teori lapangan

22
Nama : Intan Nur Firdausi Nim : 1511410048 Teori Lapangan (Field Theory) A. Latar Belakang Psikodinamika Psikologi Gestalt menyatakan bahwa gejala psikologi terjadi pada suatu medan/lapangan (field) yang merupakan suatu sistem yang saling tergantung (interdependent) yang meliputi persepsi dan pengalaman masa lampau. Unsur-unsur individu dari medan (field) tidak dapat dipahami tanpa mengetahui medan tersebut sebagai suatu keseluruhan. Beberapa tokoh yang menemukan Teori lapangan (Field Theory atau Teori Psikodinamika): 1. Kurt Lewin, Tolman (1932) 2. Wheeler (1940), Lashley (1929) 3. Brunswik (1949). Teori Lapangan Kurt Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran Psikologi Gestalt. Oleh karena itu tidak mengherankan jika teori lapangan dari Kurt Lewin juga sangat mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian dalam studinya tentang jiwa manusia. Teori ini menggunakan metode konstruktif.Metode konstruktif, atau disebut juga metode “genetik” adalah metode yang digunakan Lewin sebagai metode “klasifikasi”.

Upload: intan-siiee-ndutzz

Post on 02-Aug-2015

576 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Lapangan

Nama : Intan Nur Firdausi

Nim : 1511410048

Teori Lapangan (Field Theory)

A. Latar Belakang Psikodinamika

Psikologi Gestalt menyatakan bahwa gejala psikologi terjadi pada suatu

medan/lapangan (field) yang merupakan suatu sistem yang saling tergantung

(interdependent) yang meliputi persepsi dan pengalaman masa lampau. Unsur-unsur

individu dari medan (field) tidak dapat dipahami tanpa mengetahui medan tersebut sebagai

suatu keseluruhan.

Beberapa tokoh yang menemukan Teori lapangan (Field Theory atau Teori

Psikodinamika):

1. Kurt Lewin, Tolman (1932)

2. Wheeler (1940), Lashley (1929)

3. Brunswik (1949).

Teori Lapangan Kurt Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran Psikologi Gestalt. Oleh

karena itu tidak mengherankan jika teori lapangan dari Kurt Lewin juga sangat

mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian dalam studinya tentang jiwa

manusia.

Teori ini menggunakan metode konstruktif.Metode konstruktif, atau disebut juga

metode “genetik” adalah metode yang digunakan Lewin sebagai metode “klasifikasi”.

Metode klasifikasi menurut mempunyai kelemahan karena hanya mengelompokkan obyek

studi berdasarkan persamaan-persamaannya saja.

Konsekuensi dari metode konstruktif:

1. Sifat dinamis pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan obyek-obyek

studinya berdasarkan hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya, teori

lapangan harus dapat mengungkapkan forces (daya, kekuatan) yang mendorong

suatu tingkah laku

Page 2: Teori Lapangan

2. Cara pendekatan harus psikologis. Semua konsep harus didefinisikan secara

operasional, namun efinisi operasional dalam teori lapangan tidak obyektif

melainkan subyektif.

3. Analisis dalam teori lapangan harus berawal dari situasi sebagai keseluruhan,

tidak dimulai dari elemen-elemen yang berdiri sendiri-sendiri. Dari awal yang

menyeluruh itu barulah dapat dilakukan analisis terhadap masing-masing elemen

atau bagian dari situasi secara khusus

4. Tingkah laku harus dianalisis dalam lapangan di saat di mana tingkah laku terjadi.

Cara pendekatannya sistematis, jadi tidak perlu menghubungkan dengan masa

lalu seperti psikoanalisis.

5. Bahasa yang digunakan dalam teori lapangan harus eksak dan logis, jadi harus

berupa bahasa matematik. Bahasa matematik menurut Lewin bersifat kualitatif.

Dalam hubungan ini ia meminjam istilah-istilah dari geometri untuk

menerangkan peristiwa-peristiwa Psikologik.

