hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari...

91

Upload: others

Post on 02-Mar-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang
Page 2: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang
Page 3: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang
Page 4: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang
Page 5: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

iv

ABSTRAK

Mohamad Arik Borneo NIM 11150440000077 PENOLAKAN HAKIM TERHADAP IZIN POLIGAMI (ANALISIS PUTUSAN NOMOR

1143/Pdt.G/2012/PAJB.) Program studi Hukum Keluarga (ahwal syakhsiyyah). Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1441H/2019. (vii halaman + 66 halaman + 14 lampiran). Skripsi ini bertujuan untuk: a) mengetahui apa yang menjadi pertimbangan

Hakim berkesimpulan menolak izin poligami tersebut pada Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PA.JB, dan b) untuk mengetahui putusan Hakim yang menolak izin

poligami dalam perkara tersebut ditinjau dari Fiqh dan Peraturan di Indonesia. Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan normatif doktiner yaitu pendekatan yang menggunakan rumusan-rumusan berdasarkan Hukum Islam, dan sejumlah peraturan perkawinan di Indonesia yang

kemudian dihubungkan dengan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: a) Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Barat dalam putusannya menyatakan bahwa dalam pertimbangannya, hakim menolak untuk memberikan izin poligami padahal telah terpenuhinya salah satu syarat alternatif

yang ditentukan dalam undang-undang (istri tidak dapat melahirkan) itu dikarenakan suami ingin menikahi perempuan yang bukan pilihan istrinya, lebih pada keinginan

pribadi dan mengorbankan keutuhan rumah tangga. Sementara syarat yang diajukan oleh istri jika suaminya ingin berpoligami harus menikah dengan perempuan yang

dipilih oleh istrinya, agar tercapainya perkawinan yang sakinah. b) Penolakan Hakim terhadap izin poligami jika ditinjau menurut hukum Islam (Fikih) telah disepakati oleh

para ulama bahwasanya syarat untuk melangsungkan poligami adalah berlaku adil dan mampu mencukupi nafkah bagi keluarganya. Dengan terpenuhi syarat tersebut tampak

bahwa putusan nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB tidak sejalan dengan ketentuan fikih. Hanya saja, jika kita melihat kaidah fikih “Menolak mafsadah (kerusakan) didahulukan

daripada mengambil kemaslahatan”, maka putusan hakim tersebut telah tepat. Kemaslahatan yang mungkin diperoleh dalam hal ini adalah kemungkinan suami dapat

memperoleh keturunan dari pernikahan dengan isteri keduanya namun kemudian akan timbul mafsadah yakni rusaknya rumah tangga dengan istri pertama yang sudah setia

mendampingi suaminya karena calon istri kedua bukanlah orang yang tepat dalam keluarganya. Dalam kaidah tersebut diatur bahwa apabila ada maslahah disatu sisi dan

mafsadah disisi lain maka menolak mafsadah yang diutamakan. Namun dalam putusannya majelis hakim tidak menyinggung dan menelaah kaidah-kaidah yang ada

dalam fikih tersebut. Selanjutnya, ditinjau dari peraturan yang berlaku di Indonesia, tampak bahwa putusan nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB tersebut telah sesuai dengan UU

Nomor 1 Tahun 1974 dan KHI pasal 58 yang menyebutkan harus adanya persetujuan dari istri/istri-istri yang akan dipoligami. Meskipun salah satu sayarat alternatif (istri

pertama tidak dapat melahirkan) sudah terpenuhi dalam kasus ini, namun permohonan izin poligami tersebut tetap ditolak dengan alasan tidak dipenuhinya syarat komulatif,

yatitu tidak adanya izin istri. Dengan demikian, ditinjau dari peraturan yang berlaku putusan hakim Pengadilan Agama Jakarata Barat tersebut sudah tepat. Kata Kunci : Penolakan Hakim, Poligami, Penolakan Poligami

Pembimbing : Dr. Mesraini, S.H., M.Ag. Daftar Pustaka : 1971 s.d 2019

Page 6: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin dimana istilah Arab tersebut belum dapat

diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup penggunaannya masih terbatas.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qo ق

Page 7: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

vi

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrop ˋ ء

Y Ya ي

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti bahasa Indonesia, memiliki vokal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau

monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

diimbangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Page 8: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

vii

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

 a dengan topi di

atas

Î i dengan topi di atas

Û u dengan topi di atas

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan alif dan lam (ال),

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah atau huruf

qomariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd =اإلجتهاد

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah =الرخصة

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

.al-syuf’ah tidak ditulis asy-syuf’ah =الشفعة

Dalam penulisan ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbȗtah

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

“t” (te) (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

syarî’ah شريعة 1

al-syarî’ah al-islâmiyyah الشريعة اإلسالمية 2

Page 9: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

viii

muqâranat al-madzâhib مقارنة املذاهب 3

Untuk huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam

transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri didahului

oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: البخاري= al-

Bukhâri tidak ditulis Al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih

aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut

berasal dari bahasa Arab, Misalnya: Nuruddin al- Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn

al-Rânîrî.

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il) kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih akasara dengan berpedoman

pada ketentuan-ketentuan diatas:

No Kata Arab Alih Aksara

-al-darûrah tubîhu al الضرورة تبيح احملظورات 1

mahzûrât

al-iqtisâd al-islâmî االقتصاد اإلسالمي 2

usûl al-fiqh أصول الفقه 3

al-‘asl fî al-asyya al-ibâhah األصل يف األشياء اإلابحة 4

al-maslahah al-mursalah املصلحة املرسلة 5

Page 10: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang

senantiasa memberikan karunia, kasih sayang, serta kekuatan yang terbentuk dari

segala ujian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam

semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari do’a, dukungan, dan bantuan

berbagai pihak, baik secara materi ataupun moril. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih banyak kepada:

1. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, SH., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Syarih Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Mesraini, SH, M.Ag Ketua Program Studi Hukum Keluarga, selaku

Dosen penasihat akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang

dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing dan

memberikan arahan serta saran-saran kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Ahmad Chairul Hadi, M.A. selaku Sekertaris Program Studi Hukum

Keluarga.

4. Seluruh Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan

memberikan ilmu yang berharga kepada penulis beserta seluruh staf dan

karyawan yang telah memberikan pelayanan terpadu selama masa

perkuliahan penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kepada yang teristimewa kedua orang tua, yakni Ayahanda Muslim Harun

yang mana telah memberi semangat kepada penulis dan mendidik penulis

hingga saat ini dan Ibunda tercinta Maryani yang tidak pernah menyerah

memberikan dukungan moral dan materil hingga penulis dapat

menyelesaikan studinya, dan kakaku Ivan Riza Belgrade serta Adik-adik

Lucky dan Abel yang terus memberikan semangat.

6. Sahabat terbaik Alycia Nur Aulia yang selalu memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan Lutfi Zakaria, Aza, Helmi, Sarah, Amar, Windi,

Isti, Vania, Kiki, Ila, Ilham, Qotrun, Upay, Waton, Adams, Rahman, Syarif,

Page 11: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

x

Fachrizal, Riki, Reza, Wildan, Syukur, Ei, Maulvi, Imam, Falih, Terima

Kasih atas kebersamaanya.

8. Teman-teman angkatan Hukum Keluarga 2015 Terima Kasih

Solidaritasnya selama perkuliahan.

9. SMA Cendrawasih 1 2014

10. Sahabat Takandani Coffee

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih perlu perbaikan. Oleh

karena itu, kritik dan saran akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca dan

umumnya serta dicatat menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Amin.

Jakarta, 15 Oktober 2019

Mohamad Arik Borneo

Penulis

Page 12: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

xi

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. v

KATA PENGANTAR .............................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

LAMPIRAN ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................... 7

C. tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

D. tinjauan kajian terdahulu ........................................................... 8

E. metode penelitian ...................................................................... 9

F. sistematika penulisan ................................................................ 11

BAB II POLIGAMI MENURUT FIQH DAN PERATURAN DI INDONESIA

A. Pengertian Poligami ................................................................... 12

B. Hukum dan Dasar Hukum Poligami .......................................... 13

1. Menurut Fiqh .................................................................... 13

2. Menurut Hukum di Indonesia ............................................ 20

C. Jumlah Istri Dalam Poligami ..................................................... 23

D. Syarat Dan Ketentuan Pelaksanaan Poligami ............................. 25

E. Prosedur Beracara Persidangan Izin Poligami ............................ 29

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PA JAKARTA BARAT NOMOR

1143/Pdt.G/2012/PAJB YANG MENOLAK IZIN POLIGAMI

A. Posisi Kasus ............................................................................ 37

B. Putusan Hakim dan Pertimbangannya ....................................... 40

Page 13: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

xii

BAB IV ANALISIS ATAS PUTUSAN PENOLAKAN IZIN POLIGAMI DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

A. Penolakan Izin Poligami Di Tinjau Dari Hukum Islam ............... 43

B. Penolakan Izin Poligami Ditinjau Dari Pertauran Di Indonesia ... 48

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam

2. Hukum Acara di Pengadilan Agama .................................... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 59

B. Rekomendasi .................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 62

Page 14: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama

Islam1, dan merupakan Peradilan khusus yang hanya menangani perkara-

perkara tertentu. Perkara tertentu tersebut adalah dalam bidang perkawinan,

waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.2

Dalam penjelasan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2006 yang

merupakan amandemen Undang-Undang Nomor 07 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama diuraikan bahwa yang dimaksud dengan “perkawinan”

adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-Undang

mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syari’ah,

antara lainnya adalah izin beristri lebih dari seorang, yang biasa dikenal

dengan istilah izin poligami.3

Islam memang memperbolehkan seorang suami memiliki istri lebih

dari 1 dengan syarat dan ketentuan yang ketat. Allah swt telah

memperbolehkan poligami tetapi dengan menegaskan bahwa kondisi

poligami adalah suami harus adil terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya,4

adil dalam menafkahi dan memberi kebutuhan primer ataupun materil.

Maka nikahilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua-dua, tiga-

tiga, empat-empat (menurut Muhammad Ali Ash-Shobuni).5 Kemudian

ulama Mustafa al-Siba’i mengatakan bahwa keadilan yang diperlukan

1 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

sebagaimana yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. (Selanjutnya disebut UUPA)

2 Pasal 1 UUPA dan Pasal 2 dan 49 UUPA Perubahan Tahun 2006 3 Ahmad Zahri, Eksistensi dan Kewenangan Peradilan Agama di Era Reformasi, diakses

dari pa-luwuk.net, pada tanggal 1 Oktober 2019 4 Jm Apiko, Nubowo, Indahnya poligami pengalaman sakinah puspo wardoyo , ( Jakarta,

khairul bayan cetakan 1) h. 22 5 Ali Ash-Shobuni, Muhammad, Rowai’ul Bayan Tafsir Ayatil Ahkam, (Jakarta: Keira

Publishing, Tahun 2016).

Page 15: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

2

dalam poligami adalah keadilan material seperti yang berkenaan

dengan tempat tinggal, pakaian, makanan, minum, perumahan dan hal-hal

yang bersifat kebutuhan material istri. Ulama lain yaitu Zamahsyari

mengatakan bahwa perkataan itu ditujukan kepada orang banyak, yang

harus diulang supaya masing-masing orang yang hendak berpoligami sesuai

dengan hitungan itu1, dalam Al-Qur’an Surat An-Nissa (4): 3 disebutkan

اء س لن ن ا م م ك اب ل ا ط وا م ح ك ان ى ف ام ت ي ل وا يف ا ط س ق الا ت م أ ت ف ن خ إ و

ت ك ل ا م و م ة أ د واح وا ف ل د ع الا ت م أ ت ف ن خ إ ع ف ث وراب ال ن وث ث م

وا ول ع الا ت ن أ د ك أ ل م ذ ك ن ا ي أ

Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-

hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)

seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS An-nisa :3).

Dalam penjelasan ayat tersebut maka diperbolehkannya poligami

dengan syarat harus berlaku adil dengan isteri-isteri dan anaknya. Dan jika

poligami tidak bisa berbuat adil terhadap isteri maka cukup seorang isteri

saja.2 Secara yuridis formal, poligami di Indonesia diatur dalam Undang-

undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan

Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang No 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut pasal 3 ayat (1) UU Nomor 1

Tahun 1974 pada dasarnya Undang-Undang Perkawinan di Indonesia

menganut asas monogami yaitu bahwasanya seorang laki-laki hanya boleh

memiliki seorang isteri dan begitupun sebaliknya. Namun bukan asas

monogami mutlak tetapi monogami yang bersifat tidak mutlak,

1Aris Baidhowi, Hukum Poligami dalam Perspektif Ulama Fiqh ( Jurnal Muwazah,

Volume 4, Nomor. 1, Juli 2012), h. 64 2 Jm Apiko Nubowo, Indahnya Poligami Pengalaman Sakinah Puspo Wardoyo, ( Jakarta:

PT Khairul Bayan, Tahun 2003, Cetakan Pertama) hlm. 23

Page 16: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

3

dibuktikannya dengan diperbolehkan laki-laki beristeri lebih dari satu

dengan syarat telah mendapatkan izin dari pihak-pihak yang bersangkutan.

Seperti telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 3 ayat

(2), pasal 4, dan pasal 5, serta juga peraturan pemerintah No 9 Tahun 1975

pasal 40 yang berbunyi “Apabila seorang suami ingin beristeri lebih dari

satu orang maka seorang suami harus meminta izin dan wajib mengajukan

permohonan secara tertulis kepada pengadilan”. Inilah yang menjadi

pedoman dalam praktik poligami, secara umum diatur secara ketat di dalam

UU Nomor 1 Tahun 1974 bahwa asas pernikahan adalah monogami tetapi

sesuai pasal 4 dan 5 UU Nomor 1 Tahun 1974 suami dapat mengajukan izin

beristeri lebih dari satu ke Pengadilan Agama dengan syarat-syarat yang

berlaku3.

Dalam Pasal 4 Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan disebutkan bahwa:

1. Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang sebagaimana

tersebut dalam Pasal 3 ayat 2 (dua) Undang-undang ini, maka ia wajib

mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat

tinggalnya.

2. Pengadilan dimaksud dalam ayat 1 (satu) Pasal ini hanya memberikan

izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan.

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Pasal 4 ayat 2 (dua) Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan di atas, telah menjelaskan mengenai alasan-alasan bagi seorang

suami untuk dapat beristri lebih dari seorang. Selanjutnya dalam Pasal 5

3 Mursalin Supardi, Menolak Poligami, Studi tentang Undang-Udang Perkawinan dan

hukum Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007),h.15

Page 17: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

4

Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menegaskan pula

bahwa untuk dapat mengajukan permohonan ke pengadilan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 (satu) Undang-undang ini harus memenuhi

syarat-syarat berikut:

a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-

istri dan anak-anak mereka.

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anak mereka.

d. Persetujuan yang dimaksud dalam ayat 1 huruf (a) Pasal ini tidak

diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak

mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam

perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang

perlumendapat penilaian dari hakim pengadilan.4

Penjelasan Pasal 4 ayat 2 (dua) Undang-undang No 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan merupakan syarat fakultatif (tidak diwajibkan) yang

harus dipenuhi. Sedangkan Pasal 5 ayat 1 (satu) Undang-undang No 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan merupakan syarat kumulatif (wajib) yang

harus dipenuhi untuk mendapatkan izin dari pengadilan, Perkawinan oleh

seorang pria untuk kedua kalinya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu

mendapatkan izin kawin untuk kedua kalinya sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

yang mengatur lebih lanjut tentang tatacara seorang suami untuk beristri

lebih dari seorang (berpoligami).

Pasal 40 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan yang menyatakan bahwa apabila

4 Muchtar Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang,

1974

Page 18: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

5

seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari satu orang maka ia wajib

mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan. Selanjutnya

Pasal 41 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 juga memberikan alasan

yang memungkinkan kepada seorang suami untuk menikah lagi. Secara

lengkap Pasal 41 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan menyatakan bahwa Pengadilan

kemudian memeriksa mengenai:

Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan suami kawin lagi

yaitu karena istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri,

bahwa istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan.dan istri tidak dapat melahirkan keturunan. Ada atau tidaknya

dari persetujuan istri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila

persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus

diucapkan didepan sidang pengadilan. Ada atau tidaknya kemampuan suami

untuk menjamin keperluan hidup, istri-istri dan anak-anak dengan

memperlihatkan beberapa surat yaitu, surat keterangan mengenai

penghasilan suami yang ditanda tangani oleh bendahara tempat bekerja atau

surat keterangan pajak penghasilan atau surat keterangan lain yang dapat

diterima oleh pengadilan. Dan juga ada atau tidak adanya jaminan bahwa

suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka dengan

pernyataan atau janji yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

Lebih lanjut dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan menyebutkan

bahwasannya dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal pada Pasal

40 dan Pasal 41, pengadilan harus memanggil dan mendengar istri yang

bersangkutan. Pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya surat

permohonan beserta lampiran-lampirannya.

Pasal 43 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan menyebutkan bahwa apabila

Page 19: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

6

pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri

lebih dari seorang, maka pengadilan memberikan putusannya yang berupa

izin untuk beristri lebih dari seorang.5 Begitu juga sebaliknya, apabila hakim

menilai tidak cukup alasan bagi suami untuk beristri lebih dari seorang,

maka hakim dapat saja memberikan putusan yang menolak permohonan izin

poligami tersebut.

Berkaitan dengan permohonan izin poligami, penulis menemukan

Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat Nomor 1143/Pdt. G/2012/PAJB.

Dalam putusan tersebut, hakim menolak permohonan izin poligami seorang

suami karena hakim menilai tidak cukup beralasan dan tidak memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) Undang-undang

No 1 Tahun 1974. Akan tetapi, berbagai pertanyaan muncul karena

penolakan izin tersebut. Pertama, suami sudah memenuhi persyaratan

sebagaimana dikatakan dalam Pasal 4 ayat (1) di atas yaitu suami sudah

mendapat persetujuan dari istri untuk berpoligami. Kedua, keadaan sang

istri yang belum memiliki keturunan meskipun keadaan istri sehat dan

pernah hamil tapi keguguran. Bahkan sudah berusaha secara medis dan non

medis untuk mendapatkan keturunan tapi tetap tidak berhasil. Ketiga, suami

mampu secara finansial untuk memenuhi kebutuhan istri baik yang pertama

ataupun kedua. Terbukti dengan penghasilan suami yang mencapai jumlah

Rp. 50.000.000,- setiap bulan. Ditambah komisi dan bonus lainnya.

