teori location qoutient 1
TRANSCRIPT
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR
UNGGULAN KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI
BARAT PERIODE 2004-2009
Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
OLEHSt. Nadira
A 111 08 283
JURUSAN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2012
1
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR
UNGGULAN KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI
BARAT PERIODE 2004-2009
Disusun Oleh :
ST. NADIRA
A 111 08 283
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
Makassar
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sanusi Fattah, SE., MSi Suhrwan Hamzah, SE.,M.SiNIP.19690413 199403 1 003 NIP. 19791116 200812 1 001
2
HALAMAN MOTTO
“ Man Jadda Wajada, yang bersungguh-sungguh yang berhasil !!! “
“ Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu menguBah nasib mereka sendiri “. ( QS. Al-Anfaal (8) : 53 )
HALAMAN PERSEMBAHAN
3
Karya ini kupersembahkan, kepada :
Ayahanda Abd. Razak dan Ibunda St. Rahma yang telah memberikan do’a, kasih sayang, dan cintanya yang begitu tulus.
Kakak-kakakku tercinta k’basri dan istri, k’asnhy dan suami, k’ridwan dan istri, serta adikku Ammar yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk terus berjuang.
Ponakanku yang cantik-cantik ( aldhina, nabila, dan asya ), jadi anak yang sholeha yah, hehe
Sepupu-sepupuku sayang ( Fitri, Hikma, Fira, Nana, Asrar dan Anzhari ) terima kasih do’a dan semangatnya.
ABSTRAK
4
Untuk mengetahui pergeseran struktur, sektor dan komoditi unggulan
daerah Kabupaten Mamuju diperlukan suatu metode yang berguna untuk
mengkaji dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya
dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang
harus diambil guna mempercepat laju pertumbuhan yang ada.
Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis
data, yaitu: 1). Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran struktur perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju. 2). Analisis
Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis
dalam perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Mamuju atas
dasar harga konstan dari tahun 2004-2009.
Hasil penelitian berdasarkan analisis Shift Share menunjukkan bahwa
telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Mamuju dari sektor primer
ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor sekunder yang
terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Mamuju.
analisis Klassen Typology dan Location Quotient menunjukkan yang merupakan
sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh
dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor sektor sektor pertanian,
sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor keuangan dan persewaan dan sektor jasa-jasa. Komoditi-komoditi pertanian
yang merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada
5
perekonomian Kabupaten Mamuju dapat dijumpai pada komoditi bahan tanaman
pangan yaitu padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai. Komoditi tanaman
buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman mangga, jeruk manis, dan durian.
Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit dan
kakao. Komoditi peternakan dijumpai pada komoditi ternak besar sapi dan kerbau,
ternak kecil babi serta unggas ayam buras.
Kata Kunci : Struktur Ekonomi, Sektor Unggulan, Komoditi Unggulan, Shift
Share, Tipologi Klassen, Location Quotient.
6
ABSTRACT
To find a shift in the structure, sector and regional commodity Mamuju we
need a method that is useful for assessing and projecting the region's economic
growth. Method can be used as a guideline to boost the current economic growth.
Solution for the problem formulation in this research was analyzed using :
1). Shift Share analysis is used to determine changes and shifts in the structure
economic Mamuju 2). Analysis of Location Quotient (LQ) is used to determine
the basis and non base sector in the economy Mamuju.
The data used are secondary data in the form of the Regional Gross
Domestic Product (GDP) of West Sulawesi province and Mamuju at constant
prices from the year 2004-2009.
The results based on the Shift Share analysis shows that there have been
changes in the economic structure of Mamuju primary sector to secondary sector.
This is exemplified by the role of the secondary sector which continued to
increase through the contribution to Regional Gross Domestic Product (GDP)
Mamuju. Klassen analysis Typology and Location Quotient indicates that the
sectors with the criteria that belong to the sector forward and grow exponentially,
and the base of the sector is the sector of agriculture, mining and quarrying,
construction sector, trade, restaurants and hotel, transportation and
communication sector, finance and leasing services sector and services sector.
Agricultural commodities is a sector basis and can be seeded to be developed on
the economy Mamuju material can be found in commodity crops, namely rice,
corn, peanuts, and soybeans. Commodity crops of fruits found in commodity
7
crops mangoes, sweet oranges, and durian. Commodities found in commodity
crops of Coconut palm plantations and cocoa. And cattle, buffalo, pigs, chickens
for livestock.
Keywords : Structure Economic, Major sector, major commodity, Shift-share,
Klassen typology, Location Quotient.
8
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb alam semesta atas segala nikmat dan
karunia-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju
Sulawesi Barat Periode 2004-2009 ” dengan baik. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
kaum kerabatnya, dan umatnya hingga hari kemudian.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program sarjana strata satu (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan
tenaga serta bantuan moril dan materiil khususnya kepada :
1. Kedua orang tuaku Abd. Razak dan St. Rahma yang telah memberikan
bantuan materiil dan moril serta tidak henti-hentinya memberikan cinta,
kasih sayang dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat tetap
semangat dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. DR. Muh. Ali, SE., MS.i., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3. Ibu Prof. DR. Hj. Rahmatia, MA., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi.
9
4. Bapak Muh. Agung Ady Mangilep, SE., MSi, Selaku Penasehat Akademik
yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama
ini.
5. Bapak Dr. Sanusi Fattah, SE., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Suharwan Hamzah SE., MS.i selaku pembimbing II yang dengan sabar
dalam memberikan arahan, bimbingan, masukan dan motivasi kepada
penulis terutama dalam penyelesain skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
besar kepada penulis selama perkuliahan.
7. Seluruh Staf Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin yang
senantiasa membantu kami dalam hal administrasi, Khususnya buat Pak
Parman, Ibu Ros, Pak Hardi, Pak Safar, Pak Budi, Ibu Saidah dan Pak H.
Muis terima kasih atas bantuannya selama ini.
8. Bapak dan Ibu pada Kantor Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam pelayanan dan
penyediaan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku ( Meutia, qiki, ulfa, mochan, ipech, ilha, Irma, andini,
ocha, qalbi, ekha, dian, farizah ) makasih do’a dan semangatnya
yah…,hehe
10. Buat kak jamil, makasih sudah bantu olahkan data kak, Halifa Hamzah
makasih atas bantuanya sayang ( Mamuju T.O.P, hehehe )
10
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat dijadikan
referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. penulis juga menyadari bahwa
penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan,
sehingga penulis tak lupa mengharapkan saran dan kritik atas skripsi ini.
Makassar, Mei 2012
Penulis
11
SPECIAL THANKS TO :
My ICONIC _ Semangat!!! “ Andi Nadya Ahsani, Sri Rahayu, Wiwin Haerani, Qarina Haeruddin, Nur Qadri Yanmar, Besse Ani Kasturi, Fitrah Afrizal, Halifa Hamzah, Dewi Anggriani SE, Nur Vadillah Putri, Hardiyanti, Adhar, Haris, Iccank, Sri Wahyuni, Sukma SE, Yunita Maharani, Vilta Laij, Eka Merdekawati SE, Meilany, Nurul Huda, Ulfi Alvini, Malisa Labiran, Muliana, Andira, Deviyanti P, Alima, Riska Juita, Anty, A. Neno, Normawati, Fachmi, Echa, Andika, Wisnu, Ical, Bondan, Wahyu, Bilal A. Wahid, Anggriawan SE, Furqan, Rudy, Fandi, Ipul, Ocy, Nanang, Ady, Budi, Gito, Dito, Hata, Leliana, Upi, Bambang, Fahira, Dian, Desy, Stania, Ika, Eva, Iren, ode, Musya, Natalia, Rini, Reni, Ami, Ely, Sany, Amil, Salman, Jefri “.
12
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK......................................................................................................... v
ABSTRACT....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
.....................................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 8
2.1.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan ............................................ 8
Ekonomi Daerah
2.1.2 Teori Sektor Basis ............................................................................ 11
13
2.1.3 Pergeseran Struktur Ekonomi dan Ukuran ...................................... 15
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
2.1.3.1 Teori Pergeseran Struktur Ekonomi ...................................... 15
2.1.3.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................................. 16
2.1.4 Komoditi Unggulan ......................................................................... 17
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 18
2.3 Karangka Pemikiran Teoritis ................................................................... 20
2.4 Hipotesis .................................................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 23
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 23
3.2.1 Jenis Data ......................................................................................... 23
3.2.2 Sumber Data .................................................................................... 23
3.3 Pengumpulan Data .................................................................................. 23
3.4 Metode Analisis Data .............................................................................. 24
3.4.1 Analisis Shift Share ......................................................................... 24
3.4.2 Analisis Pergeseran Bersih Shift Share ........................................... 28
3.4.3 Analisis Location Quotient .............................................................. 29
3.5 Defenisi Operasional Konsep .................................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 32
4.1.1 Kondisi Geografis ............................................................................ 32
4.1.2 Keadaan Penduduk .......................................................................... 33
14
4.1.3 Pertumbuhan PDRB ........................................................................ 34
4.1.4 Struktur Ekonomi ............................................................................ 35
4.2 Pergeseran Struktur Ekonomi .................................................................. 37
4.2.1 Analisis Shift Share ......................................................................... 37
4.2.2 Shift Share Perhitungan Pergeseran Bersih ..................................... 44
4.2.3 Analisis Kuadrat .............................................................................. 49
4.3 Sektor Basis dan Non Basis di Kab. Mamuju ......................................... 52
4.4 Pembahasan Sektor ................................................................................. 53
4.4.1 Pertanian .......................................................................................... 53
4.4.2 Pertambangan .................................................................................. 55
4.4.3 Industri Pengolahan ......................................................................... 56
4.4.4 Listrik, Gas dan Air Bersih .............................................................. 58
4.4.5 Bangunan ......................................................................................... 60
4.4.6 Perdagangan Hotel dan Restauran ................................................... 61
4.4.7 Pengangkutan dan Komunikasi ....................................................... 63
4.4.8 Keuangan dan Persewaan ................................................................ 64
4.4.9 Jasa-Jasa ........................................................................................... 66
4.5 Sektor dan Komuditi Unggulan ............................................................... 68
4.5.1 Pertanian .......................................................................................... 69
4.5.1.1 Tanaman Bahan Pangan ........................................................ 69
4.5.1.2 Tanaman Buah-buahan........................................................... 70
4.5.1.3 Tanaman Perkebunan ............................................................ 71
4.5.1.4 Peternakan ............................................................................ 72
15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 77
5.2 Saran ........................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LMPIRAN .......................................................................................................... 82
16
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1.1 Persentase kontribusi sektoral terhadap PDRB Kab.Mamuju ........... 5
Table 4.1 Indikator Kependudukan Kab.Mamuju .............................................. 33
Table 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan usaha Kabupaten
Mamuju Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2009 (juta
Rupiah)............................................................................................... 34
Table 4.3 Struktur Ekonomi Kab.Mamuju Tahun 2008 dan 2009
(dalam persen).................................................................................... 35
Table 4.4 Komponen Perubahan PDRB Kab.Mamuju Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2004 dan 2009 ........................................................................ 37
Table 4.5 Persentase Komponen Perubahan PDRB Kab.Mumuju Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2004 dan 2009 ........................................... 39
Table 4.6 Komponen Perubahan dan Pergeseran Bersih PDRB Kab.Mamuju
menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 dan 2009............................... 45
Table 4.7 Komponen Perubahan dan Kenaikan Aktual PDRB Kab.Mamuju
menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 dan 2009............................... 47
Tabel 4.8 Nilai Location Quotient Mamuju Dirinci Per Sektor Ekonomi Tahun
2004 – 2009 ....................................................................................... 53
Tabel 4.9 Nilai Location Quotient Komoditi Tanaman Pangan Kab. Mamuju
Tahun 2009 ....................................................................................... 70
17
Tabel 4.10 Nilai Location Quotient Komoditi Buah-buahan Kab. Mamuju Tahun
2009 .................................................................................................. 70
Tabel 4.11 Nilai Location Quotient Komoditi Perkebunan Kab. Mamuju Tahun
2009 .................................................................................................. 71
Tabel 4.12 Nilai Location Quotient Komoditi Peternakan Kab. Mamuju Tahun
2009 .................................................................................................. 73
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Mamuju Tahun
2005-2009 (persen)......................................................................... 4
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir .................................................................... 21
Gambar 4.1 Hasil Shift Share Analisis............................................................... 37
Gambar 4.2 Proportional Shift (PS) dan Differential Shift (DS) Sektor Ekonomi
di Kab. Mamuju Periode 2004-2009 ............................................... 49
Gambar 4.3 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Pertanian ............. 54
Gambar 4.4 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Pertambangan ...... 55
Gambar 4.5 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor
Industri Pengolahan ........................................................................ 57
Gambar 4.6 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih ............................................................................................. 58
Gambar 4.7 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Bangunan ............ 60
Gambar 4.8 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran ................................................................................... 62
18
Gambar 4.9 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Angkutan dan
Komunikasi ..................................................................................... 64
Gambar 4.10 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Keuangan dan
Persewaan ........................................................................................ 65
Gambar 4.11 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Jasa-jasa............. 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada,
dengan menjalin pola-pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pihak swasta
guna penciptaan lapangan kerja, serta dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di
daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002).
Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, sangat ditentukan oleh
kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal
dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi.
19
Pembangunan ekonomi daerah melibatkan multisektor dan pelaku
pembangunan, sehingga diperlukan kerjasama dan koordinasi diantara semua
pihak yang berkepentingan. Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran
paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi
menjadi pola desentralisasi atau disebut otonomi daerah yang mengandung
makna, beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat
ke daerah (Armida, 2000).
