terjemahan anif sirsaeba -...

Download TERJEMAHAN ANIF SIRSAEBA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38185/1/NAYA... · ث Tsa Ts 5. ج Jim J 6. ح ḥa ¥ ... Tanda Nama Huruf Latin

If you can't read please download the document

Upload: phamliem

Post on 06-Feb-2018

246 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • DEIKSIS DALAM CERPEN WA KNAT AL-DUNY

    TERJEMAHAN ANIF SIRSAEBA

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

    (S.Hum)

    oleh

    NAYA NASEHA

    1113024000034

    JURUSAN TARJAMAH

    FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2018 M/ 1439 H

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang berjudul Deiksis dalam Cerpen Wa Knat Al-duny

    Terjemahan Anif Sirsaeba telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

    Adab dan Humaniora UN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 17

    Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada program Studi Tarjamah.

    Jakarta, 17 Januari 2018

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

    Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum Dr. Rizqi Handayani, M.A

    NIP. 19791229 200501 1 004 NIP. 19831108 200912 2 005

    Penguji I Penguji II

    Dr. Darsita Suparno, M.Hum. Dr. Zamzam Nurhuda, M.A.

    NIP. 19610807 199303 2 001

    Pembimbing

    Rizqi Handayani M.A

    NIP. 19831108 200912 2 005

  • HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini dipersembahkan untuk ayahanda dan ibunda tercinta bpk. Amitsah dan

    ibu Kamilah, serta untuk adik-adikku Gunawan, Handayani dan Habiburrahman.

  • ABSTRAK

    Naya Naseha, 1113024000034. Deiksis dalam Cerpen Wa Knat Al-Duny

    Terjemahan Anif Sirsaeba. Skripsi Prodi Tarjamah, Fakultas Adab dan

    Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan bentuk

    terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny . Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data berupa tuturan dalam

    cerpen Wa Knat Al-duny karya Taufiq El-hakim dan cerpen terjemahan Dan Duniapun Ada karya Anif Sirsaeba. Data diklasifikasi berdasarkan masalah

    penelitian yaitu jenis dan bentuk terjemahan deiksis persona, deiksis ruang dan

    deiksis waktu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini

    menunjukkan bahwa deiksis persona yang digunakan terbagi menjadi tiga bagian

    yaitu persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Kata yang bersifat

    deiksis persona pertama meliputi kata (aku), (di awal verba), , , (ku, di

    awal verba dan nomina), (akhir verba), (kita) dan (kita, di akhir verba dan

    nomina). Persona kedua meliputi kata (kamu, femina), (kamu, maskula), /

    (kamu, maskula di awal dan akhir verba), / (kamu, femina di akhir

    verba), + (kamu, femina di verba). Persona ketiga meliputi kata (dia ,

    maskula), (dia, femina), / (dia, maskula di akhir verba dan nomina), /

    (dia, femina di akhir verba atau nomina), (dia, maskula di awal verba), (dia,

    femina di awal verba), (dia berdua). Deiksis ruang berupa kata (ini,

    maskula), (ini, femina), (ini, dual). Bentuk deiksis waktu yang digunakan

    meliputi adverb, fiil mudhari jenis menunjukkan kejadian yang sedang

    berlangsung, yang akan datang dan fiil madhi (lampau). Peneliti menemukan tiga

    bentuk terjemahan pada deiksis persona, ruang dan waktu yaitu deiksis yang

    diterjemahkan referen, elipsis dan subtitusi.

    Kata kunci : Wa Knat Al-duny , terjemahan, deiksis

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa taala yang

    telah memberikan rahmat, hidayah serta kenikmatan yang berlimpah sehingga

    saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam selalu

    terlimpah kepada junjungan Nabi besar Muhammad alallahu alaihi wa sallam.

    Perkataannya bagaikan intan, akhlaknya bagaikan Al Quran serta suri tauladan

    bagi setiap insan hingga akhir zaman.

    Dalam penulisan skripsi ini, saya menyadari bahwa tidak sedikit hambatan

    dan kesulitan yang saya lalui, akan tetapi berkat ridho Allah SWT serta

    kesungguhan, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena

    itu, saya menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada yang terhormat:

    1. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah

    ini, khususnya Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku dekan Fakultas Adab

    dan Humaniora.

    2. Kepada program studi Tarjamah bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah,

    M.Hum sebagai ketua prodi Tarjamah dan Ibu Rizqi Handayani, M.A

    sebagai sekretaris prodi Tarjamah sekaligus pembimbing penulisan skripsi

    yang selalu memberikan arahan, bimbingan serta motivasi, sehingga karya

    ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

    3. Kepada ibu Dr. Darsita Suparno M. Hum dan bapak Dr. Zamzam

    Nurhuda M.A. yang telah menjadi penguji dalam sidang munaqasyah

    yang sudah meluangkan waktunya untuk mengkaji, mengkritisi dan

    mengoreksi skripsi ini, sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.

  • iii

    4. Kepada Dr. Karlina Helmanita, M.A, selaku dosen Pembimbing Akademik

    dan juga kepada seluruh dosen jurusan Tarjamah atas segala ilmu

    pengetahuan yang telah diberikan selama ini, semoga bermanfaat dan

    menjadi bekal di masa depan saya.

    5. Kepada dua sosok yang sangat berjasa selama ini, yaitu Ayahanda

    Amitsah dan Ibunda Kamilah. Terimakasih Ama, Mamak atas segala jasa

    yang engkau berikan terhadap anakmu dan doa-doa yang senantiasa kalian

    panjatkan dan adik-adik tercinta yaitu Gunawan, Handayani dan

    Habiburrahman yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    6. Kepada teman-teman Tarjamah khususnya angkatan 2013, yang telah

    mewarnai hari-hari semasa kuliah. Semoga kita semua dapat meraih cita-

    cita dan meraih kesuksesan bersama.

    Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

    sebab itu, bila ditemukan kesalahan atau kekurangan, harap disampaikan kepada

    penulis, demi pengembangan dan pembelajaran diri. Di samping itu pula saya

    berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

    Terimakasih atas segala perhatian, dukungan, kritik dan sarannya.

    Ciputat, 27 Desember 2017

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................

    LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................

    ABSTRAK .......................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

    E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6

    F. Metode Penelitian.................................................................................. 10

    G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14

    BAB II TEORI DEIKSIS DALAM TEKS SASTRA TERJEMAHAN

    A. Deiksis .................................................................................................. 16

    1. Deiksis Persona ............................................................................... 17

    2. Deiksis Ruang ................................................................................. 24

    3. Deiksis Waktu ................................................................................. 27

  • v

    B. Bentuk Terjemahan ............................................................................... 31

    1. Referen ............................................................................................ 32

    2. Subtitusi .......................................................................................... 32

    3. Elipsis .............................................................................................. 32

    BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG CERPEN WA KNAT AL-DUNY

    A. Tentang Cerpen Wa Knat Al-duny ..................................................... 34

    B. Sekilas Tentang Penulis, Taufiq El-Hakim ........................................... 35

    C. Sekilas Tentang Penerjemah, Anif Sirsaeba ......................................... 40

    BAB IV ANALISA DEIKSIS DALAM CERPEN WA KNAT AL-DUNY

    A. Deiksis Persona ..................................................................................... 43

    A.1.1 Deiksis Persona Pertama Rafa Munfail .................................... 44

    A.1.2 Deiksis Persona Pertama Naab Muttail. ................................... 46

    A.1.3 Deiksis Persona Pertama Jarr Muttail. ...................................... 49

    A.1.4 Deiksis Persona Pertama Mustatir Wuj-ban. .............................. 52

    A,2,1 Deiksis Persona Kedua Rafa Munfail. ...................................... 56

    A.2.2 Deiksis Persona Kedua Rafa Muttail ........................................ 56

    A.2.3 Deiksis Persona Kedua Naab Muttail. ...................................... 60

    A.2.4 Deiksis Persona Kedua Jarr Muttail. ......................................... 62

    A.2.5 Deiksis Persona Kedua Mustatr Wuj-ban. ................................ 64

    A.3.1 Deiksis Persona Ketiga Rafa Munfail. ...................................... 69

    A.3.2 Deiksis Persona Ketiga Naab Muttail. ..................................... 69

    A.3.3 Deiksis Persona Ketiga Jarr Muttail.......................................... 72

  • vi

    B. Deiksis Ruang........................................................................................ 76

    B.1 Deiksis Ruang Proximal Demonstratif ........................................... 77

    B.2 Deiksis Ruang Distal Demonstratif. ............................................... 80

    B.3 Deiksis Ruang Locatif Proximal Demonstratif............................... 81

    C. Deiksis Waktu ....................................................................................... 82

    C.1 Deiksis Waktu Bentuk Adverb. ...................................................... 83

    C.2.1 Deiksis Waktu Bentuk Fiil Mudari (Sedang) ........................... 85

    C.2.2 Deiksis Waktu Bentuk Fiil Mudari (Akan). .............................. 87

    C.3 Deiksis Waktu Bentuk Fiil Madi (Lampau). ................................. 89

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 92

    B. Saran ...................................................................................................... 94

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 95

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................

  • vii

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Skripsi ini menggunakan data berbahasa Arab yang kemudian

    ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Untuk itu, maka peneliti menggunakan

    pedoman transliterasi Arab-Indonesia yang ditetapkan oleh kampus UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Pedoman yang digunakan peneliti sebagai berikut:

    A. Konsonan

    No. Huruf Arab Nama Huruf Latin

    - Alif .1

    Ba B .2

    Ta T 3

    Tsa Ts .4

    Jim J .5

    a .6

    Kha Kh .7

    Dal D .8

    Dzal Dz .9

    Ra R .10

    Zai Z .11

    Sin S .12

    Syin Sy .13

  • viii

    Shad .14

    Dhad .15

    Tha .16

    Zha .17

    ain .18

    Ghain Gh .19

    Fa F .20

    Qaf Q .21

    Kaf K .22

    Lam L .23

    Mim M .24

    Nun N .25

    Wawu W .26

    Ha H .27

    ` Hamzah .28

    Ya Y .29

  • ix

    B. Vokal

    Vokal dalam bahasa Arab sama seperti vokal pada bahasa Indonesia.

    Vokal bahasa Arab terdiri dari vokal tunggal, rangkap, dan panjang.

    1. Vokal tunggal (monoftong)

    Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat yang

    transliterasinya diuraikan sebagai berikut:

    Tanda Nama Huruf Latin & Baca

    fatah a (pendek)

    Kasrah i (pendek)

    Dhammah u (pendek)

    2. Vokal rangkap (diftong)

    Vokal rangkap bahasa Arab dilambangkan dengan gabungan antara

    harakat dengan huruf dan , transliterasinya sebagai berikut:

    Tanda Nama Huruf Latin & Baca

    fatah dan ya Ai

    fathah dan wawu Au

    3. Maddah (vokal panjang)

    Maddah atau vokal panjang dilambangkan dengan harakat dan huruf,

    transliterasinya adalah sebagai berikut:

    Tanda Nama Huruf Latin & Baca

  • x

    fatah dan alif (panjang)

    kasrah dan ya (panjang)

    dhammah dan wawu (panjang)

    C. Ta marbthah ( )

    Terdapat dua macam transliterasi untuk t marbutah, yaitu:

    a. Ta marbthah hidup

    Huruf dibaca hidup apabila mendapat harakat fathah, kasrah, dan

    dhammah, maka transliterasinya adalah (t).

