teori konvergensi simbolik

4
TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari -hari, kita tidak pernah lepas dari komunikasi. Di manapun dan kapanpun selalu melakukan komunikasi baik komunikasi intrapersnal dan interpersonal baik verbal maupun non verbal. Pada saat melakukan komunikasi intrapribadi nantinya akan melibatkan sensasi, sehingga menjadi sebuah persepsi. Makna yang di ambil nantinya akan di simpan di dalam suatu sistem kerja otak kita yang di sebut memori. Dan kita akan terus berfikir di setiap aktivitas yang dilakukan. Saat berfikir itulah semua nya di panggil kembali dari ingatan masa lalu. Salah satu fungsi komunikasi adalah sebagai komunikasi sosial yang berarti bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat. Untuk itu Penting kita membahas Teori – teori yang terdapat dalam Komunikasi . kami akan membahas salah satunya yaitu Teori Konvergensi simbolik. Teori konvergensi simbolik ini sangat berguna untuk melihat fantasi yang terjadi pada saat berkomunikasi bersama teman – teman yang terdapat dalam kelompok kecil. Seperti kelompok berteman, kelompok belajar dalam perkuliahan, pekerjaan dan organisasi atau sekumpulan individu yang sudah mengenal satu sama lainnya. Nantinya akan di bahas lebih jelas di dalam makalah ini. Rumusan Masalah 1. Apa defenisi dari teori konvergensi simbolik tersebut ? 2. Tujuan dan Fungsi dari Teori konvergensi simbolik ! 3. Bagaimana Aplikasinya dalam kehidupan sehari hari? 4. Proses yang membentuk Teori ini ! Tujuan Untuk mengetahui dan Mengerti tentang Teori Konvergensi simbolik ini. Sehingga dapat melihat sekaligus memahami Fantasi yang terjadi di sekitar kita Pada saat berkomunikasi. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Konvergensi Simbolik

Upload: stephen-harris

Post on 18-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK

TRANSCRIPT

TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari -hari, kita tidak pernah lepas dari komunikasi. Di manapun dan kapanpun selalu melakukan komunikasi baik komunikasi intrapersnal dan interpersonal baik verbal maupun non verbal. Pada saat melakukan komunikasi intrapribadi nantinya akan melibatkan sensasi, sehingga menjadi sebuah persepsi. Makna yang di ambil nantinya akan di simpan di dalam suatu sistem kerja otak kita yang di sebut memori. Dan kita akan terus berfikir di setiap aktivitas yang dilakukan. Saat berfikir itulah semua nya di panggil kembali dari ingatan masa lalu. Salah satu fungsi komunikasi adalah sebagai komunikasi sosial yang berarti bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat. Untuk itu Penting kita membahas Teori teori yang terdapat dalam Komunikasi . kami akan membahas salah satunya yaitu Teori Konvergensi simbolik. Teori konvergensi simbolik ini sangat berguna untuk melihat fantasi yang terjadi pada saat berkomunikasi bersama teman teman yang terdapat dalam kelompok kecil. Seperti kelompok berteman, kelompok belajardalam perkuliahan,

pekerjaandanorganisasiatausekumpulan individu yang sudah mengenal satu sama lainnya. Nantinya akan di bahas lebih jelas di dalam makalah ini.

Rumusan Masalah1.Apa defenisi dari teori konvergensi simbolik tersebut ?2.Tujuan dan Fungsi dari Teori konvergensi simbolik !3.Bagaimana Aplikasinya dalam kehidupan sehari hari?4.Proses yang membentuk Teori ini !

TujuanUntuk mengetahuidan Mengerti tentang Teori Konvergensi simbolik ini. Sehingga dapat melihat sekaligus memahami Fantasi yang terjadi di sekitar kita Pada saat berkomunikasi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Definisi Konvergensi Simbolik

Teori konvergensi simbolik dipelopori oleh Ernest Brooman, teori ini menjelaskan tentang proses pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya makna, motif dan juga persamaan bersama. Kesadaran kelompok yang terbangun dalam suatu kelompok dapat membangun semacam makna, motif untuk bertindak bagi orang-orang dalam kelompok tersebut.Menurut Ernest Brooman kata lain untuk proses konvergensi simbolik adalah tema fantasi. Tema fantasi adalah pesan yang didramatisi seperti permainan kata-kata, cerita,analogi, dan pidato yang menghidupkan interaksi dalam kelompok. Setiap individu akansaling berbagi fantasi karena kesamaan pengalaman atau karena orang yang mendramatisipesan memiliki kemampuan retoris yang baik. Sekumpulan individu ini dapat berasal dari orang-orang yang sudah lama saling mengenal dan berinteraksi ataupun bisa juga dari orang-orang yang baru saling kenal, lalu saling berinteraksi dan bertukar pengalaman yang sama sehingga menimbulkan proses konvergensi simbolik.

Symbolic ConvergenceTheory (SCT), menjelaskan bahwa makna, emosi, nilai, dan motif untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh orang yang mencoba untuk memahami dari pengalaman yang umum, seperti keragaman kehidupan.Teori ini mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna, motif, dan perasaan bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana orangorang secara kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses pertukaran pesan. Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian menyediakan semacam makna, emosi dan motif untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya.