B. Konsep – Konsep Dasar Teori Lapangan

Metode konstruktif memerlukan konstruk-konstruk yaitu pengertian yang mencakup

serangkaian konsep. Dengan kata lain, konstruk adalah elemen dari teori lapangan,

sedangkan konsep adalah elemen dari konstruk, konstruk yang terpenting dari teori

lapangan tentunya adalah lapangan itu sendiri, yang dalam psikologinya diartikan sebagai

lapangan kehidupan (life space)

1. Lapangan Kehidupan

Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan

lingkungan kejiwaan (psikologi) yang ada padanya. Demikian pula lapangan

kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan

lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat tertentu.

Jelaslah bahwa dalam konstruk yang paling dasar tentang lapangan

kehidupan ini Lewin hanya memperhitungkan hal-hal yang ada bagi individu atau

kelompok (subyek) belum tentu ada secara obyektif, sedangkan ada yang secara

obyektif belum tentu ada secara subyektif. Disinilah tampak bahwa kurt Lewin

lebih mementingkan deskripsi yang subyektif.

Page 3: Teori Lapangan

Ada atau tidak adanya sesuatu bagi subyek harus dibuktikan dengan ada

atau tidak adanya pengaruh dari sesuatu itu terhadap subyek yang bersangkutan.

Ibu, teman, dan kebutuhan adalah contoh hal-hal yang berpengaruh pada subyek.

Oleh karena itu, hal-hal tersebut ada dalam lapangan kehidupan subyek yang

bersangkutan. Sebaliknya, bencana alam di negara lain atau perubahan posisi dari

bintang-bintang tertentu dilangit tidak berpengaruh pada subyek, sehingga tidak

pada lapangan kehadapan subyek.

Ruang hidup (alwisol, 2004) merupakan gabungan antara daerah pribadi

dan daerah lingkungan psikologis, yang secara matematis dapat dirumuskan

dalam formula sebagai berikut:

Rh = ( P + E)

Keterangan:

Rh = Ruang Hidup

P = Daerah Pribadi

E = Daerah lingkungan psikologis

2. Tingkah laku dan Lokomosi

Tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi yang berarti perubahan atau

gerakan pada lapangan kehidupan. Misalnya, seorang pegawai pergi dari

kantornya (wilayah kerja) kerumah sakit (wilayah kesehatan) untuk

memeriksakan diri ke dokter, maka pegawai itu melakukan lokomosi.Namun,

kalau perpindahan itu terjadi pada waktu pegawai tersebut seorang pingsan di

kantor dan di gotong ke rumah sakit, maka itu bukanlah lokomosi atau tingkah

laku

Lokomosi dapat terjadi karena ada “ komunikasi” antara dua wilayah dalam

lapangan kehidupan seseorang.Komunikasi antara 2 wilayah itu menimbulkan

ketegangan pada salah satu wilayah dan ketegangan menimbulkan kebutuhan dan

kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku.

Page 4: Teori Lapangan

3. Daya (Force)

Daya ini didefinisikan sebagai suatu hal yang menyebabkan perubahan.

Perubahan dapat terjadi jika pada suatu wilayah ada valensi tertentu.

Valensi dapat bersifat negative atau positif tergantung pada daya tarik atau daya

tolak yang ada pada wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi

positif maka ia akan menarik daya-daya dari wilayah-wilayah lain untu bergerak

menuju arahnya.Sebaliknya, jika valensi yang ada pada suatu wilayah negatif ,

maka daya-daya yang ada akan menghindar atau menjauhi wilayah.

Berbicara tentang daya, Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa

jenis:

a. Daya Mendorong

b. Daya yang Menghambat

c. Daya yang Berasal dari kebutuhan sendiri

d. Daya yang berasal dari orang lain

e. Daya yang impersonal

4. Ketegangan

Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang

sama sekali (dalam keadaan nol), melainkan ketegangan itu disebarkan secara

merata dari satu wilayah ke wilayah lain dalam lapang kehidupan.

Faktor yang penting yang dapat menurunkan ketegangan adalah tembusan,

yaitu sampai berapa jauh batas-batas suatu wilayah dapat ditembus oleh adanya

dari wilayah-wilayah lain disekitarnya

Substitusi lebih dimungkinkan jika antara dua wilayah yang bersangkutan

terdapat banyak persamaan. Selain itu, substitusi lebih mudah terjadi pada orang-

orang dengan lapang kehidupan yang cukup berdiferensiasi, berkembang dan

Page 5: Teori Lapangan

bercabang-cabang , asalkan batas-batas wilayah yang ada dalam lapang

kehidupan yang bersangkutan masih cukup tertembus oleh daya-daya yang akan

masuk.