    Contoh: : (wahdat al-wujd)

    b. Ta marbthah mati

    Huruf dibaca mati (tak dibaca) apabila mendapat harakat sukun,

    transliterasinya adalah (h).

    Contoh: :(tharqah)

    (al-jmiah al-islmiyyah) :

    D. Syaddah (tasydd)

    Syaddah atau tasydd dalam sistem penulisan bahasa Arab dilambangkan

    dengan sebuah tanda syaddah. Transliterasinya ditulis dengan huruf yang sama

    dengan huruf yang diberi tanda tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika

    huruf yang menerima tanda itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh

    huruf-huruf syamsiyyah. (lihat pada bagian kata sandang)

    Contoh: : (rabban)

    : (rabb)

  • xi

    E. Kata Sandang

    Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf dan (al)

    baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Penulisannya ditulis

    secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda (-).

    Perhatikan pula transliterasi huruf syamsiyyah dan qamariyyah pada contoh kata

    sandang di bawah.

    Contoh: : (ditulis al-rajul, bukan ar-rajul)

    (ditulis al-darrah, bukan ad-darrah) :

    (ditulis al-fajr) :

    ditulis al-yaum) :

    F. Hamzah

    Hamzah dilambangkan dengan apostrof. Tetapi ini hanya berlaku bagi

    hamzah yang diletakkan di tengah dan di akhir kata. Apabila letaknya di awal

    kata, maka huruf ini tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ditulis berupa

    alif ( ).

    Contoh: : (syai'un)

    (umirtu) :

    G. Cara Penulisan Transliterasi

    Setiap kata, baik itu kata kerja (fil), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

    ditulis secara terpisah. Berikut contoh transliterasi dengan berpedoman pada

    ketentuan-ketentuan di atas:

  • xii

    Teks Arab Teks Latin

    dzahaba al-ustdzu

    al-dars al-khmis

    idzhab antum

    Asyhadu an l ilha ill Allh

    yu'atstsirukum Allah

    Mauln Malik al-Shlih

    al-yt al-kauniyyah

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penerjemahan karya sastra merupakan sebuah seni.1 Dalam

    menerjemahkan karya sastra, penerjemah tidak hanya memusatkan

    perhatiannya pada masalah penyampaian informasi tetapi juga masalah kesan,

    emosi, dan perasaan dengan mempertimbangkan keindahan bahasa sasaran.2

    Dalam hal ini, seorang penerjemah harus menyadari bahwa kerja

    penerjemahan yang dilakukannya bertujuan untuk menghasilkan sesuatu yang

    dapat membantu mengatasi kesenjangan karakteristik antara bahasa sumber

    dan bahasa sasaran.3 Salah satu kesenjangan karakteristik tersebut adalah

    tentang terjemahan deiksis dalam bahasa sasaran.

    Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-

    pindah tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung pada

    saat dan tempat dituturkannya kata itu. misalnya kata saya, sini dan sekarang.4

    Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan

    kata kursi, rumah dan kertas di tempat manapun, referen yang diacu tetaplah

    sama sedangkan referen kata saya, sini dan sekarang barulah dapat diketahui

    1 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    2008), H. 11. 2 Fahimatul Muyassaroh,"Penggunaan Deiksis Pada Siswa Kelas V di SDN Manduro

    1Kabuh Jombang," Lingustika Akademia, 2013, h. 4. 3 Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer ( Ciputat:

    Pusat Study Linguistik Terapan, 2014), h. 16. 4 Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai

    Pustaka, 1984), h. 1.

  • 2

    jika diketahui pula siapa, di tempat mana dan pada waktu kapan kata-kata itu

    diucapkan.5

    Deiksis tidak hanya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tapi

    juga dalam karya sastra. Misalnya hasil karya penulis yang diterjemahkan dari

    bahasa sumber (Arab) ke bahasa sasaran (Indonesia), sehingga tidak hanya

    orang yang bisa berbahasa sumber (Arab) saja yang bisa menikmati karya

    sastra tersebut.6

    Karya sastra yang diambil sebagai objek kajian ini adalah karya sastra

    berupa cerpen yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa

    Indonesia oleh Anif Sirsaeba (2008). Karya sastra itu berupa kumpulan cerpen

    yang berjudul Arinillah, namun peneliti hanya mengambil judul Wa Knat

    Al-duny yang ditulis oleh Taufiq El-Hakim seorang sastrawan yang lahir

    pada musim panas tahun 1903 di Dahiyatul Raml Iskandaria Mesir. Peneliti

    memilih cerpen Wa Knat Al-duny karena terdapat banyak deiksis di dalam

    tuturan cerpen tersebut dan peneliti ingin menelaah terjemahan Anif Sirsaeba

    dalam menerjemahkan deiksis Arab ke dalam bahasa Indonesia.

    Karya sastra berupa cerpen dalam telaah ini dianggap sama dengan

    sebuah cipta sastra. Karya sastra cerpen diasumsikan merupakan gambaran

    kehidupan berdasarkan kenyataan sosial.7 Fakta dalam cerita pendek hasil

    terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia itu menggambarkan

    masalah Adam yang merupakan seorang manusia dihasut oleh iblis keji

    5 Darsita Suparno, Deiksis Dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus Tinjauan

    Sosiopragmatik, Al-Tur V. XXI, No. 2 (Juli 2015): h. 349. 6 Anton Kurnia, Penerjemahan Sastra, sastra Horison, Oktober 2012, h. 2

    7 Suparno, Deiksis dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus Tinjauan Sosiopragmatik, h.

    234.

  • 3

    sehingga keluar dari surga. Tidak hanya itu, Iblis juga memberontak terhadap

    perintah Tuhan yaitu tidak ingin bersujud kepada Adam. Secara tersirat kisah

    ini mengandung pesan bahwa sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan,

    manusia harus patuh terhadap perintah-Nya dan berusaha agar tidak terhasut

    oleh bisikan Iblis.8

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti

    tertarik untuk menulis skripsi dengan judul; Deiksis dalam Cerpen Wa Knat

    Al-duny Terjemahan Anif Sirsaeba.

    B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

    Adapun kajian yang menjadi objek penelitian ini adalah cerpen karya

    Taufik El Hakim Wa Knat Al-duny yang diterjemahkan dan diseleksi oleh

    Anif Sirsaeba dari naskah kumpulan cerpen berbahasa Arab Arinillah

    diterbitkan oleh Republika cetakan ke-3 pada tahun 2008 dengan judul

    Dalam Perjamuan Cinta. Dari beberapa cerpen terjemahan yang ada pada

    antologi tersebut, peneliti mengambil satu judul saja, yaitu Dan Duniapun

    Ada karena di dalam tuturannya banyak mengandung unsur deiksis.

    Agar penelitian ini menjadi terstruktur dan terinci, peneliti

    memfokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:

    1. Apa saja jenis deiksis yang ditemukan dalam tuturan cerpen Wa Knat

    Al-duny ?

    2. Bagaimana terjemahan deiksis dalam tuturan cerpen Wa Knat Al-duny ?

    8 Taufiq El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba (Jakarta:

    Republika, 2008) h. 31-43.

  • 4

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Mengidentifikasi jenis deiksis yang terdapat dalam tuturan cerpen Wa

    Knat Al-duny.

    2. Mendeskripsikan bentuk terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-

    duny.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan kontribusi untuk

    memperkaya penelitian linguistik khususnya di bidang pragmatik. penelitian

    ini juga bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa untuk mengerti

    tentang deiksis dan pembaca juga mengetahui pelajaran yang terkandung

    dalam cerpen. Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan agar berguna baik

    secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada pembaca

    dan penerjemah tentang cerpen khususnya bagaimana cara mengkaji cerpen

    menggunakan kajian deiksis. Contohnya seperti dalam penelitian ini, yaitu

    mendeskripsikan jenis deiksis dan bentuk terjemahannya dalam bahasa sasaran

    (bahasa Indonesia).

  • 5

    2. Manfaat Praktis

    1) Bagi Peneliti

    Penelitian ini merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dan

    kreativitas peneliti dalam mengkaji karya sastra, terutama yang berkaitan

    dengan jenis deiksis dan bentuk terjemahannya dalam cerpen terjemahan.

    2) Bagi Pihak Lain

    Pihak lain yang dimaksud adalah para pembaca, penerjemah dan

    penikmat sastra. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

    pertimbangan untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan

    inovatif di masa yang akan datang.

    3) Bagi Instansi

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah koleksi

    hasil penelitian di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Fakultas

    Adab dan Humaniora. Dengan demikian, penelitian ini nantinya dapat

    digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang

    telah ada sebelumnya.

    4) Bagi Pendidikan

    Dalam bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

    sebagai bahan referensi bagi guru dan dosen jurusan Tarjamah, bahasa dan

    sastra Indonesia untuk materi bahasa (linguistik).

  • 6

    E. Tinjauan Pustaka

    Pada dasarnya, suatu penelitian tidak beranjak dari awal karena

    umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini bertujuan sebagai titik

    tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Penelitian terhadap karya sastra,

    terutama cerpen dengan objek kajian deiksis yang telah banyak dilakukan

    sebelumnya. Pada kajian pustaka ini, peneliti akan memaparkan lima hasil

    penelitian yang relevan sebelumnya, kemudian tentang konsep yang

    digunakan penulis sebagai landasan penelitian dalam meneliti yang berkaitan

    dengan judul yaitu tentang analisis deiksis dalam karya sastra (cerpen).

    Berikut ini peneliti akan memaparkan lima penelitian relevan tentang analisis

    deiksis dalam sebuah karya sastra, adalah sebagai berikut:

    Pertama, Amanah Ari Rachmanita (2016) dengan judul skripsi

    Deiksis Sosial dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan

    Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP

    dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia menyimpulkan bahwa fungsi

    pemakaian deiksis sosial dalam novel sang pemimpi meliputi 1) sebagai media

    pembeda tingkat sosial seseorang. 2) untuk menjaga sopan santun dalam

    berbahasa. 3) untuk menjaga sikap sosial. 4) alat memperjelas kedudukan

    seseorang. 5) alat memperjelas identitas seseorang. 6) alat memperjelas

    kedekatan hubungan sosial dan kekerabatan.

    Penelitian ini hanya fokus pada satu jenis deiksis yaitu deiksis sosial.

    Sedangkan peneliti fokus pada tiga jenis deiksis yaitu deiksis persona, waktu,

    dan ruang. Letak perbedaanya juga terdapat pada objek penelitianya yang

  • 7

    berbahasa Indonesia sedangkan objek peneliti menggunakan bahasa Arab yang

    telah diterjemahkan.

