teori politik dan ideologi demokrasi.pdf

5
Universitas Gadjah Mada TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI Pengantar Setelah memperbicangkan hakekat kekuasaan dan negara, kuliah selanjutnya akan memperdalam beberapa perdebatan yang berkaitan dengan konseo-konsep demokrasi. Dengan mempelajari konsep demokrasi, diharapakan kita dapat mengetahui asal-usul dan perkembangan pemikiran yang menginginkan adanya pembatasan kekuasaan. Konsep demokrasi sebagai bentuk pemerintahan berasal dari filsuf Yunani, namun pemakaian konsep ini di zaman modern dimulai sejak terjadinya pergolakan revolusioner dalam masyarakat Barat pada akhir abad ke-18. Dalam rentang waktu yang panjang itu, konsep demokrasi diterjemahkan dalam berbagai khasanah pemikiran: Teori Demokrasi Substantif. Mendefinisikan demokrasi dengan istilah-istilah " kehendak rakyat (the will) of the people ; kebaikaan bersama dan kebajikan publik (the common good). Dengan demikian demokrasi dilihat dari sisi sumber dan tujuan. Demokrasi tidak akan efektif dan lestari tanpa adanya substansi demokrasi, berupa; jiwa, kultur atau ideologi demokratis yang mewarnai pengorganisasian internal partai politik, lembaga-lembaga pemerintahan, serta perkumpulan-perkumpulan kemasyarakatan. Demokrasi akan terwujud apabila rakyat bersepakat mengenai makna demokrasi, paham dengan bekerjanya demokrasi dan kegunaan demokrasi bagi kehidupan mereka. Teori demokrasi substantif ini bersifat normatif, rasionalistik, utopis dan idealistik. 9

Upload: jayadi-jaya

Post on 26-Dec-2015

186 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Politik dan Ideologi Demokrasi.pdf

Universitas Gadjah Mada

TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI

Pengantar

Setelah memperbicangkan hakekat kekuasaan dan negara, kuliah selanjutnya

akan memperdalam beberapa perdebatan yang berkaitan dengan konseo-konsep

demokrasi. Dengan mempelajari konsep demokrasi, diharapakan kita dapat

mengetahui asal-usul dan perkembangan pemikiran yang menginginkan adanya

pembatasan kekuasaan.

Konsep demokrasi sebagai bentuk pemerintahan berasal dari filsuf Yunani,

namun pemakaian konsep ini di zaman modern dimulai sejak terjadinya pergolakan

revolusioner dalam masyarakat Barat pada akhir abad ke-18. Dalam rentang waktu

yang panjang itu, konsep demokrasi diterjemahkan dalam berbagai khasanah

pemikiran:

Teori Demokrasi Substantif.

Mendefinisikan demokrasi dengan istilah-istilah " kehendak rakyat (the will) of

the people ; kebaikaan bersama dan kebajikan publik (the common good). Dengan

demikian demokrasi dilihat dari sisi sumber dan tujuan. Demokrasi tidak akan efektif

dan lestari tanpa adanya substansi demokrasi, berupa; jiwa, kultur atau ideologi

demokratis yang mewarnai pengorganisasian internal partai politik,

lembaga-lembaga pemerintahan, serta perkumpulan-perkumpulan

kemasyarakatan. Demokrasi akan terwujud apabila rakyat bersepakat mengenai

makna demokrasi, paham dengan bekerjanya demokrasi dan kegunaan demokrasi

bagi kehidupan mereka. Teori demokrasi substantif ini bersifat normatif, rasionalistik,

utopis dan idealistik.

9

Page 2: Teori Politik dan Ideologi Demokrasi.pdf

Universitas Gadjah Mada

Teori Demokrasi Schumpetarian.