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kejenuhan,kalau kebutuhan-

kebutuhan yang mendasari daya itu sudah dipuaskan sampai jenuh, maka

ketegangan itu akan berkurang dengan sendirinya

C. Penerapan Teori Lewin

Diatas telah diuraikan konsep-konsep dalam teori Lewin selanjutnya meninjau

bagaimana penerapan teori-teori pada gejala kejiwaan yang kongkret. Dua contoh gejala

kejiwaan akan dikemukakan dibawah ini, yaitu “konflik” dan “tingkah laku agresif”.

1. Konflik

Konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya saling bertentangan

arah’ tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama.

Ada tiga macam konflik yaitu:

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) yaitu orang berada

diantara dua valensi (nilai) positif yang sama kuat.

Contohnya: seorang artis harus memilih prfvesinya sebagai bintang sinotron

atau melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiwa kedokteran.

b. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict ) yaitu orang –

berada diantara dua valensi negatif yang sama kuat.

Contohnya: seorang yang terjebak di gedung lantai 10 yang kebakaran. Ia

harus memilih lewat tangga darurat dengan waktu yang cukup lama (tidak

sempat sampai ke lantai satu) atau loncat dengan resiko akan mati.

c. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) yaitu seseorang

menghadapi valensi positif dan negatife pada jurusan yang sama.

Contoh: anak meminta dan sayang kepada orang tua karena orang tua

memberi, tetapi anak juga membenci orang tua karena orang tua serba

melarang.(Sarwono, 2002)

Page 6: Teori Lapangan

2. Tingkah laku Agresif

Dalam eksperimennya, Kurt Lewin, dkk ( Lewin, Lippit, White, 1939,

dalam Sarwono, 2004) menemukan bahwa dalam kelompok anak laki-laki yang

diberi tugas-tugas tertentu dibawah pimpinan seorang pemimpin yang demokratis

tampak perilaku agresif yang sedang, sedangkan pemimpin yang otoriter tampak

perilaku agresi yang tinggi atau malahan sangat rendah.

Dalam kelompok demokratis daya-daya berimbang antara yang mendorong

dan menghambat agresivitas sehingga mencapai tingkat yang sedang. Dalam

kelompok yang otoriter, tingkah laku agresif meningkat tinggi apabila perasaan

kebersamaan berkurang/ mengendor. Atau sebaliknya ada daya penekan yang

begitu besar yang menghambat daya dorong tingkah laku agresif sehingga agresif

tidak muncul.

D. Teori-Teori Lapangan dalam Psikologi

Teori dari Kurt Lewin danggap lebih manusiawi sehingga banyak ahli psikologi

sosial yang tertarik dan mengembangkan lebih lanjut teori dari Kurt Lewin. Berikut ini

akan dijelaskan 4 teori lapangan yang diterapkan psikologi sosial, yaitu :

1. Teori tentang hubungan interpersonal (antarmanusia) dari Heider (1958)

Berbeda dengan Lewin yang menggunakan istilah-istilah khusus, Heider

menggunakan istilah sehari-hari yang digunakan orang awam sehingga psikologi

Heider disebut psikologi common sense (logika berfikir sehari-hari). Common

sense merupakan hal yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain dan

juga banyak mengandung kebenaran.

Heider mengemukakan bahwa tingkah laku interpersonal dapat diuraikan

kedalam 10 aspek yaitu:

a. Mengamati orang lain

Pengamatan terhadap orang sebenarnya tidak berbeda dari

pengamatan terhadap objek-objek lainnya (seperti meja, mobil, pohon,

Page 7: Teori Lapangan

dll). Orang yang diamati disini memiliki kemampuan emosi, kehendak,

keinginan , yang tidak terdapat pada benda mati. Seseorang (P) yang

mengamati orang lain (O) tahu bahwaO tersebut juga mengamati P

kembali. Dalam pengalaman timbal balik tersebut, baik O maupun P

menghadapi dua pengalaman, yaitu pengalaman fenomenal dan

pengalaman kausal. Pengalaman fenomenal adalah segala sesuatu yang

terjadi dalam hubungan orang dengan lingkungannya, sedangkan

pengalaman kausal orang yang bersangkutan mencoba menganalisis

faktor-faktor/ kondisi-kondisi yang mendasari pengalaman fenomenal.

b. Orang lain sebagai pengamat

Dalam pengamatan terhadap lingkungannya, termasuk terhadap

orang lain (O), seseorang (P) menyadari bahwa O juga mengamati P.

Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam berbagai hal, yaitu

tindakan, harapan, dan sifat-sifatnya. Misalnya, kalau Nanha melihat

Lina senang pada tindakannya, maka Nanha akan membuat tindakan itu

lagi, tetapi kalau Lina tidak senang, Nanha akan menghindari tindakan

tersebut.

c. Analisis yang naïf terhadap tindakan orang lain

Dalam menginterpretasikan perilaku orang lain dilakukan analisis

secara sederhana (naïf) dan dalam sifat itu dicari sifat-sifat bawaan

(dispotitional properties) dari orang yang sedang diamati tersebut. Sifat-

sifat bawaan adalah faktor-faktor yang mendasari perilaku seorang yang

tidak berubah-ubah (permanen) seperti intelegensi.

d. Kaulitas personal dan impersonal

Dalam kausalitas personal, seseorang (P) dengan sengaja

menghasilkan objek lain (X) tujuan P pada X adalah tetap (equifinality)

dan untuk mencapai tujuan itu, seseorang (P) mengubah-ubah

tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda. Disini

faktor yang penting adalah faktor motivasi.

Page 8: Teori Lapangan

Dalam kausalitas impersonal, seseorang (P) tidak dengan sengaja

menghasilkan objek lain (X). X yang dihasilkan seseorang (P) bisa

bermacam-macam (multifinality) tergantung pada situasi yang

dihadapinya. Motivasi disini tidak berpengaruh karena daya lingkungan

yang lebih menentukan.

e. Hasrat dan Kesenangan

Hasrat (desire) adalah sesuatu yang harus ada terlebih dahulu

sebelum timbul percobaan (trying). Dengan kata lain, hasrat merupakan

prakondisi dari percobaan, sedangkan kesenangan (pleasure) adalah

pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan.

f. Sentimen

Perasaan yang timbul dalam diri seseorang(P) kepada orang lain

(O) atau benda-benda lain (X). Sentimen ada 2 macam yaitu positif dan

negatif yang dinamai oleh Heider suka (like) dan tidak suka

(dislike).Pengaruh dari dua jenis sentimen ini terhadap hubungan

interpersonal adalah bahwa ia dapat menimbulkan atau menghambat

pembentukan unit (Unit information) dan keadaan berimbang (balance

stale)

g. Keharusan dan Nilai

Keharusan adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (Bukan

untuk orang lain) untuk dilakukan seseorang (P). jadi, keharusan bersifat

impersonal.Nilai juga bersifat impersonal.Nilai menurut Heider hanya

menyangkut segi positif dari suatu hal.Jadi, kalau suatu hal dianggap

bernilai oleh seseorang, maka seseorang menganggap hal tersebut

positif.

h. Permintaan dan Perintah

Permintaan (request) dan perintah (Command) masing-masing

didasarkan pada sentimen dan kekuasaan.permintaan dasarnya adalah

Page 9: Teori Lapangan

sentimen positif. Sebaliknya perintah didasarkan pada kekuasaan

seseorang terhadap orang lain

i. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan disini adalah apabila orang lain melakukan apa yang

diminta atau diperintahkan seseorang.Sebaliknya, apabila orang lain

tidak melakukan apa yang diminta seseorang maka akan merugikan

seseorang tersebut.

j. Reaksi terhadap Pengalaman Orang Lain

Persepsi terhadap pengalaman orang lain menimbulkan reaksi oleh

psikologi common sense disebut emosi. Emosi ada 2 yaitu concordant

dan discordant. Emosi yang concordant dikatakan oleh Heider sebagai

ungkapan perasaan simpati yang sejati (terkait dengan perasaan-perasaan

orang lain).Emosi discordant kebalikan dari emosi concordant yaitu

berupa isi hati dan kegembiraan yang jahil

Komentar Tentang Heider

Heider telah mengemukakan teori yang cukup berbobot khususnya yang

menyangkut teori atributif (teori sifat) dan teori keseimbangan (balanced

Theory).Sekalipun Heider berusaha menerangkan hubungan Interpersonal dengan

teorinya tersebut, tetapi sebagian besar dari teorinya itu hanya menerangkan

tentang persepsi.

