tesis indeks rawat inap di arab saudi jemaah haji ...repository.unair.ac.id/53814/14/tep 04-16 pur...
TRANSCRIPT
i
TESIS
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI
SONI PURWANTO
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA
2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
ii
TESIS
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI
SONI PURWANTO NIM. 101414553012
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA 2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
iii
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Oleh:
SONI PURWANTO NIM.101414553012
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA 2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
iv
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.)
pada tanggal 22 Agustus 2016
Mengesahkan
Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S NIP. 195603031987012001
Tim Penguji:
Ketua
Anggota
:
:
Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S
1. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes 2. Dr. Sri Widati, S. Sos, M.Si 3. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M.Kes 4. Achmad Faridy Faqih, S.T., M. Kes
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
v
PERSETUJUAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.)
Minat Studi Epidemiologi Program Studi Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Oleh:
SONI PURWANTO NIM. 101414553012
Menyetujui,
Surabaya, 22 Agustus 2016
Pembimbing Ketua,
Dr. Santi Martini, dr., M.Kes NIP. 19660927 199702 2 001
Pembimbing,
Dr. Sri Widati, S. Sos, M.Si NIP. 19770116 200501 2 002
Mengetahui, Koordinator Program Studi Epidemiologi
Prof. Dr. Chatarina U. W, dr., M.S., M.PH NIP. 19540916 198303 2 001
Pembimbing Ketua,
Dr. Santi Martini, dr., M.Kes Dr. Sri Widati, S. Sos, M.Si
Mengetahui, Koordinator Program Studi Epidemiologi
Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PHIP. 19540916 198303 2 001
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
PERTTYATAAI\T TENTANG ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
NamaNIMProgram StudiMinat StudiAngkatanJenjang
SoniPurwanto1014145530t2EpidemiologiEpidemiologi2014Magister
menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesissaya yang berjudul:
INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASIST'RABAYA DENGAI\T HIPERTENSI
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka sayaakan menerima sanksi yang telatr ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Soni PurwantoNIM. 101414553012
vi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam yang selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan tesis dengan judul “ Indeks Rawat Inap di Arab Saudi Jemaah Haji Embarkasi Surabaya dengan Hipertensi ” ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Pendidikan S-2 Epidemiologi dan mencapai gelar Magister Epidemiologi (M.Epid) Universitas Airlangga Surabaya.
Tesis ini berisikan tentang faktor risiko dan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi. Dalam penyusunan tesis ini penulis tidak lepas dari bantuan, masukan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan dengan tulus kepada Dr. Santi Martini, dr., M.Kes, selaku pembimbing ketua yang dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan, semangat dan saran sehingga tesis ini bisa terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing kedua yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.
Pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., M.T., AK., CMA., CA selaku Rektor Universitas
Airlangga Surabaya; 2. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya; 3. Prof. Dr. Chatarina U. W, dr., M.S., M.PH selaku Koordinator Program Studi
Magister Epidemiologi sekaligus ketua minat Epidemiologi; 4. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M. Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi
beserta seluruh dosen dan staff; 5. Ketua penguji Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S, anggota penguji, Dr. Santi
Martini, dr., M.Kes, Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si, Dr. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M. Kes dan Achmad Faridy Faqih, ST., M.Kes atas kesediaanya menguji dan mengarahkan demi kesempurnaan tesis ini;
6. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah yang telah memberikan izin untuk melanjutkan pendidikan;
7. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI beserta seluruh staff yang telah memberikan izin penelitian, dukungan data dan tenaga;
8. Ibu dan Ayah penulis, Ibu dan Ayah mertua, isteri dan anak-anak, saudara tercinta yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, semangat dan doa yang tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan;
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
viii
9. Seluruh rekan mahasiswa S2 Program Magister Epidemiologi angkatan 2014 dan 2015 yang selalu memberikan dorongan serta semangat.
10. Semua pihak yang telah membantu sejak awal penyusunan hingga selesainya tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, semoga bantuan yang diberikan bernilai ibadah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan, kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak lain yang menggunakan.
Surabaya, Agustus 2016
Penulis
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
ix
SUMMARY
Health is the main capital for each pilgrim that should be maintained since the beginning of the trip till finish the pilgrimage. Therefore every pilgrim needs to prepare in order to have optimal health status and keep it in order procession ceremony rituals can be performed maximum. Hajj is not a regular trip for a full health risk that could undermine implementation of the pilgrimage. These risk factors should be identified and managed properly to support pilgrimage. The risk factors include spark factor in diseases or factors that can aggravate health conditions of the early pilgrim. Hajj health risk factors can come from the body of the pilgrim, it could also come from the congregation or environmental conditions may be outside pilgrim.
High risk pilgrims are pilgrims with health conditions that the epidemiological risk of illness or death during the pilgrimage. Such conditions include: elderly pilgrims, pilgrims with certain infectious diseases that should not be carried out from Indonesia under the applicable healthrule, pregnant women pilgrims, pilgrims with disabilities related to chronic disease and or certain other diseases. These diseases must be considered by health officials, because it can cause fatal complications when implementing physical activity in the very hot and very cold, human density and high pollution. Diseases on pilgrims hospitalized in Saudi Arabia during year 2014 were diabetes mellitus as many as 236 cases (16.95%) and hypertension as many as 235 cases (16.88%). These diseases were generally already detected the pilgrims before they left for the pilgrimage in Saudi Arabia. Surabaya was one of embarkation with a high number of pilgrims with most health risks among the 14 Hajj embarkations in Indonesia. Based on the Hajj Committee (PPIH) embarkation Surabaya report In 2015, the number of high risk health pilgrims in 2015 as many as 17.535 people (62.18%), in 2014 as many as 15.694 people (55.82%) increased compared to the year 2013 as many as 13.525 (47.46%). At the end of the examination conducted in Surabaya embarkation found various types of high-risk health. Non-communicable diseases were common disease in the medical examination of the pilgrims. Of some non-communicable diseases were the most common is hypertension.
Hypertension is a disease that most commonly found in health-check on pilgrims in Surabaya embarkation. Pilgrims with hypertension had a higher risk for health problems ranging from mild to severe level in the form of target organ damage such as brain, heart and kidneys that can cause death.
This research was an analytic observational study using case control design. The sample size in this study consisted of a sample of cases as many as 32 people and a control sample as many as 32 people so overall sample as many as 64 people. The sampling technique used in this study was simplerandom sampling. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis, in which the inferential analysis used simple logistic regression and multiple logistic regression.
The results of this study indicated that there were six variables as candidates for continued multiple logistic regression analysis; age (p value =
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
x
0.081), occupation (p value = 0.232), diabetes mellitus (p value = 0.004), cardiovascular (p value = 0.175) , hypercholesterolemia (p value = 0.129) and smoking behavior (p value = 0.148) .While five other variables not included in the candidate variables are: gender (p value = 0,800), education (p value = 0.599), kidney (p value = 0.999), obesity (p value = 0.795) and lack of physical activity (p value = 0.720). Variables chosen as candidate have p value <0.25. The results of the final multiple regression analysis obtained two indicators of inpatient cases of hypertension in pilgrims were age and diabetes mellitus. Index of Hospitalizationof hypertension on pilgrims was obtained -1.679 + 1.282 * Age (≥60 years) + 2.492 * Diabetes Mellitus (Yes). This index is expected to be considered and utilized as a measuring tool in helping health workers, especially the entire team of pilgrims-medical practitioner in undertaking screening on candidate pilgrims with hypertension who are at high risk for hospitalization during a pilgrimage in Saudi Arabia.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xi
ABSTRACT
Hypertension is a disease that most commonly found in health-check on pilgrims in Surabaya embarkation. Pilgrims with hypertension had a higher risk for health problems ranging from mild to severe level in the form of target organ damage such as brain, heart and kidneys that can cause death. This research was an analytic observational study using case control design. The sample size in this study consisted of a sample of cases as many as 32 people and a control sample as many as 32 people so overall sample as many as 64 people. The sampling technique used in this study was simple random sampling. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis, in which the inferential analysis used simple logistic regression and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there were six variables as candidates for continued multiple logistic regression analysis; age (p value = 0.081), occupation (p value = 0.232), diabetes mellitus (p value = 0.004), cardiovascular (p value = 0.175), hypercholesterolemia (p value = 0.129) and smoking behavior (p value = 0.148). This index is expected to be considered and utilized as a measuring tool in helping health workers, especially the entire team of pilgrims-medical practitioner in undertaking screening on candidate pilgrims with hypertension who are at high risk for hospitalization during a pilgrimage in Saudi Arabia.
Keywords: Index, hospitalizations, hypertension, pilgrims, diabetes mellitus
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ................................................................................................... i SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii HALAMAN PRASYARAT GELAR .................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi SUMMARY ....................................................................................................... …..ix ABSTRACT ............................................................................................................ .xi DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Kajian Masalah ....................................................................................... 13 1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 17 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 17
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................... 17 1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 17
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 18 1.5.1 Bagi Peneliti ................................................................................. 18 1.5.2 Manfaat Ilmiah ............................................................................. 18 1.5.3 Manfaat Praktis ............................................................................. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibadah Haji ............................................................................................ 19 2.2 Penyelenggaraan Ibadah Haji ................................................................ 19 2.3 Penyelenggaraan Kesehatan Haji .......................................................... 20 2.4 Faktor Risiko Kesehatan Jemaah Haji ................................................... 26 2.5 Hipertensi ............................................................................................... 31 2.6 Indikator ................................................................................................. 41 2.7 Indeks ..................................................................................................... 42
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................... 43 3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 45
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xiii
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 46 4.2 Rancang Bangun Penelitian .................................................................... 46 4.3 Waktu Penelitian ..................................................................................... 46 4.4 Populasi dan Sampel ............................................................................... 47
4.4.1 Populasi ....................................................................................... 47 4.4.2 Sampel ......................................................................................... 47 4.4.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 48
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 49 4.5.1 Variabel Penelitian ....................................................................... 49 4.5.2 Definisi Operasional ..................................................................... 49
4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 51 4.6.1 Jenis Data ...................................................................................... 51 4.6.2 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ....................................... 51
4.7 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 52 4.7.1 Pengolahan Data ........................................................................... 52 4.7.2 Analisis Data................................................................................. 53
BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA
5.1 Distribusi Hubungan Antar Variabel ..................................................... 55 5.1.1 Distribusi Umur ............................................................................ 55 5.1.2 Distribusi Jenis Kelamin .............................................................. 56 5.1.3 Distribusi Pendidikan ................................................................... 56 5.1.4 Distribusi Pekerjaan ...................................................................... 58 5.1.5 Distribusi Penyakit Diabetes Mellitus .......................................... 59 5.1.6 Distribusi Penyakit Kardiovaskuler .............................................. 60 5.1.7 Distribusi Penyakit Ginjal ............................................................ 60 5.1.8 Distribusi Penyakit Hiperkolesterol.............................................. 61 5.1.9 Distribusi Obesitas ........................................................................ 62 5.1.10 Distribusi Perilaku Merokok ...................................................... 63 5.1.11 Distribusi Perilaku Kurang Aktifitas .......................................... 63 5.1.12 Distribusi Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi di Arab
Saudi .......................................................................................... 64 5.2 Variabel Indeks Rawat Inap Kasus Hipertensi Jemaah Haji ................. 65 5.3 Probabilitas Rawat Inap Kasus Hipertensi Jemaah Haji........................ 66 5.4 Cut off Indeks ........................................................................................ 67 5.5 Sensitivitas dan Spesifisitas Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada
Jemaah Haji .......................................................................................... 68 5.6 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji.. 69
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Variabel Penelitian dengan Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi .................................................................................................... 70
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xiv
6.1.1 Karakteristik Jemaah Haji ............................................................ 70 1. Umur ......................................................................................... 70 2. Jenis Kelamin ........................................................................... 71 3. Pendidikan ................................................................................ 72 4. Pekerjaan .................................................................................. 73 6.1.2 Penyakit Penyerta ......................................................................... 74 1. Penyakit Diabetes Mellitus ....................................................... 74 2. Penyakit Kardiovaskuler........................................................... 74 3. Penyakit Ginjal ......................................................................... 75 4. Penyakit Hiperkolesterol .......................................................... 76 5. Obesitas .................................................................................... 76 6.1.3 Perilaku ........................................................................................ 77 1. Merokok.................................................................................... 77 2. Kurang Aktifitas ....................................................................... 78 6.1.4 Probabilitas Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi ................ 79 6.1.5 Penilaian Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji ......... 80
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ............................................................................................ 81 7.1 Saran ...................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Rawat Jalan dan Rawat Inap di Embarkasi 2012 ..................... 5 Tabel 1.2 Jumlah Rawat Jalan dan Rawat Inap di Arab Saudi 2014 .................... 8 Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC ........................................... 33 Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 49 Tabel 5.1 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Usia
di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................................. 55 Tabel 5.2 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Jenis
Kelamin di Arab Saudi Tahun 2015 .................................................... 56 Tabel 5.3 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Pendidikan di Arab Saudi Tahun 2015 ............................................... 57 Tabel 5.4 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Pekerjaan di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................. 58 Tabel 5.5 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Penyakit Diabetes Melitus di Arab Saudi Tahun 2015 ....................... 59 Tabel 5.6 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Penyakit Kardiovaskuler di Arab Saudi Tahun 2015 .......................... 60 Tabel 5.7 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Penyakit Ginjal di Arab Saudi Tahun 2015 ........................................ 61 Tabel 5.8 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Penyakit Hiperkolesterol di Arab Saudi Tahun 2015......................... 62 Tabel 5.9 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Obesitas di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................... 62 Tabel 5.10 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Perilaku Merokok di Arab Saudi Tahun 2015 ................................... 63 Tabel 5.11 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan
Perilaku Kurang Aktivitas di Arab Saudi Tahun 2015 ...................... 64 Tabel 5.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Rawat Inap
Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ........................... 64
Tabel 5.13 Hasil Akhir Analisis Regresi Ganda Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................ 65
Tabel 5.14 Skoring Variabel Indeks Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................................. 67
Tabel 5.15 Sensitifitas dan spesifisitas Indeks Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................ 68
Tabel 5.16 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ................................................ 69
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Persentase Jemaah Haji Indonesia Risiko Tinggi Kesehatan Tahun 2012-2015 .......................................................................................... 4
Gambar 1.2 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Embarkasi ................ 6 Gambar 1.3 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di Embarkasi ................. 7 Gambar 1.4 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Arab Saudi ............... 9 Gambar 1.5 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di Arab Saudi .............. 10 Gambar 1.6 Jumlah Risiko Tinggi Kesehatan Embarkasi Surabaya.................... 11 Gambar 1.7 Jumlah 5 Faktor Risiko Tinggi Kesehatan Terbanyak
di Embarkasi Surabaya ................................................................. 12 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 43 Gambar 5.1 Distrbusi Tingkat Pendidikan Jemaah Haji dengan Hipertensi ....... 57 Gambar 5.2 Distribusi Jenis Pekerjaan Jemaah Haji dengan Hipertensi ............ 58 Gambar 5.3 Kurva ROC Indeks Rawat Inap Hipertensi ..................................... 67
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Lembar Pengumpulan Data Surat Izin Penelitian Lembar Hasil Uji Etik Hasil Analisis Data
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
xviii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
Daftar Arti Lambang - : Sampai dengan % : Persen > : Lebih dari < : Kurang dari ≥ : Lebih dari sama dengan ≤ : Kurang dari sama dengan / : Per α : Alfa β : Beta
Daftar Arti Singkatan
BKJH = Buku Kesehatan Jemaah Haji BPHI = Balai Pengobatan Haji Indonesia DM = Diabetes Mellitus HT = Hipertensi IRT = Ibu Rumah Tangga JCH = Jemaah Calon Haji Kemenkes RI = Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KKP = Kantor Kesehatan Pelabuhan KLB = Kejadian Luar Biasa Kloter = KelompokTerbang OR = Odds Ratio PNS = Pegawai Negeri Sipil PPIH = PanitiaPenyelenggaraIbadah Haji PT = Perguruan Tinggi Risti = RisikoTinggi ROC = Receiver Operating Characteristic SD = Sekolah Dasar SMP = Sekolah Menengah Pertama SMA = Sekolah Menengah Atas Siskohatkes = Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan SKD = Sistem Kewaspadaan Dini
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibadah Haji adalah rukun Islam ke lima yang wajib ditunaikan oleh setiap
umat Islam yang mampu memenuhi syarat istitho’ah sekali dalam seumur
hidupnya. Rukun Islam yang ke lima ini merupakan ibadah fisik dan mempunyai
karakteristik khusus yaitu harus dilakukan pada waktu dan tempat tertentu, yaitu
di bulan Dzulhijah dan di kota Makkah Saudi Arabia. Pelaksanaan ibadah haji
bersifat kompleks karena perlu persiapan mental, fisik, biaya, serta perlu
pengetahuan tentang syarat, rukun, dan wajib haji (Mawardi, 2015).
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008
menyatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji adalah tugas nasional dan
menjadi tanggung jawab pemerintah. Pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji
diselenggarakan secara inter departemental, dengan sistem dan manajemen
penyelenggaraan yang terus ditingkatkan agar pelaksanaannya dapat berjalan
aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Kementerian Kesehatan adalah salah satu kementerian yang terkait dan
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan haji.
Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada jemaah haji dalam
bidang kesehatan. Pembinaan dan pelayanan kesehatan tersebut meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan tujuan untuk meningkatkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
2
kondisi kesehatan jemaah haji. Upaya pembinaan dan pelayanan kesehatan ini
dilakukan sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, di perjalanan pergi dan
pulang, selama di Arab Saudi dan hingga 14 hari setelah kembali ke tanah air.
