teori legislasi dalam pembentukan peraturan … file2. made nurmawati, s.h., m.h. capaian...

26
NASKAH TUTORIAL TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PENYUSUN I NENGAH SUANTRA, S.H., M.H. MADE NURMAWATI, S.H., M.H. UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS HUKUM DENPASAR 2016

Upload: dangcong

Post on 26-Jun-2019

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

NASKAH TUTORIAL

TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN

PERATURAN DAERAH

PENYUSUN

I NENGAH SUANTRA, S.H., M.H.

MADE NURMAWATI, S.H., M.H.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS HUKUM

DENPASAR

2016

Page 2: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

2

IDENTITAS MATA KULIAH

Program Studi : Sarjana (S1) Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Nama mata kuliah/Kode : Klinik Perancangan Produk Hukum Daerah/

NAK612.

Jumlah SKS : 2

Pengajar : 1. I Nengah Suantra, S.H., M.H.

2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran:

Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk

hukum daerah, mahasiswa memahami teori-teori yang relevan dan sangat

penting untuk pembentukan produk hukum daerah, sehingga dengan rasa

tanggung jawab, jujur dan demokratis mampu menerapkan teori-teori tersebut

dalam pembentukan produk hukum daerah.

Mata Kuliah Prasyarat: Tidak ada

Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Klinik Perancangan Produk Hukum Daerah mencakup

aspek-aspek teoritis dan praktis dalam penyusunan produk hukum daerah

yang diawali dengan pemahaman mengenai konsep Clinical Legal Education

(CLE), klinik hukum, perbedaan klinik hukum dengan mata kuliah praktek

lainnya, serta model pelaksanaan klinik hukum lainnya. Mata kuliah ini

dimulai dengan memberikan pengetahuan mengenai dasar-dasar

Pembentukan Produk Hukum Daerah. Setelah itu akan dilanjutkan dengan

materi Perancangan Keputusan Kepala Daerah dan Keputusan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Perancangan Peraturan Kepala Daerah

(Perkada) dan Perancangan Peraturan Daerah (Perda).

Proses pembelajaran klinik perancangan produk hukum daerah

menggunakan metode pengajar CLE yang terdiri atas planning component,

experiential component, reflection dan evaluation component. Pendekatan yang

dipergunakan adalah teoritik dan praktik. Pendekatan teoritik meliputi: teori

sistem hukum perundang-undangan / legal system; teori penjenjangan norma

hukum, stufenbau theory; gelding theory; good legistation theory; ROCCIPI;

Page 3: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

3

teori momentum; teori kewenangan; dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang terkait. Pendekatan praktik meliputi: teknik penyusunan

naskah akademik, teknik penyusunan keputusan Kepala Daerah dan

keputusan DPRD, teknik penyusunan Peraturan Kepala Daerah dan teknik

penyusunan Peraturan Daerah. Pelaksanaan kuliah bekerjasama dengan mitra

yang telah dijalin oleh FH UNUD selama ini, yakni Pemerintah Derah se-

Provinsi Bali.

PENDAHULUAN

1. Bahan ajar Teori Legislasi dalam Pembentukan Produk Hukum Daerah

mencakup materi pengertian dan ruang lingkup produk hukum daerah,

jenis-jenis teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah.

2. Capaian pembelajaran yang diharapkan dari bahan ajar ini adalah

mahasiswa memahami teori-teori yang relevan dan sangat penting untuk

pembentukan produk hukum daerah, sehingga dengan rasa tanggung

jawab, jujur dan demokratis mampu menerapkan teori-teori tersebut dalam

pembentukan produk hukum daerah.

3. Mahasiswa akan lebih mudah memahami materi bahan ajar ini apabila

mahasiswa telah memiliki capapain pembelajaran atas bahan kajian dalam

Hukum Perundang-undangan dan Perancangan Peraturan Perundang-

undangan.

4. Capaian pembelajaran atas bahan ajar ini sangat bermanfaat bagi

mahasiswa, secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis bagi

mahasiswa adalah mahasiswa memiliki pengembangan wawasan

pengetahuan teoritis dalam pembentukan produk hukum daerah dan

kemampuan menguraikan konsep-konsep teori legislasi. Sedangkan

manfaat praktis bagi mahasiswa yaitu mahasiswa memiliki kemampuan

menerapkan teori-teori legislasi dalam pembentukan produk hukum

daerah.

5. Sistematika penyajian atas bahan ajar ini adalah sebagai berikut:

a. Pengertian dan ruang lingkup produkhukum daerah;

b. Teori sistem hukum dalam pembentukan produk hukum daerah;

c. Teori penjenjangan norma hukum;

d. Teori pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik;

e. Teori ROCCIPI;

f. Teori momentum.

Page 4: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

4

6. Petunjuk Belajar:

a. Mahasiswa melakukan self study, yakni melakukan penelusuran sumber

belajar yang sudah dicantumkan dan digunakan dalam bahan ajar ini

atau pun sumber belajar lain yang relevan.

b. Membaca bahan ajar ini dan melakukan pengayaan berdasarkan hasil

bacaan dari sumber belajar.

c. Membuat rangkuman atas bahan ajar ini dan mencatat hasil membaca

sumber belajar.

d. Berdiskusi – bertanya kepada dosen yang memberikan kuliah atas

substansi yang dianggap belum jelas dalam bahan ajar ini.

e. Membentuk kelompok kecil yang terdiri dari paling banyak 10 orang dan

berdiskusi di dalam kelompok serta membuat laporan hasil diskusi.

PENYAJIAN MATERI

Pengertian Produk Hukum Daerah

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menentukan dengan tegas bahwa Indonesia

merupakan Negara Hukum. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa segala

tindakan pemerintah maupun masyarakat harus berdasarkan hukum. Dalam

mengatur kehidupan masyarakat produk hukum yang dapat dihasilkan

adalah produk hukum nasional maupun produk hukum daerah.