2.2.TujuanTeori Konvergensi Simbolik

Fungsi dari teori ini adalah menganalisa interaksi yang terjadi di dalam skala kelompok kecil. Kelompok di sini dapat berupa kelompok sosial, kelompok tugas, atau kelompok dalam sebuah pergaulan. Secara proses, teori ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya sense of community dan group consciousness dalam sebuah kelompok.Teori ini memiliki anggapan dasar bahwa setiap anggota kelompok melakukan pertukaran fantasi dalam rangka membentuk kelompok yang kohesif. Dengan saling bertukar fantasi tersebut bisa memicu terjadinya interaksi kelompok yang baik. Fantasi yang dimaksudkan di sini bisa berupa ide-ide, cerita, gurauan, dan lain-lain yang mengungkapkan emosi atau mengandung emosi. Fantasi bisa meliputi peristiwa di masa lalu atau yang akan terjadi, namun fantasi tidak termasuk pada komunikasi yang berfokus pada kegiatan yang terjadi dalam kelompok tersebut. Contohnya adalah vina sedang mengikuti rapat audit suatu acara seminar dengan anggota lainnya, mereka sedang membicarakan tentang kesalahan susunan acara yang dibuat oleh seksi acara, karena suasana semakin menegang dan diantara anggota kelompok sudah terjalin sense of belonging maka vina berbicara tentang rencananya yang ingin mentraktir mereka di tempat favoritnya. Dari analogi diatas, saat mereka mebicarakan tentang audit susunan acara yang salah bukanlah fantasi, tapi yang fantasi adalah saat vina ingin mentraktir teman-temanya untuk makan di tempat favoritnya.Kesimpulan dari penerapan fantasi di dalam interaksi suatu kelompok adalah untuk mencairkan suasana dan mempermudah dalam hal pengambilan keputusan. Keterbukaan tiap-tiap individu dalam kelompok juga mendukung terjadinya fantasi dalam konvergensi simbolik.

Contoh fantasi I :

Di dalam sebuah kelompok, ketika salah satu anggotanyamengatakan Twitter . Maka ada salah satu anggota kelompok itu yang merespon dan mengatakan kemarin ada yang follow twitter aku loh. Dan teman teman lainnya pun merespon terus menerus. Sehingga, itu dinamakan rantai fantasi. Yang bisa merubah suasana menjadi lebih menyenangkan. Apabila salah satu teman mereka tidak memiliki akun twitter maka tidak akan menimbulkan respon yang sama. Karena tidak memiliki kesamaan makna yang bisa saling di mengerti dan tidak terjadi rantai fantasi.

A. Kelompok tersebut sudah memiliki tema fantasi yang sama sehingga membentuk rantai fantasi.

Contoh 2 :Fantasi yang ditanggapi secara positif akan membuat rantai fantasi. Contohnya saat tadi si Ira berkata tentang pacar, tiba-tiba teman yang lain bercerita kalau dia baru saja membeli hadiah ulang tahun untuk pacarnya dan cerita itu akan terus berantai. Ini mengubah suasana kerja yang serius menjadi lebih energik dan positif. Dengan adanya saling berbagi fantasi ini, kohesi dalam sebuah kelompok semakin terbentuk.

Kohesi yang terbentuk dalam sebuah kelompok mempermudah terjadinya pengambilan keputusan dalam kelompok tersebut.Keterbukaan adalah bagian penting dalam membentuk kohesi dalam kelompok.

Bormann juga menjelaskan bahwa dalamsetiap analisis tema fantasi atauyang lebih luas lagi dalam visi retoris selalu terdapat empat elemen pokok berikut;tokoh-tokoh yang terlibat (dramatis personaeataucharacter), alur cerita (plot line), latar (scene), dan agen penentu kebenaran cerita(sanctioning agents).Tokoh pemeran dalam cerita tersebut dapat berupa pahlawan, penjahatdan pemain pendukung lainnya. Sedangkan alur cerita merupakanrangkaian cerita yang dikembangkan dan tindakan-tindakan apa yang dilakukan. Pada aspek Latartercakup didalamnya lokasi,berbagaiperalatan atau perlengkapan yang terkait, serta aspek sosio-kultural yang ada dalam latar terkait. Terakhir adalahsanctioning agentsyang berkitan dengan sumber-sumber yang akan melegitimasi kebenaran cerita.Keempat elemen pokok diatasyang dalam istilah Bormann (Morris & Buchanan, 2000) disebut dengan istilahDramtistic Structural Elementsmemang terasa mirip dengan elemen-elemen pokok dalam teori Dramatisme dari Kenneth Burke. Pada kenyataannya memangdemikian, Bahkan Morris dan Buchanan (2000) lebih lanjut menyatakan bahwakajian-kajian komunikasi yang bersifat humanistik memang cenderung menggunakan sudut pandang dramatistik. Bormann menggunakan sudut pandang Dramatistik secara berbeda yakni denganmemusatkan perhatiannya kepada Pesan sebagai unit analisisnyaserta proses komunikasi diantara partisipan yangmemunculkan konvergensi fantasi, makna dan realitas simbolik diantara mereka. Jadi dalam perspektif Bormann yang menjadi premis pokoknya adalah bagaimana orang orangberbagi realitas bersama.

Yang membentuk proses konvergensi simbolik

1. Individu dan karakteristik2. Perhatian Umum3. Kemampuan retorika dari masing masing anggota kelompok