konvergensi psak ke ifrs

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini tentunya akan menjadi masalah bagi para pengguna karena akan menyulitkan untuk memahami laporan keuangan yang ada. Setiap negara tentunya mempunyai aturan akuntansi (standar) yang berbeda-beda. Perbedaan itu mencakup perlakuan, metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan akuntansi tiap Negara akan menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama bagi para analis, auditor, investor, dan kreditur yang lingkup kerjanya melewati batas Negara. Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas Negara, sumber daya produksi (misalnya uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu Negara tertentu dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat ke Negara lain misalnya melalui mekanisme bursa saham. Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di Negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di Negara lain. Agar pemahaman 1

Upload: larasati-sunarto

Post on 24-May-2015

34.277 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konvergensi PSAK ke IFRS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam

pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna

laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan

keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini tentunya

akan menjadi masalah bagi para pengguna karena akan menyulitkan untuk memahami

laporan keuangan yang ada.

Setiap negara tentunya mempunyai aturan akuntansi (standar) yang berbeda-beda.

Perbedaan itu mencakup perlakuan, metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan

akuntansi tiap Negara akan menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama

bagi para analis, auditor, investor, dan kreditur yang lingkup kerjanya melewati batas

Negara. Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas Negara, sumber daya

produksi (misalnya uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu Negara tertentu dapat

dipindahkan dengan mudah dan cepat ke Negara lain misalnya melalui mekanisme bursa

saham. Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di

Negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di Negara lain. Agar

pemahaman laporan keuangan menjadi lebih mudah, maka perlu ditetapkannya suatu

aturan atau standar yang seragam. Atas dasar hal tersebut muncullah isu konvergensi.

Dengan adanya konvergensi diharapkan dapat menjembatani persepsi yang keliru dalam

mengartikan laporan keuangan karena semua Negara aturannya seragam dengan

pemahaman yang sama. Jadi dengan konvergensi, diharapkan tidak akan ada lagi persepsi

yang salah dalam menginterpretasikan laporan keuangan.

Maka berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengangkat judul “Analisis

Konvergensi PSAK ke IFRS.”

1

Page 2: Konvergensi PSAK ke IFRS

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah

bagaimana perbandingan antara PSAK sebelum dan sesudah konvergensi IFRS.

1.3. Batasan Masalah

Untuk batasan atau ruang lingkup masalah, data yang digunakan dalam

pembahasan ini adalah buku PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan), PSAK 3 (Laporan

Keuangan Interim), dan PSAK 16 (Aset Tetap), dan sebagai perbandingan digunakan data-

data IFRS/ IAS yakni IAS 1 (Presentation of Financial Statement), IAS 34 (Interim Financial

Report), dan IAS 16 (Property, Plant, and Equipment).

1.4. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa perubahan dalam

penerapan PSAK 1, PSAK 3, dan PSAK 16 yang berbasis IFRS (IAS 1, IAS 34, dan IAS 16)

dan membandingkannya. Ini merupakan salah satu cara dalam mempersiapkan diri untuk

menghadapi konvergensi IFRS.

2

Page 3: Konvergensi PSAK ke IFRS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi PSAK dan IFRS

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar yang digunakan

untuk pelaporan keuangan di Indonesia.  PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan dalam

membuat laporan keuangan. Sedangkan IFRS (International Financial Reporting Standard)

merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global/

internasional. Indonesia sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dunia telah merespon

perubahan-perubahan sistem pelaporan keuangan terkini dengan melakukan konvergensi

IFRS kedalam PSAK. Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh

manfaat sekaligus, yaitu:

1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

2. Mengurangi biaya SAK.

3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.

4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.

5. Meningkatkan transparansi keuangan.

6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana

melalui pasar modal.

7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2.2. PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan)

Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur

laporan keuangan, persyaratan minimum, dan isi laporan keuangan. Entitas menerapkan

Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan

penyajian laporan keuangan entitas syariah.

