eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/4540/1/isi tesis ani (repaired).docx · web viewpembelajaran...
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Pada dasarnya pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang
dinamis untuk mempengaruhi
seluruh aspek pribadi dan kehidupan
individu, baik aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor individu. Karena
telah disadari bahwa pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang
sangat dinamis, untuk itu hendaknya
pendidikan dapat melihat jauh ke
depan dan mampu memikirkan apa
yang akan dihadapi siswa dimasa
yang akan datang. Untuk itu
pendidikan hendaknya dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya guna
memperoleh hasil yang maksimal.
Dengan demikian pendidikan yang
tepat waktu dan tepat guna untuk
mencapai tujuan pembelajarannya,
yang dimaksudkan tepat waktu
adalah pendidikan yang diberikan
sejak dini, yang dimulai dengan
memberikan pendidikan di sekolah
dasar, dan pendidikan tepat guna
yang dimaksud adalah pendidikan
yang dapat digunakan sebagai upaya
untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, guna dapat
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM).
Sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3, menyebutkan
bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pemerintah telah melakukan
berbagai upaya guna meningkatkan
mutu pendidikan. Salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah adalah
menyempurnakan Kurikulum 1994
menjadi Kurikulum 2004 atau
Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang kemudian direvisi
kembali menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
KTSP dituntut adanya perubahan
dari proses pembelajaran yang
cenderung pasif, teoritis, dan
berpusat pada guru menjadi proses
pembelajaran yang bersifat aktif,
2
kreatif dan produktif, serta berpusat
pada siswa (Depdikbud, 1993).
Namun pada kenyataannya,
upaya-upaya pemerintah maupun
strategi pendidik belum optimal.
Fenomena tersebut disebabkan pula
karena guru sebagai panutan siswa
kurang mampu memberikan
bimbingan, bahkan pada proses
pembelajaran guru hanya
menekankan pada aspek kognitif
saja. Alasan ini diperkuat melalui
observasi yang dilakukan di SDN
Lanto Dg. Pasewang, Kota
Makassar.
Guru sebagai sosok yang digugu
dan ditiru sudah seharusnya menjadi
panutan peserta didiknya. Guru
dalam kamus besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya
atau profesinya) mengajar. Namun,
tuntutan pada masa ini guru
diharapkan tidak hanya mengajar,
tetapi juga dapat merancang kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran
diartikan bahwa peserta didik dalam
memperoleh pengetahuannya tidak
hanya bersumber dari guru, tetapi
juga melalui sumber belajar
(Haryanto, 2012). Guru juga
berperan sebagai fasilitator dan
motivator sedangkan siswa harus
lebih aktif dalam pembelajaran.
Pada kenyataannya, guru sering
menggunakan model pembelajaran
kovensional dalam proses
pembelajaran.
Hal ini berdampak pada motivasi
belajar siswa semakin menurun.
Berdasarkan hasil observasi, terlihat
pada saat belajar siswa hanya duduk
dan hanya mendengarkan apa yang
disampaikan guru tanpa ada
semangat untuk mengikuti pelajaran,
sehingga pada saat belajar siswa
sering mengantuk. Menurut dari
beberapa guru di sekolah SD Negeri
Lanto Dg.Pasewang bahwa guru
masih masih dominan terhadap
model pembelajaran langsung, bukan
bearti guru tidak memahami tentang
pelaksanaa berbagai model
pembelajaran, melainkan
menganggap bahwa penggunaan
model membuat guru lebih repo dan
menyita banyak waktu. Padahal
beberapa penelitian tentang prestasi
belajar menunjukan motivasi sebagai
faktor yang banyak berpengaruh
3
terhadap proses dan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dikatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS) diduga
berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. Namun, seberapa jauh
pengaruh model pembelajaran
tersebut belum dapat diungkapkan.
Untuk itu, akan dilakukan penelitian
eksperimen yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share (TPS)
terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa
di SDN Lanto Dg. Pasewang, Kota
Makassar”.
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
Apakah terdapat pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS) terhadap Motivasi
belajar pada Mata Pelajaran IPS
Siswa di SDN Lanto Dg. Pasewang,
Kota Makassar?
