telisik peran prof. notonagoro dalam pengembangan pancasila

111

Click here to load reader

Upload: vanhuong

Post on 28-Dec-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TELISIK Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

30

TELISIK

Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

Isti Maryatun

Dalam kehidupan sehari-hari setiap

warga negara terikat oleh suatu peraturan

yang harus ditaati. Dalam hal ini tidak hanya

peraturan yang berkaitan dengan hukum

saja yang harus ditaati, tetapi juga

menyangkut sopan santun yang menjadi

pedoman dalam kehidupan pribadi maupun

bermasyarakat. Oleh karena pedoman itu

menyangkut seluruh perilaku hidup bangsa

kita, maka seluruh bagian wajib untuk ikut

membentuk etika hidup tersebut dan

berperan serta kearah tersusunnya rumusan etika hidup bersama.

Berdasarkan buku Serial Pemikiran Tokoh-Tokoh UGM: Prof.

Notonagoro dan Pancasila “Analisis Tekstual dan Kontekstual” disebutkan

bahwa etika hidup bersama ini tertuang dalam Pancasila, yang telah

menetapkan dasar-dasar azasi bagi warga dan bangsa Indonesia dan juga

menetapkan sikap batin bagi negara dan bangsa. Pancasila merupakan

pandangan hidup dan ideologi Bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup

Pancasila berperan sebagai tuntunan dan pedoman dalam kehidupan

sehari-hari manusia sehingga semua kegiatan akan terkendali, sedangkan

sebagai ideologi, Pancasila berperan untuk mewujudkan tujuan nasional

yang berupa kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Page 2: TELISIK Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

31

Riwayat Hidup Prof. Notonagoro

Dengan pengantar tersebut di atas maka dipandang perlu

pengkajian lebih lanjut mengenai Pancasila. Universitas Gadjah Mada sejak

awal berdirinya telah memikirkan agar Pancasila meresap di hati sanubari

mahasiswanya. Melalui Seminar Pancasila tanggal 17 Februari 1959, Prof.

Notonagoro menyumbangkan pemikiran secara ilmiah mengenai tempat

dan kedudukan Pancasila di dalam ketatanegaraan Indonesia.

Tokoh yang sangat kental dengan Pancasila ini lahir di Sragen Jawa

Tengah pada tanggal 10 Desember 1905, mempunyai seorang istri yang

bernama GR. Ayu Koestimah Notonagoro yang dikaruniai dua orang anak,

BRAY, Mahyastoeti Sumantri, S.H. dan BRAY Koesmoehamdarimah

Heryanto. Prof. Notonagoro meraih Gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu

Filsafat di UGM pada tahun 1973. Pada tahun 1949 menjabat sebagai

penasehat Menteri PP dan K di Yogyakarta yang kemudian ditugaskan

untuk ikut mendirikan Universitas Gadjah Mada oleh pemerintah. Pada

tahun yang sama beliau juga sebagai guru besar pada Fakultas Hukum,

Ekonomi, Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada. Tanggal 1 Januari

1973 telah habis masa jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun

beliau masih terus mengabdikan dirinya sebagai guru besar luar biasa di

UGM.

Page 3: TELISIK Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

32

Karya-karya Prof. Notonagoro dalam bidang kefilsafatan diantaranya ialah:

(1) Beberapa Hal mengenai Falsafah Pantjasila (1967); (2) Skema

Pendidikan Mental, Kesiapan Pribadi Pantjasila (1969); Pantjasila secara

Ilmiah Populer (1970) (sumber: Pidato Penganugerahan Doktor Honoris

Causa dalam Ilmu Filsafat kepada Prof. Drs. Notonagoro, S.H. tanggal 19

Desember 1973). Adapun karya-karya Prof. Notonagoro yang dimanfaatkan

oleh lembaga pemerintah sebagai kerangka acuan tentang Pancasila,

antara lain: (1) Pantjasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, yang

disampaikan Prof. Notonagoro dalam kedudukannya sebagai promotor

pada promosi doktor honoris causa Ir. Soekarno dalam bidang hukum, di

UGM, 19 September 1951; (2) Pemboekaan Oendang-Oendang Dasar 1945

(Pokok Kaidah Fundamentil Negara Indonesia), yang pernah disampaikan

Prof. Notonagoro pada Dies Natalis Univeritas Airlangga pertama, 10

November 1955; (3) Berita Pikiran Ilmiah tentang Kemungkinan Jalan

Keluar dari Kesulitan mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara Republik

Indonesia, yang disampaikan Prof. Notonagoro sebagai prasaran dalam

Seminar Pancasila I di UGM, 17 Februari 1959; (4) Prasaran tentang Filsafat

Pancasila dan Pengamalannya, yang pernah disampaikan Prof. Notonagoro

pada Lokakarya Pengamalan Pancasila, kerja sama Departemen Dalam

Negeri dan UGM, di Yogyakarta, 30 Maret 1976.

