tes awal konduksi_kelompok 2
DESCRIPTION
Tes Awal KonduksiTRANSCRIPT
KELOMPOK 2
Afdal Adha
Ikhwan Muttaqin
Mohammad Sofa Khodi
Tri Ali Herviansyah
2013
[TUGAS AWAL PRAKTIKUM UOP]
SOAL 1.
1. Ada berapa mekanisme perpindahan panas? Jelaskan
Terdapat 3 macam mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
a. Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan panas dari suatu tempat yang bersuhu tinggi ke
tempat yang bersuhu lebih rendah melalui medium ,biasanya padat, tanpa memindahkan
partikel-partikel atau molekul-molekul medium tersebut. Perpindahan panas konduksi
bisa terjadi karena terjadi vibrasi pada partikel yang suhunya lebih tinggi dan kemudian
vibrasi ini diteruskan ke molekul disamping yang lebih rendah suhunya yang
menyebabkan molekul tersebut bervibrasi. Begitulah seterusnya sampai pada ujung dari
medium konduksi tersebut.
Secara umum persamaan perpindahan konduksi dirumuskan oleh Fourier, yaitu :
𝑞𝑥 = −𝑘𝐴𝑑𝑇
𝑑𝑥
Gambar 1. Peristiwa perpindahan konduksi
(Sumber : J.P Holman. Heat transfer Tenth Edition)
Contoh dari perpindahan pansa secara konduksi adalah perpindahan panas konduksi
adalah perpindahan panas dari ujung besi satu ke ujung besi yang lain.
b. Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan panas dari suhu rendah ke suhu tinggi melalui
medium, biasanya berupa fluida, dan fluida tersebut ikut berpindah bersama dengan
perindahan kalor tersebut.
Konveksi terbagi menjadi dua, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi alami
terjadi karena adanya gaya apung (bouyanci) yang disebabkan oleh perbedaan densitas.
Perbesaan densitas fluida ini dikarena pemanasan. Sedangkan konveksi paksa adalah
konveksi yang terjadi bukan karena perbedaan densitas, melainkan gaya luar. Contoh
konveksi alami adalah pendidihan air. Contoh konveksi paksa adalah kipas angin.
Gambar 2. Pemanasan Air (Konveksi Alami)
(Sumber : http://inspirasi- info.blogspot.com/2012/03/perpindahan-kalor.html)
Secara umum,persamaan perpindahan kalor secara konveksi dapat ditulis :
𝑞 = ℎ𝐴(𝑇𝑤 − 𝑇∞)
Gambar 3. Skema terjadinya konveksi
(Sumber : J.P Holman. Heat transfer Tenth Edition)
c. Radiasi
Peristiwa perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor dari temperature
tinggi ke temperature rendah yang tidak membutuhkan medium perantara untuk
memindahkan kalor dari titik satu ke titik lainnya. Kalor yang dipancarkan berasal dari
sumber kalor. Radiasi terdiri dari dua macam radiasi, radiasi elektromagnetik dan radiasi
thermal. Pada anlisi perpindahan kalor, radiasi yang biasa digunakan adalah radiasi
thermal. Secara umum,persamaan perpindahan kalor secara konveksi dapat ditulis :
𝑞𝑒𝑚𝑖𝑡 = 𝜎𝐴𝑇4
Perbedaan
Perbedaan dari ketiga mekanisme di atas berada pada mediumnya. Pada peristiwa
konduksi, perpindahan panas terjadi pada benda padat, pada konveksi terjadi pada fluida,
sedangkan pada radiasi terjadi tanpa ada medium perantara.
2. Apa yang dimaksud dengan mekanisme perpindaan panas secara konduksi?
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa konduksi adalah proses perpindahan panas dari
suatu tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu lebih rendah melalui medium
,biasanya padat, tanpa memindahkan partikel-partikel atau molekul-molekul medium
tersebut. Perpindahan panas konduksi bisa terjadi karena terjadi vibrasi pada partikel yang
suhunya lebih tinggi dan kemudian vibrasi ini diteruskan ke molekul disamping yang lebih
rendah suhunya yang menyebabkan molekul tersebut bervibrasi. Begitulah seterusnya sampai
pada ujung dari medium konduksi tersebut.