Sesuai dengan permasalahan-
permasalahan yang telah diuraikan
tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Mengetahui pengaruh model
pembelajaran koperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS) terhadap Motivasi
dan minat Belajar siswa pada Mata
Pelajaran IPS Siswa di SDN Lanto
Dg. Pasewang, Kota Makassar.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoretis
1. Hakekat IPS
a. Pengertian IPS
IPS adalah bidang studi yang
mempelajari dan menelaah serta
menganalisis gejala dan masalah
sosial dimasyarakat ditinjau
dariberbagai aspek kehidupan secara
terpadu. IPS adalah studi yang
mempelajari, menelaah, menganalisis
gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari
berbagai kehidupan atau satu
perpaduan. Menurut Faqih dan
Bunyamin (2001: 1), Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan mata
pelajaran yang memadukan konsep-
konsep dari berbagai ilmu sosial
yang disusun melalui pendekatan
pendidikan dan psikologis serta
kelayakan dan kebermaknaannya
bagi siswa dan kehidupannya.
4
Sedangkan Menurut National
Council for Social Studies dalam
Agus Badrudin (http:// beduatsuko.
blogspot.com/,di akses pada tanggal
2 Oktober 2015), mendifisikan IPS
sebagai berikut:
Social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
IPS adalah studi terintegrasi dari ilmu pengetahuan dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi masyarakat. Dalam pembelajaran di sekolah, IPS terpadu, menggambarkan secara sistematis terkait disiplin ilmu seperti antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika , dan ilmu alam . Tujuan utama studi sosial adalah untuk membantu generasi muda
mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan bermanfaat untuk kepentingan publik sebagai warga masyarakat berbudaya, mewujudkan masyarakat dunia yang demokratis.
Jadi, pengertian Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah bidang
studi yang mempelajari, menelaah
dan menganalisis gejala dan masalah
sosial di masyarakat dinjau dari
berbagai aspek kehidupan secara
terpadu.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikandalam Dekdiknas
(2006:22), mata pelajaran IPS
bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
5
Jadi, tujuan Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah mengenalkan konsep-
konsep kehidupan manusia dan
lingkungannya dan membekali siswa
agar memiliki kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya.
2. Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think- Pair-
Share (TPS).
a. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2010: 56)
pembelajaran kooperatif bernaung
dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok
untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks.
Jadi, hakikat sosial dan penggunaan
kelompok sejawat menjadi aspek
utama dalam pembelajaran
kooperatif.
Pendapat senada dikemukakan
oleh Sanjaya (2006: 242) bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan
menggunakan sistem
pengelompokkan/tim kecil yaitu
antara empat sampai enam orang
yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, suku yang berbeda
(heterogen). Selanjutnya Isjoni
(2009), berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif atau
cooperatif learning adalah suatu
model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk
mewujudkan kegiatan mengajar yang
berpusat pada siswa (student
oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan oleh
guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerja sama
dengan orang lain, siswa yang agresif
yang tidak peduli pada orang lain.
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS)
Strategi Think-Pair-Share (TPS)
atau berpikir berpasangan adalah
merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi Think-Pair-Share (TPS) ini
berkembang dari penelitian belajar
kooperatif dan waktu tunggu.
6
Pertama kali dikembangkan oleh
Frank Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arends (Trianto, 2010: 81),
menyatakan bahwa Think-Pair-
Share (TPS) merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi kelas. Dengan
asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam Think-Pair-Share
(TPS) dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk
merespon dan saling membantu.
Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau
siswa membaca tugas, atau situasi
yang menjadi tanda tanya. Sekarang
guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa
yang telah dijelaskan dan dialami.
Guru memilih menggunakan Think-
Pair-Share (TPS) untuk
membandingkan tanya jawab
kelompok keseluruhan.
Guru menggunakan langkah-
langkah (fase) berikut:
1. Langkah 1:Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu
pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau
masalah. Siswa membutuhkan
penjelasan bahwa berbicara atau
mengerjakan bukan bagian dari
berpikir.
2. Langkah 2: Berpasangan
(Pairing).
Selanjutnya guru meminta untuk
berpasangan dan mendiskusikan
apa yang telah mereka peroleh.
Interaksi selama waktu yang
disediakan dapat menyatukan
jawaban jika suatu pertanyaan
yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah
khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberi
waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
3. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru
meminta pasangan-pasangan
untuk berbagi dengan
7
keseluruhan kelas yang telah
mereka bicarakan. Hal ini efektif
untuk berkeliling ruangan dari
pasangan ke pasangan dan
melanjutkan sampai sekitar
sebagian pasangan mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
Arends (Trianto, 2010: 82).
