teori sistem pemerintahan

29
BAB I TEORI Terminologi Sistem Pemerintahan bersinonim dengan Tipe Rezim dan Bentuk Pemerintahan. Perlu diingat bahwa istilah ini secara langsung berkorelasi dengan bagaimana pemerintahan tersebut dijalankan, tipe pemerintahan hingga masalah perbedaan bentuk pemerintahan itu dengan konsep negara. Di bawah ini tidak semua tokoh mendefinisikan apa itu “Sistem Pemerintahan” karena frase tersebut identik dengan Pemerintahan itu sendiri. 1 No. Tokoh Teori Sumber 1 “Bentuk-bentuk pemerintahan melukiskan bekerjanya organ- organ tertinggi itu sejauh organ-organ itu mengikuti ketentuan-ketentuan yang tetap.” Adolf Grabowsky Grabowsky, Adolf. 1948. Die Politik, Ihre Elemente und Ihre Probleme, Zurich: Pan Verlag. (hal. 178- 179) 2 “Hanya ada 2 kemungkinan pembagian bentuk- bentuk pemerintahan, yaitu bentuk-bentuk Pemerintahan Oligarkhi dan Demokrasi.” R.M. Mac Iver Iver, R.M. Mac. 1960. The Web of Government, New York: Macmillian. (hal. 147) 3 “Ada 2 klasifikasi tradisionil dari bentuk-bentuk pemerintah. Pertama dan tertua adalah klasifikasi tri- bagian (tri-partite classification) dan dwi-bagian (bi- partite classification).” F. Isjwara Isjwara, F. 1966. Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Putra A. Bardin. (hal. 192) 4 “The things which J.W. Garner Garner, J.W. 1928. 1 Syafiie, Inu Kencana, Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia, Bandung: Refika aditama. 1

Upload: wenaldy-andarisma

Post on 29-Jun-2015

3.138 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

BAB I TEORI Terminologi Sistem Pemerintahan bersinonim dengan Tipe Rezim dan Bentuk Pemerintahan Perlu . diingat bahwa istilah ini secara langsung berkorelasi dengan bagaimana pemerintahan tersebut dijalankan, tipe pemerintahan hingga masalah perbedaan bentuk pemerintahan itu dengan konsep negara. Di bawah ini tidak semua tokoh mendefinisikan apa itu Sistem Pemerintahan karena frase tersebut identik dengan Pemerintahan itu sendiri.1 No. 1 Tokoh Bentuk-bentuk pemerintahan melukiskan bekerjanya or

TRANSCRIPT

BAB I

TEORI

Terminologi Sistem Pemerintahan bersinonim dengan Tipe Rezim dan Bentuk Pemerintahan. Perlu diingat bahwa istilah ini secara langsung berkorelasi dengan bagaimana pemerintahan tersebut

dijalankan, tipe pemerintahan hingga masalah perbedaan bentuk pemerintahan itu dengan konsep negara. Di bawah ini tidak semua tokoh mendefinisikan apa itu “Sistem Pemerintahan” karena frase

tersebut identik dengan Pemerintahan itu sendiri.1

No. Tokoh Teori Sumber1 “Bentuk-bentuk

pemerintahan melukiskan bekerjanya organ-organ tertinggi itu sejauh organ-organ itu mengikuti ketentuan-ketentuan yang tetap.”

Adolf Grabowsky Grabowsky, Adolf. 1948. Die Politik, Ihre Elemente und Ihre Probleme, Zurich: Pan Verlag. (hal. 178-179)

2 “Hanya ada 2 kemungkinan pembagian bentuk-bentuk pemerintahan, yaitu bentuk-bentuk Pemerintahan Oligarkhi dan Demokrasi.”

R.M. Mac Iver Iver, R.M. Mac. 1960. The Web of Government, New York: Macmillian. (hal. 147)

3 “Ada 2 klasifikasi tradisionil dari bentuk-bentuk pemerintah. Pertama dan tertua adalah klasifikasi tri-bagian (tri-partite classification) dan dwi-bagian (bi-partite classification).”

F. Isjwara Isjwara, F. 1966. Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Putra A. Bardin. (hal. 192)

4 “The things which differentiate one state another are not differences of constituent ellements, but rather external phenomena or characteristics. The most important of this letter are the forms and character of their governmental organizations.” (Hal-hal yang membedakan satu negara tidak lain adalah perbedaan unsur konstituen, tetapi lebih condong ke fenomena atau karakteristik eksternal. Yang paling penting dari pernyataan tersebut adalah bentuk dan karakter organisasi pemerintahan

J.W. Garner Garner, J.W. 1928. Political Science and Government, New York: American Book Company.(hal. 240)

1 Syafiie, Inu Kencana, Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia, Bandung: Refika aditama.

1

mereka)5 “Sistem pemerintahan terdiri

dari dua suku kata, yaitu "sistem" dan "pemerintahan". Kata "sistem" berarti menunjuk pada hubungan antara pelbagai lembaga negara sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat dalam menjalankan mekanisme kenegaraan.”

C.S.T. Kansil C.S.T. Kansil. 1987. Hukum Antar Tata Pemerintahan (Comparative Government). Jakarta: Erlangga.

6 “Bentuk negara berbeda dengan bentuk pemerintahan. Pemerintahan terdiri dari parlementer, presidensial, campuran dan komunis. Sedangkan bentuk negara ialah kerajaan dan republik.”

Inu Kencana Syafiie Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin. 2008. Perbandingan pemerintahan, Bandung: Refika Aditama.

7 “Government is most generalized membership unit processing (a) defined responsibilities for maintenance of the system of which it is a part and (b) a practical monopoly of coercive power.”

David Apter Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin. 2008. Perbandingan pemerintahan, Bandung: Refika Aditama.

8 “Pemerintahan adalah pelaksanaan kekuasaan (government is the exercise of power).”

Thorsen V. Kalijarvi Isjwara, F. 1966. Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Putra A. Bardin. (hal. 200)

9 “Bentuk-bentuk pemerintahan dari negara-negara modern dapat digolongkan berdasarkan konstitusi negara itu.”

Sir John A.R. Marriot Sir John A.R. Marriot. 1927. The Mechanism of the Modern State, Oxford. (hal. 19)

10 “Penggolongan bentuk-bentuk pemerintah dari negara-negara atas prinsip-prinsip yang dinamakan concilium.”

