tenaga kerja.tugas4.kelompok5
DESCRIPTION
pertanianTRANSCRIPT
FAKTOR TENAGA KERJA DALAM USAHA TANI KUBIS
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Managemant Usaha Tani Berskala Kecil
Disusun Oleh:
Fransiska Emiliyana (150610120050)
Septia Tri Wulan Sari (150610120058)
Anda H Y Ursula (150610120059)
Roni Angelina Sitanggang (150610120061)
Agribisnis-B
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul Faktor Tenaga Karja Dalam Usaha Tani,
yang diajukan sebagai salah satu syarat penilaian dalam mata kuliah Managemen
Usaha Tani Berskala Kecil.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang yang telah
mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada para rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................1
Kata Pengantar..........................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................5
Bab II Isi/Pembahasan
2.1.Tanaman Kubis.........................................................................................6
2.2. Karakter Tenaga kerja Dalam Usahatani Kubis......................................7
2.3. Peran Tenaga Kerja Dalam Usahatani.....................................................9
2.4. Pengangguran Dalam Usahatani............................................................10
2.5. Sumber Tenaga Kerja Usahatani Kubis ................................................11
2.6. Kebutuhan dan Distribusi Tenaga Kerja Dalam Usahatani Kubis........13
Bab III Kesimpulan
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
Daftar Pustaka...........................................................................................................19
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani
yang tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya
penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan
kualitas produk. Tenaga kerja juga merupakan faktor penting dalam usaha tani
keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani bersama anggota
keluarganya. Dalam rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas
kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat
menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sediri maka
tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. Baik dalam
usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum
sepenuhnya diatasi dengan tekologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis).
Hal ini dikarenakan selain mahal juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga
kerja manusia tidak dapat digantikan.
Dari uraian di atas terlihat bahwa peranan tenaga kerja sangatlah besar
dalam usahatani. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
mengenai peran tenaga kerja, sumber tenaga kerja, hingga pada masalah
ketenagakerjaan dalam usaha tani, seperti pengangguran.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut
:
1.2.1.Bagaimana pembagian tenaga kerja dalam usaha tani kubis (manusia,
hewan, dan mesin) serta karakter masing-masing !
1.2.2.Bagaimana peran tenaga kerja dalam usaha tani kubis!
1.2.3.Jelaskan masalah pengangguran dalam usaha tani kubis !
4
1.2.4.Jelaskan mengenai sumber tenaga kerja kubis!
1.2.5.Jelaskan mengenai kebutuhan dan distribusi tenaga kerja kubis !
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat dilihat tujuan pembuatan makalah
adalah sebagai berikut :
1.3.1.Menjelaskan pembagian tenaga kerja dalam usaha tani (manusia, hewan,
dan mesin) serta karakter masing-masing.
1.3.2. Menjelaskan peran tenaga kerja dalam usaha tani.
1.3.3.Menjelaskan masalah pengangguran dalam usaha tani.
1.3.4.Menjelaskan mengenai sumber tenaga kerja.
1.3.5.Menjelaskan mengenai kebutuhan dan distribusi tenaga kerja.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Tanaman Kubis
Kubis adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris.
Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda[rujukan?]. Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda kool.
Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Namun semakin dewasa daun-daunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap dipanen. Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim. Secara biologi, tumbuhan ini adalah dwimusim (biennial) dan memerlukan vernalisasi untuk pembungaan. Apabila tidak mendapat suhu dingin, tumbuhan ini akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati.
Warna sayuran ini yang umum adalah hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba ("putih"). Namun demikian terdapat pula kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan ungu kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya dikenal ada dua macam kubis: kol bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih). Perdagangan komoditi kubis di Indonesia membedakan dua bentuk ini.
Terdapat jenis agak khas dari kubis, yang dikenal sebagai Kelompok Sabauda, yang dalam perdagangan dikenal sebagai kubis Savoy. Kelompok ini juga dapat dimasukkan dalam Capitata.
Kubis menyukai tanah yang sarang dan tidak becek. Meskipun relatif tahan terhadap suhu tinggi, produk kubis ditanam di daerah pegunungan (400m dpl ke atas) di daerah tropik. Di dataran rendah, ukuran krop mengecil dan tanaman sangat rentan terhadap ulat pemakan daun Plutella.