Keempat, dalam salinan putusan diketahui bahwa istri memperbolehkan

bahkan menyarankan suami untuk menikah lagi dengan tujuan memiliki

keturunan dan membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah,

tetapi bukan dengan calon istri kedua yang diajukan oleh pemohon

melainkan dengan perempuan lain yang diterima dan dapat akur dengan istri

pertama pemohon.6

5 Nurudin Amiur dan Tarigan Ahmad Azhari, Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta:

Pernada Media, 2004) 6 Salinan Putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

Page 20: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

7

Hal ini menimbulkan pertanyaan apa sesungguhnya yang melatar

belakangi hakim menolak izin poligami ketika semua persyaratan sudah

dilengkapi. Penulis memilih untuk mengangkat masalah ini untuk dijadikan

skripsi dengan judul “Penolakan Hakim Terhadap Izin Poligami

(Analisis Putusan Nomor 1143/Pdt. G/2012/PAJB)”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan tersebut dapat

diidentifikasi sejumlah permasalahan, yaitu:

a. Latar belakang hakim berkesimpulan menolak permohonan izin

poligami dalam perkara putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PA.JB,

padahal semua persyaratan sudah dilengkapi

b. Putusan Hakim yang menolak izin poligami dalam perkara tersebut

ditinjau dari Fiqih dan Peraturan di Indonesia

c. Putusan Hakim yang menolak izin poligami dalam perkara tersebut

ditinjau dari Perspektif Gender

d. Putusan Hakim yang menolak izin poligami dalam perkara tersebut

ditinjau dari Maqashid Syariah

2. Pembatasan Masalah

Karena banyaknya permasalahan yang teridentifikasi dalam tema ini,

maka Penulis membatasi hanya membahas bagaimana putusan hakim

yang menolak izin poligami dalam perkara Nomor 1143/Pdt.

G/2012/PA.JB ditinjau dari Fiqh dan peraturan di Indonesia. Penulis

tidak mengkaji dari perspektif Gender ataupun yang lainnya.

3. Perumusan Masalah

a. Apa yang menjadi pertimbangan Hakim berkesimpulan menolak

izin poligami padahal syarat-syarat sudah terpenuhi pada Putusan

Nomor 1143/Pdt. G/2012/PA.JB?

b. Bagaimanakah putusan Hakim yang menolak izin poligami dalam

perkara tersebut ditinjau dari Fiqh dan Peraturan di Indonesia?

Page 21: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan sesuai dengan rumusan

masalah yaitu :

a. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan Hakim

berkesimpulan menolak izin poligami tersebut pada Putusan Nomor

1143/Pdt.G/2012/PA.JB.

b. Untuk mengetahui putusan Hakim yang menolak izin poligami

dalam perkara tersebut ditinjau dari Fiqh dan Peraturan di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Agar dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam menyikapi perilaku

poligami di masyarakat, dan memberikan gambaran ketika menghadapi

permasalahan dalam kehidupan sosial ini. Dan penelitian ini menjadi

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum.

D. Review Studi Terdahulu

Dari hasil penelusuran pada karya tulis ilmiah yang berkaitan

dengan progresivitas dan pertimbangan hakim dalam penetapan penolakan

izin poligami ternyata memiliki sejumlah bahasan yang berbeda. Adapun

kajian terdahulu yang penulis temukan diantaranya:

1) Agung Cahyono, mahasiswa Fakultas Syariah UIN Malang (2016)

dalam penelitian skripsinya berjudul: Isbat Poligami Menurut

Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Kota Probolinggo (Studi

Komparatif Perkara No.306/Pdt.G/2012/PA.Prob dan Perkara

No./141/Pdt.G/2013/PA.Prob). Kesimpulan: komparasi dua hakim yang

berbeda dengan perkara yang berbeda namun sama-sama tentang isbat

poligami. Dan pendapat masing-masing hakim yang mengabulkan serta

menolak mengabulkan perkara isbat poligami.

2) Siti Aisyah, mahasiswa Fakultas Syariah UIN Malang (2008) dengan

judul skripsinya: Pandangan Hakim Terhadap Isbat Nikah Poligami di

Pengadilan Agama Bondowoso. Kesimpulan: meneliti dan mengkaji

lebih mendalam bagaimana prosedur isbat nikah poligami dan landasan

Page 22: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

9

dasar hukum apa yang dijadikan rujukan oleh majelis hakim Pengadilan

Agama Bondowoso dalam menetapkan putusan tersebut.

3) Fakhruddin, mahasiswa Fakultas Syariah UIN Yogyakarta (2005)

dengan judul skripsinya: Studi Terhadap Penolakan Izin Poligami di

Pengadilan Agama Yogyakarta. Kesimpulan: mengkaji tinjauan yuridis

dan hukum islam terhadap pertimbangan hakim di Pengadilan Agama

Yogyakarta dalam putusan perkara tersebut.

Dari ketiga karya studi terdahulu di atas, tampak bahwa apa yang penulis

bahas belum dikaji oleh para peneliti terdahulu.

E. Metode Penelitian

Dalam pembahasan penelitian ini, diperlukan suatu metode

penelitian untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-

masalah yang dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas,

tepat, dan akurat. Adapun metode yang penulis gunakan, yaitu:

1. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan normatif

doktiner yaitu pendekatan yang menggunakan rumusan-rumusan

berdasarkan Hukum Islam, dan sejumlah peraturan perkawinan di

Indonesia yang kemudian dihubungkan dengan Putusan Nomor

1143/Pdt. G/2012/PAJB.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif yaitu penelitian

tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis.

3. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang berkaitan langsung dengan penetapan

penolakan izin poligami yaitu salinan Putusan Nomor : 1143/Pdt.

G/2012/PAJB, Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam.

Page 23: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

10

b. Data sekunder yaitu buku-buku, jurnal, artikel, dan tulisan lain yang

berhubungan dengan permasalahan yang menjadi pokok dalam

pembahasan dalam penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan Studi Kepustakaan dalam penelusuran

informasi dan data yang diperlukan dari beberapa sumber. Penyusunan

dengan menggunakan studi kepustakaan dilakukan dengan cara

membaca, mempelajari, serta menganalisis sumber-sumber yang

berkaitan dengan tema penelitian.

5. Analisis Data

Data yang telah didapatkan oleh penulis yang diperoleh dari hasil studi

kepustakaan, kemudian diseleksi dan disusun, setelah itu penulis

melakukan klasifikasi data, yaitu usaha mengumpulan data berdasarkan

kategori tertentu. Selanjutnya penulis melakukan analisis data dengan

metode content analysis yaitu penelitian yang bersifat pembahasan

mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam

media massa.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang di terbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM)

Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini terdiri dari 5 Bab, dimana masing-masing Bab

berisikan pembahasan yang berkesinambungan sebagai berikut:

Bab Pertama, berisikan Pendahuluan yang berhubungan erat

dengan permasalahan yang akan dibahas. Latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 24: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

11

Bab Kedua, kajian kepustakaan yang dibahas dalam bab ini adalah

ketentuan poligami menurut fiqh dan hukum di Indonesia.

Bab Ketiga, menjelaskan mengenai penetapan Hakim yang

menolak izin poligami dalam putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

yang meliputi duduk perkara, pertimbangan Hakim, dan Penetapan

Hakim.

Bab Keempat, merupakan bab inti yaitu bahasan utama dalam

skripsi ini, yaitu analisis tentang pertimbangan hakim dalam penetapan

penolakan izin poligami dalam perkara Nomor 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

yang ditinjau dari Fiqh dan Peraturan di Indonesia.

Bab Kelima, merupakan bab akhir pada penelitian ini yang terdiri

dari penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat

membangun bagi penyempurnaan penelitian ini.

Page 25: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

12

BAB II

POLIGAMI MENURUT FIQH & PERATURAN DI INDONESIA

A. Pengertian Poligami

Perkawinan di tinjau dari bahasa (etimologi), berasal dari kata kawin

yang mempunyai arti kata membentuk keluarga dengan lawan jenis dan

melakukan hubungan suami istri.1 Perkawinan yang mengharuskan adanya

ikatan pernikahan yang disebut ikatan (akad) perkawinan yang menyatukan

hati antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak mungkin

terlepas dari ketentuan hukum dan ajaran agama.2 Meski idealnya sebuah

perkawinan itu adalah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan,

namun kenyataannya banyak perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-

laki dengan lebih dari seorang perempuan yang dinamakan poligami, kata

poligami itu bersal dari bahasa Yunani dari kata poly atau polus yang berati

banyak dan gamein atau gamos yang berati kawin. Jadi secara bahasa,

poligami berati “suatu perkawinan yang banyak” atau “suatu perkawinan

yang lebih dari seorang baik pria atau wanita”. Poligami di bagi atas poligini

dan poliandri. Poligini adalah perkawinan seorang pria dengan lebih

seorang wanita. Sedangkan poliandri adalah perkawinan seorang wanita

dengan lebih seorang pria.3

Poligami menurut istilah Bahasa Arab disebut dengan تعدد الزوجات

yang diambil dari kata تعدد yang artinya banyak, dan الزوجات yang artinya

istri-istri.4 Dalam Ensiklopedi Indonesia poligami merupakan perkawinan

yang dalam hal ini pria mempunyai istri lebih dari seorang di dalam suata

masa.5 Pengertian yang lebih ringkas dan jelas menurut

1 Departmen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga (Jakarta

Balai Pustaka, 1995), h.518. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,h.782. 3 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,

1993) IV, h.107. 4 Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir (Yogyakarta: Pon-Pes Al-Munawir, 1984),

h. 592 dan 904. 5 Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Van Hoeve, 1980), h.74.

Page 26: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

13

Soemiyati, poligami ialah perkawinan seorang pria lebih dari seorang

wanita dalam waktu yang sama.1

Dengan demikian menurut para ahli bahwa poligami atau poligini

yaitu perkawinan dimana perkawinan seorang pria mengawini lebih seorang

wanita di dalam waktu yang bersamaan.2. Jadi, istrilah poligami yang

penulis maksudkan dalam skripsi ini adalah poligami dalam arti poligini,

bukan dalam arti poliandri, bahwa Poligami adalah suatu bentuk perkawinan

diman seorang pria beristri lebih dari seorang wanita pada waktu bersamaan

dan Hukum Islam membatasi jumlah wanita tersebut maksimal hanya

sebanyak empat orang istri.

B. Hukum Dan dasar Hukum Poligami

1. Menurut Hukum Fiqh

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan selalu

terjun dalam suatu realita, mendidik dan menjauhkan diri dari sikap teledor

dan bermalas-malasan. Begitulah yang disaksikan dengan jelas dalam

hubungannya dengan masalah poligami. Dengan menitikberatkan demi

kepentingan manusia, baik secara individual maupun masyarakat.

Kebanyakan umat dahulu dan agama sebelum Islam membolehkan kawin

tanpa batas kemudian dibatasi menjadi empat orang istri saja dalam waktu

yang bersamaan. Poligami ini boleh dilaksanakan dengan persyaratan

khusus serta jumlah ketentuan hukum yang harus dilaksanakan.3

Terdapat ayat dalam al-Qur’an yang memberikan pilihan kepada

kaum laki-laki untuk menikahi anak yatim dengan rasa takut tidak berlaku

adil karena keyatimannya atau menikahi perempuan yang disenangi hingga

jumlahnya empat istri. Akan tetapi, jika dihantui oleh rasa takut tidak

1 Soemiyati, Hukum Perkawainan dalam Islam Dan Perundang-undangan Perkawinan

(Yogyakarta: Liberty, t.t), h.74. 2 Yayan Sopyan, Islam Negara (Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional (Tanggerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). h.139. 3 Abdur Rahman I Doi, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan (syari’ah I ), (Jakarta

: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h.260.

Page 27: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

14

berlaku adil, lebih baik menikah dengan seorang perempuan atau hamba

sahaya, karena hal itu menjauhkan diri dari berbuat aniaya.4

Yang menjadi sebab turunnya ayat ini adalah pada waktu itu ada

seorang lelaki yang menguasai anak yatim, yang kemudian dikawini. Dia

mengadakan perserikatan harta dagang dengan wanita lain yang menjadi

tanggung jawabnya ini. Oleh sebab itu, di dalam perkawinan dia tidak

memberi apa-apa dan menguasai harta peserikatanya itu, sehingga wanita

ini tidak mempunyai kekuatan sama sekali terhadap miliknya yang telah

diserikataan. Sehubung dengan itu Allah SWT menurunkan ayat ke 3 surat

an-Nisa sebagai teguran, saran dan peringatan bagi mereka yang menikahi

anak yatim.5

Secara garis besar menurut ulama’ keseluruhan poligami dapat

digolongkan dalam tiga pendapat dalam sejarah pemikiran Islam. Ketiga

pendapat tersebut adalah :

1. Pandangan kebolehan menikahi wanita lebih dari satu dengan syarat-

syarat dan kondisi tertentu

2. Pandangan tentang kebolehan menikahi wanita melebihi dari satu secara

mutlak

3. Pendapat yang melarang poligami secara mutlak.6

Pendapat yang pertama, dikeemukakan oleh mayoritas pemikir

konteporer dan perundang-undangan. Kelompok ini membolehkan poligami

dengan syarat dan kondisi tertentu. Di antara tokoh yang masuk kelompok

ini adalah Muhammmad ‘Abduh, Fazlur Rahman, Amina Wadud dan

kelompok reformis lainya. Pendapat kedua, yaitu yang membolehkan

poligami secara mutlak dengan syarat mampu mencukupi nafkah keluarga

dan mampu berbuat adil terhadap istri dan anak, dipegangi oleh mayoritas

ulama’ klasik dan pertengahan, baik ulama’ ahli fiqh maupun tafsir.

4 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 2, (Bandung, Pusaka Setia, 2001), h.155. 5 A Mujab Mahali, As-babun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2002), h.206. 6 Khoiruddin Nasution, “Perdebatan Sekitar Status Poligami”, Mustawa No,. I Vol. I,

Maret, 2002, h.58.

Page 28: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

15

Sedangkan pendapat ketiga, yaitu yang mengharamkan poligami

dikemukakan oleh al-Hadad dan Habib bin Ruqayba.

Poligami menurut pendapat yang pertama, oleh Muhammad ‘Abduh

yaitu, poligami hanya mungkin bisa dilakukan oleh suami dalam hal-hal

tertentu. Kebolehan poligami sangat tergantung pada kondisi, situasi dan

tuntutan zaman. Karena itu konteks sejarah ketika turunnya ayat tentang

kebolehan melakukan poligami harus dibaca cermat dan jernih. Walaupun

‘Abduh sangat keras dalam mengharamkan poligami tetapi masih ada

kemungkinan untuk melakukanya, yaitu manakala ada tuntutan yang benar-

benar mengharuskan seseorang melaksanakannya. Larangan untuk

kebolehan melakukan poligami menurut ‘Abduh nampaknya lebih banyak

ditentukan oleh tuntutan zaman, yaitu keadaan darurat.7

Fazlur Rahman berpendapat bahwa al-Qur’an surah an-Nisa’ (4) : 3

memang mangajarkan poligami disertai syarat para suami mampu untuk

berbuat adil. Dengan diikuti penegasan “Jika engkau khawatir tidak mampu

berbuat adil, cukuplah hanya seorang istri saja”. Selanjutnya dalam ayat 129

ditegaskan “kamu sekali-kali tidak akan mampu untuk berbuat adil kepada

istri-istri kamu walaupun kamu sangat menghendaki demikian”. Beliau

tidak sependapat bahwa fase “berbuat adil” dalam an-Nisa’ (4): 3 hanya

terbatas perlakuan lahiriah, jika fase tersebut hanya pada perlakukan lahiriah

saja niscaya tidak ada penegasan dan peringatan yang disebutkan pada ayat

129 dengan memandang izin poligami bersifat temporal dan memandang

bahwa maksud yang hendak dituju oleh Al-Qur’an yang sebenarnya adalah

menegakkan monogami, akan menyelamatkan surah an-Nisa’ ayat 3 dan

129 dari pengertian yang kontradiktif.8

Sayyid Qutb mengatakan bahwa poligami merupakan suatu perbuatan

rukhsah, maka hanya bisa dilakukan dalam keadaan darurat yang benar-

benar mendesak. Kebolehan ini pun masih disyaratkan agar suami berbuat

7 Khoiruddin Nasution, “Perdebatan Sekitar Status Poligami”, Mustawa No,. I Vol. I,

Maret, 2002h.103. 8 Ghufron A. Mas’adi, Pemikiran Fazlur Rahman tentag Metodologi Pembaharuan Hukum

Islam, Cet I, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), h.174-175.

Page 29: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

16

adil terhadap istri-istri mereka. Keadilan yang dituntut di sini merupakan

keadilan dalam bidang nafkah, mua’amalah, pergaulan, serta pembagian

malam. Sedangkan apabila suami tidak bisa berbuat adil kepada istri-

istrinya maka baginya cukup hanya seorang istri saja.9 Sementara bagi yang

mampu berbuat adil terhadap istrinya-istrinya, boleh berpoligami dengan

batasan maksimal empat orang istri.10

Sementara as-Sabuni lebih menekankan pada hikmah kebolehan

poligami. Namun sebelum menjelaskan hikmah poligami ini, as-Sabuni

lebih dulu menekankan jumlah wanita yang boleh dinikahi maksimal hanya

empat orang. Pendapat ini didasarkan pada ijma’ ulama’. Kebolehan

poligami maksimal empat istri ini pun bisa dilakukan dalam keadaan darurat

dengan syarat bisa berbuat adil diantara istri-istrinya, bila tidak dapat

berlaku adil maka cukup satu istri saja.11

Pendapat kedua yang meyakini kebolehan poligami secara mutlak,

karena pada umumnya yang dijadikan dasar kebolehan melakukan poligami

adalah surah an-Nisa’ (4) : 3 dan 129. Menurut mereka surah an-Nisa’ (4) :

3, turun seusai perang Uhud ketika itu banyak pejuang muslimin yang

gugur, sehingga banyak janda dan anak yatim yang ditinggal oleh suami

atau ayah mereka. Akibatnya banyak anak-anak yatim terabaikan kehidupan

dan pendidikanya untuk masa depan mereka. Di samping itu, ayat ini juga

berusaha menghapuskan kebiasaan orang Arab, yaitu seorang wali berkuasa

penuh kepada anak yatim yang ada di bawah asuhannya, yang cantik dan

kaya biasanya dinikahi, sebaliknya kalau tidak cantik atau tidak kaya tidak

dinikahi, dan tidak membolehkan orang lain menikahinya agar mereka tetap

menguasai harta anak yatim tersebut.12

Mayoritas ulama’ klasik dan pertengahan membolehkan seorang

suami mempunya istri maksimal empat orang secara mutlak, dengan syarat

9 Sayyid Qutb, Fi Zilal al-Qur’an (t. tp: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1961), Jilid IV, h.136. 10 Sayyid Qutb, Fi Zilal al-Qur’an (t. tp: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1961), Jilid IV, h.241. 11 Muhammad Ali as-Sabui, Rawa’I al-Bayan Fi Tafsir Ayat al-Qur’an, t. tp : Dar al-Qur’an

1391/1972) Jilid I : 428. 12 Imam as- Syafii, al- Umm, sebagaimana dikutip oleh Khoiruddin Nasution, “Perdebatan

Sekitar Status Poligami” h.50

Page 30: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

17

a. Mampu mencukupi nafkah keluarga

b. Mampu berbuat adil terhadap istri-istrinya.13

Seorang suami yang berpoligami harus berbuat adil diantara istri-

istrinya. Keharusan berlaku adil ini berdasarkan al-Qur’an surah an-Nisa’(4)

: 3. Dalam kitab al-Umm karangan Imam as-Syafi’I dan sekaligus pendiri

mazhab Syafi’i, ditulis, bahwa Islam membolehkan seorang muslim

mempunya istri maksimal hanya empat berdasarkan Surat an-Nisa’ (4) ayat

3

Al-Ahzab (33) : 58

والاذين ي ؤذون المؤمنني والمؤمنات بغي ما اكتسبوا ف قد احتملوا بتان وإثا مبينا

Artinya : ” Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya

mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” Al-Mu’minun (23) : 5-6

م غي مل ومني والاذين هم لفروجهم حافظون. إالا على أزواجهم أو ما ملكت أيانم فإنا

Artinya : “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya

mereka dalam hal ini tiada tercela”.