    Kedua, Dea Isgoentiar (2012) dengan judul skripsi Deiksis pada

    Novel Charlottes Web Karya E. B. White dari Universitas Padjadjaran. Ia

    menyimpulkan bahwa Terdapat 3 jenis deiksis yang muncul pada percakapan-

    percakapan dalam novel Charlottes Web karya E. B. White yaitu: deiksis

    persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu. Dari ketiga jenis deiksis ini,

    deiksis persona merupakan jenis deiksis yang paling banyak ditemukan pada

    percakapan-percakapan dalam novel Charlottes Web karya E. B. White ini.

    Terdapat 2 jenis sifat rujukan yang mengiringi kata ganti persona orang

    pertama, kedua dan ketiga serta kata keterangan tempat dan waktu pada

    percakapan-percakapan dalam novel Charlottes Web karya E. B. White ini,

    yaitu rujukan yang bersifat anafora yang mengacu pada sesuatu yang telah

    disebutkan sebelumnya dan rujukan yang bersifat katafora yaitu rujukan yang

    mengacu pada suatu informasi yang disebutkan kemudian dan sifat rujukan

    yang paling banyak muncul adalah anafora.

    Penelitian ini sama dengan peneliti yaitu mengidentifikasi tiga jenis

    deiksis. Perbedaanya Dea Isgoentiar meneliti deiksis dalam novel Charlottes

    Web karya E.B. White yang menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan peneliti

    menganalisis deiksis dalam cerpen wa kna al-duny karya Taufik el-Hakim

    yang menggunakan Bahasa Arab lalu diterjemahkan ke dalam bahasa

    Indonesia oleh Anif Sirasaeba.

  • 8

    Ketiga, Ghita Lusiana Dewi (2014) dengan judul skripsi Variasi

    Deiksis pada Cerpen Adz-dzikra Karya Al-Manfaluthi: Kajian Pragmatik dari

    Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia menyimpulkan bahwa deiksis persona

    dalam bahasa Arab dan Bahasa Indonesia sangat berbeda. Deiksis persona

    dalam bahasa Arab lebih kompleks dan banyak. Begitu juga dengan deiksis

    waktu. Dalam bahasa Arab, deiksis waktu lebih rinci dan terstruktur.

    Penelitian ini sama dengan peneliti yaitu meneliti deiksis dalam cerpen

    yang berbahasa sumber Arab. Perbedaannya penelitian ini hanya fokus pada

    dua jenis deiksis saja yaitu deiksis persona dan waktu. Sedangkan peneliti

    mengidentifikasi tiga jenis deiksis yaitu deiksis persona, waktu dan tempat.

    Keempat, Lila Dewi Tri Rahmawati (2010) dengan judul skripsi

    "Pemakaian Deiksis Persona, Lokasional dan Temporal dalam Novel Ayat-

    Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazi dari Universitas

    Muhammadiyah Surakarta. Ia menyimpulkan bahwa terdapat jenis dan wujud

    deiksis persona pertama tunggal maupun jamak, persona kedua tunggal

    maupun jamak, persona ketiga tunggal maupun jamak, deiksis lokasional, dan

    deiksis temporal di dalam novel. Wujud deiksis persona pertama tunggal

    terdapat 6 bentuk. Deiksis persona pertama jamak terdapat 2 bentuk.Deiksis

    persona kedua tunggal terdapat 5 bentuk. Deiksis persona kedua jamak

    terdapat 1 bentuk. Deiksis persona ketiga tunggal terdapat 5 bentuk, yakni

    pada data.Deiksis persona ketiga jamak terdapat 1 bentuk. Deiksis lokasional

    yang menunjuk tempat yang dekat dengan penutur terdapat 2 bentuk. Tempat

    yang tidak terlalu jauh dengan penutur terdapat 1 bentuk. Tempat yang jauh

  • 9

    dengan penutur terdapat 1 bentuk. Menunjuk tempat secara eksplisit terdapat

    11 bentuk. Deiksis temporal yang menunjuk waktu kini terdapat 4 bentuk.

    Waktu lampau 6 bentuk. Waktu yang akan datang 5 bentuk. Waktu netral 5

    bentuk. Kelas kata pembentuk deiksis yang terdapat dalam novel Ayat-ayat

    Cinta adalah pronomina untuk deiksis persona dannomina untuk deiksis

    lokasional dan temporal. Fungsi deiksis persona sebagai penunjuk kepunyaan

    terdapat 5 bentuk, perangkai preposisi 1 bentuk, menyatakan subjek

    tindakan/pelaku 1 bentuk, menyatakan objek tindakan atau pelaku 1 bentuk,

    dan sebagai penunjuk postpositif terdapat 1 bentuk.

    Penelitian ini sama dengan peneliti yaitu fokus pada tiga deiksis yaitu

    deiksis persona, deiksis tempat dan deiksis waktu. Perbedaannya terletak pada

    objek yaitu Lila menggunakan bahasa Indonesia sebagai media untuk

    menyampaikan informasi kepada pembaca lalu disisipkan pula bahasa Arab

    dan bahasa Jerman. Sedangkan objek peneliti berbahasa sumber Arab lalu

    diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

    Kelima, Darsita Suparno (2016) dengan penelitian Deiksis dalam

    Nazam Tarekat Karya K.H. Ahmad Ar-Rifai Kalisalak Tinjauan Pragmatik pada

    Dialektika Vol. 3, No. 2 2016. Hasil penelitiannya adalah dalam puisi Nazam

    Tarekat terdapat deiksis sosial yang menyatakan maksud untuk menggambarkan

    sifat orang atau sekelompok orang, aktivitas atau kegiatan, julukan, jabatan dan

    gelar. Dalam Nazam Tarekat juga terdapat makna deiksis sosial diidentifikasi

    dari satuan bahasa berupa kata atau frasa yang referennya berubah-ubah,

  • 10

    tergantung kepada siapa yang menuturkan, kapan dan di mana tuturan itu

    diucapkan.

    Penelitian Darsita (2016) sama dengan peneliti yaitu meneliti tiga jenis

    deiksis dalam cerpen. Namun, berbeda dalam metode yaitu Darsita (2016)

    menggunakan metode SPEAKING sebagai berikut:

    Hymes18 menjelaskan bahwa dalam suatu proses komunikasi terdapat dua kategori yaitu: 1) peristiwa tutur, dan 2) tindak tutur. Hymes Dell lebih lanjut membahas peristiwa tutur dan tindak tutur itu dapat menunjukkan adanya berbagai komponen yang perlu disertakan dalam deskripsi etnografis komprehensif tindak tutur. Klasifikasi yang diusulkan dikenal sebagai SPEAKING, di mana setiap dalam akronim tersebut adalah singkatan untuk komponen komunikasi yang berbeda.9

    Sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif teknik

    simak bebas cakap yaitu metode yang bersifat mendeskripsikan dan peneliti

    hanya sebagai pengamat atau penyimak.

    Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, peneliti belum

    mendapatkan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan penulis

    lakukan. Untuk itu peneliti ingin mengetahui dan melihat jenis dan bentuk

    penggunaan deiksis apa saja yang terdapat dalam bentuk ujaran para tokoh

    dalam cerpen terjemahan Wa Knat Al-duny.

    F. Metodologi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode

    yang bertujuan untuk membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual

    dan akurat mengenai data, sifat-sifat, serta hubungan fenomena-fenomena

    9 Suparno, Deiksis dalam Nazam Tarekat Karya K.H. Ahmad Ar-Rifai Kalisalak

    Tinjauan Pragmatik, Dialektika V. 3, No. 2 (2016): h. 159-160.

  • 11

    yang diteliti.10

    Dalam rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

    simak bebas cakap yaitu peneliti hanya menjadi pengamat dan penyimak.11

    Teknik ini sangat mungkin dilakukan karena data penelitian ini adalah data

    tertulis.

    Peneliti menyimpulkannya pada bagan sebagai berikut:

    Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam penelitian ini meliputi jenis dan

    sumber data, tehnik pengumpulan data, dan analisa data dalam

    menganalisis jenis dan bentuk terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-

    duny.

    10

    Fatimah dan Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian

    (Bandung: PT Eresco, 1993), h. 8. 11

    Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 208.

    Metodologi Penelitian

    Paradigma Metode Tehnik

    Linguistik Simak bebas

    cakap

    Catat

    Semantik Pragmatik

    Makna Penggunaan

    bahasa

    Terjemahan Konteks

    tuturan

    Kamera

    HP ATK

    Siapa (P1 P2)

    Di mana (P1 P2)

    Kapan (P1 P2)

  • 12

    1. Jenis dan Sumber Data

    Penelitian ini termasuk jenis library research yaitu penelitian

    kepustakaan yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan),

    baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.12

    Di

    dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data sebagai metode

    penelitian yaitu data primer dan data sekunder.

    Sumber data primer penelitian ini adalah cerpen Wa Knat Al-duny

    karya Taufik El Hakim dan diterjemahkan oleh Anif Sirsaeba yaitu cerpen

    Dan Duniapun Ada. Sumber data sekunder dalam penelitian berupa buku-

    buku, artikel, jurnal dan skripsi ataupun referensi dari media elektronik

    (internet) yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek

    penelitian dalam analisis jenis dan bentuk terjemahan deiksis dalam cerpen

    Wa Knat Al-duny .

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik catat atau taking note

    method. Teknik ini, pencatatan dapat dilakukan pada data yag telah

    disediakan.13

    Setelah pencatatan dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau

    pengelompokkan data berupa tuturan yang berbentuk deiksis dalam cerpen Wa

    Knat Al-duny dan mendeskripsikan terjemahan deiksis Anif Sirsaeba dalam

    cerpen Dan Duniapun Ada.

    12

    M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor:

    Ghalia Indonesia, 2002), h. 11. 13

    Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 211.

  • 13

    3. Analisis Data

    Dalam tahap analisis data, peneliti mulai membahas jenis-jenis deiksis

    dan mendeskripsikan bentuk deiksis dalam cerpen terjemahan. Dimulai

    dengan memilih tuturan-tuturan dalam cerpen Wa Knat Al-duny yang

    mengandung unsur deiksis. Kata tersebut kemudian dianalisis referennya,

    sehingga dapat diketahui apa acuan dari kata yang mengandung unsur deiksis

    tersebut. Kemudian peneliti dapat melihat bentuk terjemahan deiksis dalam

    cerpen Anif Sirsaeba dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Langkah 1: Data dikelompokkan atau diklasifikasi berdasarkan

    masalah penelitian, yaitu berdasarkan jenis deiksis dalam cerpen

    Wa Knat Al-duny.

    b. Langkah 2: Mendeskripsikan dan menganalisis jenis deiksis dalam

    cerpen Wa Knat Al-duny dengan menentukan referen dari deiksis

    yang telah diklasifikasi.

    c. Langkah 3: Membuat kesimpulan tentang hasil analisis terhadap

    karya sastra (Cerpen terjemahan Wa Knat Al-

    duny) terkait masalah jenis deiksis dan bentuk terjemahan deiksis

    oleh penerjemah.

