tenaga

13
f. Rawat Jalan Jumlah pasien perhari = 100 Jumlah jam perawatan perhari = 15 Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan: 100 x 15 = 4 orang + koreksi 15% ( 4 x 15%) = 4 orang + 0,6 = 5 orang 7 x 60 PERENCANAAN DAN PEMBAGIAN TENAGA KEPERAWATAN Jul9 PERENCANAAN DAN PEMBAGIAN KETENAGAAN KEPERAWATAN Oleh: Ns. Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Perencanaan merupakan fungsi organic manajemen yang merupakan dasar atau titik tolak dan kegiatan pelaksanaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Apabila proses perencanaan dilakukan dengan baik akan memberikan jaminan pelaksanaan kegiatan menjadi baik sehingga dapat mencapai tujuan organisasi yang akan diciptakan, pengadaan dan penggunaan tenaga kerja, system dan prosedur yang hendak digunakan serta peralatan yang dibutuhkan untuk kelancaran suatu kegiatan. Perencanaan harus memenuhi prinsip yang sesuai dengan situasi dan kondisi suatu organisasi. Perencanaan tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pelayanan keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Perencanaan ketenagaan menjadi permasalahan besar diberbagai organisasi keperawatan seperti di tatanan rumah sakit, perawatan di rumah dan tempat- tempat pelayanan keperawatan lain. Oleh karena itu, perencanaan ketenagaan harus sesuai dengan ketentuan atau

Upload: amir-sembiring

Post on 17-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tenaga.

TRANSCRIPT

Page 1: tenaga

f. Rawat JalanJumlah pasien perhari = 100Jumlah jam perawatan perhari = 15Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan:100 x 15 = 4 orang + koreksi 15% ( 4 x 15%) = 4 orang + 0,6 = 5 orang7 x 60

PERENCANAAN DAN PEMBAGIAN TENAGA KEPERAWATAN

Jul9PERENCANAAN DAN PEMBAGIAN KETENAGAAN KEPERAWATAN

Oleh: Ns. Apriyani Puji Hastuti, S.Kep

 

Perencanaan merupakan fungsi organic manajemen yang merupakan dasar atau

titik tolak dan kegiatan pelaksanaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai

tujuan organisasi. Apabila proses perencanaan dilakukan dengan baik akan

memberikan jaminan pelaksanaan kegiatan menjadi baik sehingga dapat

mencapai tujuan organisasi yang akan diciptakan, pengadaan dan penggunaan

tenaga kerja, system dan prosedur yang hendak digunakan serta peralatan yang

dibutuhkan untuk kelancaran suatu kegiatan. Perencanaan harus memenuhi

prinsip yang sesuai dengan situasi dan kondisi suatu organisasi.

Perencanaan tenaga keperawatan harus disesuaikan  dengan kebutuhan dan

tujuan pelayanan keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Perencanaan

ketenagaan menjadi permasalahan besar diberbagai organisasi keperawatan

seperti di tatanan rumah sakit, perawatan di rumah dan tempat- tempat

pelayanan keperawatan lain. Oleh karena itu, perencanaan ketenagaan harus

sesuai dengan ketentuan atau pedoman yang berlaku, tenaga yang dibutuhkan

dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standart

keperawatan yang ada.

Page 2: tenaga

Perencanaan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain

lingkungan (external change), keputusan, organisasi yang dapat berbentuk

pension, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kematian. Perencanaan

ketenagaan merupakan suatu proses yang komplek yang memerlukan ketelitian

dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan

kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah tenaga yang ada perlu ditata

atau dikelola dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadwalan yang

sistematis dan terencana secara matang sehingga kegiatan yang dilakukan

secara optimal.

1. Prinsip perencanaan

Menurut Siagian (1983) perencanaan yang baik harus memiliki prinsip:

1. Mengethui sifat atau cirri suatu rencana yang baik yaitu

A. Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana

merupakan suatu keputusan yang menentukan kegiatan yang

menentukan kegiatan akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan

B. Dibuat oleh orang yang benar- benar memahami tujuan organisasi

C. Dibuat oleh orang yang sungguh- sungguh mendalami teknik

perencanaan

D. Adanya suatu perincian yang teliti, yang berarti rencana harus segera

diikuti program kegiatan terperinci.

