tekanan penduduk dan pengaruhnya terhadap kerusakan tanah

Upload: eva-marthinu

Post on 07-Jul-2015

320 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan, tambang, dan tempat dilaksanakannya berbagai aktivitas. Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas permukaan bumi. Tanah merupakan suatu gejala alam permukaan daratan yang membentuk suatu zone dan biasa disebut pedosfer, tersusun atas bahan lepas berupa pecahan dan lapukan batuan bercampur dengan bahan organik (Notohadiprawiro, 1993). N.C.Brady (1974) dalam Mul Mulyani Sutedjo dan A.G. Kartasapoetra mengatakan bahwa tanah adalah suatu tubuh alam atau gabungan tubuh alam yang dapat dianggap sebagai hasil alam bermatra tiga yang merupakan paduan antara gaya pengrusakan dan pembangunan, yang dalam hal ini pelapukan dan pembusukan bahan bahan organik adalah contoh contoh proses perusakan, sedang pembentukan mineral baru seperti lempung tertentu serta lapisan lapisan yang khusus merupakan proses proses pembangunan. Seperti definisi diatas tanah tercipta dari hasil interaksi antara iklim, kegiatan oganisme, bahan induk dan relief seiring dari berjalannya waktu. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada lima faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief (topografi) dan waktu. Iklim, organisme dan waktu adalah faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk dan relief merupakan penyedia bahan dan tempat dalam proses pembentukan tanah. Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001) mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).

Laju pertambahan penduduk yang semakin meningkat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan penduduk dengan pola hidup konsumtif, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktivitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Pengelolaan sumber daya tanah dipandang penting dan didasari oleh pertimbangan bahwa proses-proses pembangunan yang akan terjadi di Indonesia masih akan ditumpukan pada potensi sumber daya tanah. Oleh karenanya, sumber daya tanah dengan segala komponen yang ada di dalamnya termasuk air, biota, dan lainnya harus dikelola secara baik. Empat sub-agenda dirumuskan dalam hal hal berikut ini : (1) penatagunaan sumberdaya tanah, (2) pengelolaan hutan, (3) pengembangan pertanian dan pedesaan, dan (4) pengelolaan sumberdaya air.Empat hal penting perlu dicatat dalam hal ini. Pertama adalah pemikiran bahwa oleh karena krisis ekonomi yang berkepanjangan serta runtuhnya unit-unit industri yang mengadalkan bahan baku impor, proses-proses eksploitasi sumber daya tanah di Indonesia akan semakin meningkat. Keadaan ini perlu mendapat perhatian yang serius bagi mereka yang akan terlibat langsung dalam usaha-usaha pengelolaan lingkungan. Catatan kedua yang penting adalah bahwa berbagai upaya pengelolaan sumberdaya tanah harus dilakukan secara terpadu. Ini berarti bahwa pengelolaan empat aspek di atas (sumber daya tanah, hutan, pertanian, dan sumber daya air) tidaklah boleh dilakukan secara parsial oleh karena keterkaitan yang erat di antaranya.

1.2

Maksudan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengeksploitasian sumberdaya tanah akibat tekanan jumlah penduduk yang sejalan dengan peningkatan kebutuhan hidup akan makan, pemukiman, jalan, lahan untuk mendirikan bangunan bangunan sebagai fasilitas umum, dll, yang menyebabkan kerusakan tanah, serta cara menanggulanginya dengan tujuan agar kita lebih mengetahui dan pada akhirnya menyadari betapa pentingnya tanah bagi manusia, sementara dalam pemanfaatannya kadang kadang manusia tidak memperhatikan kaidah pengelolaan tanah yang baik dan benar untuk kelestariannya. Perlu diketahui pula bahwa proses pembentukan tanah memerlukan waktu yang

sangat lama, jadi tidak berimbang dengan laju pemanfaatannya yang tidak memberi waktu pemulihannya kembali.

BAB II.

