temulawak

26
LATAR BELAKANG Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tanaman obat asli Indonesia. Temulawak tumbuh baik dan dapat beradaptasi di tempat terbuka maupun di bawah tegakan pohon hingga tingkat naungan 40%. Rata-rata produksi nasional relatif rendah yakni 10,7 t/ha pada tahun 2000 (Direktorat Aneka Tanaman, 2000), sedangkan potensi produksi varietas unggul temulawak bisa mencapai 20 - 30 t/ha. Orientasi budidaya tanaman obat pada umumnya termasuk temulawak tidak hanya ditujukan kepada produktivitas biomas yang tinggi, tetapi juga kepada tingginya mutu bahan aktif yang dikandungnya. Produktivitas dan mutu bahan aktif temulawak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: 1) lingkungan tumbuh, 2) sifat unggul tanaman (varietas), 3) ketersediaan unsur hara (pupuk), 4) perlindungan tanaman terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), dan tidak kalah pentingnya adalah 5) penanganan pasca panen. Teknologi budidaya di tingkat petani masih secara tradisional, belum mengacu kepada SOP yang telah ada, mulai dari pemilihan lingkungan tumbuh yang tepat, penggunaan varietas unggul, benih bermutu, pemupukan, dan panen yang tepat. Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, merupakan metamorfosis dari daun tanaman. berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 84cm dan lebar 10 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan

Upload: fadly

Post on 28-Nov-2015

114 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LATAR BELAKANG

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tanaman obat asli

Indonesia. Temulawak tumbuh baik dan dapat beradaptasi di tempat terbuka

maupun di bawah tegakan pohon hingga tingkat naungan 40%. Rata-rata produksi

nasional relatif rendah yakni 10,7 t/ha pada tahun 2000 (Direktorat Aneka

Tanaman, 2000), sedangkan potensi produksi varietas unggul temulawak bisa

mencapai 20 - 30 t/ha. Orientasi budidaya tanaman obat pada umumnya termasuk

temulawak tidak hanya ditujukan kepada produktivitas biomas yang tinggi, tetapi

juga kepada tingginya mutu bahan aktif yang dikandungnya. Produktivitas dan

mutu bahan aktif temulawak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: 1)

lingkungan tumbuh, 2) sifat unggul tanaman (varietas), 3) ketersediaan unsur hara

(pupuk), 4) perlindungan tanaman terhadap organisme pengganggu tanaman

(OPT), dan tidak kalah pentingnya adalah 5) penanganan pasca panen. Teknologi

budidaya di tingkat petani masih secara tradisional, belum mengacu kepada SOP

yang telah ada, mulai dari pemilihan lingkungan tumbuh yang tepat, penggunaan

varietas unggul, benih bermutu, pemupukan, dan panen yang tepat.

Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede,

sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik

pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan

berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik pada tanah yang gembur Tanaman terna berbatang semu dengan

tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, merupakan metamorfosis dari

daun tanaman. berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan

sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna

cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap.

Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar

memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang

sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun

termasuk helaian 43 – 80cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan

tangkai daun agak panjang,. sedangkan bunganya berwarna kuning tua, berbentuk

unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral,. tangkai ramping dan sisik

berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung

banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga.

Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13mm, mahkota bunga

berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk

bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau

merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya

berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan

rasanya pahit.

Secara empiris, rimpang temulawak terbukti berkhasiat untuk kesehatan.

Kebutuhan temulawak untuk industri obat tradisional (IOT) dan industri kecil obat

tradisional (IKOT) menduduki peringkat pertama di Jawa Timur dan peringkat

kedua di Jawa Tengah setelah jahe (Kemala et al. 2003). Hasil survey Kemala et

al. (2003) temulawak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional yang

berkhasiat untuk menyembuhkan 24 jenis penyakit. Pada tahun 2004, pemerintah

melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mencanangkan Gerakan

Nasional Minum Temulawak sebagai minuman kesehatan (Badan POM, 2004).

