bab ii landasan teori - bina sarana informatika · 2. faktor motivasi motivasi terbentuk dari sikap...

14
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Penilaian Prestasi Kerja Menurut Hasibuan (2007:87) penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan kebijaksanaan berarti apakah karyawan akan dipromosikan, didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikan. Menurut Yuniarsih dan Suwanto (2009:162) penilaian kinerja (job assessment) adalah bagian dari proses manajemen sumberdaya manusia yang menitikberatkan pada upaya untuk “memotret” hasil yang telah dicapai secara obyektif, sebagai bahan dasar ketika dilakukan pengukuran, sedangkan pengukuran kinerja lebih menitikberatkan pada upaya untuk melakukan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana atau standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Samsudin (2006:162) prestasi kerja adalah penampilan hasil kerja SDM dalam suatu organisasi. Prestasi kerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja SDM. Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada pegawai yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran SDM dalam suatu organisasi atau perusahaan. Menurut Handoko (2008:135) penilaian kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka”.

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pengertian Penilaian Prestasi Kerja

    Menurut Hasibuan (2007:87) “penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio

    hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap

    karyawan. Menetapkan kebijaksanaan berarti apakah karyawan akan dipromosikan,

    didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikan”.

    Menurut Yuniarsih dan Suwanto (2009:162) penilaian kinerja (job

    assessment) adalah bagian dari proses manajemen sumberdaya manusia yang

    menitikberatkan pada upaya untuk “memotret” hasil yang telah dicapai secara

    obyektif, sebagai bahan dasar ketika dilakukan pengukuran, sedangkan

    pengukuran kinerja lebih menitikberatkan pada upaya untuk melakukan

    perbandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana atau standar yang

    sudah ditetapkan sebelumnya.

    Menurut Samsudin (2006:162) prestasi kerja adalah penampilan hasil kerja

    SDM dalam suatu organisasi. Prestasi kerja dapat merupakan penampilan

    individu maupun kelompok kerja SDM. Penampilan hasil kerja tidak terbatas

    pada pegawai yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi

    juga kepada keseluruhan jajaran SDM dalam suatu organisasi atau

    perusahaan.

    Menurut Handoko (2008:135) “penilaian kerja (performance appraisal)

    adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi

    kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan keputusan personalia dan

    memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka”.

  • 8

    2.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Prestasi Kerja

    Menurut A. Dale Timple dalam Mangkunegara (2007:15) faktor-faktor yang

    mempengaruhi penilaian prestasi kerja sebagai berikut:

    1. Faktor internal

    Faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja

    seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang

    itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disesabkan

    orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki

    upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

    2. Faktor eksternal

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari

    lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan

    atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

    Menurut Mangkunegara (2009:67) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

    (prestasi kerja) sebagai berikut:

    1. Faktor kemampuan

    Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi

    (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). artinya pegawai yang memiliki

    IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan

    nya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih

    mudah mencapai yang diharapkan

  • 9

    2. Faktor motivasi

    Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi

    situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang

    terarah untuk mencapai tujuan organisasi.

    2.1.2. Manfaat Penilaian Prestasi Kerja

    Menurut Handoko (2008:135) terdapat sepuluh manfaat yang dapat dipetik

    dari penilaian prestasi kerja, yaitu sebagai berikut:

    1. Perbaikan presatsi kerja

    Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan kanyawan, manajer, dan

    departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demi

    perbaikan prestasi kerja.

    2. Penyesuaian kompensasi

    Evaluasi prestasi kerja membantu pengambil keputusan dalam menentukan

    kenaikan upah, bonus, dan kompensasi lainnya.

    3. Keputusan penempatan

    Promosi, transfer, dan demosi (penurunan jabatan) biasanya didasarkan prestasi

    kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi merupakan bentuk penghargaan

    terhadap prestasi kerja.

    4. Kebutuhan latihan dan pengembangan

  • 10

    Prestasi kerja yang jelek menunjukkan adanya kebutuhan latihan. Demikian pula

    prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan

    lebih lanjut.

