analisis financial distress dan pengaruhnya …

107
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR BAHAN DASAR DAN KIMIA Oleh Nuryanti Oktaviani NIM: 014201405035 Skripsi ini dipersembahkan untuk Fakultas Bisnis President University sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Jurusan Manajemen Februari 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN

PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM

DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR BAHAN DASAR DAN KIMIA

Oleh

Nuryanti Oktaviani

NIM: 014201405035

Skripsi ini dipersembahkan untuk

Fakultas Bisnis President University sebagai

salah satu persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana pada Jurusan Manajemen

Februari 2018

Page 2: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

ii

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Dewan Penguji menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA TERHADAP

HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR

INDUSTRI BAHAN DASAR DAN KIMIA” yang diajukan oleh

Nuryanti Oktaviani jurusan Manajemen dari Fakultas Bisnis telah

dinilai dan disetujui untuk lulus sidang pada tanggal 26 Februari 2018.

Ir. Erny E. Hutabarat, MBA

Ketua Dewan Penguji

Liswandi, S.Pd., M.M., Ph.D

Penguji II

Purwanto, ST., MM

Penguji III

Page 3: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN

PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM

DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR INDUSTRI BAHAN DASAR DAN KIMIA

Yang disusun untuk melengkapi sebagai syarat menjadi Sarjana pada

Program Studi S1 Manajemen, President University Cikarang, Bekasi.

Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan, duplikasi, ataupun

plagiat dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai

untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dilingkungan President

University dan di Perguruan Tinggi lainnya kecuali, pada bagian yang

sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Cikarang, Indonesia, 26 Februari 2018

Nuryanti Oktaviani

014201405035

Page 4: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

iv

Abstrak

Financial distress didefinisikan sebagai suatu keadaan pada perusahaan yang

sedang mengalami kesulitan dalam keuangannya. Z-score merupakan salah satu

model analisis keuangan yang berguna untuk memprediksi kebangkrutan

perusahaan dengan tingkat akurasi yang dapat dipercaya. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui kemungkinan perusahaan yang mengalami financial

distress dan pengaruhnya terhadap harga saham dengan jumlah sampel sebanyak

12 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2012-

2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan purposive sampling,

sementara Z-score digunakan sebagai indikator financial distress dan uji lainnya

dengan teknik analisis regresi linier sederhana dan berganda. Data penelitian yang

dikumpulkan adalah data sekunder dengan sumber data diperoleh dalam bentuk

dokumentasi atau publikasi berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa 2 perusahaan berpotensi bangkrut dan sisanya

berada dalam kondisi sehat. Berdasarkan analisis tersebut, nilai Z-score

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial

menunjukkan rasio Working Capital to Total Assets dan Sales to Total Assets

memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, rasio Earning Before Interest

and Taxes to Total Assets dan Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities berpengaruh positif terhadap harga saham dan rasio Retained Earning

to Total Assets tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Kata Kunci : Financial Distress, Altman Z-score, Harga Saham

Page 5: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

v

Abstract

Financial distress is defined as a situation in which companies are experiencing

financial difficulties. Z-score is one of the most useful financial analysis models to

predict corporate bankruptcy with a reliable level of accuracy. The aim of this

research is to know the possibility of companies experiencing financial distress

and effect on stock prices with 12 companies listed in IDX period 2012-2016 as a

sample. This research uses quantitative and purposive sampling approach, while

Z-score is used as a financial distress indicator and other test with simple and

multiple linier regression analysis technique. The research data collected is

secondary data with the source data obtained in the form of documentation or

publication by annual financial statement of the company. Z-score calculation

results showed that there were 2 potentially bankrupt companies and other

companies are healthy. Based on the analysis, the value of Z-score has significant

effect on stock price, while partially showed the ratio of Working Capital to Total

Assets and Sales to Total Assets has negative effect on stock price, ratio Earning

Before Interest and Taxes to Total Assets and Market Value of Equity to Book

Value of Total Liabilities has a positive effect on stock prices, and ratio of

Retained Earning to Total Assets has no effect on stock prices.

Keywords : Financial Distress, Altman Z-score, Stock Price

Page 6: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

vi

KATA PENGANTAR

Kata pertama yang harus saya ucapkan adalah Alhamdulillah..., sebagai bentuk

rasa syukur saya kepada Allah SWT yang telah memberi saya kesempatan dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Financial Distress dan

Pengaruhnya Terhadap Harga Saham di Perusahaan Manufaktur Sektor Bahan

Dasar dan Kimia” sebagai persyaratan untuk gelar sarjana manajemen.

Saya ingin mengucapkan terima kasih khusus kepada orang-orang yang pantas

mendapat perhatian khusus yang selalu mendukung saya sejak awal hingga akhir

proses penyelesaian skripsi ini.

1. Mrs. Genoveva sebagai Ketua Program Studi Manajemen Presiden

University. Saya sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada Mrs.

Genoveva untuk dukungan, motivasi, dorongan dan penasehat terbaik

yang bisa saya dapatkan dari awa sampai akhir menyelesaikan skripsi

saya.

2. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepda pembimbing saya, Mr.

Purwanto atas dukungan, kesabaran, motivasi, nasihat, dorongan

semangat, pengetahuan, dan bimbingannya yang telah membantu saya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya. Untuk

ayah saya Alm. H. M. Munir dan ibu saya Hj. Nurhasanah, untuk kakak

saya Saepul Bahri dan Mulyadi terima kasih banyak atas dukungan dan

doa yang tidak pernah putus untuk kelancaran dan kesehatan saya selama

proses pengerjaan hingga saya berhasil menyelesaikan skripsi ini.

4. Terima kasih kepada teman-teman terbaik saya di President University,

Riska, Mustika, Meilisa, Regina, Deka, Riza dan Lia yang selalu memberi

saya kegembiraan dan memberikan motivasi untuk selalu bersemangat

dalam melakukan penelitian ini.

5. Terima kasih untuk penyemangat saya, David, Bayu, dan Michael atas

semangat yang selalu diberikan agar saya tidak malas untuk mengerjakan

skripsi dan kesabarannya dalam mendengarkan keluh kesah saya dengan

Page 7: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

vii

memberikan canda tawa terutama dalam beberapa bulan yang penuh

tekanan ini.

6. Terakhir namun tidak kalah pentingnya, terima kasih untuk semua pihak

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya

selama ini dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah membalas

membalas kebaikan kalian semua.

Semoga skripsi ini bisa memberi manfaat bagi peneliti, investor, perusahaan dan

pembaca. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian yang telah

diberikan.

Cikarang, Bekasi

Penulis,

Nuryanti Oktaviani

Page 8: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

viii

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI .................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ............................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 7

1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 10

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11

1.6 Definisi Istilah Penelitian .......................................................................... 11

1.7 Lingkup dan Batasan Masalah .................................................................. 12

1.8 Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 14

2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 14

2.1.1 Laporan Keuangan ........................................................................ 14

2.1.2 Rasio Keuangan ............................................................................ 15

2.1.3 Financial Distress ......................................................................... 16

2.1.4 Altman Z-score ............................................................................. 19

2.1.5 Harga Saham ................................................................................. 22

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 24

2.3 Gap Penelitian ........................................................................................... 27

2.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 28

Page 9: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

ix

2.5 Perumusan Hipotesis ................................................................................. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 30

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 30

3.2 Kerangka Penelitian ................................................................................... 31

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31

3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................. 32

3.4.1 Populasi .......................................................................................... 32

3.4.2 Sampel ............................................................................................ 32

3.5 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 33

3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 34

3.7 Definisi Operasional Variabel ................................................................... 35

3.8 Metode Analisis Data ................................................................................. 37

3.8.1 Prediksi Financial Distress ............................................................ 37

3.8.2 Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 37

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 38

3.8.4 Analisis Linier Regresi Sederhana ................................................ 40

3.8.5 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................. 41

3.8.6 Uji Hipotesis ................................................................................. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 45

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 45

4.2 Analisis Data ............................................................................................. 51

4.2.1 Prediksi Financial Distress ........................................................... 51

4.2.2 Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 53

4.3 Uji Regresi Linier Sederhana .................................................................... 55

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 55

4.3.2 Uji Hipotesis ................................................................................ 59

4.4 Uji Regresi Linier Berganda ..................................................................... 60

4.4.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 60

4.4.2 Uji Hipotesis ................................................................................ 65

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................................... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 74

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 74

Page 10: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

x

5.2 Saran .......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78

LAMPIRAN ......................................................................................................... 83

Page 11: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

xi

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 24

Table 3.1 Daftar Perusahaan Sampel ............................................................ 33

Table 3.2 Definisi Operasional .................................................................... 35

Table 3.3 Altman Z-score ............................................................................. 37

Table 3.4 Keputusan Durbin-Watson ........................................................... 40

Table 4.1 Prediksi Financial Distress .......................................................... 51

Table 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 53

Table 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................. 57

Table 4.4 Hasil Uji Multikoliniearitas ......................................................... 57

Table 4.5 Analisis Linier Regresi Sederhana ................................................ 58

Table 4.6 Koefisien Determinasi .................................................................. 59

Table 4.7 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................. 62

Table 4.8 Hasil Uji Multikoliniearitas .......................................................... 63

Table 4.9 Analisis Linier Regresi Sederhana ................................................ 63

Table 4.10 Hasil Uji Simultan (F-test) ........................................................... 67

Table 4.11 Koefisien Determinasi .................................................................. 67

Page 12: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Harga Saham .......................................... 4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 28

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ................................................................. 31

Gambar 4.1 Grafik P-P Plot Hasil Uji Normalitas ....................................... 56

Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................ 56

Gambar 4.3 Grafik P-P Plot Hasil Uji Normalitas ....................................... 61

Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................ 61

Page 13: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2012........................... 83

Lampiran 2 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2013........................... 84

Lampiran 3 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2014........................... 85

Lampiran 4 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2015........................... 86

Lampiran 5 Raw Data Rasio Altman Z-score Tahun 2016........................... 87

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Altman Z-Score ....................... 88

Lampiran 7 Hasil Perhitungan Koefisien Altman Z-score ........................... 90

Lampiran 8 Harga Saham Sektor Bahan Dasar dan Kimia ........................... 91

Lampiran 9 Hasil SPSS Regresi Linier Sederhana ....................................... 92

Lampiran 10 Hasil SPSS Regresi Linier Berganda......................................... 93

Page 14: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan adalah suatu organisasi penting yang menjadi salah satu faktor

meningkatnya pertumbuhan ekonomi global dimana sumber daya, seperti bahan

baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa bagi para

konsumen (Prishardoyo, 2012). Tujuan dari perusahaan ialah mendapatkan laba

atau keuntungan demi mencapai tujuan yang telah direncanakan. Laba adalah

selisih antara jumlah yang diterima dari konsumen atas barang atau jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli

sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan

konsumen serta mempertahankan keberlangsungan perusahaan (Harrison, 2012).

Selain untuk mencapai tujuan dan memperoleh laba, perusahaan juga harus

memperhatikan keberlangsungan hidup perusahaan ditengah kondisi ekonomi

global yang masih fluktuatif. Menurut Andriawa & Salean (2016), perusahaan

biasanya menarik para investor dalam menjalankan usahanya untuk membeli

saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) jika tetap menginginkan perusahaan tersebut

bertahan di pasar lokal maupun internasional. Analisis laporan keuangan menjadi

faktor penting bagi para investor sebelum melakukan investasi untuk menilai

apakah perusahaan tersebut layak atau tidak untuk dijadikan lahan investasi.

Sektor industri mempunyai peran yang cukup penting dalam meningkatkan

pertumbuhan perekonomian nasional disamping sektor perdagangan dan investasi.

Industri manufaktur merupakan industri yang mengolah bahan mentah menjadi

bahan jadi maupun setengah jadi yang memiliki nilai tambah sehingga dapat

digunakan oleh para konsumen dan masyarakat umum (Hamid, 2012).

Industri bahan dasar dan kimia memiliki peranan penting dalam menyerap tenaga

kerja dan meningkatkan perekonomian negara. Selain itu, sektor industri bahan

dasar dan kimia sangat penting untuk diperhatikan karena produk yang dihasilkan

Page 15: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

2

dari sektor ini adalah produk yang akan digunakan lagi untuk melakukan produksi

sehingga produk-produk dari sektor industri bahan dasar dan kimia dapat

mempengaruhi produktifitas masyarakat dan dapat menggambarkan seberapa

besar peran masyarakat dalam melakukan produksi. Hampir semua produk dari

perusahaan bahan dasar dan kimia mewakili unsur yang digunakan dalam

kehidupan manusia seringkali digunakan sebagai tolak ukur kemajuan dan

kesejahteraan suatu negara. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dengan

ketersediaan sumber daya alam yang melimpah untuk memperluas pasar dalam

negri dan ekspor, serta mengupayakan peningkatan investasi baru (Kementerian

Perindustrian, 2016).

Saat ini, infrastruktur menjadi fokus pemerintahan Jokowi-JK karena merupakan

salah satu tolok ukur peningkatan daya saing Indonesia. Menurut laporan Global

Competitiveness Index 2017-2018 yang dirilis World Economic Forum pada

September 2017, daya saing Indonesia meningkat dari peringkat ke-41 pada 2016

menjadi ke-36 pada tahun 2017. Hal ini tercermin melalui jumlah anggaran

pembangunan infrastruktur pada anggaran pendapatan dan belanja negara

(APBN). Dari tahun ke tahun, anggaran infrastruktur terus meningkat, mulai Ro

154,7 triliun pada 2014 menjadi Rp 269,1 triliun pada 2016 dan mencapai Rp 401

Triliun pada APBN-P 2017. Hasil studi Dana Moneter International (2014)

menunjukkan kenaikan investasi infrastruktur publik akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, baik jangka pendek maupun menengah.

Dari Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) terbaru sampai November 2017

penjualan domestik semen mengalami peningkatan yang signifikan. Diharapkan

kondisi permintaan yang naik ini dalam beberapa tahun mendatang dapat

mengatasi kondisi kelebihan suplai (over supply) semen saat ini. Penjualan semen

nasional masih dibantu oleh permintaan proyek infrastruktur pemerintah. Hal ini

menyebabkan konsumsi semen di akhir 2017 melonjak secara signifikan. Menurut

Widodo (2017), penjualan tersebut mutlak karena adanya pembangunan

infrastruktur yang sudah ditargetkan, di mana target proyek harus selesai di akhir

2017.

Page 16: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

3

Laporan ASI di bulan Januari-November 2017 tercatat permintaan semen

domestik mencapai 60,55 juta ton, atau naik 7,8% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Berdasarkan data ASI hampir semua wilayah Indonesia

mengalami pertumbuhan permintaan, kecuali Kalimantan dan Sulawesi. Sampai

November 2017 penjualan di Kalimantan turun 2,8% menjadi 3,74 juta ton,

sedangkan Sulawesi turun minimal 1,9% dari 4,95 juta ton di periode sama tahun

2016 menjadi 4,86 juta ton. Pertumbuhan permintaan paling tinggi masih berasal

dari Jawa, yakni 12,2%. Total volume penjualan semen di Jawa di bulan pertama

2017 adalah sebesar 34,27 juta ton. Di mana hampir separuhnya berasal dari

provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa tengah yang mempunyai porsi 24%

dari total volume penjualan semen di Jawa tumbuh paling tinggi 17,4% menjadi

8,23 juta ton.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, meskipun terus

mengalami penurunan setiap tahunnya, peranan sektor industri manufaktur dalam

Produk Domestik Bruto (PDB) masih tetap yang tertinggi, yaitu 20,5% pada tahun

2016. Sementara itu terdapat Top 4 sektor yang berkontribusi lebih dari 10%

terhadap PDB tahun 2016, yaitu sektor industri manufaktur sebesar 20,5%, sektor

konstruksi sebesar 10,4%, sektor perdagangan sebesar 13,2%, dan sektor

pertanian sebesar 13,5 %. Oleh karena itu, peningkatan kinerja kinerja perusahaan

di industri manufaktur akan mendorong pertumbuhan PDB industri manufaktur

mencapai target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Dampak positif dari

kenaikan PDB juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hamid (2012) menyatakan bahwa krisis tahun 2008 memberikan dampak buruk

pada kinerja saham perusahaan manufaktur di setiap pasar modal. Pasar modal

merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia

(Widoatmodjo, 2012). Kinerja pasar modal dapat dijadikan tolak ukur untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut Widoatmodjo (2012),

naik turunnya indeks saham merupakan cerminan dari dinamika ekonomi negara.

Nilai tukar rupiah Indonesia mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2013.

Penurunan mata uang rupiah terhadap mata uang asing negara Amerika Serikat

Page 17: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

4

mencapai 12.270 rupiah dengan kurs tengah. Melemahnya rupiah akan berdampak

buruk bagi sektor ekonomi dan manufaktur bila terus terjadi. Turunnya nilai

rupiah juga dapat memprediksi beberapa grup besar perusahaan akan bangkrut

karena memiliki utang luar negeri dalam bentuk dolar (Hapsari, 2012).

Harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus dipertimbangkan

oleh investor dalam membuat investasi karena harga saham menunjukkan prestasi

emiten, pergerakan harga saham sesuai dengan kinerja perusahaan terdaftar.

Perkembangan prospek sektor bahan dasar dan kimia yang terus meningkat harus

tetap diwaspadai karena prospek sektor bahan dasar dan kimia juga bisa terkena

sentimen negatif terutama akibat kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI

rate) yang terlalu cepat hingga sektor riil juga ikut terpukul (Kementerian

Perindustrian, 2016).

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Harga Saham

Industri Bahan Dasar dan Kimia Periode 2012-2016

Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2016

Page 18: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

5

Saat ini saham sektor manufaktur yang merupakan gabungan dari industri barang

konsumsi, industri bahan dasar dan kimia serta aneka industri, masih menjadi

pilihan menarik bagi investor untuk melakukan investasi. Menurut Lestari (2016),

Indonesia merupakan negara berkembang yang telah berkembang dalam beberapa

sektor industri, khususnya sektor industri bahan dasar dan kimia. Perusahaan-

perusahaan sektor industri bahan dasar dan kimia menjadi objek penelitian dengan

pertimbangan bahwa keberadaan sektor ini sangat diperlukan bagi individu

maupun perusahaan. Perkembangan kemajuan teknologi dan pikiran manusia saat

ini telah meningkatkan permintaan bahan dasar dan kimia untuk diolah menjadi

sedemikian rupa dan kemudian dapat digunakan sebagai bahan dasar. Jadi, dengan

adanya kasus ini dapat membuat para investor tertarik berinvestasi di sektor ini.

Berdasarkan gambar 1.1 terdapat 4 emiten dari industri bahan dasar dan kimia

dengan harga saham tertinggi di tahun 2012 yaitu INTP sebesar Rp 22.450,

SMBR sebesar Rp 15850, LION sebesar Rp 10.400, dan LMSH sebesar Rp.

10.500. Namun pada tahun 2013 INTP, SMGR, dan LMSH mengalami penurunan

masing-masing harga saham menjadi Rp 20.000, Rp 14.150, dan Rp 8.000.

Sedangkan LION mengalami kenaikan menjadi Rp 12.000. Pada tahun 2014,

harga saham INTP dan SMGR kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 25.000

dan Rp 16.200. Sedangkan untuk emiten LION dan LMSH keduanya mengalami

penurunan menjadi Rp 9.300 dan Rp 6.450. Di tahun 2015 dan 2016 keempat

emiten tersebut mengalami penurunan harga saham yang signifikan, terutama

pada emiten LMSH yang semula harga sahamnya Rp 10.500 turun hingga

mencapai Rp 590.

