terapi okupasi

77
Produksi dan Dokumentasi Keperawatan Pendokumentasian pada Kelompok Khusus Oleh : D IV Keperawatan Tingkat 1 KELOMPOK 7 1) Putu Jana Yanti Putri (P07120214028) 2) Ni Nyoman Diah Vitri P. (P07120214029) 3) Ni Kadek Suliani (P07120214034)

Upload: kadek-ari

Post on 22-Jan-2016

86 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

berisikan mengenai terapi okupasi,

TRANSCRIPT

Page 1: terapi okupasi

Produksi dan Dokumentasi Keperawatan

Pendokumentasian pada Kelompok Khusus

Oleh :

D IV Keperawatan Tingkat 1

KELOMPOK 7

1) Putu Jana Yanti Putri (P07120214028)

2) Ni Nyoman Diah Vitri P. (P07120214029)

3) Ni Kadek Suliani (P07120214034)

4) Putu Lenny Omi Priyatni (P07120214035)

5) I Gusti Ayu Ari Dewi (P07120214037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Page 2: terapi okupasi

KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Proses dan Dokumentasi Keperawatan” dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Dalam penyelesaian makalah ini ada beberapa kesulitan yang penulis

temukan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis,

yang menyangkut masalah teori dalam ilmu dokumentasi. Untuk itu, pada

kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugrah-Nya kepada pihak

yang telah membantu penyelesaian makalah ini dan semoga makalah ini dapat

berguna untuk memberikan kontribusi dalam mata kuliah Proses dan

Dokumentasi Keperawatan. Di samping itu penulis menyadari makalah ini jauh

dari sempurna. Untuk itu,segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif penulis

terima dengan senang hati demi kesempurnaan Makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja, khususnya para

mahasiswa serta seluruh pembaca.

“Om Shanti Shanti Shanti Om”

Denpasar, 9 Mei 2015

Penulis

Halaman 1

Page 3: terapi okupasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I - PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Manfaat 4

1.5 Metode penulisan 4

BAB II - PEMBAHASAN

I. DOKUMENTASI PENGKAJIAN KEPERAWATAN

II. DOKUMENTASI DIAGNOSA KEPERAWATAN

III. DOKUMENTASI INTERVENSI KEPERAWATAN

IV. DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

V. DOKUMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN

BAB III - PENUTUP

3.1 Kesimpulan 14

3.2 Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

Halaman 2

Page 4: terapi okupasi

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

II. Rumusan Masalah

III. Tujuan Penulisan

IV. Manfaat Penulisan

V. Metode Penulisan

Halaman 3

Page 5: terapi okupasi

BAB II

PEMBAHASAN

I. DOKUMENTASI PADA ANAK SEKOLAH

A. Konsep Anak Usia Sekolah

1. Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6

sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas

1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak usia

sekolah adalah anak denga usia 7 sampai 15 tahun (termasuk

anak cacat) yang menjadi sasaran program wajib belajar

pendidikan 9 tahun.

2. Tahap perkembangan anak usia sekolah

a. Aspek fisik

Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin

logis dan kritis fantasis semakin kuat sehingga sering kali

terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita – cita.

b. Aspek sosial

Mengejar tugas – tugas sekolah bermotivasi untuk belajar,

namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati –

hati dan berhati – hati.

c. Aspek kognitif

Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok

(kerja sama). Anak termotivasi dan mengerti hal – hal

sistematik

d. Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah

Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut

Duval dam Miller Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman

(1980) :

Halaman 4

Page 6: terapi okupasi

Mensosialisasikan anak - anak termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya yang sehat

Mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan.

Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

B. Konsep Kebersihan diri

Kebersihan diri adalah upaya yang di lakukan untuk

menjaga tubuh atau badan agar ada selalu dalam keadaan bersih

dan sehat diantaranya : kebersihan gigi dan mulut serta tangan dan

kuku.

Yang khas pada kelompok ini adalah anak usia sekolah

mampu merawat diri sendiri, pada usia ini anak mampu melakukan

peran aktif dalam perawatan kesehatan diri mereka sendiri. Remaja

dapat diwawancarai tanpa kehadiran orang tua. Tetapi privasi dan

kerahasiaan harus tetap dipertahankan untuk menumbuhkan rasa

percaya remaja.

1. Pengkajian

Meliputi tingkat perkembangan respon terhadap perawatan,

riwayat perawatan kesehatan utama, riwayat medis dan

dukungan yang ada, kemampuan untuk memahami dan

bekerjasama, menerima tangung jawab kemampuan motorik,

kemampuan kognitif dan psikososial, riwayat diit, aktivitas

fisik, alergi.

2. Diagnose keperawatan

Risiko cedera yang berhubungan dengan pilihan gaya

hidup. Penggunaan alkohol. Perubahan pemeliharaan kesehatan

yang berhubungan dengan :

a) kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung

pertumbuhan

Halaman 5

Page 7: terapi okupasi

b) melewati waktu makan.

c) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan : kurang

informasi

d) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan : perasaan

negative tentang tubuh

3. Perencanaan

Libatkan anak dan oran tua dalam tujuan, pertimbangan

masalah keperawatan social dan psikologis yang menyertai

masalah keperawatan fisik, memperkuat system pendukung dan

melakukan aktivitas untuk meningkatkan kemampuan

penyelesaian masalah, berikan informasi sesuai dengan

perkembanangan.

4. Implementasi

Sangat individual, koreksi kesalahan informasi nutrisi, aktivitas

fisik, resiko merokok.

5. Evaluasi

Jika tidak tercapai modifikasi, konsultasi ahli, kembangkan

intervensi baru.

II. OKUPASI

A. Pengertian Okupasi

Pekerjaan atau dalam bahasa Inggris disebut occupation,

berikut ini merupakan beberapa definisi dari okupasi (pekerjaan),

yaitu :

Setiap kegiatan yang menggunakan fisik dan/atau pikiran

untuk mencapai tujuan tertent

Penggunaan tenaga dan/atau pikiran untuk mendapatkan

imbalan guna memenuhi kebutuhannya sebagai manusia.

Halaman 6

Page 8: terapi okupasi

Pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :

Pekerjaan dalam arti umum, yaitu pekerjaan apa saja yang

mengutamakan kemampuan fisik, baik sementara atau tetap

dengan tujuan memperoleh pendapatan (upah).

Pekerjaan dalam arti tertentu, yaitu pekerjaan yang

mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, baik

sementara atau tetap dengan tujuan pengabdian.

Pekerjaan dalam arti khusus, yaitu pekerjaan bidang tertentu,

mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, bersifat

tetap, dengan tujuan memperoleh pendapatan.