3

Page 4: Konvergensi PSAK ke IFRS

Secara umum perbedaan ED PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan

dengan PSAK 1 (Revisi 1998): Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:

Perihal ED PSAK 1 (Revisi 2009) PSAK 1 (Revisi 1998)

1. Referensi ED PSAK 1 (Revisi 2009)

mengadopsi IAS 1 Presentation of

Financial Statements (2009) IFRS

PSAK 1 (Revisi 1998)

mengadopsi IAS 1

Disclosure of Accounting

Policies (1997) GAAP

2. Terjemahan

untuk liability

Liabilitas Kewajiban

3. Definisi istilah Terdapat definisi istilah yang

digunakan, yaitu laporan keuangan

untuk tujuan umum, tidak praktis

standar akuntansi keuangan,

material, catatan atas laporan

keuangan,penghasilan komprehensif

lain, pemilik, laba atau rugi.

Tidak terdapat definisi istilah

yang digunakan.

4. Informasi yang

disajikan dalam

laporan

keuangan

Informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan meliputi:

a. Aset

b. Liabilitas

c. Ekuitas

d. Pendapatan dan

e.Kontribusi dari dan distribusi

kepada pemilik dalam

kapasitasnya sebagai pemilik

f. Arus kas

Informasi yang disajikan

dalam laporan meliputi:

a. Aset

b. Kewajiban

c. Ekuitas

d. Pendapatan dan beban

e. Arus kas

5. Tanggung jawab Tidak mengatur mengenai pihak Manajemen bertanggung

4

Page 5: Konvergensi PSAK ke IFRS

atas laporan

keuangan

yang bertanggung jawab atas

laporan keuangan.

jawab atas laporan

keuangan.

6. Komponen

laporan

keuangan yang

lengkap

Komponen keuangan yang lengkap:

a. Laporan posisi keuangan

(neraca)

b. Laporan laba rugi komprehensif

c. Laporan perubahan ekuitas

d. Laporan arus kas

e. Catatan atas laporan keuangan

f. Laporan posisi keuangan awal

periode komparatif sajian akibat

penerapan retrospektif, penyajian

kembali, atau reklasifikasi pos-

pos laporan keuangan

Komponen laporan

keuangan yang lengkap:

a. Neraca

b. Laporan laba rugi

c. Laporan perubahan

ekuitas

d. Laporan arus kas

e. Catatan atas laporan

keuangan

7. Kepatuhan

terhadap SAK

Entitas membuat pernyataan

kepatuhan atas SAK dalam laporan

keuangan.

Tidak diatur bahwa laporan

keuangan yang memuat

pernyataan kepatuhan

entitas atas SAK.

8. Penyimpangan

dari suatu PSAK

Penyimpangan dari suatu PSAK

diijinkan jika kepatuhan atas PSAK

tersebut bertentangan dengan tujuan

laporan keuangan dalam KDPPLK.

Tidak diatur adanya

penyimpangan dari suatu

PSAK

9. Pemilihan dan

penerapan

kebijakan

akuntansi ketika

tidak diatur

Tidak diatur bagaimana memilih dan

menerapkan kebijakan akuntansi

ketika tidak diatur dalam suatu

PSAK. Hal tersebut akan diatur

dalam PSAK 25, jika PSAK 25

Terdapat pengaturan

bagaimana memilih dan

menerapkan kebijakan

akuntansi ketika tidak diatur

dalam suatu PSAK.

5

Page 6: Konvergensi PSAK ke IFRS

dalam PSAK sudah mengadopsi IAS 8 terkini.

10.Tepat waktu Tidak diatur kapan entitas sebaiknya

mengeluarkan laporan keuangan

Entitas sebaiknya

mengeluarkan laporan

keuangan paling lama 4

bulan setelah tanggal

neraca.

11.Klasifikasikan

liabilitas yang

dibiayai kembali

Liabilitas keuangan yang dibiayai

kembali yang akan jatuh tempo

dalam 12 bulan setelah periode

pelaporan diklasifikasikan sebagai

laibilitas jangka pendek, jika entitas

tidak memiliki hak tanpa syarat untuk

membiayai kembali.

