terjemahan buat dr.ceni

8
Progesterone–induced blocking factor (PIBF) dan Sitokin Th1/Th2 Pada Wanita Dengan Ancaman Abortus Spontan Tujuan: Tujuan penelitian prospektif ini adalah untuk membandingkan konsentrasi progesteron1 -induced blocking factor (PIBF) dalam serum dan urin dan konsentrasi anti- inflamasi (IL-10) dan pro-inflamasi (IL6, TNF, IFNg) sitokin serum pada wanita dengan ancaman abortus spontan pada kehamilan normal dan mengevaluasi efek dari PIBF pada luaran kehamilan. Metode: Sebuah sampel dari 30 wanita dengan ancaman abortus spontan (kelompok studi) dan 20 perempuan hamil sehat (kelompok kontrol) antara usia kehamilan 6 dan 24 minggu. Serum dan urin PIBF, IL10 dan IL6, TNFa, konsentrasi sitokin IFNg diukur dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil: Lima kehamilan (16,7%) pada kelompok studi berakhir dengan missed abortion vs tidak ada pada kelompok kontrol (P < 0.05). Lima ancaman abortus (20%) lahir antara usia kehamilan 24 dan 37 minggu, sedangkan dua kelahiran prematur (10%) terjadi pada kelompok kontrol (P> 0,05). Konsentrasi PIBF dalam urin (19,5 ± 12,9 ng / mL) dan serum (214,4 ± 120,6 pasien dengan ancaman abortus lebih rendah daripada wanita hamil yang sehat (45,3 ± 33,7 ng / mL dan 357,3 ± 159,9 ng / mL, secara respektif). Wanita dengan ancaman abortus spontan secara signifikan mempunyai tingkat serum sitokin anti inflamasi lebih rendah, tetapi level sitokin pro inflamasi lebih tinggi dalam kelompok ini dibandingkan dengan yang wanita yang sehat. Kesimpulan: Penentuan level progesteron-induced blocking factor / PIBF dalam cairan tubuh pada awal kehamilan dapat digunakan untuk penentuan diagnosis dan prognosis dari ancaman abortus. Pendahuluan Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi berupa ancaman abortus, abortus spontan berulang, kelahiran prematur. 20 Abortus spontan adalah masalah umum yang terjadi 15-20% dari seluruh kehamilan. Abortus spontan memiliki penyebab, antara lain genetik, anatomi, endokrin, kekebalan tubuh, infeksi, trombofilik, dan faktor yang tidak bisa dijelaskan. Progesteron memainkan peran dalam memberikan kekebalan pada tahap awal kehamilan. Dengan adanya progesteron, limfosit ibu hamil melepaskan protein yang bernama progesteron-induced blocking factor (PIBF) 26 yang memediasi imunomodulator dan efek anti keguguran dari progesteron. 28,30,31 Pada level progesteron yang mencukupi, sel-sel CD8 dan sel plasenta mensintesis PIBF. Pasien yang

Upload: geralders01

Post on 12-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jgfgjv

TRANSCRIPT

Progesteroneinduced blocking factor (PIBF) dan Sitokin Th1/Th2 Pada Wanita Dengan Ancaman Abortus SpontanTujuan: Tujuan penelitian prospektif ini adalah untuk membandingkan konsentrasi progesteron1 -induced blocking factor (PIBF) dalam serum dan urin dan konsentrasi anti-inflamasi (IL-10) dan pro-inflamasi (IL6, TNF, IFNg) sitokin serum pada wanita dengan ancaman abortus spontan pada kehamilan normal dan mengevaluasi efek dari PIBF pada luaran kehamilan.

Metode: Sebuah sampel dari 30 wanita dengan ancaman abortus spontan (kelompok studi) dan 20 perempuan hamil sehat (kelompok kontrol) antara usia kehamilan 6 dan 24 minggu. Serum dan urin PIBF, IL10 dan IL6, TNFa, konsentrasi sitokin IFNg diukur dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

Hasil: Lima kehamilan (16,7%) pada kelompok studi berakhir dengan missed abortion vs tidak ada pada kelompok kontrol (P < 0.05). Lima ancaman abortus (20%) lahir antara usia kehamilan 24 dan 37 minggu, sedangkan dua kelahiran prematur (10%) terjadi pada kelompok kontrol (P> 0,05). Konsentrasi PIBF dalam urin (19,5 12,9 ng / mL) dan serum (214,4 120,6 pasien dengan ancaman abortus lebih rendah daripada wanita hamil yang sehat (45,3 33,7 ng / mL dan 357,3 159,9 ng / mL, secara respektif). Wanita dengan ancaman abortus spontan secara signifikan mempunyai tingkat serum sitokin anti inflamasi lebih rendah, tetapi level sitokin pro inflamasi lebih tinggi dalam kelompok ini dibandingkan dengan yang wanita yang sehat.