Suatu pekerjaan belum tentu merupakan suatu profesi,

tetapi suatu profesi pasti merupakan suatu pekerjaan. Ciri-ciri

pekerjaan, yauti dalam melakukan pekerjaan tidak mengandalkan

keahlian dan pengetahuan khusus, pekerjaan yang dilakukan hanya

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, memiliki status

yang rendah di masyarakat dan hanya bisa menghasilkan sedikit

uang. Contohnya, seperti Operator, penjaga warnet, tukang ketik

di rental, dll.

B. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan

atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja

atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-

tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, dengan usaha-usaha

preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-

gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. sasaran

atau lingkupnya : manusia pekerja dan sekitar,sifat : medis.

Higene perusahaan atau lingkungan kerja adalah

spesialisasi dalam ilmu higene beserta prakteknya yang dengan

mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit

kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan

Halaman 7

Page 9: terapi okupasi

melalui pengukuran yang hasinya dipergunakan untuk dasar

tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu

pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan

terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap

derajat kesehatan setinggi-tingginya. Sasaran atau

lingkup : lingkungan kerja, sifat : teknik.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian

dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta

cara-cara melakukan pekerjaan.

C. PERUNDANGAN

vr (veilligheids reglement) tahun 1910

UU kecelakaan 1947-1957, tentang kompensasi

UU no 14 th 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok

mengenai tenaga kerja yang memuat :

tk berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,

kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta

perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral

agama.

pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup

norma kesehatan dan higene persh, norma keselamatan

kerja, norma kerja dan pemberian ganti rugi, perawatan,

rehabilitasi dlm kecelakaan kerja.

UU no 1 th 1970 – ttg keselamatan kerja

isi tentang :

istilah-istilah : temp.kerja, pengurus, pengusaha, direktur,

pengawas, ahli keselamatan kerja

ruang lingkup

syarat-syarat keselamatan kerja

pengawasan, pembinaan

p2k3 (panitya pembina keselamatan dan kesehatan kerja

Halaman 8

Page 10: terapi okupasi

pelaporan kecelakaan

hak dan kewajiban tk

kewajiban pengurus

pengaturan-pengaturan : ancaman hukuman, peraturan

peralatan

kewajiban pengurus :

memasang syarat keselamatan kerja, uu 1 th 1970, peraturan

pelaksana

memasang gambar-gambar keselamatan kerja, bahan-bahan

pembinaan lainnya

menyediakan secara Cuma-cuam APD untuk karyawan dan

orang lain

Gangguan Kesehatan Dan Daya Kerja

beban kerja : fisik, mental, sosial

beban tambahan akibat lingkungan kerja :

gol. fisik -gol. Fisiologi

gol. kimia -gol. Psikologis

gol. biologis

kapasitas kerja :

ketrampilan -jenis kelamin

keserasian/fittness –usia

gizi

ukuran tubuh

Faktor Fisik

faktor fisik adalah faktor didalam tempat kerja yg bersifat fisika

diantaranya adalah :

iklim kerja

kebisingan

pencahayaan

Getaran

gelombang mikro, dll

Factor Kimia

Halaman 9

Page 11: terapi okupasi

Debu menyebabkan pneumoconiosis, silicosis, asbestosis

dll

Uap menyebabkan: metal fume fever, dermatitis, keracunan

gas menyebabkan keracunan misalnya H2S, Co, dll

larutan menyebabkan dermatitis, keracunan dll

awan, kabut yang dapat menyebabkan keracunan

Ergonomi

Mempermasalahkan hal-ihkwal manusia kerja dg tujuan membina

keserasian antara kesanggupan tenaga kerja dg sarana kerjanya, tata kerja

dan lingkungannya shg diperoleh efisiensi dan produktivitas kerja tinggi

dan akhirnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pekerja.sikap

tubuh dlm kerja :

Semua pekerjaan sebaiknya dalam sikap duduk atau duduk

– berdiri bergantian

Semua sikap tubuh yang tak alami – hindari. bila tak

mungkin usahakan beban statik diperkecil

tempat duduk harus menjamin relaksasi otot-otot, tidak ada

penekanan pada paha shg terjaga sirkulasi darah dan

sensibilitas pada paha.

Gizi Kerja

Gizi kerja adalah nutrisi (zat makanan) yang diperlukan pekerja

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga

kesehatan dan daya kerja menjadi setinggi-tingginya. Gizi pada

umumnya: mempelajari bagaimana memberikan makanan sebaik-

baiknya sehingga kesehatan tubuh optimal.

Dipertimbangkan dlm menyusun menu :

pola makan: kebiasaan makanan pokok

kepercayaan / agama: pantang makanan tertentu

keuangan: ekonomis tetapi tetap bergizi

daya cerna: makanan yg biasa dimakan masyarakat sekitar

praktis: mudah diselenggarakan

volume: cukup mengenyangkan

Halaman 10

Page 12: terapi okupasi

variatif: jenis menu bervariasi

Faktor Yg Mempengaruhi Tenaga Kerja :

ekonomi

pengetahuan tentang gizi. Gizi

prasangka buruk terhadap bahan makanan

faddisme, yaitu kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan

tertentu

Lingkungan kerja

tekanan panas: air 1,9 - 2,8 l, garam 0,1- 0,2 %

pengaruh kronis bahan kimia: vit c mengurangi pengaruh

racun

logam berat, larutan organik, fenol, sianida dll

parasit & mikro organisme

psikologis

kesejahteraan tinggi, tanpa perhatian gizi & olah raga

D. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Penyakit yang disebabkan oleh:

Pekerjaan

proses kerja

alat kerja

lingkungan kerja

bahan kerja

Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pekerjaan dan

lingkungan kerja (Permenaker&trans no.01/1981)

pneumokoniosis

bronkopulmoner

asma kerja

alveolitis alergis

penyakit oleh Be

penyakit oleh Cd

penyakit oleh P

Halaman 11

Page 13: terapi okupasi

penyakit oleh Cr

penyakit oleh Mg

(Permenaker&trans no.01/1981):

penyakit oleh Pb

penyakit oleh As

penyakit oleh Hg

penyakit oleh carbon disulfida

penyakit oleh dernat halogen beracun

penyakit oleh benzena & homolog racun

penyakit oleh nitrogen & amino bezena

kebisingan, vebrasi, radiasi

Penyakit akibat kerja (Kepmenaker no. 333/1989)

ditemukan/didiagnosa saat pemeriksaan kesehatan berkala oleh:

1. pemeriksaan klinis

2. Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja

Tujuan dan manfaat diagnosis PAK

Tujuan:

