Dukungan
sosial diukur
dengan Social
Support Rating
Scale (SSRS)
Kecemasan
diukur dengan
Hospital
Anxiety and
Depression
Scale (HADS)
Analisis regresi digunakan
untuk mengukur hubungan
antara faktor dukungan
dan kecemasan
Terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan
sosial dengan kecemasan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
59
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan: Area penelitian
Faktor Individu
1. Usia
2. Tingkat
Pendidikan
3. Pekerjaan
Jaringan Sosial
1. Aturan Sosial
2. Informasi
3. Konflik
Sosial
Kejadian Stress
1. Jenis
Menopause
2. Rentang
waktu
Menopause
Dukungan
Sosial
1. Dukungan
Emosional
2. Dukungan
Penghargaan
3. Dukungan
Instrumental
4. Dukungan
Informatif
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan
Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Jombang
Penilaian Stress
1. Nilai
2. Pengalaman
3. Kepercayaan
4. Sumber Koping
Kecemasan
1. Reaksi Kognitif
2. Reaksi Fisiologis
3. Reaksi Emosional
4. Reaksi Tingkah
laku
59
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
60
Konsep dukungan sosial oleh Cohen & Syme, 1985 terdiri atas tiga kelas.
konsep utama dukungan yang diusulkan yaitu jaringan sosial, dukungan sosial
yang dirasakan, dan perilaku dukungan. Jaringan sosial mengacu pada struktur
hubungan-sosial, jumlah, dan jenis hubungan. Dukungan sosial dirasakan
mengacu pada fungsi persepsi hubungan-sosial bahwa hubungan sosial akan (jika
perlu) menyediakan sumber daya seperti dukungan emosional atau informasi.
Akhirnya, perilaku dukungan mengacu pada mobilisasi dan penerimaan perilaku
dimaksudkan untuk membantu seseorang dalam menghadapi peristiwa stres.
Persepsi dukungan sosial oleh Cohen & Syme, 1985 dipengaruhi oleh
penilaian stres yaitu nilai, pengalaman, kepercayaan dan sumber koping
seseorang. Ketika menghadapi suatu situasi yang dapat menimbulkan stres, reaksi
setiap individu berbeda-beda. Beberapa respon ini merupakan reaksi yang tidak
disadari, sedangkan sebagian lagi disadari oleh individu untuk segera melakukan
coping. Lazarus (1984) membagi reaksi-reaksi ini kedalam 4 kategori yaitu reaksi
kognitif, reaksi emosional, reaksi fisiologis dan reaksi tingkah laku. Reaksi-raksi
yang terjadi mempengaruhi kecemasan seseorang.
Kecemasan merupakan respon terhadap situasi tertentu yang mengancam
dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru atau yang belum pernah di lakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup. Pengukuran kecemasan dilakukan untuk mengukur
proses penilaian terhadap perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu
masalah atau tidak adanya rasa aman
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
61
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban atau dugaan sementara
penelitian yang kebenarannya dibuktikan dalam sebuah penelitian (Setiadi, 2007).
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. H1: Faktor Individu berpengaruh signifikan terhadap Jaringan Sosial pada
perempuan menopause
2. H1: Jaringan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Kejadian Stres pada
perempuan menopause
3. H1: Kejadian Stres berpengaruh signifikan terhadap Dukungan Sosial pada
perempuan menopause
4. H1: Faktor Individu berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Stres pada
perempuan menopause
5. H1: Jaringan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Stres pada
perempuan menopause
6. H1: Kejadian Stres berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Stres pada
perempuan menopause
7. H1: Dukungan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Stres
pada perempuan menopause
8. H1: Dukungan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Kecemasan pada
perempuan menopause
9. H1: Penilaian Stres berpengaruh signifikan terhadap Kecemasan pada
perempuan menopause
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
62
BAB 4
METODE PENELITIAN
Bab ini akan disajikan desain penelitian, populasi dan sampel, kerangka
operasional, variabel dan definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian,
prosedur pengambilan dan pengumpulan data, analisa data serta etika penelitian.
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksplanatif survey.
Eksplanasi adalah sebuah cara untuk menggali sesuatu yang baru dan melaporkan
hubungan sebab akibat variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2015).
Penelitian tersebut kemudian dilanjutkan dengan penelitian deskripsi untuk
mengembangkan pengetahuan dari sebuah topik dan menjelaskan (explain)
temuan penelitian (Rahmawati, 2016). Pendekatan waktu yang digunakan pada
penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini akan melakukan pengamatan
atau pengukuran variabel bebas dan variabel terikat pada saat yang bersamaan
atau dalam satu waktu (Sugiyono, 2015).
4.2 Populasi, Sampel, Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2017). Populasi pada penelitian ini sebanyak 402 perempuan
menopause di wilayah kerja Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Jombang.
62
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
63
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari suatu populasi yang dipergunakan sebagai
responden penelitian yang diambil melalui teknik sampling (Nursalam, 2016).
Besar Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus (Sugiyono, 2006)
( )
( )( ) ( )( )
( ) ( ) ( ) ( )( )
n ( )( )( )
( )( ) ( )( )
= 196,68 = 197 perempuan menopause
Dimana n : Besar sample
P : Estimator Proporsi Populasi
q : 1-p
Z : Harga Kurva Normal yang tergantung pada alpha
N : Jumlah Populasi
Maka hasil sampel yang didapat adalah 197 perempuan menopause
Besar sampel yang diambil proposi dengan jumlah populasi yang ada
masing-masing cluster / desa tersebut dengan rumus menurut (Umar Sadikin
dan Mundir, 2005)
Keterangan: n = Besar populasi ruangan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
64
Sn = Besar sampel seluruh ruangan yang telah ditentukan
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel masing-masing cluster adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Sampel Masing-masing Cluster
No Desa Besar Populasi Besar Sampel
1 Ceweng 29 14
2 Cukir 24 12
3 Bulurejo 14 7
4 Jatirejo 26 13
5 Grogol 64 31
6 Puton 23 11
7 Bendhet 88 43
8 Bandung 39 19
9 Kedawong 35 17
10 Ngudirejo 28 14
11 Kayangan 32 16
Jumlah 402 197
Data Sekunder : Data Perempuan Menopause yang Mengalami Kecemasan 2017
Penelitian ini memiliki kriteria inklusi dan kriteria eklusi untuk mendapatkan
populasi yang eligible atau yang memenuhi kriteria.
Kriteria inklusi:
1. Perempuan Menopause Usia 45-55 tahun yang mengalami kecemasan
2. Terdaftar dalam Rekapan PUS 2017 wilayah Puskesmas Kecamatan Diwek
Kriteria eklusi:
1. Perempuan menopause yang tidak memiliki suami/perawan
2. Menggunakan obat penenang
3. Menggunakan terapi sulih hormon (TSH)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
65
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling
yaitu pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit yang terdiri dari
satu kelompok (cluster). Pada penelitian ini clusternya diambil di setiap desa di
wilayah kerja Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Jombang.
4.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok tersebut (Nursalam, 2016). Variabel dalam penelitian ini adalah
4.3.1 Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain. Variabel independen biasanya dimanipulasi, diamati, dan di ukur untuk
diketahui hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap variabel lain
(Nursalam, 2013). Variabel Independen dalam penelitian ini yaitu Faktor
Individu, Jaringan Sosial, Kejadian Stres, Dukungan Sosial, dan Penilaian Stres.
4.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel
lain. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel lain
(Nursalam, 2013). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu Kecemasan.
Tabel 4.2 Variabel penelitian Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan
Kecemasan pada Perempuan Menopause
Variabel Keterangan
Variabel Independen X1.1 Usia
Faktor Individu (X1) X1.2 Tingkat pendidikan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
66
Variabel Keterangan
X1.3 Pekerjaan
Jaringan Sosial (X2) X2.1 Aturan Sosial X2.2 Informasi X2.3 Konflik Sosial
Kejadian Stres (X3) X3.1 Jenis Menopause X3.2 Rentang Waktu Menopause
Dukungan Sosial (X4) X4.1 Dukungan Emosional X4.2 Dukungan Penghargaan X4.3 Dukungan Instrumental X4.4 Dukungan Informatif
Penilaian Stres (X5) X5.1 Nilai X5.2 Pengalaman X5.3 Kepercayaan X5.4 Sumber Koping
Variabel Dependen (Y1) Y1.1 Reaksi Kognitif
Kecemasan Y1.2 Reaksi Fisiologi Y1.3 Reaksi Emosional Y1.4 Reaksi Tingkah laku
4.4 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah pengertian secara operasional, secara
praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Berikut
ini adalah tabel definisi operasional model dukungan sosial untuk menurunkan
kecemasan perempuan menopause
Tabel 4.3 Definisi Operasional Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan
Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Jombang
pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Nama
Variabel Definisi Indikator
Alat
Ukur Skala Skor
Variabel Independen
Faktor Individu (X1)
Usia (X1.1) Usia responden
mendapatkan haid
terakhir pada saat
dilakukan
penelitian
- KTP Ordinal 0: Menopause dini
(Usia < 50 tahun)
1: Menopause normal
(Usia 50-52 tahun)
2: Menopause
terlambat (Usia >
52 tahun)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
67
Nama
Variabel
Definisi Indikator Alat
Ukur
Skala Skor
Tingkat
Pendidikan
(X1.2)
Jenis pendidikan
formal yang
terakhir yang
diselesaikan oleh
responden
- KK Ordinal 0: Pendidikan Dasar
1: Pendidika
Menengah
2: Pendidikan Tinggi
Pekerjaan
(X1.3)
Suatu kegiatan
atau aktivitas
yang di lakukan
responden sehari
– hari
- KTP Ordinal 0: Ibu Rumah Tangga
1: PNS
2: Wiraswasta
3: Honorer
4: Pegawai Swasta
5: Petani
Jaringan Sosial (X2)
Aturan
Sosial (X2.1)
Kebiasaan umum
yang menjadi
patokan perilaku
dalam suatu
kelompok
masyarakat dan
batasan wilayah
tertentu
1. Kebiasaan
2. Perilaku
Norbeck
Social
Support
Questionn
aire
(NSSQ)
Nominal 0: Tidak
1: Ya
Informasi
(X2.2) Pesan (ucapan
atau ekspresi)
yang terdiri dari
order sekuens
dari simbol, atau
makna yang
dapat ditafsirkan
dari pesan atau
kumpulan pesan.
1. Konten
Informasi
2. Bentuk
informasi
Norbeck
Social
Support
Questionn
aire
(NSSQ)
Nominal 0: Tidak
1: Ya
Konflik
Sosial
(X2.3)
Suatu proses
sosial antara dua
pihak atau lebih
ketika pihak yang
satu berusaha
menyingkirkan
pihak lain dengan
cara
menghancurkan
atau membuatnya
tidak berdaya
1. Komunikasi
2. Interaksi
Norbeck
Social
Support
Questionn
aire
(NSSQ)
Nominal 0: Tidak
1: Ya
Kejadian Stres (X3)
Jenis
Menopause
(X3.1)
Sebuah cara
dimana
perempuan tidak
lagi mendapatkan
siklus menstruasi
seperti biasanya
1. Proses
fisiologi
2. Pembedahan
Kuesioner Nominal 0: Menopause medis
label Ya
1: Menopause alami
label Tidak
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
68
Nama
Variabel
Definisi Indikator Alat
Ukur
Skala Skor
Rentang
waktu
Menopause
(X3.2)
Jarak berhentinya
siklus menstruasi
pada perempuan
karena proses
alami atau
campur tangan
medis sampai
saat dilakukan
pengukuran
1. Menstruasi
terakhir
2. Perubahan
emosional
Kuesioner Nominal 0: Rentang waktu
menopause < 6
bulan label Ya
1: Rentang waktu
menopause > 6
bulan label Tidak
Dukungan Sosial (X4)
Dukungan
Emosional
(X4.1)
Ekspresi empati
berupa
mendengarkan,
bersikap terbuka,
mau memahami,
ekspresi kasih
sayang dan
perhatian.
1. Merasa
Berharga
2. Nyaman
3. Merasa
disayangi
Social
Support
Questionn
aire
(SSQ)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
3 : 61-80 (Baik)
4 : 81-100 (Sangat
baik)
Dukungan
Penghargaan
(X4.2)
Dorongan atau
persetujuan
terhadap ide
ataupun perasaan
individu, ataupun
melakukan
perbandingan
positif antara
individu dengan
orang lain
1. Diterima
kelompok
2. Di libatkan
dalam
kegiatan
kelompok
Social
Support
Questionn
aire
(SSQ)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkata gorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
69
Skor
3 : 61-80 (Baik)
4 : 81-100 (Sangat
baik)
Dukungan
Instrumental
(X4.3)
Bantuan yang
diberikan secara
langsung, bersifat
fasilitas atau
materi
1. meminjamka
n uang
2. memberikan
makana
3. bantuan
yang lain
Social
Support
Questionn
aire
(SSQ)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
3 : 61-80 (Baik)
4 : 81-100 (Sangat
baik)
Dukungan
Informatif
(X4.4)
Memberikan
penjelasan
tentang situasi
dan segala sesuatu
yang
berhubungan
dengan masalah
yang sedang
dihadapi individu.
1. Memberikan
nasehat
2. Memberikan
petunjuk
3. Memberikan
masukan
bagaimana
seseorang
bersikap
Social
Support
Questionn
aire
(SSQ)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
3 : 61-80 (Baik)
4 : 81-100 (Sangat
baik)
Nama
Variabel Definisi Indikator Alat
Ukur Skala
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
70
Penilaian Stres (X5)
Nilai (X5.1) Sesuatu dianggap
baik, patut, layak,
pantas yang
keberadaannya
diinginkan,
dihayati, dan
dilaksanakan
dalam kehidupan
sehari hari dan
menjadi tujuan
kehidupan
bersama di dalam
kelompok
masyarakat
tersebut
1. Perilaku
2. Sikap
3. Kebiasaan
Stres
Appraisal
Measure
Questionn
aire
(SAM)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
3 : 61-80 (Baik)
4 : 81-100 (Sangat
baik)
Pengalaman
(X5.2)
Bagaimana cara
seseorang
merasakan
sesuatu benda
atau peristiwa
yang diperoleh
melalui
penglihatan atau
pendedahan
kepada benda atau
peristiwa itu.