Cicero Vonk, P.G. 1954. Aristocratie, Democratie, Een Inleiding der Staten naar de Staatsvormen, Diss Utrecht. (hal. 21)

11 “Kriterium yang membedakan satu pemerintah dari pemerintahan lainnya adalah perbedaan dalam letak kedaulatan.”

Thomas Hobbes Hobbes, Thomas, Leviathan. (bab XIX, hal. 96-97)

12 “The majority, having......... the whole power in making

John locke Locke, John, Two Treaties of Civil government. (bab x, hal.

2

laws by officers of their own appointing, and then the form of government is a perfect democracy; or else may put the power of making laws into the hands of a few select men, and heirs successors, and then it is an oligarchy; or else into the hands of one men and the it is monarchy.”

182-183)

13 “Penggolongan bentuk pemerintahan dilakukan dengan klasifikasi tri-bagian. Dasar ini juga disertai dengan penggolongan atas dasar pemisahan kekuasaan.”

Prof. R. Kranenburg Kranenburg, R, Inleiding in de Vergelijkende Staatsrechtswetenschap. (hal. 8-13)

14 “Bentuk-bentuk pemerintahan lazim diklasifikasikan berdasarkan kriteria: pelaksanaan formil dari kekuasaan, pemencaran kekuasaan, konstitusi dan organisasi-organbisasi badan eksekutif.”

Wallace. S. Sayre Sayre, Wallace S. 1960. American Government, New York: Barnes & Noble. (hal. 7-9)

15 “Penggolongan negara-negara atas bentuk pemerintahan dan atas dasar tujuan serat hakekat (nature) negara-negara itu sendiri.”

A. Apparodai Apparodai, A, The Substance of Politics. (bab X dan bab XXIII)

BAB 2

3

PENJELASAN TEMA

“Bentuk-bentuk pemerintahan melukiskan bekerjanya organ-organ tertinggi itu sejauh organ-organ itu mengikuti ketentuan-ketentuan yang tetap.” Adolf Grabowsky

Jika bentuk-bentuk pemerintahan dibedakan dari bentuk-bentuk negara, maka hal itu dilakukan sebagai berikut: bentuk-bentuk negara “melukiskan dasar-dasar Negara, susunan dan tertib suatu negara berhubung dengan organ tertinggi dalam negara itu dan kedudukan masing-masing organ itu dalam negara”. Begitu pula dengan bentuk pemerintahan yang diurai oleg Grabowsky diatas. Grabowsky mengambil analogi penjelasan diatas dengan perumpamaan: bentuk negara Inggris ialah kerajaan parlementer dan bentuk pemerintahannya ialah sistem kabinet.2

“Hanya ada 2 kemungkinan pembagian bentuk-bentuk pemerintahan, yaitu bentuk-bentuk Pemerintahan Oligarkhi dan Demokrasi.” R.M. Mac Iver

Mac Iver menyatakan, bahwa jumlah orang yang banyak atau seluruh rakyat dalam kenyataannya tidak memerintah; pemerintahan senantiasa berada dalam tangan golongan kecil. Pertanyaan utama yang harus dijawab ialah mengenai hubungan antara golongan kecil yang berkuasa itu dengan golongan besar yang dikuasai. Apabila dalam suatu negara golongan kecil itu tidak bertanggung jawab terhadap rakyat, maka bentuk pemerintahan negara itu adalah oligarkhis dan apabila golongan kecil yang memerintah itu bertanggung jawab terhadap rakyat, maka bentuk pemerintahan negara itu adalah demokrasi.

Mac Iver mengadakan suatu konspektus bentuk-bentuk pemerintahan berdasarkan empat kriteria, yakni dasar konstitusionil, dasar ekonomis, dasar persekutuan dan dasar struktur kedaulatan dalam negara.

“Ada 2 klasifikasi tradisionil dari bentuk-bentuk pemerintah. Pertama dan tertua adalah klasifikasi tri-bagian (tri-partite classification) dan dwi-bagian (bi-partite classification).” F. Isjwara

Dari penyelidikan yang empiris itu atas konstitusi-konstitusi polis yang pernah ada dan yang masih ada di Yunani-purba, Aristoteles kemudian mengadakan klasifikasi bentuk-bentuk pemerintahan atas dasar dua kriteria: secara kuantitatif, yaitu berdasarkan jumlah orang-orang yang memegang kekuasaan di dalam suatu negara dan secara kualitataif yaitu berdasarkan pelaksanaan kesejahteraan umum oleh penguasa-penguasa negara itu. Berdasarkan kedua kriteria itu Aristoteles kemudian mengklasifikasikan bentuk-bentuk pemerintah ke dalam tiga bentuk pemerintahan yang baik dan tiga pemerintahan yang buruk. Yang baik adalah Monarchi, Aristokrasi dan Polity. Sedangkan bentuk yang buruk yang merupakan kemerosostan dari pada bentuk-bentuk

2 Isjwara, F. 1966. Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Putra A. Bardin. Hal 190.

4

pemerintahan yang baik itu, yaitu tirani sebagai bentuk merosot dari Monarkhi, Oligarkhi sebagai bentuk merosot dari aristokrasi dan demokrasi sebagai bentuk merosot dari Polity tadi.

Monarkhi (berasal dari kata yunani “monos” yang berarti satu dan “archein” yang berarti menguasai, memerintah), atau kerajaan adalah bentuk pemerintahan dalam mana seluruh kekuasaan dipegang oleh seorang yang berusaha mewujudkan kesejahteraan umum.

Tirani ialah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan juga terpusat pada satu orang, tetapi yang berusaha mewujudkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak mengindahkan kesejahteraan umum.

Aristokrasi (berasal dari kata-kata yunani “Aristoi”: kaum bangsawan atau cendikiawan dan “katein” : kekuasaan), ialah bentuk pemerintahan dalam mana kekuasaan negara berpusat pada beberapa orang yang berikhtiar mewujudkan kesejahteraan umum. Bentuk ini disebut Aristokrasi karena orang-orang yang berkuasa adalah orang-orang yang paling baik dan yang senantiasa berusaha mewujudkan kesejahteraan umum. Bentuk merosostnya ialah Oligarkhi (dialihkan dari “oligoi”: beberapa dan “archein”) yakni pemerintahan beberapa orang yang mengutamakan kepentingan golongannya sendiri.

