terapi kebiasaan kognitif dalam perawatan gangguan

Upload: nona-dhe-lia

Post on 04-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dokumen

TRANSCRIPT

TERAPI PERILAKU KOGNITIF DALAM PENGOBATAN GANGGUAN KECEMASAN PADA ANAKCindi Connell*Pelajar di C.A.G.S. Program Kesehatan Mental dan Fakultas Tambahan, Universitas Rivier

Kata kunci : Struktur Kognitif, Statemen diri, Pekerjaan Rumah, Pencontohan, Harga diri, Bermain peran, Pemecahan masalah, Keterkaitan pikiran dan tubuh, Relaksasi, Bernafas, Terapi Exposure, Proses PengawasanAbstrakOrang dengan gangguan kecemasan sering mengalami pola pikiran atau persepsi yang maladaptive; Terapi Perilaku Kognitif mengajarkan pasien untuk menggunakan berbagai macam teknik desensitisasi dan untuk menggantikan pola yang rusak (baik persepsi maupun pola pikir) dengan persepsi yang positif dan harapan yang lebih realistis pada diri. Jurnal ini akan membahas tentang bagaimana pasien dengan gangguan kecemasan, yang menerima Terapi Perilaku Kognitif, diajarkan bagaimana untuk memodifikasi struktur kognitif, menyelesaikan masalah, menolak pemikiran irasional, dan statemen diri yang produktif. Jurnal ini juga akan membahas kegunaan terapi exposure, teknik relaksasi dan menciptakan koneksi pikiran dan tubuh.

PembukaanOrang yang menderita gangguan kecemasan, meski terdiagnosa atau tidak, tidak yakin bahwa dalam situasi seperti ini, diberikan terapi yang sesuai, sangat membantu pengobatan. Dengan terapis yang memberikan perhatian dan kesungguhan dalam mengimplementasikan penggunaan Terapi Perilaku Kognitif (CBT), klien tidak hanya terbebas dari gangguan tegang , tetapi juga dapat memulai kehidupan yang produktif dengan baik.

