teori location qoutient 1

152
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT PERIODE 2004-2009 Skripsi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi OLEH St. Nadira A 111 08 283 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 1

Upload: hesty-aisyah

Post on 29-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Location Qoutient 1

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR

UNGGULAN KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI

BARAT PERIODE 2004-2009

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

OLEHSt. Nadira

A 111 08 283

JURUSAN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2012

1

Page 2: Teori Location Qoutient 1

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR

UNGGULAN KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI

BARAT PERIODE 2004-2009

Disusun Oleh :

ST. NADIRA

A 111 08 283

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

Makassar

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sanusi Fattah, SE., MSi Suhrwan Hamzah, SE.,M.SiNIP.19690413 199403 1 003 NIP. 19791116 200812 1 001

2

Page 3: Teori Location Qoutient 1

HALAMAN MOTTO

“ Man Jadda Wajada, yang bersungguh-sungguh yang berhasil !!! “

“ Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu menguBah nasib mereka sendiri “. ( QS. Al-Anfaal (8) : 53 )

HALAMAN PERSEMBAHAN

3

Page 4: Teori Location Qoutient 1

Karya ini kupersembahkan, kepada :

Ayahanda Abd. Razak dan Ibunda St. Rahma yang telah memberikan do’a, kasih sayang, dan cintanya yang begitu tulus.

Kakak-kakakku tercinta k’basri dan istri, k’asnhy dan suami, k’ridwan dan istri, serta adikku Ammar yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk terus berjuang.

Ponakanku yang cantik-cantik ( aldhina, nabila, dan asya ), jadi anak yang sholeha yah, hehe

Sepupu-sepupuku sayang ( Fitri, Hikma, Fira, Nana, Asrar dan Anzhari ) terima kasih do’a dan semangatnya.

ABSTRAK

4

Page 5: Teori Location Qoutient 1

Untuk mengetahui pergeseran struktur, sektor dan komoditi unggulan

daerah Kabupaten Mamuju diperlukan suatu metode yang berguna untuk

mengkaji dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya

dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang

harus diambil guna mempercepat laju pertumbuhan yang ada.

Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis

data, yaitu: 1). Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan

pergeseran struktur perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju. 2). Analisis

Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis

dalam perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju.

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Mamuju atas

dasar harga konstan dari tahun 2004-2009.

Hasil penelitian berdasarkan analisis Shift Share menunjukkan bahwa

telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Mamuju dari sektor primer

ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor sekunder yang

terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Mamuju.

analisis Klassen Typology dan Location Quotient menunjukkan yang merupakan

sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh

dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor sektor sektor pertanian,

sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor keuangan dan persewaan dan sektor jasa-jasa. Komoditi-komoditi pertanian

yang merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada

5

Page 6: Teori Location Qoutient 1

perekonomian Kabupaten Mamuju dapat dijumpai pada komoditi bahan tanaman

pangan yaitu padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai. Komoditi tanaman

buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman mangga, jeruk manis, dan durian.

Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit dan

kakao. Komoditi peternakan dijumpai pada komoditi ternak besar sapi dan kerbau,

ternak kecil babi serta unggas ayam buras.

Kata Kunci : Struktur Ekonomi, Sektor Unggulan, Komoditi Unggulan, Shift

Share, Tipologi Klassen, Location Quotient.

6

Page 7: Teori Location Qoutient 1

ABSTRACT

To find a shift in the structure, sector and regional commodity Mamuju we

need a method that is useful for assessing and projecting the region's economic

growth. Method can be used as a guideline to boost the current economic growth.

Solution for the problem formulation in this research was analyzed using :

1). Shift Share analysis is used to determine changes and shifts in the structure

economic Mamuju 2). Analysis of Location Quotient (LQ) is used to determine

the basis and non base sector in the economy Mamuju.

The data used are secondary data in the form of the Regional Gross

Domestic Product (GDP) of West Sulawesi province and Mamuju at constant

prices from the year 2004-2009.

The results based on the Shift Share analysis shows that there have been

changes in the economic structure of Mamuju primary sector to secondary sector.

This is exemplified by the role of the secondary sector which continued to

increase through the contribution to Regional Gross Domestic Product (GDP)

Mamuju. Klassen analysis Typology and Location Quotient indicates that the

sectors with the criteria that belong to the sector forward and grow exponentially,

and the base of the sector is the sector of agriculture, mining and quarrying,

construction sector, trade, restaurants and hotel, transportation and

communication sector, finance and leasing services sector and services sector.

Agricultural commodities is a sector basis and can be seeded to be developed on

the economy Mamuju material can be found in commodity crops, namely rice,

corn, peanuts, and soybeans. Commodity crops of fruits found in commodity

7

Page 8: Teori Location Qoutient 1

crops mangoes, sweet oranges, and durian. Commodities found in commodity

crops of Coconut palm plantations and cocoa. And cattle, buffalo, pigs, chickens

for livestock.

Keywords : Structure Economic, Major sector, major commodity, Shift-share,

Klassen typology, Location Quotient.

8

Page 9: Teori Location Qoutient 1

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb alam semesta atas segala nikmat dan

karunia-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju

Sulawesi Barat Periode 2004-2009 ” dengan baik. Shalawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya,

kaum kerabatnya, dan umatnya hingga hari kemudian.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan program sarjana strata satu (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan

tenaga serta bantuan moril dan materiil khususnya kepada :

1. Kedua orang tuaku Abd. Razak dan St. Rahma yang telah memberikan

bantuan materiil dan moril serta tidak henti-hentinya memberikan cinta,

kasih sayang dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat tetap

semangat dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR. Muh. Ali, SE., MS.i., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

3. Ibu Prof. DR. Hj. Rahmatia, MA., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi.

9

Page 10: Teori Location Qoutient 1

4. Bapak Muh. Agung Ady Mangilep, SE., MSi, Selaku Penasehat Akademik

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama

ini.

5. Bapak Dr. Sanusi Fattah, SE., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak

Suharwan Hamzah SE., MS.i selaku pembimbing II yang dengan sabar

dalam memberikan arahan, bimbingan, masukan dan motivasi kepada

penulis terutama dalam penyelesain skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas

Hasanuddin yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat

besar kepada penulis selama perkuliahan.

7. Seluruh Staf Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin yang

senantiasa membantu kami dalam hal administrasi, Khususnya buat Pak

Parman, Ibu Ros, Pak Hardi, Pak Safar, Pak Budi, Ibu Saidah dan Pak H.

Muis terima kasih atas bantuannya selama ini.

8. Bapak dan Ibu pada Kantor Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam pelayanan dan

penyediaan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku ( Meutia, qiki, ulfa, mochan, ipech, ilha, Irma, andini,

ocha, qalbi, ekha, dian, farizah ) makasih do’a dan semangatnya

yah…,hehe

10. Buat kak jamil, makasih sudah bantu olahkan data kak, Halifa Hamzah

makasih atas bantuanya sayang ( Mamuju T.O.P, hehehe )

10

Page 11: Teori Location Qoutient 1

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat dijadikan

referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. penulis juga menyadari bahwa

penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan,

sehingga penulis tak lupa mengharapkan saran dan kritik atas skripsi ini.

Makassar, Mei 2012

Penulis

11

Page 12: Teori Location Qoutient 1

SPECIAL THANKS TO :

My ICONIC _ Semangat!!! “ Andi Nadya Ahsani, Sri Rahayu, Wiwin Haerani, Qarina Haeruddin, Nur Qadri Yanmar, Besse Ani Kasturi, Fitrah Afrizal, Halifa Hamzah, Dewi Anggriani SE, Nur Vadillah Putri, Hardiyanti, Adhar, Haris, Iccank, Sri Wahyuni, Sukma SE, Yunita Maharani, Vilta Laij, Eka Merdekawati SE, Meilany, Nurul Huda, Ulfi Alvini, Malisa Labiran, Muliana, Andira, Deviyanti P, Alima, Riska Juita, Anty, A. Neno, Normawati, Fachmi, Echa, Andika, Wisnu, Ical, Bondan, Wahyu, Bilal A. Wahid, Anggriawan SE, Furqan, Rudy, Fandi, Ipul, Ocy, Nanang, Ady, Budi, Gito, Dito, Hata, Leliana, Upi, Bambang, Fahira, Dian, Desy, Stania, Ika, Eva, Iren, ode, Musya, Natalia, Rini, Reni, Ami, Ely, Sany, Amil, Salman, Jefri “.

12

Page 13: Teori Location Qoutient 1

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

ABSTRAK......................................................................................................... v

ABSTRACT....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

.....................................................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 8

2.1.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan ............................................ 8

Ekonomi Daerah

2.1.2 Teori Sektor Basis ............................................................................ 11

13

Page 14: Teori Location Qoutient 1

2.1.3 Pergeseran Struktur Ekonomi dan Ukuran ...................................... 15

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

2.1.3.1 Teori Pergeseran Struktur Ekonomi ...................................... 15

2.1.3.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................................. 16

2.1.4 Komoditi Unggulan ......................................................................... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 18

2.3 Karangka Pemikiran Teoritis ................................................................... 20

2.4 Hipotesis .................................................................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 23

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 23

3.2.1 Jenis Data ......................................................................................... 23

3.2.2 Sumber Data .................................................................................... 23

3.3 Pengumpulan Data .................................................................................. 23

3.4 Metode Analisis Data .............................................................................. 24

3.4.1 Analisis Shift Share ......................................................................... 24

3.4.2 Analisis Pergeseran Bersih Shift Share ........................................... 28

3.4.3 Analisis Location Quotient .............................................................. 29

3.5 Defenisi Operasional Konsep .................................................................. 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 32

4.1.1 Kondisi Geografis ............................................................................ 32

4.1.2 Keadaan Penduduk .......................................................................... 33

14

Page 15: Teori Location Qoutient 1

4.1.3 Pertumbuhan PDRB ........................................................................ 34

4.1.4 Struktur Ekonomi ............................................................................ 35

4.2 Pergeseran Struktur Ekonomi .................................................................. 37

4.2.1 Analisis Shift Share ......................................................................... 37

4.2.2 Shift Share Perhitungan Pergeseran Bersih ..................................... 44

4.2.3 Analisis Kuadrat .............................................................................. 49

4.3 Sektor Basis dan Non Basis di Kab. Mamuju ......................................... 52

4.4 Pembahasan Sektor ................................................................................. 53

4.4.1 Pertanian .......................................................................................... 53

4.4.2 Pertambangan .................................................................................. 55

4.4.3 Industri Pengolahan ......................................................................... 56

4.4.4 Listrik, Gas dan Air Bersih .............................................................. 58

4.4.5 Bangunan ......................................................................................... 60

4.4.6 Perdagangan Hotel dan Restauran ................................................... 61

4.4.7 Pengangkutan dan Komunikasi ....................................................... 63

4.4.8 Keuangan dan Persewaan ................................................................ 64

4.4.9 Jasa-Jasa ........................................................................................... 66

4.5 Sektor dan Komuditi Unggulan ............................................................... 68

4.5.1 Pertanian .......................................................................................... 69

4.5.1.1 Tanaman Bahan Pangan ........................................................ 69

4.5.1.2 Tanaman Buah-buahan........................................................... 70

4.5.1.3 Tanaman Perkebunan ............................................................ 71

4.5.1.4 Peternakan ............................................................................ 72

15

Page 16: Teori Location Qoutient 1

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 77

5.2 Saran ........................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

LMPIRAN .......................................................................................................... 82

16

Page 17: Teori Location Qoutient 1

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1.1 Persentase kontribusi sektoral terhadap PDRB Kab.Mamuju ........... 5

Table 4.1 Indikator Kependudukan Kab.Mamuju .............................................. 33

Table 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan usaha Kabupaten

Mamuju Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2009 (juta

Rupiah)............................................................................................... 34

Table 4.3 Struktur Ekonomi Kab.Mamuju Tahun 2008 dan 2009

(dalam persen).................................................................................... 35

Table 4.4 Komponen Perubahan PDRB Kab.Mamuju Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2004 dan 2009 ........................................................................ 37

Table 4.5 Persentase Komponen Perubahan PDRB Kab.Mumuju Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2004 dan 2009 ........................................... 39

Table 4.6 Komponen Perubahan dan Pergeseran Bersih PDRB Kab.Mamuju

menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 dan 2009............................... 45

Table 4.7 Komponen Perubahan dan Kenaikan Aktual PDRB Kab.Mamuju

menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 dan 2009............................... 47

Tabel 4.8 Nilai Location Quotient Mamuju Dirinci Per Sektor Ekonomi Tahun

2004 – 2009 ....................................................................................... 53

Tabel 4.9 Nilai Location Quotient Komoditi Tanaman Pangan Kab. Mamuju

Tahun 2009 ....................................................................................... 70

17

Page 18: Teori Location Qoutient 1

Tabel 4.10 Nilai Location Quotient Komoditi Buah-buahan Kab. Mamuju Tahun

2009 .................................................................................................. 70

Tabel 4.11 Nilai Location Quotient Komoditi Perkebunan Kab. Mamuju Tahun

2009 .................................................................................................. 71

Tabel 4.12 Nilai Location Quotient Komoditi Peternakan Kab. Mamuju Tahun

2009 .................................................................................................. 73

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Mamuju Tahun

2005-2009 (persen)......................................................................... 4

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir .................................................................... 21

Gambar 4.1 Hasil Shift Share Analisis............................................................... 37

Gambar 4.2 Proportional Shift (PS) dan Differential Shift (DS) Sektor Ekonomi

di Kab. Mamuju Periode 2004-2009 ............................................... 49

Gambar 4.3 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Pertanian ............. 54

Gambar 4.4 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Pertambangan ...... 55

Gambar 4.5 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor

Industri Pengolahan ........................................................................ 57

Gambar 4.6 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Listrik, Gas dan Air

Bersih ............................................................................................. 58

Gambar 4.7 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Bangunan ............ 60

Gambar 4.8 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran ................................................................................... 62

18

Page 19: Teori Location Qoutient 1

Gambar 4.9 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Angkutan dan

Komunikasi ..................................................................................... 64

Gambar 4.10 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Keuangan dan

Persewaan ........................................................................................ 65

Gambar 4.11 Perkembangan Location Quotient (LQ) Sektor Jasa-jasa............. 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada,

dengan menjalin pola-pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pihak swasta

guna penciptaan lapangan kerja, serta dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di

daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002).

Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, sangat ditentukan oleh

kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal

dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi.