1. Pengeta
huan
2. Masa Kerja
Stres
Appraisal
Measure
Questionn
aire
(SAM)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
3 : 61-80 (Baik)
4 : 81-100 (Sangat
baik)
Kepercayaan
(X5.3)
suatu keadaan
psikologis pada
saat seseorang
menganggap
suatu hal tersebut
benar
1. Integritas
2. Kejujuran
3. Keterandalan
Stres
Appraisal
Measure
Questionn
aire
(SAM)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
71
Nama
Variabel
Definisi
Indikator Alat
Ukur
Skala Skor
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
3 : 61-80 (Baik)
4 : 81-100 (Sangat
baik)
Sumber
Koping
(X5.4)
Sebuah dukungan
yang datang pada
individu dalam
menyelesaikan
masalah
1. Dukungan
Suami
Stres
Appraisal
Measure
Questionn
aire
(SAM)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
1 = Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak
Setuju (STS)
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginterpretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
0 : < 20 (Tidak baik)
1 : 21-40 (Kurang baik)
2 : 41-60 (Cukup baik)
3 : 61-80 (Baik) 4 : 81-100 (Sangat baik)
Variabel Dependen
Kecemasan (Y1)
Reaksi
Kognitif
(Y1.1)
Perubahan
keyakinan
seseorang tentang
sesuatu yang
didapatkan dari
proses berpikir
tentang seseorang
atau sesuatu
1. Daya ingat
2. Persepsi
3. Pemecahan
masalah
Kuesioner
Hamilton
Rating
Scale For
Anxiety
(HARS)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkatagorikan
jawaban responden
Skor:
0 = Tidak Ada
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat
4 = Berat Sekali
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginter pretasikan
data hasil skor sebagai
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
72
Nama
Variabel
Definisi Indikator Alat
Ukur
Skala Skor
berikut:
1. Skor 0 diberikan
bila jumlah
HARS<14 = tidak
ada kecemasan
2. Skor 1 diberikan
bila jumlah HARS
14 – 20 =
kecemasan ringan
3. Skor 2 diberikan
bila jumlah HARS
21 – 27 =
kecemasan sedang
4. Skor 3 diberikan
bila jumlah HARS
28 – 41 =
kecemasan berat
5. Skor 4 diberikan
bila jumlah HARS
42 – 56 =
kecemasan berat
Reaksi
Fisiologis
(Y1.2)
Perubahan
mekanis, fisik,
dan biokimia
organ dan sistem
dalam tubuh
individu
1. Gejala
somatik
2. Gejala
kardiovaskul
er
3. Gejala
respirasi
Kuesioner
Hamilton
Rating
Scale For
Anxiety
(HRS-A)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkata gorikan
jawaban responden
Skor:
0 = Tidak Ada
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat
4 = Berat Sekali
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginter pretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
1. Skor 0 diberikan
bila jumlah
HARS<14 = tidak
ada kecemasan
2. Skor 1 diberikan
bila jumlah HARS
14 – 20 =
kecemasan ringan
3. Skor 2 diberikan
bila jumlah HARS
21 – 27 =
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
73
Nama
Variabel
Definisi Indikator Alat
Ukur
Skala Skor
kecemasan sedang
4. Skor 3 diberikan bila
jumlah HARS 28 – 41
= Kecemasan berat
5. Skor 4 diberikan bila
jumlah HARS 42 – 56
= kecemasan berat
Reaksi
Emosional
(Y1.3)
Perubahan reaksi
terhadap
seseorang atau
kejadian yang
ditunjukkan
dengan rasa
senang, marah,
ataupun takut
terhadap sesuatu
1. Perasaan
ansietas
2. Keteganga
3. Gangguan
tidur
Kuesioner
Hamilton
Rating
Scale For
Anxiety
(HRS-A)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkata gorikan
jawaban responden
Skor:
0= Tidak Ada
1= Ringan
2= Sedang
3= Berat
4= Berat Sekali
Membuat kategori
penilaian dengan cara
menginter pretasikan
data hasil skor sebagai
berikut:
1. Skor 0 diberikan
bila jumlah
HARS<14 = tidak
ada kecemasan
2. Skor 1 diberikan
bila jumlah HARS
14 – 20 =
kecemasan ringan
3. Skor 2 diberikan
bila jumlah HARS
21 – 27 =
kecemasan sedang
4. Skor 3 diberikan
bila jumlah HARS
28 – 41 =
kecemasan berat
5. Skor 4 diberikan
bila jumlah HARS
42 – 56 =
kecemasan berat
Reaksi
Tingkah laku
(Y1.4)
Perubahan suatu
kegiatan atau
aktivitas organism
yang
bersangkutan
1. Ketakutan
2. Gelisah
3. Muka tegang
Kuesioner
Hamilton
Rating
Scale For
Anxiety
(HARS)
Ordinal Mengelompokkan dan
mengkata gorikan
jawaban responden
Skor:
0= Tidak Ada
1= Ringan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
74
yang dapat
diamati secara
langsung maupun
tidak langsung
2= Sedang
3= Berat
4= Berat Sekali
Membuat kategori
penilaian dengan cara:
1. Skor 0 diberikan
bila jumlah
HARS<14 = tidak
ada kecemasan
2. Skor 1 diberikan
bila jumlah HARS
14 – 20 =
kecemasan ringan
3. Skor 2 diberikan
bila jumlah HARS
21 – 27 =
kecemasan sedang
4. Skor 3 diberikan
bila jumlah HARS
28 – 41 =
kecemasan berat
5. Skor 4 diberikan
bila jumlah HARS
42 – 56 =
kecemasan berat
sekali
4.5 Instrumen penelitian
Jenis instrumen yang digunakan dengan mengumpulkan data secara formal
kepada subyek penelitian untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam,
2016). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang disebarkan dan diisi oleh responden dengan menggunakan pilihan jawaban.
Tabel 4.4 Blueprint Variabel Jaringan Sosial
No Aspek Keterangan
Favorable Unfavorable
1 Aturan Sosial 1,2,3,7,9,11,13 12
2 Informasi 10
3 Konflik Sosial 5,6,8 4
Total 11 2
Tabel 4.5 Blueprint Variabel Kejadian Stres
Nama
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
75
No Aspek Keterangan
Favorable Unfavorable
1 Jenis Menopause 4,6 1,2,5,7
2 Rentang waktu Menopause 3
Total 3 4
Tabel 4.6 Blueprint Variabel Dukungan Sosial
No Aspek Keterangan
Favorable Unfavorable
1 Dukungan Emosional 1,2,3,4,5,7,8 6,11,12,13,14,
2 Dukungan Penghargaan 9,15,16,17,18 10.19,20,21
3 Dukungan Instrumental 23,24,26 22,27
4 Dukungan Informatif 25, 29 28
Total 17 12
Tabel 4.7 Blueprint Variabel Penilaian Stres
No Aspek Keterangan
Favorable Unfavorable
1 Nilai 3,6,7 5
2 Pengalaman 2, 1,4
3 Kepercayaan 14 15
4 Sumber Koping 8,9,11,12,13 10
Total 10 5
4.5.1 Variabel Independen
Data yang terkumpul dari kuesioner yang telah diisi kemudian diperiksa
untuk mengetahui kelengkapannya melalui proses editing. Tujuan dari proses ini
untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan dari data yang telah dikumpulkan, dan
juga memonitor agar tidak terjadi kekosongan dari data yang di tentukan.
Selanjutnya data hasil scoring diinterpretasikan. Pengelolaan data dikategorikan
dengan menggunakan skala data ordinal dan nominal yang meliputi variabel
Faktor Individu, Jaringan Sosial, Kejadian Stres, Dukungan Sosial, dan Penilaian
Stres.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
76
4.5.2 Variabel Dependen
Pada Variabel kecemasan yang terdiri dari reaksi kognitif, reaksi fisiologis,
reaksi emosional dan reaksi tingkah laku menggunakan skala data ordinal.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan pilihan skala
data katagorik, yaitu :
1. Tidak ada kecemasan : Skor <6
2. Kecemasan Ringan : Skor 7-14
3. Kecemasan sedang : Skor 15-27
4. Kecemasan berat : Skor > 27
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan penelitian, alat ukur dicoba terlebih dahulu. Uji coba alat
ukur dilakukan dengan menyebar kusioner kepada sejumlah partisipan yang
bukan subjek pada penelitian ini untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrument maka dilaksanakan uji coba terhadap responden di Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang, Responden dalam uji coba kusioner ini tidak termasuk
responden penelitian
Hasil uji coba ukur selanjutnya dianalisis validitas dan reliabilitas. Uji
validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana alat ukur yang akan digunakan
benar dan akurat dalam mengukur apa yang akan di ukur. Validitas adalah
pengukuran dan pengamatan yang berarti keandalan instrument dalam
mengumpulkan data (Nursalam, 2015). Pentingnya uji validitas adalah untuk
mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kusioner yang harus dibuang
atau diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
77
kuesioner adalah dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing
pertanyaan dengan skor total, memakai rumus korelasi product moment sebagai
berikut:
r = ( )
√ ( ) ( )
Keterangan:
r : Koefesien korelasi antara x dan y
n : Jumlah subjek
X : Skor item
Y : Skor total
ƩX : Jumlah skor item
ƩY : Jumlah skor total
Ʃ : Jumlah kuadrat skor item
Ʃ : Jumlah kuadrat skor total
Item instrument dianggap valid jika > 0,05 atau bisa membandingkan dengan
r tabel. Jika r hitung > r tabel item instrument dianggap valid.
Uji reliabilitas dilakukan untuk sejauh mana alat ukur yang digunakan
memiliki konsistensi, stabilitas dan akurat (Anastasia & Urbina, 1997) untuk uji
realibilitas dilakukan pengujian berdasarkan konsistemnsi internal dari skala
dengan teknik Cronbach alpha (α) dengan α > 0,50 (Ghozali, 2008). Reliabilitas
adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan
hidup diukur berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2015). Uji
reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument yang dalam hal ini
kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
78
sama akan menghasilkan data konsiten. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan Cronbach alpha diukur berdasarkan skala Cronbach alpha 0
sampai 1. Rumus untuk menghitung reliabilitas instrument menggunakan
Cronbach alpha adalah sebagai berikut:
r =
( ) 1 -
Keterangan
r : Koefesien reliabilitas instrument (Cronbach Alpha)
k : Banyak butiran pertamyaan atau banyaknya soal
Ʃσ
: Total varian butir
σ
: Total varians
Item kuesioner dianggap reliable jika ukuran kemantapan α > 0,7. Jika skala
itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan rentang yang sama, maka ukuran
kemantapan alpha dapat diinterpresatsikan sebagai berikut:
Nilai Cronbach alpha 0,00 s.d 0,20, berarti kurang reliabel
Nilai Cronbach alpha 0,21 s.d 0,40, berarti agak reliabel
Nilai Cronbach alpha 0,41 s.d 0,60, berarti cukup reliabel
Nilai Cronbach alpha 0,71 s.d 0,80, berarti reliabel
Nilai Cronbach alpha 0,81 s.d 1,00, berarti sangat reliabel
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
79
4.6.1 Validitas Kuesioner Jaringan Sosial
Setelah didapatkan data uji instrumen pada kuesioner Jaringan Sosial,
penyusun melakukan tabulasi pada tabel Guttman dengan menyusun item menurut
ukuran skor jawaban “Ya” tertinggi sampai dengan yang paling rendah, hasil
tabulasi Guttman terlampir. Karena instrument dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner dengan skala Guttman maka untuk memperoleh tingkat validitas
instrumen kuesioner menggunakan koefisien reprodusibilitas dan koefisien
skalabilitas.
Setelah penyusun melaksanakan uji instrument, didapatkan hasil dari jumlah
responden sebanyak 20 orang dengan jumlah potensi salah sebesar 260 dan
jumlah error sebesar 24, dengan koefisien reprodusibilitas sebesar 0,908 dan
koefisien skalabilitas sebesar 0,81. Untuk penghitungan secara praktis koefisien
reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas adalah sebagai berikut:
Skala yang memiliki dianggap baik, karena hasil perhitungan pada
kuesioner ini 0,908 maka koefisien reprodusibilitas hasil uji instrument ini
dianggap baik.
( ) = 0,81
Dalam perhitungan koefisien skalabilitas, jika nilai maka dianggap
baik untuk digunakan dalam penelitian. Karena dalam perhitungan ini
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
80
menghasilkan sebesar 0,81 maka hasil koefisien skalabilitas ini baik digunakan
untuk penelitian. Hasil penghitungan Kr maupun Ks menunjukkan bahwa semua
item pertanyaan pada kuesioner Jaringan Sosial adalah valid.
4.6.2 Validitas Kuesioner Kejadian Stres
Setelah didapatkan data uji instrumen pada kuesioner kejadian stres,
penyusun melakukan tabulasi pada tabel Guttman dengan menyusun item menurut
ukuran skor jawaban “Ya” tertinggi sampai dengan yang paling rendah, hasil
tabulasi Guttman terlampir. Karena instrument dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner dengan skala Guttman maka untuk memperoleh tingkat validitas
instrumen kuesioner menggunakan koefisien reprodusibilitas dan koefisien
skalabilitas.
Setelah penyusun melaksanakan uji instrument, didapatkan hasil dari jumlah
responden sebanyak 20 orang dengan jumlah potensi salah sebesar 140 dan
jumlah error sebesar 12, dengan koefisien reprodusibilitas sebesar 0,914 dan
koefisien skalabilitas sebesar 0,83. Untuk penghitungan secara praktis koefisien
reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas adalah sebagai berikut:
Skala yang memiliki dianggap baik, karena hasil perhitungan pada
kuesioner ini 0,908 maka koefisien reprodusibilitas hasil uji instrument ini
dianggap baik.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
81
( ) = 0,83
Dalam perhitungan koefisien skalabilitas, jika nilai maka dianggap
baik untuk digunakan dalam penelitian. Karena dalam perhitungan ini
menghasilkan sebesar 0,83 maka hasil koefisien skalabilitas ini baik digunakan
untuk penelitian. Hasil penghitungan Kr maupun Ks menunjukkan bahwa semua
item pertanyaan pada kuesioner kejadian stres adalah valid.
4.6.3 Validitas Kuesioner Dukungan Sosial
Uji validitas kuesioner dukungan sosial dengan menggunakan uji pearson
karena menggunakan skala likert, dan menghasilkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji validitas kuesioner dukungan sosial di Kecamatan Diwek Jombang
pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Item
Ke-
Pearson
Correlation
Ket
Item
Ke-
Pearson
Correlation
Ket
1 0,417(*) Valid 16 0,392(*) Valid
2 0,435(*) Valid 17 0,452(*) Valid
3 0,395(*) Valid 18 0,579(*) Valid
4 0,531(*) Valid 19 0,500(*) Valid
5 0,450(*) Valid 20 0,380(*) Valid
6 0,579(*) Valid 21 0,584(*) Valid
7 0,420(*) Valid 22 0,392(*) Valid
8 0,416(*) Valid 23 0,572(*) Valid
9 0,650(*) Valid 24 0,575(*) Valid
10 0,572(*) Valid 25 0,466(*) Valid
11 0,440(*) Valid 26 0,666(*) Valid
12 0,500(*) Valid 27 0,466(*) Valid
13 0,380(*) Valid 28 0,650(*) Valid
14 0,555(*) Valid 29 0,789(*) Valid
15 0,659(*) Valid
*Valid dengan
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa semua item pada kuesioner
dukungan sosial valid. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan cronbach’s
alpa dan didapatkan hasil sebagai berikut.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
82
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.936 42
Diketahui nilai cronbach’s alpa sebesar 0,936 atau lebih dari 0,7 sehingga
kuesioner dukungan sosial dikatakan reliabel.
4.6.4 Validitas Kuesioner Penilaian Stres
Uji validitas kuesioner penilaian stres dengan menggunakan uji pearson
karena menggunakan skala likert, dan menghasilkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9 Uji validitas kuesioner penilaian stres di Kecamatan Diwek
Jombang pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Item
Ke-
Pearson
Correlation
Ket
Item
Ke-
Pearson
Correlation
Ket
1 0,392(*) Valid 16 0,392(*) Valid
2 0,452(*) Valid 17 0,579(*) Valid
3 0,579(*) Valid 18 0,420(*) Valid
4 0,500(*) Valid 19 0,416(*) Valid
5 0,380(*) Valid 20 0,650(*) Valid
6 0,584(*) Valid 21 0,572(*) Valid
7 0,392(*) Valid 22 0,440(*) Valid
8 0,572(*) Valid 23 0,500(*) Valid
9 0,575(*) Valid 24 0,380(*) Valid
10 0,466(*) Valid 25 0,555(*) Valid
11 0,666(*) Valid 26 0,659(*) Valid
12 0,466(*) Valid 27 0,579(*) Valid
13 0,650(*) Valid 28 0,420(*) Valid
14 0,789(*) Valid 29 0,416(*) Valid
15 0,392(*) Valid
*Valid dengan
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa semua item pada kuesioner
penilaian stres valid. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan cronbach’s
alpa dan didapatkan hasil sebagai berikut.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
83
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.876 20
Diketahui nilai cronbach’s alpa sebesar 0,876 atau lebih dari 0,7 sehingga
kuesioner penilaian stres dikatakan reliabel.
4.7 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
4.7.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di 11 Desa di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang yaitu Desa Kayangan, Desa Puton, Desa Bendet, Desa Bulurejo, Desa
Grogol, Desa Jatirejo, Desa Cukir, Desa Ceweng, Desa Bandung, Desa Kedawong
dan Desa Ngudirejo.