E. Tidak boleh terlepas dari pelaksanaan artinya harus tergambar

bagaimana rencana tersebut dilaksanakan

F. Bersifat sederhana yang berarti disusun secara sistematis dan

prioritasnya jelas terlihat

G. Bersifat luwes, yang berarti bias diadajab penyesuaian bila ada

perubahan

H. Terdapat tempat pengambilan resiko karena tidak ada seorang pun

yang mengetahui apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating.

I. Bersifat praktis, yang berarti bias dilaksanakan sesuai dengan kondisi

organisasi

J. Merupakan prakiraan atau peramalah atas keadaan yang mungkin

terjadi

 

1. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang

harus dijawab dengan memuaskan menggunakan pendekatan 5W1H

What     : kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah disepakati?

Page 3: tenaga

Where  : dimana kegiatan akan dilakukan?

When    : kapan kegiatan tersebut dilakukan?

Who      : siapa yang melakukan kegiatan tersebut

Why       : mengapa kegiatan tersebut perlu dilakukan?

How       : bagaimana cara melaksanakan kegiatab tersebut kea rah pencapaian

tujuan

1. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus

diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah artinya harus disususn

dengan cara sistematis dan didasarkan pada langkah sebagai berikut.

A. Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi

B. Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana

C. Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul

D. Menetapkan beberapa alternative pemecahan masalah

E. Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah

F. Melaksanakan rencana yang telah tersusun

G. Menilai hasil yang telah dicapai

Jika ketiga prinsip tersebut dilaksanakan, maka dapat tersusun suatu

perencanaan yang baik termasuk perencanaan tenaga keperawatan.

1. PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN

Perencanaan tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi utama seorang

pemimpin organisasi, termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu

organisasi salah satunya ditentukan oleh kualitas SDM. Hal ini berhubungan erat

dengan bagaimana seorang pimpinan merencanakan ketenagaan di unit

kerjanya.

Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Gilies 1994 meliputi hal- hal

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan

diberikan

2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan

pelayanan keperawatan

3. Menentukan jumlah masing- masing kategori perawat yang dibutuhkan

4. Menerima dan menyaribng untuk mengisi posisi yang ada

5. Melakukan seleksi calon- calon yang ada

Page 4: tenaga

6. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shift

7. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan

keperawatan

Penentuan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan untuk menggunakan

tenaga keperawatan yang sesuai. Untuk lebih akuratnya selain perencanaan

tenaga keperawatan, maka pimpinan  keperawatan harus mempunyai keyakinan

tertentu dalam organisasinya seperti:

1. Rasio antara perawat dan klien didalam ruangan perawatan intensif adalah

1: 1 atau 1:2

2. Perbandingan perawat ahli dan terampil di ruang medikal bedah,

kebidanan, anak dan psikiatri adalah 2:1 atau 3:1

3. Rasio antara perawat dan klien shift pagi dan sore adalah 1:5 untuk malam

hari du ruang rawat dan lain- lain 1:10

Jumlah tenaga terampil ditentukan oleh tingkat ketergantungan klien.

 

1. PERKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA

Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang

akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa

pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan

berdasarkan ketegori klien yang dirawat, rasio perawat dan klien untuk

memenuhi standart praktek keperawatan.

Kategori perawatan klien:

1. Perawatan mandiiri (self care) yaitu klien memerlukan bantuan minimal

dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan

aktivitas perawatan diri secara mandiri

2. Perawatan sebagian (partial care) yaitu klien memerlukan bantuan sebagian

dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu misalnya pemberian

obat intravena, mengatur posisi, dsb

3. Perawatan total (total care) yaitu klien yang memerlukan bantuan secara

penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat

4. Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan obervasi dan

tindakan keperawatan yang terus menerus

Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai

berikut:

Page 5: tenaga

1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standart perkiraan jumlah klien

sesuai data sensus

2. Pendekatan teknik industri yaitu identitas tugas perawat dengan

menganalisis alur kerja perawat atau work flow rata- rata frekuensi dan

waktu kerja ditentukan dengan data sensus klien. Dihitung untuk

menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.