    5. Perencanaan dan pengembangan karier

    Umpan balik prestasi kerja dapat mengarahkan keputusan karier, yaitu tentang

    jalur karier tertentu yang harus diteliti.

    6. Penyimpanan proses staffing

    Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan

    prosedur staffing departemen personalia.

    7. Ketidakakuratan informasional

    Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan dalam informasi

    analisis jabatan, rencana sumber daya manusia, atau komponen sistem informasi

    manajemen personalia lainnya. Menggantungkan diri pada informasi yang tidak

    akurat (teliti) dapat mengakibatkan keputusan-keputusan personalia yang diambil

    menjadi tidak tepat.

    8. Kesalahan desain pekerjaan

    Prestasi kerja yang jelek mungkin suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan.

    Penilaian prestasi kerja dapat membantu diagnosa kesalahan-kesalahan disana.

    9. Kesempatan kerja yang adil

    Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan

    penempatan internal dapat diambil tanpa diskriminasi.

    10. Tantangan eksternal

  • 11

    Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di lingkungan kerja,

    seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial, atau masalah pribadi. Dengan

    penilaian prestasi kerja maka departemen personalia dapat menawarkan bantuan

    kepada semua karyawan yang membutuhkan atau diperkirakan memerlukan.

    2.1.3. Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

    Menurut Hasibuan (2007:89) tujuan penilaian prestasi kerja karyawan sebagai

    berikut.

    1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

    demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

    2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam

    pekerjaannya.

    3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam

    perusahaan.

    4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal

    kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan

    peralatan kerja.

    5. Sebagai indicator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan

    yang berada di dalam organisasi.

    6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai

    tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

    7. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan

    dimasa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya

  • 12

    2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Masalah-Masalah Kinerja

    Menurut Marwansyah (2010:234) masalah kinerja dalam organisasi dapat

    ditimbulkan atau disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat

    dikelompokkan ke dalam empat penyebab utama masalah-masalah kinerja sebagai

    berikut:

    1. Pengetahuan atau keterampilan

    Karyawan tidak tahu bagaimana menjalankan tugas-tugas secara benar,

    kurangnya keterampilan, pengetahuan atau kemampuan.

    2. Lingkungan

    Masalah tidak berhubungan dengan karyawan, tetapi disebabkan oleh lingkungan,

    kondisi kerja, proses yang buruk, ergonomika dan lain-lain.

    3. Sumber daya

    Kurangnya sumber daya atau teknologi.

    4. Motivasi

    Karyawan tahu bagaimana menjalankan pekerjaan, tetapi tidak melakukannya

    secara benar. Ini mungkin saja disebabkan oleh proses seleksi yang tak sempurna.

    2.1.5. Proses Penilaian Kinerja

    Menurut Marwansyah (2010:236) penilaian kinerja (prestasi kerja) dilakukan

    melalui serangkaian langkah-langkah ini perlu direncanakan dan diimplementasikan

    secara cermat dan konsisten agar dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan prestasi

    kerja.

    Berikut ini adalah lima langkah dalam proses prestasi kerja yaitu:

  • 13

    1. Mengidentifikasikan tujuan spesifik penilain kinerja.

    2. Menentukan tugas-tugas yang harus dijalankan dalam sebuah pekerjaan (analisis

    jabatan).

    3. Memeriksa tugas-tugas yang dijalankan.

    4. Menilai kinerja.

    5. Membicarakan hasil penilaian dengan karyawan.

    2.1.6. Metode Penilaian Prestasi Kerja

    Menurut Drs. M. Manullang dalam Samsudin (2006:172) metode penilaian

    prestasi kerja yang cukup baik untuk diterapkan adalah sebagai berikut:

    1. Graphic Rating System

    Hal ini merupakan suatu metode penilaian karyawan dimana tabel penilaian

    mengandung beberapa obyek penilaian yang digambarkan dalam garis atau skala.