PEMBAHASAN

2.1. Proses terjadinya tanah di permukaan bumi Tanah yang kita tempati dan kita pergunakan untuk berbagai usaha guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, terwujudnya adalah melalui berbagai proses dan tahapan tahap yang panjang dan berjuta juta tahun umurnya. Hal ini perlu penulis kemukakan terlebih dahulu mengingat kini tak sedikit manusia yang menelantarkan tanah, merusak keadaan tanah dengan berbagai perlakuan yang keliru dan tidak dapat dipertanggung jawabkaan. Manusia manusia demikian seakan akan menolak atau menentang kemurahan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan tanah bagi kepentingan manusia. Tentang terjadinya bahan induk tanah ini, Mohr dan Van Baren (1954) dalam Tropical Soils telah memberikan gambaran ilmiah tentang terjadinya bumi kita dan batuan batuan yang menjadi bahan baku/ bahan induk tanah tersebut, yang ikhtisarnya dapat dikemukakan sbb: a. Kejadian bumi berpangkal pada kegiatan matahari kira kira 3.000.000.000 tahun

yang lampau, yang telah melepaskan gumpalan materi yang berbentuk gas ke ruang angkasa, materi tersebut bersuhu sangat tinggi; b. Suhu yang demikian tinggi dalam gumpalan materi yang telah terlepas itu karena

beberapa pengaruh, lambat laun menurun sedangkan bagian luar dari gumpalan materi mengalami pembekuan merupakan benda yang bebentuk lunak atau cairan yang kental yang pada akhirnya berbentuk kerak atau lapisan kulit dengan sifat yang padat. Dengan demikian mulai terbentuklah suatu tubuh yang sekelilingnya diliputi kerak yang bersifat padat; c. Karena bagian dalam dari tubuh keadaannya masih tetap lunak/cair dan panas

serta aktif mengadakan gerakan gerakan, kerak atau lapisan kulit yang mengelilingi tubuh itu itupun mengalami perubahan perubahan. Ada yang menonjol dan ada pula yang turun. Dalam keadaan demikian, berlangsungnya proses pembekuan dan pergeseran dibagian dalam dari tubuh itu berjalan terus hingga sekarang. d. Perubahan perubahan seperti diatas, selain mengakibatkan menonjolnya atau

menurunnya bagian bagian dari lapisan kulit tubuh yang padat itu, juga menimbulkan lipatan lipatan yang beruntun, sehingga bagian bagian yang tadinya berada dibawah

berubah posisinya menjadi dibagian atas. Karena gerakan gerakan dibagian dalam tubuh berlangsung terus, tubuh itupun berputar secara perlahan lahan, dan dengan bertambah mengerasnya lapisan kerak serta menurunnya suhu, maka tubuh itu mempunyai bentuk yang lebih nyata yaitu mirip sebuah bola besar yang kita namakan bumi. e. Kerak bumi keadaannya makin padat dan tebal, sedang bahan bahan dibagian

dalam tubuh bumi tetap lunak/cair dan panas yang kadang kadang berikhtiar menyelinap keluar melalui celah celah yang terdapat pada lapisan kerak dalam keadaan cair dan tetap panas, bahan bahan tersebut dinamakan magma.Bentuk batuan Kristal banyak terjadi dibawah kerak bumi, sedangkan bagian yang sudah keluar dari perut bumi dikarenakan pengaruh pengaruh hawa ataupun unsur unsur iklim lainnya akan mengeras dan membeku dan terbentuklah batu yang amorf ( tidak berkristal). f. Batu batuan Kristal tersebut diatas lazim disebut batu induk yang karena adanya