Dalam melaksanakan upaya-upaya tersebut diperlukan kerjasama dari semua
pihak terkait ditingkat pusat dan daerah (Pusat Kesehatan Haji, 2012).
Kesehatan adalah modal utama bagi setiap jemaah haji yang harus tetap
terpelihara sejak awal perjalanan hingga selesai menunaikan ibadah haji. Oleh
karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan
optimal dan mempertahankannya agar prosesi ritual peribadatan dapat dilakukan
dengan maksimal. Perjalanan haji bukanlah perjalanan biasa karena penuh risiko
kesehatan yang dapat menganggu pelaksanaan ibadah haji. Faktor risiko
kesehatan tersebut harus diketahui dan dikelola dengan baik untuk mendukung
istito’ah ibadah haji (Achmadi, 2012).
Faktor risiko adalah faktor yang berperan dalam timbulnya gangguan
kesehatan yang akhirnya akan mengurangi jalannya ibadah. Faktor risiko tersebut
termasuk faktor pencetus kejadian penyakit maupun faktor yang dapat
memperberat kondisi awal kesehatan jemaah. Faktor risiko kesehatan haji bisa
berasal dari tubuh jemaah, bisa juga berasal dari kondisi lingkungan jemaah atau
mungkin di luar jemaah. Pemerintah selaku penyelenggara tidak dapat menolak
ataupun melarang seseorang untuk melaksanakan ibadah haji, karena itu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengendalikan, mengurangi atau
meniadakan faktor risiko tersebut, agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah
dengan baik dan lancar (Achmadi, 2012).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
3
Pemerintah Indonesia setiap tahun memberangkatkan sekitar 200.000
jemaah haji ke Tanah Suci Mekah dan Madinah untuk melaksanakan ritual haji.
Kondisi kesehatan jemaah tersebut ada yang sehat tanpa penyakit dan ada yang
sehat dengan faktor risiko kesehatan. Kelompok jemaah yang sehat dengan faktor
risiko kesehatan ini disebut sebagai jemaah haji risiko tinggi (risti). Jemaah haji
risiko tinggi yaitu jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi
berisiko sakit dan atau mati selama melaksanakan ibadah haji. Kelompok tersebut
meliputi lanjut usia, penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa
keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku, wanita
hamil, ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau penyakit tertentu
lainnya. Penyakit kronik tersebut diantaranya adalah hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit paru kronik, penyakit hati dan pencernaan, penyakit
tulang dan sendi serta penyakit syaraf seperti post stroke. Penyakit-penyakit
tersebut harus diperhatikan oleh petugas kesehatan, karena dapat menimbulkan
komplikasi fatal saat melaksanakan aktivitas fisik pada cuaca yang sangat panas
atau sangat dingin dengan kepadatan manusia dan polusi yang tinggi
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
4
Sumber: Siskohatkes Kementerian Kesehatan RI Gambar1.1 Persentase jemaah haji Indonesia risiko tinggi kesehatan 2012-2015
Pada Gambar 1.1 dapat dilihat persentase jemaah haji Indonesia yang
berstatus risiko tinggi kesehatan pada tahun 2012 sebesar 46,6%; tahun 2013
56,4%; tahun 2014 sebesar 54,7%; dan pada tahun 2015 sebesar 61,6%. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa persentase jemaah haji Indonesia dengan risiko
tinggi kesehatan setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah jemaah
haji dengan risiko tinggi kesehatan ini perlu diwaspadai dan dikelola sebaik
mungkin. Identifikasi, analisis karakteristik, serta prediksi perkembangan faktor
risiko kesehatan pada jemaah haji harus dilakukan sedini mungkin oleh petugas
kesehatan. Perencanaan program pembinaan dan pelayanan kesehatan untuk
mengeliminasi faktor risiko kesehatan tersebut harus dilakukan dengan baik agar
kondisi jemaah haji tetap dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan
ibadah dengan baik dan sempurna. Proporsi jemaah haji risiko tinggi yang
berkisar 40-60 % ini akan berpengaruh terhadap jumlah angka kesakitan dan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
5
angka kematian yang mungkin terjadi pada jemaah haji. Angka kesakitan jemaah
haji Indonesia dapat dilihat dari jumlah rawat jalan dan rawat inap di tanah air
(Embarkasi-Debarkasi) dan di Arab Saudi. Angka kesakitan Jemaah haji di
Embarkasi di tanah air dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah rawat jalan dan rawat inap di Embarkasi Tahun 2012
No Embarkasi Jumlah Jemaah
Rawat Jalan Rawat Inap
Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Aceh (BTJ) 3989 855 5,1 0 0,0
2 Medan (MES) 8329 1837 11,0 9 0,7
3 Batam (BTH) 9888 1593 9,5 22 1,8
4 Padang (PDG) 7443 2157 12,9 0 0,0
5 Palembang (PLM) 7378 881 5,3 8 0,7
6 Pondok Gede (JKG) 15800 280 1,7 46 3,8
7 Bekasi (JKS) 38045 64 0,4 20 1,6
8 Solo (SOC) 33357 3865 23,1 999 81,5
9 Surabaya (SUB) 35854 2450 14,6 63 5,1
10 Banjarmasin (BDJ) 5073 491 2,9 5 0,4
11 Balikpapan (BPN) 5356 863 5,2 7 0,6
12 Makassar (UPG) 14988 461 2,8 43 3,5
13 Lombok (LOP) 4564 928 5,5 4 0,3
14 Lampung (LPG) 6352 32 0,2 0 0,0
Total 196416 16757 100 1226 100
Sumber : Profil Kesehatan Haji 2013
Pada Tabel 1.1 tampak persentase jemaah haji rawat jalan paling banyak
adalah di Embarkasi Solo sebesar 23% demikian pula rawat inap sebesar 81,5 %.
Proporsi kedua terbanyak rawat jalan dan rawat inap adalah di Embarkasi
Surabaya sebesar 14,6% dan 5,1%.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
6
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Embarkasi, dapat
diketahui beberapa jenis penyakit yang diderita oleh jemaah haji. Urutan
terbanyak penyakit penyebab rawat jalan disajikan pada Gambar 1.2
Sumber : Pusat Kesehatan Haji 2013 Gambar 1.2 Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat jalan di Embarkasi 2012
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa penyakit terbanyak yang ditemukan pada
jemaah haji rawat jalan di Embarkasi haji adalah hipertensi dengan jumlah 3805
kasus (38%) , commond cold sebanyak 1495 kasus (15%), myalgia sebanyak 967
kasus (10%), diabetes mellitus sebanyak 845 kasus (9%) dan dyspepsia 778 kasus
(8%).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
7
Jemaah haji yang mengalami penyakit yang bertambah berat dan
memerlukan rawat inap segera dirujuk ke Rumah Sakit rujukan untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih intensif. Distribusi jenis
penyakit jemaah haji yang rawat inap di Embarkasi dapat dilihat pada Gambar 1.3
Sumber : Pusat Kesehatan Haji 2013 Gambar 1.3 Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat inap di Embarkasi 2012
Berdasarkan Gambar 1.3 dapat diketahui bahwa jemaah haji yang
menjalani rawat inap selama di embarkasi adalah jemaah haji dengan penyakit
diabetes mellitus sebanyak 590 kasus (65%) dan hipertensi sebanyak 258 kasus
(28%).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
8
Penyakit diabetes mellitus dan hipertensi merupakan penyakit tidak
menular yang banyak ditemukan pada jemaah haji ketika melakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum keberangkatan ketanah suci. Jemaah haji yang berangkat ke
Arab Saudi dengan penyakit tersebut secara otomatis mempunyai risiko tinggi
untuk sakit bahkan kematian pada saat menjalankan kegiatan ibadah haji karena
kurang istirahat atau kurang tidur dan tidak disiplin dalam minum obat.
Jemaah haji yang sakit selama melaksanakan ibadah haji di tanah suci
mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan
yang diberikan yaitu berupa pengobatan dan perawatan di sarana rawat jalan
maupun rawat inap sesuai dengan tingkat keparahan penyakit yang diderita oleh
jemaah haji. Jumlah jemaah haji yang datang ke sarana pelayanan kesehatan rawat
jalan dan rawat inap di Arab Saudi dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap jemaah haji di Arab Saudi Tahun 2014
Daerah Kerja Rawat Jalan Persentase Rawat inap Persentase
Makkah 289.234 72,56 1.701 72,76
Madinah 70.706 17,74 419 17,92
Jeddah 1.880 0,47 142 6,07
Arafah 8.876 2,23 19 0,81
Muzdhalifah 401 0,10 0 0,0
Mina 27.533 6,90 57 2,44
Jumlah 398.630 100 2.338 100
Sumber : Siskohatkes Kemenkes RI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
9
Tabel 1.2 menunjukkan jumlah jemaah haji yang sakit berdasarkan tempat
pelayanan kesehatan di Arab Saudi dengan jumlah kumulatif rawat jalan sebanyak
389.630 orang (99,42%) dan rawat inap sebanyak 2.338 orang (0,58%). Artinya
selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi masih banyak jemaah haji yang
menderita sakit sehingga harus mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat inap
maupun rawat jalan.
Berdasarkan data yang terekam dalam sistem informasi kesehatan haji
Indonesia Kementerian Kesehatan RI (siskohatkes), jenis penyakit terbanyak pada
jemaah haji yang dirawat jalan selama di Arab Saudi di Arab Saudi adalah
commond cold sebanyak 89.715 kasus dan hipertensi menduduki peringkat
tertinggi kedua dengan jumlah 42.997 kasus. Distribusi jenis penyakit terbanyak
rawat jalan di Arab Saudi dapat dlihat pada Gambar 1.4
Sumber : Siskohatkes Kemenkes RI Gambar 1.4 Sepuluh (10) penyakit terbanyak pada rawat jalan di Arab Saudi 2014
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
10
Penyakit terbanyak pada jemaah haji yang dirawat inap selama di Arab
Saudi menunjukan bahwa kelompok penyakit tidak menular lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok penyakit menular. Penyakit tidak menular
tersebut adalah diabetes mellitus sebanyak 236 kasus dan hipertensi di urutan
kedua sebanyak 235 kasus. Penyakit-penyakit tersebut pada umumnya sudah
terdeteksi pada jemaah haji sebelum mereka berangkat melaksanakan ibadah haji
ke Arab Saudi. Distribusi jenis penyakit terbanyak pada jamaah haji yang dirawat
inap selama di Arab Saudi dapat dilihat pada Gambar 1.5.
Sumber : Siskohatkes Kemenkes RI Gambar 1.5 Sepuluh (10) penyakit terbanyak pada rawat inap di Arab Saudi 2014
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
11
Embarkasi Surabaya adalah salah satu embarkasi dengan jumlah jemaah
haji dengan risiko tinggi kesehatan urutan kedua terbanyak di antara 14 embarkasi
haji di Indonesia. Berdasarkan laporan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Embarkasi Surabaya Tahun 2015, jumlah jemaah haji risiko tinggi kesehatan pada
tahun 2015 sebanyak 17.535 orang (62,18%); tahun 2014 sebanyak 15.694 orang
(55,82%); dan tahun 2013 sebanyak 13.525 (47,46%). Jumlah jemaah haji risiko
tinggi kesehatan di Embarkasi Surabaya disajikan pada Gambar 1.6
Sumber : KKP Kelas I Surabaya 2015 Gambar 1.6 Jumlah jemaah risiko tinggi kesehatan Embarkasi Surabaya Tahun
2009-2015
Gambar 1.6 menunjukan bahwa pada tahun 2013 jumlah jemaah haji risiko
tinggi kesehatan menurun dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2014 jumlah
jemaah haji risiko tinggi kesehatan kembali meningkat hingga tahun 2015.
Peningkatan jumlah Calon Jemaah Haji (CJH) dengan risiko tinggi ini disebabkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
12
karena adanya kebijakan pemerintah mendahulukan CJH usia lanjut untuk
melaksanakan ibadah haji.
Pada pemeriksaan akhir yang dilakukan di Embarkasi Surabaya ditemukan
berbagai jenis risiko tinggi kesehatan. Penyakit tidak menular merupakan penyakit
yang banyak ditemukan pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Dari beberapa
penyakit tidak menular tersebut yang paling banyak ditemukan adalah penyakit
hipertensi. Jenis risiko tinggi kesehatan terbanyak di sajikan pada Gambar 1.7.
Sumber : KKP Kelas I Surabaya 2015 Gambar 1.7 Lima (5) faktor risiko tinggi kesehatan terbanyak di Embarkasi
Surabaya Tahun 2015
Gambar 1.7 menunjukkan bahwa faktor risiko tinggi kesehatan pada
jemaah haji di Embarkasi Surabaya tahun 2015 yang paling banyak adalah
senilitas (usia lanjut) 7.119 kasus, hipertensi 6.332 kasus, gangguan lipoprotein
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
13
3.347 kasus, NIDDM 2.415 kasus dan obesitas 713 kasus. Hipertensi merupakan
penyakit yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji
di Embarkasi Surabaya. Jemaah haji dengan hipertensi memiliki risiko tinggi
untuk mengalami gangguan kesehatan mulai dari tingkat ringan hingga berat yaitu
berupa kerusakan target organ seperti otak, jantung dan ginjal yang dapat
menyebabkan kematian.
1.2 Kajian Masalah
Berdasarkan Gambar 1.6 diketahui bahwa jumlah jemaah haji dengan
risiko tinggi kesehatan di Embarkasi Surabaya pada tahun 2015 meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berbagai macam risiko kesehatan yang
teridentifikasi pada jemaah calon haji pada saat pelaksanaan pemeriksaan akhir di
Embarkasi Surabaya, didapatkan bahwa risiko tinggi yang paling banyak adalah
hipertensi, oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus terhadap riwayat
kesehatan pada jemaah haji sebelum berangkat ke tanah suci untuk menjalankan
ibadah haji, terutama pada jemaah dengan hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang perlu
diwaspadai karena hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga di Indonesia
(Depkes, 2008). Hipertensi sering disebut the silent killer karena penderita
hipertensi mengalami kejadian tanpa gejala (asymptomatic) dan apabila tidak
diobati maka akan menimbulkan komplikasi seperti stroke, gagal jantung yang
fatal, gangguan ginjal atau penyakit degeneratif lainnya yang dapat menyebabkan
kecacatan dan kematian (Krummel, 2004). Penderita hipertensi seringkali harus
menjalani rawat inap karena beberapa faktor pemberat. Faktor risiko yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
14
memberatkan kondisi seseorang yang mengalami hipertensi pada seseorang
meliputi faktor yang tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, ras, dan faktor yang dapat diubah seperti obesitas, merokok, konsumsi
alkohol dan makanan yang banyak mengandung lemak atau garam, dan stress.
Seseorang yang berisiko terkena hipertensi adalah orang yang berusia diatas 55
tahun (Cahyono, 2008).
Bila ditinjau perbandingan prevalensi hipertensi antara perempuan dan
laki-laki ternyata menunjukan angka yang bervariasi. Pada umumnya laki-laki
lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti
merokok, konsumsi alkohol dan pola makan yanag tidak terkontrol (Suiraoka,
2012). Pendidikan rendah berisiko tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan
dengan tingkat pendidikan tinggi. Orang dengan pendidikan rendah cenderung
kurang pengetahuan terhadap kesehatan dan sulit/lambat dalam menerima
informasi yang diberikan petugas, sehingga berdampak pada perilaku pola hidup
sehat. Individu yang bekerja berisiko rendah untuk terkena hipertensi. Pekerjaan
berpengaruh terhadap aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja
aktivitasnya tidak banyak sehingga dapat meningkatkan kejadian hipertensi.
Faktor risiko lainnya yang dapat diubah dari hipertensi adalah kadar
kolesterol. Semakin tinggi kadar kolesterol (hiperkolesterolemia) maka akan
semakin tinggi kemungkinanan terjadinya hipertensi. Hiperkolesterolemia dapat
menyebabkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah arteri akibat
penumpukan kolesterol di dinding arteri. Apabila sel-sel otot arteri tertimbun
lemak maka saluran arteri itu akan mengalami penyempitan, elastisitasnya akan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
15
menghilang (kaku) dan berkurang dalam mengatur tekanan darah akibatnya akan
terjadi peningkatan tekanan darah (Harefa, 2009). Hipertensi juga dapat
dipengaruhi oleh kadar gula darah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Mutmainah (2013) diketahui bahwa terdapat hubungan antara kadar gula darah
puasa dengan hipertensi pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Kadar insulin
berlebih pada penderita DM tersebut menimbulkan peningkatan retensi natrium
oleh tubulus ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi.
Obesitas juga dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol
dalam tubuh yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer
pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah
jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak
obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang
hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita
hipertensi dengan berat badan normal (Susanto, 2010).
Faktor lain yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi adalah merokok.
Namun hubungan antara merokok dengan hipertensi memang belum jelas.
Menurut literatur, nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah
berkurang sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes,2007).
Mekanisme ini menjelaskan mengapa orang yang merokok setiap hari memiliki
risiko untuk menderita hipertensi. Dalam Suiraoka (2012), merokok dapat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
16
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Faktor kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena pada umumnya cenderung mengalami kelebihan berat badan. Orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Jantung
memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya, tekanan yang dibebankan pada arteri bertambah dan menyebabkan
kenaikan tekananan darah (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan faktor risiko tinggi yang terbanyak ditemukan setiap
tahun pada jemaah haji di Indonesia. Berbagai manifestasi klinis dari ringan
sampai berat dapat menyertai perjalanan penyakit hipertensi. Seseorang yang
mempunyai penyakit hipertensi harus memperhitungkan berbagai kemungkinan
gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan ketidakmampuannya dalam
melaksanakan ibadah selama di tanah suci. Petugas kesehatan yang mendampingi
jemaah haji selama di Arab Saudi selalu berupaya untuk mengamankan kondisi
kesehatan jemaah haji agar selalu sehat. Berbagai upaya preventif, promotif dan
kuratif dilakukan agar berbagai macam kemungkinan gangguan kesehatan akibat
hipertensi dapat dikendalikan dan dikurangi.
