teori motivasi dan sikap

7
Hakikat Motivasi Istilah Motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni kata “Movere” yang berarti berpindah atau bergerak. Semua organisma bergerak menuju rangsangan dan aktivitas serta meninggalkan yang lainnya sesuai dengan selera dan keengganan mereka. 1 Menurut Huffman, Vernoy, dan Vernoy, pengertian motivasi merujuk pada faktor-faktor yang terdapat dalam diri seseorang (inner state) yang dapat menggerakkan (generate), memelihara, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2 Sementara itu, Robbins mengartikan ’Motivasi’ sebagai keinginan untuk mengerahkan sekuat tenaga agar tercapai tujuan yang terorganisasi, dilakukan melalui kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan individu. 3 Dalam rangka memahami motivasi ini, terdapat tiga macam teori kebutuhan manusia yang terdiri atas (a) kebutuhan berprestasi (need for achievement), adalah dorongan untuk mengungguli, untuk mencapai sesuatu sesuai dengan standar, dan berusahan keras untuk sukses; (b) kebutuhan berkuasa (need for power), adalah kebutuhan untuk membuat orang lain patuh kepadanya dan tidak untuk sebaliknya; (c) kebutuhan berafiliasi (need for affiliation), adalah keinginan untuk mendapatkan persahabatan dan hubungan interpersonal yang erat . 4 Menurut Suryabrata, motivasi adalah keadaan dalam (inner state) pribadi orang, yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. 5 Lebih jauh dinyatakan, bahwa motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya, karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh suatu kekuatan dari dalam diri orang itu. Kekuatan pendorong inilah yang disebut sebagai motivasi. Pendapat mengenal klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam. Salah satunya adalah berdasarkan jalarannya. Berdasarkan klasifikasi ini, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Perbedaan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik dapat diuraikan sebagai berikut: Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar, seperti orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaa, dan sebagainya. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berfungsi tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu, misalnya, orang yang rajin belajar tanpa disuruh orang lain sebelumnya, dan sebagainya. Ditegaskan disini bahwa aktivitas yang didorong oleh motivasi

Upload: vxspidy

Post on 22-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Motivasi dan Sikap

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Motivasi Dan Sikap

Hakikat Motivasi

Istilah Motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni kata “Movere” yang berarti berpindah atau bergerak. Semua organisma bergerak menuju rangsangan dan aktivitas serta meninggalkan yang lainnya sesuai dengan selera dan keengganan mereka.1 Menurut Huffman, Vernoy, dan Vernoy, pengertian motivasi merujuk pada faktor-faktor yang terdapat dalam diri seseorang (inner state) yang dapat menggerakkan (generate), memelihara, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu.2 Sementara itu, Robbins mengartikan ’Motivasi’ sebagai keinginan untuk mengerahkan sekuat tenaga agar tercapai tujuan yang terorganisasi, dilakukan melalui kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan individu. 3 Dalam rangka memahami motivasi ini, terdapat tiga macam teori kebutuhan manusia yang terdiri atas (a) kebutuhan berprestasi (need for achievement), adalah dorongan untuk mengungguli, untuk mencapai sesuatu sesuai dengan standar, dan berusahan keras untuk sukses; (b) kebutuhan berkuasa (need for power), adalah kebutuhan untuk membuat orang lain patuh kepadanya dan tidak untuk sebaliknya; (c) kebutuhan berafiliasi (need for affiliation), adalah keinginan untuk mendapatkan persahabatan dan hubungan interpersonal yang erat .4

Menurut Suryabrata, motivasi adalah keadaan dalam (inner state) pribadi orang, yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.5 Lebih jauh dinyatakan, bahwa motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya, karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh suatu kekuatan dari dalam diri orang itu. Kekuatan pendorong inilah yang disebut sebagai motivasi. Pendapat mengenal klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam. Salah satunya adalah berdasarkan jalarannya. Berdasarkan klasifikasi ini, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Perbedaan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik dapat diuraikan sebagai berikut: Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar, seperti orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaa, dan sebagainya. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berfungsi tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu, misalnya, orang yang rajin belajar tanpa disuruh orang lain sebelumnya, dan sebagainya. Ditegaskan disini bahwa aktivitas yang didorong oleh motivasi intrinsik ternyata lebih sukses daripada yang didorong oleh motivasi ekstrinsik.6