Dalam pengabdian dirinya kepada bangsa, Prof. Notonagoro juga

banyak memperoleh penghargaan. Pada tahun 1970 Beliau mendapatkan

Anugerah Pendidikan, Pengabdian dan Ilmu Pengetahuan sebagai

penghargaan atas jasa-jasanya terhadap negara sebagai pengabdi dan

pendorong dalam bidang sosial dan humanitas pemerintah. Tahun 1972

mendapatkan Anugerah Bintang Kartika Eka Paksi sebagai penghargaan

Page 4: TELISIK Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

33

atas jasa-jasanya terhadap Angkatan Darat RI. Tahun 1973 mendapat

Anugerah Derajat Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Filsafat di Universitas

Gadjah Mada.

Pemikiran Ilmiah Prof. Notonagoro mengenai Pancasila

Salah satu pemikiran Prof. Notonagoro tentang filsafat Pancasila

adalah pengertian tentang isi pokok filsafat Pancasila itu sendiri, berikut

penjabarannya yang dimulai dari sila 1 – 5:

1. Sila I, Ketuhanan Yang Maha Esa

Kesesuain sifat dan keadaan dengan hakekat Tuhan yang hanya satu

dan merupakan asal mula segala sesuatu dan bersifat abadi, maha

sempurna, dan maha kuasa.

2. Sila II, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat manusia sebagai makhluk

yang tersusun atas raga dan jiwa dengan daya cipta, rasa, dan karsa,

serta hakekat manusia sebagai makhluk sosial.

3. Sila III, Persatuan Indonesia

Kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat yang satu, yaitu diri

pribadi dengan ciri khas tersendiri.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan

Kesesuaian sifat keadaan dengan hakekat rakyat sebagai warga negara,

bukan satu golongan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Page 5: TELISIK Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

34

Kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat adil bagi masyarakat dan

negara terhadap warganya; keadilan warga terhadap masyarakat dan

negara; dan keadilan sesama warga dalam masyarakat dan negara

Prof. Notonagoro mengkaji Pancasila secara ilmiah, disebut Prof.

Koento Wibisono dipengaruhi oleh metode aliran filsafat barat, karena

Indonesia belum memiliki filsafat sebagai disiplin ilmu. Hal ini dilakukan

oleh Prof. Notonagoro sebagai penunjang adanya Pancasila yang berfungsi

untuk menuju satu hal yang ideal. Oleh karena itu, Prof. Notonagoro

mempunyai kepedulian untuk mengembangkan Pancasila dari sudut

“filsafati”.

Menurut Prof. Notonagoro, pengertian Pancasila secara ilmiah

ialah dasar negara yang mutlak dan obyektif melekat pada kelangsungan

negara, tidak bisa diubah dengan jalan hukum, merupakan pengertian

umum abstrak dan umum universal. Prof. Notonagoro mengungkapkan hal

ini karena keinginannya untuk mencari jalan keluar dari kesulitan mengenai

dasar negara RI dalam pembicaraan di dalam konstituante.

Dalam sebuah diskusi kelompok pada Seminar Pancasila I, Prof.

Notonagoro mengatakan bahwa konstituante bisa berjalan dengan baik

bila menerima Pembukaan UUD 1945 sebagai Pembukaan UUD yang baru.

Hal ini dikarenakan dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat pengertian

ilmiah bahwa undang-undang tersebut merupakan pokok kaidah negara

yang fundamental yang secara hukum tidak dapat diubah. Hal itu

dikarenakan Pancasila tercantum dalam kaidah negara yang fundamental,

maka Pancasila sebagai dasar negara juga tidak dapat diubah dengan jalan

hukum. Dari penuturan itulah, menurut Prof. Koento Wibisono, Prof.

Notonagoro telah melahirkan gagasan bahwa Pancasila tidak dapat diubah

Page 6: TELISIK Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

35

oleh siapapun pun juga, termasuk MPR hasil pemilihan umum. Gagasan ini

kemudian dipakai oleh Pemerintah RI dibuktikan dengan diterima oleh

MPRS sebagai salah satu ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tanggal 5 Juli

1966 yang menegaskan bahwa pembukaan UUD 1945 tidak bisa diubah

oleh siapapun.

REFERENSI

Berita Kagama No. 112/THN.XVII/AGUSTUS 1994. Laporan Penelitian “Konsep Notongoro tentang Etika Pancasila” oleh Sri Soeprapto, 1990. Laporan Tahunan Rektor UGM 19 September 1960. Pidato Penganugerahan Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Filsafat kepada

Prof. Drs. Notonagoro, S.H. tanggal 19 Desember 1973. Serial Pemikiran Tokoh-Tokoh UGM: Prof. Notonagoro dan Pancasila

“Analisis Tekstual dan Kontekstual”