Dan hadis Nabi tentang Ghailan bin Salamah dan Naufal bin

Muawiyah yang memiliki sepuluh orang istri sebelum masuk Islam,

kemudian disuruh memilih empat orang istri saja dan menceraikan yang lain

ketika masuk Islam.14

حداث نا هنااد حداث نا عبدة عن سعيد بن أب عروبة عن معمر عن الزهري عن سال بن ع بد

اللا عن ابن عمر أنا غيالن بن سلمة الث اقفيا أسلم وله عشر نسوة يف الاهلياة فأ س لمن معه

عليه وسلام أن ي تخيا أرب عا من هن فأمره الناب صلاى اللا

13 Imam as- Syafii, al- Umm, sebagaimana dikutip oleh Khoiruddin Nasution, “Perdebatan

Sekitar Status Poligami” h.58. 14 Imam as- Syafii, al- Umm, sebagaimana dikutip oleh Khoiruddin Nasution, “Perdebatan

Sekitar Status Poligami” h.60.

Page 31: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

18

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami [Hannad], telah menceritakan

kepada kami (Abdah) dari (Sa'id bin Abu 'Arubah) dari (Ma'mar) dari (Az Zuhri) dari (Salim bin Abdullah) dari (Ibnu Umar) bahwa Ghailan bin

Salamah Ats Tsaqafi masuk Islam sedang dia saat itu memiliki sepuluh orang istri dari masa Jahiliyah. Mereka semuanya masuk Islam juga. Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam menyuruhnya agar memilih empat dari mereka.”

Tuntutan harus berbuat adil di antara para istri menurut pandangan

Syafi’i berhubungan dengan urusan fisik, bukan dengan urusan hati.

Keadilan dalam hati menurut Syafi’I hanya Allah yang mengetahuinya,

karena itu mustahil seorang dapat berbuat adil terhadap istrinya. Yang

disyariatkan pada surah an-Nisa’ (4): 129 adalah yang berhubungan dengan

hati. Dengan demikian, hati memang tidak mungkin berbuat secara adil.

Sementara itu keharusan adil yang dituntut apabila seorang suami

mempunyai istri melebihi dari satu adalah adil dalam bentuk fisik, yakni

dalam perbuatan dan perkataan.15 Mazhab Hambali berpendapat, seorang

laki-laki boleh menikahi maksimal hanya empat orang istri berdasarkan

surah an-Nisa’ (4) : 3, kasus Ghailan bin Salamah dan kasus Naufal bin

Mu’awiyah.16

Pendapat yang mengharamkan poligami yaitu, menurut al-Hadad,

dengan turunnya an-Nisa’ (4) : 129 seharusnya poligami dicegah, karena

tujuan perkawinan menurut al-Hadad adalah untuk menciptkan keluarga

sakinah, mawaddah dan rahmah. Sementara dalam kenyataannya poligami

mengakibatkan keadaan yang sulit sekali melhairkan kehidupan yang

harmonis dan tentram antara suami , anak dan istri-istrinya. Demikian juga

menurut Habib bin Ruqaiba bahwa poligami adalah hal yang tidak mungkin

diizinkan pada abad ke-20 dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang yang

mempunyai pikiran yang benar. Sebuah keluarga dapat berhasil dengan baik

hanya dengan dasar saling menghormati dan menghargai antara pasangan.

15 Pendapat al-Hadad dan Habib bin Ruqaiba, ini dikutip dari Khoiruddin Nasution,

“Perdebatan Sekitar Status Poligami” h.61. 16 Pendapat al-Hadad dan Habib bin Ruqaiba, ini dikutip dari Khoiruddin Nasution,

“Perdebatan Sekitar Status Poligami” Khoiruddin Nasution, “Perdebatan Sekitar Status Poligami”

h.63.

Page 32: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

19

Salah satu upayanya adalah dengan menikahi seorang istri secara

monogami.17

Demikianlah berbagai sudut pandang dari para Ulama’ mengenai

poligami yang pada dasarnya perbedaan itu bertujuan pada jumlah batasan

dalam poligami dengan berdasarkan pada surah an-Nisa’ (4) : 3 dan ayat

129.

2. Menurut Hukum di Indonesia

Dalam kamus Hukum, poligami adalah ikatan di mana salah satu

pihak mempunyai atau menikah dengan beberapa lawan jenis dalam kurun

waktu yang tidak berbeda.18 Berdasarkan hal tersebut, Poligami mempunyai

makna yaitu: Pertama, seorang laki-laki menikah dengan banyak

perempuan. Kedua, perempuan menikah dengan banyak seorang laki-laki.

Kemungkinan yang pertama disebut juga poligini. Dan kemungkinan yang

kedua disebut poliandri. Sejak berkembangnya zaman pengertian itu

mengalami perubahan sehingga poligini sendiri sudah tak lazim digunakan,

khusunya di Indonesia.

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 3, Poligami dapat

diartikan ikatan tentang perkawinan di mana suami memiliki istri melebihi

dari seorang.19 Dalam PP Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan

dan Perceraian bagi Pegawai Negri Sipil yang diamandemen menjadi PP

NO. 45 Tahun1990 dalam pasal 4 mengatur poligami dapat diartikan

pegawai negri sipil seorang pria yang melebihi istri seorang.20 Selanjutnya

Kompilasi Hukum Islam menyebutkan poligami yaitu beristri lebih dari satu

17 Pendapat al-Hadad dan Habib bin Ruqaiba, ini dikutip dari Khoiruddin Nasution,

“Perdebatan Sekitar Status Poligami” Khoiruddin Nasution, “Perdebatan Sekitar Status Poligami”

h.76-77. 18 Sudarsono, Kamus Hukum, Cet. VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h.364. 19 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan

Pelaksana Lainya di Negri Hukum Indonesia, (Jakarata: Rajawali Pers, 2008), h.523. 20 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan

Pelaksana Lainya di Negri Hukum Indonesia, (Jakarata: Rajawali Pers, 2008), h.685.

Page 33: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

20

orang pada waktu yang bersamaan, dan maksimal hanya empat orang istri.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayat (1) KHI.21

Landasan Hukum yang mengatur poligami di Indonesia adalah

Undang-Undang No.1 Tahun 1974, PP NO 9 tahun 1975 dan Inpres Nomor

1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Dalam Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 dijelaskan yang menjadi dasar diperbolehkanya

poligami diatur pada Pasal 3 ayat (2) yang berbunyi “Pengadilan dapat

memberi izin kepada sorang suami untuk beristri melebihi dari seorang

apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan’’.22

Pada dasarnya seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang

istri. Seorang suami yang ingin beristri melebihi dari seorang dapat

diperbolehkan bila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan

Pengadilan Agama telah memberi izin terlebih dahulu. Dasar pemberian izin

poligami oleh Pengadilan Agama diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-

Undang Perkawinan seperti diungkapkan sebagai berikut:

Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin

kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.

2. Istri tidak mendapatkan cacat badan atau penyakit yang tidak

bisa disembuhkan.

3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Apabila diperhatikan alasan pemberian izin melakukan poligami di

atas, dapat dipahami bahwa alasannya mengacu kepada tujuan pokok

pelaksanaan perkawinan, yaitu membentuk rumah tangga yang kekal dan

bahagia (sakinah, mawaddah dan rahmah) berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa. Apabila tiga alasan yang disebutkan di atas menimpa suami istri

makan dapat dianggap rumah tangga mereka tidak akan mampu

menciptakan keluarga yang bahagia (mawaddah dan rahmah).23 Misalnya,

21 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akadamik Presindo,

1992) h.126. 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan 23 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.47.

Page 34: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

21

istri tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai istri atau suami tidak

dapat menjalankan kewajibanya tentu akan mengganggu kehidupan rumah

tangga yang dijalani. Meskipun kebutuhan seksual hanyalah sebagai dari

tujuan perkawinan, namun akan mendatangkan pengaruh besar, manakala

tidak terpenuhi. Demikian juga, apabila istri mempunyai atau mendapatkan

cacat badan atau penyakit yang sulit atau tidak bisa disembuhkan.

Akan halnya alasan yang ketiga, tidak setiap pasangan suami istri,

yang istrinya tidak dapat melahirkan keturunan memilih alternatif dengan

cara berpoligami. Mereka terkadang menempuh cara mengangkat anak

asuh. Namun jika suami ingin berpoligami, adalah wajar dan masuk akal.

Karena keluarga tanpa ada anak, tidaklah lengkap.24

Dalam konteks al-Quran maupun hadis ketentuan tentang alasan di

bolehkanya poligami dalam peraturan di Indonesia tersebut tidak ditemukan

dasarnya dalam teks al-Quran dan hadis., seorang suami yang ingin

berpoligami tidak didasarkan atas alasan sebagaimana yang terdapat dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, misalnya poligami disebabkan istri

yang mengalami cacat badan, mandul, atau tidak menjalankan

kewajibannya sebagai seorang istri. Dalam syariat Islam poligami

dibenarkan atau dibolehkan dengan syarat suami berlaku adil terhadapt istri-

istrinya. Dengan demikian, suami yang akan melakukan poligami tidak

perlu menunggu istrinya mandul atau cacat badan yang sulit disembuhkan,

sebagaimana suami juga tidak harus menunggu istrinya tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

Adapun Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mempersulit

terjadinya poligami, memberikan pemahaman agar perempuan atau istri

diangkat derajatnya agar tidak diperlakukan semena-mena oleh laki-laki,

terutama suaminya sendiri. Oleh karena itu, suami yang bermaksud

berpoligami harus meminta izin kepada istri dan izin yang dimaksud harus

dinyatakan di depan majelis Hakim di Pengadilan. Kenapa harus ada izin

24 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),

h.172.

Page 35: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

22

dari istri ? karena istri adalah orang yang akan ikut menanggung dan

merasakan suka duka perkawinan poligami tersebut, sehingga di rasa wajar

jika persetujuan istri juga dipertimbangkan dalam hal poligami ini.

C. Jumlah Istri Dalam Poligami

Allah SWT membolehkan seorang suami berpoligami sampai 4

(empat) orang istri dengan syarat berlaku adil kepada mereka, yaitu adil

dalam melayani istri, giliran dan segala hal yang bersifat lahiriah, jika tidak

bisa berlaku adil maka cukup satu istri saja (monogami).25

Dalam Q.S. An-Nisa Ayat 3 Allah SWT, berbicara kepada pengasuh

anak-anak perempuan yatim bahwa jika anak perempuan yatim berada di

bawah pengasuh salah seorang dari kalian, lalu apabila menikahinya dia

khawatir tidak akan memberinya mahar yang setara dengan yang lazim

diberikan kepada wanita-wanita lain, maka jangan menikahinya anak

perempuan yatim itu melainkan menikahlah dengan perempuan lain.

Sesungguhnya jumlah mereka sangat banyak dan Allah tidak mempersempit

peluang untuk menikah dengan mereka, melainkan dapat menikah dengan

satu hingga empat wanita. Tapi jika menikah lebih dari satu wanita dia

khawatir tidak dapat berlaku dengan adil, maka wajib menahan diri dengan

menikahi satu wanita saja.26

Mengenai masalah ini, Rasyid Ridha mengatakan, sebagaimana

yang dikutip oleh Masyfuk Zuhdi yaitu, Islam memandang poligami lebih

banyak membawa resiko atau madharat dari pada manfaatnya, karena

manusia itu mempunyai watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh. Watak-

watak tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi, jika hidup dalam

kehidupan keluarga yang poligamis. Menurut pandangan Rasyid Ridho

maksud dari ayat tersebut adalah untuk memberantas atau melarang tradisi

jahiliyyah yang tidak manusiawi, yaitu wali anak wanita yatim mengawini

anak yatimnya tanpa memberi hak mahar dan hak-hak lainya, dan ia

25 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Lencana Pradana Media Grup, 2008,

h.130. 26 Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqh Sunah Untuk Wanita, Penerjemah: Asep

Sobari, (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2007), h.726.

Page 36: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

23

bermaksud untuk makan harta anak yatim dengan cara tidak sah, serta ia

menghalangi anak yatimnya kawin dengan orang lain agar ia tetap leluasa

menggunakan hartanya. Demikian pula tradisi zaman jahiliyyah yang

mengawini istri banyak dengan perlakuan yang tidak adil dan tidak

manusiawi hal ini dilarang oleh Islam.27

Menurut Sayyid Qutub, sebagaimana yang dikutib oleh

Khutubuddin Aibak yaitu, poligami merupakan suatu perbuatan rukhsah

yang dapat dilakukan hanya dalam keadaan darurat yang benar-benar

mendesak. Kebolehan ini masih disyaratkan harus bisa berbuat adil

terhadapat istri-istri di bidang nafkah, mu’amalah pergaulan dan pembagian

malam terhadap istri-istri. Bagi calon suami yang tidak sanggung berbuat

adil, maka diharuskan cukup menikahi satu orang istri saja, sedangkan bagi

suami yang sanggung berbuat adil, maka boleh berpoligami dengan batasan

maksimal hanya empat orang istri.28

Mengenai jumlah bilangan yang dibolehkan, terdapat perselisihan

ulama atas empat pendapat :

Pendapat pertama memandang bahwa kebolehan berpoligami

adalah terbatas pada empat wanita, demikian menurut jumhur ulama alasan

yang dipegang oleh golongan ini ialah Firman Allah SWT. Pendapat kedua

memandang bahwa kebolehan berpoligami adalah terbatas pada Sembilan

wanita, demikian menurut Nacha-‘y Ibnu Abi Laila, Qasim bin Ibrahim dan

mazhab Zhahiry. Pendapat ketiga memandang bahwa kebolehan

berpoligami adalah terbatas pada 18 wanita, demikian menurut Chawaridj

dan sebagian dari Sji’ah. Pendapat keempat memandang bahwa kebolehan

berpoligami tanpa ada batasan dan tergantung kepada kesanggupan.

Demikian menurut sebagian ulama Fiqh.29

27 Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: PT. Gria

Karya, cet-1, 1988, cet- I ) , h.12. 28 Khutubuddin Aibak, Kajian Fiqh Konteporer, (Yogyakarta: Teras, 2009,) h.74. 29 Ibrahim Hosen, “Fiqh Perbandingan dalam Masalah Nikah Talak Rujuk dan Hukum

Kewarisan”, (Jakarta : balai penerbit dan perpustakaan Islam yayasan Ihja Ulummidin Indonesia,

1971), h.116.

Page 37: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

24

D. Syarat Dan Ketentuan Pelaksanaan Poligami

Dalam Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan, syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi seorang suami yang

ingin melakukan poligami adalah:

a. Adanya persetujuan dari istri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan

hidup istri-istri dan anak-anak mereka.

c. Adanya jaminan suami akan berlaku adil terhadap anak dan istri-

istri mereka.

Untuk membedakan persyaratan yang ada di Pasal 4 dan 5 uu no 1

tahun 1974 adalah, pada Pasal 4 disebut dengan persyaratan arternatif yang

artinya salah satu harus ada untuk dapat mengajukan permohonan

poligami.30 Artinya syarat istri tidak dapat menjalankan kewajiban, cacat

atau sakit yang tidak bisa disembuhkan dan istri mandul merupakan syarat

yang harus terpenuhi sala satu saja, tidak harus semuanya. Sedangkan dalam

Pasal 5 adalah kumulatif dimana seluruhnya harus dapat dipenuhi oleh

suami yang akan melakukan poligami.

Dalam Kompilasi Hukum Islam, syarat yang harus dipenuhi oleh

suami yang akan poligami tersebut diatur dalam pasal 55. Selanjutnya,

dalam Pasal 56 juga diuraikan tentang prosedur permohonan izin poligami

kepada Pengadilan Agam sebagai berikut:

1) Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat

izin dari Pengadilan Agama.

2) Pengajuan permohonan Izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan

menurut pada tata cara sebagaimana diatur dalam BAB.VII

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.

3) Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga dan

keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai

kekuatan Hukum.

30 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, BAB 1 Pasal 4 dan 5

Page 38: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

25

Dalam Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pegadilan Agama

hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang

apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.31

Selanjutnya dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 59 dinyatakan

istri tidak mau memberikan persetujuan, dan permohonan izin untuk beristri

lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur dalam

Pasal 55 ayat (2) dan 57, maka Pengadilan Agama dapat menetapkan

tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang

bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap penetapan ini

istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.32

Beberapa alasan poligami yang ada di islam yaitu :

1. Apabila laki-laki atau suami kuat syahwatnya, menurutnya

seorang istri saja tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Maka

poligami diperbolehkan untuk memenuhi kebutuhan dengan

syarat dapat bersikap adil.

2. Apabila istri tidak dapat memenuhi keinginan suami untuk

mendapatkan keturunan.

3. Apabila istri mengidap penyakit yang menyebabkan sulit untuk

melayani suami dan mendapatkan keturunan.