Fenomena yang terjadi pada harga saham industri bahan dasar dan kimia pada

tahun 2012-2016 adalah setengah dari sampel menurun, sementara separuh

lainnya mengalami kenaikan sederhana tidak signifikan, hal ini terjadi karena

tidak semua emiten memiliki kinerja yang sama baik dalam menopang industri

lpini. Oleh karena itu industri sektor bahan dasar dan kimia harus dapat menjaga

kesehatan keuangan atau likuiditasnya untuk mempertahankan minat investor

lpterhadap harga saham agar tidak mengalami penurunan. Investor memiliki

Page 19: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

6

kepentingan terhadap teknik analisis yang dapat memprediksi kebangkrutan untuk

menghindari penurunan harga saham yang mereka pegang sehingga investor

mengetahui seberapa besar tingkat kebangkrutan yang akan terjadi.

Financial distress adalah kondisi yang menggambarkan adanya permasalahan

dengan likuiditas perusahaan yang jika dibiarkan akan menimbulkan

permasalahan yang lebih besar yaitu perusahaan menjadi tidak mampu membayar

utang dan akhirnya mengalami kebangkrutan (Dwiyanto, 2012). Kondisi financial

distress harus segera diwaspadai dan diantisipasi untuk mencegah terjadinya

ancaman kebangkrutan. Oleh karena itu, informasi lebih awal kondisi financial

distress sangat penting pada perusahaan untuk memberikan kesempatan bagi

manajemen, pemilik, investor, regulator dan para stakeholder lainnya untuk

melakukan upaya-upaya yang sesuai dalam mengatasi kondisi tersebut. Selain itu,

ketika sebuah perusahaan dianggap berada pada kondisi financial distress dan

tidak mengambil tindakan yang diperlukan dalam meningkatkan performa atau

ketika situasi tidak ditangani dengan baik, perusahaan dapat mengalami

kebangkrutan atau dipaksa melikuidasi perusahaan dengan catatan kinerja yang

buruk. Financial distress membawa reputasi buruk bagi perusahaan karena

investor akan melihat perusahaan sebagai perusahaan yang tidak kompeten

(Hapsari, 2012).

Kesulitan ekonomi secara bertahap pada perusahaan-perusahaan yang memiliki

masalah keuangan misalnya jumlah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi

lebih besar dari tingkat pendapatan, masalah membayar utang dimasa lalu, dan

kesulitan mendapatkan pinjaman dari pihak lain akan menimbulkan risiko yang

tinggi bahkan kebangkrutan pada perusahaan. Hal ini berdampak langsung pada

rantai produksi distribusi suatu perusahaan akibat kondisi perekonomian

Indonesia yang masih fluktuatif (Hamid, 2012). Menurut Hapsari (2012), dalam

menghadapi perkembangan perekonomian global, perusahaan manufaktur yang

tidak mengupayakan memperkuat fundamental perusahaan dan memperbaiki

kinerja perusahaan perlahan akan mengalami kesulitan keuangan yang akhirnya

akan terjadi kebangkrutan (financial distress). Kondisi ini tentu saja membuat

Page 20: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

7

para investor dan kreditur khawatir untuk menanamkan dananya, sehingga

membuat beberapa investor mencoba untuk mencari alternatif investasi lain yang

lebih menguntungkan dan aman.

Dalam mengatasi kelemahan ini, banyak model atau teknik yang dapat digunakan

untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan. Menurut Kinanti (2015)

analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus yang diperoleh dari data

laporan keuangan perusahaan untuk menilai kondisi keuangan yaitu analisis Z-

score. Altman menemukan lima rasio untuk mengetahui potensi yang akan terjadi

pada perusahaan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan Altman

Z-score digunakan untuk memprediksi kemungkinan suatu bisnis atau usaha akan

bangkrut dalam beberapa tahun ke depan. Rumusnya didasarkan pada informasi

yang ada dalam laporan laba rugi dan neraca keuangan perusahaan (Yuniarti,

2014).

Dengan demikian, dapat dengan mudah diperoleh dari informasi yang telah

tersedia. Mengingat kemudahan informasi yang dibutuhkan dapat ditemukan, Z-

score adalah alat ukur yang berguna bagi orang luar yang memiliki akses ke

laporan keuangan perusahaan.

1.2 Identifikasi Masalah

Argumentasi mengenai rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk

mengindikasikan kondisi financial distress perusahaan di Indonesia dimasa

mendatang merupakan hal yang menarik untuk diteliti kembali. Aplikasi analisis

rasio telah banyak digunakan para analis pasar modal untuk menilai kinerja

perusahaan go public akan tetapi tetap memiliki keterbatasan yaitu dari sekian

banyak rasio keuangan belum dapat dipastikan rasio-rasio keuangan mana saja

yang dominan mempengaruhi financial distress. Penelitian ini menggunakan rasio

dari model Altman Z-score untuk menganalisis terjadinya financial distress,

dimana model ini memiliki 5 rasio yaitu Working Capital to Total Assets,

Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total

Page 21: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

8

Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to

Total Asset.

Sebagai gambaran pentingnya rasio Working Capital to Total Assets perusahaan

tercermin dari kejadian keputusan BEI menghentikan perdagangan saham PT.

Daya Sakti Unggul Corporindo Tbk. Krisis tahun 2008 memaksa perusahaan ini

menghentikan produksi dan memecat seluruh karyawannya. Menurut Putri (2013),

perusahaan ini digugat oleh krediturnya yaitu CV Ardi Sejahtera Abadi karena

dianggap menghindari pembayaran hutang. Di dalam kontraknya dengan CV Ardi

Sejahtera Abadi, perusahaan tersebut memiliki hutang jangka pendek yang

jumlahnya mencapai Rp. 681,81 juta tahun 2009. Permasalahan persediaan bahan

baku yang tidak dapat memenuhi kapasitas produksi akibat harganya yang

semakin tinggi membuat profitabilitas serta likuiditas PT. Daya Sakti Unggul

Corporindo Tbk mengalami penurunan. Dengan adanya kejadian tersebut dapat

dikatakan bahwa perusahaan memiliki rasio Working Capital to Total Assets yang

kurang baik karena terkait dengan masalah persediaan yang akhirnya

mengakibatkan profitabilitas perusahaan menurun. Selain itu, PT. Daya Sakti

tidak dapat membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar

perusahaan yang terkait dengan menurunnya likuiditas perusahaan.

Perusahaan yang membagikan dividen tentunya perusahaan yang mengalami

keuntungan. Namun kenyataannya ada beberapa perusahaan yang tidak

membagikan dividen walaupun perusahaan dalam keadaan menguntungkan yang

terjadi pada industri bahan dasar dan kimia yaitu PT Krakatau steel Tbk, PT

Chandra Asri Petrochemical Tbk, dan PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk tidak

melakukan pembagian dividen setiap tahunnya. Oleh karena itu, perusahaan yang

tidak membagikan dividen akan mengurangi sumber dana internalnya dan bagian

laba bersih yang tidak dibayarkan sebagai dividen, disimpan sebagai laba ditahan

(Retained Earning), sehingga perusahaan yang memiliki rasio Retained Earning

to Total Assets rendah tidak akan mampu bertahan bertahan dalam kondisi

keuangan yang buruk (Ardian & Khoiruddin, 2014).

Page 22: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

9

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang

mempekerjakan banyak pekerja-pekerja asing untuk level ahli atau manajerial,

pekerja asing tentu akan dikontrak dengan gaji berdasarkan dolar. Sehingga

kenaikan dolar terhadap rupiah berdampak pada peningkatan biaya atau beban

gaji maupun tunjangan karyawan dan manajemen. Pada tahun 2015, EBIT pada

perusahaan ini cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan

beberapa kuartal EBIT hampir mencapai nilai 0. Kondisi ini menggambarkan

bahwa perusahaan tidak dapat mengelola asetnya dengan baik untuk

menghasilkan pendapatan sehingga rasio Earning Before Interest and Taxes to

Total Assets cenderung rendah. Hal ini juga dikarenakan adanya peningkatan

biaya administrasi atau umum pada tahun tersebut yang mempengaruhi stabilitas

keuangan operasi perusahaan dalam jangka panjang (Bahana, 2016).

Menurut Noe (2016), rendahnya pertumbuhan industri kimia disebabkan

lemahnya perekonomian serta keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan. Secara volume, penjualan obat memang mengalami

pertumbuhan yang tajam. Namun, nilai omset yang diterima produsen obat

menurun karena terjadi persaingan harga untuk menjadi rekanan penyedia obat

BPJS. Kinerja industri ini nyaris stagnan dengan nilai pasar nasional maupun

pasar ekspor sebesar Rp 66 triliun tahun 2016. Hal ini menggambarkan bahwa

pentingnya rasio Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities untuk

menunjukkan kelemahan keuangan perusahaan akan lebih mudah dikenali oleh

pasar dan tercermin dalam harga saham.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (2014), kinerja industri pulp and

paper terancam bangkrut setelah beberapa produsen mengurangi produksinya

yang disebabkan oleh sulitnya pasokan bahan baku dari hutan tanaman industri

(HTI). Bahkan hingga akhir tahun 2014 tingkat pemanfaatan produksi (utilisasi)

turun jauh dibawah 70%. Tentu saja hal ini membuat beban pokok penjualan

perusahaan tersebut meningkat yang berujung pada penurunan laba bersih,

sehingga membuat rasio Sales to Total Assets yang dihasilkan oleh industri pulp

and paper tidak baik.

Page 23: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

10

Berdasarkan latar belakang di atas hal ini menjadi penting bagi peneliti untuk

bnmelakukan penelitian terkait prediksi kondisi financial distress perusahaan

bmmanufaktur sektor industri bahan dasar dan kimia yang diduga mempengaruhi

harga saham.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah kondisi keuangan dari industri bahan dasar dan kimia setelah

dianalisis dengan menggunakan metode Altman Z-score termasuk dalam

kategori sehat, rawan, ataukah bangkrut ?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara parsial :

a. Nilai Z-score terhadap harga saham ?

b. Working Capital to Total Assets terhadap harga saham ?

c. Retained Earning to Total Assets terhadap harga saham ?

d. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham ?

e. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities terhadap harga

saham ?

f. Sales to Total Assets terhadap harga saham ?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara simultan Working Capital to

Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and

Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya dii atas tujuan penelitian dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi keuangan dari industri bahan dasar dan kimia

setelah dianalisis dengan menggunakan metode Altman Z-score termasuk

dalam kategori sehat, rawan, ataukah bangkrut.

Page 24: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

11

2. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan secara parsial :

a. Nilai Z-score terhadap harga saham.

b. Working Capital to Total Assets terhadap harga saham.

c. Retained Earning to Total Assets terhadap harga saham.

d. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham.

e. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities terhadap harga

saham.

f. Sales to Total Assets terhadap harga saham.

3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan secara simultan Working Capital

to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest

and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kelompok berikut dalam

pengambilan keputusan :

a. Industri bahan dasar dan kimia

Penelitian ini dapat digunakan pada industri bahan dasar dan kimia untuk

meningkatkan kinerja mereka termasuk dalam laporan keuangan,

sehingga perusahaan dapat menarik lebih banyak investor.

b. Investor

Investor dapat menggunakan studi ini untuk menganalisis dan

memperkirakan kembali saham melalui menganalisis laporan keuangan.

Selain itu, penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai acuan dalam

keputusan pembelian di pasar saham.

c. Peneliti

Studi ini akan membantu peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang

lebih baik dalam penerapan keuangan, khususnya dalam bidang investasi.

Selain itu, studi ini digunakan sebagai pemenuhan akhir persyaratan untuk

lulus dari President University.

Page 25: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

12

d. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi masa depan peneliti

untuk menganalisis financial distress serta pengaruh harga saham

perusahaan.

1.6 Definisi Istilah Penelitian

1. Financial Distress: situasi ketika sebuah perusahaan tidak dapat

menghadapi kesulitan untuk melunasi kewajiban finansialnya kepada

kreditur (Schmuck, 2013).

2. Harga Saham: harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia

berdasarkan penawaran dan permintaan di pasar (Houston, 2010).

3. Bursa Efek Indonesia: bursa yang terletak di Indonesia dimana investor

dapat membeli dan menjual saham untuk investasi .

4. Pasar Modal: pasar untuk membeli dan menjual surat utang (obligasi),

ekuitas (saham), reksadana, dan instrumen lainnya (Tandelilin, 2010).

5. Working Capital to Total Assets: rasio untuk mengukur aktiva lancar

bersih perusahaan relatif terhadap total aktiva yang dimiliki (Altman,

1968).

6. Retained Earnings to Total Assets: rasio ini mengukur tingkat leverage

sebuah perusahaan (Altman, 1968).

7. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets: rasio ini mengukur

produktivitas aktiva perusahaan, tanpa pengaruh dari tingkat pajak ataupun

tingkat bunga (Altman, 1968).

8. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities: rasio ini

mengukur seberapa jauh nilai pasar ekuitas perusahaan akan menurun

sebelum kewajiban melebihi aktiva (Altman, 1968).

9. Sales to Total Assets: rasio perputaran modal atau rasio standar bagaimana

perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki

perusahaan (Altman, 1968).

Page 26: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

13

1.7 Lingkup dan Batasan Masalah

Pembatasan masalah ini dilakukan dengan tujuan agar pembahasan dapat

dilakukan dengan lebih terarah dan tidak terjadi pembahasan yang melebar.

Batasan masalah penelitian ini adalah :

1. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur

sektor bahan dasar dan kimia yang masih terdaftar dan aktif di BEI pada tahun

2012 - 2016.

2. Analisis kebangkrutan ini berkisaran pada prediksi kondisi perusahaan dan

pengaruh rasio-rasio keuangan Altman perusahaan manufaktur sektor bahan

dasar dan kimia dengan menggunakan model Altman Z-score.

I.8 Sistematika Penulisan

Penulisan sistematika dalam penelitian ini akan disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah mengenai financial distress dan pengaruhnya

terhadap harga saham. Dengan latar belakang tersebut dapat dilakukan identifikasi

masalah. Selanjutnya dibahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi istilah penelitian, lingkup dan batasan masalah, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang sesuai terkait penelitian untuk digunakan sebagai landasan

dalam penelitian ini. Didalamnya terdapat penelitian-penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Dibahas pula

rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional masing-masing

variabel, serta bagaimana analisis data yang diperoleh dari penelitian ini.

Page 27: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang gambaran umum perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel

penelitian, deskripsi objek penelitian berdasarkan hasil statistik disertai dengan

pembahasannya, hasil uji asumsi klasik, hasil analisis regresi, hasil pengujian

hipotesis, dan interpretasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB V PENUTUP

Menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian,

serta implikasi dan saran atas penelitian yang sudah dilakukan agar dapat

disempurnakan dengan penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 28: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

Menurut Houston (2010), laporan keuangan adalah kumpulan laporan tentang

hasil keuangan, kondisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Adapun tujuan dari

kumpulan laporan tersebut sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui kemampuan bisnis dalam menghasilkan uang tunai dan

sumber serta penggunaan uang tersebut.

b) Untuk mengetahui apakah bisnis tersebut memiliki kemampuan untuk

membayar kembali utangnya.

c) Untuk menganalisa hasil keuangan dalam menemukan masalah profitabilitas

yang meningkat.

d) Untuk mendapatkan rasio keuangan dari pernyataan yang dapat menunjukkan

kondisi bisnis.

e) Untuk mengetahui rincian trnasaksi bisnis tertentu sebagaimana yang

diuraikan dalam isi laporan keuangan.

Isi standar dari sebuah laporan keuangan yang lengkap yaitu, pertama neraca

keuangan. Neraca keuangan menunjukkan aset, kewajiban, dan ekuitas entitas

pada tanggal laporan. Hal ini tidak menunjukkan informasi yang mencakup

rentang waktu. Kedua adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi menunjukkan

hasil operasi entitas dan aktivitas keuangan untuk periode pelaporan. Hal ini

mencakup pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian. Ketiga adalah laporan

arus kas. Laporan arus kas menunjukkan perubahan arus kas entitas selama

periode pelaporan. Terakhir adalah catatan tambahan. Catatan tambahan disini

termasuk penjelasan dari berbagai aktivitas, detail tambahan pada beberapa akun,

dan item lainnya sebagaimana diamanatkan oleh kerangka kerja akuntansi yang

berlaku, seperti GAAP atau IFRS (Houston, 2010).

Page 29: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

16

Jika sebuah perusahaan berencana menerbitkan laporan keuangan kepada

pengguna luar (seperti investor atau pemberi pinjaman), laporan keuangan harus

diformat sesuai dengan salah satu kerangka akuntansi utama. Kerangka kerja ini

memungkinkan beberapa kelonggaran dalam bagaimana laporan keuangan dapat

disusun, sehingga pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbeda

bahkan di industri yang sama cenderung memiliki penampilan yang agak berbeda.

Laporan keuangan yang dikeluarkan ke pihak luar dapat diaudit untuk

memverifikasi keakuratannya. Jika laporan keuangan dikeluarkan secara ketat

untuk penggunaan internal, maka tidak ada pedoman selain penggunaan umum

tentang bagaimana pernyataannya disajikan (Brigham, 2010).

Pada tingkat yang paling minimal, perusahaan diharapkan mengeluarkan laporan

laba rugi dan neraca untuk mendokumentasikan hasil bulanan dan kondisi

keuangan akhir. Keseluruhan laporan keuangan diharapkan sebuah perusahaan

dapat melaporkan hasilnya untuk setahun penuh (Fahmi, 2011).

2.1.2 Rasio Keuangan

Menurut Jumingan (2011), analisis rasio adalah analisis kuantitatif terhadap

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. analisis rasio

digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek kinerja operasi dan keuangan

perusahaan seperti efisiensi, likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitasnya. Analisis

rasio meliputi evaluasi kinerja dan kesehatan keuangan suatu perusahaan dengan

menggunakan data dari laporan keuangan terkini dan historis. Data yang diambil

dari laporan ini digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dari waktu

ke waktu untuk menilai apakah perusahaan tersebut membaik atau memburuk dan

membandingkan posisi keuangan perusahaan dengan rata-rata industri atau

membandingkan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain yang

beroperasi di sektornya untuk melihat bagaimana pertumbuhan perusahaan.

Analisis rasio keuangan adalah proses perhitungan rasio keuangan yang

merupakan indikator matematis yang dihitung dengan membandingkan informasi

keuangan utama yang muncul dalam laporan keuangan suatu perusahaan dan

Page 30: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

17

menganalisinya untuk mengetahui alasan dibalik posisi keuangan perusahaan saat

ini dan menilai kinerja keuangan terakhirnya (Fahmi, 2014).

Menurut Reeve (2011), analisis rasio keuangan merupakan alat yang sangat

berguna karena dapat menyederhanakan proses perbandingan keuangan dua atau

lebih perusahaan. Perbandingan langsung laporan keuangan tidak efisien karena

adanya perbedaan ukuran perusahaan yang relevan. Analisis rasio keuangan

membuat laporan keuangan sebanding diantara perusahaan yang berbeda dan pada

periode yang berbeda. Analisis rasio yang berbeda untuk menganalisis berbagai

aspek posisi keuangan yang dihitung dan dianalisis dalam situasi tertentu

bergantung pada pengguna laporan keuangan.

Yuliastry dan Wirakusuma (2013) menyatakan bahwa analisis rasio dapat

dijadikan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Mengenali

indikasi kebangkrutan sejak dini dapat menghindari perusahaan dari kondisi

financial distress atau kesulitan keuangan. Menurut Fahmi (2012), analisis rasio

keuangan bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan dan

menunjukkan peluang yang akan terjadi dimasa depan dengan menggambarkan

fenomena yang terjadi saat ini.

Dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan rasio keuangan adalah angka yang

menunjukkan hubungan yang relevan dan signifikan antara beberapa elemen

dengan elemen lain dari laporan keuangan.