Hal ini membawa implikasi mendasar terhadap keberadaan tugas, fungsi
dan tanggung jawab pelaksanaan otonomi daerah antara lain dibidang ekonomi
yang meliputi implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar
daerah serta pencarian sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan dengan
cara menggali potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh sebab itu, pembangunan
ekonomi daerah sangat ditentukan oleh kebijakan daerah itu sendiri dalam
menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk pertumbuhan ekonomi di
daerah tersebut.
Sehinga dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah,
kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal
mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki
oleh daerah. Hal ini terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap
daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan sektor ekonomi
yang dominan (Syafrizal,1997).
20
Dalam keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)
Republik Indonesia, Nomor : 001/KEP/M-PDT/1/2005 Kabupaten Mamuju
merupakan salah satu daerah tertinggal, sesuai RPJMN 2010-2014 saat ini
terdapat 183 daerah tertinggal, yang ditargetkan pada akhir tahun 2014 sedikitnya
terdapat 50 kabupaten tertinggal yang berhasil keluar dari status ketertinggalan.
Sehingga untuk mencapai sasaran tersebut membutuhkan kebijakan dan strategi
yang tepat untuk dapat mempercepat kemajuan daerah tersebut dalam hal ini
Kabupaten Mamuju.
Kabupaten Mamuju oleh UU No. 26 Tahun 2004 tentang pembentukan
Propinsi Sulawesi Barat telah ditunjuk sebagai Ibukota Provinsi. Daerah yang
menjadi ibukota dengan status kabupaten tersebut adalah daerah yang mempunyai
luas wilayah 801.406 Ha, memiliki banyak potensi yang masih harus
dikembangkan.
Kabupaten Mamuju sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta
memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas
untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara
optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Mamuju.
Sehingga untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan dan potensi yang
dimiliki tersebut, maka perhatian utama ditujukan untuk melihat komposisi
ekonomi yakni dengan mengetahui sumbangan atau peranan masing-masing
kegiatan ekonomi atau sektor dalam perekonomiannya.
21
Di samping itu, proses perubahan komposisi ekonomi tersebut tidak
dipisahkan dengan pertumbuhan ekonomi, yakni dengan penekanan pada
kenaikan output perkapaita dalam jangka panjang melalui peningkatan PDRB
pertahun yang terus berlangsung secara dinamis, sehingga pembangunan ideal jika
usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdampak langsung pada
sembilan sektor dilihat dari PDRB dan pertumbuhan ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dengan
melakukan perbandingan PDRB antar tahun, maka dapat dilihat pertumbuhan
ekonomi sebagai akibat adanya aktifitas perekonomian selama kurun waktu
berjalan dalam wilayah tersebut.
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2009 (persen)
Jika dilihat selama kurun waktu lima tahun terakhir (2005-2009),
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju mengalami kecenderungan meningkat,
22
yakni pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju sekitar 6,35
persen, kemudian pada tahun 2006 tumbuh menjadi sekitar 6,93 persen dan
meningkat lagi pada tahun berikutnya sekitar 7,96 persen, pada tahun 2008
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju berada pada puncaknya yaitu sekitar
9,69 persen, dan pada tahun 2009 menjadi 8,26 persen. Hal ini menggambarkan
keadaan perekonomian Kabupaten Mamuju yang membaik dan cukup stabil
dengan jumlah penduduk 315.053 jiwa.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju tidak lepas dari peran sektor-
sektor ekonomi sebagai penyumbang atas terbentuknya PDRB suatu wilayah.
semakin besar sumbangan atau peran suatu sektor ekonomi dalam pembentukan
PDRB maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan
perekonomian suatu daerah.
Tabel 1.1 Persentase Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kabupaten Mamuju
No Lapangan UsahaTahun
2007 2008 20091 Pertanian 54,82 51,35 49,562 Pertambangan 1,45 1,44 1,543 Industri Pengolahan 3,12 2,87 2,714 Listrik, Gas dan Air bersih 0,38 0,46 0,485 Bangunan 5,37 7,12 6,53
6Pedagangan, Hotel dan Restoran
9,07 9,05 8,61
7 Angkutan dan Komunikasi 3,26 3,45 3,458 Keuagan dan Persewaan 4,91 5,81 6,359 Jasa-Jasa 17,61 18,44 20,79
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju (diolah)
Selama tiga tahun terakhir memperlihatkan pertanian memiliki kontribusi
cukup besar jika dibandingkan dengan sektor lain. Sampai tahun 2009, sektor
23
pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam
kegiatan perekonomian Kabupaten Mamuju. Sekitar 49,56 persen perekonomian
Mamuju didominasi oleh sektor pertanian, selanjutnya sektor jasa-jasa menduduki
urutan kedua yang memberikan kontribusi terbesar sekitar 20,79 persen,
kemudian diikuti oleh sektor perdagangan 8,61 persen. Berikutnya disusul oleh
sektor bangunan dan sektor keuangan dan jasa perusahaan dengan kontribusi
masing-masing sekitar 6,53 persen dan 6,35 persen.
Meskipun sektor pertanian masih sangat dominan, tetapi kontribusinya
pada tahun 2009 berkurang sekitar 1,7 poin di banding tahun 2008. Disisi lain,
sektor-sektor seperti jasa-jasa dan keuangan, jasa perusahaan menunjukkan
peningkatan kontribusi. Tentunya hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan
cukup baik, karena ciri suatu daerah yang mulai berkembang yaitu di samping
terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan, juga terjadi pergeseran struktur
ekonomi.
Tingginya kontribusi sektor pertanian dan tiga sektor lainnya memberikan
gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis, sehingga dibutuhkan
pengembangan sektoral yang berkelanjutan. Berdasarkan gambaran di atas tentang
kondisi yang terjadi di Kabupaten Mamuju terutama peranan sektoral dalam
PDRB membuat saya tertarik membuat penelitian ini dengan judul “Analisis
Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada hal yang menjadi rumusan
masalah di dalam penelitian ini yaitu :
24
1. Bagaimana pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Mamuju selama
periode 2004-2009 ?
2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis atau sektor unggulan
dalam perekonomian Kabupaten Mamuju selama periode 2004- 2009 ?
3. Komoditi apakah yang menjadi basis ekonomi dalam perekonomian
Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
Sebagai Berikut :
1. Untuk mengetahui terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten
Mamuju selama periode 2004-2009.
2. Untuk mengetahui sektor basis atau sektor unggulan dalam perekonomian
Kabupaten Mamuju selama periode 2004- 2009.
3. Untuk mengetahui komoditi apa yang menjadi basis ekonomi dalam
perekonomian Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau pihak manapun yang
berminat dalam melakukan penelitian yang terkait dengan penulisan ini.
2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah
Kabupaten Mamuju, khususnya yang berkaitan dengan penulisan ini.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam
jangka panjang (Arsyad, 1992). Menurut Blakely (1989), pembangunan ekonomi
daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen
masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan
26
industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu pengetahuan
dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai
tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masyarakat daerah (Arsyad, 1999).
Pembangunan ekonomi oleh beberapa ekonom dibedakan pengertiannya dengan
pertumbuhan ekonomi pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan PDRB/GNP pada suatu
tingkat tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan penduduk dan perkembangan
PDRB/GNP yang berlaku dalam suatu daerah/negara diikuti oleh perombakan dan
modernisasi struktur ekonominya (Sukirno, 1978).
Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan
daerah yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar
negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan
perekonomiannya, Kenyataannya bahwa perekonomian daerah dalam suatu
negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004).
Menurut teori ekonomi Neo Klasik, ada dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas
faktor produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai
keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan).
Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi
menuju daerah yang memiliki upah rendah.
27
Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya
dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah
memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan
pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya
dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana
tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir, 2002).
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri
dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha
pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan
berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Sehingga proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi
semata, namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting
dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih
merupakan target utama dalam rencana pembangunan daerah disamping
pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi
sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Simanjuntak, 2003).
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap
yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok
tanam, masa perdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini masyarakat
28
akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis.
Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya
sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja
sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan
titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas
kerja.
Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut
teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan
ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara
simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya
peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi
pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi
dan memperluas pasar.
Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat.
Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus
tunduk pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Mudrajat
Kuncoro, 1997).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah
tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Suatu masyarakat dinilai berhasil
melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut
cukup tinggi.
2.1.2. Teori Sektor Basis
29
Sektor basis memainkan peranan penting sehingga peningkatan besarannya
akan membawa pengaruh terhadap peningkatan sektor lainnya. serangkaian teori
yang menjelaskan hubungan antara sektor-sektor dalam suatu perekonomian
regional satu diantaranya teori basis ekonomi.
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsug dengan permintaan barang dan
jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber
daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk ekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan lapangan kerja (Lincolin, 1999).
Dalam teori basis ekonomi ini, lebih memusatkan pada kegiatan-kegiatan
basis atau ekspor, tetapi tidak melihat pentingnya impor. Suatu peningkatan dalam
kesempatan kerja dan pendapatan basis mungkin hanya mempunyai suatu efek
pengganda yang sangat terbatas terhadap kegiatan bukan basis jika sebagian besar
dari pendapatan ekstra mengalir keluar wilyah dalam bentuk pengeluaran untuk
impor. Yang sangat penting dalam hal ini, bahwa suatu perekonomian dapat
bertambah tidak hanya dengan peningkatan ekspor dari industri basis tetapi juga
dengan mengganti barang-barang impor dari industri basis dengan barang-barang
hasil produksi wilayah yang bersangkutan.
Walaupun industri basis merupakan suatu faktor penting yang mendorong
perubahan dalam perekonomian regional, namun tidak perlu diragukan bahwa
dalam keadaan tertentu kegiatan-kegiatan bukan basis yang sudah berkembang
dengan baik dapat menarik masuknya industri basis kedalam suatu daerah dan
30
dengan demikian dapat menjadi salah satu penentu bagi tingkat ekonomi daerah
tersebut.
Selanjutnya dikemukakan bahwa bertambahnya kegiatan basis dalam suatu
wilayah akan bertambah arus pendapatan kedalam wilayah yang bersangkutan,
menambah permintaan barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kegiatan
volume bukan basis. Sebaliknya berkurangnya kegiatan mengekspor barang-
barang dan jasa-jasa menyebabkan berkurangnya pendapatan yang masuk ke
dalam wilayah yang bersangkutan.
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori
ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu
wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan
yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian
wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung
kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat
endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi
perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2007).
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke
wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian
sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan
efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).
31
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang
cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang
kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service
industries (Sjafrizal, 2008). Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis
dengan teknik Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya
peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan
sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007).
Menurut Glasson (1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu
wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, menambah
permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya, dan menimbulkan kenaikan
volume sektor non basis.
Glasson juga menyarankan untuk menggunakan metode location quotient
dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. Untuk mengetahui
apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat digunakan
beberapa metode, yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengukuran
tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan melakukan
survey langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor
basis. Metode ini dilakukan untuk menentukan sektor basis dengan tepat, akan
tetapi memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar.
Oleh karena itu, maka sebagian pakar ekonomi menggunakan metode
pengukuran tidak langsung, yaitu metode Arbriter, dilakukan dengan cara
membagi secara langsung kegiatan perekonomian ke dalam kategori ekspor dan
32
non ekspor tanpa melakukan penelitian secara spesifik di tingkat lokal. Metode ini
tidak memperhitungkan kenyataan bahwa dalam kegiatan ekonomi terdapat
kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual,
metode Location Quotient (LQ) merupakan suatu alat analisa untuk melihat
peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah dengan peranan sektor tersebut
dalam wilayah yang lebih luas, dan metode kebutuhan minimum metode ini
sangat tergantung pada pemilihan persentase minimum dan tingkat disagregasi.
disagregasi yang terlalu terperinci dapat mengakibatkan hampir semua sektor
menjadi basis atau ekspor.
Dari ketiga metode tersebut Glasson (1977) menyarankan metode LQ
dalam menentukan sektor basis. Richardson (1977) menyatakan bahwa teknik LQ
adalah yang paling lazim digunakan dalam studi-studi basis empirik. Asumsinya
adalah jika suatu daerah lebih berspesialisasi dalam memproduksi suatu barang
tertentu, maka wilayah tersebut mengekspor barang tersebut sesuai dengan tingkat
spesialisasinya dalam memproduksi barang tersebut.
2.1.3 Pergeseran Struktur Ekonomi dan Ukuran Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
2.1.3.1 Teori Pergeseran Struktur Ekonomi
Teori-teori perubahan struktural memusatkan perhatian pada transformasi
struktur ekonomi dari pola pertanian ke struktur yang lebih modern serta memiliki
sektor industri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tangguh. Aliran pendekatan
struktural ini didukung oleh Lewis yang terkenal dengan model teoritisnya tentang
“surplus tenaga kerja dua sektor” dan Chenery yang sangat terkenal dengan
33
analisis empirisnya tentang “pola-pola pembangunan” (patterns of development)
(Todaro, 2000).
Teori pembangunan Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan
yang terjadi antara desa dan kota yang mengikutsertakan proses urbanisasi
dikedua tempat itu dan pola investasi di sektor modern pada akhirnya akan
berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada (Kuncoro, 1997). Sementara
teori pola pembangunan Chenery memfokuskan terhadap perubahan struktur
dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari
perekonomian negara sedang berkembang yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai roda penggerak ekonomi.
Penelitian yang dilakukan Chenery tentang transformasi struktur produksi
menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita,
perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor
pertanian menuju ke sektor industri.
Perubahan struktur ekonomi atau disebut juga transformasi struktural,
didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling berkaitan satu sama
lainnya dalam komposisi dari permintaan agregat, perdagangan luar negeri
(ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor
produksi, seperti penggunaan tenaga kerja dan modal) yang disebabkan adanya
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Todaro,
2000).