Liabilitas tersebut

diklasifikasikan sebagai

liabilitas jangka panjang.

12. Klasifikasi

liabilitas yang

terjadi

pelanggaran,

perjanjian

utang.

Pelanggaran perjanjian utang yang

mengakibatkan kreditur meminta

percepatan pembayaran, maka

liabilitas tersebut disajikan sebagai

liabilitas jangka pendek, meskipun

kreditur mengijinkan penundaan

pembayaran selama 12 bulan

setelah tanggal pelaporan tetapi

persetujuan tersebut diperoleh

setelah tanggal pelaporan.

Tidak diatur mengenai hal

tersebut.

13.Pos luar biasa Penggunaan istilah “pos luar biasa”

tidak diperkenankan.

Penggunaan istilah “pos luar

biasa” diperkenankan.

14.Pos-pos yang

minimal harus

Pos-pos berikut termasuk yang

minimal disajikan dalam laporan laba

Pos-pos yang minimal

disajikan dalam laporan laba

6

Page 7: Konvergensi PSAK ke IFRS

disajikan dalam

laporan laba rugi

komprehensif.

rugi (bagian dari laporan laba rugi

komprehensif):

a. Beban keuangan

b. Keuntungan atau kerugian dari

operasi yang dihentikan.

c. Bagian pendapatan komprehensif

lain dari entitas asosiasi dan joint

ventures yang menggunakan

metode ekuitas.

rugi tidak termasuk:

a. Beban keuangan

b. Keuntungan atau

kerugian dari operasi

yang dihentikan.

c. Bagian pendapatan

komprehensif lain dari

entitas asosiasi dan joint

ventures yang

menggunakan metode

ekuitas.

2.2.1. Perbedaan ED PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dengan IAS

1 (2009): Presentation of Financial Statements

ED PSAK 1 (2009): Penyajian Laporan Keuangan mengadopsi seluruh pengaturan dalam

IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements, kecuali untuk paragraf-paragraf berikut:

1. IAS 1 paragraf 2 yang menjadi PSAK 1 paragraf 2 mengenai ruang lingkup, yang mana

ditambahkan kalimat yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak berlaku untuk entitas

syariah karena penyajian laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101: Penyajian

Laporan Keuangan Syariah.

2. IAS 1 paragraf 5, mengenai penerapan IAS 1 bagi entitas nirlaba dan entitas sektor

publik, dihilangkan. Karena pelaporan keuangan entitas nirlaba diatur dalam PSAK 45:

Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dan entitas sektor publik diatur dalam standar

akuntansi pemerintah bukan standar akuntansi keuangan.

3. IAS 1 paragraf 6, mengenai penerapan IAS 1 bagi entitas tanpa ekuitas (misalnya reksa

dana) dan entitas yang modalnya bukan ekuitas (misalnya koperasi), dihilangkan.

Karena penyajian laporan keuangan reksa dana diatur dalam PSAK 49: Akuntansi

Reksa Dana dan koperasi diatur dalam PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian.

7

Page 8: Konvergensi PSAK ke IFRS

4. Implementation Guidance dari IAS 1 tentang ilustrasi penyajian laporan posisi keuangan

disesuaikan dengan penyajian laporan posisi keuangan (neraca) yang selama ini

berlaku di Indonesia. Implementation Guidance tersebut menyajikan laporan posisi

keuangan.