4. Apabila jumlah perempuan di lingkungan masyarakatnya lebih

banyak daripada laki-laki, maka diperbolehkan bagi suami untuk

berpoligami dengan batas maksimal empat (4) orang. 33

Selain itu, menurut Islah Gusmian terdapat alasan yang bisa

digunakan oleh laki-laki bila ingin berpoligami, yaitu:

31 Kompilasi Hukum Islam (KHI), BAB IX Pasal 55. 32 Kompilasi Hukum Islam (KHI), BAB IX Pasal 59. 33 Noor Azizah, “Tinjauan…, h. 28-29. Sebagaimana dikutip dari Amir Syarifudin,

Hukum…, h.87.

Page 39: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

26

1. Karena agama Islam memperbolehkan laki-laki berpoligami.

2. Sebagai sarana belajar bagi laki-laki atau suami untuk membina

rumah tangga dan keluarga yang baik.

3. Sebagai jihad untuk memiliki banyak anak. Jika dalam sebuah

pernikahan tidak dikaruniai anak, maka suami berhak untuk

menikah lagi atau berpoligami sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

4. Karena poligami dapat menghindari seseorang dalam berbuat

zina atau berselingkuh. Jika laki-laki tidak dapat mengedalikan

libidonya dengan baik, maka dianjurkan untuk menikah dalam

status poligami daripada zina atau berselingkuh.

5. Karena ingin berpoligami, hal ini dianggap bawaan dari genetik

dan juga sifat natural. 34

Sedangkan Mustafa al-Siba’i berpendapat bahwa ada dua syarat

pokok yang harus dipenuhi dalam berpoligami, yaitu: (1) Mampu

memperlakukan semua istri dengan adil. Ini merupakan syarat yang dengan

jelas disebutkan dalam Al-Qur’an ketika membolehkan poligami, (2)

Mampu memberikan nafkah pada istri kedua, ketiga, keempat dan juga

kepada anak-anak dari istri-istri tersebut.35

Kebolehan berpoligami ini sejalan dengan pandangan sebagai

berikut:

1. Islam mendapatkan masyarakat Arab umumnya melakukan poligami

dengan cara yang sewenang-wenang dan tidak terbatas, maka Islam

memperbaiki kedudukan wanita dengan jalan memberi hak kepada

mereka yang mesti dihormati oleh kaum pria, dan atas dasar ini pulalah

poligami dibolehkan.

2. Untuk mengatasi kekecewaan suami akibat istrinya mandul atau

menderita sakit lumpuh dan sebagainya. Menutup poligami dalam

34 Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad SAW Berpoligami?, (Yogyakarta: Pustaka

Marwa), h. 44-46. 35 Haris Hidayatullah, “Adil Dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm”, Religi: Jurnal Studi

Islam, Vol. 6, No. 2, (Oktober 2015), h.219

Page 40: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

27

keadaan seperti ini, akan mendorong sang suami memilih jalan yang

kejam yaitu menceraikan istrinya untuk dapat kawin dengan wanita

lain.

3. Banyaknya jumlah wanita dari pria dan adanya peperangan yang

mengakibatkan banyak korban, hal mana mengurangi jumlah pria dan

semakin banyak wanita yang tidak bersuami. Menutup poligami artinya

wanita yang tidak bersuami akan melakukan hubungan gelap dengan

laki-laki secara terkutuk dan membawa masyarakat kepada yang tidak

diinginkan.36

Sedangkan al-Maraghi, kondisi diperbolehkannya poligami

disebabkan beberapa hal:

1. Bila seorang suami beristrikan seorang wanita mandul sedangkan ia

sangat mengharapkan anak

2. Bila istri telah tua dan mencapai umur ya’isah (tidak haid) lagi, dan ia

mampu memberi nafkah kepada lebih dari seorang istri

3. Demi terpeliharanya kehormatan diri (agar tidak berzina) karena

kapabilitas seksualnya memang mendorongnya untuk berpoligami

4. Bila diketahui dari hasil sensus, kaum wanita lebih banyak dari kaum

pria dengan perbandingan yang mencolok. 37

E. Prosedur Beracara Persidangan Izin Poligami

Selain Peraturan Undang-Undang yang mengatur proses poligami

secara terperinci, penulis juga akan membahas terkait hukum acara atau

proses beracara dalam mengajukan permohonan izin tentang poligami,

karena penulis juga akan mengupas tentang proses beraca dalam putusan.

Berbeda halnya dengan permohonan lainya, permohonan izin poligami ini

termasuk kategori perkara yang bersengketa atau disebut juga dengan

36 Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan, (Jakarta: Balai Penerbitan & Perpustakaan Islam

Yayasan Ihya Ulumuddin Indonesia, 1971), h. 83-84. 37 Khoirul Abror, “Poligami dan Relevansinya Dengan Keharmonisan Rumah Tangga

(Studi Kasus di Kelurahan Rajabasa Bandar Lampung), Al-‘Adalah Vol. XIII, No. 2, (Desember

2016), h. 230.

Page 41: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

28

perkara gugatan contentious, karena terdapat dua pihak yang disebut juga

Pemohon (suami) dan termohon (istri), maka permohonan izin poligami ini

terdaftar dalam register induk perkara gugatan.38

Kewenangan relative pengadilan Agama mengenai permohonan izin

untuk beristri lebih dari seorang diajjukan kepada Pengadilan Agama di

tempat tinggalnya (Pasal 4 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974), proses

beracaranya sebagai berikut:

1. Surat permohonan

Permohonan bisa disebut juga dengan Voluntair yaitu perkara yaitu

perkara yang tidak ada lawannya atau perkara yang tidak bersifat sengketa.

Akan tetapi permohonan izin poligami ini walaupun disebut juga sebagai

permohonan bukan merupakan perkara Voluntair akan tetapi termasuk

dalam perkara Contensius atau perkara yang mempunyai lawan dan juga

terdapat sengketa. Karena di dalam pemohonan izin poligami terdapat dua

pihak yaitu suami disebut juga sebagai pihak pemohon, sedangangkan istri

disebut sebagai pihak termohon, sengketa yang dimaksud dalam

permohonan izin poligami ini adalah pemohon meminta izin kepada

Pengadilan Agama agar diizinkan beristri lebih dari seorang akan tetapi

harus dengan disertai alasan dan syarat diperbolehkan beristri lebih dari

seorang, baik syarat alternative atau syarat utama yang terdapat dalam pasal

4 Ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974 jo. Pasal 57 KHI dan syarat komulatif

yang disebut juga dengan syarat pelengkap seperti Pasal 5 UU No. 1 Tahun

1974 jo Pasal KHI. Dan dalam permohonan izin poligami Pengadilan

Agama mengeluarkan putusan bukan penetapan, dengan Amar mengadili

bukan menetapkan dan terhadap pihak yang kurang puas bisa mengajukan

upaya Hukum banding dan kasasi.39

Maka permohonan izin poligami ini mempunyai kode nomor perkara

seperti perkara gugatan (contensius) yang bersimbol (Pdt.G) bukan (Pdt.P),

38 Mukti Anto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011, h 39. 39 39 Mukti Anto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011, h.40.

Page 42: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

29

seperti permohonan yang lainya.40 Surat permohonan izin beristri melebihi

dari seorang harus memuat:

a) Identitas: nama, umur, alamat yaitu suami sebagai Pemohon, istri sebagai

Termohon

b) Posita: alasan-alasan, untuk beristri lebih dari seorang disertai dengan

dalil Hukum, rincian harta kekayaan dan jumlah penghasilan, identitas

calon istri kedua

c) Petitum: permintaan dari pihak Pemohon

Pengajuan gugatan atau permohonan dimungkinkan secara tertulis

maupun secara lisan bagi yang buta huruf sebagaimana ketentuan Pasal

120 HIR. Jika gugatan atau permohonan diajukan secara lisan, maka

ketua Pengadilan menunjuk petugas untuk memformulasikan gugatan

atau permohonan lisan tersebut dalam bentuk surat gugatan atau

permohonan. Kewenangan relative dalam Pengadilan Agama yang

menangani permohonan izin poligami ini telah sesuai dengan Pasal 4

Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 jo. Pasal 40 PP No. 9 Tahun 1975 yang

berbunyi “dalam hal suami akan beristri lebih dari seorang, ia wajib

mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama di daerah tempat

tinggal nya”.

2. Pemanggilan pihak-pihak

Pengadilan Agama harus memanggil dan mendengar pihak suami

dan istri ke persidangan, panggilan dilakukan menurut tatacara

pemanggilan yang diatur dalam Hukum Acara Perdata biasa yang diatur

dalam Pasal 390 HIR dan Pasal-Pasal terkait. Harus disampaikan di

tempat tinggal atau tempat domisili pilihan tergugat, disampaikan kepada

yang bersangkutan disampaikan kepada kepala desa , apabila yang

bersangkutan dan keluarga tidak ditemui jurusita ditempat tinggal atau

kediaman.

3. Pemeriksaan

40 Mukti Anto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011, h.41.

Page 43: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

30

Pemohon izin poligami dilakukan oleh Majelis Hakim selambat-

lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat permohonan beserta

lampiran-lampiran. Pemeriksaan dilakukan dalam sidang terbuka untulk

umum, kecuali apabila karena alasan-alasan tertentu menurut

pertimbangan Hakim yang dicatat dalam Berita Acara Persidangan,

pemeriksaan dapat dilakukan dalam sidang tertutup.

4. Upaya Perdamaian

Pada setiap permulaan sidang sebelum pemeriksaan perkara Hakim

diwajibkan mengusahakan perdamaian antara pihak-pihak yang

berperkara (Pasal 130 Ayat (1) HIR), jika tercapai perdamaian maka

dibuatlah akta untuk memenuhi isi perdamaian yang isinya menghukum

kedua belah pihak untuk memenuhi isi perdamaian yang telah dibuat dan

perkara yang diajukan boleh dicabut dan perkara dilanjutkan pembacaan

surat gugatan atau permohonan. Adanya perdamaian yang demikian itu

dapat untuk dicapai, pada waktu sidang diperbuat sebuah akta tentang

perdamaian, surat mana akan berkuatan dan akan dijalankan sebagai

putusan yang biasa.

5. Pembacaan Gugatan atau Permohonan

Dalam pembacaan gugatan atau permohonan Majelis Hakim

menanyakan terlebih dahulu kepada Penggugat atau Pemohon apakah

ada perubahan atau masih tetap, setelah pembacaan permohonan selesai

dan para pihak masih dengan pendirian, ingin melanjutkan proses

persidangan maka dilanjutkan dengan jawaban.

6. Jawaban

Setelah pembacaan gugatan atau permohonan dan isinya masih tetap

dipertahankan oleh Penggugatan/Pemohon kemudian

Tergugat/termohon diberi kesempatan untuk mengajukan jawaban, baik

secara tertulis maupun lisan (Pasal 121 Ayat (2) HIR/ Pasal 145 (2) R.Bg

jo. Pasal 132 Ayat 91) HIR/Pasal 158 (1) R.Bg. Dalam pengajuan

jawaban Tergugat harus datang sendiri atau diwakili oleh kuasa

Hukumnya, apabila Tergugat atau kuasa Hukumnya tidak hadir dalam

Page 44: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

31

persidangan walapun mengirim surat jawaban tetap dinilai tidak hadir

dalam persidangan.

7. Pembuktian

Dalam memeriksa suatu perkara, Hakim bertugas untuk

mengonstatir, mengkualisifir dan kemudian mengkonstituir. Maksud dari

mengkonstatir yaitu Hakim harus menilai apakahperistiwa atau fakta-

fakta yang dikemukakan oleh para pihak itu benar-benar terjadi, hal ini

hanya dapat dilakukan melalui pembuktian. Membuktikan artinya

mempertimbangkan secara logis kebenaran atau fakta/peristiwa

berdasarkan alat-alat bukti yang sah dan menurut Hukum pembktian

yang berlaku.41 Tujuan pembuktian yaitu untuk memperoleh kepastian

bahwa suatu peristiwa yang diajukan itu benar terjadi, guna mendapatkan

putusan Hakim yang benar dan adil.

Dalam pembuktian harus berdasarkan alat bukti yang ditentukan

oleh Undang-Undang sesuai dengan pasal 164 HIR Pasal 186 KUH

Pedata meliputi:

a. Akta (tulisan) atau bisa disebut dengan surat-surat

Alat bukti tertulis atau surat adalah alat bukti otentik dan akta

di bawah tangan. Akta otentik maksudnya akta yang dibuat oleh

atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang untuk dan dalam

bentuk menurut ketentuan yang ditetapkan, maupun tanpa bantuan

dari yang berkepentingan di tempat di mana pejabat berwenang

menjalankan tugasnya. Pejabat yang dimaksud antara lain notaris,

Hakim, panitera, jurusita, pegawai pencatat sipil, pegawai pencatat

nikah dan lainya.

b. Keterangan saksi

Saksi adalah orang yang memberikan keterangan di muka

sidang, dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, tentang suatu

peristiwa atau keadaan yang dia lihat, dengar dan dia alami sendiri,

41 Mukti Anto, Praktek Perkara Pedata pada Pengadilan Agama, h.140.

Page 45: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

32

sebagai bukti suatu peristiwa atau keadaan. Seorang saksi dilarang

untuk menarik-menarik kesimpulan karena hal itu adalah tugas

Hakim. Saksi yang akan diperiksa sebelum harus bersumpah

menurut cara agamanya atau berjanji, bahwa dia akan menerangkan

yang sebenarnya. Setelah disumpah saksi wajib memberi

keterangan yang benar, apabila dia dengan sengaja memberi

keterangan palsu saksi dapat dituntut dan di hukum untuk sumpah

palsu menurut Pasal 242 W.v.S (KUH Pidana).

Yang tidak dapat didengar sebagai saksi dalam Pasal 145

ayat 1 HIR yaitu:

1. Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan

yang lurus dari salah satu pihak

2. Suami atau istri salah satu pihak, meski sudah bercerai

3. Anak-anak yang umurnya tidak diketahui dengan benar bahwa

mereka sudah berumur 15 tahun

4. Orang gila, meskipun ia kadang-kadang mempunyai ingatan

terang

5. Orang yang ada hubungan kerja dengan salah satu pihak dengan

menerima upah42

c. Persangkaan

Persangkaan adalah kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa

yang telah dikenal atau dianggap terbukti ke arah suatu peristiwa

yang tidak dikenal atau belum terbukti, baik yang berdasarkan

Undang-Undang atau kesimpulan yang ditarik oleh Hakim.

d. Pengakuan

Pengakuan adalah pernyataan seseorang tentang dirinya sendiri,

bersifat sepihak dan tidak memerlukan persetujuan pihak lain.

Pengakuan dapat dibuktikan di muka Hakim di persidangan atau di

42 Retnowulan Sulantio dan Iskandar Oeripkatawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori

dan Praktek, Bandung: Mandar maju, 1995, h.71.

Page 46: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

33

luar persidangan, selain itu pengakuan dapat pula diberikan secara

tertulis maupun lisan di depan sidang.

e. Sumpah43

Sumpah adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan

atau diucapkan pada waktu diberikan janji atau keterangan dengan

mengingat sifat Maha Kuasa Tuhan dan percaya bahwa siapa yang

memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh

nya. Pembuktian dalam perkara permohonan izin poligami

Pengadilan Agama akan memeriksa mengenai:

a) Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami

kawin lagi, harus memenuhi syarat alternative sebagai berikut:

- Bahwa istri tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai

seorang istri

- Bahwa istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa

disembuhkan

- Bahwa istri tidak dapat melahirkan keturunan

b) Ada atau tidaknya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan

maupun tertulis, yang harus dinyatakan di depan sidang.

c) Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin

keperluan hidup istri-istri dan anak-anak dengan

mempertimbangkan:

1. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditanda

tangani oleh bendahara tempat bekerja

2. Surat keterangan pajak penghasilan

3. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh Pengadilan

d) Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil

terhadap istri-istri dan anak-anak mereka dengan pernyataan

atau janji dari suami dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk

itu.

43 Yahya Harahab, Hukum Acara Perdata, Jakarta: (Sinar Grafika, 2008,) h.40.

Page 47: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

34

e) Sekalipun sudah ada persetujuan tertulis dari istri persetujuan

ini harus dipertegaskan dengan persetujuan lisan di depan

sidang, kecuali dalam hal ini istri telah dipanggil dengan patut

dan resmi tetapi tidak hadir dalam sidang dan tidak pula

menyuruh orang lain untuk mewakilinya.

f) Persetujuan dari istri tidak diperlukan lagi dalam hal:

- Istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya

dan tidak mungkin menjadi pihak dalam perjanjian

- Tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2

tahun

- Karena sebab-sebab lainya yang perlu mendapat penilaian

dari Hakim Pengadilan Agama44

8. Putusan atau Penetapan

Putusan adalah pernyataan Hakim yang dituangkan dalam bentuk

tertulis dan diucapkan oleh Hakim dalam sidang terbuka untuk umum,

sebagai hasil dari pemeriksaan perkara gugatan dan perkara permohonan

yang disebut dengan penetapan. Dalam permohonan izin poligami ini,

bentuk pernyataan hakim yang dipakai adalah dalam bentuk putusan,

bukan penetapan, karena permohonan izin poligami ini termasuk perkara

contensius, sehingga putusannya bersimbol Pdt.G dan amar putusannya

pun “mengadili” bukan “menetapkan” serta putusan permohonan izin

poligami ini dapat diajukan banding dan kasasi.

44 Mukti Anto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011), h.243.

Page 48: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

35

BAB III

DESKRIPSI PUTUSAN PA JAKARTA BARAT NOMOR PUTUSAN

1143/Pdt.G/2012/PAJB YANG MENOLAK IZIN POLIGAMI

A. Posisi Kasus

Perkara kasus putusan 1143/Pdt.G/2012/PAJB dijelaskan bahwa

Pemohon mengajukan permohonan izin untuk berpoligami berdasarkan

oleh beberapa alasan. Alasannya yaitu karena Pemohon ingin mendapatkan

keturunan setelah 20 tahun menikah.1 Termohon dalam hal ini tidak dapat

memenuhi keinginan Pemohon untuk mendapat keturunan karena termohon

sudah berupaya namun tidak berhasil. Termohon pernah hamil, namun

keguguran yang menyebabkan termohon sulit mendapatkan keturunan lagi.