1. Dasar terapi

2. Membatasi kecacatan & mencegah kematian

3. Melindungi pekerja lain

4. Memenuhi hak pekerja

Diagnosisi PAK Berkontribusi terhadap

1. Pengendalian pajanan

2. Identifikasi pajanan baru secara dini

3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit

dan/atau cedera

4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan

5. Perlindungan pekerja lain

6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja

7. Identifikasi ada hub baru pajanan vs penyakit

Halaman 12

Page 14: terapi okupasi

Penyebab penyakit akibat kerja

1. Gol. Fisik

suara: tuli

radiasi:

rontgen: penyakit darah. Kelainan kulit

infra merah: katarak

ultraviolet: konjungtivitis fotoelektrik

suhu:

panas: heat stroke, heat cramps

dingin: frostbite

tekanan udara: tinggi (caisson disease)

cahaya: silau, asthenopia, myopia

2. Golongan kimia

debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis

uap: metal fume fever, dermatitis

gas: H2S, CO

larutan: dermatitis

awan/kabut: insektisida, racun jamur

3. Golongan biologis

Anthrax

brucella (kulit), dll

4. Golongan fisiologis (ergonomi)

konstruksi mesin / tata letak / tata ruang

sikap badan, dll

5. Golongan mental psikologis

Halaman 13

Page 15: terapi okupasi

Monotoni

hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll

Identifikasi penyakit akibat kerja

1. Pendekatan epidemiologis (komunitas)

Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan

penyakit: Kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan

waktu, hubungan dosis

2. Pendekatan klinis (individu)

Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis,

pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit,

pajanan yang dialami cukup besar, peranan faktor individu,

faktor lain di luar pekerjaan, diagnosis PAK atau bukan PAK

Diagnosis (dokter perusahaan) berdasarkan:

1. Klinis

2. Laboratorium & pemeriksaan penunjang

3. Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan

Tujuh langkah diagnosis penyakit akibat kerja

1. Tentukan diagnosis klinis

2. Tentukan pajanan yang dialami

3. Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut?

4. Apa jumlah pajanan cukup besar

5. Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh

6. Cari kemungkinan lain di luar pekerjaan

7. Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja:

a. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit

akibat kerja

b. Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan

Dasar membuat diagnosis penyakit akibat hubungan kerja,

membedakan:

Halaman 14

Page 16: terapi okupasi

1. Pajanan ditempat kerja menyebabkan penyakit

2. Pajanan ditempat kerja merupakan salah satu penyebab

bermakna bersama dengan faktor risiko lain

3. Pajanan ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah

diderita sebelumnya

a. Diagnosis klinis

lakukanlah sesuai prosedur medis yang berlaku

bila perlu lakukan:

pemeriksaan penunjang /tambahan

rujukan informasi ke spesialis lain

b. Pajanan yang dialami

Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya. Lakukan

anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif):

deskripsi pekerjaan secara kronologis

periode waktu kerja masing-masing

apa yang diproduksi

bahan yang digunakan

cara bekerja

c. Apa ada hubungan pajanan dengan penyakit

Lakukan identifikasi pajanan

Evidence based: pajanan-penyakit

Bila tidak ada: pengalaman penelitian awal

d. Jumlah pajanan cukup

Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti

epidemiologis

Dapat dengan pengamatan kualitatif cara kerja,

proses kerja, bagaimana lingkungan kerja

Masa kerja

Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat?

e. Faktor individu berperan

Berapa besar berperan

Halaman 15

Page 17: terapi okupasi

Riwayat atopi atau alergi

Riwayat penyakit dalam keluarga

Hiegene perorangan

f. Faktor lain di luar pekerjaan

Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit tetapi bukan

faktor pekerjaan, seperti rokok, pajanan di rumah, hobi

g. Menentukan diagnosis PAK

Kaji semua langkah-langkah

Bukti dan referensi tentang PAK

Ada hubungan sebab akibat pajanan-penyakit &

faktor pekerjaan faktor yang dianggap paling

bermakna terhadap terjadinya penyakit

diagnosis PAK

Langkah-langkah medis

1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan

a. Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan

perjalanan penyakit

b. Riwayat penyakit dahulu

c. Riwayat pekerjaan:

- faktor di tempat kerja

- riwayat penyakit dan gejala

- riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu,

lama, hasil - produksi, bahan yang dipakai, dll)

Anamnesis pekerjaan

- Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis

- Waktu

- Lamanya bekerja per hari dan masa kerja

- Apa yang diproduksi

- Bahan apa yang digunakan

- Jumlah pajanan (kuantitatif)

- Alat pelindung diri yang digunakan

- Hubungan gejala dengan waktu kerja

Halaman 16

Page 18: terapi okupasi

- Pengaruh terhadap pekerjaan lain

- Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan

2. Pemeriksaan klinis

3. Pemeriksaan lab (darah urin, faeses)

4. Pemeriksaan rontgen untuk paru-paru

5. Pemeriksaan tempat kerja

faktor penyebab

hasil pengukuran

6. Diagnosis kerja & diagnosis differensial

7. Diagnosis okupasi: Ada hubungan diagnosis kerja dengan

pekerjaan/proses kerja/lingkungan kerja

Penatalaksanaan PAK:

a. Terapi medikamentosa:

Terhadap kasual (bila mungkin)

Pada umumnya PAK/PAHK irreversibel, sehingga terapi sering

kali hanya secara simptomatis saja

contoh: silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak nafas,

nyeri dada

b. Terapi okupasi:

Pindah ke bagian yang tidak terpapar

Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik

Prinsip pencegahan

1. Pencegahan awal (primer)

- Penyuluhan

- perilaku K3 yang baik

- olahraga

2. Pencegahan setempat (sekunder)

- pengendalian melalui undang-undang

- pengendalian melalui administrasi/organisasi

- pengendalian secara teknis (substitusi, ventilasi, isolasi,

ventilasi, alat pelindung diri)

Halaman 17

Page 19: terapi okupasi

3. Pencegahan dini (tertier)

- pemeriksaan kesehatan berkala

E. Manajerial Keperawatan Okupasi

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas

kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat

bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun

lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang

optimal.Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan

kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja

secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun

masyarakat yang ada di sekelilingnya (Depekes, 1995; 2)

Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hyperkes)

adalah bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan

kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan

masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produksi

perusahaan tersebut sehingga dapat terhindar dari penyakit-

penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan pekerjaan dan

lingkungan pekerjaan, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja

Dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan langkah-

langkah manajerial untuk menjamin kesehatan dan

keselamatan pekerja. Langkah-langkah Usaha Kesehatan

Kerja (UKK) merupakan langkah utama dalam manajemen

keperawatan okupasi. UKK yang dapat dilakukan di

perusahaan adalah :

Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan

kecelakaan-kecelakaan akibat kerja

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja

Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya

produktivitas tenaga kerja

Pemberantasan kelelahan tenaga kerja

Halaman 18

Page 20: terapi okupasi

Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja

Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari

bahaya-bahaya pencemaran yang berasal dari

perusahaan

Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang

mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri

Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi

perusahaan seperti kebersihan, pembuangan limbah,

sumber air bersih dan sebagainya

Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Kerja

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya

penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik

secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses kerja dan

kondisi kerja yang bertujuan untuk:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik

secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan

pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis

pekerjaannya.