3. Sistem approach staffing atau pendekatan sistem ketenagaan dapat

menentukan jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk

setiap unit serta mempertimbangkan komponen input- proses-ouutput-

umpan balik

Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu. Perawatan langsung, waktu

perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah

tenaga dapat dihitung berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung

berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Rata- rata waktu yang dibutuhkan

untuk perawatan langsung (direct care adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari. Dalam

Gillien 1994 waktu yang dibuthhkan untuk perawatan langsung didasarkan pada

kategori berikut:

1. Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam = 2 jam

2. Perawatan sebagian (partial care) adalah 3/4×4 jam = 3 jam

3. Perawatan total (total care) adalah 1- 1,5 x 4 jam = 4-6 jam

4. Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam

Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawaan tidak

langsung. Berdasarkan penelitian perawatan di rumah sakit menyatakan bahwa

rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan tidak langsung adalah 36

menit/ klien/ hari. Di pihak lain, menurut Wolfe dan Yong (1965) dalam buku

yang sama menyatakan sebesar 60 menit/klien/ hari.

Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan sebagai

dasar perhitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gilies, waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/ klien/ hari.

Menghitung waktu yang dibuuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu

menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu waktu perawatan langsung, waktu

perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya jumlah

tenaga yang dibutuhkan dihitung berdasarkan beban kerja perawat.

Hal- hal yang perlu dipertimbnagkan dalam menentukan beban kerja perawat

yaitu:

Page 6: tenaga

1. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut

2. Kondisi atau tingkat ketergantungan

3. Rata- rata lama perawatan

4. Pengukuran keperawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan

kesehatan

5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien

6. Rata- rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan

kesehatan

Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja

perawat yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEk, pendidikan

konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim, politik dan hukum /perarturan.

Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan

keperawatan yang dibutuhkan untuk masing- masing unit. Metode penghitungan

yang digunakan yaitu metode rasio, metode Gilies, metode lokakarya

keperawatan, metode di Thailanda dan Filiphina dan metode penghitungan ISN

(indicator staf need)

Metode rasio didasarkan surat keputusan menteri kesehatan nomor 262 tahun

1979, kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di

kelas masing- masing.

rumah sakit perbandingan

kelas A dan B

tempat tidur; tenaga medis = 4-7 : 1

tempat tidur : tenaga keperawatan = 2 : 3 – 4

tempat tidur : tenaga non keperawatan = 3 : 1

tempat tidur : tenaga non medis = 1:1

kelas C

tempat tidur; tenaga medis = 9 : 1

tempat tidur : tenaga keperawatan = 2 : 3 – 4

tempat tidur : tenaga non keperawatan = 5 : 1

tempat tidur : tenaga non medis = 3:4

kelasD tempat tidur; tenaga medis = 15:1

tempat tidur : tenaga keperawatan = 2 : 1

Page 7: tenaga

tempat tidur : tenaga non medis = 6:1

 

Metode Gilies 1994 digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan

dengan menggunakan rumus sbb:

        Jumlah tenaga = (A x B x 365) : (hari libur 1 tahun x jam kerja per hari)

Keterangan :

A: jumlah kerja tenaga keperawatan per hari

B: jumlah pasien rata- rata per hari

Metode berikutnya yang dapat digunakan adalah metode lokakarya keperawatan

(1989). Metode ini juga dikhususkan untuk menghitung tenaga keperawatan

dengan menggunakan rumus:

Jumlah tenaga = A x 52x 7 (TT x BOR)

                                 41                  40

Metode keempat adalah metode Thailand dan Filiphina yang didasarkan pada

jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, harm kerja efektif perawat

dalam 1 tahun. Jumlah jam perawatan per pasien terbagi dalam unit rawat map

selama 24 jam yang terdiri dari penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam),

campuran bedah dan penyakit dalam (3,4 jam). Post partum (3 jam), bayi

neonatus (2,5jam) dan anak (4jam) sehingga rata- rata jam perawatan yang

dibutuhkan per pasien selama 24 jam adalah 3 jam. Unit rawat jalan yang jam

perawatan per pasiennya 0,5 jam. Kamar operasi untuk rumah sakit kels A dan B

(5- 8 jam/24 jam) untuk RS tipe C dan D (3 jam) dan kamar bersalin 5-8 jam. Hari

kerja efektif perawatan dalam 1 tahun (365 hari), jumlah hari kerja non efektif

dalam 1 tahun (jumlahan minggu 52 hari, libur nasional 12 hari dan cuti bulanan

12 hari), jumlah hari efektif dalam 1 tahun yaitu 365- 76 = 289 hari. Dan jumlah

hari efektif perminggu 289/7 = 41 minggu. Jumlah jam kerja efektif dalam 1

tahun yaitu jam kerja dalam 1 tahun yaitu 41 minggu x 40 jam = 1640 jam/

tahun.