Banyak faktor risiko yang dapat memperberat penyakit hipertensi yang
diderita oleh jemaah haji sehingga memerlukan rawat inap untuk penanganan
yang lebih intensif. Penelitian pengembangan indeks ini, dapat memberikan suatu
petunjuk faktor risiko rawat inap jemaah haji dengan hipertensi yang dapat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
17
dijadikan sebagai prediktor, selanjutnya dibuat formula indeks prediksi yang
bertujuan untuk meramalkan atau memprediksi besar peluang atau risiko rawat
inap jemaah haji dengan hipertensi, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan untuk mengatasi persoalan hipertensi pada
jemaah haji agar angka kejadian rawat inap hipertensi pada jemaah haji menurun
di Arab Saudi.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ Bagaimanakah indeks rawat
inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi ? ”.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Menyusun indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis karakteristik jemaah haji (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan obesitas) yang dapat dijadikan sebagai prediktor rawat inap di
Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.
2. Menganalisis penyakit penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal
dan hiperkolesterol) yang dapat dijadikan sebagai prediktor rawat inap di Arab
Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.
3. Menganalisis perilaku (merokok dan kurang aktivitas fisik) yang dapat
dijadikan sebagai prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi
Surabaya dengan hipertensi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
18
4. Menentukan status risiko rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi
Surabaya dengan hipertensi di Arab Saudi.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor risiko yang
berhubungan dengan rawat inap jemaah haji dengan hipertensi.
1.5.2 Manfaat Ilmiah
a. Memberikan informasi tentang faktor determinan rawat inap pada jemaah haji
sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi yang tepat untuk
perencanaan, pencegahan, promosi dan intervensi dalam upaya menurunkan
angka kesakitan jemaah haji dengan hipertensi.
b. Sebagai informasi bagi calon jemaah haji tentang faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko kesakitan hipertensi selama menunaikan ibadah haji
sehingga dapat mempersiapkan kondisi kesehatannya agar mampu
menunaikan ibadah haji dengan sehat dan mandiri.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
19
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ibadah Haji
Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali
seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Ibadah haji
disebut ibadah fisik karena dalam pelaksanaannya memerlukan kesiapan fisik.
Calon jemaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan. Jemaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam
dan telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji di Arab Saudi sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan ibadah haji terdapat dua
kegiatan yang harus dipenuhi yaitu rukun haji dan wajib haji. Rukun haji adalah
serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dan tidak dapat diganti dengan denda,
jika tidak dikerjakan maka ibadah hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah
serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, jika tidak
dikerjakan maka hajinya tetap sah tetapi dikenakan denda. Setiap jemaah haji
harus melaksanakan semua rukun haji agar hajinya sah walau dalam keadaan
apapun (Kementerian Agama RI, 2011)
2.2 Penyelenggaraan Ibadah Haji
Penyelenggaraan ibadah haji adalah serangkaian kegiatan berkelanjutan
dalam pengelolaan pelaksanaan ibadah haji yang terdiri dari pembinaan,
pelayanan dan perlindungan jemaah haji dengan menyediakan layanan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
20
administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan
kesehatan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji (UU No.13, 2008)
2.3 Penyelenggaraan Kesehatan Haji
2.3.1 Definisi
Penyelenggaraan kesehatan haji adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan
kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, Sistem Kewaspadaan
Dini (SKD) dan respon Kejadian Luar Biasa (KLB), penanggulangan KLB dan
musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan
kesehatan haji (Permenkes RI No.442, 2009).
Tujuan
1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan.
2. Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah haji
sampai tiba kembali di tanah air.
3. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa
keluar atau terbawa masuk oleh jemaah haji.
2.3.2 Asas
Penyelenggaraan kesehatan haji merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan berdasarkan asas keadilan,
profesionalitas dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba. Penyelenggaraan
kesehatan haji merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan dengan berdasarkan kepada asas :
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
21
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan kemandirian
3. Adil dan merata
4. Pengutamaan dan manfaat
2.3.3 Kebijakan
1. Melaksanakan perekrutan tenaga kesehatan yang professional secara
transparan
2. Meningkatkan kemampuan teknis medis petugas pemeriksa kesehatan jemaah
haji di tingkat Puskesmas dan Rumas Sakit
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit
dengan menerapkan standar pelayanan bagi jemaah haji
4. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi jemaah haji di
Puskesmas, Rumah Sakit dan Embarkasi
5. Melaksanakan pembinaan kesehatan sejak dini bagi jemaah haji risiko tinggi
6. Memberikan vaksinasi meningitis meningokokus bagi jemaah haji dan petugas
7. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat dan terjangkau bagi
jemaah haji selama menunaikan ibadah haji
8. Mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan haji pada setiap
jenjang administrasi kesehatan
9. Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan respon cepat KLB, bencana,
serta musibah missal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
22
2.3.4 Strategi
1. Meningkatkan kemampuan penyelenggaraan kesehatan haji yang didukung
tenaga professional
2. Meningkatkan upaya pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan
dengan pendekatan manajemen risiko dan kemandirian jemaah haji
3. Meningkatkan surveilans epidemiologi, SKD-respon KLB dan sistem
informasi manajemen kesehatan haji
4. Memperkuat kemampuan pecegahan dan penanggulangan KLB dan musibah
massal dengan menekankan pengendalian faktor risiko, imunisasi dan
kesiapsiagaan
5. Meningkatkan mutu dan kecukupan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
logistik kesehatan haji
6. Mengembangkan kajian dan penelitian serta penerapan teknologi bagi
penyelenggaraan kesehatan haji
7. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan lintas program, sektor, pusat dan
daerah, bilateral dan multilateral dalam penyelenggaraan kesehatan haji
2.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan
1. Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan
2. Pengendalian faktor risiko kesehatan dan penyehatan lingkungan
3. Promosi dan komunikasi publik
4. Kajian dan penelitian
5. Pencatatan, pelaporan dan sistem informasi manajemen kesehatan haji
6. Pengelolaan sumber daya kesehatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
23
2.3.6 Pengorganisasian
Program kesehatan haji dilaksanakan oleh berbagai unit utama di
Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dalam
penyelenggaraan program dan operasional penyelenggaraan kesehatan haji dengan
membentuk panitia penyelenggara kesehatan haji pusat dengan tugas pokok dan
fungsi yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan ditetapkan dengan
keputusan Menteri Kesehatan. Apabila diperlukan panitia ini dapat membentuk
Tim Operasional Penyelenggara Kesehatan Haji.
2.3.7 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan serangkaian upaya pelayanan kesehatan
yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses
pemeriksaan kesehatan terhadap jemaah haji sesuai standar agar jemaah haji dapat
melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan sendiri
merupakan upaya menjaga kemandirian kesehatan jemaah haji dengan persiapan
obat dan cara-cara konsultasi kesehatan diperjalanan, asupan makanan dan gizi,
konsultasi dan bimbingan kesehatan. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
terdiri dari pelayanan kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum
keberangkatan/pra haji dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan
di embarkasi dan debarkasi, pelayanan kesehatan selama penerbangan, pelayanan
kesehatan selama di Arab Saudi dan pelayanan kesehatan di kelompok terbang.
Pelayan kesehatan tersebut satu dengan yang lain merupakan proses pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
24
1. Pelayanan Kesehatan di Daerah
Perjalanan ibadah haji merupakan perjalanan dengan kondisi matra haji,
sehingga memerlukan persiapan kesehatan yang memadai agar ibadah haji
dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, sebelum keberangkatan ke
tanah suci, jemaah haji memeriksakan kesehatannya ke unit pelayanan
pemeriksa kesehatan haji di daerah. Pemeriksaan kesehatan sebelum
keberangkatan haji meliputi pemeriksaan pertama yang merupakan
pemeriksaan dasar di Puskesmas bagi semua jemaah haji dan pemeriksaan
kedua yang merupakan pemeriksaan rujukan bagi jemaah haji yang dirujuk
oleh unit pelaksana pemeriksa kesehatan pertama sesuai dengan status
kesehatan setiap jemaah haji serta pelaksanaan imunisasi meningitis bagi
jemaah haji Indonesia.
Jemaah haji usia lanjut (≥ 60 tahun), jemaah menderita penyakit menular,
atau jemaah yang menderita penyakit yang diperkirakan berpengaruh terhadap
kesehatan selama perjalanan ibadah haji (berisiko tinggi) harus dirujuk ke
pemeriksaan kesehatan kedua untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan kesehatan pertama dilaksanakan oleh tim pemeriksa kesehatan
pertama di Puskesmas yang ditunjuk. Pemeriksaan kesehatan kedua
dilaksanakan oleh tim pemeriksaan kedua (rujukan) di Rumah Sakit yang
ditunjuk. Frekuensi dan jenis pemeriksaan kesehatan pertama dan pemeriksaan
kedua diberikan sesuai dengan status kesehatan dan kebutuhan pemeriksaan
kesehatan masing-masing jemaah haji. Berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan pertama dan pemeriksaan tahap kedua, tim pemeriksa kesehatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
25
menerbitkan surat keterangan kesehatan jemaah haji dan dicatat dalam Buku
Kesehatan Jemaah Haji (BKJH). Buku kesehatan jemaah haji ini akan menjadi
salah satu dokumen kesehatan yang akan diperiksa sebelum keberangkatan
oleh petugas di Embarkasi haji.
2. Pelayanan Kesehatan di Embarkasi/Debarkasi
Rangkaian pemeriksaan jemaah haji pada saat kedatangan di embarkasi
haji adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kesehatan semua jemaah haji saat tiba di embarkasi terdiri
dari pemeriksaan dokumen kesehatan (BKJH dan surat keterangan
imunisasi meningitis), pemeriksaan kesehatan jemaah haji, rujukan jemaah
haji yang sakit ke Rumah Sakit rujukan embarkasi.
b. Pelayanan di poliklinik embarkasi dan debarkasi bagi jemaah haji yang
sakit atau konsultasi kesehatan pada saat tiba di embarkasi/debarkasi.
c. Rujukan dan perawatan medis di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang
dirujuk oleh PPIH bidang kesehatan embarkasi/debarkasi.
d. Rujukan ke daerah tempat tinggal bagi jemaah haji sakit yang dirujuk oleh
PPIH bidang kesehatan.
e. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji pada saat kepulangan (debarkasi).
f. Pemberian alert card K3JH kepada setiap jemaah haji.
3. Pelayanan Kesehatan di Arab Saudi
Pelayanan kesehatan di Arab Saudi terdiri dari pelayanan di BPHI daerah
kerja Makkah, Madinah, Jeddah dan BPHI sector serta pelayanan rujukan ke
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
26
Rumah Sakit Arab Saudi. Pelayanan kesehatan ini hanya bersifat pasif, karena
hanya menerima rujukan jemaah haji yang sakit.
2.4 Faktor Risiko Kesehatan Jemaah Haji
Pengertian awal dari risiko atau risk adalah probability of particular adverse
effect atau prediksi kemungkinan buruk kondisi seseorang. Faktor risiko adalah
faktor yang berperan dalam setiap kejadian penyakit dan akhirnya dapat
menimbulkan gangguan kesehatan hingga akhirnya akan mengurangi
kesempurnaan jalannya ibadah haji. Faktor risiko tersebut antara lain meliputi
pencetus kejadian penyakit maupun faktor yang dapat memperberat kondisi awal
kesehatan jemaah haji (Achmadi, 2012). Berdasarkan An Epidemiological Model
for Health Policy Analysis, bahwa untuk menganalisa faktor penyakit adalah
lingkungan, gaya hidup, biologi manusia, dan sistem pelayanan kesehatan
diasumsikan memiliki pengaruh yang sama (Dever, 1984). Faktor risiko yang ada
pada jemaah haji terdiri dari :
2.4.1 Faktor Karakteristik Individu
a. Usia
Semakin lanjut usia seseorang maka semakin memiliki potensi
penyulit. Jemaah haji Indonesia dengan usia ≥ 60 tahun berjumlah
seperlima dari total jemaah haji. Kelompok usia ≥ 60 tahun tergolong
kelompok risiko tinggi non penyakit. Besarnya kelompok usia ≥ 60 tahun
ini disebabkan karena jemaah haji Indonesia harus menunggu waktu cukup
lama untuk mengumpulkan uang dalam rangka menjalankan ibadah haji.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
27
b. Gender
Jemaah haji Indonesia sebagian besar terdiri dari jenis kelamin
perempuan. Secara fisik perempuan lebih lemah dan cenderung anemis
sehingga memiliki kondisi awal yang lebih buruk dibanding lai-laki.
c. Pengetahuan
Sebagian besar jemaah haji Indonesia berpendidikan sekolah dasar.
Latar pendidikan rendah dengan tingkat pengetahuan dan wawasan yang
terbatas merupakan salah satu penyulit yang akan meningkatkan risiko
terjadinya masalah kesehatan pada diri jemaah haji tersebut.
d. Status gizi
Berdasarkan profil kesehatan haji Indonesia tahun 2013, sebagian
besar pekerjaan jemaah haji Indonesia adalah petani. Umumnya petani
berasal dari pedesaan dan diasumsikan dengan keadaan sosial ekonomi
yang terbatas sehingga dapat berdampak kurang baik pada kondisi gizi dan
kesehatannya
e. Status risiko tinggi (ada tidaknya penyakit yang diderita)
Penyakit-penyakit yang ditemukan pada jemaah haji saat pemeriksaan
kesehatan di tanah air merupakan salah satu faktor risiko yang harus
diwaspadai. Penyakit tersebut antara lain kardiovaskuler termasuk
hipertensi, penyakit saluran pencernaan, penyakit rematik, penyakit
saluran pernafasan, penyakit saluran kemih, endokrin. Jemaah haji yang
memiliki penyakit-penyakit tersebut berpotensi untuk menimbulkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
28
masalah kesehatan yang dapat mengganggu jalannya ibadah haji, sehingga
perlu menjadi perhatian bagi petugas kesehatan.
2.4.2 Faktor Perilaku
a. Merokok
Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat
proses pergeseran pembuluh darah arteri (Cahyono, 2008). Apabila jemaah
haji mempunyai kebiasaan merokok selama di tanah air, maka ini akan
memperburuk kondisinya selama di Arab Saudi karena kondisi cuaca di
Arab Saudi mempunyai tingkat kelembaban yang sangat rendah dengan
suhu udara yang sangat tinggi sehingga rentan terhadap munculnya
penyakit system pernafasan (Rudiyanto, 2013)
b. Kurang aktivitas fisik
Kurang melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat berisiko terhadap
kesehatan jantung, serebrovaskuler, endokrin dan metabolik (Bustan,
2015). Berkaitan dengan persiapan fisik dalam menghadapi ibadah haji
dengan medan lingkungan yang berat, maka penting untuk melakukan
aktivitas fisik secara rutin sejak dini sewaktu masih berada di tanah air.
Untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji diperlukan kondisi fisik yang
ideal sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan lancer (Achmadi,
2012)
c. Kedisiplinan minum obat
Jemaah haji yang mempunyai penyakit kronis yang telah terdiagnosis
sejak di tanah air seperti hipertensi, diabetes mellitus tentunya akan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
29
membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi untuk mengontrol penyakit
yang diderita. Kesibukan dalam kegiatan ibadah haji dapat mengakibatkan
mereka kurang memperhatikan dalam mengkonsumsi obat sehingga
kondisinya menjadi tidak terkontrol bahkan menjadi lebih buruk dan dapat
menyebabkan kesakitan yang berat bahkan kematian.
2.4.3 Faktor Lingkungan
a. Suhu
Kota Madinah merupakan kota dengan suhu terendah jika
dibandingkan dengan kota Jeddah atau Makkah. Penyakit yang dapat
timbul akibat pengaruh musim dingin adalah seperti kulit bersisik di sertai
gatal, infeksi pernafasan, gangguan otot dan tulang, bibir pecah-pecah,
dehidrasi, jantung, astma dan rematik yang dapat memperberat penyakit
yang sudah di derita sebelumya.
b. Kelembaban
Arab Saudi mempunyai kelembaban udara yang rendah pada musim
dingin atau musim panas. Kelembaban rata-rata harian lebih rendah atau
dibawah normal (<65%). Keadaan ini akan meningkatkan evaporasi cairan
tubuh sepanjang hari yang dapat mengakibatkan tubuh mnejadi
kekurangan cairan (dehidrasi).
2.4.4 Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Sarana
Sarana berfungsi untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan
kesehatan haji di Indonesia dan di Arab Saudi. Sarana pelayanan kesehatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
30
berhubungan dengan aksesibilitas dan kelengkapan peralatan dan obat.
