teknik pemanenan dalam rangka penyiapan ...database.forda-mof.org/uploads/sosialisasi2.pdfpt dasa...

35
TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN LAHAN DALAM IMPLEMENTASI SILIN 1. Prof. Ir. Dulsalam, MM 2. Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS 3. Ir. Sona Suhartana 4. Ir. Soenarno, MSi 5. Ir. Zakaria Basari . PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, DESEMBER 2014

Upload: lythien

Post on 13-Mar-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN

LAHAN DALAM IMPLEMENTASI SILIN

1. Prof. Ir. Dulsalam, MM 2. Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS 3. Ir. Sona Suhartana 4. Ir. Soenarno, MSi 5. Ir. Zakaria Basari

.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN

DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BOGOR, DESEMBER 2014

Page 2: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

ii

TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN LAHAN DALAM IMPLEMENTASI SILIN

Bogor, Desember 2014

Mengetahui Ketua Kelti,

Ir. Sona Suhartana

NIP 19601012 198603 2 003

Ketua Tim Pelaksana

Prof. Ir. Dulsalam, MM

NIP 19550722 198203 1 004

Menyetujui Koordinator

Prof. Ir. Dulsalam, MM

NIP 19550722 198203 1 004

Mengesahkan Kepala Pusat,

Dr. Ir. Rufi’ie, MSc.

NIP 1960 1207 198703 1 005

Page 3: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …….. …….…………………………..….………………….. i

LEMBAR PENGESAHAN .….…….………………….……...………………….. ii

DAFTAR ISI …………………..…………..….……………..………….………… iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

Abstrak ….………………………………………………..……………………..... 1

BAB I. PENDAHULUAN ……………..………………………………………… 2

A. Latar Belakang …………………..….……………………………………… 2

B. Tujuan dan Sasaran ........................................................................... 3

1. Tujuan .................................................................................................. 3

2. Sasaran ............................................................................................. 4

C. Luaran ...................................................................................................... 4

D. Hasil yang Telah Dicapai ......................................................................... 4

E. Ruang Lingkup ......................................................................................... 6

BAB II. Tinjauan Pustaka …..…….…………………......………….……….… 7

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 12

A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 12

A. Bahan dan Peralatan .............................................................................. 12

B. Prosedur Kerja ................................................................................ 13

C. Analisis Data .......................................................................................... 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 21

A. Modifikasi Alat ...................................................................................... 21

B. Uji Coba Alat ........................................................................................ 26

BAB V. KESIMPULAN................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

Page 4: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil penelitian pemanenan dalam rangka penyiapan penyiapan lahan dalam implementasi SILIN ................................................

4

Page 5: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sketsa pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang .......... 12

Gambar 2. Sketsa yarder pandangan atas .........…………..................... 23

Gambar 3. Sketsa yarder pandangan samping ......................................... 24

Gambar 4. Foto yarder pandangan depan ................................................ 25

Gambar 5. Foto yarder pandangan samping .......................................... 25

Page 6: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

1

Abstrak

Hutan alam di Luar Jawa pernah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap devisa negara, yaitu pada tahun 1970 – 1980. Potensi hutan alam tersebut cenderung menurun baik dari segi produktivitas, kualitas produk dan keanekaragaman hayatinya. Upaya peningkatan produktivitas telah dilakukan antara lain penerapan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII atau SILIN). Teknik pemanenan dalam rangka penyiapan lahan dalam implementasi teknik SILIN dapat mempengaruhi produksi kayu dan penghematan sumberdaya hutan. Bertitik tolak dari masalah tersebut maka penelitian teknik pemanenan dalam rangka penyiapan lahan dalam implementasi teknik SILIN perlu dilakukan. Pada Tahun 2011 telah diteliti teknik penebangan berdampak minimal dalam implementasi teknik SILIN. Pada tahun 2012 diteliti penyaradan berdampak minimal dalam implementasi Teknik SILIN. Pada tahun 2013 telah diteliti penebangan kayu pada jalur tanam dalam implementasi teknik SILIN. Pada tahun 2014 akan diteliti teknik pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang yang berdampak minimal dalam penyiapan lahan teknik SILIN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi teknik pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang pada jalur tanam dalam penyiapan lahan teknik SILIN. Sedangkan sasarannya tersedianya data dan informasi teknik pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang pada jalur tanam dalam penyiapan lahan teknik SILIN. Sehubungan dengan kendala lokasi penelitian,maka kegiatan pengumpulan data penelitian di lapangan tidak bisa dilakukan sehingga hasil penelitian yang dicapai adalah tahap persiapan temasuk perbaikan alat. Kata kunci: Pengeluaran kayu, sistem kabel, teknik SILIN, produktivitas, biaya

Page 7: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem TPTII (SILIN) adalah sistem silvikultur hutan alam di mana

tanaman pengkayaan harus dilakukan pada areal pasca penebangan secara

jalur, yaitu 20 m jalur antara dan 3 m dalam jalur tanam. Tanpa memperhatikan

cukup tidaknya semai alam yang tersedia dalam tegakan tinggal, sebanyak 160

semai meranti per hektar harus ditanam untuk menjamin kelestarian produksi

pada rotasi berikutnya. Dalam program ini target jumlah pohon pada akhir

jangka (30 tahun) adalah 160 pohon per hektar. Ruang di antara jalur

dimaksudkan untuk memperkaya keanekaragaman hayati. Kelebihan sistem

SILIN dibanding sistem TPI maupun sistem TPTI adalah bahwa mekanisme

pengawasan sistem SILIN dapat dilakukan secara optimal sehingga kelestarian

produksi akan dapat terjamin. Mekanisme pembangunan hutan tanaman yang

prospektif, sehat dan lestari dapat dilakukan melalui sistem SILIN yang secara

terus menerus disempurnakan menuju regim silvikultur yang intensif (Anonim,

2005).