  • 14

    Analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan pada bagan di bawah ini:

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam penelitian skripsi akan disajikan dalam

    lima bab, yaitu dimulai dengan bab I yang terdiri dari pendahuluan, kerangka

    teori, gambaran umum, analisis dan kesimpulan. Tujuannya adalah untuk

    mendapat pemahaman dan komprehensif dalam pembahasan masalah

    penelitian skripsi ini. Maka dari itu peneliti memaparkan sistematika penulisan

    sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan mengapa peneliti memilih

    tema pada penelitiaan ini, serta gambaran umum mengenai proses penelitiaan

    yang akan dilakukan. Untuk menjelaskan hal tersebut, peneliti membagi bab

    ini kedalam beberapa bagian yaitu latar belakang, batasan dan rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

    penelitian, dan sistematika penulisan.

    Mengklasifikasikan jenis deiksis

    dalam tuturan

    Mendeskripsikan dan

    menganalisis jenis

    deiksis dalam tuturan

    Deiksis Persona Deiksis Ruang Deiksis Waktu

    Kesimpulan

  • 15

    Bab II Kerangka Teori. Bab ini membahas tentang segala yang

    berhubungan dengan deiksis. Kemudian pada bab ini juga peneliti membahas

    tentang pedoman teori-teori deiksis yang dikemukakan oleh beberapa ilmuan.

    Adapapun sub-sub babnya yaitu pengertian deiksis dalam bahasa Arab,

    pengertian deiksis dalam bahasa Indonesia dan pergeseran dalam

    penerjemahan.

    Bab III Biografi. Bab ini Merupakan gambaran mengenai biografi

    penulis dan penerjemah cerpen Wa Knat Al-duny.

    Bab IV Analisis. Bab ini merupakan analisis bentuk dan terjemahan

    deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny.

    Bab V Penutup. Bab ini merupakan hasil dari analisis jenis dan bentuk

    terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny. Terdiri dari kesimpulan

    dan saran-saran yang peneliti berikan untuk peneliti selanjutnya.

  • 16

    BAB II

    TEORI DEIKSIS DALAM TEKS SASTRA TERJEMAHAN

    A. Deiksis

    Deiksis merupakan kata-kata yang merujuk yakni kata-kata tersebut

    dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu penutur dan dipengaruhi situasi

    pembicaraan. Menurut Nababan bahwa sebuah kata pada deiksis dapat

    berubah berdasarkan situasi pembicaraan. Deiksis dibedakan atas lima macam

    yaitu deiksis persona, tempat, waktu wacana dan deiksis sosial.14

    Sejalan dengan Levinson yang membedakan deiksis atas lima macam

    yakni, deiksis persona, deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana, dan

    deiksis sosial. Levinson mendeskripsikan deiksis secara jelas sebagai maksud

    dari bahasa yang merupakan penyempurnaan melalui ekspresi deiksis yang

    bergantung pada interpretasi dari pembicara dan pendengar yang dibagikan

    melalui konteks yang sama. Dia berpendapat bahwa deiksis adalah hubungan

    antara bahasa dan konteks.15

    Deiksis adalah gejala semantik yang terdapat pada kata yang hanya

    dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicaraan.

    Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berubah-ubah,

    bergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan bergantung pada saat

    dituturkannya kata itu. Deiksis yang dipersoalkan adalah unsur yang

    referennya dapat diidentifikasi dengan memperhatikan identitas si pembicara

    14

    P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya (Jakarta: Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi 1987), h. 45 15

    Stephen C. Levinson, Pragmatics (London: Cambridge Univesity Press), h. 64.

  • 17

    serta saat dan tempat diutarakannya tuturan yang mengandung unsur yang

    bersangkutan16

    Bambang Kaswanti Purwo menjelaskan bahwa deiksis merupakan

    istilah teknis dalam merujuk suatu hal dalam sebuah tuturan. Kata deiksis

    berasal dari bahasa Yunani yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukkan secara

    langsung. Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila referennya berganti-

    ganti tergantung pada saat dan tempat dituturkannya.17 Sejalan dengan Lyons

    yang menjelaskan bahwa deiksis dipakai untuk menggambarkan fungsi

    pronomina persona, demonstrativa, fungsi waktu, dan aneka ciri gramatikal

    serta leksikal lainnya yang menghubungkan ujaran dengan jalinan ruang dan

    waktu dalam tindak ujaran.18

    Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa deiksis adalah kata, frasa

    atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung siapa yang

    menjadi pembicara, waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut.

    Lyons dan Bambang membagi deiksis menjadi tiga yaitu deiksis persona,

    deiksis ruang dan deiksis waktu.

    1. Deiksis Persona

    Istilah persona berasal dari kata latin persona yaitu terjemahan dari

    kata Yunani prosopon yang artinya topeng (topeng yang dipakai oleh

    seorang pemain sandiwara), dan juga berarti peranan atau watak yang

    dibawakan oleh pemain drama. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu

    16

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Baku Bahasa

    Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 35. 17

    Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai

    Pustaka, 1984), h. 1-2. 18

    John Lyons, Semantics (Cambridge: Cambridge University Press, 1977), h. 636.

  • 18

    itu disebabkan adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan

    sandiwara.19

    Deiksis persona (person deixis) berhubungan dengan

    pemahaman mitra tutur tentang pemberian peran dalam suatu peristiwa

    tutur.20

    Deiksis persona mengarah pada pemahaman kata ganti diri karena

    fungsinya yang menggantikan diri orang.21

    Bahasa Indonesia mengenal

    pembagian kata ganti menjadi tiga yaitu kata ganti persona pertama, kata

    ganti persona kedua, dan kata ganti persona ketiga.

    Persona Makna

    Tunggal Jamak

    Pertama Saya, aku,-ku, ku- Kita, kami

    Kedua Kamu, anda, engkau, -mu Kalian, kamu sekalian

    Ketiga Ia, dia, -nya Mereka

    Deiksis persona pertama yaitu pronomina yang menggantikan diri

    orang yang berbicara. Deiksis persona kedua yaitu pronomina yang

    menggantikan diri orang yang diajak berbicara (mitra tutur). Deiksis persona

    ketiga yaitu pronomina yang menggantikan diri orang yang dibicarakan.22

    Deiksis pronomina persona memiliki perkecualian yakni bentuk

    persona yang mengarah pada Allah (-Nya, Dia, dll). Perkecualian karena

    19

    Lyons, Semantic, h. 638. 20

    Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2011), h. 110. 21

    Slamet Muljana, Kaidah Bahasa Indonesia (Ende: Nusa Indah, 1969), h. 276. lihat

    Tardjan Hadidjaja, Tata Bahasa Indonesia (Jogjakarta: U.P. Indonesia, 1965), h. 61. lihat juga

    Purwo, Deiksis dalam Bahasa Indonesia h. 22. 22

    Suparno, Deiksis dalam Kumpulan Cerpen Al-Kabuus Tinjauan Sosiopragmatik, h.

    350.

  • 19

    mempunyai rujukan yang tetap dan tidak dapat berpindah. Deiksis tidaknya

    kata-kata sangat bergantung pada berpindah atau bergeser tidaknya referen

    atau rujukan dari kata-kata tersebut.23

    amr () atau pronomina merupakan kata benda tetap yang

    mengacu pada persona pertama atau mutakallim (), persona kedua atau

    mukhtab (), dan persona ketiga atau ghib (24.( Kajian pronomina

    di dalam bahasa Arab mencakup tiga macam, yaitu Munfail (), Muttail

    () dan Mustatir ,()25

    yang dikelompokkan berdasarkan pada aspek

    jantina26

    dual ,( ) meliputi tunggal ( ) aspek numerelia ,( )

    .( ) dan plural ,( )27

    amr munfail ( ) merupakan pronomina yang berdiri

    sendiri secara bebas28

    dan penulisannya tidak disambungkan dengan kata lain.

    amr munfail terbagi menjadi dua yaitu pronomina bebas nominatif jenis

    amr rafa munfail ( ) yang berfungsi sebagai subjek atau

    pelaku sedangkan pronomina bebas akusatif jenis amr man-b munfail

    .berfungsi sebagai objek ( )29

    23

    Chaniago, Materi Pokok Pragmatik (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 49. 24

    Mustafa Al-Ghalayyain, Jmi Al-Dur-s Al-Arabiyyah (Beirut: Al-Maktabah Al-Ashriyyah, 2005), h. 87. Lihat juga Fuad Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-

    Arabiyyah (Damaskus: Dr Al-Hikmah, T.t), h. 113. 25

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113. 26

    Jenis kelamin: jantina, seks. Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan, 2009), h. 258.

    27 Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2011), h. 110. 28

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113. Lihat juga Agus Purwanto, Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari (Bandung: Mizania, 2014), h.70-

    71. 29

    Aziz Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab (Ciputat: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, T.t), h. 155-157. Lihat Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113. Lihat juga Al-Ghalayyain, Jmi Al-Dur-s Al-Arabiyyah, h. 70.

  • 20

    Adapun pronomina bebas nominatif sebagai berikut:

    Pronomina Tunggal Dual Jamak

    Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina

    Pertama

    Kedua

    Ketiga

    Pronomina bebas akusatif sebagai berikut:

    Pronomina

    Tunggal Dual Jamak

    Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina

    Pertama

    Kedua

    Ketiga

    amr muttail ( ) merupakan pronomina bentuk terikat

    bergantung pada kata lain30

    dan penulisannya juga disambungkan dengan

    kata lain. amr muttail terbagi menjadi dua yaitu pronomina terikat

    nominatif atau amr raf muttail ( ) dan pronomina terikat

    akusatif atau amr naab muttail ( ) dan amr jar muttail

    .( )31

    Adapun pronomina terikat nominatif sebagai berikut:

    Pronomina Tunggal Dual Jamak

    30

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 114. Lihat juga Agus Purwanto, Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari, h.70-71.

    31 Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158. Lihat juga Nimah, Mulakhas

    Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah , h. 114.

  • 21

    Persona Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina

    Pertama )(

    ((

    ((

    Kedua

    ((

    ((

    /

    /

    ((

    /

    ((

    ((

    ((

    Ketiga

    ((

    -

    ((

    -

    ((

    /

    /

    ((

    /

    ((

    /

    /

    ((

    -

    Pronomina terikat nominatif jenis amr raf muttail selalu menempel

    pada verba atau kna wa akhwtuha yang berfungsi sebagai subjek.32

    Pronomina terikat bisa disebut dengan pronomina afiksal verba yang

    berkedudukan sebagai subjek33

    karena di dalam bahasa Arab, setiap verba yang

    muncul dalam kalimat selalu sudah mengandung petunjuk pelaku. Setiap

    pelaku yang menempel pada verba berbentuk afiksasi.34

    Pronomina terikat akusatif adalah pronomina yang posisinya berada di

    belakang nomina, partikel atau verba. Pronomina yang berada di belakang

    nomina dan partikel yaitu amr jar muttail35 atau lebih dikenal dengan kata

    32

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 114. Lihat juga Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158.