gerakan gerakan tektonis mengalami perubahan tempat dan berada diatas lapisan kerak bumi. Batu batu induk ini ternyata mempunyai susunan kimiawi sehingga daripadanya kini dikenal adanya batu batu andesit, basalt, granit, dll. Batu batuan inilah yang selanjutnya karena mengalami fase fase hancuran iklim fisik dan hancuran iklim kimia akan membentuk tanah. Jadi batu batuan yang telah dikemukakan itu merupakan bahan baku terwujudnya tanah. Kebanyakan tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral (kuarsa, feldspar, mika, hornblende, kalsit, dantuhan gipsum), meskipun ada yang berasal dari tumbuhan (gambut/peat; Histosol). Tanah adalah material yang tidak padat yang terletak di permukaan bumi, sebagai media untuk pertumbuhan tanaman (SSSA, Glossary of Soil Science Term). Jenny, H (1941) dalam buku Factors of Soil Formation : tanah terbentuk dari interaksi banyak faktor, dan yang terpenting adalah : bahan induk (parent material); iklim (climate), organisme (organism); topografi (Relief); waktu (time). 2.2 Faktor-faktor pembentuk tanah a.Iklim Iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode yang panjang. Sedangkan unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan. b.Suhu/Temperatur Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi,

maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. c. curahhujan Curah hujan merupakan parameter iklim terpenting untuk pertanian daerah tropika, baik dalam keadaan berlebih ataupun kekurangan. Dengan suhu yang dapat dikatakan nisbi seragam, sebaran curah hujan merupakan patokan utama yang digunakan untuk membuat penggolongan iklim tropika.Curah hujan berkaitan erat dengan kelembaban tanah. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah . Menurut Jenny (1941) Bahan Induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Jenis-jenis Bahan Induk: batuan beku, sedimen, metamorf dan vulkanik. Batuan Beku: Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) magma cair. Batuan Sedimen: Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angin atau air di permukaan bumi. Batuan Metamorf: Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Batuan induk tersebut akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.Bahan organik merupakan sisa-sisa jaringan tumbuhan alami, pada berbagai tingkat pelapukan. Biasanya terbentuk di cekungan atau depresi alam, dengan drainase sangat terhambat dan sering kali tergenang air. Umumnya terdapat si daerah rendah (rawa), baik pasang surut atau rawa lebak, dan juga pada kubah gambut. Karena seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari senyawa organik maka tanah seperti ini disebut tanah organik (peat soil). Ada dua proses pelapukan tanah diantaranya sebagai berikut : (1). Proses Pelapukan Fisik .Proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah hancur Proses ini terjdi karena Perubahan suhu yang drastis (sgt dingin di Kutub dan sangat panas di Padang Pasir),hantaman air hujan, Penetrasi Akar,aktivitas Makhluk Hidup lainnya.(2).Proses Pelapukan Kimia..Proses Pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimiawi (pelarutan atau

solubilitasi,hidrasi,hidrolis,oksidasi,reduksi,karbonatasi,asidifikasi(pengasaman).

Perbedaan Sifat-sifat Tanah yang hanya disebabkan oleh satu faktor pembentuk tanah dikenal sebagai: 1.Klimatosekuen: 2.Biosekuen: Perbedaan sifat sifat tanah yang yang disebabkan hanya pengaruh iklim