Polity ialah bentuk pemerintahan dalam mana seluruh warga negara turut serta dalam mengatur negara dengan maksud mewujudkan kesejahteraan umum. Polity ini ditafsirkan oleh Garner Gilchrist sebagai bentuk pemerintahan yang menyerupai bentuk pemerintahan demokrasi konstitusional dewasa ini, MacIver menafsirkannya sebagai bentuk pemerintahan di mana golongan menengah yang memegang kekuasaan pemerintahan.3

Demokrasi (berasal dari kata “demos”: rakyat dan “kratein”) yang ekstrim adalah bentuk merosot dari pada “Policy”. Aristoteles menganggap demokrasi sebagai bentuk merosot, karena berdasarkan pengalamannya sendiri, pemguasa-penguasa di negara kota yang demokratis dari jamannya, seperti Athena misalnya, adalah teramat korupnya.

Banyaknya Subjek Bentuk Ideal Bentuk kemerosotan

Pemerintahan seorang Monarkhi Tirani

Beberapa orang Aristokrasi Oligarkhi

Semua warga negara Polity Demokrasi/ Mobokrasi

“The things which differentiate one state another are not differences of constituent ellements, but rather external phenomena or characteristics. The most important of this letter are the forms and character of their governmental organizations.” (Hal-hal yang membedakan satu negara tidak lain adalah perbedaan unsur konstituen, tetapi lebih condong ke fenomena atau karakteristik eksternal. Yang paling penting dari pernyataan tersebut adalah bentuk dan karakter organisasi pemerintahan mereka). J.W. Garner

3 Iver, R.M. Mac. 1960. The Web of Government, New York: Macmillian.

5

Menurut Garner selanjutnya, ilmu politik dan praktek kenegaraan tidak berhasil menjelaskan secara ilmiah masalah bentuk-bentuk negara, karena dalam pembahasan mengenai bentuk-bentuk negara senantiasa terdapat kesalahpahaman itu.4 Gilchrist yang juga tidak melihat perbedaan dalam bentuk-bentuk negara mengatakan, bahwa apa yang dinamakan kegaduhan dalam peristilahan tentang bentuk-bentuk negara sesungguhnya dimaksudkan bentuk-bentuk pemerintahan, karena negara semuanya sama. Menurut Gilchrist memang benar bahwa negara-negara dapat diklasifir berdasarkan perbedaan dalam penduduk atau luas wilayahnya umpamanya, tetapi perbedaan seperti itu tidak akan bermanfaat.5

“Sistem pemerintahan terdiri dari dua suku kata, yaitu "sistem" dan "pemerintahan". Kata "sistem" berarti menunjuk pada hubungan antara pelbagai lembaga negara sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat dalam menjalankan mekanisme kenegaraan.” C.S.T. Kansil

Dalam praktik penyelenggaraan suatu negara jika kita tinjau dari segi pembagian kekuasaan negara bahwa organisasi pemerintahan negara itu bersusun, bertingkat dan terdiri atas berbagai macam alat perlengkapan (organ) yang berbeda satu sama lain berdasar tugas dan fungsi masing-masing (pembagian secara horizontal) maupun dalam satu bagian dibagi menjadi organ yang lebih tinggi dan rendah (pembagian secara vertikal).

“Bentuk negara berbeda dengan bentuk pemerintahan. Pemerintahan terdiri dari parlementer, presidensial, campuran dan komunis. Sedangkan bentuk negara ialah kerajaan dan republik.” Inu Kencana Syafiie

Inu mengambil contoh bentuk negara yang dipimpin oleh seorang raja (kaisar) atau ratu (maharani) yang diwariskan secara turun temurun. Jadi apabila seorang raja tidak terlalu mengenal pengaturan politik pemerintahan negara, maka jalannya roda pemerintahan diserahkan kepada perdana menteri yang mengepalai kabinet. Dengan demikian kepala negara yang dipimpin oleh raja, berbeda dengan kepala pemerintahan dipegang langsung oleh satu orang bila mampu. Untuk tidak hilangnya kewibawaan ratu atau raja maka pelantikan kepala pemerintahan, sudah barang tentu dengan restu raja.

a. Sistem Pemerintahan Kabinet Presidensial

Kabinet presidensial yaitu kabinet yang menteri-menterinya bertanggung jawab kepada presiden. Agar para menteri tidak berlindung di bawah kekuasaan presiden apabila melakukan kesalahan, maka antara badan legislatif (parlemen) dan bagdan eksekutif (presiden dan menterinya) harus saling mengawasi secara ketat (checking power with power).

S.L Witman dan J.J. Wuest mengemukakan empat ciri kabinet presidensial yaitu sebagai berikut:

1. It’s based upon diffusion of power principle.

4 Garner, J.W. 1928. Political Science and Government, New York: American Book Company. Hal 2415 Gilchrist, R.N. 1957. Principle of Political Science, Orient Longmans. Hal 238

6

2. There’s mutual responsibility between the executive dan legislature, or he must resign together with the rest of the cabinet when his policies are not longer accepted by the majority of the membership legislature.

3. Mutual responsibility between the executive and cabinet.4. Executive (Prime Minister, Premier or Chancellor) is choosen by the titular head of state

(monarch of president).6

Dengan demikian menurut sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut:

1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan.2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk membubarkan parlemen dan juga tidak

perlu berhenti sewaktu kehilangan dukungan dari mayoritas anggota parlemen.3. Dalam hal ini tidak ada tanggung jawab yang beralasan antara presiden dan kabinetnya,

karena pada akhirnya seluruh tanggung jawab sama sekali tertuju pada presiden (sebagai kepala pemerintahan).

4. Presiden langsung dipilih langsung oleh para pemilih.

b. Sistem Pemerintahan kabinet Parlementer

Kabinet parlementer yaitu kabinet yang para menterinya bertanggung jawab kepada parlemen. Hal ini karena parlemen yang memilih menteri-menteri yang tepat begitu juga dengan perdana menterinya sendiri. Anggota parlemen dapat menjatuhkan setiap kesalahan dari masing-masing menteri.

