terapi dih
TRANSCRIPT
Penatalaksaan famakologi pada pasien TB dengan DIH adalah dengan
menghentikan pemberian Pirazinamid selamanya, selain itu juga dengan
menghentikan pemberian isoniazid dan rifampisin. Hal ini dilakukan agar
mengurangi karusakan pada hepar pasien. Sebagaimana yang diketahui bahwa obat
anti tuberculosis yang sangat hepatotoxic adalah pirazinamid sehingga pemberian
obat ini pada pasien yang dicurigai mangalami DIH akibat obat anti tuberculosis
harus dihentikan. Selain pirazinamid rifampisin dan isoniazid juga dapat
mengakibatkan DIH pada pasien TB, namun hal ini sangat jarang ditemukan.
Apabila ditemukan pasien yang mengalami DIH akibat OAT maka terapi yang
dapat diberikan adalah injeksi streptomisin dan pemberian etambutol. Pemberian
kedua obat ini dilakukan sambil mengobservasi hasil pemeriksaan laboratorium darah
klinik yaitu SGOT, SGOT, dan Bilirubin pada pasien. Apabila pada observasi hasil
lab telah ditemukan hasil laboratorium SGOT, SGOT, dan Bilirubin pada pasien telah
kembali dalam batas normal maka perlu dilakukan perencanaan terapi rifampisin
dengan dosis minimal yang tidak mengakibatkan ketiga hasil laboratorium di atas
mengalami peningkatan. Dosis dapat dimulai dengan setengah dari dosis yang
dianjurkan pada berat badan pasien, misalnya berat badan pasien mengindikasikan
untuk diberikan dosis 400 mg maka dimulai dari dosis 200 dan dinaikkan secara
bertahap sambil mengontrol hasil laboratorium darah klinik pasien sampai didapatkan
dosis yang tidak mengakibatkan peningkatan SGOT, SGPT dan bilirubin pada pasien.
Hal yang sama juga dilakukan pada perencanaan pemberian isoniazid pada pasien,
dosis yang diberikan dimulai dari dosis minimal dan dinaikkan sampai pada dosis
yang tidak menimbulkan paningkatan SGOT, SGPT dan bilirubin pada pasien. Bila
telah didapatkan dosis yang sesuai maka terapi OAT pada pasien ini baru dimulai
dengan pemberian OAT tanpa menggunakan pirazinamid selama 6 bulan.