teori belajar ausubel

14
Teori Pembelajaran Ausubel David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan, melakukan beberapa penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir sama dengan Burner, Ia sangat tertarik dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Ia menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia menyebut organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran sebelumnya. David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori belajar bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep- konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi belajar hafalan. Ia juga menyebutkan bahwa proses belajar tersebut terdiri dari dua proses yaitu proses penerimaan dan proses penerimaan dan proses penemuan. (Ratna Wilis Dahar, 2006). 1

Upload: muhammad-anshory

Post on 03-Aug-2015

319 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

materi ausubel

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Belajar Ausubel

Teori Pembelajaran Ausubel

David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan,

melakukan beberapa penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir

sama dengan Burner, Ia sangat tertarik dengan cara mengorganisasikan

berbagai ide. Ia menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada

organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia

menyebut organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa

struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai

ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila

materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran sebelumnya.

David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu

teori belajar bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar

bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada

konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk

mengasimilasikan pengertian baru pada konsep-konsep yang relevan

yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi belajar hafalan.

Ia juga menyebutkan bahwa proses belajar tersebut terdiri dari dua proses

yaitu proses penerimaan dan proses penerimaan dan proses penemuan.

(Ratna Wilis Dahar, 2006).

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna

menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan

kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada

waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena

baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa

mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar

mengasosiasikan pengalaman, fenomena,  dan fakta-fakta baru kedalam

system pengertian yang telah dipunyainya.

Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok

konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya siswa

mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam

1

Page 2: Teori Belajar Ausubel

sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya

asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah

dipunyai sisw. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu

aktif.

Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar bermakna

Ausubel yaitu :

a. Pengaturan Awal, dalam hal ini hal yang perlu dilakukan adalah

mengarahkan dan membantu mengingat kembali.

b. Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah

menyusun konsep dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari

inklusif kemudian kurang ingklusif dan yang paling ingklusif.

c. Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut

telah dipelajari sebelumnya.

d. Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa

hingga menggerakkan hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah.

Terdapat 8 langkah pembelajaran yang bisa dilakukan dalam

menerapkan teori belajar bermakna Ausubel, yaitu :

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Mengukur kesiapan siswa

3) Memilih materi pembelajaran dan mengatur dalam penyajian konsep

4) Mengidentifikasi prinsif-prinsif yang harus dikuasai peserta didik dari

materi pembelajaran

5) Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang

seharusnya dipelajari

6) Menggunakan “advance organizer” dengan cara memberikan

rangkuman dilanjutkan dengan keterkaitan antara materi.

7) Mengajar siswa dengan pemahaman konsep

8) Mengevaluasi hasil belajar (Prasetyo Irawan, 1996)

2

Page 3: Teori Belajar Ausubel

Teori Pembelajaran Vygotsky

Teori kontrukivis sosial dibangun berdasarkan pengembangan yang

dibuat oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan sosial

yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya

sangat berpengaruh sekali dalam membentuk struktur kognitif anak. Yang

membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak

yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zone of

proximal development. Dalam konsep ini seorang anak dapat memahami

suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa yang tidak

bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih

mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat

menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan

memerlukan bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu

untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak

hanya didapat didalam sekolah tapi diluar sekolah. Dan permasalahan

tersebut yang ada hubungannya dengan sekolah. Disini para pendukung

kontruktivisme yakin bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita aka

memperoleh informasi, dan dapat menggabungkan pengalaman yang

didapat sebelumnya dengan pengalaman yang baru. Dengan kata lain

pada proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan

pengetahuannya.

Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan

dalam pembelajaran.Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang,

kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang

lain merupakan bagian dari lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan

pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan

kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor,

1993). Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu

dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut

beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan

orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu

perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses

3

Page 4: Teori Belajar Ausubel

belajar akan terjadi secara evisien dan efektif apabila anak belajar secara

kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang

mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu,

guru atau orang dewasa. Dengan hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky

ini, banyak pemerhati pendidikan yang megembangkan model

pembelajaran kooperatif, model pembelajaran peer interaction, model

pembelajaran kelompok, dan model pembelajaran problem solving.

Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan pada

pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi

bergerak antara inter-psikologi (interpsychological) melalui interaksi sosial

dan intra-psikologi (intrapsychological) dalam benaknya. Internalisasi

dipandang sebagai transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini

terjadi pada individu bergerak antara inter-psikologi (antar orang) dan

intra-psikologi (dalam diri individu). Berkaitan dengan perkembangan

intelektual siswa, Vygotsky mengemukakan dua ide; Pertama, bahwa

perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks

budaya dan sejarah pengalaman siswa (van der Veer dan Valsiner dalam

Slavin, 2000), Kedua, Vygotsky mempercayai bahwa perkembangan

intelektual bergantung pada system tanda (sign system) setiap individu

selalu berkembang (Ratner dalam Slavin, 2000: 43). Sistem tanda adalah

simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang

berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya

bahasa, sistem tulisan, dan sistem perhitungan.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip

seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:

1. pembelajaran sosial (social leaning). Pendekatan pembelajaran

yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky

menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan

orang dewasa atau teman yang lebih cakap,

2. ZPD (zone of proximal development). Bahwa siswa akan dapat

mempelajari konsep- konsep dengan baik jika berada dalam ZPD.

Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan

4

Page 5: Teori Belajar Ausubel

masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah

mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan

atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan

tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya

dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.

3. Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang

menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan

intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang

dewasa, atau teman yang lebih pandai;

4. Pembelajaran Termediasi (mediated learning). Vygostky

menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang

kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan

secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.

Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek

internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada

lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif

manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam

konteks budaya. Vigotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat

siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-

tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas

itu berada dalam zona of proximal development mereka.

Dalam teori konstruktivisme menurut vygotsky adalah bahwa

dalam proses pembelajaran,siswa yang harus aktif mengembangkan

pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang

harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar

siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa

akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif

siswa sehingga belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu

merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di

laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian

dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.

5

Page 6: Teori Belajar Ausubel

Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si

pendidik melainkan pada pelajar. Beberapa hal yang mendapat perhatian

pembelajaran konstruktivistik, :

1. mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek

yang relevan.

2. mengutamakan proses,

3. menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social,

4. pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

Tepri Pembelajaran Albert Bandura

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social

( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme

yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan

evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social

atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal

adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru

seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Teori-teori Albert Bandura banyak di aplikasikan dalam bidang

pendidikan terutama pada pembelajaran sosial (social learning theory).

Teori pembelajaran sosial ini pada awalnya dinamakan sebagai “Teori

Sosial Kognitif” oleh Bandura sendiri (Moore, 2002). Teori pembelajaran

sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kognitif dan tingkah laku

memainkan peranan penting dalam pembelajaran (Santrock, 2001).

Faktor kognitif akan mempengaruhi wawasan pelajar tentang

pemahaman; sementara faktor sosial, termasuk perhatian pelajar tentang

tingkah laku dan imitasi ibu bapaknya, akan mempengaruhi tingkah laku

pelajar tersebut.

Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk

yang aktif, berupaya membuat pilihan dan menggunakan proses-proses

perkembangan untuk menyimpulkan peristiwa serta berkomunikasi

6

Page 7: Teori Belajar Ausubel

dengan orang lain. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pengaruh

lingkungan dan sejarah perkembangan seseorang atau bertindak pasif

terhadap pengaruh lingkungan. Dalam banyak hal, manusia adalah

selektif dan bukan entiti yang pasif, yang boleh dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan mereka.

Bandura (1977) menyatakan bahwa "Learning would be

exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely

solely on the effects of their own action to inform them what to do.

Fortunately, most human behavior is learned observationally through

modeling: from observing others one form an idea of her new behavior are

performed, and on later occasion this coded information serves as a guide

for action".

Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks

interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan

pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat

berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang

hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung

untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu

adalah tidak baik.

Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana

seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya.

Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B = behavior),

lingkungan (E = environment) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar

yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P = perception) adalah

merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan

(interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi,

iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan

personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi

konsepsi diri individu.

7

Page 8: Teori Belajar Ausubel

Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan

yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-

lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui

perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana (Kardi, S., 1997: 14)

bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara

selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran

sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan

salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational

learning).

1.    Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi

yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang

pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana

perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang

tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh

dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious

reinforcement.

2.    Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model

meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada

saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan

sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan

mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa

yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara

langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau

visualisasi tiruan sebagai model.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor

dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini,

beliau telah mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter

(1963) dia mengadakan penelitian pada anak-anak dengan cara

menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan

menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film. Setelah menonton

8

Page 9: Teori Belajar Ausubel

film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat patung

seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak tersebut

melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh

orang yang mereka tonton dalam film.

Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan

sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan

merespons) dan imitation (peniruan).

Prosedur-prosedur Social learning:

Conditioning

Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral

pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan

perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan; Reward (hadiah), Punishment

(hukuman). Dasar pemikirannya: Sekali seorang mempelajari perbedaan

antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan

perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga

dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.

Imitation

Imitation (peniruan). Dalam hal ini, orang tua dan guru diharapkan

memainkan peran penting sebagai seorang model/tokoh yang dijadikan

contoh berperilaku sosial dan moral. Kualitas kemampuan peserta didik

dalam melakukan perilaku social hasil pengamatan terhadap model

tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai

ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya

perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi

tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik “siapa “ yang

menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang

model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku social dan moral

peserta didik tersebut. Jadi dalam Social Learning, anak belajar karena

9

Page 10: Teori Belajar Ausubel

contoh lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan akan

menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak.

10