4.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai pada tanggal 23 Februari 2018 - 25 Maret 2018
4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2016). Langkah-langkah dalam pengumpulan data peneliti memenuhi
syarat administratif dengan mengurus surat izin penelitian kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang. Setelah jawaban dari surat pengambilan data
diterima, maka peneliti datang ke kecamatan Diwek untuk mendapatkan
keterangan teknik penelitian. Peneliti akan memberikan penjelasan dan
menyerahkan proposal penelitian.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
84
Peneliti menggunakan teknik cluster random sampling untuk melakukan
pengumpulan data sebanyak 197 responden di 11 desa yang berada di Kecamatan
Diwek. Pengambilan data dilakukan door to door oleh peneliti dan di dampingi
oleh bidan desa masing-masing dengan rerata pengambilan data 7-10 responden
setiap hari. Penggalihan data menggunakan kuesioner mengenai karakteristik
klien yaitu jaringan sosial, kejadian stres, dukungan sosial dan penilaian stres.
Penjelasan tentang proses penelitian dan permintaan persetujuan kepada
responden dilakukan sebelum pengambilan data dan menandatangani surat
persetujuan (Inform Consent) yang diberikan peneliti
Langkah selanjutnya melakukan analisis dan menghubungkan antar variabel,
didapatkan isu strategis dan solusi sebagai dasar untuk rekomendasi dalam
menyusun model dukungan sosial gangguan kecemasan pada perempuan
menopause. Hasil analisa data yang didapat dari perhitungan skor kuesioner
dideskripsikan dalam frekuensi dan persentase.
4.9 Analisa Data
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel dalam bentuk kategori dan menghasilkan data berupa
presentasi. Analisis deskriptif juga ditujukan untuk menggambarkan persepsi
responden terhadap indikator yang merefleksikan variabel penelitian, berdasarkan
kecenderungan tanggapan responden terhadap butir pertanyaan dalam instrument
penelitian.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
85
2. Analisis inferensial
Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diusulkan
dalam penelitian ini. Uji yang digunakan menggunakan Partial Least Square
(PLS) merupakan metode analisis yang powerfull karena dapat diterapkan pada
semua skala data (Nominal, ordinal), tidak banyak membutuhkan asumsi dan
ukuran sampel tidak harus besar. Selain dapat digunakan untuk membangun
hubungan yang belum ada landasan teorinya atau untuk menguji proposisi
(Wiyono, 2011). Unit yang diteliti dalam penelitian ini adalah perempuan
menopause dengan gangguan kecemasan di Kecamatan Diwek Jombang. Evaluasi
model terdiri dari:
1. Evaluasi model pengukuran (outer model) dengan indikator reflektif. Model
dievaluasi berdasarkan hasil validitas dan reliabilitas indikator.
1) Convergen validity
Korelasi antara skor indikator reflektif dengan skor variabel latennya.
Indikator dikatakan memenuhi Convergen validity jika memiliki outer
loading > 0,5.
2) Composite reliability
Kelompok indikator yang mengukur sebuah variabel memiliki
Composite reliability yang baik jika memiliki nilai > 0,7 , walaupun
bukan merupakan indikator absolute
3) Average variance extracted (AVE)
Nilai AVE harus diatas 0,5
4) Discriminant validity
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
86
Nilai korelasi across loading dengan variabel latennya harus lebih besar
dibandingkan dengan korelasi terhadap variabel laten lain.
2. Evaluasi model structural (inner model)
Evaluasi inner model bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh atau
hubungan kausalitas antar variabel-variabel di dalam penelitian yaitu dengan
mendapatkan R square atau koefisien determinasi yang merupakan sebuah nilai
yang menjelaskan tentang ukuran kebaikan model atau besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat serta nilai Q2
atau relevansi prediksi.
Apabila diperoleh Q2
lebih dari 2 dan mendekati 1, hal tersebut memberikan bukti
bahwa model memiliki predictive relevance.
Pada penelitian ini akan dilakukan pada semua variabel penelitian dengan
membuat distribusi frekuensi berdasarkan kategori masing-masing variabel dan
deskripsi kategori dengan pendekatan analisis baris, kolom, tabulasi silang.
Analisis univariat pada umumnya ini akan menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel (Martini, 2007).
Berikut ini adalah langkah-langkah uji Partial Least Square (PLS) yaitu:
1. Merancang Model Struktural (inner model)
2. Merancang Model Pengukuran (outer model)
3. Mengkonstruksi Diagram Jalur
4. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan
5. Estimasi : Koef. Jalur, loading dan Weight
6. Evaluasi Goodness of Fit
7. Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
87
3. Kerangka Analisa
Tata hubungan variabel penelitian digambarkan sebagai berikut
Keterangan :
X1 : Faktor Individu
X1.1 : Usia
X1.2 : Tingkat Pendidikan
X1.3 : Pekerjaan
X2 : Jaringan Sosial
X2.1 : Aturan Sosial
X2.2 : Informasi
X2.3 : Konflik Sosial
X3 : Kejadian Stres
X3.1 : Jenis Menopause
X3.2 : Rentang waktu menopause
X4 : Dukungan Sosial
X4.1 : Dukungan Emosional
X4.2 : Dukungan Penghargaan
X4.3 : Dukungan Instrumental
X1.3
X1.2
X1.1
X2.1
X2.3
X2.2
X3.1
X3.2
X4.1
X4.3
X4.2
X4.4
Gambar 4.1 Kerangka Analisis Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan
Perempuan Menopause
di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
X1
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4
X5 X2
X3
X4
Y1
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
88
X4.4 : Dukungan Informatif
X5 : Penilaian Stres
X5.1 : Nilai
X5.2 : Pengalaman
X5.3 : Kepercayaan
X5.4 : Sumber Koping
Y1 : Kecemasan
Y1.1 : Reaksi Kognitif
Y1.2 : Reaksi Emosional
Y1.3 : Reaksi Fisiologis
Y1.4 : Reaksi Tingkah Laku
4.10 Kerangka Operasional
Prosedur penelitian diawali dengan mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi dalam dukungan sosial perempuan menopause yang mengalami
gangguan kecemasan di Kecamatan Diwek Jombang, selanjutnya melakukan
Mengidentifikasi:
Faktor Individu, Jaringan Sosial, Kejadian Stress, Dukungan Sosial, Penilaian
Stress dan Kecemasan
1. Menganalisis Faktor Individu berpengaruh signifikan terhadap Jaringan Sosial
2. Menganalisis Jaringan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Kejadian Stress
3. Menganalisis Kejadian Stress berpengaruh signifikan terhadap Dukungan
Sosial
4. Menganalisis Faktor Individu berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Stress
5. Menganalisis Jaringan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Stress
6. Menganalisis Kejadian Stress berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Stress
7. Menganalisis Dukungan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Penilaian
Stress
8. Menganalisis Dukungan Sosial berpengaruh signifikan terhadap Kecemasan
9. Menganalisis Penilaian Stress berpengaruh signifikan terhadap Kecemasan
Uji Model
Gambar 4.2 Kerangka Operasional Model Dukungan Sosial untuk
Menurunkan Kecemasan Perempuan Menopause
Rekomendasi model
Populasi sebanyak 402 responden, pengambilan sampel dilakukan dengan cara
cluster random sampling dengan besar sampel 197 responden
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
89
analisis data untuk menentukan isu strategis. Isu strategis tersebut digunakan
sebagai bahan acuan dalam merumuskan Model Dukungan Sosial untuk
Menurunkan Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Jombang
berbasis teori Dukungan Sosial Sheldon Cohen dengan integrasi teori adaptasi
Lazarus & Folkman pada perempuan menopause.
Tahap selanjutnya yaitu menyusun model dan merekomendasikan Model
Dukungan Sosial Perempuan Menopause Yang Mengalami Gangguan Kecemasan
berbasis teori Dukungan Sosial Sheldon Cohen dengan integrasi teori adaptasi
Lazarus & Folkman pada perempuan menopause di Kecamatan Diwek Jombang.
4. 11 Etika Penelitian
Penelitian ini telah lulus uji etik di Komisi Etik Penelitian Kesehatan
(KEPK) Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 21
Februari 2018 dengan No: 658-KEPK. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
mengajukan permohonan ijin kepada Dinas Kesehatan untuk memberikan surat
pengantar dan ijin akan melakukan penelitian di 11 Desa di Kecamatan Diwek
Jombang. Meminta ijin ke masing-masing bidan desa dan Koordinator
Keperawatan di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang untuk mendapatkan
persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan, kegiatan pengumpulan data
dilakukan dengan menekankan pada masalah etik berdasarkan 3 prinsip yaitu:
1. Menghargai Martabat Manusia, menghormati martabat subjek meliputi :
1) Hak untuk self determination (menetapkan sendiri)
Prinsip self determination ini mengandung arti bahwa subjek mempunyai
hak untuk memutuskan secara sukarela apakah dia ingin berpatisipasi
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
90
dalam suatu penelitian, tanpa beresiko untuk dihukum, dipaksa, atau
diperlakukan tidak adil. Responden berhak untuk menolak menjadi
sampel dan memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaan / kusioner
yang di berikan oleh peneliti
2) Hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap (full disclosure)
Penjelasan lengkap berarti bahwa peneliti telah secara penuh
menjelaskan tentang sifat penelitian,hak subjek untuk menolak berperan
serta, tanggung jawab peneliti, serta kemungkinan resiko dan manfaat
yang bisa terjadi. Peneliti berkewajiban untuk menjelaskan maksud,
tujuan, manfaat, dan damapak kepada responden terkait dengan
penelitian yang dilakukan dan melibatkan reponden dalam penelitian ini.
2. Beneficience dan Maleficence, pada dasarnya adalah di atas segalanya tidak
boleh membahayakan. Prinsip ini mengandung 4 dimensi:
1) Bebas dari bahaya
Yaitu peneliti harus berusaha melindungi subjek yang diteliti, terhindar
dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik atau mental.
2) Bebas dari eksploitasi
Keterlibatan responden dalam penelitian tidak seharusnya merugikan
mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang mereka tidak
disiapkan.
3) Manfaat dari penelitian
Manfaat penelitian yang paling penting adalah meningkatnya
pengetahuan atau penghalusan pengetahuan yang akan berdampak pada
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
91
subjek individu, namun lebih penting lagi apabila pengetahuan tersebut
dapat mempengaruhi suatu disiplin dan anggota masyarakat.
4) Rasio antara resiko dan manfaat
Peneliti dan penilai (reviewer) harus menelaah keseimbangan antara
manfaat dan resiko dalam penelitian.
3. Mendapatkan Keadilan, prinsip ini mengandung hak responden untuk
mendapatkan perlakuan yang adil dan hak mereka untuk mendapatkan
keleluasaan pribadi. Hak mendapatkan perlakuan yang adil berarti
responden mempunyai hak yang sama, sebelum, selama, dan setelah
partisipasi mereka dalam penelitian. Perlakuan yang adil mencakup aspek-
aspek sebagai berikut:
1) Seleksi responden yang adil dan tidak diskriminatif.
2) Perlakuan yang tidak menghukum bagi responden yang menolak atau
mengundurkan diri dari kesertaannya dalam penelitian, walaupun dia
pernah menyetujui untuk berpartisipasi.
3) Penghargaan terhadap semua persetujuan yang telah dibuat antara
peneliti atau subjek, termasuk prosedur dan pembayaran atau tunjangan
yang telah dijanjikan.
4) Responden dapat mengakses penelitian setiap saat diperlukan untuk
mengklarifikasi informasi.
5) Responden dapat mengakses bantuan professional yang sesuai apabila
terjadi gangguan fisik atau psikologis.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
92
6) Responden mendapatkan penjelasan, jika diperlukan yang tidak diberikan
sebelum penelitian dilakukan atau mengklarifikasi isu yang timbul
selama penelitian
7) Perlakuan yang penuh rasa hormat selama penelitian
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
93
BAB 5
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan gambaran umum lokasi penelitian, hasil
penelitian dan analisis hasil penelitian Model Dukungan Sosial untuk
Menurunkan Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang. Hasil penelitian ini menjelaskan hasil dari analisis deskriptif dan
analisis inferensial.
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Diwek merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur,
Indonesia. Luas area 47,70 km², jumlah penduduk sebesar 91.559, dengan
kepadatan 1.919 jiwa/km². Letak strategis yang dekat dengan pondok pesantren
Cukir dan Tebuireng menjadikan kawasan ini dikenal dengan religiusnya.
Kecamatan Diwek memiliki dua Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), yaitu
Puskesmas Cukir dan Puskesmas Brambang. Peneliti melakukan penelitian di
wilayah kerja Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Puskesmas Cukir terletak di sebelah selatan kota Jombang, berada di wilayah
Kecamatan Diwek, dengan luas wilayah 24,85 km², dengan batas wilayah kerja
sebelah utara : Kecamatan Jombang, sebelah timur : Kecamatan Jogoroto dan
Mojowarno, sebelah selatan: Kecamatan Gudo dan Ngoro, sebelah barat wilayah
kerja puskesmas Brambang. Puskesmas Cukir memiliki 11 desa wilayah kerja
yaitu Kayangan, Puton, Bendet, Bulurejo, Grogol, Jatirejo, Cukir, Ceweng,
Bandung, Kedawong dan Ngudirejo. Pelayanan kesehatan yang terdapat di
puskesmas ini yaitu poli umum, poli gigi, poli anak, poli kebidanan, farmasi,
93
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
94
laboratorium dan rawat inap. Pelayanan kesehatan perempuan menopause
merupakan bagian dari program pokok pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam
lingkup poli kebidanan yaitu Health Education (HE) tentang perubahan-
perubahan yang terjadi selama menopause, pemeriksaan deteksi dini penyakit
seperti pap-smear, pemeriksaan payudara sendiri (sadari).
5.2 Hasil Penelitian Deskriptif
5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian
Tabel 5.1 Karakteristik responden perempuan menopause yang mengalami
kecemasan di Kecamatan Diwek Jombang pada tanggal 23 Februari -
25 Maret 2018
Distribusi Usia
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
Menopause dini (Usia < 50 tahun) 23 11,7
Menopause normal (Usia 50-52 tahun) 83 42,1
Menopause terlambat (Usia > 52 tahun) 91 46,2
Total 197 100
Distribusi Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tidak Sekolah 2 1,0
SD 85 43,1
SMP 52 26,4
SMA 51 25,9
Perguruan Tinggi 7 3,6
Total 197 100
Distribusi Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 161 81,7
Wiraswasta 24 12,2
Petani 5 2,6
Honorer 2 1,0
PNS 3 1,5
Pegawai Swasta 2 1,0
Total 197 100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami menopause terlambat sebesar 91 responden (46,2). Responden
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
95
memiliki pendidikan SD sebesar 85 responden (43,1%) dan dari 197 responden
profesi sebagai ibu rumah tangga memiliki prosentase terbesar yaitu sebesar 161
responden (81,7%).
5.2.2 Tingkat Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang
Distribusi tingkat kecemasan perempuan menopause di Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang yang terdiri dari tingkat kecemasan ringan, sedang, dan
berat dapat disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Ringan 138 70,1
Sedang 51 25,9
Berat 8 4,1
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecemasan ringan yaitu sebesar 138 responden (70,1%).
5.2.3 Jaringan Sosial Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang
Distribusi jawaban responden mengenai jaringan sosial, yang terdiri dari
aturan sosial, informasi, dan konflik sosial adalah sebagai berikut.
Tabel 5.3 Distribusi Jaringan Sosial Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Jaringan Sosial Kategori Frekuensi Persentase (%)
Aturan Sosial Baik 177 89,8
Buruk 20 10,2
Informasi Baik 174 88,3
Buruk 23 11,7
Konflik Sosial Rendah 68 34,5
Tinggi 129 65,5
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
96
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui sebagian besar menerima aturan
sosial yang baik yaitu sebesar 177 responden (89.8%), mendapatkan informasi
yang baik mengenai menopause sebesar 174 responden (88,3%), serta memiliki
konflik sosial yang tinggi sebesar 129 responden (65,5%).