Karena penampilan kubis menentukan harga jual, kerap dijumpai petani (Indonesia) melakukan penyemprotan tanaman dengan insektisida dalam jumlah
6
berlebihan agar kubis tidak berlubang-lubang akibat dimakan ulat. Konsumen perlu memperhatikan hal ini dan disarankan selalu mencuci kubis yang baru dibeli.
Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia.
2.2. Karakter Tenaga Kerja dalam Usahatani Kubis
2.1.1. Manusia
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia
kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu
negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan
tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah
memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang
mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat
mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17
tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk
tenaga kerja.
2.1.2. HewanPeranan hewan dalam usaha tani juga tidak boleh dikesampingkan.
Hal ini dikarenakan peranan hewan, khususnya hewan bajak sangatlah
penting. Dengan adanya hewan bejak seperti kerbau dapat memantu para
petani untuk menggemburkan tanah. Akan tetapi semakin berkembangnya
teknologi, peranan hewan semakin ditinggalkan. Hal ini dikarenakan
7
munculnya alat-alat atau mesin yang lebih efektif yang mengambil alih
peranan hewan bajak ini.
2.1.3. MesinPeranan mesin sebagai kegiatan usaha tani sangatlah banyak.
Perkembangan teknologi mesin akan mempengaruhi kemajuan usaha tani.
Dengan berkembangnya teknologi mesin dan komputer pada akhir-akhir
ini, telah dikenal mengenai pertanian presisi (precision farming) yaitu
konsep pertanian yang mengusahakan kesesuaian perlakuan sumber daya
manusia dan kegiatan pertanian dengan kondisi tanah dan kebutuhan
tanaman didasarkan pada spesifik lokasi didalam lahan.
Dengan adanya perkembangan teknologi turut serta berperan dalam
pertanian, terutama dalam alat dan sarananya yang semakin mempermudah
para petani untuk melakukan kegiatan pertanian. Hal ini juga dapat
mengurangi peran tenaga manusia dalam proses usahatani. Dilain pihak,
dengan adanya tenaga mesin ini diharapkan hasil produksi pertanian pun
juga dapat meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini.
Alat dan mesin pertanian memiliki berbagai peranan dalam usaha
pertanian, antara lain:
a. Menyediakan tenaga untuk daerah yang kekurangan tenaga kerja
b. Antisipasi minat kerja di bidang pertanian yang terus menurun
c. Meningkatkan kapasitas kerja sehingga luas tanam dan intensitas tanam
dapat meningkat
d. Meningkatkan kualitas sehingga ketepatan dan keseragaman proses dan
hasil dapat diandalkan serta mutu terjamin.
e. Meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah
produktivitas kerja
f. Mengerjakan tugas khusus atau sulit dikerjakan oleh manusia
g. Memberikan peran dalam pertumbuhan di sektor non pertanian
8
2.3. Peran Tenaga Kerja dalam Usaha Tani
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karekteristik yang sangat berbeda
dengan tenaga kerja di bidag usaha lain yng selain pertanian. Karakterisik
menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut:
a. Keperluan akan tenaga kerja dalam ushatani tidak kontinyu dan tidak merata.
b. Penyerapan tenaga kerja dalam usaha tani sangat terbatas.
c. Tidak mudah distandarkan, dirasioalkan, dan dispesialisasikan.
d. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.
Karakteristik diatas akan memerlukan sistem-sistem menejerial tertentu yang
harus dipahami sebagai usaha peningkatan usahatani itu sendiri. Selama ini
khususnya di Indoesia sistem menejerial bisanya masih sangat sederhana.
Tenaga kerja usahatani keluarga bisanya terdiri atas petani beserta
keluarga dan tenaga kerja dari luar yang semuanya berperan dalam usaha tani.
Menurut Mosher (1968) petani berperan sebagai manajer, juru tani, dan manusia
biasa yang hidup di dalam masyarakat. Petani sebagai manajer akan berhadapan
dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk
diusahakan. Petani harus menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan
diusahakan, menetukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi
persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan. Untuk itu, diperlukan
ketrampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan.