Pembentukan peraturan perundang-undangan (legal drafting) adalah

merupakan istilah yang lazim dipakai. Kamus Besar Bahasa Indonesia1

menjelaskan kata “legal” berarti sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan atau (berarti) hukum. Kata “draft” dalam Kamus Inggris-

Indonesia2, diartikan sebagai “konsep”, dengan penambahan kata “ing”, maka

“drafting” berarti “pengonsepan”, “perancangan”. Jadi “legal drafting” adalah

pengonsepan hukum atau perancangan hukum yang berarti “cara

penyusunan rancangan peraturan sesuai tuntutan teori, asas dan kaidah

perancangan peraturan perundang-undangan”3

1Sulchan syahid, 2000, Kamus Besar Bahasa Indonsia, hlm. 651. 2John M.Echolls dan Hasan Shadily, 2000, Kamus Inggris-Indonesia, hlm.196. 3Supardan Modeong dan Zudan Arif Fakrulloh, 2005, Legal Drafting Berporos Hukum

Humanis Partisipatoris, PT.Perca, Jakarta, hlm.13.

Page 5: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

5

Burkhardt Krems4, menyatakan bahwa pembentukan peraturan

perundang-undangan (Staatliche Rechtssetzung) meliputi dua hal pokok yaitu

kegiatan menentukan isi peraturan (inhalt der regeling) di satu pihak, dan

kegiatan yang menyangkut pemenuhan bentuk peraturan (form der regeling).

Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan kegiatan

interdisipliner. T. Koopman menyatakan fungsi pembentukan peraturan

perundang-undangan itu semakin terasa diperlukan kehadirannya, karena di

dalam negara yang berdasarkan atas hukum modern (verzorgingsstaat),5

tujuan utama pembentukan undang-undang bukan lagi menciptakan

kodifikasi bagi nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang sudah mengendap

dalam masyarakat melainkan menciptakan modifikasi atau perubahan dalam

kehidupan masyarakat.

Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 2011 menentukan bahwa

pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pembuatan peraturan

perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Sedangkan

yang dimaksud dengan pembentukan produk hukum daerah adalah

pembuatan peraturan perundang-undangan daerah yang mencakup tahapan

perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan,

pengundangan , dan penyebarluasan.6 Dengan demikian, kata “pembentukan”

berarti “proses, perbuatan, cara membentuk.”7 Itu menunjukkan bahwa, kata

pembentukan memiliki makna yang luas, tidak sekedar berkaitan dengan hal-

hal yang bersifat teknis, melainkan juga mencakup aspek substansial.

Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 2011 menentukan bahwa yang

dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis

yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau

ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui

prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Dari difinisi

tersebut maka suatu peraturan baru dapat disebut sebagai peraturan

perundang-undangan jika:

a. merupakan keputusan tertulis,

4A.Hamid.S.Attamimi, “Peranan Keputusan Presiden RI Dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Negara”, Disertasi Doktor UI (Jakarta: 1990), hlm.317. 5Mahendra Putra Kurnia, 2007, et all, Pedoman Naskah Akademis Perda Partisipatif,

Kreasi Total Media, Jogyakarta, hal.5. 6 Lihat ketentuan Pasal 1 angka 15 Permendagri No.1 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah. 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 119.

Page 6: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

6

b. memuat norma hukum;

c. mengikat umum;

d. dibentuk oleh pejabat yang berwenang; dan

e. dengan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Sedangkan yang dimaksud dengan produk hukum daerah adalah Produk

hukum yang berbentuk peraturan meliputi peraturan daerah (Perda) atau

nama lainnya, Peraturan Kepala Daerah (Perkada), Peraturan Bersama Kepala

Daerah (PB KDH), Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Peraturan

DPRD) dan berbentuk keputusan meliputi keputusan kepala daerah,

keputusan DPRD, keputusan pimpinan DPRD dan keputusan badan

kehormatan DPRD.8

Ruang Lingkup Produk Hukum Daerah

Produk Hukum daerah menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah berbentuk

peraturan dan penetapan. Pasal 3 menentukan bahwa produk hukum daerah

yang berbentuk peraturan terdiri dari :

a. Peraturan daerah (Perda) atau nama lainnya;

b. Peraturan Kepala Daerah (Perkada);

c. Peraturan Bersama Kepala Daerah (PB KDH); dan

d. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Perda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri dari perda

propinsi dan perda kabupaten/kota (Pasal 4 ayat 1). Sedangkan Perkada

terdiri dari Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, Peraturan Walikota (Pasal

6 Permendagri No.80 Tahun 2015). PB KDH sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 huruf c terdiri atas: peraturan bersama gubernur, Peraturan bersama

bupati, dan Peraturan bersama walikota. Peraturan DPRD sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 huruf d terdiri atas: Peraturan DPRD Provinsi,

Peraturan DPRD kabupaten, dan Peraturan DPRD kota.

Produk hukum daerah yang bersifat penetapan menurut ketentuan

Pasal 9 Permendagri No. 80 Tahun 2015 berbentuk: Keputusan Kepala

Daerah; Keputusan DPRD; Keputusan Pimpinan DPRD; dan Keputusan Badan

Kehormatan DPRD.

8 Lihat ketentuan Pasal 1 angka 19 dan Pasal 2 Permendagri No.80 Tahun 2015 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Page 7: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

7

Teori Sistem Hukum Perundang-undangan

Menurut Mochtar Kusumaatmaja, pengertian hukum tidak hanya

memandang hukum sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang

mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi juga harus mencakup

lembaga (institution) dan proses (process) yang diperlukan untuk mewujudkan

hukum itu dalam kenyataan.9 Dengan demikian maka komponen sistem

hukum terdiri dari; 1. asas-asas dan kaedah; 2. Kelembagaan hukum; dan 3.

proses-proses perwujudan kaidah hukum.

Dalam prespektif pembentukan peraturan perundang-undangan, suatu

sistem hukum terdiri dari sub-sub sistem yaitu lembaga pembentuk (Law

Making Institutions ), lembaga-lembaga pelaksana (Implementing Institutions),

dan pihak y ang akan terkena atau yang dituju oleh peraturan tersebut (Rule

Occupants). Sedangkan menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),

sistem hukum terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut:

1. Materi hukum (tatanan hukum) yang di dalamnya terdiri dari:

a. perencanaan hukum;

b. pembentukan hukum;

c. penelitian hukum;

d. pengembangan hukum.