5.2.4 Kejadian Stres Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang
Distribusi jawaban responden mengenai kejadian stres, yang terdiri dari
jenis menopause dan rentang waktu menopause adalah sebagai berikut.
Tabel 5.4 Distribusi Kejadian Stres Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Kejadian Stres Kategori Frekuensi Persentase (%)
Jenis Menopause Menopause medis 2 1
Menopause alami 195 99
Rentang Waktu
Menopause
< 6 bulan 82 41,6
> 6 bulan 115 58,4
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perempuan di
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mengalami menopause secara alami yaitu
195 responden (99%) dengan kurun waktu > 6 bulan sebanyak 115 responden
(58,4%).
5.2.5 Dukungan Sosial Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang
Distribusi jawaban responden mengenai dukungan sosial, yang terdiri dari
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan
informatif adalah sebagai berikut
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
97
Tabel 5.5 Distribusi Dukungan Sosial Perempuan Menopause di Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang pada tanggal 23 Februari - 25 Maret
2018
Dukungan Sosial Kategori Frekuensi Persentase (%)
Dukungan Emosional
Tidak baik 0 0
Kurang baik 0 0
Cukup baik 20 10,2
Baik 115 58,4
Sangat baik 62 31,5
Dukungan Penghargaan
Tidak baik 0 0
Kurang baik 17 8,6
Cukup baik 49 24,9
Baik 94 47,7
Sangat baik 37 18,8
Dukungan Instrumental
Tidak baik 10 5,1
Kurang baik 26 13,2
Cukup baik 4 2
Baik 98 49,7
Sangat baik 59 29,9
Dukungan Informatif
Tidak baik 0 0
Kurang baik 0 0
Cukup baik 18 9,1
Baik 108 54,8
Sangat baik 71 36
Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar Perempuan
Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mendapatkan dukungan
sosial berupa dukungan emosional yang baik sebanyak 115 responden (58,4%),
dukungan penghargaan baik sebanyak 94 responden (47,7%), dukungan
instrumental yang baik sebesar 98 responden (49,7%), dan dukungan informatif
yang baik sebesar 108 responden (54,8%).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
98
5.2.6 Penilaian Stres Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang
Distribusi jawaban responden mengenai penilaian stres, yang terdiri dari nilai,
pengalaman, kepercayaan, dan sumber koping adalah sebagai berikut.
Tabel 5.6 Distribusi Penilaian Stres Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek
pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Penilaian Stres Kategori Frekuensi Persentase (%)
Nilai
Tidak baik 6 3
Kurang baik 89 45,2
Cukup baik 53 26,9
Baik 42 21,3
Sangat baik 7 3,6
Pengalaman
Tidak baik 0 0
Kurang baik 0 0
Cukup baik 48 24,4
Baik 129 65,5
Sangat baik 20 10,2
Kepercayaan
Tidak baik 30 15,2
Kurang baik 116 58,9
Cukup baik 11 5,6
Baik 37 18,8
Sangat baik 3 1,5
Sumber Koping
Tidak baik 0 0
Kurang baik 0 0
Cukup baik 11 5,6
Baik 178 90,4
Sangat baik 8 4,1
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar penilaian stres
perempuan menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang kurang baik
yaitu sebanyak 89 responden (45,2%), pengalaman baik sebanyak 129 responden
(65,5%), kepercayaan terhadap menopause kurang baik sebanyak 116 responden
(58,9%), dan sumber koping yang baik sebesar 178 responden (90,4%).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
99
5.2.7 Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang
Distribusi jawaban responden mengenai kecemasan, yang terdiri dari
reaksi kognitif, reaksi fisiologis, reaksi emosional dan reaksi tingkah laku adalah
sebagai berikut.
Tabel 5.7 Distribusi Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang pada tanggal 23 Februari - 25 Maret 2018
Kecemasan Kategori Frekuensi Persentase (%)
Reaksi Kognitif
Tidak ada kecemasan 35 17,8
Kecemasan ringan 152 77,2
Kecemasan sedang 10 5,1
Kecemasan berat 0 0
Kecemasan sangat berat 0 0
Reaksi Fisiologis
Tidak ada kecemasan 169 85,8
Kecemasan ringan 26 13,2
Kecemasan sedang 1 0,5
Kecemasan berat 1 0,5
Kecemasan sangat berat 0 0
Reaksi Emosional
Tidak ada kecemasan 5 2,5
Kecemasan ringan 169 85,8
Kecemasan sedang 18 9,1
Kecemasan berat 4 2
Kecemasan sangat berat 1 0,5
Reaksi Tingkah
Laku
Tidak ada kecemasan 16 8,1
Kecemasan ringan 146 74,1
Kecemasan sedang 28 14,2
Kecemasan berat 7 3,6
Kecemasan sangat berat 0 0
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan menopause
di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mengalami kecemasan ringan pada
reaksi kognitif yaitu sebanyak 152 responden (77,2%), tidak terdapat kecemasan
pada reaksi fisiologis yaitu sebanyak 169 responden (85,8%), mengalami
kecemasan ringan pada reaksi emosional sebanyak 169 responden (85,5%), dan
mengalami kecemasan ringan pada reaksi tingkah laku sebanyak 146 responden
(74,1%).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
100
5.3 Hasil Penelitian Analisis Inferensial
5.3.1 Pengujian Hipotesis
5.3.1.1 Pengujian measurement (outer) model
1. Uji validitas (convergent validity)
Evaluasi awal model pengukuran bersifat reflektif yaitu convergent validity
dan discriminant validity. Evaluasi convergent validity dimulai dengan melihat
item reliability (indikator validitas) yang ditunjukkan dengan nilai loading factor
(outer model). Indikator di katakan convergent validity jika memiliki loading
factor > 0,5. Pada penelitian ini nilai convergent validity dapat dilihat pada
gambar tabel berikut:
Gambar 5.1 Path model dan nilai outer loading pada model dukungan sosial
untuk menurunkan kecemasan perempuan menopause
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
101
Gambar 5.2 Model Akhir dan nilai outer loading model dukungan sosial untuk
menurunkan kecemasan perempuan menopause
Nilai outer loading untuk semua indikator baik dari indikator untuk variabel laten
seperti faktor individu, jaringan sosial, kejadian stres, dukungan sosial, penilaian
stres dan kecemasan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.8 Hasil Convergent Validity Pengukuran Model Dukungan Sosial untuk
Menurunkan Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek
Jombang
Faktor Individu
Indikator Loading factor Keterangan
Pendidikan 0,664 Valid
Pekerjaan 0,996 Valid
Jaringan Sosial
Indikator Loading factor Keterangan
Aturan Sosial 0,630 Valid
Informasi 0,549 Valid
Konflik Sosial 0,580 Valid
Kejadian Stres
Indikator Loading factor Keterangan
Jenis Menopause 0,518 Valid
Rentang Waktu
Menopause 1,000 Valid
Dukungan Sosial
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
102
Indikator Loading factor Keterangan
Dukungan Emosional 0,177 Tidak Valid
Dukungan Penghargaan 0,836 Valid
Dukungan Instrumental 0,317 Tidak Valid
Dukungan Informatif 0,524 Valid
Penilaian Stres
Indikator Loading factor Keterangan
Nilai 0,251 Tidak Valid
Pengalaman 0,539 Valid
Kepercayaan 0,914 Valid
Sumber Koping 0,665 Valid
Kecemasan
Indikator Loading factor Keterangan
Reaksi Kognitif 0,858 Valid
Reaksi Fisiologis 0,813 Valid
Reaksi Emosional 0,671 Valid
Reaksi Tingkah Laku 0,248 Tidak Valid
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa terdapat beberapa indikator yang
tidak valid yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, nilai dan reaksi
tingkah laku. Indikator yang tidak valid tersebut dapat direduksi karena nilai
loading factor < 0,5. Indikator dengan nilai loading factor > 0,5 menunjukkan
bahwa indikator tersebut di dalam struktural telah memenuhi uji validitas.
2. Uji reliabilitas
Composite reliability menguji nilai reliabilitas indikator pada suatu konstruk.
Suatu konstruk atau variabel laten dikatakan memenuhi uji reliabilitas jika
memiliki nilai composite reliability dan nilai cronbachs alpha > 0,7. Hasil
pengujian reliabilitas dapat disajikan pada tabel berikut:
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
103
Tabel 5.9 Hasil Average Variance Extracted (AVE), Composite Reliability, dan
Cronbach Alpha Model dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan
perempuan menopause di Kecamatan Diwek Jombang
No Variabel AVE Composite
Reliability
Cronbach
Alpha Keterangan
1. Faktor Individu
(X1)
0,709 0,869 0,729 Reliabel
2. Jaringan Sosial
(X2)
0,605 0,743 0,745 Reliabel
3. Kejadian Stres
(X3)
0,713 0,888 0,802 Reliabel
4. Dukungan Sosial
(X4)
0,712 0,817 0,766 Reliabel
5. Penilaian Stres
(X5)
0,582 0,711 0,721 Reliabel
6. Kecemasan (Y1) 0,585 0,712 0,721 Reliabel
Berdasarkan tabel 5.9 diatas, nilai composite reliability dan Cronbach
alpha masing-masing variabel laten > 0,7. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua variabel laten (faktor individu, jaringan sosial, kejadian stres, dukungan
sosial, penilaian stres, dan kecemasan telah memenuhi uji reliabilitas.
Pemeriksaan selanjutnya dari convergent validity adalah nilai average variance
extracted (AVE). Nilai AVE pada masing-masing variabel laten pada tabel 3
diatas > 0,5, sehingga dapat dikatakan sangat direkomendasikan.
Evaluasi discriminant validity dimulai dengan melihat cross loading. Nilai
cross loading menunjukkan besarnya korelasi antara setiap konstruk atau variabel
laten dengan indikatornya dan indikator dari konstruk blok lainnya. Suatu model
pengukuran memiliki discriminant validity yang baik bila korelasi antar konstruk
dengan indikatornya lebih tinggi dari pada korelasi dengan indikator dari kontrak
blok lainnya.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
104
Tabel 5.10 Hasil Cross Loading Model dukungan sosial untuk menurunkan
kecemasan perempuan menopause di Kecamatan Diwek Jombang
X1 X2 X3 X4 X5 Y1
Tingkat pendidikan 0,994 0,458 0,495 0,260 0,253 0,815
Pekerjaan 0,644 0,634 0,100 0,272 0,245 0,347
Aturan sosial 0,377 0,582 0,181 0,310 0,106 0,098
Informasi 0,349 0,549 0,142 0,209 0,385 0,447
Konflik sosial 0,421 0,918 0,101 0,613 0,144 0,247
Jenis menopause 0,096 0,016 0,665 0,487 0,631 0,309
Rentang waktu
menopause
0,049 0,161 0,716 0,260 0,613 0,223
Dukungan penghargaan 0,203 0,313 0,423 0,649 0,547 0,102
Dukungan informatif 0,425 0,306 0,379 0,996 0,605 0,333
Pengalaman 0,429 0,517 0,526 0,112 0,979 0,466
Kepercayaan 0,302 0,514 0,493 0,147 0,815 0,363
Sumber koping 0,104 0,223 0,355 0,329 0,782 0,351
Reaksi kognitif 0,118 0,211 0,114 0,319 0,622 0,806
Reaksi fisiologis 0,373 0,314 0,233 0,479 0,041 0,586
Reaksi emosional 0,467 0,528 0,828 0,205 0,604 0,871
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa semua indikator dalam setiap
komponen konstrak memiliki nilai cross loading lebih tinggi dengan masing-
masing konstraknya. Setelah pemeriksaan convergent validity dan discriminant
validity terpenuhi, selanjutnya adalah melakukan evaluasi model struktural (inner
model).
5.3.1.2 Pengujian model struktural (inner) model
Evaluasi inner model bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh atau
hubungan kausalitas antar variabel-variabel di dalam penelitian atau menguji
hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat diterima jika nilai t hitung > t tabel
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
105
dengan 5% yang ditunjukkan oleh nilai t statistik > 1,96. Selanjutnya
melakukan mengujian R Square atau koefisien determinasi yang merupakan
sebuah nilai yang menjelaskan tentang ukuran kebaikan model atau besarnya
pengaruh-pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien jalur
dan nilai t hitung pada inner model disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.11 Koefisien Jalur dan t-statistics Model dukungan sosial untuk
menurunkan kecemasan perempuan menopause di Kecamatan
Diwek Jombang
Jalur Estimasi Std. Error | | Pvalue
Faktor Individu Jaringan
Sosial
0,054 0,072 0,75 0,451
Jaringan Sosial Kejadian
Stres
-0,161 0,071 2,28 0,023*
Kejadian Stres Dukungan
Sosial
-0,026 0,072 0,37 0,713
Faktor Individu Penilaian
Stres
-0,256 0,068 3,74 0,000*
Jaringan Sosial Penilaian
Stres
-0,147 0,069 2,13 0,034*
Kejadian Stres Penilaian
Stres
0,022 0,069 0,32 0,751
Dukungan Sosial Penilaian
Stres
-0,117 0,068 2,02 0,047*
Dukungan Sosial
Kecemasan
-0,326 0,068 5,25 0,000*
Penilaian Stres Kecemasan 0,196 0,068 9,07 0,000*
*Signifikan dengan taraf kesalahan 5%
Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
106
1. Faktor individu (t statistik 0,75 < 1,96) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap jaringan sosial.
2. Jaringan sosial (t statistik 2,28 > 1,96) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kejadian stres.
3. Kejadian stres (t statistik 0,37 < 1,96) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap dukungan sosial.
4. Faktor individu (t statistik 3,74 > 1,96) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penilaian stres.
5. Jaringan sosial (t statistik 2,13 > 1,96) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penilaian stres.
6. Kejadian stres (t statistik 0,32 < 1,96) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penilaian stres.
7. Dukungan sosial (t statistik 2,02 > 1,96) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penilaian stres.
8. Dukungan sosial (t statistik 5,25 > 1,96) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecemasan.
9. Penilaian stres (t statistik 9,07 > 1,96) memiliki pengaruh yang signifikan
terdapat kecemasan.
Selanjutnya adalah melihat nilai Rsquare (R2) untuk konstrak atau variabel
laten dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
107
Tabel 5.12 Goodness of Fit Model dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan
pada perempuan menopause di Kecamatan Diwek Jombang
Variabel R square
Faktor Individu 0,615
Jaringan Sosial 0,745
Kejadian Stres 0,672
Dukungan Sosial 0,851
Penilaian Stres 0,710
Kecemasan 0,600
Goodness of Fit (Q2) 0,890
Berdasarkan tabel 5.12 diatas, dapat diketahui nilai Q2 atau goodness of fit (GoF)
yang dihasilkan pada model SEM-PLS pada penelitian ini sebesar 0,890. Hal ini
menunjukkan bahwa kecemasan responden diperngaruhi oleh variabel-variabel
laten yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 89%, sisanya sebesar 11%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel penelitian ini. Jika merujuk pada (Chin
1998 dalam Sofyan Yamin & Heri, 2011) nilai ini termasuk dalam kategori tinggi.
Nilai goodness of fit (GoF) model dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan
pada perempuan menopause di atas adalah 0,890 yang berarti bahwa model yang
ditemukan adalah model yang baik karena mendekati nilai 1.