2. Teori Lapangan tentang Kekuasaan dari Cartwright (1959)

Menurutnya definisi kekuasaan berbunyi dalam rangka mengubah X

menjadi Y.pada waktu tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya

yang dapat dihasilkan oleh A ke jurusan tersebut (X ke Y) pada waktu tersebut.

Kekuatan maksimum dari daya yang dapat dihasilkan A merupakan selisih

antara seluruh daya yang ada pada A dikurangi dengan daya tolak yang datang

dari B kearah yang berlawanan (dari Y menuju X). Istilah daya diambil dari

Page 10: Teori Lapangan

perbendaharaan istilah Kurt Lewin, tetapi Cartwright memberi arti tersendiri pada

istilah itu yang didasarkannya pada 7 istilah “primitive” yaitu:

a. Pelaku (agent)

b. Tindakan Pelaku (Act of Agent)

c. Lokus (locus)

d. Hubungan langsung (Direct Joining)

e. Dasar Motif (Motive Base)

f. Besaran (magnitude)

g. Waktu (Time)

Berdasarkan ke-7 istilah primitif tersebut Cartwright merumuskan daya

terdiri dari tindakan pelaku, dasar motif, sepasang lokus yang berhubungan

langsung besaran, dan waktu. Daya inilah yang membentuk kekuasaan.

Jelaslah bahwa kekuasaan A atas B terjadi, jika A dapat, menggerakkan

daya dari lokus X ke lokus Y dalam lapang kehidupan B.

Kekurangan Cartwright:

- Kurang jelas dalam mendefinisikan istilah-istilah primitif

- Kurang jelas mendefinisikan arti “kekuasaan”

Kelebihan Cartwright:

- Teorinya berhasil merangsang berkembangnya teori French (1956)

yang mempelajari kekuasaan dalam system social

3. Teori Kekuasaan Sosial oleh French

Teori yang dikembangkan French terutama membahas proses pengaruh

dalam kelompok.

Proses pengaruh mempengaruhi menurut French melibatkan 3 pola relasi

dalam kelompok yaitu:

- Hubungan kekuasaan antar anggota kelompok

- Pola komunikasi dalam kelompok

Page 11: Teori Lapangan

- Hubungan antar pendapat dalam kelompok

Dengan demikian, walaupun namanya teori kekuasaan sosial namun teori

French tidak secara eksplisit membicarakan kekuasaan sosial.

Model yang dikembangkan oleh French untuk menerangkan perubahan

pendapat didasarkan pada teori Lewin tentang keseimbangan semu (quasi –

stationery equilibrium). Digambarkan suatu garis pendapat yang dua dimensional

daripada garis itulah terjadi pergeseran-pergeseran daya (force).Daya dapat

dipaksakan dari A ke B disebut pengaruh sosial (social influence).Jumlah

kekuatan dari daya-daya disebut kekuasaan (power). Jadi kekuasaan A atas B

sebanding dengan kekuatan daya-daya yang ada yang dapat dipaksakan A kepada

B dalam lapang kehidupan B. Selanjutnya French mendefinisikan kekuasaan

dalam arti yang kurang lebih sama dengan definisi Cartwright.Rumusnya:

Kekuasaan (A atas B) = Daya A – Daya Perlawanan B

4. Teori Tentang Kerjasama dan Persaingan oleh Deutch (1949)

Pusat perhatian teori ini adalah pengaruh dan kerjasama dan persaingan

dalam kelompok kecil.

Perbedaan kerjasama dan persaingan menurut Deutch terletak pada sifat

wilayah-wilayah tujuan pada kedua situasi tersebut. Dalam situasi kerjasama,

wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau sub kelompok

hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh sub-sub kelompok yang

bersangkutan jika individu-individu lain atau sub kelompok lain juga bisa

memasuki wilayah tujuan itu. Wilayah-wilayah tujuan dari anggota-anggota

kelompok itu dikatakan sebagai saling menunjang.