19

Page 20: Teori Location Qoutient 1

Pembangunan ekonomi daerah melibatkan multisektor dan pelaku

pembangunan, sehingga diperlukan kerjasama dan koordinasi diantara semua

pihak yang berkepentingan. Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran

paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi

menjadi pola desentralisasi atau disebut otonomi daerah yang mengandung

makna, beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat

ke daerah (Armida, 2000).

Hal ini membawa implikasi mendasar terhadap keberadaan tugas, fungsi

dan tanggung jawab pelaksanaan otonomi daerah antara lain dibidang ekonomi

yang meliputi implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar

daerah serta pencarian sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan dengan

cara menggali potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh sebab itu, pembangunan

ekonomi daerah sangat ditentukan oleh kebijakan daerah itu sendiri dalam

menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk pertumbuhan ekonomi di

daerah tersebut.

Sehinga dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah,

kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal

mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki

oleh daerah. Hal ini terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap

daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan sektor ekonomi

yang dominan (Syafrizal,1997).

20

Page 21: Teori Location Qoutient 1

Dalam keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)

Republik Indonesia, Nomor : 001/KEP/M-PDT/1/2005 Kabupaten Mamuju

merupakan salah satu daerah tertinggal, sesuai RPJMN 2010-2014 saat ini

terdapat 183 daerah tertinggal, yang ditargetkan pada akhir tahun 2014 sedikitnya

terdapat 50 kabupaten tertinggal yang berhasil keluar dari status ketertinggalan.

Sehingga untuk mencapai sasaran tersebut membutuhkan kebijakan dan strategi

yang tepat untuk dapat mempercepat kemajuan daerah tersebut dalam hal ini

Kabupaten Mamuju.

Kabupaten Mamuju oleh UU No. 26 Tahun 2004 tentang pembentukan

Propinsi Sulawesi Barat telah ditunjuk sebagai Ibukota Provinsi. Daerah yang

menjadi ibukota dengan status kabupaten tersebut adalah daerah yang mempunyai

luas wilayah 801.406 Ha, memiliki banyak potensi yang masih harus

dikembangkan.

Kabupaten Mamuju sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki

kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta

memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas

untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara

optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Mamuju.

Sehingga untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan dan potensi yang

dimiliki tersebut, maka perhatian utama ditujukan untuk melihat komposisi

ekonomi yakni dengan mengetahui sumbangan atau peranan masing-masing

kegiatan ekonomi atau sektor dalam perekonomiannya.

21

Page 22: Teori Location Qoutient 1

Di samping itu, proses perubahan komposisi ekonomi tersebut tidak

dipisahkan dengan pertumbuhan ekonomi, yakni dengan penekanan pada

kenaikan output perkapaita dalam jangka panjang melalui peningkatan PDRB

pertahun yang terus berlangsung secara dinamis, sehingga pembangunan ideal jika

usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdampak langsung pada

sembilan sektor dilihat dari PDRB dan pertumbuhan ekonomi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan alat yang dapat

digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dengan

melakukan perbandingan PDRB antar tahun, maka dapat dilihat pertumbuhan

ekonomi sebagai akibat adanya aktifitas perekonomian selama kurun waktu

berjalan dalam wilayah tersebut.

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2009 (persen)

Jika dilihat selama kurun waktu lima tahun terakhir (2005-2009),

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju mengalami kecenderungan meningkat,

22

Page 23: Teori Location Qoutient 1

yakni pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju sekitar 6,35

persen, kemudian pada tahun 2006 tumbuh menjadi sekitar 6,93 persen dan

meningkat lagi pada tahun berikutnya sekitar 7,96 persen, pada tahun 2008

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju berada pada puncaknya yaitu sekitar

9,69 persen, dan pada tahun 2009 menjadi 8,26 persen. Hal ini menggambarkan

keadaan perekonomian Kabupaten Mamuju yang membaik dan cukup stabil

dengan jumlah penduduk 315.053 jiwa.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju tidak lepas dari peran sektor-

sektor ekonomi sebagai penyumbang atas terbentuknya PDRB suatu wilayah.

semakin besar sumbangan atau peran suatu sektor ekonomi dalam pembentukan

PDRB maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan

perekonomian suatu daerah.

Tabel 1.1 Persentase Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kabupaten Mamuju

No Lapangan UsahaTahun

2007 2008 20091 Pertanian 54,82 51,35 49,562 Pertambangan 1,45 1,44 1,543 Industri Pengolahan 3,12 2,87 2,714 Listrik, Gas dan Air bersih 0,38 0,46 0,485 Bangunan 5,37 7,12 6,53

6Pedagangan, Hotel dan Restoran

9,07 9,05 8,61

7 Angkutan dan Komunikasi 3,26 3,45 3,458 Keuagan dan Persewaan 4,91 5,81 6,359 Jasa-Jasa 17,61 18,44 20,79

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju (diolah)

Selama tiga tahun terakhir memperlihatkan pertanian memiliki kontribusi

cukup besar jika dibandingkan dengan sektor lain. Sampai tahun 2009, sektor

23

Page 24: Teori Location Qoutient 1

pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam

kegiatan perekonomian Kabupaten Mamuju. Sekitar 49,56 persen perekonomian

Mamuju didominasi oleh sektor pertanian, selanjutnya sektor jasa-jasa menduduki

urutan kedua yang memberikan kontribusi terbesar sekitar 20,79 persen,

kemudian diikuti oleh sektor perdagangan 8,61 persen. Berikutnya disusul oleh

sektor bangunan dan sektor keuangan dan jasa perusahaan dengan kontribusi

masing-masing sekitar 6,53 persen dan 6,35 persen.

Meskipun sektor pertanian masih sangat dominan, tetapi kontribusinya

pada tahun 2009 berkurang sekitar 1,7 poin di banding tahun 2008. Disisi lain,

sektor-sektor seperti jasa-jasa dan keuangan, jasa perusahaan menunjukkan

peningkatan kontribusi. Tentunya hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan

cukup baik, karena ciri suatu daerah yang mulai berkembang yaitu di samping

terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan, juga terjadi pergeseran struktur

ekonomi.

Tingginya kontribusi sektor pertanian dan tiga sektor lainnya memberikan

gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis, sehingga dibutuhkan

pengembangan sektoral yang berkelanjutan. Berdasarkan gambaran di atas tentang

kondisi yang terjadi di Kabupaten Mamuju terutama peranan sektoral dalam

PDRB membuat saya tertarik membuat penelitian ini dengan judul “Analisis

Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada hal yang menjadi rumusan

masalah di dalam penelitian ini yaitu :

24

Page 25: Teori Location Qoutient 1

1. Bagaimana pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Mamuju selama

periode 2004-2009 ?

2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis atau sektor unggulan

dalam perekonomian Kabupaten Mamuju selama periode 2004- 2009 ?

3. Komoditi apakah yang menjadi basis ekonomi dalam perekonomian

Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

Sebagai Berikut :

1. Untuk mengetahui terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten

Mamuju selama periode 2004-2009.

2. Untuk mengetahui sektor basis atau sektor unggulan dalam perekonomian

Kabupaten Mamuju selama periode 2004- 2009.

3. Untuk mengetahui komoditi apa yang menjadi basis ekonomi dalam

perekonomian Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau pihak manapun yang

berminat dalam melakukan penelitian yang terkait dengan penulisan ini.

2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah

Kabupaten Mamuju, khususnya yang berkaitan dengan penulisan ini.

25

Page 26: Teori Location Qoutient 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses

yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam

jangka panjang (Arsyad, 1992). Menurut Blakely (1989), pembangunan ekonomi

daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen

masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang

pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah

suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan

26

Page 27: Teori Location Qoutient 1

industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan

produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu pengetahuan

dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai

tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk

masyarakat daerah (Arsyad, 1999).

Pembangunan ekonomi oleh beberapa ekonom dibedakan pengertiannya dengan

pertumbuhan ekonomi pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan

pendapatan perkapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan PDRB/GNP pada suatu

tingkat tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan penduduk dan perkembangan

PDRB/GNP yang berlaku dalam suatu daerah/negara diikuti oleh perombakan dan

modernisasi struktur ekonominya (Sukirno, 1978).

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan

daerah yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar

negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan

perekonomiannya, Kenyataannya bahwa perekonomian daerah dalam suatu

negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004).

Menurut teori ekonomi Neo Klasik, ada dua konsep pokok dalam

pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas

faktor produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai

keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan).

Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi

menuju daerah yang memiliki upah rendah.

27

Page 28: Teori Location Qoutient 1

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya

dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah

memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan

pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya

dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana

tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir, 2002).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri

dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi

pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha

pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan

berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Sehingga proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi

semata, namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting

dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih

merupakan target utama dalam rencana pembangunan daerah disamping

pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi

sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan

ekonomi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(Simanjuntak, 2003).

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap

yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok

tanam, masa perdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini masyarakat

28

Page 29: Teori Location Qoutient 1

akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis.

Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya

sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja

sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan

titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas

kerja.

Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut

teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan

ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara

simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya

peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi

pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi

dan memperluas pasar.

Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat.

Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus

tunduk pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Mudrajat

Kuncoro, 1997).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah

tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Suatu masyarakat dinilai berhasil

melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut

cukup tinggi.

2.1.2. Teori Sektor Basis

29

Page 30: Teori Location Qoutient 1

Sektor basis memainkan peranan penting sehingga peningkatan besarannya

akan membawa pengaruh terhadap peningkatan sektor lainnya. serangkaian teori

yang menjelaskan hubungan antara sektor-sektor dalam suatu perekonomian

regional satu diantaranya teori basis ekonomi.

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan

ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsug dengan permintaan barang dan

jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber

daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk ekspor, akan

menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan lapangan kerja (Lincolin, 1999).

Dalam teori basis ekonomi ini, lebih memusatkan pada kegiatan-kegiatan

basis atau ekspor, tetapi tidak melihat pentingnya impor. Suatu peningkatan dalam

kesempatan kerja dan pendapatan basis mungkin hanya mempunyai suatu efek

pengganda yang sangat terbatas terhadap kegiatan bukan basis jika sebagian besar

dari pendapatan ekstra mengalir keluar wilyah dalam bentuk pengeluaran untuk

impor. Yang sangat penting dalam hal ini, bahwa suatu perekonomian dapat

bertambah tidak hanya dengan peningkatan ekspor dari industri basis tetapi juga

dengan mengganti barang-barang impor dari industri basis dengan barang-barang

hasil produksi wilayah yang bersangkutan.

Walaupun industri basis merupakan suatu faktor penting yang mendorong

perubahan dalam perekonomian regional, namun tidak perlu diragukan bahwa

dalam keadaan tertentu kegiatan-kegiatan bukan basis yang sudah berkembang

dengan baik dapat menarik masuknya industri basis kedalam suatu daerah dan

30

Page 31: Teori Location Qoutient 1

dengan demikian dapat menjadi salah satu penentu bagi tingkat ekonomi daerah

tersebut.

Selanjutnya dikemukakan bahwa bertambahnya kegiatan basis dalam suatu

wilayah akan bertambah arus pendapatan kedalam wilayah yang bersangkutan,

menambah permintaan barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kegiatan

volume bukan basis. Sebaliknya berkurangnya kegiatan mengekspor barang-

barang dan jasa-jasa menyebabkan berkurangnya pendapatan yang masuk ke

dalam wilayah yang bersangkutan.

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori

ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu

wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan

yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian

wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.

Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung

kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat

endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi

perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2007).

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)

dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke

wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian

sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan

efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

31

Page 32: Teori Location Qoutient 1

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian

daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang

cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang

kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service

industries (Sjafrizal, 2008). Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis

dengan teknik Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya

peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan

sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007).

Menurut Glasson (1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu

wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, menambah

permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya, dan menimbulkan kenaikan

volume sektor non basis.

Glasson juga menyarankan untuk menggunakan metode location quotient

dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. Untuk mengetahui

apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat digunakan

beberapa metode, yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengukuran

tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan melakukan

survey langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor

basis. Metode ini dilakukan untuk menentukan sektor basis dengan tepat, akan

tetapi memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar.

Oleh karena itu, maka sebagian pakar ekonomi menggunakan metode

pengukuran tidak langsung, yaitu metode Arbriter, dilakukan dengan cara

membagi secara langsung kegiatan perekonomian ke dalam kategori ekspor dan

32

Page 33: Teori Location Qoutient 1

non ekspor tanpa melakukan penelitian secara spesifik di tingkat lokal. Metode ini

tidak memperhitungkan kenyataan bahwa dalam kegiatan ekonomi terdapat

kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual,

metode Location Quotient (LQ) merupakan suatu alat analisa untuk melihat

peranan suatu sektor tertentu dalam suatu wilayah dengan peranan sektor tersebut

dalam wilayah yang lebih luas, dan metode kebutuhan minimum metode ini

sangat tergantung pada pemilihan persentase minimum dan tingkat disagregasi.

disagregasi yang terlalu terperinci dapat mengakibatkan hampir semua sektor

menjadi basis atau ekspor.

Dari ketiga metode tersebut Glasson (1977) menyarankan metode LQ

dalam menentukan sektor basis. Richardson (1977) menyatakan bahwa teknik LQ

adalah yang paling lazim digunakan dalam studi-studi basis empirik. Asumsinya

adalah jika suatu daerah lebih berspesialisasi dalam memproduksi suatu barang

tertentu, maka wilayah tersebut mengekspor barang tersebut sesuai dengan tingkat

spesialisasinya dalam memproduksi barang tersebut.

2.1.3 Pergeseran Struktur Ekonomi dan Ukuran Pertumbuhan

Ekonomi Daerah

2.1.3.1 Teori Pergeseran Struktur Ekonomi

Teori-teori perubahan struktural memusatkan perhatian pada transformasi

struktur ekonomi dari pola pertanian ke struktur yang lebih modern serta memiliki

sektor industri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tangguh. Aliran pendekatan

struktural ini didukung oleh Lewis yang terkenal dengan model teoritisnya tentang

“surplus tenaga kerja dua sektor” dan Chenery yang sangat terkenal dengan

33

Page 34: Teori Location Qoutient 1

analisis empirisnya tentang “pola-pola pembangunan” (patterns of development)

(Todaro, 2000).

Teori pembangunan Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan

yang terjadi antara desa dan kota yang mengikutsertakan proses urbanisasi

dikedua tempat itu dan pola investasi di sektor modern pada akhirnya akan

berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada (Kuncoro, 1997). Sementara

teori pola pembangunan Chenery memfokuskan terhadap perubahan struktur

dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari

perekonomian negara sedang berkembang yang mengalami transformasi dari

pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai roda penggerak ekonomi.