2.3. PSAK 3 (Laporan Keuangan Interim)

Pernyataan ini diterapkan bagi entitas yang disyaratkan atau memilih untuk

menerbitkan laporan keuangan interim sesuai SAK, tidak mengatur entitas yang disyaratkan

menerbitkan laporan keuangan interim. Laporan keuangan interim adalah laporan

keuangan, baik laporan keuangan lengkap atau laporan keuangan ringkas untuk suatu

periode interim. Periode interim merupakan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun

buku penuh. Secara umum perbedaan antara ED PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan

Interim dengan PSAK 3 (1994): Laporan Keuangan Interim adalah sebagai berikut:

Perihal ED PSAK 3 (revisi 2010) PSAK 3 (1994)

1. Ruang lingkup a. Tidak menentukan entitas

yang harus menerapkan

PSAK ini.

b. Entitas yang diwajibkan atau

memilih untuk menyajikan

laporan keuangan interim

harus mengikuti ketentuan

dalam PSAK ini.

Perusahaan yang

diwajibkan oleh peraturan

perundangan yang berlaku.

2. Pandangan terkait

Laporan Keuangan

Interim

Tidak dijelaskan. Laporan Keuangan Interim

merupakan bagian integral

dengan laporan keuangan

tahunan.

3. Isi Laporan Keuangan Laporan Keuangan Interim Tidak dijelaskan.

8

Page 9: Konvergensi PSAK ke IFRS

Interim lengkap atau Laporan

Keuangan Interim ringkas.

4. Komponen minimal

Laporan Keuangan

Interim

Laporan posisi keuangan

ringkas dan laporan laba rugi

komprehensif ringkas.

Tidak dijelaskan.

5. Format dan isi

Laporan Keuangan

Interim

a. Laporan keuangan interim

lengkap mengikuti PSAK 1.

b. Laporan keuangan interim

ringkas minimal mencakup

judul dan subjudul dalam

laporan keuangan tahunan

dan catatan penjelasan.

Tidak dijelaskan.

6. Catatan penjelasan

tertentu dan

kepatuhan terhadap

SAK

a. Penjelasan mengenai

catatan penjelasan tertentu

dan informasi minimalnya.

b. Pengungkapan kepatuhan

terhadap SAK.

Tidak dijelaskan.

7. Periode laporan

keuangan Interim

komparatif

a. Laporan posisi keuangan

per periode interim dengan

tahun buku sebelumnya.

b. Laporan laba rugi

komprehensif, laporan

perubahan ekuitas, dan

laporan arus kas komparatif

dengan periode interim

sebelumnya.

Tidak dijelaskan.

8. Perubahan estimasi Perubahan estimasi signifikan Tidak dijelaskan.

9

Page 10: Konvergensi PSAK ke IFRS

signifikan pada

periode interim

terakhir

yang diterjadi pada periode

interim terakhir harus

diungkapkan dalam laporan

keuangan tahunan.

9. Pendapatan

musiman, siklusan,

dan tidak teratur

Pedapatan musiman, siklusan,

dan tidak teratur dapat

diantisipasi atau ditangguhkan.

Tidak dijelaskan.

10. Beban yang tidak

beraturan

Beban yang tidak beraturan

dapat diantisipasi atau

ditangguhkan.

Tidak dijelaskan.

2.3.1. Perbedaan ED PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim dengan IAS 34

Interim Financial Reporting per 1 Januari 2009

ED PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim mengadopsi seluruh IAS 34

Interim Financial Reporting per 1 Januari 2009, kecuali:

1. IAS 34 paragraf 1 yang menjadi ED PSAK 3 (revisi 2010) tentang ruang lingkup dengan

menghilangkan anjuran untuk entitas yang menjual efeknya ke publik untuk menyajikan

laporan keuangan interim. Hal ini sudah diatur oleh peraturan yang berlaku.

2. IAS 34 paragraf 14 tentang interaksi antara laporan keuangan interim dengan laporan

keuangan interim, tidak diadopsi. Hal ini disesuaikan dengan pengaturan laporan

keuangan konsolidasian dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian

dan Laporan Keuangan Tersendiri.

3. IAS 34 paragraf 46 yang menjadi ED PSAK 3 (revisi 2010) tentang tanggal efektif

dengan menghilangkan penerapan dini. Pertimbangannya penerapan dini hanya dapat

dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRSs diadopsi secara

bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRSs menjadi SAK di Indonesia dilakukan secara

bertahap.