Dalam situasi persaingan, jika seseorang individu atau suatu sub kelompok

sudah memasuki wilayah tujuan, maka individu-individu atau sub-sub kelompok

yang lain tidak akan bisa mencapai wilayah tujuan mereka masing-

masing.Hubungan antara wilayah-wilayah tujuan anggota-anggota kelompok

dinamakan saling menghambat.

Page 12: Teori Lapangan

Meskipun teori Deutsch memberikan konsep yang tajam dan jelas tentang

situasi kerjasama dan persaingan sehingga dapat dijadikan dasar untuk penelitian,

namun hipotesis yang diajukan hanya didasarkan pada suatu penelitian terhadap

sebuah kelompok kecil yang sangat khusus sifatnya, yaitu kelompok yang terdiri

dari 5 orang mahasiswa yang diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu.

E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan

1. Kelebihan

Penelitian psikologi sosial dapat dilakukan dengan metode eksperimental dan

dapat dilakukan dalam laboratorium.

2. Kelemahan

a. Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara sistematis.

b. Banyak konsep dan konstruk tidak didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti

yang kabur.

c. Teori ini terlalu bersibuk diri dengan aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian

sehingga agak mengabaikan tingkah laku motoris yang “overt” (nampak dari luar)

d. Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya

(penyalahgunaan topologi).

Page 13: Teori Lapangan

Teori Kontemporer Dalam Psikologi Sosial

A. Teori Motivasi

Teori ini berfokus pada kebutuhan atau motif individu. Pengalaman sehari-hari

maupun riset psikologi sosial telah memberikan banyak contoh cara bagaimana kebutuhan

kita bisa memengaruhi persepsi kita, sikap kita, dan perilaku kita.

Pandangan Freudian, atau psikoanalitik, tentang motivasi manusia menunjukkan arti

penting dari dorongan “bawaan” kita, khususnya dorongan yang berhubungan dengan

seksualitas dan agresi. Sebaliknya, psikolog sosial lebih mempertimbangkan sederetan

kebutuhan dan keinginan manusia. Psikolog sosil juga menekankan cara dimana situasi

dan hubungan sosial tertentu dapat menciptakan dan menimbulkan kebutuhan dan motif.

B. Teori Belajar

Ide utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku seseorang sekarang adalah hasil

dari pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang belajar perilaku tertentu,

yang sering dengan berjalannya waktu mungkin akan menjadi kebiasaan. Ketika dia

berhadapan dengan situasi serupa, orang itu akan cenderung berperilaku sesuai dengan

kebiasaan yang pernah dilakukannya. Pendekatan ini dinamakan Social Learning oleh

Albert Bandura.

Ada tiga mekanisme umum terjadinya proses belajar yaitu:

1. Asosiasi atau pengkondisian klasik (pavlov)

2. Reinforcement (b.f.skinner)

3. Observational Learning

C. Teori Kognitif

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang akan tergantung pada

cara dia memahami situasi sosial. Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan Gestalt ke

psikologi sosial. Dia menekan pentingnya bagaiaman individu memahami lingkungan

sosial. Menurut Lewin, perilaku dipengaruhi oleh karakteristik personal individu (seperti

kemampuan, kepribadian, dan disposisi genetik) dan oleh pemahamannya tentang

lingkungan sosial.

D. Teori Pengambilan keputusan

1. Decision Making Theories

Mengasumsikan bahwa individu mengevaluasi untung rugi atau biaya dan

manfaat dari berbagai macam dan tindakan dan akan memilih alternatif terbaik

berdasarkan pertimbangan yang logis dan rasional.

Page 14: Teori Lapangan

2. Expectancy Value Theory

Memperluas gagasan teori untung rugi dengan menambahkan elemen penilaian

kemungkinan bahwa kemungkinan masing-masing pilihan akan terwujud (Edwards,

1954)

Page 15: Teori Lapangan

Daftar Pustaka

Alwisol.2004.Psikologi Kperibadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Dayakisni,T., Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial). Jakarta:

Balai Pustaka

Sarwono, S.W. 2004. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT.Raja Grafindo