telaah terhadap kitab -...

98
TELAAH TERHADAP KITAB AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Fatimatul Azizah NIM 11150340000185 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURˋAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 11-Mar-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

TELAAH TERHADAP KITAB

AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh: Fatimatul Azizah

NIM 11150340000185

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURˋAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata
Page 3: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata
Page 4: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fatimatul Azizah

NIM : 11150340000185

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul TELAAH

TERHADAP KITAB AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN adalah

benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat

dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya

ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia

melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

Jakarta, 23 Juli 2019

Fatimatul Azizah

NIM 11150340000185

Page 5: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nomor: 507 Tahun 2017.

Huruf

Arab

Huruf

Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ع

gh ge dan ha غ

f Ef ف

q Ki ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

n En ن

w We و

h Ha ه

Apostrof ˋ ء

y Ye ي

2. Vokal

Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut.

Page 6: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

ii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin Keterangan

a Fathah

i Kasrah

u Ḏammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin Keterangan

ai a dan i ا ي

au a dan u ا و

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin Keterangan

ا â a dengan topi di atas

î i dengan topi di atas ا ي

û u dengan topi di atas ا و

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf

kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Page 7: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

iii

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda tasydīd ) ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak

ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut

diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/

(lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريقة 1

al-jâmi‘ah al-islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Page 8: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

iv

ABSTRAK

Fatimatul Azizah, “Telaah Terhadap Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-

Qur’ân”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019

Penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan terkait metode dan

corak kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân yang ditulis oleh M. Afifudin

Dimyathi. Teknik penggalian data pada penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan menggunakan teknik library research (kepustakaan), yaitu

dengan mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada

kaitannya dengan pembahasan. Adapun metode penulisan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode analisis-deskriptif, yaitu sebuah metode pembahasan

untuk menerapkan data-data yang lebih tersusun dengan melakukan kajian

terhadap data-data tersebut. Sumber primer dalam penulisan skripsi ini adalah

kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab dan disusun urut sesuai dengan

susunan tertib ayat atau surah dalam mushaf Usmani. Penjelasan ayat-ayat al-

Qur’an dilakukan secara mujmal (global) dan ditulis sesuai susunan mushaf, ayat

per ayat, surat per surat, dan diteliti aspek-aspeknya (uraian makna kosa kata,

makna kalimat, dan maksud ungkapan). Sedangkan corak yang digunakan dalam

kitab ini yaitu corak balâghah (Bahasa dan Sastra), pernyataan ini sesuai dengan

analisis penulis terhadap beberapa indikator yang ada dan juga sesuai dengan

paparan pengarang dalam muqaddimah kitabnya.

Kata kunci : al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, Gus Awis

Page 9: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT., atas segala nikmat iman,

jasmani dan rohani. Dialah Tuhan tempat mengadu ketika penulis sudah merasa

lelah dan putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada henti kepada-Nya

penulis meminta agar selalu diberi kesehatan, kemudahan, kesabaran dan

kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Berkat kasih sayang, petujuk dan

rahmat-Nya penulis dapat mengolah data dan menjadi kata, yang menjadi kalimat

dan menjadi paragraf-paragraf yang berisi ide, kemudian dari kumpulan paragraf

menjadi bab-bab dan akhirnya jadilah skripsi ini.

Shalawat dan salam seiring kecintaan, akan senantiasa tercurah limpahkan

pada baginda Rasulullah, yakni Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan

para sahabatnya. Sesungguhnya Ia dan merekalah yang sangat berjasa dalam

menyampaikan pesan-pesan Allah SWT., sampai akhirnya pesan itu sampai

kepada kita semua saat ini.

Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari bahwa skripsi yang

berjudul Telaah Terhadap Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ini tidak

akan selesai dengan daya dan upaya penulis sendiri, melainkan ada banyak sosok

kerabat, dan orang-orang spesial dari berbagai pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis, sehingga akhirnya tulisan

ini selesai. Maka, pada kesempatan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

vi

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an

dan Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH, selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, serta segenap Civitas Akademik

Fakultas Ushuluddin.

4. Dosen Penasihat Akademik, Bapak Muslih, M.Ag., yang banyak memberi

masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Bapak Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., selaku pembimbing skripsi yang

dengan ikhlas dan sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Program Studi Ilmu al-Quran

dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas telah mengajarkan dan memberikan

berbagai wawasan, ilmu serta pengalaman kepada penulis selama studi di

kampus tercinta ini.

7. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan Perpustakaan Pusat Studi al-Qur’an

(PSQ) Ciputat.

8. Kepada Kedua Orang Tua terkasih dan tersayang. Terimakasih Ayahanda H.

Suroto dan Ibunda Hj. Sutiyem yang tidak pernah lelah memberikan cinta dan

kasih sayangnya kepada penulis juga tiada henti-hentinya selalu memberikan

do’a, dukungan dan semangat penuh untuk keberhasilan penulis. Kepada adik

Page 11: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

vii

saya ‘Ishma Zaakiyatunnufuus dan keluarga besar penulis, semoga

keberkahan senantiasa menyertai kalian. Aamiin.

9. Kepada segenap murabbi rûhi; Keluarga besar PP. Raudhatul Mujawwidin,

teruntuk Abi Burhan, Umi Dewi, Cak Bad, Bu Al, dan segenap dewan guru

formal maupun nonformal. Keluarga besar PP. Nurul Iman, Ibu Dewi, Pak

Syamsul dan Keluarga besar Mbah Rusydi. Keluarga besar PP. Ayatirrohman

Ngasah Roso, Ibu Lilik, Bapak Mus, Mbak Liqo, Dek Ubayd, dan Mas Irfan.

Keluarga besar Kyai Kamuli. Keluarga besar PP. Darul Ulum (Jombang), Gus

Awis dan Ummah Nafis, terimakasih atas do’a dan dukungannya. Dan kepada

seluruh guru saya baik formal maupun nonformal yang telah membimbing

dan memberikan banyak ilmu. Semoga Allah senantiasa memberikan

kesehatan, keberkahan usia dan ilmu yang bermanfaat.

10. Teman-teman IAT angkatan 2015 khususnya kelas E, sahabat-sahabat KKN

031 SEMPOA, sahabat-sahabat Powerpuff, Abang dan Ayuk IKAMAJA

(Ikatan Mahasiswa Jambi), Alumni ROMU angkatan VIII, keluarga TK

Raudhatul Athfal, keluarga PMP (Pengkaderan Mufassir Pemula) 2017,

kelurga besar Padepokan Ayatirrohman khususnya kepada Om Najih, Anita,

Mbak Ida, Diana, yang dengan sukarela memberikan sumbangsih pikirannya,

dan terlebih kepada Ayah Tarom dan Bu Mimin. Kepada Bang Ade, Nurul,

Ning Ody dan Suhu, Piya, Adek Barok, Kang Kholis, Mbak Anggi, dan

Mbak Ferra semoga segala urusan kalian dimudahkan dan dilancarkan Allah.

Aamiin.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, semoga Allah

membalas kebaikan kalian semua, amiin. Penulis hanya dapat memohon

Page 12: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

viii

kepada Allah SWT, semoga berkenan menerima segala kebaikan dan

ketulusan kalian semua serta memberikan sebaik-baiknya balasan atas amal

baik kalian. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah

khazanah keilmuan bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, 23 Juli 2019

Fatimatul Azizah

NIM 11150340000185

Page 13: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 7

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 7

D. TujuanPenelitian............................................................................................. 8

E. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 9

G. Metodologi Penelitian .................................................................................... 11

H. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 13

BAB II PROFIL PENULIS DAN GAMBARAN UMUM KITAB AL-SYÂMIL

FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN .................................................................................. 14

A. Biografi M. Afifudin Dimyathi ...................................................................... 14

B. Pendidikan dan Karir...................................................................................... 16

C. Karya-karya .................................................................................................... 17

D. Latar Belakang Penulisan ............................................................................... 18

Page 14: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

x

E. Deskripsi al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân................... ............................... 19

F. Karakteristik al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân .............................................. 23

BAB III KAJIAN TAFSIR SECARA TEORITIS ............................................... 25

A. Pengertian dan Sumber Penafsiran................................................................. 26

B. Metode Penafsiran .......................................................................................... 31

C. Corak Penafsiran ............................................................................................ 38

D. Pengertian Ilmu Balâghah.............................................................................. 47

E. Sejarah dan Macam-macam Ilmu Balâghah .................................................. 48

BAB IV METODE DAN CORAK KITAB AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-

QUR’ÂN .................................................................................................................... 54

A. Ijmâli Sebagai Metode Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân .................... 54

B. Balâghah Sebagai Corak Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ................ 64

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 79

A. Kesimpulan .................................................................................................... 79

B. Saran-saran ..................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 81

Page 15: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang dijadikan pedoman oleh umat manusia

dalam kehidupannya. Al-Qur‟an diturunkan dalam bentuk global dan umum yang

perlu penjelasan dan penjabaran. Oleh sebab itu, tafsir menduduki tempat yang

tinggi di dalam upayanya memahami al-Qur‟an sebagai pedoman hidup.

Berhubungan dengan pentingnya kedudukan tafsir dalam memahami al-

Qur‟an, al-Syirbasi telah mencatat: “Karya yang temulia ialah buah kesanggupan

menafsirkan dan mentakwilkan al-Qur‟an”.1 Mengingat kedudukan tafsir yang

tinggi, maka wajar jika para Ulama‟ dari generasi Tâbi‟în dan sesudahnya telah

memberikan perhatian besar terhadap tafsir al-Qur‟an. Tidak segan-segan mereka

bahkan rela harus menunggu bertahun-tahun lamanya ataupun harus menempuh

perjalanan ribuan kilo meter menuju ke daerah orang yang mengetahui tafsir ayat

al-Qur‟an.

Kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat yang memperlihatkan

perhatian ulama selama ini untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan al-Qur‟an dan

menterjemahkan misi-misinya.2 Konsekuensi logis dari keberadaan tafsir al-Qur‟an

sebagai fenomena perkembangan pengetahuan adalah munculnya keberagaman

bentuk maupun corak dalam tafsir al-Qur‟an.

Banyak faktor yang menyebabkan bentuk dan corak karya tafsir al-Qur‟an,

antara lain latar belakang pendidikan mufassir, keilmuan, motif penafsiran, tujuan

penafsiran dan kondisi sosio-politik. Namun demikian, seseorang yang ingin

1 Ahmad al-Syirbasi, Sejarah Tafsir Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), h. 15

2 Rosihan Anwar, Samudra al-Qur‟an (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 148.

Page 16: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

2

memperoleh keahlian dalam menafsirkan al-Qur‟an juga harus menguasai

beberapa ilmu, antara lain; „ilmu kalâm, „ilmu qirâ‟at, gramatikal bahasa

arab,„ilmu ma‟âni, bayân, dan badî‟, mengetahui ijmâl, tabyîn, umum, khusus,

itlâq, taqyîd, dan yang sepertinya.3

Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, dalam arti satu faktor paling

dominan, tetapi bergerak secara interaktif dan dinamik dalam proses penafsiran.

Salah satu faktor yang pengaruhnya sangat besar terhadap proses penafsiran al-

Qur‟an dan hasil akhirnya adalah latar belakang sosio-budaya mufassir.4

Pemahaman dan pengkajian terhadap ayat-ayat al-Qur‟an mempunyai

peranan yang sangat besar bagi perkembangan umat. Selain itu juga sebagai

cerminan perkembangan metode, corak, maupun karakteristik tafsir. Usaha untuk

memahami al-Qur‟an sudah ada sejak masa Nabi dan sampai sekarang pun belum

berhenti dan tidak akan pernah berhenti sampai akhir zaman. Al-Qur‟an sebagai

teks yang hadir dalam realitas budaya manusia yang kongkret dan beragam,

selanjutnya akan dipahami dan ditafsirkan berdasarkan keragaman budaya

manusia itu sendiri. Inilah salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa

interpretasi atau penafsiran terhadap al-Qur‟an yang sama tetapi hasilnya dapat

berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainya. Dari

berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam kehidupan manusia, bahasa

menempati kedudukan yang sangat penting, karena bahasa merupakan medium

utama dalam pembentukan dan penyampaian makna-makna kulturan. Selain itu,

3 Hasbi Al-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an & Tafsir (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,

2002), h. 165. 4 Nashr Hamid Abu Zayd, Tekstualitas al-Qur‟an Kritik terhadap Ulumul Qur‟an,

Terjemahan oleh Khoiron Nahdliyyin (Yogyakarta: Al-Arobi, 2002), h. 2.

Page 17: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

3

tradisi-tradisi yang ada di masyarakat khususnya Arab diorganisasikan sesuai

dengan ide dasar pembentukannya.5

Dalam lintasan sejarah, tafsir merupakan sebuah upaya memahami dan

menjelaskan kandungan pesan al-Qur`an. Upaya ini telah eksis pada awal Islam

yang dimotori oleh Nabi Muhammad saw., sebagai penafsir pertama. Hal ini dapat

dipahami bahwa sebagai penerima wahyu, Nabi Muhammad saw., juga berhak

untuk menafsirkan al-Qur`an dan memiliki tanggung jawab dalam menjelaskan

makna kandungan al-Qur`an kepada para sahabatnya. Namun demikian

Rasulullah tidak menjelaskan secara menyeluruh, hanya pada situasi tertentu dan

hal-hal yang menyangkut syari‟at. Dapat dipahami bahwa dalam menyampaikan

wahyu yang diterimanya, Rasulullah mengajarkan lafadz sekaligus makna al-

Qur‟an. Allah berfirman :6

7

“Agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan

kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”

Kemahiran para sahabat dalam berbahasa Arab tidak diragukan lagi, dengan

demikian pesan ayat-ayat al-Qur‟an yang lugas langsung dapat dimengerti oleh

mereka. Tetapi, ada juga beberapa ayat yang perlu dijelaskan terlebih dahulu oleh

Rasulullah yakni ayat-ayat yang masih bersifat umum. Seperti halnya ayat tentang

kewajiban sholat di al-Qur‟an yang tidak disertai dengan penjelasan tentang

5 Ali Sodiqin, Antropologi Al-Qur‟an (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2008), h. 195

6 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin dkk, Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir Ibnu

Taimiyah ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2014), h. 58 7 Al-Nahl ayat 44

Page 18: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

4

rincian praktiknya, untuk ayat-ayat seperti ini Rasulullah menjelaskannya secara

detail melalui al-Sunnah.8

Dalam sejarah penafsiran al-Qur‟an, kajian tafsir terus berkembang seiring

dengan perkembangan zaman, sehingga lahirlah ulama-ulama tafsir, baik dari

kalangan sahabat, Tâbi‟ în sampai kalangan ulama kontemporer. Pada masa Nabi

penafsiran al-Qur‟an belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga banyak

diantara sahabat yang menjadi mufassir namun tidak tercatat namanya. Di antara

sahabat Nabi Muhammad saw., hanya ada beberapa orang saja yang dikenal luas

pemahamannya tentang tafsir. Sepuluh orang sahabat yang oleh al-Suyûṯy dikenal

sebagai ahli tafsir, yaitu empat orang al-Khulafâ‟ al-Râsyidîn (Abû Bakar al-

Shiddîq, „Umar ibn al-Khaṯâb, Utsmân ibn „Affân dan „Alî ibn Abî ṯâlib), Ibn

Mas‟ûd, Ibn „Abbâs, Ubai ibn Ka‟ab, Zayd ibn Tsâbit, Abû Mûsâ al-Asy‟ary dan

„Abdullah ibn Jubair.9

Setelah penafsiran di kalangan Sahabat, kemudian berlanjut pada masa

penafsiran di kalangan Tâbi‟în. Di masa inilah al-Qur‟an mulai ditafsirkan secara

menyeluruh. Mufassir di kalangan Tâbi‟în terbagi pada tiga kelompok. Pertama,

kelompok ahli Makkah, diantaranya adalah Mujâhid, „Aṯâ‟ Ibn Abî Ribah,

„Ikrimah Maulâ Ibn „Abbâs, Sa‟îd Ibn Zubair dan Ṯawus Ibn Kisani al-Yamani.

Kedua, kelompok Ahli Madinah, mereka adalah Zayd Ibn Aslâm, Abû al-„Aliyah

dan Muhammad Ibn Ka‟ab al-Qurḏi. Ketiga, kelompok ahli Iraq, mereka adalah

8 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin dkk, Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir Ibnu

Taimiyah ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2014), h. 59 9 Jalâl al-Dîn „Abd al-Rahmân Abi Bakr, al-Itqân fî „Ulûm al-Qur‟ân (Bairut: Dar al-

Kutb al-„Ilmiah, 2007), h. 954

Page 19: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

5

Masrûq Ibn al-Ajda‟, Qatâdah Ibn Da‟amah, Abû Sa‟îd al-Hasân al-Basri dan

Murrah al-Hamdani al-Kufi.10

Proses menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an terus berlanjut hingga saat ini. Di

Indonesia tradisi penulisan tafsir sebenarnya telah bergerak cukup lama, dengan

keragaman teknis penulisan, corak dan bahasa yang dipergunakannya. Hal ini

sudah menjadi suatu kewajaran dimana Indonesia merupakan salah satu Negara

yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Beberapa literatur tafsir Indonesia

dijelaskan oleh Dr. Mafri Amir, MA dalam bukunya, diantaranya Tafsîr Tarjuman

Al-Mustafid11

karya „Abd al-Rauf Sinkel, Tafsîr Marah Labid12

karya Syaikh

Nawâwi Al-Bantâni, Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm13

karya Mahmûd Yûnus, Tafsîr

Rauḏatul „Irfân14

karya K.H. Ahmad Sanusi, Tafsîr Al-Furqân15

karya Ahmad

Hasân, Tafsîr Qur‟ân16

karya H. Zayn al-dîn Hamidy dan Fakhr al-dîn HS, Tafsîr

Al-Ibrîz17

karya K. H. Bisri Musthafa, Tafsîr Al-Nûr18

karya Prof. Dr. Hasbi Al-

10

Muhammad Husain Al-Dzahabi, Al-Tafsîr wa Al-Mufassirûn, h. 101-118 11

Tafsir ini secara keseluruhan merupakan terjemah harfiah dari Al-Qur‟an dan sebagian

besar penjelasannya diambil dari Tafsir Jalalain (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 4) 12

Tafsir ini termasuk tafsir ijmâli karena menggunakan penjelasan ringkas dan mengikuti

alur kalimat Al-Qur‟an, namun dibeberapa tempat dijelaskan secara detail layaknya tafsir tahlily.

Uraian bahasa juga cukup mendominasi, begitu juga ilmu nahwu, saraf, qirâ‟at, dan lain

sebagainya (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 40) 13

Tafsir ini tergolong tafsir bi al-ra‟yi dengan corak lughawi, dalam tafsir ini terdapat

kesimpulan isi Al-Qur‟an yang berhubungan dengan keimanan, hukum-hukum, petunjuk/

pelajaran, akhlak, ekonomi, dan ilmu pengetahuan yang diterangkan secara mujmal (Mafri Amir,

Literatur Tafsir Indonesia, h. 58) 14

Tafsir berbahasa sunda ini bersifat umum, yakni tidak didominasi oleh suatu warna atau

pemikiran tertentu, semua menggunakan pemahaman ayat secara netral tanpa membawa pesan

khusus (aqîdah, fiqh, dan tasawuf) (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 86) 15

Al-Furqân layaknya seperti terjemah Al-Qur‟an yang dibubuhi catatakan kaki. Namun

sang penulis sangat menjunjung tinggi nilai kebahasaan dalam tafsirnya (bahasa Arab), sehingga ia

sangat komprehensif dalam menjelaskan ayat-ayat yang mempunyai arti kebahasaan (Mafri Amir,

Literatur Tafsir Indonesia, h. 115) 16

Dalam kitab ini, penulis tidak menafsirkan seluruh ayat tetapi hanya menafsirkan

bagian-bagian ayat yang dianggap penting untuk ditafsirkan dan penafsirannyapun secara umum

tidak terperinci. Kitab ini juga masih menggunakan bahasa Indonesia yang belum baku atau sesuai

dengan EYD sekarang (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 127-128) 17

Tafsir berbahasa Jawa ini mengungkapkan seluruh bagian ayat Al-Qur‟an sesuai

dengan mushaf Usmani dengan kalimat yang praktis dan mudah dipahami. Dalam menafsirkan

ayat K.H. Bisri Musthafa secara dominan menggunakan hasil olah pemikirannya, sehingga dapat

Page 20: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

6

Siddîqy, Tafsîr Al-Azhâr19

karya Buya Hamka, dan beberapa tafsir karya ulama

Indonesia yang lain.

Karya-karya tafsir yang dihasilkan ulama patut untuk dikagumi. Peran besar

mereka adalah untuk memberi pemahaman akan maksud dari ayat-ayat al-Qur‟an.