Perbedaan

tanah

disebabkan

hanya

pengaruh

organisme

3.Toposekuen: Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaantopografi 4.Lithosekuen: Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Jenis bahan induk 5.Khronosekuen: Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Faktor umur. 2.3. Kerusakan tanah pertanian dan faktor penyebabnya 2.3.1.kerusakan tubuh tanah Sebagai suatu system dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan perubahan, yaitu perubahan segi fisik, kimia, ataupun biologi tanahnya.Perubahan perubahan ini terutama karena pengaruh berbagai unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan manusia. Kerusakan tubuh tanah yang diakibatkan berlangsungnya perubahan perubahan yang berlebihan misalnya keusakan dengan lenyapnya lapisan olah tanah, peristiwa ini dikenal dengan erosi. Kata erosi berasal dari kata erodere ( Latin) yang berarti penggundulan atau pelenyapan. Erosi berlangsung secara alamiah( normal atau geological erosion) yang kemudian berlangsungnya itu dipercepat oleh beberapa tindakan atau perlakuan manusia terhadap tanah dan tanaman yang tumbuh diatasnya (accelerated erosion).Pada erosi alamiah tidak menimbulkan malapetaka bagi kehidupan manusia atau keseimbangan lingkungan, karena dalam peristiwa ini banyaknya tanah yang terangkut seimbang dengan pembentukan tanah, sedangkan pada erosi yang dipercepat, sudah dapat dipastikan banyak menimbulkan kerugian kepada manusia seperti : bencana banjir,, kekeringan, turunnya produktivitas tanah, dll.Pada peristiwa erosi yang dipercepat volume penghanyutan tanah adalah lebih besar dibandingkan dengan pembentukan tanah, sehingga penipisan lapisan tanah akan berlangsung terus yang pada akhirnya dapat melenyapkan atau terangkut habisnya lapisan tersebut. Menurut Brady (1974), tanah yang berlereng atau yang bersifat kurang dapat meneruskan air, air hujan yang banyak turun, akan lebih banyak hilang berupa air pengairan atau runn off atau aliran permukaan, yang akibatnya menimbulkan 2 kerugian, yang pertama : tanaman akan menderita kekurangan air yang seharusnya meresap ke dalam tanah. Yang kedua : air pengairan, disamping mengalir dengan cepat , juga mengangkut bahan bahan tanah atas ( lapisan olah) yang umumnya subur. Curah hujan yang tinggi dengan tingkat keadaan tanah yang kurang kuat

ikatannya, selain meningkatkan aliran permukaan dan meningkatkan pula terangkutnya partikel partikel tanah. Penggunaan tanah oleh manusia secara sembarangan dapat memperbesar jumlah tanah yang tererosi, menghilangkan lapisan olah tanah dalam beberapa tahun saja (sedangkan kecepatan dalam pembentukan tanah sekitar 25 mm dalam 30 tahun atau kira kira 12,5 ton per hektar per tahun), jadi perusakan berlangsung sangat cepat. Menurut Brady, didaerah humida kehilangan lapisan tanah karena air yang mengalir dapat mencapai jumlah yang besar, yang hilang pertama tama ialah bagian terhalus tanah atas ( permukaan) yang justru bagian paling subur.

2.3. Usaha mengatasi kerusakan tanah. Kerusakan pada tanah kenyatannya tidak selalu dikarenakan terjadinya erosi, tetapi lebih diperparah oleh ulah aktivitas dari manusia dalam memanfaatkan tanah yang terus menerus tanpa memperhatikan pemeliharaanya, pengolahan tanah yang keliru, pengelolaan tanah dan tanaman yang kurang baik, yang menjadikan produktivitas tanah menurun, maka perlu dilakukan pengawetan tanah dan air. Berdasarkan uraian diatas, maka pengawetan tanah dapat lebih ditegaskan yaitu sebagai usaha manusia yang tidak saja terbatas pada usaha pengendalian erosi, melainkan juga akan mencakup segala usaha/kegiatan untuk melakukan koreksi (pemeliharaan, perbaikan) tanah tanah yang mengalami kekurangan kandungan unsure hara,yang mengalami penurunan daya produksinya, dengan maksud agar segalanya dapat dipulihkan kembali atau memperoleh peningkatan. Pada prinsipnya usaha pengawetan tanah yaitu mengatur hubungan antara intensitas hujan, kapasitas infiltrasi tanah dan aliran permukaan tanah (run off), dengan melakukan pendekatan pendekatan sebagai berikut : a. Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resistan/ tahan terhadap penghancuran agregat tanah dan pengangkutannya serta dapat meningkatkan daya serap air di permukaan tanah. b. Menutup permukaan tanah, terutama dengan tanaman tanaman yang rapat tumbuhnya yang bermanfaat bagi manusia, atau dengan tanaman lainnya, serasah tanaman, agar permukaan tanah terlindung dari daya tumbuk/daya rusak butir butir hujan; c. Mengatur aliran permukaan agar air tanah dapat terpenuhi dan daya alirannya tidak sampai merusak/mengikis bagian bagian tanah yang dilaluinya.