Kapasitas Kerja, Beban kerja dan Lingkungan Kerja

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga

komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan

serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja

yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan

Halaman 19

Page 21: terapi okupasi

kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima

diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara

baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban

kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat

mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat

kerja.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia,

dll) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan

tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan

gangguan atau penyakit akibatnya. Gangguan kesehatan pada pekerja

dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan

maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat pekerja

dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan

kingkungan kerja tetapi juga faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja,

perilaku kerja serta faktor-faktor lainnya.

Lingkungan Kerja dan Penyakit Yang Ditimbulkannya

Penyakit akibat kerja dan atau penyakit yang berhubungan dengan

pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja.

Dewasa ini terhadap kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang

bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk

mencegahnya. Juga masih terdapat pendapat yang sesat bahwa dengan

mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan

oleh zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat sutuasi

terkendalikan. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini

bukan memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap

membiarkan lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah, dengan

demikian potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak

diinginkan juga tidak berubah' Hanya dengan diagnosa" dan "pengobatan/

penyembuhan" dari lingkungan kerja, yang dalam hal ini disetarakan

berturut-turut dengan "pengenalan/evaluasi" dan "pengendalian efektif"

Halaman 20

Page 22: terapi okupasi

dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada dapat membuat lingkungan kerja

yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat.

Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-

bahaya dilingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit

akibat kerja utamanya terhadap para pekerja, ditempuh 3 langkah utama

yaitu : Pengenalan lingkungan kerja, evaluasi lingkungan kerja dan

pengendalian lingkungan dari berbagai bahaya dan resiko kerja.

Pengenalan lingkungan kerja

Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan

dilingkungan kerja biasanya pada waktu survai pendahuluan dengan cara

melihat dan mengenal ("walk-through survey"), yang salah satu langkah

dasar yang pertama-tama harus dilakukan dalam upaya program kesehatan

kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut dapat denganmudah

dikenali, seperti masalah kebisingan disuatu tempat, bilamana sebuah

percakapan sulit untuk didengar, atau masalah panas disekitar tungku

pembakaran atau peleburan yang dengan segara dapat kita rasakan.

Beberapa hal lainnya yang tidak jelas atau sulit untuk dikenali seperti zat-

zat kimia yang berbentuk dari suatu rangkaian proses produksi tanpa

adanya tanda-tanda sebelumnya.

Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan

baik dan tepat, sebelum dilakukan survai pendahuluan perlu didapatkan

segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan

baku dan bahan tambahan lainnya, hasil antara hasil akhir hasil sampingan

serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinan terbentuknya zat-zat kimia

yang berbahaya secara tak terduga perlu pula dipertimbangkan. Hal-hal

lain yang harus diperhatikan pula yaitu efek-efek terhadap kesehatan dari

semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk pula jumlah pekerja

yang potensial terpapar, sehingga langkah yang ditempuh, evaluasi serta

pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang

ada.

Halaman 21

Page 23: terapi okupasi

Evaluasi Lingkungan kerja

Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang

berbahaya dilingkungan kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknya

serta memberikan gambaran cakupan besar dan luasnya pemajanan.

Tingkat pemajanan dari zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja

yang terkendali selama survai pendahuluan harus ditentukan secara

kualitatif dan atau kuantitatif, melalui berbagai teknik misalnya

pengukuran kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, pengumpulan

dan analisis dari sampel udara untuk zat-zat kimia dan partikelpartikel

(termasuk ukuran partikel) dan lain-lain. Hanya setelah didapatkan

gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari proses pemajanan kemudian

dapat dibandingkan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, maka

penilaian dari bahaya atau risiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan

kerja yang telah tercapai.

Pengendalian Lingkungan kerja

Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau

menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya

dilingkungan kerja. kedua tahapan sebelumnya pengenalan dan

evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat.

Jadi hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang

adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan

para pekerja. Walaupun setiap kasus mempunyai keunikan masing-

masing, terdapat prinsip-prinsip dasar teknologi pengendalian yang

dapat diterapkan, baik secara sendiri maupun dalam bentuk kombinasi,

terhadap sejumlah besar situasi tempat kerja untuk memulainya ada

beberapa pertanyaan yang perlu dikemukakan, dan jawabanya

diharapkan dapat memberi pedoman terhadap jenis teknologi

pengendalian yang paling tepat dan mungkin untuk dilaksanakan.

III. LANSIA

A. Penyakit-penyakit pada Lanjut usia

Halaman 22

Page 24: terapi okupasi

1. Sistem Pernapasan

a. Emfisema

Merupakan suatu perubahan struktur paru-paru dalam

bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus

disertai dengan kerusakan dinding alveolus yang

menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan.

Gejala emfisema diawali dengan sesak napas, batuk yang

disertai dahak berwarna putih, badan terlihat lelah, nafsu

makan berkurang, dan berat badan pasien menurun.

b. Asma

Merupakan penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan.

Ditandai dengan 3 hal, antara lain penyempitan saluran

napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di

saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak

napas, batuk berdahak, dan suara napas yang

berbunyi wheezing, yang biasanya timbul pada pagi hari

menjelang waktu subuh.

c. Pneumonia

Merupakan penyakit infeksi paru. Gejala pneumonia

meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat,

menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat bernapas

(pleuritis), nyeri kepala, nyeri otot, lesu dan suhu tubuh

rendah.

d. Bronkitis

Merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi

bronkus dan bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke

paru-paru. Bronkitis akut ditandai dengan batuk dengan

atau tanpa sputum, terdiri atas mukus yang diproduksi di

saluran napas. Sedangkan bronkitis kronis ditandai dengan

batuk produktif yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih

setiap tahunnya selama 2 tahun.

Halaman 23

Page 25: terapi okupasi

2. Sistem Kardiovaskuler

a. Hipertensi

Merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan

tekanan darah baik secara lambat atau mendadak.

Hipertensi menetap (tekanan darah yang tinggi yang tidak

menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke,

penyakit jantung koroner, gagal jantung dan gagal ginjal.

Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala,

meskipun beberapa pasien mengatakan nyeri kepala, lesu,

pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau

telinga mendenging.

b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah

menutup aliran darah di arteri coronaria, yaitu pembuluh

darah yang menyalurkan makanan ke otot jantung. Gejala

berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk

di dada dan berlangsung selama beberapa menit. Nyeri

tersebut juga dapat menjalar dari dada ke bahu, lengan,

punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang.

Kadang-kadang gejala yang timbul berupa sesak napas,

berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, mual sampai

muntah, nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin, pusing,

rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang

luar biasa tanpa sebab yang jelas.

c. Gagal Jantung

Merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah

sesuai kebutuhan fisiologis, disebabkan hipertensi yang

memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya

menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK.

Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung.