Salah satu bentuk usaha memahami pesan al-Qur‟an adalah kitab termutakhir

yang ditulis oleh seorang Kyai muda Indonesia yang berasal dari Jombang yaitu

M. Afifudin Dimyathi pada tahun 2018 M. dengan menggunakan bahasa Arab20

.

Kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân merupakan kitab yang sangat menarik

karena mengupas tuntas sisi ke-balāghah-an sekaligus menguak secara mendalam

aspek-aspek sastra ayat-ayat al-Qur‟an secara menyeluruh (30 juz). Hal ini

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembuktian nilai

balāghah yang menjadi keistimewaan al-Qur‟an. Sebagai rujukan penulisan selain

meninjau kitab-kitab balāghah, beliau juga mengumpulkan kitab-kitab tafsir yang

mengkaji aspek balāghah dari para mufassir lintas zaman (klasik hingga modern).

Pada skripsi ini, penulis mengangkat kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân

sebagai telaah terhadap penjelasan ayat-ayat al-Qur‟an yang dilakukan oleh M.

Afifudin Dimyathi guna mengetahui berapa banyak perbandingan antara

disimpulkan bahwa jenis tafsir ini adalah tafsir bi al-ra‟yi (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,

h. 144) 18

Tafsir Al-Nûr tidak memiliki corak dan orientasi terhadap bidang tertentu baik bahasa,

hukum, sufi, maupun filsafat. Dalam penafsirannya beliau mengaitkan bidang ilmu pengetahuan

secara merata, karena membahas dengan fokus satu bidang tertentu akan membawa para pembaca

keluar dari bidang tafsir (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 163) 19

Tafsir ini tidak fanatik terhadap suatu karya tafsir sebelumnya dan tidak terpaku pada

satu madzhab pemikiran. Buya Hamka mengutip dari berbagai kitab baik itu tafsir maupun hadis

yang penting menurutnya. Tafsir ini tergolong bi al-ra‟yi karena dalam hal menafsirkan, beliau

mengemukakan pendapat sendiri tentang tafsiran ayat (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h.

182-186) 20

Menjadi daya tarik tersendiri untuk dapat menjadi rujukan akademik di kalangan

internasional. Selain itu, pilihan atas dipakainya bahasa Arab yaitu guna membangkitkan kembali

literasi berbahasa Arab yang pernah dilakukan oleh Haḏrat al-Syaikh Hasyim Asy‟ari (Mbah

Hasyim). Hal ini tentunya juga didukung pengalaman belajar S1 hingga S3 beliau yang ditempuh

di Timur Tengah. Bahkan salah satu karya tulisnya pernah diterbitkan oleh salah satu penerbit di

Kairo, yakni kitab yang berjudul “‟Ilmu tafsîr usûluhû wa manâhijuhû.”

Page 21: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

7

penjelasan maksud ayat dan penjelasan sisi balāghah ayat-ayat al-Qur‟an di dalam

kitab tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, maka akan muncul beberapa

pertanyaan terkait dengan topik yang dibicarakan diantaranya:

a. Sebagai kitab yang ditulis dan ditujukan untuk masyarakat Indonesia,

mengapa kitab ini ditulis menggunakan bahasa Arab?

b. Seharusnya kitab ini lebih banyak memuat penjelasan tentang maksud yang

tersingkap dari suatu ayat tidak hanya terfokus pada satu pembahasan.

c. Untuk dapat dikatakan sebagai kitab tafsir, seharusnya unsur-unsur tafsir yang

terkandung di dalam kitab ini lebih dominan daripada unsur-unsur penjelasan

tentang kebahasaan.

d. Untuk dikatakan tahlili seharusnya kitab ini memuat penjelasan ayat al-Qur‟an

secara rinci.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membatasi

masalah hanya pada gambaran tata cara penjelasan ayat yang dilakukan oleh M.

Afifudin Dimyathi dan letak titik fokus pembahasan, lebih tepatnya terkait metode

dan corak kitab tafsirnya.

Page 22: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

8

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang dikemukakan di atas telah memberi kerangka

pada peneliti untuk merumuskan pokok permasalahan yang akan menjadi acuan

penelitian. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah metode dan corak kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân?

D. TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui metode yang digunakan M. Afifudin Dimyathi dalam

menjelaskan al-Qur‟an serta sumber dan coraknya.

2. Untuk menggambarkan isi dari penjelasan M. Afifudin Dimyathi di dalam

kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân.

3. Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam bidang Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat

secara teoritis dan manfaat secara praktis. Penulis merangkumnya sebagaimana

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân ini

diharapkan dapat melengkapi karya keilmuan yang berkaitan dengan

penafsiran al-Qur‟an para ulama nusantara di antaranya buku “Literatur

Tafsir Indonesia” yang ditulis oleh Mafri Amir. Selain itu juga bisa menjadi

Page 23: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

9

salah satu bahan referensi dalam kajian tafsir, khususnya dalam bidang

balâghah al-Qur‟an.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengarang kitab. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi

sumbangan pemikiran dan menjadi salah satu acuan teoritis dalam

pengembangan karya-karya selanjutnya.

b. Bagi pembaca. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan tentang karakteristik penafsiran yang digunakan oleh

para ulama Nusantara.

c. Bagi peneliti yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi pijakan dalam perumusan desain penelitian yang lebih dalam

dan komprehensif.

F. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang sejarah dan dinamika penulisan tafsir al-Qur‟an di Nusantara

secara umum telah banyak dilakukan. Berikut ada beberapa penelitian ilmiah yang

penulis baca sehingga terinspirasi melakukan penelitian ini. Kajian-kajain

tersebut, diantaranya :

Skripsi yang membahas tentang kajian ilmu balâghah dan macam-macamnya

(ilmu ma‟âni, badî‟, dan bayân) di antaranya skripsi yang berjudul “Penafsiran

„Ali al-Sâbûni Terhadap Ayat-Ayat Tasybîh Dalam Surat al-Baqarah”.21

Skripsi

ini lebih jauh lagi membahas tentang penafsiran dan ayat-ayat tasybîh menurut

„Ali al-Sabûni yang terdapat dalam surat al-Baqarah, diantaranya : 18 lafadz

21

Hanim Shafiera Binti Shukri, ” Penafsiran Ali Ash-Shabuni Terhadap Ayat-Ayat

Tasybih Dalam Surat Al-Baqarah” (Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim, 2014)

Page 24: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

10

tasybîh di dalam 17 ayat dalam surat al-Baqarah, enam jenis tasybîh yang terdapat

dalam surat al-Baqarah menurut „Ali al-Sabûni. Kemudian, skripsi yang ditulis

oleh Ahmad Zulkarnaen, “Balâghah al-Tasybîh fî Sûrah al-Baqarah Dirâsah

Tahliliyah Bayâniyah”.22

Dalam skripsi ini, dibahas tentang ayat-ayat yang

mengandung balāghah al-tasybîh dalam QS.al-Baqarah yang ada dalam kajian

ilmu bayan (bayâniyah) pada bab tasybîh. Selanjutnya Neng Siti dalam

skripsinya23

membahas tentang balâghah khususnya faedah kalam khobari dalam

surah Âli-„Imrân.

Kemudian terkait pembahasan tafsir, berikut buku yang berjudul Diskursus

Munasabah al-Qur‟an dalam Tafsir al-Misbah24

yang menjelaskan tentang

bagaimana Quraish Shihab mengemas tafsir al-Misbah. Lebih lanjut tentang

model munasabah al-Qur‟an, peran munasabah sebagai instrumen penafsiran al-

Qur‟an, dan juga tinjauan kritis terhadap konsep dan penerapan munasabah dalam

tafsir al-Misbâh. Kemudian, skripsi yang berjudul “Studi Metode dan Corak

Tafsîr al-Hudâ, Tafsîr Qur‟ân Bahasa Jawi Karya Brigjen (Purn.) Drs. H. Bakri

Syahid,”25

skripsi yang berjudul “Metode dan Corak Penafsiran Imam al-Alusi

Terhadap al-Qur‟ân,”26

skripsi yang berjudul “ Metode dan Corak tafsîr al-Wasîṯ

Karya Wahbah Zuhaili,”27

artikel yang membahas tentang karya tafsir T. M.

22

Ahmad Zulkarnaen, “Balâghah Al-Tasybîh fî Sûrah Al-Baqarah Dirâsah Tahliliyah

Bayâniyah” (Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2010) 23

Neng siti, “Analisis Balaghah tentang Faedah Kalam Khobari dalam Al-Qur‟an (Surah

Ali-Imran)” (Skripsi UIN Suska, 2014) 24

Hasani Ahmad Sa‟id, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Misbah

(Jakarta: Amzah, 2015) 25

Abdul Rahman Taufiq, “Studi Metode dan Corak Tafsir Al-Huda, Tafsir Qur‟an

Bahasa Jawi Karya Brigjen (Purn.) Drs. H. Bakri Syahid” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah,

2017) 26

Aminah Rahmi Hati HSB, “Metode dan Corak Penafsiran Imam Al-Alusi Terhadap Al-

Qur‟an” (Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim, 2013) 27

Shikhkhatul Af‟idaf, “Metode dan Corak tafsir Al-Wasit Karya Wahbah Zuhaili”

(Skripsi UIN Walisongo, 2017)

Page 25: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

11

Hasbi al-Shiddieqy,28

dan tesis yang berjudul “Tafsîr al-Qur‟ân al-„Aẕhîm karya

Raden Penghulu Tabsîr al-Anâm Karaton Kasunanan Surakarta (Studi Metode

dan Corak Tafsir)”29

semua penelitian tersebut mengkaji tentang metode dan

corak tafsir dan juga hal-hal yang mempengaruhi penafsiran seseorang, seperti

disiplin ilmu yang dikuasai, pengalaman, kondisi social dan politik, dan lain-lain.

Penulis menyuguhkan tentang metode dan corak penafsiran lengkap dengan latar

belakang penyusunan, komentar para ulama‟, kelebihan dan kekurangan, serta

analisa langsung terkait metode dan corak penafsiran terhadap beberapa ayat al-

Qur‟an.

Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam

penelitian ini penulis akan menggambarkan tentang deskripsi kitab al-Syâmil fî

Balâghat al-Qur‟ân secara padat dan lengkap baik ditinjau dari metode yang

digunakan oleh pengarang kitab maupun corak balâghah yang menjadi ciri khas

dari kitab ini.

G. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian perpustakaan (library research) dari berbagai

literature yang ada, maka data-data akan digali dari perpustakaan dan kemudian

dianalisa. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu:

28

Andi Miswar, Tafsir Al-Qur‟an Al-Majid “Al-Nur” Karya T.M. Hasbi Al-Shiddieqy

(Corak Tafsir berdasarkan Perkembangan Kebudayaan Islam Nusantara), Jurnal Adabiyah vol. XV

Nomor 1/ 2015

29 Nur Hadi, “Tafsir Al-Qur‟an Al-„Adzhim karya Raden Penghulu Tabshir Al-Anam

Karaton Kasunanan Surakarta (Studi Metode dan Corak Tafsir)” (tesis UIN Surakarta, 2017)

Page 26: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

12

a. Data Primer

Sebagai data primer dalam penelitian ini adalah kitab al-Syâmil fî

Balâghat al-Qur‟ân yang ditulis oleh M. Afifudin Dimyathi.

b. Data Sekunder

Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-

buku, dokumen-dokumen/ arsip, majalah, jurnal, skripsi, tesis, disertasi,

dan karya tulis yang membahas tentang ilmu-ilmu al-Qur‟an dan kajian

tafsir secara teoritis.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang ada dalam penelitian ini diperoleh dari sumbernya dan

dikumpulkan dengan cara pengutipan, baik langsung maupun tidak langsung.

Mengumpulkan rujukan yang membahas tentang macam-macam metode dan

corak yang digunakan oleh para mufasir serta rujukan lain yang mendukung

penelitian ini. Kemudian data tersebut disusun secara sistematis sehingga menjadi

suatu paparan yang jelas dan sesuai dengan rumusan masalah yang berkaitan

dengan judul penelitian.

3. Teknik Analisa Data

Setelah data diperoleh sebagaimana yang diharapkan, kemudian data tersebut

dilakukan analisa dan diklarifikasikan dengan merujuk kepada kitab al-Syâmil fî

Balâghat al-Qur‟ân. Setelah mengetahui pengertian, metode, corak tafsir, dan

pembagian ilmu balâghah, selanjutnya penulis menganalisa kitab al-Syâmil fî

Balâghat al-Qur‟ân untuk mengetahui metode, sumber, dan corak yang

digunakan dalam kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân. Adapun buku – buku atau

Page 27: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

13

kitab-kitab yang ada kaitannya dengan penelitian digunakan sebagai penyempurna

penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman penulisan maka penulis kemukakan

sistematika penelitian, yang terdiri dari lima bab:

Bab satu, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab dua, akan dibahas mengenai biografi M. Afifudin Dimyathi perjalanan

intelektual serta karya-karyanya. Kemudian akan digambarkan secara umum

mengenai kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân dari segi latar belakang

penulisannya, berkenaan seputar tujuan penulisan tafsir dan sistematika penulisan.

Bab tiga, meliputi pengertian tafsir, metodologi tafsir, sumber tafsir, dan corak

tafsir. Sekaligus ditambah pembahasan tentang pengertian ilmu balāghah dan

macam-macamnya. Pembahasan dalam bab ini selanjutnya akan dijadikan

landasan teoritis dalam parkatik analisa data dalam bab empat.

Bab keempat, merupakan analisis kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân

dengan mengacu pada teori-teori yang telah dipaparkan dalam bab tiga.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang memuat hasil penelitian dan saran-

saran.

Page 28: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

14

BAB II

PROFIL PENULIS DAN GAMBARAN UMUM

AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN

A. Biografi M. Afifudin Dimyathi

Lahir di Jombang, Jawa Timur 7 Mei 1979. Nama aslinya adalah M. Afifudin

Dimyathi, namun beliau lebih akrab dengan sapaan Gus Awis1. Nama Afifudin

Dimyathi juga merupakan nama kakek dari Gus Awis, nama tersebut diberikan

oleh orang tuanya sejak beliau kecil. Gus Awis merupakan anak ke-4 dari 8

bersaudara, beliau lahir dari sepasang suami istri generasi penerus pengasuh

Pondok Pesantren Darul Ulum2, Peterongan.

3

Ayahnya bernama KH. A. Dimyathi Romly, SH. Dan ibundanya bernama

Dra. Hj. Muflichah Marzuqi, keduanya menjadi motivator sekaligus fasilitator

Gus Awis untuk terus belajar. Namun demikian, keduanya tidak pernah

memaksakan kehendak mereka atas apa yang harus ditekuni oleh anak-

anaknyanya, termasuk Gus Awis. Bahkan mereka berdua memberikan kebebasan

pilihan atas apa yang digemari oleh Gus Awis. Sejak kecil selain mengaji kepada

kedua orangtuanya, Gus Awis juga mengaji kepada guru-guru yang mengajar di

Pesantren Darul Ulum (Jombang) dan Pondok Pesantren Langitan (Tuban).

Seperti anak kecil pada umumnya, Gus Awis kecil sangat gemar bermain catur.

1 Pada penyebutan “M. Afifudin Dimyathi” pada pembahasan setelahnya penulis

konsisten dengan sebutan nama “Gus Awis” 2 Pondok pesantren Darul Ulum (Jombang) yang kini di asuh oleh M. Afifudin Dimyathi

selaku generasi ke empat didirikan pada tahun1885 oleh KH. Tamim Irsyad (Mbah Buyut),

sepeninggal beliau dilanjutkan oleh kakek Gus Awis yaitu KH. M. Romly Tamim, kemudian ayah

Gus Awis yaitu H.A. Dimyathi Romly. 3 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis

melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019

Page 29: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

15

Namun pada akhirnya, kegemaran belajar agamalah (termasuk di dalamnya

bidang bahasa Arab) yang memberi motivasi kepada Gus Awis untuk kuliah di

Timur Tengah. Keinginan tersebut sudah muncul sejak beliau sekolah di

Madrasah Aliyah.4

Gus Awis menikah dengan Hj. Laily Nafis, M. Thi pada tahun 2002. Dari

pernikahannya, beliau dikarunia 4 orang anak. Putra pertama lahir di Sudan pada

tahun 2004 dan diberi nama A. Fayroz Abadi, anak kedua lahir pada tahun 2008

dan diberi nama Inaba Kayyisa, anak ketiga lahir pada tahun 2010 dan diberi

nama Nady Sajjad Muhammad, dan anak terakhir lahir pada tahun 2014 dan diberi

nama Alizka Sakhiyya.5

Gus Awis mengatakan bahwa penulisan kitab-kitab seperti ini merupakan

amanah dari Allah, dengan demikian beliau berharap dapat memudahkan para

pelajar dalam memahami ilmu yang ditekuni. Beliau berharap nantinya dapat

menulis kitab-kitab lain yang mungkin tidak hanya fokus pada kajian balâghah

saja. Beliau juga berpesan bahwa dalam hidup ini setidaknya kita harus

memegang 3 prinsip: Pertama, jangan pernah lupa untuk membaca al-Qur‟an dan

mengkhatamkannya, karena dari sanalah awal keberkahan hidup didapatkan.

Kedua, gunakan waktu yang ada untuk menambah ilmu dan pengalaman hidup.

Ketiga, jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk membantu orang lain.6

4 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis

melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019 5 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis

melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019 6 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis

melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019.

Page 30: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

16

B. Pendidikan dan Karir

Gus Awis mengawali sekolah formalnya pada tahun 1985 di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri (MIN) Darul Ulum Rejoso Peterongan dan lulus pada tahun

1991. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan studinya di Madrasah Tsanawiyah

Progam Khusus Darul „Ulum Rejoso Peterongan selama tiga tahun dan lulus pada

tahun 1994. Untuk sekolah menengah atas beliau memilih menuntut ilmu di

Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) Jember dan lulus pada tahun 1997.

Setamat dari MAKN, Gus Awis masih terus belajar dan menghafal Al-Qur‟an di

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Ngaglik Sleman Yogyakarta yang diasuh

oleh K.H Mufid Mas‟ud sampai tahun 1998.7

Selanjutnya, beliau meneruskan pendidikan S-1 di al Azhar University Mesir

(Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu al-Qur‟an) mulai tahun 1998-2002.

Pada tahun 2002 beliau melanjutkan pendidikan S2 di Khartoum International

Institute for Arabic Language di kota Khartoum Sudan dan Lulus tahun 2004

dengan predikat Cum Laude. Berbekal prestasi lulusan S2 terbaik tingkat Asia,

pada tahun yang sama beliau meneruskan pendidikan S3 di al-Neelain University

jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa

Arab dan selesai tahun 2007. Selain itu, sejak tahun 2006 beliau sudah aktif

sebagai dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sunan Ampel Surabaya dengan mengampu mata kuliah kebahasaan dan

tafsir. Mulai tahun 2007 setelah menyalesaikan program S3, beliau juga turut

mengajar di Program Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel dan UIN Maulana Malik

Ibrahim dengan mengampu mata kuliah spesialisasi Linguistik, Sosio-Linguistik,

7 Keterangan ini diperoleh penulis dari CV M. Afifudin Dimyathi (CV ini dikirimkan

langsung oleh M. Afifudin Dimyathi melalui pesan facebook, fb: M Afifudin Dimyathi)

Page 31: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

17

Semantik dan Leksikologi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab dan

Pengembangan Materi Ajar Bahasa Arab. Beliau juga ikut berpartisipasi sebagai

pengajar di Program Pasca Sarjana di IAIN Tulung Agung, IAIN Jember dan

STIT Dalwa Bangil Pasuruan dengan materi bidang kebahasan dan tafsir. Selain

itu, sampai saat ini beliau masih aktif sebagai dosen Pasca Sarjana UIN Sunan

Ampel Surabaya, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Cabang Jombang, dosen Pasca

Sarjana IAIN Tulung Agung, Direktur Aswaja Center Jombang, dan Wakil

Direktur Aswaja Center PWNU Jawa Timur.8

C. Karya-karya

Karya yang pernah ditulis oleh Gus Awis adalah Sosiolinguistik (UINSA

Press, 2013) dan beberapa artikel di jurnal-jurnal berbahasa Arab di Indonesia, di

antaranya Jurnal el Jadid dan Jurnal LINGUA UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang. Sedangkan karya-karya yang berbentuk kitab dan berbahasa Arab, di

antaranya:9

1. ‘Ilmu al-Tafsîr: Ushûluhû wa Manâhijuhû (2015, Penerbit Lisan Arabi:

Sidoarjo. 289 halaman)

2. Muhâḏarah fî ‘Ilm Lughah al-Ijtimâ’i (2010, Dar Ulum al Lughawiyah,

Surabaya)

3. Madkhol Ilâ ‘Ilm al-Lughoh al-Ijtimâ’i (2016, Penerbit Lisan Arabi: Malang.

xxx halaman)

8 Keterangan ini diperoleh penulis dari CV M. Afifudin Dimyathi (CV ini dikirimkan

langsung oleh M. Afifudin Dimyathi melalui pesan facebook, fb: M Afifudin Dimyathi) 9 Keterangan ini diperoleh penulis dari CV M. Afifudin Dimyathi (CV ini dikirimkan

langsung oleh M. Afifudin Dimyathi melalui pesan facebook, fb: M Afifudin Dimyathi)

Page 32: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

18

4. Safâ al-Lisân fî I’râb al-Qur’ân (2016, Penerbit Lisan Arabi: Sidoarjo. 177

halaman)

5. Mawârid al-Bayân fî ‘Ulûm al-Qur’ân (2016, Penerbit Lisan Arabi: Sidoarjo.

177 halaman)

6. Majma’ al-Bahrayn fî ahâdîs tafsîr min al-Sâhihayn (2016, Penerbit Lisan

Arabi: Sidoarjo. 257 halaman)

7. Irsyâd al-Dârisîn ilâ Ijma’ al-Mufassirîn (2017, Penerbit Lisan Arabi: Malang.

136 halaman)

8. Al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân (2018, Penerbit Lisan Arabi: Sidoarjo. 3 Jilid,

523, 525, dan 587 halaman)

D. Latar Belakang Penulisan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân

Latar belakang penulisan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân sebagaimana yang

disampaikan oleh Gus Awis, dimotivasi oleh pertanyaan yang diajukan oleh salah

satu dosen PTAIN di Jawa Timur, yakni terkait kitab Balâghah yang khusus

mengkaji tentang al-Quran. Pertanyaan ini muncul dikarenakan ada mata kulaih

Balâghah al-Qur’ân di program pasca prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir IAIN

tersebut. Berhubung pada saat itu beliau tidak mempunyai kitab yang dicari oleh

dosen tersebut, akhirnya pertanyaan itu menjadi inspirasi Gus Awis untuk

menyusun kajian-kajian balâghah yang ada dalam ayat-ayat al-Qur‟an. Dan untuk

mempermudah pencarian kajian tersebut, Gus Awis sengaja memulai kitab yang

disusunnya ayat per ayat mulai surat al-Fâtihah sampai al-Nâs.

