teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme

16
1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME ABSTRAK Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Tujuan teori ini adalah adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab seseorang itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokoskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan meraka melalui asimilasi dan akomodasi. Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa-lah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan teman atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Kata kunci : konstruktivisme, pengetahuan, proses belajar, guru, siswa. A. Pendahuluan Perkembangan dan kemajuan zaman yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan menyebabkan dunia ini sangat bervariasi dan terdapat hal-hal yang menarik untuk diketahui. Berbagai aspek yang mengalaimi perkembangan misalnya, bidang IPTEK, bidang penelitian, bidang kepemerintahan, bidang pendidikan dan berbagai bidang-bidang lainya. Adanya berbagai perubahan ini bermuara pada suatu hal yaitu pada bidang Pendidikan. Bidang Pendidikn merupakan faktor mendasar dalam berbagai hal untuk memperbaiki sumber daya manusia yang handal. Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang

Upload: amelia-hanisya-poetry

Post on 27-Sep-2015

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kontruktivistik

TRANSCRIPT

  • 1

    TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

    ABSTRAK

    Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Tujuan teori ini adalah adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab seseorang itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

    Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokoskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan meraka melalui asimilasi dan akomodasi. Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa-lah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan teman atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Kata kunci : konstruktivisme, pengetahuan, proses belajar, guru, siswa.

    A. Pendahuluan

    Perkembangan dan kemajuan zaman yang terjadi dalam berbagai aspek

    kehidupan menyebabkan dunia ini sangat bervariasi dan terdapat hal-hal yang

    menarik untuk diketahui. Berbagai aspek yang mengalaimi perkembangan

    misalnya, bidang IPTEK, bidang penelitian, bidang kepemerintahan, bidang

    pendidikan dan berbagai bidang-bidang lainya. Adanya berbagai perubahan ini

    bermuara pada suatu hal yaitu pada bidang Pendidikan. Bidang Pendidikn

    merupakan faktor mendasar dalam berbagai hal untuk memperbaiki sumber

    daya manusia yang handal.

    Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik

    manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia

    masa depan yang dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki

    kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil

    keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang

  • 2

    terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu

    proses (to) learn to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan

    masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya. (

    Raka Joni , 1990) 1

    Langkah strategis bagi perwujudan tujuan di atas adalah adanya layanan

    ahli pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Student active

    learning atau pendekatan cara belajar siswa aktif di dalam pengelolaan kegiatan

    belajar mengajar yang mengukui sentralitas peranan siswa di dalam proses

    belajar, adalah landasan yang kokoh bagi terbentuknya manusia-manusia masa

    depan yang diharapkan.

    Untuk melaksanakan itu semua diperlukan penanganan yang

    memberikan perhatian terhadap aspek strategis pendekatan yang tepat ketika

    individu belajar. Dengan kata lain, pendidikan ditantang untuk memusatkan

    perhatian pada terbentuknya manusia masa depan yang memiliki karakteristik

    diatas. Kajian terhadap teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar dan

    pembelajaran memungkinkan menuju kepada tujuan tersebut. Dalam makalah

    ini akan dibahas secara lebih spesifik mengenai definisi, tujuan, karakteristik,

    kelebihan dan kekurangan, ruang lingkup serta langkah-langkah dalam teori

    belajar dan pembelajaran konstruktivisme.

    B. Pembahasan

    1. Pengertian, ruang lingkup teori belajar konstruktivisme

    Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak dari teori pembelajaran

    Behaviorisme yang didukung oleh B.F Skinner yang mementingkan

    perubahan tingkah laku pada pebelajar. Pembelajaran dianggap berlaku

    apabila terdapat perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya dari

    tidak tahu kepada tahu. Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori

    pembelajaran kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget di mana

    ide utama pandangan ini adalah mental.

    1 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2005), 55

  • 3

    Semua dalam diri individu diwakili melalui struktur mental dikenal

    sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data dan informasi yang

    diterima, difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema, ide

    ini akan diterima begitu juga sebaliknya dan seterusnya lahirlah teori

    pembelajaran konstruktivisme yang merupakan pandangan terbaru di mana

    pengetahuan akan dibangun sendiri oleh pembelajar berdasarkan

    pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan, sifat-sifat

    pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan,

    menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme.

    Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam

    otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai

    makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan

    dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak

    yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-

    kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. Oleh karena itu, pada

    saat manusia belajar menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua proses

    dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi.

    Beda halnya dengan Vigotsky, bahwa proses belajar adalah sebuah

    proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan

    proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial

    sebagai proses ayng lebih tinggi dan essensinya berkaitan dengan

    lingkungan sosial budaya. 2

    Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan

    lebih bersifat kontekstual daripada absolut, yang memungkinkan adanya

    penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja.