Termohon juga sudah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan

keturunan yaitu mencoba program bayi tabung yang dilakukan di dalam

maupun di luar negeri, namun tidak juga membuahkan hasil. Pemohon dan

termohon akhirnya mengadopsi anak yang mereka rawat hingga anak

tersebut sudah berumur 12 tahun terhitung ketika permohonan ini diajukan.2

Pemohon mengaku walaupun mengajukan permohonan untuk berpoligami,

semasa menjalani pernikahan dengan termohon hingga saat ini hubungan

Pemohon dengan Termohon tejalin harmonis dan penuh kebahagiaan atau

sakinah, mawaddah, warahmah.3

Pemohon dalam kasus ini merasa mampu untuk berpoligami

didasarkan oleh beberapa alasan. Pertama, Pemohon mampu untuk

memenuhi kebutuhan istri-istrinya kelak dalam hal urusan rumah tangga

karena Pemohon memiliki pekerjaan yang stabil. Pekerjaan Pemohon

adalah sebagai direktur utama yang memiliki penghasilan Rp. 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) perbulan, yang mana juga masih ditambah komisi

dan bonus lainnya. Kedua, Pemohon menyatakan sanggup untuk berlaku

1 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.2. 2 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.5. 3 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.5.

Page 49: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

36

adil kepada istri-istrinya kelak jika dikabulkan permohonan tersebut.

Ketiga, Pemohon dan termohon memiliki harta bersama yaitu berupa saham

sebesar 95% di PT XXXXX sesuai akta notaris Nomor 2 tertanggal 12

Desember 2009 tentang pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa PT XXXXX atas nama Pemohon sebesar 60% dan atas

nama Termohon sebesar 35%.1 Harta bersama milik Pemohon dan

termohon ini adalah harta yang mereka peroleh selama pernikahan mereka

yang tidak akan diganggu gugat oleh calon istri kedua Pemohon. Harta

bersama ini akan tetap milik Pemohon dan termohon walaupun nanti

Pemohon sudah menikah lagi dengan calon istri kedua. Keempat, orangtua

dari calon istri kedua Pemohon juga menyatakan kesanggupannya untuk

menjadi wali apabila Pemohon menikah dengan calon istri kedua Pemohon.

Kelima, bahwa Pemohon dengan calon istri kedua tidak ada larangan

melakukan perkawinan baik menurut Syariat Islam maupun Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku yaitu tidak adanya hubungan nasab atau

sepersusuan dengan Pemohon. Juga dalam kasus ini, calon istri kedua

Pemohon tidak terikat dengan pernikahan lain atau bertunangan dengan

laki-laki lain. Keenam, termohon juga sudah sempat menawarkan untuk

Pemohon menikah lagi jika memang Pemohon ingin segera mendapatkan

keturunan.

Menurut Pemohon, permohonan Pemohon ini telah cukup beralasan.

Maka Pemohon mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama

Jakarta Barat cq Majelis Hakim, untuk sekiranya putusan ini dapat diperiksa

dan diadili untuk mendapatkan putusan. Namun, ada beberapa hal yang

ditemukan oleh Pengadilan Agama pada saat memeriksa permohonan

Pemohon.

Pertama, Termohon memang menawarkan Pemohon untuk menikah

lagi atau berpoligami namun dengan syarat yaitu calon istri kedua Pemohon

dicarikan oleh Termohon. Namun, dalam hal ini Pemohon menolak tawaran

1 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.4.

Page 50: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

37

Termohon.2 Pemohon ingin menikahi calon istri kedua Pemohon bukan

hanya karena ingin mendapatkan keturunan, namun juga karena Pemohon

sudah mengenal dan menjalin hubungan secara khusus dengan calon istri

kedua Pemohon sejak tahun 2010. Termohon tidak mempercayai calon istri

kedua pilihan Pemohon dengan alasan bahwa calon istri kedua Pemohon

tidak akan membawa kebahagian dalam pernikahan mereka sebagaimana

yang diinginkan Termohon. Termohon merasa kehadiran calon istri kedua

Pemohon hanya akan menjadikan hubungan dan kehidupan rumah tangga

antara Pemohon dengan Termohon menjadi tidak harmonis. Pemohon juga

sempat mengajukan permohonan cerai talak kepada Termohon, namun

permohonan tersebut dicabut karena Pemohon dan Termohon merasa masih

memiliki rasa saling cinta kasih satu sama lain.3 Termohon merasa tidak

ridho dan tidak setuju apabila Pemohon menikah lagi dengan calon istri

kedua Pemohon karena hanya akan membawa pernikahan tersebut pada

kemadlorotan (kerusakan). Termohon sebenarnya mengizinkan Pemohon

untuk berpoligami dengan perempuan lain apabila dasarnya adalah demi

kemaslahatan keluarga, bukan mengorbankan keluarga yang sudah ada.4

Jadi, dalam kasus perkara ini Pemohon mengajukan permohonan poligami

ke.

Pengadilan Agama Jakarta Barat dengan alasan utama yaitu ingin

mendapatkan keturunan. Pemohon merasa sudah memenuhi Syariat Islam

dan juga Peraturan Perundang-undangan untuk berpoligami baik secara

Islam ataupun secara hukum. Namun, permohonan Pemohon dibantah dan

tidak disetujui oleh Termohon dikarenakan beberapa hal yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Pemohon ketika di persidangan tidak membantah

apapun yang dikatakan dan dibantah oleh Termohon dengan tidak

membawa bukti-bukti apapun yang dapat membantu Pemohon di

persidangan. Sebaliknya, Termohon membawa bukti berupa surat-surat

2 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.5. 3 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.6. 4 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.7.

Page 51: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

38

untuk meneguhkan dalil-dalil yang dapat membantah pernyataan Pemohon

di persidangan.5

Menurut hukum, permohonan berpoligami yang diajukan oleh Pemohon

tidak beralasan dan terkesan hanya dicari-cari agar permohonan tersebut

dikabulkan. Keinginan Pemohon untuk menikah lagi dengan calon istri

kedua sebenarnya bukan hanya untuk mendapatkan keturunan, tetapi lebih

kepada keinginan pribadi untuk mencari kesenangan pribadi dan

mengorbankan kebahagiaan rumah tangga yang sudah terbangun selama 20

tahun.6 Hal ini juga menyebabkan Termohon semakin tidak menyetujui

keinginan Pemohon untuk berpoligami dengan perempuan tersebut.

Dalam pemeriksaan bukti-bukti terkait permohonan ini, Pemohon tidak

memenuhi alasan berpoligami sebagaimana yang telah disebutkan pada

Pasal 4 ayat 2 yaitu “ istri tidak dapat melahirkan keturunan” yang mana

dimaksudkan yaitu apabila “istri mandul” atau “istri rahimnya telah

diangkat”. Faktanya adalah Termohon sudah pernah hamil namun

keguguran. Kemudian Pemohon dan termohon juga sudah mengangkat anak

sejak bayi yang mana disebut Anak Angkat yang sudah dianggap seperti

anak kandung sendiri oleh kedua belah pihak, terbukti dengan

dicantumkannya nama anak tersebut di dalam Kartu Keluarga maupun

Ijasahnya.7 Dengan demikian, secara hukum Pemohon tidak memenuhi

syarat berpoligami. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka

Pengadilan Agama Jakarta Barat menjatuhi putusan yaitu menolak

permohonan Pemohon untuk berpoligami yang diputuskan pada Desember

tahun 2012.8

B. Putusan Hakim dan Pertimbangan nya

Dalam persidangan terbuka mengenai perkara ini, Hakim

memutuskan untuk menolak permohonan Pemohon seluruhnya dan

membebankan biaya perkara pada pemohon yaitu sejumlah Rp. 616.000,-

5 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.8. 6 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.10. 7 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.11. 8 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.13.

Page 52: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

39

(enam ratus enam belas ribu rupiah) pada hari Rabu tanggal 26 Desember

2012. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu sebagai berikut;

1. Maksud dan tujuan Pemohon tidak sesuai dengan pernyataan Pemohon

di awal yaitu bukan hanya ingin mendapatkan keturunan melainkan juga

memenuhi kesenangan pribadi.

2. Pengadilan telah berupaya untuk mendamaikan antara Pemohon dengan

Termohon melalui proses mediasi namun hasilnya gagal.9

3. Bukti bahwa Pemohon dan Termohon terikat sebagai suami istri sah dan

masih hidup rukun dalam rumah tangganya.

4. Alasan Pemohon mengajukan permohonan adalah karena istri tidak dapat

melahirkan keturunan yang dimana mereka telah menikah selama 20

tahun, namun pada kenyataannya keduanya merasa sehat jasmani dan

rohani dan telah berupaya secara medis maupun non medis untuk

mendapatkan keturunan namun tidak juga berhasil.10

5. Termohon membenarkan bahwa selama 20 tahun berumah tangga belum

dikaruniai anak, namun sudah mengangkat anak sejak bayi hingga

sekarang berusia 12 tahun (terhitung perkara ini diajukan) sehingga

menjadikan kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon tetap

bahagia dan harmonis. Maka keinginan Pemohon untuk menikah lagi

dengan calon istri kedua dianggap secara hukum bukan untuk

mendapatkan keturunan saja melainkan juga untuk mendapatkan

kesenangan pribadi.

6. Pemohon tidak dapat menunjukan bukti tentang adanya persetujuan istri,

baik persetujuan tertulis maupun lisan yang diakui oleh Termohon, dan

juga pernyataan mampu untuk berbuat adil kepada istri-istri juga anak-

anak. Maka menurut hukum, Pemohon tidak memenuhi syarat untuk

berpoligami seperti yang dimaksud pada Pasal 5 huruf (a), dan (c)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.11

9 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.9. 10 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.10. 11 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.12.

Page 53: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

40

7. Pemohon tidak dapat menghadirkan calon istri kedua nya di persidangan

untuk dimintai keterangan mengenai hubungan kekeluargaan dan atau

tidak ada larangan untuk menikah dengan Pemohon sebagaimana

dimaksud pada Pasal 8 dan 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan

Kompilasi

Hukum Islam Pasal 39 s/d 42.

8. Pertimbangan-pertimbangan diatas dianggap tidak memenuhi syarat

untuk berpoligami dan sepatutnya ditolak seluruhnya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka Pengadilan

Agama Jakarta Barat menolak seluruh permohonan Pemohon untuk

berpoligami dan membebankan biaya perkara pada Pemohon.

Page 54: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

41

BAB IV

ANALISIS ATAS PUTUSAN PENOLAKAN IZIN POLIGAMI DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

A. Penolakan Izin Poligami Ditinjau dari Hukum Islam

Perkara poligami yang diajukan di Pengadilan Agama Jakarta Barat

dengan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB ditolak oleh Hakim. Dalam

kasus tersebut suami menyatakan bahwa dia mengajukan poligami karena

dari pernikahan selama 20 tahun istri tidak bisa melahirkan keturunan yaitu

istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri, atau istri mendapat

cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau istri tidak

dapat melahirka keturunan. Sekilas tampak bahwa sudah terpenuhi salah

satu syarat alternaitif untuk mengajukan poligami sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 4 ayat (2).

Meski syarat alternatif yang harus dipenuhi oleh seorang suami

yang akan melakukan poligami sudah terpenuhi oleh suami, hanya saja

ternyata Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Barat menolak izin poligami

tersebut dengan pertimbangan lain, bahwa :

1. Walaupun mereka sudah menikah selama 20 tahun, namun kenyataan

kedua nya masih merasa sehat jasmani dan kemungkinan bisa

mempunyai harapan untuk mendapatkan keturunan.

2. Persoalan keturunan menurut hakim tidak menjadi faktor utama

keluarga mereka menjadi tidak harmonis dan tidak dapat menjadi alasan

kuat si suami untuk menikah karena mereka sudah mengadopsi anak

dari kecil sampai umur 12 tahun dengan perlakuan seperti anak

kandung sendiri.

Apabila putusan hakim yang menolak permohonan izin poligami

dalam putusan nomor 1143/Pdt.G/2012/PA.JB ditinjau dari sudut Hukum

Islam, maka kita bisa merujuk pada pandangan ulama atau mazhab-mazhab

yang ada. Imam Syafi’i dan Abu Hanifah memandang poligami

Page 55: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

42

secara tekstual, mereka berpendapat bahwa poligami diperbolehkan

secara mutlak dan tidak memberikan persyaratan bahwa istri harus mandul,

cacat, dan sebagainya. Bagi Imam Syafi’i poligami yang dilakukan tidak

melebihi empat orang istri dan yang terpenting suami harus sanggung

berlaku adil terhadap istri-istrinya itu, artinya yang menjadi perhatian

Syafi’i dalam masalah poligami adalah teknis dalam perlakuan terhadap

istri-istri yang di poligami.1

Mengenai perkawinan poligami ini semua Imam Mazhab (Imam

Syafi’i, Hanafi, Hambali dan Maliki) sepakat bahwa seorang laki-laki boleh

beristri empat dalam waktu bersamaan dan tidak boleh lima.2 Sebagaimana

hadis Nabi Muhammad Saw. Dalam kitab Abu Dawud dari Harits bin Qais,

ia berkata:

ة ف ذ ك رت ذ لك للنبى صلى هللا عليه وسلم ف ق ال أ ا ن نسو عندى ثم سل مت و

أ رب عا منهنإخت ر

“Saya masuk Islam bersama-sama istri dengan delapan istri saya,

lalu saya ceritakan hal itu kepada Nabi Saw. Maka beliau bersabda: Pilihlah empat orang diantara mereka”

Adapun hadis yang mengisyaratkan diperbolehkannya poligami

diantaranya, dari Malik meriwayatkan dalam al-Muwattha’, Nasa’iy dan

Daruquthni dalam masing-masing kitab Sunnahnya, mengungkapkan:

ت حته أ ن النبي صلى هللا ع ق د أ سل م و ي ة الت ق ف ي و ن بن ام ليه وسلم ق ال لغ يل

ف ارق س ائر هن ة : إخت ر منهن أ رب عا و ع شر نسو

“Bahwa Nabi berkata kepada Ghailan bin Umayyah Attsaqafi yang masuk Islam, padahal ia mempunyai sepuluh orang istri. Rasulullah

bersabda kepadanya: pilihlah empat orang diantara mereka, dan ceraikan yang lainnya.” 3

1 Muhammad Mualimar Rifqi dkk, “Keadilan Dalam Poligami Perpektif Madzhab Syafi’i”

dalam jurna Himatnya Vol 1 No.2 (Malang : 2019), h.88 2 Syahrur, Muhammad, Al-Kitab wal Al-Qur’an: Qira’ah Mu’ashirah, Damaskus : Ahali

cet ke II. 1990. h.428 3 Khoirul Abror, “Poligami dan Relevansinya dengan Keharmonisan Rumah Tangga (Studi

Kasus di Kelurahan Rajabasa Bandar Lampung), Al-‘Adalah” Vol. XIII, No. 2, (Desember 2016),

h. 231

Page 56: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

43

Kebolehan poligami tidaklah secara mutlak. Menurut para ulama,

poligami hanya dibolehkan jika syarat-syarat yang ditetapkan telah

dipenuhi. Pada rangkaian kalimat فإنخفتم أالتعدلوا dalam Q.S Al-Nisa ayat 3

terdapat huruf syarat, yakni in syarthiyah. Dengan memahami posisi إن ini

sebagai syarat, dipahami bahwa berpoligami itu pada dasarnya tidak

dikehendaki. Ia manjadi dibolehkan jika terpenuhinya syarat yang

ditentukan, dalam hal ini adalah kemampuan suami berlaku adil terhadap

istri-istri dan anak-anaknya.4

Adil sebagai syarat boleh melakukan poligami tersebut adalah adil

dalam urusan-urusan yang bisa diukur, bukan dalam hal cinta dan kasih

sayang. Adil dalam hal cinta dan kasih sayang adalah hal yang mustahil

karena sebagian ulama berpendapat kata karena sebagian ulama )تقسطوا(

berpendapat kata (تقسطوا) tuqsitû dan(تعدلوا) ta’dilû dalam Q.S. al-Nisâ (04):

3 keduanya diterjemahkan adil. Ada ulama yang menyamakan maknanya,

dan ada juga yang membedakannya. Dengan mengatakan bahwa tuqsitû

adalah adil antara dua orang atau lebih sedangkan keadilan yang menjadikan

keduanya senang. Sedangkan ta’dilu adalah perbuatan baik baik untuk diri

sendiri maupun orang lain, namun keadilan tersebut bisa saja tidak

menyenangkan di lain pihak.5 Dan yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah

bahwa seorang suami tidak bisa berbuat adil dalam memberikan rasa cinta,

kebutuhan biologis, mempergauli dan membagi waktu antara dua, tiga, atau

empat istri. Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan kamu sekali-kali tidak

akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat

ingin berbuat demikian”. (Q.S. al-Nisâ (04): 129).6

Apabila salinan putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat nomor

1143/Pdt.G/2012/PA.JB yang menolak permohonan izin poligami tersebut

4 Mesraini, Fiqh Munakahat, (Ciputat: Pusat Studi dan Pengembangan Pesantren, 2008),

h. 119-120. 5 M Quraish Shihab, Tafsîr Al- Misbâh Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Ciputat:

Lentera Hati, 2012), jilid 3, h. 407 6 Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Qurtubî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân (Kairo:

Dâr al-Hadîts, 2010), jilid 3, h. 22.

Page 57: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

44

dikaitkan dengan pendapat ulama di atas, tampak bahwa penolakan hakim

tersebut tidak di dasarkan atas pendapat ulama mazhab manapun.

Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal. Menurut para ulama mazhab,

seorang suami boleh saja melakukan poligami dengan syarat dia berlaku

adil, tidak ada ketentuan bahwa istri harus mandul, atau cacat fisik ataupun

tidak bisa menjalankan kewajibannya. Dalam salinan putusan tersebut

terlihat bahwa suamisebagai pemohon dengan tegas sudah memberikan

pernyataan sanggung berlaku adil terhadap istri-istri nya dan sanggung

menafkahinya.7 Meski suami menyanggupi keadilan dan juga

menyanggupi menafkahi anak dan istri-istri nya, karena berpenghasilan Rp.

50.000.000 lebih dalam sebulan,namun hakim Pengadilan Agama Jakarta

Barat tersebut tidak menjadikan kesanggupan suami tersebut sebagai bahan

pertimbangan.