Kesimpulan: Penentuan level progesteron-induced blocking factor / PIBF dalam cairan tubuh pada awal kehamilan dapat digunakan untuk penentuan diagnosis dan prognosis dari ancaman abortus.PendahuluanPada kehamilan dapat terjadi komplikasi berupa ancaman abortus, abortus spontan berulang, kelahiran prematur.20 Abortus spontan adalah masalah umum yang terjadi 15-20% dari seluruh kehamilan. Abortus spontan memiliki penyebab, antara lain genetik, anatomi, endokrin, kekebalan tubuh, infeksi, trombofilik, dan faktor yang tidak bisa dijelaskan. Progesteron memainkan peran dalam memberikan kekebalan pada tahap awal kehamilan. Dengan adanya progesteron, limfosit ibu hamil melepaskan protein yang bernama progesteron-induced blocking factor (PIBF) 26 yang memediasi imunomodulator dan efek anti keguguran dari progesteron. 28,30,31 Pada level progesteron yang mencukupi, sel-sel CD8 dan sel plasenta mensintesis PIBF. Pasien yang beresiko abortus spontan memiliki peningkatan pro-inflamasi dan PIBF yang rendah dan IL-10 yang diekspresi limfosit. PIBF mengubah profil sekresi sitokin pada aktivasi sehingga terjadi pergeseran keseimbangan dan didapatkan dominasi pada Th-2. Selama kehamilan biasa , konsentrasi PIBF meningkat secara berkelanjutan dari usia kehamilan 6 sampai 37 minggu. Setelah usia kehamilan 41 minggu, konsentrasi PIBF menurun secara dramatis. Pada pasien dengan ancaman abortus spontan tingkat PIBF tidak dapat meningkat selama kehamilan. Terapi untuk mencegah abortus spontan masih terbatas tingkat keberhasilannya. Namun, masih kontroversi tentang penggunaan progestogen untuk ancaman abortus spontan. Ada 4 Pendekatan pada terapi progestogen: 1. Tidak melakukan apa-apa 2. Tidak ada terapi rutin, tapi sekali atau dua kali seminggu diukur kadar progesteron untuk meyarankan apakah terapi dengan progestogen diperlukan atau tidak (nilai cut-off adalah 300 nmol / L) 3. Farmakologis rutin untuk penunjang kehamilan. 4. Terapi hanya pada percobaan prospektif (dengan follow-up yang adekuat). Ini adalah opsi yang dipilih. Tujuan dari penelitian prospektif ini adalah untuk membandingkan konsentrasi PIBF serum dan urin dan konsentrasi anti-inflamasi (IL-10) dan pro-inflamasi pada wanita dengan ancaman aborsi spontan dengan kehamilan normal dan mengevaluasi dampak PIBF pada luaran kehamilan serta mekanisme yang mendasarinya.Pasien dan metode

Sebuah studi prospektif dilakukan di Klinik Obstetri dan Ginekologi, Universitas Tuzla, dan konseling untuk wanita hamil di departemen kesehatan perlindungan perempuan di Pusat Medis Publik Tuzla. Sebuah studi dan kelompok kontrol ibu hamil dibentuk, dan diambil sampel, total 50 pemeriksaan. Perempuan hamil berusia 18-35 tahun, yang tidak memiliki risiko abortus spontan termasuk dalam penelitian ini. Kelompok studi terdiri dari 30 wanita hamil, yang dirawat di Departemen Patologi Kehamilan (Klinik Ginekologi dan Obstetri di Tuzla), tapi hanya mereka yang dirawat dengan ancaman abortus spontan (antara minggu ke 6 dan 24 kehamilan). Ancaman abortus spontan ditandai dengan adanya perdarahan, bercak dan nyeri pada rahim. Usia kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan USG. Kriteria eksklusi adanya penyakit kronis, misalnya, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal atau jantung, usia kehamilan yang tidak pasti, abortus spontan sebelumnya, riwayat infeksi saluran kemih, riwayat keguguran, kelainan rahim dan riwayat seksio sesaria sebelumnya. Hanya dipakai kehamilan tunggal untuk penelitian ini. Kelompok kontrol terdiri dari 20 wanita hamil sehat dengan usia kehamilan minggu ke 6 dan 24 yang tidak memiliki risiko abortus spontan dan menjalani pemeriksaan ginekologi secara teratur. Sampel serum dan urin dikumpulkan dari semua subjek, selanjutnya konsentrasi PIBF diukur dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Imunologi di Fakultas Kedokteran, Universitas Pecs, Hongaria. Penentuan PIBF

