teori-teori

7
TEORI-TEORI ETIKA Teori-teori etika yakni: 1. Idealisme-etis Istilah “idealisme” muncul dalam wacana cabang filsafat ontologi. Dalam konteks itu, idealisme dipandang sebagai paham yang meyakini hakikat sesuatu yakni adalah ide atau gagasan, bukan materi. Dalam perkembangannya, idealisme diyakini memiliki implikasi-implikasi secara etis, sehingga lahir pandangan tentang idealisme-etis. Idealisme dalam kancah ontologi bertolak dari pemikiran bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki ide dan idelah yang mempengaruhi materi (pengalaman), bukan sebaliknya. Dalam hal ini idealisme tidak bermaksud untuk mengingkari keberadaan materi, hanya saja untuk mengetahui materi itu, orang terlebih dulu menggunakan idenya. Idealisme menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, dan bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangakan materi adalah akibat yang di timbulkan oleh akal pikir atau jiwa. H. De Vos , membedakan idealisme menjadi tiga, yakni : Idealisme rasionalistis Idelisme rasionalistis, beranggapan bahwa rasio atau akal budi manusialah yang mengenal norma-norma dalam bersikap dan

Upload: yenisutriya

Post on 05-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

teori etika dan profesi hukum

TRANSCRIPT

Page 1: teori-teori

TEORI-TEORI ETIKA

Teori-teori etika yakni:

1. Idealisme-etis

Istilah “idealisme” muncul dalam wacana cabang filsafat ontologi. Dalam konteks itu,

idealisme dipandang sebagai paham yang meyakini hakikat sesuatu yakni adalah ide atau

gagasan, bukan materi. Dalam perkembangannya, idealisme diyakini memiliki implikasi-

implikasi secara etis, sehingga lahir pandangan tentang idealisme-etis.

Idealisme dalam kancah ontologi bertolak dari pemikiran bahwa manusia adalah makhluk

yang memiliki ide dan idelah yang mempengaruhi materi (pengalaman), bukan sebaliknya.

Dalam hal ini idealisme tidak bermaksud untuk mengingkari keberadaan materi, hanya saja

untuk mengetahui materi itu, orang terlebih dulu menggunakan idenya. Idealisme

menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, dan bahkan

menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangakan materi adalah akibat

yang di timbulkan oleh akal pikir atau jiwa.

H. De Vos, membedakan idealisme menjadi tiga, yakni :

Idealisme rasionalistis

Idelisme rasionalistis, beranggapan bahwa rasio atau akal budi manusialah yang

mengenal norma-norma dalam bersikap dan berperilaku bagi seorang manusia. Rasio

memberikan pengertian tentang mana yang baik dan buruk, sehingga manusia menjadi tahu

apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. Idealisme rasionalistis menyatakan bahwa rasio

berperan dalam menentukan tujuan perilaku manusia. Dalam praktik, rasio manusia terbukti

tidak dapat menetapkan tujuan dari perilakunya. Rasio hanya menunjukkan bagaimana

mencapai tujuan. Tujuan perilaku manusia adalah urusan praktik, bukan teoritik yang dapat

ditetapkan terlebih dahulu menurut rasio.

Idealisme estesis

Page 2: teori-teori

Disisi lain menyatakan bahwa alam ini termasuk manusia, hidup dalam keselarasan

yang estetik. Manusia (mikrokosmos) adalah bagian dari jagad alam yang luas

(makrokosmos). Tujuan dari setiap perilaku manusia adalah keinginan untuk hidup selaras

dengan alam itu. Ide inilah yang menggerakkan sekaligus memberi bentuk setiap perilaku

manusia.

Idealisme etis

Idealisme etis memandang manusia sebagai makhluk etis, yang memiliki kesadaran

moralitas. Manusia adalah makhluk yang senantiasa memberikan penilaian terhadap sikap

dan perilakuknya. Nilai-nilai yang dianggap baik itu kemudian dijadikan norma untuk

menuntun sikap dan perilaku manusia.

Penerapan teori idealisme-etis ini dapat dilihat dalam pribadi mahasiswa,

mahasiswa sebagai agent of change dituntut untuk memiliki jiwa idealis didalam

kehidupannya sehari-hari. Contohnya ketika kita diminta untuk mengerjakan tugas dari

dosen. Kemudian disaat yang bersamaan teman kita mengajak kita untuk hange out dan

menyuruh untuk copy paste tugas yang diberikan dari internet. Namun karena kita

mempunyai prinsip bahwa copy paste merupakan sebuah kejahatan dan bukti bahwa kita

tidak menghargai karya orang lain sebagai karyanya, oleh karena itu kita menolaknya.