Model Pembelajaran
kooperatiftipe Think Pair Share
menggunakan model diskusi
berpasangan yang dilanjutkandengan
diskusi pleno memberikan
kesempatan kepada siswa
mengutarakan pendapat dan siswa
juga belajarmenghargai pendapat
orang lain dengantetap mengacu
pada materi/tujuanpembelajaran.
Think-Pair-Share memberi siswa
kesempatan untuk bekerja
sendiriserta bekerja sama dengan
orang lain.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan (Djaali, 2006: 57).
Setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan oleh suatu motivasi tertentu.
Menurut Sardiman A.M (2011: 73), motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan hal yang diinginkan dalam mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai rancangan atau kehendak untuk menuju keberhasilan dan mengelakkan/ menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah proses menghasilkan tenaga oleh suatu keperluan yang di
8
arahkan untuk mencapai suatu tujuan.B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang
relevan dengan judul peneliti yang
telah dilakukan untuk mengetahui
penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan pada
tahun 2014. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (a)
kemampuan guru mengelola
pembelajaran melalui
pembelajaran kooperatif Tipe
TPS berada pada kategori baik;
(b) kemampuan guru mengelola
pembelajaran melalui
pembelajaran ekspositori berada
pada kategori baik; (c) aktivitas
siswa yang diajar melalui
pembelajaran kooperatif Tipe
TPS berada pada kategori aktif;
(e) aktivitas siswa yang diajar
melalui pembelajaran ekspositori
berada pada kategori aktif; (f)
hasil belajar siswa yang diajar
melalui pembelajaran kooperatif
Tipe TPS berada pada kategori
baik; (g) hasil belajar siswa
yang diajar melalui pembelajaran
ekspositori berada pada kategori
cukup; (h) terdapat perbedaan
hasil belajar IPS antara siswa
yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif Tipe
TPS dengan siswa yang diajar
dengan dengan pembelajaran
ekspositori dengan nilai t = 4,396;
p = < 0,05.
2. Penelitian yang dilakukan pada
tahun 2015. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (a) adanya
peningkatan kemampuan
komunikasi matematis yang
mendapatkan pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
lebih tinggi daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran
konvensional. (b) peningkatan
motivasi belajar matematika yang
mendapatkan pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
lebih tinggi daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran
konvensional.
C. Hipotesis Penelitian
Sebagai tindak lanjut dari
anggapan dasar merupakan langkah
penyelesaian masalah yang tahap
kebenarannya secara teoritis.
Dikatakan oleh Suharsimi Arikunto
9
(2006:71) bahwa ”Hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang
terkumpul.”
Berdasarkan teori-teori dan
kerangka pemikiran yang telah
diuraikan, maka penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Tidak Ada pengaruh yang
signifikan model
pembelajaran Think-Pair-
Share terhadap
MotivasiBelajar IPS Siswa
SDN Lanto Dg.Pasewang,
Kota Makassar.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan
model pembelajaran Think-
Pair-Share terhadap Motivasi
Belajar IPS Siswa SDN Lanto
Daeng Pasewang, Kota
Makassar.
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dan
digolongkan ke dalam penelitian
eksperimen, yaitu penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendali.
Karena tidak semua variabel luar
yang dapat mempengaruhi jalannya
eksperimen tidak dapat dikontrol,
maka jenis penelitian ini adalah
eksperimen semu (Quasi Experimen)
dengan desain penelitian yang
digunakan adalah Non
equivalentcontrol group design.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2015/
2016, di SDNLanto Dg. Pasewang,
Kota Makassar. Peneliti melakukan
4 kali pertemuan pada kedua
kelompok.
C. Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Ada dua jenis variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu
variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen). Adapun
variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran tipe
Think-Pair-Share (TPS). Sedangkan
variabel terikat yaitu Motivasi
Belajar IPSsiswa SDN Lanto Daeng
Pasewang, Kota Makassar.