Perekonomian suatu daerah dalam jangka panjang akan terjadi perubahan
struktur perekonomian dimana semula mengandalkan sektor pertanian menuju
34
sektor industri. Dari sisi tenaga kerja akan menyebabkan terjadinya perpindahan
tenaga kerja dari sektor pertanian desa ke sektor industri kota, sehingga
menyebabkan kontribusi pertanian menurun. Faktor penyebab terjadinya
perubahan struktur perekonomian antara lain ketersediaan sumber daya alam,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta modal dan investasi yang masuk
ke suatu daerah.
2.1.3.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya
menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan
sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan stuktur ekonomi daerah dibanding perekonomian
nasional. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga
bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu: 1) Pertumbuhan ekonomi daerah
diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral
dibandingkan dengan perubahan sektor yang sama diperekonomian yang
dijadikan acuan, 2) Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian
yang lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri
lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan, 3) Pergeseran
diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri
daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika
pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut
35
lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian
yang dijadikan acuan. (Arsyad, 2004).
2.1.4. Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan adalah komoditi potensial yang dipandang dapat
dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki
keunggulan komparatif juga memiliki efesiensi usaha yang tinggi (Tambunan,
2004).
Komoditi unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang memiliki
peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat. Beberapa
kriteria dari komoditi unggulan adalah : (a) Mempunyai daya saing yang tinggi di
pasaran (keunikan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga murah) (b) Memanfaatkan
potensi sumberdaya lokal yang potensial dan dapat dikembangkan (c) Mempunyai
nilai tambah tinggi bagi masyarakat (d) Secara ekonomi menguntungkan dan
bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya
manusia (e) Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.
Keunggulan suatu komoditi masih dibagi lagi berdasarkan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan
keunggulan yang dimiliki berdasarkan potensi yang ada dan membedakannya
dengan daerah yang lain. Keunggulan komparatif ini dapat berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan
keunggulan yang dimiliki dan digunakan untuk bersaing dengan dengan daerah
lain. Dengan kata lain keunggulan kompetitif menggunakan keunggulan
komparatif untuk dapat bersaing dengan daerah lain, sehingga menggapai
36
tujuannya yang dalam hal ini adalah komoditi unggulan (Direktorat Perluasan
Areal, 2007).
2.2. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan
sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam
penyusunan penelitian ini, adapun penelitian-penelitian tersebut adalah :
Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul
penelitian “ Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan
Daerah Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera utara ”, dengan menggunakan
pendekatan sektor pembentuk PDRB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor
pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor
prioritas bagi peningkatan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama
sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.
Rico Ebtian (2011) dalam tesisnya, “Analisis Sektor dan Komoditi
Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara ”, dengan
pendekatan sektor pembentuk PDRB, metode yang digunakan adalah Klassen
Typology, Location Quotient, dan analisis shift share. Hasil analisis shift share
menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor
keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari
analisis Klassen Typology dan Location Quotient menunjukkan bahwa terdapat
tiga sektor yang merupakan sektor unggula
37
n dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat,
dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, dan sektor bangunan. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan
sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian
Kabupaten Serdang Bedagai dijumpai pada komoditi bahan pangan yaitu tanaman
padi. Komoditi tanaman sayur-sayuran yaitu tanaman sawi. Komoditi tanaman
buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman duku/langsat dan durian. Komoditi
tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit. Komoditi
peternakan dijumpai pada komoditi ternak ayam.
Penelitian yang dilakukan Beni Harisman tahun 2007, dengan judul
penelitian “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di
Provinsi Lampung periode 1993-2003 “ hasil penelitian dengan alat analisis shift
share menunjukkan analisis PDRB Provinsi Lampung tahun 1993-2003
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi
Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan
peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi
terhadap PDRB Provinsi Lampung, diikuti dengan sektor primer, kemudian sektor
tersier. Sedangkan, hasil analisis dengan menggunakan metode LQ menunjukkan
bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor
unggulan yaitu: sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, dan sektor
pengangkutan dan komunikasi.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis
38
Kabupaten Mamuju merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Barat. Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju
dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan
ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut
maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial
dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan menciptakan
pengembangan wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja
makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan
struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi, pergeserannya, serta
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator
penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena, itu strategi pembangunan
diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan di daerah.
Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan
pada gambar berikut :
39
Perekonomian wilayah
Produk Domestik Regional Bruto
(PPDRB)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan pada masalah pokok yang telah dikemukakan sebagai dasar
untuk mengadakan analisa selanjutnya, penulis mengemukakan hipotesis sebagai
jawaban sementara yang selanjutnya akan di uji sebagai berikut :
1. Diduga bahwa telah terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke
sektor industri.
2. Diduga yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Mamuju adalah sektor
pertanian, sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa.
3. Diduga komoditi unggulan pada Kabupaten Mamuju adalah komoditi padi, kelapa
sawit, kakao, dan sapi.
40
Sektor Basis dan Non Basis
Perubahan dan Pergeseran sektor
Penentuan sektor Unggulan dan komoditi
unggulan
Pembangunan Daerah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPS Mamuju dan BPS Propinsi Sulawesi
Barat melalui penelitian sekunder yang telah dituliskan di Badan Pusat statistik
yang merupakan laporan statistik kabupaten dan propinsi setiap tahun.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis data
Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-
buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan
41
mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap
kompeten berupa data PDRB Mamuju selama enam tahun, data PDRB Sulawesi
Barat selama enam tahun, dan lain-lain.
3.2.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berbagai macam sumber yang
diperoleh melalui data sekunder yang berasal dari BPS laporan Kabupaten
Mamuju, laporan propinsi Sulawesi Barat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan sumber lain seperti internet dan studi kepustakaan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data dan referensi yang diperlukan dalam penyusunan
penelitian ini, maka ditempuh cara sebagai berikut : 1) Studi kepustakaan (Library
Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dari
berbagai dokumen, buletin, artikel-artikel dan karya ilmiah (skripsi) yang
berhubungan dengan penulisan ini untuk mendapatkan data sekunder, 2) Studi
lapang objek ( field research ) yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti dengan menempuh cara observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan
pengamatan terhadap objek yang diteliti.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan
beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Shift Share digunakan untuk
mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju,
2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non
basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju.
3.4.1 Analisis Shift Share
42
Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang
pergeseran struktur ekonomi digunakan alat analisis shift share. Hal ini digunakan
untuk mengetahui perubahan dan pergeseran serta penyebabnya pada
perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju. Hasil analisis shift share akan
menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Mamuju
dibandingkan Propinsi Sulawesi Barat. Kemudian dilakukan analisis terhadap
penyimpangan yang terjadi sebagai hasil perbandingan tersebut. Bila
penyimpangan tersebut positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB
Kabupaten Mamuju memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya. Data yang
digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB Kabupaten Mamuju dan
Propinsi Sulawesi Barat tahun 2004-2009 menurut lapangan usaha atas dasar
harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan dengan tahun dasar
yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi
valid (Tarigan, 2007).
Melalui analisis shift share, maka pertumbuhan ekonomi dan pergeseran
struktural perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu : 1) Provincial Share (PS), yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Mamuju dengan
melihat nilai PDRB Kabupaten Mamuju sebagai daerah pengamatan pada periode
awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian Propinsi
Sulawesi Barat. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan
peranan wilayah Propinsi Sulawesi Barat yang mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Mamuju. Jika pertumbuhan Kabupaten Mamuju sama
43
dengan pertumbuhan Propinsi Sulawesi Barat maka peranannya terhadap propinsi
tetap, 2) Proportional Shift (P) digunakan untuk mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian
yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri
yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan, 3)
Differential Shift (D) digunakan untuk membantu dalam menentukan seberapa
jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan
acuan. Oleh karena, itu jika pergeseran diferensial dari satu industri adalah positif,
maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibanding industri yang sama
pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Secara matematis, Provincial Share (PS), Proportional Shift (P), dan
Differential Shift (D) dapat diformulasikan sebagai berikut (Tarigan, 2007) dan
(Sjafrizal, 2008).
Provincial Share (PS)
dimana :
E = kesempatan kerja/PDRB Kabupaten Mamuju
t = periode t
t-1 = periode sebelumnya
i = sektor/industri tertentu
44
r = daerah tertentu
n = nasional
Proportional Shift (P)
dimana:
E = kesempatan kerja /PDRB
t = periode t
t-1 = periode sebelumnya (awal)
i = sektor/industri tertentu
r = daerah tertentu
n = nasional
Differential Shift (D)
dimana:
E = kesempatan kerja /PDRB
t = periode t
t-1 = periode sebelumnya
i = sektor/industri tertentu
r = daerah tertentu
45
n = nasional
Perubahan (pertumbuhan) nilai tambah bruto sektor tertentu (i) dalam
PDRB Kabupaten Mamuju merupakan penjumlahan Provincial Share (PS),
Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D) sebagai berikut:
Kedua komponen shift, yaitu Proportional Shift (P) dan Differential Shift
(D) memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan
internal. Proportional Shift (P) merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal
yang bekerja secara nasional (Propinsi), sedangkan Differential Shift (D) adalah
akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang
bersangkutan (Glasson, 1977).
Sektor-sektor di Kabupaten Mamuju yang memiliki Differential Shift (D)
positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama pada
Kabupaten/Kota lain dalam Propinsi Sulawesi Barat. Selain itu, sektor-sektor
yang memiliki nilai D positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di
Kabupaten Mamuju, memiliki daya saing yang tinggi dan mempunyai
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila nilai
D negatif, maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.
3.4.2 Analisis Pergeseran Bersih Shift Share
Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang
pergeseran struktur ekonomi tidak hanya menggunakan alat analisis shift share
tetapi juga digunakan alat analisis pergeseran bersih. Hasil analisis ini akan
terlihat pergeseran cepat atau lambat dengan cara menjumlahkan hasil PS dan DS,
maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk
46
mengidentifikasi pertumbuhan sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor
i pada wilayah tertentu dapat dirumuskan sebagai berikut:
PBij = PSij + DSij
dimana:
PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j
PSij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah j
DSij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah j
Apabila PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke
dalam kelompok progresif (maju) PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada
wilayah j termasuk lamban.
3.4.3. Analisis Location Quotient
Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang sektor basis
dan non basis, serta penentuan komoditi unggulan digunakan alat analisis location
quotient. Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan
dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor
kegiatan dari PDRB Kabupaten Mamuju yang menjadi pemacu pertumbuhan.
Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada
identifikasi spesialisasi/basis kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang
sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor
yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta
berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ
menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh
Bendavid-Val dalam Kuncoro (2004) sebagai berikut:
47
PDRBm,i
LQ=¿ ΣPDRBm
PDRBsb,i
ΣPDRBsb
Di mana:
PDRBm,i = PDRB sektor i di Kabupaten Mamuju pada tahun tertentu.
ΣPDRBm = Total PDRB di Kabupaten Mamuju pada tahun tertentu.
PDRBsb,i = PDRB sektor i di Propinsi Sulawesi Barat pada tahun tertentu.
ΣPDRBsb = Total PDRB di Propinsi Sulawesi Barat pada tahun tertentu.
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka
ada tiga kemungkinan nilai LQ yang dapat diperoleh Bendavid-Val dalam
(Kuncoro,2004) yaitu : 1) Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat
spesialisasi/basis sektor i di daerah Kabupaten Mamuju adalah sama dengan
sektor yang sama dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Barat, 2) Nilai LQ > 1.
Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi/basis sektor i di daerah Kabupaten Mamuju
lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Propinsi
Sulawesi Barat, 3) Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi/basis sektor
i di daerah Kabupaten Mamuju lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama
dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Barat.
Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut
merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak
perekonomian Kabupaten Mamuju. Sebaliknya apabila nilai LQ<1, maka sektor
48
tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan
sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Mamuju.
Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah
PDRB Kabupaten Mamuju dan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2004-2009 menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.
Adapun kelebihan dari LQ ini adalah alat analisis ini sederhana yang dapat
menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri subtitusi impor
potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan
menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih
lanjut. Sedangkan kelemahannya indikator kasar yang deskriptif, merupakan
kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah.
Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja disetiap daerah
adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan.
3.5 Definisi Operasional Konsep/ Variabel
1. Pergeseran struktur ekonomi adalah perubahan baik pertumbuhan atau
penurunan perekonomian sebuah daerah (wilayah) dari waktu ke waktu pada
sektor-sektor ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
2. Sektor basis adalah sektor yang telah mampu memenuhi kebutuhan daerah
sendiri dan luar daerah atau sektor yang melakukan aktifitas yang berorientasi
ekspor (barang dan asa) keluar batas wilayah perekonomian yang
bersangkutan, dengan nilai LQ > 1.
49
3. Komoditi unggulan adalah komoditi potensial yang dipandang dapat
dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping
memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efesiensi usaha yang tinggi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Mamuju terletak pada Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 1 °
38’110” – 2° 54’ 552” Lintang Selatan (LS) dan 11°54’47” – 13° 5’ 35” Bujur
Timur (BT) dari Jakarta. Kabupaten yang beribukotakan di Kecamatan Mamuju
mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Mamuju Utara
Timur : Kabupaten Luwu Utara
Selatan : Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Tana Toraja
50
Barat : Selat Makassar
Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 801.406 Ha, secara administrasi
pemerintahan terbagi atas 16 Kecamatan, terdiri dari 143 Desa, 10 Kelurahan, dan
2 UPT. Kecamatan Kalumpang merupakan kecamatan terluas dengan luas
wilayah 1.178,21 km atau 22,19 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Mamuju. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Balabalakang dengan luas 9
km2 atau 0,11 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju.
Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Mamuju dilintasi oleh sungai.
Kecamatan yang paling banyak dilintasi sungai adalah Kecamatan Bonehau
dengan 12 sungai yang melintasinya. Kabupaten Mamuju memiliki wilayah yang
berbukit. Sedangkan untuk gunung, di Kabupaten Mamuju hanya terdapat dua
kecamatan yaitu di Kecamatan Kalumpang dan Kecamatan Budong-Budong.