Setiap jemaah haji memiliki hak yang sama dalam memperoleh
kemudahan akses pelayanan dan pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa
memandang perbedaan antar individu. Kementerian Kesehatan setiap
tahunnya selalu berupaya memperbaiki dan menyempurnakan sarana
pelayanan kesehatan di Arab Saudi agar tercapai target pelayanan
kesehatan jemaah haji yang optimal (Profil Kesehatan Haji, 2012)
b. Jumlah petugas
Kementerian Kesehatan melakukan pemilihan dan pengerahan tenaga
kesehatan haji ke Arab Saudi yang menjadi bagian dari PPIH Arab Saudi
bidang kesehatan. Kebutuhan jumlah petugas atau tenaga kesehatan harus
terpenuhi dengan memperhatikan jumlah jemaah haji yang berangkat agar
pelayanan kesehatan dapat diberikan dengan baik.jumlah petugas sangat
pentinguntuk menunjang pelayanan kesehatan saat pelaksanaan ibadah haji
(Profil Kesehatan Haji, 2012).
c. Kemampuan petugas
Sebagai tenaga kesehatan haji professional harus dapat memperkirakan
atau melakukan analisis faktor risiko terhadap apa saja yang mungkin akan
dialami oleh jemaah haji apabila yang bersangkutan berada dalam
perjalanan fisik dan mental yang berat (Achmadi, 2012). Seluruh petugas
tersebut diharapkan mengikuti pelatihan kompetensi teknis kesehatan dan
kompetensi koordinasi tim di kelompok terbang dan PPIH, termasuk
kesehatan di embarkasi haji (Profil Kesehatan Haji, 2012)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
31
2.5 Hipertensi
2.5.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan dan angka kematian. Keadaan tersebut apabila
tekanan darah sistole (systolic blood pressure) sama dengan 140 mmHg atau lebih
secara terus menerus dan tekanan darah diastole (diastolic blood pressure) sama
dengan 90 mmHg atau lebih sesuai dengan criteria WHO atau memiliki riwayat
penyakit hipertensi sebelumnya (Suiraoka, 2012)
2.5.2 Manifestasi Klinis
Hipertensi disebut juga “ the silent killer” karena individu biasanya tidak
menyadari keberadaannya, dan oleh karena itu setiap orang perlu melakukan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur (Bustan, 2015). Hal ini sesuai dengan
kedatangannya yang tidak terduga dan tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu.
Seringkali penderita hipertensi baru mengetahui setelah penyakit hipertensi yang
dideritanya menyebabkan berbagai komplikasi (Suiraoka, 2012). Gejala klinis
yang paling sering dialami pada penderita hipertensi adalah pusing, sakit kepala,
mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, pengelihatan kabur,
mimisan, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-kunang
(Triyanto, 2014)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
32
2.5.3 Penyebab
Menurut penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi essensial / primer
Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang belum
diketahui dengan pasti penyebabnya secara jelas. Mekanisme yang
bertanggung jawab menyebabkan hipertensi ini adalah berbagai sistem
yang terlibat dalam pengaturan tekanan arteri perifer dan atau adrenergik
sentral, renal, hormonal, vaskuler dan kompleksnya hubungan sistem-
sistem ini antara satu dan lainnya (Harrison, 2000). Prevalensinya
mencapai 90% dari seluruh penyakit hipertensi. Onset hipertensi primer
terjadi pada usia 30-50 tahun dan tidak ditemukan penyakit renovaskuler,
aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal dan penyakit lainnya.
Faktor genetik dan ras diduga merupakan penyebab timbulnya hipertensi
primer, termasuk faktor lain seperti stress, konsumsi alkohol, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup (Triyanto, 2012)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah
diketahui dengan pasti, yaitu antara lain akibat gangguan ginjal, gangguan
kelenjar tiroid dan gangguan kelenjar adrenalin. Prevalensinya ≤ 10% dari
seluruh penderita penyakit hipertensi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
33
2.5.4 Klasifikasi
Hipertensi dikelompokkan berdasarkan peningkatan tekanan darah sistole
dan diastole. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint
National (JNC 7) dapat dihat pada tabel 2.1
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Dastolik (mmHg) Normal < 120 < 80 Pra hipertensi 120 – 139 80 - 89 Hipertensi stadium I 140 – 159 90 – 99 Hipertensi stadium II ≥ 160 ≥ 100
2.5.5 Faktor Risiko
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibedakan menjadi
faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Suiraoka,
2012).
a. Faktor yang dapat dikontrol
1. Obesitas
Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam
tubuh yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan
tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan
obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih
tinggi daripada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban
jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih
tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan
normal (Sutanto, 20110). Berdasarkan hasil penelitian Diana dkk 2011
terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadia hipertensi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
34
(p=0.000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar 2,16 (CI 1,32-2,24).
Pada penelitian lain mengidentifikasi bahwa semakin tinggi tingkat
obesitas seseorang, maka akan semakin besar risiko untuk menderita
hipertensi (Anggara, 2014).
2. Aktivitas Fisik
Pada orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah
jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung, maka semakin
keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang
dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurang aktivitas fisik juga berisiko
meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka, 2012; Triyanto, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa kurang
aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi dengan OR = 2,67 ; CI 95% ; 1,20 – 5.90 (Wahiduddin, dkk.,
2013)
3. Merokok
Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya
kenaikan tekanan darah. Bahan kimia yang terkandung dalam tembakau
dapat merusak lapisan dinding arteri sehingga menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah arteri serta memudahkan terjadinya
aterosklerosis. Perilaku merokok merupakan faktor risiko terhadap
kejadian hipertensi dengan OR = 2,32; 95% CI : 1,24 – 4,35 (Wahiduddin,
dkk., 2013).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
35
4. Konsumsi Lemak Jenuh
Asupan lemak jenuh dapat mengakibatkan dislipidemia yang
merupakan salah satu faktor utama aterosklerosis, yang pada gilirannya
akan berpengaruh pada kejadian penyakit kardiovaskuler (Suiraoka, 2012).
Hasil penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa konsumsi lemak
jenuh merupakan faktor terjadinya hipertensi (p=0,001) dengan OR = 7,72
(CI ; 2,45 – 24,38).
5. Konsumsi Garam Berlebihan
Konsumsi garam dapur berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler. Keadaan ini akan
meningkatkan volume cairan pada ekstraseluler yang menyebabkan
peningkatan volume darah sehingga berdampak pada kenaikan tekanan
darah (Sutanto, 2010)
6. Konsumsi Alkohol
Pada individu yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan
sintesis katekolamin yang dapat memicu kenaikan tekanan darah
(Suiraoka, 2012). Penelitian Diyan menunjukkan bahwa konsumsi alkohol
berhubungan positif dengan kejadian hipertensi (p=0,001) dengan OR =
4,3; 95% ; CI ; 1,86 – 10,28.
7. Stres
Faktor risiko stres berpengaruh dengan terjadinya hipertensi dikaitkan
dengan peran saraf simpatis yang mempengaruhi hormon epinefrin
(adrenalin). Hormon epinefrin dapat mempengaruhi peningkatan tekanan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
36
darah (Susanto, 2008). Hasil penelitian lain didapatkan bahwa faktor
psikologis stres mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan OR =
3,28;CI:1,05-10,26 (Elvirah, F.,dkk., 2011)
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1. Riwayat keluarga (genetik)
Faktor genetik mempunyai peranan yang besar terhadap kejadian
hipertensi. Pada penyakit hipertensi primer didapatkan pada orang dengan
riwayat keluarga dengan hipertensi sebesar 70-80%. Hipertensi cenderung
merupakan penyakit keturunan. Apabila didalam keluarga terdapat riwayat
hipertensipada orang tuanya, maka orang tersebut memiliki kemungkinan
terkena hipertensi sebesar 25%. Faktor keturunan memang memiliki peran
yang besar terhadap munculnya hipertensi. Hasil penelitian telah
membuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar
homozigot jika dibandingkan dengan heterozigot (Sutanto, 2010 ;
Triyanto, 2014). Penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan hasil bahwa
riwayat keluarga dengan hipertensi mempengaruhi terjadinya hipertensi
(p=0,001) dengan OR=4.04 (95% CI;1,92-8,47).
2. Jenis kelamin
Pria pada umumnya lebih memiliki risiko terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan pria lebih banyak
mempunyai faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi
seperti merokok, stress karena kurang nyaman terhadap pekerjaan dan
makan tidak terkontrol. Pada wanita biasanya prevalensinya akan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
37
mengalami peningkatan hipertensi setelah memasuki masa menopause
(Suiraoka, 2012).
3. Umur
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi, semakin
bertambah usia seseorang maka semakin besar risiko aterosklerosis.
Hilangnya elastisitas pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan
penyebab hipertensi pada usia tua (Sutanto, 2010). Berdasarkan hasil
penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa umur menjadi faktor risiko
hipertensi (p=0.001) dengan OR=4,76 (CI 95% 2,0 – 11,50).
2.5.6 Komplikasi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi
gejala lanjut ke suatu target organ. Semakin lama tekanan yang berlebihan pada
dinding arteri akan merusak banyak organ vital dalam tubuh. Bila tidak segera
dikendalikan maka akan menyebabkan komplikasi sesuai dengan target organ
yang paling dipengaruhi.
a. Otak
1. Stroke
Stroke merupakan cidera otak yang timbul sebagai akibat
tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak akibat
terpajan tekanan darah tinggi, sehingga pasokan darah ke otak
terganggu (Suiraoka, 2012 ; Triyanto, 2014).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
38
2. Dimensia
Dimensia atau penurunan daya ingat dapat terjadi karena
hipertensi. Umumnya risiko untuk dimensia meningkat pada usia 70
tahun keatas (Suiraoka, 2012).
b. Sistem kardiovaskuler
1. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup ke otot
jantung. Akibatnya kebutuhan oksigen otot jantung tidak dapat
terpenuhi dan terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark
(Triyanto, 2014).
2. Aneurisma
Adalah penggelembungan pada arteri akibat dari pembuluh darah
tidak elastis lagi yang ditandai dengan gejala sakit kepala yang hebat.
Sering terjadi pada arteri otak atau pada aorta bagian bawah. Jika
terjadi kebocoran atau pecah sangat fatal akibatnya.
3. Arterosklerosis
Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak didalam dan
dibawah lapisan arteri yang akan merusak dinding arteri. Timbunan
lemak akan melekat dan lama kelamaan menumpuk sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah arteri (Suiraoka, 2012).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
39
c. Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal (glomelorus). Rusaknya glomelorus
tersebut akan mengakibatkan aliran darah ke nefron terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian (Triyanto, 2014)
d. Mata
Hipertensi mempercepat penuaan pada pembuluh darah halus mata,
bahkan dapat menyebabkan kebutaan. (Suiraoka, 2012)
2.5.7 Prognosis Hipertensi (Bustan, 2015).
Hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ yang
diserangnya apabila dibiarkan tanpa pengobatan. Prognosis penyakit pada
penderita hipertensi dipengaruhi oelh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Penyebab Hipertensi
Penemuan penyebab utama dari hipertensi sangat mempengaruhi
perjalanan penyakit ini. Penyebab hipertensi yang ditemukan pada tahap
awal, terutama pada hipertensi sekunder akan lebih baik prognosisnya.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah. Apabila penyakit tersebut segera diatasi maka
tidak akan meningkatkan risiko penyakit hipertensi menjadi lebih berat.
2. Umur
Hipertensi yang ditemukan pada pasien dengan usia muda mempunyai
prognosis yang kurang baik jika dibandingkan dengan individu yang
berusia lebih tua. Semakin muda seseorang terdiagnosis menderita
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
40
penyakit hipertensi pertama kali, maka akan semakin buruk perjalanan
penyakitnya. Bila tidak segera ditangani akan mengurangi usia harapan
hidupnya.
3. Sifat Hipertensi
Tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik
prognosisnya, terutama pada individu dengan tekanan darah diastolik
persisten > 115 mmHg.
4. Suku / Ras
Prevalensi kesakitan hipertensi pada ras kulit hitam adalah 4 kali lebih
besar dibandingkan dengan ras kulit putih.
5. Jenis Kelamin
Pada pria umumnya lebih berisiko untuk terjadi peningkatan tekanan
darah jika dibandingkan denga wanita yang cenderung lebih bisa
mentolerir lebih baik terhada kenaikan tekanan darah.
6. Komplikasi
Adanya penyakit yang menyertai dapat memperberat prognosis
hipertensi. Komplikasi hipertensi tersebut dapat berupa stroke
haemorhagik, infark miokard, hipertensi renal dan penyakit lain yang
berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.
7. Faktor risiko lainnya
Merokok, diabetes mellitus, hiperkolesterol, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan semuanya dapat mengubah prognosis penyakit
hipertensi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
41
2.6 Indikator
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2003), indikator adalah variabel yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi suatau keadaan atau status dan
memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari
waktu ke waktu. Ketepatan dalam menggambarkan keterwakilan suatu informasi
adalah syarat utama dalam sebuah indikator. Dalam sebuah indikator harus
memenuhi syarat-syarat yang dikenal dengan sebutan SMART ; Simple,
Measurable, Attributable, Reliable dan Timely sebagai berikut :
1. Simple (sederhana)
Indikator yang dibutuhkan sebisa mungkin dalam proses pengumpulan
data dan rumus perhitungannya sederhana sehingga mudah diterapkan.
2. Measurable (dapat diukur)
Indikator yang telah ditetapkan harus dapat mewakili informasinya dan
jelas hasil pengukurannya.
3. Attributable (bermanfaat)
Indikator yang ditetapkan harus memiliki manfaat yang dapat
dipergunakan untuk pengambilan keputusan.
4. Reliable (dipercaya)
Indikator yang ditetapkan harus didukung oleh pengumpulan data atau
pencatatan yang baik, benar dan teliti.
5. Timely (tepat waktu)
Indikator yang ditetapkan dapat didukung oleh pengumpulan dan
pengolahan data serta penyajian informasinya tepat waktu.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
42
2.7 Indeks
Indeks merupakan gabungan dari beberapa indikator yang digunakan untuk
mengukur suatu kondisi yang bersifat multidimensional. Indeks adalah kumpulan
dari beberapa indikator komposit (Ilmi, 2014). Tujuan dari penyusunan suatu
indeks adalah untuk mendapatkan validitas sedangkan indikator adalah untuk
menunjukkan suatu realibilitas (Yudhastuti, 2005). Berdasarkan dari konsep dan
indikator tersebut, maka akan dibuat indeks berdasarkan faktor karakteristik
responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), penyakit
penyerta (diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) dan
perilaku (merokok dan kurang aktivitas). Berdasarkan indikator-indikator tersebut
akan dirumuskan model indeks risiko rawat inap jemaah haji dengan hipertensi
untuk memprediksi jemaah haji dengan hipertensi yang berisiko dirawat inap.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1.1 Kerangka Konsep Penelitian
: diteliti : tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian indeks rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi
= Di teliti
= Tidak diteliti
43
Karakteristik Responden:
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Penyakit Penyerta
Obesitas
Stress
Perilaku :
Merokok
Kurang aktivitas
Lingkungan :
Musim
Suhu
Kelembaban
Hipertensi rawat inap
Pelayanan Kesehatan Sarana & Prasarana
Jumlah Petugas
Pemeriksaan Kesehatan
Penyuluhan nakes
Kemampuan Petugas
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
44
Pada kerangka konsep penelitian indeks rawat inap pada jemaah haji
dengan hipertensi ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya
masalah kesehatan, dalam hal ini adalah rawat inap hipertensi pada jemaah haji.
Faktor tersebut terdiri dari faktor karakteristik individu (jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan dan obesitas), faktor penyakit penyerta (Diabetes mellitus,
kardiovaskuler, ginjal, hiperkolesterol), faktor perilaku (merokok dan kurang
aktivitas fisik), faktor lingkungan (musim, suhu, kelembaban di Arab Saudi),
faktor pelayanan kesehatan (sarana, jumlah petugas dan kemampuan petugas) dan
faktor genetik (riwayat penyakit keluarga).
Peningkatan kejadian hipertensi dipengaruhi oleh umur, orang dengan usia
tua akan semakin berisiko. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang terserang
hipertensi karena lebih banyak mempunyai faktor risiko untuk terjadi hipertensi
daripada perempuan. Tingkat pendidikan rendah identik dengan kurang
pengetahuan sehingga mempengaruhi perilaku hidup sehat. Pekerjaan sering
dikaitkan dengan kejadian hipertensi. Orang yang tidak bekerja cenderung kurang
aktivitas fisik. Obesitas dapat memicu terjadinya peningkatan kolesterol dalam
darah yang merupakan pencetus terjadinya aterosklerosis. Akibatnya pembuluh
darah menyempit yang mengakibatkan beban jantung meningkat sehingga
mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah. Penyakit penyerta yang
diderita oleh pasien dengan hipertensi seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler,
penyakit ginjal dan hiperkolesterol dapat memperberat kondisi hipertensi.
Pengaruh rokok terhadap tekanan darah dikaitkan dengan kandungan nikotin dan
CO dalam rokok. Kurang aktivitas fisik cenderung memicu terjadinya obesitas
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
45
yang berisiko meningkatkan aterosklerosis yang akan meningkatkan tahanan
perifer dan meningkatkan curah jantung yang akan mempengaruhi terjadinya
hipertensi.
Semua faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara
satu dengan yang lain sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada diri
seseorang. Apabila faktor-faktor tersebut tidak dilakukan upaya pengendalian
maka akan mengakibatkan kondisi penyakit hipertensi yang berat sehingga harus
dirawat inap untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang intensif. Pada
penelitian ini tidak semua variabel diteliti, variabel tersebut yaitu faktor
lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan.
1.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan gambaran kerangka konseptual dapat disusun hipotesis dalam
penelitian ini yaitu:
1. Karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
obesitas) merupakan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji
Embarkasi Surabaya dengan hipertensi
2. Penyakit penyerta (diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan
hiperkolesterol) merupakan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji
Embarkasi Surabaya dengan hipertensi
3. Perilaku (merokok dan aktivitas fisik) merupakan prediktor rawat inap di
Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
44
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, karena penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam tentang faktor risiko yang
berhubungan dengan rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji dan terhadap
subyek yang diteliti tidak diberikan perlakuan.