Berbagai jenis kebutuhan manusia akan berubah menjadi ” keinginan khusus”, terutama jika dikaitkan dengan lingkungan organisasi atau tempat kerja mereka. Keinginan-keinginan khusus tersebut diantaranya upah; keterjaminan pekerjaan; teman-teman sekerja yang menyenangkan; penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan; pekerjaan yang berarti; kesempatan untuk maju; kondisi kerja yang nyaman, aman dan menarik; kepemimpinan yang mampu dan adil; perintah dan pengarahan yang masuk akal; serta organisasi yang relevan dari segi sosial. Dalam hal ini perlu diingat bahwa dalam hubungannya dengan motivasi, ternyata semua itu sangat dipengaruhi oleh: (a) valensi atau nilai yang diharapkan berupa hasil yang dinikmati karena melakukan perilaku yang ditentukan, dan (b) kuatnya pengharapan (expectacy) bahwa perilaku itu akan benar-benar merealisasi hasil tersebut.7

Hakikat Sikap Pengertian sikap adalah kecenderungan individu untuk menanggapi dengan cara tertentu terhadap situasi,

benda, ide, orang, dan isu.45 Sementara itu, Robbins menyebut bahwa sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang bersifat menyukai (favorable) maupun tidak menyukai (unfavorable) terhadap objek, manusia atau suatu kejadian.46 Sikap seseorang terhadap sesuatu, dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman,

Page 2: Teori Motivasi Dan Sikap

pengetahuan, perasaan, emosi, cara berfikir, kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. 47 Sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan dalam menanggapi secara suka atau tidak suka, berkenaan dengan suatu objek tertentu.48 Secara lebih luas, sikap didefinisikan sebagai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan hasil evaluasi tersebut. 49

Definisi sikap menurut Thurstone adalah tingkat pengaruh positif atau negatif berkaitan dengan suatu objek psikologis. Objek psikologis itu dapat berupa simbol, frasa, slogan, institusi, cita-cita atau ide. Dalam hal ini, seseorang dapat berbeda tanggapannya secara positif atau negatif terhadap hal-hal tersebut. 50

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Thurstone, Mueller mendefinisikan sikap sebagai: (1) pengaruh atau penolakan, (2) penilaian, (3) suka atau tidak suka, dan (4) kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis.51 Seorang individu yang memiliki pengaruh perasaan positif terhadap suatu objek psikologis, jika ia suka terhadap objek itu atau memiliki sikap menyukai (favorable) terhadap objek tersebut. Sebaliknya seorang individu yang mempunyai pengaruh negatif terhadap objek psikologis, jika ia tidak suka terhadap objek itu atau ia memiliki sikap tidak menyukai (unfavorable) terhadap objek tersebut.52 Sikap telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Pada prinsipnya, puluhan definisi tersebut pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu di antara tiga kerangka pemikiran sebagaimana dijelaskan berikut ini.53

Pertama, adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli di bidang Psikologis Sosial dan Psikologis Kepribadian, yang konsepsinya mengenal sikap yang lebih kompleks. Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.

Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada, suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.

Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.

Di samping pembagian kerangka pemikiran tradisional seperti terurai di atas, di kalang para ahli Psikologis Sosial mutakhir terdapat pula cara lain yang populer untuk mengklasifikasi pemikiran tentang sikap, sebagaimana dijelaskan dalam dua pendekatan ini.54 Pendekatan pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan ini, yang pada uraian di atas dikenal dengan nama skema triadik, disebut juga pendekatan tricomponent. Pendekatan kedua timbul karena adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi di antara ketiga komponen kognitif, afektif dan perilaku dalam membentuk sikap . Oleh karena itu pengikut pendekataan ini memandang perlu untuk membatasi konsep sikap pada aspek afektif saja (single component). Definisi yang mereka ajukan mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek.