4.1.2. Keadaan Penduduk
Tabel 4.1 Indikator Kependudukan Kab. Mamuju
Uraian 2007 2008 2009Jumlah penduduk 269.826 305.473 315.053Pertumbuhan Penduduk ( %0 4.23 3.18 3.14Kepadatan Penduduk ( jiwa/km2) 37.04 38.12 39.31sex ratio (L/p) (%) 105.94 105.94 106.51Jumlah Rumah Tangga (juta) 74.59 74.906 75.372rata-rata ART (jiwa/ruta) 3.98 4.08 4.18% Penduduk menurut kelompok umur 0-14 38.24 39.32 36.8115-64 59.08 58.1 59.53>65 2.68 2.58 3.66
Sumber : Mamuju Dalam Angka 2010 (diolah)
Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Mamuju
didominasi oleh penduduk usia 5-9 tahun. Pada piramida penduduk tampak
51
penduduk usia 0-4 tahun jumlahnya lebih rendah dari kelompok penduduk usia
yang lebih tua 5-9 tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju mencapai
296.828 jiwa pada tahun 2007.
Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2009 mencapai sekitar 315.053
jiwa. Seiring dengan terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2004,
maka terjadi migrasi masuk ke Kabupaten Mamuju sehingga tingkat pertumbuhan
penduduk dalam kurun waktu tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 2,67
persen pertahun.
Sebagai kabupaten terluas di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, tingkat
kepadatan penduduk Kabupaten Mamuju yakni sebesar 39,31 jiwa/km2 pada
tahun 2009 atau dalam setiap km2 di tempati penduduk sekitar 39 orang. Secara
umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari
100. Pada tahun 2009, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 106
penduduk laki-laki.
4.1.3. Pertumbuhan PDRB
Perekonomian Kabupaten Mamuju telah menunjukkan peningkatan
walaupun perkembangannya belum optimal. Berbagai program yang telah
dilaksanakan mampu memberikan hasil yang cukup baik, hal ini ditandai dengan
pertumbuhan PDRB Kabupaten Mamuju. Tabel di bawah ini menyajikan
pertumbuhan PDRB persektor Kabupaten Mamuju tahun 2004-2009.
Tabel 4.2Produk Domestik Ragional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Mamuju Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2009 (Juta Rupiah)
52
No Lapangan UsahaTahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 505.078 539.529.03 564.106.71 574.444.55 582.681.11 602.453.78
2 Pertambangan 10.293. 10.647.14 11.546.59 15.028.38 18.540.51 21.688.77
3 Industri pengolahan 26.846. 29.542.22 32.544.63 36.718.12 39.131.85 41.546.04
4Listrik, gas dan air bersih
1.359. 2.734.41 3.005.91 3.637.32 4.185 4.909.17
5 Bangunan 36.467. 38.548.9 41.246.66 53.492.4 79.147.36 82.880.17
6Perdagangan, hotel dan restoran
36.068. 74.837.2 83.417.65 95.001.7 100.833.76 107.853.04
7Pengangkutan dan komunikasi
18.917. 23.082.65 24.516.36 30.023.74 35.042.63 39.832.37
8Keuangan dan persewaan
43.139. 43.975.46 46.822.92 53.444.16 73.943.85 89.278.62
9 Jasa-jasa 103.979 144.452.48 163.053.4 185.690.02 215.487.44 253.402.87
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju (BPS)
4.1.4. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian suatu daerah merupakan suatu gambaran
peranan/andil sektor-sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB daerah
tersebut dalam kurun waktu tertentu. Semakin besar peranan suatu sektor maka
semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian.
Tabel 4.3Struktur Ekonomi Kabupaten MamujuTahun 2008 dan 2009 (dalam persen)
Lapangan Usaha 2008 2009 PerubahanPertanian 51,35 49,56 1,79
Pertambangan 1,44 1,54 0,1Industri pengolahan 2,87 2,71 0,16Listrik, gas dan air bersih 0,46 0,48 0,02Bangunan 7,12 6,53 0,59Perdagangan, hotel dan 9,05 8,61 0,44
53
restoranAngkutan dan komunikasi 3,45 3,45 -Keuangan dan persewaan 5,81 6,35 0.53Jasa-jasa 18,44 20,79 2,35
Jumlah 100,00 100,00 xx
Sumber : BPS Kabupaten Mamuju
Sampai tahun 2009, sektor pertanian masih merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar dalam kegiatan perekonomian Kabupaten
Mamuju. Sekitar 49,56 persen perekonomian Mamuju didominasi oleh sektor
pertanian. Selanjutnya sektor jasa-jasa menduduki urutan kedua yang memberikan
kontribusi terbesar sekitar 20,79 persen, kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan 8,61 persen. Berikutnya disusul oleh sektor bangunan dan sektor
keuangan dan jasa perusahaan dengan kontribusi masing-masing sekitar 6,53
persen dan 6,35 persen.
Bila dibandingkan dengan tahun 2008, tampaknya telah terjadi pergeseran
struktur ekonomi. Meskipun sektor pertanian masih sangat dominan, tetapi
kontribusinya di tahun 2009 berkurang sekitar 1,79 poin dibanding tahun 2008. Di
sisi lain, sektor-sektor seperti jasa-jasa dan keuangan, jasa perusahaan
menunjukkan peningkatan kontribusi. Tentunya hal ini merupakan sesuatu yang
wajar dan cukup baik, karena ciri suatu daerah yang mulai berkembang yaitu
disamping terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan, juga terjadi pergeseran
struktur ekonomi.
54
4.2. Pergeseran Struktur Ekonomi
4.2.1. Analisis Shift Share
Adapun hasil analisis shift share PDRB Kabupaten Mamuju menurut
lapangan usaha tahun (2004-2009) dapat dilihat pada Tabel di bawah :
Tabel 4.4Komponen Perubahan PDRB Kabupaten Mamuju Menurut Lapangan Usaha 2004
dan 2009 (Juta Rupiah)
No Sektor EkonomiPDRB Kab.Mamuju
PerubahanKomponen Perubahan
2004 2009Nasional
Share ( NS)Proportional
Shift (PS)Differential shift (DS)
1 Pertanian 505.078,00 602.453,78 97.375,78 224.693,63 (139.115,76) 11.797,91
2 Pertambangan 10.293,00 21.688,77 11.395,77 4.579,04 12.604,28 (5.787,55)
3 Industri Pengolahan 26.846,00 41.546,04 14.700,04 11.942,96 6.112,08 (3.354,99)
4Listrik, Gas dan Air bersih 1.359,00 4.909,17
3.550,17 604,58 586,3 2.359,30
5 Bangunan 36.467,00 82.880,17 46.413,17 16.223,04 (29.333,63) 59.523,75
6Perdagangan ,Hotel dan Restoran 36.068,00 107.853,04
71.785,04 16.045,54 195.095,92 (139.356,42)
7Angkutan dan Komunikasi 18.917,00 39.832,37
20.915,37 8.415,59 3.847,07 8.652,71
55
8Keuangan dan Persewaan 43.139,00 89.278,62
46.139,62 19.191,21 43.872,94 (16.942,54)
9 Jasa-jasa 103.979,00 253.402,87 149.423,87 46.257,05 28.030,05 75.136,77
Jumlah 782.146,00 1.243.844,83 461.698,83 347.952,64 121.699,24 (7.953,06)
Sumber : BPS Kab. Mamuju dan Prov.Sulbar, Serta hasil analisis Gambar 4.1 Hasil Shift Share Analisis
NS73%
PS25%
DS2%
Hasil Shift Share Analisis
Sumber : BPS Kab. Mamuju dan Prov. Sulbar, serta hasil analisis
Hasil analisis shift share pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa perubahan
yang terjadi pada PDRB Kabupaten Mamuju dari tahun 2004 hingga 2009 sebesar
461.698,83 juta rupiah dari jumlah tersebut sebagian besar (73 persen atau
347.952,64 juta rupiah) disebabkan oleh perubahan karena efek pertumbuhan
nasional dalam hal ini Sulawesi Barat, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian
Kabupaten Mamuju masih sangat bergantung pada perekonomian Sulawesi Barat
dan nasional bahkan global.
Sementara itu pengaruh dari efek bauran industri/sektoral (industrial
mix growth) terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju , yakni sebesar
25 persen atau 121.699,24 juta rupiah. Hal ini berarti pengaruh efek bauran
industri/sektoral cukup mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Mamuju, Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor yang di kembangkan pada
56
Kabupaten Mamuju sesuai dengan sektor yang di kembangkan di tingkat propinsi
dalam hal ini Sulawesi Barat.
Sedangkan pengaruh daya saing Kabupaten Mamuju terhadap
perekonomian Kabupaten Mamuju masih sangat kecil bahkan minus, yakni
sebesar negatif 2 persen atau negatif 7.953,06 juta rupiah. Hal ini jauh lebih
rendah dibanding dengan pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Barat sehingga menunjukkan masih rendahnya daya saing atau rendahnya
kemandirian daerah.
Adapun persentase komponen perubahan PDRB Kabupaten Mamuju
menurut lapangan usahapada tahun 2004 dan 2009 dapat terlihat pada Tabel
berikut :
Tabel 4.5Persentase Komponen Perubahan PDRB Kabupaten Mamuju Menurut
Lapangan Usaha, 2004 dan 2009 (Juta Rupiah)
No Sektor EkonomiPDRB Kab.Mamuju Perubahan PDRB Komponen Perubahan
2004 2009 Jumlah % NS PS
1 Pertanian 505.078,00 602.453,78 97.375,78 19,2844,4
9(27,54)
2 Pertambangan 10.293,00 21.688,77 11.395,77 110,7144,4
9122,45 (56,23)
3 Industri Pengolahan 26.846,00 41.546,04 14.700,04 54,7644,4
922,77 (12,5)
4Listrik, Gas dan Air bersih
1.359,00 4.909,17 3.550,17 261,2344,4
943,14 173,6
5 Bangunan 36.467,00 82.880,17 46.413,17 127,2744,4
9(80,44) 163,2
6Perdagangan , Hotel dan Restoran
36.068,00 107.853,04 71.785,04 199,0344,4
9540,91 (386,4)
7 Angkutan dan 18.917,00 39.832,37 20.915,37 110,56 44,4 20,34 45,74
57
Komunikasi 9
8Keuangan dan Persewaan
43.139,00 89.278,62 46.139,62 106,9644,4
9101,7 (39,23)
9 Jasa-jasa 103.979,00 253.402,87 149.423,87 143,7144,4
926,96 72,26
Jumlah 782.146,00 1.243.844,83 461.698,83
Sumber : BPS Kab. Mamuju dan Prov.Sulbar, Serta hasil analisisKeterangan : Angka dalam kurung bertanda negatif
NS : Nasional share PS : Proportional shift DS : Differential shift
Ditingkat sektoral, perubahan output yang terjadi pada sektor pertanian
selama periode 2004-2009 hasil analisis mencapai 97.375,78 juta rupiah atau
19,28 persen, perubahan tersebut terdistribusi ke dalam tiga komponen yakni
nasional share (NS) sebesar 44,49 persen, Hal ini mengindikasikan bahwa
tingkat pengaruh kebijakan nasional seperti subsidi pupuk dan bibit, konsep
ketahanan pangan, penetapan harga dasar dan lain-lain terhadap sektor pertanian
di Kabupaten Mamuju sangat tinggi, sementara itu pengaruh bauran industri atau
proportional shift (PS) disektor ini mencapai negatif 27,54 persen, yang berarti
bahwa dengan kondisi struktur ekonomi seperti ini justru merugikan karena
mengurangi output ditingkat sektor pertanian. Sedangkan pengaruh komponen
differential shift (DS) yang menunjukkan tingkat daya saing wilayah, mampu
memberi andil terhadap peningkatan output ekonomi disektor pertanian sebesar
2,34 persen terhadap total output yang tercipta di sektor pertanian.
Sektor pertambangan mengalami perubahan sebesar 11.395,77 juta rupiah
atau 110,71 persen yang dipengaruhi oleh tiga komponen yakni perekonomian
nasional atau nasional share (NS) sebesar 44,49 persen, bauran industri atau
proportional shift (PS) mempengaruhi perubahan output ekonomi yang cukup
58
tinggi sebesar 122,45 persen sedangkan daya saing atau differential shift (DS)
justru negatif yakni sebesar negatif 56,23 persen. Ini berarti Kabupaten Mamuju
tidak seharusnya terus bergantung pada perekonomian Sulawesi Barat yang hanya
memiliki kontribusi perubahan output sebesar 44,49 persen jika dibandingkan
dengan bauran industri yang sangat tinggi sebesar 122,45 persen, meskipun hasil
analisis memperlihatkan bahwa daya saing daerah masih sangat lemah.
Pada sektor industri pengolahan mengalami perubahan sebesar 14.700,04
atau 54,76 persen juta rupiah yang terdistribusi ke dalam tiga komponen yaitu
pertumbuhan ekonomi nasional atau national share (NS) sebesar 44,49, hal ini
disebabkan karena pada kenyataannya di kawasan Mamuju masih terbatas jumlah
industri pengolahan yang berskala kabupaten ataupun propinsi. Efek bauran
industri atau proportional shift (PS) terhadap sektor ini mengakibatkan
penambahan output ekonomi sebesar 22,77 persen. Sementara itu, pengaruh
komponen differential shift (DS) mengakibatkan pengurangan output ekonomi
sebesar negatif 12,5 persen, yang mengindikasikan masih lemahnya daya saing
atau kemandirian dalam sektor industri pengolahan.
