teknologi pemanfaatan gas dari tpa
Upload: pusat-informasi-virtual-air-minum-dan-penyehatan-lingkungan-piv-ampl
Post on 24-Jun-2015
561 views
DESCRIPTION
penulis adalah Djoko Heru Martono (Pusat Pengkajian Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi/BPPT), 2006TRANSCRIPT
PUSAT PENGKAJIAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Ir. Djoko Heru Martono MSc
Pengkajian Teknologi Lingkungan (PTL)Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
2006
TEKNOLOGI PEMANFAATAN GAS DARI TPA
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 1/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
1. PENDAHULUAN.
Sistem pembuangan akhir sampah merupakan sistem terakhir dalam
rangkaian sistem pengelolaan sampah. Sistem pembuangan akhir sampah
terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut : (1) pembongkaran sampah
dari kendaraan pengangkut, (2) penyebaran dan perataan sampah dengan
alat pendorong (dozer), (3) pemadatan sampah dengan alat pemadat
(dozer atau trash compactor), dan (4) penutupan sampah dengan tanah
penutup. Sistem pembuangan akhir sampah yang baik adalah dengan
menggunakan sistem sanitary landfill (sistem urugan terkendali). Sistem
urugan sampah terkendali dilengkapi dengan sistem pengamanan gas
metan dan sistem pengamanan air rembesan (leachate). Gas metan mudah
terbakar dan meledak, jika tidak dikendalikan akan membahayakan jiwa
masyarakat sekitarnya. Untuk mengendalikan pengumpulan gas tersebut,
maka didasar lahan urugan dibuat sistem jaringan pipa atau batu koral
untuk aliran pelepasan gas metan ke udara terbuka. Jika volume sampah
yang diurug sangat besar, maka gas metan dibakar pada setiap ujung
pelepasannya. Demikian juga dengan air rembesan, karena adanya proses
pembusukkan pada sampah, serta unsur-unsur bahan beracun pada sampah,
maka air rembesan atau air lindi (leachate) dari sampah tersebut perlu
dilakukan pengamanan, untuk menghindari pencemaran terhadap
lingkungan sekitar. Air rembesan atau leachate yang keluar dari dasar TPA,
dilakukan proses pembersihan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran
terbuka. Air rembesan ini sangat pekat, mempercepat karat pada barang
logam, mempunyai nilai COD dan BOD yang sangat tinggi (lebih dari 1.000
mg/l), serta kemungkinan mengandung bahan berbahaya dan beracun.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 2/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
2. METODE PENIMBUNAN SAMPAH DI TPA
Ditinjau dari metode pembuangan, maka desain Tempat Pembuangan
Sampah dibagi atas dua kategori yaitu (1) metode galian sel/parit
(excavated cell/trench metode), dan (2) metode penumpukkan (area
methode).
Gambar 1. TPA Sanitary Landfill Metoda Parit.
Metode galian sel/parit merupakan metode tempat pembuangan sampah
pada kasus kurangnya ketersediaan tanah penutup, sehingga dengan
penggalian tanah akan didapatkan tanah penutup yang cukup. Metode ini
hanya dilakukan pada wilayah dimana keberadaan permukaan air tanah
cukup dalam.
Gambar 2. TPA Sanitary Lanfill Metoda Penumpukkan.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 3/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
TPA Sanitary Landfill dengan metoda penumpukkan (area) digunakan pada
lokasi yang kedalaman air tanah dangkal dan tanah untuk penutup sel
harian mudah didapatkan.
3. BENTUK PENIMBUNAN SAMPAH
Sistem penimbunan sampah pada TPA Sanitary Landfill dapat berupa (1)
gabungan antara metoda parit dan penumpukkan keatas (area) yang pada
akhirnya membentuk bukit buatan seperti pada Gambar 3, (2) metoda
penumpukkan keatas untuk membentuk gunung buatan, dan (3) meotda
penumpukkan keatas pada sisi lereng yang membentuk bukit.
Gambar 3. Sistem Pembuangan Akhir Sampah Jenis Gali Urug.
TANGGUL PENUTUPAKHIR
TanggulSel
Penutup Akhir
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 4/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Gambar 4. Sistem Pembuangan Akhir Sampah Jenis Gunung.
Gambar 5. Sistem Pembuangan Akhir Sampah Jenis Bukit.