Penelitian yang dilakukan Chenery tentang transformasi struktur produksi

menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita,

perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor

pertanian menuju ke sektor industri.

Perubahan struktur ekonomi atau disebut juga transformasi struktural,

didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling berkaitan satu sama

lainnya dalam komposisi dari permintaan agregat, perdagangan luar negeri

(ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor

produksi, seperti penggunaan tenaga kerja dan modal) yang disebabkan adanya

proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Todaro,

2000).

Perekonomian suatu daerah dalam jangka panjang akan terjadi perubahan

struktur perekonomian dimana semula mengandalkan sektor pertanian menuju

34

Page 35: Teori Location Qoutient 1

sektor industri. Dari sisi tenaga kerja akan menyebabkan terjadinya perpindahan

tenaga kerja dari sektor pertanian desa ke sektor industri kota, sehingga

menyebabkan kontribusi pertanian menurun. Faktor penyebab terjadinya

perubahan struktur perekonomian antara lain ketersediaan sumber daya alam,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta modal dan investasi yang masuk

ke suatu daerah.

2.1.3.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya

menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan

sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam

menganalisis perubahan stuktur ekonomi daerah dibanding perekonomian

nasional. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga

bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu: 1) Pertumbuhan ekonomi daerah

diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral

dibandingkan dengan perubahan sektor yang sama diperekonomian yang

dijadikan acuan, 2) Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian

yang lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk

mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri

lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan, 3) Pergeseran

diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri

daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika

pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut

35

Page 36: Teori Location Qoutient 1

lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian

yang dijadikan acuan. (Arsyad, 2004).

2.1.4. Komoditi Unggulan

Komoditi unggulan adalah komoditi potensial yang dipandang dapat

dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki

keunggulan komparatif juga memiliki efesiensi usaha yang tinggi (Tambunan,

2004).

Komoditi unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang memiliki

peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat. Beberapa

kriteria dari komoditi unggulan adalah : (a) Mempunyai daya saing yang tinggi di

pasaran (keunikan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga murah) (b) Memanfaatkan

potensi sumberdaya lokal yang potensial dan dapat dikembangkan (c) Mempunyai

nilai tambah tinggi bagi masyarakat (d) Secara ekonomi menguntungkan dan

bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya

manusia (e) Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.

Keunggulan suatu komoditi masih dibagi lagi berdasarkan keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan

keunggulan yang dimiliki berdasarkan potensi yang ada dan membedakannya

dengan daerah yang lain. Keunggulan komparatif ini dapat berupa sumber daya

alam, sumber daya manusia. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan

keunggulan yang dimiliki dan digunakan untuk bersaing dengan dengan daerah

lain. Dengan kata lain keunggulan kompetitif menggunakan keunggulan

komparatif untuk dapat bersaing dengan daerah lain, sehingga menggapai

36

Page 37: Teori Location Qoutient 1

tujuannya yang dalam hal ini adalah komoditi unggulan (Direktorat Perluasan

Areal, 2007).

2.2. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan

sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam

penyusunan penelitian ini, adapun penelitian-penelitian tersebut adalah :

Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul

penelitian “ Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan

Daerah Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera utara ”, dengan menggunakan

pendekatan sektor pembentuk PDRB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor

pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor

prioritas bagi peningkatan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama

sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.

Rico Ebtian (2011) dalam tesisnya, “Analisis Sektor dan Komoditi

Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara ”, dengan

pendekatan sektor pembentuk PDRB, metode yang digunakan adalah Klassen

Typology, Location Quotient, dan analisis shift share. Hasil analisis shift share

menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor

keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari

analisis Klassen Typology dan Location Quotient menunjukkan bahwa terdapat

tiga sektor yang merupakan sektor unggula

37

Page 38: Teori Location Qoutient 1

n dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat,

dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan

penggalian, dan sektor bangunan. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan

sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian

Kabupaten Serdang Bedagai dijumpai pada komoditi bahan pangan yaitu tanaman

padi. Komoditi tanaman sayur-sayuran yaitu tanaman sawi. Komoditi tanaman

buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman duku/langsat dan durian. Komoditi

tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit. Komoditi

peternakan dijumpai pada komoditi ternak ayam.

Penelitian yang dilakukan Beni Harisman tahun 2007, dengan judul

penelitian “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di

Provinsi Lampung periode 1993-2003 “ hasil penelitian dengan alat analisis shift

share menunjukkan analisis PDRB Provinsi Lampung tahun 1993-2003

menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi

Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan

peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi

terhadap PDRB Provinsi Lampung, diikuti dengan sektor primer, kemudian sektor

tersier. Sedangkan, hasil analisis dengan menggunakan metode LQ menunjukkan

bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor

unggulan yaitu: sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, dan sektor

pengangkutan dan komunikasi.

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

38

Page 39: Teori Location Qoutient 1

Kabupaten Mamuju merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi

Barat. Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju

dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan

ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut

maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial

dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan menciptakan

pengembangan wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja

makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan

struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi, pergeserannya, serta

menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator

penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena, itu strategi pembangunan

diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan di daerah.

Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan

pada gambar berikut :

39

Perekonomian wilayah

Produk Domestik Regional Bruto

(PPDRB)

Page 40: Teori Location Qoutient 1

2.4 Hipotesis

Berdasarkan pada masalah pokok yang telah dikemukakan sebagai dasar

untuk mengadakan analisa selanjutnya, penulis mengemukakan hipotesis sebagai

jawaban sementara yang selanjutnya akan di uji sebagai berikut :

1. Diduga bahwa telah terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke

sektor industri.

2. Diduga yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Mamuju adalah sektor

pertanian, sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa.

3. Diduga komoditi unggulan pada Kabupaten Mamuju adalah komoditi padi, kelapa

sawit, kakao, dan sapi.

40

Sektor Basis dan Non Basis

Perubahan dan Pergeseran sektor

Penentuan sektor Unggulan dan komoditi

unggulan

Pembangunan Daerah

Page 41: Teori Location Qoutient 1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BPS Mamuju dan BPS Propinsi Sulawesi

Barat melalui penelitian sekunder yang telah dituliskan di Badan Pusat statistik

yang merupakan laporan statistik kabupaten dan propinsi setiap tahun.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis data

Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-

buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan

41

Page 42: Teori Location Qoutient 1

mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap

kompeten berupa data PDRB Mamuju selama enam tahun, data PDRB Sulawesi

Barat selama enam tahun, dan lain-lain.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berbagai macam sumber yang

diperoleh melalui data sekunder yang berasal dari BPS laporan Kabupaten

Mamuju, laporan propinsi Sulawesi Barat, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dan sumber lain seperti internet dan studi kepustakaan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data dan referensi yang diperlukan dalam penyusunan

penelitian ini, maka ditempuh cara sebagai berikut : 1) Studi kepustakaan (Library

Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dari

berbagai dokumen, buletin, artikel-artikel dan karya ilmiah (skripsi) yang

berhubungan dengan penulisan ini untuk mendapatkan data sekunder, 2) Studi

lapang objek ( field research ) yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang

diteliti dengan menempuh cara observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan

pengamatan terhadap objek yang diteliti.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan

beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Shift Share digunakan untuk

mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju,

2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non

basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju.

3.4.1 Analisis Shift Share

42

Page 43: Teori Location Qoutient 1

Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang

pergeseran struktur ekonomi digunakan alat analisis shift share. Hal ini digunakan

untuk mengetahui perubahan dan pergeseran serta penyebabnya pada

perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju. Hasil analisis shift share akan

menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Mamuju

dibandingkan Propinsi Sulawesi Barat. Kemudian dilakukan analisis terhadap

penyimpangan yang terjadi sebagai hasil perbandingan tersebut. Bila

penyimpangan tersebut positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB

Kabupaten Mamuju memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya. Data yang

digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB Kabupaten Mamuju dan

Propinsi Sulawesi Barat tahun 2004-2009 menurut lapangan usaha atas dasar

harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan dengan tahun dasar

yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi

valid (Tarigan, 2007).

Melalui analisis shift share, maka pertumbuhan ekonomi dan pergeseran

struktural perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju ditentukan oleh tiga

komponen, yaitu : 1) Provincial Share (PS), yang digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Mamuju dengan

melihat nilai PDRB Kabupaten Mamuju sebagai daerah pengamatan pada periode

awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian Propinsi

Sulawesi Barat. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan

peranan wilayah Propinsi Sulawesi Barat yang mempengaruhi pertumbuhan

perekonomian Kabupaten Mamuju. Jika pertumbuhan Kabupaten Mamuju sama

43

Page 44: Teori Location Qoutient 1

dengan pertumbuhan Propinsi Sulawesi Barat maka peranannya terhadap propinsi

tetap, 2) Proportional Shift (P) digunakan untuk mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian

yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk

mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri

yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan, 3)

Differential Shift (D) digunakan untuk membantu dalam menentukan seberapa

jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan

acuan. Oleh karena, itu jika pergeseran diferensial dari satu industri adalah positif,

maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibanding industri yang sama

pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Secara matematis, Provincial Share (PS), Proportional Shift (P), dan

Differential Shift (D) dapat diformulasikan sebagai berikut (Tarigan, 2007) dan

(Sjafrizal, 2008).

Provincial Share (PS)

dimana :

E = kesempatan kerja/PDRB Kabupaten Mamuju

t = periode t

t-1 = periode sebelumnya

i = sektor/industri tertentu

44

Page 45: Teori Location Qoutient 1

r = daerah tertentu

n = nasional

Proportional Shift (P)

dimana:

E = kesempatan kerja /PDRB

t = periode t

t-1 = periode sebelumnya (awal)

i = sektor/industri tertentu

r = daerah tertentu

n = nasional

Differential Shift (D)

dimana:

E = kesempatan kerja /PDRB

t = periode t

t-1 = periode sebelumnya

i = sektor/industri tertentu

r = daerah tertentu

45

Page 46: Teori Location Qoutient 1

n = nasional

Perubahan (pertumbuhan) nilai tambah bruto sektor tertentu (i) dalam

PDRB Kabupaten Mamuju merupakan penjumlahan Provincial Share (PS),

Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D) sebagai berikut:

Kedua komponen shift, yaitu Proportional Shift (P) dan Differential Shift

(D) memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan

internal. Proportional Shift (P) merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal

yang bekerja secara nasional (Propinsi), sedangkan Differential Shift (D) adalah

akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang

bersangkutan (Glasson, 1977).

Sektor-sektor di Kabupaten Mamuju yang memiliki Differential Shift (D)

positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama pada

Kabupaten/Kota lain dalam Propinsi Sulawesi Barat. Selain itu, sektor-sektor

yang memiliki nilai D positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di

Kabupaten Mamuju, memiliki daya saing yang tinggi dan mempunyai

pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila nilai

D negatif, maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

3.4.2 Analisis Pergeseran Bersih Shift Share

Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang

pergeseran struktur ekonomi tidak hanya menggunakan alat analisis shift share

tetapi juga digunakan alat analisis pergeseran bersih. Hasil analisis ini akan

terlihat pergeseran cepat atau lambat dengan cara menjumlahkan hasil PS dan DS,

maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk

46

Page 47: Teori Location Qoutient 1

mengidentifikasi pertumbuhan sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor

i pada wilayah tertentu dapat dirumuskan sebagai berikut:

PBij = PSij + DSij

dimana:

PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j

PSij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah j

DSij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah j

Apabila PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke

dalam kelompok progresif (maju) PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada

wilayah j termasuk lamban.

3.4.3. Analisis Location Quotient

Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang sektor basis

dan non basis, serta penentuan komoditi unggulan digunakan alat analisis location

quotient. Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan

dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor

kegiatan dari PDRB Kabupaten Mamuju yang menjadi pemacu pertumbuhan.

Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada

identifikasi spesialisasi/basis kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang

sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor

yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta

berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ

menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh

Bendavid-Val dalam Kuncoro (2004) sebagai berikut:

47

Page 48: Teori Location Qoutient 1

PDRBm,i

LQ=¿ ΣPDRBm

PDRBsb,i

ΣPDRBsb

Di mana:

PDRBm,i = PDRB sektor i di Kabupaten Mamuju pada tahun tertentu.

ΣPDRBm = Total PDRB di Kabupaten Mamuju pada tahun tertentu.

PDRBsb,i = PDRB sektor i di Propinsi Sulawesi Barat pada tahun tertentu.

ΣPDRBsb = Total PDRB di Propinsi Sulawesi Barat pada tahun tertentu.

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka

ada tiga kemungkinan nilai LQ yang dapat diperoleh Bendavid-Val dalam

(Kuncoro,2004) yaitu : 1) Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat

spesialisasi/basis sektor i di daerah Kabupaten Mamuju adalah sama dengan

sektor yang sama dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Barat, 2) Nilai LQ > 1.

Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi/basis sektor i di daerah Kabupaten Mamuju

lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Propinsi

Sulawesi Barat, 3) Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi/basis sektor

i di daerah Kabupaten Mamuju lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama

dalam perekonomian Propinsi Sulawesi Barat.

Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut

merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak

perekonomian Kabupaten Mamuju. Sebaliknya apabila nilai LQ<1, maka sektor

48

Page 49: Teori Location Qoutient 1

tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan

sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Mamuju.

Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah

PDRB Kabupaten Mamuju dan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2004-2009 menurut

lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

Adapun kelebihan dari LQ ini adalah alat analisis ini sederhana yang dapat

menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri subtitusi impor

potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan

menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih

lanjut. Sedangkan kelemahannya indikator kasar yang deskriptif, merupakan

kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah.

Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja disetiap daerah

adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan.

3.5 Definisi Operasional Konsep/ Variabel

1. Pergeseran struktur ekonomi adalah perubahan baik pertumbuhan atau

penurunan perekonomian sebuah daerah (wilayah) dari waktu ke waktu pada

sektor-sektor ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

2. Sektor basis adalah sektor yang telah mampu memenuhi kebutuhan daerah

sendiri dan luar daerah atau sektor yang melakukan aktifitas yang berorientasi

ekspor (barang dan asa) keluar batas wilayah perekonomian yang

bersangkutan, dengan nilai LQ > 1.