3. Sistem Persyarafan

Halaman 24

Page 26: terapi okupasi

a. Penyakit Alzheimer

Merupakan bagian dari demensia (penurunan daya ingat

dan kemunduran fungsi intelektual lainnya) yang mencakup

fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan

memahami.

b. Stroke

Terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau

jika pembuluh darah di otak pecah sehingga darah mengalir

keluar ke jaringan otak di sekitarnya. Stroke dapat dibagi

atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik (akibat

penyumbatan aliran darah) dan stroke hemoragik (akibat

pecahnya pembuluh darah).

c. Penyakit Parkinson

Merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala utama

berupa tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak

stabil. Gejala utama berupa:

- Tremor atau gemetar di tangan, lengan, rahang, atau

kepala.

- Kekakuan di otot atau ekstremitas.

- Bradikinesia atau perlambatan gerakan.

- Postur tubuh yang tidak stabil atau gangguan

keseimbangan.

Pada gejala maksimal, pasien tidak dapat berjalan,

berbicara, atau bahkan melakukan suatu pekerjaan yang

sederhana. Penyakit ini bersifat menahun, tidak menular,

dan tidak diturunkan.

4. Sistem Pencernaan

a. Inkontinensia Alvi

Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam

mengeluarkan tinja, yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak

pada waktunya dan tidak dapat menahannya.

Halaman 25

Page 27: terapi okupasi

b. Diare

Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

frekuensi BAB lebih dari 3 kali dalam sehari dengan

konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas dan

lendir.

5. Sistem Perkemihan

a. Gagal Ginjal Akut

Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam

membuang cairan dan ampas darah ke luar tubuh. Tanda

dan gejalanya berupa penurunan jumlah pengeluaran urine,

retensi air yang dapat menimbulkan edema tungkai,

mengantuk, sesak napas, lesu, bingung, kejang atau koma

pada kasus berat, dan nyeri dada.

b. Gagal Ginjal Kronis

Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan

tanda/gejala yang minimal. Penyebabnya adalah diabetes

dan hipertensi. Tanda dan gejala berupa hipertensi,

penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia,

mual serta muntah, lesu dan gelisah, kelelahan, nyeri kepala

tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat, kram otot,

BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.

c. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)

Merupakan pembesaran jinak kelenjar prostat. Terjadi oleh

karena 2 hal, yaitu penyempitan uretra yang menyebabkan

kesulitan berkemih dan retensi air kemih dalam kandung

kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih,

hipertrofi kandung kemih. Gejala berupa frekuensi

berkemih bertambah, berkemih pada malam hari, kesulitan

dalam hal memulai dan menghentikan berkemih, air kemih

masih tetap menetes setelah selesai berkemih, rasa nyeri

pada waktu berkemih.

Halaman 26

Page 28: terapi okupasi

d. Inkontinensia Urine

Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada

sembarang waktu di luar kehendak. Keadaan ini umum

dijumpai pada lanjut usia. Dari segi medis, inkontinensia

mempermudah timbulnya dekubitus, infeksi saluran kemih,

gagal ginjal, dan peningkatan angka kematian.

6. Sistem Muskuloskeletal

a. Osteoartritis

Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari

setelah tidur, dan sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi

dapat menghilang beberapa saat setelah digerak-gerakan.

Osteoartritis terjadi akibat gesekan sendi yang merusak

tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena penggunaan

sendi yang berulang-ulang. Penyakit ini biasanya mengenai

daerah lutut dan punggung.

b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)

Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah

1 atau 2 jam. Peradangan sendi lain dapat berupa nyeri dan

keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada

tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri.

c. Pirai (gout)

Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat

dengan terjadinya penumpukan asam urat di sendi-sendi.

Pertama kali mengenai ibu jari kaki sampai berwarna

kemerahan dan bengkak.

d. Artritis pada lupus

Dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit

peradangan kronis jaringan ikat yang terjadi karena sistem

imunitas tubuh menyerang jaringan atau organ pasien

sendiri. Inflamasi mencakup pada sendi, kulit, ginjal, sel

darah, jantung, dan paru.

Halaman 27

Page 29: terapi okupasi

e. Peradangan sendi

Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat

ketidakmampuan pergerakan yang ditimbulkannya. Bagi

seseorang dengan fisik yang aktif, gangguan arthritis ringan

sudah dianggap sebagai suatu bencana.

f. Osteoporosis

Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos,

rapuh, atau mudah patah. Penyebabnya adalah perubahan

kadar hormon, kekurangan kalsium dan vitamin D, dan/atau

kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis merupakan

penyebab utama fraktur orang dewasa terutama pada kaum

perempuan.

7. Sistem Penglihatan

a. Katarak

Merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada

lensa mata sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata

menjadi terganggu dan mengaburkan penglihatan

seseorang. Ditandai dengan kekeruhan lensa mata,

pembengkakan lensa yang berakhir dengan pengerutan dan

kehilangan sifat transparansinya.

8. Sistem Pendengaran

a. Presbiakusis

Merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran

pada lanjut usia. Penyebabnya karena infeksi atau

kerusakan di telinga dalam.

9. Sistem Endokrin

a. Diabetes

Merupakan suatu keadaan kenaikan kadar gula darah yang

menetap. Tanda dan gejala yaitu peningkatan frekuensi

Halaman 28

Page 30: terapi okupasi

berkemih, rasa haus, bertambahnya nafsu makan, infeksi

atau luka yang sukar sembuh, dan lesu.

10. Sistem Reproduksi

a. Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi berarti kegagalan dan ketidakmampuan

mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi pada

persetubuhan. Timbul akibat gangguan vaskular,

neurogenik, endokrin, kelainan struktur penis, efek samping

obat, dan stress psikologis.

B. Terapi pada Lanjut usia

o Terapi Modalitas: untuk  mengisi waktu luang bagi lanjut

usia

o Terapi Aktifitas Kelompok: untuk meningkatkan

kebersaman dan  bertukar pengalaman.

o Terapi Musik: untuk meningkatkan gairah hidup.

o Terapi Berkebun: untuk melatih kesabaran.

o Terapi dengan Binatang: untuk meningkatkan kasih sayang

dan mengisi waktu luang.

o Terapi Kognitif: agar daya ingat tidak menurun.

o Life Review Terapi: meningkatkan gairah hidup dan harga

diri.

o Terapi Keagamaan: meningkatkan rasa nyaman menjelang

kematian.

C. Keperawatan Gerontik

1. Definisi Keperawatan Gerontik

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional

yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang

berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang bersifat

holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun

Halaman 29

Page 31: terapi okupasi

sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Gerontik berasal dari kata gerontologi dan geriatrik.

Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas tentang

proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia

lanjut. Geriatrik berkaitan dengan penyakit yang terjadi pada

orang yang berusia lanjut.

Jadi, keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan

lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan

pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan

ketrampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut

usia secara komprehensif.

2. Lingkup dan Tanggung Jawab Keperawatan Gerontik

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan

gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

(KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.

a. Lingkup askep gerontik meliputi:

Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat

proses penuaan.

Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan akibat proses penuaan.

Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi

kebutuhan akibat proses penuaan.

b. Peran dan fungsi keperawatan gerontik sebagai

berikut:

1) Sebagai care giver/pemberi asuhan langsung

Berupa bantuan kepada klien lanjut usia yang tidak

mampu memenuhi kebutuhannya sebagai akibat

proses penuaan, meliputi:

Halaman 30

Page 32: terapi okupasi

- Pengkajian: upaya mengumpulkan

data/informasi yang benar tentang status

kesehatan lanjut usia.

- Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan

analisis dari hasil pengkajian.

- Merencanakan intervensi keperawatan untuk

mengatasi kesenjangan langkah-langkah/cara

penyelesaian masalah lanjut usia baik bersifat

aktual, resiko maupun potensial.

- Melaksanakan rencana yang telah disusun.

- Mengevaluasi berdasarkan respon verbal dan

non verbal klien lanjut usia terhadap intervensi

yang dilakukan.

2) Sebagai pendidik klien lanjut usia

Membantu meningkatkan pengetahuan klien lanjut

usia untuk memahami tentang pemenuhan

kebutuhannya.

3) Sebagai motivator

 Memotivasi klien lanjut usia yang kurang memiliki

kemauan untuk memenuhi kebutuhan.

4) Sebagai advokasi

Memberi advokasi terhadap klien lanjut usia dalam

pemenuhan kebutuhannya.

5) Sebagai Konselor

Memberikan konseling terhadap klien lanjut usia

agar mampu beradaptasi secara optimal terhadap

proses penuaan yang terjadi.

c. Tanggung jawab perawat gerontik, meliputi:

1) Membantu klien lanjut usia memperoleh kesehatan

secara optimal.

Halaman 31

Page 33: terapi okupasi

2) Membantu klien lanjut usia untuk memelihara

kesehatannya.

3) Membantu klien lanjut usia menerima kondisinya.

4) Membantu klien lanjut usia menghadapi ajal dengan

diperlakukan secara manusiawi sampai dengan

meninggal.

3. Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik

Sifat pelayanan gerontik, antara lain:

a. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi

lain/mandiri)

Artinya: asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh

profesi keperawatan membantu lanjut usia dalam

pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia.

b. Dependent atau kolaboratif

Artinya: saling menunjang dengan disiplin dalam mengatasi

masalah kesehatan lanjut usia.

c. Humanistik (secara manusiawi)

Artinya: didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap lanjut usia.

d. Holistik (secara keseluruhan).

Lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga,

sehingga asuhan keperawatan gerontik harus

memperhatikan aspek soSial budaya keluarga dan

masyarakat.

4. Konsep Asuhan Keperawatan pada Gerontik

a. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut usia

Kegiatan asuhan keperawatan bagi lanjut usia menurut

Depkes, dimaksudkan untuk memberikan bantuan,

bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan

kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok,

Halaman 32

Page 34: terapi okupasi

seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti jompo maupun

puskesmas, yang diberikan oleh perawat.

b. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia

1) Pendekatan fisik

Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan

bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi,

kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan

kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya,

makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari

tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.

2) Pendekatan psikis

Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan

ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu

yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk

keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat

harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,

simpatik dan service.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi

terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia.

Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti

menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru

terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan,

peningkatan.

3) Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita. Jadi

pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi

perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk

sosial yang membutuhkan orang lain.

4) Pendekatan spiritual

Halaman 33

Page 35: terapi okupasi

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan

kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau

agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau

mendeteksi kematian.

5. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara

mandiri dengan:

a. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka

yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan

pencegahan.

b. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya

hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support).

c. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita

penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut.

d. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal

dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka

menjumpai kelainan tertentu.

e. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut

usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat

mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu

suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara

maksimal).

 

6. Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia

Asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi aspek bio-psiko-

sosio-spiritual dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

a. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan meliputi fisik, psikologis, sosial

dan spiritual untuk mendapatkan data dan mengetahui

kemampuan dan kekuatan usia lanjut.

Halaman 34

Page 36: terapi okupasi

1) Fisik/Biologis

Pengkajian fisik/biologis dilakukan dengan cara

wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan usia

lanjut dikaji dengan menanyakan tentang:

- Pandangan usia lanjut tentang kesehatannya.

- Kegiatan yang mampu ia lakukan.

- Kekuatan fisik usia lanjut: kekuatan otot, sendi,

penglihatan, pendengaran.

- Kebiasaan usia lanjut merawat diri sendiri.

- Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang

air besar/kecil.

- Kebiasaan olahraga.

- Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat

bermakna dirasakan.

- Kebiasaan usia lanjut dalam memelihara

kesehatan dan kebiasaan minum obat.

- Masalah-masalah seksual yang dirasakan.

2) Psikologis

Pemeriksaan psikologis dilakukan saat

berkomunikasi dengan usia lanjut untuk melihat fungsi

kognitif termasuk daya ingat, proses fikir, perasaan,

orientasi terhadap realitas dan kemampuan usia lanjut

dalam penyelesaian masalahnya. Perubahan yang umum

terjadi pada usia lanjut adalah daya ingat yang

menurun, proses fikir yang menjadi lambat, dan adanya

perasaan sedih karena merasa kurang diperhatikan.

Hal yang perlu dikaji:

- Apakah usia lanjut mengenal masalah-masalah

utamanya?

- Apakah usia lanjut optimis memandang sesuatu?

Halaman 35

Page 37: terapi okupasi

- Bagaimana sikap dan penerimaan terhadap

proses penuaan?

- Apakah usia lanjut merasa dirinya dibutuhkan

atau tidak?

- Bagaimana usia lanjut tersebut mengatasi

masalah atau stress?

- Apakah usia lanjut tersebut mudah untuk

menyesuaikan diri?

- Apakah usia lanjut tersebut sering mengalami

kegagalan?

- Apakah harapan usia lanjut tersebut di masa

sekarang dan masa yang akan datang?

3) Sosial-ekonomi

Penilaian sosial dilihat dari bagaimana usia lanjut

tersebut membina keakraban dengan teman sebaya

ataupun dengan lingkungannya dan bagaimana

keterlibatan usia lanjut dalam organisasi sosial. Status

ekonomi juga mempengaruhi yaitu yang terkait dengan

penghasilan yang mereka peroleh.

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:

- Apa saja kesibukan usia lanjut dalam mengisi

waktu luang?

- Apa saja sumber keuangan usia lanjut tersebut?

- Dengan siapa usia lanjut tersebut tinggal?

- Kegiatan organisasi sosial apa yang diikuti oleh

usia lanjut tersebut?

- Bagaimana pandangan usia lanjut terhadap

lingkungannya?

- Berapa sering usia lanjut tersebut berhubungan

dengan orang lain di luar rumah?

- Siapa yang biasa mengunjungi usia lanjut?