Berdasarkan hasil survey lainnya menunjukkan bahwa dari 609 produk jamu, 176

di antaranya mengandung temulawak dan penggunaannyaterdapat di dalam 12

kelompok penyakit yang dapat diobati (Purwakusumah et al. 2008). Secara

empiris rimpang temulawak digunakan sebagai obat hepatoproteksi, antiinflamasi,

antikanker, antidiabetes, antimikroba, antihiperlipidemia, antikolera, antibakteri,

antioksidan (Hwang, 2006, Darusman et al. 2007, Rukayadi et al. 2006, Masudaet

al. 1992).

TAKSONOMI dan MORFOLOGI

1. Taksonomi

Kedudukan tanaman temulawak dalam tata nama (sistematika), tumbuhan

termasuk Kedalam klasifkasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : spermatopyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesie : Curcuma Xantorhiza ROXB

Spesies lain dari dari.kerabat dekat Temulawak adalah: - temu ireng

(C.Acronginosa ROXB), - temu putih (C.Domistica VAL),

2. Morfologi

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuhmerumpun, tanaman

ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai 2-2,5 meter. Tiap rumpun

tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiiki 2-

9 helai daun.

Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar, lemina daun

danseluruh ibu tulang daun bergris hitam. Panjang daun sekitar 50-55cm ,

lebarnya > 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tungkai daun yang

posisinya saling menutupi secara teratur.

Berdasarkan klasifikasi temulawak tersebut, kita bisa mendeskripsikan

morfologi temulawak antara lain tumbuhan dengan terna berbatang semu yang

ketinggian berkisar 1 sampai 2 meter. Batang temulawak yang semu

merupakan bagian dari pelepah daun yang tegak dan saling bertumpang tindih.

Adapun rimpang temulawak memiliki bentuk sempurna, berukuran besar,

bercabang kuat dan memiliki variasi warna coklat kemerahan, kuning tua atau

berwarna hijau gelap. Kelopak bunga temulawak berwarna kuning tua dengan

bentul lateral.

SYARAT TUMBUH

1. Iklim

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh

dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman

ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian

temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti

tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi

terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.Suhu udara yang baik untuk

budidaya tanaman ini antara 19-30 o C.Tanaman ini memerlukan curah hujan

tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

2. Media Tanam

Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis

tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat

yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal

diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian

pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang

cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang

mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah

tergenang air.

3. Ketinggian Tempat

Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan

ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di

dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada etinggian 240

m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang

yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok

dikembangkan di dataran sedang.

MANFAAT

Manfaat temulawak antara lain dapat mengatasi serta mencegah berbagai

penyakit seperti: penyakit hepatitis, liver, produksi cairan empedu, radang

empedu, radang lambung, melancarkan pencernaan, hingga penyakit gangguan

ginjal.

Selain itu, berdasarkan penelitian, manfaat temulawak kini diketahui juga

dapat mengatasi penyakit anemia, menurunkan kolesterol, melancarkan peredaran

darah, mengatasi gumpalan darah, mengobati demam, malaria, penyakit campak,

mengatasi pegal linu, sakit pinggang, reumatik, mengobati keputihan, ambeien,

sembelit, batuk, asma, radang tenggorokan, hingga radang saluran pernapasan,

mengobati eksim, jerawat, radang empedu, serta mengingkatkan stamina, dll.

Berbagai manfaat temulawak diatas dapat Anda peroleh dengan

mengonsumsi temulawak yang diolah menggunakan beberapa resep berikut:

Mengobati penyakit liver: Sediakan 25 gram temulawak serta 30 gram

daun serut/mirten. Kemudian campur dengan air sekitar 600 cc, lalu rebus hingga

air yang tersisa tinggal 300 cc. Setelah itu saring airnya dan minum dalam

keadaan hangat.

Untuk mengobati penyakit radang kandung empedu: Sediakan temulawak

sekitar 30 gram, iris kecil-kecil, lalu masukkan ke dalam 500 cc air dan rebus

hingga air yang tersisa tinggal 200 cc. saring dan minum air rebusan temulawak

tersebut.

Mengobati sakit pegal linu, radang sendi, dan rematik: Sediakan 20 gram

temulawak dan 20 gram jahe merah. Masukkan dalam 400 cc air dan rebus agak

lama hingga air yang tersisa tinggal 200 cc. Minum air rebusan ini selagi masih

hangat.

