temuan klinis sirosis meliputi
TRANSCRIPT
Temuan klinis sirosis meliputi, spider angioma-spiderangiomata (atau
spider telangiektasis), suatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa vena-vena
kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas. Mekanisme
terjadinya belum diketahui secara pasti, diduga berkaitan dengan peningkatan
rasio estradiol/testosteron bebas. Tanda ini juga bisa ditemukan pula pada
orang sehat, walau umumnya ukuran lesi kecil. 2
Eritema Palmaris, warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan. Hal ini juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme hormon
estrogen. Tanda ini juga tidak spesifik pada sirosis. Ditemukan pula pada
kehamilan, arthritis rheumatoid, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi. 2
Perubahan kuku-kuku Muchrche berupa pita putih horizontal dipisahkan
dengan warna normal kuku. Mekanismenya juga belum diketahui, diperkirakan
akibat hipoalbuminemia. Tanda ini juga bisa ditemukan pada kondisi
hipoalbuminemia yang lain seperti sindrom nefrotik. Jari gada lebih sering
ditemukan pada sirosis billier. Osteoarthropati hipertrofi suatu periostitis
proliferative kronik, menimbulkan nyeri. 2
Kontraktur Dupuytren akibat fibrosis fasia Palmaris menimbulkan
kontraktur fleksi jari-jari berkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak secara
spesifik berkaitan dengan sirosis. Tanda ini juga ditemukan pada pasien
diabetes mellitus, distrofi reflex simpatetik, dan perokok yang juga
mengkonsumsi alkohol. 2
Ginekomastia secara histologist berupa proliferasi benigna jaringan
glandula mammae laki-laki, kemungkinan akibat peningkatan androstenedion.
Selain itu, ditemukan juga hilangnya rambut dada dan aksilla pada laki-laki,
sehingga laki-laki mengalami perubahan ke arah feminism. Kebalikannya pada
perempuan menstruasi cepat berhenti sehingga diduga fase menopause. Atrofi
testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan infertile. Tanda ini menonjol
pada alkoholik sirosis dan hemokromatosis. 2
15
Hepatomegali, ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal, atau
mengecil. Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba keras dan nodular.
Splenomegali sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya
nonalkoholik. Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena
hipertensi porta. 2
Asites, penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi
porta dan hipoalbuminemia. Caput medusa juga sebagai akibat hipertensi
porta. Foetor Hepatikum, Bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfide akibat pintasan porto sistemik yang
berat. Dapat juga ditemukan ikterus pada kulit dan membran mukosa akibat
bilirubinemia. Bila konsentrasi bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tak terlihat.
Warna urin terlihat gelap, seperti air teh. Asterixis bilateral tetapi tidak sinkron
berupa pergerakan mengepak-ngepak dari tangan, dorsofleksi tangan. 2
Tanda-tanda lain lain yang menyertai diantaranya: 2
Demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar
Batu pada vesika felea akibat hemolisis
Pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis alkoholik, hal ini akibat
sekunder infiltrasi lemak, fibrosis, dan edema.
Diabetes melitus dialami 15 sampai 30% pasien sirosis. Hal ini akibat resistensi insulin dan tidak adekuatnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas. 2
Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan abnormal enzim transaminase AST dan ALT, pada
pemeriksaan rutin dapat menjadi salah satu tanda adanya peradangan atau
kerusakan hati akibat berbagai penyebab, termasuk sirosis. Sirosis yang
berlanjut dapat disertai penurunan kadar albumin dan faktor-faktor pembeku
darah.1
16
Gambar 2. Algoritma untuk evaluasi tes fungsi hati abnormal2
Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium pada
waktu seseorang memeriksakan kesehatan rutin, atau waktu skrining untuk
evaluasi keluhan spesifik. Tes fungsi hati meliputi amino transferase, alkali
fosfatase, gamma glutamil peptidase, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. 2
Aspartat aminotransferase (AST) atau serum glumatil oksaloasetat
transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT) atau serum glutamil
piruvat transaminase (SGPT) meningkat tapi tidak terlalu tinggi. AST lebih
meningkat daripada ALT, namun bila transaminase normal tidak
mengeyampingkan adanya sirosis. 2
Alkali fosfatase, meningkat kurang dari dua sampai tiga kali batas normal
atas. Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis
17
primer dan sirosis billier primer. Gama-glutamil transpeptidase (GGT),
konsentrasinya seperti halnya alkali fosfatase pada penyakit hati. Konsentrasinya
tinggi pada penyakit hati alkohol kronik, karena alkohol selain menginduksi GGT
mikrosomal hepatic, juga bisa menyebabkan bocornya GGT dari hepatosit. 2
Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi
bisa meningkat pada sirosis yang lanjut. Albumin, sintesisnya terjadi di jaringan
hati, konsentrasinya menurun sesuai dengan perburukan sirosis. Globulin,
konsentrasinya meningkat pada sirosis. Akibat sekunder dari pintasan, antigen
bakteri dari sistem porta ke jaringan limfoid, selanjutnya menginduksi produksi
immunoglobulin. 2
Prothrombin time mencerminkan derajat/ tingkatan disfungsi sintesis hati,
sehingga pada sirosis memanjang. Natrium serum menurun terutama pada sirosis
dengan asites, dikaitkan dengan ketidakmampuan eksresi air bebas. 2
Kelainan hematologi anemia, penyebabnya bisa bermacam-macam,
anemia normokrom, normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom makrositer.