Ada tiga pilar dalam sistem SILIN, yaitu penggunaan bibit unggul,

manipulasi lingkungan dan penanganan hama dan penyakit. Untuk menuju

sistem silvikultur yang intensif, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan

antara lain: jenis target yang diprioritaskan, jumlah dan kualitas bibit yang harus

ditanam per hektar, ukuran lubang tanam, jarak antar jalur tanam dan jarak

tanam dalam jalur, lebar jalur tanam yang dibersihkan dan frekuensi serta

lamanya pemeliharaan. Sistem SILIN secara umum bertujuan untuk

membangun hutan tropis yang lestari dan dinamis, yang dicirikan dengan

meningkatnya potensi dan fungsi hutan baik dari segi kuantitas maupun kualitas

dari satu rotasi tebang ke rotasi tebang berikutnya. Sedangkan secara khusus,

sistem SILIN bertujuan untuk membangun hutan sebagai transisi menuju hutan

meranti dan menjamin fungsi hutan yang optimal. Pencapaian tujuan tersebut

tergantung implementasi pedoman SILIN di lapangan.

Page 8: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

3

Untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan sistem SILIN di hutan alam

maka berbagai upaya perlu dilakukan agar pemanfaatan sumberdaya hutan

menjadi optimal dan pemborosan sumberdaya dan gangguan lingkungan

menjadi minimal. Dalam kegiatan SILIN, semua jalur tanam harus ditanami

dengan jenis prioritas dan jarak tanam tertentu serta kayu yang ditebang

seharusnya dapat dikeluarkan dari hutan untuk dimanfaatkan. Teknik

penggunaan sumberdaya yang demikian akan meningkatkan produktivitas

hutan dan efisiensi pemanenan dan akan menekan besarnya limbah

pemanenan yang terjadi. Peningkatan produktivitas hutan dan efisiensi

pemanenan kayu tersebut sangat dituntut dalam rangka penyediaan bahan

baku industri kayu yang memadai secara kuantitas dan kualitas di satu pihak

dan minimasi gangguan lingkungan yang terjadi di lain pihak.

Untuk itu implementasi sistim SILIN perlu diteliti. Penelitian terutama

dititik beratkan pada teknik pemanenan dalam rangka penyiapan lahan dalam

implementasi SILIN. Kegiatan yang penting peranannya dalam meningkatkan

efisiensi pemanfaatan kayu dan meminimalkan gangguan lingkungan adalah

penebangan dan penyaradan. Penelitian dilakukan selama empat tahun, yaitu

mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pada tahun 2011 telah diteliti

teknik penebangan berdampak minimal dalam penyiapan lahan teknik SILIN.

Pada tahun 2012 telah diteliti teknik penyaradan berdampak minimal dalam

penyiapan lahan teknik silin. Pada tahun 2013 telah diteliti teknik penebangan

pada jalur tanam dalam penyiapan lahan teknik SILIN. Pada tahun 2014 akan

diteliti teknik pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang yang berdampak

minimal dalam penyiapan lahan teknik SILIN. Hasil kajian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan acuan penentu kebijakan dan pelaksana di lapangan

dalam rangka implementasi teknik SILIN yang efisien dan berdampak minimal.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi teknik

pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang yang berdammpak negatif

Page 9: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

4

rendah terhadap lingkungan dalam rangka penyiapan lahan dalam

implementasi teknik SILIN.

2. Sasaran

Sasarannya adalah tersedianya data dan informasi teknik pengeluaran

kayu dengan sistem kabel layang yang tepat guna.

C. Luaran

1. Laporan hasil penelitian yang berisi data dan informasi teknis pengeluaran

kayu dengan sistem kabel layang yang berdampak negatif rendah terhadap

lingkungan dalam rangka penyiapan lahan dalam implementasi teknik SILIN.

2. Draft karya tulis ilmiah.

D. Hasil yang Telah Dicapai

Hasil yang telah dicapai pada penelitian tahun 2011 sampai dengan

2013 adalah seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil penelitian pemanenan dalam rangka penyiapan penyiapan lahan dalam

implementasi SILIN

No. Perusahaan/Kegiatan Perihal Selip

Keterangan Satuan Nilai

1 PT Ikani /Penebangan konvensional

Produktivitas rata-rata m3/jam 36,24

Biaya rata-rata Rp/m3 1.893 Efisiensi % 86,56 Kerusakan pohon % 4,54 Kerusakan tiang % 5,52 Kerusakan pancang % 6,68 Pergeseran tanah % 5,38

Penebangan terkendali Produktivitas rata-rata m3/jam 32,80 Biaya rata-rata Rp/m3 2.104 Efisiensi % 89,36 Kerusakan pohon % 3,90 Kerusakan tiang % 4,68 Kerusakan pancang % 5,81 Pergeseran tanah % 4,71

2 PT Sarpatim / Penebangan Konvvensional

Produktivitas rata-rata m3/jam 35,38

Biaya rata-rata Rp/m3 1.934

Efisiensi % 87,05 Kerusakan pohon % 5,57 Kerusakan tiang % 5,49 Kerusakan pancang % 7,32 Pergeseran tanah % 6,40

Penebangan terkendali Produktivitas rata-rata m3/jam 33,71 Biaya rata-rata Rp/m3 2.028

Page 10: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

5

No. Perusahaan/Kegiatan Perihal Selip

Keterangan Satuan Nilai

Efisiensi % 90,31 Kerusakan pohon % 3,57 Kerusakan tiang % 5,16 Kerusakan pancang % 5,58 Pergeseran tanah % 5,16

3.. PT Gunung Meranti / Penyaradan konvensional

Produktivitas rata-rata m3/jam 37,67

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3

% 23.962 98,57

Kerusakan pohon % 11,70 Kerusakan tiang % 12,27 Kerusakan pancang % 14,99 Pergeseran tanah % 23,19

Penyaradan berdampak minimal Produktivitas rata-rata m3/jam 36,27 Biaya rata-rata

Efisiensi Rp/m3

% 26.293 99,50

Kerusakan pohon % 9,99 Kerusakan tiang % 10,24 Kerusakan pancang % 13,01 Pergeseran tanah % 18,83

4. PT Greaty Sukses Abadi/ Penyaradan konvensional

Produktivitas rata-rata m3/jam 69,74

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

10.549 97,05

Kerusakan pohon % 11,40

Kerusakan tiang % 9,53 Kerusakan pancang % 14,84 Pergeseran tanah % 20,60

Penyaradan terkendali Produktivitas rata-rata m3/jam 72,13 Biaya rata-rata

Efisiensi Rp/m3

% 10.687 99,62

Kerusakan pohon % 9,85 Kerusakan tiang % 7,54 Kerusakan pancang % 12,55 Pergeseran tanah % 18,88