    Hal ini berarti bahwa pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman

    individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Peranan

    kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman, dan proses belajar melalui

    kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting.

    2 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 124.

  • 4

    Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar

    yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan

    dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar

    juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan

    strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema

    berpikir seseorang. sebagai upaya memperoleh pemahaman atau

    pengetahuan yang bersifat subyektif.

    Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

    generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

    Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai

    kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme

    lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau

    menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya

    sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan

    merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita

    selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi

    pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan

    menjadi lebih dinamis.

    Von Glasersfeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu

    filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah

    konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur

    konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya. 3

    Menurut para penganut konstruktiv, pengetahuan dibina secara aktif

    oleh seseorang yang berfikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan

    dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik

    akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan guru

    dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui

    berintekrasi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya. 4 Konsep

    3 Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 23. 4 Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pakar Raya, 2004), 53.

  • 5

    teori belajar konstruktivisme mempunyai interpretasi perwujudan yang

    beragam. Belajar merupakan proses aktif untuk mengkonstruksi

    pengetahuan dan bukan proses menerima pengetahuan. Proses

    pembelajaran yang terjadi lebih dimaksudkan untuk membantu atau

    mendukung proses belajar, bukan sekedar untuk menyampaikan

    pengetahuan.

    Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang

    subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya

    dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek

    menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh

    realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh

    subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan

    disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang

    berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses

    rekonstruksi.

    Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses

    pembelajaran, siswa-lah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah

    yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar

    atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil

    belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.

    Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri

    sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

    Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan

    adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium,

    diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian diaplikasikan dan dijadikan

    ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya tujuan dari mendidik dan

    mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada peserta didik.

    Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik

    yaitu:

    1. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang

    relevan.

  • 6

    2. Mengutamakan proses.

    3. Menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman sosial.

    4. Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

    Dalam konsep belajar Konstruktivistik, fornot mengemukakan aspek-

    aspek konstruktivitik sebagai berikut: adaptasi (adaptation), konsep pada

    lingkungan (the concept of envieronmet), dan pembentukan makna (the

    construction of meaning).5

    Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget, adaptasi terhadap lingkungan

    dilakukan melalui empat proses yaitu skemata, asimilasi dan akomodasi dan

    Equilibrium. 6

    Skemata, manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya. Manusia cendrung mengorganisasikan tingkah laku dan

    pikirannya. Hal itu mengakibatkan adanya sejumlah struktur spikologis

    yang berbeda bentuknya pada setiap fase atau tingkatan perkembangan

    tingkah laku dan kegiatan berfikir manusia. Struktur ini disebut dengan

    struktur pikiran (intelektual scheme). Dengan demikian, pikiran harus

    memiliki suatu struktur yaitu skema yang berfungsi melakukan adaptasi

    dengan lingkungan dan menata lingkungan itu secara intelektual.

    Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang

    mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam

    skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang

    sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan

    kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi

    ini terus berjalan. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian

    skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu

    proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan

    lingkungan baru.

    5 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), 117. 6 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, teori Belajar dan Pembelajaran, 118

  • 7

    Akomodasi dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru

    seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan

    skemata yang telah dipunyai. Dalam keadaan demikian orang akan

    mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru

    yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang

    telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

    Equilibrium (keseimbangan), individu berusaha untuk mencapai

    struktur mental atau skemata yang stabil, dalam artian adanya

    keseimbangan antara proses asimilasi dan proses akomodasi. Seandainya

    hanya terjadi asimilasi secara kontinue, maka yang bersangkutan hanya

    akan memiliki beberapa skemata global dan tidak mampu melihat

    perbedaan antara berbagai hal. Sebaliknya jika hanya ada akomodasi saja

    yang terjadi secara kontinue, maka individu akan hanya memiliki skemata

    yang kecil-kecil saja, dan mereka tidak memiliki skemata yang umum.

    Itulah sebabmya, ada keserasian diantara asimilasi dan akomodasi yang oleh

    J. Piaget disebut dengan keseimbangan.

    Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi

    dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat

    mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah

    ketidakseimbangan. Akibat ketidakseimbangan itu maka tercapailah

    akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau

    munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan

    proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan

    setimbang (desquilibrium- Equilibrium). Tetapi bila terjadi keseimbangan

    maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada

    sebelumnya.

    Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori

    belajar konstruktivisme lebih memfokoskan pada kesuksesan siswa dalam

    mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam

    refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan

  • 8

    kata lain siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan

    meraka melalui asimilasi dan akomodasi.