10

Page 11: Konvergensi PSAK ke IFRS

4. IAS 34 paragraf 47 dan 48 tentang tanggal efektif untuk dampak amandemen IFRSs,

tidak diadopsi. Hal ini tidak relevan karena IFRSs yang diamandemen belum diadopsi

sebelumnya.

5. IAS 34 appendix B paragraf B31-B33 yang menjadi ED PSAK 3 lampiran B paragraf

B31-B33 tentang pelaporan keuangan interim pada ekonomi hiperinflasi dengan

menghilangkan rujukan ke PSAK, karena ekonomi hiperinflasi belum diatur dalam PSAK

tersendiri.

2.4. PSAK 16 (Aset Tetap)

Aset tetap adalah aset berwujud (tangible) yang dimiliki untuk digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk

tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode,

“digunakan dalam operasi” dan tidak untuk dijual kembali, bersifat jangka panjang dan

biasanya disusutkan. Secara umum perbedaan antara ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset

Tetap dengan PSAK 16 (2007): Aset Tetap adalah sebagai berikut:

Perihal ED PSAK 16 (revisi 2011) PSAK 16 (revisi 2007)

1. Pengecualian

terhadap ruang

lingkup

Menambahkan pengecualian ruang

lingkup untuk:

a. aset tetap diklasifikasikan

sebagai dimiliki untuk dijual

sesuai dengan PSAK 58 (revisi

2009): Aset Tidak Lancar yang

dimiliki untuk dijual dan operasi

yang dihentikan

b. pengakuan dan pengukuran

aset eksplorasi dan evaluasi

(Lihat PSAK 64: Aktivitas

Hanya mengatur

pengecualian ruang

lingkup untuk untuk hak

penambangan dan

reservasi tambang,

seperti minyak, gas alam,

dan sumber daya alam

sejenis yang tidak dapat

diperbarui.

11

Page 12: Konvergensi PSAK ke IFRS

Eksplorasi dan Evaluasi Pada

Pertambangan Sumber Daya

Mineral)

2. Ruang lingkup Tidak mengatur lagi mengenai

properti investasi yang sedang

dibangun atau dikembangkan.

Ruang lingkup mencakup

properti yang dibangun

atau dikembangkan untuk

digunakan di masa depan

sebagai properti investasi.

3. Hibah Pemerintah Tidak mengatur syarat pengakuan

aset tetap yang berasal dari hibah.

Hanya mengatur nilai tercatat aset

tetap yang dapat dikurangi dari

hibah pemerintah.

Pengakuan aset tetap

yang berasal dari hibah

pemerintah mempunyai

syarat bahwa:

a. entitas telah

memenuhi kondisi

atau prasyarat hibah

tersebut;

b. hibah akan diperoleh.

4. Aset tetap yang

tersedia untuk

dijual

Pengaturan aset tetap yang

tersedia untuk dijual dihapus

karena sudah diatur dalam PSAK

58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar

yang Dimiliki untuk Dijual dan

Operasi yang Dihentikan.

Mengatur perlakuan

akuntansi terhadap suatu

aset tetap yang tersedia

untuk dijual.

5. Depresiasi atas

tanah

Menjelaskan bahwa pada

umumnya tanah memiliki umur

ekonomis tidak terbatas sehingga

tidak disusutkan, kecuali entitas

Perlakuan akuntansi

untuk tanah yang

diperoleh dengan Hak

Guna Usaha, Hak Guna

12

Page 13: Konvergensi PSAK ke IFRS

meyakini umur ekonomis tanah

terbatas.

Perlakuan akuntansi tanah yang

diperoleh dengan Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan dan

lainnya mengacu pada ISAK 25:

Hak Atas Tanah

Bangunan dan lainnya

mengacu pada PSAK 47:

Tanah.