Gus Awis berharap, nantinya siapapun yang mencari balâghah sebuah ayat

ia akan dapat menemukannya di kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân. Berbeda

Page 33: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

19

dengan kitab lain, yang berfokus pada istilah-istilah balâghah lalu

mencontohkannya dari al-Qur‟an, kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ini

disusun oleh Gus Awis dengan titik fokus bahasan pada ayat-ayat al-Qur‟an itu

sendiri. Dan dengan tekat yang kuat, beliau mampu untuk menghadirkan

keindahan-keindahan balâghah dari tiap ayat dari al-Qur‟an.

Jadi tujuan utama Gus Awis menyusun kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-

Qur’ân adalah untuk memudahkan para pengkaji al-Qur‟an dalam menemukan

keindahan-keindahan uslub dan balâghah dari ayat-ayat al-Qur‟an, sekaligus

sebagai salah satu referensi mata kuliah Balâghah al-Qur’ân secara lebih

spesifik.10

E. Deskripsi kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân

Sumber utama dalam penelitian ini menggunakan kitab al-Syâmil Fî Balâghat

al-Qur’ân, “cetakan pertama”, tahun 2018. Kitab ini penulis dapatkan melalui

salah satu distributor kitab di Jombang, Jawa Timur.

Pada sampul hard cover di bagian paling atas, tertulis al-Syâmil Fî Balâghat

al-Qur’ân (الشاهل في بالغت القراى) . Agak di tengah untuk masing-masing jilid

tertulis; (الجزء االول هي صىرة الفاححت الي صىرة الخىبت) untuk jilid I, ( هي صىرة ثايالجزء ال

) ,untuk jilid II (يىش الي صىرة الضجدة االحزاب الي صىرة الاسالجزء الثالث هي صىرة ) untuk

jilid III. Di bawahnya lagi, dituliskan “DR. H. M. Afifudin Dimyathi Ramli”

(nama pengarang), dan paling bawah dituliskan bahwa beliau menjabat sebagai

pengasuh pondok pesantren Dâr al-„Ulûm Jombang ( خادم العلن بوعهد دار العلىم االصالهي

10

Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis

melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019.

Page 34: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

20

dan juga dosen Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (بجىهباج

Surabaya ( هدرس اللغت العربيت بجاهعت صىاى اهبيل صىرابايا).

Lembar selanjutnya diikuti dengan keterangan kewenangan penerbit yang

telah disesuaikan dengan perlindungan hukum negara. Lalu di bawahnya

disebutkan bahwa cetakan pertama pada tahun 2018. Juga disebutkan Percetakan

offset Penerbit Lisan Arabi, Malang Jawa Timur-Indonesia. Di halaman

setelahnya terdapat kutipan ayat Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 127 “ ربل حقبا ها

.”اك اج الضويع العلين

Keseluruhan halaman al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân berjumlah 515

halaman (jilid I), 519 halaman (jilid II), 600 halaman (jilid III), belum termasuk

halaman-halaman yang tidak diberi nomor. Pembatas yang digunakan dalam kitab

al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur‟ân menggunakan pita kecil berwarna cokelat.

Keistimewaan dari kitab ini adalah kata pengantarnya. Meskipun kitab ini

ditulis oleh warga negara Indonesia, namun dua Profesor Linguistik Timur

Tengah berkenan memberikan sambutan kata pengantar. Prof. Dr. Ahmad

Darwish Ibrahim Muhammad selaku guru besar balaghoh dan kritik sastra di

Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir dan Prof. Dr. Abdurrohim Muhammad Al-

Kurdi selaku guru besar kritik sastra modern di Universitas Kanal Suez. Kedua

pakar linguistik inilah yang secara khusus memberi pengantar kitab ini.

Kata sambutan pertama untuk al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân yang

diberikan oleh Prof. Dr. Ahmad Darwish Ibrahim Muhammad, sebagian isinya

adalah sebagai berikut:

“Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân karya M. Afifudin Dimyathi

selaku dosen Universitas Sunan Ampel, Surabaya ini disusun untuk

mempermudah para pelajar dalam mempelajari bahasa Arab. Selain itu agar

para pembaca dapat merasakan sisi keindahan ilmu balâghah dalam al-

Page 35: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

21

Qur‟an. Di dalam kitabnya, M. Afifudin Dimyathi bersandar kepada qirâ’ah-

qirâ’ah yang bagus dari para ulama terdahulu. Yang pastinya telah

disesuaikan dengan pemahaman para pelajar yang mempelajari bahasa Arab

dan balâghah. Seperti halnya seorang qâri’ yang menyesuaikan diri dengan

sifat yang umum.”11

Kemudian pada sebagian kata sambutan Prof. Dr. Abdurrohim Muhammad

Al-Kurdi, beliau menuliskan:

“Kemudian muncullah M. Afifudin Dimyathi yang memperlajari kitab-

kitab tersebut dengan baik, sehingga mampu untuk menuai dan mengurai sisi

kebahasaan dari ayat-ayat al-Qur‟an mulai dari surat pertama al-Fâtihah

sampai surat terakhir al-Nâs. Ia menulisnya sesuai dengan urutan dalam tartib

mushaf Usmani dengan segala kemampuannya. Semoga beliau mendapatkan

pahala atas usahanya tersebut. Dalam penyusunan tema, beliau dengan cermat

menggunakan istilah kebahasaan yang kemudian diulas kembali melalui

catatan kaki. Inilah yang dinamakan dengan suatu penelitian keilmuan yang

baik dan benar. Sangat patut untuk disyukuri karena bukan hanya sekedar

mengkaji bahasa Arab melainkan secara khusus mengkaji tentang keaslian

bahasa.”12

Pada halaman selanjutnya terlampir muqaddimah kitab yang ditulis oleh M.

Afifudin Dimyathi:

“Setelah itu (shalawat dan salam), perlu diketahui bahwa sebaik-baik

perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk menghabiskan umur dan waktu

mereka adalah berkhidmah kepada al-Qur‟an. Karena hal tersebut tidak akan

mendatangkan sebuah kebathilan dari arah manapun (baik dari sisi Allah

maupun makhluk-Nya). Dan saya meyakini keagungan kitab Al-Qur‟an ini

sebagai mukjizat. Oleh karenanya, saya ingin mengawali pembelajaran al-

Qur‟an ini di bidang Balâghah.

Metode yang saya gunakan dalam mengarang kitab ini adalah tahlili,

dengan banyak membaca dan mencari ayat-ayat al-Qur‟an untuk mencari sisi

balâghahnya baik bayan, badi‟, maupun ma‟ani. Referensi-referensi yang

saya gunakan dalam kitab merujuk pada kitab-kitab terdahulu yang

terpercaya. Sesuai urutan ayat dan contoh-contoh yang agung di dalam

mushaf, sebagaimana yang telah dibukakan oleh Allah dalam ilmu balâghah.

Niat saya menulis kitab ini adalah untuk menunjukkan sisi kebahasaan ayat-

ayat al-Qur‟an secara sederhana dan tidak bertele-tele dan tentunya berbeda

dengan cara penyajian balâghah pada zaman dahulu. Hal ini dikarenakan

11

Ahmad Darwis Ibrahim Muhammad, “Sambutan Ketua bidang Balaghah di Universitas

Dar al‟Ulum, Mesir pada Penerbitan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân”, dalam al-Syâmil Fî

Balâghat al-Qur’ân. 12

Abd al-Rahim Muhammad al-Kurdi “Sambutan Ustadz al-Naqd wa al-Adab al-‘Arabî

al-Hadîs di Universitas Qanât al-Swîs, Mesir Penerbitan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân”, dalam

al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân.

Page 36: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

22

balâghah dalam al-Qur‟an memiliki banyak cabang. Dan saya berharap agar

balâghah yang ada di dalam al-Qur‟an dapat membuahkan hasil yang terlihat.

Dan untuk ini saya berniat untuk menyajikan pembahasan secara lebih mudah

dan gamblang.”13

Kitab ini diakhiri dengan kata penutup (khatimah) yang isinya sebagai

berikut:

“Segala puji hanya bagi Allah Swt Dzât yang telah memberi petunjuk

kepadaku untuk menyempurnakan penulisan kitab ini, dan dengan ini pula

saya berharap datangnya riḏâ dari Allah baik berupa pahala maupun ampunan

dari-Nya. Saya memulai mengumpulkan penulisan kitab ini pada bulan

Jumâd al-Tsânî 1448 H dan menyelesaikannya pada bulan Ramâḏan 1449 H.

Saya juga memohon kepada Allah agar menjadikan kitab ini sebagai sesuatu

yang murni dari-Nya dan memaklumi atas segala keterbatasan dan

kekuranganku. Dan semoga kitab ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin.

Dan juga agar menjadikannya sebagai tambahan timbangan kebaikan bagiku,

kedua orang tuaku, kakek nenekku, guru-guruku, dan anak-anakku kelak di

hari kiamat. Sungguh Allah maha mendengar lagi maha dekat. Semoga

limpahan rahmat dan keselamatan senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

Muhammad Saw, keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Dan sebagai penutup,

saya mengutip dari firman Allah Swt dalam surat al-Saffât ayat 182 (Maha

suci Tuhanmu, Tuhan yang maha perkasa dari sifat yang mereka katakan.

Dan selamat sejahtera bagi para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan

seluruh alam.).”14

Bagian akhir kemudian diisi dengan “كشاف الوىضىعاث” (Glosarium) yang

berisikan keterangan lengkap dari istilah-istilah kebahasaan yang digunakan

dalam kitab ini. Istilah-istilah tersebut disusun sesuai urutan abjad dalam huruf

hijaiyah yang jumlah keseluruhannya adalah 194 istilah.15

Selanjutnya mengenai “Daftar isi”, diletakkan di bagian akhir di masing-

masing kitab. Di dalamnya dicantumkan nama-nama surat yang diteliti unsur

13

“Muqaddimah”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h.

kha‟ 14

“Khatimâh”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 563 15

“Kasyâf al-Mauḏu’ât ”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-

Qur’ân, h. 564-590

Page 37: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

23

balâghahnya sekaligus nomor panggil yang tentunya juga ditulis dengan angka

Arab. 16

F. Karakteristik al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân

Karakteristik penyajian yang dimaksud dalam bab ini adalah bentuk

penyusunan dan rangkaian penulisan yang ditampilkan dalam al-Syâmil Fî

Balâghat al-Qur’ân. Ini dimaksudkan untuk menemukan karakteristik maupun

ciri khusus dari kitab ini.

Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ditulis runtut berdasarkan mushaf

Usmani; dari surat al-Fâtihah (1) sampai dengan surat al-Nâs (114). Menurut

tampilan muka halaman kitab ini, dapat dilihat: Pertama, di awal setiap surat

hanya disebutkan nama surat tidak disertai dengan nomor urut surat, jumlah ayat,

kelompok makkiyyah/madâniyah, dan urutan surat saat diwahyukan. Misalnya

surat pertama, hanya dituliskan nama surat (صىرة الفاححت) setelahnya langsung

dituliskan ayat-ayat surat tersebut tanpa disertai penyebutan nomor urut surat,

jumlah ayat, kelompok makkiyyah/madâniyah, dan urutan surat saat

diwahyukan.17

Kedua, teks ayat al-Qur‟an dituliskan di bawah nama surat. Untuk surat-surat

panjang hanya dituliskan beberapa ayat, sedangkan untuk surat pendek dituliskan

satu surat penuh. Ketiga, penjelasan ayat-ayat al-Qur‟an yang merupakan

pembahasan utama ditampilkan dengan menyebutkan sisi kebahasaan dari

masing-masing kosakata. Keempat, istilah-istilah kebahasaan tersebut kemudian

dijelaskan secara singkat dalam bentuk catatan kaki (footnote). Kelima, untuk

16

“Fahras al-Juz’u al-Tsalits ”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-

Qur’ân, h. 597-600 17

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2

Page 38: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

24

memulai penjelasan ayat Gus Awis selalu menggunakan kata “في قىله حعالى ”.

Contoh dalam penjelasan surat al-Fâtihah, setelah menuliskan seluruh ayat dari

surat tersebut yaitu ayat 1-7 beliau memulai penjelasan dengan menggunakan kata

“ حين في قىله حعالى ي ٱلره حو ٱلره .” بضن ٱلله18

Beberapa ciri khas yang menjadikan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân sebagai

kitab yang unik, salah satunya adalah penggunaan bahasa Arab oleh Gus Awis

dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dan inilah yang menjadi nilai plus karena

ditulis oleh orang Indonesia. Selain itu fokus bahasan tentang balâghah

merupakan spesifikasi orang-orang Arab bukan orang Indonesia. Dengan

demikian kitab ini layak untuk dipertimbangkan sebagai salah satu rujukan dalam

skala internasional. Corak kebahasaan yang sangat kental dan juga pengutipan

sumber-sumber keilmuan dari ulama-ulama terpercaya menjadi faktor penting

yang membedakan kitab ini dengan kitab-kitab kebanyakan.

18

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2

Page 39: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

25

BAB III

KAJIAN TAFSIR DAN BALÂGHAH

Nilai keindahan sastra yang terkandung dalam suatu ungkapan

merupakan ruh dari pada ungkapan itu sendiri. Tak akan ada nilai lebih

dari satu ungkapan atas ungkapan lainnya jika tidak terdapat sisi

keindahan dalam ungkapan tersebut. Sebagai bagian bahasa pada

umumnya, ayat-ayat al-Qur‟an tentu saja terdiri atas sebuah atau

serangkaian kalimat, yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat atau

klausa, frase, dan kata. Interpretasi linguistik meliputi interpretasi

gramatikal yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan bahasa Arab dan

interpretasi retorikal yang menggunakan kaidah-kaidah ilmu balâghah

yang terdiri atas ilmu ma‟âni, bayân, dan badȋ‟ sebagai sandarannya.1

Jadi, bagi siapa saja yang ingin berinteraksi dengan al-Qur‟an (al-

Mu‟âmalah bi al-Qur‟ân) dalam bentuk upaya menafsirkannya, maka

dipersyaratkan bagi orang tersebut untuk memahami secara komprehensif

sisi ke-balâghah-annya agar benar-benar memiliki modal yang memadai

dalam menangkap pesan-pesan yang terkandung di balik redaksinya yang

fasih,bâligh, dan tentu saja jawâmi‟ al-kalȋm

.

1 Nanang Gozali, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta:Teras, 2005), h.84-90.

Page 40: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

26

A. Pengertian dan Sumber Penafsiran

Tafsir secara etimologi mengikuti wazan (taf‟ȋl) yang berasal dari kata

al-fasr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau

menerangkan makna yang abstrak kata kerjanya mengikuti wazan ḏaraba-

yaḏribu dan nasara-yansuru. Dikatakan fasara (al-syai‟a) yafsiru dan

yafsuru, fasran dan fasarahû artinya menjelaskan. Kata al-tafsȋr dan al-

fasr mempuyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Sedang

kata al-tafsȋr berarti menyingkapkan maksud sesuatu lafadz yang musykil,

sulit. Pengertian tafsir dengan makna di atas, sesuai dengan firman Allah:2

3 “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa)

sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang

benar dan yang paling baik penjelasannya.”

Kata tafsir juga berarti menjelaskan (al-îḏâh), menerangkan (al-

tibyân), menampakkan (al-iẕhâr), menyibak (al-kasyf), dan merinci (al-

tafsîl). Kata tafsir terambil dari kata al-fasr yang berarti al-ibânah dan al-

kasyf yang keduanya berarti membuka sesuatu yang tertutup. Selain yang

telah disebutkan, sesungguhnya masih ada kata lain yang searti dengan

tafsir yaitu kata al-syarh (penjelasan/ komentar). Sebagian ulama, di

antaranya Shubhi al-Shalih, menyebut Nabi Muhammad Saw. sebagai

2 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, terj. Mudzakkkir As

(Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001), h. 455. 3 Al-Furqan ayat 33

Page 41: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

27

syarh al-Kitâb (penyarah al-Qur‟an) ketika menyatakan bahwa tafsir al-

Qur‟an telah tumbuh sejak masa awal Nabi Muhammad Saw. Dan

beliaulah orang pertama yang memberikan syarh untuk kitab Allah.4

Sedangkan makna tafsir menurut istilah yang dijelaskan oleh al-

Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhân yaitu suatu pengetahuan yang dengan

pengetahuan itu dapat digunakan untuk memahami kitabullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, menjelaskan maksud-

maksudnya, mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.5

Sedangkan menurut al-Kilby dalam al-Tashil berkata: tafsir menurut

bahasa berarti menerangkan dan menyatakan, sedangkan tafsir menurut

istilah adalah mensyarahkan al-Qur‟an, menerangkan maknanya dan

menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nasnya.6

Kemudian guna mendukung pemahaman akan ayat-ayat yang akan

ditelitinya seorang mufassir harus memiliki lima belas ilmu yaitu: ilmu al-

Lughah, ilmu Nahw, ilmu Sarf, ilmu al-Isytiqâq, ilmu al-Balâgah dan

ketiga komponennya, ilmu al-Qirâ‟at, ilmu Usul al-Dîn, ilmu Usul al-

4 Subhi Al-Sâlih, Mabâhits fî „Ulûm al-Qur‟ân (Beirut-Lubnan: Dar al-„ Ilm li

al-Malayin, 1988), h. 289. 5 Mashuri Sirajuddin Iqbal, A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung:

Angkasa, 1989), h. 86. 6Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir (Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2009) Cet 3, h. 170.

Page 42: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

28

Fiqh, ilmu Asbâb al-Nuzûl, ilmu al-Qasas, ilmu al-Nâsikh wa al-

Mansukh, al-Ahâdits al-Mubayyinah, dan ilmu al-Mauhibah.7

Perlu diketahui bahwa dalam proses penafsiran seorang mufassir tidak

akan terlepas dari sumber pengambilan tafsirnya, yang dikelompokkan

menjadi dua bagian, yakni penafsiran bi al-ma‟tsûr dan penafsiran bi al-

ra‟yi. Penafsiran bi al-ma‟tsûr muncul lebih awal dibandingkan penafsiran

bi al-ra‟yi.8 Kata al-ma‟tsûr adalah isim maf‟ul (objek) dari kata atsara-

ya‟tsiru/ ya‟tsuru-atsran-wa-atsaratan yang secara etimologis berarti

menyebutkan atau mengutip (naqala) dan memuliakan atau menghormati

(akrama). Al-atsâr juga berarti sunnah, hadis, jejak, bekas, pengaruh, dan

kesan. Jadi, kata-kata al-ma‟tsûr, al-naql/ al-manqûl, dan al-riwâyah pada

hakikatnya mengacu pada makna yang sama yaitu mengikuti atau

mengalihkan sesuatu yang sudah ada dari orang lain atau masa lalu

sehingga tinggal mewarisi dan meneruskan apa adanya.9

Muhammad „Ali al-Sabûni menjelaskan tafsir bi al-ma‟tsûr berikut

macam-macamnya:

7 Lihat keterangannya dalam al-Zahabi, Al-Tafsîr wal Mufassirûn (Maktabah

Mash‟ab bin Umair al-Islamiyah, 2004), h. 190-191 8 Manna Khalil al-Qattan, Mabâhits fî „Ulûm al-Qur‟ân (Kairo: Maktabah

Wahbah, 2007), h. 342. 9 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, h. 333.