    33 Risty Sugidianti Zahara, Deiksis dan Pemahaman Teks Narasi Bahasa Arab Telaah

    Novel Al-Karnak Karya Najb Mahfudz (Tanggerang Selatan: Lembaga Study Islam Progresif, 2011), h. 25.

    34 Afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar atau alas.

    35 Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158-160.

  • 22

    ganti kepunyaan. Pronomina yang berada di belakang verba yaitu amr

    naab muttail yang berfungsi sebagai objek.36

    Pronomina terikat akusatif sebagai berikut:

    Pronomina

    Persona

    Tunggal Dual Jamak

    Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina

    Pertama )(

    //

    )(

    //

    ((

    ((

    ((

    ((

    Kedua ))

    ((

    ((

    ((

    ((

    ((

    Ketiga ))

    /

    ((

    ((

    ((

    ((

    ((

    Pronomina orang pertama tunggal yang berupa vokal panjang

    seperti kitab ( ) buku saya, bila didahului vokal panjang seperti

    bentuk dualis dalam frase genetif, maka pronomina orang pertama tunggal

    tersebut menjadi vokal ya. Contoh: ( buku saya) menjadi (dua

    buku saya). Lain halnya bila didahului preposisi atau nomina yang berakhir

    dengan vokal panjang seperti al () menjadi alayya (di atas saya).

    Pronomina orang pertama tunggal bertindak sebagai objek berkasus akusatif

    setelah verba, maka ditambah dengan nun seperti (dia menyuruh)

    menjadi (dia menyuruh saya). Berbeda jika didahului konsonan nun,

    maka dipakai n seperti menjadi atau .37

    36

    Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 158. 37

    Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 159-161.

  • 23

    amr mustatir ( ) merupakan kata ganti yang tidak terlihat

    dalam penulisan dan tidak terbaca. amr mustatir terbagi menjadi dua yaitu

    amr mustatir wuj-ban ( ) yang harus tersembunyi dan

    amr mustatir jawzan ( ) yang boleh tersembunyi dan boleh

    dimunculkan dalam kalimat.38

    Adapun amr mustatir wuj-ban sebagai berikut:

    Pronomina

    Persona

    Tunggal Dual Jamak

    Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina

    Pertama

    )(

    ((

    -

    ((

    -

    ((

    Kedua ((

    ((

    -

    ((

    -

    ((

    -

    ((

    -

    ((

    -

    amr mustatir wuj-ban adalah pronomina harus tersembunyi yang

    keberadaannya tidak boleh digantikan oleh isim ahir. Pronomina

    tersembunyi terdapat pada fiil amr ( ) atau kalimat perintah untuk

    pronomina orang kedua maskula tunggal (kamu, ). Pronomina

    tersembunyi juga terdapat pada fiil mudhari ( ) untuk pronomina

    orang kedua maskula tunggal (kamu. ) atau untuk pronomina orang

    pertama tunggal (saya, ) dan untuk pronomina orang pertama jamak

    (kita, ).39

    38

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 116-117. 39

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 117.

  • 24

    amr mustatir jawzan sebagai berikut:

    Pronomina

    Persona

    Tunggal Dual Jamak

    Maskula Femina Maskula Femina Maskula Femina

    Ketiga

    ((

    ((

    ((

    -

    ((

    -

    ((

    -

    ((

    -

    amr mustatir jawzan adalah pronomina yang boleh

    disembunyikan dan keberadaannya bisa digantikan oleh isim ahir.

    pronomina yang boleh disembunyikan terdapat pada fiil mi dan fiil

    muari untuk pronomina orang ketiga maskula (dia, ) atau pronomina

    orang ketiga femina (dia,(.40

    2. Deiksis Ruang

    Deiksis ruang (place deixis) bertalian dengan pemahaman tempat

    yang disebutkan penutur dan mitra tutur dalam sebuah pertuturan.41

    Tempat dapat menjadi deiksis jika tempat orang-orang melakukan

    komunikasi dalam proses tindak tutur. Deiksis ruang dibagi dalam tiga

    bagian yaitu lokatif, demonstratif dan temporal42

    :

    Lokatif Demonstrativa Temporal

    Sini Ini Kini

    Situ Itu Dini

    Sana

    40

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 117 -118. 41

    Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 111. 42

    F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 9.

  • 25

    Deiksis tempat yang bersifat demonstratif di dalam bahasa Arab

    bisa disebut juga ism al-isyrah (Kata tunjuk). Sejalan dengan bapak

    linguistik di Tarjamah yaitu bapak Syarif Hidayatullah mengungkapkan

    bahwa Bahasa Arab mengenal nomina demonstrativa (ism al-isyrah)

    yang lebih komplek daripada bahasa Indonesia.43

    Nomina demonstrativa

    dalam bahasa Arab lebih komplek karena terdapat tiga perbedaan yaitu

    proximal, medial dan distal.44

    Proximal demonstratif pronoun () dalam bahasa Arab:

    Gender Tunggal Dual

    Jamak Nominatif Akusatif

    Maskula

    Femina /

    Medial demonstratif pronoun ( ) dalam bahasa Arab:

    Gender Tunggal Dual

    Jamak Nominatif Akusatif

    Maskula

    Femina /

    43

    Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer

    (Tanggerang: Al-Kitabah,2014), h. 45. 44

    Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties (New York:

    Longman, 1995), h. 151. Lihat juga Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 121-122.

  • 26

    Distal demonstratif pronoun () dalam bahasa Arab:

    Gender Tunggal Dual

    Jamak Nominatif Akusatif

    Maskula

    Femina

    Hdz digunakan untuk menunjukan tempat yang dekat dengan

    penutur (proximal). Dzka digunakan untuk menunjukan tempat yang

    sedikit jauh dari penutur dan mitra tutur (Medial). Dzlika digunakan

    untuk menunjukkan tempat yang jauh dari penutur dan mitra tutur

    (Distal).45

    Selain demonstratif pronoun, ada juga lokatif demonstratf yakni

    hal yang menunjukkan lokasi yang dekat dan yang jauh dengan penutur.

    Lokatif demonstratif termasuk deiksis ruang dalam bahasa Arab yaitu:

    Proximal Medial Distal

    Lokatif

    arfu al-makn termasuk deiksis ruang dalam bahasa Arab karena

    arfu al-makn adalah nomina yang dibentuk dari verba untuk

    memperoleh nomina yang menyatakan tempat46

    atau nomina tempat yang

    dinaabkan dengan memperkirakan makna f (pada/ dalam)47 seperti

    Amma (di depan), fawqa/ al (di atas), yumn/ yamn (di kanan), wara/

    45

    Abdul Muin, Analisis Konstrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta: PT.

    Pustaka Al-Husna Baru, 2004), h. 114. Lihat juga Cowan, An Introduction To Modern Literary

    Arabic, h. 70. 46

    Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, h. 132. 47

    Moch Anwar, Ilmu Nahwu (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h. 135.

  • 27

    khalf (di belakang), jnib (di samping), yusr (di kiri), tahta (di bawah),

    bayna (di antara), qarb (dekat), bad (Jauh)48

    3. Deiksis Waktu

    Deiksis waktu adalah pemberian bentuk pada rentang waktu saat

    suatu bahasa dituturkan. Dalam banyak bahasa deiksis ini mengacu pada

    waktu berlangsungnya kejadian, baik kala lampau, kala kini, maupun kala

    mendatang.49

    Waktu lampau Waktu sekarang Waktu yang akan

    datang

    Minggu (yang) lalu Minggu ini Besok (hari) lusa,

    besok lusa

    (Hari) Kamis (yang) lalu Hari kamis ini Nanti, kelak

    (Bulan) Juli (yang) lalu Bulan ini Bulan depan

    Tahun (yang lalu) Bulan April ini Minggu yang akan

    datang

    (tahun) 1952 (yang) lalu Tahun ini

    Kemarin dulu, kemarin tadi (tahun) 1984 ini

    Sekarang

    Leksem waktu dalam bahasa Indonesia ada yang dapat

    dirangkaikan dengan kata ini (seperti sekarang ini), ada pula yang dapat

    direduplikasikan (seperti pagi-pagi, kemarin-kemarin). Barang kali waktu

    tidak bermarkah secara morfemis (berbeda dengan bahasa Inggris) maka

    bahasa Indonesia kaya akan leksem waktu dan beberapa leksem waktu

    48

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 73. Lihat juga Aprijon Efendi, Mudah Berbahasa Arab (Jakarta; Amzah, 2014), h.34.

    49 Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapanya, (Jakarta: Departemen Pendidikan

    dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi 1987), h. 41.

  • 28

    memiliki jangkauan yang sulit diperikan batasnya (seperti nanti dan kelak,

    tadi dan dulu.50

    Deiksis waktu (time deixis) berkaitan dengan pemahaman waktu

    saat tuturan dibuat. Deiksis waktu seperti kemarin, besok,

    .hari dan sebangsanya ,tadi malam 51

    Deiksis waktu dalam

    bahasa Arab sangat komplek. Penunjuk kala atau waktu tidak hanya

    berbentuk nomina, namun verba dan partikel yang berupa morfem atau

    gabungan morfem.52

    Deiksis waktu dalam bahasa Arab juga bisa dilihat dari arfu al-

    zamn (kata keterangan waktu) dan kala waktu (tense). arfu al-zamn

    adalah isim zaman (waktu) yang dinaabkan dengan memperkirakan fi

    (pada/dalam) seperti:

    a. Waktu (Al-Zamn)

    sah (jam), daqqah (menit), tsniyah (detik), Syahr (bulan),

    Usb- (Minggu), yaum (hari), qarnun (Abad), tsamn sanawt (sewindu),

    sanah (tahun), ghadan (besok), amsy (kemarin),53 Abadan/ Amadan

    (selamanya), hna (ketika)54 qabla (sebelum), bada (setelah) Sahar (waktu

    sahur), bukratan (pagi), uha ( waktu setelah matahari naik sepenggal),

    zuhr (siang), ar (waktu sore hingga matahari memerah), maghrib (ketika

    50

    Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia, h. 96. 51

    Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, h. 111. 52

    Ghita Lusiana Dewi, "Variasi Deiksis pada Cerpen Al-dzikra Karya Al-manfalu i:

    Kajian Pragmatik," Skripsi. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Program Sastra Arab, Universitas

    Sebelas Maret Surakarta, 2014, h. 23. 53

    Efendi, Mudah Berbahasa Arab, h. 32-33. 54

    Moch Anwar, Ilmu Nahwu, h. 135.