PengobatanCBT adalah kombinasi dari terapi perilaku dan terapi kognitif. Faktor kunci dalam menggunakan CBT termasuk di dalamnya memiliki reframe struktur kognitif klien dan penolakan persepsi negative. Menurut Kendall dan Suveg (2006). Keseluruhan tujuan dari program pengobatan adalah untuk mengajarkan anak mengenali tanda-tanda kecemasan dan membiarkan tanda-tanda tersebut sebagai isyarat untuk digunakan dalam strategi manajemen kecemasan (p.258). Studi empris saat ini menyarankan CBT sebagai pengobatan yang paling efektif untuk digunakan pada orang dengan gangguan kecemasan. (R. Walrath, lektur kelas, 20 Oktober 2009)Memodifikasi Struktur Kognitif yang AdaBerdasarkan Southam-Gerow dan Kendall (2000):Tujuan utama pengobatan dengan CBT adalah untuk menolong anak membangun coping template dengan harapan anak dapat mengembangkan struktur kognitif yang baru atau memodifikasi struktur yang sudah ada untuk memproses informasi tentang dunia. Bagian terpenting dari proses ini adalah praktek tentang cara berpikir baru yang dimiliki anak (contoh: Skema) dengan kehadiran terapis, mengizinkan terapis untuk menolong anak dalam memperhalus atribusinya secara lebih lanjut tentang perilaku yang utama dan ekspektasi tentang perilaku di masa depan. (p.334)Statemen DiriDalam coping template ini, terapis mengajarkan pada anak mengenai dialog internal yang harus diperbaiki agar memuat penegasan diri tentang pemikiran yang positif daripada mengalah pada pesan-pesan negative. Southam-Gerow dan Kendall (2000) menyarankan lebih lanjut :Proses merubah kesalahan fungsi kogntif untuk berpikir yang lebih adaptif terkadang disebut perbaikan kognitif. Langkah awal termasuk membantu anak mengidentifikasi interaksi dirinya, Dimana anak mungkin menanyakan tentang pikiran yang berlarian melalui kepalanya sebagai gelembung pikiran, mirip dengan yang diperlihatkan dalam lajur komik. (p.345)Penting bagi seorang terapis untuk berdiskusi dengan anak yang tipe statemennya memberitahu dirinya saja. Pada umumnya, ketika seseorang menderita kecemasan, dialog internalnya terfokus pada pemikiran negative. Artinya, kemungkinan beratas-ratus kali dalam satu hari, anak menarik diri ke dalam latihan internal yang merusak pikiran. Terus berlanjut sampai anak merasa lebih cemas dan depresi, dan penghargaan dirinya menjadi jatuh. Dalam CBT, anak diajarkan untuk mengenali pemikiran negative sebagai saringan yang produktif, dan terapis mengajarkan anak bagaimana untuk merumuskan statemen diri yang positif, hanya setuju menggunakan statemen yang membangun harga diri. Klien harus mempraktekkan self-talk baru ini sampai menjadi kebiasaan; mereka juga harus belajar dengan aktif untuk merubah statemen negative ke dalam statemen positif. Hasil akhir yang diinginkan adalah klien menginternalisasikan statemen positif ke dalam kognitifnya, dan pemikiran positif yang stau menggantikan persepsi negative lain dalam dirinya. Menurut Kendall dan Suveg (2006):Tujuan membangun template baru untuk berpikir bukan untuk menghilangkan persepsi dari stress selamanya, tetapi untuk mendahulukan mispersepsi dan gairah yang menyedihkan, ketika melihat melalui struktur koping kognitif, terdapat pengingat untuk menggunakan koping strategi. (p.262)Pekerjaan RumahPraktek menggunakan self-talk ini juga merupakan contoh dari aplikasi pekerjaan rumah yang mungkin diimplementasikan dalam CBT. Menurut Westra, Dozios, dan Marcus (2007), Dalam CBT, Penyelesaian Pekerjaan Rumah diposisiskan untuk memainkan peran kunci dalam hasil, dan awal pemenuhan pekerjaan rumah muncul untuk mendapat dampak yang signifikan dari hasil perawatan, mensugesti pentingnya penilaian terhadap ketaatan awal pekerjaan rumah dalam perawatan (p. 363). Satu manfaat tambahan self-talk adalah dapat dipraktekkan dimana saja, kapan saja dan tidak mengundang perhatian yang tidak pantas terhadap klien yang sensitif.Membangun Penghargaan DiriHarga diri anak akan terganggu ketika gejala kecemasan menjadi tidak terkendali, dan partisipasi mereka dalam aktivitas sehari-hari secara dramatis berkurang atau tertahan. Inilah mengapa sangat penting untuk menolong anak mengembangkan skema baru untuk memfasilitasi perubahan persepsi, jadi, baiknya mengurangi penampilan gejala. Jika orangtua tidak mampu untuk menolong anak membangun penghargaan diri atau mereframe skema, maka temukan terapis yang terjamin menggunakan CBT. Sering kali hal tersebut terjadi pada anak dengan kepribadian perfeksionis yang cenderung memiliki kecemasan berlebih; sangat penting bekerja dengan anak untuk mengurangi ekspektasi yang tidak realistis dengan menerapkan self-talk dan skema kognitif. Kendall dan Suveg (2006) menyarankan :Modeling kognitif, latihan, penguatan social, dan bermain peran semuanya digunakan untuk menolong anak membangun coping template untuk membantu menafsirkan interaksi di masa yang akan datang dengan situasi yang ditakuti dalam harapan baru. Terapis bekerja dengan anak untuk 1) menghilangkan karakteristik misinterpretasi terhadap peristiwa di sekitar lingkungan dan 2) Secara sistematis dan bertahap membangun kerangka referensi termasuk strategi coping di dalamnya.

Percontohan dan bermain peran

Terapis seharusnya menjadi contoh dalam terapi alternatif yang dilakukan baik dari perasaan atau berhadapan dengan situasi kegelisahan yang menggusarkan. Untuk klien, dapat termasuk di dalamnya bermain peran, menceritakan perasaannya, visualisasi dan mengkombinasikan cara penurunan stress. Ini adalah praktek dan modeling dengan klien yang membutuhkan proses desensitisasi (kepekaan) dan pembentukan kognitif (Kendall dan Suveg, 2006). Karena ini dilakukan dalam setting pengobatan yang aman, anak mampu untuk melatih scenario kecemasan dalam usaha untuk meniru lebih effektif ketika berhadapan dengan situasi kehidupan yang sebenarnya. Seperti beberapa tipe keterampilan baru, Ini adalah latihan yang membuat klien (objek) lebih mahir (ahli), dengan demikian dapat membuka jalan untuk penurunan tingkat kecemasan.