Pandangan demokrasi substantivist (klasik) yang menekankan demensi

sumber dan tujuan- mendapatkan sanggahan dari Joseph Schumpeter dalam bukunya

berjudul "Capitalism, Socialism and Democracy" yang terbit tahun 1942. Dalam buku

itu, Schumpeter menyatakan secara rinci kekuarangan teori demokrasi klasik serta

mengemukan teori lain mengenai demokrasi. Menurut Schumpeter, yang oleh teorisasi

klasik disebut kehendak rakyat sebenarnya hasil dari proses politik, bukan motor

penggeraknya. Dengan demikian, berbeda dengan klasik, Scumpeter lebih

menekankan pada prosedur atau metode demokrasi. Sehingga, konsep demokrasi

Schumpeter lebih bersifat empirik, dekriptif, instititusional dan prosedural. Karena

menekankan prosedural maka konsep demokrasi shumpeter disebut juga demokrasi

prosedural.

Oleh Schumpeter metode demokrasi dirumuskan sebagai prosedur

kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang didalamnya individu memperoleh

kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan kompetitif dalam rangka

memperoleh suara rakyat.

Konsep Schumpeter mendominasi teorisasi mengenai demokrasi sejak tahun

1970-an, serta mewarnai pemikiran ilmuwan politik seperti Di Palma, Robert

Dahl,Przeworski, Samuel P Huntington, sampai dengan ilmuwan transitologisDiamond,

Linz dan Lipset. Warna Scumpeterian misalnya nampak dari gagasan Di Palma

tentang demokrasi. Di Palma mengemukan bahwa demokrasi ada ketika gagasan

koeksitensi menjadi cukup menarik bagi kelompok-kelompok utama dalam masyarakat

sehingga mereka bisa diajak bersepakat mengenai aturan-aturan dasar permainan

politik.

Senada dengan itu muncul karya Robert Dahl (1973) yang merumuskan

tatanan politik yang disebut Polyarchy. Polyarchy merupakan istilah yang dikemukan

oleh Dahl untuk mengganti kata demokrasi. Bagi Dahl, demokrasi mengandung dua

demensi -kontestasi dan partisipasi. Karena menekankan dua demensi ini maka

konsep demokrasi ini sering disebut demokrasi minimalis. Dalam melihat bagaimana

demokrasi bekerja cukup dilakukan dengan dua ukuran minimal:

Page 3: Teori Politik dan Ideologi Demokrasi.pdf

Universitas Gadjah Mada

1. seberapa tinggi tingkat kontestasi, kompetisi atau oposisi yang memungkinkan

(Liberalisasi).

2. seberapa banyak warganegara yang memperoleh kesempatan berpartisipasi

dalam kompetisi politik itu (Inclusiveness).

Berdasarkan dua demensi tersebut, Dahl membuat tipologi empat sistem politik:

hegemoni tertutup (kompetisi dan partisipasi sama-sama rendah) ; oligarki

kompetitif (kompetisi tinggi tetapi partisipasi rendah) ; hegemoni inklusif (partisipasi

tinggi-kompetisi rendah) dan Poliarki (partisipasi dan kompetisi tinggi).

Dalam karya Dahl yang lain (1989), Dahl menyampaikan tujuh indikator dari sistem

yang demokratis:

1. Kontrol pada pembuat kebijakan dilakukan oleh pejabat publik yang terpilih

2. Pemilihan pejabat publik diselenggarakan melalui pemilu yang teratur, fair dan

bebas.

3. Setiap warga negara mempunyai persamaan hak memitih dalam pemilu

4. Setiap warga negera mempunyai persamaan hak untuk dipilih dalam pemilu

5. Jaminan kebebasan dasar dan politik;

6. Adanya saluran informasi alternatif yang tidak dimonopoli pemerintah atau

kelompok tertentu.

7. Adanya jaminan untuk membentuk dan bergabung pada organisasi, termasuk

partai politik dan kelompok kepentingan.

Senada dengan Dahl, Diamond,Linz dan Lipset merumuskan demokrasi

sebagai: suatu sistem pemerintahan yang memenuhi tiga syarat pokok;

1. kompetisi yang sungguh-sungguh dan meluas diantara individu-individu dan

kelompok-kelompok organisasi (terutama partai politik) untuk memperebutkan

jabatan-jabatan pemerintahan yang mempunyai kekuasaan efektif, pada jangka

waktu yang reguler dan tidak melibatkan penggunaan daya paksa;

2. Partisipasi politik yang melibatkan sebanyak mungkin warga dalam pemilihan

pemimpin atau kebijakan, paling tidak melalui pemilihan umum yang

dislenggarakan secara reguler dan adil, sedemikian rupa sehingga tidak satupun

kelompok yang dikecualikan.