Secara umum persamaan perpindahan konduksi dirumuskan oleh Fourier, yaitu :
𝑞𝑥 = −𝑘𝐴𝑑𝑇
𝑑𝑥
Nilai k adalah nilai konduktivitas termal bahan. Konduktivitas termal suatu bahan adalah
suatu konstanta yang dimiliki oleh setiap bahan berdasarkan seberapa besar kalor dapat
merambat pada bahan tersebut. Setiap bahan memiliki nilai knya tersendiri. Semakin besar
nilai k, semakin besar pula perpindahan kalor yang dapat terjadi pada benda tersebut.
Gambar 4. Percobaan perbandingan k 3 bahan
(Sumber : http://s858.photobucket.com/user/Eddy3chi/media/Konduksi-
BatangLogam.jpg.html)
Dari gambar 4 akan terlihat logam mana yang akan menghantarkan nilai panas yang lebih
besar dibandingkan lainnya.
3. Apa ciri khas terjadinya konduksi secara tunak maupun tak tunak?
Konduksi terbagi menjadi dua, yaitu : Konduksi Tunak (steady state) dan Tak Tunak
(unsteady state). Konduksi tunak adalah peristiwa konduksi yang tidak menghiraukan fungsi
waktu terhadap perbedaan suhu. Jadi bisa diasumsikan pada peristiwa konduksi tak tunak,
suhu pada medium terjadinya perpindahan kalor adalah seragam pada setiap titik dan pada
setiap waktu.
Sebaliknya pada konduksi tak tunak, suhu pada medium tidak seragam dan distribusi
suhunya bergantung pada suhu.
4. Tunjukkan perbedaan antara konduksi tunak maupun tak tunak berdasarkan perumusan
matematiknya.
Pada konduksi tunak (steady state), persamaan yang digunakan adalah persamaan cooling
newton tanpa ada variable waktu. Persamaannya adalah :
𝑞 = ℎ𝐴(𝑇𝑤 − 𝑇∞)
Sedangkan pada kondukti tak tunak (unsteady state), persamaan perpindahan kalornya
mengandung variable waktu.
𝑇 − 𝑇∞𝑇0 −𝑇∞
= 𝑒−[ℎ𝐴/𝜌𝑐𝑉]𝜏
Pada persamaan di atas, 𝜏 merupakan waktu transien yang dibutuhkan untuk mencapai suhu
tertentu.
5. Berilah gambaran konseptual tentang percobaan yang akan anda lakukan.
Inti dari percobaan ini adalah untuk menghitung koefisien perpindahan panas(k),
menganalisis konduksi tunak dan tak tunak utnuk mengetahui pengaruh suhu terhadap k,
serta untuk menghitung koefisien kontak.
Konsepnya adalah melihat perubahan suhu pada air yang dialirkan dalam alat perconbaan.
Dari sini akan didapatkan data berupa perubahan suhu dari air, yang bisa dari data ini akan
dapat dihitung besarnya kalor yang berpindah. Dari jumlah kalor ini, kita dapat menghitung
koefisien perpindahan panasnya.
Setelah didapatkan nilai k nya, kita dapat menghubungkan nilai k ini dengan suhu utnutk
melihat pengaruh suhu terhadap nilai dari k ini.
SOAL 2.
1. Apa yang menjadi tujuan percobaan konduksi dalam laporan tersebut?
a. Menghitung koefisien perpindahan panas logam dan pengaruh suhu terhadap k, dengan
menganalisa mekanisme perpindahan panas konduksi tunak dan tak tunak.
b. Menghitung koefisien kontak.
2. Apakah teori yang dikemukakan dalam laporan cukup memadai untuk mendukung tujuan
percobaan konduksi?Jelaskan dan Tunjukkan!
