teori-spektroskopi-bab-1_2

51
Kimia Analitik II Budi Hastuti, S.Pd., M.Si.

Upload: siti-monalisa

Post on 21-Dec-2015

315 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Kimia Analitik II

Budi Hastuti, S.Pd., M.Si.

Page 2: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

PENDAHULUAN

Dua langkah analisis :

1. Identifikasi Analisis kualitatif

2. Estimasi Analisis kuantitatif

Metode Klasik / konvensional

Modern

Skala analisis Makro, semimakro

Mikro, ultramikro

Submikro

Page 3: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Beda analitik klasik dan analitik instrumen (modern)

Analitik Klasik Analitik Instrumental Cara lama, sejak awal kimia

analitik Tdk diperlukan alat-alat rumit Ukuran komponen sampel

cukup besar (makro, semi-makro)

Berdasar reaksi kimia dan pers. Stoikiometri

Berdasar interaksi materi-materi

Cara baru, sejalan perkembangan IPTEK

Diperlukan alat yg lebih rumit Ukuran sampel kecil (mikro,

ultramikro, submikro) Berdasar pengukuran

besaran fisika non stoikiometri

Berdasar interaksi energi-materi

Page 4: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Keuntungan analitik Instrumen :

Sensitif Cepat Selektif dan spesifik Objektif Sering non-destruktif Mudah diotomatisasikan

Page 5: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Kekurangan metode Instrumental :

Alat mahal Penggunaan dan perawatan rumit Perlu teknisi khusus Perlu alat-alat tambahan, kalibrasi dan

standarisasi yg baik (kadang-kadang sulit) Perlu lingkungan yg baik

Page 6: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

SPEKTROMETRI

Salah satu metode analisis yg paling banyak digunakan khususnya pada spektra elektromagnetik daerah tampak dan ultraviolet

Aplikasi : kimia klinik dan lingkungan

Peralatannya mudah didapat dan biasanya cukup mudah untuk dioperasikan

Page 7: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Interaksi Radiasi Elektromagnetik dengan Materi

Dalam metode Spektrometri : Larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik,

dan jumlah yg diserap dihubungkan dengan konsentrasi analit (zat yg akan dianalisis) dalam larutan.

Contoh : Larutan Cu2+ Biru,

Karena : menyerap warna komplementer kuning, dari sinar putih dan meneruskan warna sisa yaitu biru, maka larutan berwarna biru

Page 8: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Hubungan dengan Konsentrasi :

Semakin pekat larutan Cu2+, semakin banyak warna kuning yg diserap, sehingga semakin biru warna larutan

Jadi : dengan mengukur banyaknya warna kuning yg diserap, dapat dihitung konsentrasi larutan Cu2+

Page 9: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Spektra Elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik adalah :

Suatu bentuk energi yg merambat sbg suatu gelombang tranversal

Bervibrasi tegak lurus terhadap arah rambatan

Page 10: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Istilah-Istilah :

Panjang gelombang () : jarak satu putaran (cycle) lengkap

Frekuensi () : jumlah putaran yang melewati titik tertentu per satuan waktu

Angka gelombang () :Banyaknya gelombang dalam suatu satuan panjang (kebalikan dari panjang gelombang)

Page 11: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Hubungan-Hubungan :

Panjang gelombang dengan Frekuensi :

= panjang gelombang (cm)

= frekuensi (dt-1/hertz)

c = kecepatan cahaya (3x1010 cm/dt)

Angka Gelombang () :

ν

c

ν

λ

1v

Page 12: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Absorbsi terhadap Radiasi

Warna dari berbagai daerah panjang gelombang () :

yang diserap (nm)

Warna yang diserap

Warna yang diteruskan(komplemen)

380 - 450 Ungu Kuning – Hijau

450 – 495 Biru Kuning

495 – 570 Hijau Ungu

570 – 590 Kuning Biru

590 – 620 Oranye Hijau – Biru

620 - 750 Merah Biru – Hijau

Page 13: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Mekanisme adsorpsi radiasi

Ada 3 proses dasar mengapa molekul dapat menyerap radiasi :a. Rotasi molekul pada berbagai sumbu Jika molekul menyerap radiasi, energi rotasi naik ke tingkat

energi rotasi yg lebih tinggi Transisi rotasi b. Vibrasi atom-atom atau sekelompok dalam suatu molekul Energi vibrasi naik ke tingkat energi vibrasi yg lebih tinggi

Transisi vibrasic. Naiknya elektron molekul ke tingkat energi elektron yang lebih tinggi Transisi elektronik

Karena ketiga energi di atas harganya terkuantitasi (tertentu), maka hanya radiasi dengan tertentu saja yang dapat diserap oleh proses-proses di atas.