Cara menghitung kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakan rumus:

1. Unit rawat inap (URI)

Page 8: tenaga

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x  7 hari x jumlah TT x BOR                   

koreksi 25%

                41 jumlah minggu efektif x 40 jam

1. Unit rawat jalan (URJ)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x  6 hari x jumlah

kunjungan                                koreksi 25%

                41 jumlah minggu efektif x 40 jam

1. Kamar bedah/ operasi

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x  7 hari x jumlah anggota tim OK      koreksi

25%

                41 jumlah minggu efektif x 40 jam

1. Kamar bersalin (KB)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x  7 hari x jumlah

kunjungan                                koreksi 10%

                41 jumlah minggu efektif x 40 jam

Selanjutnya dapat dihitung jumlah tenaga secara keseluruhan dan penjumlahan

URI, URJ, KB, OK

 

Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga adalah

dengan metode perhitungan ISN (indikator staff need). Dasar yang digunakan

setiap metode ini adalah beban kerja dari setiap unit atau institusi. Setiap unit

harus memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan dihasilkan pada masa

mendatang. Tida faktor yang mendasari formula ISN yaitu:

1. Indikator beban kerja

Indikator ini merupakan pembilang dan sebagai faktor variabel dalam formula

ISN yang dihitung berdasarkan hasil pelksanaan yang dicapai oleh masing-

masing kategori tenaga selama 1 tahun kalender. Untuk tenaga yang sama yang

bertugas pada institusi yang berbeda akan memilikibeban kerja dan kapasias

yang berbeda pula.

1. Bobot (weighting)

Page 9: tenaga

2. Kapasitas tenaga

Contoh:

Diketahui kondisi tenaga keperawatan disalah satu RS berdasarkan laporan

tahunan tahun 2010 sebagai berikut: bagian UPI rata- rata per hari 2,6  bagian

bedah rata- rata per hari 44,7 bagian non bedah/non UPI rata- rata pasien per

hari sebesar 211,3

Ditanyakan berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bagian UPI,

bagian bedah dan non bedah berdasarkan data diatas!

Jawab:

Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan per hari) untuk bagian UPI

adalah 7 jam dan B (jumlah pasien rata- rata per hari ) adalah 2,6; A bedah 5 jam

dengan B 44,7 dan A non bedah/ non UPI = 4 jam dengan B= 211,3

Asumsi jumlah hari tidak kerja per tahun sbb:

                Hari sabtu minggu 104 hari

                Hari libur nasional 12 hari

                Cuti tahunan 12 hari

                Izin/ sakit 12 hari

                Jadi total keseluruhan adalah 140 hari

Asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8 jam

Jadi kebutuhan tenaga perawat untuk masing- masing bagian adalah sbb:

                UPI         = (7 x 2,6 x 365) : (365     140) x 8 = 4 orang

                Bedah   = (5 x 44,7 x 365) : (365     140) x 8 = 45 orang

                Non bedah = (4 x 211,3 x 365) : (365     140) x 8 = 171 orang

Dengan demikian jumlah kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan di

rumah sakit tersebut adalah 220 orang.

1. Pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal

Page 10: tenaga

Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruang atau

pengawas tetapi lebih diutamakan kepala ruang karena lebih mengetahui tingkat

kesibukan ruangan dan karakteristik stafnya. Hal ini akan memudahkan dalam

menerapkan orang yang tepat untuk setiap periode jaga (shift)

Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip diantaranya

harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf.

Misalnya kebutuhan staf untuk rekreasi, memperhatikan siklus jadwal penugasan

yang sibuk dan tidak sibuk, berat dan ringan, harus dilalui oleh semua staf yang

terlibat dalam rotasi serta staf yang mempunyai jam kerja yang sama. Prinsip

berikutnya yaitu setiap staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi pagi- sore-

malam; metode yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas dan kualitas staf 

dalam suatu unit kerja; siklus yang digunakan mengikuti metode penugasan

yang dipakai dan setiap staf harus dapat mencatat hasil dinas, libur dan shift.

Berdasarkan prinsip tersebut, dapat diperkirakan formulasi jumlah staf pada

setiap shiftnya.

1. Modifikasi kerja mingguan

Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penyusunan jadwal dinas

mingguan. Pendekatan tersebut dapat dilihat dari karakteristik staf yang ada

dalam tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi:

1)      Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4

hari kerja per minggu. Pada metode ini terjadi tumpang tindih kurang lebih 6 jam

per 24 jam. Dimana jam- jam tersebut dapat dipergunakan untuk ronde

keperawatan, penyelesaian rencana keperawatan atau kegiatan lainnya.