Dalam keyataannya untuk memilih usaha apa yang akan dilakukan,
terdapat kompromi antara bapak dan ibu tani. Hal tersebut penting dalam
penyuluhan. Jika ingin yang disuluhkan dapat mengena maka pendekatanya
adalah kepada keduanya, yaitu bapak dan ibu tani.
Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan
keluarga akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Disamping itu,
petani juga harus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat atas diri dan
keluarganya. Sebaliknya, petani juga membutuhkan bantuan masyarakat
9
disekelilingnya. Besar kecilnya kebutuhan bantuan terhadap masyarakat
disekelilingnya tergantug pada teknologi yang digunakan dan sifat masyarakat
setempat. Dalam praktiknya, peranan-peranan tersebut saling tekait, tetapi pasti
ada salah satu yang menonjol. Sebagai contoh, pada suatu daerah tidak terdapat
jenis komoditas a, b, dan c padahal sebetulnya sangat cocok dengan iklim dan
jenis tanah setempat dan harganya pun tinggi. Setelah diteliti ternyata komoditas
a, b, dan c tersebut tidak umum diusahakan, bahkan tabu bagi daerah tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa peranan petani sebagi manajer sangat lemah, tetapi
peranan petani sebagi anggota masyarakat sangatlah menonjol.
2.4. Masalah Pengangguran dalam Usaha Tani
Petani pengelola umumnya tumbuh dan dewasa dalam menjalankan
usahataninya. Melalui proses belajar dari orang tuanya Ia mulai berusahatani. Sifat
tradisi yang diwariskan orang tuanya akan mendarah daging dalam gerak
usahataninya. Kondisi yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap keputusan
usahataninya. Terkadang keputusan itu bagi yang telah maju dianggap sebagai
tindakan yang sangat menghambat. Kebanyakan para ahli ekonomi telah bersepakat
untuk menyetujui pendapat bahwa petani di Negara yang sedang berkembang, pada
lingkungan ekonomi yang mereka hadapi, mereka telah berbuat rasional dan berusaha
mencapai pendapatan maksimal dari sumber-sumber yang tersedia pada mereka.
Dengan lahan usahatani yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada
rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani serba salah,
bahkan menjurus pada keputusasaan. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang
kurang baik akan menjadi beban bagi petani pengelola usahatani.
Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal,
dan pengelolaan. Tenaga kerja dibedakan menjadi tiga jenis yakni tenaga kerja
manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dapat
mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya.
Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan untuk angkutan.
Sedangkan tenaga mekanik juga digunakan untuk pengolahan tanah, pemupukan,
10
pengobatan, penanaman, serta panen. Tenaga mekanik ini bersifat substitusi,
pengganti tenaga ternak dan atau manusia.
Semakin sempitnya tanah usahatani berkaitan erat dengan tenaga kerja, karena
hal tersebut akan mengundang pengangguran tak kentara dan menumbuhkan anggota
yang konsumtif. Dengan keterbatasan modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa
alat-alat usahatani sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan kerja menjadi
semakin menurun. Akibat lanjutan dari sempitnya tanah usahatani adalah rendahnya
tingkat pendapatan petani. Besarnya jumlah anggota keluarga petani tersebut yang
akan menggunakan jumlah pendapatan yang sedikit tadi, akan berakibat rendahnya
tingkat konsumsi. Dan ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kecerdasan
anak, menurunnya kemampuan berinvestasi, dan upaya pemupukan modal.
Ketergantungan keluarga akan modal menyebabkan petani terjerat sistem yang dapat
merugikan diri dan keluarganya, seperti adanya sistem ijon dan lain sebagainya.
Isolasi yang terjadi karena keterbatasan itu, membuat petani menjadi resisten,
bertahan dalam keterbatasannya. Bahkan terkadang menutup diri terhadap kehadiran
cara-cara baru. Masuknya teknologi baru dapat mengangkat mereka dari
keterbatasannya.