Urutan energi untuk proses di atas : Transisi elektronik vibrasi rotasi

Page 14: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Satuan-satuan Satuan yang biasa dipakai untuk menggambarkan

panjang gelombang :

Ǻ = Angstrom = 10-10 m = 10-8 cm = 10-4 m nm = nanometer = 10-9 m = 10 Ǻ = 10-3 m m = mikrometer = 10-6 m = 104 Ǻ

Sinar ultraviolet dan tampak = nanometer Sinar inframerah = mikrometer

Page 15: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Hubungan Radiasi dan Energi

E = energi photon (Erg)

h = konstanta plack (6,62X10-27 erg.detik)

Jadi :

Semakin pendek panjang gelombang atau semakin besar frekuensi maka akan semakin besar energi radiasi

hch E

Page 16: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Spektrum Radiasi Elektromagnetik Radiasi Teknik Pengaruh terhadap •Gamma•X- Ray

•UV dan Visible

•IR dan Mikrowave

•Radar

•TV, Radio-FM•Gelombang radio pendek•Gelombang radio menengah•Gelombang radio

panjang

Spektrometri Gamma

Spektrometri Fluoresensi X-Ray

AAS, AES, ICP-AES Spektrometri absorbsi molekuler

Spektrometri IR & Spektrometri RamanSpektrometri Resonansi Spin Elektron(ESR)Spektrometri Nuclear Spin Resonance (NMR)Tdk ada interaksi

Tdk ada interaksi

Tdk ada interaksi

Inti

Electron dalam

Electron bonding

UV electron-

Rotasi & Vibrasi dlm molekul

Spin electron

Spin inti (NMR)

Page 17: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Daerah-Daerah Spektra

Page 18: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Spektra Elektromagnetik

UV-dekat = 200 – 380 nm Sinar Tampak = 380 – 780 nm IR = 0,78 – 300 m

2,5 – 25 m

Page 19: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Diagram tingkatan energi proses transisi molekul

Page 20: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Asal Absorpsi

Absorpsi molekul berasal dari peristiwa perpindahan elektron valensi tersebut ke tingkat energi orbital yang lebih tinggi dalam molekul tersebut

Elektron valensi dapat dijumpai pada ketiga jenis orbital elektron berikut ini :

1. Orbital ikatan tunggal (orbital -bonding)

2. Ikatan rangkap dua dan tiga (orbital -bonding)

3. Orbital non-bonding (pasangan elektron bebas)

Page 21: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Transisi-transisi elektronik pada spektrometri UV-tampak

Page 22: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Keterangan :

Jika radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang sesuai diserap oleh suatu kromofor, maka akan terjadi transisi elektronik dari salah satu orbital (terisi) ke suatu orbital kosong, biasanya orbital anti bonding * dan *

Transisi dari suatu orbital bonding biasanya mempunyai frekuensi yang cukup tinggi ( pendek) sehingga susah teramati.

Dengan demikian absorpsi yang teramati biasanya berasal dari transisi-transisi : *, n * dan n *

Dengan pengecualiand d* transition untuk senyawa kompleks

Page 23: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Contoh transisi elektronik pada beberapa senyawa :

Page 24: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Beberapa Istilah Penting

Kromofor Gugus tak jenuh kovalen yang bertanggung jawab terhadap terjadinya absorpsi (mis : C=C, C=O dan NO2)

Auxokrom Suatu gugus jenuh yang apabila terikat pada kromofor dpt menyebabkan perubahan panjang gelombang dan intensitas absorpsi maximum (mis : OH, NH2, dan Cl)

Pergeseran Bathokromik Pergeseran absorpsi ke panjang gelombang yg lebih panjang akibat substitusi atau pengaruh solven (red-shift)

Pergeseran Hipsokromik Pergeseran absorpsi ke panjang gelombang yg lebih pendek akibat substitusi atau pengaruh solven (blue-shift)

Page 25: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan :

Efek Hiperkromik

Kenaikan intensitas absorpsi

Efek Hipokromik

Penurunan intensitas absorpsi.