4. PERENCANAAN TPA SANITARY LANDFILL (TPA-SL)
Lokasi TPA-SL merupakan hal penting yang perlu dikaji terlebih dahulu
sebelum membangun TPA-SL. Pencarian lokasi memerlukan kajian khusus
dan hati-hati dan kadan-kadang memerlukan waktu yang lama. Beberapa
pedoman umum dalam pencarian lokasi adalah seperti pada Tabel berikut
ini.
Tabel 1. Pedoman Umum Pemilihan Lokasi TPA-SL
No. Aspek Keterangan1. Geologi TPA-SL sebaiknya tidak dibangun di daerah yang
tidak stabil, daerah amblesan, atau diatasnya,atau daerah yang berdekatan dengan daerahdengan sifat geologis yang memungkinkankerusakan pada lahan TPA
2. Air tanah Sebaiknya TPA-SL tidak ditempatkan pada suatulokasi dimana jarak dari dasar TPA-SL kepermukaan air tanah musiman paling tinggikurang dari 3 meter, kecuali jika kendalihidrolik permukaan air di bawah tanahditerapkan dengan baik dan benar. Dalam halini, jarak minimum adalah 1.5 m.
Sebaiknya TPA-SL tidak ditempatkan diatassumber air tanah (aquifer).
Sebaiknya TPA-SL tidak ditempatkan padajarak 300 m dari sumur untuk air minum padaarah aliran.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 5/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
3. Air Permukaan TPA sebaiknya tidak ditempatkan pada jarak 60m yang diukur secara horizontal dengan badanair permukaan, rawa atau tanah publik yangdigunakan sebagai daerah resapan air yangdigunakan untuk sumber air minum kota
4. Kemiringan TPA sebainya tidak dibangun pada bukit dengankemiringan yang tidak stabil
5. Tata guna lahan TPA yang menampung sampah organik danmerupakan daya tarik burung sebaiknya tidakditempatkan pada 3 km dari runway bandarayang digunakan untuk lepas landas pesawat jetatau 1.5 km dari runway bandara yangdigunakan untuk landasan pesawat bermesinpiston. Hal ini untuk menghindari kecelakaanudara akibar burung. TPA sebaiknya tidakdibangun pada daerah pelestarian ikan maupunsatwa liar atau daerah dimana ada habitat yangharus dilindungi. TPA sebaiknya dibangunsetidaknya 30 m dari zona fasilitas umum atau100 m dari zona kepemilikan perseorangan. TPAtidak dibangun kurang dari 300 m dari tamanlokal atau nasional.
6. Dataran Banjir Standard minimum menyatakan bahwa TPAyang ditempatkan pada dataran banjir harus "tidak menghalangi aliran banjir, tidakmengurangi kapasitas penyimpanan air banjir,atau mengakibatkan penghanyutan sampahyang menimbulkan resiko bahaya padakehidupan manusia, kehidupan margasatwa,daratan atau daerah sumber daya air ". Untukmenghindari hal tersebut, TPA yangditempatkan pada daerah banjir memerlukanperalatan perlindungan yang lebih daribiasanya. Lagipula, jika suatu TPA kebanjiran,dampak potensial kepada kesehatan masyarakatdan lingkungan akan sangat berat dan serius.Dengan demikian, TPA tidak boleh sama sekalidibangun pada suatu lokasi banjir 100 tahunan
7. Kriteria lainnya Kriteria lain tidak terbatas pada beberapa halyang diuraikan diatas. Pencarian lokasi dapatjuga memasukkan kriteria lainnya yangdianggap berbahaya sebagai upaya mengurangipermasalahan yang mungkin dapat ditimbulkandikemudian hari. Sebagai contoh antara lainbatasan wilayah antar daerah, kesulitan dalampengadaan tanah untuk lapisan antara danpenutup akhir, adanya lokasi arkeologi danbersejarah lainnya, dan kurangnya volumetampung yang dibutuhkan untuk pengelolaansampah
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 6/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam merencanakan lahan
penimbunan akhir untuk sampah adalah :
Tabel 2. Beberapa Faktor Yang Penting dalam Perencanaan Sistem
Pembuangan Akhir Sampah.
No. Faktor Keterangan1. Jalan masuk Seluruh jalan masuk ke TPA sebaiknya diaspal
yang sanggup dilalui kendaraan berat,sedangkan untuk pembongkaran sampah dibuatjalan sementara.