Page 43: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

29

ال ع ت للا اد ر م ل ان ي ب ة اب ح الص م ل ك و ا ة ن الس و ا ن آر لق ا ف اء ا ج م و ى ة اي و لر ب ر ي س ف لت ا و ا ن آر ق ل ب ن آر لق ا ر ي س ف ت ن و ك ي ن ا ا م إ ر و ث أ م ال ر ي س ف الت . ف ة ي و ب الن ة ن لس ب ن آر ق ال ي س ف ت

ر القرآن ر القرآن بلس ن ة الن بوي ة ت فسي الص حابة ن ع لمأث ور ب او ت فسي

Tafsir bi al-ma‟tsûr ialah tafsir yang terdapat dalam al-Qur‟an, atau

al-Sunnah atau pendapat sahabat, dalam rangka menerangkan apa yang

dikehendaki Allah Swt. tentang penafsiran al-Qur‟an berdasarkan al-

Sunnah al-Nabawiyah. Dengan demikian, tafsir bi al-ma‟tsûr adakalanya

menafsirkan al-Qur‟an dengan al-Qur‟an, menafsirkan al-Qur‟an dengan

al-Sunnah al-Nabawiyah atau menafsirkan al-Qur‟an dengan pendapat

yang dikutip dari sahabat.10

Sebagai contoh tafsir yang menggunakan bentuk penafsiran bi al-

ma‟tsûr adalah Tafsȋr al-Qur‟ȃn al-„Aẓȋm, karangan Abû al-Fidȃ‟ Ismȃ‟il

ibn Katsȋr al-Qarsyi al-Dimasyqi (terkenal dengan sebutan Ibn Katsȋr)

sebagai mufassir yang menggunakan pendekatan bi al-ma‟tsûr, Ibn Katsir

mengawalinya dengan mencari penjelasan dari al-Qur‟an itu sendiri; jika

tidak ditemukan, beliau mencari di beberapa hadis. Sementara yang terkait

dengan makna al-Qur‟an, Ibn Katsir mendasarkan penjelasannya pada

bahasa Arab dan syair-syair Arab. Beliau juga menuturkan asbȃb al-nuzûl

dengan redaksi yang mudah dan jelas.11

10

Muhammad „Ali Al-Sâbuni, al-Tibyân fî „Ulûm al-Qur‟ân (Dimasyq:

Maktabah al-Ghazali, 1401 H/ 1981 M), h. 63. 11

Acep Hermawan, „Ulumul Qur‟an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu (Bandung :

Remaja Posdakarya, 2011), h. 114

Page 44: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

30

Selanjutnya tafsir bi al-Ra‟yi, kata ra‟yun berasal dari kata ra‟ȃ-yar‟ȋ-

ra‟yan-wa-ru‟yatan yang berarti melihat (basara), mengerti (adraka),

menyangka, mengira atau menduga (hasiba). Kata al-ra‟yu juga bisa

diartikan dengan i‟tikad, akal pikiran, ijtihad, dan bahkan qiyȃs (analogi).

Itulah sebabnya mengapa tafsir bi al-ra‟yi dinamakan pula dengan tafsir bi

al-dirȃyah/ bi al-ma‟qûl/ bi al-ra‟yi/ bi al-ijtihȃd sebagaimana para

pengikut ahli ra‟yi (ashab al-ra‟yi) dalam dunia fikih (hukum islam)

umum juga dikenal dengan sebutan ashab al-qiyȃs (para pengikut/

pengguna qiyȃs).12

Tafsir bi al-ra‟yi ialah tafsir yang dalam menjelaskan maknanya,

mufassir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan

(istinbȃṯ) yang didasarkan pada ra‟yu (akal) semata.13

Apabila syarat-

syarat yang diperlukan dalam menafsirkan al-Qur‟an telah dimiliki oleh

seorang mufassir maka tidak ada halangan baginya untuk berusaha

menafsirkan al-Qur‟an dengan al-ra‟yi, bahkan tidak salah kalau

dikatakan bahwa al-Qur‟an sendiri mengajak untuk berijtihad dalam

memahami ayat-ayat-Nya dan memahami ajaran-ajaran-Nya.

Contoh kitab tafsir yang menggunakan bentuk tafsir bi al-ra‟yi adalah

kitab tafsir al-Bahr al-Muhȋṭ karangan Abû Hayyan al-Andalusi al-

Gharnaṯi, dalam kitabnya sebelum menafsirkan ayat terlebih dahulu

12

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, h. 350. 13

Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS, h.488.

Page 45: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

31

beliau menjelaskan segi bahasa dan sastranya. Kemudian menuturkan

asbâb al-nuzûl, jika memang ada, nâsikh-mansûkh, munâsabah, selain itu

beliau juga mengutip beberapa pendapat ulama (baik salaf maupun khalaf)

yang pasti tidak ada satu perkataan pun dari mereka kecuali terlebih

dahulu dibahas dari segi tata bahasanya secara detil dan mendalam dan

diakhiri dengan penjelasan secara khusus, sebagai satu kesimpulan tentang

ilmu bayân dan badȋ‟.14

B. Metode Penafsiran

Untuk menghasilkan suatu produk penafsiran yang dapat

dipertanggung jawabkan, seorang mufassir harus menggunakan metode15

yang memadai. Dilihat dari sudut sistematika penyusunan tafsirnya, Al-

Farmawi membagi metode tafsir yang digunakan oleh seorang mufassir

dalam menafsirkan al-Qur‟an menjadi empat macam metode:16

14

Acep Hermawan, „Ulumul Qur‟an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu,h.115. 15

Kata “Metode” berasal dari bahasa Yunani, methodos, yang berarti cara atau

jalan dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method (Nashrudin Baidan, Metode

Penafsiran Al-Qur‟an Terhadap Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip, Cet 1 (Yogyakarta:

Pustaka pelajar, 2002, h. 54). Sedangkan dalam bahasa Arab menerjemahkannya dengan

thariqat dan manhaj, yang berarti cara (Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-

Munawwir, edisi II (Yogyakarta: Pustaka Progressif 1997, h. 489). Sedangkan metode

dalam bahasa Indonesia berarti; cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud; cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan lain sebagainya (Anton M.

Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka: Jakarta, 1990, h. 173). 16

Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2002) Cet. 1, h. 159

Page 46: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

32

1. Metode Tahlîlî (Deskriptif-Analitis)

Secara harfiyah, al-tahlîlî berarti menjadi lepas atau terurai. Al-

Farmawy menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-tafsȋr al-tahlîlî

ialah metode penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an yang dilakukan dengan cara

mendiskripsikan uraian-uraian makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-

Qur‟an berdasarkan tata tertib susunan/ urut-urutan surat-surat dan ayat-

ayat al-Qur‟an.17

Saiful Amin Ghafur menambahkan bahwa metode tahlîlî (analitis),

artinya menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari seluruh

aspeknya.18

Dengan metode ini, mufassir menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an

dengan mengikuti susunan mushaf, ayat per ayat, surat per surat, meneliti

aspeknya dan menyingkap seluruh maksudnya (uraian makna kosa kata,

makna kalimat, maksud ungkapan, munâsabah, dan asbâb nuzûl). Tidak

jarang, metode ini juga menyertakan perkembangan budaya generasi Nabi

sampai Tâbi‟în, bahkan dalam beberapa tafsir modern disertakan pula

contoh-contoh kontektualitas ayat dengan problema kehidupan yang

sedang berlangsung.19

Untuk lebih jelasnya, contoh kitab tafsir yang menggunakan metode

al-tahlîlî ialah Jâmi‟al-Bayân „an Takwil Ayât al-Qur‟ân, karangan Ibn

17

Abd al Hayyi al-Farmawy, al-Bidayah fi al-Tatfsir al-Maudlu‟i (Dirasah

Manhajiyyah Maudhu‟iyah: t.k., t.p.), h.7. 18

Saiful Amin Ghafur, Profil Para Mufassir (Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008), h. 18. 19

Ending Soetari Adiwikarta, Pengantar Ilmu Tafsir Al-Qur‟an, h. 160

Page 47: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

33

Jarîr al-Ṯabari.20

Dalam kitab tafsirnya beliau menafsirkan ayat demi ayat

sesuai dengan cara mengelompokkan ayat (2 atau 3 ayat), selanjutnya

beliau mengidentifikasi persoalan atau beberapa masalah yang berkaitan

dengan hukum ayat tersebut dengan mengatakan: yang pertama, yang

kedua, dan seterusnya hingga selesai.21

Metode al-tahlîlî tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan.

Adapun kelebihan metode al-tahlîlî adalah :

a. Ruang lingkup yang sangat luas. Maksudnya, metode ini dapat

digunakan oleh mufasir dalam dua bentuknya : Ma‟tsûr dan ra‟yi.

b. Memuat berbagai ide. Maksudnya, mufasir relatif mempunyai

kebebasan dalam memajukan ide-ide dan gagasan-gagasan baru

dalam penafsiran al-Qur‟an.

Sedangkan kekurangan metode al-tahlîlî adalah :

a. Menjadikan petunjuk al-Qur‟an parsial. Artinya, metode analitis juga

dapat membuat petunjuk al-Qur‟an bersifat parsial atau terpecah-

pecah, sehingga terasa seakan-akan al-Qur‟an memberikan pedoman

secara tidak utuh dan tidak konsisten karena penafsiran yang

diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada

ayat-ayat lain yang sama dengannya.

20

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, h.380. 21

Faizah Ali Syibromlisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-

Modern, h. 3

Page 48: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

34

b. Masuknya pemikiran Israiliyyat. Dikarenakana metode al-tahlîlî tidak

membatasi mufasir dalam mengemukakan pemikiran-pemikiran

tafsirnya, maka berbagai pemikiran dapat masuk didalamnya, tidak

terkecuali pemikiran Israiliyyat.

2. Metode Ijmâli

Metode ijmâli adalah cara menafsirkan al-Qur‟an dengan

mengemukakan makna global (mujmal),22

tanpa uraian-uraian panjang

lebar,23

dan berdasarkan urutan bacaan dan susunan al-Qur‟an.24

Dapat

dikatakan bahwa metode ini adalah metode yang pertama kali muncul dan

digunakan dalam keilmuan tafsir al-Qur‟an. Secara harfiah, kata ijmâli

berasal dari ajmala yang berarti menyebutkan sesuatu secara tidak

terperinci. Maka tafsir ijmâli dapat diartikan kepada penjelasan maksud

ayat al-Qur‟an secara umum dengan tidak memperincinya, atau penjelasan

singkat tentang pesan-pesan Ilâhi yang terkandung dalam suatu ayat.25

Bentuk lain dari penggunaan metode ijmâli dalam karya tafsir

Indonesia, maraknya pada sekitar tahun 1960-an. Bentuk tafsir al-Qur‟an

lebih terfokus pada kualitas terjemah ayat-ayat al-Qur‟an sehingga

22

M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir Indonesia, h. 134. 23

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),

h.381. 24

Anshori, Ulumul Qur‟an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), h. 207. 25

Saiful Amin Ghafur, Profil Para Mufassir, h. 18.

Page 49: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

35

penafsirannya lebih sedikit dipaparkan. Seperti Tafsȋr Qur‟ân karya Zayn

al-Dȋn Hamidy dan Fakhr al-Dȋn, al-Furqân: Tafsȋr Qur‟ân karya Ahmad

Hassân, dan Tafsȋr Qur‟ân Karȋm karya Mahmûd Yûnus. Ketiga karya

tafsir tersebut memiliki bentuk penafsiran yang diletakkan dalam bentuk

catatan kaki (footnote), umumnya disusun di bagian paling bawah tulisan

halaman, terpisah dari teks ayat al-Qur‟an dan terjemahnya. Dan juga

tidak semua ayat dari Al-Qur‟an ditafsirkan.26

3. Metode Komparatif

Secara harfiah, muqâran berarti perbandingan. Secara istilah ialah

suatu metode atau teknik menafsirkan al-Qur‟an dengan cara

membandingkan pendapat seorang mufassir dengan mufassir lainnya

mengenai tafsir sejumlah ayat.27

Muhammad Amin Suma mengatakan:

“al-tafsȋr al-muqâran ialah tafsir yang dilakukan dengan cara

membandingkan ayat-ayat al-Qur‟an yang memiliki redaksi berbeda

padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang memiliki

redaksi yang mirip padahal isi kandungannya berlainan. Juga termasuk di

dalamnya menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an yang selintas tinjau tampak

26

Howard M. Federspiel, Popular Indonesian Literature of The Qur‟an (New

York: Cornell Modern Indonesian Project, 1994), h. 58-61. Lihat juga Mafri Amir dan

Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia (Ciputat: Litbang UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 66, 99-102, dan 121. 27

Kadar Muhammad Yusuf, Studi al-Qur‟an (Jakarta: Hamzah, 2010) Cet. 2

Page 50: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

36

berlawanan dengan al-hadis, padahal dalam hakikatnya sama sekali tidak

bertentangan”.

Agak berbeda dengan metode-metode tafsir lainnya yang memiliki

banyak contoh, kitab tafsir yang secara spesifik menggunakan al-tafsȋr al-

muqâran relativ langka. Di antaranya adalah:

a. Durrat al-Tanzȋl wa Qurrat al-Takwȋl (Mutiara Al-Qur‟an dan

Kesejukan al-Takwil), karya al-Khâtib al-Iskafi (w. 420 H/1029 M);

b. Al-Burhân fi Tawjȋh Mutasyâbih Al-Qur‟ân (Bukti Kebenaran dalam

Pengarahan Ayat-ayat Mutasyabih Al-Qur‟an), karangan Taj al-

Qarra‟ al-Kirmani (w. 505 H/1111 M).28

4. Metode Maudlû‟i

Dr. Musṯafa Muslim menjelaskan definisi tafsîr maudlû‟i sebagai

berikut:

ا ر ي س ف لت ا ا ي ر لك ا ن آر لق ا اي ف ث ح ب ي م ل ى : ع ع و ض و ل

ع ج ق ي ر ط ن ع ة اي غ و ا ن ع م ة د ح ت ل

ا ا ت ي أا ه ط ب ر ا و ى ر اص ن ع اج ر خ ست ا ا و اى ن ع م ان ي ب ل ة ص و ص م ة ئ ي ى ى ل ا ع ه ي ف ر ظ الن ، و ة ر ف ت ل

ع ام ج ط ب ر ب

Tafsîr maudlû‟i ialah tafsir yang membahas tentang masalah-masalah

al-Qur‟an yang memiliki kesatuan makna atau tujuan dengan cara

menghimpun ayat-ayatnya untuk kemudian dilakukan analisis terhadapnya

28

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, h.390.

Page 51: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

37

(dengan cara dan syarat tertentu). Dengan tujuan menjelaskan maknanya

dan mengeluarkan unsur-unsurnya serta menghubung-hubungkannya

dengan korelasi yang bersifat komprehensif.29

Dapat dikatakan bahwa metode maudlû‟i (tematik) ialah suatu cara

untuk menafsirkan ayat al-Qur‟an tidak berdasarkan atas urutan ayat dan

surat yang terdapat dalam mushaf, tetapi berdasarkan masalah yang dikaji.

Artinya, menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dengan mengacu pada satu

pokok bahasan tertentu. Keuntungan menggunakan metode tematik adalah

membuat pemahaman yang dihasilkan lebih utuh dan kajiannya lebih

sistematis. Persoalan dapat dikupas secara tuntas dan memungkinkan

pemahaman baru.30

Tafsir yang termasuk kategori ini misalnya, Al-Insa fi Al-Qur‟ân dan

Al-Mar‟ah fi Al-Qur‟ân; keduanya karangan Mahmûd al-„Aqqâd dan Al-

Ribâ fi Al-Qur‟ân karangan al-Maudûdi. Sesuai dengan namanya tematik,

maka yang menjadi ciri utama dari metode ini adalah menonjolkan tema,

judul atau topik pembahasan.31

29

Musthafa Muslim, Mabahits fi al-Tafsir al-Maudhu‟i (Damsyiq-Siria: Dar al

Qalam, 1410 H/ 1989 M), h. 16. 30

Saiful Amin Ghafur, Profil Para Mufassir, h. 18. 31

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, h.393

Page 52: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

38

C. Corak Penafsiran

Corak penafsiran yang dimaksud dalam hal ini adalah bidang

keilmuan yang mewarnai suatu kitab tafsir. Hal ini terjadi karena mufasir

memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, sehingga tafsir yang

dihasilkannya pun memiliki corak sesuai dengan disiplin ilmu yang

dikuasainya.32

Dalam buku „Ulûm al-Qur‟ân karya Acep Hermawan. Beliau

mengelompokkan ayat-ayat al-Qur‟an berdasarkan isinya, ditemukan

sejumlah corak penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an seperti tafsîr sufi, tafsîr

fiqhi, tafsîr falsafi, tafsîr „ilmi dan tafsîr al-adâb al-ijtimâ‟i. Selain 5 corak

tersebut, Muhammad Quraish Shihab menambahkan satu corak

penafsiran yang dikenal luas dewasa ini, yakni corak sastra bahasa.33

1. Tafsir Bahasa dan Sastra

Corak tafsir bahasa dan sastra adalah tafsir yang di dalamnya

menggunakan kaidah-kaidah linguistik. Menurut M.Quraish Shihab corak

ini muncul karena banyaknya orang-orang non-Arab yang masuk Islam di

saat itu. Dan karenanya juga dirasa perlu oleh masyarakat Arab untuk

menjelaskan kandungan Al-Qur‟an dari aspek sastra. Hal ini dilakukan

dengan adanya analisis kebahasaan terhadap asal kata, bentuk lafadz,

32

Acep Hermawan, „Ulumul Qur‟an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu,h.115 33

Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 2014), h. 107-

108.

Page 53: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

39

penjelasan nahwu, saraf, qirâ‟at, menggunakan bait-bait sya‟ir Arab, dan

perkembangan bahasa.34

Corak tafsir ini pada masa klasik diwakili oleh Zamakhsyari dengan

Tafsirnya al-Kasyâf, dalam kitabnya beliau memulai dengan menyebutkan

nama surah, termasuk makkiyah dan madaniyah-nya, lalu dijelaskan

maknanya. Jika terdapat nama-nama lain, maka hal itu juga disebutkan

dengan disertai penjelasan keutamaannya. Kemudian memasukkan

penjelasan tentang ragam bacaan, kebahasan, nahwu, sharaf, bentuk-

bentuk kata dan kaidah bahasa lainnya. Selanjutnya, beliau menjelaskan

maksud ayat dengan menukil beberapa pendapat ulama dan

argumentasinya.35

2. Tafsir al-adâb al-ijtimâ‟i

Tafsir al-adâb al-ijtimâ‟i adalah tafsir yang menyingkap keindahan

bahasa Al-Qur‟an dan mukjizat-mukjizatnya, menjelaskan makna dan

maksudnya, memperlihatkan aturan-aturan Al-Qur‟an tentang

kemasyarakatan, mengatasi persoalan yang dihadapi umat Islam secara

khusus dan juga persoalan yang dihadapi umat Islam secara umum.36

Corak tafsir al-adâb al-ijtimâ‟i juga dapat didefinisikan dengan penafsiran

34

Lihat juga Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-Kaidah Memahami Firman

Tuhan, Ulinnuha (ed.) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), cet I, h. 218. 35

Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir (Depok: Lingkar Studi

Al-Qur‟an, 2013), h. 62-63 36

Ending Soetari Adiwikarta, Pengantar Ilmu Tafsir Al-Qur‟an, h. 163

Page 54: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

40

ayat-ayat al-Qur‟an dengan mengungkapkan segi Balâghah Al-Qur‟an dan

kemu‟jizatannya, dengan menjelaskan makna-makna dan sasaran-sasaran

yang dituju oleh Al-Qur‟an yang mengungkapkan hukum-hukum alam,

dan tatanan-tatanan masyarakat yang dikandungnya.37

Menurut Al-

Dzahabi, yang dimaksud dengan tafsir al-adâb al-ijtimâ‟i adalah corak

penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an berdasarkan ketelitian

ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa yang lugas, dengan

menekankan tujuan pokok diturunkannya Al-Qur‟an, lalu

mengaplikasikannya pada tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-

masalah umat Islam dan bangsa pada umumnya, sejalan dengan

perkembangan masyarakat. Tafsir ini muncul sebagai akibat dari

ketidakpuasan para mufassir yang memandang bahwa selama ini

penafsiran Al-Qur‟an hanya didominasi oleh tafsir yang berorientasi pada

nahwu, bahasa, dan perbedaan madzhab, baik dalam bidang ilmu kalâm,

fiqh, usul fiqh, sufi, dan lain sebagainya.