2.1.3 Financial Distress

Financial distress adalah istilah dalam keuangan perusahaan yang digunakan

untuk menunjukkan kondisi ketika tidak dapat memenuhi janji-janji kepada

kreditur. Kesulitan keuangan dapat menyebabkan kebangkrutan. Dalam arti yang

lebih umum dan dasar, financial distress adalah pengurangan efisiensi keuangan

yang dihasilkan dari kekurangan uang tunai (Korteweg, 2007). Financial distress

adalah suatu kondisi di mana kewajiban perusahaan tidak terpenuhi atau

dihadapkan dengan kesulitan. Kerugian dari sebuah perusahaan menimbulkan

Page 31: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

18

rasio utang yang lebih tinggi, sehingga hal itu meningkatkan risiko financial

distress yang merugikan pemegang saham dan perusahaan. Bentuk ekstrim dari

kesulitan keuangan adalah kepailitan atau kebangkrutan yang dapat memaksa

perusahaan untuk menjual asetnya.

Altman (1983) membedakan antara kebangkrutan berbasis saham dan berbasis

aliran insolvensi yang semuanya mengarah ke financial distress. Hal ini terjadi

ketika sebuah perusahaan memiliki net-worth negatif sehingga menyebabkan nilai

asetnya kurang dari nilai utangnya dan kemudian terjadi arus kas operasi yang

tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban perusahaan.

Ramanujam (1984) mendefinisikan financial distress menggunakan sejumlah

istilah. Pertama, sebagai “kegagalan ekonomi” menandakan bahwa pendapatan

perusahaan tidak mencakup biaya total yang termasuk biaya modal. Kedua

sebagai “kegagalan bisnis” yang mengacu pada setiap usaha yang telah

mengakhiri operasi dengan kerugian yang dihasilkan kepada kreditur. Ketiga

sebagai “kepailitan teknis” dimana suatu perusahaan tidak dapat memenuhi

kewajibannya saat jatuh tempo. Terakhir sebagai “kebangkrutan secara hukum”

yang memperingatkan bahwa perusahaan tidak secara hukum bangkrut kecuali

telah mengajukan untuk likuidasi di bawah Undang-Undang yang berlaku dalam

hukum.

Ross et al. (1999) mencatat bahwa risiko yang ditimbulkan atas biaya financial

distress akan memiliki dampak negatif pada nilai perusahaan dengan nilai

keringanan pajak untuk meningkatkan tingkat utang. Meskipun suatu perusahaan

berhasil menghindari likuidasi hubungan dengan pemasok, pelanggan, karyawan

dan kreditur cenderung mengurangi atau bahkan berhenti memasok barangnya,

jika mereka percaya bahwa ada kesempatan peningkatan perusahaan tidak berada

di eksistensi dalam waktu beberapa bulan.

Wruck (1990) menyatakan bahwa indikator umum dari financial distress dalam

suatu perusahaan yaitu adanya pengurangan dividen untuk sebuah perusahaan

yang telah menunjukkan penurunan terus-menerus dalam jumlah dividen dari

Page 32: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

19

waktu ke waktu atau bahkan gagal untuk membagikan dividen sama sekali.

Sebuah perusahaan yang mengalami financial distress mungkin tidak mendukung

semua operasi yang mengarah ke penutupan beberapa cabang. Kerugian operasi

membuat perusahaan tidak dapat membayar dividen atau meningkatkan investasi.

Sebuah kerugian adalah pengurangan modal sehingga perusahaan akan bergerak

ke arah kebangkrutan.

Pemberlakuan PHK akan dilakukan untuk penghematan demi menyelamatkan

perusahaan dari defisit. Oleh karena itu karyawan dapat mengundurkan diri dan

pindah ke perusahaan yang lebih menunjukkan potensi untuk menahan kesulitan

ekonomi. Pengunduran diri ini bisa menjadi tanda kinerja yang buruk dan

berdampak pada turunnya harga saham yang merupakan indikator dari nilai pasar

bagi perusahaan. Kreditur mengamati kinerja dari sebuah perusahaan berdasarkan

harga saham. Hal ini akan berdampak pada tingkat penjualan perusahaan yang

lebih sedikit sehingga pendapatan juga akan berkurang.

Sebuah perusahaan yang mengalami financial distress juga memiliki

kecenderungan untuk menekankan profitabilitas jangka pendek pada biaya

keberlanjutan jangka panjang. Ada juga kecenderungan seorang karyawan

mempertimbangkan pekerjaan alternatif, sebagai akibat dari kerugian perusahaan.

Jika aset harus dijual cepat, nilai realisasi mereka mungkin akan menjadi sangat

rendah.

Whitaker (1999) menyatakan bahwa proses financial distress dimulai ketika suatu

perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran terjadwal. Whitaker mampu

mengidentifikasi lima langkah sentral yang prosesnya memakan waktu sebagai

situasi berkembang, pertama adalah ketidakmampuan perusahaan untuk

memenuhi pembayaran utang yang dijadwalkan, hal itu merupakan masalah arus

kas sementara (insolvensi teknis) atau masalah permanen yang disebabkan oleh

nilai aset memiliki jatuh di bawah kewajiban utang (insolvensi dalam

kebangkrutan). Tahap berikutnya adalah memutuskan apakah masalahnya bersifat

sementara. Jika demikian, maka kesepakatan dengan kreditur yang memberikan

perusahaan waktu untuk pulih dan untuk memuaskan semua orang dapat bekerja.

Page 33: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

20

Namun, jika jangka panjang nilai aset dasar telah benar-benar menurun, maka

kerugian ekonomi telah terjadi. Berikutnya adalah memutuskan apakah

perusahaan akan lebih berharga jika tetap dipertahankan dan terus beroperasi atau

akan dilikuidasi atau dijual. Setelah itu, tahap berikutnya adalah untuk

menetapkan apakah perusahaan harus mengajukan perlindungan di bawah

Undang-undang atau mencoba untuk menggunakan prosedur informal. Tahap

terakhir adalah untuk menyepakati siapa yang harus mengontrol perusahaan saat

sedang dilikuidasi atau direhabilitasi.

Gilbert et al. (1990) memberikan 3 alasan utama untuk financial distress.

Penyebab pertama financial distress adalah alokasi aset yang tidak baik. Aset

suatu perusahaan dapat mendorong terjadinya kebangkrutan jika sumber daya

tidak dialokasikan secara efisien. Kedua, kebangkrutan perusahaan mungkin

struktur keuangan. perusahaan dapat memiliki struktur aset yang tepat, tetapi

struktur keuangannya tidak baik maka akan menyebabkan kendala likuiditas.

Ketiga, tata kelola perusahaan dapat mendorong perusahaan ke dalam kesusahan

jika ada konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik.

2.1.4 Altman Z-score

Pada tahun 1968, Edward Altman menerbitkan apa yang telah menjadi prediktor

terbaik yang diketahui dari kebangkrutan. Prediktor ini adalah model statistik

yang menggabungkan lima rasio keuangan untuk menghasilkan produk yang

disebut Z-score. Model ini telah terbukti menjadi instrumen yang dapat

diandalkan dalam meramalkan kemungkinan perusahaan akan bangkrut. Namun,

Altman menambahkan teknik statistik yang disebut analisis multivariat dengan

campuran teknik analisis rasio tradisional sehingga memungkinkannya untuk

mempertimbangkan tidak hanya pengaruh rasio yang dijadikan sebagai prediktor

model kebangkrutannya, namun juga untuk mempertimbangkan bagaimana rasio

tersebut berpengaruh pada masing-masing model.

Page 34: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

21

Altman mengembangkan Z-score setelah mengevaluasi 66 perusahaan,

setengahnya mengindikasikan kebangkrutan antara tahun 1946 dan 1965. Altman

memulai dengan 22 rasio yang tergolong dalam lima kategori, yaitu likuiditas,

profitabilitas, leverage, solvabilitas dan aktivitas, yang pada akhirnya dipersempit

menjadi lima rasio.

Altman (1968) menyatakan bahwa model ini memprediksi kesehatan keuangan

perusahaan berdasarkan fungsi diskriminan dalam bentuk aslinya, rumus Z-score

adalah sebagai berikut :

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5

Sumber : Munawir, 2015

Dimana:

Z = nilai

X1 = Working Capital to Total Assets (modal kerja terhadap total aset)

X2 = Retained Earning to Total Assets (laba ditahan terhadap total aktiva)

X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (laba sebelum bunga dan

pajak terhadap total aset)

X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (nilai pasar ekuitas

terhadap nilai buku dari total kewajiban)

X5 = Sales to Total Assets (penjualan terhadap total aktiva)

Jika nilai Z-score yang lebih besar dari 2,99 berarti bahwa entitas yang diukur

aman dari kebangkrutan. Sedangkan jika nilai Z-score kurang dari 1,81 berarti

bahwa bisnis tersebut berisiko besar mengalami kebangkrutan, sementara nilai

diantara 2,99 dan 1,81 harus dianggap sebagai titik rawan untuk kemungkinan

masalah. Model ini terbukti cukup akurat dalam memprediksi kebangkrutan

entitas masa depan yang sedang dianalisis.

Page 35: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

22

Berdasarkan rumus perhitungan model Altman Z-score di atas, dapat dijelaskan

kelima rasio tersebut sebagai berikut :

a) Working Capital to Total Assets (WC/TA)

Rasio ini menghitung modal kerja terhadap total aset untuk mengukur aset likuid

yang dimiliki perusahaan sehubungan dengan ukurannya. Hal ini memberikan

indikasi bagaimana perusahaan mampu untuk menutupi kewajiban keuangan

jangka pendek. Modal kerja yang negatif (total aktiva lancar - jumlah kewajiban

lancar) akan menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mengalami kesulitan

dalam memenuhi hutang jangka pendek karena aset yang dimiliki tidak cukup

untuk menutupi kewajiban apapun.

b) Retained Earning to Total Assets (RE/TA)

Hal ini mengindikasikan profitabilitas kumulatif perusahaan, karena profitabilitas

yang menyusut merupakan tanda peringatan. Selain itu, RE/TA juga menunjukkan

bagaimana perusahaan mampu menghasilkan pendapatan dengan menggunakan

total asset yang dimiliki. Perusahaan yang memiliki RE/TA rendah akan

membiayai kegiatan operasional melalui hutang dan bukan laba ditahan. Disisi

lain, perusahaan yang memiliki RE/TA tinggi mungkin akan lebih mampu

bertahan dalam kondisi keuangan yang buruk. Perusahaan dengan RE/TA yang

konsisten sering dikaitkan erat dengan usia dan kematangan perusahaan.

c) Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)

Rasio ini mengukur produktivitas aset perusahaan. Serupa dengan pengembalian

aset (ROA), rasio ini menggambarkan bagaimana perusahaan dapat mengelola

asetnya untuk menghasilkan pendapatan dan mengakui bahwa pendapatan

merupakan faktor utama bagi stabilitas keuangan operasi perusahaan dalam

jangka panjang.

d) Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)

Tujuan rasio ini adalah untuk memberi penilaian seberapa besar nilai perusahaan

melebihi kewajibannya. Rasio ini mengenalkan unsur kepercayaan pasar terhadap

Page 36: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

23

formula perusahaan, yang menunjukkan bahwa kelemahan keuangan akan

dikenali oleh pasar dan tercermin dalam harga saham.

e) Sales to Total Assets (S/TA)

Perputaran aset adalah ukuran seberapa efektif perusahaan menggunakan asetnya

untuk menghasilkan penjualan. Hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan

mampu mengelola asetnya, karena perputaran aset yang rendah akan

menghasilkan pangsa pasar yang rendah.

Kelebihan dari model Altman Z-score adalah pengukuran yang umum digunakan

dengan daya tarik yang luas, meskipun hanya salah satu dari banyak model

penilaian keuangan yang digunakan saat ini. Pada dasarnya model Altman Z-

score menggabungkan indikator keuangan yang dapat dihitung dengan sejumlah

kecil variabel untuk memprediksi gagal atau tidak sebuah perusahaan (Ririanty,

2015). Altman mengevaluasi kembali metodenya dengan memeriksa 86

perusahaan yang mengalami masalah keuangan dari tahun 1969 sampai 1975 dan

kemudian 110 perusahaan bangkrut dari tahun 1976 sampai 1995 dan kemudian

120 perusahaan bangkrut dari tahun 1996 sampai 1999, nilai Z-score antara 82%

dan 94% akurat. Menurut Darmadji & Fakhruddin (2012) model Altman Z-score

telah terbukti menjadi salah satu prediktor kebangkrutan yang paling akurat

sehingga para analis sering menyamakan hasil Z-score tertentu dengan peringkat

obligasi yang sesuai karena diduga dapat mungukur risiko kegagalan.

Meski memiliki tingkat akurasi yang relatif tinggi dari model, namun model ini

memiliki beberapa kelemahan. Secara khusus, perusahaan yang masih muda

dengan penghasilan sedikit atau tidak sama sekali akan memiliki nilai Z-score

yang rendah tanpa harus menghadapi kebangkrutan. Nilai Z-score dapat

dipengaruhi oleh unsur-unsur akuntansi sehingga cukup mudah berubah.

Akhirnya antara industri dan perusahaan non-manufaktur padat modal dengan

nilai Z-score yang sedikit lebih tinggi sebagai hasil rasio perputaran aset akan

memiliki rasio penjualan terhadap aset yang bervariasi. Meskipun demikian, nilai

Z-score dapat digunakan sebagai alat yang berharga bagi investor atau akuntan

karena akan menjadi penilaian ketika investor menganalisis keuangan perusahaan.

Page 37: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

24

2.1.5 Harga Saham

Saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan atau badan

dalam suatu perusahaan (Kamaludin & Indriani, 2012). Menurut Fahmi (2012)

saham adalah bukti kontribusi kepemilikan modal atau dana di suatu perusahaan.

Sementara itu, bentuk saham merupakan selembar kertas yang disebut sebagai

pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas (Fahmi, 2012). Jenis saham memiliki

pengaruh yang berbeda pada saham yang dipengaruhi oleh satu atau lebih dari

masing-masing variabel independen (Gitman, 2009). Oleh karena itu, identifikasi

awal diperlukan untuk mengetahui jenis variabel yang diduga berkontribusi pada

jenis saham yang secara teori memiliki kualitas hubungan antara harga saham dan

variabel makro dan mikro ekonomi dengan kondisi ekonomi yang berlaku disuatu

tempat.

Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang aktif. Pada

hakekatnya harga saham merupakan besarnya penerimaan yang dihasilkan melalui

pengorbanan yang telah dilakukan oleh investor untuk penyertaan dalam

perusahaan (Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal). Sedangkan

menurut Tandelilin (2010) harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa

ketika harga permintaan tertinggi untuk beli dan harga penawaran terendah untuk

jual dari anggota bursa.

Harga saham yang dinilai oleh pasar merupakan harga saham perusahaan yang

terdaftar di bursa efek. Konsep harga pasar merupakan indikator penting bagi

investor dalam hal penilaian bagi perusahaan yang ada di pasar modal. Semakin

tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai suatu perusahaan, sehingga investor

akan mempertimbangkan keputusannya dalam berinvestasi (Darmadji, 2012).

Berdasarkan penjelasan harga saham di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

harga saham adalah harga yang terjadi antara penjual dan pembeli saham

berdasarkan permintaan dan penawaran yang ada di pasar bursa guna

mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu

mempertahankan harga saham optimal di pasar yang mencerminkan nilai

Page 38: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

25

perusahaan. Semakin tinggi harga saham maka semakin besar peluang

mendapatkan keuntungan modal dan pendanaan dari luar (Kamaludin & Indriani,

2012). Tandelilin (2010) menyatakan bahwa “market price” atau harga pasar

merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah

ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang

berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga

penutupnya (closing price).

2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Penulis atau

Komponen

Judul

Penelitian

Metode

dan Alat

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Ni Made

Dewi

Sukmawati, I

Made

Pradana

Adiputra,

Nyoman Ari

Surya

Darmawan

(2014)

Pengaruh

Rasio-Rasio

Dalam Model

Altman Z-

Score

Terhadap

Harga Saham

(Studi

perusahaan Go

Public di BEI)

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Secara parsial Earning Before

Interest and Taxes to Total

Assets dan Market Value of

Equity to Book Value of Total

Liabilities berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham. Sedangkan Working

Capital to Total Assets,

Retained Earning to Total

Assets, dan Sales to Total

Assets tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham. Namun WC/TA,

RE/TA, EBIT/TA,

MVE/BVTL, dan S/TA

secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham.

Page 39: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

26

2. Setyani Dwi

Lestari,

Retno Fuji

Oktaviani,

Willy Arafah

(2016)

Prediksi

Financial

Distress

Dengan

Altman Z-

Score dan

Pengaruhnya

Terhadap

Harga Saham

(Studi Empiris

Pada

Perusahaan

Kimia Yang

Terdaftar Di

BEI 2009-

2014

Analisis

Regresi

Terdapat pengaruh yang

siginifikan antara nilai Z-

Score terhadap harga saham.

Rasio Earning Before Interest

and Taxes to Total Assets

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap harga

saham. Namun, rasio Working

Capital to Total Assets,

Retained Earning to Total

Assets, Market Value of

Equity to Book Value of Total

Liabilities dan Sales to Total

Assets tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham.

3. Nur Fadli

Andriawa,

Dantje

Salean

(2016)

Kinerja

Keuangan

Dengan Harga

Saham Pada

Perusahaan

Properti Di

Bursa Efek

Indonesia

Regresi

Linier

Sederhana

Berdasarkan hasil uji regresi,

harga saham dapat

dipengaruhi oleh nilai Z-Score

namun masih banyak

variabel yang dapat

mempengaruhi harga saham

selain variabel nilai Z-Score.

4. Lasmanah

(2014)

The Prediction

of Financial

Distress

Analysis and

Its Implication

to Stock

Analisis

Regresi

Berdasarkan hasil pengujian

yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa prediksi

financial distress dengan

model Altman Z-Score

memiliki hubungan yang

Page 40: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

27

Price’s Sub

Sector

Transportation

In Indonesi a

Stock

Exchange

Period 2007-

2011

cukup kuat dengan harga

saham perusahaan

transportasi dan berpengaruh

secara positif signifikan.

5. Reffida

Octian

Ririanty

(2015)

Pengaruh

Financial

Distress dan

Dividend

Payout Ratio

Terhadap

Perubahan

Harga Saham

Regresi

berganda

(Multiple

Regression

Analysis)

Berdasarkan hasil penelitian

terdapat tiga variabel yang

berpengaruh signifikan

terhadap perubahan harga

saham yaitu rasio Working

Capital to Total Assets

(WC/TA), Earnings before

Interest and Tax to Total

Assets (EBIT/TA), dan

Dividend Payout Ratio

(DPR), sedangkan rasio

Retained Earnings to Total

Assets (RE/TA), Sales to

Total Assets (S/TA), dan

Market Value of Equity to

Book Value to Total

Liabilities (MVE/BTL) tidak

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

6. Bambang

Sugeng

Dwiyanto

(2012)

Analisis

Pengaruh

Ratio

Keuangan

Analisis

Regresi

Berganda

Secara parsial, rasio Sales to

Total Assets berpengaruh

negatif signifikan terhadap

harga saham. Namun, secara

Page 41: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

28

Dengan Harga

Saham Pada

Perusahaan

Properti Di

Bursa Efek

Indonesia

simultan rasio WC/TA,

RE/TA, EBIT/TA,

MVE/BVTL, dan S/TA

secara tidak memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap harga saham.

7. Kristin

Yuniarti

(2014)

Pengujian

Dampak Rasio

Altman, DER,

dan Tingkat

Suku Bunga

Terhadap

Harga Saham

Perusahaan

Sektor

Pertambangan

Di Bursa Efek

Indonesia

Regresi

Linier

Berganda

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rasio-rasio keuangan

Altman (WC/TA, RE/TA,

EBIT/TA, dan S/TA), DER,

dan Tingkat Suku Bunga

secara simultan

mempengaruhi harga. Saham

sebesar 46,3%, sisanya 53,7%

dipengaruhi variabel lain.

Hasil uji secara parsial

ditemukan bahwa WC/TA,

RE/TA, EBIT/TA, S/TA,

DER, dan Tingkat Suku

Bunga mempengaruhi harga

saham.