  • 29

    matahari tenggelam), isya (saat langit mulai gelap), lailah (malam), abah

    (waktu langit bersinar putih dan menghilang), mas (sore hari).55

    b. Hari-hari dalam seminggu ( Al-Ayym f Al-usbu)

    Yaumu al-sabtu (Hari Sabtu), yaum al-ahad (hari Minggu), yaum

    al-itsnayn (hari Senin), yaum al-Tsulats (hari Selasa), yaum al-arbia

    (hari Rabu), yaum al-khamis (hari Kamis), yaum al-jumah (hari Jumat),

    Yaum ulah ( Hari libur).56

    c. Nama-nama bulan

    Bulan hijriyah: Muharam, afar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir,

    Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal, dzul

    qadah, dzul hijjah. Berbeda dengan negara Mesir dan Sudan yaitu

    Yanyir, Fabryir, Mrs, Abrl, My-, Y-niy-, Y-liy-, Agustus,

    Saptambar, Ukt-bar, N-pambar, Dsambar. Berbeda juga dengan negara

    Arab umum yaitu Kn-nu al- tsn, Syubt, Adzr/ Mrt, Naysn, Ayyr/

    Myis, Hazran, Tamm-z, b, Ayl-l, Tisyrnu al-Awwal, Tasyrnu al-

    Tsn, Kn-nu al-Awwal.57

    d. Musim (Al-Mawsim)

    Rab (Musim Semi), Syita (Musim Dingin), kharf (Musim

    Gugur), Shaif ( Musim Panas). Selain Dzarf Al-Zaman, deiksis waktu

    termasuk dalam bahasa Arab adalah kala waktu atau biasa disebut tense:

    55

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-sLughah Al-Arabiyyah, h. 73. 56

    Efendi, Mudah Berbahasa Arab h. 33. 57

    Cowan, An Introduction To Modern Literary Arabic, h. 189.

  • 30

    a. ( the present tense) Fiil Muri adalah menunjukkan

    kejadian yang sedang berlangsung, akan datang58

    , kebiasaan

    sehari-hari dan untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat

    tetap.

    b. yang dimasuki prefiks berfaedah untuk mustaqbal

    qarb (masa akan datang dalam rentang waktu yang singkat) dan

    barfaedah untuk mustaqbal bad (masa akan datang

    dalam rentang waktu yang lama).59

    c. Fiil Mai (The past tense) Fiil Mai adalah menunjukkan

    kejadian yang telah berlalu dan selesai.60

    d. Fiil Mai yang dimasuki partikel (sungguh)61 dan

    (sungguh pasti). Verba ini menunjukkan kejadian (perbuatan)

    yang benar-benar baru selesai dilakukan. Fiil mai yang

    dimasuki partikel (sungguh), kata keterangan dan kata

    keterangan temporal tambahan . verba ini menyatakan

    bahwa suatu aksi telah selesai pada suatu kejadian di masa lalu

    sebelum aksi lainnya terjadi.

    58

    Lihat Moch Anwar, Ilmu Nahwu, h. 55. 59

    Fuad Nikma, Panduan Lengkap Belajar Bahasa Arab Otodidak (Jakarta: Turos

    Pustaka, 2015), h. 213. 60

    Moch Anwar, Ilmu Nahwu, h. 55. 61

    Taufiqul Hakim, Amsilati Metode Praktis Mendalami Alquran dan Membaca Kitab

    Kuning (Jepara: Darul Falah, 2003), h. 2.

  • 31

    B. Bentuk Terjemahan

    Karya terjemahan sastra memberi keragaman informasi yang kaya

    perihal masyarakat, bangsa, dan negara asalnya, sehingga penerjemah karya

    sastra harus memiliki pengetahuan yang luas tentang latar belakang

    sosiokultural dari bahasa sumber karena pengetahuan tersebut diperlukan

    untuk memahami karya sastra yang sedang diterjemahkan.62

    Karya sastra lebih mengandung unsur ekspresi sastrawan dan kesan

    khusus yang ingin ditimbulkannya terhadap pembaca. Karya sastra juga

    mengandung unsur-unsur emosional, efek keindahan kata dan ungkapan, efek

    keindahan bunyi dengan segala nuansa yang mengiringinya. Oleh sebab itu,

    penerjemah karya sastra perlu mempunyai pengetahuan yang luas tentang

    latar belakang sosiokultural dari Bsu yang sedang diterjemahkan.63

    Penerjemah menyampaikan makna pesan secara berpola atau

    bersistem karena bahasa memiliki aturan yang dirangkai dengan baik secara

    teoritis sehingga penerjemah mencari padanan kata dengan cara pelesapan,

    penggantian, referen dan hubungan leksikal lainnya.64

    Selain itu, hasil

    terjemahan yang baik adalah kalimat-kalimat yang terdapat di dalam

    terjemahan saling berhubungan atau kohesi.

    Kohesi adalah bagian dari sistem bahasa yang dipadankan bahasa

    sumber dengan referen, elipsis, dan seterusnya yang membangun bahasa itu

    sendiri.65

    Secara keseluruhan, kohesi dibedakan menjadi dua yaitu kohesi

    62

    Zuchridin Suryawinata, dkk., Translation (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 153. 63

    Kardimin, Pintar Menerjemah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 174-175. 64

    Risnawaty, Teori Terjemahan, h. 4-5. 65

    Risnawaty, Teori Terjemahan, h. 5.

  • 32

    gramatikal dan kohesi leksikal. Peneliti hanya akan menjelaskan tentang

    kohesi gramatikal sebagai berikut:

    1. Referensi

    Referensi merupakan hubungan antara kata dengan acuannya.

    Referensi dapat bersifat eksoforis (situasional) apabila mengacu ke

    antesenden yang ada di luar wacana dan dapat bersifat endoforis (tekstual)

    apabila yang diacunya terdapat di dalam wacananya. referensi juga dapat

    dikatakan pronomina, yaitu kata-kata yang berfungsi untuk menggantikan

    nomina atau sesuatu yang menjadi nomina.66

    2. Subtitusi

    Subtitusi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa

    penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana

    untuk memperoleh unsur pembeda.67

    Subtitusi digunakan apabila penulis

    menghindari pengulangan kohesif leksikal sehingga merujuk langsung kepada

    benda yang dimaksud.68

    3. Elipsis

    Elipsis merupakan penghilangan satu bagian dari unsur sebuah

    kalimat. Menurut Kridalaksana bahwa elipsis adalah peniadaan kata atau

    satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks dalam atau luar

    bahasa. Elipsis dapat pula dikatakan penggantian nol (zero) yang bermakna

    66

    Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana: Prinsip-Prinsip Semantik dan Pragmatik

    (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 153-154. 67

    Siti Lestari, "Aspek Kohesi dan Koherensi dalam Cerita Pendek Jannatul A fal Karya

    Nadzib Mahfudz," Skripsi. Fakultas Adab Program Sastra Bahasa Arab, UIN Raden Patah

    Palembang, 2016, h. 21. 68

    Risnawaty, Teori Terjemahan, h. 27.

  • 33

    sesuatu yang ada tapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan. Hal ini dilakukan

    demi kepraktisan.

  • 34

    BAB III

    GAMBARAN UMUM TENTANG CERPEN WA KNAT AL-DUNY

    A. Tentang Cerpen Wa Knat Al-duny

    Cerpen Wa Knat Al-duny merupakan salah satu kisah dari

    kumpulan cerpen Arinillah karya Taufiq El-Hakim. Kemudian, Anif

    Sirsaeba menerjemahkan cerpen Wa Knat Al-duny dengan judul Dan

    Duniapun Ada.

    Arinillah merupakan antologi cerpen yang termuat dalam 18 judul,

    di antaranya adalah Ariinillah (Lihatkan Allah padaku), Asy Syahiid (sang

    martir), Mauziul Bariid (seorang tukang pos), Wa Knat Al-duny (dan

    duniapun ada), Daulatul Ashaafir (Negeri Burung Pipit), Fii Sanati

    milyuun (Dalam Tahun Sejuta Masehi), Al-Ikhtiraa Al-Ajiib (Temuan

    Yang Menakjubkan), Al-Asthaa Izraiil (Izrael Sang Penyergap), Mujizaat

    wa Karamaat (Mukjizat dan Keramat), Mutamaarul Huub (Muktamar

    Cinta), Imraatun Ghalabatisy Syaitaan (Perempuan Yang Mengalahkan

    Setan), Al-Habiib Al-Majhuul (Kekasih Yang Dungu), Fii Nakhbi Al-

    Ashaabah (Dalam Teror Mafia), Asadiz Zaujaiin (Kebahagiaan Suami

    Istri), Itiraaful Qaatil (Pengakuan Sang Pembunuh), Milaadu Fikrah

    (Kelahiran Ide) dan Wajhul Haqiiqah (Rupa Yang Sesungguhnya).69

    Kumpulan cerpen Ariniillah diterjemahkah oleh Anif Sirsaeba

    dengan judul Dalam Perjamuan Cinta yang diambil dari salah satu kisah

    di kumpulan cerpen tersebut. Karya terjemahan ini diterbitkan oleh dua

    69

    Taufiq El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba (Jakarta:

    Republika, 2008) h. 10.

  • 35

    penerbit yaitu Republika dan Basmala Republika Corner (BRC) pada

    tahun 2008.

    Karya ini di negeri asalnya Mesir telah menjadi karya yang amat

    tersohor. Antologi cerpen ini tak hanya meledak tapi telah berkali-kali

    meledak.70

    B. Sekilas Tentang Penulis (Taufiq El-Hakim)

    Taufiq El-Hakim adalah salah satu tokoh utama dalam ranah sastra

    Arab modern, terutama dalam konteks drama Arab modern. Karya-

    karyanya dianggap warisan penting bagi literatur Arab karena ia telah

    berkontribusi di negaranya, Mesir. Ia menggunakan bahasa yang baik

    untuk mengekspresikan tulisannya yang bergenre sastra terkait kehidupan

    politik dan sosial Mesir.71

    1. Riwayat Hidup Taufiq El-Hakim

    Dr. Taufiq El-Hakim lahir dan besar di kota Mesir. Ia dilahirkan

    pada musim panas tahun 1903 di Dahiyatul Raml Iskandaria Mesir.

    Ayahnya bernama Ismaik Beik El-Hakim yang merupakan seorang petani

    kaya raya. Adapun ibunya adalah perempuan cantik putri perwira tinggi

    Turki.

    Ketika terjadi pergolakan nasional di Mesir pada tahun 1919,

    Taufiq pernah dijebloskan ke penjara bersama pamannya karena terlibat

    70

    El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 15. 71

    Roger Allen, An Introduction Arabic Literature (Cambridge University Press, 2000), h.

    204.