Menurut S.L Witman dan J.J. Wuest ada empat cara berkenaan dengan pemerintahan kabinet parlementer yaitu sebagai berikut.

1. It’s based upon diffusion of power principle.2. There’s mutual responsibility between the executive dan legislature, or he must resign

together with the rest of the cabinet when his policies are not longer accepted by the majority of the membership legislature.

3. Mutual responsibility between the executive and cabinet.4. Executive (Prime Minister, Premier or Chancellor) is choosen by the titular head of state

(monarch of president).7

Dengan demikian menurut sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut:

1. Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pembagian kekuasaan.2. Di mana terjadi tanggung jawab balas-balasan antara eksekutif dan legislatif, oleh karena

itu pihak eksekutif boleh membubarkan parlemen (legislatif) atau sebaliknya eksekutif sendiri yang harus meletakkan jabatan bersama-sama kabinetnya yaitu diwaktu kebijaksanaan pemerintah tidak dapat lagi diterima oleh kebanyakan suara para anggota sidang yang ada dalam parlemen (legislatif) tersebut.

3. Dalam hal ini juga terjadi pertanggung jawaban bersama (timbal balik) antara PM dan kabinetnya.

6 Syafiie, Inu Kencana, Azhari. 2002. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Hal. 237 ibid. Hal. 24

7

4. Pihak eksekutif (baik PM maupun perdana menteri secara perorangan) terpilih sebagai kepala pemerintahan dan pemegang masing-masing departemen negara, sesuai dengan dukungan suara mayoritas parlemen.

c. Sistem Pemerintahan Kabinet Campuran

Kabinet campuran yaitu kabinet yang presidennya tidak hendak kehilangan kekuasaan ketika anggota parlemen memberikan mosi tidak percaya kepada pemerintah. Oleh karena itu yang jatuh hanya perdana menterinya, tetapi presiden tidak dapat dijatukan oleh parlemen.

Dalam sistem ini diusahakan hal-hal yang terbaik dari sitem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer, karena sistem ini terbentuk dari pengkajian sejarah perjalanan beberapa negara.

Sistem pemerintahan campuran biasanya selain memiliki presiden ataupun raja sebagai kepala negara, juga memiliki kepala pemerintahan yaitu perdana menteri.

Bila presiden tidak diberi posisi dominan menurut konstitusi, maka presiden tidak lebih dari sekedar lambang, dan kabinet akan semakin goyah kedudukannya. Untuk itu di Perancis yang pernah tirani dan pernah pula demokratis liberal mengubah konstitusi negaranya sedemikian rupa sehingga presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen bahkan presiden dapat membubarkan parlemen.

Di Republik Islam Iran sesudah menggulingkan Shah Iran Reza Pahlevi, maka Imam Ayatullah Rohullah Khomeini yang lama belajar dari pengalaman beliau selama di Prancis ketika pengasingannya, mencoba demokratisasi Islam dengan kabinet (baik perdana menteri maupun presiden sekalipun) dapat dijatuhkan oleh parlemen, tetapi beliau sendiri sebagai imam berada posisi kepala negara.

Di Indonesia karena bagaimanapun menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi ketika presiden harus menyampaikan pertanggungjawabnya kepada MPR sebagai lembaga konstitusi, perlu disadari juga bahwa MPR terdiri dari DPR itu sendiri yang ditambah dengan utusan daerah dan utusan golongan (setelah era reformasi ditambah dengan dewan perwakilan daerah), maka risikonya adalah bahwa negara ini memiliki sistem pemerintahan campuran.

Hanya sayang ketika era pemerintahan Soeharto demokratisasi sistem pemerintahan campuran ini ditiranikan dengan cara meletakkan orang-orangnya di lembaga konstitutif MPR yaitu utusan golongan diangkat dari para menteri. Sedangkan untuk utusan daerah diangkat para gubernur yang notabenenya anak buah beliau sebagai jenderal besar, kemudian para rektor yang juga beliau sendiri yang memberikan pengangkatan rektornya, itupun masih dilengkapi dengan sistem pemilihan umum yang proporsional yang membolehkan para wakil rakyat diambil dari orang-orang pusat yang diletakkan di daerah seperti istri menteri, para menteri, para anak menteri, dan kekuatan Partai Golkar lainnya.

d. Sistem Pemerintahan Kabinet Komunis

Kabinet komunis yaitu kabinet yang baik kepala pemerintahan, maupun kepala negara dijabat secra ex officio oleh pimpinan partai komunis, mulai dari tingkat pusat sampai pada

8

pemerintahan daerah, karena partai komunis yang ada di daerah sekaligus menjadi kepala daerah dan kepala wilayah.

Bila dibandingkan antara kekuatan partai zaman ketika Uni Sovyet masih berdiri dengan ketika zaman kuatnya Partai Golkar di Indonesia pada era orde baru, maka terlihat bahwa setiap camat senantiasa menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar tingkat kecamatan, setiap bupati menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar Tingkat Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (kabupaten), setiap gubernur menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar Tingkat Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (provinsi). Itulah sebabnya Golkar setelah reformasi resmi berubah wajah menjadi Partai Golkar yang kemudian kembali memenangkan pemilihan legislatif pada 2004 tetapi mengalami kekalahan dan perpecahan pada pemilihan presiden 2004.

“Government is most generalized membership unit processing (a) defined responsibilities for maintenance of the system of which it is a part and (b) a practical monopoly of coercive power.” David Apter

Maksudnya pemerintahan merupakan satuan anggota yang paling umum yang memiliki (a) tanggung jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang mencakupnya dan (b) monopoli praktis mengenai kekuasaan paksaan.

“Pemerintahan adalah pelaksanaan kekuasaan (government is the exercise of power).” Thorsen V. Kalijarvi

Kalijarvi menggunakan penggolongan antara bentuk-bentuk pemerintahan yang utama dan bentuk-bentuk pemerintahan yang sekunder. Bentuk-bentuk pemerintahan yang sekunder merupakan bentuk kelanjutan daripada bentuk-bentuk utama atau bentuk-bentuk dasar dan diklasifir menurut jenis orang yang menyelenggarakan kekuasaan. Umpamanya, negara yang diperintahkan oleh kaum paderi, bentuk pemerintahannya disebut timokrasi dan negara yang diperintah oleh orang-orang kaya disebut plutokrasi. Negara yang diperintahkan oleh golongan menengah disebut negara borjuasi dan yang diperintah oleh kelas buruh disebut negara proletariat. Penggolongan utama atau dasar itu diadakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu pertama, atas jumlah orang yang menjalankan kekuasaan, kedua, atas letak kekuasaan dan ketiga, atas tanggung jawab yang timbul karena pelaksanaan kekuasaan itu.