Halaman 36

Page 38: terapi okupasi

- Seberapa besar ketergantungan usia lanjut?

- Apakah usia lanjut dapat menyalurkan hobi atau

keinginannya dengan fasilitas yang ada?

4) Spiritual

Penilaian spiritual berkaitan dengan keyakinan

agama yang dimiliki usia lanjut dan sejauh mana

keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Usia lanjut yang dapat menjalankan

ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut benar-benar

diresapi dalam kehidupan sehari-hari dan ia akan lebih

mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan.

Hal yang perlu dikaji antara lain:

- Apakah usia lanjut secara teratur melakukan

ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya?

- Apakah usia lanjut secara teratur mengikuti atau

terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan?

- Bagaimana usia lanjut selalu berusaha

menyelesaikan masalah?

- Apakah usia lanjut terlihat sabar dan tawakal?

 

b. Diagnosa Keperawatan

1) Pengertian Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik

tentang respon individu, keluarga dan masyarakat

tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,

dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,

perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status

kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 &

NANDA).

Halaman 37

Page 39: terapi okupasi

2) Komponen Diagnosa Keperawatan

Rumusan diagosa keperawatan mengandung tiga

komponen utama, yaitu:

a) Problem (P/masalah), merupakan gambaran

keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat

diberikan. Tujuan: menjelaskan status kesehatan

klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan

sesingkat mungkin.

b) Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan

penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang

memberikan arah terhadap terapi keperawatan.

Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi:

- Patofisiologi penyakit: semua proses penyakit,

akut atau kronis yang dapat menyebabkan /

mendukung masalah.

- Situasional: personal dan lingkungan (kurang

pengetahuan, isolasi sosial, dll).

- Medikasi (berhubungan dengan program

pengobatan/perawatan): keterbatasan institusi

atau rumah sakit, sehingga tidak mampu

memberikan perawatan.

c) Sign & symptom (S/tanda & gejala) adalah ciri,

tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang

diperlukan untuk merumuskan diagnosis

keperawatan.

Jadi rumus diagnosa keperawatan adalah : PE / PES.

3) Syarat Penyusunan Diagnosa Keperawatan

a) Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien

terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi.

b) Spesifik dan akurat (pasti).

Halaman 38

Page 40: terapi okupasi

c) Dapat merupakan pernyataan dari penyebab.

d) Memberikan arahan pada asuhan keperawatan.

e) Dapat dilaksanakan oleh perawat.

f) Mencerminan keadaan kesehatan klien.

4) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam

menentukan Diagnosa Keperawatan

a) Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat.

b) Bersifat aktual atau potensial.

c) Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan.

d) Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga

dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab

timbulnya masalah tersebut.

5) Langkah-Langkah Menentukan Diagnosa

Keperawatan

a) Klasifikasi dan Analisis Data

Pengelompokkan data adalah mengelompokkan

data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien

mengalami permasalahan kesehatan atau

keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya.

Pengelmpkkan data dapat disusun berdasarkan pola

respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola

fungsi kesehatan (Gordon, 1982).

- Persepsi kesehatan: pola penatalaksanaan

kesehatan

- Nutrisi: pola metabolisme

- Pola eliminasi

- Aktivitas: pola latihan

- Tidur: pola istirahat

- Kognitif: pola perseptual

- Persepsi diri: pola konsep diri

Halaman 39

Page 41: terapi okupasi

- Peran: pola hubungan

- Seksualitas: pola reproduktif

- Koping: pola toleransi stress

- Nilai: pola keyakinan

b) Mengindentifikasi masalah klien

Menentukan kelebihan klien

Apabila klien memenuhi standar kriteria

kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan

bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal

tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan

untuk meningkatkan atau membantu

memecahkan masalah yang klien hadapi.

Menentukan masalah klien

Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka

klien tersebut mengalami keterbatasan dalam

aspek kesehatannya dan memerlukan

pertolongan.

Menentukan masalah yang pernah dialami oleh

klien

Pada tahap ini, penting untuk menentukan

masalah potensial klien. Misalnya ditemukan

adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien,

tetapi dari hasil test laboratorium, tidak

menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai

dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi.

Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya

tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.

Penentuan keputusan

o Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan

status dan fungsi (kesejahteraan): tidak ada

indikasi respon keperawatan, meningkatnya

Halaman 40

Page 42: terapi okupasi

status kesehatan dan kebiasaan, serta adanya

inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan

ada atau tidaknya masalah yang diduga.

o Masalah kemungkinan (possible problem): pola

mengumpulkan data yang lengkap untuk

memastikan ada atau tidaknya masalah yang

diduga.

o Masalah aktual, resiko, atau sindrom: tidak

mampu merawat karena klien menolak masalah

dan pengobatan, mulai untuk mendesain

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk

mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan

masalah.

o Masalah kolaboratif: konsultasikan dengan

tenaga kesehatan profesional yangkompeten

dan bekerja secara kolaboratif pada masalah

tersebut. Masalah kolaboratif adalah

komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari

patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan

dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah

memonitor, untuk mendeteksi status klien dan

kolaboratif dengan tenaga medis guna

pengobatan yang tepat.  

c) Validasi diagnosa keperawatan

Adalah menghubungkan dengan klasifikasi

gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk

kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk

kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan

klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga

mendapatkan data yang tepat.

Halaman 41

Page 43: terapi okupasi

Pada tahap ini, perawat memvalidasi data

yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama

klien atau keluarga dan atau masyarakat. Validasi

tersebut dilaksanakan dengan mengajukan

pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada

klien atau keluarga tentang kejelasan interpretasi

data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka

harus dilakukan validasi.  

d) Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan

prioritasnya

Setelah perawat mengelompokkan,

mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang

signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini

adalah merumuskan suatu diagnosis

keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat

aktual, resiko, sindrom, kemungkinan.  Menyusun

diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan

menurut kebutuhan yang berlandaskan hirarki

Maslow (kecuali untuk kasus kegawat

daruratan, menggunakan prioritas berdasarkan

“yang mengancam jiwa”) :

Diagnosa Keperawatan menurut Carpenito (2000) dapat dibedakan

menjadi 5 kategori:

o Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data

klinik yang ditemukan.

o Resiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan

terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Keliat, 1990).

o Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data

tambahan untuk memastikan masalah keperawatan

kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor

Halaman 42

Page 44: terapi okupasi

pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat

menimbulkan masalah (Keliat, 1990).

Diagnosa Keperawatan “Wellness” adalah keputusan klinik tentang

keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi

dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

Ada 2 kunci yang harus ada:

o sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang

lebih tinggi.

o Adanya status dan fungsi yang efektif.

Diagnosa Keperawatan “Syndrome” adalah diagnosa yang terdiri

dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang

diperkirakan  akan muncul / timbul karena suatu kejadian / situasi

tertentu

Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam

penatalaksanaan untuk menanggulangi gangguan biologis pada lanjut

usia:

1) bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum, penyempitan jalan napas.