Untuk membentuk materi hukum harus diperhatikan politik hukum yang

telah ditetapkan, yang dapat berbeda dari waktu kewaktu karena adanya

kepentingan dan kebutuhan.

2. Aparatur hukum, yaitu mereka yang memiliki tugas dan fungsi

penyuluhan hukum, penerapan hukum, penegakan hukum dan pelayanan

hukum;

3. Sarana dan prasarana hukum yang meliputi hal-hal yang bersifat fisik;

9 Mochtar Kusuma Atmaja,1986, Hukum dan Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional,

Lembaga penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Pajajaran, Bandung,

hal.15.

Page 8: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

8

4. Budaya hukum yang dianut oleh warga masyarakat termasuk para

pejabatnya; dan

5. Pendidikan hukum.10

Memandang hukum sebagai suatu sistem juga dikemukakan oleh Kess

Schut sebagaimana dikemukakan oleh J.J.H.Brugink yang menyatakan bahwa

sistem hukum terdiri dari tiga unsure yang saling berkaitan yakni unsure idiil,

unsure operasional dan unsure actual.11 Unsur idiil terdiri atas aturan-aturan,

kaidah-kaidah dan asas-asas. Unsur inilah yang oleh para yuris disebut

dengan “sistem hukum”. Unsur operasional terdiri dari keseluruhan organisasi

dan lembaga-lembaga, yang didirikan dalam suatu sistem hukum. Sedangkan

unsure actual adalah putusan-putusan dan perbuatan kongkrit yang

berkaitan dengan sistem makna dari hukum, baik dari pengembanan jabatan

maupun dari warga masyarakat, yang di dalamnya terdapat sistim hukum

tersebut. Dengan demikian maka sistem hukum dapat dipahami mempunya

arti sempit dan luas. Dalam arti sempit mencakup unsur idiil, sedangkan

dalam arti luas mencakup unsur idiil, operasional dan aktual. Sistem hukum

dalam arti sempit disebut pula dengan sistem hukum positip, yang terdiri dari

peraturan perundang-undangan, yurisprodensi, hukum adat dan hukum

kebiasaan. Apabila sistem hukum idiil tersebut dituangkan dalam bentuk

tertulis oleh pejabat yang berwenang di bidang perundang-undangan maka

disebut dengan sistem hukum perundang-undangan.

Menurut HS Natabaya, yang dimaksud dengan system peraturan

perundang-undangan Indonesia adalah sebagai suatu rangkaian unsur–unsur

hukum tertulis yang saling terkait, pengaruh mempengaruhi, dan terpadu

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang terdiri dari atas; asas-

asas, pembentuk dan pembentukannya, jenis, hierarki, fungsi,

10

Satya Arianto, 2003, Hak Asasi manusia Dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata

Negara FHUI, hal.131-132. 11

J.J.H.Brugink,1996, Refleksi Tentang Hukum, Citra Adity Bakti, Bandung, hal.140

Page 9: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

9

pengundangan, penyebarluasan, penegakan dan pengujiannya yang dilandasi

oleh falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.12

Teori Penjenjangan Norma Hukum

Teori tata urutan norma hukum adalah teori yang dikemukakan oleh

Hans Kelsen, dimana menurutnya bahwa suatu norma hukum itu valid karena

dibuat dengan cara yang ditentukan oleh suatu norma hukum yang lain, dan

norma hukum yang lain itu menjadi landasan validitas dari norma hukum

yang disebut pertama, dan menurutnya suatu tatanan hukum, terutama

tatanan hukum yang dipersonifikasikan dalam bentuk Negara bukanlah

sistem norma yang satu dan lain hanya dikoordinasikan, yang berdiri sejajar

dan sederajat, melainkan suatu tatanan urutan norma-norma dari tingkatan-

tingkatan yang berbeda. Pembentukan norma yang satu- yakni norma yang

lebih rendah – ditentukan oleh norma yang lebih tinggi lagi, yang

pembentukannya ditentukan oleh norma yang lebih tinggi lagi, dan bahwa

regressus (rangkaian proses pembentukan hukum) ini diakhiri oleh suatu

norma dasar tertinggi, yang menjadi dasar tertinggi dari validitas keseluruhan

tatanan hukum, membentuk suatu kesatuan tatanan hukum.13

Dengan demikian maka menurut Hans Kelsen dalam teorinya yang

disebut dengan “Stufenbau des Recht” atau hierarchi hukum, bahwa norma

hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarchi atau

tata susunan, dimana sustu norma yang lebih rendah berlaku,bersumber, dan

berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku,

bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian

12

HS.Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia,(Jakarta: Konstitusi Press dan

Tatanusa,2008),hlm.32-33. 13

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, diterjemahkan oleh Raisul Multtagen dari buku Hans

Kelsen General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusa Media dan Penerbit Nuansa, 2006), hlm.179.

Page 10: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

10

seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut

yaitu norma dasar (Grundnorm).14

Dalam sistem hukum Indonesia dan dikaitkan dengan jenis dan hierarki

peraturan perundang-undangan di Indonesia, maka UUD Tahun 1945 harus

menjadi acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara termasuk

pemerintahan desa dan dalam mengatur kehidupan warga negaranya. Tatanan

hukum yang menjadi bingkai dari norma-norma hukum tersusun dalam

sebuah system hukum, dimana norma-norma tersebut tidak boleh

mengesampingkan atau bertentangan dengan norma hukum lainnya.

Dengan demikian sebagai sebuah Negara hukum, sistem hukumnya

harus tersusun dalam suatu tata norma hukum secara hierarchis dan tidak

boleh saling bertentangan baik secara vertical maupun horizontal. Tata urutan

norma hukum di Indonesia diatur dalam UU No.12 Tahun 2011. Dalam UU

No.12 Tahun 2011 akan tampak bahwa peraturan perundang-undangan di

Indonesia terdiri dari; 1). peraturan perundang-undangan yang berada

didalam hierarki, dan 2) peraturan perundang-undangan di luar hierarki.

Peraturan perundang-undangan yang berada di dalam hierarki adalah apa

yang ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011, sedangkan

yang diluar hierarki sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 ayat (1) UU No.12

Tahun 2011.