(1) Kriterium jumlah orang yang menjalankan kekuasaan

a. Kerajaan

b. Aristokrasi

c. Demokrasi

(2) Kriterium letak kekuasaan tertinggi

9

Berdasarkan letak kekuasaan tertinggi, pemerintahan-pemerintahan dapat digolongkan ke dalam pemerintahan negara kesatuan atau negara-negara dengan sentralisasi kekuasaan dan pemerintahan negara-negara yang bersistem federal atau desentralisasi kekuasaan.

(3) Kriterium letak tanggung jawab

Pada umumnya dikatakan bahwa pemerintah suatu negara mempunyai dua fungsi utama, yakni membentuk hukum dan menjalankan hukum. Berdasarkan kriterium ini, pemerintah juga dapat digolongkan ke dalam tipe pemerintahan kabinet (Cabinet Government) dan pemerintahan presidensiil (Presidential Government).

“Bentuk-bentuk pemerintahan dari negara-negara modern dapat digolongkan berdasarkan konstitusi negara itu.” Sir John A.R. Marriot

Kriterium ini menyebabkan penggolongan bentuk-bentuk pemerintahan dari Marriot menjadi penggolongan konstitusi-konstitusi. Berdasarkan kriterium konstitusional ini Marriot menggolongkan bentuk-bentuk pemerintahan dari negara-negara modern ke dalam:

1. Bentuk-bentuk pemerintahan yang sederhana atau uniter dan bentuk-bentuk pemerintahan yang komposit atau federal;

2. Sifat konstitusi yang kaku atau lemas (rigid atau fleksibel);3. Bentuk pemerintahan parlementer atau presidensil.

Marriot mengambil menjadi negara-negara yang representatif untuk penggolongannya itu ialah negara-negara Inggris, Perancis, spanyol, Italia, Belgia, Jepang , Chile, AS, Kanada, Australia, Swiss, Brazil, Meksiko dan Argentina.

“Penggolongan bentuk-bentuk pemerintah dari negara-negara atas prinsip-prinsip yang dinamakan concilium.” Cicero

Penggolongannya adalah sebagai berikut: apabila “concilium” itu dipegang oleh seseorang, maka bentuk pemerintah itu ialah kerajaan; apabila dipegang oleh beberapa orang, didapati aristokrasi dan apabila dipegang oleh seluruh rakyat, maka bentuk pemerintahan itu ialah demokrasi. Juga Cicero menerima adanya bentuk-bentuk merosot dari bentuk2 pemerintahan yang baik itu. “Dominus” (despot) ialah bentuk merosot dari kerajaan dan “facto”, turba et confusio” ialah bentuk-bentuk merosot yang dihasilkan oleh aristokrasi dan demokrasi.

“Kriterium yang membedakan satu pemerintah dari pemerintahan lainnya adalah perbedaan dalam letak kedaulatan.” Thomas Hobbes

Apabila kedaulatan terletak pada satu orang, bentuk pemerintahan itu ialah kerajaan, apabila pada semua warga negara, maka didapati demokrasi dan apabila beberapa orang yang berdaulat maka didapati bentuk pemerintahan yang aristokratis.

10

“The majority, having......... the whole power in making laws by officers of their own appointing, and then the form of government is a perfect democracy; or else may put the power of making laws into the hands of a few select men, and heirs successors, and then it is an oligarchy; or else into the hands of one men and the it is monarchy.” John Locke

John locke juga mengemukakan teori bentuk-bentuk pemerintahan yang berpangkal pada tri-bagian dari aristoteles. Locke membedakan bentuk-bentuk pemerintahan atas kriterium “wewenang membuat hukum”, jadi perbedaan yang didasarkan atas letak kekuasaan legislatif. Berdasarkan kriterium tersebut, Locke membedakan 3 jenis bentuk-bentuk pemerintah, yaitu demokrasi, oligarkhi dan monarkhi.

“Penggolongan bentuk pemerintahan dilakukan dengan klasifikasi tri-bagian. Dasar ini juga disertai dengan penggolongan atas dasar pemisahan kekuasaan.” Prof. R. Kranenburg

Prof. Kranenburg mengadakan penggolongan bentuk-bentuk negara dengan menggunakan klasifikasi 3 bagian dari aristoteles sebagai dasar, yakni suatu penggolongan yang didasarkan atas jumlah orang yang merupakan organ tertinggi dalam suatu negara. Dasar ini disertai dengan penggolongan atas dasar pemisahan kekuasaan dalam negara. Kranenburg menggunakan sebagai prinsip penggolongannya jumlah orang yang meriupakan organ pimpinan dalam negara. Atas dasar prinsip kuantitatif ini bentuk-bentuk negara kemudian digolongkan ke dalam monarki, olgarkhi dan republik.

“Bentuk-bentuk pemerintahan lazim diklasifikasikan berdasarkan kriteria: pelaksanaan formil dari kekuasaan, pemencaran kekuasaan, konstitusi dan organisasi-organisasi badan eksekutif.” Wallace. S. Sayre

Merupakan klasifikasi yang umum ditemukan di negara-negara modern di mana hal tersebut identik dengan pembagian kekuasan atau trias politika; eksekutif, legislatif dan yudikatif.

“Penggolongan negara-negara atas bentuk pemerintahan dan atas dasar tujuan serat hakekat (nature) negara-negara itu sendiri.” A. Apparodai

Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat secara keseluruhan (ganzhit) tanpa melihat isinya, sedangkan secara yuridis jika negara\peninjauan hanya dilihat dari isinya atau strukturnya.