Selanjutnya, jika disorotin dari segi kondisi fisik, kita bisa menyoroti

pendapat al-Qurthuby, misalnya, yang menyatakan bahwa poligami

dibolehkan dalam istri apabila suami kuat syahwat nya dan seorang istri saja

tidak mampu memnuhi kebutuhanya, maka poligami diperbolehkan untuk

memenuhi kebutuhanya, maka poligami diperbolehkan untuk memenuhi

kebutuhanya tersebut dengan syarat dapat bersikap berlaku adil.8 Dalam

putusan nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB tampak bahwa istri tidak ada

masalah dalam kemampuan melayani kebutuhan syahwat suaminya, meski

istri belum bisa melahirkan tapi istri tetap harmonis meskipun tanpa ada

anak kandung. Keberadaan anak ternyata tidak mempengaruhi pelayanan

biologis suami istri dalam rumah tangga mereka. Hal ini terbukti dari

pernyataan mereka yang mengakui bahwa mereka masih saling mencintai

dan masih sakinah mawaddah wa rahmah.9

Menurut penulis putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat

nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB tersebut tidak mencantumkan pendapat

7 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB 8 Abi Abdillah, Muhammad bin Ahmad al-Qurthuby, al-jami’ li Ahkam al-Qur’an ( Kairo:

Dar al-Hadist, 2010), jilid 3, h. 22. 9 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB

Page 58: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

45

ulama mazhab fiqh manapun dengan pertimbangan putusannya, termasuk

juga untuk memperkuat penolakan permohonan izin poligami tersebut,

padahal pendapat al-Qurthuby di atas bisa dijadikan dasar oleh hakim untuk

menolak permohonan suami yang ingin melakukan poligami.

Bahkan tidak hanya itu, menurut penulis sebenarnya hakim juga

dapat mendasarkan pertimbangan penolakan permohonan poligami tersebut

pada kaidah fiqh, diantaranya adalah kaidah tentang mafsadah. Padahal istri

dalam jawaban nya sudah tegas dan menolak permohonan izin poligami

suami tersebut dengan alasan bahwa calon istri kedua yang diajukan oleh

suami itu bukanlah orang yang dikehendaki oleh istri pertama sehingga

kehadiran istri kedua tersebut memungkinkan munculnya mafsadah dalam

rumah tangga mereka.10 Karena istri berargumen sebenarnya suami boleh

berpoligami asal dengan istri kedua yang dia restui.11

Oleh karena itu, menurut penulis idealnya hakim dalam putusan

tersebut mencantumkan kaidah berikut :

الح لب الم ص ف اسد مق دم ع ل ى ج د رء الم

“Menolak mafsadah (kerusakan) didahulukan daripada mengambil

kemaslahatan”.12

Jika dilihat dari kaidah ini bahwasanya menolak mafsadah

(kerusakan) lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan. Jika

dikaitkan dengan kasus dalam perkara ini penulis berpendapat bahwa sudah

tepat kiranya jika majelis hakim mencantumkan kaidah tersebut dalam

putusan nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB mengabulkan permohonan poligami

yang diajukan suami, emamng ada maslahah nya, yaitu kemungkinan suami

akan memperoleh keturunan dari istri keduanya. Hanya saja izin poligami

tersebut juga akan muncul mafsadahnya, yaitu rusaknya rumah tangga

dengan istri pertama yang selama ini sudah setia mendapingi kehidupan

suaminya karena calon istri kedua yang diajukan suami bukanlah orang

10 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB 11 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB 12 Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh, (Damaskus: Daar Al-fikr, t.th) h.367

Page 59: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

46

yang tepay dalam keluarga mereka. Dalam kaidah tersebut diatur bahwa

apabila ada maslahah di satu sisi dan mafsadah di sisi lain, maka mafsadah

yang diutamakan. Namun disayangkan kaidah tersebut tidak disinggung-

singgung oleh majelis hakim dalam pertimbangan hukumnya.

Majelis hakim lebih menekankan bahwasanya kondisi suami-istri

masih sehat secara fisik/jasmani meskipun mereka telah menikah 20 tahun

lamanya. Kemudian Majelis Hakim berpendapat bahwa persoalan

keturunan tidak menjadi faktor utama yang menyebabkan keluarga mereka

tidak harmonis. Karena mereka sudah mengadopsi anak dari anak usia 12

tahun dan fakta bahwa Termohon atau istri sebelumnya pernah

mengandung, hanya saja sang istri keguguran. Ini berarti bahwa belum

adanya keturunan bukan karena Termohon tidak dapat memberikan

keturunan sama sekali.

Pada akhir subbab ini penulis perlu menegaskan bahwa sebenarnya

peraturan tentang syarat-syarat poligami yang ada di Indonesia tidak seperti

syarat poligami versi para ulama mazhab karena menurut para ulama

mazhab syarat untuk berpoligami hanyalah berlaku adil, akan tetapi ketika

Hakim berijtihad menolak permohonan poligami untuk menemukan hukum

baru dipersilakan saja tetapi juga harus berdasarkan dalil-dalil yang

argumentative dam sebaiknya dalil-dalil ushul fiqh atau kaidah fiqh yang

ada dicantumkan juga dalam pertimbangan putusan Pengadilan Agama.

B. Penolakan Izin Poligami Ditinjau dari Peraturan di Indonesia

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

Izin poligami ditinjuau dari segi peraturan perundang-undangan di

Indonesia diatur dalam pasal 4 dan 5 UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan di mana pasal 4 menjelaskan bahwa seorang suami harus izin

kepada pengadilan jika ingin beristri lebih dari seorang, yang bunyinya:

(1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana

tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib

Page 60: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

47

mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat

tinggalnya.

(2) Pengadilan dimaksud ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin kepada

seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

a. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;

b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Adapun dalam pasal 5, dijelaskan syarat yang harus dipenuhi oleh

seorang suami jika hendak beristri lebih dari satu, yaitu:

(1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

a. adanya persetujuan dari istri/istri-istri;

b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-

keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka;

c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri

dan anak-anak mereka.

(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak

diperlukan bagi seorang suami apabila istri/istri-istrinya tidak mungkin

dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam

perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu

mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.

Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan disebutkan bahwa seorang suami apabila hendak berpoligami

harus mengajukan permohonan kepada pengadilan Agama di daerah tempat

tinggal suami. Di dalam putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB diketahui

bahwa suami sebagai pemohon bertempat tinggal di Kota Jakarta Barat.

Dalam hal ini sudah sesuai antara kasus tersebut dengan peraturan yang

berlaku.

Page 61: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

48

Berdasarkan pasal 4 ayat (2) UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan bahwa pengadilan memberikan syarat sebagaimana tersebut di

atas. Di dalam putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB diketahui bahwa istri

atau termohon dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri juga tidak

mempunyai cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Akan

tetapi selama pernikahan yang sudah berjalan 20 tahun, istri tersebut tidak

melahirkan seorang anak pun. Dalam perjalanan pernikahan tersebut sang

istri pernah hamil, akan tetapi tidak sampai melahirkan (keguguran). Suami

istri tersebut sudah melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan

keturunan seperti mengikuti program kehamilan termasuk bayi tabung pada

tahun 2000 dan iseminasi pada tahun 2001, namun Allah SWT belum

berkehendak memberikan keturunan. Selain usaha-usaha tersebut, mereka

telah mengangkat anak sejak dari bayi hingga putusan ini diputuskan anak

angkat tersebut telah berusia 12 tahun sehingga anak angkat tersebut sudah

dianggap seperti anak kandung sendiri.13 Dengan demikian alsan, suami

bahwa sebenarnya istri tidak dapat melahirkan keturunan (mandul) tidak

diterima hakim yang memutuskan perkara 1143/Pdt.G/2012/PAJB ini,

menurut penulis pertimbangan hakim ini sudah tepat, karena sebenarnya

persoalan anak keturunan telah mereka temukan solusinya dengan

mengangkat anak dan rumah tangga mereka bahagia dengan anak angkat

tersebut, sama seperti punya anak kandung sendiri. Penulis juga sependapat

dengan istri yang menyatakan bahwa sesungguhnya factor suami ingin

berpoligami itu bukan karena tidak ada anak, melainkan karena memang

tergoda wanita lain, kalau alasan nya karena anak, si istri sudah siap

dipoligami asal dengan wanita lain yang disetujui oleh istri, tapi suami justru

mencari wanita lain yang tidak akur dengan istri pertama.

Berdasarkan pasal 5 ayat (1) poin a UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan bahwa seorang suami jika hendak berpoligami harus

mendapatkan persetujuan dari istri. Di dalam putusan ini pada awalnya istri

13 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB

Page 62: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

49

menyetujui suami untuk berpoligami dengan syarat bahwa istri keduanya

adalah pilihan istri akan tetapi suami memohonkan calon istri kedua bukan

pilihan istri. Selain alasan tersebut istri tidak ridho dan tidak setuju jika

suami menikah lagi dengan calon istri keduanya karena penikahan tersebut

lebih banyak mudharatnya (kerusakanya) dibanding manfaatnya. Dengan

demikian, pertimbangan hakim dalam putusan nomor

1143/Pdt.G/2012/PAJB itu sudah tepat, karena memang pasal 5 ayat (1) UU

No 1 Tahun 1974 yang mengharuskan adanya persetujuan istri tidak

terpenuhi.

Berdasarkan pasal 5 ayat (1) poin b UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan bahwa syarat yang kedua adalah suami dapat memenuhi

kebutuhan istri atau istri-istri dan anak-anak jika berpoligami. Di dalam

putusan nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB menurut penulis suami dapat

memenuhi kebutuhan istri atau istri-istri dan anak-anak karena penghasilan

suami setiap bulannya sekitar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),

ditambah komisi dan bonus lainya. Hal ini menjadi alasan penulis

menganggap bahwa suami dapat memenuhi kebutuhan tersebut karena rata-

rata kebutuhan rumah tangga di Indonesia dapat terpenuhi dengan

penghasilan tersebut. Meski syarat yang diatur dalam pasal 5 ayat 1 poin b

tentang kesanggupan menafkahi anak dan istri-istri nya sudah terpenuhi,

hanya saja syarat lain ada yang tidak terpenuhi maka permohonan izin

poligami tersebut ditolak, karena persyaratan tersebut adalah syarat

komulatif. Artinya, semua syarat yang diatur dalam pasal 5 UU No 1 Tahun

1974 yaitu : adanya persetujuan istri-istri kesanggupan menafkahi anak dan

istri-istrinya serta kesanggupan suami untuk berbuat adil, haruslah terpenuhi

semua. Jika ada salah satu yang tidak terpenuhi maka permohonan poligami

dapat ditolak oleh hakim.

Berdasarkan pasal 5 ayat (1) poin c UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan bahwa seorang suami dapat menjamin keadilan kepada istri-

istrinya jika poligami tersebut diizinkan. Dalam putusan ini diketahui bahwa

suami mengenalkan secara dekat calon istri kedua terhadap istri pertamanya

Page 63: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

50

sehingga ada indikasi tidak dapat adil dalam hal cinta dan kasih sayang.

Apalagi dalam pertimbangan hakim dicantumkan bahwa calon istri kedua

tidak dihadirkan ke persidangan oleh suami. Ini memperkuat pernyataan

istri bahwa mereka tidak akan bisa hidup sakinah mawaddah wa rahmah lagi

jika permohonan izin poligami dengan calon istri kedua itu dikabulkan.

Menurut Kompilasi Hukum Islam, terdapat dasar-dasar yang

memperbolehkan seseorang untuk beristri lebih dari satu orang atau

berpoligami yang terdapat pada Pasal 55, yaitu:

(1) Beristri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya

sampai empat orang istri saja.

(2) Syarat utama untuk beristri lebih dari seorang yaitu suami harus mampu

bersikap dan berlaku adil terhadap istri-istrinya dan juga anak-anaknya.

(3) Apabila syarat utama seperti yang sudah disebut pada ayat (2) tidak

dapat dipenuhi, maka suami dilarang untuk beristri lebih dari satu orang

atau berpoligami.

Berdasarkan pasal 55 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa

syarat suami yang ingin beristri lebih dari satu hanya sampai empat orang

istri. Di dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat nomor

1143/Pdt.G/2012/PAJB ini suami memohonkan untuk menikah yang kedua

kalinya. Berarti tidak ada masalah jika hanya melihat pada poin ini. Akan

tetapi, apabila didasarkan pasal 55 ayat (2) dan (3) Kompilasi Hukum Islam

(KHI) bahwa syarat utama poligami adalah berlaku adil sedangkan dalam

putusan ini suami tidak memenuhi kriteria tersebut sebagaimana yang telah

penulis jelaskan dalam sebelumnya.

Kemudian mengenai kebolehan poligami lebih lanjut dijelaskan di

dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), sebagai berikut :

1. Pasal 56 KHI menjelaskan tentang persyaratan berpoligami.

2. Pasal 57 KHI menjelaskan tentang persyaratan menurut Pengadilan

Agama jika seorang suami hendak berpoligami.

3. Pasal 58 KHI menjelaskan bahwa persetujuan yang diberikan oleh

istri untuk berpoligami dapat berupa lisan maupun tertulis.

Page 64: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

51

2. Hukum Acara di Pengadilan Agama

Pengadilan Agama merupakan salah satu dari pelaksana kekuasaan

kehakiman sebagaimana diatur dalam pasal 18 UU No. 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi: “Kekuasaan kehakiman

dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang

berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan

peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan

tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”

Selain itu, Peradilan Agama mempunyai wewenang atau kekuasaan

yang dikenal dengan “Kekuasaan Relatif” dan “Kekuasaan Absolut”.

Kekuasaan relatif adalah kewenangan mengadili suatu perkara yang

menyangkut wilayah atau daerah hukum (yuridiksi). Sedangkan

kekuasaan absolut adalah kewenangan yang menyangkut kekuasaan

mutlak untuk mengadili suatu perkara, dalam hal ini di khususkan

perkara-perkara yang diatur dalam UU Peradilan Agama.14

Melihat kewenangan tersebut di dalam putusan nomor

1143/Pdt.G/2012/PAJB ini sudah sesuai dengan wewenang Peradilan

Agama yang mana dalam putusan ini pemohon bertempat tinggal di

Kota Jakarta Barat dan memohonkan permohonannya kepada

Pengadilan Agama Jakarta Barat (kekuasaan relatif). Juga dalam

putusan ini perkara yang dimohonkan adalah perkara izin poligami yang

mana poligami tersebut masuk ke dalam perkara perkawinan dan

perkara perkawinan adalah wewenang absolut Peradilan Agama

sebagaimana diatur dalam pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan UU No. 7 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, yang

berbunyi:

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang:

14 Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia,

(Bandung: Pustaka Setia, 2017), h. 117.

Page 65: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

52

a. Perkawinan

b. Waris

c. Wasiat

d. Hibah

e. Wakaf

f. Zakat

g. Infaq

h. Shadaqah, dan

i. Ekonomi syari’ah

Berkaitan dengan putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB, penulis

menganalisis hukum acara yang ada di dalam putusan tersebut mulai

dari analisis gugatan/permohonan, proses pemeriksaan, proses

pembuktian, dan putusan.

Gugatan adalah surat yang diajukan oleh penggugat kepada Ketua

Pengadilan Agama yang berwenang, yang memuat tuntutan hak di

dalamnya mengandung sengketa dan merupakan dasar landasan

pemeriksaan perkara dan pembuktian kebenaran suatu hak tertentu dari

pihak tertentu. Sedangkan permohonan adalah surat yang berisi

tuntutan hak perdata oleh satu pihak yang berkepentingan terhadap

suatu hal yang tidak mengandung suatu sengketa.15

Bentuk dan isi dari surat gugatan atau permohonan secara

garis besar terdiri dari:

a. Identitas pihak-pihak.

b. Fakta-fakta atau hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah

pihak biasa disebut posita atau positum.

c. Isi tuntutan yang biasa disebut petita atau petitum.16

Di dalam putusan ini dapat diketahui bahwa perkara yang

diajukan adalah izin poligami yang mana perkara tersebut adalah

15 Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia, h.

173-174. 16 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, h.64.

Page 66: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

53

perkara contensius maka yang diajukan adalah surat permohonan.

Dalam surat permohonan tersebut berisi sebagai berikut:

Pemohom saat ini berusia 45 tahun beralamat tinggal di Jakarta

Barat pendidikan sarjana dan bekerja sebagai karyaawan swasta

memeluk Agama Islam. Sedangkan termohon berumur 45 tahun juga

beralamat tinggal di Jakarta Barat dan beragama Islam.

Termohon dalam hal ini tidak dapat memenuhi keinginan Pemohon

untuk mendapat keturunan karena termohon sudah berupaya namun

tidak berhasil. Termohon pernah hamil, namun keguguran yang

menyebabkan termohon sulit mendapatkan keturunan lagi. Termohon

juga sudah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan keturunan

yaitu mencoba program bayi tabung yang dilakukan didalam maupun

diluar negeri, namun tidak juga membuahkan hasil. Pemohon dan

termohon akhirnya mengadopsi anak yang mereka rawat hingga anak

tersebut sudah berumur 12 tahun terhitung ketika permohonan ini

diajukan.17 Pemohon mengaku walaupun mengajukan permohonan

untuk berpoligami, semasa menjalani pernikahan dengan termohon

hingga saat ini hubungan Pemohon dengan Termohon tejalin harmonis

dan penuh kebahagiaan atau sakinah, mawaddah, warahmah.

Jadi, dalam kasus perkara nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB ini

Pemohon mengajukan permohonan poligami ke Pengadilan Agama

Jakarta Barat dengan alasan utama yaitu ingin mendapatkan keturunan.

Pemohon merasa sudah memenuhi syariat Islam dan juga peraturan

perundang-undangan untuk berpoligami baik secara Islam ataupun

secara hukum.

Setelah surat permohonan didaftarkan atau dicatat dalam register

induk perkara, Panitera Pengadilan Agama selambat-lambatnya

menyampaikan berkas perkara kepada Ketua Pengadilan Agama

selambat-lambatnya 7 hari dan Ketua Pengadilan Agama tersebut

17 Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, h.5.

Page 67: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

54

menetapkan majelis hakim dan hari sidang. Selanjutnya pada sidang

pertama majelis hakim berkewajiban untuk mendamaikan para pihak

yang berperkara.18 Di dalam putusan ini, majelis hakim telah

melakukan upaya perdamaian dengan para pihak dengan mediasi akan

tetapi tidak berhasil.

Tahapan kedua dilanjutkan dengan pembacaan surat permohonan

oleh pemohon atau kuasanya. Dalam putusan ini, isi dari permohonan

tersebut juga sudah disebutkan dalam bagian petita. Tahapan ketiga

dilanjutkan dengan jawaban, yaitu termohon berhak mempertahankan

hanya dengan memberikan jawaban terhadap permohonannya. Dalam

putusan ini jawaban yang diberikan termohon adalah: permohonan

Pemohon dibantah dan tidak disetujui oleh Termohon dikarenakan

beberapa hal yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pemohon ketika

dipersidangan tidak membantah apapun yang dikatakan dan dibantah

oleh Termohon dengan tidak membawa bukti-bukti apapun yang dapat

membantu Pemohon di persidangan. Sebaliknya, Termohon membawa

bukti berupa surat-surat untuk meneguhkan dalil-dalil yang dapat

membantah pernyataan Pemohon di persidangan.