2. Luas lahan Lahan yang akan digunakan untuk TPAsebaiknya dapat menampung untuk 5 tahunoperasi pembuangan sampah, yang paling baikadalah 10 - 25 tahun.
3. Metoda penimbunan Metoda penimbunan sampah disesuaikandengan bentuk topografi TPA, untuk yang ratadapat dibuat dengan metoda parit ataugunungan, untuk yang berbukit, dapat dibuatberbukit.
4. Karakter TPA saatpenuh
TPA setelah penuh sebaiknya mempunyai slope3:1, ketinggian 15 - 25 m, penutup akhirdengan slope 3 - 6 %.
5. Sistem drainase Sistem pembuangan air hujan meng-gunakanselokan dengan kemampuan cukup disekelilingTPA, penutup akhir dengan slope 3 - 6 %dimaksudkan untuk menghindari terjadinyagenangan air hujan.
6. Bahan penutupantara
Tanah penutup sebaiknya didapat dari ling-kungan TPA, dapat juga digunakan komposuntuk bahan penutup, tebal sampah dengantebal penutup berkisar antara 5 : 1 sampai 10 :1.
7. Tanah penutup akhir TPA sebaiknya terdiri dari beberapa lapisanyang setiap lapisan mempunyai tebal 3 m.Penutup akhir dibuat dengan slope 3 - 6 %.
8. Lapisan dasar Sebagai lapisan dasar dapat digunakan tanahliat 0,5 s/d 1 m atau beberapa lapisan dengangeomembrane. Dasar TPA dibuat miringketengah dengan kemiringan 1 - 5 % untukpengumpulan "leachate", maksimum panjangmelintang pengumpulan "leachate" 30 m.Pengumpulan dengan pipa perforated (4 inchi)dengan kemiringan 1 - 2 %, jarak antar pipa 6m.
9. Perencanaan danpembangunan sel
Setiap hari, tumpukan sampah dibuat satu sel;kemudian ditutup dengan tanah setebal 15 cm;ketebalan sel antara 1 sampai 6 m; kemiringandari sel antara 2 : 1 sampai 3 : 1.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 7/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
10. Perlindungan airtanah
Hindari sumber air tanah; jika terpaksa,lengkapi TPA dengan drainase melingkar,sistem sumur pemeriksaan, atau alat kontrollainnya.
11. Manajemen gas TPA Buat rencana pengelolaan gas yang meli-putisumuran ekstraksi, sistem pengumpul-an gas,fasilitas pengumpulan kondensat, fasilitasblower vacuum, dan fasilitas flare(pembakaran gas) and atau sistem peman-faatan gas.
12. Pengumpulanleachate
Perkirakan aliran leachate maksimum daritumpukan sampah dan ukuran pipa atau parityang digunakan untuk pengumpulan cairan;ukuran pompa dan bahan pipa sesuai dgntekanan statik sesuai dengan tinggi TPA.
13. Pengolahan leachate Pengolahan leachate disesuaikan dengankondisi wilayah. Pengolahan leachate dapatdilakukan secara biologi, kimia maupun fisik.Pengolahan leachate paling murah dengankolam pengendapan anaerobic.
14. Persyaratan ling-kungan
TPA harus dilengkapi dengan fasilitas pe-ngendalian gas dan cairan leachate, fasili-taspengukuran air tanah, stasiun pengukur-anudara.
15. Persyaratanperalatan
Peralatan disesuaikan dengan jenis TPA yangdigunakan, minimal dozer pemadat sampah,gudang dan bengkel, kantor pengendali.
16. Sistem pemadamkebakaran.
Kecukupan air untuk pemadaman kebakaran,jarak antara sel yang cukup jauh sehingga jikaterjadi kebakaran tidak merembet ke sel lain.
5. PROSES PEMBENTUKAN GAS DI TPA
Penimbunan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPA) mempunyai
dua fungsi ditinjau dari kegunaannya yaitu sebagai tempat pembuangan
sampah dan sebagai reklamasi dataran rendah. Hampir 100 % dari sampah
yang dihasilkan kota-kota besar di Indonesia dibuang dengan cara
tersebut. Masalah akan timbul ketika air hujan dan air permukaan
meresap kedalam timbunan sampah, ditambah lagi dengan penguraian
sampah secara kimia dan biokimia akan menimbulkan cairan rembesan
dengan kandungan padatan dan kebutuhan oxigen yang sangat tinggi yang
disebut juga dengan “leachate”. Cairan ini dapat mencemari air
permukaan dan air tanah.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 8/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Ketika sampah ditimbun di TPA, maka akan terjadi beberapa perubahan
secara biologis, kimia, dan fisik secara bersamaan. Perubahan-perubahan
tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Biodegradasi dari senyawa organik yang akan menimbulkan gas dan
cairan.
