terapi dih

2
Penatalaksaan famakologi pada pasien TB dengan DIH adalah dengan menghentikan pemberian Pirazinamid selamanya, selain itu juga dengan menghentikan pemberian isoniazid dan rifampisin. Hal ini dilakukan agar mengurangi karusakan pada hepar pasien. Sebagaimana yang diketahui bahwa obat anti tuberculosis yang sangat hepatotoxic adalah pirazinamid sehingga pemberian obat ini pada pasien yang dicurigai mangalami DIH akibat obat anti tuberculosis harus dihentikan. Selain pirazinamid rifampisin dan isoniazid juga dapat mengakibatkan DIH pada pasien TB, namun hal ini sangat jarang ditemukan. Apabila ditemukan pasien yang mengalami DIH akibat OAT maka terapi yang dapat diberikan adalah injeksi streptomisin dan pemberian etambutol. Pemberian kedua obat ini dilakukan sambil mengobservasi hasil pemeriksaan laboratorium darah klinik yaitu SGOT, SGOT, dan Bilirubin pada pasien. Apabila pada observasi hasil lab telah ditemukan hasil laboratorium SGOT, SGOT, dan Bilirubin pada pasien telah kembali dalam batas normal maka perlu

Upload: ade-siti-rahmawati

Post on 26-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


65 download

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi DIH

Penatalaksaan famakologi pada pasien TB dengan DIH adalah dengan

menghentikan pemberian Pirazinamid selamanya, selain itu juga dengan

menghentikan pemberian isoniazid dan rifampisin. Hal ini dilakukan agar

mengurangi karusakan pada hepar pasien. Sebagaimana yang diketahui bahwa obat

anti tuberculosis yang sangat hepatotoxic adalah pirazinamid sehingga pemberian

obat ini pada pasien yang dicurigai mangalami DIH akibat obat anti tuberculosis

harus dihentikan. Selain pirazinamid rifampisin dan isoniazid juga dapat

mengakibatkan DIH pada pasien TB, namun hal ini sangat jarang ditemukan.

Apabila ditemukan pasien yang mengalami DIH akibat OAT maka terapi yang

dapat diberikan adalah injeksi streptomisin dan pemberian etambutol. Pemberian

kedua obat ini dilakukan sambil mengobservasi hasil pemeriksaan laboratorium darah

klinik yaitu SGOT, SGOT, dan Bilirubin pada pasien. Apabila pada observasi hasil

lab telah ditemukan hasil laboratorium SGOT, SGOT, dan Bilirubin pada pasien telah

kembali dalam batas normal maka perlu dilakukan perencanaan terapi rifampisin

dengan dosis minimal yang tidak mengakibatkan ketiga hasil laboratorium di atas

mengalami peningkatan. Dosis dapat dimulai dengan setengah dari dosis yang

dianjurkan pada berat badan pasien, misalnya berat badan pasien mengindikasikan

untuk diberikan dosis 400 mg maka dimulai dari dosis 200 dan dinaikkan secara

bertahap sambil mengontrol hasil laboratorium darah klinik pasien sampai didapatkan

dosis yang tidak mengakibatkan peningkatan SGOT, SGPT dan bilirubin pada pasien.

Hal yang sama juga dilakukan pada perencanaan pemberian isoniazid pada pasien,

dosis yang diberikan dimulai dari dosis minimal dan dinaikkan sampai pada dosis

yang tidak menimbulkan paningkatan SGOT, SGPT dan bilirubin pada pasien. Bila

Page 2: Terapi DIH

telah didapatkan dosis yang sesuai maka terapi OAT pada pasien ini baru dimulai

dengan pemberian OAT tanpa menggunakan pirazinamid selama 6 bulan.