5.4 Interpretasi Model
Berdasarkan model struktural dengan menggunakan SEM-PLS,
didapatkan nilai direct effect dan indirect effect yang bertujuan untuk memberikan
informasi besar pengaruh yang dihasilkan. Nilai direct effect dan indirect effect
dapat disajikan pada tabel berikut.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
108
Tabel 5.13 Direct Effect, Indirect Effect dan Total Effect Model dukungan sosial
menopause
Variabel Direct
Effect Indirect Effect Total Effect
Faktor Individu Jaringan
Sosial 0,054 0,000 0,054
Faktor Individu Kejadian
Stres 0,000 0,009 0,009
Faktor Individu Dukungan
Sosial 0,000 0,000 0,000
Faktor Individu Penilaian
Stres
-0,256 -0,008 -0,264
Faktor Individu Kecemasan 0,000 -0,005 -0,005
Jaringan Sosial Kejadian
Stres
-0,162 0,000 -0,161
Jaringan Sosial Dukungan
Sosial
0,000 0,004 0,004
Jaringan Sosial Penilaian
Stres
-0,147 -0,004 -0,151
Jaringan Sosial Kecemasan 0,000 0,004 0,004
Kejadian Stres Dukungan
Sosial
-0,026 0,000 -0,026
Kejadian Stres Penilaian
Stres
0,022 0,003 0,025
Kejadian Stres Kecemasan 0,000 -0,009 -0,009
Dukungan Sosial Penilaian
Stres
-0,118 0,000 -0,117
Dukungan Sosial Kecemasan -0,327 -0,002 -0,329
Penilaian Stres Kecemasan 0,020 0,000 0,020
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
109
Berdasarkan tabel 5.13 diatas, dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut:
1. Faktor individu berpengaruh positif terhadap jaringan sosial dengan koefisien
sebesar 0,054 artinya, apabila faktor individu naik satu satuan, maka jaringan
sosial akan naik sebesar 0,054.
2. Faktor individu berpengaruh negatif terhadap penilaian stres dengan koefisien
sebesar 0,008 secara tidak langsung sedangkan pengaruh faktor individu
terhadap penilaian stres secara langsung sebesar 0,256.
3. Jaringan Sosial berpengaruh negatif terhadap kejadian stres dengan koefisien
sebesar -0,162 artinya, apabila faktor individu naik satu satuan, maka kejadian
stres akan turun sebesar 0,162.
4. Jaringan Sosial berpengaruh negatif terhadap penilaian stres dengan koefisien
sebesar -0,147 artinya, apabila faktor individu naik satu satuan, maka
penilaian stres akan turun sebesar 0,147.
5. Kejadian stres berpengaruh negatif terhadap dukungan sosial dengan koefisien
sebesar -0,026 artinya, apabila kejadian stres naik satu satuan, maka dukungan
sosial akan turun sebesar 0,026.
6. Kejadian stres berpengaruh positif terhadap penilaian stres dengan koefisien
sebesar 0,022 artinya, apabila kejadian stres naik satu satuan, maka penilaian
stres akan naik sebesar 0,022.
7. Dukungan sosial berpengaruh negatif terhadap penilaian stres dengan
koefisien sebesar -0,118 artinya, apabila dukungan sosial naik satu satuan,
maka penilaian stres akan turun sebesar 0,118.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
110
8. Dukungan sosial berpengaruh negatif terhadap kecemasan dengan koefisien
sebesar -0,327 artinya, apabila dukungan sosial naik satu satuan, maka
kecemasan akan turun sebesar 0,327.
9. Penilaian stres berpengaruh positif terhadap kecemasan dengan koefisien
sebesar 0,020 artinya, apabila penilaian stres naik satu satuan, maka
kecemasan akan naik sebesar 0,020.
5.5 Model akhir Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan
Perempuan Menopause
Gambar 5.3 Model Keperawatan Dukungan Sosial untuk Menurunkan
Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Jombang
Berdasarkan gambar 5.3 menunjukkan bahwa model akhir dukungan
sosial untuk menurunkan kecemasan perempuan menopause di kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang merupakan isu strategis yang didasarkan dari hasil analisis
Partial Least Square. Model tersebut menunjukkan faktor individu memiliki
pengaruh yang kuat terhadap penilaian stres. Jaringan sosial memiliki pengaruh
yang kuat terhadap kejadian stres dan penilaian stres. Dukungan sosial memiliki
Kecemasan Penilaian stress
Faktor Individu
Dukungan sosial
Jaringan sosial
Kejadian stress
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
111
pengaruh yang kuat terhadap penilaian stres dan kecemasan. Penilaian stres
memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecemasan.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
112
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Faktor Individu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respoden perempuan
menopause yang mengalami kecemasan di Kecamatan Diwek Jombang berada
pada kelompok menopause terlambat dalam rentang usia lebih dari 52 tahun.
Menurut (Prawirohardjo, 2006) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
menopause terlambat. Faktor tersebut adalah konstitusional, fibromioma uteri dan
tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Salah satu faktor yang
memungkinkan seorang perempuan mengalami keterlambatan menopause adalah
apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat di dalam
ovarium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang
lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang perempuan mengalami obesitas
(yaitu indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) melebihi 30, maka
perempuan tersebut memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa
hidupnya. Oleh karena itu, selain meningkatkan resiko terhadap masalah
kesehatan yang serius, seperti kanker payudara dan penyakit jantung, memiliki
badan berlebih juga dapat menunda menopause.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya kecemasan. Hasil statistik menunjukkan sebagian besar perempuan
menopause di Kecamatan Diwek Jombang memiliki pendidikan rendah.
Notoatmodjo (2010), menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
112
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
113
semakin mudah seseorang menerima hal yang baru dan akan mudah
menyesuaikan diri. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Simanungkalit
(2011) dalam Mandias (2012), menyatakan semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula ia menerima informasi dan akhirnya semakin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika tingkat pendidikan seseorang
rendah, itu akan menghambat perkembangan perilakunya terhadap penerimaan
informasi dan pengetahuan yang baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan
perempuan menopause diharapkan semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki perempuan tersebut tentang menopause. Sehingga kecemasan pada masa
menopause dapat diatasi dengan baik.
Karakteristik lain perempuan menopause yang mempengaruhi kecemasan
adalah pekerjaan. Pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga
(IRT). Menurut Darmojo dan Hadi (2006) seorang perempuan yang mempunyai
aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik
misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial. Mereka lebih
mudah untuk bertukar pengalaman antara satu sama lain, sehingga status
perempuan bekerja atau tidak bekerja berpengaruh terhadap kecemasan dalam
menghadapi masa menopause. Aktivitas perempuan sehari-hari dapat
mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan
hanya sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung
tidak banyak perubahan.
6.2 Jaringan Sosial
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
114
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial yang dimiliki oleh
responden cukup rendah. Faktor jaringan sosial yang meliputi aturan sosial yang
kuat, informasi yang yang diterima responden cukup baik tetapi tidak diimbangi
dengan konflik sosial yang rendah. Hal ini diperkirakan sebagai salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan perempuan menopause di
Kecamatan Diwek Jombang. Penelitian yang dilakukan oleh Cepty (2014)
menyebutkan faktor informasi terkait pengetahuan memiliki hubungan positif
terhadap kecemasan. Informasi yang dibutuhkan berupa pengetahuan memadai
tentang masalah menopause dan solusinya.
Perempuan yang memiliki pengetahuan menopause dapat berpikir secara
wajar serta bisa menerima perubahan dalam dirinya. Perempuan tersebut tentu
dapat menerima kenyataan dengan bertambahnya umur, setiap perempuan akan
mengalami berbagai peristiwa dalam hidupnya, seperti menstruasi, mengandung,
melahirkan dan menopause. Apabila dirinya mengalami gangguan atau perubahan
fisik, psikologis serta perubahan perilaku seksual biasa terjadi menjelang
menopause, maka individu tersebut berusaha menetralisir gangguan yang timbul
dengan hal produktif. Didukung pula oleh Hartono (2002) mengatakan bahwa
perlunya informasi tentang bagaimana memperlambat proses menopause melalui
upaya pendekatan kesehatan, psikologis juga kecantikan. Upaya tersebut misalnya
mengikuti seminar tentang menopause, konsultasi ke dokter atau mencari sendiri
informasi dari media cetak dan elektronik.
Penelitian menopause telah banyak dilakukan dengan mengaitkan
pengaruh jaringan sosial mempengaruhi kecemasan. Dari penelitian ditemukan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
115
semakin baik jaringan sosial didapatkan maka terbentuk persepsi positif seorang
perempuan tentang menopause, akan semakin rendah tingkat kecemasannya.
Seorang perempuan memiliki persepsi negatif menopause menganggap ini
menjadi persoalan yang mengganggu dirinya, akibatnya muncul simtom fisiologis
dan psikologis abnormal dapat mengakibatkan kecemasan dalam menghadapi
menopause. Diharapkan setiap perempuan dapat mempersiapkan diri menghadapi
menopause, sehingga keluhan dapat dikurangi.
6.3 Kejadian Stress
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami
menopause secara spontan dan berada dalam fase menopause terlambat. Tahapan
fase menopause terdiri dari pra menopause, menopause, dan pasca menopause
(Smart, 2010). Perubahan yang dirasakan perempuan pada setiap tahapan fase
menopause berbeda-beda. Saat awal memasuki masa menopause, perempuan akan
mengalami kecemasan berat salah satunya dalam melakukan hubungan seksual.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu kecemasan cenderung berkurang
bahkan hampir tidak ada karena telah tercapainya keseimbangan hormon yang
baru dalam tubuh perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh sarah,dkk (2016)
menunjukan jenis menopause medis (ovariectomy) memiliki interaksi yang
signifikan antara ovariektomi terhadap kecemasan. Hal ini terjadi karena ovarium
menghentikan produksi estrogen sehingga terjadi ketidakseimbangan hormon
yang dapat menyebabkan kecemasan.
6.4 Dukungan Sosial
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
116
Dukungan adalah suatu keadaan bermanfaat bagi individu diperoleh dari
orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang tahu bahwa ada orang lain
yang memperhatikan, menghargai, mencintai. Dukungan merupakan bantuan yang
diberikan saat menopause dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan,
instrumental dan informatif (Depkes, 2008). Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui sebagian besar perempuan menopause mendapatkan dukungan
emosional dalam kategori baik, yaitu sebanyak 115 orang (58,4%) dari 197 orang.
Hal ini dapat diketahui dari pengisian kuisioner yaitu mayoritas suami ataupun
anggota keluarga perempuan menopause memberikan dukungan berupa hiburan
serta memperhatikan keluhan dari istri. Selain itu, bentuk dukungan suami
terhadap istri yang mengalami menopaouse diantaranya adalah suami sadar bahwa
suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak dapat hamil lagi. Ketika penampilan
fisik istri menurun karena mengalami menopause, misalnya kulit menjadi lebih
kasar dan berkerut, suami harus membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan
dirinya. Suami harus meyakinkan istri bahwa akan tetap menyayangi istrinya,
sehingga istri merasa diterima.
Hasil analisa data menunjukkan sebagian besar suami memberikan
dukungan penghargaan kepada istri dalam kategori baik, yaitu sebanyak 94 orang
(47,7 %) dan hanya ada 17 orang (8,6%) memberikan dukungan penghargaan
kepada istri secara kurang baik. Hal ini mempunyai arti bahwa suami memberikan
perhatian lebih pada kondisi kesehatan istri di saat istri mengalami
ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-
debar dan lain sebagainya. Suami perlu mengajak istri untuk berolah raga dan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
117
memperbaiki pola makan karena berat badan istri akan bertambah pada saat mulai
menopause.
Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar perempuan
menopause mendapatkan dukungan instrumental secara baik, yaitu sebanyak 98
orang (49,7%) dan terdapat 10 orang (5,1 %) mendapat dukungan instrumental
tidak baik. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa suami sering mengajak
berlibur, istri terpenuhi kebutuhan hidupnya dan suami membantu menyelesaikan
tugas istri. Selain itu, suami juga memberikan perawatan kepada istri yang sedang
sakit, dan memberi keluasaan kepada istri untuk menambah pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui sebagian besar perempuan
menopause mendapatkan dukungan informatif dari suami dalam kategori tinggi,
yaitu sebanyak 108 orang (54,8 %) dari 197 orang. Ini dapat diketahui dari
pengisian kuisioner mayoritas suami perempuan menopause memberikan saran
yang terbaik bagi kesehatan istrinya, suami memberikan saran dalam pemecahan
masalah, memberikan solusi dalam mengatasi keluhan istri dan membantu istri
ketika mengalami masalah.
6.5 Penilaian Stres
Penilaian stres merupakan suatu proses evaluatif yang menentukan
mengapa atau dalam keadaan seperti apa suatu interaksi antara manusia dan
lingkungannya dapat menimbulkan stress (Lazarus & Folkman, 1984). Penilaian
stres terdiri atas empat domain utama yaitu nilai, pengalaman, kepercayaan dan
sumber koping.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
118
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perempuan
menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang memiliki nilai kurang baik
yaitu sebanyak 89 orang (45,2%) dan sebanyak 7 orang (3,6%) memiliki nilai
yang sangat baik. Hal ini berarti mereka mempunyai pandangan yang negatif
terhadap menopause. Orang dewasa yang mempunyai nilai baik dikarenakan
adanya kultur sosial baik dan gaya hidup yang masih tradisional atau rural.
Sedangkan nilai yang tidak cukup baik dikarenakan oleh gaya hidup urban dan
telah menghilangkan nilai tradisionalnya (Macia et al., 2009). Selain itu, Menurut
Mulyani (2013), faktor lingkungan sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi
cara berpikir seseorang, baik tentang dirinya atau orang lain. Kecemasan akan
timbul jika seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
Hasil penelitian menunjukkan perempuan menopause di Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang memiliki pengalaman yang baik dalam menghadapi
masa menopause sebanyak 129 orang (65,5%). Responden dikategorikan
memiliki pengalaman baik lebih mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya.
Sedangkan responden dikategorikan memiliki pengalaman kurang cenderung
mengalami kecemasan berat. Pengalaman bisa di dapatkan dari pengetahuan
mengenai menopause. Kecemasan bukan hanya sakit secara emosional tapi karena
ada kesalahan dalam pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang
diketahuinya maka pengalamannya juga semakin baik sehingga kecemasan akan
lebih mudah untuk diatasi. Setiap perempuan yang memasuki masa menopause
harus memiliki pengetahuan memadai agar dapat menjalani masa tersebut dengan
lebih tenang sehingga tidak mengalami kecemasan (Kasdu, 2002). Faktor yang
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
119
mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, pengalaman, umur, pekerjaan,
pendapatan dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber (Notoatmodjo,
2005).
Kepercayaan merupakan suatu harapan positif, asumsi, atau keyakinan
dari proses kognitif seseorang yang dipegang dan ditujukan pada orang lain
bahwa orang tersebut akan berperilaku seperti yang diharapkan dan dibutuhkan.
Menurut Santrock ( 2003) kepercayaan adalah dimensi evaluasi menyeluruh yang
membawa kekuatan dalam mengatur langkah ke depan. Kepercayaan juga dapat
diartikan sebagai keyakinan individu untuk mampu berperilaku sesuai yang
diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kepercayaan yang dimiliki
oleh perempuan menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang kurang
baik, yaitu sebanyak 116 orang (58,9%) dan 37 orang (18,8%) memiliki
kepercayaan dalam kategori baik. Hal ini terjadi ketika seseorang memutuskan
untuk mempercayai orang lain maka harapannya terhadap orang tersebut adalah
dapat mewujudkan harapan yang ada pada dirinya. Apabila individu tidak
memiliki kepercayaan diri, akan terdapat banyak masalah yang dihadapi karena
kepercayaan diri merupakan komponen kepribadian yang berfungsi penting untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
Hasil analisa data menunjukkan perempuan menopause di Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang memiliki sumber koping dalam kategori baik.