Anemia dengan trombositopenia, leukopenia, dan neutropenia akibat
splenomegali kongestif berkaitan dengan hipertensi porta sehingga terjadi
hipersplenisme. 2
Patogenesis 1
Terjadinya fibrosis hati menunjukkan ketidakseimbangan antara produksi
matriks ekstraseluler dan proses degradasinya. Matriks ekstraseluler yang
nerupakan tempat perancah (scaffolding) normal untuk hepatosit terdiri dari
jaringan kolagen, glikoprotein, dan proteoglikan. Sel-sel stelata, berada dalam
ruangan perisinusoidal, merupakan sel penting untuk memproduksi matriks
ekstraseluler. Sel-sel stelata, dulu bernama sel Ito, juga liposit atau sel-sel
perisinusoidal dapat mulai diaktivasi menjadi sel-sel pembentuk kolagen oleh
berbagai faktor parakrin. Beberapa faktor dapat dilepas atau diproduksi oleh sel-
sel hepatosit, sel Kupfer dan endotel sinusoid pada saat terjadi kerusakan hati.
18
Peningkatan deposisi kolagen dalam ruang Disse (ruang antara hepatosit
dan sinusoid) dan pengurangan ukuran fenestra endotel akan menimbulkan
kapilarisasi sinusoid. Sel-sel stelata yang aktif juga mempunyai sifat konstriksi.
Kapilarisasi dan konstriksi sinusoid, oleh sel-sel stelata, dapat memacu hipertensi
portal. Pemakaian obat di masa depan untuk mencegah timbulnya fibrosis ini,
dapat difokuskan terutama menekan terjadinya peradangan hati, menghambat
aktivasi fibrogenesis sel-sel stelata, menghambat aktivitas fibrogenesis sel stelata
dan merangsang degenerasi matriks.
Penatalaksanaan
Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Pengobatan sirosis
antara lain ditujukan untuk :
a. Mencegah kerusakan hati lebih lanjut
Dilakukan dengan menghilangkan etiologi, diantaranya alkohol dan bahan
toksik lainnya yang dapat mencederai hati dihentikan penggunaannya.
Pemberian asetaminofen, kolkisin, bisa menghambat kolagenik.2 Pasien juga
dianjurkan mengkonsumsi diit seimbang dan multivitamin setiap hari.1
Pada hepatitis autoimun bisa diberikan steroid atau imnuosupresif. Pada
hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi
normal dan diulang sesuai kebutuhan. Pada penyakit hati nonalkoholik;
menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis.1
b. Mengobati komplikasi sirosis
Asites; tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak
5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam kombinasi dengan obat-obatan
diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg
sekali sehari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan
o,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema
kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi
dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa
ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/hari.
19
Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga
4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
Ensefalopati hepatik; laktulosa membantu pasien mengeluarkan amonia.
Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia,
diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kg berat badan per hari, terutama diberikan
yang kaya asam amino rantai cabang.
Varises Esofagus; sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat
penyekat beta (propanolol). Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparat
somatostatin atau oktreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi
endoskopi.2 Dilakukan Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt (TIPS)
untuk menurunkan tekanan dalam vena porta. Biasanya dikerjakan oleh dokter
spesialis radiologi.1
c. Mencegah kanker hati atau deteksi sedini mungkin dan transplantasi hati
Beberapa jenis penyakit hati yang menyebabkan sirosis mempunyai
hubungan yang tinggi dengan kanker hati, misalnya hepatitis B dan C. Karena
itu skrining kanker hati sangat bermanfaat, karena pembedahan dini, juga
transplantasi hati, dapat menyembuhkan pasien secara total. Kesulitannya
adalah metoda skrining yang ada sampai saat ini masih tidak efektif.