2.4.1. Perbedaan ED PSAK 16 (revisi 2011) dan IAS 16 (2009)

ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS

16 Property, Plant, and Equipment per Januari 2009, kecuali untuk hal-hal sebagai berikut:

1. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap paragraf 03 mengenai ruang lingkup dimana

untuk aset biologik terkait aktivitas agrikultur termasuk dalam ruang lingkup PSAK 16

(revisi 2011). Hal ini berbeda dengan pengaturan yang ada dalam IAS 16 Property,

Plant and Equipment paragraf 3 dimana aset biologik terkait aktivitas agrikultur

dikecualikan dalam ruang lingkup.

2. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap memberikan tambahan pada paragraf 43

mengenai perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi yang

tidak ada pengaturannya dalam IAS 16.

3. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap tidak mengadopsi pengaturan dalam IAS 16

paragraf 80 mengenai ketentuan transisi karena tidak relevan.

4. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap memberikan ketentuan transisi pada paragraf 82

yang tidak ada dalam IAS 16.

5. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap tidak mengadopsi pengaturan dalam IAS 16

paragraf 81, 81 A – F mengenai tanggal efektif karena tidak relevan.

6. IAS 16 Property, Plant and Equipment paragraf 68A mengenai penghentian pengakuan

menjadi paragraf 69 pada ED PSAK 16 (revisi 2011) dan nomor paragraf selanjutnya

disesuaikan.

13

Page 14: Konvergensi PSAK ke IFRS

BAB III

KESIMPULAN

Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada standar pelaporan keuangan

internasional atau IFRS. Konvergensi akuntansi Indonesia (PSAK) ke IFRS sangat perlu

didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal. Pengakuan maksimal ini

didapat dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini.

Mengapa harus mengadopsi IFRS? Karena dengan mengadopsi IFRS, Indonesia

akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia di mata

investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi

alokasi modal. Teknologi informasi yang berkembang pesat juga telah mengubah

lingkungan pelaporan keuangan. Kemajuan ini membawa antusiasme jutaan investor

(bahkan milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia, misalnya investor dari

America bisa dengan mudah berinvestasi di Eropa/ di Singapore/ bahkan di Indonesia.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi investor dalam

negeri, karena dengan penerapan standar internasional akan meningkatkan kepercayaan

internasional untuk investasi di indonesia.

Nah, menurut pandangan penulis, berdasarkan studi komparatif, terdapat 14 titik

perbedaan antara PSAK 1 tahun 1998 dan 2009. Beberapa tanggapan atas PSAK 1 (2009)

yang penulis sajikan adalah dari 5 menjadi 6 laporan keuangan, perubahan istilah akuntansi

yang baru, dinamika IFRS dan auditing, perubahan klasifikasi aset, penghapusan pos-pos

luar biasa, dan waktu penerbitan laporan keuangan. Untuk PSAK 3 tahun 1994 dan 2010,

penulis menemukan 10 titik perbedaan, diantaranya perihal ruang lingkup, isi, format, dan

komponen minimal laporan keuangan interim, periode, pendapatan, dan beban. Untuk

PSAK 16 tahun 2007 dan 2011 terdapat 5 titik perbedaan, diantaranya perihal pengecualian

terhadap ruang lingkup, hibah pemerintah, aset tetap yang tersedia untuk dijual, dan

depresiasi atas tanah. Perubahan yang dibawa IFRS ini merupakan penyempurnaan

standar global yang tidak mengubah dasar-dasar akuntansi selama ini.

14

Page 15: Konvergensi PSAK ke IFRS

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sai.ugm.ac.id/site/images/pdf/ifrs.pdf

http://www.scribd.com/doc/110909597/MAKALAH-Perbandingan-IFRS-dengan-PSAK

http://yuliarahmiaccountingunand08.blogspot.com/2011/04/penyajian-laporan-keuangan.html#!/2011/04/penyajian-laporan-keuangan.html

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK No. 1). Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Laporan Keuangan Interim (PSAK No. 3). Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Aset Tetap (PSAK No. 16). Jakarta: Salemba Empat.

15