Peraturan perundang-undangan dalam hierarki ditentukan dalam Pasal

7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011, yang menyebutkan bahwa :

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

14

Maria Farida Indrati Soprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan Pembentukannya, (Jogyakarta:

Kanisius, 1998), hlm.25.

Page 11: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

11

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Kekuatan hukum dari peraturan perundang-undangan adalah sesuai dengan

hierarchinya, dimana UUD Tahun 1945 adalah merupakan peraturan yang

tertinggi didalam sistem hukum Indonesia dan menjadi dasar bagi peraturan

perundang-undangan di bawahnya. Jika suatu peraturan perundang-

undangan yang di bawah bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan di atasnya, atau dibuat bukan oleh pejabat yang berwenang maka

mengakibatkan peraturan tersebut batal demi hukum atau dapat dibatalkan.

Dari rumusan Pasal 7 ayat (1) tersebut tampak bahwa, Perda

merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan yang secara

hierarkis berada di bahwah Peraturan Presiden. Keberadaan Perda ditentukan

oleh peraturan perundang-undangan yang ada di atasnya. Karena itu, dalam

pembentukan Perda, sesuai dengan teori Hans Kelsen, supaya mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang lain di atasnya, sehingga Perda tersebut

memperoleh landasan legitimasi yuridis, keabsahan dan keefektifan

berlakunya. Aktualisasi teori penjenjangan norma hukum tersebut yaitu pada

bagian ”Mengingat” Ranperda. Di situ dicantumkan peraturan perundang-

undangan yang dijadikan landasan yuridis (dasar hukum) pembentukan

Ranperda, baik landasan yuridis formal maupun landasan yuridis material.

Peraturan perundang-undangan tersebut disusun secara hirarkhis sesuai

dengan jenis, tahun pengundangan, dan nomornya.

Sedangkan peraturan perundang-undangan diluar hirarchi ditentukan

dalam Pasal 8 UU No.12 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa :

(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa

Page 12: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

12

Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau

komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau

Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat

sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih

tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Validitas suatu peraturan perundang-undangan salah satunya

ditentukan oleh kewenangan yang dimiliki oleh institusi atau pejabat didalam

membentuk peraturan perundang-undangan. Kewenangan dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan diperoleh dari kewenangan

Atribusi maupun kewenangan Delegasi.

Kewenangan atribusi (atributie van wetbevoegdheid atau delegation of

legislation) di dalam pembentukan peraturan perundang-undangan adalah

pemberian kewenangan kepada badan atau lembaga atau pejabat (ambt)

negara yang diberikan oleh pembentuk UUD ataupun pembentuk UU ( original

power of legislation) . Dalam hal ini terjadi pembentukan wewenang baru

untuk dan atas nama yang diberi wewenang tersebut.15

Kewenangan Delegasi (delegatie van wetbevoegdheid) Adalah suatu

penyerahan atau pelimpahan kewenangan (pembentukan PPU) dari badan

atau lembaga atau pejabat (delegans) kepada penerima (delegetaris). Sebagai

pihak yang mendapatkan kewenangan, delegetaris akan melaksanakannya

berdasarkan tanggungjawabnya sendiri. 16 Dalam delegasi kewenangan yang

15

I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Op Cit, hlm.53 16

___, Buku Pegangan Perancangan Peraturan Perundang-undangan,2005, Direktur Jendral Peraturan

Perundang-undangan diterjemahkan dari buku I.C Van der Vlies, Handboek Wetgeving, alih bahasa oleh Linus

Doludjawa, hlm.80

Page 13: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

13

diserahkan atau dilimpahkan tersebut sudah ada pada delegans , sehingga

tidak ada penciptaan kewenangan baru. 17Syarat dari delegasi adalah:18

Tidak boleh ada delegasi mengenai hal-hal yang secara tegas/yang karena

sifatnya harus diatur dalam PPU tertentu.

Tidak boleh ada delegasi pengaturan yang bersifat umum.

Setiap ketentuan delegasi pengaturan harus menyebut dengan tegas

bentuk PPU delegasi.

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik.

Peraturan perundang-undangan yang baik (good legislation) sangat

diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan baik ditingkat pusat

maupun di daerah, karena akan dapat menunjang pemerintahan dan

pembangunan sehingga akan lebih memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan

negara sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi.

Untuk dapat membuat peraturan perundang-undangan yang baik

diperlukan adanya/dimilikinya pengetahuan tentang perundang-undangan,

antara lain berkaitan dengan bentuk/jenis, materi muatan yang akan diatur

serta bagaimana materi tersebut dituangkan dalam peraturan perundang-

undangan secara singkat, jelas dan mudah dipahami serta sistimatis sehingga

peraturan tersebut ditaati dan dapat dilaksanakan.

Dalam membentuk peraturan perundang-undangan termasuk perda,

dalam kaitannya dengan keberlakuan norma menurut I Gede Pantja Astawa

dan Suprin Na’a, maka harus memenuhi tiga landasan yakni: landasan

berlaku secara Filosofis, landasan berlaku secara sosiologis dan landasan

berlaku secara yuridis.19 Landasan berlaku secara filosofis adalah bahwa

rumusan atau norma-normanya mendapatkan pembenaran (rechtvaardiging)

apabila dikaji secara filosofis, atau dapat dikatakan bahwa perundang-

17 Rasjidi Rangga widjaya, 2008, Pengantar Ilmu Perundang-undangan, Mandar Maju, Bandung, hlm.16

18 I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Op Cit, hlm.54-55

19 Made Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-undangan di Indonesia,

(Bandung, Alumni,2008) hlm.78

Page 14: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

14

undangan harus mencerminkan sistem nilai dari masyarakat yang

bersangkutan yuridis adalah suatu peraturan perundang-undangan harus

memenuhi syarat-syarat pembentukannya dan berdasarkan pada hukum

yang lebih tinggi. Landasan keberlakuan secara sosiologis (sociologische

grondslag) adalah, bahwa peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat termasuk pula

kecendrungan dan harapan-harapan masyarakat. Sedangkan landasan

keberlakuan secara yuridis (juridische grondslag) adalah suatu peraturan

perundang-undangan harus memenuhi syarat-syarat pembentukannya dan

berdasarkan pada hukum yang lebih tinggi.