2.5. Sumber Tenaga Kerja Usahatani Kubis
Peranan anggota keluarga dalam bertani tanaman kubis sangat
berpengaruh, sedangkan yang lain adalah sebagai tenaga kerja di samping juga
tenaga luar yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
usahatani berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Untuk
tanaman kubis tenaga kerja yang diperlukan tidak terlalu banya hal ini
dikarenaman lahan yang digunakan adalah lahan kering yang mudah dalam
pengolahannya. Tenaga kerja yang digunakan dalam jumlah banyak hanya pada
saat panen. Banyak sedikitnya tenaga luar yang dipergunakan tergantung pada
dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut.
11
Dalam usahatani kubis, tenaga kerja dapat berasal dari keluarga dan luar
keluarga. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan
tenaga kerja luar atara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin,
kualitas, dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat
dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari,
kecakapan, dan umur tenaga kerja.
a. Sistem Upah
Sistem upah dibedakan menjadi 3 yaitu upah borongan, upah waktu,
dan upah premi. Masing-masing sistem tersebut akan mempengaruhi prestasi
seorang tenaga luar.
Upah borongan adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara
pemberi kerja dengan pekerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja.
Upah borongan ini cederug membuat para pekerja untuk secepatya
menyelesaikan pekerjaanya agar segera dapat mengerjakan pekerjaan
borongan lainya. Contohnya borongan menggarap lahan sawah sebesar Rp.
150.000 per petak sawah
Upah waktu adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja.
Sistem upah waktu kerja ini cenderung membuat pekerja untuk memperlama
waktu kerja dengan harapan mendapat upah yang semakin besar. Contohnya
upah pekerja untuk menggarap sawah sebesar Rp. 25.000/HKO. Jika dia
bekerja selam lima hari maka upah yang diterima sebesar Rp. 125.000.
Upah premi adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan
produktivitas dan prestasi kerja. Sebagai contoh, dalam satu hari pekerja
diharuskan menyelesaikan 10 unit pekerjaan. Jika dia bisa menyelesaikan
lebih dari 10 unit maka dia akan mendapatkan upah tambahan. Sistem upah
premi cenderung meningkatkan produksivitas pekerja.
b. Lamanya Waktu Kerja
Lamanya waktu kerja seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut.
Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal
12
mempunyai kemampuan untuk bekerja. Selain itu, juga dipengaruhi oleh
keadaan iklim suatu tempat tertentu. Misalnya, wilayah tropis seperti
Indonesia, untuk melakukan aktivitas lapangan seperti petani tidak dapat
bertahan lama karena cuaca panas.
c. Kehidupan Sehari-hari
Kehidupan sehari-hari seorang tenaga kerja dapat dilihat pada keadaan
makanan/ menu dan gizi, perumahan, kesehatan, serta keadaan lingkunganya.
Jika keadaanya jelek dan tidak memenuhi persyaratan maka akan berpegaruh
negatif terhadap kinerja.
d. Umur Tenaga Kerja
Umur seorang menentukan prestasi kerja atau kinerja seorang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan
semakin turun pula prastasi tenaga kerjanya. Namun dalam beberapa hal
tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena
justru semakin berpengalaman. Semantara itu untuk tenaga kerja keluarga
karena tidak diupah, tingginya prestasi kerja dipengaruhi oleh yang paling
utama yaitu besarnya kebutuhan keluarga disamping faktor-faktor yang lain.
2.6. Kebutuhan dan Distribusi Tenaga Kerja Usahatani Kubis
Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap
kegiatan dalam usahatani kubis, kemudian dijumlah untuk seluruh usahatani.
Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia
dibandingkan dengan kebutuhannya. Berdasarkan perhitungan maka jika terjadi
kekurangan maka untuk memenuhinya dapat berasal dari tenaga luar
keluarganya.
Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja
adalah man days atau HKO (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang).
Pemakaian HKO kelemahannya karena masing-masing daerah berlainan (1 HKO
di daerah B belum tentu sama dengan 1 HKO di daerah A) bila dihitung jam
13
kerjanya. Sering kali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HKO
maupun JKO-nya.
Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu jenis
komoditas per satuan luas dinamakan Intensitas Tenaga Kerja. Intensitas Tenaga
Kerja tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan, tujuan dan sifat
usahataninya, topografi dan tanah, serta jenis komoditas yang diusahakan.
a. Tingkat teknologi yang digunakan
Penerapan teknologi biologis dan kimia umumnya lebih banyak dibutuhkan
tenaga kerja untuk pemakaian bibit unggul disertai dengan pemupukan dan
pemberantasan hama penyakit. Sementara penerapan teknologi mekanis,
seperti pemakaian mesin-mesin dan traktor justru dapat lebih menghemat
kebutuhan tenaga kerja.
b. Tujuan dan sifat usahatani
Tujuan usahatani dan sifat usahatani juga sangat mempengaruhi jumlah
kebutuhan tenaga kerja. Contoh halnya, usaha tani komersial yang sudah
memperhatikan kualitas dan kuantitas dari segi ekonomi, akan membutuhkan
tenaga kerja yang lebih banyak dari pada usahatani subsistence.
c. Topografi dan tanah
Teknik pengolahan lahan di daaerah datar dengan jenis tanah ringan akan
memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibanding pengolahan tanah di
daerah miring dan berat. Untuk tanaman kubis, topografi penanaman adalah
lahan datar, sehingga tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit.
d. Jenis komoditas yang diusahakan
Jenis komoditas juga menentukan jumlah tenaga kerja. Pada umumnya
tanaman semusim lebih banyak membutuhkan tenaga kerja daripada tanaman
tahunan. Hal ini tergantung pada intensitas pengolahan tanah dan saat tanam.
Pada tanaman semusim lebih banyak membutuhkan tenaga kerja bantuan
sehingga sering kali tidak dapat diselesaikan sendiri oleh tenaga kerja
14
keluarga. Namun saat pemeliharaan pada tanaman semusim cenderung
membutuhkan sedikit tenaga kerja. Bahkan sampai tenaga kerja keluarga yang
tersedia tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena memmang tidak adanya
pekerjaaan sehingga timbul pengangguran musiman. Pengangguran musiman
sebenarnya masih dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
1. Cropping system, untuk meningkatkan intensitas penggunaan tanah dan
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak untuk merawat lebih dari satu
tanaman dalam satu lahan;
2. Menggunakan teknologi yang membutuhkan bantuan tenaga kerja;
3. Diversifikasi vertikal, melaksanakan sendiri semua proses produksi dan
pemasaran;
4. Off-farm activity; dan
5. Transmigrasi yang terarah pada diversifikasi tanaman pangan.
e. Efisiensi tenaga kerja
Efisiensi tenaga kerja atau produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan
memperhatikan jumlah produksi, penerimaan per hari, dan luas lahan atau luas
usaha.
1. Memperhitungkan produksi
Produktivitas yang berhubungan dengan tenaga kerja dapat dihitung
melalui jumlah produksi per hektar dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang
dicurahkan per hektar. Perhitungan produktivitas akan membandingkan
antara usaha yang dibantu dengan mesin traktor dengan usaha yang tanpa
menggunakan bantuan mesin traktor. Jika tidak menggunakan traktor maka
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak, sehingga
pembaginya akan menjadi semakin besar dan nilai produktivitas akan
semakin kecil. Tetapi jika memanfaatkan bantuan mesin traktor maka
tenaga kerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit sehingga pembagi
jumlah produksi per hektar akan semakin kecil sehingga memperoleh nilai
15
produktivitas yang lebih besar. Hal ini justru akan semakin meningkatkan
efisiensi tenaga kerja.
2. Memperhatikan penerimaan per hari kerja
Penerimaan per hari kerja dapat dihitung dengan formula, jumlah produksi
fisik dikali harga per hektar dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang
dicurahkan per hektar.
3. Memperhatikan luas usaha per lahan
Efisiensi tenaga kerja dapat juga dihitung melalui luas usahatani dibagi
dengan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan perhari.
f. Efisiensi teknis, efisiensi perusahaan, dan efisiensi kemanusiaan
Selain efisiensi tenaga kerja, efisiensi teknis, perusahaan, dan kemanusiaan,
juga dapat diperhitungkan dengan cara mebandingkan tambahan produksi
yang akan diperoleh akibat dari tambahan faktor produksi yang diberikan
untuk menghasilkan.