2. Oksidasi secara kimia.
3. Netralisasi secara kimia.
4. Perembesan dan aliran gas dari TPA.
5. Pencairan komponen organik dan inorganik.
6. Perembesan leachate dari TPA.
Leachate dapat merembes melalui tanah dan mencemari air tanah.
Perembesan ini sangat tergantung dari sifat tanah dasar dari TPA. Sifat
tanah dasar dari TPA terbagi dua yaitu tanah yang dapat dirembesi oleh
leachate secara perlahan dan tanah yang kedap air. Jika lokasi TPA
mempunyai struktur tanah yang dapat dirembesi air secara perlahan,
maka leachate akan secara perlahan merembes melalui pori-pori tanah
dan secara bersamaan akan terjadi penyaringan sehingga kandungan zat
pencemar di dalam leachate akan semakin berkurang. Pada lokasi TPA
dengan struktur tanah kedap air, leachate tidak dapat merembes dan
kemungkinan justru dapat melimpah keluar TPA sehingga mencemari air
sekitar TPA, sehingga untuk kasus ini, perlu dilakukan sistem pengendalian
leachate. Jika leachate masuk kedalam bandan air, kandungan organik
yang tinggi akan mengurangi kandungan oksigen di dalam air.
Mikroorganisme dan biota air yang tergantung dengan keberadaan oksigen
akan musnah. Komponen yang tidak dapat membusuk akan tinggal dalam
badan air dalam waktu yang cukup lama. Ketika komponen tersebut masuk
kedalam rantai makanan hewan air, bahan tersebut akan terakumulasi dan
dapat meracuni hewan tersebut.
Perkiraan produksi leachate merupakan salah satu hal terpenting dalam
perencanaan TPA. Dari perkiraan tersebut, sistem dan rancangan
pengumpulan dan pengolahan lechate dapat disusun.
Perkiraan produksi leachate dapat dihitung melalui metoda keseimbangan
air. Komponen dalam perhitungan keseimbangan air dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 9/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Produksi leachate dapat diperkirakan dengan persamaan keseimbangan air
seperti berikut :
Lo = I - E - aW
Dimana :
Lo = Produksi leachate dalam m3/tahun
I = Total air masuk, m3/tahun
E = Penguapan m3/tahun
a = Kapasitas penyerapan oleh sampah, m3/ton sampah
W = Berat sampah yang ditimbun, ton/tahun.
Total air (I) yang masuk dipengaruhi oleh curah hujan jika tidak
diterapkan pendaur ulangan lechate. Air permukaan dan air tanah jika
memungkinkan dijaga agar tidak masuk ke TPA.
Penguapan (E) dipengaruhi oleh angin, suhu udara, kelembaban dan
tekanan atmosfir. Vegetasi yang tumbuh pada TPA yang sudah selesai
dioperasikan akan menambah laju penguapan.
SAMPAH
PRESIPITASI
GAS +AIRPENGUAPAN
INFILTRASI AIR
LEACHATE
ALIRAN AIR TANAH
MIGRASI LEACHATE
INFILTRASIAIR PERMUKAAN
ALIRANAIR PERMUKAAN
TANAHPENUTUP
Gambar 6. Komponen Keseimbangan Air di dalam TPA.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 10/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Kapasitas penyerapan air oleh sampah (a) adalah jumlah maksimum air
yang dapat diserap oleh sampah sebelum dihasilkan lechate. Cairan yang
terdapat didalam sampah merupakan alibat gaya kapiler dari struktur
mikro sampah. Pemadatan dan berat jenis sampah sangat mempengaruhi
kapasitas serap sampah. Sampah dengan berat jenis 0,7 sampai 0,8
ton/m3 dapat menyerap sekitar 0,1 sampai 0,2 m3 air per m3 sampah.