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017

Page 42: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

29

2.3 Gap Penelitian

Gap penelitian ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Kesenjangan tersebut ditemukan berdasarkan beberapa aspek seperti variabel,

periode, sampel, metode, dan hasil. Penelitian ini terdiri dari prediksi financial

distress dan rasio-rasio Altman Z-score sebagai variabel bebas dan kemudian

harga saham sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan rasio-rasio

Altman Z-score untuk memprediksi financial ditress pada perusahaan

manufaktur. Beberapa peneliti, Yuniarti (2014) menggunakan variabel lain untuk

memprediksi financial distress, yaitu tingkat suku bunga. Penelitian ini

menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan berganda. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanto (2012) dan Ririanty (2015) yang

hanya menganalisis rasio-rasio keuangan untuk memprediksi financial distress

berdasarkan metode analisis regresi linier berganda.

Hasil yang ditemukan oleh peneliti sebelumnya memiliki berbagai perbedaan

antara lain karena penelitian oleh Lestari, dkk (2016), rasio Market Value of Total

Equity to Book Value of Total Liabilities tidak berpengaruh signifikan terhadap

harga saham, penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati, dkk (2014), Market

Value of Total Equity to Book Value of Total Liabilities memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap harga saham. Studi lain yang dilakukan oleh Lasmanah (2014)

menyatakan bahwa prediksi financial distress memiliki hubungan yang cukup

kuat dengan harga saham, sedangkan menurut Andriawa & Salean (2016), harga

saham dapat dipengaruhi oleh nilai Z-score namun masih banyak variabel lainnya

yang mempengaruhi harga saham. Mengingat kondisi perekonomian Indonesia

yang sangat fluktuatif, timbul pertanyaan seberapa besar tingkat akurasi model

Altman Z-score untuk memprediksi financial distress perusahaan manufaktur dan

bagaimana pengaruhnya terhadap harga saham. Selain itu, penelitian ini

mengandung periode terbaru yaitu 2012-2016. Dengan demikian, penelitian ini

menjadi objek untuk mengisi kesenjangan dalam penelitian ini.

Page 43: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

30

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini digunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor

bahan dasar dan kimia periode 2012-2016, yang kemudian di analisis dengan

model Altman Z-Score untuk mengetahui potensi terjadinya financial distress.

Hasil akhir penelitian akan terlihat apakah perusahaan mengalami kesulitan

keuangan (financial distress) atau tidak mengalami kesulitan keuangan (non

financial distress) serta apakah pengaruhnya terhadap harga saham. Sebagai dasar

merumuskan hipotesis berikut kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan

pengaruh variabel-variabel Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to

Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of

Equity to Book Value of Total Liabilities, Sales to Total Assets dan harga saham.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017

Harga Saham (Y)

Prediksi Financial Distress

Altman Model

H2

H1

H1

H1

H6

Z-score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 +1,0 X5

,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 +1,0 X5

H5

WC/TA

(X1)

RE/TA

(X2)

H4

EBIT/TA

(X3)

H3

MVE/BVD

(X4)

S/TA

(X5)

H7

Page 44: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

31

2.5 Perumusan Hipotesis

Menurut Nazir (2012) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban

sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara

empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai prediksi

kebangkrutan perusahaan dan pengaruhnya terhadap harga saham menggunakan

metode Altman Z-score, penyusunan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara nilai Z-score terhadap harga saham

H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara Working Capital to Total Asset

terhadap harga saham

H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara Retained Earnings to Total Asset

terhadap harga saham

H4 : Ada pengaruh yang signifikan antara Earning Before Interest and Taxes to

Total Asset terhadap harga saham

H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara Market Value of Equity to Book of

Total Liabilities terhadap harga saham

H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara Sales to Total Assets terhadap harga

saham

H7 : Ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara Z-score, Working

Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before

Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value

of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham

Page 45: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini berjudul “Analisis Financial Distress dan Pengaruhnya Terhadap

Harga Saham di Perusahaan Manufaktur Sektor Bahan Dasar dan Kimia”.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pengaruh sebuah

prediksi terhadap variabel penelitian. Sementara tujuan khusus dari penelitian ini

untuk mengetahui pengaruh prediksi financial distress yang terjadi pada

perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia di BEI terhadap harga

saham. Sehingga dapat dilakukan analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian

ini. Dimana metode deskriptif dapat menjelaskan rumusan masalah yang diteliti

berkenaan dengan variabel penelitian. Penelitian kuantitatif adalah penelitian

dengan memperoleh data yang berbentuk angka dan menggunakan instrumen

penelitian untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Penelitian kuantitatif

deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran informasi

ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian secara sistematis dan detail

sesuai hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Penelitian ini disusun

berdasarkan data laporan keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur sektor

bahan dasar dan kimia periode 2012-2016 yang diambil dari website BEI dan

website masing-masing perusahaan guna memprediksi keuangan perusahaan

menggunakan analisis financial distress dengan metode Altman Z-score.

Page 46: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

33

3.2 Kerangka Penelitian

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan

kimia di BEI sebagai pusat informasi perusahaan go public di Indonesia dan

menggunakan website resmi perusahaan bersangkutan yang diakses melalui

internet serta link lainnya yang memberikan tambahan informasi tentang masalah

dalam penelitian.

Periode pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu tahun 2012-2016

karena rentang waktu ini dianggap dapat memberikan gambaran data yang sesuai

dengan kebutuhan penelitian ini.

Identifikasi masalah dan menentukan

rumusan masalah

Menemukan dan mengumpulkan teori

penelitian yang terkait

Mengembangkan kerangka teoritis

Kesimpulan & rekomendasi

Interpretasi hasil penelitian

Tranformasi dan proses data

Mengumpulkan data yang dibutuhkan

Menentukan metodologi

Menggunakan

Microsoft Excel

dan SPSS versi

16

Diakses dari

website resmi

setiap perusahaan

Page 47: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

34

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah jumlah individu atau benda yang sangat besar yang tidak layak

untuk diproses atau diolah, dengan demikian sebagian populasi dipilih untuk

tujuan penelitian (Sekaran & Bougie, 2011). Dalam penelitian ini, populasi

penelitian difokuskan pada perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia

yang telah go public dan terdaftar di BEI dengan periode pengamatan tahun 2012-

2016 dengan total 66 perusahaan.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan digunakan untuk

mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini (Sekaran & Bougie, 2011). Ada

dua jenis utama desain sampling, yaitu probability sampling dan nonprobability

sampling (Sekaran & Bougie, 2011). Nonprobability sampling akan digunakan

dalam penelitian ini karena sampel tidak memiliki peluang yang diketahui atau

yang telah ditentukan sebelumnya untuk dipilih sebagai subjek, dengan fokus

pada purposive sampling. Purposive sampling dipilih karena hanya jenis sampel

tertentu yang memberikan informasi yang dibutuhkan.

Ada 8 subsektor di sektor industri bahan dasar dan kimia dan masing-masing

subsektor harus diwakili dalam penelitian ini. Dalam menentukan sampel, peneliti

mendapatkan 12 perusahaan berdasarkan kriteria dan tujuan penelitian.

Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI

secara terus-menerus selama periode penelitian.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara

lengkap selama periode tahun penelitian.

3. Perusahaan yang melakukan pembagian dividen secara rutin selama

periode tahun penelitian.

4. Perusahaan yang menerbitkan mata uang dalam rupiah.

Page 48: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

35

Kriteria tersebut membantu peneliti memilih perusahaan untuk dijadikan sampel.

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini

melalui metode purposive sampling sebanyak 12 perusahaan dari 66 perusahaan

di industri bahan dasar dan kimia yang telah dipilih. Berikut ini merupakan daftar

nama perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini :

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Sampel

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

2 SMCB Holcim Indonesia Tbk

3 SMGR Semen Indonesia Tbk

4 WTON Wijaya Karya Beton Tbk

5 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk

6 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk

7 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk

8 LION Lion Metal Works Tbk

9 LMSH Lionmesh Prima Tbk

10 EKAD Ekadharma International Tbk

11 TRST Trias Sentosa Tbk

12 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk

Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

kuantitatif merupakan data yang menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu

yang dinyatakan dalam bentuk angka.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan pendekatan statistik berupa

laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia per satu

periode tahun 2012-2016. Data sekunder merupakan data yang biasanya diperoleh

dalam bentuk dokumentasi atau publikasi yang sudah siap digunakan menurut

kebutuhan penelitian. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti IDX statistics,

saham OK, dan ringkasan kinerja keuangan perusahaan pada website IDX.

Page 49: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

36

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi

atau informasi yang berasal dari catatan penting baik secara pribadi maupun

kelembagaan (Sugiyono, 2012). Metode dokumentasi merupakan metode

pengumpulan data sekunder yang dilakukan melalui pencatatan dokumen yang

berhubungan dengan financial distress serta data-data yang sesuai dengan

karakteristik masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

Pengumpulan dan pencatatan data berdasarkan annual report pada masing-masing

perusahaan manufaktur.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan penelitian

kepustakaan, yaitu informasi yang digunakan sebagai teori acuan untuk

pengolahan data yang diperoleh melalui membaca dan menelaah skripsi, jurnal,

majalah, artikel, buku, serta sumber lain yang terkait dengan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini (Sugiyono, 2012).

Page 50: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

37

3.7 Definisi Operasional Variabel Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Rumus Skala

Variabel Bebas

Altman

Z-Score

Metode Z-

Score adalah

alat statistik

yang

digunakan

untuk

mengukur

kemungkinan

perusahaan

akan

bangkrut.

Z-score

= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Rasio

Working

Capital to

Total

Assets

(X1)

Rasio ini

mengukur

aset likuid

perusahaan

sehubungan

dengan

ukurannya.

Rasio

Retained

Earning

to Total

Assets

(X2)

Rasio ini

mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan

pendapatan

menggunakan

total asetnya.

Rasio

Page 51: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

38

Earning

Before

Interest

and

Taxes to

Total

Assets

(X3)

Rasio ini

mengukur

produktivitas

aset yang

dimiliki

perusahaan.

Rasio

Market

Value of

Equity to

Book

Value of

Total

Liabilities

(X4)

Rasio ini

mengukur

seberapa

besar nilai

perusahaan

melebihi

kewajibannya.

Rasio

Sales to

Total

Assets

(X1)

Rasio ini

menunjukkan

bagaimana

perusahaan

mampu

menghasilkan

penjualan

dengan

menggunakan

asetnya.

Rasio

Variabel Terikat

Harga

Saham

(Y)

Harga saham

merupakan

harga yang

ditentukan

Harga Penutupan (Closing Price) Nominal

Page 52: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

39

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2017

3.8 Metode Analisis Data

3.8.1 Analisis Prediksi Financial Distress

Prediksi financial distress dapat dihitung dengan menggunakan metode Altman Z-

score berdasarkan fungsi driskiminan sehingga menghasilkan model analisis

(Munawir, 2015) sebagai berikut:

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5

Notasi:

X1 = Working Capital / Total Assets (WC/TA)

X2 = Retained Earning / Total Assets (RE/TA)

X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) / Total Assets (EBIT/TA)

X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)

X5 = Sales / Total Assets (S/TA)

Hasil dari nilai Z-score dapat dilihat berdasarkan tabel di bawah dan dapat

dijabarkan sesuai ketentuan ketentuan tabel Altman Z-score :

Tabel 3.3 Altman Z-score

Z KONDISI

Z > 2,99 Sehat

1,81 < Z < 2,99 Zona abu-abu

Z < 1,81 Financial Distress

Sumber : Munawir, 2015

berdasarkan

permintaan

dan

penawaran di

pasar bursa

yang sedang

aktif.

Page 53: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

40

3.8.2 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif akan mengatur dan meringkas variabel informasi masing-

masing melalui perhitungan berbagai ukuran deskriptif seperti rata-rata,

maksimum, minimum, dan standar deviasi (Weiss, 2012).

Mean adalah nilai rata-rata data, yang diperoleh dengan menambahkan data dan

membagi jumlah observasi. Mean dapat dirumuskan sebagai berikut (Schwert,

2010) :

y = ∑Ni = ᵞi

N

Dimana :

N = jumlah observasi dalam sampel penelitian

Max dan Min adalah nilai maksimum dan minimum data dalam sampel penelitian

(Schwert, 2010).

Standar Deviasi adalah ukuran penyebaran atau penyebaran data sekitar rata-rata

(Schwert, 2010). Semakin kecil standar deviasi, semakin sempit kisaran antara

nilai terendah dan tertinggi mendekati nilai rata-rata. Schwert (2010) menyatakan

standar deviasi sebagai berikut :

Dimana :

N = jumlah observasi dalam sampel penelitian

Y = rata-rata

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian dalam peneltitian ini menggunakan antara lain uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji heteroskedatisitas, dan uji autokoreasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, sampel

yang digunakan berasal dari populasi yang sama atau berdistribusi normal atau

Page 54: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

41

tidak normal. Model regresi yang baik digunakan untuk penelitian adalah uji

normalitas yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,

2011). Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot

(P-P Plot). Suatu variabel dapat dikatakan baik atau memenuhi asumsi jika

gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal,

dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Ghozali, 2011).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang

kuat atau sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Hasil uji yang

sempurna dapat diketahui jika data terbebas dari masalah multikolinieritas. Jika

data yang diuji mengalami masalah multikolinieritas maka akan berdampak pada

koefisien regresi yang tidak dapat ditentukan serta standar deviasi menjadi sangat

besar atau tidak terhingga. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinieraritas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance

Inflation Factors). Metode pengambilan keputusan yaitu semakin kecil nilai

Tolerance dan semakin besar nilai VIF maka semakin mendekati terjadinya

masalah multikolinieritas. Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika

nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan

tidak terjadi masalah multikolinieritas (Ghozali, 2011).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Hetroskedastistas bertujuan untuk mengetahui keadaan dimana terjadinya

ketidakpastian varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang

memenuhi asumsi mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Salah

satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas yaitu dengan

melihat pola titik-ttik pada sctatterplots regresi (Priyatno, 2012).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui terjadinya korelasi antara kesalahan

penggangu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1

(sebelumnya) (Sunyoto, 2013). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asumsi

ini berlaku untuk data time series atau data yang mempunyai seri waktu. Model

Page 55: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

42

regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah autokorelasi. Salah satu cara

untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan

melihat nilai Durbin-Watson (DW). Hasil dari nilai DW akan dibandingkan

dengan tabel DW. Adapun ketentuan keputusan Durbin-Watson menurut Priyatno

(2014) dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.4. Keputusan Durbin-Watson

Range Keputusan

DW < dl atau DW > 4 –dl Terjadi masalah Autokorelasi

du < DW < 4 –du Tidak terjadi masalah Autokorelasi

4 - du< DW < 4 –dl Hasilnya tidak dapat disimpulkan

Sumber : Priyatno, 2014

3.8.4 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah sebuah metode untuk pemodelan

hubungan antara satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Dalam model

regresi, variabel bebas menerangkan variabel terikatnya. Dalam analisis regresi

sederhana, hubungan antara variabel bersifat linier, dimana perubahan pada

variabel X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara konstan. Sementara

pada hubungan non linier, perubahan variabel X tidak diikuti dengan perubahan

variabel Y secara proporsional (Sugiyono, 2014). Analisis regresi linier sederhana

digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan variabel Z-score (X)

terhadap harga saham (Y).

Secara matematis model analisis regresi linier sederhana dapat digambarkan

(Sugiyono, 2014) sebagai berikut:

Y = a + bX + e

Keterangan :

Y = Harga saham

A = Konstanta

b = Koefisien regresi/slope

X = Z-score

e = Tingkat residual/error

Page 56: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

43

3.8.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

secara bersama-sama pengaruh kelima variabel bebas (Working Capital to Total

Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to

Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales

to Total Assets) terhadap satu variabel terikat yaitu harga saham. Persamaan

regresi linier berganda (Sugiyono, 2014) sebagai berikut :

Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + e

Keterangan :

Y = Harga saham

a = Konstanta

X1 = Working Capital to Total Assets (WC/TA)

X2 = Retained Earning to Total Assets (RE/TA)

X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)

X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)

X5 = Sales to Total Assets (S/TA)

e = Tingkat kesalahan pengganggu/error

3.8.6 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, maka pengujian

selanjutnya adalah uji t, uji F, dan uji R2. Cara pengujiannya adalah sebagai

berikut:

1. Uji Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan

variabel Y secara parsial atau dapat dikatakan seberapa jauh satu variabel bebas

secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011). Uji

t berguna untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat, yaitu :

Page 57: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

44

a. Pengaruh variabel bebas (Z-score) terhadap variabel terikat (harga saham)

b. Pengaruh variabel bebas (Working Capital to Total Assets, Retained Earnings

to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market

Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets)

terhadap variabel terikat (harga saham).

Berikut adalah langkah-langkah pengujian terhadap koefisien regresi :

1) Hipotesis

a. H01 : β1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Z-score terhadap

harga saham.

Ha1 : β1 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Z-score terhadap

harga saham.

b. H02 : β2 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Working Capital

to Total Assets terhadap harga saham.

H02 : β2 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Working Capital to Total

Total Assets terhadap harga saham.

c. H03 : β3 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Retained Earning

to Total Assets terhadap harga saham.

Ha3 : β3 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Retained Earning to

Total Assets terhadap harga saham.

d. H04 : β4 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Earning

Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga

saham.

Ha4 : β4 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Earning Before

Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham.

e. H05 : β5 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Market Value of

Equity to Total Assets terhadap harga saham.

Ha5 : β5 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Market Value of Equity

Total Assets terhadap harga saham.

f. H06 : β6 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara Sales to Total

Assets terhadap harga saham.

Page 58: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

45

Ha6 : β6 = 0, ada pengaruh yang signifikan antara Sales to Total

Assets terhadap harga saham.

2) Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan sebesar 5% dan derajat

kebebasan (d.f) = n-k, dapat diketahui dari hasil perhitungan komputer

program SPSS 16.

3) Kesimpulan yang dapat diambil adalah jika nilai t hitung > t tabel atau nilai

signifikansi (p value) < 0,05 maka H0 ditolak dan sebaliknya jika nilai t hitung >

t tabel atau nilai signifikansi (p value) > 0,05 maka H0 diterima.

2. Uji Simultan (Uji F)

Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, uji hipotesis secara

simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel Working

Capital to Total Assets (X1), Retained Earnings to Total Assets (X2), Earning

Before Interest and Taxes to Total Assets (X3), Market Value of Equity to Book

Value of Total Liabilities (X4), dan Sales to Total Assets (X5) terhadap harga

saham (Y) secara bersama-sama. Langkah-langkah pengujian terhadap koefisien

regresi sebagai berikut:

1) H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara

variabel Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets,

Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to

Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap variabel

harga saham.

Ha : paling sedikit satu βi ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel

Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning

Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book

Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap variabel harga

saham.

2) Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan taraf

signifikansi sebesar 5% dan derajat kebebasan (d.f) = (k-1, n-k, α), dapat

diketahui dari hasil perhitungan komputer program SPSS 16.

Page 59: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

46

3) Kesimpulan yang dapat diambil adalah jika F hitung > F tabel atau nilai

signifikansi (p value) < 0,05 maka H0 ditolak, sebaliknya jika F hitung < F tabel

atau nilai signifikansi (p value) > 0,05 maka H0 diterima, dengan F tabel derajat

kebebasan = (k-1, n-k, α).

3. Uji Koefisien Determinasi

Analisis R2 (R Square) atau koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

seberapa besar persentase kontribusi pengaruh variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi yaitu antara nol hingga

satu (0-1). Jika nilai R2 mendekati satu maka model regresi akan semakin kuat,

sebaliknya jika R2 mendekati nol maka model regresi akan semakin lemah dalam

menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat (Priyatno, 2012).