Selain itu yang perlu diperhatikan pula dalam penyusunan peraturan

perundang-undangan adalah Bahasa dalam peraturan perundang-undangan.

Pada prinsipnya bahwa semua produk hukum yang dihasilkan harus dapat

dikomunikasikan secara efektif kepada masyarakat yang menjadi sasarannya.

Jika suatu peraturan perundang-undangan tidak dapat ditransformasikan

dengan baik kepada masyarakat, maka hal ini jelas akan berdampak kepada

kepada ketaatan maupun kepatuhan masyarakat itu sendiri. Demikian halnya

dengan Peraturan daerah , yang mengatur kehidupan masyarakat suatu

daerah, maka harus dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat daerah

yang bersangkutan, sehingga hal-hal yang diatur dapat dilaksanakan.

Bahasa yang dipergunakan dalam penyusunan peraturan perundang-

undangan harus lugas dalam arti kalimatnya harus tegas, jelas, dan

pengertiannya mudah ditangkap oleh semua orang, tidak berbelit-belit, serta

kalimat yang dirumuskan tidak menimbulkan multitafsir bagi yang membaca.

Demikian pula dalam perumusannya harus sinkron antara norma yang satu

dengan norma yang lainnya. Bahasa peraturan perundang-undangan harus

tunduk kepada kaidah tata bahasa Indonesia, baik dalam pembentukan kata,

penyusunan kalimat, teknik penulisan maupun pengejaannya.20

Page 15: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

15

Hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Perda adalah

jangan sampai mengabaikan asas-asas umum hukum, terutama asas-asas

perundang-undangan. P.W. Brower menunjukkan beberapa asas, seperti Lex

Superior Legi Inferior, Lex Specialis derogat Legi Generalis, dan Lex Posterior

Derogat Legi Priori.21 Sementara itu, Purnadi Purbacaraka22 menyatakan

beberapa asas, selain yang sudah disebutkan oleh Brower, yaitu:

a. Perundang-undangan tidak berlaku surut, perundang-undangan yang

dibuat oleh pejabat yang lebih tinggi mempunyai kedudukan lebih tinggi

pula.

b. Perundang-undangan tidak boleh diganggu gugat.

c. Perundang-undangan sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat

mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun

individu, melalui pembaharuan dan pelestarian.

d. Keberlakuan perundang-undangan diumumkan.

Asas-asas tersebut harus diperhatikan dalam pembentukkan Perda agar tidak

terjadi konflik norma, baik secara vertikal maupun horizontal dalam Perda

yang dibentuk.

UU No. 12 Tahun 2011 menentukan adanya asas pembentukan (Pasal 5)

dan asas materi muatan peraturan perundang-undangan (Pasal 6). Selain itu,

ada tiga landasan dalam pembentukan segala peraturan, yaitu: landasan

filosofis, landasan yuridis, dan landasan politis.23 Asas-asas dan ketiga

landasan tersebut diformulasikan ke dalam bagian Pembukaan dan Batang

Tubuh Perda yang dibentuk.

20

Supardan Madeong, Zudan Arif Fakhrulloh, 2005, Legal Drafting Berporos Hukum Humanis

Partisipatoris, (Jakarta: PT.Perca) hlm.50 21

Yohanes Usfunan, Op.Cit. 26. 22 Purnadi Purbacaraka; 1986, Penggarapan Disiplin Hukum dan Filsafat Hukum Bagi

Pendidikan Hukum, Cetakan pertama, C.V. Rajawali, Jakarta, hlm. 35-36.

23Solly Lubis; 1989, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, Cetakan Ketiga, Penerbit

Mandar Maju, Bandung, hlm. 6-9.

Page 16: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

16

Menurut Leon Fuller ada 8 kriteria hukum yang baik yaitu:24

1. Hukum harus dituruti semua orang, termasuk oleh penguasa negara;

2. Hukum harus dipublikasikan;

3. Hukum harus berlaku ke depan, bukan berlaku surut;

4. Kaidah hukum harus ditulis secara jelas, sehingga dapat diketahui dan

diterapkan secara benar;

5. Hukum harus menghindari diri dari kontradiksi-kontradiksi;

6. Hukum jangan mewajibkan sesuatu yang tidak mungkin dipenuhi;

7. Hukum harus bersifat konstan sehingga ada kepastian hukum. Tetapi

hukum harus juga diubah jika situasi politik dan sosial telah berubah;

8. Tindakan para aparat pemerintah dan penegak hukum haruslah konsisten

dengan hukum yang berlaku.

Peraturan perundang-undangan yang baik merupakan pondasi Negara Hukum

yang akan menjamin hak-hak warga negra, membatasi kekuasaan penguasa,

menjamin kepastian dan keadilan hukum untuk mewujudkan kesejahteraan

sosial bagi seluruh rakyat.

Sedangkan untuk membentuk keputusan yang baik, menurut ketentuan

Pasal 97 UU No. 12 Tahun 2011 menentukan bahwa : Teknik penyusunan

dan/atau bentuk yang diatur dalam Undang-Undang ini berlaku secara

mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk Keputusan

Presiden, Keputusan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan

Pimpinan DPR, Keputusan Pimpinan DPD, Keputusan Ketua Mahkamah

Agung, Keputusan Ketua Mahkamah Konstitusi, Keputusan Ketua Komisi

Yudisial, Keputusan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan, Keputusan Gubernur

Bank Indonesia, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Badan, Keputusan

Kepala Lembaga, atau Keputusan Ketua Komisi yang setingkat, Keputusan

Pimpinan DPRD Provinsi, Keputusan Gubernur, Keputusan Pimpinan DPRD

24Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan

Merancang Peraturan Daerah ( Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual) Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm.34.

Page 17: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

17

kabupaten/Kota, Keputusan Bupati/Walikota, Keputusan Kepala Desa atau

yang setingkat.

Dengan demikian maka jelas bahwa dalam membentuk keputusan yang

baik pada dasarnya adalah sama dengan membentuk peraturan perundang-

undangan sebagaimana diatur dalam UUNo.12 Tahun 2011, dan khusus

untuk produk hukum daerah juga berdasarkan Permendagri No.1 Tahun

2014 tentang Produk Hukum Daerah.