    Adapun tujuan dari teori ini adalah:

    a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab

    seseorang itu sendiri.

    b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan

    mencari sendiri pertanyaannya.

    c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman

    konsep secara lengkap.

    d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang

    mandiri. Lebih menekan pada proses belajar bagaimana belajar itu. 7

    Adapun karakteristik / ciri pembelajaran dalam konstruktivisme adalah

    sebagai berikut : 8

    a. Memberi peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru

    melalui keterlibatannya dalam dunia sebenarnya.

    b. Mendorong ide-ide siswa sebagai panduan merancang pengetahuan.

    c. Mendukung pembelajaran secara koperatif.

    d. Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh siswa.

    e. Mendorong siswa mau bertanya dan berdialog dengan guru.

    f. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting

    dengan hasil pembelajaran.

    g. Mendorong proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksprerimen.

    2. Langkah-langkah belajar konstruktivisme

    Sebagai pelengkap akan saya paparkan perbandingan teori konstruktivisme

    dengan teori yang lain. Dalam hal ini Brooks dan brooks memberikan

    perbandingan menarik antara kelas konstruktivisme dan tradisional sebagai

    berikut : 9

    7 Ibid., 108. 8 Ibid., 109 9 Agus Suprijono, Cooperative Learnig Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), 36-38.

  • 9

    Tabel 1.

    Kelas Konstruktivisme Dan Tradisional

    Konstruktivisme Tradisional

    Kegiatan belajar bersandar pada materi

    hands-on

    Kegiatan belajar bersandar pada tex-

    books

    Presentasi materi dimulai dengan

    keseluruhan kemudian pindah ke

    bagian-bagian

    Presentasi dimulai dari bagian-bagian,

    kemudian pindah ke keseluruhan

    Menekankan pada ide-ide besar Menekankan pada keterampilan-

    keterampilan dasar

    Guru mengikuti pertanyaan siswa Guru mengikuti kurikulum yang pasti

    Guru menyiapkan lingkungan belajar

    dimana siswa dapat menemukan

    pengetahuan

    Guru mempresentasikan informasi

    kepada peserta didik

    Guru berusaha membuat peserta didik

    mengungkapkan sudut pandang dan

    pemahaman mereka sehingga mereka

    dapat memahami pembelajaran

    mereka

    Guru berusaha membuat peserta didik

    memberikan jawaban yang benar

    Assesmen diintegrasikan dengan

    belajar mengajar melalui portopolio

    dan observasi

    Assesmen adalah kegiatan tersendiri

    dan terjadi melalui testing

    S. Degeng mengomparasikan antara behaviorisme dan konstruktivisme

    sebagai berikut :

    Tabel 2.

    Komparasi Teori Behavioristik dan Konstruktivistik

    Aspek Behaviorisme Konstruktivisme

    Sifat pengetahuan

    Pengetahuan bersifat objektif,pasti, tetap, terstruktur, rapi

    Non-objektif, temporer selalu berubah

    Belajar Belajar adalah perolehan pengetahuan

    Pemaknaan pengetahuan

    Mengajar Memindahkan pengetahuan kepada orang yang beajar

    Menggali makna

    Fungsi mind Penjiplak struktur pengetahuan Menginterpretasi sehingga muncul makna uang unik

    Pembelajaran Pembelajar diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan pengajar

    Pembelajar bisa memiliki pemahaman berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari

  • 10

    terhadap pengetahuan yang dipelajari

    Pengelolaan Pembelajaran

    Pembelajar dihadapkan pada aturan yang jelasyang ditetapkan lebih dahulu secara ketat Pembiasaan (disiplin) sangat esensial

    Pembelajar dihadapkan pada lingkungan belajar yang bebas Kebebasan merupakan sistem yang sangat esensial

    Kegagalan dan keberhasilan pembelajaran

    Kegagalan atau ketidakmampuan dalam menambah pengetahuan dikategorikan sebagai KESALAHAN, HARUS DIHUKUM. Keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas dipuji atau diberi hadiah

    Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai

    Ketaatan kepada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan. Kontrol belajar dipegang oleh sistem diluar diri pembelajar

    Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan Kontrol belajar dipegang oleh pembelajar

    Tujuan pembelajaran

    Tujuan pembelajaran menekankan pada penambahan pengetahuan. Seseorang dikatakan telah belajar apabila mampu mengungkapkan kembali apa yang dipelajari

    Tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktifitas kreatif-produktif dalam konteks nyata

    Strategi pembelajaran

    Keterampilan terisolasi mengikuti urutan kurikulum ketat. Aktivitas mengikuti buku teks. Menekankan pada hasil

    Penggunaan pengetahuan secara bermakna. Mengikuti pendangan pembelajar. Aktivitas belajar dalam konteks nyata. Menekankan pada proses

    Evaluasi Respons pasif. Menuntut satu jawaban benar. Evaluasi merupakan bagian terpisah dari belajar.