BAB III

KASUS (SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA)

11

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, setelah dijajah oleh Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang. Pembacaan proklamasi disampaikan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta yang kemudian besok harinya masing-masing diangkat secara aklamasi sebagai presiden dan wakil presiden negara baru ini. Selain itu ketika sedang dalam keadaan darurat Indonesia juga pernah dipimpin oleh Mr. Syafrudin Prawira Negara dari Bukittinggi karena penjajah yang kembali mengadakan agresi menduduki Jakarta dan Yogyakarta. Secara lengkap yang menjadi presiden dan wakil presiden secara resmi di negara ini adalah sebagaiman tabel ini berikut.

Presiden Republik Indonesia

No Nama Tanggal Memerintah1 DR. Ir. H. Soekarno 18 Agustus 1945 - 12 Maret 19662 Jenderal (Purn) TNI H. M. Soeharto 12 Maret 1966 - 21 Mei 19983 Prof. DR. Ing. BJ. Habibie 21 Mei 1998 - 23 Oktober 19994 K.H. Abdurrahman Wahid 23 Oktober 1999 - 22 Juli 20015 Dr (HC). Hj. Megawati Soekarno Putri 23 juli 2001 - 20 Oktober 20046 Jenderal. DR. Susilo Bambang Yudhoyono, MA 20 Oktober 2004 - 20 Oktober 2009

20 Oktober 2009 - Incumbent

Wakil Presiden Republik Indonesia

No Nama Tanggal Memerintah1 DR. H. Mohd. Hatta 1945 - 19562 Sri Sultan hamengkubuwono IX 1973 - 19743 H. Adam malik 1978 - 19834 Jenderal (Purn) TNI Umar Wirahadikusumah 1983 - 19885 Letjen (Purn) TNI H. Sudharmono, SH 1988 - 19936 Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno 1993 - 19987 Prof. DR. Ing. BJ. Habibie 1998 - 19998 Dr (HC). Hj. Megawati Soekarno Putri 1999 - 20019 Dr (HC) H. Hamzah Haz 2001 - 2004

10 Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla 2004 - 200911 Boediono 2009 - Incumbent

Pada waktu perpindahan kekuasaan dari Ir. Soekarno kepada Mayjen. Soeharto terjadi pembunuhan para jenderal yang oleh PKI dituduh sebagai kapitalisme. Dengan membesarkan tuduhan tersebut, Soeharto lalu menyingkirkan Ir. Soekarno dan memimpin Republik Indonesia selama 32 tahun. Pemilihan umum dibuat sedemikian rupa demokratis dan dimenangkan terus-menerus serta kepemimpinan selamanya di tangan Soeharto, karena pidato pertanggungjawabannya yang tidak pernah ditolak. Strateginya adalah dengan melantik utusan daerah dari para gubernur, para panglima daerah militer, dan para rektor universitas negeri yang notabene adalah diangkat Soeharto sendiri, kendati utusan daerah dan utusan golongan yang

12

jumlahnya separuh anggota MPR tersebut yang akan melantik dan mengawasi pemerintahan Soeharto.

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat

Selain di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lembaga konstitusi juga ditemukan di Republik Prancis dan Republik Islam Iran. Di Indonesia yang membedakan lembaga ini dengan lembaga legislatif adalah karena lembaga ini adalah gabungan dari DPR (legislatif) dan BPD (Badan Perwakilan Daerah).

Pada masa orde baru tambahan DPR untuk menjadi MPR diambil dari utusan daerah dan utusan golongan, utusan daerah diangkat dari kepala daerah, para panglima daerah, dan para rektor universitas negeri daerah, sehingga risikonya adalah Soeharto terpilih dari pemilu ke pemilu serta pidato pertanggungjawaban beliau selalu diterima sebanyak apapun beliau bersalah dan mengorupsi negeri ini. Sekarang DPD yang tanpa mewakili partai politik dipilih bersama partai politik, sehingga DPD berfungsi identik dengan keberadaan sebator di negara-negara yang memakainya.

MPR kini tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, karena tidak lagi meminta pertanggungjawaban semua lembaga tinggi negara, fungsi tertinggi hanya untuk pembentukan dan penetapan konstitusi saja. Sedangkan memilih presiden dan wakil presiden RI kini diserahkan kepada rakyat. Itulah sebabnya perubahan konstitusi (amandemen) menjadi perubahan mendasar negara Indonesia mendatang.

Keberadaan TNI Polri yang dulu dipersiapkan untuk menjaga keutuhan NKRI yaitu dengan mempertahankan UUD 1945 dan Pancasila diberikan jatah pada kedua lembaga (konstitutif dan legislatif ini semasa orde baru) tetapi kini tidak lagi diberikan jatah baik dalam DPR maupun MPR hanya sebagai balance ndibuatkan UU TNI POLRI yang memperbolehkan secara aktif pada jabatan pemerintahan, sedangkan untuk lembaga legislatif dan kostitutif TNI-POLRI harus terlebih dahulu memensiunkan diri.

MPR 2009-20148

Anggota DPD Periode 2009-2014

Nanggroe Aceh Darussalam :: Abdurrahman BTM, Bachrum Manyak, Ahmad Farhan Hamid, dan A Khalid.8 http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_RakyatDiakses pada tanggal 16 Januari 2010

13

Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 148

Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG) 107

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) 94

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) 57

Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) 46

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) 37

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) 28

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (F-Gerindra) 26

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (F-Hanura) 17

MPR

688 anggota

DPR

560 anggota

DPD

128 Orang

dari 32 Provinsi

Sumatra Utara :: Rudolf M Pardede, Parlindungan Purba, Rahmat Shah, dan Darmayanti Lubis.

Sumatra Barat :: Irman Gusman, Emma Yohanna, Riza Falepi, dan Alirman Sori.

Riau :: Abdul Gafar Usman, Intsiawati Ayus, Maimanah Umar, dan Mohammad Gazali.

Sumatra Selatan :: Percha Leanpuri, Aidil Fitrisyah, Asmawati, dan Abdul Aziz.

Bangka Belitung :: Tellie Gozelie, Noorhari Astuti, Rosman Djohan, dan Bahar Buasan.

Bengkulu :: Sultan Bakhtiar Najamudin, Eni Khairani, Bambang Soeroso, dan Mahyudin Shobri.

Jambi :: Elviana, M Syukur, Juniwati T Masjchun Sofwan, dan Hasbi Anshory.

Kepulauan Riau :: Aida Nasution Ismeth, Zulbahri, Djasarmen Purba, dan Hardi Selamat Hood.