Mengobati penyakit batu empedu: Sediakan sekitar 25 gram temulawak,

30 gram meniran, dan gula aren secukupnya. Masukkan ketiga bahan tersebut

kedalam air 500 cc dan rebus hingga air yang tersisa tinggal 200 cc, kemudian

saring dan minum airnya.

Untuk mengatasi penyakit batuk hingga radang saluran pernapasan:

Sediakan 25 gram temulawak, kemudian parut dan tambahkan air matang

secukupnya. Lalu peras dan saring airnya. Beri air perasan 1 buah jeruk nipis dan

madu secukupnya lalu minum. Untuk memperoleh manfaat temulawak yang

maksimal, Anda dapat meminumnya dua hingga tiga kali sehari secara teratur.

Berikut telah kami sajikan beberapa manfaat temulawak bagi kesehatan.

1. Penambah Nafsu Makan Kandungan minyak atsiri dalam temulawak

ternyata memberikan efek karminativum, sehingga mengkonsumsi

temulawak dapat berguna untuk meningkatkan nafsu makan. Inilah alasan

mengapa temulawak sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak.

Cara Pengolahan: Siapkan 25 gram temulawak, 10 gram asam jawa, dan

gula merah secukupnya.Cuci temulawak hingga bersih dan kupas kulitnya.

Memarkan temulawak hingga pecah (jangan tumbuk sampai

halus).Masukan temulawak yang sudah dihancurkan tadi bersama dua

bahan lainnya ke dalam panci bersama 600 ml air putih. Rebus kesemua

bahan tadi hingga air rebusannya tinggal tersisa sekitar setengahnya saja.

Tunggu sampai dingin, saring, lalu minum secara teratur.

2. Mengobati Sakit Maag Kandungan serbuk rimpang ternyata mempunyai

khasiat untuk memperbaiki dan menetralkan produksi asam lambung.

Bahkan maag akut sekalipun akan berangsur-angsur sembuh jika kita

telaten meminum air sari temulawak.

Cara Pengolahan: Siapkan satu rimpang temulawak. Cuci sampai bersih

lalu kelupas kulitnya. Iris temulawak tipis-tipis.Rebus dengan 5 gelas air

putih. Tunggu sampai mendidih.Minum teh temulawak ini secara teratur

paling tidak satu gelas per hari. Anda juga bisa menambahkan madu

secukupnya pada teh temulawak yang sudah dingin.

3. Menjaga Kesehatan Organ Hati Rimpang temulawak memiliki efek

hepatoprotektor yaitu sebagai detoksin (anti racun) pada organ hati

manusia.

Cara Pengolahan: Siapkan 15-20 gram temulawak.Cuci hingga bersih lalu

parut sampai halus. Campurkan sedikit air dalam ampas temulawak. Peras

ampas temulawak sampai keluar air sarinya. Tambahkan 400 ml air putih.

Rebus air sari temulawak hingga mendidih. Tunggu sampai dingin dan

minum sehari satu kali.

4. Memperbanyak Produksi ASI

Cara Pengolahan: Siapkan 7-10 jari temulawak dan tepung sagu

secukupnya. Cuci temulawak sampai bersih lalu kelupas kulitnya.Parut

temulawak sampai benar-benar halus. Campur sari temulawak ini dengan

tepung sagu. Tunangkan air panas secukupnya lalu aduk hingga menjadi

bubur. Konsumsi bubur temulawak ini secara rutin (anda juga bisa

menambahkannya dengan gula merah sesuai selera).

5. Menghilangkan Jerawat

Cara Pengolahan: Siapkan satu jari rimpang temulawak.Cuci temulawak

sampai bersih lalu memarkan.Rebus dalam 4 gelas air putih.Tunggu

hingga mendidih sampai air rebusan tinggal tersesa setengahnya.Tunggu

sampai dingin dan minum dua kali sehari satu gelas.