49

Page 50: Teori Location Qoutient 1

3. Komoditi unggulan adalah komoditi potensial yang dipandang dapat

dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping

memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efesiensi usaha yang tinggi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Mamuju terletak pada Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 1 °

38’110” – 2° 54’ 552” Lintang Selatan (LS) dan 11°54’47” – 13° 5’ 35” Bujur

Timur (BT) dari Jakarta. Kabupaten yang beribukotakan di Kecamatan Mamuju

mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Mamuju Utara

Timur : Kabupaten Luwu Utara

Selatan : Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Tana Toraja

50

Page 51: Teori Location Qoutient 1

Barat : Selat Makassar

Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 801.406 Ha, secara administrasi

pemerintahan terbagi atas 16 Kecamatan, terdiri dari 143 Desa, 10 Kelurahan, dan

2 UPT. Kecamatan Kalumpang merupakan kecamatan terluas dengan luas

wilayah 1.178,21 km atau 22,19 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten

Mamuju. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Balabalakang dengan luas 9

km2 atau 0,11 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju.

Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Mamuju dilintasi oleh sungai.

Kecamatan yang paling banyak dilintasi sungai adalah Kecamatan Bonehau

dengan 12 sungai yang melintasinya. Kabupaten Mamuju memiliki wilayah yang

berbukit. Sedangkan untuk gunung, di Kabupaten Mamuju hanya terdapat dua

kecamatan yaitu di Kecamatan Kalumpang dan Kecamatan Budong-Budong.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Tabel 4.1 Indikator Kependudukan Kab. Mamuju

Uraian 2007 2008 2009Jumlah penduduk 269.826 305.473 315.053Pertumbuhan Penduduk ( %0 4.23 3.18 3.14Kepadatan Penduduk ( jiwa/km2) 37.04 38.12 39.31sex ratio (L/p) (%) 105.94 105.94 106.51Jumlah Rumah Tangga (juta) 74.59 74.906 75.372rata-rata ART (jiwa/ruta) 3.98 4.08 4.18% Penduduk menurut kelompok umur      0-14 38.24 39.32 36.8115-64 59.08 58.1 59.53>65 2.68 2.58 3.66

Sumber : Mamuju Dalam Angka 2010 (diolah)

Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Mamuju

didominasi oleh penduduk usia 5-9 tahun. Pada piramida penduduk tampak

51

Page 52: Teori Location Qoutient 1

penduduk usia 0-4 tahun jumlahnya lebih rendah dari kelompok penduduk usia

yang lebih tua 5-9 tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju mencapai

296.828 jiwa pada tahun 2007.

Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2009 mencapai sekitar 315.053

jiwa. Seiring dengan terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2004,

maka terjadi migrasi masuk ke Kabupaten Mamuju sehingga tingkat pertumbuhan

penduduk dalam kurun waktu tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 2,67

persen pertahun.

Sebagai kabupaten terluas di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, tingkat

kepadatan penduduk Kabupaten Mamuju yakni sebesar 39,31 jiwa/km2 pada

tahun 2009 atau dalam setiap km2 di tempati penduduk sekitar 39 orang. Secara

umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk

perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari

100. Pada tahun 2009, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 106

penduduk laki-laki.

4.1.3. Pertumbuhan PDRB

Perekonomian Kabupaten Mamuju telah menunjukkan peningkatan

walaupun perkembangannya belum optimal. Berbagai program yang telah

dilaksanakan mampu memberikan hasil yang cukup baik, hal ini ditandai dengan

pertumbuhan PDRB Kabupaten Mamuju. Tabel di bawah ini menyajikan

pertumbuhan PDRB persektor Kabupaten Mamuju tahun 2004-2009.

Tabel 4.2Produk Domestik Ragional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Mamuju Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2009 (Juta Rupiah)

52

Page 53: Teori Location Qoutient 1

No Lapangan UsahaTahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pertanian 505.078 539.529.03 564.106.71 574.444.55 582.681.11 602.453.78

2 Pertambangan 10.293. 10.647.14 11.546.59 15.028.38 18.540.51 21.688.77

3 Industri pengolahan 26.846. 29.542.22 32.544.63 36.718.12 39.131.85 41.546.04

4Listrik, gas dan air bersih

1.359. 2.734.41 3.005.91 3.637.32 4.185 4.909.17

5 Bangunan 36.467. 38.548.9 41.246.66 53.492.4 79.147.36 82.880.17

6Perdagangan, hotel dan restoran

36.068. 74.837.2 83.417.65 95.001.7 100.833.76 107.853.04

7Pengangkutan dan komunikasi

18.917. 23.082.65 24.516.36 30.023.74 35.042.63 39.832.37

8Keuangan dan persewaan

43.139. 43.975.46 46.822.92 53.444.16 73.943.85 89.278.62

9 Jasa-jasa 103.979 144.452.48 163.053.4 185.690.02 215.487.44 253.402.87

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju (BPS)

4.1.4. Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian suatu daerah merupakan suatu gambaran

peranan/andil sektor-sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB daerah

tersebut dalam kurun waktu tertentu. Semakin besar peranan suatu sektor maka

semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian.

Tabel 4.3Struktur Ekonomi Kabupaten MamujuTahun 2008 dan 2009 (dalam persen)

Lapangan Usaha 2008 2009 PerubahanPertanian 51,35 49,56 1,79

Pertambangan 1,44 1,54 0,1Industri pengolahan 2,87 2,71 0,16Listrik, gas dan air bersih 0,46 0,48 0,02Bangunan 7,12 6,53 0,59Perdagangan, hotel dan 9,05 8,61 0,44

53

Page 54: Teori Location Qoutient 1

restoranAngkutan dan komunikasi 3,45 3,45 -Keuangan dan persewaan 5,81 6,35 0.53Jasa-jasa 18,44 20,79 2,35

Jumlah 100,00 100,00 xx

Sumber : BPS Kabupaten Mamuju

Sampai tahun 2009, sektor pertanian masih merupakan sektor yang

memberikan kontribusi terbesar dalam kegiatan perekonomian Kabupaten

Mamuju. Sekitar 49,56 persen perekonomian Mamuju didominasi oleh sektor

pertanian. Selanjutnya sektor jasa-jasa menduduki urutan kedua yang memberikan

kontribusi terbesar sekitar 20,79 persen, kemudian diikuti oleh sektor

perdagangan 8,61 persen. Berikutnya disusul oleh sektor bangunan dan sektor

keuangan dan jasa perusahaan dengan kontribusi masing-masing sekitar 6,53

persen dan 6,35 persen.

Bila dibandingkan dengan tahun 2008, tampaknya telah terjadi pergeseran

struktur ekonomi. Meskipun sektor pertanian masih sangat dominan, tetapi

kontribusinya di tahun 2009 berkurang sekitar 1,79 poin dibanding tahun 2008. Di

sisi lain, sektor-sektor seperti jasa-jasa dan keuangan, jasa perusahaan

menunjukkan peningkatan kontribusi. Tentunya hal ini merupakan sesuatu yang

wajar dan cukup baik, karena ciri suatu daerah yang mulai berkembang yaitu

disamping terjadi pertumbuhan ekonomi yang signifikan, juga terjadi pergeseran

struktur ekonomi.

54

Page 55: Teori Location Qoutient 1

4.2. Pergeseran Struktur Ekonomi

4.2.1. Analisis Shift Share

Adapun hasil analisis shift share PDRB Kabupaten Mamuju menurut

lapangan usaha tahun (2004-2009) dapat dilihat pada Tabel di bawah :

Tabel 4.4Komponen Perubahan PDRB Kabupaten Mamuju Menurut Lapangan Usaha 2004

dan 2009 (Juta Rupiah)

No Sektor EkonomiPDRB Kab.Mamuju

PerubahanKomponen Perubahan

2004 2009Nasional

Share ( NS)Proportional

Shift (PS)Differential shift (DS)

1 Pertanian 505.078,00 602.453,78 97.375,78 224.693,63 (139.115,76) 11.797,91

2 Pertambangan 10.293,00 21.688,77 11.395,77 4.579,04 12.604,28 (5.787,55)

3 Industri Pengolahan 26.846,00 41.546,04 14.700,04 11.942,96 6.112,08 (3.354,99)

4Listrik, Gas dan Air bersih 1.359,00 4.909,17

3.550,17 604,58 586,3 2.359,30

5 Bangunan 36.467,00 82.880,17 46.413,17 16.223,04 (29.333,63) 59.523,75

6Perdagangan ,Hotel dan Restoran 36.068,00 107.853,04

71.785,04 16.045,54 195.095,92 (139.356,42)

7Angkutan dan Komunikasi 18.917,00 39.832,37

20.915,37 8.415,59 3.847,07 8.652,71

55

Page 56: Teori Location Qoutient 1

8Keuangan dan Persewaan 43.139,00 89.278,62

46.139,62 19.191,21 43.872,94 (16.942,54)

9 Jasa-jasa 103.979,00 253.402,87 149.423,87 46.257,05 28.030,05 75.136,77

  Jumlah 782.146,00 1.243.844,83 461.698,83 347.952,64 121.699,24 (7.953,06)

Sumber : BPS Kab. Mamuju dan Prov.Sulbar, Serta hasil analisis Gambar 4.1 Hasil Shift Share Analisis

NS73%

PS25%

DS2%

Hasil Shift Share Analisis

Sumber : BPS Kab. Mamuju dan Prov. Sulbar, serta hasil analisis

Hasil analisis shift share pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa perubahan

yang terjadi pada PDRB Kabupaten Mamuju dari tahun 2004 hingga 2009 sebesar

461.698,83 juta rupiah dari jumlah tersebut sebagian besar (73 persen atau

347.952,64 juta rupiah) disebabkan oleh perubahan karena efek pertumbuhan

nasional dalam hal ini Sulawesi Barat, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian

Kabupaten Mamuju masih sangat bergantung pada perekonomian Sulawesi Barat

dan nasional bahkan global.

Sementara itu pengaruh dari efek bauran industri/sektoral (industrial

mix growth) terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju , yakni sebesar

25 persen atau 121.699,24 juta rupiah. Hal ini berarti pengaruh efek bauran

industri/sektoral cukup mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Mamuju, Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor yang di kembangkan pada

56

Page 57: Teori Location Qoutient 1

Kabupaten Mamuju sesuai dengan sektor yang di kembangkan di tingkat propinsi

dalam hal ini Sulawesi Barat.

Sedangkan pengaruh daya saing Kabupaten Mamuju terhadap

perekonomian Kabupaten Mamuju masih sangat kecil bahkan minus, yakni

sebesar negatif 2 persen atau negatif 7.953,06 juta rupiah. Hal ini jauh lebih

rendah dibanding dengan pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Barat sehingga menunjukkan masih rendahnya daya saing atau rendahnya

kemandirian daerah.

Adapun persentase komponen perubahan PDRB Kabupaten Mamuju

menurut lapangan usahapada tahun 2004 dan 2009 dapat terlihat pada Tabel

berikut :

Tabel 4.5Persentase Komponen Perubahan PDRB Kabupaten Mamuju Menurut

Lapangan Usaha, 2004 dan 2009 (Juta Rupiah)

No Sektor EkonomiPDRB Kab.Mamuju Perubahan PDRB Komponen Perubahan

2004 2009 Jumlah % NS PS

1 Pertanian 505.078,00 602.453,78 97.375,78 19,2844,4

9(27,54)

2 Pertambangan 10.293,00 21.688,77 11.395,77 110,7144,4

9122,45 (56,23)

3 Industri Pengolahan 26.846,00 41.546,04 14.700,04 54,7644,4

922,77 (12,5)

4Listrik, Gas dan Air bersih

1.359,00 4.909,17 3.550,17 261,2344,4

943,14 173,6

5 Bangunan 36.467,00 82.880,17 46.413,17 127,2744,4

9(80,44) 163,2

6Perdagangan , Hotel dan Restoran

36.068,00 107.853,04 71.785,04 199,0344,4

9540,91 (386,4)

7 Angkutan dan 18.917,00 39.832,37 20.915,37 110,56 44,4 20,34 45,74

57

Page 58: Teori Location Qoutient 1

Komunikasi 9

8Keuangan dan Persewaan

43.139,00 89.278,62 46.139,62 106,9644,4

9101,7 (39,23)

9 Jasa-jasa 103.979,00 253.402,87 149.423,87 143,7144,4

926,96 72,26

Jumlah 782.146,00 1.243.844,83 461.698,83

Sumber : BPS Kab. Mamuju dan Prov.Sulbar, Serta hasil analisisKeterangan : Angka dalam kurung bertanda negatif

NS : Nasional share PS : Proportional shift DS : Differential shift

Ditingkat sektoral, perubahan output yang terjadi pada sektor pertanian

selama periode 2004-2009 hasil analisis mencapai 97.375,78 juta rupiah atau

19,28 persen, perubahan tersebut terdistribusi ke dalam tiga komponen yakni

nasional share (NS) sebesar 44,49 persen, Hal ini mengindikasikan bahwa

tingkat pengaruh kebijakan nasional seperti subsidi pupuk dan bibit, konsep

ketahanan pangan, penetapan harga dasar dan lain-lain terhadap sektor pertanian

di Kabupaten Mamuju sangat tinggi, sementara itu pengaruh bauran industri atau

proportional shift (PS) disektor ini mencapai negatif 27,54 persen, yang berarti

bahwa dengan kondisi struktur ekonomi seperti ini justru merugikan karena

mengurangi output ditingkat sektor pertanian. Sedangkan pengaruh komponen

differential shift (DS) yang menunjukkan tingkat daya saing wilayah, mampu

memberi andil terhadap peningkatan output ekonomi disektor pertanian sebesar

2,34 persen terhadap total output yang tercipta di sektor pertanian.

Sektor pertambangan mengalami perubahan sebesar 11.395,77 juta rupiah

atau 110,71 persen yang dipengaruhi oleh tiga komponen yakni perekonomian

nasional atau nasional share (NS) sebesar 44,49 persen, bauran industri atau

proportional shift (PS) mempengaruhi perubahan output ekonomi yang cukup

58

Page 59: Teori Location Qoutient 1

tinggi sebesar 122,45 persen sedangkan daya saing atau differential shift (DS)

justru negatif yakni sebesar negatif 56,23 persen. Ini berarti Kabupaten Mamuju

tidak seharusnya terus bergantung pada perekonomian Sulawesi Barat yang hanya

memiliki kontribusi perubahan output sebesar 44,49 persen jika dibandingkan

dengan bauran industri yang sangat tinggi sebesar 122,45 persen, meskipun hasil

analisis memperlihatkan bahwa daya saing daerah masih sangat lemah.