2. Defenisi Operasional Variabel
10
Variabel-variabel penelitian ini
perlu diketahui secara jelas batasan
dan ruang lingkup kajiannya, agar
tidak menimbulkan penafsiran yang
berbeda-beda, maka secara
operasional variabel penelitian
didefinisikan sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif tipe
TPS (Think-Pair-Share) adalah
pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam
kelompok kecil yang dalam
pelaksanaannya meliputi tiga
komponen utama yaitu: berpikir
(kerja mandiri), berpasangan
(kerja berduaan dengan teman
sebangkunya), dan berbagi
(bergabung dengan pasangan
yang lain).
b. Motivasi Belajar
Motivasi Belajar adalah
perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Indikator
motivasi Belajar menurut Worrel
dan stillwel (Harliana, 1998)
aspek-aspek motivasi belajar ;
1) Tanggung Jawab2) Menghabiskan waktu untuk
belajar 3) Tekun
4) Menyukai tantangan5) Menetapkan tujuan yang
realistis6) Usaha dan berjuang.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian (Arikunto,
2006:130). Jadi yang dimaksud
populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh individu yang akan dijadikan
responden dalam penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh siswa kelas IV,V dan
VI yang terdiri dari dua rombel
dengan jumlah siswa sebanyak 150.
Dari tiga kelas ini dipilih kelas yang
akan dijadikan sebagai sampel
penelitian, yang terpilih menjadi
sampel adalah kelas IV. Kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen
ditentukan dengan cara pengundian.
Hasilnya kelas IVA dijadikan
sebagai kelas eksperimen dengan
jumlah siswa 23 dan kelas IVB
sebagai kelas kontrol dengan jumlah
siswa 22.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
a. Kusioner/Angket.
11
Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah dengan
menggunakan metode skala likert.
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan skala motivasi belajar
yang dikemukakan oleh worrel dan
Stillwel (Harlina, 1998). Skala
motivasi belajar disini menyangkut
tanggung jawab, tekun terhadap
tugas, berkonsentrasi untuk
menyelesaikan tugas dan tidak
mudah, menyerah, memiliki
sejumlah, bekerja keras dan
menghabiskan waktu untuk kegiatan
belajar, memperhatikan umpan balik,
waktu penyelesaikan tugas dan
menetapkan tujuan yang realistis.
b. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini,
pedoman observasi ada dua macam
yaitu pedoman observasi guru pada
pembelajaran di kelompok
eksperimen dan pedoman observasi
motivasi siswa dalam pembelajaran
di kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Sedangkan
pedoman observasi siswa berisi
butir-butir item pernyataan yang
berisi pilihan yang harus dipilih
berdasarkan pengamatan tentang
motivasi siswa selama proses
pelaksanaan kegiatan Belajar
Mengajar yang menggunakan Think-
Pair-Share (TPS).
2. Uji Instrument
a. Uji Validitas
Berdasarkan hasil perhitungan
melalui bantuan software SPSS 20.0
for Windows, diperoleh hasil dari 25
item yang diujicobakan terdapat 20
item yang dinyatakan valid dan 5 item
dinyatakan tidak valid. Butir
pernyataan tersebut yaitu 1, 2, 3, 5, 6, 7,
9, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18 19, 20 21,
23, 24, 25. Data selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 9 halaman 195.
b. Uji Realibilitas Tes
Pengujian reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan metode Alpha-
Cronbach. Standar yang digunakan
dalam menentukan reliabel tidaknya
suatu instrument penelitian
umumnya adalah perbandingan
antara nilai rhitung dengan rtabel pada
taraf kepercayaan 95% atau tingkat
signifikansi 5%. Tingkat reabilitas
dengan menggunakan metode Alpha-
Cronbach diukur berdasarkan skala
alpha 0 sampai dengan 1.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas
diperoleh nilai reliabilitas sebesar
12
0,869. Nilai tersebut lebih dari 0,60
yang berarti bahwa instrumen tersebut
reliabel.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah statistika deskriptif.
Statistika deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data
dengan
cara
mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi.
Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menghitung mean dan
standar deviasi. Standar variasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat
variasi kelompok.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Dari penelitian tentang
pengaruh model Pembelajaran
Kooperatif Learning tipe Think-
Paire-Share (TPS) terhadap
motivasi belajar IPS siswa di
SDN Lanto Dg Pasewang, Kota
Makassar, dapat diperoleh data-data
sebagai berikut.
1. Data Deskripsi Data Pretest
a. Data Pretest Kelompok
Eksprimen
Pretest pada kelompok
eksperimen yaitu kelas IVA
terdapat 23 siswa, yang mengerjakan
pretest berjumlah 22 siswa, 1 siswa
tidak berangkat sekolah. Data yang
terkumpul disajikan dalam tabel
berikut.