Lampung :: Anang Prihantoro, Ahman Jajuli, Aryodia Febriansya, dan Iswandi.

DKI Jakarta :: Dani Anwar, A.M. Fatwa, Djan Faridz, dan Pardi.

Jawa Barat :: Ginandjar Kartasasmita, Ella M Giri Komala, Sofyan Yahya, dan Amang Syafrudin.

Banten :: Andika Hazrumy, Abdurachman, Abdi Sumaithi, dan Ahmad Subadri.

Jawa Tengah :: Sulistiyo, Ayu Koes Indriyah, Denty Eka Widi Pratiwi, dan Poppy Susanti Dharsono.

DI Yogyakarta:: Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Cholid Mahmud, A Hafidh Asrom, dan Muhammad Afnan Hadikusumo.

Jawa Timur :: Istibsjaroh, Wasis Siswoyo, Abd Sudarsono, dan Supartono.

Bali :: I GN Kesuma Kelakan, I Nengah Wiratha, I Wayan Sudirta, dan I Kadek Arimbawa.

Nusa Tenggara Barat :: Farouk Muhammad, L.L. Abdul Muhyi Abidin, Baiq Diyah Ratu Ganefi, dan Lalu Supardan.

Nusa Tenggara Timur :: Abraham Liyanto, Emanuel Babu Eha, Carolina Nubatonis-Kondo, dan Sarah Lery Mboeik

Kalimantan Tengah :: Permana Sari, Hamdhani, Said Akhmad Fawzy Zain Bahsin, dan Rugas Binti.

Kalimantan Barat :: Maria Goreti, Sri Kadarwati, Hairiah, dan Erma Suryani Ranik.

Kalimantan Selatan :: Gusti Farid Hasan Aman, Adhariani, Habib Hamid Abdullah, dan Mohammad Sofwat Hadi.

14

Kalimantan Timur :: Awang Ferdian Hidayat, Luther Kombong, Muslihuddin Abdurrasyid, dan Bambang Susilo.

Sulawesi Utara :: Aryanthi Baramuli Putri, Marhany Victor Poly Pua, Ferry FX Tinggogoy, dan Alvius Lomban.

Gorontalo :: Hana Hasanah Fadel Muhammad, Rahmiyati Jahja, Elnino M Husein Mohi, dan Budi Doku.

Sulawesi Tengah :: Nurmawaty Dewi Bantilan, Sudarto, Ahmad Syaifullah Malonda, dan Shaleh Muhamad Aldjufri.

Sulawesi Barat :: Muh. Asri, Muhammad Syibli Sahabuddin, Iskandar Muda Baharuddin, dan Mulyana Isham.

Sulawesi Selatan :: Abd. Azis Qahhar Mudzakkar, Muh Aksa Mahmud, Bahar Ngitung, dan Litha Brent.

Sulawesi Tenggara :: La Ode Ida, Abd. Jabbar Toba, Abidin Mustafa, dan Hoesein Effendy.

Maluku Utara :: Matheus Stefi Pasimanjeku, Kemala Motik Gafur, Mudaffar Sjah, dan Abdurachman Lahabato.

Maluku :: Anna Latuconsina, Jhon Pieris, Jacob Jack Ospara, dan Etha Aisyah Hentihu.

Papua :: Tonny Tesar, Helina Murib, Paulus Yohanes Sumino, dan Ferdinanda W. Ibo Yatipay.

Papua Barat :: Ishak Mandacan, Sofia Maipauw, . Mervin Sadipun Komber, dan Wahidin Ismail.9

MPR periode 1999-2004 yang dipimpin Amien Rais sebagai lokomotif reformasi telah berhasil membuat perubahan besar dengan mengamandemen UUD 1945, sehingga akhirnya DPA

9 http://mediacenter.kpu.go.id/berita/514-penetapan-nama-calon-anggota-dpd.htmlDiakses pada tanggal 16 Januari 2010

15

yang tampak tidak efektif terpaksa dilikuidasi walaupun lembaga tinggi negara, sedangkan lembaga tinggi negara yang lain dibentuk yaitu Mahkamah Konstitusi.

Jadi reformasi mahasiswa yang menjatuhkan pemerintahan Soegarto dan perlahan-lahan menumbangkan pemerintahan Orde Baru, mengubah negeri ini hampir secara keseluruhan. Buktinya UUD 1945 yang semula oleh MPR RI Orde Baru ciptaan Soeharto, dinyatakan sebagai tidak berkehendak mengubahnya, kini setelah reformasi dirombak total. Amandemen tersebut telah empat kali disahkan perubahannya yaitu sebagai berikut:

1. Perubahan pertama disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999, meliputi perubahan pasal 5, 7 , 9, 13, 14, 15, 17, 20 dan 21.

2. Perubahan kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000, meliputi perubahan pasal 18, 19, 20, 22, 25, 26, 27 dan 28.

3. Perubahan ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001, meliputi perubahan pasal 3, 6, 7, 8, 11, 17, 22, 23, 24.

4. Perubahan keempat disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi perubahan pasal 2, 8, 16, 23, 24, 31, 32, 33 dan 34.

Jadi yang tidak diubah adalah pasal 1, 4, 10, 12, 29, 35 terutama pasal 29 yang dianggap akan menimbulkan kerawanan.10

3. Dewan Perwakilan Rakyat

Lembaga ini disebut parlemen karena kata parle berarti bicara, artinya mereka harus menyuarakan hati nurani rakyat. Artinya setelah mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan rakyat, mereka harus membicarakan dalam sidang parlemen kepada pemerintah yang berkuasa. Oleh karena itu DPR dibentuk di pusat untuk mengkritisi pemerintah pusat, dibentuk di daerah untuk mengkritisi pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten sesuai dengan tingkatannya.