    Pada skala tersebut terletak masing-masing sifat pegawai atau karyawan dan

    disitu pulalah sifat pegawai yang bersangkutan ditandai.

    2. Ranking Method

    Ranking Method disebut juga ”mamn to man comparison” atau “man to man

    scale”, yaitu suatu metode penilaian dengan cara menyusun orang yang dinilai

    berdasarkan tingkatannya pada berbagai sifat yang dinilai. Dalam metode

    penilaian ini, setiap penilaian membuat sebuah “master scale” yaitu pengukuran

    yang tepat pada umumnya menunjukkan lima tingkatan tertentu. Misalnya, sifat

    yang akan dinilai adalah sifat “leandership” dari beberapa karyawan. Kelemahan

  • 14

    metode ini adalah terlalu banyak makan waktu dan sulit mengerjakannya. Tabel

    penilaian karyawan bermetode ranking method seperti dibawah ini.

    Tabel II.1

    Penilaian Karyawan

    Nama :HAMID

    Jabatan :…………………….

    Sifat yang dinilai

    Jelek

    (20)

    Kurang

    (40)

    Sedang

    (60)

    Baik

    (80)

    Terbaik

    (100)

    Jumlah

    1. Kuantitas 60 60

    2. Kualitas 80 80

    3. Inisiatif 40 40

    4. Loyalitas 80 80

    5. Leadership 60 60

    6. Kerja sama 60 60

    7. Ketelitian 80 80

    Jumlah: 40 180 240 460

    Nilai Akhir=460/7=65,7

    Sumber : Manullang.2006:145

    3. Forced Choiced Method

    Dalam metode ini para penilai diberikan serangkaian kumpulan kalimat,

    misalnya 28 blok kalimat dan masing-masing blok berisai lima kalimat. Masing-

    masing blok kalimat itu oleh penilai dicoret atau ditandai.

  • 15

    2.1.7. Pelaku Alternatif Penilai

    Menurut Simanjutak (2011:148) ada 5 (lima) pelaku alternatif penilai yang

    dapat digunakan sebagai berikut:

    1. Penilaian oleh atasan langsung

    Atasan langsunglah yang paling mengetahui apa yang diharapkan untuk

    dicapai oleh setiap bawahan, dan yang paling mengetahui menilai hasil yang

    dicapai atau kinerja seseorang bawahan apakah sesuai dengan penugasaan

    yang diberikan.

    2. Evaluasi diri sendiri

    Alternatif kedua pelaksanaan penilaian adalah oleh individu yang

    bersangkutan karena setiap orang mengalami sendiri apa yang dilakukan,

    relatif mudah di ingat. Dengan demikian penilaian pribadi diharapkan lebih

    lengkap dan lebih adil

    3. Tim penilai khusus

    Alternatif ketiga adalah membentuk tim penilai khusus yang bersifat

    independen. Dapat dibentuk dari internal organisasi, dan dapat pula dalam

    bentuk konsultan dari luar organisasi, tim yang dibentuk dari internal

    instansi pemerintahan atau perusahaan lebih praktis dipusatkan di biro

    kepegawaian atau divisi sumber daya manusia.

    4. Pihak terkait

    Pihak lain yang terkait yang dapat memberikan penilaian adalah bawahan

    langsung, teman sekerja atasan tidak langsung, dan para pelanggan atau

    masyarakat umum.

  • 16

    5. Penilaian kinerja 360ᵒ

    Penilaian kinerja yang ideal adalah kombinasi dari beberapa alternatif

    tersebut. Bila atasan langsung yang member penilaian maka ia patut

    mempertimbangkan penilaian kinerja oleh orang yang bersangkutan.

    2.1.8. Syarat-syarat Penilai

    Dalam menentukan siapa yang melakukan penilaian merupakan suatu masalah

    pokok dalam proses penilaian karena penetapan penilaian ini erat sekali

    hubungannya dengan persoalan mengenai hasil penilaian itu objektif atau tidak.