5. PT Barito Putera Penebangan dengan takik rebah

konvensional terbalik Produktivitas rata-rata

m3/jam

21,91

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

2.873 93,18

Kerusakan pohon % 0,79 Kerusakan tiang % 1,84 Kerusakan pancang % 4,02 Pergeseran tanah %

2,58

Penebangan dengan takik rebah berbentuk tangga

Produktivitas rata-rata

m3/jam

14,62

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

4.362 89,34

Kerusakan pohon % 1,25 Kerusakan tiang % 2,44 Kerusakan pancang % 3,69 Pergeseran tanah %

2,68

Page 11: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

6

No. Perusahaan/Kegiatan Perihal Selip

Keterangan Satuan Nilai

Penyaradan tanpa alat bantu Produktivitas rata-rata

m3/jam

27,81

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

28.898 99,24

Kerusakan pohon % 5,41 Kerusakan tiang % 3,77 Kerusakan pancang % 8,37 Pergeseran tanah %

14,84

Penyaradan dengan alat bantu Produktivitas rata-rata

m3/jam

24,38

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

31.257 98,21

Kerusakan pohon % 4,89 Kerusakan tiang % 7,53 Kerusakan pancang % 9,49 Pergeseran tanah %

15,25

6. PT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik

Produktivitas rata-rata

m3/jam

28,17

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

2.309 94,73

Kerusakan pohon % 0,79 Kerusakan tiang % 1,84 Kerusakan pancang % 4,02 Pergeseran tanah %

2,80

Penebangan dengan takik rebah berbentuk tangga

Produktivitas rata-rata

m3/jam

21,04

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

3.038 88,79

Kerusakan pohon % 0,67 Kerusakan tiang % 2,85 Kerusakan pancang % 4,63 Pergeseran tanah %

2,73

Penyaradan tanpa alat bantu Produktivitas rata-rata

m3/jam

35,30

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

19.827 99,28

Kerusakan pohon % 6,76 Kerusakan tiang % 4,97 Kerusakan pancang % 8,28 Pergeseran tanah %

17,76

Penyaradan dengan alat bantu Produktivitas rata-rata

m3/jam

34,36

Biaya rata-rata Efisiensi

Rp/m3 %

20.152 97,05

Kerusakan pohon % 7,87 Kerusakan tiang % 6,33 Kerusakan pancang % 10,46 Pergeseran tanah %

18,02

Page 12: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

7

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah teknik pemanenan yang fokus pada

kegiatan pengeluaran kayu berdiameter kecil, yaitu lebih besar 15 cm dan

lebih kecil 40 cm di areal SILIN di Kalimantan Tengah. Kajian akan diarahkan

pada aspek lingkungan yang menyangkut aspek keterbukaan lahan dan

kerusakan tanah, serta aspek teknis dan finansial

Page 13: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Silvikultur

Untuk meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan lainnya dapat

dilakukan dengan multi usaha melalui penerapan multi-sistem silvikultur

(silvikultur ganda). Multi sistem silvikultur adalah sistem pengelolaan hutan

produksi lestari yang terdiri dari dua atau lebih sistem silvikultur yang

diterapkan pada suatu Izin Usaha Pengusahaan Hasik Hutan Kayu (IUPHHK)

yang merupakan multi usaha dengan tujuan: mempertahankan dan

meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan lainnya serta dapat

mempertahankan kepastian kawasan hutan produksi (Indrawan, 2008).

Penerapan sistem silvikultur lebih dari satu sistem silvikultur hendaknya

memperhatikan (Pasaribu, 2008): (1) Keberadaan hutan perawan (virgin forest)

dan hutan bekas tebangan (Logged over forest), (2) Pada hutan perawan

tersebar dan areal bekas tebangan dengan kondisi baik,(3) areal bekas

tebangan dengan kondisi tidak cukup anakan asli setempat dan dominasi

alang-alang dan semak belukar dan (4) Areal bekas tebangan dalam kondisi

baik dan kemampuan regeneratif alami baik dan areal tidak peka erosi.

Kusmana (2008) menjelaskan bahwa prinsip persyaratan ekologis

pengelolaan ekologi hutan dengan multi-sistem silvikultur adalah sebagai

berikut: (1) Meminimasi terhadap gangguan tanah, (2) Memelihara ketersediaan

bahan organik tanah, (3) Mempertahankan keanekaragaman dan (4) Ukuran

dan bentuk areal yang diganggu.

Sabarnurdin et al. (2008) mengemukakan bahwa pemilihan teknik

silvikultur dalam pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan didasarkan pada beberapa persyaratan antara lain: (1) Persyaratan

ekologi jenis yang ada, (2) Kondisi seed bed alamiah bila penanaman hutan

tidak akan dilakukan, (3) Pengaruh pemanenan terhadap flora dan fauna, (4)

Tipe kedalaman tanah dan kelerengan, (5) Sumber patogen dan sumber

kerusakan hutan alam, (6) Harapan masyarakat tentang karakter dan manfaat

Page 14: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

9

yang diperoleh dari hutan alam, (7) Finansial dan tujuan pemilik lainnya dari

hutan yang dikelola, (8) Pengaruh pada mutu dan kuantitas air, (9) Efek

kumulatif dari keputusan silvikultur spesifik tegakan pada struktur hutan dan

proses ekologi pada tingkat lansekap dan (10) Kecocokan intervensi

pemanenan pada sistem silvikultur dengan integritas ekologi hutan jangka

panjang.

Suparna (2008) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang harus

diantisipasi agar penerapan multi-sistem silvikultur dapat berhasil, yaitu: (1)

Pemilihan kombinasi sistem silvikultur, (2) Pemilihan jenis tanaman, (3)

Persoalan aset, (4) Konflik sosial, (5) Regulasi dan sistem penilaian dan (6)

Kesatuan Pengelolaan Hutan. Sementara itu, Suhendang (2008)

merekomendasikan bahwa multi-sistem silvikultur memerlukan syarat-syarat

sebagai berikut: (1) Terbentuknya kesatuan pengelolaan hutan, (2) Adanya

keluwesan pada penetapan sistem silvikultur pada setiap kesatuan pengelolaan

hutan dan (3) Terbentuknya lingkungan dunia kerja di bidang kehutanan yang

bersifat kondusif untuk berkembangnya profesi kehutanan. Secara teoritis

kombinasi sistem silvikultur dalam satu areal unit manajemen sangat mungkin

diaplikasikan agar terjadi saling mensubsidi antara satu sistem silvikultur

dengan sistem silvikultur yang lain (Manurung & Widyantoro., 2008).