Page 60: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk adalah perusahaan manufaktur yang

bergerak di bidang semen Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 16

Januari 1985 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 5

Desember 1989 dengan kode index saham “INTP”. Saat ini, perusahaan memiliki

delapan pabrik melalui penggabungan enam perusahaan semen. Produk yang

dihasilkan berupa beton siap pakai dan produk yang berhubungan dengan

pembuatan semen dan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan.

Selain itu, perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi

semen putih dan sebagai pemimpin pasar dalam bisnis beton siap pakai di

Indonesia. Sejak tahun 2001 HeidelbergCement Goup of Germany, telah memiliki

sebagian besar saham perusahaan. Indocement mencatat pertumbuhan keuangan

yang kuat selama 2012 hingga 2016. Merek terkenal “Tiga Roda” memimpin

Indocement untuk menjual 18,7 juta ton semen pada tahun 2014, yang

membuatnya menjadi semen tunggal tertinggi di Indonesia.

2. PT Holcim Indonesia Tbk

PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan

dan distribusi semen yang juga merupakan produsen semen terbesar ketiga di

Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 15 Juni 1971 di Jakarta dan

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Agustus 1997 dengan kode

index saham “SMCB”. Saat ini, Holcim Indonesia menguasai pasar sekitar 15

sampai 16 persen di Indonesia dalam hal produksi semen. Perusahaan ini

merupakan bagian dari Holcim Group yang berada di Swiss, salah satu produsen

semen global terbesar. Holcim Indonesia mengoperasikan sejumlah tambang

agregat dan jaringan pabrik beton siap pakai di wilayah Indonesia dengan

beberapa anak perusahaannya, yaitu PT Wahana Transtama, PT Readymix

Page 61: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

48

Concrete Indonesia, PT Pendawa Lestari Perkasa dan Holcim Malaysia. Sebagai

bagian dari Holcim Group yang telah beroperasi di lebih 90 negara di dunia

dengan kinerja yang tinggi dalam industri bahan bangunan, Holcim Indonesia

berhasil memproduksi semen dengan kapasitas 15 juta ton per tahun.

3. PT Semen Indonesia Tbk

PT Semen Indonesia Tbk adalah perusahaan manufaktur Indonesia yang bergerak

di bidang pembuatan semen. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 7 Agustus

1975 di Gresik dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 Juli

1991 dengan kode index saham “SMGR” dan tercatat sebagai BUMN pertama di

Indonesia yang go public dengan terjualnya 40 lembar saha, kepada masyarakat.

Pada tanggal 20 Desember 2012, perusahaan merubah nama dari PT Semen

Gresik menjadi PT Semen Indonesia dan resmi berperan sebagai Strategic

Holding Company. Perusahaan ini membagi bisnisnya menjadi dua segmen, yaitu

produksi semen dan produksi non semen. Dalam mengoperasikan bisnisnya,

Semen Indonesia menggunakan anak perusahaannya, yaitu PT Semen Padang, PT

Semen Tonasa, PT Semen Gresik, Thang Long Cement JSC, Thang Long Cement

JSC 2, dan An Phu Cement JSC. Sementara itu, untuk jenis non semen yang

dihasilkan terdiri dari batu bara, batu kapur dan pertambangan tanah liat,

pembuatan karung semen, manufaktur beton siap pakai, penyedia jasa sewa

kawasan industri dan penyedia teknologi informasi dan komunikasi. Semen

Indonesia mencatat pertumbuhan keuangan yang kuat dengan total penjualan

26,13 triliun rupiah pada tahun 2016. Total penjualan ini sebagian mendapat

kontribusi dari kenaikan penjualan non semen.

4. PT Wijaya Karya Beton Tbk

PT Wijaya Karya Beton Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di sektor produk

beton. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 11 Maret 1997 di Bekasi dan tercatat

di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Oktober 2007 dengan kode index

saham “WTON”. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan produk

beton pracetak. Produk yang dihasilkan berupa tiang transmisi, distribusi telepon,

tiang pancang, produk beton untuk bangunan dan produk beton maritim serta

Page 62: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

49

produk-produk beton lainnya. Saat ini, Wijaya Karya Beton telah memiliki 9

pabrik, 6 wilayah penjualan dan 2 kantor penjualan yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia. Pada tahun 2016, Wijaya Karya Beton telah menghasilkan

penjualan sebesar 3,48 triliun rupiah. Kontribusi dari penjualan tambang dan

bidang jasa meningkat lebih dari dua kali lipat sehingga dapat meningkatkan

pertumbuhan keuangan perusahaan. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari

pembukuan laba bersih pada tahun 2016 sebesar Rp 109,37 miliar yang

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

5. PT Asahimas Flat Glass Tbk

PT Asahimas Flat Glass Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di

bidang industri kaca. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 18 Desember 1995

dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2000

dengan kode index saham “AMFG”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum

Perdana sebanyak 4.000.000 saham. Produk perusahaan dibagi menjadi 2

kategori, yaitu kaca datar yang sebagian digunakan sebagai bahan baku kaca

olahan dan kaca pengaman termasuk otomotif. Pabrik kaca datar dan kaca

otomotif berada di area yang berbeda; Pabrik kaca datar berlokasi di Ancol,

Jakarta Utara dan Sidoarjo sementara pabrik kaca otomotif berlokasi di

Cikampek. Saat ini, Asahimas meningkatkan total kapasitas produksinya sehingga

membuat Asahimas menjadi produsen kaca terbesar di Indonesia dan Asia

Tenggara.

6. PT Arwana Citra Mulia Tbk

PT Arwana Citramulia Tbk adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di

bidang pembuatan keramik Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 1 Juli

1995 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juli

2001 dengan kode index saham “ARNA”. Produk yang dihasilkan berupa keramik

normal dengan merek Arwana dan keramik premium dengan merek UNO yang

tersedia dalam berbagai pola dan ukuran. Pemasaran produk didistribusikan oleh

anak perusahaannya, yaitu PT Primagraha Keramindo dengan fasilitas

manufakturnya yang berada di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Tangerang,

Page 63: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

50

Serang, Gresik, dan Ogan Ilir. Pada tahun 2017, Arwana memiliki total kapasitas

produksi sebesar 57,37 juta meter persegi per tahun dengan tujuan untuk

memperluas jaringan di tahun mendatang.

7. PT Surya Toto Indonesia Tbk

PT Surya Toto Indonesia Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di bidang

pembuatan barang saniter, alat kelengkapan dan perlengkapan dapur. Perusahaan

ini didirikan pada tanggal Juli 1977 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Oktober 1990 dengan kode index saham

“TOTO”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana kepada masyarakat

sebanyak 2.687.500 saham. Produk yang dihasilkan berupa gantungan handuk,

wastafel, bak mandi, lemari dapur, dan aksesoris lainnya yang terkait dengan

produk tersebut. Distribusi produk tidak hanya dilakukan secara lokal, namun

diekspor ke negara lain, seperti Hong Kong, Jepang, Australia, Vietnam,

Singapura, India, China, dan Thailand. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki

showroom di daerah Jakarta dan semua fasilitas manufakturnya berada di

Tangerang. `

8. PT Lion Metal Works Tbk

PT Lion Metal Works Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di

bidang industri peralatan kantor dan fabrikasi lainnya dari logam. Perusahaan ini

didirikan pada tanggal 16 Agustus 1972 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Agustus 1993 dengan kode index saham

“LION”. Perusahaan ini merupakan perusahaan joint venture antara perusahaan

Singapura dan Malaysia. Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana

kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 saham. Pada awalnya, perusahaan hanya

memproduksi peralatan kantor dan peralatan penyimpanan file atau dokumen

namun diperluas dengan membuat peralatan gudang, bahan bangunan dan

konstruksi, peralatan rumah sakit, dan peralatan keamanan. Kontribusi dari hasil

penjualan peralatan kantor dan produk pergudangan merupakan kontribusi

terbesar yang dapat meningkatkan penjualan perusahaan.

Page 64: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

51

9. PT Lionmesh Prima Tbk

PT Lionmesh Prima Tbk adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang

industri besi kawat di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14

Desember 1982 di Jakarta dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal

4 Juni 1990 dengan kode index saham “LMSH”. Perusahaan melakukan

Penawaran Umum Perdana kepada masyarakat sebanyak 600.000 saham. Produk

yang dihasilkan berupa jaring-jaring kawat baja las (Welded Wire Mesh), pagar

mesh, bronjong, kolom praktis dan produk sejenis lainnya. Saat ini, Lionmesh

memiliki empat pabrik yang berada di Jakarta dan Sidoarjo, Jawa Timur yang

mampu menyediakan kapasitas produksi sebesar 45.768 ton per tahun.

10. PT Ekadharma International Tbk

Ekadharma Internasional Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di sektor

pengemasan kertas dan pita perekat. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14

Desember 1983 di Tangerang dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 14 Agustus 1990 dengan kode index saham “EKAD”. Perusahaan

melakukan Penawaran Umum Perdana kepada masyarakat sebanyak 1.000.000

saham. Produk yang dihasilkan berupa Cloth Tapes, Double-Side Tapes, Kraft

Paper Tapes, Oriented Polypropylene (OPP) Tapes, Polyvinyl Chloride (PVC)

Insulation Tapes, Stationery Tapes, Masking Tapes, Stretch Films dan pita perekat

khusus. Ekadharma merupakan salah satu produsen yang juga memimpin pasar

tape di Indonesia. Pada tahun 2016, Ekadharma mampu menghasilkan penjualan

sebesar 568,64 miliar. Selama lima tahun terakhir, penjualan Ekadharma terus

mengalami peningkatan dan mampu bersaing dengan produsen lainnya di Asia.

Seiring dengan perkembangan yang dilakukan oleh perusahaan, hingga kini

perusahaan memiliki 30 cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

11. PT Trias Sentosa Tbk

Trias Sentosa Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bahan

kemasan film. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 23 November 1979 di

Sidoarjo dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 2 Juli 1990

dengan kode index saham “TRST”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum

Page 65: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

52

Perdana kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 saham. Produk yang dihasilkan

adalah Biaxially Oriented Polypropylene Film (BOPP Film), dan Biaxially

Oriented Polyester Film (BOPET Film) yang digunakan sebagai bahan kemasan

berbagai macam barang. Saat ini, Trias Sentosa telah menjadi produsen kemasan

film fleksibel terbesar di Indonesia dengan total kapasitas sebesar ± 67.000 MT

Biaxially Oriented Polypropylene Film (BOPP Film)per tahun dan sebesar ±

30.000 MT Biaxially Oriented Polyester Film (BOPET Film) per tahun.

Pemasaran produk perusahaan dilakukan di dalam negeri dan Internasional,

seperti China, Jepang, Amerika Serikat, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan

Australia. Selain itu, Trias Sentosa memiliki anak perusahaan yang terletak di

Sidoarjo dan Tianjin, China.

12. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di sektor

pakan olahan. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 7 Januari 1972 di Jakarta dan

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Maret 1991 dengan kode

index saham “TRST”. Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana kepada

masyarakat sebanyak 2.500.000 saham. Perusahaan ini menjual makanan ternak,

pembibitan dan budidaya ayam ras beserta pengolahannya. Selain itu, perusahaan

ini merupakan industri pengolahan makanan dan pengawetan daging ayam dan

sapi. Pada tahun 2016, penjualan perusahaan mengalami kenaikan dibandingkan

tahun 2015 yaitu sebesar 27,1%. Selama lima tahun terakhir, penjualan

perusahaan terus mengalami peningkatan dengan adanya kontribusi dari kegiatan

penunjang seperti memproduksi dan menjual karung atau kemasan plastik, alat-

alat peternakan, peralatan industri dari plastik, dan alat-alat rumah tangga yang

terbuat dari plastik sesuai dengan peraturan perizinan yang berlaku.

Page 66: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

53

4.2 Analisis Data

4.2.1 Prediksi Financial Distress

Table 4.1 Prediksi financial distress industri bahan dasar dan kimia

Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2017

No Nama

Perusahaan

Tahun Rata-

rata Interpretasi

2012 2013 2014 2015 2016

1

Indocement

Tunggal

Prakarsa Tbk

6.93 6.90 6.59 6.54 6.32 6.65 Sehat

2 Holcim

Indonesia Tbk 3.12 1.89 1.47 1.19 0.76 1.69

Financial

Distress

3 Semen

Indonesia Tbk 4.02 4.00 4.17 3.74 3.21 3.83 Sehat

4 Wijaya Karya

Beton Tbk 1.68 1.62 1.17 1.31 1.47 1.45

Financial

Distress

5 Asahimas Flat

Glass Tbk 5.11 4.88 5.59 4.98 3.01 4.71 Sehat

6 Arwana Citra

Mulia Tbk 3.65 4.34 4.85 2.91 3.09 3.77 Sehat

7 Surya Toto

Indonesia Tbk 3.77 3.65 3.72 3.64 3.06 3.57 Sehat

8 Lion Metal

Works Tbk 6.68 6.12 4.28 4.09 3.64 4.96 Sehat

9 Lionmesh

Prima Tbk 5.71 6.11 6.76 6.44 4.09 5.82 Sehat

10

Ekadharma

International

Tbk

4.05 4.13 4.06 5.40 5.65 4.66 Sehat

11 Trias Sentosa

Tbk 2.79 1.81 2.03 2.53 2.29 2.29

Zona Abu-

abu

12

Charoen

Pokphand

Indonesia Tbk

4.45 4.74 3.42 3.17 1.62 3.48 Sehat

Page 67: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

54

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 12 perusahaan sampel

terdapat 9 perusahaan yang masuk dalam zona aman atau tidak mengalami

financial distress yang ditunjukkan dengan koefisien metode Altman Z > 2,99,

yaitu: INTP, SMGR, AMFG, ARNA TOTO, LION, LMSH, EKAD, dan CPIN.

Sedangkan 2 perusahaan lainnya masuk dalam zona berbahaya atau dalam kondisi

mengalami financial distress yang ditunjukkan dengan koefisien metode Altman

Z < 1,81, yaitu: SMCB dan WTON. Sementara TRST masuk dalam zona abu-abu

artinya terdapat kemungkinan perusahaan mengalami financial distress yang

ditunjukkan dengan koefisien metode Altman Z 1,81 < Z < 2,99. Berdasarkan

hasil prediksi model Altman Z-score yang telah dilakukan tidak sesuai dengan

kenyataannya. Saat ini, keseluruhan sampel perusahaan bahan dasar dan kimia

masih terdaftar di BEI dan perusahaan masih dapat beroperasi dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2016) dari 9 sampel perusahaan

kimia terdapat 1 perusahaan yang berada dikategori financial distress dan sisanya

berada dikategori aman. Begitupun penelitian yang dilakukan Mutmainnah (2016)

pada perusahaan barang dan konsumsi dari 11 perusahaan 2 dinyatakan dalam

keadaan rawan, 7 rawan, dan 2 sehat, namun semua perusahaan tersebut masih

dapat beroperasi. Meskipun demikian perusahaan-perusahaan tersebut tetap harus

meningkatkan kelima rasio model Altman Z-score dengan fokus pada perbaikan

kinerja manajemen perusahaan serta memperbaiki dari segi keuangan perusahaan.

Dari penjelasan data di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan

dapat diprediksi mengalami financial distress apabila perusahaan memiliki utang

jangka panjang yang tinggi, tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendek,

memiliki tingkat laba yang rendah, dan tidak mampu mengelola dana yang

dimiliki perusahaan dengan baik (Kamaluddin & Pribadi, 2011).

Page 68: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

55

4.2.2 Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

HRGSHM WC/TA RE/TA EBIT/TA MVE/BVTL S/TA

Mean 5.665 0,253 0,510 0,132 2,548 0,940

Maximum 25.000 0,813 0,840 0,351 6,515 1,805

Minimum 250 -1,795 0,054 0,007 0,214 0,387

Std. Dev 6.345 0,351 0,213 0,083 1,704 0,355

Observartion 60 60 60 60 60 60

Sumber : SPSS 16

Berdasarkan tabel diatas, informasi dari kedua variabel tersebut dijabarkan

sebagai berikut:

1. Harga saham dikategorikan sebagai variabel terikat. Harga saham memiliki

nilai mininum sebesar 250, terjadi pada PT Trias Sentosa Tbk tahun 2013

yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan

harga saham dari tahun sebelumnya. Disisi lain, nilai maksimum sebesar

25.000 terjadi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2014 yang

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Dari nilai minimum dan maksimum harga saham memiliki

rata-rata hitung (mean) sebesar 5.665 dengan standar deviasi sebesar 6.345.

Standar deviasi yang lebih besar dari mean berarti bahwa simpangan data pada

variabel harga saham adalah tidak baik.

2. Working Capital to Total Assets (WC/TA) dikategorikan sebagai variabel

bebas. Rasio WC/TA memiliki nilai minimum sebesar -1,795 terjadi pada PT

Charoen Pokphand Indonesia Tbk tahun 2016 yang mengindikasikan

perusahaan tersebut dinilai tidak mampu membiayai kewajiban jangka

pendeknya terhadap total aktiva, dan nilai maksimumnya adalah 0,813 terjadi

pada PT Lion Metal Works Tbk tahun 2012 yang mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut memiliki modal kerja terhadap total aktiva terbesar. Dari

nilai minimum dan maksimum rasio WC/TA memiliki rata-rata hitung (mean)

sebesar 0,253 dengan standar deviasi sebesar 0,351. Standar deviasi yang

Page 69: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

56

lebih besar dari mean berarti bahwa simpangan data pada variabel WC/TA

tidak baik.

3. Retained Earning to Total Assets (RE/TA) dikategorikan sebagai variabel

bebas. Rasio RE/TA memiliki nilai minimum sebesar 0,054, terjadi pada PT

Holcim Indonesia Tbk tahun 2016, dan nilai maksimumnya adalah 0,840

terjadi pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2015. Nilai minimum yang

diperoleh menunjukkan bahwa sebuah perusahaan yang baru, kesempatan atau

peluang untuk diklasifikasikan dalam golongan bangkrut relatif lebih tinggi

daripada perusahaan-perusahaan yang sudah tua. Dari nilai minimum dan

maksimum rasio RE/TA memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 0,510

dengan standar deviasi 0,213. Standar deviasi yang lebih kecil dari mean

berarti bahwa simpangan data pada variabel RE/TA adalah baik.

4. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA) dikategorikan

sebagai variabel bebas. Rasio EBIT/TA memiliki nilai minimum sebesar

0,007, terjadi pada PT Trias Sentosa Tbk tahun 2016 yang mencerminkan

perusahaan menghasilkan uang yang lebih sedikit daripada bunga pinjaman

dari setiap aktiva perusahaan. Disisi lain, nilai maksimumnya adalah 0,351

terjadi pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2012 yang mencerminkan

perusahaan memiliki bunga pinjaman yang lebih rendah serta memiliki risiko

financial distress lebih kecil. Dari nilai minimum dan maksimum rasio

EBIT/TA memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 0,132 dengan standar

deviasi 0,083. Standar deviasi yang lebih kecil dari mean berarti bahwa

simpangan data pada variabel EBIT/TA adalah baik.

5. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL)

dikategorikan sebagai variabel bebas. Rasio MVE/BVTL memiliki nilai

minimum sebesar 0,214 terjadi pada PT Wijaya Karya Beton Tbk tahun 2014

yang mengindikasikan nilai pasar perusahaan yang turun akibat menutupi

kewajibannya. Namun, nilai maksimum sebesar 6,515 diperoleh PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2016 yang mengindikasikan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dengan

Page 70: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

57

meningkatkan nilai pasar perusahaan. dari nilai minimum dan maksimum

rasio MVE/BVTL memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 2,548 dengan

standar deviasi 1,704. Standar deviasi yang lebih kecil dari mean berarti

bahwa simpangan data pada variabel MVE/BVTL adalah baik.