2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan

alveolus.

4) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular

serebral.

5) Inkontinensia alvi/urine berhubungan dengan menurunnya fungsi

fisiologis otot-otot sfingter karena penuaan.

6) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi

ginjal.

7) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

berlebihan karena diare.

Halaman 43

Page 45: terapi okupasi

8) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan fraktur dan spasme otot,

inflamasi dan pembengkakan.

9) Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

(obstruksi usus).

10) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, dan

keterbatasan beban berat badan.

11) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan

untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan

energi atau ketidakseimbangan mobilitas.

12) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi/tirah

baring yang lama.

13) Risiko cidera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan

tulang yang berkurang.

14) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan

muskuloskeletal, penurunan minat dalam merawat diri, penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.

15) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, fibrosistis.

16) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan

pengobatan akibat kurang mengingat, kesalahan interpretasi

informasi.

17) Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya

pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.

18) Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan,

kesulitan keseimbangan.

19) Nyeri berhubungan dengan trauma, inflamasi bedah.

20) Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan

insulin.

21) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka yang

tidak adekuat.

22) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai

darah ke daerah perifer.

Halaman 44

Page 46: terapi okupasi

23) Gangguan pola seksual berhubungan dengan nyeri, kelemahan,

sulit mengatur posisi.

24) Ketidakberdayaan berhubungan dengan perubahan fisik dan

psikologis akibat penyakit.

25) Gangguan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan pemasukan makanan yang tidak adekuat.

26) Gangguan persepsi sensorik: pendengaran/penglihatan

berhubungan dengan hambatan penerimaan dan pengiriman

rangsangan.

27) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak

mampu.

28) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.

29) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.

30) Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan

mengungkapkan perasaan secara tepat.

31) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan

ketidaksiapan menghadapi kematian.

32) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang

dialami.

33) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan

melakukan ibadah secara tepat.

Halaman 45

Page 47: terapi okupasi

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau

semua warkat asli yang dapat dijadikan dalam persoalan hokum, dan

merupakan bukti pencatatan dalam pelaporan yang dimiliki perawat

dan tim kesehatan lainnya. Dokumentasi keperawatan ini mengacu

pada nursing proses yang terdiri dari pengkajian, dignosa, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12

tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6

dan perkembangan sesuai usianya.Kebersihan diri adalah upaya yang

di lakukan untuk menjaga tubuh atau badan agar ada selalu dalam

keadaan bersih dan sehat diantaranya : kebersihan gigi dan mulut serta

tangan dan kuku.Yang khas pada kelompok ini adalah anak usia

sekolah mampu merawat diri sendiri, pada usia ini anak mampu

melakukan peran aktif dalam perawatan kesehatan diri mereka sendiri.

Pengkajianmeliputi tingkat perkembangan respon terhadap

perawatan, riwayat perawatan kesehatan utama, riwayat medis dan

dukungan yang ada, kemampuan untuk memahami dan bekerjasama,

menerima tangung jawab kemampuan motorik, kemampuan kognitif

dan psikososial, riwayat diit, aktivitas fisik, alergi.

Diagnose keperawatan meliputi risiko cedera yang berhubungan

dengan pilihan gaya hidup. penggunaan alkohol,perubahan

pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan : kurangnya nutrisi

yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan, melewati waktu makan,

kurang pengetahuan yang berhubungan dengan : kurang informasi,

gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan : perasaan negative

tentang tubuh.

Halaman 46

Page 48: terapi okupasi

Perencanaan yaitu libatkan anak dan oran tua dalam tujuan,

pertimbangan masalah keperawatan social dan psikologis yang

menyertai masalah keperawatan fisik, memperkuat system pendukung

dan melakukan aktivitas untuk meningkatkan kemampuan

penyelesaian masalah, berikan informasi sesuai dengan

perkembanangan dan implementasinya yaitu sangat individual, koreksi

kesalahan informasi nutrisi, aktivitas fisik, resiko merokok.

Pada tahap evaluasi yang dilihat : Jika tidak tercapai modifikasi,

konsultasi ahli, kembangkan intervensi baru.

Pekerjaan atau dalam bahasa Inggris disebut occupation berbeda

dengan profesi atau profession. Ciri-ciri pekerjaan : Dalam melakukan

pekerjaan tidak mengandalkan keahlian dan pengetahuan khusus,

pekerjaan yang dilakukan hanya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, memiliki status yang rendah di masyarakat dan

hanya Contoh : Operator, penjaga warnet, tukang ketik di rental, dll.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang

lama dan menyangkut keterampilan intelektual. bisa menghasilkan

sedikit uang.

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan

tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo,

2003). Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup

lansia adalah demensia yang lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk

mencegah demensia pada lansia  tersebut, solusi yang dapat

ditawarkan adalah dengan melakukan tes MMSE, dimana tes ini sangat

mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para lansia sehari-harinya.

Bio-Psiko-Sosial-Spiritual sangatlah penting untuk para lansia

karena kebutuhan mereka haruslah sangat terpenuhi dimana para lansia

secara tidak sadar suka terganggu dan butuh di motivasi oleh seorang

perawat agar kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritualnya terpenuhi.

II. SARAN

Halaman 47

Page 49: terapi okupasi

Dalam melakukan dokumentasi pada kelompok khusus memerlukan

tindak lanjut berupa teknik-teknik tersendiri yang dapat membantu

perawat dalam mendokumentasikannya karena tidak sama

pendokumentasian antara kelompok anak usia sekolah, okupasi, dan

lansia. Jadi, disarankan untuk selalu memperhatikan sisi khusus dari

tata cara pendokumentasian pada kelompok khusus.

Halaman 48

Page 50: terapi okupasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Okupasi dan Profesi. (omline). Available:

http://gurusemesta.blogspot.com/2014/03/okupasi-dan-profesi.html

(Diakses pada Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 07.18 WITA)

Latiffah, Ummu. 2011. Makalah Okupasi. (online). Available:

http://belajarsukes.blogspot.com/2011/03/makalah-okupasi-kesehatan-

kerja.html (Diakses pada Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 08. 26 WITA)

Olfah, Yustiana. 2015. Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus.

(online) Available: http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/dokumentasi-

keperawatan-pada-kelompok-khusus-43683542 (Diakses pada Sabtu, 9 Mei

2015 pukul 10.00 WITA)

Rahmawianti, Vina. 2013. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Lansia. (online)

Available: https://botolinfus.wordpress.com/2013/10/13/dokumentasi-

asuhan-keperawatan-lansia/ (Diakses pada Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 10.45

WITA)

Wiyono, Sugeng. 2013. Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik. (online)

Available: http://sugeng02.blogspot.com/2013/11/dokumentasi-

keperawatan-pada-gerontik.html (Diakses pada Sabtu, 9 Mei 2015 pukul

12.00 WITA)

Halaman 49