6. Mengatasi Gangguan Ginjal

Cara Pengolahan: Siapkan 2 rimpang temulawak, satu genggam daun

kumis kucing yang masih segar, 1 genggam daun kacabeling (meniran)

segar, dan gula merah (gula jawa) secukupnya. Cuci semua bahan kecuali

gula merah sampai bersih. Kupas rimpang temulawak lalu iris tipis-

tipis.Masukkan semua bahan dalam panci.Rebus semua bahan dalam 1

liter air. Tunggu hingga air mendidih sampai air yang tersisa tinggal

setengahnya saja. Saring air rebusan dari ampasnya.Tunggu sampai dingin

dan minum satu gelas sehari.

7. Pengobatan Penyakit Hepatitis B

Cara Pengolahan: Siapkan 10 gram rimpang temulawak, 7 gram kunyit, 10

gram daun sambiloto kering, dan 40 gram alang-alang.Cuci semua bahan

tadi sampai bersih. Memarkan temulawak dan kunyit, lalu rebus dalam 1

liter air bersama daun sambiloto dan alang-alang. Tunggu sampai

mendidih dan hanya menyisakan setengah bagian airnya saja. Tunggu

sampai kering, saring, lalu minum 2 kali sehari 1/2 gelas. Anda juga bisa

menambahkan madu atau gula merah untuk menghilangkan rasa pahit.

Disarankan untuk menambahkan madu saat minuman sudah dingin.

BUDIDAYA (PENANAMAN - PANEN)

1. Pembibitan Temulawak

Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang

rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang

anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha

dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.1) Persyaratan Bibit Rimpang

untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.

2. Penyiapan Bibit

Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel

pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.

a. Bibit rimpang induk

Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung

2-3mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-

turut.Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.

b. Bibit rimpang anak

Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan

gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat

pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat

teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampaikeluar

tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi

potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang

berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya

bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang

akibat penyimpanan.

3. Pengolahan Media Tanam Temulawak

a. Persiapan Lahan Temulawak

Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau

pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan

30 hari sebelum tanam.

b. Pembukaan Lahan Temulawak

Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang

dapat mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30

cmsampai tanah menjadi gembur.

c. Pembentukan Bedengan Temulawak

Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak

antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga

dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit

pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam

di musim hujan.

d. Pemupukan Organik (sebelum tanam) Temulawak

Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam

sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun

adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000

tanaman.

4. Teknik Penanaman Temulawak

a. Penentuan Pola Tanaman Temulawak

Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan

pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan

sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman

memerlukan banyak air.

b. Pembutan Lubang Tanam Temulawak

Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran

lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah

60 x 60cm.

c. Cara Penanaman Temulawak

Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata

tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam

10 cm.

d. Perioda Tanam Temulawak

Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa

panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan

ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang

memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.

5. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman Temulawak

Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang

merupakan bibit cadangan.

b. Penyiangan Temulawak

Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di

atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan

makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan

empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya

penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk

mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan

kored/cangkul dengan hati-hati.

c. Pembubunan Temulawak

Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada tanaman rimpang-

rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik.

Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan

tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah

dilakukan penyiangan.

d. Pemupukan Temulawak

Pemupukan organik temulawak pada pertanian organik yang tidak

menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka

pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos

organic atau pupuk kandang dilakukan lebih sering dibanding kalau kita

menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic

ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai

pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur

tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga

dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lubang tanam di awal pertanaman

sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan

pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk

sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini

biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan

kegiatan pembubunan.

Pemupukan Awal Temulawak

Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100

kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara

barisantanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada

jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk

kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman

langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.

Pemupukan Susulan

Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk

kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha ureadan

85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman

mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-

masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di

dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu

ditutup dengan tanah.

e. Pengairan dan Penyiraman

Temulawak Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari

ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan

selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman

akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga

pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.

f. Waktu Penyemprotan Pestisida pada Temulawak

Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan

hama penyakit.

g. Pemulsaan Temulawak

Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal

tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah

(menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara

berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di

antara lubang tanaman.

6. Panen Temulawak

Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman

yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah

menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning

kecoklatan.Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar

dan rimpangnya.Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu

pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya

bagian atas tanah.

Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun

pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya.

Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan

menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif

karena lebih banyak kadar airnya.Tanaman yang sehat dan terpelihara

menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.

PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN TEMULAWAK

A. Panen

Umur panen Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan

untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu pada umur 10 – 12 bulan

setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen

pada umur 20 – 24 bulan. Cara panenPanen dilakukan dengan cara menggali

dan mengangkat rimpang secara keseluruhan.