Elias (2008) menyatakan bahwa dengan penerapan multi-sistem

silvikultur dapat menghasilkan: (1) Pemanfaatan keadaan tapak yang spesifik

lebih optimal, (2) Produktivitas hutan lebih besar, (3) Kondisi lingkungan hidup

lebih terjamin, (4) Volume produksi kayu dan hasil hutan lainnya pada masa

yang akan datang lebih besar dan lebih bervariasi, (5) Pasokan kayu terhadap

industri nasional terpenuhi dan (6) Diversifikasi produk dapat terjamin.

2. Pengeluaran Kayu

Pengeluaran kayu di petak tebangan yang biasa digunakan di hutan

alam adalah traktor. Untuk pengeluaran kayu di petak tebangan di areal hutan

alam yang mempunyai ukuran kayu relatif kecil, alat tersebut kurang ekonomis.

Sistem kabel layang merupakan salah satu alternatif transportasi kayu di petak

tebangan. Keuntungan penggunaan sistem kabel layang adalah tidak merusak

permukaan tanah, kayu tetap bersih dan segar sehingga mudah untuk diproses

Page 15: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

10

dan pengeluaran kayu relatif cepat. Sistem pengeluaran kayu yang mungkin

cocok dioperasikan di areal hutan tanaman adalah sistem kabel layang yang

menggunakan tenaga mesin. Sistem kabel layang ini dicirikan dengan adanya

mesin penggerak (yarder) yang bekerja pada posisi diam (stasioner) dan

sanggup menarik kayu pada jarak tertentu dengan kabel yang digulung pada

sebuah drum sambil membawa kayu dengan kereta (carriage) yang meluncur

di atas kabel layang yang ditopang oleh beberapa tiang utama dan tiang

pembantu.

Sistem kabel layang memerlukan beberapa peralatan utama. Brown

(1949) menyatakan bahwa peralatan utama yang diperlukan dalam sistem

kabel adalah: (1) Unit mesin penggerak di mana unit ini berfungsi sebagai

sumber tenaga seluruh sistem kabel; (2) Kabel baja dan pengikatnya termasuk

penjepit dan macam-macam perlengkapan yang dapat saling dihubungkan; (3)

Kabel dan kereta yang berfungsi untuk mengarahkan perpindahan kayu dan

diletakkan berhubungan dengan kabel-kabel.

Wackerman (1949) menyatakan bahwa metode kabel layang (skyline)

merupakan metode mekanis yang makin berkembang dan menjadi paling

lengkap dari pengeluaran kayu sistem kabel. Pada metode ini terdapat

modifikasi berdasarkan cara pemasangan kabel layang, kereta dan

penggunaan kabel pelengkapnya. Penggunaan metode kabel layang berubah

berdasarkan kebutuhan medan yang dihadapi dan perubahan modifikasinya

tergantung pada cara pemakaiannya bukan pada peralatan yang

dipergunakannya.

Penggunaan sistem kabel layang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Binkley & Lysons (1968) menjelaskan bahwa secara ekonomis pengoperasian

sistem kabel layang harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: (1)

Konversi dari nilai kayu yang dikeluarkan; (2) Total volume setiap hektar yang

akan dikeluarkan pada sebuah lokasi penebangan; (3) Areal unit penebangan

yang belum dikeluarkan hasilnya. (4) Jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun;

(5) Ukuran dari kayu yang akan dikeluarkan; dan (6) Jarak pengeluaran kayu.

Sortimen kayu yang dikeluarkan di areal hutan tanaman umumnya

mempunyai volume 0,50 - 1,00 m3/batang. Padahal kemampuan alat

Page 16: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

11

pengeluaran kayu P3HH20 generasi kesatu hanya 0,308 m3/rit dan P3HH20

generasi kedua hanya 0,360 m3/rit. Produktivitas pengeluaran kayu tanpa

memperhitungkan waktu pasang dan bongkar alat dengan sistem kabel layang

P3HH20 berkisar antara 0,575 - 5,058 m3/jam dengan rata-rata 1,856 m3/jam

(Dulsalam et al., 1997). Pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang P3HH20

masih mengalami beberapa hambatan, antara lain pada saat kayu ditarik untuk

diangkat, kayu tersebut berputar sehingga kabel pengangkat ikut berputar yang

mengakibatkan kabel pengangkat tersebut menjepit kereta. Keadaan yang

demikian tidak memungkinkan untuk pengangkatan kayu karena apabila

dipaksakan, selain mesin tidak kuat, kabel pengangkat dapat putus. Hal ini

disebabkan karena bentuk kereta yang terlalu pendek dan kecil. Pada tahun

1998 alat pengeluaran kayu tersebut telah disempurnakan. Untuk

memperlancar kegiatan penarikan kayu maka kereta telah disempurnakan. Di

samping masalah kereta, tenaga mesin dan sistem pengereman telah

disempurnakan pula.

Sistem kabel layang P3HH20 dikembangkan menjadi sistem kabel layang

P3HH24 yang telah diuji cobakan di KPH Pekalongan Barat yang

menghasilkan produktivitas rata-rata sebesar 2,5 m3/jam (Dulsalam

&Tinambunan, 2006). Produktivitas pengeluaran kayu dengan sistem kabel

layang P3HH24 di BKPH Bojonglopang KPH Sukabumi berkisar antara 1,665-

8,018 m3/jam dengan rata-rata 3,562 m3/jam sedangkan rata-rata biaya

pengeluaran kayu pada sistem tersebut adalah Rp 16.300/m3 (Sukadaryati

&Dulsalam, 2006). Dulsalam (2012) mengemukakan bahwa produktivitas

pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang P3HH24 di hutan rakyat Desa

Sukaraja, Kecamatan Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi berkisar antara

5,737-8,331 m3/jam dengan rata-rata 7,067 m3/jam dan biaya rata-rata

pengeluaran kayu sebesar Rp 9.244/m3.