Pembentukan Gas
Gas dari TPA terdiri dari beberapa jenis gas. Sebagian besar dari jenis gas
yang diproduksi oleh TPA berasal dari proses pembusukan sampah. Gas
yang ditemukan dari TPA sebagian besar terdiri dari ammonia (NH3),
karbon dioksida (CO2), karbon monookisida (CO), hidrogen (H2), asam
sulfida (H2S), metana (CH4), nitrogen (N2), dan oksida (O2). Dari gas-gas
tersebut, kandungan terbanyak adalah ammonia (45 - 60%) dan karbon
dioksida (40 - 60%). Metana dan karbon dioksida merupakan produk dari
pembusukan anaerobik dari sampah organik. Jika kandungan metana di
udara mencapai 5 - 15%, maka landfill dapat meledak, karena pada
kondisi tersebut, jumlah oksigen dalam landfill sangat terbatas.
Pertumbuhan gas di landfill sangat tergantung dari proses pembusukan
sampah yang ditimbun. Proses pertumbuhan tersebut terdiri dari beberapa
tahap.
Pada tahap I, segera setelah sampah ditimbun di landfill, maka terjadi
proses pembusukan komponen-komponen organik akibat aktifitas mikroba.
Pada tahap ini, pembusukan sampah masih dalam kondisi aerobik, karena
jumlah udara yang terperangkap didalam sampah relatip banyak. Gas yang
dihasilkan mayoritas adalah CO2 .
Pada tahap II, oksigen yang terperangkap dalam sampah mulai habis
sehingga sampah dalam kondisi anaerobik. Dalam kondisi ini, nitrat dan
sulfat, berubah menjadi gas nitrogen dan asam sulfida.
Pada tahap III, aktifitas mikroba pada tahap II mempercepat produksi
sejumlah asam organik dan gas hidrogen. Mikroba mendapatkan sumber
energi dan komponen pembentuk sel dari proses hidrolisis dari komponen
dengan jumlah molekular yang tinggi seperti lipid, polisakarida protein,
dan asam nuklida. Proses tersebut selanjutnya membentuk senyawa
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 11/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
dengan jumlah molekul yang rendah seperti acetic acid (CH3COOH) dan
beberapa asam organik komplek lainnya. Selama tahap ini, gas yang
dihasilkan adalah CO2 dan gas hidrogen. Mikro organisme yang hidup pada
tahap ini adalah dari jenis nonmethanogenic yang terdiri dari bakteri
anaerobik fakultatip.
Tahap IV merupakan tahap fermentasi metana yang dilakukan oleh jenis
mikro organisme methanogenic. Mikro organisme ini merubah acetic acid
dan gas hidrogen menjadi gas CH4 dan CO2.
Tahap V merupakan proses pematangan setelah hampir seluruh komponen
yang dapat membusuk dalam sampah terurai menjadi CH4 dan CO2.
Perembesan leachate masih terus berlangsung dan membawa komponen-
komponen organik yang masih tersisa. Gas yang masih timbul pada tahap V
ini adalah CH4 dan CO2.
Seluruh tahap pembentukan gas tersebut membutuhkan waktu sesuai
dengan kandungan komponen organik, nutrien, dan kadar air dalam
sampah, dan juga tingkat pemadatan oleh alat berat. Berdasarkan
beberapa penelitian di negara maju, produksi metana (CH4) terbanyak
(51%) adalah setelah 30 - 36 bulan dihitung dari penutupan sel landfill.
Volume gas yang dikeluarkan oleh timbuanan sampah di TPA dapat
diperkirakan dengan reaksi kimia yang terjadi dalam sampah.
Reaksi kimia pada pembusukan anaerobik secara umum adalah sebagai
berikut :
Organik + H2O --------> humus + CH4 + CO2 + gas lain
bakteri
Reaksi diatas membutuhkan air, sehingga kandungan air dalam sampah
merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan gas landfill.
Walaupun jumlah gas ayang dihasilkan dapat secara teoritis ditentukan
dari persamaan kimia diatas, akan tetapi kondisi hidrologi di lokasi landfill
juga mempunyai pengaruh terhadap produksi gas tersebut.
Volume gas yang dihasilkan dapat diperkirakan dengan beberapa cara.
Secara teoritis, sampah (tidak termasuk plastik) dapat dicerminkan dalam
rumus kimia CaHbOcNd, sehingga dengan asumsi terjadi pembusukan yang
sempurna dan seluruh komponen organik berubah menjadi CO2 dan CH4,
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 12/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
maka volume gas yang dihasilkan timbunan sampah dapat diperkirakan
dari persamaan kimia berikut ini.