4.2 Rancang bangun Penelitian
Rancang bangun penelitian ini adalah case control study. Rancangan ini
merupakan penelitian epidemiologi yang bertujuan untuk menganalisis faktor
yang berhubungan dengan rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji yaitu
dengan membandingkan kelompok kasus jemaah haji dengan hipertensi yang
dirawat inap selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi dengan kelompok
kontrol yaitu jemaah haji dengan hipertensi yang dirawat jalan selama
melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi. Penelitian ini dilakukan dengan
menelusuri riwayat paparan terhadap determinan atau faktor risiko yang
mengakibatkan terjadinya rawat inap pada jemaah haji dengan hipertensi.
4.3 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini sejak dari tahap persiapan proposal
penelitian pada bulan Mei 2016 sampai dengan tahap pelaporan hasil pada bulan
Agsutus 2016.
46
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
45
4.4 Populasi dan sampel
4.4.1 Populasi
a. Populasi Kasus
Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh jemaah haji
reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan
berangkat melalui Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis
hipertensi dan pernah dirawat inap selama di Arab Saudi.
b. Populasi kontrol
Populasi kontrol adalah seluruh jemaah haji reguler yang
terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui
Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan
pernah dirawat jalan selama di Arab Saudi.
4.4.2 Sampel
a. Sampel Kasus
Sampel kasus pada penelitian ini adalah sebagian jemaah haji
reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan
berangkat melalui embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis
hipertensi dan pernah dirawat inap selama di Arab Saudi.
b. Sampel Kontrol
Sampel kontrol adalah sebagian jemaah haji reguler yang
terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui
Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan
pernah dirawat jalan selama di Arab Saudi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
46
4.4.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan sampel
a. Besar Sampel
Besar sampel kasus dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan total kasus. Semua kasus yang memenuhi kriteria
diambil seluruhnya dengan pertimbangan jumlah kasus yang ada
dalam data siskohatkes tidak terlalu besar. Berdasarkan data
siskohatkes kemenkes RI, jemaah haji Embarkasi Surabaya yang
dirawat inap dengan diagnosis hipertensi pada musim haji 1436
berjumlah 40 orang dan yang memiliki data lengkap sebanyak 32
orang. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka besar sampel kasus
diambil total sampel yaitu 32 orang. Dengan menggunakan
perbandingan 1: 1, maka besar sampel kasus adalah 32 dan besar
sampel kontrol 32. Jadi total besar sampel kasus dan kontrol adalah 64
sampel.
b. Teknik pengambilan sampel
Pemilihan sampel kontrol dengan cara acak sederhana (simple
random sampling) sebanyak jumlah besar sampel yang dibutuhkan.
Langkah pertama adalah membuat kerangka sampel dengan membuat
list seluruh jemaah haji Embarkasi Surabaya yang berangkat melalui
Embarkasi Surabaya yang terdiagnosis hipertensi kemudian diberi
nomor urut dan dilakukan pemilihan secara acak sederhana (simple
random sampling) hingga memenuhi besar sampel yang dibutuhkan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
47
1.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.5.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah rawat inap hipertensi
pada jemaah haji.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah karakteristik responden
(usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), penyakit
penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol)
dan perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik).
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Skala & Kategori
Cara pengumpulan data
1. Rawat inap Hipertensi
Proses perawatan pada pasien hipertensi diruangan rawat inap karena proses perawatan /pengobatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = rawat inap 2 = rawat jalan
Data sekunder Siskohatkes
2. Usia Usia jemaah haji saat menunaikan ibadah haji yang dihitung berdasarkan tanggal kelahiran
Skala : Nominal Kategori: 1 = ≥ 60 2 = < 60 (puskeshaji 2015)
Data sekunder siskohatkes
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
48
No Variabel Definisi Skala & Kategori
Cara pengumpulan data
3. Jenis Kelamin Ciri biologis yang dimiliki jemaah haji yaitu laki-laki dan perempuan
Skala : Nominal Kategori: 1 = Laki-laki 2 = Perempuan
Data sekunder siskohatkes
4. Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang telah di tempuh oleh jemaah haji. (Notoatmodjo 2012)
Skala : Nominal
Kategori:
1= Tinggi, bila pendidikan tamat SMA, perguruan tinggi (D3,S1,S2,S3).
2 = Rendah, bila tidak sekolah, Tamat SD, Tamat SMP
Data sekunder siskohatkes
5. Pekerjaan Aktivitas yang dilakukan sebagai sumber penghasilan jemaah haji
Skala : nominal
Kategori :
1= Tidak Bekerja (Ibu Rumah tangga, pensiunan)
2= Bekerja (Petani, Pedagang, PNS/Karyawan swasta, TNI/POLRI)
Data sekunder siskohatkes
6. Penyakit Diabetes Melitus
Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan mengidap penyakit diabetes mellitus pada pemeriksaan kesehatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = ya 2 = tidak
Data sekunder siskohatkes
7. Penyakit kardiovaskuler
Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan menderita penyakit kardiovaskuler pada saat pemeriksaan kesehatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = ya 2 = tidak
Data sekunder siskohatkes
8. Penyakit Ginjal Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan menderita penyakit ginjal pada saat pemeriksaan kesehatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = ya 2 = tidak
Data sekunder siskohatkes
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
49
No Variabel Definisi Skala & Kategori
Cara pengumpulan data
9. Penyakit Hiperkolesterol
Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan menderita penyakit hiperkolesterolpada saat pemeriksaan kesehatan
Skala : Nominal Kategori: 1 = Ya 1 = Tidak
Data sekunder siskohatkes
10 Obesitas Hasil pengukuran IMT pada jemaah haji BMI ≥ 25 = obesitas BMI< 25 = Tidak obesitas
Skala nominal Kategori : 1 = Ya 2 = Tidak
Data sekunder siskohatkes
11. Merokok Perilaku/kebiasaan merokok jemaah haji yang tercatat dalam siskohatkes
Skala : Nominal Kategori: 1 = merokok 2 = tidak merokok
Data sekunder siskohatkes
12. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik jemaah haji yang tercatat dalam siskohatkes
Skala : Nominal Kategori: 1 = Ya 2 = Tidak
Data sekunder siskohatkes
1.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
4.6.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan berkaitan dengan kebutuhan penelitian adalah data
sekunder yaitu berupa data individual jemaah haji meliputi: nama, usia, jenis
kelamin, alamat domisili, nomor porsi, nomor kloter dan data rekam medis
jemaah haji. Data diperoleh dari Siskohatkes (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
Bidang Kesehatan) Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI.
4.6.2 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk memudahkan pengumpulan data adalah
formulir pengumpulan data yang berisi variabel-variabel yang diteliti untuk
menyusun indeks. Data yang dikumpulkan berasal dari siskohatkes yang dapat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
50
diakses oleh peneliti yaitu data hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji tahun
2015, kemudian dilakukan ekstraksi ke dalam formulir pengumpulan data.
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer.
4.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data sesuai
dengan tahapan berikut ini:
a. Editing
Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian
data yang telah terkumpul. Apabila terdapat data yang masih kurang jelas
dan kurang lengkap, akan dilakukan koreksi kembali dengan melihat data
yang terdapat di dalam aplikasi siskohatkes Kementerian Kesehatan RI
b. Coding
Setelah variabel terkumpul kemudian dikategorikan dan di beri kode
untuk memudahkan dalam proses analisis.
c. Entry
Proses entry dilakukan setelah dilakukan pemberian kode lalu data
ditransformasikan kedalam program yang ada di komputer.
d. Cleaning
Pengecekan data kembali dilakukan untuk meyakinkan bahwa data
yang akan dianalisa sudah sesuai dan lengkap. Kelengkapan data meliputi
semua variabel penelitian yang dimiliki subyek penelitian yang terisi
dengan lengkap.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
51
4.7.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer yang
meliputi tahapan analisis sebagai berikut :
a. Analisis Univariabel
Data dari variabel penelitian yang telah terkumpul disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan di analisis secara deskriptif.
b. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik
sederhana untuk menganalisis masing-masing variabel bebas dengan variabel
terikat untuk mengetahui apakah sebuah variabel merupakan variabel
kandidat untuk dilanjutkan pada analisis multivariabel. Untuk menentukan
variabel kandidat ditentukan dengan melihat nilai signifikan p value < 0,25
(Sutanto, 2007).
c. Analisis Multivariabel
Analisis multivariabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas yang signifikan terhadap variabel terikat. Pada tahap ini digunakan uji
regresi logistik ganda dengan melakukan analisis pada semua variabel
kandidat secara simultan. Bila nilai p value < 0,05 berarti ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Semua variabel yang nilai p value <
0,05 dimasukkan kedalam formula untuk dijadikan sebuah indeks.
d. Penyusunan Indeks
Penyusunan indeks dilakukan setelah didapatkan nilai p value yang
signifikan berdasarkan hasil pengujian multivariabel.Variabel yang telah
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
52
dianalisis secara simultan tersebut ditentukan nilai cut off point dengan cara
jumlah skor total pada rumusan indeks dengan skor minimum tiap indikator
ditambah dengan jumlah skor total pada rumusan indeks dengan skor
maksimum tiap indikator dibagi 2 atau berdasarkan nilai tengah dari skor total
minimum dan maksimum. Jika hasil penilaian skor total berada pada batas
rentang atas nilai tengah maka dikategorikan berisiko tinggi, dan jika berada
pada batas rentang bawah maka dikategorikan berisiko rendah.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
55
BAB 5
HASIL DAN ANALISIS DATA
5.1 Distribusi Hubungan Antar Variabel
5.1.1 Distribusi Usia Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebaran usia jemaah haji dalam
penelitian adalah terendah berusia tahun dan yang tertinggi berusia 82 tahun
dengan rata-rata usia 61 tahun. Kelompok terbanyak adalah usia 60-82 tahun yaitu
sebesar 54,7% sedangkan pada kelompok usia 34-59 tahun sebesar 45,3%.
Distribusi kelompok usia jemaah haji dengan hipertensi dapat dilihat pada Tabel
5.1
Tabel 5.1 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan usia di Arab Saudi Tahun 2015
Kelompok usia Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
≥ 60 tahun 21 (65,6%) 14 (43,7%) < 60 tahun 11 (34,4%) 18 (56,3%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari semua jemaah haji hipertensi
rawat inap (kasus) sebanyak 65,6% pada usia ≥ 60 tahun, sedangkan dari semua
jemaah haji pada hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 43,7% pada usia ≥ 60
tahun. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada
kelompok usia ≥ 60 tahun lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di
rawat jalan. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa usia merupakan
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel.
55
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
56
5.1.2 Distribusi Jenis Kelamin Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jemaah haji dengan jenis
kelamin laki-laki sebesar 57,8% dan jenis kelamin perempuan sebesar 42,2%,
artinya bahwa jemaah haji laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Distribusi
rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Arab Saudi Tahun 2015
Jenis Kelamin Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Laki-laki 18 (56,25%) 19 (59,4%) Perempuan 14 (43,75%) 13 (40,6%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan jumlah jemaah haji jenis kelamin laki-laki
dari semua jemaah haji dengan hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 56,25%
pada laki-laki, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol)
sebanyak 59,4% pada laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji
dengan hipertensi pada laki-laki lebih banyak yang dirawat jalan dibandingkan
yang dirawat inap. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel jenis
kelamin bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis
multivariabel.
5.1.3 Distribusi Pendidikan Jemaah Haji
Tingkat pendidikan terbagi menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jemaah
haji dengan tingkat pendidikan SD sebesar 53%, SMA sebesar 25%, SMP 13%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
57
dan yang paling sedikit adalah PT sebesar 9%. Distribusi tingkat pendidikan
jemaah haji dapat dilihat pada Gambar 5.1
Gambar 5.1 Distribusi tingkat pendidikan jemaah haji Embarkasi Surabaya
dengan hipertensi 2015
Tingkat pendidikan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori
yaitu pendidikan rendah yang terdiri dari SD, SMP dan pendidikan tinggi yang
terdiri dari SMA dan Perguruan Tinggi. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan
hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan di Arab Saudi Tahun 2015
Tingkat Pendidikan Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Rendah 22 (68,8%) 20 (62,5%) Tinggi 10 (31,2%) 12 (37,5%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa dari semua jemaah haji hipertensi
rawat inap (kasus) sebanyak 68,8% pada tingkat pendidikan rendah, sedangkan
dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 62,5% pada
tingkat pendidikan rendah. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan
hipertensi pada pendidikan rendah lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan
yang di rawat jalan. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel
53%
13%
25%
9% SD
SMP
SMA
PT
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
58
tingkat pendidikan bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan
dalam analisis multivariabel.
5.1.4 Distribusi Pekerjaan Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian diketahui jemaah haji dengan pekerjaan
sebagai karyawan swasta sebesar 27%, petani sebesar 23%, pedagang sebesar
16%, ibu rumah tangga sebesar 14%, PNS sebesar 12% dan pensiunan sebesar
8%. Distribusi pekerjaan jemaah haji disajikan pada Gambar 5.2
Gambar 5.2 Distribusi jenis pekerjaan jemah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi 2015
Jenis pekerjaan jemaah haji selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu
bekerja dan tidak bekerja. Kategori bekerja terdiri dari petani, pedagang,
karyawan swasta dan PNS, sedangkan kategori tidak bekerja terdiri dari
pensiunan dan ibu rumah tangga. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan
hipertensi berdasarkan pekerjaan disajikan pada Tabel 5.4
Tabel 5.4 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan pekerjaan di Arab Saudi Tahun 2015
Pekerjaan Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Tidak Bekerja 9 (28,1%) 5 (15,6%) Bekerja 23 (71,9%) 27 (84,4%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
23%
16%
27%
12%
14%
8% Petani
Pedagang
Karyawan Swasta
PNS
Ibu Rumah Tangga
Pensiunan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
59
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 28,1% pada yang tidak bekerja, sedangkan
dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 15,6% pada yang
tidak bekerja. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada
yang tidak bekerja lebih banyak yang di rawat inap dibandingkan yang di rawat
jalan. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel pekerjaan
merupakan variabel kandidat yang akan dimasukan dalam analisis multivariabel.
5.1.5 Distribusi Penyakit Penyerta Diabetes Mellitus Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 43,7% pada orang yang ada riwayat
penyakit penyerta diabetes mellitus, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi
rawat jalan (kontrol) sebanyak 9,4% pada orang yang ada riwayat penyakit
penyerta diabetes mellitus. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan
hipertensi dengan riwayat penyakit penyerta diabetes mellitus lebih banyak yang
di rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Distribusi rawat inap penyakit
penyerta diabetes mellitus jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit
penyerta diabetes mellitus disajikan pada Tabel 5.5
Tabel 5.5 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta diabetes mellitus di Arab Saudi Tahun 2015
Diabetes Mellitus Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Ada 14 (43,7%) 3 (9,4%) Tidak ada 18 (56,3%) 29 (90,6%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
60
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta
diabetes mellitus merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam
analisis multivariabel.
5.1.6 Distribusi Penyakit Penyerta Kardiovaskuler Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 37,5% pada orang yang ada riwayat
penyakit penyerta kardiovaskuler, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi
rawat jalan (kontrol) sebanyak 21,9% pada orang yang ada riwayat penyakit
penyerta kardiovaskuler. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan
hipertensi dengan riwayat penyakit penyerta kardiovaskuler lebih banyak yang di
rawat inap dibandingkan yang di rawat jalan. Distribusi rawat inap jemaah haji
dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta kardiovaskuler dapat dilihat
pada Tabel 5.6
Tabel 5.6 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta kardiovaskuler di Arab Saudi Tahun 2015
Kardiovaskuler Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Ada 12 (37,5%) 7 (21,9%) Tidak ada 20 (62,5%) 25 (78,1%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta
kardiovaskuler merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam
analisis multivariabel.
5.1.7 Distribusi Penyakit Penyerta Ginjal Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 9,4% pada orang yang ada riwayat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
61
penyakit penyerta ginjal, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan
(kontrol) sebanyak 0,0% pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta ginjal.
Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada orang yang
ada riwayat penyakit penyerta ginjal lebih banyak yang di rawat inap
dibandingkan yang di rawat jalan. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan
hipertensi berdasarkan penyakit penyerta ginjal dapat dilihat pada Tabel 5.7
Tabel 5.7 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta ginjal di Arab Saudi Tahun 2015
Ginjal Hipertensi Jumlah Rawat inap Rawat jalan
Ada 3 (9,4%) 0 (0,0%) 3 (4,7%) Tidak ada 29 (90,6%) 32 (100,0,9%) 61 (95,3%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%) 64 (100%)
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta
ginjal bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis
multivariabel.
5.1.8 Distribusi Penyakit Penyerta Hiperkolesterol Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 12,5% pada orang yang ada riwayat
penyakit penyerta hiperkolesterol, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi
rawat jalan (kontrol) sebanyak 28,1% pada orang yang ada riwayat penyakit
penyerta hiperkolesterol. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan
hipertensi pada orang yang ada riwayat penyakit penyerta hiperkolesterol lebih
banyak yang di rawat jalan dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap
jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta hiperkolesterol
dapat dilihat pada Tabel 5.8
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
62
Tabel 5.8 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan penyakit penyerta hiperkolesterol di Arab Saudi Tahun 2015
Hiperkolesterol Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Ada 4 (12,5%) 9 (28,1%) Tidak ada 28 (87,5%) 23 (71,9%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel penyakit penyerta
hiperkolesterol merupakan variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam
analisis multivariabel.