Sudah. Untuk mendukung tujuan percobaan konduksi ini dibutuhkan teori tentang konduksi,
baik tunak maupun tak tunak, rumus untuk perhitungan koefisien kontak dan koefisien
perpindahan panas konduksi(k).
3. Sudahkan prosedur percobaan memberikan perincian yang cukup signifikan untuk
mendapatkan data-data? Tunjukkan dn jelaskan!
Sudah cukup menjelaskan. Pada laporan ini, penjelasan yang lebih rinci lagi diberikan pada
bagian instrumentasi percobaan. Hal ini jika dilihat dari data yang didapat pada percobaan
4. Secara teknis, bisakah anda melihat kemungkinan adanya titik lemah dari prosedur
pelaksanaan percobaan tersebut sehingga membuat data-data menjadi tidak akurat/sangat
menympang? Jelaskan!
Jawab : Iya. Pada prosedur dikatakan bahwa aliran air pendingin dialiri dengan laju sangat
kecil. Hal ini dimaksudnkan agara perpindahan panas dari node ke air sangat kecil sehingga
bisa diabaikan. Pada laporan yang menjadi referensi kami, perpindahan panas hanya dilihat
dari peristiwa konduksi tanpa melihat adanya heat loss. Hal ini bisa mempengaruhi
keakuratan data. Jadi, walaupun aliran pendingin yang digunakan sangat kecil, tetap saja
bahwa pengaruh konveksi atau heat loss harus diperhitungkan dan akan menjadi suatu faktor
yang membuat data tidak akurat.
Dalam pengukuran temperatur node, pengukuran dilakukan dengan pengukuran voltase. Hal
ini juga akan mempengaruhi hasil temperatur mengingat cara mengetahui temperatur adalah
mengkonversi voltase ke temperatur. Metode ini juga akan mempengaruhi hasil keakuratan
data. Pada prosedur juga tidak dibedakan antara prosedur tunak dan tak tunak, sehingga bisa
saja pengukuran terjadi saat belum tunak (perpindahan kalor konduksi belum menyulurh)
atau sudah tunak.
5. Sudahkan data-data mentah yang didapat dari hasil praktikum cukup
mendukung.memadai? tunjukkan!
Jawab : Belum. Pada hasil data pengamatan, pengukuran temperatur pada node
menggunakan pengukuran voltase. Hasil pengukuran ini tidak bisa langsung digunakan
dalam analisis perhitungan yang dijelaskan pada teori dari modul, karena temperatur yang
diperoleh dari percobaan masih dalam bentuk mV. Untuk mengubah satuan mV menjadi OC,
maka dibutuhkan suatu persamaan, yaitu
74,29mV)(82,24 TCT
Dengan persamaan ini akan diperoleh temperatur node dalam satuan OC dan bisa digunakan
untuk mendapatkan tujuan
6. Pengolahan data-data yang dilakukan sudahkah mengarah pada didapatkannya besaran-
besaran variable yang diinginkan untuk dapat menjadi indicator tercapainya tujuan
percobaan?
Sudah. Pada hasil pengamatan diperoleh temperatur node dengan satuan mV, karena
pengukuran temperatur yang dilakukan berdasarkan perhitungan voltase sehingga harus
dilakukan analisis perhitungan.
74,29mV)(82,24 TCT
Persamaan diatas digunakan untuk mengubah besaran mV menjadi temperatur (OC). Dengan
persamaan ini maka akan diperoleh besaran variabel untuk temperatur node dalam derajat
celcius. Dengan analisis ini, maka tujuan praktikum bisa tercapai.
7. Dalam analisa sudahkah data-data dari variable output sudah digambarkan/ditabelkan
secara lengkap?