Page 17: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian rencananya di areal pengusahaan hutan alam

yang dikelola dengan teknik SILIN di Kalimantan Tengah, akan tepi karena

kendala lokasi penelitian, maka kegiatan pengumpulan data di lapangan tidak

dapat dilaksanakan..

B. Bahan dan Peralatan

Bahan dalam kajian ini adalah kayu hasil tebangan yang ada pada

rencana jalur tanam, cat kayu, tambang plastik. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peralatan lapangan yang meliputi meteran, alat pengukur

waktu, parang dan chainsaw dan yarder P3HH30 beserta peralatan

perlengkapannya. Yarder P3HH30 bertenaga motor 30 tenaga kuda. Kabel

yang digunaka adalah kabel berdiameter 18 mm untuk kebel layang, kabel

berdiameter 12 mm untuk kabel utama dan kabel berdiameter 8 mm untuk

kabel penarik. Kayu yang akan dikeluarkan berdiameter lebih besar 15 cm dan

lebih kecil 40 cm. Sketsa gambar pengeluaran kayu dengan sistem kabel

layang P3HH30 disajikan seperti pada Gambar 1.

8 7 6 5 4 3 2

1

9 11

10

12

Keterangan : 1 = yarder; 2 = tiang utama; 3 = kabel layang; 4 = kabel pengangkat; 5 = kabel penarik muatan; 6 = kereta ; 7 = muatan; 8 = tiang pembantu; 9 = kabel penarik kosong; 10 = katrol pengarah kabel penarik kosong; 11 = kabel penguat tiang utama; kabel penguat tiang pembantu

Gambar 1. Sketsa pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang

Page 18: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

13

C. Prosedur Kerja

Desain penelitian adalah deskriptif yaitu mengikuti kegiatan transportasi

kayu di petak tebangan. Pengambilan contoh lokasi dilakukan secara purposif

dengan pertimbangan kemudahan lokasi/mudah dijangkau dan demi

tercapainya tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan

data sekunder. Akan tetapi berhubung adanya kendala lokasi penelitian maka

pengumpulan data di langan tidak dapat dilakukan.

1. Pengumpulan data primer

Prosedur kerja pengeluaran kayu pada teknik konvensional mengikuti cara

karja sesuai di lapangan. Prosedur kerja penelitian pada teknik pengeluaran

kayu dengan sistem kabel layang terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap pemasangan alat, tahap pengoperasian dan tahap

pembongkaran. Masing-masing tahap dijelaskan berikut ini.

Tahap persiapan pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang adalah

sebagai berikut:

1) Memeriksa yarder dan memperbaikinya apabila ada bagian yang tidak

berfungsi..

2) Menempatkan unit yarder pada tempat pengumpulan sementara yang telah

ditentukan menurut perencanaan. Penempatan unit yarder ke tempat

pengumpulan sementara tersebut dilakukan dengan menggunakan tenaga

manusia atau dengan tenaga mesin;

3) Mengatur posisi yarder sesuai dngan arah jalur pengeluaran kayu yang

telah ditentukan;

4) Penempatan unit yarder diatur sedemikian rupa sehingga tingkat

kenyamanan dan keselamatan kerja dapat terjamin.;

5) Memasang kait pada unit yarder agar dalam kedudukan yang mantap.

Pemasangan kabel penguat (guyline) dan katrol pada tiang utama

dilakukan sebagai berikut:

1) Menyiapkan dan memeriksa alat-alat perlengkapan yang digunakan;

2) Memanjat tiang utama untuk menempatkan kabel penguat dan katrol;

3) Memasang perlengkapan pada tiang utama;

4) Memasang kabel penguat di sebelah kiri dan di sebelah kanan.

Page 19: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

14

Pemasangan kabel penguat dan katrol pada tiang pembantu

dilakukan sebagai berikut:

1) Menyiapkan alat-alat perlengkapan yang digunakan;

2) Memanjat tiang pembantu sampai pada ketinggian tertentu untuk

memasang kabel penguat dan katrol;

3) Memasang kabel penguat di sebelah kiri dan sebelah kanan.

Pemasangan kabel layang dan kabel tanpa ujung dilakukan sebagai

berikut:

1) Menyiapkan dan memeriksa peralatan yang digunakan;

2) Menarik kabel layang dari gulungan kabel melalui katrol pada tiang utama

menuju tiang pembantu;

3) Menempatkan kabel layang di katrol pada tiang pembantu sehingga ujung

kabel layang dapat dikaitkan pada penahan di belakang tiang pembantu;

4) Memasang kereta dan kabel utama;

5) Kabel tanpa ujung dipasang melalui katrol tanpa ujung di tiang utama dan

dikaitkan pada kereta. Dari tiang pembantu, kabel tanpa ujung ditarik melalui

katrol kabel tanpa ujung di tiang pembantu ditarik menuju ke kereta

kemudian diikatkan;

6) Kabel layang dikencangkan dengan cara menarik kedua ujung kabel layang

yang berada di belakang tiang utama dan tiang pembantu dengan

menggunakan tirfor;

7) Percobaan menjalankan kereta;

8) Kegiatan pengeluaran kayu siap dilakukan.

Pengoperasian alat sistem kabel layang P3HH30 dapat dijelaskan

seperti berikut ini. Pekerjaan pengeluaran kayu dimulai setelah kabel layang

dan kereta berikut kabel utama dipasang dan mesin telah dipanaskan.

Pengoperasian sistem kabel layang ini dilayani oleh enam orang, yaitu satu

orang operator mesin, dua orang melepas kait di tempat pengumpulan, satu

orang memberi tanda di tempat kayu dikeluarkan, satu orang mengait kayu dan

dua orang menyiapkan kayu. Unsur kerja pertama pada pengoperasian alat

adalah meluncurkan kereta dari panggung atas (lokasi di mana yarder berada)

ke panggung bawah (lokasi di mana kayu yang akan dikeluarkan berada).