Pada sektor listrik, gas dan air bersih mengalami perubahan output sebesar
3.550,17 juta rupiah atau 261,23 persen yang terdistribusi ke dalam tiga komponen
yakni komponen national share (NS) atau perekonomian Sulawesi Barat sebesar
44,49 persen, bauran industri atau proportional shift (PS) mempengaruhi
perubahan output ekonomi sebesar 43,14 persen, sedangkan daya saing daerah
atau differential shift (DS) mempengaruhi perubahan output ekonomi yang cukup
59
tinggi yakni 173,6 persen. Ini berarti pada sektor listrik, gas dan air bersih di
Kabupaten Mamuju memilki daya saing yang sangat kuat.
Pada sektor bangunan terjadi perubahan output di Kabupaten Mamuju
sebesar 46.413,17 atau 127,27 persen juta rupiah yang dipengaruhi tiga komponen
yakni komponen perekonomian Sulawesi Barat atau nasional share (NS) sebesar
44,49 persen, komponen efek bauran industri atau proportional shift (PS) sektor
ini mengakibatkan menurunnya output ekonomi sebesar negatif 80,44 persen.
Sedangkan kemampuan daya saing daerah atau differential shift (DS)
mengakibatkan penambahan output ekonomi sebesar 163,2 persen. Ini berarti
daya saing wilayah sangat berpengaruh terhadap penambahan output ekonomi
Kabupaten Mamuju.
Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran pertambahan output juga
terjadi yaitu sebesar 71.785,04 juta rupiah atau 199,03 persen, yang terdistribusi ke
dalam tiga komponen yakni komponen national share (NS) atau perekonomian
Sulawesi Barat sebesar 44,49 persen. Pengaruh proportional shift (PS) terhadap
sektor ini sangat tinggi mengingat Kabupaten Mamuju adalah ibu kota proponsi
Sulawesi Barat sehingga merupakan pusat aktifitas perekonomian dengan letak
yang strategis dengan angka perubahann sebesar 540,91 persen, sedangkan untuk
pengaruh diferensial shift (DS) justru mengakibatkan menurunnya output
ekonomi sebesar negatif 386,4 persen. sehingga pengaruh komponen differential
shift (DS) mengindikasikan daya saing atau kemandirian daerah dalam sektor ini
sangat lemah.
60
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami perubahan komposisi
struktur ekonomi sebesar 20.915,37 juta rupiah atau 110,56 persen yang
terdistribusi ke dalam tiga komponen yakni komponen national share (NS) atau
perekonomian Sulawesi Barat yang cukup tinggi sebesar 44,49 persen, hal ini
disebabkan Kabupaten Mamuju merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Barat di
mana arus lalu lintas berpusat di Kabupaten Mamuju dan letaknya yang sangat
strategis mendukung bagi peningkatan sektor pengangkutan dan komunikasi,
sementara pengaruh komponen bauran industri atau proportional shift (PS)
sebesar 20,34 persen, angka yang cukup rendah padahal Kabupaten Mamuju
merupakan ibukota yang sudah seharusnya sektor yang di kembangkan mengarah
pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebab lalu lintas barang ataupun jasa
berpusat di Kabupaten Mamuju, sedangkan pengaruh komponen differential shift
(DS) atau daya saing daerah juga cukup tinggi sebesar 45,74 persen terhadap
output ekonomi Kabupaten Mamuju pada sektor pengangkutan dan komunikasi,
hal ini berarti daya saing wilayah sangat berpengaruh terhadap penambahan
output ekonomi Kabupaten Mamuju, sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten
Mamuju memiliki daya saing yang kuat.
Sektor keuangan dan persewaan mengalami perubahan sebesar 46.139,62
juta rupiah atau 106,96 persen yang dipengaruhi oleh perekonomian nasional atau
national share (NS) sebesar 44,49 persen, hal ini berarti sektor keuangan cukup
bergantung kepada perekonomian Sulawesi Barat. Sementara komponen
proportional shift (PS) atau bauran industri mempengaruhi perubahan output
101,7 persen, ini berarti efek bauran industri lebih besar pengaruhnya dari pada
61
kontribusi Sulawesi Barat terhadap perubahan ekonomi di Kabupaten Mamuju,
Hal ini menunjukkan bahwa sektor yang di kembangkan pada Kabupaten Mamuju
telah sesuai dengan potensi daerah itu sendiri dalam hal ini Kabupaten Mamuju.
Sedangkan daya saing daerah atau differential shift (DS) justru mengalami
penurunan yang menyebabkan berkurangnya kontribusi terhadap sektor keuangan
sebesar negatif 39,23 persen. Ini berarti bahwa daya saing sektor keuangan di
Kabupaten Mamuju sangat lemah.
Pada sektor jasa-jasa output Kabupaten Mamuju mengalami perubahan
sebesar 149.423,87 juta rupiah atau 143,71 persen, yang terdistribusi ke dalam tiga
komponen yakni national share (NS) atau pengaruh pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 44,49 persen. Sementarae komponen proportional shift (PS) atau
efek bauran industri terhadap sektor ini mengakibatkan penambahan output
ekonomi 26,96 persen dari total penambahan output yang tercipta di sektor
ini. Sedangkan pengaruh komponen differential shift (DS) menunjukkan
peranan sebesar 72,26 persen, sehingga dapat dikatakana bahwa daya saing
atau kemandirian produk di sektor jasa cukup kuat.
Dari hasil perhitungan shift share analisis, sektor yang termasuk
berkembang di Kabupaten Mamuju yang sesuai dengan Sulawesi Barat (industrial
mix) yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan
persewaan, sektor jasa-jasa, sektor pertambangan, sektor industri pegolahan, serta
sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan yang tidak sesuai yaitu sektor
pertanian, sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih.
62
Sektor yang memiliki daya saing kuat di Kabupaten Mamuju yaitu sektor
jasa-jasa, sektor pertanian, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih sedangkan yang tidak memilki daya
saing yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan
dan komunikasi, dan sektor keuangan dan persewaan.
4.2.2. Shift Share Perhitungan Pergeseran Bersih.
Pergeseran bersih (PB) diperoleh dari hasil penjumlahan antara
proportional shift dan differential shift di setiap sektor perekonomian. Apabila
PB>0, Maka pertumbuhan sektor di Mamuju termasuk dalam kelompok yang
progresif (maju). Sedangkan PB<0 artinya sektor perekonomian di Mamuju
termasuk kelompok yang lamban.
Berdasarkan Tabel 4.6, secara agregat pergeseran bersih di Kabupaten
Mamuju menghasilkan nilai positif yang turut memberikan sumbangan
terhadap pertumbuhan PDRB pada periode 2004-2009 di Kabupaten Mamuju
sebesar 113.746,19 juta rupiah. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum
Kabupaten Mamuju termasuk ke dalam kelompok daerah yang progresif (maju).
Di tingkat sektoral, delapan sektor memiliki nilai PB > 0 yaitu pertambangan ,
industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan persewaan, dan jasa-jasa.
Tabel 4.6Komponen Perubahan dan Pergeseran Bersih PDRB Kabupaten Mamuju menurut
Lapangan Usaha, 2004 dan 2009 ( Jutaan Rupiah)
No Sektor EkonomiPDRB Kab.Mamuju
PerubahanKomponen Perubahan Pergeseran
Bersih2004 2009 NS PS DS
1 Pertanian 505.078,00 602.453,78 97.375,78 224.693,63 (139.115,76) 11.797,91 (127.317,85)
2 Pertambangan 10.293,00 21.688,77 11.395,77 4.579,04 12.604,28 (5.787,55) 6.816,73
3 Industri Pengolahan 26.846,00 41.546,04 14.700,04 11.942,96 6.112,08 (3.354,99) 2.757,08
63
4Listrik, Gas dan Air bersih 1.359,00 4.909,17
3.550,17 604,58 586,3 2.359,30 2.945,59
5 Bangunan 36.467,00 82.880,17 46.413,17 16.223,04 (29.333,63) 59.523,75 30.190,13
6Perdagangan ,Hotel dan Restoran 36.068,00 107.853,04
71.785,04 16.045,54 195.095,92 (139.356,42) 55.739,50
7Angkutan dan Komunikasi 18.917,00 39.832,37
20.915,37 8.415,59 3.847,07 8.652,71 12.499,78
8Keuangan dan Persewaan 43.139,00 89.278,62
46.139,62 19.191,21 43.872,94 (16.942,54) 26.948,78
9 Jasa-jasa 103.979,00 253.402,87 149.423,87 46.257,05 28.030,05 75.136,77 103.166,82
Jumlah 782.146,00 1.243.844,83 461.698,83 347.952,64 121.699,24 (7.953,06) 113.746,19
Sumber : BPS Kab. Mamuju dan hasil analisisKeterangan : Angka dalam kurung bertanda negatif
NS : Nasional share PS : Proportional shift DS : Differential shift
Pada sektor pertanian, pergeseran bersihnya justru mengurangi
pertumbuhan output sebesar negatif 127.317,85 juta rupiah terhadap total
pertumbuhan di sektor tersebut. Pada sektor pertambangan pergeseran bersihnya
meningkatkan output sebesar 6.816,73 juta rupiah, industri pengolahan
meningkatkan output 2.757,08 juta rupiah, listrik gas dan air bersih meningkatkan
output 2.945,59 juta rupiah, bangunan meningkatkan output sebesar 30.190,13
juta rupiah, perdagangan meningkatkan output sebesar 55.739,50 juta rupiah,
pengangkutan meningkatkan output sebesar 12.499,78 juta rupiah, keuangan dan
persewaan meningkatkan output sebesar 26.948,78 juta rupiah dan terakhir jasa-
jasa juga turut meningkatkan output sebesar 103.166,82 juta rupiah.
Dari hasil analisis perhitungan bersih maka dapat diketahui bahwa sektor
perekonomian yang termasuk lamban perkembangannya hanya pertanian,
sedangkan delapan sektor lainnya merupakan sektor yang memiliki perkembangan
yang maju (progresif) yaitu sektor pertambangan, industri pengolahan, listrik gas
64
dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan
komunikasi, keuangan dan persewaan serta jasa-jasa.
Secara keseluruhan hasil perhitungan bersih shift share analisis
memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju secara umum
sangat maju karena hanya sektor pertanian yang perkembangannya lamban,
sedangkan delapan sektor lainnya mengalami perkembangan yang maju
(progresif ).
Tabel 4.7Komponen Perubahan dan Kenaikan Aktual PDRB Kabupaten Mamuju
Menurut Lapangan Usaha, 2004 dan 2009 (Persen)
No Sektor EkonomiKomponen Perubahan Efek
Bersih (%)Kenaikan
Aktual (%)Rangking
NS PS DS
1 Pertanian 44,49 (27,54) 2,34 (25,21) 19,28 IX
2 Pertambangan 44,49 122,45 (56,23) 66,23 110,71 V
3 Industri Pengolahan 44,49 22,77 (12,5) 10,27 54,76 VIII
4Listrik, Gas dan Air bersih
44,49 43,14 173,61 216,75 261,23 I
5 Bangunan 44,49 (80,44) 163,23 82,79 127,27 IV
6Perdagangan ,Hotel dan Restoran
44,49 540,91 (386,37) 154,54 199,03 II
7Angkutan dan Komunikasi
44,49 20,34 45,74 66,08 110,56 VI
65
8 Keuangan dan Persewaan 44,49 101,7 (39,23) 62,47 106,96 VII
9 Jasa-jasa 44,49 26,96 72,26 99,22 143,71 III
Sumber : BPS Kab. Mamuju dan hasil analisisKeterangan : Angka dalam kurung bertanda negatif
NS : Nasional share PS : Proportional shift DS : differential shift
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.7 di atas terlihat jelas bahwa
Kabupaten Mamuju telah mengalami pergeseran struktur dari sektor primer ke
sektor sekunder, hal ini ditandai dengan rendahnya kenaikan aktual pada sektor
pertanian sehingga menempatkan sektor tersebut pada posisi ke sembilan atau
rangking sembilan dari seluruh sektor perekonomian, berarti sektor pertanian
mulai mengalami penurunan dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Mamuju, meskipun demikian sektor pertanian harus tetap menjadi
perhatian utama mengingat sektor primer atau sektor pertanian sangat berperan
guna mendorong peningkatan sektor lainnya atau sektor sekunder dan tersier.
Adapun sektor yang mengalami kenaikan aktual tertinggi dan
menempatkan sektor tersebut pada urutan pertama atau rangking satu adalah
sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 261,23 persen, hal ini berarti sektor
listrik, gas dan air bersih merupakan sektor dengan laju pertumbuhan yang cepat
atau merupakan sektor yang sangat berpotensi untuk dikembangkan, sejalan
dengan hal ini pemerintah daerah Kabupaten Mamuju sejak tahun 2006-2009
telah mengupayakan bagi pengadaan pembangkit listrik tenaga surya sebesar 771
unit, pada tahun 2008 merupakan pengadaan terbesar untuk PLTS sebesar 354
unit, sedangkan tahun 2009 realisasi PLTS mulai berkurang sebesar 7 unit.
66
Sehingga diharapkan pemerintah daerah lebih memperhatikan hal tersebut di masa
mendatang.
Kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran berada pada urutan
kedua dengan kenaikan aktual sebesar 199,03 persen, hal ini berarti sektor
tersebut pertumbuhanya sangat cepat dengan dukungan pelaku bisnis yakni
keberadaan hotel-hotel seperti Hotel Maleo, Hotel Srikandi, dan Hotel Mutiara.
Dengan demikian perubahan struktur Kabupaten Mamuju ditandai dengan
beralihnya peranan sektor primer secara perlahan yang kemudian menuju sektor
sekunder dan tersier, hal ini ditunjukkan pada tabel 4.7 yang menempatkan sektor
pertanian pada urutan ke sembilan dan sekor listrik, gas dan air bersih pada urutan
pertama, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan pada
urutan ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa, selanjutnya sektor bangunan, sektor
pertambangan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan persewaan,
dan sektor industri pengolahan.