Dari tabel diperoleh nilai
tertinggi yaitu 88,75, nilai terendah
yaitu 47,5 , rata-rata pretest yang
diperoleh kelompok eksperimen
yaitu 66,93 dan standar deviasi
9,79. Berikut ini penggolongan
kriteria hasil pretest yang
diperoleh kelompok eksperimen.
b. Data Pretest Kelompok Kontrol
Pretest pada kelompok kontrol
yaitu kelas IVB yang dilaksanakan
pada hari yang sama dengan pretest
kelompok eksperimen. Siswa yang
mengikuti pretest berjumlah 22
siswa.
Diperoleh nilai tertinggi yaitu
78,75, nilai terendah yaitu 53,75 ,
rata-rata pretest yang diperoleh
kelompok eksperimen yaitu 65,57
13
N Maks Min Mean Sd22 88,75 47,5 66,93 9,79
dan standar deviasi 8,05.
c. Perbandingan Hasil Pretest
Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Data rata-rata nilai pretest yang
diperoleh kelompok eksperimen
yaitu 66,93 dan data nilai rata-rata
keompok kontrol yaitu 65,57.
Selisih rata-rata kedua
kelompok tersebut yaitu 1,36.
Selisih nilai tersebut
mengindikasikan bahwa kedua
kelompok memiliki kemampuan
awal yang yang sama. Hasil
pretest kelompok eksperimen yaitu
66,93 berada pada kategori
motivasi cukup, dan hasil pretest
kelompok kontrol yaitu 65,57
berada pada kategori yang sama
yaitu motivasi cukup.
2. Deskripsi Data Posttest
a. Data Posttest Kelompok
Eksperimen
Posttest untuk kelompok
eksperimen yaitu kelas IVA. Siswa
yang mengikuti posttest berjumlah
22 siswa.
Dari tabel 4.6 diperoleh
data posttest untuk kelompok
eksperimen dengan nilai tertinggi
yaitu 93,75, nilai terendah yaitu
67,5, rata-rata posttest yang
diperoleh kelompok eksperimen
yaitu 81,82 da standar deviasi yaitu
7,53.
b. Data Posttest Kelompok Kontrol
Posttest untuk kelompok
kontrol yaitu kelas IVB . Siswa
yang mengikuti posttest berjumlah
22 siswa. Diperoleh data posttest
untuk kelompok kontrol dengan
nilai tertinggi yaitu 93,75, nilai
terendah yaitu 60, rata-rata
posttest yang diperoleh kelompok
kontrol yaitu 71,42, dan standar
deviasi yaitu 8,9. Menunjukkan
bahwa jumlah siswa yang
mempunyai kriteria motivasi
tinggi sekali sebanyak 3 siswa,
kriteria motivasi tinggi sebanyak
18 siswa, dan kriteria motivasi
cukup sebanyak 1 siswa.
c. Perbandingan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Data hasil rata-rata posttest yang
diperoleh kelompok eksperimen
yaitu 81,82 berada pada kategori
motivasi belajar tinggi sekali,
sedangkan rata-rata posttest untuk
kelompok kontrol yaitu 71,42 ada
14
pada kategori motivasi belajar
tinggi. Menunjukkan selisih hasil
rata-rata posttest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
cukup besar yaitu 10,40. Selisih
tersebut mengindikasikan bahwa
kedua kelompok memiliki perbedaan
motivasi belajar.
15
3. Perbandingan Pretest dan
Posttest Eksperimen dan
Kontrol
Perbandingan hasil pretest dan
posttest antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
Dari tabel dan histogram di atas
dapat dilihat bahwa hasil skala
motivasi belajar kelompok
eksperimen dari 66,93 menjadi
81,82 dengan selisih 14,89,
sedangkan hasil skala motivasi
belajar kelompok kontrol dari 65,57
menjadi 71,42 dengan selisih 5,85.
Hal ini menunjukkan bahwa
model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think-Paire-Share (TPS) pada mata
pelajaran IPS berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa di
SDN Lanto Dg. Pasewang Makassar.
B. Deskripsi Hasil Observasi
Dalam penelitian ini, observasi
dilakukan pada setiap pembelajaran
IPS baik di kelompok eksperimen
maupun di kelompok kontrol.
Observasi dilaksanakan untuk
mengetahuai kesesuaian antara
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan guru.