Page 3: Teori Motivasi Dan Sikap

Disebutkan lebih jauh bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai perantara responsnya dan objek yang bersangkutan. Respons diklasifikasi dalam tiga macam, yaitu: pertama, respons kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini); kedua, respon afektif (respons syaraf simpatetik dan pernyataan afektif), serta yang ketiga, respons perilaku atau konatif (respons berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Setiap klasifikasi respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respons tersebut, sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi lengkap mengenai sikap individu tentu harus diperoleh dengan melihat ketiga macam respons secara lengkap.55 Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif menunjukkan bagaimana seseorang mengetahui suatu objek, kejadian, situasi, pemikiran, keyakinan, dan emosi terhadap objek aktual. Kejadian atau situasi yang berkaitan dengan objek, kejadian, atau situasi yang dihadapi.56 Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Katz dan Stotland yang menyebutkan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) komponen afektif, berupa pengaruh atau perasaan positif atau negatif, (2) komponen kognitif, yang merupakan aspek pengetahuan dan keyakinan, dan (3) komponen aksi, yakni berkaitan dengan tindakan. 57

Terdapat beberapa fungsi psikologis dari sikap yang muncul pada manusia. Menurut Daniel Katz, sikap mengandung fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan ego, fungsi nilai ekspresif, dan fungsi pengetahuan.58

Sementara itu, McGuire menyatakan bahwa fungsi sikap antara lain adalah fungsi adaptif, fungsi kognitif, fungsi gratifikasi kebutuhan, dan fungsi pertahanan ego.59 Teori rangsang-balas (stimulus-response theory) yang sering juga disebut sebagai teori penguat (reinforcement-theory) dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial, diantaranya mengenai sikap. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sikap adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu.60 Misalnya, seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap makanan yang pedas, akan selalu mengambil atau membeli dan makanan setiap kali ia menemui makanan pedas. Sebaliknya, orang bersikap negatif terhadap makanan pedas selalu akan menghindar kalau ia menjumpai makanan pedas. Sikap ini bisa terjadi terhadap benda, situasi, orang, kelompok, nilai-nilai, dan semua hal yang terdapat di sekitar manusia.

Pembahasan tentang sikap oleh para ahli menunjukkan bagaimana pentingnya sikap untuk menjelaskan perbedaan antaraindividu. Dua individu yang berbeda bisa jadi memiliki tanggapan yang berbeda tentang kondisi (setting) sosial yang sama. Ini berarti bahwa suatu variabel psikologis dari individu yang berbeda (dalam hal ini adalah sikap) diperlukan karena variabel sosiologis atau lingkungan tidak dapat menjelaskan secara memadai mengenai hal tersebut. 61 Tidaklah mengherankan bahwa para peneliti dan praktisi dalam pendidikan dan ilmu sosial telah menyita sejumlah besar waktu dan energi dalam studi tentang pembentukan dan perubahan sikap, serta pengaruh sikap terhadap perilaku. Disadari bahwa sikap mempengaruhi secara kuat terhadap segala keputusan yang diambil dalam kehidupan manusia.62 Di samping kemampuan untuk bertindak, pembelajaran juga menghasilkan pembentukan kondisi internal yang mempengaruhi individu dalam memilih tindakan. Hasil pembelajaran tersebut dinamakan sikap. Sikap tidak menentukan tindakan khusus, tetapi ia mampu menunjukkan apakah seseorang kemungkinan melakukan sesuatu tindakan atau tidak. Dengan alasan itulah, sikap sering dideskripsikan sebagai ”kecenderungan menanggapi” atau dapat dikatakan sebagai pernyataan yang dicirikan dengan ”kesiapan untuk menanggapi”.63