  • 36

    dalam pergolakan tersebut di bawah pimpinan Saad Zaglul. Penjara

    ternyata menjadi guru terbaik Taufiq El-Hakim dalam mengembangkan

    pola pikir dan imaji-kreativitasnya. Setelah bebas dari penjara, ia pun

    mengembangkan bakat menulisnya.72

    Pada tahun 1921 ia mulai belajar hukum di Sultaniya Law School

    yang menjadi tempat pelatihan prinsip dasar untuk pemimpin intelektual

    Mesir dari generasi baru. Taufiq memperoleh ijazah Kafaah (kredibel) dan

    pada tahun 1924, ia memperoleh ijazah dalam bidang hukum sebagaimana

    impian ibunya.73

    Selama studi hukum, ia menulis naskah drama untuk

    dimainkan oleh Teater Uzbek.74

    Usai memperoleh gelar sarjana di bidang hukum, Taufiq

    memperdalam lagi studi hukumnya di Prancis selama kurang lebih tiga

    tahun. Di Prancis ia mendapatkan kesempatan hidup bebas sehingga lalai

    memperdalam ilmu hukumnya. Ia lebih tertarik mempelajari tentang sastra

    Eropa klasik dan modern, khususnya sastra Prancis. Ia menggunakan

    waktunya untuk pergi ke teater, opera, museum dan ia ikut mementaskan

    drama Ali Baba pada tahun 1925.75

    kemudian kembali ke Mesir pada

    tahun 1928. Sepulangnya dari Prancis, ia terbiasa menulis naskah drama

    kemudian mementaskannya dengan kelompok-kelompok teater yang

    dibentuknya.

    72

    El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 151. 73

    Ibrahim Ali Ahmed Al-Shami, Shaw's & AL-Hakim's Pygmalion: A Thematic

    Comparative Study, International Journal of English and Education V, 4, no. 4 (October 2015):

    h. 258. 74

    El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 152. 75

    Ismad Mahdi , Modern Arabic Literature 1900 1967 (Hyderabad,1983), h. 124.

  • 37

    Pada tahun 1929 ia menjadi Wakil Jaksa dan kemudian bekerja di

    Tanta, Damanhur, Dasuq, Far Sukur, Itay Barud dan Kom amadah.76

    Pada tahun 1935, Taufiq mengundurkan diri dari tempat kerjanya di

    Departemen Kehakiman lalu beralih ke Departemen Pendidikan karena di

    bidang terakhir inilah ia menemukan kecocokan. Di departemen

    pendidikan hanya bertahan selama tiga tahun. Ia kemudian pindah ke

    departemen sosial pada tahun 1939 dan empat tahun kemudian

    mengundurkan diri. Semenjak kemundurannya dari departemen sosial, ia

    bertekad untuk mengabdikan dirinya hanya di bidang sastra.

    Pada tahun 1950, Taufiq diangkat sebagai Direktur Pustaka

    Nasional Mesir. Lima tahun kemudian pada tahun 1955, Taufiq diangkat

    menjadi anggota dewan redaksi haria paling terkemuka di Mesir, Al

    Ahram, duduk bersama Najib Mahfouz, Dr. Louis Us, dan Dr. Aisha

    Abdurrahman. Pada tahun itu juga ia diminta untuk bergabung di

    Jamiyyatul Udaba Mesir oleh rekan-rekannya. Ia diundang bersama

    sastrawan terkemuka seperti, Dr. Thaha Husain, Dr. Husain Fauzi,

    Mahmoud Taimur, Yahya Haqqi, Kamil El-Sanawi, Yusuf El-Sibai, Najib

    Mahfouz, Ihsan Abdul Quddus, Abdurrahman El-Sharqawi dan Ahmad

    Bahauddin.

    Perjalanan Taufiq El-Hakim tidak cukup sampai di sini. Pada tahun

    1956 ia diangkat menjadi anggota majelis Tinggi Sastra dan Seni dan

    76

    Maqsood Ahmed, The Beginnings and Development of Drama in Arabic (New Delhi,

    2006), h. 130.

  • 38

    akhirnya pada tahun 1959 ia menjadi wakil Mesir di UNESCO.77

    Taufiq al

    Hakim pensiun dari pegawai negeri (dari jabatan-jabatan resmi

    pemerintahan) pada tahun 1943. Kemudian ia mencurahkan hidupnya

    untuk seni, sampai ia wafat tahun 1987 di Kairo.78

    2. Karya Taufiq El-Hakim

    Taufiq El-Hakim merupakan sastrawan Arab yang banyak

    melahirkan naskah drama. Ia meninggal dunia pada pada tahun 1987

    dengan mewariskan lebih dari 60 naskah drama Arab modern, 2 kumpulan

    cerpen dan 20 novel yang bermutu tinggi.79

    Sastrawan Mesir ini memiliki beberapa cerpen yang cukup terkenal

    yang bahkan sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Asing seperti

    Indonesia. Ahl Al-Fann (1934), 'Ahd Al-Shaytan (1938), Sultan Al-Zalam

    (1941), 'Adalah wa Fann (1953), Arini Allah (1953), Madrasit Al-

    Mughafalin (1953) dan Laiyat Al-Zifaf (1966).80

    Tidak hanya cerpen, Taufiq el-Hakim juga seorang novelis yang

    sudah menulis beberapa novel terkenal seperti Awdat Al-Ruh (1933),

    Yamiyat Na'ib fil-Aryaf (1937), 'Usfour min Al-Sharq (1938), Ash'ab Malik

    Al-Tufaylayin (1938), Raqisat Al-Ma'bad (1939), Al-Ribat Al-Muqaddas

    77

    El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 153. 78

    Ahmad Athoillah Fathoni, Leksikon Sastrawan Arab Modern (Yogyakarta: Datamedia,

    2007), h. 145. 79

    El-Hakim, Dalam Perjamuan Cinta. Penerjemah Anif Sirsaeba, h. 154. 80

    El-Hakim, Ahlul Kahfi (T.tp.:Dar Al-Syurq, 1933), h. 3.

  • 39

    (1944), Al-Qasr Al-Mashour (1957) ditulis bersama Taha Hussein81

    dan

    Himr Al-Hakm (1940).82

    Selain sebagai cerpenis dan novelis, Taufiq el-Hakim juga terkenal

    sebagai penulis drama terbaik dalam literatur Arab. Adapun karya naskah

    dramanya seperti Syahrun Zd (1934), Bijamliyyun (1942), Al-Duny

    Riwyah Hazliyah (1974), Al-Humaira (1975),83 al-Daifu Al-Staqil

    (1919), Ahl Al-Kahf (1933), Braksa aw Mushkilat Al-Hukm (1939), ,

    Pygmalion (1942), Sulayman Al-Hakim (1943), Al-Malik Udib (1949),

    Masrah Al-Mujtama' 21 Masrahiya (1950), Al-Aydi Al-Na'ima (1959),

    Isis (1955), Al-Safqa (1956), Al-Masrah Al-Munawa' 21 Masrahiya 21

    (1956), Labit Al-Mawt (1957), Ashwak Al-Salam (1957), Rihla ila'l-

    Ghad (1957), Al-Sultan Al-Ha'ir (1960), Ya Tali' Al-Shajarah (1962), Al-

    Ta'am li-kull Fam (1963), Shams Al-Nahar (1965), Masir Sirsar (1966)

    Al-Warta (1966), Bank Al-Qalaq (1967), Majlis Al-'Adl (1972), Rahib

    bayn Nisa' (1972).84

    Taufiq El-Hakim juga memiliki karya buku berjenis politik dan

    biografi. Adapun yang berjenis politik yaitu Syajaratul Hukm (1945),

    Audatul Wayi (1973), F Tarqi Audatul Wayi (1975), dan Syajaratul

    Hukm Al-Siysi 1919-1979 (1985). Adapun yang berjenis biografi yaitu

    81

    El-Hakim, Ahlul Kahfi , h. 3. 82

    El-Hakim, Arinllah, h. 3. 83

    El-hakim, Arinllah, h. 3-5. 84

    El-Hakim, Ahlul Kahfi, h. 3.

  • 40

    Muhammad SAW (1936), Zahrah Umar (1944), Sijn Umar (1963),

    Malmih Dkhiliyyah (1982), dan Mishr Bayna Ahdayn (1983).85

    C. Sekilas Tentang Penerjemah, Anif Sirsaeba

    1. Riwayat Hidup Anif Sirsaeba

    Anif Sirsaeba adalah nama singkat dari Ahmad Munif Sirsaeba

    Alafsana yang merupakan salah satu dewan pengasuhan pesantren

    Basmala Indonesia (Pesantren karya dan wirausaha), enterpreuner muda

    dan penikmat sastra. Ia lahir di Semarang, 04 Juni 1978 dari pasangan KH.

    Saerozi Noor dan Hj. Siti Rhodiyah. Ia menyelesaikan MTs dan MA-nya

    di sekolah Futuhiyyah 1 Mranggen, Demak dan juga menjadi santri di

    pesantren Al-Anwar Mranggen.86

    Sejak tahun 1994, adik dari Habiburrahman El-Sirazy ini mulai

    terjun sebagai penulis. Saat itu ia masih duduk di kelas dua madrasah Aliyah

    (setingkat SMU). Tulisan agamanya yang berjudul Anjuran Berdikari

    dalam Islam untuk pertama kalinya dimuat di majalah umum lokal Jawa

    Tengah Desa Kita. 87

    Sarjana terbaik IAIN Walisongo 2002 ini, saat mahasiswa pernah

    menjadi redaktur opini, redaktur budaya hingga akhirnya menjadi pemred di

    majalah jurnal Justisia. Ia juga dipercaya menjadi koordinator pers dan

    penerbitan PW IPNU Jawa Tengah (2002). 88

    85

    El-Hakim, Arinllah, h. 3. 86

    Anif Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri Pilihan (Jakarta: Republika,

    2007), h. 192. 87

    Sirsaeba, Terapi Virus Merah Jambu (Jakarta: Republika, 2008), h. 232. 88

    Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri pilihan, h. 193.

  • 41

    Sebagai pembicara dan motivator profesional, ia pernah diundang

    untuk berbicara di beberapa hotel dan institusi ternama seperti Hotel Grand

    Hyatt, Nikko, Bidakara, Horison, Trakindo Jawa Tengah, Taspen Jawa

    Tengah dan lain-lain. Ia pun pernah didaulat untuk mengisi di beberapa

    kampus bergengsi seperti Universitas Indonesia (UI), UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, IPB Bogor, UNDIP,

    UNNES, UNISBANK, IAIN Walisongo Semarang, Universitas Muria

    Kudus (UMK), UIN Sunan Kalijaga, UGM Yogyakarta dan lain-lain.89

    Saat ini, ia lebih dikenal dengan public speaker, mental builder, dan

    spirit of life dengan tulisan-tulisan dan ceramah-ceramahnya yang

    menggugah semangat. Ia juga dikenal mentor emosional yang diminta

    memberikan motivasi dan membangun mental kalangan yang menekuni

    dunia enterpreuner agar tidak mudah patah semangat. Meskipun sesekali

    masih diminta berbicara tentang dunia sastra.