1. Deskripsi Hasil Observasi
Guru Dalam Kelompok Eksperimen dan Kelompok KontrolBerdasarkan lembar observasi,
dapat dilihat bahwa secara
keseluruhan langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dalam kelompok eksperimen
yaitu kelas IVA sudah sesuai
dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang
memuat langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Paire-Share (TPS). Adapun
langkah- langkah dalam
pembelajaran terdiri dari kegiatan
awal yang meliputi: memeriksa
kesiapan siswa, melakukan
apersepsi, menjelaskan strategi
pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Paire-Share (TPS), menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa serta menyampaikan informasi
yang berkaitan dengan materi
kepada siswa, kegiatan inti yang
meliputi: orientasi permasalahan
guru menjelaskan materi pelajaran
kepada siswa melalui media
gambar, guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa
berdasarkan materi yang telah
16
disismak (think), guru mengarahkan
siswa untuk berpasangan (pair), guru
membimbing siswa dalam
menyelesaikan LKS yang telah
dibagikan bersama pasangannya,
guru berkeliling memonitor aktivitas
siswa, guru meminta kepada setiap
pasangan untuk berbagi (share),
setiap kelompok kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya,
guru memberikan penhghargaan
kepada setiap individu dan
kelompok, dan kegiatan penutup
yang meliputi: membimbing siswa
menyimpulkan materi yang telah
dipelajari, memberikan pesan
moral kepada siswa.
Sedangkan pembelajaran yang
dilakukan di kelompok kontrol yaitu
kelas IVB, peneliti yang berperan
sebagai guru telah melaksanakan
proses pembelajaran yang dilakukan
seperti guru kelas IVB yaitu
menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab. Adapun perbedaanya
terletak pada kegiatan inti
pembelajaran yaitu pada kelas
kontrol menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab. Pemilihan
metode tersebut berdasarkan RPP
yang telah dibuat oleh guru kelas
IVB itu sendiri, sehingga peneliti
hanya melaksanakannya dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Hasil Observasi Siswa
Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol.
Observasi siswa dilakukan
menggunakan pedoman
observasi siswa. Observasi yang
dilakukan sesuai dengan indikator-
indikator motivasi belajar yang telah
ditentukan yaitu adanya hasrat
dan keinginan untuk berhasil,
adanya dorongan
dan kebutuhan dalam belajar,
adanya harapan dan cita-cita masa
depan, adanya penghargaan dalam
belajar, dan adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar. Observasi
dilakukan pada setiap pertemuan
yaitu masing-masing sebanyak 4
kali.
C. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
Ha: ada pengaruh positif
penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe
Think-Paire-Share (TPS)
terhadap motivasi belajar IPS
siswa.
17
Ho: tidak ada pengaruh positif
penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe
Think-Paire-Share (TPS)
terhadap motivasi belajar IPS
siswa
Uji hipoteisis dalam penelitian
ini dilakukan untuk menjawab
tujuan penelitian yaitu mengetahui
pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Paire-Share (TPS) terhadap motivasi
belajar siswa di SDN Lanto Dg.
Pasewang, Kota Makassar. Uji
hipotesis dilakukan dengan
membandingkan data posttest antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Tabel Uji Hipotesis
Kelompok Mean Keterangan
Eksperimen 81,82
Eksperimen>kontro
lKontrol 71,42
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa hasil posttest
yang diperoleh kelompok
eksperimen yaitu 81,82 berada
pada kriteria motivasi belajar
tinggi sekali. Sedangkan, kelompok
kontrol yaitu 71,42 berada pada
pada kriteria motivasi belajar
tinggi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ada perbedaan antara kelas
yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Paire-Share (TPS) dengan kelas
yang menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
D. Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa hasil posttest
yang diperoleh kelompok
eksperimen yaitu 81,82 berada
pada kriteria motivasi belajar
tinggi sekali. Sedangkan, kelompok
kontrol yaitu 71,42 berada pada
pada kriteria motivasi belajar
tinggi. Dengan demikian, dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan motivasi
belajar siswa antara kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran
konvensional.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori ini, karena jika seorang
guru mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan serta
bisa membuat siswa merasaaman di
18
dalam maupun di lar kelas, maka hal
tersebutdapat menstimulus
munculnya motivasi pada diri siswa.
(2) Teori Dorongan (Drive Theory).
Istliah dorongan dalam
kaitannya dengan motivasi pertama
kali digunakanoleh Woodworth
(Ratumanan, 2004:94). Menurut
teori ini, perilaku seseorang didorong
ke arah tujuan tertentu karena adanya
suatu kebutuhan. Kebutuhan
inimenyebabkan adanya dorongan
internal yang membuatseseorang
berupaya melakukan sesuatu
tindakan yangmengarah pada
tercapainya tujuan tersebut.