1. Efisiensi teknis adalah mengukur besarnya produksi yang dapat dicapai
atas tingkat faktor produksi tertentu. Efisiensi teknis contohnya melalui
penggunaan pupuk urea untuk peningkatan produksi padi di lahan sawah
dengan di lahan tegal maka akan didapat hasil penggunaan pupuk urea
yang lebih efisien di lahan sawah dibandingkan di lahan tegal.
2. Efisiensi perusahaan adalah mengukur besarnya nilai produksi yang dapat
dicapai atas nilai faktor produksi tertentu. Contohnya dalam penggunaan
pupuk urea 46% N dan pupuk ZA 20% N. Akan terlihat efisiensi
penggunaan pupuk dari tingkat produksinya yaitu penggunaan pupuk urea
46% N lebih besar dibanding penggunaan pupuk ZA 20% N.
3. Efisiensi kemanusiaan sulit diukur karena tambahan produksi yang dicapai
diukur dengan kepuasan seseorang.
g. Curahan tenaga kerja
Curahan tenaga kerja pada usahatani sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yakni:
16
1. Faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan tanah, dan
topografi;
2. Faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan;
3. Luas, petak, dan penyebaran.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga
kerja, misalnya yang terjadi pada usaha tani lahan kering yang benar-benar
hanya mengandalakan air hujan maka petani akan sangat sibuk hanya pada
saat musim penghujan. Sebaliknya, pada musim kemarau akan mempunyai
waktu luang sangat banyak karena lahannya tidak dapat ditanami (bero). Pada
lahan sawah beririgasi, petani akan sibuk sepanjang tahun karena air bukan
merupakan kendala bagi usahataninya.
h. Arti intensif dan ekstensif
Usahatani dikatakan intensif jika banyak menggunakan tenaga kerja dan atau
modal per satuan luas lahan. Contoh usahatani intensif adalah jika seorang
petani menggarap tanah sesuai dengan kebutuhan sampai siap untuk ditanami
jagung, menggunakan pupuk awal, bibit unggul, melakukan penyiangan dan
pemupukan periodik. Tiga setengah bulan kemudian petani akan memperoleh
hasil panen sekitar 12 kg per satuan luas lahan.
Sedangkan suatu usahatani dikatakan ekstensif jika usahatani tersebut tidak
banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas lahan.
Sebagai contoh adalah, jika seseorang menggarap tanah ala kadarnya, lalu
menebar bibit, biji (untuk serealia). Setelah itu lahan dibiarkan aja. Tetapi tiga
setengah bulan, petani juga sambil menunggu mendapat seluruh hasil panen
dan diperoleh 2 kg per satuan luas lahan.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang
tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman
sehigga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk.
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani keluarga (family
farms), khususnya tenaga kerja petani bersama anggota keluarganya. Rumah tangga
tani yag umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga
kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja
keluarga sediri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat
biaya.
Baik dalam usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian peranan tenaga
kerja belum belum sepenuhnya diatasi dengan tekologi yang menghemat tenaga
(teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal juga ada hal-hal tertentu yang
memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan.
3.2 Saran
Lebih meningkatkan mutu dan skill tenaga kerja dengan melakukan
penyuluhan juga memperkenalkan bahwa dunia pertanian tidak sempit, sehingga
generasi muda dapat menyukai dunia pertanian.
18
DAFTAR PUSTAKA
Jameela,Hajroon.2011.”Tenaga Kerja Dalam Usahatani”. http://meelais me.wo dp e s s.com/2011/10/20/tenaga-kerja-dalam-usaha-tani/. Diunduh pada 24 September 2013.
Samidi.2013.”Peran Alat dan Tekhnologi Dalam Pertanian”. http:// estukar ya.co /pe ran-alat-dan-tekhnologi-pada-pertanian/. Diunduh pada 24 September 2013.
Wikipedia.2013.”Alat dan Mesin Pertanian”. http:// id.wikip edia.org/w iki/A lat_dan_mesin_pertanian. pada 24 September 2013.
19