Strategi Nyata Penyelesaian Masalah

Selanjutnya untuk mendukung cara ini, Kavan, Elsasser, Barone (2009) menjelaskan :

Pasien diajarkan untuk menolak kekhawatiran yang tidak nyata atau tidak diinginkan dan menggantikan pikiran tersebut dengan strategi penyelesaian masalah yang realistis. Mereka juga dapat diinstruksikan dengan menggunakan cara self-caming (menenangkan diri) seperti menarik nafas dalam-dalam, relaksasi, dan latihan untuk mengurangi gejolak fisiologi dan meningkatkan kontrol atas gejala mereka. Pasien kemudian didorong untuk menggunakan teknik diluar setting klinik.

Mengajarkan strategi penyelesaian masalah adalah sebuah aliran dari CBT (Cognitive Behavior Therapy). Selama proses beberapa tahap, klien diajarkan bagaimana untuk menolak pikiran dan perilaku yang ada. Hal ini harus dilakukan secara tegas dan berturut-turut bukan hanya karena menolak skema dan perilaku klien yang ada, tetapi terapis harus berhati-hati untuk tidak menambahkan unsur yang membuat malu semenjak keberfungsian klien sebelumnya tidak berfungsi. Dalam penyelesaian masalah, diskusi skema arus (aliran pola fikir) dan pengungkapan pendapat dari pemikiran yang lebih produktif akan dieksekusi, dan jika klien terlibat dalam perilaku penolakan/menghindar, ide-ide akan dihasilkan untuk memfasilitasi kembalinya klien ke dalam aktivitas yang lebih dinginkannya daripada menghindarinya (Kendall dan Suveg, 2006). Pembentukan perilaku kognitif ini dapat menyebabkan klien mengatasi kecemasannya secara baik karena klien telah belajar bagaimana menangani kecemasan secara efektif tanpa menghindarinya; Bagaimanapun juga, dalam hubungannya dengan ini , kecemasan menurunkan aktivitas yang harusnya diajarkan dengan baik.

Hubungan antara Pikiran dan Tubuh

Salah satu cara yang digunakan dalam CBT untuk mengatasi kecemasan adalah dengan membuat sebuah hubungan antara pikiran dan tubuh. Kendall dan Suveg (2006) melaporkannya sebagi berikut :

Banyak pemuda memiliki pengalaman tentang gejala fisik kecemasan yang dianggap tanda dari suatu penyakit, sebagai lawan dari kecemasan. Para pemuda diajarkan untuk membantu membedakan ketika gejala somatic mereka ( contoh : Sakit lambung) mungkin karena kecemasan atau penyakit dengan memeriksa konteks gejala yang muncul (contoh : terjadi hanya sebelum sekolah). (P.260)

Ini adalah suatu keahlian yang harus dipelajari dan mudah untuk dipelajari untuk beberapa yang dipelajari daripada yang lainnya, tergantung pada faktor sebagai berikut kemampuan intelektual, kemampuan untuk beradaptasi (berubah), dan motivasi untuk berubah. Salah satu strategi yag digunakan dalam CBT adalah membantu anak-anak untuk mengembangkan kesadarannya. Gejala fisik lebih tidak nyaman . . . . . berbahaya bagi anak.Namun ketika anak tidak mengenali gejala relative stress kemudian yang kedua ketakutan atau takut dari ketakutan mulai berkembang. Dari pembelajaran anank dapat memahami bahwa kecemasan akan gejla fisik itu nyata seperti palpasi jantung, pandangan kabur, tingkat energy rendah, kurangnya keinginan untuk ikut dalam aktivitas yang telah disenangi sebelumnya, pernapsan yang pendek (dangkal), penipisan, kesedihan yang luar biasa, perilaku yang selalu menghindar (menyendiri), dan phobia (muncul rasa takut akan suatu hal tertentu), teori dasar yang baru ini memberikanklien untuk mengenali terhadap gejala kecemasan ini dan bukan penyakit yag mengancam kehidupan ini.Selanjutnya pendidikan mind-cody connection mengajarkan klien untuk menangani lebih efektif dengan gejala oleh langkah-langkah pemanfaatan secara berturut-turut dari pembelajaran kepekaan dalam CBT.