Page 26: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Transisi”Allowed” danTransisi “Forbidden” Perlakuan statistika matematik terhadap tingkat energi suatu

sistem orbital menyarankan adanya :

1. Transisi yang mungkin Absorpsi transisi jenis ini biasanya sangat kuat dan mempunyai >10.000 dan disebut “Allowed transition”.

2. Transisi yang probabolitasnya nol Transisi ini diharapkan tidak pernah terjadi dan disebut

“Forbidden transition” Tetapi pada kenyataannya sering terjadi menghasilkan pita yang lemah dengan jarang melebihi 1000 Contoh : d d* untuk logam transisi n * untuk gugus karbonil (280 nm) * untuk senyawa aromatic (230-330 nm)

Page 27: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Contoh-contoh absorpsi karakteristik senyawa organik

Senyawa yang hanya mengandung -elektronHidrokarbon jenuh mengandung -elektronTransisi * memerlukan energi pada order 185 kkal/mol yang dipenuhi oleh sinar UV-jauhHidrokarbon jenuh transparan di UV-dekat (cocok untuk solven)

Hidrokarbon jenuh dengan n-elektronSenyawa heteroatom yang mengandung O, N, S atau halogen memiliki elektron non-bonding (n-elektron atau -elektron) disamping -elektron

Alkohol + eter Absorpsi < 185 nm (dipakai sebagai solven). Karena sebagai solven (jumlah sangat banyak), absorpsi melebar sampai 200 – 220 nm

Page 28: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan Senyawa yang mengandung elektron- (kromofor)

Senyawa ini biasanya juga mengandung “non bonding elektron”.Mengalami tiga transisi elektronik :n *, *, dan n *

Absorpsi pada daerah UV – dekat biasanya berasal dari transisi n *

Senyawa yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi Biasanya mengalami transisi elektronik * dari elektron ikatan rangkap.Contoh : Benzena :

184 nm ( = 60.000) * 204 nm ( = 7900)

256 nm ( = 200)

Page 29: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2
Page 30: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Perhitungan Kuantitatif HUKUM BEER

Jumlah Radiasi yang diserap oleh suatu sample digambarkan oleh Hukum Beer – Bouguer – Lambert yang umumnya dikenal dengan Hukum Beer.

Po = Intensitas sinar datangC = Konsentrasi spesies penyerap . radiasib = tebal mediaP = Intensitas sinar transisi

Page 31: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan Menurut Bouger (1729) dan Lambert (1760) :

Apabila energi elektromagnet diabsorpsi, maka kekuatan energi yang ditransmisikan akan turun secara deret geometri (Eksponensial)

Secara matematis, pernyataan ini dituliskan dalam bentuk eksponensial :

k = konstantaT = transmitansi (fraksi energi radiasi yang ditransmisikan)

Dalam bentuk logaritmis dituliskan :

kb

Po

PT 10

kbPo

PLogLogT

Page 32: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan Pada tahun 1852, Beer dan Bernard menyatakan bahwa

suatu hukum yang serupa juga berlaku untuk ketergantungan T pada konsentrasi (C) :

k’ = konstanta baru

Atau

Gabungan dari dua persamaan di atas diperoleh :

a = konstanta gabungan k dan k’

Ck

Po

PT

1

10

CkPo

PLogLogT 1

abC

Po

PT 10

Page 33: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan Atau

Persamaan di atas biasa ditulis dalam bentuk positif pada sisi sebelah kanan, diperoleh :

Dimana : A = Absorbansi

Persamaan ini adalah bentuk umum dari Hukum Beer

PERHATIKAN : Yang berbanding langsung dengan konsentrasi adalah Absorbansi

abCPo

PLogLogT

abCP

PoLog

TLogLogTA

1

Page 34: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Transmitansi Diberikan oleh persamaan :

Sehingga :A = 2,00 – Log %T

dan %T = antilog (2,00 – A)

Jika b dinyatakan dalam cm dan C dalam gr/lt, maka konstanta a disebut Absorptivitas, harganya bergantung pada panjang gelombang dan sifat materi penyerap radiasi.