4.2.3. Analisis Kuadran
Grafik 4.2Proportional Shift (PS) dan Diference Shift (DS) Sektor
Ekonomi di Kabupaten Mamuju periode 2004-2009
67
1
5
7
3
DS
PS
9
4
8
II I
Sumber : BPS diolah oleh penulis
Keterangan :
1. Sektor Pertanian2. Sektor Pertambangan3. Sektor Industri Pengolahan4. Sektor Listrik, gas dan Air bersih5. Sektor Bangunan6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran7. Sektor Angkutan dan Komunikasi8. Sektor Keuangan dan persewaan9. Sektor Jasa-jasa
Dengan melihat besaran PS dan DS, maka suatu daerah/sektor dapat
dikategorikan menjadi empat kelompok/kuadran, dari gambar diatas pada
periode 2004-2009 secara agregat posisi perekonomian (PDRB) Kabupaten
Mamuju hanya menempati tiga kuadran. Ini berarti bahwa perekonomian
Kabupaten Mamuju mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan
perekonomian Kabupaten Mamuju memiliki lima sektor yang memiliki daya
saing yang tinggi yaitu sektor jasa-jasa, pertanian, bangunan, pengangkutan dan
komunikasi, listrik gas dan air bersih, namun tidak semuanya pertumbuhan
ekonomi sektor yang memiliki daya saing di Mamuju sejalan dengan arah
pertumbuhan sektor dominan ditingkat Sulawesi Barat Pada tingkat sektoral
seperti sektor pertanian dan sektor bangunan.
68
2
6
IIIIV
Terdapat tiga sektor yang menempati kuadran I (PS positif dan DS
positif), yaitu angkutan dan komunikasi, jasa-jasa, dan listrik, gas dan air bersih,
hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan
yang cepat. Sektor-sektor tersebut juga mampu bersaing dengan sektor-sektor
perekonomian dari wilayah lain.
Di kuadran II ( PS negatif dan DS positif ) ditempati oleh sektor petanian
dan bangunan kelompok sektor ini mempunyai kecenderungan sebagai sektor
yang lemah tetapi berpotensi untuk dikembangkan, kelompok sektor ini memiliki
tingkat daya saing yang kuat tetapi laju pertumbuhannya lambat.
Pada kuadran III (PS positif dan DS negatif) ditempati oleh sektor
pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor
keuangan dan komunikasi. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut berada
sebagai sektor yang pertumbuhannya lemah tapi sedang berkembang. Sektor ini
dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan yang
cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi dari
wilayah lain karena daya saingnya lemah.
Secara keseluruhan hasil perhitungan bersih shift share analisis
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju sangat
singnifikan karena hanya sektor pertanian saja yang perkembangannya lamban,
sedangkan delapan sektor lainnya mengalami perkembangan yang sangat cepat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Mamuju
mulai terjadi Pergeseran dari sektor primer menuju sektor sekunder. Dimana
peranan sektor sekunder semakin besar dalam pembentukan PDRB pada
69
Kabupaten Mamuju dan perubahan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Barat sebesar 75 persen, industrial mix 25 persen dan daya saing -2
persen.
Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan Beni Harisman tahun
2007, dengan judul penelitian “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-
Sektor Unggulan di Provinsi Lampung (periode 1993-2003) “ hasil penelitian
dengan alat analisis shift share menunjukkan analisis PDRB Provinsi Lampung
tahun 1993-2003 menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di
Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan
dengan peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya
kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung, diikuti dengan sektor primer,
kemudian sektor tersier.
Demikian hal nya dengan teori yang dikemukakan oleh Chenery tentang
transformasi struktur produksi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan
pendapatan perkapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula
mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri.
Teori-teori perubahan struktural memusatkan perhatian pada transformasi
struktur ekonomi dari pola pertanian ke struktur yang lebih modern serta memiliki
sektor industri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tangguh.
4.3 Sektor Basis Dan Non Basis Di Kabupaten Mamuju
Alat analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi
keunggulan komparatif kegiatan ekonomi di Mamuju dengan membandingkannya
pada tingkat propinsi dalam hal ini Sulawesi Barat. Teori location quetion seperti
70
dikemukakan Bendavid digunakan untuk menganalisis keragaman basis ekonomi.
Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang dapat
dikembangkan untuk tujuan sektor dan tujuan menyupply kebutuhan lokal,
sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas utama
dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Berdasarkan analisis LQ pada Tabel
4.8, di Mamuju terdapat 6 sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan
komparatif (nilai LQ>1), yaitu : sektor pertanian, pertambangan, bangunan,
perdagangan, hotel dan restoran, keuangan dan persewaan dan jasa-jasa. Hal Ini
mengindikasikan bahwa pada sektor tersebut Kabupaten Mamuju telah mampu
memenuhi sendiri kebutuhannya dan dimungkinkan untuk mengekspor keluar
daerah barang dan jasa. Sektor pertambangan merupakan sektor dengan nilai
LQ tertinggi , yakni rata-rata selama 6 tahun mencapai 2,12. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertambangan merupakan sektor yang potensial.
Tabel 4.8Nilai Location Quotient Mamuju Dirinci Per Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009
NoLapangan usaha
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 1,14 1,07 1,09 1,07 1,07 1,05
2 Pertambangan 2,38 2,21 2,27 2,29 1,77 1,71
3 Industri pengolahan 0,47 0,43 0,43 0,45 0,41 0,39
4 Listrik gas dan air bersih 0,53 0,92 0,91 0,96 0,89 0,92
5 Bangunan 0,39 0,33 1,37 1,50 1,33 1,25
6 Perdagangan, hotel dan restoran 1,76 3,11 0,66 0,69 0,70 0,70
71
7 Pengangkutan dan komunikasi 0,88 0,86 0,91 0,96 1,00 1,02
8 Keuangan dan persewaan 1,21 1,05 1,04 0,95 0,93 0,92
9 Jasa-jasa 1,03 1,21 1,18 1,19 1,23 1,33
Sumber : BPS (diolah)
4.4 Pembahasan sektoral
4.4.1 Pertanian
Sektor pertanian di Kabupaten Mamuju mempunyai peran yang cukup
besar, hal ini terlihat pada kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Mamuju. Besarnya kontribusi sektor pertanian dapat dilihat pada angka kontribusi
sektor pertanian seraca rata-rata yakni sebesar 54,82 persen dengan persentase
tertinggi pada tahun 2005 yaitu 60.09 persen. Namun dari tahun ke tahun
kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB mengalami penurunan bahkan pada
tahun 2009 hanya memiliki kontribusi sebesar 49,56 persen. Meskipun demikian
sektor pertanian masih menempati urutan pertama dalam kontribusinya terhadap
PDRB Kabupaten Mamuju pada tahun 2009.
Grafik.4.1Perkembangan Location Quotient (LQ) sektor pertanian
72
2004 2005 2006 2007 2008 20091.001.021.041.061.081.101.121.141.16
PERTANIAN
PERTANIAN
Sumber : BPS (diolah)
Berdasarkan Grafik 4.1 analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009),
sektor pertanian mengalami fluktuatif tetapi secara umum mengalami penurunan,
dengan rata-rata LQ sektor pertanian menunjukkan nilai sebesar 1,08 berarti nilai
(LQ > 1). Sehingga sektor ini termasuk sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari
angka satu ini berarti sektor pertanian telah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat daerah dan di luar daerah atau ekspor. Tingginya nilai LQ ini
disebabkan oleh letaknya strategis, jenis tanah dan luas lahan sangat cocok untuk
mengembangkan pertanian berupa ketahanan pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, kehutanan, dan kelautan.
Analisis kuadran menempatkan pertanian berada pada kuadran dua yang
berarti sektor ini mempunyai kecenderungan sebagai sektor yang lemah tetapi
berpotensi untuk dikembangkan. Kelompok sektor ini memiliki tingkat daya
saing yang kuat tetapi laju pertumbuhannya lambat.
4.4.2 Pertambangan
73
Sumbangan sektor pertambangan terhadap PDRB pada tahun 2004 sebesar
10.293 juta rupiah terus mengalami peningkatan dan puncaknya terjadi pada tahun
2009 sebesar 21.688.77 juta rupiah.
Grafik 4.2 Perkembangan Location Quotient (LQ) pertambangan
2004 2005 2006 2007 2008 20090.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
2.382.21 2.27 2.29
1.77 1.71
PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN
Sumber : BPS (diolah)
Hasil dari perhitungan LQ seperti pada Grafik 4.2 selama tahun 2004-
2009, menunjukkan pertambangan secara keseluruhan mengalami penurunan,
hanya pada tahun 2007 menunjukkan peningkatan dengan nilai sebesar 2,29,
namun tahun 2008-2009 sektor perambangan kembali mengalami penurunan yang
sangat jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yakni pada tahun 2008 sebesar
1,77 dan tahun 2009 sebesar 1,71. Meskipun demikian sektor pertambangan
menurut hasil anlisis location quotient termasuk sektor basis, karena memiliki
nilai LQ > 1 bahkan memiliki nilai rata-rata LQ yang paling besar dari sektor
lainnya yakni sebesar 2,12, hal ini sejalan dengan adanya beberapa program dan
kegiatan pemerintah daerah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah
diantaranya adalah di bidang pertambangan dan pengolahan sumber daya mineral
74
pemerintah kabupaten telah mengeluarkan beberapa perijinan, ijin usaha
pertambanagn (IUP), khususnya batubara selama lima tahun telah mengeluarkan
22 ijin pertambangan. Sedangkan untuk galian golongan C, surat ijin
penambangan daerah (SIPD) selama lima tahun telah diberikan kepada 35
perusahaan. Ini berarti bahwa sektor pertambangan termasuk sektor yang sangat
unggul di bandingkan sektor lainnya di Kabupaten Mamuju.
Berdasarkan analisis kuadran sektor pertambangan berada pada kuadran I (
PS dan DS positif ) Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki laju
pertumbuhan yang cepat. Sektor tersebut juga mampu bersaing dengan sektor-
sektor perekonomian dari wilayah lain, sehingga sektor pertambangan sangat
potensial untuk terus diikembangkan.
4.4.3 Industri pengelohan
Sumbangan sektor industri pengolahan terhadap pembentukkan PDRB
Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 26.846.juta rupiah meningkat menjadi
41.546.04 juta rupiah tahun 2009 dan menempati urutan keenam dalam struktur
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009.
Hasil dari perhitungan LQ pada Grafik 4.3 selama tahun 2004-2009 Sektor
industri pengolahan secara keseluruhan mengalami penurunan, terlihat bahwa
pada tahun awal penelitian yaitu tahun 2004 menunjukkan nilai LQ tertinggi
selama kurun waktu enam tahun sebesar 0,47 hingga mengalami penurunan pada
tahun 2005 dan 2006. Meskipun demikian sektor industri pengolahan kembali
meningkat dengan nilai LQ sebesar 0,45 angka yang masih rendah dibandingkan
75
tahun 2004. Kemudian dua tahun terakhir sektor industri pengolahan kembali
mengalami penurunan yang tajam yakni pada tahun 2009 sebesar 0,39.
Grafik 4.3Perkembangan Location Quotient (LQ) industri pengolahan
2004 2005 2006 2007 2008 20090.340.360.380.400.420.440.460.48
0.47
0.43 0.43
0.45
0.410.39
INDUSTRI PENGOLAHAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
Sumber : Sumber : BPS (diolah)
Secara keseluruhan nilai rata-rata LQ sektor industri pengolaha sebesar
0,43 ini berarti LQ<1 sehingga sektor industri pengolahan termasuk sektor non
basis, hal ini disebabkan karena perindustrian di Kabupaten Mamuju saat ini baru
sebatas tingkat industri kecil, industri rumah tangga dan industri menengah dari
bahan mentah menjadi barang setengah jadi, seperti industri rotan , industri kayu,
industri perkebunan, industri kelapa sawit, industri pembuatan perahu. Dan
kurangnya industri yang bersentuhan dengan iptek dan investasi antara lain,
industri kain khas sukomandi, industri tenun sarung sutra mandar, industri
pengrajin marmer, industri rotan dan lainnya.
Sehingga sektor ini tidak dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Mamuju,
oleh karena itu Kabupaten Mamuju harus mengimpor sebesar 0,57 dari luar untuk
memenuhi kebutuhan di Kabupaten Mamuju.
76
Adapun analisis kuadran menempatkan sektor industri pengolahan pada
kuadran dua yang berarti sektor ini mempunyai kecenderungan sebagai sektor
yang lemah tetapi berpotensi. Dan kelompok sektor ini memiliki tingkat daya
saing yang kuat tetapi laju pertumbuhannya lambat.
4.4.4 Listrik, gas dan air bersih
Sumbangan kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 1.359 juta rupiah
meningkat menjadi 4.909.17 juta rupiah, pada tahun 2009 dan menempati urutan
kesembilan dalam struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju selama
periode 2004-2009.
Grafik 4.4Perkembangan Location Quotient (LQ) listik, gas dan air bersih
2004 2005 2006 2007 2008 20090.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0.53
0.92 0.91 0.96 0.89 0.92
LISTRIK GAS DAN AIR BERSIH
LISTRIK GAS DAN AIR BERSIH
Sumber : BPS (diolah)
Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2004-2009 sektor listrik, gas dan
air bersih secara keseluruhan mengalami peningkatan yang singnifikan, hanya
pada tahun 2008 sektor tersebut mengalami penurunan sebesar 0,89 tetapi pada
tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 0,92. Meskipun demikian
77
sektor listrik gas dan air bersih hanya memiliki nilai rata-rata LQ sebesar 0,86,
namun tetap saja indusrti tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal
ini di sebabkan pemerintah daerah Kabupaten Mamuju sejak tahun 2006-2009
telah mengupayakan bagi pengadaan pembangkit listrik tenaga surya sebesar 771
unit, pada tahun 2008 merupakan pengadaan terbesar untuk PLTS sebesar 354
unit, sedangkan tahun 2009 realisasi PLTS mulai berkurang sebesar 7 unit.