Perempuan yang memasuki masa menopause dengan biasa karena perempuan
tersebut sudah mengetahui dan memiliki kesiapan dalam menghadapi menopause
serta menyadari menopause alami terjadi dan tidak bisa dihindari sehingga mereka
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
120
bisa menerimanya dengan lapang dada. Menurut Bobak (2005) kemampuan
perempuan untuk mengatasi cemas melibatkan tiga faktor, yaitu: persepsi
perempuan atau pemahaman terhadap kejadian, sistem pendukung, serta
mekanisme koping. Mekanisme koping menurut Stuart dan Laraia (2005) adalah
upaya apa saja yang diarahkan pada manajemen stress dan terbagi menjadi tiga
yaitu mekanisme koping yang memusatkan pada masalah di sini termasuk
negosiasi, mencari nasehat dan konfrontasi, yang kedua mekanisme koping yang
memusatkan secara kognitif, di sini termasuk perbandingan positif, ketidaktahuan
yang selektif, penggantian penghargaan, dan devaluasi objek yang tidak
diinginkan. Ketiga adalah mekanisme koping yang memusatkan pada emosi yang
termasuk di dalamnya penolakan, penindasan, dan proyeksi.
6.6 Kecemasan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perempuan menopause di
kecamatan Diwek Jombang mengalami kecemasan dalam kategori ringan. Hal ini
terjadi karena sebagian besar perempuan menopause di Kecamatan Diwek
Jombang mengalami menopause terlambat. Menopause merupakan proses alami
yang dialami setiap perempuan, namun bagi sebagian perempuan masa
menopause merupakan saat yang paling menyedihkan dalam hidupnya. Ada
banyak kekhawatiran yang menyelubungi pikiran perempuan ketika memasuki
masa menopause terutama perempuan dengan menopause dini. Masalah psikis
yang sering dialami adalah rasa cemas. Cemas karena perasaaan menjadi tua,
tidak menarik lagi, mudah tersinggung, khawatir keinginan seksual menurun,
merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu (Hawari, 2008).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
121
Kesehatan individu merupakan faktor predisposisi kecemasan. Pada
penelitian ini didapatkan terjadi kecemasan ringan pada reaksi kognitif sebanyak
152 orang (77,2%). Gejala kognitif yang responden alami pada saat menghadapi
menopause adalah gangguan tidur, dimana responden baru mengalami gejala
tersebut baru-baru ini sekitar enam bulanan. Gejala tersebut seperti tidur yang
gelisah dan berkeringat. Sesuai yang dikatakan Sue dkk dalam Haber dan Runyon
(1984) gejala kognitif dimanifestasikan ke dalam pikiran individu, dimana gejala
yang tampak dalam individu seperti gelisah, sulit tidur dan terlalu terpaku pada
bahaya yang tidak jelas.
Selain itu pada reaksi fisiologis responden mengalami kecemasan ringan.
Responden juga terpaku pada bahaya yang tidak jelas seperti takut akan
menghadapi menopause sehingga responden tidak siap untuk menghadapi
menopause karena takut tidak cantik lagi, keriput dan tua serta ia takut terlihat
tidak menarik lagi bagi suaminya (Kronenberg, 1990). Perubahan fisiologi sering
terjadi pada perempuan menopause, seperti gejala respiratori dan gejala
kardiovaskuler yang banyak d alami oleh perempuan menopause di Kecamatan
Diwek Jombang.
Kecemasan ringan pada reaksi emosional sebanyak 169 orang (85,8%).
Perubahan reaksi emosional sebagai bentuk manifestasi dari respon psikis yang
merupakan rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang, dan
kewaspadaan berlebihan. Rasa khawatir berlebihan bisa dalam bentuk cemas,
khawatir, takut, bimbang, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap
dirinya atau orang lain serta berfirasat buruk. Kewaspadaan terhadap lingkungan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
122
secara berlebihan dapat mengakibatkan perhatian mudah teralih, sukar
berkonsentrasi, gerakan serba salah, sukar tidur, merasa grogi, mudah
tersinggung, dan tidak sabar.
Sebagian besar perempuan menopause mengalami kecemasan ringan pada
reaksi tingkah laku sebanyak 146 orang (74,1%) dari 197 responden. Secara
motorik, kecemasan dimanifestasikan kedalam perilaku motorik seperti gerakan
tidak beraturan, gerakan yang tidak terarah, yang bermula pada gemetaran secara
halus kemudian meningkat intensitasnya. Responden mengalami gejala motorik
dimana saat ini responden lebih mudah letih bila terlalu banyak melakukan
aktifitas. Responden juga gemetar dalam situasi yang cemas dan akan menggit
bibirnya untuk mengurangi rasa cemasnya tersebut.
6.7 Faktor Individu terhadap jaringan sosial dalam menurunkan kecemasan
perempuan menopause
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan faktor individu berpengaruh
signifikan terhadap jaringan sosial dalam menurunkan kecemasan perempuan
menopause. Faktor individu yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan dan
pekerjaan memberikan pengaruh positif terhadap jaringan sosial dengan koefisien
sebesar 0,054 artinya, apabila faktor individu naik satu satuan, maka jaringan
sosial akan naik sebesar 0,054. Namun demikian, uji t pengaruh faktor individu
(umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan) terhadap jaringan sosial dalam
menurunkan kecemasan perempuan menopause menunjukkan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap jaringan sosial. Hal ini di dukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Dewi Hermawati (2017), mengatakan tidak ada
hubungan bermakna antara umur perempuan menopause dengan tingkat
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
123
kecemasan dalam menghadapi menopause. Seperti pendapat yang dikemukakan
oleh Baziad (2003), fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan
dimulainya fase klimakterium. Keluhan klimakterium pada masa premenopause
tidak selalu sama pada setiap perempuan, tetapi rata-rata munculnya antara usia
40-50 tahun.
Menurut Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa umur berpengaruh
terhadap psikis seseorang. Biasanya semakin dewasa umur seseorang maka
cenderung semakin menyadari dan mengetahui tentang permasalahan yang terjadi,
semakin bertambah umur maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh,
sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektualnya.
Tidak semua perempuan premenopause yang akan menghadapi perubahan
menjelang menopause akan mengalami gangguan emosi-psikologi, karena
sebenarnya semua itu ditentukan oleh faktor kepribadiannya, khususnya
bagaimana ia menginterpretasikan dan menilai peristiwa tersebut. Bila perubahan
menopause dipandang sebagai hal alamiah yang terjadi, maka patut disyukuri atas
kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT, dan ia pun akan menghadapinya
dengan penuh keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya
tidak berdampak pada gangguan psikologis.
Sedangkan faktor individu yang terdiri atas tingkat pendidikan dan
pekerjaan menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap jaringan sosial dalam
menurunkan kecemasan perempuan menopause. Hal ini di dukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Nur Sholichah & Restu Anjarwati (2014) mengatakan bahwa
ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap kecemasan pada
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
124
usia 40-50 tahun dalam menghadapi menopause. Notoatmodjo (2010),
menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah
seseorang menerima hal yang baru dan akan mudah menyesuaikan diri. Pendapat
tersebut sesuai dengan pendapat Simanungkalit (2011) dalam Mandias (2012),
menyatakan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula ia
menerima informasi dan akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya, jika tingkat pendidikan seseorang rendah, itu akan
menghambat perkembangan perilakunya terhadap penerimaan informasi dan
pengetahuan yang baru.
Pekerjaan juga menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap jaringan
sosial dalam menurunkan kecemasan perempuan menopause. Kelompok yang
terbanyak mengalami kecemasan adalah kelompok tidak bekerja (IRT). Aktivitas
perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang
perempuan yang berperan hanya sebagai ibu rumah tangga saja tingkat
pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2011) bahwa ibu rumah tangga
belum mengetahui banyak mengenai menopause. Sebagian besar responden hanya
mengetahui definisi menopause tetapi tidak mengetahui faktor yang
mempengaruhi menopause. Perempuan yang bekerja umumnya mempunyai cara
berfikir yang tidak sempit, merasa lebih aman dan mempunyai kepercayaan
terhadap diri sendiri dan kemampuannya.
6.8 Faktor Individu terhadap penilaian stres dalam menurunkan kecemasan
perempuan menopause
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
125
Hasil analisis menunjukkan faktor individu berpengaruh terhadap penilaian
stres dalam menurunkan kecemasan perempuan menopause. Faktor individu yang
terdiri dari umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan memberikan pengaruh negatif
terhadap penilaian stres dengan koefisien sebesar 0,008 secara tidak langsung
sedangkan pengaruh faktor individu terhadap penilaian stress secara langsung
sebesar 0,256. Penelitian yang dilakukan oleh Ayunia & Ekorini (2015)
menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor individu (umur,
tingkat pendidikan dan pekerjaan) terhadap penilaian stres perempuan menopause.
Hal ini sejalan dengan pendapat Eum et al (2012) yang menyatakan bahwa pada
usia yang sudah dewasa atau tua, mereka menunjukkan sikap kedewasaannya dan
mempunyai pandangan yang positif. Pada orang dewasa yang mempunyai baik
dikarenakan adanya kultur sosial yang baik dan gaya hidup yang masih tradisional
atau rural. Sedangkan penilaian yang tidak cukup baik dikarenakan oleh gaya
hidup urban dan telah menghilangkan nilai tradisional (Macia et al., 2009).
Hasil analisa menunjukkan bahwa pekerjaan dan pendidikan juga
mempengaruhi penilaian stres terhadap menopause. Ini menunjukkan bahwa
proses penilaian stres saat bekerja dan berpendidikan tinggi lebih baik dari pada
tidak bekerja dan tidak berpendidikan. Saat pekerjaan seseorang sudah lama atau
berpengalaman, seseorang akan cenderung meginterpretasikan stimulus stres
melaui persepsi yang baik. Pekerjaan juga berkaitan dengan kecemasan.
Seseorang akan merasa cemas apabila pekerjaannya sulit. Sebuah penelitian
menemukan bahwa suatu pekerjaan yang dianggap berbahaya dan sering terkena
berbagai situasi yang traumatis mulai dari ancaman untuk diri sendiri dan rekan-
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
126
rekannya dapat mempengaruhi penilaian stres (Husain et al., 2014). Penilaian
stress seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi yang merupakan output dari
lingkungan ia bekerja dan pengetahuan yang dimiliki untuk menentukan streategi
koping apa yang akan dipakai dalam menghadapi kecemasan sebagai dampak dari
menopause.
6.9 Jaringan sosial terhadap kejadian stress dalam menurunkan kecemasan
perempuan menopause
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jaringan sosial berpengaruh
signifikan terhadap kejadian stres dalam menurunkan kecemasan perempuan
menopause. Faktor jaringan sosial yang terdiri dari aturan sosial, informasi dan
konflik sosial mempengaruhi dalam menurunkan kecemasan perempuan
menopause. Hal ini didukung oleh penelitian Wulandari (2015), mengatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara informasi yang didapatkan dari
penyuluhan dengan kejadian stress yang dapat mengakibatkan kecemasan
perempuan menopause. Hasil penelitian dari Devi Ertha et al (2017),
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jaringan sosial terhadap kejadian
stres dengan p value 0,000. Perempuan menopause yang memiliki aturan sosial
baik, informasi kesehatan yang memadai dan konflik sosial yang rendah memiliki
mekanisme koping yang baik dalam menghadapi menopause sehingga tidak
sampai mengalami kecemasan. Kemampuan keluarga dan masyarakat dalam
memberikan support sosial dalam menghadapi masa menopause dapat
menurunkan rasa kecemasan yang diderita oleh perempuan menopause karena ia
merasa diterima di dalam keluarga dan masyarakat.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
127
6.10 Jaringan Sosial terhadap penilaian stres dalam menurunkan kecemasan
perempuan menopause
Hasil analisa data menunjukkan bahwa jaringan sosial berpengaruh
signifikan terhadap penilaian stres dalam menurunkan kecemasan perempuan
menopause. Jaringan sosial terdiri atas aturan sosial, informasi dan konflik sosial
berpengaruh negatif terhadap penilaian stress dengan koefisien sebesar -0,147
artinya, apabila faktor individu naik satu satuan, maka penilaian stress akan turun
sebesar 0,147. Penelitian yang dilakukan oleh Cepty (2014) menyebutkan bahwa
faktor informasi terkait pengetahuan menopause memiliki hubungan yang
signifikan antara pengetahuan menopause pada perempuan dengan kecemasan.
Informasi yang dibutuhkan adalah pengetahuan yang memadai mengenai berbagai
masalah menopause dan solusinya. Sehingga penilaian strees terhadap menopause
dapat diminimalkan karna mindset ia sudah terbentuk dari pengetahuan yang
sudah ada. Selain itu pengetahuan yang didapat terkait menopause mampu
memberikan persepsi yang kuat dalam diri seseorang yang pada akhirnya ia
mampu untuk mengontrol kecemasannya.
6.11 Kejadian stress terhadap penilaian stress dalam menurunkan
kecemasan perempuan menopause
Hasil analisa data menunjukkan bahwa kejadian stres berpengaruh positif
terhadap penilaian stres. Kejadian stres yang terdiri dari jenis menopause dan
rentang waktu menopause memberikan pengaruh yang positif terhadap penilaian
stres dalam menurunkan kecemasan perempuan menopause.
Penelitian yang dilakukan oleh sarah,dkk (2016) menunjukan jenis
menopause buatan (ovariectomy) memiliki interaksi yang signifikan antara
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
128
ovariektomi terhadap kecemasan. Hal ini terjadi karena ovarium menghentikan
produksi estrogen sehingga terjadi ketidakseimbangan hormon yang dapat
menyebabkan kecemasan. Responden yang dikategorikan memiliki pengalaman
baik maka akan lebih mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. Sedangkan
responden yang dikategorikan memiliki pengalaman kurang cenderung
mengalami kecemasan berat.
Pengalaman bisa di dapatkan dari pengetahuan mengenai menopause.
Kecemasan bukan hanya sakit secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam
pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka
pengalamannya juga semakin baik sehingga kecemasan akan lebih mudah untuk
diatasi. Setiap perempuan yang akan memasuki masa menopause harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang menopause agar dapat menjalani masa
tersebut dengan lebih tenang sehingga perempuan tersebut tidak mengalami
kecemasan. Pengetahuan yang memadai dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang dalam mempersepsikan sebuah masalah dengan baik yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi penilaian terhadap stres.
6.12 Dukungan sosial terhadap penilaian stress dalam menurunkan
kecemasan perempuan menopause
Hasil statistika menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penilaian stres. Penilaian stress terdiri atas nilai,
pengalaman, kepercayaan dan sumber koping.
Menurut Mardiatmadja (1986), nilai menunjuk pada sikap orang terhadap
sesuatu hal yang baik. Nilai-nilai dapat saling berkaitan membentuk suatu sistem
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
129
dan antara yang satu dengan yang lain koheren dan mempengaruhi segi kehidupan
manusia. Nilai yang tidak cukup baik dikarenakan oleh gaya hidup urban dan
telah menghilangkan nilai tradisionalnya (Macia et al., 2009). Selain itu, Menurut
Mulyani (2013), faktor lingkungan sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi
cara berpikir seseorang, baik tentang dirinya atau orang lain. Kecemasan akan
timbul jika seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
Pengalaman bisa di dapatkan dari pengetahuan mengenai menopause.
Kecemasan bukan hanya sakit secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam
pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka
pengalamannya juga semakin baik sehingga kecemasan akan lebih mudah untuk
diatasi. Setiap perempuan yang akan memasuki masa menopause harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang menopause agar dapat menjalani masa
tersebut dengan lebih tenang sehingga perempuan tersebut tidak mengalami
kecemasan (Kasdu, 2002).
Kepercayaan merupakan suatu harapan positif, asumsi, atau keyakinan
dari proses kognitif seseorang yang dipegang dan ditujukan pada orang lain
bahwa orang tersebut akan berperilaku seperti yang diharapkan dan dibutuhkan.
Menurut Santrock ( 2003) kepercayaan adalah dimensi evaluasi menyeluruh yang
membawa kekuatan dalam mengatur langkah ke depan. Kepercayaan juga dapat
diartikan sebagai keyakinan individu untuk mampu berperilaku sesuai dengan
yang diharapkan.