%T

100LogA

100

%TT

100Po

P%T

Page 35: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan

Jika C dinyatakan dalam mol/liter, maka Absorbansi (A) menjadi :

A = . b . C

Dimana :

disebut Absorptivitas molar (cm-1.mol-1.liter)

a disebut Absorptivitas (cm-1.gram-1.liter)

sedangkan b, dalam praktek biasanya dibuat konstan

Page 36: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Tabel Istilah dan Simbol pada pengukuran Absorbansi

No. Istilah dan Simbol Definisi Nama dan Simbol Alternatif

1. Kekuatan radiasi (P, Po)

Energi radiasi yang mencapai area tertentu detektor per detik

Intensitas Radiasi (I,Io)

2. Absorbansi Kerapatan Optis (D), Ekstingsi (E)

3. Transmitansi Transmisi

4. Tebal media (b) - I.d

5. Absortivitas Molar () Koefisien ekstingsi molar

Page 37: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Contoh Soal :

1. Suatu sample dalam sel 1,0 cm. Setelah diukur dengan spektrofotometer , mentransmisikan 80% cahaya pada suatu panjang gelombang tertentu. Jika absorbtivitas zat pada ini = 2,0, hitung konsentrasi zat tersebut!

2. Suatu larutan mengandung 1,00 mg/100ml besi (sebagai kompleks tiosianat). Teramati menstransmisikan 70% dari sinar masuk

a. berapakah absorbansi larutan pada ini?

b. berapakah fraksi cahaya yang akan diteruskan, jika konsentrasi larutan besi 4x lebih besar?

Page 38: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Penggunaan Hukum Lambert – Beer Jika :

Aan dan Ast diukur pada panjang gelombang yang sama

Aan = an . b . Can

Ast = st . b . Cst

Dianggap ban = bst

Maka :

Dimana :

Aan = Absorban analit

Ast = Absorban standar

st

anstan A

ACC

Page 39: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Contoh Soal

1 Pada 760 nm suatu larutan standar Cu2+ yang konsentrasinya 5,3 .10-2 M mempunyai A=0,577. Suatu larutan Cu2+ yang belum diketahui konsentrasinya mempunyai A=0,233 pada panjang gelombang dan ukuran sel yang sama.a. Hitunglah molaritas larutan Cu2+ yang belum diketahui tadib. Hitunglah berapa mg Cu2+ per dL di dalam larutan Cu2+ yang belum diketahui tadi. Diket Ar Cu = 63,5

2. 10 mL larutan Fe3+ unknow diencerkan sampai 50 mL, diambil 5 mL dari larutan encer tersebut kemudian ferri direduksi mjd ferro dan direaksikan dengan 1,10 fenantrolin larutan yang dihasilkan mempunyai absorbansi 0,233 pada 512 nm. Suatu larutan standar Ferri yang C nya 2,2.10-5 M direduksi mjd ferro lalu direaksikan dengan 1,10 fenantrolin dan menunjukkan absorbansi 0,577 pada 512 nm. Hitunglah :a. Berapa molaritas ion ferri itu dalam 50mL larutan encer tadib. Berapa molaritas ion ferri dalam larutan unknown semulac. Berapa ppm ion ferri terdapat dalam 10 mL larutan semula

Page 40: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Perhitungan untuk Campuran

Perhitungan kuantitatif dapat dilakukan pada dua spesies (zat) yang berada dalam satu larutan dan mempunyai spektra yang saling tumpang tindih (overlap).

Menurut Hukum Beer :Absorbansi total dari dua zat atau lebih pada suatu panjang gelombang tertentu akan sama dengan jumlah absorbansi dari zat-zat tersebut, sehingga untuk dua zat yang menyerap radiasi diperoleh :

A = ax b Cx + ay b Cy atau A = x b Cx + y b Cy

Dimana, x = zat x, y = zat y

Page 41: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan

Perhatikan gambar berikut :

Page 42: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan Dari gambar terlihat bahwa :

A1 = Ax1 + Ay1 = x1 .b. Cx + y1 . b. Cy

dan

A2 = Ax2 + Ay2 = x2 . b. Cx + y2 . b. Cy

A1 dan A2 pada persamaan diukur dengan alat spektrofotometer pada 1 dan 2, sedangkan x1 dan x2 ditentukan dengan mengukur absorbansi larutan x pada 1 dan 2. Demikian pula y1 dan y2 dihitung dengan mengukur absorbansi (A) larutan standar y pada 1 dan 2. Sehingga variabel yang tidak diketahui hanya Cx dan Cy. Karena ada 2 persamaan dengan dua variabel, maka baik Cx maupun Cy dapat dihitung.