Panen Temulawak

1. Ciri dan Umur Panen Temulawak

Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman

yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang

telahmenguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning

kecoklatan.

2. Cara Panen Temulawak

Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan

rimpangnya.

3. Periode Panen Temulawak

Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim

kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas

tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau

tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya.

Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan

menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif

karena lebih banyak kadar airnya.

4. Perkiraan Hasil Panen Temulawak

Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar

sebanyak 10-20 ton/hektar.

B. Pasca Panen

Pembersihan/pencucian Rimpang hasil panen dicuci dari tanah dan kotoran,

kemudian dikering anginkan sampai kulit rimpangnya tidak basah

lagi. Perajangan rimpangSetelah itu, rimpang diiris membujur dengan ketebalan 2

– 3 mm. Pengeringan simplisia rajangan rimpang dijemur dengan menggunakan

energi matahari diberi alas yang bersih, atau bisa dengan pengering oven dengan

suhu 40 – 60o C, hingga mencapai kadar air 9 – 10 %.

Pasca Panen Temulawak

1. Penyortiran Basah dan Pencucian Temulawak

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari

kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang

jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk

pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot

dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat

kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang

terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak

larut dalam air.Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan

telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah

pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa

air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam

wadah plastik/ember.

2. Perajangan Temulawak

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi

bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan

melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,

timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat

dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

3. Pengeringan Temulawak

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari

atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 – 5 hari,

atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari

dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling

menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam

sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara

yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.

Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC – 60oC. Rimpang yang

akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak

saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang

dihasilkan

4. Penyortiran Kering Temulawak

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan

dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil,

tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini

(untuk menghitung rendemennya).

5. Pengemasan Temulawak

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong

plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai

sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan

nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi,

nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

6. Penyimpanan Temulawak

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC

dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar

dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang

bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari

langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

C. Pengolahan Temulawak

Pengolahan temulawak sudah menjadi kebutuhan dalam negeri dan dalam

negeri. Selain itu, temulawak sudah menjadi berbagai olahan untuk dikunsumsi

sebagai obat. Secara empiris, rimpang temulawak terbukti berkhasiat untuk

kesehatan. Kebutuhan temulawak untuk industri obat tradisional (IOT) dan

industri kecil obat tradisional (IKOT) menduduki peringkat pertama di Jawa

Timur dan peringkat kedua di Jawa Tengah setelah jahe (Kemala et al. 2003).

Hasil survey Kemala et al. (2003) temulawak digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional yang berkhasiat untuk menyembuhkan 24 jenis penyakit. Pada tahun

2004, pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM)

mencanangkan Gerakan Nasional Minum Temulawak sebagai minuman kesehatan

(Badan POM, 2004). Berdasarkan hasil survey lainnya menunjukkan bahwa dari

609 produk jamu, 176 di antaranya mengandung temulawak dan

penggunaannyaterdapat di dalam 12 kelompok penyakit yang dapat diobati

(Purwakusumah et al. 2008). Secara empiris rimpang temulawak digunakan

sebagai obat hepatoproteksi, antiinflamasi, antikanker, antidiabetes, antimikroba,

antihiperlipidemia, antikolera, antibakteri, antioksidan (Hwang, 2006, Darusman

et al. 2007, Rukayadi et al. 2006, Masudaet al. 1992).

Berikut cara pengololahan temulawak untuk diekspor :

Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil

sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap

partai 20 ton.

1. Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.

2. Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7.

3. Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9.

4. Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10.

5. Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil

minimum 15.

Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak

sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan

temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5

rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah

berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu

badan hukum.

Berikut ini cara pengemasan temulawak untuk diekspor:

Irisan temulawak kering dikemas dalam kardus karton yang dilapisi

plasticdengan kapasitas 20 kg. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan

bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain :

- Produk asal Indonesia

- Nama/kode perusahaan/eksportir

- Nama barang

- Negara tujuan

- Berat kotor

- Berat bersih

- Nama pembeli

ANALISIS USAHA TANI

Usahatani temulawak yang dilakukan oleh petani saat ini umumnya di

bawah tegakan hutan masyarakat serta tidak menggunakan input produksi yang

optimal. Bibit yang digunakan berasal dari anakan, dengan input pupuk rendah

atau tanpa pemupukan, serta tanpa pemeliharaan yang memadai. Dengan cara

budidaya tersebut produktivitas nasional temulawak yang dapat dicapai 17,3

ton/ha.