Sehingga diharapkan pemerintah daerah lebih memperhatikan hal tersebut di masa
mendatang.
Meskipun demikian sektor tesebut menurut hasil analisis location quotient
(LQ) termasuk sektor non basis, Sehingga sektor ini tidak dapat memenuhi
kebutuhan Kabupaten Mamuju dan harus mengimpor dari luar Mamuju.
Hasil analisis kuadran sektor listrik, gas dan air bersih berada pada
kuadran I (satu) yang berarti sektor listrik, gas dan air bersih pertumbuhannya
sangat cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih di
Kabupaten Mamuju merupakan sektor yang cukup potensial dan menunjukkan
pula bahwa sektor ini memiliki kinerja sektor yang dapat diandalkan.
4.4.5 Bangunan
Sumbangan kontribusi sektor bangunan terhadap pembentukkan PDRB
Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 36.467 juta rupiah meningkat menjadi
82.880.17 juta rupiah pada tahun 2009 sehingga angka tersebut menempatkan
78
sektor bangunan pada urutan ke lima dalam struktur pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009.
Grafik 4.5 Perkembangan Location Quotient (LQ) Bangunan
2004 2005 2006 2007 2008 20090.000.200.400.600.801.001.201.401.60
0.39 0.33
1.371.50
1.33 1.25
BANGUNAN
BANGUNAN
Sumber : BPS (diolah)
Berdasarkan analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009), pada
Grafik 4.5 menunjukkan sektor bangunan mengalami perkembangan yang sangat
baik dengan peningkatan secara tajam nilai LQ dari sektor bangunan yaitu dari
tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 1,04. Sayangnya pada tahun 2008 dan 2009
nilai LQ mengalami penurunan sebesar 1,33 dan 1,25, sehingga dapat dikatakan
perkembangan sektor bangunan menjadi menurun. Meskipun demikian secara
keseluruhan nilai rata-rata LQ dari sektor bangunan menunjukkan angka lebih
besar dari satu atau LQ>1. Sehingga sektor bangunan termasuk dalam sektor
basis, hal ini disebabkan status Mamuju yang merupakan Ibukota Propinsi
Sulawesi Barat yang merupakan pusat aktifitas perekonomian dengan banyaknya
pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Mamuju. Sehingga, sektor bangunan
79
di Kabupaten Mamuju telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya demikian
pula daerah lain.
Sementara itu berdasarkan hasil analisis kuadran sektor bangunan
menempati kuadran III (PS positif dan DS negatif). Ini memberikan pengertian
bahwa sektor tersebut berada pada posisi yang lambat tetapi sedang berkembang.
Sektor ini dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan
yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi
dari wilayah lain (daya saingnya lemah).
4.4.6. Perdagangan, hotel dan restoran.
Sumbangan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap
pembentukkan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 36.068 juta rupiah
meningkat menjadi 107.853.04 juta rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar
bagi pembentukan angka PDRB Kabupaten Mamuju. Sektor ini merupakan sektor
yang menempati urutan ketiga setelah sektor pertanian dan jasa-jasa.
Grafik 4.6Perkembangan Location Quotient (LQ) perdagangan, hotel dan restoran
80
2004 2005 2006 2007 2008 20090.000.501.001.502.002.503.003.50
1.76
3.11
0.66 0.69 0.70 0.70
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Sumber : BPS (diolah)
Analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009), Pada Grafik 4.6 terlihat
bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan perkembangan
dengan nilai rata-rata LQ nya di atas angka satu yaitu sebesar 1,27. Hal ini berarti
sektor ini termasuk sektor basis sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran
di Kabupaten Mamuju telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya demikian
pula daerah lain. Sektor tersebut pertumbuhanya sangat cepat dengan dukungan
pelaku bisnis yakni keberadaan hotel-hotel seperti Hotel Maleo, Hotel Srikandi,
dan Hotel Mutiara.
Sementara itu berdasarkan hasil analisis kuadran sektor perdagangan,
hotel dan restoran menempati kuadran III (PS positif dan DS negatif). Ini
memberikan pengertian bahwa sektor tersebut berada pada posisi yang lemah
tapi sedang berkembang, sektor ini dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang
memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu
bersaing dengan sektor ekonomi dari wilayah lain karena daya saingnya lemah.
4.4.7. Pengangkutan dan komunikasi
81
Sumbangan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap
pembentukkan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 18.917 juta rupiah
meningkat menjadi 39.832.37 juta rupiah pada tahun 2009 sehingga angka
tersebut menempatkan sektor pengangkutan dan komunikasi pada urutan ke tujuh
dalam struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju selama tahun 2004-
2009.
Analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009) , Pada Grafik 4.7
menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2004 nilai LQ
nya sebesar 0,88 dan pada tahun terakhir nilai LQ nya sebesar 1,02. Meskipun
demikian nilai rata-rata LQ dari sektor pengangkutan dan komunikasi
mununjukkan angka lebih kecil dari satu atau LQ<1 yakni sebesar 0,94. Hal ini
berarti sektor tersebut termasuk sektor non basis. Nilai LQ yang kurang dari satu
ini berarti sektor pengangkutan dan komunikasi belum dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat daerah tersebut sehingga sektor ini harus mengimpor dari
daerah lain. Hal ini tentunya berbeda dengan apa yang di harapkan sebab
Kabupaten Mamuju yang merupakan pusat aktifitas perekonomian dengan
letaknya yang strategis yang di dukung oleh bandara dan pelabuhan serta
dukungan komunikasi, seharusnya menjadikan sektor pengangkutan dan
komunikasi tergolong sektor basis.
Grafik 4.7 Perkembangan Location Quotient (LQ) pengangkutan dan komunikasi
82
2004 2005 2006 2007 2008 20090.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
0.88 0.86
0.91
0.961.00 1.02
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Sumber : BPS (diolah)
Berdasarkan hasil analisis kuadran sektor pengangkutan dan komunikasi
berada pada kuadran I (satu) yang berarti sektor pengangkutan dan komunikasi
pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga sektor ini adalah sektor atau wilayah
dengan pertumbuhannya yang cepat di tingkat propinsi dan memilki daya saing
daerah yang kuat.
4.4.8. Keuangan dan Persewaan
Sumbangan kontribusi sektor keuangan dan persewaan terhadap
pembentukkan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 43.139 juta rupiah
meningkat menjadi 89.278.62 juta rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi pembentukan angka PDRB Kabupaten Mamuju. Sektor ini merupakan
sektor yang menempati urutan keempat setelah sektor pertanian dan jasa-jasa dan
perdagangan.
Grafik 4.8Perkembangan Location Quotient (LQ) keuangan dan persewaan
83
2004 2005 2006 2007 2008 20090.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.211.05 1.04
0.95 0.93 0.92
KEUANGAN DAN PERSEWAAN
KEUANGAN DAN PERSEWAAN
Sumber : BPS (diolah)
Analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009), sektor keuangan dan
persewaaan menunjukkan LQ yang cenderung terus mengalami penurunan hingga
2009. Meskipun demikian nilai rata-rata LQ nya diatas angka satu atau LQ>1
yakni sebesar 1,02. Ini berarti sektor tersebut termasuk sektor basis. sehingga
dapat dikatakan sektor keuangan dan persewaan pada Kabupaten Mamuju telah
memenuhi kebutuhan daerah dan tergolong potensial sesuai sektor di Propinsi
Sulawesi Barat. Hai ini disebabkan oleh banyaknya dukungan perbankan dan jasa
keuangan lainnya Seperti : BRI, BNI, BPD Sul Sel, Bank Danamon, Bank
Muamalat, Bank Mega, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah, Asuransi Jiwa
Bumi Putra, Asuransi Sraya, Asuransi Ramayana, Koperasi Pasar, dll.
Berdasarkan hasil analisis kuadran sektor keuangan dan persewaan berada
pada kuadran I (satu) yang berarti sektor keuangan dan komunikasi
pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga sektor ini adalah sektor atau wilayah
dengan pertumbuhannya yang cepat di tingkat propinsi dan memilki daya saing
daerah yang kuat.
84
4.4.9 Jasa-jasa
Sumbangan kontribusi sektor jasa-jasa terhadap pembentukkan PDRB
Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 103.979 juta rupiah meningkat menjadi
253.402.87 juta rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa-
jasa merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan
angka PDRB Kabupaten Mamuju. Sektor ini merupakan sektor yang menempati
urutan kedua setelah sektor pertanian.
Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2004-2009 sektor jasa-jasa pada
Grafik 4.9 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif hal ini dapat terlihat pada
grafik yaitu setelah mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke 2005, sektor jasa-
jasa kemudian mengalami penurunan dua tahu berturut-turut yakni pada tahun
2006 dan 2007. pada tahun-tahun berikutnya sektor jasa-jasa kembali mengalami
peningkatan meskipun hingga tahun 2007 peningkatannya belum melebihi
peningkatan pada tahun 2005.
Tetapi peningkatan tersebut terus naik secara perlahan sehingga pada
tahun 2009 sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang tajam yakni dengan nilai
LQ sebesar 1,33. Adapup nilai rata-rata LQ dari sektor jasa-jasa menunjukkan
angka di atas 1 atau LQ>1 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis.
Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Mamuju
saja, namun telah mampu memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya
(berpotensi ekspor), dengan dukungan berbagai jasa-jasa yang ada di Kabupaten
Mamuju seperti jasa perdagangan, jasa restoran, jasa profesi dan masih banyak
lagi.
85
Grafik 4.9Perkembangan Location Quotient (LQ) sektor jasa-jasa
2004 2005 2006 2007 2008 20090.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.03
1.21 1.18 1.19 1.231.33
JASA-JASA
JASA-JASA
Sumber : BPS (diolah)
Sementara itu, jika dilihat dari hasil analisis kuadran menunjukkan sektor
jasa menempati kuadran I (satu) yang berarti sektor jasa jasa pertumbuhannya
sangat cepat. Sehingga sektor ini adalah sektor atau wilayah dengan
pertumbuhannya yang cepat di tingkat propinsi dan memilki daya saing daerah
yang kuat.
Dari hasil analisis location quotient (LQ) diketahui bahwa sektor basis di
Kabupaten Mamuju yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor
bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan persewaan
dan sektor jasa-jasa. sedangkan sektor non basis yaitu sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitin yang di lakukan oleh Rico
Ebtian mengenai Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten
Serdang Bedagai dengan pendekatan sektor pembentuk PDRB, hasil analisis
Location Quotient menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor yang merupakan
86
sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh
dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan.
Menurut Bendavid val, Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan
bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan
sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Mamuju. Sebaliknya apabila nilai
LQ<1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial
untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Mamuju,
sehingga sektor basis merupakan sektor yang telah mampu memenuhi kebutuhan
dalam daerah sekaligus mampu memenuhi kebutuhan luar daerah dalam artian
berorientasi ekspor. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang hanya
memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri.
4.5 Sektor dan Komoditi Unggulan
Hasil analisis per sektor menunjukkan bahwa pada Kabupaten Mamuju
terdapat enam sektor yang merupakan sektor unggulan, yaitu sektor pertanian,
sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor perdagangan, keuangan dan
persewaan serta sektor jasa-jasa. berdasarkan analisis typologi klassen, dan
analisis LQ.
Sektor pertanian memiliki beberapa komoditi yang layak dikembangkan,
sehingga kontribusinya terhadap produksi pertanian meningkat dan secara
keseluruhan akan meningkatkan PDRB Kabupaten Mamuju. Adapun kriteria
komoditi unggulan:
a. Perkembangan stabil (trend LQ naik dan lebih dari 1)
87
b. Pasarnya cukup luas (nilai ekspor)
c. Memiliki keunggulan lokal.
4.5.1. Pertanian
4.5.1.1 Tanaman Bahan Pangan
Peranan sektor pertanian atau yang erat kaitannya dengan sektor pertanian
dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Mamuju sangat dominan. Hal ini
ditandai dengan besarnya penduduk yang bekerja atau mencari nafkah pada sektor
ini yaitu mencapai sekitar 63,81 persen Selain itu, kontribusi sektor pertanian
terhadapan karena pembentukan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2008 juga
tergolong tinggi, yaitu sekitar 49,56 persen.
Komoditi tanaman bahan pangan nilai LQ > 1 dijumpai pada komoditi
tanaman padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai, hal ini dapat di lihat
pada Tabel 4.9 Sehingga dapat dikatakan komoditi tersebut termasuk dalam
kategori unggulan di Kabupaten Mamuju. Dengan nilai location quotient (LQ)
dari padi yakni 1,34 , jagung 3,92 serta kacang tanah dan kedelai masing-masing
1,43 dan 1,64., hal ini disebabkan semakin meningkatnya produksi komoditi
tersebut pada tahun 2009.
Tabel 4.9Nilai Location Quotient (LQ)
Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Mamuju Tahun 2009
88
Sumber : BPS Kabupaten Mamuju
4.5.1.2 Tanaman Buah-buahan
Tabel 4.10Nilai Location Quotient (LQ)
Komoditi Buah-buahan Kabupaten Mamuju Tahun 2009
Sumber : BPS Kabupaten Mamuju
Buah-
buahan andalan di Kabupaten Mamuju adalah jeruk manis dengan nilai location
quotient (LQ) >1 yakni 1,20 hal ini disebabkan karena tanaman jeruk manis
tersebar di hampir seluruh wilayah kecamatan kecuali Tapalang, Tapalang Barat,
89
No Komoditi Nilai Location Quotient (LQ)
1 Padi1.34
2 Jagung3.92
3 Ubu Kayu0.23
4 Ubu Jalar0.75
5 Kacang Tanah1.43
6 Kacang Kedelai1.64
7 Kacang Hijau0.21
No Komoditi Nilai Locatio Qutient (LQ)
1Mangga
2.27
2Jeruk Manis
1,20
3Durian
9.78
4Pisang
0.64
5Langsat
0.23
Mamuju, Kalumpang, dan Bonehau. Pada umumnya, produksi buah-buahan
mengalami penurunan kecuali produksi jeruk manis. Meskipun demikian nilai
location quotient (LQ) dari komoditi mangga dan durian adalah masing-masing
1,93 dan 2,27 sehingga dapat dikatakan bahwa komoditi mangga dan durian juga
merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Mamuju yang memiliki nilai
location quotient (LQ) > 1.