5.1.9 Distribusi Obesitas Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 34,4% pada orang yang obesitas.
Sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak
37,5% pada orang yang obesitas. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji
dengan hipertensi pada orang yang obesitas lebih banyak yang di rawat jalan
dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan
hipertensi berdasarkan obesitas dapat dilihat pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan obesitas di Arab Saudi Tahun 2015
Obesitas Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Obesitas 11 (34,4%) 12 (37,5%) Tidak Obesitas 21 (65,6%) 20 (62,5%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel obesitas bukan
merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis multivariabel.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
63
5.1.10 Distribusi Perilaku Merokok Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 6,3% pada orang yang merokok.
Sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak
18,8% pada orang yang merokok. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji
dengan hipertensi pada orang yang merokok lebih banyak yang di rawat jalan
dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan
hipertensi berdasarkan perilaku merokok dapat dilihat pada Tabel 5.10
Tabel 5.10 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan perilaku merokok di Arab Saudi Tahun 2015
Merokok Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Ya 2 (6,3%) 6 (18,8%) Tidak 30 (93,7%) 26 (81,2%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%)
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel merokok merupakan
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel.
5.1.11 Distribusi Perilaku Kurang Aktivitas Jemaah Haji
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari semua jemaah haji
hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 12,5% pada orang yang kurang aktivitas.
Sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak
15,6% pada orang yang kurang aktivitas. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah
haji dengan hipertensi pada orang yang kurang aktivitas lebih banyak yang di
rawat jalan dibandingkan yang di rawat inap. Distribusi rawat inap jemaah haji
dengan hipertensi berdasarkan perilaku kurang aktivitas dapat dilihat pada Tabel
5.11
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
64
Tabel 5.11 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan perilaku kurang aktivitas di Arab Saudi Tahun 2015
Kurang Aktivitas Hipertensi Rawat inap Rawat jalan
Ya 4 (12,5%) 5 (15,6%) Tidak 28 (87,5%) 27 (84,4%)
Jumlah 32 100%) 32 (100%)
Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel kurang aktivitas fisik
bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis
multivariabel.
5.1.12 Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi di Arab Saudi
Hasil uji regresi logistik sederhana dari seluruh variabel bebas terhadap
rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi dapat dilihat pada Tabel
5.12
Tabel 5.12 Hasil analisis regresi logistik sederhana rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015
Variabel Bebas p value Kesimpulan Umur 0,081 Kandidat Jenis kelamin 0,800 Bukan kandidat Pendidikan 0,599 Bukan Kandidat Pekerjaan 0,232 Kandidat Diabetes mellitus 0,004 Kandidat Kardiovaskuler 0,175 Kandidat Ginjal 0,999 Bukan Kandidat Hiperkolesterol 0,129 Kandidat Obesitas 0,795 Bukan Kandidat Merokok 0,148 Kandidat Kurang Aktivitas 0,720 Bukan Kandidat
Tabel 5.12 diatas menunjukkan seluruh variabel bebas yang merupakan unit
analisis untuk menyusun indeks. Variabel yang memenuhi syarat sebagai kandidat
dalam analisis multivariabel menggunakan regresi logistik ganda secara simultan
yaitu variabel yang memiliki nilai p value < 0,25. Berdasarkan ketentuan tersebut
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
65
diperoleh 6 (enam) variabel bebas yang memenuhi syarat sebagai kandidat yaitu
umur, pekerjaan, diabetes mellitus, kardiovaskuler, hiperkolesterol dan merokok,
sedangkan variabel jenis kelamin, pendidikan, penyakit ginjal, obesitas dan
kurang aktivitas tidak memenuhi syarat sebagai kandidat sehingga tidak
disertakan dalam analisis multivariabel
5.2 Variabel Indeks Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi
Enam variabel yang merupakan kandidat indikator indeks rawat inap
jemaah haji hipertensi selanjutnya diuji secara simultan menggunakan uji regresi
ganda yang bertujuan untuk menentukan variabel apa saja yang masuk ke dalam
indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi. Hasil uji regresi
logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 5.13
Tabel 5.13 Hasil akhir uji regresi logistik ganda rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015
Pada Tabel 5.13 menunjukan hasil akhir dari analisis multivariabel dengan
menggunakan uji regresi logistik ganda. Berdasarkan hasil uji didapatkan 2 (dua)
variabel yang signifikan dengan p value < 0,05 yaitu umur dan diabetes mellitus
No Variabel Kategori Β p value OR CI 95% 1. Umur ≥ 60 tahun
< 60 tahun (reference) 1,306 0,036 3,693 1,090-12,516
2. Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja (reference)
0,946 0,191 2,576 0,623-10,652
3. Diabetes Melitus Ada Tidak ada (reference)
2,492 0,002 12,089 2,531-57,750
4. Kardiovaskuler Ada Tidak Ada (reference)
1,282 0,056 3,604 0,969-13,409
5. Hiperkolesterol Ada Tidak Ada (reference)
-0,536 0,497 0,585 0,124-2,748
6. Merokok Ya Tidak (reference)
-0,821 0,386 0,440 0,069-2,812
Contant -1,679 0,005 0,187
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
66
yang menjadi indikator prediksi rawat inap pada jemaah haji hipertensi di Arab
Saudi. Kedua variabel tersebut kemudian akan dimasukkan kedalam formula
indeks. Variabel dengan p value > 0,05 yaitu pekerjaan, kardiovaskuler,
hiperkolesterol dan merokok tidak dimasukkan kedalam formula indeks.
5.3 Prediktor Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi di Arab Saudi
Berdasarkan hasil analisis multivariabel pada Tabel 5.13, diperoleh indeks
rawat inap Jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi dengan menggunakan
persamaan regresi logistik ganda sebagai berikut:
Persamaan regresi logistik : Y’ = a + b1x1 + b2x2 + ......+ bnxn
Keterangan :
Y’ : Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
x1x2 : Variabel independen
a : Konstanta (nilai Y’ apabila x1x2..... xn = 0)
b : Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
Dengan interpretasi :
“ Jemaah haji hipertensi dengan usia ≥ 60 tahun dan memiliki penyakit penyerta
diabetes mellitus berisiko untuk di rawat inap selama melaksanakan ibadah haji di
Arab Saudi”.
Untuk memudahkan dalam perhitungan indeks rawat inap kasus hipertensi
pada jemaah haji diatas, maka dapat ditentukan skoring pada setiap variabel.
skoring kategori dijelaskan pada Tabel 5.14 berikut:
P = -1,679 + 1,306 (Usia(≥60 tahun)) + 2,492 (Diabetes mellitus(ya))
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
67
5.4 Cut off Indeks
Setelah mendapatkan indeks rawat inap hipertensi pada jemaah haji, langkah
selanjutnya adalah menentukan nilai cut off indeks dengan melihat nilai
sensitifitas yang diperoleh dari hasil kurva ROC. Adapun kurva ROC dapat dilihat
pada Gambar 5.3
Gambar 5.1 Kurva ROC indeks rawat inap di Saudi Arabia jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi
Tabel 5.14 Skoring variabel indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015
No Variabel Penelitian Kategori Skoring
1. Umur < 60 tahun 0 ≥ 60 tahun 1
2. Diabetes Melitus Tidak 0 Ya 1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
68
Berdasarkan Gambar 5.1, ditentukan bahwa nilai cut off indeks yang di
pergunakan adalah 0,404 yang memiliki nilai sensitifitas yang baik yaitu 84,4 %
dan area under the curve 0,799. Berdasarkan nilai tersebut maka :
1. Jika skor indeks < 0,404, adalah mempunyai risiko rendah untuk di rawat inap
2. Jika skor indeks ≥ 0,404, adalah mempunyai risiko tinggi untuk di rawat inap
5.5 Sensitivitas dan Spesifisitas Indeks Rawat Inap Jemaah Haji dengan
Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015
Sensitivitas dan spesifisitas dari model yang didapatkan dari penelitian ini
sangat dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan suatu alat tes pemeriksaan
kesehatan. Dengan menggunakan fungsi crosstab pada software komputer maka
diketahui sensitivitas dan spesifitas indeks prediktif rawat inap hipertensi pada
jemah haji dapat dilihat pada Tabel 5.15
Tabel 5.15 Senstifitas dan spesifisitas indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015
Cut off Indeks Hipertensi Jumlah Rawat inap Rawat jalan
≥ 0,404 ( Risiko tinggi) 27 (84,4%) 16 (50%) 43 (67,2%) < 0,404 (Risiko rendah) 5 (15,6%) 16 (50%) 21 (32,8%)
Jumlah 32 (100%) 32 (100%) 64 (100%)
Pada Tabel 5.15 maka dapat diketahui sensitifitas dan spesifisitas dari indeks
yang didapatkan dalam penelitian ini. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai
sensitifitas indeks rawat inap jemah haji dengan hipertensi adalah 84,4% yang
artinya bahwa kemampuan indeks prediktif rawat inap jemaah haji dengan
hipertensi dalam mengidentifikasi jemaah haji dengan hipertensi yang benar-benar
dirawat inap diantara populasi jemaah haji yang dirawat inap adalah sebesar
84,4%. Sedangkan nilai spesifisitas indeks rawat inap jemaah haji dengan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
69
hipertensi adalah 50% yang artinya bahwa kemampuan indeks prediktif rawat
inap jemaah haji dengan hipertensi dalam mengidentifikasi jemaah haji dengan
hipertensi yang benar-benar dirawat jalan diantara populasi jemaah haji yang
dirawat jalan adalah sebesar 50%.
5.6 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Jemaah Haji dengan Hipertensi
Berdasarkan formula yang telah dirumuskan, maka penerapan indeks rawat
inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi dapat dilihat pada Tabel 5.16
berikut ini :
Tabel 5.16 Penerapan formula indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015
No Usia Diabetes mellitus Skor
Cut off indeks (0.404)
Penentuan Risiko
Kategori Skor Kategori Skor 1 < 60 tahun 0 Tidak 0 0.157 0 Risiko rendah 2 < 60 tahun 0 Ya 1 0.692 1 Risiko tinggi 3 ≥ 60 tahun 1 Tidak 0 0.407 1 Risiko tinggi 4 ≥ 60 tahun 1 Ya 1 0.892 1 Risiko tinggi
Tabel 5.16 menunjukkan hasil dari penerapan indeks rawat inap jemaah haji
dengan hipertensi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Jika seorang jemaah haji dengan hipertensi memiliki faktor risiko usia ≥ 60
tahun dan atau faktor penyakit penyerta diabetes mellitus maka, jemaah haji
tersebut berisiko tinggi untuk mengalami rawat inap.
2. Jika seorang jemaah haji dengan hipertensi tidak memiliki faktor risiko usia
≥ 60 tahun dan tidak memiliki faktor penyakit penyerta diabetes mellitus
maka, jemaah haji tersebut berisiko rendah untuk mengalami rawat inap.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
70
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Variabel Penelitian dengan Kejadian rawat inap Jemaah Haji
dengan hipertensi
6.1.1 Karakteristik Jemaah Haji
1. Umur
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar
40%, dengan kematian sekitar diatas usia 65 tahun (Depkes, 2006). Tekanan darah
akan meningkat sesuai umur biasanya dimulai dari sejak umur 40 tahun
(Nadjib,2015). Prevalensi hipertensi meningkat dengan usia lanjut ke titik di mana
lebih dari setengah dari orang berusia 60 sampai 69 tahun dan sekitar tiga-
perempat dari mereka yang berusia 70 tahun dan lebih tua yang terpengaruh. usia
terkait dengan kenaikan SBP terutama bertanggung jawab untuk peningkatan baik
insiden dan prevalensi hipertensi dengan meningkatnya usia.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh umur terhadap
hipertensi (p value = 0,036). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tri (2014) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi. Jemaah haji Indonesia dengan usia lebih 60 tahun berjumlah seperlima
dari seluruh jemaah haji Indonesia. Jumlah responden pada penelitian ini dengan
usia tua lebih banyak daripada responden dengan usia muda. Pada usia lanjut
terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
71
yang mengakibatkan perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi
arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah. Kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah menjadi menurun, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung (volume sekuncup)
sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Rohaendi, 2008)
2. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding wanita. Namun setelah
memasuki menopouse, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat (Depkes,
2006). Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh hormon estrogen yang dapat
melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Pria pada umumnya lebih
memiliki risiko terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini
dikarenakan pria banyak mempunyai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi seperti merokok, kurang nyaman terhadap pekerjaan dan makan tidak
terkontrol. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada
wanita, seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi
alkohol), depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan dan pengangguran. (Rahajeng E dkk, 2009). Biasanya wanita
akan mengalami peningkatan hipertensi setelah masa menopause (Suiraoka,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
72
2012). Tetapi selain itu, ada faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah seperti
tingkat stress.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi (p value = 0,800), hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinawang (2011) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi.
Berbeda dengan hasil penelitian menurut Nadjib (2015) bahwa jenis kelamin
perempuan lebih banyak mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki. kejadian
hipertensi pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Hormon
estrogen tersebut akan menurun kadarnya ketika perempuan memasuki usia tua
(menopouse) sehingga perempuan menjadi lebih rentan terhadap hipertensi.
Jemaah haji Indonesia sebagian besar terdiri dari jenis kelamin perempuan. Secara
fisik perempuan lebih lemah dan cenderung anemis sehingga memiliki kondisi
awal lebih buruk dibanding pria.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh
seseorang. Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah karena tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang yaitu
seperti kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, asupan makan, dan
aktivitas fisik (Anggara dan Prayitno, 2013).
Dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap
kejadian hipertensi (p value = 0,599). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tri (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
73
antara pendidikan dengan terjadinya hipertensi. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Finsie (2013) menghasilkan hal yang berbeda yaitu
bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian hipertensi
dengan nilai p = 0,010 OR = 2,867 CI 95% = 1,272-6,462 maka dapat dikatakan
bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan menengah
memiliki risiko 2,9 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan responden
yang berpendidikan tinggi. Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan
yang rendah kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
sulit/lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas
kesehatan sehingga berdampak pada perilaku hidup sehat. Latar belakang
pendidikan rendah dengan tingkat pengetahuan dan wawasan terbatas merupakan
salah satu penyulit yang akan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan
pada jemaah haji.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan fisik dan mental manusia untuk menghasilkan
barang atau jasa bagi orang lain maupun dirinya yang dilakukan atas kemauan
sendiri atau di bawah perintah orang lain dengan menerima upah. Pekerjaan
berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja
aktifitasnya tidak banyak, sehingga dapat meningkatkan kejadian hipertensi
(kristanti et,al dalam Saputri D.E,2010)
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan status
pekerjaan dengan kejadian hipertensi (p value = 0,191). Penelitian ini sejalan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
74
dengan hasil penelitian oleh Purniawaty (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi.
6.1.2 Penyakit Penyerta
1. DM
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi.
Penderita diabetes mellitus mengalami komplikasi neuropati otonom, atau
kerusakan saraf otonom. Sistem saraf otonom ini berperan mengontrol hati,
kandung kemih, paru-paru, lambung, usus, jantung dan mata. Diabetes dapat
mempengaruhi saraf otonom yang menyebabkan peningkatan denyut jantung
meskipun ketika beristirahat. Pada studi faktor risiko hipertensi terhadap pasien
rawat inap RS Jantung Harapan Kita Jakarta diketahui bahwa mereka yang
menderita diabetes melitus mempunyai risiko 2,11 kali untuk berisiko hipertensi
daripada mereka yang tidak menderita diabetes melitus (Khania, 2002).
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diabetes
mellitus terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,002). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Iin (2013) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara kadar gula darah dengan hipertensi pada penderita diabetes
melitus tipe 2.
2. Kardiovaskuler
Tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini
menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
75
sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal. Tekanan
darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
penyakit kardiovaskuler terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,056).
Kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada hipertensi sering dan secara
langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik. Penelitian
Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75 tahun
mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina
pektoris dan miokard infark. Pada penelitian tersebut juga didapatkan penderita
hipertensi yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3 kali lebih besar dari
pada penderita yang normotensi dengan miokard infark.
3. Ginjal
Penyakit ginjal dapat menyebabkan tekanan darah menjadi naik & juga
sebaliknya hipertensi dalam jangka waktu yang lama mampu mengganggu ginjal.
Semakin tinggi tekanan darah dalam jangka waktu yang lama maka makin berat
komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Karena beratnya pengaruh hipertensi pada
ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah & lamanya menderita (perbidkes
2016). Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan
dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal
menurun hingga mengalami gagal ginjal. Penyakit ginjal terjadi pada hipertensi
yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah
akibat proses penuaan. Hal ini menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh
darah berkurang (penyakithipertensi.org,2016)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
76
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh penyakit ginjal
terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,999).
4. Hiperkolesterol
Kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total dan/atau trigliserida dan//atau kolesterol LDL dan/atau penurunan
kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam
terjadinya ateroklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer
pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat (Depkes, 2008). Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh hiperkolesterol
terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,497). Hal ini disebabkan karena jemaah
calon haji yang akan berangkat ke tanah suci telah mendapatkan penyuluhan dari
petugas kesehatan tentang perilaku hidup sehat dan bersih. Salah satu perilaku
hidup sehat yang dianjurkan adalah berolahraga secara rutin. Olahraga akan
memperkecil faktor risiko untuk terjadinya kelainan kardiovaskuler karena dengan
olahraga akan memicu metabolisme lipid sehingga kadar lipid dalam darah akan
tetap terjaga sehingga tekanan darahpun akan tetap terjaga dalam kisaran nilai
normal. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori bahwa hiperkolesterol
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, yang diawali dengan
terjadinya aterosklerosis di pembuluh darah.