    Penyusunan makna secara aktif. Menuntut pemecahan ganda. Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar

  • 11

    Pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan belajar artikulasi, yaitu

    proses mengartikulasi ide, pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanya

    mengontruksikan makna dan mengembangkan pikiran, namun juga

    memperdalam proses-proses pemaknaan tersebut melalui peng-akspresian

    ide-ide.

    Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

    1. Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada

    peserta didik. Memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap

    topik materi pembelajaran.

    2. Elicitasi, merupakan fase untuk membantu peserta didik menggali ide-

    ide yang dimilikinya dengan memberi kesemptan kepada peserta didik

    untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide

    mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh

    peserta didik.

    3. Restrukturisasi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide

    dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman

    lalui diskusi.

    4. Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah

    dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam

    situasi yang dihadapi.

    5. Reviu, dalam fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan

    pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi

    gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara

    mengubahnya menjadi lebih lengkap. 10

    Menurut A. Battencourt, mengajar berarti partisipasi dengan siswa

    dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,

    bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu

    bentuk belajar sendiri.11

    10 Ibid., 41-42. 11 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan (Jokyakarta: Kanisius, 1997), 65.

  • 12

    Menurut prinsip konstruktivis, seorang guru berperan sebagai mediator

    dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan

    baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin atau pun

    guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam

    beberapa tugas sebagai berikut: 12

    1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa

    bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.

    Karena itu, memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang

    guru.

    2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

    keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan

    gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.

    Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.

    Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung

    proses belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu

    menyediakan pengalaman konflik.

    3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa

    jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mcmpertanyakan apakah

    pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang

    berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan

    siswa.

    Agar peran guru berjalan dengan optimal:

    a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa

    yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.

    b. Guru perlu membicarakan tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas

    bersama siswa.

    c. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan

    kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai

    pelajar di tengah pelajar.

    12 Ibid., 66

  • 13

    d. Guru perlu meningkatkan keterlibatan dengan siswa yang sedang

    berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

    Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti

    dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir

    berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. 13

    Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan

    model pembelajaran yang melibatkan beberapa langkah, 14 yaitu:

    a. Pengenalan

    b. Pembelajaran kompetensi

    c. Pemulihan

    d. Pendalaman

    e. Pengayaan

    Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan

    mudah dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan

    sehari-hari. Pada tahap ini, guru perlu mencermati melalui penilaian

    prakonsep atau kompetensi awal yang dimiliki peserta didik untuk maju ke

    tahap berikutnya. Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di

    mana peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke

    menguasai kompetensi dasar. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah

    peserta didik perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu tahap di mana peserta

    didik memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep/kompetensi secara

    benar.

    Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru

    dapat menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan

    kompetensi dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi

    dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju

    ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman

    telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai

    13 Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: Proyek Pengambangan Universitas Terbuka Dirjen Dikti Depdiknas, 2001), 24 14 Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran, 109-110.

  • 14

    perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan tahap pengayaan agar

    peserta didik memperoleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihan

    dapat digunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi.

    Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi

    telah tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-

    jenis latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,

    pendalaman, dan pengayaan.

    Perlu kami pertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah

    pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang

    sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik

    perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau

    membangun pengetahuannya. Suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam

    mata pelajarn sebaiknya dibangun siswa dalam bimbingan guru. Strategi

    pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan

    pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan

    menemukan sesuatu.

    C. Kesimpulan

    Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,

    yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan

    aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang

    bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami

    belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan

    dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.

    Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih

    memfokoskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman

    mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah

    diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain siswa lebih

    diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan meraka melalui

    asimilasi dan akomodasi.

    Menurut prinsip konstruktivis, seorang guru berperan sebagai mediator dan

    fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik.

  • 15

    Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin atau pun guru

    yang mengajar.

    Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan

    model pembelajaran yang melibatkan beberapa langkah, yaitu:

    1. Pengenalan

    2. Pembelajaran kompetensi

    3. Pemulihan

    4. Pendalaman

    5. Pengayaan

    D. DAFTAR PUSTAKA

    Asri Budiningsih, 2005, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Renika Cipta.

    Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learnig Teori dan Aplikasi PAIKEM.

    Yogyakarta: Pustaka Belajar.

    Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

    Ella Yulaelawati, 2004, Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.

    Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, 2011, Belajar dan Pembelajaran. Jogyakarta: Ar Ruzz Media

    Paulina Pannen, 2001, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta: Proyek Pengambangan Universitas Terbuka Dirjen Dikti Depdiknas.

    Paul Suparno, 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.

  • 16

    TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

    ARTIKEL

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran PAI

    Pengampu Bapak Dr. Bunai, S.Ag., M.Pd.

    OLEH :

    MOHAMMAD IMAM SYAMRONI LATIF NIM. 18201321025

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    PROGRAM MAGISTER (S2)

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PAMEKASAN