4.5.1.3. Tanaman Perkebunan
Kontribusi sub sektor perkebunan dalam pembentukan PDRB Mamuju
masih sangat besar. Pada tahun 2009 kontribusi sektor ini terhadap PDRB
Kabupaten Mamuju sekitar 29,58 persen dengan tingkat pertumbuhan yang cukup
menggembirakan, yaitu turun sekitar 3,61 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa
perekonomian di Mamuju masih didominasi oleh sub sektor perkebunan.
Tabel 4.11Nilai Location Quotient (LQ)
Komoditi Perkebunan Kabupaten Mamuju Tahun 2009
Sumber : BPS Kabupaten MamujuKomoditi tanaman perkebunan nilai LQ > 1 dijumpai pada komoditi
tanaman kelapa sawit dan kakao, dengan nilai location quotient (LQ) masing-
masing yakni 1,40 dan 1,03 hal ini disebabkan kelapa sawit yang merupakan
90
No Jenis Tanaman Prkebunan Nilai Locatio Qutient (LQ)
1Kelapa Dalam
0.27
2Kelapa Sawit
1.40
3Kakao / Coklat
1,03
4Kemiri
0.24
komoditi primadona di wilayah ini, produksinya mencapai sekitar 6.533,54 ton
pada tahun 2009. Nilai ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya tahun 2008 yang
hanya mencapai sekitar 2.700 ton, atau terjadi peningkatan produksi sekitar 141
persen.
Komoditi kakao, yang oleh penduduk setempat lebih dikenal dengan
sebutan coklat juga menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan.
Jika pada tahun 2008 produksi coklat mencapai sekitar 13.289 ton kemudian pada
tahun 2009 produksinya naik sekitar 20,92 persen atau produksinya menjadi
sekitar 16.069,6 ton.
Sehingga komoditi kelapa sawit dan kakao di Kabupaten Mamuju
termasuk dalam kategori komoditi unggulan.
4.5.1.4. Peternakan
Andil sub sektor peternakan dalam pembentukan PDRB di Mamuju pada
tahun 2009 sekitar 0,90 persen dengan pertumbuhan sekitar 10,63 persen. Jenis
ternak biasanya dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu ternak besar,
ternak kecil, dan unggas.
Komoditi unggulan pada peternakan dapat di lihat pada Tabel 4.12 yakni
terdapat pada ternak besar sapi dan kerbau karena nilai location quotient (LQ)
lebih besar dari 1 yakni masing-masing 1,77 dan 1,77. Sementara itu ternak kecil
babi memiliki nilai location quotient (LQ) .> 1 yakni 2,61 hal ini disebabkan
mayoritas penduduk di Kabupaten Mamuju memelihara babi kecuali di
Kecamatan Tapalang, Tapalang Barat, Mamuju, Simboro dan Kepulauan,
91
Sampaga, dan Budong-budong. Sehingga dapa dikatakan bahwa babi merupakan
komoditi unggulan untuk ternak kecil di Kabupaten mamuju
Tabel 4.12Nilai Location Quotient (LQ)
Komoditi Peternakan Kabupaten Mamuju Tahun 2009
No Komoditi Nilai Location Quotient (LQ)
1 Sapi1.77
2 Kerbau1.77
3 Kuda0.24
4 Kambing0.44
5 Babi2.61
6 Ayam Ras0.04
7 Ayam Buras1.33
8 Itik0.44
Sumber : BPS Kabupaten Mamuju
Komoditi peternakan lainnya yang termasuk kategori unggulan terdapat
pada unggas ayam buras dengan nilai location quotient (LQ) > 1 yakni 1,33, hal
ini disebkan popilasi ayam buras kenaikannya mencapai sekitar 61,44 persen pada
tahun 2009. Sehingga dapat dikatakan bahwa komoditi unggas ayam buras
termasuk kategori unggulan.
92
Komoditi-komoditi sektor pertanian seperti padi, jagung, kacang tanah, kacang
kedelai, mangga, jeruk manis, durian, kelapa sawit, kakao / coklat, sapi, kerbau,
babi dan ayam buras dapat dikategorikan unggulan dan cukup potensial untuk
dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah Kabupaten Mamuju.
Peran pemerintah daerah untuk memberdayakan komoditi unggulan
sebagai penggerak perekonomian daerah sangat diperlukan, terutama dalam
proses pertukaran komoditas antar daerah yang mendorong masuknya pendapatan
dari luar daerah ke Kabupaten Mamuju. Pertumbuhan sektor pertanian akan
memberikan kontribusi besar terhadap penanggulangan kemiskinan dan dapat
mendorong kenaikan nilai tambah sektor non pertanian.
Pengembangan sektor pertanian sebagai sektor unggulan akan berdampak
luas terhadap masyarakat. Hal ini disebabkan Kabupaten Mamuju merupakan
daerah pemekaran sehingga proses pembangunan yang berkesinambungan terus
dilaksanakan untuk mensejahterakan masyarakat melalui APBD Kabupaten
Mamuju.
Pemahaman terhadap kondisi ekonomi daerah menjadi semakin penting
dengan diberlakukannya otonomi daerah. Pelimpahan kewenangan dan sumber
daya finansial yang besar kepada Kabupaten Mamuju harus diikuti dengan
peningkatan efektivitas pembangunan ekonomi. Perencanaan harus didukung
dengan data yang akurat dan analisis yang komprehensif untuk pengambilan
keputusan yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi.
Potensi pertumbuhan ekonomi adalah penting untuk diidentifikasi,
melalui penerapan alat analisis ekonomi regional dapat diperoleh informasi untuk
93
membantu perencana dan pengambil keputusan di daerah guna mengetahui
kondisi perekonomian, mengendalikan tingkat pertumbuhan, mengetahui
kecenderungannya dan meramalkan dampak keputusan di masa mendatang.
Prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Mamuju haruslah didasarkan pada
sektor yang berpotensi unggulan seperti sektor pertanian, sektor pertambangan,
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan
persewaan dan sektor jasa-jasa. Karena sektor-sektor tersebut merupakan sektor
yang maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis, serta
memperhatikan teknologi dan kualitas sumber daya manusia. Sehingga produk-
produk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing yang kuat, karena didukung
oleh potensi spesifik yang dimiliki Kabupaten Mamuju.
Perkembangan sektor pertanian akan mendorong perkembangan sektor
yang menggunakan produk sektor pertanian sebagai inputnya (forward linkage)
dan sektor yang produknya merupakan input bagi sektor pertanian (backward
linkage). Peningkatan permintaan terhadap produk sektor pertanian akan
mendorong penambahan jumlah produksi, sehingga berimplikasi pada
peningkatan kebutuhan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat.
Kondisi yang sama akan terjadi pada sektor lainnya, sehingga
pengembangan sektor pertanian akan mendorong terjadi pengembangan wilayah
Kabupaten Mamuju. Sebagai basis perekonomian masyarakat, maka
pembangunan pada sektor pertanian di pedesaan juga dapat lebih menjamin
pemerataan pendapatan, karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Mamuju
tinggal di pedesaan dan menggantungkan hidupnya pada sektor ini.
94
Analisis penentuan sektor unggulan diperlukan sebagai dasar untuk
perumusan pola kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Mamuju di masa
mendatang, sehingga kebijaksanaan pembangunan ekonomi dapat di arahkan
untuk menggerakkan sektor-sektor yang berpotensi unggulan. Pemerintah
Kabupaten Mamuju dapat menentukan alokasi dan prioritas anggaran untuk sektor
pertanian secara signifikan untuk memacu perkembangan atau pertumbuhan
ekonomi daerah, sehingga mendorong tercapainya kesejahteraan masyarakat.
BAB V
PENUTUP
95
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan pada bab IV sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa telah
terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabuapetn Mamuju dari sektor
primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor
sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap
PDRB kabupaten Mamuju, diikuti dengan sektor primer, kemudian
sektor tersier.
2. Hasil analisis location quotiaent diketahui bahwa sektor basis di
Kabupaten Mamuju yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan,
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
keuangan dan persewaan dan sektor jasa-jasa.
3. Sektor unggulan menurut hasil analisis shift share adalah sektor
pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan
dan persewaan serta jasa-jasa.
4. Sektor unggulan berdasarkan analisis shift share dan location quotient
adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan persewaan dan
sektor jasa-jasa.
5. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan sektor basis dan dapat
di unggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian Kabupaten
96
Mamuju dapat dijumpai pada komoditi bahan tanaman pangan yaitu
padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai. Komoditi tanaman
buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman mangga, jeruk manis,
dan durian. Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi
tanaman kelapa sawit dan kakao. Komoditi peternakan dijumpai pada
komoditi ternak besar sapi dan kerbau, ternak kecil babi serta unggas
ayam buras.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyarankan beberapa hal,
yaitu:
1. Penulis menyarankan berdasarkan analisis Shift Share pada hasil dan
pembahasan, dimana telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari
sektor primer ke sektor sekunder, maka pemerintah Kabupaten
Mamuju sebaiknya memperhatikan dan mengembangkan sektor
sekunder, khususnya sektor listrik, gas, dan air bersih melalui
peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur
serta sarana dan prasarana penunjang.
2. Sektor pertanian perlu lebih didukung untuk menjadi agroindustri yang
dapat mengolah output sektor tersebut.
3. Sektor industri pengolahan perlu di dukung dengan menfasilitasi
industri pendukung sektor ini.
4. Sektor bangunan perlu didukung dengan kemudahan pemberian izin
bagi sarana untuk kemanfaatan public secara missal.
97
5. Komoditi unggulan yaitu padi, jagung, kacang tanah, kacang kedelai,
mangga, jeruk manis, durian, kelapa sawit, kakao/coklat perlu
didukung dengan mengadakan perbaikan kualitas input, proses, dan
perlakuan pasca panen
6. Oleh karena kakao merupakan salah satu komoditi paling dominan di
Kabupaten Mamuju maka sebaiknya pihak swasta mendirikan
perusahaan kakao modern sebagaimana halnya kelapa sawit.
7. Petani kakao sebaiknya turut berpartisipasi dalam perusahaan kakao
modern sebagai pemilik lahan atau pekerja.
8. Dengan pendirian perusahaan kakao modern maka lapangan kerja di
Kabupaten Mamuju akan semakin meningkat.
9. Kelapa sawit sebagai salah satu komoditi unggulan Kabupaten
Mamuju perlu didukung oleh swasta dengan mendirikan perusahaan
minyak goreng.
Daftar Pustaka
Alisjahbana, Armida, 2000. Desentralisasi Fiskal dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. Kongres ISEI XIV Makassar.
98
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.
----------------------. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPNs.
Badan pusat statistik, 2007. Kabupaten Mamuju dalam Angka 2007..................................., 2010. Kabupaten Mamuju dalam Angka 2010.
................................., 2010. Sulawesi Barat dalam Angka 2010.
Bappeda Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Profil Investasi Kabupaten Mamuju.STIEMuhammadiyah Mamuju.Bagian Penerbit : Bappeda.
Blakely, Edward J and Nancey Green Leigh. 2010. Planning Lokal Economic evelopment. USA : SAGE Publications, inc.
Ebtian, Rico 2011. Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.Tesis.Pasca Sarjana USU, Medan.
Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang. Jakarta: LPFEUI.
Hamzah, Suharwan, 2006. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja dan Sektor Basis di Kabupaten Soppeng. Tesis. Program Pasca Sarjana Unhas. Tidak dipublikasikan.
Harisman, Beni. 2007. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor sektor Unggula di Provinsi Lampung (periode 1993-2003).
Jamil, Muhammad. 2011. Analisis Sektor Basis dan Pergeseran Striktur Ekonomi di Kabupaten Bulukumba.
Jhingan, M.L, 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, Mudrajat dan Aswandi Hs,2002. Evaluasi Penetapan KawasanAndalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,Vol. 16, No.1.
Razak, Abd Rahman, 2009. Esensi Pembangunan Ekonomi Daerah. Makassar : PT Nala Cipta Litera.
Richardson, Harry. 1973. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
99
Sjafrizal (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional WilayahIndonesia Bagian Barat. Prisma. LP3ES No.3 Tahun XXVI. Jakarta
Samuelson, Paul A and Willian d. Nordhaus.2003.mikroeconomics.New York:McGraw-HillCompanies, Inc.
Soeparmoko, 2002. Ekonomi Publuk untuk Keuangan dan Pemerintah Daerah.Yogyakarta.andi offset.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT raja Grafindo Persada.
…………………., 2000.Makroekonomi Modern: Perkembangan PemikiranDari Klasik Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka.
Supangkat, 2002. .Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.Tesis. Program Pascasarjana USU, Medan.
Tarigan, Robinson, 2003. Ekonomi Regional, Medan: Bumi Aksara.
………………….., 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi Aksara,Cetakan Keempat, Jakarta.
Thee Kian Wie, 1982, Perekonomian di Negara Berkembang, JakartPustaka Jaya.
Tjokroaminoto, Bintoro. 1995. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT Gunung Agung.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2000. Pembangunan Ekonomi Jilid 1.
Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga Edisi Kedelapan, 2004.
L
100
A
M
P
I
R
A
N
101
102