Berdasarkan prinsip dan usaha usaha pendekatan diatas, pelaksanaan pengawetan dapat didukung dengan metode metode :

1. Metode vegetatife. Usaha pengawetan tanah (dan air) dengan metode ini yaitu dengan mengendalikan atau memanfaatkan peranan (fungsi) tanaman, karena tanaman : y dapat melindungi tanah terhadap daya tumbuk/rusak butir butir hujan yang menimpa permukaan tanah; y dapat melindungi tanah terhadap daya kikis/rusak aliran permukaan tanah; y dapat memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah; y dapat memperbaiki porositas, stabilisasi agregat serta sifat kimia tanah melalui usaha peningkatan aktivitas biota tanah; y dapat meningkatkan daya hisap tanah akan air yaitu karena banyaknya air yang diuapkan ke udara melalui proses evapotranspirasi. Dengan demikian pula run off sedikit banyak dapat dikurangi. Metode vegetatife meliputi tindakan tindakan seperti reboisasi dan penghijauan, penanaman dan tanaman penutup tanah (cover cropp), penanaman secara kontur (contour farming), penanaman dalam strip (strip cropping), pergiliran tanaman (crop rotation) dan penggunaan serasah tanaman (mulching).

2. Metode mekanik Metode ini berfungsi : y Mengurangi kecepatan aliran permukaan, sehingga air yang mengalir tidak menyebabkan erosi. y Memperluas kesempatan bagi aliran permukaan untuk meresap lebih banyak ke dalam tanah. Metode mekanik meliputi tindakan tindakan : pengolahan tanah secara minimal, pembuatan saluran pelimpas banjir (stormwater drain), pembuatan teras berlereng (graded terrace), pembuatan saluran pembuangan berumput ( grass waterway),

pembuatan galengan berpenghubung ( tied ridging) dan lain lain tindakan yang menurut pertimbangan akan menguntungkan usaha pengawetan.

3. Metode kimiawi Metode ini meliputi tindakan penggunaan bahan bahan kimia atau usaha menambahkan bahan kimia ke dalam tanah untuk memperbaiki sifat tanah, terutama kemantapan struktur tanah, sehingga tanah menjadi lebih resistan. Penggunaan soil conditioner Rohagit $ 7366 ( di Jerman Barat) yaitu senyawa garam kalsium natrium suatu kopolymer dari methacrylacid dan methacrylacidmethylester, telah menunjukkan hasil positif terhadap perbaikan struktur tanah. Jika kita perhatikan metode metode diatas dan kemudian menghubungkannya dengan anjuran anjuran CH.COSTER (1940) dalam Landvernieling en Bodemjuran bescherming in Nederlandsch Indie harusnya sudah sejak dahulu metode metode itu disuluhkan kepada para petani kita sehingga terdapat kesadaran untuk memperbaiki tanah tanah yang kritis melalui anjuran anjuran yang praktis yang dikemukakan oleh Coster, sehingga faktor antropogen (manusia) tidak lagi melakukan tindakan atau perlakukan perlakuan yang keliru yang lebih memperhebat kekritisan tanah. Anjuran anjuran Coster tersebut antara lain berbunyi demikian : a. Tanah tanah yang tidak cocok untuk pertanian seperti : lereng gunung yang curam, lapisan tanah subr yang kedalamannya sangat tipis dan diatas padas atau batu, tanah kapur yang mudah longsor, perlu dihutankan; b. Tanah tanah kering yang memiliki kemiringan perlu disengked ( diteras), lakukan pengolahan tanah secara minimal, diatur secara berkotak kotak bagaikan kotakan sawah untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi; c. Tanah tanah didaerah yang banyak curah hujannya, juga yang ada dalam kemiringan, tindakan penyengkedan (terrasering) belum mencukupi tetapi perlu dibantu dengan dibuatkannya saluran pelepas air yang memanjang lereng,