    Menurut Hasibuan (2007:91) penetapan appraiser (penilai) yang berkualitas

    sangat sulit karena harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

    1. Penilai harus jujur, adil, objektif, dan mempunyai pengetahuan mendalam

    tentang unsur-unsur yang dinilai sehingga penilainya jujur, adil dan objektif.

    2. Penilai hendaknya mendasarkan penilaiannya pada righ or wrong (benar atau

    salah) baik buruknya terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga penilaiannya

    jujur, adil dan objektif.

    3. Penilai harus mempunyai authority (kewenangan) formal supaya mereka

    dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

    2.1.9. Bentuk Bias Penilai

    Menurut Mangkuprawira (2011:235) bias merupakan distorsi pengukuran

    yang tidak akurat, bias sering terjadi ketika penilai tetap tidak lepas dari unsur

  • 17

    emosional ketika mereka menilai kinerja karyawan. Bentuk bias penilai meliputi

    hal-hal berikut:

    1. Hallo effect

    Bias ini terjadi ketika opini personal penilai terhadap karyawan

    mempengaruhi ukuran kinerja. Masalah ini sering meringankan atau

    memberatkan ketika para penilai harus menilai karakter kepribadian teman-

    teman mereka, atau seseorang yang sangat tidak disukainya.

    2. Kesalahan kecenderungan terpusat

    Beberapa penilai tidak menyukai untuk menilai karyawan dalam hal efektif

    atau tidak efektif. Dengan demikian mereka mendistorsi penilaian untuk

    membuat setiap karyawan dalam kondisi rata-rata. Dalam bentuk penilaian,

    distorsi ini menyebabkan para penilai untuk menghindari penilaian ekstrem,

    seperti nilai amat buruk dan sempurna. Sebagai gantinya mereka

    menempatkan angka-angka penilaiannya dekat dengan rata-rata.

    3. Bias kemurahan dan ketegasan hati

    Bias kemurahan hati terjadi ketika para penilai cenderung begitu mudah dalam

    menilai kinerja para karyawan. Beberapa penilai melihat semua karyawan

    adalah baik dan memberikan penilaian yang menyenangkan. Bias ketegasan

    hati merupakan hal yang sebaliknya. Hal itu merupakan hasil dari para penilai

    yang begitu keras dalam evaluasinya. Kadang-kadang bias ketegasan hati

    muncul karena para penilai ingin yang lainnya untuk memikirkan apakah

    karyawan pria atau wanita merupakan sasaran penilaian kinerja dengan tegas

    hati.

  • 18

    4. Prasangka pribadi

    Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seseorang atau

    kelompok bisa mengubah penilaian. Sebagai contoh , seorang atasan pria

    mungkin cenderung memberi penilaian rendah pada karyawan wanita karena

    suatu hal. Sebab –sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian

    mencakup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan status

    sosial.

    2.1.10. Unsur-unsur yang dinilai

    Menurut Hasibuan (2007:95) unsur yang dinilai dalam melakukan penilaian

    prestasi adalah sebagai berikut:

    1. Kesetiaan

    Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap perkejaannya, jabatannya, dan

    organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan

    membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang

    yang tidak bertanggung jawab.

    2. Prestasi kerja

    Penilai meniai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan

    karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.

    3. Kejujuran

  • 19

    Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi

    perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada

    para bawahannya.

    4. Kedisiplinan

    Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada

    dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.

    5. Kreativitas

    Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya

    untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan

    berhasil guna.

    6. Kerjasama

    Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan

    karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar

    pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.

    7. Kepemimpinan

    Peniai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi

    yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau

    baawahannya untuk bekerja secara efektif.

    8. Kepribadian

    Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai,

    member kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta

    berpenampilan simpatik dan wajar.

    9. Prakarsa

  • 20

    Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif

    sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberi alasan, mendapatkan

    kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.

    10. Kecakapan

    Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan

    bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan

    kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.

    11. Tanggung jawab

    Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan

    kebijaksanannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang

    dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.