Selain itu di dalam merancang peraturan perundang-undangan yang

baik dapat menggunakan metode ROCIPPI (Rule, Oportunity, Capacity,

Comication, Interest, Proces, Ideologi),yang merupakan pemecahan masalah

dalam merancang peraturan perundang-undangan yang baik

ROCCIPI

ROCCIPI merupakan suatu metode pemecahan masalah dalam

merancang peraturan perundang-undangan yang baik. Dalam teks asli

ROCCIPI merupakan singkatan dari Rule, Opportunity, Capacity,

Communication, Interest, Process, dan Idiology.25 Dengan pendekatan ini

diupayakan untuk mendapatkan penjelasan dari berbagai masalah yang saling

berkaitan, dalam merubah perilaku yang diharapkan dari pihak yang terkena

peraturan, untuk dipecahkan dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan.

Fungsi ROCIPPI yakni dari persepektif normative, berfungsi sebagai

justifikasi teoritik konseptual yakni justifikasi konstitusional, dan justifikasi

yuridis dengan pendekatan deduktif. Dalam justifikasi teoritik konseptual

artinya sebelum perancangan peraturan perundang-undangan dilakukan

terlebih dahulu penelusuran teori-teori, asas-asas hukum umum yang yang

25Yohanes Usfunan, “Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik

Menciptakan Pemerintahan yang Bersih dan Demokratis”, Orasi Ilmiah – Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, (Denpasar: Universitas Udayana, 1 Mei 2004), hlm. 25. Lihat pula Ann Seidman dkk,

Op. Cit. hlm. 117-121.

Page 18: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

18

digunankan sebagai dasar pembenar. Justifikasi konstutusional yuridis dalam

kaitannya dengan fungsi ROCIPPI yaitu untuk menghindari kemungkinan

terjadinya konflik norma hukum antara peraturan perundang-undangan yang

dibuat dengan peraturan diatasnya, maupun antara peraturan perundang-

undangan yang satu dengan yang lainnya.

Rule (peraturan) maksudnya bahwa produk hukum yang dibentuk

supaya jelas mengenai dasar hukum pembentukan, kaitannya dengan produk

hukum yang lain, kewenangan membentuk dan melaksanakan, hak dan

kewajiban, prosedur, pengawasan dan koordinasi serta sanksinya. Produk

hukum supaya diformulasikan dengan kata-kata yang jelas – tidak rancu,

tidak menimbulkan perilaku bermasalah. Oportunity (kesempatan) maksudnya

bahwa produk hukum yasng dibentuk memungkinkan subyek norma

berperilaku sebagaimana diperintahkan oleh produk hukum tersebut.

Sebaliknya, jangan sampai membuka peluang pelanggaran hukum dan

penyalahgunaan wewenang. Capacity (kemampuan), produk hukum yang

dibentuk harus mampu mengidentifikasi perilaku bermasalah dan menangani

penyebab-penyebab perilaku bermasalah tersebut sehingga bisa

mengendalikan perilaku bermasalah menjadi perilaku taat hukum. Produk

hukum yang dibentuk jangan sampai memberikan celah timbulnya korupsi,

kolusi, dan nepotisme. Communication (komunikasi) maksudnya bahwa

produk hukum yang dibentuk harus dikomunikasikan kepada pelaku peran

(rule accupants), sebaba tidak ada orang yang secara sadar mematuhi suatu

produk hukum kecuali bila dia mengetahuinya. Ketidaktahuan seseorang

terhadap suatu produk hukum dapat menjelaskan adanya perilaku

bermaslah. Interest (kepentingan) artinya bahwa produk hukum yang dibentuk

harus akomodatif – mengacu pada harapan atau pandangan pelaku peran

tentang akibat dan manfaat bagi mereka. Produk hukum memuat ketentuan

sanksi dan penghargaan sebagai motivator bagi pelaku peran untuk berlaku

sesuai dengan ketentuan-ketentuan produk hukum. Process (proses), produk

Page 19: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

19

hukum yang dibentuk harus memuat prosedur yang jelas mengenai

bagaimana pelaku peran memutuskan untuk mematuhi atau tidak suatu

produk hukum. Idiology (idiologi) merupakan nilai, sikap, kepentingan yang

harus diakomodasi dalam produk hukum sebagai motivasi untuk berperilaku

sesuai dengan produk hukum yang ada.

Dalam pembentukan Perda, semua katagori ROCCIPI tersebut harus

diperiksa dengan cermat dan teliti dalam kaitannya dengan tiga komponen

sistem hukum tersebut di atas. Misalnya mengenai peraturan (rule),

pembentukan Perda supaya mengacu pada peraturan perundang-udangan

yang lebih tinggi dan Perda terkait di daerah yang bersangkutan maupun

Perda Provinsi. Perda-perda yang bermasalah pun perlu dicermati agar tidak

mengulangi lagi membuat Perda bermasalah. Dalam hal ini sangat penting

untuk dipastikan mengenai kewenangan merancang Perda dan kewenangan

melaksanakan Perda tersebut. Formulasi norma-norma di dalam Batang

Tubuh dari Perda yang dirancang supaya jelas, mudah dipahami, serta tidak

interpretable dan debateble.

Teori Momentum

Dalam pembentukan Perda sangat relevan untuk digunakan teori

momentum sebagai metode pemecahan perilaku bermasalah yang akan

diubah melalui pengaturan dengan Perda. Meuwissen mengemukakan bahwa

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mencakup dua momen

sentral yaitu momen politik-idiil dan momen teknikal.26 Momen politik-idiil

berkaitan dengan isi peraturan perundang-undangan yang dibentuk.

Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan tindakan politik,

tujuan dan hasil proses politik. Namun, sesungguhnya bukan sekedar hasil

kristalisasi konstelasi politik, melainkan juga memiliki aspek normatif. Momen

idiil mengimplikasikan bahwa asas-asas hukum (ide hukum, cita hukum)

26

Arief Sidharta; 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Cetakan Pertama,(Bandung; PT Refika Aditama), hlm. 10.