Kelemahan cara ini adalah memerlukan staf yang banyak.

2)      Perincian 12 jam dalam satu shift yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur dan 4 hari

kerja. Sistem ini sama dengan sistem yang pertama yang membutuhkan tenaga

yang banyak.

3)      Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7

hari libur)

4)      Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih

banyak disukai karena mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap

dapat dipertahankan.

 

Page 11: tenaga

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN STAF

1. In service education

Pendekatan yang dilakukan adalah bagaimana staf akan terlibat dalam proses

pendidikan melalui berlangsungnya pelayanan kesehatan atau keperawatan

yang terus diberikan kepada klien. Hal demikian dapat dilakukan baik di dalam

maupun diluar rumah sakit.

1. Orientasi

Program ini diberikan kepada staf yang baru atau sebaliknya untuk mengenalkan

tugas- tugas yang harus dilakukannya atau mengetahui adanya perkembangan

teknologi di bidang kesehatan.

1. Job training

Dilakukan melaui program pelatihan bagi staf sesuai bidang penugasannya atau

job tertentu

1. Continuing nursing education

Program ini merupakan program berkelanjutan sesuai dengan sistem pendidikan

formal yang berlaku yaitu sistem pendidikan tinggi bagi perawat selaras dengan

statusnya sebagai insan profesi. Sesuai dengan kebutuhan pengembangan,

seluruh perawat layak untuk mengikuti program ini dengan pertimbangan harus

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada

1. Pelatihan kepemimpinan

Hakekatnya semua perawat adalah pemimpin. Oleh sebab itu ia perlu

mengembangkan kemampuan leadershipnya sebagai seorang profesional

1. Pengembangan karier

Staf mempunyai hak atas pengembangan karirnya sesuai dengan sistem yang

berlaku. Pimpinan harus mampu merencanakan, melaksanakan dan menilai

pengembangan masing- masing stafnya serta melihat semua itu sebagai upaya

memotivasi, menstimulasi dan memberikan penghargaan untuk peningkatan

prestasi kerja

1. Studi banding

Unit kerja satu dengan yang lain ternyata bersifat kompetitif. Oleh sebab itu

bukan tidak mungkin unit kerja lain mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan

unit kerja sendiri. Rencana untuk tukar pengalaman dan institusi atau unit kerja

lain perlu diprogramkan dalam rangka membangun motivasi, pengembangan

Page 12: tenaga

dan peningkatan prestasi kerja. Bentuk lain yang sekarang sedang menjadi tren

aalah melalui kegiatan study branch marking

1. Penilaian kinerja

Seluruh staf diberikan penilaian atas kinerjanya melalui sistem penilaian yang

berlaku. Cakupannya antara lain tanggung jawab, loyalitas, kerajinan,

kedisiplinan, kepemimpinan dan kejujuran

1. Pendidikan dan pelatihan

Program ini dirancang untuk memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap

staf melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dengan target waktu

tertentu (waktu, materi, ketrampilan). Pelaksanaan dan program ini adalah

melalui kepanitiaan atau lembaga institusi tertentu yang berkompeten

1. Magang di rumah sakit yang lebih maju

Harus diakui bahwa rumah sakit lain yang memiliki nilai lebih harus menjadi

target untuk mencari serta menambah ilmu. Program ini dilaksanakan sesuai

dengan kebutuhan dan kesepakatan kedua belah pihak yang terlibat.

1. Kelompok kerja keperawatan

Program ini perlu dilaksanakan selaras dengan keperawatan sebagai profesi

yang telah, tengah dan terus dikembangkan. Produk kelompok kerja ini adalah

hasil diskusi pengembangan keperawatan, karya tulis dan prosedur tetap, materi

buku ajar, temu ilmiah, penelitian keperawatan, pengembangan sistem

pendidikan keperawatan dan masukan untuk organisasi profesi

1. Pengembangan kerja tim di ruangan

Konsep kerja tim ini masih banyak kendala dalam pelaksanaanya, namun semua

komponen dalam tim tersebut perlu mengidentifikasi semua masalah di

lapangan yang dilakukan oleh semua profesi kesehatan yang terlibat. Staf

keperawatan dengan otonomi dan kemandiriannya harus lebih proaktif dalam

membangun pelaksanaan kerja tim dalam memeberikan asuhan keperawatan

secara paripurn