Pada sektor industri pengolahan mengalami perubahan sebesar 14.700,04

atau 54,76 persen juta rupiah yang terdistribusi ke dalam tiga komponen yaitu

pertumbuhan ekonomi nasional atau national share (NS) sebesar 44,49, hal ini

disebabkan karena pada kenyataannya di kawasan Mamuju masih terbatas jumlah

industri pengolahan yang berskala kabupaten ataupun propinsi. Efek bauran

industri atau proportional shift (PS) terhadap sektor ini mengakibatkan

penambahan output ekonomi sebesar 22,77 persen. Sementara itu, pengaruh

komponen differential shift (DS) mengakibatkan pengurangan output ekonomi

sebesar negatif 12,5 persen, yang mengindikasikan masih lemahnya daya saing

atau kemandirian dalam sektor industri pengolahan.

Pada sektor listrik, gas dan air bersih mengalami perubahan output sebesar

3.550,17 juta rupiah atau 261,23 persen yang terdistribusi ke dalam tiga komponen

yakni komponen national share (NS) atau perekonomian Sulawesi Barat sebesar

44,49 persen, bauran industri atau proportional shift (PS) mempengaruhi

perubahan output ekonomi sebesar 43,14 persen, sedangkan daya saing daerah

atau differential shift (DS) mempengaruhi perubahan output ekonomi yang cukup

59

Page 60: Teori Location Qoutient 1

tinggi yakni 173,6 persen. Ini berarti pada sektor listrik, gas dan air bersih di

Kabupaten Mamuju memilki daya saing yang sangat kuat.

Pada sektor bangunan terjadi perubahan output di Kabupaten Mamuju

sebesar 46.413,17 atau 127,27 persen juta rupiah yang dipengaruhi tiga komponen

yakni komponen perekonomian Sulawesi Barat atau nasional share (NS) sebesar

44,49 persen, komponen efek bauran industri atau proportional shift (PS) sektor

ini mengakibatkan menurunnya output ekonomi sebesar negatif 80,44 persen.

Sedangkan kemampuan daya saing daerah atau differential shift (DS)

mengakibatkan penambahan output ekonomi sebesar 163,2 persen. Ini berarti

daya saing wilayah sangat berpengaruh terhadap penambahan output ekonomi

Kabupaten Mamuju.

Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran pertambahan output juga

terjadi yaitu sebesar 71.785,04 juta rupiah atau 199,03 persen, yang terdistribusi ke

dalam tiga komponen yakni komponen national share (NS) atau perekonomian

Sulawesi Barat sebesar 44,49 persen. Pengaruh proportional shift (PS) terhadap

sektor ini sangat tinggi mengingat Kabupaten Mamuju adalah ibu kota proponsi

Sulawesi Barat sehingga merupakan pusat aktifitas perekonomian dengan letak

yang strategis dengan angka perubahann sebesar 540,91 persen, sedangkan untuk

pengaruh diferensial shift (DS) justru mengakibatkan menurunnya output

ekonomi sebesar negatif 386,4 persen. sehingga pengaruh komponen differential

shift (DS) mengindikasikan daya saing atau kemandirian daerah dalam sektor ini

sangat lemah.

60

Page 61: Teori Location Qoutient 1

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami perubahan komposisi

struktur ekonomi sebesar 20.915,37 juta rupiah atau 110,56 persen yang

terdistribusi ke dalam tiga komponen yakni komponen national share (NS) atau

perekonomian Sulawesi Barat yang cukup tinggi sebesar 44,49 persen, hal ini

disebabkan Kabupaten Mamuju merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Barat di

mana arus lalu lintas berpusat di Kabupaten Mamuju dan letaknya yang sangat

strategis mendukung bagi peningkatan sektor pengangkutan dan komunikasi,

sementara pengaruh komponen bauran industri atau proportional shift (PS)

sebesar 20,34 persen, angka yang cukup rendah padahal Kabupaten Mamuju

merupakan ibukota yang sudah seharusnya sektor yang di kembangkan mengarah

pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebab lalu lintas barang ataupun jasa

berpusat di Kabupaten Mamuju, sedangkan pengaruh komponen differential shift

(DS) atau daya saing daerah juga cukup tinggi sebesar 45,74 persen terhadap

output ekonomi Kabupaten Mamuju pada sektor pengangkutan dan komunikasi,

hal ini berarti daya saing wilayah sangat berpengaruh terhadap penambahan

output ekonomi Kabupaten Mamuju, sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten

Mamuju memiliki daya saing yang kuat.

Sektor keuangan dan persewaan mengalami perubahan sebesar 46.139,62

juta rupiah atau 106,96 persen yang dipengaruhi oleh perekonomian nasional atau

national share (NS) sebesar 44,49 persen, hal ini berarti sektor keuangan cukup

bergantung kepada perekonomian Sulawesi Barat. Sementara komponen

proportional shift (PS) atau bauran industri mempengaruhi perubahan output

101,7 persen, ini berarti efek bauran industri lebih besar pengaruhnya dari pada

61

Page 62: Teori Location Qoutient 1

kontribusi Sulawesi Barat terhadap perubahan ekonomi di Kabupaten Mamuju,

Hal ini menunjukkan bahwa sektor yang di kembangkan pada Kabupaten Mamuju

telah sesuai dengan potensi daerah itu sendiri dalam hal ini Kabupaten Mamuju.

Sedangkan daya saing daerah atau differential shift (DS) justru mengalami

penurunan yang menyebabkan berkurangnya kontribusi terhadap sektor keuangan

sebesar negatif 39,23 persen. Ini berarti bahwa daya saing sektor keuangan di

Kabupaten Mamuju sangat lemah.

Pada sektor jasa-jasa output Kabupaten Mamuju mengalami perubahan

sebesar 149.423,87 juta rupiah atau 143,71 persen, yang terdistribusi ke dalam tiga

komponen yakni national share (NS) atau pengaruh pertumbuhan ekonomi

nasional sebesar 44,49 persen. Sementarae komponen proportional shift (PS) atau

efek bauran industri terhadap sektor ini mengakibatkan penambahan output

ekonomi 26,96 persen dari total penambahan output yang tercipta di sektor

ini. Sedangkan pengaruh komponen differential shift (DS) menunjukkan

peranan sebesar 72,26 persen, sehingga dapat dikatakana bahwa daya saing

atau kemandirian produk di sektor jasa cukup kuat.

Dari hasil perhitungan shift share analisis, sektor yang termasuk

berkembang di Kabupaten Mamuju yang sesuai dengan Sulawesi Barat (industrial

mix) yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan

persewaan, sektor jasa-jasa, sektor pertambangan, sektor industri pegolahan, serta

sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan yang tidak sesuai yaitu sektor

pertanian, sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih.

62

Page 63: Teori Location Qoutient 1

Sektor yang memiliki daya saing kuat di Kabupaten Mamuju yaitu sektor

jasa-jasa, sektor pertanian, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih sedangkan yang tidak memilki daya

saing yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan

dan komunikasi, dan sektor keuangan dan persewaan.

4.2.2. Shift Share Perhitungan Pergeseran Bersih.

Pergeseran bersih (PB) diperoleh dari hasil penjumlahan antara

proportional shift dan differential shift di setiap sektor perekonomian. Apabila

PB>0, Maka pertumbuhan sektor di Mamuju termasuk dalam kelompok yang

progresif (maju). Sedangkan PB<0 artinya sektor perekonomian di Mamuju

termasuk kelompok yang lamban.

Berdasarkan Tabel 4.6, secara agregat pergeseran bersih di Kabupaten

Mamuju menghasilkan nilai positif yang turut memberikan sumbangan

terhadap pertumbuhan PDRB pada periode 2004-2009 di Kabupaten Mamuju

sebesar 113.746,19 juta rupiah. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum

Kabupaten Mamuju termasuk ke dalam kelompok daerah yang progresif (maju).

Di tingkat sektoral, delapan sektor memiliki nilai PB > 0 yaitu pertambangan ,

industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan

restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan persewaan, dan jasa-jasa.

Tabel 4.6Komponen Perubahan dan Pergeseran Bersih PDRB Kabupaten Mamuju menurut

Lapangan Usaha, 2004 dan 2009 ( Jutaan Rupiah)

No Sektor EkonomiPDRB Kab.Mamuju

PerubahanKomponen Perubahan Pergeseran

Bersih2004 2009 NS PS DS

1 Pertanian 505.078,00 602.453,78 97.375,78 224.693,63 (139.115,76) 11.797,91 (127.317,85)

2 Pertambangan 10.293,00 21.688,77 11.395,77 4.579,04 12.604,28 (5.787,55) 6.816,73

3 Industri Pengolahan 26.846,00 41.546,04 14.700,04 11.942,96 6.112,08 (3.354,99) 2.757,08

63

Page 64: Teori Location Qoutient 1

4Listrik, Gas dan Air bersih 1.359,00 4.909,17

3.550,17 604,58 586,3 2.359,30 2.945,59

5 Bangunan 36.467,00 82.880,17 46.413,17 16.223,04 (29.333,63) 59.523,75 30.190,13

6Perdagangan ,Hotel dan Restoran 36.068,00 107.853,04

71.785,04 16.045,54 195.095,92 (139.356,42) 55.739,50

7Angkutan dan Komunikasi 18.917,00 39.832,37

20.915,37 8.415,59 3.847,07 8.652,71 12.499,78

8Keuangan dan Persewaan 43.139,00 89.278,62

46.139,62 19.191,21 43.872,94 (16.942,54) 26.948,78

9 Jasa-jasa 103.979,00 253.402,87 149.423,87 46.257,05 28.030,05 75.136,77 103.166,82

  Jumlah 782.146,00 1.243.844,83 461.698,83 347.952,64 121.699,24 (7.953,06) 113.746,19

Sumber : BPS Kab. Mamuju dan hasil analisisKeterangan : Angka dalam kurung bertanda negatif

NS : Nasional share PS : Proportional shift DS : Differential shift

Pada sektor pertanian, pergeseran bersihnya justru mengurangi

pertumbuhan output sebesar negatif 127.317,85 juta rupiah terhadap total

pertumbuhan di sektor tersebut. Pada sektor pertambangan pergeseran bersihnya

meningkatkan output sebesar 6.816,73 juta rupiah, industri pengolahan

meningkatkan output 2.757,08 juta rupiah, listrik gas dan air bersih meningkatkan

output 2.945,59 juta rupiah, bangunan meningkatkan output sebesar 30.190,13

juta rupiah, perdagangan meningkatkan output sebesar 55.739,50 juta rupiah,

pengangkutan meningkatkan output sebesar 12.499,78 juta rupiah, keuangan dan

persewaan meningkatkan output sebesar 26.948,78 juta rupiah dan terakhir jasa-

jasa juga turut meningkatkan output sebesar 103.166,82 juta rupiah.

Dari hasil analisis perhitungan bersih maka dapat diketahui bahwa sektor

perekonomian yang termasuk lamban perkembangannya hanya pertanian,

sedangkan delapan sektor lainnya merupakan sektor yang memiliki perkembangan

yang maju (progresif) yaitu sektor pertambangan, industri pengolahan, listrik gas

64

Page 65: Teori Location Qoutient 1

dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan

komunikasi, keuangan dan persewaan serta jasa-jasa.

Secara keseluruhan hasil perhitungan bersih shift share analisis

memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju secara umum

sangat maju karena hanya sektor pertanian yang perkembangannya lamban,

sedangkan delapan sektor lainnya mengalami perkembangan yang maju

(progresif ).

Tabel 4.7Komponen Perubahan dan Kenaikan Aktual PDRB Kabupaten Mamuju

Menurut Lapangan Usaha, 2004 dan 2009 (Persen)

No Sektor EkonomiKomponen Perubahan Efek

Bersih (%)Kenaikan

Aktual (%)Rangking

NS PS DS

1 Pertanian 44,49 (27,54) 2,34 (25,21) 19,28 IX

2 Pertambangan 44,49 122,45 (56,23) 66,23 110,71 V

3 Industri Pengolahan 44,49 22,77 (12,5) 10,27 54,76 VIII

4Listrik, Gas dan Air bersih

44,49 43,14 173,61 216,75 261,23 I

5 Bangunan 44,49 (80,44) 163,23 82,79 127,27 IV

6Perdagangan ,Hotel dan Restoran

44,49 540,91 (386,37) 154,54 199,03 II

7Angkutan dan Komunikasi

44,49 20,34 45,74 66,08 110,56 VI

65

Page 66: Teori Location Qoutient 1

8 Keuangan dan Persewaan 44,49 101,7 (39,23) 62,47 106,96 VII

9 Jasa-jasa 44,49 26,96 72,26 99,22 143,71 III

Sumber : BPS Kab. Mamuju dan hasil analisisKeterangan : Angka dalam kurung bertanda negatif

NS : Nasional share PS : Proportional shift DS : differential shift

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.7 di atas terlihat jelas bahwa

Kabupaten Mamuju telah mengalami pergeseran struktur dari sektor primer ke

sektor sekunder, hal ini ditandai dengan rendahnya kenaikan aktual pada sektor

pertanian sehingga menempatkan sektor tersebut pada posisi ke sembilan atau

rangking sembilan dari seluruh sektor perekonomian, berarti sektor pertanian

mulai mengalami penurunan dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB

Kabupaten Mamuju, meskipun demikian sektor pertanian harus tetap menjadi

perhatian utama mengingat sektor primer atau sektor pertanian sangat berperan

guna mendorong peningkatan sektor lainnya atau sektor sekunder dan tersier.

Adapun sektor yang mengalami kenaikan aktual tertinggi dan

menempatkan sektor tersebut pada urutan pertama atau rangking satu adalah

sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 261,23 persen, hal ini berarti sektor

listrik, gas dan air bersih merupakan sektor dengan laju pertumbuhan yang cepat

atau merupakan sektor yang sangat berpotensi untuk dikembangkan, sejalan

dengan hal ini pemerintah daerah Kabupaten Mamuju sejak tahun 2006-2009

telah mengupayakan bagi pengadaan pembangkit listrik tenaga surya sebesar 771

unit, pada tahun 2008 merupakan pengadaan terbesar untuk PLTS sebesar 354

unit, sedangkan tahun 2009 realisasi PLTS mulai berkurang sebesar 7 unit.

66

Page 67: Teori Location Qoutient 1

Sehingga diharapkan pemerintah daerah lebih memperhatikan hal tersebut di masa

mendatang.

Kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran berada pada urutan

kedua dengan kenaikan aktual sebesar 199,03 persen, hal ini berarti sektor

tersebut pertumbuhanya sangat cepat dengan dukungan pelaku bisnis yakni

keberadaan hotel-hotel seperti Hotel Maleo, Hotel Srikandi, dan Hotel Mutiara.

Dengan demikian perubahan struktur Kabupaten Mamuju ditandai dengan

beralihnya peranan sektor primer secara perlahan yang kemudian menuju sektor

sekunder dan tersier, hal ini ditunjukkan pada tabel 4.7 yang menempatkan sektor

pertanian pada urutan ke sembilan dan sekor listrik, gas dan air bersih pada urutan

pertama, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan pada

urutan ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa, selanjutnya sektor bangunan, sektor

pertambangan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan persewaan,

dan sektor industri pengolahan.