terjunan airnya perlu diperkuat dengan bambu, batu dan rumput rumputan berakar kuat. d. Tanah tanah perkebunan yang digunakan untuk menanam tanaman keras perlu dibuatkan serokan buntu/lubang penampung air diantara pohon pohonnya, untuk menampung air hujan dan partikel partikel tanah yang terangkut air hujan,apabila telah penuh segera dibuatkan yang baru. Serokan buntu tersebut selin

berfungsi sebagai penghambat atau penahan erosi, juga apa bila terpenuhi dengan daun daunan dan tanah akan menjadi sangat subur. e. Pada tanah tanah perkebunan yang dipergunakan penanaman tanaman keras, teh, kopi, karet, kelapa, buah buahan, dll, cara penyiangan bersih ( clean weeding) agar dihindari, jangan sampai tanah tanah tersebut dibiarkan terbuka. f. Pada tanah tanah perkebunan seperti diatas, lakukan tindakan penanaman tanaman penutup tanah diantara pohon pohonannya, terutama dengan tanaman tanaman pupuk hijau atau rumput rumputan yang tidak berbahaya bagi tanaman pokok. g. Pada tanah tanah yang mempunyai kimiringan yang petaninya kurang mampu membuatkan sengkedan sengkedan, dianjurkan menanam tanaman pupuk hijau secara berlarik memotong lereng, dengan jarak diantara larikan 2 sampai 4 meter, tergantung tingkat kemiringan tanah itu. Tanaman orok orok baik pula ditanam. Serasah atau sisa sisa tanaman dan rumput rumputan gunakan sebagai mulsa diantara tanaman tanaman pupuk hijau itu, agar lumpur dapat tertahan lama, cara inipun baik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Anjuran anjuran Coster jelas menerapkan metode metode pengawetan tanah, terutama metode vegetative dan mekanik.

BAB. III

PENUTUP 3.1.

Kesimpulan

Tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi dan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan bahan yang ada di bawahnya sebagai hasil kerja interaksi antara iklim, kegiatan oganisme, bahan induk dan relief selama waktu tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada lima faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief (topografi) dan waktu. Iklim, organisme dan waktu adalah faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk dan relief merupakan penyedia bahan dan tempat dalam proses pembentukan tanah.

Sebagai suatu sistem dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan perubahan baik dari segi fisik, kimia,maupun biologi tanahnya. Perubahan perubahan ini terutama karena pengaruh berbagai unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan manusia, yang menjadikan produktivitas tanah menurun, oleh karena itu maka perlu dilakukan pengawetan tanah.Pelaksanaan pengawetan tanah didukung dilakukan dengan beberapa metode seperti metode vegetative, mekanik, kimiawi, dan juga pelaksanaan anjuran anjuran C.H.COSTER (1940) dalam Landvernieling en Bodembescherming in Nederlandsch Indie.

3.2. Saran - Mengingat tanah adalah sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan manusia, maka perlu Perlu kita mempelajari bagaimana cara mengelolah yang sesuai dengan kaidah konservasinya agar tidak terjadi kerusakannya. -Diharapkan kesadaran dari masyarakat umumnya untuk memahami metode metode serta pendekatan pendekatan lainnya dalam usaha memelihara produktivitas tanah, agar tidak hanya bisa menunjang hidup saat ini, tapi juga pada masa yang akan datang bagi anak cucu kita.

Referensi

Sarwono Hardjowigeno, 2003. Ilmu Tanah (Edisi Revisi). Jakarta : Akademika Pressindo. Salim, Hidayat dan Mariam, Siti. 2007. Modul Pengelolaan Tanah dan Air. Fakultas Pertanian-Unpad. Mul Mulyani Sutedjo dan A.G. Kartasapoetra.1991.Pengantar Ilmu Tanah, Rineka Cipta Zoer aini Djamal Irwan, 1996, Prinsip Prinsip Ekologi, Jakarta, Bumi Aksara. Otto Soemarwoto, 1997,Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Bandung, Djambatan.