Page 43: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Contoh soal : Kalium dikromat dan kalium permanganat dalam 1 M H2SO4 mempunyai

spektra absorbansi yang saling tumpang tindih (overlab). K2Cr2O7 mempunyai

absorbansi maksimumpada 440 nm dan KMnO4 pada 545 nm (absorbansi

maksimum sebenarnya adalah 525 nm, tetapi yang lebih tinggi biasa dipakai

karena interferensinya lebih sedikit). Campuran kedua zat tersebut dianalisis

dengan mengukur absorbansi larutan pada kedua panjang gelombang dengan

hasil sebagai berikut : A 440 = 0,405, A545 = 0,712. Tebal sel yang digunakan

1,0 cm. Absorbansi larutan murni K2Cr2O7 (1 x 10-3 M) dan KMnO4 (2 x 10-4 M)

dalam 1 M H2SO4 dengan menggunakan sel yang sama adalah sebagai

berikut: A Cr, 440 = 0,374, A Cr, 545 = 0,009, A Mn, 440 = 0,019, A Mn, 545 = 0,475

Hitung konsentrasi dikromat dan permanganat dalam larutan sampel?

Page 44: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Penyimpangan Hukum Beer Grafik antara Absorbansi (A) vs Konsentrasi (C)

menurut Hukum Beer seharusnya memberikan grafik yang linier, tapi penyimpangan terhadap Hukum ini kadang-kadang terjadi.

Penyebab dari Penyimpangan Hukum Beer ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :1. Faktor sejati (real factor)2. Faktor instrumen (instrumental factor)3. Faktor kimia (chemical factor)

Ketiga faktor di atas dapat menyebabkan kurva A vs C menghadap ke atas (penyimpangan positif) atau kurva menghadap ke bawah (penyimpangan negatif)

Page 45: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan

A = Penyimpangan positifB = Penyimpangan negatifC =Tidak ada penyimpangan

Page 46: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan

1. Faktor sejati (real factor)Penyimpangan terjadi karena pada waktu penurunan hukum Beer terjadi pengabaian perubahan indeks bias yang ada dalam medium. Jadi sebenarnya yang berbanding lurus dengan konsentrasi bukan hanya tapi faktor

Indeks bias naik dengan naiknya konsentrasi, shg faktor turun Penyimpangan negatif

22 )2( n

n

22 )2( n

n

Page 47: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan

2. Faktor instrumen (instrumental factor)Agar spesies penyerap radiasi benar-benar mengikuti hukum Beer, diperlukan sinar elektromagnetik yang benar-benar monokromatis (sinar yang hanya terdiri dari satu). Tetapi dalam prakteknya kita tak pernah dapat bekerja dengan sinar yang benar-benar monokromatis dan biasanya terdiri dari beberapa .

3. Faktor kimia (chemical factor)Penyimpangan hukum Beer sering disebabkan oleh faktor-faktor kimia seperti : dissosiasi, assosiasi, pembentukan kompleks, polimerisasi atau solvolisis.

Page 48: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Contoh faktor kimia yang mempengaruhi Hukum Beer Asam Benzoat dalam larutan berada sebagai campuran dari bentuk

yang terionisasi dan bentuk yang tak terionisasi, dan dalam larutan encer akan terdisosiasi sebagai berikut :

C6H5COOH + H2O C6H5COO - + H3O+

(max=273 nm, =970) (max=268 nm, =560)

Dari reaksi diatas terlihat absorptivitas molar () pada 273 nm akan turun dengan naiknya pengenceran dan pada pH yang tinggi.

Dalam larutan murni (tidak ditambahkan buffer), K2Cr2O7 akan

berada sebagai ion dikromat dan kromat yang berkesetimbangan :

Cr2O72- + H2O 2CrO4

2- + 2H+

(max=350 nm, 450 nm) (max =372 nm)

Page 49: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2

Lanjutan Penyimpangan dari hukum Beer akan terjadi apabila

larutan diencerkan dengan air. Konstanta kesetimbangan reaksi di atas adalah :

Konsentrasi CrO42- dan Cr2O7

2- sangat dipengaruhi oleh pH. Efek ini dapat dikontrol dengan menambahkan asam kuat untuk mempertahankan dikromat atau menambahkan basa kuat untuk menambahkan kromat.

KOCr

HCrO

272

2224

Page 50: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2
Page 51: Teori-Spektroskopi-Bab-1_2