4.2.3. Analisis Kuadran

Grafik 4.2Proportional Shift (PS) dan Diference Shift (DS) Sektor

Ekonomi di Kabupaten Mamuju periode 2004-2009

67

1

5

7

3

DS

PS

9

4

8

II I

Page 68: Teori Location Qoutient 1

Sumber : BPS diolah oleh penulis

Keterangan :

1. Sektor Pertanian2. Sektor Pertambangan3. Sektor Industri Pengolahan4. Sektor Listrik, gas dan Air bersih5. Sektor Bangunan6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran7. Sektor Angkutan dan Komunikasi8. Sektor Keuangan dan persewaan9. Sektor Jasa-jasa

Dengan melihat besaran PS dan DS, maka suatu daerah/sektor dapat

dikategorikan menjadi empat kelompok/kuadran, dari gambar diatas pada

periode 2004-2009 secara agregat posisi perekonomian (PDRB) Kabupaten

Mamuju hanya menempati tiga kuadran. Ini berarti bahwa perekonomian

Kabupaten Mamuju mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan

perekonomian Kabupaten Mamuju memiliki lima sektor yang memiliki daya

saing yang tinggi yaitu sektor jasa-jasa, pertanian, bangunan, pengangkutan dan

komunikasi, listrik gas dan air bersih, namun tidak semuanya pertumbuhan

ekonomi sektor yang memiliki daya saing di Mamuju sejalan dengan arah

pertumbuhan sektor dominan ditingkat Sulawesi Barat Pada tingkat sektoral

seperti sektor pertanian dan sektor bangunan.

68

2

6

IIIIV

Page 69: Teori Location Qoutient 1

Terdapat tiga sektor yang menempati kuadran I (PS positif dan DS

positif), yaitu angkutan dan komunikasi, jasa-jasa, dan listrik, gas dan air bersih,

hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan

yang cepat. Sektor-sektor tersebut juga mampu bersaing dengan sektor-sektor

perekonomian dari wilayah lain.

Di kuadran II ( PS negatif dan DS positif ) ditempati oleh sektor petanian

dan bangunan kelompok sektor ini mempunyai kecenderungan sebagai sektor

yang lemah tetapi berpotensi untuk dikembangkan, kelompok sektor ini memiliki

tingkat daya saing yang kuat tetapi laju pertumbuhannya lambat.

Pada kuadran III (PS positif dan DS negatif) ditempati oleh sektor

pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor

keuangan dan komunikasi. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut berada

sebagai sektor yang pertumbuhannya lemah tapi sedang berkembang. Sektor ini

dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan yang

cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi dari

wilayah lain karena daya saingnya lemah.

Secara keseluruhan hasil perhitungan bersih shift share analisis

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju sangat

singnifikan karena hanya sektor pertanian saja yang perkembangannya lamban,

sedangkan delapan sektor lainnya mengalami perkembangan yang sangat cepat.

Sehingga dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Mamuju

mulai terjadi Pergeseran dari sektor primer menuju sektor sekunder. Dimana

peranan sektor sekunder semakin besar dalam pembentukan PDRB pada

69

Page 70: Teori Location Qoutient 1

Kabupaten Mamuju dan perubahan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Barat sebesar 75 persen, industrial mix 25 persen dan daya saing -2

persen.

Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan Beni Harisman tahun

2007, dengan judul penelitian “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-

Sektor Unggulan di Provinsi Lampung (periode 1993-2003) “ hasil penelitian

dengan alat analisis shift share menunjukkan analisis PDRB Provinsi Lampung

tahun 1993-2003 menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di

Provinsi Lampung dari sektor primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan

dengan peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya

kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung, diikuti dengan sektor primer,

kemudian sektor tersier.

Demikian hal nya dengan teori yang dikemukakan oleh Chenery tentang

transformasi struktur produksi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan

pendapatan perkapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula

mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri.

Teori-teori perubahan struktural memusatkan perhatian pada transformasi

struktur ekonomi dari pola pertanian ke struktur yang lebih modern serta memiliki

sektor industri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tangguh.

4.3 Sektor Basis Dan Non Basis Di Kabupaten Mamuju

Alat analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi

keunggulan komparatif kegiatan ekonomi di Mamuju dengan membandingkannya

pada tingkat propinsi dalam hal ini Sulawesi Barat. Teori location quetion seperti

70

Page 71: Teori Location Qoutient 1

dikemukakan Bendavid digunakan untuk menganalisis keragaman basis ekonomi.

Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang dapat

dikembangkan untuk tujuan sektor dan tujuan menyupply kebutuhan lokal,

sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas utama

dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Berdasarkan analisis LQ pada Tabel

4.8, di Mamuju terdapat 6 sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan

komparatif (nilai LQ>1), yaitu : sektor pertanian, pertambangan, bangunan,

perdagangan, hotel dan restoran, keuangan dan persewaan dan jasa-jasa. Hal Ini

mengindikasikan bahwa pada sektor tersebut Kabupaten Mamuju telah mampu

memenuhi sendiri kebutuhannya dan dimungkinkan untuk mengekspor keluar

daerah barang dan jasa. Sektor pertambangan merupakan sektor dengan nilai

LQ tertinggi , yakni rata-rata selama 6 tahun mencapai 2,12. Hal ini

menunjukkan bahwa sektor pertambangan merupakan sektor yang potensial.

Tabel 4.8Nilai Location Quotient Mamuju Dirinci Per Sektor Ekonomi Tahun 2004-2009

NoLapangan usaha

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pertanian 1,14 1,07 1,09 1,07 1,07 1,05

2 Pertambangan 2,38 2,21 2,27 2,29 1,77 1,71

3 Industri pengolahan 0,47 0,43 0,43 0,45 0,41 0,39

4 Listrik gas dan air bersih 0,53 0,92 0,91 0,96 0,89 0,92

5 Bangunan 0,39 0,33 1,37 1,50 1,33 1,25

6 Perdagangan, hotel dan restoran 1,76 3,11 0,66 0,69 0,70 0,70

71

Page 72: Teori Location Qoutient 1

7 Pengangkutan dan komunikasi 0,88 0,86 0,91 0,96 1,00 1,02

8 Keuangan dan persewaan 1,21 1,05 1,04 0,95 0,93 0,92

9 Jasa-jasa 1,03 1,21 1,18 1,19 1,23 1,33

Sumber : BPS (diolah)

4.4 Pembahasan sektoral

4.4.1 Pertanian

Sektor pertanian di Kabupaten Mamuju mempunyai peran yang cukup

besar, hal ini terlihat pada kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Mamuju. Besarnya kontribusi sektor pertanian dapat dilihat pada angka kontribusi

sektor pertanian seraca rata-rata yakni sebesar 54,82 persen dengan persentase

tertinggi pada tahun 2005 yaitu 60.09 persen. Namun dari tahun ke tahun

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB mengalami penurunan bahkan pada

tahun 2009 hanya memiliki kontribusi sebesar 49,56 persen. Meskipun demikian

sektor pertanian masih menempati urutan pertama dalam kontribusinya terhadap

PDRB Kabupaten Mamuju pada tahun 2009.

Grafik.4.1Perkembangan Location Quotient (LQ) sektor pertanian

72

Page 73: Teori Location Qoutient 1

2004 2005 2006 2007 2008 20091.001.021.041.061.081.101.121.141.16

PERTANIAN

PERTANIAN

Sumber : BPS (diolah)

Berdasarkan Grafik 4.1 analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009),

sektor pertanian mengalami fluktuatif tetapi secara umum mengalami penurunan,

dengan rata-rata LQ sektor pertanian menunjukkan nilai sebesar 1,08 berarti nilai

(LQ > 1). Sehingga sektor ini termasuk sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari

angka satu ini berarti sektor pertanian telah dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat daerah dan di luar daerah atau ekspor. Tingginya nilai LQ ini

disebabkan oleh letaknya strategis, jenis tanah dan luas lahan sangat cocok untuk

mengembangkan pertanian berupa ketahanan pangan, perkebunan, peternakan,

perikanan, kehutanan, dan kelautan.

Analisis kuadran menempatkan pertanian berada pada kuadran dua yang

berarti sektor ini mempunyai kecenderungan sebagai sektor yang lemah tetapi

berpotensi untuk dikembangkan. Kelompok sektor ini memiliki tingkat daya

saing yang kuat tetapi laju pertumbuhannya lambat.

4.4.2 Pertambangan

73

Page 74: Teori Location Qoutient 1

Sumbangan sektor pertambangan terhadap PDRB pada tahun 2004 sebesar

10.293 juta rupiah terus mengalami peningkatan dan puncaknya terjadi pada tahun

2009 sebesar 21.688.77 juta rupiah.

Grafik 4.2 Perkembangan Location Quotient (LQ) pertambangan

2004 2005 2006 2007 2008 20090.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

2.382.21 2.27 2.29

1.77 1.71

PERTAMBANGAN

PERTAMBANGAN

Sumber : BPS (diolah)

Hasil dari perhitungan LQ seperti pada Grafik 4.2 selama tahun 2004-

2009, menunjukkan pertambangan secara keseluruhan mengalami penurunan,

hanya pada tahun 2007 menunjukkan peningkatan dengan nilai sebesar 2,29,

namun tahun 2008-2009 sektor perambangan kembali mengalami penurunan yang

sangat jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yakni pada tahun 2008 sebesar

1,77 dan tahun 2009 sebesar 1,71. Meskipun demikian sektor pertambangan

menurut hasil anlisis location quotient termasuk sektor basis, karena memiliki

nilai LQ > 1 bahkan memiliki nilai rata-rata LQ yang paling besar dari sektor

lainnya yakni sebesar 2,12, hal ini sejalan dengan adanya beberapa program dan

kegiatan pemerintah daerah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah

diantaranya adalah di bidang pertambangan dan pengolahan sumber daya mineral

74

Page 75: Teori Location Qoutient 1

pemerintah kabupaten telah mengeluarkan beberapa perijinan, ijin usaha

pertambanagn (IUP), khususnya batubara selama lima tahun telah mengeluarkan

22 ijin pertambangan. Sedangkan untuk galian golongan C, surat ijin

penambangan daerah (SIPD) selama lima tahun telah diberikan kepada 35

perusahaan. Ini berarti bahwa sektor pertambangan termasuk sektor yang sangat

unggul di bandingkan sektor lainnya di Kabupaten Mamuju.

Berdasarkan analisis kuadran sektor pertambangan berada pada kuadran I (

PS dan DS positif ) Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki laju

pertumbuhan yang cepat. Sektor tersebut juga mampu bersaing dengan sektor-

sektor perekonomian dari wilayah lain, sehingga sektor pertambangan sangat

potensial untuk terus diikembangkan.

4.4.3 Industri pengelohan

Sumbangan sektor industri pengolahan terhadap pembentukkan PDRB

Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 26.846.juta rupiah meningkat menjadi

41.546.04 juta rupiah tahun 2009 dan menempati urutan keenam dalam struktur

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009.

Hasil dari perhitungan LQ pada Grafik 4.3 selama tahun 2004-2009 Sektor

industri pengolahan secara keseluruhan mengalami penurunan, terlihat bahwa

pada tahun awal penelitian yaitu tahun 2004 menunjukkan nilai LQ tertinggi

selama kurun waktu enam tahun sebesar 0,47 hingga mengalami penurunan pada

tahun 2005 dan 2006. Meskipun demikian sektor industri pengolahan kembali

meningkat dengan nilai LQ sebesar 0,45 angka yang masih rendah dibandingkan

75

Page 76: Teori Location Qoutient 1

tahun 2004. Kemudian dua tahun terakhir sektor industri pengolahan kembali

mengalami penurunan yang tajam yakni pada tahun 2009 sebesar 0,39.

Grafik 4.3Perkembangan Location Quotient (LQ) industri pengolahan

2004 2005 2006 2007 2008 20090.340.360.380.400.420.440.460.48

0.47

0.43 0.43

0.45

0.410.39

INDUSTRI PENGOLAHAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

Sumber : Sumber : BPS (diolah)

Secara keseluruhan nilai rata-rata LQ sektor industri pengolaha sebesar

0,43 ini berarti LQ<1 sehingga sektor industri pengolahan termasuk sektor non

basis, hal ini disebabkan karena perindustrian di Kabupaten Mamuju saat ini baru

sebatas tingkat industri kecil, industri rumah tangga dan industri menengah dari

bahan mentah menjadi barang setengah jadi, seperti industri rotan , industri kayu,

industri perkebunan, industri kelapa sawit, industri pembuatan perahu. Dan

kurangnya industri yang bersentuhan dengan iptek dan investasi antara lain,

industri kain khas sukomandi, industri tenun sarung sutra mandar, industri

pengrajin marmer, industri rotan dan lainnya.

Sehingga sektor ini tidak dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Mamuju,

oleh karena itu Kabupaten Mamuju harus mengimpor sebesar 0,57 dari luar untuk

memenuhi kebutuhan di Kabupaten Mamuju.

76

Page 77: Teori Location Qoutient 1

Adapun analisis kuadran menempatkan sektor industri pengolahan pada

kuadran dua yang berarti sektor ini mempunyai kecenderungan sebagai sektor

yang lemah tetapi berpotensi. Dan kelompok sektor ini memiliki tingkat daya

saing yang kuat tetapi laju pertumbuhannya lambat.

4.4.4 Listrik, gas dan air bersih

Sumbangan kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih terhadap

pembentukan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 1.359 juta rupiah

meningkat menjadi 4.909.17 juta rupiah, pada tahun 2009 dan menempati urutan

kesembilan dalam struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju selama

periode 2004-2009.

Grafik 4.4Perkembangan Location Quotient (LQ) listik, gas dan air bersih

2004 2005 2006 2007 2008 20090.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

0.53

0.92 0.91 0.96 0.89 0.92

LISTRIK GAS DAN AIR BERSIH

LISTRIK GAS DAN AIR BERSIH

Sumber : BPS (diolah)

Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2004-2009 sektor listrik, gas dan

air bersih secara keseluruhan mengalami peningkatan yang singnifikan, hanya

pada tahun 2008 sektor tersebut mengalami penurunan sebesar 0,89 tetapi pada

tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 0,92. Meskipun demikian

77

Page 78: Teori Location Qoutient 1

sektor listrik gas dan air bersih hanya memiliki nilai rata-rata LQ sebesar 0,86,

namun tetap saja indusrti tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal

ini di sebabkan pemerintah daerah Kabupaten Mamuju sejak tahun 2006-2009

telah mengupayakan bagi pengadaan pembangkit listrik tenaga surya sebesar 771

unit, pada tahun 2008 merupakan pengadaan terbesar untuk PLTS sebesar 354

unit, sedangkan tahun 2009 realisasi PLTS mulai berkurang sebesar 7 unit.