Jadi pemerintah eksekutif mempunyai peranan mengurus, sedangkan legislatif mempunyai fungsi mengatur. Dengan begitu baik di daerah yang belum memiliki lemabaga legislatif pada tingkat di bawah provinsi disebut pembantu gubernur (dulu residen) dan pada tingkat di bawah kabupaten disebut pembantu bupati (dulu kewedanan) sedangkan untuk tingkat kota disebut kotaadministratif. Itulah sebabnya pada setiap pemilihan umum selain DPD kita mendapati tiga tingkat yang harus dipilih.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR mempunyai hak sebagai berikut:11

Interpelasi Angket Menyatakan Pendapat

Hak-hak anggota DPR RI adalah sebagai berikut:

10 Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin. 2008. Perbandingan Pemerintahan.Bandung: Refika Aditama. Hal. 13611 http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/hak-dan-kewajibanDiakses pada tanggal 16 Januari 2010

16

Mengajukan rancangan undang-undang Mengajukan pertanyaan Menyampaikan usul dan pendapat Memilih dan dipilih Membela diri Imunitas Protokoler Keuangan dan administratif

Kewajiban-kewajiban anggota DPR RI adalah sebagai berikut:

Mengamalkan Pancasila Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati

segala peraturan perundang-undangan Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan

Republik Indonesia Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat Menyerap,menghimpun,menampung,dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,kelompok dan golongan Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah

pemilihannya Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait

Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa anggota DPR sudah pasti adalah juga anggota DPR (ex officio). Kemudian dalam rangka memperlancar tugasnya DPR mempunyai alat kelengkapan yaitu sebagai berikut:

1. Pimpinan DPR2. Fraksi - fraksi3. Komisi - komisi4. Badan Musyawarah5. Badan Urusan Rumah Tangga6. Badan Kerja sama antarparlemen7. Panitia Khusus (Pansus)

Pimpinan DPR terdiri dari Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang dipilih anggota DPR itu sendiri dengan cara pemilihan yang diatur dalam peraturan tata tertib DPR yang dibuat DPR sendiri. Setiap anggota DPR harus tergabung ke dalam salah satu fraksi yang dibentuk oleh DPR. Fraksi dibentuk untuk bertugas meningkatkan kemampuan yang tercermin dalam setiap kegiatan DPR, fraksi berbeda dengan komisi.

Fraksi adalah pengelompokan anggota DPR yang terdiri ari kekuatan sosial politik dan mencerminkan susuna golongan dalam masyarakat. Tugas fraksi adalah menentukan dan mengatur sepenuhnya segala sesuatu yang menyangkut urusan masing-masing fraksi, serta meningkatkan kemampuan efektivitas, dan efisiensi kerja para anggota dalam melaksanakan tugasnya. Jadi fraksi orang-orang dalam satu fraksi pasti satu partai,kalaupun berbeda partai karena berkoalissi tetapi masih satu ideologi dan satu paham.

17

Komisi adalah pengelompokan anggota DPR yang terdiri dari satu bidang keahlian dan tugas yang ditetapkan sendiri oleh DPR dengan surat keputusan. Tugas komisi meliputi bidang perundang-undangan, anggaran, dan pengawasan. Untuk melaksanakan tugasnya komisi dapat melakukan dengar pendapat, rapat kerja, mengajukan pertanyaan, dan kunjungan kerja. Bahkan jika diperlukan dapat memanggil aparat pemerintah atau masyarakat umum, baik atas permintaan komisi atau pihak lain.

Badan musyawarah bertugas menetapkan acarA-acara DPR dalam satu tahun atau masa persidangan , memberikan pertimbangan kepada pimpinan, menetapkan pokok-pokok kebijaksanaan DPR sendiri, dan tugas lain yang diserahkan.

Pimpinan DPR bertugas memimpin rapat untuk menyimpulkan persoalan yang dibicarakan, menenukan kebijakan anggaran belanja, serta menyususn rencana kerja DPR, yaitu dengan membagikan pekerjaan antara ketua dan wakil ketua dengan mengumumkan secara terbuka dalam rapat paripurna.

Tabel Komisi DPR12

No Komisi Bidang yang dibahas1 I Bidang Hankam2 II Bidang Hukum dan Luar Negeri3 III Bidang Pertanian4 IV Bidang Transportasi5 V Bidang Perdagangan6 VI Bidang Agama dan SDM7 VII Bidang Kependudukan8 VII Bidang IPTEK9 IX Bidang Keuangan

4. Mahkamah Konstitusi

Sejarah berdirinya MK diawali dengan Perubahan Ketiga UUD 1945 dalam Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B yang disahkan pada 9 November 2001. Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945, maka dalam rangka menunggu pembentukan Mahkamah Konstitusi, MPR menetapkan Mahkamah Agung menjalankan fungsi MK untuk sementara sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan Keempat.

DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara bersama Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana Negara pada tanggal 16 Agustus 2003.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MK adalah:12 Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin. 2008. Perbandingan Pemerintahan.Bandung: Refika Aditama. Hal. 140

18

Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum

Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.

MK mempunyai 9 orang anggota hakim yang ditetapkan oleh presiden. Untuk calon anggota hakim konstitusi, presiden mengusulkan 3 orang, Mahkamah Agung 3 orang, dan disusul oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebanyak 3 orang.

UD UG

STRUKTUR NKRI MENURUT DPR GR 1966

STRUKTUR NKRI MENURUT TAP MPR 1999

19

UUD 1945

BPK DPR PRESIDEN DPA MA

MPR

MPR RI

MADPRBPK PRESIDEN

YUDIKATIF

MA MK KY

RAKYAT

EKSEKUTIF

PRESIDEN WAPRES

LEGISLATIF

DPR DPD MPR

STRUKTUR NKRI PASCA REFORMASI

BAB IV

KESIMPULAN

20

YUDIKATIF

MA MK KY

EKSEKUTIF

PRESIDEN WAPRES

LEGISLATIF

DPR DPD MPR

a. Sistem pemerintahan secara luasSecara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga

tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.

b. Sistem pemerintahan secara sempitSecara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan

roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.

Dalam perkembangannya sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam persatuannya. Untuk itulah pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Konstitusi Negara Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa.

Indonesia di masa depan diharapkan tidak akan mengulang lagi sistem pemerintahan otoriter yang membungkam hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip demokrasi dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dimulai, diinternalisasi, dan diterapkan demi kejayaan bangsa dan negara Indonesia.

Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang demokratis. Warga negara yang demokratis bukan hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa depan yang cerah.

Sesungguhnya, kehidupan yang demokratis adalah cita-cita yang dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan negara ketika mereka pertama kali membahas dan merumuskan Pancasila dan UUD 1945.

21