Page 4: Teori Politik dan Ideologi Demokrasi.pdf

Universitas Gadjah Mada

3. Kebebasan sipil dan politik; kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan

untuk membentuk dan bergabung ke dalam organisasi, yang cukup menjamin

integritas kompetisi dan partisipasi politik.

Demokrasi Prosedural yang diperluas

Penekanan demokrasi Schumpeter pada sisi procedural membuahkan kritik;

misalnya kritik dari Terry Karl tentang "kekeliruan elektoralisme" dimana demokrasi

Schumpeterian mengistimewakan pemilu di atas demensi-demensi yang lain, dan

mengabaikan kemungkinan yang ditimbulkan oleh pemilu multi partai dalam

menyisihkan hak sebagian masyarakat tertentu untuk bersaing datam

memperebutkan kekuasaan atau meningkatkan dan membela kepentingannya

(seperti perlindungan pada kelompok-kelompok marginal dan minoritas). Kritik ini juga

diarahkan pada munculnya quasi demokrasi (demokrasi semu).

Kritik ini menimbulkan konsep demokrasi prosedural yang diperluas dengan

menambahkan demensi jaminan kebebasan dan akses pada kelompok minoritas.

Penekanan pada demensi kebebasan dan jaminan pada minoritas nampak dari

tulisan Diamond, yang menyebutkan sepuluh komponen khusus demokrasi:

1. Kontrol terhadap negara, keputusan dan alokasi sumberdaya dilakukan oleh

pejabat publik yang terpilih;

2. Kekuasaan eksekutif dibatasi, secara konstitusional dan faktual oleh kekuasaan

otonom institusi pemerintahan yang lain.

3. Kebebasan untuk membentuk partai politik dan mengikuti pemilu.

4. Adanya kesempatan pada kelompok-kelompok minoritas untuk mengungkapkan

kepentingannya.

5. Kebebasan bagi warga negara untuk membentuk dan bergabung dengan berbagai

perkumpulan dan gerakan independen.

6. Tersedianya sumber informasi alternatif

7. Setiap individu memiliki kebebasan beragama, berpendapat, berdiskusi, berbicara,

publikasi, berserikat, berdemonstrasi dan menyampaikan pendapat.

8. Setipa warga negera mempunyai kedaulatan yang setara dihadapan hukum.

9. Kebebasan indivisu dan kelompok dilindungi secara efektif oleh sebuah peradilan

yang independen dan tidak diskriminatif.

Page 5: Teori Politik dan Ideologi Demokrasi.pdf

Universitas Gadjah Mada

10.Rule of law melindungi warga negara dari penahanan yang tidak sah, pengucilan,

teror, penyiksaan dan campur tangan yang tidak sepantasna dalam kehidupan

pribadi baik oleh warga negara maupun kekuatan non organisasi non negara dan

anti negara.

Teori Demokrasi Sosial

Konsep demokrasi prosedural-liberal yang hanya menekankan demensi politik

(demokrasi politik), mendapatkan kritik dari berbagai kalangan, terutama Marxisme.

Bagi Marxisme, demokrasi tidak hanya menyangkut demensi persamaan dan

kebebasan melainkan mengandung didalamnya konsep keadilan sosial.

Dalam pandangan Marxisme, demokrasi yang sesunguhnya tidak terwujud

ketika kaum marginal (buruh) hanya diberi kebebasan politik namun secara struktural

mereka tetap berada dalam struktur penindasan (eksploitasi) yang dilakukan oleh

kelas kapitalis. Oleh karena itu, demokrasi politik hanyalah demokrasi semu.

Persoalan ketidakadilan sosial (ekonomi) inilah yang kemudian menimbulkan

paradoks demokrasi di berbagai negara yang telah berhasil menerapkan konsep

demokrasi minimalis. Misalnya: munculnya gerakan Zapatista di Mexico paska transisi

dari rezim otoriter.