Tahapan keempat adalah replik, yaitu kesempatan yang diberikan oleh

hakim kepada pemohon untuk menanggapi jawaban termohon sesuai

dengan pendapatnya atau mempertahankan permohonannya.19 Tahapan

kelima adalah duplik yang merupakan jawaban atau tanggapan dari

replik. Tahapan keenam dan ketujuh adalah pembuktian. Pembuktian

adalah upaya para pihak yang berperkara untuk meyakinkan hakim

tentang kebenaran dalil-dalil yang dikemukakannya di dalam suatu

perkara yang sedang dipersengketakan atau diperiksa hakim.20

18 Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia, h.

259-260. 19 Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia, h.

259-260. 20 R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradya Paramitha, 1978), h. 5.

Page 68: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

55

Dalam hal pembuktian, untuk meyakinkan hakim tentang kebenaran

dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan, maka

diperlukan alat bukti. Dalam pasal 164 HIR disebutkan 5 macam alat

bukti, yaitu:

a. Bukti surat;

b. Bukti Saksi;

c. Persangkaan;

d. Pengakuan:

e. Sumpah.21

Di dalam putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB ini alat bukti yang

diajukan pemohon hanya lah alat bukti surat, yaitu:

a. Foto kopi Akta Nikah

b. Foto kopi Kartu Keluarga

c. Foto kopi Ijazah anak angkat

d. Foto dengan calon istri kedua

Tahapan selanjutnya adalah kesimpulan dan pembacaan putusan

atau penetapan. Dalam putusan ini, hakim membacakan amar putusan

sebagai berikut: Dalam persidangan terbuka mengenai perkara ini, Hakim

memutuskan untuk menolak seluruh permohonan Pemohon serta

mengharuskan pihak pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.616.000,- (enam ratus enam belas ribu rupiah) pada hari Rabu tanggal

26 Desember 2012. Setelah yang penulis uraikan diatas berdasarkan Hukum

Acara Peradilan Agama yang berlaku di Indonesia Hakim yang

memutuskan Perkara Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB secara tekstual sudah

benar mengikuti peraturan beracara yang berlaku mulai dari awal

persidangan sampai dibacakanya amar putusan. Oleh karna itu, Hakim yang

berpendapat bahwa alasan untuk memiliki keturunan tidak relevan dengan

fakta di lapangan tersebut sudah tepat, sebab Hakim yang menilai istri

pertama masih sehat jasmani dan rohani sehingga Hakim menolak

21 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam

Teori dan Prakter, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 61.

Page 69: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

56

permintaan izin poligami demi menjaga kemaslahatan serta keharmonisan

pernikahan yang sudah berlangsung selama 20 tahun tersebut.

Page 70: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tentang Penolakan Hakim Terhadap

Izin Poligami pada Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa :

1. Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat dalam putusannya menyatakan

bahwa dalam pertimbangannya, hakim menolak untuk memberikan izin

poligami padahal telah terpenuhinya salah satu syarat alternatif yang

ditentukan dalam undang-undang (istri tidak dapat melahirkan) itu

dikarenakan suami ingin menikahi perempuan yang bukan pilihan istrinya,

lebih pada keinginan pribadi dan mengorbankan keutuhan rumah tangga.

Sementara syarat yang diajukan oleh istri jika suaminya ingin berpoligami

harus menikah dengan perempuan yang dipilih oleh istrinya, agar

tercapainya perkawinan yang sakinah.

2. Penolakan Hakim terhadap izin poligami jika ditinjau menurut hukum Islam

(Fikih) telah disepakati oleh para ulama bahwasanya syarat untuk

melangsungkan poligami adalah berlaku adil dan mampu mencukupi nafkah

bagi keluarganya. Dengan terpenuhi syarat tersebut tampak bahwa putusan

nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB tidak sejalan dengan ketentuan fikih. Hanya

saja, jika kita melihat kaidah fikih “Menolak mafsadah (kerusakan)

didahulukan daripada mengambil kemaslahatan”, maka putusan hakim

tersebut telah tepat. Kemaslahatan yang mungkin diperoleh dalam hal ini

adalah kemungkinan suami dapat memperoleh keturunan dari pernikahan

dengan isteri keduanya namun kemudian akan timbul mafsadah yakni

rusaknya rumah tangga dengan istri pertama yang sudah setia mendampingi

suaminya karena calon istri kedua bukanlah orang yang tepat dalam

keluarganya. Dalam kaidah tersebut diatur bahwa apabila ada maslahah

disatu sisi dan mafsadah disisi lain maka menolak mafsadah yang

diutamakan. Namun dalam putusannya majelis hakim tidak menyinggung

Page 71: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

58

dan menelaah kaidah-kaidah yang ada dalam fikih tersebut. Selanjutnya,

ditinjau dari peraturan yang berlaku di Indonesia, tampak bahwa putusan

nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB tersebut telah sesuai dengan UU Nomor 1

Tahun 1974 dan KHI pasal 58 yang menyebutkan harus adanya persetujuan

dari istri/istri-istri yang akan dipoligami. Meskipun salah satu sayarat

alternatif (istri pertama tidak dapat melahirkan) sudah terpenuhi dalam

kasus ini, namun permohonan izin poligami tersebut tetap ditolak dengan

alasan tidak dipenuhinya syarat komulatif, yatitu tidak adanya izin istri.

Dengan demikian, ditinjau dari peraturan yang berlaku putusan hakim

Pengadilan Agama Jakarata Barat tersebut sudah tepat.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penulis ini.

maka penulis untuk memberikan saran-saran sebagai bahan pertimbangan

di kemudian hari. Saran-saran tersebut penulis tuju kepada :

1. Dalam era reformasi ini, banyak kemajuan yang telah diperoleh pengadilan

di lingkungan Peradilan Agama yang patut didambakan supaya tetap terjaga

kebebasan kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama, sehingga

tidak hanya terpaku pada pemahaman tekstual namun hakim juga bisa

beritjihad selama tidak keluar dari koridor dan jiwa ajaran islam serta

memenuhi rasa keadilan.

2. kepada para pelajar/mahasiswa dan masyarakat, serta pemuda/pemudi

untuk bersungguh-sungguh dalam berprinsip mencari jodoh, apalagi dalam

berpoligami, agar tidak jadi sesuatu yang tidak diinginkan di kemudian hari.

Dan jadikanlah poligami sebagai suatu tanggung jawab juga motivasi bagi

anda untuk bekerja keras, serta mendekatkan diri kepada Allah agar dapat

berguna bagi keluarga bangsa dan agama.

3. Karya ini merupakan usaha maksimal dari penulis, tetapi sebagai manusia,

penulis tentunya mempunyai kekurangan dan karya ini jauh dari

kesempurnaan. Untuk perbaikan karya penulis berikut, kritik, saran, pikiran,

dan masukan dari pembaca sangat dinantikan. Dengan dorongan rasa

hormat, simpati dan cinta terhadap perempuan, tulisan ini dapat

Page 72: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

59

terselesaikan. Sekiranya, rasa letih dan menguras tenaga dan pikiran selama

proses pengerjaan karya ini terobati saat bapak, ibu, saudara, saudari

mengkonsumsi tulisan ini. sebagai kepedulian penulis terhadap ilmu

pengetahuan, semoga karya kecil ini dapat menjadi insipirasi kecil untuk

menciptakan karya besar, semoga bermanfaat, tetap semangat sukses selalu.

Page 73: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

60

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akadamik Presindo,

1992. Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Qurtubî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân

Kairo: Dâr al-Hadîts, 2010

Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqh Sunah Untuk Wanita, Penerjemah: Asep

Sobari, Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2007.

Ahmad Saebani, Beni. Fiqh Munakahat 2, Bandung: Pusaka Setia, 2001.

Aibak, Khutubuddin Kajian Fiqh Konteporer, Yogyakarta: Teras, 2009.

Ali as-Sabui, Muhammad. Rawa’I al-Bayan Fi Tafsir Ayat al-Qur’an, Dar al-

Qur’an, Jilid I 1972.

Amin Suma, Muhammad. Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan

Peraturan Pelaksana Lainya di Negri Hukum Indonesia, Jakarata: Rajawali Pers, 2008.

Amiur, Nurudin dan Tarigan Ahmad Azhari. Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta: Pernada Media, 2004.

Anto, Mukti . Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

A Mas’adi, Ghufron. Pemikiran Fazlur Rahman tentag Metodologi Pembaharuan Hukum Islam, Cet I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997.

Apiko Nubowo,Jm. Indahnya Poligami Pengalaman Sakinah Puspo Wardoyo, Jakarta: Khairul bayan, 2003.

A. Rasyid, Roihan. Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta : Pt. Raja Grafindo Persada, 1991.

Ash-Shobuni, Ali. Rowai’ul Bayan Tafsir Ayatil Ahkam, Jakarta: Keira Publishing, 2016.

Departmen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993.

Page 74: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

61

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat, Jakarta: Lencana Pradana Media Grup,

2008.

Gusmian, Islah. Mengapa Nabi Muhammad SAW Berpoligami?, Yogyakarta:

Pustaka Marwa.

Harahab, Yahya. Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Hosen, Ibrahim . Fiqh Perbandingan, Jakarta: Balai Penerbitan & Perpustakaan Islam Yayasan Ihya Ulumuddin Indonesia, 1971.

Kamal, Muchtar. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Mahali, A Mujab. As-babun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.

Mesraini, Fiqh Munakahat, Ciputat: Pusat Studi dan Pengembangan Pesantren, 2008.

Muhammad, Abu Zahra, Ushul Fiqh, Damaskus: Daar Al-fikr, 2001.

Muhammad, Syahrur. Al-Kitab wal Al-Qur’an: Qira’ah Mu’ashirah, Damaskus:

Ahali cet ke II. 1990.

Rahman I Doi, Abdur. Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 1996.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2000.

Sadily, Hasan. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Van Hoeve, 1980.

Supardi, Mursalin. Menolak Poligami, Studi tentang Undang-Udang Perkawinan dan hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Soemiyati. Hukum Perkawainan dalam Islam Dan Perundang-undangan Perkawinan, Yogyakarta: Liberty.

Sopyan, Yayan. Islam Negara (Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum Nasional Tanggerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah 2011.

Sudarsono. Kamus Hukum, Cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Subekti, R. Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradya Paramitha, 1978.

Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Prakter, Bandung: Mandar Maju, 2009.

Page 75: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

62

Sulantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkatawinata. Hukum Acara Perdata dalam

Teori dan Praktek, Bandung: Mandar maju, 1995.

Qutb, Sayyid. Fi Zilal al-Qur’an Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Jilid IV, 1961.

Quraish Shihab, M. Tafsîr Al- Misbâh Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Ciputat: Lentera Hati, 2012.

Warson Munawir, Ahmad. Kamus al-Munawir, Yogyakarta: Pon-Pes Al-Munawir, 1984.

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.47.

Zuhdi, Masyfuk. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta: PT. Gria Karya, cet-1, 1988.

Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2017.

Jurnal

Abror, Khoirul. Poligami dan Relevansinya Dengan Keharmonisan Rumah Tangga

(Studi Kasus di Kelurahan Rajabasa Bandar Lampung), Al-‘Adalah Vol. XIII, No. 2 Desember, 2016.

Baidhowi, Aris. Hukum Poligami dalam Perspektif Ulama Fiqh Jurnal Muwazah, Volume 4, Nomor. 1 Juli, 2012.

Hidayatullah, Haris. Adil Dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm, Religi: Jurnal Studi Islam, Vol. 6, No. 2 Oktober 2015.

Mualimar Rifqi, Muhammad. Keadilan Dalam Poligami Perpektif Madzhab Syafi’I dalam jurnal Himatnya Vol 1 No.2 Malang: 2019.

Nasution, Khoiruddin. Perdebatan Sekitar Status Poligami Mustawa No,. I Vol. I, Maret, 2002.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006.

Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2003

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan

Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Page 76: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

63

Salinan Putusan Nomor 1143/Pdt.G/2012/PAJB

Internet

http://www.pa-luwuk.net/pojok-pak-dirjen/210-daftar-artikel-pa-luwuk/261-

eksitensi-dan-kewenangan-peradilan-agama-di-era-reformasi diakses pada tanggal 1 Oktober 2019 pukul 19.00 WIB

Page 77: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SALINAN

PUTUSAN

No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Klas I-A Jakarta Barat yang mengadili perkara-perkara

tertentu, dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagaimana tersebut

dibawah ini dalam perkara permohonan ijin poligami antara :---------------------------------

PEMOHON, umur 45 tahun, agama Islam, pendidikan sarjana (S-1), pekerjaan

swasta, bertempat tinggal di Kota Jakarta Barat, dalam hal ini telah

memberikan kuasa kepada M. JAYA BUTAR BUTAR, SH dan TARIANA

SOENANDAR, SH, MH, advokat, sesuai surat kuasa khusus tertanggal 6

September 2012, selanjutnya disebut PEMOHON ;----------------------------------

Melawan

TERMOHON, umur 45 tahun, agama Islam, pendidikan sarjana (S-1),

pekerjaan swasta, bertempat tinggal di Kota Jakarta Barat, dalam hal ini telaqh

memberikan kuasa kepada DEDDY MULYADI MUIS, SH, MH dan

CHAIRUL AMAN, SH, keduanya advokat, sesuai surat kuasa khusus

tertanggal 17 Oktober 2012, selanjutnya disebut TERMOHON ;-----------------

Pengadilan Agama tersebut;------------------------------------------------------------------------

Setelah membaca surat-surat dalam perkara;----------------------------------------------------

Setelah mendengar keterangan kedua belah pihak berperkara dalam

persidangan;---------

TENTANG DUDUK PERKARANYA

halaman 1 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 78: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Pemohon melalui kuasanya berdasarkan surat

permohonannya tertanggal 07 September 2012, telah mengajukan permohonan ke

Pengadilan Agama Jakarta Barat dan selanjutnya terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan

Agama tersebut dibawah perkara No.1143/Pdt.G/20012/PA.JB tanggal 07 September

2012, yang pada pokoknya telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut :------------------

• Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri sah yang menikah pada

tanggal 27 Desember 1992 dan tercacatat pada Kantor Urusan Agama

Kecamatan Karanganom, sebagaimana ternyata dalam Duplikat Kutipan Akta

Nikah Nomor : XXXXXXX tanggal 26 Juni 2003;---------------

• Bahwa setelah menikah tersebut, Pemohon dan Termohon terakhir bertempat

tinggal di Kota Jakarta Barat;-----------------------------

• Bahwa selama pernikahan tersebut yaitu 20 tahun lamanya, Pemohon dan

Termohon hingga sekarang tidak memperoleh keturunan (anak);--------------------

• Bahwa Pemohon dan Termohon telah berusaha melakukan pemeriksaan

kesehatan dan Termohon telah melakukan upaya bayi tabung didalam maupun

diluar negeri, namun hingga sekarang tetap tidak membuahkan hasil;---------------

• Bahwa untuk mendapatkan keturunan, maka Pemohon hendak menikah lagi

(poligami) dengan seorang wanita bernama CALON ISTERI KEDUA

PEMOHON, umur 36 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, bertempat tinggal

di Jakarta Barat;-----

• Bahwa Pemohon mampu untuk memenuhi kebutuhan isteri-isteri dalam rumah

tangga karena penghsilan Pemohon sebagai seorang direktur utama setiap

bulannya sekitar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), ditambah komisi dan

bonus lainnya;--------------------------------------------------------------------------------

• Bahwa Pemohon menyatakan sanggup berlaku adil terhadap isteri-isteri

Pemohon;-------------------------------------------------------------------------------------

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 79: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa selama pernikahan Pemohon dan Termohon telah memiliki harta bersama

berupa saham sebesar 95 % di PT XXXXX sesuai akta notaris Nomor 2

tertanggal 17 Desember 2009 tentang pernyataan Keputusan Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa PT XXXXX atas nama Pemohon sebesar 60 % dan

atas nama Termohon 35 %;------------------

• Bahwa terhadap harta yang diperleh selama dalam pernikahan antara Pemohon

dengan Termohon tersebut diatas, mohon ditetapkan sebagai harta bersama

antara Pemohon dengan Termohon;------------------------------------------------------

• Bahwa calon isteri kedua Pemohon menyatakan tidak akan mengganggu gugat

atas harta benda yang ada selama ini, dan tetap utuh sebagai harta bersama

Pemohon dengan Termohon;--------------------------------------------------------------

• Bahwa kedua orang tua calon isteri kedua Pemohon menyatakan setuju dan rela

menjadi wali apabila Pemohon menikah dengan calon isteri kedua Pemohon

(CALON ISTERI KEDUA PEMOHON);-----------------------------------------------

• Bahwa antara Pemohon dengan calon isteri kedua (CALON ISTERI KEDUA

PEMOHON) tidak ada larangan melakukan perkawinan baik menurut Syariat

Islam maupun Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yaitu antara

Pemohon dengan calon isteri kedua tersebut tidak ada hubungan nasab maupun

sepersusuan, dan calon isteri kedua tersebut tidak terikat dengan pernikahan atau

pertunangan dengan laki-laki lain;-------------------------------------------------------

Bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana terurai diatas, maka permohonan Pemohon

telah cukup beralasan menurut hukum dan karenanya Pemohon memohon kepada Ketua

Pengadilan Agama Jakarta Barat cq Majlis Hakim, kiranya berkenan memeriksa dan

mengadili perkara ini dengan menjatuhkan

putusan :--------------------------------------------

1. Mengabulkan permohonan Pemohon

seluruhnya ;--------------------------------------

halaman 3 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 80: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Memberikan ijin kepada Pemohon untuk menikah lagi (poligami)

dengan seorang wanita bernama CALON ISTERI KEDUA

PEMOHON;-----------------

3. Menetapkan harta berupa saham sebesar 95 % di PT XXXXX sesuai akta

notaris Nomor 2 tertanggal 17 Desember 2009 tentang pernyataan

Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT XXXXX atas

nama Pemohon sebesar 60 % dan atas nama Termohon 35 % merupakan

harta bersama antara Pemohon dengan Termohon;----------------

4. Menetapkan biaya perkara menurut

hukum;--------------------------------------------

Atau jika Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex

aequo et bono);------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa untuk kepentingan tersebut, Majlis Hakim telah

memeriksa Pemohon dan Termohon yaitu dengan meminta keterangan kedua belah

pihak dalam sidang dan telah pula mendamaikannya serta telah ditempuh proses

mediasi, namun usaha perdamaian tersebut tidak berhasil ;------------------------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya dibacakanlah surat permohonan Pemohon

tersebut diatas yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon ;------------------------------