Tabel 1. Biaya usahatani budidaya temulawak berdasarkan budidaya organik dan

SOP standar per 1.000 m2 lahan.

Beberapa hasil penelitian kajian analisis usahatani temulawak berdasarkan

pada produktivitas dan biaya yang dikeluarkan pada budidaya temulawak telah

ada, dengan produktivitas yang dicapai berdasarkan SOP mencapai 22,31 ton/ha,

29% lebih tinggi dari produktivitas yang dicapai oleh petani. Biaya yang

dikeluarkan dengan pada budidaya menggunakan pupuk organik lebih rendah,

namun produktivitasnya juga lebih rendah dibandingkan dengan budidaya sesuai

SOP (Pribadi dan Rahardjo,2007). Budidaya organik menghasilkan rimpang segar

17,83 t/ha sedangkan budidaya anorganik (konvensional) menghasilkan 22,31

t/ha. Dengan budidaya berdasarkan SOP tanpa memperhitungkan biaya tenaga

kerja, karena biasanya petani tidak memasukkan biaya tenaga kerja keluarga yang

mereka gunakan dalam usahatani, hargapokok rimpang adalah Rp. 636,-/kg.

Sedangkan dengan perhitungan yang sama, harga pokok rimpang temulawak

dengan budidaya organik adalah Rp. 686,-/kg (Tabel 3.). Pada tahun 2000 sampai

2005, harga jual rimpang temulawak berkisar antara Rp. 809,- sampai Rp. 2.066,-

(diolah dari BPS, 2000 - 2005). Dengan harga pasar tersebut keuntungan yang

diperoleh petani sebagai pengganti biaya tenaga kerja dalam keluarga berkisar

antara Rp. 385.900,- sampai Rp.3.190.300,- per 1.000 m2, bila menerapkan

usahatani berdasarkan SOP. Sedangkan keuntungan yang diperoleh bila

menggunakan budidaya organik berkisar antara Rp.219.300,- sampai Rp.

2.460.500,-.

Budidaya temulawak yang menerapkan SOP dapat meningkatkan

penghasilan bersih petani dibandingkan dengan budidaya tanpa menerapkan SOP

(Tabel 1). SOP budidaya temulawak senantiasa terus diperbarui, mengikuti

perkembangan teknologi yang terbaru, karena dengan penerapan SOP dapat

meningkatkan nilai tambah pendapatan petani. Budidaya temulawak relatif tidak

banyak kendala, karena masih belum adanya serangan hama dan penyakit yang

dapat mempengaruhi penurunan produktivitas tanaman.

KESIMPULAN

Dari Pemaparan di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tanaman obat asli

Indonesia. Temulawak tumbuh baik dan dapat beradaptasi di tempat terbuka

maupun di bawah tegakan pohon hingga tingkat naungan 40%.

2. Manfaat temulawak antara lain dapat mengatasi serta mencegah berbagai

penyakit seperti: penyakit hepatitis, liver, produksi cairan empedu, radang

empedu, radang lambung, melancarkan pencernaan, hingga penyakit

gangguan ginjal.

3. Selain itu Budidaya temulawak sangat mudah untuk dikembangkan sebagai

hasil produksi unggulan petani. Karena, Hasil produksinya menunjukkan hasil

yang baik menurut analisis usahatani sesuai dengan SOP. Budidaya

temulawak yang menerapkan SOP dapat meningkatkan penghasilan bersih

petani dibandingkan dengan budidaya tanpa menerapkan SOP.

LAMPIRAN

Tabel volume dan bentuk penggunaan temulawak pada beberapa industritahun 2000 – 2005.

Total nilai penggunaan temulawak sebagai bahan baku industri, jamu gendongdan ekspor tahun 2000 – 2007.

LAMPIRAN

Tabel volume dan bentuk penggunaan temulawak pada beberapa industritahun 2000 – 2005.