6. Sales to Total Assets (S/TA) dikategorikan sebagai variabel bebas. Rasio S/TA

memiliki nilai minimum sebesar 0,387, terjadi pada PT Wijaya Karya Beton

Tbk tahun 2016 yang mencerminkan bahwa perusahaan kurang mampu

meningkatkan penjualan dari aktiva perusahaan dalam rangka menghasilakn

penjualan bersih. Nilai maksimumnya adalah 1,805 terjadi pada PT Lionmesh

Prima Tbk tahun 2013 yang mencerminkan bahwa perusahaan tersebut

menggunakan asetnya dengan baik untuk menghasilkan penjualan. Dari nilai

minimum dan maksimum rasio S/TA memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar

0,940 dengan standar deviasi 0,355. Standar deviasi yang lebih kecil dari

mean berarti bahwa simpangan data pada variabel S/TA adalah baik.

4.3 Uji Regresi Linier Sederhana

Pada penelitian ini, peneliti melakukan dua kali tes terhadap beberapa asumsi

klasik yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda yang dilakukan

karena menggunakan data sekunder. Regresi linier sederhana adalah regresi yang

menghubungkan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat untuk

mengetahui arah hubungan antar variabel secara linier.

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi

normal atau tidak (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, distribusi data normalitas

akan dilihat dari analisis statistik. Analisis statistik dijelaskan pada gambar 4.1

Page 71: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

58

Gambar 4.1 Grafik P-P Plot Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan grafik di atas, titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan

mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, data tersebut terbukti

terdistribusi secara normal dan lulus uji normalitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini melihat perbedaan atau ketidaksamaan varian dari residual antara

satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik dan data yang

diharapkan memiliki varian yang sama atau disebut homokedastisitas (Ghozali,

2011).

Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas

Page 72: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

59

Berdasarkan grafik pada uji heteroskedastisitas, jelas tidak membentuk pola

tertentu dan titik-titik menyebar di atas maupun di bawah angka 0 dan diantara 2

dan -2 sehingga tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi sebaiknya tidak terjadi jika ingin mendapatkan regresi yang

baik (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi dapat diperoleh dengan melakukan uji

statistik Durbin-Watson (Uji D-W). Hasil perhitungan uji Durbin-Watson akan

dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson.

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryᵇ

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 .593ᵃ .352 .341 5150.70589 .425

a. Predictors: (Constant), ZSCORE

b. Dependent Variable: HARGASAHAM

Berdasarkan output SPSS di atas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 0,425.

Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 dengan jumlah data

sebanyak 60. Sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,5485 dan du sebesar 1,6162.

Nilai DW dalam pengujian ini adalah 0,425 lebih kecil dari 4 dikurangi hasil du

sebesar 1,6162 sehingga hasilnya adalah 2,3838, maka tidak ada masalah

autokorelasi.

4. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dalam

model regresi. Kurangnya korelasi antara variabel bebas menunjukkan model

regresi yang baik.

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientᵃ

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

ZSCORE 1.000 1.000

a. Dependent Variable: HARGASAHAM

Page 73: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

60

Berdasarkan tabel koefisien menghasilkan nilai toleransi masing-masing variabel

lebih dari 0,10 dan nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, maka

kondisi ini menunjukkan model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas.

5. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis ini merupakan bentuk nilai untuk memperkirakan atau memprediksi

variabel terikat berdasarkan satu variabel bebas dalam suatu penelitian.

Persamaan regresi sederhana akan dirumuskan menurut koefisien regresi dari

variabel bebas. Berdasarkan tabel 4.5, persamaan model regresi sederhana adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.5 Analisis Regresi Sederhana

Coefficientᵃ

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) -3016.317 1683.064 -1.792 .078

ZSCORE 2222.119 395.752 .593 5.615 .000

a. Dependent Variable: HARGASAHAM

Y = -3016,317 + 2222,119 ZSCORE

1. Konstanta dengan jumlah sebesar -3016,317

Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel bebasnya adalah ZSCORE yang

memiliki nilai nol (0) berarti harga saham akan memiliki jumlah sebesar -

3016,317 .

2. Koefisien regresi ZSCORE = 2222,119

Hal ini menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin ZSCORE akan membuat

harga saham meningkat sebesar 2222,119, dengan menggunakan asumsi

bahwa variabel lainnya tetap konstan.

4.3.2 Uji Hipotesis

1. Uji Parsial (t - Test)

Pengujian akan dilakukan dengan membandingkan nilai aignifikan α = 0,05

dengan nilai probabilitas untuk setiap variabel bebas dari statistik uji-t. Jika nilai

Page 74: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

61

probabilitas lebih rendah dari nilai signifikan, berarti variabel bebas berpengaruh

terhadap harga saham. Berdasarkan output SPSS 16, uji parsial dari variabel

bebas, yaitu ZSCORE seperti pada tabel 4.5, maka hasil uji parsial adalah

koefisien regresi untuk ZSCORE memiliki nilai positif sebesar 5,615. Nilai

signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini

menghasilkan pengaruh Z-score yang signifikan terhadap harga saham. Dengan

demikian, hipotesis diterima.

2. Uji Simultan (F – Test)

Uji simultan digunakan untuk menjelaskan apakah ada pengaruh yang nyata

(signifikan) variabel Z-score (X) terhadap variabel harga saham (Y).

Tabel 4.6 Hasil Uji Simultan (F-Test)

ANOVAᵇ

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 8.364E8 5 8.364E8 31.527 .000ᵃ

Residual 1.539E9 58 2.653E7

Total 2.375E9 59

a. Predictors: (Constant), ZSCORE

b. Dependent Variable: HARGASAHAM

Dari output tersebut terlihat bahwa Fhitung = 31,527 dengan tingkat signifikan

(probabilitas) 0,000 < 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi

pengaruh Z-score terhadap harga saham.

3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas dalam

mempengaruhi variabel terikat (Winarno, 2011). Hasil pengujian pada koefisien

determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Model Summaryᵇ

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .593ᵃ .352 .341 5150.70589

a. Predictors: (Constant), ZSCORE

b. Dependent Variable: HARGASAHAM

Page 75: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

62

Dari output di atas, didapatkan Korelasi (R) antara variabel bebas dan variabel

terikat sebesar 0,593, artinya adalah terdapat hubungan yang kuat antara variabel

bebas yaitu Z-score terhadap variabel terikat yaitu harga saham.

Kemudian juga diperoleh nilai Adjusted R-square sebesar 0,341. Artinya adalah

variabel bebas yaitu Z-score mampu menjelaskan keragaman yang terjadi pada

variabel terikat yaitu harga saham sebesar 34,1%. Sedangkan sisanya 65,9%

kontribusi dari faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.4 Uji Regresi Linier Berganda

Setelah melakukan uji regresi linier sederhana, pengujian selanjutnya adalah uji

regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk melihat

adakah hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat

secara linier.

4.4.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, atau nilai

residu dari regresi memiliki distribusi data yang normal (Ghozali, 2011). Dalam

penelitian ini, distribusi data normalitas akan dilihat dari analisis statistik. Analisis

statistik dijelaskan pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Grafik P-Plot Hasil Uji Normalitas

Page 76: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

63

Berdasarkan grafik normalitas, titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan

mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, data tersebut terbukti

terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, data diklasifikasikan menjadi

terdistribusi normal dan lulus uji normalitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan varian dari residual

antara satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik dan data

yang diharapkan memiliki varian yang sama atau disebut homokedastisitas

(Ghozali, 2011).

Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik pada uji heteroskedastisitas, tampak bahwa titik-titik tersebut

menyebar secara acak tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan menyebar

baik diatas maupun dibawah angka 0 dan diantara 2 dan -3, maka tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Tes ini bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi dalam satu data pada variabel

yang sama. Masalah autokorelasi sebaiknya tidak terjadi jika ingin mendapatkan

regresi yang baik (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi dapat diketahui dengan

melakukan uji statistik Durbin-Watson (Uji D-W). Hasil perhitungan uji Durbin-

Page 77: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

64

Watson akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson. Dalam penelitian

ini, hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryᵇ

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 .812ᵃ .659 .628 3871.48107 .999

a. Predictors: (Constant), STA, MVEBVTL, WCTA, EBITTA, STA

c. Dependent Variable: HARGASAHAM

Berdasarkan tabel diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 0,999. Jika

dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah observasi (n) = 60 dan

jumlah variabel bebas 5 (k = 5) diperoleh nilai tabel dl = 1,4083 dan du = 1,7671.

Karena du (1,7671) < DW hitung (0,999) < dari 4 – du (2,2329). Dengan

demikian tidak terdapat autokorelasi dalam model ini.

4. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dalam

model regresi. Kurangnya korelasi antara variabel bebas menunjukkan model

regresi yang baik.

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientᵃ

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

WCTA .731 .1368

RETA .406 .2466

EBITTA .686 .1457

MVEBVTL .436 .2291

STA .674 .1483

a. Dependent Variable: HARGASAHAM

Berdasarkan tabel koefisien menghasilkan nilai toleransi masing-masing variabel

lebih dari 0,10 dan nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, maka

kondisi ini menunjukkan model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas.

Page 78: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

65

5. Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi berganda merupakan bentuk nilai untuk memperkirakan atau

memprediksi variabel terikat berdasarkan satu variabel bebas dalam suatu

penelitian. Tabel 4.9 menunjukkan hasil regresi berganda sebagai berikut:

Tabel 4.9 Analisis Regresi Berganda

Coefficientᵃ

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 2533.605 1648.415 1.537 .130

WCTA -1281.352 1682.605 -.071 -.762 .450

RETA 1825.172 3718.976 .061 .491 .626

EBITTA 36685.991 7293.323 .482 5.030 .000

MVEBVTL 1840.747 447.836 .494 4.110 .000

STA -77436.140 1727.792 -.416 -4.304 .000

a. Dependent Variable: HARGASAHAM

Persamaan regresi berganda akan dirumuskan menurut koefisien regresi dari

setiap variabel bebas. Berdasarkan tabel 4.9, persamaan model regresi berganda

adalah sebagai berikut:

Y = 2533,605 – 1281,352 WCTA + 1825,172 RETA + 36685,991 EBITTA +

1840,747 MVEBVD – 7436,130 STA

1. Konstanta dengan jumlah sebesar 2533,605

Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel bebasnya adalah Working Capital to

Total Assets (WC/TA), Retained Earning to Total Assets (RE/TA), Earning

Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA), Market Value of Equity

to Book Value of Total Liabilities (MVE/BVTL), dan Sales to Total Assets

(S/TA) yang memiliki nilai nol (0) berarti harga saham akan memiliki jumlah

sebesar 2533,605.

2. Koefisien regresi rasio Working Capital to Total Assets (WC/TA) = -1281,352

Koefisien rasio Working Capital to Total Assets adalah -1281,352. Tanda

negatif berarti Working Capital to Total Assets berpengaruh negatif terhadap

harga saham. Ini menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin dalam Working

Page 79: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

66

Capital to Total Assets akan membuat harga saham menjadi turun sebesar

1281,352 dengan menggunakan asumsi bahwa variabel lainnya tetap konstan.

3. Koefisien regresi rasio Retained Earning to Total Assets (RE/TA) = 1825,172

Ini menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin dalam rasio Retained Earning

to Total Assets akan membuat harga saham meningkat sebesar 1825,172,

dengan menggunakan asumsi bahwa variabel lainnya tetap konstan.

4. Koefisien regresi rasio Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

(EBIT/TA) = 36685,991

Ini mendefinisikan bahwa Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

berdampak terhadap harga saham sebesar 26685,991. Dengan kata lain, jika

variabel lainnya konstan dan terjadi kenaikan 1 poin pada Earning Before

Interest and Taxes to Total Assets, maka harga saham akan meningkat sebesar

36685,991.

5. Koefisien regresi rasio Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities (MVE/BVTL) = 1840,747

Ini mendefinisikan bahwa Market Value of Equity to Book Value of Debt

memiliki dampak sebesar 1840,747 terhadap harga saham. Jika Market Value

of Equity to Book Value of Total Liabilities meningkat 1 poin dan variabel

lainnya konstan maka harga saham akan meningkat sebesar 1840,747.

6. Koefisien regresi rasio Sales to Total Assets (S/TA) = -7436,140

Koefisien rasio Sales to Total Assets adalah -743,140. Tanda negatif berarti

Sales to Total Assets berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ini

menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 poin dalam Sales to Total Assets akan

membuat harga saham menjadi turun sebesar 1281,352 dengan menggunakan

asumsi bahwa variabel lainnya tetap konstan.

Page 80: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

67

4.4.2 Uji Hipotesis

1. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian akan dilakukan dengan membandingkan nilai aignifikan α = 0,05

dengan nilai probabilitas untuk setiap variabel bebas dari statistik uji-t. Jika nilai

probabilitas lebih rendah dari nilai signifikan, berarti variabel bebas berpengaruh

terhadap harga saham. Berdasarkan output SPSS 16, uji parsial dari kelima

variabel bebas, yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total

Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity

to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets seperti pada tabel 4.9,

maka hasil uji parsial sebagai berikut:

a. Koefisien regresi untuk Working Capital to Total Assets memiliki nilai negatif

sebesar -1281,352. Nilai signifikansi 0,450 menunjukkan bahwa nilainya lebih

besar dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan pengaruh negatif Working Capital to

Total Assets yang tidak signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian,

hipotesis 1 ditolak.

b. Koefisien regresi untuk Retained Earning to Total Assets memiliki nilai positif

sebesar 1825,172. Nilai signifikansi 0,626 menunjukkan bahwa nilainya lebih

besar dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan pengaruh positif Retained Earning

to Total Assets yang tidak signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian,

hipotesis 2 ditolak.

c. Koefisien regresi untuk Earning Before Interest and Taxes to Total Assets

memiliki nilai positif sebesar 36685,991. Nilai signifikansi 0,000

menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan

pengaruh positif Earning Before Interest and Taxes to Total Assets yang

signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, hipotesis 3 diterima.

d. Koefisien regresi untuk Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities memiliki nilai positif sebesar 1840,747. Nilai signifikansi 0,000

menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan

Page 81: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

68

pengaruh positif Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities

yang signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, hipotesis 4 diterima.

e. Koefisien regresi untuk Sales to Total Assets memiliki nilai negatif sebesar -

7436,140. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil

dari α = 0,05. Hal ini menghasilkan pengaruh negatif Sales to Total Assets

yang signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis 4 diterima.

2. Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan digunakan untuk menguji apakah semua variabel bebas yaitu

Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning

Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value

of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets yang termasuk dalam model regresi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham.

Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan (F-Test)

ANOVAᵇ

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1.566E9 5 3.132E8 20.893 .000ᵃ

Residual 8.094E8 54 1.499E7

Total 2.375E9 59 a. Predictors: (Constant), STA, MVEBVTL, WCTA,

EBITTA, STA b. Dependent Variable: HARGASAHAM

Berdasarkan pengujian secara simultan, peneliti mendapatkan nilai Fhitung dengan

nilai 20,893 sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikan α = 5% adalah 2,39,

artinya Fhitung > Ftabel dengan probabilitas 0.000 (kurang dari α).

Dengan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peneliti menolak Ho,

berarti bahwa variabel bebas yang terdiri dari Working Capital to Total Assets,

Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total

Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to

Total Assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Page 82: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

69

3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan variabel bebas

yang mempengaruhi variabel terikat (Winarno, 2011). Hasil terbaik pada

koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Koefisien Determinasi

Model Summaryᵇ

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .812ᵃ .659 .628 3871.48107

a. Predictors: (Constant), STA, MVEBVTL, WCTA, EBITTA, STA

b. Dependent Variable: HARGASAHAM

Berdasarkan output di atas, didapatkan Korelasi (R) antara variabel bebas dan

variabel terikat sebesar 0,812, artinya adalah terdapat hubungan yang sangat kuat

antara variabel independen yaitu Working Capital to Total Assets, Retained

Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets,

Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total

Assets terhadap variabel dependen yaitu harga saham.

Kemudian juga diperoleh nilai Adjusted R-square sebesar 0,628. Artinya adalah

variabel bebas yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total

Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity

to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets mampu menjelaskan

keragaman yang terjadi pada variabel terikat yaitu harga saham sebesar 62,8%.

Sedangkan sisanya 38,2% kontribusi dari faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian

1. Pengaruh Financial Distress Terhadap Harga Saham

Hipotesis pertama menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan financial

distress terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.5 yang menunjukkan nilai

signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima. Menurut

Page 83: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

70

Ririanty (2015), financial distress memiliki pengaruh yang sangat penting bagi

pihak internal maupun eksternal. Bagi internal, informasi ini dapat digunakan

untuk mengevaluasi keputusan investasi dan penghindaran pembiayaan yang telah

dilakukan oleh pihak manajemen puncak, sehingga pengambilan keputusan yang

akan dibuat di masa depan menjadi lebih efektif. Bagi investor pada khususnya,

informasi ini dapat dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi,

sehingga investor bisa melakukan investasi dengan pilihan investasi yang terbaik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lestari, dkk (2016) prediksi financial

distress menggunakan Altman Z-score terhadap harga saham pada perusahaan

kimia yang terdaftar di BEI periode 2009-2014. Hasil penelitian ini membuktikan

adanya pengaruh yang siginifikan nilai Z-score terhadap harga saham. Sementara

Beaver dalam Muthmainnah (2016) menyatakan bahwa investor mengenali dan

menyesuaikan kebangkrutan perusahaan berdasarkan rasio keuangan yang

dianalisis sebagai informasi harga saham. Sedangkan menurut Lasmanah (2014)

model rasio keuangan Altman mempengaruhi harga saham perusahaan

transportasi secara positif signifikan.

Harga saham yang tinggi dan rendah dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan

penjual yang melakukan transaksi. Pertimbangan ini meliputi kondisi kinerja

perusahaan (bangkrut atau sehat), prospek industri, situasi politik, kebijakan

pemerintah, dan kondisi pasar saat ini. Hal ini sesuai dengan teori bahwa prediksi

financial distress memiliki pengaruh positif dengan harga saham. Bila prediksi

financial distress keuangan baik, harga saham akan meningkat (Muthmainnah,

2016).

2. Pengaruh Rasio Working Capital to Total Assets (WC/TA) Terhadap

Harga Saham

Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio Working

Capital to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.9 yang

menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,450 yang lebih besar dari 0,05, hipotesis

ini ditolak. Working Capital to Total Assets (WC/TA) menunjukkan bagaimana

Page 84: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

71

perusahaan mampu menghasilkan modal kerja bersih berdasarkan total aktiva

yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki modal kerja yang tinggi

akan meningkatkan kegiatan operasional perusahaan agar berjalan dengan baik

serta secara tidak langsung dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan. Jika

modal kerja perusahaan naik maka harga saham akan naik sehingga akan

menngkatkan minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut karena

kemampuan menghasilkan modal kerja yang tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan telah mengelola modal kerjanya dengan baik dan efisien, sebaliknya

tingkat kemampuan menghasilkan modal kerja yang rendah menunjukkan bahwa

perusahaan tidak mengelola modal kerjanya dengan baik (Nugroho, 2012).

Modal kerja yang relatif rendah akan membuat investor lebih mempertimbangkan

faktor-faktor lain dan cenderung tidak memperhatikan rasio WC/TA dalam

memutuskan untuk membeli saham suatu perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014) dan Lestari, dkk (2016) yang

menunjukkan bahwa variabel Working Capital to Total Assets tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniarti (2014) dan Ririanty (2015)

yang menunjukkan bahwa variabel Working Capital to Total Assets mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

3. Pengaruh Retained Earning to Total Assets (RE/TA) Terhadap Harga

Saham

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio

Retained Earning to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.9

yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,626 yang lebih besar dari 0,05,

hipotesis ini ditolak. Menurut Ardian & Khoiruddin (2014) dalam kasus yang

biasa terjadi, perusahaan mempertahankan laba untuk menginvestasikannya ke

area yang dianggap dapat menciptakan peluang yang baik, seperti membeli mesin

baru atau menghabiskan uang perusahaan untuk penelitian serta pengembangan

lebih lanjut. Retained Earning bisa menjadi negatif apabila rugi bersih lebih besar

Page 85: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

72

dari laba ditahan. Kenaikan atau penurunan akumulasi laba ditahan selama

periode merupakan hasil dari jumlah laba/rugi bersih dan pembayaran dividen

selama periode tersebut. Pihak manajemen perusahaan selalu menjaga likuiditas

tidak hanya pada perusahaan yang laba bersihnya naik saja, emiten yang

meskipun laba bersihnya turun tetap membagikan dividen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014) dan Ririanty

(2015) yang menyatakan bahwa variabel Retained Earning to Total Assets tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Retained Earnings

to Total Assets (RE/TA) menunjukkan bagaimana perusahaan mampu

menghasilkan laba ditahan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan.