Page 20: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

15

Setelah kereta sampai di sekitar kayu yang akan dikeluarkan, pemasang kait

memberi tanda untuk menghentikan kereta dan mengendorkan kabel

pengangkat. Selanjutnya setelah kabel pengangkat ada di bawah maka kayu

yang sudah disiapkan dikaitkan ke katrol yang ada pada kabel pengangkat

kemudian kabel pengangkat ditarik dan muatan akan terangkat ke atas di

bawah kereta. Kereta ditarik dengan kabel tanpa ujung maka muatan akan

bergerak ke unit yarder. Apabila kayu telah sampai di panggung atas, kabel

tanpa ujung direm dan kabel pengangkat dikendorkan maka muatan akan

turun. Setelah muatan sampai di tempat pengumpulan sementara, kait pada

muatan dilepas dan kereta diluncurkan menuju ke lokasi kayu yang akan

dikeluarkan seperti pekerjaan semula.

Setelah kegiatan pengoperasian alat selesai maka dilakukan

pembongkaran alat. Pembongkaran alat dilakukan seperti uraian berikut ini.

Pembongkaran alat dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan

pembongkaran pada unit yarder dan kegiatan pembongkaran pada tiang utama

dan tiang pembantu. Kegiatan pertama pada pembongkaran alat adalah

mengendorkan kabel layang. Setelah itu, kereta, kabel layang dan kabel tanpa

ujung dilepas. Pekerjaan selanjutnya adalah menggulung kabel pengangkat

dengan mesin dan menggulung kabel tanpa ujung secara manual. Kegiatan ke

dua yang merupakan pembongkaran pada tiang utama dan tiang pembantu

adalah pembongkaran katrol-katrol beserta perlengkapan pengikatnya.

Perlengkapan yang telah dilepas dikumpulkan di tempat unit yarder yang

selanjutnya siap untuk dipindahkan atau diangkut ke tempat lain.

Dalam pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang ini dilakukan pada

dua jalur kabel dengan panjang bentangan masing-masing maksimum 300 m

dan pada topografi 8-15% dan 16-25%. Pada tiap jalur kabel dilakukan

pengeluaran kayu sebanyak minimal 30 ulangan.

Pengumpulan data dilakukan pada teknik pengeluaran kayu dengan

sistem kabel layang P3HH30 dan teknik pengeluaran kayu secara

konvensional. Data yang dikumpulkan adalah jarak transportasi kayu yang

dinyatakan dalam satua jarak (m), waktu transportasi yang dinyatakan dalam

Page 21: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

16

satuan waktu (detik) dan hasil transportasi yang dinyatakan dalam satuan

volume (m3).

Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1) Setiap pengamatan perlu dicatat waktu kerja, hasil kerja, gangguan

lingkungan. Waktu kerja dinyatakan dalam detik. Pengukuran waktu kerja

dilakukan dengan null stop method , yaitu setiap unsur kerja alat pengukur

waktu kembali ke nol dan siap untuk mengukur waktu pada unsur kerja

berikutnya. Hasil kerja merupakan volume kayu yang ditebang yang

dinyatakan dalam m3/jam. Untuk menghitung volume maka diukur diameter

pangkal (dalam cm), diameter ujung (dalam cm) dan panjang batang yang

ditebang (dalam m). Volume kayu dihitung dengan menggunakan rumus

BSN (2000). Volume kayu dhitung dengan rumus sebagai berikut:

V = D2 x P ת ¼

d1 + d2 d3 + d4 D = 2 2 . 2

Dimana: V = Volume batang (m3); 3,14 = ת; D = diameter batang rata-rata (m); P = panjang batang (m); d1 = diameter bontos pangkal paling besar melalui sumbu batang (m); d2 = diameter bontos pangkal paling kecil tegak lurus dengaan d1 melalui sumbu batang (m) ; d3 = diameter bontos ujung paling besar melalui sumbu batang (m); d1 = diameter bontos ujung paling kecil tegak lurus dengaan d3 melalui sumbu batang (m) ;

2) Untuk mengamati gangguan lingkungan dibuat plot contoh berukuran 40 m x

40 m sebanyak 3 ulangan. Plot diletakkan pada pangkal jalur kabel, tengah

jalur kabel dan ujung jalur kabel. Yang diamati adalah keterbukaan tanah,

kerusakan tanah, suhu udara, suhu permukaan tanah, kelembaban udara

dan tebal seresah.Keterbukaan tanah dihitung dengan mengukur seksi

tanah yang terbuka pada masing-masing plot dengan mengukur lebar

pangkal seksi, lebar ujung seksi dan panjang seksi areal tanah yang

terbuka. Kerusakan tanah dihitung dengan cara mengukur panjang, lebar

dan kedalaman tanah yang tergusur (rusak). Kelembaban udara diukur

Page 22: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

17

dengan hygrometer, suhu udara dan tanah diukur dengan termometer dan

tebal seresah diukur dengan meteran.

2. Pengumpulan data sekunder.

a. Studi pustaka: mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan

implementasi sistem SILIN serta petunjuk teknis RIL dan hasil penelitian di

perusahaan serta hasil-hasil penelitian dari pemerintah daerah, perguruan

tinggi dan lembaga penelitian yang ada.

b. Mengumpulkan data pada perusahaan terpilih dan instansi terkait, tentang :

- Rencana produksi kayu tahunan.

- Realisiasi produksi kayu tahunan.

- Kondisi umum areal hutan alam yang diperoleh dari arsip perusahaan.

- Tarif upah penebangan, penyaradan dan pengangkutan.

- Industri kayu yang dimiliki.

- Peralatan pemanfaatan hasil hutan kayu yang dipergunakan.

- Peta-peta yang telah dibuat.

- Perencanaan pemanfaatan hasil hutan kayu

- Operasi sebelum pemanfaatan hasil hutan kayu.

D. Analisis Data

1. Aspek Teknis

Aspek teknis meliputi produktivitas dan efisiensi pengeluaran kayu.