Menimbang bahwa atas dalil-dalil permohonan Pemohon tersebut, Termohon

melalui kuasa hukumnya, telah memberikan jawabannya secara tertulis tertanggal 31

Oktober 2012 yang pada pokoknya sebagai berikut :-------------------------------------------

• Bahwa benar antara Pemohon dengan Termohon adalah suami isteri sah yang

menikah pada tanggal 27 Desember 1992 di hadapan Pegawai Pencatat Nikah

Kantor Urusan Agama Kecamatan Karanganom, Klaten;-----------------------------

• Bahwa benar Pemohon dan Termohon terakhir bertempat tinggal di Kota Jakarta

Barat;-------------------------------------------------------------

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 81: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa benar selama dalam perkawinan tersebut Pemohon dan Termohon telah

mempunyai harta bersama sebagai mana disebutkan Pemohon dalam surat

permohonannya;-----------------------------------------------------------------------------

• Bahwa benar selama berumah tangga, Pemohon dan Termohon belum dikaruniai

anak, namun kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon tetap terjalin

harmonis, cinta kasih dan penuh kebahagiaan atau sakinah, mawaddah dan

rahmah;----------------------------------------------------------------------------------------

• Bahwa belum adanya keturunan tersebut bukan karena Termohon tidak dapat

memberikan keturunan sama sekali, karena kenyataannya Termohon pernah

hamil, namun keguguran, dan karena niat yang kuat untuk memperoleh

keturunan, maka Termohon telah berusaha mengikuti program kehamilan,

termasuk bayi tabung tahun 2000 dan inseminasi pada tahun 2001, namun Allah

swt belum berkehendak untuk memberikan keturunan;--------------------------------

• Bahwa kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon selama ini tetap

bahagia dan harmonis dan untuk menjaga keharmonisan tersebut, Pemohon dan

Termohon telah mengangkat anak sejak dari bayi, dan anak tersebut telah

dianggap sebagai anak kandung sendiri dan sekarang anak angkat tersebut telah

berusia 12 tahun;----------------------------------------------------------------------------

• Bahwa keinginan Pemohon untuk berpoligami dengan CALON ISTERI KEDUA

PEMOHON, bukan semata-mata untuk mendapatkan keturunan, karena

Termohon telah menawarkan jika Pemohon akan menikah lagi, maka Termohon

yang mencarikannya, namun tawaran itu ditolak oleh Pemohon;---------------------

• Bahwa Termohon berharap jika Pemohon menikah lagi, maka perkawinan itu

sesuai dengan tujuan dan hakekat pernikahan yaitu untuk mendapatkan rumah

tangga yang sakinah, wamaddah dan rahmah, sehingga diharapkan antara

halaman 5 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 82: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Termohon dengan isteri kedua Pemohon nanti dapat tercipta suasana yang rukun

dan harmonis;--------------------------------------------------------------------------------

• Bahwa secara sosiofilosofi, dibolehkannya berpoligami itu jika Pemohon dapat

menjaga nilai-nilai keadilan dan menjaga kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah dan rahmah bagi seluruh anggota rumah tangga termasuk para isteri,

sedangkan dalam hal ini antara Termohon dengan calon isteri kedua yang

Pemohon ajukan itu tidak saling mengenal secara dekat, sehinga niat Pemohon

untuk poligami tersebut bukan untuk kemaslahatan keluarga;------------------------

• Bahwa niat Pemohon untuk menikah lagi dengan CALON ISTERI KEDUA

PEMOHON tidak cukup dengan adanya kemampuan Pemohon untuk mencukupi

nafkah keluarga, tetapi harus benar-benar bisa berlaku adil terhadap isteri-isteri,

dan dalam hal ini Termohon tidak setuju dengan calon isteri yang diajukan

Pemohon tersebut sehingga Termohon tidak percaya kalau pernikahan Pemohon

dengan CALON ISTERI KEDUA PEMOHON akan membawa kebahagiaan

sebagaimana dimaksud Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 2

dan 3 Kompilasi Hukum Islam;------------------------------------------------------------

• Bahwa adanya hubungan antara Pemohon dengan CALON ISTERI KEDUA

PEMOHON menjadikan kehidupan rumah tangga antara Pemohon dengan

Termohon mulai tidak harmonis, sehingga Pemohon pernah mengajukan

permohonan cerai talak ke pengadilan, namun karena Pemohon dan Termohon

tetap saling cinta kasih, maka permohonan tersebut dicabut;--------------------------

• Bahwa maksud Pemohon untuk menikah lagi dengan CALON ISTERI KEDUA

PEMOHON bukan semata-mata untuk mendapatkan keturunan, karena

hubungan mereka telah terjalin secara khusus sejak tahun 2010 sehingga

mengganggu kebahagiaan rumah tangga Pemohon dengan Termohon;-------------

• Bahwa Termohon tidak ridlo dan tidak setuju jika Pemohon menikah lagi dengan

CALON ISTERI KEDUA PEMOHON karena pernikahan tersebut lebih banyak

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 83: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

madlorotnya (kerusakannya), sehingga alasan Pemohon untuk berpoligami

tersebut menjadi kabur (obscuur libele);-------------------------------------------------

• Bahwa Termohon dapat menyetujui maksud Pemohon untuk berpoligami jika

dasarnya adalah demi kemaslahan keluarga, bukan mengorbankan keluarga yang

sudah ada;------------------------------------------------------------------------------------

• Bahwa Termohon berpendapat maksud Pemohon untuk berpoligami dengan

CALON ISTERI KEDUA PEMOHON bertentangan dengan maksud Pasal 1

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 2 dan 3 KHI, jo. Pasal 5 ayat (1)

dan (3) jo. Pasal 55 ayat (2) dan (3) KHI dan perauran hukum lainnya yang

berkaitan dengan perkawinan poligami;--------------------------------------------------

• Bahwa permohonan ijin poligami selain cukup beralasan menurut hukum, juga

harus dipenuhi persyaratan poligami sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1), (2)

dan (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dan persyaratan itu bersifat

komulatif, sehingga jika salah satunya tidak terpenuhi, maka persyaratan untuk

poligami tidak mencukupi menurut hukum;---------------------------------------------

Berdasarkan uraian jawaban diatas, maka Termohon mohon kepada Majlis Hakim

yang memeriksa perkara a quo untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut :-----------

1. Menolak permohonan ijin poligami Pemohon untuk seluruhnya; atau;--------------

2. Menolak permohonan ijin poligami Pemohon untuk menikah dengan perempuan

bernama CALON ISTERI KEDUA PEMOHON atau setidak-tidaknya

menyatakan permohonan ijin poligami Pemohon tidak dapat diterima (niet on

vankelijke verklaard);-----------------------------------------------------------------------

3. Memberi ijin poligami kepada Pemohon untuk menikah dengan perempuan lain

selain dari CALON ISTERI KEDUA PEMOHON;------------------------------------

4. Membebankan biaya perkara yang timbul dalam perkara ini kepada

Pemohon;----

Atau jika pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya;-------

halaman 7 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 84: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa terhadap jawaban Termohon tersebut, Pemohon melalui

kuasanya, telah mengajukan replik tertulis tertanggal 7 Nopember 2012, pada pokoknya

berketetapan pada dalil-dalil dan petitum yang terurai dalam surat permohonanya

tersebut diatas;---------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa atas replik Pemohon tersebut, Termohon melalui kuasa

hukumnya, telah mengajukan duplik tertulis tertanggal 14 Nopember 2012, yang pada

pokoknya berketetapan pada dalil-dalil jawaban semula dan menolak seluruh petitum

permohonan Pemohon;------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa setelah terjadi jawab jinawab antara Pemohon dengan

Termohon, dan karena sebagian dalil-dalil permohonan Pemohon ditolak atau dibantah

oleh Termohon, maka Pemohon diwajibkan mengajukan bukti-bukti dan sebaliknya

Termohon juga dibebani pembuktian atas dalil sangkalannya;--------------------------------

Menimbang, bahwa Pemohon atau kuasa hukumnya tidak mengajukan suatu

bukti apapun untuk meneguhkan dalil-dalil yang dibantah Termohon, sedangkan

Termohon telah mengajukan bukti surat-surat untuk meneguhkan dalil-dalil

jawabannya;

Menimbang, bahwa bukti surat yang diajukan Termohon adalah sebagai

berikut :------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Foto copy Duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor : XXXXXXX tanggal 26 Juni

2003, bermeterai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda T-1;--

2. Foto copy Kartu Keluarga (KK) No. XXXXXXX an. PEMOHON, tertanggal 10

Oktober 2011, bermeterai cukup, telah dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda

T-2;----------------------------------------------------------

3. Foto copy ijasah SD an. ANAK ANGKAT PEMOHON DAN

TERMOHON,tertanggal 16 Juni 2012, bermeterai cukup, telah dicocokkan

dengan aslinya, diberi tanda T-3;----------------------------

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 85: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Foto copy gambar Pemohon dengan CALON ISTERI KEDUA PEMOHON,

bermeterai cukup, diberi tanda T-4;-------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap bukti surat-surat tersebut Pemohon

membenarkannya, dan ia menyatakan cukup dan akhirnya mohon putusan yang seadil-

adilnya ;-----------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka ditunjuk

hal ihwal sebagaimana tercatat dalam berita acara sidang dan merupakan bagian dari

putusan ini ;-------------------------------------------------------------------------------------------

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah

sebagaimana terurai diatas;-------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa Pengadilan telah berusaha mendamaikan Pemohon dengan

Termohon, namun tidak berhasil dan selanjutnya telah ditempuh perdamaian melalui

proses mediasi namun hasilnya gagal;-------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa perkara ini adalah perkara permohonan untuk berpoligami

dan para pihak beragama Islam, serta berdomisili di wilayah hukum pemerintahan

Jakarta Barat, maka sesuai ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

beserta penjelasannya, yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 jo. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, maka Pengadilan Agama Jakarta Barat baik

secara absolute maupun relatif berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini;----------

Menimbang, bahwa pertama-tama berdasarkan pengakuan kedua belah pihak

dan sebagaimana ternyata dalam bukti T-1, telah terbukti bahwa Pemohon dan

Termohon adalah telah terikat sebagai suami isteri sah dan masih hidup rukun dalam

rumah tangga dan karenanya Pemohon mempunyai legal standing dalam perkara a quo;-

halaman 9 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 86: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa alasan Pemohon dalam mengajukan permohonan ijin

poligami adalah Pasal 4 ayat 2 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu

isteri tidak dapat melahirkan keturunan dimana mereka telah menikah selama 20 tahun,

namun hingga sekarang tidak ada keturunan atau tidak dikaruniai anak, pada hal

keduanya merasa sehat jasmani dan rohani dan pula telah berusaha secara medis

maupun non medis untuk mendapatkan keturunan, namun tidak juga

berhasil;------------------------

Menimang, bahwa terhadap dalil Pemohon tersebut, Termohon membenarkan

bahwa selama dua puluh tahun berumah tangga dengan Pemohon belum dikaruniai anak,

namun demikian Pemohon dan Termohon telah sepakat mengangkat anak dan anak

angkat tersebut sekarang telah berusia 12 tahun (anak angkat dari bayi) dan sudah

dianggap sebagai anak kandung sendiri sehingga menjadikan kehidupan rumah tangga

Pemohon dan Termohon tetap bahagia dan harmonis. Dan pula keinginan Pemohon

untuk menikah lagi dengan CALON ISTERI KEDUA PEMOHON, sebenarnya bukan

karena ingin mendapatkan keturunan, tetapi lebih pada keinginan untuk mencari

kesenangan pribadi dan mengorbankan kebahagiaan rumah tangga yang sudah

terbangun selama 20 tahun, pada hal Termohon hingga sekarang dan sampai kapanpun

tetap taat dan setia kepada Pemohon. Dengan demikian alasan Pemohon untuk

berpoligami dengan rencana menikahi CALON ISTERI KEDUA PEMOHON hanya

dicari-cari dan tidak beralasan menurut hukum. Oleh karena itu Termohon tidak setuju

dan menolak rencana Pemohon untuk berpoligami dengan perempuan

tersebut;----------------------------

Menimbang, bahwa pada dasarnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan, menganut asas monogami yaitu seorang laki-laki hanya boleh

beristeri seorang dan perempuan hanya boleh bersuami seorang, namun demikian

seorang laki-laki boleh beristeri lebih dari seorang (poligami) apabila memenuhi salah

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 87: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

satu alasan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974;----------------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena dalil Pemohon dibantah oleh Termohon, maka

sesuai ketentuan Pasal 163 HIR, Pemohon wajib memberikan bukti untuk meneguhkan

dalil-dalilnya tersebut, demikian pula Termohon wajib memberikan bukti atas

bantahannya tersebut;--------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dalam hal ini Pemohon tidak mengajukan suatu bukti

apapun, baik surat maupun saksi, sebagaimana dimaksud Pasal 164 HIR, sedangkan

Termohon telah mengajukan bukti surat-surat yaitu ditandai dengan T-1, T-2 dan T-3

dan T-4 sebagaimana terurai diatas;--------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon tidak dapat mengajukan suatu bukti

apapun, sedangkan Termohon telah mengajukan bukti surat terutama bukti T-2 dan T-3,

maka pengadilan berpendapat bahwa meskipun Pemohon dan Termohon secara biologis

tidak mempunyai anak kandung, namun kenyataannya Pemohon dan Termohon telah

mempunyai anak angkat yang diangkat sejak bayi bernama ANAK ANGKAT

PEMOHON DAN TERMOHON dan kedua belah pihak telah memperlakukan anak

angkat tersebut seperti layaknya anak kandung sendiri yaitu dengan mencantumkan

nama Pemohon dan Termohon sebagai orang tuanya baik dalam Kartu Keluarga maupun

Ijasah anak angkatnya tersebut (bukti T-2 dan T-3). Disamping itu Pasal 4 ayat 2 huruf

(c) yang menyatakan bahwa pengadilan boleh memberikan ijin poligami dengan alasan

“isteri tidak dapat melahirkan keturunan” harus dipahami bahwa kebolehan berpoligami

itu antara lain dikarenakan “isteri mandul” atau “isteri rahimnya telah diangkat”

sehingga tidak mungkin lagi dapat memberikan keturunan atau melahirkan anak,

sedangkan dalam perkara a quo Termohon pernah hamil dan benar-benar sehat jasmani

dan rohani serta tetap berusaha dengan berbagai cara (program) untuk mendapatkan

keturunan sehingga masih ada kemungkinan kedua belah pihak mendapatkan keturunan.

Dengan demikian permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan hukum

halaman 11 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 88: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat 2 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 ;------------------------------------

Menimbang, bahwa selain harus terpenuhinya alasan berpoligami, juga

Pemohon harus memenuhi persyaratan berpoligami sebagaimana dimaksud Pasal. 5

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ;----------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dengan mendasarkan kepada pernyataan Termohon bahwa

Termohon tidak pernah memberikan ijin baik secara tertulis maupun secara lisan kepada

Pemohon untuk menikah lagi dengan CALON ISTERI KEDUA PEMOHON, sedangkan

Pemohon tidak dapat menunjukkan bukti-bukti surat terutama tentang adanya

persetujuan isteri, dan pernyataan mampu untuk berbuat adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anak, maka pengadilan berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak memenuhi

persyaratan untuk berpoligami sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf (a), dan (c)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ;----------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa Pemohon juga tidak dapat menghadirkan calon isterinya

bernama CALON ISTERI KEDUA PEMOHON dimuka sidang untuk dimintai

keterangannya terutama apakah ia ada hubungan kekeluargaan dan atau tidak ada

larangan untuk menikah dengan Pemohon sebagaimana dimaksud Pasal 8 dan 9

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 39 s/d 42 ;----

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,

maka permohonan Pemohon untuk minta ijin poligami tidak cukup beralasan dan idak

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1)

Undang-Unang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 57 dan 58 ayat (1) Kompilasi Hukum

Islam (KHI). Dengan demikian permohonan Pemohon untuk berpoligami tersebut patut

ditolak;------------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa mengenai petitum angka 3 dalam surat permohonan

Pemohon yaitu mengenai penetapan harta bersama antara Pemohon dengan Termohon,

karena permohonan tersebut bersifat assesoir dengan permohonan pokok, sedangkan

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 89: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

permohonan pokoknya (ijin poligami) ditolak, maka petitum angka 3 tersebut patut juga

ditolak;-------------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,

maka permohonan Pemohon patut ditolak seluruhnya;-----------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 7 tahun

1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubaan

kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka seluruh biaya perkara ini

dibebankan kepada Pemohon;----------------------------------------------------------------------

Mengingat segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum

syar’y yang berkaitan dengan perkara

ini;---------------------------------------------------------

MENGADILI

1. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;------------------------------------

2. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara yang hingga

kini dihitung sejumlah Rp. 616.000,- (enam ratus enam belas ribu rupiah);--------

Demikian putusan ini dijatuhkan di Jakarta pada hari Rabu tanggal dua puluh

enam Desember tahun dua ribu dua belas masehi, bertepatan tanggal dua belas Shafar

tahun seribu empat ratus tiga puluh empat Hijriah, oleh kami Drs. H. Yusuf Buchori,

SH, MSI sebagai Hakim Ketua, Drs. H. Shonhaji, MH dan Drs. Sanusi, MH, masing-

masing sebagai Hakim Anggota dan putusan tersebut dibacakan pada hari itu oleh

Hakim Ketua tersebut dalam persidangan terbuka untuk umum, dengan dibantu Gunadi,

SH, MH sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Termohon/kuasanya dan diluar

hadirnya Pemohon/kuasanya;-----------------------------------------------------------------------

Hakim Anggota I; Hakim Ketua;

ttd ttd

halaman 13 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 90: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

DRS. H. SHONHAJI, MH DRS. H. YUSUF BUCHORI, SH, MSI

Hakim Anggota II;

ttd

DRS. SANUSI, MH Panitera Pengganti;

ttd

GUNADI, SH, MH

Perincian beaya perkara :

1. Beaya pendaftaran (PNBP) ......... Rp. 30.000,-

2. Beaya proses ................................ Rp. 75.000,-

3. Beaya panggilan para pihak ….... Rp. 500.000,-

4. Beaya redaksi .............................. Rp. 5.000,-

5. Beaya meterai ………………...... Rp. 6.000,-

Jumlah Rp. 616.000,-

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 91: Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48543... · 2019-11-26 · v . PEDOMAN TRANSLITERASI . Hal yang

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

halaman 15 dari 15 halaman, putusan No. 1143/Pdt.G/2012/PA.JB

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15