Secara singkat, selama inkubasi selama semalam pada 480C, mikrotitier plates ukuran 96 yang dilapisi dengan rekombinan manusia PIBF IgG (100 mL/well of 2 mg/mL) dalam buffer karbonat 50 mm pH 9.6 (Piring 1), atau dengan rekombinan manusia PIBF (100 mL 0,5mg / mL) dalam 0,5 m buffer Tris pH 6,5 (plate 2). Untuk menghasilkan kurva standar, rekombinan PIBF (1.000-0,1 ng / mL) dalam logaritmik pengenceran dalam buffer fosfat 0,5 m (pH 7,3-7,4) diinkubasi dengan biotin-berlabel anti-rekombinan PIBF IgG (400 ng) selama 60 menit pada 37,8C. sampel Serum dan urine diencerkan 1/2.5 dan 1/5 dan diinkubasi dengan 400 ng biotin-berlabel anti-rekombinan PIBF IgG dalam 0,5 m fosfat-buffer saline (PBS) selama 60 menit pada 37,8C sebelum ditambahkan ke ELISA plate 1. Selama inkubasi 1 jam pada 378C, non-spesifik binding sites di piring 2 (dilapisi dengan manusia rekombinan PIBF) diblokir dengan 200mL dari 0,1% bovine serum albumin (BSA), 0,5% gelatin di PBS-Tween. Setelah langkah inkubasi ini, 100 mL solution standard dari sampel serum dan urin ditransfer dari piring 1ke piring 2 dan diinkubasi selama 1 jam pada 37,8C. Setelah mencuci piring tiga kali dengan PBS-Tween, 100

mL1:1000 diencerkan horseradish peroxidase (HRPO)-conjugated streptavidin (AP Hongaria Ltd, Budapest, Hongaria) di 0,1% BSA PBS-Tween ditambahkan ke piring dan diinkubasi selama 30 menit pada 37,8C. Reaksi terjadi dengan menambahkan substrat orto-diamina (OPD, Sigma, Budapest, Hongaria) dan diukur pada 495 nm. Konsentrasi IL-10, IL-6, TNFa, IFNg diambil dari sampel darah diukur manual dengan kuantitatif enzim (ELISA) stelah pembekuan pada-70C, sentrifugasi dan aliquation di Departemen Imunologi dan Mikrobiologi di Tuzla. Konsentrasi sitokin diukur secara manual dalam serum ELISA (R & D Systems Inc, Minneapolis, USA). Konsentrasi minimum yang terdeteksi dari human proinflammatory and anti-inflammatory cytokines sebagai berikut: IL10 - 3,9 pg / mL, IL-6-0,7 pg / mL IFNg - 8 pg / mL dan TNF- a - 1,6 pg / mL. Dalam serum ibu hamil dari kelompok kontrol dan nilai-nilai IL6, IFNg, TNFa, IL10, dan analisis dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Imunologi, Universitas Klinis Pusat Tuzla. Studi disetujui oleh Ethical Committee of the University Clinical Center Tuzla, Bosnia and Herzegovina (DecisionNo. 01/1-37-4-898/07). Setiap pasien Dilengkapi dengan persetujuan tertulis untuk berpartisipasi. SPSS V.11.5 software (SPSS Inc, Chicago, Illinois, USA), Arcus Quick Stat and Microsoft Excel XP Professiona digunakan untuk analisis statistik penelitian. Student t-test digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata. Distribusi kualitatif dibandingkan variabel dengan x2 atau dengan tes eksak Fisher. Nilai A dari dua sisi P