Contoh lain penerapan idealisme ialah ketika seorang Hakim yang dihadapkan kasus

korupsi, kemudian tersangka kasus korupsi tersebut memberikan sejumlah uang dan mobil

keluaran terbaru agar ia dapat dibebaskan. Namun, karena hakim tersebut dari kecil telah

memiliki pikiran bahwa menerima suap adalah perbuatan yang buruk dan tidak terpuji,

makan hakim tersebut menolaknya.

2. Deontologisme-etis

Etika Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari

kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti

ilmu atau teori. Menurut etika deontologi, suatu tindakan

dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai

atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi etika deontologi

yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah

Page 3: teori-teori

kewajiban. Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik

karena tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri,

sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan.

Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga

tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan. Bersikap adil

adalah tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita untuk

bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak

orang lain atau mencurangi orang lain adalah tindakan yang

buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.

Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama,

dan sekarang merupakan salah satu teori etika yang

terpenting karena agama merupakan salah satu pendekatan

mengenai etika yang terpenting dan mudah diterapkan.

Pandangan-pandangan tentang deontologisme-etis:

1. Deontologisme, adalah inti dari perilaku baik harus

didorong oleh itikad (kehendak) yang baik. Idikad baik

muncul karena memang kewajiban atau yang lainnya

(Immanuel Kant).

2. Teori deontologis ini sering disebut dengan etika

peraturan, etika peraturan menyingkirkan salah satu

pengertian moral yang paling hakiki yaitu paham

tanggung jawab. Dalam etika peraturan paham tanggung

jawab tidak muncul, karena yang dipertanyakan adalah

“Apakah orang itu taat terhadap peraturan atau tidak?”.

(Franz Magnis-Suseno)

Contoh Etika Deontologi :

Page 4: teori-teori

1. Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu

dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.

2. Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika deontologi bukan karena tindakan

itu mendatangkan akibat baik bagi pelakunya melainkan karena tindakan itu sejalan

dengan kewajiban si pelaku untuk misalnya memberikan pelayanan terbaik untuk

semua konsumennya, untuk mengembalikan hutangnya sesuai dengan perjanjian ,

untuk menawarkan barang dan jasa dengan mutu sebanding dengan harganya.

3. Teleologisme-etis

Etika Teleologi dari kata Yunani "telos" yang berarti tujuan, Mengukur baik buruknya

suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan

akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu perilaku baik jika buah dari perilaku itu

lebih banyak untung daripada ruginya. Untung rugi ini dilihat dari indikator kepentingan

manusia. Teori ini memunculkan 2 pandangan, yaitu :

1. egoisme

2. utilitarianisme (Utilisme)

Ada perbedaan yang mencolok dari kedua teori ini. Egoisme selalu menekankan

keuntungan pada “saya pribadi saja” sementara utilitarianisme menekankan keuntungan pada

“setiap orang, termasuk saya”. Di sini terlihat sisi humanisme ini sebenarnya merupakan

pengahalusan dari altruisme yang cenderung dinilai kurang realistis, yakni menekankan

keuntungan bagi “setiap orang, kecuali saya”. Egoisme dapat dipecah dalam 2 jenis, yaitu

egoisme etis dan egoisme psikologis.

Egoisme etis dapat didefinisikan sebagai teori etika yang menyatakan bahwa tolok

ukur satu-satunya mengenai baik-buruk suatu perilaku seseorang adalah kewajiban untuk

mengusahakan kebahagiaan dan kepentingannya di atas kebahagiaan dan kepentingan orang

lain. Jadi, egoisme etis adalah suatu teori umum tentang apa yang harus kita lakukan, yaitu

apa yang bertujuan untuk memajukan kepentingan pribadi kita masing-masing. Egoisme etis

cenderung menjadi hedonistis, karena menekankan kepengintan dan kebahagiaan pribadi

berdasarkan hal yang menyenangkan dan mengenakkan. Setiap perilaku yang mengenakkan

(mendatangkan kenikmatan) bagi diri sendiri selalu dinilai sebagai perilaku yang baik dan

pantas dilakukan. Sebaliknya, perilaku yang tidak mendatangkan kenikmatan bagi diri pribadi

Page 5: teori-teori

harus dihindari. Menurut egoisme-etis manusia seharusnya bertindak sedemikian rupa untuk

mengusahakan kepentingan pribadinya tercapai dan menghidari sebaliknya.

Egoisme-psikologis adalah pandangan yang menyatakan bahwa semua orang selalu

dimotivasi oleh perilaku, demi kepentingan dirinya belaka. Egoisme ini disebut psikologis

karena terutama mau mengungkapkan, bahwa motivasi satu-satunya dari manusia dalam

melakukan perilaku apa saja adalah untuk mengejar kepentingannya sendiri.

Contoh Etika Teologi :

1. Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan ini

baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan ini melanggar

hukum sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya

suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu.

2. Monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33

UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada

negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.