Oleh sebab itu, investor cenderung tidak memperhatikan rasio RE/TA dan lebih

memperhatikan rasio-rasio lain dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi

saham. Namun, penelitian ini kontra dengan Yuniarti (2014) yang menyatakan

bahwa variabel Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham.

4. Pengaruh Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)

Terhadap Harga Saham

Hipotesis keempat menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio

Earning Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap harga saham.”

Berdasarkan tabel 4.9 yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih

kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima. Rasio ini digunakan untuk mengukur

bagaimana perusahaan mampu menghasilkan keuntungan dari modal yang

diinvestasikan pada total aktiva perusahaan untuk investor. Rasio EBIT/TA yang

tinggi menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki keuntungan yang cukup

tinggi sehingga perusahaan dapat mengelola aktiva perusahaan dengan baik. Hal

itu akan membuat investor mempertimbangkan keputusannya untuk berinvestasi,

sehingga berdampak pada peningkatan harga saham. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014), Ardian & Khoiruddin (2014) dan

Lestari, dkk (2016) yang menyatakan bahwa variabel Earning Before Interest and

Taxes to Total Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Page 86: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

73

5. Pengaruh Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities

(MVE/BVTL) Terhadap Harga Saham

Hipotesis kelima menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio Market

Value of Equity to Book Value of Total Liabilities terhadap harga saham.”

Berdasarkan tabel 4.9 yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih

kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Sukmawati, dkk (2014) yang meneliti tentang pengaruh rasio-rasio dalam model

Altman Z-Score terhadap harga saham pada perusahaan perbankan go public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 sejumlah 31 perusahaan,

Lestari, dkk (2016) yang menyatakan bahwa variabel Market Value of Equity to

Book Value of Total Liabilities mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham, ini artinya bahwa semakin tinggi nilai rasio perusahaan

melebihi kewajibannya, maka perusahaan juga memiliki potensi yang tinggi untuk

menarik investor sehingga dapat meningkatkan harga saham.

6. Pengaruh Sales to Total Assets (S/TA) Terhadap Harga Saham

Hipotesis keenam menyatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan rasio Sales

to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan tabel 4.9 yang menunjukkan

nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, hipotesis ini diterima.

Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan mampu mengalokasikan dananya

sebaik mungkin, sehingga tercipta tingkat penjualan yang tinggi. Tingkat

penjualan yang tinggi akan menciptakan loyalitas konsumen. Oleh karena itu,

investor akan lebih memperhatikan rasio S/TA dalam mengambil keputusan untuk

berinvestasi, sehingga akan berdampak pada kenaikan harga saham. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardian & Khoiruddin

(2014) yang meneliti tentang pengaruh analisis kebangkrutan model altman

terhadap harga saham perusahaan manufaktur sejumlah 36 perusahaan. Namun,

penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Dwiyanto (2012) yang menyatakan

bahwa variabel Sales to Total Assets mempunyai pengaruh negatif dan signifikan

terhadap harga saham.

Page 87: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

74

7. Pengaruh Secara Simultan antara Working Capital to Total Assets,

Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total

Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to

Total Assets terhadap Harga Saham

Menurut hipotesis menyatakan “Ada pengaruh yang simultan antara Working

Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earning Before

Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities, dan Sales to Total Assets terhadap harga saham.” Berdasarkan

pengujian secara simultan, hasil uji statistik F sebesar 20,893 yang berarti bahwa

variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

harga saham.

Menurut Sukmawati, dkk (2014) rasio-rasio keuangan model Altman biasa

digunakan untuk menilai tingkat kebangkrutan suatu perusahaan, yang secara

tidak langsung juga mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin baik

rasio keuangan model Altman pada suatu perusahaan maka semakin sehat

perusahaan tersebut. Hal ini dapat memberikan keyakinan pada investor untuk

memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan harga saham

perusahaan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil pengujian hipotesis

tujuh yaitu rasio Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total

Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity

to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap harga saham terbukti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukmawati, dkk (2014) yang

menyatakan bahwa secara simultan variabel Working Capital to Total Assets,

Retained Earnings to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes to Total

Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to

Total Assets berpengaruh terhadap harga saham.

Page 88: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan mengenai analisis financial distress dan pengaruhnya

terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor bahan dasar dan kimia

yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-2016, maka dapat diambil

kesimpulan serta memberikan saran yang dapat berguna bagi pihak industri sektor

bahan dasar dan kimia maupun semua pihak yang membutuhkan.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dari bab sebelumnya mengenai

analisis financial distress dan pengaruhnya terhadap harga saham pada

perusahaan:

1. Hasil nilai Z-score dari 12 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) diketahui 9 perusahaan termasuk dalam kategori sehat, 1

perusahaan berada dalam kondisi abu-abu atau rawan dan 2 perusahaan

berpotensi mengalami kebangkrutan. Hasil pengujian regresi Z-score

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini

menjelaskan bahwa investor mengenali dan menyesuaikan kebangkrutan

perusahaan berdasarkan rasio keuangan yang dianalisis sebagai informasi

harga saham.

2. Variabel Working Capital to Total Assets (WC/TA) tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menjelaskan dimana rasio WC/TA

memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap harga saham. Modal

kerja yang relatif rendah akan membuat investor lebih mempertimbangkan

faktor-faktor lain dalam memutuskan untuk membeli saham suatu perusahaan.

3. Variabel Retained Earning to Total Assets (RE/TA) tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menjelaskan dimana rasio RE/TA

memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap harga saham.

Page 89: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

76

Pihak manajemen perusahaan yang selalu menjaga likuiditasnya akan

meningkatkan akumulasi laba ditahan berdasarkan total aktiva yang dimiliki

perusahaan sehingga investor cenderung lebih memperhatikan rasio-rasio lain

dalam mengambil keputusan berinvestasi saham.

4. Variabel Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA)

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menjelaskan dimana

rasio EBIT/TA memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap harga

saham. Perusahaan yang dapat mengelola aktivanya dengan baik akan

memiliki keuntungan yang cukup tinggi sehingga membuat investor

mempertimbangkan keputusannya untuk berinvestasi dan berdampak pada

peningkatan harga saham.

5. Variabel Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities

(MVE/BVTL) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t

menjelaskan dimana rasio MVE/BVTL memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap harga saham. Perusahaan yang mampu memenuhi segala

kewajiban finansialnya akan memiliki rasio MVE/BVTL yang tinggi sehingga

dapat menarik investor dan meningkatkan harga saham perusahaan.

6. Variabel Sales to Total Assets (S/TA) berpengaruh signifikan terhadap harga

saham. Hasil uji t menjelaskan dimana rasio S/TA memiliki pengaruh negatif

namun signifikan terhadap harga saham. Perusahaan dengan nilai S/TA yang

tinggi berarti mampu mengalokasikan dananya sebaik mungkin, sehingga

dapat menghasilkan tingkat penjualan yang tinggi dan terciptanya loyalitas

konsumen yang dapat menarik investor untuk berinvestasi.

7. Variabel Z-score, Working Capital to Total Assets (WC/TA), Retained

Earnings to Total Assets (RE/TA), Earning Before Interest and Taxes to Total

Assets (EBIT/TA), Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities

(MVE/BVTL), dan Sales to Total Assets (S/TA) secara bersama-sama memiliki

pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan

Page 90: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

77

bahwa semua variabel bebas dalam penelitian ini memiliki kontribusi secara

bersama-sama terhadap variabel terikat.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba

memberikan saran-saran yang sekiranya berguna bagi perusahaan dalam

melaksanakan operasional perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan

kinerja keuangan industri sektor bahan dasar dan kimia.

1. Perusahaan

Untuk perusahaan yang masuk kategori sehat dan tidak berpotensi bangkrut perlu

dipertahankan atau ditingkatkan dengan memperbesar laba, meningkatkan

penjualan, efsiensi biaya operasional, serta lebih memperhatikan nilai pasar

ekuitas. Pihak manajemen diharapkan dapat mengelola perusahaan dengan

meningkatkan kinerja di sektor keuangan, terutama pada perusahaan yang

termasuk dalam kategori berpotensi bangkrut hendaknya mengatur tingkat hutang

perusahaan dan anggaran untuk ekspansi perusahaan sesuai dengan persyaratan

masuk BEI sehingga perusahaan menjadi aman dan terhindar dari kebangkrutan.

Perusahaan yang termasuk dalam kategori abu-abu diharapkan untuk

menggunakan secara maksimal aktiva perusahaan sehingga mampu menghasilkan

return saham yang maksimal, selain itu perusahaan harus mampu menjaga tingkat

penjualan perusahaan sehingga membantu perusahaan untuk bertahan dalam

kondisi krisis.

2. Investor dan Manajemen

Bagi investor diharapkan untuk memertimbangkan proporsi antara trading dan

investasi sehingga membantu investor meminimalkan kerugian. Selain itu,

investor yang menggunakan analisis teknikal dan analisis psikologi untuk tidak

terpengaruh oleh harga saham yang fluktuatif dan berusaha memiliki target

keuntungan setiap transaksi. Bagi investor yang menggunakan analisis

fundamental diharapkan berhati-hati dalam memilih perusahaan karena terdapat

beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI yang berada di zona rawan dan bahkan

Page 91: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

78

berpotensi bangkrut. Investor dan manajer dapat mengambil langkah awal yang

baik dalam melakukan investasi, yaitu dengan memperhatikan beberapa rasio

keuangan yang dapat memprediksi apakah perusahaan berada dalam kondisi sehat

atau malah dalam kondisi financial distress yang bisa saja mengarah menjadi

proses kebangkrutan.

3. Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dalam melakukan penelitian sejenis

mencoba mengembangkan variabel lain seperti size effect dan age effect atau

membandingkan metode Z-score dengan metode lain sehingga penelitian akan

lebih valid. Selain itu, menggunakan objek penelitian yang berbeda dan

menggunakan sampel yang lebih banyak, seperti: faktor politik dan faktor makro

ekonomi (inflasi, kurs, suku bunga). Tujuannya adalah memperoleh hasil yang

lebih akurat dan dapat digeneralisasi. Variabel harga saham yang digunakan juga

harus dipertimbangkan jika closing price terpengaruh oleh monday effect atau bad

friday. Selain itu, perlu diusahakan data mengenai Earning Before Interest and

Taxes (EBIT) dan tanggal publikasi laporan keuangan yang akurat sebagai dasar

perhitungan dasar harga saham.

Page 92: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

79

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Altman, E., & Hotchkiss, E. (2006). Corporate Financial Distress and

Bankruptcy. John Wiley & Sons, Inc. Third Edition. New Jersey

Brigham, Eugene., & Houston, J. F. (2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.

Penerjemah Yulianto. A. A. Edisi Kesebelas. Edisi Indonesia. Buku II.

Jakarta: Salemba Empat.

Darmadji, T. (2012). Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, Irham. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, Imam. (2011). Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan

Program AMOS 16,0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, Lawrence, J. (2009). Principle of Mnagerial Finance. Boston: Pearson

Addison Wesley.

Harrison, W. T., Horngren, C. T., & Thomas, W. T. (2012). Akuntansi

Keuangan: International Financial Reporting Standars. Penerjemah Gina

Gania. Jakarta: Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 56. Jakarta: IAI.

Kamaludin, & Indriani. (2012). Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Bandung:

CV. Mandar Maju.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Martalena, & Malinda. (2011). Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: Andi.

Martani, Dwi, dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis Psak Buku

1. Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, S. 2(015). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Prishardoyo, B. (2012). Pelajaran Ekonomi. Jakarta: Grasindo.

Priyatno, D. (2014). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Mediakom.

Page 93: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

80

Ramanujam, V. (1984). “Environment Context, Organizational Context, Strategy

and Corporate turnaround”. PhD Dissertation. University of Pittsburgh.

Reeve, James. (2011). Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Penerjemah

Dian D. Jakarta: Salemba Empat.

Riyanto, Bambang. (2010). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

Penerbit GPFE.

Ross, A Stephen., Westerfield, W., and Jeffrey, J. (1999). “Corporate Finance”.

McGraw Hill International Editions. 5th Edition.

Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi Konsep dan Tekhnik Penyusunan Laporan

Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Sekaran, U., & Bougie, R. ( 2011). Research Methods For Business. A. John

Wiley and Sons. United Kingdom.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Tandelilin, E. 2012. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Gava Media

Widoatmodjo, S. (2012). Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi

Pemuda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Jurnal

Al-Hroot, Y. A. (2015). The Influence Of Sample Size And Selection Of

Financial Ratios In Bankruptcy Model Accuracy. Economic Review -

Journal of Economics and Business, Vol. 13, Issues 1.

Al-Rawi, K. (2008). The Use Of Altman Equation For Bankruptcy Prediction In

An Industrial Firm (Case Study). International Business & Economics

Research Journal.

Altman, E.I. (1968). Financial Ratios, Discriminate Analysis and the Prediction of

Corporate Bankruptcy, Journal of Finance, September.

Anjum, S. (2015). Business bankruptcy prediction models: A significant study of

the Altman’s Z-score model. Asian Journal Of Management Research.

Ardian, A., & Khoiruddin, M. (2014). Pengaruh Analisis Kebangkrutan Model

Altman Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Management

Analysis Journal.

Page 94: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

81

Dwiyanto, B. S. (2012). Analisis Pengaruh Ratio Keuangan Dengan Harga Saham

Pada Perusahaan Properti Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

MAKSIPRENEUR, Vol. 1 No.2.

Gilbert, L. R., Menon, K. and Schwartz, K. B. (1990). Predicting Bankruptcy for

Firms in Financial Distress. Journal of Business Finance, pp. 161-171.

Hamid, Abdul. (2012). Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity

(ROE) dan Earning Per Share (EPS) Pada Sektor Industri Dasar dan

Kimia yang Terdaftar di BEI. Jurnal Keuangan.

Hapsari, Evanny Indri. (2012). Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal

Dinamika Manajemen, Vol. 3

Jiming, L., & Weiwei, D. (2011). An Empirical Study on the Corporate Financial

Distress Prediction Based on Logistic Model: Evidence from China’s

Manufacturing Industry. International Journal of Digital Content

Technology and its Applications, Vol. 5 No. 6.

Lestari, S. D., Oktaviani, R. F., & Arafah, W. (2016). Financial Distress

Prediction With Altman Z-Score And Effect On Stock Price: Empirical

Study On Companies Subsectors Chemical Listed In Indonesia Stock

Exchange Period 2009-2014. International Journal of Business and

Management Invention, Volume 5. Issue 8.

Lasmanah. (2014). The Prediction of Financial Distress Analysis and Its

Implication to Stock Price’s Sub Sector Transportation in Indonesia Stock

Exchange Period 2007-2011. International Journal of Accounting,

Volume 4 No. 9.

Khalid, A., Altarturi, B. M., Thaker, H. T., Harun, M. Y., & Nahar, N. (2014).

Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s

Government Linked Companies (GLC). International Journal of

Economics, Finance and Management, Vol. 3 No.3.

Marcelina, T. A. (2014). Bankruptcy Prediction Using Z-Score Methods And Its

Influence On Share Prices Of Transportation Companies List On The

Indonesia Stock Exchange In 2008-2012. Jurnal EPROC of Management .

Nunky, M. R. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, Dan Pertumbuhan

Penjualan Terhadap Harga Saham Dengan Struktur Modal Sebagai

Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Nominal.

Ririanty, R. O. (2015). Pengaruh Financial Distress Dan Dividend Payout Ratio

Terhadap Perubahan Harga Saham. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 4

No. 5.

Page 95: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

82

Sajjan, P. (2016). Predicting Bankruptcy Of Selected Firms By Applying

Altman’s Z-Score Model. International Journal Research -

Granthaalayah, Vol. 4 (Iss.4).

Sarwani & Rasidah. (2008). Analisis Diskriminan Model Altman (Z-Score)

Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan

Pada Industri Kayu Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal

Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi.

Sukmawati, N. D., Adiputra, I. P., & Darmawan, N. S. (2014). Pengaruh Rasio-

Rasio Dalam Model Altman Z Score Terhadap Harga Saham (Studi pada

Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia). Jurusan

Akuntansi Program S1, Vol. 2 No. 1.

Yuniarti, K. (2014). Pengujian Dampak Rasio Altman, DER, Dan Tingkat Suku

Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan Di Bursa

Efek Indonesia. Study and Acounting Journal.

Whitaker Richard B., (1999). The stages of financial distress. Journal of

Economics and Finance, Volume 23 Number 2. pg 123 – 132.

Wruck, K. (1990). Financial Distress: Reorganization and Organization

Efficiency. Journal of Financial Economics, pg. 425.

Website

Arwana Citra Mulia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

https://www.arwanacitra.com/

Asahimas Flat Glass. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

http://www.amfg.co.id/en/corporate/around-us/about-us.html

Badan Pusat Statistik. Diakses 5 November, 2017 dari

http://www.bps.go.id/

Bursa Efek Indonesia. Diakses 1 Oktober, 2017 dari

http://www.idx.co.id/

Charoen Phokphand Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

https://cp.co.id/

Dana Moneter International. Diakses 16 Oktober, 2017 dari

http://equity-worldf.com/tag/dana-moneter-internasional/

Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Diakses 16 Oktober, 2017 dari

http://duniaindustri.com/tag/data/asosiasi-semen-indonesia-asi/

Page 96: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

83

Ekadharma International. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

http://ekadharma.com/investor/laporan-keuangan/

Global Competitiveness Index. Diakses 16 Oktober, 2017 dari

https://www.weforum.org/reports/the-global-competitiveness-report-

2017-2018

Holcim Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

https://www.holcim.co.id/en/about-us/corporate-profile/our-history

Indocement Tunggal Prakarsa. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

http://www.indocement.co.id/v5/id/company/indocement-in-brief/brief-

description

Infrastruktur. Diakses 16 Oktober, 2017 dari

http://industri.kontan.co.id/news/ngebut-infrastruktur-penjualan-semen-menanjak

Kementerian Perindustrian. diakses 5 November, 2017 dari

http://www.kemenperin.go.id/

Lion Metal Works. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

https://www.lionmetal.co.id/index.php/2012-12-13-08-52-53/joomla-user/annual-

report

Lionmesh Prima. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

http://lionmesh.com/perusahaan/profil-perusahaan/

Perekonomian Indonesia dan APBN 2017. Diakses 16 Oktober, 2017 dari

https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017

Semen Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

http://www.semenindonesia.com/laporan-tahunan

Surya Toto Indonesia. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

https://www.toto.co.id/

Trias Sentosa. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

http://www.trias-sentosa.com/eng/company/profile/

Wijaya Karya Beton. Diakses 3 Oktober, 2017 dari

http://investor.wikabeton.co.id/ar.html

Page 97: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

84

LAMPIRAN

Lampiran 1

Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2012

No. Nama

Emiten

Rasio Altman Z-Score

Current Assets Current

Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT

Market Value of

Equity Sales

1 INTP

14.579.400.000.000

2.418.762.000.000

22.755.160.000.000

3.336.