    2. Karya Anif Sirsaeba

    Anif Sirsaeba pertama kali berkenalan dengan dunia tulis-menulis

    dengan sastra. Sepanjang tahun 1997-1998, puisi dan cerpennya pernah

    menghiasi Suara Merdeka, Tabloid Amanat dan Majalah Justisia. Bahkan

    sempat dijuluki Budayawan Kampus oleh teman-temannya di IAIN

    Walisongo.90

    Di dunia sastra ia pernah menjuarai lomba baca puisi tingkat Jawa

    Tengah (1997). selain itu, ia juga sudat mengedit beberapa naskah seperti

    89

    Sirsaeba, Fenomena Ayat-Ayat Cinta (Jakarta: Republika, 2007), h. i. 90

    Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri pilihan, h. 193.

  • 42

    Bodohnya NU apa NU dibodohi, Emoh Sekolah, Arus Islam-Cina-

    Jawa, More Than Love (Novel Prie Gs) dan Ayat-Ayat Cinta (Novel

    Habiburrahman El-Shirazy).91

    Suami dari Is Aniah Noor dan Bapak dari Ahsa Survaiva Alafsana

    sudah memiliki beberapa karya sastranya yang telah terbit, Dalam

    Genggaman Cahaya (kisah-kisah dunia pesantren), Akulah Cinta

    (Antologi Puisi dan Cerpen), dan novel perdananya Zikir Cinta.92

    selain

    genre sastra, Anif juga memiliki buku-buku yang bertemakan

    kewirausahaan diantaranya adalah Berani Kaya Berani Taqwa (cetakan ke-

    3, 2005) yang merupakan buku best seller pertama kalinya. kemudian,

    Berani Hidup Mulia (2005), Agar Kekayaan Dilipatkan dan Kemiskinan

    Dijauhkan (2007), 14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun

    Kerajaan Bisnis dan Cerdas Bisnis Cara Rasulullah SAW (2009).

    Kang Anif, begitu sapaan akrabnya juga memiliki buku nonfiksi

    yang sudah terbit antara lain, Kado Ulang Tahun Kekasihku (cetakan ke-7,

    2002), Kado Ulang Tahun Istriku (2003), Haruskah Aa Gym Jadi

    Presiden? (2004), Syahwat Politik NU (kumpulan opini bersama, 2005),

    Dare Of Life, Fenomena Ayat-Ayat Cinta (2007), Finansial Wisdom

    (bersama Prie GS), dan Terapi Virus Merah Jambu (2008).93

    91

    Sirsaeba, Fenomena Ayat-Ayat Cinta, h. i. 92

    Sirsaeba, Nyanyian Cinta Antologi Cerpen Santri pilihan, h. 193. 93

    Sirsaeba, Fenomena Ayat-Ayat Cinta, h. i.

  • 43

    BAB IV

    ANALISA DEIKSIS DALAM CERPEN WA KNAT AL DUNY

    Dalam pembahasan bab IV ini, peneliti berupaya menganalisis

    terjemahan deiksis dalam cerpen Wa Knat Al-duny yang diterjemahkan

    oleh Anif Sirsaeba. Deiksis yang akan dianalisis oleh peneliti terdapat tiga

    yaitu deiksis persona, deiksis ruang dan deiksis waktu berdasarkan teori

    Bambang Kaswanti Purwo.

    A. Deiksis Persona

    Deiksis persona mengarah pada pemahaman kata ganti diri karena

    fungsinya yang menggantikan diri orang.94

    Dhamir () atau kata ganti

    merupakan kata benda tetap yang mengacu pada persona pertama atau

    mutakallim (), persona kedua atau mukhatab (), dan persona ketiga

    atau ghaib (95.( Di dalam cerpen Wa Knat Al-duny, deiksis persona ada

    beberapa bentuk yang akan dijelaskan sebagai berikut:

    94

    Slamet Muljana, Kaidah Bahasa Indonesia (Ende: Nusa Indah, 1969), h. 276. Lihat

    Tardjan Hadidjaja, Tata Bahasa Indonesia (Jogjakarta: U.P. Indonesia, 1965), h. 61. Lihat juga

    Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia, h. 22. 95

    Al-Ghalayyain, Jmi Al-Dur-s Al-Arabiyyah, h. 87. Lihat juga Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 113.

  • 44

    A.1.1. Deiksis Persona Pertama Jenis Rafa Munfail.

    Pada tabel A.1.1 terdapat 4 deiksis persona pertama jenis rafa

    munfail. Deiksis persona pada tabel A.1.1.1 dan A.1.1.2 yaitu berupa

    pronomina persona orang pertama yang menjadi taukid (penekanan).96

    Di

    dalam tuturan A.1.1.1 yang bermakna aku merujuk kepada penutur

    96

    Nimah, Mulakhas Al-Qawid Al-Lughah Al-Arabiyyah, h. 118.

    N

    o Posisi Penutur Teks Sumber Terjemahan

    Konteks

    Tuturan

    1

    62.

    5.

    H. 33 B.

    25

    Iblis

    !

    Aku harus bersujud

    kepada benda itu?

    Iblis merasa

    kesal karena

    harus bersujud

    kepada Adam

    2

    61.

    7-6.

    H. 32 B.

    21-23

    Malaikat

    Izrail

    Aku juga berlindung kepada Allah dari kembali dengan

    tangan hampa tanpa berhasil

    melaksanakan perintah Tuhanku

    Malaikat Izrail

    mencoba

    menjelaskan

    maksud

    kedatangannya

    3

    67.

    10-7.

    H. 38 B.

    5-10

    Iblis

    !" "

    Aku terus

    memikirkan dirimu

    saat membuat

    makhluk ini, makhluk

    yang kau panggil

    dengan sebutan

    Hawa!

    Iblis merayu

    ular agar

    menjaga

    rahasianya

    4

    63.

    -12.

    13

    H. 35 B.

    1-5

    Iblis

    !

    Sekarang saatnya

    aku mengerti bahwa

    aku juga bisa

    mencipta sesuatu

    yang akan kutiupkan

    ruh

    Iblis ingin

    mencoba

    menciptakan

    makhluk baru

    seperti yang

    diciptakan oleh

    Allah.

  • 45

    yaitu Iblis97

    sedangkan pada tabel A.1.1.2. yang bermakna aku merujuk

    kepada Malaikat Izrail98

    . Di dalam bahasa sasaran, pronomina persona orang

    pertama tetap diterjemahkan sebagai deiksis persona saya sehingga

    terjemahan tersebut termasuk kohesi pronomina referen (tetap).

    Pada tabel A.1.1.3 terdapat deiksis pada kalimat (saya

    membuat) yang berada di tengah-tengah tuturan dan merujuk kepada penutur

    yaitu Iblis. kalimat sama seperti kasus pada tuturan A.1.1.1 dan

    A.1.1.2 namun dalam bahasa sasaran, deiksis tersebut tidak diterjemahkan

    karena berada di tengah-tengah tuturan yang sebelumnya didahului deiksis

    persona sejenis dalam bentuk lain. Terjemahan seperti ini disebut dengan

    kohesi pronomina elipsis (penghilangan).

    Senada dengan tabel A.1.1.4 yaitu terdapat deiksis persona pada

    kalimat (Aku juga) yang berada di tengah-tengah tuturan dan merujuk

    kepada penutur yaitu Iblis. merupakan deiksis persona yang tetap

    diterjemahkan aku dan tidak terjadi perubahan karena setelah deiksis

    persona terdapat adverb adverbia limitatif99

    Terjemahan seperti ini .

    disebut dengan kohesi pronomina referen (tetap).

    Dalam tabel A.1.1 deiksis persona pertama jenis rafa munfasil

    terdapat dua bentuk terjemahan. Pertama, deiksis persona yang tidak

    97

    Iblis adalah makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk

    Tuhan. Lihat KBBI, daring. Lihat juga Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis

    Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan, 2009), h. 367. 98

    Malaikat Izrail adalah mahkluk Allah yang taat, diciptakan dari cahaya, mempunyai

    tugas khusus yaitu bertugas mencabut nyawa dan juga termasuk makhluk halus. . Lihat KBBI,

    daring. Lihat juga Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia , h.

    367. 99

    Adverbia limitatif adalah kata keterangan yang menggambarkan makna yang

    berhubungan dengan pembatasan dalam Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (Bandung: PT

    Refika Aditama, 2008), h. 83

  • 46

    diterjemahkan atau hilang pada bahasa sasaran karena berada di tengah-

    tengah tuturan yang sebelumnya didahului deiksis persona sejenis dalam

    bentuk lain. Kedua, deiksis persona aku yang diterjemahkan tetap karena

    berada di tengah-tengah tuturan yang berdampingan dengan adverbia

    limitatif100

    juga) seperti pada tuturan A.1.1.4. Deiksis persona aku)

    yang diterjemahkan tetap juga terdapat pada yang berada di awal tuturan

    dan berdampingan dengan verba yang tidak didahului deiksis persona sejenis

    dalam bentuk lain seperti pada tuturan A.1.1.1.dan A.1.1.2.

    A.1.2. Deiksis Persona Pertama Naab Muttail

    N

    o Posisi Penutur Teks Sumber Terjemahan Konteks Tuturan

    1

    70. 2.

    H. 40 B. 16

    Iblis

    ...!

    Bantulah aku, hai

    kawanku ular!

    Iblis memohon

    kepada Ular agar

    membantu Iblis

    menjalankan

    rencana jahatnya.

    2

    70. 5.

    H. 40 B. 21

    Iblis

    Ayolah kawanku,

    bantu aku!

    Iblis berusaha

    merayu ular agar

    mau membantu

    Iblis.

    3

    70. 14.

    H. 41 B. 7

    Iblis

    ...

    Tunjukkan pohon

    itu padaku!

    Iblis meminta Ular

    untuk memberi

    tahu tempat pohon

    yang diceritakan

    ular.

    4

    70. 3.

    H. 40 B. 17-

    18

    Ular

    ...!

    Mengapa engkau

    hendak

    menjerumuskan

    aku ke dalam

    murka Pencipta

    kita Yang Azali?

    Ular mencoba

    menolak

    permintaan Iblis

    yang akan

    menjerumuskannya

    ke jalan yang

    dimurkai Allah.

    100

    Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), h. 83.

  • 47

    5

    71. 9.

    H. 41 B. 25

    Ular

    ...

    Jangan jinakkan

    aku dengan kata-

    kata indahmu itu!

    Ular mengeluh

    kepada Iblis karena

    telah

    menjerumuskannya

    6

    67. -7.

    10 H. 38 B. 5-

    Iblis

    ,

    Hei ular, aku

    hormat kepadamu

    dan sangat kagum

    dengan

    kelicikanmu.

    Iblis merayu ular

    agar menjaga

    rahasianya

    7

    71.7.

    H. 41

    B. 22

    Ular

    ...

    Aku takut salah! Ular merasa takut

    salah.

    Pada tabel A.1.2 terdapat 7 deiksis persona pertama jenis nasab

    muttasil. Deiksis persona pada tabel A.1.2.1, tabel A.1.2.2, tabel A.1.2.3, dan

    tabel 1.2.4 yaitu berupa pronomina persona orang perta