Jawab : Sudah ditabelkan secara lengkap dimana pada prosedur dijelaskan untuk
mendapatkan data seperti
1. Temperatur node
2. Temperatur air yang keluar
A. Data Pengamatan
T air masuk = 28,5ºC
Node naik (1-10) Node turun (10-1)
Node dx (m) T1 (mV) Tair (0C) T2 (mV) Tair (ºC)
1 0,183 8,488 28,5 8,903 28,5
2 0,025 5,296 28,5 5,551 28,5
3 0,057 2,628 29,0 2,780 29,0
4 0,045 2,318 28,5 2,445 28,5
5 0,045 2,001 29,0 2,110 28,5
6 0,045 1,728 29,0 1,799 28,5
7 0,035 1,169 29,0 1,225 28,5
8 0,027 0,906 28,5 0,924 28,5
9 0,045 0,628 28,5 0,642 28,5
10 0,045 0,336 28,5 0,344 28,5
Pembacaan temperatur pada node dan temperatur air keluaran unit dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu pembacaan pada node naik (berawal dari node 1 dan berakhir pada node 10) dan
pembacaan pada node turun (berawal dari node 10 dan berakhir pada node 1). Hal ini
dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan pengukuran dan dengan tujuan agar data
yang diperoleh lebih akurat.
Pada laporan yang menjadi referensi kami, juga diperoleh data tambahan seperti :
Variasi Properti
Q = 9,00 x 10-7 m3/s m = 9,00 x 10-4 kg/s Basis = 1 s ρ = 1000 kg/m3
A = 7,90 x 10-4 m2 Cp = 4200 J/(kg ºC) T out air rata-rata = 28,625 ºC
Node 1-2 → Stainless Steel Node 3-6 → Alumunium Node 7-10 → Magnesium
8. Dalam analisa, sudahkan tujuan dinyatakan telah dicapai?
Jawab : pada laporan yang menjadi referensi kami, tujuan sudah dicapai dengan
rangkaian prosedur beserta analisis percobaan, perhitungan dan grafik nya. Pada analisis
perhitungan diperoleh nilai-nilai k, hc dan koeffisien muai dengan rumus-rumus yang
diambil dari literatur. Juga, pada analisis laporan ini dapat diperoleh pengaruh temperatur
terhadap nilai k.
Berikut adalah hasil tujuan yang dicapai
k stainless steel = 0,1841 W/m.oC
k aluminium = 3,4675 W/m.oC
k magnesium = 3,2853 W/m.oC
k tembaga = 107,810 W/m.oC
hc Stainless Steel-Aluminium = 34.967,1739 m2.ºC/Watt
hc Aluminium-Magnesium = 337.394,162 m2.ºC/Watt
y = -1,988x + 244,8
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 20 40 60 80 100 120
k
T node avg
T node avg vs k Tembaga
Series1
Linear
(Series1)
y = -2.0155x + 251.63
0
20
40
60
80
100
120
65 70 75 80 85
K
T node avg
T node VS k Aluminium
Series1
Linear
(Series1)
9. Dalam pembahasan, adakah analisa yang membahas mengenai terjadinya penyimpangan
tren data/kekurangan data yang cukup?
Jawab : Ada. Pada laporan yang menjadi referesi kami dijelaskan bahwa Pada percobaan
ini dapat dilihat adanya ketidaksesuaian data hasil percobaan dengan literatur yang
menyebabkan adanya kesalahan literatur. Hal ini dimungkinkan dengan adanya kesalahan
yang dilakukan dan terjadi selama eksperimen. Berikut adalah analisis mengenai kesalahan
yang mungkin terjadi.
Pada percobaan ini, sistem diasumsikan terisolasi secara sempurna dengan mengabaikan
adanya heat loss. Padahal pada kenyataannya terdapat heat loss, sehingga data yang
didapatkan tidak akurat.
Pengambilan data dimungkinkan ketika kondisi suhu belum steady dan konduksi belum
terjadi secara keseluruhan, sehingga data yang diambil belum tentu akurat.
y = -8.8181x + 587.19
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
45 50 55 60
k
T node avg
T node avg VS k Magnesium
Series1
Linear
(Series1)