Penggagas corak tafsir jenis ini di antaranya adalah Muhammad

Abduh dan Rasyid Ridha dalam karyanya al-Manâr yang memadukan

riwayat yang shahih dan rasio yang sehat, baik menyangkut hukum-hukum

syari‟at, hukum-hukum kemasyarakatan, dan keberadaan al-Qur‟an

37

Said Agil Husain al-Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki, h. 71

Page 55: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

41

sebagai kitab hidayah manusia.38

Selain itu, ada juga Tafsir Al-Qur‟an

karya Syaikh Ahmad Al-Marâghi,39

yang dalam penafsirannya beliau

menghindari riwayat yang tidak jelas keshahihannya atau bertentangan

dengan ilmu pengetahuan. Beliau juga tidak berkomentar terhadap

persoalan-persoalan yang memang tidak dipertentangkan di kalangan

ulama.

Keistimewaan corak tafsir ini adalah dapat mengkompromikan ayat-

ayat Al-Qur‟an dengan teori-teori pengetahuan yang valid, hal ini sebagai

bukti bahwa Al-Qur‟an merupakan kitab yang sanggup menyetir

perkembangan zaman dan kemanusiaan. Dengan demikian secara otomatis

dapat menjawab keraguan yang dilemparkan para musuh terhadap Al-

Qur‟an.40

3. Tafsir „Ilmi

Corak tafsir „Ilmi adalah penjelasan atau perincian-perincian tentang

ayat-ayat Al-Qur‟an yang terkait dengan ilmu pengetahuan, khususnya

ayat tentang alam dan realitas social.41

Corak ini muncul akibat kemajuan

ilmu pengetahuan dan usaha penafsir untuk memahami ayat-ayat Al-

38

Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir, h. 156 39

Mohammad Nor Ichwan, Tafsir „Ilmy, Memahami Al-Qur‟an Melalui

Pendekatan Sains Modern (Yogyakarta: Menara Kudus Jogja, Cet I, 2004), h. 115. 40

Rosihon Anwar & Asep Muharom, Ilmu Tafsir, h. 175 41

Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial (Amzah,

Jakarta, 2007), h. 47.

Page 56: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

42

Qur‟an sejalan dengan perkembangan ilmu. Dalam wacana tafsir, terdapat

pro dan kontra sekitar Tafsir Ilmi, di antara pendukung corak penafsiran

ini ialah Imâm Al-Ghazâli dalam karyanya Jawâhir Al-Qur‟ân dan

Tanṯawi Jauhari dengan tafsirnya al-Jawâhir. Sedangkan yang menolak

tafsir ini dari kalangan sarjana konvensional dan kontemporer adalah Abû

Ishâq al-Syatibi (w. 1370) dan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha,

Amin Khulli, Muhammad „Izzat Darwazat, Syaikh Musṯafâ al-Marâghi,

Mahmud Syaltut, dan lain-lain.42

Menurut al Khulli, tafsir model ini tidak

selaras dengan misi tafsir sastra.

Jika dirunut, embrio model penafsiran saintifik sejatinya muncul di

tengah-tengah masyarakat muslim semenjak masa Abbasiyah sebagai

respon terhadap perkembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Diskursus tafsir saintifik cukup marak dalam karya kesarjanan klasik. Abu

Hamid Al-Ghazali (w. 111), misalnya, menegaskan bahwa Al-Qur‟an

memuat informasi ilmu-ilmu ke-alaman dan tidak kontradiktif dengan

penemuan-penemuan saintifik. Pendapat yang dilontarkan al-Ghazali ini

diadopsi oleh al-Râzi (w. 1186) yang menulis Mafâtih al-Ghayb al-

Musytahir bi at-Tafsîr al-Kabîr. Tafsir Al-Razi ini banyak berisi

eksplanasi ilmu-ilmu fisika dan penemuan-penemuan keilmuan abad dua

42

Abdul Majid Abusssalam al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir Al-Qur‟an

Kontemporer Terj. Maghfur Wahid, Al-Izzah (Bangil-Jawa Timur, 1997), h. 310.

Page 57: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

43

belas yang kemudian dianggap sebagai salah satu bentuk perwujudan i‟jâz

Al-Qur‟an.43

4. Tafsir Fiqhi

Bersamaan dengan lahirnya tafsir bi al-ma‟tsûr, lahirlah tafsir yang

bercorak fiqih. Corak tafsir fiqhi adalah corak penafsiran Al-Qur‟an yang

menitik beratkan bahasan dan tinjauannya pada aspek hukum Al-Qur‟an.

Corak tafsir ini muncul bersamaan dengan tafsir bi al-ma‟tsûr sama-sama

dinukilkan dari Nabi Saw, para sahabat langsung mencari keputusan

hukum dari Al-Qur‟an dan berusaha menarik kesimpulan dari hukum

syari‟ah berdasarkan ijtihad. Hal ini juga akibat dari berkembangnya ilmu

fiqih dan terbentuknya madzhab-madzhab fiqih, dimana setiap golongan

berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiran-

penafsiran terhadap ayat-ayat hukum. Kitab tafsir Fiqh ini banyak

ditemukan dalam kitab-kitab fiqh karya imam-imam dari berbagai

Madzhab. Dari kalangan Mu‟tazilah lahir kitab tafsir yang fanatik

terhadap Madzhabnya, yaitu al-Kasyâf karya al-Zamakhsyari, dari

kalangan Hanafiyah lahir kitab Tafsir Rûh al-Ma‟âni karya Al-Alûsi dan

kitab Tafsir Al-Nasafy, dari kalangan Malikiyyah lahir kitab Tafsîr al-

Jâmi‟ li Ahkâm Al-Qur‟ân karya Al-Qurṯubi, dan dari kalangan

43

Nurkholis Setiawan, Al-Qur‟an Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: Elsaq

Press, Cet I, 2006), h. 21-22.

Page 58: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

44

Syafi‟iyyah lahir kitab Tafsîr al-Kabîr (Mafâtih al-Ghayb) karya Al-Fakh

Al-Râzi dan masih banyak lagi kitab-kitab tafsir corak fiqh selain yang

telah disebutkan di atas.44

Corak tafsir fiqh ini muncul karena

berkembangnya ilmu Fiqh dan terbentuknya madzhab-madzhab fiqh yang

setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapat mereka

berdasarkan penafsiran-penafsiran ayat-ayat hukum.45

5. Tafsir Sufi/ Isyâri

Corak tafsir Sufi atau sering disebut pula dengan istilah tafsir Isyâri

adalah penafsiran yang dilakukan oleh para sufi yang pada umumnya

dikuasai oleh ungkapan mistik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat

dipahami kecuali orang-orang Sufi yang menghayati ajaran tasawuf.

Shubhi Shaleh mendefinisikan pengertian tafsir ini dengan tafsir yang

menta‟wilkan ayat tidak menurut ẕahirnya namun disertai usaha

menggabungkan antara ayat yang jelas dan yang tersembunyi.46

Corak ini

timbul akibat lahirnya gerakan-gerakan sufi sebagai reaksi kecenderungan

terhadap materi atau sebagai kompensasi terhadap kelemahan yang

dirasakan. Di antara tafsir yang demikian ialah Tafsîr Al-Qur‟ ân al-„Aẕîm

44

Mohammad Nor Ichwan, Tafsir „Ilmy, Memahami Al-Qur‟an Melalui

Pendekatan Sains Modern, h. 254-267 45

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h.

340. 46

St. Aminah, Pengantar Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir ( Semarang: CV. Assyifa‟,

1993), h. 324.

Page 59: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

45

Karya Al-Tustari, Haqâiq al-Tafsîr karya Al-Sulami dan Arâ‟isy al-Bayân

fi Haqâi‟q Al-Qu‟rân Karya Al-Sairazi. Sebagai dampak kemajuan ilmu

pengetahuan dan peradaban Islam muncullah tafsir dengan berbagai

kecenderungannya. Beberapa kecenderungan atau corak yang nampak

adalah pertama, corak sufistik. Terdapat dua aliran dalam corak sufistik,

yaitu aliran tasawuf teoritis dan aliran tasawuf praktis. Penafsiran

sebagaimana yang disalurkan oleh para ahli tasawuf teoritis ditolak oleh

ulama, karena mereka menakwilkan ayat-ayat Al-Qur'an tanpa mengikuti

cara-cara yang benar. Dan penafsiran model ini sangat sedikit jumlahnya

yang dapat diterima. Menurut Al-Dzahabi, belum ada ulama tasawuf yang

menyusun sebuah kitab tafsir khusus, yang di dalamnya dijelaskan ayat

per ayat, seperti tafsir Isyâri, yang ditemukan hanyalah penafsiran-

penafsiran Al-Qur'an secara parsial yang dinisbatkan kepada Ibn „Arabi,

yaitu pada Kitab al-Futûh al-Makiyyah dan Kitab al-Fusûs, keduanya

ditulis oleh Ibn Arabi. Adapun penafsiran yang dilakukan oleh aliran

tasawuf praktis adalah menakwilkan Al-Qur'an dengan penjelasan yang

berbeda dengan kandungan tekstualnya, yakni berupa isyarat-isyarat yang

hanya dapat ditangkap oleh mereka yang sedang menjalankan suluk.

Namun, tetap memungkinkan untuk menggabungkan antara penafsiran

tekstual dan penafsiran isyarat itu. Penafsiran ini sesuai denganyang

disabdakan oleh Nabi:

Page 60: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

46

لع مط حد ولكل حد حرف ولكل وبطن ظهر اية لكل “Setiap ayat memiliki makna lahir dan batin. Setiap huruf memiliki

batasan-batasan tertentu. Dan setiap batasan memiliki tempat untuk

melihatnya”.

Kitab tafsir yang termasuk kategori ini adalah Tafsîr Al-Qur‟ ân al-

„Aẕîm Karya Al-Tustari dan Haqaiq al-Tafsîr karya Al-Sulami.47

6. Tafsir Falsafi

Corak tafsir falsafi adalah penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an dengan

menggunakan teori-teori filsafat.48

Corak tafsir ini muncul akibat

penerjemahan buku filsafat yang mempengaruhi pemikir Muslim dan

masuknya sebagian ajaran agama lain kedalam Islam dengan membawa

kepercayaan lama mereka yang menimbulkan pendapat yang tercermin

dalam Tafsir mereka,49

dan muncul sebagai akibat dari kemajuan dalam

bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan adanya gerakan

penerjemahan buku-buku asing kedalam bahasa Arab pada masa khalifah

Abbasiyah. Buku-buku filsafat, seperti karya Aristoteles dan juga Plato.50

47

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 1 (Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1993), h. 161. 48

Said Agil Husain al-Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki (Ciputat Pers, Jakarta, 2002), h. 70. 49

Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran (Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, Cet I, 2007), h. 72. 50

Mohammad Nor Ichwan, Tafsir „Ilmy, Memahami Al-Qur‟an Melalui

Pendekatan Sains Modern (Menara Kudus Jogja, Yogyakarta, Cet I, 2004), h. 115.

Page 61: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

47

D. Pengertian Ilmu Balâghah

Istilah “‟Ilm al-Balâghah” terdiri atas dua kata, yaitu ‟Ilm dan al-

Balâghah. Kata “‟Ilm” dapat ditujukan sebagai nama suatu bidang

tertentu. Kata “‟Ilm” juga diartikan sebagai materi-materi pembahasan

dalam kajian suatu disiplin ilmu. Kata “‟Ilm” juga dapat diartikan sebagai

pemahaman yang dimiliki oleh seseorang tentang materi kajian dalam

suatu bidang tertentu.51

Sedangkan kata “al-Balâghah” didefinisikan oleh para ahli dalam

bidang ini dengan definisi yang beragam, di antaranya adalah Ali jarim

dan Musthafa Amin dalam Balâghat al-Wadhîhah mengatakan:

“Adapun balâghah itu adalah mengungkapkan makna yang

estetik dengan jelas mempergunakan ungkapan yang benar,

berpengaruh dalam jiwa, tetap menjaga relevansi setiap kalimatnya

dengan tempat diucapkannya ungkapan itu, serta memperhatikan

kecocokannya dengan pihak yang diajak bicara”.52

Sedangkan menurut Dr. Abdullah Syahhatah, definisi yang benar

untuk term Balâghah dalam kalimat adalah:

“Adapun balâghah itu adalah keberhasilan si pembicara dalam

menyampaikan apa yang dikehendakinya ke dalam jiwa pendengar

(penerima), dengan tepat mengena ke sasaran yang ditandai dengan

kepuasan akal dan perasaannya.53

51

Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islamy, jilid I (Beirut: Dar al-Fikr,

1997), h. 5 52

Ali al-Jarim & Musthafa Amin, Al-Balaghah al-Wadhihah (Kairo: Dar al-

Ma‟arif, tt), h. 8 53

Abdul Jalal, Ulumul Qur‟an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), h. 370.

Page 62: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

48

Dari definisi di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa inti dari

balâghah adalah penyampaian suatu pesan dengan menggunakan

ungkapan yang fasih, relevan antara lafal dengan kandungan maksudnya,

tetap memperhatikan situasi dan kondisi pengungkapannya, menjaga

kepentingan pihak penerima pesan, serta memiliki pengaruh yang

signifikan dalam diri penerima pesan tersebut. Ilmu balâghah berarti suatu

kajian yang berisi teori-teori dan materi-materi yang berkaitan dengan

cara-cara penyampaian ungkapan yang bernilai dari balâghah itu sendiri.

E. Sejarah dan Macam-macam Ilmu Balâghah

Kelahiran dan pertumbuhan balâghah di kalangan masyarakat

penggunanya bersifat arbitrer54

. Orang-orang Arab Jahiliyah pra turunnya

al-Qur‟an telah dikenal sebagai ahli sastra yang kompeten. Mereka mampu

menggubah lirik-lirik sya‟ir atau bait-bait puisi yang mempesona yang

menunjukkan kesadaran dan keahlian mereka dalam bidang sastra yang

bernilai tinggi.

Perkembangan kesusastraan Arab pada era jahiliyah diwarnai oleh

adanya perkembangan berbagai bentuk sastra, baik prosa maupun puisi

yang dikembangkan oleh orang-orang Arab pada masa itu. Perkembangan

tersebut didukung juga oleh adanya berbagai kegiatan yang berlangsung

54

Sewenang-wenang

Page 63: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

49

pada musim haji setiap tahunnya, dengan diadakannya berbagai

perlombaan pidato dan perlombaan membaca sya‟ir, yang diadakan di

berbagai pusat kegiatan pada waktu itu, seperti di Suq „Ukkazh. Kegiatan-

kegiatan seperti itu memberi peluang yang besar bagi para ahli sya‟ir

untuk mengembangkan bahasa dan gaya bahasa mereka dengan ungkapan-

ungkapan yang menarik, baik dari segi zahir lafal, keindahan kata yang

digunakan, maupun kandungan maknanya.55

Selanjutnya Ahmad Thib Raya mengutip pernyataan Syauqi Dheif

menyatakan bahwa bangsa Arab pada masa jahiliyah tersebut telah

mencapai tingkat tinggi dalam menggunakan Balâghah dan Bayân.56

Orang yang melakukan kajian yang serius dan mendalam terhadap sastra

Arab jahiliyah, baik prosa maupun puisinya akan berdecak kagum

terhadap produk-produk kesusastraan yang mereka miliki. Hal tersebut

tampak jelas dari kemampuan mereka untuk mengekspresikan pikiran-

pikiran mereka sampai ke tingkat yang lebih tinggi dalam dunia kefasihan

dan ke-balâghah-an.57

Pengaruh al-Qur‟an terhadap Balâghah „Arabiyyah tersebut begitu

nyata. Hal tersebut ditandai dengan dijadikannya al-Qur‟an sebagai objek

kajian dalam diskursus-diskursus ke-Balâghah-an yang melahirkan karya-

55

Ahmad Thib Raya, Rasionalitas Bahasa Al-Qur‟an (Jakarta: Fikra, 2006), h.

31 56

Ahmad Thib Raya, Rasionalitas Bahasa Al-Qur‟an, h. 32 57

Abd al-„Aziz „Atiq, „Ilm al-Bayân, h. 7

Page 64: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

50

karya besar seperti Kitab Majâz Al-Qur‟ân karya Abu „Ubaidah yang

ditulis karena adanya ketidakpahaman Ibrahim bin Isma‟il terhadap

penggunaan tasybih dalam penggambaran sifat syajarat al-Zaqqûm

(makanan penduduk neraka) dalam firman Allah ayat 65 surat al-Shaffat.

Perkembangan balâghah yang semakin baik tersebut ditandai dengan

munculnya para tokoh yang kompeten dan karya-karya besar mereka pada

abad ke-III H, seperti Abû „Ubaydah, Ibn Quṯaibah, Ibn Hasan al-Rumâni,

al-Farrâ‟, dan Al-Jâhiẕ. Abû „Ubaydah menyusun sebuah kitab tentang

Majâz al-Qur‟ân yang bernama „Ilmu Majâz al-Qur‟ân. Ibn Quṯaibah

menulis kitab Ta‟wîl Musykil al-Qur‟ân, dan Al-Farrâ‟ menulis kitab

Ma‟ân al-Qur‟ân yang meski kebanyakan berisi kajian ilmu Nahwu, tapi

juga menyinggung kajian ilmu Balâghah. Sedangkan al-Rûmani

menyusun kitab Al-Naktu Fî I‟jâz al-Qur‟ân.58

Dan Al-Jâhiẕ dipandang

sebagai tokoh yang sangat berjasa dalam sejarah perkembangan ilmu

balâghah secara umum dan ilmu bayân secara khusus, lewat karya

tulisnya yang berjudul al-Bayân wa al-Tabyîn.59

Ilmu balâghah terus mengalami perkembangan sehingga mencapai

puncaknya pada abad ke-V H yang ditandai dengan semakin utuhnya

kajian-kajian di dalamnya yang tertuang dalam dua kitab yang disusun

oleh Imâm „Abd al-Qâhir al-Jurjâni. Kedua kitab tersebut adalah :

58

„Abd Al-Fattah Lasyin, Al-Ma‟âni Fi Dau‟ Asalib al-Qur‟an al-Karim, h. 16-

17 59

Ahmad Thib Raya, Rasionalitas Bahasa Al-Qur‟an, h. 37

Page 65: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

51

Pertama, kitab Asrâr al-Balâghah yang berisi soal-soal majâz, isti‟ârah,

tamtsîl, tasybîh dan lain-lain dari cabang Ilmu Ma‟âni yang merupakan

bagian dari Balâghah. Kedua, kitab Dalâ‟il al-I‟jâz, yang berisi tentang

keindahan susunan kata dan konteksnya, dengan keindahan makna yang

merupakan keistimewaan uslûb Al-Qur‟an yang menunjukkan

kemukjizatannya.60

Kemudian disusul dengan kemunculan Imam Al-Sakaki pada abad ke-

VII H yang semakin mematangkan keberadaan Ilmu balâghah sebagai

disiplin Ilmu dengan memetakannya menjadi tiga cabang ilmu sebagai

komponennya, yaitu ilmu ma‟âni, ilmu bayân, dan ilmu badî‟. Namun

antara ilmu bayân dan ilmu badî‟ masih beliau gabung dalam satu ilmu

dengan istilah Ilmu al-Mahâsin yang terbagi ke dalam dua bagian, yaitu

Al-Mahâsin al-Lafẕiyyah dan Ma‟nawiyyah. Beliau menyusun sebuah

karya besar yang menguraikan ilmu tersebut disamping ilmu-ilmu

pengetahuan bahasa Arab lainnya. Kitab tersebut dikenal dengan nama

Miftâh al-„Ulûm.61

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa dalam kitab balâghah

permulaan, ilmu balâghah masih belum dipilah kedalam beberapa bagian

seperti sekarang ini. Pemilahan ini dirintis oleh „Abd al-Qâhir al-Jurjâni,

dilanjutkan oleh Al-Sakâki, dan dimantapkan lagi oleh Khâṯib al-

60

Abdul Jalal, Ulumul Qur‟an, h. 372 61

Abdul Jalal, Ulumul Qur‟an, h. 372

Page 66: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

52

Qazwayni. Dalam kitab Talkhîs al-Miftâh yang dikutip oleh „Abd al-Jalâl,

beliau menjelaskan macam-macam ilmu balâghah sebagai berikut:62

1. Ilmu ma‟âni, yang membahas segi lafal Arab yang relevan dengan

tujuannya. Definisinya yaitu :

ا ق اب ط ا م ب ن و ك ي ت ال ب ر ع ال م ل لك ا ال و ح ا أ ب ف ر ع ي د اع و و ل و ص أ و ى ان ع م ال م ل ع و ل ق ي ي س ذ ال ض ر لغ ا ق ف و ن و ك ي ث ي ب ال ل ى ا ض ت ق م ل

“Ilmu Ma‟âni ialah ketentuan-ketentuan pokok dan kaidah-kaidah yang

dengannya diketahui ihwal keadaan kalimat Arab yang sesuai dengan

keadaan dan relevan dengan tujuan pengungkapannya”.