Sehingga diharapkan pemerintah daerah lebih memperhatikan hal tersebut di masa

mendatang.

Meskipun demikian sektor tesebut menurut hasil analisis location quotient

(LQ) termasuk sektor non basis, Sehingga sektor ini tidak dapat memenuhi

kebutuhan Kabupaten Mamuju dan harus mengimpor dari luar Mamuju.

Hasil analisis kuadran sektor listrik, gas dan air bersih berada pada

kuadran I (satu) yang berarti sektor listrik, gas dan air bersih pertumbuhannya

sangat cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih di

Kabupaten Mamuju merupakan sektor yang cukup potensial dan menunjukkan

pula bahwa sektor ini memiliki kinerja sektor yang dapat diandalkan.

4.4.5 Bangunan

Sumbangan kontribusi sektor bangunan terhadap pembentukkan PDRB

Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 36.467 juta rupiah meningkat menjadi

82.880.17 juta rupiah pada tahun 2009 sehingga angka tersebut menempatkan

78

Page 79: Teori Location Qoutient 1

sektor bangunan pada urutan ke lima dalam struktur pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Mamuju selama periode 2004-2009.

Grafik 4.5 Perkembangan Location Quotient (LQ) Bangunan

2004 2005 2006 2007 2008 20090.000.200.400.600.801.001.201.401.60

0.39 0.33

1.371.50

1.33 1.25

BANGUNAN

BANGUNAN

Sumber : BPS (diolah)

Berdasarkan analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009), pada

Grafik 4.5 menunjukkan sektor bangunan mengalami perkembangan yang sangat

baik dengan peningkatan secara tajam nilai LQ dari sektor bangunan yaitu dari

tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 1,04. Sayangnya pada tahun 2008 dan 2009

nilai LQ mengalami penurunan sebesar 1,33 dan 1,25, sehingga dapat dikatakan

perkembangan sektor bangunan menjadi menurun. Meskipun demikian secara

keseluruhan nilai rata-rata LQ dari sektor bangunan menunjukkan angka lebih

besar dari satu atau LQ>1. Sehingga sektor bangunan termasuk dalam sektor

basis, hal ini disebabkan status Mamuju yang merupakan Ibukota Propinsi

Sulawesi Barat yang merupakan pusat aktifitas perekonomian dengan banyaknya

pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Mamuju. Sehingga, sektor bangunan

79

Page 80: Teori Location Qoutient 1

di Kabupaten Mamuju telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya demikian

pula daerah lain.

Sementara itu berdasarkan hasil analisis kuadran sektor bangunan

menempati kuadran III (PS positif dan DS negatif). Ini memberikan pengertian

bahwa sektor tersebut berada pada posisi yang lambat tetapi sedang berkembang.

Sektor ini dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan

yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi

dari wilayah lain (daya saingnya lemah).

4.4.6. Perdagangan, hotel dan restoran.

Sumbangan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap

pembentukkan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 36.068 juta rupiah

meningkat menjadi 107.853.04 juta rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar

bagi pembentukan angka PDRB Kabupaten Mamuju. Sektor ini merupakan sektor

yang menempati urutan ketiga setelah sektor pertanian dan jasa-jasa.

Grafik 4.6Perkembangan Location Quotient (LQ) perdagangan, hotel dan restoran

80

Page 81: Teori Location Qoutient 1

2004 2005 2006 2007 2008 20090.000.501.001.502.002.503.003.50

1.76

3.11

0.66 0.69 0.70 0.70

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Sumber : BPS (diolah)

Analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009), Pada Grafik 4.6 terlihat

bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan perkembangan

dengan nilai rata-rata LQ nya di atas angka satu yaitu sebesar 1,27. Hal ini berarti

sektor ini termasuk sektor basis sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran

di Kabupaten Mamuju telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya demikian

pula daerah lain. Sektor tersebut pertumbuhanya sangat cepat dengan dukungan

pelaku bisnis yakni keberadaan hotel-hotel seperti Hotel Maleo, Hotel Srikandi,

dan Hotel Mutiara.

Sementara itu berdasarkan hasil analisis kuadran sektor perdagangan,

hotel dan restoran menempati kuadran III (PS positif dan DS negatif). Ini

memberikan pengertian bahwa sektor tersebut berada pada posisi yang lemah

tapi sedang berkembang, sektor ini dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang

memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu

bersaing dengan sektor ekonomi dari wilayah lain karena daya saingnya lemah.

4.4.7. Pengangkutan dan komunikasi

81

Page 82: Teori Location Qoutient 1

Sumbangan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap

pembentukkan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 18.917 juta rupiah

meningkat menjadi 39.832.37 juta rupiah pada tahun 2009 sehingga angka

tersebut menempatkan sektor pengangkutan dan komunikasi pada urutan ke tujuh

dalam struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju selama tahun 2004-

2009.

Analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009) , Pada Grafik 4.7

menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami

peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2004 nilai LQ

nya sebesar 0,88 dan pada tahun terakhir nilai LQ nya sebesar 1,02. Meskipun

demikian nilai rata-rata LQ dari sektor pengangkutan dan komunikasi

mununjukkan angka lebih kecil dari satu atau LQ<1 yakni sebesar 0,94. Hal ini

berarti sektor tersebut termasuk sektor non basis. Nilai LQ yang kurang dari satu

ini berarti sektor pengangkutan dan komunikasi belum dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat daerah tersebut sehingga sektor ini harus mengimpor dari

daerah lain. Hal ini tentunya berbeda dengan apa yang di harapkan sebab

Kabupaten Mamuju yang merupakan pusat aktifitas perekonomian dengan

letaknya yang strategis yang di dukung oleh bandara dan pelabuhan serta

dukungan komunikasi, seharusnya menjadikan sektor pengangkutan dan

komunikasi tergolong sektor basis.

Grafik 4.7 Perkembangan Location Quotient (LQ) pengangkutan dan komunikasi

82

Page 83: Teori Location Qoutient 1

2004 2005 2006 2007 2008 20090.75

0.80

0.85

0.90

0.95

1.00

1.05

0.88 0.86

0.91

0.961.00 1.02

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Sumber : BPS (diolah)

Berdasarkan hasil analisis kuadran sektor pengangkutan dan komunikasi

berada pada kuadran I (satu) yang berarti sektor pengangkutan dan komunikasi

pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga sektor ini adalah sektor atau wilayah

dengan pertumbuhannya yang cepat di tingkat propinsi dan memilki daya saing

daerah yang kuat.

4.4.8. Keuangan dan Persewaan

Sumbangan kontribusi sektor keuangan dan persewaan terhadap

pembentukkan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 43.139 juta rupiah

meningkat menjadi 89.278.62 juta rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup

besar bagi pembentukan angka PDRB Kabupaten Mamuju. Sektor ini merupakan

sektor yang menempati urutan keempat setelah sektor pertanian dan jasa-jasa dan

perdagangan.

Grafik 4.8Perkembangan Location Quotient (LQ) keuangan dan persewaan

83

Page 84: Teori Location Qoutient 1

2004 2005 2006 2007 2008 20090.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.211.05 1.04

0.95 0.93 0.92

KEUANGAN DAN PERSEWAAN

KEUANGAN DAN PERSEWAAN

Sumber : BPS (diolah)

Analisis LQ selama 6 tahun terakhir (2004-2009), sektor keuangan dan

persewaaan menunjukkan LQ yang cenderung terus mengalami penurunan hingga

2009. Meskipun demikian nilai rata-rata LQ nya diatas angka satu atau LQ>1

yakni sebesar 1,02. Ini berarti sektor tersebut termasuk sektor basis. sehingga

dapat dikatakan sektor keuangan dan persewaan pada Kabupaten Mamuju telah

memenuhi kebutuhan daerah dan tergolong potensial sesuai sektor di Propinsi

Sulawesi Barat. Hai ini disebabkan oleh banyaknya dukungan perbankan dan jasa

keuangan lainnya Seperti : BRI, BNI, BPD Sul Sel, Bank Danamon, Bank

Muamalat, Bank Mega, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah, Asuransi Jiwa

Bumi Putra, Asuransi Sraya, Asuransi Ramayana, Koperasi Pasar, dll.

Berdasarkan hasil analisis kuadran sektor keuangan dan persewaan berada

pada kuadran I (satu) yang berarti sektor keuangan dan komunikasi

pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga sektor ini adalah sektor atau wilayah

dengan pertumbuhannya yang cepat di tingkat propinsi dan memilki daya saing

daerah yang kuat.

84

Page 85: Teori Location Qoutient 1

4.4.9 Jasa-jasa

Sumbangan kontribusi sektor jasa-jasa terhadap pembentukkan PDRB

Kabupaten Mamuju tahun 2004 sebesar 103.979 juta rupiah meningkat menjadi

253.402.87 juta rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa-

jasa merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan

angka PDRB Kabupaten Mamuju. Sektor ini merupakan sektor yang menempati

urutan kedua setelah sektor pertanian.

Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2004-2009 sektor jasa-jasa pada

Grafik 4.9 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif hal ini dapat terlihat pada

grafik yaitu setelah mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke 2005, sektor jasa-

jasa kemudian mengalami penurunan dua tahu berturut-turut yakni pada tahun

2006 dan 2007. pada tahun-tahun berikutnya sektor jasa-jasa kembali mengalami

peningkatan meskipun hingga tahun 2007 peningkatannya belum melebihi

peningkatan pada tahun 2005.

Tetapi peningkatan tersebut terus naik secara perlahan sehingga pada

tahun 2009 sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang tajam yakni dengan nilai

LQ sebesar 1,33. Adapup nilai rata-rata LQ dari sektor jasa-jasa menunjukkan

angka di atas 1 atau LQ>1 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis.

Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Mamuju

saja, namun telah mampu memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya

(berpotensi ekspor), dengan dukungan berbagai jasa-jasa yang ada di Kabupaten

Mamuju seperti jasa perdagangan, jasa restoran, jasa profesi dan masih banyak

lagi.

85

Page 86: Teori Location Qoutient 1

Grafik 4.9Perkembangan Location Quotient (LQ) sektor jasa-jasa

2004 2005 2006 2007 2008 20090.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.03

1.21 1.18 1.19 1.231.33

JASA-JASA

JASA-JASA

Sumber : BPS (diolah)

Sementara itu, jika dilihat dari hasil analisis kuadran menunjukkan sektor

jasa menempati kuadran I (satu) yang berarti sektor jasa jasa pertumbuhannya

sangat cepat. Sehingga sektor ini adalah sektor atau wilayah dengan

pertumbuhannya yang cepat di tingkat propinsi dan memilki daya saing daerah

yang kuat.

Dari hasil analisis location quotient (LQ) diketahui bahwa sektor basis di

Kabupaten Mamuju yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor

bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan persewaan

dan sektor jasa-jasa. sedangkan sektor non basis yaitu sektor industri pengolahan,

sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitin yang di lakukan oleh Rico

Ebtian mengenai Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai dengan pendekatan sektor pembentuk PDRB, hasil analisis

Location Quotient menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor yang merupakan

86

Page 87: Teori Location Qoutient 1

sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh

dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan.

Menurut Bendavid val, Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan

bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan

sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Mamuju. Sebaliknya apabila nilai

LQ<1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial

untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Mamuju,

sehingga sektor basis merupakan sektor yang telah mampu memenuhi kebutuhan

dalam daerah sekaligus mampu memenuhi kebutuhan luar daerah dalam artian

berorientasi ekspor. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang hanya

memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri.

4.5 Sektor dan Komoditi Unggulan

Hasil analisis per sektor menunjukkan bahwa pada Kabupaten Mamuju

terdapat enam sektor yang merupakan sektor unggulan, yaitu sektor pertanian,

sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor perdagangan, keuangan dan

persewaan serta sektor jasa-jasa. berdasarkan analisis typologi klassen, dan

analisis LQ.

Sektor pertanian memiliki beberapa komoditi yang layak dikembangkan,

sehingga kontribusinya terhadap produksi pertanian meningkat dan secara

keseluruhan akan meningkatkan PDRB Kabupaten Mamuju. Adapun kriteria

komoditi unggulan:

a. Perkembangan stabil (trend LQ naik dan lebih dari 1)

87

Page 88: Teori Location Qoutient 1

b. Pasarnya cukup luas (nilai ekspor)

c. Memiliki keunggulan lokal.

4.5.1. Pertanian

4.5.1.1 Tanaman Bahan Pangan

Peranan sektor pertanian atau yang erat kaitannya dengan sektor pertanian

dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Mamuju sangat dominan. Hal ini

ditandai dengan besarnya penduduk yang bekerja atau mencari nafkah pada sektor

ini yaitu mencapai sekitar 63,81 persen Selain itu, kontribusi sektor pertanian

terhadapan karena pembentukan PDRB Kabupaten Mamuju tahun 2008 juga

tergolong tinggi, yaitu sekitar 49,56 persen.

Komoditi tanaman bahan pangan nilai LQ > 1 dijumpai pada komoditi

tanaman padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai, hal ini dapat di lihat

pada Tabel 4.9 Sehingga dapat dikatakan komoditi tersebut termasuk dalam

kategori unggulan di Kabupaten Mamuju. Dengan nilai location quotient (LQ)

dari padi yakni 1,34 , jagung 3,92 serta kacang tanah dan kedelai masing-masing

1,43 dan 1,64., hal ini disebabkan semakin meningkatnya produksi komoditi

tersebut pada tahun 2009.