Progressive dan Cara Memberikan Isyarat Mengontrol Relaksasi

Setelah mind-body connection telah dipahami., terapi ini dapat mengenalkan perilaku mengurangi kecemasan. Progreesive dan cara memberikan isyarat untuk mengontrol relaksasi ada 2. Progressive relaksasi adalah cara relaksasi secara bertahap dimana setiap bagian tubuh terisolasi, tegang dan kemudian dilepaskan (direlakskan). Klien dapat melatih pita (pola) relaksasi yang telah dijelaskan(diriwayatkan), dengan terapi orang tua dia telah belajar cara yang cukup baik untuk melakukannya sendiri. Ini lebi efektif untuk anak kecil dengan dengan gangguan kecemasan karena ini strategi yang dapat dilakukan kapanpun baik sebelum merasakan gejala atau pada saat ketika gejala sudah ada.Ini sulit untuk merasakan kecemasan ynagluar biasa ketika nafas sedang diatur dan tubuh masuk kedalam tingkat relaksasi yang dalam.

Pernapasan Diafragma (Perut) atau Alternative Pernapasan Hidung Metode Tahapan relaksasi sering dikaitkan dengan pernapasan perut atau alternative pernapasan hidung. Ini tidak hanya menggunakan cara efektifitas yang tinggi daam CBT, tetapi lebih kearah praktik, kecepatan dan kemuadahannya untuk klien sehingga dapat memperthankan atau mengembalikan ke tingkat yang lebih rendah dari kecemasannya. Dengan rendahnya harga diri (rendah diri) atau ide dari penonton yang imajiner (yang tidak masuk akal) sebuah atribut yang besar dari strategi ini dapat dipraktikan secara diam-diam, banyak kesamaan dengan tahapan relaksasi. Oleh Karena itu jika anak merasa cemas dalam pertengahan kelas matematika, dia dapat mulai mempraktikan pernapsan perut (diafragma), untuk mengurangi kecemasan dan tidak akan pernah ada yang tau.

Terapi Exposure

Kashdan dan Herbert menjelaskan perlunya mengahadapi ketakutan melalui terapi pemaparan sebagai strategi yang digunakan dalam CBT untuk kepekaan.Pemaparan adalah landasan dari semua perilaku dan interverensi dari teori perilaku untuk gangguan kecemasan. Tahapan desensitivization adalah strategi yang bertahap yang kliensecara bertahap terkena situasi yang memicu episode(tahapannya) kecemasan. Sebagai contoh, jika anak mengalami ini, orang tua dapat menjemput anaknya di parkiran sekolah dan tidak masuk ke dalam gedung.Ini dapat terjadi dalam beberapahari. Ketika semua anak akan mmelakukan cara pernapasan atau latihan relaksasai ynag lainnya untuk menangani secara efektif atau mengurangi gejala cemas. Perkembangan yang akan terjadi ketika tahapan pemaparan (exposure) untuk menjemput hanya diparkiran sekolahan akan beranjak masuk kedalam gedung sekolah, tinggal dalam gedung itu untuk memberikan banyak waenghindari ktu sehingga tujuan dari tinggal didalam sekolah dapat tercapai. Untuk memfasilitasi kemajuan menuju desensitisasidari apapun yang menyebabkan klien cemas. Klien butuh menerapkan fungsi dari berbagai cara relaksasi setiap hari.

Edelman (2007) setuju akan pendapt, untuk merencanakan platihan exposure, situasi dan perilaku pasien yang paling ditakutkan dan atau menghindari perlu diidentifikasi dan selanjutnya memerintahkan dari yang kecil sampai yang paling memicu kecemasan..keahlian ini atau peralatan kerja sangat baik dengan kecemasan untuk anak-anak and orang dewasa sma baiknya.

Ini penting bahwa terapi mengajarkan klien untuk focus pada aspek yang positif dari pemulihan. Kavan, Elsasser, dan Brone (2009) menyarankan :

Pasien mungkin meminta untuk diawasi gejala mereka dari kecemasan selamanya dengan faktor situasi dan fikiran yang mengarah pada episode kenaikkan kecemasan.Informasi ini digunakan untuk membantu mereka mengenali pemicu kecemasan dan pola fikir maldaptive.Pasien diajarkan untuk menantang ketidaknyataan atau ketidakberalasan rasa khawatir dan menempatkan fikiran ini dengan lebih realistis strategi pemecah masalah.