5. Obesitas
Kegemukan atau obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) (Depkes, 2006). IMT
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
77
merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat
populasi berat badan lebih dan obes pada orang dewasa (Sidartawan, 2006).
Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh,
yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan
pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh
darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung
dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak obesitas.
Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi
dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan
berat badan normal (Sutanto, 2010).
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara
obesitas terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,795). Berdasarkan hasil
penelitian Diana dkk 2011 terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas
dengan kejadian hipertensi (p = 0,000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar
2,16(CI 1,32 - 2,24). Pada penelitian lain mengidentifikasi bahwa semakin tinggi
tingkat obesitas seseorang maka akan semakin besar risiko untuk menderita
hipertensi (Rudy Anggara, 2014).
6.1.3 Perilaku
1. Merokok
Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat proses
pergeseran pembuluh darah arteri (Cahyono, 2008). Apabila jemaah haji
mempunyai kebiasaan merokok selama di tanah air maka ini dapat memperburuk
kondisi jemaah selama di Arab Saudi karena kondisi cuaca di Arab Saudi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
78
mempunyai tingkat kelembaban yang sangat rendah dengan suhu udara yang
sangat tinggi. Hal ini menyebabkan kerentanan terhadap munculnya penyakit
sistem pernapasan (Rudiyanto, 2013).
Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikkan
tekanan darah dan bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak
lapisan dinding arteri yaitu menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah
arteri serta memudahkan terjadinya aterosklerosis. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian
hipertensi (p value = 0,386). Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian
Hasirungan (2002) didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
merokok dengan kejadian hipertensi. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Sanusi (2002) yaitu diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara
merokok dengan kejadian hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan antara merokok
dengan kejadian hipertensi kemungkinan disebabkan oleh responden yang tidak
pernah merokok dulunya memiliki riwayat terpapar rokok ataupun asapnya.
2. Kurang Aktivitas
Pada orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah jantung yang
lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung maka semakin keras kerja setiap
kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh.
Kurang aktivitas fisik juga risiko meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka,
2012; Triyanto 2014).
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh kurang
aktivitas terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,720). Berbeda dengan hasil
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
79
penelitian Wahiduddin, dkk., (2013) menunjukkan bahwa aktivitas fisik kurang
merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan OR =
2,67; 95% CI: 1,20-5,90.
6.1.4 Probabilitas Rawat Inap Hipertensi jemaah haji
Berdasarkan hasil analisis multivariabel dengan menggunakan regresi
logistik ganda , faktor yang paling berpengaruh terhadap rawat inap hipertensi
jemaah haji adalah faktor usia dan penyakit penyerta diabetes mellitus. Kedua
faktor tersebut merupakan indikator dalam penyusunan indeks rawat inap
hipertensi pada jemaah haji. Formula indeks yang ditemukan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Indeks prediksi ini dapat memprediksi risiko rawat inap pada jemaah haji
dengan penyakit hipertensi dengan kepekaan alat ukur (sensitivitas) 84,4 %.
Indeks ini dapat digunakan untuk membantu petugas pelaksana kesehatan haji di
setiap tahapan pemeriksaan kesehatan untuk melakukan skrinning terhadap
populasi jemaah haji yang memiliki risiko tinggi untuk terjadi kesakitan yang
dapa berakibat buruk akibat penyakit hipertensi yang di deritanya. Dengan
terdeteksinya populasi jemaah haji yang paling berisiko tinggi sejak awal sewaktu
di tanah air diharapkan petugas keehatan dapat melakukan langkah-langkah
manajemen faktor risiko yang lebih intensif kepada calon jemaah haji agar jangan
sampai terjadi keparahan akibat penyakit hipertensi yang dideritanya.
P = -1,679 + 1,306 (Usia(≥60 tahun)) + 2,492 (Diabetes mellitus(ya))
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
80
6.1.5 Penilaian indeks Rawat Inap Jemaah Haji hipertensi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
81
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat satu diantara lima karakteristik jemaah haji yaitu usia yang dapat
dijadikan prediktor rawat inap jemaah haji dengan hipertensi sedangkan jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas bukan merupakan prediktor rawat
inap jemaah haji dengan hipertensi.
2. Terdapat satu diantara empat jenis penyakit penyerta yaitu diabetes mellitus yang
dapat dijadikan prediktor rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji, sedangkan
penyakit kardiovaskuler, ginjal, hiperkolesterol sehingga bukan merupakan
prediktor rawat inap jemaah haji dengan hipertensi.
3. Perilaku merokok dan kurang aktivitas bukan prediktor rawat inap jemaah haji
dengan hipertensi.
4. Formula indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi adalah :
“ Jemaah haji hipertensi dengan usia ≥ 60 tahun dan memiliki penyakit penyerta
diabetes mellitus berisiko untuk di rawat inap selama melaksanakan ibadah haji di
Arab Saudi”.
Indeks Rawat Inap Kasus Hipertensi pada Jemaah Haji
= -1,679 + 1,306 (Usia(≥60 tahun)) + 2,492 (diabetes mellitus(ya))
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
82
7.2 Saran
1. Bagi Pusat Kesehatan Haji
a. Indeks ini diharapkan dapat dipertimbangan dan dimanfaatkan menjadi sebuah
alat ukur dalam membantu petugas kesehatan khususnya seluruh tim pelaksana
kesehatan jemaah haji dalam melakukan skrinning pada calon jemaah haji
dengan hipertensi yang berisiko tinggi untuk dirawat inap. Dengan
diketahuinya besaran risiko tersebut maka dapat dijadikan informasi dalam
menentukan perencanaan manajemen faktor risiko yang lebih intensif agar
tidak terjadi keparahan pada jemaah haji selama melaksanakan ibadah haji di
tanah suci.
b. Untuk mendapatkan informasi yang baik terhadap status risiko kesehatan pada
jemaah haji diharapkan agar rekam medis jemaah haji di setiap tahapan
pemeriksaan kesehatan terisi dengan lengkap dan valid sehingga benar-benar
menggambarkan kondisi kesehatan jemaah haji sehingga dapat dijadikan dasar
dalam membuat perencanaan manajemen faktor risiko dengan baik dan tepat.
2. Bagi Peneliti selanjutnya agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat morbiditas hipertensi seperti
pola konsumsi makanan dan kepatuhan terapi selama jemaah haji melaksanakan
ibadah haji di tanah suci.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F. 2012. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, edisi revisi. Rajawali press. Jakarta.
Andarini. 2012. Terapi Nutrisi Pasien Usia Lanjut yang Dirawat di RS. Dalam : Harjodisastro D, Syam AF, Sukrisman L, editor. Dukungan nutrisi pada kasus penyakit dalam. Jakarta : Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran UI.
Anggara, FHD., dan Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012 . Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25.
Aripin, 2015. Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok, dan Riwayat Penyakit Dasar terhadap Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015, Tesis. Program Magister Prodi IKM, Universitas Udayana
Astawan, M. 2010. Dahsyatnya Tangkal HIpertensi Dan Diabetes. Majalah Senior. Jakarta.
Bustan, M.N. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8. EGC : Jakarta.
Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup Dan Penyakit Indonesia. Kanisius.Jakarta
Dalimartha, S. 2008. Care Your self Hipertension. Penebar Plus : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Kepmenkes No. 1202/Menkes/SK/IX/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007.Jakarta: Balitbangkes
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji (Kepmenkes RI No. 442/MENKES/SK/VI/2009). Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.2009, Pedoman Surveilans Kesehatan Haji, Jakarta
Dorland, N.WA, (2014). Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31, EGC, Jakarta
Fahmi, M.A, (2015), Study Faktor Risiko Hipertensi di Kota Yogyakarta Tahun 2013, Tesis. Minat Epidemiologi Lapangan Prodi IKM Universitas Gajah Mada
Finsie, L.W, Budi, T.R, Jootje, M.L.U. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Puskesmas Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara Periode Desember 2013 - Mei 2014. Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Gaffar, H. D., Achmadi, U. F., & Patellongi, I. 2013. Hajj Health Management Focusing on the Risk Faktors. International Journal of Scientific and Research Publications.3(12), 1–9.
Harefa, K. (2009), Hubungan Kadar Kolesterol dengan tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Swadana Tarutung
Harrison, 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol.3 E/13, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
_______, Hipertensi, http://www.perbidkes.com/2016/01/hubungan-antara-hipertensi-dengan-ginjal.html# diakses tanggal 4 Agustus 2016
_______, Penyakit hipertensi, http://penyakithipertensi.org/komplikasi-hipertensi/ diakses tanggal 8 Agustus 2016
Khania, M. (2002), Faktor Risiko Hipertensi Pasien Rawat Inap RS Jantung Harapan Kita Jakarta 2000, Srikpsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Kementerian Agama RI. 2011. Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah Haji.Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
KKP Kelas I Surabaya 2015. Laporan Hasil Penyelenggaraan Kesehatan Jemaah Haji tahun 2014. Surabaya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Krummel, D.A. (2004). Food, Nutrition and Diet Therapy. Medical Nutrition Therapy In Hypertention. USA
Madiyono, B., Suherman, K. 2011. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung pada Usia Muda. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mawardi, M. (2015). Upaya Membangun Kemandirian Jemaah Haji : Yogyakarta, Arti Bumi Intaran.
Muchtar, M. (1998). Pengaruh Penyakit Kardiovaskuler Terhadap Kesakitan Jemaah Haji Asal Jawa Barat Embarkasi Halim Perdana Kusumah.Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mutmainah, I. (2013). Hubungan Kadar Gula darah Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Millitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
Novitaningtyas, T . (2014). Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan makamhaji kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo. Jurnal Universitas muhammadiyah Surakarta
Purniawaty, (2010). Determinan Penyakit Hipertensi Di Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Riskesdas 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
Pusat Kesehatan Jemaah Haji.2013. Profil Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2012. Jakarta.
Rahajeng E., Tuminah S, 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 59, Nomor: 12, Desember 2009
Renny, F. (2012) . Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru, Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol 7, No. 1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Rohaendi, 2008. Treatment Of High Blood Pressure . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Rudiyanto. (2013). Riwayat Penyakit Terdiagnosis Pada Pemeriksaan Kesehatan di Embarkasi dan Kesakitan Jemaah Haji Indonesia Tahun 2012.Tesis. Epidemiologi/Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Sastroasmoro, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (3rd ed.). Jakarta: Sagung Seto.
Sanusi, A. (2001). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pasa Lansia Rawat Jalan Di Poliklinik Geriatri RSUPN Cipto Mangunkusuma Tahun 2002. FKM. UI.Depok.
Soegondo, S. (2008). Hidup secara mandiri dengan Diabetes Melitus, Kencing Manis, Sakit Gula. Jakarta: FKUI
Sugiharto, A. (2007). Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Penyakit di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah).
Sugiyono. 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung
Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika.Jogyakarta.
Susalit, E. 2001. Epidemiologi Hipertensi.IDI.Jakarta.
Susanto, 2010, Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern ; Hipertensi, Stroke, Jantung, kolesterol dan Diabtes Mellitus. Andi Yogyakarta
Sutanto P.H. 2007. Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Triyanto E, 2014, Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu, Graha ilmu. Yogyakarta
Wahiduddin, Mannan, H & Rismayanti, 2013. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 1
Lampiran
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
No. Responden
1. Nama Jemaah Haji
2. No. Kloter
3. Usia
4. Jenis Kelamin
5. Pendidikan
6. Peketjaan
7. Asal Kabupaten/Kota
8. Riwayat Penyakit penyerta
Diabetes Melitus 1. Ya
Kardiovaskuler 1. Ya
Ginjal 1. Ya
Dislipidemia (kolesterol) 1. Ya
9. Obesitas (ALIT)
10. Perilaku merokok : 1. Ya
11. Perilaku kurang aktivitas : 1. Ya
2. Tidak
2. Tidak
2. Tidak
2. Tidak
2. Tidak
2. Tidak
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
ANALISIS DATA
CROSSTAB
Status Penyakit * Umur Crosstabulation
Umur Total
< 60 60 >
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 18 14 32
% within Status Penyakit 56.3% 43.8% 100.0%
% within Umur 62.1% 40.0% 50.0%
Rawat Inap
Count 11 21 32
% within Status Penyakit 34.4% 65.6% 100.0%
% within Umur 37.9% 60.0% 50.0%
Total
Count 29 35 64
% within Status Penyakit 45.3% 54.7% 100.0%
% within Umur 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Jenis Kelamin Crosstabulation
Jenis Kelamin Total
Wanita Pria
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 13 19 32
% within Status Penyakit 40.6% 59.4% 100.0%
% within Jenis Kelamin 48.1% 51.4% 50.0%
Rawat Inap
Count 14 18 32
% within Status Penyakit 43.8% 56.3% 100.0%
% within Jenis Kelamin 51.9% 48.6% 50.0%
Total
Count 27 37 64
% within Status Penyakit 42.2% 57.8% 100.0%
% within Jenis Kelamin 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Tingkat Pendidikan Crosstabulation
Tingkat Pendidikan Total
Tinggi Rendah
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 12 20 32
% within Status Penyakit 37.5% 62.5% 100.0%
% within Tingkat Pendidikan 54.5% 47.6% 50.0%
Rawat Inap
Count 10 22 32
% within Status Penyakit 31.3% 68.8% 100.0%
% within Tingkat Pendidikan 45.5% 52.4% 50.0%
Total
Count 22 42 64
% within Status Penyakit 34.4% 65.6% 100.0%
% within Tingkat Pendidikan 100.0% 100.0% 100.0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Status Penyakit * Status Pekerjaan Crosstabulation
Status Pekerjaan Total
Bekerja Tidak Bekerja
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 27 5 32
% within Status Penyakit 84.4% 15.6% 100.0%
% within Status Pekerjaan 54.0% 35.7% 50.0%
Rawat Inap
Count 23 9 32
% within Status Penyakit 71.9% 28.1% 100.0%
% within Status Pekerjaan 46.0% 64.3% 50.0%
Total
Count 50 14 64
% within Status Penyakit 78.1% 21.9% 100.0%
% within Status Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Diabetes Melitus Crosstabulation
Diabetes Melitus Total
Tidak Ya
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 29 3 32
% within Status Penyakit 90.6% 9.4% 100.0%
% within Diabetes Melitus 61.7% 17.6% 50.0%
Rawat Inap
Count 18 14 32
% within Status Penyakit 56.3% 43.8% 100.0%
% within Diabetes Melitus 38.3% 82.4% 50.0%
Total
Count 47 17 64
% within Status Penyakit 73.4% 26.6% 100.0%
% within Diabetes Melitus 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Kardiovaskuler Crosstabulation
Kardiovaskuler Total
Tidak Ya
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 25 7 32
% within Status Penyakit 78.1% 21.9% 100.0%
% within Kardiovaskuler 55.6% 36.8% 50.0%
Rawat Inap
Count 20 12 32
% within Status Penyakit 62.5% 37.5% 100.0%
% within Kardiovaskuler 44.4% 63.2% 50.0%
Total
Count 45 19 64
% within Status Penyakit 70.3% 29.7% 100.0%
% within Kardiovaskuler 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Penyakit Ginjal Crosstabulation
Penyakit Ginjal Total
Tidak Ya
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 32 0 32
% within Status Penyakit 100.0% 0.0% 100.0%
% within Penyakit Ginjal 52.5% 0.0% 50.0%
Rawat Inap
Count 29 3 32
% within Status Penyakit 90.6% 9.4% 100.0%
% within Penyakit Ginjal 47.5% 100.0% 50.0%
Total
Count 61 3 64
% within Status Penyakit 95.3% 4.7% 100.0%
% within Penyakit Ginjal 100.0% 100.0% 100.0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Status Penyakit * Penyakit hiperkolesterol Crosstabulation
Penyakit hiperkolesterol
Total
Tidak Ya
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 23 9 32
% within Status Penyakit 71.9% 28.1% 100.0%
% within Penyakit hiperkolesterol 45.1% 69.2% 50.0%
Rawat Inap
Count 28 4 32
% within Status Penyakit 87.5% 12.5% 100.0%
% within Penyakit hiperkolesterol 54.9% 30.8% 50.0%
Total
Count 51 13 64
% within Status Penyakit 79.7% 20.3% 100.0%
% within Penyakit hiperkolesterol 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Status Gizi Crosstabulation
Status Gizi Total
Tidak Obesitas Obesitas
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 20 12 32
% within Status Penyakit 62.5% 37.5% 100.0%
% within Status Gizi 48.8% 52.2% 50.0%
Rawat Inap
Count 21 11 32
% within Status Penyakit 65.6% 34.4% 100.0%
% within Status Gizi 51.2% 47.8% 50.0%
Total
Count 41 23 64
% within Status Penyakit 64.1% 35.9% 100.0%
% within Status Gizi 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Perilaku Merokok Crosstabulation
Perilaku Merokok Total
Tidak Merokok
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 26 6 32
% within Status Penyakit 81.3% 18.8% 100.0%
% within Perilaku Merokok 46.4% 75.0% 50.0%
Rawat Inap
Count 30 2 32
% within Status Penyakit 93.8% 6.3% 100.0%
% within Perilaku Merokok 53.6% 25.0% 50.0%
Total
Count 56 8 64
% within Status Penyakit 87.5% 12.5% 100.0%
% within Perilaku Merokok 100.0% 100.0% 100.0%
Status Penyakit * Perilaku Kurang Aktifitas Crosstabulation
Perilaku Kurang Aktifitas
Total
Tidak Ya
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 27 5 32
% within Status Penyakit 84.4% 15.6% 100.0%
% within Perilaku Kurang Aktifitas 49.1% 55.6% 50.0%
Rawat Inap
Count 28 4 32
% within Status Penyakit 87.5% 12.5% 100.0%
% within Perilaku Kurang Aktifitas 50.9% 44.4% 50.0%
Total
Count 55 9 64
% within Status Penyakit 85.9% 14.1% 100.0%
% within Perilaku Kurang Aktifitas 100.0% 100.0% 100.0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
REGRESI LOGISTIK SEDERHANA 1. UMUR
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Umur < 60 29 .000
60 > 35 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables usia(1) 3.090 1 .079
Overall Statistics 3.090 1 .079
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 3.116 1 .078
Block 3.116 1 .078
Model 3.116 1 .078
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 85.607a .048 .063
a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 18 18.000 11 11.000 29
2 14 14.000 21 21.000 35
Classification Tablea
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 18 14 56.3
Rawat Inap 11 21 65.6
Overall Percentage 60.9
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
usia(1) .898 .515 3.037 1 .081 2.455 .894 6.739
Constant -.492 .383 1.656 1 .198 .611 a. Variable(s) entered on step 1: usia.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
2. JENIS KELAMIN
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Jenis Kelamin Wanita 27 .000
Pria 37 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables jeniskelamin(1) .064 1 .800
Overall Statistics .064 1 .800
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step .064 1 .800
Block .064 1 .800
Model .064 1 .800
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 88.659a .001 .001
a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 19 19.000 18 18.000 37
2 13 13.000 14 14.000 27
Classification Tablea
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 19 13 59.4
Rawat Inap 18 14 43.8
Overall Percentage 51.6
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
jeniskelamin(1) -.128 .506 .064 1 .800 .880 .326 2.374
Constant .074 .385 .037 1 .847 1.077 a. Variable(s) entered on step 1: jeniskelamin.