Page 20: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

20

seharusnya direalisasikan. Dengan demikian, politik dan hukum saling

berkorelasi secara erat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan momen teknikal berkaitan dengan kemampuan merumuskan

pemahaman-pemahaman ke dalam naskah-naskah normatif yang konkret.

Dalam pembentukan Perda, teori momentum tersebut tidak dapat

diabaikan. Khusus dalam teknik penyusunan Perda diperlukan tidak hanya

paham-paham politik, tetapi juga kemampuan – keterampilan merumuskan

paham-paham tersebut ke dalam naskah-naskah normatif yang konkret.

PENUTUP

Rangkuman

Produk hukum daerah adalah Produk hukum yang berbentuk peraturan

dan keputusan. Produk hukum daerah yang berbentuk peraturan meliputi

peraturan daerah (Perda) atau nama lainnya, Peraturan Kepala Daerah

(Perkada), Peraturan Bersama Kepala Daerah (PB KDH), Peraturan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (Peraturan DPRD). Sedangkan yang berbentuk

keputusan meliputi keputusan kepala daerah, keputusan DPRD, keputusan

pimpinan DPRD dan keputusan badan kehormatan DPRD.

Dalam prespektif pembentukan peraturan perundang-undangan, teori

sistem hukum menunjukkan bahwa suatu sistem hukum pada prinsipnya

terdiri dari sub-sub sistem yaitu lembaga pembentuk (Law Making

Institutions), lembaga-lembaga pelaksana (Implementing Institutions), dan pihak

yang akan terkena atau yang dituju oleh peraturan tersebut (Rule Occupants).

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) menegaskan bahwa sistem hukum

terdiri dari unsure-unsur, yaitu: materi hukum (tatanan hukum), aparatur

hukum, sarana dan prasarana hukum, budaya hukum yang dianut oleh warga

masyarakat termasuk para pejabatnya, dan Pendidikan hukum.

Page 21: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

21

Teori penjenjangan norma hukum menerangkan bahwa berbagai norma

hukum dalam negara ditata secara bersusun tangga. Validitas suatu norma

hukum ditentukan oleh suatu norma hukum yang berada di atasnya.

Pembentukan norma yang lebih rendah ditentukan oleh norma yang lebih

tinggi lagi dan rangkaian proses pembentukan hukum ini diakhiri oleh suatu

norma dasar tertinggi, yang menjadi dasar tertinggi dari validitas keseluruhan

tatanan hukum, membentuk suatu kesatuan tatanan hukum.

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik (good

legislation) menghendaki adanya pengetahuan tentang perundang-undangan,

antara lain berkaitan dengan bentuk/jenis, materi muatan yang akan diatur

serta bagaimana materi tersebut dituangkan dalam peraturan perundang-

undangan secara singkat, jelas dan mudah dipahami serta sistimatis sehingga

peraturan tersebut ditaati dan dapat dilaksanakan.

Inti metode pemecahan masalah ROCCIPI dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan adalah dalam rangka perubahan masyarakat

yang demokratis yang berdasarkan pada asas-asas kepemerintahan yang baik

(good governance). ROCCIPPI, yang terdiri 7 kategori, yakni: Rule (Peraturan),

Opportunity (Kesempatan), Capacity (Kemampuan), Communication

(Komunikasi), Interest (Kepentingan), Process (Prosese), dan Ideology (Ideologi).

Kategri-kategori ini dapat dipilah menjadi dua kelompok faktor penyebab,

yakni faktor obyektif (yaong meliputi: Rule, Opportunity, Capacity,

Communication, dan Process) dan faktor subyektif yang meliputi: Interest dan

Ideology.

Teori momentum menegaskan bahwa pembentukan peraturan

perundang-undangan mencakup dua momen sentral yaitu momen politik-idiil

dan momen teknikal. Momen politik-idiil berkaitan dengan isi peraturan

perundang-undangan yang dibentuk, sedangkan momen teknikal berkaitan

dengan kemampuan merumuskan pemahaman-pemahaman ke dalam naskah-

naskah normatif yang konkret.

Page 22: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

22

Latihan/Tugas

Soal latihan diadakan untuk mengetahui capaian pembelajaran. Karena

itu, mahasiswa wajib mengerjakan tugas-tugas latihan, sebagai berikut:

a. Teori Legislasi apa yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi

masalah dan mencari penyebab timbulnya masalah?

b. Bagaimana cara menggunakan Teori Legislasi itu untuk melakukan

identifikasi masalah dan mencari penyebab timbulnya masalah?

Problem Task

1.301 ORANG DI JAKARTA JADI KORBAN TABRAK LARI, 134 TEWAS

Liputan6.com, Jakarta - Sejak Januari hingga Oktober 2016, sebanyak 1.301

orang lebih jadi korban tabrak lari di Jakarta. Sebanyak 134 orang di antaranya meninggal dunia. Meski mengalami penurunan 9 persen, namun tindakan tabrak lari ini sangat merugikan korbannya. Padahal, menurut

Kepala Sub Direktorat Pembinaan dan Penegakan Hukum (Subdit Gakkum) Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto, tabrak lari merupakan tindak pidana kejahatan umum dengan ancaman 3 tahun penjara. "Itu tindak pidana

kejahatan yang diatur dalam Pasal 312 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang diancam 3 tahun penjara dan denda Rp 75

juta," jelas Budiyanto kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu (23/10/2016). Budiyanto menerangkan, pada 2015 lalu korban tabrak lari berjumlah

1.437 orang. Pada 2016, 1.301 orang di Jakarta masih jadi korban tabrak lari.

Dari 1.301 orang yang jadi korban tabrak lari itu, 134 orang di antaranya meninggal dunia, 475 orang mengalami luka berat, dan 764 orang mengalami

luka ringan. Hal ini, jelas Budiyanto, disebabkan masyarakat yang masih saja mengabaikan keselamatan dalam berkendara, baik itu untuk diri sendiri ataupun orang lain. Seharusnya, jika mengalami tabrakan dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 312 mengamanatkan, pengguna jalan yang menabrak harus menghentikan kendaraannya, menolong korban, dan melapor pada kantor

polisi terdekat. Namun sayangnya, amanat undang-undang itu hanya tertulis saja. Sebab, Budiyanto menemukan beberapa faktor yang membuat pelaku

tabrak lari tetap membiarkan korbannya menggelepar di jalanan. "Mereka tak tahu harus berbuat apa dan ingin lepas dari tanggung jawab hukum," ucap Budiyanto. Sumber: http://news.liputan6.com/read/2633461/1301-orang-di-jakarta-

jadi-korban-tabrak-lari-134-tewas.