Setiap individu tidak pernah lepas dari masalah dan sering kali masalah-
masalah tersebut menyebabkan individu mengalami stres. Individu akan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
130
memberikan reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi setiap permasalahannya.
Cara atau perilaku yang dilakukan individu untuk menghindari atau mengalihkan
perasaan hati yang menekan atau stres dengan koping (Smet, B.1994). Upaya
individu untuk menekan stres dapat berupa perubahan cara berfikir (kognitif),
perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk
menyelesaikan stres yang dihadapi sehingga menghasilkan koping yang efektif.
Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi. Koping dapat diidentifikasi
melalui respons, manifestasi ( tanda dan gejala ) dan pertanyaan klien dalam
wawancara.
6.13 Dukungan sosial dalam menurunkan kecemasan perempuan menopause
Hasil analisa menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kecemasan. Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Uly Artha Silalahi (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara dukungan sosial suami dengan tingkat kecemasan perempuan menopause
di Kelurahan Cikalang Kecamatan Tawang dengan nilai P 0,007 lebih kecil dari
nilai level of significance (α) yaitu 0,05 sehingga hipotesa alternatif diterima atau
dapat diartikan terdapat hubungan antara dukungan sosial suami dengan tingkat
kecemasan perempuan menopause.
Menurut Baziad (2003) kurang lebih 70% perempuan masa menopause
mengalami keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik
lainnya. Perubahan- perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada perempuan
menopause dapat mengganggu kinerja dan kehidupan sosialnya. Pernyataan
Baziad (2003) diperkuat Nushrotul (2009) yang mengatakan bagi sebagian
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
131
perempuan krisis kepercayaan diri terkadang timbul pada dirinya apalagi jika
telah mengalami menopause karena pengaruh dari perubahan fisik serta psikis
pada setiap individu. Perasaan tertekan atau kecemasan yang dialami individu,
termasuk kondisi menopause, mendorong perempuan untuk memecahkan masalah
melalui cara mencari bantuan dan dukungan dari keluarga dan teman-temannya.
Adanya bantuan tersebut akan membuat perempuan merasa lebih tentram
dan lega sehingga akan menurunkan kecemasannya. Suami yang tidak menuntut
perempuan untuk tampil dengan kesempurnaan fisik dan meyakinkan
pasangannya mengenai datangnya menopause baik dalam perkataan maupun
tindakan, akan sangat membantu perempuan untuk meyakini bahwa tidak ada
yang perlu dicemaskan ketika hal tersebut tiba. Perempuan menopause yang tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya mulai menarik
diri dari lingkungan, sehingga terkadang muncul rasa tidak percaya diri dan
merasa sudah tidak berguna lagi karena merasa dirinya tua. Individu yang
demikian menjadikan kualitas hidupnya negatif dan diliputi banyak kecemasan.
Ada pula yang menganggap bahwa menopause merupakan hal yang wajar
sehingga mereka ini merupakan perempuan yang memiliki kualitas hidup yang
positif. Kualitas hidup yang positif akan terbebas dari kecemasan.
6.14 Penilaian stress terhadap kecemasan perempuan menopause
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
penilaian stress terhadap kecemasan perempuan menopause. Appraisal atau
proses penilaian adalah suatu tindakan pengevaluasian, penafsiran, dan tanggapan
tentang peristiwa-persitiwa yang ada (Olff, Langeland & Gersons, 2005). Merujuk
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
132
pada Lazarus dan Folkman (1984),terdapat dua tahap penilaian yang dilakukan
oleh manusia ketika sedang mengalami stres yaitu: (1) primary appraisal dan (2)
secondary appraisal. Penilaian tahap awal (primary appraisal) dilakukan oleh
individu pada saat mulai mengalami sesuatu peristiwa. Secara khusus, individu
mengevaluasi pengaruh yang memung-kinkan timbul dari adanya tuntutan-tun-
tutan terhadap sumber daya yang ada pada kondisi kesehatan (Lyon, 2012).
Secondary appraisal atau penilaian tahap kedua adalah proses penentuan jenis
coping yang bisa dilakukan dalam mengahadapi situasi-situasi yang mengancam
(Lyon, 2012). Coping tergantung pada penilaian terhadap hal apa yang bisa
dilakukan untuk mengubah situasi (Lazarus, 1993). Seseorang yang memiliki
penilaian stress yang baik akan lebih mudah untuk mengatasi kecemasan yang
terjadi dalam dirinya.
6.15 Model dukungan sosial perempuan menopause memiliki predictive
relevance yang baik dalam menurunkan kecemasan perempuan
menopause
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model dukungan sosial yang
ditemukan baik dalam menurunkan kecemasan pada perempuan menopause di
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang yang ditunjukkan dengan nilai GoF 0,890
dan predictive relevance mendekati 1. Model yang ditemukan diharapkan dapat
menurunkan kecemasan perempuan menopause dengan meningkatkan penilaian
stres yang baik dan dukungan sosial yang memadai dari orang terdekat.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
133
6.16 Temuan Hasil Penelitian
Gambar 6.1 Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan
Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Jombang
Berdasarkan gambar 6.1 menunjukkan hasil penelitian berupa
rekomendasi model Dukungan Sosial untuk Menurunkan Kecemasan Perempuan
Menopause di Kecamatan Diwek Jombang, berdasarkan hasil penelitian ini,
penilaian stres memiliki pengaruh signifikan secara langsung (direct influence),
dibuktikan oleh T Statistic paling besar terhadap kecemasan perempuan
menopause. Peneliti merekomendasikan model peningkatan penilaian stres positif
perempuan menopause dan dukungan sosial yang memadai sehingga
memunculkan mindset positif terhadap perubahan yang terjadi pada masa
menopause.
Penilaian stres dalam penelitian ini terdiri dari pengalaman, kepercayaan
dan sumber koping perempuan menopause. Pengalaman perempuan menopause
dalam penelitian ini yaitu merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan tentang
Kecemasan Penilaian stress
Faktor Individu
Dukungan sosial
Jaringan sosial
Kejadian stress
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
134
menopause yang diperoleh dari teman sebaya, lingkungan maupun media
elektronik selama periode tertentu. Kepercayaan dalam penelitian ini yaitu suatu
sikap yang ditunjukkan oleh perempuan menopause saat ia merasa cukup tahu
dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran memahami
menopause. Sumber koping dalam penelitian ini yaitu cara yang dilakukan
perempuan menopause dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan dan respon terhadap menopause.
Dukungan sosial dalam penelitian ini terdiri dari dukungan informatif dan
dukungan penghargaan. Dukungan informatif yaitu pemberian nasehat, saran,
pengetahuan, dan informasi tentang menopause. Dukungan penghargaan dalam
penelitian ini yaitu melalui ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk
perempuan menopause, suatu dorongan untuk maju atau persetujuan dengan
gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif perempuan menopause
dengan orang lain
Maka implikasi keperawatan berdasarkan temuan hasil penelitian model
dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan menopause memiliki predictive
relevance yang baik dalam menurunkan kecemasan sehingga dapat diterapkan di
tatanan pelayanan keperawatan komunitas di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang melalui tindakan promotif seperti pendidikan kesehatan perempuan
menopause.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
135
6.17 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang menjadikan penelitian ini
mempunyai kekurangan dan memerlukan penelitian yang lebih baik lagi.
Keterbatasan yang dimiliki peneliti yaitu:
1. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang cenderung subyektif sehingga
kejujuran responden sangat menentukan kebenaran data yang diberikan.
2. Responden dalam penelitian ini menggunakan jumlah yang besar di komunitas
dimana masing-masing responden memiliki tingkat kecemasan yang berbeda
3. Penelitian ini menggunakan sampel dalam skala besar dan pengambilannya di
lakukan door to door yang secara otomatis memerlukan banyak waktu
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
136
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Model dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan perempuan
menopause memiliki pengaruh signifikan secara langsung (direct influence), yang
dibuktikan oleh nilai T Statistic paling besar terhadap penilaian stres dan
dukungan sosial. Penilaian stres terdiri dari pengalaman, kepercayaan dan sumber
koping. Sedangkan dukungan sosial terdiri dari dukungan informatif dan
dukungan penghargaan. 1) Pengalaman di dapatkan dari pengetahuan tentang
menopause. Semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka
pengalamannya juga semakin baik sehingga kecemasan akan lebih mudah untuk
diatasi. 2) Kepercayaan, ketika seseorang memutuskan untuk mempercayai orang
lain maka harapannya terhadap orang tersebut adalah dapat mewujudkan harapan
yang ada pada dirinya. Apabila individu tidak memiliki kepercayaan diri, akan
terdapat banyak masalah yang dihadapi karena kepercayaan diri merupakan
komponen kepribadian yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimiliki. 3) Sumber koping didapatkan dari orang terdekat seperti suami,
anak dan kerabat. Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan
hidup di lingkungannya yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan
pemecahan masalah dimana seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi
stress. Sedangkan dukungan sosial yang terdiri dari 1) Dukungan informatif yang
meliputi pemberian nasehat, saran, pengetahuan, dan informasi tentang
menopause. 2) Dukungan Penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat atau
136
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
137
penghargaan positif untuk orang lain itu, suatu dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif
orang itu dengan orang lain.
7.2 Saran
7.2.1 Saran bagi kebijakan kesehatan
Hasil penelitian dapat dijadikan landasan dalam mengambil kebijakan
pelayanan kesehatan dalam upaya pencegahan kecemasan perempuan menopause
dengan cara meningkatkan kemampuan adaptasi perempuan menopause melalui
penilaian stres yang baik dan dukungan sosial terutama dukungan informatif dan
penghargaan yang memadai dari orang-orang terdekat.
7.2.2 Saran bagi pelayanan keperawatan
1. Hasil penelitian dapat digunakan perawat dalam melakukan intervensi
keperawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan perempuan menopause
melalui upaya pencegahan kecemasan dengan meningkatkan penilaian stres
yang positif dan dukungan sosial yang memadai dari orang terdekat
perempuan menopause
2. Model dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan perempuan
menopause yang ditemukan dapat digunakan sebagai evidance based
practice dalam program pokok kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Cukir
Kecamatan Diwek Jombang
7.2.3 Saran untuk penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi penelitian lain
dalam menilai efektivitas model dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
138
perempuan menopause di Kecamatan Diwek Jombang berbasis teori dukungan
sosial Sheldon Cohen dengan integrasi teori Adaptasi Lazarus & Folkman dalam
suatu intervensi keperawatan dengan observasi secara komprehensif.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
139
DAFTAR PUSTAKA
A Potter & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik. edisi 4, Volume.2. Jakarta : EGC.
A.Milner et al., ( 2016). “Age and gender differences in the influence of social
support on mental health: a longitudinal fixed-effects analysis using 13
annual waves of the HILDA cohort”. Public health. No. 17
Alison Berent-Spillson et al., (2016). Metabolic and hormone influences on
emotion processing during menopause. Psychoneuroendocrinology
Alligood, M.R. & Tomey, A.N. (2006). Nursing Theorist and their work. 6th.
Edition, ST. Louis: Mosby Elsevier, Inc
Andrews, Gilly. (2003). Buku ajar kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : EGC.
Andrews, Gilly. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ayunia & Ekorini (2015). Hubungan Persepsi tentang Menopause dengan
Kecemasan pada Wanita Premenopause. Biomedika, Volume 7 Nomor 1.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Publikasi Hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (Supas). Jakarta: BPS.
Baziad, Ali. (2003). Menopause dan Andropause . Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Berihun M. Zeleke et.al, (2015). “Vasomotor and sexual symptoms in older
Australian women: a cross-sectional study”. American Society for
Reproductive Medicine.
Bobak,et. al., (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta; EGC.
Bordbar, Mohammad. Faridhosseini, Farhad. (2010). “Psychoeducation for
Bipolar Mood Disorder”. Jurnal: Clinical, Research, Treatment
Approaches to Affective Disorders.
Burns, R.B. (1988). The Self Concept. London : Pan Books
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
140
Cepty Rusmeirina, (2014). Pengaruh pengetahuan tentang menopause dengan
kecemasan menghadapi menopause pada wanita di kelurahan sumber
Surakarta. Talenta Psikologi. Vol. III, No. 2
Christiani et al, (2000). “Hubungan persepsi tentang menopause dengan tingkat
kecemasan pada wanita menopause. Jurnal Psikologi: Universitas Gadjah
Mada. Vol.17. No.2 (Hlm. 98-100).
Cohen, S., & Wills, T. A. 1985. Stress, Social Support an the Buffering Hypothesis.
Psychological Bulletin. 98 (2), 310-357.
Cohen, S., Syme, S. L. 1985. Social Support and Health. Florida: Academic
Press, Inc.
Daria Schneider-Matyka et.al., (2017). “The influence of the serotonergic system
on the personality and quality of life of postmenopausal women”. Clinical
Interventions in Aging No. 12, (Hlm.963–970)
Darmojo, R. Boedhi dan Hadi Martono. (2006). Buku Ajar Geriatri: Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Devi Ertha et al., (2017). Pengaruh edukasi terhadap tingkat kecemasan pada ibu
dalam menghadapi menopause Di kelurahan oro-oro dowo kota malang.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 1
Dewi Hermawati, (2017). Hubungan Karakteristik Wanita Premenopause Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Di Banda Aceh. Idea
Nursing Journal. Vol. II No. 2.
Endang purwoastuti, (2012). Menopause, siapa takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Erbil Nulufer (2017). “Attitudes towards menopause and depression, body image
of women during menopause”. Alexandria Journal of Medicine.
Eum, K.D.,Korrick, S.A., Weuve, J., Okereke, O., Kubznsky, L.D., Howard, H.,
et al., (2012). Relation of cumulative low-level lead exposure to depressive
and pobic anxiety symptom scores in middle age and elderly women.
Enviromental health perspectives. Vol.6, No.817
Éva Bíró et al., (2015). “Social support contributes to resilience among
physiotherapy students: a cross sectional survey and focus group study “.
Physiotherapy. No. 7 (Hlm.834).
Fauziah, Fitri dan Julianti Widuri. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta: UI Press
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
141
Freeman, E.W. and Sherif, K. (2007) “Prevalence of hot flushes and night sweats
around the world: a systematic review” . Climateric vol 10 pp 197-214.
Gümüsay, (2016). Alternative methods in the management of menopausal
symptoms. Middle Black Sea J Health Sci. No.2 (Hlm. 20–25).
Gunarsa, Singgih D. (2008). Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hartono, (2002). Statistik untuk penelitian. Yogyakarta:LSFK2. Pustaka Pelajar.
Hawari. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Helena Hachul, (2015). “The effect of menopause on objective sleep parameters:
Data from anepidemio logic study in São Paulo, Brazi”. Maturitas. Vol.
80, (Hlm.170–178).
Hongyan Zang et al., (2016). “The association of depression status with
menopause symptoms among rural midlife women in China”. African
Health Sciences Vol 16.
Husain, W., Sajad, R., & Rehman, A., (2014). Depression, Anxiety and stress
among female and male police officers. Pakistan Journal of clinical
psychology, 13, 3-14.
Ita Eko Suparni & Reni Yuli Astutik. (2016). Menopause Masalah dan
Penanganannya. Yogyakarta: Deepublish. Hlm. 1-2.
Jones W.H, and Adam J.M. (1997). The Conceptualzation of Marital
Commitment: An Integratif Analisis. Journal of Personality and Social
Psychology
Jorge L. Nu´n˜ez-Pizarro, Alejandro Gonza´lez-Luna; Edward Mezones-Holguı´n,
(2016). “Association between anxiety and severe quality-of-life impairment
in postmenopausal women: analysis of a multicenter Latin American
cross-sectional study”. The Journal of The North American Menopause
Society. Vol. 24, No. 6 (Hlm. 645-652).