1) Produktivitas pengeluaran kayu dihitung dengan rumus :

J x V P = ----------- W

Di mana : P = produktivitas pengeluaran kayu (m3.hm/jam)

J = Jarak pengeluaran kayu (hm)

V = volume kayu yang dikeluarkan (m3)

W = waktu penyaradan (jam)

2) Efisiensi pengeluaran kayu dihitung dengan rumus :

Page 23: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

18

Vs E = ------------ x 100% Vt

Di mana : E = efisiensi pengeluaran kayu (%)

Vs = volume kayu yang dikeluarkan (m3)

Vt = volume kayu yang ditebang dan siap untuk dikeluarkan (m3)

2. Aspek finansial

Untuk menghitung biaya penyaradan kayu perlu diketahui biaya memiliki

dan mengoperasikan alat penebangan. Untuk menghitung biaya memiliki dan

mengoperasikan peralatan penyaradan dalam implementasi sistem TPTII

digunakan rumus-rumus dari FAO (Anonim, 1992) berikut :

1) Biaya penyusutan (Rp/jam)

Harga alat (Rp) x 0,9 Biaya penyusutan = --------------------------

Umur pakai alat (jam)

......................................... (1)

2) Biaya bunga modal (Rp/jam)

Harga alat (Rp) x 0,6 x 0,18

Biaya bunga modal = ---------------------------------- ....................... (2) 2.000 jam

3) Biaya pajak (Rp/jam)

Harga alat (Rp) x 0,6 x 0,02 Biaya pajak = --------------------------------- ............................................ (3)

1.00 jam

1.01

4) Biaya asuransi (Rp/jam)

Harga alat (Rp) x 0,6 x 0,03 Biaya asuransi = -------------------------------- . ........................................ (4)

2.000 jam

5) Biaya perawatan (Rp/jam)

Biaya perawatan = Biaya penyusutan .................................................. (5)

Page 24: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

19

6) Biaya bahan bakar (Rp/jam)

Biaya bahan bakar = Penggunaan bahan bakar (liter/jam) x harga bahan akar

per liter (Rp/liter) ...……………..………….………....... (6)

7) Biaya oli dan pelumas (Rp/jam)

Biaya oli dan pelumas = 0,1 biaya bahan bakar ……….…......................... (7)

8) Upah (Rp/jam)

U = G : (H x W) …………...................................... (8)

di mana: U = Biaya upah (Rp/jam); G = Gaji (Rp/bulan) ; H = hari kerja

rata-rata per bulan; W = jam kerja per hari (jam/hari).

9) Biaya dihitung dengan rumus:

(1) + (2) + (3) + (4) + (5) + (6) + (7) + (8) + (9) BS = ----------------------------------------------------------------- P Dimana: BS = biaya (Rp/ m3.hm atau sama dengan Rp/m3/hm); (1) = biya

penyusutan ( Rp/jam), (2) = biaya modal (Rp/jam); (3) = biaya pajak ( Rp/jam); (4) = biaya asuransi (Rp/jam); (5) = biaya perawatan (Rp/jam); (6) = biaya bahan bakar (Rp/jam); (7) = biaya oli (Rp/jam); (8) = biaya upah (Rp/jam) dan P = produktivitas penyaradan ( m3.hm/jam atau sama dengan m3/jam/hm)

3. Aspek lingkungan

Aspek lingkungan meliputi kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan

tanah yang dihitung untuk tiap perlakuan penebangan dan penyaradan intensif..

Kerusakan tegakan tinggal adalah kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan

penebangan dengan membandingkan jumlah tegakan tinggal yang rusak

(pohon) dengan jumlah tegakan tinggal sebelum dilakukan penebangan

dikurangi dengan jumlah pohon yang ditebang (pohon).

Kerusakan tegakan tinggal dihitung dengan rumus :

Page 25: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

20

JR KT = ------------ x 100% JS

Di mana : KT = kerusakan tegakan tinggal (%);JR = jumlah tegakan tinggal rusak akibat pengeluaran kayu (pohon); JS = jumlah tegakan tinggal sebelum pengeluaran kayu (pohon)

Keterbukaan tanah adalah tanah yang terbuka sehingga sinar matahari

dapat mencapainya akibat kegiatan pengeluaran kayu dengan membandingkan

luas tanah bergeser akibat penyaradan pada suatu plot pengamatan dengan

luas plot pengamatan. Keterbukaan tanah dihitung dengan rumus :

LTB G = --------------- x 100%

LC

Di mana : G = keterbukaan tanah (%)

LTB = luas tanah terbuka (m2)

LC = luas contoh (m2)

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan analisis keragaman.

Untuk membedakan respon dari perlakuan digunakan uji t.

Page 26: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Modifikasi Alat

Yarder yang semula berbentuk kereta dimodifikasi menjadi berbentuk

sampan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil bentuk alat sehingga dalam

pengangkutannya alat tersebut tidak memerlukan ruangan yang besar. Gambar

alat yang dimodifikasi disajikan pada Gambar 1 dengan spesifikasi sebagai

berikut:

1. Panjang alat: 2100 mm

2. Lebar alat: 1100 mm

3. Tinggi alat: 1450 mm

4. Diameter drum penggulung kabel utama: 125 mm

5. Diameter drum penggulung kabel penarik muatan: 140 mm

6. Diameter drum penggulung kabel penarik kosong: 140 mm

7. Kerangka: Besi stall (Besi kotak ) ukuran 4 cm x 6 cm

8. Mesin:

a. Type: Diesel

b. Tenaga: 30 HP, 2200 RPM

c. Buatan : china

d. Tahun : 2004

e. Berat: 180 kg.

9. Ukuran kabel:

a. Kabel layang: 18 mm

b. Kabel utama: 12 mm

c. Kabel penarik muatan: 8 mm

Page 27: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

22

d. Kabel penarik kosong: 8 mm

10. Perlengkapan kabel

a. Kabel layang: diameter 18 mm, panjang 500 m

b. Kabel utama: diameter 12 mm panjang 500 m

c. Kabel penarik muatan: diameter 8 mm, panjang 250 m

d. Kabel penarik kosong: diameter 8 mm, panjang 500 m

11. Transmisi: rantai gigi, gear, roda gigi, gear box, reduksi

12. Gir (gear): RS 60

13. Rantai gigi: RS 60

14. Gear box: Ratio 1:2,5

15. Kereta:

a. Panjang: 800 mm

b. Lebar: body: 60 mm, keseluruhan: 120 mm

c. Tinggi: 355 mm.

Sketsa yarder yang telah dimodifigasi dapat dilihat pada Gambar 2 (pandangan

atas), Gambar 3 (pandangan samping), Gambar 4 (foto pandangan depan) .dan

Gambar 5 (foto pandangan depan).