Page 23: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

23

Petunjuk: kerjakan tugas di atas dengan menggunakan teori system hukum,

teori ROCCIPI, dan teori momentum.

BAHAN BACAAN

Arief Sidharta; 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,

Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Cetakan Pertama, PT Refika Aditama,

Bandung.

A.Hamid. S.Attamimi,1990, “Peranan Keputusan Presiden RI Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara”, Disertasi Doktor UI, Jakarta.

Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, 2009, Cara Praktis

Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah ( Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual) Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Hans Kelsen, 2006, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, diterjemahkan

oleh Raisul Multtagen dari buku Hans Kelsen General Theory of Law and State, Penerbit Nusa Media dan Penerbit Nuansa, Bandung.

HS.Natabaya, 2008, Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia,

Jakarta: Konstitusi Press dan Tatanusa. I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Buku Pegangan Perancangan Peraturan

Perundang-undangan, 2005, Direktur Jendral Peraturan Perundang-undangan diterjemahkan dari buku I.C Van der Vlies, Handboek Wetgeving, alih bahasa oleh Linus Doludjawa.

_______, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-undangan di Indonesia,

(Bandung, Alumni,2008

J.J.H. Brugink,1996, Refleksi Tentang Hukum, Citra Adity Bakti, Bandung.

John M.Echolls dan Hasan Shadily, 2000, Kamus Inggris-Indonesia. Mahendra Putra Kurnia, 2007, et all, Pedoman Naskah Akademis Perda

Partisipatif, Kreasi Total Media, Jogyakarta.

Maria Farida Indrati Soprapto, 1998, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan Pembentukannya, Kanisius, Jogyakarta.

Page 24: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

24

Mochtar Kusuma Atmaja,1986, Hukum dan Masyarakat dan Pembinaan

Hukum Nasional, Lembaga penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Pajajaran, Bandung.

Purnadi Purbacaraka; 1986, Penggarapan Disiplin Hukum dan Filsafat Hukum

Bagi Pendidikan Hukum, Cetakan pertama, C.V. Rajawali, Jakarta. Rasjidi Rangga widjaya, 2008, Pengantar Ilmu Perundang-undangan, Mandar

Maju, Bandung.

Satya Arianto, 2003, Hak Asasi manusia Dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI.

Solly Lubis; 1989, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, Cetakan Ketiga,

Penerbit Mandar Maju, Bandung.

Sulchan syahid, 2000, Kamus Besar Bahasa Indonsia.

Supardan Modeong dan Zudan Arif Fakrulloh, 2005, Legal Drafting Berporos

Hukum Humanis Partisipatoris, PT.Perca, Jakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta.

Yohanes Usfunan, 1 Mei 2004, “Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik Menciptakan Pemerintahan yang Bersih dan Demokratis”, Orasi Ilmiah – Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, Universitas Udayana, Denpasar.

Page 25: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

25

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PERTEMUAN 3

Fakultas/Program Studi

Nama Mata Kuliah

:

:

Hukum/ Sarjana Ilmu Hukum

Perancangan Peraturan Perundang-undangan

Kode Mata Kuliah : BNK 6210

Semester

SKS

Status Mata Kuliah

:

:

:

VI

2 SKS

Wajib

Mata Kuliah Prasyarat : Hukum Perundang-undangan

Capaian Pembelajaran

Setelah melaksanakan tutorial, mahasiswa memahami teori pembentukan peraturan

perundang-undangan (teori legislasi).

Indikator Capaian

Mahasiswa mampu menguraikan:

1. teori sistem hukum;

2. teori penjenjangan norma;

3. teori pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik;

4. teori legislasi ROCCIPI; dan

5. teori momentum.

Materi Pokok

Teori pembentukan peraturan perundang-undangan (teori legislasi).

Metode Pembelajaran

1. Pendekatan: Stundent Centered Learning (SCL).

2. Metode: Problem Based Learning (PBL).

3. Tenik: tutorial.

Media, Alat dan Sumber Belajar

1. Power point presentation.

2. LCD, White Board, Spidol, Audio Visual.

3. Bahan bacaan/pustaka.

Tahapan Kegiatan Pembelajaran

Page 26: TEORI LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN … file2. Made Nurmawati, S.H., M.H. Capaian Pembelajaran: Pada akhir perkuliahan teori legislasi dalam pembentukan produk hukum daerah,

26

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Dosen mengkondisikan mahasiswa untuk siap melakukan

tutorial dan menjelaskan RPS.

2. Memberikan penjelasan pelaksanaan tutorial mengenai

teori pembentukan peraturan perundang-undangan (teori

legislasi).

3. Memfasilitasi pembentukan kelompok diskusi untuk

tutorial.

15 menit

Kegiatan Inti 1. Dosen melalui media pembelajaran LCD mendeskripsikan

mengenai teori pembentukan peraturan perundang-

undangan (teori legislasi).

2. Mahasiswa dengan rasa ingin tahu, tangung jawab dan

jujur berdiskusi yang dipimpin oleh discussion leader dan

dicatat oleh note taker mengenai teori pembentukan

peraturan perundang-undangan (teori legislasi).

3. Mahasiswa menyusun laporan hasil tutorial dan

mengumpulkan pada akhir waktu tutorial.

65 menit

Penutup 1. Dosen bersama mahasiswa secara bertanggung jawab dan

logis menyimpulkan proses dan hasil pembelajaran.

2. Dosen memberikan penguatan, evaluasi, dan tugas untuk

mempelajari lebih mendalam teori pembentukan peraturan

perundang-undangan (teori legislasi).

20 menit

Evaluasi Soft Skills

No Aspek yang Dinilai 3 2 1 Keterangan

1 Kejujuran

2 Tanggung jawab

3 Disiplin

4 Kreativitas

5 Berkomunikasi

Penyusun: I Nengah Suantra, S.H., M.H. dan Made Nurmawati, S.H., M.H.