Total nilai penggunaan temulawak sebagai bahan baku industri, jamu gendongdan ekspor tahun 2000 – 2007.

LAMPIRAN

Tabel volume dan bentuk penggunaan temulawak pada beberapa industritahun 2000 – 2005.

Total nilai penggunaan temulawak sebagai bahan baku industri, jamu gendongdan ekspor tahun 2000 – 2007.

Kebun Budidaya Temulawak

Hasil Panen Temulawak Penyortiran Kering Temulawak

Pengolahan Temulawak MenjadiBubuk Siap Kemas

Pengemasan Temulawak

Kebun Budidaya Temulawak

DAFTAR PUSTAKA

BADAN POM RI. 2004. Informasi temulawak Indonesia, Badan Pengawas Obatdan Makanan RI bekerjasama dengan Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia,36 hlm.

BPS, 2000 – 2005. Statistik Industri Besar dan Sedang. Badan Pusat Statistika.Jakarta

BPS. 2006. Statistik Ekspor. Badan Pusat Statistika. Jakarta.

Darusman, L. K., B. P. Priosoeryanto, M. Hasanah, M. Rahardjo dan E. D.Purwakusumah. 2007. Potensi temulawak terstandar untuk menanggulangiflu burung, Laboran Hasil Penelitian, Institut Pertanian Bogor bekerja samadengan Badan Litbang Pertanian, 46 hlm.

Direktorat Aneka Tanaman. 2000. Budidaya Tanaman Temulawak. Jakarta, 44hlm.

Hasanah, M. dan M. Rahardjo. 2008. Javanese turmeric cultivation. Proceeding ofthe first international symposium on temulawak. Biopharmaca ResearchCenter Bogor Agricultural University, hlm. 207-212.

Hwang, J.K., J.S. Shim and Y.R. Pyun. 2000. Antibacterial activity ofxanthorrhizol from Curcuma xanthorrhiza against oral pathogens.Fitoterapia 71:321-323.

Kemala, S; Sudiarto, E.R .Pribadi, J.T. Yuhono, M. Yusron, L. Mauludi, M.Raharjo, B. Waskito, dan H. Nurhayati. 2003. Studi Serapan, Pasokan danPemanfaatan Tanaman Obat di Indonesia. Laporan teknis penelitian BagianProyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat APBN 2003, 61 hlm.

Masuda, T., I. Junko; A. Jitoe, dan N. Nakatani. 1992. Antioxidativecurcuminoide from rhizomes of Curcuma xanthorrhiza. Phytochemistry31(10) : 3645-3647.

Oldeman, L.R. 1975. An Agro-cimatic map of Java., No.17 Published : Contr.Centr. Inst. 22 hlm.

Pribadi, E.R. dan M. Rahardjo. 2007. Kajian ekonomi budidaya organik dankonvensional pada 3 nomor harapan temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxb.). Bul. Littro, 18:73-85.

Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan permintaan tanaman obat Indonesia serta arahpenelitian dan pengembangannya. Perspektif, 8:52-64.

Purwakusumah, E.D., Y. Lestari, M. Rahminiwati, M. Ghulamahdi, B. Barus danM. Machmud, MT. 2008. Menjadikan temulawak sebagai bahan baku utamaindustri berbasis kreatif yang berdaya saing. Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB. E-mail: [email protected], 24 hlm.

Rukmana, Ir.Rahmat (1995). Temulawak Tanaman Rempah Dan Obat.Yogyakarta : Kanisius.

Afifah, dr. Efi (1995). Khasiat & Manfaat Temulawak. Yogyakarta :AGROMEDIA PUSTAKA.

Prasetyo, Y.T (2003).INSTANT :Jahe, Kunyit, Kencur, Temulawak. Yogyakarta :Kanisius.

Greer, Noelia Penelope (2012). TemuLawak. Jakarta : Patho Publishing

http://usahasatriamandala.blogspot.com/2013/03/budidayatemulawak.html#ixzz2nUMqxX9v. (Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. 14.23 WITA).

http://pustaka-pertanian.blogspot.com/2013/08/cara-pengolahan-simplisia-temulawak.html. (Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. 13.40 WITA).