Secara umum, organik yang terdapat di dalam sampah dapat digolongkan
menjadi (1) komponen yang cepat membusuk ( 3 bulan - 5 tahun) dan (2)
komponen yang lambat membusuk ( sampai dengan 50 tahun atau lebih).
Tabel 3. Kecepatan Pembusukkan
Komponen organik Cepat Membusuk Lambat MembusukSisa makanan xKoran bekas xKertas kantor xKarton xPlastikKain xKaret xKulit xDaun-daunan x xKayu xOrg. lainnya x
Gambar 7. Perkiraan Timbulan Gas dari TPA Sanitary Landfill.
Dalam proses penguraian sampah oleh bakteri secara anaerobik akan
dihasilkan beberapa gas, diantaranya amonia, karbondioksida,
karbonmonoksida, hidrogen, hidrogen sulfida, metan, nitrogen, dan
oksigen. Secara prinsip, gas yang dominan jumlahnya adalah gas metan
dan karbondioksida. Gas metan berpotensi untuk menimbulkan ledakan
bila kadarnya di udara berkisar antara 5-15%. Metan dengan tingkat kadar
ini terbentuk jika gas yang terkandung di dalam landfill keluar dan
Produksi gas/ha di TPA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tahun
juta
m3/
thn
CepatLambatTotal
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 13/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
bercampur dengan udara. Karena oksigen yang ada sangat terbatas pada
saat metan mencapai kadar jumlah itu, maka ledakan di lahan TPA bisa
terjadi. Dengan memasang sistem pemanfaatan gas, gas methan yang
dihasilkan dari TPA-SL dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangkit
listrik.
Perembesan gas TPA
Secara alamiah, gas akan mencari jalan keatas menuju atmosfir. Aliran
gas TPA menuju atmosfir :
Melalui lapisan permeabilitas tinggi pada dasar TPA
Melalui lubang dalam tanah
Melaui retakan lapisan penutup atau akar pepohonan
Sekitar lokasi yang dilengkapi dengan saluran keatas, untuk gas
maupun sumur air lindi
Melalui retakkan akibat ledakan, dll
Melalui pipa,
Dll.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 14/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
6. PENGENDALIAN GAS
Salah satu produk dari pengelolaan pembuangan sampah yang baik dan
benar (sanitary landfill) adalah bahwa sampah akan terurai secara aerob
atau dengan kata lain tanpa oksigen. Pada kondisi pembuangan tak
terkendali dan terbuka (open dumping), hampir rata-rata sampah akan
terbakar atau jika tidak terbakar, akan terurai secara aerob. Kondisi
terbuka ini menimbulkan bau menyengat dan air lindi yang keluar juga
akan lebih asam. Penguraian sampah secara anaerob akan menimbulkan
gas yang terdiri dari gas metana, gas karbon dioksida dan gas lainnya. Gas
ini harus dikendalikan sebab jika tidak akan berpotensi menimbulkan
ledakan atau kebakaran terutama jika 5 –15 % gas metana berada diudara.
Untuk menghindari migrasi gas ke atmosfir tanpa terkendali maka perlu
dibuat saluran khusus untuk mengalirkan gas keluar timbunan TPA.
Saluran tersebut secara sederhana dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
(1) membuat kanal/dinding sekeliling TPA yang diisi dengan batu koral
atau kerikil, atau (2) dengan memasukkan pipa kedalam timbunan sampah
seperti terlihat pada Gambar berikut. Ventilasi gas yang berisi kerikil
dapat dibuat secara progresif sejalan dengan operasi penimbunan sampah
yang juga dapat berfungsi sebagai drainase untuk aliran air lindi secara
vertikal ke bawah. Untuk menghindari pencemaran, maka gas diujung pipa
sebaiknya dibakar.
Ventilasi Gas model parit Ventilasi Gas pasif
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 15/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Gambar potongan pengendalian gas dengan model parit
Cara pengendalian gas dengan batu koral atau kerikil secara progresif :
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 16/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Konstruksi pipa pengumpulan gas TPA :
Catatan :
1. Digunakan pipa berlubang (sekitar 20 % luas ) dengan kedalaman sesuai
tebal sampah. Pipa terbuat dari PVC, HDPE, atau PP dengan diameter
minimal 110 mm.