Sirosis merupakan proses ireversibel. Banyak fungsi hati pasien sirosis
akan menurun secara perlahan-lahan apapun pengobatannya. Demikian pula
komplikasi akan terus bertambah, sehingga pengobatan menjadi sulit. Karena
itu, bila sirosis telah semakin berlanjut, transplantasi hati tampaknya akan
menjadi satu-satunya pilihan pengobatan. Dengan kemajuan pembedahan
transplantasi dan pengobatan untuk mencegah infeksi dan penolakan terhadap
hati donor, ketahanan hidup setelah tansplantasi semakin membaik. Rata-rata
80% pasien ditransplantasi hati dapat hidup selama lima tahun.
20
Komplikasi1
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas
hidup pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan
komplikasinya.
Komplikasi yang sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial spontan,
yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder
intra abdominal. Biasanya pasien in tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan
nyeri abdomen.
Pada sindrom heptorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa
oligouri, peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada
penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan filtrasi glomerulus.
Salah satu manifestasi hipertensi porta adalah varises esofagus. Dua puluh
sampai 40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan
perdarahan. Angka kematiannya sangat tinggi, sebanyak duapertiganya akan
meninggal dalam waktu satu tahun walaupun tindakan untuk menanggulangi
varises dengan beberapa cara.
Ensefalopati hepatik, merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi
hati. Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia), selanjutnya
dapat timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma. Data dari hasil
pemeriksaan binatang percobaab (Erck Fistula), pemeriksaan jaringan otak
(MRS & PET), ditambah hasil penelitian klinis menunjukkan bahwa mekanisme
pasti belum jelas namun kemungkinan multifaktorial yang terpenting dijumpai
adalah disfungsi hepatoseluler berat dengan atau hanya pintasan intra
hepatik/porto sistemik/ shunting yang mengitari hepatosit sehingga timbul
peningkatan pemecahan protein otot polos (amoniagenesis) yang dapat
meningkatkan kadar amonia darah. Peningkatan amonia toksisitas dimana toksin
bekerja sinergis hasil metabolisme bakteri usus pada urea dan protein disertai
ketidakmampuan pembersihan oleh hepar yang rusak menyebabkan konsentrasi
amonia 5-10 kali meningkat dalam sistem portal hepatik. Akibatnya jumlah
amoniak yang diangkut tanpa melewati hati oleh vena-vena kolateral sangat
21
meningka kemudian melalui sirkulasi darah sampai ke otak karena dapat melewati
sawar darah otak sehingga menumpuk disana yang dapat menyebabkan gangguan
kesadaran dan flapping tremor7
.Grade ensefalopati hepatik
Prognosis
Prognosis pasien sirosis tergantung ada tidaknya komplikasi sirosis. Pasien
sirosis kompensata mempunyai harapan hidup lebih lama, bila tidak berkembang
menjadi sirosis dekompensata. Diperkirakan harapan hidup sepuluh tahun pasien
sirosis kompensata sekitar 47%. Sebaliknya pasien sirosis dekompensata,
mempunyai harapan hidup hanya sekitar 16% dalam waktu lima tahun.1
Klasifikasi Child-Pugh untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan
menjalani operasi, variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada
tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari
Child A, B, dan C. Klasifikasi Child-Pugh berkaitan dengan kelangsungan hidup
selama satu tahun untuk pasien dengan Child A, B dan C berturut-turut 100, 80
dan 45%. Penilaian prognosis yang terbaru adalah Model For End Stage Liver
Disease (MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan
transplantasi hati.2
Faktor Unit 1 2 3
22
Serum bilirubin µmol/L < 34 34−51 > 51
mg/dL < 2,0 2,0−3,0 > 3,0
Serum albumin g/L > 35 30−35 < 30
g/dL > 3,5 3,0−3,5 < 3,0
Prothrombin time Detik pemanjangan 0−4 4−6 >6
INR < 1,7 1,7-2,3 > 2,3
Ascites Tidak ada Dapat dikontrol
Tidak dapat dikontrol
Hepatic encephalopathy
Tidak ada Minimal Berat
Klasifikasi Child-Pugh pada Sirosis2
Kategori A : Skor 5-6 Kategori B : Skor 7-9 Kategori C : Skor 10-15
Mengingat bahwa pengobatan sirosis hepatis hanya merupakan
simptomatis dan mengobati penyulit, secara umum dapat dikatakan bahwa
prognosisnya buruk.
23