Page 28: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

23

Keterangan

2100 mm

1100 mm

Gambar 1: Sketsa yarder pandangan atas

1. Kerangka

2. Drum kabel pengangkat

3. Drum penarik kereta

bermuatan (PKK)

4. Drum penarik kereta

kosong (PKB)

5. Rantai drum PKB

6. Rantai drum pengangkat

7. Rantai drum PKK

8. Gigi bpenyambung drum

PKB berikut tuasnya

9. Gigi bpenyambung drum

pengangkat dan tuasnya

10..Gigi penyambung drum

PKK berikut tuasnya

11. As penggerak drum

12. Rantai penggerak

13. Gear box

14. Panel handel gas, rem

kabel PKK, kabel

pengangkat dan kabel

PKB

15. Tempat duduk operator

16.Gigi reduksi

17. Mesin

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15 16 17

Gear box

Gambar 2.. Sketsa yarder pandangan atas

Page 29: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

24

1450 mm

1100 mm

2100 mm

Keterangan:

1. Kerangka

2. Drum kabel pengangkat

3. Dudukan drum kabel pengangkat

4. Dudukan drum kabel penarik bermuatan dan kabel penarik

kosong

5. Rantai drum kabel pengangkat

6. Rantai drum kabel PKB dan PKK

7. Gigi penghubung

8. Dudukan gigi penghubung

9. As penggerak

10. Dudukan as penggerak

11. Rantai penggerak dari gear box

12. Gear box

13. Panel kabel gas dan rem

14. Tuas gear box

15. Dudukan gear box

16. Gigi reduksi

17. Rantai penggerak dari msin

18. Mesin

19. Dudukan mesin

Gambar 2. Sketsa yarder pandangan samping

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

gear box

Gear box

gear box

Gambar 3. Sketsa yarder pandangan samping

Page 30: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

25

Gambar 4. Foto yarder pandangan depan

Gambar 5. Foto yarder pandangan samping

Page 31: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

26

B. Uji Coba Alat

Pengumpulan data pengeluaran kayu dengan alat modifikasi dalam

rangka penyiapan lahan dalam implementasi teknik SILIN tidak dapat

dilaksanakan karena beberapa kendala sebagai berikut:

1. Aksesibilitas untuk transportasi alat penelitian cukup sulit sehingga tidak

memungkinkan alat sampai ke tempat tujuan dalam waktu sperti yang

diharapkan.

2. Komponen peralatan penelitian cukup banyak dan seluruhnya terbuat dari besi

serta mempunyai ukuran yang bervariasi sehingga menyulitkan dalam

pengirimannya.

3. Perusahaan yang mempunyai areal kerja untuk uji coba alat tidsak memberi

tanggapan atas permintaan sebagai lokasi untuk uji coba alat

Page 32: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

27

BAB V

KESIMPULAN

Alat sistem kebel layang P3HH 30 telah dimodifikasi dan siap untuk

pengeluaran kayu di areal pengusahaan hutan yang melaksanakan teknik

SILIN.

Saran

Penelitian lebih lanjut dalam bentuk pengembangan teknik pengeluaran

kayu dengan kabel layang dalam implementasi teknik SILIN perlu dilakukan.

Page 33: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1992. Cost control in forest harvesting and road construction. FAO

Forestry Paper No. 99. FAO. Rome.

__________. 2000c. Pengukuran dan table isi kayu bulat rimba: SNI 01-5007-2-2000. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

______. 2005. Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif /TPTII (Silvikultur Intensif). Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Jakarta.

Binkley, V.W & H.H. Lysons. 1968. Planning single span skyline. U.S. Department of Agriculture, Forest Service. Oregon.

Brown, N. C. 1949. Logging. John Wiley & Sons Inc. New York.

Dulsalam, M. .M. Idris & W. Endom. 1997. Produktivitas dan biaya pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang P3HH20. Buletin Penelitian Hasil Hutan 15(3): 151-161. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan & Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor.

_______ & D. Tinambunan. 2006. Produktivitas dan biaya pengeluaran kayu dari hutan tanaman dengan sistem kabel layang P3HH24 di KPH Pekalongan Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24(1):77-88. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

______. 2 012. Produktivitas dan biaya alat sistem kabel layang P3HH24 untuk pengeluaran kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 30(1):55-62. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Elias. 2008. Tinjauan aspek ekonomi/financial penerapan multisistem silvikultur pada areal hutan produksi di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008 di Bogor. Hlm 161-172. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Indrawan, A. 2008. Sejarah perkembangan system silvikultur di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008 di Bogor. Hlm 1-12. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Kusmana, C. 2008. Tinjauan aspek ekologi penerapan multisistem silvikultur pada unit pengelolaan hutan produksi. Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008

Page 34: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

29

di Bogor. Hlm 139-151. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Manurung, E.G. T. dan B. Widyantoro. 2008. Multisistem silvikultur : Pilihan-pilihan usaha atraktif dan layak kombinasi dalam satu unit pengelolaan hutan (konsep subsidi swilang hasil usaha berjangka). Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008 di Bogor. Hlm 153-159. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Pasaribu, H.S. 2008. Kebijakan penerapan lebih dari satu system silvikultur pada areal IUPHHK di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008 di Bogor. Hlm 13-16. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Sabarnurdin, M.S., Budiadi dan Widianto. 2008. Kebijakan penerapan multisistem silvikultur pada areal hutan produksi (IUPHHK). Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008 di Bogor. Hlm 71-81. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Suhendang, E. 2008. Multisistem silvikultur dalam perspektif ilmu manajemen hutan. Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008 di Bogor. Hlm 45-62. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Sukadaryati & Dulsalam. 2006. Pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang P3HH24 di hutan tanaman KPH Sukabumi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24(2):157-169. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Suparna, N. 2008. Multisistem silvikultur pilihan terbaik untuk mengakomodir kompleksnya persoalan dalam pengelolaan hutan alam produksi. Prosiding Lokakarya Nasional: Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Pemantapan Kawasan Hutan. IPB International Convention Center, tanggal 23 Agustus 2008 di Bogor. Hlm 39-44. Kerjasama antara

Page 35: TEKNIK PEMANENAN DALAM RANGKA PENYIAPAN ...database.forda-mof.org/uploads/Sosialisasi2.pdfPT Dasa Intiga Takik rebah konvensional terbalik Produktivitas rata-rata m3/jam 28,17 3 Biaya

30

Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor, Jakarta.

Wackerman, A.E. 1949. Harvesting Timber Crops. McGraw-Hill Book Company, New York.