Secara keseluruhan ilmu ma‟âni mencakup 8 macam kajian, yaitu

Isnâd, Musnad Ilaih, Musnad, Muta‟alliqât al-Fi‟li, Qasr, Insyâ‟,

Wasl dan Fasl, Îjâz, Iṯnâb dan Musâwâh. Semua ilmu ini sangat

penting untuk mengetahui perihal kapankah ungkapan harus dalam

bentuk taqdîm, ta‟khîr, wasal, fasl, zikr, hadzf, dan bentuk-bentuk

lainnya.

2. Ilmu bayân, yang membahas segi makna lafal yang beragam.

Definisinya yaitu:

ن ا ع ه ض ع ب ف ل ت ي ق ر ط ب د اح لو ا ن ع م ال اد ر ي إ و واعد ي عرف با ل و ص أ و ى ان ي ب ال م ل ع ن ع م ال ك ل ذ س ف ن ى ل ع ة ي ل ق ع ال لة ل الد ح و ض و ف ض ع ب

“Ilmu bayân ialah beberapa ketentuan pokok dan kaidah yang

dengannya dapat diketahui penyampaian makna yang satu dengan

62

Abdul Jalal, Ulumul Qur‟an, h. 373-374

Page 67: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

53

berbagai ungkapan, namun terdapat perbedaan kejelasan tunjukan

makna antara satu ungkapan dengan ungkapan lainnya yang beragam

tersebut”

Objek kajian Ilmu bayân mencakup 3 macam kajian, yaitu

Tasybîh, Majâz, dan Kinâyah. Melalui ketiga bidang ini kita akan

mengetahui ungkapan-ungkapan Bahasa Arab yang fasih, baik, dan

benar. Dengan pengetahuan tersebut seseorang akan mampu

menangkap kemukjizatan al- Qur‟an dari aspek bahasanya,

maksudnya ia akan mampu menangkap keindahan, ketepatan dan

kehebatan ayat al-Qur‟an baik pada tataran jumlah, kalimah, sampai

kepada huruf-hurufnya.

3. Ilmu badî‟, yang membahas keindahan kalimat Arab. Definisinya

yaitu:

ا و ه و ج و ل ا و ب ف ر ع ي م ل ع و ى ع ي د ب ل ا ة وتكسوه باء و ل ط ا و ن س ح م ل ك ال د ي ز ت ت ال اي ز ل

ال ى ال ض ت ق م ل و ت ق اب ط م د ع ورونقا ب “Ilmu Badî‟ ialah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui bentuk-

bentuk dan keutamaan-keutamaan yang dapat menambah nilai

keindahan dan estetika suatu ungkapan, membungkusnya dengan

bungkus yang dapat memperbagus dan mempermolek ungkapan itu,

disamping relevansinya dengan tuntutan keadaan”.

Dalam penjabarannya ilmu badî‟ mencakup banyak hal, akan

tetapi secara garis besar pembahasan ilmu badî‟ tidak akan terlepas

dari 2 hal yakni Badî‟ Ma‟nawi dan Badî‟ Lafẕi.

Page 68: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

54

BAB IV

METODE DAN CORAK

KITAB AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN

A. Ijmâli Sebagai Metode Kitab Al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân

Ketika menuliskan sebuah karya ilmiah tidak terkecuali dalam menjelaskan

ayat-ayat al-Qur‟an setiap pengarang tentu mempunyai metode dan

kecenderungan tersendiri. Masing-masing mereka memiliki ciri tersendiri dalam

melahirkan sebuah karya baik dari gaya bahasa yang digunakan sampai pada

metodologinya. Dari gaya bahasa dan metodologi yang digunakan nantinya akan

dapat membawa pembaca menyelami karya sang pengarang.

Pemetaan metode tafsir yang digagas oleh al-Farmawi, dalam kitab al-

Bidâyah fî al-Tafsîr al-Mawdû’i, terbagi menjadi metode tahlîlî, metode ijmâli,

metode muqâran, metode mawdû’i. Masing-masing metode memiliki ciri khasnya

masing-masing. Namun meski begitu, dalam sebuah kitab terkadang dapat

ditemukan metode yang digunakan lebih dari satu. Sebagaimana yang telah

disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi1 dalam muqaddimah kitabnya,

metode yang digunakan beliau dalam penulisan kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-

Qur’ân adalah metode tahlîlî.2 Akan tetapi sesuai dengan penyajian penjelasan

yang sifatnya umum dan tidak terperinci, maka penulis mengatakan bahwa kitab

ini ditulis secara ijmâli. Hal ini sesuai dengan keterangan yang telah disampaikan

dalam bab 3 mengenai metode ijmâli, yang merupakan salah satu metode

1 Pada penyebutan setelahnya, penulis menggunakan sebutan “Gus Awis”

2 M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân (Malang: Lisan Arabi, 2018),

h. kha‟

Page 69: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

55

menafsirkan al-Qur‟an dengan cara mengemukakan makna global (mujmal),3

tanpa uraian-uraian panjang lebar,4 dan berdasarkan urutan bacaan dan susunan al-

Qur‟an.5

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân yang

ditulis oleh Gus Awis dilihat dari bentuk penyajiannya yang ditulis ayat demi ayat

secara urut sesuai dengan susunan mushaf berikut penjelasan kata yang hanya

terfokus pada kajian kebahasaan, maka metode yang digunakan oleh Gus Awis

dalam kitabnya dapat digolongkan ke dalam metode ijmâli (global). Contohnya

penjelasan terkait surat al-Fâtihah ayat 1-7:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami

sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah

kami jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat

kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)

mereka yang sesat” (al-Fâtihah ayat 1-7)

Di dalam kitabnya, Gus Awis menjelaskan setiap kata dari masing-masing

ayat. Seperti contoh di atas, beliau memulai dengan menjelaskan sisi kebahasaan

dari lafadz " ٱلله تس " yang merupakan isti’ârah6 makniyyah

7 taba’iyyah

8,

3 M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir Indonesia, h. 134.

4 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.381.

5 Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali

Pers, 2013), h. 207. 6 Isti’ârah, arti asalnya pinjaman. Kata pinjaman dalam pengertian ilmu Bayan berarti

sebuah kata yang ditempatkan bukan pada tempat semestinya, dan hubungan di antaranya dengan

kata yang dimaksudnya musyabbahah (persamaan/ perserupaan). Seperti contoh, “Aku melihat

singa berkhutbah di depan orang-orang”. Kata singa dalam kalimat tersebut disebut Isti‟ârah

karena tidak mungkin ada singa mampu bnerkhutbah di depan orang-orang. Yang dimaksudkan

adalah seorang laki-laki yang seperti singa saking gagahnya dan lantang suaranya, kaitan antara

Page 70: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

56

kemudian istilah-istilah kebahasaan tersebut dijelaskan secara lebih mendetail

melalui catatan kaki. Beliau menjelaskan bahwa huruf ba' pada lafadz " ٱلله تس "

hanya digunakan sebagai kata bantu. Beliau juga menambahkan bahwa di

dalamnya juga terdapat relasi tempat (اىحيية) seperti contoh: "aku berjalan dengan

Zayd" (سزت تزيد) yaitu berjalan pada tempat yang dekat dengan Zayd, bukan

dengan Zayd-nya sendiri.9

Relasi tempat dalam lafadz " ٱلله تس " yakni menunjukkan kedekatan jarak

antara sang Pencipta dengan hamba-Nya, sehingga ia merasa bahwa setiap gerak

gerik yang dilakukannya akan senantiasa diawasi oleh Allah. Demikianlah Allah

memulai kitab-Nya dengan basmalah yang berisikan pesan kepada manusia untuk

memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah.10

Muhammad „Alî al-Sâbûnî

menambahkan keterangan dalam kitab tafsirnya, bahwa huruf ba’ dalam lafadz

" ٱلله تس " memiliki keterkaitan dengan segala hal. Dicontohkan bahwa ketika

seorang yang hendak makan mengucapkan basmalah, maka sejatinya yang ia

lakukan adalah mengambil manfaat dari penyebutan nama Allah tersebut. Karena

itu setiap sesuatu harus dimulai dengan nama-Nya dan dengan nama-Nya lah

terlaksana setiap gerak dan arah.11

singa dengan lelaki yang dimaksud adalah persamaan dalam hal kegagahan dan kelantangan suara

(M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2) 7 Yakni Isti’ârah yang tidak menyebutkan lafadz musyabbah bih melainkan

menggantinya dengan sifat-sifat yang lazim baginya. Seperti contoh, “Dan apabila kematian

(singa) sudah menancapkan kuku-kukunya, maka kau akan menemukan setiap jampi tidak

bermanfaat lagi”. Lafadz singa dibuang dan diganti dengan sifat yang lazim baginya, yaitu

“adzfar” (kuku-kuku) (M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2) 8 Yakni apabila lafadz yang digunakan berupa huruf, fi‟il atau isim musytaq, contoh:

“Dan akau pasti akanmenyalib mereka di batang-batang kurma” digunakan karena saking

tingginya (M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2) 9 M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2

10 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati, 2000), vol. I h. 11

11 M. Ali al-Sabuni, Rawai’ al-Bayan,h. 15

Page 71: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

57

Muhammad „Alî al-Sâbûnî juga menjelaskan tentang makna basmalah, yakni

ketika seseorang melafadzkan حي ٱىسه ح ٱىسه ٱلله maka maksudnya adalah: “Aku تس

memulai dengan menyebut nama Allah dan mengingat-Nya sebelum melakukan

apapun dan aku memohon pertolongan-Nya dalam segala urusanku, sungguh Dia

maha berkuasa atas segala sesuatu.”12

Kemudian pada lafadz selanjutnya " ح ٱىسه حي ٱىسه ", dijelaskan oleh Gus Awis

bahwa di dalamnya terdapat fann al-Ta'dîd, yaitu lafadz حي yang „aṯaf-nya tidak ٱىسه

mengikuti lafadz ح karena kesamaan posisi keduanya, hal ini dikarenakan di ٱىسه

dalamnya terdapat kekuatan makna. Maka lafadz ح lebih dalam maknanya ٱىسه

daripada حي .karena terdapat tambahan huruf Alif ٱىسه13

Selanjutnya lafadz " د لله Gus Awis menjelaskan bahwa lafadz tersebut , " ٱىح

mengandung unsur (ثاىغة) tentang pujian, hal ini disebabkan karena keumuman

fungsi dari alif lam (اه) pada lafaz د adalah untuk mencakup keseluruhan ٱىح

di dalam lafadz tersebut juga terdapat korelasi makna, sebagaimana ,(االسحغسق)

Allah membuka kitab-Nya dengan basmalah yaitu bagian dari pujian yang

dihubungkan dengan menyelaraskan seluruh bagian pujian yang paling sempurna.

Sedangkan dalam lafadz " د لله mencakup beberapa macam konteks " ٱىح

pembicaraan (جيي اىخطاب), yakni khabar yang mengandung makna perintah

.(اس)14

Selanjutnya lafadz " Gus Awis mengatakan bahwa lafadz ini dikhususkan ," لله

dengan huruf lam yang menunjukkan bahwa seluruh pujian khusus hanya untuk

Allah semata, karena Dia-lah pemilik pujian tersebut. Dengan demikian, jika

12

Muhammad „Ali al-Shabuni, Rawâi’ al-Bayân (Beirut: Maktabah al-Ghazali), h. 20 13

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 14

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2

Page 72: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

58

dihubungkan dengan lafadz ي ٱىد يل ي maka yang dimaksud adalah pada hari

kiamat nanti seluruh kepemilikan dan kekuasaan akan hilang kecuali milik Allah,

dan hanya Allah-lah berkuasa.15

Selanjutnya lafadz " حي ٱىسه ح ٱىسه " beliau menjelaskan bahwa dalam lafadz ini

terdapat pengulangan penekanan. Al-Kirmani mengatakan: "Adanya pengulangan

karena rahmat adalah nikmat bagi yang membutuhkan, dalam ayat pertama

disebutkan yang memberi nikmat tersebut (اىع) sedangkan yang diberikan

nikmat tidak disebutkan. Gus Awis juga menjelaskan perbedaan antara lafadz

ح yang diperuntukkan bagi semua manusia tanpa terkecuali, sedangkan ٱىسه حي ٱىسه

dikhususkan untuk orang-orang mukmin pada hari kiamat (balasan berupa

pemberian nikmat serta ampunan).16

Firman Allah " إيهاك سح عي dijelaskan oleh Gus Awis bahwa di " إيهاك عثد

dalamnya terkandung taqdîm dan ta’khîr, yaitu mendahulukan objek (maf'ûl)

dengan tujuan untuk pembatasan (qasr) dan pengkhususan (takhsîs), maksudnya

adalah tidak menyembah selain kepada Allah Swt. Pengulangan إيهاك bertujuan

untuk memutus keikutsertaan, karena jika dihilangkan maka tidak menunjukkan

adanya taqdîm. Sedangkan didahulukannya ibadah dari pertolongan karena ibadah

adalah tujuan dan pertolongan adalah penghubung untuk mencapai ibadah

tersebut. Dikarenakan tujuan lebih utama daripada penghubung, maka ibadah

yang terlebih dahulu disebutkan.17

Gus Awis juga memberikan keterangan terkait firman " إيهاك سح عي " yang

mana terdapat pengalihan kata ganti dari orang ketiga (ḏamîr ghayb) ke kata ganti

15

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 16

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 17

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3

Page 73: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

59

untuk orang kedua (ḏamîr mukhâṯab), dengan demikian seharusnya ayat tersebut

menggunakan kalimat ايا عثد.18

Selanjutnya beliau menjelaskan mengenai iltifat19

pada kalimat " إيهاك إيهاك عثد

yang mana jika dibaca kasrah maka akan إيهاك yaitu huruf “kaf” pada lafadz " سح عي

mengubah makna (menjadi muannats/ perempuan). Sedangkan penggunaan

bentuk jama' dalam pengakuan sebagai sebatas hamba, sebagaimana dalam kitab

Tafsîr Munîr:20

“Penggunaan bentuk jama', tidak dengan mufrod pada " إيه إيهاك سح عي اك عثد

"sebagai pengakuan terbatas hanya untuk al-‘abdu (hamba) ketika di hadapan

Allah Ta'ala. Sebagaimana ia mengatakan: "Tidak pantas bagiku dalam keadaan

sendiri ketika bermunajat kepada-Mu, dan aku malu atas segala keterbatasanku

dan dosa-dosaku, tapi aku menyatukan munajatku kepada para mukmin dan

menghilangkan diriku di antara mereka, maka kabulkanlah doaku bersama

mereka, karena kami menyembah-Mu dan meminta pertolongan hanya kepada-

Mu.21

Kemudian dalam ayat " د ٱ سح قي ط ٱى س ا ٱىص ", Gus Awis menyebutkan bahwa

ayat tersebut mengandung permohonan terhadap sesuatu, dan bukan maksud

untuk mencapai hasilnya tetapi untuk kelangsungan dan kelanjutannya, yakni apa

yang telah Allah Ta'ala tetapkan kepada kita. Sedangkan dalam lafadz " ط س ٱىص

18

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3 19

dalam kalimat terdapat lafadz yang apabila dirubah posisi atau i'rabnya maka akan

mengubah maknanya 20

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3 21

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3

Page 74: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

60

سح قي terdapat isti’ârah tasrîhiyah "ٱى 22

, yaitu agama yang benar.

Diperumpamakannya agama yang benar dengan jalan yang lurus menurut belaiu

karena adanya sisi keserupaan di antara keduanya yaitu meskipun Allah memiliki

kedudukan yang tinggi namun seorang mukmin yang meminta suatu pencapaian

maka harus memutuskan jarak untuk memuliakan pencapaian tersebut.23

Pada ayat “ ي ي ث ع ع أ ط ٱىهري صس سح قي ط ٱى س د ا ٱىص Gus Awis menguti ”ٱ

pendapat al-Kirmani, yang mengatakan bahwa: “ayat tersebut mengandung iṯnâb

yakni menjelaskan sesuatu setelah ketidakjelasan, sebagaimana yang dikehendaki

dengan lafadz ط س Yang pertama berarti tempat untuk berjalan, maka . ٱىص

disebutkan tempatnya tanpa menyebutkan pelakunya. Kemudian yang kedua

diulangi dengan menyebutkan ي ي ث ع ع أ ط ٱىهري yaitu jalan yang dilalui oleh ,صس

para nabi dan orang-orang mukmin”. Dalam firman-Nya ي ي ث ع ع terdapat fann أ

al-muzalzil, yang mana jika ta' mukhâṯab dibaca ḏammah maka maknanya

menjadi tidak teratur/ berubah.24

Selanjutnya dalam firman Allah ي ي غضب ع غ يس ٱى ي ي ث ع ع أ ط ٱىهري ال صس

ي اى menurut Gus Awis didahulukannya orang-orang yang diberi nikmat , ٱىضه

karena lebih utama dari pada orang yang dimurkai lagi sesat. Selain itu juga

untuk menunjukkan seni kesopanan. Beliau juga mengutip keterangan dari kitab

Safwat al-Tafâsir yang menjelaskan: "kenikmatan dinisbatkan kepada Allah

Ta'ala dan tidak dinisbatkan kepada-Nya kesesatan, maka tidak dikatakan:

"Engkau telah memurkainya atau orang-orang yang Engkau sesatkan" yaitu untuk

22

Yakni Isti’ârah yang menggunakan lafadz musyabbah bih. Contoh: “Maka ia (wanita

cantik) mengucurkan mutiara (air mata yang bening) dari narjis (bola mata yang indah) dan

menyirami bunga mawar (pipi yang kemerah-merahan). Ia pun menggigit buah-buahan anggur

(jari jemari yang indah) dengan embun (gigi yang bersih)”. 23

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3 24

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 4

Page 75: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

61

mengajarkan adab seorang hamba kepada terhadap Allah. Dengan demikian, maka

keburukan tidak dinisbatkan kepada Allah sebagai suatu adab meskipun

merupakan ketetapan-Nya. 25

Sedangkan dalam firman اىي ال ٱىضه ي ي غضب ع Gus Awis menjelaskan ,غ يس ٱى

bahwa ayat yang seharusnya adalah غضب ط غ يس ٱى yang merupakan صس

peringkasan dengan menghilangkan kata ط Dalih didahulukannya kemurkaan .صس

daripada kesesatan karena pemberian nikmat menerima balasan, sedangkan

kesesatan tidak akan menerima kenikmatan. Maka kenikmatan dapat

menghubungkan kebaikan kepada pemberi nikmat, sedangkan pembalasan

menghubungkan keburukan kepada yang dimurkai. Pendapat ini dikutip oleh Gus

Awis dari Ibnu Hayyân dalam kitab al-Bahr.26

Berdasarkan contoh yang telah penulis uraikan, akan tampak jelas bahwa

dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an, Gus Awis memulai mengurai ayat

tersebut dengan menjelaskan sisi kebahasaan dari tiap kata secara ringkas dan

mudah dimengerti. Contoh lainnya juga dapat dilihat pada surat al-‘Alaq ayat 1-

5:27

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha

25

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 4-5 26

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 5 27

Penulis mengambil contoh dari surat al-„Alaq dengan alasan bahwa ayat 1 sampai 5

dari surat ini merupakan ayat-ayat pembuka turunnya wahyu (yang pertama kali diturunkan, yaitu

di waktu Nabi Muhammad bertafakkur di gua Hira). Dinamai al-„Alaq (segumpal darah), diambil

dari perkataan‟Alaq yang terdapat pada yat kedua surat ini. Surat ini dinamai juga dengan iqra‟

atau al-Qalam.

Page 76: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

62

Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam. Dia mengajar

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (al-‘Alaq ayat 1-3)

Gus Awis menjelaskan mengenai firman Allah tentang ayat " تل ٱىهري ز أ تٱس ٱقس

ي ق " dan ayat setelahnya yaitu "خ تل ٱل مس ز أ ٱقس " yang merupakan kalam iṯnâb

dengan bentuk mengulang-ulang fi'il. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah

perhatian terkait dengan masalah membaca dan ilmu (pengetahuan).28

Sedangkan dalam ayat " ي ق تل ٱىهري خ ز أ تٱس " dan ayat setelahnya yaitu "ٱقس يه ع

ي عي ا ى س merupakan îjâz qasr yang menyimpan makna halus dari bentuk "ٱل

pendahuluan dan pengakhiran (taqdîm-ta'khîr). Beliau juga mengambil kutipan

dari kitab tafsir al-Qâsimy yang menyebutkan: Ibnu Qayyîm berkata:

“Berfikirlah! mengapa dalam kalimat-kalimat ini terdapat urutan

penciptaan dikumpulkan, dan mengapa urutan-urutan yang berjumlah 4

tersebut disebutkan dengan kata yang ringkas dan bagus? Pertama, Allah

menyebutkan penciptaan secara umum, yakni dengan memberikan wujud

yang khâriji. Kedua, Allah mengkhususkan penjelasannya tentang penciptaan

manusia secara spesifik dikarenakan manusia merupakan objek pembelajaran.