Tabel 4.9Nilai Location Quotient (LQ)

Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Mamuju Tahun 2009

88

Page 89: Teori Location Qoutient 1

Sumber : BPS Kabupaten Mamuju

4.5.1.2 Tanaman Buah-buahan

Tabel 4.10Nilai Location Quotient (LQ)

Komoditi Buah-buahan Kabupaten Mamuju Tahun 2009

Sumber : BPS Kabupaten Mamuju

Buah-

buahan andalan di Kabupaten Mamuju adalah jeruk manis dengan nilai location

quotient (LQ) >1 yakni 1,20 hal ini disebabkan karena tanaman jeruk manis

tersebar di hampir seluruh wilayah kecamatan kecuali Tapalang, Tapalang Barat,

89

No Komoditi Nilai Location Quotient (LQ)

1 Padi1.34

2 Jagung3.92

3 Ubu Kayu0.23

4 Ubu Jalar0.75

5 Kacang Tanah1.43

6 Kacang Kedelai1.64

7 Kacang Hijau0.21

No Komoditi Nilai Locatio Qutient (LQ)

1Mangga

2.27

2Jeruk Manis

1,20

3Durian

9.78

4Pisang

0.64

5Langsat

0.23

Page 90: Teori Location Qoutient 1

Mamuju, Kalumpang, dan Bonehau. Pada umumnya, produksi buah-buahan

mengalami penurunan kecuali produksi jeruk manis. Meskipun demikian nilai

location quotient (LQ) dari komoditi mangga dan durian adalah masing-masing

1,93 dan 2,27 sehingga dapat dikatakan bahwa komoditi mangga dan durian juga

merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Mamuju yang memiliki nilai

location quotient (LQ) > 1.

4.5.1.3. Tanaman Perkebunan

Kontribusi sub sektor perkebunan dalam pembentukan PDRB Mamuju

masih sangat besar. Pada tahun 2009 kontribusi sektor ini terhadap PDRB

Kabupaten Mamuju sekitar 29,58 persen dengan tingkat pertumbuhan yang cukup

menggembirakan, yaitu turun sekitar 3,61 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa

perekonomian di Mamuju masih didominasi oleh sub sektor perkebunan.

Tabel 4.11Nilai Location Quotient (LQ)

Komoditi Perkebunan Kabupaten Mamuju Tahun 2009

Sumber : BPS Kabupaten MamujuKomoditi tanaman perkebunan nilai LQ > 1 dijumpai pada komoditi

tanaman kelapa sawit dan kakao, dengan nilai location quotient (LQ) masing-

masing yakni 1,40 dan 1,03 hal ini disebabkan kelapa sawit yang merupakan

90

No Jenis Tanaman Prkebunan Nilai Locatio Qutient (LQ)

1Kelapa Dalam

0.27

2Kelapa Sawit

1.40

3Kakao / Coklat

1,03

4Kemiri

0.24

Page 91: Teori Location Qoutient 1

komoditi primadona di wilayah ini, produksinya mencapai sekitar 6.533,54 ton

pada tahun 2009. Nilai ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya tahun 2008 yang

hanya mencapai sekitar 2.700 ton, atau terjadi peningkatan produksi sekitar 141

persen.

Komoditi kakao, yang oleh penduduk setempat lebih dikenal dengan

sebutan coklat juga menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan.

Jika pada tahun 2008 produksi coklat mencapai sekitar 13.289 ton kemudian pada

tahun 2009 produksinya naik sekitar 20,92 persen atau produksinya menjadi

sekitar 16.069,6 ton.

Sehingga komoditi kelapa sawit dan kakao di Kabupaten Mamuju

termasuk dalam kategori komoditi unggulan.

4.5.1.4. Peternakan

Andil sub sektor peternakan dalam pembentukan PDRB di Mamuju pada

tahun 2009 sekitar 0,90 persen dengan pertumbuhan sekitar 10,63 persen. Jenis

ternak biasanya dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu ternak besar,

ternak kecil, dan unggas.

Komoditi unggulan pada peternakan dapat di lihat pada Tabel 4.12 yakni

terdapat pada ternak besar sapi dan kerbau karena nilai location quotient (LQ)

lebih besar dari 1 yakni masing-masing 1,77 dan 1,77. Sementara itu ternak kecil

babi memiliki nilai location quotient (LQ) .> 1 yakni 2,61 hal ini disebabkan

mayoritas penduduk di Kabupaten Mamuju memelihara babi kecuali di

Kecamatan Tapalang, Tapalang Barat, Mamuju, Simboro dan Kepulauan,

91

Page 92: Teori Location Qoutient 1

Sampaga, dan Budong-budong. Sehingga dapa dikatakan bahwa babi merupakan

komoditi unggulan untuk ternak kecil di Kabupaten mamuju

Tabel 4.12Nilai Location Quotient (LQ)

Komoditi Peternakan Kabupaten Mamuju Tahun 2009

No Komoditi Nilai Location Quotient (LQ)

1 Sapi1.77

2 Kerbau1.77

3 Kuda0.24

4 Kambing0.44

5 Babi2.61

6 Ayam Ras0.04

7 Ayam Buras1.33

8 Itik0.44

Sumber : BPS Kabupaten Mamuju

Komoditi peternakan lainnya yang termasuk kategori unggulan terdapat

pada unggas ayam buras dengan nilai location quotient (LQ) > 1 yakni 1,33, hal

ini disebkan popilasi ayam buras kenaikannya mencapai sekitar 61,44 persen pada

tahun 2009. Sehingga dapat dikatakan bahwa komoditi unggas ayam buras

termasuk kategori unggulan.

92

Page 93: Teori Location Qoutient 1

Komoditi-komoditi sektor pertanian seperti padi, jagung, kacang tanah, kacang

kedelai, mangga, jeruk manis, durian, kelapa sawit, kakao / coklat, sapi, kerbau,

babi dan ayam buras dapat dikategorikan unggulan dan cukup potensial untuk

dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah Kabupaten Mamuju.

Peran pemerintah daerah untuk memberdayakan komoditi unggulan

sebagai penggerak perekonomian daerah sangat diperlukan, terutama dalam

proses pertukaran komoditas antar daerah yang mendorong masuknya pendapatan

dari luar daerah ke Kabupaten Mamuju. Pertumbuhan sektor pertanian akan

memberikan kontribusi besar terhadap penanggulangan kemiskinan dan dapat

mendorong kenaikan nilai tambah sektor non pertanian.

Pengembangan sektor pertanian sebagai sektor unggulan akan berdampak

luas terhadap masyarakat. Hal ini disebabkan Kabupaten Mamuju merupakan

daerah pemekaran sehingga proses pembangunan yang berkesinambungan terus

dilaksanakan untuk mensejahterakan masyarakat melalui APBD Kabupaten

Mamuju.

Pemahaman terhadap kondisi ekonomi daerah menjadi semakin penting

dengan diberlakukannya otonomi daerah. Pelimpahan kewenangan dan sumber

daya finansial yang besar kepada Kabupaten Mamuju harus diikuti dengan

peningkatan efektivitas pembangunan ekonomi. Perencanaan harus didukung

dengan data yang akurat dan analisis yang komprehensif untuk pengambilan

keputusan yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi.

Potensi pertumbuhan ekonomi adalah penting untuk diidentifikasi,

melalui penerapan alat analisis ekonomi regional dapat diperoleh informasi untuk

93

Page 94: Teori Location Qoutient 1

membantu perencana dan pengambil keputusan di daerah guna mengetahui

kondisi perekonomian, mengendalikan tingkat pertumbuhan, mengetahui

kecenderungannya dan meramalkan dampak keputusan di masa mendatang.

Prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Mamuju haruslah didasarkan pada

sektor yang berpotensi unggulan seperti sektor pertanian, sektor pertambangan,

sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan

persewaan dan sektor jasa-jasa. Karena sektor-sektor tersebut merupakan sektor

yang maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis, serta

memperhatikan teknologi dan kualitas sumber daya manusia. Sehingga produk-

produk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing yang kuat, karena didukung

oleh potensi spesifik yang dimiliki Kabupaten Mamuju.

Perkembangan sektor pertanian akan mendorong perkembangan sektor

yang menggunakan produk sektor pertanian sebagai inputnya (forward linkage)

dan sektor yang produknya merupakan input bagi sektor pertanian (backward

linkage). Peningkatan permintaan terhadap produk sektor pertanian akan

mendorong penambahan jumlah produksi, sehingga berimplikasi pada

peningkatan kebutuhan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat.

Kondisi yang sama akan terjadi pada sektor lainnya, sehingga

pengembangan sektor pertanian akan mendorong terjadi pengembangan wilayah

Kabupaten Mamuju. Sebagai basis perekonomian masyarakat, maka

pembangunan pada sektor pertanian di pedesaan juga dapat lebih menjamin

pemerataan pendapatan, karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Mamuju

tinggal di pedesaan dan menggantungkan hidupnya pada sektor ini.

94

Page 95: Teori Location Qoutient 1

Analisis penentuan sektor unggulan diperlukan sebagai dasar untuk

perumusan pola kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Mamuju di masa

mendatang, sehingga kebijaksanaan pembangunan ekonomi dapat di arahkan

untuk menggerakkan sektor-sektor yang berpotensi unggulan. Pemerintah

Kabupaten Mamuju dapat menentukan alokasi dan prioritas anggaran untuk sektor

pertanian secara signifikan untuk memacu perkembangan atau pertumbuhan

ekonomi daerah, sehingga mendorong tercapainya kesejahteraan masyarakat.

BAB V

PENUTUP

95

Page 96: Teori Location Qoutient 1

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan pada bab IV sebelumnya dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa telah

terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabuapetn Mamuju dari sektor

primer ke sektor sekunder. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor

sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap

PDRB kabupaten Mamuju, diikuti dengan sektor primer, kemudian

sektor tersier.

2. Hasil analisis location quotiaent diketahui bahwa sektor basis di

Kabupaten Mamuju yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan,

sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

keuangan dan persewaan dan sektor jasa-jasa.

3. Sektor unggulan menurut hasil analisis shift share adalah sektor

pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,

perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan

dan persewaan serta jasa-jasa.

4. Sektor unggulan berdasarkan analisis shift share dan location quotient

adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan persewaan dan

sektor jasa-jasa.

5. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan sektor basis dan dapat

di unggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian Kabupaten

96

Page 97: Teori Location Qoutient 1

Mamuju dapat dijumpai pada komoditi bahan tanaman pangan yaitu

padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai. Komoditi tanaman

buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman mangga, jeruk manis,

dan durian. Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi

tanaman kelapa sawit dan kakao. Komoditi peternakan dijumpai pada

komoditi ternak besar sapi dan kerbau, ternak kecil babi serta unggas

ayam buras.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyarankan beberapa hal,

yaitu:

1. Penulis menyarankan berdasarkan analisis Shift Share pada hasil dan

pembahasan, dimana telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari

sektor primer ke sektor sekunder, maka pemerintah Kabupaten

Mamuju sebaiknya memperhatikan dan mengembangkan sektor

sekunder, khususnya sektor listrik, gas, dan air bersih melalui

peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur

serta sarana dan prasarana penunjang.

2. Sektor pertanian perlu lebih didukung untuk menjadi agroindustri yang

dapat mengolah output sektor tersebut.

3. Sektor industri pengolahan perlu di dukung dengan menfasilitasi

industri pendukung sektor ini.

4. Sektor bangunan perlu didukung dengan kemudahan pemberian izin

bagi sarana untuk kemanfaatan public secara missal.

97

Page 98: Teori Location Qoutient 1

5. Komoditi unggulan yaitu padi, jagung, kacang tanah, kacang kedelai,

mangga, jeruk manis, durian, kelapa sawit, kakao/coklat perlu

didukung dengan mengadakan perbaikan kualitas input, proses, dan

perlakuan pasca panen

6. Oleh karena kakao merupakan salah satu komoditi paling dominan di

Kabupaten Mamuju maka sebaiknya pihak swasta mendirikan

perusahaan kakao modern sebagaimana halnya kelapa sawit.

7. Petani kakao sebaiknya turut berpartisipasi dalam perusahaan kakao

modern sebagai pemilik lahan atau pekerja.

8. Dengan pendirian perusahaan kakao modern maka lapangan kerja di

Kabupaten Mamuju akan semakin meningkat.

9. Kelapa sawit sebagai salah satu komoditi unggulan Kabupaten

Mamuju perlu didukung oleh swasta dengan mendirikan perusahaan

minyak goreng.

Daftar Pustaka

Alisjahbana, Armida, 2000. Desentralisasi Fiskal dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. Kongres ISEI XIV Makassar.

98

Page 99: Teori Location Qoutient 1

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.

----------------------. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPNs.

Badan pusat statistik, 2007. Kabupaten Mamuju dalam Angka 2007..................................., 2010. Kabupaten Mamuju dalam Angka 2010.

................................., 2010. Sulawesi Barat dalam Angka 2010.

Bappeda Provinsi Sulawesi Barat, 2010. Profil Investasi Kabupaten Mamuju.STIEMuhammadiyah Mamuju.Bagian Penerbit : Bappeda.

Blakely, Edward J and Nancey Green Leigh. 2010. Planning Lokal Economic evelopment. USA : SAGE Publications, inc.

Ebtian, Rico 2011. Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.Tesis.Pasca Sarjana USU, Medan.

Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang. Jakarta: LPFEUI.

Hamzah, Suharwan, 2006. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja dan Sektor Basis di Kabupaten Soppeng. Tesis. Program Pasca Sarjana Unhas. Tidak dipublikasikan.

Harisman, Beni. 2007. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor sektor Unggula di Provinsi Lampung (periode 1993-2003).

Jamil, Muhammad. 2011. Analisis Sektor Basis dan Pergeseran Striktur Ekonomi di Kabupaten Bulukumba.

Jhingan, M.L, 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajat dan Aswandi Hs,2002. Evaluasi Penetapan KawasanAndalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,Vol. 16, No.1.

Razak, Abd Rahman, 2009. Esensi Pembangunan Ekonomi Daerah. Makassar : PT Nala Cipta Litera.

Richardson, Harry. 1973. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

99

Page 100: Teori Location Qoutient 1

Sjafrizal (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional WilayahIndonesia Bagian Barat. Prisma. LP3ES No.3 Tahun XXVI. Jakarta

Samuelson, Paul A and Willian d. Nordhaus.2003.mikroeconomics.New York:McGraw-HillCompanies, Inc.

Soeparmoko, 2002. Ekonomi Publuk untuk Keuangan dan Pemerintah Daerah.Yogyakarta.andi offset.

Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT raja Grafindo Persada.

…………………., 2000.Makroekonomi Modern: Perkembangan PemikiranDari Klasik Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka.

Supangkat, 2002. .Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.Tesis. Program Pascasarjana USU, Medan.

Tarigan, Robinson, 2003. Ekonomi Regional, Medan: Bumi Aksara.

………………….., 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi Aksara,Cetakan Keempat, Jakarta.

Thee Kian Wie, 1982, Perekonomian di Negara Berkembang, JakartPustaka Jaya.

Tjokroaminoto, Bintoro. 1995. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT Gunung Agung.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2000. Pembangunan Ekonomi Jilid 1.

Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga Edisi Kedelapan, 2004.

L

100

Page 101: Teori Location Qoutient 1

A

M

P

I

R

A

N

101

Page 102: Teori Location Qoutient 1

102