2. Diameter pipa tergantung dari jumlah gas TPA yang akan diekstraksi.
Monitoring gas TPA yang diperlukan :
Suhu Gas : menunjukkan adanya proses pengurangan sampah. Jika
suhu menaik tiba-tiba menunjukkan adanya kebakaran dalam
tumpukan.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 17/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Debit gas : untuk memperkirakan jumlah gas yang diproduksi untuk
setipa sel.
Karbon dioksida dan konsentrasi metan : biasanya sekitar 35 % dan 65
%. Jika terjadi penurunan drastis pada konsentrasi metan
menunjukkan adanya dominasi mikroba yang memproduksi air lindi
yang lebih pekat.
Konsentrasi oksigen : idealnya tidak ada oksigen dalam sampah.
Oksigen dapat memperburuk suasana penguraian dalam TPA dan
berpotential menimbulkan ledakkan (jika metan 5 –15 % dalam
oksigen).
Karbon monooksida : menunjukkan adanya bara dalam TPA.
Kriteria umum untuk pemanfaatan gas TPA adalah sebagai berikut :
Dekat dengan konsumen
TPA sanitary landfill minimum mempunyai kedalaman 5 m, yang paling
baik minimum 10 m.
Sudah terdapat sejumlah sampah yang ditimbun, setidaknya sudah
tertimbun 0,5 juta ton sampah.
Sampah dalam TPA tidak terlalu lama. Sampah yang sudah tertimbun 5 –
10 tahun memberikan hasil yang paling baik. Jika yang ditimbun hanya
sampah sisa makanan dan sayuran, angka tersebut dapat lebih cepat.
Dasar dari air lindi setidaknya 5 m dari permukaan, jika sampah terlalu
jenuh tidak baik untuk ekstraksi gas.
7. KEUNTUNGAN PEMANFAATAN GAS DARI TPA
Pemanfaatan gas dari TPA untuk energi menawarkan beberapa keuntungan
secara signifikan pada lingkungan, ekonomi dan energi. Keuntungan ini
memberikan nilai tambah pada pemilik landfill, pembeli dan pengguna
energi serta masyarakat sekeliling TPA.
7.1. Keuntungan secara Lingkungan.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 18/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Gas dari TPA mengangdung unsure organic yang mudah menguap yang
merupakan zat yang mempunyai kontribusi utama dalam merusak ozon
dan juga beracun. Dengan metoda pengendalian yang minim atau bahkan
tidak dikendalikan, maka gas ini akan terlepas ke atmosfir selama sampah
didalam TPA mengalami proses penguraian. Jika gas TPA ini dikumpulkan
dan dibakar pada system pemanfaatan energi, maka kemungkinan polusi
ke atmosfir dapat dikurangi atau bahkan dihentikan.
Undang-undang persampaha yang akan datang sudah memasukkan
keharusan mengelola sampah di TPA dengan metoda sanitary landfill
dimana gas TPA harus dikelola dengan baik dan benar. Setelah gas TPA
dapat dikumpulkan maka ada dua pilihan berikutnya yaitu : (1) dibakar
diujung pipa (flaring); atau (2) dibakar dalam system pembangkit energi
yang dapat digunakan sendiri atau dijual. Kedua opsi tersebut
memberikan keuntungan yang sama dalam kaitannya dengan kualitas
udara dan keselamatan, akan tetapi pemanfaatan gas TPA menjadi energi
mempunyai nilai yang lebih baik dalam rangka mencari energi alternatip.
Menggunakan gas TPA untuk energi juga dapat menggantikan penggunaan
batubara dan minyak bumi yang merupakan penghasil sulfur dioksida,
suatu unsure penyebab hujan asam, selain itu produksi debu terbang dan
sludge dari TPA dapat dikurangi. Kemudian, system pengumpulan gas TPA
biasanya dikelola lebih hati-hati disbanding dengan system flaring, artinya,
gas yang muncul dari TPA akan lebih sedikit terbuang ke atmosfir.
Pemanfaatan gas TPA juga mengurangi risiko perubahan iklim dunia. Di
Amerika, gas TPA merupakan salah satu sumber metane anhropogenic
terbesar, sekitar 40 % dari emisi setiap tahun. Mengurangi emisi metan
berarti memerangi terjadinya perubahan iklim dunia sebab setiap ton
metan yang terlepas ke atmosfit sama besarnya dengan 21 ton carbon
dioksida. Selain itu, siklus metan di atmosfir 20 kali lebih cepat dari pada
karbon dioksida, berarti dengan mengurangi metan akan memperlambat
terjadinya perubahan iklim dunia.