3. PENDIDIKAN
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Tingkat Pendidikan Tinggi 22 .000
Rendah 42 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables pendidikan(1) .277 1 .599
Overall Statistics .277 1 .599
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step .277 1 .598
Block .277 1 .598
Model .277 1 .598
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 88.445a .004 .006
a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 12 12.000 10 10.000 22
2 20 20.000 22 22.000 42
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Classification Tablea
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 12 20 37.5
Rawat Inap 10 22 68.8
Overall Percentage 53.1
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
pendidikan(1) .278 .528 .276 1 .599 1.320 .469 3.715
Constant -.182 .428 .181 1 .670 .833 a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan.
4. PEKERJAAN
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Status Pekerjaan Bekerja 50 .000
Tidak Bekerja 14 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables pekerjaan(1) 1.463 1 .226
Overall Statistics 1.463 1 .226
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 1.479 1 .224
Block 1.479 1 .224
Model 1.479 1 .224
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 87.244a .023 .030
a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 27 27.000 23 23.000 50
2 5 5.000 9 9.000 14
Classification Table
a
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 27 5 84.4
Rawat Inap 23 9 28.1
Overall Percentage 56.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
pekerjaan(1) .748 .626 1.429 1 .232 2.113 .620 7.204
Constant -.160 .284 .319 1 .572 .852 a. Variable(s) entered on step 1: pekerjaan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
5. PENYAKIT DIABETES MELITUS
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Diabetes Melitus Tidak 47 .000
Ya 17 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables DM(1) 9.692 1 .002
Overall Statistics 9.692 1 .002
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 10.322 1 .001
Block 10.322 1 .001
Model 10.322 1 .001
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 78.401a .149 .199
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 29 29.000 18 18.000 47
2 3 3.000 14 14.000 17
Classification Table
a
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 29 3 90.6
Rawat Inap 18 14 43.8
Overall Percentage 67.2
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
DM(1) 2.017 .703 8.225 1 .004 7.519 1.894 29.846
Constant -.477 .300 2.526 1 .112 .621 a. Variable(s) entered on step 1: DM.
6. KARDIOVASKULER
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Kardiovaskuler Tidak 45 .000
Ya 19 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Kardiovaskuler(1) 1.871 1 .171
Overall Statistics 1.871 1 .171
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 1.888 1 .169
Block 1.888 1 .169
Model 1.888 1 .169
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 86.835a .029 .039
a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 25 25.000 20 20.000 45
2 7 7.000 12 12.000 19
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Classification Table
a
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 25 7 78.1
Rawat Inap 20 12 37.5
Overall Percentage 57.8
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
Kardiovaskuler(1) .762 .562 1.837 1 .175 2.143 .712 6.451
Constant -.223 .300 .553 1 .457 .800 a. Variable(s) entered on step 1: Kardiovaskuler.
7. PENYAKIT GINJAL
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Penyakit Ginjal Tidak 61 .000
Ya 3 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Ginjal(1) 3.148 1 .076
Overall Statistics 3.148 1 .076
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 4.306 1 .038
Block 4.306 1 .038
Model 4.306 1 .038
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 84.416a .065 .087
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 32 32.000 29 29.000 61
2 0 .000 3 3.000 3
Classification Table
a
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct
Tidak Rawat
Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 32 0 100.0
Rawat Inap 29 3 9.4
Overall Percentage 54.7
a. The cut value is .500 Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
Ginjal(1) 21.301 23205.422 .000 1 .999 1782592953.730 .000 .
Constant -.098 .256 .147 1 .701 .906 a. Variable(s) entered on step 1: Ginjal.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
8. PENYAKIT HIPERKOLESTEROL
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Penyakit hiperkolesterol Tidak 51 .000
Ya 13 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables hiperkolesterol(1) 2.413 1 .120
Overall Statistics 2.413 1 .120
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1
Step 2.465 1 .116
Block 2.465 1 .116
Model 2.465 1 .116
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 86.258a .038 .050
a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 9 9.000 4 4.000 13
2 23 23.000 28 28.000 51
Classification Table
a
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 9 23 28.1
Rawat Inap 4 28 87.5
Overall Percentage 57.8
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
hiperkolesterol(1) -1.008 .664 2.306 1 .129 .365 .099 1.340
Constant .197 .281 .489 1 .485 1.217 a. Variable(s) entered on step 1: hiperkolesterol.
9. OBESITAS
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Status Gizi Tidak Obesitas 41 .000
Obesitas 23 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score Df Sig.
Step 0 Variables obesitas(1) .068 1 .794
Overall Statistics .068 1 .794
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1
Step .068 1 .794
Block .068 1 .794
Model .068 1 .794
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 88.655a .001 .001
a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 12 12.000 11 11.000 23
2 20 20.000 21 21.000 41
Classification Tablea
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 12 20 37.5
Rawat Inap 11 21 65.6
Overall Percentage 51.6
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
obesitas(1) -.136 .521 .068 1 .795 .873 .314 2.426
Constant .049 .312 .024 1 .876 1.050 a. Variable(s) entered on step 1: obesitas.
10. MEROKOK
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Perilaku Merokok Tidak 56 .000
Merokok 8 1.000
Block 0: Beginning Block
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Classification Table
a,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score Df Sig.
Step 0 Variables merokok(1) 2.286 1 .131
Overall Statistics 2.286 1 .131
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1
Step 2.379 1 .123
Block 2.379 1 .123
Model 2.379 1 .123
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 86.344a .036 .049
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 6 6.000 2 2.000 8
2 26 26.000 30 30.000 56
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Classification Tablea
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 6 26 18.8
Rawat Inap 2 30 93.8
Overall Percentage 56.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
merokok(1) -1.242 .859 2.088 1 .148 .289 .054 1.557
Constant .143 .268 .285 1 .593 1.154 a. Variable(s) entered on step 1: merokok.
11. KURANG AKTIFITAS
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Perilaku Kurang Aktifitas Tidak 55 .000
Ya 9 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables kurangaktifitas(1) .129 1 .719
Overall Statistics .129 1 .719
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1
Step .130 1 .719
Block .130 1 .719
Model .130 1 .719
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 88.593a .002 .003
a. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 .000 0 .
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 5 5.000 4 4.000 9
2 27 27.000 28 28.000 55
Classification Table
a
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 5 27 15.6
Rawat Inap 4 28 87.5
Overall Percentage 51.6
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
kurangaktifitas(1) -.260 .723 .129 1 .720 .771 .187 3.182
Constant .036 .270 .018 1 .893 1.037 a. Variable(s) entered on step 1: kurangaktifitas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
REGRESI LOGISTIK GANDA
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 64 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Rawat Inap 0 Rawat Inap 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1)
Perilaku Merokok Tidak 56 .000
Merokok 8 1.000
Status Pekerjaan Bekerja 50 .000 Tidak Bekerja 14 1.000
Diabetes Melitus Tidak 47 .000 Ya 17 1.000
Kardiovaskuler Tidak 45 .000 Ya 19 1.000
Penyakit hiperkolesterol Tidak 51 .000 Ya 13 1.000
Umur < 60 29 .000
60 > 35 1.000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 0 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 0 32 .0
Rawat Inap 0 32 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .250 .000 1 1.000 1.000
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables
usia(1) 3.090 1 .079
pekerjaan(1) 1.463 1 .226
DM(1) 9.692 1 .002
Kardiovaskuler(1) 1.871 1 .171
hiperkolesterol(1) 2.413 1 .120
merokok(1) 2.286 1 .131
Overall Statistics 18.329 6 .005
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 21.311 6 .002
Block 21.311 6 .002
Model 21.311 6 .002
Step 2a
Step -.471 1 .492 Block 20.840 5 .001 Model 20.840 5 .001
Step 3a
Step -.802 1 .370 Block 20.038 4 .000 Model 20.038 4 .000
Step 4a
Step -1.761 1 .184
Block 18.277 3 .000
Model 18.277 3 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 67.411a .283 .378
2 67.883a .278 .371
3 68.685a .269 .358
4 70.446a .248 .331
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 6.145 8 .631 2 3.686 7 .815 3 5.916 7 .550 4 .245 5 .999
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Status Penyakit = Tidak Rawat Inap Status Penyakit = Rawat Inap Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1
1 5 5.331 1 .669 6
2 6 5.000 0 1.000 6
3 5 4.417 1 1.583 6
4 3 4.897 5 3.103 8
5 5 5.331 4 3.669 9
6 4 3.174 3 3.826 7
7 1 1.530 4 3.470 5
8 1 1.227 4 3.773 5
9 2 .888 5 6.112 7
10 0 .205 5 4.795 5
Step 2
1 10 8.654 0 1.346 10 2 4 5.284 3 1.716 7 3 7 7.390 5 4.610 12 4 3 3.667 3 2.333 6 5 3 2.676 3 3.324 6 6 2 1.965 4 4.035 6 7 2 1.589 5 5.411 7 8 1 .672 6 6.328 7 9 0 .103 3 2.897 3
Step 3
1 10 8.664 0 1.336 10 2 1 2.147 2 .853 3 3 9 9.749 6 5.251 15 4 4 4.497 3 2.503 7 5 3 2.086 2 2.914 5 6 1 1.358 3 2.642 4 7 2 1.997 4 4.003 6 8 2 1.161 6 6.839 8 9 0 .341 6 5.659 6
Step 4
1 11 10.956 2 2.044 13
2 5 4.784 3 3.216 8
3 11 11.250 8 7.750 19
4 2 2.150 5 4.850 7
5 2 2.010 5 4.990 7
6 1 .753 6 6.247 7
7 0 .097 3 2.903 3
Classification Table
a
Observed Predicted
Status Penyakit Percentage Correct Tidak Rawat Inap Rawat Inap
Step 1 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 24 8 75.0
Rawat Inap 11 21 65.6
Overall Percentage 70.3
Step 2 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 25 7 78.1 Rawat Inap 12 20 62.5
Overall Percentage 70.3
Step 3 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 24 8 75.0 Rawat Inap 11 21 65.6
Overall Percentage 70.3
Step 4 Status Penyakit
Tidak Rawat Inap 27 5 84.4
Rawat Inap 13 19 59.4
Overall Percentage 71.9
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
usia(1) 1.236 .638 3.752 1 .053 3.442 .986 12.020
pekerjaan(1) .926 .770 1.449 1 .229 2.526 .559 11.413
DM(1) 2.429 .823 8.705 1 .003 11.343 2.260 56.932
Kardiovaskuler(1) 1.226 .689 3.170 1 .075 3.407 .884 13.138
hiperkolesterol(1) -.536 .789 .462 1 .497 .585 .124 2.748
merokok(1) -.742 .965 .592 1 .442 .476 .072 3.157
Constant -1.610 .657 6.002 1 .014 .200
Step 2a
usia(1) 1.261 .634 3.951 1 .047 3.529 1.018 12.234 pekerjaan(1) .808 .739 1.196 1 .274 2.243 .527 9.539 DM(1) 2.531 .819 9.539 1 .002 12.562 2.521 62.588 Kardiovaskuler(1) 1.280 .686 3.480 1 .062 3.598 .937 13.815 merokok(1) -.821 .946 .753 1 .386 .440 .069 2.812
Constant -1.733 .636 7.426 1 .006 .177
Step 3a
usia(1) 1.251 .629 3.955 1 .047 3.494 1.018 11.991 pekerjaan(1) .946 .724 1.706 1 .191 2.576 .623 10.652 DM(1) 2.565 .807 10.093 1 .001 12.999 2.671 63.260 Kardiovaskuler(1) 1.284 .681 3.552 1 .059 3.611 .950 13.730
Constant -1.870 .620 9.101 1 .003 .154
Step 4a
usia(1) 1.306 .623 4.400 1 .036 3.693 1.090 12.516
DM(1) 2.492 .798 9.757 1 .002 12.089 2.531 57.750
Kardiovaskuler(1) 1.282 .670 3.658 1 .056 3.604 .969 13.409
Constant -1.679 .593 8.008 1 .005 .187 a. Variable(s) entered on step 1: usia, pekerjaan, DM, Kardiovaskuler, hiperkolesterol, merokok.
Model if Term Removed
Variable Model Log Likelihood
Change in -2 Log Likelihood
df Sig. of the Change
Step 1
usia -35.747 4.083 1 .043
pekerjaan -34.460 1.508 1 .219
DM -39.392 11.373 1 .001
Kardiovaskuler -35.408 3.404 1 .065
hiperkolesterol -33.941 .471 1 .492
merokok -34.017 .622 1 .430
Step 2
usia -36.100 4.317 1 .038 pekerjaan -34.555 1.227 1 .268 DM -40.288 12.692 1 .000 Kardiovaskuler -35.814 3.746 1 .053 merokok -34.343 .802 1 .370
Step 3
usia -36.501 4.316 1 .038 pekerjaan -35.223 1.761 1 .184 DM -41.125 13.565 1 .000 Kardiovaskuler -36.258 3.830 1 .050
Step 4
usia -37.652 4.858 1 .028
DM -41.738 13.029 1 .000
Kardiovaskuler -37.194 3.941 1 .047
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 2a
Variables hiperkolesterol(1) .466 1 .495
Overall Statistics .466 1 .495
Step 3b
Variables hiperkolesterol(1) .641 1 .423 merokok(1) .773 1 .379
Overall Statistics 1.207 2 .547
Step 4c
Variables
pekerjaan(1) 1.755 1 .185
hiperkolesterol(1) .316 1 .574
merokok(1) 1.283 1 .257
Overall Statistics 2.908 3 .406
a. Variable(s) removed on step 2: hiperkolesterol. b. Variable(s) removed on step 3: merokok. c. Variable(s) removed on step 4: pekerjaan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
ROC Curve
Case Processing Summary
Status Penyakit Valid N (listwise)
Positivea 32
Negative 32
Larger values of the test result variable(s) indicate stronger evidence for a positive actual state. a. The positive actual state is Rawat Inap.
Area Under the Curve
Test Result Variable(s): Predicted probability Area Std. Error
a Asymptotic Sig.
b Asymptotic 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
.779 .058 .000 .667 .892
The test result variable(s): Predicted probability has at least one tie between the positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be biased. a. Under the nonparametric assumption
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO
Lampiran 4
b. Null hypothesis: true area = 0.5 Coordinates of the Curve
Test Result Variable(s): Predicted probability Positive if Greater Than or Equal To
a
Sensitivity 1 - Specificity
.0000000 1.000 1.000
.2796213 .938 .656
.4049577 .844 .500
.5503400 .594 .156
.7028299 .438 .094
.8016551 .281 .031
.8916169 .250 .031
.9302742 .094 .000 1.0000000 .000 .000
The test result variable(s): Predicted probability has at least one tie between the positive actual state group and the negative actual state group. a. The smallest cutoff value is the minimum observed test value minus 1, and the largest cutoff value is the maximum observed test value plus 1. All the other cutoff values are the averages of two consecutive ordered observed test values.
SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS INDEKS RAWAT INAP HIPERTENSI PADA JEMAAH HAJI CROSSTABS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status Penyakit * Cut off Indeks 64 100.0% 0 0.0% 64 100.0%
Status Penyakit * Cut off Indeks Crosstabulation
Cut off Indeks Total
Risiko Rendah Risiko Tinggi
Status Penyakit
Tidak Rawat Inap
Count 16 16 32
% within Status Penyakit 50.0% 50.0% 100.0%
% within Cut off Indeks 76.2% 37.2% 50.0%
Rawat Inap
Count 5 27 32
% within Status Penyakit 15.6% 84.4% 100.0%
% within Cut off Indeks 23.8% 62.8% 50.0%
Total
Count 21 43 64
% within Status Penyakit 32.8% 67.2% 100.0%
% within Cut off Indeks 100.0% 100.0% 100.0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS INDEKS RAWAT INAP ... SONI PURWANTO