Proses PengawasanUntuk mengawasi proses, terapis dapat menggunakan grafik harian/mingguan, atau menyarankan klien untuk menggunakan jurnal. Hal ini sangat penting untuk dipahami oleh klien, mempraktekkan strategi CBT secara aktif adalah untuk mengetahui seberapa sukses usaha yang dilakukan. Klien membutuhkan dorongan untuk mengenal dan menghargai diri sendiri karena telah berpartisipasi secara aktif di dalam pemulihan mereka. Klien dapat membuat grafik dimana satu sisi menggambarkan secara detail tentang kekhawatiran atau ekspektasi yang tidak realistis, dan pada sisi lainnya lebih menggambarkan tentang pemikiran yang produktif atau ekspektasi yang realistis, sebagai metode dalam pengawasan yang baik. Untuk beberapa klien, melakukan pertolongan secara visual perlu memahami monitoring diri atau aspek CBT lainnya; Penting bagi seorang terapis mengenalkan prosedur dan mengindividualisasikannya terhadap kebutuhan klien. Steinfeld, Coffman, dan Keyes (2009) berpendapat : CBT berlandaskan perawatan tailoring terhadap kebutuhan dan tujuan klien, dan pekerjaan terapis dikolaborasikan dengan klien untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang lebih membantu klien (p.411). Penting bagi anak untuk melibatkan pemberian perawatan yang utama dalam proses pengobatan. Mereka akan menyediakan katalis untuk menguatkan perilaku prosocial, membantu pembuatan pertolongan secara visual, membantu merumuskan dan mempertahankan skema baru, dan bahkan menjadi bagian dari penghargaan. Kendall dan Suveg (2006) menyarankan untuk membuat daftar kemungknan penghargaan lebih lanjut dalam proses pertolongan (p.270). Pencegahan Kembali ke Keadaan SemulaSekali tingkat stress klien dapat diatasi, Velting, Setzer dan Albano (2004) mengatakan bahwa seluruh program CBT melibatkan komponen Pencegahan kembali ke keadaan semula yang ditujukan kepada konsolidasi manajemen keterampilan kecemasan anak dan mempromosikan generalisasi dan pemeliharaan kemajuan pengobatan (p.50). Pengulangan lebih lanjut konsep praktek dan pekerjaan rumah untuk memelihara penurunan, mengelola tingkat stress, tetapi yang lebih penting agar anak secara efektf merasa nyaman ketika situasi yang menyebabkan stress muncul.Terapi Perilaku Kognitif adalah terapi yang membutuhkan klien secara aktif untuk membantu proses pemulihan dirinya sendiri. Kebebasan dari ketidakbutuhan penderitaan dapat dicapai dengan menggabungkan komponen-komponen CBT ke dalam kehidupan sehari-hari; dengan praktek keterampilan baru yang diperoleh, CBT merupakan pengobatan yang sangat efektif bagi mereka yang mengalami gangguan kecemasan.

Daftar Pustaka

Edelman, S. (2007). Managing anxious patients: Cognitive behavior therapy in general practice.Australian Family Physician, 36, 212-220.Kashdan, T. B., & Herbert, J. D. (2001). Social anxiety disorder in childhood and adolescence: Currentstatus and future directions. Clinical Child and Family Psychology Review, 4, 36-61.Kavan, M. G., Elsasser, G.N., Barone, E. J. (2009). Generalized anxiety disorder: Practical assessmentand management. American Family Physician, 79, 785-793.Kendall, P.C., & Suveg, C. (2006) Treating anxiety disorders in youth. In P.C. Kendall (Ed.), Child andadolescent therapy. New York: The Guilford Press, pp. 243-294.Southam-Gerow, M. A., & Kendall, P.C. (2000). Cognitive-behaviour therapy with youth: Advances,challenges, and future directions. Clinical Psychology and Psychotherapy, 7, 343-366.Steinfeld, B. I., Coffman, S. J. & Keyes, J. A. (2009). Implementation of an evidence-based practice in aclinical setting: What happens when you get there? Professional Psychology: Research andPractice, 40, 410-416.Velting, O.N., Setzer, N. J. & Albano, A. M. (2004). Update on and advances in assessment andcognitivebehavioral treatment of anxiety disorders in children and adolescents. ProfessionalPsychology Research and Practice, 35, 42-54.Westra, H.A., Dozois, D.J., & Marcus, M. (2007). Expectancy, homework compliance, and initialchange in CognitiveBehavioral Therapy for anxiety. Journal of Consulting and ClinicalPsychology, 75, 363373.