Dan ayat-ayat yang terkait dengan hal tersebut sangat menakjubkan di

antaranya tentang penciptaan manusia dari 'alâqah (segumpal darah). Dalam

ayat lain juga disebutkan bahwa bahan asal manusia adalah debu (turâb),

tanah liat. Adapun cabangannya adalah air yang menjijikan (air mani). Dalam

pembahasan ini, Allah juga menyebutkan awal mula penciptaan, yaitu

segumpal darah yang berasal dari air mani lalu berubah menjadi segumpal

darah.”29

Selanjutnya dalam pembahasan ini, yang dimaksud dengan “Allah

mengajarkan dengan qalam” adalah Allah mengajarkan dengan sesuatu yang

merupakan anugerah paling agung untuk hamba-hamba-Nya. Gus Awis

menjelaskan di dalam kitabnya mengenai manfaat yang akan didapat dengan

perantara qalam, di antaranya; ilmu akan menjadi abadi, hak-hak akan

28

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 521 29

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 521-522

Page 77: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

63

terealisasikan, wasiat-wasiat dapat dipelajari (diketahui), persaksian bisa terjaga,

dan perhitungan dalam jual beli juga dapat dibatasi dengan jelas. 30

Melalui qalam, informasi-informasi yang telah lalu dapat senantiasa terjaga.

Seandainya bukan karena adanya tulisan, maka informasi sebuah zaman akan

terputus. Dengan demikian, orang-orang pada periode khalaf tidak akan

mengetahui madzhab-madzhab di periode salaf. Gus Awis mengatakan bahwa

lupa merupakan cacat terbesar yang dapat merasuk dan merusak urusan dunia dan

agama bagi manusia. Sehingga fungsi kitab bagi manusia adalah sebagai wadah

yang menjaga ilmu agar tidak hilang, sebagaimana wadah (bejana) yang menjaga

makanan agar tidak hilang dan sia-sia.31

Model penafsiran atau dapat juga dikatakan penjelasan balâghah secara

ringkas seperti beberapa contoh yang telah diuraikan di atas, akan banyak sekali

ditemukan dalam al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân. Dan jika dilihat dari

mekanisme yang ditempuh pada metode ijmâli, yang merupakan salah satu

metode menafsirkan al-Qur‟an dengan cara mengemukakan makna global

(mujmal), tanpa uraian-uraian panjang lebar, dan berdasarkan urutan bacaan dan

susunan al-Qur‟an. Maka dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan dalam

penulisan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân adalah metode ijmâli.

Pemilihan metode ijmâli dalam al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ini, menurut

penulis didasarkan pada adanya upaya penyesuaian dengan latar belakang

pengarang yang pada dasarnya merupakan sosok yang telah lama bergelut di

bidang kebahasaan sehingga mampu untuk menjelaskan makna ataupun ungkapan

30

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 522 31

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 522

Page 78: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

64

kata per kata dengan gamblang. Kemudian bahasa yang digunakan adalah bahasa

Arab dengan harapan nantinya kitab ini dapat menjadi salah satu rujukan tafsir

dalam skala internasional.

B. Balâghah Sebagai Corak Kitab Al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân

Sebagaimana disebutkan dalam bab III bahwa para pakar „ulûm al-Qur’ân

membagi corak tafsir ke dalam tujuh corak, di antaranya: corak tafsir bahasa dan

sastra, tafsir sufi, tafsir fiqhi, tafsir falsafi, tafsir „ilmi dan tafsir al-adâb al-

ijtimâ’i. Maka corak al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân dengan melihat beberapa

indikator yang ada, seperti: (1) Nama kitab yang diberikan pengarang yakni al-

Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân (اىشاو في تالغة اىقسا) secara langsung telah memberi

informasi bahwa kitab ini akan sangat erat dengan pembahasan tentang balâghah.

(2) Kata pengantar kitab yang disampaikan oleh dua Profesor Linguistik Timur

Tengah yaitu Ahmad Darwish Ibrahim Muhammad (guru besar balaghoh dan

kritik sastra di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir) dan Abdurrohim Muhammad

Al-Kurdi (guru besar kritik sastra modern di Universitas Kanal Suez).32

(3)

Referensi, dari sekian banyak referensi yang digunakan, Gus Awis lebih banyak

merujuk pada kitab-kitab kebahasaan dibanding kitab-kitab tafsir. (4) Pembahasan

kitab, dalam kitab ini fokus bahasan tertuju pada balâghah. Maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa tafsir tersebut bercorak bahasa dan sastra sesuai dengan apa

yang disampaikan beliau dalam muqaddimah kitabnya, karena memang Gus Awis

32

Ahmad Darwis Ibrahim Muhammad, “Sambutan Ketua bidang Balaghah di Universitas

Dar al‟Ulum, Mesir pada Penerbitan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân”, dalam al-Syâmil Fî

Balâghat al-Qur’ân dan Abd al-Rahim Muhammad al-Kurdi “Sambutan Ustadz al-Naqd wa al-

Adab al-‘Arabî al-Hadîs di Universitas Qanât al-Swîs, Mesir Penerbitan al-Syâmil Fî Balâghat al-

Qur’ân”, dalam al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân.

Page 79: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

65

mempunyai basis keilmuan bahasa Arab. Namun demikian, dalam tafsirnya beliau

menyajikan dengan gaya bahasa dan redaksi yang sangat teliti.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai 2 indikator33

penting yang mendasari

penyebutan kitab ini sebagai kitab yang bercorak balâghah.

1. Sumber Penafsiran

Pada bab III telah dijelaskan bahwa sumber penafsiran terbagi menjadi dua.

Adakalanya bi al-ma’tsûr atau riwayat, yakni sumber yang terbatas pada riwayat

Rasulullah SAW, para sahabat, atau murid-murid mereka dari kalangan Tâbi’în

dan juga Tâbi’ al-Tâbi’în.34

Adapula bi al-ra’yi, yakni yang dalam menjelaskan

maknanya, mufassir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan

(istinbȃṯ) yang didasarkan pada ra‟yu (akal) semata.35

Tentu dengan syarat-syarat

tertentu yang harus dimiliki oleh seorang mufassir.

Sebagaimana yang telah dipaparkan di point A terkait penjelasan surat al-

Fâtihah dan surat al-‘Alaq, maka dapat disimpulkan bahwa penjelasan ayat-ayat

al-Qur‟an yang ditempuh oleh Gus Awis adalah berdasarkan ro’yunya sendiri. Hal

ini terbukti dengan penjelasan-penjelasan di dalam kitabnya yang lebih terfokus

pada kajian kebahasaan kosa kata al-Qur‟an. Selain itu, dari beberapa contoh

penjelasan yang telah dianalisis oleh penulis juga tidak ditemukan adanya

penukilan riwayat sebagai dasar sumber tafsiran. Namun demikian, dalam

menjelaskan kandungan makna ayat Gus Awis tidak serta merta menafikan

penafsiran-penafsiran yang telah ditempuh oleh ulama-ulama terdahulu.

33

Dua indikator sebelumnya telah dibahas pada bab II 34

Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insan Press, 1999), h.

295. 35

Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, h.488.

Page 80: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

66

Kemudian dilihat dari referensi yang digunakannya, Gus Awis juga banyak

mengutip pendapat dari para ahli yang berkompeten. Dalam bidang tafsir

misalnya, beliau banyak mengutip dari mufassir-mufassir senior seperti; tafsir al-

Bahr al-Muhîṯ karya Abû Hayyân Muhammad ibn Yusuf al-Andâlûsi, al-Wasîṯ fi

tafsîr al-Qur’an al-Mâjîd karya Abû al-Hasan „Ali ibn Ahmad al-Wahîdiy al-

Naisâbûri, al-Jâmi’ li ahkâm al-Qur’ân karya al-Qurṯûby, al-Kasyâf karya al-

Zamakhsyari, dan Mafâtih al-Ghayb karya al-Râzy.36

Sedangkan dalam bidang kebahasaan, beliau banyak mengambil referensi dari

ulama-ulama terdahulu seperti; Marji’ al-ṯalâb fî al-Insyâ’ karya Ibrâhîm Syams

al-Dîn, Badî’ al-Qur’ân karya Ibn Abî al-Usbu‟i, al-Tibyân fî I’râb al-Qur’ân

karya Abû al-Baqâ‟ al-„Akbari, Tsalâts Rasâil fî I’jâz al-Al-Qur’ân karya Abû

Sulaimân Hammad ibn Muhammad al-Khiṯâbi dan Abû al-Hasan „Ali ibn „Isâ al-

Ramâniy dan Abû Bakar „Abd al-Qâhar al-Jurjâny, al-Hujjah fî ‘ila al-Qirâ’ât al-

Sab’ karya Abû „Ali al-Fârisi, al-Tashîl li ‘Ulûm al-Tanzîl karya Abû al-Qâsim

Muhammad ibn Ahmad ibn Jazy al-Kalabi al-Gharnâṯi, Kitâb al-Badî’ karya Abû

al-„Abbâs „Abd Allâh ibn Mu‟taz, Badâi’ al-Fawâid karya Abû „Abd Allâh

Muhammad ibn al-Qayyim al-Jawziyah, Kitâb al-Fawâid al-Masyûq ilâ ‘Ulûm al-

Qur’ân wa ‘Ilm al-Bayân karya Abû „Abd Allâh Muhammad ibn al-Qayyim al-

Jawziyah, dan masih banyak lagi.37

Total keseluruhan rujukan yang beliau gunakan berjumlah 65 rujukan.

Kesemuanya itu telah beliau cantumkan pada halaman kepustakaan “Daftar

Pustaka”. Jika mengamati rujukan/ referensi dari M. Afifudin Dimyathi, akan

terlihat bahwa beliau tidak hanya merujuk kepada tafsir-tafsir sebelumnya atau

36

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 591-592 37

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 591-596

Page 81: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

67

kepada referensi yang berkaitan dengan ‘Ulûm al-Qur’ân saja melainkan genre

kitab yang sangat mendominasi dari rujukan yang diambil oleh Gus Awis adalah

kitab-kitab kebahasaan. Inilah salah satu indikator yang menguatkan bahwa kitab

ini bercorakkan balâghah.

2. Bahasan Penafsiran

M. Quraish Shihab telah menyampaikan maksud dari menjelaskan kandungan

Al-Qur‟an dari segi aspek sastra yakni dengan adanya analisis kebahasaan

terhadap asal kata, bentuk lafadz, penjelasan nahwu, saraf, qirâ’at, menggunakan

bait-bait sya‟ir Arab, dan perkembangan bahasa.38

Corak bahasa dan sastra dalam

penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an memiliki beberapa titik fokus, di antaranya; i’râb

al-Qur’ân dan Balâghat al-Qur’ân. Nah dalam hal ini, Gus Awis memfokuskan

tafsirannya di bidang balâghat al-Qur’ân baik itu ilmu ma’âny39

, badî’40

dan

bayân41

. Berikut ini pembahasannya:

38

Lihat juga Anshori, majruul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan,

Ulinnuha (ed.) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), cet I, h. 218. 39

Ilmu ini mempelajari tentang bagaimana kita mengungkapkan suatu ide atau perasaan

ke dalam sebuah kalimat yang sesuai dengan tuntutan keadaan. Bidang kajian ilmu ini meliputi:

kalâm dan jenis-jenisnya, tujuan-tujuan kalâm, wasl dan fasl, qasr, dzikr, dan hazf, ‘ijâz, musâwah,

dan itnâb.

40 Ilmu ini membahas tata cara memperindah suatu ungkapan, naik pada aspek lafadz,

maupun pada aspek makna. Ilmu ini membahas dua bidang utama, yaitu muhassinât lafdziyyah

dan muhassinât ma’nawiyyah. 41

Suatu ilmu untuk mengungkapkan suatu makna dengan berbagai uslub. Objek

pembahasan ilmu ini adalah uslub-uslub yang berbeda yang kemudian digunakan untuk

mengungkapkan suatu ide yang sama. Ilmu bayân berfungsi untuk mengetahui macam-macam

kaidah pengungkapan, sebagai ilmu seni untuk meneliti setiap uslub dan sebagai alat penjelas

rahasia balaghah. Kajiannya mencakup taysbih, majâz, dan kinâyah.

Page 82: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

68

a. Ilmu Ma’âny

Secara keseluruhan ilmu ma’âny mencakup 8 macam kajian, yaitu Isnâd,

Musnad Ilaih, Musnad, Muta’alliqât al-Fi’li, Qasr, Insyâ’, Wasl dan Fasl, Îjâz,

Iṯnâb dan Musâwâh. Semua ilmu ini sangat penting untuk mengetahui perihal

kapankah ungkapan harus dalam bentuk taqdîm, ta’khîr, wasal, fasl, zikr, hadzf,

dan bentuk-bentuk lainnya. Berikut ini pengkategorian ilmu ma’âny dari surat al-

Fâtihah, Al-Baqarah, dan al-‘Alaq:

Tabel 4.1: Ilmu Ma’âny

NO SURAT/

AYAT LAFADZ TERM KATEGORI

1 Al-Fâtihah : 5 Îjâz Ma’âny

2

Taqdîm dan

ta’khîr Ma’âny

3 Al-Fâtihah : 6-

7

Iṯnâb Ma’âny

4 Al-Fâtihah : 7

Taqdîm Ma’âny

5

Îjâz Ma’âny

6 Al-Baqarah : 2 Taukîd Ma’âny

7 Îjâz Ma’âny

Page 83: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

69

8 Al-‘Alaq : 1dan

3

Iṯnâb Ma’âny

9 Al-‘Alaq : 1 Îjâz Ma’âny

Berikut akan diurai secara lebih detil terkait ilmu Ma’âny yang terkandung

dalam surat al-Fâtihah, Al-Baqarah, dan al-‘Alaq:

" إيهاك سح عي dijelaskan oleh Gus Awis bahwa di dalamnya " إيهاك عثد

terkandung taqdîm dan ta’khîr, yaitu mendahulukan objek (maf'ûl) dengan tujuan

untuk pembatasan (qasr) dan pengkhususan (takhsîs).42

Selaras dengan penafsiran

Ibnu Katsir yang menerangkan tentang faedah didahulukannya maf’ul yakni

lafadz dan setelah itu diulangi lagi, bertujuan untuk mendapatkan perhatian إيهاك

dan juga sebagai pembatasan. Artinya: “Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu,

dan kami tidak bertawakkal kecuali hanya kepada-Mu.” Dan ini merupakan

puncak kesempurnaan sebuah ketaatan, karena agama ini secara keseluruhan

hanya kembali kepada dua makna di atas.43

Pada ayat “ ي ي ث ع ع أ ط ٱىهري صس سح قي ط ٱى س د ا ٱىص Gus Awis mengutip ”ٱ

pendapat al-Kirmani, yang mengatakan bahwa: “ayat tersebut mengandung iṯnâb

yakni menjelaskan sesuatu setelah ketidakjelasan, sebagaimana yang dikehendaki

dengan lafadz ط س Yang pertama berarti tempat untuk berjalan, maka . ٱىص

disebutkan tempatnya tanpa menyebutkan pelakunya. Kemudian yang kedua

diulangi dengan menyebutkan ص ي ي ث ع ع أ ط ٱىهري س , yaitu jalan yang dilalui oleh

para nabi dan orang-orang mukmin”. Dalam firman-Nya ي ي ث ع ع terdapat fann أ

42

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3 43

Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2014),

Penerjemah: Abu Hasan Bashri, juz I, h. 82

Page 84: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

70

al-muzalzil, yang mana jika ta' mukhâṯab dibaca ḏammah maka maknanya

menjadi tidak teratur/ berubah.44

Sedangkan dalam firman اىي ال ٱىضه ي ي غضب ع Gus Awis menjelaskan ,غ يس ٱى

bahwa ayat yang seharusnya adalah غضب ط غ يس ٱى yang merupakan صس

peringkasan dengan menghilangkan kata ط Dalih didahulukannya kemurkaan .صس

daripada kesesatan karena pemberian nikmat menerima balasan, sedangkan

kesesatan tidak akan menerima kenikmatan. Maka kenikmatan dapat

menghubungkan kebaikan kepada pemberi nikmat, sedangkan pembalasan

menghubungkan keburukan kepada yang dimurkai. Pendapat ini dikutip oleh Gus

Awis dari Ibnu Hayyân dalam kitab al-Bahr.45

Kemudian Gus Awis menjelaskan mengenai firman Allah tentang ayat " أ ٱقس

ي ق تل ٱىهري خ ز " dan ayat setelahnya yaitu "تٱس تل ٱل مس ز أ ٱقس " yang merupakan

kalam Iṯnâb (bentuk pengulangan fi'il).46

Hal tersebut dimaksudkan untuk

menambah perhatian terkait dengan masalah membaca dan ilmu (pengetahuan).

Kalam Iṯnâb sendiri adalah “Mendatangkan makna dengan ucapan yang lebih

banyak dari maknanya, sebab ada gunanya (bukan melantur).”47

Kemudian dalam

ayat " ي ق تل ٱىهري خ ز أ تٱس " dan ayat setelahnya yaitu "ٱقس ي عي ا ى س ٱل يه ع "

merupakan îjâz qasr yang menyimpan makna halus dari bentuk pendahuluan dan

pengakhiran (taqdîm-ta'khîr).

Sedangkan lafadz ية في ذ ىل اىنح اب merupakan taukid dari lafadz ال ز , Imam al-

Râzi menjelaskan dalam Nihâyat al-Îjâz terkait didahulukannya lafadz ية atas ز

44

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 4 45

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 5 46

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 522 47

Moch Anwar, Jauhar Makmun atau Ilmu Balaghah,terjemahan Imam Akhdlori

(Bandung: PT Alma‟arif, 1985), h. 115-116

Page 85: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

71

jâr majrûr ( yaitu dikarenakan penyebutan seperti itulah adalah penyebutan (في

yang paling utama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kitab-kitab selain

al-Qur‟an di dalamnya terkandung keraguan.48

Lafadz ية في juga merupakan Îjâz dengan membuang muḏâf. Adapun ال ز

perkiraan lafadz yang seharusnya menurut Gus Awis adalah ال زية في ازاى ا في

.دايح49

b. Ilmu Badî’

Dalam penjabarannya ilmu badî’ mencakup banyak hal, akan tetapi secara

garis besar pembahasan ilmu badî’ tidak akan terlepas dari 2 hal yakni Badî’

Ma’nawi dan Badî’ Lafẕ. Berikut ini pengkategorian ilmu badî’ dari surat al-

Fâtihah dan Al-Baqarah:

Tabel 4.2 : Ilmu Badî’

NO SURAT/

AYAT LAFADZ TERM KATEGORI

1 Al-Fâtihah : 1

Fann al-

Ta'dîd Badî’

2 Al-Fâtihah : 2 Mubâlagha

h Badî’

3 Al-Fâtihah : 5

Fann al-

muzalzil Badî’

4 Iltifat Badî’

5 Al-Fâtihah : 7 Fann al-

muzalzil Badî’

6

Fann al-

Ta'dîb Badî’

48

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7 49

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7

Page 86: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

72

7 Al-Baqarah : 1 Fann al-

Ittisâ’ Badî’

8 Husn al-

Iftitâh Badî’

9 Al-Baqarah : 2 Istikhdâm Badî’

Berikut akan diurai secara lebih detil terkait ilmu badî’ yang terkandung

dalam surat al-Fâtihah, Al-Baqarah, dan al-‘Alaq:

Pada lafadz " حي ٱىسه ح ٱىسه ", dijelaskan oleh Gus Awis bahwa di dalamnya

terdapat fann al-Ta'dîd. Fann al-Ta'dîd atau tansîq al-Sifât yaitu mutakallim

mengucapkan kata-kata yang memiliki konteks yang sama, kebanyakan fann al-

Ta'dîd di al-Qur‟an berupa sifat-sifat Allah dengan ketentuan kedua lafadz

tersebut tidak boleh di-„aṯafkan.50

Dengan demikian fann al-Ta'dîd dalam lafadz "