Sebagaicontoh, siswa ingin
memperoleh nilai atau hasil
belajaryang baik, dalam hal ini siswa
akan terdorong untukbelajar,
bertanya jika dia mengalami
kesulitan dalam memahami meteri
pelajaran, memecahkan masalah
ditemui dalam belajar, dan lain
sebagainya agar ia bisamencapai
tujuannya tersebut. Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan teori ini,
karena motivasi yang sangat
berpengaruh pada diriseseorang dan
bisa bertahan lama adalah motivasi
yangmuncul dari dirinya sendiri. Hal
ini bisa terlihat dalamberbagai
dorongan, misalnya siswa ingin
memperolehnilai bagus maka dia
akan belajar dengan tekun,
dansebagainya. (3) Teori Intensif.
Ahli teori ini adalah Skinner
(Siagian, 2004:96).
Menurut teori Intensif ini,
adanya suatu karakteristik tertentu
pada tujuan dapatmenyebabkan
terjadiny perilaku ke arah tujuan
tersebut. Tujuan yang menyebabkan
terjadinya perilaku tersebutdisebut
Intensif. (4) Teori Motivasi
Berprestasi. McClelland (Siagan,
2004:99) memperkenalkan teori
prestasi ini. menurutnya, seseorang
mempunyai motivasi untuk bekerja
karena adanya kebutuhan dan untuk
berprestasi. Dalam hal ini, misalnya
saja siswa berusaha agar dapat
menyelesaikan tugas dengan baik,
menginginkan nilai yang
diperolehnya baik, menginginkan
mendapat peringkat di kelas, dsb.
Teori motivasi berprestasi juga
memperkuat penelitian ini, hal ini
sejalan dengan hasil angket diisi oleh
siswa yang mana di dalam angket
terdapat poin indikator yang
menyatakan bahwasiswa ingin
19
mendapat nilai yang bagus, siswa
tekun dalam mengerjakan tugas guru,
dan siswa bersemangat dalam
pembelajaran. Hal ini meunjukkan
bahwa siswa memiliki motivasi
karena ingin mendapatkan suatu
prestasi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan semua teori para ahli yang
telah tertulis di atas, hal ini Nampak
pada semua aspek yang diukur dalam
penelitian ini yaitu mulai dari
akivitas guru, aktivitas siswa, yang
diukur melalui lembar observasi serta
yang paling penting adalah motivasi
belajar siswa yang diukur melalui
angket.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh positif
penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Paire-Share
(TPS) terhadap motivasi belajar siswa
di SDN Lanto Dg. Pasewang, Kota
Makassar. Hal tersebut dibuktikan
dengan rata-rata hasil motivasi
belajar kelompok eksperimen yaitu
81,82 lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata hasil motivasi
belajar kelompok kontrol yaitu
71,42. Selain itu, rata-rata hasil
belajar kelompok eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelompok
kontrol.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan
berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Disarankan kepada siswa untuk
mengalami belajar yang lebih
bermakna melalui model
pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS), untuk
meningkatkan motivasi serta
kualitas pendidikan.
2. Disarankan kepada guru di
sekolah dasar agar lebih
berinovasi dalam pembelajaran
dengan menerapkan suatu
model yang inovatif seperti
model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS)
untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa.
3. Disarankan kepada sekolah untuk
memanfaatkan hasil penelitian ini
guna meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS di sekolah.
4. Disarankan kepada peneliti lain
yang berminat untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai
20
model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS)
dalam bidang IPS maupun bidang
ilmu lainnya, agar
memperhatikan kendala-kendala
yang dialami dalam penelitian ini
sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan dan
penyempurnaan penelitian yang
akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
B. Uno, Hamzah 2010. Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Badrudin Agus. National Council for Social Studies, (online),(http:// beduatsuko.blogspot. com/, Diakses pada tanggal 2 Oktober 2015).
Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar (Landasan, Program dan Pengembangan). Jakarta: Depdikbud.
Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fatimah Waddi. 2014. “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD Inpres Kampus IKIP Makassar”. Tesis. Makassar: PPS Universitas Negeri Makassar.
Haryanto. 2012. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran, (online), (http://belajar psikologi. com/pengertia n-dan-tujuan-pembelajaran/, Diakses 17 Desember 2015).
21