7.2. Keuntungan Ekonomi.
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 19/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
Pada era pengelolaan sampah masa depan, maka seluruh TPA diharapkan
sudah menerapkan teknologi sanitary landfil yang dengan sendirinya, gas
dari TPA juga harus dikelola secara baik dan benar, dan kemudian dibakar
(flaring) untuk menghindari dispersi metan di atmosfir. Pengendalian gas
TPA tersebut memerlukan biaya yang cukup mahal, dengan demikian, jika
gas dibakar pada sistem pembangkit energi, maka energi yang dihasilkan,
biasanya listrik, dapat dijual ke sekeliling TPA atau ke jaringan PLN. Jika
kondisi pasar memungkinkan, maka sistem ini dapat menjadi bisnis yang
menguntungkan. Lebih luas lagi, pemanfaatan gas TPA dapat juga
menciptakan lapangan kerja dari mulai tahap perencanaan, pengoperasian,
dan pembuatan peralatan untuk sistem pemanfaatan gas TPA. Masyarakat
sekitar juga mendapat keuntungan melalui lapangan kerja.
7.3. Keuntungan dari sisi kebutuhan energi.
Gas TPA merupakan sumber lokal energi terbarukan. Sebab gas TPA akan
muncul secara terus menerus, maka hal ini merupakan bahan bakar yang
sangat mencukupi untuk pembagkit energi maupun penggunaan langsung.
Dengan semakin menipisnya sumber bahan bakar minyak dan bahan bakar
fosil lainnya, maka gas TPA dapat merupakan energi alternatif.
8. PANDUAN SEDERHANA DALAM MENENTUKAN PEMANFAATAN GAS TPA
A Apakah TPA di kota Bapak hanya untuk sampah domestik saja ?
Jika tidak, maka TPA tersebut perlu konsul lebih jauh dengan
ahli B3
B. Jika Ya :
a. Berapa banyak sampah yang sudah ditimbun di TPA tersebut ?
i. Lebih besar dari 3 juta ton score 40
ii. Antara 1 –3 juta ton score 30
iii. Antara 0,75 –1 juta ton score 20
iv. Lebih kecil dari 0,75 juta tonscore 10
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Pemanfaatan LFG_011106 20/21Ir. Djoko Heru Martono MSc
b. Apakah kedalaman sampah dalam TPA sedikitnya 12 m
i. Jika ya score 5
ii. Jika tidak score 0
c. Apakah TPA tersebut masih beroperasi ? jika ya, jawab
pertanyaan (i) dan jika tidak, jawab pertanyaan (ii)
i. Berapa banyak sampah yang akan ditampung dalam kurun 10
tahun kedepan ? untuk setiap kelipatan 500.000 ton---
score 5
ii. Jika sudah ditutup < 1 tahun ------------------score 0
Jika ditutup Lebih atau sama dengan 1 tahun beri score 5
pada setiap tahunnya.
d. Jumlahkan score seluruh jawaban dari 3 pertanyaan diatas :
i. Jika jumlah score total sama atau lebih dari 30 TPA anda
berpotensi untuk program pemanfaatan gas dan lanjutkan ke
pertanyaan e.
ii. Jika antara 20 –30 : TPA anda mungkin berpotensi untuk
dimanfaatkan gas nya terutama jika konsumen tidak terlalu
jauh dari TPA (lanjutkan ke pertanyaan e).
iii. Jika lebih kecil dari 20 : TPA anda tidak baik untuk
pemanfaatan gas, tapi dapat digunakan untuk keperluan
sendiri.
e. Jika TPA di kota Anda merupakan kandidat yang baik untuk
pemanfaatan gas ke energi maka :
i. Apakah curah hujan di kota anada lebih kecil atau sama
dengan 635 mm per tahun?
ii. Apakah ada sampah puing dalam sampah yang ditimbun di
TPA atau merupakan bagian besar dari sampah yang
ditimbun ?
Jika pertanyaan (i) dan (ii) dijawab ya maka kemungkinan
produksi gas dalam TPA anda lebih rendah dari yang
diperkirakan.