Sikap terdiri dari tiga aspek yang dapat dipisahkan atau digabungkan secara bersama. Ketiga aspek tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan perilaku. Aspek kognitif berkenaan dengan ide atau proposisi yang menandakan hubungan antara situasi dan objek sikap. Aspek afektif, menunjukkan emosi atau perasaan yang menyertai ide, sedangkan aspek perilaku itu berkaitan dengan predisposisi atau kesiapan untuk bertindak.64 Sikap adalah suatu kecenderungan untuk menanggapi secara positif atau negatif terhadap seseorang atau sesuatu

Page 4: Teori Motivasi Dan Sikap

dalam lingkungan tertentu. Sikap menunjukkan perasaan positif atau negatif tentang berbagai aspek berkenaan dengan pekerjaan dan/atau lingkungan kerja mereka. Komponen sikap kognitif terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut:

(1) Komponen kognitif, merupakan keyakinan dan nilai yang menggambarkan informasi dan observasi berkenan dengan objek yang diperhatikan seseorang. Itu semua adalah kondisi anteseden (yang mendahului) terhadap sikap aktual itu sendiri.

(2) Komponen afektif, merupakan suatu perasaan khusus berkenan dengan pengaruh personal terhadap kondisi anteseden (sebelumnya). Ini adalah sikap aktual (sebenarnya) dalam rangka menanggapi objek sikap.

(3) Komponen perilaku, merupakan suatu maksud untuk menunjukkan reaksi (perilaku) dalam cara tertentu guna merespons terhadap perasaan yang ada. Ini merupakan suatu hasil dari sikap, yakni berupa kesenderungan berbuat melalui cara tertentu.65

Sementara itu, Eagly dan Chaiken menyatakan bahwa sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang terjadi untuk merespons secara suka atau tidak suka terhadap orang, perilaku, keyakinan, atau suatu benda. Dinyatakan pula bahwa sikap tidak terbatas pada produk konsumsi saja, tetapi juga terhadap individu spesifik dan hal-hal yang abstrak.66 Ahli psikologi sosial secara umum masih meyakini konsep tentang sikap yang tersebut dalam suatu model yang dinamakan The ABC model of attitudes, yang menganggap bahwa sikap itu terdiri atas tiga komponen, yakni komponen afektif mencakup emosi positif atau negatif tentang sesuatu (bagaimana kita merasakan tentang sesuatu). Komponen perilaku merupakan kecenderungan atau maksud untuk melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap. Adapun komponen kognisi merujuk pada keyakinan dan pemikiran tentang objek sikap. Selanjutnya, dinyatakan bahwa setiap sikap memiliki tiga komponen yang saling berkaitan meskipun cukup beragam anggapan mengenai unsur mana yang dominan dan mencirikan keterkaitan tersebut.67

Perbedaan teori-teori sikap antara lain berkenan dengan pertanyaan tentang manakah di antara komponen - komponen itu yang primer, atau manakah yang menjadi penyebab komponen lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa perbedaan dalam keyakinan (komponen kognitif) akan mengakibatkan perubahan sikap seseorang. Sebagian ahli lainnya menekankan pembelajaran emosional (afektif) ternyata memberikan reaksi terhadap objek stimulasi melalui kebiasaan. Pendapat lainnya menyatakan bahwa sikap merupakan kelanjutan persepsi individu tentang perilakunya sendiri.68 Sikap dapat dianggap sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi atau memodifikasi pilihan untuk bertindak. Pengaruh semacam itu terkadang dapat diamati secara aktual yang ditunjukkan melalui perilaku yang jelas terlihat atau nyata. Namun, pengaruh sikap terhadap tindakan atau perilaku yang nyata tidak selalu diamati. Sebagaimana diketahui, sikap pada umumnya diukur dengan memanfaatkan tanggapan terhadap pernyataan verbal yang tercantum dalam kuesioner, skala penilaian, dan instrumen lainnya.69 Sikap mempunyai ciri-ciri, antara lain (1) sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya,(2) sikap itu dapat berubah-ubah apabila terdapat keadaan dan syarat tertentu, karena itu sikap dapat dipelajari, (3) sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek, (4) objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, (5) sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan, sehingga hal inilah yang membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang.70

Page 5: Teori Motivasi Dan Sikap