ٱ ح ٱىسه حي ىسه " yaitu lafadz حي yang „aṯaf-nya tidak mengikuti lafadz ٱىسه ح ٱىسه

karena kesamaan posisi keduanya, hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat

kekuatan makna. Maka lafadz ح lebih dalam maknanya daripada ٱىسه حي karena ٱىسه

terdapat tambahan huruf Alif.51

Banyak ulama yang berpendapat bahwa al-Rahmân maupun al-Rahîm

keduanya terambil dari akar kata “rahmat”, al-Rahmân setimbang dengan (فعال)

yang menunujukkan arti kesempurnaan, sedangkan al-Rahîm (فعيو) menunjuk

kepada kesinambungan. Sehingga tidak ada bentuk jamak dari kata al-Rahmân,

karena kesempurnaannya itu, dan tidak ada juga yang pantas dinamai al-Rahmân

kecuali Allah. Lain halnya dengan al-Rahîm yang dapat dijamak dengan ruhamâ’,

dalam al-Qur‟an kata al-Rahîm digunakan untuk menunjuk sifat Rasul

50

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 51

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2

Page 87: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

73

Muhammad yang menaruh belas kasih teramat dalam terhadap umatnya,

sebagaimana firman Allah dalam surat al-Tawbah ayat 128:

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat

terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)

bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata al-Rahîm dapat

menjadi sifat Allah dan juga sifat makhluk. Demikian yang dijelaskan Quraish

Shihab dalam tafsirnya.52

Selanjutnya lafadz " د لله Gus Awis menjelaskan bahwa lafadz tersebut , " ٱىح

mengandung unsur “yang lebih” (ثاىغة) tentang pujian, hal ini disebabkan karena

keumuman fungsi dari Alif lam (اه) pada lafadz د adalah untuk mencakup ٱىح

keseluruhan (االسحغسق).53

Hal senada juga dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam

tafsirnya, bahwa alif lam pada lafadz د dimaksudkan untuk istighraq yakni ٱىح

untuk mencakup segala jenis dan bentuk pujian hanya bagi Allah semata.54

Pada lafadz " Gus Awis juga mengatakan bahwa lafadz ini dikhususkan ," لله

dengan huruf lam yang menunjukkan bahwa seluruh pujian khusus hanya untuk

Allah semata, karena Dia-lah pemilik pujian tersebut. Dengan demikian, jika

dihubungkan dengan lafadz ي ٱىد يل ي maka yang dimaksud adalah pada hari hari

52

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. I h. 33-34 53

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 54

Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2014),

Penerjemah: Abu Hasan Bashri, juz I, h.75

Page 88: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

74

kiamat nanti seluruh kepemilikan dan kekuasaan akan hilang kecuali milik Allah,

dan hanya Allah yang memiliki dan berkuasa.55

Penjelasan mengenai fann al-muzalzil pada kalimat " إيهاك سح عي إيهاك عثد ",

fann al-muzalzil adalah berubahnya suatu makna dalam kalimat disebabkan

perubahan posisi kata atau i‟rab kata.56

Dengan demikian jika huruf “kaf” pada

lafadz إيهاك dibaca kasrah maka akan mengubah makna (menjadi muannats/

perempuan). Gus Awis juga memberikan keterangan terkait firman " إيها ك سح عي "

yang mana terdapat pengalihan kata ganti dari orang ketiga (ḏamîr ghayb) ke kata

ganti untuk orang kedua (ḏamîr mukhâṯab), dengan demikian seharusnya ayat

tersebut menggunakan kalimat ايا عثد.57

Selanjutnya beliau menjelaskan mengenai iltifat58

pada kalimat " إيهاك إيهاك عثد

yang mana jika dibaca kasrah maka akan إيهاك yaitu huruf “kaf” pada lafadz " سح عي

mengubah makna (menjadi muannats/ perempuan).

Dalam ayat pertama surat al-Baqarah, Gus Awis mengatakan bahwa lafadz اى

merupakan Fann al-Ittisâ’ yaitu salah satu kategori Îjâz yang berfungsi untuk

mendatangkan kalimat yang memuat takwilan berbagai makna.59

Dengan

demikian lafadz اى yang merupakan huruf muqaṯṯa’ah atau juga disebut huruf

majâz memiliki kandungan makna yang sangat luas. Rasyad Khalifah berpendapat

bahwa huruf-huruf itu menurutnya adalah isyarat tentang huruf-huruf yang

terbanyak dalam surat-suratnya. Dalam surat Al-Baqarah, huruf terbanyak alif,

55

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 56

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3 57

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3 58

dalam kalimat terdapat lafadz yang apabila dirubah posisi atau i'rabnya maka akan

mengubah maknanya 59

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 6

Page 89: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

75

kemudian lam dan mim. Hal demikian berlaku pada setiap surat yang diawali

dengan huruf muqaṯṯa’ah, kecuali pada surat Yâsin. Kedua huruf yang dipilih

pada surat tersebut adalah huruf yang paling sedikit digunakan. Namun pendapat

ini sangat kontroversial, sehingga perlu adanya penelitian seksama sebelum

membenarkan hipotesis ini. Demikian yang dipaparkan M.Quraish Shihab di

dalam tafsir al-Misbâh.60

Ayat ini juga termasuk ayat-ayat mutasyâbihât yang

penyebutannya bertujuan untuk menambah keimanan dan mendorong manusia

agar lebih bertafakkur terhadap ayat-ayat yang diciptakan Tuhan.61

Gus Awis menjelaskan bahwa ayat kedua surat ini mengandung Husn al-

Nasaq, maksudnya adalah si mutakallim mendatangkan kata-kata yang saling

bersusulan dengan baik.62

Susunan tersebut terdiri dari beberapa jumlah yang

berturut-turut dan konsisten tanpa disertai huruf ‘aṯaf. Lafadz ذ ىل dalam ayat

kedua merupakan isim isyârah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang

letaknya jauh, isyarat jauh ini bertujuan untuk memberi kesan bahwa kitab suci ini

berada dalam kedudukan yang amat tinggi dan sangat jauh dari jangkauan

makhluk (dari segi kesempurnaan). Sedangkan lafadz ية في merupakan taukid ال ز

dari lafadz ذ ىل اىنح اب , Imam al-Râzi menjelaskan dalam Nihâyat al-Îjâz terkait

didahulukannya lafadz ية ) atas jâr majrûr ز yaitu dikarenakan penyebutan (في

seperti itulah adalah penyebutan yang paling utama. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kitab-kitab selain al-Qur‟an di dalamnya terkandung

keraguan.63

60

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. I h. 84 61

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 6 62

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 6 63

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7

Page 90: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

76

Lafadz ية في juga merupakan Îjâz dengan membuang muḏâf. Adapun ال ز

perkiraan lafadz yang seharusnya menurut Gus Awis adalah ال زية في ازاى ا في

.دايح64

c. Ilmu Bayân

Objek kajian ilmu Bayân mencakup 3 macam kajian, yaitu Tasybîh, Majâz, dan

Kinâyah. Melalui ketiga bidang ini kita akan mengetahui ungkapan-ungkapan

Bahasa Arab yang fasih, baik, dan benar. Dengan pengetahuan tersebut seseorang

akan mampu menangkap kemukjizatan al- Qur‟an dari aspek bahasanya,

maksudnya ia akan mampu menangkap keindahan, ketepatan dan kehebatan ayat

al-Qur‟an baik pada tataran jumlah, kalimah, sampai kepada huruf-hurufnya.

Berikut ini ilmu Bayân yang terkandung dalam surat al-Fâtihah dan Al-Baqarah:

Tabel 4.3 : Ilmu Bayân

NO SURAT/

AYAT LAFADZ TERM KATEGORI

1 Al-Fâtihah : 1 Isti’ârah Bayân

2 Al-Fâtihah : 6 Isti’ârah Bayân

3 Al-Baqarah : 3 Majâz ‘Aqli Bayân

4 Majâz

mursal Bayân

5 Al-Baqarah : 5 Isti’ârah Bayân

Berikut akan diurai secara lebih detil terkait corak tafsiran yang terkandung

dalam surat al-Fâtihah, Al-Baqarah, dan al-‘Alaq:

Sisi kebahasaan dari lafadz " ٱلله تس " adalah isti’ârah makniyyah taba’iyyah.65

Penjelasan mengenai istilah-istilah tersebut secara lugas dipaparkan oleh Gus

64

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7 65

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2

Page 91: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

77

Awis melalui catatan kaki. Dalam ilmu balâghah yang dimaksud dengan isti’ârah

telah dijelaskan oleh Ali Al-Jarim dan Musthofa Amin dalam bukunya al-

Balâghah al-waḏîhah sebagai berikut:

اإلستعارة هي ماز علق ته المشاب هة دائما“Isti’ârah adalah majâz yang „alâqah-nya selalu musyâbahah”.

Sedangkan makniyyah dan taba’iyyah merupakan cabang/ bagian dari

Isti’ârah. Isti’ârah makniyyah adalah isti’ârah yang tidak menyebutkan lafadz

musyabbah bih, melainkan menggantinya dengan sifat-sifat yang lazim baginya.66

Seperti contoh, “Dan apabila kematian (singa) sudah menancapkan kuku-

kukunya, maka kau akan menemukan setiap jampi tidak bermanfaat lagi”. Lafadz

singa dibuang dan diganti dengan sifat yang lazim baginya, yaitu “aẕfâr” (kuku-

kuku). Dan yang dimaksud dengan isti’ârah taba’iyyah adalah apabila lafadz

yang digunakan berupa huruf, fi‟il atau isim musytaq, contoh: “Dan aku pasti akan

menyalib mereka di batang-batang kurma” digunakan karena saking tingginya.67

Sedangkan dalam lafadz " سح قي ط ٱى س ٱىص " terdapat Isti’ârah Tasrîhiyah 68

, yaitu

agama yang benar. Diperumpamakannya agama yang benar dengan jalan yang

lurus menurut belaiu karena adanya sisi keserupaan di antara keduanya yaitu

meskipun Allah memiliki kedudukan yang tinggi namun seorang mukmin yang

meminta suatu pencapaian maka harus memutuskan jarak untuk memuliakan

pencapaian tersebut.69

66

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 67

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2 68

Yakni Isti’ârah yang menggunakan lafadz musyabbah bih. Contoh: “Maka ia (wanita

cantik) mengucurkan mutiara (air mata yang bening) dari narjis (bola mata yang indah) dan

menyirami bunga mawar (pipi yang kemerah-merahan). Ia pun menggigit buah-buahan anggur

(jari jemari yang indah) dengan embun (gigi yang bersih)”. 69

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 3

Page 92: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

78

Selanjutnya lafadz حهقي د ىي dalam ayat kedua merupakan Majâz ‘Aqli,

maksudnya adalah penyandaran perbuatan atau sejenisnya kepada sesuatu yang

bukan sebenarnya karena adanya „alaqah serta qarînah (susunan kalimat) yang

mencegah terjadinya penyandaran makna ke lafadz tersebut.70

Dalam hal ini

sumber hidayah semestinya hanya disandarkan kepada al-Qur‟an sedangkan sang

pemberi hidayah disandarkan kepada Allah semata. Selanjutnya seperti yang

dikehendaki dalam lafadz, objek sasaran petunjuk tersebut adalah orang-orang

yang bertaqwa. Kemudian lafadz dalam ayat ini merupakan lafadz tankîr د

yang berfungsi sebagai tafkhîm (pengagungan).71

Gus Awis juga mengatakan

bahwa ayat حهقي د ىي merupakan Iktifâ’72

maksudnya adalah tidak disebutkannya

suatu kata karena telah diketahui padanannya, sehingga penyebutan salah satunya

sudah mewakili keduanya.73

Gus Awis menjelaskan dalam kitabnya bahwa objek

sasaran ayat ini yang sesungguhnya adalah untuk seluruh manusia (bukan hanya

orang-orang yang bertaqwa). Dengan demikian lafadz yang kira-kira dibuang

adalah ي س اف ن اى .74

70

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7 71

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7 72

Iktifa’ merupakan salah satu jenis Ijaz bi al-Hadzf 73

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7 74

M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 7

Page 93: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang telaah terhadap kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-

Qur’ân, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Metodologi yang digunakan oleh M. Afifudin Dimyathi dalam kitab al-

Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân adalah metode ijmâli, yang merupakan salah satu

metode menafsirkan al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global

(mujmal), tanpa uraian-uraian panjang lebar, dan berdasarkan urutan bacaan dan

susunan al-Qur’an. Kemudian dari segi sumber yang digunakan, beliau

menggunakan pendekatan bi al-Ra’yi yang dalam menjelaskan maknanya beliau

hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan (istinbȃṯ) yang

didasarkan pada ra’yu (akal). Sedangkan dilihat dari fokus penjelasannya, corak

yang digunakan dalam kitab ini yaitu corak balâghah (Bahasa dan Sastra),

pernyataan ini sesuai dengan analisis penulis terhadap beberapa indikator yang

ada dan juga sesuai dengan paparan pengarang dalam muqaddimah kitabnya.

B. Saran-saran

Al-Qur’an ibarat sumber mata air yang tak mengenal kering untuk digali

sampai hari kiamat. Al-Qur’an semakin kita kaji lebih dalam isinya, maka akan

semakin banyak petunjuk-petunjuk hidup yang kita dapatkan. Keterbatasan

penulis dalam penelitian ini, melahirkan ruang bagi siapa saja untuk dapat

mengkaji perkembangan tafsir al-Qur’an lebih mendalam lagi dari pada penelitian

Page 94: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

80

yang penulis lakukan, terlebih yang fokus dalam bidang balâghah. Untuk itu ada

dua saran dari hasil penelitian ini:

1. Secara akademis, menunjukkan bahwa tafsir lokal harus dijunjung tinggi

nilainya, sebagai bukti tonggak sejarah karya ulama Nusantara dan harus

dikembangkan lebih jauh lagi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Secara praktis, penelitian ini bisa dijadikan bahan rujukan bagi peneliti-

peneliti selanjutnya dan bisa dijadikan koreksi bersama demi melengkapi

kekurangan yang ada.

Page 95: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

81

DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta, Ending Soetari. Pengantar Ilmu Tafsir Al-Qur’an. Bandung: Yayasan

Amal Bakti, 2013.

Al-Dzahabi, Muhammad Husain. Al-Tafsîr wal Mufassirûn. Maktabah Mash‟ab

bin Umair al-Islamiyah, 2004.

Af‟idaf, Shikhkhatul. “Metode dan Corak tafsir Al-Wasit Karya Wahbah

Zuhaili”. Skripsi UIN Walisongo, 2017.

Aminah, St. Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Semarang: CV. Assyifa‟,

1993.

Amir, Mafri dan Lilik Ummi Kultsum. Literatur Tafsir Indonesia. Ciputat:

Litbang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Anshori. Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Ulinnuha

(ed.) Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Anwar, Moch. Jauhar Makmun atau Ilmu Balaghah,terjemahan Imam Akhdlori.

Bandung: PT Alma‟arif, 1985.

Anwar, Rosihan. Samudra al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir. Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2009.

Baidan, Nashrudin. Metode Penafsiran Al-Qur’an, Terhadap Ayat-Ayat yang

Beredaksi Mirip. Yogyakarta: Pustaka pelajar, Cet 1, 2002.

Bakr, Jalâl al-Dîn „Abd al-Rahmân Abi. al-Itqân fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Bairut: Dar

al-Kutb al-„Ilmiah, 2007.

Dimyathi, M. Afifudin. al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân. Malang: Lisan Arabi,

2018.

Al-Farmawy, Abd al Hayyi. al-Bidayah fi al-Tatfsir al-Maudlu’i. Dirasah

Manhajiyyah Maudhu‟iyah: t.k., t.p.

Al-Fattah, „Abd Lasyin. Al-Ma’âni Fi Dau’ Asalib al-Qur’an al-Karim

Page 96: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

82

Federspiel, Howard M. Popular Indonesian Literature of The Qur’an. New York:

Cornell Modern Indonesian Project, 1994.

Fudlaili, Mashuri Sirajuddin Iqbal. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa,

1989.

Ghafur, Saiful Amin. Profil Para Mufassir. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,

2008.

Gozali, Nanang. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Teras, 2005.

Hadi, Nur. “Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzhim karya Raden Penghulu Tabshir Al-

Anam Karaton Kasunanan Surakarta. Studi Metode dan Corak Tafsir)”

(tesis UIN Surakarta, 2017.

Hermawan, Acep. ‘Ulumul Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung :

Remaja Posdakarya, 2011.

HSB, Aminah Rahmi Hati. “Metode dan Corak Penafsiran Imam Al-Alusi

Terhadap Al-Qur’an”. Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim, 2013.

Ichwan, Mohammad Nor. Tafsir ‘Ilmy, Memahami Al-Qur’an Melalui

Pendekatan Sains Modern. Yogyakarta: Menara Kudus Jogja, Cet I,

2004.

IMZI, Husnul Hakim. Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir. Depok: Lingkar Studi Al-

Qur‟an, 2013.

Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi. Ensiklopedi Islam, Jilid 1. Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1993.

Jalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.

Al-Jarim, Ali & Musthafa Amin. Al-Balaghah al-Wadhihah. Kairo: Dar al-

Ma‟arif, tt

Katsir, Ibnu. Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah: Abu Hasan Bashri. Jakarta:

Pustaka Ibnu Katsir, 2014.

Miswar, Andi. Tafsir Al-Qur‟an Al-Majid “Al-Nur” Karya T.M. Hasbi Al-

Shiddieqy (Corak Tafsir berdasarkan Perkembangan Kebudayaan Islam

Nusantara). Jurnal Adabiyah vol. XV Nomor 1/ 2015.

Al-Muhtasib, Abdul Majid Abusssalam. Visi dan Paradigma Tafsir Al-Qur’an

Kontemporer Terj. Maghfur Wahid, Al-Izzah. Bangil-Jawa Timur, 1997.

Mulyono, Anton M. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

1990.

Page 97: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

83

Al-Munawwar, Said Agil Husain. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki. Ciputat Pers, Jakarta, 2002.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Yogyakarta: Pustaka

Progressif, 1997.

Muslim, Musthafa. Mabahits fi al-Tafsir al-Maudhu’i. Damsyiq-Siria: Dar al

Qalam, 1410 H/ 1989 M.

Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi dengan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insan Press,

1999.

Al-Qattan, Manna Khalil. Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Kairo: Maktabah

Wahbah, 2007.

. . . . . . . Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Mudzakkkir As. Jakarta: Litera Antar Nusa,

2001.

Raya, Ahmad Thib. Rasionalitas Bahasa Al-Qur’an. Jakarta: Fikra, 2006.

Rohimin. Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, Cet I, 2007.

Rosadisastra, Andi. Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial. Jakarta: Amzah,

2007.

Al-Sâbuni, Muhammad „Ali. al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Dimasyq: Maktabah

al-Ghazali, 1401 H/ 1981 M.

. . . . . . . Rawâi’ al-Bayân. Beirut: Maktabah al-Ghazali

Sa‟id, Hasani Ahmad. Diskursus Munasabah Al-Qur’an dalam Tafsir Al-Misbah.

Jakarta: Amzah, 2015.

Al-Sâlih, Subhi. Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Beirut-Lubnan: Dar al-„ Ilm li al-

Malayin, 1988.

Setiawan, Nurkholis. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: Elsaq Press,

Cet I, 2006.

Al-Shiddieqy, Hasbi. Ilmu Al-Qur’an & Tafsir. Semarang: PT. Pustaka Rizki

Putra, 2002.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Ciputat: Lentera Hati, 2000.

. . . . . . . Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2014.

Page 98: TELAAH TERHADAP KITAB - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

84

Shukri, Hanim Shafiera Binti. ” Penafsiran Ali Ash-Shabuni Terhadap Ayat-Ayat

Tasybih Dalam Surat Al-Baqarah.” Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim,

2014.

Siti, Neng. “Analisis Balaghah tentang Faedah Kalam Khobari dalam Al-Qur’an

(Surah Ali-Imran).” Skripsi UIN Suska, 2014.

Sodiqin, Ali. Antropologi Al-Qur’an. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2008.

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Press, 2013.

Syibromlisi, Faizah Ali & Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern

Al-Syirbasi, Ahmad. Sejarah Tafsir Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985.

Taufiq, Abdul Rahman. “Studi Metode dan Corak Tafsir Al-Huda, Tafsir Qur’an

Bahasa Jawi Karya Brigjen (Purn.) Drs. H. Bakri Syahid.” Skripsi, UIN

Syarif Hidayatullah, 2017.

Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad Shalih dkk. Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir

Ibnu Taimiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.

Yusuf, Kadar Muhammad. Studi al-Qur’an. Jakarta: Hamzah, 2010.

Zayd, Nashr Hamid Abu. Tekstualitas al-Qur’an Kritik terhadap Ulumul Qur’an,

Terjemahan oleh Khoiron Nahdliyyin. Yogyakarta: Al-Arobi, 2002.

Al-Zuhaili, Wahbah. Ushul al-Fiqh al-Islamy, jilid I. Beirut: Dar al-Fikr, 1997.

Zuhdi, M. Nurdin. Pasaraya Tafsir Indonesia

Zulkarnaen, Ahmad. “Balâghah Al-Tasybîh fî Sûrah Al-Baqarah Dirâsah

Tahliliyah Bayâniyah.” Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2010.