José L. Cuadros, et al., (2012). “Perceived stress, insomnia and related factors in
women around the menopause”. Maturitas. No. 72, (Hlm. 367–372).
Karen Oppermann et al., (2012). “Physical, psychological, and menopause-
related symptoms and minor psychiatric disorders in a community-based
sample of Brazilian premenopausal, perimenopausal, and postmenopausal
women”. The Journal of The North American Menopause Society. Vol.
19, No. 3 (Hlm. 355-360).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
142
Kasdu, Dini. (2002). Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa
Swara.
Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Kim MJ et al., (2014). Association between physical activity and menopausal
symptoms in perimenopausal women. BMC Womens Health. No. 14.
(Hlm.122).
Kronenberg, F. 1990 “Hot flashes: epidemiology and physiology” Ann N Y Acad
Sci. Vol 592 pp 52-86
Kuntjoro. (2006). Psikologi abnormal. Kediri: Universitas Nusantara PGRI
Kurniati dan Rostiana. (2009). Kecemasan pada wanita yang menghadapi
menopause. Jurnal Psikologi, 2 (1)
Latipun. (2006). Psikologi Eksperimen. Malang : UMM Press.
Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York,
USA: Springer Publishing Company.
Lazarus, R.S & Folkman, S. (1984). Stress appraisal and coping. Newyork :
Springer Publishing Company.Inc.
Lazarus, R.S., & Cohen, J. (1979). Enviromental stress In J. Wohlwill & I. Altman
(Eds). Human Behavior and Environment Journal. (pp. 90-127).
Liang Hu et al., (2017). “Benefits of Walking on Menopausal Symptoms and
Mental Health Outcomes among Chinese Postmenopausal Women”.
International Journal of Gerontology.
Liewellyn, Derek and Jones. (2009). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : EGC.
Li-Yu Hu et al., (2016). “Risk of Psychiatric Disorders Following Symptomatic
Menopausal Social Support Contributes to Resilience Among
Phsysiotherapy Students: A Cross Sectional Survey and Focus Group
Study Transition”. Medicine. No. 95. Vol (6)
Lyon, B. L. (2012). Stress, coping, and health. In Rice, H. V. (Eds.) Handbook of
stress, coping and health: Implications for nursing research, theory, and
practice (pp.3-23). USA: Sage Publication, Inc.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
143
Macia, E., Lahman, A., Abdelatif, B., Boetsch, G., et al., (2009). Perception of
age stereotypes and self perception of aging: A comparison of french and
moroccan populations, springer science. 24, 391-410.
Mandias. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Masyarakat
Desa Dalam Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Di Desa Pulisan
Kecamatan Likupang Timur Minahasa Utara. Universitas Klabat.
Marije Geukes et al., (2016). “The impact of menopause on work ability in women
with severemenopausal symptoms”. Maturitas. No. 90. (Hlm. 3–8)
Martini. (2007). Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap, Beban Kerja, Supervisi
dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rawat Inap BPRSUD
Salatiga. Thesis FKM-UNDIP
Mulyani, S.N., (2013). Menopause : Akhir siklus menstruasi pada wanita di usia
pertengahan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Ningtyas A., Wuryanto A., Yuanita H. (2011). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Ibu Usia 45-55 Tahun mengenai Menopause di Desa Karang Kepoh II
Salatiga. Skripsi : Universitas Panti Wilasa.
Nirmala, N. (2003). Hidup Sehat dengan Menopause. Jakarta: Gramedia.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nur Sholichah & Restu, (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat
Kecemasan Wanita Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi Menopause.
Population Health
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam, (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Ke III., Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pendekatan praktis.
Jakarta. Salemba Medika.
Olff, M., Langeland, W., & Gersons, B. P. (2005). Effects of appraisal and coping
on the neuroendocrine response to extreme stress. Neuroscience &
Biobeha-vioral Reviews, 29(3), 457-467.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
144
Paul Moran, et al., (2016). “The influence of personality disorder on the future
mental out patients with bipolar I disorder? health and social adjust ment
of young adults. Lancet Psychiatry”. No. 3. (Hlm.636–45).
Paula Studart et al., (2016). “Is history of suicidal behavior related to social
support and quality of life”. Psychres. No. 10.
Prawirohardjo, S. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
R. Muharam, et al., (2017). “Depression and its link to other symptoms in
menopausal transition”. Middle East Fertility Society Journal.
R. Sood, C. Kuhle et al., (2016). “A negative view of menopause: does the type of
symptom matter?”. International Menopause Society.
Ronald M. Rapee et al., (2015). “The Yin and Yang of support from significant
others: Influence of general social support and partner support of
avoidance in the context of treatment for social anxiety disorde”.
Behaviour Research and Therapy No. 69. (Hlm.40-47).
Roya Nikjou et al., (2017). “The Effect of Lavender Aromatherapy on the
symptoms of Menopause”. Journal Of The National Medical Association
Savitri Ramaiah. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.
Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Sherwin, Barbara B. (2008). Hormones, the Brain, and Me. Canadian
Psychological Association. Volume 49. Nomor: 1. 2008: 42-48.
Smart, Aqila. (2010). Bahagia di usia menopause. Yogyakarta: A Plus Books
Stanley, M dan Patricia G, Beare. (2004). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stéphanie Pin, (2016). “Impact of falling on social participation and social
support trajectories in a middle-aged and elderly. Population Health.
(Hlm.382–389).
Stuart & Laraia. (2005). Principles and Practice Of Psychiatric Nursing. Mosby,
inc. All Right Reserved.
Stuart & Sundden. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
145
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & B. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, (2017). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tagliaferri dan Tripathy (2006).The New Menopause Book. USA: Shambala
Publcations,Inc
Uly Artha, (2016). “Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Tingkat
Kecemasan Wanita Menopause Kota Tasikmalaya”. Midwife Journal. Vol
2, No. 1.
Umar & Mundir, (2005). Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Varney,H., (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta; EGC
Wulandari et al, (2015). Pengaruh penyuluhan tentang menopause terhadap
tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di pedukuhan dagaran
palbapang bantul Kabupaten bantul yogyakarta. Skripsi, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan „Aisyiyah‟, Yogyakarta.
Xiaoshi Yang et al. (2016). “A cross-sectional study of associations between
casual partner, friend discrimination, social support and anxiety symptoms
among Chinese transgender women”. Journal of Affective Disorders. No.
203. (Hlm.22–29).
Xin Tong et al. (2016). “Social support for people with epilepsy in China”.
Epilepsy & Behavior. No.64. (Hlm. 224–232).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
146
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
147
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
148
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
149
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
150
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi partisipan penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul :
“MODEL DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN
PEREMPUAN MENOPAUSE DI KECAMATAN DIWEK KABUPATEN
JOMBANG”
Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun
setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat
untuk digunakan sebagai mana mestinya.
Jombang,.........., 2018
Peneliti
(Siti Kotijah)
Yang menyetujui
(............................)
Mengetahui,
Saksi
(..............................)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
151
LEMBAR PENJELASAN
Perkenalkan nama saya Siti Kotijah, saya adalah mahasiswa Program
Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, akan
melakukan penelitian dengan judul “Model Dukungan Sosial untuk Menurunkan
Kecemasan Perempuan Menopause di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang”.
Saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian tersebut.
Adapun hal-hal yang perlu ibu ketahui adalah:
1. Bahwa tujuan penelitian ini adalah mengembangkan Model Dukungan Sosial
Perempuan Menopause yang Mengalami Gangguan Kecemasan di Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang
2. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai strategi
dukungan sosial yang berkaitan dengan menopause untuk mempertahankan
status kesehatan baik secara fisik maupun psikis.
3. Apabila ditengah penelitian ibu muncul hal-hal yang tidak diinginkan, ibu
diperkenankan mundur dari penelitian ini.
4. Identitas ibu akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti dan hanya data yang
ibu sampaikan yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian
5. Kerahasiaan informasi yang ibu berikan dijamin sepenuhnya oleh peneliti
karena hanya kelompok tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
Demikian surat permohonan kami, atas perhatian dan partisipasi ibu kami
ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Peneliti
(Siti Kotijah)
Saksi
(..............................)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
152
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk pengisian
1. Berikut ini terdapat beberapa pertanyaan, baca dan pahami dengan benar setiap
pernyataan. Anda diminta untuk mengisi sesuai dengan pendapat anda dengan
cara mengisi titik atau memberikan tanda (√) pada kolom yang tersedia
2. Bila ada yang kurang dimengerti Bapak/Ibu, dapat dipertanyakan pada peneliti
1. DATA DEMOGRAFI
1. Kode (diisi peneliti) :
2. Nama/Inisial :
3. Usia : Suku:
4. Tingkat pendidikan
( ) SD ( ) SMA
( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan
( ) Ibu Rumah Tangga ( ) PNS ( ) Pegawai Swasta
( ) Wiraswasta ( ) Honorer ( ) Petani
6. Status perkawinan
( ) Menikah ( ) Tidak Menikah ( ) Janda
2. DATA SOCIAL NETWORK
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Ketika saya sakit kerabat saya mau menjaga saya
2. Saya berangkat bersama teman sebaya ketika menghadiri
pengajian
3. Kegiatan gotong royong di masyarakat membuat saya
mudah bergaul
4. Jika ada teman yang menyinggung perasaan saya, maka
saya menjauhi
5. Saya tidak ingin bertemu teman saya setelah terjadi
kesalapahaman
6. Saya merasa tidak disukai atau dicintai oleh teman saya
7. Saya merasa dihormati atau dikagumi sebagai orang tua
8. Saya selalu bercerita tentang pribadi anda pada teman
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
153
No Pertanyaan Ya Tidak
9. Jika saya merasa sakit membutuhkan pengasuhan,
tumpangan ke dokter dari keluarga saya selalu siap sedia
10. Saya mengenal teman saya sudah sangat lama
11. Saya selalu berhubungan dengan teman setiap hari
12. Perasaan saya kurang dekat dengan teman saya
13. Teman saya selalu ada dalam hidup saya
3. DATA STRESSFUL EVENTS
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya lebih sering stress setelah tidak lagi menstruasi
2. Setiap malam hari saya mengalami gangguan tidur
3. Saya tidak mendapatkan menstruasi dalam waktu 6 bulan
terakhir
4. Saya tidak lagi mendapatkan menstruasi setelah
melakukan operasi perut
5. Kekuatan fisik saya mulai menurun
6. Anggota keluarga terdekat perhatian kepada saya
7. Saya merasa terdapat sesuatu yang hilang dalam hidup
saya
4. DATA SOCIAL SUPPORT
No Pertanyaan SS S TS STS
1. Perhatian keluarga kepada saya membuat
perasaan saya nyaman
2. Kasih sayang yang diberikan keluarga membuat
saya semangat
3. Setiap kali saya mengalami kesulitan, orang-
orang disekitar saya selalu berempati terhadap
saya
4. Keadaan dirumah selalu membuat saya nyaman
dan tentram
5. Bila ada masalah keluarga bersedia
mendengarkan masalah saya
6. Keluarga saya kurang perhatian pada saya untuk
selalu berpikir positif
7. Saya merasa keluarga saya sangat sayang
terhadap saya
8. Keluarga saya bersedia mendengarkan setiap
keluh kesah saya
9. Bila saya sakit, teman-teman sangat perhatian
terhadap saya
10. Saya senang ketika teman-teman mau menerima
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
154
No Pertanyaan SS S TS STS
Kekurangan saya
11. Keluarga saya tidak pernah memberikan
perhatian kepada saya, karena mereka terlalu
sibuk dengan bekerja
12. Keluarga saya terlalu sibuk, sehingga ia tidak
memperdulikan saya
13. Teman sebaya saya di pengajian, tidak pernah
memperhatikan saya
14. Keluarga tidak pernah memperdulikan ketika
saya sedang mengalami stres
15. Suami saya akan memberikan pujian setiap kali
saya mendapat penghargaan di tempat pengajian
saya
16. Keluarga saya menghargai setiap pendapat saya
17. Keluarga saya selalu memuji apa yang saya
kerjakan
18. Keluarga saya mengakui kelebihan yang saya
miliki
19. Saya tidak pernah merasa dihargai oleh suami
saya
20. Saya dianggap remeh oleh suami saya
21. Saya merasa tidak dihargai ketika memberikan
pendapat
22. Keterampilan yang saya miliki tidak pernah
diakui oleh keluarga saya
23. Suami saya memenuhi semua kebutuhan yang
saya perlukan
24. Bila saya mendapatkan sebuah penghargaan di
masyarakat, suami memberikan pujian
25. Keluarga akan membantu kapan saja, bila saya
cemas
26. Bila saya tidak memiliki uang orang-orang
disekeliling saya mau membantu
27. Suami saya tidak pernah memenuhi kebutuhan
saya
28. Setiap ada masalah suami saya tidak pernah
membantu saya
29. Anak saya akan membantu, bila saya menemui
kesulitan dalam bergaul di masyarakat
Keterangan :
1= Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak Setuju (STS)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
155
5. DATA STRESS APPRAISAL
No Pertanyaan SS S TS STS
1. Apakah menopause merupakan situasi yang
benar-benar tanpa harapan
2. Menopause menciptakan ketegangan dalam diri
saya
3. Menopause ini tidak terkendali oleh siapapun
4. Menopause membuat saya merasa cemas
5. Menopause memiliki dampak negatif bagi saya
6. Saya sangat bersemangat menghadapi menopause
7. Menopause berdampak positif dalam kehidupan
saya
8. Saya bisa menjadi orang yang lebih kuat karena
menopause
9. Saya memiliki kemampuan koping yang baik
dalam menghadapi menopause
10. Menopause memiliki implikasi serius bagi saya
11. Terdapat bantuan yang tersedia bagi saya untuk
menangani kecemasan akibat menopause
12. Saya bisa mengatasi masalah kecemasan saya
terhadap menopause
13. Ada orang lain yang bisa membantu saya
mengatasi kecemasan akibat menopause
14. Menopause memiliki konsekuensi jangka panjang
untuk saya
15. Menopause akan berdampak negatif terhadap
saya
Keterangan :
1= Sangat Setuju (SS)
2 = Setuju (S)
3 = Tidak Setuju (TS)
4 = Sangat Tidak Setuju (STS)
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
156
6. DATA KECEMASAN
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2.
Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3. Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4. Gangguan Tidur
- Sulit memulai tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5. Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6. Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7. Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
157
No. Pertanyaan 0 1 2 3 4
8. Gejala Somatik (Sensorik)
- Telinga berdengung
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9. Gejala Kardiovaskuler
- Denyut jantung berdetak cepat
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti Sekejap)
10. Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11. Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12. Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Tidak haid
- Perdarahan sedikit
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13. Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
158
No. Pertanyaan 0 1 2 3 4
14. Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
7. Kuesioner Menopause
1. Jelaskan secara singkat gejala atau kekhawatiran Anda mengenai menopause?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Kapan Tanggal Periode Menstruasi Terakhir?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Apakah Anda pernah menjalani operasi ovarium atau rahim yang melalui
pembedahan?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Apakah saat ini Anda sedang menjalani pil KB? Kalau iya jenis apa?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5. Apakah anda mengalami:
Pertanyaan Sering Jarang tidak
Berkeringan malam hari
rasa panas yang sangat dengan berkeringat dan
detak jantung yang cepat
Gangguan tidur
kelelahan
Keterangan :
0= Tidak Ada
1= Ringan
2= Sedang
3= Berat
4= Berat Sekali
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH
159
Pertanyaan Sering Jarang tidak
perubaan suasana perasaan dalam waktu singkat
Depresi
cemas
Sulit konsentrasi
Sakit pada saat berhubungan
Rasa panas pada alat kelamin
Vagina mengering
Libido seksual menurun
Respon seksual menurun
Nyeri sendi
Sakit kepala
Frekuensi kencing meningkat
Kesulitan kencing
Berat badan naik
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS MODEL DUKUNGAN SOSIAL SITI KOTIJAH