422.000.000

12.160.638.000.000

14.548.447.000.000

6.239.550.000.000

19.418.738.000.000

17.290.337.000.000

2 SMCB

2.186.797.000.000

1.556.875.000.000

12.168.517.000.000

3.750.461.000.000

629.922.000.000

1.769.129.000.000

1.872.712.000.000

8.418.056.000.000

9.011.076.000.000

3 SMGR

8.231.297.105.000

4.852.204.637.000

26.579.083.786.000

8.414.229.138.000

3.379.092.468.000

15.038.589.191.000

6.287.454.009.000

18.164.854.648.000

19.598.247.884.000

4 WTON

7.186.554.643.000

6.527.627.883.000

10.945.209.418.000

8.131.203.824.000

658.926.760.000

1.196.354.346.000

807.915.794.000

2.814.005.594.000

9.816.085.895.000

5 AMFG

1.658.468.000.000

426.669.000.000

3.115.421.000.000

658.332.000.000

1.231.799.000.000

2.007.506.000.000

463.812.000.000

2.457.089.000.000

2.857.310.000.000

6 ARNA

323.837.015.729

277.678.054.056

937.359.770.277

332.551.590.871

46.158.961.673

503.672.147.607

212.271.534.750

604.808.179.406

1.113.663.603.211

7 TOTO

966.806.112.377

448.767.622.942

1.522.663.914.388

624.499.013.875

518.038.489.435

834.316.200.513

336.281.961.088

898.164.900.153

1.576.763.006.759

8 LION

394.802.917.573

42.249.381.295

433.497.042.140

61.667.655.113

352.553.536.278

310.690.756.806

10.365.204.531

371.829.387.027

333.921.950.207

9 LMSH

101.832.924.451

25.036.281.503

128.547.715.366

31.022.520.184

76.796.642.948

87.428.857.822

45.070.617.424

97.525.195.182

223.079.062.667

10 EKAD

180.370.886.413

74.814.329.851

273.893.467.429

81.915.660.390

105.556.556.562

117.693.866.350

47.930.499.632

191.977.807.039

385.037.050.333

11 TRST

838.465.235.358

643.329.849.780

2.188.129.039.119

835.136.579.731

195.135.385.578

928.315.548.607

80.748.964.071

1.352.992.459.388

1.949.153.201.410

12 CPIN

7.180.890.000.000

2.167.652.000.000

12.348.627.000.000

4.172.163.000.000

5.013.238.000.000

7.838.460.000.000

3.376.499.000.000

8.176.464.000.000

21.310.925.000.000

Page 98: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

85

Lampiran 2

Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2013

No. Nama

Emiten

Rumus Altman Z-Score

Current Assets Current

Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT

Market Value of

Equity Sales

1 INTP 16.846.248.000.000 2.740.089.000.000 26.607.241.000.000 3.629.554.000.000 14.106.159.000.000 17.877.133.000.000 6.595.154.000.000 22.977.687.000.000 18.691.286.000.000

2 SMCB 2.085.055.000.000 3.262.054.000.000 14.894.990.000.000 6.122.043.000.000 (1.176.999.000.000) 1.916.755.000.000 1.336.548.000.000 8.772.947.000.000 9.686.262.000.000

3 SMGR 9.972.110.370.000 5.297.630.537.000 30.792.884.092.000 8.988.908.217.000 4.674.479.833.000 18.227.572.979.000 6.920.399.734.000 21.803.975.875.000 24.501.240.780.000

4 WTON 7.994.288.651.000 7.298.469.461.000 12.594.962.700.000 9.368.003.825.000 695.819.190.000 1.202.094.818.000 1.016.690.189.000 3.226.958.875.000 11.884.667.552.000

5 AMFG 1.980.116.000.000 473.960.000.000 3.539.393.000.000 778.666.000.000 1.506.156.000.000 2.307.644.000.000 450.753.000.000 2.760.727.000.000 3.216.480.000.000

6 ARNA 405.105.632.599 311.780.561.616 1.135.244.802.060 366.754.918.531 93.325.070.983 665.421.375.309 316.349.602.459 768.489.883.529 1.417.640.229.330

7 TOTO 1.089.798.514.557 496.494.829.421 1.746.177.682.568 710.527.268.893 593.303.685.136 971.801.713.675 323.204.864.975 1.035.650.413.675 1.711.306.783.682

8 LION 428.821.050.227 63.728.680.126 498.567.897.161 82.783.559.318 365.092.370.101 354.145.707.622 85.027.065.076 415.784.337.843 333.674.349.966

9 LMSH 115.485.009.525 27.518.969.110 141.967.598.705 31.229.504.329 87.966.040.415 100.271.757.016 19.437.691.207 110.468.094.376 256.210.760.822

10 EKAD 229.041.255.054 98.355.431.960 343.601.504.809 105.893.942.734 130.685.823.094 150.456.976.818 51.988.302.824 237.707.561.355 418.668.758.096

11 TRST 1.194.457.109.014 1.045.073.685.266 3.260.919.505.192 1.551.242.364.818 149.383.423.748 932.201.100.966 72.553.777.173 1.709.677.140.374 2.033.149.367.039

12 CPIN 8.824.900.000.000 2.327.048.000.000 15.722.197.000.000 5.771.297.000.000 6.497.852.000.000 9.615.061.000.000 3.451.333.000.000 9.950.900.000.000 25.662.992.000.000

Page 99: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

86

Lampiran 3

Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2014

No. Nama

Emiten

Rasio Altman Z-Score

Current Assets Current

Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT

Market Value of

Equity Sales

1 INTP

16.086.773.000.000

3.260.559.000.000

28.884.973.000.000

4.100.172.000.000

12.826.214.000.000

19.809.896.000.000

6.789.602.000.000

24.784.801.000.000

19.996.264.000.000

2 SMCB

2.290.969.000.000

3.807.545.000.000

17.195.352.000.000

8.436.760.000.000

(1.516.576.000.000)

1.765.180.000.000

1.007.397.000.000

8.758.592.000.000

10.528.723.000.000

3 SMGR

11.648.544.675.000

5.273.269.122.000

34.314.666.027.000

9.312.214.091.000

6.375.275.553.000

21.376.819.442.000

7.090.765.967.000

25.002.451.936.000

26.987.035.135.000

4 WTON

5.035.520.652.000

4.910.560.956.000

9.168.844.280.000

10.936.404.000.000

124.959.696.000

1.039.414.960.000

459.080.521.000

2.345.354.435.000

6.423.466.905.000

5 AMFG

2.263.728.000.000

398.238.000.000

3.918.391.000.000

733.749.000.000

1.865.490.000.000

2.728.059.000.000

597.807.000.000

3.184.642.000.000

3.672.186.000.000

6 ARNA

507.458.459.958

315.672.702.842

1.259.175.442.875

346.944.901.743

191.785.757.116

807.255.496.616

348.379.437.541

912.230.541.132

1.609.758.677.687

7 TOTO

1.115.004.308.039

528.814.814.904

2.027.288.693.678

796.096.371.054

586.189.493.135

1.166.533.622.624

381.882.728.642

1.231.192.322.624

2.053.630.374.083

8 LION

488.268.612.706

132.155.047.433

600.102.716.315

156.123.759.272

356.113.565.273

381.840.326.822

62.857.739.316

443.978.957.043

377.622.622.150

9 LMSH

107.779.916.138

19.357.303.490

139.915.598.255

23.964.388.443

88.422.612.648

105.554.872.452

11.006.796.283

115.951.209.812

249.072.019.369

10 EKAD

296.439.331.922

127.248.837.925

411.348.790.570

138.149.558.606

169.190.493.997

183.710.936.610

58.721.777.723

273.199.231.964

526.573.620.057

11 TRST

1.182.292.914.595

955.175.792.503

3.261.285.495.052

1.499.792.311.890

227.117.122.092

947.245.578.109

63.101.740.322

1.761.493.183.162

2.507.884.797.367

12 CPIN

10.009.670.000.000

4.467.240.000.000

20.862.439.000.000

9.919.150.000.000

5.542.430.000.000

10.607.548.000.000

2.106.892.000.000

10.943.289.000.000

29.150.275.000.000

Page 100: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

87

Lampiran 4

Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2015

No. Nama

Emiten

Rasio Altman Z-Score

Current Assets Current

Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT

Market Value of

Equity Sales

1 INTP

13.133.854.000.000

2.687.743.000.000

27.638.360.000.000

3.772.410.000.000

10.446.111.000.000

19.165.851.000.000

5.644.576.000.000

23.856.950.000.000

17.798.055.000.000

2 SMCB

2.581.774.000.000

3.957.441.000.000

17.321.565.000.000

8.871.708.000.000

(1.375.667.000.000)

1.462.569.000.000

350.418.000.000

8.449.857.000.000

9.239.022.000.000

3 SMGR

10.538.703.910.000

6.599.189.622.000

38.153.118.932.000

10.712.320.531.000

3.939.514.288.000

23.561.638.624.000

5.850.923.497.000

27.440.798.401.000

26.948.004.471.000

4 WTON

6.918.923.886.000

6.303.078.449.000

11.170.044.734.000

8.506.682.631.000

615.845.437.000

1.346.532.119.000

665.944.633.000

2.663.362.103.000

7.682.006.193.000

5 AMFG

2.231.181.000.000

479.376.000.000

4.270.275.000.000

880.052.000.000

1.751.805.000.000

2.929.140.000.000

464.263.000.000

3.390.223.000.000

3.665.989.000.000

6 ARNA

509.178.006.986

498.857.920.866

1.430.779.475.454

536.050.998.398

10.320.086.120

789.692.468.198

95.514.316.424

894.728.477.056

1.291.926.384.471

7 TOTO

1.348.062.605.364

560.119.357.447

2.439.540.859.205

947.997.940.099

787.943.247.917

1.334.410.283.331

381.573.896.617

1.491.542.919.106

2.278.673.871.193

8 LION

508.345.199.844

133.693.524.978

639.330.150.373

184.730.654.202

374.651.674.866

391.960.865.950

58.451.801.513

454.599.496.171

389.251.192.409

9 LMSH

89.126.109.044

11.018.274.023

133.782.751.041

21.341.373.897

78.107.835.021

101.945.039.784

3.807.172.880

112.441.377.144

174.598.965.938

10 EKAD

284.055.202.739

79.594.446.891

389.691.595.500

97.730.178.889

204.460.755.848

219.685.991.410

66.306.918.116

291.961.416.611

531.537.606.573

11 TRST

1.137.766.718.031

869.536.723.928

3.357.359.499.954

1.400.438.809.900

268.229.994.103

957.507.688.128

51.097.812.346

1.956.920.690.054

2.457.349.444.991

12 CPIN

12.013.294.000.000

5.703.842.000.000

24.684.915.000.000

12.123.488.000.000

6.309.452.000.000

12.228.973.000.000

2.281.628.000.000

12.561.427.000.000

30.107.727.000.000

Page 101: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

88

Lampiran 5

Raw Data Rasio-Rasio Keuangan Altman Z-Score Industri Bahan Dasar Dan Kimia Tahun 2016

No. Nama

Emiten

Rasio Altman Z-Score

Current Assets

Current

Liabilities Total Assets Total Liabilities Working Capital Retained Earnings EBIT

Market Value of

Equity Sales

1 INTP

14.424.622.000.000

3.187.742.000.000

30.150.580.000.000

4.011.877.000.000

11.236.880.000.000

21.483.459.000.000

4.145.632.000.000

26.138.703.000.000

15.361.894.000.000

2 SMCB

2.439.964.000.000

5.311.358.000.000

19.763.133.000.000

11.702.538.000.000

(2.871.394.000.000)

1.063.041.000.000

(172.032.000.000)

8.060.595.000.000

9.458.403.000.000

3 SMGR

10.373.158.827.000

8.151.673.428.000

44.226.895.982.000

13.652.504.525.000

2.221.485.399.000

26.274.646.670.000

5.084.621.543.000

30.574.391.457.000

26.134.306.138.000

4 WTON

15.337.787.919.000

8.421.830.056.000

20.363.816.431.000

11.276.234.675.000

6.915.957.863.000

1.669.603.050.000

459.033.615.000

9.087.581.756.000

7.885.301.186.000

5 AMFG

1.787.723.000.000

885.086.000.000

5.504.890.000.000

1.905.626.000.000

902.637.000.000

3.134.681.000.000

348.561.000.000

3.599.264.000.000

3.724.075.000.000

6 ARNA

642.892.045.913

476.631.150.852

1.543.216.299.146

595.128.097.887

166.260.895.061

840.962.177.316

123.838.299.924

948.088.201.259

1.511.978.367.218

7 TOTO

1.290.208.433.386

589.149.809.544

2.581.440.938.262

1.057.566.418.720

701.058.623.842

1.378.722.067.049

251.320.891.921

1.523.874.519.542

2.069.017.634.710

8 LION

542.813.854.009

152.533.565.561

685.812.995.987

215.209.902.816

390.280.288.448

407.464.464.950

54.671.394.698

470.603.093.171

379.137.149.036

9 LMSH

98.274.709.046

35.476.763.264

162.828.169.250

45.511.700.128

62.797.945.782

106.720.131.762

9.424.028.642

117.316.469.122

157.855.084.036

10 EKAD

337.644.083.636

69.110.450.442

702.508.630.708

110.503.822.983

268.533.633.194

305.594.242.512

118.449.029.979

592.004.807.725

568.638.832.579

11 TRST

1.779.999.891.768

909.779.313.844

3.290.596.224.286

1.358.241.040.272

870.220.577.924

976.262.555.068

23.194.967.133

1.932.355.184.014

2.249.418.846.603

12 CPIN

12.059.433.000.000

55.500.257.000.000

24.204.994.000.000

10.047.751.000.000

(43.440.824.000.000)

13.966.362.000.000

3.983.661.000.000

14.157.243.000.000

38.256.857.000.000

Page 102: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

89

Lampiran 6

Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Altman Z-Score

Nama

Emiten Tahun WC/TA RE/TA EBIT/TA MVE/BVTL S/TA

INTP

2012 0.53 0.64 0.27 5.82 0.76

2013 0.53 0.67 0.25 6.33 0.70

2014 0.44 0.69 0.24 6.04 0.69

2015 0.38 0.69 0.20 6.32 0.64

2016 0.37 0.71 0.14 6.52 0.51

SMCB

2012 0.05 0.15 0.15 2.24 0.74

2013 -0.08 0.13 0.09 1.43 0.65

2014 -0.09 0.10 0.06 1.04 0.61

2015 -0.08 0.08 0.02 0.95 0.53

2016 -0.15 0.05 -0.01 0.69 0.48

SMGR

2012 0.13 0.57 0.24 2.16 0.74

2013 0.15 0.59 0.22 2.43 0.80

2014 0.19 0.62 0.21 2.68 0.79

2015 0.10 0.62 0.15 2.56 0.71

2016 0.05 0.59 0.11 2.24 0.59

WTON

2012 0.06 0.11 0.07 0.35 0.90

2013 0.06 0.10 0.08 0.34 0.94

2014 0.01 0.11 0.05 0.21 0.70

2015 0.06 0.12 0.06 0.31 0.69

2016 0.34 0.08 0.02 0.81 0.39

AMFG

2012 0.40 0.64 0.15 3.73 0.92

2013 0.43 0.65 0.13 3.55 0.91

2014 0.48 0.70 0.15 4.34 0.94

2015 0.41 0.69 0.11 3.85 0.86

2016 0.16 0.57 0.06 1.89 0.68

ARNA

2012 0.05 0.54 0.23 1.82 1.19

2013 0.08 0.59 0.28 2.10 1.25

2014 0.15 0.64 0.28 2.63 1.28

2015 0.01 0.55 0.07 1.67 0.90

2016 0.11 0.54 0.08 1.59 0.98

TOTO

2012 0.34 0.55 0.22 1.44 1.04

2013 0.34 0.56 0.19 1.46 0.98

2014 0.29 0.58 0.19 1.55 1.01

2015 0.32 0.61 0.16 1.57 0.93

2016 0.27 0.53 0.10 1.44 0.80

LION 2012 0.81 0.72 0.02 6.03 0.77

2013 0.73 0.71 0.17 5.02 0.67

Page 103: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

90

2014 0.59 0.64 0.10 2.84 0.63

2015 0.59 0.71 0.09 2.46 0.61

2016 0.57 0.59 0.08 2.19 0.55

LMSH

2012 0.60 0.68 0.35 3.14 1.74

2013 0.62 0.71 0.14 3.54 1.80

2014 0.63 0.75 0.08 4.84 1.78

2015 0.58 0.84 0.03 5.27 1.31

2016 0.39 0.66 0.06 2.58 0.97

EKAD

2012 0.39 0.43 0.17 2.34 1.41

2013 0.38 0.44 0.15 2.24 1.22

2014 0.41 0.45 0.14 1.98 1.28

2015 0.52 0.75 0.17 2.99 1.36

2016 0.38 0.44 0.17 5.36 0.81

TRST

2012 0.09 0.42 0.04 1.62 0.89

2013 0.05 0.29 0.02 1.10 0.62

2014 0.07 0.29 0.02 1.17 0.77

2015 0.08 0.58 0.02 1.40 0.73

2016 0.26 0.30 0.01 1.42 0.68

CPIN

2012 0.41 0.63 0.27 1.96 1.73

2013 0.41 0.61 0.22 1.72 1.63

2014 0.27 0.51 0.10 1.10 1.40

2015 0.26 0.51 0.09 1.04 1.22

2016 -1.79 0.58 0.16 1.41 1.58

Page 104: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

91

Lampiran 7

Hasil Perhitungan Koefisien Altman Z-Score

No Nama

Perusahaan

Tahun Rata-

rata Interpretasi

2012 2013 2014 2015 2016

1

Indocement

Tunggal

Prakarsa Tbk

6.93 6.90 6.59 6.54 6.32 6.65 Sehat

2 Holcim

Indonesia Tbk 3.12 1.89 1.47 1.19 0.76 1.69

Financial

Distress

3 Semen

Indonesia Tbk 4.02 4.00 4.17 3.74 3.21 3.83 Sehat

4 Wijaya Karya

Beton Tbk 1.68 1.62 1.17 1.31 1.47 1.45

Financial

Distress

5 Asahimas Flat

Glass Tbk 5.11 4.88 5.59 4.98 3.01 4.71 Sehat

6 Arwana Citra

Mulia Tbk 3.65 4.34 4.85 2.91 3.09 3.77 Sehat

7 Surya Toto

Indonesia Tbk 3.77 3.65 3.72 3.64 3.06 3.57 Sehat

8 Lion Metal

Works Tbk 6.68 6.12 4.28 4.09 3.64 4.96 Sehat

9 Lionmesh

Prima Tbk 5.71 6.11 6.76 6.44 4.09 5.82 Sehat

10

Ekadharma

International

Tbk

4.05 4.13 4.06 5.40 5.65 4.66 Sehat

11 Trias Sentosa

Tbk 2.79 1.81 2.03 2.53 2.29 2.29

Zona Abu-

abu

12

Charoen

Pokphand

Indonesia Tbk

4.45 4.74 3.42 3.17 1.62 3.48 Sehat

Page 105: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

92

Lampiran 8

Harga saham Sektor Bahan Dasar dan Kimia

No Nama

Emiten

Harga Saham (dalam rupiah) Rata-

rata 2012 2013 2014 2015 2016

1 INTP 22450 20000 25000 22325 15400 21035

2 SMCB 2900 2275 2185 995 900 1851

3 SMGR 15850 14150 16200 11400 9175 13355

4 WTON 1480 1580 3680 2640 2360 2348

5 AMFG 8300 7000 8050 6550 6700 7320

6 ARNA 1640 820 870 500 520 870

7 TOTO 6650 7700 3975 6950 498 5155

8 LION 10400 12000 9300 1050 1050 6760

9 LMSH 10500 8000 6450 575 590 5223

10 EKAD 350 390 515 400 590 449

11 TRST 345 250 380 310 300 317

12 CPIN 3650 3375 3780 2600 3090 3299

Page 106: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

93

Lampiran 9 Hasil SPSS Regresi Linier Sederhana

Page 107: ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA …

94

Lampiran 10

Hasil SPSS Regresi Linier Berganda